Cr Skabies Bismilah

48
I.PENDAHULUAN Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akandilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi pada lapisan epidermis superficial terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Penyakit kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita scabies atau penderita yang bergandengan tangan dengan teman- temannya. Secara tidak langsung misalnya melalui tempa tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni : 1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi pada malam hari

description

fjkjfkjkjfkjf

Transcript of Cr Skabies Bismilah

I.PENDAHULUAN

Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan

pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah,

tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang

baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu

malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan

hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga

kegiatan yang akandilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini

dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi

menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup

masyarakat.

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi pada lapisan epidermis superficial terhadap Sarcoptes scabiei var

hominis dan produknya. Penyakit kulit yang sangat mudah menular baik

secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya ibu yang

menggendong anaknya yang menderita scabies atau penderita yang

bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung

misalnya melalui tempa tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Diagnosis

ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni :

1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau

lebih tinggi pada malam hari

2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh

keluarga, sebagian tetangga yang berdekatan

3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna

putih atau keabuabuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –rata

panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul dan vesikel.

4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.

Predileksi dari skabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki

lapisan stratum korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola

mammae, sekitar umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian

volair, sela-sela jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.

Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan

masyarakat padat. Banyak faktor yang menunjang perkembangan dari

penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk,

hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan

perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini juga dapat

digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS).1

2

II. LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : An. K

Umur : 16 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Lampung Barat

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Suku Bangsa : Lampung

Status : Belum Menikah

2. Anamnesis

Autoanamnesis dilakukan tanggal 30 April 2015 pukul 11.00 WIB di Poliklinik

Kulit RSUD Hi.Abdul Muluk Bandar Lampung.

1. Keluhan Utama

bintik-bintik kemerahan yang disertai rasa gatal pada kedua sela jari

tangan sampai pergelangan tangan dan kedua punggung kaki sejak 3

minggu SMRS

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Os datang ke poli klinik penyakit kulit dan kelamin RSAM dengan

keluhan timbul bintik-bintik kemerahan yang disertai rasa gatal pada

kedua sela jari tangan sampai pergelangan tangan dan kedua

punggung kaki sejak 3 minggu SMRS. Gatal yang dirasakan os lebih

terasa gatal terjadi pada malam hari sehingga mengganggu tidur os,

serta apabila digaruk os merasa gatalnya berkurang. Awalnya bintik-

bintik muncul pada sela jari tangan kiri (khususnya antara ibu jari dan

jari telunjuk) yang disertai gatal, akibat digaruk maka bintik-bintik

pecah mengeluarkan darah dan cairan namun tidak mengeluarkan

nanah kemudian bintik-bintik tersebut menyebar ke bagian lain yaitu

3

pergelangan tangan kiri, sela jari tangan dan pergelangan tangan

kanan, kedua punggung kaki sampai depan ketiak kanan dan kiri.

Sebelum keluhan gatal-gatal tidak ada demam. Keluhan ini pertama kali

di alami oleh Os.

Os dua minggu sebelum berobat ke poliklinik RSAM sudah melakukan

pengobatan ke puskemas di daerah tempat tinggal Os. Saat berobat ke

puskemas Os diberikan obat minum dan salep namun Os lupa nama

obatnya. Beberapa hari setelah berobat dari puskemas bintil merah

pada daerah depan ketiak mengering dan gatal berkurang, namun pada

daerah kedua sela jari tangan, kedua pergelangan tangan dan kedua

punggung kaki tidak ada perbaikan bahkan bintil merah semakin

banyak dan gatal.

Os mengatakan bahwa beberapa teman sekolah os mengalami hal

serupa. Sehari-hari os sering bergaul bersama teman-teman os yang

mengalami penyakit yang sama seperti os, dimana os juga mengatakan

sering melakukan kontak fisik dengan beberapa temannya tersebut.

Namun di keluarga os tidak ada yang mengalami hal serupa seperti os.

Os mandi dua kali sehari dan mengganti pakaian dalam setiap mandi.

Os mengatakan tidak memakan makanan yang tidak biasa os makan

beberapa minggu terakhir. Os mengatakan selama ini apabila os

mencuci baju tidak pernah menderita gatal-gatal atau penyakit kulit. Os

juga tidak memiliki hewan peliharaan dirumah. Os mengatakan tidak

pernah meminum obat-obatan sebelum keluhan terjadi. R/ alergi

makanan (-), R/ asma (-), R/ bersin- bersin pada cuaca dingin (-).

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit kulit seperti ini sebelumnya tidak pernah

Riwayat asma tidak ada

Riwayat rhinitis alergika tidak ada

Riwayat alergi makanan tidak ada

4. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

4

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

2. Tanda Vital:

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 89x/m

Suhu : 36,7o C

Pernapasan : 20x/m

Tinggi badan : 170 cm

Berat badan : 60 Kg

Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak ada

kelainan

kulit

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis mata hitam,

tidak

ada madarosis

Telinga : Normotia, tidak ada kelainan kulit

Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-), tidak ada kelainan kulit

Mulut : bibir tidak kering, caries dentis (-), faring hiperemis (-)

Thoraks : bentuk normal, pergerakan simetris, terdapat kelainan kulit

(lihat

Status dermatologikus)

Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar,

terdapat kelainan

kulit (lihat status dermatologikus)

Ekstremitas atas : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis, terdapat

kelainan kulit (lihat status dermatologikus).

Ekstremitas bawah : akral hangat, tidak ada edema, tidak sianosis,

terdapat

kelainan kulit (lihat status dermatologikus).

3. Status Dematologi

5

Pada regio interdigitalis manus sinistra et detra sampai seluruh

dorsum dan palmar manus sinistra et detra terdapat papul dan vesikel

eritomatous, multiple, ukuran terbesar 1,5 cm x 1 cm dan terkecil

diameter 0,2 cm, bulat-ireguler, batas sirkumskripta, diskret –

konfluens disertai erosi dan eksoriasi dan di beberapa tempat terdapat

kanalikuli berwarna putih keabuan berbentuk berkelok-kelok 1 cm dan

pada ujung terdapat vesikel.

Pada regio dorsum pedis sinsitra et dextra terdapat papul dan vesikel

eritomatous multiple, ukuran terbesar 1 cm x 0,7 cm dan terkecil

diameter 0,2 cm, bulat-ireguler, batas sirkumskripta, diskret –

konfluens disertai erosi dan eksoriasis.

