tugas akhir evaluasi kenyamanan termal di ruang kuliah prodi ...

129
TUGAS AKHIR EVALUASI KENYAMANAN TERMAL DI RUANG KULIAH PRODI TEKNIK LINGKUNGAN GEDUNG MOHAMMAD NATSIR FTSP UII Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Lingkungan ADHITYA CHANDRA PUTERA 13513111 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2020 TA/TL/2020/[1224]

Transcript of tugas akhir evaluasi kenyamanan termal di ruang kuliah prodi ...

TUGAS AKHIR

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL DI RUANG

KULIAH PRODI TEKNIK LINGKUNGAN GEDUNG

MOHAMMAD NATSIR FTSP UII

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Lingkungan

ADHITYA CHANDRA PUTERA

13513111

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2020

TA/TL/2020/[1224]

TUGAS AKHIR

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL DI RUANG

KULIAH PRODI TEKNIK LINGKUNGAN GEDUNG

MOHAMMAD NATSIR FTSP UII Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Lingkungan

ADHITYA CHANDRA PUTERA

13513111

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing:

Dr. Suphia Rahmawati. S.T., M.T.

NIP: 155131313

Dr. Nur Aini Iswati H., S.T., M.Si.

NIP: 185130403 Tanggal: 21 September 2020 Tanggal: 21 September 2020

Mengetahui,*

Ketua Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII

Eko Siswoyo, S.T., M.Sc.ES., Ph.D.

NIP: 025100406

Tanggal: 25 September 2020

ii

HALAMAN PENGESAHAN*

EVALUASI KENYAMANAN TERMAL DI RUANG

KULIAH PRODI TEKNIK LINGKUNGAN GEDUNG

MOHAMMAD NATSIR FTSP UII

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji

Hari : Senin

Tangggal : 21 September 2020

Disusun Oleh:

ADHITYA CHANDRA PUTERA

13513111

Tim Penguji :

Penguji 1 ( Dr. Suphia ahm ati. S.T., M.T. )

Penguji 2 ( Dr. Nur Aini Iswati H., S.T., M.Si. )

Penguji 3 ( Luqman Hakim, S.T., M.Si. )

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkangelar akademik apapun, baik di Universitas Islam Indonesia maupun diperguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini adalah merupakan gagasan, rumusan dan penelitian sayasendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Dosen Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidaksecara tertulis dengan jelas

karya atau pendapat orang lain, kecualisebagai acuan dalam naskah dengan

disebutkan nama penulis dan dalam daftar pustaka.4. Program sofiiuare komputer dalam penelitian ini sepenuhnya

menjadi tanggungjawab saya, tanggungjawab Universitas IslamIndonesia.

5. Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hariterdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka sayabersedia menerima sangsi akademik dengan pencabutan gelar yang sudahdiperoleh, serta sangsi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi.

Adhitya Chandra PuteraNIM: 135131 I I

Yogyakarta, 21 September 2020Yang membuat pernyataan,

PRAKATA

Assalamualikum Wr. W.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat-Nyasehingga dapat berhasil menyusun Tugas Akhir yang berjudul "EvaluasiKenyamanan Termal di Ruang Kuliah Prodi reknik Lingkungan GedungMohammad Natsir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas IslamIndonesia". Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syaratkelulusan di Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Islam Indonesia.

Dalam proses penyusunan tugas akhir ini, penulis mendapatkan banyaksekali bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalamkesempatan ini penulis juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada:1. Keluarga terutama kedua orang tua atas kesabaran dan do'a serta tidak pernah

lelah dalam mendidik dengan tulus dan ikhlas kepada penulis.2. Bapak Eko Siswoyo, S.T., M.Sc., M.Sc.Es., Ph.d. Selaku Ketua Jurusan

Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas IslamIndonesia.

3. Ibu Dr. Suphia Rahmawati, S.T., M.T selaku Pembimbing 1 tugas akhir.4. Ibu Dr. Nur Aini Iswati Hasanah, S.T., M.Si selaku Pembimbing 2 tugas

akhir.5. Seluruh Teman- teman Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia.

Terima kasih telah menjadi teman yang baik dan juga saling berbagiinformasi.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih terdapat kekurangan. Olehkarena itu, Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untukpenyempurnaan laporan tugas akhir ini.

Yogyakarta,2l r 2020

iii

ABSTRAK

ADHITYA CHANDRA PUTERA. Evaluasi Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah

Prodi Teknik Lingkungan Gedung Mohammad Natsir Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Universitas Islam Indonesia. Dibimbing oleh Dr. Suphia Rahmawati,

S.T., M.T. dan Dr. Nur Aini Iswati H., S.T., M.Si.

Kenyamanan termal ruang kuliah mempengaruhi konsentrasi mahasiswa

dalam proses belajar, diperlukan penelitian untuk mengetahui kondisi kenyamanan

termal di ruang kuliah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat

kenyamanan termal dan memberikan rekomendasi peningkatan kenyamanan

termal di ruang kuliah Prodi Teknik Lingkungan Gedung Mohammad Natsir FTSP

UII menggunakan metode Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage

of Dissatisfied (PPD) serta pemberian kuisioner untuk menentukan tingkat

kenyamanan termal di ruang kuliah. Hasil analisis kenyamanan termal di lima

ruang kuliah menunjukan nilai PMV pada pagi hari berkisar +0,7 ~ +1,2, nilai

tesebut masuk kategori slighty warm dengan nilai PPD berkisar dari 15,3% ~

35,2%. Nilai PMV naik drastis pada siang har,i berkisar dari +1,5 ~ +2,1 yang

masuk kategori warm dengan nilai PPD berkisar dari 50,9% ~ 81,1%. Hasil

kuisioner pada pagi hari berkisar dari 60,5% ~ 80,1% sedangkan pada siang hari

mengalami penurunan drastis berkisar dari 48,6% ~ 63,6%. Nilai PMV, PPD dan

hasil kuisioner menunjukkan kondisi kenyamanan termal di ruang kuliah tidak

nyaman untuk digunakan beraktivitas, maka dibutuhkan peningkatan kondisi

termal ruang kuliah melalui penggunaan direct evaporative cooling, lapisan

insulasi termal Phase Change Material (PCM) dan air conditioner.

Kata kunci: Kenyamanan Termal, Kuisioner PMV, PPD.

iv

ABSTRACT

ADHITYA CHANDRA PUTERA. Evaluation of Thermal Comfort in the

Lecture Room of Environmental Engineering Study Program, Mohammad Natsir

Building, Faculty of Civil Engineering and Planning, Islamic University of

Indonesia. Supervised by Dr. Suphia Rahmawati, S.T., M.T., and Dr. Nur Aini

Iswati H., S.T., M.Si.

The lecture room thermal comfort affects the concentration of students in the

learning process. Research is needed to determine the thermal comfort conditions

in the lecture hall. This study aims to evaluate the level of thermal comfort and

provide recommendations for increasing thermal comfort in the lecture room of the

Environmental Engineering Study Program, Mohammad Natsir Building, FTSP

UII using the Predicted Mean Vote (PMV) and Predicted Percentage of Dissatisfied

(PPD) methods as well as giving questionnaires to determine the level of thermal

comfort in the lecture room. The results of the thermal comfort analysis in five

lecture halls show that the PMV value in the morning ranges from +0.7 ~ +1.2, the

value is in the slightly warm category with the PPD value ranging from 15.3% ~

35.2%. The PMV value increases drastically during the day, it ranges from +1.5 ~

+2.1 which is in the warm category with PPD values ranging from 50.9% ~ 81.1%.

The results of the questionnaire in the morning ranged from 60.5% ~ 80.1%, while

at noon, it decreased drastically, ranging from 48.6% ~ 63.6%. PMV, PPD, and

questionnaire results show that the thermal comfort conditions in the lecture room

are not comfortable to use for activities, so it is necessary to improve the thermal

conditions of the lecture room through the use of direct evaporative cooling (DEC),

Phase Change Material (PCM) thermal insulation and air conditioner.

Keywords: PMV, PPD, Thermal Comfort, Questionnaire.

v

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

vi

DAFTAR ISI

PRAKATA ii

ABSTRAK iii

ABSTRAC iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xiii

LAMPIRAN xv

DAFTAR NOTASI xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 3

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Manfaat Penelitian 4

1.5. Ruang Lingkup 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Kenyamanan Termal 5

2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal 6

2.2.1. Faktor Lingkungan 6

2.2.2. Faktor Individu 9

2.3. Peningkatan Kenyamanan Termal di Dalam Ruangan 11

2.4. Analisis Kenyamanan Termal 21

2.5. Jam Puncak Sinar Matahari 23

2.3 Standar Kenyamanan Termal 24

vii

2.6. Peneliti Terdahulu 27

BAB III METODE PENELITIAN 35

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 36

3.2. Pemilihan Ruangan Kuliah 36

3.3. Metode Pengumpulan Data 39

3.4. Data Primer Penelitian 41

3.4.1. Temperatur Udara 42

3.4.2. Temperatur Radiasi 43

3.4.3. Insulasi Pakaian 43

3.4.4. Kelembapan Relatif 43

3.4.5. Aktivitas Mahasiswa (Metabolisme) 44

3.4.6. Kecepatan Udara 44

3.4.7. Survey Kenyamanan Termal 44

3.5. Data Sekunder Penelitian 45

3.6. Analisis data 45

3.6.1. Analisis Survey Kenyamanan Termal 47

3.6.2. Analisis Data Temperatur Radian 48

3.6.3. Analisis Data Nilai Insulasi Pakaian 48

3.6.4. Analisis Data Nilai PMV dan PPD 49

3.6.5. Analisis Peningkatan Kenyamanan Termal di Ruangan Kuliah 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 53

4.1. Gambaran Umum Penelitian 53

4.2. Analisis Parameter Kenyamanan Termal 54

4.2.1. Temperatur Udara 56

4.2.2. Temperatur Radiasi Pendugaan 58

viii

4.2.3. Kelembapan Relatif 59

4.2.4. Kecepatan Udara 61

4.2.5. Insulasi Pakaian dan Nilai MET 61

4.3. Nilai Predicted Mean Vote (PMV) 63

4.4. Survey Kenyamanan Termal dan PPD 64

4.5. Standar Kenyamanan Termal 68

4.6. Rekomendasi Peningkatan Kenyamanan Termal 71

4.6.1. Direct Evaporative Cooling (DEC) 71

4.6.2. Termal Insulasi dengan Phase Change Material 73

4.6.3. Air Conditioner (AC) 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 78

5.1. Simpulan 78

5.2. Saran 79

DAFTAR PUSTAKA 80

LAMPIRAN 86

ix

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

x

DAFTAR TABEL

1 Nilai Insulasi Pakaian Berdasarkan SNI 03-6572-2001 10

2 Nilai Met Berbagai Aktifitas 12

3 Shading Coeficient untuk Elemen Arsitektur 16

4 Hasil Pengurangan Panas dari Radiasi Matahari oleh Jendela 18

5 Shading Coeficient untuk Elemen Lansekap 19

6 Kecepatan Angin 20

7 Shadding Coefficient untuk Berbagai Jenis Material Kaca 22

8 Radiasi Matahari dan Serapan Kalor 24

9 Koefisien Serapan Kalor Akibat Pengaruh Warna 25

10 Selisih Serapan Kalor Sinar Matahari dengan Permukaan Cat Putih 25

11 Hubungan Radiasi Sinar Matahari, Temperatur dan Kelembapan Relatif 26

12 Batas Kenyamanan Termal 26

13 Penelitian-Penelitian Terdahulu 27

14 Kondisi Eksisting Ruangan Kuliah Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII 37

15 Metode Pengukuran Data Primer 42

16 Insulasi Pakaian Berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017 46

17 Kecepatan Angin dan Pengaruh terhadap Kenyaman termal 51

18 Kondisi Eksisting Ruangan Kuliah (Objek Penelitian) 54

19 Data Kondisi Kenyamanan Termal Outdoor di Sekitar UII 56

20 Rata-Rata Mahasiswa hadir perkuliahan saat pengukuran 58

21 Data Nilai Insulasi Pakaian & Nilai MET 62

22 PMV dan PPD Ruangan Kuliah pada pagi hari 63

23 PMV dan PPD Ruangan Kuliah pada Siang Hari 64

24 Rekapitulasi Data Hasil Kuisioner dan PPD Pagi Hari 65

25 Rekatipulasi Data Hasil Kuisioner dan PPD Siang Hari 66

26 Kepuasan Termal Mahasiswa Rekapitulasi Data Hasil Kuisioner Rata-Rata

dan PPD 68

27 Hasil Evaluasi Kenyamanan Termal Berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017

69

xi

28 Hasil Evaluasi Kenyamanan Termal Berdasarkan SNI 03-6572-2001 70

29 Nilai PMV & PPD Setelah Pengaplikasian Rekomendasi 76

xii

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xiii

DAFTAR GAMBAR

1 Desain Jendela Cantilever (Overhang) 14

2 Desain Jendela Horizontal Louver Screen 14

3 Desain Jendela Eggcrate 15

4 Desain Jendela Louver Overhang (Horizontal) 16

5 Desain Jendela Panel (Awning) 17

6 Desain Jendela Vertical Louver 17

7 Jarak Pohon 19

8 Proses Konduksi 21

9 Alur Penelitian 35

10 Lokasi Penelitian 36

11 Lantai 2 Gedung Muhhammad Natsir FTSP UII 38

12 Lantai 3 Gedung Muhammad Natsir FTSP UII 40

13 Titik Pengambilan Tiap Ruangan Kuliah 41

14 Anemometer Digital Lutron LM-8000A 45

15 Rata-Rata 5 Hari Data Temperatur Udara 57

16 Rata-Rata 5 Hari Data Temperatur Radiasi Pendugaan 59

17 Rata-Rata 5 Hari Data Kelembapan Relatif 60

18 Rekapitulasi Data Hasil Kuisioner Rata-Rata 67

19 Proses Direct Evaporative Cooling 72

20 Evaporative Cooler 73

21 Phase Change Material pada Dinding 74

22 Air Conditioner 75

xiv

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xv

LAMPIRAN

1 Kuisioner Penelitian Kenyamanan Termal Ruangan Kuliah di Gedung

Mohammad Natsir FTSP UII 87

2 Hasil Pengukuran Pagi Hari (09:30-10:30) 88

3 Hasil Pengukuran Siang Hari (13:30-14:30) 90

4 Nilai Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage of Dissatisfied

(PPD) 92

5 Hasil Kuisioner Pagi Hari 97

6 Hasil Kuisioner Siang hari 102

xvi

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xvii

DAFTAR NOTASI

𝑓𝑐𝑙 = Rasio permukaan orang ketika berpakaian dan tidak berpakaian

ℎ𝑐𝑙 = Konvektif heat transfer dalam (W/m² K)

𝐼𝑐𝑙 = Nilai insulasi pakaian (clo)

M = Tingkat aktivitas (W/m²)

Pa = Kelembapan Udara (Pa)

PMV = Predicted Mean Vote

PPD = Predicted Percentage Dissatiesfied

Ps = Tekanan uap air pada kondisi jenuh

RKT = Respon Kenyamanan Termal Responden

T = Temperatur udara (°C)

𝑡𝑎 = Temperatur udara (°C)

𝑇𝑏𝑝 = Temperatur basah pendugaan (°C)

𝑡𝑐𝑙 = Temperatur permukaan pakaian (°C)

𝑡𝑟 = Temperatur radiasi (°C)

V = Kecepatan aliran udara (m/s)

W = Aktivitas luar (W/m²)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kenyamanan termal dibutuhkan agar manusia dapat beraktifitas dengan

produktifitas yang tinggi pada ruangan kerjanya. Menurut ANSI/ASHRAE (2017)

kenyamanan termal adalah kondisi pikiran yang menjelaskan kualitas kepuasan

seseorang terhadap lingkungan termalnya, dengan kata lain kenyamanan termal

terdiri dari tiga aspek yaitu psikologis, fisiologis dan fisik yang dapat berbeda setiap

orangnya. ASHRAE (The American Society of Heating, Refrigerating and Air-

Conditioning Engineer) sendiri adalah sebuah asosiasi professional yang berupaya

memajukan desain dan konstruksi system pemanas, ventilasi, pendingin udara dan

pendingin (HVAC&R). Salahsatu upaya nya adalah dengan menerbitkan standar

teknik untuk meningkatkan kenyamanan termal di dalam ruangan.

Dalam menentukan kenyamanan termal suatu zona/area diperlukan suatu

metode yang dapat melihat persepsi dominan yang dirasakan oleh sekelompok

sampel pada area tersebut. Metode yang disarankan berdasarkan ASHRAE

Standard 55-2017 adalah metode Predicted Percentage Dissatisfied (PPD) dan

Predicted Mean Vote (PMV), yang mana PMV adalah skala yang menunjukan

rentang sensasi temperatur yang dirasakan manusia dengan tujuh skala, yakni -3

(sangat dingin), -2 (dingin), -1 (sejuk), 0 (netral), +1 (hangat), +2 (sangat panas),

serta +3 (sangat panas) sedangkan PPD merupakan banyaknya orang (dalam

persentase) yang tidak puas terhadap keadaan termal di lingkungan sekitar.

Parameter lingkungan yang diperlukan untuk menghitung nilai PMV dan PPD

adalah temperatur udara, temperatur radiasi, kelembapan udara, kecepatan udara

dan parameter individu yang meliputi kegiatan di dalam ruangan (metabolic rate)

dan insulasi pakaian. Metode survey juga dilakukan sebagai cara mengukur tingkat

kepuasaan mahasiswa terhadap kondisi kenyamanan termal di ruangan kuliah yang

2

sangat subjektif, Survey dilakukan kepada semua mahasiswa yang mengikuti

perkuliahan saat dilakukan pengukuran.

Jiang dkk (2019) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara temperatur

ruangan, penerangan dan kelembapan realtif dengan kesehatan yang berhubungan

dengan isu seperti kebosanan, mudah Lelah dan kesulitan berkonsentrasi yang

mempengaruhi produktivitas dan kinerja belajar. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian oleh Wargocki and Wyon (2007) pada ruang kelas di Denmark yang

mengukur kinerja pelajar dalam mengerjakan tugas sekolah dari membaca sampai

matematika, Hasilnya menunjukkan bahwa pengurangan temperatur kelas memiliki

efek yang positif pada kinerja belajar pelajar di dalam kelas, ketika temperatur

menurun dari 25ºC menjadi 20ºC kecepatan rata-tata pengerjaan tugas meningkat

sekitar 2% per 1ºC penurunan temperatur. Jadi dapat disimpulkan bahwa

kenyamanan termal di dalam ruangan sangat mempengaruhi kesehatan dan

produktivitas seseorang terutama pada kegiatan belajar dan mengajar di ruangan

perkuliahan.

Temperatur ruangan yang optimal berdasarkan BSN (2003) berkisar antara

20,5ºC-27,1ºC, jika temperatur udara terlalu rendah dapat menyebabkan infeksi

pernapasan, asthma, menggigil dan mengantuk sedangkan jika terlalu tinggi dapat

menyebabkan hyperthermia, heat stroke, kelelahan, dan keringat berlebih (World

Health Organization, 1991) Hal tersebut dapat mengurangi produktivitas dan

kesehatan pengguna ruangan sehingga diperlukan kualitas kenyamanan termal yang

optimal di dalam ruangan perkuliahan agar mahasiswa dan dosen dapat

berkonsentrasi dalam proses belajar dan mengajar.

Koenigsberger dkk (1974) menjelaskan bahwa Indonesia sebagai negara

yang memiliki iklim tropis lembab dimana iklim tersebut sangat sulit ditangani

untuk mendapatkan tingkat kenyamanan termal yang optimal tanpa pengkondisian

udara buatan berupa pemasangan AC (air conditioner). Oleh karena itu,

dikarenakan alasan produktivitas belajar mengajar dan kesehatan pengguna

ruangan kuliah yaitu mahasiswa dan dosen diperlukan penelitian ini untuk

mengevaluasi kualitas kenyamanan termal pada ruangan kuliah Gedung

Mohammad Natsir Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

3

Indonesia sesuai dengan SNI 03-6572-2001 tentang tata cara perancangan system

ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung dan ASHRAE Standard

55-2017 tentang kondisi lingkungan termal untuk hunian manusia. Hasil evaluasi

tersebut digunakan sebagai acuan dalam perbaikan sarana dan prasarana di dalam

ruangan kuliah sehingga dapat meningkatkan kualitas kenyamanan termal di

ruangan kuliah yang memiliki tingkat kenyamanan termal yang dibawah standar.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi kenyamanan termal di ruangan kuliah Prodi

Teknik Lingkungan di Gedung Mohammad Natsir FTSP UII apakah

sudah sesuai dengan SNI 03-6572-2001 dan ASHRAE 55-2017?

2. Seberapa besar tingkat kepuasaan mahasiswa terhadap kondisi

kenyamanan termal sebagai pengguna ruangan kuliah Prodi Teknik

Lingkungan di Gedung Mohammad Natsir FTSP UII?

3. Bagaimana peningkatan kualitas kenyamanan termal di ruangan

kuliah Prodi Teknik Lingkungan di Gedung Mohammad Natsir FTSP

UII?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kondisi kenyamanan termal ruangan kuliah Prodi Teknik

Lingkungan di Gedung Mohammad Natsir FTSP UII berdasarkan

dengan SNI 03-6572-2001 dan ASHRAE Standard 55-2017.

2. Mengetahui tingkat kepuasaan mahasiswa terhadap kondisi

kenyamanan termal sebagai pengguna ruangan kuliah Prodi Teknik

Lingkungan di Gedung Mohammad Natsir FTSP UII

3. Memberikan rekomendasi peningkatan kenyamanan termal melalui

perbaikan sarana dan prasarana di ruangan kuliah Prodi Teknik

Lingkungan di Gedung Mohammad Natsir FTSP UII.

4

1.4. Manfaat Penelitian

Selain memiliki beberapan tujuan, penelitian ini juga diharapkan memiliki

manfaat berupa:

1. Mengetahui tingkat kenyamanan termal pada ruangan kuliah Prodi Teknik

Lingkungan di Gedung Mohammad Natsir FTSP UII.

2. Mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kondisi kenyamanan termal

pada ruangan kuliah Prodi Teknik Lingkungan di Gedung Mohammad Natsir

FTSP UII.

3. Dapat memberikan rekomendasi terhadap sarana dan prasarana ruangan kuliah

untuk meningkatkan kualitas kenyamanan termal sesuai dengan standar yang

ada demi tercapainya kondisi belajar dan mengajar yang kondusif.

1.5. Ruang Lingkup

Kajian utama yang dipermasalahkan dalam penelitian ini adalah kondisi

kenyamanan termal di dalam ruangan. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi

dengan ruang lingkup sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian dilaksanakan di ruangan kuliah II/3, VIP, II/8, III/8

dan III/14 di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII dengan

batasan cakupan hanya pada presepsi terhadap tingkat kenyamanan

termal.

2. Pengukuran dan analisis tingkat kenyamanan termal berdasarkan SNI

03-6572- 2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan

Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung dan ASHRAE

Standard 55-2017 Thermal Environmental Conditions for Human

Occupancy dengan metode PMV dan PPD.

3. Penelitian ini hanya sebatas meneliti parameter kenyamanan termal

berupa temperatur udara, temperatur radian, kelembapan relatif,

kecepatan udara, insulasi pakaian, metabolisme aktivitas mahasiswa

dan kuisioner kenyamanan termal mahasiswa menggunakan metode

PMV dan PPD.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kenyamanan Termal

Kenyamanan sangat penting bagi tubuh agar manusia dapat beraktifitas

dengan efektif dan efesien pada ruangannya. Menurut ANSI/ASHRAE (2017),

kenyamanan termal adalah sensai termal yang dirasakan oleh tubuh dan pikiran

yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan termalnya

yang meliputi tiga aspek yaitu fisiologis, fisik dan psikologis. Dapat disimpulkan

dari pernyataan tersebut bahwa kenyamanan termal juga merupakan sebuah

pengalaman rasa terkait kondisi termal sekitarnya, dapat berbeda antara satu orang

dengan dengan lainnya. Keseimbangan temperatur tubuh dengan temperatur

lingkungan sekitarnya merupakan prinsip kenyamanan termal. Jika terjadi

perbedaan temperatur yang signifikan antara tubuh manusia dengan lingkungan

sekitarnya akan menimbulkan ketidaknyamanan termal. Menurut Nagashima dkk

(2018) kenyamanan termal dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim yaitu temperatur

radiasi, temperatur udara, kecepatan angin dan kelembapan udara, serta beberapa

faktor individu seperti insulasi pakaian, tingkat metabolisme.

Bangunan dibuat untuk menunjang aktivitas manusia dengan kondisi alam

iklim yang nyaman sehingga diperlukan bangunan yang dimodifikasi dan didesain

agar memiliki kondisi kenyamanan termal yang diinginkan. Susanti and Aulia

(2016) menyebutkan bahwa arah bangunan terhadap sinar matahari berpengaruh

kepada kondisi kenyamanan termal bangunan. Jumlah dan letak dari ventilasi yang

berhubungan dengan pertukaran udara juga mempengaruhi kenyamanan termal

bangunan. Salah satu cara meningkatkan kenymanan termal adalah dengan

memasang alat penyejuk seperti kipas angin dan AC (air conditioner). Faktor-

faktor tersebut kurang diperhatikan dalam mendesain suatu ruangan terutama

ruangan kuliah yang membutuhkan kenyamanan termal yang nyaman agar proses

belajar dan mengajar yang kondusif.

