MAKALAH GANGGUAN FUNGSI GASTROINTESTINAL KOLON
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Dosen Pengampu :
Agustina Nur Arofah, S.Kep, Ns
Disusun Oleh :
Ahmad Sofa Mubarok
Tikha Umaroh
Nisfu Laila
Irfan
Rameta Siska Wati
AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 2 BREBESJl. PONPES AL HIKMAH BENDA SIRAMPOG – BREBES
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gangguan Fungsi Gastrointestinal Kolon”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah, penyajian makalah ini diharapkan dapat memudahkan proses pembelajaran bagi mahasiswa. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan makalah ini dikemudian hari.
Benda, September 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air,elektrolit, dan zat makanan yangterus
menerus. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan (1) pergerakan makanan melalui
saluran pencernaan, (2) sekresi getah pencernaan dan pencernaan makanan, (3) absorpsi air
berbagaielektrolit, dan hasil pencernaan, (4) sirkulasi darah melalui organ-organ
gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang diabsorbsi, dan (5) pengaturan semua fungsi ini
oleh sistem lokal,saraf, dan hormone. Setiap bagian dari saluran pencernaan disesuaikan
terhadap fungsispesifiknya : beberapa untuk pasase makanan yang sederhana, seperti
esophagus; yang lainuntuk penyimpanan makanan sementara, seperti lambung; dan yang lain
untuk pencernaandan absorpsi, seperti usus halus.Agar makanan dapat dicerna secara optimal
dalam saluran pencernaan, waktu yangdiperlukan makanan pada masing-masing bagian
saluran bersifat sangat penting. Selain itu, pencampuran yang tepat juga harus dilakukan.
Tetapi karena kebutuhan untuk pencampurandan propulsi (pendorongan) sangat berbeda pada
tiap tingkat proses, berbagai mekanismeumpan balik hormonal dan saraf otomatis akan
mengontrol waktu dari tiap aspek proses inisehingga pencampuran dan pendorongan akan
terjadi secara optimal, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat.Di sepanjang traktus
gastrointestinal, kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi utama :Pertama, enzim-enzim
pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah saluran pencernaan,dari rongga mulut sampai
ujung distal ileum. Kedua, kelenjar mucus, dari rongga mulutsampai ke anus, mengeluarkan mucus
untuk melumaskan dan melindungi semua bagiansaluran pencernaan. Kebanyakan sekresi
pencernaan terbentuk hanya sebagai responsterhadap keberadaan makanan di dalam saluran
pencernaan, dan jumlah yang disekresi padasetiap segmen traktus hamper sama dengan
jumlah yang dibutuhkan untuk pencernaan yangsesuai. Selanjutnya, pada beberapa bagian
traktus gastrointestinal, bahkan jenis enzim danzat-zat lainnya dari sekresi bervariasi sesuai
dengan tipe makanan yang ada.Bahan makanan utama yang diperlukan oleh tubuh yang hidup, (selain
jumlah kecil zatseperti vitamin dan mineral) dapat digolongkan sebagai karbohidrat, lemak dan
protein, bahan-bahan ini biasanya tidak dapat diserap dalam bentuk alami melalui mukosa
saluran pencernaan dan, karena alasan ini bahan-bahan tersebut tidak berguna sebagai zat
nutrisitanpa pencernaan awal. Dalam prosesnya yang berkangsung terus-menerus bukan
tidak mungkin saluran pencernaan mengalami gangguan atau bahkan kelainan. Hal ini tentu
saja akan mengganggu proses pencernaan. Pengobatan yang efektif untuk kebanyakan
gangguangastrointestinal bergantung pada pengetahuan dasar mengenai fisiologi
gastrointestinal. Olehkarena hal-hal di atas maka dalam makalah ini akan membahas prinsip-
prinsip umum fungsigastrointestinal(Motilitas, pengaturan saraf dan sirkulasi darah), propulsi
dan pencampuranmakanan dalam saluran pencernaan, fungsi sekresi saluran pencernaan,
pencernaan danabsorpsi dalam traktus gastrointestinal serta fisiologi gangguan
gastrointestinal.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.Prinsip-prinsip umum fungsi gastrointestinal(Motilitas, pengaturan saraf dan
sirkulasidarah).
2.Propulsi dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan.
3.Fungsi sekresi saluran pencernaan.
4.Pencernaan dan absorpsi dalam traktus gastrointestinal.
5.Fisiologi gangguan gastrointestinal
BAB II
ISI
2.1 Prinsip-prinsip Umum Fungsi Gastrointestinal ± Motilitas, Pengaturan Saraf, danSirkulasi Darah Saluran
Gastrointestinal mempunyai ciri khas dinding yang terdiri dari beberapa Lapisan-Lapisan
tersebut dari luar ke dalam dapat disusun sebagai berikut :
1.Lapisan serosa.
2.Lapisan otot longitudinal
3.Lapisan otot sirkular.
4.Lapisan submukosa.
5.Lapisan mukosa (pada bagian terdalam lapisan mukosa terdapat lapisan muskularismukosa).
2.1.1 Aktivitas Listrik Pada Otot Polos Gastrointestinal
Adapun aktifitas atau pergerakan otot polos tersebut dipengaruhi oleh aktifitas potensial listrik
yang telah teratur sedemikian rupa, sehingga tanpa kita sadari system ini bekerja dengan
sempurna. Aktifitas listrik tersebut meliputi :
1.Faktor yang menimbulkan Depolarisasi membrane (membuat lebih mudahdirangsang) :
a.Peregangan otot.
b.Perangsangan oleh asetilkolin.
c.Perangsangan oleh saraf parasimpatis yang mensekresi asetilkolin.
d.Perangsangan oleh hormone gastrointestinal spesifik.
