05/2006 1
Untuk Diagnosa Lebih Baik
LABORATORIUM KLINIK
Informasi Laboratorium[ ISSN 0854-7165 | No. 5/2006 ]
PEMERIKSAAN ANTI Salmonella typhi IgM UNTUK
DIAGNOSIS DEMAM TIFOID
DEMAM TIFOID DAN GAMBARAN KLINIS
Demam tifoid adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteriSalmonella typhi. Insidensi di Indonesia rata-rata 900.000 kasus/tahun denganangka kematian > 20.000 dan 91% kasus terjadi pada umur 3-19 tahun.Gambaran klinis demam tifoid bervariasi dari ringan sampai berat. Gambaranklinis ringan misalnya demam ringan, malaise, dan batuk kering, sedangkangambaran klinis yang berat adalah gangguan abdomen (rasa tidak enak diperut) sampai berbagai komplikasi yang berat misalnya perforasi usus.
Penelitian di daerah endemis menunjukkan bahwa banyak pasien dengan tifoid,khususnya anak-anak di bawah 5 tahun memiliki penyakit yang tidak spesifikyang tidak dikenali secara klinis sebagai tifoid (2,3).
PATOGENESIS
Salmonella typhi adalah bakteri gram negatif, termasuk keluargaEnterobacteriaceae. Bakteri ini memiliki antigen O9 dan O12 LPS, antigenprotein flagelar Hd dan antigen kapsular Vi. Di Indonesia beberapa isolatmemiliki jenis flagella yang unik yaitu Hj (2).
Seseorang terinfeksi Salmonella typhi melalui makanan atau minuman yangterkontaminasi bakteri tersebut. Waktu inkubasi sangat tergantung padakuantitas bakteri dan juga host factors. Waktu inkubasi umumnya berkisarantara 3 hari sampai > 60 hari .
Organisme yang masuk ke dalam tubuh akan melewati pilorus dan mencapaiusus kecil. Organisme secara cepat berpenetrasi ke dalam epitel mukosamelalui sel-sel microfold atau enterocytes dan mencapai lamina propria, dimana secara cepat ditelan oleh makrofag. Beberapa bakteri masih berada didalam makrofag jaringan limfoid usus kecil. Beberapa mikroorganismemelewati sel-sel retikuloendotelial hati dan limpa. Salmonella typhi dapatbertahan dan bermultiplikasi dalam sel-sel fagosit mononuclear folikel-folikel
limfoid, hati dan limpa (3).
Daftar Isi1 Pemeriksaan Anti Salmonella
typhi IgM untuk Diagnosis
Demam Tifoid
4 Homosistein dan
Metabolisme Lipid
5 Progesteron 17-OH
6 Tacrolimus
05/20062
Pada fase bakteremia, organisme menyebar ke seluruhbagian tubuh. Tempat yang paling banyak untuk infeksisekunder adalah hati, limpa, sumsum tulang, empedudan Peyer’s Patches dari terminal ileum. Invasi empeduterjadi secara langsung dari darah atau oleh penyebaranretrograde dari bile. Organisme diekskresikan ke dalamempedu (melalui reinvasi dinding intestinal) atau kedalam feses.
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keparahandan outcome klinis demam tifoid. Faktor-faktor tersebutadalah lamanya sakit sebelum memperoleh terapi yangsesuai, pilihan antimikroba yang digunakan, paparansebelumnya/riwayat vaksinasi, virulensi strain bakteri,kuantitas inokulum yang tertelan, host factors (tipe HLA,keadaan imunosupresi, dan pengobatan lain seperti H2blockers atau antasida yang mengurangi asam lambung)(3).
