Untitled - Repository UIN JAMBI

83

Transcript of Untitled - Repository UIN JAMBI

v

HALAMAN PERSEMABAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk

Almamaterku

Jurusan Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi

Kupersembahakan

Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Hairun dan ibu Kasmiani

yang dengan penuh cinta dan kasih dalam membimbing

serta mengajari penulis tentang banyka hal. terima kasih yang

tak terhingga….

dan adik penulis Siti Nurhaliza

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah Penulis Panjatkan Kehadirat Allah SWT Atas Berkat Rahmat Dan Hidayahnya.Serta Sholawat Beserta Salam Semoga Senantiasa Terlimpah Curahkan Kepada Nabi Muhammad SAW, Kepada Keluarganya, Para Sahabatnya, Dan Pengikut Belaiu Serta Setiap Orang Yang Mengajak Manusia Mematuhi Ajaran Allah SWT.

Skripsi Ini Ditulis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Fakultas Adan Dan Humaniora Jurusan Sejarah Peradaban Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Dalam Penulisan Skripsi Ini Penulis Menyadari Banyak Kesulitan-Kesulitan Yang Dihadapi, Namun Atas Bantuan Dan Bimbingan Dari Semua Pihak Terutama Bantuan Dari Dosen Pembimbing Skripsi, Maka Selesailah Penulisan Skripsi Ini Yang Berjudul “Sejarah Perjuagan Rakyat Bangko Dalam Mempertahankan Kemerdekaan 1945-1949” Untuk Itu Penulis Mengucapkan Terima Kasih Kepada Pihak Yang Terlibat Dalam Membantu Penulisan Skripsi Ini.

1. Kedua Orang Tua Saya Yaitu (Ayah Hairun Dan Ibu Kasmiani), Saudariku

(Siti Nurhaliza) Yang Selalu Memberikan Do,A Serta Dukungan Kepada

Saya Sehingga Syukur Alhamdulillah Karya Kecil Ini Dapat

Terselesaikan.

2. Bapak Prof.Dr.H.Su’aidi,MA.,Ph.D. Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

3. Ibu Dr. Halimah Dja’far,S,Ag.,Fil.I Selaku Dekan Fakultas Adab Dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Sukthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Agus Fiadi,M.Si Selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.

5. Bapak Drs.Jago Ritonga, M.FI.L Dan Bapak Rahyu Zami, M. Hum Selaku

Pembimbing 1 Dan Ll.

6. Bapak Dan Ibu Seluruh Dosen Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Semua Dosen Sejarah Peradaban Islam UIN Sts Jambi Yang Telah

Memberi Wawasan Yang Sangat Berarti Bagi Penulis.

viii

Abstrak Irjansah. 2020. Sejarah Perjuangan rakyat Bangko dalam Mempertahankan Kemerdekaan 1945-1949. Skripsi, Jurusan Sejarah peradaban islam, Fakultas adab dan Humaniora UIN STS Jambi. Pembimbing:(1) Drs.Jago Ritonga, M.FI.l (2) Rahayu zami M, Hum.

17 Agustus 1945 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada hari tersebut rakyat Indonesai memproklamirkan diri sebagai negara yang berdaulat secara penuh. Eoforia kemerdekaan tersebut langsung dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Akan tetapi kemerdekaan ini tidak berlangsung lama karena tentara sekutu datang memboncegi NICA ingin kembali menjajah Indonesia. Tentu saja, ini menimbulkan perlawanan dari rakyat Indonesai yang sudah geram dengan sikap penjajah. Salah satu bentuk perlawanan rakyat Indonesia adalah Perjuagan rakyat Bangko dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesai.

Tujuan dalam penelitian ini berguna untuk mengetahui secara pasti bagaimana kondisi dan upaya rakyat Bangko pada saat melakukan perjuagan dalam mempertahankan kemerdekaan dari keingina sekutu ingin menguasai Indonesia kembali. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 27 Juli 2020 di wilayah kabupaten Merangin dengan mengunakan metode Historis atau metode sejarah dengan mengunakan teknik pengumpulan data dalam studi literature dan dengan teknik wawancara yang didapatkan dari veteran angkatan 1945 di kabupaten Merangin. Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil yang dapat membuktikan bahwa Bangko ikut berperan dalam menghadapi sekutu dalam peristiwa untuk mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia. Perisitwa tersebut disebut dengan Agresi meliter Belanda I tahun 1997 dan kedua Agresi meliter Belanda II 1949. Dalam peritiwa tersebut rakyat Bangko (Badan keamanaan, Pemuda, Masyarakat) berjuang melawan sekutu demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam hal ini sangat banyak perjuang yang bergerak secara sukarela demi Negara tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Perjuagan yang dilakukan oleh rakyat Bangko. Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa straregi yang digunakan rakyat Bangko adalah dengan mendirikan Oraganisasi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Hulubalang dan Hizbullah.

Kata Kunci: Rakyat, Perjuangan, Bangko, Agresi Meliter

ix

DAFTAR ISI

NOTA DINAS……………………………………………………………...i

PENGESAHAN…………………………………………………………...ii

SURAT PERYATAAN ORISINALITAS SKIPSI………………..……iii

MOTTO……………………………………………………………..……..iv

PERSEMBAHAN……………………………………………..……….….v

KATA PENGANTAR………………………………………………..…..vi

ABSTRAK……………………………………………………..……..….viii

DAFTAR ISI……………………………………………………..……….ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………..….…...1

B. Rumusan Masalah…………………………………………….………4

C. Batasan Masalah………………………………..…..…..…………….5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………………………...…....…...5

E. Tinjauan Pustaka……………………………………….……..……....6

F. Sistematika Penulisan………………………………………...............7

BAB II : KERANGKA TEORI

A. Kerangka Teori………………………………………..……….……...8

1. Sejarah…………………………………………………….……….8

2. Perjuangan………..………………………………….…….………9

3. Kemerdekaan……………………………………………..………11

BAB II : METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian……………………………………………….…...13

a. Heuristik………………………………………...…………...13

b. Verifikasi………………………………………………….…15

c. Interprestasi………………………………………….………16

d. Historiografi………………………………………...….……18

x

B. Jadwal Penelitian…………………………………………………….19

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Bangko Sebelum Kemerdekaan Indonesia

1. Kondisi Politik………………………………………….…..…..22

2. Kondisi Sosial dan Ekonomi……………………………....…...24

a. Ir Soekarno Bermalam di Bangko……………………...25

3. Kondisi Agama…………………………………………………28

B. Startegi rakyat Bangko dalam mempertahankan kemerdekekaan

Indonesia 1945-1949

1. Detik-Detik Proklamasi…………………………..…………….29

2. Pembentukan Organisasi Pejuang……………………...………32

3. Agresi Meliter Belanda di Bangko………………….………….37

C. Kondisi Bangko Setelah Kemerdekaan Indonesia

1. Kondisi Politik………………………………………………….51

2. Kondisi Agama…………………………………………………52

3. Kondisi Ekonomi……………………………………….………52

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………...……..…….…56

B. Saran……………………………….………………………...……….56

C. Kata penutup…………………………………………………………57

DAPTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kemerdekaan bangsa Indonesia yang diproklamirkan oleh Soekarno-

Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, sebagai salah satu titik puncak dari

upaya perjuangan rakyat Indonesia untuk dapat terlepas dari penjajahan

bangsa-bangsa asing. Setelah melewati masa-masa penjajahan yang cukup

panjang dan dengan perjuangan yang demikian berat baik secara fisik maupun

non fisik, pada akhirnya tercapailah sebuah bangsa Indonesia yang merdeka

dan berdaulat atas wilayah dan rakyatnya. Kemerdekaan tersebut menjadi

sebuah langkah awal dalam membentuk jati diri sebuah bangsa yang merdeka,

berdaulat dan bebas menentukan bentuk pemerintahannya sendiri.1

Masa sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia masih belum menjadi

sebuah masa yang cukup aman bagi bangsa maupun rakyat Indonesai. Bangsa

yang baru merdeka ini ternyata menjadi incara negara imperialis yang

menginginkan kembali untuk menjajah Indonesia, Indonesia diharuskan untuk

mampu dalam mempertahankan kemerdekaannya yang telah diperoleh dengan

susah payah.

Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat dan dengan

demikian menghadapkan para pemimpin Indonesia pada suatu masalah yang

berat karena terjadi kekosongan kekuasaan. sehingga Soekarno segera

membacakan proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 yaitu suatu

pernyataan kemerdekaan Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia bukanlah titik akhir dari perjuangan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia, namun sebagai awal dalam

membentuk tatanan berbangsa dan bernegara. Karena untuk dapat

mempertahankan kemerdekaan diperlukan perjuangan fisik

(pertempuran/genjatan senjata) dan non fisik (diplomasi). Kemerdekaan yang

baru dirasakan oleh bangsa Indonesia, harus mendapatkan tantangan dari

1 Fuad yogo hardyanto “Perang mempertahankan kemerdekaan di Kebumen tahun 1945-1949” (Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakrta 2010), hlm 17

2

Belanda dan NICA (Nederlands Indisch Civiele Administratie) yang datang

kembali ke-Indonesia. Pada awal kedatangannya disambut dengan baik,

akan tetapi diketahui bahwa pasukan NICA memboncengi sekutu bertujuan

menegakkan kembali kekuasaan Belanda maka Indonesia berubah menjadi

waspada atas kedatangan pasukan tersebut.2

Pada tanggal 7 Oktober 1946 dilakukan perundingan antara Indonesia

dengan Belanda, dari pihak Indonesia mengirimkan perdana mentrinya yaitu

Sultan Syahrir dan utusan dari pihak Belanda yaitu Prof. Schermerhorn serta

pihak Inggris sebagai penengah. Pada tanggal 14 oktober 1946 perundigan

yang diadakan di Jakarta itu menghasilkan “Gencatan senjata”, Perundigan-

perundigan selanjutnya diadakan di Linggarjati dan Jakarta. Pada tanggal 15

Nopember 1946 para ketua dari kedua degelasi Sultan Syahrir dan prof.

Schermerhorn menandatagani persetujuan Linggarjati.3

Setelah menandatagani perjanjian tersebut, ternyata Belanda melancar

Agresi Meliter yang pertama, yaitu pada tanggal 20 juli 1947. Belanda mulai

menyerang republik Indonesia dari segala jurusan dengan mengerahkan

angkatan Darat, Laut dan Udara. Tujuan utama Belanda melakukan Agresi

Meliternya yang pertama ialah untuk merebut kembali wilayah kekuasaannya

sehingga terjadi pertempuran dimana-mana. Namun pada masa agresi militer

Belanda yang pertama ini, daerah Jambi secara umum tidak mendapatkan

serangan seperti kota-kota besar lainnya. Daerah Jambi hanya mendapatkan

pembelokiran ekonomi saja.

Pada tanggal 1 November 1947 dewan keamanan menyerukan supaya

kedua pihak mengadakan perundigan dengan bantuan KTN (Komisi Tiga

Negara), perundigan antara Indonesia dan Belanda diadakan pada tanggal 6

Desember 1947 di kapal Amerika Renville yang disaksikan oleh KTN, dan

akhrinya perundigan mengahasilkan persetujuan Renville yang ditanda tagani

pada tanggal 17 Januari 1948, isi dari perjanjian Renville adalah:

2 Nur Laela. “Perjuangan rakyat Parakan-Temanggung dalam mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia 1945-1949” (Skripsi Uin Sunan Kalijaga 2015), hlm 3 3 C.S.T Kansil,Dkk, Sejarah Perjuagan Pergerakan Kebangsaan Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga,1993), hlm 48-49

3

a. Pemerintah RI harus mengakui kedaulatan Belanda atas Hindia Belanda

sampai pada waktu yang ditetapkan oleh kerjaan Belanda untuk

mengakui Negara Indonesia serikat.

b. Di berbagai daerah di Jawa, Madura, dan Sumatera diadakan pemungutan

suara apakah daearah tersebut termasuk RI ataukah mau masuk negara

Indonesia serikat.

Setelah rakyat Indonesia saling bahu-membahu dalam membentuk

kelompok-kelompok bersenjata, baik kecil maupun besar yang mempuyai

tujuan yang sama, yaitu untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Presiden Soekarno juga menyatakan terbentuknya BKR (Badan Keamanan

Rakyat), yang tugasnya memelihara keamanan rakyat dan dibentuklah BKR

di pusat dan di daerah-daerah.

Daerah Jambi tidak tinggal diam, dengan dipelopori oleh Dr. R.Supardi,

Abunjani dan Abdullah Kartawirana, para pemuda Indonesia daerah Jambi

membentuk API (Angkatan pemuda Indonesia) untuk memperkokoh

pemerintahan republik Indonesia.4 Selain itu, segenap lapisan masyarakat

Jambi seperti Muara Tembesi, Muara Tebo, Muara Bungo, Bangko,

Sarolangun, Kerinci, dan Kuala Tungkal berpartisipasi dalam berbagai

kegiatan partai, badan-badan dan barisan-barisan perjuagan.

Untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari setelah

proklomasi kemerdekaan, maka seluruh penjuru negeri termasuk Bangko

membentuk kesatuan yang di kenal PRB (Pemuda rakyat Bangko) yang

dipimpin oleh M.Thalam dan Ali Ajad. Mengingat Bangko salah satu tempat

yang strategis akses jalan menuju daerah satu dan lainnya maka pada tahun

1947-1949 di bentuklah perjuangan semesta atau perjuangan rakyat semesta

(Permesta) yang bertujuan untuk membela rakyat dari kekacauan yang datang

dari pihak kesatuan perlawanan luar yang dipimpin langsung oleh Pesirah

Zakaria Kasim5

4 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi. (Jambi: Dep. Dikbud. 1982), hlm 54 5 Martinis Yamin, Https://Martinis1960.Wordpress.Com/2016/07/24/Belanda-Bombardir-Kota-Bangko/ Diambil Pada Tanggal 12 Desembar 2019 Jam 20.35

4

Setelah kota Jambi dikuasai oleh tentara Belanda maka tentara Nasional

Indonesia manarik ke hulu, yaitu tepatnya di kota Bangko. Sehingga kota

Bangko ketika itu dibanjiri oleh TNI dan kota Bangko dijadikan markas, di

sinilah mereka menyusun strategi untuk melakukan pertempuran melawan

Belanda. pada tanggal 8 Februari 1949, pukul 15.00 WIB kota Bangko

mendapatkan serangan udara dari tentara Belanda lebih kurang 1 setegah jam,

akibat dari serangan Belanda ini kantor-kantor dan gedung PU, Sekolah,

rumah sakit, dan kendaraan yang ada di Bangko hancur tak dapat di gunakan

lagi, Maka komandan STD Letnan Kolonel abunjani beserta stapnya

memindahkan markas ke Muara Siau.6

Pada Tanggal 2 Maret 1949 juga terjadi pertempuran yang hebat antara

TNI dengan pasukan Belanda dibeberapa daerah seperti di Pemenang, Sungai

Ulak dan Dusun Baru hingga sampai ke Sekancing, pasukan TNI di pimpin

oleh Letnan Kolonel Abunjani dan tentara Belanda dipimpin Mayor Salamet.7

Berdasarkan latar belakang diatas, daerah bangko memiliki perjalanan

sejarah yang cukup panjang sekali, terutama pada masa revolusi fisik antara

tahun 1945-1949. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Sejarah

Perjuangan rakyat Bangko setelah Kemerdekaan 1945-1949.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang akan menjadi

fokus dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Kondisi Bangko sebelum kemerdekaan RI 1945-1949?

2. Bagaimana Strategi rakyat Bangko dalam upaya mempertahanakan

kemerdekaan RI 1945-1949?

3. Bagaimana Kondisi Bangko setalah kemerdekaan RI 1945-1949?

6 Republik Indonesia, Provinsi Sumatera Tenggah, (Kementerian Peneragan), hlm 280 7 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi. (Jambi: Dep. Dikbud. 1982), hlm 79

5

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian tentang Sejarah Perjuangan Rakyat

Bangko Setelah Kemerdekaan 1945-1949, penelitian ini meliputi aspek waktu

atau periode Temporal, Maka penelitian ini akan dibatasi pada periode 1945-

1949, yaitu periode terjadi perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan di

Indonesia atau di kenal istilah masa Revolusi Fisik, yaitu masa ketika Belanda

hendak kembali menjajah Indonesia yang sudah diproklamasikan kemerdekaan

pada tahun 1945, yang menjadi titik bagi sejarah Indonesia. sedangkan tahun

1949 merupakan tahun berakhirnya kekuasaan Belanda yang ditandai dengan

pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Indonesia.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Menurut Dudung Abdurrahman dalam bukunya Metode Penelitian

Sejarah Islam Menjelaskan Bahwa “Tujuan” adalah tindak lanjut dari masalah

yang telah diidentifikasi. Oleh karena itu tujuan penelitian hendaknya sesuai

dengan urutan masalah yang dirumuskan.8 Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan situasi dan kondisi rakyat Bangko sebelum

kemerdekaan Indonesia.

