7/30/2019 Kedkel sk 3
1/19
Hudania Addina 11020081
16
I. Memahami dan menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan di klinik kedokteran
keluarga
1. Sumber-sumber dana pada klinik kedokteran keluarga
Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun secara garis
besar berasal dari :
a) Bersumber dari anggaran pemerintah. Pada sistem ini, biaya
dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya
ditanggung oleh pemerintah. Untuk negara yang kondisi
keuangannya belum baik, sistem ini sulit dilaksanakan
karena memerlukan dana yang sangat besar.
b) Bersumber dari anggaran masyarakat. Dapat berasla dari
individu ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan
agar masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri
dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini
memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan
fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi
disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau
penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatantersebut.
c) Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri. Sumber
pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan
penyakit-penyakit tertentu sering diperoleh dari bantuan
biaya pihak lain, misalnya dari organisasi sosial ataupun
pemerintah negara lain. misalnya untuk penanganan HIV
dan virus H5N1.
d) Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat. Sistem inibanyak diambil oleh negara-negara di dunia karena dapar
mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada
sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya
biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh
pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan
bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta masyarakat
dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan dengan
mengeluarkan biaya tambahan.
2. Mekanisme Pembayaran
1
7/30/2019 Kedkel sk 3
2/19
Hudania Addina 11020081
16
Penyelenggaraan Subsistem Pembiayaan Kesehatan mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara
berdaya-guna, adil dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan
akuntabilitas
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan
yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajibmaupun sukarela, yang dilaksanakan secara bertahap
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan melalui
penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal: dana sehat)
atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana sosial
keagamaan) untuk kepentingan kesehatan
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan pembiayaan
kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Namun
untuk pemerataan pelayanan kesehatan, Pemerintah menyediakan danaperimbangan (maching grant) bagi daerah yang kurang mampu
3. Jenis sistem pembiayaan
Jenis pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan antara lain :
1. Penataan Terpadu (managed care)
Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan pelayanan
kesehatan. Pada saat ini penataan terpadu telah banyak dilakukan di
masyarakat dengan program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat atau
JPKM. Managed care membuat biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan
bisa lebih efisien.
Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat berhasil baik,
antara lain:
a. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan harus sadarbahwa kesehatannya merupakan tanggung jawab masing-masing atau
2
7/30/2019 Kedkel sk 3
3/19
Hudania Addina 11020081
16
tanggung jawab individu. Perusahaan akan membantu upaya untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
b. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care menganut sistem
rujukan.
c. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas berobat,
misalnya obat yang digunakan adalah obat generik kecuali bila keadaan
tertentu memerlukan life saving.
d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan
2. Sistem reimbursement
Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for services. Sistem
ini memungkinkan terjadinya over utilization. Penyelewengan biaya kesehatan
yang dikeluarkan pun dapat terjadi akibat pemalsuan identitas dan jenis
layanan oleh karyawan maupun provider layanan kesehatan.
3. Asuransi
Perusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya
melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya. Dianjurkan agar asuransi
yang diambil adalah asuransi kesehatan yang mencakup seluruh jenis
pelayanan kesehatan (comprehensive), yaitu kuratif dan preventif. Asuransi
tersebut menanggung seluruh biaya kesehatan, atau group health insurance
(namun kepada pekerja dianjurkan agar tidak berobat secara berlebihan).
4. Pemberian Tunjangan Kesehatan
Perusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan tunjangan
kesehatan atau memberikan biaya kesehatan kepada pegawainya dalam bentuk
uang. Sakit maupun tidak sakit tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini
digunakan untuk mengikuti asuransi kesehatan (family health insurance).
Tujuannya adalah menghindari pembelanjaan biaya kesehatan untuk
kepentingan lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman beralkohol, dan
hal hal lain yang malah merugikan kesehatannya.
3
7/30/2019 Kedkel sk 3
4/19
Hudania Addina 11020081
16
5. Rumah Sakit Perusahaan
Perusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan lebih diuntungkan
apabila mengusahakan suatu rumah sakit untuk keperluan pegawainya dan
keluarga pegawai yang ditanggungnya. Menyangkut kesehatan pegawainya,
rumah sakit perusahaan harus menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih
lengkap, dan perlu dievaluasi secara periodik. Perlu diingatkan bahwa
pelayanan kesehatan yang didapat dari rumah sakit perusahaan diupayakan
bisa lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh rumah sakit lain. Dengan
demikian, pegawai perusahaan yang dirawat akan merasa puas dan bangga
terhadap fasilitas yang disediakan. Rasa senang menerima fasilitas kesehatan
ini akan membuahkan semangat bekerja untuk membalas jasa perusahaan
yang dinikmatinya.
