Kedkel Dm Satya
-
Upload
silvana-hitipeuw -
Category
Documents
-
view
246 -
download
8
description
Transcript of Kedkel Dm Satya
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat ini epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian
terbesar di Indonesia, sedangkan epidemi penyakit menular juga belum tuntas, selain
itu semakin banyak pula penyakit infeksi baru dan timbulnya kembali penyakit
infeksi yang sudah lama menghilang. Sehingga Indonesia memiliki beban kesehatan
ganda yang berat. Berdasarkan studi epidemologi terbaru di Indonesia telah
memasuki epidemi diabetes mellitus tipe 2 (Konsensus Pengelolaan DM, 2011).
Diperkirakan masih banyak (sekitar 50%) penderita diabetes belum
terdiagnosis di Indonesia. Selain itu hanya dua pertiga saja yang terdiagnosa dan
menjalani pengobatan, baik non farmakologis maupun farmakologis. Dari yang
menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali dengan baik.
Mengingat bahwa diabetes akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, semua pihak, baik
masyarakat maupun pemerintah, seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan
diabetes, khususnya dalam upaya pencegahan (Konsensus Pengelolaan DM, 2011).
Diabetes Melitus (DM) pada saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan
yang berdampak pada produktivitas dan menurunkan mutu sumber daya manusia.
Penderita diabtes di seluruh dunia pada tahun 2025 berkisar 333 juta orang (5,4%).
Berdasarkan catatan organisasi kesehatan dunia tahun 1998, Indonesia menduduki
peringkat keenam dengan jumlah penderita diabetes terbanyak setelah India, Cina,
Rusia, Jepang, dan Brasil.1 Penderita DM di Indonesia semakin meningkat. Hal ini
dapat diketahui bahwa pada tahun 1995 terdapat lebih kurang 5 juta penderita DM di
Indonesia dengan peningkatan sekitar 230 ribu penderita setiap tahun, sehingga pada
2
tahun 2025 penderita diabetes di Indonesia diperkirakan akan mencapai 12 juta orang
(Zahtamal, 2007).
Peningkatan terjadi akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan
perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi sampai
berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini terjadi terutama pada kelompok usia dewasa
ke atas pada seluruh status sosial-ekonomi. Selain itu, peningkatan jumlah kasus DM
terjadi karena kurangnya tenaga kesehatan, peralatan pemantauan dan obat-obatan
tertentu, terutama di daerah terpencil serta belum ada keseragaman dalam mengelola
pasien DM oleh dokter di lini depan (Zahtamal, 2007).
2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien diabetes dan
keluarganya di Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari.
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus keluarga)
keluarga pasien diabetes.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan
pada pasien diabetes dan keluarganya.
3. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien diabetes dan keluarganya.
3. Manfaat
A. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan diabetes dengan pendekatan kedokteran keluarga.
3
B. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan
penatalaksanaan kepada pasien diabetes dilakukan secara holistik dan komprehensif
serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses perjalanan penyakitnya.
C. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluargamya bahwa keluarga juga
memiliki peranan yang cukup penting dalam pengawasan pasien
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
secara genetis dan klinis termasuk heterogen yang ditandai dengan karakteristik
hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (Sylvia A Price, 2005).
Menurut American Diabetes Assiciation (ADA) tahun 2010 diabetes mellitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Konsensus,
2011).
2. Epidemiologi
Prevalensi penyakit diabetes mellitus sangat tinggi. Diduga terdapat sekitar 16
juta kasus di Amerika Serikat dan dan setiap tahunnya didiagnosa 600.000 kasus
baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan
merupakan penyebab utana kebutaan pada orang dewasa akibat retinopati diabetic.
Penderita diabetes juga memiliki kesempatan 2,5 kali lebih sering terkena serangan
jantung dibandingkan dengan yang tidak menderita diabetes (Sylvia A Price, 2005).
Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena
penyakit vaskuler. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan ganggren adalah
komplikasi yang paling utama. Dampak ekonomi pada diabetes juga jelas terlihat
berakibat pada biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, selain konsekuensi
financial karena banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan penyakit vascular
(Sylvia A Price, 2005).
