BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan masyarakat di
seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah;
terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi, Thailand
17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi
berkisar 6-15%.(1)
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi
(underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala ringan
bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat
merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung),
ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi disebut sebagai silent killer.(1)
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah disepakati Badan Kesehatan Dunia
(WHO), organisasi hipertensi International (ISH), maupun organisasi hipertensi regional,
termasuk Indonesia (InaSH).(1)
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa Menurut JNC VII
Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam keadaan
gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi “Krisis
1
Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang
ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang
dari 1 %.(1)
B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan Hipertensi
dengan pendekatan kedokteran keluarga.
C. MANFAAT
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran bagi dokter
muda agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung kepada pasien
dengan Hipertensi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Hipertensi berasal dari dua kata, hiper=tinggi dan tensi=tekanan darah, merupakan
penyakit yang sudah lama dikenal. Menurut American Society of Hypertension (ASH),
pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang
progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan.(2)
Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus
bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut
berlangsung lama dan menetap, timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan
darah tinggi.(2)
Adanya pemahaman yang keliru bahwa hipertensi bukan merupakan penyakit akan
tetapi merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah dengan pertambahan usia. Hal ini
menyebabkan penanganannya menjadi terlambat. Hipertensi yang dibiarkan tanpa
penanganan akan mengakibatkan komplikasi berupa penyakit jantung dan pembuluh
darah, stroke, gangguan fungsi ginjal, kerusakan mata dan kematian dini. Tekanan darah
yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.(2)
Tekanan jantung tidaklah sama setiap saat. Pada saat berolahraga atau beraktivitas
berat lainnya, atau pada keadaan yang emosional, selain detakannya tambah cepat,
kekuatan pompa tersebut juga bertambah melebihi angka rata-rata pada keadaan istirahat.
Untuk itu, sangat tidak dianjurkan mengukur tekanan darah sewaktu baru selesai
beraktivitas (lari, jalan jauh, naik/turun tangga dan lain-lain) atau dalam keadaan emosi
(marah, sedih, senang dan lain-lain). Angka 140/90 menurut WHO merupakan angka
paling tinggi yang bisa ditolerir jika diukur pada saat beristirahat (aktivitas normal). Di
atas angka tersebut itulah yang disebut Hipertensi atau keadaan Tekanan Darah Tinggi.(2)
3
Hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner yang kurang
diwaspadai karena bersifat asimtomatis. Banyak penderita yang mengabaikan perjalanan
lanjut hipertensi sehingga disebut juga pembunuh tersembunyi. Pengelolaan penyakit
hipertensi memerlukan pengetahuan tentang patogenesis dan karakteristik berbagai obat
hipertensi, mengingat pilihan obat harus disesuaikan dengan indikasi serta karakteristik
setiap individu.(2)
Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik muda maupun tua,
entah orang kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling
mematikan di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.(2)
Menurut WHO tekanan darah dianggap normal bila sistoliknya 120-140 mmHg dan
diastoliknya 80-90 mmHg sedangkan dikatakan Hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg
dan diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Batasan ini berlaku bagi orang
dewasa diatas 18 tahun.(2)
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi (tekanan darah sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg
yang membutuhkan penanganan segera.(2)
Berdasarkan keterlibatan organ target, krisis hipertensi dibagi menjadi dua kelompok
yaitu :
Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan
organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera,
dalam hitungan menit sampai jam.(2)
Hipertensi mendesak (urgency hypertension) : kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) tanpa kerusakan
organ target yang progresif atau minimal. Sehingga penurunan tekanan darah bisa
dilaksanakan lebih lambat, dalam hitung jam sampai hari.(2)
4
B. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:(2)
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stres Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin
angiotensin, efek dari ekskresi Na, obesitas, merokok dan stres.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil, gangguan endokrin dan lain-lain
(Anonim, 2010).
C. EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang, sekitar 80 persen penduduk negara mengidap hipertensi.
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh
dunia atau sekitar 13 % dari total kematian. The American Heart Association
memperkirakan tekanan darah tinggi mempengaruhi sekitar satu dari tiga orang dewasa
di Amerika Serikat yang berjumlah 73 juta orang. Tekanan darah tinggi juga
diperkirakan mempengaruhi sekitar dua juta remaja Amerika dan anak-anak. Hipertensi
jelas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.(3)
Di Indonesia terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi. Prevalensi
hipertensi yang tertinggi adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan
darah sistole 127,33 mmHg pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita 5
indonesia. Tekanan diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita.
Penelitian lain menyebutkan bahwa penyakit hipertensi terus mengalami kenaikan
insiden dan prevalensi, berkaitan erat dengan perubahan pola makan, penurunan aktivitas
fisik, kenaikan kejadian stres dan lain-lain.(3)
Di Indonesia berdasarkan hasil survei INA-MONICA (Multinational Monitoring
of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease) tahun 1988 angka hipertensi
mencapai 14,9%, jumlah penderita hipertensi terus meningkat hingga 16,9% pada survei
5 tahun kemudian. Gaya hidup modern telah membuat hipertensi menjadi masalah besar.