DIAGNOSIS
Tidak adanya gejala-gejala atau tanda yang spesifikuntuk demam tifoid, membuat diagnosis klinik demamtifoid menjadi cukup sulit. Di daerah endemis, demamlebih dari 1 minggu yang tidak diketahui penyebabnyaharus dipertimbangkan sebagai tifoid sampai terbuktiapa penyebabnya. Diagnosis pasti demam tifoid adalahdengan isolasi/kultur Salmonella typhi dari darah,sumsum tulang, atau lesi anatomis yang spesifik. Adanyagejala klinik yang karakteristik demam tifoid ataudeteksi respon antibodi yang spesifik hanyamenunjukkan dugaan demam tifoid tetapi tidakdefinitif/pasti (3).
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untukdiagnosis demam tifoid yaitu (2,3) :
a. Kultur- Kultur Aspirasi Sumsum Tulang
Kultur aspirasi sumsum tulang merupakan goldstandard untuk diagnosis pasti demam tifoid.Kultur aspirasi sumsum tulang tepat untuk pasienyang sebelumnya telah diobati, long history ofillness dan hasil kultur darah negatif. Kultursumsum tulang positif pada 80-95% pasien demamtifoid bahkan pada pasien-pasien yang telahmenerima antibiotik selama beberapa hari.
- Kultur Feses Kultur feses dapat dilakukan untuk isolasi
Salmonella typhi dan khususnya bermanfaat untukdiagnosis carrier tifoid. Isolasi Salmonella typhidari feses adalah sugestif demam tifoid.
- Kultur DarahKultur darah positif pada 60-80% pasien tifoid.Sensitivitas kultur darah lebih tinggi pada minggupertama sakit dan sensitivitasnya meningkat
sesuai dengan volume darah yang dikultur dan rasiodarah terhadap broth. Sensitivitas kultur darahdapat menurun karena penggunaan antibiotiksebelum dilakukan isolasi, namun hal ini dapatdiminimalisasi dengan menggunakan sistem kulturdarah otomatis seperti BacT Alert, Bactec 9050dengan menggunakan media kultur (botol kultur)yang dilengkapi dengan resin untuk mengikatantibiotik.
Beberapa penyebab kegagalan dalam mengisolasi kumanSalmonella typhi adalah :- keterbatasan media di laboratorium- konsumsi antibiotik- volume spesimen yang dikultur- waktu pengambilan sampel (positivitas tertinggi
adalah demam 7-10 hari)
b. Pemeriksaan SerologiDemam tifoid menginduksi respon imun humoral baiksistemik maupun lokal tetapi respon imun ini tidakdapat memproteksi dengan lengkap terhadapkekambuhan dan reinfeksi. Beberapa pemeriksaanserologi diantaranya:- Widal
Peran widal dalam diagnosis demam tifoid sampaisaat ini masih kontroversial karena sensitivitas,spesifisitas dan nilai ramalnya sangat bervariasitergantung daerah geografis. Pemeriksaan widalmendeteksi antibodi aglutinasi terhadap antigenO dan H. Biasanya antibodi O muncul pada hari ke6-8 dan H pada hari 10-12 setelah onset penyakit.Pemeriksaan pada fase akut harus disertai denganpemeriksaan kedua pada masa konvalesens.Hasil negatif palsu pemeriksaan widal bisamencapai 30%. Hal ini disebabkan karena pengaruhterapi antibiotik sebelumnya. Spesifisitaspemeriksaan widal kurang begitu baik karenaserotype Salmonella yang lain juga memilikiantigen O dan H. Epitop Salmonella typhi jugabereaksi silang dengan enterobacteriaceae lainsehingga menyebabkan hasil positif palsu. Hasilpositif palsu juga dapat terjadi pada kondisi klinisyang lain misalnya malaria, typhus bacteremia yangdisebabkan oleh organisme lain dan juga sirosis.Di daerah endemis terjadi low backgroundantibody pada populasi sehingga diperlukan cut offyang berbeda antar area.
