Trust "Space Power", It Works!
Transcript of Trust "Space Power", It Works!
TUGAS V. FILSAFAT DAN METODOLOGI HI. HI FISIP UNPAD.
Nama Deden Habibi Ali Alfathimy
NPM 170210100122
Tanggal 8 Desember 2013
Critical Review MacDonald, Bruce W. (2008) China, Space Weapons, and U.S. Security. Council Special Report, No. 38 (September 2009).
Teks:
TRUST “SPACE POWER”, IT WORKS!
Tidak banyak yang sadar tentang peristiwa 11 Januari 2007 ketika China berhasil
menembak jatuh satelit cuaca (weather satellite) bekasnya. Sekilas seperti tidak ada
masalah dengan aksi yang dilakukan oleh China tersebut, terutama bagi masyarakat di
negara-negara berkembang atau bersahabat dengannya, layaknya hal yang lumrah kaerna
set yang dihancurkan adalah asetnya sendiri. Dialah Amerika Serikat yang menanggapi hal
ini dengan serius karena peristiwa ini menunjukkan kapabilitas China yang sewaktu-waktu
bisa mengancam salah satu aspek kekuatan yang membuat Amerika Serikat unggul saat ini,
space power. Militer AS sangat bergantung pada aset berbasis luar angkasanya, dan
mungkin komponen yang paling penting dari kemampuan mereka adalah satelit komunikasi
militer yang memungkinkan perintah dan kendali pasukan tempur global (Kreisher, 2013).
China memang tidak memiliki hubungan yang positif dengan Amerika Serikat. Di
bidang teknologi luar angkasa saja, China bisa melakukan kerja sama program luar angkasa
dengan Eropa dan Russia, tetapi tidak dengan Amerika Serikat (Sheehan, 2007). Sebagai
contoh, China tidak diundang untuk berpartisipasi dalam program International Space
Station (Ibid, 2007:p.164). Bahkan di dalam laporan tahunan yang dibuat untuk Dewan di
Amerika Serikat yang dikerjakan oleh Macdonald (2008) ini, program luar angkasa China
dianggap yang paling menantang dominasi Amerika Serikat di luar angkasa. Sikap Amerika
Serikat ini semakin memantapkan China untuk terus meningkatkan kapabilitas space power-
nya, bukan semata-mata karena merasa dikucilkan, melainkan China semakin yakin bahwa
lewat kapabilitas teknologi luar angkasa inilah Amerika Serikat bisa semakin ditekan.
Salah satu cara untuk "mengalahkan" Amerika Serikat adalah dengan memanfaatkan salah
satu "tradisi sejarah militer dan pemikiran strategis" seperti berfokus pada cara yang lebih
asimetris untuk mengenyahkan Amerika Serikat dan sekutunya melalui "tulung rusuk lunak"
dari militer dan kekuatan ekonomi mereka: sistem berbasis luar angkasa. (Tellis, 2007 dalam
Stone, 2013).
Langkah Amerika Serikat dalam Tekanan
Di dalam report yang ditulis ini, terdapat dua jenis rekomendasi yang bisa dijalankan
oleh Amerika Serikat untuk menanggapi tantangan yang timbul dari meningkatnya
kapabilitas teknologi luar angkasa Cina, terutama oleh peristiwa penembakan satelit cuaca
China Januari 2007, yakni rekomendasi militer dan rekomendasi diplomasi.
Opsi rekomendasi militer terdiri dari:
Improved space situational awareness (mengimprovisasi keawasan pada aset-
aset luar angkasa sendiri): SSA (Space Situational Awareness) adalah
kemampuan untuk melacak dan memahami objek-objek yang berada dalam
orbit dan apa kemampuan mereka. Dengan menyediakan lokasi dan informasi
status pada pesawat ruang angkasa secara real-time atau hampir real-time,
SSA memungkinkan manajemen yang lebih baik dalam pengoperasian aset-
aset ini dan memberikan peringatan potensi bahaya—alam atau buatan
manusia, disengaja atau tidak disengaja—untuk memungkinkan langkah-
langkah pencegahan atau mitigasi yang akan diambil. Selain itu, akurasi SSA
diperlukan untuk mengetahui secara pasti apakah operasi satelit ini telah
dengan sengaja diganggu oleh musuh.
