USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA APLIKASI TEKNOLOGI SISTEM IRIGASI CURAH PORTABLE PADA BUDIDAYA...

22
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA APLIKASI TEKNOLOGI SISTEM IRIGASI CURAH PORTABLE PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH BIDANG KEGIATAN PKM-GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh: Helmi Purwo Asmoro (A1H011046/2011) Satriadi Mukharom (A1H011074/2011) Agus Andrianto (A1H012019/2012) UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2014

Transcript of USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA APLIKASI TEKNOLOGI SISTEM IRIGASI CURAH PORTABLE PADA BUDIDAYA...

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

APLIKASI TEKNOLOGI SISTEM IRIGASI CURAH PORTABLE PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH

BIDANG KEGIATAN

PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh: Helmi Purwo Asmoro (A1H011046/2011) Satriadi Mukharom (A1H011074/2011) Agus Andrianto (A1H012019/2012)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

2014

ii

iii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL…………………………………………………………………………. ....i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….....ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………….…..iii

RINGKASAN………………………………………………………………….....iv

PENDAHULUAN…………………………………………………...…………....1

1. Latar Belakang……... ……………………………………………….…1

2. Tujuan....………………………………………………………………..2

3. Manfaat……………………………………………………………........2

GAGASAN…………...…………………………………………………….…….2

KESIMPULAN………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…...11

LAMPIRAN ……………………………………………………………………..13

iv

RINGKASAN

Bawang merah merupakan tanaman yang memerlukan air yang cukup, maksudnya apabila tanaman ini diberi air yang terlalu banyak atau terlalu sedikit akan berdampak tidak baik pada tanaman tersebut. Pemberian air oleh para petani masih menggunakan cara tradisional, maka pada musim kemarau akan sulit untuk mendapatkan air. Untuk menghindari kekurangan air pada tanaman bawang maka dapat mengubah sistem pengairan yang terlalu memboroskan air menjadi sistem pengairan yang efisien dan efektif dengan cara menerapkan system irigasi curah portable.

Budidaya bawang merah tidak hanya dilakukan pada lahan persawahan yang baik saja, namun dapat dilakukan pada lahan kering. Sistem pengairan atau sistem irigasi untuk lahan pertanian memang berbagai macam, diantaranya irigasi tetes, irigasi curah. Menggunakan Irigasi curah ini akan mampu mengatasi efisiensi pengairan pada bawang merah karena pada mata nozelnya dapat diatur dengan ukuran tertentu, sehingga dalam menyemprotkan air, irigasi curah tidak akan terlalu membuang-buang banyak air.

Sistem irigasi curah cocok untuk semua jenis tanah apabila application ratenya sesuai dengan kapasitas inflitrasi tanahnya. Termasuk juga pada lahan marginal yang memiliki kapasitas infitrasi atau kapasitas menyimpan air yang rendah. Adapun kelebihan dari sistem irigasi curah yaitu dapat mengontrol pemberian air dan dapat menjaga tanah tetap lembut agar cocok bagi pertumbuhan.

Sistem irigasi curah portabel dapat digunakan untuk pengairan pada budidaya bawang merah, karena sifatnya yang mengeluarkan air berupa butiran-butiran sehingga tidak merusak tanaman/daun bawang merahnya. Sistem irigasi curah portabel merupakan inovasi baru dalam budidaya bawang merah. Sistem irigasi curah portabel dapat membantu budidaya bawang merah baik lahan kering maupun jika kondisi kekeringan air.

Kata kunci : irigasi curah portabel, hemat air, efisien, kekeringan, dan boros air.

1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pemberian air untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman melalui

pengairan lahan biasa disebut dengan irigasi. Pemberian air dengan sistem irigasi

tertentu identik dengan jenis dan kebutuhan air pada setiap tanaman. Aplikasi

sistem irigasi curah atau springkler dapat dilakukan pada tanaman padi. Karakter

dari irigasi curah yang menyebarkan air berupa butiran-butiran kecil yang

menjadikan sistem irigasi ini dapat diterapkan pada tanaman sayur maupun

palawija karena efisiensinya yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan air

pada suatu tanaman.