Gambar 1. Efloresensi pada dorsum manus

6

Gambar 2. Kanalikuli

7

Gambar 3. Efloresensi pada plamar manus

8

Vesikel

Gambar 4. Efloresensi pada Plantar

4. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

5. Resume

pasien An. K laki-laki usia 16 tahun datang ke poliklinik penyakit kulit

dan kelamin dengan keluhan timbul bintik kemerahan yang disertai rasa

gatal pada kedua sela jari tangan sampai pergelangan tangan dan

kedua punggung kaki sejak 3 minggu SMRS. Gatal yang dirasakan os

lebih terasa gatal terjadi pada malam hari sehingga mengganggu tidur

os, serta apabila digaruk os merasa gatalnya berkurang. Awalnya bintik-

bintik muncul pada sela jari tangan kiri (khususnya antara ibu jari dan

jari telunjuk) yang disertai gatal, akibat digaruk maka bintik-bintik

9

pecah mengeluarkan darah dan cairan namun tidak mengeluarkan

nanah kemudian bintik-bintik tersebut menyebar ke bagian lain yaitu

pergelangan tangan kiri, sela jari tangan dan pergelangan tangan

kanan, kedua punggung kaki sampai depan ketiak kanan dan kiri.

Sebelum keluhan gatal-gatal tidak ada demam. Keluhan ini pertama kali

di alami oleh Os. Di keluarga os tidak ada yang memiliki penyakit yang

sama, namun beberapa teman sekolah os memiliki penyakit yang sama

sudah lama sebelum os menderita penyakit. R/ asma (-), R/ rhinitis

alergi (-), R/ alergi makanan (-), os tidak memiliki hewan peliharaan.

Status G eneralis :

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tanda V ital:

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 89x/m

Suhu : 36,7o C

Pernapasan : 20x/m

Tinggi badan : 170 cm

Berat badan : 60 Kg

Kepala : Dalam Batas Normal

KGB : Dalam Batas Normal

Thoraks : Dalam Batas Normal

Abdomen : Dalam Batas Normal

Status dermatologis :

Pada regio interdigitalis manus sinistra et detra sampai seluruh

dorsum dan palmar manus sinistra et detra terdapat papul dan

vesikel eritomatous, multiple, ukuran terbesar 1,5 cm x 1 cm dan

terkecil diameter 0,2 cm, bulat-ireguler, batas sirkumskripta, diskret

– konfluens disertai erosi dan eksoriasi dan di beberapa tempat

terdapat kanalikuli berwarna putih keabuan berbentuk berkelok-

kelok 1 cm dan pada ujung terdapat vesikel.

10

Pada regio dorsum pedis sinsitra et dextra terdapat papul dan

vesikel eritomatous multiple, ukuran terbesar 1 cm x 0,7 cm dan

terkecil diameter 0,2 cm, bulat-ireguler, batas sirkumskripta, diskret

– konfluens disertai erosi dan eksoria

6. Diagnosis Banding

1. Scabies

2. Prurigo hebra

3. Pedikulosis korporis

4. Dermatitis alergika

5. Diagnosis Kerja

Scabies

6. PENATALAKSANAAN

Umum

1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara

penularannya

2. Menjelaskan bahwa scabies adalah penyakit menular

3. Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan

lingkungan tempat tinggal

4. Mencuci piring, selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan

terakhir dengan menggunakan air panas

5. Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin

6. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat

menyebabkan luka dan resiko infeksi

7. Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga dan orang

sekitar yang menderita keluhan yang sama

8. Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan krim

yang dioleskan pada seluruh badan tidak boleh terkena air, jika

terkena air harus diulang kembali.

11

9. Krim dioleskan ke seluruh tubuh saat malam hari menjelang tidur

dan didiamkan selama 10 jam hingga keesokan harinya. Obat

digunakan 1 x seminggu dan dapat diulang seminggu kemudian.

Khusus

1. Topikal

Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari

selama 10 jam, satu kali dalam seminggu

2. Sistemik

Anti histamin : Klorfeniramin maleat 2 x ½ tablet

10.PROGNOSIS

Quo Ad vitam : ad bonam

Quo Ad functionam : ad bonam

Quo Ad cosmeticam : ad bonam

Quo Ad sanationam : ad bonam

III. TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

12

Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap Sarcoptes scabiei var

homonis dan produksnya. Kelainan ditandai dengan pruritus dan erupsi kulit yang

bervariasi tergantung beratnya penyakit. Awalnya dari gejala klinik bertepatan dengan

munculnya respon imun terhadap tungau dan produknya pada epidermis. Snonim scabies

adalah the itch, pamaan itch, snebelza, gudik, gatal agogo, penyakit ampere, budukan dan

kerek.1

2. Etiologi

Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai akibat

infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei dan Sarcoptes scabiei varian hominis.2

Sarcoptes scabiei termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,

superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis.1 Kutu ini

khusus menyerang dan menjalani siklus hidupnya dalam lapisan tanduk kulit manusia.

Selain itu terdapat S. scabiei yang lain, yakni varian animalis. Sarcoptes scabiei varian

animalis menyerang hewan seperti anjing, kucing, lembu, kelinci, ayam, itik, kambing,

macan, beruang dan monyet. Sarcoptes scabiei varian hewan ini dapat menyerang manusia

yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut diatas, misalnya peternak,

gembala, dll. Gejalanya ringan, sementara, gatal kurang, tidak timbul terowongan-

terowongan, tidak ada infestasi besar dan lama serta biasanya akan sembuh sendiri bila

menjauhi hewan tersebut dan mandi yang bersih.2

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan

bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata.

Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan

yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa

mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang

kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan

kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat yang dapat

dilihat pada gambar berikut.1

13

Gambar 5. Tungau Scabies Betina

Tungau skabies tidak dapat terbang namun dapat berpindah secara cepat saat kontak kulit

dengan penderita. Tungau ini dapat merayap dengan kecepatan 2,5 cm – 1 inch per menit

pada permukaan kulit. Belum ada studi mengenai waktu kontak minimal untuk dapat

terjangkit penyakit skabies namun dikatakan jika ada riwayat kontak dengan penderita,

maka terjadi peningkatan resiko tertular penyakit skabies.4

Yang menjadi penyebab utama gejala – gejala pada skabies ini ialah Sarcoptes scabiei

betina. Bila tungau betina telah mengandung (hamil), ia membuat terowongan pada lapisan

tanduk kulit dimana ia meletakkan telurnya.2 Untuk lebih memahaminya, berikut siklus

hidup tungau ini. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan

mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh

yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi, menggali terowongan dalam stratum

korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4

butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat

hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi

larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan tetapi

dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk,

jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai

bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari tetapi ada juga yang menyebutkan

selama 8-17 hari.1 Studi lain menunjukkan bahwa lamanya siklus hidup dari telur sampai

dewasa untuk tungau jantan biasanya sekitar 10 hari dan untuk tungau betina bisa sampai

30 hari.4 Berikut dipaparkan gambar siklus hidup skabies.

