Judul
Penurunan Kadar Fe pada Air Permukaan di Kawasan Industri Terboyo Kota
Semarang dengan Metode Teknologi Sederhana dan Tepat Guna.
Latar Belakang Masalah
Penyebaran air payau di Kota Semarang semakin luas dan kadar garam semakin
tinggi. Pemanfaatan air tanah di kawasan pantai yang dilakukan berlebihan tanpa perhitungan
akan menyebabkan air laut begitu mudah meresap ke darat. Kondisi tersebut terjadi di sekitar
Tawangsari, Tambaklorog, Genuksari, Wonosari, Tambaksari, dan Bedono. Pada daerah-
daerah tersebut, sampai kedalaman 40 meter air tanah sudah payau. Air tanah segar baru
didapat pada kedalaman lebih dari 60 meter.
Penurunan kualias air tanah bukan hanya karena kandungan garam, tetapi juga dari
jumlah koloid yang ikut, sehingga air berwarna merah kecoklatan. Akibatnya beberapa sumur
pompa dan bahkan sumur bor menjadi tidak layak untuk minum, hanya untuk MCK. Air
tanah dangkal di kawasan Kalisari, Kaligawe, Kawasan Industri Terboyo dan Kompleks
Pertamina mengandung unsur CaCO3 522 mg/l, Mg 177,7 mg/l dan Fe 11,7 mg/l. Kekeruhan
tersebut melebihi ambang batas sebagaimana yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 yakni Mg 0,4 mg/l, Fe 0,3 mg/l. Kekeruhan dan kelebihan
unsur-unsurnya begitu jelas sehingga air berwarna kecoklatan.
Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit sekali dalam air secara alamiah, yaitu
kurang dari 1 μg/l (Darmono, 2001). Akan tetapi berhubung dengan tingginya aktivitas
manusia dalam berbagai bidang industri menyebabkan konsentrasi logam dalam air
meningkat. Dikarenakan adanya pembuangan limbah hasil industri yang mengandung logam
berat ke perairan. Banyak logam berat baik yang bersifat toksik maupun esensial terlarut
dalam air dan mencemari air tawar maupun air laut.
Sesuai standar kota Metropolitan, kebutuhan air bersih ideal adalah 184
liter/orang/hari, Kota Semarang dengan jumlah penduduk 1.348.488 jiwa, membutuhkan
249.488.780 liter/hari. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 185 liter/orang/hari.
Namun PDAM Kota Semarang baru dapat memproduksi sebanyak 196.346.592 liter/hari.
Sehingga masih dibutuhkan kapasitas produksi sebanyak 53.142.188 liter/hari.
Beberapa sumber air yang bisa digunakan sebagai bahan baku air bersih adalah air
sumur, mata air, air sungai dan air laut. Namun seringkali ditemui air sumur atau sumber air
lainnya telah keruh, kotor, berbau. Selama kuantitasnya masih banyak kita masih dapat
berupaya menjernihkan air keruh/kotor tersebut menjadi air bersih yang layak pakai.
Masalah yang paling menonjol pada air sumur adalah bau busuk dan warna kuning
karat berbau logam. Di perkotaan umumnya air berbau busuk karena tanahnya sudah banyak
tercemar limbah organik. Secara alami, warna kuning atau bau logam dikarenakan air
banyak mengandung besi (Fe), Mangan (Mn), dan alumunium (Al) atau logam lain yang
membahayakan kesehatan. Aerasi dan filtrasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
solusi menurunkan kandungan kation yang terlarut terutama ketiga kation tersebut.
Rumusan Masalah
Penulis meyakini bahwa lebih dari 90% sumber air baku di daerah Kawasan Industri
Terboyo dan Kompleks Pertamina Semarang mengandung unsur logam berat. Unsur tersebut
berasal dari meningkatnya jumlah koloid didalam air tanah serta sebagian besar berasal dari
hasil buangan limbah yang dihasilkan oleh berbagai macam industri di kawasan terboyo. Dan
proses naikknya permukaan air laut (rob) di kawasan tersebut menjadi faktor pendorong air
tanah untuk mendegradasikan koloid didalam air tanah dengan hasil buangan limbah yang
mengandung logam berat.
Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian terakhir mengkonfirmasi bahwa air
tanah dangkal di kawasan Kalisari, Kaligawe, Kawasan Industri Terboyo dan Kompleks
Pertamina mengandung unsur CaCO3 522 mg/l, Mg 177,7 mg/l dan Fe 11,7 mg/l. Kekeruhan
tersebut melebihi ambang batas sebagaimana yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 yakni Mg 0,4 mg/l, Fe 0,3 mg/l. Kekeruhan dan kelebihan
unsur-unsurnya begitu jelas sehingga air berwarna kecoklatan.
Dengan berbagai sumber literatur, penulis meyakini bahwa metode penjernihan air
dengan aerasi, sedimentasi dan filtrasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif solusi
untuk menurunkan kandungan logam berat yang terlarut di dalam sumber air baku di
kawasan tersebut. Proses penjernihan air dapat dilakukan secara individu maupun kolektif
dengan penggunaan teknologi secara sederhana dan tepat guna.
Tujuan
Tujuan umum penulisan karya tulis ilmiah ini adalah menyebarluaskan paket
teknologi pengolahan air sederhana untuk menurunkan kadar Besi Terlarut (Fe) pada sumber
air baku permukiman penduduk yang dekat dengan kawasan industri di Kecamatan Genuk
Kota Semarang. Tujuan ini dapat dijabarkan secara khusus, sebagai berikut:
1. Mengembangkan Pengolahan Air Sederhana dengan metode Aerasi dan Filtrasi.
2. Jika dalam Pengolahan Air dengan metode Aerasi dan Filtrasi masih terdapat
kandungan Fe di atas baku mutu, maka dapat menambah alternatif pengolahan air
dengan metode sedimentasi (pengendapan) pada proses Aerasi dan Filtrasi. Sehingga
pengolahan air menjadi tiga tahap, yakni Aerasi, Sedimentasi, dan Filtrasi.
3. Jika terjadi keterbatasan ruang dan biaya pemanfaatan, maka masyarakat dapat
melakukan kombinasi pengolahan air antara Aerasi dan Filtrasi.
Kegunaan
Manfaat yang akan diperoleh oleh masyarakat di Kecamatan Genuk Kota Semarang
yang menerapkan pengolahan teknologi sederhana dan tepat guna ini, adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat dapat terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh Fe yang
masuk ke dalam tubuh manusia, antara lain rasa mual saat mengkonsumsi air minum
yang mengandung Fe, terjadinya iritasi mata dan kulit akibat kadar Fe di dalam tubuh
> 1 mg/L, serta kadar Fe yang besar dapat merusak dinding usus sehingga
menyebabkan kematian.
2. Dapat terhindar dari gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut (Fe)
dalam air yang dapat menimbulkan rasa dan bau logam yang amis seperti telur busuk
yang disebabkan oleh bakteri yang mengalami degradasi, serta adanya Fe dalam air
dapat menimbulkan warna merah karat di dalam air.
3. Masyarakat dapat memanfaatkan teknologi sederhana dan tepat guna ini dengan biaya
yang murah dan peralatan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.
Tinjauan Pustaka
Air tanah merupakan sumber air bersih yang paling banyak digunakan sebagai sumber
air bersih bagi masyarakat. Jika kebutuhan air belum tercukupi maka dapat memberikan
dapak besar terhadap kesehatan maupun sosial. Pengadaan air bersih di Kota Semarang
khususnya untuk skala besar masih terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh
Perusahaan Air Minum (PAM). Namun demikian jumlahnya masih belum mencukupi dan
dapat dikatakan relatif kecil. Untuk daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih
dari PAM umumnya mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, air sumber
(mata air) dan lainnya.
Air tanah (sumur) merupakan sumber air bersih terbesar yang digunakan. Kendala
yang sering ditemui dalam menggunakan air tanah adalah adanya kandungan Zat Besi (Fe),
Magnesium (Mg) dan Mangan (Mn) yang terdapat dalam air baku. Di daerah Kaligawe,
Kompleks Pertamina dan Kawasan Industri Terboyo kandungan kation pada air baku berkisar
Mg 177,7 mg/l dan Fe 11,7 mg/l. Dimana hal tersebut melebihi batas standar baku mutu yang
telah ditetapkan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492 Tahun 2010 yakni sebesar
Mg 0,4 mg/l, Fe 0,3 mg/l.
