Wisata pasir (Sand-tourism) sebagai alternatif konservasi pasir pantai di Indonesia

29
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pantai merupakan daratan yang terdekat dengan laut. Dekatnya daratan dan laut membuat sebuah perbatasan yang seolah-olah membentuk suatu garis yang disebut dengan garis pantai masyarakat nelayan sering menyebutnya sebagai pesisir. Pantai memiliki pengertian yang berbeda dengan pesisir. Menurut Ginting (2004), pesisir merupakan bagian permukaan bumi yang terletak antara pasang naik dan pasang surut. Pada waktu pasang naik, pesisir tertutup oleh air laut dan pada waktu pasang surut nampak berupa daratan. Oleh karena itu, pesisir memiliki panjang yang sama dengan pantai. Sebagian besar wilayah pantai di dominasi oleh pasir pantai. Beberapa jenis di antaranya ada yang berwarna putih, ada juga yang berwarna kecoklatan. Hal ini terjadi karena adanya pelapukan batuan secara biologis dari sisa-sisa kulit organisme perairan (crustacea) yang terkikis oleh tenaga-tenaga fisik seperti air, angin, arus, dsb. Selama ini, pandangan dan persepsi masyarakat mengenai pasir pantai hanyalah sebatas menjadi pelengkap keindahan di pantai. Sebagian lainnya berpandangan bahwa pasir itu hanya digunakan untuk 1

Transcript of Wisata pasir (Sand-tourism) sebagai alternatif konservasi pasir pantai di Indonesia

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pantai merupakan daratan yang terdekat dengan laut.

Dekatnya daratan dan laut membuat sebuah perbatasan

yang seolah-olah membentuk suatu garis yang disebut

dengan garis pantai masyarakat nelayan sering

menyebutnya sebagai pesisir. Pantai memiliki pengertian

yang berbeda dengan pesisir. Menurut Ginting (2004),

pesisir merupakan bagian permukaan bumi yang terletak

antara pasang naik dan pasang surut. Pada waktu pasang

naik, pesisir tertutup oleh air laut dan pada waktu

pasang surut nampak berupa daratan. Oleh karena itu,

pesisir memiliki panjang yang sama dengan pantai.

Sebagian besar wilayah pantai di dominasi oleh

pasir pantai. Beberapa jenis di antaranya ada yang

berwarna putih, ada juga yang berwarna kecoklatan. Hal

ini terjadi karena adanya pelapukan batuan secara

biologis dari sisa-sisa kulit organisme perairan

(crustacea) yang terkikis oleh tenaga-tenaga fisik

seperti air, angin, arus, dsb.

Selama ini, pandangan dan persepsi masyarakat

mengenai pasir pantai hanyalah sebatas menjadi

pelengkap keindahan di pantai. Sebagian lainnya

berpandangan bahwa pasir itu hanya digunakan untuk

1

tempat berpijak atau tempat beristirahat. Tak jarang

menganggap bahwa pasir hanya digunakan untuk bermain-

main saja, dan masih banyak lagi pandangan mengenai

pasir pantai tersebut. Ternyata, pasir itu merupakan

salah satu potensi besar yang seharusnya dapat di-

monitoring dan dipergunakan sebagaimana mestinya selama

tidak melebihi daya dukung lingkungan pantai, maupun

laut. Contoh nyatanya yaitu dengan membangun wisata

berbasis lingkungan (ekowisata).

Minimnya pengetahuan masyarakat tentang kegunaan

pasir dalam keseimbangan ekosistem, dan juga pemerintah

daerah yang seolah menutup mata membiarkan oknum-oknum

yang tidak bertanggung jawab, melakukan eksploitasi pasir

pantai. Tujuan dari eksploitasi ini yaitu dalam rangka

mengekspor pasir pantai secara besar-besaran ke negara

lain, seperti Singapura. Menurut Wilardjo dalam

www.detik.com (2003) Di Singapura pasir tersebut

dipakai untuk reklamasi atau membangun pantai buatan di

negara tersebut. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan

ekosistem lautan di Indonesia. Hal ini terlihat dari

semakin keruhnya perairan pantai yang menyebabkan

tingginya tingkat kematian pada ikan, karena kekurangan

oksigen. Jika kematian ikan ini terjadi secara terus

menerus, maka para nelayanpun akan kehilangan mata

pencahariannya. Dan jika nelayan tidak mempunyai mata

pencaharian dalam waktu yang relatif lama, maka hal

2

ini tidak hanya mengurangi pendapatan daerah, tetapi

juga akan menyebabkan masalah sosial bagi daerah

tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi

perlindungan ekosistem, termasuk perlindungan pasir

pantai.

1.2. Perumusan masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai

berikut:

1.2.1.Bagaimana proses pembentukan pasir pantai?

1.2.2.Apa manfaat pasir pantai dalam berbagai bidang dan

masalah-masalah yang terjadi di lingkungan pantai?

1.2.3.Apa rencana alternatif yang dapat dilakukan dalam

pemanfaatan serta pengelolaan pasir pantai dengan

berdasarkan pada konservasi?

