Download - Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Transcript
Page 1: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL

Nama Mahasiswa : Felyana Gunawan Dokter Pembimbing : dr. Hery Susanto, Sp.A

NIM : 030.07.092 Tanda tangan :

I. IDENTITAS P ASIEN

Nama : By. H

Umur : 21 hari

Jenis Kelamin : perempuan

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Jalan Kertasari RT02 RW05, kecamatan Surodadi, Tegal

Nama Ayah : Tn. A

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : supir taxi

Pendidikan : SMP

Nama Ibu : Ny.N

Umur : 31 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMP

Page 2: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Ruang : NICU

Masuk RS : 13 April 2013

DATA DASAR

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien, di Ruang NICU RSU

Kardinah Tegal, pada tanggal 16 April 2013 pukul 11.00 WIB.

Keluhan Utama: area dibawah mata, bibir, serta samping hidung pasien tiba-tiba berwarna

biru

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang diantar oleh ibunya ke IGD RSUD Kardinah Tegal dengan keluhan area

dibawah mata, bibir, serta samping hidung pasien tiba-tiba berwarna biru.

Awalnya ibu pasien mengeluh anaknya batuk berdahak sejak 1 minggu SMRS. Ibu

pasien sempat membeli sendiri obat laserin namun tidak ada perbaikan dari keluhan pasien

setelah meminum obat tersebut. Kemudian ibu pasien membawanya untuk berobat ke bidan,

diberikan obat sirup serta puyer kepada pasien, setelah diminum beberapa hari batuk hanya

berkurang sedikit saja.

2 hari SMRS pasien tampak mulai sesak, nafas pasien megap-megap, tidur pasien

menjadi terganggu, pasien menjadi sering terbangun sewaktu tidur, pasien menjadi malas

minum susu. Karena khawatir anaknya tidak mendapatkan supplai ASI yang cukup, maka ibu

pasien memaksa pasien untuk menyusu. Ibu pasien selalu menyusukan pasien dalam posisi

duduk dan pasien digendong. Ibu pasien mengatakan pasien sempat tersedak. Beberapa kali

pasien batuk serta ASI keluar dari hidung pasien saat ibunya memaksa pasien menyusu,

sehari ±3 kali.

Sore hari SMRS ibu mengatakan muka pasien menjadi pucat, area dibawah mata,

bibir, serta samping hidung menjadi berwarna biru. Kemudian ibu segera menelepon kebidan

setelah itu suster datang ke rumah ibu pasien untuk melihat kondisi pasien, setelah melihat

kondisi pasien, ibu pasien diberikan surat rujukan untuk segera ke RS.

Ibu pasien mengatakan tidak terdapat keluhan pilek serta demam pad pasien. BAB

dan BAK tidak ada keluhan.

Page 3: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mempunyai keluhan seperti ini sebelumnya

Tidak ada riwayat asma, bersin-bersin di pagi hari, dan penyakit jantung

Riwayat Penyakit Keluarga

Kakak pasien mempunyai keluhan batuk, ibu pasien mengatakan bahwa kakak pasien

sering bermain dan mencium-cium pasien. Selain itu ibu pasien juga sempat batuk

setelah tertular dengan kakak pasien. Namun keluhan batuk yang dirasakan pada

keluarga, tidak berlangsung lama.

Tidak ada anggota keluarga yang sedang mengikuti program pengobatan jangka lama

Tidak ada yang memiliki riwayat sesak nafas, alergi, asma, penyakit jantung

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah pasien menanggung 1 orang istri dan 2 orang anak. Ayahnya bekerja sebagai

supir taxi dengan penghasilan sekitar Rp. 3.000.000 sebulan dan merasa cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari – hari. Serta ibu adalah ibu rumah tangga.

Kesan : riwayat sosial ekonomi baik

Riwayat Lingkungan

Kepemilikan rumah : Rumah Pribadi

Keadaan rumah :

Pasien tinggal bersama dengan kakak dan kedua orangtua. Tempat tinggal pasien

berukuran 8 x 10 m, beratap genteng, dinding tembok, lantai menggunakan keramik,

dengan 3 kamar tidur yang berjendela, 1 ruang tamu, ruang makan dan dapur yang

bersatu. Penerangan dengan listrik. Terdapat 2 buah jendela di masing-masing ruangan,

selalu dibuka setiap pagi sehingga ventilasi udara dan cahaya matahari dapat masuk.

Kamar mandi ada 1 di dalam rumah, tidak terlalu jauh dengan septic tank (± 10 meter).

Sumber air berasal dari sumur dan PAM. Sistem pembuangan air limbah disalurkan

melalui selokan di depan rumah. Selokan dibersihkan 2 kali dalam sebulan dan aliran air

di dalamnya lancar.

Kesan : rumah dan sanitasi lingkungan baik

Page 4: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

RIWAYAT PASIEN

A. Riwayat Antenatal Care

Ibu mengaku rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan. Ibu memeriksakan

kehamilan sebanyak 4 kali yaitu 1 kali pada trimester awal, 1 kali di trimester kedua dan 2

kali menjelang kelahiran. Ibu meminum vitamin penambah darah, mendapat suntik TT 2x

dan tidak ada konsumsi jamu. Ibu mengatakan tidak ada penyakit selama hamil, tidak ada

riwayat trauma dan tidak ada perdarahan sebelum persalinan.

Kesan: riwayat pemeliharaan antenatal baik.

