perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id...

84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKING ALOUD PAIRS PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) DITINJAU DARI TINGKAT KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN PACITAN TESIS Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh: KHOIRUL QUDSIYAH NIM S851102018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKING ALOUD PAIRS

PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN MISSOURI MATHEMATICS

PROJECT (MMP) DITINJAU DARI TINGKAT KREATIVITAS

BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI

DI KABUPATEN PACITAN

TESIS

Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

KHOIRUL QUDSIYAH

NIM S851102018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAIY MODELPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKING ALOAD PAIRSPROBLEM SOLWNG (TAPPS) DAI\[ IfiI^|JOURI MATHEMATICSPROJECT (l\,trVIP) DITINJAU DARI TINGKAT KREATTMTAS

BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP I\IEGERIDI KABUPATEN PACITAIT

Disusun oleh:

Khoirul Qudsiyahs851102018

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan

Ketua

Pada Tanggal: 06 AgusIUs 2olz

Nama

Dr. Mardiyana M.Si.NrP. 19660225 199302 | 002

Sekretaris Dr. Budi Usodo, M.Pd.NrP. 19680s17 199303 r 002

Anggota Penguji :

l. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.NIP. 19530915197943 1 003

2. Drs. Sutrima, M.Si.NrP. 19661007 199302 | 001

Mengetahui

Program PascasarjanaSebelas Maret

Yunus. M.S.

Tanda Tangan

Ketua ProgramStudiPendidikan Matematika

Prof. Dr. Budiyono, M.ScNIP. 19530915 197903r003

ffi19610717198601 1001

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IIALAMAN PERSETUJUAI\

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODETPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THNKING ALOUD PAIRS?R)BLEM SOLVNG (TAPPS) DA]\I MISSOUN MATHEL'{ATICSPROJECT (NfiVIP) DITINJAU DARI TINGKAT KREATTVITAS

BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERIDI KABUPATEN PACITAN

TESIS

Oleh:Khoirul QudsiyahNrM S851102018

Telah disetujui oleh Tim PembimbingPadaTanggal:

Pembimbing II

Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.NrP. 19s30915197903 1 003

M.Si.199302 I 00

Mengetahui,Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Prof, Dr. Budiyono, M.Sc.NrP^ 19s30915197903 I 003

Pembimbing I

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul: “EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINKING ALOUD PAIRS PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN

MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) DITINJAU DARI TINGKAT

KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI

KABUPATEN PACITAN” ini adalah karya sendiri dan bebas plagiat, serta

tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk

memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunaan

sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan daftar

pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah

ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan

(Permendiknas, No. 17 Tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah

lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs

UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu

semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi

dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi Matematika PPs

UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh

Prodi Matematika PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari

ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik

yang berlaku.

Surakarta, Agustus 2012

Yang membuat pernyataan,

Khoirul Qudsiyah

S851102018

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah

penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan

yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan

segala sesuatu”.

(Q.S. An – Nisa’ : 86)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila

kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan

hanya kepada Tuhanmulah hendaknya

kamu berharap”.

(Q.S. Al – Insyiroh : 6 – 8)

Sebenarnya semua manusia mulai belajar dari dia dilahirkan

dan akan berakhir jika dia mati.

(Penulis)

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Suamiku tercinta, yang selalu memberikan doa serta curahan kasih

sayang yang tak ternilai harganya

Anak-anakku (Azriel dan Yusriel), yang telah menjadi motivatorku

untuk maju

Orang tuaku (Mbah Kung & almh. Mbah Buk) dan

mertuaku (Uti & Kakung), yang selama ini telah

membantuku dalam doa dan segalanya

Kakak-kakakku (mbak Iin, mas Rudi, mas Udin, mbak Nix, mas Heri),dan

Adik-adikku (Munis, Arif, Boby dan Iyuth), Dorongan & semangat kalian

telah memacu harapan dan impianku

Sahabat-sahabat terbaikku

Para guru dan dosen, terimakasih atas ilmu dan semua yang telah kalian

berikan padaku, yang menjadi penerang jalanku.

Almamater tercinta

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya hingga sampai pada detik ini, penulis masih diberi

nikmat Iman, Islam, dan umur. Sholawat serta salam tercurahkan pada Nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa penulis ke jalan yang lurus sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “Eksperimentasi

Pembelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Thinking

Aloud Pairs Problem Solving (TAPPS) Dan Missouri Mathematics Project

(MMP) Ditinjau Dari Tingkat Kreativitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri

Di Kabupaten Pacitan”.

Hambatan dan permasalahan yang menimbulkan kesulitan dalam

menyelesaikan penulisan tesis ini banyak ditemui oleh penulis, akan tetapi berkat

bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk

menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika.

2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

sekaligus Pembimbing I yang berkenan memberikan petunjuk dan arahan

dengan penuh kesungguhan serta kesabaran hingga penyusunan tesis ini

selesai.

3. Drs. Sutrima, M.Si., Pembimbing II, yang telah memberikan pengarahan dan

bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran hingga

penyusunan tesis ini selesai.

4. Bapak/ibu Dosen Program Pasca sarjana Pendidikan Matematika Universitas

Sebelas Maret, karena berkat ilmu yang diajarkanya telah membukakan

pikiran, mata, dan hati penulis sehingga bermanfaat dalam penelitian ini,

5. Sartono, S.Pd, Kepala SMPN 2 Donorojo, yang telah memberikan ijin

terlaksananya penelitian pada tesis ini.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Mahmud, M.Pd, Kepala SMPN 1 Arjosari, yang telah memberikan ijin

terlaksananya penelitian pada tesis ini

7. Drs. Supangat, MM, Kepala SMPN 1 Kebonagung, yang telah memberikan

ijin terlaksananya penelitian pada tesis ini.

8. Drs. Mudjiono, Kepala SMPN 1 Punung, yang memberikan ijin uji instrumen

penelitian ini.

9. Sriyati, M.Pd., Heri, S.Pd., Restu Tri Indrawati, S.Pd., Suharsono, S.Pd.,

Prihartini, S.Pd.. Guru matematika yang telah berkenan berkolaborasi dengan

peneliti untuk melakukan eksperimen pembelajaran pada penelitian tesis ini.

10. Sahabatku tercinta Ochi, Ina, Pak Warto, Bunda, Mas Dachlan yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi yang tiada henti.

11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan

Februari 2011, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat khususnya bagi

penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN.................................................. ......................... iv

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

ABSTRAK .......................................................................................................... xv

ABSTRACT .......................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5

C. Pemilihan Masalah ...................................................................... 6

D. Pembatasan Masalah ................................................................... 6

E. Perumusan Masalah .................................................................... 7

F. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

G. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 10

1. Prestasi Belajar Matematika .................................................. 10

2. Pembelajaran Kooperatif ....................................................... 12

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAPPS ..................... 14

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MMP ....................... 16

5. Model Pembelajaran konvensional ...................................... 18

6. Kreativitas Siswa .................................................................. 19

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 23

C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 25

D. Hipotesis ...................................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat, Subjek dan Waktu Penelitian ......................................... 29

B. Jenis Penelitian ............................................................................. 29

C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 31

1. Variabel Penelitian ................................................................ 31

2. Metode Pengumpulan Data ................................................... 33

3. Instrumen Penelitian.............................................................. 34

4. Uji Coba Instrumen ............................................................... 34

E. Teknik Analisis Data .................................................................... 38

1. Uji Prasyarat Analisis Variansi ............................................ 38

2. Uji Keseimbangan Rerata .................................................... 40

3. Pengujian Hipotesis ............................................................... 41

4. Uji Lanjut Anava ................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Coba Angket Kreativitas Belajar ................................... 46

1. Uji Validitas Isi ...................................................................... 46

2. Uji Reliabilitas ....................................................................... 46

3. Uji Konsistensi Internal .......................................................... 46

B. Hasil Uji Coba Tes Prestasi belajar .............................................. 47

1. Uji Validitas Isi ...................................................................... 47

2. Uji Reliabilitas ....................................................................... 47

3. Tingkat Kesukaran .................................................................. 48

4. Daya Beda .............................................................................. 48

C. Uji Keseimbangan ........................................................................ 48

1. Data Prestasi Belajar Siswa ................................................... 48

2. Hasil Uji Prasyarat Untuk Uji Keseimbangan ....................... 49

3. Hasil Uji Keseimbangan ........................................................ 50

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

D. Analisis Data ................................................................................ 50

1. Skor Kreativitas Belajar Siswa .............................................. 50

2. Skor Tes Prestasi Belajar Matematika ................................... 51

E. Analisis Variansi .......................................................................... 52

1. Uji Prasyarat .......................................................................... 52

2. Uji Hipotesis .......................................................................... 53

F. Uji Lanjut Pasca Anava ................................................................ 54

G. Pembahasan .................................................................................. 57

H. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 61

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 63

B. Implikasi ..................................................................................... 63

C. Saran ............................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 67

LAMPIRAN ........................................................................................................ 70

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Laporan Hasil Ujian Nasional SMP Negeri Kabupaten Pacitan .................. 4

2.1. Indikator Kreativitas Belajar ........................................................................ 22

3.1. Rencana Penelitian ....................................................................................... 29

3.2 Rancangan Penelitian .................................................................................. 30

3.3 Rangkuman Anava ....................................................................................... 43

4.1. Deskripsi Data Nilai UAS Siswa pada Kelas Eksperimen I, II dan

Kontrol ......................................................................................................... 49

4.2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Terhadap Hasil Nilai UAS Semester I.... 49

4.3. Rangkuman Hasil Uji Keseimbangan (Analisis Variansi Satu Jalan) .......... 50

4.4. Deskripsi Statistik Hasil Tes Prestasi Belajar Matematika ........................... 51

4.5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Tes Matematika ...................................... 52

4.6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas.............................................................. 52

4.7. Rangkuman Analisis Variansi ....................................................................... 53

4.8. Deskripsi Rataan Berdasarkan Model Pembelajaran dan Kreativitas

Belajar .......................................................................................................... 54

4.9. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris .................................. 54

4.10. Rangkuman Hasil Komparasi Ganda Antar Kolom ...................................... 55

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Kelompok SMPN Kabupaten Pacitan Berdasarkan

Nilai UN Tahun Ajaran 2010/2011 ........................................... 71

Lampiran 2a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas TAPPS .................. 72

Lampiran 2b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas MMP ..................... 90

Lampiran 2c Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Konvensional ....... 107

Lampiran 2d Lembar Kerja Siswa .................................................................. 121

Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kreativitas Belajar Matematika .................... 130

Lampiran 3b Angket Kreativitas Belajar Matematika .................................... 131

Lampiran 3c Kunci Jawaban Uji Coba Angket Kreativitas .......................... 137

Lampiran 3d Analisis Instrumen: Tingkat Kreativitas Belajar Siswa ........... 138

Lampiran 3e Uji Reliabilitas dan Konsistensi Internal Butir Angket ............ 142

Lampiran 4a Kisi-kisi Soal Try Out Tes Matematika ................................... 150

Lampiran 4b Soal Try Out Tes Matematika .................................................. 151

Lampiran 4c Kunci Jawaban Soal Try Out Tes Matematika ........................ 155

Lampiran 4d Lembar Validasi Instrumen Try Out Prestasi Belajar

Matematika ................................................................................ 156

Lampiran 4e Uji Reliabilitas Soal Try Out .................................................... 159

Lampiran 4f Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba ................... 163

Lampiran 5 Angket Kreativitas Belajar Matematika ................................... 169

Lampiran 6a Soal Tes Prestasi Matematika .................................................. 174

Lampiran 6b Kunci Jawaban Soal Tes Matematika ....................................... 177

Lampiran 7a Pengelompokan Data Untuk Uji Keseimbangan ...................... 178

Lampiran 7b Uji Normalitas Kelas Eksperimen I (TAPPS) .......................... 180

Lampiran 7c Uji Normalitas Kelas Eksperimen II (MMP) ........................... 183

Lampiran 7d Uji Normalitas Kelas Kontrol (Konvensional) ........................ 186

Lampiran 7e Uji homogenitas Model Pembelajaran Untuk Uji

keseimbangan Rerata ............................................................... 189

Lampiran 7f Uji Keseimbangan Rerata ........................................................ 192

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Lampiran 8a Data Induk Penelitian ............................................................... 194

Lampiran 8b Desain Data Penelitian ............................................................. 203

Lampiran 9a Uji Normalitas Kelas Eksperimen I (TAPPS) Untuk Uji

Hipotesis ................................................................................... 204

Lampiran 9b Uji Normalitas Kelas Eksperimen II (MMP) Untuk Uji

Hipotesis .................................................................................... 207

Lampiran 9c Uji Normalitas Kelas Kontrol (Konvensional) Untuk Uji

Hipotesis .................................................................................... 210

Lampiran 9d Uji Normalitas Kreativitas Tinggi ............................................ . 213

Lampiran 9e Uji Normalitas Kreativitas Sedang ........................................... 216

Lampiran 9f Uji Normalitas Kreativitas Rendah .......................................... 220

Lampiran 10a Uji Homogenitas Model Pembelajaran .................................... 223

Lampiran 10b Uji Homogenitas Tingkat Kreativitas ...................................... 227

Lampiran 11 Uji Hipotesis ............................................................................ 232

Lampiran 12 Uji Lanjut Pasca Anava ............................................................. 236

Lampiran 13 Surat Ijin Penelitian ................................................................... 239

Lampiran 14 Daftar Tabel Statistik ............................................................... 243

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRAK

Khoirul Qudsiyah, S851102018. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika

Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Thinking Aloud Pairs Problem

Solving (TAPPS) dan Missouri Mathematics Project (MMP) Ditinjau dari

Tingkat Kreativitas Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten

Pacitan. Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. Pembimbing II: Drs.

Sutrima, M.Si. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pasca

sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Diantara model

pembelajaran kooperatif tipe TAPPS, MMP dan Konvensional manakah yang

dapat memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, (2) Diantara

tingkat kreativitas siswa, yang dapat memberikan prestasi belajar matematika

lebih baik, kreativitas tinggi, sedang atau rendah, (3) Pada masing-masing model

pembelajaran manakah di antara tingkat kreativitas siswa yang dapat memberikan

prestasi belajar matematika lebih baik, kreativitas tinggi, sedang atau rendah, (4)

Pada masing-masing tingkat kreativitas siswa (tinggi, sedang, dan rendah),

manakah di antara model pembelajaran yang dapat memberikan prestasi belajar

matematika lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe TAPPS, MMP atau

konvensional.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental semu.