Di Indonesia saja prevalensi hipertensi cukup tinggi 7% sampai 22%. Bahkan
berdasarkan hasil penelitian, penderita akan berujung pada penyakit jantung 75%, stroke
15%, dan gagal ginjal 10%.(3)
Pasien hipertensi yang tercatat pada poli ginjal dan hipertensi RSHS Bandung
tahun 2007 sebanyak 4.000 orang dan tahun 2008 naik menjadi 4.100 orang. Dari 4.000
penderita hipertensi, sekitar 17 persen diantaranya juga menyumbang penyakit gagal
ginjal. Kejadian hipertensi tertinggi ada pada usia di atas 60 tahun dan terendah pada usia
di bawah 40 tahun.(3)
D. PATOFISIOLOGI
Jantung memompa darah melalui pembuluh darah arteri. Dari pembuluh darah
yang besar ke pembuluh darah yang kecil yang disebut arteriol. Arteriol membagi darah
ke pembuluh darah yang lebih kecil lagi yang disebut kapiler. Tugas kapiler-kapiler ini
adalah memberi organ-organ makanan dan oksigen. Darah akan kembali ke jantung
melalui pembuluh darah vena.(4)
Normalnya, pembuluh darah akan mengembang (menerima darah) dan mengecil
(meneruskan darah) melalui sistem persarafan yang kompleks. Namun peristiwa ini
sering kali tidak berjalan mulus. Banyak keadaan (Penyakit atau kelainan) yang bisa
membuat pembuluh darah tidak membesar atau tidak elastis lagi akibatnya akan terjadi
kekurangan darah pada organ tertentu. Jika suatu organ kekurangan oksigen dan sari
makanan, maka suatu proses umpan balik akan terjadi.(4)
Organ tersebut akan mengirim tanda ke otak bahwa membutuhkan darah lebih
banyak. Reaksinya adalah tekanan darah ditingkatkan sayangnya peningkatan tekanan
darah ini juga terjadi pada organ-organ lainnya yang tidak mengirim tanda tersebut. Dan
6
yang paling beresiko tinggi pada ginjal dan otak. Tekanan darah yang tinggi pada ginjal
dan otak mengakibatkan kerusakan kedua organ tersebut.(4)
Gambar 1. patofisiologi hipertensi
7
Hipertrofi
penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media
Bila sudah berjalan cukup lama
hiperplasi
maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi
Anoksia relatif
Besarnya curah jantung Tahanan perifer
Naiknya tonus otot polos pembuluh darah
Vasokontriksi arteriol
Diperkuat dengan adanya sclerosis koroner
Faktor keturunan
Faktor predisposisi
10% kasus90% kasus
Disebabkan oleh penyakit lainTidak diketahui penyebabnya
Ciri perseoranganKebiasaan hidup
Merokok, karena rangsangan sistem adrenergik dan meningkatkan tekanan
darah, minum alkohol, obat-obatan misal : epinefrin, prednison
Gambar 2. patofisiologi hipertensi
8
Hipertensi esensial Hipertensi sekunder
1. Konsumsi garam yang tinggi
2. Kegemukan atau makanan yang berlebihan
3. Stres dan ketegangan jiwa
4. Pengaruh lain
E. KLASIFIKASI
Tabel 2. klasifikasi hipertensi menurut WHO
KategoriSistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
Tekanan darah optimal < 120 < 80
Tekanan darah normal 120-129 80-84
Tekanan darah normal
tinggi
130-139 85-89
Hipertensi ringan 140-159 90-99
Hipertensi sedang 160-179 100-109
Hipertensi berat >180 > 110
Tabel 3. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII
Kategori Sistol (mmHg) Dan / atau Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Faktor utama dalam mengontrol tekanan arterial ialah output jantung dan tahanan
perifer total. Bila output jantung (curah jantung) meningkat, tekanan darah arterial akan
meningkat, kecuali jika pada waktu yang bersamaan tahanan perifer menurun. Tekanan
darah akan meninggi bila salah satu faktor yang menentukan tekanan darah mengalami
kenaikan.(4)
F. GEJALA
Hampir semua gangguan medis diikuti dengan tanda dan gejala. Namun hal ini
tidak berlaku untuk tekanan darah tinggi karena sebagian besar orang dengan tekanan
darah tinggi atau hipertensi tidak merasakan gejala sampai mereka mengukur tekanan
darahnya. Kondisi hipertensi tidak bisa dianggap remeh karena merupakan salah satu
9
faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit kardiovaskular. Penyebab
hipertensi umumnya sulit ditentukan dan keadaan ini biasanya berhubungan dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga. Karena itu, hipertensi seperti ini disebut hipertensi
esensial.(2)
Akan tetapi ada beberapa faktor yang berpengaruh pada hipertensi, yakni: faktor
usia, merokok, kegemukan atau obesitas, kurang aktivitas fisik, terlalu banyak
mengonsumsi garam, minum alkohol secara berlebihan, stres, kelainan pembuluh darah,
adanya gangguan ginjal seperti gagal ginjal, penyempitan arteri ginjal, dan sebagainya,
masalah tiroid, preeklamsia, suatu komplikasi kehamilan.(2)
Hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti sakit
kepala, jantung berdebar-debar, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, sering buang air
kecil terutama di malam hari, telinga berdenging, gelisah, pandangan menjadi kabur yang
terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal, kadang penderita
hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan
penanganan segera.(2)
Penyebab Hipertensi dapat dikategorikan menjadi 2 golongan besar:
a. Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
yang menempati bagian terbesar kasus yang ada (95%). Sedangkan faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, gangguan pengeluaran/eksresi
garam natrium, serta faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti kegemukan
(obesitas), alkohol, merokok dan lain-lain.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal/ginjal. penyebab spesifiknya diketahui
seperti penyakit ginjal, tekanan darah tinggi pembuluh darah ginjal, pengaruh
hormon (aldosteron, estrogen).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko timbulnya hipertensi faktor
keturunan pada 70-80% kasus hipertensi essensial, didapatkan riwayat hipertensi didalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan
hipertensi essensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.(2)
G. PEMERIKSAAN
10
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan,
mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung
kongestif, diseksi aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk
mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.
Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun
payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti
penyakit jantung koroner.