2.Faktor yang menimbulkan Hiperpolarisasi membrane (membuat serat otot kurangmudah
dirangsang) :
1.Pengaruh norepinefrin / epinefrin pada membrane otot.
2.Perangsangan saraf-saraf simpatis yang mensekresi norepinefrin.
2.1.2 Pengaturan Hormonal Terhadap Motilitas Gastrointestinal
Traktus Gastrointestinal sebagaimana bagian lain dari tubuh manusia jugamemiliki sistem
pengaturan dengan peranan sekresi hormon. Hal ini terutama ditujukan pada pengaturan
motilitas gastrointestinal itu sendiri. Hormon-hormon yang terlibat diantaranya :
1.Kolesitokinin : disekresikan oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum sebagairespon
terhadap pemecahan produk lemak, asam lemak dan monogliserid dalam usus.Efeknya:
kontraksi kandung empedu, menghambat motilitas lambung agar empedumengemulsikan
lemak dan memberi cukup waktu untuk pencernaan lemak di usus bagian atas.
2.Sekretin : disekresi oleh sel S dalam mukosa duodenum sebagai respon terhadap
asamlambung.Efeknya: penghambatan (ringan) terhadap motilitas sebagian besar
traktusgastrointestinal.
3.Peptida penghambat asam lambung : disekresikan oleh mukosa usus halus bagian
atassebagai respon terhaadap asam lemak dan asam amino dan sedikit pada
karbohidrat.Efeknya: sedikit menurunkan aktifitas motorik lambung, memperlambat
pengosonganisi lambung.
2.1.3 Gerakan-gerakan Fungsional Pada Traktus Gastrointestinal
Dalam proses memasukkan makanan, memproses hingga mengeluarkan zat-zatsisa pada saluran
pencernaan dibantu oleh gerakan-gerakan yang secar fungsionalmendukung proses tersebut.
Secara umum gerakan tersebut terbagi menjadi :
1.Gerakan Propulsif (Peristaltik)Makanan bergerak maju sepanjang saluran dengan kecepatan
yang sesuai untuk terjadinya pencernaan dan absorbsi. Rangsangan yang dapat menimbulkan
gerakan peristaltik antara lain :
a.Peregangan usus, iritasi epitel pelapis usus, sinyal saraf ekstrinsik terutama parasimpatis.
b.Reflek mienterikus / reflek peristaltik dan gerakan peristaltik ke arah anus(³hukum dari usus
´).
2.Gerakan mencampur Yang menjaga agar isi usus tetap tercampur setiap waktu. Pada
beberapa tempat,gerakan peristaltik sendiri menimbulkan sebagian besar pencampuran. Pada
tempatlain, kontraksi konstriktif yang lebih berperan dalam proses pencampuran, namun
ada pula yang melibatkan kedua proses tersebut.
2.1.4 Aliran Darah Gastrointestinal
Pembuluh darah system gastrointestinal disebut sirkulasisplanknik. Sirkulasi inimeliputi
aliran darah yang melalui usus sendiri ditambah aliran darah melalui limpa, pancreas dan
hepar. Sebelum memasuki sirkulasi sistemik, darah disaring di hepar dari berbagai macam
bakteri dan bahan partikel lain (agen-agen berbahaya) dari traktusgastrointestinal. Selain itu,
sebagian besar (sekitar tiga perempat dari total yang terserap)
berupa zat nutrisi nonlemak dan larut air diserap dan disimpan oleh sel-sel hati.Sedangkan zat nutrisi
berdasar lemak tak larut air diabsorbsi ke saluran limfatik ususyang kemudian dialirkan ke dalam
darah melalui duktus torasikus. Anatomi suplai darahgastrointestinal adalah :
1.Dinding usus halus dan usus besar disuplai oleh arteri mesenterika superior daninterior.
2.Lambung disuplai oleh arteri illiaka.
2.1.5 Pengontrolan Saraf Terhadap Aliran Darah Gastrointestinal
Rangsangan saraf parasimpatis terhadap lambung dan kolon bagian bawah akanmeningkatkan
aliran darah setempat pada saat yang bersamaan dengan peningkatansekresi kelenjar.
Penigkatan aliran darah kemungkinan karena peningkatan aktifitaskelenjar.Rangsangan saraf
simpatis menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriolsehingga dengan penurunan
aliran darah yang besar pada hampir seluruh traktusgastrointestinal, berfungsi untuk menutup
aliran darah gastrointestinal dan aliran darahsplanknik lain agar dapat memenuhi kebutuhan
oragan vital saat kerja fisik yang hebat,serta mempertahankan semua jaringan vital dari
bahaya kematian seluler akibatkekurangan perfusi terutama otak dan jantung. Dapat
berlangsung sekitar 1 jam. Setelahitu aliran sering kembali hampir normal melalui mekanisme
³autoregulasi escape´dengan tujuan mengembalikan aliran darah yang membawa nutrisi ke
kelenjar dan ototgastrointestinal.
2.1.6 Pengontrolan Saraf Terhadap Fungsi Gastrointestinal
Traktus gastrointestinal memiliki persarafan sendiri yang disebut system saraf enteric. System
ini terletak di dinding usus dan mengatur pergerakan dan sekresigastrointestinal. Sistem
enteric terutama terdiri dari dua pleksus:
1.Satu pleksus bagian luar yang terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular,disebut
pleksus minterikus atau pleksus auerbach
2.Satu pleksus bagian bagian dalam disebut pleksus submukosa atau pleksus meissner,yang
terletak didalam submukosa. Pleksus mienterikus terutama mengatur pergerakan
gastrointestinal, dan pleksus submukosa terutama mengatur sekresigastrointestinal dan aliran
darah lokal.