6

Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengukur tingkat

kenyamanan termal suatu ruangan melalui pendekatan motode Predicted Mean

Vote (PMV) dan metode Predicted Percentage Percentage of Dissaitisfied (PPD).

Metode – metode tersebut merupakan penilaian subjektif pengguna yang

dinyatakan dalam tujuh skala sensasi termal, yaitu: Very Cold (-3), Cold (-2),

Slightly Cold (-1), Neutral (0), Warm (1), Slightly Hot (2) dan Hot (3).

2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal

Kenyamanan termal terdiri dari faktor individu, lingkungan dan rekayasa

termal bangunan. Hal-hal tersebut menjadi dasar dalam mendesain bangunan yang

nyaman.

2.2.1. Faktor Lingkungan

A. Temperatur Udara

Menurut Kotta (2008) daerah khatulistiwa menerima radiasi sinar matahari

sehingga memiliki temperatur udara yang tinggi, bidang daratan menjadi panas dua

kali lipat lebih cepat dari bidang air dengan luas yang sama. Bidang air kehilangan

sebagian energi panasnya karena penguapan, sebab temperatur udara sebagian

besar ditentukan oleh pantulan udara dengan permukaan tanah, maka terjadilah

temperatur udara lebih tinggi dengan kelembaban udara yang rendah dan

temperatur sedang dengan kelembaban udara yang tinggi. Temperatur udara harian

maksimum tercapai beberapa saat setelah intensitas cahaya maksimum kira-kira 2

(dua) jam setelah berkas sinar matahari jatuh tegak lurus pada waktu tengah hari

karena itu pertambahan panas tertinggi pada gedung terdapat pada fasade bagian

barat sehingga patokan umum dapat dianggap bahwa temperatur tertinggi sekitar 2

(dua) jam setelah posisi matahari tertinggi dan temperatur terendah sebelum

matahari terbit temperatur sudah mulai naik lagi pada saat matahari mulai terbit

karena adanya penyebaran radiasi pada langit.

Panas yang diterima gedung pada daerah iklim tropis yang akan masuk ke

dalam ruangan melalui atap dan dinding jika dicegah dengan aliran udara pada

permukaan secara alami maupun buatan. Panas yang terjadi dalam gedung tidak

menurun dari luar gedung pemanasan yang terjadi dapat disebabkan oleh radiasi

7

matahari Iangsung, radiasi difus dan radiasi gelombang panjang dari permukaan

gedung di sekitarnya. Selain radiasi matahari, gedung menenima panas dari dalam

ruangan seperti panas lampu, peralatan listrik, mesin yang bekerja, dapur yang

sedang dipakai memasak dan panas tubuh penghuni yang menguap.

Manusia merasa nyaman jika temperatur tubuhnya sekitar 37℃. Temperatur

tubuh manusia dipengaruhi oleh temperatur yang berada di lingkungan sekitarnya,

dalam hal ini temperatur udara dapat berpindah dari tempat bertemperatur tinggi ke

tempat yang bertemperatur rendah berdasarkan hokum termodinamika. Temperatur

dalam ruangan yang sehat berkisar antara 18℃ - 26℃ (Mentri Kesehatan

Republik Indonesia, 2016) .

B. Temperatur Radian

Objek yang menghasilkan atau mengeluarkan panas dapat memancarkan atau

mengradiasikan panas ke lingkungan sekitarnya. Dalam melepas atau menerima

panas ke atau dari lingkungan temperatur radiasi memiliki kemampuan lebih besar

daripada temperatur udara. Desain arah bangunan sangat mempengaruhi besaran

temperatur radiant yang dihasilkan dikarenakan paparan sinar matahari yang

berbeda–beda tergantung menuju kemana arah bangunan. Temperatur radian dapat

dihitung dengan persamaan berikut:

𝑻𝒆𝒎𝒑𝒆𝒓𝒂𝒕𝒖𝒓 𝑹𝒂𝒅𝒊𝒂𝒏 = (𝟎. 𝟕 × 𝑻𝒃𝒑 ) + (𝟎, 𝟑 × (𝟏, 𝟑𝟔 × 𝑻) − 𝟐. 𝟑𝟓𝟖)

Keterangan:

𝑻𝒃𝒑 : Temperatur basah pendugaan (°C)

T : Temperatur udara (°C)

Temperatur radiasi pada bangunan dapat dikurangin dengan isolasi panas.

Isolasi panas dapat dilakukan dengan memilih bahan bangunan yang kurang atau

lambat dalam menyerap panas dan menanap pohon disekitar bangunan yang dapat

menaungi bangunan dari paparan sinar matahari (Auliciems & Szokolay, 2007).

8

C. Kecepatan Angin

Kecepatan aliran udara dalam ilmu kilmatologi adalah kecepatan udara arah

horizontal pada ketinggian 2 (dua) meter dari permukan tanah yang datar, jadi angin

permukaan kecepatannya dapat dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang

dilalui. Menurut Rahim (2002), kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh

perbedaaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin dan resistensi medan

yang dilalui.

Menurut Baharuddin dkk (2015), kecepatan angin adalah salahsatu fakto

penting dalam perencanaan bangunan. Ruangan dengan kecepatan udara yang kecil

membuat ruangan menjadi cepat jenuh dan tidak sehat karena kadar konsentrasi

CO² meningkat, serta kadar oksigen menipis (kelembaban mendekati 100 RH%).

Kenyamanan termal dalam ruangan tidak dapat tercapai, penghuni ruangan akan

berkeringat sementara keringat tidak dapat menguap pada udara sudah jenuh tanpa

adanya aliran udara.

Aliran udara dapat melepas panas pada permukaan kulit dengan cara

penguapan yang kemudian dapat menurunkan temperatur pada kulit. Kecepatan

udara berbanding lurus dengan panas yang hilang, hal ini dapat terjadi jika

temperatur udara outdoor lebih rendah dibanding temperatur rata -rata kulit sebesar

23°C, temperatur tubuh dapat meningkat jika temperatur udara dalam ruangan juga

meningkat. Penguapan tetap terjadi dalam kondisi termal tersebut, tetapi panas yang

diterima oleh tubuh tidak dapat lagi meimbangi pendinginan akibar aliran udara di

dalam ruangan. Lippsmeier (1997) menjelaskan standar kecepatan udara di dalam

ruangan:

1. 0,1–0,25 m /det, nyaman tanpa dirasakan ada gesekan udara.

2. 0,25-0,5 m/det, nyaman gesekan udara sudah terasa.

3. 0,5-1,0 m/det, gerakan udara terasa ringan.

4. 1,0-1,5 m/det, aliran udara ringan sampai tidak menyenangkan.

5. Di atas 1,5 m/det tidak menyenangkan diperlukan pengkondisian udara.

9

D. Kelembapan Udara

Menurut Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam Sofyan,(2002)

kelembaban udara yang sering digunakan adalah kelembaban relatif (RH) yang

merupakan perbandingan antara tekanan uap air aktual dengan tekanan uap air pada

kondisi jenuh, umumnya dinyatakan dalam persentase, yaitu:

RH = (Pa/Ps) x 100%

Pa = Tekanan uap air aktual

Ps = Tekanan uap air pada kondisi jenuh

*Jika udara dalam kondisi jenuh uap air, maka: Pa = Ps dan RH = 100%.

Udara jenuh adalah udara yang tidak mampu lagi menyerap air dalam besaran

temperatur udara tertentu, karena udara tersebut telah memiliki uap air maksimum.

misalnya temperatur udara 38℃ dapat menyerap lima kali lebih banyak uap air

dibanding temperatur udara 2℃. Jadi titik jenuh berbanding lurus dengan

temperatur udara. Temperatur lembab menunjukkan konsumsi antara temperatur

bola kering dan kadar kelembaban udara. Besaran tekanan uap air yang dirasakan

manusia tidak nyaman sebesar di atas 2 (dua) kpa (kilo pascal). Pendinginan tubuh

dengan penguapan keringat pada permukaan kulit mulai sulit terjadi dan udara tidak

dapat lagi menyerap uap untuk menjaga kenyamanan tubuh. Kelembaban udara

yang nyaman berada pada besaran 30 RH% - 60 RH% serta perubahannya tidak

melebihi 2 RH% per jam.(ANSI/ASHRAE, 2017).

2.2.2. Faktor Individu

A. Insulasi Pakaian

Pakaian yang digunakan sangat mempengaruhi kenyamanan termal

seseorang di dalam ruangan dikarenakan pakaian mempengaruhi tingkat pelepasan

panas tubuh, jika pakaian yang digunakan memiliki bahan yang tipis maka

pelepasan kalor pun akan banyak terjadi dan begitupun sebaliknya. Menurut

ANSI/ASHRAE (2017), pakaian berpengaruh dalam kenyamanan termal pada

besar nilai insulasinya. Insulasi pakaian diukur dengan satuan Clo. Standar nilai

insulasi pakaian adalah ≤ 0.5 Clo (Susanti & Aulia, 2013) yang tiap nilai Clo per

jenis pakaian dapat dilihat pada Tabel 1 Nilai Insulasi Pakaian Berdasarkan SNI 03-

10

6572-2001.

Total nilai insulasi ditentukan dengan total nilai Clo per setiap jenis pakaian

yang dikenakan, rumus digunakan untuk menghitung nilai insulasi pakaian

ditunjukan sebagai berikut:

Pada Lelaki nilai clo = 0,727 (Jumlah nilai Clo per jenis pakaian) + 0,113

Pada Perempuan nilai clo = 0,770 (Jumlah nilai Clo per jenis pakaian) + 0,050

B. Metabolisme

Semakin banyak atau berat seseorang melakukan aktivitas fisik, semakin

cepat metabolisme di tubuh terjadi yang menyebabkan tubuh mengeluarkan lebih

banyak panas untuk menghindari overheat pada tubuh. Satuan untuk mengukur

metabolisme adalah MET (1 MET = 58 W/m² permukaan tubuh). Umumnya

manusia yang berumur termasuk dewasa permukaan kulitnya sebesar 1,7 m² dan

manusia yang beraktivitas dengan nilai metabolism sebesar 1 MET, kehilangan

panas (Heatloss) sebesar kira-kira 100 W. Tingkat metabolism diukur

menggunakan rata-rata aktivitas manusia yang telah dilakukan selama 1 jam

terakhir. Tabel 2 Nilai Met Berbagai Aktifitas menunjukan nilai metabolisme dari

berbagai aktifitas (ANSI/ASHRAE, 2017).

Tabel 1 Nilai Insulasi Pakaian Berdasarkan SNI 03-6572-2001

Pria Clo Wanita Clo

Singlet tanpa lengan 0,06 Kutang dan Celana dalam 0,05

Kaos berkerah 0,09 Rok dalam - setengah 0,13

Celana Dalam 0,05 Rok dalam - penuh 0,19

Kemeja, ringan lengan

pendek 0,14 Blus - ringan 0,20 (a)

Kemeja, ringan lengan

panjang 0,22 Blus - berat 0,29 (a)

Waistcoat - ringan 0,15 Pakaian - ringan 0,22 (a, b)

Waistcoat - berat 0,29 Pakaian - berat 0,70 (a, b)

Celana - ringan 0,26 Rok - ringan 0,10 (b)

Celana - berat 0,32 Rok - berat 0,22 (b)

11

Pria Clo Wanita Clo

Sweater - ringan 0,2 (a) Celana panjang wanita -

ringan 0,26

Sweater - berat 0,37 (a) Celana panjang wanita -

berat 0,44

Jaket - ringan 0,22 Sweater - ringan 0,17 (a)

Jaket - berat 0,49 Sweater - berat 0,37 (a)

Kaos tumit 0,04 Jaket - ringan 0,17

Kaos dengkul 0,1 Jaket - berat 0,37

Sepatu 0,04 Kaos kaki panjang 0,01

Sepatu bot 0,08 Sandal 0,02

Sepatu 0,04

Sepatu bot 0,08

*Catatan:

A. Dikurangi 10% jika tanpa lengan atau lengan pendek.

B. Ditambah 5% jika panjangnya dibawah dengkul,

Sumber: SNI 03-6572-2001

2.3. Peningkatan Kenyamanan Termal di Dalam Ruangan

Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai iklim tropis dengan

temperatur udara, paparan sinar matahari dan kelembaban udara yang tinggi.

Temperatur udara maksimum rata-rata 27°C-32°C, temperatur udara minimum rata

rata 20°C-23°C, kelembaban udara rata-rata 75 RH%-80 RH%, curah hujan selama

setahun antara 1000-1500 mm, kondisi langit umumnya berawan dengan jumlah

awan antara 60%-90%, radiasi matahari global harian rata-rata bulanan adalah

sekitar 400 watt/m2, kecepatan angin rata -rata sekitar 2–4 m/detik. Sedangkan

temperatur yang kita butuhkan agar dapat beraktifitas dengan baik adalah

temperatur nyaman optimal (22,8°C-25,8°C dengan kelembaban 70%) (Pomfret &

Hashemi, 2017).

Desain bangunan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dimana bangunan

tersebut berada karena salahsatu tujuan bangunan adalah membuat kondisi iklim di

dalam banguan nyaman untuk penghuninya. Kondisi iklim tersebut adalah

temperatur udara, kelembapan udara, temperatur radiasi dari sinar matahari dan

12

kecepatan udara (Rahim, 2002). Kondisi iklim didalam ruangan didesain untuk

memperoleh suatu kondisi temperatur dan visual yang diinginkan oleh pengguna

bangunan.

Kondisi temperatur di dalam bangunan sangat dipengaruhi oleh temperatur

luar atau iklim setempat. Jika kondisi temperatur luar sangat menyimpang dari

kondisi di dalam bangunan yang diinginkan, maka diperlukan usaha yang lebih

besar untuk mengatasinya. Temperatur di dalam bangunan akan dapat lebih tinggi

dari temperatur udara di sekitar bangunan. Demikian juga sebaliknya, temperatur

di dalam bangunan akan dapat lebih rendah dari temperatur di luar bangunan. Untuk

mendapatkan kondisi temperatur yang diinginkan oleh pengguna bangunan, maka

dalam proses perancangan bangunan perlu mempertimbangkan faktor iklim

setempat, sifat fisika bahan bangunan, serta perancangan orientasi bangunan dan

sistem perlindungan terhadap radiasi matahari (Mangunwijaya, 2000).

Faktor lain dalam perancangan bangunan yang dapat mempengaruhi

temperatur internal adalah orientasi. Orientasi bangunan terhadap arah angin akan

mempengaruhi perletakan lubang bukaan pada dinding bangunan. Angin langsung

dapat masuk dalam bangunan melalui lubang-lubang pada dinding bangunan dan

mempengaruhi tempertur ruangan.

Tabel 2 Nilai Met Berbagai Aktifitas

Jenis Aktifitas W/m2 met

Beristirahat

Tidur 40 0,7

Berbaring 45 0,8

Duduk 60 1

Berdiri 70 1,2

Berjalan (di lantai)

0,89 m/s 115 2

1,34 m/s 150 2,6

1,79 m/s 220 3,8

13

Jenis Aktifitas W/m2 met

Lanjutan Tabel 2.2

Kegiatan Kantor

Membaca, Duduk 55 1

Menulis 60 1

Mengetik 65 1,1

Pengarsipan, Duduk 70 1,2

Pengarsipan, Berdiri 80 1,4

Jalan - Jalan 100 1,7

Mengangkat / Mengepak 120 2,1

Sumber: ASHARE-55 (2017)

A. Orientasi terhadap Matahari

Arah bangunan terhadap sinar matahari mempengaruhi tingkat radiasi

matahari yang diserap bangunan. Panas yang diterima oleh bangunan berbanding

lurus dengan luas bagian bangunan yang terpapar sinar matahari. Oleh karena itu,

sisi bangunan terluas berorientasi ke arah Utara-Selatan untuk mengurangi paparan

sinar matahari dari arah timur atau barat dan sisi bangunan yang lebih kecil,

menghadap Timur–Barat yang menerima radiasi matahari langsung.

Apabila posisi bangunan dengan arah Barat atau Timur diharuskan,

disarankan tidak menggunakan jendela di sisi barat atau timur banguan karena

radiasi sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan (melalui

bukaan/kaca) temperatur udara di dalam. Efek menyilaukan ketika sudut matahari

sedang rendah mengganggu kenyamanan penghuni. Gambar 1 Desain Jendela

Cantilever (Overhang) dan Gambar 2 Desain Jendela Horizontal Louver Screen ini

adalah salah satu contoh jendela pelindung terhadap radiasi matahari (solar shading

device) untuk bidang bangunan menghadap utara atau selatan.

14

Sumber: Egan (1975)

Gambar 1 Desain Jendela Cantilever (Overhang)

Bagian bidang bangunan yang menghadap barat atau timur dapat

menggunakan desain jendela seperti pada Gambar 3 Desain Jendela Eggcrate dan

Gambar 4 Desain Jendela Louver Overhang (Horizontal) untuk mengurangi efek

silau karena sudut matahari yang rendah.

Sumber: Egan (1975)

Gambar 2 Desain Jendela Horizontal Louver Screen

Selain sebagai pelindung radiasi matahari, jendela juga berfungsi untuk

mengurangi angin yang masuk ke bangunan seperti design jendela pada Gambar 5

Desain Jendela Panel (Awning) dan Gambar 6 Desain Jendela Vertical Louver.

Efektifitas pelindung matahari dinilai dengan angka shading coefficient (S.C) yang

menunjukkan besar energi matahari yang ditransmisikan ke dalam bangunan.

15

Sumber: Egan (1975)

Gambar 3 Desain Jendela Eggcrate

Angka shadding coefficient menunnjukan nilai sebesar 1,0 (semua panas sinar

matahari dialirkan, misalnya: jendela kaca tanpa pelindung) sampai 0 (tidak ada

energi matahari yang ditranmisikan). Warna bangunan mempengaruhi besaran nilai

shading coefficient (S.C) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 Hasil Pengurangan

Panas dari Radiasi Matahari oleh Jendela. Egan (1975) menjelaskan nilai shading

coefficient menurut tipe pelindung yang digunakan pada Tabel 3 Shading Coeficient

untuk Elemen Arsitektur.

Nilai tersebut menjelaskan tipe Egg-Crate dan Vertical Louver (moveable)

sangat efesien untuk digunakan untuk menghindari paparan sinar matahari, hanya

11% panas sinar matahari yang dialirkan ke dalam bangunan.

B. Orientasi terhadap Angin (Ventilasi Silang)

Iklim tropis memiliki kecepatan angin yang rendah. Angin dapat dialirkan ke

dalam ruangan dengan ventilasi. Ventilasi digunakan untuk memasukkan udara

bersih dari luar ke dalam ruangan dan menghilangkan udara kotor di dalam ruangan.

Ventilasi juga berguna untuk memasukkan oksigen dan mengeluarkan CO2 dari

dalam ruangan untuk metabolisme tubuh, menghindari polusi udara akibat proses

pernapasan tubuh (CO² dan bau) dan aktivitas di dalam bangunan. Ventilasi

berperan dalam menurunkan temperature udara dan kelembaban udara (terutama di

daerah tropis lembab), terutama untuk perumahan. Jumlah ventilasi tergantung

jumlah pengguna ruangan dan fungsi bangunan itu sendiri (Simons dkk., 2014).

16

Tabel 3 Shading Coeficient untuk Elemen Arsitektur

No Elemen Pelindung Shading Coefficient

Elemen arsitektur (eksternal):

1 Egg-Crate 0,10

2 Panel atau Awning (warna muda) 0,15

3 Horizontal Louver Overhang 0,20

4 Horizontal Louver Screen 0,60 – 0,10

5 Cantilever 0,25

6 Vertical Louver (permanen) 0,30

7 Vertical Louver (moveable) 0,15-0,10

Sumber: Egan (1975)

Bangunan berposisi melintang dengan angin primer membutuhkan

temperature udara yang rendah. Efek ventilasi silang di dalam ruangan dapat

ditingkatkan dengan lubang jendela dengan berbagai jenis dan posisi untuk

menghindari meningkatnya kelembapan udara dan menetapnya udara panas di

dalam ruangan (Egan, 1975).

Sumber: Egan (1975)

Gambar 4 Desain Jendela Louver Overhang (Horizontal)

Menurut Mangunwijaya (2000), pergantian udara ideal apabila volume

ruangan 5 m³/orang udara dapat diganti sebanyak 15 m³/orang/jam. Bila volume

kecil dari 5 m³/orang maka pergantian udara adalah 25 m³/jam. Selanjutnya

dilelaskan bahwa ada dua tipe ventilasi, yaitu ventilasi horisontal dan ventilasi

17

vertikal. Pengaruh-pengaruh buruk yang ditimbulkan bagi kesehatan manusia

akibat ventilasi udara yang tidak lancar sebagai berikut ini:

Berkurangnya kadar oksigen di udara dalam ruangan.

Bertambahnya kadar asam karbon dari pernafasan manusia.

Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia.

Temperatur udara dalam ruangan naik karena panas yang dikeluarkan

oleh badan manusia.

Kelembaban ruangan bertambah karena penguapan air dari kulit dan

pernafasan manusia.

Sumber: Egan (1975)

Gambar 5 Desain Jendela Panel (Awning)

Ruangan memerlukan ventilasi untuk menghindari akumulasi panas pada

ruangan tersebut.. Ventilasi atap sangat berarti untuk mencapai temperatur ruangan

yang rendah.

Sumber: Egan (1975)

Gambar 6 Desain Jendela Vertical Louver

18

C. Vegetasi

Pohon dan vegetasi berfungsi untuk melindungi bangunan atau ruangan dari

radiasi matahari. Pohon dapat menurunkan termperatur udara di sekitarnya karena

daun dari pohon tersebut menyerap radiasi matahari yang digunakan untuk

melakukan fotosintesis. Vegetasi juga mengurangi temperatur udara pada

permukaan bangunan dan lantainya.

Tabel 4 Hasil Pengurangan Panas dari Radiasi Matahari oleh Jendela

No

Jenis pembayangan:

pembayang dicat pada sisi datangnya sinar

Berkurang bila

dibandingkan dengan

yang tidak dicat

1 Jalusi di luar menghalangi penyinaran langsung diberi

warna putih, krem.

15%

2 Jalusi dari tembaga putih tipis kemiringan matahari lebih

dari 40° sehingga matahari tidak masuk, diberi warna

gelap

15%

3 Markis dari kanvas, sisi samping terbuka, warna gelap

sedang

25%

4 Jalusi model “Venetian Blinds‟ di bagian dalam jendela.

Kisi-kisi menghalangi penyinaran langsung. Bahan:

aluminium yang memantulkan sinar secara difus.

45%

5 Penutup jendela, putih atau krem 55%

Sumber: Mangunwijaya (1988)

Penelitian Lippsmeier (2013) di Afrika Selatan pada ketinggian 1m di atas

permukaan perkerasan (beton), terjadi peningkatan temperatur udara sampai 4°C

jika membandingkan dengan termperatur yang memiliki ketinggian yang sama di

atas permukaan rumput. Perbedaan temperatur meningkat menjadi 5°C ketika

rumput mendapat perlindungan dari paparan sinar matahari. Pohon yang

dimanfaatkan sebagai pelindung dari paparan sinar matahari dijelaskan dengan

angka shading coefficient seperti Tabel 5 Shading Coeficient untuk Elemen

Lansekap.

19

Tabel 5 Shading Coeficient untuk Elemen Lansekap

No Elemen Pelindung Shading Coefficient

Elemen Lansekap

1 Pohon Tua (dengan efek pembanyangan

yang besar) 0,25-0,20

2 Pohon Muda (dengan sedikit efek

pembanyangan) 0,60-0,50

Sumber: Egan (1975)

Aliran udara dapat dialirkan ke dalam bangunan dengan memanfaatkan phon

dan tanaman. Letak vegetasi yang salah dapat mengurangi udara bersih dan sejuk

terutama pada musim panas. Menurut Egan (1975), posisi pohon atau vegetasi

dengan bangunan sangat mempengaruhi desain ventilasi bangunan. Pepohonan

dapat digunakan untuk “windbreak‟ pada daerah yang memiliki kecepatan angin

yang cukup besar selain itu mengurangi kecepatan angin sebesar lebih dari 30 %

apabila jarak antara bangunan dan pohon sebesar 5 x tinggi pohon.

Sumber: Egan (1975)

Gambar 7 Jarak Pohon

Bangunan didesain agar kecepatan angin pada daerah pedestrian dan bukaan

memiliki nilai kurang dari 10 mph (mil per jam). Pengujian dengan menggunakan

model bangunan yang berskala untuk memprediksi kekuatan bangunan terhadap

kecepatan angin seringkali harus dilakukan dengan menggunakan terowongan

angin (wind tunnels). Di bawah ini menunjukkan bagaimana pengaruh kecepatan

angin terhadap manusia pada Tabel 6 Kecepatan Angin.

20

Tabel 6 Kecepatan Angin

Kecepatan Angin

(dalam mph) Pengaruhnya terhadap manusia

0-2 Tidak ada angin

2-10 Angin terasa di wajah dan rambut

10-20 Debu naik, kertas terbang, rambut dan pakaian berantakan

20-25 Kekuatan Angin terasa di tubuh

25-30 Payung susah digunakan

30-55 Susah berjalan, manusia terasa seperti didorong angin

55-100 Angin Topan/Badai, berbahaya bagi manusia dan struktur

>100 Kekuatan Angin Tornado, sangat berbahaya bagi manusia

dan struktur

Sumber: Egan, 1975

D. Material/Bahan Bangunan

Panas masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi (lewat dinding,

atap, jendela kaca) dan radiasi matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca.

