8/14/2019 Kabin TB.docx
1/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 1
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis atau TBC adalah suatu infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis, yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan
tebal 0,3-0,6/Um. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta
kematian akibat TB di seluruh dunia, atau dapat dikatakan bahwa bakteri ini telah
menginfeksi 1/3 penduduk dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian
akibat TB di dunia terjadi pada negara-negara berkembang. Kematian ini merupakan
25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat dilakukan pencegahan. Diperkirakan
95% penderita TB berada di negara-negara berkembang.Pada tahun 1993, aktivis kesehatan dunia dikejutkan oleh deklarasi kedaruratan
global dari WHO, karena sebagian besar negara-negara di dunia tidak berhasil
mengendalikan penyakit TB. Hal ini disebabkan oleh rendahnya angka kesembuhan penderita
yang berdampak tingginya penularan. Penyakit ini kembali menjadi perhatian dengan adanya
fenomena ledakan kasus HIV/AIDS dan kejadian MDR (multidrugs resistance). WHO
menyatakan 22 negara dengan beban TB tertinggi di dunia 50%-nya berasal dari negara-
negara Afrika dan Asia serta Amerika (Brazil). Hampir semua Negara ASEAN masuk dalam
kategori 22 negara tersebut kecuali Singapura dan Malaysia. Dari seluruh kasus di dunia,
India menyumbang 30%, China 15%, dan Indonesia 10%.
Di Indonesia, TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah
penyakit jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995
menunjukkan bahwa Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia dan
nomor 1 dari golongan infeksi. Antara tahun 1979 - 1982 telah dilakukan survei prevalensi di
15 propinsi dengan hasil 200-400 penderita tiap 100.000 penduduk.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita
terdapat disekitar puskesmas, sepertiga ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik
pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangkau unit pelayanan
kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit TB
menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif dan kebanyakan dari
kelompok sosio ekonomi rendah.
8/14/2019 Kabin TB.docx
2/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 2
Tingginya prevalensi TB disebabkan karena TB ditularkan melalui udara (percikan
dahak penderita TB). Ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka
memercikkan kuman TB atau basil ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan TB hanya
dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB. Penderita TB dengan status TB BTA (Basil
Tahan Asam) positif dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain setiap
tahunnya. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB. Seseorang yang tertular
dengan kuman TB belum tentu menjadi sakit TB. Kuman TB dapat menjadi tidak aktif
(dormant) selama bertahun-tahun dengan membentuk suatu dinding sel berupa lapisan lilin
yang tebal. Bila sistem kekebalan tubuh seseorang menurun, kemungkinan menjadi sakit TB
menjadi lebih besar. Seseorang yang sakit TB dapat disembuhkan dengan minum obat secara
lengkap dan teratur.
Oleh sebab itu kami berharap Program Keluarga Binaan ini dapat memberikan informasi
dan pengobatan yang komprehensif kepada keluarga binaan kami agar subjek penderita dapat
sembuh dari TB dengan pengobatan lengkap, keluarga yang berkontak erat dapat terhindar
dari penyakit TB, dapat menjalankan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan diri dan
lingkungan demi mencegah penularan penyakit TB.
8/14/2019 Kabin TB.docx
3/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kumanMycobacterium Tuberculosis, sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya.1
2.2 Epidemiologi
Indonesia adalah Negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China
dan India. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, India dan Indonesia berturut-turut
1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus. Perkiraan kejadian BTA di sputm yang positif di
Indonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan nasional tahun 2001, TB
menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.3
Penyakit TB menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta mulai
merambah tidak hanya pada golongan social ekonomi rendah saja. Profil kesehatan Indonesia
tahun 2002 menggambarkan persentase penderita TBC terbesar adalah usia 25-34 tahun
(23,67%), diikuti 35-44 tahun (20,46%), 15-24 tahun (18,08%), 45-54 tahun (17,84%), 55-64
tahun (12,32%), lebih dari 65 tahun (6,68%), dan yang terendah adalah 0-14 tahun (1,31%).