Sumber air baku berasal dari sumur (air tanah) dengan keadaan jernih namun
mengandung zat Fe ataupun Mn.
Kandungan unsur besi di air tanah, terutama di dalam air sumur banyak terjadi. Air
tanah yang umumnya mempunyai konsentrasi karbondioksida yang tinggi dapat
menyebabkan kondisi anaerobik. Kondisi ini menyebabkan konsentrasi besi bentuk mineral
tidak larut (Fe3+) tereduksi menjadi besi yang larut dalam bentuk ion bervalensi dua (Fe2+).
Konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dari 0,01 mg/l - 25 mg/l (Akademi Teknik
Tirta Wiyata, 2003).
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe melebihi 1 mg/l, tetapi di dalam air tanah
kadar Fe dapat jauh lebih tinggi (Manahan, 1999). Konsentrasi Fe yang tinggi dapat
dirasakan dan dapat menodai kain serta perkakas dapur. Pada air yang tidak mengandung
oksigen seperti air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup tinggi, sedangkan pada air
sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi (Fe(OH)3), dimana
(Fe(OH)3) ini sulit larut pada pH 6 sampai 8. Fe(OH)3 atau salah satu jenis oksida yang
merupakan zat padat dan dapat mengendap.
Besi dalam bentuk ion Fe++ sangat mudah larut di dalam air. Oksigen terlarut di dalam
air akan mengoksidasi Fe++ menjadi Fe(OH)3 yang merupakan endapan, sehingga akan
mengakibatkan kekeruhan dalam air yang berwarna merah karat.
Apabila kosentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas, akan menimbulkan berbagai
gangguan diantaranya : (Y.P Tirta Dharma (2002); Suriawiria, (2005))
a. Gangguan teknis
Endapan Fe(OH) bersifat korosif dapat mengendap pada saluran pipa, sehingga
mengakibatkan clogging dan mengotori atau meninggalkan noda kecoklatan pada bak
kamar mandi dan peralatan lainnya serta dapat mengakibatkan penyumbatan pipa.
Endapan logam ini juga dapat memberikan masalah pada sistem penyediaan air secara
individu (sumur).
b. Gangguan fisik
Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air adalah
timbulnya warna, bau dan rasa. Diantaranya menyebabkan rasa dan bau logam yang amis
(kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/L akan menyebabkan air berbau seperti telur
busuk) disebabkan karena bakteri mengalami degradasi, menimbulkan warna merah karat
dalam air (akibat Fe(OH)3), serta air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi
terlarutnya > 1,0 mg/L. Dan menimbulkan noda kecoklatan pada pakaian yang berwarna
putih apabila dipakai untuk mencuci.
c. Gangguan kesehatan
Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai
pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7–35 mg/hari yang sebagian
diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat
menimbulkan masalah kesehatan, antara lain:
- air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila
dikonsumsi;
- kadar Fe yang besar dapat merusak dinding usus, kematian sering kali disebabkan
oleh rusaknya dinding usus ini;
- kadar Fe > 1 mg/L akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit;
- Hemokromatesis primer besi akibat dari penyerapan Fe dalam jumlah berlebih di
dalam tubuh. Feritin berada dalam keadaan jenuh akan besi sehingga kelebihan
mineral ini akan disimpan dalam bentuk kompleks dengan mineral lain yaitu
hemosiderin. Akibatnya terjadilah sirosis hati dan kerusakan pankreas sehingga
menimbulkan diabetes.
Oleh karena itu, kehadiran Fe++ didalam air dibatasi atau bila mungkin dihilangkan.
