asuhan keperawatan kelompok gerontik

72
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Bondan, 2009). Keperawatan gerontik berkisar pada pengkajian kesehatan dan status fungsional lansia, diagnosa, perencanaan dan implementasi perawatan dan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan yang teridentifikasi; dan mengevaluasi kekefektivan perawatan tersebut (Potter & Perry, 2005). 1

description

gerontik

Transcript of asuhan keperawatan kelompok gerontik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada

organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel

serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang

disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan

saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada lansia secara

linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),

keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan

keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses

kemunduran (Bondan, 2009).

Keperawatan gerontik berkisar pada pengkajian kesehatan dan status

fungsional lansia, diagnosa, perencanaan dan implementasi perawatan dan

pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan yang teridentifikasi; dan

mengevaluasi kekefektivan perawatan tersebut (Potter & Perry, 2005).

Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan aspek pengetahuan

dan ketrampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam mempertahankan

kondisi kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual lansia. Hal ini diupayakan

untuk memfasilitasi lansia ke arah perkembangan kesehatan yang lebih optimum,

dengan pendekatan pada pemulihan kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup

lansia baik dalam kondisi sehat, sakit maupun kelemahan serta memberikan rasa

aman, nyaman, terutama dalam menghadapi kematian (Bondan, 2009)

Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada lansia adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005),

pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan

komunikasi data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah

yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sumber skunder (keluarga,

tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.

1

Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan,

masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai

dan gaya hidup yang dilakukan klien. Pengumpulan data harus berhubungan

dengan masalah kesehatan terutama dengan masalah kesehatan utama yang

dimiliki pasien, sehingga data yang didapatkan relevan dengan asuhan

keperawatan yang akan dijalankan pada pasien tersebut. Penggunaan format

pengkajian standarisasi dianjurkan, karena dapat memberikan tanggung gugat

minimal dari profesi keperawatan. Penggunaan format pun memastikan

pengkajian pada tingkat yang komprehensif (Potter & Perry, 2005).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah Definisi Dari Menua?

2. Bagaimanakah Teori Penuaan?

3. Bagaimanakah Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia?

4. Apa Saja Tugas-Tugas Perawat Dalam Setiap Teori Penuaan?

2

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Proses menua merupakan suatu yang

fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut

usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.

Proses penuaan dipandang sebagai sebuah proses total dan sudah dimulai

saat masa konsepsi. Meskipun penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum

tentu seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu memiliki

perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor

ekonomi yang saling terjalin dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua

berbeda pada setiap orang. Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami

pengalaman traumatik baik fisik maupun emosional yang bisa melemahkan

kemampuan seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya.

Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat organisme

biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengrusakan dan

Perbaikan”.

Batas-Batas Lanjut Usia.

1. Batasan usia menurut WHO meliputi :

a. usia pertenghaan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun

b. lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun

c. lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun

d. usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

2. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :

“Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah

yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya

mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima

nafkah dari orang lain”. Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang

3

kesejahteraan lansia yang berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 tahun keatas.

2.2 TEORI PENUAAN

a. Teori Biologik

Menurut Mary Ann Christ et al. (1993), penuaan merupakan proses

yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan

mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian.

Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat interaksi sel dengan

lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif.

Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori

intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan

usia, timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori

ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan oleh

pengaruh lingkungan.

Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang

berperan besar pada penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym

proteolytik yang dapat menemukan sel yang mengalami degradasi protein

sangat penting. Sedangkan pada faktor ekstrinsik yang penting

dikemukakan adalah radikal bebas, fungsi kekebalan seluler dan humoral,

oksidasi stress, cross link serta mekanisme “dipakai dan aus” sangat

menentukan dalam proses penuaan yang terjadi .

Adanya faktor pengaruh intrinsik dan ekstrinsik tadi pada

akhirnya akan mempengaruhi tingkat perubahan pada sel , sel otak dan

saraf, gangguan otak , serta jaringan tubuh lainnya.

1. Teori Genetik dan Mutasi, Genetic Clock

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang

diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi.Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi

akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan

berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis

putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal

4

ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo

dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara

kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies

Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu

diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya

proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya

mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan

zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya

mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan

terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

2. Teori ERROR

Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik

adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999).

Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya

berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat

kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat

mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

3. Pemakaian dan Rusak, wear and tear theory

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

4. Autoimune

Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.

Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca

tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem

imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi

somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka

hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang

mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan

menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini

dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada

lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999).

5

Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya

mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap

antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai

dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)

5. Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

dipakai.

6. Teori Radikal Bebas

Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi

bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini

menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal

bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa :

superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen

(H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif ,

sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak

jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono

(1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk

radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan

organel sel makin banyak akhirnya sel mati.

7. Teori Kolagen

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan

kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel

jaringan.

b. Teori Sosial

1. Teori Aktifitas

Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak

dalam kegiatan social

6

2. Teori Pembebasan

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan

interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun

kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :

a)      Kehilangan peran

b)      Hambatan kontrol sosial

c)      Berkurangnya komitmen

3. Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus

kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada

usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.

Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

a)   Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif

dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada

pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus

dipertahankan atau dihilangkan

b)      Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

c)      Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.

4. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory).

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada

suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai

masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964)

mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum

pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945)

mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin

interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status

sosialnya untuk melakukan tukar menukar.

Pokok-pokok Social Exchanger Theory sebagai berikut :

a)   Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai

tujuannya masing-masing.

7

b)   Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan

biaya dan waktu.

c)   Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan

mengeluarkan biaya.

d)  Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah

terjadinya kerugian.

e)      Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan

olehnya.

5. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)

Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan

yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan

seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan

sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga

mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri. Keadaan ini

mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas

maupun secara kuantitas.

Pokok-pokok disenggagement theory adalah :

a)   Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa

pensiun. Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga

berkurang misalnya saat anak menginjak dewasa dan

meninggalkan rumah untukbelajar dan menikah.

b)  Lansia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia

dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan

kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.

c)    Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :

1)      Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup

2)      Proses tak dapat dihindari

3)      Hal ini diterima lansia dan masyarakat.

