ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DAN PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu kabupaten bireuen)
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Politik
Oleh:Faroq Al Anbari1010103010067
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEHTAHUN 2013
DAFTAR ISI .............................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
1.1 Latar Belakang Penelitian..........................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................
1.4.1 Kegunaan Praktis (operasional)......................................
1.4.2 Kegunaan Akademis (teoritis)........................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................
2.1 Pelayanan Publik........................................................................
2.1.1 Deskripsi Pelayanan Publik .............................................
2.1.2 Kualitas Pelayanan Publik ...............................................
2.1.3 Pemantapan Penyelenggaraan Pelayanan Publik .............
2.2 Investasi Daerah ........................................................................
2.2.1 Jenis-Jenis Investasi di Daerah.........................................
2.3 Pendapatan Asli Daerah ............................................................
2.4 Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu ...................................
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................
3.1 Desain Penelitian........................................................................
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian.................................................
3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data.....................................
3.4 Operasionalisasi Variable...........................................................
3.5 Metode Analisis dan Rancangan Pengujian Hipotesis...............
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................\
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Penelitian
Percepatan proses pembangunan pada suatu daerah bergantung pada mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Dalam hal ini Pemerintah Daerah memiliki andil yang
besar dalam pencapaian kriteria keberhasilan daerahnya. Penerapan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana yang telah direvisi dengan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan yang kedua Nomor 12 Tahun 2008, telah menjadi sebuah
landasan hukum bagi instansi pemerintahan di daerah untuk mengelola dan mengatur daerahnya
secara otonomi/desentralisasi.
Otonomi daerah akan berimplikasi pada perubahan beban tugas dan struktur organisasi
yang ada di daerah. Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang luas kepada Pemerintah
Daerah untuk meningkatkan potensi daerahnya guna menghadapi tantangan persaingan global
dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.
Sabarno (2007:190) menyebutkan bahwa persyaratan dalam pembentukan daerah otonom
menurut pasal 5 ayat 1 UU Nomor 32 Tahun 2004 adalah syarat administratif, syarat teknis dan
syarat kewilayahan. Ketiga syarat tersebut bukan menjadi formalitas bagi tingkat pengambil
kebijakan, tetapi menjadi pedoman dan panduan dalam menentukan dapat tidaknya suatu daerah
dimekarkan. Atas dasar rumusan ke tiga syarat di atas, daerah otonom akan berfungsi demi
peningkatan peranan pemerintah daerah secara aktif dalam melayani kegiatan publik dan
mendekatkan fungsi kepemerintahan kepada masyarakat. Pemekaran daerah otonom juga harus
menjadi dasar partisipasinya birokrasi daerah yang dimekarkan dalam melayani kegiatan publik.
Sehingga diharapkan komitmen birokrasi daerah tersebut dalam melayani publik secara
professional dan semakin membudaya. Disamping itu, memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara profesional, langsung maupun tidak langsung akan memberdayakan daerah
sebagai sokoguru pemerintahan negara secara keseluruhan.
Provinsi Aceh adalah salah satu provinsi dari negara kesatuan Republik Indonesia.
Diketahui dari sejarahnya bahwa daerah Aceh merupakan daerah modal dalam persiapan
kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah pusat memberikan status
keistimewaan kepada daerah Aceh, baik dalam bidang pendidikan, agama, maupun <baca
tentang jenis2 keistimewaan Aceh>.
Provinsi Aceh beribukotakan Banda Aceh.
-----
<tulis beberapa hal diantaranya; kualitas pelayanan publik, peningkatan iklim investasi,
dan pendapatan asli daerah>
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan langkah yang tepat bagi Pemerintah Daerah
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat guna tercapainya kesejahteraan masyarakat
atau publik, salah satu diantara hal yang penting adalah kualitas pelayanan dalam birokrasi
pelayanan publik. Perbaikan kualitas pelayanan publik menjadi salah satu isu yang menarik
untuk dibicarakan mengingat bahwa sampai saat ini.