Radiasi matahari memancarkan sinar ultra violet (6%), cahaya tampak (48%) dan

sinar infra merah yang memberikan efek panas sangat besar (46%). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa radiasi matahari adalah penyumbang jumlah panas terbesar

yang masuk ke dalam bangunan. Besar radiasi matahari yang ditransmisikan

melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade bangunan yaitu perbandingan

luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan (wall to wall ratio), jenis dan

tebal kaca yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 7 Shadding Coefficient untuk

Berbagai Jenis Material Kaca.

21

Gambar 8 Proses Konduksi

Radiasi matahari pada bangunan diserap dan dipantulkan oleh dinding

bangunan. Panas diserap kemudian dialirkan ke dinding bangunan yang memiliki

temperatur lebih rendah. Tiap bahan bangunan memiliki angka koefisien serapan

kalor yang berbeda-beda (%) yang dapat dilihat pada Tabel 8 Radiasi Matahari dan

Serapan Kalor. Serapan kalo berbanding lurus dengan panas yang diteruskan ke

dalam ruangan.

Warna juga berpengaruh terhadap angka serapan kalor. Warna-warna muda

memiliki angka serapan kalor yang lebih sedikit dari pada warna tua. Warna putih

memiliki angka serapan kalor paling sedikit (10%-15%), sebaliknya warna hitam

dengan permukaan tekstur kasar dapat menyerap kalor sampai 95% seperti terlihat

pada Tabel 9 Koefisien Serapan Kalor Akibat Pengaruh Warna dan Tabel 10 Selisih

Serapan Kalor Sinar Matahari dengan Permukaan Cat Putih.

2.4. Analisis Kenyamanan Termal

Predicted Mean Vote (PMV) merupakan skala yang menjelaskan sensasi

termal yang dirasakan penghuni ruangan terhdapan lingkungan sekitarnya entah itu

dingin ataupun panas. Sensai termal pada PMV terdiri dari tujuh skala, yakni -3

22

(sangat dingin), -2 (dingin), -1 (sejuk), 0 (netral), +1 (hangat), +2 (panas), serta +3

(sangat panas). Nilai nol adalah netralitas termal, bukan kenyamanan termal

(ANSI/ASHRAE, 2017).

Tabel 7 Shadding Coefficient untuk Berbagai Jenis Material Kaca

NNo Jenis Kaca Shading

Coefficient Warna Tebal

1

Kaca Bening

-

-

-

1⁄4 inci

3⁄8 inci

0,95

0,90

2

Heat Absorbing

glass

-

abu2, bronze, atau

green tinted

-

1⁄16 inci

1⁄2 inci

0,75

0,50

3

Revlective glass

-

dark gray metallized

light gray metallized

-

-

0,35 s/d 0,20

0,60 s/d 0,35

Sumber: Egan (1975)

Kenyamanan termal dapat diukur setelah factor individu dan lingkungan telah

diukur dengan menentukan nilai indeks PMV (Susanti & Aulia, 2013), yang

didasarkan pada keseimbangan panas dari tubuh manusia.

Untuk menghitung nilai PMV digunakan persamaan berikut:

PMV = 𝟎, 𝟑𝟎𝟑𝒆−𝟎,𝟎𝟑𝟔𝑴 + 𝟎. 𝟎𝟐𝟖𝒙[(𝑴– 𝑾)– 𝟑. 𝟎𝟓𝒙𝟏𝟎−𝟑𝟓𝟕𝟑𝟑– 𝟔. 𝟗𝟗(𝑴 −

𝑾) − 𝑷𝒂– 𝟎. 𝟒𝟐(𝑴 − 𝑾)– 𝟓𝟖. 𝟏𝟓– 𝟏. 𝟕𝒙𝟏𝟎−𝟓𝑴(𝟓𝟖𝟔𝟕 −

𝑷𝒂)– 𝟎. 𝟎𝟎𝟏𝟒𝑴(𝟑𝟒 − 𝒕𝒂)– 𝟑. 𝟗𝟔𝑿𝟏𝟎−𝟖𝒇𝒄𝒍{𝒕𝒄𝒍 + 𝟐𝟕𝟑)𝟒– (𝒕𝒓 +

𝟐𝟕𝟑)𝟒– 𝒇𝒄𝒍(𝒕𝒄𝒍– 𝒕𝒂)]

23

Dimana:

𝒕𝒄𝒍 = 𝟑𝟓. 𝟕– 𝟎. 𝟎𝟐𝟖(𝑴– 𝑾)– 𝟎. 𝟏𝟓𝟓𝑰𝒄𝒍[𝟑. 𝟗𝟔𝒙𝟏𝟎−𝟖𝒇𝒄𝒍{𝒕𝒄𝒍 + 𝟐𝟕𝟑)𝟒[(𝒕𝒓 +

𝟐𝟕𝟑)𝟒} + 𝒇𝒄𝒍𝒉𝒄𝒍(𝒕𝒄𝒍– 𝒕𝒂)]

𝒉𝒄 = 𝒎𝒂𝒙(𝟐. 𝟑𝟖(𝒕𝒄𝒍– 𝒕𝒂)𝟎. 𝟐𝟓𝟏𝟐. 𝟏√𝑽)

𝒇𝒄 = 𝟏. 𝟎 + 𝟎. 𝟐 𝑰𝒄𝒍 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑰𝒄𝒍 < 𝟎, 𝟓 𝒄𝒍𝒐

𝟏. 𝟎𝟓 + 𝟎. 𝟏 𝑰𝒄𝒍 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑰𝒄𝒍 > 𝟎, 𝟓 𝒄𝒍𝒐

Keterangan:

M: Tingkat aktivitas (W/m²)

W: Aktivitas luar (W/m²), 0 untuk sebagian besar aktivitas

𝒇𝒄𝒍: Rasio permukaan orang ketika berpakaian dan tidak berpakaian

𝒕𝒄𝒍: Temperatur permukaan pakaian (°C)

𝒕𝒓: Temperatur radiasi (°C)

𝒉𝒄𝒍: Konvektif heat transfer dalam (W/m² K)

𝒕𝒂: Temperatur udara (°C)

𝑷𝒂: Kelembaban udara (Pa)

𝑰𝒄𝒍: Nilai insulasi pakaian (clo)

V: Kecepatan aliran udara (m/s)

Predicted Percentage Dissatisfied (PPD) merupakan banyaknya orang (dalam

persentase) yang tidak puas terhadap keadaan termal di lingkungan sekitar.

Semakin besar presentase PPD, maka semakin banyak penghuni yang merasa tidak

nyaman. Fanger (1982) ,menghubungkan nilai PMV dan PPD seperti formula

berikut:

𝑷𝑷𝑫 = 𝟏𝟎𝟎– 𝟗𝟓𝒆𝒙𝒑– (𝟏𝟎. 𝟎𝟑𝟑𝟓𝟑𝑷𝑴𝑽𝟒– 𝟎. 𝟐𝟏𝟕𝟗 𝑷𝑴𝑽𝟐)

2.5. Jam Puncak Sinar Matahari

Berdasarkan penelitian Saputro dkk (2005), intensitas radiasi sinar matahari

mengalami kenaikan dari pagi hari dan mencapai puncak pada jam 14:00 WIB yang

kemudian mulai mengalami penurunan setelahnya. Perubahan intensitas radiasi

sinar matahari yang mempengaruhi temperatur udara dan kelembapan relatif

24

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 Hubungan Radiasi Sinar Matahari, Temperatur

dan Kelembapan Relatif.

Tabel 8 Radiasi Matahari dan Serapan Kalor

Permukaan Bahan Serapan Kalor (%)

Asbes semen baru 42-59

Asbes semen sabgat (6 tahun terpakai) 83

Kulit bitumen/aspal 86

Kulit bitumen bila dicat alumunium 40

Genteng keramik merah 62-66

Seng (baru) 64

Seng (kotor sekali) 92

Solulose cat putih 18

Solulosa cat merah 57

Solulosa cat hitam 94

Solulosa cat kelabu hitam 90

Sumber: Egan (1975)

Berdasarkan Tabel 11 Hubungan Radiasi Sinar Matahari, Temperatur dan

Kelembapan Relatif dapat disimpulkan bahwa peningkatan intensitas akan diikuti

dengan peningkatan temperatur. Dengan berkurangnya tingkat intensitas radiasi

sinar matahari, akan menyebabkan turunnya temperatur udara dan meningkatnya

kelembapan relatif.

2.3 Standar Kenyamanan Termal

Standar kenyamanan termal di daerah beriklim tropis untuk bangunan

(indoor) dengan menggunakan penghawaan alami atau ventilasi yaitu antara 23°C-

25

26°C pada ASHRAE Standard 55-2017 tentang kondisi termal lingkungan untuk

hunian manusia (ANSI/ASHRAE, 2017). Selain itu, berdasarkan BSN (2001) pada

SNI 03-6572- 2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan

Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung termasuk bangunan umum seperti

Gedung Mohammad Natsir FTSP UII, tingkatan temperatur udara yang nyaman

untuk orang Indonesia ada tiga bagian batas kenyamanan termal yang dapat dilihat

pada Tabel 12 Batas Kenyamanan Termal.

Tabel 9 Koefisien Serapan Kalor Akibat Pengaruh Warna

Permukaan Serapan Kalor (%)

Dikapur putih (baru) 10-15

Dicat minyak (baru) 20-30

Marmer/Pualam putih 40-50

Kelabu madya 60-70

Batu bata, beton 70-75

Hitam mengkilat 80-85

Hitam kasar 90-95

Sumber: Mangunwijaya (1988)

Tabel 10 Selisih Serapan Kalor Sinar Matahari dengan Permukaan Cat Putih

Pukul (Siang Hari) Temperatur pelat-pelat

seng Pelat Biasa (°F) Bila dicat putih (°F)

Selisih

temperatur (°F)

2.4 127 106 21

2.45 134 108.5 25.5

3.5 128 10.,5 21.5

4.3 114 99 15

26

5.25 102.5 93.5 9

6.1 89 86.5 2.5

6.35 85 84.5 0,5

Sumber: Mangunwijaya (1988)

Tabel 11 Hubungan Radiasi Sinar Matahari, Temperatur dan Kelembapan Relatif

Waktu Rata-Rata Intensitas

(lux)

Rata-Rata

Temperatur (°C)

Rata-Rata

Kelembapan Relatif

(%)

jam 10-11 90646.00 ± 538.30 538.30 32.39 ± 1.30 41.6 ± 3.66

jam 11-12 100994.00 ± 791.70 33.94 ± 1.03 38.5 ± 7.59

jam 12-13 120234.00 ± 631.30 34.86 ± 0.70 38.6 ± 4.79

jam 13-14 123016.00 ± 635.16 35.11 ± 1.58 35.4 ± 5.91

jam 14-15 104278.00 ± 564.24 34.08 ± 1.46 38.3 ± 6.78

jam 15-16 88570 ± 554.96 32.99 ± 1.41 41.6 ± 4.99

jam 16-17 66090.4 ± 548.70 32.14 ± 1.44 44.1 ± 6.01

Sumber: Saputro (2005)

Tabel 12 Batas Kenyamanan Termal

Kondisi Temperatur (TE) Kelembaban/RH (%)

Sejuk Nyaman 20,5°C TE - 22,8°C TE 50%

Ambang Batas 24°C TE 80%

Nyaman Optimal 22,5°C TE - 25,8°C TE 70%

Ambang Batas 28°C TE

Hangat Nyaman 25,8°C TE - 27,1°C TE 60%

27

Ambang Batas 31°C TE

Sumber: SNI 03-6572-2001.

2.6. Peneliti Terdahulu

Daftar penelitian-penelitian terdahulu yang telah di lakukan dapat dilihat

pada Tabel 13 Penelitian-Penelitian Terdahulu.

Tabel 13 Penelitian-Penelitian Terdahulu

Tabel 13 Penelitian-Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Tujuan Hasil

1 Baharu

ddin

dkk.

(2017)

Pengaruh

Kecepatan

Aliran Udara

Terhadap

Tingkat

Kenyamanan

Termal di

Ruang

Kuliah

Menginvestigasi efek

kecepatan udara pada

kenyamanan termal

penghuni

(Mahasiswa) di

dalam ruang kuliah

berventilasi alami

Kenyamanan termal

responden di dalam

ruangan dengan

ventilasi alami sangat

ditentukan oleh

kecepatan udara.

Meskipun temperatur

udara 27°C bahkan

mencapai 32°C,

sebagaian responden

tetap merasa nyaman.

Hal ini terjadi jika di

dalam

ruangan terdapat aliran

udara yang mengenai

responden dengan

kecepatan tidak melebihi

1m/det. Setelah

kecepatan aliran udara

28

Tabel 13 Penelitian-Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Tujuan Hasil

melewati 1 m/det,

responden mulai merasa

tidak nyaman.

2 Jiang

dkk.

(2014)

Measuring

Students

Thermal

Comfort and

Its Impact on

Learning

Mengetahui dan

mengukur bagaimana

dampak kenyamanan

termal bias

berdampak pada

kinerja belajar

mahasiswa.

1) Mengubah temperatur

ruangan beberapa kali

derajat Celsius bisa

berdampak TC; (2)

Proses belajar dan

mengajar menjadi

optimal ketika

kenyamanan termal

tidak terlalu tinggi atau

tidak terlalu rendah

(hubungan U terbalik).

Namun, kami juga

menemukan dampak

termal kenyamanan

belajar lebih kuat selama

tutorial sesi ketiga (3)

Keterlibatan,

sebagaimana dilabeli

oleh pengamat eksternal,

berkorelasi dengan

belajar.

3 Kotta,

M

Husni.

Temperatur

Netral dam

Retang

Mengetahui rentang

temperatur nyaman

Hasil dari penelitian

yang dilakukan pada 596

orang pekerja kantoran

29

Tabel 13 Penelitian-Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Tujuan Hasil

(2008)

Temperatur

Nyaman

Manusia

Indonesia

(Studi Kasus

Penelitian

pada

Bangunan

Kantor di

Makasar

manusia Indonesia menunjukan merasa

nyaman pada temperatur

udara 24,9°C sampai

28,5°C dan 25,1°C

sampai 27,9°C pada

temperatur operatif.

4 Rahim

(2002)

Pengaruh

Orientasi

Bangunan

Terhadap

Temperatur

Ruang pada

Rumah

Sederhana

Tipe 21

Perumnas

BTP

Makassar

Untuk mengetahui

apakah orientasi

bangunan memiliki

pengaruh terhadap

temperatur ruang

pada rumah tipe 21

Hasil yang didapatkan

menunjukan orientasi

bangunan sangat

berpengaruh terhadap

terhadap temperatur

ruang dimana orientasi

bangunan yang

menghadap arah dari

timur ke barat dengan

bukaan menghadap

selatan atau utara

memiliki temperatur

yang lebih dingin karena

tidak terpapar langsung

sinar matahari daripada

yang menghadap kearah

lain.

30

Tabel 13 Penelitian-Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Tujuan Hasil

5 Saputro

dkk.

(2005)

Studi

Pengaruh

Area

Perkerasan

Terhadap

Perubahan

Temperatur

Udara (Studi

Kasus Area

Parkir Plaza

Senayan,

Sarinah

Thamrin dan

Stasiun

Gambir

Untuk mengetahui

perubahan

temperatur udara dan

kelembapan udara di

tempar parkir

perkotaan (Plaza

Senayan, Sarinah

Thamrin dan Stasiun

Gambir)

Hasil Penelitian

menunjukan bahwa

temperatue udara

meningkat dari pagi dan

mencapai puncang pada

siang hari jam 14:00

WIB. Tempat parkir

yang memiliki

pelindung sinar matahari

menunjukan 0,33°C-

0,84°C lebih rendah

daripada yang ridak

menggunakannya.

6 Sofyan

(2002)

Studi

Tingkat

Kenyamanan

Termal pada

Ruang

Pelajar dan

Studio

Gambar

Universitas

Pepabri

Makasar

Tujuan dalam

penelitian ini untuk

mengukur tingkat

kenyamanan termal b

di ruang kuliah dan

studio gambar di

Universitas Pepabri

Makasar.

Kondisi termal yang

dirasakan pada ruang

besar, sedang, kecil pada

Universitas Pepabri

Makasar berada pada

kondisi netral menuju

hangat yanga mana

PMV sebesar 0,6-0,7

dengan nilai PPD

berkisar 12,5%-15,3%.

Nilai temperatur efektif

pada kisaran hangat

31

Tabel 13 Penelitian-Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Tujuan Hasil

nyaman yaitu 26℃-

27.2℃. Sedangkan nilai

THI berada pada kondisi

sedang yaitu 26,2.

7 Wargoc

ki dan

Wyon

(2017)

The Effects

of

Moderately

Raised

Classroom

Temperatur

and

Classroom

Ventilation

Rate on the

Performance

of

Schoolwork

by Children

Mengetahui efek

peningkatan

temperatur udara di

dalam kelas dan

penggunaan ventilasi

pada kinerja belajar

murid

Kinerja belajar pada tes

perhitungan dan Bahasa

secara signifikan

meningkat ketika

temperatur udara

dikurangi dari 25℃

sampai 20℃. Ketika

laju suplai udara

ditingkatkan dari 5,2

sampai 9,6 L/s per

orang, Kinerja mereka

pada 4 tugas berhitung

meningkat secara

signifikan.

8 Simmo

ns dkk.

(2014)

An

Assesment

of Thermal

Comfort in

Multi Storey

Office

Building in

Ghana.

Makalah ini

bertujuan menilai

termal kenyamanan

di gedung

perkantoran

bertingkat

(berventilasi alami

dan mekanis) di

Temperatur rata-rata

25˚C untuk Gedung

perkantoran bertingkat

dengan ventilasi

mekanik termasuk

dalam batas yang dapat

diterima ASHRAE

kisaran temperatur 23˚C

32

Tabel 13 Penelitian-Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Tujuan Hasil

Accra, Ibukota kota

Ghana menggunakan

model Predicted

Mean Votes (PMV)

dan Predicted

Percentage of

Dissaitisfied Persons

(PPD)

- 26˚C (musim panas).

Sementara itu kepuasan

subjek rata-rata untuk

MVB 87,5% juga berada

dalam kisaran ISO 7730

75% dan hamper 90%

dari ASHRAE dari total

kepuasan subjek yang

tidak demikian halnya

dengan Gedung

perkantoran bertingkat

dengan ventilasi alami.

9 Pomfret

dan

Hashem

i (2017)

Thermal

Comfort in

Zero Energy

Buildings

Makalah ini

bertujuan

mengevaluasi

kenyamanan termal

di gedung-gedung

nol energi domestik.

Peningkatan massa

termal mengurangi

risiko panas berlebih dan

meningkatkan

kenyamanan termal

ruangan. Peningkatan

massa termal dapat

memberikan manfaat

yang signifikan dalam

hal kenyamanan termal

di gedung berenergi

rendah.

33

34

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

35

92

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif untuk menganalisis data-data kenyamanan termal di ruangan kuliah

Teknik Lingkungan di Gedung Mohammad Natsir FTSP UII. Alur penelitian dapat

dilihat pada Gambar 9 Alur Penelitian dibawah ini.

Gambar 9 Alur Penelitian

102

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gedung Mohammad Natsir Fakultas Teknik Sipil

dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia yang beralamat Jalan Kaliurang Km

14,5, Kec. Ngemplak, Kab Sleman, Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta, 55584

dengan titik kordinat -7.6869,110.4127 yang dapat dilihat di Gambar 10 Lokasi

Penelitian. Pengambilan data dimulai pada 9 Maret 2020 sampai 13 Maret 2020

pada musim hujan, dilakukan selama 5 hari pada hari Senin sampai Jumat

dikarenakan hari Sabtu dan Minggu tidak ada kegiatan perkuliahan.

Gambar 10 Lokasi Penelitian

3.2. Pemilihan Ruangan Kuliah

Pemilihan titik pengambilan sampel didasarkan pada luas, kapasitas

mahasiswa yang dapat ditampung, alat penyejuk yang tersedia seperti kipas angin

dan AC (air conditioner) dan lokasi ruangan kuliah berada karena mempengaruhi

seberapa banyak paparan sinar matahari didapatkan. Keempat faktor tersebut

menjadi dasar pemilihan ruangan kuliah yang akan dijadikan titik pengambilan

ruangan kuliah dalam penelitian ini. Detail keempat faktor yang telah disebutkan

dapat dilihat pada Tabel 14 Kondisi Eksisting Ruangan Kuliah Prodi Teknik

Lingkungan FTSP UII di bawah ini.

37

Tabel 14 Kondisi Eksisting Ruangan Kuliah Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII

Lantai Ruangan

Kuliah

Luas

(m²) Blok

Jumlah

Kursi Ventilasi AC

Kipas

Sirkulasi

Kipas

Angin

2

II/3 108 B 90 11 - - 3

II/5 108 B 50 5 - - 3

II/8 94,5 D 35 5 - - 2

VIP/JTL 54 B 35 2 2 - 2

Sidang/JTL 54 C 41 6 1 - -

3

III/6 54 B 44 3 - - 3

III/7 72 B 55 2 - - 3

III/8 72 B 52 2 - - 3

III/9 54 B 44 6 - 2 -

III/14 54 A 50 2 - 4 2

Sumber: Tim Redesain Unit VII-FTSP UII, 2001.

Gedung Mohammad Natsir FTSP UII di desain menghadap ke 4 arah mata

angin dimana Blok B menghadap utara, Blok A menghadap Barat, Blok C

menghadap timur dan Blok D menghadap selatan. Ruangan kuliah di Blok C dan

ruangan kuliah Blok B dan D yang berada di bagian timur yang terkena langsung

paparan sinar matahari terbit. Sedangkan saat matahari mulai terbenam ruangan

kuliah yang terpapar langsung sinar matahari adalah ruangan kuliah di Blok A dan

ruangan kuliah di Blok B dan D yang berada di bagian barat. Lokasi tiap ruangan

kuliah dapat dilihat pada Gambar 11 Lantai 2 Gedung Muhhammad Natsir FTSP UII

dan Gambar 12 Lantai 3 Gedung Muhammad Natsir FTSP UII.

102

Sumber: Tim Redesain Unit VII-FTSP UII, 2001

Gambar 11 Lantai 2 Gedung Muhhammad Natsir FTSP UII

Berdasarkan kondisi eksisting tiap ruang kuliah yang telah disebutkan di

Tabel 14 Kondisi Eksisting Ruangan Kuliah Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII, lokasi

tiap ruang kuliah dan orientasi arah matahari dimana dari arah timur matahari terbit

dan di arah barat terbenam maka ruang kuliah yang digunakan sebagai titik

pengambilan sampel adalah ruang II/3, II/8, VIP, III/8 dan III/14.

Pemilihan tiap ruang kuliah didasarkan pada:

a. Ruang II/3 berada di bagian tengah blok B lantai 2, memiliki luas

ruangan, jumlah kursi dan ventilasi yang tergolong besar

dibandingkan ruangan kuliah yang lain.

b. Ruang II/8 berada di bagian timur blok D lantai 2 sehingga

terpapar langsung sinar matahari terbit, memiliki luas ruangan

yang sama dengan ruang II/3 tetapi memiliki jumlah kursi dan

ventilasi yang lebih sedikit.

39

c. VIP berada di bagian timur blok B di lantai 2, memiliki luas dan

jumlah kursi yang tergolong sedang dibandingkan ruangan kuliah

yang lain. Memiliki 2 air conditioner yang tidak selalu digunakan

dan jumlah kipas angin dan ventilasi yang sedikit.

d. Ruang III/8 berada bagian timur Blok B lantai 3 sehingga terpapar

langsung sinar matahari terbit, memiliki luas ruangan dan jumlah

kursi yang sedang dibandingkan ruangan kuliah yang lain dan

memiliki jumlah ventilasi yang sedikit.

e. Ruang III/14 berada di bagian Blok A lantai 3 sehingga terpapar

langsung sinar matahari saat mulai terbenam, memiliki luas

ruangan lebih kecil dibandingkan ruangan kuliah yang lain dan

menggunakan banyak alat penyejuk berupa kipas angin

dibandingkan ruang kuliah lain.

Kelima ruangan kuliah tersebut diharapkan dapat mewakili keseluruhan

kondisi kenyamanan termal ruangan kuliah yang digunakan Prodi Teknik

Lingkungan FTSP UII.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data Penelitian didapatkan melalui pengukuran, pengamatan dan pemberian

kuisioner parameter terkait pada tiap ruangan kuliah di pagi dan hari. Parameter

tersebut antara lain dapat dilihat pada Tabel 15 Metode Pengukuran Data Primer.

Dikarenakan perubahan temperatur sepanjang hari disaat proses belajar dan

mengajar terjadi serta menyesuaikan dengan jadwal perkuliahan sehingga tahapan

pengumpulan data di ruangan kuliah dilaksanakan pada 2 waktu, yaitu pukul 09.30-

10.30 WIB yang mewakili pagi hari dan 13.30-14.30 WIB yang mewakili siang

hari. Diharapkan 2 waktu tahapan pengumpulan data tersebut mewakili keseluruhan

kondisi kenyamanan termal proses belajar dan mengajar yang terjadi di ruangan

kuliah.