2. Untuk mendiskripsikan strategi rakyat Bangko dalam upaya

mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

3. Untuk menjelaskan Ekonomi rakyat Bangko Setelah Kemerdekaan

Indonesia.

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan wawasan tentang khasanah. sejarah lokal yang secara

khusus mengkaji tentang perjuagan rakyat Bangko dalam

mempertahankan kemerdekaan di Bangko.

2. Sebagai informasi dalam rangka penulisan atau penelitian lebih lanjut

yang membahas tentang perjuagan rakyat Bangko.

8 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah Islam ( Yogyakarta: ombak 2011), hlm 127

6

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka adalah peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait

(review of literature) yang berfungsi diantara untuk mengetahui manfaat

penelitian sebelumnya, menghindari duplikasi dan memberikan masalah

penelitian. Sepengetauan penulis belum ada yang membahasan tentang Sejarah

Merangin Setelah Kemerdekaan (1945-1949).Ada beberapa karya yang dapat

dijadikan sumber dalam penelitian ini, antara lain:

Petama, Bambang Suwando, (1979), Sejarah Revolusi Kemerdekaan

(1945-1949) Daerah Jambi.

Kedua, Buku Perjuagan Kemerdekaan RI (1945-1949) Di Propinsi Jambi.

Buku ini diterbitkan oleh dewan harian Daerah Angkatan 45 Propinsi Jambi.

yang menghasilkan penelitian dan tahun terbit 1990/1991. Buku ini

menjelasakan sejarah perjuagan rakyat Jambi dalam mempertahankan

kemerdekaan yang penuh, yang di dalamnya antara lain menjelaskan keadaan

Jambi saat kemerdekaan dan Agresi Meliter belanda I dan II serta

pertempuran-pertempuran di beberapa wilayah di propinsi Jambi tahun 1945-

1949.

Ketiga, Skripsi yang berjudul Perjuangan Rakyat Parakan-Temanggung

dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-1949).

Skripsi ini ditulis oleh Nur Laela Mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.Skripsi ini

menjelaskan tentang bagaimana kondisi rakyat Parakan menjelang

kemerdekaan Indonesia.

Dari Tinjauan Penelitian diatas, sepengetahuan penulis bahwa penelitian

tentang Sejarah Perjuangan Rakyat Bangko Dalam Mempertahankan

Kemerdekaan 1945-1949 yang membahas secara kronologis dan utuh belum

dan yang membahas. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi penelitian yang

sudah ada. Selain itu, penulis berupaya mengumpulkan beberapa informasi

yang di dapatkan dari berbagai sumber sehingga menjadi satu kesatuan yang

sistematis.

7

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terbagi dalam lima bab, antara yang terdiri dari

sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan tersendiri, tetapi

tetap saling berkaitan antara sub bab dengan bab berikutnya, untuk

memberikan gambaran secara mudah agar lebih terarah dan jelas mengenai

pembahasan skripsi ini penyusunan menggunakan sistematika penulisan

membagi pembahasan sebagai berikut:

Bab I, Merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,

batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian tinjuan pustaka dan diakhiri

sistematika penulisan dan jadwal penelitian.

Bab II, Merupakan Bab yang membahas tentang kerangka teori penelitian.

Bab III, Merupakan Bab yang membahas tentang metode penelitian mulai

dari pendekatan, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis

data.

Bab IV, Merupakan Bab pembahasan digunakan untuk memaparkan

pembahasan dan temuan penelitian untuk menjawab pertayaan rumusan

masalah dimulai dari jawaban pertayaan pertama, dilanjutkan ke pertayaan

kedua dan ketiga yaitu kondisi ekonomi rakyat Bangko sesudah kemerdekaan

republik Indonesia.

Bab V, Pada Bab ini berisikan kesimpulan,saran-saran dan diakhiri

penutup.

8

BAB II KERANGKA TEORI

A. Kerangka Teori

Dalam upaya mencari landasan yang jelas secara teoritis yang akan

membantu penulis didalam kegiatan penelitian dan pembahasan, penulis telah

mencoba mengumpulkan serangkaian teori yang bersumber dari pendapat-

pendapat para ahli yang dianggap cocok untuk dijadikan landasan didalam

kegiatan penelitian dan penulisan ini.

1. Sejarah

Kata sejarah berasal dari kata Arab yaitu Syajaratun yang artinya pohon

sedangkan dalam bahasa Inggris sejarah adalah History yang artinya masa

lampau. Bahasa Yunani Historia yang berarti ilmu. Dan bahasa Jerman

Geschicte sesuatu yang terjadi pada masa lampau umat manusia yang harus

berkembang dari tingkat yang sederhana ketingkat yang lebih maju.9

Selanjutnya Hugiono dan Poerwantana mengatakan bahwa sejarah adalah

perubahan-perubahan, peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu

yang telah diberikan tafsir atau alasan yang dikaitkan sehingga membentuk

suatu kejadian yang lengkap.10 Sejarah adalah salah satu bidang ilmu yang

meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan

masyarakat serta kemanusian dimasa lampau, beserta segala kejadian-

kejadiannya. Sejarah ialah cerita perubahan-perubahan, peristiwa-peristiwa

atau kejadian masa lampau.11

Menurut GazaIba yang mendefinisikan bahwa sejarah sebagai gambaran

tentang masa lalu tentang manusia dan lingkungan, situasi sekitarnya sebagai

makluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap yang meliputi fakta

masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan

kepahaman tentang apa yang telah berlalu. Sebagaimana ilmu sejarah terkait

9 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: Yayasan Penerbit Univ.Indonesia1985), hlm 32

10 Hugiono poerwantana, P. K. Pengantar Ilmu Sejarah, (Semarang: Rineka Cipta.1992), hlm 2

11Tamburaka E. Rustam. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek. (Jakarta Rineka Cipta 2002), hlm 2

9

pada prosedur penelitian ilmiah sejarah juga terkait pada pengajaran yang

bersandar pada fakta.12

Sedangkan menurut Kuntowijoyo didalam bukunya sejarah adalah catatan

berbagai peristiwa yang terjadi pada pada masa lampau (event in the past.

Dalam pengertian yang lebih seksama sejarah adalah kisah dan peristiwa masa

lampau umat manusia. Sejarah adalah fakta, perbedaan pokok antara sejarah

dengan fiksi ialah sejarah menyuguhkan fakta sedangkan fiksi menyuguhkan

khayalan, imajinasi, atau fantasi.13

Sejarah merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau

yang mempunyai bukti dan fakta-fakta sejarah. Sejarah terbagi menjadi dua

bagian yaitu sejarah kisah dan sejarah sebagian peristiwa. Sejarah sebagai

kisah ialah sejarah dalam pengertian subjektif karna peristiwa masa lalu itu

telah menjadi pengetahuan manusia. Sedangkan sejarah sebagai peristiwa

merupakan sejarah yang secara objektif sebab peristiwa masa lampau itu

sebagai kenyataan yang masih diluar pengetahuan manusia. Sebab lapangan

sejarah meliputi segala pengetahuan manusia yang mengungkap fakta

mengenai apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana sesuatu telah terjadi.14

2. Perjuangan

Dalam sejarah bangsa Indonesia, banyak perjuangan rakyat yang selalu

dikaitkan dengan hubungan sikap anti kafir serta gerakan reaktifnya terhadap

kehadiran para kolonial yang ingin menjajah tanah Indonesia. Dalam banyak

kasus, ideologi jihad memainkan peranan yang sangat penting dalam

perlawanan antikolonial. Ideologi jihad fi sabilillah yang menganggap kafir

penjajah yang menjajah Indonesia ini terbukti ampuh untuk menyatukan rakyat

Indonesia untuk melawan para penjajah yang ingin kembali menguasai

Indonesia. Dalam perjuangan rakyat Bangko faktor religius merupakan faktor

yang paling berpengaruh dalam melatarbelakangi sehingga memperkuat serta

12 Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Suatu Ilmu. (Jakarta: Pustaka A nata1988),

hlm 13 13 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2003), hlm

157 14 Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah. (Yogyakarta: Ar-Azuzz Media),

2007 hlm 13-15

10

mempertegas sikap dan tindakannya dalam mempertahankan kemerdekaan RI.

Selain itu, faktor religius juga memudahkan untuk menjadi faktor integratif

yang sangat kuat, karena tidak hanya mengintegrasikan antar daerah saja tetapi

juga mencakup skala nasional.

Kata Jihad berasal dari bahasa Arab, bentuk isim masdar kedua dari fi‟il

jah ada-yujahidu-mujahadatan-jihadan yang artinya perjuangan. Dalam kamus

AlMunawwir, jihad adalah kegiatan mencurahkan segala kemampuan, Kata

jihad, jika dirangkai dengan lafal fi sabilillah berarti berjuang, berjihad,

berperang di jalan Allah, jadi arti kata jihad artinya perjuangan di jalan Allah.15

Menurut Hans Wehr, jihad adalah perjuangan, pertempuran, perang suci

melawan musuh-musuh sebagai kewajiban agama. Jadi perjuangan rakyat

Bangko dalam mempertahankan kemerdekaan RI adalah merupakan salah

satu bentuk jihad fisabilillah.

Menurut Ibrahim Alfian, perang sabil atau perang sabilillah artinya perang

di jalan Allah yang termasuk dalam bilangan jihad fi sabilillah. Jihad dapat

dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Jihad melawan senjata atau jihad kecil

2. Jihad melawan hawa nafsu dalam diri sendiri atau jihad besar

3. Jihad damai tanpa senjata atau jihad dakwah, dengan tujuan agar orang

berbuat baik dan meninggalkan pekerjaan yang tercela.

Penelitian ini menggunakan konsep jihad yang pertama yaitu jihad

melawan senjata atau jihad kecil. Jihad yang dimaksud di sini adalah jihad

menggunakan senjata yang seadanya serta yang mudah didapat, seperti: bambu

runcing, golok dan parang yang digunakan oleh rakyat Bangko dalam

perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Beberapa senjata modern

didapat dari tentara Jepang yang berhasil ditangkap oleh rakyat Bangko,

Semangat rakyat Bangko semakin menyala-nyala, meski menghadapi musuh

yang menggunakan persenjataan lengkap sekalipun.

Semangat jihad pada waktu itu tidak hanya ditunjukkan untuk membela 15 A. W Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm 217

11

tanah air saja, melainkan sebagai bentuk manifestasi keimanan dan ketakwaan

umat Islam terhadap agama yang dianutnya. Semboyan yang menjadi

pendorong sekaligus mengilhami rakyat Indonesia untuk memperjuangkan

kemerdekaanya ialah hub al wathan min al iman (cinta tanah air adalah

sebagian dari iman). Dari semboyan inilah rakyat Indonesia merasa

terpanggil untuk terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.

Seandainya rakyat Indonesia tidak mau terlibat dalam perjuangan tersebut,

maka terdapat kekosongan sebagian iman dalam jiwa mereka. Perjuangan

untuk mempertahankan kemerdekaan semakin mendapatkan dukungan yang

penuh setelah dilandasi dengan semangat keislaman, Ungkapan ini kemudian

berkembang untuk menumbuhkan rasa cinta pada tanah air dan kesadaran

untuk membela negara merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam.16

3. Kemerdekaan

Merdeka memiliki arti 1 bebas dari perhambaan dan penjajahan, 2 tidak

terkena atau lepas dari tuntutan, 3 tidak terikat, tidak tergantung kepada orang

atau pihak tertentu. Sedangkan kemerdekaan memiliki arti keadaan hal berdiri

sendiri yakni bebas, lepas dan tidak terjajah lagi. Dalam arti sebuah kebebasan

yang mana kebebasan adalah hak segala bangsa.17

Merdeka adalah terbebas dari segala macam belenggu, aturan, dan

kekuasaan dari pihak tertentu. Merdeka merupakan sebuah rasa kebebasan bagi

makhluk hidup untuk mendapatkan hak dalam berbuat sekehendaknya. Dalam

sebuah negara, merdeka berarti bebas dari belenggu, kekuasaan dan aturan

penjajah. Merdeka dapat dibagi menjadi dua. Pertama adalah merdeka tanpa

syarat dan kedua adalah merdeka bersyarat.

Merdeka Bersyarat adalah merdeka namun masih dibatasi oleh syarat atau

aturan-aturan tertentu yang dibuat oleh negara bekas penjajahnya. Negara

yang merdeka bersyarat bebas menentukan, memutuskan, ataupun melakukan

16 M. Abdul Karim, Islam Dan Kemerdekaan Indonesia (Yogyakarta Sumbangsih, Pres, 2005), hlm 40 17 Deprtemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm 577

12

apa saja asalkan tidak melanggar aturan-aturan tertentu yang dibuat oleh

negara bekas penjajahnya tersebut.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemerdekaan merupakan sesuatu

yang amat penting dalam suatu Negara, karena dengan kemerdekaan tersebut

dapat memberikan kebebasan baik dalam bertindak yang sesuai dengan

kehendaknya. Sehingga dengan kebebasan tersebut dapat memberikan

kebahagian bagi warga negara yang telah merdeka karena tidak lagi

terbelenggu dan diperbudak oleh negara maupun orang lain lagi. Artinya

kemerdekaan merupakan sesuatu yang teramat penting bagi suatu bangsa,

karena dengan kemerdekaan tersebut tidak aka nada penindasan, justru yang

akan timbul adalah kebahagiaan karna mereka telah memiliki sebuah

kebebasan.

13

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metode

adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metode

dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita gunakan untuk

melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu

kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami

data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.18

Secara keseluruhan penelitian ini merupakan kajian pustaka (Library

research) metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu,

yang mempunyai langkah – langkah. Sistematis metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode histori yaitu proses menguji dan menganalisis

secara kritis rekaman dan peninggalan masalalu berdasarkan data yang

diperoleh.19 Dalam rangka memaparkan Sejarah Perjuagan Rakyat Bangko

Dalam Mempertahankan Kemerdekaan 1945-1949, penulis melakukan empat

langkah penelitian yaitu: Heuristik, Verifikasi, Interetasi, dan Histiografi.

1. Heuristik (Pengumpulan data)

Tahapan ini merupakan teknik atau cara untuk memperoleh, mendapatkan,

mengumpulkan atau menemukan sumber sejarah.20 Sumber sejarah yang

dimaksudkan adalah sejumlah materi yang tersebar dan teridentifikasi seperti

catatan, tradisi lisan, sejarah lisan, runtuhan atau bekas-bekas bangunan

peninggalan, inskripsi atau dengan kata lain sumber sejarah merupakan

peningalan-peninggalan manusia dan aktivitas manusia yang telah diteliti.

Dengan demikian teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ini yaitu

penelitian yang menggunakan teknik observasi atau pengamatan, wawancara,

18 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 145 19 Louis Gottschok, Mengerti Sejarah. (Jakarta ; Universitas Indonesia 2008 ), hlm 39

20 Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2010), hlm 29

14

dan dokumentasi.21 Adapun sumber-sumber sejarah adalah terdapat dimuseum-

museum atau perpustakaan yang katalog-katalognya dapat dipergunakan

sebagai alat utama heuristik. Akan tetapi sumber-sumber tertulis itu tidak

selamanya terkleksi secara rapi, namun ternyata sumber-sumber itu terdapat

pada koleksi swasta atau perorangan maka yang terlebih penting ialah dapat

diketahui tempat-tempat dimana lokasi dokumen itu tersedia.22

Data atau informasi yang penting dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian

ini sebagian besar berupa data kualitatif. Informasi tersebut digali dari berbagai

sumber data. Adapun jenis sumber data yang akan digunakan adalah:

a. Studi dokumen

Dalam suatu penelitian sejarah penggunaan dokumen adalah penting.

Dokumen merupakan bahan utama dalam suatu penelitian sejarah. Bahan

dokumen yang ada di Indonesia dapat dibagi atas beberapa macam, yaitu:

bibliografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memoar, surat kabar,

dokumen pemerintah, dan cerita roman atau cerita rakyat, Dalam penelitian

ini dokumen yang dipakai adalah: buku atau catatan harian pelaku perjuangan

rakyat Bangko yakni Zakaria kasim dan Zainuddin Radin, surat kabar,

dokumen.

b. Wawancara

Penggunaan metode wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh data secara lisan yang berfungsi sebagai pendukung data

dokumenter. Metode ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data secara

langsung dari informan. Adapun pelaksanaan wawancara dalam penelitian ini

digunakan teknik wawancara berstuktur dan tidak berstruktur, Teknik

wawancara berstruktur berarti peneliti melakukan suatu wawancara dengan

mempunyai suatu aturan yang ketat yang harus dipenuhi dan ditaati, sedangkan

wawancara tidak berstruktur ini berarti tidak mempunyai suatu daftar

pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi

21 Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab dan

Humaniora-Satra dan Kebudayaan Islam, (Jambi:2013), hlm 34 22Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Yogyakarta:Ombak, 2011), hlm

104

15

oleh peneliti secara ketat. namun dalam penelitian ini telah disiapkan suatu

pedoman wawancara yang bersifat terfokus agar dapat mengarahkan

penelitian sesuai dengan perumusan masalahnya, yang dipilih sebagai

informan adalah orang- orang yang dianggap tahu mengenai masalah yang

akan diteliti dalam penelitian ini saya mewawancara pelaku pejuang

kemerdekaan di Merangin bernama Bakri bin Rohmat.