Bawang merah merupakan tanaman yang memerlukan air yang cukup,

maksudnya apabila tanaman ini diberi air yang terlalu banyak atau terlalu sedikit

akan berdampak tidak baik pada tanaman tersebut. Pemberian air yang dilakukan

para patani bawang merah masih menggunakan cara tradisional atau manual, yaitu

penyiraman menggunakan alat siram seperti ember yang terbuat dari logam yang

berlubang-lubang kecil untuk menyiramkan air ke tanaman. Pemberian air

semacam itu terlihat banyak membuang-buang banyak air tanpa melihat

kebutuhan air pada tanaman bawang merah yang sesungguhnya. Sebenarnya tidak

masalah pemberian air dengan cara tersebut apabila kondisi musim yang terjadi

pada musim hujan, tetapi jika musim yang sulit ditebak dan terjadi musim

kemarau yang mendadak akan merasa kaget jika lahan pertanian bawang merah

kekurangan air. Berdasarkan informasi surabaya.tribunnews.com dan tempo.co,

bahwa pada tahun 2012 di desa Sidokare kecamatan Bagor dan tahun 2013 di

Kecamatan Brebes pernah mengalami kekeringan yang mengakibatkan tanaman

bawang merahnya mengalami kekeringan hingga puluhan hektar sehingga

mengalami gagal panen.

Perlunya teknologi dalam sistem irigasi membantu proses pengairan yang

sederhana dan kurang efisien menjadi pengairan yang modern dan praktis.

Penggunaan teknologi dalam pertanian diharapkan dapat menjadi alat bantu untuk

meringankan pekerjaan bagi para petani. Mesin merupakan sebuah contoh dari

teknologi masa kini yang perlu diterapkan pada bidang pertanian. Menurut Budi

2

Raharjo, Yanter Hutapea, Hasbi dan Rudy Soehendi, penggunaan mesin dapat

meringankan pekerjaan petani, dapat mengatasi jika terjadi kekurangan tenaga

kerja, serta dapat membantu meningkatkan produktivitas serta hasil yang

diperoleh.

2. Tujuan

1. Mengubah sistem pengairan yang terlalu memboroskan air menjadi sistem

pengairan yang efisien dan efektif.

2. Menerapkan teknologi pada sistem irigasi pada bawang merah.

3. Menerapkan sistem irigasi curah portabel pada saat musim kemarau untuk

tanaman bawang merah.

3. Manfaat

1. Agar dapat diterapkan pada budidaya bawang merah sehingga

menciptakan efisiensi pada sistem pengairannya.

2. Dapat di aplikasikan pada budidaya bawang merah lahan kering.

3. Agar petani dapat tergugah untuk menggunakan teknologi sistem irigasi

pada pertanian sehingga meringankan beban kerjanya.

GAGASAN

Bawang merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) adalah sejenis

tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan Asia Tenggara dan dunia. Orang

Jawa mengenalnya sebagai brambang. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan

adalah umbi, meskipun beberapa tradisi kuliner juga menggunakan daun serta

tangkai bunganya sebagai bumbu penyedap masakan. Tanaman bawang merah

cocok tumbuh di dataran rendah sampai tinggi (0–1000 m dpl) dengan ketinggian

optimum 0-450 m dpl, seperti pada daerah Brebes, Majalengka, Bantul, dan

daerah luar jawa seperti Sulawesi.

Tanaman bawang merah merupakan tanaman yang memerlukan kebutuhan

air yang cukup. Apabila bawang merah kelebihan air akan menyebabkan tanaman

bawang merah menjadi busuk, sedangkan jika kekurangan air akan menyebabkan

tanaman bawang merah menjadi terhambat pertumbuhannya. Memang pada

praktek di lapangannya, tanaman bawang merah perlu di siram sebanyak 2 kali

3

sehari yaitu pagi dan sore, hal tersebut dilakukan jika kondisi cuaca normal atau

tidak terjadi hujan yang terjadi terus menerus atau tidak terjadi musim kemarau

berkepanjangan. Apabila kondisi sedang terjadi hujan yang terus menerus

dilakukan penyiraman 2-5 kali dalam seminggu. Namun, jika terjadi musim

kemarau yang panjang dan hal tersebut terjadi pada saat musim tanam bawang

merah diperlukan penyiraman hingga 3 kali sehari dikarenakan terjadinya

evapotranspirasi yang tinggi akibat musim kemarau sehingga tanaman akan

kekurangan air jika kebutuhan airnya tidak tercukupi.