Adnan (2013) menyebutkan bahwa peningkatan kualitas layanan publik dapat mendorong
peningkatan PAD (Pendapatan Asli Daerah).
Birokrasi yang memiliki kinerja buruk dalam.....
Salah satu tugas pemerintah adalah memberi pelayanan kepada masyarakat atau publik. Perbaikan dan peningkatan kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan publik menjadi isu yang semakin penting untuk segera mendapatkan perhatian dari semua pihak. Birokrasi yang memiliki kinerja buruk dalam memberikan pelayanan kepada publik akan sangat mempengaruhi kinerja
- masukkan hal ini (Etika kerja Islam menekankan kreatifitas kerja sebagai sumber kebahagiaan dan kesempurnaan dalam hidup. Pada hakekatnya, seorang manusia bekerja untuk mencapai falah ( kesuksesan, kemuliaan atau kemenangan ). Selain itu, etika kerja Islam menuntut kejujuran, kebaikan, kebenaran, rasa malu, kesucian diri, kasih sayang, hemat dan kesederhanaan (qana’ah dan zuhud) (Arifuddin dan Anik, 2002). Islam memandang bahwa bekerja merupakan satu kewajiban bagi setiap insan. Karena dengan bekerja, seseorang akan memperoleh penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan juga keluarganya serta dapat memberikan maslahat bagi masyarakat di sekitarnya. Oleh karenanya Islam bahkan mengkategorikan bekerja sebagai ibadah, yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam surat At Taubah : 105: “Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".)
- peraturan mengenai pelayanan publik (pasal 32 thn 2004 ok dikit)
- fungsi pelayanan publik
- untuk apa pelayanan publik dilaksanakan
- pentingnya kualitas dalam pelayanan
- singkroniasi pelayanan publik dengan pelayanan prima
- gambaran iklim investasi di indonesia
- hambatan dan permasalahan investasi di indonesia
- pendapatan nasional
- sumber pendapatan nasional
- pendapatan asli daerah
- sumber pendapatan asli daerah
- cek data investasi negara pada bkpm, terutama bkpmd
- cek data PAD pada dinas pendapatan daerah
- cek data perizinan pada kantor walikota
- cek jumlah ptsp di indonesia (dari buku BKPM)
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa
masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini sebagaimana berikut:
1. Bagaimana kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bireuen kepada masyarakat.
2. Bagaimana iklim investasi dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten bireuen setelah
adanya Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu.
1. 3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu Kabupaten Bireuen kepada masyarakat.
2. Iklim investasi dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bireuen setelah adanya
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu.
1. 4 Kegunaan Hasil Penelitian
1. 4.1 Kegunaan Praktis (operasional)
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah sebagai
salah satu referensi dalam melakukan evaluasi berhubungan dengan pelayanan publik
di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kanupaten Bireuen
2. Penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dalam mengasah ketajaman analisis
dan meningkatkan ilmu pengetahuan terhadap kondisi riil di lapangan yang terkait
dengan kualitas pelayanan publik, peningkatan iklim investasi dan mengenai
Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta mengembangkan wawasan dan pemahaman
dalam membuat karya tulis ilmiah.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum
sebagai salah satu bahan informasi untuk menambah pengetahuan.
