perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN PAIKEM PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN OLEH GURU PKn SMP DI KOTA
SURAKARTA
Skripsi
Oleh :
Tri Winarni
NIM K6404058
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN PAIKEM PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN OLEH GURU PKn SMP DI KOTA
SURAKARTA
Oleh :
Tri Winarni
NIM K6404058
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Tri Winarni.PENERAPAN PAIKEM PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OLEH GURU PKn SMP DI KOTA SURAKARTA . Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1). Mengetahui pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru PKn SMP di Surakarta, 2). Mengetahui penerapan pendekatan PAIKEM pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan oleh guru PKn SMP di Surakarta, 3). Mengetahui hasil dari penerapan metode PAIKEM dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen, serta tempat dan peristiwa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi berperan pasif, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Validitas data dilakukan dengan cara trianggulasi data. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) tahap pra lapangan, (2) tahap penelitian lapangan, (3) tahap analisis data, dan (4) tahap penulisan laporan.
Kesimpulan hasil penelitian adalah : (1).Bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru PKn SMP di Surakarta sebagian besar sudah menggunakan metode PAIKEM. Dari 8 sekolah yang di teliti yaitu SMPNegeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, dan SMP Murni 1 Surakarta sudah menggunakan metode CTL. SMP Kristen 3 Surakarta menggunakan metode pembelajaran terpadu, sedangkan SMP Negeri 16 Surakarta dan SMP Muhammadiyah 7 Surakarta menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif, (2). Bahwa penerapan pendekatan PAIKEM yang diterapkan di SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 16 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 3 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, SMP Muhammadiyah 7 Surakarta dan SMP Murni 1 Surakarta sudah berjalan dengan lancar. Hal ini dapat dilihat dari kerjasama antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah dan guru dengan siswa dalam mewujudkan tujuan yang sama yaitu peningkatan kualitas pendidikan. Penerapan pendekatan PAIKEM selain dapat ditemukan secara langsung dengan jalan observasi mengikuti kegiatan pembelajaran PKn di dalam kelas, juga dapat ditemukan secara implicit dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru yang mengajar pada mata pelajaran PKn, Pada RPP yang disusun oleh beberapa guru pendidikan kewarganegaraan, terkandung secara implicit penerapan pendekatan PAIKEM dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terlihat dari penerapan metode diskusi, pengkaitan dengan masalah nyata yang sedang terjadi yang digunakan dalam beberapa pertemuan untuk membahas sebuah kompetensi dasar. Penerapan dari diskusi dan pengkaitan dengan masalah yang ada memperlihatkan adanya praktik penerapan pendekatan PAIKEM, (3). Bahwa hasil dari pendekatan PAIKEM yang digunakan di SMPNegeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 16 Surakarta, SMP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 3 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, SMP Muhammadiyah 7 Surakarta dan SMP Murni 1 Surakarta dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: prestasi, motivasi dalam belajar meningkat, siswa berani bicara dan mengungkapkan pendapat, siswa lebih paham dan menguasai IPTEK dan bisa menerapkannya langsung. Siswa lebih aktif dalam KBM karena tidak terpancang pada guru saja dan lebih menikmati proses KBM karena merasa nyaman dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Tri Winarni. IMPLEMENTATION OF PAIKEM ON CIVIC EDUCATION BY CIVIC TEACHER OF SMP IN CURRICULUM BASED ON SCHOOL UNIT LEVEL IN SURAKARTA. Undergraduate thesis. Surakarta: education and teacher training, Sebelas Maret University. April 2012.
The aims of this research are: (1) to know learning approach used by the civic teacher of SMP in Surakarta, (2) to know the implementation PAIKEM approach on civic education by civic (Pkn) teacher of SMP in Surakarta, (3) to know the result of PAIKEM method implementation in curriculum based on school unit level.
This research used descriptive qualitative method with one focus strategy. Data source used were informant, document, place and events. The data collecting technique used were passive observation, deep interview, and document analysis. Validity and interactive analysis consisted of collecting data, reducing data, showing data and concluding data. The research procedures followed these steps: (1) pre-field step, (2) field research step, (3) data analysis, and (4) writing report.
The conclusions of the research result are: (1). That approach learning that is used by civics teacher of Junior High School in Surakarta most of them are using PAIKEM method. From 8 schools which were researched, SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, SMP Murni 1 Surakarta are using CTL mrthod. SMP Kristen 3 Surakarta are using integrated learning approach, whereas SMP Negeri 16 Surakarta and SMP Muhammadiyah 7 Surakarta using cooperative learning approach, (2). That application of PAIKEM approach that is applicated in SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 16 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 3 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, SMP Muhammadiyah 7 Surakarta and SMP Murni 1 Surakarta is running smoothly.This can be seen from cooperation between teachers and teachers, teachers and headmaster, and teachers and students in realizing the same purpose; it is enhancement of education quality. That the implementation of PAIKEM approach besides it could be found directly by observing the learning and teaching process in the class. It also could be found implicitly on its lesson plan (RPP) which was arranged by the teacher of Pkn, on some RPP of Pkn teacher there were the implementation of PAIKEM implicitly on doing teaching process. It could be seen from the using of discussion method, connecting real problem happen now were used in some meetings to discuss basic competence. Connecting real problem happen now showed the implementation of PAIKEM approach, (3). That the result of PAIKEM approach that is used in in SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 16 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 3 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, SMP Muhammadiyah 7 Surakarta and SMP Murni 1 Surakarta used in teaching learning process such as: good achievement, increasing motivation on learning, students were brave to talk and deliver the ideas, students were more understand and master IPTEK and they could applied it directly. Students became more active in teaching and learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
process because they were not focus on the teacher only and they enjoyed the teaching and learning process because they felt safe and secure in learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
“ Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan..”
(Q.S AL Baqarah : 286)
“ Fa inna ma’al Usri Yusraa ( Yusran)” artinya: sesungguhnya bersama kesulitan
itu ada kemudahan.
(Q.S Al Insyirah: 5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu atas doa, semangat, dan
kasih sayangnya
Kakak-kakak tercinta
Achmad Maulana dan Farah terkasih
Keluarga Tante Ema
Teman-Teman PKn Angkatan 2004
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan
yang timbul dapat teratasi. Untuk itu segala bentuk bantuannya, disampaikan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi dan penelitian
lapangan
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin penyusunan skripsi
3. Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, yang telah memberikan
pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dra. C.H Baroroh, M.Si sebagai Pembimbing I yang telah memberikan
curahan pikiran, mengarahkan dan membimbing serta memotivasi penulis
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini
5. Bapak Drs. Utomo, M.Pd, Pembimbing II yang telah mengarahkan dan
membimbing serta memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi, dan
menyelesaikan studi ini
6. Ibu Erna Yuliandari, S.H, Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi
Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
7. Segenap Dosen Pengajar Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
8. Kepala SMP Negeri dan swasta di Surakarta yang telah memberi ijin untuk
melakukan penelitian, sehingga diperoleh data yang berhubungan dengan
skripsi dari penulis.
9. Guru-Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri dan Swasta untuk
wawancaranya sehingga diperoleh data yang berhubungan dengan skripsi dari
penulis.
10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah
membantu tersusunnya skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan
dari Tuhan Yang Maha Esa.
Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun
diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga
dunia pragmatika.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
PERNYATAAN............................................................................................... i
PENGAJUAN.................................................................................................. i
PERSETUJUAN .............................................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
ABSTRAK…………………………………………………………………... iv
MOTTO……………………………………………………………………... viii
PERSEMBAHAN…………………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... xvi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………......................
B. Perumusan Masalah................................……………………….....
C. Tujuan Penelitian……………………………………………............
D. Manfaat Penelitian............................................…………............
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka……………………………………………………...
1. Tinjauan Mata Pelajaran PKn....................................................
a. Pengertian Mata Pelajaran Pkn..............................................
b. Ruang Lingkup Mata Pelajaran PKn......................................
c. Sejarah dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan...................
2. Metode PAIKEM.....................................................................
a. Pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL)...............
b. Model Pembelajaran Kuantum...............................................
c. Model Pembelajaran Terpadu..................................................
1
6
6
7
8
8
8
12
13
14
14
22
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
d. Model Pembelajaran Kooperatif.............................................
e. Model Pembelajaran PBL......................................................
3. Peranan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.............................
a. Peranan Guru.......................................................................
b. Proses Belajar Mengajar.........................................................
4. Penerapan PAIKEM oleh Guru Dalam Pembelajaran PKn..............
B. Kerangka Pemikiran......................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………........................
1. Tempat Penelitian.......................................................................
2. Waktu Penelitian........................................................................
B. Bentuk dan Strategi Penelitian..........................................................
1. Bentuk Penelitian.......................................................................
2. Strategi Penelitian……………………….......................................
C. Sumber Data..................................................................................
D. Teknik Sampling............................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………..
F. Validitas Data.................................................................................
G. Analisis Data..................................................................................
H. Prosedur Penelitian.........................................................................
BAB lV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.............................................................
1. Keadaan Umum Kota Surakarta................................................
a. Letak Geografis dan Luas Kota Surakarta.............................
b. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk.....................................
c. Tenaga Kerja.....................................................................
d. Pendidikan........................................................................
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian..................................................
1. Pendekatan Pembelajaran yang Digunakan Oleh Guru PKn
SMP di Surakarta....................................................................
2. Penerapan Pendekatan PAIKEM Pada Mata Pelajaran
28
29
32
32
34
37
37
39
39
39
40
40
41
41
42
43
45
46
48
49
49
49
50
50
51
52
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Pendidikan Kewarganegaraan oleh Guru PKn SMP di Surakarta....
3. Hasil dari Pendekatan PAIKEM dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.....................................................................
C. Temuan Studi.................................................................................
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Implikasi........................................................................................
C. Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
55
57
59
62
63
64
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbedaan pembelajaran CTL dan Tradisional.................................. 20
Tabel 2. Tempat Penelitian ............................................................................ 39
Tabel 3. Waktu dan Kegiatan Penelitian ........................................................ 40
Tabel 4. Jumlah Penduduk Surakarta tahun 2002 .......................................... 50
Tabel 5. Banyaknya Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan tahun
2002 .................................................................................................. 50
Tabel 6. Jumlah Sekolah Tiap Kecamatan di Kota Surakarta tahun
2002/2003……................................................................................. 51
Tabel 7. Pendekatan Pembelajaran yang digunakan Guru PKn SMP di
Surakarta……................................................................................... 53
Tabel 8. Pendekatan Pembelajaran yang digunakan Guru PKn SMP di
Surakarta……................................................................................... 54
Tabel 9. Hasil Penggunaan Pendekatan PAIKEM……................................... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ............................................................. 38
Gambar 2. Model Analisis Interaktif .............................................................. 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Foto-foto Penelitian ................................................................. 68
Lampiran 2. Pedoman Wawancara .............................................................. 73
Lampiran 3. Petikan Hasil Wawancara ....................................................... 74
Lampiran 4. Trianggulasi Data .................................................................... 100
Lampiran 5. Pedoman Reduksi Data ........................................................... 102
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan SMP di Surakarta .................... 103
Lampiran 7. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan
FKIP UNS .............................................................................. 143
Lampiran 8. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang Ijin
Penyusunan Skripsi/Makalah ................................................. 144
Lampiran 9. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Kepada Rektor
UNS ........................................................................................ 145
Lampiran 10. Surat Pemberian Ijin Penelitian Kepada KESBANG
LINMAS Surakarta ................................................................. 146
Lampiran 11. Surat Pemberian Ijin Penelitian Kepada Kepala Bapeda
Surakarta. ................................................................................ 147
Lampiran 12. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Negeri 14
Surakarta…………………………………………………... .. 148
Lampiran 13. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Negeri 15
Surakarta…………………………………………………... .. 149
Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Negeri 16
Surakarta…………………………………………………... .. 150
Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Negeri 20
Surakarta…………………………………………………... .. 151
Lampiran 16. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Kristen 3
Surakarta…………………………………………………... .. 152
Lampiran 17. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Kristen 4
Surakarta…………………………………………………... .. 153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Lampiran 18. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Murni 1
Surakarta…………………………………………………... .. 154
Lampiran 19. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Muhammadiyah 7
Surakarta…………………………………………………... .. 155
Lampiran 20 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP
Negeri 14 Surakarta................................................................. 156
Lampiran 21 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP
Negeri 15 Surakarta................................................................. 157
Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP
Negeri 16 Surakarta................................................................. 158
Lampiran 23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP
Negeri 20 Surakarta................................................................. 159
Lampiran 24 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP
Kristen 3 Surakarta.................................................................. 160
Lampiran 25 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP
Kristen 4 Surakarta.................................................................. 161
Lampiran 26 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP
Murni 1 Surakarta ................................................................... 162
Lampiran 27 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta ................................................... 163
Lampiran 28 Surat Permohonan Ijin Kepada Kepala Dinas Dikpora
Surakarta ................................................................................. 164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut
semua bidang kehidupan untuk menyusun visi, misi, tujuan dan strategi agar
sesuai dengan kebutuhan serta tidak ketinggalan jaman. Penyesuaian tersebut
secara langsung mengubah tatanan dalam sistem makro, meso maupun mikro.