2. Verifikasi (Kritik Sumber)

Kritik ini dilakukan agar mengetahui apakah data yang didapatkan benar-

benar asli, ataukah sudah dirubah isi-nya, dan juga bisa dilakukan sebuah

perbandingan jika sumber yang berbeda menyebutkan hal yang sama, ataupun

hampir sama. Tujuan dilakukannya tahapan ini agar semua sumber dinyatakan

kebenarannya sebagai sumber sejarah.23 Pada tahapan ini sumber yang telah

dikumpulkan pada kegiatan heruistik berupa dokumen, buku, jurnal dan lain

sebagainya yang berkaitan dengan penelitian harus melalui tahapan kritik

sumber terlebih dahulu. Kritik oleh sejarawan ketika sumber-sumber tersebut

telah dikumpulkan, proses kritik meliputi dua macam, yaitu eksternal dan

internal:

1. Kritik eksternal

Kritik ekstern dilakukan untuk memilah apakah dokumen itu diperlukan

atau tidak, serta menganalisis apakah dokumen yang telah dikumpulkan asli

atau tidak dengan mengamati tulisan, ejaan, jenis kertas serta apakah

dokumen tersebut masih utuh isinya atau sudah di ubah sebahagian. Dari

penelitian ini sumber terkait banyak menggunakan bahasa Belanda yang

telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Ada beberapa arsip yang

ditemukan peneliti masih menggunakan ejaan lama.

a. Autentitas

Sumber Sejarah (catatan harian, surat, buku) adalah autentik atau asli jika

benar-benar merupakan hasil dari seseorang yang dianggap pemiliknya atau

jika kesaksiannanya itu benar. Sumber yang didapat pad apenelitian ini

23 Kontowijoyo, pengantar ilmu sejarah, (Yogyakarta: yayasan bentang budaya, 1995), hlm 99

16

merupakan dokumen negara atau arsip daerah berisikan catatan-catan penting

pada masa kolonial. Arsip-arsip ini kebayakan berbahasa belanda, tetapi telah

dialih bahasakan kebahasa Indonesia. Hal ini memudahkan penulis untuk

menganalisa arsip sebagai sumber sejarah.

b. Deteksi sumber palsu

Setelah melalui tahap sebelumnya maka yang harus dilakukan penulis

adalah mendeteksi dokumen-dokumen yang didapat atas keasliannya. Dengan

menganalisa beberapa kriteria, mulai dari bentuk atau kritik fisik yang melihat

secara kasat mata tentang dokumen. Melihat kertas yang digunakan, tinta, jenis

tulisan, dan menganalisa isi yang mungkin bertentang dengan sumber lain atau

kedengaran asing dari sumber umumnya.

2. Kritik internal

Kritik Intern yaitu suatu langkah untuk menilai isi dari sumber- sumber

yang telah di kumpulkan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kredibilitas

sumber atau kebenaran isi dari sumber tersebut. Sumber- sumber yang

dikumpulkan sebagai bahan penelitian merupakan arsip yang dijamin oleh

negara atas kebenarannya.

3. Interpretasi (Analisi sejarah)

Interpretasi adalah yang memuat analisis dan sintesis terhadap data

yangtelah di verifikasi (di kritik). Pada tahapan ini, peneliti dituntut untuk

melakukan penafsiran fakta lalu kemudian membandingkannya serta

mengelompokkannya berdasarkan daftar isi yang ada sebelum mendapatkan

kesimpulan lalu kemudian menceritakannya kembali kedalam sebuah bentuk

tulisan (historiografi).

Interpretasi dalam sejarah juga diartikan sebagai penafsiran suatu peristiwa

atau memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa. Dapat

menginterpretasikan fakta dengan kejelasan yang objektif, harus dihindari

penafsiran yang bersifat subjektif dengan penulisan yang memihak. Dan proses

interpretasi harus bersifat selektif dengan memasukan hal yang dianggap

penting dalam mendiskrifsikan sejarah karena tidak mungkin semua cerita

17

dapat dimasukkan agar penulisan relevan dengan topik atau judul dari

penelitian ini. Menurut Garraghan, ada lima jenis interpretasi, yaitu sebagai

berikut24

1. Interpretasi verbal, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor, yaitu

bahasa, perbendaharaan kata (Vocabulary), tata bahasa, konteks,

dan terjemahan.

2. Interpretsasi teknis, didasarkan pada dua pertimbangan, yaitu

tujuan penyusun dokumen dan bentuk tulisan persisnya. Tujuan

adalah penulis dokumen semata-mata bertujuan menyampaikan

informasi, melainkan ada tujuan lainnya.

3. Interpretasi logis, yaitu interpretasi yang didasarkan atas cara

berfikir logis. Artinya, berdasarkan cara berfikir yang benar. Jadi

penafsiran sebuah dokumen secara keseluruhan berisi gagasan

yang logis.

4. Interpretasi psikologis, yaitu interpretasi tentang dokumen yang

merupakan usaha untuk membacanya melalui kacamata pembuat

dokumen untuk memperoleh titik pandangnya. Interpretasi ini

berhadapan dengan kehidupan mentalitas pembuat dokumen yang

menyangkut dua aspek, yaitu general (umum) dan individual.

Aspek umum artinya mentalitas yang berlaku untuk semua orang,

sedangkan yang bersifat individual artinya mentalitas khusus

pembuat dokumen yang mempengaruhi tulisannya sehingga

jejaknya dapat dilihat dalam karya yang ditulisnya.

5. Interpretasi faktual, tidak didasrkan atas kata-kata, tetapi terhadap

fakta. Titik beratnya adalah membiarkan fakta “berbicara” sendiri,

tanpa perlu membuat interpretasi macam- macam, sehingga

interpretasi faktual bisa dikatakan mengatasi lainnya. Mengingat

kemungkinan untuk melepaskan diri dari unsur subjektif seperti

yang disebutkan diatas, jelas bahwa seorang peneliti sejarah harus

berusaha sekeras-kerasnya untuk menghindarkan dari unsur

24 Sulasman, metodologi penelitian sejarah, ( Bandung: pustaka setia, 2014), hlm 118

18

tersebut.

4. Historiografi (Penulisan sejarah)

Historiografi merupakan cara penulisan seorang peneliti sejarah yang telah

melewati tiga tahapan sebelumnya yaitu heruistik, verifikasi data dan

intrprestasi, maka tahapan terakhir adalah historiografi atau bisa disebut juga

penulisan sejarah. Dalam proses penulisan sejarah seorang peneliti harus benar-

benar dapat memilih kata-kata atau bahasa Indonesia yang tepat dalam menulis

sejarah, peneliti juga harus dapat menggambarkan alur sejarahnya dengan jelas

mulai dari awal permasalahan penelitian sampai hasil akhir kesimpulan.25

Proses penulisan sejarah bisa diibaratkan sebagai blueprint bangunan dari masa

lalu yang coba dijelaskan kembali dengan keadaan sekarang.

Diantara syarat umum yang harus diperhatkan peneliti didalam pemaparan

sejarah menurut Dudung Abdurahman sebagai berikut:

a. Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan

bukti-buktinya dan membuat garis-garis umum yang akan diikti secara

jelas oleh pemkiran pembaca. Dalam hal ini perlu di buat pola

penulisan atau sistematika penyusunan dan pembahasan.

b. Peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan dengan bahasa

yang baik. Misalnya peneliti harus memperhatikan aturan atau

pedoman bahasa Indonesia yang baik, mengerti bagamana memilih

kata atau gaya bahasa yang tepat dalam mengungkapkan maksudnya,

bahasa yang mudah dan dapat dipahami, tidak menggunakan bahasa

sastra murni yang cenderung membuat kelebihan-kelebihan tulisannya,

dan data dipaparkan seperti apa adanya atau seperti yang dipahami

oleh peneliti dan gaya bahasanya yang khas.

c. Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah itu

didasari sebagai bagian dari sejarah yang lebih umum, karena ia

didahului oleh masa dan diikuti oleh masa pula. Dengan perkataan

lain, penulisan itu ditempatkannya sesuai dengan perjalanan sejarah.

25 Dudung Abdurahman Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 199 )

hlm 67-68

19

d. Keseluruhan pemaparan sejarah haruslah argumentativ, artinya usaha-

usaha penelitian dalam mengerahkan ide-idenya dalam merekontruksi

masa lampau itu didasarkan atas bukti-bukti yang terselidiki, bukti

yang cukup lengkap, detail fakta yang akurat.26

5. Jadwal Penelitian

Penelitian ini sebagai syarat guna menyelesaikan studi penulis pada

jurusan Sejarah Peradaban Islam. Tahapan awal dalam mengajukan penelitian

ini, penulis menetukan tema dan judul penelitian selanjutnya diserahkan pada

pihak jurusan agar dapat dilanjutkan pada proses penelitian. Maka pihak

jurusan memberikan dosen pembimbing agar dapat mengarahkan penelitian ini.

Kemudian penulis mengajukan proposal skripsi sesuai dengan judul yang

telah diajukan. Dengan berkonsultasi pada kedua dosen pembimbing yang telah

ditentukan, peneliti mengadakan seminar proposal guna mempresentasikan

tahap awal penelitian. Setelah judul skripsi ini disahkan, maka peneliti

mengadakan analisis dengan metode sejarah untuk memperivikasi seluruh

hasil penelitian ini untuk menjawab rumusan permasalahan penelitian.

Setelah melakukan beberapa kali perbaikan dengan arahan kedua

pembimbing, maka penulis mengajukan skripsi ini dapat menuju ujian sidang

munaqosah. Hasil setelah ujian munaqosah dilanjutkan dengan perbaikan dan

dapat disahkan guna menyelesaikan studi pada jurusan Sejarah Peradaban

Islam.

26 Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, hlm 116-118

20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Rakyat Bangko Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia

Menjelang tahun 1939, partai-partai politik menyadari akan kegentingan

dunia. Perang di Eropa dan ada ancaman perang di Pasifik yang sewaktu waktu

dapat meletus. oleh sebab itu partai partai politik menggunakan kesempatan itu

sebaik-baiknya untuk mencapai Indonesia merdeka. Ancaman perang di Pasifik

dan Indonesia itu, sudah tentu disadari oleh Pemerintah Hindia Belanda ketika

itu, sebab sikap pemerintah Hindia Belanda saat ini ditentukan setidaknya di

pengaruhi oleh faktor pergerakan nasional yang dilancarkan partai-partai dan

organisasi politik, serta persiapan untuk menghadapi perang Asia Timur

Raya.27

Menjelang pecahnya Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya.

Kekuasaan penjajahan Belanda di Indonesia sudah berada di ujung tanduk.

Namun pemerintahan Kolonial Belanda masih juga bersikeras kepala, kaku dan

penuh keangkuhan dan tidak mau tahu sedikitpun tentang aspirasi

kemerdekaan rakyat Indonesia. Mereka tetap ingin mempertahankan kekuasaan

kolonialnya di Indonesia. Satu-satunya sikap Belanda yang cukup

mengembirakan masyarakat daerah ialah diperbolehkannya menggunakan kata

Indonesia sebagai pengganti kata Nederlands Indie atau Hindia Belanda, dan

kata “Indonesia” sebagai pengganti kata Inlander. Pergerakan nasional terus

berkembang dengan semakin meningkat dan mendalamnya kesadaran akan

identitasnya. Dalam keadaan yang demikian, istilah-stilah Hindia Belanda

(NederlandIndie), pribumi (Inlander), atau kepribumian (Inlandsch)sangat

sensitif dimata kaum pergerakan yang kesadaran akan identitasnya sudah

mendalam. Mosi Thamrin mengusulkan agar istilah-istilah tersebut diganti

dengan Indonesie (Indonesia), Indonesier (Bangsa Indonesia) dan

keindonesiaan (Indonesisch), khususnya di dalam dokumen-dokumen

27 Tim Nasional Penulis Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6 (Balai Pustaka: 2012), hlm 15

21

pemerintah. Keberadaan pemerintah terhadap perubahan istilah itu membawa

implikasi politik dan ketatanegaraan, seperti apa yang termasuk dalam UUD

Kerajaan Belanda. Mosi Thamrin merupakan salah satu yang diajukan dalam

perjuangan di lingkungan dewan rakyat.28

Pada saat itu Pemerintah Belanda dalam menghadapi kemungkinan

serbuan Jepang bermaksud untuk mengadakan milisi rakyat. Rakyat Indonesia

akan dijadikan umpan peluru, apabila Jepang menyerbu Indonesia. Gabungan

Politik Indonesia (GAPI) menolak milisi rakyat ini, karena itu bukanlah yang

di ingini rakyat Indonesia sejak tahun 1915, dan baru akan menjadi soal jika

rakyat terlebih dahulu telah diberi hak bersuara. Hal ini mengakibatkan

Pergerakan Nasional menjauhkan diri dari pemerintah Hindia Belanda, rakyat

acuh tak acuh dan pelaksanan milisi menemui kegagalannya. Sampai pada

saat-saat akhir pemerintahan kolonial Belanda, semua usulan pihak Indonesia,

baik untuk memberi status merdeka kepada Indonesia maupun ajakan kerja

sama dalam menanggulangi bahaya perang tetap ditanggapi dengan cara

menjalankan politik “menunda”, yaitu menunggu sampai perang selesai.29

Sehubungan dengan kegagalan milisi rakyat ini, maka pemerintah Hindia

Belanda di daerah Jambi dalam usahanya melakukan persiapan terhadap

kemungkinan serbuan Jepang, berusaha mendekati tokoh-tokoh atau pemuka-

pemuka masyarakat di daerah Jambi. Pertemuan-pertemuan antara pejabat-

pejabat pemerintah Hindia Belanda dan pemuka-pemuka ini tidak membawa

hasil yang memuaskan sebagaimana tujuan yang diharapkan Belanda dalam

menghadapi kemungkinan serangan Jepang ke daerah Jambi. Satu-satunya

tindakan pemerintahan Hindia Belanda dalam menghadapi kemungkinan

serangan Jepang ke daerah Jambi ialah memobilisasi pegawai-pegawai dalam

wadah “Stadswacht” atau penjaga kota Stadswachtini berhasil dibentuk hanya

untuk Kota Jambi, di kota-kota lain Belanda tidak berhasil membentuk

28 Syarif Hidayatullah, “ Bentuk-Bentuk Perjuagan Ulama Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Di Jambi 1945-1949” (Skripsi Uin Jambi 2019), hlm 17 29 Marwati Djoened Peosponegoro, Sejarah Nasional Zaman Pertumbuhan dan Perkembagan Kerajaan Islam di Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 2010), hlm 73

22

Stadswacht ataupun landwacht. Adapun Stadswacht yang dibentuk oleh

Belanda ini berkekuatan satu kompi, anggota Stadswacht dilengkapi dengan

pakaian seragam dan di persenjatai. Kegagalan Belanda membentuk landwacht,

di daerah-daerah menunjukkan pula bahwa usaha dan persiapan Belanda dalam

menghadapi kemungkinan serangan Jepang di Daerah Jambi sia-sia, Belanda

datang pertama kali di Jambi pada masa pemerintahan sultan Jambi I, yaitu

Sultan Abdul Kahar, pada waktu itu tahun 1615, tibalah pertama kali di Jambi

dua kapal dagang Belanda “wapen van Amterdam” dan “Middelburg” di bawa

pimpina onder koopman (wakil kepala perdagangan). Abraham sterek.30

1. Kondisi Politik

Daerah Jambi mulai di duduki oleh tentara Jepang dengan masuknya

angkatan darat Jepang di pimpin oleh Namura melalui daerah Palembang dan

Padang.31 pada tanggal 14 februari 1942 Palembang jatuh ke tangan tentara

Jepang maka tentara Jepang menyerbu masuk ke Lubuk Linggau pada tanggal

21 februari 1942 jatuh ketanggan Jepang setelah menguasai Muara Rupit maka

tentara Jepang menyerbu masuk kedaerah Jambi melalui jalur Sarolagun

Rawas pada tanggal 24 februari 1942.