Pada kasus yang terjadi di daerah Brebes, sistem pengairan atau

penyiraman air ke tanaman bawang merah dilakukan dengan cara disiram

menggunakan alat yang disebut gembor. Alat tersebut masih dilakukan dengan

cara manual, yaitu menggunakan kekuatan tangan untuk mengambil air di parit

dan menyiramkanya ke tanaman. Penggunaan metode pengairan tersebut hampir

dilakukan dan dipakai oleh kebanyakan petani bawang merah di daerah Brebes.

Hal tersebut memang terlihat sangat simple, namun untuk mengairi dan

menyirami lahan sawah yang luas diperlukan kekuatan yang ekstra. Hal tersebut

akan berdampak tidak baik jika dilakukan terus menerus, karena akan

berhubungan dengan kesehatan yang akan menjadi tidak baik.

Gambar 1. Pemberian air dengan gembor

Budidaya bawang merah tidak hanya dilakukan pada lahan persawahan

yang baik saja, namun dapat dilakukan pada lahan kering. Cara budidaya bawang

merah di lahan kering pun hampir sama dengan cara budidaya bawang merah di

persawahan biasa, yang berbeda pada bagian-bagian perlakuan tertentu salah

satunya adalah pengairannya. Pengairan budidaya bawang merah lahan kering

biasanya dengan metode Leb. Cara penyiraman leb yaitu memasukkan air ke

bedengan hingga merata digunakan di lahan persawahan, untuk lahan kering tetap

dengan gembor atau selang. Budidaya bawang merah lahan kering telah

diterapkan di daerah Blora-Jawa Tengah, yakni untuk prinsip budidaya bawang

4

merah di daerah tersebut. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan sebanyak 3-

5 kali atau dengan melihat kondisi gulma di lapangan, penyiraman sebanyak 2

kali sehari (pagi dan sore) sampai dengan umur 50 hari dan selanjutnya

penyiraman dilakukan 1 kali sehari hingga 3 hari sebelum panen. Untuk menjaga

agar bedengan tidak runtuh karena frekuensi penyiraman yang tinggi maka

dilakukan penguatan tepi bedengan dengan lumpur.

Gambar 2. Sistem pengairan bawang merah lahan kering

Kendala yang dialami oleh petani bawang merah di berbagai wilayah ialah

ketika musim tanam tiba kekeringan melanda lahan persawahan mereka. Air yang

seharusnya digunakan untuk menyiram tanaman bawang merah sulit didapatkan.

Akibatnya tanaman bawang merah akan menurun produktivitasnya bahkan mati

karena kekurangan pasokan air untuk keberlangsungan aktivitas kehidupan

tanaman bawang merah tersebut. Kasus yang pernah terjadi di beberapa daerah

seperti di Kabupaten Brebes, akibat kemarau yang terjadi pada saat musim tanam

tiba menyebabkan petani tidak menanami sawah mereka, karena dikhawatirkan

panen akan gagal karena bawang merah kekurangan air (tempo.co)

(metrotvnews.com). Memang hal tersebut sering terjadi karena perubahan iklim

yang tidak menentu. Sebenarnya hal tersebut dapat dicegah seandainya para petani

berupaya untuk mengantisipasi kemungkinan kemarau datang secara mendadak.

Kasus lain juga pernah dialami di daerah lain, seperti di daerah Rejoso. Akibat

kekeringan dan kesulitan air, puluhan hektar tanaman bawang merah di desa

Sidokare kecamatan Rejoso mati. Akibatnya petani bawang merah mengalami

kerugian hingga puluhan juta rupiah. Ini setelah biaya tanam hingga panen

mencapai sekitar Rp 20 juta per hektarnya. Petani mengungkapkan bahwa

kekeringan yang terjadi sekarang ini diluar prediksi para petani bawang merah.