B. Riwayat Persalinan

Kelahiran

Tempat kelahiran : Rumah Bidan

Penolong persalinan : Bidan

Cara persalinan : Spontan per vaginam

Masa gestasi : 39 minggu

Tanggal kelahiran : 26 April 2013

Air ketuban : Jernih

Keadaan bayi :

Berat badan lahir : 2600 gram

Panjang badan lahir : 47 cm

Lingkar kepala : tidak didapatkan data

Langsung menangis : langsung menangis

Nilai APGAR : ibu tidak tahu

Kelainan bawaan : -

Kesan : riwayat kelahiran baik

C. Riwayat Keluarga Berencana

Ibu pasien belum mengikuti program KB

Page 5: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

D. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan

o Pertumbuhan anak sesuai masa kehamilan menurut kurva

Lubchenko

Perkembangan

- Perkembangan anak belum dapat dievaluasi

E. Riwayat Makanan

Selama kehamilan, ibu pasien mengatakan makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk,

sayur dan buah. Rutin meminum susu kehamilan. Dan Sampai saat ini pasien hanya

mengkonsumsi ASI.

F. Riwayat Imunisasi

VAKSIN DASAR (umur) ULANGAN (umur)

BCG 7/4/2013 - - - - -

DPT/ DT - - - - - -

POLIO 7/4/2013 - - - - -

CAMPAK - - - - - -

HEPATITIS B 26/3/2013 - - - - -

Kesan : imunisasi dasar belum lengkap

G. Silsilah/ Ikhtisar Keturunan

Page 6: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 16 April 2013, pukul 12.00 WIB di ruang ICU.

Bayi laki-laki, usia 21 hari, berat badan sekarang 3300 gram, panjang badan 47 cm,

lingkar kepala 33 cm.

Kesan umum :

Gerak cukup aktif, tangisan cukup kuat, tampak sesak nafas (+) berkurang, sianosis (-),

anemis (-), kejang (-), ikterik (-)

Tanda vital

Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan

Laju jantung : 128x/menit, reguler

Pernapasan : 46x/menit

Suhu : 36,9°C (Axilla)

Sp02 : 95%

Status Generalis

Kepala

Mesocephal, ukuran lingkar kepala 33 cm, ubun-ubun besar masih terbuka, teraba

datar, tidak tegang, caput succadaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam

terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.

Mata

Mata cekung (-/-), palpebra oedem (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis

(-/-), katarak kongenital (-/-), glaukoma kongenital (-/-)

Hidung

Nafas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)

Telinga

Normotia, discharge (-/-)

Mulut

Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), bercak-bercak putih pada lidah dan mukosa

(-), bibir kering (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)

Leher

Pendek, pergerakan baik, tumor(-), tanda trauma (-)

Page 7: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Thorax

Paru

Inspeksi : simetris dalam keadaan statis maupun dinamis,

retraksi suprasternal berkurang

Palpasi : stem fremitus tidak dilakukan.

Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan

Auskultasi : suara nafas bronkovesikuler, suara nafas tambahan (-/-),

Ronkhi basah (+/+), wheezing (-/-), hantaran (+/+)

Jantung

Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan

Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi :datar

Auskultasi :bising usus (+)

Palpasi :supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.

Perkusi :timpani

Tulang Belakang

Tidak ada spina bifida, tidak ada meningocele

Genitalia

Perempuan, Labia mayora sudah menutup labia minora

Anorektal

Anus (+), diaper rash (-)

Page 8: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Anggota gerak

Keempat anggota gerak lengkap sempurna

Ekstremitas

Superior Inferior

Deformitas - /- - /-

Akral dingin - /- -/-

Akral sianosis - /- - /-

Ikterik - /- - /-

CRT < 2 detik < 2 detik

Tonus Normotoni Normotoni

Refleks Primitif :

Refleks Oral :

Refleks Hisap : ↓

Refleks Rooting : ↓

Refleks Moro : ↓

Refleks Palmar Grasp : ↓

Refleks Plantar Grasp : ↓

Page 9: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

IV. PEMERIKSAAN KHUSUS

A. Maturitas bayi menurut Lubchenko

KURVA LUBCHENKO

Page 10: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Berat badan lahir : 2600 gr

Usia kehamilan : 39 minggu

Hasil : Sesuai Masa Kehamilan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 14 April 2013

Hematologi + Sero Imunologi

Hasil Rujukan

Lekosit 7.5 6.0 – 21.0

Eritrosit 3.5/ul 3.9-5.9/ul

Hemoglobin 12.1 g/dL 13.4-19.8 g/Dl

Hematokrit 33.3 % 41-65 %

MCV 94.6 U 76-96 U

MCH 34.4 pcg 27-31 pcg

Page 11: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

MCHC 36.3 g/dL 33.0-37.0 g/dL

Trombosit 260.000 /ul 150.000-400.000/ul

Golongn darah

Rhesus

B

Positif

HBSAg Negatif Negatif

KIMIA KLINIK 14 April 2013

Natrium 131.8 mmol/L 135 – 248 mmol?L

Kallium 5.46 mmol/L 3,6 – 5,5 mmol/L

Klorida 98.8 mmol/L 95-108 mmol/L

Pemeriksaan Rongent 15 April 2013

Bayangan konsolidasi pulmo kanan atas bekurang

Silhoute sign (+)

Page 12: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

COR CTR < 0,56

Kesan : menyokong pneumonia aspirasi

VI. PERJALANAN PENYAKIT

13 April 2013 (IGD)

S: Sesak napas (+), minum (-), muntah (-), demam (-), ikterik (-)

O: KU: Compos mentis, gerak kurang aktif, tangisan kurang kuat, sesak nafas (+), sianosis

