TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP ...

145
TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PRAKTIK USAHA PENAMBANGAN PASIR (Studi Kasus di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada) OLEH MAHAYADI NIM. 160201159 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM 2020

Transcript of TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP ...

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PRAKTIK USAHA PENAMBANGAN PASIR

(Studi Kasus di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada)

OLEH

MAHAYADI NIM. 160201159

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2020

ii

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PRAKTIK

USAHA PENAMBANGAN PASIR

(Studi Kasus di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram untuk

melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum

OLEH

MAHAYADI NIM. 160201159

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM

2020

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi Mahayadi, NIM. 160.201.159 yang berjudul “Tinjauan Hukum

Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Usaha Penambangan Pasir di Desa

Buwun Sejati Kecamatan Narmada” telah memenuhi syarat dan persetujuan

untuk dimunaqasyahkan. Disetujui pada tanggal 08 Agustus 2020.

Di bawah bimbingan

Pembimbing I

(Dr. Hj. Teti Indrawati P., M.Hum) NIP: 197508201999032003

Pembimbing II

(Dr. Gazali M.H) NIP. 197608122009001012

iv

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal: munaqasyah

Mataram

Kepada

Yth. Rektor UIN Mataram

di-

Mataram

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing I

dan pembimbing II serta pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa

skripsi Mahayadi, NIM. 160.201.159. yang berjudul “Tinjauan Hukum

Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Usaha Penambangan Pasir di Desa

Buwun Sejati Kecamatan Narmada” setelah memenuhi syarat untuk diajukan

dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syariah UIN Mataram.

Demikian atas perhatian bapak rektor disampaikan terima kasih.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I

(Dr. Hj. Teti Indrawati P., M.Hum) NIP: 197508201999032003

Pembimbing II

(Dr. Gazali M.H) NIP. 197608122009001012

vi

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap

Praktik Usaha Penambangan Pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan

Narmada” yang diajukan oleh Mahayadi, NIM. 160.201.159 jurusan Hukum

Ekonomi Syariah (Muamalah), Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri (UIN)

Mataram yang telah dimunaqasyahkan pada tanggal 21 Agustus 2020 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana hukum.

Dewan Munaqasyah

1. Ketua Sidang /

Pembimbing I

Dr. Hj. Teti Indrawati P., M.Hum NIP. 197508201999032003

. .

2. Sekretaris /

Pembimbing II

Dr. Gazali, M.H NIP. 197608122009001012

. .

3. Munaqasyah /

Penguji I

Dr. Ayip Rosidi, M.A NIP. 197312312000031006

. .

4. Munaqasyah /

Penguji II

Imron Hadi, S.H., M.HI NIP/NIDN: 2021078303

. .

Mengetahui

Dekan Fakultas Syariah

Dr. Musyawar, M.Ag NIP. 196912311998031008

vii

MOTTO

“tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS. Al Muddastsir [74]: 38)

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan untuk:

Inaq dan Amaq tercinta

Beliau yang telah berjuang

tanpa mengenal rasa putus asa untuk

menyekolahkan serta memperoleh

masa depan yang layak, supaya bisa

merasakan kehidupan yang lebih baik

dari kehidupannya kini.

“Seyummu adalah penyemangatku”

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, Puji syukur peneliti panjatkan kehadiran Allah SWT, atas

taufik hidayah-Nya dan insyah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penulisan tugas skripsi ini. Penulisan tugas skripsi ini adalah sebagai salah satu

bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program studi Hukum

Ekonomi Syariah (Muamalah) Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN)

Mataram guna memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Shalawat serta salam kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang

telah membawa, menuntun, dan membimbing umat manusia ke jalan yang di

ridhoi Allah SWT.

Dalam upaya menyelesaian tugas skripsi ini, peneliti telah menerima

banyak bantuan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya

peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bunda Dr. Hj. Teti Indrawati P., S.H., M.Hum selaku pembimbing I dan Dr.

Gazali, M.H selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan

memberikan bimbingan dengan sabar kepada peneliti sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. Ayip Rosidi M.A selaku penguji I dan Bapak Imron Hadi S.H.,

M.HI selaku penguji II yang telah memberikan saran konstruktif bagi

penyempurnaan tugas skripsi ini.

x

3. Bapak Saprudin M.Si selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

(Muamalah) dan bapak Dr. Gazali, M.H selaku sekretaris jurusan muamalah.

4. Bapak Prof. Dr. H. Mutawali M.Ag selaku rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Mataram yang telah memberikan tempat bagi peneliti untuk menuntut

ilmu dan memberikan bimbingan.

5. Kedua orang tuaku Amaq dan Inaq tercinta (Rahman dan Maridah) yang

selalu sabar dan terus mendoakan serta memberikan dorongan moril dan

materil sampai saat ini.

6. Teman-temanku MUA/D dan sahabatku Muh. Rizki Noviandi, Ma’rifatul

Aini, Rini Apriani, dan Ratna Sholatiha serta Teman KKP 2019 Riyan

Insyani dan Erika Rosmiana Desa Lepak, Sakra Timur, Lombok Timur, Nusa

Tenggara Barat yang telah memberikan dukungan selama peroses pembuatan

skripsi ini.

Semoga Allah membalas semua budi baik dan jasa-jasa Bapak/Ibu dan

rekan-rekan sekalian. Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat

diharapkan akan terima dengan kelapangan dada dan akhirnya semoga hasil

penelitian yang telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengelahuan agama Islam.

Mataram,

Mahayadi NIM. 160.201.159

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ v

PENGESAHAN .............................................................................................. vi

MOTTO .......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL........................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

ABSTRAK ...................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6

1. Tujuan ............................................................................. 6

2. Manfaat ........................................................................... 7

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ............................... 8

E. Telaah Pustaka ..................................................................... 8

xii

F. Kerangka Teoretik ............................................................... 13

1. Pertambangan .................................................................. 13

a. Pengertian Pertambangan......................................... 13

b. Jenis Pertambangan .................................................. 14

c. Persyaratan Pendirian Izin Usaha Pertambangan .... 15

d. Prinsip Pertambangan .............................................. 16

e. Akibat Pertambangan ............................................... 16

f. Aktivitas Pertambangan ........................................... 17

2. Maqashid Syariah ........................................................... 18

a. Pengertian Maqashid Syariah .................................. 19

b. Dasar Hukum Maqashid Syariah ............................. 20

c. Bingkai Maqashid Syariah ...................................... 20

d. Pembagian Maqashid Syariah ................................. 20

e. Kaidah Pembagian Maqashid Syariah ..................... 25

3. Hukum Ekonomi Syariah................................................ 26

a. Pengertian Hukum Ekonomi Syariah ...................... 26

b. Landasan Hukum Ekonomi Syariah ........................ 28

c. Persyaratan Pendirian Usaha dalam Hukum Ekonomi

Syariah ..................................................................... 28

d. Prinsip Ekonomi Syariah ......................................... 29

e. Asas Hukum dalam Ekonomi Syariah ..................... 34

f. Sumber-Sumber Ekonomi Syariah .......................... 34

G. Metode Penelitian ................................................................. 34

xiii

1. Pendekatan Kualitatif ...................................................... 34

2. Kehadiran Peneliti ........................................................... 35

3. Lokasi Penelitian ............................................................. 35

4. Sumber Data .................................................................... 36

a. Data Primer .............................................................. 36

b. Data Sekunder .......................................................... 37

5. Tehnik Pengumpulan Data .............................................. 37

a. Observasi.................................................................. 37

b. Wawancara ............................................................... 38

c. Dokumentasi ............................................................ 39

6. Analisis Data ................................................................... 40

7. Pengecekan Keabsahan Data .......................................... 40

H. Sistematika Pembahasan ..................................................... 41

BAB II PRAKTIK USAHA PENAMBANGAN PASIR DI DESA BUWUN

SEJATI KECAMATAN NARMADA ....................................... 43

A. Gambaran Umum Desa Buwun Sejati ............................... 43

1. Sejarah Desa Buwun Sejati ............................................. 43

2. Demografi ....................................................................... 45

3. Keadaan Sosial ................................................................ 45

a. Kesehatan Masyarakat ............................................. 45

b. Pendidikan................................................................ 46

c. Keadaan Ekonomi .................................................... 46

xiv

B. Praktik Usaha Penambangan Pasir di Desa Buwun Sejati

Kecamatan Narmada ........................................................... 47

1. Model Penambangan Pasir dan Izin Usaha Penambangan

Pasir. ................................................................................ 47

2. Proses Penambangan Pasir .............................................. 51

3. Mekanisme Penjualan, Keuntungan, dan Harga Jual Bahan

Galian .............................................................................. 56

4. Dampak Penambangan Pasir ........................................... 60

a. Dampak Terhadap Lingkungan................................ 61

b. Dampak Terhadap Perekonomian Masyarakat ........ 64

BAB III ANALISIS PRAKTIK USAHA PENAMBANGAN PASIR DI

DESA BUWUN SEJATI KECAMATAN NARMADA ........... 69

A. Praktik Usaha Penambangan Pasir di Desa Buwun Sejati

Kecamatan Narmada....................................................... 69

1. Model Penambangan Pasir dan Izin Usaha Penambangan

Pasir ................................................................................. 69

2. Proses Penambangan Pasir .............................................. 71

3. Mekanisme Penjualan, Keuntungan, dan Harga Jual Bahan

Galian .............................................................................. 71

4. Dampak Penambangan Pasir ........................................... 72

B. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Usaha

Penambangan Pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan

Narmada.......................................................................... 75

xv

1. Izin Usaha Penambangan Pasir ....................................... 75

2. Proses Penambangan Pasir .............................................. 79

3. Mekanisme Penjualan ..................................................... 88

4. Dampak Penambangan Pasir ........................................... 90

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 95

A. Kesimpulan ........................................................................... 95

B. Saran...................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 97

LAMPIRAN .................................................................................................... 100

RIWAYAT HIDUP

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................. 46

Tabel 2.2: Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ............................... 47

Tabel 2.3: Lokasi Penambangan ...................................................................... 50

Tabel 2.4: Proses Pengelolaan Penambangan Pasir ......................................... 56

Tabel 2.5: Harga Jual Bahan Galian ................................................................ 60

Tabel 2.6: Dampak Bagi Lingkungan dan Perekonomian Masyarakat ............ 60

Tabel 2.7: Daftar Nama, Pelaku, Keuntungan, dan Kerugian. ......................... 67

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Peta Pembagian Wilayah Administrasi Desa Buwun Sejati ....... 44

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian .................................................................... 100

Lampiran 2: Balasan Surat Izin Penelitian ...................................................... 101

Lampiran 3: Daftar Penyataan ........................................................................ 102

Lampiran 4: Daftar Wawancara ...................................................................... 103

Lampiran 5: Dokumentasi Penelitian .............................................................. 114

Lampiran 6: Kartu Konsultasi Skripsi.............................................................. 116

xix

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PARKTIK USAHA PENAMBANGAN PASIR STUDI KASUS DI DESA BUWUN

SEJATI KECAMATAN NARMADA

Oleh:

MAHAYADI NIM: 160.201.159

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang dihasilkan oleh kegiatan penambangan pasir yang dilakukan oleh masyarakat Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada baik untuk masyarakat sekitar maupun untuk lingkungan.

Selama usaha penambangan berjalan, peneliti menemukan beberapa permasalahan. Sehingga peneliti memfokuskan penelitian yang dituangkan ke dalam rumusan masalah yaitu bagaimana praktik usaha penambangan pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada dan bagaimana tinjauan hukum Ekonomi Syariah terhadap praktik usaha penambangan pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada.

Penyelesaian permasalahan tersebut menggunakan kerangka teori yang terdiri dari Pertambangan, Maqashid Syariah, dan Hukum Ekonomi Syariah. Penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan yang sifat penelitiannya Kualitatif deskriftif dengan metode Tehnik pengumpilan data yang diperguakan wawancara tidak terstruktur, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitiannya berupa model penambangan pasir yang sifatnya manual dan perizinan usaha yang dijalankan bersifat ilegal dan tidak memperoleh izin dari aparatur terkait. Proses penambangan dilakukan denga tiga tahapan hal tersebut bertujuan untuk mempermudah tahapan selanjutnya. Mekanisme penjualan yang dipergunakan sifatnya dari satu pembeli ke pembeli lainnya. Keuntungan yang diperoleh tergantung besar, jumlah dan kedalaman yang dijadikan lokasi penambangan, dan harga jual barang galian (penambangan pasir) berpariasi hal itu dilihat dari jenis angkutan yang dipergunakan serta dampak terhadap lingkungan yang sifatnya negatif diselesaikan dengan jalan muasyarwarah mufakat, adapun dampak terhadap perekonomian masyarakat dapat dinyatakan membantu.

Kata Kunci: Penambangan, Maqashid Syariah, dan Hukum Ekonomi Syariah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada dipermukaan

bumi baik yang hidup maupun mati serta dapat dimanfaatkan sebagai sumber

kehidupan yang sangat dibutuhkan masyarakat dan mahluk hidup lainnya

untuk memperoleh kesejahteraan. Menjaga dan melestarikan lingkungan

merupakan kewajiban setiap masyarakat yang berakal dan baligh, hal itu

menjadi tanggung jawab tersendiri pada setiap masyarakat untuk mengelola

dan menata sumber daya alam dengan baik dan benar serta mengambil

manfaat sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, hal semacam itu

bertujuan agar masyarakat dan mahluk hidup lainnya terhindar dari dampak

yang diakibatkan oleh pengelolaan lingkungan yang tidak benar. Kewajiban

tersebut bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan dan kemanfaatan bagi

masyarakat publik yang tidak dikhususkan pada individu tertentu.1

Penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan harus didasarkan pada norma

hukum tertulis dan tidak tertulis dengan memperhatikan tingkat kesadaran

masyarakat dan perangkat hukum internasional serta perkembangan global

yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Tingkat kesadaran akan kehidupan

masyarakat sangat erat kaitannya dengan tata cara pengelolaan lingkungan

hidup. Islam memperbolehkan mengeksploitasi apapun terhadap lingkungan

1Dimsyauddin Djuwaini, “Pengantar Fiqih Muamalah”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Cetakan Ketiga, 2015), hlm. 5.

2

dengan acuan menjaga dan melindungi serta menganggap sumber daya alam

sebagai milik generasi yang akan datang dari umat Islam.2

Upaya pembinaan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan

pendekatan motivasi. Pendekatan ini walaupun memerlukan waktu yang

cukup panjang, namun akan berdampak positif karena pihak sasaran secara

berangsur akan merubah sikap dan periku menjadi rasa peduli terhadap

lingkungan.3

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan

pengendalian lingkungan hidup.4 Ruang lingkup pekerjaan dapat

mempengaruhi pola penataan dan pemanfaatan lingkungan disekitar.

Kurangnya lapangan pekerjaan di daerah terpencil mengharuskan masyarakat

untuk menciptakan usaha tersendiri. Lapangan pekerjaan yang diciptakan

berupa kerajinan, penambangan, industri rumahan, dan lainnya.

Dalam mengelola lingkungan hidup tersebut tidak terlepas dari dalil-

dalil. Salah satu ayat Al Qur’an yang menegaskan akan larangan untuk

membuat kerusakan berbunyi:

2 Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi, “Fiqih Ekonomi Umar Bin Al-Khthab”, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. 3, September 2014), hlm. 713.

3 Sahal Mahfudh, “Nuansa Fiqih Sosial”, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, Cet. 7, Agustus, 2011), hlm. 392.

4 Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa. (Jakarta: PT Rineka Cipta, Cetakan Pertama, Agustus 2005), hlm. 3-4.

3

Artinya

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.5

Pertambangan digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu pertambangan

tipe A terdiri dari aspal, batu bara, nikel, dan lainnya, pertambangan tipe B

terdiri dari besi, tembaga, seng, emas, air raksa, intan, dan lainnya, dan

pertambangan tipe C terdiri dari asbes, pasir, bau apung, marmer, batu tulis,

batu kapur, dan lainnya.6

Penambangan pasir merupakan suatu kegiatan dalam upaya pencarian,

penggalian, pengelolaan, dan pemanfaatan barang galian. Penambangan pasir

salah satu dari banyaknya sektor usaha yang teramat sedikit dipahami,

walaupun industri penambangan ini paling banyak menjadi sorotan konsumsi

publik. Penambangan bagian dari usaha yang dapat menggerogoti kekayaan

alam. Kekayaan alam yang tersimpan dalam perut bumi menjadi sedikit serta

zat dan mineral yang berada di dalamnya juga ikut terbawa oleh kegiatan

penambangan yang dilakukan, sehingga dalam penambangan diperlukan tata

cara pengelolaan lingkungan yang baik agar terhindar dari dampak negatif

yang dihasilkan dari kegiatan penambangan.

5 QS. Al A’raaf [7]: 56. 6 Tri Hayati, Era Baru Hukum Pertambangan: Di Bawah Rezim UU No. 4 Tahun 2009,

(Jakarta: Yayasan Obor Pustaka Indonesia, Cetakan Pertama, September 2015), hlm.148.

4

Kegiatan penambangan atau usaha yang berkaitan dengan pengelolaan

lingkungan yang dikelola wajib adanya izin pendirian sesuai dengan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup pasal 18 yang menyebutkan:

1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. 2) Izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan pejabat yang berwewenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Dalam izin sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dicantumkan persyaratan dan kewajiban untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup.7

Kegiatan penambangan pasir yang dilakukan di Desa Buwun Sejati

Kecamatan Narmada memiliki titik lokasi yang berbeda-beda. Hal itu

disebabkan masih banyaknya lahan masyarakat yang berbentuk perbukitan

dan adanya bujukan dari para penambang, sehingga lahan tersebut berpotensi

untuk dijadikan usaha penambangan. Keuntungan yang banyak juga menjadi

pendorongnya sehingga masyarakat merasa tertarik untuk melakukan

kegiatan penambangan di lahan yang dimiliki. Namun dari kegiatan

penambangan yang dilakukan, kebanyakan masyarakat terutama di daerah

pedesaan belum menyadari atau memahami konsekuensi yang dihasilkan dari

kegiatan tersebut.