Secara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan yang berkembang di
Indonesia :
Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)
Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah
sebuah pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata
diberikan berdasarkan status sosial mayarakat sehingga semua lapisan
berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.
Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan prinsip :
a) Keikutsertaan bersifat wajib
b) Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
c) Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatan
d) Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji pokok PNS
e) Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh
pemberi kerja dan tenaga kerja
f) Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan
pada resiko kelompok
g) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal
h) Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat menyeluruh
i) Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong
berkembangnya asuransi kesehatan sosial di Indonesia
Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan. Di Indonesia, asuransi
kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun dikelola oleh PT. Askes
Asuransi Kehatan Komersial Perorangan (Private Voluntary Health
Insurance)
4
7/30/2019 Kedkel sk 3
5/19
Hudania Addina 11020081
16
Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di Indonesia, dapat
dibeli preminya baik oleh individu maupun segmen masyarakat kelas
menengah ke atas.
Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai prinsip kerja
sebagai berikut :
a) Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela
b) Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasar jenis
tanggungan yang dipilih
c) Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan oleh faktor
usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan
d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
e) Santunan diberikan sesuai kontrakf) Peranan pemerintah relatif kecil
Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh Lipo Life, BNI Life,
Tugu mandiri dan sebagainya
Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok(Regulated Voluntary Health Insurance)
Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
a) Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok
b) Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut
c) Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok
masyarakat
d) Santunan diberikan sesuai kontrak
e) Tidak diperlukan pemeriksaan awal
f) Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat undang-undang
Di Indonesia, asuransi kesehatan sukarela juga dikelola oleh PT. Askes
4. Tujuan pembiayaan kesehatan
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-
guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:
a) Mengupayakan kucukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pafa tingkat pusat
dan daerah
5
7/30/2019 Kedkel sk 3
6/19
Hudania Addina 11020081
16
b) Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan hambatan pembiayaan
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin dan rentan melalui
pengembangan jaminan
c) Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan
II. Memahami dan menjelaskan sistem pembiayaan kesehatan dalam syariah Islam
Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan (al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan
dalam setiap perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli)
yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu
sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai sharing of risk,
sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan kepada kita untuk taawun
(tolong menolong) yang berbentukal birri wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan
melarang taawun dalam bentukal itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan).
Firman Allah dalam surat al-Baqarah 188, 'Dan janganlah kalian memakan harta di
antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan
harta itu kepada hakim yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian harta
orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu." Hadist Nabi Muhammad SAW,
"Mukmin terhadap mukmin yang lain seperti suatu bangunan memperkuat satu sama
lain,"Dan "Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti
satu badan. Apabila satu anggota badan menderita sakit, maka seluruh badan
merasakannya.
Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of riskyaitu pemindahan
risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/penanggung sehingga terjadi pulatransfer of fundyaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai
konsekwensi maka kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik
perusahaan ausransi.
Dalam pandangan Islam, orang sakit adalah orang yang tengah menderita. Ia
memerlukan pertolongan. Sehingga orang sakit bukanlah obyek ekonomi, yang boleh
beramai-ramai dijadikan sapi perahan oleh para investor di bidang kesehatan demi
keuntungan material sebagaimana yang diajarkan kapitalisme. Bila cara ini dibiarkan,apalagi dengan sistem pasar bebas, maka obat, pemeriksaan dan perawatan kesehatan
6
7/30/2019 Kedkel sk 3
7/19
Hudania Addina 11020081
16
akan berkembang menjadi komoditas yang harganya akan mengikuti hukum supply
(penawaran) and demand (permintaan) . Karena permintaannya cenderung naik,
maka harga obat dan pelayanan kesehatan tersebut cenderung naik pula, Itulah yang
terjadi kini. Kalau kita bercermin bagaimana pandangan Islam dalam bidang
kesehatan, sangatlah jauh dari keadaan yang kita rasakan saat ini. Penyelenggaraan
kesehatan dalam pandangan Islam termasuk pengertian riayatus suun(pelayanan
umum) yang wajib dilakukan oleh negara atas seluruh rakyatnya, baik muslim
maupun non muslim, kaya ataupun miskin. Seluruh biaya yang diperlukan secara
wajib di tanggung oleh Baitul Mal (kas negara). Adapun peran non-pemerintah
(swasta) dalam pembiayaan kesehatan bukanlah hal yang utama.
Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu. Nabi saw
Bersabda : Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung jawab atas
rakyatnya ( HR al-Bukhari). Tidak terpenuhinya atau terjaminnya kesehatan dan
pengobatan akan mendatangkan dharar bagi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan
layanan kesehatan menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara (Khilafah).
Khilafah wajib membangun berbagai rumah sakit, klinik, laboratorium medis, apotik ,
pusat dan lembaga litbang kesehatan, sekolah kedokteran , apoteker, perawat, bidan
dan sekolah lainnya yang menghasilkan tenaga medis, serta berbagai sarana prasarana
kesehatan dan pengobatan lainnya.
Semua pelayanan kesehatan dan pengobatan harus dikelola sesuai dengan aturan
syariah. Juga harus memperhatikan faktor ihsan dalam pelayanan yaitu wajib
memenuhi 3 (tiga) prinsip baku yang berlaku umum untuk setiap pelayanan
masyarakat dalam sistem Islam: pertama, sederhana dalam peraturan (tidak berbelit-
belit). Kedua, cepat dalam pelayanan. Ketiga, profesional dalam pelayanan, yakni
dikerjakan oleh orang yang kompeten dan amanah. Wallahu alam bi ash-shawab
Pengertian Asuransi Syariah
Pengertian Asuransi Syariah berdasarkan Dewan Syarah Nasioanl (DSN) dan Majelis
Ulama Indonesia (MUI) adalah sebuah usaha saling melindungi dan tolong menolong
diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan /atau tabarru yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang
sesuai dengan syariah.
7
7/30/2019 Kedkel sk 3
8/19
Hudania Addina 11020081
16
Asuransi syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta mendonasikan sebagian
atau seluruh kontribusi/ premi yang mereka bayar untuk digunakan membayar klaim
atas musibah yang dialami oleh sebagian peserta.
Proses hubungan peserta dan perusahaan dalam mekanisme pertanggungan pada
asuransi syariah adalah sharing of risk atau saling menanggung resiko. Apabila
terjadi musibah, maka semua peserta asuransi syariah saling menanggung. Dengan
demikian, tidak terjadi transfer resiko ( transfer of risk atau memindahkan resiko )
dari peserta ke perusahaan seperti pada asuransi konvensional.
Peranan perusahaan asuransi pada asuransi syariah terbatas hanya sebagai pemegang
amanah dalam mengelola dan menginvestasikan dana dari kontribusi peserta.
Jadi pada asuransi syariah, perusahaan hanya bertindak sebagai pengelola operasional
saja, bukan sebagai penanggung seperti pada asuransi konvensional.
Tabarru
Definisi tabarru adalah sumbangan atau derma ( dalam definisi Isalam adalah Hibah).
Sumbangan atau derma (Hibah) atau dana kebajikan ini diberikan dan diikhlaskan
oleh peserta asuransi syariah jika sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar
klaim atau manfaat asuransi lainnya.
Dengan adanya dana tabarru dari para peserta asuransi syariah ini maka semua dana
untuk menanggung resiko dihimpun oleh para pesrta sendiri. Dengan demikian
kontrak polis pada asuransi syariah menempatkan peserta sebagai pihak yang
menanggung resiko, bukan perusahaan asuransi, seperti pada asuransi konvensional.
Oleh karena dana-dana yang terhimpun dan digunakan dari dan oleh peserta tersebut
harus dikelola secara baik dari segi administratif maupun investasinya, untuk itu
peserta membarikan kuasa kepada perusahaan asuransi untuk bertindak sebagai
operator yang bertugas mengelola dana-dana tersebut secara baik.
8
http://alwayslistening.info/asuransi-syariah/http://alwayslistening.info/asuransi-syariah/7/30/2019 Kedkel sk 3
9/19
Hudania Addina 11020081
16
Jadi jelas disini bahwa posisi perusahaan asuransi syariah hanyalah sebagai pengelola
atau operator saja dan BUKAN sebagai pemilik dana. Sebagai pengelola atau
operator, fungsi perusahaan asuransi hanya MENGELOLA dana peserta saja, dan
pengelola tidak boleh menggunakan dana-dana tersebut jika tidak ada kuasa dari
peserta.