Gambaran diseluruh dunia menunjukkan bahwa morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai
dengan bertambahnya umur, dan pada pasien berusia lanjut diteukan bahwa penderita laki-
laki d\lebih banyak daripada wanita. Laporan dari seluruh propinsi di Indonesia pada tahun
2002 menunujukkan bahwa dari 76.230 penderita TBC BTA (+) terdapat 43.294 laki-laki
(56,79%) dan 32.936 perempuan (43,21%).1
Dari seluruh penderita tersebut, angka kesembuhan hanya mencapai 70.03 % dari 85
% yang ditargetkan. Rendahnya angka kesembuhan disebabkna oleh beberapa faktor, yaitu
penderita (perilaku, karakteristik, social ekonomi), petugas (perilaku, keterampilan),
ketersediaan obat, lingkungan (geografis), PMO (Pengawas Minum Obat), serta virulensi dan
jumlah kuman.1
8/14/2019 Kabin TB.docx
4/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 4
2.3 Etiologi
Penyebab penyakit TB adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
Mycobacterium Bovis. Mycobacterium Tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit
melengkung, tidak berspora, dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3-0,6m dan
panjang 1-4m. Dinding Mycobacterium Tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan
lemak, asam mikolat, lilin kompleks, trehalosa mikolat dan mycobacterial sulfolipids yang
berperan dalam virulensi kuman. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan
bakteri Mycobacterium Tuberculosisbersifat tahan asam yaitu apabila sekali diwarnai akan
tetap tahan terhadap upaya penghilangan warna tersebut dengan larutan asam-alkohol.1
Kuman dapat hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi
karena kuman berada dalam sifat dormant, dan dapat aktif lagi menjadi tuberkulosis. Di
dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag.
Makrofag yang semula memfagositosis malah kemudian disenangi kuman karena banyak
mengandung lipid.2
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman ini lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigen. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.2
Cara penularan tuberkulosis :3
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentukpercikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktuyang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam
keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkandari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular
pasien tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasipercikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
8/14/2019 Kabin TB.docx
5/30
8/14/2019 Kabin TB.docx
6/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 6
Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termasuk TB paru
(aktif) atau bekas TB paru. Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan :
a. Status bakteriologib. Mikroskopik sputum BTA (langsung)c. Biakan sputum BTAd. Status radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis parue. Status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis.
Pada tahun 1991, WHO membagi TB dalam 4 kategori berdasarkan terapi, yaitu :
1. Kategori I, ditujukan terhadap :a. Kasus baru dengan sputum (+)
b. Kasus baru dengan bentuk TB berat.2. Kategori II, ditujukan terhadap :
a. Kasus kambuhb. Kasus gagal dengan sputum BTA (+)
3. Kategori III, ditujukan terhadap :a. Kasus BTA (-) dengan kelainan paru yang tidak luas
b. Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.4. Kategori IV, ditujukan terhadap : TB kronik.
2.5 Patogenesis
1. Tuberkulosis Primer3Sumber penularan adalah penderita TB BTA (+).Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Kuman
ini akan masuk ke saluran pernapasan dan akan mencapai alveolus. Pada sebagian kasus,
kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis non spesifik, sehingga
tidak terjadi respon imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak
seluruhnya dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh
kuman, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan.
Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus
8/14/2019 Kabin TB.docx
7/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 7
berkembangbiak dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya
kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut yang dinamakan fokus primerghon.
Dari fokus primer ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar
limfe regional. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe
(limfangitis) dan di kelenjar limfe yang tekena (limfadenitis). Gabungan dari fokus primer,
limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks primer. Pada saat terbentuk kompeks
primer, infeksi primer TB dinyatakan telah terjadi. Kompleks primer yang telah terbentuk
akan berkembang menjadi :
a. Sembuh dengn tidak menimbulkan cacat sama sekalib. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (sarang ghon, garis fibrotik, perkapuran
di hilus)
c. Dapat menyebar dengan cara : Perkontinuitatum : menyebar kesekitarnya. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru
sebelahnya atau tertelan.