Rancangan penelitian ini menggunakan desain faktorial 3 x 3. Populasi penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Pacitan pada tahun

ajaran 2011/2012. Sedangkan untuk sampel dipilih dengan cara stratified cluster

random sampling. Banyak sampel 275 siswa dengan 92 siswa untuk kelas

eksperimen I, 92 siswa untuk kelas eksperimen II dan 91 siswa untuk kelas

kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket

kreativitas belajar dan tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

meliputi validitas isi, konsistensi internal dan reliabilitas. Uji coba tes meliputi

validitas isi, tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitas. Untuk uji normalitas

menggunakan uji Liliefors, uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Tes

keseimbangan yang digunakan yaitu anava satu jalan dengan sel tak sama untuk

mengetahui kemampuan awal matematika yang sama. Uji tes matematika

menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Pembelajaran dengan model

pembelajaran TAPPS menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama

baiknya dengan model pembelajaran MMP dan lebih baik daripada model

pembelajaran konvensional, sedang model pembelajaran MMP sama baik dengan

model pembelajaran konvensional, (2) Prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai kreativitas tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai

kreativitas sedang, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas

tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah, dan

prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas sedang sama baik

dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah, (3) Dilihat dari masing-masing

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

model pembelajaran, prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi

lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang

dan rendah, sedangkan prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas

sedang sama baik dengan prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas

rendah, (4) Dilihat dari masing-masing tingkat kreativitas, baik tinggi, sedang

maupun rendah prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran

TAPPS sama baik dengan model pembelajaran MMP tetapi lebih baik daripada

prestasi belajar matematika dengan model konvensional. Sedangkan prestasi

belajar siswa dengan model pembelajaran MMP sama baik dengan model

konvensional.

Kata Kunci: TAPPS, MMP, Konvensional, Kreativitas Belajar

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRACT

Khoirul Qudsiyah, S851102018. Mathematics Learning Experimentation

with Thinking Aloud Pairs Problem Solving (TAPPS) and Missouri

Mathematics Project (MMP) types of Cooperative Learning Viewed from the

Student Learning Creativity Level in the VIII Graders of Public Junior High

Schools in Pacitan Regency. First Counselor: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.

Second Counselor: Drs. Sutrima, M.Si. Thesis. Mathematics Study Program

of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University. 2012.

The objectives of research were to find out: (1) which one providing better

mathematics learning achievement, TAPPS or MMP types of cooperative learning

models or conventional learning models, (2) in the student creativity level, which

one providing better mathematics learning achievement, high or medium or low

creativity, (3) in each learning models which one providing better mathematics

learning achievement, high or medium or low student learning creativity, (4) in

each student creativity level (high, medium, and low) which one providing better

mathematics learning achievement, TAPPS or MMP types of cooperative learning

models or conventional learning models.

This study was a quasi-experimental research. The research design used

was a 3x3 factorial design. The population of research was all VIII graders of

Junior High Schools throughout Pacitan Regency in the school year of 2011/2012.

Meanwhile the sample was taken using stratified random sampling. The sample

consisted of 275 students: 92 students for experiment I class, 92 for experiment II

class and 91 for control class. The instruments used to collect the data were

learning creativity questionnaire and mathematics learning achievement test. The

questionnaire instrument tryout included content validity, internal consistency and

reliability. The normality test used Liliefors test, while homogeneity test used

Bartlett test. The equilibrium test used in this research was one-way anava with

different cell to find out the same mathematic prior competency. The mathematics

test was done using a one-way variance analysis with different cell.

The result of research concluded that: (1) TAPPS learning models provided

mathematics learning achievement as good as the MMP learning models did and

better than the conventional learning model did, while MMP learning model

provided mathematic learning achievement as good as the conventional learning

models did; (2) The learning achievement of the students with high creativity was

better than that of those with medium creativity, the learning achievement of the

students with high creativity was better than that of those with low creativity, and

the learning achievement of the students with medium creativity was as good as

that of those with low creativity; (3) Viewed from learning model, the learning

mathematics achievement of the students with high creativity was better than that

of those with medium and low creativity, while the learning mathematics

achievement of the students with medium creativity was as good as that of those

with low creativity; (4) Viewed from creativity level whether high, medium or

low, learning mathematics achievement of the students with TAPPS learning

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

model was as good as MMP learning models but was better than learning

mathematics achievement with conventional models. Whereas the learning

achievement of the students with MMP learning models as good as that

conventional models.

Keywords: TAPPS, MMP, Conventional, Learning Creativity.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di masa

sekarang sangat pesat. Untuk mengimbangi perkembangan itu, Indonesia

sebagai negara berkembang harus mampu bersaing dengan negara maju

lainnya agar tidak ketinggalan jauh. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk

menghadapi persaingan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas sumber

daya manusia Indonesia secara berkelanjutan, yang salah satunya dengan

memperbaiki kualitas pendidikan. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah

diamanatkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan

mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Adanya berbagai

pembaharuan dalam pengembangan kurikulum merupakan salah satu cara

untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Matematika sebagai wahana pendidikan memiliki peran yang sangat

penting dalam membangun kemampuan berpikir logis, sistematis, dan analitis.

Sehingga tidaklah mengherankan jika kedudukan matematika dalam cabang

ilmu pengetahuan berada pada posisi yang tinggi, karena matematika akan

mendasari kemampuan pemahaman atau berpikir seorang siswa pada mata

pelajaran yang lain.

Menurut kerucut pengalaman belajar, belajar dengan mendengar hanya

memberikan ingatan sebesar 20%, sedangkan belajar dengan melihat

memberikan ingatan sebesar 30%. Metode pembelajaran yang menuntut siswa

untuk mengatakan dan berbuatlah yang seharusnya digunakan karena mampu

memberikan ingatan hingga 90% (Masnur Muslich, 2007: 75). Siswa perlu

mengerti tentang makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan

bagaimana mencapainya.

Salah satu tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah adalah agar

siswa mempunyai kemampuan matematika yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

tersebut, siswa dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana memahami

suatu masalah serta mengkomunikasikan gagasan serta memecahkan masalah

baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam pembelajaran

matematika sejalan dengan tujuan mata pelajaran matematika bagi siswa pada

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yaitu memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Namun demikian, pembelajaran matematika di sekolah-sekolah jarang

dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan observasi

di lapangan pada saat pembelajaran matematika berlangsung di beberapa SMP

di Pacitan mendukung hal tersebut. Guru cenderung memberikan rumus-

rumus terkait materi yang diberikan dan kemudian memberikan soal-soal

kepada siswa untuk menggunakan rumus tersebut untuk menyelesaikannya.

Siswa tidak menemukan makna dari materi yang diberikan guru, yang pada

akhirnya kemampuan berpikir dan kreativitas belajar siswa tidak dapat

berkembang dengan baik. Akibatnya ketika siswa dihadapkan pada sebuah

permasalahan matematika, kebanyakan dari mereka tidak ada inisiatif untuk

menyelesaikan sendiri dan cenderung langkah penyelesaian yang digunakan

sama persis dengan contoh yang diberikan oleh guru.

Kreativitas dan kemampuan berpikir matematika pada siswa adalah hal

yang harus diperhatikan dan dikembangkan oleh para guru matematika, karena

kemampuan tersebut yang akan banyak berperan dalam menghadapi tantangan

global. Dengan kreativitas dalam berpikir diharapkan akan terbentuk sumber

daya manusia (SDM) yang inovatif untuk melakukan terobosan-terobosan dan

temuan di bidang keilmuan yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi

positif bagi kehidupan manusia.

Mayesky dalam Kemple dan Nissenberg (2000: 67) mengatakan bahwa

kreativitas merupakan hal yang pokok dalam pendidikan seorang anak karena

akan mampu menentukan masa depan dari anak tersebut. Akan tetapi, dalam

bidang pendidikan kreativitas dan proses kreatif kurang begitu diperhatikan

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dalam pembelajaran. Utami Munandar (2009: 13) menyebutkan bahwa

pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada pengembangan inteligensi

(kecerdasan) daripada pengembangan kreativitas, sedangkan keduanya sama

pentingnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dan dalam hidup.

Penekanan yang diberikan guru dalam pembelajaran lebih pada hafalan dan

mencari satu jawaban yang benar terhadap soal yang diberikan dan proses-

proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih.

Tujuan pembelajaran matematika agar dapat tercapai diperlukan suatu

peningkatan aspek kualitas personal dan profesional guru dalam memberikan

tranfer ilmu kepada siswa. Dengan penerapan strategi pembelajaran inovatif

yang membuat suasana kelas aktif, menyenangkan, kreatif, baik dalam

pembelajaran individual maupun kelompok memungkinkan siswa dalam kelas

berpartisipasi dalam bentuk aktivitas belajar yang aktif dan merata. Dengan

guru aktif mengevaluasi diri dalam hal metode pembelajaran yang dipakai,

alat/bahan/cara evaluasi yang digunakan serta mengidentifikasi permasalahan

yang ada diharapkan membantu perkembangan dan peningkatan hasil belajar

siswa ke arah yang lebih baik.

Problematika pembelajaran matematika tersebut berlaku secara umum

sebagai warna pendidikan di Indonesia, termasuk di Kabupaten Pacitan, Jawa

Timur, pada jenjang sekolah dasar dan menengah. Berdasarkan data Hasil

Ujian Nasional SMP Negeri tahun pelajaran 2010/2011 (Tim BSNP, 2011)

diperoleh gambaran bahwa prestasi bidang studi matematika siswa-siswi

sekolah di Pacitan masih belum merata. Diperoleh data bahwa nilai rata-rata

nilai UN mata pelajaran matematika siswa SMP Negeri adalah 5,96 dengan

nilai tertinggi adalah 10,00 dan nilai terendah adalah 1,50. Perolehan hasil

tersebut mungkin dipengaruhi oleh faktor geografis sekolah yang terbagi atas

daerah perkotaan, pedesaan, dan pegunungan. Faktor guru dan manajemen

sekolah kemungkinan juga dapat mempengaruhi terhadap peningkatan kualitas

pembelajaran yang dihasilkan. Dengan demikian tingkat keberhasilan

pembelajaran matematika tidak hanya dapat dilihat dari hasil akhir evaluasi

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

belajar, misal Ujian Nasional, tetapi dapat ditentukan oleh kualitas

pengelolaan pengajaran sebagai komponen penyelenggaraan pendidikan.

Tabel 1.1. Laporan Hasil Ujian Nasional SMP Negeri Kabupaten Pacitan

Tahun Pelajaran 2010/2011

Nilai Ujian Bahasa

Indonesia

Bahasa

Inggris

Mate-

matika IPA

Jumlah

Nilai

Klasifikasi B B C B B

Rata-rata 7,32 6,65 5,96 7,14 27,07

Terendah 2,40 1,40 1,50 1,75 11,35

Tertinggi 9,60 10,00 10,00 10,00 38,70

Standar Deviasi 1,08 1,52 1,73 1,31 4,56

Sumber: Kemendiknas Kabupaten Pacitan, 2011

Bagi siswa di sekolah menengah pertama (SMP) meskipun telah

melalui tahap operasi konkret, dan berada pada tahap awal operasional formal,

namun dalam pembelajaran matematika siswa belum sepenuhnya dapat

berpikir abstrak dan formal. Mereka masih membutuhkan sesuatu yang

bersifat konkret untuk memahaminya. Berdasarkan pengamatan, banyak guru

yang mengeluh tentang sulitnya siswa memahami materi yang sedang

dipelajari. Hal ini dikarenakan siswa kurang mampu menerapkan pengetahuan

dan konsep matematika sebelumnya untuk mempelajari konsep yang sedang

dipelajari.

Rendahnya pencapaian prestasi belajar matematika siswa, salah

satunya dikarenakan siswa kurang terbiasa mengasah kemampuan

memecahkan masalah matematika. Siswa terbiasa menghapal definisi,

teorema, serta rumus-rumus matematika tanpa disertai pengembangan

kemampuan lainnya termasuk kreativitas dalam menyelesaikan soal

matematika.

Berdasarkan observasi, diperoleh fakta bahwa siswa di sekolah kurang

dilatih dengan tipe soal yang menantang kreativitas siswa dalam

mengerjakannya, soal ini berupa soal pemecahan masalah. Sebagian besar

guru menggunakan metode ekspositori dalam pembelajaran matematika yaitu

dengan guru menjelaskan materi serta dilanjutkan dengan memberikan contoh

soal. Oleh karena itu, siswa cenderung meniru langkah guru sehingga siswa

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

hanya sebatas mampu menyelesaikan soal-soal rutin yang telah dicontohkan,

dan tidak mampu menyelesaikan jenis soal lainnya seperti soal-soal

pemecahan masalah.

Dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika, dapat

dilakukan dengan cara bekerja sama. Salah satu model pembelajaran yang

menerapkan prinsip kerjasama adalah model pembelajaran kooperatif.

Dengan menggunakan model pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat saling

membantu dalam rangka menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah

matematika sehingga pencapaian prestasi belajar bisa lebih baik. Salah satu

model pembelajaran yang menerapkan prinsip kerjasama adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Thinking Aloud Pairs Problem Solving (TAPPS)

yang diperkenalkan oleh Claparade. TAPPS merupakan salah satu model

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, yang

juga mampu melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Dengan

menggunakan TAPPS, diharapkan siswa dapat saling membantu dalam

rangka menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah matematika sehingga

prestasi belajarnya meningkat.

Alternatif pembelajaran yang lain adalah model Missouri Mathematics

Project (MMP). Langkah-langkah model pembelajaran MMP menuntut siswa

untuk bisa menyajikan masalah dan mencari strategi dalam rangka

memecahkan permasalahan matematika yang mereka hadapi baik secara

kelompok maupun individual. Dengan demikian, kemampuan pemecahan

masalah matematika diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

melalui pembelajaran menggunakan model pembelajaran Missouri

Mathematics Project (MMP).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas

dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut.

1. Terdapat kemungkinan penyebab lain rendahnya prestasi belajar

matematika yaitu kurangnya keterlibatan kreativitas siswa dalam kegiatan

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

pembelajaran matematika. Dari hal ini menarik untuk dilakukan penelitian,

yaitu apakah dengan pemilihan pendekatan pembelajaran yang melibatkan

kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan

prestasi belajar matematika.

2. Penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa

dimungkinkan karena persepsi siswa terhadap pelajaran matematika

sehingga diperlukan penelitian pengaruh persepsi siswa terhadap pelajaran

matematika dengan kemampuan pemecahan masalah siswa.

3. Penyebab rendahnya prestasi belajar siswa dimungkinkan karena

pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran yang terpusat pada

guru bukan berpusat pada siswa sehingga perlu dilakukan penelitian untuk

membandingkan efektifitas pembelajaran yang berpusat pada guru dan

yang berpusat pada siswa.

4. Penyebab rendahnya prestasi belajar siswa dimungkinkan karena

pembelajaran klasikal yang dilakukan cenderung menerapkan konsep

persaingan di antara siswa sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai

pengaruh pembelajaran tanpa persaingan (dalam hal ini adalah

pembelajaran kooperatif).

5. Penyebab rendahnya prestasi belajar matematika siswa dimungkinkan

karena proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi guru dan

kecenderungan guru menempatkan siswa sebagai objek dalam

pembelajaran. Sehingga perlu diadakan penelitian untuk melihat apakah

dominasi guru dan kecenderungan guru menempatkan siswa sebagai objek

dalam pembelajaran menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika.

6. Penyebab rendahnya prestasi belajar siswa dimungkinkan karena

pembelajaran yang dilakukan tidak sesuai dengan kreativitas siswa

sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar siswa. Suatu model pembelajaran mungkin

memberikan prestasi belajar yang lebih baik bagi siswa yang memiliki

kreativitas tinggi, tetapi mungkin tidak berlaku pada siswa dengan

kreativitas sedang atau rendah. Terkait dengan ini perlu adanya penelitian

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

untuk melihat manakah yang memberikan prestasi belajar matematika

lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe TAPPS, MMP dan

konvensional. Juga akan dilihat, apakah pemberian perlakuan tersebut

berlaku sama pada berbagai tingkat kreativitas.