Space Deterrence
Salah satu opsi berupa rezim yang umum adalah deterrence (pencegahan). Di
bawah pilihan ini, Amerika Serikat akan menyetujui penggunaan sebagian luar
angkasa untuk tujuan militer oleh negara-negara lain selama mereka tidak
mengganggu penggunaan militer luar angkasa AS, dan akan mengambil
langkah-langkah bijaksana untuk mempertahankan sistem luar angkasa sendiri
terhadap serangan, meskipun aset-aset tersebut tidak rentan. Amerika Serikat
akan mempertahankan kemampuan untuk menyerang satelit negara lain tapi
akan melihat menggunakan kemampuan tersebut sebagai upaya terakhir, dan
akan mengejar doktrin, program, negosiasi, dan rencana kontinjensi luar
angkasa ditujukan untuk menekan negara manapun dalam memulai konflik di
luar angkasa.
Konsep deterrence di bidang luar angkasa ini memang sedikit berbeda
dengan konsep deterrence senjata nuklir. Baik untuk pencegahan maupun
pertempuran dalam peperangan, setiap kekuatan luar angkasa ofensif Amerika
Serikat yang akan dikembangkan atau dipasangkan harus memenuhi kriteria-
kriteria yang ketat, meliputi:
- Efektivitas;
- Kebertahanan;
- Ketahanan;
- Kredibilitas;
- Reversibilitas efek;
- Efektivitas biaya pada margin, dan
- Kerusakan sampingan yang minimum bila digunakan.
Space Dominance
Pilihan doktrin ketiga ditopang oleh dominasi ofensif luar angkasa AS. Dalam
hal ini, Amerika Serikat akan mempertahankan kemampuan counterspace
ofensif dan defensif yang kuat sehingga tidak ada bangsa lain bisa bersaing
dengannya. Kemampuan seperti ini akan sangat sensitif terhadap motivasi dan
tanggapan dari China. Bahkan jika China mengadopsi kebijakan pencegahan
minimum luar angkasanya, dominasi luar angkasa akan tidak stabil karena
upaya AS untuk mempertahankan itu akan sama saja dengan melemahkan
kemampuan China untuk mencegah. Strategi ini sangatlah rentan bagi Amerika
Serikat sendiri, tetapi bisa saja dilakukan bila perlu.
Rekomendasi diplomasi sendiri terdiri dari:
Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan harus memperluas
dialog dengan Cina untuk membangun aturan jalan, kode etik, dan langkah-
langkah membangun kepercayaan lainnya, serta untuk membangun dialog
militer-ke-militer pada masalah luar angkasa saat ini.
Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan harus masuk ke dalam
diskusi dengan China pada larangan pengujian KE-ASAT (senjata anti satelit
berbasis energi kinetik); sebagai kebutuhan jangka pendek utama adalah untuk
mengatasi KE-ASAT pada kedua belah pihak, terutama pada orbit
geosynchronous, di mana puing-puing luar angkasa (debris) mematikan akan
bertahan selamanya.
Presiden Bush harus menawarkan China setidaknya moratorium timbal balik
lanjut pengujian KE-ASAT, jika tidak dalam bentuk perjanjian formal, dan
mengundang negara-negara lain untuk bergabung.
Sebagai tindakan membangun kepercayaan, Departemen Luar Negeri dan
Departemen Perdagangan harus meninjau pembatasan aktivitas ruang
komersial dan ilmiah dengan China, namun dengan sebisa mungkin
menguranginya secara bijaksana (tergantung peringatan keamanan nasional)
sebagai imbalan atas transparansi yang lebih besar dari China tentang program
militer luar angkasanya.
Langkah-langkah antisipatif Amerika Serikat di atas menunjukkan concern yang sangat
serius terhadap kapabilitas space power masing-masing negara. Langkah-langkah Amerika
Serikat dari segi militer saja sudah memperlihatkan betapa China telah melewati batas
kewajaran dalam pengembangan teknologi luar angkasa yang bersifat damai menurut
kepentingan Amerika Serikat. Langkah-langkah diplomatik yang direkomendasikan pun
memperlihatkan konsentrasi diplomatik Amerika Serikat yang terus-menerus menekankan
aspek militer dari program luar angkasa China dengan melibatkan Departemen Pertahanan
bersama Departemen Luar Negeri (State Department).
