Download - Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

Transcript
Page 1: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir(AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau dari Perkebunan Rakyat

Boyolali Jawa Tengah

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Melissa

NIM : 068114093

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA2010

Page 2: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

ii

Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir(AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau dari Perkebunan Rakyat

Boyolali Jawa Tengah

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Melissa

NIM : 068114093

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA2010

Page 3: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

iii

Page 4: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

iv

Page 5: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

v

Hidup adalah

10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita, dan

90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.

Karya ini kupersembahkan dengan cinta teruntuk:

Mama, Papa, Ci Meti dan Oh Yohan atas semua dukungan, kasih sayang, dan doanya

Sonny tersayang atas segala cinta, semangat dan dukungan yang telah diberikan

Malaikat kecilku, dion, terima kasih atas senyummu yang selalu menyinari hariku

almamaterku tercinta

Page 6: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

vi

Page 7: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

vii

Page 8: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

viii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

anugerah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK) Ekstrak Kental

Teh Hijau dari Perkebunan Rakyat Boyolali Jawa Tengah”.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya

bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

2. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan banyak waktu untuk membantu penulis hingga

terselesaikannya skripsi ini.

3. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak

memberi masukan kepada penulis.

4. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak

memberi masukan kepada penulis.

5. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku Kepala Program Studi atas batuan

yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

Page 9: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

ix

6. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt., selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh staf dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis.

8. Mas Wagiran, Mas Sarwanto, seluruh laboran dan karyawan Universitas Sanata

Dharma.

9. Orang tua, cici, koko tercinta, atas segala kasih sayang, dukungan, dan doanya

selama ini.

10. Sonny dan dion tersayang serta keluarga yang telah banyak membantu dan

selalu mendukung penulis selama pembuatan skripsi.

11. Teman-temanku tercinta Arum (mongkie), Riri, Micell, Dian (Mei2), Heni,

Vivin, Amel untuk semangat yang selalu diberikan hingga skripsi ini berhasil

terselesaikan, tengkyu very much. Teman-teman seperjuangan di laboratorium,

Ayu, Grace, Dini, dan Inge. Teman-teman KKN angkatan 39 kelompok 32,

terimakasih telah mau mengerti.

12. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan laporan ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari keterbatasan dan kekurangan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi penyempurnaan laporan skripsi ini sangat penulis

harapkan.

Penulis

Page 10: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

x

INTISARI

Teh (Camellia sinensis L.) telah diyakini memiliki banyak khasiat kesehatan,antara lain menurunkan tekanan darah, menghilangkan stress, dan lain-lain. Teh dariPerkebunan Rakyat Boyolali memiliki spesies yang sama dan bermutu tinggisehingga berpotensi digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Teh yang diolahdengan cara pemanasan disebut teh hijau. Ekstrak kental teh hijau merupakan salahsatu bentuk bahan baku obat tradisional yang harus memenuhi kualitas bahan bakuuntuk menjamin mutu dan keamanan penggunaan bahan baku tersebut denganstandarisasi bahan baku. Standarisasi bahan baku yang dilakukan dalam penelitian iniadalah pengujian cemaran mikroba yang meliputi Angka Lempeng Total (ALT) danAngka Kapang Khamir (AKK).

Pada penelitian ini dibuat ekstrak kental teh hijau dengan cara maserasimenggunakan pelarut etanol 70%. Kemudian dilakukan uji ALT dan AKK yangbertujuan untuk mengetahui nilai ALT dan AKK ekstrak kental teh hijau serta apakahALT dan AKK yang diperoleh melebihi batas yang ditetapkan Badan Penelitian Obatdan Makanan (BPOM) RI dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia(Anonim, 2004), yaitu tidak melebihi 10 koloni/g.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ALT dan AKK yang terdapatdalam ekstrak kental teh hijau kurang dari 10 koloni/g. Hasil ini berarti tidak melebihibatas yang ditetapkan dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat sehingga ekstrakkental teh hijau dari Perkebunan Rakyat Boyolali dapat diolah menjadi produk ObatTradisional yang aman untuk dikonsumsi berdasarkan nilai ALT dan AKK.

Kata kunci : Angka Lempeng Total bakteri (ALT), Angka Kapang/Khamir (AKK),ekstrak kental teh hijau

Page 11: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

xi

ABSTRACT

Tea (Camellia sinensis L.) has been believed that it has many health benefits,including lowering blood pressure, relieveing stress, and others. Tea from Boyolaliplantation have the same species and high quality so it potentially used as rawmaterials of traditional medicine. Green tea was made by warm up the tea leaves.Green tea extract is one of traditional medicine raw materials that must fulfill the rawmaterials quality to ensure quality and safety of the use of these materials withstandardization of raw materials. Standardization of raw material in this study ismicrobiological test including microbial contamination Total Plate Count (ALT) andNumber of Mold / Yeast (AKK).

In this study, green tea extract was made by maceration using 70% ethanolsolvent. Then it was continued by microbiological tests of ALT and AKK were aimedto determine the value of ALT and AKK green tea extract exceed the limitation madeby Badan Penelitian Obat dan Makanan (BPOM) RI in the Monograph of MedicinalPlant Extracts In Indonesia (Anonim, 2004), which didn’t exceed 10 colonies / g.

The result indicated that the value of ALT and AKK contained in green teaextract was under 10 CFU / g and did not exceed the limit specified in the Monographof Medicinal Plant Extracts In Indonesia. It was proved that green tea extract fromBoyolali plantation could be processed into traditional medicine products were safetyfor consumption in terms of ALT and AKK.

Keywords: Total Plate Count (ALT), Numbers of Mold / Yeast (AKK), green teaextract

Page 12: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

xii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH......vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. vii

PRAKATA .............................................................................................................viii

INTISARI...................................................................................................................x

ABSTRACT ...............................................................................................................xi

DAFTAR ISI............................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xviii

BAB I. PENGANTAR

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

1. Perumusan Masalah .......................................................................... 5

2. Keaslian Penelitian............................................................................ 5

3. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

B. Tujuan Penelitian........................................................................................... 6

Page 13: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

xiii

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

A. Teh (Camellia sinensis L.) ............................................................................ 8

1. Keterangan Botani............................................................................. 8

2. Deskripsi Tanaman Teh .................................................................... 8

3. Kandungan Kimia ............................................................................. 8

4. Khasiat................................................................................................9

B. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Teh................................................10

C. Ekstraksi Teh Hijau......................................................................................13

D. Uji Angka Lempeng Total (ALT) ............................................................... 15

E. Uji Angka Kapang Khamir (AKK)..............................................................18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian ................................................................. 21

B. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ............................................ 21

1. Variabel Penelitian..................... ..................................................... 21

2. Definisi Operasional ....................................................................... 22

C. Bahan Dan Alat Penelitian ......................................................................... 23

D. Tatacara Penelitian ..................................................................................... 23

1. Determinasi Tanaman................... .................................................. 23

2. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Teh.............. ..................... 24

3. Ekstraksi Teh Hijau..........................................................................25

4. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT).........................................25

5. Pengujian Angka Kapang Khamir (AKK).......................................27

Page 14: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

xiv

6. Cara perhitungan berdasarkan Parameter Standar Umum Ekstrak

Tumbuhan Obat (Anonim,2000)......................................................29

E. Analisis Hasil................................................................................................32

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman................... .............................................................. 35

B. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Teh.............. ................................. 36

C. Ekstraksi.......................................................................................................39

D. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT)................... ................................. 41

E. Pengujian Angka Kapang Khamir (AKK)................................................... 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .... .............................................................................................53

B. Saran.............................................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 54

LAMPIRAN..............................................................................................................57

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................. 67

Page 15: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu

Inkubasi 24 Jam .............................................................................. 42

Tabel II. Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu

Inkubasi 48 Jam .............................................................................. 45

Tabel III. Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu

Inkubasi 5 Hari ……………............................................................ 47

Tabel IV. Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu

Inkubasi 6 Hari ………………….................................................... 48

Tabel V. Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu

Inkubasi 7 Hari .................................................................................49

Page 16: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pohon teh............................................................................................. 58

Gambar 2. Daun teh ......................................................................................... .....59

Gambar 3. Daun, buah, dan bunga teh...................................................................59

Gambar 4. Ekstrak kental teh hijau........................................................................59

Gambar 5. Kontrol media (replikasi 1) ALT inkubasi 24 jam...............................60

Gambar 6. Kontrol pelarut (replikasi 1) ALT inkubasi 24 jam.............................60

Gambar 7. ALT 10-1 (replikasi 2) inkubasi 24 jam..............................................60

Gambar 8. ALT 10-2 (replikasi 2) inkubasi 24 jam...............................................60

Gambar 9. ALT 10-3 (replikasi 2) inkubasi 24 jam...............................................60

Gambar 10. ALT 10-4 (replikasi 2) inkubasi 24 jam...............................................60

Gambar 11. ALT 10-5 (replikasi 1) inkubasi 24 jam...............................................61

Gambar 12. ALT 10-6 (replikasi 2) inkubasi 24 jam...............................................61

Gambar 13. Kontrol media (replikasi 1) ALT inkubasi 48 jam..............................61

Gambar 14. Kontrol pelarut (replikasi 1) ALT inkubasi 48 jam.............................61

Gambar 15. ALT 10-1 (replikasi 1) inkubasi 48 jam...............................................61

Gambar 16. ALT 10-2 (replikasi 1) inkubasi 48 jam...............................................61

Gambar 17. ALT 10-3 (replikasi 1) inkubasi 48 jam...............................................62

Gambar 18. ALT 10-4 (replikasi 2) inkubasi 48 jam...............................................62

Gambar 19. ALT 10-5 (replikasi 1) inkubasi 48 jam...............................................62

Gambar 20. ALT 10-6 (replikasi 1) inkubasi 48 jam...............................................62

Page 17: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

xvii

Gambar 21. Kontrol media (replikasi 1) AKK inkubasi 5 hari..............................62

Gambar 22. Kontrol pelarut (replikasi 1) AKK inkubasi 5 hari.............................63

Gambar 23. AKK 10-1 (replikasi 1) inkubasi 5 hari...............................................63

Gambar 24. AKK 10-2 (replikasi 2) inkubasi 5 hari...............................................63

Gambar 25. AKK 10-3 (replikasi 1) inkubasi 5 hari...............................................63

Gambar 26. AKK 10-4 (replikasi 1) inkubasi 5 hari...............................................63

Gambar 27. AKK 10-4 (replikasi 2) inkubasi 5 hari...............................................63

Gambar 28. Kontrol media (replikasi 2) AKK inkubasi 6 hari..............................64

Gambar 29. Kontrol pelarut (replikasi 1) AKK inkubasi 6 hari.............................64

Gambar 30. AKK 10-1 (replikasi 1) inkubasi 6 hari................................................64

Gambar 31. AKK 10-2 (replikasi 2) inkubasi 6 hari...............................................64

Gambar 32. AKK 10-3 (replikasi 1) inkubasi 6 hari...............................................64

Gambar 33. AKK 10-3 (replikasi 1) tampak depan inkubasi 6 hari........................64

Gambar 34. AKK 10-4 (replikasi 1) inkubasi 6 hari...............................................65

Gambar 35. AKK 10-4 (replikasi 2) inkubasi 6 hari...............................................65

Gambar 36. Kontrol media (replikasi 2) AKK inkubasi 7 hari..............................65

Gambar 37. Kontrol pelarut (replikasi 1) AKK inkubasi 7 hari.............................65

Gambar 38. AKK 10-1 (replikasi 2) inkubasi 7 hari...............................................65

Gambar 39. AKK 10-2 (replikasi 1) inkubasi 7 hari...............................................65

Gambar 40. AKK 10-3 (replikasi 1) inkubasi 7 hari...............................................66

Gambar 41. AKK 10-4 (replikasi 1) inkubasi 7 hari...............................................66

Gambar 42. AKK 10-4 (replikasi 2) inkubasi 7 hari...............................................66

Page 18: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Determinasi Tanaman.................................................................. ......57

Lampiran 2. Perhitungan Penimbangan Bahan.......................................................58

Lampiran 3. Foto Tanaman Teh .............................................................................58

Lampiran 4. Foto Ekstrak Kental Daun Teh Hijau ................................................ 59

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kental Daun Teh Hijau...................59

Lampiran 6. Foto Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu

Inkubasi 24 Jam .............................................................................. 60

Lampiran 7. Foto Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu

Inkubasi 48 Jam .............................................................................. 61

Lampiran 8. Foto Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu

Inkubasi 5 Hari ……………............................................................ 62

Lampiran 9. Foto Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu

Inkubasi 6 Hari ………………….................................................... 64

Lampiran 10. Foto Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau Waktu

Inkubasi 7 Hari .................................................................................65

Page 19: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Ekstrak kental teh hijau (Camellia sinensis L.) sebagai bahan baku obat

tradisional telah lama diyakini memiliki banyak khasiat bagi kesehatan, antara lain

mencegah terjadinya penyakit jantung koroner (PJK), diabetes mellitus (DM),

menurunkan tekanan darah, menghilangkan stress, dan mempertahankan berat

tubuh ideal (Hartoyo, 2003). Tanaman teh dari Perkebunan Rakyat Boyolali

memiliki spesies yang sama dan digunakan oleh pabrik untuk memproduksi teh

seduh sehingga mutu tanaman teh terjamin. Perkebunan tersebut berada pada

ketinggian 1300-1500 m di atas permukaan laut, memiliki curah hujan yang tinggi

yaitu 3222 mm, dan memiliki tipe tanah andosol sehingga cocok sebagai tempat

tumbuh tanaman teh (Setyamidjaja, 2000). Diharapkan tanaman teh dari

Perkebunan Rakyat Boyolali, selain digunakan sebagai bahan baku produksi teh

seduh dapat pula digunakan sebagai bahan baku obat tradisional yaitu dalam

bentuk ekstrak kental teh hijau. Menurut Hartoyo (2003) teh hijau dibuat dengan

cara menginaktifasi enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh

segar dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas.