C. Pemilihan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dipilih masalah poin 6

yaitu: peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui manakah yang

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran

kooperatif tipe TAPPS, MMP dan konvensional. Juga akan dilihat, apakah

pemberian perlakuan tersebut berlaku sama pada berbagai tingkat kreativitas.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas agar penelitian yang dikaji

dapat lebih mendalam dan terarah maka diperlukan pembatasan masalah

sebagai berikut.

1. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Thinking Aloud Pairs Problem Solving

(TAPPS) dan Missouri Mathematics Project (MMP). Kedua model

pembelajaran ini dipilih karena keduanya menggunakan prinsip

konstruktivisme dalam proses pembelajaran serta berorientasi student

centered learning sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Keduanya dipilih didasarkan bahwa belajar matematika

memerlukan keaktifan peserta didik yang memunculkan konsekuensi

adanya tuntutan kemandirian siswa dalam belajar.

2. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan mencipta, meniru, dan

mengembangkan hal-hal baru dengan menggunakan hal-hal yang sudah

ada dalam pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini kreativitas

belajar matematika siswa dibedakan ke dalam tiga tingkat yaitu tinggi,

sedang dan rendah.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

3. Prestasi belajar matematika yang dimaksud adalah hasil belajar siswa

dalam memecahkan permasalahan matematika pada materi Bangun Ruang

Sisi Datar.

4. Subyek penelitian yang digunakan adalah siswa SMP Negeri Kabupaten

Pacitan kelas VIII semester II tahun pelajaran 2011/2012. Kabupaten

Pacitan dipilih sebagai subyek penelitian dengan alasan peneliti

berdomisili di Kabupaten Pacitan.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah tersebut di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Di antara model pembelajaran kooperatif tipe Thinking Aloud Pairs

Problem Solving (TAPPS), Missouri Mathematics Project (MMP) dan

konvensional, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika

yang lebih baik?

2. Di antara tingkat kreativitas siswa, manakah yang dapat memberikan

prestasi belajar matematika lebih baik, kreativitas tinggi, kreativitas sedang

atau rendah?

3. Pada masing-masing model pembelajaran, tingkat kreativitas manakah

yang memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik?

4. Pada masing-masing tingkat kreativitas, model pembelajaran manakah

yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik?

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui diantara model pembelajaran kooperatif tipe TAPPS,

MMP dan Konvensional manakah yang dapat memberikan prestasi belajar

matematika yang lebih baik.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Untuk mengetahui diantara tingkat kreativitas siswa, yang dapat

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, kreativitas tinggi,

sedang atau rendah.

3. Untuk mengetahui pada masing-masing model pembelajaran manakah di

antara tingkat kreativitas siswa yang dapat memberikan prestasi belajar

matematika lebih baik, kreativitas tinggi, sedang atau rendah.

4. Untuk mengetahui pada masing-masing tingkat kreativitas siswa (tinggi,

sedang, dan rendah), manakah di antara model pembelajaran yang dapat

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, model pembelajaran

kooperatif tipe TAPPS, MMP atau konvensional.

G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:

1. Memberikan masukan kepada guru, calon guru, atau praktisi pendidikan

dalam pembelajaran matematika untuk memilih model pembelajaran yang

tepat bagi siswanya sehingga dapat mengoptimalkan prestasi belajar

matematika siswa.

2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika tentang pentingnya potensi

yang dimiliki oleh siswa seperti kreativitas dalam pembelajaran

matematika.

3. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan dan

pembelajaran matematika.

4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Prestasi Belajar Matematika

a. Belajar

Belajar sebenarnya merupakan suatu proses yang berlangsung

dari keadaan tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu menjadi lebih tahu,

dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan seterusnya.

Salah satu tanda seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya

perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat

pengetahuan dan keterampilan maupun yang menyangkut nilai dan

sikap.

Ada beberapa pendapat mengenai definisi belajar. Rusman (2011:

1) belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua

situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Syaiful Sagala (2005: 11)

belajar merupakan komponen ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan

tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun

implisit (tersembunyi). Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1992: 45)

belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan

perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan

kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap.

Belajar sebetulnya adalah suatu proses yang kompleks yang di

dalamnya mengandung beberapa aspek (Eveline Siregar dan Hartini

Nara, 2010: 4 – 5). Aspek-aspek tersebut adalah:

1) bertambahnya jumlah pengetahuan,

2) adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi,

3) ada penerapan pengetahuan,

4) menyimpulkan makna,

5) menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas, dan

6) adanya perubahan sebagai pribadi.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Menurut Yatim Riyanto (2010: 6) menyatakan belajar adalah

suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada

keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi,

emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan

performansi.

Dari definisi belajar di atas, maka dalam penelitian ini belajar

dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang kompleks

sebagai hasil dari pengalamannya sehingga dapat menghasilkan

perbaikan performansi.

b. Prestasi Belajar Matematika

Apabila seseorang belajar maka dihasilkan sesuatu yang telah

dipelajari yang biasanya disebut hasil belajar atau prestasi belajar.

Prestasi belajar merupakan hasil dari belajar, sehingga prestasi belajar

dapat dipandang sebagai kemampuan aktual yang dimiliki oleh siswa

yang dapat diukur dengan tes prestasi belajar siswa.

Oemar Hamalik (2007: 38) menyatakan prestasi atau hasil belajar

akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek pengetahuan,

pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan

sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain. Selanjutnya

dinyatakan bahwa prestasi adalah sebagai suatu petunjuk mengenai

taraf kemampuan individu dalam melakukan proses belajar.

Berdasarkan kajian di atas maka prestasi belajar matematika

adalah hasil usaha maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan

kegiatan atau usaha secara sadar yang menghasilkan perubahan

pengetahuan, keterampilan dan sikap atau tingkah laku yang baru

berkat pengalaman dan latihan sesuai dengan kemampuannya. Prestasi

belajar matematika dapat berupa penguasaan terhadap sejumlah materi

matematika melalui hasil tes (kognitif) maupun perubahan sikap

(afektif). Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini diperoleh dari

hasil tes materi Bangun Ruang Sisi Datar yaitu Kubus, Balok, Prisma

dan Limas.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut

Slameto (1995: 54) adalah:

1) Faktor Internal

Faktor internal berasal dari dalam diri seseoarang yang sedang

belajar, meliputi faktor jasmaniah seperti kesehatan tubuh, faktor

psikologis, seperti kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kematangan,

perhatian, kreativitas, kesiapan, dan faktor kelelahan.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri seseorang yang sedang belajar,

yaitu faktor keluarga, faktor masyarakat, faktor sekolah, termasuk

pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran.

Berkaitan dengan faktor internal yaitu kreativitas, menurut Baron

dalam Utami Munandar (2009: 21) kreativitas adalah kemampuan

menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Karena hal tersebut

maka keberadaan kreativitas sangatlah penting dalam pembelajaran

khususnya matematika. Dengan adanya kreativitas pada diri siswa

maka diharapkan anak mampu untuk menyelesaikan sebuah persoalan

tidak hanya dengan solusi yang tunggal.

Berkaitan dengan faktor eksternal yaitu model pembelajaran

dapat mempengaruhi prestasi belajar karena kegiatan siswa dan guru

dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan siswa dalam

membangun suatu pengetahuan sekaligus pemahaman siswa terhadap

konsep dari materi yang sedang dipelajari.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan yang

digunakan dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan. Menurut Slavin (2008: 4) pembelajaran kooperatif merujuk

pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama

lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Sedangkan menurut Rusman

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

(2011: 202) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran

dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 – 6 orang dengan struktur

kelompok yang bersifat heterogen. Dalam kelas kooperatif diharapkan

siswa dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi,

untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup

kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Samuelsson (2009: 73) berpendapat, “This study gives evidence that

no single method affects all areas of mathematical proficiency with the

same impact. An eclectic approach to instruction may best work to

develop all dimensions of learning outcomes”. Menurut Samuelsson, dari

penelitiannya dapat memberikan bukti bahwa tidak ada sebuah metode

tunggal yang dapat mempengaruhi semua bidang kemampuan matematika

siswa dengan dampak yang sama. Sebuah metode yang terpilih untuk

pembelajaran dapat bekerja lebih baik dalam mengembangkan semua

dimensi dari hasil pembelajaran. Even dan Kvatinsky (2008: 957)

menyebutkan,”The manuscript suggests that in their own way, each

teacher attempted to help more those students who encountered more

difficulties, the lower achieving students, and they did so by using the

resources available to them”. Even dan Kvatinsky dalam penelitiannya

menyarankan bahwa dengan cara mereka sendiri, masing-masing guru

harus mencoba untuk membantu lebih banyak siswa yang menghadapi

banyak kesulitan, siswa dengan pencapaian prestasi yang rendah, dan

mereka melakukannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia

bagi mereka.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif

dalam pembelajaran di kelas yang dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Zakaria & Iksan (2007) menegaskan hal ini sebagai berikut.

“Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most

effective when students are actively involved in sharing ideas and

work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative

learning has been used as both an instructional method and as a

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

learning tool at various levels of education and in various subject

areas”

(Berarti Pembelajaran kooperatif didasarkan pada keyakinan bahwa

belajar adalah paling efektif ketika siswa aktif terlibat dalam berbagi

ide dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Pembelajaran kooperatif telah digunakan sebagai suatu metode

instruksional yang baik dan digunakan di berbagai bidang studi.).

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAPPS

Model pembelajaran kooperatif tipe Thinking Aloud Pairs Problem

Solving (TAPPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif

yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Pate,

Wardlow & Johnson (2004) menegaskan hal ini sebagai berikut.

“The thinking aloud pair problem solving (TAPPS) technique is a

strategy for improving problem solving performance through verbal

probing and elaboration.”

“Teknik TAPPS adalah suatu strategi untuk meningkatkan

kemampuan soal pemecahan masalah melalui penyelidikan verbal

dan elaborasi."

Barkley, et.all. (2005: 173) menyusun langkah-langkah TAPPS

sebagai berikut:

1) Ask students to form pairs and explain to students the roles of problem

solver and listener. The role of the problem solver is to read the

problem aloud and talk through the reasoning prosess in attempting to

solve the problem. The role of the listener is to encourage the problem

solver to think aloud, describing the steps to solve the problem. The

listener may also ask clarification questions and offer suggestions, but

should refrain from actually solving the problem.

2) Ask students to solve a set of problems, alternating roles with each new

problem.

3) The activity concludes when students have solved all problems.

Artinya:

1) Mintalah siswa untuk membentuk pasangan kemudian menjelaskan

kepada siswa peran Problem Solver dan Listener. Peran problem solver

adalah dengan membaca masalah keras dan berbicara melalui proses

penalaran dalam upaya untuk memecahkan masalah. Peran listener

adalah untuk mendorong problem solver untuk berpikir keras,

menggambarkan langkah-langkah untuk memecahkan masalah.

Listener juga dapat mengajukan pertanyaan klarifikasi dan menawarkan

saran, tapi harus benar-benar menahan diri dari memecahkan masalah

tersebut.

2) Mintalah siswa untuk memecahkan serangkaian masalah, bergantian

peran dengan setiap masalah baru.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

3) Kegiatan ini diakhiri ketika siswa telah memecahkan semua masalah.

Pada pembelajaran kooperatif tipe TAPPS, siswa dibagi menjadi

beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2 pihak. Satu pihak

menjadi problem solver dan pihak lainnya menjadi listener. Setiap anggota

kelompok mempunyai tugas masing-masing. Pembelajaran TAPPS

membutuhkan seorang siswa untuk memecahkan masalah, sementara

seorang yang lain sebagai pendengar bertugas memancingnya menjelaskan

pemikirannya dan mengklarifikasi pemikirannya (Lochhead dalam Pate &

Miller, 2011).

Seorang problem solver harus membaca soal dan mengungkapkan

semua hal yang terpikirkan untuk menyelesaikan masalah dalam soal

tersebut. Sedangkan seorang listener harus membuat problem solver tetap

berbicara. Tugas utama seorang listener adalah memahami semua langkah

yang disampaikan problem solver. Seorang listener tidak boleh

menyelesaikan masalah problem solver. Apabila problem solver

melakukan kesalahan, maka listener hendaknya memancing problem

solver agar memperbaiki kesalahan tanpa memberitahu bagaimana cara

memperbaiki kesalahan itu. Setelah satu masalah diselesaikan, kedua

pihak bertukar tugas. Dengan demikian semua siswa memiliki kesempatan

untuk menjadi problem solver maupun listener.

Merujuk langkah-langkah yang dikemukakan diatas, langkah-

langkah pembelajaran TAPPS (Thinking Aloud Pairs Problem Solving)

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Dalam kelas dibagi kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan

4–5 orang

2) Guru menyajikan beberapa masalah kepada setiap kelompok

3) Tiap kelompok membagi tugas menjadi problem solver dan listener

4) Guru berkeliling untuk membimbing jalannya diskusi dan membantu

kelompok yang mengalami kesulitan

5) Setelah satu masalah diselesaikan, kedua pihak problem solver dan

listener bertukar tugas

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

6) Setelah diskusi berakhir, guru meminta kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas

7) Kelompok yang lain mengevaluasi hasil kerja kelompok yang sedang

presentasi, mengajukan pertanyaan serta tanggapan mengenai hasil

diskusi kelompok tersebut.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MMP

Salah satu model yang empiris melalui penelitian adalah model yang

dikembangkan dalam Missouri Mathematics Project. Menurut Rachmadi

Widdiharto (2004: 28) langkah-langkah pembelajaran ini adalah:

Langkah I: Review

Guru dan siswa meninjau ulang apa yang telah tercakup pada

pembelajaran yang lalu, kegiatan ini dapat dilakukan selama 10 menit.

Ada beberapa hal perlu ditinjau pada kegiatan ini yaitu: Apersepsi,

motivasi dan tujuan pembelajaran. Apersepsi bertujuan untuk

mengingatkan dan memperbaiki kemampuan siswa mengenai pelajaran

terdahulu yang berkaitan dengan pelajaran itu. Hal ini dapat dilakukan

dengan pertanyaan lisan atau tertulis tentang pengetahuan atau

keterampilan yang diperlukan untuk menunjang pelajaran baru. Motivasi

bertujuan untuk membangkitkan daya penggerak yang mendorong siswa

untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi diharapkan dapat

dikembangkan dalam belajar siswa. Motivasi selain pendahuluan, juga

dapat dilakukan sepanjang kegiatan belajar mengajar.

Langkah II: Pengembangan

Guru menyajikan ide baru dan perluasan dari suatu konsep matematika

terdahulu. Guru memberikan setengah waktu pelajaran untuk

pengembangan. Pengembangan dikombinasikan dengan kontrol latihan

untuk meyakinkan bahwa siswa mengikuti penyajian materi yang baru.

Langkah III: Kerja Kooperatif

Siswa diminta merespon suatu rangkaian soal sambil guru mengamati jika

terjadi kesalahpahaman informasi yang diterima siswa. Pada latihan

terkontrol ini respon setiap siswa sangat menguntungkan bagi guru dan

siswa. Pengembangan dan latihan terkontrol dapat saling mengisi. Guru

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

memasukkan rincian khusus tanggung jawab kelompok dan pemberian

penilaian individual berdasarkan pencapaian materi yang dipelajari. Siswa

bekerja sendiri atau dalam kelompok belajar kooperatif.

