Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
-
Upload
wahiddatul-nindya-putri -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
1/36
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kulit di Indonesia sangat meningkat tajam yang dikarenakan oleh iklim di
Indonesia itu sendiri yang beriklim tropis, sehingga penyebarannya juga sangat meningkat
tajam. Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia,
khususnya Padang, oleh karena negara. kita beriklim tropis dan kelembabannya tinggi
Angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit
Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari prosentase terendah
sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari
seluruh kasus dermatomikosis, Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang
mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta
kelembaban kulit yang lebih tinggi.
Tricophyton rubrum merupakan infeksi yang paling umum diseluruh dunia dan
sekitar 47 % menyebabkan tinea korporis. Tricophyton tonsuran merupakan dermatofit
yang lebih umum menyebabkan tinea kapitis, dan orang dengan infeksi tinea kapitis
antropofilik akan berkembang menjadi tinea korporis. Walaupun prevalensi tinea
korporis dapat disebabkan oleh peningkatan Tricophyton tonsuran, Microsporum canis
merupakan organisme ketiga sekitar 14 % menyebabkan tinea korporis.
Pada wilayah kerja Puskesmas Belimbing, insiden penyakit tinea korporis cukup
tinggi, oleh sebab itu kami berharap kami dapat memberikan informasi dan pengobatan
yang komprehensif kepada keluarga binaan kami agar faktor predisposisi yang ada pada
keluarga ini dapat ditangani dengan baik sehingga penyakit ini dapat diobati dengan
maksimal.
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
2/36
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Tinea korporis adalah penyakit dermatofit pada kulit glabrosa, selain kulit kepala, wajah,
kaki, telapak tangan dan kaki, janggut dan lipatan paha. (1,2,3) Manifestasinya akibat infiltrasi dan
proliferasinya pada stratum korneum dan tidak berkembang pada jaringan yang hidup.(1,4)
Metabolisme dari jamur dipercaya menyebabkan efek toksik dan respon alergi. Tinea korporis
umumnya tersebar pada seluruh masyarakat tapi lebih banyak di daerah tropis. (1)
Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur dan paling sering terjadi pada iklim yang
panas (tropis dan subtropis).(5,6) Ada beberapa macam variasi klinis dengan lesi yang bervariasi
dalam ukuran derajat inflamasi dan kedalamannya. Variasi ini akibat perbedaan imunitas hospes
dan spesies dari jamur.(5)
1.2 Epidemiologi
Tinea korporis merupakan infeksi yang umumnya sering dijumpai didaerah yang panas,
Tricophyton rubrum merupakan infeksi yang paling umum diseluruh dunia dan sekitar 47 %
menyebabkan tinea korporis. Tricophyton tonsuran merupakan dermatofit yang lebih umum
menyebabkan tinea kapitis, dan orang dengan infeksi tinea kapitis antropofilik akan berkembangmenjadi tinea korporis.. Walaupun prevalensi tinea korporis dapat disebabkan oleh peningkatan
Tricophyton tonsuran, Microsporum canis merupakan organisme ketiga sekitar 14 %
menyebabkan tinea korporis.(7)
Tinea korporis mungkin ditransmisikan secara langsung dari infeksi manusia atau hewan
melalui autoinokulasi dari reservoir, seperti kolonisasi T.rubrum di kaki. Anak-anak lebih sering
kontak pada zoofilik patogen seperti M.canis pada kucing atau anjing. Pakaian ketat dan cuaca
panas dihubungkan dengan banyaknya frekuensi dan beratnya erupsi. (2)
Infeksi dermatofit tidak menyebabkan mortalitas yang signifikan tetapi mereka bisa
berpengaruh besar terhadap kualitas hidup. Tinea korporis prevalensinya sama antara pria dan
wanita. Tinea korporis mengenai semua orang dari semua tingkatan usia tapi prevalensinya lebih
tinggi pada preadolescen. Tinea korporis yang berasal dari binatang umumnya lebih sering terjadi
pada anak-anak.(7,8) Secara geografi lebih sering pada daerah tropis daripada subtropis.(8)
Berdasarkan habitatnya dermatofit digolongkan sebagai antropofilik (manusia), zoofilik
(hewan), dan geofilik (tanah). Dermatofit yang antropofilik paling sering sebagai sumber infeksi
tinea, tetapi sumber yang zoofilik di identifikasi (jika mungkin) untuk mencegah reinfeksi
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
3/36
manusia.(9)
1.3. Etiologi
Tinea korporis dapat disebabkan oleh berbagai spesies dermatofit seperti Trichophyton,
Microsporum, dan Epidermophyton. Variasi penyebabnya dapat ditemukan berdasarkan spesies
yang terdapat di daerah tertentu.(1,6) Namun demikian yang lebih umum menyebabkan tinea
korporis adalah T.rubrum, T.mentagrophytes, danM.canis.(1)
1.4. Patofisiologi
Dermatofitosis bukanlah patogen endogen. Transmisi dermatofit kemanusia dapat melalui
3 sumber masing-masing memberikan gambaran tipikal. Karena dermatofit tidak memiliki
virulensi secara khusus dan khas hanya menginvasi bagian luar stratum korneum dari kulit.(3)
Types Of Dermatophytes Based On Mode Of Transmission
Category Mode of transmission Typical clinical features
Antropofilik
Zoofilik
Geofilik
Manusia ke manusia
Hewan ke manusia
Tanah ke manusia atau hewan
Ringan, tanpa inflamasi, kronik
Inflamasi hebat (mungkin pustula dan
vesikel), akut.
Inflamasi sedang
Lingkungan kulit yang sesuai merupakan faktor penting dalam perkembangan klinis
dermatofitosis. Infeksi alami disebabkan oleh deposisi langsung spora atau hifa pada permukaan
kulit yang mudah dimasuki dan umumnya tinggal di stratum korneum, dengan bantuan panas,
kelembaban dan kondisi lain yang mendukung seperti trauma, keringat yang berlebih dan maserasi
juga berpengaruh.(4,7,10)
Pemakaian bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperatur dan keringat sehingga
mengganggu fungsi barier stratum korneum. Infeksi dapat ditularkan melalui kontak langsung
dengan individu atau hewan yang terinfeksi, benda-benda seperti pakaian, alat-alat dan lain-lain.