(+), anemis (-), ikterik (-), kulit agak kering

S : 36.70C, HR: 197 x/menit reguler, RR : 72x/ menit

Sp02 : 90-92%

Kepala : UUB datar, tegang (-)

Mata : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-)

Hidung : nafas cuping hidung (+/+)

Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi +/+, Wh -/-

Retraksi suprasternal dan subcostal (+)

Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani

Ekstremitas superior : akral hangat -/-, oedem -/-, CRT <2detik

Ekstremitas inferior : akral hangat -/-, oedem -/-, CRT <2detik

A: Susp.Penumonia Aspirasi

P: suction lendir dan cairan; Bagging; lapor ke dr.Hery, Sp.A = 02 masker 5L/m; resusitasi

Nacl 20 cc bolus IV, IVFD D5% ¼ NS 15 tpm mikro, injeksi indop 5 mcg/kgbb/menit IV,

injeksi ceftriaxon 2 x 150 mg IV; injeksi dexamethasone 3 x ¼ ampul IV; injeksi aminofilin

2x4 mg iv, pasang NGT, k/p ventilator/CPAP

Page 13: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

15 April 2013

S: Sesak napas (+) berkurang, minum (-), muntah (+), demam (-), ikterik (-), BAB (+), BAK

(-)

O: KU: Compos mentis, gerak kurang aktif, tangisan kurang kuat, sesak nafas (+) berkurang,

sianosis (-), anemis (-), ikterik (-), terpasang 02 inkubator dan NGT

S : 37.50C, HR: 141 x/menit reguler, RR : 54x/ menit

Sp02 : 95%

Kepala : UUB datar, tegang (-)

Mata : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-)

Hidung : nafas cuping hidung (+/+)

Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi +/+, Wh -/-

Retraksi suprasternal dan subcostal (+) berkurang

Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani

Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik

Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik

A: Susp.Penumonia Aspirasi

P: 02 inkubator 2L/m; IVFD D5% ¼ NS 15 tpm mikro, injeksi indop 2 mcg/kgbb/menit IV,

injeksi ceftriaxon 2 x 150 mg IV; injeksi dexamethasone 3 x ¼ ampul IV; injeksi aminofilin

2x4 mg iv, diet ASI/PASI per sonde, pemeriksaan Rontgen thorax

16 April 2013

Page 14: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

S: Sesak napas (+) berkurang, minum (+), muntah (-), demam (-), ikterik (-), BAB (+), BAK

(+)

O: KU: Compos mentis, gerak cukup aktif, tangisan cukup kuat, sesak nafas (+) berkurang,

sianosis (-), anemis (-), ikterik (-), terpasang 02 inkubator dan NGT

S : 36.90C, HR: 128 x/menit reguler, RR : 50x/ menit

Sp02 : 95%

Kepala : UUB datar, tegang (-)

Mata : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-)

Hidung : nafas cuping hidung (-/-)

Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi +/+, Wh -/-, hantaran +/+

Retraksi suprasternal dan subcostal (+) berkurang

Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani

Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik

Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik

A: Penumonia Aspirasi

P: 02 inkubator 2L/m; IVFD D5% ¼ NS 15 tpm mikro, injeksi ceftriaxon 2 x 150 mg IV;

injeksi dexamethasone 3 x ¼ ampul IV; injeksi aminofilin 2x4 mg iv, diet ASI/PASI per oral

8 x 5-10 ml, konsul fisioterapi, aff NGT

17 April 2013

S: Sesak napas (-), minum (+), muntah (-), demam (-), ikterik (-), BAB (+), BAK (+)

O: KU: Compos mentis, gerak aktif, tangisan kuat, sesak nafas (-), sianosis (-), anemis (-),

ikterik (-), terpasang 02 inkubator

Page 15: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

S : 37.60C, HR: 136 x/menit reguler, RR : 44x/ menit

Kepala : UUB datar, tegang (-)

Mata : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-)

Hidung : nafas cuping hidung (-/-)

Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi +/+, Wh -/-, Retraksi (-)

Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani

Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik

Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik

A: Penumonia Aspirasi

P: 02 inkubator 2L/m; San B plex 1 x 0.3 ml po, cefixime 2 x 10 mg po, diet ASI/PASI per

oral 12 x 30 ml, fisioterapi, aff infus

18 April 2013

S: Sesak napas (-), minum (+), muntah (-), demam (-), ikterik (-), BAB (+), BAK (+)

O: KU: Compos mentis, gerak aktif, tangisan kuat, sesak nafas (-), sianosis (-), anemis (-),

ikterik (-), terpasang 02 inkubator

S : 370C, HR: 140 x/menit reguler, RR : 44x/ menit

Kepala : UUB datar, tegang (-)

Mata : konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-)

Hidung : nafas cuping hidung (-/-)

Page 16: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Thorak : Cor/ S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo/ SN bronkovesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wh -/-, Retraksi (-)

Abdomen : datar, BU (+), supel, timpani

Ekstremitas superior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik

Ekstremitas inferior : akral hangat +/+, oedem -/-, CRT <2detik

A: Penumonia Aspirasi

P: San B plex 1 x 0.3 ml po, cefixime 2 x 10 mg po, diet ASI/PASI per oral 12 x 30 ml,

fisioterapi

VII. DAFTAR PERMASALAHAN

1. Sianosis

2. Sesak napas

3. Batuk

4. Pemeriksaan fisik: terdapat nafas cuping hidung, retraksi subcostal dan suprasternal

pada dinding dada, juga terdapat ronki

5. foto rontgen thorax: mendukung pneumonia aspirasi

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Sianosis, Sesak napas, dan Batuk