5
3. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi diabetes mellitus telah diperkenankan.
Menurut American Diabetes Assiciation (ADA) diabetes mellitus dapat
diklasifikasikan menjadi:
Tabel 1. Klasifikasi Etiologis Diabetes Mellitus
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin
absolute
1. Idiopatik
2. Autoimun
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang doniman resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai yang dominan defeksekresi
insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain 1. Defek genetic fungsi sel beta
2. Defek genetic kerja insulin
3. Penyakit eksokrin pancreas
4. Endokrinopati
5. Karena obat atau zat kimia
6. Infeksi
7. Sebab imunologi yang jarang sindrom genetic
lain terkait diabetes
Diabetes gestasional
Sumber: Konsensus Pengelolaan Diabetes, 2011
3. Patomekanisme
Diabetes mellitus (DM) dibagi menjadi beberapa tipe. Diabetes tipe I biasanya
menimbulkan gejala sebelum usia pasien 30 tahun, walaupun gejala dapat muncul
6
kapan saja. Pasien diabetes tipe I memerlukan insulin dari luar tubuhnya untuk
kelangsungan hidupnya. Diabetes tipe II biasanya dialami saat pasien berusia 30
tahun atau lebih, dan pasien tidak tergantung dengan insulin dari luar tubuh, kecuali
pada keadaan-keadaan tertentu. Tipe diabetes lainnya adalah diabetes gestasional,
yakni diabetes yang terjadi pada ibu hamil, yang disebabkan oleh gangguan toleransi
glukosa pada pasien tersebut (Kurnia, 2010).
Mekanisme timbulnya penyakit diabetes mellitus adalah sebagai berikut: Pada
kondisi normal, glukosa dalam tubuh yang berasal dari makanan, diserap ke dalam
aliran darah dan bergerak ke sel-sel di dalam tubuh. Glukosa tersebut kemudian
dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pengubahan glukosa dalam darah menjadi
energi dilakukan oleh hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas.
Hormon insulin juga berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam darah. Namun
apabila insulin yang tersedia jumlahnya terbatas dan atau tidak bekerja dengan
normal, maka sel-sel di dalam tubuh tidak terbuka dan glukosa akan terkumpul dalam
darah (Anonim, 2009).
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai
anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin
tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya glukosa akan
tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah
meningkat. Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber
energi di dalam sel. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu:
1. Rusaknya sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu, dll).
2. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
3. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer
(Anonim, 2009)
7
Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan ;
1. Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan pengeluaran
glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Karena
sebagian besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin,
timbul keadaan ironis, yakni terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi
defisiensi glukosa intrasel “kelaparan di lumbung padi”.
2. Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang difiltrasi
melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorpsi akanmenyebabkan
glukosa muncul pada urin, keadaan ini dinamakan glukosuria
3. Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O bersamanya.
Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering
berkemih).
4. Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi,
yang pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena
volume darah turun mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat
menyebabkan kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan
gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.
5. Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat
perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik.
Akibatnya timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme
kompensasi untuk mengatasi dehidrasi.
6. Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan “sel kelaparan” akibatnya nafsu makan
(appetite) meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan makanan yang
berlebihan)
7. Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis
trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar-
8
besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam
darah sebagian besar digunakan oleh sel (Anonim, 2009)
4. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.
1. Gejala Akut Penyakit Diabetes mellitus
Gejala penyakit diabtes dari satu penderita ke penderita lain bervariasi
bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Pada
permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli), yaitu:
1. Banyak makan (poliphagia).
2. Banyak minum (polidipsia).
3. Banyak kencing (poliuria).
Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:
1. Banyak minum.
2. Banyak kencing.
3. Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg
dalam waktu 2-4 minggu).
4. Mudah lelah.
5. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma
yang disebut dengan koma diabetic (Anonim, 2011).