Demikian pula dalam sistem pendidikan, sistem pendidikan nasional senantiasa
harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi
baik ditingkat lokal, nasional, global.
Keberhasilan dalam pendidikan nasional diperlukan sistem dan
manajemen pendidikan yang tepat dan sesuai dengan tuntutan perkembangan di
era globalisasi. Serta melalui sistem pendidikan nasional yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi tersebut
pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana
yang tercantum dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Dalam upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dengan
tuntutan perkembangan IPTEK dan globalisasi yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, maka diperlukan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur. Untuk itu diperlukan
perubahan dalam pola pikir dalam memberikan suatu materi pembelajaran yang
baik dan berkualitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Berbagai komponen yang berpengaruh terhadap terjadinya suatu kegiatan
pendidikan yang baik diantaranya yaitu “Peserta didik, pendidik atau guru,
interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik, isi pendidikan dan suasana
pendidikan“. Soedomo Hadi,dkk(1999 :19-27). Dari beberapa komponen yang
berpengaruh terhadap kegiatan sekolah khususnya dalam proses belajar mengajar,
guru perlu mendapat perhatian yang khusus di dalam pendidikan karena baik
buruknya suatu pendidikan pada dasarnya tergantung dari aktifitas dan kreatifitas
guru tersebut.
Guru dalam memberikan suatu materi pembelajaraan semestinya diberikan
kebebasan yang lebih leluasa untuk mengembangkan suatu materi sesuai dengan
kurikulum yang ada. Materi yang disampaikan oleh seorang guru lebih dahulu
dipersiapkan sebelum melakukan suatu pembelajaran.
Menurut Moh Uzer Usman (2001 :5) “Persiapan yang harus dilaksanakan seorang guru sebelum kegiatan belajar mengajar meliputi Merumuskan Tujuan pembelajaran Khusus(TPK) yang hendak dicapai, menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut, menentukan metode mengajar yang merupakan wahana pengembangan materi pelajaran sehingga dapat diterima dan menjadi milik siswa. Kemudian menentukan alat peraga pengajaran yang dapat digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penerimaan materi pelajaran oleh siswa serta dapat menunjang tercapainya tujuan trersebut. Langkah yang terakhir adalah menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai tidaknya tujuan yang hasilnya dapat dijadikan feedback bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya maupun kualitas belajar siswa”.
Dalam dunia pendidikan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu
pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting. Hal ini terbukti
diwajibkannya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mulai dari tingkat SD
hingga perguruan tinggi. Hal ini mengingat Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki peran yang sangat penting untuk menjadikan dan menghasilkan
manusia-manusia yang mampu berwarga negara yang baik dan benar serta sadar
akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan sangat luas, yang itu tidak
terlepas dari kehidupan sehari-hari. Seperti contohnya : HAM, Peradilan Nasional,
Hubungan Internasional dan masih banyak lagi materi yang lain. Kesemuanya itu
tidak terlepas dari hak dan kewajiban warga negara ataupun hak dan kewajiban
negara, karena materi yang menjadi lingkup Pendidikan kewarganegaraan
berhubungan dengan kenyataan atau fenomena kehidupan sehari-hari yang sedang
terjadi di masyarakat.
Hasil pembelajaran dalam dunia pendidikan di Indonesia masih belum
menggembirakan. Menurut Sumarna dalam Wasis (2006: 2), ”kebanyakan peserta
didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan
nyata”. Hal tersebut disebabkan adanya kecenderungan pembelajaran di kelas
yang berorientasi pada penguasaan materi yang terbukti berhasil dalam kompetisi
mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan
persoalan kehidupan jangka panjang. Pembelajaran lebih banyak memaparkan
fakta, pengetahuan dan hukum kemudian dihapalkan bukan mengaitkannya
dengan pengalaman empiris dalam kehidupan nyata. Pendidikan hendaknya
mampu menjadikan peserta didik dapat memperkaya pengalaman belajarnya
sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia
sekitarnya.
Upaya pemerintah dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia terus dilaksanakan, beragam program inovatif digunakan
untuk restrukturisasi pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan nasional adalah dengan
penyempurnaan kurikulum. Di Indonesia telah mengalami perubahan kurikulum
beberapa kali. Saat ini kurikulum yang wajib digunakan oleh tiap-tiap satuan
pendidikan adalah Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Dengan penerapan KTSP mulai tahun ajaran 2006/2007 yang
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasisi Kompetensi (KBK), maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sekolah memiliki wewenang yang luas dalam menyusun kurikulum sendiri.
Dengan demikian, kurikulum dari sekolah satu dengan sekolah yang lainnya bisa
berbeda. Namun demikian, kurikulum yang dibuat sekolah harus mengacu pada
standar nasional yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BNSP).
Kurikulum tingkat satuan pendidikan menggambarkan bahwa siswa yang
telah mengikuti kegiatan belajar menguasai konsep pengetahuan dan mampu
menganalisis kebutuhan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya di sekolah setelah mengikuti berbagai mata pelajaran. Hal ini
menuntut kualitas guru yang memadai. Kualitas guru dapat dilihat dari bagaimana
guru menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan, guru diharapkan dapat menggunakan metode dan pendekatan
pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru mempengaruhi
berhasil tidaknya peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Proses belajar
mengajar harus menggunakan model-model pendekatan yang efektif untuk
mengembangkan kecakapan hidup siswa yang meliputi kemampuan untuk belajar
sepanjang hayat, kemampuan berpikir kompleks, kemampuan berkolaborasi,
kemandirian dan sebagainya. Menurut Uzer Usman (2005:30-33) bahwa ”dalam
menciptakan belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang
menentukan keberhasilan belajar siswa yaitu melibatkan siswa secara aktif,
menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, prinsip
individualitas, peragaan dalam pengajaran.
Seorang guru yang baik harus mampu menyusun strategi pembelajaran,
sehingga mampu membawa siswa untuk aktif belajar karena kesadaran dan
ketertarikan siswa cukup tinggi. Guru dapat menyajikan kegiatan belajar mengajar
yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Menurut Gary dan Margaret
dalam Mulyasa (2007:21)mengemukakan bahwa ”guru yang efektif dan
kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut :1) memiliki
kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, 2) kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, 3) memiliki kemampuan
memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), dan 4)
memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.”Usaha untuk membangun motivasi
siswa dapat diperoleh dari unsur eksternal yaitu suasana kelas untuk belajar harus
efektif. Suasana kelas yang efektif dalam belajar dapat diperoleh dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran.
Pelajaran Pkn merupakan pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan,
tetapi pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menggunakan metode
yang sesuai, metode pembelajaran yang masih banyak dipakai adalah metode
ceramah. Pada proses belajar mengajar di kelas, metode ceramah memposisikan
guru sebagai subjek sentral dan siswa sebagai objek sehingga membuat siswa
jenuh dan malas dalam menerima pelajaran. Keaktifan siswa dengan
menggunakan metode ceramah sangat kurang karena siswa terkondisikan untuk
mendengarkan ceramah guru. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya prestasi
belajar siswa.
Salah satu komponen dalam KTSP yang harus dipenuhi oleh tiap satuan
pendidikan adalah mengoptimalkan proses pembelajaran dengan salah satu
metode pembelajaran yang berbasis nilai. Contoh metode pembelajaran yang
berbasis lingkungan adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAIKEM).
Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada:berpusat pada
peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, suasana yang menarik,
menyenangkan, dan bermakna, prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), mengembangkan beragam kemampuan
yang bermuatan nilai dan makna, belajar melalui berbuat, peserta didik aktif
berbuat, menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan, pembelajaran
dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya, menggunakan pembelajaran tuntas di
sekolah.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah
dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa
keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seperti yang
terdapat dalam empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk
mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do
(Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk
bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.
Dalam pembelajaran Pkn masih banyak guru yang menggunakan
pendekatan konvensional dimana guru masih menggunakan metode ceramah,
sehingga siswa merasa jenuh dalam menerima pelajaran, hal ini menyebabkan
kreativitas dan ketertarikan siswa dalam mempelajari pelajaran Pkn sangat kurang
dan pada akhirnya prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran Pkn masih kurang.
Berdasarkan pemaparan masalah di atas, maka penulis bermaksud untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan PAIKEM Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Oleh Guru Pkn SMP Di Kota
Surakarta”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Pendekatan pembelajaran apakah yang digunakan oleh guru PKn SMP di
Surakarta ?
2. Bagaimanakah penerapan pendekatan PAIKEM pada mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan oleh guru Pkn SMP di Surakarta?
3. Bagaimanakah hasil dari pendekatan PAIKEM SMP di Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru PKn SMP di
Surakarta.
2. Penerapan pendekatan PAIKEM pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan oleh guru Pkn SMP di Surakarta
3. Hasil dari metode pendekatan PAIKEM SMP di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi positif bagi dunia pendidikan, baik manfaat secara praktis maupun
teoritis, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan kontribusi positif yang bermanfaat dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam bidang belajar mengajar mengenai peranan pendekatan
PAIKEM terhadap kualitas proses pembelajaran.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan bagi penelitian-penelitian
yang dilakukan di masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Memberikan kemudahan dalam belajar PKn dan memahami materi PKn
dengan pendekatan PAIKEM.
b. Bagi guru
Sebagai masukan bagi guru di bidang studi PKn sebagai suatu pendekatan
pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran kepada siswanya.
c. Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah penulis terima di dalam
perkuliahan, khususnya tentang pembelajaran PKn serta menambah
wawasan dan pengetahuan penulis tentang dunia pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan
a. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang
standar isi untuk pendidikan dasar menengah menetapkan bahwa ” Mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu memiliki hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warganegara indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
(PERMENDIKNAS RI No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah)
Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan dengan misi dan tugasnya
memiliki fungsi. :
1) Membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan
2) Membentuk peserta didik memiliki rasa cinta tanah air.3) Membentuk peserta didik untuk menerapkan kebersaman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. (E. Mulyasa,2006:97 )
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu.2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (http://ucupneptune:blogspot.com, 01 April 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Pendidikan demokrasi di sekolah dalam pendidikan kewarganegaraan
diwujudkan dengan cara kesempatan belajar pada siswa secara aktif pada
pembelajaran. Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana
siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator
merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru untuk
mengembangkan nilai-nilai demokrasi di sekolah. Siswa dengan bebas
mengungkapkan gagasan dan pikirannnya tanpa ada rasa ketakutan terhadap guru.
Hal ini akan tercipta menumbuhkan demokratisasi dalam kelas, yang akan
mendorong terciptanya suasana yang kondusif dalam meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran yang optimal.
Pembelajaran pendidikan kewarganegaran hendaknya mengutamakan
proses pembinaan nilai, sikap dan perilaku-perilaku positif supaya dapat
internalisasaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan harus dibuat pada suatu kondisi yang menyenangkan sehingga
siswa akan termotifasi sampai akhir proses pembelajaran. Siswa akan belajar
dengan baik serta mudah mengikuti proses pembelajaran dengan baik serta mudah
mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang sesuai.
Menurut Arnie Fajar (2005: 141) mengatakan bahwa “ mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan
suku bangsa untuk menjadi warganegara indonesia yang cerdas, terampil, yang
berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945”. Pendidikan
kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mengandung nilai-nilai moral yang
akan mempengaruhi cara berfikir dan bertingkah laku anak, baika yang
berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Bidang studi ini telah
ditetapkan oleh MPR dengan Tap MPR No. II/MRR/1998 yang mana sebagai
realisasinya dalam GBHN sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Bahwa pendidikan kewarganegaraan termasuk pendidikan pancasila dan
unsur-unsurnya yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa dan
nilai-nilai 45 kepada generasi muda di masukkan dalam kurikulum du
sekolah-sekolah, mulai dari TK sampau Unuversitas baik negewri
maupun swasta. (Depdikbud, 2006: 53)
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa perhatian pemerintah sangat
besar terhadap bidang studi ini, sehingga pemerintah menetapkan untuk diadakan
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di setiap jenjang pendidikan mulai
dari taman Kanak-Kanak Sampai Perguruan Tinggi. Mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat
mewujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat dan mahkluk ciptaan Tuhan.
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan membakali siswa dengan
budi pekerti, pengetahuan kemanusiaan dasar berkenaan dengan hubungan antar
warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar
menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan Negara.