Pulmonal

o Penumonia aspirasi

o Bronkopneumonia

o Pneumonia interstisial

Non Pulmonal

o Penyakit Jantung Bawaan

Sianotik : TOF

IX. DIAGNOSIS KERJA

Page 17: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

1. Pneumonia Aspirasi

X. PENATALAKSANAAN

A. Terapi Awal

Non Medikamentosa

suction lendir dan cairan

Bagging

pasang NGT

k/p ventilator/CPAP

Medikamentosa

02 masker 5L/m

resusitasi Nacl 20 cc bolus IV

IVFD D5% ¼ NS 15 tpm mikro

injeksi indop 5 mcg/kgbb/menit IV

injeksi ceftriaxon 2 x 150 mg IV

injeksi dexamethasone 3 x ¼ ampul IV

injeksi aminofilin 2x4 mg iv

B. Terapi Sekarang

Non Medikamentosa

konsul fisioterapi

Medikamentosa

02 inkubator 2L/m

IVFD D5% ¼ NS 15 tpm mikro

injeksi ceftriaxon 2 x 150 mg IV

injeksi dexamethasone 3 x ¼ ampul IV

injeksi aminofilin 2x4 mg iv

Diet : ASI/PASI per oral 8 x 5-10 ml

XI. PROGRAM

Evaluasi keadaan umum dan tanda vital

Fisioterapi (chest therapy)

Jaga kehangatan

Page 18: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

XII. SARAN

Pemeriksaan AGD

Pemeriksaan Echocardiografi

XIII. NASEHAT

Jaga kehangatan bayi

Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan

Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah menyusui. Jika

ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam keadaan bersih dan harus

selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan.

Jangan memaksakan bayi saat menyusukannya

Setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara meletakkan bayi tegak lurus di

pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai mengeluarkan suara.

Menjelaskan kepada ibu pasien untuk selalu mencuci tangan sehabis membersihkan

tinja anak.

Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara kontrol untuk tahu gejala

sisa

Ibu harus memeriksakan ke dokter secepat mungkin jika bayinya :

Mempunyai masalah bernafas

Menangis (lebih sering atau berbeda dari biasanya), merintih, atau mengerang

kesakitan

Tampak berwarna kebiruan (sianotik)

Suhu tubuh ≥38°C

Muntah atau buang air besar berlebihan (>3x/hari)

Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun beraknya

Mengalami gemetar pada kaki dan tangan

Kejang

Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan kesehatan

terdekat untuk memeriksa perkembangan dan pertumbuhan badan serta pemberian

imunisasi dasar pada bayi

Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat rentan terhadap

infeksi pernapasan

Page 19: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

XIV. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Page 20: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

ANALISA KASUS

Diagnosa pada pasien ini adalah Peneumonia Aspirasi. Diagnosa ini berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Pasien datang diantar oleh ibunya ke IGD RSUD Kardinah Tegal dengan keluhan area

dibawah mata, bibir, serta samping hidung pasien tiba-tiba berwarna biru. 2 hari SMRS

pasien tampak mulai sesak, nafas pasien megap-megap, tidur pasien menjadi terganggu,

pasien menjadi sering terbangun sewaktu tidur, pasien menjadi malas minum susu. Karena

khawatir anaknya tidak mendapatkan supplai ASI yang cukup, maka ibu pasien memaksa

pasien untuk menyusu. Ibu pasien selalu menyusukan pasien dalam posisi duduk dan pasien

digendong. Ibu pasien mengatakan pasien sempat tersedak. Beberapa kali pasien batuk serta

ASI keluar dari hidung pasien saat ibunya memaksa pasien menyusu, sehari ±3 kali.

Sore hari SMRS muka pasien menjadi pucat, area dibawah mata, bibir, serta samping

hidung menjadi berwarna biru.

Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisik pertama kali pasien datang ke IGD, tampak sakit sedang,

tampak lemas, sesak(+), sianosis (+). S: 36.70C, HR: 197 x/menit reguler, RR : 72x/ menit,

Sp02 : 90-92%. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya nafas cuping hidung (+),SN

bronkovesikuler +/+, Ronkhi +/+, Wh -/-, Retraksi suprasternal dan subcostal (+), akral

dingin.

Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini antara lain pemeriksaan darah rutin

dan Rontgen thorax . Didapatkan hasil sebagai berikut :

a. pada pemeriksaan rotgen tanggal 15 April 2013 didapatkan kesan menyokong pnemonia

aspirasi.

b. Pemeriksaan darah rutin dalam bats normal

c. Neonatus aterm sesuai masa kehamilan. Pada kurva Lubchenko, pasien ini termasuk

kategori sesuai masa kehamilan dengan berat badan lahir 2600 gram dan masa kehamilan

39 minggu.

Page 21: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

PNEUMONIA ASPIRASI

Definisi

Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru,

distal dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang

disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dari dalam tubuh maupun di luar

tubuh penderita.1

Epidemiologi

Data mengenai pneumonia aspirasi di Indonesia belum terekam, sedangkan data di

USA menyebutkan bahwa hampir 45% dari total populasi pernah mengalami tersedak,

terutama tersedak air liur saat tidur nyenyak tengah malam. Dan hanya 4% yang menjadi

masalah klinis aspirasi pneumonia. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pada 4,5 juta

kasus pneumonia yang ada dalam masyarakat, maka sebesar 5-15% nya menimbulkan

pneumonia aspirasi.. Prevalensi terkait dengan faktor usia, kondisi neuromuskuler dan status

mental penderita. Sedangkan jenis kelamin dan ras tidak berpengaruh terhadap prevalensi

aspirasi pneumonia.