Konsekuensi negatif tersebut berupa rusaknya intensitas kesuburan

tanah yang mulai menurun, lingkungan yang asri semakin berkurang, dan

pembuangan limbah secara sembarangan memberikan efek samping yang

7 Siswanto Sunarso, Hukum Pidana..., hlm. 411.

5

berkepanjangan pada lingkungan, seperti tercemarnya jalur irigasi atau

sungai, lahan masyarakat yang berdekatan dengan lokasi penambangan

terkena dampaknya, dan konsekuensi lainnya.

Konsekuensi positifnya berupa mempermudah pemilik lahan untuk

dikelola lebih lanjut, seperti pembangunan rumah, perternakan, pendauran

ulang, perkebunan, dan lainnya. Selain itu juga terdapat konsekuensi lainnya

yang dirasakan oleh masyarakat sekitar, yaitu untuk meningkatkan nilai

perekonomian masyarakat dan terciptanya lapangan pekerjaan bagi

masyarakat sehingga angka pengangguran di Desa Buwun Sejati Kecamatan

Narmada dapat berkurang.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, salah

seorang warga (pemilik lahan) yang berada sekitaran lokasi penambangan

pasir mengatakan bahwa tanah yang dimilikinya menjadi terkikis, hal itu

dipengaruhi oleh tingkat intensitas ketinggian tanah antara lahan masyarakat

dengan lokasi penambangan sangat jauh berbeda. Sehingga lahan tersebut

dijadikan usaha penambangan pasir. Selain itu penambangan yang dilakukan

juga secara administrasi pendiriannya tidak memiliki izin secara resmi yang

dikeluarkan oleh pemerintah.8

Berdasarkan uraian di atas terdapat kesenjangan antara teori dan

praktik, dalam praktiknya usaha penambangan pasir tidak memiliki izin

dalam pendirian. Sementara Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan usaha atau kegiatan diharuskan

8Tuaq Surati, Pemilik Lahan, Wawancara, Pembuwun, Tanggal 25 Februari 2020.

6

memperoleh perizinan dari pihak yang berwewenang. Dari penjelasan

tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang tertuang ke

dalam skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah

Terhadap Praktik Usaha Penambangan Pasir studi kasus di Desa Buwun

Sejati Kecamatan Narmada”.

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari pembahasan latar belakang di atas, maka dapat diambil

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik usaha penambangan pasir di Desa Buwun Sejati

Kecamatan Narmada?

2. Bagaimana tinjauan hukum Ekonomi Syariah terhadap praktik usaha

penambangan pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam menyusun

skripsi ini adalah, sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan cara pemanfaatan sumber daya yang baik dan

benar serta dampak yang dihasilkan dalam pengelolaan yang

dilakukan dalam usaha penambangan pasir di Desa Buwun Sejati

Kecamatan Narmada terutama untuk para penambang, pekerja,

buruh, buruh bantu, pemilik lahan, dan pihak terkait dengan

penambangan pasir tersebut.

7

b. Untuk menjelaskan pandangan hukum ekonomi syariah kepada para

penambang, pekerja, buruh, buruh bantu, pemilik lahan, dan pihak

terkait dengan penambangan pasir terhadap pengelolaan serta

pemanfaatan sumber daya dalam praktik usaha penambangan pasir

di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memperluas

wawasan atau khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan

referensi dalam penerapan hukum ekonomi syariah serta menjadi

acuan bagi semua pihak yang ingin mendalami Hukum Ekonomi

Syariah khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan usaha di

bidang penambangan.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan menjadi masukan

bagi masyarakat yang berkaitan dalam kegiatan usaha

penambangan pasir diantaranya sebagai berikut:

1) Para pihak penambang pasir pada khususnya dan masyarakat

sekitar pada umumnya yang berlokasi di Desa Buwun Sejati

Kecamatan Narmada dalam melakukan kegiatan

penambangan.

8

2) Sebagai acuan dasar atau tolak ukur bagi mahasiswa/i UIN

Mataram terutama mahasiswa Fakultas Syariah Jurusan

Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) yang ingin

mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan

penambangan.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan tidak ke luar dari fokus pembahasan,

maka perlu dibatasi ruang lingkup kajian. Adapun ruang lingkup kajian dalam

penelitian ini membahas mengenai praktik yang dipergunakan dalam usaha

penambangan dan pandangan hukum ekonomi syariah terhadap usaha

penambangan pasir.

Setting penelitian atau lokasi yang menjadi sasaran penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti adalah di Desa Buwun Sejati Kecamatan

Narmada Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat akan dimulai dari

bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2020. Lokasi tersebut dipilih

karena banyaknya wilayah yang berpotensi untuk dijadikan penambangan

dan lokasi tersebut juga memiliki data yang cukup untuk mengadakan

penelitian.

E. Telaah Pustaka

Adapun hasil telaah pustaka yang diperoleh diantaranya sebagai

berikut:

1. Herman Jayadi (2018), dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap

Konflik Batas Tambang Tanah Uruk di Desa Wajegesang Kecapatan

9

Kopang Kabupaten Lombok Tengah” dalam skripsi tersebut membahas

mengenai:

a. Kontrak batas tambang tanah yang dilakukan secara manual tidak

terbatas karena bergantung pada tingkat kemampuan penambang itu

sendiri, sedangkan kontrak batas tambang tanah yang dilakukan

dengan menggunakan alat berat oleh pihak yang memberikan izin.

Dalam hal ini Dinas Pertambangan.

b. Praktik batas tambang tanah uruk yang dilakukan secara manual

tidak bertentangan dengan hukum Islam karena tidak ada masyarakat

yang merasa dirugikan. Sedangkan pertambangan tanah yang

dilakukan dengan menggunakan alat berat telah merugikan

kepentingan orang banyak karena mereka menggali tanah melanggar

ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Pertambangan.9

Berdasarkan uraian pembahasan penelitian di atas, maka peneliti

menemukan persamaan dan perbedaan antara penelitian yang dilakukan

oleh Herman Jayadi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Persamaannya adalah sama-sama berbicara tentang penambangan yang

mengambil hasil bumi. Sementara perbedaan yang ditemukan antara

penelitian yang dilakukan oleh Herman Jayadi mengkaji tentang kontrak

dan batasan-batasan penambangan yang dilakukan di Desa Wajegesang

Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah. Sedangkan peneliti

mengkaji tentang peningkatan perekonomian masyarakat dan pandangan

9 Herman Jayadi, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konflik Batas Tambang Tanah Uruk di Desa Wajegesang Kecapatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah”, (Skripsi, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, UIN Mataram, 2018).

10

hukum ekonomi syariah terhadap kegiatan usaha penambangan pasir

yang dilakukan di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada.

2. Nira Sulistiawati (2018), dengan judul “Tinjuan Hukum Islam terhadap

Praktik Akad Bagi Hasil Lahan Tambang Pasir dan Buruh Kerja di Desa

Lenek Daya Kecamatan Lenek Kabupaten Lombok Timur” pokok

pembahasan penelitian tersebut berupa:

a. Praktik akad yang dipergunakan dalam tambang pasir tersebut

adalah akad syirkah. Akad yang dipergunakan dengan sistem lisan

dan asas kepercayaan serta akad kekeluargaan. Sementara sistem

bagi hasil yang dipergunakan dalam pertambangan pasir tersebut

antara lain:

1) 60% pekerja dan 40% pemilik,

2) 50% pekerja dan 50% pemilik,

3) 40% pekerja dan 60% pemilik.

b. Tinjauan Hukum Islam terhadap akad perjanjian (syirkah) boleh

dilakukan dengan syarat adanya unsur keadilan pada masing-masing

pihak. Sementara sistem pembagian hasil dalam penambangan pasir

tersebut tidak dibolehkan hal tersebut disebabkan terdapat unsur

ketidakadilan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain serta

yang menanggung kerungian dalam penambangan pasir tersebut

hanya satu pihak saja, yaitu pekerja.10

10 Nira Sulistiawati, “Tinjuan Hukum Islam Terhadap Peraktik Akad Bagi Hasil Lahan

Tambang Pasir Dan Buruh Kerja di Desa Lenek Daya Kecamatan Lenek Kabupaten Lombok Timur”, (Skripsi, Fakultas Syariah, UIN Mataram, 2018).

11

Berdasarkan uraian pembahasan penelitian di atas, maka peneliti

menemukan persamaan dan perbedaan antara penelitian yang dilakukan

oleh Nira Sulistiawati dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti. Persamaannya adalah sama-sama membahas mengenai

pandangan hukum terhadap kegiatan penambangan pasir. Sementara

perbedaan yang ditemukan terdapat pada lokasi penelitian. Nira

Sulistiawati melakukan penelitian yang berfokus pada penelitian bagi

hasil di Desa Lenek Daya Kecamatan Lenek Kabupaten Lombok Timur.

Sedangkan peneliti melakukan penelitian yang berfokus pada dampak

yang ditimbulkan dari kegiatan usaha penambangan pasir di Desa Buwun

Sejati Kecamatan Narmada.

3. Reni Kusniati (2017), dengan judul ”Dampak Pertambangan Emas

terhadap Pendapatan Penambang di Desa Lebangkar Kecamatan

Ropang, Kabupaten Sumbawa (Perspektif Hukum Islam), isi

pembahasannya berupa:

a. Dampak negatif dan positif dari kegiatan penambangan emas

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Dampak negatif dari penambangan tersebut berupa

berkurangnya lahan untuk berkebun dan tingkat kesuburan akan

tanah berkurang.

2) Dampak positif dari kegiatan penambangan tersebut berupa

pendapatan penambang yang semakin meningkat dibandingkan

12

sebelum adanya penambangan serta berkurangnya

pengangguran.

b. Dalam perspektif hukum ekonomi Islam, penambangan emas

merupakan suatu hal yang bertentangan, jika proses penambangan

itu tidak dilakukan secara baik dan benar, karena bisa menyebabkan

kerusakan hutan dan pencemaran lingkungan serta merugikan

masyarakat. Dalam hal ini Islam melarang keras manusia merusak

alam dengan memanfaat Sumber Daya Alam (SDA) namun tidak

memperhatikan kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan. Oleh karena

itu fardu‟ain bagi setiap umat muslim yang berusaha memanfaatkan

Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dengan catatan usaha yang

dilakukan harus sesuai dengan ketentuan hukum, baik itu hukum

negara maupun hukum Islam.11

Berdasarkan uraian pembahasan penelitian di atas, maka peneliti

menemukan persamaan dan perbedaan antara penelitian yang dilakukan

oleh Reni Kusniati, dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Persamaannya adalah sama-sama membahas mengenai dampak yang

dihasilkan dari kegiatan penambangan. Sementara perbedaan yang

ditemukan antara penelitian yang dilakukan berupa objek penelitian dan

sudut pandang hukumnya. Reni Kusniati mengkaji tentang pertambangan

emas dan menurut hukum ekonomi Islam di Desa Lebangkar Kecamatan

11 Reni Kusniati, “Dampak Pertambangan Emas Terhadap Pendapatan Penambang di Desa Lebangkar Kecamatan Ropang, Kabupaten Sumbawa (Presfektif Hukum Islam)”, (Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Mataram, 2017).

13

Ropang, Kabupaten Sumbawa. Sedangkan peneliti mengkaji tentang

penambangan pasir dan pandangan ekonomi Syariah di Desa Buwun

Sejati Kecamatan Narmada.

F. Kerangka Teoretik

1. Pertambangan

Kegiatan pertambangan diharuskan adanya penjagaan akan

pelestarian fungsi lingkungan. Untuk menjamin pelestarian fungsi

lingkungan hidup diwajibkan melakukan beberapa hal. Pertama,

memiliki analisis terhadap dampak (amdal) yang lingkungan hidup yang

meliputi iklim, fisiologi dan geologi, kualitas air, tanah, flora dan fauna,

sosial dan kesehatan masyarakat. Kedua, diwajibkannya pengelolaan

limbah, dan ketiga, wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya.12

a. Pengertian pertambangan

Undang-undang pertambangan mineral dan batu bara tentang

pengertian pertambangan Nomor 4 tahun 2009 pasal 1 angka 1

menyebutkan:

Pertambangan yaitu sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengolahan, pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.13

12 M. Taufik, Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelanggaran Izin Lingkungan dalam

Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jurnal Nestor Ilmu Hukum, Vol. 3, Nomor 5, Tahun 2013, hlm. 312.

13 Irfandy Arif, “Nikel Indonesia” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2018) hlm. 77.

14

Berdasarkan pengertian di atas pertambangan adalah suatu kegiatan

yang bertujuan untuk mencari, menemukan, dan mendapatkan bahan

galian tambang untuk dimanfaatkan.

b. Jenis pertambangan

Penggolongan jenis bahan galian dikategorikan ke dalam beberapa

bagian, diantaranya sebagai berikut:

1) Golongan bahan galian strategis adalah bahan galian yang strategis

untuk pertahanan dan keamanan serta perekonomian negara. Bahan

galian yang termsuk dalam golongan A adalah:

a) Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, dan gas alam.

b) Bitumen padat, aspal.

c) Uranium, radium, thorium, dan bahan radioaktif lainnya.

d) Nikel, kobalt.

e) Timah.

2) Golongan bahan galian vital adalah bahan galian yang dapat

menjamin hajat hidup orang bayak. Bahan galian yang termasuk

dalam golongan B adalah:

a) Besi, mangan, molbden, khrom, wolfram, vanadium, titan.

b) Bauksit, tembaga, timbal, seng.

c) Emas, perak, platina, intan.

d) Arsin, antimon, bismut.

e) Yttrium, rhutenium, cerium, dan logam-logam lainnya.

f) Berilium, korundum,zirkon, kristal kuarsa.

15

g) Kriolit, fluorpar, barit.

h) Yadium, brom, khlor, belerang.

3) Golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam golongan A dan

B adalah bahan galian yang karena sifatnya tidak langsung

memerlukan pasaran internasional. Bahan galian yang termasuk

dalam golongan c adalah:

a) Nitrat, pospat, garam batu (halite).

b) Yarosit, leusit, tawas (alum), oker.

c) Asbes, talk, mika, grafit, magnesit.

d) Batu pertama, batu setengah pertama.

e) Pasir kursa, kaloin, feldspar, gips, bentonit.

f) Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap

(fullers earth).

g) Marmer, batu tulis.

h) Batu kapur, dolomit, kalsit.

i) Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat dan pasir sepanjang

tidak mengandung unsur-unsur mineral yang terlolong dalam

tipe A maupun tergolong dalam tipe B jumlahnya ditinjau dari

segi ekonomi pertambangan.14

c. Persyaratan pendirian izin usaha pertambangan.

Kegiatan pertambangan atau usaha yang berkaitan dengan

pengelolaan lingkungan yang dikelola wajib adanya izin pendirian

14 Faisol Mukarrom, “Ekonomi Mineral Indonesia” (Yogyakarta: CV Andi, Ed. 1, 2017),

hlm. 53.

16

sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 18 yang

menyebutkan:

1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. 2) Izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan pejabat yang berwewenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Dalam izin sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dicantumkan persyaratan dan kewajiban untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup.15

d. Prinsip pertambangan

Prinsip hukum pengelolaan pertambangan terdiri dari beberapa

bagian dianatarnya:

1) Manfaat, keadilan, dan keseimbangan.

2) Keberpihakan pada kepentingan bangsa.

3) Partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas.

4) Berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.16

e. Akibat petambangan

Hasil akhir dari suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang baik yang dilakukan secara individu, kelompok maupun

perkumpulan (badan usaha) yang memicu kerusakan atau manfaat

yang dapat dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan. Akibat

15 Siswanto Sunarso, Hukum Pidana..., hlm. 411. 16 Marthen B. Salinding, “Prinsip Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara yang

Berpihak Kepada Masyarakat Hukum Adat” Jurnal Konstitusi, Vol 16, Nomor 1, Maret 2019, hlm. 152 .

17

pertambangan tergolong menjadi dua bagian yaitu ada yang bersifat

negatif dan ada yang bersifat positif.

1) Dampak positif

Dampak positif lebih menekankan pada dampak sosial yang

fokus perhatiannya terhadap manusia dari suatu kebijakan,

program, dan proyek dengan tujuan memperkirakan dan

mengevaluasi dampak sebelum program, kebijakan, dan proyek

tersebut dilaksanakan.17

2) Dampak negatif

Kegiatan yang dapat merugikan kepentingan manusia dalam

wujud mengancam kesehatan, merusak sumber daya lingkungan,

mengurangi jumlah aset-aset ekonomi, dan menurunkan mutu tata

ekologis.18

f. Akitvitas pertambangan

Aktivitas pertambangan yang memungkinkan akan menghasilkan

dampak diantaranya sebagai berikut:

1) Pengubahan bentuk lahan dan bentuk alam.

2) Eksploitasi sumber-sumber terbaru dan tidak terbaru.

3) Proses dan kegiatan secara potensial yang dapat menimbulkan

pemborosan, pencemaran, dan kerusakan lingkungan serta

kemerosotan sumber-sumber alam dalam pemanfaatannya.

17 Nommy Horas Thombang Siahaan, Hukum Lingkungan Dan Eokologi Pembangunan,

(Jakarta: Erlanga, Edisi Kedua, 2004), hlm. 264. 18 Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup Dan Strategi..., hlm. 341.

18

4) Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi

lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan

budaya.

5) Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi observasi

sumber daya alam dan perlindungan cagar budaya.

6) Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jenis renik

(kecil).

7) Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar

untuk mempengaruhi lingkungan hidup.19

2. Maqashid Syariah

Setiap hal tidak akan ke luar dari tiga bingkai, pertama; washf al

dhahir (sifat luar) dan al mundhabith (yang terukur); kedua, kandungan

dalam sebuah perbuatan yang disebut dengan kemaslahatan (maslahih)

dan kerusakan (mafasid) atau hikmah pentasyriatan (hikmat al tasyri‟);

ketiga, dampak pentasyriatan berupa memperoleh manfaat (jalb al

manfaat) dan menolak kumudharatan (daf‟ madharrah).20 Maslahah

adalah sesuatu yang dapat mencapai manfaat dan menolak mudharat.

Korelasi antara maslahah dengan maqashid bahwa setiap aktivitas yang

menjaga maqashid al Syara‟ disebut dengan al maslahah.21

19 Nommy Horas Thombang Siahaan, Hukum Lingkungan..., hlm. 245 20 Fauzi, Hak Asasi Manusia Dalam Fikih Kontemporer (Depok: Prenadamedia Grup,

Cetakan Ke-1, Februari 2018), hlm. 26. 21 Ibid., hlm. 27.