Karena biasanya memasuki bulan Oktober seperti sekarang ini sudah mulai turun

hujan (surabaya.tribunnews.com). Di Indramayu bagian barat memaksakan tanam

karena hujan masih turun. Harapannya, bisa panen maksimal, tetapi kemarau

5

menyebabkan lahan pertanian mengalami kekeringan, sehingga petani merugi

karena panen sedikit. Memaksakan tanam jelang kemarau bagi petani Pantura

cukup berisiko, karena lahan pertaniannya sering terkendala pasokan air.

Pada beberapa daerah tertentu, kekeringan dapat teratasi dengan cara

melakukan sedot air dari sungai-sungai/kali-kali terdekat dengan cara

menggunakan pompa air. Seperti halnya di daerah Kelurahan Keturen, Kecamatan

Tegal Selatan mengeluh sawahnya kekeringan. Sawah miliknya tidak mendapat

saluran air dari Sungai Keturen akibat kekeringan di musim kemarau. Solusi

untuk memecahkannya dengan cara menggunakan diesel untuk menyedot air dari

sungai, namun hal tersebut membutuhkan dana yang besar karena diperlukan

biaya untuk membeli bahan bakar untuk dieselnya (satelitpost.co). Daerah tertentu

di jawa, untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan para petani membuat

embung/kolam yang berguna untuk mengatasi pengairan lahan pertanian apabila

musim kemarau datang pada saat musim tanam tiba. Memang hal demikian dapat

mengatasi masalah kekeringan yang melanda lahan pertanian budidaya bawang

merah, namun apabila para petani masih menggunakan cara penyiraman yang

terlalu membuang banyak air, yaitu dengan cara gembor atau leb, hal demikian

tetap membuat pasokan air akan selalu kekerungan karena dalam teknik

penyiramannya petani hanya memperkirakan seberapa liter air yang dibutuhkan

oleh tanaman sehingga dapat dikatakan air yang disediakan petani di parit-parit

pertanian bawang merah hanya akan hilang sia-sia. Padahal faktor

evapotransiprasi yang dapat menguapkan air ke udara berpengaruh juga pada

proses hilangnya air baik di lahan, parit-parit, ataupun di tanaman selain air akan

hilang karena meresap ke dalam tanah.

Sistem pengairan atau sistem irigasi untuk lahan pertanian memang

berbagai macam, diantaranya :

1. Irigasi Tetes Irigasi tetes adalah suatu sistem pemberian air melalui pipa/ selang

berlubang dengan menggunakan tekanan tertentu, dimana air yang keluar berupa

tetesan-tetesan langsung pada daerah perakaran tanaman. Tujuan dari irigasi tetes

adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tanpa harus membasahi

keseluruhan lahan (Hansen, 1986).

6

2. Irigasi curah atau springkler Irigasi curah atau siraman (sprinkle) menggunakan tekanan untuk

membentuk tetesan air yang mirip hujan ke permukaan lahan pertanian.

Disamping untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Sistem ini dapat pula

digunakan untuk mencegah pembekuan, mengurangi erosi angin, memberikan

pupuk dan lain-lain. Pada irigasi curah air dialirkan dari sumber melalui jaringan

pipa yang disebut mainline dan sub-mainlen dan ke beberapa lateral yang masing-

masing mempunyai beberapa mata pencurah (sprinkler) (Prastowo, 1995).

Masih banyak lagi sistem irigasi yang dapat digunakan pada lahan

pertanian, namun penerapan sistem irigasi yang cocok untuk pertanian bawang

merah adalah irigasi curah, karena dilihat dari sisi efisiensi dan sifatnya yang

merata dalam mengairi lahan pertanian. Dibandingkan dengan irigasi curah irigasi

tetes kurang efisien untuk tanaman bawang merah karena debit air yang di

keluarkan sangat kecil sehingga rentan sekali tanaman bawang merah mengalami

kekeringan.

Sistem irigasi curah dibagi menjadi dua yaitu set system (alat pencurah

memiliki posisi yang tepat), serta continius system (alat pencurah dapat dipindah-

pindahkan). Pada set system termasuk ; hand move, wheel line lateral, perforated

pipe, sprinkle untuk tanaman buah-buahan dan gun sprinkle. Sprinkle jenis ini

ada yang dipindahkan secara periodic dan ada yang disebut fixed system atau

tetap (main line lateral dan nozel tetap tidak dipindah-pindahkan). Yang termasuk

continius move system adalah center pivot, linear moving lateral dan traveling

sprinkle (Keller dan Bliesner, 1990).