1. 4.2 Kegunaan Akademis (teoritis)
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kajian bidang Analisis
Kebijakan Publik, khususnya pada program studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala mengenai “Analisis Kualitas Pelayanan
Publik dan Peningkatan Iklim Investasi dan Pendapatan Asli Daerah”.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan perbandingan bagi
kajian yang sama pada penelitian selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bagian kajian pustaka meliputi:- Siapa yang pernah meneliti kajian tersebut sebelumnya- Dimana penelitian itu dilakukan- Bagaimana pendekatan dan analisisnya- Bagaimana kesimpulannya
Sub bab kajian pustaka yang akan dimasukkan:- Pelayanan Publik- Kualitas Pelayanan Publik- Metode pengu
Pelayanan PublikPemantapan Penyelenggaraan Pelayanan Publik Investasi Daerah Jenis-Jenis Investasi DaerahPendapatan Asli Daerah
2. 1 Pelayanan Publik
2.1.1 Deskripsi Umum Pelayanan Publik
Sebagaimana yang telah penulis paparkan dalam pendahuluan pada BAB sebelumnya,
bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, sektor pelayanan publik adalah salah satu
bidang yang sangat penting untuk diperhatikan. Dengan adanya pelayanan publik yang baik,
percepatan pembangunan maupun pelaksanaan program pemerintah juga akan terlaksana dengan
lebih baik.
Terminologi pelayanan publik (dalam bahasa Inggris disebut public service) berasal dari
dua kata, yaitu pelayanan (service) dan publik (public). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
versi online, pelayanan diartikan sebagai; (1) “perihal atau cara melayani”, (2) “usaha melayani
kebutuhan orang lain”, pengertian service dalam kamus Oxford adalah “a system that provides
something that the public needs, organized by the government or a private company .” Oleh
karena itu, penulis memahami pelayanan sebagai suatu fungsi yang memiliki sistem untuk
melayani dan menyediakan sesuatu yang dibutuhkan oleh orang lain. Sedangkan kata publik
(public) mengandung pengertian “umum” atau “masyarakat”.
Sebenarnya banyak referensi mengenai istilah pelayanan (service) dan publik (public)
yang telah diterjemahkan sesuai konteks bidangnya oleh para ahli. Namun, karena berbicara pada
sektor publik dalam hubungan pemerintah dengan masyarakat, penulis memilih pengertian
pelayanan yang berasal dari peraturan pemerintah maupun perundang-undangan yang berlaku.
Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(sekarang menjadi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi)
Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009, juga menyebutkan
bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Mencermati dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelayanan
publik, terdapat dua komponen yang saling berkaitan, yakni kegiatan yang dilakukan oleh
penyelenggara pelayanan serta pemenuhan kebutuhan dari yang menerima pelayanan.
Penyelenggara pelayanan publik dalam hal ini adalah pemerintah dan yang menerima pelayanan
adalah masyarakat.
Dari gambaran umum mengenai pelayanan publik di atas, dapat diketahui bahwa terdapat empat unsur yang terkait dengan diskusi pelayanan publik, yaitu; (1) pihak pemerintah atau birokrasi yang melayani; (2) pihak masyarakat yang dilayani; (3) tingkatan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah serta pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat; dan (4) pengaruh lingkungan di luar birokrasi dan masyarakat, seperti politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya
Seiring dengan perkembangan zaman, sudah menjadi sebuah keniscayaan untuk
menerapkan konsep pelayanan yang lebih baik. Dengan adanya reformasi di sektor
publik/pemerintahan, berbagai pendekatan pelayanan sebagaimana yang telah diaplikasikan pada
sektor privat/bisnis juga dilaksanakan pada sektor pemerintahan dalam rangka memberikan
pelayanan terbaik (prima) kepada masyarakat.
Sebagaimana yang disebutkan oleh Widodo. AS dan Kairulyadi (2012:2), tentang inisiasi
penerapan konsep Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) oleh Penjabat Sementara Walikota
Banda Aceh pada tahun 2005/2006, merupakan salah satu bukti nyata keseriusan pemerintah
daerah khususnya, dalam rangka memperbaiki kualitas pelayanan publik yang lebih baik dari
masa lalu.
.
Berdasarkan berbagai batasan konsep tersebut di atas, menunjukkan bahwa pelayanan publik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara baik dan berkualitas sebagai konsekuensi dari tugas dan fungsi pelayanan yang diembannya, berdasarkan hak-hak yang dimiliki oleh masyarakat dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan dan pembangunan.