Infeksi dimulai dengan terjadinya kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam jaringan keratin
yang mati. Hifa ini memproduksi enzim keratolitik yang mengadakan difusi ke dalam jaringan
epidermis dan merusak keratinosit. (7,10)
Setelah masa perkembangannya (inkubasi) sekitar 1-3 minggu respon jaringan terhadap
infeksi semakin jelas dan meninggi yang disebut ringworm, yang menginvasi bagian perifer kulit.
Respon terhadap infeksi, dimana bagian aktif akan meningkatkan proses proliferasi sel epidermisdan menghasilkan skuama. Kondisi ini akan menciptakan bagian tepi aktif untuk berkembang dan
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
4/36
bagian pusat akan bersih. Eliminasi dermatofit dilakukan oleh sistem pertahanan tubuh (imunitas)
seluler.(7,10)
Pada masa inkubasi, dermatofit tumbuh dalam stratum korneum, kadang-kadang disertai
tanda klinis yang minimal. Pada carier, dermatofit pada kulit yang normal dapat diketahui denganpemeriksaan KOH atau kultur.(10)
1.5. Gambaran Klinik
Tinea korporis bisa mengenai bagian tubuh manapun meskipun lebih sering terjadi pada
bagian yang terpapar. Pada penyebab antropofilik biasanya terdapat di daerah yang tertutup atau
oklusif atau daerah trauma.(6)
Keluhan berupa rasa gatal. Pada kasus yang tipikal didapatkan lesi bulla yang berbatas
tegas, pada tepi lesi tampak tanda radang lebih aktif dan bagian tengah cenderung menyembuh.
Lesi yang berdekatan dapat membentuk pola gyrate atau polisiklik. Derajat inflamasi bervariasi,
dengan morfologi dari eritema sampai pustula, bergantung pada spesies penyebab dan status imun
pasien. Pada penyebab zoofilik umumnya didapatkan tanda inflamasi akut. Pada keadaan
imunosupresif, lesi sering menjadi lebih luas.(6)
Tinea korporis dapat bermanifestasi sebagai gambaran tipikal, dimulai sebagai lesi
eritematosa, plak yang bersisik yang memburuk dan membesar, selanjutnya bagian tengah dari lesi
akan menjadi bentuk yang anular akan mengalami resolusi, dan bentuk lesi menjadi anular. (1,5,7,10,11)
berupa skuama, krusta, vesikel, dan papul sering berkembang, khususnya pada bagian tepinya.
Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi pada umumnya merupakan bercak
terpisah satu dengan yang lainnya.(10)
Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang akut biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan
ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam
hal ini disebut tinea korporis dan kruris.(12)
Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton concentricum disebut tinea
imbrikata. Tinea imbrikata mulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan
menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini
setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran
skuama yang konsentris. (7)
Infeksi dermatofit secara zoofilik atau geofilik lebih sering menyebabkan respon inflamasi
daripada yang disebabkan oleh mikroba antropofilik. Umumnya, pasien HIV-positif atau
imunokompromise bisa terlihat dengan abses yang dalam dan meluas. (7)
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
5/36
Tinea korporis lebih sering ditemukan sebagai asimptomatik atau gatal ringan. Secara
obyektif tipikal lesinya mulai sebagai makula eritematosa atau papul yang menjalar dan
berkembang menjadi anular, dan lesi berbatas tegas, skuama atau vesikel, tepi yang berkembang
dan healing center. Tinea korporis lebih sering pada permukaan tubuh yang terbuka antara lain
wajah, lengan dan bahu.(13)
1.6. Pemeriksaan Penunjang
Dalam patogenesisnya, jamur patogen akan menyebabkan kelainan pada kulit sehingga
atas dasar kelainan kulit inilah kita dapat membangun diagnosis. Akan tetapi kadang temuan
efloresensi tidak khas atau tidak jelas, sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang. Sehingga
diagnosis menjadi lebih tepat. (14)
Pemeriksaan mikroskopik langsung terhadap bahan pemeriksaan merupakan pemeriksaan
yang cukup cepat, berguna dan efektif untuk mendiagnosis infeksi jamur.(6)
Pemeriksaan KOH merupakan pemeriksaan tunggal yang paling penting untuk
mendiagnosis infeksi dermatofit secara langsung dibawah mikroskop dimana terlihat hifa diantara
material keratin.(5)
Gambaran effloresensinya sebagai berikut (6)
Penyakit jamur Floresensi
Tinea kapitis
Pitiriasis versikolor
Hijau, biru kehijauan
Kuning keemasan
Bukan Penyakit jamur Effloresensi
Eritasma
Obat tetrasiklin
Merah bata
Kuning
1.7. Diagnosis
Diagnosis ditetapkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya atau pemeriksaan
sediaan langsung kerokan lesi dengan larutan KOH 20%, untuk melihat elemen jamur dermatofit.
