Transkrip Verbatim Diskusi Bab-2 dan Bab-3 Buku Negara Paripurna Karangan Yudi Latif, Ph.D....
Transcript of Transkrip Verbatim Diskusi Bab-2 dan Bab-3 Buku Negara Paripurna Karangan Yudi Latif, Ph.D....
0
TRANSKRIP VERBATIM
JUDUL:
DISKUSI BAB-2 dan BAB-3
DARI BUKU NEGARA PARIPURNA
KARANGAN YUDI LATIF
MATA KULIAH : PANCASILA
DOSEN PENGAMPU : Drs. Husni Amriyanto, M.Si.
Oleh:
GANENDRA WIDIGDYA
20130510007
PROGRAM SARJANA STRATA-1
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
1
TRANSKRIP DISKUSI KELAS MATA KULIAH PANCASILA
(Notulensi Verbatim)
Tema : Pembahasan Bab-2 dan Bab-3, Buku “Negara Paripurna” karangan Yudi Latif.
Dosen : Drs. Husni Amriyanto, M.Si.
Kelas : Reguler-A, Hubungan Internasional Angkatan 2013
BARIS SUBYEK PERNYATAAN
1 Hari / Tanggal : Selasa, 19 November 2013
2 Diskusi dimulai pada Jam 07:35 WIB
3 Narasumber:
Aryaningtyas Palupi Nurfauzy (NIM: 20130510054)
Narasumber Bab-2 Buku “Negara Paripurna”
Khairul Munzilin (NIM: 20130510062)
Narasumber Bab-3 Buku “Negara Paripurna”
Moderator:
Ganendra Widigdya (NIM: 20130510007)
4 Ganendra Widigdya
(Moderator)
Selamat pagi teman-teman semua, pada
kesempatan pagi ini kita akan membahas
Bab-2 tentang “Ketuhanan yang
Berkebudayaan” dan Bab-3 tentang
“Kemanusiaan yang Universal” dari Buku
“Negara Paripurna” karangan Yudi Latif.
Pada kesempatan ini kita akan mendapatkan
penjelasan dari Saudari Palupi dan Saudara
Khairul atas bacaan dan resume mereka atas
bab-bab terkait pada buku tersebut.
Waktu yang disiapkan untuk presentasi kita
kali ini adalah total selama 45 menit dimana
setiap narasumber akan diberikan jatah waktu
10 menit per-orang dan tanya jawab selama
25 menit.
Untuk itu kami mempersilahkan kepada
Saudari Palupi untuk memulai diskusi hari ini
2
dengan penjelasan terhadap Bab-2. Kepada
Saudari Palupi kami persilahkan.
5 Aryaningtyas Palupi Nurfauzy
(Narasumber)
Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa
Pancasila adalah landasan bagi kenegaraan
Indonesia.
Pada Bab-2 buku karangan Yudi Latif ini,
dibahas tentang kontekstual nilai Sila
Pertama dalam Pancasila.
Dalam bab ini diceritakan bagaimana dalam
proses pembentukannya, para pendiri negara
ini sempat mengalami perbedaan dalam
melihat konsep negara yang terbaik bagi
Indonesia apakah berupa Negara Islam
ataupun Negara Kesatuan.
Untuk pihak yang menyetujui konsep Negara
Islam salah satunya digawangi oleh Ki Bagus
Hadikusumo sementara yang menentang
konsep Negara Islam dan lebih memilih
konsep Negara Kesatuan adalah Soepomo.
Saya berpendapat bahwa untuk negara
Indonesia, konsep negara yang tepat adalah
Negara Kesatuan dan bukan Negara Agama
dikarenakan apabila Negara Agama yang
diterapkan, dalam arti ini adalah menjadikan
agama Islam sebagai konsep dasar negara
maka umat yang beragama lain tidak bisa
bersatu membaur di dalam kehidupan
bernegara.