Bahan baku suatu obat tradisional, baik berupa simplisia maupun ekstrak,

harus memenuhi kualitas bahan baku untuk menjamin mutu, keamanan, dan

khasiat penggunaan bahan baku tersebut. Standarisasi bahan baku perlu dilakukan

untuk menjamin kualitas bahan baku (Anonim, 2005b). Obat tradisional

1

Page 20: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

2

merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat

kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional

diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses

produksi dan penanganan bahan baku. Keamanan dan mutu obat tradisional

bergantung salah satunya pada mutu bahan baku (Anonim, 2005a) sehingga mutu

bahan baku yang tinggi akan menjamin tingginya mutu obat tradisional dalam

upaya pengobatan.

Standarisasi bahan baku terdiri dari berbagai parameter standar umum dan

parameter standar khusus. Parameter standar umum ekstrak, meliputi : berat

kering dan berat jenis, kadar air, kadar abu, kadar sisa pelarut, residu pestisida, uji

batas logam berat, uji cemaran mikroba, kadar sari larut dalam pelarut tertentu,

kadar terlarut dengan spektrofotometer, sidik jari kromatogram, kadar total

golongan zat kandungan dan kadar zat aktif atau zat identitas (Anonim, 1999).

Parameter standar khusus ekstrak, meliputi penetapan organoleptik ekstrak

(meliputi bentuk, warna, bau dan rasa) dan penetapan kadar senyawa terlarut

dalam pelarut tertentu (meliputi kadar senyawa yang larut dalam air dan kadar

senyawa yang larut dalam etanol) (Anonim, 2004).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair, yang dibuat dengan

menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai (Anief, 2005).

Ekstrak kering memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan, ekstrak kental

bersifat liat dalam keadaan dingin, dan tidak dapat dituang. Ekstrak kental

mengandung air tidak lebih dari 30% sedangkan ekstrak cair dibuat sedemikian

hingga 1 bagian tumbuhan sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair (Voigt, 1994).

Page 21: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

3

Tujuan pembuatan ekstrak tumbuhan obat adalah untuk menstandarisasi

kandungannya sehingga menjamin keseragaman mutu, keamanan dan khasiat

produk akhir. Hasil standarisasi ekstrak tersebut diharapkan mampu menunjukkan

kualitas ekstrak tersebut, baik dalam hal kandungan bahan aktif, kadar air maupun

batas cemaran yang diperbolehkan (Anonim, 2005b). Jumlah cemaran mikroba

yang tinggi dapat mengubah karakter organoleptik dan dapat membahayakan bila

dikonsumsi. Jenis cemaran mikroba meliputi bakteri, kapang/fungi dan khamir

serta virus yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan

seperti penampilan, tekstur, rasa dan bau (Anonim, 2008). Dalam penelitian ini

dibuat ekstrak kental karena uji ALT dan AKK pada ekstrak kering teh hijau

pernah dilakukan. Hasil dari pengujian ALT dan AKK ekstrak kering tersebut

memenuhi syarat, yaitu tidak mengandung mikroba melebihi batas yang

ditetapkan. Ekstrak kental teh hijau dibuat dengan cara maserasi menggunakan

pelarut etanol 70%. Pemilihan pelarut dalam ekstraksi didasarkan pada kandungan

utama yang terdapat dalam teh hijau, yaitu flavonoid yang bersifat larut dalam

etanol 70%.

Dalam penelitian ini dilakukan uji cemaran mikroba sebagai salah satu

parameter standar umum ekstrak. Uji cemaran mikroba bertujuan memberikan

jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak

mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan karena

berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya bagi kesehatan (Anonim,

2000). Adanya toksin bakteri yang terbentuk dalam ekstrak saat bakteri

bermultiplikasi, misalnya toksin botulin yang dihasilkan oleh Clostridium

Page 22: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

4

botulinum atau adanya aflatoksin yang dihasilkan Aspergilus flavus akan sangat

berbahaya bila dikonsumsi (Anonim, 2008). Toksin botulin merupakan toksin

yang sangat kuat dan merupakan neurotoksin, yaitu menyerang sistem saraf dan

dapat menyebabkan kelumpuhan (Kusnandar, Hariyadi, dan Wulandari, 2006),

sedangkan aflatoksin selain meracuni organ tubuh juga bersifat karsinogenik

(Anonim, 1994). Uji cemaran mikroba yang dilakukan pada penelitian ini yaitu

Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang Khamir (AKK).

Uji ALT bertujuan untuk menentukan jumlah atau angka bakteri aerob

mesofil yang mungkin mencemari ekstrak kental teh hijau yang merupakan bahan

baku suatu produk obat tradisional. Dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat

Indonesia, batas ALT yang diperbolehkan untuk semua jenis ekstrak menurut

Badan POM RI tidak lebih dari 10 koloni/gram (Anonim, 2004). Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang

persyaratan obat tradisional, ALT harus ditekan sekecil mungkin karena meskipun

mikroba tersebut tidak membahayakan bagi kesehatan, tetapi adanya toksin yang

terbentuk saat bakteri bermultiplikasi dapat menyebabkan keracunan.

Uji AKK digunakan untuk uji cemaran berupa kapang dan khamir.

Pencemaran khamir dan kapang terhadap produk meskipun sifat dan tingkatannya

tidak berpengaruh langsung pada kesehatan, namun sebaiknya dicegah sekecil

mungkin sampai dengan persyaratan batas AKK yang berlaku (Anonim, 2005a).

Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi multiseluler yang

mempunyai filamen, dan pertumbuhannya mudah dilihat karena penampakannya

yang berserabut seperti kapas (Fardiaz, 1993). Khamir adalah fungi uniseluler

Page 23: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

5

yang mikroskopik dan tidak membentuk percabangan permanen (Jutono, Hartadi,

Siti Kabirun, Suhadi, dan Soesanto, 1980). Batas AKK yang ditetapkan oleh

Badan POM RI dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Indonesia untuk semua jenis

ekstrak tidak lebih dari 10 koloni/g (Anonim, 2004). Adanya jumlah kapang dan

khamir yang tinggi menunjukkan penurunan mutu obat tradisional karena jumlah

kapang dan khamir yang tinggi dapat mengubah karakter organoleptik dan

mengakibatkan perubahan kandungan zat aktif obat. Kapang dan khamir akan

berkembang biak bila tempat tumbuhnya cocok untuk pertumbuhan. Di samping

itu kapang tertentu ada yang menghasilkan zat racun (toksin) seperti jamur

Aspergilus flavus dapat menghasilkan aflatoksin yang berbahaya jika dikonsumsi

(Anonim, 1994). Sedangkan khamir dapat menyebabkan pembusukan ekstrak

yang disertai dengan pembentukan alkohol dan gas CO2 (Kusnandar, dkk., 2006).

Nilai ALT dan AKK yang terdapat dalam ekstrak kental teh hijau yang

diketahui menunjukkan salah satu parameter keamanan obat tradisional yaitu

keamanan penggunaan ekstrak sebagai bahan baku obat tradisional berdasarkan

nilai ALT dan AKK.

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapakah nilai ALT dan AKK yang terdapat dalam ekstrak kental teh hijau

dari Perkebunan Rakyat Boyolali?

2. Apakah nilai ALT dan AKK yang diperoleh melebihi batas yang

dipersyaratkan oleh Badan POM RI yaitu tidak lebih dari 10 koloni/g?

Page 24: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

6

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka dan jurnal yang dilakukan oleh penulis,

penelitian mengenai uji ALT dan AKK pada ekstrak kering teh hijau pernah

dilakukan namun pada ekstrak kental teh hijau yang berasal dari Perkebunan

Rakyat Boyolali belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

mengenai nilai ALT dan AKK dalam ekstrak kental daun teh hijau yang

diperoleh dari Perkebunan Rakyat Boyolali Jawa Tengah.

2. Manfaat praktis

Ekstrak kental teh hijau dari Perkebunan Rakyat Boyolali memenuhi

persyaratan mutu dan keamanan dari segi ALT dan AKK untuk digunakan

sebagai bahan baku obat tradisional.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui mutu dan keamanan penggunaan ekstrak kental teh hijau sebagai

bahan baku obat tradisional dilihat dari nilai ALT dan AKK.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh nilai ALT dan AKK yang terdapat dalam ekstrak kental

teh hijau yang berasal dari Perkebunan Rakyat Boyolali

Page 25: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

7

b. Membandingkan nilai ALT dan AKK yang terdapat dalam ekstrak

kental teh hijau apakah sesuai dengan persyaratan dari Badan POM RI

yaitu tidak lebih dari 10 koloni/g.

Page 26: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Teh (Camellia sinensis L.)

1. Keterangan Botani

Teh termasuk ke dalam suku : Theaceae, marga : Camellia, dan jenis :

Camellia sinensis (L.) O.K., dengan sinonim : Camellia bohea Griff, C. theifera

Dyer., Thea sinensis L., T. asamica Mast, T. cochinchinensis Lour., T.

cantoniensis, T. chinensis Sims., T. viridis L. Nama daerah untuk teh adalah Teh

(Melayu dan Jawa Tengah), Nteri (Sunda) (Tuminah, 2004).

2. Deskripsi Tanaman Teh

Pohon kecil, karena seringnya pemangkasan maka tampak seperti perdu.

Batang tegak, berkayu, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut

halus. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti

kulit tipis, bentuk elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi

halus, pertulangan menyirip, panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm, warna hijau. Bunga

di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin

dua, garis tengah 3-4 cm, warna putih cerah dengan kepala sari berwarna kuning,

harum. Buah kotak, berdinding tebal, pecah menurut ruang, masih muda hijau,

setelah tua cokelat kehitaman (Dalimartha, 1999).

3. Kandungan Kimia

Daun teh mengandung kafein (2-3%), theobromin, theofilin, tanin,

xanthin, adenin, minyak atsiri, kuersetin, naringenin, dan natural fluoride. Setiap

8

Page 27: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

9

100 g daun teh mengandung 75-80% air, polifenol 25%, protein 20%, karbohidrat

4%, kafein 2,5-4,5%, serat 27% dan pektin 6% (Dalimartha, 1999).

Zat bioaktif yang terdapat dalam teh, merupakan golongan flavonoid.

Flavonoid yang terdapat dalam teh terutama berupa flavanol dan flavonol. Katekin

teh merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas flavanol (Hartoyo, 2003).

Menurut Svobodova, Psotova, dan Walterova (2003), zat bioaktif utama

dalam teh merupakan polifenol golongan flavonoid yaitu flavonol tipe katekin,

antara lain (-)-Epicatechin, (-)-Epigallocatechin, (-)-Epicatechin 3-gallate, (-)-

Epigallocatechin 3-gallate (EC, EGC, ECG dan EGCG) serta flavonol seperti

kuersetin. EGCG merupakan antioksidan yang paling efektif sebagai

chemoprotective agent, jumlahnya sekitar 60-70% dari jumlah keseluruhan

katekin.

4. Khasiat

Khasiat teh bagi kesehatan antara lain mencegah terjadinya Penyakit

Jantung Koroner (PJK), Diabetes Mellitus (DM), menurunkan tekanan darah,

menghilangkan stress, dan mempertahankan berat tubuh ideal (Hartoyo, 2003).

Menurut Henning, dkk. (2004) polifenol dalam teh yang bertindak sebagai

antioksidan dapat menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Aktivitas antioksidan

ini telah banyak dibuktikan melalui penelitian in vitro misalnya penelitian yang

dilakukan Vinson, Dabbagh, Serry, dan Jang (1995) yang membandingkan antara

berbagai antioksidan, baik yang bersifat alami maupun buatan, dalam

menghambat oksidasi LDL dan VLDL yang diinisiasi oleh ion Cu2+ menunjukkan

Page 28: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

10

bahwa isomer katekin teh mempunyai aktivitas antioksidatif terkuat dibanding

antioksidan lain.

Berdasarkan cara pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga

jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara

menginaktifasi enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun tanaman teh

yang segar, dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas. Teh

hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis terhadap

kandungan katekin sedangkan teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan

yang dilakukan segera setelah proses penggulungan daun dengan tujuan untuk

menghentikan proses fermentasi (Hartoyo, 2003).

B. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Teh

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, simplisia

merupakan bahan yang dikeringkan (Anonim, 1985). Pada umumnya pembuatan

simplisia melalui tahapan sebagai berikut :

1. Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain

tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman, atau bagian

tanaman pada saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.

Pengumpulan daun dilakukan dengan memetik bagian daun muda. Pada

bagian daun muda dari daun yang dipanen pada saat tanaman mengalami

Page 29: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

11

pertumbuhan dari vegetatif ke generatif memiliki kandungan senyawa aktif tinggi,

ditandai dengan munculnya kuncup-kuncup bunga pada tanaman (Anonim, 1985).

2. Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-

bahan asing lainnya dari simplisia. Misalnya pada simplisia yang terbuat dari daun

suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang,

akar, daun yang telah rusak serta pengotor lainnya harus dibuang. Tanah

mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah tinggi, oleh karena itu

pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba

awal (Anonim, 1985).

3. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya

yang melekat pada simplisia. Pencucian dilakukan dengan air mengalir yang

bersih, misalnya air dari mata air, air dari sumur atau air PAM. Pencucian tidak

dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang

digunakan biasanya mengandung sejumlah mikroba. Jika air yang digunakan

untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan tersebut

bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat

mempercepat pertumbuhan mikroba (Anonim, 1985).

4. Perajangan

Beberapa jenis simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan

simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan, dan

penggilingan. Biasanya dilakukan pada simplisia yang berasal dari akar, umbi,

Page 30: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

12

rimpang, dan lain-lain (Anonim, 1985). Daun teh telah cukup tipis dan

mempunyai permukaan yang cukup luas sehingga tidak dilakukan perajangan.

5. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak

mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan

mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan mencegah

penurunan mutu dan perusakan simplisia. Pengeringan dihentikan apabila kadar

air yang terkandung dalam simplisia kurang dari 10% karena reaksi enzimatik

yang dapat menguraikan senyawa aktif sudah tidak berlangsung, maka akan

menekan terjadinya peruraian senyawa-senyawa kimia dalam daun oleh enzim-

enzim yang ada di dalamnya (Anonim, 1985). Menurut Katno (2008) daun teh

yang muda memiliki kandungan air yang lebih tinggi dan jaringan yang lebih

lunak dibandingkan daun tua sehingga hal tersebut membuat pengeringan daun

muda dilakukan secara bertahap dan hati-hati agar daun tidak rusak. Tahap

pertama adalah simplisia diangin-anginkan dan tahap kedua adalah dengan

pemanasan yang lebih tinggi. Pengeringan menggunakan oven umumnya

didapatkan simplisia dengan mutu lebih baik karena pengeringan lebih merata dan

waktu yang diperlukan relatif cepat dan tidak tergantung cuaca. Selain itu kadar

air simplisia juga dapat ditekan serendah mungkin sehingga menekan kontaminasi

mikroba. Dari hasil proses pengeringan daun teh dengan cara pemanasan ini maka

diperoleh simplisia daun teh hijau.

Proses pembuatan serbuk bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel

sehingga akan memperluas permukaan partikel yang kontak dengan cairan penyari

Page 31: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

13

sehingga diharapkan penyarian akan lebih efektif karena dapat mempermudah

penarikan senyawa aktif oleh cairan penyari.

C. Ekstraksi Teh Hijau

Ekstraksi merupakan perpindahan zat aktif yang semula berada di dalam

sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari

(Anonim, 1986). Ekstrak merupakan suatu bentuk bahan baku obat tradisional.

Menurut Anonim (2005a) bahan baku obat tradisional adalah simplisia, sediaan

galenik, bahan tambahan atau bahan lainnya, baik yang berkhasiat maupun yang

tidak berkhasiat, yang digunakan dalam pengolahan obat tradisional. Ekstrak

adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati

atau hewani menurut cara yang sesuai, tanpa terkena cahaya matahari langsung.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,

merupakan bahan yang dikeringkan. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter,

atau campuran etanol dan air (Anonim, 1979).

Menurut Voigt (1994) pada ekstrak tumbuhan jika bahan pengekstraksinya

sebagian atau seluruhnya diuapkan, maka diperoleh ekstrak yang dikelompokkan

menurut sifat-sifatnya menjadi :

1. Ekstrak encer, yang memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang.

2. Ekstrak kental, yang bersifat liat dalam keadaan dingin, dan tidak dapat

dituang. Ekstrak kental mengandung air tidak lebih dari 30%.

Page 32: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

14

3. Ekstrak kering, memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan.

Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya

terbentuk suatu produk, yang mengandung air tidak lebih dari 5%.

4. Ekstrak cair, yang dibuat sedemikian, sehingga 1 bagian tumbuhan sesuai

dengan 2 bagian ekstrak cair.

Salah satu cara ekstraksi atau penyarian yaitu maserasi. Metode ekstraksi

dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat, daya

penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam

memperoleh ekstrak yang sempurna (Ansel, 1989).

Maserasi (macerare = merendam) merupakan proses penyarian yang

paling tepat di mana simplisia yang sudah halus memungkinkan untuk direndam

dalam cairan penyari sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-

zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989). Maserasi dilakukan dengan

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel kemudian melarutkan zat aktif

dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di

luar sel. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi

antara larutan yang di luar dan di dalam sel (Anonim, 1986).

Kelebihan cara ekstraksi ini adalah cara pengerjaan dan peralatan yang

digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kekurangan dari metode maserasi

ini adalah pengerjaan lama dan penyarian kurang sempurna (Anonim, 1986).

Cairan penyari atau pelarut yang biasa digunakan adalah air, eter, etanol,

atau campuran etanol-air (Anonim, 1986). Pemilihan penyari dalam penyarian

Page 33: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

15

merupakan hal yang harus dipertimbangkan. Cairan penyari untuk ekstrak

sebaiknya sesuai dengan zat aktif yang berkhasiat, dalam arti dapat memisahkan

zat aktif tersebut dari senyawa lainnya dalam bahan sehingga ekstrak mengandung

sebagian besar senyawa aktif berkhasiat yang diinginkan (Anonim, 2000). Pada

ekstraksi daun teh hijau ini digunakan cairan penyari berupa etanol 70% yang

merupakan campuran dua bahan pelarut yaitu etanol dan air dengan kadar etanol

70%. Menurut Voigt (1994) etanol 70% sangat efektif dalam menghasilkan

jumlah bahan aktif yang optimal. Hal ini dapat dikarenakan flavonoid yang

terdapat dalam ekstrak kental teh hijau larut dalam etanol 70% karena memiliki

polaritas yang sama. Adanya kandungan etanol dalam ekstrak kental dapat

mempengaruhi pertumbuhan mikroba karena etanol dapat menghambat

pertumbuhan mikrobia dengan cara merusak dinding sel sehingga mengakibatkan

lisis, mengubah permeabilitas membran sitoplasma yang menyebabkan kebocoran

nutrien dari dalam sel, mendenaturasi protein sel, dan menghambat sintesis asam

nukleat (Mazni, 2008).

Dalam proses pembuatan ekstrak dihitung rendemen ekstrak sebagai

perhitungan efektivitas prosedur (efektivitas pelarut mengekstrak komponen

senyawa aktif teh hijau) (Vogel, 1996).

D. Uji Angka Lempeng Total (ALT)

Uji Angka Lempeng Total (ALT) memiliki prinsip yaitu pertumbuhan

koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada lempeng agar

dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai yaitu 35-37oC. Pengujian

dilakukan secara duplo. Setelah diinkubasi, dipilih cawan petri dari satu

Page 34: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

16

pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 30-300 koloni. Jumlah

koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor

pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai ALT dalam tiap gram contoh bahan

(Anonim, 2000).

Pembuatan simplisia yang tidak sesuai standar dapat mempengaruhi hasil

ALT dan AKK. Pada saat sortasi basah, simplisia harus dipisahkan dari bahan-

bahan asing seperti kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, pengotor

lainnya harus dibuang, dan terutama tanah karena tanah mengandung bermacam-

macam mikroba dalam jumlah tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari

tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal. Pencucian pada

simplisia merupakan hal penting karena air pencucian yang kotor menyebabkan

jumlah mikroba pada permukaan bahan tersebut bertambah dan air yang terdapat

pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba. Selain

itu, pengeringan yang kurang sempurna (kadar air lebih dari 10%) akan

menyebabkan penurunan mutu atau perusakan simplisia karena air tersisa dapat

menjadi media pertumbuhan mikroba sehingga simplisia mengandung jumlah

mikroba yang cukup tinggi (Anonim, 1985). Menurut Voigt (1994) kadar air

dalam ekstrak kental tidak lebih dari 30%. Kadar air dalam ekstrak kental juga

turut menentukan banyaknya pertumbuhan mikroba di mana kadar air yang tinggi

dalam ekstrak kental dapat menjadi media pertumbuhan mikroba.

Sebelum pengujian ALT maupun AKK dilakukan persiapan sampel yang

meliputi penanganan kemasan, homogenisasi sampel dan pengenceran.

Penanganan kemasan dilakukan dengan membersihkan bagian wadah yang akan

Page 35: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

17

dibuka menggunakan kapas beralkohol 70% kemudian dibuka secara aseptik di

dekat nyala api bunsen sehingga sampel tidak terkontaminasi oleh mikroba dari

lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Homogenisasi merupakan

pembebasan sel-sel mikroba yang masih terlindung oleh partikel sampel ekstrak

kental teh hijau dan untuk menggiatkan kembali sel-sel mikroba yang

viabilitasnya menurun akibat proses pembuatan ekstrak (Anonim, 2006a).

Menurut Lay (1994) pengenceran dilakukan untuk mempermudah perhitungan

koloni bakteri yang tumbuh. Dengan pengenceran diharapkan seluruh koloni

bakteri yang tumbuh dalam lempeng agar dapat terhitung.

Dalam pengujian ALT ini digunakan media PCA (Plate Count Agar) yang

mengandung trypton, ekstrak yeast, glukosa, dan agar yang berguna sebagai

nutrisi untuk pertumbuhan bakteri. Trypton pada media adalah asam amino yang

merupakan sumber nitrogen yang diperlukan untuk metabolisme sel mikroba.

Ekstrak yeast juga mengandung asam amino yang lengkap dan vitamin. Glukosa

diperlukan mikroba sebagai sumber karbon dan energi, sedangkan agar digunakan

sebagai pemadat dalam pembuatan media (Sumarsih, 2007). Menurut Fardiaz

(1993) dalam media agar dapat ditambahkan komponen penghambat pertumbuhan

kapang-khamir misalnya asam sorbat, propionat dan asetat sehingga koloni yang

tumbuh dalam lempeng agar hanya berupa koloni bakteri.

Jumlah bakteri aerob mesofil dapat digunakan sebagai indikator bagi mutu

mikrobiologi. Jumlah yang tinggi dari bakteri tersebut seringkali sebagai petunjuk

bahan baku yang tercemar, sanitasi yang tidak memadai, kondisi (waktu dan atau

suhu) yang tidak terkontrol selama proses produksi atau selama penyimpanan

Page 36: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

18

ataupun kombinasi dari berbagai kondisi tersebut (Anonim, 2008). Koloni bakteri

yang tumbuh dalam penentuan ALT dapat diamati secara langsung pada lempeng

agar. Setiap koloni dapat dianggap berasal dari satu sel yang membelah menjadi

banyak sel, meskipun juga mungkin berasal lebih dari satu sel yang letaknya

berdekatan (Lay, 1994).

ALT harus ditekan sekecil mungkin. Meskipun mikroba tersebut tidak

membahayakan bagi kesehatan, misal adanya toksin yang terbentuk saat bakteri

bermultiplikasi sehingga dapat menjadi mikroba yang membahayakan kesehatan

(Anonim, 1994). Bakteri yang mungkin tumbuh dan membahayakan kesehatan di

antaranya Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli.

Salmonella typhi menyebabkan demam tifoid karena endotoksin yang

dihasilkannya. Staphylococcus aureus menyebabkan peradangan dan

pembentukan abses. E. coli biasanya menyerang organ digesti manusia dan

menyebabkan infeksi pada traktus urinarius serta meningitis pada bayi.

Keberadaan bakteri-bakteri ini dikarenakan daya tahan yang tinggi dari bakteri

terhadap kekeringan, suhu tinggi dan pendinginan (Anonim, 2008). Batas nilai

ALT ekstrak kental teh hijau yang ditetapkan Badan POM RI yaitu tidak melebihi

10 koloni/g (Anonim, 2004).

E. Uji Angka Kapang Khamir (AKK)

Uji Angka Kapang Khamir (AKK) memiliki prinsip yaitu pertumbuhan

kapang dan khamir setelah cuplikan diinokulasikan pada media yang sesuai dan

diinkubasikan pada suhu 20-25 oC. Lempeng agar yang diamati adalah lempeng di

Page 37: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

19

mana terdapat 40-60 koloni kapang/khamir. Jumlah koloni dari kedua cawan

dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai

AKK dalam tiap gram contoh bahan (Anonim, 2000).

Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi

multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya mudah dilihat karena

penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan

berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna

tergantung dari jenis kapang (Fardiaz, 1993). Dalam media agar koloni kapang

berbentuk serabut karena kapang mempunyai filamen-filamen. Khamir adalah

fungi uniseluler yang mikroskopik dan tidak membentuk percabangan permanen.

Ukuran khamir 4-20 kali lebih besar daripada ukuran bakteri yaitu berkisar antara

1-9 µm x 2-20 µm tergantung pada spesiesnya. Bentuk khamir bermacam-macam

yaitu bulat (spheroid), bulat telur (elips), seperti silinder (silindris) dan

sebagainya. Khamir tidak mempunyai flagela sehingga tidak dapat bergerak aktif

(Jutono, dkk., 1980). Dalam media agar koloni khamir mirip dengan bakteri

namun memiliki ukuran yang lebih besar dari bakteri.