Biakan jamur diperlukan untuk identifikasi spesies jamur penyebab yang lebih akurat.(10)
Diagnosis pasti digunakan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop
untuk mengidentifikasi adanya hifa dan spora untuk mengetahui infeksi dermatofit. Infeksi dapat
dikonfirmasi atau beberapa dari keadaan ini diidentifikasi dari hasil positif kerokan oleh kultur
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
6/36
jamur. (14)
1.8. Diagnosis Banding
Bergantung variasi gambaran klinis, tinea korporis kadang sulit dibedakan dengan
beberapa kelainan kulit yang lainnya. Antara lain dermatitis kontak, dermatitis numularis,
dermatitis seboroik, ptiriasis rosea,(6,12) dan psoriasis.(6,7,12) Untuk alasan ini, tes laboraturium
sebaiknya dilakukan pada kasus dengan lesi kulit yang tidak jelas penyebabnya. (6)
Kelainan kulit pada dermatitis seboroik selain dapat menyerupai tinea korporis, biasanya
dapat terlihat pada tempat-tempat predileksi, misalnya dikulit kepala, lipatan-lipatan kulit, misanya
belakang telinga, daerah nasolabial dan sebagainya. Psoriasis dapat dikenal dari kelainan kulit dari
tempat predileksi, yaitu daerah ekstensor, misalnya lutut, siku dan punggung. Kulit kepala
berambut juga sering terkena pada penyakit ini. Adanya lekukan lekukan pada kuku dapat pula
menolong untuk menentukan diagnosis. (12)
Pitiriasis rosea, yang distribusi kelainan kulitnya simetris dan terbatas, tubuh dan bagian
proksimal anggota badan, sukar dibedakan dengan tinea korporis tanpa heral patch yang dapat
membedakan penyakit ini dengan tinea korporis. Pemeriksaan laboratoriumlah yang dapat
memastikan diagnosisnya. (12)
1.9. Penatalaksanaan
Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesi selalu
kering dan memakai baju yang menyerap keringat.
A. Terapi topikal
Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit biasanya hidup
pada jaringan. Berbagai macam preparat imidazol dan alilamin tersedia dalam berbagai
formulasi. Dan semuanya memberikan keberhasilan terapi (70-100%). Terapi topikal
digunakan 1-2 kali sehari selama 2 minggu tergantung agen yang digunakan. Topikal azol
dan allilamin menunjukkan angka perbaikan perbaikan klinik yang tinggi.(7)
Berikut obat yang sering digunakan :
1. Topical azol terdiri atas :
a. Econazol 1 %
b. Ketoconazol 2 %
c. Clotrinazol 1%
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
7/36
d. Miconazol 2% dll.
Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim 14-alfa-dimetilase
pada pembentukan ergosterol membran sel jamur. (7,15)
2. Allilamin bekerja menghambat allosterik dan enzim jamur skualen 2,3 epoksidase
sehingga skualen menumpuk pada proses pembentukan ergosterol membran sel
jamur.(10) yaitu aftifine 1 %, butenafin 1% Terbinafin 1% (fungisidal bersifat anti
inflamasi ) yang mampu bertahan hingga 7 hari sesudah pemakaian selama 7 hari
berturut-turut.(7,15)
3. Sikloklopirosolamin 2% (cat kuku, krim dan losio) bekerja menghambat masuknya
bahan esensial selular dan pada konsentrasi tinggi merubah permeabilitas sel jamur
merupakan agen topikal yang bersifat fungisidal dan fungistatik, antiinflamasi dan
anti bakteri serta berspektrum luas.(7)
4. Kortikosteroid topikal yang rendah sampai medium bisa ditambahkan pada regimen
anti jamur topikal untuk menurunkan gejala. Tetapi steroid hanya diberikan pada
beberapa hari pertama dari terapi. (5,7)
B. Terapi sistemik
Pedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of Dermatology menyatakanbahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik dapat digunakan pada kasus hiperkeratosis terutama
pada telapak tangan dan kaki, lesi yang luas, infeksi kronis, pasien imunokompromais,
atau pasien tidak responsif maupun intoleran terhadap OAJ topikal. (15)
1. Griseofulvin (7,15)
Obat ini berasal dari penicillium griceofulvum dan masih dianggap baku emas pada
pengobatan infeksi dermatofit genus Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton.
Berkerja pada inti sel, menghambat mitosis pada stadium metafase.
2. Ketokonazol (15)
Merupakan OAJ sistemik pertama yang berspektrum luas, fungistatik, termasuk
golongan imidazol. Absorbsi optimum bila suasana asam.
3. Flukonazol (15)
Mempunyai mekanisme kerja sama dengan golongan imidazol, namun absorbsi tidak
dipengaruhi oleh makanan atau kadar asam lambung.
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
8/36
4) Itrakonazol (15)
Merupakan OAJ golongan triazol, sangat lipofilik, spektrum luas, bersifat fungistatik
dan efektif untuk dermatofita, ragi, jamur dismorfik maupun jamur dematiacea.
Absorbsi maksimum dicapai bila obat diminum bersama dengan makanan.
5. Amfosterin B (15)
Merupakan anti jamur golongan polyen yang diproduksi oleh Streptomyces nodosus.
Bersifat fungistatik, pada konsentrasi rendah akan menghambat pertumbuhan jamur,
protozoa dan alga. Digunakan sebagai obat pilihan pada pasien dengan infeksi jamur
yang membahayakan jiwa dan tidak sembuh dengan preparat azol.
1.10. Prognosis
Untuk tinea korporis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik dengan tingkat
kesembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan azol topikal atau allilamin atau dengan
menggunakan anti jamur sistemik. (7)
1.11. Kesimpulan
Tinea korporis adalah penyakit dermatofit pada kulit glabrosa, selain kulit kepala, wajah,
kaki, telapak tangan dan kaki, janggut dan lipatan paha. (1,2,3) Manifestasinya akibat infiltrasi dan
proliferasinya pada stratum korneum dan tidak berkembang pada jaringan yang hidup.(4)
Metabolisme dari jamur dipercaya menyebabkan efek toksik dan respon alergi. Tinea korporis
umumnya tersebar pada seluruh masyarakat tapi lebih banyak pada didaerah tropis. (1)
Tinea korporis lebih sering ditemukan sebagai asimptomatik atau gatal ringan. Secara
obyektif tipikal lesinya mulai sebagai makula eritematosa atau papul yang menjalar dan
berkembang menjadi anular, dan lesi berbatas tegas, skuama atau vesikel, tepi yang berkembang
dan healing center. Tinea korporis lebih sering pada permukaan tubuh yang terbuka antara lain
wajah, lengan dan bahu.(13)
Untuk tinea korporis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik dengan tingkat
kesembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan azol topikal atau allilamin atau dengan
menggunakan anti jamur sistemik(7)
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
9/36
BAB III
KELUARGA BINAAN
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
10/36
3.1 Pengenalan Keluarga Binaan
Keluarga Nia merupakan keluarga yang kami pilih untuk dijadikan keluarga binaan
yang merupakan salah satu aktivitas yang diwajibkan saat menjalani Rotasi II di
Puskesmas Belimbing. Keluarga ini kami kenali bermula saat kunjungan Nia ke
Puskesmas Belimbing. Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kami
mendiagnosis pasien dengan diagnosis kerja Tinea Korporis. Penyakit ini termasuk
penyakit yang sangat menular dan memerlukan perhatian khusus sehingga kami memilih
keluarga ini untuk dijadikan keluarga binaan. Hal hal yang kami lakukan di antaranya
adalah berupa :
Melakukan home visit / kunjungan ke rumah.