H. PENATALAKSANAAN
Secara umum, pengobatan hipertensi dapat dibedakan atas pendekatan
farmakologis yaitu dengan obat dan pendekatan non-farmakologis yaitu dengan
mengubah gaya hidup. Seseorang yang tidak menderita hipertensi, mempertahankan
gaya hidup sehat berpotensi dalam pencegahan hipertensi yang berkaitan dengan
bertambahnya usia. Sedangkan bagi seseorang yang menderita hipertensi, pendekatan
non-farmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan obat-obat
hipertensi.(5)
Hipertensi sebenarnya tidak dapat disembuhkan tapi harus selalu dikontrol atau
dikendalikan, karena hipertensi merupakan keadaan dimana pengaturan tekanan darah
tidak berfungsi sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh banyak faktor. Mengobati
hipertensi memang harus dimulai dengan modifikasi gaya hidup yang sehat, dan apabila
hal ini tidak berhasil maka mulai diberikan obat.(5)
Pengobatan hipertensi hampir selalu termasuk perubahan gaya hidup untuk
mengendalikan faktor-faktor risiko.(5)
1. Kurangi berat badan jika kegemukan
Kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi adalah mereka yang
gemuk. Jaringan yang berlemak memerlukan banyak darah untuk pemberian
zat-zat makanan. Kurangi asupan garam, baik dari garam dapur atau makanan
yang banyak mengandung garam seperti makanan yang diasinkan (ikan asin,
telur asin), makanan yang diawetkan (dendeng, abon), acar, makanan kaleng,
11
bumbu-bumbu (terasi, tauco, vetsin), dan makanan camilan yang banyak
mengandung garam (biskuit, roti, kue).
2. Ubah gaya hidup “malas”
Kehidupan saat ini mengharuskan kita untuk serba malas. Kurangnya
aktivitas olahraga cenderung mengakibatkan kegemukan dan juga bisa
meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Kegiatan olahraga dikatakan
bermakna jika bisa melakukan 20-40 menit perhari sekurang-kurangnya 3 kali
seminggu. Jalan kaki merupakan olahraga yang murah meriah namun jika bosan
bisa mengkombinasi dengan renang, fitness ataupun aktivitas permainan lainnya
seperti bulu tangkis, tenis meja atau bahkan berdansa.
3. Hindari merokok dan alkohol
Merokok dan alkohol merupakan sesuatu yang mutlak harus dihindari jika
seseorang sudah didiagnosis hipertensi. Minum alkohol bisa meningkatkan
tekanan darah dan juga jumlah kalori yang masuk jika seseorang sedang berdiet.
Alkohol adalah minuman yang kaya akan kalori yang mudah menyebabkan
kegemukan.
4. Kendalikan stress
Stress adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Stress bisa dikurangi
dengan cara berdoa, meditas, berolahraga, membaca buku/majalah,
mendengarkan musik atau menonton.
5. Kurangi konsumsi garam
Sebaiknya antara penderita dan non penderita dalam keluarga mengatur diet
yang berbeda. Jika sedang diet rendah garam, berhati-hatilah jika
mengkonsumsi makanan yang bisa dibeli/peroleh di luar rumah.
6. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran
Buah-buahan dan sayuran sangat baik untuk dikonsumsi. Selain mempunyai
fungsi menurunkan kolesterol, buah dan sayuran juga bermanfaat agar bisa
buang air besar secara teratur.
7. Olahraga/aktivitas fisik teratur, dan pilih olahraga yang tidak terlalu berat dan
dapat meningkatkan tekanan darah seperti joging, jalan kaki, berenang.
8. Minum obat antihipertensi secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, dengan
mempertimbangkan dosis, jangka waktu pengobatan, dan perhatikan efek
samping yang timbul selama pengobatan.
12
9. Lakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, dengan mengevaluasi
kemajuan pengobatan, disamping menghindari risiko-risiko terjadinya
komplikasi penyakit lainnya.
10. Konsultasikan segera ke dokter bila timbul penyakit penyerta lain seperti
jantung koroner, diabetes mellitus, gangguan ginjal dan lainnya (Karyadi,
2002).
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:(5)
Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes,
gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta
lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga
mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC 7:(5)
Diuretika, terutama jenis Thiazide atau Aldosteron Antagonist
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
Tabel 4. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 713
Klasifikasi
Tekanan
Darah
TDS
(mmHg)
TDD
(mmHg)
Perbaikan
Pola
Hidup
Terapi Obat Awal
Tanpa Indikasi
yang Memaksa
Dengan Indikasi
yang Memaksa
Normal < 120 dan < 80
atau 80
– 89
Dianjurkan
Perhipertensi 120 – 139 Ya Tidak indikasi
obat
Obat-obatan
untuk indikasi
yang memaksa
Hipertensi
derajat I
140 – 159 atau
90 – 99
Ya Diuretika jenis
Thiazide untuk
sebagian besar
kasus, dapat
dipertimbangkan
ACEI, ARB,
BB, CCB atau
kombinasi
Obat-obatan untuk
indikasi yang
memaksa
Obat antihipertensi
lain (diuretika,
ACEI, ARB, BB,
CCB) sesuai
kebutuhan
Hipertensi
derajat II
≥ 160 atau
≥ 100
Ya Kombinasi 2
obat untuk
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB
Algoritma penanggulangan hipertensi:(5)
14
Hipertensi tingkat I
Tekanan darah ≥ 140/90 - ≤ 159/99 mmHg
Nilai resiko kardiovaskular
Nilai kerusakan organ target
Nilai penyakit penyerta dan diabetes mellitus
Mulai usaha perubahan pola hidup
Koreksi fakor risiko kardiovaskular
Tanggulangi penyakit penyerta dan diabetes mellitus
Tentukan resiko total/absolut
Penanggulangan dengan obat
Gambar. 3 alur pengobatan hipertensi
Hipertensi tingkat 2
Tekanan darah ≥ 160/100 mmHg
15
Penanggulangan dengan obat
Nilai resiko kardiovaskular
Nilai kerusakan organ target
Nilai penyakit penyerta dan diabetes mellitus
Tambahkan usaha perubahan pola hidup
Koreksi resiko kardiovaskular
Tanggulangi penyakit penyerta dan diabetes mellitus
Gambar 4. Alur pengobatan Hipertensi
Algoritma penanggulangan hipertensi:
Modifikasi gaya hidup
Target tekanan darah tidak terpenuhi (< 140/90 mmHg)
Atau (< 130/80 mmHg pada pasien DM, penyakit ginjal kronik,
≥ 3 faktor risiko atau adanya penyakit penyerta tertentu)
Obat antihipertensi inisial
Dengan indikasi khusus Tanpa indikasi khusus
16
Target tekanan darah tidak terpenuhi
Optimalkan dosis obat atau berikan tambahan obat antihipertensi lain.