14

Gambar 6. Siklus Hidup Tungau Skabies

Tungau betina ini dapat hidup lebih lama dari tungau jantan yaitu hingga lebih dari 30

hari.4 Tungau skabies ini umumnya hidup pada suhu yang lembab dan pada suhu kamar

(210C dengan kelembapan relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar tubuh hospes

selama 24-36 jam.5

Sarcoptes scabiei varian hominis betina, melakukan seleksi bagian-bagian tubuh mana

yang akan diserang, yaitu bagian-bagian yang kulitnya tipis dan lembab, seperti di lipatan-

lipatan kulit pada orang dewasa, sekitar payudara, area sekitar pusar dan penis. Pada bayi-

bayi karena seluruh kulitnya tipis, telapak tangan, kaki. Wajah dan kulit kepala juga dapat

diserang.2 Tungau biasanya memakan jaringan dan kelenjar limfe yang disekresi dibawah

kulit. Selama makan, mereka menggali terowongan pada stratum korneum dengan arah

horizontal.4 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli memperlihatkan

bahwa tungau skabies khususnya yang betina dewasa secara selektif menarik beberapa

lipid yang terdapat pada kulit manusia. lipid tersebut diantaranya adalah asam lemak jenuh

odd-chain-length (misalnya pentanoic dan lauric) dan tak jenuh(misalnya oleic dan

linoleic) serta kolesterol dan tipalmitin. Hal tersebut menunjukkan bahwa beberapa lipid

yang terdapat pada kulit manusia dan beberapa mamalia dapat mempengaruhi baik insiden

infeksi maupun distribusi terowongan tungau di tubuh. Bila telah terbentuk terowongan

maka tungau dapat meletakkan telur setiap hari. Tungau dewasa meletakkan baik telur

maupun kotoran pada terowongan dan analog dengan tungau debu, tampaknya enzim

15

pencernaan pada kotoran adalah antigen yang penting untuk menimbulkan respons imun

terhadap tungau skabies.5

3. Patogenesis

Sarcoptes scabiei dapat menyebabkan reaksi kulit yang berbentuk eritem, papul atau

vesikel pada kulit dimana mereka berada. Timbulnya reaksi kulit disertai perasan gatal.2

Masuknya S. scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan gejala pruritus. Rasa

gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta adanya infestasi kedua sebagai

manifestasi respons imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkan terowongan di

bawah kulit. Tungau skabies menginduksi antibodi IgE dan menimbulkan reaksi

hipersensitivitas tipe cepat. Lesi-lesi di sekitar terowongan terinfiltrasi oleh sel-sel radang.

Lesi biasanya berupa eksim atau urtika, dengan pruritus yang intens, dan semua ini terkait

dengan hipersensitivitas tipe cepat. Pada kasus skabies yang lain, lesi dapat berupa urtika,

nodul atau papul, dan ini dapat berhubungan dengan respons imun kompleks berupa

sensitisasi sel mast dengan antibodi IgE dan respons seluler yang diinduksi oleh pelepasan

sitokin dari sel Th2 dan/atau sel mast.5,15

Di samping lesi yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei secara langsung, dapat pula

terjadi lesi-lesi akibat garukan penderita sendiri.2 Dengan garukan dapat timbul erosi,

ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.1

4. Epidemiologi

Beberapa sumber menuliskan bahwa skabies merupakan penyakit yang terdapat diseluruh

dunia dengan insiden yang berfluktuasi akibat pengaruh faktor yang belum diketahui

sepenuhnya.3 Untuk suatu sebab yang sulit dimengerti, penyakit skabies ternyata sering

menyebabkan epidemi yang diperkirakan setiap 30 tahun sekali. Sekitar tahun 1940-1970

pernah terjadi pandemi terbesar di seluruh dunia. Penyakit ini sering terjadi terutama pada

daerah beriklim tropis dan subtropis.5

Di beberapa Negara yang sedang berkembang, prevalensi skabies sekitar 6-27% dari

populasi umum dan cenderung tinggi pada anak usia sekolah serta remaja. Menurut data

Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas di seluruh Indonesia pada

tahun 1986 adalah 4,5-12,9% dan menduduki urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit terbanyak.

16

Di Divisi Dermatologi Anak Unit Rawat Jalan RSU Dr. Soetomo selama 6 tahun (1996

sampai 2001) skabies menduduki urutan ke-3 diantara 10 penyakit kulit terbanyak (10,5-

12,3%). Jumlah penderita skabies anak usia 1-14 tahun di Divisi Dermatologi Anak Unit

Rawat Jalan RSU Dr. Soetomo tahun 2003 sebanyak 80 penderita.6

Insiden penyakit skabies di Negara berkembang memperlihatkan siklus berfluktuasi yang

tidak dapat dijelaskan secara memuaskan, mungkin berhubungan dengan teori herd

immunity. Skabies dapat diderita semua orang tanpa membedakan usia dan jenis kelamin;

akan tetapi lebih serin ditemukan pada anak-anak usia sekolah dan dewasa muda (remaja).

Di beberapa Negara berkembang, penyakit ini dapat menjadi endemik secara kronis pada

beberapa negara.5 Insidens penyakit skabies ini sangat tinggi terutama pada lingkungan

dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai.

Pada beberapa penelitian menemukan bahwa di suatu pesantren yang padat penghuninya,

prevalensi skabies mencapai 78,7% dimana prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada

kelompok yang higienenya kurang baik (72,7%) dan pada kelompok yang higienenya baik

prevalensi skabies hanya 3,8% dan 2,2%.3 Penelitian lain yang dilakukan di Pondok

Pesantren di kabupaten lamongan menunjukkan bahwa dari 338 santri, 64,20 % menderita

skabies yang dimana angka ini lebih tinggi dari prevalensi pada Negara sedang

berkembang yang hanya 6-27% atau bahkan prevalensi di Indonesia yang hanya 4,60-

12,75% saja. Dari penelitian tersebut didapati bahwa penyebab paling sering adalah karena

higiene yang buruk, sanitasi lingkungan yang kurang baik, serta perilaku para santri yang

tidak menjaga kesehatan.7

Di kelompok usia dewasa muda, cara penularan yang paling sering terjadi adalah melalui

kontak seksual. Meskipun demikian rute infeksi agak sulit ditentukan karena periode

“inkubasi” yang lama dan asimptomatis. Apabila dalam satu keluarga terdapat beberapa

anggota mengeluh adanya gatal-gatal, maka penegakan diagnosis menjadi lebih mudah.

Dan tidak seperti penyakit menular seksual lainnya, skabies dapat menular melalui kontak

non seksual di dalam satu keluarga. Kontak kulit dengan orang yang tidak serumah dan

transmisi tidak langsung seperti lewat handuk dan pakaian sepertinya tidak menular,

kecuali pada skabies yang berkrusta/skabies Norwegia. Sebagai contoh, meskipun skabies

sering dijumpai pada anak-anak usia sekolah, penularan yang terjadi di sekolah jarang

didapatkan. Penularan di pegawai rumah sakit juga jarang, tetapi beberapa kasus pernah

dilaporkan terutama yang bentuk krusta/skabies Norwegia.5,8

17

5. Beberapa Bentuk Skabies

Terkadang diagnosis skabies sukar ditegakkan karena lesi kulit bisa bermacam-macam.

Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus skabies antara lain :

a. Skabies Nodula

Bentuk ini sangat jarang dijumpai dan merupakan suatu bentuk hipersensitivitas terhadap

tungau skabies, dimana pada lesi tidak ditemukan Sarcoptes scabiei. Lesi berupa nodul

yang gatal, merah cokelat, terdapat biasanya pada genitalis laki-laki, inguinal dan ketiak

yang dapat menetap selama berbulan-bulan. Untuk menyingkirkan dengan limfoma kulit

diperlukan biopsi. Bentuk ini juga terkadang mirip dengan beberapa dermatitis atopik

kronik. Apabila secara inspeksi, kerokan atau pun biopsi tidak jelas, maka penegakan

diagnosis dapat melalui adanya riwayat kontak dengan penderita skabies atau lesi

membaik denngan pengobatan khusus untuk skabies.5

b. Skabies Incognito

Seperti semua bentuk dermatitis yang meradang, skabies juga memberi respons terhadap

pengobatan steroid baik topikal maupun sistemik. Pada kebanyakan kasus, skabies

menjadi lebih parah dan diagnosis menjadi lebih mudah ditegakkan. Tetapi pada

beberapa kasus, pengobatan steroid membuat diagnosis menjadi kabur, dan perjalanan

penyakit menjadi kronis dan meluas yang sulit dibedakan dengan bentuk ekzema

generalisata. Penderita ini tetap infeksius, sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan

adanya anggota keluarga lainnya.2,5

c. Skabies Pada Bayi

Skabies pada bayi dapat menyebabkan gagal tumbuh atau menjadi ekzema generalisata.

Lesi dapat mengenai seluruh tubuh termasuk kepala, leher, telapak tangan dan kaki. Pada

anak-anak seringkali timbul vesikel yang menyebar dengan gambaran suatu impetigo

atau infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus yang menyulitkan penemuan

terowongan.2,5,8

Gambar 3. Skabies pada Bayi (regio Pedis)

18

Gambar 4. Skabies Pada masa kanak-kanak (regio palmaris)

d. Skabies Norwegia

Skabies jenis ini sering disebut juga skabies berkrusta (crusted scabies) yang memiliki

karakteristik lesi berskuama tebal yang penuh dengan infestasi tungau. Istilah skabies

Norwegia merujuk pada Negara yang pertama mendeskripsikan kelainan ini yang

kemudian diganti dengan istilah skabies berkrusta. Bentuk lesi jenis skabies ini ditandai

dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, pada kuku dan kepala. Penyakit ini

dikaitkan dengan penderita yang memiliki defek imunologis misalnya usia tua, debilitas,

disabilitas pertumbuhan, contohnya seperti sindrom Down, juga pada penderita yang

mendapat terapi imunosupresan. Tidak seperti skabies pada umumnya, penyakit ini dapat

menular melalui kontak biasa. Masih belum jelas apakah hal ini disebabkan jumlah

tungau yang sangat banyak atau karena galur tungau yang berbeda. Studi lain

menunjukkan pula bahwa transmisi tidak langsung seperti lewat handuk dan pakaian

paling sering menyebabkan skabies berkrusta. Terapi yang dapat diberikan selain

skabisid adalah terapi suportif dan antibiotik. 5 Berikut dipaparkan gambaran skabies

berkrusta.

Gambar 5. Skabies berkrusta pada regio abdomen

19

e. Skabies Pada Penderita HIV/AIDS

Gejala skabies pada umumnya tergantung pada respons imun, karena itu tidak

mengherankan bahwa spektrum klinis skabies penderita HIV berbeda dengan penderita

yang memiliki status imun yang normal. Meskipun data yang ada masih sedikit,

tampaknya ada kecenderungan bahwa penderita dengan AIDS biasanya menderita bentuk

skabies berkrusta (crusted scabies). Selain itu, skabies pada penderita AIDS biasanya

juga menyerang wajah, kulit, dan kuku dimana hal ini jarang didapatkan pada penderita

status imunologi yang normal.5

Gambaran klinis yang tidak khas ini kadang membingungkan dengan diagnosis penyakit

Darier White atau keratosis folikularis yaitu suatu penyakit dengan lesi popular yang

berskuama pada area seboroik termasuk badan, wajah, kulit kepala dan daerah lipatan.

Skabies juga harus dipikirkan sebagai diagnosis banding penderita AIDS dengan lesi

psoriasiform, yang terkadang didiagnosis sebagai ekzema. Pada penderita dengan status

imunologi yang normal, pruritus merupakan tanda khas, sedangkan pada beberapa

penderita AIDS, pruritus tidak terlalu dirasakan. Hal ini mungkin disebabkan status imun

yang berkurang dan kondisi ini berhubungan dengan konversi penyakit menjadi bentuk

lesi berkrusta.5

Seperti pada penderita umumnya, lesi skabies berkrusta pada penderita AIDS

mengandung tungau dalam jumlah besar dan sangat menular. Beberapa kasus penularan

nosokomial kepada penderita lain dan juga petugas kesehatan pernah dilaporkan. Pada

penderita AIDS, skabies berkrusta juga berhubungan dengan bakteremia, yang biasanya

disebabkan oleh S. aureus, dan Streptococcus grup A, Streptococcus grup lain bakteri

gram negatif seperti Enterobacter cloacae dan Pseudomonas aeroginosa. Sebagian ahli

menyarankan pemberian antibiotika profilaksis pada penderita AIDS dengan skabies

untuk mencegah sepsis sedangkan sebagian lain menganjurkan tindakan yang tepat ada

dengan pengawasan ketat.5

Pengobatan skabies berkrusta pada penderita AIDS memerlukan waktu yang lebih lama.

Pada beberapa aplikasi lindane selama 6 minggu dengan dosis seminggu sekali berhasil

dengan baik, seperti halnya aplikasi 2 atau 3 kali dengan interval 48 atau 72 jam.

Permetrin juga pernah dipakai pada beberapa kasus. Selain itu, secara bersamaan

dianjurkan penggunaaan keratolitik seperti asam salisilat 6%. Akibat tebalnya krusta,

20

penetrasi topikal skabisid pada penderita AIDS terkadang tidak begitu baik. Selain itu,

jumlah tungau yang banyak juga membuat obat topikal kurang efektif. Sehingga

dianjurkan untuk penggunaan terapi skabisid orang yaitu ivermektin.5

6. Gejala Klinis

Ada 4 tanda kardinal :

1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas

tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.1 Pada awalnya gatal terbatas

hanya pada lesi tetapi seringkali menjadi menyeluruh. Pada infeksi inisial, gatal timbul

setelah 3 sampai 4 minggu, tetapi paparan ulang menimbulkan rasa gatal hanya dalam

waktu beberapa jam.5 Namun studi lain menunjukkan pada infestasi rekuren, gejala dapat

timbul dalam 4-6 hari karena telah ada reaksi sensitisasi sebelumnya.9

2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya

seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang

padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau

tersebut.1 Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur

bersama dan hubungan seksual. Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui

perlengkapan tidur, pakaian atau handuk.3

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau

keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung

terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya

menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).1 Berikut dipaparkan gambaran kelainan

kulit pada skabies.