Menurut Hansen et. Al (1992) menyebutkan ada tiga jenis penyiraman

yang umum digunakan yaitu nozel tetap yang dipasang pada pipa, pipa yang

dilubangi (perforated sprinkle) dan penyiraman berputar. Sesuai dengan kapasitas

dan luas lahan yang diairi serta kondisi topografi, tata letak sistem irigasi curah

dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

1. Farm system, sistem dirancang untuk suatu luas lahan dan merupakan

satu-satunya fasilitas pemberian air irigasi,

2. Field system, sistem dirancang untuk dipasang di beberapa laha pertanian

dan biasanya dipergunakan untuk pemberian air pendahuluan pada letak

persemaian,

7

3. Incomplete farm system, sistem dirancang untuk dapat diubah dari farm

system menjadi field system atau sebaliknya.

Berapa kelebihan sistem irigasi curah disbanding desain konvensional atau

irigasi gravitasi antara lain ;

1. Sesuai untuk daerah-daerah dengan keadaan topografi yang kurang teratur

dan profil tanah yang relatif dangkal,

2. Tidak memerlukan jaringan saluran sehingga secara tidak langsung akan

menambah luas lahan produktif serta terhindar dari gulma air,

3. Sesuai untuk lahan berlereng tampa menimbulkan masalah erosi yang

dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah.

Aplikasi irigasi curah untuk diterapkan pada budidaya bawang merah

memang belum pernah ditemukan pada berbagai daerah yang bercocok tanam

bawang merah. Padahal penggunaan irigasi curah ini untuk pengairan bawang

merah sangat baik diterapkan. Karena keseragaman air yang dijatuhkan nozel

irigasi curah sangat tinggi. Apalagi saran yang akan diterapkan adalah irigasi

curah yang telah dikombinasikan dengan teknologi terbaru masa kini, yakni pada

prakteknya irigasi curah akan digerakan menggunakan teknologi microcontroller

untuk menggerakan batang nozel secara otomatis. Tekanan air yang akan

digerakan menggunakan pompa air untuk menyemprotkan air, sedangkan untuk

memecahkan air menjadi butiran-butiran air menggunakan nozel dengan ukuran

mata nozel tertentu.

Menggunakan Irigasi curah ini akan mampu mengatasi efisiensi pengairan

pada bawang merah karena pada mata nozelnya dapat diatur dengan ukuran

tertentu, sehingga dalam menyemprotkan air, irigasi curah tidak akan terlalu

membuang-buang banyak air. Penggunaan irigasi curah ini juga dapat

meringankan beban petani karena perbandingannya dengan metode penyiraman

secara tradisional lebih ringan dan tidak banyak mengeluarkan banyak tenaga,

sedangkan penyiraman secara tradisional akan sangat banyak mengeluarkan

banyak tenaga dan keringat.

Penanggulangan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau atau karena

perubahan iklim secara mendadak, aplikasi teknologi irigasi curah portabel ini

dapat mensiasati kebutuhan air untuk tanaman bawang merah karena adanya nozel

8

untuk memecahkan air mejadi butir-butir air sehingga dapat menghemat pasokan

air seandainya kekurangan air terjadi pada musim kemarau. Karena sistem irigasi

ini yang sifatnya portable maka dapat dilakukan bongkar pasang tergantung

seberapa kita membutuhkan alat irigasi ini.

Sistem irigasi curah ini akan bisa diimplementasikan dengan baik apabila

mendapat dukungan dan kerjasama dari pihak-pihak yang terkait untuk

merealisasikannya. Melalui pihak-pihak yang demikian maka akan mudah

melakukan birokrasi untuk mengimplementasikan sistem irigasi curah portabel

ini. Adapun pihak-pihak yang bersangkutan yang diharapkan untuk dapat

menerapkan sistem irigasi ini diantaranya :

1. Creator Ide, sebagai pihak yang akan merancang, membuat, dan menguji

sistem irigasi curah portabel.