Saya berpendapat bahwa konsep Negara
Islam baru dapat diterapkan di Indonesia
apabila telah memenuhi 3 (tiga) syarat utama
yaitu: (1) Semua warga negaranya harus
beragama Islam, (2) Pemimpin warga
3
negaranya harus beragama Islam / Muslim,
dan (3) Penggunaan azas syariat Islam secara
tegas dalam kehidupan beragama.
Menurut saya konsep Negara Kesatuan itu
sebenarnya tidak serta merta tidak
berlandaskan agama. Agama diterapkan
dalam konsep budi pekerti dan modal luhur
yang memberikan semangat dalam kehidupan
bermasyarakat pada konsep Negara Kesatuan.
Oleh karenanya nilai-nilai agama sudah
diterapkan dalam kehidupan Negara
Kesatuan, maka kehidupan negara sebagai
bentuk hubungan yang bersifat horizontal
(antar masyrakat) dan agama sebagai bentuk
hubungan yang bersifat vertikal (antara
pemeluk agama dan Sang Pencipta) dapat
dipisahkan karena keduanya sudah saling
mengisi dalam konsep Negara Kesatuan.
Bahkan pada penerapan empiris pada dunia
sejarah Islam, para pemimpin negara Islam
pada zaman setelah Rasulullah SAW
terdahulu menjadikan pemimpinnya sebagai
pemimpin negara semata dan bukan serta
merta bertindak sebagai pemimpin agama.
Sehingga preseden sejarah Islam juga
menunjukkan bagaimana konsep negara
Islam juga mengenal tentang adanya
pemisahan antara negara dan agama.
Saya rasa cukup demikian informasi yang
dapat saya bagi dari Bab-2, “Ketuhanan yang
Berkebudayaan”. Saya harap kita dapat
membahasnya lebih lanjut dalam forum
diskusi bersama.
4
6 Ganendra Widigdya
(Moderator)
Terima kasih kepada Saudari Palupi atas
penjelasannya kepada kita semua.
Dapat saya ulas sedikit bahwa pada
penjelasannya Saudari Palupi menjelaskan
tentang bagaimana unsur Ketuhanan dalam
Pancasila pada proses penyusunannya di
kehidupan dasar negara oleh para pendiri
bangsa ini memiliki dinamikanya tersendiri.
Terjadi perbedaan pendapat mengenai apakah
negara harus menganut konsep Negara
Agama ataukah konsep Negara Kesatuan
serta apakah dapat dipisahkan antara fungsi
negara dan fungsi agama dalam tata kelola
negara.
Saudari Palupi dalam pendapatnya
memberikan pandangan bahwa dia setuju
dengan konsep Negara Kesatuan serta
pemisahan antara urusan negara dan agama
adalah hal yang paling tepat untuk diterapkan
di Indonesia.
Untuk membahas selanjutnya yaitu Bab-3
mengenai “Kemanusiaan yang Universal”
adalah narasumber kita yang bernama Khairul
Munzilin. Untuk itu kepada Saudara Khairul
kami persilahkan.
7 Khairul Munzilin
(Narasumber)
Pada Bab-3 ini mengenai “Kemanusiaan yang
Universal”, Yudi Latif memberikan
penekanan bahwa sifat perikemanusiaan
adalah budi yang nilainya tidak hanya
melekat kepada manusia.
Presiden Pertama Indonesia, Soekarno
bahkan pernah menyatakan bahwa potensi
budi nurani manusia itu juga melekat kepada
5
berbagai media kehidupan bahkan juga alam
semesta.
Setelah saya memahami lebih lanjut
mengenai penjelasan pada Bab-3 ini, konsep
Perikemanusiaan dalam Sila Ke-2 pada
Pancasila adalah sebuah naluri yang
dikembangkan bahkan sedari awal manusia
lahir.