- Pemeriksaan Serologi TerbaruPemeriksaan serologi untuk Salmonella typhi telahbanyak berkembang, diantaranya yaitu :- Tubex® TF (mendeteksi antibodi IgM tehadapantigen O9 LPS Salmonella typhi)
- Typhidot (mendeteksi Antibodi IgG dan IgMterhadap antigen 50 kD Salmonella typhi)
- Typhidot M (mendeteksi antibodi IgM terhadapantigen 50 kD Salmonella typhi)
05/2006 3
- Dipstick test (mendeteksi antibodi IgM terhadapantigen LPS Salmonella typhi)
c. Teknik MolekularSeperti halnya kultur darah, target dari teknik-teknikmolekular adalah patogen itu sendiri sehinggabermanfaat untuk deteksi awal penyakit. Teknikhibridisasi menggunakan probe DNA adalah teknikbiologi molekular pertama yang digunakan untukdiagnosis demam tifoid. Teknik ini memilikispesifisitas yang tinggi namun kurang sensitif.Teknik ini tidak dapat mendeteksi Salmonella typhibila jumlah bakteri < 500 bakteri/mL. Kemudianberkembang teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)dengan spesifisitas dan sensitivitas yang lebih baik(1-5 bakteri/mL). PCR untuk identifikasi Salmonellatyphi ini tersedia di beberapa negara namunpenggunaannya masih terbatas untuk penelitiankarena harganya yang cukup mahal. Selain itu,diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasihasil pemeriksaan teknik molekular termasuk PCRterutama di daerah dengan endemisitas demam tifoidyang tinggi seperti di Indonesia (5).
TUBEX® TF (ANTI Salmonella typhi IgM)
Tubex® TF adalah pemeriksaan diagnostik in vitrosemikuantitatif yang cepat dan mudah untuk deteksidemam tifoid akut. Pemeriksaan ini mendeteksi antibodiIgM terhadap antigen O9 LPS Salmonella typhi.Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan adalah > 95%dan > 93% (1).
Prinsip PemeriksaanMetode pemeriksaan yang digunakan adalah InhibitionMagnetic Binding Immunoassay (IMBI). Antibodi IgMterhadap antigen O9 LPS dideteksi melalui
kemampuannya untuk menghambat interaksi antarakedua tipe partikel reagen yaitu indikator mikrosferlateks yang disensitisasi dengan antibodi monoklonalanti O9 (reagen berwarna biru) dan mikrosfer magnetikyang disensitisasi dengan LPS Salmonella typhi (reagenberwarna coklat). Setelah sedimentasi partikel dengankekuatan magnetik, konsentrasi partikel indikator yangtersisa dalam cairan menunjukkan daya inhibisi.Tingkat inhibisi yang dihasilkan adalah setara dengankonsentrasi antibodi IgM Salmonella typhi dalamsampel. Hasil dibaca secara visual denganmembandingkan warna akhir reaksi terhadap skalawarna (1).
Prosedur Pemeriksaan :
Interpretasi Hasil (4)
Pemeriksaan Tubex sangat sensitif dan spesifik untukdeteksi demam tifoid. Hal ini disebabkan karenapenggunaan antigen O9 LPS yang memiliki sifat-sifatsebagai berikut (1) :1. Immunodominan dan kuat2. Antigen O9 (atau LPS secara umum) bersifat thymus
independent type 1, imunogenik pada bayi (antigenVi dan H kurang imunogenik), dan merupakanmitogen yang sangat kuat terhadap sel B.
3. Antigen O9 dapat menstimulasi sel-sel B tanpabantuan sel T (tidak seperti antigen-antigen protein)sehingga respon anti-O9 dapat terdeteksi lebih cepat.