1.3. Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1.3.1. Mengetahui proses pembentukan pasir pantai;

1.3.2. Mengetahui bahan-bahan yang terkandung dan

manfaat pasir pantai dalam berbagai bidang serta

masalah-masalah di lingkungan pantai;

1.3.3. Merencanakan pemanfaatan sekaligus

pengelolaan pasir pantai berbasis konservasi.

1.4. Manfaat

Dengan adanya karya tulis ilmiah ini diharapkan

dapat memberikan informasi kepada pemerintah dan

masyarakat pesisir akan pentingnya kegiatan konservasi

3

yang edukatif dalam menjaga, merawat, dan melestarikan

lingkungan pesisir dan pantai.

II. TELAAH PUSTAKA

2.1. Pasir Laut

Pasir laut sebagai salah satu jenis material

agregat halus memiliki ketersediaan dalam kuantitas

yang besar. Pasir laut umumnya memiliki karakteristik

butiran yang halus dan bulat, gradasi (susunan besar

butiran) yang seragam serta mengandung garam-garam

klorida (Cl) dan sulfat (SO4). Butiran yang halus dan

bulat serta gradasi yang seragam, dapat mengurangi daya

lekat (interlocking) antarbutiran dan dapat berpengaruh

terhadap kekuatan (strength) dan ketahanan (durability)

(Samekto dan Candra, 2001 dalam Mangerongkonda, 2007).

Pasir laut dapat dieksploitasi dengan

menambangnya, menggunakan kapal keruk (dredger) yang

sekaligus menyedot pasir karena dilengkapi dengan alat

penyedot pasir. Eksploitasi ini menyebabkan dampak

negatif bagi ekosistem (BAPPENAS, 2005 dalam Sofiyani et

al., 2012).

2.2. Konservasi

4

Konservasi sumberdaya hayati laut merupakan salah

satu implementasi pengelolaan ekosistem sumberdaya laut

dari kerusakan akibat aktivitas manusia. Kawasan

konservasi ini biasanya dilindungi oleh hukum, sehingga

sering disebut pula sebagai kawasan lindung. Kawasan

konservasi laut mempunyai peranan penting dalam program

konservasi sumberdaya alam di wilayah laut. Walaupun

kawasan ini cenderung lebih baru ditetapkan

dibandingkan dengan kawasan konservasi di daerah

daratan, namun dibutuhkan keahlian tertentu untuk

mengidentifikasi, mendirikan, dan mengelolanya. Hal ini

karena banyaknya cabang ilmu atau departemen yang

terkait dalam pengelolaannya, dan itu harus dilakukan

secara terpadu. Mengenai keterkaitan disiplin ilmu dan

konsep keterpaduan pengelolaan tersebut dapat dilihat

dari definisi kawasan konservasi laut (Supriharyono,

2007).

Menurut Keppres No. 32 tahun 1990, kawasan

konservasi terdiri atas: (i) kawasan yang memberikan

perlindungan kawasan bawah (hutan lindung, bergambut,

resapan air); (ii) kawasan perlindungan setempat

(sempadan pantai, sungai, sekitar danau atau waduk,

mata air); dan (iii) kawasan suaka alam dan cagar

budaya (suaka alam, hutan bakau, taman nasional, cagar

budaya, dan ilmu pengetahuan).

2.3. Ekowisata

5

Wisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke

tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perseorangan

maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan

atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup

dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Ekowisata

merupakan jenis dari perjalanan wisata untuk menikmati

keindahan lingkungan yang ditawarkan oleh alam.

Sedangkan pengunjung sementara yang tinggal sekurang-

kurangnya 24 jam di negara yang dikunjungi dan tujuan

perjalanannya adalah untuk pesiar (rekreasi, liburan,

studi) dan hubungan dagang (konferensi atau misi)

disebut sebagai wisatawan. Kemajuan pengembangan

pariwisata sebagai industri, sebenarnya ditunjang oleh

bermacam-macam usaha yang perlu dikelola secara terpadu

dan baik, di antaranya ialah: (1) promosi untuk

memperkenalkan objek wisata; (2) transportasi yang

lancar; (3) kemudahan keimigrasian atau birokrasi; (4)

akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman; (5)

pemandu wisata yang cakap; (6) penawaran barang dan

jasa dengan mutu terjamin dan harga yang wajar; (7)

pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik;

(8) kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup

(Spillane, 1987).

2.4. Prinsip etika lingkungan hidup

6

Dalam melakukan konservasi, diperlukan adanya

prinsip-prinsip etika lingkungan hidup. Prinsip-prinsip

tersebut terdiri atas: sikap hormat terhadap alam

(“Respect for Nature”), tanggung jawab (“Moral Responsibility for

Nature”), solidaritas kosmis (“Cosmic Solidarity”), prinsip

kasih sayang dan kepedulian terhadap alam (“Caring for

Nature”), “No Harm”, hidup sederhana dan selaras dengan

alam, keadilan, demokrasi, dan integritas moral (Keraf,

2010).