Melakukan evaluasi permasalahan pada keluarga tersebut secara holistik.
Memberi edukasi pemecahan masalah serta diskusi tentang permasalahan
yang dialami keluarga tersebut.
Berikut merupakan informasi yang kami peroleh mengenai anggota keluarga binaan kami :
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
11/36
3.2 Identifikasi Permasalahan
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
12/36
Identifikasi permasalahan pada keluarga ini kami telusuri berdasarkan beberapa
faktor, secara garis besar sebagai berikut :
3.2.1 Kesehatan Individu
Permasalah utama yang kami temui pada keluarga ini bermula saat
kunjungan Nia ke balai pengobatan puskesmas Belimbing pada hari Senin, 22
Januari 2013 dengan keluhan Bercak putih dengan pinggir kemerahan pada lengan,
tungkai, perut dan punggung yang bertambah gatal sejak 1 bulan yang lalu.
Permasalahan kesehatan pada anggota keluarga lainnya kami lakukan di rumah
pasien saat kunjungan rumah untuk pertama kalinya. Berikut merupakan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang kami lakukan pada Nia di puskesmas :
1. Identitas pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Nia Gustika Sari/ Wanita/ 15 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Kelas 3 SMP Air Pacah
c. Alamat : Rimbo Tarok, belakang Blok P No. 40 RT 02/11
Taruko, Padang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
13/36
a. Status Perkawinan : belum menikah
b. Jumlah Saudara : Anak ke 6 dari 7 bersaudara
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup, penghasilan ayah sebagai supir angkot Rp.
2.000.000,-/bulan dan penghasilan dari kedai Rp. 1.000.000,-/bulan.
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, luas bangunan 6 x 12 m, lantai rumah dari semen
- Perkarangan cukup luas, terdapat sisa-sisa sampah yang belum dibuang
- Listrik ada
- Sumber air : air sumur (mandi), air galon (minum)
- Ventilasi dan pecahayaan rumah kurang
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah dibakar
- Kebersihan kurang bersih, tampak banyak pakaian menumpuk dan
diletakkan sembarangan
- Terdapat ayam dan kucing yang berkeliaran di sekitar rumah.
Kesan : higiene dan sanitasi kurang baik, kelembaban tinggi
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal bersama keluarga. Jumlah penghuni 8 orang, yaitu pasien,
ayah dan ibu pasien, kakak 2 orang, abang kandung dan abang ipar, serta
adik pasien.
- Tinggal di daerah pinggiran kota yang cukup padat penduduk.
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
14/36
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Hubungan dengan anggota keluarga lainnya baik
- Faktor stress dalam keluarga tidak ada.
- Faktor stress pribadi : pasien adalah juara umum dan akan menghadapi
UAN dalam waktu dekat
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
- Keluhan ini tidak dirasakan oleh anggota keluarga lainnya
- Pasien dan keluarga tidak memiliki penyakit kronik sebelumnya
5. Keluhan Utama
Bercak putih dengan pinggir kemerahan pada lengan, tungkai, perut dan
punggung yang bertambah gatal sejak 1 bulan yang lalu.
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Bercak putih dengan pinggir kemerahan pada lengan, tungkai, perut dan
punggung yang bertambah gatal sejak 1 bulan yang lalu .
Awalnya muncul bercak merah sebesar biji jagung yang gatal pada tungkai
bawah bagian kanan, karena sangat gatal pasien menggaruknya terus-
menerus sehingga bercak semakin besar. 1 minggu kemudian muncul
bercak baru di tungkai kiri, lengan kanan dan kiri, perut dan punggung
secara bersamaan.
Bercak dirasakan bertambah gatal jika pasien berkeringat.
Pasien mandi 2 kali sehari dan menggunakan sabun.
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
15/36
Ganti pakaian dan pakaian dalam 2 kali sehari.
Riwayat menggunakan handuk bersama ada.
Riwayat menggunakan sabun, handuk, dan baju bersama (kakak pasien)ada.
Riwayat kontak dengan binatang peliharaan seperti kucing ada.
Riwayat menggunakan pakaian berlapis-lapis ada.
Kebiasaan makan makanan pedas, makan kurang, sering mengkonsumsi es
ada.
Riwayat berkebun atau kontak dengan tanah tidak ada.
Keluhan kuku, rambut, selangkangan dan daerah kemaluan tidak ada.
Riwayat memakai obat immunosupresan dalam jangka waktu lama tidak
ada
Riwayat demam tidak ada
Nafsu makan rendah, sedangkan aktifitas padat
Riwayat alergi obat, makanan, debu, bersin-bersih di pagi hari, asma dan
galigato tidak ada
Pasien pernah mendapatkan obat sekitar 1 bulan yang lalu di toko obat,
berupa obat salaf berwarna putih, tapi pasien lupa nama obat yang
diberikan. Setelah menggunakan obat tersebut sampai habis, keluhan gatal
tidak berkurang, bercak tidak mengalami perbaikan.