Dengan demikian maka unsur ketidakjelasan (Gharar) dan untung-untungan (Maysir)
pun akan hilang karena :
1. Posisi peserta sebagai pemilik dana menjadi lebih dominan
dibandingkan dengan posisi perusahaan yang hanya sebagai
pengelola dana peserta saja.
2. Peserta akan memperoleh pembagian keuntungan dari dana
tabarru yang terkumpul.
Hal ini tentunya sangan berbeda dengan asuransi konvensional (non syariah)
dimana pemegang polis tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah premi yang
berhasil dikumpulkan oleh perusahaan, apakah jumlahnya lebih besar atau lebih kecil
dari pada pembayaran klaim yang diakukan, karena di sini perusahaan, sebagai
penanggung, bebas menggunakan dan menginvestasikan dananya kemana saja.
III. Memahami dan menjelaskan peran dokter keluarga dengan mitra kerjanya
1. Peran dokter keluarga
Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna
penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan
Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat
Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit
Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya
Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi
Menangani penyakit akut dan kronik
Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS
Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di
RS
9
http://alwayslistening.info/asuransi-syariah/http://alwayslistening.info/asuransi-syariah/7/30/2019 Kedkel sk 3
10/19
Hudania Addina 11020081
16
Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan
Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya
Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien
Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar
Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu
kedokteran keluarga secara khusus
2. Hubungan kerjasama antara dokter keluarga dengan mitra kerjanya
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Berdasarkan kamus Heritage Amerika
(2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan
pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan
bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terlibat memandang
aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut
dan keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan. American Medical
Assosiation (AMA), 1994, Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui danmenghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan
masyarakat.
Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome
yang lebih baik bagi pasien dalam mencapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas
hidup. Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama
dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk
menggambarkan hubungan perawat dan dokter.
Anggota Tim interdisiplin
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang mempunyai
aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi
adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik.
Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi,
manajer, dan apoteker. Dimana fungsinya adalah :
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
10
7/30/2019 Kedkel sk 3
11/19
Hudania Addina 11020081
16
Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain.
Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti
pemberian obat dan pembedahan.
Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung
jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim. Mereka sering berkonsultasi dengan
anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan. Kolaborasi
menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai
tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama,
asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan kordinasi.
Sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan diselenggarakan oleh tim kesehatan
yang bekerja sama mewujudkan pelayanan yang berumutu. Setiap komponen sistem
mempunyai tugas masing-masng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh sesuai dengan
tatanan yang berlaku.
Bidan dan perawat membantu dokter di klinik misalnya, memberikan obat kepada
pasien d ibawah tanggung-jawab dokter. Jadi bidan dan perawat tidak memberikan
obat tanpa persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan perintah tertulis
di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat dibenarkan
mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas atau belum
dicantumkan
Dokter keluiarga yang sebenarnya dokter praktik umum dibenarkan mengingatkan
dan diharuskan bertanya langsung kepada dokter spesialis yang dikonsuli atau
dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau berbeda pendapat
Komponen system yang lain termasuk masyarakat pasien dibenarkan dan bahkan
diharuskan saling kontrol saling mengingatkan agat tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
Komunikasi dokter Profesi lain :
Kolaborasi dokter perawat
Komunikasi dokter-Apoteker
Kolaborasi Prinsip : Perencanaan
Pengambilan keputusan bersama
11
7/30/2019 Kedkel sk 3
12/19
Hudania Addina 11020081
16
Berbagi saran / ide
Kebersamaan
Tanggung gugat
Pendekatan Praktik Hirarkis
Dokter Registerd nurse Pemberi pelayanan lain Pasien
Menekankan komunikasi satu arah
Kontak Dokter dengan pasien terbatas
Dokter merupakan tokoh yang dominan
Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, sepert IGD
Pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktik dokter di Indonesia
Model kolaboratif tipe II :
Lebih berpusat pada pasien
Semua pemberi pelayanan harus bekerjasama
Ada kerja sama dengan pasien
Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus
Hubungan dokter-Apoteker
12
PASIE
7/30/2019 Kedkel sk 3
13/19
Hudania Addina 11020081
16
McDonough dan Doucette (2001) mengusulkan satu model untuk Hubungan Kerja
Kolaboratif antara Dokter dan Apoteker (Pharmacist-Phycisian Collaborative Working
Relationship. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan ini antara lain
disebutkan:
a. Karakteristik partisipan. Yang termasuk karakteristik partisipan adalah faktor
demografi seperti pendidikan dan usia. Contohnya, dokter muda yang sejak awal
dididik untuk dapat bekerja sama dalam tim interdisipliner mungkin akan lebih mudah
menerima konsep hubungan dokter-Apoteker.