2.1.2 Kualitas Pelayanan Publik
Morgan dan Murgatroyd (1994) dalam Abner Herry (2008 : 18) menyebutkan tentang
definisi kualitas menurut The European Organization for Quality Control sebagai berikut:
“Quality is the totally of feature of a product services that bears on itsability it satisfy given needs (Kualitas adalah bentuk-bentuk istimewa dari suatu produksi atau pelayanan yang mempunyai kemampuan untuk memuaskan kebutuhan masyarakat)”.
Menurut Kotler (1997:49), kualitas adalah “seluruh ciri serta sifat suatu produk atau
pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan
atau yang tersirat”. Dari kedua pengertian di atas sama-sama menyiratkan bahwa kualitas
memiliki hubungan dengan pelayanan. Kualitas yang baik dalam memberikan kepuasan
(satisfaction) kepada publik (masyarakat) akan mencerminkan pelayanan yang baik pula.
Kualitas pelayanan tidak hanya dipengaruhi oleh satu aspek saja, misalnya infrastruktur,
namun juga dari berbagai aspek pendukung lain yang saling berkaitan.
Kualitas biasanya tidak ditentukan oleh satu atribut atau dimensi tunggal dari suatu produk atau jasa, tetapi ditentukanoleh beberapa atribut. David Garvin[1]
memperkenalkan subyek kualitas yang diterapkan pada produk sisteminformasi dan telah mengidentifikasi delapan dimensi yang berbeda. Dimensi-dimensi
tersebut terdiri dari:
Pelayanan publik di Indonesia memang dinilai masih harus ditingkatkan lagi, baik dari
segi kualitas sumber daya manusia, maupun mekanisme sistem yang ditetapkan dalam birokrasi
pemerintahan.
Tuntutan pelayanan publik yang maksimal sudah menjadi sebuah keharusan, mengingat
era globalisasi yang menuntut profesionalisme dan kinerja yang baik di segala bidang termasuk
sektor pemerintahan.
Indonesia sebenarnya sudah ketinggalan jauh berkaitan dengan era atau tuntutan akan pelayanan publik yang memuaskan. Di belahan dunia, Amerika Serikat dan Eropa, tuntutan akan pelayanan publik yang memuaskan telah dimulai sejak era 1980-an. Kemudian berkembang pesat di era awal 1990-an seiring berkembangnya era service quality (serqual). Bagi sektor swasta (private), pelayanan konsumen sudah menjadi inti aktivitas bisnisnya jauh sebelum sektor publik menaruh perhatian ke masalah ini. Hopson dan Scally (1994 : 35) melukiskan ”good service is not smiling at the customer but getting the customer to smile at you”. Sektor swasta menganggap pelayanan yang memuaskan pada konsumen adalah penting dalam rangka meraih keuntungan yang bagus lebih banyak. Ungkapan tersebut melukiskan pemberian pelayanan yang bagus bukan
memberi senyum pada pelanggan.
2.1.4 Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Salah satu bentuk pelayanan publik yang diamanatkan oleh pemerintah dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 adalah Pelayanan
Terpadu Satu Pintu yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah yang secara langsung
memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik, yaitu masyarakat, instansi
pemerintah lainnya dan badan hukum yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Sabarno, Hari. 2007. Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa. Jakarta:Sinar Grafik.
Website: http://kbbi.web.id/layan. Diunduh pada 10 April 2012.
Kamus Oxford tentang pelayanan publik
Keputusan Menteri PAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Bajari, Abner Herry. 2008. Analisis Kualitas Pelayanan Bagi Peserta Asuransi kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin) di Puskesmas Candalima Semarang. Thesis. Program Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro Semarang.
AS, Widodo dan Kairulyadi. 2012. Penyederhanaan Layanan Perijinan Melalui Model One Stop Services: Belajar dari KPPTSP di Kota Banda Aceh. Yogyakarta: Initiatives for Governance Innovation (IGI).
Top Related