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
16/36
Nadi : 92 x/ menit
Nafas : 19 x/menit
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7 0C
BB : 37 Kg
TB : 142 cm
BMI : 18,34 (normoweight)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik
Leher : KGB tidak membesar
Dada :
Paru :
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus ki=ka
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
17/36
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit, tampak beberapa bercak putih
dengan pinggir kemerahan
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai
-/-, tampak beberapa bercak putih dengan pinggir kemerahan
Status Dermatologikus :
Lokasi : tungkai kanan dan kiri, lengan kanan dan kiri, perut dan punggung
Distribusi : generalisata
Bentuk : tidak khas
Susunan : polisiklik
Batas : tegas
Ukuran : lentikular-plakat
Efloresensi : Plak hipopigmentasi, papul eritem, skuama halus, pinggir aktif
8. Laboratorium Anjuran : Kerokan kulit dengan KOH 10%
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
18/36
9. Diagnosis Kerja
Tinea Korporis
10. Manajemen
a. Preventif :
- Menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari dengan menggunakan
sabun khusus ( mengandung selenium sulfida)
- Menggunakan sabun, pakaian, dan handuk secara pribadi
- Mengganti pakaian jika lembab
- Memakai pakaian yang menyerap keringat
- Hindari pemakaian pakaian yang berlapis-lapis
- Gunting kuku secara teratur, karena kuku yang panjang memudahkan
terjadinya lecet pada kulit akibat garukan
b. Promotif :
- Edukasi kepada pasien mengenai penyakit dan cara penularannya. Edukasi
kepada pasien bahwa penyakit tersebut bisa didapatkan karena adanya
elemen jamur yang menempel di kulit dari hewan melalui peralatan yang
berkontak dengan hewan tersebut, seperti sofa, karpet, tempat tidur, dll
- Menjemur peralatan yang kemungkinan berkontak dengan hewan penyebab
- Hindari kontak dengan hewan yang berbulu rontok dan ada bintik pada
kulit/ kurap
- Hentikan penggunaan sabun, handuk dan pakaian bersama.
- Mengusahakan daerah lesi tetap kering
- Jangan menggaruk lesi
- Hindari stress yang berlebihan dengan memperbanyak istirahat dan seering
beribadah.
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
19/36
c. Kuratif :
- Ketokonazol cream 2 % (2-3 kali sehari sesudah mandi, lebihkan 1 cm
dari pinggir lesi)
- Loratadine tablet 10mg (1 x 1 tablet/hari)
- Ketokonazol tablet 1 x 200mg (malam)
d. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur ke Puskesmas karena pengobatan memerlukan waktu
yang lama.
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas belimbing
Dokter : Erine, nindya, silfia
Tanggal : 22 Januari 2013
R/ Ketoconazol Cream 2 % tube No. II
S ue ( 2-3 kali sehari sehabis mandi lebihkan 1 cm dari pinggir lesi ) $
R/ Ketoconazol tab 200 mg No. XIV
S 1 dd tab 1 (malam) $
R/ Loratadine tab 10 mg No. XIV
S 1 dd tab 1 $
Pro : Nia
Umur : 15 tahun
Alamat : Rimbo Tarok
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
20/36
3.2.2 Kesehatan Rumah dan Lingkungan
Berikut adalah beberapa permasalahan pokok yang kami temukan pada
keluarga ini yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan :
Kondisi rumah: ventilasi udara kurang, pencahayaan kurang, tidak terdapat
jamban di dalam rumah. Kamar mandi seadanya namun kurang bersih.
Terdapat tumpukan benda bekas di pekarangan rumah, dan banyak pakaian
menumpuk dan diletakkan sembarangan.
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk.
Terdapat ayam dan kucing yang berkeliaran di sekitar rumah pasien.
3.2.3 Kebiasaan Hidup Sehat
Berikut adalah beberapa permasalahan pokok yang kami temukan pada
keluarga ini berkaitan dengan kebiasaan hidup sehat :
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
21/36
Kebiasaan memakai handuk dan peralatan mandi secara bersama.
Kebiasaan makan makanan pedas, makan kurang, sering mengkonsumsi es.
Kebiasaan merokok abang ipar
Kebiasan mencuci tangan dengan sabun kurang Kebiasaan olahraga tidak ada
3.2.4 Permasalahan Sosial dan Ekonomi
Status sosial dan ekonomi pada keluarga ini termasuk pada ekonomi
kurang dengan penghasilan Rp.3.000.000/bln berasal dari penghasilan ayah dan
ibu pasien dengan ayah bekerja sebagai sopir angkot dan ibu menjual lontong.
Status ekonomi pasien dan keluarga cukup mampu.
3.2.5 Permasalahan Psikologi
Terdapat permasalahan psikologis pada pasien berupa stress karena akan
ujian UAN. Namun pasien dapat menanggulanginya agar tidak menjadi berlebihan
dan berefek negative dengan beristirahat yang cukup dan sering beribadah..
3.3 Pemecahan Masalah
Kesehatan individu pada anggota keluarga yang lain kami lakukan dengan
anamnesis ringkas pada saat melakukan kunjungan rumah / home visit pertama pada
tanggal 25 Januari 2013. Berikut status kesehatan individu yang kami temukan pada
keluarga ini :
Tn. Ujang Usman/ Ayah/ Laki-laki/ 52 tahun/ Sopir angkot
Status gizi: Normoweight, perokok ringan, olahraga kurang
Ny. Zufni / Ibu/ Perempuan/ 51 tahun/ Ibu Rumah TanggaStatus gizi : Normoweight, olahraga kurang
Siska Kurnia Sari/ Anak pertama/ Perempuan/ 26 tahun/ Guru TK
Status gizi: Normoweight, olahraga kurang
Tn. Febrianto/ Suami anak pertama/ Laki-laki/ 28 tahun/ PNS
Status gizi : Normoweight, perokok, olahraga cukup
Tn. Randi Rifandika/ Anak ke 2/ Laki-laki/ 24 tahun/ Mahasiswa
Status gizi: Normoweight, olahraga kurang Nn. Yutri Kemala/ Anak ke 3/ Perempuan/ 22 tahun/ Mahasiswi
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
22/36
Status gizi: Normoweight, olahraga cukup
Nn. Yola Yolanda/ Anak ke 4/ Perempuan/ 20 tahun/ Siswi SMA
Status gizi: Normoweight, olahraga cukup
Tn. Rivanda Putra/ Anak ke 5/ Laki-laki/ 17 tahun/ Siswa SMAStatus gizi: Normoweight, olahraga cukup
Tn. Fajri Ananda/ Anak ke 7/ Laki-laki/ 12 tahun/ Siswa SD
Status gizi: Normoweight, olahraga cukup
Setelah mengetahui pasti permasalahan yang ada pada keluarga ini kami lakukan
diskusi tentang cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh keluarga ini dengan bantuan
serta pandangan oleh preseptor, petugas kesehatan puskesmas belimbing dan berdasarkan
beberapa tinjauaan kepustakaan. Berikut adalah solusi pemecahan masalah yang kami
dapatkan dan kami sampaikan kepada keluarga binaan pada saat home visit / kunjungan
rumah berikutnnya :
3.3.1 Kesehatan Individu
1. Pada Pasien
Menjelaskan kepada pasien bahwa lesi kulit tersebut mudah
menular dan menyebar oleh karena itu hindari menggaruknya dan menjaga
kebersihan tubuhnya. Apabila pasien merasakan gatal yang sangat hebat
sehingga ingin menggaruk, maka lebih baik mengkonsumsi Loratadine
yang diminum setiap hari dengan dosis 1x1 hari. Selain itu pada pasien
juga diberikan Ketoconazole tablet dengan dosis 1x 200 mg dan salp untuk
di oleskan pada lesi berupa Ketoconazole cream 2% yang dioleskan 2-3
hari sehari setelah mandi dengan melebihkan 1 cm dari pinggir lesi.