Penyebaran secara limfogen dan hematogen. Penyebaran ini berkaitan dengandaya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat
sembuh secara spontan, akan tetapi apabila tidak terdapat imunitas yang tidak
adekuat akan menimbulkan keadaan yang cukup serius seperti tuberkulosis
milier, meningitis tuberkulosis. Penyebaran ini juga dapat menyebabkan
tuberkulosis pada bagian tubuh lain seperti tulang, ginjal, genitalia, dan
sebagainya.
2. Tuberkulosis Post Primer (TB Sekunder)3Tuberkulosis post primer dapat terjadi melalui :
a. Perluasan langsung lesi primer terutama bila infeksi primer terjadi pada masapubertas.
b. Reaktivasi lesi primer yang sudah tenang, terutama karena daya tahan tubuhmenurun.
c. Penyebaran secara hematogen dari fokus primer.d. Superinfeksi eksogen.
8/14/2019 Kabin TB.docx
8/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 8
Tuberkulosis post primer dimulai dengan terbentuknya sarang dini, yang umumnya
terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini
awalnya berbentuk sarang pneumoni kecil. Tergantung dari jumlah kuman,
virulensinya, dan imunitas penderita, sarang pneumoni dapat menjadi :
a. Diresorbsi kembali dan sembuh tanpa meningalkan cacat.b. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
sebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan
sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali
dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kavitas bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
c. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju. Kavitas akan munculdengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal. Kavitas akan menjadi :
Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan sembuh, tetapi mungkin dapat aktif
kembali, mencair lagi, dan menjadi kavitas.
Kavitas akan menjadi bersih dan sembuh yang dinamakan open healedcavity.
2.6 Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan penderita tuberkulosis dapat bermacam-macam atau tanpa
keluhan sama sekali. Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala
lokal dan gejala sistemik, apabila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokalnya
adalah gejala respiratori.3
a. Gejala Respiratori3 Batuk 2 minggu
Gejala ini merupakan yang terbanyak ditemukan. Batuk terjadi karena iritasi
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar.
Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk
baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif.
8/14/2019 Kabin TB.docx
9/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 9
Batuk darahBatuk darah ini terjadi karena adanya pembuluh darah paru yang pecah.
Sesak nafasSesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang telah lanjut, dimanainfiltrasinya sudah setengah bagian paru.
Nyeri dadaGejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul apabila infiltrai radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
b. Gejala sistemik3 Demam
Demam pada kasus tuberkulosis biasanya subfebril. Tapi kadang-kadang panas
dapat mencapai 40-41oC. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
Malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan turun.
2.7 Diagnosis
a. AnamnesisDari anamnesis dapat membantu dalam menegakkan diagnosis. Pada kasus ringan
atau dini, biasanya penderita tidak merasa ada keluhan. Apabila penyakit berlanjut,
barulah penderita merasakan adanya keluhan seperti batuk lebih dari 2 minggu,
batuk berdarah, sesak nafas, demam, malaise, keringat malam, berat badan turun.
b. Pemeriksaan fisikPada tuberkulosis paru, kelainan yang didapatkan tergantung luas kelainan struktur
paru. Pada permulaan perkembangan penyakit umumnya tidak atau sulit sekali
menemukan kelainan pada paru. Kelainan pada paru ditemukan terutama di daerah
apeks, dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan
jasmani dapat ditemukan antara lain suara nafas bronkial, amforik, suara nafas
melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
c. Pemerikasaan bakteriologis Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquocerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, urin, dan jaringan biopsi.