Pendidikan kewarganegaraan adalah “ pendidikan yang mengembangkan
semangat kebangsaan dan cinta tanah air”. (Pasal 37 Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional)
Pendidikan kewarganegaraan dianggap sebagai pendidikan demokrasi
yang menjadi strategis dan mutlak bagi perwujudan masayarakat dan negara
demokrasi. Demokrasi dalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila
dijaga oleh warga negara yang demokratis. Warganegara yang demokratis bukan
hanya dapat menikmati hak kebebasan individu, tetapi juga harus memikul
tanggung jawab secara bersama-sama dengan orang lain untuk membentuk masa
depan yang cerah. Sesungguhnya, kehidupan yang demokratis adalah cita-cita
yang dicerminkan dan diamanatkan oleh para pendiri bangsa dan negara ketika
mereka pertama kali merumuskan pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan agar setiap warga Negara
memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan
Pancasila, semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil, akan
membuahkan sikap mental bersifat cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta
didik dengan perilaku sebagai berikut:
1) Beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati
nilai-nilai falsafah bangsa.
2) Berbudi pekerti luhur, disiplin dalam bermasyarakat, bangsa dan Negara.
3) Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai
warga Negara.
4) Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara.
5) Aktif memenfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara.
Melalui pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan mampu untuk
memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten
dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan
UUD 1945.
Dari uraian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa dalam mengisi
kemerdekaan menghadapi pengaruh global, maka setiap warganegara harus tetap
pada jatidirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air di dalam perjuangan
non fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing di dalam semua aspek
kehidupan, khususnya untuk memerangai keterbelakangan, kemiskinan,
kesenjanagan sosial, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia guna
memiliki daya saing/kompetitif, transparan dan memelihara serta menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa, berfikir objektif rasional dan mandiri, sehingga
menjadi bangsa yang dapat diperhitungkan dalam peraturan global dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia tetap utuh, tegak dan jaya sepanjang masa.
Menurut Winarno, 2005: 10 Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan
dengan misi dan tugasnya memiliki fungsi sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Sebagai pendidikan kewarganegaraan dalam arti sesungguhnya yaitu civic education. Pendidikan kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik bergkenaan dengan peran, tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai warganegara dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.
2) Sebagai pendidikan nilai dan karakter. Dalam hal ini pendidikan kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan nilai / kepribadian kewarganegaraan yang dianggap baik sehingga terbentuk warganegara yang berkarakter baik bagi bangsa yang bersangkutan.
3) Sebagai pendidik demokrasi (politik). Pendidikan kewarganegaraan mengembban tugas menyaiapkan peserta didik menjadi warganegara yang demokratis untuk mendukung tegaknya demokrasi Negara. Dengan pendidikan kewarganegaraan maka akan ada sosialisasi, diseminasi dan penyebarluasan nilai-nilai demokrasi pasda masyarakat.
4) Sebagai pendidik bela negara. Pendidikan kewarganegaraan bertugas membentuk peserta didik agar memiliki kesadaran bela negara sehingga diandalkan untuk menjaga kelangsungan negara dari berbagai ancaman.
b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam
pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2) Norma hukum dan persatuan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
tata tertib disekolah, Norma yang berlaku dimasyarakat5, Peraturan-
peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan bangsa dan bernegara,
Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.
3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakart, Instrumen nasional dan Internasional HAM,
Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan warganegara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warganegara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
5) Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di indonesia,
Hubungan dasar negara denagan konstitusi.
6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintah desa dan kecamatan,
Pemerintah daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem
politik, budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7) Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan
idiologi Negara, Proses perumusan pancasaila sebagai dasar Negara,
Pengalaman nilai-nilai poancasila dalam kehidupan seharai-hari, Pancasila
sebagai idiologi terbuka.
8) Globalisasi, meliputi: globalisasi dilingkungan, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Hubungan internasional dan organio sasi
internasional, dan Menevaluasi globalisasi.
c. Sejarah dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia mengalami perkembangan
dan perubahan seiring dengan tuntutan zaman dan pergantian rezim.
“Pendidikan Kewarganegaraan dimulai dengan mata pelajaran
kewarganegaraan (1957), Civic (1962), Pendidikan kewargaan Negara (1968),
Pendidikan Moral Pancasila / PMP (1984), Pendidikan Pancasila dan
Kwarganegaraan / PPKn (1994), dan pelajaran Pendidikan Kewaganegaraan
(2004)”. (Winarno, 2005:8)
“Pendidikan Kewarganegaraan yang kita kenal sekarang telah
mengalami perjalanan panjang dan melalui kajian kritis sejak tahun 1960-an yang
dikenal dengan mata pelajaran “Civic” di sekolah dasar dan merupakan embrio
dari “Civic Education” sebagai “the body of knowledge”. Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai instumen pengetahuan diarahkan untuk membangun
masyarakat demokrasi yang beradap”.(Syahrial Syarbaini, 2006: 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Metode PAIKEM
a. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
1) Pengertian CTL
Contextual Teaching and Learning atau disebut juga pembelajaran
kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam
mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan
mereka (Depdiknas, 2007: 19). Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan
konsep-konsep materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam konteks kehidupan
nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih
baik dan mudah.
CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh, yang terdiri dari bagian-
bagian yang terhubung satu sama lain, maka dihasilkan pengaruh yang melebihi
hasil yang diberikan bagian-bagian secara terpisah. Setiap bagian yang berbeda ini
memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara
bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa
melihat makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik. (Elaine B Johnson,
2007: 65)
Melalui pendekatan pembelajaran kontekstual diharapkan guru dapat
menghadirkan situasi dunia nyata ke kelas dan mendorong siswa untuk membuat
dan menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan penerapannya
dalam kehidupan nyata sehari-hari.
2) Elemen dalam CTL
Dalam CTL terdapat beberapa elemen yang harus diperhatikan oleh guru
ketika melakukan kegiatan pembelajaran. Menurut Zahorik dalam E. Mulyasa
(2005: 138), ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
kontekstual, yaitu :
(1) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik. (2) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju ke bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus). (3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dari orang lain serta merevisi dan mengembangkan konsep. (4) Pembelajaran ditekankan pada upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajari. (5) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
Kelima elemen CTL tersebut mengarah pada pembelajaran yang berpusat
pada siswa yang merupakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Oleh karena itu, kelimanya harus
dilaksanakan pada saat guru melakukan kegiatan pembelajaran.
3) Komponen-komponen CTL
Pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen yang
melandasi pelaksanaan proses pembelajaran. Menurut Depdiknas (2007: 5),
ketujuh komponen tersebut adalah : konstruktivisme (constructivism),
menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflektion) dan penilaian
sesungguhnya (autentic assesment). Suatu kelas dikatakan menggunakan
pendekatan kontekstual jika telah menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam
kegiatan pembelajaran.
1.Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang
menyusun atau membangun pemahaman mereka dari pengalaman-pengalaman
baru berdasarkan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka (Depdiknas, 2007:
5). Dalam hal ini tugas guru antara lain :
a) Guru menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswab) Guru memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiric) Guru menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri
2.Menemukan (Inquiry)
Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis (Wina Sanjaya, 2006;119).
Secara umum proses inquiry ini meliputi kegiatan sebagai berikut :
a) Siswa merumuskan masalah
b) Siswa mengamati atau melakukan observasi
c) Siswa menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, table dan karya lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
d) Siswa mengkomunikasikan / menyajikan hasil karya kepada pembaca,
teman sekelas, guru atau audien lain.
3.Bertanya (Questioning)
Dalam proses pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan
informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan
sendiri. Oleh karena itu, peran bertanya sangat penting, karena melalui
pertanyaan-pertanyaan tersebut guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa
untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Tujuan dari proses bertanya menurut Depdiknas (2007: 6), sebagai berikut:
a) Guru menggali informasi dari siswa
b) Guru membangkitkan respon siswa
c) Guru mengecek pemahaman siswa
d) Guru memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki oleh
guru
e) Guru menyegarkan kembali pengetahuan siswa
4.Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan
belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam (Depdiknas, 2007: 7). Konsep ini
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
Penerapan konsep masyarakat belajar menurut Depdiknas (2007: 7) terwujud
dalam :
a) Pembentukan kelompok kecil
b) Pembentukan kelompok besar
c) Mendatangkan “ahli” ke kelas
d) Bekerja dengan kelas sederajat
e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
f)Bekerja dengan masyarakat
5.Pemodelan (Modelling)
Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain
berpikir, bekerja dan belajar (Depdiknas, 2007: 8). Jadi dalam kegiatan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
mengajar guru memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh
setiap siswa.
6.Refleksi (Reflection)
Refleksi memungkinkan cara berpikir tentang apa yang telah siswa pelajari
dan untuk membantu siswa menggambarkan makna personal siswa sendiri.
Menurut Depdiknas (2007: 8) refleksi yang dapat diterapkan oleh guru adalah
sebagai berikut :
a) Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa pada hari ini
b) Catatan di buku siswa
c) Kesan dan saran siswa tentang pembelajaran hari ini
d) Diskusi
e) Hasil karya
7.Penilaian Otentik (Autentic Assesment)
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan
secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah
benar-benar dikuasai dan dicapai. Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar
penilaian menurut Abdul Majid (2006: 186) antara lain :
a) Proyek/kegiatan dan laporannyab) Pekerjaan rumahc) Kuisd) Karya siswae) Presentasi / penampilan siswaf) Demonstrasi g) Laporanh) Jurnal i) Hasil tes tulisj) Karya tulis
4) Pelaksanaan Pembelajaran kontekstual
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika telah
menerapkan ketujuh komponen CTL, yaitu jika filosofi belajarnya adalah
kontruktivisme selalu ada unsur bertanya, pengetahuan dan pengalaman diperoleh
dari kegiatan menemukan terbentuk masyarakat belajar, ada model yang ditiru dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dilakukan penilaian yang sebenarnya. Penerapan CTL dalam kelas secara garis
besar langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik
3) Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya
4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7) Lakukanlah penialaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Agar proses pembelajaran kontekstual dapat efektif, terdapat beberapa
tahap yang perlu dilakukan guru. Tahap tersebut adalah : perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian (Depdiknas, 2007: 11).
1) Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan sebelum
melaksanakan pembelajaran. Menurut Depdiknas (2007: 11), untuk keperluan
perencanaan, guru diharapkan melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :
a) Mengkaji konsep, teori atau kompetensi yang akan dipelajari siswa. b) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. c) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontekstual. d) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan mereka.
Melalui perencanaan pembelajaran ini diharapkan guru dapat
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dalam hal ini
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
2) Pelaksanaan
Pada dasarnya, pelaksanaan pembelajaran mengacu pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Dalam hal ini,
aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa mengikuti tahap-tahap yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dirancang dalam RPP. Menurut Depdiknas (2007: 14), dalam pelaksanaan
pembelajaran kontekstual diperlukan strategi sebagai berikut :
a) Menekankan pada pemecahan masalah. b) Mengakui kebutuhan pembelajaran terjadi di berbagai konteks, misalnya rumah, masyarakat dan tempat kerja. c) Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa sehingga mereka menjadi pembelajar yang mandiri. d) Mempertimbangkan keragaman konteks hidup yang dimiliki siswa. e) mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya dan bersama-sama atau menggunakan group belajar interdependen. f) melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetehuan / pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengkaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan pembelajaran kontekstual harus mencakup semua strategi
diatas. Apabila salah satu strategi ditinggalkan, maka pembelajaran tidak akan
berhasil dengan baik. Oleh karena itu, seorang guru harus menguasai konsep CTL
sebelum mempraktekkannya di kelas.
3) Penilaian
Untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar, dalam pembelajaran
kontekstual digunakan penilaian autentik. Penggunaan penilaian autentik pada
pembelajaran kontekstual diharapkan mampu membangun pengetahuan dan
keterampilan, dengan cara yang bermakna melalui pengikutsertaan siswa kedalam
kehidupan nyata atau konteks autentik.
5) Bentuk Pembelajaran Kontekstual
Dalam proses pembelajaran kontekstual, siswa akan melalui satu atau
lebih daripada bentuk pembelajaran sebagai berikut :
1) Relating (Mengaitkan) yaitu belajar dalam konteks menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengalaman hidup
2) Experiencing (Mengalami) yaitu belajar dalam konteks penemuan dan
daya cipta
3) Applying (Mengaplikasikan) yaitu belajar dalam konteks bagaimana
pengetahuan atau informasi dapat digunakan dalam berbagai situasi
4) Cooperating (Bekerja sama) yaitu belajar dengan konteks menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengalaman hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
5) Transferring yaitu belajar dalam konteks pengetahuan yang ada atau
membina dari apa yang sudah diketahui. (Ella Yulaelawati, 2004: 119)
6) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual/CTL
Sebagaimana pendekatan pembelajaran yang lain dalam pembelajaran
kontekstual terdapat kelebihan dan kelemahan yang dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Kelebihan pembelajaran kontektual/CTL:
1) Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa lebih bermakna,
karena diperoleh melalui kontruktivisme dan penemuan sendiri (inquiry)
2) Siswa dapat menjadi lebih aktif dalam pembelajaran
3) Siswa melakukan kerja bukan menghafal
4) Menjadikan siswa lebih kritis/berani mengungkapkan pendapat
Kelemahan/kekurangan pendekatan kontektual
1) Membutuhkan waktu yang lama untuk melaksanakan seluruh komponen
2) Memerlukan persiapan yang cukup banyak
3) Pembelajaran kontekstual berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan
suasana kelas yang gaduh/ramai.