Memberikan pengetahuan tentang gizi dan pola hidup yang baik seperti
menjaga pola makan, istirahat yang cukup dan olahraga secara teratur untuk
mengurangi resiko untuk mendapatkan penyakit seperti diabetes melitus,
hiperkolesterol, osteoartritis lain sebagainya.
Memberikan pengetahuan kepada pasien bagaimana cara mengatur pola
gizi yang seimbang dan baik untuk keluarga, karena dengan gizi yang baik
anggota keluarga akan memiliki daya tahan tubuh yang baik sehingga
anggota keluarga terhindar dari berbagai penyakit.
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
23/36
Untuk mencegah penularan pada anggota keluarga lainnya, pasien
harus menggunakan handuk, perlatan mandi, dan pakaian secara pribadi,
tidak boleh berganti-gantian dengan yang lainnya.
Pasien dianjuran untuk kontrol ulang setelah tiga hari untuk
evaluasi keberhasilan pengobatan dan untuk menambah obatnya, karena
obat ini harus dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.
2. Pada anggota keluarga yang lain
Untuk ayah dan abang ipar pasien sebagai perokok aktif, baik ringan ataupun
sedang dan berat diberikan edukasi tentang bahaya rokok dimana bahaya rokok ini
tidak saja pada mereka tapi juga bahaya bagi keluarga yang tidak sengaja menghirup
asap rokok tersebut atau sebagai perokok pasif.
3.3.3 Kesehatan Rumah dan Lingkungan
Berikut adalah pemecahan masalah pada keluarga ini yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan :
Kelembapan yang tinggi di rumah pasien dapat diatasi dengan cara
membuka pintu dan jendela rumah waktu siang hari dan memperbaikijendela dan ventilasi sehingga rumah mendapat cukup sinar matahari dan
aliran udara baik serta segera menyelesaikan loteng rumahnya sehingga
rembesan air hujan tidak langsung masuk ke rumah.
Untuk meningkatkan higienitas dan kebersihan rumah, dianjurkan untuk
menyusun pakaian yang berserakan ke dalam lemari.
Membersihkan kamar mandi minimal sekali dalam seminggu.
Membersihkan tumpukan barang bekas yang ada di pekarangan rumah.
Anjuran untuk membuang atau menyingkirkan kucing yang berkeliaran di
dalam rumah pasien.
Anjuran untuk membuat jamban permanen di dalam rumah.
3.3.4 Kebiasaan hidup sehat
Berikut adalah beberapa pemecahan masalah pada keluarga ini berkaitan dengan
kebiasaan hidup sehat :
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
24/36
Sebaiknya antara pasien dan keluarga untuk tidak menggunakan alat mandi
secara bersamaan karena pasien dapat menularkan penyakitnya pada
keluarga
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dianjurkan untuk menjagakebersihan diri dan istirahat yang cukup sehingga tubuh mempunyai
mekanisme perlawanan yang baik untuk mencegah timbulnya penyakit.
Ayah dan abang ipar pasien memiliki kebiasaan merokok.
Dianjurkan untuk meninggalkan kebiasaan merokok tersebut secara
bertahap dengan cara mengurangi kebiasaannya merokok ini sedikit demi
sedikit sampai menghentikannya. Kebiasaan ini tidak hanya merugikan
kepada dirinya tetapi juga dapat merugikan keluarga yang juga menghirup
asap rokok tersebut yang mana lebih berbahaya
Kebiasaan olahraga tidak ada pada beberapa anggota keluarga bisa
menjadi penyebab daya tahan tubuh pada keluarga tersebut menurun
sehingga bisa mendapat penyakit. Karena itu dianjurkan untuk berolahraga
minimal 2 kali seminggu, setidaknya dengan melakukan aktivitas jalan pagi
bersama dan gotong royong membersihkan rumah dan pekarangannya.
Home Visite pertama tanggal 25 Januari 2013
Assessment
Pasien tidak ada di rumah, sedang melakukan kegiatan ekstrakulikuler. Ibu pasien
mengatakan bahwa kondisi gatal pada pasien sedikit berkurang.
Pasien dan keluarga tidak mengetahui kalau penyakit yang diderita bisa mengenaisiapa saja (menular). Pasien satu tempat tidur bersama dengan kakak pasien.
Pasien dan keluarga pasien menganggap hal ini merupakan penyakit alergi karena
keringat.
Keadaan rumah:
Rumah adalah rumah permanen 1 lantai yang belum selesai dibangun, loteng belum
selesai.