Langkah IV: Seat Work/Kerja Mandiri

Kegiatan ini bertujuan untuk perluasan atau latihan mempelajari konsep

yang disajikan guru pada langkah dua (pengembangan). Siswa

mengerjakan soal-soal latihan bertujuan untuk memantapkan pemahaman

konsep dan menerapkan pengetahuannnya melalui latihan memecahkan

soal-soal yang berkaitan dengan pengembangannnya dalam matematika,

mata pelajaran lain atau dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah V: Penugasan/PR

Selesai akhir pembelajaran guru memberikan pekerjaan rumah dengan

pemberian soal-yang yang telah di review. Tujuan pemberian tugas untuk

mengetahui pemahaman siswa terhadap suatu materi yang telah diterima.

Mencermati tahapan pembelajaran tersebut di atas, ada beberapa

kelebihannya, antara lain: materi yang diterima siswa relatif banyak

karena alokasi waktu yang diperlukan tidak terlalu memerlukan waktu

yang banyak dan siswa akan terampil karena banyak latihan yang

dikerjakan. Sedangkan kelemahannya menyebabkan siswa yang mudah

bosan karena terlalu banyak mendengar. Hal ini disebabkan guru yang

terlalu banyak memberi penjelasan.

Berdasarkan hal-hal di atas, langkah-langkah pembelajaran MMP

(Missouri Mathematics Project) dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Guru memasuki kelas, dengan melakukan apersepsi, motivasi dan

menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

2) Selanjutnya, guru memberikan materi baru dengan menyajikan

perluasan dari materi yang telah dipelajari.

3) Kemudian, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk

mendiskusikan masalah yang sedang dibicarakan. Perwakilan setiap

kelompok untuk mempresentasikan di depan kelas. Guru memberikan

klarifikasi dari tampilan setiap kelompok.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

4) Untuk lebih memantapkan pemahaman siswa guru memberikan tugas

untuk dikerjakan secara mandiri.

5) Di akhir pelajaran, guru memberikan refleksi dan pekerjaan rumah dari

materi yang telah dibicarakan.

5. Model Pembelajaran konvensional

Konvensional berasal dari kata konvensi yang berarti pemufakatan

umum atau kebiasaan. Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia (1996:

523) konvensional mempunyai arti menurut apa yang sudah menjadi

kebiasaan atau sudah menjadi tradisional. Oleh karena itu model

pembelajaran konvensional juga disebut model pengajaran tradisional.

Dari pengertian tersebut model pembelajaran konvensional adalah model

pengajaran yang mana proses belajar mengajar yang terjadi diberikan

dengan cara yang lama, dalam penyampaian pengajaran guru masih

mengandalkan sistem ceramah.

Menurut Margono (1998: 56) pengajaran klasikal atau pengajaran

tradisional adalah pengajaran yang kita kenal sehari-hari, dimana guru

mengajar sejumlah murid dalam suatu ruangan yang mempunyai tingkat

kemampuan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan pendekatan

konvensional/tradisional adalah pendekatan pengajaran dimana guru

dihadapkan pada sejumlah murid dalam satu ruangan tertentu dimana guru

tersebut memiliki sikap cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang

teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun.

Dalam pengajaran dengan pendekatan konvensional, guru

memegang peran utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam

penyampaian materi tersebut kepada siswa. Pada sistem ini kegiatan

proses belajar mengajar didominasi guru. Hal ini mengakibatkan siswa

bersifat pasif, karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru

akibatnya siswa menjadi jenuh, kurang inisiatif dan bergantung kepada

guru.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Alur proses belajar mengajar secara konvensional dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1) Guru memasuki kelas, menenangkan kelas dan mengarahkan perhatian

siswa agar siap menerima pelajaran.

2) Guru menerangkan pokok bahasan yang dipilih dimulai pengertian

yang mendasar dan mudah ke materi yang mendalam kemudian pada

contoh.

3) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi

yang disampaikan dan contoh yang diberikan.

4) Guru menjawab pertanyaan yang diajukan siswa.

5) Guru menyimpulkan materi yang telah disampaikan kemudian siswa

mencatat penjelasan dari guru.

6) Guru memberikan beberapa soal untuk dikerjakan siswa jika dirasa

perlu.

6. Kreativitas Siswa

a. Pengertian Kreativitas

Conny (dalam Reni Akbar Hawadi, dkk, 2001: 4) berpendapat

kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan

baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas

meliputi, baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran (fluency), keluwesan

(flexibility), dan keaslian (originality) dalam pemikiran maupun ciri-ciri

non aptitude, seperti rasa ingin tau, senang mengajukan pertanyaan dan

selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru. Menurut Yatim

Riyanto (2010: 225) kreativitas adalah suatu proses yang menuntut

keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek esensial kecerdasan

analitis, kreatif dan praktis.

Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan

lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubahan di

dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau

menghambat upaya kreatif. Implikasinya adalah kemampuan kreatif

dapat ditingkatkan melalui pendidikan (Utami Munandar, 2009: 12).

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Sund (dalam Yatim Riyanto, 2010: 226) menyatakan bahwa

individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui ciri-ciri

kepribadian sebagai berikut:

1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar

2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru

3. Panjang/banyak akal

4. Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti

5. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

6. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas

7. Berfikir fleksibel

8. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi

jawaban lebih banyak

9. Kemampuan membuat analisis dan sintesis

10. Memiliki semangat bertanya serta meneliti

11. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

12. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Dalam perkembangannya kreativitas dipengaruhi oleh beberapa

faktor sebagai berikut:

1) Faktor internal, adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas individu, yaitu:

a. Sikap terbuka terhadap pengalaman dan rangsangan baik dari luar

maupun dari dalam.

b. Lokus evaluasi yang internal, artinya kemampuan individu dalam

menilai produk yang dihasilkan, ditentukan oleh dirinya sendiri,

meskipun ada kemungkinan kritik dari orang lain.

c. Kemampuan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur,

bentuk-bentuk atau konsep-konsep atau membentuk kombinasi

baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

2) Faktor Eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar yang dapt

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengembangkan

kreativitas, yaitu: kebudayaan dan lingkungan.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

c. Jenis Alat untuk Mengukur Potensi Kreatif

Menurut Utami Munandar (2009: 58 – 60) potensi kreatif dapat

diukur dengan berbagai pendekatan:

1) Tes yang mengukur kreativitas secara langsung

Tes yang sudah disusun dan digunakan diantaranya adalah tes dari

Torrance untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of

Creative Thinking-TTCT) yang memiliki bentuk verbal dan figural.

2) Tes yang mengukur unsur-unsur kreativitas

Unsur-unsur kreativitas yang multi-dimensional, terdiri dari berpikir

kreatif, sikap dan kepribadian, dan ketrampilan kreatif.

3) Tes yang mengukur ciri kepribadian kreatif

Tes yang digunakan untuk mengukur ciri kepribadian kreatif adalah:

a) Tes mengajukan pertanyaan untuk mengukur kelenturan berpikir.

b) Tes risk taking digunakan untuk menunjukkan dampak dari

pengambilan resiko terhadap kreativitas.

c) Tes figure preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan

prefensi untuk ketidakteraturan, sebagai salah satu ciri

kepribadian kreatif.

d) Tes sex role identity untuk mengukur sejauh mana seseorang

mengidentifikasikan diri dengan peran jenis kelaminnya.

4) Pengukuran potensi kreatif secara nontest

Pengukuran kreatif secara nontest dapat dilakukan melalui beberapa

pendekatan sebagai berikut:

a) Daftar periksa (checklist) dan kuisioner

Alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik

khusus yang dimiliki pribadi kreatif.

b) Daftar pengalaman

Teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang di masa

lalu. Beberapa studi menemukan korelasi yang tinggi antara

“laporan diri” dan prestasi kreatif di masa depan.

5) Pengamatan langsung terhadap kinerja kreatif

Pendekatan ini adalah dengan mengamati bagaimana orang

bertindak dalam situasi tertentu.

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Dalam penelitian ini ukuran penilaian kreativitas yang digunakan

tidak menggunakan standar yang baku yang telah ditetapkan oleh ahli

atau badan dalam bidang kreativitas dikarenakan keterbatasan

kemampuan peneliti dalam mencari instrumen pengukur kreativitas

yang benar-benar sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Oleh

karenanya, dalam penelitian ini dibuat alat ukur kreativitas yang

diadopsi dan modifikasi dari Utami Munandar dan Yatim Riyanto

untuk dijadikan acuan pembuatan indikator dalam penyusunan kisi-kisi

angket kreativitas.

d. Kreativitas Belajar Matematika Siswa

Berdasarkan kajian teori di atas kreativitas belajar dalam

penelitian ini merupakan suatu aktivitas berpikir kreatif yang

berlangsung antara individu dan lingkungannya yang selanjutnya

menghasilkan/menciptakan gagasan, pandangan atau sesuatu yang

baru, yang sudah ada dalam pembelajaran. Lingkungan dalam hal ini

adalah lingkungan pembelajaran atau lingkungan sehari-hari siswa

yang bersangkutan tinggal. Kemampuan mencipta gagasan yang baru

misalnya adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

pemecahan masalah dalam matematika dengan berbagai langkah

penyelesaian.

e. Indikator Kreativitas

Indikator kreativitas dalam penelitian ini diambil dari teori-teori

yang ditulis diatas yang dikombinasikan dengan pengukuran yang

diinginkan peneliti dirumuskan dalam Tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1. Indikator Kreativitas Belajar

No. Aspek Indikator

1.

Rasa ingin tahu yang

mendalam

Bertanya apa yang belum diketahui

Penasaran akan sesuatu hal yang baru

2. Mempunyai inisiatif

yang inovatif

Menemukan cara lain dalam

menyelesaikan suatu masalah

3. Mempunyai daya

imajinasi yang tinggi

Merenungkan masalah-masalah yang

belum terpecahkan

Mau mencoba

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

4. Percaya pada diri

sendiri

Percaya diri saat ujian

Mengerjakan tugas dengan sungguh-

sungguh

5. Responsif terhadap

kejadian sekeliling

Mau menjelaskan kepada teman

Mampu mengoreksi kesalahan

6. Kebebasan dan

kelenturan dalam

berpikir

Kemampuan berpikir terbuka

Kemampuan menghubungkan hal yang

dipelajari dengan sesuatu hal yang lain

7. Kegemaran

membaca dan

menulis

Membaca materi yang belum diajarkan

Membaca buku-buku yang berkaitan

dengan matematika

Merangkum materi

8. Minat terhadap

kegiatan kreatif

Mencoba memahami masalah lebih

mendalam

9. Kebebasan dalam

menyatakan pendapat

dan mandiri dalam

belajar

Bebas dalam menyatakan pendapat yang

dimiliki terhadap suatu permasalahan

Mandiri dalam belajar

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan dengan melibatkan faktor-faktor di atas

sebagai obyek penelitian antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Munjiyatun Ali (2009) yang berjudul

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) dan Tipe Group Investigation (GI)

Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Siswa.

Hasil penelitian yang terkait adalah pada model pembelajaran kooperatif

tipe STAD maupun GI, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih

baik prestasi belajar matematikanya dibandingkan dengan siswa yang

mempunyai kreativitas sedang dan siswa dengan kreativitas sedang lebih

baik prestasi belajar matematikanya dari siswa dengan kreativitas rendah.

Pada kategori kreativitas tinggi siswa yang diajar dengan model

pembelajaran GI lebih baik prestasi belajar matematikanya daripada model

pembelajaran STAD dan pada kreativitas sedang dan rendah siswa yang

diajar dengan pembelajaran GI dan STAD mempunyai prestasi belajar

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

matematika yang sama baiknya. Kesesuaian dengan penelitian ini adalah

tinjauannya, yaitu kreativitas belajar. Sementara perbedaannya adalah

pendekatan pembelajaran yang dipakai dalam eksperimentasinya.

2. Sri lestari (2011) eksperimentasi model pembelajaran penemuan

terbimbing dan model pembelajaran Missiori Mathematics Project

terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kemampuan awal siswa

di SMK Kabupaten Klaten. Hasil Penelitian ini adalah prestasi belajar

matematika dengan model Missiori Mathematics Project lebih baik dari

model penemuan terbimbing. Persamaan antara penelitian adalah sama-

sama menggunakan model pembelajaran Missiori Mathematics Project

(MMP), sedangkan perbedaannya terletak pada model Thinking Aloud

pairs Problem Solving (TAPPS) dan tingkat kreativitas belajar.

3. Pate, Michael L, et all (2004) dalam penelitiannya Effects Of Thinking

Aloud Pair Problem Solving On The Troubleshooting Performance Of

Undergraduate Agriculture Students In A Power Technology Course,

mengemukakan penggunaan TAPPS mungkin menjadi langkah penting

dalam pengembangan keterampilan metakognitif siswa dalam teknik

pemecahan masalah.

4. Suryanti Nurul Istiqomah (2011) dalam penelitiannya dengan judul

“Efektivitas Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)

Dilengkapi Metode Crossword Puzzle”, mengemukakan pembelajaran

matematika di kelas XI IPA SMAN 2 Banguntapan dengan menggunakan

model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dilengkapi

metode Crossword Puzzle lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran

dengan menggunakan metode ekspositori ditinjau dari pemahaman konsep

matematika siswa. Persamaan dengan penelitian ini yaitu jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu dan sama-sama

menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)

tetapi pasangan model pembelajarannya berbeda, pada penelitian Suryanti

pasangan MMP dengan Metode Crossword Puzzle sedangkan penelitian ini

pasangannya dengan Thinking Aloud Pairs Problem Solving (TAPPS).

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Sedangkan perbedaannya terletak pada populasi, fokus penelitian dan

jenjang kelas.

C. Kerangka Berpikir

Pada pembelajaran kooperatif tipe TAPPS, siswa bekerja dalam

kelompok. Seorang problem solver dan listener saling mendukung untuk

memecahkan permasalahan. Dengan bantuan listener seorang problem solver

dapat menyampaikan semua pemikiran dan ide untuk memecahkan

permasalahan tersebut. Apabila problem solver melakukan kesalahan, maka

listener hendaknya memancing problem solver agar memperbaiki kesalahan

tanpa memberitahu bagaimana cara memperbaiki kesalahan itu. Setelah satu

masalah diselesaikan, kedua pihak bertukar tugas. Dengan demikian, seluruh

anggota kelompok memahami langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah

beserta alasan mengapa memakai langkah seperti itu.

Hal ini terjadi pengkonstruksian pengetahuan pada diri siswa. Dengan

adanya konstruksi pengetahuan sendiri maka pembelajaran yang dilakukan

lebih bermakna, sehingga dapat diperkirakan bahwa prestasi belajar siswa

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAPPS akan lebih

baik daripada prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

Pada model pembelajaran MMP yang didukung dengan motivasi

intrinsik belajar siswa yang tinggi, maka terjadi konstruksi pengetahuan oleh

siswa. Dengan adanya konstruksi pengetahuan sendiri maka pembelajaran

yang dilakukan lebih bermakna, sehingga dapat diperkirakan bahwa hasil

belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran MMP akan lebih baik

daripada hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran

konvensional. Namun di antara kedua model pembelajaran tipe TAPPS dan

MMP prestasi belajar siswa tidak berbeda jauh.