Pada tanggal 25 februari 1942 daerah Sarolangun Jambi telah dapat di

duduki oleh tentara Jepang sehari kemudian Bangko dan Rantau Panjang juga

telah di duduki pula, Setelah seluruh daerah Jambi diduduki oleh tentara

Jepang dalam waktu yang sangat singkat maka pada tanggal 10 Maret 1942

disusun pemerintahan oleh tentara Jepang, maka pemerintah Jepang mulai

menyusun sistem pemerintahan di daerah Jambi dan masih mempertahankan

susunan pemerintahan Belanda tetapi pemerintah Jepang merubah sistem

pemerintahan Belanda kerisidenan di ganti dengan Syu sedangkan residen

disebut Syucokan. Afdeling yang dikepalai oleh Kontrolir. disebut Bunsyu dan

dikepalai oleh Bunsyuco. Onderafling/ distrik yang di kepalai oleh Demang

30 Bentuk-Bentuk Perjuagan Ulama Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Di Jambi 1945-1949” , hlm 19 31 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi. (Jambi: Dep. Dikbud. 1982), hlm 17

23

ditukar dengan nama Gun yang dikepalai oleh Gunco. Kemudian daerah

Onderdistrik yang dikepalai oleh asisten Demang di sebut Faku Gunco.32

Secara struktural pemerintah daerah Bangko pada masa pendudukan

jepang digambarkan sebagai berikut:

Bunsyuco(Kabupaten) Sarolagun-Bangko: Sigimoto

Gunco(Kewedanan) Bangko: R.Supirman

Faku Gunco (Kecamatan) : Ibrahim

Pegawai:

1. Mohd Siadi

2. Mohd Rasjid

3. Manan

4. A.gafar

5. Mahidin

Pasirah ( Marga)

1. Marga Batin IX di ulu Pasirah: Abd. Rachmad

2. Marga Batin IX di ilir Pasirah: Hasyim

3. Marga Lubuk Gaung dan Nalo Pasirah: Rd. H. Mutalib

H.P.C. Pos Bangko: H.Ismail.

Kepala Kepolisian: Akima

Kepala PU: Rd.Sudargo

Kepala Pertanian: M.Daud

Kepala pertambagan: Bahar Mayudin

Giugun Bangko:

1. H.Ibrahim

2. Makmin telun

3. Kukuh

4. M.Daud

5. Zakaria

6. Zainudin abbas 32 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi. (Jambi: Dep. Dikbud. 1982), hlm 18

24

7. Manan

8. Mat gantang

9. Musa

10. Sadani33

2. Kondisi Sosial dan Ekonomi

Pada masa pemerintahan Jepang di daerah Jambi, maka garis politik

ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah Jepang adalah sistem autarki, yakni

sistem dimana segala daya, tenaga serta usaha di bidang perekonomian

dipusatkan untuk kepentingan perang.34

Daerah Jambi dikenal sebagai salah satu daerah penghasil komoditi

pertanian dan perkebunan seperti lada, kayu cendana, kelapa sawit dan karet

yang menjadi komoditas perdagangan antar pulau melalui hubungan dagang

yang dijalin pedagang setempat dengan pedagang-pedagang di pesisir pantai

utara pulau Jawa. Pada Zaman Belanda perekonomian rakyat terpusat pada

kedua sektor ini yang dikerjakan dengan orientasi subsitem, dimana lebih

banyak untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pada tahun 1937 para petani karet

diijinkan oleh residen setempat untuk menjual langsung hasil produksinya

keluar daerah dengan mengunakan system jatah (Kuota) melalui pemberian

kupon. Kupon ini tidak diberikan kepada saudagar tetapi diberikan kepada

petani pemilik. Jumlah kupon yang diberikan tegantung jumlah luas

perkebunan karet dan taksiran hasil yang di keluarkan oleh kebun karet

tersebut. 35

Tingginya ekspor yang dilakukan oleh masyarakat Jambi karena kota

Jambi, merupakan kota pelabuhan pengekspor karet yang terbesar di Sumatera

Tengah ketika itu, di samping pelabuhan transit bagi barang- barang yang

masuk ke daerah Jambi untuk keperluan rakyat di daerah Uluan Jambi, dan

33 Zakaria Kasim, Data-Data Perjuagan Kemerdekaan RI Kecamatan Bangko, hlm 3 34 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan , Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) Daerah Jambi, (Jakarta: Depdikbud), hlm 24 35 Sejarah Revolusi Kemerdekaan (1945-1949) Daerah Jambi, hlm 26

25

dengan demikian merupakan pula pelabuhan dagang. Pesatnya perkembangan

perdagangan ini, menarik perhatian orang-orang pendatang dari Sumatera

Barat, Sumatera Selatan, dan Jawa untuk turut serta berusaha mencapai

kesejahteraan hidup.

Pada masa jaman pendudukan Jepang di daerah Jambi banyak perkebuan

karet yang dirusak, ditebangi dan bahkan digali sebagai tempat persembuyian

sekaligus sebagai lubang-lubang pertahanan. Rakyat dipaksa menanam padi

dan pala untuk stok logistik keperluan perang tentara Jepang sehinga

mengakibatkan perekonomian hancur dan kehidupan rakyat menjadi

sengsara.36

a. Ir.Soekarno Bermalam di Bangko Tahun 1942

Setelah pemerintahan Fasimse jepang berkuasa diseluruh Indonesia pada

tahun 1942 datang telegram dari pemerintah Bukit Tinggi ke pemerintah

Jepang (Gunco) Bangko,37 menyampaikan bahwa Bung karno berangkat dari

Bukit Tinggi akan kembali ke Jawa dan bermalam di Bangko, dan

diperintahkan disiapkan tempat penginapan dan akomodasi serta awasi dan

tidak boleh lebih dari 5 orang tamu.38

Untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dari para penjajahan

Jepang tahun 1945. Soekarno mengadakan kunjungan kedaerah dan pelosok

tanah air untuk menghimbau kepada tokoh masyarakat merapatkan barisan dan

bersatu untuk melawan penjajahan Jepang. Soekarno berangkat dari Bukit

Tinggi menuju Jakarta menyempatkan singgah di Bangko untuk beristirahat.

Sebelum datangannya Bung karno Pemerintah Bangko sudah menerima

sepucuk surat telegram dari Bukit Tinggi ke kantor Gunco Bangko

menyebutkan “bahwa Soekarno berangkat dari Bukittinggi menuju Jakarta

akan bermalam di Bangko, supaya beliau diperhatikan dan diselamatkan,

36 Asrip Nasional Republik Indonesai , Citra Jambi dalam Arsip , (Jakarta: Naskah Sumber Asrip, Seri Citra Daerah Nomor 28. 2009) hlm 17 37 Zakaria Kasim, Data-Data Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kecamatan Bangko. hlm 3 38 Dewan Harian Cabang Angkatan 45 Kabupaten Merangin, Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, (Merangin, 2002), hlm 14

26

maka para tokoh masyarakat telah mempersiapkan diri menyambutkan

kedatangan beliau.39

Pada tahun 1942 sekitar jam 16:30 sore Seokarno telah sampai di Bangko

dengan sebuah mobil sedan Voord dan bermalam dihotel Sampurna milik

Saleh Manggolo. Kedatangan Bung Karno di sambut oleh R.Supirman (Gunco

Bangko), M.Nasir (Kaisyi/Komisaris Polisi), Ismail PC (Pos Bangko) dan Abi

Hasan. Setelah ngomong sejenak, maka Bung Karno mengatakan sebaiknya

kita bertemu di masjid raya Bangko untuk Sholat berjamaah, Karena kata Bung

Karno kita tidak boleh menerima tamu lebih dari 5 orang, mendegar kata itu

para tamu penyambut pulang ke rumah masing. Yang sholat berjamaah dengan

Bung karno pada waktu itu antara lain:

1. R.Supirman (Gunco Bangko)

2. M.Nasir (Kaisyi/ Komisaris Polisi)

3. R.Purwardadi ( Dokter Poliklinik Bangko)

4. R.H Abd. Mutalip (Pasirah Lubuk Gaung dan Nalo)

5. R.Sudaryo (PU.Bangko)

6. Ibrahim Singaku ( Pemilik Sekolah Rakyat Bangko)

7. Abi Hasan ( Tokoh Masyarakat Bangko)

8. Adis Didong BBT (Pegawai Telegram Bangko)

9. Iman Nurdin (Imam Masjid Bangko)

10. Zainal Abidin (Pegawai pertanian)

11. H.Ali Sudir (Menteri Kayu)

12. Marzuki (Datuk pasar)

13. Samsudin Fajar (Pemuka Masyarakat)

14. Bilal Masjid

15. Mahyuddin (Klerek Bangko)

Setelah selesai sholat magrib diantar sholat isya’ Bung Karno

menyampaikan kepada yang hadir antara lain:

39 Martinis Yamin, https://martinis1960.wordpress.com/2016/07/24/ir-soekarno-bermalam-di-bangko/ , Diambil pada tanggal 20 September 2020 jam 20.35

27

a. Pemerintah Fasisme Jepang hanya tinggal Setengah jagung.

b. Jangan kerja sama dan bila kerja sama dengan jepang jadilah staf Nazi,

harus bangsa Indonesia benci Jepang.

c. Tanam dalam Jiwa raga bangsa Indonesia bersatu kita teguh bercerai kita

runtuh, bahwa dalam waktu singkat Indonesia akan merdeka.

d. Jangan berikan beras kepada Jepang.

e. Tingkatkan Taqwa kepada Allah SWT.40

Pada keesokan pagi sekitar jam 08:00 Soekarno berdiri di hadapan para

tokoh di Bangko antara laim sebagai beriku Umar India, Abi Hasan, Marzuki

dan para penduduk Pasar Bangko yang ingin milihat wajah Soekarno, pada saat

itu lewat Pasirah Marga Batin IX di ulu Sumo dari Pulau Rengas di panggil

langsung oleh Soekarno dan Soekarno bertanya apa Makan rakyatmu, Ubi ya,

Beras kamu kasih ke Jepang. Seterusnya Soekarno berbicara dengan Sumo

denga bahasa Jawa. “ Pegawai pemerintah Jepang kurang berani menampakan

diri karena takut dicurigai oleh Jepang”. hari itu juga Soekarno berangkat dari

Bangko menuju Jakarta sekitar jam 09:00 pagi.

Setelah Soekarno berangkat menuju Jakarta para pembela kemerdekaan

dari kalangan pemuda bersemangat dan meyakinkan orang di Bangko pasti

merdeka dan bermusuhan dengan Jepang. Kepala pemerintahan Jepang

(Sugimoto) di Bangko selalu memerintahkan pegawai-pegawai untuk berlatih

dan bertani bersama-sama rakyat dengan memompakan semangat “Asia Timur

Raya”. Perintah itu kurang mendapat sambutan, pegawai berlatih asal-asalan,

seperti itu pula bertani karena hasil pertanian seperti; padi, jagung, dan ubi

diambil oleh pemerintah Jepang, tindakan Jepang ini menambah perasaan

permusuhan di kalangan masyarakat Bangko ketika itu. Di kala itu jika

kedapatan masyarakat bersalah terhadap pemerintahan Jepang, mereka dipukuli

oleh pihak Jepang dengan istilah mereka “bagerona,” sebagian dijemur di

bawah terik matahari serta diikat di pagar.

Tindakan dan perilaku tentera Jepang itu mencipakan tumbuhnya jamur

bak hari hujan, rasa kebencian terhadap Jepang, akhirnya kebencian itu tercium

40 Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, hlm 15

28

juga oleh tentera Jepang di Bangko bahwa rakyat telah membenci mereka,

maka pemerintah (Sugimto) di Bangko mengeluarkan perintah “Abi Hasan

dalam tempo 2 x 24 jam harus meninggalkan kota Bangko.”41

Dengan sikap arogan tentera Jepang, pemuda-pemuda dengan sikap bahu

membahu dalam satu wadah yang disebut (Bagodang) berlatih untuk membela

tanah tumpah darah di bawah pimpinan polisi Syamsuddin Fajar dan Darwis

Latief, menimal mampu menjaga keamanan kampung. Sebelum hari

kemerdekaan Mohd. Syafei selaku anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan RI

berkunjung ke Bangko dan meminta pada tanggal 1 Juni 1945 bendera Jepang

dan bendera Merah Putih dikibarkan di lapangan muka Masjid Raya Bangko

dengan upacara barisan pemuda Bangko, bendera Merah Putih disediakan oleh

Abi Hasan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945,

seluruh anggota Bagodang terhimpun dalam API (Angkatan Pemuda

Indonesia).42

3. Kondisi Agama

Sebelum Kedatangan Jepang kedaerah Jambi penduduk daerah Jambi telah

menganut agama islam sejak berabad-abad yang lalu. Berdasarkan perkiraan

masa pemerintah Jepang rakyat daerah Jambi Sembilan puluh persen penganut

Islam. Adapun penduduk non-Islam di daerah Jambi terdiri dari suku anak

dalam, suku Banjau dan penduduk pendatang dari Jawa, Tapanuli, Flores, dan

Cina.43

Pada saat pemerintah Jepang perkembangan agama Islam tidak di halangi

oleh pemerintah Jepang. Madrasah-madrasah boleh berjalan seperti biasa,

namun sulitnya kehidupan rakyat, anak-anak tidak banyak masuk belajar di

madrasah. Kedudukan Hoofd Penghulu sebagai tokoh agama tidak di ganggu-

gugat oleh Jepang, dan tetap menjalankan tugas seperti biasanya. Demikian

41 Zakaria kasim, Data-data perjuagan kemerdekaan RI kecamatan Bangko hlm 3 42 Martinis Yamin, https://martinis1960.wordpress.com/2016/07/24/ir-soekarno-bermalam-di-bangko/ , Diambil pada tanggal 20 September 2020 jam 20.35 43 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi. (Jambi: Dep. Dikbud. 1982), hlm 31

29

pula kedudukan guru agama pada masa ini tidak diganggu oleh Jepang,

bahkan Jepang berusaha untuk mempegaruhi guru-guru, ulama dan tokoh

agama untuk mempropogandakan perang Asia Timut raya supaya di menagkan

oleh Jepang, tokoh agama pada masa pemerintah Jepang di daerah Jambi ialah:

a. Hoofd penghulu Ja’far

b. Haji abdul somad

c. K.H. Sargawi

d. K.H . Nawawi

e. Guru rozali

Salah satu tokoh agama daerah Jambi yang menjadi penasehat pada masa

pemerintahan Jepang di bidang agama yakni K.H. Nawawi. Dengan usahanya

sebagai penasehat bidang agama maka anak-anak gadis di daerah Jambi di

lepaskan dari pihak jepang untuk mengikuti sekolah-sekolah Jepang.44

Sedangkan di daerah Bangko juga Berdiri sebuah pondok pesantaren yang

meneyebarkan Agama Islam di daerah Merangin yaitu Ponpes Ahzabiah yang

didirikan oleh H.Idris Pada tahun 1941 yang merupakan saksi bisu penyebaran

agama Islam di wilayah Merangin.45

B. Strategi rakyat Bangko dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia

1945-1949

1. Berita Proklamasi Kemerdekaan di Bangko

Kekuasaan Belanda di daerah Jambi berlangsung kurang lebih selama 36

tahun karena pada tanggal 9 maret 1942 terjadi perpindahan kekuasaan kepada

pemerintahan jepang. dan pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah pada

sekutu. Perjuagan revolusi dari rakyat Jambi serta dilengkapi dengan

membahasan organisasi Meliter di Jambi yang dipicu oleh kedatangan tentara

Jepang yang menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat, Masyarakat di Bangko

mendengar adanya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dari

pedagang-pedagang yang datang dari Lubuk Linggau (Sumetera selatan) dan 44 Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, hlm 32 45 Jambi Tv, Sisa-sisa Kejayaan Ponpes tertua di Merangin, https://www.Youtube.com/watch?v=wDeVAnNEQ5E