Cara sederhana untuk menghilangkan Fe++ adalah kombinasi aerasi dan filtrasi dengan
saringan pasir kering sehingga endapan Fe+++ yang terbentuk sesudah aerasi akan dipisahkan
oleh saringan pasir. Penggunaan saringan kering oksidasi Fe++ menjadi Fe+++ dapat terus
berlangsung selama proses filtrasi tersebut. (Suriawiria, 2005)
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara penambahan konsentrasi oksigen
yang terkandung ke dalam air, agar proses oksidasi untuk mengubah bentuk kation berjalan
dengan baik. Dengan diisikannya oksigen ke dalam air maka zat-zat seperti karbon dioksida,
hidogen sulfida, dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dari air dapat dikurangiatau
dihilangkan. Selain itu partikelmineral yang terlarut dalam air seperti besi dan mangan akan
teroksidasi dan secara cepat akan membentuk lapisan endapan yang nantinya dapat
dihilangkan melalui proses sedimentasi atau filtrasi.
Aerasi merupakan suatu system oksigenasi melalui penangkapan O2 dari udara pada
air olahan yang akan diproses. Pemasukan oksigen ini bertujuan agar O2 di udara dapat
bereaksi dengan kation yang ada di dalam air olahan. Reaksi kation dan oksigen
menghasilkan oksidasi logam yang sukar larut dalam air sehingga dapat mengendap. Proses
aerasi terutama untuk menurunkan kadar besi (Fe) dan magnesium (Mg). Kation Fe2+ atau
Mg 2+ bila disemburkan ke udara akan membentuk oksida Fe3O3 dan MgO.
Tujuan utama dari aerasi adalah memperbesar waktu kontak antara air dengan
parameter Fe terlarut dan udara, sehingga semakin lama kontak air dengan udara akan
semakin besar penurunan kandungan Fe dalam air karena meningkatnya oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen) dalam air yang akan mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe(OH)3 yang
merupakan endapan berwarna kuning kecoklatan, mengikuti reaksi sebagai berikut :
4 Fe2+ + O2 + 8 OH- + 2 H2O → 4 Fe(OH)3 ↓. (Degreemont, 1991).
Fe dapat dihilangkan dari dalam air dengan melakukan oksidasi menjadi Fe(OH)3
yang tidak larut dalam air, kemudian diikuti dengan pengendapan dan penyaringan.
Penanganan air sumur dengan kombinasi penanganan aerasi, filtrasi ataupun sedimentasi
mempunyai potensi penurunan yang signifikan. (Kusnaedi, 2010)
Gambaran Umum Rencana Kegiatan
Untuk mengurangi kadar logam berat yang terdapat dalam air tanah dangkal di
Kawasan Industri Terboyo, dilakukan pengolahan air secara sederhana dan tepat guna dengan
metode aerasi, sedimentasi dan filtrasi. Pengolahan air ini dapat dilakukan secara individu
maupun kolektif. Berikut gambaran kegiatan pengolahan air guna penurunan kadar logam
berat dengan metode aerasi, sedimentasi dan filtrasi:
a. Aerasi
Ion Fe selalu dijumpai pada air alami dengan kadar oksigen yang rendah, serta
dapat terbentuk dengan adanya proses industri. Fe dapat dihilangkan dari dalam air
dengan melakukan oksidasi menjadi Fe(OH)3 yang tidak larut dalam air, kemudian
diikuti dengan pengendapan dan penyaringan. Proses oksidasi dilakukan dengan
menggunakan udara yang dimasukkan dalam air.
b. Sedimentasi
Proses pengendapan partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam cairan
karena pengaruh gravitasi (gaya berat secara alami). Proses ini sering digunakan
dalam pengolahan air. Dalam proses sedimentasi partikel tidak mengalami perubahan
bentuk, ukuran, ataupun kerapatan selama proses pengendapan berlangsung. Partikel
– partikel padat akan mengendap bila gaya gravitasi lebih besar dari pada kekentalan
dan gaya kelembaaban (inersia) dalam cairan. Biaya pengolahan air dengan
sedimentasi relatif murah karena tidak membutuhkan peralatan mekanik maupun
penambahan bahan kimia. Kegunaan
c. Filtrasi
Proses penyaringan untuk mengurangi bahan-bahan organik maupun bahan-bahan
anorganik yang berada dalam air. Penghilangan zat padat tersuspensi dengan
penyaringan memiliki peranan pebting,baik yang terjadi dalam permurnian air tanah
maupun dalam permurnian buatan di dalam instalasi pengolahan air. Bahan yang
dipakai sebagai media saringan adalah pasir yang mempunyai sifat penyaringan yang
baik, keras dan dapat tahan lama dipakai bebas dari kotoran dan tidak larut dalam air.