2. Gejala Kronik Diabetes melitus
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah
sebagai berikut:
9
1. Kesemutan.
2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
3. Rasa tebal di kulit.
4. Kram.
5. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
6. Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
7. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
8. Kemampuan seksual menurun,bahkan impotensi (Anonim, 2011).
5. Diagnosis
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di
bawah ini:
1. Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
2. Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu:
1. Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma
sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
2. Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan,
mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan
untuk diagnosis DM.
10
3. Ketiga dengan TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif
dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun
memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan
dalam praktek sangat jarang dilakukan (IDI, 2009).
Kriteria diagnosis diabetes untuk dewasa tidak hamil yaitu apabila hasil
pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke
dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh:
1. TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan
glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L).
2. GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma
puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).
Tabel 2. Kriteria diagnosis DM
1. Gejala klasik DM + gula plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
Glokosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
Atau
2. Gejala klasik DM
+
Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tidak mendapat tambahan kalori sedikitnya 8 jam
Atau
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11,I mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standar WHO \, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air
Sumber: Konsensus pengelolaan Diabetes, 2011
11
6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan diabetes secara umum adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup penyandang diabetes. Dalam penatalaksanaannya terdapat pilar
penatalaksanaan diabetes, yaitu:
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi
5. Pengawasan glukosa dirumah
Pengelolaan diabetes dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan
atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara
tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi
metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan
cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan (IDI, 2009).
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan
cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan kadar
glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (Konsensus Pengelolaan
Diabetes, 2011).
Obat hipoglikemik oral (OHO) Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi
menjadi 4 golongan:
1. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid
12
2. Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
3. Penghambat glukoneogenesis (metformin)
4. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetik
4. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
5. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
6. Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
7. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
8. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
9. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
10. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Jenis dan lama kerja insulin :
1. Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
2. insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
3. insulin kerja pendek (short acting insulin)
4. insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
5. insulin kerja panjang (long acting insulin) (Konsensus Pengelolaan Diabetes,
2011)
13
1. Terapi kombinasi
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan
dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi
dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang
mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum
tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau
kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik di
mana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi tiga
OHO (IDI, 2009).
7. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori
mayor yaitu komplikasi metabolic akut dan komplikasi metabolic vascular jangka
panjang. Komplikasi metabolic akut yang paling serius pada diabetes tipe satu yaitu:
ketoasidosis diabetic, hiperosmolar non ketotik dan hipoglikemia (Sylvia Price,
2005).
Komplikasi vascular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh-
pembuluh darah kecil (mikroangiopati) serta pembuluh darah sedang dan besar
(makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang
kapiler dan arteliola mata (retinopati diabetic), glomerulus ginjal (nefropati diabetic),
dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetic) (Sylvia Price, 2005).
14
BAB III
KUNJUNGAN RUMAH
Tanggal kunjungan rumah : 2 Mei 2015
Tempat : Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Johanna
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Toraja
Alamat : Kelurahan Lapulu RT/RW
Tabel 3. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah
No.Nama
anggota
Umur
L/P
Hubungan
keluarga
Pendidikan/
pekerjaanKeadaan fisik
1. Tn. Yunus L/51 Tahun KK S1/ PNS Sehat
2. Ny. Johanna P/48 Tahun Istri SMA/ IRT DM
3. Tn. Felix L/26 Tahun Anak SMA/wiraswasta Sehat
4. Tn. Frans L/24 Tahun Anak SMA/
wiraswasta Sehat
5. Nn. Maissy P/22 Tahun Anak SMA/ Pelajar Sehat
15
6. Nn. Mita P/17 Tahun Anak Pelajar Sehat
Sumber: Data Primer
Gambar 1. Genogram keluarga
Keterangan:
Laki-laki
Perempuan
SUAMI PASIEN
Perempuan penderita diabetes
Laki-laki penderita TBC
Perempuan meninggal
Laki-laki meninggal
Perempuan penderita jantung
16
2. Anamnesis
Keluhan Utama: sering terbangun untuk buang air kecil pada malam hari
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Awalnya sekitar 4 tahun yang lalu pasien mengeluh sering terbangun pada
malam hari untuk buang air kecil. Setiap malam pasien buang air kecil ± 5 kali.