Gambar 6. Kelainan kulit pada sela-sela jari dan penis

21

Gambar 7. Kelainan kulit pada bagian punggung

Gambar 8. Kelainan kulit pada mammae

Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,

yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak

bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan

perut bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di telapak tangan, telapak kaki, dibawah

kepala dan leher namun pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.1

Berikut dipaparkan gambaran tempat predileksi skabies.

22

Gambar 9. Tempat Predileksi Skabies

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau

lebih stadium hidup tungau ini. Berikut merupakan gambaran mikroskopik tungau skabies.1

Gambar 10. Tungau Skabies pada Stratum Korneum

Gambar 11. Tungau Skabies Dewasa

Terdapat berbagai variasi dalam gambaran klinis, mulai dari bentuk-bentuk yang tidak

khas pada orang-orang yang tingkat kebersihannya tinggi, berupa papul-papul saja pada

tempat predileksi. Tidak jarang terjadi infeksi sekunder akibat garukan dengan kebersihan

23

kuku yang kurang baik. Pada kasus-kasus yang kebersihannya kurang baik dapat terlihat

ektima, impetigo, selulitis, folikulitis, dan furunkulosis.2

7. Penegakan Diagnosis

Beberapa sumber menyebutkan bahwa penegakan diagnosis skabies masih menjadi

persoalan dalam dermatologi. Disebutkan bahwa jika gejala klinisnya khas, diagnosis

skabies mudah ditetapkan, tetapi gejala klinis skabies sering menyerupai penyakit kulit

lainnya sehingga dapat menimbulkan salah diagnosis dan selanjutnya dapat menyebabkan

kesalahan pengobatan.3

Diagnosis klinis ditetapkan berdasarkan anamnesis yaitu adanya pruritus nokturna dan

erupsi kulit berupa papul, vesikel, dan pustule di tempat predileksi, distribusi lesi yang

khas, terowongan-terowongan pada predileksi, adanya penyakit yang sama pada orang-

orang sekitar.3 Terowongan terkadang sulit ditemukan, dan petunjuk yang lazim adalah

penyebaran yang khas. Diagnosis definitif bergantung pada identifikasi mikroskopis

adanya tungau, telur atau fecal pellet.5 Seringkali tungau tidak dapat dapat ditemukan

ditemukan walau terdapat lesi skabies nodula yang klasik di genitalia, atau ruam yang khas

dengan riwayat gatal-gatal pada anggota keluarga yang lain. Dari beberapa penelitian yang

telah lama dilakukan beberapa ahli menemukan bahwa dari sebagian besar penderita

skabies hanya dapat ditemukan sedikit tungau dari setiap penderita.5 Hal ini yang

terkadang menimbulkan kesalahan diagnosis. Selain itu, kesalahan diagnosis juga

disebabkan oleh pemeriksaan yang tidak adekuat.3 Infestasi skabies sering disertai infeksi

sekunder sehingga erupsi kulit tidak khas lagi dan menyulitkan pemeriksaan. Karena

sulitnya menemukan tungau, maka Lyell menyatakan diagnosis skabies harus

dipertimbangkan pada setiap penderita dengan keluhan gatal yang menetap walalupun

dengan cara ini dikatakan perevalensi skabies menjadi lebih tinggi dari yang

sebenarnya.3,15

Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui pemeriksaan

mikroskop, yang dapa dilakukan dengan beberapa cara antara lain:5,15

1. Kerokan kulit

Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula menggunakan

scalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi minyak mineral atau

24

minyak imersi, diberi kaca penutup dan dengan pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat

tungau, telur atau fecal pellet.3,5

2. Mengambil tungau dengan jarum

Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada orang

kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial. Tungau akan memegang

ujung jarum dan dapat diangkat keluar.3,5

3. Epidermal shave biopsy

Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu jari dan jari telunjuk,

dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan scalpel nomor yang 15 dilakukan sejajar

dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi

perdarahan dan tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi

minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.5

4. Kuretase terowongan

Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papula kemudian

kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas objek dan ditetesi

minyak mineral.3,5

5. Tes tinta Burowi

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol, maka

jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik, berbelok-belok, karena

ada tinta yang masuk. Tes ini tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada

penderita yang non-kooperatif.5

6. Tetrasiklin topikal

Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai. Setelah dikeringkan

selama 5 menit kemudian hapus larutan tersebut dengan isopropilalkohol. Tetrasiklin

akan berpenetrasi ke dalam melalui stratum korneum dan terowongan akan tampak

dengan penyinaran lampu wood, sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan sehingga

tungau dapat ditemukan.3,5

7. Apusan kulit

Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan diangkat

dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari

lesi yang sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.5

8. Biopsi plong (punch biopsy)

Biopsy berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau telur. Yang perlu

diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau hidup pada penderita dewasa hanya sekitar 12,

25

sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang meradang. Secara umum digunakan

punch biopsy, tetapi biopsy mencukur epidermis adalah lebih sederhana dan biasanya

dilakukan tanpa anestetik local pada penderita yang tidak kooperatif.5

Selain itu, alat lain yang dapat dipakai untuk diagnostik adalah dermoskopi. Argenziano

melaporkan bahwa alat ini cukup efektif. Pembesaran gambar menunjukkan struktur

triangular kecil berwarna gelap yang berhubungan dengan bagian anterior tungau yang

berpigmen, dan suatu segmen linier haus di belakang segitiga yang mengandung

gelembung udara kecil, dimana kedua gambaran ini menyerupai “jet with contrail”dan

dianggap sebagai bentuk terowongan beserta telur dan fecal pellet. Dilaporkan juga oleh