102

Sumber: Tim Redesain Unit VII-FTSP UII, 2001

Gambar 12 Lantai 3 Gedung Muhammad Natsir FTSP UII

Pengukuran data primer dilakukan setelah 15 menit responden memasuki

ruangan kuliah. Ruangan kuliah dikondisikan dengan jendela terbuka, kipas angin

dengan kecepatan maksimal dan tidak menggunakan AC (air conditioner) dalam

waktu 15 menit dengan responden didalamnya. 15 menit merupakan waktu minimal

yang diperlukan untuk melakukan pengukuran berdasarkan ASHRAE Standart 55-

2017. Pengukuran data primer kenyamanan termal dilakukan dalam rentang waktu

2 menit dan alat ukur anemometer diletakkan pada 1,1 meter dari lantai di setiap 5

titik per ruangan kuliah sesuai dengan standar ASHRAE- Standart 55-2017 yang

dapat dilihat pada Gambar 13 Titik Pengambilan Tiap Ruangan Kuliah. Pada saat

yang sama, para responden diberikan kuisioner untuk mengetahui kepuasaan

mahasiswa terhadap kondisi kenyamanan termal di ruangan kuliah tersebut.

41

Responden yang diberikan kuisioner adalah semua mahasiswa yang menghadiri

perkuliahan pada waktu pengukuran tersebut. Hal ini dilakukan agar mendapatkan

data keseluruhan kondisi kenyamanan termal yang diinginkan dikarenakan luas

ruangan kuliah yang berbeda-beda.

*Keterangan:

A. Titik Pengambilan Depan Kiri

B. Titik Pengambilan Depan Kanan

C. Titik Pengambilan Tengah

D. Titik Pengambilan Belakang Kiri

E. Titik Pengambilan Belakang Kanan

Gambar 13 Titik Pengambilan Tiap Ruangan Kuliah

Alat yang digunakan untuk mengukur data-data Primer kenyamanan termal

yang diperlukan untuk penelitian ini adalah anemometer digital lutron LM-8000A

yang dapat dilihat pada Gambar 14 Anemometer Digital Lutron LM-8000A.

3.4. Data Primer Penelitian

Data primer merupakan data yang didapatkan dari observasi lapangan

melalui pengukuran secara langsung dari masing-masing parameter yang terkait

pada setiap ruangan kuliah yang dijadikan objek penelitian. Parameter tersebut

102

antara lain, temperatur udara, temperatur radian, kelembapan relatif, kecepatan

udara, insulasi pakaian, nilai metabolisme, dan survey kenyamanan termal.

3.4.1. Temperatur Udara

Data temperatur udara disekitar Gedung Mohammad Natsir FTSP UII

diperlukan sebagai perbandingan antara temperatur udara lingkungan sekitar

dengan di dalam Gedung pada tanggal yang disesuaikan dengan waktu pengukuran

sampel. Data tersebut diperoleh dari BMKG Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta.

Tabel 15 Metode Pengukuran Data Primer

Objek

Penelitian Parameter Metode Alat Standar

Aspek

Kenyamanan

Termal

Temperatur Udara Pengukuran

Anemometer

SNI 03-

6572-

2001

Kelembapan Udara Pengukuran

Kecepatan Udara Pengukuran

Temperatur Radiasi Pengukuran

Insulasi pakaian Pengamatan

Aktivitas

Mahasiswa

(Metabolisme)

Pengamatan

Respon

Kenyamanan

Termal Responden

Pembagian

Kuisioner Kuisioner

ASHRAE

Standart

55-2017

Temperatur udara di dalam ruangan yang nyaman untuk daerah tropis

berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017 sebesar 23°C~26°C, sedangkan

berdasarkan SNI 03-6572-2001 dibagi menjadi:

1. Sejuk Nyaman, antara temperatur efektif 20,5°C~22,8°C.

43

2. Nyaman optimal, antara temperatur efektif 22,8°C~25,8°C.

3. Hangat nyaman, antara temperatur efektif 25,8°C~27,1°C.

3.4.2. Temperatur Radiasi

Data temperatur radiasi didapatkan dengan menggunakan perhitungan di

excel berdasarkan data temperatur udara dan table humidity. Hal ini dikarenakan

alat yang digunakan untuk mengukur data temperatur radiasi adalah solar power

atau globe thermometer yang sulit untuk ditemukan karena kelangkaan alat.

Menurut SNI 03-6572-2001, temperatur radiasi rata-rata berbanding lurus dengan

temperatur udara di dalam ruangan agar tercapai kondisi kenyamanan termal yang

optimal.

3.4.3. Insulasi Pakaian

Total Nilai insulasi pakaian berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017 yang

termasuk dalam batas nyaman tidak lebih dari 0,5 clo. Nilai tersebut ditentukan

berdasarkan kombinasi setiap jenis pakaian yang digunakan mahasiswa atau

mahasiswi yang memiliki nilai insulasi per pakaian (clo) terbesar baik itu wanita

atau pria. Pemilihan kombinasi setiap jenis pakaian wanita dan pria berdasarkan

asumsi peneliti dalam melihat keseharian pakaian yang umumnya digunakan oleh

mahasiswa dan mahasiswi saat mengikuti perkuliahan. Nilai insulasi per pakaian

dan jenis-jenis pakaian tersebut berdasarkan SNI 03-6572-2001 dan ASHRAE

Standart 55-2017 yang dapat dilihat pada Tabel 1 Nilai Insulasi Pakaian dan Tabel

16 Insulasi Pakaian Berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017.

3.4.4. Kelembapan Relatif

Menurut SNI 03-6572-2001, Untuk daerh tropis, kelembapan relatif di dalam

ruangan yang disarankan sekitar 40% - 50%, tetapi untuk ruangan berpenghuni

banyak seperti ruangan perkuliahan, kelembapan relatif yang disarankan berkisar

antara 55%-60%. Sedangkan menurut ASHRAE Standart 55-2017, kelembapan

relatif yang baik untuk kesehatan dan kenyamanan manusia berkisar 30% - 70%.

102

3.4.5. Aktivitas Mahasiswa (Metabolisme)

Data metabolisme didapatkan melalui metode pengamatan secara langsung

rata–rata aktivitas mahasiswa atau mahasiswi di dalam ruangan kuliah dalam

rentang 1 jam terakhir untuk mengukur tingkat metabolisme dan dibandingkan

dengan 2 standar yang digunakan, dimana nilai MET dapat dilihat pada Tabel 2

Nilai Met Berbagai Aktifitas.

3.4.6. Kecepatan Udara

Kondisi kenyamanan termal yang nyaman berdasarkan SNI 03-6572-2001

dan ASHRAE Standart 55-2007 yang sama-sama menyatakan bahwa kecepatan

udara di dalam ruangan sekitar 0,15 m/detik - 0,25 m/detik.

3.4.7. Survey Kenyamanan Termal

Data tingkat kepuasaan mahasiswa atau mahasiswi terhadap kondisi

kenyamanan termal di ruangan kuliah didapatkan melalui kuisioner penelitian

kenyamanan termal. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup dengan

skala bertingkat yang terdiri dari 5 pertanyaan mengenai kenyamanan termal di

ruangan kuliah berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017 yang mengandung bobot

di tiap pertanyaannya dengan nilai 1 pada tiap jawaban yang terdiri dari AD (Agak

Dingin), N (Netral), AP (Agak Panas), P (Panas) dan SP (Sangat Panas). Pertanyaan

dan jawaban pada kuisioner kenyamanan termal dapat dilihat pada

45

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian Kenyamanan Termal Ruangan Kuliah di

Gedung Mohammad Natsir FTSP UII. Kuisioner dibagikan kepada mahasiswa atau

mahasiswi sebagai responden pada waktu pagi dan siang hari. Jumlah populasi

mahasiswa di tiap pemberian kuisioner pada setiap ruangan kuliah yang dijadikan

objek penelitian tidak diketahui dan tidak dapat dipastikan jumlah tetapnya

dikarenakan hal sebagai berikut:

1. Jumlah mahasiswa pengambil mata kuliah yang menggunakan

ruangan yang dijadikan objek penelitian berbeda-beda.

2. Jumlah mahasiswa yang menghadiri mata kuliah di tiap ruangan yang

dijadikan objek penelitian berbeda-beda.

Berdasarkan hal tersebut dan guna mendapatkan data tingkat kepuasan

kenyamanan termal secara keseluruhan maka survey dilakukan kepada semua

mahasiswa yang mengikuti perkuliahan di tiap ruangan kuliah pada 2 waktu

pengambilan data. Jumlah populasi dapat ditentukan saat melakukan pengukuran

dan survey. Berdasarkan standar yang telah disebutkan menjelaskan bahwa kondisi

ruangan dapat dikatakan nyaman jika jumlah responden yang diukur menyatakan

nyaman secara termal sebesar tidak kurang dari 80%.

3.5. Data Sekunder Penelitian

Data sekunder sebagai penunjang penelitian ini antara lain Gambar As Built

Drawing Gedung Mohammad Natsir FTSP UII, data perhitungan hasil Analisa

pengukuran dari setiap parameter dimana perhitungannya menggunakan metode

PMV dan PPD, serta beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian.

46

Gambar 14 Anemometer Digital Lutron LM-8000A

3.6. Analisis data

Penelitian ini menggunakan standar ASHRAE Standart 55-2017 dan SNI 03-

6572-2001. Data yang dianalisis adalah data faktor lingkungan (kecepatan angin,

temperatur udara, temperatur radian, kelembapan) dan faktor individu (Insulasi

Pakaian, Metabolisme) kenyamanan termal yang direpresentasikan dalam tabel dan

grafik agar mudah dipahami. Data-data yang dihasilkan akan digunakan sebagai

dasar dalam rekayasa peningkatan termal.

Tabel 16 Insulasi Pakaian Berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017

Garment Description a Iclu, clo Garment Descriptiona Iclu, clo

Underwear Dress and Skirtsb

Skirt (thin) mm

Skirt (thick)

Sleeveless, scoop neck (thin)

Sleeveless, scoop neck (thick), i.e., jumper

Short-sleeve shirtdress (thin)

Long-sleeve shirtdress (thin)

Long-sleeve shirtdress (thick)

0.14

0.23

0.23

0.27

0.29

0.33

0.47

Bra 0.01

Panties 0.03

Men’s briefs 0.04

T-shirt 0.08

Half slip 0.14

Long underwear bottoms 0.15

Full slip 0.16

Long underwear top 0.20 Sweaters

Sleeveless vest (thin)

Sleeveless vest (thick)

Long-sleeve (thin)

Long-sleeve (thick)

0.13

0.22

0.25

Footwear

Ankle-length athletic socks 0.02

Panty hose/stockings 0.02

Sandals/thongs 0.02

47

0.36

Shoes 0.02 Suit Jackets and Vestsc

Sleeveless vest (thin)

Sleeveless vest (thick)

Single-breasted (thin)

Single-breasted (thick)

Double-breasted (thin)

Double-breasted (thick)

0.10

0.17

0.36

0.44

0.42

0.48

Slippers (quilted, pile

lined)

0.03

Calf-length socks 0.03

Knee socks (thick) 0.06

Boots 0.10

Shirts and Blouses

Sleeveless/scoop-neck

blouse

0.12

Short-sleeve knit sport

shirt

0.17 Sleepwear and Robes Sleeveless

short gown (thin) Sleeveless

long gown (thin) Short-sleeve

hospital gown Short-sleeve

short robe (thin) Short-sleeve

pajamas (thin)

Long-sleeve long gown (thick) Long-

sleeve short wrap robe (thick) Long-

sleeve pajamas (thick)

Long-sleeve long wrap robe (thick)

0.18

0.20

0.31

0.34

0.42

0.46

0.48

0.57

0.69

Short-sleeve dress shirt 0.19

Long-sleeve dress shirt 0.25

Long-sleeve flannel shirt 0.34

Long-sleeve sweatshirt 0.34

Trousers and Coveralls

Short shorts 0.06

Walking shorts 0.08

Straight trousers (thin) 0.15

Straight trousers (thick) 0.24

Sweatpants 0.28

Overalls 0.30

Coveralls 0.49

a. "Thin" mengacu pada pakaian yang terbuat dari kain tipis dan ringan yang sering dikenakan di

musim panas; "thick" mengacu pada pakaian yang terbuat dari bahan tebal dan tebal yang sering

dipakai di musim dingin.

b. Gaun dan rok selutut.

c. Rompi berjajar.

3.6.1. Analisis Survey Kenyamanan Termal

Data-data kuisioner yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan

bantuan perangkat lunak (software) Microsoft Excel. Perangkat lunak tersebut

digunakan untuk mengelompokkan data yang didapatkan berdasarkan setiap

ruangan kuliah dipagi dan siang hari yang kemudian dianalisis dengan rumus

48

respon kenyamanan termal (RKT) responden dibawah ini. Persentase respon

kenyamanan termal per kelas di 5 hari pengukuran dirata-rata yang kemudian

dibandingkan dengan nilai PPD yang dihasilkan.

𝑹𝑲𝑻 = (𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐃𝟏 + 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐃𝟐 + 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐃𝟑 + 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐃𝟒 + 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐃𝟓

𝟓 × 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐢𝐬𝐰𝐚 )

× 𝟏𝟎𝟎%

Keterangan:

Total AD1: Total jawaban agak dingin pertanyaan 1

Total AD2: Total jawaban agak dingin pertanyaan 2

Total AD3: Total jawaban agak dingin pertanyaan 3

Total AD4: Total jawaban agak dingin pertanyaan 4

Total AD5: Total jawaban agak dingin pertanyaan 5

Rumus respon kenyamanan termal (RKT) digunakan untuk menghitungan

persentase total jawaban kuisioner agak dingin, dingin, netral, agak panas dan panas

per hari di tiap ruangan kuliah yang dijadikan objek penelitian. Hasil perhitungan

diratakan sehingga didapatkan persentase rata-rata 5 hari penelitian pada tiap 5

jawaban per ruangan kuliah. Berdasarkan ANSI/ASHRAE (2017) suatu ruangan

dapat dikatakan nyaman jika total persentase jawaban kuisioner agak dingin (AD),

netral (N) dan agak panas (AP) dijumlahkan menunjukan sebesar 80% atau lebih.

Dari jumlah survey yang didapatkan per kelas per harinya didapatkan jumlah

mahasiswa yang mengikuti perkuliahan saat pengukuran dilakukan.

3.6.2. Analisis Data Temperatur Radian

Untuk menghitung temperatur radian dapat menggunakan persamaan

berikut::

𝑇𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 = (0.7 × 𝑇𝑏𝑝 ) + (0,3 × (1,36 × 𝑇) − 2.358)

Keterangan:

𝑇𝑏𝑝 : Temperatur basah pendugaan (°C)

T: Temperatur udara (°C)

49

Perhitungan dilakukan menggunakan data temperatur udara dan table

humidity yang rumusnya telah dimasukkan ke dalam Microsoft Excel. Nilai

temperatur radian diperlukan untuk mendapatkan nilai PMV.

3.6.3. Analisis Data Nilai Insulasi Pakaian

Insulasi Pakaian menggunakan satuan Clo dengan batas nyamannya sekitar

n ≤ 0,5 Clo. Total nilai Clo didapatkan dengan menjumlahkan setiap jenis pakaian

yang digunakan yang ditunjukan pada Tabel 1 Nilai Insulasi Pakaian Berdasarkan

SNI 03-6572-2001 dan Tabel 16 Insulasi Pakaian Berdasarkan ASHRAE Standart 55-

2017. Berikut adalah rumus total nilai Clo:

Pada pria:

Total Nilai Clo = 0,727 (Nilai Clo setiap jenis pakaian) + 0,113

Pada wanita:

Total Nilai Clo = 0,770 (Nilai Clo setiap jenis pakaian) + 0,050

Nilai yang diambil merupakan total nilai clo tertinggi dari setiap pakaian pria

dan wanita, kemudian dimasukkan ke dalam Microsoft Excel yang telah memiliki

program PMV Calculator V2. Nilai Clo diperlukan untuk menghitung nilai PMV

dan PPD.

3.6.4. Analisis Data Nilai PMV dan PPD

Seluruh data hasil pengukuran kelembapan relatif, temperatur radiasi,

kecepatan udara, temperatur udara, metabolisme dan insulasi pakaian dihitung

dengan persamaan PMV yang rumusnya sebagai berikut:

PMV = 0,303𝑒−0,036𝑀 + 0.028𝑥[(𝑀– 𝑊)– 3.05𝑥10−35733– 6.99(𝑀 − 𝑊) −

𝑃𝑎– 0.42(𝑀 − 𝑊)– 58.15– 1.7𝑥10−5𝑀(5867 − 𝑃𝑎)– 0.0014𝑀(34 −

𝑡𝑎)– 3.96𝑋10−8𝑓𝑐𝑙{𝑡𝑐𝑙 + 273)4– (𝑡𝑟 + 273)4– 𝑓𝑐𝑙(𝑡𝑐𝑙– 𝑡𝑎)]

Dimana:

𝑡𝑐𝑙 = 35.7– 0.028(𝑀– 𝑊)– 0.155𝐼𝑐𝑙[3.96𝑥10−8𝑓𝑐𝑙{𝑡𝑐𝑙 + 273)4[(𝑡𝑟 +

273)4} + 𝑓𝑐𝑙ℎ𝑐𝑙(𝑡𝑐𝑙– 𝑡𝑎)]

50

ℎ𝑐 = 𝑚𝑎𝑥(2.38(𝑡𝑐𝑙– 𝑡𝑎)0.2512.1√𝑉)

𝑓𝑐 = 1.0 + 0.2 𝐼𝑐𝑙 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐼𝑐𝑙 < 0,5 𝑐𝑙𝑜

1.05 + 0.1 𝐼𝑐𝑙 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝐼𝑐𝑙 > 0,5 𝑐𝑙𝑜

Keterangan:

M: Tingkat aktivitas (W/m²)

W: Aktivitas luar (W/m²), 0 untuk sebagian besar aktivitas

𝑓𝑐𝑙: Rasio permukaan orang ketika berpakaian dan tidak berpakaian

𝑡𝑐𝑙: Temperatur permukaan pakaian (°C)

𝑡𝑟: Temperatur radiasi (°C)

ℎ𝑐𝑙: Konvektif heat transfer dalam (W/m² K)

𝑡𝑎: Temperatur udara (°C)

𝑃𝑎: Kelembaban udara (Pa)

𝐼𝑐𝑙: Nilai insulasi pakaian (clo)

V: Kecepatan aliran udara (m/s)

Sedangkan nilai PPD dihitung menggunakan persamaan berikut:

𝑃𝑃𝐷 = 100– 95𝑒𝑥𝑝– (10.03353𝑃𝑀𝑉4– 0.2179 𝑃𝑀𝑉2)

Untuk menghindari kesalahan perhitungan dikarenakan rumitnya perhitungan

nilai PMV dan PPD jika dilakukan secara manual, sehingga perhitungan nilai PMV

dan PPD dilakukan dengan menggunakan program computer PMV Calculator V2

Modified by Håkan Nilsson Departement of Technology and Built Environment

Laboratory of Ventilation and Air Quality University of Gavle. Data yang telah

diukur dimasukkan ke software Microsoft Excel yang memiliki formula persamaan

PMV dan PPD. Nilai PMV yang dianjurkan ASHRAE Standard 55-2017 adalah

antara -1 (slightly cool) dan +1 (slightly warm) Nilai PPD yang didapat dari PMV

Calculator V2 kemudian dibandingkan dengan Nilai hasil rekapitulasi kuisioner.

3.6.5. Analisis Peningkatan Kenyamanan Termal di Ruangan Kuliah

Untuk meningkatkan kenyamanan termal ruangan kuliah pada Gedung

Mohammad Natsir, diperlukan rekayasa kenyamanan termal. Penambahan

51

kecepatan udara untuk menurunkan temperatur udara sehingga meningkatkan

kenyamanan termal di dalam ruangan kuliah merupakan salah satu metode yang

dapat dilakukan. Penambahan kecepatan udara tersebut dapat dilakukan dengan

pembukaan penuh atau penambahan ventilasi dan penambahan kipas angin

sehingga kecepatan udara di dalam ruangan kuliah dapat diatur, hal tersebut dapat

dilihat pada Tabel 17 Kecepatan Angin dan Pengaruh terhadap Kenyaman termal.

Penyesuaian temperatur udara agar ruangan kuliah memiliki temperatur

optimal yang nyaman sehingga meningkatkan kenyamanan termal, dengan

mengganti cat ruangan kuliah menjadi warna putih yang dapat menurunkan

temperatur udara sebanyak 2°C. Penambahan AC (air conditioner) juga dapat

secara langsung mengatur temperatur udara.

Peningkatan kenyamanan termal dapat dilakukan dengan mengurangi

serapan kalor pada bangunan. Metode-metode untuk peningkatan kenyamanan

termal tersebut dapat dilihat pada Sub bab 2.3 Peningkatan Kenyamanan termal.

Tabel 17 Kecepatan Angin dan Pengaruh terhadap Kenyaman termal

Kecepatan Angin

Bergerak Pengaruh Atas Kenyamanan

Efek Penyegaran

(Pada Temperatur

30°C)

< 0.25 m/detik Tidak dapat dirasakan 0 °C

0.25 - 0.5 m/detik Paling nyaman 0.5 - 0.7 °C

0.5 - 1 m/detik Masih nyaman, tetapi gerakan

udara dapat dirasakan 1.0 - 1.2 °C

1 - 1.5 m/detik Kecepatan maksimal 1.7 - 2.2 °C

1.5 - 2 m/detik Kurang nyaman, berangin 2.0 - 3.3 °C

> 2 m/detik

Kesehatan penghuni

terpengaruh oleh kecepatan

angin yang tinggi

2.3 - 4.2 °C

Sumber: Frick (20

52

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

53

54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian

Gedung Mohammad Natsir FTSP UII yang berada di ketinggian 335 m dari

permukaan laut dengan luas sebesar 5850 m² memiliki 4 lantai dan 1 basemen yang

memiliki 41 ruangan kuliah dengan kapasitas 35-90 kursi tergantung luas ruangan.

Lantai basement digunakan sebagai ruangan labotarium, kantin dan kantor

administrasi, Lantai 1 sebagai ruangan kuliah, musholla, aula, perpustakaan,

Jurusan Teknik Sipil dan Jurusan Arsitektur. Lantai 2 sebagai ruangan kuliah, aula,

kantor FTSP dan Jurusan Teknik Lingkungan. Lantai 3 sebagai ruangan kuliah,

labotarium dan Ruang Auditorium. Lantai 4 sebagai ruangan kuliah, studio,

labotarium dan aula.

Penelitian ini hanya berfokus pada kenyamanan termal ruangan kuliah yang

digunakan Jurusan Teknik Lingkungan (TL. Jurusan TL menggunakan 5 ruangan

kuliah di lantai 2 dan 5 ruangan kuliah di lantai 3 yang letak ruangnya dapat dilihat

pada Gambar 11 Lantai 2 Gedung Muhhammad Natsir FTSP UII dan Gambar 12

Lantai 3 Gedung Muhammad Natsir FTSP UII. Pemilihan ruangan kuliah sebagai

objek penelitian berdasarkan Blok dan lantai letak ruangan kuliah berada, luas

ruangan, kapasitas kursi, ventilasi dan fasilitas pendingin yang berbeda tiap

ruangnya sehingga dapat mewakili kondisi kenyamanan termal ruangan kuliah

Jurusan Teknik lingkungan yang perbedaannya dapat dilihat pada Tabel 14 Kondisi

Eksisting Ruangan Kuliah Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII. Berdasarkan

pertimbangan tersebut dipilih Ruang II/3, II/8, VIP, III/8 dan III/14 sebagai objek

penelitian. Kondisi eksisting ruangan yang dapat dilihat pada Tabel 18 Kondisi

Eksisting Ruangan Kuliah (Objek Penelitian) berupa luas, letak blok, kapasitas,

ventilasi dan fasilitas pendingin ruangan sangat mempengaruhi kenyamanan termal

ruang yang dijelaskan pada subbab selanjutnya.

55

Analisis kenyamanan termal pada penelitian ini dilakukan secara fisik untuk

mengetahui tingkat kenyamanan termal di ruangan kuliah secara objektif dengan

metode Predicted Percentage Dissatisfied dan Predicted Mean Vote berdasarkan

ASHRAE Standart 55-2017 tentang kondisi lingkungan termal untuk hunian

manusia dan SNI 03-6572-2001 tentang tata cara perancangan system ventilasi dan

pengkondisian udara pada bangunan gedung dan secara psikis untuk mengetahui

sensai termal yang mahasiswa rasakan secara subjektif dengan survey tingkat

kepuasan kenyamanan termal pengguna. Parameter yang digunakan pada penelitian

ini adalah temperatur udara, temperatur radiasi, kelembapan relatif, kecepatan

udara, insulasi pakaian, metabolisme (aktivitas mahasiswa) menggunakan

anemometer digital lutron LM-8000A dan tingkat kepuasaan mahasiswa terhadap

kenyamanan termal ruangan kuliah yang didapatkan melalui kuisioner. Pengukuran

kenyamanan termal dan pemberian kuisioner dilakukan pada tanggal 9 – 13 Maret

2020 yang menyesuaikan dengan jadwal perkuliahan yaitu dari Senin sampai

Jumat.