Siswa yang kreativitas tinggi akan lebih dapat menggali informasi dan

konsep, sehingga mereka akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik

daripada siswa dengan tingkat kreativitas sedang dan rendah. Siswa dengan

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

tingkat kreativitas sedang akan lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan

siswa yang memiliki kreativitas belajar rendah.

Pembelajaran kooperatif tipe TAPPS dilakukan dengan cara diskusi

berkelompok. Model pembelajaran ini menuntut seorang problem solver yang

dapat menyelesaikan permasalahan dan dapat mengungkapkannya dengan

baik. Di antara ketiga tingkatan kreativitas, kreativitas tinggi akan dengan

mudah menyelesaikan pemecahan masalah yang kompleks. Dengan demikian,

pada kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TAPPS, maka

dapat diperkirakan bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki tingkat

kreativitas tinggi akan lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang

memiliki tingkat kreativitas sedang dan rendah. Namun di antara tingkat

kreativitas sedang dan rendah tidak terdapat perbedaan prestasi belajar

matematika.

Dalam model pembelajaran MMP, setiap peserta didik dituntut berperan

aktif dalam melaksanakan diskusi kelompok. Model pembelajaran MMP

menuntut siswa berpikir secara logika dan bernalar. Pada siswa dengan

kreativitas tinggi kemampuan menyelesaikan pemecahan masalah akan lebih

baik dari siswa dengan kreativitas sedang dan rendah.

Sedangkan pada kelas dengan pembelajaran konvensional biasanya

dilakukan pembelajaran secara klasikal. Kegiatan guru saat menuliskan materi

secara runtut di papan tulis kemudian siswa mencatat, sangat membantu siswa

dalam membangun pemahaman mereka, karena mereka mampu mengingat

dari apa yang mereka lihat. Sehingga dalam pembelajaran konvensional,

dimungkinkan bahwa siswa dengan kreativitas belajar tinggi dan sedang

memberikan prestasi yang lebih baik daripada kreativitas belajar rendah,

sedangkan kreativitas belajar sedang memberikan prestasi yang lebih baik

daripada kreativitas belajar rendah.

Dalam proses belajar mengajar, kreativitas belajar memegang peranan

yang penting. Apabila potensi kreativitas diperhatikan dan dikembangkan

guru dalam pembelajaran matematika, siswa akan mampu untuk memecahkan

permasalahan dalam matematika dengan ide-ide atau gagasan mereka. Siswa

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

yang kreatif akan cenderung mampu memecahkan persoalan dengan lebih dari

satu cara dan mampu mengaitkan dan mengkonstruksikan gagasan/ide atau

pengalaman yang mereka punya dengan gagasan atau pengalaman yang baru

dan menghasilkan sesuatu yang baru. Siswa yang kreatif mempunyai

karakteristik rasa ingin tahu yang luas mendalam, suka mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, dan mengajukan ide atau gagasan sehingga mereka

akan cenderung lebih aktif dalam pembelajaran.

Dari uraian di atas diperoleh bahwa pendekatan pembelajaran dan

kreativitas adalah faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Pada kelas dengan siswa yang mempunyai kreativitas tinggi apabila

difasilitasi dengan pendekatan pembelajaran yang mendukung, maka akan

menghasilkan prestasi belajar yang baik. Akan tetapi walaupun siswa

mempunyai kreativitas tinggi, namun guru tidak memfasilitasinya dengan

pendekatan pembelajaran yang mendukung, maka hasilnya pun akan kurang

baik.

Oleh karena itu, pada tingkat kreativitas belajar siswa tinggi dapat

diperkirakan model pembelajaran kooperatif tipe TAPPS dan MMP

memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran

konvensional.

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

1. Baik model pembelajaran kooperatif tipe TAPPS dan model kooperatif

tipe MMP memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional, namun diantara keduanya prestasi

belajar matematika siswa tidak berbeda jauh.

2. Di antara ketiga tingkat kreativitas, prestasi belajar siswa dengan tingkat

kreativitas tinggi akan lebih baik dibandingkan prestasi belajar siswa

dengan kreativitas sedang dan rendah. Tingkat kreativitas sedang, prestasi

belajarnya akan lebih baik dibandingkan tingkat kreativitas rendah.

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAPPS

dan MMP, prestasi belajar siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi

akan lebih baik daripada siswa yang memiliki tingkat kreativitas sedang

dan rendah, namun di antara tingkat kreativitas sedang dan rendah tidak

terdapat perbedaan prestasi belajar matematika. Sedangkan pada kelas

konvensional prestasi belajar siswa yang memiliki tingkat kreativitas

belajar tinggi dan sedang memberikan prestasi yang lebih baik daripada

kreativitas belajar rendah, sedangkan kreativitas belajar sedang

memberikan prestasi yang lebih baik daripada kreativitas belajar rendah.

4. Pada tingkat kreativitas belajar siswa tinggi dan sedang, model

pembelajaran kooperatif tipe TAPPS dan MMP akan memberikan prestasi

belajar siswa yang lebih baik dibandingkan dengan model konvensional.

Sedangkan pada tingkat kreativitas rendah, model pembelajaran

konvensional memberikan prestasi belajar siswa yang lebih baik daripada

model pembelajaran TAPPS dan MMP.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat, Subyek, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kabupaten Pacitan Provinsi

Jawa Timur. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII semester II tahun

pelajaran 2011/2012.

Penelitian dilakukan selama 6 bulan, dimulai bulan Februari 2012 dan

berakhir pada bulan Juli 2012, dengan perincian jadwal sebagai berikut.

Tabel 3.1. Rencana Penelitian

No Kegiatan Tahun 2012 Bulan ke-

Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Persiapan

2. Pengumpulan data

3. Penyusunan data

4. Analisis data

5. Penyusunan laporan

B. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental semu

(quasi-experimental research). Budiyono (2003: 82 – 83) menyatakan bahwa

tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi

yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan

eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk

mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Dalam

penelitian ini dilakukan manipulasi variabel bebas yaitu model pembelajaran

kooperatif tipe TAPPS, MMP dan konvensional. Variabel bebas lain yang

mungkin ikut mempengaruhi variabel terikat adalah tingkat kreativitas belajar

siswa. Sedangkan variabel terikat yang dimaksud adalah prestasi belajar

matematika.

Rancangan penelitian ini menggunakan desain faktorial 3 x 3 dengan

pendekatan sebagai berikut.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tabel 3.2. Rancangan Penelitian

Tingkat kreativitas

Tinggi (B1) Sedang (B2) Rendah (B3)

Pembelajaran

(A)

TAPPS (A1) AB11 AB12 AB13

MMP (A2) AB21 AB22 AB23

Konvensional (A3) AB31 AB32 AB33

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se-

Kabupaten Pacitan pada tahun ajaran 2011/2012. Sedangkan untuk sampel,

sampel dipilih dengan cara stratified cluster random sampling yaitu dengan

cara memandang populasi sebagai kelompok-kelompok berdasarkan tingkat

atau rangking sekolah dengan melihat data hasil nilai Ujian Nasional SMP

Negeri Kabupaten Pacitan Tahun Pelajaran 2010/2011.

Menurut Balitbang Kemendiknas (2011: 1), klasifikasi sekolah

berdasarkan hasil UN dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Klasifikasi A (baik sekali), jika rata-rata nilai UN > 7,50

2. Klasifikasi B (baik), jika 6,50 < rata-rata nilai UN ≤ 7,50

3. Klasifikasi C (sedang), jika 5,50 < rata-rata nilai UN ≤ 6,50

4. Klasifikasi D (kurang), jika 4,50 < rata-rata nilai UN ≤ 5,50

5. Klasifikasi E (kurang sekali), jika rata-rata nilai UN ≤ 4,50

Dalam penelitian ini, populasi dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok

dengan rincian sebagai berikut.

1. Kelompok tinggi, yaitu kelompok yang anggotanya terdiri dari sekolah-

sekolah dengan klasifikasi A atau klasifikasi B,

2. Kelompok sedang, yaitu kelompok yang anggotanya terdiri dari sekolah-

sekolah dengan klasifikasi C, dan

3. Kelompok rendah, yaitu kelompok yang anggotanya terdiri dari sekolah-

sekolah dengan klasifikasi D atau klasifikasi E.

Sekolah SMP Negeri yang ada di Kabupaten Pacitan ada 41 sekolah.

Berdasarkan klasifikasi di atas diperoleh 3 kelompok sekolah (data klasifikasi

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1), dari masing-masing kelompok

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

diambil secara random satu sekolah. Apabila sekolah yang terpilih tidak

memiliki tiga kelas, maka dilakukan pengambilan sekolah pengganti dari

kelompok sekolah yang sama. Selanjutnya dari masing-masing sekolah, secara

acak diambil tiga kelas.

1. Kelompok tinggi dengan klasifikasi A dan B terdapat 9 sekolah. Secara

acak terpilih SMP N 1 Arjosari. Kemudian secara acak pula terpilih 3 kelas

yaitu kelas E, F dan G. Kelas E diberikan model pembelajaran kooperatif

tipe TAPPS, kelas F model pembelajaran kooperatif tipe MMP, dan kelas

G model pembelajaran konvensional.

2. Kelompok sedang dengan klasifikasi C terdapat 14 sekolah. Secara acak

terpilih SMP N 2 Donorojo. Kemudian secara acak pula terpilih 3 kelas

yaitu kelas B, C dan A. Kelas B diberikan model pembelajaran kooperatif

tipe TAPPS, kelas C model pembelajaran kooperatif tipe MMP, dan kelas

A model pembelajaran konvensional.

3. Kelompok rendah dengan klasifikasi D dan E terdapat 18 sekolah,

kemudian secara acak terpilih SMP N 1 Kebonagung. Kemudian secara

acak pula terpilih 3 kelas yaitu kelas E, G dan F. Kelas E diberikan model

pembelajaran kooperatif tipe TAPPS, kelas G model pembelajaran

kooperatif tipe MMP, dan kelas F model pembelajaran konvensional.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel

terikat. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

dan tingkat kreativitas belajar siswa.

1) Model Pembelajaran

a) Definisi operasional

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan

dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

diharapkan. Dalam penelitian ini model pembelajaran

kooperatif tipe TAPPS dan MMP pada kelompok eksperimen,

dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.

b) Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.

c) Kategori: model pembelajaran kooperatif tipe TAPPS dan MMP

sebagai kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional

sebagai kelompok kontrol.

d) Simbol : Ai dengan i = 1, 2, 3.

2) Tingkat Kreativitas

a) Definisi Operasional

Kreativitas merupakan suatu proses (aktivitas) berpikir kreatif

yang berlangsung antara individu dengan lingkungannya yang

selanjutnya menghasilkan/menciptakan gagasan, pandangan

atau sesuatu yang baru, yang sudah ada dalam pembelajaran.

b) Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval yang

kemudian diubah menjadi skala ordinal dengan tiga kategori.

c) Kategori:

Pengelompokan Tingkat Kreativitas

No Interval Keterangan

1 B < – ½ s Rendah

2 – ½ s ≤ B ≤ + ½ s Sedang

3 B > + ½ s Tinggi

d) Simbol : Bj dengan j = 1, 2, 3.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika

siswa pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar.

1) Definisi operasional

Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha maksimal yang

dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan atau usaha secara

sadar yang menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan dan

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

sikap atau tingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan

sesuai dengan kemampuannya.

2) Skala pengukuran: interval.

3) Indikator : Nilai tes prestasi pada materi pokok Bangun Ruang Sisi

Datar.

4) Simbol: ABij dengan i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah:

a. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya

dalam dokumen-dokumen yang telah ada (Budiyono, 2003:54). Dalam

penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan

data nilai ujian akhir sekolah pelajaran matematika semester I tahun

pelajaran 2010/2011 pada siswa kelas VIII SMP yang selanjutnya

digunakan untuk uji keseimbangan rata-rata.

b. Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data tingkat

kreativitas siswa pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar.

Angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang merupakan indikator dari

tingkat kreativitas belajar siswa yang berupa soal pilihan ganda dengan

5 alternatif jawaban. Pemberian skor untuk item positif adalah jika

menjawab A diberi skor 5, B diberi skor 4, C diberi skor 3, D diberi

skor 2, dan E diberi skor 1. Sedangkan untuk negatif adalah jika

menjawab A diberi skor 1, B diberi skor 2, C diberi skor 3, D diberi

skor 4, dan E diberi skor 5, dengan A = Sangat setuju, B = setuju, C =

Netral, D = Tidak setuju, dan E = Sangat tidak setuju.

c. Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar

siswa pada materi Bangun Ruang Sisi Datar. Tes yang dibuat mengacu

pada kisi-kisi soal yang mengacu indikator-indikator (materi) pada

materi Bangun Ruang Sisi Datar. Dalam penelitian ini bentuk tes yang

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

digunakan adalah tes pilihan ganda dengan setiap jawaban benar

mendapat skor 1, sedangkan setiap jawaban salah mendapat skor 0.

3. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen angket dan tes.

Angket digunakan untuk mengetahui tingkat kreativitas siswa.

Instrumen tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar

matematika siswa pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar. Instrumen

tes prestasi menggunakan soal berbentuk pilihan ganda. Sebelum soal tes

dibuat terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya. Berdasarkan kisi-kisi yang telah

dibuat, selanjutnya disusun tes prestasi materi Bangun Ruang Sisi Datar.

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tes

diujicobakan terlebih dahulu.

4. Uji Coba Instrumen

Menurut Budiyono (2003: 55), setelah instrumen penelitian selesai

disusun, peneliti wajib menguji-cobakannya terlebih dahulu sebelum

dikenakan kepada sampel penelitian. Uji coba instrumen dikenakan pada

populasi tetapi di luar sampel penelitian. Setelah uji coba selesai kemudian

dilakukan analisis terhadap instrumen dan butir instrumen baik tes maupun

angket sebagai berikut:

a. Instrumen Tes

1) Uji Validitas Isi

Menurut Budiyono (2003: 58), suatu instrumen valid menurut

validitas isi apabilai isi instrumen tersebut telah merupakan sampel

yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan diukur.

Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur validitas

isi pada penelitian ini adalah (1) butir soal telah sesuai dengan kisi-

kisi tes, (2) materi pada butir tes sesuai dengan tujuan

pembelajaran, (3) materi pada butir tes sudah dipelajari oleh siswa,

(4) pertanyaan butir soal dirumuskan secara singkat dan jelas, (5)

pertanyaan soal tidak memberi interpretasi ganda, (6) kalimat soal

menggunakan bahasa yang baku, baik, dan benar, dan (7) kalimat

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

soal disusun secara jelas dan dapat dipahami dengan baik dan

mudah oleh siswa.

Untuk menilai apakah instrumen tes mempunyai validitas isi

yang tinggi, dilakukan oleh para pakar atau validator (Budiyono,

2003: 59). Dalam penelitian ini, butir tes dikatakan layak

digunakan, jika setidaknya 50% dari semua validator atau penilai

setuju dengan semua indikator yang dijadikan kriteria dalam

validasi. Apabila butir tes tidak layak dan perlu direvisi, maka butir

tes direvisi terlebih dahulu kemudian divalidasi kembali oleh

validator sampai butir tersebut valid.