Selain system saraf diatas terdapat juga serat-serat saraf simpatis dan parasimpatis
yang berhubungan dengan kedua pleksus mienteretikus dan submukosa, perangsangan
olehsystem simpatis dan parasimpatis dapat mengaktifkan dan menghambat fungsi
gastrointestinal. Ujung-ujung sarafnya melepaskan neurotransmitter. Pengaturan
anatomissystem saraf enteric serta hubunganya dengan system saraf simpatis dan
parasimpatismendukung jenis reflek gastrointestinal salah satunya refleks gastrokolik,
reflek enterogastrik, sekresi gastrointestinal, peristaltic, serta reflek berasal dari
lambung,duodenum, refleks nyeri, dan refleks defekasi. system simpatis dan parasimpatis
dapatmengaktifkan dan menghambat fungsi gastrointestinal. Ujung-ujung sarafnya
melepaskanneurotransmitter. Dalam usaha untuk lebih memahami berbagai fungsi sistem
saraf enterik gastrointestinal, para peneliti dari seluruh dunia telah mengidentifikasikan
selusinatau lebih zat-zat neurontransmiter yang berbeda yang dilepaskan oleh ujung-ujung
saraf dari berbagai tipe neuron enterik. Dua dari neurontransmiter yang telah kita kenal
adalah(1) asetilkolin, dan (2) norepinefrin. Yang lain adalah (3) adenosin trifosfat, (4)
serotonin,(5) dopamin, (6) kolisistokinin, (7) substansi P, (8) polipeptida intestinal vasoaktif,
(9)somatostatin, (10) leu-enkefalin, (11) metenkefalin, dan (12) bombesin.Fungsi-fungsi
khusus dari banyak neurontransmiter ini tidak terlalu dikenal untuk dibahas disini, selain
pembahasan hal berikut: Asetilkolin paling sering merangsangaktivitas gastrointestinal.
Norepinefrin, hampir selalu menghambat aktivitasgastrointestinal. Hal ini juga berlaku pada
epinefrin, yang mencapai traktusgastrointestinal terutama lewat aliran darah setelah
disekresikan oleh medula adrenal kedalam sirkulasi. Substansi transmiter lain yang disebutkan
tadi adalah gabungan dari bahan-bahan eksitator dan inhibitor. Asetilkolin (Ach) merupakan
neurontransmiter yangdikeluarkan oleh semua serat praganglion otonom, serat pascaganglion
parasimpatis, danneuron motorik. Epinefrin hormon primer yang dikeluarkan oleh medula adrenal.
2.1.7 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal
Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai dua neuron, dengan neurotransmitter terakhir yang
berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap jalur saraf otonomyang berjalan dari
SSP ke suatu organ terdiri dari SSP ke suatu organ terdiri dari suaturantai yang terdiri dari dua
neuron. Badan sel neuron yang pertama di rantai tersebutterletak di SSP. Aksonnya, serat preganglion,
bersinaps dengan badan sel neuron kedua,yang terdapat di dalam suatu ganglion di luar SSP.
Akson neuron kedua, serat pascaganglion, mempersarafi organ-organ efektor.Sistem saraf
otonom terdiri dari duadivisi-sistem simpatis dan parasimpatis. Serat-serat saraf simpatis berasal
dari daerahtorakal dan lumbal korda spinalis. Sebagian besar serat preganglion simpatis
berukuransangat pendek, bersinaps dengan badan sel neuron pascaganglion didalam ganglion
yangterdapat di rantai ganglion simpatis yang terletak di kedua sisi korda spinalis. Serat
pascaganglion panjang yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir di organ-organefektor.
Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinapsdan kemudian
berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak disekitar separuh jalanantara SSP dan
organ-organ yang dipersarafi, dengan serat pascaganglion menjalani jarak sisanya.
Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral SSP.Serat-serat ini
berukuran lebih panjang dibandingkan dengan serat praganglion simpatiskarena serat-serat itu
tidak terputus sampai mencapai ganglion terminal yang terletak didalam atau dekat dengan
organ efektor. Serat-serat pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ yang
bersangkutan itu sendiri.
Serat-serat praganglion simpatisdan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang sama,
yaitu asetilkolin (Ach),tetapi ujung-ujung pasca ganglion kedua system ini mengeluarkan
neurotransmitter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi organ efektor). Serat-
serat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan demikian, serat-serat itu
bersama dengansemua serat praganglion otonom, disebut serat kolinergik. Sebaliknya
sebagian besar serat pascaganglion simpatis disebut serat adrenergic, karena mengeluarkan
noradrenalin, lebihumum dikel sebagai norepinefrin. Baik asetilkolin maupun norepinefrin
juga berfungsisebagai zat perantara kimiawi di bagian tubuh lainnya.
Persarafan Parasimpatis
Persarafan parasimpatis ke usus dibagi atas divisi kranial dan divisi sakral.Kecuali untuk
beberapa serabut parasimpatiske regio mulut dan faring dari saluran pencernaan, serabut saraf
parasimpatis kranial hampir seluruhnya di dalam saraf vagus.serabut-serabut ini memberi
inervasi yang yang luas pada esofagus, lambung, pankreas,dan sedikit usus sampai separuh
bagian pertama usus besar. Parasimpatis sakral bersaldari segmen sakral kedua, ketiga, dan
keempat dari medula spinalis serta berjalan melaluisaraf pelvis ke seluruh bagian distal usus
besar dan sepanjang anus. Arean sigmoid,rektum, dan anus diperkirakan mendapat persarafan
parasimpatis yang lebih baik daripada bagian usus yang lain. Fungsi serabut ini terutama
untuk menjalankan reflak defekasi. Neuron-neuron postganglionik dari sistem parasimpatis
gastrointestinal terletak terutama di pleksus mienterikus dan pleksus submukosa.