Pertimbangkan untuk konsultasi dengan dokter spesialis
Gambar 5. Alur penatalaksanaan hipertensi
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan
darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat
antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan
pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi
atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi.
Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan
darah belum mencapai target, maka selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut,
atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bias
dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian
besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah,
tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan
pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah.(5)
17
Obat-obatan untuk
indikasi khusus
tersebut ditambah
obat antihipertensi
(diuretic, ACEI, BB,
CCB)
Hipertensi tk I
(sistolik 140-159 mmHg atau diastolic 90-99 mmHg)
Diuretic gol tiazid. Dapat dipertimbangkan pemberian ACEI, BB, CCB atau kombinasi
Hipertensi tk II
(sistolik >160 mmHg atau diastolic > 100 mmHg)
Kombinasi dua obat.
Biasanya diuretic dengan ACEI atau BB atau CCB
I. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu:(5)
1. Kerusakan otak
Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak,
akibatnya darah tercecer dari daerah tertentu pada otak, sedangkan bagian lain dari
otak tidak mendapat aliran / supply darah yang cukup, sehingga bagian otak menjadi
rusak.
2. Kerusakan jantung
Tekanan darah tinggi menyebabkan pembesaran otot jantung, disebabkan jantung
bekerja lebih keras untuk mempompa darah.
3. Kerusakan ginjal
Tingginya tekanan darah akan membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan.
Akhirnya pembuluh darah menjadi rusak dan menyebabkan fungsi ginjal menurun.
Hingga bisa mengalami gagal ginjal.
4. Kerusakan mata
Tekanan darah tinggi menyebabkan tertekannya pembuluh darah dan syaraf pada
mata, sehingga penglihatan terganggu.
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
18
A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
1. Identitas Pasien
a. Nama : Napsiyah
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Usia : 79 tahun
d. Status Pernikahan: Menikah
e. Alamat : RT 03 / RW 06 Dusun Brengkel I, Desa Salaman,
Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
f. Agama : Islam
g. Suku Bangsa : Jawa
h. Pendidikan : tamat SD
i. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
j. Kegiatan sekarang : tidak ada kegiatan khusus
k. Nama orang terdekat : Humairah (anak ke tiga)
l. Orang yang tinggal serumah: -
m. Jumlah anak : laki-laki : 3 orang perempuan : 2 orang
n. Jumlah cucu : laki-laki : 9 orang perempuan: 3 orang
o. Jumlah cicit : laki-laki : 2 orang perempuan : 1 orang
2. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama : Tn. Ahmad Atmo (Alm)
b. Jenis Kelamin : Laki – laki
c. Umur : 72 tahun
d. Status Pernikahan: Menikah
e. Alamat : RT 03 / RW 06 Dusun Brengkel I, Desa Salaman
Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
f. Agama : Islam
g. Suku Bangsa : Jawa
h. Pendidikan : tamat SD
i. Pekerjaan : Penjual Makanan Kantin
B. PROFIL KELUARGA
Tabel 5. Daftar Anggota Keluarga Kandung
19
No Nama Kedudukan
dalam
Keluarga
JK Umur
(th)
Pendi-
dikan
Pekerjaan Ket
1 Ahmad Atmo KK L 72 Tamat
SD
Pedagang Meninggal
2 Napsiyah Istri KK P 79 Tamat
SD
Tidak
Bekerja
Sakit
3 Ahmadi Akbar Anak I L 58 S1 Wiraswasta Sehat
4 Priyanto Anak II L 55 S1 PNS Sehat
5 Humairah Anak III P 50 S1 PNS Sehat
6 Sri Wahyuni Anak IV P 48 SMA Wiraswasta Meninggal
7 Kumari Anak V L 47 SMA Wiraswasta Sehat
Tabel 6. Daftar Anggota Yang Tinggal Serumah
No Nama Kedudukan
dalam Keluarga
JK Umur
(th)
Pendi-
dikan
Pekerjaan Ket
1 Ahmad
Atmo
KK L 72 Tamat
SD
Pedagang Meninggal
2 Napsiyah Istri KK P 79 Tamat
SD
Tidak Bekerja Sakit
20
AyahIbu
Keterangan :
: riwayat hipertensi :Ca payudara
: laki – laki : Meninggal
: perempuan
Gambar 6. Pohon Keluarga
C. RESUME PENYAKIT DAN PENATALAKSANAAN YANG SUDAH
DILAKUKAN
21
pasiensuami
Anak 5Anak 4
Anak 3
Anak 1 Anak 2
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 1 Mei 2013 pukul 11.00
WIB di rumah pasien dan dilanjutkan dengan pemeriksaan ulang serta pemberian
edukasi pada pasien, tanggal 3 Mei 2013 pukul 15.30 di rumah pasien di Dusun
Brengkel I, Desa Salaman, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
1. Keluhan Utama
Pusing sejak 3 hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Puskesmas Salaman I dengan keluhan pusing sejak 1 minggu
yang lalu. Selain itu os juga mengeluh badan terasa lemas yang dirasakan
sepanjang hari, terutama jika pasien melakukan banyak aktivitas. Kejadian seperti
ini sering dialami pasien terutama bila os kehabisan persediaan obat darah tinggi.
Pasien tidak merasakan nyeri dada, maupun sesak. BAK lancar, tidak ada keluhan.