2. Kelompok Tani

Kelompok tani sebagai organisasi kumpulan petani yang akan mengeksekusi

alat yang akan digunakan.

3. Pemerintah Daerah setempat

Pemerintah daerah atau misalnya Dinas Pertanian yang terkait sebagai pihak

yang memberikan dana untuk merealisasi sistem irigasi curah portabel.

Langkah-langkah atau strategi yang akan dilakukan untuk

mengimplementasikan alat ini yaitu :

1. Creator ide membuat rancangan dan desain alat sistem irigasi curah portabel,

serta penerapannya di lapangan seperti cara pemasangan dan penggunaanya.

Adapun untuk desain dan rancangannya dapatdi lihat pada gambar 3.

2. Creator kemudian mendiskusikan dan mempresentasikan ide yang akan di

implementasikannya ke kelompok tani tertentu.

3. Setelah mencapai kesepakatan, kemudian membuat proposal pengajuan dana

ke Pemerintah Daerah setempat atau Dinas Pertanian yang terkait.

4. Pembuatan dan penerapan di lapangan yang dibantu oleh Kelompok Tani

yang berkaitan.

9

Gambar 3. Rancangan Irigasi Curah Portabel

Bagian-bagian :

1. Nozzel : Sebagai mulut semprot untuk menyemprotkan air.

2. Pipa : Sebagai sambungan saluran air dari selang ke nozel.

3. Rel Besi : Sebagai jalan untuk bergeraknya pipa yang dibantu roda kecil.

4. Roda : Sebagai media bergerkanya pipa.

5. Tiang penyangga : Sebagai penyangga rel besi.

6. Selang : Untuk mengalirkan air dari pompa ke pipa dan kemudian ke nozzle.

7. Pompa air : Untuk mengambil dan menyedot air dari kolam/embung/sumur

yang akan dialirkan melalui selang.

8. Kolam/Sumur/embung : Sebagai penampung air, sekaligus untuk tempat stok

air yang ditampung dari air hujan sebagai antisipasi jika terjadi kemarau.

9. Microcontroller : Perangkat yang akan member perintah kepada roda pada pipa

untuk bergerak maju dan mundur.

Mekanisme Kerja :

Mekanisme kerja dari sistem irigasi curah portabel ini adalah ketika saklar

ditekan maka aliran listrik dari aki akan menuju ke pompa air dan dinamo. Pompa

air akan menyedot air dari kolam serta mengalirkannya ke pipa melalui selang.

Air didalam pipa akan menuju ke nozzle yang kemudian akan menyemprotkan

butiran-butiran air yang akan mengairi tanaman bawang merah. Sistem penggerak

dilakukan oleh roda yang diputar oleh dinamo, sedangkan agar pipa nozel dapat

bergerak maju dan kemudian mundur diatur pada microcontroller yang mana kerja

dari microcontroller akan bergerak mundur apabila pipa nozel telah bergerak

setelah mencapai ujung dari rel besi.

10

Sistem irigasi curah cocok untuk semua jenis tanah apabila application

ratenya sesuai dengan kapasitas inflitrasi tanahnya. Termasuk juga pada lahan

marginal yang memiliki kapasitas infitrasi atau kapasitas menyimpan air yang

rendah. Adapun kelebihan dari sistem irigasi ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengontrol pemberian air pada tanaman

2. Desain dapat dirancang secara fleksibel sesuai dengan jenis tanaman, tenaga

kerja yang tersedia dan penghematan energi.

3. Dapat dilakukan fertigation atau pemberian nutrisi tanaman melalui sistem

irigasi.

4. Dapat digunakan untuk mengontrol iklim bagi pertumbuhan tanamanan

bawang merah apabila musim kemarau datang.

5. Dapat menjaga tanah tetap lembut agar cocok bagi pertumbuhan

6. Dapat dibongkar pasang dan dipindah-pindahkan karena sifatnya yang

portabel.

7. Dapat digunakan untuk antisipasi musim kemarau, karena dilengkapi dengan

kolam/embung penampung air hujan.

Adapun kelemahanya yaitu Biaya investasi mahal, namun apabila bisa

direalisasikan akan memperoleh hasil yang memuaskan.