Perangsangan saraf parasimpatisini menimbulkan peningkatan umum dari aktivitas seluruh
sistem saraf enterik. Hal inikemudian akan memperkuat aktivitas sebagian besar fungsi
gastrointestinal
Persarafan Simpatis
Serabut-serabut simpatis yang berjalan ke traktus gastrointestinal bersal darimedula spinalis
antara segmen T-5 dan L-2. Sebagian besar serabut preganglionik yangmempersarafi usus,
sesudah meninggalkan medula, memasuki rantai simpatis yangterlatak di sisi lateral kolumna
spinalis, dan banyak dari serabut ini kemudian berjalanmelalui rantai ke ganglia yang terletak jauh
seperti ganglion seliaka dan berbagaiganglion mesenterica. Kabanyakan badan neuron
simpatik postganglionik berada diganglia ini, dan serabut-serabut post ganglionik lalu
menyebar melalui saraf simpatis postganglionik ke semua bagian usus. Sistem simpatis pada
dasarnya menginervasiseluruh traktus gastrointestinal, tidak hanya meluas dekat dengan
rongga mulut dan anus,sebagaimana yang berlaku pada sistem parasimpatis. Ujung-ujung
saraf simpatis sebagian besar menyekresikan norepinefrin dan juga epinefrin dalam jumlah
sedikit. Padaumumnya, perangsangan sistem saraf simpatis menghambat aktivitas
traktusgastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang
ditimbulkanoleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua
cara:(1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung sekresi norepinefrin
untuk menghambat otot polos traktus intestinal (kecuali otot mukosa yang tereksitasi
olehnorepinefrin), dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibisi dari
norepinefrin pada neuron-neuron pada seluruh sistem saraf enterik. Perangsangan yang kuat
padasistem simpatis dapat menginhibisi peregerakan motor usus begitu hebat sehingga
dapat benar-benar menghentikan pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal.
2.2 Propulsi dan Pencampuran Makanan Dalam Saluran Pencernaan
Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, waktu yangdiperlukan
pada masing-masing bagian saluran bersifat terbatas. Selain itu pencampuran yangtepat juga
harus dilakukan. Tetapi karena kebutuhan untuk pencampuran dan pendorongansangat
berbeda pada tiap tingkat proses, berbagai mekanisme umpan balik hormonal dansaraf
otomatis akan mengontrol tiap aspek dari proses ini.
2.2.1 Pengaturan Pencernaan Makanan
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, karenaakan
membantu pencernaan makanan untuk alasan sederhana berikut : karena enzim-enzim
pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan, kecepatan pencernaan sangat
tergantung pada total area permukaan yang terpapar dengam sekresiusus. Pada umumnya otot-
otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial kelima, dan proses mengunyah dikontrol
oleh nukleus dalam batang otak
Menelan adalah suatu aksi fisiologis yang kompleks terutama karena faring padahampir setiap
saat melakukan beberapa fungsi lain di samping menelan dan hanya diubahdalam beberapa
detik ke dalam traktus untuk mendorong makanan. Yang terutama penting adalah bahwa
respirasi tidak terganggu akibat menelan. Pada umumnya menelandapat dibagi menjadi (1)
tahap volunter, yang mencetuskan proses menelan, (2) tahapfaringeal, yang bersifat involunter
dan membantu jalannya makanan melalui faring kedalam esofagus, dan (3) tahap esofageal,
fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari faring ke lambung. Proses
menelan secara otomatis diatur dalamurutan yang teratur oleh daerah-daerah neuron di batang
otak yang didistribusikan keseluruh substantia retikularis medula dan bagian bawah pons.
Impuls motorik dari pusatmenelan ke faring dan esofagus bagian atas yang menyebabkan
penelanan dijalarkan olehsaraf kranial ke-5, ke-9, ke-10, dan ke-12 serta bahkan beberapa
saraf servikal superior,seperti tampak pada. Ringkasnya, tahap faringeal dari penelanan pada
dasarnyamerupakan suatu refleks. Sewaktu gelombang peristaltik esofagus berjalan ke
arahlambung, timbul suatu gelombang relaksasi, yang dihantarkan melalui neuron
peghambatmienterikus, mendahului peristaltik, Selanjutnya seluruh lambung dan sedikit lebih
luas, bahkan duodenum menjadi terelaksasi sewaktu gelombang ini mencapai bagian
akhir esofagus dan dengan demikian mempersiapkan lebih awal untuk menerima makanan
yangdidorong ke bawah esofagus selama proses menelan.