BAB lancar dan tidak ada keluhan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat di RS pada 5 tahun yang lalu dengan keluhan sesak
yang diakibatkan riwayat darah tinggi, pada tanggal 24-28 November 2008. Pasien
tidak memiliki riwayat operasi. Riwayat kencing manis dan asma disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat darah tinggi, yaitu ibu
kandung pasien. Selain itu, tidak ada yang menderita baik kencing manis, sakit
jantung, alergi, ataupun asma.
5. Riwayat Kesehatan Suami
Suami pasien adalah seorang pedagang. Ia berusia 72 tahun saat meninggal
dunia. Penyebab meninggal dunia dari suami pasien tidak diketahui oleh sang
pasien. Tidak ada keluhan dari suami sebelum meninggal.
Pemeriksaan Fisik
Pada tanggal 1 Mei 2013 pukul 11.00 WIB di rumah pasien
Keadaan umum : Tampak Sakit ringan
22
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 160/100 mmHg TB : 152 cm
Nadi : 80 x/menit BB : 50 kg
Suhu : 36,50 C BMI : 21,7
Pernapasan : 20x/menit
Assesment Geriatri
Tabel 7. Pemeriksaan Assesment Geriatri
PROBLEM CARA
PEMERIKSAAN
HASIL POSITIF HASIL
PENGLIHATAN Ada dua bagian:
1.pertanyaan :
“apakah anda
mempunyai
kesulitan dalam
berjalan, menonton
tv,atau melakukan
aktivitas sehari-hari
karena penglihatan
anda?”
2.Jika ya, lakukan
tes mata dengan
kartu snellen saat
pasien memakai
lensa koreksi, atau
jika tidak
memungkinkan bisa
juga dilakukan tes
membaca koran
Terdapat
ketidakmampuan
menglihat jarak >
20/40 dengan
optotipi snellen atau
tidak dapat
membaca koran
dengan jarak 30 cm
Ya
Pendengaran Menggunakan Ketidakmampuan Tidak
23
audioskop pada 40
dB, tes pendengaran
dengan 1000 dan
2000 Hz. Jika tidak
memungkinkan
lakukan tes bisik
pada masing-masing
telinga pada jarak 1
meter
untuk mendengar
frekuensi 1000-
2000 Hz atau tes
bisik pada kedua
telinga atau di salah
satu telinga
Mobilitas kaki Catat waktu yang
digunakan pasien
untuk melakukan
instruksi : “berdiri
kembali dari kursi,
jalan cepat 20
langkah, kembali ke
kursi, duduk” secara
berurutan.
Tidak mampu
melakukan instruksi
dalam 15 detik
Ya
Inkontinensia uri Ada 2 pertanyaan :
1.Pertanyaan:
“tahun lalu apakah
anda pernah
mengompol?”
2.Jika
ya :”pernahkah anda
mengompol dalam
selang waktu 6 hari?
Ya untuk kedua
pertanyaan
Tidak
Nutrisi, penurunan
berat badan
Ada 2 bagian :
1.Apakah berat anda
turun 10lb(pounds)
dalam 6 bulan ini
Jika terdapat
penurunan berat
badan dan pada
berat badan yang
Tidak
24
tanpa usaha untuk
itu?
2.Timbanglah berat
bdan pasien
<100lb
Memori Menyebutkan
kembali 3 benda
(pada awal
pemeriksaan pasien
diberi perintah
untuk mengingat 3
benda yang
diucapkan
pemeriksa untuk
diingat kembali jika
ditanyakan oleh
pemeriksa)
Tidak dapat
menyebutkan
kembali setelah
lebih dari 1 menit
Ya
Depresi Pertanyaan :”Apaka
h anda sering
merasa depresi atau
sedih?”
Ya untuk
pertanyaan tersebut
Tidak
Keterbatasan fisik Ada 6 pertanyaan:
1.”Melakukan
aktivitas berat
seperti jalan cepat
atau bersepeda?”
2.”Pekerjaan berat
di rumah seperti
membersihkan
jendela, pintu,
dinding?”
3.”Pergi belanja ke
Tidak untuk salah
satu atau lebih dari
pertanyaan tersebut
Ya
25
pasar atau warung?”
4.”Pergi ke tempat
yang agak jauh
dengan berjalan?”
5.”Mandi,baik
dengan spon, bak
mandi, shower?”
6.”Berpakaian
dengan memakai
kaos,
mengancingkan dan
menarik resleting,
memakai sepatu?”
Status Generalis
o Kepala : Normosephali
o Muka : Nyeri tekan sinus (-), nyeri ketuk sinus (-)
o Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
o Telinga : Normotia, benjolan (-), udem (-), nyeri tekan (-)
o Hidung : Normosepti, sekret (-), mukosa livid (+), concha hipertrofi (+)
o Bibir : pucat (-), sianosis (-)
o Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)
o Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
o Thoraks
Paru – paru
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak thoraks pada pernafasan
simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, retraksi suprasternal -/-
- Palpasi: Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal,
vokal fremitus simetris kanan dan kiri
- Perkusi : Kedua hemitoraks berbunyi sonor, batas paru hepar setinggi
ics V garis midklavikularis kanan, peranjakan paru positif kira-kira satu sela iga26
- Auskultasi: Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus cordis teraba di ics V 1 cm medial dari garis midklavikularis
kiri
- Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk, batas jantung kanan pada garis sternalis kanan
setinggi ics III-V, batas paru lambung setinggi ics VI garis aksilaris anterior kiri,
batas jantung setinggi ics V 1 cm lateral garis midklavikularis kiri, batas atas
jantung kiri setinggi ics III pada garisparasternalis kiri
- Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-), bunyi jantung
tambahan (-), ictus cordis terdengar 1 cm lateral dari garis midklavikularis kiri
o Abdomen
- Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, mendatar pada keadaan statis/dinamis, rata
- Palpasi : Teraba lemas, defense muscular (-), tidak teraba benjolan, tidak ada
nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak ada pembesaran hepar dan lien, ballotemem
ginjal kanan dan kiri (-)
- Perkusi : Timpani di seluruh lapangan abdomen
- Auskultasi : Bising usus 2x/menit
o Ekstremitas
- Inspeksi : Bentuk normal simetris, sianosis (-/-), edema (-/-)
- Palpasi : Suhu hangat, edema (-/-)
Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang
Telah dilakukan pemeriksaan pada tanggal 23 April 2013, berupa pemeriksaan
kolesterol dan asam urat ditemukan dalam batas normal.