2) Uji Reliabilitas

Suatu instrumen disebut reliabel jika hasil pengukuran

dengan instrumen tersebut tetap sama jika pengukuran tersebut

dikenakan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan

ataupun apabila dikenakan pada orang lain (dengan kemampuan

yang sama) baik pada waktu yang sama maupun pada waktu yang

berlainan. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini

berbentuk pilihan ganda, penentuan koefesien reliabilitas instrumen

tes dengan teknik Kuder-Richardson (KR 20). Rumus KR 20

dalam Budiyono (2003: 69) sadalah sebagai berikut.

2

2

111

t

iit

s

qps

n

nr

dengan:

r11 : koefisien reliabilitas instrumen tes

n : banyaknya butir tes

pi : proporsi banyaknya peserta tes yang menjawab benar pada

butir soal ke-i

qi : 1 – pi

2

ts : variansi total

Menurut Budiyono (2003: 72), suatu instrumen tes dikatakan

reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,70.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Berdasarkan pendapat tersebut, instrumen tes yang digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian ini memiliki koefisien

reliabilitas lebih dari 0,70 dengan kata lain, soal dikatakan reliabel

jika r11 0,7.

3) Uji Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak

pandai. Suatu butir soal mempunyai daya pembeda baik jika

kelompok siswa pandai menjawab benar butir soal lebih banyak

daripada kelompok siswa tidak pandai (Budiyono, 2011: 31).

Indeks daya pembeda dicari dengan mencari koefisien korelasi

antara skor butir dan skor total. Untuk mengetahui daya pembeda

pada butir soal digunakan rumus sebagai berikut.

∑ (∑ )(∑ )

√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )

dengan:

D : indeks daya pembeda

X : skor untuk butir ke-i

Y : skor total (Budiyono, 2011: 33).

Dalam penelitian ini butir soal yang digunakan adalah butir soal

yang mempunyai indeks daya pembeda lebih dari atau sama dengan

0,30 (D ≥ 0,30).

4) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah pernyataan tentang seberapa mudah

atau sulit butir soal bagi siswa yang dikenai pengukuran. Menurut

Budiyono (2011: 30), tingkat kesukaran adalah proporsi menjawab

benar butir soal terhadap seluruh peserta tes. Rumus yang

digunakan sebagai berikut.

P = N

B

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

dengan:

P = indeks tingkat kesukaran butir soal

B = banyak peserta tes yang menjawab benar

N = banyak seluruh peserta tes

Pada penelitian ini kriteria P yang dipakai jika butir soal memiliki

indek kesukaran pada rentang 0,30 ≤ P ≤ 0,70.

b. Instrumen Angket

1) Uji Validitas Isi

Untuk menilai apakah suatu instrumen angket mempunyai

validitas isi yang tinggi, dilakukan oleh para pakar atau expert

judgment (Budiyono, 2003: 59).

Dalam penelitian ini instrumen angket dikatakan valid jika

kisi-kisi yang dibuat telah menunjukkan bahwa klasifikasi kisi-kisi

telah mewakili isi (substansi) yang diukur, selanjutnya masing-

masing butir tes yang telah disusun cocok atau relevan dengan

klasifikasi kisi-kisi yang ditentukan.

2) Konsistensi Internal

Butir-butir dalam sebuah instrumen haruslah mengukur hal

yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.

Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antar

skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Untuk menghitung

konsistensi internal butir ke-i, digunakan rumus korelasi momen

produk dari Karl Pearson, yaitu:

rxy = ∑ - ∑ ) ∑ )

√ ∑ 2- ∑ )2) ∑ 2- ∑ )

2)

dengan:

rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

n = cacah subyek yang diberi angket

X = butir ke-i (dari subyek uji coba)

Y = skor total (dari subyek uji coba)

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tes dikatakan mempunyai konsistensi internal yang baik jika rxy ≥

0,3 (Budiyono, 2003: 65).

Dalam penelitian ini instrumen angket mempunyai

konsistensi internal yang baik jika rxy ≥ 0,3.

3) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas butir angket dalam penelitian ini menggunakan

rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut:

2

2

11 11 t

i

s

s

n

nr

dengan:

r11 = indeks reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir instrumen

= variansi butir ke-i, i =1,2,…,n

= variansi skor-skor yang diperoleh subyek uji coba

Instrumen dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,7 (Budiyono, 2003: 70).

Dalam penelitian ini instrumen angket dikatakan reliabel jika

memenuhi kriteria r11 ≥ 0,7.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis Variansi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji

normalitas digunakan uji Liliefors.

- Hipotesis

H0 : sampel random berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: sampel random tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.

- Taraf signifikan : = 5%

- Statistik uji:

| ( ) ( )|

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

dengan:

zi = s

Xxi

F(zi) = P (Z zi); Z N (0,1)

S(zi) = proporsi cacah Z zi terhadap seluruh z

- Daerah kritik : DK ={L L > L;n}

- Keputusan Uji

H0 ditolak jika L DK (Budiyono, 2009: 170)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-

variansi populasi homogen atau tidak. Uji menggunakan uji Bartlett

sebagai berikut.

- Hipotesis

H0 : 12 = 2

2 =3

2............. = k

2 (Varian homogen)

H1 : paling sedikit ada satu pasang variansi yang berbeda

- Taraf signifikan : = 5%

- Statistik uji

)1(~denganloglog303,2 2222 ksfRKGfc

jj

dengan:

k : banyaknya sampel

N : banyaknya seluruh nilai

f : derajat kebebasan untuk RKG = N – k =

k

j

jf1

fj : derajat bebas untuk 2

js = nj – 1 dengan j = 1, 2, ... , k

SSj = j

j

jn

XX

2

2 )( dan RKG =

jf

SSj

c = 1 +

)11

()1(3

1

ffk j

- Daerah kritik: DK = 1,222 | k

- Keputusan uji

H0 ditolak jika DK2 (Budiyono, 2009: 176).

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2. Uji Keseimbangan Rerata

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak sebelum

mendapat perlakuan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai

akhir sekolah semester I mata pelajaran matematika. Statistik uji yang

digunakan adalah analisis variansi satu jalan dengan frekuensi sel tak

sama. Uji analisis variansi satu jalan dengan frekuensi sel tak sama akan

dilakukan sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 :

H1 : paling sedikit ada dua rerata yang tidak sama

b. Taraf signifikansi :

c. Statitik uji

d. Komputasi:

- Komponen jumlah kuadrat

( )

( ) ∑

( ) ∑

- Jumlah kuadrat

( ) ( )

( ) ( )

( ) ( )

- Derajat kebebasan

; ;

- Rerata kuadrat

dengan:

: data ke-i pada kelompok ke-j;

: ;

j : 1, 2, 3 k

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

: jumlah data pada kelompok ke-j;

: banyak data pada kelompok ke-j;

: banyak semua data;

: jumlah semua data;

: banyak kelompok.

e. Daerah kritik: { | }

f. Keputusan uji:

ditolak jika (Budiyono, 2009: 195 – 198).

3. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini digunakan uji hipotesis analisis variansi dua

jalan (3x3) dengan frekuensi sel tidak sama. Uji hipotesis akan dilakukan

sebagai berikut:

a. Model Data

Xijk= + i + j + ()ij + ijk

dengan:

Xijk = data ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j

i, j = 1, 2, 3

k = 1, 2, 3 ……….nij, nij = cacah pengamatan pada sel ij

= rerata besar

i = efek baris ke-i terhadap Xijk

j = efek kolom ke-j terhadapXijk

()ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j terhadap Xijk

ijk = galat eksperimen yang berdistribusi normal N (0,2)

b. Hipotesis

H0A : i = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar

baris terhadap variabel terikat)

H1A : paling sedikit ada satu i yang tidak nol (terdapat perbedaan efek

antar baris terhadap variabel terikat)

HoB : j = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar

kolom terhadap variabel terikat)

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

H1B : paling sedikit ada satu j yang tidak nol (terdapat perbedaan efek

antar kolom terhadap variabel terikat)

H0AB : ()ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3 (tidak ada

interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat)

H1AB : paling sedikit ada ()ij yang tidak nol (terdapat interaksi baris

dan kolom terhadap variabel terikat)

c. Komputasi

1) Komponen jumlah kuadrat

nij = banyaknya data amatan pada sel ij

hn = rataan harmonis frekuensi seluruh sel

ji ijn

pq

1

N = banyaknya data seluruh amatan

ijk

k

ijk

k

ijkijn

X

XSS

2

2

= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

ijAB = rataan pada sel ij

j

iji ABA = jumlah rataan pada baris ke-i

i

ijj ABB = jumlah rataan pada kolom ke-j

ji

ijABG = jumlah rataan semua sel

Sedangkan rumus untuk mencari komponen JK sebagai berikut:

(1) = pq

G 2

(2) = ji

jiSS

(3) = i

i

q

A2

(4) = j

i

p

B 2

(5) =ji

jiAB2

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

2) Jumlah kuadrat

JKA = nh [(3)-(1)] JKB = nh [(4)-(1)]

JKAB = nh [(1)+(5) – (3) - (4)] JKG = (2)

JKT = JKA +JKB + JKAB + JKG

3) Derajat Kebebasan (dk)

dkA = p – 1

dkB = q – 1

dkAB = (p – 1) (q – 1)

dkG = N – pq

dkT = N–1

4) Rerata kuadrat

RKA = dkA

JKA

RKB = dkB

JKB

RKAB = dkAB

JKAB

RKG =dkG

JKG

d. Statistik Uji

Fa = RKG

RKA

Fb =

RKG

RKB

Fab =

RKG

RKAB

e. Daerah Kritik

Daerah kritik untuk Fa, DKa ={F | F > F;(p -1), N – pq}

Daerah kritik untuk Fb, DKb ={F | F > F;(q -1), N – pq}

Daerah kritik untuk Fab, DKab ={F| F > F;(p -1)(q -1) N – pq}

f. Rangkuman Uji

Tabel 3.3. Rangkuman Anava

Sumber

variasi JK dk RK Fobs F Keputusan uji

A baris JKA p-1 RKA Fa F;(p-1), N-pq H0A ditolak/diterima

B kolom JKB q-1 RKB Fb F;(q-1), N-pq H0B ditolak/diterima

Interaksi AB JKAB (p-1)(q-1) RKAB Fab F;(p-1)(q-1)N-pq H0AB ditolak/diterima

Kesalahan JKG N-pq RKG - -

Total JKT N-1 - - -

g. Keputusan uji

o ditolak jika

o ditolak jika

HoAB ditolak jika (Budiyono, 2009: 228 – 231)

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

4. Uji Lanjut Anava

Uji lanjut anava (komparasi ganda) yang dipakai adalah metode

Scheffe. Langkah dalam metode Scheffe sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata

2. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut

3. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai

berikut.

a) Untuk komparasi rerata antar baris:

)11

(

)(

..

2..

..

ji

ji

ji

nnRKG

XXF

b) Untuk komparasi rerata antar kolom:

)11

(

)(

..

2..

..

ji

ji

ji

nnRKG

XXF

c) Untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama:

)11

(

)( 2

ikij

ikij

ikij

nnRKG

XXF

d) Untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama:

)11

(

)( 2

kjij

kjij

kjij

nnRKG

XXF

4. Menentukan tingkat signifikasi ( = 5%)

5. Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus berikut.

a) Daerah kritik untuk komparasi antar baris diberikan oleh:

{ | ( ) }

b) Daerah kritik untuk komparasi antar kolom diberikan oleh:

{ | ( ) }

c) Daerah kritik untuk komparasi antar sel pada baris yang sama atau

antar sel pada kolom yang sama diberikan oleh:

{ | ( ) }

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

6. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi

rerata

7. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda)

(Budiyono, 2009: 215 – 217).

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Coba Angket Kreativitas Belajar

1. Uji validitas isi

Untuk mengetahui apakah angket yang digunakan valid maka

peneliti mengkonsultasikan kepada ahli sebagai validator (expert

judgement). Validator dipilih dengan pertimbangan bahwa yang

bersangkutan mempunyai profesi atau jabatan keahlian di bidang

konseling. Penelahaan ini dilakukan menggunakan lembar check list (√)

oleh Drs. Wisnu Cahyono, M.M selaku sekertaris I ABKIN Kabupaten

Pacitan dan Tika Dedy Prastyo, S.Pd. selaku dosen di STKIP PGRI

Pacitan. Setelah dilakukan pemeriksaan kembali terhadap ketepatan kisi-

kisi angket dan tata bahasanya maka diperoleh hasil bahwa butir angket

adalah valid (data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3d).

2. Uji reliabilitas

Uji coba angket dilaksanakan di SMP N 1 Punung dengan peserta

pengisi angket sejumlah 57 siswa. Dari jumlah tersebut terbagi dalam dua

kelas yaitu kelas F dan H, dengan angket berjumlah 45 butir soal. Hasil

pengolahan data menunjukkan koefisien reliabilitasnya adalah 0,8458 >

0,70 (lihat Lampiran 3e). Dengan demikian angket reliabel dan layak

digunakan sebagai instrumen penelitian.

3. Uji konsistensi internal

Hasil uji coba angket menunjukkan bahwa dari 45 butir angket,

terdapat 10 butir soal yang harus dibuang karena tidak memenuhi indeks

konsistensi internal minimal 0,3 yaitu butir nomor 14, 18, 20, 22, 29, 30,

33, 34, 38 dan 45 (lihat Lampiran 3e). Berdasarkan hasil tersebut maka

terdapat 35 butir soal yang dapat digunakan sebagai butir angket

kreativitas belajar.

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

B. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar

1. Uji validitas Isi

Untuk mengetahui apakah instrumen tes prestasi belajar matematika

yang digunakan valid maka peneliti mengkonsultasikan kepada ahli

sebagai validator (expert judgement). Validator dipilih dengan

pertimbangan yang bersangkutan mempunyai jabatan dan profesi dengan

keahlian pada mata pelajaran matematika, yaitu sebagai pengurus MGMP

Matematika di Kabupaten Pacitan. Kriteria penelaahan validitas isi

instrumen tes prestasi belajar matematika ini meliputi aspek materi,

konstruksi, dan bahasa. Penelahaan ini dilakukan dengan menggunakan

lembar check list (√) oleh Sriyati, M.Pd, Prihatin, S.Pd. dan juga

Suharsono, S.Pd yang masing-masing menjabat sebagai ketua MGMP

Matematika SMP Cluster 4, anggota MGMP Matematika SMP Cluster 1

dan anggota MGMP Matematika SMP Cluster 2.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa butir soal/tes prestasi

belajar matematika adalah valid sehingga dapat digunakan sebagai

instrumen penelitian. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 4d.

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen tes

matematika yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi, artinya

apakah skor tes berkorelasi tinggi dengan skor murninya. Jika koefisien

korelasi mendekati 1,0 menunjukkan semakin kuatnya hubungan yang ada

sedangkan koefisien yang semakin kecil mendekati angka 0 berarti

semakin lemahnya hubungan yang terjadi. Dalam penelitian ini, uji

reliabilitas digunakan rumus Kuder-Richarson KR-20. Instrumen

dikatakan reliabel jika > 0,7.