2.2.2 Pengaturan Fungsi Motorik Lambung
Fungsi motorik dari lambung ada tiga : (1) penyimpanan sejumlah besar makanansampai
makanan dapat diproses di dalam duodenum, (2) pencampuran makanan inidengan sekresi dari
lambung sampai membentuk suatu campuran setengah cair yangdisebut kimus, dan (3) pengosongan
makanan dengan lambat dari lambung ke dalam usushalus pada kecepatan yang sesuai untuk
pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usushalus. Saat lambung berisi makanan, gelombang
konstriktor peristaltik yang lemah(gelombang pencampur) mulai timbul dibagian tengah dinding
lambung dan bergerak kearah antrum sepanjang dinding lambung sekitar satu kali setiap 15 sampai 20
detik.Sewaktu gelombang konstriktor berjalan dari korpus ke dalam antrum,
gelombangmenjadi lebih kuat, beberapa menjadi sangat kuat dan menimbulkan
cincin konstriktor peristaltik yang kuat yang mendorong isi antrum di bawah
tekanan tinggi ke arah pilorus.Pengosongan lambung ditimbulkan oleh kontraksi
peristaltik yng kuat padaantrum lambung. Kecepatan pengosongan lambung diatur
oleh sinyal dari lambung dan
duodenum. Akan tetapi duodenum memberi sinyal yang kebih kuat, selalu
mengontrol pengosongan kimus ke dalam duodenum pada kecepatan yang tidak
melebihikecepatan kimus dicerna dan diabsorbsi dalam usus halus.
2.3 Fungsi Sekresi dari Saluran Pencernaan
Di sepanjang traktus gastrointestinal , kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi
utama.Pertama, enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah rongga mulut
sampaiujung distal ileum. Kedua, kelenjer mukus, dari rongga mulut sampai ke anus,
mengeluarkanmukus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian saluran pencernaan.
2.3.1 Mulut dan Esofagus
Di dalam mulut, melalui proses pengunyahan, makanan bercampur dengan salivadan
didorong melalui proses menelan ke dalam esofagus . Gelombang peristaltik diesofagus
menggerakkan makanan ke dalam lambung.
2.3.2 Lambung
Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme persarafan dan humoral.Komponen
saraf adalah refleks otonom lokal, yang melibatkan neuron-neuron kolinergik,dan impuls-
impuls dari SSP melalui nervus vagus. Rangsang vagus meningkatkan sekresigastrin melalui
pelepasan gastrin - releasing peptide. Serat-serat vagus lain melepaskanasetilkolin, yang
bekerja langsung pada sel-sel kelenjar di korpus dan fundus untuk meningkatkan sekresi asam
dan pepsin. Rangsang nervus vagus di dada atau leher meningkatkan sekresi asam dan pepsin,
tetapi vagotomi tidak menghilangkan responssekresi terhadap rangsang lokal. Untuk
memudahkan pengaturan fisiologik sekresilambung biasanya dibahas berdasarkan pengaruh
otak ( sefalik ), lambung, dan usus.Pengaruh / fase sefalik adalah respons yang diperantarai
oleh nervus vagus yang diinduksioleh aktivitas di SSP. Pengaruh lambung terutama adalah
respons-respons refleks lokaldan respons terhadap gastrin. Pengaruh usus adalah efek umpan
balik hormonal danrefleks pada sekresi lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus.
Pengaruh Sefalik
Adanya makanan dalam mulut secara refleks merangsang sekresi lambung. Serat-serat eferen
untuk refleks ini adalah nervus vagus. Peningkatan sekresi lambung yangdiperantarai oleh
vagus mudah dilatih. Pada manusia, sebagai contoh : melihat,mencium bau dan memikirkan
makanan akan meningkatkan sekresi lambung.Peningkatan ini disebabkan oleh refleks
bersyarat saluran cerna yang telah berkembang sejak awal masa kehidupan. Rangsang
hipotalamus anterior dan bagian- bagian korteks frontalis orbital di sekitarnya meningkatkan
aktivitas eferen vagus dan
sekresi lambung. Pengaruh otak menentukan sepertiga sampai separuh dari asam
yangdisekresikan sebagai respons terhadap makanan normal.
Respons Emosi Keadaan kejiwaan memiliki pengaruh terhadap sekresi dan motilitas
lambungyang terutama diperantarai oleh nervus vagus. Rasa cemas dan depresi
menurunkansekresi lambung dan aliran darah serta menghambat motilitas lambung.
Pengaruh Lambung
Adanya makanan dalam lambung mempercepat peningkatan sekresi lambungyang
disebabkan oleh penglihatan atau bau makanan dan adanya makanan dimulut.Reseptor di
dinding lambung dan mukosa berespons terhadap peregangan danrangsang kimia, terutama
asam-asam amino dan produk pencernaan terkait lain. Serat-serat dari reseptor masuk ke
dalam pleksus submukosa, tempat badan sel neuronreseptor berada. Serat-serat tersebut
bersinaps pada neuron parasimpatis postganglionyang berakhir di sel-sel parietal dan
merangsang sekresi asam. Neuron-neuron postganglion dalam lengkung refleks lokal aalah
neuron yang sama dengan yangdipersarafi oleh neuron preganglion vagus desendens dari otak
yang memperantaraifase sefalik sekresi. Produk-produk pencernaan protein juga
menyebabkan peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini meningkatkan aliran asam.
Pengaruh Usus
Walaupun di mukosa usus halus dan lambung terdapat sel-sel yang berisi gastrin, pemberian asam amino
langsung ke dalam duodenum tidak meningkatkan kadar gastrin dalam darah. Lemak,
karbohidrat, dan asam dalam duodenum menghambatsekresi asam lambung dan pepsin serta
motilitas lambung melalui mekanisme saraf dan hormonal. Identitas enterogastron yakni
sebagai hormon usus berperan dalaminhibisi belum jelas diketahui. Sekresi asam lambung
meningkat setelah sebagian besar usus halus diangkat. Hipersekresi, yang secara kasar setara
dengan jumlah ususyang diangkat, sebagian mungkin disebabkan oleh hilangnya sumber
hormon-hormonyang menghambat sekresi asam.