Mortalitas Dan Morbiditas

Mortalitas dan morbiditas pneumonia aspirasi sangatlah bervariasi, mulai dari infeksi

kronikberlanjut ke sepsis dan acute respiratory distress syndrome sebagai penyebab kematian

yang cepat. Gejala-gejala tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi penderita saat sehat,

kwantitas dan kwalitas bahan yang dihirup. Bahan aspirat yang masuk ke jalan nafas,

mengakibatkan obstruksi, infeksi dan kerusakan parenkim paru oleh zat yang bersifat kimia.

Serta terjadinya perubahan PH dalam lingkungan menjadi < 2,5 membuat kerusakan hebat,

termasuk perdarahan trakeo-bronkial serta pulmonary odem. Aspirasi yang masif dari isi

lambung bisa menjadikan kelainan yang diffuse dan bilateral. Infeksi yang sering terjadi

adalah karena kuman flora normal mulut, terutama dari penderita yang hygiene oro-

periodontal yang jelek. Pada penderita yang lama terpasang intubasi endo-trakeal sering

terjadi infeksi kuman gram negatif, sehingga timbul pneumonia, abses dan empiema. Apabila

bahan aspirat besar dan padat, dapat menyebabkan obstruksi bronkus, atelektasis lobar atau

Page 22: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

segmental. Namun apabila bahan aspirat kecil, akan terjadi reaksi peradangan akut, dan dapat

menimbulkan gambaran granuloma kronik dan jaringan parut.

Etiologi

Terdapat 3 macam penyebab sindroma  pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asam

lambung yang menyebabkan  pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan

oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil atau

vegetable oil dapat menyebabkan  exogenous lipoid pneumonia. Apirasi benda asing

merupakan kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus merupakan faktor predisposisi

pneumonia bakterial.1,3

Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya polimikrobial

namun jenisnya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu di komunitas atau di RS.

Pada PAK, kuman patogen terutama berupa kuman anaerob obligat (41-46%) yang terdapat

di sekitar gigi dan dikeluarkan melalui ludah, misalnya Peptococcus yang juga dapat disertai

Klebsiella pnemoniae dan Stafilococcus, atau fusobacterium nucleatum, Bacteriodes

melaninogenicus, dan Peptostreptococcus. Pada PAN pasien di RS kumannya berasal dari

kolonisasi kuman anaerob fakultatif, batang Gram negatif, pseudomonas, proteus, serratia,

dan S. aureus di samping bisa juga disertai oleh kuman ananerob obligat di atas.1,4

Daya tahan traktus respiratorius

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah

infeksi dan terdiri dari:3

a. Susunan anatomis rongga hidung

b. Jaringan limfoid di nasoorofaring

c. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang

dikeluarkan oleh set epitel tersebut

d. Refleks batuk

e. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.

f. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

g. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari

imunoglobulin A (IgA).

Page 23: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Gambar 1: Sistem respirasi Manusia7

Patofisiologi

Aspirasi merupakan hal yang dapat  terjadi pada setiap orang. Di sini terdapat peranan

aksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan material yang teraspirasi. Terdapat

3 faktor determinan yang berperan dalam  pneumonia aspirasi, yaitu sifat material yang

teraspirasi, volume aspirasi, serta faktor defensif host.2

Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan antara

berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada parenkim disertai

bronkiolitis dan gangguan interstisial. Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel,

pembentukan mukus dan akhirnya terjadi penyumbatan bronkus. Selanjutnya terjadi infiltrasi

sel radang peribronkial (peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan interstisial,

duktus alveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan membran hialin

dan perdarahan intra alveolar. Gangguan paru dapat berupa restriksi, difusi dan perfusi.2

Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat secret

orofaringeal, nanah, atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian bawah.

Kebanyakan individu mengaspirasi sedikit secret orofaringeal selama tidur, dan secret

tersebut akan dibersihkan secara normal.3

Faktor predisposisi terjadinya aspirasi berulangkali adalah:1

Page 24: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glottis, reflex batuk

(kejang, stroke, pembiusan, cedera kepala, tumor otak)

Disfagia sekunder akibat penyakit esophagus atau saraf (kanker nasofaring,

scleroderma)

Kerusakan sfingter esophagus oleh selang nasogastrik. Juga peran jumlah bahan

aspirasi, hygiene gigi yang tidak baik, dan gangguan mekanisme klirens saluran

napas.

Tabel 1: predisposisi terjadinya pneumonia aspirasi10

Partikel kecil dari mulut yang masuk ke saluran nafas, kemudian akan timbul suatu

mekanisme pertahanan normal tubuh sebelum masuk ke paru berupa batuk. Namun jika

Page 25: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

partikel tersebut tidak bisa dikeluarkan, dapat menyebabkan peradangan atau infeksi yang

dapat menyebabkan pneumonia. Pada orang yang lemah, keracunan alkohol/obat atau dalam

kondisi tidak sadar karena pengaruh obat bius atau karena kondisi kesehatannya, memiliki

resiko untuk menderita pneumonia jenis ini. Bahkan pada orang normal yang menghirup

sejumlah besar bahan makanan yang dimuntahkannya, bisa menderita pneumonia aspirasi.