Pasien juga merasakan badannya makin kurus yang pasien sadari ketika merasa
pakaiannya bertambah longgar. Pasien juga merasa gatal pada seluruh badannya dan
sering merasa haus. Kemudian atas usulan dari tetangganya maka pasien melakukan
pemeriksaan gula darah pada salah satu mahasiswa kesehatan di dekat rumahnya.
Dari hasil pemeriksaan diperoleh gula darah sewaktu pasien ±400 mg/dl. Pasien
kemudian berobat ke tabib dan diberikan ramuan dari tumbuh-tumbuhan. Namun pola
makan pasien masih jelek (pasien sering makan kue-kue dan minum teh manis bila
ikut arisan) sehingga keluhannya bertambah yaitu pasien merasakan pandangannya
mulai kabur. Kemudian pasien memeriksakan diri kembali ke dokter penyakit dalam
dan hasilnya gula darah puasa pasien sekitar 500 mg/dl. Sejak saat itu pasien mulai
mengatur pola makannya, pola hidupnya dan mengkonsumsi obat penurun gula yang
dikombinasikan dengan ramuan herbal dari tabib.
2. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien sudah mengalami penyakit gula sejak 4 tahun yang lalu. sebelumnya
pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama.
3. Riwayat Kebiasaan Pasien
1. Sebelum sakit gula pasien bekerja sebagai pembuat kue
2. Pasien juga rajin mengikuti kegiatan di Gereja
3. Pasien suka mengkonsumsi kue-kue manis dan meminum teh manis setiap
harinya.
17
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
yang dialami pasien. Kedua orang tua pasien telah meninggal namun bukan karena
penyakit gula. Ayah pasien meninggal karena sakit kanker dan ibunya meninggal
karena jantung. Sedangkan saudara-saudara pasien masih sehat.
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit ringan
Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekwensi nadi : 91x/menit
Frekwensi napas : 20 x/menit
Suhu : 36,8 oC
Berat badan : 61 Kg
Kepala : Normosefal, rambut panjang berwarna hitam
Kulit : Kesan normal
Mata : konjungtiva anemis-/- , sclera ikterus -/-
Telinga : Kedua telinga tidak tampak sekret
Hidung : Deviasi septum (-), secret (-)
Mulut : Somatitis (-), lidah kotor (-), Sianosis (-)
Tenggorok : Hiperemis (-)
Tonsil : T1-T1 hiperemis (-)
Leher : KGB tidak membesar
18
Thorax :
Pulmo
Inspeksi : Dada simetris kira = kanan, retraksi (-),
Palpasi : Sela iga kiri=kanan, vocal premitus normal kiri = kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : BP : Bronkovasikuler BT : Rh-/- Wh : -/-
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Pekak
Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra
Batas kanan pada linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni regular
Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus kesan normal
Genito Urinaria: Dalam batas normal
Ekstremitas :
Edema : Tidak ada udema
Akral dingin : Tidak
19
Cap refill : Normal
Pemeriksaan Kelenjar Limfe
Leher; Kanan : Normal Kiri : Normal
Axilla Kanan : Normal Kiri : Normal
Inguinal Kanan : Normal Kiri : Normal
6. Pemeriksaan Penunjang yang Diperlukan
1. Glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial
2. A1C
3. Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida)
4. Kreatinin serum
5. Albuminuria
6. Keton, sedimen dan protein dalam urin
7. Elektrokardiogram
8. Rontgen dada
7. Alasan Mengapa Diperlukan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium bagi penderita DM diperlukan untuk menegakkan
diagnosis serta memonitor terapi dan timbulnya komplikasi spesifik akibat
penyakit. Dengan demikian, perkembangan penyakit bisa dimonitor dan dapat
mencegah komplikas
8. Hasil Laboratorium
Pada saat melakukan kunjungan rumah dilakukan juga pemeriksaan gula darah.