6. Teori Aktivitas (Activity theory)

Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al.

(1972) yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari

bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan

8

mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Pokok-pokok

teori aktivitas adalah :

a) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan

keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.

b)    Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

7. Teori Perkembangan (Development Theory)

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah

dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian

perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung dan Erikson. Sigmund Freud

meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan psikososial anak dan

balita . Erikson (1930) membagi kehidupan menjadi 8 fase dan lansia

perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego integrity

versus despair).

Havighurst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas

perkembangan (development tasks) selama hidup yang harus

dilaksanakan oleh lansia yaitu;

a)      Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis

b)      Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

c)      Menemukan makna kehidupan

d)      Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

e)      Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga

f)       Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia

g)      Menerima dirinya sebagai calon lansia

Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973)

menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna

mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase

kehidupannya.

Pokok-pokok dalam development theory adalah :

a)   Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa

kehidupannya.

b)   Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan

sosial yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.

9

c)  Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir

dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya

akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-

temannya.

8. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)

Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia

kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan

kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua

elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan

prosesnya.

Pokok-pokok dari teori ini adalah :

a)   Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat

b)   Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok

c)    Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.

c. Teori Psikologi

1)      Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,

kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow,

1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika

kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha

menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling

tinggi dari kebutuhan terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering

digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan dasar terletak

paling bawah/di dasar.

2)    Teori Individual Jung

Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori perkembangan

kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-

kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai

lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran

seseorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian

digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke

10

arah subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).

Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu,

dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.

3)    Teori Proses Kehidupan Manusia

Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang

menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan pada

penelitian ektensif dengan menggunakan biografi dan melalui

wawancara. Fokus dari teori ini adalah mengidentifikasi dan mencapai

tujuan hidup manusia yang melewati klima fase proses perkembangan.

Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri merupakan kunci

perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata lain

orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat

memenuhi kebutuhannya dengan beberapa cara.

Pada tahun 1968 Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang

secara jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam

pencapaian tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada masa

kanak-kanak belum terbentuk tujuan hudup yang spesifik dan pada

masa depan pengakhiran kehidupan juga tidak jelas. Masa remaja dan

masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam kehidupan. Seseorang

mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik dan

memperokleh pengertian terhadap kemampuan individu. Saat berumur

25 tahun seseorang menjadi lebih konkrit mengenai tujuan hidupnya

dan secara aktif diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase

akhir dari lansia (usia 65 atau 70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri

cita-citanya yang muluk untuk mencapai tujuan hidup.

2.3 PERUBAHAN PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA

a. Perubahan fisik

Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,

berkurangnya cairan intra dan extra seluler

Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam

respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem

11

pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya

pengumpulan serum karena meningkatnya keratin

Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya

respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,

meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,

menurunnya lapang pandang.

Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku ,

kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun

setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya

kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan

darah meningg.

Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga

menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan

elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.

Kedalaman pernafasan menurun.

Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi

buruk , indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir

dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya

sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin

Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi

sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun

sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi

meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,

kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit

diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine.

Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada

vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,

elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.

Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi

hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak

berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal

12

metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti :

progesteron, estrogen dan testosteron.

Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan

jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu,

sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi

keras dan rapuh.

sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin

rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut

discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut

erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak, otot kram dan

tremor.

b. Perubahan Mental

faktor-faktyor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

Kehatan umum

Tingkat pendidikan

Keturunan

Lingkungan

c. Perubahan Perubahan Psikososial

 Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan

dengan peranan dalam pekerjaan

Merasakan atau sadar akan kematian

Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

bergerak lebih sempit.

2.4 TUGAS-TUGAS PERAWAT DALAM SETIAP TEORI PENUAAN

a. Tugas Perawat dalam Teori Biologi

Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-

kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada

organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan,

penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifitasnya.

13

Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian

yakni :

1. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu

bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-

hari masih mampu melakukan sendiri.

2. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya

mengalami kelumpuhan atau sakit.

Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama hal-

hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan

kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah

timbulnya penyakit/peradangan mengingat sumber infeksi dapat timbul bila

kebersihan kurang mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi

fidik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap

gangguan atau serangan infeksi dari luar.

Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai

kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan

rambut, kebersihan temopat tidur serta posisinya, hal makan, cara memakan

obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya.

Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan

dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar, makan

(termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi,

tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran,

beristrahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,

mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dari kecelakaan. Dari hasil

rangkuman Pertemuan Kesehatan persiapan Usia Lanjut oleh Depkes (1995)

ditetapkan Penjaringan Kesehatan Lansia dengan cara sebagai berikut :

GIZI

a.       Pengamatan

D = disease

E = eating poorly

T = tooth loss

E = economic hardship

14

R = reduced social contact

M = Multiple medicine

I = involuntary weight loss and gains

N = need assistance in self care

E = elder years

b.      Pendidikan gizi dan konseling diet

c.       Prinsip gizi yang harus diikuti oleh lansia :

1)      Kecukupan kalori 5 – 10 % kurang dari usia 20 – 25 tahun

2)      Kecukupan lemak maksimak 25 % diutamakan lemak tak jenuh

3)      Protein normal 10 – 12 % dari kecukupan energi, 10 % berasal dari

hewani

4)      Hidrat arang, gula murni dikurangi

5)      Vitamin dan mineral harus cukup terutama vitamin B, Vitamin C,

asam folat, kalsium dan Fe

PRINSIP :

Sayur dan buah > protein, ikan, ayam, kacang-kacangan dan telur > nasi,

jagung, kentang > lemak > gula, garam

OLAHRAGA

Latihan olahraga yang baik dan benar serta teratur harus memenuhi

komponan sebagai berikut:

1.      Peregangan dan pemanasan 10 – 15 menit

2.      Latihan initi 15 – 60 menit

3.      Pendinginan 10 – 15 menit

Faktor yang diperhatikan :

1. Intensitas latihan ………………pra usia lanjut 60 % - 80 % DNM

2. DNM (Denyut Nadi Maksimal ) : 220 – usia x menit

3. Contoh : Bila usia 40 tahun DNM = 220 – 40 = 180 x / mnt

i. Batas atas 85 % = 85 % -x 180 x/mnt = 153 x/mnt

ii. Batas bawah 60 % = 60 % x 180 x/mnt = 108 x/mnt

4. Frekuensi latihan --------------------3 – 5 x seminggu

15

5. Lamanya latihan -------------------- 30 – 45 menit, tidak termasuk waktu

pemanasan dan pendinginan.

Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lansia,

untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan cara posisi

bersandar pada beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak, jangan

melakukan gerak badan yang berlebihan dan sebagainya.

Seorang perawat harus dapat memotivasi para klien lansia agar mau dan

menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah

sering dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah

ini adalah dengan menghidangkan makanan lunak atau memakai gigi palsu.

Waktu makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi,

serta suasana yang menyenangkan dapat menambah selera makan, bila ada

penyakit tertentu perawat harus mengatur makanan sesuai diet yang

dianjurkan.

Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama pada klien

lansia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara berkala dilakukan

bila terdapat kelainan tertentu misalnya batuk-batuk, pilek, (terutama klien

lansia yang tinggal di panti Werda ).

Perawat perlu memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan,

mengkaji penyebab keluhan, kemudian mengkomunikasikan dengan klien

tentang cara pemecahannya.

Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lansia, membimbing dengan

sabar dan ramah, sambil bertanya apa yang dirasakan, bagaimana tentang

tidur, makan, apakah obat sudah diminum, apakah mereka bisa melaksanakan

ibadah dan sebagainya. Sentuhan ( misalnya genggaman tangan ) terkadang

sangat berarti bagi mereka.

b. Tugas Perawat Dalam Teori Sosial

Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan

mengadakan diskusi dan tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya

pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama berarti

menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi pegangan bagi perawat

bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan

16

orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda

dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri.

Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda

untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi,

menonton film atau hiburan-hiburan lain karena mereka perlu diransang untuk

mengetahui dunia luar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam

perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam

proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.

Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan

mengatakan : tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres

memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah, sehingga

menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan

dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian

terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka untuk

antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada

hubungan dengan dunia luar.

Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara mereka (terutama

bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha,

antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk

nbersama, menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan

sepenanggungan, mengenai hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian

perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun

terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan klien

lansia di panti werda.

c. Tugas Perawat dalam Teori Psikologi

Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan

edukatif pada klien lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter,

interpreter terhadap segala sesuatu yang asing sebagai penampung rahasia

yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiki

kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang

cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa

puas.

17

Pada dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari

lingkungannya termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu

perawat harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan

mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobby yang

dimilikinya.

Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lansia

dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa

keterbatasan, sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang

dideritanya, hal ini perlu dilakukan karena : perubahan psikologi terjadi

bersama dengan makin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi

gejala-gejala seperti menurunnya dayaingat untuk peristiwa yang baru terjadi,

berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan,

perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu

siang dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita yang membosankan,

jangan mentertawakan atau memarahi bila klien lansia lupa atau bila

melakukan kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan akan mewarnai

tingkah laku mereka dan kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk

tujuan-tujuan tertentu.

Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap

kesehatan, perawatbisa melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap,

perawat harus dapat mendukung mental mereka ke arah pemuasan pribadi

sehingga pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu

diusahakan agar di masa lansia ini mereka tetap merasa puas dan bahagia.

18

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGERTIAN

Gerontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan

masalahyang mungkin terjadi pada lanjut usia. Geriatri nursing adalah spesiali

keperawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada tiap peranan

pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan

merawat untuk meningkatkan fungsioptimal lanjut usia secara

komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yangmenderita penyakit dan

dirawat di RS merupakan bagian dari gerontic nursing.

19

B. PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA

1. pendekatan fisik

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :

a. K l i en l an ju t u s i a yang mas ih ak t i f , yang mas ih mampu

be rge rak t anpa  bantuan orang lain.

b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang

mengalamikelumpuhan atau sakit.

2. Pendekatan psikis

Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk

mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat

berperan sebagaisupporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,

sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.

3. Pendekatan social

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan

upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan

berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan

sosialisasimereka.

4. Pendekatan spiritual

Pe rawa t ha rus b i s a member ikan ke t enangan dan kepuasan

ba t i n da l am hubungannya dengan tuhan atau agama yang dianutnya,

terutama jika kliendalam keadaan sakit atau mendekati kematian.

20

C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA

1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara

mandiri

2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia melalui perawatan

dengan pencegahan.

a. Memban tu memper t ahankan s e r t a membesa rkan daya

h idup / s emanga t hidup lansia. 

b. Menolong dan merawat klien yang menderita sakit

c. Merangsang pe tugas ke seha t an aga r dapa t mengena l dan

menegakkan diagnosa secara dini.

d. Mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu

pertolongan pada lansia.

D. FOKUS ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA

1 . Pen ingka t an ke seha t an (hea l t h p romot ion )

2 . Pencegahan penyak i t ( p r even t i f )

3 . Mengop t ima lkan fungs i men t a l .

4 . Menga t a s i gangguan ke seha t an yang umum.

E. TAHAP-TAHAP ASUHAN KEERAWATAN LANJUT USIA

1. Pengkajian:

Proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah keprawatan

meliputi aspek:

a. Fisik : wawancara

b. Pemeriksaan fisik : Head to tea, sistem tubuh

c. Psikologi

d. Social ekonomi

e. Spiritual

Pengkajian dasar meliputi : Temperatur, nadi, pernafasan, tekanan

darah, berat badan, tingkat orientasi, memori, pola tidur,

penyesuaian psikososial.

21

Sistem tubuh: sistem persyarafan, kardiovaskuler,gastrointestinal,

genitovrinarius, sistem kulit, sistem musculoskeletal.