7) Perbedaan Pembelajaran CTL dan Tradisional
Tabel 1. Perbedaan pembelajaran CTL dan tradisional
NO CTL Tradisional
1 Menyandarkan pada pemahaman
makna
Menyandarkan pada hafalan
2 Siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran
Siswa secara pasif menerima
informasi
3 Pembelajaran dikaitkan dengan
pengetahuan yang telah diperoleh
siswa
Memberikan tumpukan
informasi
4 Cenderung mengintegrasikan
beberapa bidang
Cenderung terfokus pada satu
disiplin ilmu
5 Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran bersifat teoritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kehidupan nyata/masalah yang
disimulasikan
6 Pembelajaran terjadi di berbagai
tempat, seting dan konteks
Pembelajaran hanya terjadi di
kelas
7 Keterampilan dikembangkan atas
dasar pemahaman
Keterampilan dikembangkan
atas dasar ilmiah
8) Pola Pembelajaran CTL
Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL guru
melakukan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
1) Pendahuluan
a) Guru harus menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat
dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang
dipelajari.
b) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
c) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh
setiap siswa
2) Inti
a) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan dengan melakukan
eksperimen terkait dengan pemahaman mereka terhadap penjelasan
yang diberikan oleh guru.
b) Siswa mencatat hal-hal yang ditemukan selama pengerjaan tugas
tersebut.
c) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka.
d) Setiap siswa menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa
lain.
e) Siswa melaporkan hasil diskusi.
3) Penutup
a) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil eksperimen sesuai
dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai
b) Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang relevan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Tingkat Satuan Pendidikan. Pengembangan dan penerapan pendekatan
konstektual perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran di sekolah.
b. Model Pembelajaran Kuantum
1) Pengertian Pembelajaran Kuantum
Quantum Learning atau disebut juga pembelajaran kuantum merupakan
istilah yang bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya
karena semua kehidupan adalah energi. Di samping itu, dalam pembelajaran
kuantum diyakini juga adanya keberagaman dan interdeterminisme menurut
DePorter dalam (Sugiyanto,2008:67).
Ada bermacam-macam dasar pandangan dan pikiran yang menjadi
landasan pembelajaran kuantum. Diantaranya seperti yang dikemukakan oleh
DePorter yang menyatakan Quantum Learning menggabungkan sugestologi,
teknik percepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode sendiri.
Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar
yang lain, seperti: 1) Teori otak kanan/kiri, 2) Teori otak triune(3 in 1), 3) Pilihan
modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) , 4) teori kecerdasan ganda, 5),
Pendidikan holistic (menyeluruh), 6) Belajar berdasarkan pengalaman, 7) Belajar
dengan simbol, 8) Simulasi atau permainan.
2) Karakteristik Pembelajaran Kuantum
Menurut Sugiyanto (2008:69-74) pembelajaran kuantum memiliki
karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya.
Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran
kuantum sebagai berikut:
1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika
kuantum meskipun sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena
itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan,
ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi
kognitif;bukan teori fisika kuantum.
2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris,
”hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan
sebagainyadari diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal.
3. Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistia-
empiris, behavioristis. Pembelajaran kuantum menekankan pentingnya
peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan
optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran. Pmbelajaran ini
berupaya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi
diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai
konteks pembelajaran.
4. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu
dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Di sini proses pembelajaran
dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang
dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar
menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan penbelajar.
5. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran
dengan taraf keberhasilan tinggi. Menurut pembelajaran kuantum, proses
pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Oleh
karena itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses
pembelajaran harus disingkirkan.
6. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat,
rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan
menimbulkan suasana tegang, kaku dan membosankan.
7. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan
proses pembelajaran. Oleh karena itu, segala upaya yang memungkinkan
terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan
oleh pengajar atau fasilitator.
8. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan,
landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan dan rancangan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan
yang lentur, ketrampilanbelajar untuk belajar dan ketrampilan hidup.
9. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material.
10. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses
pembelajaran kurang bermakna.
11. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan
keseragaman dan ketertiban. Di sini perlu diakui keragaman gaya belajar siswa
atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang
beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran.
12. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam
proses pembelajaran.
3) Prinsip Utama Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran kuantum dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma, dan
atau doktrin. Menurut Sugiyanto (2008:74) setidaknya ada tiga prinsip utama
yang ada dalam pembelajaran kuantum, yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi : bawalah dunia mereka
(Pembelajar) ke dalam dunia kita (pengajar), dan antarkan dunia kita (pengajar)
ke dalam dunia mereka(pembelajar). Dengan jalan ini pengajar akan mudah
membelajarkan pembelajar baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan
memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Ini
berarti dunia pembelajar diperluas, dan dunia pengajar diperluas.
2. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran
merupakan permainan orkestra simfoni. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima
macam yaitu : a) ketahuilah bahwa segalanya berbicara, b) ketahuilah bahwa
segalanya bertujuan, c) sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan, d)
akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran, e) sadarilah bahwa
sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan.
3. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus
berdampak bagi terbentuknya kunggulan. Delapan kunci keunggulan itu yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
a) terapkanlah hidup dalam integritas, b) akuilah kegagalan dapat membawa
kesuksesan, c) berbicaralah dengan niat baik, d) tegaskanlah komitmen, e)
jadilah pemilik, f) tetaplah lentur, g) pertahankanlah keseimbangan, h)
TANDUR sebagai kerangka perencanaan pembelajaran model kuantum
(Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan)
c. Model Pembelajaran Terpadu
1) Pengertian Model Pembelajaran TerpaduModel pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual
maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip
secara holistik dan pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan
beberapa pokok bahasan ( Sugiyanto, 2008:110).
Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, an
memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Menurut Ujang
Sukardi, dkk dalam Sugiyanto (2008:110) pengajaran terpadu pada dasarnya
sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan beberapa mata pelajaran dalam
satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara
ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap
pertemuan.
2) Prinsip Dasar Pembelajaran TerpaduMenurut Ujang Sukardi, dkk dalam Sugiyanto (2008:111), pembelajaran
terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari.tema ini menjadi alat pemersatu materi yang
beragam dari beberapa materi pelajaran.
Pembelajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran
yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam
satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat,
kemampuan,kebutuhan dan pengetahuan awal. Materi pelajaran tidak perlu terlalu
dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.
Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1. Prinsip Penggalian Tema
Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran
terpadu. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan
menjadi target utama dalam pembelajaran.
2. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu
menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus
menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran.
3. Prinsip Evaluasi
Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan, karena suatu
kerja dapat diketahui hasilnya apabila dilakukan evaluasi.
3) Karakteristik Pembelajaran TerpaduMenurut Depdikbud dalam Sugiyanto (2008:116), pembelajaran terpadu
sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus,
jadi pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena dari segala sisi.
2. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dengan banyak membentuk jalinan antar
konsp-konsep yang berhubungan menghasilkan skemata. Hal ini akan berdampak
pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Selanjutnya akan mengakibatkan
pembelajaran fungsional dan siswa mampu menerapkan perolehan untuk
memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.
3. Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung
prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara
langsung. Dengan memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan pemberitahuan
guru, informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi otentik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran
baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil
belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan
siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus belajar.
4) Langkah-langkah (Sintak)Pembelajaran TerpaduMenurut Prabowo dalam (Sugiyanto, 2008:122), pada dasarnya langkah-
langkah (Sintak) pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam
setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yatu:
1. Tahap Perencanaan
a. Menentukan Jenis Mata Pelajaran dan Jenis Ketermpilan yang dipadukan
b. Memilih Kajian Materi, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan
Indikator
c. Menentukan Sub Keterampilan yang dipadukan
d. Merumuskan Indikator Hasil Belajar (TIK)
e. Menentukan Langkah-langkah Pembelajaran
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah
pembelajaran. Menurut Muchlas dalam (Sugiyanto, 2008:124), tidak ada model
pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu topik dalam pembelajaran terpadu.
Artinya, dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model pembelajaran.
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi
hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional
dalam (Sugiyanto, 2008:125), hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi
pembelajaran terpadu.
1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di
samping untuk evaluasi.
2) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang
teliti berdasarkan kriteria keberhasilan harapan, tujuan yang akan dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d. Model Pembelajaran Kooperatif
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperativ learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar. ( Sugiyanto, 2008:110).
Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh
sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning community). Siswa tidak hanya
belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih
asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan sebagai latihan hidup di masyarakat.
2) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
1. Saling Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan saling
membutuhkan ini yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.
2. Interaksi Tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog dan dialog tidak hanya dilakukan
dengan guru akan tetapi juga dengan teman sebaya.
3. Akuntabilitas Individual
Akuntabilitas individual merupakan penilaian kelompok yang didasarkan
atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual.
4. Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi
Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
tidak mendomonasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat
dalam menjalin hubungan antar pribadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3) Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandang-pandangan.
3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen
5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri.
6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
7. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling memutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekan.
8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada semua manusia.
9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif.
10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih
baik.
11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan
orientasi tugas.
4) Beberapa Metode Pembelajaran Kooperatif
1. Metode STAD ( Student Achievement Divisions )
2. Metode Jigsaw
3. Metode GI (Group Investigation)
4. Metode struktural
e. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
1) Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah
PBL (Problem Based Learning) mengambil psikologi kognitif sebagai
dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan
siswa (perilaku mereka), tetapi pada apa yang siswa pikirkan(kognisi mereka)
selama mereka mengerjakannya. Meskipun peran guru dalam pelajaran berbasis
masalah kadang-kadang juga melibatkan mempresentasikan dan menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berbagai hal kepada siswa, tetapi guru lebih harus sering memfungsikan diri
sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir
dan menyelesaikan masalahnya sendiri. ( Sugiyanto, 2008:110).
2) Merencanakan dan Melaksanakan PBL
1. Merencanakan Pelajaran PBL
a. Memutuskan Sasaran dan Tujuan
PBL dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti ketrampilan
intelektual dan investigatif, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa
untuk menjadi pelajar yang mandiri. Sebagian pelajaran PBL mungkin
dimaksudkan untuk mencapai semua tujuan ini secara simultan. Akan tetapi,
kemungkinan yang lebih besar adalah guru hanya akan menekankan pada satu
atau dua tujuan dalam pelajaran tertentu.
b. Merancang Situasi Bermasalah yang Tepat.
PBL didasarkan pada premis bahwa situasi bermasalah yang
membingungkan atau tidak jelas akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa
sehingga membuat mereka tertarik untuk menyelidiki. Sebuah situasi bermasalah
yang baik harus memenuhi lima kriteria yang penting, yaitu:
Pertama, situasi mestinya autentik. Hal ini berarti bahwa masalahnya harus
dikaitkan dengan pengalaman riil siswa dan bukan dengan prinsip-prinsip disiplin
akademis tetentu. Kedua, masalah itu mestinya tidak jelas atau tidak sederhana
sehingga menciptakan misteri atau teka-teki. Ketiga,.masalah itu seharusnya
bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual.
Keempat, masalah itu mestinya cakupannya luas sehingga memberikan
kesempatan kepada guru untuk memenuhi tujuan instruksionalnya, tetapi tetap
dalam batas-batas yang layak bagi pelajarannya dilihat dari segi waktu, ruang, dan
keterbatasan sumber daya. Kelima, masalah yang baik harus mendapatkan
manfaat dari usaha kelompok, bukan justru dihalanginya.
c. Mengorganisasikan Sumber Daya dan Merencanakan Logistik
Hal ini merupakan tugas utama perencanaan utama para guru PBL, PBL
mendorong siswa untuk bekerja dengan beragam bahan dan alat, sebagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
beralokasi diruang kelas, sebagian lainnya diperpustakaan sekolah atau
laboratorium computer, dan sebagian lagi di luar sekolah.
2. Melaksanakan Pelajaran PBL
a. Tahap-tahap dalam Pembelajaran model PBL
1) Memberikan Orientasi tentang Permasalahannya kepada siswa
Guru seharusnya mengkomunikasikan dengan jelas maksud pelajarannya,
membangun sikap positif terhadap pelajaran itu, dan mendeskripsikan sesuatu
yang diharapkan untuk dilakukan siswa.