KESIMPULAN

Sistem irigasi curah portabel dapat digunakan untuk pengairan pada

budidaya bawang merah, karena sifatnya yang mengeluarkan air berupa butiran-

butiran sehingga tidak merusak tanaman/daun bawang merahnya. Sistem irigasi

curah portabel merupakan inovasi baru dalam budidaya bawang merah. Sistem

irigasi curah portabel dapat membantu budidaya bawang merah baik lahan kering

maupun jika kondisi kekeringan air.

11

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Amru Muiz, 2012, Kekeringan, Puluhan Hektar Tanaman Bawang Merah Mati, viewed 17 Desember 2013, <http://surabaya.tribunnews.com/ 2012 /10 /11 / kekeringan _puluhan_ hektar_ tanaman_ bawang_ merah_ mati>

Anonim, 2011, Metode Perencanaan Irigasi Springkler, Balai Data dan Informasi

SDA Dinas Pengelolaan SDA, Provinsi Jawa Barat. Arriska, Afdhol, C 2010, ‘Rancang Bangun dan Uji Coba Otomatisasi Irigasi’,

Skripsi Fakultas Pertanian, IPB. Budi Raharjo, Yanter Hutapea, Hasbi dan Rudy Soehendi, 2011, Inovasi Tepat

Guna Mendukung Pertanian Daerah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Hansen, V.E. Israelsen, O.W. Glen, E.S. Endang, P.T dan Soetjipto., 1986, Dasar-

Dasar dan Praktek Irigasi, Erlangga, Jakarta. Hervani D. Syukriani L. Swati E. dan Erbasrida 2008, ‘Teknologi Budidaya

Bawang Merah pada Beberapa Media dalam Pot di Kota Padang’, Jurnal. Heryani. 2010, Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk

Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan, Kab. Maros, Sulawesi Selatan

Keller, I. Karmeli D dan Bliensner., 1990, Trickle Irrigation Design Edition. Rain

Bird. Sprinkler Mfg, Crop. Glendora Las Irsal, P. Hidayat, Irsalas, H. Suharno, H. Suharsono, R.Boer, Handoko, J.S

Baharsyah 1996. ‘Implementasi Pendekatan Strategis dan taktis gerakan hemat air’, Proseding seminar nasional pemantapan gerakan hemat air untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air.

Listy, Dinda Leo, 2013, Kekeringan, Petani Merantau Jadi Kuli Bangunan,

viewed 17 Desember 2013, <http://www.tempo.co/read/news/ 2013/ 09/18 /058514270/Kekeringan_Petani_Merantau_Jadi_Kuli_Bangunan>

Prastawo, 1995., Kriteria Pembangunan Irigasi Sprinkler dan Drip, Fateta, IPB,

Bogor. Richard H. Cuenca, 1989, Irrigation System Design. An Engineering Approach ,

p.245 – 350. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Suprapto, Prasetyo, T dan Setyani, C., 2006, Embung Sebagai Alternatif

Mencukupi Kebutuhan Air Untuk Usaha Tani di Kabupaten Blora, Badan Litbang Pertanian.

12

Suprapto, Sodiq J, dan Forita D 2000, ‘Teknologi Pemanfaatan Sumberdaya Alam di Lahan Kering’, Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.

Sumber Gambar :

Gambar 1 : http://www.antarafoto.com/ , http://www.pressphoto.co/

Gambar 2 : dc433.4shared.com

13

14

15

16

LAMPIRAN II

SUSUNAN ORGANISASI TIM KEGIATAN

No Nama/NIM Program

Studi

Bidang

Ilmu

Alokasi

Waktu

(Jam/Minggu)

Uraian Tugas

1 Helmi

Purwo

A/A1H0110

46

Teknik

Pertanian

Keteknikan

Pertanian

10 Mengkordinasika

n dan memimpin

diskusi TIM,

Mencari referensi.

2 Satriadi

Mukharom/

A1H011074

Teknik

Pertanian

Keteknikan

Pertanian

10 Kesekretarisan,

dan mencari

referensi

3 Agus

Andrianto/A

1H012019

Teknik

Pertanian

Keteknikan

Pertanian

10 Kehumasan, dan

Mencari referensi

17

LAMPIRAN III

DESAIN