Bezold bahwa penggunaan polymerase chain reaction (PCR) untuk membuktikan adanya

skabies pada penderita yang secara klinis menunjukkan eczema atipikal. Skuama

epidermal positif untuk DNA Sarcoptes scabiei sebelum terapi dan menjadi negatif 2

minggu setelah terapi.5

Dari berbagai cara pemeriksaan diatas, kerokan kulit merupakan cara yang paling mudah

dilakukan dan memberikan hasil yang paling memuaskan. Mengambil tungau dengan

jarum memerlukan keterampilan khusus dan jarang berhasil karena biasanya terowongan

sulit diidentifikasi dan letak tungau sulit diketahui. Swab kulit mudah dilakukan tetapi

memerlukan waktu lama karena dari 1 lesi harus dilakukan 6 kali pemeriksaan sedangkan

pemeriksaan dilakukan pada hampir seluruh lesi. Tes tinta Burowi dan uji tetrasiklin

jarang memberikan hasil positif karena biasanya penderita datang pada keadaan lanjut dan

sudah terjadi infeksi sekunder sehingga terowongan tertutup oleh krusta dan tidak dapat

dimasuki tinta atau salep.3

8. Diagnosis Banding

Skabies dapat mirip berbagai macam penyakit sehingga disebut juga “The great

imitator”.1,3 Diagnosis banding skabies meliputi hampir semua dermatosis dengan keluhan

pruritus, yaitu dermatitis atopik, dermatitis kontak, prurigo, urtikaria popular, pioderma,

pedikulosis, dermatitis herpetiformis, ekskoriasi-neurotik, liken planus, penyakit Darier,

gigitan serangga, mastositosis, urtikaria, dermatitis eksematoid infeksiosa, pruritis karena

penyakit sistemik, dermatosis pruritik pada kehamilan, sifilis dan vaskulitis.3,15

26

9. Terapi

Terapi skabies harus segera dilakukan setelah penegakan diagnosis. Penundaan terapi

dapat menyebabkan infestasi tungau yang semakin banyak dan kemungkinan peningkatan

keparahan gejala.9 Terapi skabies ini juga harus tuntas bagi penderita dan juga dilakukan

bagi keluarga penderita yang memiliki gejala yang sama karena skabies yang tidak terobati

biasanya memiliki hubungan dengan peningkatan kejadian pyoderma oleh Streptococcus

pyogenes.10 Terdapat sejumlah terapi skabies yang efektif dan pemilihannya tergantung

pada biaya dan potensi toksiknya. Terkadang penderita menggunakan obat lebih lama dari

waktu yang dianjurkan, sehingga mengetahui kuantitas obat yang tepat untuk diresepkan

akan dapat mencegah timbulnya iritasi akibat pemakaian obat yang berlebihan, yang pada

akhirnya disalahartikan sebagai kegagalan terapi. Skabisid topikal sebaiknya dipakai di

seluruh tubuh kecuali wajah. Obat harus segera dibersihkan secara menyeluruh setelah

periode waktu yang dianjurkan. Pagi hari setelah terapi, pakaian, sprei, dan handuk dicuci

menggunakan air panas. Tungau akan mati pada suhu 130oC. Pasien dapat diberikan

edukasi untuk meningkatkan kebersihan lingkungan dan perorangan.5

Penderita hendaknya diberikan pengertian bahwa meskipun penyakit telah diobati secara

adekuat, rasa gatal akan tetap ada sampai beberapa bulan. Seluruh anggota keluarga yang

memiliki gejala harus diterapi, termasuk pasangan seksual. Para ahli merekomendasikan

terapi untuk anggota keluarga bersifat simultan, karena angka kesembuhan setelah 10

minggu lebih tinggi.5,15 Terapi topikal untuk skabies yang sering digunakan adalah sebagai

berikut :

1. Krim Permetrin ( Elimite, Acticin), yaitu suatu skabisid berupa piretroid sintesis yang

efektif pada manusia dengan toksisitas rendah, bahkan dengan pemakaian yang

berlebihan sekalipun dan obat ini telah dipergunakan lebih dari 20 tahun.5,11 Krim

permetrin ditoleransi dengan baik, diserap minimal dan tidak diabsorbsi sistemik, serta

dimetabolisasi dengan cepat.5,10 Obat ini merupakan terapi pilihan lini pertama

rekomendasi dari CDC untuk terapi tungau tubuh.12 Penggunaan obat ini biasanya pada

sediaan krim dengan kadar 1% untuk terapi tungau pada kepala dan kadar 5% untuk

terapi tungau tubuh. Studi menunjukkan Penggunaan permethrin 1% untuk tungau daerah

kepala lebih baik dari lindane karena aman dan tidak diabsorbsi secara sistemik.11 Cara

pemakaiannya dengan dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke bawah dan dibilas

setelah 8-14 jam.12 Bila diperlukan, pengobatan dapat diulang setelah 5-7 hari kemudian.

27

Belum ada laporan terjadinya resistensi yang signifikan tetapi beberapa studi

menunjukkan adanya resistensi permethrin 1% pada tungau kepala namun dapat

ditangani dengan pemberian permethrin 5%.5,11 Permetrin sebaiknnya tidak digunakan

pada bayi berumur kurang dari 2 bulan atau pada wanita hamil dan menyusui namun

studi lain mengatakan bahwa obat ini merupakan drug of choice untuk wanita hamil.5,13

Dikatakan bahwa permethrin memiliki angka kesembuhan hingga 97,8% jika

dibandingkan dengan penggunaan ivermectin yang memiliki angka kesembuhan 70%.

Tetapi penggunaan 2 dosis ivermectin selama 2 minggu memiliki keefektifan sama

dengan permethrin. Efek samping yang sering timbul adalah rasa terbakar dan yang

jarang adalah dermatitis kontak dengan derajat ringan sampai sedang.14

2. Lindane 1% (gamma-benzen heksaklorida), merupakan pilihan terapi lini kedua

rekomendasi CDC.12 Dalam beberapa studi memperlihatkan keefektifan yang sama

dengan permetrin. Studi lain menunjukkan lindane kurang unggul dibanding permetrin.5

Lindane memiliki angka penyembuhan hingga 98% dan diabsorbsi secara sistemik pada

penggunaan topikal terutama pada kulit yang rusak.10 Sediaan obat ini biasanya sebanyak

60 mg.14 Cara pemakaiannya adalah dengan dioleskan dan dibiarkan selama 8 jam. Sama

seperti pada permetrin, kadang diperlukan pengolesan ulang 1 minggu setelah terapi

pertama. Salah satu kekurangan obat ini adalah absorbsi secara sistemik terutama pada

bayi, anak dan orang dewasa dengan kerusakan kulit yang luas. Lindane memiliki efek

samping yaitu toksik pada sistem saraf pusat dengan keluhan utama kejang.10 Lindane

sebaiknya tidak digunakan untuk bayi, anak dibawah 2 tahun, dermatitis yang meluas,

wanita hamil atau menyusui, penderita yang pernah mengalami kejang atau penyakit

neurologi lainnya. Sejak 1 januari 2002, Negara bagian California telah meninggalkan

pemakaian lindane. Belum ada laporan mengenai toleransi yang signifikan terhadap

pemakaian lindane.5,10

3. Sulfur, biasanya diresepkan sebagai sulfur presipitat (6%) dalam petrolatum. Sulfur

dipakai saat malam hari selama 3 malam dan dibersihkan secara menyeluruh 24 jam

terakhir. Kekurangannya adalah sulfur berbau, meninggalkan noda dan berminyak,

mengiritasi, membutuhkan pemakaian berulang, namun relatif aman, efektif dan tepat