b. Karakteristik konteks. Yang dimaksud adalah kondisi pasien, tipe praktek (apakah
tunggal atau bersama), kedekatan jarak praktek, banyaknya interaksi, akan
menentukan seberapa intensif hubungan yang akan terjalin.
c. Karakteristik pertukaran. Yang termasuk di sini antara lain adalah: ketertarikan secara
profesional, komunikasi yang terbuka dan dua arah, kerjasama yang seimbang,
penilaian terhadap performance, konflik dan resolusinya. Semakin seimbang
pertukaran antara kedua belah pihak, akan memungkinkan hubungan kolaboratif yang
lebih baik.
3. Termasuk mitra kerja dokter
Mitra kerja dokter ialah Sesama dokter, perawat, bidan, petugas rumah sakit atau pun
puskesmas serta klinik, pasien dan petugas lainnya
IV. Memahami dan menjelaskan sistem rujukan
1. Definisi
Rujukan adalah penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan yang lain. Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab
secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal kefasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi
2. Jenis-jenis rujukan
Rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang
timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenangdan mampu
menangani secara rasional. Jenis rujukan medic antara lain:
13
7/30/2019 Kedkel sk 3
14/19
Hudania Addina 11020081
16
1. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan,
tindakan opertif dan lain lain.
2. Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lenih lengkap.
3. Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan setempat.
Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke
fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah
kesehatan yang sifatnyapencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional
3. Mekanisme rujukan
Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas
1) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui.
Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyaikewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan
kesediaan dan kemampuan penderita.
1. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya perlu diberikan informasi
tentang perlunya pendeerita segera dirujuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang ditunju melalui telepon atau radio
komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
3. Persiapan penderita
14
7/30/2019 Kedkel sk 3
15/19
Hudania Addina 11020081
16
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan umum
ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan, Surat rujukan harus dipersiapkan si=esuai
dengan format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan
sampai ke tempat rujukan.
Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang
tersedia untuk mengangkut penderita.
Tindak lanjut penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut, dilakukan tindakan
sesuai dengan saran yang diberikan.
2) Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka dilakukan
kunjungan rumah.
4. Masalah yang timbul dalam sistem rujukan
Karakteristik rujukan pada pelayanan dokter keluarga :
a. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab tidak bersifat total, hanya untuk masalah
penyakit yang sedang ditanggulangi saja. Sedangkan masalah penyakit lainnya atau
kesehatan pasein secara keseluruhan tetap ditangan dokter keluarga.
b. Pertimbangan untuk melakukan rujukan tidak hanya atas dasar keadaan penyakit
pasien tetapi keadaan sosial ekonomi keluarga secara keseluruhan.
c. Tujuan rujukan tidak hanya pada penyembuhan penyakit ataupun pemulihan
kesehatan tetapi juga peningkatan derajat kesehatan serta pencegahan penyakit.
V. Memahami dan menjelaskan Evidence Based Medicine
1. Definisi
Penerapan pendekatan dan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran
berdasarkan bukti-bukti ilmiah terbaik yang ada (Harden et al, 1999)
Merupakan keterpaduan antara (1) bukti-bukti ilmiah yang berasal dari studi yang
terpercaya (best research evidance); dengan (2) keahlian klinis (clinical expertice)
dan (3) nilai-nilai yang ada pada masyarakat (pasient value) (Sackett et al, 2000)
15
7/30/2019 Kedkel sk 3
16/19
Hudania Addina 11020081
16
Suatu sistem atau cara untuk menyaring semua data dan informasi dalam bidang
kesehatan. Sehingga seorang dokter hanya memperoleh informasi yang sahih dan
mutakhir untuk mengobati pasiennya (Wirjo, 2002)
2. Tujuan
Tujuan utama dari EBM adalah membantu proses pengambilan keputusan klinik, baik
untuk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapetik, maupun rehabilitatif yang didasarkan
pada bukti-bukti ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian maka salah satu syarat utama untuk memfasilitasi pengambilan
keputusan klinik yang evidence-based, adalah dengan menyediakan bukti-bukti ilmiah yang
relevan dengan masalah klinik yang dihadapi serta diutamakan yang berupa hasil meta-
analisis, review sistematik, dan randomised controlled trial (RCT).