19

a. Pengertian Maqashid Syariah

Maqashid syariah secara bahasa terdiri dari dua kata, yakni

maqashid dan syariah. Maqashid adalah bentuk jamak dari maqshid

yang terbentuk dari huruf qaf, shad, dan dal yang memiliki arti

kesenjangan atau tujuan, sedangkan al syari‟ah secara etimologi

berasal dari kata syara‟ yasyra‟u syar‟an yang berarti membuat

syariat atau undang-undang. Dikatakan syara‟a lahum syar‟an

berarti telah mewujudkan jalan kepada mereka atau bermakna sanna

yang berarti menunjukan jalan atau peraturan.22

Maqashid syariah merupakan tujuan akhir yang harus terealisasi

dengan diaplikasikannya syari’at. Pengaplikasian syari’at dalam

kehidupan dunia untuk menciptakan kemaslahatan atau kebaikan

para makhluk di muka bumi, yang kemudian berimbas pada

kemaslahatan atau kebaikan di akhirat.23 Allah menciptakan syariat

untuk menciptakan kemaslahatan kepada manusia yaitu dengan

terpenuhinya kebutuhan dlaruriyat (primer), hajiyah (sekunder), dan

tahsiniyah (tersier) agar manusia bisa hidup dalam kebaikan dan

dapat menjadi hamba Allah yang baik.24

22 Hasbi Umar, “Nalar Fiqih Kontemporer” (Jakarta: Gudang Persada Press, 2017), hlm.

36. 23 Ali Mutakin, “Teori Maqashid Al Syari‟ah Dan Hubungan Dengan Metode Istinbath

Hukum” Vol. 19, Nomor 3, Agustus 2017, hlm. 554. 24 Ika Yunia Fauzia, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al Syari‟ah,

(Jakarta: Prenadamedia Grup, Cetakan Kedua, 2015), hlm. 43

20

b. Dasar Hukum

Perintah dan larangan Allah tertuang dalam Al Qur’an yang

berbunyi:

Artinya

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.25

c. Bingkai Maqashid

Pada dasarnya maqashid memiliki tiga bingkai yaitu pertama, al-

maqashid al kulliyyat al-„ammah (tujuan syara’ yang berorientasi

pada nilai-nilai umum). Pada intinya adalah jalb mashalih al-„ibad

(meraih kemaslahatan bagi hamba) dan dar‟ al-mafasid (menolak

kemudaratan). Kedua, maqasid al-khashshsh, al-wushtha (maqashid

khusus, dan maqashid pertengahan) yang bermakna tujuan syara’

pada bidang tertentu dalam syariat. 26

25 QS. An Nahl [16]: 90. 26 Fauzi, Hak Asasi Manusia..., hlm. 29.

21

d. Pembagian Maqashid Syariah

Kemaslahatan memiliki inti/pokok yang disepakati dalam semua

syariat yang tercakup dalam lima hal, seperti yang disebutkan oleh

para ulama dengan nama al-kulliyyah al-khams (lima hal inti/pokok)

yang mereka anggap sebagai dasar-dasar dan tujuan umum syariat

yang harus dijaga. Kelima hal tersebut merupakan kebutuhan pokok

atau primer yang menjadi tengaknya kehidupan manusia. Dengan

terjamin dan terpelihara kelima hal tersebut akan terwujud

kemaslahatan lahir dan batin, individu dan manusia, dunia dan

akhirat. Kelima hal tersebut antara satu dengan yang lainnya saling

keterkaitan.27

Lima hal inti/pokok tersebut diantaranya adalah menjaga agama

(Hifdz Ad-Din), menjaga jiwa (Hifdz An-Nafs), menjaga akal (Hifdz

Al-Aql), menjaga harta (Hifdz Al-Mal), dan menjaga kehormatan dan

keturunan (Hifdz An-Nasl).28

Menjaga jiwa (Hifdz An-Nafs) adalah khalifah akan menjaga setiap

jiwa dari tindakan penganiayaan sesama manusia, hal tersebut

berdasarkan Al Maidah ayat 32 yaitu:

27 Ahmad Munif Suratma Putra, “Kemaslahatan Sebagai Tujuan Pensyari‟atan Hukum

Islam” Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 6. 28 Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia

(Jakarta: Kencana, Edisi Revisi, 2012), hlm. 61.

22

Artinya:

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu, sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi29.

Menjaga harta (Hifdz Al-Mal) adalah pemeliharaan harta dengan

cara pemotongan tangan untuk para pencuri, riba, suap menyuap,

dan memakan harta orang lain dengan jalan yang batil.30 Memelihara

harta ditinjau dari kepentingannya dibagi menjadi tiga peringkat:

1) Memilihara harta pada peringkat Al-dharuriyah, seperti

disyariatkan tata cara kepemilikan harta melalui usaha pencarian

29 Al Maidah [5]: 32 30 Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah...,,,, hlm. 61.

23

rezeki dan menjaga amanah terhadap harta orang lain berada di

luar tangannya. Syariat Islam melarang mengambil harta orang

lain dengan cara tidak benar seperti adanya riba, menipu, suap,

dan sebagiannya. Apabila aturan ini tidak diindahkan akan

menghasilkan kemudharatan yang jelas berkenaan dengan

pemeliharaan garta.

2) Memilihara harta pada peringkat al-hajiyah, seperti

diperbolehkan melakukan transaksi sewa menyewa, utang

piutang, mudarabah, musyaraqah, dan sebagiannya. Sebaliknya

dilarang melakukan monopoli atau penimbunan barang

perdagangan, menyengsong petani sebelum sampai ke Pasar,

dan dilarang melakukan jual beli pada waktu shalat jum’at.

Apabila ketentuan ini tidak dihiraukan, tidak akan merusak

kehidupan seseorang kerkenaan dengan harta, tetapi membuat

kehidupannya mengalami kendala dan kesulitan. Oleh karena

itu, keberadaan aturan tersebut dibutuhkan untuk memberikan

kemudahan dalam kehidupan.

3) Memilihara harta pada peringkat al-tahsiniyah, seperti adanya

ketentuan syariah dalam melakukan transaksi harta benda, dan

mendorong seseorang untuk bersedekah, walaupun hartanya

tidak mencapai nisab dan haul. Hal ini berupa etika

bermuamalah dan sama sekali tidak pula menimbulkan

kesulitan. Sebaliknya dilarang melakukan perbuatan mubazir

24

atau terlalu mikir dengan hartanya, karena sikap boros dan kikir

dalam hidup akan menjatuhkan kewibawaan dan

kemuliaannya.31

Pemenuhan kebutuhan ini akan menjamin generasi sekarang dan

generasi yang akan datang dalam kedamian, kenyamanan, kesehatan,

dan efisien serta mampu memberikan kontribusi secara baik bagi

realisasi dan kelanggengan falah dan hayatan thayyibah.32 Hal itu

dikarenakan sumber legitimasinya berupa nash maka kedudukannya

maslahatnya dipandang sebagai maslahat mu‟tabarah (kemaslahatan

yang berpijak dan didukung oleh syara’) sehingga menjadi salah satu

hujjah dalam hukum Islam. Hal itu tentu sejalan dengan kebutuhan

dasar manusia dalam melakukan perekonomian yang berdasarkan

berbagai kebutuhan dan tingkatan.33

Agama juga mengajarkan dalam memperoleh harta harus di jalan

yang halal, hal tersebut sesuai dengan ayat Al Qur’an yang berbunyi:

31 Busyro, “Maqashid Al Syariah: Pengetahuan Mendasar Memahami Masalah”, (Jakarta

Timur: Kencana, Cetakan Pertama, Maret 2019), hlm. 126-127 32 M. Umer Chapra, “Islam Dan Tantangan Ekonomi”, (Jakarta: Gema Insani, Cetakan

Pertama, 2000), hlm. 9. 33 Boedi Abdullah “Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam”, (Bandung: CV Pustaka Setia,

Cet. 1, 2010), hlm. 283.

25

Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.34

e. Kaidah Pertimbangan Maqashid Syariah

Pertimbangan maqashid (tujuan syariat dari sebuah hukum) harus

dilihat secara detail melalui metode yang disebut al rasysuni wujuh

i‟tibal al maqashid (kaidah pertimbnagan maqashid) sebagai berikut:

1) Memahami maksud nash.

2) Menelusuri pemahaman hikmah dan maslahah yang diinginkan.

3) Memperhatikan mana yang diduga sebagai maksud syara’

padahal bukan.

4) Membedakan antara tujuan syara’ dengan zat atau perkara lain

yang mengiringinya.

5) Memperhatikan maqashid yang umum ketika menerapkan yang

khusus.

6) Mempertimbangkan yang khusus syara’ dalam konteks tasyri‟

terkait dengan masalah yang dibahas.

7) Memperhatikan penentuan al mashalih al mursalah.

8) Hirarki hukum dan tingkatannya sesuai dengan kadar maslahah

dan mafsadah-nya.

9) Memperhatikan maqashid ketika menggunakan metode qiyas.

34 QS. Al Baqarah [2]: 168

26

10) Mempertimbangkan prospektif ke depan dan dampaknya.35

Ulama menegaskan bahwa hukum Islam itu diciptakan untuk

mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat.

Kemaslahatan ada yang bersifat الضروريات (Dharuriyyat) yaitu

memelihara segala yang dharuri (primer) bagi manusia dalam

kehidupan mereka, الحاجيات (Hajiyyat) yaitu menyempurnakan

segala yang dibutuhkan manusia (kebutuhan sekunder), التحسينيات

(Tahsiniyyat) atau dalam istilah takmiliyyat (التكميليات) yaitu

menujudkan keindahan bagi perorangan dan masyarakat (kebutuhan

tersier).36

3. Hukum ekonomi syariah

a. Pengertian hukum ekonomi syariah

Hukum ekonomi sebagai hukum yang mengatur kegiatan-kegiatan

pada bidang ekonomi yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi

esensi dan eksistensinya, hubungan dengan bidang hukum lain, serta

dengan bidang-bidnag yang dikajinya. Hukum ekonomi merupakan

penjabaran hukum ekonomi pembangunan dan hukum ekonomi

sosial yang berfungsi untuk meningkatkan kehidupan perekonomian

nasional secara menyeluruh sehingga setiap masyarakat dapat

35 Fauzi, Hak Asasi Manusia..., hlm. 29-33. 36 Siska Lis Sulistiani, “Analisis Maqashid Syariah Dalam Pengembangan Hukum

Industri Halal di Indnesia”. Vol. 3, Nomor 2, Oktober 2018, hlm. 95.

27

menikmati hasil sesuai dengan sumbangannya kepada seluruh

pembangunan ekonomi tersebut.37

Hukum dan ekonomi adalah dua aspek yang tidak dapat dipisahkan

sebab dua hal tersebut saling melengkapi satu sama lain. Dau aspek

tersebut mengkaji tentang hukum yang berkaitan dengan ekonomi

secara interdisipliner dan multidimensional.38

Hukum ekonomi pembangunan yang mencakup beberapa aspek

diantaranya tanah, bentuk usaha, pertambangan, perburuhan,

pengangkutan dan aspek-aspek lainnya.39 Hukum ekonomi

mencakup semua kaidah hukum yang bersifat perdata maupun

publik yang mengatur kehidupan ekonomi.40 Hukum ekonomi

syariah merupakan suatu aturan yang dijadikan acuan atau landasan

dalam melakukan aktivitas bermuamalah supaya tidak terjerumus ke

dalam hal-hal yang bertentangan dengan ajaran yang sudah

ditentukan oleh syariat Islam. Hukum ekonomi Syariah terdiri dari

keseluruhan norma-norma yang dibuat sebagai aturan terhadap

masyarakat dalam kehidupan bermuamalah dimana kepentingan

individu dan kelompok saling berhadapan serta berlandaskan pada Al

Qur‟an, Al Hadist, Qiyas, dan lainnya dalam mencari kebutuhan

manusia untuk memperoleh ridha Allah SWT.

37 Sumanto, “Hukum Ekonomi” (Jakarta: Universitas Islam, Cetakan Pertama, 1986), hlm.

17 38 Abdul Manan, “Hukum Ekonomi Syariah Dalam Prespektif Kewenangan Pengadilan

Agama” (Jakarta: Kencana, Ketakan Ke-2, 2014), hlm 18. 39 Sumanto, Hukum..., hlm, 27. 40 Abdul Manan, “Hukum Ekonomi...,hlm 18.

28

b. Landasan Hukum

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.41

c. Pensyaratan usaha dalam hukum ekonomi syariah

1) Hadist Iman al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Suthaniyyah

halaman 231 yang berbunyi:

ن . وقا أبو ح ن اما وبغي إ يف : من أحيا مواتا م بإي الصا ي ع ا ن اما ; لقو ال ا بإ يجو إحياؤ إ

ا ما طابت ب نفس إمام “والسا : ”ليس ح إ

41 QS. An-Nisaa’ [4]: 29

29

Barang siapa yang membuka lahan baru maka mereka berhak memilikinya, baik dengan atau tanpa izin penguasa. Namun menurut Imam Abu Hanifah harus seizin penguasa, karena sabda Nabi SAW. “tidak ada hak bagi seseorang kecuali yang diizinkan oleh Imam.”42

2) Al Qur’an

Artinya:

42 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Pertambangan Ramah

Lingkungan. hlm. 7

30

Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka Itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.43

d. Prinsip Ekonomi Syariah

Adapun prinsip ekonomi syariah diantaranya sebagai berikut:

1) Manusia adalah mahluk pengemban anamah Allah untuk

memakmurkan di bumi dan diberi kedudukan sebagai walinya

untuk melaksanakan petujuk yang diberikan kepadanya,

2) Bumi dan langit diciptakan untuk melayani kepentingan hidup

manusia,

3) Manusia wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup,

4) Kerja adalah suatu yang harus menghasilkan (memproduksi).

5) Islam menentukan berbagai bentuk pekerjaan yang halal dan

haram

6) Hasil kerja manusia diakui sebagai miliknya,

7) Hal milik manusia dibebani kewajiban-kewajiban yang

diperuntuhkan bagi kepentingan sosial,

43 QS. An Nuur [24]: 62.

31

8) Harta jangan sampai beredar dikalangan kaum kaya saja, tetapi

diratakan dengan jalan memenuhi kewajiban-kewajiban yang

telah ditetapkan (sedekah)

9) Harta berfungsi untuk kemakmuran bersama (tidak

menimbun), dan

10) Harta jangan dihambur-hamburkan untuk memperoleh

kenikmatan sesaat.44

Selain itu juga terdapat prinsip ekonomi syariah yaitu:

1) Prinsip tauhid (kesatuan)

Prinsip tauhid merupakan pondasi dalam ajaran Islam.

Kegiatan pengelolaan harus dilandasi nilai-nilai Islam dan tidak

bertentangan dengan penjagaan terhadap agama, jiwa, akal,

keturunan, dan harta. Manusia dalam melakukan suatu aktivitas

dan lapangan perekonomian tidak terlepas dari perhatian serta

peraturan Islam.45

Artinya:

44 Abdul Manan, “Hukum Ekonomi..., hlm 37-38. 45 Neni Sri Imaniyati “Aspek-Aspek Hukum BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)”, (PT Citra

Aditiya Bakti, 2010) hlm. 17.

32

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.46

2) Prinsip keadilan (keseimbangan)

Prinsip keadilan merupakan landasan untuk menghasilkan

seluruh kebijakan dalam kegiatan ekonomi sehingga

berdampak positif bagi pertumbuhan dan pemerataan,

pendapatan dan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.47

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.48

46 QS. Al A’raaf [7]:31. 47 Muhammad Turmudi, Produksi Dalam Perspektif...,,, hlm. 41 48 QS. Al Maidah [5]: 8

33

3) Prinsip kehendak bebas.

Artinya:

Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-

haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi

dengan membuat kerusakan.49

4) Prinsip tanggung jawab.

Prinsip tanggung jawab merupakan prinsip yang sangat

berhubungan dengan perbuatan manusia,50 hal tersebut

dikarenakan dengan segala kebebasan yang dimiliki dalam

menciptakan, memilih, dan menentukan usaha yang dijalankan

tidak terlepas dari tanggung jawab.51

a) Hadist

Imam Zakarja Al Anshari dalam Asan Al-Mathalib Syarh

Raud yakni:

“Imam Ghazali dalam kitab ihyaulumiddin berpendapat jika seseorang mandi di kamar mandi dan meninggalkan bekas sabun yang menyebabkan licinnya lantai, lantas menyebabkan seseorang tergelincir dan mati

49 QS. Asy-Syu’araa’ [26]:183 50 Rafik Issa Beekum, “Etika Bisnis Islam” (Yogyakarta: Pistaka Pelajar Offiest, 2004) ,

hlm. 100 51 Sukarno, “Etika Produksi Prespektif Agama Islam” Jurnal Ekonomi Islam Al-Infaq,

Vol. 1 Nomor 1, September 2010, hlm. 46.

34

atau anggota tubuhnya cedera, sementara hal itu tidak nampak, maka kewajiban menanggung akibat tersebut dibebankan kepada orang yang meninggalka bekas serta penjaga, menginat kewajiban penjaga untuk membersihkan kamar mandi.”52

b) Al Qur’an

(1) QS. Al Baqarah [2]: 11

Artinya:

Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi” mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan."53

(2) QS. Al Muddastsir [74]: 38

Artinya:

tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa

yang telah diperbuatnya,54

e. Asas Hukum dalam Ekonomi Syariah

Asas hukum dalam kegiatan ekonomi terdiri dari beberapa asas

yaitu asas kebebasan berusaha, pengharaman riba, pengharaman

52 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 22 Tahun 2011...,,, hlm. 9 53 QS. Al Baqarah [2]: 11 54 QS. Al Muddastsir [74]: 38

35

jual beli yang bersifat penipuan, dan pengharaman cara untuk

memperoleh harta.55

f. Sumber-sumber ekonomi Syariah

Sumber ekonomi syariah terdiri dari beberapa aspek diantaranya

sumber daya manusia dan sumber daya alam. Sumber daya

manusia dikategorikan ke dalam beberapa sumber yaitu kerja dan

amal, berniaga dan berusaha, kepemilikan, modal, managemen, dan

teknologi tepat guna.56

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Kualitatif

Dalam proses pencarian atau pengumpulan data penelitian, peneliti

melakukannya dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian, hal

tersebut dilakukan untuk mempermudah data yang diperoleh serta data

yang didapatkan bersifat jelas atau relevan. Sasaran dalam pendekatan

penalitian ini adalah para pihak yang terlibat dalam kasus yang diangkat

oleh peneliti.