Bahan yang terhirup dapat menyumbat saluran trakeo-bronkial, mulai dari glottis

sampai bronkus distal, tergantung posisi penderita pada saat terjadi aspirasi. Tempat benda

asing berhenti di paru dapat terjadi di beberapa lokasi. Bila saat miring ke kanan, benda asing

tersebut akan menimbulkan proses di lobus paru kanan bawah. Bila dalam posisi supine,

benda asing dapat terakumulasi pada lobus paru atas, dan yang paling sering pada segment

posterior lobus atas.

Yang paling sering terkena dampak bahan aspirasi adalah saluran bronkioli-alveoli

yang rentan terhadap infeksi. Reaksi radang akut biasanya diikuti dengan aktifasi neutrofil

dan mekanisme reaksi sistemik-mediated yang didominasi interleukin-8.

Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara infeksi

saluran pernapasan bagian bawah yang paling sering dan menyebabkan pneumonia bakteri.

Pneumonia anaerobik disebabkan oleh aspirasi sekret orofaringeal yang terdiri dari

mikroorganisme anaerob seperti Bacteroides, Fusobacterium, Peptococcus, dan

Peptostreptococcus yang merupakan spesies yang paling sering ditemukan diantara pasien-

pasien dengan kebersihan gigi yang buruk. Awitan gejala biasanya terjadi secara perlahan-

lahan selama 1 hingga 2 minggu, dengan demam, penurunan berat badan, anemia,

leukositosis, dispnea, dan batuk disertai produksi sputum berbau busuk. Abses-abses paru

yang terbentuk pada parenkim paru dapat rusak, dan empiema dapat timbul seperti mikroba-

mikroba yang berjalan ke permukaan pleura. Kebanyakan abses-abses tersebut terbentuk

pada paru kanan bagian posterior dan segmen basilar bronkopulmonal akibat gaya gravitasi

karena banyak cabang yang langsung menuju cabang bronkus utama kanan.2

Aspirasi isi lambung secara bersama dengan adanya partikel, menyebabkan terjadi

fokus peradangan dan reaksi tubuh terhadap benda asing dengan kerusakan jaringan secara

menyeluruh akibat asam. Partikel dan asam lambung bekerja sama secara sinergis

menyebabkan kebocoran kapiler alveolar. Isi lambung tidak steril sehingga aspirasi yang

terjadi dapat disertai bakteri. Enam puluh sampai 100% terdiri dari kuman anaerob.

Page 26: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Gabungan kuman aerob dan anaerob sering dijumpai pada aspirasi yang terjadi di Rumah

sakit.2,5

Gambar 2: paru-paru yang mengalami infeksi8

Sindrom aspirasi lain berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan)

atau cairan bukan asam (misalnya karena hampir tenggelam atau saat pemberian makanan)

yang menyebabkan obstruksi mekanik. Bila cairan teraspirasi, trakea harus segera diisap

untuk menghilangkan obstruksinya. Bila yang diaspirasi adalah bahan padat, maka gejala

yang terlihat akan bergantung pada ukuran bahan tersebut dan lokasinya dalam saluran

pernapasan. Jika bahan tersebut tersangkut dalam bagian atas trakea, akan menyebabkan

obstruksi total, apnea, aphonia, dan dapat terjadi kematian cepat. Jika bahan tersangkut pada

bagian saluran pernapasan yang kecil, tanda dan gejala yang timbul dapat berupa batuk

kronik dan infeksi berulang.2

Page 27: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Gambar 3: Alveoli yang terisi oleh aspirasi makanan10

Gejala Klinis

Mengetahui tentang riwayat perjalanan penyakit sangatlah penting untuk mengetahui

terjadinya pneumonia aspirasi, yaitu tentang sifat bahan aspirat, jumlah bahan yang terhirup,

serta wakru terjadinya, sehingga akan mempengaruhi luas dan lokasi kelainan parenkim paru.

Penderita penurunan kesadaran yang mudah terkena pneumonia aspirasi adalah pada

penderita stroke, peminum alkohol, keracunan obat, pasca anastesi umum, epilepsi, trauma

dan hipoglikemia. Sedang pada penderita kelainan neuromuskuler yaitu penyakit degeneratif,

distrofi otot pernafasan, Guillain-Barre sindrom, kelainan anatomi dan struktur disekitar

orofaring, seperti tumor, striktura/fistula esofagus, achalasia dan GERD (Gastro-esophageal

reflux disease).

Manifestasi klinis sangat bervariasi, seperti asma bronkiale dengan gejala obstruksi

bronkus, seperti dyspneu, wheezing, ronki, pulmonary edem, tachycardia, hemorhagic

trachea-bronkitis, hipotensi, oksigen rendah, sampai pada cardiac arrest. Apabila bahan

aspiratnya besar, menutup saluran nafas besar, akan terdengar stridor, wheezing, serta tanda-

tanda hipoksia dan atelektasis. Gejala lain yang nampak berupa demam, dahak kemerahan,

Page 28: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

kulit yang kebiruan oleh karena darah yang kurang oksigenasi (sianosis), nyeri dada, mialgia

serta kelemahan umum.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan badan panas, dinding dada tampak asimetris,

tertinggal gerakan pada sisi yang sakit, fremitus raba menurun pada sisi yang sakit, suara

nafas vesiculer/bronkial menurun, suara tambahan egophoni atau whispered pectorilogue.

Diagnosis

Untuk mendiagnosis pneumonia aspirasi, harus melihat gejala pasien dan temuan dari

pemeriksaan fisik. Keterangan dari foto polos dada, pemeriksaan darah dan kultur sputum

yang juga bermanfaat. Foto torak biasanya digunakan untuk mendiagnosis pasien di rumah

sakit dan beberapa klinik yang ada fasilitas foto polosnya. Namun, pada masyarakat (praktek

umum), pneumonia biasanya didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik saja.