2. Perencanaan

Untuk menentukan apa yang dapat dilakukan perawat terhadap

pasien dan pemilihan intervensi keperawatan yang tepat

3. Pelaksanaan

Tahap d imana pe rawa t me l akukan t i ndakan kepe rawa tan

s e sua i dengan intervensi / perencanaan yang telah ditentukan.

4. Evaluasi

Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan /

dilakukan danmengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat

tercapai sesuai yangtelah ditetapkan

22

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK GERONTIK

3.1 DATA UMUM

Identitas panti werda

a. Nama : Panti Griya Asih Lawang

b. Alamat : Jl. Pramuka RT 06 RW 07 Ds.Ngamarto kec. lawang

3.2 DATA INTI

3.2.1 Sejarah berdirinya Panti Werda

Yayasan diakonia GPIB RAAL Griya Asih Lawang merupakan kegiatan

di bidang usaha kesejahteraan sosial , yang melaksanakan tugas dalam menerima

para lansia dan anak-anak dengan mengutamakan yang benar-benar

membutuhkan, mengusahakan atau meningkatkan pendampingan dalam segala

hal (komperhensif) sesuai dengan kebutuhan para lansia dan anak-anak,

memelihara kebersihan dan kerapiam lingkungan, menciptakan suasana aman,

damai diantara para lansia dan anak-anak, penghijauan lingkungan untuk

mendapatkan udara yang bersih.

Yayasan diakonia GPIB RAAL Griya Asih Lawang berdiri sejak 5 juli

tahun 1994 dengan sistem rumah asuh/pendampingan. Sumber pembiayaan yang

diperoleh dari sumbangan gereja/jemaat, donutur tidak tetap / lembaga / privat,

sumbangan pemerintahan, usaha pertanian. Dengan susunan organisasi sebagai

berikut:

1. Ketua RAAL

2. Wakil ketua RAAL

3. Sekertaris

4. Bendahara

5. Unit pendampingan

6. Urusan umum logistik

7. Unit pendamping anak

3.2.2 Data Demografi (Distribusi Lansia)

a. Jumlah penghuni Griya Asih Lawang

23

Jumlah penghuni griya asih lawang seanyak 24 orang

b. Tabel distribusi lansia

Tabel Frekuensi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin

di RAAL Griya Asih Lawang

Sumber : Mahasiswa D III Keperawatan Malang terhadap 24 lansia di

Griya Asih Lawang.

Interpretasi : Kelompok lansia di UPT PSLU Blitar berdasarkan jenis kelamin

diketahui bahwa distribusi responden wanita sejumlah 100% atau 24 lansia.

Tabel Frekuensi Lansia Berdasarkan Agama

di RAAL Griya Asih Lawang

Sumber : Mahasiswa D III Keperawatan

Malang terhadap 24 lansia di

RAAL Griya Asih Lawang

Interpretsi : Kelompok lansia di RAAL Griya Asih Lawang berdasarkan

agama diketahui bahwa distribusi responden terbanyak adalah

beragama Kristen sebanyak 95% atau sejumlah 23 lansia

Tabel Frekuensi Lansia Berdasarkan Usia

24

No Kategori Frekuensi %

1 Islam 1 4

2 Kristen 23 95

Total 24 100

di RAAL Griya Asih Lawang

Sumber : Mahasiswa D III Keperawatan Malang terhadap 24 lansia di

Griya Asih Lawang

Interpretsi : Kelompok lansia di Griya Asih Lawang berdasarkan umur

diketahui bahwa distribusi responden terbanyak adalah umur 75-90 tahun

sebanyak 70,8% atau sejumlah 17 lansia.

Tabel Frekuensi Lansia Berdasarkan Riwayat Pendidikan

di RAAL Griya Asih Lawang

No Kategori Frekuensi %

1 Tamat SD 10 41,7

2 Tamat SMP 8 33,3

3 Tamat SMA 6 25

Total 24 100

25

No Umur Frekuensi %

1 60-74 6 25

2 75-90 17 70,8

3 >90 1 4

Total 24 100

Sumber : Mahasiswa D III Keperawatan Malang terhadap 24 lansia di

RAAL Griya Asih Lawang

Interpretasi : Kelompok lansia dinRAAL Griya Asih Lawang berdasarkan

riwayat pendidikan diketahui bahwa distribusi responden terbanyak

adalah SD sebanyak 41,7% atau sebanyak 10 lansia

Tabel Frekuensi Lansia Berdasarkan Status Perkawinan

Di RAAL Griya Asih Lawang

N

o

Status

perkawinan

Freku

ensi%

1 Tidak menikah 6 25%

2 menikah 15 62,5%

3 Tidak Terkaji 3 12,5%

Total 24 100%

Sumber : Mahasiswa D III Keperawatan Malang terhadap 24 lansia di

Griya Asih Lawang

Interpretasi :Kelompok lansia di Griya Asih Lawang berdasarkan status

perkawinan diketahui bahwa distribusi responden terbanyak

berstatus menikah sebanyak 62,5% atau 15 lansia.

Tabel Frekuensi Lansia Berdasarkan Riwayat Pekerjaan

di RAAL Griya Asih Lawang

No Kategori Frekuensi %

1 Tak Kerja 16 66,7

3 Mengajar 1 4,17

4 Swasta 3 12,5

5 Wiraswata 2 8,3

6 Buruh Pabrik 1 4,17

7 PRT 1 4,17

TOTAL 24 100

Sumber : Mahasiswa D III Keperawatan Malang terhadap 24 lansia di

RAAL Griya Asih Lawang

Interpretsi : Kelompok lansia di RAAL Griya Asih Lawang berdasarkan

riwayat pekerjaan diketahui bahwa distribusi responden terbanyak

adalah tidak bekerja sebanyak 66,7% atau sejumlah 16 lansia.