2. Kehadiran Peneliti

Ciri dari penelitian kualitatif adalah kehadiran penelitian menjadi

kunci instrumen penelitian, maka kehadiran peneliti dalam penelitian

tersebut sangat dibutuhkan. Peneliti berusaha menciptakan hubungan

baik dengan responden sebagai sumber data dalam penelitian.

55 Veithzal Rivai, Et, “Islamic Transaction Low In Business dari Teori ke Praktik”

(Jakarta: PT Bumi Aksara, Cetakan Pertama, 2011), hlm. 222 56 Ibid, hlm 37-55.

36

Oleh karena itu peneliti langusng terjun ke lokasi penelitian untuk

memperoleh izin untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan

penambangan pasir yang dilakukan oleh pemilik lahan, pengelola lahan,

dan masyarakat setempat. Setelah memperoleh izin dari pihak-pihak yang

terlibat dalam kegiatan tersebut, peneliti langsung mendatangi lokasi

yang dituju untuk melakukan pengumpulan data dengan cara observasi,

wawancara, serta dokumentasi dengan para pihak.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi sasaran penelitian ini berada di Desa Buwun

Sejati Kecamatan Naramada, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara

Barat. Desa tersebut menjadi sasaran penelitian dikarenakan terdapat

beberapa alasan diantaranya adalah sebegai berikut:

a. Di Desa tersebut terdapat masalah dalam penambangan pasir yang

layak untuk diteliti yaitu dampak yang dihasilkan dari kegiatan

penambangan pasir, baik bagi masyarakat setempat dan lingkungan

yang berkedatan dengan lokasi penambangan serta alam sekitar.

b. Belum adanya peneliti yang melakukan penelitian di Desa tersebut

tentang kegiatan penambangan pasir, oleh karena itu kegiatan

penambangan tersebut menjadi pendorang utama penaliti ingin

melakukan pelelitian di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada

Kabupaten Lombok Barat.

37

c. Banyaknya lokasi yang memiliki potensi untuk dijadikan lokasi

penambangan pasir dan kurangnya pemahaman masyarakat akan

dampak ke depan dari kegiatan yang dilakukan tersebut.

4. Sumber Data

Data adalah suatu informasi yang dibutuhkan dan diolah menjadi

data dasar dalam pengambilan keputusan serta data yang diperoleh

bersifat fakta berdasarkan data-data yang didapatkan di lokasi penelitian.

Adapun jenis data yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer adalah suatu data yang diperoleh dari pihak yang

terlibat langsung dalam kegiatan yang menjadi permasalahan

peneliti. Data tersebut bersifat terperinci dan jelas sesuai dengan

masalah yang diteliti. Pihak yang dijadikan sumber penelitian disini

diantaranya pemilik lahan, pengelola penambangan (pekerja dan

buruh lepas), masyarakat yang berdekatan dengan lokasi

penambangan, dan buruh bantu (ibu-ibu)

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang bersumber dari buku, jurnal,

tesis dan lainnya yang sesuai dengan permasalahan penelitian yang

berjudul tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap praktik usaha

penambangan pasir studi kasus di Desa Buwun Sejati Kecamatan

Narmada.

38

5. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah tehnik yang dilakukan peneliti untuk

memperoleh data yang dibutuhkan. Adapun tehnik yang dipergunakan

diantaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu peninjauan ke lokasi penelitian yang menjadi objek

permasalahan. Observasi berisi kegiatan pengamatan terhadap

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pihak (informan) yang

terlibat dalam lokasi penambangan pasir yang berlokasi di Desa

Buwun Sejati, Kecamatan Narmada. Observasi tersebut bertujuan

untuk memperoleh data yang berkaitan dengan usaha penambangan

pasir yang dikelola oleh masyarakat setempat. Adapun data yang

akan diobservasi oleh peneliti berupa praktik penambangan, model

dan perizinan, proses penambangan, mekanisme pemasaran,

keuntungan, harga jual bahan galian, dan dampak terhadap

lingkungan dan perekonomian masyarakat sesudah adanya kegiatan

usaha penambangan pasir yang berada di lokasi tersebut.

Observasi dapat dipergunakan dalam penelitian ini yaitu non

participant observation (observasi non-partisipan) dan observasi

tidak terstruktur. Peneliti tidak terlibat dan hanya sifatnya mengamati

intsrumen, perilaku, instraksi, dan lainnya.57

57 Sugiyono, “Metode Penelitia Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D”. (Bandung: Alfabeta,

Cetakan Ke-25, 2017), hlm. 145.

39

b. Wawancara

Wawancara yaitu tanya jawab dengan seseorang untuk memperoleh

keterangan atau pendapat mengenai suatu hal yang berkaitan dengan

objek penelitian yang dipergunakan sebagai data-data yang

dibutuhkan oleh peneliti guna objek yang diteliti dapat diselesaikan.

Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data dengan

cara melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan,

responden, dan hal-hal yang harus diteliti secara keseluruhan.58

Cara pengumpulan data yaitu mewawancarai langsung para pihak

(informan) yang terlibat dan diharapkan dapat memberikan

keterangan atau penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat

oleh peneliti. Selain itu, peneliti mengadakan wawancara dengan

masyarakat yang memiliki lokasi yang berdekatan dengan lokasi

penambangan.

Pihak-pihak (informan) yang terlibat dan perlu untuk diwawancarai

oleh peneliti yaitu, pemilik lahan, pengelola lahan, para pekerja

(buruh lepas), buruh bantu (ibu-ibu), dan masyarakat yang memiliki

lokasi yang berdekatan dengan penambangan serta masyarakat

sekitar. Kegiatan tersebut dilakukan untuk kelengkapan data primer

yang dibutuhkan dalam menyusun skripsi ini. Salah satu bentuk

wawancara yang dilakukan berupa mengajukan beberapa pertanyaan

yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat peneliti. Adapun

58 Ibid, hlm. 137.

40

isi dari wawancara tersebut adalah model dan perizinan, proses

penambangan, mekanisme pemasaran, keuntungan, harga jual bahan

galian, dan dampak terhadap lingkungan dan perekonomian

masyarakat sesudah adanya kegiatan usaha penambangan pasir.

Tehnik wawncara yang dipergunakan yaitu wawancara tidak

terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang

bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sitematis dan lengkap untuk mengumpulkan

data.59

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu.60

pengumpulan data dengan cara pemilahan, pengelolaan, dan

peyampaian informasi yang diperoleh dari arsip-arsip, foto, grafik,

dan lain-lainnya. Data yang dikumpulkan terkait dengan masalah-

masalah yang akan diteliti oleh peneliti.

Data yang dimaksud adalah arsip yang memuat profil Desa,

gambar-gambar yang berkaitan dengan penelitian dan semua bentuk

dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian seperti mekanisme

atau praktik penambangan, pengelolaan lahan, serta pengaruh

sebelum dan sesudah adanya kegiatan usaha penambangan pasir di

Desa Buwun Sejati, Kecamatan Narmada.

59 Ibid, hlm. 140. 60 Sugiono, “Metode Penelitian Manajemen” (Bandung: Alfabeta, Cetakan Kegita, 2014),

hlm. 369.

41

6. Analisis data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian yaitu

kualitatif deskriptif yaitu penganalisisan data dengan acara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul dari

data yang diperoleh dari informan dan observasi.61

Pemaparan informasi yang diperoleh di lapangan berupa data-data

yang bersifat tertulis maupun lisan serta langkah-langkah yang dapat

diteliti. Data tersebut dapat dibahasakan dan ditafsirkan sehingga data

tersebut dapat menggambarkan hal-hal yang sebenarnya secara tepat

dengan menggunakan kerangka teori yang berkaitan mengenai pokok

permasalahan dalam penelitian ini.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Tahapan yang dilakukan untuk memperoleh keabsahan data dalam

penelitian, yaitu a. memperpanjang kehadiran peleliti, b. observasi

mendalam, c. pembahasan teman sejawat, dan d. kecukupan referensi.

H. Sistematika Pembahasan

Sebelum membahas permasalahan yang terjadi pada penambangan

pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada lebih jauh lagi, maka

peneliti peru menjelaskan sistematika pembahasan skripsi ini terlebih dahulu

yang tertuang dalam empat bab, yang masing-masing bab meliputi:

BAB I Pendahuluan. Dalam BAB pendahuluan yang berkaitan dengan

judul yang ingin diteliti oleh peneliti yaitu tinjauan hukum ekonomi syariah

61 Sugiyono, “Metode Penelitia Kualitatif, Kuantitatif...,,,, hlm. 147

42

terhadap praktik usaha penambangan pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan

Narmada. Adapun BAB tersebut berisi: latar belakang, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian,

telaah/kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

BAB II Paparan data dan temuan peneliti yang berkaitan dengan judul

penelitian yaitu tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap praktik usaha

penambangan pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada. Bab ini berisi

mengenai pemaparan lokasi umum penelitian dan temuan hasil penelitian,

seperti letak geografis, jumlah penduduk, pendidikan, kondisi perekonomian,

model penambangan, perizinan penambangan pasir, proses penambangan,

mekanisme penjualan, keuntungan, harga jual bahan galian, dan dampak

penambangan serta tanggapan pekerja, pemilik, dan masyarakat sekitar

penambangan terhadap penambangan pasir yang terjadi di Desa Buwun Sejati

Kecamatan Narmada.

BAB III menguraikan tentang pembahasan yang berkaitan dengan

judul penelitian yaitu tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap praktik usaha

penambangan pasir dan tinjuan hukum ekonomi syariah terhadap usaha

penambangan pasir yang dilakukan di Desa Buwun Sejati Kecamatan

Narmada yang terdiri dari model penambangan, perizinan penambangan

pasir, proses penambangan, mekanisme penjualan, keuntungan, harga jual

bahan galian, dan dampak penambangan bagi lingkungan dan perekonomian.

43

BAB IV Penutup. Dalam Bab tersebut berisi mengenai kesimpulan

dari praktik penambangan dan tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap

praktik penambangan pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada yang

terdiri dari model penambangan, perizinan penambangan pasir, proses

penambangan, mekanisme penjualan, keuntungan, harga jual bahan galian,

dan dampak penambangan serta saran yang diperikan kepada lembaga atau

lokasi terkait, para penambang baik pemilik lahan, pengelola lahan, pekerja,

masyarakat, Aparatur Desa, dan untuk para mahasiswa/i UIN Mataram.

Pada bagian terakhir skripsi ini yaitu daftar pustaka, surat penelitian,

balasan surat penelitian, kartu konsultasi, dan lampiran kegiatan yang

dilakukan selama penelitian berlangsung di lokasi penambangan pasir di Desa

Buwun Sejati Kecamatan Narmada.

43

BAB II

PRAKTIK USAHA PENAMBANGAN PASIR DI DESA BUWUN SEJATI

KECAMATAN NARMADA

A. Gambaran Umum Desa Buwun Sejati

1. Sejarah Desa Buwun Sejati

Pentingnya memahami kondisi suatu Desa, salah satunya Desa

Buwun Sejati untuk mengetahui kaitannya dengan perencanaan

pendukung dan per masalahan yang ada memberikan arti penting

keputusan pembangunan sebagai langkah pendayagunaan serta

penyelesaian masalah yang timbul di masyarakat.

Desa Buwun Sejati merupakan bagian wilayah dari Kecamatan

Narmada Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa

Buwun Sejati pada awalnya merupakan pemekaran dari Desa Sesaot.

Adapun kronologis terbentuknya Desa Buwun Sejati adalah sebagai

berikut:62

a. Keputusan Bupati Lombok Barat Nomor 70/24/BPMPD/2011

tanggal 2 Fembuari 2011 tentang Pembentukan Desa Persiapan

Buwun Sejati Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.

b. Keputusan Bupati Lombok Barat Nomor. 81/35/BPMPD /2011

tanggal 2 Fembuari 2011 tentang Penunjukan Pejabat Kepada Desa

Persiapan Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Kabupaten

Lombok Barat.

62 Dokumentasi, Profil Desa Buwun Sejati, Dikutip Tanggal 10 April 2020, hlm 8.

44

c. Keluarnya Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat Nomor 8

Tahun 2011 tanggal 04 November 2011 tentang Penetapan Desa

Persiapan menjadi Desa di Kabupaten Lombok Barat.

Desa Buwun Sejati terdiri dari 5 Dusun dengan jumlah penduduk

yang meliputi Dusun Aik Nyet dengan 1.218 masyarakat, Dusun Ngis

dengan 315 masyarakat, Dusun Batu Asak dengan 886 masyarakat,

Dusun Karang Mejeti dengan 709 masyarakat, dan Dusun Pembuwun

dengan 981 masyarakat. Adapun batas-batas desa pada saat itu adalah

sebagai berikut:63

Sebelah Utara : Hutan Negara.

Sebelah Selatan : Desa Sesaot dan Desa Suranadi.

Sebelah Timur : Desa Sesaot.

Sebelah Barat : Desa Batu Mekar.

Gambar 1: Peta Pembagian Wilayah Administrasi Desa Buwun Sejati

Sumber: data sekunder, dokumentasi diolah pada tanggal 10 April 2020.

63 Muhidin, Kepala Desa, Wawancara, Pembuwun, 16 April 2020.

45

Adapun Kepala Desa yang pernah menjabat hingga yang menjabat

sekarang adalah sebagai berikut:64

a. Periode Tahun (Desa Persiapan Buwun Sejati) dijabat oleh PJS

Bambang Kurdi Sartono.

b. Periode Tahun 2012-2019 (Desa definitif) dijabat oleh Bambang

Kurdi Sartono.

c. Periode Tahun 2019 sampai sekarang dijabat oleh Bapak Muhidin

S.Ag.

2. Demografi

Desa Buwun Sejati memiliki Jumlah penduduk keseluruhan 4.109

jiwa dengan jumlah penduduk laki–laki 2.145 jiwa, jumlah penduduk

perempuan sebanyak 1.964 jiwa serta jumlah Kepala Keluarga sebanyak

1.307 Kepala Keluarga.65

3. Keadaan Sosial

a. Kesehatan Masyarakat

Angka kematian ibu dan bayi dapat dinyatakan relatif kecil, bahkan

dapat dikatakan nol, dikarenakan kader posyandu, bidan desa dan

tenaga kesehatan secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan

masyarakat, baik di posyandu maupun di Pustu yang ada. Tenaga

kesehatan yang ada sangat pro aktif dan peduli terhadap kesehatan

masyarakat. Ketua kader masing-masing Dusun yaitu Aik Nyet yang

diketuai oleh Fitrianingsih, Dusun Ngis yang diketuai oleh Ni

64 Ibid, 65 Dokumentasi, Profil Desa Buwun Sejati, Dikutip Tanggal 10 April 2020, hlm 9.

46

Wayan Ari Suprapti, Dusun Batu Asak yang diketuai oleh

Aernawati, Dusun Karang Mejeti yang diketuai oleh Ni Made

Kendrawati, dan Dusun Pembuwun yang diketuai oleh Ramlah.66

b. Pendidikan

Adapun jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa

Buwun Sejati adalah tertera pada tabel berikut:67

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Belum Sekolah 390 Orang Usia 7 - 45 tidak pernah sekolah 749 Orang Pernah Sekolah SD tetapi tidak Tamat

401 Orang

Tamat SD / Sederajat 1.023 Orang Tamat SLTP 365 Orang Tamat SLTA 598 Orang Tamat D 1 1 Orang Tamat D 2 5 Orang Tamat D 3 20 Orang Tamat S 1 72 Orang Tamat S 2 3 Orang

Sumber: data sekunder, dokumentasi diolah pada tanggal 10 April 2020

c. Keadaan Ekonomi

Desa Buwun Sejati merupakan Desa Pertanian serta menjadi daerah

tujuan wisata (Obyek wisata alam) sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian sebagai petani/penderes, pedagang, dan

lainnya, selengkapnya sebagai berikut:68

66 Ibid, hlm. 10-11 67 Ibid, 68 Ibid, hlm. 12

47

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Petani Pemilik 267 Orang Petani Penggarap 672 Orang Buruh tani 360 Orang Pedagang 119 Orang Pengerajin 102 Orang PNS dan Guru 46 Orang Jasa/Sopir 44 Orang Pensiunan 9 Orang Buruh 528 Orang ABRI 21 Orang Pelajar 960 Orang Tidak Bekerja 657 Orang

Sumber: data sekunder, dokumentasi diolah pada tanggal 10 April 2020

B. Praktik Usaha Penambangan Pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan

Narmada

1. Model penambangan dan izin usaha penambangan.

Model yang digunakan dalam penambangan pasir yaitu model yang

bersifat manual.69 Sifat manual maksudnya disini alat-alat yang

dipergunakan dalam pengelolaan lahan tersebut masih bersifat sederhana,

seperti cangkul, pengayakan, sekop, mesin air, dan alat-alat sederhana

lainnya untuk penunjang kegiatan pengelolaan. Dengan cara itu

masyarakat bisa mengetahui batasan akan kedalaman yang sudah

ditentukan.70

izin usaha penambangan pasir yang dilakukan masyarakat sekitar

tidak memiliki perizinan secara resmi dari Aparatur Desa atau instansi

terkait. Hal itu berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada

69 Observasi, Lahan Penambangan Pasir Buwun Sejati Tanggal 10 Januari 2020. 70 Ibid.

48

lokasi penambangan yang bersifat kecil-kecilan serta biaya perizinannya

relatif mahal.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Amat selaku Kepala Pekerja

“Endeq araq izin ne lokasi geres ne, sengaq lokasi ne ye kodeq, ye ampoq ite endeq endeng surat langan dese”.71

Maksudnya adalah usaha penambangan yang mereka dirikan tersebut

tidak memiliki izin usaha penambangan, hal itu dikarenakan lokasi

penambangannya bersifat kecil-kecilan, oleh karena itu mereka

menjadikan alasan untuk tidak meminta surat izin usaha penambangan ke

Lembaga atau Instransi terkait.

Endi selaku pengelola penambangan pasir sekaligus pemilik lahan

yang berlokasi di tempat yang berbeda juga memaparkan prihal perizinan

usaha yang dilaksanakan.