30

Padang. Pada tangggal 23 Agustus 1945 di rumah Gunco/Wedana Bangko

R.Supirman diadakan pertemuan untuk mempersiapakan langkah-langkah yang

di ambil, Pada tanggal 24 Agustus 1945, Bendera Jepang diturunkan dan

digantikan oleh bendera Merah Putih di kantor-kantor pemerintah, dan diikuti

oleh rumah-rumah penduduk.46

Kemerdekaan Republik Indonesia di Proklamasi pada tanggal 17 agustus

1945 di kota Bangko diterima berita tentang Indonesia telah Merdeka pada hari

Jumat dari tentara Jepang Kansiso yang menjaga menara di atas bukit pasar

bawah (Bukit jam Gento) Berita bahwa Indonesia telah Merdeka oleh Ismail

PC.Kepala Pos Bangko. Dilaporkan kepada M.Nasir Kaisi (Setingkat

Komisaris Polisi) tentang berita yang beliau dengar dari penjaga menara

Jepang Kasiso bahwa Indonesia telah Merdeka, laporan tersebut di sampaikan

oleh Ismail sekitar jam 10.30 pagi.47

Pada hari itu juga M.Nasir memerintahkan agar Bendera Jepang

diturunkan dan diganti Bendera Indonesia merah putih. Pada jam 11.00 siang

bendera merah putih dinaikan di depan kantor polisi Bangko (Kantor kodim

lama sekarang rumah sakit DKT). Oleh petugas: Komandan Muhammad Akhi

latif sedangkan petugas yang menaikan Maulana dan Zairin said. Setelah

bendera dipasang dilihat keatas bendera tersebut terbalik, yang warna merah

kebawah dan putih diatas dengan kejadian tersebut M.Nasir marah hampir

menampar petugas menaikan bendera tersebut dan memerintahkan

memperbaiki, Pada besok nya tanggal 18 Agustus 1945 bendera Indonesia

Merah putih dinaikan di depan kantor Kewedaan Bangko diujung Tanjung

Muara Mesumai dan di depan kantor PU Seberang Merangin,48

Pada Tanggal 19 Agustus 1945 M.Nasir, Abihasan dan Ismail

menyampaikan kepada Gunco R.Supirman bahwa Indonesia telah merdeka

maka Gunco R.Supirman meminta kepada M.Nasir untuk mengundang semua

46 Dewan Harian Daerah 45 Propinsi Sumatera Selatan, Sejarah Dan Peran Subkoss Dalam Perjuagan Rakyat Sumbagsel 1945-1950 ( Palembang: Cv Komring Jaya Putra), hlm 62 47 Dewan Harian Cabang Angkatan 45 Kabupaten Merangin Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, ( Merangin, 2002), hlm 18 48 Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, hlm 19

31

instansi Pemerintah, Pemuka masyarakat dan para pemuda untuk mengadakan

rapat di kantor Gunco Bangko diantara yang hadir:

1. R.Supirman (Gunco Bangko)

2. M.Nasir Pangkat Kaisyi (kepala Polisi)

3. R.Sudarto ( Kepala PU Bangko)

4. R.H Abdul Mutalib ( Pasirah Lubuk Gaung dan Nalo)

5. Abihasan (Toko Masyarakat)

6. Ismail PC ( Kepala Pos Bangko)

7. Ibrahim Sigaku ( Pemilik Sekolah)

8. Zainuddin Raden (Msk.Ltd / Angkatan Indonesia)

9. Ali siddur ( Menteri Kayu)

10. Dr.Purwardi ( Poliklinik Bangko

11. Marzuki ( datuk Pasar Bangko)

12. Adis Didong ( BBT. Telepon Bangko)

Walapun taksemua yang hadir kepala Instansi pemerintah, namun rapat

tetap berjalan dan langsung di pimpin oleh R.Supirman dan M.Nasir setelah

disampaikan tentang Proklamasi kemerdekaan Indonesia, Maka hasil dari rapat

memutuskan sebagai berikut:

1. Besok hari Senin Tanggal 20 Agustus 1945 bendera Jepang

diturunkan dan bendera Indonesia merah putih di naikkan dengan

upacara, di muka kantor Gunco Bangko di Ujung Tanjung Muara

Masumai.

2. Diteruskan upacara umum dimuka Masjid Bangko,( dilapangan

Belakang gedung DPRD lama) memberi salam dengan ucapan

MERDEKA.

3. Kirim Surat kepada semua kecamatam bahwa pada tanggal 20

Agustus 1945 bendera Jepang harus diturunkan dan bendera Merah

Putih dinaikkan.49

Pada Tanggal 20 Agustus 1945 jam 07.00 pagi bendera Jepang diturunkan

49 Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, hlm 20

32

dan menaikan bendera merah putih yang pertama di halaman kantor Gunco

Bangko di ujung Tanjung Muara Mesumai. dalam upacara tersebut dihadiri

oleh Instansi pemerintah dan pegawai Gunco Bangko. Kemudian Jam 08.00

Bendera merah Putih dinaikan dengan melagukan Lagu Indonesia raya di

Lapangan gedung DPRD Lama. Sebagai Inspektur upacara adalah R.Supirman

(Gunco Bangko). Sebagai Komandan upacara adalah Junsa Buco Sutayo, dan

yang memimpin lagu Indonesia Raya adalah Ibrahim, yang hadir pada upacara

tersbut adalah Nama-nama yang tertulis pada rapat di Kantor Gunco Bangko

pada Tanggal 19 Agustus 1945. Disamping itu juga Hadir R.Sudargo (Kepala

PU Bangko), Zakaria Kasim (Pasiran kepala Marga batin IX di Ulu), Bahar

Mahyudin (API), M.Daud (Tozan Nuji Bangko) dan Penduduk pasar Bangko,

Dusun Bangko, Dusun Sungai Ulak dan Keturunan Cina dan India yang ada di

kota Bangko.

Saat upacara Gunco Bangko, Polisi dan kepala instansi pemerintah

lainnya menyampaikan pidato, Inti dari pidato tersebut menyampaikan bahwa

kemerdekaan Republik Indonesia telah di proklamasikan oleh Seokarno dan

Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, supaya rakyat Indonesia tetap bersatu

dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dan bersedia

berkorban harta dan jiwa. Mulai pada tanggal 20 Agustus 1945 bendera Jepang

tidak dinaikan lagi, dan bendera merah putih di pasang di tiap-tiap kantor dan

rumah penduduk. 50

2. Pembentukan Organisasi Pejuang

Setelah mendapatkan informasi bahwa Proklamasi kemerdekaan Indonesia

pada tanggal 17 agustus 1945, disambut gembira oleh masyarakat daerah Jambi

pada umumnya dan khususnya bagi masyarakat di kabupaten Merangin.

Waktu awal kemerdekaan daerah Bangko terbentuk sebuah organisasi API,

PRI, BKR, dan juga membentuk stap geriliya, yaitu wilayah Bangko,

Sarolangun, Batang asai dan Lubuk Resam. Waktu agresi meliter pertama

daerah Bangko tidak terjadi serangan dari Belanda dikarenakan pada saat itu

50 Sejarah perjuagan kemerdekaan RI di Kabupaten Merangin, hlm 22

33

Belanda memperkirakan Jambi mempuyai persenjataan yang lengkap yang

datang dari luar negeri, yang didapatkan dari hasil perdagangan Barter dengan

Singapura, seperti Anti Air Craft (AAC), Senapan mesin 12,7 di samping

senjata-senjata ringan.51

Timbul jiwa patriotisme (Cinta tanah air) dikalangan para pemuda pemudi,

toko masyarakat, alim ulama, dan tokoh adat dimana meraka bersatu dalam

mempertahankan kemerdekaan RI dan manantang dan mengusir penjajah yang

masih ada di bumi pertiwi ini.

a. Pembentukan Badan Keamanan rakyat (BKR)

Pada tahun 1945 untuk melanjutkan perjuangan Giyuhun dan PRI

(Pemuda Republik Indonesia) segera membentuk BKR kemudian di ganti oleh

BKR( Badan keamanan rakyat) yang di Pelopori oleh:

1. Mayor Haji Ibrahim (Pangkalan jambu)

2. Kapten M.Kukuh (Bangko)

3. Letnan Ma`amint (Nalo)

4. Letnan Syamsudin Uban (Dusun Baru)

5. Letnan Musa Ismail.(Rantau Panjang

6. Peltu Zakaria (Muara Panco)

7. Serma Musa (Dusun Guguk)

8. Serma Zainuddin Abas (Pulau Rengas)

Pada Bulan Desember 1945 panglima agung pangeran Mohd.Nur datang

ke Bangko besama Stapnya dari Palembang dan bermalam ke kantor Gunco

Bangko (wedana) Pada malam tersebut pangeran Mohd.Nur memberikan

semangat.52

b. Komite Nasional Indonesia (KNI)

Pada tanggal 23 Agustus 1945 kewedanaan Bangko mengadakan

pertemuan dan rapat di rumah R.Supirman (Gunco Bangko) adapun hasil dari

51 Jefmi Nofrilian Dkk, Area Pertempuran Bangko Pada Masa Perjuagan Kemerdekaan Republik Indonesia 1945-1949, hlm 4 52 Zakaria Kasim, Data-Data Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kecamatan Bangko. hlm 5

34

rapat tersebut adalah membantuk barisan-barisan pemuda dan keamanan.53

Pada hari ini juga pemerintah Republik Indonesia mengumumkan tentang

pembantukan tiga badan barisan sebagai wadah perjuagan, yaitu Komite

Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Badan

Keamanan Rakyat (BKR)

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945 di kewedanaan Bangko juga

terbentuk Komite Nasional Indonesia (KNI) Sebagai:

1. Ketua : R.Soedargo

2. Ketua pemuda : Marah Ismail

3. Panetera I : Muhammad Sami

4. Penetera II : Mohd.Saidi

5. Anggota-anggota : 1.Ali Soedir

2.Abi hasan

3.Rukman Hadi

4.Ismail

5.Sastro

6. Perekonomian : Nungcik

7. Penasehat : 1.R.Supirman

2.Muhammad Nasir54

c. Pembentukan pemerintah sipil

Pembentukan pemerintah sipil tidak terlepas dari pemerintah sebelumnya

yaitu pada zaman penjajahan Belanda wilayah kewedanaan Bangko pada

zaman jepang dinamakan Bangko Gun di pimpin oleh Gunco sebelum penjajah

Jepang Bangko sudah di pimpin oleh 6 orang demang yakni:

1. Maulana

2. Ali Basyar

3. Toha

4. Sulaiman

53 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Ri 1945-1949 Di Provinsi Jambi, hlm 17 54 Dewan harian Daerah angkatan 45 Provinsi jambi.Sejarah perjuangan kemerdekaan Ri 1945-1949 di provinsi jambi, hlm 191-192

35

5. Makalam

6. Sultan Perandagan

Keenam Demang tersebut merupakan penyambung tangan kerajaan

Belanda dalam menjalankan pemerintahan pada saat dijajah oleh Belanda,

setelah Belanda mundur maka kita mengahadapi penjajahan dari Jepang pada

zaman jepang nama Demang diganti menjadi Gunco (Setingkat Demang) pada

saat penjajahan jepang Bangko di pimpin oleh R.Supirman.55

d. Tentara Keamanan rakyat (TKR)

Badan Kemanan Rakyat (BKR) Resmi di gantikan menjadi Tentara

Kemanan Rakyat (TKR) Pada Tanggal 5 oktober 1945 untuk melanjurkan

perjuagan giohun dan heiho di kewedanaan Bangko membentuk TKR yang di

pelopoti oleh:

1. Mayor Haji Ibrahim

2. Lettu magku masmin

3. Kapten M.Kukuh

4. Lettu sadani

5. Zakaria M.N

6. Manan

7. Musa

8. Syamsudin Uban

9. Gani

10. Kari ali56

Pada tahun 1946 Komandan bataliyon III di Sarolangun dipimpin oleh

mayor H.Ibrahim mengeluarkan surat untuk mengempur Jepang di Muara

Tembesi, kemudia surat tersebut di berikan kepada Kolonel Abunjani di

Bangko yang membawa surat tersebut adalah Sertu Suhur. Dan pada saat itu

Kolonel Abunjani langsung membawa pasukan Hulubalang ke Muara Tembesi

yang berjumlah 200 orang pada waktu itu pasukan Hulubalang dan

55 Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, hlm 28 56 A.Mukti Nasrudin, Jambi Dalam Sejarah Nusantara 692-1949 M, (Jambi:Arsip Museum Perjuangan Rakyat Jambi), hlm 397

36

sukarelawan dari kecamatan Sungai Manau yang berani mati dan tahan tembak

yang di pimpin oleh:

1. Bilal Penyengat (Sungai Manau)

2. H.Rusli (Sungai Manau)

3. Tengku Mudo ( Pangkalan Jambu)

4. M.Daud (Pangakalan Jambu)

Setelah Sampai di Muara Tembesi pasukan pejuang berkumpul di bekas

banteng tentara Belanda, Setelah seluruh pasukan berkumpul untuk menyerbu

tentara Jepang, teryata tentara Jepang sudah mengetahui dan penyerbuan tidak

jadi dilaksanakan pada saat itu tentara Jepang menahan sekitar 30 TKR

termasuk R.Soedarsono dan ditahan di kantor Kempetai Jambi setelah

seminggu para pejuang tersebut dibebaskan atas jaminan Kerisedenan Jambi

RD Inu Kertapati sejak peristiwa tersebut TKR di pindahkan ke Sarolangun.57

e. Berdirinya Laskar Rakyat

Setelah terbentuknya organisasi ketentaraan, maka terbentuk pula barisan-

barisan rakyat dalam badan kelaskaran dan organisasi-organisasi perjuagan

untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, ketika barisan laskar telah

berdiri dan dipersenjatai dan diperbekalinya sendiri dan tidak menharapkan

bantuan dari pemerintah maka pada akhir 1945 terbantuklah laskar-laskar

perjuagan di daerah Jambi adapun di Bangko terbentuklah Barisan

kelasyaskaran di anatara lain ialah:

1) Hulubalang

Di daerah jambi laskar ini dikenal dan disebut juga sebagai laskar adat

yang dipimpin oleh M.Chatib Tabun dengan pangkat Letnan Hulubalang.

Adapun Hulubalang Indonesai daerah Bangko di bentuk oleh bapak

Rd.H.Mutalib yang pernah tinggal sebelumnya di Ambon dan kepulauan

Maluku.58

2) Persatuan Wanita

Di samping perjuangan-perjuangan pemuda-pemuda, maka kaum wanita 57 Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, hlm 27 58 A.Mukti Nasruddin, Jambi Dalam Sejarah Nusantara 692-1949, (Jambi: Arsip Museum Perjuagan Rakyat Jambi), hlm 364

37

daerah jambi disamping tugasnya menjadi sebagai ibu rumah tangga, juga

ikut turun dalam perjuangan bangsa Indonesai dalam mempertahankan

kemerdekaan, sejalan dengan perjuangan yang dilakukan oleh kaum pemuda

dan tentara, maka usaha kaum wanita sebagai penyelengaraan dapur umur.59

Dalam upaya untuk mempertahankan kemerdekaan di Bangko juga

terbentuk badan perjuagan yaitu persatuan wanita dalam mengumupulkan

amal bakti dari rakyat untuk keperluan bahan makan dan keperluan lainnya

yang di kumpul oleh kaum wanita yaitu: Murah Makalam, Zainar, Nayu naid,

Baidar latip, Nurwesi anwar lelo, Juliana, Niah, Aniatun, Roskambar,

Syamsinar.60

3. Agresi Meliter Belanda di Bangko

Waktu Agresi meliter I tahun 1947, Kewedanaan Bangko tidak ada tejadi

serangan dari Belanda tapi Pada saat itu kewedanaan Bangko mengirim Para

pasukannya untuk mempertahankan Kota Lubuk Lingau dari serangan

Belanda. Pasukan yang dikirim terdiri dari TKR, Sukarelawan dibawah

pimpinan Mayor H.ibrahim, dalam pasukan diantaranya Serma Ahmad

Gedang, Ahmad Zainuddin (Sukarelawan) Zainudin Raden (Polri), setelah

pasukan tiba di Lubuk Linggau bermarkas di Talang Jawa Lubuk Lingggau.

Pada malam kedua pasukan Lubuk Linggau diserang oleh tentara Belanda

pada jam 03.00 subuh, Maka terjadilah kontak senjata selama 2 jam oleh

tentara Belanda dengan TKR dan Sukarelawan kita akhirnya tentara Belanda

mundur, dalam kontak senjata tersebut pasukan kita tidak ada yang gugur atau

jatuh korban dan kota Lubuk Linggau tetap dikuasai oleh pemerintah RI. Lima

belas hari kemudian Komandan Fron Mayor H.Ibrahim memerintah kepada

sukarelawan kembali ke Bangko dengan kendaraan truck Cevrolet dan waktu

59 Departemen pendidikan dan kebudayaan , Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi, (Jambi. Dep. Dikbud. 1982) hlm 101 60 Jambi Dalam Sejarah Nusantara 692-1949 M, (Jambi:Arsip Museum Perjuangan Rakyat Jambi), hlm. 36

38

itu di tegaskan, bila di perlukan akan pangilan kembali diharapkan kepada

pejuang sukarelawan agar dapat memenuhi pangilan tersebut.61

Pada tahun 1948 tentara Belanda mulai agresinya yang kedua, pada

pertempuran TNI dengan perjuangan mencoba dengan gigih mempertahankan

Kota Jambi dan Mati-matian dan akhirnya Kota Jambi dapat dikuasai oleh

pasukan Belanda sehingga pada waktu itu gugur 2 (dua) orang perwira kita

yaitu Mayor Marzuki dan Kapten Abu bakar maka pada akhirnya jatuhlah kota

jambi ketangan Belanda. Maka Pemerintah RI Keresidenan jambi baik sipil

dan meliter meniggalkan Kota Jambi mengunsi kedaerah ulu ke daerah

Sarolangun, Bangko dan Muara Tebo yang ke daerah Sarolangun membuat

Fron didaerah Durian Luncuk dan daerah Mandiagin.