8/14/2019 Kabin TB.docx
10/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 10
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu (SPS). Pemeriksaan dahak berfungsi untuk
menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan
potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan
dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjungpertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelahbangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saatmenyerahkan dahak pagi.
Pemeriksaan BiakanPeran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada penanggulangan TB
khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka
terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan
identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam
beberapa situasi:
1. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis2. Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.3. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.
Interpretasi hasil pemeriksaanApabila setelah dilakukan tiga kali pemeriksaan dahak didapatkan hasilnya
positif atau dua kali positif, satu kali negatif berarti hasilnya BTA positif. Dari
pemeriksaan didapatkan satu kali pemeriksaan hasilnya positif sedangkan dua
pemeriksaan lainnya negatif, dilakukan pemeriksaan ulang BTA sebanyak 3
kali. Apabila dari pemeriksaan ulangan didapatkan 1 kali positif, dua kali
negatif berarti hasinya BTA positif, apabila hasil dari ketiga pemeriksaan
ulangan negatif berarti BTA negatif.
d. Pemeriksaan radiologiPada pemeriksaan radiologi, dapat dicurigai sebagai lesi aktif TB apabila
didapatkan gambaran :
8/14/2019 Kabin TB.docx
11/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 11
Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dansegmen superior lobus bawah.
Kavitas, terutama lebih dari satu,dikelilingi oleh bayangan opak, berawan ataunodular.
Bayangan bercak milier Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif :
Fibrotik Kalsifikasi Schwarte atau penebalan pleura
Tabel 2.1 Sistem Skoring Gejala dan Pemeriksaan Penunjang TB
8/14/2019 Kabin TB.docx
12/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 12
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu:
1. Tahap intensif3
Tahap awal intensif, dengan kegiatan bakterisid yang bertujuan memusnahkan
populasi kuman yang membelah dengan cepat. Pada tahap ini, penderita menelan obat
setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap semua OAT,
terutama Rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
2. Tahap lanjutan3
Tahap lanjutan, dengan melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan
jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional. Pada tahap ini
penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.
Panduan OAT disediakan dalam bentuk paket OAT- KDT & kombipak dengan
tujuan untuk memudahkan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai
satu paket untuk satu penderita dalam satu masa pengobatan.
Panduan OAT4
a. Kategori I (2HRZE/ 4H3R3)Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA (+) Pasien TB paru BTA (-), foto toraks (+)
Pasien TB ekstra paru
8/14/2019 Kabin TB.docx
13/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 13
b. Kategori II (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
8/14/2019 Kabin TB.docx
14/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 14
c. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1
yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel 2.6 Dosis KDT untuk sisipan
Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya
kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa
indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis
pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis
kedua.
Tabel 2.5
8/14/2019 Kabin TB.docx
15/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 15
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasiena. Nama/Kelamin/Umur : Tn. S/ Laki-laki / 37 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Pedagang ikan / Tamat SMPc. Alamat : Jln. Pasar Raya II
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluargaa. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 3 orang anak perempuan. Anak pertama berusia 15tahun (1 SMA), anak kedua berusia 13 tahun (2 SMP), anak ketiga berusia 10
tahun (5 SD).
c. Status Ekonomi Keluarga :Berasal dari golongan ekonomi cukup dengan penghasilan perbulan
Rp.2.000.000,-
d. KB : Tidak adae. Kondisi Rumah :
- Rumah semi permanen, mengontrak per bulan, ukuran 4x5 m2, pekarangansempit, terdiri dari 1 ruangan yang mencakup tempat tidur, ruang keluarga,
dan tempat makan keluarga.
- Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi udara kurang,pencahayaan kurang.
- Listrik ada- Sumber air : sumur, sumber air minum berasal dari air kemasan isi ulang- Jamban ada 1 buah, di luar rumah, digunakan bersama dengan 3 keluarga lain
yang tinggal bersebelahan.