Mendiagnosis pneumonia bisa menjadi sulit pada beberapa orang, khususnya mereka dengan

penyakit  penyerta lainnya. Adakalanya CT scan dada atau pemeriksaan lain diperlukan untuk

membedakan pneumonia dari penyakit lain.1,5

Orang dengan gejala pneumonia memerlukan evaluasi medis. Pemeriksaan fisik oleh

tenaga kesehatan menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh, peningkatan laju pernapasan

(tachypnea), penurunan tekanan darah (hipotensi) , denyut jantung yang cepat (takikardi) dan

rendahnya saturasi oksigen, yang merupakan jumlah oksigen di dalam darah yang indikasikan

oleh oksimetri atau analisis gas darah. Orang dengan kesulitan bernapas, yang bingung, atau

memiliki sianosis memerlukan perhatian segera.2,5

Pemeriksaan fisik tergantung pada luas lesi di paru. Pada pemeriksaan terlihat bagian

yang sakit tertinggal waktu bernapas, fremitus raba meningkat disisi yang sakit. Pada perkusi

ditemukan redup, pernapasan bronkial, ronki basah halus, egofoni, bronkofoni, “whispered

pectoriloquy”. Kadang- kadang terdengar bising gesek pleura (pleural friction rub). Distensi

abdomen terutama pada konsolidasi pada lobus bawah paru, yang perlu dibedakan dengan

kolesistitis dan peritonitis akut akibat perforasi.2

Pemeriksaan penunjang

a.Gambaran Radiologis

Pemeriksaan yang penting untuk pneumonia pada keadaan yang tidak jelas adalah

foto polos dada. Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk

Page 29: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi

dengan “air bronchogram”, penyebaran bronkogenik dan interstitial dengan atau  tanpa

disertai gambaran kaviti pada  segmen  paru yang terinfeksi. Gambaran lusen disertai dengan

infiltrat menunjukkan nekrotik pneumonia. Air fluid level mengindikasikan abses paru atau

fistula bronkopleura.Sudut costofrenicus yang blunting dan meniscus yang positif

menunjukkan para pneumonic pleural effusion.4

b.Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan jumlah leukosit yang meningkat (lebih dari

10.000/mm3, kadang- kadang mencapai 30.000/mm3), yang mengindikasikan adanya infeksi

atau inflamasi. Tapi pada 20% penderita tidak terdapat leukositosis. Hitung jenis leukosit

“shift to the left”. LED selalu naik. Billirubin direct atau indirect dapat meningkat, oleh

karena pemecahan dari sel darah merah yang terkumpul dalam alveoli dan disfungsi dari

hepar oleh karena hipoksia. Untuk menentukan diagnosa etiologi diperlukan pemeriksaan

dahak, kultur darah dan serologi. Analisis gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokarbia,

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.3

Lokasi infiltrate:

Bagian tengah dan bawah lobus kanan paru paling sering terjadi inflamasi dengan

ukuran lebih besar

Pasien yang mengalami aspirasi pada keadaan berdiri, infiltrat akan terbentuk

pada lobus kanan dan kiri bagian bawah.

Pasien yang mengalami aspirasi pada pada keadaan berbaring posisi dekubitus

lateral kiri, infiltrate akan terbentuk pada sisi kiri.

Pada pasien pecandu alcohol yang mengalami aspirasi pada posisi prone,

kosolidasi yang terbentuk lebih sering pada lobus atas paru-paru kanan.

Page 30: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Gambar 4: rontgen thorax pasien dengan pneumonia aspirasi paru-paru kiri5

Gambar 5: rontgen thorax pasien dengan aspirasi masif pada paru-paru

kanan.5

Page 31: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Gambar 6: CT-Scan dada pada Pneumonia aspirasi10

Penatalaksanaan

Pasien dibaringkan setengah duduk. Pada pasien dengan disfagi dan atau gangguan

reflex menelan perlu dipasang selang nasogastrik. Bila cairan teraspirasi, trakea harus

segera diisap untuk menghilangkan obstruksinya. Lakukan manuver Heimlich untuk

mengeluarkan aspirasi bahan padat, bila bahan yang teraspirasi tidak dapat dikeluarkan

segera lakukan trakeotomi (krikotirotomi). Pengeluaran bahan yang tersangkut, biasanya

dilakukan dengan bronkoskopi. Berikan oksigen nasal atau masker bila ada tanda gagal

napas berikan bantuan ventilasi mekanik. Bisa dilakukan pengisapan oro-faring dan trakea

untuk membersihkan saluran pernafasan dan mengeluarkan benda yang terhirup.

Antibiotika harus diberikan pada pneumonia aspirasi. Pada aspirasi pneumonitis

pemberian antibiotik masih kontroversi. Tidak disarankan untuk pemberian profilaksis

antibiotika. Namun bila terjadi tanda-tanda panas badan, leukositosis, keadaan umum

memburuk, maka antibiotikaa diberikan.

Pemilihan antibiotika harus difikirkan terjadinya aspirasi pneumonia merupakan

kejadian nosokomial atau community. Sering dipakai kombinasi antibiotik untuk kuman

gram positif dan gram negatif. Pemberian antibiotika diberikan secara empirik. Untuk kuman

anaerobtidak diberikan antibiotik selama tidak didapatkan tanda abses paru atau gambaran

pneumonia necrotizing pada pemeriksaan foto dada atau CT-scan.