Dimana sampel diambil dari pembuluh kapiler jari. Hasilnya 354 mg/dl
9. Diagnose Kerja
Diabetes mellitus type 2
20
10. Penyelesaian Masalah yang Dihadapi
1. Menyarankan pasien untuk selalu memeriksakan diri ke petugas kesehatan
dan memeriksa gula darahnya.
2. Menyarankan pasien mengatur pola makan dan melakukan latihan jasmani
11. Kapan Menurut Anda Pasien Ini Perlu Dirujuk
Kasus DM yang tanpa disertai dengan penyulit dapat dikelola dengantuntas
oleh dokter umum. Apalagi kalau kemudian kadar glukosa darah ternyata dapat
terkendali baik dengan pengelolaan ditingkat pelayanan kesehatan primer.
Tentu saja harus ditekankan pentingnya tindak lanjut jangka panjang pada para
pasien tersebut.
Pasien yang potensial akan menderita penyulit DM perlu secara periodik
dikonsultasikan kepada dokter ahli terkait ataupun kepada tim pengelola DM
pada tingkat lebih tinggi di rumah sakit rujukan.
12. Penjelasan yang Disampaikan Kepada Pasien dan Keluarga Tentang
Penyakit yang Diderita
1. Menjelaskan tentang penyakit yang diserita pasien.
2. Menjelaskan bahwa penyakit pasien bisa saja diturunkan keanak-anak.
3. Menjelaskan bahwa penyakit pasien bisa diturunkan ke anak pasien sehingga
anak pasien juga harus berpola hidup sehat, mengatur pola makan dan rajin
melakukan latihan jasmani untuk tindakan pencegahan
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat terjadi serta gejala-gejalanya.
Sehingga pasien dapat langsung memeriksakan diri ke petugas kesehatan
bila timbul gejala
13. Penjelasan yang Anda Sampaikan tentang Peran Pasien dan Keluarganya
21
dalam Proses Penyembuhan Penyakit yang Diderita
Memberitahu keluarga pasien untuk selalu memberikan dukungan kepada
pasien
Memberi tahu kepada pasien bahwa pengobatan DM harus dikonsumsi selama
hidupnya
Memberikan pasien saran untuk mengatur pola makan dan melakukan latihan
jasmani
Member tahu pasien agar selalu memeriksakan gula darahnya secara rutin
sehingga perkembangan penyakit dapat diketahui
14. Penyuluhan yang Anda Lakukan Pada Pasien dan Keluarganya
1. Edukasi tentang DM.
2. Melakukan diet, latihan jasmani
3. Melakukan pola hidup sehat
15. Upaya Pencegahan Yang Anda Sampaikan Kepada Keluarga Pasien
1. Primer:
1. Edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa mencegah terjadinya penyakit
serta jauh lebih baik daripada mengobati.
2. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pola makan sehat dengan pola
tradisional serta jenis makanan yang mengandung karbohidrat rendah, lemak
rendah, rendah garam, serat tinggi atau pengaturan pola makan seimbang.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga agar rajin berolahraga minimal 2-3 kali
seminggu
4.Keluarga memiliki resiko untuk mendirita, maka dilakaukan skrinning untuk
anggota keluarga.
22
Sekunder:
1. Mencegah timbulnya komplikasi dengan memotivasi pasien untuk rajin
berobat dan kontrol ke pelayanan kesehatan
2. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang gejala, penatalaksanaan dan
pencegahan komplikasi.
Tersier:
1. Jika ada keluhan segera melakukan konstultasi ke pelayanan kesehatan
2. Melakukan penyuluhan kepada keluarga dan pasien yaitu di butuhkan kerja
sama antara anggota keluarga dan penderita untuk mengendalikan DM dari
komplikasi dan kecatatan.
3. Kegiatan yang Dilakukan Saat Kunjungan Rumah
Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis
holistik, melakukan pengobatan dan intervensi.