Berikut langkah-langkah pengolahan air secara sederhana:
1. Masukkan air baku ke dalam bak penampung besar berukuran 1 m3 sebagai bak
aerasi.
2. Sambungkan ke pipa PVC berlubang dengan pompa aerator. (Pipa PVC berlubang
pada bagian dasar bak aerasi sebagai tempat keluarnya udara dan lubang di bagian
dasar samping sebagai pembuangan lumpur /pengurasan).
3. Lakukan pemompaan sebanyak 50 – 100 kali.
4. Buka lubang penguras untuk mengeluarkan endapan kotoran yang terjadi,
kemudian tutup kembali.
5. Lalu sambungkan bak aerasi dengan bak filtrasi. Agar terjadi proses penyaringan
untuk mengurangi bahan-bahan organik maupun bahan-bahan anorganik yang
berada dalam air. Dan usahakan air dalam saringan tidak meluap.
6. Tampung air olahan (air bersih) dan simpan ditempat yang bersih. Jika digunakan
untuk minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu.
(Langkah 1 sampai 5 adalah proses Aerasi dan Filtrasi; terlihat pada gambar.1)
Pada gambar.2 terdapat penambahan alternatif pengolahan dengan metode
sedimentasi. Langkah – langkah yang dilakukan hampir sama, hanya ada penambahan
proses sedimentasi diantara proses aerasi dan filtrasi, antara lain sebagai berikut :
1. Masukkan air baku ke dalam bak penampung besar berukuran 1 m3 sebagai bak
aerasi.
2. Sambungkan ke pipa PVC berlubang dengan pompa aerator. (Pipa PVC
berlubang pada bagian dasar bak aerasi sebagai tempat keluarnya udara dan
lubang di bagian dasar samping sebagai pembuangan lumpur /pengurasan).
3. Lakukan pemompaan sebanyak 50 – 100 kali.
4. Buka lubang penguras untuk mengeluarkan endapan kotoran yang terjadi,
kemudian tutup kembali.
5. Lalu sambungkan ke bak kedua yang akan menjadi bak sedimentasi. Lalu buat
outlet menuju bak filtrasi. Dan buat lubang di bagian dasar untuk pembuangan
lumpur.
6. Sambungkan ke bak ketiga yang akan menjadi bak filtrasi. Susun lapisan
penyaring (filter) berupa lapisan pasir kuarsa, lapisan zeolith dan lapisan karbon
aktif masing-masing. Dan usahakan air dalam saringan tidak meluap.
7. Tampung air olahan (air bersih) dan simpan ditempat yang bersih. Jika digunakan
untuk minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu.
Bak Aerasi
Bak Filtrasi
Filter penyaring
Outlet air olahan
Pompa pemberi udara (aerator)
Air baku dimasukkan
Gambar.1 Alternatif Pengolahan Air dengan Aerasi-Filtrasi
Jika dalam penerapannya terjadi keterbatasan ruang dan biaya pemanfaatan,
maka masyarakat dapat melakukan kombinasi pengolahan air antara Aerasi dan
Filtrasi. Proses penyaringan dilakukan dengan cara membuat saringan bertingkat,
yaitu saringan kasar, saringan sedang sampai saringan halus. Bahan untuk
penyaringan kasar dapat terbuat dari batu kerikil, batu bara atau karbon aktif.
Sedangkan penyaringan untuk padatan yang halus dapat menggunakan pasir kain
polyester. Dalam hal ini untuk mempermudah penerapannya dan menggunakan bahan
yang mudah untuk didapat, masyarakat bisa hanya menggunakan pasir sebagai
penyaring halus dan batu kerikil sebagai penyaring kasar. Pada metode ini prinsipnya
adalah proses aerasi dalam menurunkan kadar Fe dan Mg, dengan disemburkan ke
udara atau penangkapan O2 dari udara membentuk oksida Fe2O3 dan MgO serta
menghasilkan oksidasi logam yang sukar larut dalam air sehingga dapat mengendap.
Penjelasan tentang metode kombinasi aerasi dan filtrasi terlihat pada gambar 3 dan 4.