Konsep Perikemanusiaan dapat diturunkan
pada nilai-nilai utama sebagai berikut: (1)
Menempatkan manusia dalam hakikat yang
luas (universal), (2) Menempatkan manusia
untuk menghindari sikap dan perilaku yang
mengarah pada perlakuan rasis, (3) Sebagai
dasar agar sebuah peradaban suatu bangsa
agar tidak menjadi lemah, (4) Memupuk rasa
tenggang rasa, (5) Menjaga harkat dan
martabat manusia, (6) Menyeimbangkan
antara perlakuan kewajiban dan hak, (7)
Bahwa setiap manusia adalah bagian dari
seluruh umat manusia.
Dalam penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari, Perikemanusiaan adalah konsep
yang tepat untuk dikembangkan di dalam
dunia yang telah memasuki periode
Globalisasi yang memiliki kecenderungan
untuk melahirkan kesenjangan sehingga
diharapkan konsep Perikemanusiaan dapat
membangun proses keadilan dalam
bermasyarakat.
Proses adil di dalam kehidupan
bermasyarakat ini perlu diingat adalah bukan
hal yang sama dengan “sama rata dan sama
6
rasa” seperti yang diterapkan di negara-
negara sosialis selama ini.
Untuk sementara itu saja dahulu yang dapat
saya bagi dengan teman-teman terkait bacaan
saya serta pemaknaan saya pada Sila Ke-2
Pancasila dalam buku Yudi Latif.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
8 Ganendra Widigdya
(Moderator)
Terima kasih kepada Saudara Khairul atas
penjelasannya terkait Bab-3 Buku “Negara
Paripurna” karangan Yudi Latif yang sudah
dilakukan dengan sangat baik.
Dari apa yang kita dengar bersama, Saudara
Khairul menjelaskan bagaimana bahwa
konsep Perikemansuiaan dalam Sila Ke-2
Pancasila adalah konsep yang sangat alamiah
dari manusia yang berkembang sedari awal
semenjak manusia itu lahir.
Saudara Khairul menjelaskan juga bahwa
dalam konsep pergaulan internasional, dalam
hal ini tantangan dunia globalisasi, konsep
Perikemanusiaan adalah sebagai konsep yang
sangat tepat sebagai faktor penyeimbang dan
faktor pembangun rasa keadilan atas potensi
lahirnya ketimpangan dalam dunia
globalisasi.
Untuk mencoba lebih mengelaborasi nilai-
nilai Pancasila terutama yang terdapat pada
Sila Ke-1 dan Sila Ke-2 dari Pancasila
terutama yang dikupas oleh intelektualitas
Yudi Latif dalam bukunya, saya mengundang
kesempatan bertanya dari forum terkait tema
tersebut. Saya mempersilahkan dua
pertanyaan pertama dari forum.
7
9 Regina Maharani
NIM: 20130510005
Saya ingin bertanya kepada narasumber Saudara
Khairul. Disampaikan bagaimana konsep
Perikemanusiaan dalam Pancasila adalah konsep
yang mulia terutama potensinya untuk
menjembatani perbedaan dan kesenjangan yang
mungkin terjadi di masyarakat. Namun pada
kenyatannya masih banyak kita lihat kelompok-
kelompok tertentu dari masyarakat yang masih
terintimidasi oleh kelompok lain. Faktor apakah
yang menurut Saudara menciptakan hal ini?
10 Zahra Ayu Novianti
NIM: 20130510046
Saya ingin bertanya kepada narasumber Saudari
Palupi. Pada saat pembahasan awal konsep dasar
negara, ada beberapa pendiri negara yang
mendukung terbentuknya Indonesia yang
berdasarkan pada Konsep Negara Agama.
Menurut Saudari, sebenarnya apa tujuan dasar
utama yang menjadi argument para pendukung
Negara Agama ini sehingga merasa perlu untuk
menciptakan negara Indonesia berdasarkan
konsep tersebut?
11 Ganendra Widigdya
(Moderator)
Terima kasih banyak kepada Saudari Regina
dan Saudari Zahra atas pertanyaannya,
Saudari Regina menanyakan kepada Saudara
Khairul tentang apa saja faktor yang
menyebabkan masih adanya kelompok
masyarakat yang terintimidasi walaupun nilai
Perikemanusiaan dalam Pancasila sudah
dirumuskan dengan sangat baik?