- Sampah dibakar disamping rumah- Jumlah penghuni 5 orang:pasien, suami, dan 3 orang anak pasien.- Kesan : higiene dan sanitasi buruk
8/14/2019 Kabin TB.docx
16/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 16
f. Kondisi Lingkungan Keluarga- Pasien tinggal di rumah kontrakan, di daerah perkotaan yang padat penduduk.- Lokasi pemukiman pasien cukup padat yaitu bersebelahan dengan 3 KK lainnya- Lingkungan sekitar rumah kurang bersih.
3. Aspek Psikologis di keluarga- Hubungan didalam keluarga dan lingkungan sekitarnya baik.- Faktor stress dalam keluarga tidak ada
4. Riwayat Penyakit Dahulu / Penyakit Keluarga- Pasien tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.- Tidak ada anggota keluarga lainnya yang mengalami batuk- batuk lama (>2 minggu)
5. Keluhan UtamaPasien datang untuk menambah obat paket TB.
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang untuk menambah obat paket TB secara teratur ke Puskesmas PadangPasir sejak 1 bulan ini.
Awalnya pasien mengeluhkan batuk berdahak yang makin meningkat sejak 2 bulanyang lalu. Konsistensi dahak kental, warna kehijauan. Dahak bercampur darah tidak
ada.
Pasien telah mengalami batuk berdahak sejak 8 bulan yang lalu. Awalnya dahakberwarna putih kekuningan. Selama 8 bulan tersebut, pasien tidak mencari
pengobatan karena takut didiagnosis penyakit ganas. Demam hilang timbul sejak 8 bulan yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, terutama
pada malam hari.
Riwayat keringat malam sejak 8 bulan yang lalu Nafsu makan berkurang Penurunan berat badan ada, pasien merasakan pakaian nya semakin longgar, namun
pasien tidak tahu berapa kg penurunan berat badan nya
Sesak nafas tidak ada
Nyeri dada tidak ada
8/14/2019 Kabin TB.docx
17/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 17
Riwayat kontak dengan penderita batuk-batuk lama ada, yaitu dengan teman pasiensesama penjual ikan.
Kebiasaan merokok ada, + 2 bungkus/hari sejak SMA.
Riwayat sering bergadang pada malam hari ada. Gangguan pendengaran dan penglihatan tidak ada. Mual tidak ada, muntah tidak ada. Warna kulit kekuningan atau gatal pada kulit tidak ada. Pasien telah berobat ke BP4 Lubuk Alung dan didiagnosis sebagai TBC pada tanggal
30 Oktober 2012.
Sejak tanggal 1 November, pasien kontrol dan tambah obat paket teratur tiap mingguke Puskemas Padang Pasir dan minum obat teratur diawasi oleh istrinya. Sekarang,
pasien sudah merasakan gejala batuk berkurang, dan nafsu makan mulai membaik.
7. Pemeriksaan FisikStatus Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 88x/ menit
Nafas : 20x/menit
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 37,20C
BB : 45 kg
TB : 156 cm IMT : 18,51 (Normoweight)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, diameter 2 mm/ 2 mm, refleks cahaya +/+
KGB : tidak ada pembesaran KGB
Leher : JVP 5-2 cmH2O
THT : tidak ada kelainan
Gigi dan Mulut : tidak ada kelainan
Thorax
- ParuInspeksi : simetris kiri = kanan
8/14/2019 Kabin TB.docx
18/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 18
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi basah halus (+) di apex paru kiri,
wheezing (-)
- JantungInspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit, Distensi (-),
Palpasi : Supel, Hepar/Lien tidak teraba, NT(-), NL (-),
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas :
refilling kapiler baik, reflek fisologis ++/++, refleks patologis -/-
8. Laboratorium : Telah dilakukan pemeriksaan BTA Sputum SPS ( sewaktupagisewaktu)
dengan hasil pemeriksaan +++/+++/+++
Rontgen Foto Thoraks dengan gambaran perselubungan di apex paru sinistradengan kesan TB paru sinistra
Pemeriksaan Anjuran :
BTA Sputum S-P-S (Sewaktu- Pagi- Sewaktu) pada bulan kedua Rontgen thorax pada bulan kedua
9. Diagnosis KerjaTB Paru BTA (+) dalam pengobatan
10.Diagnosis Banding : -
8/14/2019 Kabin TB.docx
19/30
8/14/2019 Kabin TB.docx
20/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 20
- Memberikan edukasi pada pasien bahwa penyakitnya menular melalui dropletdahak sehingga pasien harus berhati-hati saat akan membuang dahak atau
batuk.