Diagnosis Kerja
Hipertensi Essensial Grade II
Rencana Penatalaksanaan
1. Tatalaksana medikamentosa
a. di Puskesmas : Amlodipin 5 mg, 1 kali 1 per oral, Captopril 12,5 mg 2x1
per oral
b. Tatalaksana medikamentosa (JNC VII) :27
Terapi kombinasi : Amlodipin 5 mg, 1 kali 1 per oral. Captopril 12,5 mg 2x1
per oral diminum 1 jam sebelum makan.
e. Tatalaksana nonmedikamentosa :
Disarankan untuk periksa funduskopi, EKG, Lab seperti tes fungsi ginjal, fungsi
hati, profil lipid, gula darah.
Edukasi mengenai hipertensi, faktor resiko, komplikasi yang dapat terjadi.
Istirahat yang cukup, pola makan yang sehat terutama diet rendah garam dan
olahraga teratur seperti berjalan kaki.
Tabel 8. Menu Makan Anjuran
Pagi Bubur ayam komplit, susu
Jam 10.00 Bubur kacang hijau
Siang Nasi
Pepes ikan
Tahu isi
Sup kimlo
Pepaya
Jam 16.00 Buah semangka
Malam Nasi
Soto Ayam
Perkedel
Pisang raja
Pasien dianjurkan minum obat teratur
Edukasi mengenai mengatur waktu dalam bekerja
28
Apabila terdapat keluhan seperti ini atau keluhan lain seperti sesak napas, pusing
berputar, kaku pada daerah tengkuk dan leher agar segera memeriksakan diri ke
puskesmas atau ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Hasil Penatalaksanaan Medis
Obat diminum setiap hari. Keluhan pusing dan badan terasa lemas sudah mulai
berkurang. Saat kunjungan rumah (Jumat, 3 Mei 2013), keadaan kesehatan pasien baik,
dan aktivitas harian berlangsung seperti biasa.
Faktor pendukung:
Os rajin memeriksakan kesehatannya ke Puskesmas setiap seminggu sekali
Pasien telah mengurangi faktor resiko yang ada, dengan tidak mengkonsumsi
MSG, mengurangi konsumsi garam, serta makan makanan yang dapat
menaikkan tekanan darah
Faktor penghambat:
Os sudah sering lupa minum obat dikarenakan sudah mulai pelupa dalam
berbagai hal
Indikator keberhasilan: keluhan pusing dan badan lemas berkurang. Serta saat
dilakukan kunjungan rumah dan dilakukan pemeriksaan ulang tekanan darah
menurun dibanding saat pemeriksaan di puskesmas salaman.
D. PERMASALAHAN PADA PASIEN
Tabel 9. Tabel Permasalahan Pada Pasien
No. Resiko & masalah kesehatan Rencana pembinaan Sasaran
1. Tekanan darah yang terlalu
tinggi
Permberian obat hipertensi dan
tata cara minum obat serta
edukasi mengenai faktor
pencetus, pencegahan
kekambuhan dan
penanggulangan keluhan klinis.
Pasien dan
keluarga
29
2. Gaya hidup tidak sehat ( tidak
cukup istirahat, tidak pernah
berolahraga)
Edukasi mengenai faktor resiko
pada hipertensi
Pasien dan
keluarga
E. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
Dari wawancara dengan pasien diperoleh keterangan bahwa pasien pernah mengalami
hal seperti ini sebelumnya. Riwayat obstetrik pasien adalah G5P5A0, pasien sudah
melahirkan 5 orang anak, dengan perencanaan kelahiran dipikirkan oleh kedua pihak
suami istri. Akan tetapi suami dan anak pasien yang ke empat telah meninggal dunia.
2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal sendiri di rumahnya. Kelima anaknya telah berkeluarga dan memiliki
rumah sendiri. Hubungan dan komunikasi antara pasien dengan keluarga dan
lingkungan sekitar terjalin dengan baik. Kadang-kadang anak pasien datang
berkunjung ke rumah saat sedang libur bekerja sehingga pasien tidak merasa kesepian
dan tidak terbebani oleh penyakitnya.
3. Fungsi Ekonomi
Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh anak-anaknya. Pendapatan perbulan
kira-kira kurang lebih Rp 1.000.000,-. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah
tangga seperti makan, pakaian, listrik serta belanja harian. Penggunaan dana cukup
efisien untuk memenuhi kebutuhan harian.
4. Fungsi Pendidikan
Pasien bersekolah sampai tamat SD. Kelima anaknya bersekolah dengan pendidikan
tertinggi mencapai tamat S1.
5. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama secara rutin
(shalat dan mengaji). Penerapan nilai agama dalam keluarga baik..
6. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien dan keluarga tinggal di desa Salaman. Pasien dan keluarga dapat diterima
dengan baik di lingkungan rumahnya. Komunikasi dengan tetangga baik. Kondisi
pasien saat ini cukup baik. Pasien masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga
30
dan bekerja dengan baik. Namun saat sakit kepala pasien muncul dapat menjadi
hambatan dalam mengerjakan pekerjaannya.
F. POLA KONSUMSI PASIEN
Frekuensi makan rata-rata 3 kali sehari. Pasien biasanya makan di rumah. Jenis
makanan dalam keluarga ini kurang bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut: nasi,
tahu, tempe, sayur (kangkung dan bayam), kadang-kadang diselingi telur, air minum
(air putih dan teh). Pasien jarang minum susu s. Pasien jarang mengkonsumsi daging
dan ikan. Air minum berasal dari air sumur yang dimasak sendiri.