Pengunsian daerah Muara Tebo kemudian mengadakan rapat yang diikut

oleh antara lain:

a. A.Bahsan Siagian (Residen RI Jambi)

b. Kolonel Abunjani (Komandan STD)

c. Achmad Bastari (Kepala polisi jambi)

d. Kolonel Simbolon (wakil gubernur daerah militer istimewa Sumbagsel)

Pada waktu itu mengadakan rapat di Muara Tebo, diserbu oleh pasukan

tentara Belanda, maka pada ketika itu gagal dilaksanakan semua pejabat

tersebut mengadakan pengunsian lagi kedaerah lebih aman yakni:

a. Rombongan residen beserta Staf, rombongan kepala kepolisian beserta

staf dan wedana Muara Tebo ke Tanah Tumbuh dan kemudian terus di

Rantau ikil.

b. Rombongan Komandan Kolonel Abunjani beserta Staf, rombongan

wakil gubernur militer istimewa daerah sumbagsel, Barori masyur dan

gubernur Sumatera Selatan Dr.M.Isa mengunsi ke daerah Bangko dan

Langsung kedusun Guguk kecamatan Sungai Manau.62

Pada waktu pengunsian tersebut pasirah kapala marga pembarab ketika itu

H.Abu Bakar( Pasirah perang/komandan Gerilya sector I Kecamatan Sungai 61 Dewan Harian Cabang Angkatan 45 Kabupaten Merangin Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, ( Merangin, 2002), hlm 30 62 Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, hlm 61

39

Manau) dipanggil oleh Komandan STD Kolonel Abunjani sekitar jam 05:00

sore, Memberitahukan bahwa rombongan Komandan STD untuk sementara

akan berkantor STD akan berkantor didusun Guguk, tetapi di seberang Sungai

Manau Merangin (Dusun Pelangi Panjang), termasuk rombongan Gubernur

Sumatera Selatan Dr.M.Isa dan Juga wakil Gubernur Meliter Istimewa Daerah

Sumatera Selatan Kolonel Simbolon63.

Dusun Pelangi Panjang letaknya strategis dan tinggi merupakan lintasan

gerilya untuk menghubungkan mintas dari rantau Ikil Muara Bungo dengan

melalui dusun Kibul, Sungai Manau, dusun Guguk,(Pelangi panjang) menuju

dusun Lubuk Beringin, Muara Siau, Dusun Tuo, Dusun Tanjung Dalam dan

tembus ke Muara Aman Bengkulu, Selama lebih kurang 1 bulan di dusun

Pelangi Panjang Guguk mengingat keadaan semakin genting maka rombongan

Komandan STD mundur ke Muara Siau menembus dusun Lubuk Beringin

Marga persinggarahan.

Setelah sampai di Muara Siau STD Kolonel Abunjani memangil Pasirah

kepala Marga Tiang Pumpung Pada waktu Itu H.Achmad (Pasirah Perang)

kemudian diangkat menjadi camat perang dikecamatan Muara Siau. Komandan

Menyatakan rombongan akan menetap disini sementara sekaligus berkantor

selama kurang lebih 1 bulan di Muara Siau dikarenakan keadaan semakin

genting Komandan STD Kolonel Abunjani beserta rombongan mengunsi lagi

ke Tanjung Dalam Jangkat (Marga Sungai Tenag) Melalui Muara Pangi Dusun

Tuo.

Komandan STD Kolonel Abunjani, Kolonel Simbolon dan Gubernur

Sumatera Selatan Dr.M.Isa sempat mengunsi didaerah tersebut lebih kurang 8

bulan. Setelah mendapatkan perintah dari presiden PDRI Syafrudin Prawira

Negara untuk kembali ke Muara Tembesi, dimana waktu itu pasukan tentara

Belanda akan menyerah daerah-daerah yang dikuasainya pada bulan desember

1949. Sedangkan rombongan Gubernur Sumatera selatan Dr.M.Isa meneruskan

perjalanan ke Muara Aman (Bengkulu) untuk kembali kedaerahnya Sumatera

63 Dewan harian cabang angkatan 45 Kabupaten Merangin, Sejarah perjuagan kemerdekaan RI di Kabupaten Merangin,(Merangin,2002), hlm 62

40

Selatan setelah mendengar berita tentara Belanda menyerahkan daerah-daerah

yang dikuasainya.

Pada saat Agresi Meliter Belanda ke II di daerah Sungai Tenang (Marga

Sungai Tenang) sangat perannya mempertahankan kemerdekaan RI.

Disamping itu pula dimana daerah Tanjung dalam merupakan basis pertahanan

terakhir bagi pasukan Garuda merah dari Sumatera Selatan dan pasukan

Garuda Putih dari Jambi.64

Bukti sejarah sampai sekarang masih ada menjadi saksi bisu adalah sautu

pohon beringin yang ditanam oleh Komandan STD Kolonel Abunjani didusun

Lubuk Pungguk Marga Sungai Tenang kecamatan Jangkat. Pada masa itu

daerah jangkat tidak ada pertempuran, tentara Belanda tidak sampai menjama

daerah Jangkat, Rakyat berjuang membantu Evakusi pasukan dari Muara Siau

ke Dusun Tanjung Dalam termasuk pejabat sipil dari Bangko. Peranan

masyarakat Jangkat sangat besar dalam membantu konsumsi untuk para

pejuang yang disalurkan melalui pasirah Marga Sungai Tenang pada waktu itu

adalah H.Abdullah Hamid. Disamping itu Komandan STD Kolonel Abunjani

Selama dalam pengunsian di Dusun Tanjung Dalam diikuti Isteri bernama

Hj.Siti Maria.65

Pada saat pertahanan TNI di dusun tanjung jatuh ke Belanda pada bulan

mei 1949 maka Belanda mengalihkan kegiatan kedaerah-daerah lain. Adanya

serangan pasukan Belanda maka STD memindahkan perwiranya antara lain:

a. Kapten H.Teguh diangkat menjadi komandan kompi I sector Bangko,

Pamenang sedangkan M.Noer komandan sector Kubang ijo

mengantikan kapten R.A Rachmad Kadipan

b. Letnan muda Nur saga dengan surat perintah nomor 62/sc/1949 tanggal

25 mei 1949 dari sector 1956 dipindahkan ke Muara Bungo sector

1012, dan di gantikan sementara Kapten M.Daud yang selanjutnya pada

64 Sejarah perjuagan kemerdekaan RI di Kabupaten Merangin, hlm 63 65 Dewan harian cabang angkatan 45 Kabupaten Merangin, Sejarah perjuagan kemerdekaan RI di Kabupaten Merangin,(Merangin,2002) hlm 62

41

akhir juni dipindahkan kemuara Bungo dan menyerah tugas kepada

Letnan dua J.Hinuhili.66

Waktu itu pos pertahanan STD di Kubang Ijo di pimpin oleh kapten

M.Noer ditempatkan PHB di pimpinan Kopral kadar yang dapat berhubungan

ke Pamenag dan Bangko dipimpin oleh Letnan Dua.J Hinuhili dengan

penempatan pasukan:

1. Pasukan 30 orang dipimpin sersah mayor kandung ditempatkan

dipinggir sungai merangin.

2. Di ilir dusun kearah Sarolagun ada pos penjagaan yang dipimpin oleh

kopral Darmasyah dengan tugas mengawal perdagangan bea cukai

keluar masuk dengan memungut 10%.

3. Gudang/ perlengkapan seperti beras, kopi, gula dan lain-lain

ditempatkan dirumah pasirah pamenang dengan dikawal 7 orang yang

dipimpin oleh sersah mayor Budiman dan sersah mayor Efendi.

4. Komandan sector Letnan Dua J.Hinuhili dengan pasukan 20 orang yang

tinggal di sebuah rumah di pinggir pasar pamenang dengan pos PHB di

pimpin mayor Rachmad yang bisa cepat berhubung ke kubang Ijo

maupun ke Bangko (STD)

Pertahanan kita diserang besar-besaran oleh Belanda sehingga terjadi

kontak senjata di Kubang Ijo. Dari kubang Ijo Belanda terus maju sampai

Pamenang jam 06.00 pagi tanggal 26 juli 1949 juga terjadi tembak-menembak.

Yang memimpin pasukan Belanda adalah bekas mayor Selamat yang telah

berpihak kepada musuh. Pasukan Belanda melakukan serangan dengan

berjalan kaki dan mengunakan perahu dari sungai dan didahului oleh 3 pesawat

undara yang menembak secara membabi buta. dalam pertempuran di Kubang

Ijo dan Pemenang telah Gugur sersah mayor Bachrum, prajurit dan beberapa

rakyat pejuang dan yang luka-luka adalah prajurit M.Nur dan Ali Mudin.67

Waktu Belanda menyerang Kubang Ijo dan Pamenang maka H.Teguh

komandan kompi bataliyon Gajah mada dengan pasukannya membuat 66Sejarah perjuagan kemerdekaan RI di Kabupaten Merangin, hlm 63 67 .Dewan Harian Daerah Angkatan 45 Provinsi Jambi.Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Ri 1945-1949 Di Provinsi Jambi, hlm 133

42

rintangan-rintangan dengan menebang kayu-kayu besar dan direbahkan

ditengah jalan kemudian jembatan merangin ( sekarang jembatan H.Syamsudin

Uban) di runtuhkan semua bangunan dikota Bangko di hanguskan atau

diroboh antara lain kantor pemerintah, asrama TNI, rumah-rumah dan

sekolah.68

Pada tanggal 3 februari 1949 tiba-tiba sebuah pesawat udara Belanda jenis

Mustang menyerang kota Bangko dan menembaki apa saja seperti rumah

rakyat, pasar, rumah sakit, dan sekolah. Pasukan TNI membalas serangan

Belanda dengan senjata AC (AK CROP) yang ditempatkan diatas Bukit

Keramat jembatan Merangin (sekarang jembatan H.Syamsudin Uban). Regu

tembak senjata berat/STD pimpinan muda Letnan Abu Nawas, sedangkang

penembak AAC adalah M.Noor, Pertempuran berjalan selama lebih kurang

satu jam dan tidak menimbulkan korban jiwa.69 Setelah kota Bangko di serang

oleh pasukan Belanda melalui udara dan merusak semua bangunan pemerintah

yang ada di Bangko maka Kantor, rumah sakit tidak dapat digunakan lagi.

Setelah kota Jambi dikuasai oleh tentara Belanda maka tentara Nasional

Indonesia manarik dari hulu, yaitu tepatnya di kota Bangko. Sehingga kota

bangko ketika itu dibanjiri oleh TNI dan kota Bangko dijdikan markas, di

sinilah mereka menyusun strategi untuk melakukan pertempuran melawan

Belanda. pada tanggal 8 Februari 1949, pukul 15.00 WIB kota Bangko

mendapatkan serangan udara dari tentara Belanda lebih kurang 1 setegah jam,

akibat dari serangan Belanda ini kantor-kantor dan gedung PU, Sekolah, rumah

sakit, dan kendaraan yang ada di Bangko hancur tak dapat di gunakan lagi,

Maka komandan STD Letnan Kolonel abunjani beserta stapnya memindahkan

markas ke Muara Siau.70 Sebelum kota Bangko diduduki oleh Belanda, telah

dilakukan bimuhanguskan semua kantor-kantor, rumah-rumah, sekolah dan

68 Sejarah Dan Peran Subkoss Dalam Perjuagan Rakyat Sumbagsel 1945-1950 (Palembang: Cv Komring Jaya Putra) hlm 592 69 Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Ri 1945-1949 Di Provinsi Jambi, hlm 125 70 Bambang suwando, (1979), Sejarah revolusi kemerdekaan (1945-1949) Daerah Jambi, Jakarta: Depdikbud, hlm 79

43

jembatan Merangin telah diputus dengan Dnyamit oleh Kapten H.Teguh

dengan pasukannya, dan juga Sersah Zainudin Abas.71

Setelah Muara Bungo dan Sarolangun di duduki tentara Belanda,

Komandan STD Kolonel Abunjani dan Kepala Staf STD Bangko Mayot Barori

Mansyur berada di Tanjung Dalam Jangkat memberi perintah untuk

mempertahankan kemerdekaan RI dengan memutus Jembatan, menebang kayu

dan dilintang di jalan raya untuk menghalagi tentara Belanda, setelah seluruh

daerah di Merangin diduduki Belanda maka kepalaBatalion Gajah Mada di

Bangko Mayor Barori Mansyur memeritah agar semua jembatan yang

menghubugkan ke daerah Bangko supaya di putuskan dan menebang pohon di

jalan untuk menghalagi perjalanan pasukan Belanda.

Di Bangko dibentuk SPG (Stag pertempuran gerliya) tingkat kewedanaan,

demikian di kecamatan dalam kewedanaan Bangko. Di kewedanaan

komandannya adalah widana, dan di kecamatan kepala camat yang memimpin

dan seluruhnya dibawah pimpinan komandan pertempuran setempat dari TKR.

Pada tahun 1949 di dalam bulan Ramadhan tentara Belanda telah

menduduki Pemenang dan terjadi pertempuran, maka jembatan di Merangin

diputuskan oleh kapten H.Teguh, gedung pemerintahan dibumi hanguskan,

rakyat di perintahkan untuk mengunsi ketempat aman dan pohon kayu dari

arah Pemanang ke Bangko di rubuhkan untuk menghalagi jalan tentara Belanda

dan juga dari Rantau Panjang menuju Senamat dan arah ke Bangko.72Sepuluh

hari pasukan Tentara Belanda dapat merebut Kota Bangko, Sekitar jam 10.00

sampai jam 16.00 tentara Belanda secara berturut-turut menembak dengan

senapan mesin dari udara karena pada saat itu Pertahanan RI Jambi di pusatkan

di kota Bangko.

Sekitar Jam 03.00 subuh tentara Belanda sampai di Sungai Misang

Bangko dan menyarang TKR, pada saat itu rakyat sedang mulai potong sapi

untuk menghadapi hari raya dan memberi makan ke TKR dan pejuang lain,

maka Mayor Barori Mansyur memrintahkan untuk mundur, TKR ke arah Pulau

71 Zainuddin Radin, Data-data perjuagan kemerdekaan RI Kecamatan Bangko hlm 4 72 Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, hlm 34

44

Rengas sedangkan pemerintah Kewedanan bersama rakyat kearah Lubuk

Gaung di antarnya Widana Bangko Mahd Keras kepala Polisi dan beberapa

anggota polisi serta pegawai kantor kewedanaan sampai ke Nalo Gedang

Zainuddin raden dan Salihin di perintahkan mengantarkan laporan ke komisaris

Polisi keresidenan Jambi Achmad Bastari di Rantau ikil Muaro Bungo setelah

sampai di Muara Kibul Salihin tidak dapat menlanjurkan perjalanan karena

sakit maka digantikan Ahcmad Bakri setelah sampai di Rantau ikil bertemu

beliau di padang lalang beliau bersama rakyat sedang merobohkan jembatan

sungai lalang sekira jam 21.00.73

Keesokan hari Zainuddin Raden kembali ke Bangko dengan membawa

Uang cetakan Rantau Ikil untuk Komandan STD Kolonel Abunjani, bupati

Jambi ulu M.Kamil, wedana Bangko M.Keras untuk kepala polisi

Bangko/Sarolangun dan di perintahkan kepada Zainuddin raden setiap jalan

yang di tempuh supaya memberi tanda pada pohon karet dengan melukai

pohon tersebut dalam jarak 1 km dengan senjata tajam lalu zainuddin raden

kembali ke Bangko berjalan kaki menuju Maura Kibul kecamatan Tabir terus

ke Sungai Manau melalui Sungai Pinang dan sampai di Sungai Manau terus ke

dusun Guguk dan menuju ke Muara Siau melalui desa Lubuk Beringin ( Marga

Persingrahan Nilo) dan melanjutkan ke Tanjung Dalam melalui dusun Koto

Rami, Dusun Tuo dan Nilo Dingin. Sampai di Tanjung Dalam Zainuddin

melaporkan kepada Kopral IP.l M.Darwis KPW Bangko/Sarolangun dan

memberikan uang kepada Komandan STD kolonel Abunjani dan lainnya.