Bak Aerasi
Bak Filtrasi
Filter penyaring
Outlet air olahan
Pompa pemberi udara (aerator)
Air baku dimasukkan
Gambar.2 Alternatif Pengolahan Air dengan Aerasi-Sedimentasi-Filtrasi
Bak Sedimentasi
endapan
Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Lokasi Kawasan Industri Terboyo terletak di daerah permukiman penduduk di
Kecanatan Genuk Kota Semarang dengan kepadatan penduduk 3.248 jiwa/km2 ( jumlah
penduduk 88.967 jiwa dan luas wilayah 27,39 km2 ). (Sumber: Profil Kependudukan Kota
Semarang 2011)
AIR Mg2+ + O2 => Mg2O3
AerasiFe2+ + O2 => Fe2O3
Pasir
Pasir
Kerikil
Kerikil
Gambar.3 Kombinasi antara Filter dan Aerasi
Filtrasi
Fe
Fe2O3
Mg
MgO
O2 udara
Aerasi
Filtrasi
Gambar.2 Kombinasi antara Aerasi dan Filtrasi
Fe
Fe2O3
Mg
MgO
O2 udara
Aerasi
Filtrasi
Gambar.4 Kombinasi antara Aerasi dan Filtrasi
Adapun mata pencaharian penduduk, sebagian besar pada tahun 2011 adalah buruh
industri (18.244), petani sendiri (6.399), dan buruh bangunan (5.728). Sedangkan jumlah
industri yang ada di wilayah Kecamatan Genuk antara lain 85 industri besar, 45 industri
sedang, 1.192 industri kecil, dan 54 industri rumahan. (Sumber: Data Monografi Kecamatan
Genuk Dalam Angka 2011)
Selain faktor sosial yang mempengaruhi kualitas lingkungan, faktor alam juga turut
berperan dalam perubahan kualitas lingkungan biotik dan abiotik. Di daerah Kecamatan
Genuk dapat digolongkan lingkungan yang memiliki curah hujan pada setiap bulannya, yakni
pada tahun 2012 tercatat 982 Mm dan jumlah hari hujan sebanyak 52 hari. (Sumber: Kota
Semarang Dalam Angka 2012)
Jadwal Kegiatan Program
KegiatanWaktu Pelaksanaan
Bulan ke-1
Bulanke-2
Bulanke-3
Bulanke-4
Tahap Awal1. Pengambilan sampel
representative dari badan air
2. Pengujian sampel di Laboratorium
3. Penyusunan dan pengajuan proposal untuk bekerjasama dengan pihak instansi
Tahap pelaksanaan1. Pembelian bahan-
bahan dan peralatan.
2. Sosialisai tentang teknik penjernihan air di Balai Kelurahan
3. Penerapan teknik penjernihan air
Tahap Akhir1. Monitoring2. Evaluasi
Rancangan Biaya
Berikut rancangan biaya untuk kebutuhan yang akan digunakan :
No Nama Gambar Biaya (Rp)
1. Peralatan Penunjang
a. Pipa PVC 40.000,-
b. Pasir kwarsa 2.000,-/ kg
c. Kerikil alam
5/7 cm
250.000,-
d. Zeolith atau
Karbon Aktif
5.500,-/kg
2. Perjalanan (transportasi selama kegiatan) 500.000
3. Lain-lain:
a. Administrasi 250.000
b. Sosialisasi dan publikasi 1.000.000
c. Laporan dan penggandaan 125.000
Jumlah 2.172.500,-
Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Kesehatan No.492/Menkes/PER/IV/2010
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Manik, K.E.S. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan.
Kusnaedi (2010), Mengolah Air Kotor untuk Air Minum, Penebar Swadaya, Cetakan I,
Jakarta.