2.3.3 Usus Halus
Sejauh ini cara terpenting untuk mengatur sekresi usus halus adalah dengan berbagairefleks
saraf setempat terutama refleks yang dimulai oleh rangsangan taktil dan iritasiserta oleh
peningkatan aktifitas saraf enterik yang berhubungan dengan gergerakangastrointestinal. Oleh
karena itu dihampir semua tempat, sekresi pada usus halus terjadihanya sebagai respons
terhadap keberadaan kimus dalam usus - semakin banyak jumlah
kimus semakin banyak sekresinya. Beberapa hormon yang dapat merangsang sekresididaerah
manapun pada traktus gastrointestinal juga dapat meningkatkan sekresi usushalus khususnya
sekretin dan kolesistokinin. Beberapa eksperimen menunjukkan bahwazat-zat hormonal yang
diekstraks dari mukosa usus halus oleh kimus mungkin membantumengontrol sekresi. Pada
umumnya mekanisme refleks enterik setempat hampir selaluikut memegang peranan yang
dominan.
2.3.4 Usus Besar
Mukosa usus besar, seperti pada usus halus mempunyai banyak kriptus lieberkuhn,tetapi pada mukosa ini,
berbeda dengan usus halus, tidak memiliki vili. Sel-sel epitelhampir tidak mengandung enzim. Sebaliknya
sel ini terutama mengandung sel-sel mukusyang hanya mensekresi mukus. Mukus dalam usus besar
jelas melindungi dinding ususterhadap ekskoriasi, tetapi selain itu, juga menghasilkan media
yang lengket untuk melekatkan bahan feses bersama- sama. Lebih lanjut mukus melindungi
dinding usus darisejumlah besar aktifitas bakteri yang berlangsung di dalam feses, dan
menambah sifat basa dari sekresi ( pH 8,0 yang disebabkan oleh sejumlah besar natrium
bikarbonat)menyediakan suatu sawar untuk menjaga agar asam yang terbentuk didalam
tinjatidak menyerang dinding usus.Apabila suatu segmen usus besar menjadi sangat teriritasi,
seperti yang terjadi bilainfeksi bakteri berlangsung menyeluruh selama enteritis, mukosa
mensekresikan sejumlah besar air dan elekrolit selain sekresi larutan mukus alkali yang kental
dan normal. Sekresiini berfungsi untuk mengencerkan faktor pengiritasi dan menyebabkan
pergerakan tinjayang cepat menuju anus. Hal ini biasanya menyebabkan terjadinya diare,
disertaikehilangan sejumlah air dan elektrolit. Tetapi diare juga menyapu bersih faktor
iritan,yang menimbulkan pemulihan penyakit lebih cepat daripada bila terjadi sebaliknya.
2.4 Pencernaan dan Absorbsi dalam Traktus Gastrointestinal2.4.1 Pencernaan Berbagai Makanan Melalui
Hidrolisis
Hidrolisis Karbohidrat
Bila karbohidrat dicernakan, karbohidrat diubah menjadi monosakarida. Enzimkhusus di
dalam getah pencernaan pada traktus gastrointestinal mengembalikanion hidrogen dan
hidroksil air ke polisakarida dan dengan demikian memisahkanmonosakarida satu sama lain.
Hidrolisis Lemak
Hampir semua gugus lemak di dalam diet terdiri atas trigliserida (lemak netral),yang
merupakan gabungan dari tiga molekul asam lemak yang berkondensasi
dengan satu molekul gliserol. Selama proses kondensasi, tiga molekul air dikeluarkan.
Hidrolisis Protein
Protein dibentuk dari beberapa asam amino yang saling berikatan bersama-samamelalui
ikatan peptida. Pada setiap ikatan, satu ion hidroksil dipindahkan dari satuasam amino, dan
satu ion hidrogen dipindahkan dari asam amino berikutnya; jadi,asam amino berturutan dalam
rantai protein juga saling berikatan melalui proseskondensasi dan pencernaan terjadi melalui
efek pembalikan : hidrolisis. Yaitu,enzim proteolitik mengembalikan ion hidrogen dan ion
hidroksil dari molekul air ke molekul protein untuk memecahnya menjadi unsur-unsur pokok asam
amino.
2.4.2 Prinsip-Prinsip Dasar Absorpsi Gastrointestinal
Dasar Anatomi Absorpsi
Jumlah cairan total yang harus diabsorpsi setiap hari oleh usus sebanding dengancairan yang
dicerna (kira-kira 1,5 liter) ditambah dengan cairan yang disekresikanoleh bermacam-macam
sekresi gastrointestinal (kira-kira 7 liter).
Jadi, jumlah totalnya8 sampai 9 liter. Semua kecuali kira-kira 1,5 liter dari cairan ini
diabsorpsi di usushalus, dan menyisakan hanya 1,5 liter untuk melalui katup ileosekal ke dalam
kolonsetiap harinya.Lambung merupakan daerah saluran pencernaan yang absorpsinya buruk
karenatidak memiliki jenis vili yang khas dari membran pengabsorpsi, dan juga karena
tautantar sel-sel epitel merupakan taut yang ketat. Hanya ada beberapa zat yang sangatlarut
dalam lemak, seperti alkohol dan beberapa obat seperti aspirin, dapat diabsorpsidalam jumlah
kecil.
2.4.3 Absorpsi dalam Usus Halus
Absorpsi dari usus halus setiap hari terdiri atas beberapa ratus gram karbohidrat,100 gram
atau lebih lemak, 50 sampai 100 gram asam amino, 50 sampai 100 gram ion, dn7 sampai 8
liter air. Kapasitas absorpsi normal usus halus jauh lebih besar dari nilai ini :sebanyak beberapa
kilogram karbohidrat per hari, 500 gram lemak per hari, 500 sampai700 gram asam amino per hari, dan 20 liter
air atau lebih per hari.