Sementara Saudari Zahra menanyakan
kepada Saudari Palupi tentang apa argumen
utama apa yang menjadi landasan para
pendukung Negara Agama di Indonesia?
Untuk itu, dikarenakan Bab Ke-2 adalah Bab
8
yang lebih dahulu dibahas, maka saya
memohon kesediaan Saudari Palupi untuk
menjawabnya terlebih dahulu. Kepada
Saudari kami persilahkan.
12 Aryaningtyas Palupi Nurfauzy
(Narasumber)
Dari apa yang saya pahami dari bacaan yang saya
jadikan acuan, para pendukung konsep Negara
Agama atau Negara Islam hendak menjadikan
nilai-nilai ke-Islaman secara spesifik sebagai
aturannya. Sementara berbeda dengan pengusung
konsep Negara Kesatuan yang hendak menjadi
hukum bernegara sebagai dasar landasan dalam
kehidupan bermasyarakatnya. Para pendukung
Negara Islam berharap bahwa dengan adanya
landasan yang berdasarkan pada hukum-hukum
Allah maka diharapkan akan tercipta masyarakat
yang (1) Tertib, (2) Damai dan (3) Aman. Jadi
saya rasa, itulah yang menjadi tujuan dasar dari
pada pendukung konsep Negara Islam tentang
perlunya penerapan negara yang berlandaskan
Islam sebagai dasar negara di Indonesia.
13 Ganendra Widigdya
(Moderator)
Terimakasih kepada Saudari Palupi yang telah
memberikan penjelasan yang sangat baik tentang
apa tujuan dasar dari rencana pendirian Negara
Islam dari para pendukung konsep itu di antara
para pemikir tokoh pendiri bangsa Indonesia.
Sebelum kita membahas topik lain yang berbeda,
saya membuka kesempatan terlebih dahulu
apabila ada pertanyaan atau pernyataan lain yang
ingin ditambahkan oleh forum pada poin
pembahasan ini.
14 Alghi Mustika Luthfi
NIM: 20130510052
Menurut saya konsep Negara Islam tidak cocok
dengan negara Indonesia dikarenakan tidak
semua masyarakat beragama Islam di Indonesia.
9
Pertanyaan yang perlu diajukan adalah “Apakah
semua agama lain akan sepakat dengan Islam?”.
Karena apabila hal tersebut tidak disepakati maka
akan sulit menerapkan aturan Islam di negara
Indonesia yang dapat mencakup seluruh
masyarakat di Indonesia.
15 Imam Alfafan
NIM: 20130510019
Menurut pendapat saya Indonesia boleh
menerapkan Negara Islam sebagai bentuk negara
yang dipilih. Terkait dengan pertanyaan “Apakah
semua agama lain akan sepakat dengan nilai-nilai
Islam?”, menurut saya tidak akan ada masalah
dikarenakan sebenarnya pada Al’Qur-an sudah
jelas bahwa agama Islam adalah agama yang
memiliki sifat “rahmatan lil alamin” atau berlaku
dan dapat diterapkan untuk semuanya.
16 Aryaningtyas Palupi Nurfauzy
(Narasumber)
Berdasarkan berbagai pendapat yang baru saja
kita dengarkan bersama, saya memiliki pendapat
bahwa memang benar agama Islam
memperkenalkan dirinya sebagai agama yang
diciptakan untuk seluruh umat manusia. Namun
pada penerapannya dalam kehidupan
bermasyarakat, apakah bisa serta merta seluruh
masyarakat yang bukan beragama Islam bisa
langsung menerima nilai-nilai dan aturan yang
ditetapkan oleh agama Islam untuk wajib mereka
terapkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Menurut saya pada akhirnya melihat
kondisi yang ada, maka penerapan konsep
Negara Kesatuan adalah hal yang paling tepat
diterapkan di Indonesia.