1. Perjalanan penyakit saat ini :
Awalnya sekitar 4 tahun yang lalu pasien mengeluh sering terbangun pada malam
hari untuk buang air kecil. Setiap malam pasien buang air kecil ± 5 kali. Pasien
juga merasakan badannya makin kurus yang pasien sadari ketika merasa
pakaiannya bertambah longgar. Pasien juga merasa gatal pada seluruh badannya
dan sering merasa haus. Kemudian atas usulan dari tetangganya maka pasien
melakukan pemeriksaan gula darah pada salah satu mahasiswa kesehatan di dekat
rumahnya. Dari hasil pemeriksaan diperoleh gula darah sewaktu pasien ±400
mg/dl. Pasien kemudian berobat ke tabib dan diberikan ramuan dari tumbuh-
tumbuhan. Namun pola makan pasien masih jelek (pasien sering makan kue-kue
dan minum teh manis bila ikut arisan) sehingga keluhannya bertambah yaitu
pasien merasakan pandangannya mulai kabur. Kemudian pasien memeriksakan
23
diri kembali ke dokter penyakit dalam dan hasilnya gula darah puasa pasien
sekitar 500 mg/dl. Sejak saat itu pasien mulai mengatur pola makannya, pola
hidupnya dan mengkonsumsi obat penurun gula yang dikombinasikan dengan
ramuan herbal dari tabib.
2. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang
dialami pasien. Kedua orang tua pasien telah meninggal namun bukan karena
penyakit gula. Ayah pasien mneinggal karena kanker dan ibunya meninggal karena
jantung. Sedangkan saudara-saudara pasien masih sehat.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien sudah mengalami penyakit gula sejak 4 tahun yang lalu. sebelumnyaa pasien
tidak pernah menderita penyakit yang sama.
4. Diagnosis Holistik
1. Aspek personal
Pasien berobat dengan harapan bisa sembuh dari penyakitnya. Pasien jarang
memeriksakan diri dan tidak mengkonsumsi obat secara rutin dan teratur
2. Aspek risiko internal
Faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien saat ini yaitu: umur, jenis
kelamin, diet yang tidak sehat
3. Aspek psikososial keluarga
1. Hubungan penderita dengan anggota keluarga lainnya baik. Suami dan anak
pasien sangat perhatian kepada pasien dan merawat pasien dengan baik
2. Hubungan pasien dengan tetangga juga baik. Tetangga sering datang
24
menjenguk pasien.
5. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Pencarian Pelayanan Kesehatan Dan
Perilaku
1. Sosial 1. Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang sekitar baik,
saling membantu jika ada kesulitan
2. Tidak ada masalah baik di rumah, maupun dengan tetangganya
2. Ekonomi
1. Pasien sudah tidak bekerja
2. Sehari-hari biaya kehidupan pasien berasal suaminya yang
bekerja di kebun kopra milik pribadi
3. Penghasilan suami Rp 4.000.000/bulan
3. Penggunaan
pelayanan
kesehatan
1. Jika salah satu keluarga pasien sakit maka pasien lebih sering ke
puskesmas dari pada rumah sakit.
2. Kurangnya pengetahuan tentang diabetes dan dampaknya.
4. Perilaku
yang tidak
menunjang
kesehatan
Pasien dan keluarganya jarang melakukan latihan jasmani
6. Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Kehidupan Keluarga
Faktor Keterangan Kesimpulan tentang faktor
25
pelayanan kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan
yang digunakan oleh
keluarga
Puskesmas dan Rumah sakit Memuaskan
Cara mencapai sarana
pelayanan kesehatan tsb
Menggunakan kendaraan
umum
Tarif pelayanan kesehatan
yang dirasakan
(sangat mahal,mahal,
terjangkau, murah, gratis)
Terjangkau karena
menggunakan BPJS
Kualitas pelayanan
kesehatan yang dirasakan
(sangat baik, baik, biasa,
kurang baik, buruk)
Baik
7. Lingkungan tempat tinggal
Kepemilikan rumah :
(milik sendiri, kontrak, menumpang.)