3.2.3. Vital Statistik Lansia di RAAL Griya Asih Lawang

o Masalah kesehatan yang di alami saat ini

Tabel frekuensi lansia berdasarkan keluhan atau penyakit

sekarang di RAAL Griya Asih Lawang pada bulan Oktober 2015

NO KATEGORI FREKUENSI

1. Diabetes militus 5

2. Hipertensi 5

3. Osteoporosis 6

4. Dimensia 1

5. Stroke 2

6. Asam urat 2

7. Katarak 3

Sumber : Mahasiswa D III Keperawatan Malang terhadap 24 lansia

di RAAL Griya Asih Lawang

Interpretasi : Berdasarkan tabel diketahui bahwa penyakit terbanyak

yang dialami oleh lansia adalah osteoporosis sejumlah 6 orang.

o Kegiatan Hidup Sehari hari

No. Kegiatan Jumlah/Hari

1. Makan 3x sehari

2. Minum 3-5 gelas @ 120 ml

3. Istirahat tidur 8-9 jam

4. Eliminasi BAK 5-6x/hari

BAB 1-2x/hari

5. Kebersihan diri Mandi 2x/hari

6. Kemandirian/ADL Aktivitas terbatas

Kelompok lansia mulai bangun pagi pukul 03.30 WIB, setelah itu mandi,

dan siap-siap untuk menunggu kegiatan senam pagi, sambil menikmati snack

kue dan segelas teh hangat. Setelah semua selesai mandi pukul 05.00 WIB

sekelompok lansia bergegas menuju aula untuk melakukan senam pagi. Setelah

selesai senam pukul 06.00 WIB lansia diantar untuk menuju ruang makan sambil

menunggu bel sarapan pagi dimulai. Pada jam 07.00 WIB lansia sarapan

bersama di ruang makan dan tak lupa untuk berdoa bersama. Bagi Lansia yang

tingkat kemandirian rendah atau bedrest biasanya dibantu perawat dalam hal

makan dan minum. Setelah makan, lansia melakukan ibadah bersama sampai

pukul 08.00. Setelah itu lansia keluar ruangan untuk berjemur sambil diukur

tanda-tanda vital oleh perawat . Pada jam 09.00 WIB setelah kegiatan berjemur ,

lansia biasanya duduk-duduk di teras ataupun bercengkrama dengan teman

sebaya. Setelah itu, pada jam 11.30 WIB lansia bersiap-siap untuk berkumpul di

ruang makan sambil menunggu bel makan siang berbunyi . Kemudian, setelah

selesai makan, lansia tidur siang sampai jam 15.30 WIB. Pukul 16.00 lansia

melakukan aktivitas mandi. Setelah mandi selesai, kira-kira pukul 17.00 WIB

saatnya lansia makan sore sampai jam 17.30. Setelah itu lansia kembali ke

kamar masing-masing untuk melakukan aktivitas ataupun istirahat.

o Perilaku terhadap kesehatan

Tabel Distribusi Lansia Berdasarkan Kebiasaan

Di RAAL Griya Asih Lawang

Bulan Oktober 2015

Sumber : Mahasiswa D III Keperawatan Malang terhadap 24 lansia di

RAAL Griya asih Lawang

Interpretasi : kelompok lansia berdasarkan perilaku terhadap kesehatan

sejumlah 6 orang senang mengkonsumsi gula, 2 orang senang

No Kebiasaan Frek %

1. Gula 6 25%

2. Garam 2 8%

3. Tidak ada

kebiasaan

tidak sehat

16 67%

Jumlah 24 100%

mengkonsumsi garam, dan sebagian besar perilaku lansia terhadap

kesehatan sudah baik.

3.3. DATA SUB SISTEM

3.3.1. Lingkungan fisik

3.3.1.1. Sarana perumahan

Luas tanah 26,185 m2

Luas seluruh bangunan 6000 m2

Lantai terbuat dari keramik dengan keadaan bersih dan tidak

licin.

Penerangan pada siang hari dengan cahaya matahari yang

cukup. Pada malam hari menggunakan lampu dengan

pencahayaan yang cukup juga.

Ventilasi cukup.

Kebersihan panti baik. Setiap pagi siang dan sore petugas

kebersihan selalu mengepel lantai dan menyapu.

Panti Griya Asih memiliki 5 bangunan yang terdiri dari :

1) Bangunan asrama panti wreda lansia

2) Terdiri dari 16 ruangan tidur, 6 kamar mandi, 1dapur, 2

ruang makan

3) Bangunan asrama anak yatim

4) Terdiri dari 12 ruang tidur, 6 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang

makan.

5) Bangunan aula atau tempat ibadah

6) Bangunan perkantoran

7) Bangunan rumah dinas.

3.3.1.2. Pekarangan

Luas pekarangan kurang lebih 20.000 m2

Pemanfaatan : taman, lapangan, lahan kebun sayur dan

buah.

3.3.1.3. Sarana sumber air bersih

Sumber air dari PDAM.

3.3.1.4. Sarana pembuangan sampah

Sampah dikumpulkan di tempat pembuangan sampah yang

terletak di belakang bangunan kemudian di bakar.

3.3.1.5. Sarana pembuangan kotoran manusia

Septictank berada di belakang bangunan kurang lebih

berjarak 9 m.

3.3.1.6. Sarana mandi

Air bersih untuk mandi berasal dari air PDAM. Keadaan

kamar mandi bersih dan tidak licin. Terdapat pegangan

untuk mandi lansia. Setiap lansia mempunyai alat mandi

sendiri.

3.3.1.7. Sarana SPAL

Air limbah dialirkan melewati selokan yang dibuang juga

ke septictank.

3.3.2. Pelayanan kesehatan dan social

3.3.2.1. Jumlah petugas : 21 orang yang terdiri dari

Pengurus dan penanggung jawab 4 orang

Pramu lansia 7 orang

Security 3 orang

Kebersihan / laundry 2 orang

Tukang kebun 2 orang

Juru masak 3 orang

3.3.2.2. Pengalaman petugas mengikuti pelatihan kesehatan

Pernah : 11 orang

Belum : 10 orang

Jenis pelatihan : evakuasi bencana, perawatan pada lansia.

3.3.3. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan :

- Posyandu lansia: -

- Kegiatan kelompok : ibadah bersama

3.3.4. Pendidikan

Status pendidikan anggota kelompok

3.3.5. Transportasi, Keamanan dan keselamatan

3.3.5.1. Sarana jalan dan transportasi di lingkungan kelompok

lansia : sarana jalan dari rumah ke lapangan tempat berjemur

menanjak. Transportasi milik panti berupa mobil dan sepeda

motor yang dapat digunakan untuk membawa lansia berobat.