Lampiran
Biodata Penulis
IDENTITAS DIRI
Nama : Dewi Mulyaningsih
NIM : 2501011120015
Tempat dan Tanggal Lahir : Semarang, 3 Oktober 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Asal : Jl.Genuksari Rt 06 Rw 09 Genuk Semarang
Kewarganegaraan : Indonesia
Tinggi/Berat : 165cm / 43kg
No.Telp/Hp : 085641916339
Email : [email protected]
Hobbi : Membaca
PENDIDIKAN FORMAL
TahunNama Instansi Lokasi Keterangan
Masuk Keluar
2011-
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANGMahasiswa FKM/ KL
2008 2011 SMA INSTITUT INDONESIA SEMARANG Lulus
2005 2008 SMP NEGERI 20 SEMARANG Lulus
1999 2005 SD NEGERI GENUKSARI SEMARANG Lulus
1998 1999 TK PERTIWI SEMARANG Lulus
PENGALAMAN ORGANISASI
2011 - 2012 Staff Dept. Kanaya GAMAIS (Keluarga Mahasiswa Islam) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2011 Staff Buletin LPM Publica Health Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2012Anggota Konselor Sebaya Klinik Berhenti Merokok Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
SEMINAR DAN PELATIHAN
2011Peserta Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Tingkat Pra Dasar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2011Peserta Pelatihan Kepribadian dan Etika Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2011
Peserta Talkshow Hari Jilbab Sedunia, Pancarkan Pesona Jilbab Indahmu Healthy Inside, Fresh Outside GAMAIS (Keluarga Mahasiswa Islam) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2011Peserta National Seminar and International Scholarship Expo “Scholarship Show” BEM KM Universitas Diponegoro
2011Peserta Training Motivation GAMAIS (Keluarga Mahasiswa Islam) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2011Peserta Pelatihan KSR (Korp Sukarela) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2011Peserta Pelatihan KTI (Karya Tulis Ilmiah) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2012Peserta Pelatihan Community Development dan Riset BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2012Peserta Reaching Our Dream “Upgrade Your Passion, Catch Your Future” BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2012Peserta Seminar Nasional “Kesiapan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Menuju Cakupan Semesta 2014 di Indonesia” Universitas Diponegoro
2012Peserta Training Of Trainer (TOT) Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa Baru
2012Peserta Seminar Nasional “World Fit For Children” Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2012Peserta Achievement Motivation Training “Touch Your Soul and Passion for the Luminous Future”
2012Peserta Pelatihan Artikel Ilmiah dan Artikel Populer Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2012 Peserta Table Manner Course at Novotel Semarang
2013 Peserta Workshop on Halal Food and Nutrition Laboratory
2013Peserta Seminar Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISKMI) “Tantangan Dan Masa Depan Pembangunan Kesehatan Indonesia”
2014Peserta Training Of Sanitarian “Road to Profesionality in Medical Waste Management”
KEPANITIAAN YANG PERNAH DIIKUTI
Observer Kegiatan Pelatihan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa Baru FKM-UNDIP 2012/2013.
Pekan Ulang Tahun Lembaga Pers Mahasiswa Publica Health 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Pelatihan KTI (Karya Tulis Ilmiah) PIRC (Penalaran Ilmiah Research Club) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
ARTIKEL YANG DIPUBLIKASIKAN
Judul dan Informasi
RPP Tmbakau Sebagai Upaya Pengendalian, Bukan Penolakan pada Buletin PH KITA edisi I/Tahun VI/Maret/2012
Mengenal Lebih Dekat Kebijakan BOK pada Buletin PH KITA edisi III/Tahun VI/Mei/2012
Fenomena Transgender dalam “Festival Ilmiah” pada Buletin PH KITA edisi IV/Tahun VI/Juni/2012
FKM Menyosong Kurikulum Baru pada Buletin PH KITA edisi V/Tahun VI/Semptember/2012
Efisiansi Air di Musim Kemarau pada Buletin PH KITA edisi VI/Tahun VI/Oktober/2012
Membuat rumah hijau dengan taman mini indah, segar dan sehat pada PKM-GT tahun 2012
Kue egg roll kacang hijau (kue kacau), cemilan enak dan menyehatkan pada PKM-K tahun 2012
Membuat Apotek Keluarga Sehat dengan Berkebun Tanaman Organik pada PKM-GT tahun 2012
Sanitary Landfill Solusi Tepat Atasi Overload Sampah di TPA Jatibarang Semarang pada PKM-GT tahun 2013
Pengembangan Komunitas Berhenti Merokok (Smoke Free Community Development) Dengan Media Anti Nicotine Citrus Gum (Permen Antrum) Di Desa Meteseh Kota Semarang pada PKM-M tahun 2013
Top Related