III. ANALISIS DAN SINTESIS

3.1. Proses terbentuknya pasir pantai dan warna yang

mempengaruhinya

Pasir pantai terdiri dari butiran-butiran halus

yang tersebar merata di seluruh wilayah ekosistem

pantai. Butiran-butiran tersebut terjadi karena adanya

pelapukan batuan. Yaitu proses hancurnya batuan akibat

faktor fisika, kimia, maupun biologi dalam waktu yang

cukup lama dan juga disebabkan adanya faktor-faktor

khusus lainnya, yang antara lain: keadaan struktur

batuan, topografi, cuaca dan iklim, serta keadaan

vegetasi (tumbuhan).

7

Struktur batuan merupakan susunan batuan yang

bersifat fisik (warna dan bentuknya) dan bersifat kimia

(bahan-bahan yang terkandung di dalamnya). Kedua sifat

tersebut sangat mempengaruhi daya tahan batuan terhadap

pelapukan. Semakin kokoh struktur batuan, semakin sulit

batuan mengalami pelapukan. Sebaliknya, semakin buruk

kualitas batuan semakin mudah pelapukan terjadi.

Dari sudut Topografi yaitu ilmu yang mempelajari

tentang bentuk permukaan bumi. Menyatakan bahwa curam

atau landainya suatu wilayah menjadi salah satu faktor

penting dalam proses pelapukan batuan. Dimana batuan

yang terdapat pada daerah yang curam lebih cepat lapuk,

karena batuan itu akan bersentuhan langsung dengan

panas matahari serta perubahan cuaca. Dan batuan yang

terletak di daerah landai tidak mudah mengalami

pelapukan, karena terselimuti oleh endapan sedimen yang

akan melindungi dari cuaca ekstrim maupun panas

matahari.

Adapun faktor terpenting yang sangat mempengaruhi

pelapukan yaitu cuaca dan iklim. Meskipun terlihat

sama, cuaca dan iklim memiliki pengertian yang berbeda.

Cuaca merupakan perubahan keadaan udara dalam waktu

yang relatif singkat dan di wilayah yang sempit.

Sedangkan iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca dalam

waktu yang relatif lama dan di wilayah yang luas.

Keduanya memiliki unsur-unsur yang sama, antara lain:

8

suhu udara, curah hujan, sinar matahari, serta angin.

Cuaca panas (siang hari) maupun iklim lembab dan panas

akan mempercepat proses pelapukan batuan. Cuaca dingin

(malam hari) maupun iklim dingin memperlambat proses

pelapukan batuan.

Keadaan vegetasi (tumbuhan) merupakan faktor

biologi yang mempengaruhi proses pelapukan. Vegetasi

dapat mempercepat proses pelapukan batuan jika memiliki

akar-akar yang kuat. Akar yang kuat itu akan meremukkan

batuan dengan cepat. Selain faktor-faktor tersebut,

serasah organik juga memiliki andil yang besar dalam

proses pelapukkan batuan, karena kandungan asam arang

dan humus dapat mempercepat pembentukan tanah.

Pasir pantai yang sering terlihat di laut memiliki

warna yang berbeda-beda. Ada yang berwarna putih maupun

kecoklatan. Warna tesebut didapat dari batuan yang

mendominasi di wilayah tersebut. Misalnya di pantai

yang berpasir putih, pasir itu berasal dari batuan di

pegunungan setempat yang mengandung banyak kapur. Jika

pantai berpasir kehitaman atau kecoklatan berasal dari

batuan yang mengandung tanah alluvial. Selain itu,

organisme air yang memiliki cangkang (crustacea) dapat

juga mempengaruhi warna dari pasir pantai tersebut. Hal

ini dapat terjadi, karena organisme air yang mati akan

meninggalkan cangkang-cangkang kosong, dan pada

akhirnya akan mengalami pelapukan, hasil pelapukan

9

cangkang-cangkang itu akan tercampur di dalam pasir

pantai sehingga warna cangkang ikut menentukan warna

pada pasir di pantai tersebut.

3.2. Manfaat pasir pantai dan masalah lingkungan

pantai

Di dalam pasir pantai terkandung bahan-bahan kimia

yang berasal dari alam. Bahan-bahan tersebut membuat

pasir pantai bermanfaat dan dapat dipergunakan untuk

menjadi alternatif pemenuh kebutuhan manusia. Beberapa

di antaranya telah dilakukan penelitian dan mulai

dikembangkan.

Berikut manfaat dan kandungan dalam pasir pantai:

1. Bahan semi konduktor untuk piranti elektronik

Pasir pantai memiliki kandungan sillisium yang cukup

banyak. Sillisium ini merupakan salah satu bahan utama

pembuat silikon (Si). Unsur silikon merupakan golongan

IV A. Menurut Wilardjo (2003), senyawa ini membentuk

jaringan makro molekul struktur tiga dimensi sehingga

memiliki titik leleh tinggi (1414oC). Karena sifatnya

sebagai semi konduktor dan mempunyai ketahanan yang

tinggi terhadap panas, maka Silikon sangat cocok

dipakai sebagai bahan dasar pembuat komponen IC

(Integrited Circuit) yaitu komponen berupa chip electronik

yang dipakai sebagai otak mesin dalam industri mikro

elektronika seperti televisi, perangkat komputer, dan

flash disk. Sekarang ini marak dibicarakan berbagai macam

10

gadget yang merupakan gaya hidup di era megatrend,

seperti tablet, hand phone dari yang biasa sampai

dengan smart phone merupakan contoh pengembangan

silicon di bidang teknik elektonika. Di bidang teknik

sipil, silikon diolah dan yang diubah menjadi silikon

dioksida (SiO2) untuk digunakan sebagai bahan pembuat

kaca dan bahan bangunan lainnya.