3.3.5.2. Keamanan lingkungan: tempat lansia dijaga oleh satpam

dan beberapa anjing untuk membantu keamanan lingkungan.

3.3.5.3. Keselamatan : terdapat pegangan di dinding dinding dalam

panti untuk para lansia. Panti juga mempunyai 1 buah APAR.

Alat bantu jalan juga sudah dimiliki oleh masing masing lansia

yang mempunyai masalah keterbatasan jalan.

3.3.6 Politik dan pemerintahan

3.3.6.1. Struktur Organisasi Panti Werda

Organogram

No Kategori Frekuensi %

1 Tamat SD 10 41,7

2 Tamat SMP 8 33,3

3 Tamat SMA 6 25

Total 24 100

Majelis Sinode

GPIR

Badan Pembina Dan

Badan Pengawas

JEMAAT GPIB

YADIA GPIB PERWAKILAN JATIM

MASYARAKATRUMAH ASUH ANAK DAN LANSIA “GRIYA ASIH” (RAAL) LAWANG

YADIA GPIB BPPG

: Garis tanggung jawab

: Garis Pelayanan

: Garis Koordinasi

: Garis Periksa

3.3.6.2. Struktur RAAL “Griya Asih”

3.3.6.3. Program – Program Panti Werda :

YADIA GPIBPERWAKILAN JATIM

URUSAN UMUM/ LOGISTIK

UNIT PENDAMPING LANSIA

BENDAHARAWAKIL KETUA RAALSEKRETARIS

UNIT PENDAMPING ANAK

PENGASUH LANSIA

BAG. DAPUR

KETUA RAAL

TUKANG KEBUN

KEBERSIHAN

SECURITY

TUKANG CUCI

PENGASUH ANAK

3.3.6.1. Program jangka pendek : kegiatan pelayanan dan

pendampingan lansia.

a. Pelayanan fisik dan psikis.

Dengan pemahaman untuk memberikan

pelayanan yang terbaik bagi para klien dengan

mengupayakan hal-hal sebagai berikut :

Menyediakan akomodasi dengan fasilitas kamar

yang cukup memadai (2 – 3) orang dalam satu

kamar.

Menyediakan fasilitas hiburan yang cukup ( TV,

CD Player, dll)

Menyediakan konsumsi/ ekstra fooding dengan

menu makanan yang selalu dikoordinasikan

dengan puskesmas atau ahli gizi.

Perawatan kesehatan secara rutin 2 minggu

sekali oleh dokter dari Rumah Sakit GKJW

Singosari, bekerjasama dengan Universitas Tri

Buana Tungga Dewi Malang, Poltekkes Malang

dalam bentuk praktik Kerja Lapangan (PKL)

mahasiswa.

Konsultasi psikologi bekerjasama dengan

Fakultas Psikologi Universitas Merdeka Malang

dan Universitas Muhammadiyah Malang.

Menydiakan atau menyiapkan fasilitas

pemakaman bekerja sama dengan PGL

(Persekutuan Gereja Lawang)

Pembinaan keterampilan bekerjasama dengan

masyarakat sekitar.

Pembinaan olahraga senam bekerjasama dengan

masyarakat sekitar.

Fasilitas laundry untuk semua pakaian dengan

menyiapkan 2 orang tenaga tukang cuci.

Pelayanan kebutuhan pribadi bagi yang tidak

mandiri dilakukan oleh 7 perawat pramu lansia

yang disiagakan setiap hari secara bergiliran.

Memfasilitasi kunjungan keluarga atau kerabat

sesuai waktu yang diinginkan oleh keluarga atau

kerabat.

Menyusun jadwal waktu kegiata rutin secara

teratur.

b. Pelayanan rohani.

Pembinaan rohani secara kristiani (agama

Kristen) dilakukan setiap hari oleh pengurus

dalam bentuk kebaktian pagi dan kebaktian

malam.

Kebaktian minggu dilayani oleh GPIB jemaat

“Pelangi Kasih” lawang.

Kebaktian keluarga dan pelkat PKP sesuai

jadwal yang disusun oleh GPIB jemaat “Pelangi

Kasih” Lawang.

Kunjungan Gereja-gereja sesuai jadwal gereja

tersebut.

3.3.6.2. Program jangka menengah

a. Mengupayakan penambahan fasilitas alat tidur,

lemari dll.

b. Mengupayakan perbaikan perbaikan gedung

asrama.

c. Memperbarui peralatan pendukung lainnya.

3.3.6.3. Program jangka panjang

a. Menambah bangun asrama agar dapat

menampung lebih banyak lansia dan anak anak

yang perlu mendapat pertolongan.

b. Mengupayakan pemanfaatan lahan guna

menunjang kehidupan para lansia dan anak

anak.

c. Mengupayakan atau meningkatkan keamanana

lingkungan dengan membuat pagar keliling.

3.3.6.4. Sistem pendanaan panti

a. Sumbangan Gereja / jemaat

b. Donator tidak tetap/lembaga/ privat

c. Sumbangan pemerintah

d. Usaha pertanian

3.3.7. Komunikasi

Sarana komunikasi yang digunakan

Sarana Komunikasi langsung menggunakan lonceng sebagai sarana

pengingat atau tanda waktu makan dan minum.

Pola komunikasi antar anggota kelompok

Diantara lansia memiliki pola komunikasi yang baik antar sesama

anggota PSLU Griya Asih Lawang. Karena PSLU Griya Asih Lawang

telah melakukan kegiatan yang dapat membangun komunikasi yang

baik bagi para lansia, seperti bimbingan sosial.

3.3.8. Ekonomi

Klien yang terdapat di Griya Asih Lawang seluruhnya tidak

memiliki pekerjaan tetap, akan tetapi beberapa klien yang dapat membuat

rajutan seperti syal biasanya dijual kepada pengunjung. Dan sumber

pendanaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan klien berasal dari

dana bantuan dan swadya pribadi.