Tabel 18 Kondisi Eksisting Ruangan Kuliah (Objek Penelitian)

Lantai Ruang

Kelas

Luas

(m²) Blok

Jumlah

Kursi Ventilasi AC

Kipas

Sirkulasi Kipas Angin

2

II/3 108 B 90 11 - - 3

II/8 94,5 D 35 5 - - 2

VIP/JTL 54 B 35 2 2 - 2

3 III/8 72 B 52 2 - - 3

III/14 54 A 50 2 - 4 2

Seluruh mahasiswa yang hadir di ruangan kuliah saat pengukuran menjadi

responden, hal ini bertujuan untuk mendapatkan data kepuasaan kenyamanan

termal yang lebih akurat. Responden yang mengikuti mengisi kuisioner berjumlah

1042.

4.2. Analisis Parameter Kenyamanan Termal

Data kondisi kenyamanan termal outdoor di sekitar Universitas Islam

Indonesia berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

56

Stasiun Mlati pada tanggal 9 - 13 Maret 2020 sesuai dengan waktu pengukuran.

Tanggal 9 Maret 2020 merupakan hari terdingin dan tanggal 11 Maret 2020

merupakan hari terpanas berdasarkan pengukuran temperatur udara rata-rata yang

dilakukan oleh Stasiun Mlati BMKG yang dapat dilihat pada Tabel 19 Data Kondisi

Kenyamanan Termal Outdoor di Sekitar UII.

Data kelembapan relatif rata-rata berkisar antara 84%-90%. Kelembapan

relatif tersebut terbilang tinggi dikarenakan musim hujan pada bulan Maret

berdasarkan BMKG (2020) sehingga meningkatkan kelembapan relatif di dalam

ruangan terutama saat cuaca mendung dan hujan terjadi. Hal ini sesuai dengan

temuan Sipayung (2012) yang menyebutkan cuaca mendung dan hujan berpotensi

meningkatkan konsentrasi uap air di udara. Kondisi kenyamanan termal ambien di

sekitar Kampus FTSP sangat mempengaruhi kondisi kenyamanan termal indoor di

ruangan kuliah, yang dijelaskan pada subbab selanjutnya.

Berdasarkan hasil pengukuran yang dapat dilihat pada Lampiran 2 Hasil

Pengukuran Pagi Hari (09:30-10:30) dan Lampiran 3 Hasil Pengukuran Siang Hari

(13:30-14:30), hujan yang terjadi pada 12 Maret 2020 saat melakukan pengukuran

pagi dan siang hari, membuat temperatur udara ruangan menjadi lebih dingin

dibandingkan hari lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Gunawan (2019)

dimana terjadinya hujan dapat berpotensi menurunkan temperatur udara ruangan

dikarenakan awan hujan cenderung menutupi sinar matahari.

Pada 11 Maret 2020 ke lima ruangan kuliah memiliki temperatur udara yang

besar dibandingkan dengan hari pengukuran yang lain, hal ini sesuai dengan data

kondisi kenyamanan termal outdoor BMKG pada Tabel 19 Data Kondisi

Kenyamanan Termal Outdoor di Sekitar UII yang menunjukkan bahwa 11 Maret

2020 memiliki temperatur udara rata-rata terbesar dibandingkan hari pengukuran

lainnya. Jika data kenyamanan termal outdoor di sekitar UII tanggal 9 – 13 Maret

dibandingkan dengan data rata-rata bulan Maret 2019, hasil pengukurannya tidak

jauh berbeda. Hasil pengukuran kelembapan relatif pada 12 Maret 2020 baik pagi

dan siang hari terbilang lebih besar dibandingkan pada hari lainnya. Hal ini

disebabkan terjadinya hujan saat pengukuran pada pagi dan siang hari.

57

Tabel 19 Data Kondisi Kenyamanan Termal Outdoor di Sekitar UII

Tanggal Tn TX Tavg RH_avg ff_avg RR

9/3/2020 24,0 28,2 25,5 90 2 9,6

10/3/2020 22,9 31,8 26,8 80 2 16,4

11/3/2020 24,7 32,6 27,00 86 1 0,0

12/3/2020 23,3 31,00 26,2 89 1 14,7

13/3/2020 23,8 31,8 27,3 84 1 7,5

Maret 2019 22,8 30,9 26,1 86,1 - - Keterangan:

Tn : Minimum Temperatur (°C)

Tx : MaximumTemperatur (°C)

T_avg : Average Temperatur (°C)

RH_avg : Average Relatif Humidity (%)

FF_avg : Average Air Velocity (m/s)

RR : Rain (mm)

Sumber: BMKG (2020)

4.2.1. Temperatur Udara

Panas di dalam ruangan ditransfer dengan menggunakan proses konveksi.

Kipas angin dan ventilasi bertindak sebagai konveksi paksa yang mengubah

kecepatan udara yang bergerak untuk mengganggu lapisan batas isolasi untuk

memungkinkan udara dingin digantikan dengan udara hangat di dalam ruangan

membuat sirkulasi udara menjadi optimal (Kubba, 2016). Oleh karena itu jumlah

kipas angin dan ventilasi yang terbuka di dalam ruangan kuliah mempengaruhi

kenyamanan termal di dalamnya. Teori tersebut sesuai dengan hasil analisis yang

dapat dilihat pada Gambar 15 Rata-Rata 5 Hari Data Temperatur Udara, dimana

Ruang III/8 dan VIP memiliki jumlah ventilasi yang lebih sedikit yang

58

menyebabkan ruang tersebut memiliki temperatur udara lebih besar dibandingkan

ruang lainnya.

Gambar 15 Rata-Rata 5 Hari Data Temperatur Udara

Penelitian Walikewitz et al. (2015) menjelaskan bahwa temperatur radiasi

meningkatkan temperatur udara di dalam ruangan sehingga temperatur udara selalu

lebih besar dari temperatur radiasi dengan besar yang tidak jauh berbeda, sehingga

temperatur radiasi berperan dalam meningkatkan temperatur udara di dalam

ruangan kuliah yang dijelaskan pada subbab selanjutnya.

Semakin banyak orang maka semakin besar juga temperatur udara di dalam

ruangan dikarenakan tubuh manusia mengeluarkan panas melalui radiasi

inframerah dan evaporasi dari pernapasan, terutama di dalam ruang yang sempit

dikarenakan semakin kecil luas ruangan maka sebaran panas juga semakin kecil

(Junaidi et al, 2018). Teori hubungan jumlah orang di dalam ruangan dan luas

ruangan dengan temperatur udara tidak sesuai dengan hasil analisa pada Tabel 20

Rata-Rata Mahasiswa hadir perkuliahan saat pengukuran, dikarenakan Ruang VIP

neniliki temperatur udara terbesar dan Ruang III/14 yang terkecil meskipun

mahasiswa di dalam ruangan dan luas ruangan kedua ruangan tersebut sama. Hal

2 - 2 2 - 3 0 - 3 11 - 3 5 - 2

III/14 III/8 VIP II/3 II/8

Pagi (09.30-10.30) 27.08 28.12 27.12 27.54 26.60

Siang (13.30-14.30) 29.58 30.58 30.74 30.32 29.10

26.0

26.5

27.0

27.5

28.0

28.5

29.0

29.5

30.0

30.5

31.0Te

mp

erat

ur

Ud

ara

(℃)

Ventilsai - Kipas AnginRuang Kuliah

59

yang sama juga terjadi jiga membandingkan Ruang II/3 dan II/8 yang memiliki

jumlah mahasiswa yang hadir dan luas ruangan yang sama.

Tabel 20 Rata-Rata Mahasiswa hadir perkuliahan saat pengukuran

Ruang

Kuliah

Rata-rata mahasiswa

hadir perkuliahan Luas (m 2)

Pagi Siang

III/14 23 21 54

III/8 28 26 72

VIP 22 23 54

II/3 28 29 108

II/8 26 23 94,5

Terdapat perbedaan sensasi termal berdasarkan temperatur udara ruangan

yang peneliti rasakan saat melakukan pengukuran siang hari. Peneliti merasa

pengap dan lebih cepat berkeringat di Ruang VIP dibandingkan ruangan kuliah

lainnya. Hal ini disebabkan air conditioner (AC) yang tidak berfungsi serta hanya

memiliki 0 ventilasi dan 3 kipas angin yang membuat sirkulasi udara tidak optimal.

4.2.2. Temperatur Radiasi Pendugaan

Letak ruangan kuliah sangat mempengaruhi temperatur radiasi di ruangan

tersebut, hal ini disebabkan dinding ruangan menyerap panas dari paparan sinar

matahari langsung dan meningkatkan temperatur udara di dalam ruangan. Dinding

ruangan yang terpapar sinar matahari pagi dari arah Timur lebih lama memiliki

temperatur radiasi yang lebih besar saat pagi hari dibandingkan dengan ruangan

yang tidak terpapar begitu juga dengan ruangan yang terpapar sinar matahari siang

dari barat. (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2012). Berdasarkan lokasi ruangan

kuliah, Ruang III/14 yang berada di blok a seharusnya memiliki temperatur udara

terbesar karena terpapar sinar matahari siang hari dari arah Barat lebih lama, tetapi

Hasil analisa pada Gambar 16 Rata-Rata 5 Hari Data Temperatur Radiasi

Pendugaan menunjukkan Ruang II/3, VIP dan III/8 memiliki temperatur radiasi

lebih besar meskipun nilainya tidak terlalu jauh berbeda. Ruang VIP memiliki

temperatur radiasi terbesar meskipun dinding ruang tersebut tidak terpapar sinar

matahari langsung. Ketidakcocokkan antara hasil analisa dengan teori yang telah

disebutkan, disebabkan data temperatur radiasi didapatkan dengan rumus

60

temperatur radiasi pendugaan yang dapat dilihat pada subbab 3.6.2 berdasarkan

penelitian Turco et al. (2008) yang mana menggunakan temperatur udara sebagai

dasar perhitungan rumus tersebut dikarenakan sulitnya mendapatkan alat pengukur

temperatur radiasi

Gambar 16 Rata-Rata 5 Hari Data Temperatur Radiasi Pendugaan

4.2.3. Kelembapan Relatif

Penelitian Pongrácz et al. (2016) menyebutkan bahwa kelembapan udara

berbanding terbalik dengan temperatur udara, yang mana semakin tinggi temperatur

udara maka kelembapan udara semakin kecil. Hal ini sesuai dengan hasil

pengukuran pada pagi dan siang hari yang menunjukkan Ruang II/8 memiliki

kelembapan relatif rata-rata tertinggi pada pagi hari sebesar 76,08 % dan 72,6 %

pada siang hari dengan temperatur udara terendah sebesar 26,6°C pada pagi hari

29,1°C pada siang hari dengan Ruang VIP yang memiliki kelembapan relatif

terkecil sebesar 70,01% pada siang hari dengan temperatur udara terbesar 30,74°C

pada siang hari yang dapat dilihat pada Gambar 17 Rata-Rata 5 Hari Data

Kelembapan Relatif. Kelembapan relatif di ke lima ruangan lebih kecil dari

kelembapan relatif rata-rata di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2019 sebesar

78,75%.

A - Barat B - Utara B - Utara B - Utara D - Selatan

III/14 III/8 VIP II/3 II/8

Pagi (09.30-10.30) 26.93 27.78 26.62 27.31 26.49

Siang (13.30-14.30) 29.21 30.15 30.22 30.03 28.75

26.0

26.5

27.0

27.5

28.0

28.5

29.0

29.5

30.0

30.5

31.0

Tem

pe

ratu

r R

adia

si (

℃)

BlokRuang Kuliah

61

Rata-rata kelembapan relatif ke 5 ruangan kuliah pada pagi hari dan siang

hari tidak jauh berbeda yang dapat dilihat pada Gambar 17 Rata-Rata 5 Hari Data

Kelembapan Relatif. Siang hari kelembapan relatif terbesar terdapat di Ruang II/8

sebesar 76,08% dan terkecil di Ruang VIP sebesar 72,59% sedangkan pada pagi

hari kelembapan relatif terbesar di Ruang II/8 sebesar 76,08% dan terkecil di Ruang

VIP sebesar 72,59%.

Gambar 17 Rata-Rata 5 Hari Data Kelembapan Relatif

Disamping pengukuran dilakukan pada musim hujan yang meningkatkan

kelembapan relatif terutama saat hujan terjadi, Gedung Mohammad Natsir FTSP

UII terletak di daratan tinggi di ketinggian 335 m diatas permukaan laut.

Berdasarkan Rotronic (2014), ketinggian suatu tempat dari permukaan laut

berbanding lurus dengan kelembapan relatif tempat tersebut. Penelitian

kenyamanan termal oleh Lutfi (2019) pada musim kemarau di bulan agustus

berdasarkan data BMKG (2019) yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 5

Yogyakarta pada ketinggian 97 m diatas permukaan laut menunjukkan kelembapan

relatif rata-rata sebesar 53 % - 68%, dibandingkan dengan hasil pengukuran rata-

rata 5 hari kelembapan relatif di ruangan kuliah yang menunjukan nilai sebesar 70%

A - Barat B - Utara B - Utara B - Utara D - Selatan

III/14 III/8 VIP II/3 II/8

Pagi (09.30-10.30) 75.98 73.45 72.59 74.64 76.08

Siang (13.30-14.30) 71.85 71.272 70.01 70.38 72.60

69.0

69.5

70.0

70.5

71.0

71.5

72.0

72.5

73.0

73.5

74.0

74.5

75.0

75.5

76.0

76.5

Kel

emb

apan

Rel

atif

(%

)

BlokRuang Kuliah

62

- 76%. Dapat disimpulkan ketinggian lokasi dan waktu pengukuran sangat

mempengaruhi hasil pengukuran kenyamanan termal di dalam ruangan.

Peneliti tidak merasakan perbedaan sensasi termal berdasarkan kelembapan

berupa rasa lembab atau kering pada ruangan baik pada siang hari dan pagi hari.

Hal ini disebabkan peneliti sudah terbiasa dengan iklim di sekitar Universitas Islam

Indonesia.

4.2.4. Kecepatan Udara

Kecepatan udara hasil pengukuran menunjukkan pada Tabel 27 Hasil

Evaluasi Kenyamanan Termal Berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017 sebesar 0 m/s

di Ruang II/3, III/8, III/14 dan Ruang II/8, VIP menunjukan sebesar 0,02 m/s. Hal

ini disebabkan di 5 titik pengukuran per ruangan kuliah hanya titik di tengah yang

dapat mengukur kecepatan udara dari kipas angin. Kecepatan udara didapatkan dari

sirkulasi udara ventilasi dan kipas angin yang dapat dirasakan oleh mahasiswa

berdasarkan asumsi peneliti saat melakukan pengukuran tetapi tidak dapat diukur

dikarenakan perbedaan titik letak kipas angin dan ventilasi dengan titik pengukuran.

Tabel 18 Kondisi Eksisting Ruangan Kuliah (Objek Penelitian) menunjukkan dari 5

ruangan kuliah minimal memiliki 2 buah kipas angin dan ventilasi masing-masing.

Penelitian Tanabe and Kimura (1994) menyebutkan sirkulasi udara sangat

mempengaruhi sensasi termal pengguna ruangan disebabkan perpindahan panas di

udara melalui konveksi yang menggerakkan udara dingin untuk menggantikan

udara panas di dalam ruangan ke permukaan kulit pengguna ruangan. Hubungan

sensasi termal yang mahasiswa rasakan dengan kecepatan udara dijelaskan di

subbab selanjutnya.

4.2.5. Insulasi Pakaian dan Nilai MET

Kemampuan insulasi suatu pakaian dipengaruhi oleh konduktivitas termal

dan permeabilitas udara. Konduktivitas termal adalah kemampuan bahan pakaian

menghantarkan panas, semakin rendah konduktivitas termal maka semakin tinggi

kemampuan insulasi pakaian. Permeabilitas udara adalah porositas atau kemudahan

63

udara melewati bahan pakaian, semakin tinggi permeabilitas udara maka semakin

rendah kemampuan insulasi pakaian (ANSI/ASHRAE, 2017).

Pemilihan kombinasi pakaian baik pria maupun wanita berdasarkan pilihan

pakaian yang terdaftar dalam SNI 03-6573-2001 kemudian dipilih pakaian yang

memiliki nilai insulasi pakaian (Clo) tertinggi dan tidak melanggar peraturan

Universitas Islam Indonesia Nomor : 460/SK-Rek/Rek/X/2001 tentang disiplin

mahasiswa UII pada Bab 3 pasal 4. Tabel 21 Data Nilai Insulasi Pakaian & Nilai MET

menunjukan total nilai Clo pria sebesar 0,58 Clo dan 0,59 Clo pada wanita, nilai

tersebut tidak melebihi ASHRAE Standart 55-2017 sebesar 0 Clo – 1,5 Clo. Total

nilai Clo pada wanita digunakan dalam perhitungan PMV dan PPD dikarenakan

nilai terbesar. Aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan kuliah adalah menulis dan

membaca sehingga berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017 tingkat metabolisme

sebesar 1,0 MET.

Tabel 21 Data Nilai Insulasi Pakaian & Nilai MET

Jenis Pakaian Clo

Sumber Pria Wanita

Pakaian Dalam 0,05 0,05

SNI 03-6572-2001

Kaos Kaki Panjang 0,01 0,01

Sepatu 0,04 0,04

Celana Panjang (Tipis) - 0,15

Celana Panjang (Jeans) - Berat 0,32 -

Blus Lengan Panjang - Ringan - 0,2

Kemeja Lengan Panjang -

Ringan 0,22 -

Rok Ringan - di Bawah

Dengkul - 0,11

Jilbab - 0,15 Rajol, Rawal dkk

(2016)

Jumlah Clo Kombinasi Pakaian 0,64 0,71

Total Nilai Clo 0,58 0,59

MET (menulis, membaca) 1,0

64

4.3. Nilai Predicted Mean Vote (PMV)

Tabel 22 PMV dan PPD Ruangan Kuliah pada pagi hari menunjukkan tingkat

kenyamanan termal pada pagi hari dengan nilai PMV terbesar ada di Ruang III/8

sebesar +1,2 diikuti Ruang II/3 sebesar +1, Ruang VIP dan III/14 sebesar +0,8,

Ruang II/8 dengan nilai terkecil sebesar +0,7. Ke 5 ruangan kuliah masuk dalam

kategori Slightly Warm. Dibandingkan pada siang hari, ke 5 ruangan kuliah pada

pagi hari masuk dalam kategori nyaman untuk digunakkan beraktivitas termasuk

belajar dan mengajar berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017 dimana nilai PMV

sekitar -1,5 ~ +1,5. Contoh perhitungan PMV dan PPD dapat dilihat pada Lampiran

3 Hasil Pengukuran Siang Hari (13:30-14:30).

Tabel 22 PMV dan PPD Ruangan Kuliah pada pagi hari

Ruang Nilai PMV Skala PMV

II/3 +1 Slightly Warm

II/8 +0,7 Slightly Warm

VIP +0,8 Slightly Warm

III/8 +1,2 Slightly Warm

III/14 +0,8 Slightly Warm

Menurut hasil analisis kenyamanan termal yang dapat dilihat pada Tabel 23

PMV dan PPD Ruangan Kuliah pada Siang Hari nilai PMV dan PPD terbesar pada

siang hari ada di Ruang VIP sebesar +2,1 diikuti Ruang II/3 dan III/8 sebesar +2,

Ruang III/14 sebesar +1,7 dan Ruang II/8 sebesar +1,5. Menurut kategori sensasi

termal ASHRAE, Ruang VIP, II/3, III/8 dan III/14 masuk dalam kategori Warm

sedangkan Ruang II/8 kategori Slightly Warm, sehingga dapat disimpulkan hanya

Ruang II/8 dimana mahasiswa merasa nyaman dalam proses belajar mengajar di

ruangan tersebut saat siang hari. Mahasiswa pengguna ruangan dapat dikatakan

nyaman jika nilai PMV berada di sekitar -1,5 ~ +1,5 berdasarkan ASHRAE

Standart 55-2017 sehingga pada siang hari hanya Ruang II/8 dan ke lima ruangan

pada pagi hari yang memenuhi standar.

65

Perubahan skala PMV pada pagi hari dari Slightly Warm menjadi Warm pada

siang hari disebabkan peningkatan temperatur udara secara gradual dari pagi hari

sampai menjelang siang hari. Dapat disimpulkan parameter temperatur udara

merupakan parameter yang paling menentukkan kondisi kenyamanan termal pada

ruangan karena Ruang III/8 memiliki nilai PMV dan temperatur udara terbesar pada

pagi dan terbesar kedua pada siang hari sedangkan Ruang II/8 memiliki nilai PMV

dan temperatur udara terkecil pada pagi dan siang hari.

Tabel 23 PMV dan PPD Ruangan Kuliah pada Siang Hari

Ruang Nilai PMV Skala PMV

II/3 +2 Warm

II/8 +1,5 Slightly Warm

VIP +2,1 Warm

III/8 +2 Warm

III/14 +1,7 Warm

4.4. Survey Kenyamanan Termal dan PPD

Berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017, ruangan kuliah dapat dikatakan

nyaman jika total kenyamanan termal dari data hasil kuisioner menunjukan nilai

tidak kurang dari 80% dan nilai PPD tidak kurang dari 20%. Total kenyamanan

termal adalah jumlah persentase dari jawaban sensasi termal mahasiswa yaitu Agak

Dingin (AD), Netral (N) dan Agak Panas (AP). Kepuasan Termal Mahasiswa

(KTM) dari hasil kuisioner menunjukkan seberapa besar persentase mahasiswa

yang nyaman terhadap kenyamanan termal di ruangan kuliah sedangkan PPD

menunjukkan sebesapa besar persentase mahasiswa yang tidak puas terhadap

kenyamanan termal di ruangan kuliah. Hasil kuisioner dari survey tingkat

kenyamanan termal ruangan kuliah dibandingkan dengan hasil perhitungan nilai

Predicted Percentage of Dissatisfied (PPD). Peneliti berasumsi hasil kuisioner

dikatakan akurat jika selisih nilai antara ketidakpuasan termal mahasiswa dengan

66

PPD tidak lebih dari 20%, ketidakpuasan termal mahasiswa didapatkan dari jumlah

persentase sensasi termal Panas (P) dan Sangat Panas (SP).

Pemberian kuisioner hanya dilakukan selama 4 hari pada Ruang II/8, VIP,

III/8 dan III/14 dikarenakan pada hari Rabu tidak terjadi kegiatan belajar mengajar

di ruangan kuliah kecuali Ruang II/3. Berdasarkan hasil kuisioner pagi hari yang

dapat dilihat pada Tabel 24 Rekapitulasi Data Hasil Kuisioner dan PPD Pagi Hari,

KTM di Ruang II/3 sebesar 64,8 % dari 138 mahasiswa dengan PPD sebesar 26,1

%. KTM di Ruang II/8 sebesar 80,05 % dari 103 mahasiswa dengan PPD sebesar

15,3%. 65,3 % dari 93 mahasiswa di Ruang VIP merasa nyaman dengan PPD

sebesar 18,5%. KTM di ruang III/8 sebesar 60,54 % dari 111 mahasiswa dengan

PPD sebesar 35,2 %. KTM di Ruang III/14 sebesar 79,88% dari 93 mahasiswa

dengan PPD sebesar 18,5 %.

Tabel 24 Rekapitulasi Data Hasil Kuisioner dan PPD Pagi Hari

Ruan

g

Kulia

h

Jumlah

Mahasis

wa

AD N AP P SP

Kepuasa

n Termal

Mahasis

wa (%)

Ketidakpuas

an Termal

Mahasiswa

PPD

Selisi

h

Nilai

II/3 138 7,85% 24,94

%

31,81

%

20,68

%

14,72

% 64,60% 35,40%

26,10

% 9,30%

II/8 103 11,96

%

27,65

%

40,44

%

13,41

% 6,54% 80,05% 19,95%

15,30

% 4,65%

VIP 93 8,98% 27,02

%

29,30

%

23,94

%

10,76

% 65,30% 34,70%

18,50

%

16,20

%

III/8 111 9,67% 21,74

%

29,13

%

27,20

%

12,26

% 60,54% 39,46%

35,20

% 4,26%

III/14 93 11,44

%

33,88

%

34,57

%

13,62

% 6,50% 79,88% 20,12%

18,50

% 1,62%

Berdasarkan hasil kuisioner siang hari yang dapat dilihat pada Tabel 25

Rekatipulasi Data Hasil Kuisioner dan PPD Siang Hari, 58,62 % dari 123 mahasiswa

di Ruang II/3 merasa nyaman dengan nilai PPD 76,8 %. 63,57 % dari 90 mahasiswa

di Ruang II/8 merasa nyaman dengan nilai PPD sebesar 50,9 %. 48,56 % dari 105

mahasiswa di Ruang VIP merasa nyaman dengan nilai PPD sebesar 81,1 %. Total

kenyamanan termal di ruang III/8 sebesar 52,11 % dari 102 mahasiswa dengan nilai

67

PPD sebesar 76,8 %. Total kenyamanan termal di Ruang III/14 sebesar 56,73 %

dari 84 mahasiswa dengan nilai PPD sebesar 61,8 %.