Pembuatan simplisia sesuai standar akan mempengaruhi hasil ALT dan

AKK yaitu akan mengurangi pertumbuhan mikroba dalam simplisia sehingga

mutu dan keamanan simplisia terjamin (Anonim, 1985). Kadar air dalam ekstrak

kental juga turut menentukan banyaknya pertumbuhan mikroba. Kadar air yang

tinggi dalam ekstrak kental dapat menjadi media pertumbuhan mikroba. Menurut

Voigt (1994) kadar air dalam ekstrak kental tidak lebih dari 30%.

Page 38: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

20

Pada pengujian AKK ini digunakan media SDA (Saboraud Dextrose

Agar) yang mengandung casein, dextrose dan agar yang berguna untuk

pertumbuhan kapang dan khamir. Casein dalam media merupakan protein yang

digunakan sebagai sumber nitrogen untuk metabolisme sel mikroba. Dextrose

digunakan sebagai sumber karbon dan energi serta agar digunakan sebagai

pemadat dalam pembuatan media (Sumarsih, 2007). Media agar yang digunakan

ditambah dengan kloramfenikol sebagai antibakteri sehingga dapat menjamin

bahwa yang tumbuh dalam media agar adalah kapang dan khamir.

Adanya kapang dan khamir dalam suatu bahan pangan dalam jumlah yang

besar, menunjukkan penurunan mutu obat tradisional. Di samping itu, kapang

tertentu ada yang menghasilkan zat racun (toksin) yaitu Aspergillus flavus yang

dapat menghasilkan aflatoksin (Anonim, 1994), sedangkan khamir dapat

menyebabkan pembusukan yang disertai dengan pembentukan alkohol dan gas

CO2 (Kusnandar, dkk., 2006).

Batas nilai AKK ekstrak kental teh hijau (Camellia sinensis L.) yang

ditetapkan Badan POM RI yaitu tidak melebihi 10 koloni/g (Anonim, 2004).

Jumlah ALT dan AKK yang melebihi batas yaitu 10 koloni/g dapat mengubah

karakter organoleptik ekstrak, mengubah kandungan senyawa aktif tanaman yang

terdapat dalam ekstrak, dan adanya toksin yang dihasilkan mikroba dapat

menyebabkan keracunan (Anonim, 2008). Adanya cemaran mikroba

menyebabkan mutu dan khasiat ekstrak sebagai bahan baku obat tradisional

berkurang, bahkan penggunaan ekstrak menjadi berbahaya dan justru

menimbulkan penyakit.

Page 39: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan

penelitian deskriptif komparatif. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas : ekstrak kental teh hijau.

b. Variabel tergantung : nilai Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka

Kapang Khamir (AKK).

c. Variabel pengacau terkendali : media pertumbuhan yaitu Saboraoud

Dextrose Agar (SDA) dan Plate Count Agar (PCA), suhu inkubasi 35C

untuk uji ALT dan 25oC untuk uji AKK, waktu inkubasi 24-48 jam untuk

uji ALT dan 5-7 hari untuk uji AKK, asal tanaman teh dari Perkebunan

Rakyat Boyolali Jawa Tengah, umur daun teh.

d. Variabel pengacau tak terkendali : kuantitas (jumlah) etanol yang terdapat

dalam ekstrak kental teh hijau.

21

Page 40: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

22

2. Definisi Operasional

a. Daun teh adalah daun muda yang diperoleh dari tanaman teh (Camellia

sinensis L.) Perkebunan Rakyat Boyolali dengan memetik daun pada 3

percabangan daun dari ujung ranting.

b. Daun teh hijau diperoleh dari daun teh yang telah mengalami proses

pemanasan (pengeringan).

c. Ekstrak kental teh hijau adalah hasil ekstraksi daun teh hijau secara

maserasi selama 3 hari dengan pelarut etanol 70% di mana dilakukan

penggantian pelarut setiap harinya, kemudian dikentalkan dengan

evaporator dan waterbath hingga diperoleh ekstrak yang tidak dapat

dituang.

d. Cemaran mikroba merupakan tumbuhnya mikroba seperti bakteri, kapang

dan khamir yang dapat diketahui dengan pengujian mikrobiologis.

e. Homogenisasi merupakan pembebasan sel-sel mikroba yang masih

terlindung oleh partikel sampel ekstrak kental teh hijau dan untuk

menggiatkan kembali sel-sel mikroba yang viabilitasnya menurun akibat

proses pembuatan ekstrak.

f. Angka Lempeng Total (ALT) adalah salah satu uji cemaran mikroba yang

dilakukan dengan menghitung jumlah bakteri aerob mesofil yang terdapat

dalam ekstrak kental daun teh hijau.

g. Angka Kapang Khamir (AKK) adalah salah satu uji cemaran mikroba

yang dilakukan dengan menghitung jumlah kapang dan atau khamir yang

terdapat dalam ekstrak kental daun teh hijau.

Page 41: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

23

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan yang digunakan :

a. Daun teh (Camellia sinensis L.) dari Perkebunan Rakyat Boyolali yang

dipetik pada bulan Februari 2009

b. Kloramfenikol 1%, PCA (Plate Count Agar) (OXOID), BPW (Pepton

Dilution Fluid) (OXOID), SDA (Saboraud Dextrose Agar) (OXOID), ASA

(Air Suling Agar 0,05%) terbuat dari 0,05 gram agar dan 100 ml air suling

(aquadest), aquadest steril, etanol 70%.

2. Alat yang digunakan :

Vacuum rotary evaporator (Janke & Kunkel Ika Labortechnik), oven

(Merck. WTC Binder), timbangan analitik (Precition Balance Model AB-204,

Mettler Toledo), inkubator (Merck. Heraeus type B5050 Amsterdam), autoclave

(model: KT-40 No.108049 Midorigaoka Japan), Microbiological Safety Cabinet

(MSC), maserator, heater, vortex, bunsen, pipet ukur, cawan petri, tabung reaksi,

waterbath.

D. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman teh dilakukan secara makroskopis di Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta. Determinasi tanaman dilakukan dengan mencocokkan habitus

tanaman teh secara keseluruhan mulai dari akar, batang, daun, dan bunga

dengan pustaka Flora of Java (Backer dan Bakhuizen, 1963).

Page 42: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

24

2. Pembuatan Simplisia (Anonim, 1985) dan Serbuk Daun Teh

a. Pengumpulan daun teh

Daun teh diperoleh dari Perkebunan Rakyat Boyolali yang dipanen pada bulan

Februari tahun 2009. Daun teh yang digunakan adalah daun muda yang

berasal dari 3 percabangan ujung ranting, berwarna hijau.

b. Sortasi basah

Daun dipisahkan dari bagian tanaman lain dan dari bahan asing seperti tanah,

kerikil, dan rumput liar yang ikut saat pengumpulan sehingga hanya bagian

helaian daun saja yang digunakan.

c. Pencucian

Kotoran yang menempel pada bagian daun dibersihkan dengan cara dicuci

dengan air yang bersih dan mengalir.

d. Pengeringan

Pengeringan daun teh dilakukan secara bertahap yaitu dengan cara diangin-

anginkan terlebih dahulu selama kurang lebih 24 jam kemudian dikeringkan

dengan oven pada suhu 45 0C hingga daun kering dengan ciri mudah

diremukkan. Setelah daun kering, pengeringan dihentikan dan dilanjutkan

dengan penyerbukan (Anonim, 1985). Dari proses pengeringan ini diperoleh

simplisia daun teh hijau.

e. Penyerbukan

Daun teh hijau yang telah kering dikeluarkan dari oven kemudian diserbuk

dengan menggunakan mesin penyerbuk kemudian diayak dengan ayakan

nomor 12/50. Serbuk yang baik harus melewati ayakan nomor 4/18 (Anonim,

Page 43: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

25

1989). Ayakan nomor 12/50 merupakan konversi dari ayakan 4/18. Serbuk

yang dihasilkan haruslah homogen (lolos ayakan nomor 12/50), kering atau

tidak lembab sehingga hasil perolehan ekstrak maksimal. Ukuran serbuk yang

kecil akan memperluas permukaan serbuk yang kontak dengan cairan penyari

sehingga cairan penyari dapat masuk ke dalam sel-sel tumbuhan dan menarik

senyawa aktif tumbuhan dengan maksimal.

3. Ekstraksi Teh Hijau

Ekstraksi dibuat dengan cara maserasi menggunakan etanol 70%. Satu

bagian (250 gram) serbuk kering daun teh hijau dimasukkan ke dalam

maserator ditambah 10 bagian etanol (2500 ml), ditutup dan dibiarkan selama

24 jam. Lalu maserat dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan jenis dan

jumlah pelarut yang sama (Anonim, 2004). Semua maserat dikumpulkan dan

diuapkan dengan penguap vacuum dan diangin-anginkan di atas waterbath

hingga diperoleh ekstrak kental yang tidak dapat dituang.

4. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) (Anonim, 2000)

a. Pembuatan pengencer BPW (Buffered Peptone Water)

Menimbang 3,45 g BPW ke dalam 230 ml aquadest, diaduk

homogen, membaginya sebanyak 9 ml ke dalam 6 tabung reaksi (5 untuk

pengenceran ekstrak dan 1 sebagai kontrol pelarut) kemudian di-autoclave

15 menit.

Page 44: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

26

b. Pembuatan Media PCA (Plate Count Agar)

Menimbang 7,05 g PCA ke dalam 300 ml aquadest, dipanaskan

hingga larutan jernih, kemudian di-autoclave 15 menit.

c. Persiapan Sampel (Penanganan Wadah/Kemasan)

Bagian wadah/kemasan ekstrak kental teh hijau (Camellia sinensis

L.) yang akan dibuka dibersihkan dengan kapas beralkohol 70% kemudian

dibuka secara aseptis di dekat nyala api bunsen.

d. Homogenisasi Sampel (SNI 01-2897-1992) (Anonim, 1992)

Secara aseptis, menimbang 10 g ekstrak kental daun teh hijau,

memasukkannya ke dalam labu ukur 100 ml kemudian menambahkan

larutan pengencer BPW (Buffer Pepton Water) hingga tanda batas

sehingga diperoleh pengenceran 1 : 10 (10-1). Dikocok dengan baik

kemudian dilanjutkan dengan pengenceran yang diperlukan.

e. Pengenceran Sampel

Menyiapkan 5 buah tabung reaksi yang masing-masing telah diisi

dengan 9 ml pengencer BPW. Pipet 1 ml pengenceran 10 -1 dari hasil

homogenisasi pada penyiapan sampel dan dimasukkan ke dalam tabung

pertama yang telah berisi 9 ml BPW hingga diperoleh pengenceran 10-2

dan dikocok sampai homogen dengan vortex. Kemudian dibuat

pengenceran selanjutnya hingga 10-6.

f. Uji Angka Lempeng Total (ALT)

Memipet 1 ml dari masing-masing pengenceran sampel dan

dituangkan pada cawan petri. Ke dalam tiap cawan petri dituangkan ± 15

Page 45: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

27

ml media PCA (450 +10) kemudian segera cawan petri digoyang sambil

diputar agar suspensi sampel tersebar merata kemudian dibuat duplo.

Melakukan pula uji kontrol untuk mengetahui sterilitas media dan

pengencer. Untuk uji sterilitas media dilakukan dengan menuangkan

media PCA dalam suatu cawan petri dan biarkan memadat. Sedangkan

untuk uji sterilitas pengencer dilakukan dengan cara menuangkan media

PCA dan 1 ml pengencer (BPW) lalu dibiarkan memadat.

Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 350C selama 24 hingga

48 jam dengan posisi terbalik, jumlah koloni yang tumbuh diamati dan

dihitung (Anonim, 2000).

5. Pengujian Angka Kapang Khamir (AKK)

a. Pembuatan Pelarut (ASA)

Menimbang 0,075 g agar dan melarutkannya dalam 150 ml

aquadest, panaskan hingga larutan jernih. Kemudian membaginya

sebanyak 9 ml ke dalam 4 tabung reaksi (3 untuk pengenceran ekstrak dan

1 sebagai kontrol pelarut), kemudian di-autoclave selama 15 menit.

b. Pembuatan Larutan Kloramfenikol

Menimbang 1 gram kloramfenikol kemudian dilarutkan dalam 100

ml aquadest steril. Berdasarkan Parameter Standar Umum Ekstrak

Tumbuhan Obat (Anonim, 2000) seharusnya ditimbang 100 mg/liter media

namun pada penelitian ini kloramfenikol yang digunakan sebanyak 1%

Page 46: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

28

untuk meningkatkan efektivitas dalam menghambat tumbuhnya bakteri

pada media agar.

c. Membuat Media SDA

Menimbang 16,25 gram media SDA dan melarutkannya dalam 250

ml aquadest, dipanaskan hingga jernih, kemudian di-autoclave 15 menit.

d. Persiapan Sampel (Penanganan Wadah/Kemasan)

Bagian wadah/kemasan ekstrak kental teh hijau (Camellia sinensis

L.) yang akan dibuka dibersihkan dengan kapas beralkohol 70% kemudian

dibuka secara aseptis di dekat nyala api bunsen.

e. Homogenisasi Sampel (SNI 01-2897-1992) (Anonim,1992)

Secara aseptis, menimbang 10 g ekstrak kental daun teh hijau,

memasukkannya ke dalam labu ukur 100 ml kemudian menambahkan

larutan pengencer BPW (Buffer Pepton Water) hingga tanda batas

sehingga diperoleh pengenceran 1 : 10 (10-1). Dikocok dengan baik

kemudian dilanjutkan dengan pengenceran yang diperlukan.

f. Pengenceran Sampel

Menyiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diisi dengan 9 ml Air

Suling Agar (ASA). Memipet 1 ml pengenceran 10-1 dari hasil

homogenisasi pada penyiapan sampel dan memasukkannya ke dalam

tabung pertama yang telah berisi 9 ml ASA hingga diperoleh pengenceran

10-2 dan dikocok sampai homogen dengan vortex. Membuat pengenceran

selanjutnya hingga 10-4.

g. Uji Angka Kapang Khamir (AKK)

Page 47: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

29

Memipet 1 ml dari masing-masing pengenceran sampel dan

dituangkan pada cawan petri. Ke dalam tiap cawan petri dituangkan ± 15

ml media SDA (450 +10) yang sebelumnya telah ditambah dengan 1 ml

larutan kloramfenikol kemudian segera cawan petri digoyang sambil

diputar agar suspensi sampel tersebar merata kemudian dibuat duplo.