2. Sumber energi nuklir

Pasir pantai juga mengandung Torium (Th-232). Unsur

nomor 90 dalam tabel periodik ini merupakan bahan

utama pembentuk uranium yang dapat digunakan sebagai

sumber energi nuklir. Uranium juga digunakan untuk

membuat senjata nuklir dan bahan bakar untuk

membangkitkan energi listrik.

3. Bahan penyerap racun

Organisme perairan seperti crustacea yang meninggalkan

cangkangnya atau yang mati dalam jangka waktu yang

lama dapat mengalami pelapukan.Seperti yang telah

diketahui bahwa kulit atau cangkang crustacea (kepiting

dan udang) mengandung kitosan yang merupakan bio-

material yang berfungsi untuk menyerap bahan kimia

organik dan anorganik. Kitosan dapat digunakan untuk

menyerap toxin. Selain itu kitosan juga sering

digunakan sebagai bahan kosmetik untuk menghaluskan

kulit.

4. Bahan pembuat beton

11

Klorida (Cl) dan sulfat (SO4) merupakan bahan yang

sangat mudah ditemui di laut. Bahan-bahan ini tentu

sudah terserap dalam pasir pantai. Bahkan, sebagian

besar kandungan kimia di dalam pasir pantai adalah

kedua unsur tersebut. Keduanya juga bersifat agresif

terutama dalam pembuatan beton. Menurut Mangerongkonda

(2007), beton tidak tahan terhadap kedua unsur agresif

tersebut dan memberikan dampak kerusakan yang cukup

parah dalam pembuatan beton. Tetapi, bila keduanya

direduksi maka akan terbentuk sebuah beton yang kuat

dan berkualitas. Contoh: pasir Laut Bangka.

5. Penyaring air laut dan perisai abrasi

Pasir berfungsi sebagai penyaring air laut, sehingga

air laut tersebut menjadi air tawar yang terserap

dalam tanah sebagai air tanah. Selain itu, pasir juga

digunakan untuk mencegah adanya abrasi. Berkaitan

dengan fungsinya sebagai perisai abrasi, maka pasir

pantai harus dilindungi dari eksploitasi penambang pasir

pantai. Karena jika terjadi pengerukan yang terlalu

berlebihan, maka hal itu akan menyebabkan terjadinya

abrasi yang membuat tingginya intrusi air laut ke

daratan. Abrasi yang dibiarkan terlalu lama, bisa

menjadi penyebab patahan sedimen tanah sehingga

menimbulkan gelombang tsunami.

Manfaat pasir pantai memang sangat banyak, namun

kurangnya sosialisasi terhadap multifungsi pantai

12

tersebut justru membuat sedikitnya orang yang

mengetahuinya. Hal ini sering menjadi penyebab

penyalahgunaan eksploitasi pasir, untuk kemudian

mengekspornya ke negara lain. Contohnya yaitu penjualan

pasir ke Singapura dengan harga murah.

Menurut Wilardjo dalam www.detik.com (2003), Alasan

utama pengerukan pasir pantai adalah untuk dijual ke

Singapura, karena pasir tersebut akan digunakan

sebagai pereklamasi pantai Singapura sehingga negara

itu bertambah areanya. Pasir laut hanya dinilai sebagai

tanah uruk. Oleh karena itu, pasir dibeli secara

borongan dengan harga yang sangat murah.

Hal ini tidak senilai dengan dampak yang akan

ditimbulkan bila pengerukan dilakukan secara terus

menerus. Yaitu akan terjadi abrasi berkelanjutan,

intrusi air laut tinggi, menyempitnya luas laut, ikan

yang mungkin mati atau bermigrasi, pendapatan

masyarakat yang semakin berkurang. Masalah tidak lagi

menyangkut masalah ekologis, melainkan juga merusak

nilai estetis, munculnya masalah-masalah sosial karena

pendapatan nelayan yang berkurang, tingkat pengangguran

tinggi dan ini akan berdampak pada pendapatan daerah.

Dalam kasus ini, nelayan-lah yang pertama kali

merasakan kerugian tersebut.

13

Selain itu, hadirnya orang-orang yang ingin

mengambil keuntungan secara pribadi akan segera

merencanakan suatu kegiatan berbasis lingkungan yang

tentunya memberikan pendapatan besar. Pada akhirnya,

akan ada banyak orang yang melakukan aktivitas yang

sama dan merusak alam. Menurut Supriharyono (2010)

membagi aktivitas tersebut menjadi dua, yaitu bersifat

langsung dan tidak langsung. Bersifat langsung bila

langsung merusakkan ekosistem SDA di wilayah pesisir

dan bersifat tidak langsung, yaitu melalui limbah

bahan sisa produksi yang dibuang ke lingkungan wilayah

pesisir dan pantai.