Tabel 25 Rekatipulasi Data Hasil Kuisioner dan PPD Siang Hari

Ruan

g

Kulia

h

Jumlah

Mahasis

wa

AD N AP P SP

Kepuasa

n Termal

Mahasis

wa (%)

Ketidakpuas

an Termal

Mahasiswa

PPD

Selisi

h

Nilai

II/3 123 6,50

%

19,07

%

33,06

%

27,60

%

13,77

% 58,62% 41,38%

76,80

%

35,42

%

II/8 90 7,32

%

22,56

%

33,69

%

24,09

%

12,35

% 63,57% 36,43%

50,90

%

14,47

%

VIP 105 4,95

%

17,72

%

25,89

%

30,75

%

20,69

% 48,56% 51,44%

81,10

%

29,66

%

III/8 102 5,83

%

21,59

%

24,69

%

23,92

%

23,97

% 52,11% 47,89%

76,80

%

28,91

%

III/14 84 7,90

%

22,13

%

26,70

%

27,73

%

15,54

% 56,73% 43,27%

61,80

%

18,53

%

Rekapitulasi data hasil kuisioner rata-rata menunjukkan seberapa besar

sensasi termal dari seluruh mahasiswa pengguna ruangan yang diwakilkan lima

ruangan kuliah yang dapat dilihat pada Gambar 18 Rekapitulasi Data Hasil

Kuisioner Rata-Rata, 30,93 % nya merasa Agak Panas (AP) ,23,83 % merasa Netral

(N) dan 8,24 % merasa Agak Dingin (AD) sehingga kepuasan termak mahasiswa

sebesar 63 %. Ketidakpuasan termal mahasiswa sebesar 37 % dari jumlah 23,29 %

merasa Panas (P) dan merasa Sangat Panas (SP) sebesar 13,71 %. Rekapitulasi data

68

hasil kuisioner tersebut berasal dari sensasi termal yang 1042 orang mahasiswa

rasakan dan mengikuti survey kenyamanan termal di ke lima ruangan kuliah.

Gambar 18 Rekapitulasi Data Hasil Kuisioner Rata-Rata

Ruangan kuliah yang memiliki kepuasan termal mahasiswa terbesar

berdasarkan rekapitulasi hasil kuisioner pada pagi dan siang hari yang dapat dilihat

pada Tabel 26 Kepuasan Termal Mahasiswa Rekapitulasi Data Hasil Kuisioner Rata-

Rata dan PPD adalah Ruang II/8 sebesar 71,81 % dari 193 mahasiswa dengan PPD

sebesar 31,6 %, diikuti Ruang III/14 sebesar 68,31 % dari 177 mahasiswa dengan

PPD sebesar 38,3 %, Ruang II/3 sebesar 61,61 % dari 261 mahasiswa dengan PPD

sebesar 49,6 % , Ruang VIP sebesar 56,93 % dari 198 mahasiswa dengan PPD

sebesar 46,8 % dan Ruang III/8 sebesar 56,33 % dari 213 % dengan PPD sebesar

56,5 %.

Hanya selisih nilai ketidakpuasan termal mahasiswa dengan PPD di Ruang

II/3, VIP dan III/8 pada siang hari yang menunjukkan ketidakakuratan. Hal ini

disebabkan dari 1042 mahasiswa yang mengisi kuisioner kenyamanan termal, ada

sejumlah mahasiswa yang tidak mengisi kuisioner secara serius,

AD N AP P SP

Sensasi Termal Mahasiswa

II/3 7.18% 22.00% 32.43% 24.14% 14.24%

II/8 9.64% 25.10% 37.06% 18.75% 9.44%

VIP 6.97% 22.37% 27.59% 27.35% 15.73%

III/8 7.75% 21.66% 26.91% 25.56% 18.12%

III/14 9.67% 28.00% 30.63% 20.67% 11.02%

Rata-Rata 8.24% 23.83% 30.93% 23.29% 13.71%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

69

4.5. Standar Kenyamanan Termal

Tabel 27 Hasil Evaluasi Kenyamanan Termal Berdasarkan ASHRAE Standart

55-2017 dan Tabel 28 Hasil Evaluasi Kenyamanan Termal Berdasarkan SNI 03-

6572-2001 menunjukkan bahwa sebagian besar parameter kenyamanan termal

tidak memenuhi standar dari SNI 03-6572-2001 dan ASHARE Standard 55-2017

kecuali kecepatan udara dan insulasi pakaian. Sebagian besar nilai PMV pada siang

hari juga melebihi standar kecuali Ruang II/8 dan pada pagi hari ke 5 ruangan kuliah

memenuhi standar yang ada, sedangkan nilai PMV rata-rata pengukuran pagi dan

siang hari menunjukkan bahwa hanya Ruang III/8 yang tidak memenuhi standar.

Dapat disimpulkan bahwa Ruang III/8 memiliki tingkat kenyamanan termal yang

paling buruk sedangkan Ruang II/8 memiliki tingkat kenyamanan termal paling

baik dibandingkan ke 4 ruangan kuliah lainnya berdasarkan pengukuran nilai PMV

pada pagi dan siang hari.

Tabel 26 Kepuasan Termal Mahasiswa Rekapitulasi Data Hasil Kuisioner Rata-

Rata dan PPD

Ruang

Kuliah Jumlah Mahasiswa

Kepuasan

termal

Mahasiswa

(%)

Ketidakpuasan

Termal

Mahasiswa

PPD (%) Selisih Nilai

II/3 261 61,61% 38,39% 49,60% 11,21%

II/8 193 71,81% 28,19% 31,60% 3,41%

VIP 198 56,93% 43,07% 46,80% 3,73%

III/8 213 56,33% 43,67% 56,50% 12,83%

III/14 177 68,31% 31,69% 38,30% 6,61%

Sebagian besar hasil kuisioner dan pengukuran PPD tidak memenuhi standar

kecuali pada pengukuran pagi hari di Ruang II/8 dan Ruang III/14, hal ini sesuai

dengan pengukuran PMV pada kedua ruangan tersebut yang menunjukan nilai

terkecil pada pada pengukuran pagi dan siang hari serta pengukuran rata-ratanya.

Dapat disimpulkan bahwa Ruang II/8 dan Ruang III/14 adalah ruangan yang

nyaman digunakan untuk beraktivitas berdasarkan pengukuran PMV dan PPD serta

persepsi termal mahasiswa yang ditunjukkan melalui hasil kuisioner.

70

Tabel 27 Hasil Evaluasi Kenyamanan Termal Berdasarkan ASHRAE Standart 55-2017

Parameter

ASHRAE

Standart

55-2017

Ruang II/3 Ruang II/8 Ruang VIP Ruang III/8 Ruang III/14

Pagi Siang Rata-

Rata Pagi Siang

Rata-

Rata Pagi Siang

Rata-

Rata Pagi Siang

Rata-

Rata Pagi Siang

Rata-

Rata

Temperatur

Udara (℃)

23°C~26°

C 27,5 30,3 28,9 26,6 29,1 27,9 27,1 30,7 28,9 28,1 30,6 29,4 27,1 29,6 28,3

Kelembaba

n (%)

30% ~

70% 74,6 70,4 72,5 76,1 72,6 74,3 72,6 70,0 71,3 73,4 71,3 72,4 76,0 71,9 73,9

Kecepatan

angin (m/s)

0 m/s ~ 0,2

m/s 0,0 0,0 0,0 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Temperatur

radiasi (℃)

23°C~26°

C 27,3 30,0 28,7 26,5 28,7 27,6 26,6 30,2 28,4 27,8 30,2 29,0 26,9 29,2 28,1

Insulasi

pakaian

(clo)

0 clo ~ 1,5

clo 0,59

Nilai PMV -1,5 ~ +1,5 +1 +2 +1,5 +0,7 +1,5 +1,1 +0,8 +2,1 +1,4 +1,2 +2 +1,6 +0,8 +1,7 +1,3

Skala PMV

Slightly

cool -

Slightly

warm

Slightly

warm Warm

Slightly

warm

Slightl

y

warm

Slightl

y

warm

Slightly

warm

Slightly

warm Warm

Slightly

warm

Slightly

warm

War

m Warm

Slightly

warm

War

m

Slightly

warm

PPD (%) 0% ~ 20% 26,1% 76,8% 49,6% 15,3% 50,9% 31,6% 18,5% 81,1

% 46,8% 35,2%

76,8

%

56,5

% 18,5%

61,8

% 38,3%

Kuisioner

(%) 80% 64,6% 58,6% 61,6% 80,1% 63,6% 71,8% 65,3%

48,6

% 56,9% 60,5%

52,1

%

56,3

% 79,9%

56,7

% 68,3%

Keterangan:

Pagi : 09:30 WIB – 10:30 WIB

Siang : 13:30 WIB – 14;30 WIB

Merah : Melebihi Standar ASHRAE Standart 55-2017

71

Tabel 28 Hasil Evaluasi Kenyamanan Termal Berdasarkan SNI 03-6572-2001

Parameter SNI 03-6572-

2001

Ruang II/3 Ruang II/8 Ruang VIP Ruang III/8 Ruang III/14

Pagi Siang Rata-

Rata Pagi Siang

Rata-

Rata Pagi Siang

Rata-

Rata Pagi Siang

Rata-

Rata Pagi Siang

Rata-

Rata

Temperatur

Udara (℃)

20,5°C ~

27,1°C 27,5 30,3 28,9 26,6 29,1 27,9 27,1 30,7 28,9 28,1 30,6 29,4 27,1 29,6 28,3

Kelembaban (%) 40% ~ 60% 74,6 70,4 72,5 76,1 72,6 74,3 72,6 70,0 71,3 73,4 71,3 72,4 76,0 71,9 73,9

Kecepatan angin

(m/s)

0 m/s ~ 0,35

m/s 0,0 0,0 0,0 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Temperatur

radiasi (℃) 20,5C ~ 27,1C 27,3 30,0 28,7 26,5 28,7 27,6 26,6 30,2 28,4 27,8 30,2 29,0 26,9 29,2 28,1

Keterangan:

Pagi : 09:30 WIB – 10:30 WIB

Siang : 13:30 WIB – 14;30 WIB

Kuning : Melebihi Standar SNI 03-6572-2001

72

4.6. Rekomendasi Peningkatan Kenyamanan Termal

Peningkatan kenyamanan termal diperlukan pada ruangan kuliah, terutama

Ruang II/3, VIP, III/8 dan III/14 yang memiliki nilai PMV pada siang hari diatas

standar ASHRAE Standart 55-2017. Peningkatan kenyamanan termal dapat

dilakukan dengan sistem Heating Ventilating and Air Conditioning (HVAC) yang

berfungsi untuk mengatur temperatur, kelembapan dan kecepatan udara pada

ruangan menjadi nyaman sesuai standar yang ada (Vedavarz et al., 2007).

Sistem HVAC sederhana yang direkomendasikan dapat diaplikasikan

menyesuaikan kondisi tiap ruangan sehingga dapat menjadi lebih efektif dan

efesien adalah Direct Evaporative Cooling (DEC), Air Conditioner (AC) dan

lapisan termal insulasi dinding yang termasuk jenis air conditioning pada sistem

HVAC.

Berdasarkan Tabel 29 Nilai PMV & PPD Setelah Pengaplikasian

Rekomendasi, nilai PMV dan PPD turun drastis mendekati Neutral dan tidak

melebihi standar ASHRAE Standart 55-2017 dan SNI 03-6572-2001 sehingga

dapat disimpulkan ketiga Rekomendasi yang disarankan efektif dan efesien dalam

meningkatkan kenyamanan termal dengan menurunkan temperatur udara di dalam

ruangan kuliah.

4.6.1. Direct Evaporative Cooling (DEC)

Direct Evaporative Cooling (DEC) berdasarkan Watt (1986) adalah sebuah

proses dimana supply fan mengalirkan udara luar (outdoor air) secara paksa melalui

cooling pad sebagai media pendingin yang tetap basah karena dialirkan air dari

bagian atas cooling pad sehingga menghasilkan uap air yang dingin yang kemudian

di alirkan ke dalam ruangan. Tidak terjadi peningkatan temperatur udara selama

proses ini, hanya terjadi perubahan fase dari cairan menjadi uap yang dapat dilihat

pada Gambar 19 Proses Direct Evaporative Cooling. Berdasarkan penelitian Amer

& Boukhanouf (2015) dan Yunianto (2018), uap air dingin yang dialirkan akan

menyerap panas sensibel dari udara sehingga dapat menurunkan temperatur udara

sebesar 4°C hingga 6°C dan meningkatkan kelembapan udara di dalam ruangan

hingga 24% (G Khater, 2014).

73

Sumber: Watt (1986)

Gambar 19 Proses Direct Evaporative Cooling

Uap air yang telah menyerap panas perlu untuk dikeluarkan untuk

menghindari peningkatan berlebihan kelembapan udara sehingga diperlukan

sirkulasi udara yang optimal untuk mengaplikasikan DEC di dalam ruangan

(Kutscher et al., 2006). Ruang II/3 dan II/8 memiliki jumlah ventilasi dan kipas

angin yang lebih besar dari ruangan lainya sehingga peneliti berasumsi DEC dapat

diaplikasikan di ruang tersebut.

Pendingin ruangan yang menggunakan proses DEC adalah evaporative

cooler yang dapat dilihat pada Gambar 20 Evaporative Cooler. Ruangan hanya

dapat menggunakan satu unit evaporative cooler untuk menghindari peningkatan

drastis kelembapan relatif di dalam ruangan. Semakin tinggi temperatur udara

outdoor yang diserap maka semakin efektif evaporative cooler menurunkan

temperatur udara ruangan sehingga menjadi sangat efektif jika digunakan saat

musim kemarau yang memiliki temperatur udara tinggi dan kelembapan udara yang

rendah.

74

Sumber: Palmer (2002)

Gambar 20 Evaporative Cooler

DEC memiliki beberapa kelebihan dibandingkan pendingin ruangan lainnya

seperti biaya operasi yang lebih sedikit dari air conditioner karena menggunakan

listrik yang jauh lebih sedikit, tidak menggunakan refrigeran, seperti

chlorofluorocarbons (CFCs) and hydro-chlorofluorocarbons (HCFCs) yang dapat

merusak lapisan ozon dan pergerakan udara konstan dari DEC mendorong udara

panas keluar untuk menghilangkan debu, serbuk sari, asap, bau, dan polusi dan

menggantinya dengan udara segar yang sejuk (Palmer, 2002).

4.6.2. Termal Insulasi dengan Phase Change Material

Phase Change Material (PCM) adalah material yang mempunyai

kemampuan untuk melepas dan menyerap panas dengan proses dimana awalnya

dalam kondisi padat (solid). Pada saat panas ditransfer ke PCM (terjadi panas

sensibel) sampai sebesar titik leleh (melting point) yang kemudian berubah fase dari

padat menjadi cair (panas laten). Setelah fase cair tercapai, panas yang ditransfer

akan tersimpan pada material tersebut (kembali menjadi panas sensibel). Kemudian

panas tersimpan akan dialirkan ke objek lain sampai PCM berubah kembali menjadi

fase padat (solid) (Silva & Almeida, 2013).

Pengaplikasian PCM pada dinding ruangan dapat mengurangi temperatur

udara di dalam ruangan dengan menyerap dan menyimpan panas dari paparan sinar

matahari tanpa mengalirkan panas tersebut ke dalam ruangan sehingga mengurangi

temperatur radiasi pada dinding. Berdasarkan penelitian Ismail (2017), Lee et al.

75

(2018) dan Ascione et al. (2019), PCM dapat mengurangi temperatur udara di

dalam ruangan sebesar 1,4°C hingga 2°C.

PCM dapat diaplikasikan pada Ruang II/3, II/8, III/8 dan III/14 karena ruang

tersebut terpapar langsung sinar matahari yang dapat dilihat pada Gambar 21 Phase

Change Material pada Dinding. Kelebihan dari PCM adalah dengan perubahan

desain ruangan yang sangat minimal dapat menyimpan panas yang besar dan

mengurangi konsumsi energi pendingin ruangan seperti evaporative cooler dan air

conditioner yang dibutuhkan ruangan untuk mecapai kenyamanan termal (Derradji

et al., 2017).

Sumber: Silva & Almeida (2013)

Gambar 21 Phase Change Material pada Dinding

4.6.3. Air Conditioner (AC)

Air Conditioner (AC) adalah pendingin ruangan yang paling umum

digunakan pada. AC menyerap udara dalam ruangan menggunakan blower indoor

yang kemudian dialirkan ke evaporator. Panas dari udara di evaporator akan

diserap oleh refrigerant sehingga udara di evaporator menjadi lebih dingin yang

kemudian dialirkan kembali ke dalam ruangan oleh blower. Refrigerant dipompa

ke dalam dan keluar AC indoor oleh kompresor yang ada pada bagian AC outdoor.

Refrigerant yang telah menyerap panas dialirkan ke kondensor pada bagian AC

outdoor untuk dilepaskan udara lepas (Wang, 2001). Rentang suhu pada AC adalah

16°C – 30°C sehingga AC dapat digunakan sebagai pendingin dan penghangat

ruangan. Meskipun memerlukan konsumsi energi yang cukup besar, AC dapat

mengatur temperatur udara yang ada di ruangan sesuai dengan kebutuhan sehingga

76

memastikan kenyamanan termal pengguna ruangan. Proses kerja AC dapat dilihat

pada Gambar 22 Air Conditioner (Purwant et al., 2020).

AC dapat diaplikasikan pada puang II/3, II/8, VIP, III/8 dan III/14 dengan

catatan jendela dan pintu pada ruangan tersebut tertutup untuk menjaga temperatur

ruangan sesuai dengan yang diinginkan. ASHRAE Standart 55-2017 dan SNI 03-

6572-2001 menyarankan agar temperatur udara ruangan diatur sebesar 23°C.

Vedavarz et al. (2007) menyarankan untuk ruang dengan luas lebih dari 20 m² dan

pengguna ruangan lebih dari 15 orang, menggunakan AC dengan 2 PK agar dapat

mengoptimalkan kinerja AC itu sendiri.

Sumber: Wang (2001)

Gambar 22 Air Conditioner

77

Tabel 29 Nilai PMV & PPD Setelah Pengaplikasian Rekomendasi

Rekomendasi

Peningkatan

Kenyamanan Termal

Potensi Perubahan

Termal Ruang

Temperatur Udara

(°C)

Kelembapan Udara

(%)

Temperatur Radiasi

(°C) Nilai PMV (Kategori)

Nilai PPD (%)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Direct Evaporative

Cooling (DEC) dengan

evaporative cooler

Menurunkan

temperatur udara

sebesar 4°C hingga

6°C dan meningkatkan

kelembapan udara

sebesar 24%

II/3 30,32 24,32 70,4 94,4 30,0 25,7 +2 (Warm)

+0,9

(Sligthly

Warm)

76,8 22,1

II/8 29,1 23,1 72,6 96,6 28,7 24,7

+1,5

(Slightly

Warm)

-0,2 (Neutral) 15,3 5,8

Termal Insulasi dengan

Phase Change

Material

Menurunkan

temperatur udara

sebesar 1,4°C hingga

2°C

II/3 30,32 28,32 70,4 70,4 30,0 27,6 +2 (Warm)

+1,1

(Slightly

Warm)

76,8 30,5

II/8 29,1 27,1 72,6 72,6 28,7 26,7

+1,5

(Slightly

Warm)

+0,3

(Neutral) 15,3 6,9

III/8 30,6 28,6 71,3 71,3 30,2 28.0 +2 (Warm)

+1,3

(Slightly

Warm)

76,8 40,3

III/14 29,6 27,6 71,9 71,9 29,2 27.1 +1,7 (Warm)

+0,9

(Slighlty

Warm)

61,8 22,1

Air Conditioner (AC)

Temperatur udara

diatur sebesar 23°C

sesuai dengan standar

yang digunakan

II/3 30,32 23 70,4 70,4 30,0 22,1 +2 (Warm) -0,8 (Slightly

Cool) 76,8 18,5

II/8 29,1 23 72,6 72,6 28,7 22,5

+1,5

(Slightly

Warm)

-0,8 (Slightly

Cool) 15,3 18,5

VIP 30,7 23 70,0 70 30,2 22,1 +2,1 (Warm) -0,9 (Slightly

Cool) 76,8 22,1

III/8 30,6 23 71,3 71,3 30,2 22,1 +2 (Warm) -0,8 (Slightly

Cool) 76,8 18,5

III/14 29,6 23 71,9 71,9 29,2 22,5 +1,7 (Warm) -0,8 (Slightly

Cool) 61,8 18,5

78

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

79

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan analisis kenyamanan termal yang dilakukan di ruangan kuliah

Jurusan Teknik Lingkungan Gedung Mohammad Natsir FTSP UII pada penelitian

ini, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kondisi kenyamanan termal di ruangan kuliah berdasarkan ASHRAE

Standart 55-2017 menunjukkan bahwa ke 5 ruangan kuliah nyaman

digunakan untuk beraktivitas pada pagi hari tetapi pada siang hari hanya

Ruang II/8 yang nyaman untuk digunakan. Secara perhitungan rata-rata

PMV pada pagi dan siang hari, Ruang II/3, II/8, VIP dan III/14 masuk dalam

kriteria nyaman, sedangkan Ruang III/8 tidak termasuk. Pada parameter

temperatur udara, temperatur radiasi dan kelembapan relatif, sebagian besar

hasil pengukuran pagi hari, siang hari dan rata-rata melebihi standar

ASHRAE Standart 55-2017.

2. Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kenyamanan termal di ruangan

kuliah berdasarkan hasil kuisioner rata-rata pada Ruang II/3 sebesar 61,6%,

Ruang II/8 sebesar 71,8%, Ruang VIP sebesar 46,8%, Ruang III/8 sebesar

56,5% dan Ruang III/14 sebesar 68,3%. Mahasiswa merasa lebih nyaman

saat pagi hari di ruangan kuliah daripada saat siang hari yang ditunjukkan

melalui hasil kuisioner saat pagi hari lebih besar dari siang hari di ke 5

ruangan kuliah.

3. Peningkatan kualitas kenyamanan termal di ruangan kuliah dapat dilakukan

melalui penggunaan evaporative cooling, lapisan insulasi termal pada

dinding dan air conditioner (AC).

80

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, saran yang dapar

diberikan peneliti adalah:

1. Peneliti kenyamanan termal di Gedung Mohammad Natsir FTSP UII

selanjutnya dapat lebih fokus meneliti ruangan kuliah di lantai 1 dan 4,

disarankan melakukan pengukuran di musim kemarau dikarenakan dapat

mengetahui lebih jauh kondisi kenyamanan termal dengan temperatur udara

yang lebih tinggi dibandingkan saat musim hujan.

2. Fakultas dapat menerapkan konsep 4 hierarki Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) untuk meningkatkan kenyamanan termal di dalam ruangan

kuliah, yaitu:

Subtitusi, dengan mengganti alat pendingin yang digunakan sekarang

dengan yang lebih menyesuaikan kondisi ruangan kuliah.

Rekayasa Teknik, dengan menggunakan evaporative cooler, lapisan

insulasi termal dinding dan air conditioner untuk meningkatkan

kenyamanan termal ruangan kuliah.

Administrasi, dengan menerapkan peraturan yang dapat mencegah

menurunkan kualitas kenyamanan termal di ruangan kuliah seperti

mengurangi kapasitas maksimal mahasiswa di dalam ruangan dan

maintance alat pendingin ruangan secara berkala.

Alat Pelindung Diri, mahasiswa dapat menyesuaikan pakaian yang

digunakan dengan musim

81

DAFTAR PUSTAKA

Amer, O., & Boukhanouf, R. (2015). A Review of Evaporative Cooling

Technologies. International Journal of Environmental Science and

Development, 6(2), 111–117. https://doi.org/10.7763/ijesd.2015.v6.571

ANSI/ASHRAE. (2017). ANSI/ASHRAE Standard 55-2017 : Thermal

Environmental Conditions for Human Occupancy. ASHRAE Inc., 66.

https://doi.org/ISSN 1041-2336

Ascione, F., Bianco, N., De Masi, R. F., Mastellone, M., & Peter Vanoli, G.

(2019). Phase change materials for reducing cooling energy demand and

improving indoor comfort: A step-by-step retrofit of a Mediterranean

educational building. Energies, 12(19). https://doi.org/10.3390/en12193661

Auliciems, A., & Szokolay, S. V. (2007). Thermal comfort. In Thermal Comfort

(Vol. 2). PLEA: Passive and Low Energy Architecture.

https://doi.org/10.1016/B978-0-444-63912-7.00015-1

Baharuddin, Ishak, M. T., & Asniwaty. (2015). Pengaruh Kecepatan Aliran Udara

Terhadap Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah. Universitas

Hassanuddin Makasar, 1, 1–8.

BMKG. (2019). Prakiraan Musim Kemarau 2019 Di Indonesia. 141.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

BMKG. (2020). Prakiraan Musim Kemarau 2020 Di Indonesia. 145.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

BSN. (2001). SNI - 03 - 6572 - 2001,Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan

Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung. 1–55.

http://sni.litbang.pu.go.id/index.php?r=/sni/new/sni/detail/id/685

Derradji, L., Errebai, F. B., & Amara, M. (2017). Effect of PCM in Improving the

82

Thermal Comfort in Buildings. Energy Procedia, 107(September 2016),

157–161. https://doi.org/10.1016/j.egypro.2016.12.159

Egan, M. D. (1975). Concept in Thermal Comfort. Prentice-Hall.

Fanger, P. O. (1982). Thermal Comfort: Analysis and Applications in

Environmental Engineering. Danish Technical Press.

G Khater, E.-S. (2014). Performance of Direct Evaporative Cooling System under

Egyptian Conditions. Journal of Climatology & Weather Forecasting,

02(02). https://doi.org/10.4172/2332-2594.1000119

Gunawan, I. W. A. (2019). Pengaruh Iklim, Sinar Matahari, Hujan Dan

Kelembaban Pada Bangunan. Semarayana, 147–156.