Satu Lagi Titik Lemah
Selain krisis keuangan yang dialaminya (Shah, 2013), ternyata Amerika Serikat
memiliki satu titik lemah lain: ketergantungan yang sangat besar pada sistem beserta aset-
aset luar angkasanya. China menyadari hal itu dengan langsung melakukan aksi nyata
meningkatkan kapabilitas space power-nya meski belum jelas seperti apa konsep utuhnya,
padahal praktik-praktiknya sudah ada sejak lama. Bahkan untuk negara seadidaya Amerikat
Serikat, dia masih bingung dalam mengonseptualisasikan kebijakan luar angkasanya.
Space power sendiri memang belum memiliki konsepsi yang ajeg dibandingkan
dengan matra-matra lainnya yang lebih dahulu dikenal oleh manusia, yakni daratan (land
power), lautan (sea power), dan langit udara (air power). Jon Sumida (2012) mencoba
mengadaptasi pemikiran sea power dari Alfred Tayer Mahan namun masih cenderung
bersifat ekonomis. Ide lain dari Benjamin S. Lambeth (2012) muncul lewat konsep cross-
domain di mana space power memengaruhi air power dan cyber power. Kedua konsepi ini
masih belum bisa terlepas dari konsep-konsep yang telah ada.
Ini juga menjadi salah satu kelemahan kajian Hubungan Internasional di mana selalu
terlambat dalam konseptualisasi fenomena-fenomena yang ada. Apakah karena memang
kerangka konseptual di dalam Studi Hubungan Internasional harus selalu meminjam dari
disiplin-disiplin ilmu lain? Apakah karena memang para penstudinya tidak peka dengan
gejala-gejala yang ada?
Akhirnya saya sadar bahwa, dalam tulisan Saya ini, “space power” telah menyingkap
dua titik lemah: titik lemah Amerika Serikat di dunia nyata dan titik lemah Studi Hubungan
Internasional di dalam pemikiran-pemikiran kita. Sebagai rakyat Indonesia, titik lemah di
bidang luar angkasa menjadi salah satu hirauan Saya. Namun, tidak kalah penting, sebagai
penstudi Hubungan Internasional, titik lemah pengembangan pemikiran Hubungan
Internasional khas Indonesia juga masih sangat lemah. Pelajaran dari space power ini harus
menjadi pecutan bagi kita untuk lebih peka lagi dalam menangkap fenomena-fenomena
hubungan internasional.
Hebat, kan, luar angkasa? Trust “space power”, it works!
Referensi:
Kreisher, Otto (2013) "U.S. Space Systems, MILSATCOM ‘Have Critical Vulnerabilities,’
Report Says", Sea Power (24 July 2013) [WWW] Accessed from:
<http://www.seapowermagazine.org/stories/20130724-milsatcom.html>. [6
December 2013].
Lambeth, Benjamin S. (2012) "Airpower, Spacepower, and Cyberpower" dalam Lutes,
Charles, dkk. (Ed.). Toward a Theory of Spacepower. Washington: National Defense
University Press.
Shah, Anup (2013) "Global Financial Crisis", Global Issues (24 March 2013) [WWW}]Accessed
from: <http://www.globalissues.org/article/768/global-financial-crisis>. [6 December
2013].
Sheehan, Michael (2007) The International Politics of Space. New York: Routledge.
Stone, Christopher (2013) "Re-thinking the National Security Space Strategy: Chinese vs.
American perceptions of space deterrence", The Space Review (4 November 2013)
[WWW] Accessed from: <http://www.thespacereview.com/article/2395/1>. [6
December 2013].
Sumida, Jon T. (2012) "Old Thoughts, New Problems: Mahan and the Consideration of
Spacepower" dalam Lutes, Charles, dkk. (Ed.). Toward a Theory of Spacepower.
Washington: National Defense University Press.
[ ENGLISH ]
Not many are aware of the events of January 11, 2007 when China shot down a satellite weather
(weather satellite) mark. Glance like there is no problem with the actions taken by the Chinese,
especially for people in developing countries or friendly with him, like a normal thing that destroyed
kaerna set is its own assets. He was the United States that take this seriously because this incident
shows that China 's capabilities could threaten any time one of the aspects that make the United
States the power of today's superior, space power. The U.S. military relies heavily on its space -based
assets outside, and perhaps the most important component of their abilities is a military
communications satellite that allows command and control of combat forces globally (Kreisher,
2013).