Meta-analysis merupakan suatu metode yang melakukan analisis secara mendalam
terhadap suatu topic dari beberapa penelitian valid yang dijadikan satu sehingga menerupai
sebuah penelitian besar.
Systematic Reviews dilakukan dengan melakukan review atas literature-literatur yang
berfokus pada suatu topic untuk menjawab suatu pertanyaan.literatur-literatur tersebut
dilakukan analisis dan hasilnya di rangkum.
Randomized controlled clinical trials atau yang disingkat RCT adalah suatu metode
penelitian yang mengunakan sample pasien sesungguhnya yang kemudian dibagi atas dua
grup yaitu grup control dan grup yang diberi perlakuan .Group control dan yang diberi
perlakuan sifatnya harus sama. Penggolongan pasien masuk ke group kontrol atau perlakuan
dilakukan secara acak (random) dan biasanya juga dengan cara blinding untuk mengurangi
kemungkinan subjectivity.Biasa digunakan untuk jurnal-jurnal jenis terapi.
Cohort Studies adalah suatu penelitian yang biasanya bersifat observasi yang diamati ke
depan terhadap dua kelompok (control dan perlakuan).
Case Control Studies adalah suatu penelitian yang membandingkan suatu golongan pasien
yang menderita penyakit tertentu dengan pasien tang tidak menderita penyakit tersebut.
Case series and Case reports adalah laporan kasus dari seorang pasien.
3. Langkah-langkah menemukan evidence
16
7/30/2019 Kedkel sk 3
17/19
Hudania Addina 11020081
16
Pasien. Mulailah dari pasien, bisa berupa : masalah klinis aopa yang dimiliki pasien
kita. Pertanyaan yang dikemukakan oleh pasien kita sehubungan dengan perawatan
penyakitnya
Pertanyaan. Masalah dari pasien
Sumber. Mulailah melakukan pencarian sumber junral melalui internet untuk
menjawab pertanyaan tersebut
Evaluasi. Evaluasi apakah jurnal yang kita peroleh cukup valid, penting dan bisa
diaplikasikan
Pasien. Aplikasikan temuan berdasarkan bukti ilmiah tersebut ke pasien denganmempertimbangkan kepentingan atau kebutuhan pasien dan kemampuan klinis dokter
Evaluasi. Evaluasi hasil perawatan pasien tersebut
4. Tingkatan / Level
Evidence based medicine dapat dipraktekkan pada berbagai srtuasi, khususnya jika timbul
keraguan dalam hal diagnosis, terapi, dan penatalaksanaan pasien. Adapun langkah-langkah
dalam EBM adalah sbb:
Langkah I : Memformulasikan pertanyaan ilmiah
Setiap saat seorang dokter menghadapi pasien tentu akan muncul pertanyaan-pertanyaan
ilmiah yang menyangkut beberapa hal seperti diagnosis penyakit, jenis terapi yang paling
tepat, faktor-faktor risiko, prognosis hingga upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah yang dijumpai pada pasien. Dalam situasi tersebut diperlukan kemampuan untuk
mensintesis dan menelaah beberapa permasalahan yang ada. Sebagai contoh, dalam skenario
1 disajikan suatu kasus dan bentuk kajiannya. Pertanyaan-pertanyaan yang mengawali EBM
selain dapat berkaitan dengan diagnosis, prognosis, terapi, dapat juga berkaitan dengan risiko
efek iatrogenik, quality of care, hingga ke ekonomi kesehatan (health economics). Idealnya
setiap issue yang muncul hendaknya bersifat spesifik, berkaitan dengan kondisi pasien saat
masuk, bentuk intervensi terapi yang mungkin dan outcome klinik yang dapat diharapkan.