Ismail, K. A. R. (2017). PCM thermal insulation in buildings PCM THERMAL

INSULATION IN BUILDINGS. November 1997.

https://doi.org/10.1002/(SICI)1099-114X(199711)21

Jiang, H., Iandoli, M., Van Dessel, S., Liu, S., & Whitehill, J. (2019). Measuring

Students ’ Thermal Comfort and ts Impact on Learning. The 12th

International Conference on Educational Data Mining, Edm, 89–98.

Junaidi, N. S., Daruwati, I., Febriani, Y., Hatika, R. G., Pengaraian, U. P., &

Hulu, R. (2018). Keterkaitan Fisika Dalam Pembelajaran Sistem Adaptasi

Tubuh Manusia Terhadap Perubahan Suhu The Relation Of Physics Learning

In Human Body. Jurnal, 1(3), 10–23.

Koenigsberger, O. H., Ingersoll, T. G., Mayhew, A., & Szokolay, S. V. (1973).

Manual of Tropical Housing and Building. Climatic Design. Orient

Blackswan Private Limited.

Kotta, M. H. (2008). Suhu Netral dan Rentang Suhu Nyaman Manusia Indonesia

(Studi Kasus Penelitian Pada Bangunan Kantor Di Makassar). Metropilar -

Jurnal Ilmiah Universitas Halueleo, 6(1), 1–7.

83

http://ojs.uho.ac.id/index.php/metropilar/article/view/447/287

Kubba, S. (2016). LEED v4 Practices, Certification, and Accreditation Handbook

(2nd Editio). Elsevier Inc. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/C2015-0-

00887-5

Kutscher, C., Eastment, M., Hancock, E., & Reeves, P. (2006). Projected Benefits

of New Residential Evaporative Cooling Systems : Progress Report # 2.

October, 1–62. http://services.eng.uts.edu.au/desmanf/Garry’s

Course/02_39342.pdf

Lee, K. O., Medinaa, M. A., Suna, X., & Jin, X. (2018). Thermal performance of

phase change materials (PCM)-enhanced cellulose insulation in passive solar

residential building walls. Solar Energy.

https://doi.org/10.1016/j.solener.2018.01.086

Lippsmeier, G. (1997). Bangunan Tropis. Erlangga.

Lutfi, M. A. (2019). Evaluasi Kenyamanan Termal di Sekolah Menengah Pertama

Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia.

Mangunwijaya, Y. B. (2000). Pengantar Fisika Bangunan. Djambatan.

Mentri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016. 1–98.

http://www.kesjaor.kemkes.go.id/documents/PMK_No._70_ttg_Standar_Kes

ehatan_Lingkungan_Kerjai_.pdf

Palmer, J. D. (2002). Evaporative Cooling Design Guidelines Manual. 877.

www.emnrd.state.nm.us/

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2012). Sistem Pencahayaan. Panduan

Pengguna Bangunan Gedung Hijau Jakarta, 3(38), 29.

Pomfret, L., & Hashemi, A. (2017). Thermal Comfort in Zero Energy Buildings.

84

Energy Procedia, 134, 825–834.

https://doi.org/10.1016/j.egypro.2017.09.536

Pongrácz, R., Bartholy, J., Dezső, Z., & Dian, C. (2016). Analysis of The Air

Temperature and Relative Humidity Measurements in Budapest-Ferencváros.

Hungarian Geographical Bulletin, 65(2), 93–103.

https://doi.org/10.15201/hungeobull.65.2.1

Purwant, N. K., Satpute, J. B., & Tendolkar, M. V. (2020). An Investigation of

Air Conditioning System Diagnosis. Techno-Societal 2018, January.

https://doi.org/10.1007/978-3-030-16962-6

Rahim, H. (2002). Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Temperatur Ruang

pada Rumah Sederhana Tipe 21 Perumnas BTP Makassar. Universitas

Hasanuddin, 1–8.

Rotronic. (2014). Humidity Theory. Rotronic, 1.

https://www.rotronic.com/media/productattachments/files/e/b/ebook-1-

humidity-theory.pdf

Saputro, T. H., Fatimah, I. S., & Sulistyantara, B. (2005). Studi Pengaruh Area

Perkerasan Terhadap Perubahan Suhu Udara (Studi Kasus Area Parkir Plaza

Senayan, Sarinah Thamrin, dan Stasiun Gambir). Jurnal Lanskap Indonesia,

1–7. https://doi.org/10.29244/jli.2010.2.2.%p

Silva, S. M., & Almeida, M. G. de. (2013). Using PCM to improve building’s

thermal performance. 2nd International Conference on Sustainable , 2–7.

https://repositorium.sdum.uminho.pt/bitstream/1822/25781/3/SESBConferen

ce-Dublin_SMS.pdf

Simons, B., Koranteng, C., Adinyira, E., & Ayarkwa, J. (2014). An Assessment of

Thermal Comfort in Multi Storey Office Buildings in Ghana. Journal of

Building Construction and Planning Research, 02(01), 30–38.

https://doi.org/10.4236/jbcpr.2014.21003

85

Sipayung, M. N. P. (2012). Curah Hujan ( Studi Kasus : Curah Hujan Periode

2001-2009 pada Stasiun Dramaga ).

Sofyan, A. (2002). Studi Tingkat Kenyamanan Termal pada Ruang Pelajar dan

Studio Gambar Universitas Pepabri Makasar. Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin, 1–10.

Susanti, L., & Aulia, N. (2013). Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Sekolah

SMA Negeri di Kota Padang. Universitas Andalas, 1–7.

https://doi.org/10.25077/josi.v12.n1.p310-316.2013

Tanabe, S. ichi, & Kimura, K. ichi. (1994). Effects of air temperature, humidity,

and air movement on thermal comfort under hot and humid conditions.

ASHRAE Transactions, 100(2), 953–969.

Vedavarz, A., Kumar, S., & Hussain, M. I. (2007). HVAC: Handbook of Heating,

Ventilation and Air Conditionning for Design and Implementation.

Walikewitz, N., Jänicke, B., Langner, M., Meier, F., & Endlicher, W. (2015). The

Difference Between The Mean Radiant Temperature and The Air

Temperature Within Indoor Environments: A Case Study During Summer

Conditions. Building and Environment, 84, 151–161.

https://doi.org/10.1016/j.buildenv.2014.11.004

Wang, S. K. (2001). Air Conditioning Systems: System Classification, Selection,

and Individual Systems. In Handbook of Air Conditioning and Refrigeration.

Wargocki, P., & Wyon, D. P. (2007). The Effects of Moderately Raised

Classroom Temperatures and Classroom Ventilation Rate on The

Performance of Schoolwork by Children (RP-1257). HVAC and R Research,

13(2), 193–220. https://doi.org/10.1080/10789669.2007.10390951

Watt, J. R. (1986). Evaporative Air Condioning Handbook. In ثثثثثث: Vol. ث

.Chapman and Hall .(ثقثقثق ثق Second Edi, Issue) ثثثث

86

https://doi.org/10.1007/978-1-4613-2259-7

World Health Organization. (1991). Environmental Health in Rural and Urban

Development and Housing Unit. Indoor Environment: Health Aspects of Air

Quality, Thermal Environment, Light and Noise, 1–127.

https://apps.who.int/iris/handle/10665/62723

Yunianto, B. (2018). Pemanfaatan Evaporative Cooling untuk Meningkatkan

Kenyamanan Ruang. Rotasi, 20(1), 29.

https://doi.org/10.14710/rotasi.20.1.29-32

87

LAMPIRAN

88

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian Kenyamanan Termal Ruangan Kuliah di Gedung

Mohammad Natsir FTSP UII

Identitas responden

Nama :

Nim :

Jenis Kelamin : L/P (Lingkarin salah satu)

PETUNJUK PENGISIAN:

Berdasarkan atas kenyamanan mahasiswa/i, berilah tanda centang (√) pada

kolom bobot nilai alternatif jawaban yang sesuai mahasiswa/i rasakan.

Keterangan:

AD : Agak Dingin

N : Netral

AP : Agak Panas

P : Panas

SP : Sangat Panas

Kuisioner ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi mahasiswa/i

terhadap tingkat kepuasaan kenyamanan termal diruangan kuliah. Kuisioner

ini berdasarkan ASHRAE Standard 55-2017.

No Daftar Pertanyaan

Alternatif Jawaban

AD N AP P SP

1 2 3 4 5

1

Ketika anda memasuki ruangan kuliah, apa

pendapat anda terhadap temperatur udara ruangan

kuliah?

2

Ketika anda berada di dalam ruangan (duduk

belajar) dengan kondisi jendela terbuka, apa yang

ada rasakan?

3

Ketika anda berada di dalam ruangan (duduk

belajar) dengan kondisi jendela tertutup, apa yang

ada rasakan?

4 Apa yang anda rasakan ketika menggunakan baju

tambahan (jaket/ sweter/lain-lain) di dalam kelas?

5 Apa yang anda rasakan ketika memasuki ruangan

kuliah sekembalinya dari waktu istirahat?

89

Lampiran 2 Hasil Pengukuran Pagi Hari (09:30-10:30)

A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E

Temperatur (0C) 27,2 27,3 27,1 27,3 27,1 28,2 28 28,1 27,9 27,9 28,6 28,5 28,4 28,4 28,3 26,6 26,8 26,9 27 26,9 27,2 27 27 27,4 27,4 27,54

Kelembaban (%) 73,1 73,6 73,7 73,5 73,4 75,1 75,4 75,5 75,8 75,7 72,8 73 73,6 74,4 74,5 77,6 77,3 77,1 77 77,1 73,3 73,6 73,7 73,2 73,1 74,64

Kecepatan Angin (m/s) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah Mahasiswa (Orang) 27,60

Temperatur Basah Pendugaan (0C) 23,4 23,6 23,4 23,6 23,3 24,9 24,7 24,8 24,6 24,6 24,8 24,7 24,7 24,7 24,6 23,4 23,6 23,7 23,8 23,7 23,4 23,2 23,2 23,4 23,4 23,97

Hasil pendugaan berdasarkan

Anonim (2004)

23 34 17 31 33II/3

Rata-RataKamis Jumat

Sumber

Hasil Pengukuran (2020)

ParameterSenin SelasaRuangan

Kuliah

Rabu

A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E

Temperatur (0C) 26,5 26,6 26,5 26,7 26,6 26,6 26,8 26,8 26,9 27 27,2 27,4 26,9 27,1 26,8 26,4 26,1 26,1 26,4 26,3 26,4 26,1 26,6 26,2 26,1 26,60

Kelembaban (%) 76,7 76,6 76,8 76,5 76,6 76,5 76,2 76,1 76 75,9 76,3 76,1 76,4 76,1 76,5 76,1 76,5 76,4 76,1 76,3 75 75,2 74,8 75,4 75,6 76,09

Kecepatan Angin (m/s) 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0,02

Jumlah Mahasiswa (Orang) 20,60

Temperatur Basah Pendugaan (0C) 23,3 23,4 23,3 23,5 23,4 23,4 23,6 23,6 23,7 23,8 23,9 24,1 23,6 23,8 23,5 23,1 22,8 22,8 23,1 23 22,9 22,6 23,1 22,7 22,6 23,30

Hasil pendugaan berdasarkan

Anonim (2004)

2702724II/8

Ruangan

KuliahParameter

Senin Selasa RabuRata-Rata

KamisSumber

Hasil Pengukuran (2020)

25

Jumat

A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E

Temperatur (0C) 27,1 27,2 27,4 27,6 27,7 27,5 27,5 27,6 27,2 27,7 26,8 26,9 27,1 27 26,9 26,6 26,4 26,9 26,7 26,5 27,2 27 27,4 27 27,2 27,12

Kelembaban (%) 70,4 69,9 69,7 69,5 70 71,2 71,3 71 71,5 71 73,8 74,2 73,9 74 74,4 74,2 74,4 73,9 74,1 74,3 73,5 73,9 73,3 73,8 73,6 72,59

Kecepatan Angin (m/s) 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0,02

Jumlah Mahasiswa (Orang) 18,60

Temperatur Basah Pendugaan (0C) 22,9 23 23,2 23,4 23,5 23,3 23,3 23,4 23 23,5 23,1 23,2 23,4 23,3 23,2 22,9 22,7 23,2 23 22,8 23,5 23,3 23,7 23,3 23,5 23,22

Hasil pendugaan berdasarkan

Anonim (2004)

24 20 0 26 23

ParameterSenin Selasa

VIP

Ruangan

Kuliah

JumatSumber

Hasil Pengukuran (2020)

Rabu KamisRata-Rata

90

A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E

Temperatur (0C) 28,1 28,3 28,3 28,2 28,4 28,4 28,7 28,5 28,8 28,9 29,3 29,2 28,9 29 29,2 27,2 27,1 27,4 27,3 27,2 27,4 27,3 27,5 27,2 27,3 28,12

Kelembaban (%) 74,5 73,8 73,9 74,3 74,2 71,9 71,5 71,7 71,4 71,2 75,2 74,9 75,6 75,8 75,4 73,3 73,8 73,2 73,4 73,4 72,7 72,8 72,6 72,9 72,8 73,45

Kecepatan Angin (m/s) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah Mahasiswa (Orang) 22,20

Temperatur Basah Pendugaan (0C) 24,4 24,6 24,6 24,5 24,7 24,4 24,7 24,5 24,8 24,9 25,5 25,4 25,1 25,2 25,4 23,4 23,3 23,6 23,5 23,4 23,6 23,5 23,7 23,4 23,5 24,30

Hasil pendugaan berdasarkan

Anonim (2004)

27 29

Hasil Pengukuran (2020)

ParameterSenin Selasa Rabu

29 26 0III/8

Ruangan

KuliahSumberRata-Rata

JumatKamis

A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E

Temperatur (0C) 26,8 26,6 26,5 26,6 26,7 27,2 27,1 27,4 27,5 27,4 27,5 27,7 27,4 28 28,1 27 27,2 27 27,1 27,2 26,6 26,5 26,6 26,7 26,6 27,08

Kelembaban (%) 77,8 77 77,2 77 77,9 74,5 74,8 74,2 74,1 74,2 76,5 76,3 76 76,7 76,7 76,6 76,3 76,6 76,5 76,3 75,3 75,5 75 75,2 75,3 75,98

Kecepatan Angin (m/s) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah Mahasiswa (Orang) 18,60

Temperatur Basah Pendugaan (0C) 23,6 23,4 23,3 23,4 23,5 23,4 23,3 23,6 23,7 23,6 24,3 24,5 24,2 24,8 24,9 23,8 24 23,8 23,9 24 23,1 23 23,1 23,2 23,1 23,70

Hasil pendugaan berdasarkan

Anonim (2004)

23

Sumber

Hasil Pengukuran (2020)

Rata-RataKamis Jumat

III/1424 20 0 26

Ruangan

KuliahParameter

Senin Selasa Rabu

91

Lampiran 3 Hasil Pengukuran Siang Hari (13:30-14:30)

A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E

Temperatur (0C) 30,3 30,3 30,5 30,4 30,6 30,7 30,9 30,8 30,5 30,9 31,2 31,4 30,9 31,2 31,1 28,9 28,7 28,5 28,5 28,5 30,6 30,4 30,5 30,8 31 30,32

Kelembaban (%) 68,9 68,8 68,5 68,6 68,2 70,8 70,5 70,8 70,9 70,5 67,1 66,8 66,7 67,1 67,3 76,9 76,3 77 77 77,1 68,9 69,2 69 68,5 68,2 70,38

Kecepatan angin (m/s) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah Mahasiswa (Orang) 24,60

Temperatur basah pendugaan (0C) 25,8 25,8 26 25,9 26,1 26,7 26,9 26,8 26,5 26,9 26,9 27,1 26,6 26,9 26,8 25,9 25,5 25,5 25,7 25,7 25,9 25,7 25,8 26,1 26,3 26,23

Hasil pendugaan

berdasarkan Anonim (2004)

Senin

25 26 30 19 23

Hasil Pengukuran (2020)

Kamis JumatRata-Rata SumberParameter

Selasa RabuRuangan

Kuliah

II/3

A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E

Temperatur (0C) 28,9 28,9 29 28,9 29 29,4 29,3 29,2 29,1 29,2 29,4 29,2 29,3 29,4 29,2 28,3 28,8 28,6 28,5 28,4 29,6 29,6 29,5 29,5 29,3 29,1

Kelembaban (%) 72,4 72,8 72,6 72,7 72,6 70,2 70,3 70,5 70,7 70,5 69,6 69,8 69,7 69,6 69,8 77,9 77,7 78,5 79 79,9 71,5 71,6 71,7 71,6 71,9 72,60

Kecepatan angin (m/s) 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0,02

Jumlah Mahasiswa (Orang) 18,00

Temperatur basah pendugaan (0C) 25,1 25,1 25,2 25,1 25,2 25,1 25 24,9 24,8 24,9 24,9 24,7 24,8 24,9 24,7 25 25,5 25,6 25,5 25,4 25,4 25,4 25,3 25,3 25,1 25,12

Hasil pendugaan

berdasarkan Anonim (2004)

Hasil Pengukuran (2020)

SumberRata-RataSelasaRuangan

Kuliah

II/8

ParameterSenin Rabu

38 21 0 14 17

Kamis Jumat

A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E

Temperatur (0C) 30,8 30,7 31,1 31 30,9 30,7 30,9 30,9 30,8 30,8 31,5 31,3 31,6 31,5 31,6 29,6 29,6 29,5 29,4 29,3 31 30,9 31,1 31 31,1 30,74

Kelembaban (%) 67 67,5 67,5 67,6 67,7 67,7 67,3 67,3 67,5 67,5 68,2 68,5 68 68,2 68 78,9 79 79,2 79,5 79,7 67,7 67,9 67,5 67,7 67,6 70,01

Kecepatan angin (m/s) 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0 0 0,1 0 0 0,02

Jumlah Mahasiswa (Orang) 21,00

Temperatur basah pendugaan (0C) 25,8 25,7 26,1 26 25,9 25,9 26,1 26,1 26 26 26,5 26,3 26,6 26,5 26,6 26,6 26,8 26,7 26,6 26,5 26,2 26,1 26,3 26,2 26,3 26,26

Hasil pendugaan

berdasarkan Anonim (2004)

Hasil Pengukuran (2020)

Rata-RataSelasa Rabu

ParameterSeninRuangan

Kuliah

VIP30 21 0 30 24

SumberKamis Jumat

92

A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E

Temperatur (0C) 30,6 30,8 30,6 30,7 30,9 31,3 31,2 31,2 31 31 31,8 31,7 31,7 31,6 31,6 29,3 29,1 28,9 28,7 28,6 30,5 30,6 30,3 30,4 30,4 30,58

Kelembaban (%) 68,5 68,2 68,5 68,3 67,8 69,6 69,9 70,2 70,4 70,2 71 71,1 71,1 71,3 71,3 75,9 76,2 76,3 76,5 76,7 70,6 70,4 70,8 70,5 70,5 71,27

Kecepatan angin (m/s) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah Mahasiswa (Orang) 20,40

Temperatur basah pendugaan (0C) 25,8 26 25,8 25,9 26,1 26,8 26,7 26,7 26,5 26,5 27,3 27,2 27,2 27,1 27,1 25,8 25,6 25,4 25,2 25,1 26,2 26,3 26 26,1 26,1 26,26

Hasil pendugaan

berdasarkan Anonim (2004)

Hasil Pengukuran (2020)

Sumber

27

Rata-RataJumat

23

Ruangan

Kuliah

III/8

ParameterSenin Selasa Rabu Kamis

26 26 0

A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E

Temperatur (0C) 27,8 27,9 27,9 27,9 27,9 30,6 30,5 30,5 30,6 30,5 30,6 30,5 30,5 30,7 30,7 29,5 29,6 29,5 29,4 29,2 29,7 29,4 29,5 29,3 29,3 29,58

Kelembaban (%) 72,3 73,4 72,8 73,2 72,9 67,5 68,1 68 67,7 68,2 70,2 70,3 70,3 70 70,1 76,4 76,3 76,5 76,8 77,1 71,4 71,7 71,5 71,8 71,8 71,85

Kecepatan angin (m/s) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah Mahasiswa (Orang) 16,80

Temperatur basah pendugaan (0C) 24 24,1 24,1 24,1 24,1 25,8 25,7 25,7 25,8 25,7 26,1 26 26 26,2 26,2 26,2 26,3 26,2 26,1 25,9 25,7 25,4 25,5 25,3 25,3 25,50

Hasil pendugaan

berdasarkan Anonim (2004)

Hasil Pengukuran (2020)

Sumber

37 6 0 14 27

Rata-RataRuangan

Kuliah

III/14

Kamis JumatParameter

Senin Selasa Rabu

93

Lampiran 4 Nilai Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage of

Dissatisfied (PPD)

Ruang

Kuliah

(Waktu

Pengukuran)

Nilai PMV Skala PMV PPD Grafik

II/3 (Pagi) +1 Slightly

warm 26,10%

II/3 (Siang) +2 Warm 76,80%

II/3 (Rata-

Rata) +1,5

Slightly

warm 49,60%

II/8 (Pagi) +0,7 Slightly

warm 15,30%

94

II/8 (Siang) +1,5 Slightly

warm 50,90%

II/8 (Rata-

Rata) +1,1

Slightly

warm 31,60%

VIP (Pagi) +0,8 Slightly

warm 18,50%

VIP (Siang) +2,1 Warm 81,10%

VIP (Rata-

Rata) +1,4

Slightly

warm 46,80%

95

III/8 (Pagi) +1,2 Slightly

warm 35,20%

III/8 (Siang) +2 Warm 76,80%

III/8 (Rata-

Rata) +1,6 Warm 56,50%

III/14 (Pagi) +0,8 Slightly

warm 18,50%

III/14

(Siang) +1,7 Warm 61,80%

96

III/14 (Rata-

Rata) +1,3

Slightly

warm 38,30%

Contoh Perhitungan PMV dan PPD di Ruang II/3 pada pagi hari:

𝑃𝑀𝑉 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 = 𝑇𝑆 + ( 𝑀 − 𝐻𝐿1 − 𝐻𝐿2 − 𝐻𝐿3 − 𝐻𝐿4 − 𝐻𝐿5 − 𝐻𝐿6)

= -0,61 + (58,15- 16,22 – 0 - 5,8 - 0,53 - 22,82 - 15,45)

= +1

Dimana:

Ts(𝑇ℎ𝑒𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑠𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑜 𝑠𝑘𝑖𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑒𝑓)

TS = 0,303 exp(−0,036(58,15)) + 0,028 = -1,69

M = 1 × 58,15 = 58,15

TA = Temperatur Udara = 27,54 ℃

RH = Kelembapan Relatif = 74,64 %

FNPS = exp (16,6536 − 4030,183 ÷ (27,54 + 235))= 1.29

PA = 74,64% × 10 × 1,29 = 9,63

HL1(𝑆𝑘𝑖𝑛 𝑑𝑖𝑠𝑠 𝐿𝑜𝑠𝑠)

HL1 = 3,05 × 0,001 × (5733 − 6,99 x 58,15 − 9,63) = 16,22

HL2 (𝑆𝑤𝑒𝑎𝑡 𝑙𝑜𝑠𝑠)

HL2 = ada 2 kemungkinan, kalau nilai M ≥ 58,15 maka ∶

HL2 = 0,42 × (M − 58,15)selain itu HL2 = 0

HL3 (𝐿𝑎𝑡𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑙𝑜𝑠𝑠)

HL3 = 1,7 × 0,00001 × 58,15(5867 − 9,63) = 5,8

HL4 (𝐷𝑟𝑦 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑖𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑙𝑜𝑠𝑠)

HL4 = 0,0014 × 58,15 × (34 − 27,54) = 0,53

CLO = Total Insulasi Kombinasi Pakaian) = 0,59

Untuk mencari FCL dibutuhkan ICL

ICL = 0,155x0,59 = 0,09

Bila ICL < 0,078 𝑀𝑎𝑘𝑎 𝐹𝐶𝐿 = 1 + 1,29𝑥𝐼𝐶𝐿

selain itu kalau ≥ 0,078 ialah 1,05 + 0,645xICL

FCL = 1,05 + 0,645 x 0,09 = 1,11

97

Tr = Temperatur Radiasi = 27,31 ℃

TRA = 27,31 ℃ + 273 = 300,31

TCLA = 300,31 + (35,5 − 27,54): (3,5 x (6,45 x 0,09 + 0,1)) = 303,65

XN = 303,65 ÷ 100 = 3,04

HL5 (𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑙𝑜𝑠𝑠)

HL5 = 3,96 × 1,11 × (3,042 −300,31

100)2) = 22,82

HL6 (𝐶𝑜𝑛𝑣𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑙𝑜𝑠𝑠)

HL6 = 1,11 × 11,644 × (303,65 − 27,54 + 300) = 15,45

Untuk mengetahui nilai HC harus mengetahui HCF dan HCN

Vel = Kecepatan udara = 0,02 m/s

HCF = 12,1 × 0,021

2⁄ + 9,95 = 11,644

HCN = 2,38 × abs(100x6,07 − 300,31)0,25 = 9,95

HC = 11,644

XF =303,65

50= 6,07

Bila HCF > 𝐻𝐶𝑁 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐻𝐶 = 𝐻𝐶𝐹

𝑏𝑖𝑙𝑎 < 𝐻𝐶𝑁 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝐻𝐶 = 𝐻𝐶𝑁

PPD = 100 –95.exp – (10.03353PMV4 + 0,2179 PMV2)