China does not have a positive relationship with the United States. In the field of space technology
alone, China can cooperate with the European space program and Russia, but not with the United
States (Sheehan, 2007). For example, China was not invited to participate in the International Space
Station (Ibid, 2007: p.164). Even in the annual report made to the Board in the United States is done
by Macdonald (2008), China's space program is considered the most challenging U.S. dominance in
space. The attitude of the United States has established China to continue to improve the
capabilities of its space power ¬, not merely because they feel excluded, but China increasingly
convinced that through this space technology capabilities the United States can be more suppressed.
One way to " beat " the United States is to utilize one of the " tradition of military history and
strategic thinking " such as focusing on a more asymmetric way to rid the United States and its allies
through " tulung soft ribs " of their military and economic power : based systems space. (Tellis, 2007
in Stone, 2013).
U.S. Steps in Pressure
In the written report, there are two types of recommendations that can be executed by the United
States to respond to the challenges arising from the increasing capabilities of China's space
technology, especially by shootings Chinese weather satellite in January 2007, the military advice
and recommendations diplomacy.
Options military recommendation consists of :
• Improved space situational awareness (keawasan improvise on space assets themselves) : SSA
(Space Situational Awareness) is the ability to track and understand the objects that are in orbit and
what their abilities. By providing the location and status information on spacecraft in real -time or
near real -time, SSA enables better management in the operation of these assets and provide
warnings of potential hazards - natural or man-made, intentional or unintentional - to allow
preventive measures or mitigation to be taken. In addition, the accuracy of the SSA is required to
determine with certainty whether the satellite operations have been deliberately compromised by
the enemy.
• Space deterrence
One option is a common form of deterrence regime (prevention). Under this option, the United
States will agree to use most of the space for military purposes by other countries as long as they do
not interfere with the U.S. military use of outer space, and will take prudent measures to maintain
its own space systems against attack, although asset - these assets are not vulnerable. The United
States will maintain the capability to attack satellites of other countries but will look to use this
capability as a last resort, and will pursue a doctrine, programs, negotiation, and aerospace
contingency plans aimed at suppressing any country in starting the conflict in outer space.
The concept of deterrence in this space is a bit different from the concept of nuclear deterrence.
Both for prevention and fighting in war, every offensive space force the United States to be
developed or paired must meet strict criteria, including :
- Effectiveness ;
- Viability ;
- Resilience ;
- Credibility ;
- Reversibility of effects ;
- Cost-effectiveness at the margin, and
- Damage minimum side when in use.
• Space Dominance
The third option is supported by the doctrine of offensive U.S. space dominance. In this case, the
United States will maintain the offensive and defensive counterspace capabilities are strong that no
other nation could compete with him. Such a capability would be highly sensitive to the motivation
and response from China. Even if China adopted the policy of minimum deterrence outside its
airspace, outer space dominance would be unstable due to U.S. efforts to maintain it would be
tantamount to weaken China 's ability to prevent. This strategy is very susceptible to the United
States alone, but can be done if necessary.
Recommendations diplomacy itself consists of :
• Department of Foreign Affairs and the Department of Defense should expand dialogue with China
to establish rules of the road, a code of ethics, and the steps to build confidence in others, and to
build - to - military dialogue on military space issues at this time.
• Department of Foreign Affairs and the Department of Defense shall enter into discussions with
China on the KE - ASAT testing ban (anti-satellite weapon -based kinetic energy), as the main short-
term need is to address the KE - ASAT on both sides, especially in geosynchronous orbit, where space
debris (debris) will turn off last forever.
• Chinese President Bush should offer at least a moratorium on further mutual KE - ASAT testing, if
not in the form of a formal agreement, and invite other countries to join.
• As a confidence-building measures, the Department of Foreign Affairs and Trade Ministry should
review the limitations of commercial space and scientific activity with China, but with as much as
possible reduce them wise (depending on national security warning) in return for greater
transparency of China's military program outside its airspace.
Anticipatory measures the United States above indicates a very serious concern to the space power
capabilities of each country. The steps the United States military terms alone shows how China has
passed the limits of normality in the development of space technology conciliatory according to U.S.
interests. Diplomatic measures recommended concentration also showed U.S. diplomatic continually
emphasize the military aspects of China's space program involving the Department of Defense and
the Ministry of Foreign Affairs (State Department).