“Ite pade maseh kance lokasi riq-riqan geres saq lain, endeq bedoe surat izin.”72

Maksudnya adalah prihal izin terhadap usaha penambangan yang

kami jalankan sama seperti usaha penambangan pasir yaitu sama-sama

tidak memiliki perizinan pendirian usaha.

Amat (kepala pekerja) juga memaparkan prihal masalah perizinan

penambangan.

“Sengaq mahel laloq surat izin ne, kadang sampe ne 50 juta timaq kodeq lokasi ne, jari ite kadu modal nekat doang”73

71 Amat, Kepala Pekerja, Wawancara, Pembuwun,Tanggal 12 April 2020. 72 Endi, Pengelola dan Pemilik Lahan, Wawancara, Pembuwun, Tanggal 13 Juli 2020 73 Amat, Kepala Pekerja, Wawancara, Pembuwun,Tanggal 12 April 2020.

49

Maksudnya adalah alasan mereka tidak memita izin usaha

penambangan pasir itu ialah mahalnya surat perizinan, terkadang surat

perizinan tersebut mencapai 50 juta walaupun lokasinya berisfat kecil,

sehingga mereka menjalankan usaha penambangan tersebut

menggunakan modal nekat.

Selain tidak memiliki surat izin usaha atas pengelolaan lahan

penambangan, galian penambangan juga menimbulkan banyaknya

permasalahan terutama mengenai kedalaman galian yang dilakukan oleh

pihak penambang. Kedalaman galian tanah yang dilakukan tidak

memperhatikan batasan-batasan yang telah ditentukan oleh Dinas

Penambangan, sehingga kegiatan yang dilakukan cenderung merusak

lingkungan. Pada akhirnya Dinas Pertambangan memasang Plang atau

menyegel lokasi penambangan tersebut, hal itu bertujuan untuk aktivitas

penambangan yang dilakukan di lokasi tersebut terhenti atau berakhir.74

Hasil wawancara yang dilakukan bersama tuaq Mahrup yang

menyebutkan prihal penyegelan halan penambangan pasir yang berlokasi

di Dusun Keling Lendang yaitu

“Lokasi no tetutup gare-gare bates tanaq uroq siq ne semprot no uah lebeh langan bates siq tetentuan Kepele Dines, ye ampoq ne tetutup, jari engkah bau bekadu lokasi no jari ne”75

Maksudnya adalah lokasi penambangan pasir tersebut ditutup gara-

gara batas tanah yang dijadikan usaha penambangan sudah melebihi

74 Observasi Lanjutan Lahan Penambangan Pasir Buwun Sejati Tanggal 09 April 2020.. 75 Tuaq Mahrup, Pekerja, Wawancara, Pembuwun,Tanggal 09 Mei 2020.

50

batas yang sudah ditentukan oleh Instansi atau Lembaga terkait, jadi

usaha penambangan di lokasi tersebut sudah tidak produktif lagi.

Tuaq Mahrup melanjutkan lagi pemaparannya tentang masalah

lokasi yang ditutup oleh Dinas Pertambangan mengenai sisa-sisa

penambangan (batu apung).

“laguq amun batu kumbong saq uah tekumpulan leq lokasi no bau ne tebait, sengaq batu kumbong no ampas saq endeq tekadu isiq epen lokasi, terus uah te kumpulan bejulu jaq endah.”76

Maksudnya adalah tetapi batu apung yang sudah dikumpulkan di

lokasi tersebut bisa diambil, karena batu apung itu merupakan limbah

yang tidak dibutuhkan oleh pemilik lahan maupun para penambang,

dilain sisi batu apung tersebut sudah dikumpulkan dari jauh-jauh hari.

Tabel 2.3 Lokasi Penambangan

Pemilik Lokasi Luas Status

Penambangan Tenaga kerja Legal Ilegal

Amaq Imah

Pembuwun 5 are - Ilegal 6 orang

Jero Ketut

Kincir 15 are - Ilegal 8 orang

Amaq Rahman

Keling Lendang

10 are - Ilegal 5 orang

Endi Pembuwun 8 are - Ilegal 4 orang

Tuaq Ipe Keling Lendang

8 are - Ilegal 4 orang

Sumber: data primer, observasi diolah pada tanggal 27 Juli 2020.

76 Ibid.

51

2. Proses Penambangan Pasir

Observasi yang dilakukan oleh peneliti menemukan beberapa

tahapan dalam memperoses penambangan pasir. Proses penambangan

yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

a. Pemisahan antara pasir dengan material lainnya.

Banyaknya kandungan yang terdapat dalam tanah tersebut seperti,

bebatuan, sampah, akar pepohonan, dan material lainnya yang masih

menjadi satu kesatuan yang utuh supaya terpisah. Hal itu dilakukan

dengan cara menyemprotnya dengan tekanan air yang tinggi, hal itu

dibantu oleh mesin air.

b. Pengumpulan bahan material

Pengumpulan bahan material seperti, bebatuan yang berukuran

besar, sampah (plastik, akar pohon, rumput dan lainnya), batu apung,

dan lainnya yang dipisahkan berdasarkan jenis masing-masing

material. Hal tersebut bertujuan memudahkan para pengelola untuk

melakukan ke tahap selanjutnya.

c. Pemisahan antara pasir dan krikil

Pemisahan ini dilakukan dengan cara diayak supaya krikil, sisa

sampah, dan pasir terpisah. Hal itu dimaksud untuk mendapatkan

kualitas pasir yang bagus, serta krikil yang didapatkan dari proses

pengayakan tersebut dapat terjual juga.77

77 Observasi Lanjutan Lahan Penambangan Pasir Buwun Sejati Tanggal 09 April 2020.

52

Proses penambangan yang dilakukan oleh masyarakat Buwun Sejati

memiliki tahapan-tahapan. Hal itu berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan kepada Endi selaku pengelola sekaligus pemilik lahan

penambangan pasir.

“Proses geriq-riq geres no jaq maraq biase. Pertame semprot bagian bawaq tanaq no sampae ne triq, masalah kelueq ne jaq tergantung ite, amun kebian laloq jaq kediqan siq te semprot ye. Terus seuwah ne teriq no, maliq semprot tanaq saq teriq no sampe ne bis tanaq, jari ne kan maseh geres ne doang. Amun mele bait kerikil ne bau maseh, laguq anteh sampeq aiq ne no titis sekediq, sengaq berat te eroq amun maseh aiq ne terus endeq bau misah geres dait kerikil ne. Amun endeq mele bait bau maseh, endeq jari masalah.”78

Maksudnya adalah proses penambangan pasir tersebut sama dengan

penambangan pasir lainnya. Pertama kita jatuhkan tanah yang akan

diolah menjadi pasir tersebut, masalah banyak sedikitnya tergantung dari

pihak penambangnya. Hal itu dilihat proses pengelolaannya dilakukan

pada siang atau sore hari. Apabila kegiatan tersebut dilakukan pada sore

hari maka tanah yang akan dijadikan pasir tersebut pengelolaannya

berjumlah sedikit. Sesudah jumlah tanah yang dibidik tersebut sudah

jatuh maka tahap selanjutnya melakukan penyemprotan berulang-ulang

sampai kandungan tanahnya tersebut habis, sehingga yang tersisa tinggal

pasirnya saja. Masalah krikilnya dikembalikan lagi ke pihak

penambangnya, apabila ingin mengambil krikilnya maka harus

menunggu kandungan air dalam pasir tersebut berkurang, hal itu

bertujuan supaya mempermudah pemisahan pasir dan krikilnya. Apabila

78 Endi, Pengelola dan Pemilik Lahan, Wawancara, Pembuwun,Tanggal 13 Juli 2020

53

pengelola tidak ingin mengambil krikil yang masih menyatu dengan pasir

tersebut maka hal itu tidak menjadi permasalahan.

Kepala pekerja di lokasi lainnya juga memeparkan prihal tata cara

atau proses pengelolaan pasir. Amat selaku pelaku pekerja menjelaskan

bagaimana tanhapan dalam mengelolaan pasir tersebut.

“Geres no tesemprot biase ne pas kebian, adeq te molah jmaq kelemaq. Laguq amun lueq laloq pesenan jaq langan kelemaq te semproq ye.”79

Maksudnya adalah kegiatan pengelolaan pasir biasanya dilakukan

pada sore hari, hal itu bertujuan untuk mempermudah penjualan di

keesokan harinya, namun kegiatan pengelolaan pasir tersebut bisa saja

berubah hal tersebut tergantung dari banyak sedikitnya pemesanan.

Sehingga terkadang pengelolaannya dilakukan dari pagi.

Amat juga memaparkan prihal proses pengelolaan pasir sampai

bahan yang siap diperjualbelikan.

“Amun masalah care ne jak ye gampag, pertame semprot nataq no sampeq tanaq kance gres no misah sambilan teperesiq batu, rebu, dait akah saq kepenggitan pas te semprot no. Terus amun uwah misah tanah kance geres no tinggal anteh geroan sekedik, anggaq maraq ongkat ku beruq no, ye ampoq te girang semprot kebian, kan molah te jemaq kelemaq no. Terus seuwah ne agaq geroan gres no. Tinggal te eroq ye. Begaq-begaq kerikil no.”80

Maksudnya adalah permasalahan pengelolaan pasir tersebut terolong

mudah. Pertama tahapan yang dilakukan yaitu penyemprotan tanah

dengan cara dibidik ke titik lokasi yang dirasa cocok untuk diolah

tersebih dahulu, bidik tanah tersebut secara berulang-ulang sampai

79 Amat, Kepala Pekerja, Wawancara, Pembuwun,Tanggal 26 Juni 2020. 80 Ibid.

54

kandungan tanah dalam pasir tersebut memisah. Namun dalam tahapan

itu terdapat tambahan lagi seperti pemisahan antara akar, bebatuan yang

berukuran besar, rumput, dan jenis material lainnya yang kelihatan pada

saat penyemprotan berlangsung dibersihkan supaya dapat mempermudah

untuk tahap selanjutnya. Tahap selanjutnya pasir tersebut didiamkan

beberapa saat sampai kandungan air yang terdapat di dalamnya dapat

berkurang, oleh karena itu kegiatannya dilakukan pada sore hari. Tahap

selanjutnya pengayakan. Hal itu bertujuan untuk memisahkan jenis

material lainnya yang masih tersisa. Material lainnya seperti krikil.

Lumayan krikil apabila diperjualbelikan memiliki nilai jual yang relatif

mahal.

Proses penambangan yang dilakukan memiliki tolak ukur ketinggian.

Para pihak penambang menjadikan dataran yang paling rendah menjadi

patokan utama dalam proses penambangan. Sehingga pengelola tidak

serta merta melakukan pengeksplorasian tanpa melihat acuan dalam

pengelolaan. Hal itu berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

bersama Endi selaku pengelola dan pemilik lahan

“Saq jari patokan pas ne geriq-riq tanaq no, tanaq saq paling lendeq. Soal ne adeq temolah jemaq pas uanh engkah te riq-riq geres ne”81

Maksudnya adalah yang menjadi patokan dalam proses

penambangan pasir tersebut ialah tanah yang paling datar. Hal itu

dimaksudkan mempermudah aktivitas yang akan dilakukan pasca

penambangan.

81 Endi, Pengelola dan Pemilik Lahan, Wawancara, Pembuwun,Tanggal 13 Juli 2020

55

Tuaq Acip (pengelola) menuturkan tentang pasca penambangan

pasir.

“Biase ne, lokasi no amun uah engkah jari lokasi, biase ne langsung te taletan ulang, separo ye taoq ne pinaq kandang manoq maraq leq lauq aiq no, dait isiq ne pinaq pekarangan bale sengaq tanaq ne uah lendeq jari molah ne, endeq susah ngeratean maliq”82

Maksudnya adalah biasanya, bekas lokasi yang dijadikan

penambangan tersebut akan didaur ulang (penanaman kembali), bahkan

ada juga dibuat lahan perternakan ayam seperti bekas penambangan yang

berlokasi di Desa Lauq Aiq, ada juga sebagian masyarakat menjadikan

bekas penambangan tersebut menjadi lahan perumahan hal itu

dikarenakan tanah tersebut sudah rata sehingga mempermudah

pemiliknya.

Dalam proses pengelolaan penambangan pasir tersebut sering

dibantu oleh masyarakat sekitar yang dikategorikan ke dalam buruh

bantu. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama

Endi selaku pengelola dan pemilik lahan.

“Ite merase tebantu isiq inaq-inaq saq girang mbuk batu no, jari jalur penetehan aiq no endeq ne kesumpelan.”83

Maksudnya adalah kami merasa terbantu atas keberadaan ibu-ibu (buruh

bantu) yang sering mengambil batu apung, sehingga jalur pembuangan

limbah tidak tersumbat.

82 Tuaq Acip, Pengelola, Wawancara, Nyanget, Tanggal 09 Mei 2020 83 Endi, Pengelola dan Pemilik Lahan, Wawancara, Pembuwun, Tanggal 13 Juli 2020

56

Tabel 2.4 Proses Pengelolaan Penambangan Pasir

Proses Pelaku Waktu Masalah/manfaat

Pemisahan antara pasir dengan material lainnya

Kepala pekerja atau pengelola

sore hari. Waktu pelaksanaan mengikuti jumlah

pembelian

Pengumpulan bahan material

Kepala pekerja, pekerja, dan buruh bantu

Sore hari Waktu pelaksanaan mengikuti jumlah

pembelian

Pemisahan antara pasir dan krikil.

Kepala pekerja dan pekerja

Pagi hari.

Mengurangi kadar air dalam material

Sumber: data primer, observasi diolah pada tanggal 23 Juli 2020

3. Mekanisme Penjualan, Keuntungan, dan Harga Bahan Galian

Mekanisme/tahapan menjualan pasir dan material lainnya dilakukan

di lokasi penambangan tempat metarial semula berada. Adapun cara yang

dipergunakan dalam penjualan bahan galian yaitu dari satu orang ke

orang lainnya. Maksudnya satu orang pembeli akan memberitahukan ke

pembeli lainnya bahwa ada lokasi yang menjual material bahan galian di

daerah tersebut, salah satunya lokasi yang berada di Desa Buwun Sejati

Kecamatan Narmada.

Tata cara penjualan hasil galian tersebut berdasarkan wawancara

yang dilakukan bersama Amat selaku kepala pekerja di lokasi tersebut:

“Amun masalah penjualan ne jaq endq araq jari masalah. Soal ne ite teboyaq siq pembeli, apelagi kualitas geres te teparan bagus lueq wah dengan joq tene, ite tinggal pinaqan langan doang joq lokasi.”84

84 Amat, Kepala Pekerja, Wawancara, Pembuwun, Tanggal 26 Juni 2020.

57

Maksudnya adalah penjualannya dilakukan dengan cara dari satu

pembeli ke pembeli lainnya dan penjualannya dilakukan di lokasi dimana

tempat penambangan pasir tersebut berada. Terutama apabila kualitas

pasir yang diproduksi tersebut tergolong bagus, maka akan banyak

pembeli yang datang. Hal yang menjadi pekerjaan dalam menjulan itu

adalah membuatkan pembeli jalan masuk dan keluar. Pekerjaan

pembuatan jalan bertujuan mempermudahkan untuk melakukan transaksi

bagi pengelola lahan dan para pembeli.

Penjualan yang dilakukan menggunakan dua cara, pembayaran

langsung (kes) dan terhutang. Mekanisme terhutang menggunakan sifat

kepercayaan hal itu dilihat dari seberapa sering pembeli melakukan

transaksi di lokasi penambangan. Semakin sering pembeli melakukan

transaksi (membeli bahan material) di lokasi tersebut, maka tingkat

kepercayaan penjual untuk memberikan pembayaran dibelakang

(dihutang) kepada pembeli kemungkinan besar akan terjadi. Hal tersebut

berdasarkan hasil wawancara bersama Amat selaku kepala pekerja yang

memaparkan prihal mekanisme penjualan.

“Mekanisme penjualan ne araq saq gutang dait araq saq bayah langsong. Laguq amun dengan saq gutang no, biase ne tepedasan juluq, seberembe kereng ne mbli geres leq tene, amun kereng jaq beng te ye, amun jarang-jarang jaq endq te bani. Laun telang ne, donk rungi te.” 85

Maksudnya adalah mekanisme penjualannya ada yang terhutang dan

ada yang bayar langsung. Kalaupun mereka mau berhutang, kami lihat

terlebih dahulu seberapa seringnya melakukan pembelian pasir di lokasi

85 Ibid.

58

tersebut. Apabila daftar pembeliannya sifatnya jarang, maka kami tidak

berani memberikannya untuk berhutang, takutnya nanti mereka tidak

membayar hutang. secara tidak langsung kami akan meresa dirugikan

dengan apa yang mereka lakukan.

Tuaq Acip selaku pengelola memaparkan permasalahan harga

penjualan bahan galian salah satunya pasir.

“Aji ne jaq berpariasi, tergantung jenis kadu ne no. Amun keri Rp. 50.000. coll Rp. 60.000, L300 Rp. 70.000 dait FVV Rp. 80.000. separo dam girang tame joq lokasi ne. Siq tejual joq iye jaq Rp. 200.000. berpariasi no sengaq kebeleq baq ne ye berbede-bede ye ampoq ne lain-lain.”86

Maksudnya adalah harga penjualnya berpasirasi hal itu tergantung

besar kecilnya yang dipergunakan, seperti ceri Rp. 50.000. coll Rp.

60.000, L300 Rp. 70.000 dait FVV Rp. 80.000. terkadang kendaraan

besar juga sering masuk ke lokasi tersebut. harga jual yang diberikan

berjumlah Rp. 200.000.

Keuntungan yang dirasakan oleh pemilik lahan setelah hasil

penambangan telah usai dijadikan usaha penambangan dirasa sangat

banyak. Keuntungan dipengaruhi oleh luasnya tanah (lahan) yang akan

dijadikan penambangan. Semakin luas tanah tersebut makan keuntungan

akan semakin banyak. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan kepada Amaq Rahman selaku pemilik lahan yang dijadikan

usaha penambangan pasir.

86 Tuaq Acip, Pengelola, Wawancara, Nyanget, Tanggal 06 Juli 2020

59

“Mauq te bati sekiteran 40 jutean.”87

Maksudnya adalah keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha

penambangan pasir tersebut sekitaran 40 jutaan.