Setelah berisirahan 2 hari di Tanjung dalam Zainuddin di perintahkan kembali

ke Sungai Manau untuk menuggu rombongan kepala polisi keresidenan jambi

Ahmad Bastari.74

Setelah 2 hari menuggu di Sungai Manau maka rombongan kepala polisi

keresidenan Jambi tiba dari Rantau Ikil Muara Bungo. Pada hari itu juga

rombongan di damping oleh Zainuddin menlanjutkan perjalanan ke Muara

73 Dewan Harian Cabang Angkatan 45 Kabupaten Merangin, Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, hlm 35 74 Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, hlm 35

45

siau, berhubungan hari sudah senja maka rombongan kepala polisi bermalam di

dusun Parit (Marga Pembarab) yang waktu itu kepal Marga H.Abu Bakar.

Kesokan hari nya rombongan melanjutkan perjalana menuju Muara Siau

melalui Dusun Guguk, Lubuk Beringin (Nilo), saat rombongan tiba di Muara

Siau di sambut oleh Bupati Jambi ulu M.Kamil dan KPW Bangko/Sarolangun

M.Darwis.

Pada Tanggal 13 Agustus 1949, Tentara Belanda mencoba memasuki

Muara Siau untuk menyerbu pertahanan STD yang di pimpin oleh Kolonel

Abunjani, Pada waktu itu sebenarnya STD berada di Tanjung Dalam Marga

Sungai Tenag Kecamatan Jangkat.

Tentara Belanda berangkat dari kota Bangko menuju dusun Pulau Rangas,

di Pulau Rangas Belanda Menawan H.Yusup dipaksa dan digertak akan di

tembak kalau membangkang perintah kerajaan Belanda. Lalu H.Yusup dengan

tangan di ikat berjalan menuju Muara siau. Tiba Di Dusun Sekancing Tentara

Belanda Bertermu dengan M.uyub sebagai Petugas Suplay pada Dapur umum

Pasukan Garuda Merah dari Sumatera Selatan dan Garuda Putih dari Jambi

mewakili yang bernama Umar. Pada Jam 06.00 pagi M.uyub sudah Mandi

disungai bertemu dengan tentara Belanda dan ditayai oleh tentara Belanda

kepada M.uyub Sambil M.uyub membelakangi tentara Belanda menuju

kerumah dan ditanya oleh tentara Belanda “Kamu Pemuda atau Tentara” dan

M.uyub Menjawab “saya adalah Tentara” Lalu tentara Belanda Menembak dari

Belakang kena Punggung dan M.uyub berputar kearah tentara Belanda sambil

berkata saya kena dan tentara Belanda menambah tembakan lagi kearah dada

dan M.uyub terjatuh kemudiann ditambah dengan tusukan bayonet pada waktu

itu M.uyub sempat berkata bila saya mati banyak kawan yang membalas

kamu.75 Setelah M.uyub ditembak Tentara Belanda mau meneruskan

perjalanan ke Muara siau, tetapi gagal, karena Pemuda Pejuang Sekancing

Sudah membuat rintagan dengan memotong kayu besar dan memutuskan

jembatan sungai Temenang, Untuk menghilangkan jejak di pangkal jembatan

di tulis di kertas nama Pemuda Batang Asai.

75 Wawancara dengan datuk Bakri bin romat, 06 Agustus 2020, Pulau Bayur.

46

Pada bulan September 1949 sekitar jam 17.00 sore pasukan Belanda

mengadakan penyerangan kedusun Sungai Ulak yang jarak sekitar 6 km dari

kota Bangko arah ke rantau panjang pada waktu itu pasukan kita dipimpin

oleh Letnan Dua J. Henuhili mundur ke dusun tersebut (sungai ulak) anatar lain

terdapat sersah mayor Kandun, sersah mayor Budiman, sersah mayor Efendi,

kopral Mohd.Roem dan lain-lain.76

Selain Pasukan J.Henuhili ada pula pasukan Letnan dua Tasrif yang dating

dari Margoyoso/Rantau Panjang, pada saat itu rakyat sedang bersilaturahmi,

dan TNI pun ikut pula lebaran dengan rakyat banyak.

Pada pos terdepan arah Bangko ditempatkan dua orang TKR yaitu sersah

mayor Efendi dan kopral Mohd.Rom bersama beberapa rakyat dusun Sungai

Ulak, sehinga kedatangan pasukan Belanda dapat segara diketahui, apalagi

jembatan sudah di putuskan.77

Di dusun Sungai ulak ini terjadi tembak-menembak antara pasukan TKR

dipimpin J.Henuhili dibantu raktyat pejuang dengan regu Belanda, dalam

pertempuran ini ada empat orang yang Gugur dari pihak pasukan TKR yaitu:

Achmad Rio Sungai Ulak, Rusli, Mat mahi, Ibrahim anggota Pasukan Geriliya.

Sejak jatuhnya kota Bangko maka Staf STD pemerintah Kabupaten Merangin

yang dipimpin oleh M.Kamil di pindah dari Muara Siau ke Tanjung Dalam

Kecamatan Jangkat.78

Di dusun Rantau Panjang dan pasarnya adalah tempat kedudukan pasukan

TNI sektor Rantau Panjang yang dipimpin Sersah Mayor Kadet R.Soehoer,

sedanngkan induk pasukan berada di Muara Kibul sampai ke Margoyoso

dipimpin oleh Letnan Dua Tasrif (semula Sektor Rantau Panjang ini hanya satu

saja dengan komandannya Tasrif dan wakil R. Soehoer, tetapi kemudia

dipecah menjadi dua sektor. Rantau Panjang terletak ditengah-tengah yaitu

76 Dewan Harian Daerah 45 Propinsi Sumatera Selatan, Sejarah dan Peran Subkoss dalam perjuagan rakyat Sumbagsel 1945-1950 ( Palembang: Cv Komring jaya putra) hlm 583 77 Sejarah perjuangan kemerdekaan Ri 1945-1949 di provinsi jambi, hlm 134 78 Dinas Kebudayaan dan pariwisata propinsi Jambi Museum perjuangan rakyat Jambi, Perjuangan rakyat Sarolangun dalam menghadapi agresi Meliter Belanda II 1945-1949, hlm 26

47

sebelah utara Muara Tebo dan Bungo dan sebelah selatan Sarolagun dan

Bangko. Kemepat daerah tersebut sudah diduduki pasukan Belanda.79

Untuk menghalangi masuknya pasukan Belanda ke Rantau Panjang, maka

diadakan halangan dan rintagan di jalan ke arah Bangko dan Muara Bungo

dengan menebang kayu kayuan di pingir jalan dan termasuk jembatan-

jembatan yang di pimpin oleh Sersah Mayor R.Soehoer. Untuk persiapan

lainnya Pemerintah Kecamatan serta stafnya diungsikan ke dusun Suling.

Sedangkan bagunan vital di Rantau Panjang dibumihanguskan.

Pembumihanguskan ini mendapatkan tantangan dari rakyat karena sudah

diketahui lebih dahulu oleh mereka. Salah seorang Panglimanya mencabut

keris sambil berkata; “ Pak, keris ini tidak pilih bulu kalau Rantau Panjang

dibakar”, dan serta merta dijawab oleh R.Soehoer sambil mencabut pistol “

Pak, pistol ini juga tidak pilih bulu, semua pelurunya sudah direndam dengan

minyak babi, jadi segala ilmu tembus”. Dalam ketegangan ini dicari jalan yang

baik oleh pasukan yang ada yaitu dengan jalan tipuan.80 Pada malam hari

semua anggota di Rantau Panjang dikumpulkan lengkap dengan peralatannya

dengan tipuan bahwa tentara akan meniggalkan Rantau Panjang, rakyat yang

hadir bersalam-salam da nada pula yang mengucapkan “selamat jalan”. Jam

12.00 malam pasukan berangkat kearah Muara Bungo, tetapi sampai di km 1,

barisan masuk ke bedeng pak Karto untuk istirahat. Dengan tidak diketahui

oleh siapapun tugas memberikan tugas diberikan kepada anggota pasukan

dengan bahan minyak tanah dan korek api untuk membakar Rantau Panjang.

Oleh karena pelaksanaan dilakukan berkelompok-kelompok secara serentak di

beberapa tempat, tepat pukul 03.00. maka pembumihanguskan berjalan dengan

baik, rakyat mengira bumihangus ini tidak akan terjadi karena tentara sudah

berangkat.

Di Rantau Panjang pos sektor dijaga oleh anggota sektor Rantau Panjang

sedangkan Komandannya Sersah Mayor Kadet R.Soehoer selalu

79 Sejarah dan peran subkoss dalam perjuagan rakyat Sumsel 1945-1950 ( Palembang: CV Komring jaya Putra) hlm 588 80 Dewan Harian Angkatan 45 propinsi Jambi, Sejarah perjuagan kemerdekaan RI 1945-1949 di propinsi Jambi, hlm 137

48

mobil/bergerak untuk menjaga kemungkinan diserang Belanda, selalu

didampingi oleh seorang anggotanya yaitu Kopral CPM Yahya Bay. Wakil

Komandan seksi Letnan Dua Tasrif di Margoyoso dan Kompi I Gajah Mada

H.Teguh di bukit Mangko Muara Kibul.

Pada tanggal 13 Agustus 1949, tentara Belanda memasuki Rantau Panjang

dengan membawa perlengkapan yang dipikul oleh penduduk Bangko yang

dipaksanya, tetapi mendapatkan perlawanan dari pihak TKR. Setelah pasukan

Belanda maju lebih ke dalam dengan tujuan Muara Kibul dan Margoyoso,

maka terjadilah perlawanan yang sengit dari pejuang –pejuang sehingga dalam

pertempuran itu gugur 4 orang pejuang yaitu: Kopral Khaidir, Sersah Syawal,

Paimo dan Tukini. 81

Pada tanggal 16 september 1949 pukul 04.00, pasukan Belanda dengan

dibantu petunjuk jalan dari Rantau Panjang dan Muara Jernih menggempur

rombongan Sersah Kadet R.Soehoer di bukit Palomon seberang Muara Jernih,

sehingga 3 orang tewas terdiri dari prajurit Yahya, dua orang pemuda yaitu

H.Madjid Saman dan Sari, sedangkan R.Soehoer, Yahya bay dan Ismail dukun

dapat meloloskan diri. Di Margoyoso, Letnan Dua J.Henuhili sebagai

Komandan Kompi berusaha menampakan kepercayaan kepada para anggota

Tranmigrasi, agar tidak memihak kepada Belanda yang hanya untuk menjajah

Indonesia. Usaha ini berhasil baik sehingga sampai kepada Cease Fire Order

tiba, Daerah Tranmigrasi Margoyoso tidak dapat dikuasai oleh Belanda.

Pasukan Belanda berusahan mengejar TKR dan Pusat komandonya (STD)

lewat jalan Kasiro Batang asai dan Lubuk Resam. Akan tetapi sampai di

Sekancing pasukan Belanda ditahan oleh pasukan pejuang baik yang dipimpin

Sayuti Makalam, Sayuti Rozak dari garuda Merah maupun pasukan pengawal

panglima Subkoss Letnan satu Suparjo. Belanda mendapatkan Informasi

adanya basis Komandan STD dan Staf pemerintahan Jambi ulu di Muara Siau.

81 Dewan Harian Daerah 45 Propinsi Sumatera Selatan, Sejarah dan Peran Subkoss dalam perjuagan rakyat Sumbagsel 1945-1950 ( Palembang: Cv Komring jaya putra) hlm 589

49

Belanda Berusaha menembus melalui sungai Manau, sebagai salah satu jalan

menuju Muara Siau.82

Pada bulan desember 1949 tentara Belanda tidak mematuhi kesepakatan

genjatan senjata (Seas payer order) anatar pemerintah RI dengan kerajaan

Belanda. kesepakatan tersebut adalah bahwa kedua belah pihak antar Belanda

dan Pemerintah RI tidak melakukan penyerangan atau penyerbuan baik dari

pasukan Belanda maupun tentara pejuang sukarelawan dan TKR pemerintah

RI.

Berita tersebut disiarkan jam 20.00 malam oleh radio PDRI yang berisi “

Bahwa mulai malam hari ini di hentikan tembak menembak antar TKR pejuang

sukarelawan dengan tentara Belanda “ Kesepakatan tersebut sengaja dilangar

oleh tentara Belanda dimana sama sekali kesepakatan tersebut tidak dipatuhi

oleh pihak Belanda, pada sore hari sekitar jam 04.00 sore tentara Belanda

dengan kekuatan satu pelton menyusuri daerah Markeh Gedang (25 km kea rah

Barat dari Bangko) dengan tujuan mengadakan penyerbuan Fron terdepan Pos

pertahanan Markeh Gedang yang dipimpin oleh serma Mat jugan dam serma

M.Musa dari TKR.

Pada waktu penyerbuan oleh tentara Belanda Serma Musa tidak berada si

pos pertahanan dimana serma Musa berada di lading masyarakat dilorong bukit

bawah pos penjagaan dengan tujuan diminta oleh masyarakat untuk menembak

babi, penembakan tersebut tidak jadi dilakukan bahwa tentara Belanda sudah

mengepung markas pertahanan perjuagan sukarelawan dan TKR. Maka pada

waktu itu pengepungan tersebut 5 orang pejuang sukarelawan dapat ditawan

oleh tentara Belanda sedangakan 1 orang pemuda pejuang dapat meloloskan

diri dari kepungan tentara Belanda.83

Sedangkan para pejuang sukarelawan yang ditawan oleh tentara Belanda

adalah yaitu:

1. Sirin

2. Sudin 82 Sejarah perjuangan kemerdekaan Ri 1945-1949 di provinsi jambi, hlm 139 83 Dewan Harian Cabang Angkatan 45 Kabupaten Merangin, Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI Di Kabupaten Merangin, hlm 39

50

3. Syukur

4. Sulaiman

5. Laihi

Kelima orang sukarelawan tersebut dibawa oleh tentara Belanda di ikat

dan dibawa ke dusun Kampung Baru (Marga Lubuk Gaung kecamatan Bangko)

untuk di Introgasi oleh tentara Belanda. setelah di Introgasi dan disiksa lalu

kelima orang tawanan tersebut di tembak oleh tentara Belanda, setelah di tembak

tentara Belanda meningalkan jenazah tersebur dikembali ke Bangko.

Pada Agresi meliter ke II kecamatan Sungai Manau tidak dapat di jamah

oleh tentara Belanda, tentara Belanda hanya dapat menjaman sebatas tanah

Markeh Gedang (yang dikenal Markeh Tengah).

Di daerah ini pada Agresi ke II dijaga ketat oleh TKR dan pejuang

sukarelawan diatur sedemikian rupa untuk mengahadang jangan sampai tentara

Belanda menguasai daerah Sungai Manau. Daerah Sungai Manau merupakan

lintasa perjuagan secara griliya yang dilakukan olek Komandan STD Kolonel

Abunjani untuk perjalaan Griliya menuju dusun Tanjung Dalam (Marga Sungai

Tenang kecamatan Jangkat) untuk melindung lintasan griliya agar jangan sampai

tentara Belanda mengetahui, maka Markeh Gedang dijadikan sebagai pos

pertahanan untuk mengahadang Belanda.

Pada pertegahan bulan desember 1949 Kolonel Abunjani memerintah

untuk menyerang tentara Belanda yang ada di Bangko terutama markas tentara

Belanda di Hotel Sempurna kepuyaan M.Saleh Kartomenggolo, sebelum

penyerangan tersebut diadakan latihan TRI dan Sukarelawan di Muara Siau

waktu itu komandannya letnan Sayuti (menantu Makalam), latihan selama 12

hari dan Zainudin Raden di perintahkan menjadai Paspid, Karena di mengetahui

jalan tikus untuk memasuki kota Bangko dari arah Pulau Rengas, keberangkatan

direncanakan jam 03.00 tetapi pada malam jam 08.00 mendapat berita dari radio

PDRI bahwa tembak menembak di hentikan dan TRI dan sukarelwan stanbay di

markas di Muara siau maka penyeragan di kota Bangko dibatalakan.