17 Ganendra Widigdya
(Moderator)
Terima kasih kepada teman-teman yang
sudah memberikan pandangan dan
jawabannya terhadap pertanyaan pertama
10
yang muncul pada diskusi kali ini.
Untuk selanjutnya kita akan melanjutkan
dengan pertanyaan kedua yang ditujukan oleh
forum kepada Saudara Khairul Munzilin.
Pertanyaannya adalah mengingat bahwa nilai
Perikemanusiaan yang ternyata memiliki nilai
strategis yang begitu berpengaruh dari
Pancasila terhadap kesadaran dan azas
bangsa, namun ternyata masih banyak
komponen berbangsa dan bernegara yang
masih terintimidasi dalam kehidupannya. Apa
saja faktor yang menurut narasumber
menyebabkan hal itu dapat terjadi.
Untuk menjawab hal itu, kepada saudara
Khairul Munzilin kami persilahkan.
18 Khairul Munzilin
(Narasumber)
Terima kasih atas pertanyaannya. Menurut
saya, Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia adalah ideologi yang khas tercipta
untuk kebutuhan masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi adalah azas dasar
bagi masyarakat Indonesia, namun pada
penerapannya sebagai dasar pendidikan moral
bangsa masih belum diterapkan secara benar.
Menurut saya, solusi terhadap permasalahan
tersebut adalah proses pendidikan ideologi
negara yang benar. Proses pendidikan yang
dimaksud adalah proses pendidikan yang
menekankan pada proses pembelajaran hidup,
bukan proses pendidikan yang semata-mata
pendidikan bergelar.
19 Finta Kaula Putri Brageswari
NIM: 20130510004
Saya ingin memberikan pertanyaan lebih lanjut
terkait topik diskusi saat ini. Apakah pendidikan
moral bisa menjadi solusi utama atas
11
permasalahan ini? Apakah solusi itu bisa cukup
efektif memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila
mampu “ditempelkan” dalam benak setiap warga
negara?
20 Khairul Munzilin
(Narasumber)
Menurut saya, agar nilai-nilai Pancasila dapat
ditanamkan melalui pendidikan moral, maka
perlu ditumbuhkan melalui upaya
peningkatan rasa nasionalisme warga negara.
Rasa nasionalisme tersebut ditumbuhkan
melalui meningkatkan rasa bangga terhadap
negara dan tidak terus menerus mengungkit
kekurangan negara sehingga kita secara
bersama bisa membangkitkan rasa
nasionalisme terhadap negara Indonesia.
Selain itu, nilai-nilai Pancasila dapat
dibangun dengan menegakkan ketegasan
negara namun dengan tidak kasar (otoriter)
dalam menegakkan semangat Pancasila.
Ketegasan yang tidak otoriter tersebut dapat
diwujudkan dengan memberikan teladan
sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat.
21 Imam Alfafan
NIM: 20130510019
Menurut pendapat saya, saya setuju dengan
pandangan Saudara Khairul terhadap situasi
penegakkan spirit nilai-nilai Pancasila.
Secara umum saya berpandangan bahwa
penegakkan nilai-nilai Pancasila dapat
diwujudkan melalui upaya: (1) Pemberian
contoh atau keteladanan, (2) Pemantapan
nilai kejujuran sebagai dasar untuk kepastian
keberhasilan berbagai jenis kegiatan, (3)
Penguatan rasa nasionalisme berkehidupan
berbangsa dan bernegara melalui penegakkan
4 Pilar Bangsa sebagaimana yang telah
12
dilakukan selama ini oleh MPR RI. Namun
perlu diingat bahwa MPR RI hanya bersifat
sebagai inovator. Namun perlu tetap ada
kerjasama yang erat dari pemerintah dan juga
setiap individu dalam masyarakat selaku
pelaku aksi nyata dari pelaksanaan teknis
nilai-nilai Pancasila dan kehidupan sehari-
hari.