Amaq Rahman melanjutkan paparannya mengenai keuntungan yang

diperoleh dari usaha penambangan pasir.

“Apelagi seke lueh tanah uruq te, seke lueq kepeng jaq temauq, sengaq lokasi siq ku pinaq jari tanah uroq no araq 10 are lueq ne. Ye ampoq kediq mauq te bati”88

Maksudnya adaalah apabila lahan yang dijadikan usaha

penambangan pasir tersebut luas, maka keuntungan yang diperoleh

semakin banyak. Namun lokasi yang dimiliki oleh Amaq Rahman cuman

luasnya 10 ara. Sehingga keuntungan yang diperoleh sedikit.

Selain pemilik lahan merasakan keuntungannya, para pekerja juga

merasakan banyaknya keuntungan yang diperoleh. Sistem upah yang

diperoleh dilihat dari seberapa banyak angkutan yang melakukan

pembelian bahan material. Sehingga upah yang diperoleh bersifat tidak

tetap atau berubah-ubah. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara

bersama Amaq Peri selaku pekerja

“Upaq ne tergantung langan seberembe lueq motor saq dateng, sengaq sekeq motor no ite tebeng Rp. 20.000 sekali angkut. Laguq araq doang peromboq ne langan epen lokasi ne, mane-mane Rp 1.000.”89

Maksudnya adalah upah yang diperoleh tergantung banyaknya

angkutan yang melakukan transaksi di lokasi tersebut, soalnya upah yang

87 Amaq Rahman, Pemilik Lahan, Wawancara, Pembuwun, Tanggal 06 Juli 2020. 88 Ibid. 89Amaq Peri, pekerja, Wawancara, Tanggal 26 Juli 2020.

60

diperoleh terhitung jumlah kendaraan. Satu kendaraan dihitung Rp.

20.000. selain dari kendaraan, penambahan upah juga diperoleh dari

pengelola atau kepala pekerja penambang, walau penambahannya

berjumlah Rp. 1.000.

Tabel 2.5 Harga Jual Bahan Galian

No. Jenis angkutan Pelaku Harga jual 1. Ceri Semua pihak

pengelola penambangan kecuali pemilik lahan

Rp. 50.000.- 2. Coll Rp. 60.000.- 3. L300 Rp. 70.000.- 4. FVV Rp. 80.000.- 5. Kendaraan besar Rp. 200.000.-

Sumber: data primer, wawancara diolah pada tanggal 23 Juli 2020

c. Dampak Penambangan Pasir

Tabel 2.6 Dampak Bagi Lingkungan dan Perekonomian Masyarakat

Dampak Jenis Akibat Penyelesain

Permasalahan

Lingkungan Dampak negatif

a. masuknya limbah ke lahan masyarakat.

b. Ekosistem sungai terganggu.

c. Terkikisnya lahan. d. Timbulnya

perselisihan.

Musyawarah mufakat.

Dampak positif

a. Jalur irigasi bersifat sementara.

b. Pemanfaatan lebih optimal.

-

Ekonomi -

a. Meningkatkan nilai tambah.

b. terciptanya lapangan pekerjaan

c. Pengangguran berkurang

-

Sumber: data primer, observasi diolah pada tanggal 23 Juli 2020

61

a. Dampak terhadap lingkungan

Banyaknya penambangan di Desa tersebut menimbulkan pro dan

kontra bagi kalangan masyarakat yang memiliki tanah atau lahan yang

berdekatan dengan lokasi penambangan. Dampak yang dihasilkan dari

penambangan pasir terhadap masyarakat yang bersebelahan dengan

lokasi tersebut berupa:

1) Dampak negatif

Limbah (air dan lumpur) sisa penambangan masuk ke dalam

lahan masyarakat. Sehingga pemilik lahan merasa terganggu

dengan limbah yang mengenai lahannya.90 Selain limbah yang

mengenai lahan masyarakat, sungaipun jadi sasaran untuk

pembuangan limbah penambangan, hal itu dikarenakan lokasi

yang berdekatan dengan aliran sungai.

Amat (Kepala Pekerja) memaparkan masalah limbah

penambangan pasir tersebut.

“Laguk masalah limbah ne endeq ne jari permasalahan amun endeq sugul langan lokasi jaq, saq bermasalah no limbah saq sugul, terutame saq teteteh joq kokoq, dengan saq mandiq dait anyam mpak leq tono jari terganggu, laguq ite endeq uah teteh limbah joq kokoq, sengaq lokasi ne no jaoq langan kokoq jaq endah”91.

Maksudnya adalah akan tetapi limbah tersebut sebenarnya tidak

menjadi permasalahan dengan alasan limbah tersebut tidak keluar

dari lokasi penambangan, yang menjadi permasalahan itu adalah

90 Tuaq Surati, Pemilik Lahan, Wawancara, Keling Lendang, Tanggal 12 April 2020. 91 Amat, Kepala Pekerja, Wawancara, Pembuwun, Tanggal 12 April 2020.

62

limbah yang keluar dari penambangan, termasuk limbah yang

dibuang ke sungai, sehingga masyarakat yang melakukan

aktivitas di sungai seperti mandi dan membudidayakan ikan akan

terganggu.

Tuaq Acip selaku pengelola penambangan pasir memaparkan

bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang diakibatkan

oleh limbah tersebut.

“Musyawarah doanq ntan te, ato pte jalan tengaq ne adeq saq gembe adeq saq bau selese masalah limbah ne kance dengan saq bedoe kebon leq samping.”92

Maksudnya adalah dengan cara muasyawarah kami atau mencari

jalan tengah agar permasalahan yang ada dapat terselesaikan,

kami membahas tentang bagaimana caranya supaya permasalahan

limbah tersebut dengan pemilik lahan dan masyarakat yang

berada bersebelahan dengan lokasi penambangan dapat

terselesaikan sehingga satu sama lain tidak merasa dirugikan.

Terkikisnya tanah yang disebabkan intensitas ketinggian lahan

(tanah) penambangan dengan lahan yang dimilikinya, sehingga

hal itu menjadi pemicu perselisihan antar pengelola penambangan

dan masyarakat yang memiliki tanah (kebun) bersebelahan

dengan lokasi penambangan.93 Pengikisan tersebut akan

mempengaruhi keadaan lahan yang ada di sekitar penambangan

pasir tersebut.

92 Tuaq Acip, Pengelola, Wawancara, Nyanget, Tanggal 09 Mei 2020. 93 Amaq Rahman, Pemilik Lahan, Wawancara, Pembuwun, Tanggal 25 Februari 2020.

63

2) dampak positif

Mengenai dampak yang dihasilkan dari limbah penambangan

tersebut, sebagian masyarakat ada yang memanfaatkannya

sehingga masyarakat merasa terbantu dengan limbah yang

didapatkan dari kegiatan itu, hal tersebut berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan bersama Amaq Hayun yaitu

“saya merasa terbantu sekali dengan limbah (air) tersebut terutama pada saat musim kemarau kemarin, tanaman yang berada di lahan saya di aliri air, sehingga saya tidak susah untuk menyiraminya setiap hari”94

Selain dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat sekitar,

dampak tersebut dirasakan oleh pemilik sekaligus pengelola lahan

penambangan pasir. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan bersama Endi selaku pemilik lahan dan pengelola

penambangan pasir.

“Amun masalah ne no sengaq tanaq ne aku epe ne terus jaq qu jarian lendeq juluq ye ampoq qu jaq taletan maliq”95

Maksudnya adalah Kalaupun alasannya itu tanah ini milik saya

terus setelah selesai nantinya tanah ini akan saya tanami kembali

seperti semula.

Permasalahan dampak negatif seperti limbah dan pengikisan

tanah yang disebabkan oleh penambangan galian tipe C

diselesaikan dengan cara mengadakan pertemuan (musyawarah

mufakat) dengan pihak-pihak terkait. Kegiatan bertujuan mencari

94 Amaq Hayun, Pemilik Lahan, Wawancara, Keling Lendang, Tanggal 15 April 2020. 95 Endi, Pengelola dan Pemilik Lahan, Wawancara, Pembuwun, Tanggal 13 Juli 2020

64

kesepakatan bersama. hal tersebut berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan bersama Tuaq Mahrup yaitu

“Ite pete gembe ntan adek saq pade seneng, entah kadu kepeng (ganti rugi), impet langan aiq sak jok tanaq ne, ato care saq lainan”.96

Maksudnya adalah kita cari gimana caranya supaya kita sama-

sama suka, entah menggunakan uang sebagai bahan ganti rugi,

menutup jalur air yang menuju ke tanah mereka, atau dengan cara-

cara yang lainnya.

Sementara dampak positifnya sangat membantu masyarakat

dalam pengairan dan membantu memiliknya dalam pengelolaan

lebih lanjut, bahkan manfaat yang dirasakan lebih banyak pasca

penambangan.

b. Dampak terhadap perekonomian masyarakat

Keberadaan penambangan di daerah tersebut dapat mengurangi

angka pengangguran. Hal itu dikarenakan keberadaan lokasi

penambangan memberikan kemudahan untuk masyarakat sekitar

untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga masyarakat tidak perlu lagi

keluar desa mencari pekerjaan lainnya. hal tersebut berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan bersama Amaq Peri dan Tuaq Maridi yaitu

“Seuwah araq lokasi ne, ite jari molah mauq pegawean, endeq te peri sugul jari ne, terus endeq te peri kadu motor sengaq lokasi no deket kance bale te"97

96 Tuaq Mahrup, Pekerja, Wawancara, Pembuwun, Tanggal 09 Mei 2020. 97 Amaq Peri, Tuaq Maridi, Pekerja, Wawancara, Keling Lendang, Tanggal 28 April

2020.

65

Maksudnya adalah sesudah adanya lokasi penambangan itu, kami

jadi mudah untuk memperoleh pekerjaan, kami tidak perlu keluar desa

untuk mencari pekerjaan, dan juga kami tidak perlu memakai motor

karena lokasi tersebut dekat dengan rumah.

Para pelajar juga terkena dampak dari penambangan tersebut, hal itu

berdasarkan observasi yang dilakukan kepada pelajar yang masing

sekolah pada tingkat SMA. hal tersebut berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan bersama Adi yaitu

“Selame liburan, terutame ite saq maseh sekolah mauq te kepeng langan geres ne, misal amun te taekan geres joq kol no te beng te kepeng 30.000 sekol, begaq-begaq”98

Maksudnya adalah selama libur, terutama kami yang masih sekolah

mendapatkan uang tambahan dari penambangan pasir ini, misalnya

kalau kita menaikan pasir ke mobil kol, kami dikasih uang 30.000

perkolnya, lumayan.

Selain itu juga ibu-ibu yang berada disekitar lokasi tersebut juga

mendapatkan dampak dari keberadaan lokasi penambangan, pada

lokasi tersebut ibu-ibu dapat mengambil batu apung (ampas) yang

tidak dibutuhkan oleh pemilik lahan dan para pengelola penambang.

hal tersebut berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama

Inaq Jumadi dan Inaq Mariah yaitu

“Demen te amun arak lokasi geres lek tene, sengaq mauq te embuk batu kumbong lek lokasi no, begaq-begaq peromboq jari ajin siye dait kandoq kelaq”99

98 Adi, Buruh Bantu, Wawancara, Pembuwun, Tanggal 10 April 2020. 99I naq Jumadi, Inaq Mariah, Masyarakat, Wawancara, Kincir, Tanggal 28 April 2020.

66

Maksudnya adalah kami merasa senang dengan keberadaan lokasi

penambangan pasir disini, karena kami dapat mengambil batu apung

di lokasi tersebut, lumayan hitung-hitung penambah bumbu dapur.

Sahutnya inaq Uri, Inaq Isah, Inaq Menah, Inaq Eman menyambung

perkataan dari inaq Jumadi dan Inaq Mariah

“Pokok kumpulang batu no juluq, terus jemaq amun uah lueq mauq te, tinggal te telpon tuaq saq girang bait batu no, malahan tuaq no keteq baidan diriq, jari molah te”100

Maksudnya adalah yang terpenting kumpulkan batu apungnya

terlebih dahulu (ukuran sedang), setelah itu kalau batu apungnya

sudah terkumpul banyak, kami tinggal telepon pengepul yang sering

mengambil batu apung, bahkan pengepul itu sendiri yang datang

mengambilnya, jadi mempermudah pekerjaan kami.

Selain batu apung yang diambil oleh masyarakat dengan cuma-cuma

yang terbawa oleh air, para pekerja juga bisa mengambil batu apung

yang masih berada di dalam tanah (belum digali dan harus diambil

dengan cara dicangkul). Bekas penggalian batu apung nantinya akan

dijadikan tempat pembuangan limbah penambangan, selain itu juga

nantinya galian tersebut akan difungsikan sebagai tempat menaruh

tanah yang baru (pupuk) supaya lahan tersebut menjadi produktif

lagi.101 hal tersebut berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

bersama Amaq Peri yaitu

100 Inaq Uri, Inaq Isah, Inaq Menah, Inaq Eman, Masyarakat, Wawancara, Kincir,

Tanggal 28 April 2020. 101 Observasi, Lahan Penambangan Pasir Buwun Sejat I Tanggal 9 April 2020

67

“Paling demen te lokasi no endah tebeng te bait geres puteq ne, masalah bayahan ne kadang jaq ite bait kelapuq ne”102

Maksudnya adalah hal yang paling disukai di lokasi penambangan

tersebut kami diberikan untuk mengambil pasir putihnya, masalah

bayaran dari pasir putih tersebut terkadang kami yang gambil uangnya

secara keseluruhan.

Lanjutnya Tuaq Medit melanjutkan lagi pemaparannya tentang

masalah pembagian penjualan pasir putih dengan pemilik lahan

penambangan pasir

“Laguq tergantung endah, misal epen kebon no mele bagi due bayah geres puteq no bau doang, pokok ngembe entan adeq saq pade maiq uah.”103

Maksudnya adalah tetepi tergantung juga, seandainya pemilik lahan

tersebut ingin membagi dua dari hasil penjualan pasir putih tersebut bisa juga,

yang terpenting satu sama lain sama-sama merasa senang.

Tabel 2.7 Daftar Nama, Pelaku, dan Penghasilan.

Nama Pelaku Penghasilan

Amaq Rahman

Pemilik lahan Rp. 40.000.000/10 are

Endi Pemilik lahan dan pekerja

Rp. 15.000.000/8 are

Tuaq Imah Pemilik lahan Rp. 7.000.000/ 5 are Jero Ketut Pemilik lahan Rp. 60.0000.000/ 15 are Tuaq Ipe Pemilik lahan Rp. 9.000.000/8 are Amat Kepala Pekerja Rp. 65.000/hari Tuaq Acip Pengelola Rp. 45.000/hari Tuaq Mahrup Pekerja Rp. 20.000/angkutan Tuaq Maridi Pekerja Rp. 20.000/angkutan Amaq Peri Pekerja Rp. 20.000/angkutan

102 Amaq Peri, Pekerja, Wawancara, Tanggal 28 April 2020 103 Tuaq Medit, Pekerja, Wawancara, Tanggal 28 April 2020

68

Tuaq Medit Pekerja Rp. 20.000/angkutan Adi Buruh bantu Rp. 10.000/angkut Inaq Jumadi Masyarakat Rp. 3.000/karung Inaq Mariah Masyarakat Rp. 3.000/karung Inaq Uri Masyarakat Rp. 3.000/karung Inaq Isah Masyarakat Rp. 3.000/karung Inaq Menah Masyarakat Rp. 3.000/karung Inaq Eman Masyarakat Rp. 3.000/karung

Sumber: data primer, wawancara diolah pada tanggal 23 Juli 2020 Praktik Usaha Penambangan Pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan

Narmada lebih dominan dapat meningkatkan kemaslahatan umat, hal itu

dilihat dari banyaknya masyarakat yang merasakan dampak positif yang

dirasakan. Penambangan pasir yang dilakukan dengan cara manual dan

memiliki patokan sebagai ukuran kedalaman tanah yang akan diambil

manfaatnya sehingga kerusakan alam dapat diminimalisirkan. Dalam masalah

pendiriannya, usaha yang dilaksanakan tersebut tidak adanya izin dari Dinas

atau Aparatur lainnya. Hal itu disebabkan oleh mahalnya perizinan untuk

memperoleh izin usaha penambangan.

Proses penambangan memiliki tiga tahapan dalam pengelolaan bahan

galian (penambangan pasir) tahapan tersebut diantaranya pemisahan antara

pasir dengan material lainnya, pengumpulan bahan material berdasarkan

jenisnya dan pemisahan antara pasir dan kriki.

Penambangan pasir yang dilakukan menggunakan mekanisme

penjualan dari satu pembeli ke pembeli yang lain. Kegiatan penambangan

tersebut banyak menimbulkan dampak bagi perekonomian masyarakat.

Terlebih lagi memberikan dampak bagi lingkungan itu sendiri.

69

BAB III

ANALISIS PRAKTIK USAHA PENAMBANGAN PASIR DI DESA

BUWUN SEJATI KECAMATAN NARMADA

A. Praktik Usaha Penambangan Pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan

Narmada

Berdasarkan uraian pemaparan data pada bab II di atas, peneliti dapat

menganalisis bahwa praktik usaha penambangan pasir yang dilakukan oleh

masyarakat dapat meningkatkan kemaslahatan umat yang meliputi

perekonomian, sosial, dan kehidupan masyarakat lainnya.

Perubahan struktur alam yang disebabkan oleh aktivitas-aktivitas

mahluk hidup untuk menperoleh kesejahteraan umat. Salah satunya aktivitas

penambangan. Penambangan merupakan suatu aktivitas yang tergolong

dalam eksploitasi sumber daya alam yang bertujuan meningkatkan

pendapatan dan mensejahterakan masyarakat. Aktivitas penambangan pasir di

Desa Buwun Sejati yang meliputi model dan perizinan, proses, mekanisme,

keuntungan dan harga jual barang galian, serta dampaknya terhadap

lingkungan dan perekonomian.

1. Model Penambangan Pasir dan Perizinan Usaha Penambangan Pasir

Model penambangan yang dilakukan oleh masyrakat Desa Buwun

Sejati menggunakan cara yang sangat manual dan ramah lingkungan, hal

itu dikarenakan alat-alat yang dipergunakan dalam proses penambangan

sifatnya sederhana sehingga angka kerusakan yang disebabkan dapat

diminimalisirkan.