2.4.4 Absorpsi dalam Usus Besar : Pembentukan Feses
Kira-kira 1500 milimeter kimus secara normal melewati katup ileosekal ke dalamusus besar
setiap harinya. Sebagian besar air dan elektrolit di dalam kimus ini diabsorpsidi dalam kolon,
biasanya meninggalkan kurang dari 100 milimeter cairan untuk diekskresikan dalam feses.
Juga,pada dasarnya semua ion diabsorpsi hanya meninggalkan 1 sampai 5 miliekuivalen dri
masing-masing ion natrium dan klorida untuk hilang dalamfeses.Sebagian besarr absorpsi
dalam usus besar terjadi pada pertengahan proksimalkolon, sehingga bagian ini dinamakan
kolon pengabsorpsi, sedangkan kolon bagian distal pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat
penyimpanan feses sampai waktu yang tepatuntuk ekskresi feses dan oleh karena itu disebut kolon
penyimpanan.
2.5 Fisiologi Gangguan Gastrointestinal2.5.1 Gangguan Menelan dan Gangguan Esofagus
Paralisis Mekanisme Menelan
Kerusakan saraf otak V, IX atau X dapat menyebabkan paralisis bagian yang bermakna dari
mekanisme menelan.
Juga, beberapa penyakit seperti poliomyelitis atauensefalitis, dapat menghalangi proses
menelan yang normal dengan merusak pusatmenelan pada batang otak. Akhirnya,
kelumpuhan otot-otot menelan seperti yang terjadi pada distrofi otot atau pada kegagalan
transmisineuromoskular pada miastenia gravisatau botulisme, juga dapat menghalangi proses
menelan yang normal.
Akalasia dan Megaesofagus
Akalasia adalah keadaan sfingter esophagus inferior yang gagal berelaksasi selamamenelan.
Sebagai akibatnya, makanan yang ditelan ke dalam esophagus gagal untuk melewati
esophagus masuk ke dalam lambung. Penelitian patologi telah menunjukkankerusakan pada
jaringan kerja saraf pleksus mienterikus pada dua pertiga bagian bawahesophagus. Hasilnya
perototan esophagus bagian bawah tetap berkontraksi secara spastis,dan pleksus mienterikus
kehilangan kemampuannya untuk mentransmisikan sinyal yangmenimbulkan ³relaksasi
reseptif¶ dari sfingter gastroesofageal ketika makanan mencapaisfingter ini selama menelan.
2.5.2
Gangguan-Gangguan Lambung
Gastritis (Peradangan Mukosa Lambung)
Peradangan dari gastritis dapat hanya superficial dan oleh karena itu tidak begitu berbahaya,
atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung, pada kasus-kasus yang berlangsung lama,
menyebabkan atrofi mukosa lambung hampir lengkap.Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi
sangat akut dan berat, dengan ekskoriasiulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptic
lambung sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa banyak gastritis disebabkan oleh infeksi
bacterial mukosa lambung yang kronis.Gangguan ini dapat diobati sempurna dengan suatu
rangkaian pengobatan antibiotikayang intensif.
Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum adalah suatu daerah ekskoriasi mukosa lambung atau usus yangterutama
disebabkan oleh kerja pencernaan getah lambung atau sekresi usus halus bagianatas. Tempat
yang paling sering terkena adalah pada jarak beberapa sentimeter dari pylorus. Sebagai
tambahan, ulkus peptikum sering terjadi di sepanjang kurvatura minor ujung antral lambung
atau yang lebih jarang pada ujung bawah esophagus tempat getahlambung sering masuk kembali.
Jenis ulkus peptikum yang disebutulkus marginalis juga sering terjadi jika suatu pembukaan
melalui pembedahan seperti gastro-yeyunostomidibuat antara lambung dan yeyunum usus
halus. Penyebab umum dari ulserasi peptikumadalah ketidakseimbangan antara kecepatan
sekresi getah lambung dan derajat perlindungan yang diberikan oleh (1) sawar mukosa
gastroduodenal dan (2) netralisasiasam lambung oleh getah duodenum.
2.5.3 Gangguan Pada Usus Halus
Pankreatitis
Pankreatitis berarti peradangan pancreas, dan ini dapat terjadi baik dalam bentuk pancreatitis
akut maupun pancreatitis kronis. Penyebab yang paling umum dari pancreatitis adalah minum
alcohol berlebihan dan penyebab kedua yang paling umum adalah sumbatan papilla
Vaterioleh batu empedu; dua hal ini bersama-sama merupakanlebih dari 90% penyebab dari
semua kasus.
Jika batu empedu menghambat papilla Vateri, batu ini akan menghambat duktus sekretorius
utama dari pancreas dan duktus biliariskomunis. Enzim pancreas kemudian terbendung di
dalam duktus dan asinus pancreas.Akhirnya, banyak tripsinogen yang tertumpuk sehingga
menutupi tripsin inhibitor padasekresi, dan sejumlah kecil tripsinogen yang teraktivasi
membentuk tripsin.Malabsorpsi Oleh Mukosa Usus Halus (Sprue)Sprue Nontropis Satu jenis sprue ,
disebut secara bervariasi dengan nama sprue idiopatik, penyakit seliak (pada anak-anak) atau
enteropati gluten, terjadi akibat efek toksik dari gluten yang terdapat pada beberapa tipe padi-
padian tertentu,terutama gandum dan gandum hitam. Hanya beberapa orang yang
rentanterhadap efek ini, tetapi pada orang-orang yang rentan, gluten mempunyai
efek destruktif langsung pada sel-sel enterosit usus.