Skala Interpretasi Keterangan
< 2 Negatif Tidak menunjukkan infeksi Demam Tifoid
3 Borderline Pengukuran tidak dapat disimpulkan
Lakukan pengambilan darah ulang 3-5 hari
kemudian
4-5 Positif Indikasi infeksi Demam Tifoid
> 6 Positif Indikasi kuat infeksi Demam Tifoid
05/20064
4. LPS dapat menimbulkan respon antibodi yang kuatdan cepat melalui aktivasi sel B via reseptor sel Bdan reseptor lain (Toll like receptor 4)
5. Spesifisitas yang tinggi (>90%) karena antigen O9yang sangat jarang ditemukan baik di alam ataupundi antara mikroorganisme.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahuisensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan Tubex sepertitercantum pada tabel berikut (4):
PENUTUP
Isolasi Salmonella typhi adalah metode gold standarduntuk diagnosis pasti demam tifoid namunmembutuhkan waktu yang cukup lama dansensitivitasnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Saat initelah berkembang berbagai pemeriksaan serologi untukmenunjang diagnosis tifoid, dengan waktu pemeriksaanyang lebih cepat. Tubex® TF mendeteksi antibodi O9LPS IgM untuk diagnosis infeksi akut maupun reinfeksidengan cepat dan mudah, juga memiliki sensitivitasdan spesifisitas yang jauh lebih baik dibandingkan Widalyang saat ini banyak digunakan di Indonesia.
Tatat Novianti
Rujukan :1. Informasi produk TUBEX® TF. Pacific Biotekindo.
2. Parry CM. Typhoid Fever. NEJM 2002; 347(22): 1770-1782.
3. WHO. Background document : The diagnosis, treatment and
prevention of typhoid fever.
4. Package Insert TUBEX® TF (IDL).
5. Haque A. Early detection of typhoid by polimerase chain
reaction. Annals of Saudi Medicine 1999; 19(4) : 337-340.
HOMOSISTEIN DAN METABOLISME
LIPID
PENDAHULUAN
Peningkatan konsentrasi homosistein terkait denganrisiko coronary artery disease (CAD), serangan jantung,stroke, peripheral arterial disease, venous thrombosis(deep vein thrombosis dan pulmonary embolism),demensia, neural tube defect, serta timbulnyakomplikasi pada kehamilan (preeclampsia, placentalabruption dan keguguran) (1).
Hiperhomosistein juga dapat mengakibatkanpeningkatan radikal bebas seperti radikal superoksida,hidrogen peroksida dan gangguan produksi nitric oxide(NO) endotel sehingga pemaparan vaskular terhadapkonsentrasi homosistein yang tinggi mengakibatkankerusakan oksidatif pada vaskular. Stres oksidatif jugaakan mengaktivasi faktor proinflamasi NF-κB, yangselanjutnya akan memicu ekspresi TNF-α, RAGE/EN-RAGE, VCAM-1, tissue factor dan MMP-9. Peningkatanhomosistein akan menstimulasi proliferasi sel-sel ototpolos dan peningkatan oksidasi LDL. Selain itu,hiperhomosistein juga dikaitkan dengan peningkatankondisi protrombotik yang ditunjukkan dengan adanyapeningkatan agregasi trombosit, pembentukan tissuefactor (TF), pembentukan faktor-faktor koagulasiseperti faktor V, X dan XII, yang diikuti dengan penurunanaktivasi protein C dan trombomodulin, serta modulasiikatan tissue plasminogen activator kepada reseptorendotel annexin II (1,2).