3.3.9. Rekreasi

Di Griya Asih Lawang tersedia sarana hiburan seperti alat musik,

televisi, peralatan olahraga.

3.4 DATA FOKUS

Faktor-faktor yang berhubungan

Korelasi dengan Masalah

Data fokus

Usia diatas 70 tahun

Riwayat keluarga

Aktivitas fisik yang

kurang

Kerusakan tulang

akibat kelelahan

fisik

Jenis kelamin

wanita

Kekurangan protein

dan kalsium

Obat kortikosteroid

Proses Penuaan (Aging

Proscess) menoupuse

Defisiensi vit D

penurunan aktivitas

Reabsorbsi tulang

meningkat

fraktur vertebrae

pergeseran fraktur

tulang

NYERI AKUT

DS:

Kelompok lansia

sebanyak 25% di RAAL

Griya Asih Lawang

mengatakan nyeri pada

bagian punggung tulang

belakang pinggang

setelah pasien bangun

tidur.

DO:

- Rata-rata skala nyeri

yang dirasakan lansia

adalah skala 4.

- Kualitas nyeri sangat

terasa nyeri dan dalam

- 25% tulang

belakangnya kifosis

- Grimace (+) tampak

meringgis kesakitan

Nama Kelompok Lansia : RAAL Griya Asih Lawang

Nama masalah : Nyeri Akut

Intoleransi

aktivitas

Penurunan

kekuatan otot

Keterbatasan

Kerusakan

integritas struktur

tulang

Gangguan

muskuloskeletal

Penurunan massa

otot

Proses Penuaan (Aging

Process)

Atrofi dan penurunan

jumlah serabut otot

(berangsur-angsur

digantikan jaringan

fibrosa)

Penurunan masa otot

kekuatan dan

pergerakan secara

keseluruhan.

Kelemahan secara

umum

HAMBATAN

MOBILITAS FISIK

DS :

kelompok lansia

sebanyak 25% lansia di

RAAL Griya Asih

Lawang mengatakan

kemampuan gerak cepat

menurun dan badan

terasa lemah.

DO :

lansia tampak

lemah

kekuatan otot

lemah dengan

skala ekstremitas

atas dan bawah 4

dapat melawan

tetapi dengan

hambatan ringan

sampai dengan

sedang.

lansia

menggunakan

alat bantu

berjalan walker,

tongkat

Nama Kelompok Lansia : RAAL Griya Asih Lawang

Nama masalah : Hambatan Mobilitas Fisik

usia diatas 65

tahun

riwayat jatuh

penggunaan alat

bantu (mis.,

walker, tongkat)

Penurunan

kekuatan

ekstremitas bawah

Kesulitan gaya

berjalan

Gangguan

keseimbangan

Gangguan

mobilitas fisik

Proses Penuaan (Aging

Process)

Osteoporosis

Gangguan

keseimbangan,

penurunan aktivitas dan

kekuatan otot

RESIKO JATUH

DS :

kelompok lansia

sebanyak 25% lansia di

RAAL Griya Asih

Lawang mengatakan

kalau berdiri

sempoyongan,

kemampuan gerak cepat

menurun.

DO :

Lansia tampak

membungkuk

(kifosis)

Lansia

menggunakan

alat bantu

(tongkat, walker)

untuk

beraktivitas

sehari-hari

kekuaran

Nama Kelompok Lansia : RAAL Griya Asih Lawang

Nama masalah : Resiko Jatuh

3.5 FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK

LANSIA

No. Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut bd

fraktur vertebrae

(osteoporosis)

Setelah

diberikan

tindakan

keperawatan

selama 3x24

jam nyeri

klien

berkurang

a. Skala nyeri

berkurang

menjadi 0-1`

b. Grimace –

c.Mampu

mengontrol

nyeri

d. TTV

dalam batas

normal

TD:

systol:

100-130

Diastole:

60-90

Nadi=

80-100

RR= 16-

20

S= 36,5-

37,5

1. Monitor TTV

2. Lakukan pengkajian

nyeri padapada

punggung atau

menyebar pada

abdomen dan

pinggang,

karakteristik nyeri

dan kualitas nyeri

3. Observasi reaksi non

verbal dari

ketidaknyamanasn

4. Ajarkan pada klien

teknik nafas dalam

dan distraksi

5. Kontrol lingkungan

yang dapat

mempengaruhi nyeri

seperti suhu

ruangan,

pencahayaan, dan

kebisingan

6. Tingkatkan istirahat

yang adekuat

2. Hambatan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan

Setelah

diberikan

tindakan

keperawatan

a. Cara

berjalan

tidak

sempoyon

1. Monitor TTV

sebelum dan

sesudah latihan.

Lihat respon pasien

penurunan

kekuatan otot

selama 3x24

jam

diharapkan

klien mampu

melakukan

mobilitas

fisik sehari-

hari sesuai

dengan

kemampuann

ya dan secara

mandiri

gan

b. Meningkat

dalam

aktivitas

fisik

c. Memperg

unakan

alat bantu

mobilisasi

d. Mamapu

melakuka

n aktivitas

fisik

sehari-hari

e. TTV

dalam

batas

normal

saat latihan

2. Kaji kemampuan

pasien dalam

mobilisasi

3. Latih pasien dalam

pemenuhan

kebutuhan ADLs

secara mandiri

sesuai kemampuan

4. Dampingi dan bantu

pasien saat

mobilisasi dan bantu

penuhi kebutuhan

ADLs

5. Bantu klien untuk

menggunakan

tongkat saat berjalan

dan cegah terhadap

cedera

6. Ajarkan pasien

bagaimana

mengubah posisi

No. Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

3. Resiko jatuh

b/d penurunan

aktivitas dan

kekuatan otot

Setelah

diakukan asuhan

keperawatan

selama 24 jam

klien terhindar

dari jatuh/tidak

jatuh.