Beberapa masalah yang timbul akibat adanya

penyalahgunaan dan pemanfaatan berlebih terhadap

wilayah pantai dibedakan menjadi masalah teknis dan

struktural. Masalah teknis yang sering terjadi adalah

sebagai berikut:

1. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap

lingkungan;

2. Pemanfaatan SDA yang berlebih;

3. Perdagangan ilegal;

4. Konversi hutan alami;

5. Monokulturisme;

6. Adanya kekeliruan pemikiran masyarakat;

7. Tidak adilnya pembagian manfaat;

8. Introduksi spesies asing;

14

9. Penggunaan teknologi yang merusak;

10. Pencemaran;

11. Tekanan penduduk;

12. Perubahan iklim.

Sedangkan masalah struktural yang sering terjadi

adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan eksploitatif, sentralistik, tidak

partisipatif;

2. Riset atau penelitian yang tidak memadai;

3. Kelembagaan rendah;

4. Sistem hukum rendah.

Kedua masalah tersebut jika terus menerus terjadi

dalam waktu yang cukup lama, tentu akan memberikan

dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan sekaligus

organisme yang hidup dan berinteraksi di dalamnya.

Dampak yang paling fatal terjadi adalah kepunahan.

Kepunahan berarti kehilangan suatu spesies sebagai

entitas biologi. Spesies telah mengalami evolusi dan

punah secara alami sejak ratusan tahun yang lalu.

Bahkan, laju kepunahan saat ini telah mencapai 10-100

kali laju kepunahan alami hanya karena masalah

lingkungan yang tidak stabil.

3.3. Rencana alternatif pemanfaatan dan pengelolaan

pasir pantai

Satu-satunya solusi untuk mengatasi masalah

lingkungan tersebut yaitu dengan melakukan konservasi.

15

Konservasi menurut UU No. 5 tahun 1990 pasal 1

merupakan pengelolaan SD (sumber daya) hayati yang

pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana. Ada sisi

perlindungan yang harus diberikan kepada alam, selain

memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Kegiatan pokok dari konservasi yaitu dengan

melakukan perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa

beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan SD hayati.

Semua kegiatan itu dilakukan demi memenuhi tujuan

konservasi untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian

SDA (sumber daya alam) Hayati serta keseimbangan

ekosistemnya. Hal ini merupakan solusi yang lebih

mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat

dan mutu kehidupannya.

Adapun jenis konservasi ada 3, yaitu: konservasi

genetik, spesies, dan ekosistem. Ketiganya dapat

digabungkan, tetapi harus melihat kondisi alam dan

lingkungannya. Apakah lingkungan tersebut dapat

menampung perlakuan konservasi tersebut atau tidak.

Salah satu cara konservasi untuk melindungi biota

sekaligus memanfaatkan pasir pantai yaitu dengan

dibuatnya ekowisata. Ekowisata menurut Soekartjakrarini

(2004) merupakan konsep pengembangan dan

penyelenggaraan kegiatan pariwisata berbasis

pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan serta adanya

16

partisipasi masyarakat, pendidikan, konservasi, dan

ekonomi. Bila ekowisata ini berhasil dikembangkan,

selain alam yang diselamatkan, pendapatan daerahpun

juga akan semakin tinggi.

Ekowisata alternatif dengan cara konservasi ini

dinamakan Sand-tourism. Sand-tourism akan menampilkan semua

manfaat dalam pasir pantai. Salah satu yang paling

mendominasi untuk ditawarkan yaitu fungsi pasir sebagai

penyerap racun.

Manfaat pasir sebagai penyerap racun sudah

diketahui sejak zaman dahulu kala, di mana ketika

seseorang terkena racun ular laut maupun tertusuk bulu

babi, orang sejak zaman dahulu tidak menggunakan bahan

kimia apapun untuk mengeluarkan racunnya, tetapi mereka

hanya memendam diri dalam pasir sampai beberapa waktu

lamanya. Setelah keluar dari pasir maka kesembuhan yang

akan didapatkannya.

Akhir-akhir ini seringkali diberitakan mengenai

jenis-jenis penyakit baru, yang kebanyakan penyakit itu

disebabkan karena keracunan bahan-bahan kimia baik

karena racun limbah industri maupun limbah rumah

tangga. Bahkan masyarakat awam baik wanita maupun pria

yang bergaya hidup metrosexual mendambakan memiliki

kulit yang halus, sehat dan terbebas dari segala macam

toxin. Mereka merupakan target marketing sand-tourism

dengan “mandi pasir” untuk merendaman kulit supaya

17

toxin tubuh mereka dapat diserap pasir untuk

dikeluarkan.

“Mandi pasir” ini akan memberikan manfaat

kesehatan tubuh dari peredaran toxin-toxin dalam tubuh

secara berlebihan yang tidak berguna, sehingga menambah

kebugaran tubuh. “Mandi pasir” dengan tingkat

pemanasan tertentu akan mengurangi tingkat ketegangan

otot, sehingga akan me-rilex-kan otot tubuh.