Pada tanggal 13 desember 1949 penyerahan kota Bangko dari pemerintah

Belanda wedana Hamid (TBA) kepada pemerintah RI .Mohd Keras beserta

51

stafnya maka semua pejuang-pejuaan kemerdekaan terutama TNI, Polisi dan

Pegawai pemerintah yang setia dengan republik Indonesia dengan wajah berseri-

seri gembira.84 Setelah penyerahan kedaulatan Kewedanaan Bangko termasuk

dari bagian dari pemerintah Sumatera Tengah, dan ketika Belanda melakukan

penyerah kedaulatan kepada republik Indonesia maka menteri dalam negeri

menetapkan M.Kamil sebagai bupati pertama Merangin terhitung sejak 1 Januari

1950 dengan keputusan menteri dalam negeri nomor 32/30/1952.85

C. Kondisi Bangko setelah kemerdekaan Indonesia

1. Kondisi politik

Setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan maka daerah Bangko

merupakan bagian dari sumatera daerah keresidenan Jambi, saat itu Sumatera

terdiri dari tiga propinsi yaitu Sumatera Selatan, Sumatera Tengah Dan

Sumatera Utara maka keresidenan jambi pada saat itu masuk dari bagian

sumatera tengah yang terdiri dari Jambi, riau dan sumatera Barat dan

kewedanaan Bangko termasuk dari bagian Kabupeten Merangin.86

Ketika itu keresidenan jambi dipimpin oleh R.Inu Kertapati dalam

melancarkan simtem pemerintahan maka keresidenan jambi membagi daerah-

daerah kabupeten yaitu:

1. Kabupaten Merangin yang beribukota di Bangko pada saat itu terdiri

dari Sembilan kewedanaan yaitu:

a. Kewedanaan Petajin di Muara Tebo

b. Kewedanaan Batang Bungo di Muara Bungo

c. Kewedanaan VII dan XI di Teluk Kuali

d. Kewedanaan Semangi di Tanah Tumbuh

e. Kewedanaan Masumai di Bangko

f. Kewedanaan Luhak XI di Muara Siau

84 Zakaria kasim, Data-data perjugan kemerdekaan RI Kecamatan Bangko. hlm 7 85 Badan Perencanaan Pembagunan Daerah Kabupaten Merangin, Profil Merangin tahun 2018, hlm 6 86 Bambang suwando, (1979), Sejarah revolusi kemerdekaan (1945-1949) Daerah Jambi, Jakarta: Depdikbud, hlm 94

52

g. Kewedanaan Tabir di Rantau Panjang

h. Kewedanaan Batang Asai di Lubuk

i. Kewedanaan Sarolagun di Sarolagun.

Pada Tahun 1949 terjadi Agresi meliter Belanda di daerah Jambi maka

kewedanaan Bangko yang merupakan Bagian di Kabupeten Merangin yang

pada saat itu pusat pemerintahan di Bangko yang pimpin oleh Bupati Meliter

M.kamil. 87

2. Kondisi Agama

Kemerdekaaan Indonesia yang telah diproklamasikan pada tangal 17

agustus 1945 meminta para Pemuda, Alim ulama, Guru Agama, untuk

mengajak dalam perang fi sabililah dalam mempertahankan Hak Bangsa,

Tanah air dan agama dari seranngan Belanda yang ingin mejajah Indonesia

kembali, daerah Jambi pada umumnya membentuk sebuah golongan agama

yang ada di jambi khususnya agama Islam yakni sebuah barisan perjuagan

antara lain Hisbullah.88

Didaerah Bangko Sebelum kemerdekaan Indonesia telah berdiri

Pondok pesantren yang terletak di daerah Nalo Tantan yaitu Pondok pesantern

Ahzabiah yang merupakan wadah bagi para masyarakat di daerah Merangin

dalam menuntut ilmu agama.

3. Kondisi Ekonomi

Masa kolonial Belanda meninggalkan dampak yang sangat berarti bagi

perkembagan ekonomi masyarakat di selanjutnya. Pada struktur perekonomian

kolonial memperlihatkan adanya dualisme di satu pihak terdapat sektor industri

modern yang berorintasi di pasar, padat modal dan produksi massal. di pihak

lain berkembang sektor ekonomi tradisional yang berorientasi padat karya dan

sekala kecil. Selain itu terdapat pula diskrepansi spasial produksi. Persoalan

ini yang dihadapi kelak oleh pemerintah republik Indonesia dalam upaya

87 Sejarah revolusi kemerdekaan (1945-1949) Daerah Jambi hlm 96 88 Sejarah revolusi kemerdekaan (1945-1949) Daerah Jambi, hlm 113

53

mengintergrasi perekonomian nasional.89

Pertanian dan perkebunan merupakan faktor yang sangat penting dalam

perekonomian Jambi. Selain kopi dan teh, karet menjadi andalan ekspor Jambi

sejak awal abad 19. Ketika harga karet cukup tinggi berimbas dengan

meningkatnya penghasilan rakyat Jambi, terutama petani karet. Masa tersebut

merupakan kejayaan dan kemakmuran atau disebut juga sebagai "hujan emas".

Selain harga karet yang cukup tinggi, harga hasil bumi lainnya, seperti kopi,

kopra, teh, lada, dan minyak juga meningkat di pasaran ekspor. Hubungan

dagang antara Jambi dengan Singapura, Malaka, dan Cina semakin baik. Jambi

menjual hasil perkebunannya kepada pedagang Cina yang merupakan

pedagang perantara dengan Singapura. Sebaliknya, pedagang Cina membayar

dengan bahan kebutuhan sehari-hari, seperti garam, tekstil, dan lain-lain.

Setalah Indonesia merdeka secara de facto, maka Indonesia menjadi

Negara yang Independen, negara yang seharusnya berdiri sendiri tampa

pengaruh dan pengawasab dari pihak lain terutama dalam hal ini ialah penjajah.

Oleh karena itu bangsa Indonesia harus dapat mengatur kehidupan sendiri

tampa ada pengaruh dari negara lain, karena itu sejak Indonesia merdeka,

Indonesia telah memiliki Undang-Undang dasar 1945 dan Pancasila sebagai

Ideologi dan dasar hidup bernegara dan berbangsa bagi seluruh rakyatnya.

Sebelum kemerdekaan Indonesia kehidupan rakyat di daerah jambi sangat

lah susah di masa penjajan jepang, maka setelah kemerdekaaan Indonesia

secara de pacto oleh pemerintah belanda atas Jawa, Madura, Sumatera pada

tanggal 14 Oktober 1946 ( de factogeang van de republik Indonesia over Java,

Madura, Sumatera wordt erkend) maka kontak perdagangan karet dan dll

antara jambi dan singapura mulai berjalan dengan lancer secara barter.

Melihat keadaan hubungan dagang Singapura-Jambi sudah mulai aktip

bergerak maka residen jambi Rd.Inu Kertopati mengambil kesepakatan dengan

beberapa orang yang di pandang mampu agar dibentuk sebuah badan dagang

yang dapat melaksanakan ekspor terutama karet dan Inpor bahan-bahan

89 Depertemen pendidikan dan kebudayaan RI , Sejarah perekonomian Indonesia. (Jakarta: Dep.Dikbud. 1996) hlm 90

54

kebutuhan rakyat terutama sandang pangan. Sehubung dengan itu maka

berdirilah sebuah badan dagang rakyat dengan nama “PEREKONOMIAN

RAKYAT DJAMBI” dengan singkatan “PERAD” berkantor dibekas kantor

BORSUMIJ (Borneo Sumatera Handelsmaat Schappij) dulunyan kantor

dagang Belanda pada masa jayanya sebelum perang Jepang.90

Pada tahun 1997 daerah Jambi merupakan daerah yang aman dalam

perdagangan, penuh dengan barang-barang sandang pangan hingga dapat

membantu daerah-daerah seperti Sumbar, Bengkulu, Sumsel dan lainnya.

Dengan sibuknya ekspor inpor maka FKI (Fron Kemerdekaan Indonesia)

daerah Jambi sangat besar jasanya terhadap pemerintah RI di jambi karena

Perdagangan berjalan dengan stabil maka semua kebutuhan pemerintah dan

kebutuhan meliter dapat di penuhi.

Masa perjuagan kemerdekaan republik Indonesia daerah Indonesai yang

dapat menghasilakan dollar hanya Jambi dan aceh dengan melihat bahwa

kedua daerah masing-masing dapat membeli pesawat terbang luar negeri untuk

memperjuangkan kemerdekaan republik Indonesia yang berjenis Catalina

yang akhirnya pada agresi meliter II jatuh kesungai Batang hari.91

Pada saat masa perjuagan kemerdekaan Ri di Bangko ekonomi rakyat

Bangko adalah komoditi karet pada waktu itu harga karet 500 per kwintal atau

5000 per ton .

Munurut datuk Rotani Yutaka yang mengatakan bawah:

“Keadaan ekonomi rakyat Bangko pada maso perjugan kemerdekaan RI

di Bangko adalah Karet”92

Sedangkan menurut peryataan bapak Junaidi T. Noor yang megatakan bahwa:

“Dari dulu daerah jambi sudag dikenal dengan kota karet yang memang

pada waktu itu jambi dipaksa oleh Belanda untuk menanam karet, seluruh

tanaman yang ada digantikan dengan karet,tapi kalau sekarang tidak hanya di

90 A.Mukti Nasrudin, Jambi Dalam Sejarah Nusantara 692-1949 M, (Jambi:Arsip Museum Perjuangan Rakyat Jambi), hlm 389 91 Jambi Dalam Sejarah Nusantara 692-1949 M, hlm 390 92 Wawancar denga datuk rotani yutaka tanggal 10 September 2020

55

tanaman karet yang ada di jambi melainkan ada kelapa, sawit, padi dan aneka

sayur”.93

Keadaan ekonomi masyarakat Bangko dari dulu hingga sekarang sudah

pasti banyak mengalami perubahan walaupun tak lepasa di kemiskinan seperti

kita ketahui bahwa sekarang daerah jambi mengalami perubahan yang sangat

pesat seperti saja banyak pabrik industri, perkebunan karet, kelapa sawit. Dan

di bidang pertanian dengan mengahasilakan padi, sayur-sayuran, buah-buahan

dan lain sebagainya.

93 Nanik Pratiwi. Sejarah Pembentukan Provinsi Jambi. Jambi: Skripsi, Fakultas Adab-

Sastra dan Kebudayaan Islam, IAIN STS Jambi. 2013

56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada Bab ini kita sampailah kepada kesimpulan. Dan hal-hal yang penting

terjadi di sekitar kita perjuagan rakyat Bangko dalam mempertahankan

kemerdekaan republik Indonesia (1945-1949). Maka berdasarkan

permasalahan-permasalahan yang di paparkan dalam bab sebelumnya, maka

dikemukakan beberapa kesimpulan yaitu:

1. Penjajahan baik kolonialisme maupun Imprialisme dapat menyebabkan

kemiskinan dan kesengsaraan dan disintegrasi antar umat manusia. Setelah

pasca kemerdekaaan (1945-1949). Maka rakyat Bangko membentuk

organisasi untuk mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia. Di

Bangko mendirikan Organisasi atau laskar pejuang di Bangko, Ialah:

TKR, Hulubalang, Hizbullah.

2. Kedatagan sekutu yang memboncegi NICA membuat kerusuhan di daerah

jambi maka seluruh daerah di Indonesia berusaha untuk mempertahankan

kemerdekaan di daerah jambi, oleh karena itu rakyat di Bangko mempuyai

peran aktip dalam mempertahankan kemerdekaan di wilayah Bangko.

3. Sebelum kemerdekaan Indonesia kehidupan rakyat di daerah jambi sangat

lah susah di masa penjajan jepang, maka setelah kemerdekaaan Indonesia

secara de pacto oleh pemerintah belanda atas Jawa, Madura, Sumatera

pada tanggal 14 Oktober 1946 ( de factogeang van de republik Indonesia

over Java, Madura, Sumatera wordt erkend) maka kontak perdagangan

karet antara jambi dan singapura mulai berjalan dengan lancar dengam

cara barter.

B. Saran

1. Penelitian tentang perjuagan rakyat Bangko ini, bukan merupakan hal

baru, Namun penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak

kekuragan dari metode maupun dari segi data. Oleh karena itu, Penulis

menyarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk melakukan

57

penelitian ini secara lebih mendalam.

2. Semoga tulisan sederhana ini mampu untuk menjadi pemicu bagi

masyarakat luar daerah Bangko untuk lebih mengetahui tentang sejarah

Bangko Khusunya dan Jambi pada umumnya.

3. Kepada Pemerintah Kabupaten Merangin, agar dapat mengembangkan

literature yang berkaitan tentang sejarah perjuagan rakyat Bangko karena

pada saat agaresi meliter Belanda Bangko merupakan tempat yang

strategis pelarian pemerintah sipil ke daerah Bangko.

4. Bagi Para Petani karet agar dapat mengembangkan pengetahuan dan

wawasan mengenai cara mengelolah kebun karet agar dapat mengahilkan

produksi yang maksimal.

C. Kata Penutup

Dengan mengucapakan puji dan syukur kepada allah SWT yang telah

memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya berupa

kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripisi

ini. Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak sekali terdapat kekurangan

dan kesalahan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan

kerendahan hati penulis mengharpakan adanya kritik dan saran yang sipatnya

membagun dari semua pihak demi kesempuraan skripsi ini.

Ahkirnya, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelasikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senatiasa memberikan petunjuk dan rahmat-Nya kepada

kita semua Amin ya rabbal’alamin.

58

DAPTAR PUSTAKA

Buku

Abdurahman, Dudung, 2011 Metode Penelitian Sejarah Islam, Yogyakarta: Ombak.

Badan perencanaan pembagunan daerah kabupaten Merangin, 2018, Profil Kabupaten Merangin

Arsip Nasional Republim Indonesia, 2009, Citra Jambi dalam Arsip, Jakarta: Naskah Sumber Asrip, Seri Citra Daerah Nomor 28.

C.s.t Kansil,dkk, 1993, Sejarah Perjuagan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta:Penerbit Erlangga.

Dewan Harian Daerah 45 Propinsi Sumatera Selatan, Sejarah Dan Peran Subkoss dalam Perjuagan Rakyat Sumbagsel 1945-1950, Palembang: Cv Komring jaya putra.

Dewan harian Daerah angkatan 45 Provinsi Jambi. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Ri 1945-1949 di Provinsi Jambi.

Dewan harian cabang angkatan 45 kabupaten Merangin Sejarah Perjuagan Kemerdekaan RI di Kabupaten Merangin.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982, Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Jambi. Jambi : Dep. Dikbud.

Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1996, Sejarah perekonomian Indonesia. Jakarta: Dep. Dikbud. Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Jambi Museum Perjuangan Rakyat Jambi, 2009, Perjuagan Rakyat Sarolagun Dalam Mengahadapi Agresi Meliter Belanda II 1949-1959.

Gottschalk, Louis, 2008, Mengerti sejarah, Terjemah. Nugroho Notosusanto Jakarta: Universitas Indonesia.

Kuantowijoyo, 2003, Metodologi Sejarah: Edisi Kedua. Yogyakarta Universitas Gajah Mada.

Kementrian Penerangan Republik Indonesai Propinsi Sumatera Tengah.

KBBI (kamus besar bahasa Indonesia)

59

Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia terlengakap, Surabaya: Pusataka Progresif

Kasim Zakaria, Data-data perjuagan kemerdekaan RI di kecamatan Bangko

Nasrudin, A, Mukti, Jambi dalam sejarah Nusantara 629-1995 M, Jambi: Arsip Museum perjuagan rakyat jambi.

M.Abdul Karim, 2005, Islam dan kemerdekaan Indonesia: Yogyakarta Sumbangsih Pers,

Poerwantana, Hugiono, P. K, 1992, Pengantar Ilmu Sejarah, Semarang: Rineka Cipta.

Rustam E. Tamburaka, 2002, Pengantar Ilmu sejarah teori filsafat, sejarah filsafat dan iftek , Jakarta: Rineka cipta.

Suhartono W. Pranoto, 2010, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sidi, Gazalba, 1988, pengantar sejarah sebagai suatu ilmu. Jakarta: Pustaka Anata.

Sugiono, 2013, Metode penelitan Kulalitatif dan R&D : Bandung: Alfabeta.

Sulasman, 2014, Metodologi penelitian Sejarah, Bandung: Pustaka setia.

Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab dan Humaniosa Sastra dan Kebudayaan Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Tim Nasional Penulis sejarah Indonesia, 2012, Sejarah Indonesia Jilid 6 : Balai pustaka.

Poesponegoro, 2010 Sejarah Nasional Indonesia: Zaman pertumbuhan dan perkembagan kerjaan Islam di Indonesia, Balai pustaka.

Skripsi

Jefmi Nofrilian dkk, Area pertempuran Bangko pada masa perjuagan mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia 1945-1949.

60

Nur Laela. Perjuangan Rakyat Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-1949), Skripsi, Yogyakarta UIN Sunan Kalijaga, 2015.

Fuad yogo hardyanto, “Perang Mempertahankan Kemerdekaan di Kebumen (1945-1949), Skripsi, Surakrta Universitas Sebelas Maret 2010.

Syarif Hidayatullah, “Bentuk-bentuk Perjuagan Ulama Dalam Mempertahankan Kemerdekaan di Jambi 1945-1949”, Skripsi, Jambi UIN Jambi 2018.

Nanik Pratiwi, Sejarah pembentukan provinsi Jambi, Skripsi, Jambi: IAIN Jambi 2013.

Internet

http://halomerangin.blogspot.com/2013/10/sejarah-terbentuknya-kabupaten-merangin.html

https://martinis1960.wordpress.com/2016/07/24/ir-soekarno-bermalam-di-bangko/