2) Mengorganisasikan Siswa untuk Meneliti
PBL mengharuskan guru untuk mengembangkan ketrampilan kolaborasi
diantara siswa dan membantu mereka untuk menginvestigasi masalah secara
bersama-sama. PBL juga mengharuskan guru untuk membantu siswa dalam
merencanakan tugas investigatif dan pelaporannya.
3) Perencanaan Kooperatif
Untuk sebagian proyek, tugas perencanaannya adalah membagi situasi
bermasalah yang lebih umum menjadi sub-sub topik yang tepat dan kemudian
membantu siswa untuk memutuskan sub-sub topik mana yang akan diselidiki.
4) Investigasi, Pengumpulan Data dan Eksperimentasi
Investigasi yang dilakukan secara mandiri berpasangan atau dalam tim-tim
studi kecil adalah inti PBL. Meskipun setiap situasi masalah membutuhkan teknik
investigasi yang agak berbeda. Kebanyakan melibatkan proses mengumpulkan
data dan eksperimentasi.
5) Mengembangkan Hipotesis, Menjelaskan, dan Memberi Solusi
Di sini guru terus memberikan berbagai pertanyaan yang membuat siswa
memikirkan tentang ketautan hipotesis dan solusi mereka dan tentang kualitas
informasi yang telah mereka kumpulkan.
3. Bentuk Evaluasi PBL
Prosedur-prosedur evaluasi harus selalu disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Tugas evaluasi untuk PBL tidak cukup hanya
dalam bentuk tes-tes tertulis, tetapi memerlukan asesment performance, asesment
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
portofolio, asesment autentik. Beberapa bentuk evaluasi untuk PBL antara lain:
Tes pemahaman, checklist, rating skill.
3. Peranan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
a. Peranan Guru
Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa
konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena
proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh
peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Menurut Gary dan Margaret dalam Mulyasa, (2007:21) mengemukakan bahwa:
“guru yang efektif dan kompeten secara professional memiliki
karakteristik sebagai berikut: 1) memiliki kemampuan menciptakan
iklim belajar yang kondusif, 2) kemampuan mengembangkan strategi
dan manajemen pembelajaran, 3) memiliki kemampuan memberikan
umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), dan 4) memiliki
kemampuan untuk peningkatan diri.”
Dalam sistem pendidikan guru terdapat beberapa komponen menurut
Oemar Hamalik, (2004 : 9-11) meliputi “lulusan, input, proses pendidikan guru,
metode, materi, evaluasi, feed back (umpan balik), dan masyarakat”. Komponen
tersebut saling berkaitan dan berhubungan, baik antar komponen maupun seluruh
komponen untuk mencapai tujuan pendidikan guru. Perubahan yang terjadi dalam
sebuah komponen maka akan berpengaruh terhadap system secara keseluruhan.
Menurut Oemar Hamalik (2004:9-11) peran guru berpengaruh terhadap
pelaksanaan pendidikan sekolah diantaranya:
1) Guru sebagai demonstratorMelalui perananya sebagi demonstrator atau pengajar guru harus dapat
memiliki kestabilan emosi sebagai upaya memajukan peserta didik, bersikap realitas, jujur, dan terbuka. Senantiasa peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan. Untuk dapat mencapai semua itu guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru belajar terus menerus. Dengan cara demikian ia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
akan memperkaya dirinya dengan berbgai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkan secara langsung. Maksudnya agar apa yang disampaikan itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.
2) Guru sebagai pengelola kelasDalam perannya sebagai pengelola kelas guru hendaknya mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang nyaman dan semua kegiatan mengarah pada tujuan-tujuan pendidikan lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar. Memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Guru bertanggung jawab memelihara lingkungan kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di kalangan siswa.
3) Guru sebagai mediator dan fasilitatorSebagi mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan meupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajr mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Moh. Uzer Usman, (2004:11) mengatakan “bahwa guru tidak hanya cukup
memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki
ketrampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan
baik”. Untuk itu guru perlu mengalami latihan-latihan praktik secara kontinu dan
sistematis. Dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran harus sesuai
dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan kemampuan guru serta minat dan
kemampuan siswa.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar
yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.
Mulyasa (2003:119) menyatakan bahwa guru sebagai fasilitator adalah :
“Guru selalu mencoba untuk membuat siswanya lebih aktif pada proses
belajar mengajar karena siswanya bukanlah objek dalam proses belajar
mengajar. Guru selalu menciptakan sebuah kondisi bahwa siswa itu aktif
bartanya dan menjawab dalam proses kegiatan belajar mengajar”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
4) Guru sebagai evaluatorDalam hal ini guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran serta ketetapan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian ini adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Hal ini mempermudah bagi guru untuk mengklasifikasikan apakah siswa termasuk kelompok siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibanding dengan teman-temannya.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik.
b. Proses Belajar Mengajar
1) Pengertian Belajar
Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi
tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga
proses sosial yang terjadi ketika masing masing orang berhubungan dengan yang
lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama. Sementara itu belajar
dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan
atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran
khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk
mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu.
Oemar Hamalik (2003: 37) menyatakan bahwa “belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”.
Menurut Biggs dalam Muhibbin Syah (2005: 67) mendefinisikan belajar dalam
tiga macam rumusan yaitu :
1. Secara kuantitatif( ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisisan atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
2. Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi(pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari.
3. Secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsiran dunia disekeliling siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian belajar secara umum yaitu
suatu proses usaha yang dilakukan oleh seorang individu untuk menumbuhkan
dan meningkatkan pengetahuan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam
dirinya, sehingga dapat menciptakan suatu perubahan tingkah laku secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
keseluruhan baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.
2) Pengertian Mengajar
Para ahli pendidikan memberikan batasan atau pengertian mengajar
berbeda-beda rumusannya. Hal ini disebabkan karena perbedaan titik pandang
terhadap makna mengajar. Nana Sudjana (2001: 19) mengemukakan, “Mengajar
adalah membimbing kegiatan siswa belajar, mengajar adalah mengatur dan
mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat
mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar”. Pada dasarnya
pembelajaran bermaksud menata nalar, membentuk sikap siswa, dan
menumbuhkan kemampuan menggunakan / menerapakan. Ini berarti dalam proses
pembelajaran tidak cukup bila hanya memberi tekanan pada terampil mengerjakan
soal. Perhatian khusus juga harus diberikan pada bagaimana nalar dan sikap siswa
dapat terbentuk serta kemampuan menerapkan pembelajaran akan merupakan
penopang penting terbentuknya kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
yang mungkin dihadapinya.
Mengajar sendiri merupakan suatu perbuatan yang memerlukan
tanggungjawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa
tergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.
Moh. Uzer Usman, (2004:6) menyatakan :
”Bahwa mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan
belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan usaha
untuk mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan
bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar”.
Berdasarkan dari berbagai definisi yang telah disampaikan di atas
mengajar tidak hanya proses menyampaikan materi kepada peserta didik saja,
melainkan juga proses membentuk nalar dan sikap siswa, sehingga siswa mampu
memecahkan setiap masalah yang mungkin dihadapinya.
3) Pengertian Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi antara peserta didik
dan pendidik atau guru. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
yang menerima pelajaran yang dibutuhkan, sedangkan pendidik adalah seseorang
yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar agar dapat
berlangsung secara efektif.
Menurut Oemar Hamalik (2003: 57), ”Pembelajaran merupakan suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran”. Oemar Hamalik (2003:57) juga mengemukakan bahwa ada tiga
pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu :
1) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik.
2) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.
3) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari
E. Mulyasa (2007: 117) berpendapat bahwa, “pembelajaran merupakan
aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan
menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah
diprogramkan”. Knirk dan Gustafon dalam Syaiful Sagala (2005: 64),
“Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan dan evaluasi”.
Jadi, pembelajaran dapat diartikan sebagai sebagai bentuk aktualisasi
kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan
kegiatan peserta didik melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses
belajar mengajar (pembelajaran) merupakan suatu kegiatan yang komponennya
bekerja sama sejak awal kegiatan sampai dengan kegiatan berakhir. Hendaknya
pembelajaran yang terjadi dapat dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh agar tujuan dari setiap pembelajaran mencapai hasil akhir yang
memuaskan.
Hal utama yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan proses belajar
mengajar (pembelajaran) adalah kesiapan input (intake/siswa dan masukan
instrumental yaitu kurikulum, guru, strategi-metode-teknik pembelajaran dan
pengajaran, media pendidikan, waktu, tempat, dsb.) yang diperlukan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
penyelenggaraan proses belajar mengajar sehingga kejituan proses belajar
mengajar dapat dilaksanakan.
A. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan arah penalaran yang sesuai dengan tema
dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis untuk dapat sampai
kepada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka
berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Belajar pada dasarnya merupakan suatu proses pemerolehan informasi dan
pengembangan potensi yang dimiliki seseorang. Keberhasilan dalam
pembelajaran berhubungan dengan peran guru dan siswa yang menjalaninya. Oleh
karena itu, komunikasi dan interaksi sangat diperlukan agar apa yang dipelajari
pada setiap pertemuan dapat tersampaikan dengan baik. Demikian pula dengan
penggunaan pendekatan pembelajaran yang juga mempengaruhi keberhasilan
dalam proses pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran mata
pelajaran PKn, umumnya saat ini masih menggunakan pendekatan konvensional
dalam hal ini metode ceramah. Waktu atau jam pelajaran yang diberikan dalam
mata pelajaran PKn sangat terbatas, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar
harus berjalan secara efektif. Dengan penerapan metode konvensional ini,
pembelajaran terpusat kepada guru sehingga siswa hanya menerima dan mencatat
informasi dari guru. Siswa cenderung beranggapan bahwa dalam mempelajari
PKn hanya semata-mata menghafal, bukan memahami konsep dan prinsip.
Dengan demikian penerapan metode konvensional mengakibatkan kondisi siswa
cenderung terlihat kurang termotivasi dan kurang aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa tidak maksimal.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah mengeluarkan aturan dengan
kewajiban mennggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang
merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan. Dengan penerapan KTSP mulai tahun ajaran
2006/2007, maka sekolah memiliki wewenang yang luas dalam menyusun
kurikulum sendiri. Salah satu komponen dalam KTSP yang harus dipenuhi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
tiap satuan pendidikan adalah mengoptimalkan proses pembelajaran dengan salah
satu metode pembelajaran yang berbasis lingkungan. Contoh metode
pembelajaran yang berbasis lingkungan adalah pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).
Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada: 1) berpusat pada
peserta didik, 2) mengembangkan kreativitas peserta didik, 3) suasana yang
menarik, 4) menyenangkan, dan bermakna, 5) prinsip pembelajaran aktif, Inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), 6) mengembangkan beragam
kemampuan yang bermuatan nilai dan makna, 7) belajar melalui berbuat, peserta
didik aktif berbuat, 8) menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan,
pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya, 9) menggunakan
pembelajaran tuntas di sekolah.
Oleh karena itu, dengan penelitian yang akan dilakukan ini akan diketahui
sejauh mana kesiapan guru SMP dalam penerapan PAIKEM pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya menyongsong kurikulum tingkat
satuan pendidikan.
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran
Guru PKn
Siswa
Prestasi Belajar Siswa
KTSPPAIKEM
KONVENSIONAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian SMP Negeri dan swasta di Kota
Surakarta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel. 2 Tempat Penelitian
No Nama Sekolah Alamat Sekolah
1. SMP Negeri 14 Surakarta Jl. Prof. WZ. Yohanes No. 254
2. SMP Negeri 15 Surakarta Jl. Purwonegaran No.60
3. SMP Negeri 16 Surakarta Jl. Kol. Sutarto No. 188
4. SMP Negeri 20 Surakarta Jl. Surya No. 155
5. SMP Kristen 3 Surakarta Jl. W. Mongonsidi No. 58
6. SMP Kristen 4 Surakarta Jl. Jend. A. Yani No. 2
7. SMP Murni 1 Surakarta Jl. Dr. Wahidin No. 33
8. SMP Muhamadiyah 7 Surakarta Jl. Tentara Pelajar No. 1
( Sumber Data Sekunder, 2009)
Alasan penulis mengambil lokasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tersedia data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian.
b. Tempat tersebut belum pernah diadakan penelitian yang sejenis sehingga
diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi perusahaan tersebut.
c. Lokasi sangat strategis dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi sehingga
memudahkan penelitian dan menghemat biaya.