70

Sulitnya perizinan dalam usaha penambangan yang dirasakan

masyarakat mengakibatkan aktivitas tersebut tergolong menjadi ilegal.

Faktor utama yang menjadikan penambangan tersebut ilegal adalah

mahalnya surat perizinan, adapun alasan lainnya untuk tidak meminta

surat izin usaha yaitu lokasi penambangannya berukuran kecil, dan akan

diolah kembali pasca penambangan. Dalam pengelolaannya masyarakat

Desa Buwun Sejati menggunakan modal nekat. Sehingga Kegiatan yang

dilakukan bertentangan dengan Undang-Undang Pertambangan. Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup pasal 18 yang menyebutkan:

1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.

2) Izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan pejabat yang berwewenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Dalam izin sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dicantumkan persyaratan dan kewajiban untuk melakukan upaya pengendalian dampak lingkungan hidup.104

Berdasarkan undang-undang tentang pengelolaan lingkungan di atas,

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Buwun Sejati Kecamatan

Narmada dikategorikan dalam kegiatan yang melanggar hukum. Hal itu

dikarenakan telah jelas pada ayat 2 pasal 18 mewajibkan setiap upaya

dalam pengelolaan lingkungan harus adanya izin dari pejabat yang

berwewenang.

104 Siswanto Sunarso, Hukum Pidana..., hlm. 411

71

2. Proses Penambangan Pasir

Proses penambangan yang dilakukan di lokasi tersebut sifatnya

hanya mempermudah kegiatan pasca penambangan. Proses dan

pengelolaannya memiliki patokan dalam penggalian. Dataran terandah

dalam lokasi penambangan menjadi tolak ukur dalam pengelolaannya.

Sehingga eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan tidak berlebihan.

Selain itu pasca penambangannya lokasi akan diolah kembali menjadi

lahan yang lebih produktif dari lahan sebelumnya. Ketinggian lahan yang

dijadikan usaha penambangan tidak begitu curam sehingga bencana alam

(tanah longsor) tidak akan terjadi.

3. Mekanisme penjualan, keuntungan, dan harga jual bahan galian

Mekanisme penjualan yang dipergunakan pihak penambang yaitu

penjualan yang sifatnya rentetan (satu orang ke orang lainnya), sehingga

pihak penambang dalam proses penjualan merasa terbantu dengan

mekanisme penjualan seperti itu. Kualitas bahan galian dapat

mempengaruhi intensitas transaksi antara pembeli dan pengelola.

Semakin bagus kualitas yang dihasilkan maka transaksinya semakin

memingkat.

Keuntungannya dilihat dari luas dan kedalaman lokasi

penambangan. Sistem upah diperoleh dari banyak sedikitnya jasa yang

didapatkan (jasa angkut, jumlah angkutan, dan jumlah karung) yang

diperoleh baik pekerja, buruh, buruh bantu, dan masyarakat sekitar.

72

Harga jual bahan galian yang diperjualbelikan berparasi hal itu

dilihat dari jenis angkutan yang dipergunakan. Semkain besar daya

tampung angkutan yang dipergunakan maka semakin besar juga barga

beli yang ditawarkan. Harga jual sudah disepakati oleh semua lokasi

penambangan.

4. Dampak Penambangan Pasir

Eksploitasi hendaknya dilakukan dengan mengikuti aturan-aturan

yang sudah ditentukan supaya kegiatan yang dilakukan tidak merusak

lingkungan hidup serta harus mengedepankan kepentingan masyarakat

banyak. Dari aktivitas tersebut menimbulkan dampak positif maupun

dampak negatif.

a. Dampak negatif

1) Pengikisan tanah dan kemungkinan akan terjadinya bencana

alam (tanah longsor).

Intensitas ketinggian lahan masyarakat dengan lokasi

penambangan yang sangat signifikan kemungkinan besar akan

terjadi bencana alam (tanah longsor) yang disebabkan oleh

pengikisan tanah serta tidak menutup kemungkinan dari

kemiringan tanah yang dihasilkan akan memicu kecelakaan baik

untuk para penambang maupun masyarakat sekitar. Pengikisan

tersebut akan memberikan dampak bagi tanaman yang berada

disekitaran tebing. Tanaman masyarakat akan menjadi imbas

dari kegiatan usaha penambangan yang dilakukan.

73

2) Timbulnya perselisihan antar pemilik lahan

Limbah yang dibuang secara sembarangan dan mengenai lahan

masyarakat mengakibatkan timbulnya pro dan kontra antara

pengelola pertambangan dengan masyarakat yang memiliki

lahan yang berdekatan dengan lokasi penambangan. Selain

limbah penambangan, pengikisan lahan juga bisa

mengakibatkan perselisihan, hal itu diakibatkan kesenjangan

antar tanah pemilik penambangan dan tanah masyarakat sekitar

yang ketinggiannya begitu kontras. Tanah yang dulunya

berbukit sekarang menjadi bertebing.

Pengikisan dan limbah yang disebabkan oleh penambangan

diselesaikan dengan cara musyawarah mufakat antara pengelola,

pemilik, dan masyarakat terkait. Inti dari musyawarah yang

dilakukan untuk mencari jalan tengah sehingga permasalahan

tersebut dapat terselesaikan.

b. Dampak positif

1) Meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat (bukan pekerja)

Keberadaan penambangan yang berdekatan dengan lahan

masyarakat memberikan angin segar bagi mereka terutama

masyarakat yang bukan pekerja (ibu-ibu sekitar penambangan

dan buruh bantu), mereka dapat memanfaatkan sisa atau limbah

penambangan yang tidak dibutuhkan oleh penambang (batu

74

apung). Secara tidak langsung kegiatan yang dilakukan dapat

dijadikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar.

2) Meningkatkan perekonomian (pekerja)

Peningkatan perekonomian dapat dilihat dari masyarakat yang

tidak lagi keluar untuk mencari pekerjaan. Hal itu dikarenakan

sebegian besar para pekerjanya berasal dari warga sekitar lokasi

penambangan.

3) Terciptanya lapangan pekerjaan

Sulitnya memperoleh pekerjaan disuatu daerah menyebabkan

banyak masyarakat memutuskan untuk mencari pekerjaan di

luar daerah bahkan di luar negeri (TKI/TKW). Angka

penangguran dari tahun ke tahuan akan terus meningkat,

sehingga masyarakat harus berfikir keras untuk memperoleh

pekejaan bahkan menciptakan lapangan pekejaan sendiri supaya

mempermudah satu sama lain. Namun setelah adanya

penambangan tersebut masyarakat merasa terbantu. Dengan

adanya penambangan pasir di Desa Buwun Sejati juga

memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan.

4) Angka pengangguran berkurang

Dengan adanya penambangan pasir di Desa Buwun Sejati

tentunya dapat mengurangi angka pengagguran, hal itu dapat

dilihat dari banyaknya pekerja penambangan ataupun buruh

bantu yang diserap dari daerah lokasi penambangan tersebut.

75

5) Pemanfaatan lahan lebih optimal

Dengan adanya penambangan tersebut pemilik lahan menjadi

lebih terbatu hal itu dikarenakan lahan yang dulunya berbukit

kini menjadi rata. Setelah kegiatan penambangan selesai,

pemilik lahan dapat mengelola lahan kosong tersebut lebih

optimal lagi.

6) Memperoleh manfaat lebih bayak pasca penambangan.

Manfaat yang dihasilkan dari kegiatan pasca penmbangan seperti

penanaman kembali, menjadikan lahan perternakan, perumahan,

dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dari lahan yang tidak produktif

menjadi lahan produktif. Sehingga pasca penambangan di lokasi

tersebut sangat membantu pemiliknya dalam hal nilai tambah

perekonomian.

B. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Usaha

Penambangan Pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada

1. Perizinan Penambangan Pasir

Agama telah mengajarkan manusia agar lebih memperhatikan usaha

atau kegiatan yang dilakukan. Agama memiliki sifat menuntun supaya

manusia terhindar hari hal-hal yang tidak dibenarkan Allah. Dalam

tuntunan syariat, seorang muslim dianjurkan untuk mencari dan berusaha

untuk mencapai beberapa tujuan. Tujuan yang dimaksud yaitu usaha

untuk memenuhi kebutuhan hidup yang bersifat pribadi maupun

kelompok dengan perolehan harta melalui jalan yang halal. Salah satunya

76

usaha penambangan. Mencari dan berusaha memperoleh ridho dengan

jalan yang halal telah dijelaskan dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat

168 yang berbunyi.

Artinya:

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.105

Dalam usaha penambangan terdapat dampak yang paling mendasar

yaitu menciptakan kemaslahatan antar umat (maqashid Syariah).

Maqashid syariah merupakan tujuan akhir yang harus terealisasi dengan

diaplikasikannya syari’at. Pengaplikasian syari’at dalam kehidupan dunia

untuk menciptakan kemaslahatan atau kebaikan di muka bumi, yang

kemudian berimbas pada kemaslahatan atau kebaikan di akhirat.106

Dalam maqashid syariah terdapat lima hal inti/pokok diantaranya adalah

menjaga agama (Hifdz Ad-Din), menjaga jiwa (Hifdz An-Nafs), menjaga

akal (Hifdz Al-Aql), menjaga harta (Hifdz Al-Mal), dan menjaga

kehormatan dan keturunan (Hifdz An-Nasl).107

105 QS. Al Baqarah [2]: 168 106 Ali Mutakin, “Teori Maqashid Al Syari‟ah..,,, hlm. 554. 107 Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah...,,,, hlm. 61.

77

Islam merupakan agama yang memberikan perhatian cukup besar

terhadap lingkungan hidup, karena dalam ajaran Islam (ayat-ayat Al

Qur’an) mengandung prinsip-prinsip yang berkaitan tentang pengelolaan,

pemanfaatan, etika, dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan sumber

daya.108 Sehingga dapat dikatakan bahwa Islam sebagai petunjuk, arahan,

dan barometer benar tidaknya suatu tindakan dan perbuatan manusia.109

Desa Buwun sejati merupakan salah satu Desa yang letaknya berada

disekitar daerah hutan negara dan wilayahnya masih berbentuk

perbukitan serta dikelilingi oleh persawahan. Kondisi wilayah yang subur

membuat mayoritas masyarakatnya masih menggantungkan hidupnya

pada hasil alam. Pemanfaatan alam yang dilakukan seperti usaha

perternakan, perkebunan, pertanian, penambangan, hasil hutan, dan usaha

lainnya. Mayoritas pekerjaan masyarakatnya yaitu petani. 1000 lebih

masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Namun tidak semua

masyarakatnya memiliki tanah untuk digarap. Kondisi semacam inilah

yang membuat masyarakat untuk memutar pola fikir supaya dapat

terciptanya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi lingkungan.

Masyarakat Buwun Sejati menjadikan penambangan pasir sebagai nilai

tambah perekonomian.

Penambangan yang dilakukan oleh masyarakat tergolong dalam

usaha penambangan yang sifatnya ilegal. Dalam surat izin pendirian

108 Muhamad Erwin, “Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan

Lingkungan Hidup” (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 1 109 Efendi, Perlindungan Sumber Daya Alam Dalam Islam, Kanun Jurnal Ilmu Hukum,

Nomor, 55, Th. 13, Desember 2011, Pp. 17-13, hlm. 20.

78

usaha penambangan yang dilakukan oleh masyarakat secara administrasi

tidak terpenuhi, hal itu dikarenakan pihak penambang tidak memiliki izin

usaha penambangan dari dinas atau instansi terkait. Sehingga usaha yang

dikelolanya bertentangan dengan al hadist. Iman al-Mawardi dalam al-

Ahkam al-Suthaniyyah halaman 231 menyebutkan akan usaha yang

dilakukan harus memperoleh izin dari Imam (pemerintah). Hadist yang

menjebutkan akan perilah perizinan berbunyi:

يف : يجو ن . وقا أبو ح ن اما وبغي إ من أحيا مواتا م بإن اما ; لقو ال ا بإ ي الصا والسا : إحياؤ إ ي ع ليس ح “ا

ا ما طابت ب نفس إمام ”إ

Barang siapa yang membuka lahan baru maka mereka berhak memilikinya, baik dengan atau tanpa izin penguasa. Namun menurut Iman Abun Hanifah harus seizin penguasa, karena sabda Nabi SAW. “tidak ada hak bagi seseorang kecuali yang diizinkan oleh Imam.”110

Secara tidak langsung berdasarkan pendapat Ulama di atas dengan

jelas diterangkan bahwa setiap usaha atau kegiatan yang dilakukan dalam

pengelolaan sumber daya alam harus memiliki izin berdasarkan sabda

Nabi SAW yang mengatakan tidak ada hak bagi seseorang kecuali yang

diizinkan oleh Imam (penguasa). Namun dalam praktiknya sebagian

besar usaha penambangan pasir yang dilakukan tidak memiliki izin dari

pihak yang berwewenang. Salah satunya usaha penambangan pasir yang

berlokasi di Desa Buwun Sejati. Walaupun tujuan dilaksanakannya

penambangan untuk mempermudah dan sifatnya kecil-kecilan, akan

tetapi kegiatan tersebut bertentangan dan menyeleweng berdasarkan

110 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Pertambangan Ramah

Lingkungan. hlm. 7

79

hadist di atas serta usaha penambangan yang dilakukan dikategorikan ke

dalam usaha yang sifatnya ilegal.

Perolehan izin juga dijelaskan dalam al Qur’an surah An-Nuur Ayat

62 yang berbunyi:

Artinya:

Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka Itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.

80

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.111

2. Proses Penambangan Pasir

Proses dalam pengelolaan penambangan yang dijalankan oleh

masyarakat Desa Buwun Sejati perlu diperhatikan agar sesuai dengan

ajaran Islam. Proses penambangan dalam pengelolaannya agar

memperoleh berkah dan ridho Allah SWT. Maka memerlukan etika atau

tata cara pengelolaan sumber daya alam yang sesuai dengan ajaran Islam.

Ekonomi Syariah memiliki beberapa prinsip dalam usaha yang akan

dilaksanaknan. Prinsip-prinsip diantaranya sebagai berikut:112

a. Prinsip tauhid

Prinsip tauhid merupakan pondasi dalam ajaran Islam. Kegiatan

pengelolaan harus dilandasi nilai-nilai Islam dan tidak bertentangan

dengan penjagaan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Manusia dalam melakukan suatu aktivitas dan lapangan

perekonomian tidak terlepas dari perhatian serta peraturan Islam.113

Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari

Allah Azza Wa Jalla kepada manusia. Sehingga manusia tidak boleh

semena-mena dengan sumber daya alam yang ada.114 Segala

pekerjaan yang dilakukan adalah dalam rangka beribadah kepada

111 QS. An Nuur [24]: 62. 112 Ika Yunia Fauzia, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif ..., hlm. 128-129. 113 Neni Sri Imaniyati “Aspek-Aspek Hukum..,,, hlm. 17. 114 Yoyok Prasetyo “Ekonomi Syariah”, (Aria Mandiri Group, Cet 1, Agustus 2018), hlm

7.

81

Allah karena pada dasarnya segala sesuatu berumber dan

kesudahannya berakhir pada Allah.

Penambangan pasir di Desa Buwun Sejati dalam proses

pengelolaannya sangat memperhatikan kondisi lingkungan sekitar.

Pengeksplorasianya sebatas seperlunya saja, seperti penambangan

yang dilakukan sebatas memeratakan lahan supaya mempermudah

pemilik untuk pengelolaan lebih lanjut pasca penambangan.

Kegiatan tersebut sesuai dengan Al Qur’an Surah Al A’raaf ayat 31

yang berbunyi:

Artinya:

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.115

Ayat di atas menjelaskan akan pemanfaatan dan pengelolaan

sumber daya alam secara sewajarnya saja atau tidak berlebih-

lebihan, hal itu dikarenakan sesuatu yang dilakukan secara berlebih-

lebihan tidak baik bagi diri sendiri maupun untuk alam sekitar.

Pengeksplorasian alam secara berlebih-lebihan akan memberikan

115 QS. Al A’raaf [7]:31.

82

efek samping yang berkepanjangan bagi alam itu sendiri, seperti

rusaknya lingkungan atau sumber daya alam.

b. Prinsip keadilan (keseimbangan)

Prinsip keadilan merupakan landasan untuk menghasilkan seluruh

kebijakan dalam kegiatan perekonomian sehingga berdampak positif

bagi pertumbuhan dan pemerataan, pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat.116

Kegiatan penambangan pasir yang dilakukan di Desa Buwun Sejati

dapat dikatakan sesuai dengan prinsip dalam Islam, yaitu dapat

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan antar masyarakat. Tata

cara pengelolaan penambangan dengan lingkungan sekitar dapat

dikatakan sesuai, hal itu dilihat dari kegiatan usaha penambangan

pasir yang dilakukan oleh masyarakat Desa Buwun Sejati

menimbulkan dampak positif diantaranya terciptanya lapangan

pekerjaan, peningkatan nilai ekonomis masyarakat sekitar baik untuk

pekerjan, buruh, dan buruh bantu serta pemilik lahan pasca

penambangan.

Kegiatan penambangan yang dilakukan bukan berpihak kepada

masyarakat saja, melainkan keseimbangan antara alam (lahan) juga

terdapat di dalamnya. Hal itu dapat dilihat dari kegiatan sebelum,

sedang, dan kegiatan pasca penambangan. Sehingga keseimbangan

116 Muhammad Turmudi, Produksi Dalam Perspektif...,,, hlm. 41

83

antara ekonomi dan lingkungan dapat tercipta sekaligus dalam usaha

yang dilakukan.

Kegiatan semacam itu sesuai dengan prinsip keadilan yaitu

mengajarkan bahwa dalam melakukan suatu usaha atau kegiatan

harus memikirkan orang lain, tidak boleh memikirkan diri sendiri. Al

Qur’an surah Al Maidah ayat 8 menjelaskan akan berlaku adil, ayat

tersebut berbunyi:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.117

117 QS. Al Maidah [5]: 8

84

Berdasarkan pemaparan tersebut kegiatan yang dilakukan dapat

dikatakan sesuai. Hal itu dilihat dari dua aspek, aspek pertama, pasca

penambangan pasir, lokasi tersebut diolah kembali supaya lebih

produktif lagi dan dapat dimanfaatkan menjadi lahan-lahan lainnya

yang lebih banyak menciptakan manfaat daripada sebelum lahan

tersebut dijadikan usaha penambangan. Aspek kedua kesejahteraan.