Menurut www.neraca.co.id (2012), bagi beberapa

orang, pasir pantai dipercaya mengandung mineral dan

zat yodium yang bisa membantu pengobatan beberapa jenis

penyakit. Hanya dengan menanam bagian tubuh di dalam

pasir dan sesekali dilakukan pemijatan ringan, terapi

pasir ini bisa dinikmati. Terapi pasir ini, tidak hanya

disukai oleh kalangan lanjut usia, tetapi juga para

kawula muda dan anak-anak. Banyak pantai di Indonesia

yang bisa menjadi tempat rekreasi dan sekaligus terapi

guna menjaga kesehatan dengan sedikit usaha dan

kesabaran serta biaya murah. Sementara, penyembuhan

melalui media pasir dapat dilakukan di pantai mana saja

karena media pasir yang panas terkena matahari dapat

melancarkan sirkulasi darah di daerah kaki yang sakit.

Menurut sejumlah warga Lombok dalam

www.neraca.co.id (2012), proses pengobatan alternatif

dengan terapi pasir pantai diawali dengan mandi di

Pantai Tembobor selama 15-30 menit. Setelah itu warga

18

yang sakit menanam dirinya di pasir setempat. Mereka

yang melakukan terapi itu seperti penderita penyakit

ginjal, stroke, sesak napas dan yang lain. Mereka yang

melakukan terapi pasir pantai tak hanya dari Lombok

Utara tapi juga dari luar Lombok.

Adapun cara yang sebaiknya dilakukan dalam

perendaman yaitu sebagai berikut :

1. Pasir pantai dilakukan perendaman dengan air laut

supaya basah. Hal ini akan mempercepat proses

penyerapan.

2. Kemudian disiapkan terlebih dahulu kerangka tenda

yang seukuran dengan satu tubuh manusia. Kerangka

tenda tersebut dilapisi dengan shading net supaya

sinar matahari dapat masuk dalam intensitas yang

cukup.

3. Perendaman akan dilakukan pada pagi atau siang hari.

Jika matahari berkontakan langsung dengan tubuh

mungkin akan menyebabkan radiasi yang cukup tinggi

dan menimbulkan efek yang berbahaya. Oleh karena

itu, diberilah shading net yang berfungsi sebagai

peneduh bagi wisatawan sekaligus menyerap sinar

matahari supaya dapat membantu proses penyerapan.

4. Sinar matahari akan membantu proses penguapan dari

pasir. Itulah mengapa pasir sengaja direndam dengan

air laut. Selain dapat melakukan penyaringan, pasir

19

juga akan mengalami penguapan bersama dengan toksin

dalam tubuh.

5. Wisatawan akan masuk ke dalam tabung yang sudah

disediakan. Kemudian, mereka perlu melakukan

perendaman dalam pasir basah tersebut. Jika ingin

mendapatkan hasil yang lebih sempurna, pasir

tersebut harus berkontakan langsung dengan kulit.

Pasir yang berada di atas kulit akan melakukan

proses penyerapan toxin dalam tubuh yang kemudian

diuapkan oleh sinar matahari yang masuk melalui

shading net.

6. Pasir yang digosokkan ke lengan atau kaki dan kulit

tubuh berfungsi untuk menghilangkan sel-sel kulit

mati. Selain itu disarankan kepada pengunjung untuk

memasuki area wisata tanpa menggunakan alas kaki.

Berjalan di atas pasir membantu memijat telapak kaki

untuk merilekskan otot-otot di kaki, menguatkan

tulang, menghilangkan rasa nyeri, dan meningkatkan

sirkulasi limfatik.

7. Setelah dirasakan cukup, wisatawan dapat keluar dari

tenda tersebut dan merasakan hasilnya. Dalam hal

ini kebersihan di sekitar area perendaman benar-

benar harus dijaga supaya memberikan kesan nyaman

bagi wisatawan yang datang.

Teknik perawatan dengan pasir pantai sebenarnya

telah menjadi salah satu ladang bisnis bagi Hotel JW

20

Marriott Jakarta yang menyediakan pengobatan dengan

bahan-bahan alami yang sering disebut denan Spa

Alameda. Hal ini diperkuat oleh berita dari

www.neraca.co.id (2012) bahwa Konsep spa orisinal dari

hotel bisnis bintang lima ini diberi nama terapi hot

sand. Sesuai namanya, hot sand, perawatan spa ini

menggunakan bahan alami pasir yang dibungkus dalam

kantung berukuran segenggaman tangan. Kantung ini

dipanaskan sebelum diaplikasikan dengan pijatan ke

seluruh badan. Sensasi panas dari kantung pasir ini

dipercaya mampu melemaskan otot yang tegang. Kantung

pasir untuk terapi hot sand spa Alameda ini bukan pasir

biasa. Kantung berisi pasir dari Lombok, biji-bijian

seperti kacang kedelai, kacang hijau, petai cina dan

rempah lainnya. Terapi dengan hot sand ini memberikan

efek relaksasi pada otot pinggang, leher, dan

menghilangkan ketegangan otot tubuh dan peredaran darah

menjadi lancar yang membuat badan menjadi relaks dan

segar. Terapi pasir ini bukan hanya menjadi pengobatan

untuk tempat-tempat spa saja, namun, terapi pasir sudah

menjadi pengobatan tradisional yang dilakukan sejumlah

warga setempat untuk mengobati mulai dari kaki yang

sakit karena letih hingga susah berjalan akibat stroke.