Melakukan pula uji kontrol untuk mengetahui sterilitas media dan

pengencer. Untuk uji sterilitas media dilakukan dengan menuangkan

media SDA dalam suatu cawan petri dan biarkan memadat. Sedangkan

untuk uji sterilitas pengencer dilakukan dengan cara menuangkan media

SDA dan 1 ml pengencer (ASA) lalu biarkan memadat.

Seluruh cawan petri diinkubasi secara terbalik pada suhu 250C

selama 5 hingga 7 hari. Setelah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni

Kapang/Khamir yang tumbuh. Pengamatan terakhir dilakukan pada

inkubasi hari ke-7. Koloni khamir yang tumbuh dibedakan karena

bentuknya bulat kecil-kecil putih hampir menyerupai bakteri sedangkan

koloni kapang mempunyai filamen dan berserabut seperti kapas. Lempeng

Agar yang diamati adalah lempeng di mana terdapat 40-60 koloni

Kapang/Khamir (Anonim 2000).

6. Cara perhitungan ALT dan AKK berdasarkan Parameter StandarUmum Ekstrak Tumbuhan Obat (Anonim, 2000).

a. ALT

Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah

koloni antara 30-300. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu

Page 48: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

30

dikalikan dengan faktor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka

Lempeng Total dalam tiap gram contoh. Bila ditemui jumlah koloni kurang

dari 30 atau lebih dari 300, maka diikuti petunjuk sebagai berikut :

1) Bila hanya satu di antara kedua cawan yang menunjukkan jumlah antara

30-300 koloni, dihitung rata-rata dari kedua cawan dan dikalikan dengan

faktor pengenceran.

2) Bila pada cawan petri dari dua tingkat pengenceran yang berurutan

menunjukkan jumlah antara 30-300 koloni, maka dihitung jumlah koloni

dan dikalikan faktor pengenceran kemudian diambil angka rata-rata. Jika

pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapati jumlah koloni lebih

besar dari dua kali jumlah koloni yang seharusnya, maka dipilih tingkat

pengenceran terendah (misal pada pengenceran 10-2 diperoleh 140 koloni

dan pada pengenceran 10-3 diperoleh 32 koloni, maka dipilih jumlah

koloni pada tingkat pengenceran 10-2).

3) Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah

antara 30-300 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat

pengenceran terendah dan dihitung sebagai Angka Lempeng Total

Perkiraan.

4) Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan

karena faktor inhibitor, maka Angka Lempeng Total dilaporkan sebagai

kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah.

Page 49: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

31

5) Bila jumlah koloni per cawan lebih dari 3000, maka cawan dengan tingkat

pengenceran tertinggi dibagi dalam beberapa sektor (2,4, atau 8). Jumlah

koloni dikalikan dengan faktor pembagi dan faktor pengencerannya, hasil

dilaporkan sebagai Angka Lempeng Total Perkiraan.

6) Bila jumlah koloni lebih dari 200 pada 1/8 bagian cawan, maka jumlah

koloni adalah 200 x 8 x faktor pengenceran. Angka Lempeng Total

Perkiraan dihitung sebagai lebih besar dari jumlah koloni yang diperoleh

b. AKK

Misalkan pada pengenceran 10-4 terdapat sebanyak 40 koloni , maka angka

kapang khamir (bila terdapat) adalah 40 x 10-4 = 40.10-4 koloni per gram

contoh. Contoh untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari

pernyataan di atas, maka cara perhitungannya mengikuti petunjuk berikut :

1) Bila hanya salah satu di antara kedua cawan petri dan pengenceran yang

sama menunjukkan jumlah antara 40-60 koloni, dihitung jumlah koloni

dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran.

2) Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni

lebih besar dari dua kali jumlah koloni pada pengenceran di bawahnya,

maka dipilih tingkat pengenceran terendah (misal pada pengenceran 10-2

diperoleh 60 koloni dan pada pengenceran 10-3 diperoleh 20 koloni, maka

dipilih jumlah koloni pada tingkat pengenceran10-2 yaitu 60 koloni.

Page 50: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

32

3) Bila dari seluruh cawan tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah

antara 40-60 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat

pengenceran terendah dan dihitung sebagai Angka Kapang Khamir

perkiraan

4) Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan

karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang Khamir dilaporkan sebagai

kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah.

E. Analisis Hasil

Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yaitu membandingkan

data yang diperoleh dari penelitian dengan persyaratan yang ditetapkan Badan

POM RI dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (Anonim, 2004)

yaitu tidak melebihi 10 koloni/g untuk Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka

Kapang Khamir (AKK).

Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa nilai ALT dan nilai AKK

dengan satuan koloni per gram bahan. Dari nilai tersebut dapat diketahui apakah

nilai ALT dan AKK ekstrak kental teh hijau tidak melebihi batas sehingga akan

diperoleh informasi bahwa bahan baku ekstrak kental teh hijau ini dapat diolah

menjadi produk obat tradisional yang aman untuk dikonsumsi berdasar nilai ALT

dan AKK.

Page 51: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Banyaknya khasiat bagi kesehatan yang dimiliki teh membuat tanaman teh

banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Tanaman teh dari

Perkebunan Rakyat Boyolali memiliki mutu yang terjamin dan digunakan oleh

pabrik untuk memproduksi teh seduh, namun belum digunakan sebagai bahan

baku obat tradisional berupa ekstrak. Dalam penelitian ini diharapkan tanaman teh

dari Perkebunan Rakyat Boyolali dapat pula digunakan sebagai bahan baku obat

tradisional.

Setiap bahan baku suatu obat tradisional, baik berupa simplisia maupun

ekstrak, harus memenuhi kualitas bahan baku untuk menjamin mutu dan

keamanan penggunaan bahan baku tersebut karena kualitas bahan baku yang baik,

misalnya kandungan kimia yang seragam, kadar air, dan bebas dari cemaran akan

menjamin mutu ekstrak dan keamanan dalam penggunaan ekstrak tersebut sebagai

bahan baku obat tradisional. Standarisasi bahan baku perlu dilakukan untuk

menjaga kualitas bahan baku obat alam. Salah satu standarisasi bahan baku yang

dilakukan adalah pengujian cemaran mikroba.

Bahan baku obat tradisional tidak boleh mengalami pencemaran fisik,

kimiawi atau mikroba yang dapat merugikan kesehatan atau mempengaruhi mutu

bahan baku. Pencemaran khamir, kapang dan atau bakteri terhadap produk

meskipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung pada kesehatan

33

Page 52: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

34

hendaklah dicegah sekecil mungkin sampai dengan persyaratan batas yang

berlaku (Anonim, 2005b).

Uji cemaran mikroba bertujuan memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak

boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non patogen

melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan

berbahaya bagi kesehatan karena dapat mengubah karakter organoleptik,

mengakibatkan perubahan kandungan zat aktif dalam ekstrak, dan bahkan adanya

toksin yang dihasilkan saat bakeri multiplikasi dapat menyebabkan keracunan

(Anonim, 2000).

Uji yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji Angka Lempeng Total

(ALT) dan Angka Kapang Khamir (AKK) dari ekstrak kental teh hijau sebagai

bahan baku obat tradisional. Uji ALT dan AKK merupakan metode kuantitatif

yang umum digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang terkandung dalam

sampel (Anonim, 2008) sehingga dalam penelitian ini hanya uji ALT dan AKK

yang dilakukan. Uji ALT dan AKK ini merupakan metode kuantitatif karena

dilakukan perhitungan jumlah koloni sehingga memiliki nilai tertentu dan umum

dilakukan karena merupakan pengujian awal di mana dari pengujian ALT dan

AKK kemudian dapat diisolasi secara spesifik jenis koloni bakteri patogen yang

tumbuh, misalnya Staphylococcus aureus, Salmonella typi, E. coli, dan Aspergilus

flavus. Uji dilakukan dengan cara menghitung jumlah cemaran mikroba dalam

sampel ekstrak kental teh hijau kemudian dibandingkan dengan syarat jumlah

koloni mikroba yang terdapat dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat

Indonesia (Anonim, 2004) yaitu 10 koloni/g untuk bahan baku berupa ekstrak.

Page 53: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

35

1. Determinasi Tanaman Teh

Determinasi tanaman yaitu membandingkan suatu tumbuhan yang akan

diuji dengan satu tumbuhan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau

dipersamakan) (Anonim, 2006b). Determinasi tanaman teh (Camellia sinensis L.)

dilakukan untuk memastikan kebenaran tanaman yang akan digunakan dalam

penelitian. Determinasi tanaman dilakukan secara makroskopis dengan

mencocokkan tanda-tanda serta ciri-ciri yang ada pada tanaman dengan kunci

determinasi yang ada dalam panduan determinasi tumbuhan Flora of Java

(Backer dan Bakhuizen, 1963).

Tanaman teh diperoleh dari Perkebunan Rakyat Boyolali. Daerah Boyolali

merupakan tempat tumbuh yang cocok bagi tanaman teh. Selain itu teh yang

ditanam memiliki spesies yang sama dan digunakan oleh pabrik untuk

memproduksi teh seduh sehingga mutu tanaman teh terjamin. Teh merupakan

komoditas primer yang menjadi unggulan dari Perkebunan Rakyat Boyolali

sehingga mudah diperoleh dan lokasi perkebunan yang dekat dengan lokasi

penelitian mempermudah penelitian. Daun teh yang diperoleh dari Perkebunan

Rakyat Boyolali memiliki warna hijau, daun tunggal, bertangkai pendek dengan

letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuk elips memanjang, ujung

dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, dan pertulangan menyirip. Foto daun

teh tersebut terdapat pada lampiran 3 (Gambar 2). Berdasarkan determinasi

tanaman yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa tanaman yang

digunakan benar-benar tanaman teh (C. sinensis L.). Hasil determinasi terlampir

pada lampiran 1.

Page 54: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

36

2. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Teh

Pembuatan simplisia teh yang dilakukan pada penelitian telah didasarkan

pada Cara Pembuatan Simplisia (Anonim, 1985) sehingga menghasilkan simplisia

yang terstandar. Pembuatan simplisia ini meliputi pengumpulan daun teh, sortasi

basah, pencucian, perajangan, dan pengeringan. Dari hasil pengeringan akan

diperoleh simplisia daun teh hijau. Setelah dilakukan pembuatan simplisia

kemudian diserbuk sehingga menghasilkan serbuk simplisia daun teh hijau.

Penyerbukan dan serbuk yang diperoleh telah sesuai dengan Materia Medika

Indonesia (Anonim, 1989), di mana serbuk yang baik harus melewati ayakan

nomor 4/18.

Pembuatan simplisia teh yang tidak sesuai standar dapat memperbanyak

jumlah mikroba yang tumbuh sehingga memungkinkan tingginya nilai ALT dan

AKK pada ekstrak kental teh hijau. Pada saat sortasi basah, simplisia harus

dipisahkan dari bahan-bahan asing seperti kerikil, rumput, batang, daun, akar yang

telah rusak, pengotor lainnya harus dibuang, dan terutama tanah karena tanah

mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah tinggi, oleh karena itu

pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba

awal. Pencucian pada simplisia merupakan hal penting karena air pencucian yang

kotor menyebabkan jumlah mikroba pada permukaan bahan tersebut bertambah

dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat

pertumbuhan mikroba. Selain itu, pengeringan yang kurang sempurna (kadar air

lebih dari 10%) akan menyebabkan penurunan mutu atau perusakan simplisia

karena air tersisa dapat menjadi media pertumbuhan mikroba sehingga simplisia

Page 55: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

37

mengandung jumlah mikroba yang cukup tinggi (Anonim, 1985). Menurut Voigt

(1994) kadar air dalam ekstrak kental tidak lebih dari 30%. Kadar air dalam

ekstrak kental juga turut menentukan banyaknya pertumbuhan mikroba di mana

kadar air yang tinggi dalam ekstrak kental dapat menjadi media pertumbuhan

mikroba.

Tanaman teh yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

Perkebunan Boyolali. Dalam pengumpulan daun teh, bagian tanaman yang

digunakan adalah bagian daun muda yaitu 3 percabangan daun yang paling ujung

karena pada bagian daun muda daun teh memiliki kandungan senyawa aktif yang

tinggi. Daun teh hijau yang diperoleh kemudian dipisahkan dari bahan-bahan

pengotor yang tercampur di dalamnya seperti tanah, kerikil, rumput, daun yang

rusak. Proses ini dinamakan sortasi basah. Daun kemudian dicuci dengan air

mengalir agar tanah dan kotoran lain yang melekat pada tanaman dapat terlepas

serta tidak menempel lagi. Dalam penelitian ini, daun teh tidak mengalami proses

perajangan karena sudah cukup tipis.

Pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air hingga

kurang dari 10% sehingga mencegah kapang ataupun fungi dan menghentikan

reaksi enzimatik, sehingga dapat mencegah penurunan mutu dan perusakan

simplisia. Dengan demikian, maka simplisia menjadi tidak mudah rusak dan dapat

disimpan dalam waktu yang lebih lama (Anonim, 1985). Daun dikeringkan

dengan dua tahap, pertama daun diangin-anginkan terlebih dahulu yang bertujuan

untuk mengurangi kandungan air, kemudian tahap kedua dilakukan pengeringan

dengan suhu yang lebih tinggi yaitu menggunakan oven dengan suhu 45 0C.

Page 56: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

38

Pengeringan menggunakan oven umumnya mendapatkan simplisia dengan mutu

lebih baik karena pengeringan lebih merata dan waktu yang diperlukan relatif

cepat dan tidak tergantung cuaca. Selain itu kadar air simplisia juga dapat ditekan

serendah mungkin sehingga menekan kontaminasi mikroba (Katno, 2008).

Dengan pengeringan dua tahap ini proses pengeringan menjadi lebih optimal

karena dengan dua tahap pengeringan, kadar air dalam simplisia dapat lebih cepat

dan banyak berkurang. Dalam penelitian ini proses pengeringan dihentikan

apabila daun sudah dapat diremukkan dengan tangan karena tidak dilakukan

pengukuran kadar air yang terkandung dalam daun teh hijau. Daun yang kadar

airnya masih tinggi akan lebih sulit diremukkan dan terasa lembab. Apabila daun

mudah diremukkan dan sudah tidak terasa lembab, maka kemungkinan kadar

airnya sudah kurang dari 10% sehingga proses pengeringan sudah dapat

dihentikan.

Daun teh yang telah kering dikeluarkan dari oven kemudian diserbuk

dengan menggunakan mesin penyerbuk. Tujuan dari pembuatan serbuk adalah

untuk memperkecil ukuran partikel sehingga akan memperluas permukaan

partikel yang kontak dengan cairan penyari sehingga diharapkan penyarian akan

lebih efektif karena dapat mempermudah penarikan senyawa aktif oleh cairan

penyari. Pembuatan serbuk dilakukan dengan menggunakan alat penyerbuk

kemudian serbuk diayak dengan ayakan nomor 12/50 sehingga diperoleh serbuk

dengan derajat halus 12/50. Serbuk yang baik harus melewati ayakan nomor 4/18

(Anonim, 1989). Ayakan 12/50 merupakan konversi dari ayakan nomor 4/18

sehingga memiliki ukuran serbuk yang sama. Ayakan 12/50 memiliki arti bahwa

Page 57: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

39

semua serbuk dapat melalui ayakan no. 12 dan tidak lebih dari 40% melalui

pengayak dengan no. 50. Serbuk daun teh hijau berhasil melewati ayakan 12/50

sehingga memiliki derajat halus yang baik.

3. Ekstraksi Teh Hijau

Ekstrak kental teh hijau diperoleh dengan mengekstraksi serbuk daun teh

hijau secara maserasi dengan penyari etanol 70%. Ekstraksi secara maserasi ini

dilakukan sesuai standar yang terdapat dalam Monografi Ekstrak

Tumbuhan Obat Indonesia (Anonim, 2004) yaitu satu bagian serbuk kering

dimasukkan ke dalam maserator dan ditambah dengan sepuluh bagian cairan

penyari. Pemilihan metode maserasi dikarenakan cara pengerjaan dan peralatan

yang digunakan pada metode maserasi sederhana dan mudah dilakukan. Selain itu

metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung

komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung

benzoin, tiraks dan lilin sehingga sesuai digunakan untuk mengekstraksi daun teh

karena kandungan kimia daun teh mudah larut dalam cairan penyari dan daun teh

tidak mengandung benzoin, tiraks, dan lilin (Anonim, 1986). Pemilihan cairan

penyari untuk ekstrak sebaiknya sesuai dengan zat aktif yang berkhasiat, dalam

arti dapat memisahkan zat aktif tersebut dari senyawa lainnya dalam bahan

sehingga ekstrak mengandung sebagian besar senyawa aktif berkhasiat yang

diinginkan (Anonim, 2000). Penggunaan etanol 70% dalam ekstraksi teh hijau ini

dikarenakan kandungan kimia utama dari daun teh, yaitu flavonoid larut dalam

etanol.

Page 58: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

40

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan

penyari yang sesuai selama 3 hari pada temperatur kamar, di mana cairan penyari

akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang

konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan

konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama

proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.

Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk

simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya perbedaan

konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam dengan di luar sel

(Anonim, 1986). Penggantian cairan dilakukan untuk memperoleh hasil ekstraksi

yang maksimal dengan menghindari terjadinya kejenuhan cairan penyari. Endapan

yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan dengan vaccum evaporator

dan diangin-anginkan di atas waterbath hingga diperoleh ekstrak kental yang tidak

dapat dituang. Ekstrak yang dihasilkan memiliki warna cokelat kehitaman, berbau

khas dan rasa agak kelat, dan memiliki konsistensi kental (ekstrak tidak dapat

dituang). Foto ekstrak kental teh hijau terdapat pada lampiran 4.

Kadar etanol dalam ekstrak diasumsikan telah menguap dengan adanya

pemanasan dengan suhu kurang lebih 58oC. Namun tidak menutup kemungkinan

adanya etanol yang masih tersisa dalam ekstrak. Adanya sejumlah etanol yang

masih tersisa dalam ekstrak dapat mempengaruhi jumlah cemaran mikroba di

mana etanol dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Dari hasil ekstraksi 250

Page 59: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

41

gram serbuk teh hijau diperoleh ekstrak kental teh hijau sebesar 58,63 gram

sehingga diperoleh rendemen ekstrak 23,45 %b/b.

4. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT)

Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) dilakukan dengan

menginokulasikan sampel ekstrak kental teh hijau yang telah mengalami

homogenisasi dan pengenceran pada media lempeng agar dengan cara tuang (pour

plate) kemudian diinkubasi pada suhu 35-37oC. Sampel berupa ekstrak kental

daun teh hijau dihomogenisasi menggunakan larutan pengencer BPW (Buffered

Pepton Water). BPW mengandung peptone, sodium chloride, disodium

phosphate, dan potassium dihydrogen phosphate yang berfungsi sebagai media

pra pengayaan dan juga menyembuhkan atau menguatkan sel bakteri yang sangat

lemah atau sakit yang disebabkan proses pembuatan ekstrak sehingga bakteri

dapat tetap tumbuh dalam media pra pengayaan tersebut sebelum dilakukan

pengujian lebih lanjut (Sumarsih, 2007). Homogenisasi sampel memiliki prinsip

membebaskan sel-sel bakteri yang masih terlindung oleh partikel sampel dan

untuk menggiatkan kembali sel-sel bakteri yang mungkin viabilitasnya menurun

karena kondisi yang kurang memungkinkan selama proses pembuatan ekstrak

(Anonim, 2006a). Pengenceran sampel dilakukan dari pengenceran 10-1 hingga

10-6 yang bertujuan membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah yang benar

karena seluruh koloni bakteri yang tumbuh dalam lempeng agar dapat terhitung.

Jumlah koloni bakteri yang terdapat dalam lempeng agar mencerminkan

Page 60: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

42

pengenceran yang dilakukan (Lay, 1994), di mana makin tinggi pengenceran

maka jumlah mikroba yang diperoleh seharusnya semakin sedikit.

Dalam penelitian ini digunakan media PCA (Plate Count Agar) yang

mengandung trypton, ekstrak yeast, glukosa, dan agar yang berguna sebagai

nutrisi untuk pertumbuhan bakteri. Setelah media biakan disiapkan, media ini

harus disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC

selama 20 menit karena bila media biakan yang disiapkan tidak disterilkan dan

dibiarkan selama beberapa hari, mikroba pencemar (mikroba kontaminan) akan

tumbuh dan menyebabkan kekeruhan media. Mikroba pencemar menyebabkan

tidak diketahui apakah perubahan yang terjadi dalam media disebabkan mikroba

yang ditumbuhkan atau mikroba pencemar (mikroba kontaminan) (Lay, 1994).

Setelah sampel diencerkan dan ditanam dalam media PCA, sampel diinkubasi

terbalik selama 24-48 jam pada suhu 35-37oC. Inkubasi terbalik dilakukan agar

uap air yang terbentuk selama inkubasi tidak menetes ke media biakan karena

akan mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan mempersulit pengamatan.

Tabel I. Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh Hijau WaktuInkubasi 24 Jam

Pengenceran Jumlah koloniReplikasi 1

Jumlah koloniReplikasi 2

Rata-ratajumlahkoloni

ALT(koloni/gekstrak)

Kontrol pelarut 0 0 0Kontrol media 0 0 010-1 0 0 010-2 0 0 010-3 0 0 0

10-4 0 5 2,510-5 1 0 0,510-6 0 0 0

<1 x 10

Page 61: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

43

Tabel I menunjukkan bahwa pada cawan petri (1) dan (2) pengenceran 10-1

tidak terdapat adanya koloni bakteri. Hal yang sama juga terjadi pada pengenceran

10-2, 10-3, dan 10-6. Sedangkan pada pengenceran 10-4 terdapat pertumbuhan

bakteri sebanyak 5 koloni pada cawan petri (2) dan pada 10-5 hanya terdapat 1

koloni pada cawan petri (1). Berdasarkan Parameter Standar Umum Ekstrak

Tumbuhan Obat (Anonim, 2000) apabila dari seluruh cawan petri tidak ada

satupun yang menunjukkan jumlah antara 30-300 koloni, maka nilai ALT dicatat

angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai Angka

Lempeng Total Perkiraan. Foto pengamatan ALT ekstrak kental teh hijau waktu

inkubasi 24 jam terdapat pada lampiran 6.

Dalam penelitian ini pengenceran yang digunakan sebagai acuan

perhitungan ALT yaitu pengenceran 10-1 karena merupakan pengenceran terendah

sedangkan pengenceran 10-2 hingga 10-6 merupakan hasil pengenceran dari

pengenceran 10-1. Rata-rata jumlah koloni dari pengenceran 10-1 yaitu 0 sehingga

diperoleh nilai ALT ekstrak kental teh hijau pada waktu inkubasi 24 jam sebesar

<1 x 10-1 yaitu kurang dari 10 koloni/gram. Batas nilai ALT ekstrak kental teh

hijau yang ditetapkan Badan POM RI yaitu tidak melebihi 10 koloni/g (Anonim,

2004). Sehingga diketahui bahwa nilai ALT ekstrak kental teh hijau tidak

melebihi batas yang ditetapkan.

Adanya koloni bakteri pada pengenceran 10-4 dan 10-5 dimungkinkan

merupakan kontaminasi atau adanya cemaran bakteri yang terjadi pada saat

pengujian ALT baik cemaran dari pelarut yang digunakan maupun cemaran

karena pengerjaan yang kurang aseptis. Untuk mengetahui sterilitas media dan

Page 62: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

44

pelarut serta mengetahui keaseptisan dalam bekerja digunakan kontrol media

(PCA) dan kontrol pelarut (BPW). Pada pengamatan inkubasi 24 jam

menunjukkan tidak adanya koloni pada kontrol pelarut dan kontrol media

sehingga koloni bakteri yang terdapat pada pengenceran 10-4 dan 10-5 bukan

berasal dari pelarut maupun cara kerja pada saat pengujian ALT melainkan

berasal dari ekstrak kental teh hijau tersebut. Koloni bakteri tersebut hanya

muncul pada pengenceran 10-4 dan 10-5 sedangkan pada pengenceran 10-1 hingga

10-3 dan 10-6 tidak muncul koloni, hal ini mungkin terjadi karena adanya

kandungan etanol pada ekstrak kental teh hijau. Kandungan etanol yang terdapat

dalam ekstrak akan mempengaruhi pertumbuhan mikroba karena etanol memiliki

sifat antimikroba. Kemungkinan banyaknya etanol pada pengenceran 10-1 hingga

10-3 lebih besar dibandingkan pengenceran 10-4 dan 10-5 karena semakin tinggi

pengenceran maka jumlah etanol yang terdapat dalam sampel ekstrak kental teh

hijau semakin berkurang sehingga pada pengenceran 10-4 dan 10-5 yang memiliki

jumlah etanol lebih sedikit, maka sifat antimikroba dalam sampel berkurang dan

mikroba lebih mudah tumbuh dalam sampel.

Kandungan etanol mungkin masih terdapat dalam ekstrak kental karena

pada ekstrak kental seluruh perlarut diasumsikan telah diuapkan dengan

pemanasan pada suhu sekitar 58oC dengan evaporator dan kemudian dikentalkan

di atas waterbath dengan suhu sekitar 58-60oC. Etanol memiliki titik didih sekitar

78oC sehingga dimungkinkan kandungan etanol masih terdapat dalam ekstrak.