G. IDENTIFIKASI FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
1. Faktor Perilaku
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Sebelumnya os adalah seorang pedagang.
Saat os merasa sakit, biasanya os langsung pergi ke puskesmas. Pendanaan
kesehatan didapatkan dari asuransi kesehatan Jamkesmas dan dana dari anak-
anaknya. Pasien tidak pernah berolahraga dan tidak sering pergi berekreasi. Os juga
tidak cukup beristirahat.
2. Faktor Lingkungan
Pasien tinggal dalam rumah yang berdebu. Dapur tidak mempunyai saluran
pembuangan asap karena sudah memakai kompor gas. Sumber air dari sumur pompa
listrik dan dimasak sebelum dikonsumsi. Saluran pembuangan air limbah ke tanah
yang terletak di belakang rumah, kebiasaan buang air besar di jamban keluarga,
tidak ada pembuangan sampah, sehingga hanya dbuang di kebun belakang rumah
dan dibakar 1 minggu sekali.
3. Faktor Sarana Pelayanan Kesehatan
Terdapat Puskesmas Salaman yang berjarak kira-kira 1 km. Pasien tidak memiliki
kesulitan untuk berobat ke puskesmas. Jika pasien tidak sempat datang berobat ke
puskesmas, maka os akan berobat ke praktek bidan swasta.
4. Faktor Keturunan
Ibu pasien menderita penyakit hipertensi.
H. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
31
1. Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di Dusun Brengkel I, Desa Salaman, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang, dengan ukuran luas rumah 16 x 8 m2, bentuk
bangunan 1 lantai. Secara umum gambaran rumah terdiri dari 5 kamar tidur, 1
ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur dan 1 kamar mandi di bagian belakang
rumah. Rumah tidak mempunyai langit-langit, dinding terbuat dari batu bata dan
di plester, lantai terbuat dari plester kasar. Penerangan dalam rumah dan kamar
kurang terang. Ventilasi dan jendela memadai, cahaya matahari yang masuk lewat
jendela maupun pintu kurang terang. Sumber air bersih dari air sumur untuk
minum, cuci dan masak. Bangunan dapur permanen dan kebersihan dapur kurang.
Pembuangan air limbah ke tanah dibelakang rumah. Tempat sampah utama di
halaman belakang rumah, dan setiap 1 minggu sekali sampah dibakar. Lingkungan
di sekitar rumah pasien cukup bersih.
2. Denah Rumah
32
Dapur
Ruang Keluarga
Ruang Makan
Ruang Tamu
Kamar Tidur
Kamar Tidur
Kamar Tidur
Kamar Tidur
Kamar Tidur
Jamban
Gambar 7. Denah Rumah
3. Komponen Rumah
Tabel 10. Komponen Penilaian Rumah Sehat
NO KOMPONEN RUMAH
YANG DINILAI
KRITERIA NILAI BOBOT
I Komponen rumah 31
1 Langit – langit rumah Tidak ada 0 0
2 Dinding rumah Permanen dan kedap air 3 93
3 Lantai rumah Seluruh lantai plester kasar 1 31
4 Pintu Hanya ada pintu utama 1 31
5 Jendela kamar tidur Ada 1 31
6 Jendela ruang keluarga Ada 1 31
7 Ventilasi Ada, luas ventilasi permanen > 10%
dari luas lantai
2 62
8 Lubang asap dapur Tidak ada 0 0
9 Pencahayaan Pencahayaan alami kurang terang 1 31
II Sarana sanitasi 25
1 Sarana air bersih Ada, milik sendiri dan memenuhi
syarat kesehatan
4 100
2 Jamban Ada, dan memenuhi syarat 2 50
3 Sarana pembuangan limbah Tidak ada 0 0
4 Sarana pembuangan sampah Tidak ada 0 0
III Perilaku Penghuni 44
33
1 Membuka jendela Setiap hari 2 88
2 Menyapu rumah setiap hari Setiap hari 2 88
3 Cara membuang tinja Ke jamban 2 88
4 Membuang sampah pada
tempat sampah
Dibuang ke halaman belakang
rumah
0 0
IV Lain-lain 19
1 Kepadatan penghuni > 9 m2 per orang 2 38
2 Tikus Ada 1 19
3 Lalat Ada 1 19
4 Kecoa Ada 1 19
5 Nyamuk atau jentik Ada 1 19
V Yang berbasis lingkungan 3 bulan terakhir 19
1 Diare Tidak ada 1 19
2 ISPA Tidak ada 1 19
3 TB paru Tidak ada 1 19
4 Kulit Tidak ada 1 19
5 Malaria Tidak ada 1 19
6 DBD Tidak ada 1 19
Cara menghitung hasil penilaian = nilai x bobot
I. Komponen rumah :310
II. Sarana sanitasi : 150
III.Perilaku penghuni : 264
IV.Lain-lain : 114
V. Lingkungan : 114
Total penilaian : 952
Penilaian :
1. Rumah sehat : 1068 – 1200
2. Rumah tidak sehat : < 1068
Berdasarkan penilaian rumah pasien ini termasuk rumah tidak sehat
34
Lingkungan
Genetik
YankesStatus
kesehatan
Perilaku
I. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis
a. Pasien pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
b. Ibu pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi.
2. Fungsi Psikologis
a. Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga terjalin baik.
b. Dalam pengambilan keputusan selalu dilakukan bersama dengan anak-anaknya.
3. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Sumber penghasilan diperoleh dari anak-anaknya. Kesan sosial ekonomi
cukup. Pengaturan dana terbilang cukup efektif dan efisien.
4. Fungsi Religius dan Sosial Budaya
a. Termasuk keluarga yang taat beragama.
b. Tidak terdapat keterbatasan hubungan beragama antara pasien dan masyarakat.
c. Pasien masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Namun saat sakit
kepala pasien muncul, hal tersebut dapat menjadi hambatan dalam melakukan
kegiatan sehari-hari.