Langkah II: Penelusuran informasi limiah untuk mencari evidence
Setelah formulasi permasalahan disusun, langkah selanjutnya adalah mencari dan
mencoba menemukan bukti-bukti ilmiah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Untuk ini diperlukan kemampuan penelusuran informasi ilmiah (searching skill)serta kemudahan akses ke sumber-sumber informasi. Penelusuran kepustakaan dapat
17
7/30/2019 Kedkel sk 3
18/19
Hudania Addina 11020081
16
dilakukan secara manual di perpustakaan-perpustakaan fakultas Kedokteran atau rumahsakit-
rumahsakit pendidikan dengan mencari judul-judul artikel yang berkaitan dengan
permasalahan yang ada dalam journal-journal. Pada saat ini terdapat tebih dari 25.000 journal
biomedik di seluruh dunia yang dapat di-akses secara manual melalui bentuk reprint. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, maka penelusuran kepustakaan dapat dilakukan melalui
internet dari perpustakaan, kantor-kantor, warnet-wamet (warung internet), bahkan di rumah,
dengan syarat memiliki komputer dan seperangkat modem serta saluran telepon untuk
mengakses internet.
Untuk electronic searching dapat digunakan Medline, yaitu CD Rom yang berisi judul-
judul artikel/publikasi disertai dengan abstrak atau ringkasan untuk masing-masing artikel.
Database yang terdapat dalam Medline CD-Rom ini memungkinkan kita melakukan
penelusuran (searching) artikel dengan cara memasukkan kata kunci (key words) yangrelevan dengan masalah klinik yang kita hadapi (misalnya pharyngitis, tonsilitis, dan
pneumonia).
Langkah III: Penelaahan terhadap bukti ilmiah (evidence) yang ada
Dalam tahap ini seorang klinisi atau praktisi dituntut untuk dapat melakukan penilaian
terhadap hasil-hasil studi yang ada. Tujuan utama dari penelaahan kritis ini adalah untuk
melihat apakah bukti-bukti yang disajikan valid dan bermanfaat secara klinik untuk
membantu proses pengambilan keputusan. Hal ini penting, mengingat dalam kenyataannya
tidak semua studi yang dipublikasikan melalui journal-journal internasional memenuhi
kriteria metodologi yang valid dan reliable. Untuk mampu melakukan penilian secara ilmiah
seorang klinisi atau praktisi harus memahami metode yang disebut dengan critical appraiser
atau penilaian kritis yang dikembangkan oleh para ahli dari Amerika Utara dan Inggris.
Critical appraisal ini dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan kunci untuk menjaring apakah
artikel-artikel yang kite peroteh memenuhi kriteria sebagai artikel yang dapat dkjunakan
untuk acuan.
Langkah IV: Penerapan hasil penelaahan ke dalam praktek
Dengan mengidentifikasi bukti-bukti ilmiah yang ada tersebut, seorang klinisi atau
praktisi dapat langsung menerapkannya pada pasien secara langsung atau melalui diskusi-
diskusi untuk menyusun suatu pedoman terapi. Berdasarkan inforrmasi yang ada maka dapat
saja pada Skenario 1 diputuskan untuk segera memulai terapi dengan warfarin. Ini tentu saja
didasarkan pada pertimbangan risiko dan manfaat (risk-benefit assessment) yang diperoleh
melalui penelusuran bukti-bukti ilmiah yang ada.
Dalam label 1 dipresentasikan derajat evidence, yaitu kategorisasi daiam menempatkan
evidence berdasarkan kekuataannya. Evidence level 1a misalnya, merupakan evidence yangdiperoleh dari meta-analisis terhadap berbagai uji klinik acak terkendali (randomised
18
7/30/2019 Kedkel sk 3
19/19
Hudania Addina 11020081
16
controlled trials). Evidence level 1a ini dianggap sebagai bukti ilmiah dengan derajat paling
tinggi yang layak untuk dipercaya.
skema tingkat kategori bukti
I. Bukti dari: meta-analysis dari randomized controlled trials atau paling sedikit satu
randomized controlled trial
II. Bukti dari: paling sedikit satu controlled study tanpa randomized atau paling sedikit
satu tipe lain dari quasi-experimental study
III. Bukti dari: non-experimental descriptive studies sepertiComperative studies,
correlation studies dan case-controlled studies
IV. Bukti dari :expert committee reports atau opinions and/or Clinical experience of
repeated authorities
19