Daerah perumahan :
(kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,)
Milik sendiri
Padat, bersih
Karakteristik rumah dan lingkungan Kesimpulan tentang faktor lingkungan
tempat tinggal
Luas rumah : 20mx9m
Bertingkat / tidak Tidak bertingkat
Jumlah penghuni rumah : 7 orang
Kondisi halaman : bersih
Lantai rumah dari : Ubin
Dinding rumah dari : Tembok
26
Kondisi dalam rumah : Bersih
8. Intervensi pada Keluarga
Hari / Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA TINDAK
LANJUT.
Kunjungan
pertama,
Sabtu/ 2 Mei
2015
Edukasi pasien tentang diabetes Pengenalan tentang etiologi, gejala
klinis, patofisiologi dan manajemen penatalaksanaan dan
pencegahan. Metode edukasi yang diberikan berupa penyuluhan dan
diskusi dengan pasien.
Tindak lanjut,
Minggu/ 3 Mei
2015
1. Menyarankan pada pasien untuk kembali memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan dan mengkomsumsi obat yang diberikan
secara teratur
2. Mengatur pola makan
3. Melakukan latihan jasmani 3 kali seminggu
4. Istirahat yang cukup
BAB IV
PENUTUP
27
1. Simpulan
Adapun kesimpulan dari lapuran kunjungan rumah ini adalah:
1. Dari hasil kunjungan rumah tanggal 2 - 3 Mei 2014 diperoleh informasi pasien
perempuan usia 48 tahun di diagnosa menderita diabetes melitus tipe 2 sejak 4
tahun yang lalu.
2. Dari hasil kunjungan rumah maka didapatkan masalah yang terjadi pada keluarga
yaitu: pengetahuan pasien yang masih kurang tentang penyakit diabetes, pasien
tidak melakukan latihan jasmani, faktor resiko diabetes yang meningkat pada
anak-anak pasien, pasien jarang mengontrol gula darahnya, pasien melakukan
pemeriksaan hanya bila merasakan suatu gejala.
3. Semua fungsi keluarga terlaksana dengan baik
2. Saran
A. Saran kepada Mahasiswa
1. Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan
baik pada keluarga maupun lingkungannya.
2. Lebih sering berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam keluarga
untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh keluarga tersebut.
B. Saran kepada Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat
melalui penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif
kesehatan masyarakat khususnya penyakit yang tergolong berat seperti
diabetes.
C. Saran kepada Keluarga
28
Diharapkan agar keluarga pasien menjaga pola makan dan melakukan latihan
fisik untuk menghindari penyakit diabetes
D. Saran kepada Penderita
1. Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya,
sehingga mengurangi beban pikirannya.
2. Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya.
3. Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan masyarakat
terdekat.
4. Menyarankan pasien untuk melakukan fisioterapi agar fungsi mototrik dapat
membaik
DAFTAR PUSTAKA
29
Anonym. 2009. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22068/4/Chapter%20II.pdf.
(Diakses Tanggal 25 Agustus 2014)
Anonym. 2011. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31359/4/Chapter%20II.pdf
Tanggal: 25 Agustus 2014
Kurnia. 2010. Mekanisme Terjadinya Diabetes. Diunduh dari:
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/
2094446-mekanisme-terjadinya-diabetes/. Tanggal: 25 Agustus 2014
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2009. IPD’s CIM (Compendium Of
Indonesian Medicine). PT Medinfocomm: Jakarta
Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit . EGC: Jakarta
Tim konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.
2006. Diunduh dari:
http://www.pbpapdi.org/images/file_guidelines/12_Konsensus
%20Pengelolaaln%20dan%20Pencegahan%20Diabets%20Melitus%20Tipe
%202%20di%20Indonesia%202006.PDF. Tanggal: 25 Agustus 2014
Tim revisi konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
indonesia. 2011. Diunduh dari:
http://www.academia.edu/4053787/Revisi_final_KONSENSUS_DM_Tipe_2
_Indonesia_2011. Tanggal: 25 Agustus 2014
Zahtamal, fifia chandra, suyanto, tuti restuastuti. 2007. Faktor-Faktor Risiko Pasien
Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran Universitas Riau: Riau
LAMPIRAN
30