- Mengedukasi pasien bahwa pengobatan yang dilakukan tidak boleh terputusdemi kesembuhan pasien.
- Mengedukasi pasien bahwa penting untuk melakukan evaluasi pengobatanuntuk memantau keberhasilan pengobatan.
- Mengedukasi pasien mengenai komplikasi yang mungkin terjadi jika pasientidak berobat seperti efusi pleura.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya kontrol secara teratur,menambah obat TB dan minum obat secara teratur (pengobatan yang rutin),
serta menjelaskan dan mengedukasi kepada pasien jangka waktu pengobatan
yang lama (6 bulan) yang membutuhkan kesabaran dalam berobat dan tetap
meneruskan minum obat sampai 6 bulan walaupun gejala sudah berkurang
atau menghilang pada 2-4 bulan pertama.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga (PMO) tentang efek samping obatyang mungkin dapat timbul selama pengobatan.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang pentingnya melakukantes mantoux kepada anak-anak yang tinggal serumah dengan pasien, dan
memberikan INH profilaks bila tes mantoux nya (-).
- Menyarankan kepada keluarga yang tinggal serumah dengan pasien (untukdewasa), dan belum terinfeksi TB untuk menjaga daya tahan tubuh dengan
istirahat cukup, makan makanan bergizi, dan olahraga secara teratur.
- Menjelaskan kepada pasien pentingnya pemberantasan TB, sehingga jika adakeluarga atau tetangga yang batuk > 2 minggu agar memeriksakan diri ke
dokter, Puskesmas atau Rumah Sakit
c. Kuratif :- OAT Kategori I 3KDT (1x3 tab) per oral- Vitamin B kompleks (3 x 1tab) per oral
d. Rehabilitatif :- Kontrol teratur ke puskesmas dan rutin minum obat yang didapat dari
Puskesmas.
8/14/2019 Kabin TB.docx
21/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 21
- Mengkonsumsi makanan yang bergizi, olahraga teratur, dan istirahat yangcukup
- Menggunakan masker setiap sakit, seperti batuk, flu, dan bersin untukmencegah penularan penyakit, baik TB atau pun ISPA ke lingkungan sekitar.
- Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan dengan membuka jendela/ventilasi cukup dalam rumah, untuk melancarkan sirkulasi udara dalam rumah.
- Jika ada gejala seperti batuk darah segera kunjungi pusat pelayanan kesehatan.- Jika ada gejala efek samping obat seperti kulit dan selaput lendir menguning,
atau gangguan telinga, ataupun penglihatan, segera datang ke puskesmas atau
rumah sakit.
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Padang Pasir
Jalan Padang Pasir IV No.1
Dokter : Dr. Melisha
Dr. Mira
29 November 2012
R/ OAT Kategori I 3KDT tab No. XLII
S1 dd tab 3
R/ Vitamin B kompleks tab No. XXI
S 3 dd tab I
Pro : Tn. S Umur : 37 tahun
Alamat : Jln. Pasar Raya II
8/14/2019 Kabin TB.docx
22/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 22
BAB IV
ANALISIS MASALAH
DATA KELUARGA
A. Identitas individu/keluarga
1. Riwayat penyakit individu/keluarga- Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang berat dan
memerlukan perawatan di rumah sakit.