One More Weak Point
In addition to the financial crisis that happened (Shah, 2013), it turns out the U.S. has another weak
point : a very large dependence on the system and its assets outside of his space. China realizes that
the real direct action to increase the capability of space power is even unclear as to what the
concept intact, even though its practices have been around a long time. Even for a country Amerikat
seadidaya States, he was confused in his space conceptualize foreign policy.
Space power itself does not have a steady conception compared with other dimensions is first
known to man, namely land (land power), the ocean (sea power), air and sky (water power). Jon
Sumida (2012) tried to adapt the power of the sea thinking Tayer Alfred Mahan but still tend to be
economical. Another idea from Benjamin S. Lambeth (2012) emerges through the concept of cross -
domain where space power and cyber power affects water power. Both of these konsepi still can not
be separated from the concepts that already exist.
It also became one of the weaknesses of the study of International Relations where always late in
the conceptualization of the phenomena exist. Is it because it is a conceptual framework in the Study
of International Relations should always borrow from other disciplines ? Is it because it is not
sensitive to the penstudinya symptoms are there?
Finally I realized that, in writing this I, " space power " has uncovered two weak points : the U.S.
weak points in the real world and the weak point in the study of International Relations in our
thoughts. As the people of Indonesia, a weak point in space to be one I hirauan. However, no less
important, as penstudi International Relations, a weak point in mind the development of
international relations typical of Indonesia is still very weak. The lesson of this power must be space
for us to prod more sensitive again in capturing the phenomena of international relations.
Terrific, right, outer space ? Trust " space power ", it works!
[ BASA SUNDA ]
Henteu seueur anu sadar ngeunaan kajadian 11 Januari 2007 sabot China junun nembak labuh
satelit cuaca (weather satellite) tilas na. Sakolebat sepertos teu aya masalah kalawan aksi anu
dipigawe ku China kasebat,utamana kanggo balarea di nagara-nagara ngembang atawa someah
kalawan na,meujeuhna na perkawis anu jamak kaerna set anu diancurkeun nyaeta asetnya sorangan.
Manehna Amerika Sarikat anu nanggepan perkawis ieu kalawan serius margi kajadian ieu
nembongkeun kapabilitas China anu sawaktu-wanci tiasa ngancem salah sahiji aspek kakiatan anu
midamel Amerika Sarikat punjul ayeuna,space power. Militer AS ngagantung pisan dina aset berbasis
jabi jomantara na,sarta manawi komponen anu nu mawi peryogi ti pangabisa maranehanana nyaeta
satelit komunikasi militer anu matak bisa parentah sarta kadali pasukan tempur global
(Kreisher,2013).
China saleresna henteu ngabogaan hubungan anu positip kalawan Amerika Sarikat. Di widang
teknologi jabi jomantara wae,China tiasa ngalakukeun gawe babarengan program jabi jomantara
kalawan Eropa sarta Russia,nanging henteu kalawan Amerika Sarikat (Sheehan,2007). contona,China
henteu diondang kanggo berpartisipasi dina program International Space Station (Ibid,2007:p.164).
Sumawonten di jero laporan taunan anu didamel kanggo Dewan di Amerika Sarikat anu dipigawe ku
Macdonald (2008) ieu,program jabi jomantara China dianggap anu nu mawi nangtang dominasi
Amerika Sarikat di jabi jomantara. Daweung Amerika Sarikat ieu beuki memantapkeun China kanggo
teras ngaronjatkeun kapabilitas space power¬-na,sanes semata-panon margi rumaos
dikucilkeun,kalah China janten nambih yakin yen Amerika Serikat tiasa langkung diteken ku teknologi
jabi jomantara ieu.
salah sahiji cara kanggo ”ngelehkeun” Amerika Sarikat nyaeta kalawan ngamangpaatkeun salah
sahiji ”talari sajarah militer sarta pamikiran strategis” sepertos berfokus dina cara anu langkung
asimetris kanggo mengenyahkeun Amerika Sarikat sarta sakutuna ngaliwatan ”tulung rusuk lunak” ti
militer sarta kakiatan ekonomi mereka: sistem berbasis jabi jomantara. (Tellis,2007 dina
Stone,2013).