untuk bayi berumur kurang dari 2 bulan dan selama kehamilan atau menyusui.5,10

4. Benzil benzoat 25%, merupakan produk alamiah, disebut juga balsam Peru dan telah

dipergunakan lebih dari 60 tahun. Obat ini merupakan skabisid kerja cepat yang efektif

terhadap semua stadium namun tidak dijual bebas di Amerika Serikat. Penggunaannya

diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan

28

kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. Benzyl benzoate memiliki keefektifan yang

sama dengan lindane.1,5,10

5. Krim Krotamiton (Eurax) dianggap tidak cukup efektif untuk mengobati skabies.

Kualitas krim ini dibawah permetrin dan efektivitasnya setara dengan benzyl benzoat

atau sulfur.5

Selain itu juga terdapat terapi sistemik, khususnya untuk penderita AIDS. Ivermektin

adalah suatu antiparasit yang disahkan oleh FDA untuk onchocerciasis dan strongilodiasis

pada manusia.5 Ivermectin dikatakan merupakan pilihan terapi lini ketiga rekomendasi dari

CDC.12 Ivermectin memiliki aktivitas spectrum luas pada nematoda dan arthropoda yang

dapat digunakan pada hewan dan manusia serta obat ini dapat digunakan pada terapi

filariasis.10 Jika dibandingkan dengan permethrin, angka kesembuhan dengan penggunaan

ivermectin masih lebih rendah dibandingkan permethrin tetapi jika dibandingkan dengan

lindane, pada penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa 80% pasien mengalami

perbaikan gejala klinis lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan lindane yang hanya

44%.14 Sejak tahun 1993 dilaporkan bahwa ivermektin yang diberikan 1 atau 2 dosis oral

200 mg/kgBB menjadi terapi skabies yang efektif pada penderita AIDS. Diperlukan studi

control lebih lanjut dengan menentukan dosis dan cara pemberian obat yang paling efektif,

baik bagi penderita dengan status imun normal ataupun pada penderita yang mengalami

imunosupresi, serta keefektifan kombinasi terapi oral dan topikal ivermektin.5,12

Penggunaan Ivermectin ini tidak boleh pada wanita hamil dan menyusui.12 Sediaan

ivermektin topikal, yaitu larutan ivermektin 1% dalam propilen-glikol juga sedang diteliti

penggunaannya sebagai terapi alternatif.5 Walaupun demikian, ivermectin topikal dilarang

penggunaannya di UK.11 Pada beberapa sumber dikatakan bahwa sediaan crotamiton,

benzyl benzoate, malathion, sulfur, dan ivermectin masih belum disetujui penggunaannya

oleh FDA untuk indikasi terapi skabies namun sumber lainnya mengatakan penggunaan

telah dapat ditolerir dan mulai banyak beredar namun di Negara tertentu penggunaan

dibatasi bahkan dilarang.14

Penyakit yang serius akibat skabies jarang didapatkan, kecuali pada bayi dan penderita

skabies berkrusta. Tetapi pruritus dan infeksi yang ditimbulkan dapat menjadi masalah dan

memerlukan terapi khusus. Lesi dengan fecal pellet terkadang memberi rasa gatal untuk

beberapa saat setelah tungau mati. Hal ini memerlukan pemberian antihistamin dan bila

gatal tetap mengganggu dapat diberikan steroid oral dalam waktu yang singkat. Bila

29

didapatkan superinfeksi oleh bakteri, antibiotic harus diberikan. Terdapat istilah

acarofobia yaitu penderita dengan delusi. Penderita mulai merasa bahwa pada kulit mereka masih

terdapat tungau meskipun telah diobati. Bila gangguan ini berkelanjutan maka diperlukan

pertolongan psikiater.5

10. Gejala Persisten

Semua pasien harus diberikan informasi bahwa bercak-bercak dan gatal karena skabies

tersebut mungkin akan menetap lebih dari 2 minggu setelah terapi selesai. Ketika gejala

dan tanda masih menetap lebih dari 12 minggu, terdapat beberapa kemungkinan yang

dapat dijelaskan diantaranya resistensi terapi, kegagalan terapi, re-infeksi dari anggota

keluarga lain atau teman sekamar, alergi obat, atau perburukan gejala karena reaktivitas

silang dengan antigen dari penderita skabies lainnya.14

Respon yang buruk dan dugaan resistensi terhadap lindane pernah dilaporkan di tempat

lain. Kegagagalan terapi yang tidak berhubungan dengan resistensi terapi bisa disebabkan

karena kegagalan penggunaan terapi skabisid topikal. Pasien dengan skabies berkrusta

mungkin memiliki penetrasi obat skabisid yang buruk kedalam lapisannya yang bersisik

tersebut dan mungkin karena tungau bersembunyi di lapisan yang sulit di penetrasi.14

Yang pasti, untuk menghindari infeksi berulang, direkomendasikan agar seluruh kontak

dekat dengan pasien harus dieradikasi. Seluruh kain, selimur, pakaian harus dicuci jika

memungkinkan selama penggunaan skabisid topikal. Bahkan setelah terapi berhasil dan

infeksi berulang telah dicegah, gejala mungkin dapat memburuk karena terjadi dermatitis

alergi. Komplikasi ini telah terlihat pada penggunaan beberapa jenis skabisid topikal. Dan

pada akhirnya, tungau rumah tangga biasa mungkin masih dapat menyebabkan gejala yang

menetap sebagai akibat dari reaktivitas silang antara antigennya.14

11. Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan

menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas

dan memberikan prognosis yang baik. Oleh karena manusia merupakan penjamu (hospes)

definitif, maka apabila tidak diobati dengan sempurna, Sarcoptes scabiei akan tetap hidup

tumbuh pada manusia.1,2

30

IV. PEMBAHASAN

A. Permasalahan

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

2. Bagaimana cara menyingkirkan diagnosis banding

3. Apakah tata laksana pada kasus ini sudah tepat?

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan

pemerksaan yang dilakukan. Dari anamnesis didapatkan timbul bintik-

bintik kemerahan yang disertai rasa gatal pada kedua sela jari tangan

sampai pergelangan tangan dan kedua punggung kaki Keluhan gatal

dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari. Pasien tinggal

bersama orang tuanya di rumah dan riwayat orang sekitar yang

mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh ayah pasien, yakni

teman yang sering melakukan kontak langsung. Pasien dapat didiagnosis

menderita penyakit skabies, dimana hal ini sesuai dengan teori yang ada

bahwa dengan ditemukannya 2 dari tanda 4 tanda kardinal skabies maka

diagnosis klinis dapat ditegakkan.1 Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2

dari 4 tanda kardinal yakni :

Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau

lebih tinggi pada malam hari

Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh

keluarga, sebagian tetangga yang berdekatan

Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna

putih atau keabuabuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –

rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul dan

vesikel.

Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.

Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna, adanya

orang di sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama dan

31

kanalikulus pada tempat predileksi. Menurut teori untuk lebih

memperkuat diagnosis yaitu dengan cara mencari tungau.1,3

Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa terdapat lesi . Pada

pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi regional pada region Pada

regio interdigitalis manus sinistra et detra sampai seluruh dorsum dan

palmar manus sinistra et detra terdapat papul dan vesikel eritomatous,

multiple, ukuran terbesar 1,5 cm x 1 cm dan terkecil diameter 0,2 cm,

bulat-ireguler, batas sirkumskripta, diskret – konfluens disertai erosi dan

eksoriasi dan di beberapa tempat terdapat kanalikuli berwarna putih

keabuan berbentuk berkelok-kelok 1 cm dan pada ujung terdapat vesikel.

Pada regio dorsum pedis sinsitra et dextra terdapat papul dan vesikel

eritomatous multiple, ukuran terbesar 1 cm x 0,7 cm dan terkecil

diameter 0,2 cm, bulat-ireguler, batas sirkumskripta, diskret – konfluens

disertai erosi dan eksoriasi.

Efloresensi papul eritematosa, pustule. Hal ini sesuai untuk diagnosis

skabies, dimana di dalam teori dikatakan bahwa predileksi terjadinya

pada daerah dengan stratum korneum yang tipis, hal ini sesuai dengan

predileksi efloresensi pada kasus ini, yaitu pada sela jari tangan,

pergelangan tangan, depan ketiak serta punggung kaki. Karena Sarcoptes

scabiei hidup di stratum korneum manusia, dan membuat terowongan ditempat tersebut. 5,3

2. Bagaimana cara menyingkirkan diagnosis banding pada kasus ini ?

Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu prurigo hebra yaitu

penyakit kulit kronis dimulai sejak bayi atau anak, sering terdapat pada

anak dengan tingkat social ekonomi dan hygiene rendah. Penyebab pasti

belum diketahui, diduga sebagai penyakit herediter, akibat kepekaan

kulit terhadap gigitan serangga. Tanda khasnya adalah adanya papul-

papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal. Tempat

predileksinya di ekstremitas bagian ekstensor dan simetris. Diagnosis ini

dapat disingkirkan karena pasien baru mengalami keluhan 3 minggu yang

lalu dan tidak peka tehadap gigitan nyamuk. Sedangkan pada pedikulosis

32

korporis kelainan kulitnya berupa papul milier disertai bekas garukan

yang menyeluruh pada tubuh pasien. Pada dermatitis, meskipun

memberikan kelainan kulit yang hampir sama namun pada dermatitis

tidak akan ditemukan kanalikuli, adanya pada anamnesa tidak

didapatkan adanya anggota keluarga yang menderita keluhan yang

sama, serta pada dermatitis allergic khususnya biasanya pasien juga

memiliki riwayat alergi seperti asma, rhinitis alergika atau alergi

makanan. 3

3. Apakah tatalaksana pada kasus ini sudah tepat ?

Penatalaksanaan pada kasus scabies dapat dilakukan baik dengan non-

medikamentosa dan medikamentosa. Penatalaksanaan non

medikamentosa yaitu dengan memberikan eduksai seperti Rajin

melakukan pengobatan dan seluruh keluarga harus diobati, menjaga

kebersihan pasien dan keluarga, seluruh pakaian di rumah dicuci dengan

menggunakan air hangat, kasur, bantal, dan benda-benda lain yang tidak

bisa dicuci dapat dijemur, kontrol seminggu lagi untuk melihat hasil terapi

dan perkembangan penyakit .5

Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan

memberikan obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan

adalah Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari

selama 10 jam, satu kali dalam seminggu. Pada teori yang telah

dikemukakan bahwa Krim permetrin ditoleransi dengan baik, diserap minimal dan tidak

diabsorbsi sistemik, dimetabolisasi dengan cepat serta efektif pada semua stadium

skabies dan toksisitasnya yang rendah1. Serta penggunannya yang mudah

dan dapat diperoleh dengan mudah di apotek. Selain itu untuk

mengurangi gatal yang dialami pasien terutama pada malam hari juga

diberikan obat antihistamin yaitu Klorfeniramin maleat 2 x1/2 tablet. Obat

ini murah dan mudah didapat namun memiliki efek mengantuk karena

efek sedatif.12, 14

33

Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila

diobati dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan

predisposisi, demikian juga sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan

pengobatan kepada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama.

Bila dalam perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat

maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena

manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes scabiei.1,2

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko, R. Skabies. In : Djuanda, A. Hamzah, N. Aisah, S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009 : 119-122

2. Makatutu, H. Penyakit Kulit Oleh Parasit Dan Insekta. In : Harahap, M. Penyakit Kulit. Jakarta : PT Gramedia. 1990 : 100-104

3. Sungkar S. Skabies. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. 1995 : 1-25

4. Beggs, J. dkk. Scabies Prevention And Control Manual. USA : Michigan Department Of Community Health. 2005 : 4-6, 10

5. Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual : Skabies. Edisi 1. Surabaya : Airlangga University Press. 2005 : 202-208

6. Setyaningrum, T. Listiawan, M. Zulkarnain, I. Kadar Imunoglobulin E-Spesifik Terhadap Tungau Debu Rumah Pada Penderita Skabies Nonatopi Anak. Berkala Ilmu Kesehatan Dan Kelamin 2007 : 19 : 100

34

7. Ma’rufi, I. Keman, S. Notobroto, H. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies Studi Pada Santri di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2005 : 2 : 11-17

8. Chosidow, O. Scabies. The New England Journal Of Medicine 2006 : 1718-1727

9. Department Of Public Health. Scabies. USA : Department Of Public Health Division Of Communicable Disease Control. 2008 : 1-3

10. McCarthy, J. Kemp, D. Walton, S. Currie, B. Review Scabies : More Than Just An Irritation. Postgrad Medical Journal 2004 : 80 : 382-386

11. Cox, N. Permethrin Treatment In Scabies Infestasion : Important Of Correct Formulation. British Medical Journals 2000 : 320 : 37-38

12. Fox, G. Itching And Rash In A Boy And His Grandmother. The Journal Of Family Practice 2006 : 55 : para. 26-27, 30

13. Johnston, G. Sladden, M. Scabies : Diagnosis And Treatment. British Medical Journal 2005 : 331 : 619-622

14. Leone, P. Scabies And Pediculosis : An Update Of Treatment Regiments And General Review. Oxford Journals 2007 : 44 : 154-159

15. Freedbreg, I.M., Eisen, A.Z., Wolff, K., et al. Microbiological Agent Infestation Bites and Stings : Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Edition 6th. Mc Graw-Hill. 2003.

35