Hasil uji coba tes terhadap 57 responden diperoleh = 0,776 (lihat

Lampiran 4e). Ini berarti instrumen reliabel, sehingga instrumen tes

matematika dapat digunakan untuk mengambil data prestasi belajar siswa.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

3. Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang

memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlau sukar. Tingkat

kesukaran P tiap-tiap butir tes yang digunakan, jika terletak antara

Hasil ujicoba instrumen tes prestasi matematika menunjukkan

bahwa dari 30 butir soal, terdapat 2 butir soal dengan kategori mudah

yaitu nomor 6 dan 16 dan selebihnya memiliki tingkat kesukaran sedang

yaitu terletak antara (lihat Lampiran 4f).

4. Daya beda

Daya pembeda pada masing- masing butir soal dilihat dari koefisien

korelasi antar skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Untuk

mengetahui daya pembeda instrumen tes yang digunakan penulis memakai

rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson. Butir soal yang dipakai

jika daya pembeda

Hasil uji coba 30 butir soal instrumen tes matematika terhadap 57

responden menunjukkan bahwa 5 soal yang tidak memenuhi syarat

. Berdasarkan perhitungan daya beda soal yang tidak baik yaitu

nomor 2, 9, 16, 20, 23 (lihat Lampiran 4f).

Berdasarkan hasil perhitungan dari tingkat kesukaran dan daya beda

tersebut terdapat 6 butir soal yang kurang baik yaitu nomor: 2, 6, 9, 16, 20 dan

23. Sehinggga terdapat 24 butir soal yang dapat digunakan sebagai butir soal

yang baik untuk uji prestasi belajar. Namun pada penelitian ini uji prestasi

yang digunakan sebanyak 25 butir soal, yaitu 24 dari soal yang memenuhi

tingkat kesukaran dan daya beda dan 1 soal dari soal no 6 dengan alasan daya

bedanya memenuhi syarat yaitu dan juga akan lebih mudah dalam

penskoran.

C. Uji Keseimbangan

1. Data Prestasi Belajar Siswa

Data yang digunakan sebagai kemampuan awal untuk uji

keseimbangan adalah nilai Ujian Akhir Semester (UAS) mata pelajaran

matematika, pada kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Berikut disajikan deskripsi data hasil tes matematika siswa pada kelas

eksperimen satu, kelas eksperimen dua dan kelas kontrol.

Tabel 4.1. Deskripsi Data Nilai UAS Siswa pada Kelas Eksperimen I,

Kelas Eksperimen II, dan Kelas Kontrol

Kelas N Ukuran Pemusatan Ukuran Dispersi

Median Modus Sd Max Min

Eksperimen I (TAPPS) 92 77,054 78 78 4,104 88 69

Eksperimen II (MMP) 92 76,674 76 77 4,660 89 70

Kontrol (Konvensional) 91 75,868 75 74 4,922 88 65

2. Hasil Uji Prasyarat untuk Uji Keseimbangan

Uji prasyarat untuk uji keseimbangan menggunakan anava satu jalan

meliputi uji normalitas dan uji homogenitas variansi populasi.

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan sebanyak tiga kali, yakni masing-masing

model pembelajaran dengan taraf signifikansi 0,05. Rangkuman hasil uji

normalitas populasi menggunakan metode Lilliefors disajikan dalam

tabel berikut.

Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Terhadap Hasil

Nilai UAS Matematika Semester I

Kelas N DK Keputusan

Uji Simpulan

Eksperimen I

(TAPPS) 92 0,08946 {L│L> 0,09237}

H0 tidak

ditolak Normal

Eksperimen II

(MMP) 92 0,09167 {L│L > 0,09237}

H0 tidak

ditolak Normal

Kontrol

(Konvensional) 91 0,08648 {L│L > 0,09288}

H0 tidak

ditolak Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas terhadap data hasil prestasi

belajar matematika siswa pada ujian akhir semester I, sampel pada kelas

eksperimen I, eksperimen II dan kontrol mempunyai nilai Lobs tidak

terletak pada DK. Sehingga diperoleh simpulan bahwa sampel pada

kelas eksperimen I, eksperimen II maupun kontrol masing-masing

berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji

normalitas populasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7b – 7d.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi

yang dibandingkan mempunyai variansi yang sama (homogen) atau

tidak. Uji ini dilakukan sebanyak satu kali yakni dengan

membandingkan variansi pada masing-masing kelas.

Hasil perhitungan menggunakan pendekatan Bartlett

menunjukkan 2obs = 3,0597 dengan DK = {

2│

2 >

20,05;2 = 5,991},

sehingga 2obs DK atau H0 diterima. Ini berarti masing-masing sampel

berasal dari populasi dengan variansi sama. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 7e.

3. Hasil Uji keseimbangan

Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Uji Keseimbangan

(Analisis Variansi Satu Jalan)

Sumber JK Dk RK Fobs F Kesimpulan

Model 67,0586 2 33,5293 1,603 3,00 H0 diterima

Galat 5689,3632 272 20,9168

Total 5756,4218 274

Berdasarkan hasil uji keseimbangan (Analisis Varansi Satu Jalan)

diperoleh Fobs = 1,603 dengan DK = { F | F > 3,00 } sehingga Fobs tidak

terletak pada daerah kritik. Hal ini berarti bahwa pada taraf signifikansi 0,05,

keputusan uji keseimbangan terhadap data hasil prestasi belajar matematika

semester I adalah H0 tidak ditolak. Dengan demikian, diperoleh simpulan

bahwa populasi pada kelas eksperimen I, eksperimen II maupun kontrol

mempunyai kemampuan awal yang sama. Perhitungan uji keseimbangan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7f.

D. Analisis Data

1. Skor Kreativitas belajar siswa

Data tentang kreativitas belajar siswa diperoleh dari hasil angket

yang diberikan kepada responden/siswa anggota kelas eksperimen I,

eksperimen II dan kontrol. Data tersebut selanjutnya dikelompokkan ke

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

dalam tiga kategori. Dari hasil perhitungan kedua kelompok diperoleh X =

106,796 dan s = 10,701. Penentuan untuk kategori tinggi: X X +1/2s,

kategori sedang: X -1/2s < X < X +1/2s dan kategori rendah: X ≤ X - 1/2s.

Sehingga untuk skor yang lebih dari atau sama dengan 112,146

dikategorikan tinggi, untuk skor yang lebih dari 101,445 atau kurang dari

112,146 dikategorikan sedang, dan untuk skor yang kurang dari atau sama

dengan 101,445 dikategorikan rendah.

Berdasarkan data yang telah terkumpul terdapat kelompok kreativitas

tinggi (69 siswa), kelompok kreativitas sedang (129 siswa), dan kelompok

kreativitas rendah (77 siswa). Selanjutnya deskrispi statistik data tersebut

dapat dilihat pada Lampiran 8b.

2. Skor tes prestasi belajar matematika

Data prestasi belajar matematika yang digunakan dalam penelitian ini

adalah nilai tes pada materi bangun ruang sisi datar (kubus, balok, limas

dan prisma) yang diberikan kepada 3 kelas setelah diberi perlakuan dengan

model pembelajaran yang berbeda. Pada kelas eksperimen I diberikan

pembelajaran dengan model pembelajaran TAPPS, kelas eksperimen II

dengan model pembelajaran MMP dan kelas kontrol dengan model

pembelajaran konvensional.

Tabel 4.4. Deskripsi Statistik Hasil Tes Prestasi Belajar Matematika

Kelompok

Ukuran Pemusatan Ukuran Dispersi

Rerata Median Modus Simpangan

Baku Maks Min

Eksperimen I

(TAPPS) 62,870 62 72 13,630 92 32

Eksperimen II

(MMP) 60,348 64 76 16,758 88 20

Kontrol

(Konvensional) 55,648 60 60 14,207 84 24

(lihat Lampiran 8a)

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

E. Analisis Variansi

1. Uji Prasyarat

a. Uji normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian dari

populasi berdistribusi normal atau sebaliknya. Statistik uji yang

digunakan adalah Metode Lilliefors dengan tingkat signifikansi = 5%.

Uji normalitas dilakukan terhadap 6 kelompok, yaitu kelompok

eksperimen I, eksperimen II dan kontrol, kelompok kreativitas tinggi,

sedang, dan rendah. Rangkuman hasil uji normalitas disajikan pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Tes Matematika Kelompok L max L Tabel H0 Kesimpulan

Eksperimen I (TAPPS) 0,08337 0,09237 Diterima Normal

Eksperimen II (MMP) 0,09126 0,09237 Diterima Normal

Kontrol (Konvensional) 0,07344 0,09287 Diterima Normal

Kreativitas Tinggi 0,07492 0,10666 Diterima Normal

Kreativitas Sedang 0,05592 0,07801 Diterima Normal

Kreativitas Rendah 0,05582 0,10097 Diterima Normal

(lihat Lampiran 9a – 9f)

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa semua

kelompok berasal dari populasi berdistribusi normal.

b. Uji homogenitas

Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett

dengan statistik uji Chi Kuadrat. Uji homogenitas dilakukan sebanyak 2

kali yaitu terhadap kelompok model pembelajaran (TAPPS, MMP dan

Konvensional) dan kelompok kreativitas belajar (tinggi, sedang, rendah)

dengan rangkuman data sebagai berikut :

Tabel 4.6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas

Kelompok ² obs DK H0 Kesimpulan

Model Pembelajaran

(TAPPS, MMP & Konvensional) 4,4581 5,991 Diterima Homogen

Kreativitas:

(tinggi,sedang, rendah) 1,5400 5,991 Diterima Homogen

(lihat Lampiran 10a – 10b)

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Berdasarkan hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa kelompok

model pembelajaran, serta kelompok kreativitas belajar mempunyai

variansi yang sama (homogen).

2. Uji hipotesis

Uji hipotesis dilakukan menggunakan analisis variansi dua jalan

dengan formulasi anava 3 x 3 setelah diketahui bahwa sampel random data

berasal dari populasi berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang

sama (homogen). Rangkuman hasil uji hipotesis disajikan pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.7. Rangkuman Analisis Variansi

Sumber JK Dk RK Fobs F Keputusan

Model

Pembelajaran

(A)

1329,27967 2 664,6398 3,0620 3,00 H0 ditolak

Kreativitas

Belajar (B) 2161,48734 2 1080,7437 4,9789 3,00

H0 ditolak

Interaksi (AB) 749,430917 4 187,3577 0,8631 2,37 H0 diterima

Galat 57739,0333 266 217,064

Total 61979,2312 274

(lihat Lampiran 11)

Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Model pembelajaran TAPPS, MMP dan Konvensional berpengaruh

terhadap prestasi belajar matematika, terlihat dari perolehan Fobs = 3,0620

dengan DK = { F | F > 3,00 } sehingga H0A ditolak.

2) Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara tingkat kreativitas

belajar siswa, yaitu kategori tinggi, kategori sedang, dan rendah

terhadap prestasi belajar matematika. Hal tersebut berdasarkan

perolehan Fobs = 4,9789 dengan DK = {F | F > 3,00} sehingga H0B

ditolak.

3) Tidak ada interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan

kreativitas belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa, yaitu

berdasarkan perolehan Fobs = 0,8631 dengan DK = {F | F > 3,00}

sehingga H0AB diterima.

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

F. Uji Lanjut Pasca Anava

Dari hasil uji anava dua jalan diperoleh rataan tiap sel dan rataan

marginalnya. Data tersebut digunakan untuk perhitungan uji komparasi ganda.

Adapun rataan tiap sel dan rataan marginal disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.8. Deskripsi Rataan Berdasarkan Model Pembelajaran

dan Kreativitas Belajar

Model

Pembelajaran

Kreativitas Rataan

Marginal Tinggi Sedang Rendah

TAPPS 66,933 60,400 61,818 62,870

MMP 62,400 61,143 58,486 60,348

Konvensional 64,421 52,889 54,667 55,648

Rataan Marginal 64,928 57,457 58,545

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan anava tersebut maka dapat

diuraikan langkah-langkah uji lanjut pasca anava sebagai berikut:

1. Uji komparasi ganda antar baris

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama

(Lampiran 11) diperoleh keputusan bahwa H0A ditolak, maka perlu

dilakukan uji lanjut pasca anava. Berikut ini disajikan rangkuman hasil uji

komparasi rerata antar baris pada masing-masing kategori model

pembelajaran dengan metode Scheffe’.

Tabel 4.9. Rangkuman

Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris

H0 Fobs 2.F0,05;2,266 Keputusan uji

1. = 2.

1. = 3.

2. = 3.

1,3476

10,9903

4,6547

6,00

6,00

6,00

H0 diterima

H0 ditolak

H0 diterima

(lihat Lampiran 12)

Berdasarkan hasil uji komparasi rerata antar baris pada masing-

masing kategori model pembelajaran, dengan taraf signifikansi 0,05

diperoleh bahwa:

a) H0 yang pertama, yakni 1. = 2. diterima. Hal ini berarti bahwa tidak

terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran TAPPS dan MMP.

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

b) H0 yang kedua, yakni 1. = 3. ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat

perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran TAPPS dan Konvensional.

Berdasarkan Tabel 4.8. rerata marginal prestasi belajar matematika

siswa yang dikenai model pembelajaran TAPPS yaitu 62,870 sedangkan

rerata marginal prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model

pembelajaran Konvensional yakni 55,648. Dengan demikian, diperoleh

simpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model

pembelajaran TAPPS lebih baik dibandingkan prestasi belajar

matematika siswa yang dikenai model pembelajaran Konvensional.

c) H0 yang ketiga, yakni 2. = 3. diterima. Hal ini berarti bahwa tidak

terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran MMP dan Konvensional.

2. Uji komparasi ganda antar kolom

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama

(Lampiran 11) diperoleh keputusan bahwa H0B ditolak, maka perlu

dilakukan uji lanjut pasca anava. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil

komparasi ganda antar kolom seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10.

Rangkuman Hasil Komparasi Ganda antar Kolom

H0 Fobs 2.F0,05;2,266 Keputusan uji

.1 = .2

.1 = .3

.2 = .3

55.8035

40.7310

1.1839

6,00

6,00

6,00

H0 ditolak

H0 ditolak

H0 diterima

(lihat Lampiran 12)

Berdasarkan hasil uji komparasi rerata antar kolom pada masing-

masing kategori tingkat kreativitas, dengan taraf signifikansi 0,05

diperoleh bahwa:

a) H0 yang pertama, yakni .1 = .2 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat

perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mempunyai

tingkat kreativitas tinggi dan sedang. Berdasarkan Tabel 4.8. rerata

marginal prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai tingkat

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

kreativitas tinggi yaitu 64,928 sedangkan rerata marginal prestasi

belajar matematika siswa yang mempunyai tingkat kreativitas sedang

yaitu 57,457. Dengan demikian, diperoleh simpulan bahwa prestasi

belajar matematika siswa yang mempunyai tingkat kreativitas tinggi

lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai tingkat kreativitas sedang.

b) H0 yang kedua, yakni .1 = .3 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat

perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mempunyai

tingkat kreativitas tinggi dan rendah.