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita batuk-batuk lama lebih dari 2 minggu.
2. Riwayat penyakit keturunan- Riwayat penyakit yang diturunkan di dalam keluarga tidak ada.
3. Akses ke pelayanan kesehatan- Memiliki kartu Jamkesmas, keluarga ini dapat mengakses layanan kesehatan baik di
Puskesmas maupun Rumah Sakit.
4. Perilaku individu/keluarga- Perilaku hidup bersih kurang.- Pengelolaan limbah rumah tangga kurang baik.- Kepala keluarga merokok, 15-20 batang perhari, dan memiliki kebiasaan minum
minuman keras + 3 botol per minggu.
- Kebiasaan menggunakan NAPZA tidak ada.
No Nama Jenis
Kelamin
Usia
(Thn)
Status Pendidikan Pekerjaan
1 Tn. S Laki-laki 37 Suami (pasien) SMP Pedagang ikan
2 Ny. Y Perempuan 35 Istri SMP Wirausaha
(warung nasi)
3 Nn. I Perempuan 15 Anak SMA Pelajar
4 Nn. D Perempuan 13 Anak SMP Pelajar
5. Nn. P Perempuan 10 Anak SD Pelajar
8/14/2019 Kabin TB.docx
23/30
8/14/2019 Kabin TB.docx
24/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 24
C. Rekomendasi Solusi Sesuai dengan Masalah Kesehatan Keluarga MelaluiPendekatan Komprehensif dan Holistik
1. Faktor Lingkungano Kurangnya higiene lingkungan
Solusi :
- Sebaiknya sampah tidak dibakar, tetapi dibawa ke TPA setempat.- Tidak sembarangan membuang sampah di sekitar rumah, karena dapat menjadi
tempat berkembangnya kuman dan meningkatkan risiko menderita penyakit
infeksi seperti diare, ISPA, TB PARU, sebagainya.
- Membersihkan sampah yang berserakan di sekitar rumah, misalnya dengancara gotong royong dengan keluarga lainnya yang tinggal di lingkungan yang
sama setiap 1 kali dalam seminggu.
o Kurangnya sirkulasi udara dan pencahayaan dalam rumah.Solusi :
-
Membuka jendela setiap hari agar sirkulasi udara tetap baik.- Memindahkan lemari yang menutupi jendela untuk meningkatkan
pencahayaan dalam rumah.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa sinar matahari yang cukup dapatmembunuh kuman TB sehingga dapat mengurangi risiko anggota keluarga
yang lain menderita TB.
o Jamban sangat kotor.Solusi :
- Membersihkan jamban minimal 1 kali dalam seminggu.- Memberitahukan kepada pasien bahwa tanda-tanda jamban yang sehat adalah
tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, tidak
menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara.
8/14/2019 Kabin TB.docx
25/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 25
o Kontak dengan penderita batuk-batuk lama.Solusi :
- Menganjurkan kepada teman pasien untuk segera memeriksakan diri kefasilitas kesehatan
- Menganjurkan kepada teman pasien untuk menutup mulut ketika batuk ataubersin.
2. Faktor Perilaku Kesehatan
o Kebiasaan hidup kurang sehatSolusi :
- Mengurangi kebiasaan begadang dan membiasakan diri untuk istirahat yangcukup minimal 6 jam sehari.
- Menghentikan kebiasaan merokok, terutama merokok di dalam rumah.- Menjelaskan kepada pasien bahwa kebiasaan merokok tidak hanya buruk bagi
kesehatan pasien tapi juga bagi anggota keluarga lain yang menghirup asap
rokoknya.
o Tidak mencari pengobatan ketika sakitSolusi :
- Memberitahukan kepada pasien bahwa penting untuk segera memeriksakandiri ke fasilitas kesehatan apabila sakit.
- Menerangkan komplikasi yang dapat timbul apabila pasien tidak segeramemeriksakan diri seperti efusi pleura.