Gambar 1. Metabolisme Homosistein dan DisfungsiVaskular (3)
Peneliti/
Negara
Lim PL et al,
Malaysia
Grzegorz Oracz
et al,Polandia (Ped)
Sonja J. Olsen
et.al, Vietnam
Razel L. Kawano,
RMT Philipines
Metode
TUBEX
Inh-ELISA
Inh-slide
IgM ELISA
IgG ELISA
Agg-well
Agg-slide
Widal (TO + TH)
TUBEX
TUBEX
TUBEX
Sensitivitas
100 (16)
100 (15)
38,5 (13)
100 (15)
86,7 (15)
31,3 (16)
18,2 (11)
81,3 (16)
92,6
78 (43/55)
94,7
Spesifisitas
100 (69)
96,8 (62)
100 (20)
96,9 (64)
95,3 (64)
100 (55)
91,3 (23)
43,3 (30)
94,83
94 (17/18)
80,4
Tahun
1998
2003
2004
2005
05/2006 5
HOMOSISTEIN DAN EKSPRESI
APOLIPOPROTEIN A-I
Faktor risiko konvensional untuk penyakitkardiovaskular yang meliputi hiperkolesterolemia,hipertensi, merokok, dan diabetes terjadi pada 50%kasus kardiovaskular. Studi menunjukkan bahwahiperhomosistein yang terjadi pada 5-7% populasi umum,juga merupakan faktor risiko penyakit aterosklerotikdan trombotik. Banyak data studi epidemiologimengindikasikan bahwa kenaikan konsentrasi plasmatotal homosistein tidak terkait dengan perubahankonsentrasi kolesterol total plasma yang signifikantetapi menunjukkan korelasi yang negatif dengankonsentrasi HDL plasma. Efek homosistein padametabolisme HDL menjadi penting karena HDL bersifatprotektif terhadap penyakit vaskular denganmemfasilitasi reverse cholesterol transport (RCT),mencegah oksidasi lipoprotein, menurunkan ekspresiadhesion molecules pada sel vaskular, dan bersifatantiinflamasi. Apolipoprotein A-I (ApoA-I) merupakankomponen protein utama dari HDL dan efek protektifapoA-I terkait dengan peningkatan produksi HDL (4,5).
Beberapa pengaruh hiperhomosisteinemia denganmetabolisme lipid antara lain (4,5):• Upregulasi transkripsi sintesis kolesterol yang
diakibatkan efek homosistein pada hepaticendoplasmic reticulum stress dan aktivasi sterolregulatory binding protein (SREBP)
• Peningkatan konsentrasi VLDL plasma yangdiakibatkan gangguan pada lipolisis VLDL
• Penurunan aktivitas lecithin-cholesterolacyltransferase (LCAT) yang mengakibatkanpenurunan konsentrasi kolesterol-HDL dan gangguanlipolisis VLDL
• Hiperhomosistein menurunkan konsentrasi PPARαdan protein ApoA-I pada sel HepG2. Didugahiperhomosistein dapat menurunkan ekspresi ApoA-I dengan downregulasi proses transkripsi ApoA-I yangdimediasi PPARα. Selain melalui PPARα,hiperhomosistein dapat mendownregulasi ApoA-Imelalui peningkatan signaling NF-κB yang selanjutnyaakan menurunkan transkripsi ApoA-I.
• Hiperhomosistein dapat meningkatkan ekspresiCYP7A1
PENUTUP
Konsentrasi plasma homosistein merupakan faktor risikoindependen untuk kejadian aterosklerosis,serebrovaskular, peripheral vascular disease, deep veinthrombosis dan tromboembolisme.
Hiperhomosistein diduga dapat berkontribusi padakejadian kardiovaskular melalui penurunan ekspresiApoA-I dan peningkatan ekspresi CYP7A1, yangdimediasi oleh PPARα.
Yani Lina
Rujukan :
1. Varga EA, Sturm AC, Misita CP, Moll S. Homocysteine and
MTHFR Mutations : Relation to Thrombosis and Coronary
Artery Disease. Circulation 2005; 111: e289-e293.
2. Hofmann MA, Lalla E, Lu Y, Gleason MR, Wolf BM, Tanji N, et
al. Hyperhomocysteinemia Enhances Vascular Inflammation
and Accelerates Atherosclerosis in Murine Models. The
Journal of Clinical Investigation 2001; 107/6 : 675-683.
3. Hajjar KA. Homocysteine : A Sulphurous Fire. The Journal of
Clinical Investigation 2001; 107/6 : 663-664.