Pemanasan dalam proses ekstraksi ini tidak melebihi 60oC karena dikhawatirkan

dapat merusak kandungan zat aktif dalam ekstrak. Kemungkinan adanya

Page 63: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

45

kandungan etanol dalam ekstrak ini juga terlihat pada tabel II, yaitu adanya

pertumbuhan koloni bakteri pada pengenceran 10-6 yang meningkat dari

pengenceran sebelumnya.

Tabel II. Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh Hijau WaktuInkubasi 48 Jam

Pengenceran Jumlah koloniReplikasi 1

Jumlah koloniReplikasi 2

Rata-ratajumlahkoloni

ALT(koloni/gbahan)

Kontrol pelarut 0 0 0Kontrol media 0 0 010-1 0 0 010-2 0 0 010-3 0 0 010-4 0 7 3,510-5 1 0 0,510-6 24 0 12

<1 x 10

Pada tabel II terlihat adanya peningkatan jumlah koloni bakteri, yaitu 7

koloni pada pengenceran 10-4 pada cawan petri (2), 1 koloni pada cawan petri (1)

pengenceran 10-5, dan 24 koloni pada cawan petri (1) pengenceran 10-6. Adanya

kandungan etanol yang lebih sedikit pada pengenceran 10-6 menyebabkan mikroba

lebih mudah tumbuh pada lempeng agar karena tidak adanya penghambatan dari

etanol sehingga mikroba yang tumbuh juga lebih banyak. Foto pengamatan ALT

ekstrak kental teh hijau waktu inkubasi 48 jam terdapat pada lampiran 7.

Dalam pengujian diperlukan keaseptisan sehingga akan mencegah

tumbuhnya kontaminasi bakteri yang bukan berasal dari ekstrak karena dapat

membuat hasil penelitian menjadi bias. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggunakan Microbiological Safety Cabinet (MSC) yang dilakukan di dalam

ruang tertutup dengan tekanan udara yang lebih positif daripada tekanan udara di

luar ruangan sehingga akan meminimalkan kontaminasi mikroba dari lingkungan.

Page 64: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

46

5. Pengujian Angka Kapang Khamir (AKK)

Pengujian Angka Kapang Khamir (AKK) dilakukan dengan

menginokulasikan sampel ekstrak kental teh hijau yang telah dihomogenisasi dan

diencerkan pada media agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada 20-25 oC.

Sampel berupa ekstrak kental daun teh hijau dihomogenisasi dengan Air

Suling Agar 0,05% (ASA) yang berfungsi sebagai media pra pengayaan yang

terbuat dari 0,05 gram agar dalam 100 ml aquadest, kemudian dilakukan

pengenceran sampel. Menurut Lay (1994) pengenceran sampel bertujuan untuk

membantu dalam perhitungan jumlah koloni yang benar karena jika pada

pengenceran 10-1 jumlah koloni terlalu padat, dengan adanya pengenceran

diharapkan jumlah koloni pada pengenceran selanjutnya dapat dihitung.

Media agar yang digunakan dalam AKK yaitu SDA (Saboraud Dextrose

Agar) yang mengandung casein, dextrose dan agar yang berguna untuk

pertumbuhan kapang dan khamir. Dalam media agar juga ditambahkan

kloramfenikol sebagai agen antimikroba yang menghambat pertumbuhan bakteri

sehingga pengamatan pertumbuhan kapang dan khamir lebih mudah untuk

dilakukan. Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik yang memiliki sifat

bakteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara menghambat

pertumbuhan bakteri dengan cara bergabung dengan subunit ribosom 50S

sehingga mengganggu sintesis protein dan menghambat pengikatan asam amino

baru pada rantai polipeptida oleh enzim peptidiltransferase (Mazni, 2008).

Kloramfenikol ditambahkan 1 ml dalam 250 ml media. Pemberian kloramfenikol

ini sudah cukup efektif karena pada pengamatan tidak ditemukan adanya koloni

Page 65: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

47

bakteri. Setelah media biakan disiapkan, media harus disterilkan terlebih dahulu

menggunakan autoklaf dengan suhu 121oC selama 20 menit untuk menghindari

terjadinya bias karena mikroba pencemar.

Setelah sampel diencerkan dan ditanam dalam media SDA, sampel

diinkubasi terbalik selama 7 hari pada suhu 20-25oC kemudian dihitung koloni

kapang dan khamir yang tumbuh pada hari ke 5 hingga ke 7. Inkubasi terbalik

dilakukan agar uap air yang terbentuk selama inkubasi tidak menetes ke media

biakan dan mempengaruhi pertumbuhan mikroba.

Tabel III. Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau WaktuInkubasi 5 Hari

Pengenceran Jumlah koloniReplikasi 1

Jumlah koloniReplikasi 2

Jumlahkoloni

AKK(koloni/gekstrak)

Kontrol pelarut 0 0 0Kontrol media 0 0 010-1 0 0 010-2 0 0 010-3 1 0 110-4 1 1 2

<1 x 10

Pada tabel III menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya koloni kapang

maupun khamir pada cawan petri (1) dan (2) pengenceran 10-1, 10-2. Sedangkan

pada pengenceran 10-3 terdapat pertumbuhan bakteri 1 koloni kapang pada cawan

petri (1) dan pada pengenceran 10-4 terdapat 1 koloni kapang masing-masing pada

cawan petri. Kapang yang diperoleh dalam pengamatan tampak berserabut dengan

warna tepi putih dan abu-abu kehitaman pada bagian tengah koloni, hal ini sesuai

dengan Fardiaz (1993) di mana kapang tergolong dalam fungi multiseluler yang

mempunyai filamen, dan pertumbuhannya mudah dilihat karena penampakannya

Page 66: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

48

yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih,

tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis

kapang. Foto pengamatan AKK ekstrak kental teh hijau waktu inkubasi 5 hari

terdapat pada lampiran 8.

Tabel IV. Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau WaktuInkubasi 6 Hari

Pengenceran Jumlah koloniReplikasi 1

Jumlah koloniReplikasi 2

Jumlahkoloni

AKK(koloni/gekstrak)

Kontrol pelarut 0 0 0Kontrol media 0 1 110-1 0 0 010-2 0 0 010-3 1 0 110-4 1 1 2

<1 x 10

Tabel IV menunjukkan bahwa pada waktu inkubasi 6 hari tidak ada

perubahan jumlah koloni kapang/khamir pada pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4

yaitu tidak adanya koloni kapang/khamir pada cawan petri (1) dan (2)

pengenceran 10-1, 10-2. Dan pada pengenceran 10-3 terdapat pertumbuhan kapang

1 koloni pada cawan petri (1) dan pada pengenceran 10-4 terdapat 1 koloni kapang

masing-masing pada cawan petri (1) dan (2). Namun pada kontrol media terdapat

pertumbuhan 1 koloni khamir pada cawan petri (2). Khamir yang terdapat dalam

pengamatan tampak seperti bakteri, berwarna putih dengan bentuk bulat namun

memiliki ukuran yang lebih besar dibanding bakteri, hal ini sesuai dengan Jutono,

dkk (1980) yaitu khamir merupakan fungi uniseluler yang mikroskopik dan tidak

membentuk percabangan permanen. Ukuran khamir 4-20 kali lebih besar daripada

ukuran bakteri. Bentuk khamir bermacam-macam yaitu bulat (spheroid), bulat

Page 67: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

49

telur (elips), seperti silinder (silindris) dan sebagainya. Foto pengamatan AKK

ekstrak kental teh hijau waktu inkubasi 6 hari terdapat pada lampiran 9.

Tabel V. Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh Hijau WaktuInkubasi 7 Hari

Pengenceran Jumlah koloniReplikasi 1

Jumlah koloniReplikasi 2

Jumlahkoloni

AKK(koloni/gekstrak)

Kontrol pelarut 0 0 0Kontrol media 0 1 110-1 0 0 010-2 0 0 010-3 1 0 110-4 1 1 2

<1 x 10

Pada tabel V menunjukkan bahwa pengamatan pada waktu inkubasi 7 hari

tidak berbeda dengan waktu inkubasi 6 hari. Tidak ada perubahan jumlah koloni

kapang pada pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4 dan adanya 1 koloni khamir pada

kontrol media. Foto pengamatan AKK ekstrak kental teh hijau waktu inkubasi 7

hari terdapat pada lampiran 10.

Berdasarkan Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat (Anonim,

2000) apabila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan

jumlah antara 40-60 koloni, maka nilai AKK dicatat angka sebenarnya dari

tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai Angka Kapang Khamir

Perkiraan.

Dalam penelitian ini pengenceran terendah adalah pengenceran 10-1. Pada

pengenceran 10-1 waktu inkubasi 5 hingga 7 hari memiliki jumlah yang sama,

yaitu 0. Sehingga diperoleh nilai AKK ekstrak kental teh hijau pada waktu

inkubasi 5 hingga 7 hari sebesar < 1x 10-1 yaitu kurang dari 10 koloni/gram. Batas

Page 68: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

50

nilai AKK ekstrak kental teh hijau yang ditetapkan Badan POM RI yaitu tidak

melebihi 10 koloni/g (Anonim, 2004). Sehingga dapat disimpulkan bahwa AKK

dari ekstrak kental teh hijau tidak melebihi batas yang ditetapkan.

Adanya koloni bakteri pada pengenceran 10-3 dan 10-4 pada waktu

inkubasi 5, 6, dan 7 hari dimungkinkan merupakan kontaminasi atau adanya

cemaran bakteri yang terjadi pada saat pengujian AKK baik cemaran dari pelarut

yang digunakan maupun cemaran karena pengerjaan yang kurang aseptis. Untuk

mengetahui keaseptisan dalam bekerja digunakan kontrol media (SDA) sedangkan

untuk mengetahui adanya cemaran dari perlarut digunakan kontrol pelarut (ASA).

Pada pengamatan inkubasi 5 hari menunjukkan tidak adanya koloni pada kontrol

pelarut dan kontrol media sehingga koloni bakteri yang terdapat pada pengenceran

10-3 dan 10-4 bukan berasal dari pelarut maupun cara kerja pada saat pengujian

AKK melainkan berasal dari ekstrak kental teh hijau tersebut. Koloni bakteri

tersebut hanya muncul pada pengenceran 10-4 dan 10-5, hal ini mungkin terjadi

karena adanya kandungan etanol pada ekstrak kental teh hijau. Kandungan etanol

yang terdapat dalam ekstrak akan mempengaruhi pertumbuhan mikroba karena

etanol memiliki sifat antimikroba. Kemungkinan jumlah etanol pada pengenceran

10-1 dan 10-2 lebih besar dibandingkan pengenceran 10-3 dan 10-4 karena semakin

tinggi pengenceran maka jumlah etanol semakin berkurang sehingga

kapang/khamir dapat tumbuh pada pengenceran 10-3 dan 10-4. Kandungan etanol

mungkin masih terdapat dalam ekstrak kental karena pada proses ekstraksi seluruh

pelarut diasumsikan telah diuapkan dengan pemanasan pada suhu sekitar 58oC

dengan evaporator dan kemudian dikentalkan di atas waterbath dengan suhu

Page 69: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

51

sekitar 58-60oC namun karena etanol memiliki titik didih sekitar 78oC sehingga

dimungkinkan kandungan etanol masih terdapat dalam ekstrak.

Pada pengamatan AKK inkubasi hari ke 6 dan ke 7 menunjukkan adanya

pertumbuhan 1 koloni khamir pada kontrol media. Karena pada media telah

ditambahkan kloramfenikol sebagai antibakteri sehingga koloni yang tumbuh

pada media dapat dipastikan berupa khamir. Adanya koloni khamir pada kontrol

media menunjukkan adanya kontaminasi atau cemaran pada media dan kurangnya

keaseptisan dalam bekerja. Walaupun ada kontaminasi khamir dalam uji AKK ini,

namun dalam pengamatan tidak menunjukkan adanya perubahan jumlah koloni

dalam setiap pengenceran sampel dari waktu inkubasi 5 hingga 7 hari sehingga

kontaminasi khamir pada media tidak berpengaruh pada jumlah koloni kapang

yang tumbuh.

Nilai ALT dan AKK yang terdapat dalam ekstrak kental daun teh hijau

memenuhi batas persyaratan yang ditetapkan Badan POM RI dalam Monografi

Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia yaitu tidak melebihi 10 koloni/g untuk ALT

dan tidak melebihi 10 koloni/g untuk AKK. Sehingga dapat dinyatakan bahwa

ekstrak kental daun teh hijau dari Perkebunan Rakyat Boyolali berpotensi dan

dapat diolah menjadi produk obat tradisional yang aman untuk dikonsumsi dari

segi ALT dan AKK.

Selain pengujian ALT dan AKK, ekstrak juga harus memenuhi parameter

standarisasi lainya untuk menjamin mutu, keamanan, dan khasiat ekstrak secara

menyeluruh yaitu parameter standar umum berupa berat kering dan berat jenis,

kadar air, kadar abu, kadar sisa pelarut, residu pestisida, uji batas logam berat,

Page 70: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

52

kadar sari larut dalam pelarut tertentu, kadar terlarut dengan spektrofotometer,

sidik jari kromatogram, kadar total golongan zat kandungan dan kadar zat aktif

atau zat identitas (Anonim, 1999) dan parameter standar khusus ekstrak, meliputi

penetapan organoleptik ekstrak (meliputi bentuk, warna, bau dan rasa) dan

penetapan kadar senyawa terlarut dalam pelarut tertentu (meliputi kadar senyawa

yang larut dalam air dan kadar senyawa yang larut dalam etanol) (Anonim, 2004).