1. Waktu Penelitian
Penulis merencanakan pelaksanaan penelitian pada bulan Agustus 2009
sampai bulan Juli 2010. Waktu ini meliputi kegiatan penyusunan proposal sampai
penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Table 3. Waktu dan Kegiatan Penelitian
No Tahap Waktu
Agst Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Penyusunan
Proposal
2 Perijinan
3 Pengumpulan Data
4 Analisis Data
5 Penulisan Laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang akan digunakan adalah bentuk penelitian
deskriptif kualitatif yakni dengan mengumpulkan data berupa kata-kata, kalimat,
pencatatan dokumen maupun arsip yang memiliki arti yang lebih penting untuk
mengukur penerapan PAIKEM pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
oleh guru Pkn SMP dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Surakarta.
Data berupa kata-kata dapat diperoleh melalui wawancara, baik dari informan atau
narasumber, yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan siswa SMP, tempat dan
peristiwa atau aktivitas belajar mengajar (di kelas).
Sedangkan tujuan metode deskriptif seperti yang diungkapkan oleh Traves
mengatakan bahwa “Tujuan deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu
keadaan sementara” (Consuelo, 1993: 71).
Jadi dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini
berusaha untuk memecahkan masalah, dengan cara menghimpun data-data
kualitatif, dengan observasi langsung dan wawancara mendalam dengan informan
atau narasumber, yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan siswa SMP, tempat
dan peristiwa atau aktivitas belajar mengajar (di kelas), sehingga dari data tersebut
dapat digunakan untuk mendiskripsikan tingkat kesiapan guru SMP dalam
penerapan PAIKEM pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Strategi Penelitian
Penelitian ini menggunakan strategi tunggal Terpancang. Maksud dari
strategi tunggal terpancang mengandung pengertian, tunggal artinya hanya dalam
satu lokasi yaitu di kota Surakarta. Sedang terpancang artinya hanya pada tujuan
untuk mengetahui penerapan PAIKEM pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan oleh Guru PKn SMP Di Surakarta.
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data diperoleh melalui :
1. Narasumber atau Informan
Dari wawancara yang dilakukan akan didapatkan informasi yang dapat
dijadikan sumber data. Oleh karena itu didalam memilih siapa yang akan menjadi
informan, peneliti wajib memahami posisi dengan beragam peran serta yang ada
sehingga dapat diperoleh informasi pernyataan maupun kata-kata yang diperoleh
dari informan yang disebut sebagai data primer atau sering disebut sebagai
informan kunci (key informan).
Adapun informan dalam penelitian ini akan digali dari beragam
sumber data dan jenis data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :
a) Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP di Surakarta Tahun Pelajaran
2009-2010:
1) Guru PKn SMP N 14 Surakarta : Mastyasto, S.Pd
2) Guru PKn SMP N 15 Surakarta : Pujiarti, S.Pd
3) Guru PKn SMP N 16 Surakarta : Nur Wijayanti, SH
4) Guru Pkn SMP N 20 Surakarta : Sri Nyamanto, S.Pd
5) Guru PKn SMP Kristen 3 Surakarta : Dra. Sunari
6) Guru PKn SMP Kristen 4 Surakarta : Diana Kusumastuti, S.Pd
7) Guru PKn SMP Muhammadiyah 7 Surakarta : Dra. Tri Mundaryati
8) Guru PKn SMP Murni 1 Surakarta : Happy Wahyuni S, S.Pd
b) Kepala Sekolah SMP di Surakarta Tahun Pelajaran 2009-2010
1) Kepala sekolah SMP N 14 Surakarta : Drs. Y. Himawan Samodra
2) Kepala sekolah SMP N 15 Surakarta : Hariadi Giyarso, S.Pd
3) Kepala sekolah SMP N 16 Surakarta : Drs. M. Amir khusni, MM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
4) Kepala sekolah SMP N 20 Surakarta : Drs. H. Sambodo, MM
5) Kepala sekolah SMP Kristen 3 Surakarta : Christine Sutarni, S.Pd
6) Kepala sekolah SMP Kristen 4 Surakarta : R. Yuwono Sulispriyanto, S.Pd
7) Kepala sekolah SMP Muhammadiyah 7 Surakarta : Drs.Heru Sutanto, SE
8) Kepala sekolah SMP Murni 1 Surakarta : Drs. Solichin
c) Tempat dan peristiwa atau aktivitas belajar mengajar (di kelas).
2. Dokumen dan arsip
Dokumen ada dua yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi, dokumen
pribadi yaitu tulisan tentang diri seseorang yang ditulisnya sendiri, sedang
dokumen resmi adalah dokumen yang dikeluarkan suatu instansi. Sumber arsip
merupakan informasi yang dapat diperoleh peneliti tentang subjek yang akan
diteliti. Macam-macam dokumen yang digunakan disini meliputi seluruh
dokumen resmi tentang hal-hal yang terkait dengan kegiatan pendidik dalam
pengelolaan kelas yaitu antara lain:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim
Pendidikan Nasional
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
c. RPP guru SMP Negri dan swasta di Surakarta
3. Tempat dan peristiwa
Kegiatan penelitian kualitatif tidak lepas dari wawancara dan observasi
yang akan melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa yang terjadi. Hal ini dilakukan
agar peneliti dapat berhasil sesuai dengan tujuan. Melalui tempat dan peristiwa
peneliti dapat memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu
dengan menggunakan wawancara maupun observasi. Dalam penelitian ini lokasi
yang dijadikan tempat penelitian adalah kelas-kelas yang ada di SMP Negri dan
swasta di Surakarta.
D. Teknik Sampling
Jumlah sampel menurut Suharsimi Arikunto (1996 : 120-121), jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15%, atau 20 – 25% atau lebih,
tergantung setidak-tidaknya dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian
yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih
baik.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampling untuk tujuan tertentu saja.
Disini, peneliti dengan sengaja menentukan anggota sampelnya berdasarkan
kemampuan dan pengetahuannya tentang keadaan populasi. Sampel yang ada di
sini tidak sebagai yang mewakili populasinya, tetapi lebih cenderung mewakili
informasinya.
Sampel penelitian terdiri dari 8 SMP di Surakarta yaitu SMP N 14
Surakarta, SMP N 15 Surakarta, SMP N 16 Surakarta, SMP N 20 Surakarta, SMP
Kristen 3 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, SMP Murni 1 Surakarta, SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta dengan menggunakan guru Pkn dan kepala sekolah
sebagai representatif pada masing-masing sekolah.
E.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa metode
yang saling melengkapi, yaitu:
a. Observasi berperan pasif (Observasion non-partisipan)
Metode ini dilakukan pada saat guru sedang mengajar di kelas khususnya
pada mata pelajaran PKn. Peneliti mengamati proses pembelajaran tanpa ikut
dalam kegiatan tersebut dan mencatat poin-poin dalam proses pembelajaran yang
muncul saat guru sedang mengajar. Poin-poin tersebut menurut Abdul Majid
(2006: 7) antara lain :
1) Kemampuan guru dalam membuka pelajaran
2) Kemampuan guru dalam menyajikan materi
3) Kemampuan guru dalam menggunakan metode
4) Kemampuan guru dalam menggunakan alat peraga
5) Kemampuan guru dalam menggunakan bahasa yang komunikatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
6) Kemampuan guru dalam mengorganisasi kegiatan
7) Kemampuan guru dalam berinteraksi dengan siswa secara komunikatif
8) Kemampuan guru dalam menyimpulkan pelajaran
9) Kemampuan guru dalam memberikan umpan balik
10) Kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian
11) Kemampuan guru dalam menggunakan waktu
Selain hal itu, dicatat juga poin-poin mengenai komponen kompetensi
profesional yang harus dikuasai oleh guru. Menurut Djam’an Satori (2007: 2.24-
2.34), guru harus menguasai beberapa komponen kompetensi profesional.
Komponen konpetensi profesional tersebut adalah :
1) Penguasaan bahan bidang studi
2) Pengelolaan program belajar mengajar
3) Pengelola kelas
4) Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar
5) Penguasaan landasan-landasan kependidikan
6) Mampu menilai prestasi belajar mengajar
7) Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan
di sekolah
8) Menguasai metode berpikir
9) Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi profesional
10) Terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik
11) Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan
12) Mampu memahami karakteristik peserta didik
13) Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah
14) Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan
15) Berani mengambil keputusan
16) Memahami kurikulum dan perkembangannya
17) Mampu bekerja terencana dan terprogram
18) Mampu menggunakan waktu secara tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b. Wawancara mendalam (dept interview)
Metode wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data dari kepala
sekolah dan guru PKn SMP. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang
bersifat “open-ended” dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan
dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan
subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi
dasar bagi penggalian informasi secara lebih jauh dan mendalam.
Hasil wawancara ini digunakan sebagai data pendukung angket dan
observasi. Materi wawancara dan item pertanyaan dalam kegiatan wawancara
adalah sebagai berikut :
1) Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
a) Apakah di sekolah sudah menggunakan KTSP
b) Media yang digunakan untuk mengetahui KTSP
c) Persiapan yang dilakukan pada saat berlakunya KTSP
2) Tentang Kegiatan Pembelajaran
a) Media pembelajaran yang digunakan
b) Metode pembelajaran yang digunakan
c) Kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran
3) Tentang penerapan PAIKEM
a) Apakah pernah menerapkan PAIKEM dalam pembelajaran
b) Kesan yang diperoleh saat menggunakan PAIKEM
c) Kesulitan yang dihadapi saat menggunkan PAIKEM
c. Analisis Dokumen
Dalam penelitian ini dokumen yang dianalisa adalah dokumen yang
berupa catatan maupun laporan tentang penerapan PAIKEM pada mata pelajaran
PKn oleh guru SMP dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan di Surakarata.
F. Validitas Data
Suatu penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka
validitas datanya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Trianggulasi
Pengertian trianggulasi menurut Lexy J. Moleong (2000: 178) bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai bahan
pembanding terhadap data itu”.
Menurut H. B. Sutopo menyebutkan bahwa ada 4 (empat) macam
triangulasi data yaitu :
a. Trianggulasi data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
b. Trianggulasi metode, jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
c. Trianggulasi peneliti, hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian yang tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
d. Trianggulasi teori, trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan prespektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. (H. B. Sutopo 2002: 78-82).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi data dan
trianggulasi metode. Penelitian ini menggunakan beragam sumber data yang
tersedia, yakni data yang sama atau sejenis yang diperoleh akan lebih mantap
kebenarannya jika digali dari berbagai sumber yang berbeda, dan menggunakan
trianggulasi metode dimana selain melakukan wawancara mendalam peneliti juga
menguji dengan melakukan observasi secara langsung.
G. Analisis Data
Menurut Lexy J. Moleong (2000: 103) “Analisis data adalah proses
mengorganisasikan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga
dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan
oleh data”. Adapun komponen utama dalam proses analisis ini adalah :
1. Pengumpulan Data
Kegiatan ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa kalimat-
kalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara dan dokumen.
Data yang diperoleh masih berupa data yang mentah yang tidak teratur.
2. Reduksi Data
Merupakan suatu proses seleksi, pemfokusan penyederhanaan dan abtraksi
dari field note (data mentah). H. B. Sutopo (2002: 92) berpendapat bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
“Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting dan
mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”.
3. Sajian Data
Merupakan rakitan dari organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan riset dapat dilakukan. Sajian data dapat berupa matriks, gambar atau
skema, jaringan kerja kegiatan dan table. Semuanya dirakit secara teratur guna
mempermudah pemahaman informasi.
4. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan akhir akan diperoleh bukan hanya sampai pada akhir
pengumpulan data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa
pengulangan dengan melihat kembali field note (data mentah) agar kesimpulan
yang diambil lebih kuat dan bisa dipertanggung jawabkan.
Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam
proses analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan,
dimana komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang lainnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak bisa mengambil
salah satu komponen.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
1Pengumpulan data
3Sajian data 2
Reduksi data
4Verifikasi/pengambilan
Kesimpulan
Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah penelitian dari awal
hingga akhir sebagai berikut
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap ini terbagi dalam enam kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Menyusun rancangan penelitian
b. Memilih lapangan penelitian
c. Mengurus perizinan
d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan penelitian
e. Menyiapkan perlengkapan penelitian
f. Memilih dan memanfaatkan informan
2. Tahap Penelitian Lapangan
a. Memahami latar penelitian dan persiapan
b. Memasuki lapangan
c. Berperan serta dalam mengumpulkan data dari informan
d. Mencari informasi melalui pengamatan praktek di lapangan
3. Tahap Analisis Data
Tahap ini penulis melakukan beberapa kegiatan yang berupa mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengorganisasikan dan
kemudian setelah itu data yang sudah terkumpul, maka data tersebut akan
dianalisis untuk mengetahui permasalahan yang diteliti sehingga dapat ditemukan
tema dan dirumuskan dugaan sementara ataupun adanya temuan studi.