Lengkah Amerika Sarikat dina Tekanan
Dina jero report anu ditulis ieu, aya dua rupi rekomendasi anu tiasa dijalankeun ku Amerika Sarikat
kanggo nanggepan tangtangan anu muncul ti meningkatnya kapabilitas teknologi jabi jomantara
Cina,utamana ku kajadian penembakan satelit cuaca China Januari 2007,nyaeta rekomendasi militer
sarta rekomendasi diplomasi.
Opsi rekomendasi militer diwangun tina:
• Improved space situational awareness (mengimprovisasi keawasan dina aset-aset jabi jomantara
sorangan): SSA (Space Situational Awareness) nyaeta pangabisa kanggo neangan tapak sarta
nyurtian objek-objek anu aya dina orbit sarta naon pangabisa maranehanana. Kalawan nyadiakeun
lokasi sarta informasi status dina pesawat rohang jomantara sacara real-time atawa ampir real-
time,SSA matak bisa manajemen anu mending dina pengoperasian aset-aset ieu sarta mikeun
mepeling potensi bahaya—alam atawa damelan jalmi,disengaja atawa henteu disengaja—untuk
matak bisa lengkah-lengkah pencegahan atawa mitigasi anu bade dicokot. sajaba ti eta,akurasi SSA
diperlukeun kanggo terang sacara tangtos apakah operasi satelit ieu atos kalawan ngahaja digoda ku
satru.
• Space Deterrence
salah sahiji opsi mangrupi rezim anu umum nyaeta deterrence (pencegahan). handap pilihan
ieu,Amerika Sarikat bade nyatujuan pamakean sapalih jabi jomantara kanggo tujuan militer ku
nagara-nagara sanes salila maranehanana henteu ngaganggu pamakean militer jabi jomantara
AS,sarta bade nyokot lengkah-lengkah wijaksana kanggo ngabela sistem jabi jomantara sorangan ka
serangan,sanaos aset-aset kasebat henteu rentan. Amerika Sarikat bade ngabela pangabisa kanggo
narajang satelit nagara sanes nanging bade ningali ngagunakeun pangabisa kasebat minangka usaha
pamungkas,sarta bade ngudag doktrin,program,negosiasi,sarta rencana kontinjensi jabi jomantara
ditujukeun kanggo menekeun nagara manapun dina mitembeyan konflik di jabi jomantara.
Konsep deterrence di widang jabi jomantara ieu saleresna sakedik benten kalawan konsep
deterrence pakarang nuklir. Sae kanggo pencegahan atawa perang dina peperangan,saban kakiatan
jabi jomantara ofensif Amerika Sarikat anu bade dikembangkeun atawa dipasangkeun kedah
nyumponan kriteria-kriteria anu heureut,meliputi:
- Efektivitas;
- Kebertahanan;
- Ketahanan;
- Kredibilitas;
- Reversibilitas efek;
- Efektivitas waragad dina margin,sarta
- Kerusakan lain nu poko anu minimum lamun dipake.
• Space Dominance
Pilihan doktrin katilu ditopang ku dominasi ofensif jabi jomantara AS. Dina perkawis ieu,Amerika
Sarikat bade ngabela pangabisa counterspace ofensif sarta defensif anu kiat ku kituna teu aya
bangsa sanes tiasa bersaing kalawan na. Pangabisa sepertos ieu bade sensitip pisan ka motivasi sarta
waleran ti China. Sumawonten lamun China mengadopsi kawijakan pencegahan minimum jabi
jomantara na,dominasi jabi jomantara bade henteu stabil margi usaha AS kanggo ngabela eta bade
sami wae kalawan melemahkeun pangabisa China kanggo nyegah. Strategi ieu sangatlah rentan
kanggo Amerika Sarikat sorangan,nanging tiasa wae dipigawe lamun peryogi.
Rekomendasi diplomasi sorangan diwangun dari:
• Departemen Jabi Nagari sarta Departemen Pertahanan kedah memperluas dialog kalawan Cina
kanggo ngawangun aturan jalan,kode etik,sarta lengkah-lengkah ngawangun kapercayaan
lianna,sarta kanggo ngawangun dialog militer-ka-militer dina masalah jabi jomantara ayeuna.