Penelitian lain mengenai standarisasi ekstrak selain dari segi mikrobiologi telah

dilakukan, maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada aspek mikrobiologi,

khususnya ALT dan AKK.

Proses dan metode pembuatan ekstrak kental teh hijau ini cukup baik

dalam menghasilkan bahan baku berupa ekstrak kental teh hijau yang memenuhi

kualitas dari segi ALT dan AKK. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai uji cemaran mikroba selain ALT dan AKK misalnya uji cemaran

mikroba patogen sehingga dapat diketahui pula keamanan penggunaan ekstrak

kental teh hijau dari Perkebunan Rakyat Boyolali sebagai bahan baku obat

tradisional dari segi mikroba patogennya.

Page 71: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Nilai ALT dan AKK yang terdapat dalam ekstrak kental daun teh hijau

dari Perkebunan Rakyat Boyolali yaitu kurang dari 10 koloni/g.

2. Nilai ALT dan AKK yang terdapat dalam ekstrak kental daun teh hijau

tidak melebihi batas yang ditetapkan dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan

Obat, yaitu 10 koloni/g sehingga ekstrak kental teh hijau dari Perkebunan

Rakyat Boyolali dapat diolah menjadi produk Obat tradisional yang aman

untuk dikonsumsi berdasarkan nilai ALT dan AKK.

B. SARAN

Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji mikroba patogen

untuk mengetahui keamanan penggunaan ekstrak kental teh hijau dari Perkebunan

Rakyat Boyolali sebagai bahan baku obat tradisional dari segi mikroba

patogennya.

53

Page 72: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

54

DAFTAR PUSTAKA

Anief, 2005, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik, 168-169, Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 4, Departemen Kesehatan RI,Jakarta

Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, 4, 7-10, Departemen Kesehatan RI,Jakarta

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1-16, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta

Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, xxix, Departemen KesehatanRI, Jakarta

Anonim, 1992, Cara Uji Cemaran Mikroba, SNI (SNI 01-2897-1992), 4, 36,Jakarta

Anonim, 1994, Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo.661/MENKES/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat tradisional,http://husinrm.files.wordpress.com/2008/02/persyaratan-_ot_edit.doc,diakses 18 Maret 2009

Anonim, 1999, dalam Hafid A.F., 2000, Penetapan Parameter Standar EkstrakEtanol Temulawak sebagai Bahan Baku Kapsul Temulawak,http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-res-2000-hafid2c-397-curcumma&q=uji+cemaran+mikroba, diakses tanggal 18 Maret 2009

Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, CetakanPertama, 24-25, 28-29, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Direktorat Jenderal POM, Jakarta

Anonim, 2004, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, 1, BadanPengawas Obat dan Makanan (BPOM), Jakarta

Anonim, 2005a, Lampiran Pedoman Cara Pembuatan Obat tradisional yangBaik,http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/LAMP_CPOTB.pdf,diakses tanggal, 18 Maret 2009

Anonim, 2005b, Standarisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Salah SatuTahapan Penting Dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia,

Page 73: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

55

http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoPOM/0405.pdf, diaksestanggal, 30 September 2009

Anonim, 2006a, Metode Analisis PPOMN, 1, 5, Pusat Pengujian Obat danMakanan Nasional (Badan POM), Jakarta

Anonim, 2006b, Buku Ajar Taksonomi Tumbuhan Tinggi, http://e-course.usu.ac.id/content/biologi/taksonomi/textbook.pdf, diakses tanggal 28Desember 2009

Sumarsih, 2007, Nutrisi dan Medium Kultur Mikroba,http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/nutrisi-dan-medium-kultur-mikroba.pdf, diakses tanggal 28 Desember 2009

Anonim, 2008, Pengujian Mikrobiologi Pangan,http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoPOM/0208.pdf, diaksestanggal 20 Mei 2009

Ansel H.C., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Form, 164-165, Lea &Febiger, Philadelphia, USA

Backer, C.A and R.C. Bakhuizen Van Den Brink Jr, 1963, Flora of Java, Vol 1,3-6,29-34, 47, 318-320, N.V.P., Noordhoff, Groningen, The Netherlands

Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, 50-52, Trubus Agriwidya,Jakarta

Fardiaz, S. , 1993, Analisis Mikrobiologi Pangan, 182, P.T. Raja GrafindoPersada, Jakarta

Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan Sebuah Tinjauan Ilmiah,9-10, 23-30, Kanisius, Yogyakarta

Henning, S.M., Yantao, N., Lee, N.H., Thames, G.D., Minutti, R.R., Wang, H.,Go, V., dan Heber, D., 2004, Bioavailability and antioxidant activity of teaflavanols afterconsumption of green tea, black tea, or a green tea extractsupplement, http://www.ajcn.org/cgi/reprint/80/6/1558.pdf, diakses tanggal26 Desember 2009

Jutono, J. Soedarsono, S. Hartadi, Siti Kabirun S., Suhadi D., dan Soesanto, 1980,Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi, 28,Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada,Yogyakarta

Katno, 2008, Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat, 4, 23-24, 36, Balai BesarPenelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat tradisional

Page 74: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

56

(B2P2TO-OT), Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan RI, Jakarta

Kusnandar F., Hariyadi P., dan Wulandari N., 2006, Aspek Mikrobiologi MakananKaleng, http://www.nhas.ac.id/gdln/dirpan/pengalengan/topik/modul/sub-topik/karakteristikmikroba.pdf, diakses tanggal 26 Desember 2009

Lay, B. W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, 48, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta

Mazni, R., 2008, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Bidara Upasterhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,http://etd.eprints.ums.ac.id/4069/1/K100040158.pdf, diakses tanggal 26Desember 2009

Setyamidjaja, D., 2000, Teh Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen, 22-25,Kanisius, Yogyakarta

Svobodova, A., Psotova, J., dan Walterova, D., 2003, Natural Phenolics inprevention Of UV-Induced Skin Damage (A review), Biomed. Papers,147(2), 137

Tuminah, S., 2004, Teh [Camellia sinensis O.K. var. Assamica (Mast)] sebagaiSalah Satu Sumber Antioksidan,http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-053.pdf, diakses tanggal 13 Mei 2009

Vinson, J.A., Dabbagh, Y.H., Serry, M.M., and Jang, J., 1995, Plant Flavonoids,Especially Tea Flavonols, Are Powerful Antioxidants Using an in VitroOxidation Model for Heart Disesase, Journal of Agriculture and FoodChemistry, Vol. 43, 2800

Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, 157, diterjemahkanoleh Soendari Noerono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Vogel, A.I., Tatchell, A.R., Furnis, B.S., Hannaford, A.J. and P.W.G. Smith,1996, Practical Organic Chemistry, 53, Prentice Hall

Page 75: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

LAMPIRAN

Page 76: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

57

LAMPIRAN

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Teh Hijau

Page 77: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

58

Lampiran 2. Perhitungan Penimbangan Bahan

Pengujian Angka Lempeng Total (ALT)a. Pembuatan media PCA (300 ml)

ml

ml

1000

300x 23,5 g = 7,05 g PCA dalam 300 ml aquadest

b. Pembuatan larutan pengencer BPW (230 ml)

ml

ml

1000

230x 15 g = 3,45 g BPW dalam 230 ml aquadest

Pengujian Angka Kapang Khamir (AKK)a. Pembuatan media SDA (250 ml)

ml

ml

1000

250x 65 g = 16,25 g dalam 250 ml aquadest

b. Pembuatan larutan pengencer ASA 0,05%(150 ml)

ml

ml

100

150x 0,05 g = 0,075 g dalam 150 ml aquadest

c. Pembuatan larutan kloramfenikol1 g kloramfenikol dalam 100 ml aquadest steril

Lampiran 3. Foto Tanaman Teh Hijau

Keterangan gambar:

a.Daun

b.Batang

c.Akar

Gambar 1. Pohon teh hijau

Page 78: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

59

Gambar 2. Daun teh hijau Gambar 3. Daun, buah, dan bunga teh hijau

Lampiran 4. Foto Ekstrak Kental Teh Hijau

Gambar 4. Ekstrak kental teh hijau

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Ekstrak Kental Teh Hijau

Serbuk teh hijau 250 gram dimaserasi dan dikentalkan, diperoleh 58,63 gram

ekstrak kental teh hijau.

Perhitungan rendemen = %100xkgramekstra

gramserbuk= %45,23%100

250

63,58x

gram

gram

Page 79: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

60

Lampiran 6. Foto Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh HijauWaktu Inkubasi 24 Jam.

Gb.5 Kontrol media (replikasi 1) Gb.6 Kontrol pelarut (replikasi 1)Tidak terdapat koloni bakteri Tidak terdapat koloni bakteri

Gb.7 ALT 10-1 (replikasi 2) Gb.8 ALT 10-2 (replikasi 2)Tidak terdapat koloni bakteri Tidak terdapat koloni bakteri

Gb.9 ALT 10-3 (replikasi 2) Gb.10 ALT 10-4 (replikasi 2)Tidak terdapat koloni bakteri Terdapat 5 koloni bakteri

Page 80: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

61

Gb.11 ALT 10-5 (replikasi 1) Gb.12 ALT 10-6 (replikasi 2)Tidak terdapat koloni bakteri Tidak terdapat koloni bakteri

Lampiran 7. Foto Angka Lempeng Total (ALT) Ekstrak Kental Teh HijauWaktu Inkubasi 48 Jam.

Gb.13 Kontrol media (replikasi 1) Gb.14 Kontrol pelarut (replikasi 1)Tidak terdapat koloni bakteri Tidak terdapat koloni bakteri

Gb.15 ALT 10-1 (replikasi 1) Gb.16 ALT 10-2 (replikasi 1)Tidak terdapat koloni bakteri Tidak terdapat koloni bakteri

Page 81: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

62

Gb.17 ALT 10-3 (replikasi 1) Gb. 18 ALT 10-4 (replikasi 2)Tidak terdapat koloni bakteri Terdapat 7 koloni bakteri

Gb.19 ALT 10-5 (replikasi 1) Gb.20 ALT 10-6 (replikasi 1)Terdapat 1 koloni bakteri Terdapat 24 koloni bakteri

Lampiran 8. Foto Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh HijauWaktu Inkubasi 5 Hari.

Gb.21 Kontrol media (replikasi 1) Gb.22 Kontrol pelarut (replikasi 1)Tidak terdapat koloni kapang/khamir Tidak terdapat koloni kapang/khamir

Page 82: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

63

Gb.23 AKK 10-1 (replikasi 1) Gb. 24 AKK 10-2 (replikasi 2)Tidak terdapat koloni kapang/khamir Tidak terdapat koloni kapang/khamir

Gb.25 AKK 10-3 (replikasi 1) Gb.26 AKK 10-4 (replikasi 1)Terdapat 1 koloni kapang Terdapat 1 koloni kapang

Gb. 27 AKK 10-4 (replikasi 2)Tidak terdapat koloni kapang/khamir

Page 83: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

64

Lampiran 9. Foto Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh HijauWaktu Inkubasi 6 Hari.

Gb.28 Kontrol media (replikasi 2) Gb.29 Kontrol pelarut (replikasi 1)Terdapat 1 koloni khamir Tidak terdapat koloni kapang/khamir

Gb.30 AKK 10-1 (replikasi 1) Gb.31 AKK 10-2 (replikasi 2)Tidak terdapat koloni kapang/khamir Tidak terdapat koloni kapang/khamir

Gb.32 AKK 10-3 (replikasi 1) Gb. 33 AKK 10-3 (replikasi 1)Terdapat 1 koloni kapang Tampak depan koloni kapang

Page 84: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

65

Gb.34 AKK 10-4 (replikasi 1) Gb.35 AKK 10-4 (replikasi 2)Terdapat 1 koloni kapang Terdapat 1 koloni kapang

Lampiran 10. Foto Angka Kapang Khamir (AKK) Ekstrak Kental Teh HijauWaktu Inkubasi 7 Hari.

Gb.36 Kontrol media (replikasi 2) Gb.37 Kontrol pelarut (replikasi 1)Terdapat 1 koloni khamir Tidak terdapat koloni kapang/khamir

Gb.38 AKK 10-1 (replikasi 2) Gb.39 AKK 10-2 (replikasi 1)Tidak terdapat koloni kapang/khamir Tidak terdapat koloni kapang/khamir

Page 85: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

66

Gb.40 AKK 10-3 (replikasi 1) Gb.41 AKK 10-4 (replikasi 1)Terdapat 1 koloni kapang Terdapat 1 koloni kapang

Gb. 42 AKK 10-4 (replikasi 2)Terdapat 1 koloni kapang

Page 86: Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang-Khamir (AKK ...

67

BIOGRAFI PENULIS

Penulis lahir pada tanggal 10 Maret 1988 di

Purwokerto. Lahir dari Ayah bernama Hadi

Soedjatmiko dan Ibu bernama Yeni Setiawati, memiliki

dua saudara perempuan dan laki-laki. Penulis telah

menyelesaikan masa studinya di TK Santo Yoseph pada

tahun 1993 sampai tahun 1994, SD Santo Yoseph

Purwokerto pada tahun 1994 sampai dengan tahun

2000, SLTP Bruderan Purwokerto pada tahun 2000

sampai dengan tahun 2003, kemudian penulis

melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Purwokerto pada

tahun 2003 sampai dengan 2006 dan kuliah di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada

tahun 2006 sampai tahun 2009.