4. Mikael LG, Genest J, Rozen R. Elevated Homocysteine
Reduces Apolipoprotein A-I Expression in
Hyperhomocysteinemic Mice and in Males with Coronary
Artery Disease. Circulation Research 2006; 98: 564-571.
5. Devlin AM, Lentz SR. Apo A-I : Missing Link Between
Homocysteine and Lipid Metabolism?. Circulation Research
2006 ; 98: 431-433.
PROGESTERON 17-OH
PENDAHULUAN
17-Hydroxyprogesterone (Progesteron 17-OH)merupakan hormon steroid C-21 yang diproduksi padasintesis glukokortikoid dan steroid sex. Hormon initerutama diproduksi pada kelenjar adrenal dan beberapapada kelenjar gonad, khususnya corpus luteum dariovary. Kandungan Progesteron 17-OH berbeda dari 17-hydroxyprogesterone caproate. Progesteron 17-OHGambar 2. Pengaruh Hiperhomosisteinemia pada
Metabolisme HDL (5)
05/20066
merupakan progestin alami dan pada kehamilanmeningkat terutama pada trimester ketiga yaituproduksi adrenal janin. Secara struktur hormon sintetik(artifisial) Progesteron 17-OH kaproat sama sepertimedroxyprogesterone acetate dan megastrol acetate(1,2,3).
TUJUAN PEMERIKSAAN PROGESTERON 17-
OH (2)
1. Diagnosis congenital adrenal hyperplasia pada pasiensimptomatik dan untuk monitor efektivitas terapipengganti kortisol pada pasien.
2. Termasuk pada program newborn screening yaituuntuk mendeteksi congenital adrenal hyperplasia.
3. Evaluasi keadaan hirsutism, infertilitas dan/atauhermaproditisme pada pasien wanita dengankemungkinan defisiensi 21-hydroxylase.
4. Untuk menilai tumor adrenal tertentu atau ovarium.
FAKTOR TEKNIS PEMERIKSAAN
PROGESTERON 17-OH
Pemeriksaan Progesteron 17-OH merupakanpemeriksaan dengan metode 125I radioimmunoassay fasepadat yang dirancang untuk penentuan konsentrasi17α-hydroxyprogesterone (4-pregnen-17α-ol-3,20-dione) pada serum dan plasma. Pemeriksaan inididasarkan pada antibodi khusus 17α-hydroxyprogesterone yang diimobilisasi pada dindingtabung polipropilen. 125I-labeled 17α-hydroxyprogesterone bercampur dengan 17α-hydroxyprogesterone pada sampel pasien dan kemudianakan menempel dengan antibodi. Lalu isi tabungdituangkan, untuk memisahkan ikatan yang masihbebas, kemudian dihitung menggunakan gamma counter(1,4).
Sirkulasi Progesteron 17-OH pada keadaan normalmemperlihatkan pola diurnal yang sama dengan kortisol,dengan nilai yang lebih tinggi pada pagi haridibandingkan pada sore hari. Progesteron 17-OHmeningkat selama fase luteal menstruasi dan semakinmeningkat selama kehamilan. Pemeriksaan Progesteron17-OH pada sampel darah yang dikumpulkan pada kertassaring digunakan untuk skrining congenital adrenalhyperplasia pada awal kelahiran (1).
Stabilitas sampel pada 2-8oC selama 4 hari atau sampai1 bulan pada -20oC.
Nilai rujukannya adalah sebagai berikut (1) :
Elva Aprilia Nasution
Rujukan :
1. Kit insert 17α-OH Progesterone (DPC).
2. Jacobs DS, DeMott WR, Oxley DK. Laboratory Test Handbook
2nd ed, Ohio: Lexi-Comp, 2002, 659-660.
3. 17-Hydroxyprogesterone from Wikipedia, the free
encyclopedia, http://en.wikipedia.org/wiki/17-
Hydroxyprogesterone.