- Menerangkan pada pasien bahwa penyakit yang dideritanya merupakanpenyakit yang sangat menular sehingga apabila tidak segera diobati dapat
menular ke anggota keluarga lainnya.
- Memberitahukan kepada pasien untuk tetap melanjutkan pengobatan walaupunkondisi sudah membaik apabila tidak mendapat persetujuan dari dokter.
8/14/2019 Kabin TB.docx
26/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 26
3. Faktor Sosial Ekonomi
- Puskesmas memberdayakan kerjasama lintas sektoral yang baik dengan DKKPadang dan Aparatur Masyarakat setempat mengenai pengadaan pemberian
makanan tambahan secara berkala dan berkesinambungan.
- Puskesmas bekerjasama dengan Kader setempat untuk mensosialisasikan gayahidup yang bersih dan sehat.
Home Visite I Tanggal 30 November 2012 pukul 15.00. Tempat : rumah pasien.
Riwayat penyakit sekarang ;
Pasien masih mempunyai keluhan batuk, batuk berdahak, dan tidak disertaidarah
Pasien sudah menjalani pengobatan selama 1 bulan dan mengkonsumsi obatsecara teratur.
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami sakit seperti ini. Pasien tidak ada keluhan dengan pengobatan TB selama ini.
Pemeriksaan Fisik Pasien
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 90 x / menit
Nafas : 20 x / menit
TD : 120/80 mm HgSuhu : 370C
BB : 45 kg
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : bronkovesikuler, wheezing (-), ronkhi basah
halus nyaring (+) pada apeks paru sinistra
8/14/2019 Kabin TB.docx
27/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 27
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Diagnosis Kerja : TB Paru BTA (+) dalam pengobatan
Rencana pada keluarga ini:
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yangdiderita oleh pasien mulai dari pencegahan penularan hingga pengobatan.
- Memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak membuang dahak padasembarang tempat, jika batuk dahak dimasukan ke dalam wadah yang berisi
antiseptik lalu dibuang ke kloset kamar mandi.
- Memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya kepatuhan minum obatagar pengobatan tuntas.
- Memberikan edukasi kepada pasien agar keluarga yang mempunyai keluhanyang sama memeriksakan diri ke puskesmas terdekat.
Home Visite II Tanggal 5 Desember 2012 pukul 15.00. Tempat : rumah pasien.
Riwayat penyakit sekarang ;
Pasien tidak ada keluhan dengan pengobatan TB selama ini. Keluhan batuk berdahak sudah berkurang Nafsu makan pasien mulai membaik
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
8/14/2019 Kabin TB.docx
28/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 28
Nadi : 85 x / menit
Nafas : 20 x / menit
TD : 120/80 mm Hg
Suhu : 36.80C
BB : 45 kg
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : bronkovesikuler, wheezing (-), ronkhi basah
halus (+) pada apeks paru sinistra
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Diagnosis Kerja : TB Paru BTA (+) dalam pengobatan
Rencana yang akan dilakukan:
Kepada keluarga pasien diberikan edukasi tentang penyakit TBC termasukpenularan dan cara mencegah penularan sehingga penyakit yang diderita pasien
tidak menular ke anggota keluarga yang lain
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai cara menjaga kebersihanlingkungan
Memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya ventilasi dan pencahayaanrumah yang baik
Memberikan motivasi kepada pasien agar dapat menjadi contoh bagi penderitapenyakit TB di sekitar lingkungan tempat tinggal pasien.
8/14/2019 Kabin TB.docx
29/30
Keluarga Binaan - Tuberkulosis 29
Lampiran Foto
Jalan masuk menuju rumah pasien
Halaman rumah pasien Bagian dalam rumah pasien
8/14/2019 Kabin TB.docx
30/30
Tempat tidur pasien Tempat makan sekaligus ruang keluarga
Bagian samping rumah pasien Jamban bersama
Top Related