22 Ganendra Widigdya
(Moderator)
Terima kasih kepada Saudara Khairul atas
jawabannya dan juga kepada Saudara Imam yang
telah melengkapi jawaban tersebut. Dari
elaborasi kedua jawaban tersebut terlihat bahwa
syarat sukses dalam melaksanakan pemantapan
nilai-nilai Pancasila adalah dengan
mengutamakan keteladanan dan juga ketegasan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga lahir
wibawa Pancasila dan perubahan perlahan
paradigma berpikir di dalam kehidupan
masyarakat luas sehingga nilai-nilai Pancasila
dapat ditanamkan dengan lebih baik. Mengingat
waktu masih tersisa 5 menit lagi, apakah masih
ada 1 pertanyaan terakhir sebelum kita tutup
dengan kesimpulan?
23 Baiq Rhamdani Fajrianti
NIM: 20130510049
Dalam Bab-3 buku karangan Yudi Latif tersebut
dinyatakan juga bahwa nilai Perikemanusiaan
dalam Pancasila memiliki fungsi untuk
memuliakan hubungan antar bangsa. Bisakah
dijelaskan dengan lebih baik pernyataan itu?
24 Khairul Munzilin
(Narasumber)
Menurut saya maksud dari pernyataan tersebut
adalah bahwa dengan menanamkan nilai
Perikemanusiaan dalam hubungan antar bangsa
adalah dengan saling membantu situasi antar
negara tanpa memandang latar belakang negara
13
tersebut mengingat peran dan kapasitas negara-
negara di dunia sngat berbeda. Sehingga makna
yang ada di balik Perikemanusiaan tersebut
adalah terkait dengan rasa solidaritas antar
negara.
25 Ganendra Widigdya
(Moderator)
Terima kasih kepada teman-teman atas
masukannya dan pendapatnya yang teman-teman
berikan pada diskusi Bab-2 dan Bab-3 hari ini.
Mengingat waktu yang sudah usai, adapun
kesimpulan yang dapat saya tarik dari diskusi
hari ini adalah:
1. Saudari Palupi telah menjelaskan tentang
Bab-2 pada buku “Negara Paripurna” yaitu
Sila Ke-1 Pancasila dengan tema “Ketuhanan
yang Berkebudayaan”. Ia menjelaskan secara
umum tentang bagaimana para pendiri bangsa
Indonesia berdiskusi secara intens tentang
pilihan konsep diantara Negara Islam dan
Negara Kesatuan dalam menentukan dasar
negara serta melihat hubungan antara
pemisahan atau tidak pemisahan antara
negara dan agama. Pada saat diskusi juga
diungkapkan tentang bagaimana pendukung
Negara Islam mengupayakan negara
Indonesia yang berdasarkan hukum Allah
serta pada penerapannya akan menjadi
kesulitan karena warga Indonesia tidak
seluruhnya beragama muslim sehingga
berpotensi menimbulkan masalah terkait
penerimaan nilai Islam tersebut pada
masyarakat yang non-muslim.
2. Saudara Khairul telah menjelaskan kepada
kita tentang Bab-3 pada buku karangan Yudi
14
Latif, tentang “Perikemanusiaan yang
Universal” menceritakan bagaimana
Perikemanusiaan adalah naluri dasar yang
berkembang seiring manusia itu lahir dan
bertumbuh serta merupakan nilai yang
penting dalam kehidupan setelah munculnya
globalisasi yang menimbulkan potensi
terjadinya ketimpangan. Sehingga
Perikemanusiaan adalah bentuk dari
timbulnya rasa solidaritas yang mampu untuk
menjaga masyarakat agar terus berada dalam
nilai-nilai yang digariskan Pancasila.
Akhir kata, terima kasih atas pandangan dari para
narasumber serta terima kasih kepada pada
partisipan diskusi pada siang hari ini. Semoga
diskusi ini bisa menambah wawasan kita untuk
memahami nilai-nilai Pancasila secara lebih baik
terutama pada Sila Ke-1 dan Sila Ke-2 Pancasila.
Terima kasih banyak.