4. 17-OH progesterone, http://www.stlukes-stl.com/ency/
article/003713.htm.
TACROLIMUS
PENDAHULUAN
Tacrolimus merupakan senyawa imunosupresif yangdihasilkan oleh Streptomyces tsukubaenis. Tacrolimusadalah antibiotik makrosiklik lakton-laktam.Tacrolimusbersifat mudah larut dalam alkohol dan beberapa jenislemak serta merupakan imunosupresan yang lebih potendibanding siklosporin (1,5,6).
Mekanisme kerja Tacrolimus ialah dengan mencegahaktivitas fosfatase calcineurin sehingga menghambataktivasi limfosit T dan mencegah sintesis IL-2 (2).
INDIKASI PENGGUNAAN TACROLIMUS
Indikasi penggunaan tacrolimus: allotransplantasi ginjal,hepatik, paru-paru dan jantung. Tacrolimus diberikankepada pasien setelah transplantasi dengan tujuanuntuk mencegah penolakan organ (3).
Kelompok
Laki-laki:
20-59 tahun
Wanita
Fase folikular (22 - 45 tahun)
Fase luteal (22 - 45 tahun)
Oral contraseptives
Post Menopausal
Nilai Rujukan
(nmol/L)
1,82 - 10,35
0,57 - 5,51
0,67 - 14,19
0,54 - 7,6
0,61 - 5,2
Kelompok Umur
1 - 30 hari
31 - 182 hari
183 hari - 1 tahun
1 - 3 tahun
4 - 6 tahun
7 - 9 tahun
10 - 12 tahun
13 - 15 tahun
16 - 18 tahun
Nilai Rujukan (nmol/L)
Laki-laki Wanita
1,6 - 5,6 0,5 - 6,2
1,1 - 4,8 0,8 - 3,3
0,2 - 1,2 0,2 - 1,4
0,1 - 0,6 0,1 - 1,5
0,0 - 1,0 0,1 - 1,0
0,0 - 1,4 0,1 - 1,3
0,0 - 1,0 0,1 - 1,0
0,7 - 2,5 0,1 - 2,2
0,2 - 3,0 0,1 - 2,8
05/2006 7
PENGUKURAN TACROLIMUS
Tacrolimus atau dikenal sebagai protein FK-506 diukurkadarnya dalam darah secara kuantitatif untukmengetahui seberapa jauh kadarnya telah mencapai ataumelampaui kadar terapetik sehingga dapatdikendalikan. Pengukuran dilakukan pada beberapakeadaan seperti setelah transplantasi, kekambuhanpenyakit (intercurrent illness) dan pada pemberian obatyang bersamaan.
Kadar tacrolimus diukur setelah mencapai steady state.Sampel darah diambil 12 jam setelah dosis oral atau“segera sebelum dosis kedua”. Konsentrasi tacrolimussebaiknya dipantau 3 kali per minggu selama beberapabulan terapi, kemudian frekuensinya dikurangi selamaperiode pasca transplantasi. Pada pengobatanimunosupresif kronis atau pada keadaan yang didugadapat mengakibatkan perubahan farmakokinetik,pemantauan yang lebih sering diperlukan.
Batasan toksik atau terapetik bervariasi tergantungkepada organ yang ditransplantasikan dan waktusemenjak pasca-transplantasi. Pengukuran kadartacrolimus, dapat membantu klinisi dalam penyesuaiandosis sehingga dicapai efek terapi yang optimal danmencegah toksisitas.
KAPAN DILAKUKAN PENGUKURAN
TACROLIMUS ?