4. Tahap Penulisan Lapoan
Setelah tahap penganalisisan data, maka langkah yang dilakukan
selanjutnya yaitu menarik kesimpulan dari permasalahan yang diteliti kemudian
hasil dari penelitian tersebut nantinya akan ditulis dalam bentuk laporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Keadaan Umum Kota Surakarta
a. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Surakarta
Secara geografis wilayah Kota Surakarta berada antara 110º45’15”- 110º45’35”
BT dan7º36’00”- 7º56’00”LS dengan luas wilayah 44,04 Km² dengan batas-batas sebagai
berikut:
a. Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
b. Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
c. Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo
d. Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan seluas keseluruhan 44,04 km2 dengan
jumlah penduduk sesuai sensus tahun 2000 sejumlah 490.214 jiwa. Kecamatan yang
mempunyai luas wilayah paling besar yaitu Kecamatan Banjarsari (14,81 km2),
sedangkan kecamatan yang mempunyai luas paling kecil yaitu Kecamatan Serengan.
Wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di
Kecamatan Pasar Kliwon (915.418 jiwa/km2) dan terendah terdapat pada Kecamatan
Laweyan (10.127 jiwa/km2).. Secara umum kota Surakarta merupakan dataran rendah
dan berada antara pertemuan kali/sungai-sungai Pepe, Jenes dengan Bengawan Solo,
yang mempunyaiketinggian ±92 dari permukaan air laut.
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Jumlah dan pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2002 sebanyak 554.630 jiwa.
Seperti yang ada pada tabel di bawah ini:
Tabel 4 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2002
No Kecamatan Luas(KM²) Penduduk Jumlah
Kepadatan
1 Laweyan 8,64 107.62212.459
2 Serengan 3,19 61.94519.394
3 Pasar Kliwon 4,82 85.59317.776
4 Jebres 12,50 136.76210.870
5 Banjarsari 14,81 162.70810.986
Total 44,04 554.63012.594
c. Tenaga Kerja
Jumlah pencari kerja pada akhir tahun 2002 sebanyak 5.380 jiwa yang terdiri dari
3.238 laki-laki dan 2.142 perempuan. Tingkat pendidikan pencari kerja di Kota Surakarta
adalah Sarjana (S1) yaitu sekitar 57%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel
berikut:
Tabel.5 Banyaknya Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2002No Tingkat
Pendidikan
Sisa akhir
tahun lalu
Yang
Terdaftar
Penempatan Dihapuskan Sisa
akhir
tahun
LP LP L P L P LP
1 SD 313 2513 18 11 6 2 413
2 SLTP 206311 3077 277 328 51 46 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3 SLTA 1.213.400 1.2821
132
274 719 792 474 1.429.
278
4 DI/DII 8074 8074
5 DIII 35749 176 206 89 93 189 130 255.1
50
6 SI 1.193 1.113 776 997 40 37 465 403 1.464
1 619
Jumlah 3.1411960 2.2982
425
698 1.1
88
1.56
3
1.055 3.238
2 142
d. Pendidikan
Menurut data pada tahun 2002/2003, kota Surakarta memiliki fasilitas pendidikan
yang terdiri dari Taman Kanak-kanak sebanyak 258 unit, Sekolah Dasar 294 unit, SLTP
75 unit, SMU 44 unit, SMK 41 unit. Selain itu kota Surakarta juga memiliki Perguruan
tinggi sebanyak 32 unit
Tabel. 6 Jumlah sekolah tiap kecamatan dikota Surakarta tahun 2002/2003
No Kecamatan TK SD SLTP SMU SMK PT
N S N S
1 Laweyan 56 57 18 12 13
2 Serengan 32 30 11 3 3
3 Pasar Kliwon 35 50 9 5 2
4 Jebres 63 69 17 6 6
5 Banjarsari 1 71 95 20 18 17
Jumlah 1 257 294 75 44 41
3 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Pendekatan Pembelajaran yang Digunakan oleh Guru Pkn
SMP di Surakarta
Untuk melakukan kegiatan belajar mengajar yaitu menyampaikan materi
pembelajaran kepada peserta didik diperlukan pendekatan pembelajaran yang
tepat.Penggunaan pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan dan materi
pelajaran yang akan dikuasai oleh peserta didik. Pertimbangan utama yang
digunakan untuk menentukan pendekatan pembelajaran adalah bahwa metode
mengajar yang akan digunakan harus dapat membantu kelancaran dan keefektifan
kegiatan belajar mengajar.
Pendekatan pembelajaran sangat banyak dan bervariasi sehingga dalam
menentukan metode mengajar yang akan digunakan, guru PKn tetap
memperhatikan pola pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bedasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam hal ini guru PKn harus dapat menentukan pendekatan
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dipelajari
peserta didik. Namun dalam menentukan metode pembelajaran, guru PKn tetap
berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu menumbuhkan
aktivitas dan kretivitas peserta didik di dalam maupun di luar kelas.
Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun
ajaran 2006/2007 ini menuntut agar guru menerapkan pendekatan pembelajaran
yang berbasis pada lingkungan. Contoh metode pembelajaran yang berbasis
lingkungan adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAIKEM).
Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada:berpusat pada peserta
didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, suasana yang menarik,
menyenangkan, dan bermakna, prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), mengembangkan beragam kemampuan
yang bermuatan nilai dan makna, belajar melalui berbuat, peserta didik aktif
berbuat, menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan, pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya, menggunakan pembelajaran tuntas di
sekolah.
Berdasarkan wawancara dengan ibu Pujiarti menjelaskan bahwa:”dalam
kegiatan belajar mengajar selalu mengembangkan berbagai metode pembelajaran,
hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa bosan dalam KBM dan demi
peningkatan mutu peserta didik”.(Wawancara di SMP N 15 Surakarta tanggal 29
Juli 2009).
Kemampuan di dalam memahami penggunaan pendekatan PAIKEM yang
digunakan di SMP Surakarta merupakan hal yang harus dikuasai oleh setiap guru
PKn, sehingga perencanaan pengajaran yang di buat dapat dilakukan secara
sistematis dan terencana serta dapat membantu siswa dalam mencapai suatu
tujuan pembelajaran yang optimal. Di peroleh keterangan dari Bpk. Sri Nyamanto
bahwa:”
Adanya penguasaan metode pembelajaran, situasi dan kondisi di kelas bisa dikendalikan, walaupun guru harus lebih optimal dalam mengarahkan kepada siswa tentang materi yang disampaikan dengan menggunakan metode pembelajaran baru. Hal ini akan mendukung kegiatan belajar mengajar, keefektifan media pengajaran dalam membantu guru dan peserta didik mencapai suatu kompetensi.(Wawancara di SMP N 20 Surakarta tanggal 22 Juli 2009).
Dalam penelitian ini, peneliti mengetahui pendekatan pembelajaran
yang digunakan oleh guru PKn SMP di Surakarta dengan metode wawancara
dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 7.Pendekatan Pembelajaran yang Digunakan Guru PKn SMP di Surakarta
Nama Sekolah CTL Kuantum Terpadu Kooperatif PBL
SMP N 14 Surakarta √
SMP N 15 Surakarta √
SMP N 16 Surakarta √
SMP N 20 Surakarta √
SMP Kristen 3 Surakarta √
SMP Kristen 4 Surakarta √
SMP Muhammadiyah 7 √
SMP Murni 1 Surakarta √
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
(Sumber : Hasil wawancara dengan guru PKn)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang digunakan
oleh guru PKn SMP di Surakarta ada 5 sekolah yang menggunakan pendekatan
PAIKEM yaitu CTL, 1 sekolah menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu,
dan 2 sekolah menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif.
Selain berdasarkan hasil wawancara, peneliti juga mengamati dari RPP
yang di gunakan guru Pkn. Dari 8 RPP yang di gunakan 8 sekolah tersebut, secara
tersurat dapat di lihat bahwa metode PAIKEM sudah di gunakan dalam setiap
pemberian materi di kelas meskipun tidak dalam setiap kompetensi dasar. Dalam
penelitian ini, peneliti mengetahui pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh
guru PKn SMP di Surakarta dari RPP yang di gunakan dalam bentuk tabel di
bawah ini:
Tabel 8.Pendekatan Pembelajaran yang Digunakan Guru PKn SMP di Surakarta
Nama Sekolah CTL Kuantum Terpadu Kooperatif PBL
SMP N 14 Surakarta √
SMP N 15 Surakarta √
SMP N 16 Surakarta √
SMP N 20 Surakarta √
SMP Kristen 3 Surakarta √
SMP Kristen 4 Surakarta √
SMP Muhammadiyah 7 √
SMP Murni 1 Surakarta √
(Sumber : RPP yang di gunakan guru PKn)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang digunakan
oleh guru PKn SMP di Surakarta ada 5 sekolah yang menggunakan pendekatan
PAIKEM yaitu CTL, 1 sekolah menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu,
dan 2 sekolah menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2. Penerapan Pendekatan PAIKEM pada Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan oleh Guru Pkn SMP di
Surakarta
Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru mempengaruhi
berhasil tidaknya peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Proses belajar
mengajar harus menggunakan model-model pendekatan yang efektif untuk
mengembangkan kecakapan hidup siswa yang meliputi kemampuan untuk belajar
sepanjang hayat, kemampuan berpikir kompleks, kemampuan berkolaborasi,
kemandirian dan sebagainya. Menurut Uzer Usman (2005:30-33) bahwa ”dalam
menciptakan belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang
menentukan keberhasilan belajar siswa yaitu melibatkan siswa secara aktif,
menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, prinsip
individualitas, peragaan dalam pengajaran.
Seorang guru yang baik harus mampu menyusun strategi pembelajaran,
sehingga mampu membawa siswa untuk aktif belajar karena kesadaran dan
ketertarikan siswa cukup tinggi. Guru dapat menyajikan kegiatan belajar mengajar
yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Menurut Gary dan Margaret
dalam Mulyasa (2007:21)mengemukakan bahwa ”guru yang efektif dan kompeten
secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut :1) memiliki kemampuan
menciptakan iklim belajar yang kondusif, 2) kemampuan mengembangkan
strategi dan manajemen pembelajaran, 3) memiliki kemampuan memberikan
umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), dan 4) memiliki
kemampuan untuk peningkatan diri.”Usaha untuk membangun motivasi siswa
dapat diperoleh dari unsur eksternal yaitu suasana kelas untuk belajar harus
efektif. Suasana kelas yang efektif dalam belajar dapat diperoleh dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran.
Pelajaran Pkn merupakan pelajaran yang berstruktur jelas dan memiliki
kesulitan cukup tinggi dalam mempelajarinya, tetapi pada kenyataannya masih
banyak guru yang belum menggunakan metode yang sesuai, metode pembelajaran
yang masih banyak dipakai adalah metode ceramah. Pada proses belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
di kelas, metode ceramah memposisikan guru sebagai subjek sentral dan siswa
sebagai objek sehingga membuat siswa jenuh dan malas dalam menerima
pelajaran. Keaktifan siswa dengan menggunakan metode ceramah sangat kurang
karena siswa terkondisikan untuk mendengarkan ceramah guru. Hal ini dapat
menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa.
Salah satu komponen dalam KTSP yang harus dipenuhi oleh tiap satuan
pendidikan adalah mengoptimalkan proses pembelajaran dengan salah satu
metode pembelajaran yang berbasis lingkungan. Contoh metode pembelajaran
yang berbasis lingkungan adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAIKEM).
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Himawan Samodra menjelaskan
bahwa:
Pelaksanaan metode PAIKEM berdasarkan pada KTSP ini dikatakan sudah cukup berjalan. Guru-guru saling bekerja sama dalam menyukseskan metode pembelajaran tersebut. Para guru mampu menerima dan melaksanakannya secara kontinyu. Para guru juga ikut berpartisipasi dalam penyempurnaan metode tersebut.(Wawancara di SMP N 14 Surakarta tanggal 22 Juli 2009)
Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada:berpusat pada
peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, suasana yang menarik,
menyenangkan, dan bermakna, prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), mengembangkan beragam kemampuan
yang bermuatan nilai dan makna, belajar melalui berbuat, peserta didik aktif
berbuat, menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan, pembelajaran
dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya, menggunakan pembelajaran tuntas di
sekolah.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah
dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari
diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa
keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seperti yang
terdapat dalam empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk
mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do
(Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.
Dari kegiatan observasi yang telah penulis lakukan di 4 SMP Negeri dan
4 SMP swasta di Surakarta, penulis melihat bahwa dalam PBM PKn di 8 SMP di
Surakarta, pengajar menggunakan Pendekatan PAIKEM yang relevan dengan
kebutuhan dunia pendidikan pada saat ini dalam proses belajar mengajar. Dan
dengan diterapkannya pendekatan tersebut, telah memudahkan mereka dalam
mengelola kelas dan mengarahkan peserta didik agar aktif dan prestasi meningkat.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengkaji masalah penggunaan
pendekatan PAIKEM yang relevan dan pengaruhnya pada keaktifan dan
peningkatan prestasi siswa yang merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan
pembelajaran. Dari pengkajian masalah tersebut dilapangan penulis mendapatkan
hasil penelitian, agar mutu pendidikan di Indonesia dapat terus ditingkatkan dari
waktu ke waktu.