5. Faktor Perilaku
Setiap os merasa sakit akan segera dibawa berobat ke puskesmas, terkadang
dibawa berobat ke bidan swasta. Os tidak pernah melakukan kegiatan olahraga dan
tidak sering pergi rekreasi.
J. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA
Ibu memiliki riwayat hipertensi
35
- Tidak cukup istirahat
- Jarang berolahraga
Gambar 8. Diagram Realita
K. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN
Tabel 11. Pembinaan dan Hasil Kegiatan
Tanggal Kegiatan yang dilakukan Keluarga
yang
terlibat
Hasil Kegiatan
1 Mei 2013 Melakukan pemeriksaan
kepada pasien
Pasien Mendapatkan diagnosis
kerja pasien
3 Mei 2013 Memberikan penjelasan
kepada pasien mengenai
penyakit hipertensi dan
faktor resiko nya.
Memberikan edukasi
tentang penyakit yang
mungkin dialami pasien
terkait dengan pola hidup
yang tidak sehat, seperti
waktu istirahat yang kurang
Memberitahukan agar
minum obat secara teratur.
Pasien
Pasien
Pasien
Pasien dapat memahami
mengenai penyakit dan
faktor resiko nya.
Pasien dapat memahami
penjelasan yang
diberikan dan
diharapkan dapat
merubah pola hidup
yang sehat.
Diharapkan pasien
dapat minum obat
secara teratur sehingga
36
Memberikan informasi
mengenai komplikasi yang
dapat timbul akibat
hipertensi.
Pasien
tekanan darah dapat
terkontrol dengan baik
Pasien memahami
komplikasi yang dapat
terjadi, sehingga dapat
mencegah komplikasi
tersebut.
L. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
1. Tingkat pemahaman: Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan , dapat
diterima dengan baik.
2. Faktor pendukung :
a. Pasien dapat memahami dan menangkap penjelasan yang diberikan tentang
hipertensi dan pola hidup sehat.
b. Sikap pasien yang kooperatif dan keinginan untuk hidup sehat.
3. Faktor penyulit :
a. Faktor usia yang menyebabkan pasien sering lupa untuk meminum obat
b. Pasien tinggal sendiri di rumahnya sehingga tidak ada anggota keluarga yang
mengurus kondisi pasien
4. Indikator keberhasilan : Pasien dapat memperbaiki pola hidup sehat (waktu istirahat
menjadi cukup dan dapat berolahraga) dan minum obat secara teratur.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penatalaksanaan pasien penyakit Hipertensi, dengan pendekatan kedokteran keluarga
adalah sebagai berikut :
Dengan terapi medikamentosa berupa Amlodipin 5 mg, 1 kali 1 per oral dan Captopril
12,5 mg 2x1 per oral diminum 1 jam sebelum makan. Terapi edukasi yang diberikan 37
adalah edukasi mengenai penyakit darah tinggi (hipertensi), faktor resiko, serta
penanganan penyakit tersebut, agar merubah pola hidup sehari-hari menjadi lebih sehat,
istirahat yang cukup dan olahraga teratur, minum obat teratur. Apabila terdapat keluhan
segera memeriksakan diri ke puskesmas atau ke dokter untuk mendapat penanganan
lebih lanjut.
Pembinaan yang diberikan terhadap pasien meliputi melakukan pemeriksaan kepada
pasien dan mengamati keadaan kesehatan rumah dan lingkungan sekitar, memberikan
penjelasan kepada pasien mengenai penyakit hipertensi (darah tinggi) serta faktor-faktor
resiko penyakitnya seperti gaya hidup tidak sehat serta mengedukasi pasien untuk
menghindari faktor resiko dan cara penanggulangan apabila penyakitnya kambuh
kembali. Pembinaan juga meliputi penyakit – penyakit yang dapat terjadi berhubungan
dengan usia pasien.
B. SARAN
Untuk mencegah timbulnya gejala tekanan darah tinggi kembali, maka
diharapkan pasien dapat menghindari faktor resiko timbulnya gejala. Serta mengatur
aktivitas sehari-hari guna menghindari gejala penyakit kambuh kembali. Selain itu
menganjurkan pasien untuk memeriksakan diri ke praktek bidan/ dokter swasta atau
puskesmas, dan jika ada keluhan yang mengarah ke komplikasi bisa segera diatasi.
Selain itu, disarankan untuk melakukan pemeriksaan EKG, Lab seperti tes fungsi ginjal,
tes fungsi hepar, profil lipid, dan gula darah.
Untuk meningkatkan kepatuhan dan keteraturan minum obat, maka diperlukan
peran serta dari lingkungan sekitar misalnya tetangga terdekat untuk membantu
mengingatkan pasien perihal meminum obat secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prevalensi hipertensi. 2012. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2013. Tersedia dalam :
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/700/699
2. Hipertensi. 2012. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2013. Tersedia dalam :
http://medicastore.com/penyakit/4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hipertensi.html
38
3. Departemen Kesehatan RI. Masalah Hipertensi di Indonesia. 2012. Diunduh pada
tanggal 5 Mei 2013. Tersedia dalam: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/1909-masalah-hipertensi-di-indonesia.html
4. Klasifikasi hipertensi. 2012. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2013. Tersedia dalam :
http://www.scribd.com/doc/60065681/3/Tabel-2-1-Klasifikasi-Hipertensi-Menurut-
WHO
5. Meena S, Maron D, editor. Hypertension Treatment and Management. WebMD. 2012.
Diunduh pada tanggal 5 Mei 2013. Tersedia dalam:
http://emedicine.medscape.com/article/241381-treatment
6. Anies. Konseling dalam Pelayanan Kedokteran Keluarga. Buku Ajar Kedokteran
Keluarga. Bab V. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. 2012. Hal: 66-79.
LAMPIRAN
39
Keterangan foto 1 dan 2: Foto bersama dengan pasien, ibu Napsiah
40
41