Paket perawatan lain yang dapat ditawarkan adalah

perawatan dengan air laut. Air laut memiliki beberapa

21

macam manfaat untuk menjaga kesehatan tubuh. Berikut

manfaat air laut yang aka ditawarkan dalam wisata ini:

1. Berendam dalam air laut selama 30 menit dapat

membantu otot-otot di tubuh menjadi lebih rileks.

Garam yang terkandung di dalamnya mampu

mengeluarkan kotoran, debu, serta racun Kandungan

mineral garam juga membantu mengembalikan pelindung

alami kulit serta menjaga kelembabannya. Perendaman

dengan air laut sebaiknya dilakukan setelah

berendam dengan pasir supaya hasil yang didapat

lebih maksimal;

2. Mencuci muka dengan air laut akan membantu

menyeimbangkan produksi minyak, menghilangkan

bakteri pemicu jerawat, dan mengatasi jerawat.

Sebelum mencuci muka, ada baiknya untuk mengunakan

air laut yang dicampur dengan madu untuk

menenangkan kulit wajah dari iritasi dan jerawat;

3. Berendam dalam air laut juga dapat mengatasi

gigitan serangga atau masalah kulit;

4. Garam yang terkandung dalam air laut mampu

mengangkat bakteri di kuku kaki serta melancarkan

peredaran darah. Rendam kaki dalam air laut agar

bau kaki yang tidak sedap dapat hilang;

5. Selain kulit dan tubuh, rambut juga perlu dilakukan

perawatan dengan air laut. Masukkan rambut dalam

air laut selama 10 menit. Air asin sangat berfungsi

22

untuk menjaga kelembapan dan menyerap kelebihan

minyak serta mencegah pertumbuhan jamur dan

menghambat “ketombe” dari kulit kepala. Hal ini

dimaksudkan supaya rambut tidak mudah gatal, lepek,

dan kusam. Kemudian cuci bersih rambut dengan air

tawar, shampoo dan kondisioner supaya rambut tidak

kaku.

Selain berendam pasir dan air laut, ada lagi

sajian wisata yang dapat dikunjungi. Misalnya seperti

pembuatan miniatur peta Indonesia kecil dari pasir. Hal

ini bertujuan untuk membuat masyarakat lebih mengenal

tentang Indonesia dan berbagai macam adat di dalamnya.

Tetapi itupun disesuaikan dengan luasan wilayah pantai

dan perizinan dari pemerintah setempat.

Keuntungan dari ekowisata yang ditawarkan melalui

sand-tourism ini antara lain:

1. Keuntungan bagi masyarakat setempat. Keuntungan

tidak selalu berbentuk uang, tetapi juga fasilitas

yang ditawarkan oleh alam itu sendiri. Sebagai

contoh: manfaat pasir pantai yang tidak perlu

dibeli oleh masyarakat setempat. Mereka hanya

tinggal menggunakan saja dibandingkan dengan

pengunjung yang datang dengan membayar hanya untuk

mendapatkan manfaat dari pasir pantai tersebut;

23

2. Keuntungan bagi lingkungan. Artinya adalah untuk

memberikan pengaruh kecil terhadap alam untuk

semua kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan.

3. Keuntungan kepada pengunjung. Keuntungan ini

merupakan hal penting untuk menarik pengunjung

datang dan membuat mereka bertahan atau

mendapatkan sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Perlu dipahami juga bahwa prinsip ekowisata yang

utama adalah memiliki aset (modal wisata). Macam modal

wisata adalah atraksi penahan dan atraksi penangkap.

Atraksi penahan merupakan atraksi yang dapat menahan

wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut berkali-

kali atau di lain waktu. Sedangkan atraksi penangkap

merupakan atraksi yang hanya sekali dinikmati, kemudian

ditinggalkan. Sand tourism dapat menjadi atraksi penahan

untuk dikunjungi berkali-kali, karena setiap pengunjung

dapat merasakan kenyamanan serta manfaat dari alam

sendiri.

Bagi pantai-pantai yang telah tercemar berat atau

terlewat rusak, wisata pasir tetap dapat dilakukan.

Tetapi, pasir tersebut tidak boleh digunakan untuk

perawatan tubuh dan kulit. Wisata pasir yang dapat

ditawarkan adalah dengan melakukan pembersihan atau

sanitasi lingkungan. Artinya, pengunjung yang datang

ditantang untuk melakukan wisata dengan membersihkan

area pantai. Pembersihan dapat dilakukan dengan

24

mengambil sampah-sampah kering maupun basah di wilayah

daratan atau malah membersihkan area perairan dengan

menggunakan perahu dayung untuk mengambil sampah-sampah

yang terbawa oleh arus sungai. Penanaman mangrove juga

menjadi salah satu atraksi yang menarik utnuk dilakukan

di sekitar pantai yang rusak. Selain dapat menjaga

sistem ekologis pantai, juga memberi pengetahuan baru

kepada pengunjung mengenai penanaman mangrove misalnya.

IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Simpulan

1. Masyarakat perlu mengetahui bagaimana terjadinya

proses terbentuknya pasir pantai dimana proses

terjadinya merupakan akumulasi dari pelapukan

batuan akibat faktor fisika, kimia, maupun

biologi dalam selang waktu yang lama, juga

disebabkan adanya faktor-faktor khusus seperti

keadaan struktur batuan, topografi, cuaca dan

iklim, serta keadaan vegetasi. Dengan pengetahuan

ini diharapkan mereka ikut terlibat aktif dalam

menjaga keamanan pasir pantai, untuk keseimbangan

ekosistem.

25

2. Masyarakat perlu mengetahui bahan-bahan yang

terkandung dalam pasir pantai serta manfaat pasir

pantai dalam berbagai bidang kehidupan sehari-

hari. Dan bahan-bahan yang terkandung dalam pasir

pantai meliputi : bahan semi konduktor yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan

komponen piranti elektronik, bahan sumber energi

nuklir, bahan penyerap racun, bahan pembuat beton

dan bahan penyaring air laut serta perisai abrasi

gelombang laut. Dengan mengetahui bahan-bahan

yang terkandung dalam pasir pantai serta

manfaatnya, diharapkan masyarakat tidak

mengekploitasi pasir pantai secara besar-besaran

dan menjualnya secara murah, karena jika dilihat

dari manfaatnya pasir pantai ternyata bukan

barang murahan.

3. Pemerintah baik pusat maupun daerah serta

masyarakat perlu bekerja sama dalam merencanakan

pemanfaatan pasir pantai sekaligus melakukan

pengelolaan terhadap pasir pantai yang berbasis

konservasi dengan menyadarkan dan melibatkan

masyarakat setempat menjadi penjaga pasir pantai

dari eksploitasi secara besar-besaran dan tidak

bertanggung jawab.

4.2. Rekomendasi

26

1. Pemerintah sebagai penyelenggara negara yang

menguasai bumi, air dan segala mineral yang

terkandung di dalamnya, perlu memberikan

sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat

dan kegunaan pasir pantai sebagai penjaga

keseimbangan ekosistem. Untuk itu pemerintah

baik pusat maupun daerah bisa bekerja sama

dengan lembaga-lembaga pecinta alam maupun

lembaga pendidikan tinggi dalam menyosialisasi

ekosistem pantai kepada masyaratkat pada

umumnya dan masyarakat pantai pada khususnya.

2. Pemerintah pusat maupun daerah mengajak

masyarakat berperan serta dalam penyelamatan

ekosistem pantai, dengan ikut memelihara

kebersihan pantai dari kotoran maupun limbah

industri. Masyarakat pantai ikut dilibatkan

dalam konservasi pantai yang terlanjur rusak.

3. Pemerintah perlu merehabilitasi pantai yang

rusak dengan cara konservasi dengan penanaman

mangrove. Untuk pantai yang sudah terlanjur

rusak karena ekspolitasi pasir secara besar-

besaran, pemerintah bisa menyulapnya menjadi

sebuah karya seni yang agung dan indah seperti

membuat relief pada dinding-dinding pasir yang

rusak untuk kepentingan wisata. Untuk pantai

yang kotor karena limbah pemerintah bisa

27

membuat gerakan-gerakan kebersihan dalam

masyarakat yang bersifat bakti massal seperti

Jumat bersih, Sabtu sehat dan Minggu hijau.

4. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

pesisir, pemerintah bisa menciptakan area

wisata pantai dengan mengajak masyarakat

pesisir menjadi pelaku pengadaan wisata pantai

seperti wisata miniatur, wisata perawatan dan

kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, A. Sonny. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta.Kompas. Hal: 167-179.

Mangerongkonda, Donald Rigel. 2007. Pengaruh PenggunaanPasir Laut Bangka Terhadap KarakteristikKualitas Beton. Skripsi Fakultas Teknik Sipildan Perencanaan. Hal: 1-3.

Sofiyani, I., Ankiq Taofiqurrahman, Noir P. Purba, M.Salahuddin. 2012. Analisis Perubahan

28

Geomorfologi Dasar Laut Akibat Penambangan PsirLaut Di Perairan Timur Pulau Karimun BesarProvinsi Kepulauan Riau. Jurnal Perikanan danKelautan. Vol. 3 (4). Hal: 327-336.

Spillane, James J. 1987. Pariwitasa Indonesia Sejarahdan Prospeknya. Jogjakarta. Kanisius. Hal: 85-91.

Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem SumberdayaHayati Di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis.Jogjakarta. Pustaka Pelajar. Hal: 127-239.

www.detik.com

www.neraca.co.id

29