Penerapan pendekatan PAIKEM yang diterapkan di 8 SMP di Surakarta
selain dapat ditemukan secara langsung dengan jalan observasi mengikuti
kegiatan pembelajaran PKn di dalam kelas, juga dapat ditemukan secara implicit
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru yang
mengajar pada mata pelajaran PKn, dalam hal ini penulis menganalisis RPP yang
disusun oleh beberapa guru di Surakarta.
Pada RPP yang disusun oleh beberapa guru pendidikan
kewarganegaraan, terkandung secara implicit penerapan pendekatan PAIKEM
dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terlihat dari penerapan metode diskusi,
pengkaitan dengan masalah nyata yang sedang terjadi yang digunakan dalam
beberapa pertemuan untuk membahas sebuah kompetensi dasar. Penerapan dari
diskusi dan pengkaitan dengan masalah yang ada memperlihatkan adanya praktik
penerapan pendekatan PAIKEM.
3. Hasil dari Pendekatan PAIKEM dalam Penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
Dalam menghadapi berbagai perubahan didunia pendidikan, guru
dituntut untuk lebih mampu dalam menjalankan pembelajaran yang sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
KTSP. Pendekatan pembelajaran yang tepat merupakan syarat utama yang harus
dimiliki seorang guru supaya kurikulum berhasil dengan baik sehingga prestasi
siswapun akan meningkat. Dalam pengelolaan kelas dikenal beberapa pendekatan
yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru agar murid-murid dapat mencapai
tujuan belajar dengan efektif dan efisien. Setiap guru harus benar-benar
memahami pendekatan yang digunakannya dalam Proses Belajar Mengajar
(PBM) sebagai alternative terbaik yang dipilihnya. Diantaranya adalah pendekatan
PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan) yang
berbasis pada lingkungan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Hariadi Giyarso menjelaskan
bahwa:
Rata-rata nilai Pkn sebelum menggunakan metode PAIKEM yaitu hanya 6,5.
Setelah menggunakan metode PAIKEM nilai PKn naik menjadi 7.
(Wawancara di SMP N 20 Surakarta tanggal 22 Juli 2009).
Berdasarkan wawancara dengan 8 guru PKn SMP di Surakarta diperoleh
hasil dari penggunaan pendekatan PAIKEM dalam kegiatan belajar mengajar
sebagai berikut:
Tabel 9.Hasil Penggunaan Pendekatan PAIKEM
Nama guru SMP Waktu
Wawancara
Hasil dari Penggunaan
Pendekatan PAIKEM
Mastyasto, S.Pd SMP N 14
Surakarta
22 Juli 2009 Prestasi dan motivasi
dalam belajar meningkat
Pujiarti, S.Pd SMP N 15
Surakarta
29 Juli 2009 Siswa berani bicara dan
mengungkapkan pendapat,
lebih aktif dan nilai
meningkat
Nur Wijayanti,
SH
SMP N 16
Surakarta
27 Juli 2009 Siswa lebih paham dan
menguasai IPTEK dan bisa
menerapkannya langsung.
Sri Nyamanto, SMP N 20 22 Juli 2009 Peningkatan nilai dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
S.Pd Surakarta semangat dalam belajar
Dra. Sunari SMP Kristen 3
Surakarta
1 Agustus
2009
Prestasi meningkat dan
siswa lebih kreatif dalam
KBM
Diana
Kusumastuti,
S.Pd
SMP Kristen 4
Surakarta
1 Agustus
2009
Siswa lebih semangat
dalam KBM dan tidak
merasa jenuh, prestasi
meningkat
Dra. Tri
Mundaryati
SMP
Muhammadiyah
7 Surakarta
2 Agustus
2009
Siswa lebih aktif dalam
KBM karena tidak
terpancang pada guru saja
Happy Wahyuni
S, S.Pd
SMP Murni 1
Surakarta
8 Agustus
2009
Siswa lebih menikmati
proses KBM dan merasa
nyaman dalam belajar
(Sumber : Hasil wawancara dengan guru PKn)
Berdasarkan tabel diatas berikut ini peneliti sampaikan hasil dari
pendekatan PAIKEM yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:
prestasi, motivasi dalam belajar meningkat, siswa berani bicara dan
mengungkapkan pendapat, siswa lebih paham dan menguasai IPTEK dan bisa
menerapkannya langsung. Siswa lebih aktif dalam KBM karena tidak terpancang
pada guru saja dan lebih menikmati proses KBM karena merasa nyaman dalam
belajar.
C. Temuan Studi
Berdasarkan data penelitian yang dipaparkan di atas, peneliti menemukan
beberapa temuan studi yaitu :
1. Pendekatan Pembelajaran yang Digunakan oleh Guru Pkn SMP di
Surakarta
Peneliti menemukan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan
oleh guru PKn SMP di Surakarta sebagian besar sudah menggunakan
metode PAIKEM. Dari 8 sekolah yang di teliti yaitu SMP Negeri 14
Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Kristen 4 Surakarta, dan SMP Murni 1 Surakarta sudah menggunakan
metode CTL. SMP Kristen 3 Surakarta menggunakan metode
pembelajaran terpadu, sedangkan SMP Negeri 16 Surakarta dan SMP
Muhammadiyah 7 Surakarta menggunakan pendekatan pembelajaran
kooperatif.
2. Penerapan pendekatan PAIKEM pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan oleh guru Pkn SMP di Surakarta.
Peneliti menemukan bahwa penerapan pendekatan PAIKEM yang
diterapkan di SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta,
SMP Negeri 16 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 3
Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, SMP Muhammadiyah 7 Surakarta
dan SMP Murni 1 Surakarta sudah berjalan dengan lancar. Hal ini dapat
dilihat dari kerjasama antara guru dengan guru, guru dengan kepala
sekolah dan guru dengan siswa dalam mewujudkan tujuan yang sama
yaitu peningkatan kualitas pendidikan. Penerapan pendekatan PAIKEM
selain dapat ditemukan secara langsung dengan jalan observasi
mengikuti kegiatan pembelajaran PKn di dalam kelas, juga dapat
ditemukan secara implicit dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang disusun oleh guru yang mengajar pada mata pelajaran PKn,
Pada RPP yang disusun oleh beberapa guru pendidikan
kewarganegaraan, terkandung secara implicit penerapan pendekatan
PAIKEM dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terlihat dari
penerapan metode diskusi, pengkaitan dengan masalah nyata yang
sedang terjadi yang digunakan dalam beberapa pertemuan untuk
membahas sebuah kompetensi dasar. Penerapan dari diskusi dan
pengkaitan dengan masalah yang ada memperlihatkan adanya praktik
penerapan pendekatan PAIKEM.
3. Hasil dari Pendekatan PAIKEM SMP di Surakarta
Peneliti juga menemukan bahwa hasil dari pendekatan PAIKEM yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: prestasi, motivasi
dalam belajar meningkat, siswa berani bicara dan mengungkapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
pendapat, siswa lebih paham dan menguasai IPTEK dan bisa
menerapkannya langsung. Siswa lebih aktif dalam KBM karena tidak
terpancang pada guru saja dan lebih menikmati proses KBM karena
merasa nyaman dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian mengenai penerapan PAIKEM pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Oleh Guru Pkn SMP Di Surakarta, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru PKn SMP di
Surakarta sebagian besar sudah menggunakan metode PAIKEM. Dari 8
sekolah yang di teliti yaitu SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15
Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, dan
SMP Murni 1 Surakarta sudah menggunakan metode CTL. SMP Kristen
3 Surakarta menggunakan metode pembelajaran terpadu, sedangkan
SMP Negeri 16 Surakarta dan SMP Muhammadiyah 7 Surakarta
menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif.
2. Bahwa penerapan pendekatan PAIKEM yang diterapkan di SMP Negeri
14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 16 Surakarta, SMP
Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 3 Surakarta, SMP Kristen 4
Surakarta, SMP Muhammadiyah 7 Surakarta dan SMP Murni 1
Surakarta sudah berjalan dengan lancar. Hal ini dapat dilihat dari
kerjasama antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah dan
guru dengan siswa dalam mewujudkan tujuan yang sama yaitu
peningkatan kualitas pendidikan. Penerapan pendekatan PAIKEM selain
dapat ditemukan secara langsung dengan jalan observasi mengikuti
kegiatan pembelajaran PKn di dalam kelas, juga dapat ditemukan secara
implicit dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun
oleh guru yang mengajar pada mata pelajaran PKn, Pada RPP yang
disusun oleh beberapa guru pendidikan kewarganegaraan, terkandung
secara implicit penerapan pendekatan PAIKEM dalam pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini terlihat dari penerapan metode diskusi, pengkaitan
dengan masalah nyata yang sedang terjadi yang digunakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
beberapa pertemuan untuk membahas sebuah kompetensi dasar.
Penerapan dari diskusi dan pengkaitan dengan masalah yang ada
memperlihatkan adanya praktik penerapan pendekatan PAIKEM.
3. Bahwa hasil dari pendekatan PAIKEM yang digunakan di SMP Negeri
14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 16 Surakarta, SMP
Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 3 Surakarta, SMP Kristen 4
Surakarta, SMP Muhammadiyah 7 Surakarta dan SMP Murni 1
Surakarta dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: prestasi, motivasi
dalam belajar meningkat, siswa berani bicara dan mengungkapkan
pendapat, siswa lebih paham dan menguasai IPTEK dan bisa
menerapkannya langsung. Siswa lebih aktif dalam KBM karena tidak
terpancang pada guru saja dan lebih menikmati proses KBM karena
merasa nyaman dalam belajar.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan sebagaimana tersebut diatas, maka implikasi
dari penelitian ini adalah :
1. Dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
pada tahun ajaran 2006/2007 ini menuntut agar guru menerapkan
pendekatan pembelajaran yang berbasis pada nilai. Contoh metode
pembelajaran yang berbasis nilai adalah pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Dan adanya
penggunaan pendekatan PAIKEM, proses belajar mengajar berhasil
meningkatkan prestasi siswa dan siswapun lebih aktif dan kreatif
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Dengan adanya penerapan pendekatan PAIKEM di 8 SMP di
Surakarta mampu membantu guru dalam mewujudkan keberhasilan
proses belajar mengajar. Untuk melakukan kegiatan belajar mengajar
yaitu menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik
diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat. Penggunaan metode
pembelajaran disesuaikan dengan tujuan dan materi pelajaran yang
akan dikuasai oleh peserta didik. Adanya pertimbangan utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
penggunaan pendekatan PAIKEM dapat membantu kelancaran dan
keefektifan kegiatan belajar mengajar.
3. Adanya pendekatan pembelajaran yang sangat banyak dan bervariasi,
sehingga menentukan metode mengajar yang akan digunakan, guru
PKn tetap memperhatikan pola pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan bedasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Hasil dari pendekatan PAIKEM yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar, yaitu: prestasi, motivasi dalam belajar
meningkat, siswa berani bicara dan mengungkapkan pendapat, siswa
lebih paham dan menguasai IPTEK dan bisa menerapkannya
langsung. Siswa lebih aktif dalam KBM karena tidak terpancang pada
guru saja dan lebih menikmati proses KBM karena merasa nyaman
dalam belajar.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti
dapat mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada pihak SMP N 14 Surakarta, SMP N 15 Surakarta, SMP N 16
Surakarta, dan SMP N 20 Surakarta, SMP Kristen 3 Surakarta, SMP
Kristen 4 Surakarta, SMP Muhammadiyah 7 Surakarta, SMP Murni 1
Surakarta semoga lebih meningkatkan pengarahan pada seluruh staf
pengajar agar penerapan pendekatan PAIKEM proses belajar mengajar
dapat terus dijalankan oleh guru pendidikan kewarganegaraan sehingga
dapat bermanfaat untuk mata pelajaran yang lain.
2. Kepada guru pendidikan kewarganegaraan yang telah menerapkan
pendekatan PAIKEM dalam kegiatan belajar mengajar, diharapkan dapat
lebih meningkatkan kualitas dan terus mencari inovasi baru dalam rangka
pengembangan penerapan pendekatan PAIKEM sehingga semakin
mempermudah dalam mengenal karakter peserta didik dan mendukung
dalam penyampaian materi pelajaran guna meningkatkan kualitas
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
3. Kepada seluruh kalangan akademisi yang membaca karya tulis ini, semoga
dapat memperoleh manfaat Terutama bagi mahasiswa FKIP sebagai
seorang calon guru, semoga dengan membaca karya tulis ini, berkenan
untuk meneliti lebih jauh mengenai penerapan pendekatan PAIKEM yang
semakin berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan
zaman dan sesuai dengan perkembangan peserta didik.
Top Related