• Departemen Jabi Nagari sarta Departemen Pertahanan kedah lebet ka jero sawala kalawan China
dina larangan pengujian KA-ASAT (pakarang anti satelit berbasis energi kinetik); minangka kaperluan
jangka pondok utami nyaeta kanggo nungkulan KA-ASAT dina kadua palih pihak,utamana dina orbit
geosynchronous,di manten puing-puing jabi jomantara (debris) menilarkeun bade tahan salamina.
• Presiden Bush kedah nawarkeun China sahenteuna moratorium timbal wangsul teras pengujian
KA-ASAT,lamun henteu dina wangun jangji-pasini formal,sarta ngondang nagara-nagara sanes
kanggo ngagabung.
• Sebagai tindakan ngawangun kapercayaan,Departemen Jabi Nagari sarta Departemen
Perdagangan kedah ngalanglang pembatasan aktivitas rohang komersial sarta ilmiah kalawan
China,nanging kalawan sebisa manawi ngurangan na sacara wijaksana (gumantung mepeling
kaamanan nasional) minangka imbalan luhur transparansi anu langkung ageung ti China ngeunaan
program militer jabi jomantara na.
Lengkah-lengkah antisipatif Amerika Sarikat di luhur nembongkeun concern anu serius pisan ka
kapabilitas space power sewang-sewang nagara. Lengkah-lengkah Amerika Sarikat ti sagi militer wae
atos nempokeun betapa China atos ngaliwatan wangkid kewajaran dina pengembangan teknologi
jabi jomantara anu boga sipat tengtrem nurutkeun kapentingan Amerika Sarikat. Lengkah-lengkah
diplomatik anu direkomendasikeun oge nempokeun konsentrasi diplomatik Amerika Sarikat anu
teras-menerus menekankeun aspek militer ti program jabi jomantara China kalawan melibatkeun
Departemen Pertahanan sareng Departemen Jabi Nagari (State Department).
Hiji deui Titik Lemah
Jabi krisis kaduitan anu kaalaman ku manehna (Shah,2013),tetela Amerika Sarikat ngabogaan hiji
titik lemah lain: kagumantungan anu ageung pisan dina sistem bareng aset-aset jabi jomantara na.
China nyadar perkawis eta kalawan langsung ngalakukeun aksi tela ngaronjatkeun kapabilitas space
power-na cacak tacan tangtos sepertos naon konsep beleger na,padahal praktek-praktek na atos aya
saprak lami. Sumawonten kanggo nagara seadidaya Amerikat Sarikat,anjeunna ewed keneh dina
mengonseptualisasikeun kawijakan jabi jomantara na.
Space power sorangan saleresna tacan ngabogaan konsepsi anu ajeg dibandingkeun kalawan matra-
matra lianna anu leuwih tiheula dipikawanoh ku jalmi,nyaeta daratan (land power),lautan (sea
power),sarta langit hawa (air power). Jon Sumida (2012) mecakan mengadaptasi pamikiran sea
power ti Alfred Tayer Mahan nanging condong keneh boga sipat ekonomis. Ideu sanes ti Benjamin S.
Lambeth (2012) wedal liwat konsep cross-domain di manten space power mangaruhan cai power
sarta cyber power. Kadua konsepi ieu tacan keneh tiasa leupas ti konsep-konsep anu atos aya.
Ieu oge barobah kaayaan salah sahiji kelemahan kajian Hubungan Internasional di manten sok telat
dina konseptualisasi fenomena-fenomena anu aya. Apakah margi saleresna carangka konseptual di
jero Studi Hubungan Internasional kedah sok nambut ti disiplin-disiplin elmu sanes? Apakah margi
saleresna para penstudinya henteu lemes parasaan kalawan gejala-gejala anu aya?
Ahirna abdi sadar yen,dina seratan Abdi ieu,“space power” atos menyingkap dua titik lemah: titik
lemah Amerika Sarikat di dunya tela sarta titik lemah Studi Hubungan Internasional di jero
pamikiran-pamikiran urang. Minangka rahayat Indonesia,titik lemah di widang jabi jomantara
barobah kaayaan salah sahiji hirauan Abdi. Nanging,henteu eleh peryogi,minangka penstudi
Hubungan Internasional,titik lemah pengembangan pamikiran Hubungan Internasional has Indonesia
oge kalintang keneh lemah. Palajaran ti space power ieu kedah barobah kaayaan pecutan kanggo
urang kanggo langkung lemes parasaan deui dina nyerek fenomena-fenomena hubungan
internasional.