Page 32: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Pneumonia aspirasi (PA) dengan tipe yang didapat di masyarakat diberikan

penisilin atau sefalosporin generasi ke 3, ataupun klindamisin 600 mg iv/ 8 jam bila

penisilin tidak mempan atau alergi terhadap penisilin. Bila PA didapatkan di rumah sakit

diberikan antibiotika spectrum luas terhadap kuman aerob dan anaerob, misalnya

aminoglikosida dikombinasikan dengan sefalosporin generasi ke 3 atau 4, atau

klindamisin. Perlu dipertimbangkan pola dan resistensi kuman di rumah sakit

bersangkutan. Dilakukan evaluasi hasil terapi dan resolusi terhadap terapi berdasarkan

gambaran klinis bakteriologis untuk memutuskan penggantian atau penyesuaian antibiotic

(AB).1

Tidak ada patokan pasti lamanya terapi. Antibiotik perlu diteruskan hingga kondisi pasien

baik, gambaran radiologis bersih atau stabil selama 2 minggu. Biasanya diperlukan terapi

3-6 minggu. 1

Follow up

Pasien dengan keadaan hemodinamik berat atau dengan distress respiratory

di rawat di ICU.

Pasien dengan respiratori yang stabil di rawat di bangsal perawatan umum.

Gambar 7: Bronchoscopy9

Page 33: Case Pneumonia Aspirasi Felyana
Page 34: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

Tabel 3: Diagnosis pneumonia aspirasi10

Komplikasi

Gagal nafas dan sirkulasi

Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia

sering kesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernafas

tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu

seperti mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif,dalam kasus lain

pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk

membantu pernafasan. Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut

respiratory distress syndrome(ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi

dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu

dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus

membuat ventilasi mekanik yang dibutuhkan.2

Syok sepsis dan septik

Merupakan komplikasi potensial dari pneumonia. Sepsis terjadi karena

mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin.

Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptoccocus pneumonia

merupakan salah satu penyebabnya. Individu dengan sepsis atau septik membutuhkan

unit perawatan intensif di rumah sakit. Mereka membutuhkan cairan infus dan obat-

obatan untuk membantu mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai

rendah. Sepsis dapat menyebabkan kerusakan hati,ginjal,dan jantung diantara masalah

lain dan sering menyebabkan kematian.2

Effusi pleura,empyema dan abces

Ada kalanya,infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan menyebabkan

bertambahnya (effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi paru (rongga

pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan ini

disebut empyema. Bila cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia, cairan ini

sering diambil dengan jarum (toracentesis) dan diperiksa, tergantung dari hasil

pemeriksaan ini. Pada kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan

tidak dapat dikeluarkan,mungkin infeksi berlangsung lama, karena antibiotik tiak

menembus dengan baik ke dalam rongga pleura. Abses pada paru biasanya dapat dilihat

dengan foto thorax dengan sinar x atau CT scan. Abses-abses khas terjadi pada

Page 35: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

pneumonia aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik

cukup untuk pengobatan abses pada paru,tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh

ahli bedah atau ahli radiologi.2

Prognosis

Angka mortalitas PAK adalah sebesar 5% yang meningkat menjadi 20% pada

PAN.Angka mortalitas pneumonia aspirasi yang tidak disertai komplikasi adalah

sebesar 5%, sedangkan pada aspirsai masif dengan atau tanpa disertai sindrom

Mendelson mencapai 70%. Angka mortalitas aspirasi pneumonia disertai empyema

sebesar 20%.1,3

Pencegahan3

Pada pasien yang memiliki disfungsi menelan untuk menghindari aspirasi

asam lambung, diperlukan teknik kompensasi untuk mengurangi aspirasi

dengan diet lunak dan takaran yang lebih sedikit

Posisikan kepala 45º dari bed tempat tidur pada pasien beresiko untuk

terjadinya aspirasi.

Pasang NGT pada pasien dengan disfagia.

Puasa 6-8 jam sebelum operasi elektif agar perut kosong sebelum operasi

berlangsung.

Page 36: Case Pneumonia Aspirasi Felyana

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiono E, Hidyam B, Berkala Ilmu Kedokteran, dalam Pola Kuman Pneumonia

pada Penderita di RSUP Dr. Sardjito 1995 1998, Vol. 32, No. 3, Penerbit FK UGM,

Yogyakarta, 2000, hal: 161-164.

2. Swaminathan A. Overview Pneumonia Aspiration. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/807600-overview Updated May 5, 2009.

3. NN. Mesothelioma & Asbestos Pictures Gallery. Available from:

http://mesotheliomacg.com/mesothelioma-pictures-gallery.

4. NN. pathophysiology of aspiration pneumonia. Available from: http://www.health-

res.com/pathophysiology-of-aspiration-pneumonia.

5. Price SA, Wilson LM, Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease Processes

(Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta,

1995, hal: 709-712.

6. Bordow RA, Moser KM (ed), Manual of Clinical Problems in Pulmonary Medicine

with Annotated Key References, 2nd edition, Little Brown & Co (Inc.), USA, 1986, pp:

85-105.

7. Rudolph AM, et al, Pediatrics, 14th edition, Appleton & Lange, California, 1987,

pp:1427-1428.

8. Shulman TS, et al, Paduan penyakit Infeksi dan Terapi Antimikroba pada Anak, EGC,

Jakarta, 2001, hal 496-522.

Page 37: Case Pneumonia Aspirasi Felyana