1. Dapat

meminimalkan

factor resiko

yang dapat

memicu jatuh

2. Keseimbangan

: kemampuan

Manajemen Lingkungan

a. ciptakan lingkungan

yang aman bagi

pasien

b. identifilasi kebutuhan

rasa aman bagi pasien

berdasarkan tingkat

untuk

mempertahank

an ekuilibrum.

fungsi fisik dan

kognitif dan riwayat

perilaku masa lalu

c. jauhkan lingkungan

yang mengancam

d. jauhkan objek yang

berbahaya dari

lingkungan

Mencegah Jatuh :

a. Kaji penyebab defisit

fisik pasien

b. Kaji karakteristik

lingkungan yang dapat

menyebabkan jatuh

c. Monitor gaya jalan

pasien, keseimbangan,

tingkat kelelahan

d. Berikan penerangan

yang cukup

3.6 FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN

No

Diagnosa

Tanggal Implementasi Tanda Tangan

1 16 Oktober

2015

1. Memonitor TTV

TD : 120/90 mmHg

N : 85x/m

S : 36,5°c

RR : 23x/m

2. Melakukan pengkajian nyeri pada

punggung atau pada abdomen dan

pinggang, karakteristik nyeri dan

kualitas nyeri

3. Mengobservasi reaksi non verbal dari

ketidaknyamanan

4. Mengajarkan klien teknik nafas dalam

dan distraksi

5. Mengontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri, seperti suhu

ruangan, pencahayaan, dan kebisingan

6. Menganjurkan untuk istirahat yang

cukup

17 Oktober 1. Memonitor TTV

TD : 110/70 mmHg

N : 88x/m

S : 36,8°c

RR : 20x/m

2. Melakukan pengkajian nyeri pada

punggung atau pada abdomen dan

pinggang, karakteristik nyeri dan

kualitas nyeri

3. Mengobservasi reaksi non verbal

4. Mengajarkan klien teknik nafas

dalam dan distraksi

5. Mengontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri, seperti suhu

ruangan, pencahayaan, dan

kebisingan

18 oktober

2015

1. Memonitor TTV

TD : 110/70 mmHg

N : 88x/m

S : 36,8°c

RR : 20x/m

2. Melakukan pengkajian nyeri pada

punggung atau pada abdomen dan

pinggang, karakteristik nyeri dan

kualitas nyeri

3. Mengontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri, seperti suhu

ruangan, pencahayaan, dan

kebisingan

No

Diagnosa

Tanggal Implementasi Tanda Tangan

2 16 Oktober

2015

1. Memonitor TTV

TD : 120/90 mmHg

N : 85x/m

S : 36,5°c

RR : 23x/m

2. Mengobservasi kemampuan pasien

dalam mobilisasi

3. Melatih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan ADLs secara mandiri

sesuai kemampuan

4. Mendampingi dan membantu pasien

saat mobilisasi dan memenuhi

kebutuhan ADLs

5. Membantu klien untuk menggunakan

tongkat saat berjalan dan cegah

terhadap cedera

6. Mengajarkan pasien bagaimana

mengubah posisi

17 oktober

2015

1. Memonitor TTV

TD : 110/70 mmHg

N : 88x/m

S : 36,8°c

RR : 20x/m

2. Mengobservasi kemampuan pasien

dalam mobilisasi

3. Melatih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan ADLs secara mandiri

sesuai kemampuan

4. Mendampingi dan membantu pasien

saat mobilisasi dan memenuhi

kebutuhan ADLs

Membantu klien untuk menggunakan

tongkat saat berjalan dan cegah

terhadap cedera

18 Oktober

2015

1. Memonitor TTV

TD : 110/70 mmHg

N : 88x/m

S : 36,8°c

RR : 20x/m

2. Melatih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan ADLs secara mandiri

sesuai kemampuan

3. Mendampingi dan membantu pasien

saat mobilisasi dan memenuhi

kebutuhan ADLs

Membantu klien untuk menggunakan

tongkat saat berjalan dan cegah

terhadap cedera

No

Diagnosa

Tanggal Implementasi Tanda Tangan

3. 16 Oktober

2015

Manajemen Lingkungan

a. menciptakan lingkungan yang aman bagi

pasien

b. mengidentifilasi kebutuhan rasa aman

bagi pasien berdasarkan tingkat fungsi

fisik dan kognitif dan riwayat perilaku

masa lalu

c. menjauhkan lingkungan yang

mengancam

d. menjauhkan objek yang berbahaya dari

lingkungan

Mencegah Jatuh :

a. mengkaji penyebab defisit fisik pasien

b. mengkaji karakteristik lingkungan yang

dapat menyebabkan jatuh

c. memonitor gaya jalan pasien,

keseimbangan, tingkat kelelahan

d. memberikan penerangan yang cukup

17 oktober

2015

Manajemen Lingkungan

a. menciptakan lingkungan yang aman

bagi pasien

b. mengidentifilasi kebutuhan rasa aman

bagi pasien berdasarkan tingkat fungsi

fisik dan kognitif dan riwayat perilaku

masa lalu

c. menjauhkan objek yang berbahaya dari

lingkungan

Mencegah Jatuh :

a. mengkaji karakteristik lingkungan yang

dapat menyebabkan jatuh

b. memonitor gaya jalan pasien,

keseimbangan, tingkat kelelahan

c. memberikan penerangan yang cukup

18 oktober

2015

Manajemen Lingkungan

a. menciptakan lingkungan yang aman

bagi pasien

b. mengidentifilasi kebutuhan rasa aman

bagi pasien berdasarkan tingkat fungsi

fisik dan kognitif dan riwayat perilaku

masa lalu

c. menjauhkan objek yang berbahaya dari

lingkungan

Mencegah Jatuh :

a. memonitor gaya jalan pasien,

keseimbangan, tingkat kelelahan

b. memberikan penerangan yang cukup

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. 2000 . Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,Edisi

ke-6. Jakarta:EGC

Gunawan S, Nardho, Dr, MPH. 1995. Upaya Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta:

Dep Kes

Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta:EGC

Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi. Edisi ke-2.

Jakarta:EGC.

Watson, Roger. 2003. Perawatan Lansia, Edisi ke-3. Jakarta:EGC.