PPD = 100 –95.exp – (10.03353 x 14 + 0,2179 x 12) = 26,1%

98

Lampiran 5 Hasil Kuisioner Pagi Hari

AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP

Total Jawaban 1 8 13 1 0 3 17 2 0 1 1 0 4 12 6 0 1 4 10 8 2 3 10 6 2

Jumlah Siswa

Persentase (%) 4% 35% 57% 4% 0% 13% 74% 9% 0% 4% 4% 0% 17% 52% 26% 0% 4% 17% 43% 35% 9% 13% 43% 26% 9%

Total Jawaban 1 12 9 9 3 5 10 13 5 1 0 1 5 14 14 0 1 3 15 15 2 6 10 10 6

Jumlah Siswa

Persentase (%) 3% 35% 26% 26% 9% 15% 29% 38% 15% 3% 0% 3% 15% 41% 41% 0% 3% 9% 44% 44% 6% 18% 29% 29% 18%

Total Jawaban 0 5 5 4 3 2 2 9 3 1 0 1 5 6 5 0 1 1 7 8 0 1 6 5 5

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 29% 29% 24% 18% 12% 12% 53% 18% 6% 0% 6% 29% 35% 29% 0% 6% 6% 41% 47% 0% 6% 35% 29% 29%

Total Jawaban 4 11 11 3 2 1 15 11 2 2 5 8 14 4 0 2 13 12 3 1 5 9 11 4 2

Jumlah Siswa

Persentase (%) 13% 35% 35% 10% 6% 3% 48% 35% 6% 6% 16% 26% 45% 13% 0% 6% 42% 39% 10% 3% 16% 29% 35% 13% 6%

Total Jawaban 4 10 13 4 2 5 11 13 3 1 5 10 13 2 3 6 12 11 2 2 5 13 13 1 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 12% 30% 39% 12% 6% 15% 33% 39% 9% 3% 15% 30% 39% 6% 9% 18% 36% 33% 6% 6% 15% 39% 39% 3% 3%

6% 33% 37% 15% 8% 12% 39% 35% 10% 5% 7% 13% 29% 30% 21% 5% 18% 21% 29% 27% 9% 21% 37% 20% 13%

Ruang Kuliah II/3 Sampling Pagi (09:30 WIB-10:30 WIB)

Hari

Selasa

34

Rabu

17

Kamis

31

Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5

Senin

23

25,22% 14,78%

Selasa 4,71% 17,65% 23,53% 31,18% 22,94%

Jumat

33

Rata-Rata Persentase (%)

Persentase Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah II/3 Pagi (09:30 WIB-10:30 WIB) Berdasarkan Kuisioner

Hari Agak Dingin Netral Agak Panas Panas Sangat Panas

Senin 6,09% 25,22% 28,70%

7,27% 5,45%

Rata-Rata 7,85% 24,94% 31,81% 20,68% 14,72%

29,41% 25,88%

Kamis 10,97% 36,13% 38,06% 10,32% 4,52%

Jumat 15,15% 33,94% 38,18%

Rabu 2,35% 11,76% 30,59%

Jumlah

Mahasiswa/Responden138

99

AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP

Total Jawaban 0 7 12 3 2 7 4 10 2 1 3 7 8 4 2 3 5 11 5 0 3 10 7 3 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 29% 50% 13% 8% 29% 17% 42% 8% 4% 13% 29% 33% 17% 8% 13% 21% 46% 21% 0% 13% 42% 29% 13% 4%

Total Jawaban 0 6 14 5 2 4 7 12 3 1 1 8 10 5 4 2 4 15 3 2 1 4 14 5 3

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 22% 52% 19% 7% 15% 26% 44% 11% 4% 4% 30% 37% 19% 15% 7% 15% 56% 11% 7% 4% 15% 52% 19% 11%

Total Jawaban

Jumlah Siswa

Persentase (%)

Total Jawaban 3 13 5 4 0 2 12 6 4 1 3 4 12 3 3 5 8 9 1 2 7 3 10 4 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 12% 52% 20% 16% 0% 8% 48% 24% 16% 4% 12% 16% 48% 12% 12% 20% 32% 36% 4% 8% 28% 12% 40% 16% 4%

Total Jawaban 4 7 10 4 2 3 9 12 2 1 3 7 10 4 3 2 12 9 3 1 5 5 13 2 2

Jumlah Siswa

Persentase (%) 15% 26% 37% 15% 7% 11% 33% 44% 7% 4% 11% 26% 37% 15% 11% 7% 44% 33% 11% 4% 19% 19% 48% 7% 7%

7% 32% 40% 15% 6% 16% 31% 39% 11% 4% 10% 25% 39% 16% 12% 12% 28% 43% 12% 5% 16% 22% 42% 14% 7%

Senin

24

Selasa

27

Rabu

Ruang Kuliah II/8 Sampling Pagi (09:30 WIB-10:30 WIB)

Hari

Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5

Hari Agak Dingin Netral Agak Panas Panas Sangat Panas

Kamis

25

Jumat

27

Rata-Rata Persentase (%)

Persentase Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah II/8 Pagi (09:30 WIB-10:30 WIB) Berdasarkan Kuisioner

Selasa 5,93% 21,48% 48,15% 15,56% 8,89%

Senin 13,33% 27,50% 40,00% 14,17% 5,00%

Kamis 16,00% 32,00% 33,60% 12,80% 5,60%

Rabu

Rata-Rata 11,96% 27,65% 40,44% 13,41% 6,54%

Jumat 12,59% 29,63% 40,00% 11,11% 6,67%

Jumlah

Mahasiswa/Responden103

100

AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP

Total Jawaban 0 15 7 2 0 8 14 0 2 0 1 4 14 4 1 0 2 10 8 4 2 10 8 3 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 63% 29% 8% 0% 33% 58% 0% 8% 0% 4% 17% 58% 17% 4% 0% 8% 42% 33% 17% 8% 42% 33% 13% 4%

Total Jawaban 0 5 5 10 0 1 9 8 2 0 0 1 5 10 4 0 0 4 8 8 0 4 6 9 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 25% 25% 50% 0% 5% 45% 40% 10% 0% 0% 5% 25% 50% 20% 0% 0% 20% 40% 40% 0% 20% 30% 45% 5%

Total Jawaban

Jumlah Siswa

Persentase (%)

Total Jawaban 1 9 8 4 4 3 6 6 7 4 4 8 5 6 3 2 5 6 8 5 2 4 8 9 3

Jumlah Siswa

Persentase (%) 4% 35% 31% 15% 15% 12% 23% 23% 27% 15% 15% 31% 19% 23% 12% 8% 19% 23% 31% 19% 8% 15% 31% 35% 12%

Total Jawaban 1 8 5 6 3 3 7 5 4 4 8 6 4 3 2 4 5 10 2 2 3 5 12 2 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 4% 35% 22% 26% 13% 13% 30% 22% 17% 17% 35% 26% 17% 13% 9% 17% 22% 43% 9% 9% 13% 22% 52% 9% 4%

2% 39% 27% 25% 7% 16% 39% 21% 16% 8% 14% 20% 30% 26% 11% 6% 12% 32% 28% 21% 7% 25% 37% 25% 6%

Senin

24

Selasa

20

Rabu

Ruang Kuliah VIP Sampling Pagi (09:30 WIB-10:30 WIB)

Hari

Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5

Hari Agak Dingin Netral Agak Panas Panas Sangat Panas

Kamis

26

Jumat

23

Rata-Rata Persentase (%)

Persentase Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah VIP Pagi (09:30 WIB-10:30 WIB) Berdasarkan Kuisioner

Selasa 1,00% 19,00% 28,00% 39,00% 13,00%

Senin 9,17% 37,50% 32,50% 15,83% 5,00%

Rata-Rata 8,98% 27,02% 29,30% 23,94% 10,76%

Jumat 16,52% 26,96% 31,30% 14,78% 10,43%

Kamis 9,23% 24,62% 25,38% 26,15% 14,62%

Rabu

Jumlah

Mahasiswa/Responden93

101

AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP

Total Jawaban 2 16 7 4 0 5 14 10 0 0 0 6 7 13 3 0 3 7 12 7 0 7 10 12 0

Jumlah Siswa

Persentase (%) 7% 55% 24% 14% 0% 17% 48% 34% 0% 0% 0% 21% 24% 45% 10% 0% 10% 24% 41% 24% 0% 24% 34% 41% 0%

Total Jawaban 1 3 7 10 5 1 4 8 9 4 1 4 4 9 8 1 2 5 12 6 0 5 6 8 7

Jumlah Siswa

Persentase (%) 4% 12% 27% 38% 19% 4% 15% 31% 35% 15% 4% 15% 15% 35% 31% 4% 8% 19% 46% 23% 0% 19% 23% 31% 27%

Total Jawaban

Jumlah Siswa

Persentase (%)

Total Jawaban 4 7 12 3 1 6 6 11 2 2 3 3 10 9 2 6 3 5 10 3 3 8 9 6 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 15% 26% 44% 11% 4% 22% 22% 41% 7% 7% 11% 11% 37% 33% 7% 22% 11% 19% 37% 11% 11% 30% 33% 22% 4%

Total Jawaban 8 8 8 3 2 2 5 12 5 5 4 7 6 9 3 3 2 8 9 7 4 9 10 5 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 28% 28% 28% 10% 7% 7% 17% 41% 17% 17% 14% 24% 21% 31% 10% 10% 7% 28% 31% 24% 14% 31% 34% 17% 3%

13% 30% 31% 18% 7% 13% 26% 37% 15% 10% 7% 18% 24% 36% 15% 9% 9% 22% 39% 21% 6% 26% 31% 28% 9%

Senin

29

Selasa

26

Rabu

Ruang Kuliah III/8 Sampling Pagi (09:30 WIB-10:30 WIB)

Hari

Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5

Hari Agak Dingin Netral Agak Panas Panas Sangat Panas

Kamis

27

Jumat

29

Rata-Rata Persentase (%)

Persentase Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah III/8 Pagi (09:30 WIB-10:30 WIB) Berdasarkan Kuisioner

Selasa 3,08% 13,85% 23,08% 36,92% 23,08%

Senin 4,83% 31,72% 28,28% 28,28% 6,90%

Kamis 16,30% 20,00% 34,81% 22,22% 6,67%

Rabu

Rata-Rata 9,67% 21,74% 29,13% 27,20% 12,26%

Jumat 14,48% 21,38% 30,34% 21,38% 12,41%

Jumlah

Mahasiswa/Responden111

102

AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP

Total Jawaban 2 9 10 2 1 3 9 7 3 2 1 4 11 4 4 4 4 12 4 0 2 10 8 3 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 8% 38% 42% 8% 4% 13% 38% 29% 13% 8% 4% 17% 46% 17% 17% 17% 17% 50% 17% 0% 8% 42% 33% 13% 4%

Total Jawaban 1 5 8 4 2 1 7 8 4 0 1 10 6 3 0 3 7 6 3 1 2 4 11 2 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 5% 25% 40% 20% 10% 5% 35% 40% 20% 0% 5% 50% 30% 15% 0% 15% 35% 30% 15% 5% 10% 20% 55% 10% 5%

Total Jawaban

Jumlah Siswa

Persentase (%)

Total Jawaban 1 9 8 4 4 5 5 9 4 3 4 10 5 6 1 4 6 11 3 2 4 10 9 1 2

Jumlah Siswa

Persentase (%) 4% 35% 31% 15% 15% 19% 19% 35% 15% 12% 15% 38% 19% 23% 4% 15% 23% 42% 12% 8% 15% 38% 35% 4% 8%

Total Jawaban 1 9 8 5 0 5 10 6 1 1 3 12 4 2 2 4 10 5 1 3 3 7 8 4 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 4% 39% 35% 22% 0% 22% 43% 26% 4% 4% 13% 52% 17% 9% 9% 17% 43% 22% 4% 13% 13% 30% 35% 17% 4%

5% 34% 37% 16% 7% 15% 34% 32% 13% 6% 9% 39% 28% 16% 7% 16% 30% 36% 12% 6% 12% 33% 39% 11% 5%

Senin

24

Selasa

20

Rabu

Ruang Kuliah III/14 Sampling Pagi (09:30 WIB-10:30 WIB)

Hari

Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5

Hari Agak Dingin Netral Agak Panas Panas Sangat Panas

Kamis

26

Jumat

23

Rata-Rata Persentase (%)

Persentase Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah III/14 Pagi (09:30 WIB-10:30 WIB) Berdasarkan Kuisioner

Selasa 8,00% 33,00% 39,00% 16,00% 4,00%

Senin 10,00% 30,00% 40,00% 13,33% 6,67%

Kamis 13,85% 30,77% 32,31% 13,85% 9,23%

Rabu

Rata-Rata 11,44% 33,88% 34,57% 13,62% 6,50%

Jumat 13,91% 41,74% 26,96% 11,30% 6,09%

Jumlah

Mahasiswa/Responden93

103

Lampiran 6 Hasil Kuisioner Siang hari

AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP

Total Jawaban 2 6 5 6 6 0 5 9 7 4 1 5 7 9 3 2 2 7 9 5 1 2 10 8 4

Jumlah Siswa

Persentase (%) 8% 24% 20% 24% 24% 0% 20% 36% 28% 16% 4% 20% 28% 36% 12% 8% 8% 28% 36% 20% 4% 8% 40% 32% 16%

Total Jawaban 1 1 11 8 5 2 3 9 6 6 0 5 8 9 4 0 7 9 10 0 3 3 9 8 3

Jumlah Siswa

Persentase (%) 4% 4% 42% 31% 19% 8% 12% 35% 23% 23% 0% 19% 31% 35% 15% 0% 27% 35% 38% 0% 12% 12% 35% 31% 12%

Total Jawaban 1 5 12 6 6 4 5 8 12 1 3 6 8 8 5 2 4 13 9 2 1 7 10 7 5

Jumlah Siswa

Persentase (%) 3% 17% 40% 20% 20% 13% 17% 27% 40% 3% 10% 20% 27% 27% 17% 7% 13% 43% 30% 7% 3% 23% 33% 23% 17%

Total Jawaban 2 11 5 1 0 8 8 2 1 0 0 5 8 5 1 0 1 8 5 5 0 7 7 4 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 11% 58% 26% 5% 0% 42% 42% 11% 5% 0% 0% 26% 42% 26% 5% 0% 5% 42% 26% 26% 0% 37% 37% 21% 5%

Total Jawaban 0 5 6 7 5 1 2 8 8 4 3 3 6 5 6 2 1 9 9 2 0 4 10 6 3

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 22% 26% 30% 22% 4% 9% 35% 35% 17% 13% 13% 26% 22% 26% 9% 4% 39% 39% 9% 0% 17% 43% 26% 13%

5% 25% 31% 22% 17% 13% 20% 29% 26% 12% 5% 20% 31% 29% 15% 5% 12% 37% 34% 12% 4% 19% 38% 27% 13%

Senin

25

Selasa

26

Rabu

30

Ruang Kuliah II/3 Sampling Siang (13:30 WIB-14:30 WIB)

Hari

Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5

Hari Agak Dingin Netral Agak Panas Panas Sangat Panas

Kamis

19

Jumat

23

Rata-Rata Persentase (%)

Persentase Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah II/3 Siang (13:30 WIB-14:30 WIB) Berdasarkan Kuisioner

Selasa 4,62% 14,62% 35,38% 31,54% 13,85%

Senin 4,80% 16,00% 30,40% 31,20% 17,60%

Kamis 10,53% 33,68% 31,58% 16,84% 7,37%

Rabu 7,33% 18,00% 34,00% 28,00% 12,67%

Rata-Rata 6,50% 19,07% 33,06% 27,60% 13,77%

Jumat 5,22% 13,04% 33,91% 30,43% 17,39%

Jumlah

Mahasiswa/Responden123

104

AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP

Total Jawaban 0 7 13 14 4 2 13 16 7 0 0 1 4 17 16 0 0 3 16 19 0 3 16 15 4

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 18% 34% 37% 11% 5% 34% 42% 18% 0% 0% 3% 11% 45% 42% 0% 0% 8% 42% 50% 0% 8% 42% 39% 11%

Total Jawaban 1 7 6 4 3 0 5 4 9 3 0 3 7 10 1 3 5 7 3 3 2 2 6 8 3

Jumlah Siswa

Persentase (%) 5% 33% 29% 19% 14% 0% 24% 19% 43% 14% 0% 14% 33% 48% 5% 14% 24% 33% 14% 14% 10% 10% 29% 38% 14%

Total Jawaban

Jumlah Siswa

Persentase (%)

Total Jawaban 0 12 1 1 0 8 5 1 0 0 0 1 9 3 1 0 0 11 3 0 2 6 6 0 0

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 86% 7% 7% 0% 57% 36% 7% 0% 0% 0% 7% 64% 21% 7% 0% 0% 79% 21% 0% 14% 43% 43% 0% 0%

Total Jawaban 1 3 7 4 2 1 2 8 3 3 3 5 5 2 2 2 2 8 2 3 0 7 5 4 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 6% 18% 41% 24% 12% 6% 12% 47% 18% 18% 18% 29% 29% 12% 12% 12% 12% 47% 12% 18% 0% 41% 29% 24% 6%

3% 39% 28% 22% 9% 17% 26% 29% 20% 8% 4% 13% 34% 31% 16% 7% 9% 42% 22% 20% 6% 25% 36% 25% 8%

Senin

38

Selasa

21

Rabu

Ruang Kuliah II/8 Sampling Siang (13:30 WIB-14:30 WIB)

Hari

Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5

Hari Agak Dingin Netral Agak Panas Panas Sangat Panas

Kamis

14

Jumat

17

Rata-Rata Persentase (%)

Persentase Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah II/8 Siang (13:30 WIB-14:30 WIB) Berdasarkan Kuisioner

Selasa 5,71% 20,95% 28,57% 32,38% 12,38%

Senin 1,05% 12,63% 27,37% 36,32% 22,63%

Kamis 14,29% 34,29% 40,00% 10,00% 1,43%

Rabu

Rata-Rata 7,32% 22,56% 33,69% 24,09% 12,35%

Jumat 8,24% 22,35% 38,82% 17,65% 12,94%

Jumlah

Mahasiswa/Responden90

105

AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP

Total Jawaban 0 11 16 2 1 5 18 5 1 1 0 0 13 9 8 0 3 3 15 9 2 8 15 3 2

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 37% 53% 7% 3% 17% 60% 17% 3% 3% 0% 0% 43% 30% 27% 0% 10% 10% 50% 30% 7% 27% 50% 10% 7%

Total Jawaban 0 5 5 7 4 0 1 5 9 6 1 4 4 7 5 1 1 2 10 7 2 2 4 9 4

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 24% 24% 33% 19% 0% 5% 24% 43% 29% 5% 19% 19% 33% 24% 5% 5% 10% 48% 33% 10% 10% 19% 43% 19%

Total Jawaban

Jumlah Siswa

Persentase (%)

Total Jawaban 3 9 7 9 2 5 10 6 8 1 0 3 7 11 9 0 5 4 8 13 4 2 7 11 6

Jumlah Siswa

Persentase (%) 10% 30% 23% 30% 7% 17% 33% 20% 27% 3% 0% 10% 23% 37% 30% 0% 17% 13% 27% 43% 13% 7% 23% 37% 20%

Total Jawaban 0 1 5 12 6 0 5 5 7 7 1 3 7 6 7 1 2 9 8 4 2 4 9 5 4

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 4% 21% 50% 25% 0% 21% 21% 29% 29% 4% 13% 29% 25% 29% 4% 8% 38% 33% 17% 8% 17% 38% 21% 17%

3% 24% 30% 30% 14% 8% 30% 20% 26% 16% 2% 10% 29% 31% 27% 2% 10% 18% 39% 31% 9% 15% 32% 28% 16%

Rabu

Ruang Kuliah VIP Sampling Siang (13:30 WIB-14:30 WIB)

Hari

Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5

Netral Agak Panas Panas Sangat Panas

Kamis

30

Jumat

24

Rata-Rata Persentase (%)

Persentase Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah VIP Siang (13:30 WIB-14:30 WIB) Berdasarkan Kuisioner

12,38% 19,05% 40,00% 24,76%

Senin 4,67% 26,67% 34,67% 20,00% 14,00%

19,33% 20,67% 31,33% 20,67%

Rabu

17,72% 25,89% 30,75% 20,69%

Jumat 3,33% 12,50% 29,17% 31,67% 23,33%

Jumlah

Mahasiswa/Responden105

Rata-Rata 4,95%

Kamis 8,00%

Selasa 3,81%

Hari Agak Dingin

Senin

30

Selasa

21

106

AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP

Total Jawaban 0 7 10 5 4 5 8 7 5 1 0 4 3 6 13 2 2 4 13 5 0 5 10 5 6

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 27% 38% 19% 15% 19% 31% 27% 19% 4% 0% 15% 12% 23% 50% 8% 8% 15% 50% 19% 0% 19% 38% 19% 23%

Total Jawaban 0 10 7 5 4 4 9 10 0 3 0 4 4 7 11 0 0 6 6 14 0 5 8 6 7

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 38% 27% 19% 15% 15% 35% 38% 0% 12% 0% 15% 15% 27% 42% 0% 0% 23% 23% 54% 0% 19% 31% 23% 27%

Total Jawaban

Jumlah Siswa

Persentase (%)

Total Jawaban 1 8 5 6 3 5 10 6 1 1 0 2 4 11 6 0 0 5 8 10 0 6 7 8 2

Jumlah Siswa

Persentase (%) 4% 35% 22% 26% 13% 22% 43% 26% 4% 4% 0% 9% 17% 48% 26% 0% 0% 22% 35% 43% 0% 26% 30% 35% 9%

Total Jawaban 1 8 9 6 3 5 8 7 4 3 2 4 3 10 8 3 3 4 4 13 2 7 7 5 6

Jumlah Siswa

Persentase (%) 4% 30% 33% 22% 11% 19% 30% 26% 15% 11% 7% 15% 11% 37% 30% 11% 11% 15% 15% 48% 7% 26% 26% 19% 22%

2% 32% 30% 22% 14% 19% 35% 29% 10% 8% 2% 14% 14% 34% 37% 5% 5% 19% 31% 41% 2% 23% 31% 24% 20%

Senin

26

Selasa

26

Rabu

Ruang Kuliah III/8 Sampling Siang (13:30 WIB-14:30 WIB)

Hari

Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5

20,00% 26,15% 26,15% 22,31%

Hari Agak Dingin Netral Agak Panas Panas Sangat Panas

Selasa 3,08% 21,54% 26,92% 18,46% 30,00%

22,22% 22,22% 21,48% 24,44%

Kamis 5,22% 22,61% 23,48% 29,57% 19,13%

Jumlah

Mahasiswa/Responden102

Rata-Rata 5,83%

Jumat 9,63%

Rabu

Senin 5,38%

Kamis

23

Jumat

27

Rata-Rata Persentase (%)

Persentase Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah III/8 Siang (13:30 WIB-14:30 WIB) Berdasarkan Kuisioner

21,59% 24,69% 23,92% 23,97%

107

AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP AD N AP P SP

Total Jawaban 0 14 8 12 3 8 12 9 5 3 0 4 8 8 17 0 0 9 14 14 2 7 11 13 4

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 38% 22% 32% 8% 22% 32% 24% 14% 8% 0% 11% 22% 22% 46% 0% 0% 24% 38% 38% 5% 19% 30% 35% 11%

Total Jawaban 1 1 2 1 1 1 2 2 1 0 0 2 1 0 3 0 1 0 3 2 1 1 2 1 1

Jumlah Siswa

Persentase (%) 17% 17% 33% 17% 17% 17% 33% 33% 17% 0% 0% 33% 17% 0% 50% 0% 17% 0% 50% 33% 17% 17% 33% 17% 17%

Total Jawaban

Jumlah Siswa

Persentase (%)

Total Jawaban 0 3 5 6 0 2 6 6 0 0 0 1 2 10 1 0 0 1 7 6 0 4 2 8 0

Jumlah Siswa

Persentase (%) 0% 21% 36% 43% 0% 14% 43% 43% 0% 0% 0% 7% 14% 71% 7% 0% 0% 7% 50% 43% 0% 29% 14% 57% 0%

Total Jawaban 3 5 12 5 2 5 9 6 5 2 2 7 11 7 0 4 5 12 4 2 4 8 8 4 3

Jumlah Siswa

Persentase (%) 11% 19% 44% 19% 7% 19% 33% 22% 19% 7% 7% 26% 41% 26% 0% 15% 19% 44% 15% 7% 15% 30% 30% 15% 11%

7% 24% 34% 28% 8% 18% 35% 31% 12% 4% 2% 19% 23% 30% 26% 4% 9% 19% 38% 30% 9% 23% 27% 31% 10%

14

Jumat

27

Rata-Rata Persentase (%)

Persentase Tingkat Kenyamanan Termal di Ruang Kuliah III/14 Siang (13:30 WIB-14:30 WIB) Berdasarkan Kuisioner

Senin

37

Selasa

6

Rabu

5,41% 20,00% 24,32% 28,11% 22,16%

Hari Agak Dingin Netral Agak Panas Panas Sangat Panas

10,00%

Rabu

Selasa 10,00% 23,33% 23,33% 20,00% 23,33%

Jumlah

Mahasiswa/Responden84

7,90%

2,86%

22,13% 26,70% 27,73% 15,54%

Jumat 13,33% 25,19% 36,30% 18,52% 6,67%

20,00% 22,86% 44,29%

Rata-Rata

Kamis

Senin

Kamis

Ruang Kuliah III/14 Sampling Siang (13:30 WIB-14:30 WIB)

Hari

Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5