Sprue Tropis
Tipe yang berbeda dari sprue, yang disebut sprue tropis, terjadi pada daerahtropis dan sering dapat
diterapi dengan agen-agen antibakteri. Meskipun tidak ada bakteri spesifik yang ditemukan
sebagai penyebab, dianggap bahwa sprue jenis ini sering disebabkan oleh peradangan mukosa
usus akibat agen infeksiyang belum dapat diidentifikasi.
Malabsorpsi Pada Sprue
Pada tahap awal sprue, absorpsi usus terhadap lemak lebih terganggu daripadaabsorpsi
produk pencernaan lainnya. Lemak yang tampak pada tinja hampir seluruhnya dalam bentuk
garam asam lemak dan bukan bentuk lemak yang tak tercerna, menggambarkan bahwa
masalahnya adalah absorpsi dan bukannya pencernaan. Sebenarnya kondisi tersebut seringkali
disebut steatore.Yang berarti lemak berlebihan dalam tinja. Pada kasus
Sprue yang sangat berat,selain malabsorpsi lemak terdapat pula gangguan absorpsi
protein,karbohidrat, kalsium, vitamin K, asam folat dan vitamin B12.
2.5.4 Gangguan Pada Usus Besar
Konstipasi
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar, dan seringdisebabkan
sejumlah besar tinja yang kering dank eras pada kolon descenden yangmenumpuk karena
absorpsi cairan yang berlebihan. Kelainan patologi apapun pada ususyang menghambat
pergerakan isi usus, seperti tumor, perlekatan yang menyempitkanusus, atau ulkus, dapat
menyebabkan konstipasi. Penyebab fungsional konstipasi yangsering adalah kebiasaan buang air besar
yang tidak teratur, yang berkembang selamakehidupan akibat penghambatan refleks defekasi
normal. Kadang seseorang menderitakonstipasi yang begitu parah sehingga pergerakan usus
hanya terjadi beberapa hari sekaliatau kadang hanya sekali dalam seminggu. Tampaknya ini
menyebabkan sejumlah besar feses menumpuk di kolon, kadang-kadang menyebabkan
distensi kolon dengan diameter 3 sampai 4 inchi. Keadaan ini disebut megakolon atau penyakit
Hirschsprung .Penyebabnya adalah tidak adanya atau defisiensi sel-sel ganglion pada
pleksusmienterikus dalam sebuah segmen kolon sigmoid.
Diare
Diare terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar.Beberapa
penyebab diare dengan sekuele fisiologis yang penting adalah sebagai berikut :
1.Enteritis merupakan peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virusmaupun oleh
bakteri pada traktus intestinalis.
2.Diare psikogenik Tipe diare ini disebut diare emosional psikogenik yang disebabkan oleh
stimulasi berlebihan dari sistem saraf parasimpatis.
3.Kolitis UlserativaKolitis ulserativa adalah penyakit peradangan dan ulserasi daerah yang
luas dariusus besar. Motilitas dari kolon yang mengalami ulserasi sering begitu besar sehingga
perpindahan massa terjadi seharian, dibandingkan dengan keadaan biasayaitu 10 sampai 30
menit. Sekresi kolon juga meningkat. Akibatnya, pasienmengalami gerakan usus bersifat diare yang
berulang.
2.5.5 Gangguan Umum dari Traktus Gastrointestinal
Muntah
Muntah merupakan suatu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiridari isinya
ketika hampir semua bagian atas traktus gastrointestinal teriritasi secaraluas, sangat
mengembang, atau bahkan terlalu terangsang. Distensi atau iritasi yang berlebihan dari
duodenum menyebabkan suatu rangsangan khusus yang kuat untuk muntah.
Mual
Mual adalah pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada daerahmedulla yang
secara erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusatmuntah, dan mual dapat disebabkan
oleh (1) Impuls iritatif yang datang dari traktusgastrointestinal, (2) Impuls yang berasal dari
otak bawah yang berhubungan denganmotion sickness, atau (3) Impuls dari korteks serebri untuk
mencetuskan muntah.Muntah kadang terjadi tanpa didahului perangsangan prodromal mual,
yangmenunjukkan bahwa hanya bagian-bagian tertentu dari pusat muntah yang berhubungan
dengan perangsangan mual.
Obstruksi Gastroinestinal
Traktus gastrointestinabrl dapat mengalami obstruksi pada hampir semua bagiansepanjang
perjalanannya. Beberapa penyebab umum obstruksi adalah
(1)kanker, (2) konstriksi fibrotic yang merupakan akibat dari ulserasi atau dari
pelekatan peritoneum, (3) spasme dari suatu segmen usus, dan (4) paralisis suatu segmen usus.
2.5.6 Gas dalam Traktus Gastrointestinal : ³Flatus´
Gas yang disebut flatus dapat memasuki traktus gastrointestinal dari tiga sumber yang
berbeda : (1) udara yang ditelan, (2) gas yang terbentuk di dalam perut sebagai hasilkerja
bakteri, atau (3) gas yang berdifusi dari darah ke dalam traktus gastrointestinal.Kebanyakan
gas dalam lambung adalah campuran nitrogen dan oksigen yang berasal dariudara yang
ditelan. Pada orang secara umum, kebanyakan gas ini dikeluarkan lewatsendawa. Hanya
sejumlah kecil gas yang umumnya muncul dalam usus halus, dan banyak dari gas ini
merupakan udara yang berjalan dari lambung masuk ke dalam traktusintestinalis
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/47310850/makalah-gastrointestinal