Berdasarkan Tabel 4.8. rerata marginal prestasi belajar matematika

siswa yang mempunyai tingkat kreativitas tinggi yaitu 64,928

sedangkan rerata marginal prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai tingkat kreativitas rendah yaitu 58,545. Dengan demikian,

diperoleh simpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang

mempunyai tingkat kreativitas tinggi lebih baik dibandingkan prestasi

belajar matematika siswa yang mempunyai tingkat kreativitas rendah.

c) H0 yang ketiga, yakni .2 = .3 diterima. Hal ini berarti bahwa tidak

terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang

mempunyai tingkat kreativitas sedang dan rendah.

3. Uji komparasi ganda antar sel

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan sel tak sama

(Lampiran 11) diperoleh keputusan bahwa H0AB diterima, hal ini dapat

diartikan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan

kreativitas siswa terhadap prestasi belajar matematika sehingga tidak perlu

dilakukan uji komparasi ganda antar sel pada baris yang sama atau kolom

yang sama. Sehingga kesimpulan pembanding rerata antar sel mengacu

kepada kesimpulan pembanding rerata marginalnya.

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

G. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, berikut adalah

penjelasan dari keempat hipotesis penelitian.

a. Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel

tak sama menunjukkan bahwa H0A ditolak berarti terdapat perbedaan

pengaruh antar masing-masing kelompok model pembelajaran terhadap

prestasi belajar matematika siswa. Dengan ditolaknya H0A maka dilakukan

uji Shceffe’. Dari hasil uji komparasi rataan antar baris dengan metode

Shceffe’ dan DK = {F | F > 2.F0,05;2;226} = {F | F > 6,00} diperoleh hasil

sebagai berikut:

a) H0 yang pertama, yakni 1. = 2. diterima. Hal ini berarti bahwa tidak

terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran TAPPS dan MMP. Dengan kata

lain model pembelajaran TAPPS memberikan prestasi sama baik

dengan model pembelajaran MMP. Adapun faktor yang menyebabkan

model pembelajaran TAPPS dan MMP sama efektifnya adalah sebagai

berikut:

1. Jika mengacu pada landasan teori dan kerangka pikir pada bab

sebelumnya, maka dapat dilihat bahwa kedua model pembelajaran

berupaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam model

pembelajaran TAPPS dan MMP pembelajaran menekankan pada

proses pengkonstrusian pengetahuan sehingga pada kedua model

pembelajaran ini tidak berbeda secara signifikan.

2. Jika dilihat dari rerata yang diperoleh dari masing-masing kelompok

kreativitas pada masing-masing model pembelajaran, maka pada

kelompok kreativitas tinggi dan rendah yang diperoleh siswa yang

diberi pembelajaran dengan model pembelajaran TAPPS lebih tinggi

dibandingkan dengan rerata yang diperoleh siswa yang diberi

pembelajaran dengan model pembelajaran MMP. Akan tetapi pada

kelompok kreativitas sedang rerata yang diperoleh siswa yang diberi

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

pembelajaran dengan model pembelajaran MMP lebih tinggi

daripada siswa yang yang diberi pembelajaran dengan model

TAPPS. Hal ini menyebabkan kedua model pembelajaran

menghasilkan prestasi belajar yang sama.

b) H0 yang kedua, yakni 1. = 3. ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat

perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran TAPPS dan Konvensional.

Berdasarkan Tabel 4.8. rerata marginal prestasi belajar matematika

siswa yang dikenai model pembelajaran TAPPS yaitu 62,870

sedangkan rerata marginal prestasi belajar matematika siswa yang

dikenai model pembelajaran Konvensional yakni 55,648. Dengan

demikian, diperoleh simpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa

yang dikenai model pembelajaran TAPPS lebih baik dibandingkan

prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran

Konvensional.

c) H0 yang ketiga, yakni 2. = 3. diterima. Hal ini berarti bahwa tidak

terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran MMP dan Konvensional.

Dapat peroleh simpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa

yang dikenai model pembelajaran TAPPS sama baiknya dengan prestasi

belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran MMP dan

lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai

model pembelajaran Konvensional, dan prestasi belajar matematika siswa

yang dikenai model pembelajaran MMP sama baiknya model

pembelajaran Konvensional.

b. Hipotesis Kedua

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

untuk efek B (kreativitas belajar) diperoleh Fb > F atau 4,9789 > 3,00

sehingga H0B ditolak. Hal ini dapat diartikan bahwa ketiga kategori

kreativitas belajar memberikan pengaruh/efek yang berbeda terhadap

prestasi belajar matematika materi bangun ruang sisi datar.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Dari hasil komparasi ganda antar kolom diperoleh data adanya

perbedaan rerata (). Dapat dilihat bahwa untuk .1 vs .2 diperoleh F.1>F.2

atau 55,8035 > 6,00, serta dilihat dari rataan marginal kreativitas tinggi

adalah 64,5848 dan rataan marginal kreativitas sedang 58,1439, maka

dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan

kreativitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan

kreativitas sedang. Untuk .1 vs .3 diperoleh F.1 > F.3 atau 40,7310 > 6,00,

serta dilihat dari rataan marginal kreativitas tinggi menunjukkan 64,5848,

rataan marginal kreativitas rendah adalah 58,3238 maka dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas tinggi lebih

baik daripada prestasi belajar siswa dengan kreativitas rendah. Untuk .2 vs

.3 diperoleh F.2 > F.3 atau 1,1839 < 6,00, maka prestasi belajar matematika

antara siswa dengan kreativitas sedang dan rendah sama.

Berdasarkan hasil penelitian Siti Munjiatun Ali (2009) menunjukkan

hasil bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki tingkat kreativitas belajar

tinggi mempunyai prestasi lebih baik daripada siswa yang memiliki tingkat

kreativitas belajar sedang dan rendah.

Berdasarkan teori dan temuan penelitian tersebut dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas

belajar tinggi lebih baik dari siswa yang mempunyai kreativitas belajar

sedang dan rendah, serta prestasi belajar siswa dengan kreativitas belajar

sedang sama baik dengan siswa yang mempunyai kreativitas belajar

rendah.

c. Hipotesis ketiga

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan

tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi

bangun ruang sisi datar. Dari perhitungan diperoleh Fab < F sehingga H0B

diterima, maka tidak perlu dilakukan uji lanjut pasca anava.

Berdasarkan kesimpulan hipotesis pertama dan kedua, maka dapat

disimpulkan: berdasarkan model pembelajaran, baik TAPPS, MMP

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

maupun konvensional menunjukkan prestasi belajar matematika siswa

dengan kreativitas tinggi lebih baik dari prestasi belajar matematika siswa

dengan kreativitas sedang dan rendah, sedangkan prestasi belajar

matematika siswa dengan kreativitas sedang sama baik dengan prestasi

belajar matematika siswa dengan kreativitas rendah.

Siswa yang memiliki kreativitas belajar tinggi akan dapat mengikuti

proses pembelajaran dengan lebih efektif sehingga mereka umumnya

mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan kreativitas

belajar sedang dan rendah. Karena tidak ada interaksi maka hal ini berlaku

pada tiga kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran TAPPS,

MMP maupun Konvensional. Hasil ini terjadi karena prestasi belajar

berimbang dengan kreativitas belajar.

Sehingga berdasarkan model pembelajaran, prestasi belajar

matematika siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik daripada prestasi

belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang dan rendah, sedangkan

prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas sedang sama baik

dengan prestasi belajar matematika siswa dengan kreativitas rendah.

d. Hipotesis keempat

Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan

tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi

bangun ruang sisi datar. Dari perhitungan diperoleh Fab < F sehingga H0B

diterima, maka tidak perlu dilakukan uji lanjut pasca anava.

Berdasarkan kesimpulan hipotesis pertama dan kedua, maka dapat

disimpulkan: berdasarkan tingkat kreativitas, baik tinggi, sedang maupun

rendah menunjukkan prestasi belajar matematika siswa dengan model

pembelajaran TAPPS sama baik dengan model pembelajaran MMP tetapi

lebih baik daripada prestasi belajar matematika dengan model

konvensional. Dan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran

MMP sama baik dengan model konvensional.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Pada pembelajaran kooperatif tipe TAPPS dan MMP siswa dituntut

untuk memecahkan suatu masalah dalam suatu kelompok dengan tingkat

kreativitasnya yang heterogen, sehingga siswa akan dapat mengikuti proses

pembelajaran dengan lebih efektif sehingga prestasi belajarnya merata.

Sedangkan pada pembelajaran konvensional siswa cenderung belajar

secara individual sehingga prestasi belajarnya belum merata.

Sehingga berdasarkan tingkat kreativitas, baik tinggi, sedang maupun

rendah menunjukkan prestasi belajar matematika siswa dengan model

pembelajaran TAPPS sama baik dengan model pembelajaran MMP tetapi

lebih baik daripada prestasi belajar matematika dengan model

konvensional. Dan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran

MMP sama baik dengan model konvensional.

H. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pada uji keseimbangan, peneliti hanya mengambil data dari nilai ujian

akhir (UAS) semester I kelas VIII dengan pertimbangan soal yang

diberikan seragam se Kabupaten. Sebaiknya untuk menyempurnakan lebih

lanjut pada penelitian ini perlu dikembangkan instrumen tersendiri agar

data yang diperoleh untuk mengetahui keseimbangan kemampuan kedua

kelompok sebelum eksperimen dilakukan menjadi lebih baik.

2. Data prestasi belajar matematika yang dipakai untuk membandingkan

antara penerapan model pembelajaran TAPPS dan MMP terbatas pada

materi semester Genap, materi bangun ruang sisi datar. Untuk

penyempurnaan lebih lanjut dapat diujicobakan pada materi lain.

3. Dalam pelaksanaan penelitian peneliti tidak mengajar secara total untuk

kelas eksperimen II dan konvensional, tetapi berkolaborasi dengan guru

bidang studi matematika tempat penelitian dengan menggunakan perangkat

pembelajaran yang telah peneliti siapkan peneliti. Dengan situasi demikian

terdapat keterbatasan monitoring terhadap proses pembelajaran pada kelas

eksperimen II dan konvensional. Dalam hal ini peran guru untuk konsisten

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

melaksanakan proses belajar mengajar sesuai kesepakatan yang telah

dibuat bersama peneliti menjadi hal penting untuk mengurangi efek bias

hasil penelitian.

4. Dalam pengerjaan soal tes kemungkinan masih ada kerjasama sehingga

mengakibatkan data untuk nilai prestasi belajar matematika pada penelitian

ini kurang murni. Demikian juga dalam pengisian angket kreativitas belajar

matematika kemungkinan masih ada siswa yang mengisi angket kurang

jujur, sehingga berakibat pembagian pada masing-masing kategori kurang

akurat.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada analisis dan pembahasan uji hipotesis dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan model pembelajaran TAPPS menghasilkan prestasi

belajar matematika yang sama baiknya dengan model pembelajaran MMP

dan lebih baik daripada model pembelajaran konvensional, sedang model

pembelajaran MMP sama baik dengan model pembelajaran konvensional.

2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih

baik dibanding dengan siswa yang mempunyai kreativitas sedang, prestasi

belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih baik

dibanding dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah, dan prestasi

belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas sedang sama baik

dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah.

3. Dilihat dari masing-masing model pembelajaran, prestasi belajar matematika

siswa dengan kreativitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika

siswa dengan kreativitas sedang dan rendah, sedangkan prestasi belajar

matematika siswa dengan kreativitas sedang sama baik dengan prestasi belajar

matematika siswa dengan kreativitas rendah.

4. Dilihat dari masing-masing tingkat kreativitas, baik tinggi, sedang maupun rendah

prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran TAPPS sama baik

dengan model pembelajaran MMP tetapi lebih baik daripada prestasi belajar

matematika dengan model konvensional. Sedangkan prestasi belajar siswa dengan

model pembelajaran MMP sama baik dengan model konvensional.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang diperoleh, berikut

adalah beberapa implikasi, baik teoritis maupun praktis.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika

siswa yang dikenai model pembelajaran tipe TAPPS sama baiknya dengan

model pembelajaran tipe MMP dan lebih baik dibandingkan prestasi

belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional

dan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran

tipe MMP sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang

dikenai model pembelajaran konvensional. Selain model pembelajaran,

tingkat kreativitas juga memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar

matematika siswa. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai landasan teori untuk mengembangkan model pembelajaran

matematika yang inovatif, khususnya pada materi bangun ruang sisi datar

dengan memperhatikan tingkat kreativitas belajar siswa. Selain itu, hasil

penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam melakukan

penelitian lebih lanjut berkenaan dengan penerapan model pembelajaran

TAPPS dan MMP serta kreativitas belajar siswa.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi guru untuk

memilih salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan potensi yang

dimiliki siswa. Seorang guru dapat mengembangkan suatu model

pembelajaran yang baru atau dapat menerapkan salah satu model

pembelajaran yang sudah ada dengan cara kombinasi dengan

memperhatikan potensi yang dimiliki siswanya.

Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa potensi siswa

seperti kreativitas berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena

itu seorang guru khususnya guru matematika harus memperhatikan faktor-

faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, seperti potensi siswa

terutama kreativitas, sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan

prestasi belajar matematika siswa.

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut.

1. Kepada Siswa

a. Hendaknya dalam mengikuti pembelajaran kooperatif, siswa turut

terlibat secara aktif dalam melakukan diskusi kelompok agar mampu

mengkonstruksi pemahaman terhadap suatu konsep yang sedang

dipelajari, aktif mengemukakan pendapat yang sesuai dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif.

b. Ketika berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah, siswa

hendaknya mengembangkan kerjasama dan kemauan untuk terlibat

secara penuh dalam diskusi, sehingga jalannya diskusi tidak didominasi

oleh siswa tertentu saja.

c. Siswa diharapkan selalu aktif, kreatif, dan bersungguh-sungguh dalam

pembelajaran, sehingga konsep dari materi yang diajarkan dapat mereka

pahami dengan baik.

2. Kepada Guru Mata Pelajaran

a. Hendaknya guru termotivasi untuk menerapkan suatu model

pembelajaran yang inovatif agar proses pembelajaran mampu

mengoptimalkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep matematika.

b. Guru hendaknya memperhatikan potensi yang dimiliki oleh siswa,

sehingga mampu memilih pendekatan pembelajaran yang paling sesuai

untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Misalnya pada kelas yang

didominasi oleh siswa dengan kreativitas tinggi, maka guru dapat

memilih suatu model pembelajaran yang sesuai.

c. Guru hendaknya melakukan persiapan dan perencanaan yang matang

sebelum melaksanakan pembelajaran, misalnya menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan

perangkat evaluasi.

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ... fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id EKSPERIMENTASI ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

3. Kepada Peneliti atau Calon Peneliti

a. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada materi bangun ruang sisi datar

sehingga bisa diterapkan pada materi pokok yang lain dengan

mempertimbangkan kesesuaian tertentu.

b. Peneliti berharap dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

memperdalam dan memperluas lingkup penelitian ini, yakni dengan

mengembangkan model pembelajaran lain yang lebih inovatif dengan

memperhatikan variabel-variabel bebas lain yang turut mempengaruhi

prestasi belajar matematika siswa.