• Awal Pengobatan (Inisial Terapi) : setelah kondisisteady state tercapai (2 hari)
• Apabila ada dugaan pemberian dosis yang suboptimal :setiap saat setelah kondisi steady state tercapai (2 hari)
• Apabila ada dugaan toksisitas : setiap saat
METODE PENGUKURAN TACROLIMUS
Metode yang digunakan dapat FPIA (FluorescencePolarization Immunoassay) atau MEIA (MicroparticleEnzyme Immunoassay) atau HPLC-MS (High PressureLiquid Chromatography/tandem Mass Spectrometry) (3).
Sampel yang digunakan adalah darah EDTA atau darahheparin walaupun penggunaan antikoagulan heparintidak direkomendasikan sebab cenderung membentukclot dalam penyimpanan (3,7).
INTERAKSI OBAT ATAU MAKANAN
Pemakaian tacrolimus dengan beberapa obat danmakanan dapat mengakibatkan efek toksik atausuboptimal sehingga pengobatan tidak memberikankonsentrasi tacrolimus sesuai dengan hasil yangdiharapkan (4).
Berikut ini beberapa interaksi obat atau makanandengan tacrolimus yaitu :• Obat atau makanan yang dapat menghambat enzim
mikrosomal hepatik seperti diltiazem, nikardipin,verapamil, flukonazol, itrakonazol, ketokonazol,klotrimazol, eritromisin, metilprednisolon,metoklopramid, dan grapefruit juice dapatmenurunkan metabolisme tacrolimus danmeningkatkan konsentrasi tacrolimus dalam cairanbiologi.
• Obat yang menginduksi aktivitas sitokrom P-450seperti rifampin, karbamazepin, fenobarbital ataufenitoin dapat meningkatkan metabolismetacrolimus dan menurunkan konsentrasi tacrolimusdalam cairan biologi.
• Pemberian tacrolimus bersama dengan amfoterisinB, ibuprofen, rapamisin dan siklosporin dapatmempotensiasi disfungsi ginjal.
• Pemberian tacrolimus dengan potassium-sparingdiuretic atau intake kalium yang tinggi sebaiknyadihindari karena tacrolimus dapat mengakibatkanhiperkalemia.
• Pemberian vaksin bersama tacrolimus sebaiknyadihindari karena efek imunosupresif tacrolimus
Sri Paulani
Rujukan :
1. FK-506. In Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis
of Therapeutics Vol.II. Pergamon Press 1991;8: 1273-1274.
2. Tacrolimus. http://www.adhb.gout.nz/labplushandbook/
hanbook/ManualTACROLIMUS.html.
3. Tacrolimus. http://labcorp.com/datasets/labcorp/html/
chapter/mono/td039100.html.
4. Tacrolimus. http://www.renux.dmed.ed.ac.uk/EdREN/
Handbookbits/TPHdbkbits/HDBKtacrolimus.html.
5. Tacrolimus. http://www.transweb.org/references/articles/
drugs/fkgeneral.html.
6. Bekersky, I, Dressles, D, Alak, A, Boswell, GB., Mekki, QA.
Comparative Tacrolimus Pharmacokinetics. J. Clin Pharmacol
2001; 41: 628-635.
7. Tacrolimus. http://panacea-biotec.com/products/
pangraf.html.
05/20068
November 2006-3658
Redaksi Kehormatan
Prof. DR. Dr. Marsetio Donosepoetro
Drs. Andi Wijaya
Prof. DR. Dr. FX. Budhianto Suhadi
DR. Dr. Irwan Setiabudi
Ketua Dewan Redaksi/Penanggung Jawab
Dra. Marita Kaniawati, M.Si
Anggota Dewan Redaksi
Dra. Dewi Muliaty, M.Si
Dra. Ampi Retnowardani, M.Si
Dra. Lies Gantini, M.Si
Yani Lina S.Si
Alamat Redaksi
Laboratorium Klinik Prodia
Jl. Cisangkuy 2, Bandung 40114
Telepon: (022) 7234210 (Hunting)
Fax : (022) 7234183
e-mail: [email protected]
website: www.prodia.co.id
Informasi Laboratorium