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
25/36
Rumah terdiri dari 1 ruangan besar sebagai ruang tamu, ruang makan, dan ruang
kumpul keluarga dan 3 buah kamar untuk pasien dan anak-anaknya.
Kebersihan rumah kurang bersih, banyak pakaian menumpuk dan diletakkan
sembarangan.
Ventilasi dan pecahayaan rumah kurang, kelembaban tinggi
Kamar mandi seadanya dan kurang bersih
WC/jamban menumpang ke tetangga depan rumah.
Keadaan lingkungan sekitar:
Rumah berada di lingkungan pinggiran berdekatan dengan rumah saudara-saudaranya.
Rumah berada di dekat daerah persawahan. Di sekitar rumah ada beternak ayam dan
kucing liar
Solusi dan rekomendasi:
Anjuran kepada pasien untuk kontrol ke Puskesmas secara teratur selama 4-6 minggu.
Edukasi mengenai penyakit yang bukan termasuk penyakit alergi.
Edukasi tentang cara penggunaan salep ketokonazol yang baik dan benar.
Anjuran untuk selalu menjaga tubuh agar kering dan tidak lembab.
Anjuran kepada pasien untuk tetap berobat walaupun lesinya sudah hilang.
Anjuran agar pasien tidak memakai handuk dan pakaian bergonta ganti dengan
anggota keluarga yang lain.
Anjuran agar pasien memakan menu seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Anjuran menjaga kebersihan rumah dan membuka pintu dan jendela rumah waktu
siang hari dan memperbaiki jendela dan ventilasi sehingga rumah mendapat cukup
sinar matahari dan aliran udara baik. Segera menyelesaikan loteng agar rembesan air
hujan tidak langsung masuk ke dalam rumah
Anjuran agar menyusun pakaian yang berserakan ke dalam lemari
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
26/36
Anjuran untuk membuat jamban dalam rumah
Anjuran untuk menyingkirkan kucing liar yang diduga membawa penyakit tersebut
Tanggal 29 Januari 2013 (Pasien kontrol ulang ke Puskesmas Belimbing)
Keadaan pasien saat ini :
Ukuran lesi masih menetap dengan kemerahan yang sedikit berkurang
Gatal berkurang
Pemeriksaan Fisik Pasien
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 96 x / menit
Nafas : 20 x / menit
Suhu : afebris
Status Dermatologikus :
Lokasi : tungkai kanan dan kiri, lengan kanan dan kiri, perut dan punggung
Distribusi : generalisata
Bentuk : tidak khas
Susunan : polisiklik
Batas : tegas
Ukuran : lentikuler-plakat
Effloresensi : plak hipopigmentasi, papul eritem, skuama halus, pinggir aktif
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
27/36
Tungkai atas kanan Tungkai kiri
Lengan bawah kiri Siku kiri
Lengan bawah kiri
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
28/36
Punggung Perut
Diagnosis :
Tinea korporis
Manajemen masalah :
Anjuran kepada pasien untuk kontrol ke Puskesmas secara teratur
Anjuran untuk selalu menjaga tubuh agar bersih, kering dan tidak lembab.
Anjuran agar pasien tidak memakai handuk dan pakaian bergonta ganti dengan
anggota keluarga yang lain.
Jangan menggaruk lesi
Istirahat yang cukup dan hindari stress
Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan nutrisi yang cukup agar
mempercepat proses penyembuhan
Gunting kuku secara teratur
Kuratif :
- Griseofulvin 1 x 500mg (malam)
- CTM 3 x 4mg
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
29/36
- Ketokonazol salf 2 % (2-3 kali sehari sesudah mandi)
HOME VISIT II : 2 Februari 2013
Keadaan pasien saat ini :
Ukuran dan warna lesi masih menetap
Gatal tidak ada
Stress sudah mulai teratasi
Pemeriksaan Fisik Pasien
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 98 x / menit
Nafas : 21 x / menit
Suhu : afebris
Status Dermatologikus :
Lokasi : tungkai kanan dan kiri, lengan kanan dan kiri, perut dan punggung
Distribusi : generalisata
Bentuk : tidak khas
Susunan : polisiklik
Batas : tegas
Ukuran : lentikuler-plakat
Effloresensi : plak hipopigmentasi, papul eritem, skuama halus, pinggir aktif
Hasil home visit II :
Manajemen masalah pasien :
Preventif dan promotif lanjut
Kuratif : terapi lanjut dan disarankan agar membeli sampo Selsun (selenium
sulfida)
Keadaan keluarga dan rumah pasien :
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
30/36
1. Anggota keluarga lainnya (ayah, ibu, kakak, dan adik pasien) tidak mengeluhkan
keluhan yang sama seperti pasien ataupun keluhan lainnya.
2. Peralatan mandi, pakaian dan handuk baru pada pasien sudah terpisah.
3. Saat datang, jendela rumah terbuka semuanya.
4. Barang bekas yang menumpuk di pekarangan rumah pasien sudah dibakar.
5. Ayam yang berkeliaran di rumah pasien sudah dimasukkan ke sangkar ayam.
Namun kucing masih berkeliaran dengan alasan keluarga belum sempat
menyingkirkannya.
6. Pakaian yang tadinya menumpuk di beberapa tempat sudah dimasukkan ke dalam
lemari.
7. Keluarga mengaku telah menjemur sofa dan kasur di bawah terik matahari.
8. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun mulai diterapkan.
9. Kamar mandi masih belum dibersihkan.
Kesan: mulai ada perubahan pola hidup pada keluarga ke arah yang lebih baik.
Tanggal 13 Februari 2013 (Pasien kontrol ulang ke Puskesmas Belimbing)
Keadaan pasien saat ini :
Ukuran lesi mengecil dengan warna merah sudah menghilang
Gatal kadang-kadang timbul
Pemeriksaan Fisik Pasien
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 92 x / menit
Nafas : 20 x / menit
Suhu : afebris
Status Dermatologikus :
Lokasi : tungkai kanan dan kiri, lengan kanan dan kiri, perut dan punggung
Distribusi : generalisata
Bentuk : tidak khas
Susunan : polisiklik
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
31/36
Batas : tegas
Ukuran : lentikuler-plakat
Effloresensi : plak hipopigmentasi, skuama halus, pinggir aktif
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
32/36
Diagnosis :
Tinea korporis dalam perbaikan
Manajemen masalah :
Preventif dan promotif lanjut
Kuratif :
- Ketokonazil 1 x 200mg (malam)
- Cetirizine 1 x 10mg
- Ketokonazol salf 2 % (2-3 kali sehari sesudah mandi)
HOME VISIT III : 13 Februari 2013
Hasil home visit III :
Manajemen masalah pasien :
Preventif dan promotif lanjut
Kuratif : terapi lanjut dan sampo Selsun (selenium sulfida) telah diberikan
berikut dengan penjelasan mengenai cara pemakaian.
Keadaan keluarga dan rumah pasien :
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
33/36
1. Anggota keluarga lainnya (ayah, ibu, kakak, dan adik pasien) masih tidak
mengeluhkan keluhan yang sama seperti pasien ataupun keluhan lainnya.
2. Sirkulasi udara cukup baik, namun pencahayaan masih kurang
3. Kucing sudah tidak tampak berkeliaran di sekitar rumah pasien
4. Kamar mandi sudah dibersihkan.
Kesan: sudah ada perubahan pola hidup pada keluarga ke arah yang lebih baik, namun
belum maksimal
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Program Keluarga Binaan yang menjadi salah satu tugas Dokter Muda di
Puskesmas Belimbing telah dilaksanakan selama 1 bulan. Kami mendapatkan kasus tinea
korporis pada seorang anak perempuan berumur 15 tahun. Terdapat perkembangan yang
signifikan baik pada penyakit pasien maupun pada pola hidup di keluarganya.
Pada pasien, awalnya ditemukan bercak putih dengan pinggir kemerahan yang
gatal (aktif) dengan sisik halus diatasnya dan dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.Didapatkan diagnosis tinea korporis, sehingga diberikan edukasi mengenai tatalaksana
preventif, promotif dan kuratif. Kemudian dilakukan observasi mengenai perkembangan
kesembuhan penyakitnya, pemberian edukasi terhadap keluarga tentang penyakit yang
dialami pasien, pencegahan tinea korporis pada keluarga pasien, dan tatacara pengobatan
pasien yang membutuhkan waktu yang lama.
Dari observasi terhadap pasien, secara klinis belum sembuh sempurna, namun
bercak kemerahan sudah menghilang, gatal terkadang muncul, dan tumbuhnya motivasi
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
34/36
keluarga untuk mencegah penularan tinea korporis terhadap anggota keluarga lain dan
mencegah terjadinya kekambuhan, timbul kesadaran anggota keluarga untuk hidup sehat.
4.2. Saran
1. Pasien dan keluarga pasien yang telah dibina sebaiknya tetap mempertahankan
pola hidup yang telah berubah ke arah yang lebih baik
2. Pasien dan keluarga pasien sebaiknya mulai menabung khusus dana kesehatan dan
perbaikan rumah, serta mulai menerapkan upaya preventif dalam mengatasi
masalah kesehatan keluarga
3. Pelayanan kesehatan primer diharapkan memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih informatif dan edukatif, sehingga penanganan masalah pasien dapat
dilakukan secara holistik, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan.
DOKUMENTASI HOME VISIT
Halaman depan Rumah tampak depan
Ruang tamu Kamar tidur pasien
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
35/36
Garasi semi permanen Dapur
Kamar mandi
DAFTAR PUSTAKA
1. Patel S, Meixner JA, Smith MB, McGinnis MR. Superficial mycoses and dermatophytes.
In : Tyring SK, Lupi O, Hengge UR, editors. Tropical dermatology. China: Elsenvier inc,
2006. p.185-92.
2. Nelson MM, Martin AG, Heffernan MP. Fungal disease with cutaneus involvement. In :
Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks:
Dermatology in general medicine. 6th ed. New York: Mc graw hill, 2004.p:1908-2001.
3. Sobera JO, Elewski BE. Fungal disease. In : Bolognia JL, Jorizzo JL, Raiini RP, editors.
Dermatology. Spain : Elsevier Science; 2003. p.1174-83.
4. Rook, Willkinson, Ebling. Mycology. In : Champion RH, Burton JL, Ebling FJG, editors.
Text book of dermatology. 5 th ed. London : Blackwell scientific publication,1992. p.1148-
9.
5. Habif TP. Clinacal dermatology. 4th ed. Edinburgh: Mosby, 2004
6. Goedadi MH, Suwito PS. Tinea korporis dan tinea kruris. In : Budimulja U, Kuswadji,
Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis.
-
7/29/2019 Kabin Lapkas Tinea Korporisok Dr Erin Nindyaa
36/36
Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004.p.31-4
7. Rushing ME. Tinea corporis. Online journal. 2006 June 29; available from;
http://www.emedicine.com/asp/tinea corporis/article/page type=Article.htm
8. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolff K, Suurmond D. Colour atlas and synopsis of clinical
dermatology. Athed New York: Mc graw hill.1999.
9. Noble SL, Forbes RC, Stamm PL. Diagnosis and management of common tinea infections.
1998 July 1, available from:
10. Amiruddin MD. Ilmu penyakit kulit. Makassar: Percetakan LKiS, 2003.
11. Allen Hb, Rippon JW. Superficial and deep mycoses. In : Moschella SL, Hurley HJ.
Dermatology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Sauders company, 1992. p.739-75
12. Budimulja U. Mikosis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. editors. Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. 3rd ed. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2002.p.92-3.
13. Arndt KA, Bowers KE. Manual of dermatology therapeutics with essential of diagnostic.
6th ed. Philadelphia: Lippincot Williams & willkins.2002.
14. Nugroho SA. Pemeriksaan penunjang diagnosis dermatomikosis superfisialis. In :
Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors.Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004.p.99-106.
15. Kuswadji, Widaty KS. Obat anti jamur. In : Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi
SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit
FKUI, 2004.p.108-16.