Hal tersebut dihilat dari banyaknya masyarakat yang merasa terbantu

dari kegiatan usaha penambangan pasir, seperti terciptanya

pekerjaan, nilai perekonomian bertambah, pengairan, dan lain-

lainnya.

c. Prinsip kehendak bebas

Prinsip kehendak bebas mengajarkan manusia memiliki kebebeasan

dalam melakukan bisnis atau usaha yang dijalankan selama aktivitas

yang dijalankan tersebut tidak melanggar hak-hak orang lain. Selain

itu prinsip tersebut mengajarkan kepada manusia untuk memilih dan

menentukan segala jenis usaha atau kegiatan yang akan

dilaksanakan.

Aktivitas penambangan yang dikelola oleh masyarakat Desa

Buwun Sejati Kecamatan Narmada menimbulkan dampak. Dampak

tersebut berupa terbantunya kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat yang bersebelahan dengan lokasi penambangan. Sepeti

85

jalur irigasi yang sifatnya sementara. Air yang dipergunakan

bersumber dari lokasi penambangan yang berdekatan. Jalur irigasi

tersebut sangat dimanfaatkan oleh masyarakat lebih-lebih pada saat

musim kemarau kemarin. Sehingga masyarakat mendapatkan haknya

untuk memperoleh kenyamanan yang layak.

Kegiatan semacam itu sesuai dengan ayat Al Qur’an yang

menyebutkan larangan menciptakan kerugian yang disebabkan oleh

usaha yang dilakukan. Terdapat dalam Al Qur’an surah Asy-

Syu’araa’ ayat 183 berbunyi:

Artinya:

Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-

haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi

dengan membuat kerusakan.118

Berdasarkan pemaparan ayat tersebut setiap usaha atau kegiatan

yang dilakukan tidak diperbolehkan mengganggu kepentingan

masyarakat banyak lebih-lebih masyarakat sekitar penambangan

karena setiap masyarakat memiliki hak untuk hidup nyaman dan

tentram. Haknya tersebut berupa tidak menciptakan usaha atau

118 QS. Asy-Syu’araa’ [26]:183

86

kegiatan yang mengakibatkan masyarakat menjadi terkena atau

terganggu oleh dampak negatif yang dihasilkan. Namun dalam

praktiknya proses penambangan yang dilakukan lebih banyak

menciptakan dampak positif bagi masyarakat sekitar lokasi

penambangan.

d. Prinsip tanggung jawab

Prinsip tanggung jawab merupakan prinsip yang sangat

berhubungan dengan perbuatan manusia,119 hal tersebut dikarenakan

dengan segala kebebasan yang dimiliki dalam menciptakan,

memilih, dan menentukan usaha yang dijalankan tidak terlepas dari

tanggung jawab.120

Pemanfaatan sumber daya alam yang ada di dalam seharusnya

dikelola dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan, dengan

arti memanfaatkan sumber daya alam seperlunya saja dan tidak

mengeksplorasi lingkungan yang bisa menyebabkan kerusakan

lingkungan.

Penambangan pasir yang dilakukan sangatlah sederhana dan tidak

terlalu luas sehingga dalam penataannya sangatlah jelas, hal itu

berbanding terbalik dengan penambangan yang berada di daerah

lain, penambangan di Daerah lain sangat membebani masyarakat

dan lingkungan sekitar dikarenakan banyaknya bencana alam yang

119 Rafik Issa Beekum, “Etika Bisnis Islam..,,hlm. 100 120 Sukarno, “Etika Produksi Prespektif Agama Islam” Jurnal Ekonomi Islam Al-Infaq,

Vol. 1 Nomor 1, September 2010, hlm. 46.

87

dihasilkan salah satunya tanah longsor, bekas galian yang tak

terurus, rusaknya ekosistem alam, dan dampak-dampak lainnya.

Penambangan yang berada di Desa Buwun Sejati berbeda dengan

penambangan lainnya, dimana tidak terlalu banyak dampak negatif

yang dihasilkan namun sebaliknya lebih mementingkan tingkat nilai

ekonomisnya dengan pengedepankan pengelolaan yang benar.

Pengelolaan sumber daya alam secara optimal, hal itu dapat dilihat

dari tata cara penambangan yang dikatakan masih tergolong

sederhana serta pengambilan hasil perut bumi (bahan tambang) tidak

berlebihan, hal itu berdasarkan kegiatan pengambilan pasir dan

bahan material lainnya dilakukan hanya sebatas meratakan dengan

lahan yang dijadikan patokan terebih dahulu.

Pasca penambangan, lokasi akan diolah kembali atau akan

dilakukan penghijauan dengan mekanisme bertahap. Sehingga lokasi

tersebut akan kembali seperti semula bahkan akan lebih produktif

dan memberikan manfaat yang lebih banyak bagi pemilik lahan

pasca penambangan. Prinsip tanggung jawab telah dijelaskan dalam

Al Qur’an surah Al Muddastsir ayat 38 yang berbunyi:

Artinya:

tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah

diperbuatnya,121

121 QS. Al Muddastsir [74]: 38

88

Ayat di atas menegaskan dengan jelas bahwa setiap usaha yang

dilakukan harus bertanggung jawab secara keseluruhan dan tidak

meninggalkan resiko yang besar maupun kecil baik bagi lingkungan

dan masyarakat terlebih lagi untuk alam. Namun dalam praktiknya

penambangan pasir yang dilakukan sesuai dengan ayat tersebut.

pihak penambang tidak serta merta meninggalkan lahan yang

dijadikan penambangan pasir apabila telah usai dimanfatkan. Mereka

bertanggung jawab dengan lokasi penambangan. Sebagian besar

pihak penambang adalah pemilik lahan. Bentuk tanggung jawaban

pengelola berupa menciptakan lahan yang lebih produktif,

mengembalikan lahan seperti semula, dan penyuburan dengan cara

penanaman kembali serta pemberian pupuk pada lahan secara

bertahap.

3. Mekanisme penjualan (pemasaran)

Mekanisme pemasaran merupakan suatu cara untuk memperoleh

tujuan awal yang menyangkut seluruh aktivitas, proses, penawaran, dan

pertukaran nilai jual yang berdasarkan ajaran Islam. Mekanisme

penjualan dan pemasaran memiliki peran yang penting dalam usaha atau

kegiatan. Selain itu juga kualitas barang dapat mempengaruhi margin

atau keuntungan yang akan diperoleh dalam setiap usaha yang dikelola

walaupun selisih keuntungan yang diperoleh tidak terlalu banyak dalam

satu kali penjualan. Namun nantinya kualitas tersebut akan mendorong

nilai transaksi.

89

Islam telah menerangkan tata cara pemasaran berdasarkan konsep

Nabi yaitu integritas dan transparansi sehingga kebohongan atau

kecurangan tidak terdapat di dalamnya.122 Islam juga mengajarkan dalam

bermuamalah harus didasarkan dengan suka sama suka, sehingga tidak

ada yang dirugikan. Hal tersebut berdasarkan Al Qur’an surah An-Nisaa’

ayat 29 yang berbunyi:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.123

Kegiatan usaha penambangan pasir yang dilakukan oleh masyarakat

Desa Buwun Sejati menggunakan mekanisme mulut ke mulut.

Mekanisme semacam ini memiliki arti satu orang pembeli atau pemasok

akan memberikan informasi kepada pembeli lainnya. Sehingga para

pihak atau pengelola penambangan tidak perlu lagi mencari pemasok

122 Nur Rianto Al Arif “Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah” (bandung: alfabeta,

2012), hlm. 20. 123 QS. An-Nisaa’ [4]: 29

90

untuk memperjualbelikan bahan-bahan material yang diproduksi dari

usaha penambangan pasir tersebut.

Maqashid syariah mengisyaratkan dalam menciptakan kemaslahatan

umat harus ditinjau dari pemelihara harta pada peringkat Al-dharuriyah,

seperti disyariatkan tata cara kepemilikan harta melalui usaha pencarian

rezeki dengan yang diisyaratkan Islam. Syariat Islam melarang perolehan

harta dengan cara yang tidak benar seperti adanya riba, menipu, suap,

monopoli, peneimbunan, kecurangan dan sebagiannya. Apabila aturan ini

tidak diindahkan akan menghasilkan kemudharatan yang jelas berkenaan

dengan pemeliharaan garta. 124

Penjualan yang dipergunakan oleh pihak penambang yaitu sesuai

dengan kenyataan, suka sama suka, dan tidak mengada-gada apalagi

menjerumus kepada sifat kemudharatan seperti penipuan, kebohongan,

dan lainnya. Dalam praktiknya pemasaran dilakukan di lokasi

penambangan pasir secara langsung. Secara tidak langsung konsumen

dapat melihat seberapa baik kualitas dan kuantitas bahan material yang

dihasilkan di lokasi tersebut. Sehingga angka kecurangan atau

memanifulasi bahan galian tidak akan terjadi.

4. Dampak Penambangan Pasir

Sumber daya alam adalah suatu manivestasi yang diciptakan oleh

Allah dengan berbagai macam aneka ragam di dalamnya. Penciptaan

alam semesta untuk dimanfaatkan dan dinikmati supaya memperoleh

124 Busyro, “Maqashid Al Syariah: Pengetahuan Mendasar Memahami Masalah”,

(Jakarta Timur: Kencana, Cetakan Pertama, Maret 2019), hlm. 126-127

91

kemaslahatan bersama. Pengeksplorasian sumber daya alam hendaknya

memperhatikan batasan-batasan dalam pengelolaan sehingga ekosistem

alam semesta tidak terganggu dan tidak timbul kerusakan yang

disebabkan oleh pemanfaatan sumber daya alam.

Al Qur’an juga menegaskan bahwa dalam pengeksplorasian hanya

sebetas sewajarnya saja dan tidak berlebih-lebihan. Karena sesuatu yang

berlebih-lebihan tersebut tidak dibenarkan oleh Syariat. Selain itu juga

dalam Al Qur’an telah dijelaskan untuk tidak berbuat kerusakan di muka

bumi dan harus melestarikan serta menjaga lingkungan. Sementara dalam

ekonomi syariah telah dijelaskan untuk tidak sewena-wenanya dengan

sumber daya yang telah diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla. Sehingga

dalam QS. Al A’raaf ayat 56 yang menegaskan akan larangan untuk

berbuat kerusakan berbunyi:

Artinya:

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.125

Ayat tersebut menegaskan bahwa manusia dilarang menciptakan

usaha atau kegiatan yang menyebabkan sumber daya alam terganggu

125 QS. Al A’raaf [7]: 56.

92

bahkan bisa menyebabkan kerusakan lingkungan itu sendiri. Namun

dalam praktiknya kegiatan penambangan yang dilakukan sifatnya hanya

untuk memperbanyak manfaat yang diperoleh setelah pasca

penambangan seperti halnya pengelolaan lebih evisien, dapat

menciptakan lapangan pekerjaan (peternakan, perikanan, perkebunan),

dan lainnya.

Kegiatan penambangan yang dilakukan juga berdasarkan kaidah

Maqashid Syariah yang menyatakan setiap usaha yang tujuannya untuk

menciptakan kemaslahatan harus mempertimbangkan prospektif

kedepan dan dampaknya.126 Dalam pengelolaannya pihak penambang

tidak terlepas dari hal itu.

Pasca penambangan, lokasi tersebut tidak ditinggalkan begitu saja,

para pihak bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan, seperti

halnya penanaman kembali atau mendaur ulang lokasi supaya lebih

produktif dari sebelum adanya penambangan. Pemupukan lahan yang

dilakukan sifatnya bertahap. Secara tidak langsung kegiatan tersebut

sesuai menurut Imam Zakarja Al Anshari dalam Asan Al-Mathalib Syarh

Raud yakni:

“Imam Ghazali dalam kitab ihyaulumiddin berpendapat jika seseorang mandi di kamar mandi dan meninggalkan bekas sabun yang menyebabkan licinnya lantai, lantas menyebabkan seseorang tergelincir dan mati atau anggota tubuhnya cedera, sementara hal itu tidak nampak, maka kewajiban menanggung akibat tersebut dibebankan kepada orang yang meninggalka

126 Fauzi, Hak Asasi Manusia..., hlm. 29-33.

93

bekas serta penjaga, menginat kewajiban penjaga untuk membersihkan kamar mandi.”127

Menurut Imam Zakarja Al Anshari dalam Asan Al-Mathalib Syarh

Raud mengharuskan setiap manusia bertanggung jawab atas apa yang

dilakukan, walaupun kegiatan yang dilakukannya sifatnya tidak nampak,

namun dikemudian hari kegiatan yang dilakukan akan dirasakan oleh diri

sendiri bahkan orang lain. Sehingga dianjurkan kepada setiap manusia

untuk bertanggung jawab atas tindakannya.

Al Qur’an juga mengharuskan setiap manusia bertanggung jawab

atas kegiatan atau usaha yang dilakukannya. Hal tersebut terdapat dalam

QS. Al Baqarah ayat 11 yang berbunyi:

Artinya:

Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat

kerusakan di muka bumi” mereka menjawab: "Sesungguhnya

Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan."128

Menjaga jiwa (Hifdz An-Nafs) adalah khalifah akan menjaga setiap

jiwa dari tindakan penganiayaan sesama manusia, hal tersebut

berdasarkan Al Maidah ayat 32 yaitu:

127 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 22 Tahun 2011...,,, hlm. 9 128 QS. Al Baqarah [2]: 11

94

Artinya:

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu, sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi129.

Dalam praktiknya pengelolaan penambangan pasir yang dilakukan

sesuai dengan penjagaan jiwa, hal itu dilihat dari dibuatkannya jalur

keluar masuk oleh pekerja, hal itu bertujuan mengurangi resiko

kecelakaan yang diakibatkan jalur ke lokasi yang kurang memadai,

walaupun kegiatan yang dilakukan sifatnya tidak nampak, namun

kekiatan tersebut dapat dikatakan meminimalisir kecelakan baik bagi

pembeli, masyarakat serta pengelola penambangan pasir.

129 Al Maidah [5]: 32

95

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat

disimupulkan bahwa:

1. Praktik penambangan pasir dilakukan secara manual dan tidak memiliki

izin usaha dari pemerintah. Selain itu proses penambangannya terdiri dari

pengumpulan dan pemisahan bahan material. Mekanisme penjualan yang

digunakan yaitu dari satu pembeli ke pembeli yang lain serta kegiatannya

menimbulkan dampak pada perekonomian dan lingkungan sekitar.

Dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat dapat diselesaikan

dengan jalan musyawarah mufakat.

2. Tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap proses penambangan pasir,

mekanisme penjualan, dan dampak yang dihasilkan tidak bertentangan

dengan hukum ekonomi syariah, namun pada proses perizinan

penambangannya tidak sesuai dengan hukum ekonomi syariah berdasarkan

hadist Iman al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Suthaniyyah karena tidak

mendapatkan izin dari pemerintah (Ulil Amri).

B. Saran

Saran peneliti dalam hal ini mengacu pada beberapa unsur yang

terkait, yaitu diantaranya sebagai berikut:

96

1. Pihak Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dalam hal pengelolaan

sumber daya alam (penambangan) agar mempermudah masyarakatnya

untuk memperoleh perizinan usaha dalam memanfaatkan sumber daya.

2. Pihak Pemerintah Desa agar memberikan keleluasaan masyarakatnya

dalam pengelolaan lahan (penambangan pasir) dengan mengkodinir tata

cara pengelolaan lahan yang dijadikan usaha penambangan pasir dengan

acuan sesuai anjuran dari Dinas Pertambangan.

3. Pihak penambang pasir agar memperhatikan lagi tata cara pengelolaan

penambangan lebih baik lagi, agar meminimalisirkan dampak negatif

yang akibatnya berimbas pada masyarakat dan lingkungan sekitar.

Dampak negatif yang diperoleh dari usaha penambangan yang dijalankan

serta lebih aktif lagi dalam melihat situasi dan kondisi pada lingkungan

sekitar. Termasuk usaha yang dilakukan tergolong ke dalam usaha yang

bertentangan dengan syariat Islam seperti, mekanisme, tata cara

pengelolaan, dan lainnya.

4. Saran bagi pemilik lahan untuk memberikan informasi terlebih dahulu dan

menyelesaikan permasalahaan yang akan, sedang, dan kemungkinan

terjadi di kemudian hari bersama masyarakat yang bersebelahan dengan

lokasi yang akan dijadikan usaha pertambangan. Sehingga perselisihan

yang disebabkan oleh dampak penambangan kemungkinan tidak akan

terjadi. Sehingga masyarakat yang bersebelahan tidak merasakan kerugian.

97

Daftar Pustaka

Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Kencana, Edisi Revisi, 2012).

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Prespektif Kewenangan Pengadilan Agama, Jakarta: Kencana, Ketakan Ke-2, 2014.

Agus Arijono, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, Cet. 3, 2014.

Ali Mutakin, Teori Maqashid Al Syari‟ah Dan Hubungan Dengan Metode Istinbath Hukum, Vol. 19, Nomor 3, Agustus 2017.

Ahmad Munif Suratma Putra, Kemaslahatan Sebagai Tujuan Pensyari‟atan Hukum Islam, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2017.

Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. 1, 2010.

Busyro, Maqashid Al Syariah: Pengetahuan Mendasar Memahami Masalah, Jakarta Timur: Kencana, Cetakan Pertama, Maret 2019.

Dimsyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqih Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cetakan Ketiga, 2015.

Efendi, Perlindungan Sumber Daya Alam Dalam Islam, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Nomor, 55, Th. 13, Desember 2011, Pp. 17-13.

Faisol Mukarrom, Ekonomi Mineral Indonesia, Yogyakarta: CV Andi, Ed. 1, 2017.

Fauzi, Hak Asasi Manusia Dalam Fikih Kontemporer, Depok: Prenadamedia Grup, Cetakan Ke-1, Februari 2018.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Pertambangan Ramah Lingkungan.

Hasbi Umar, Nalar Fiqih Kontemporer, Jakarta: Gudang Persada Press, 2017.

Herman Jayadi, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konflik Batas T Ambang Tanah Uruk Di Desa Wajegesang Kecapatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah, Skripsi, Fakultas Syariah Dan Ekonomi Islam, UIN Mataram, 2018.

Ika Yunia Fauzia, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al Syari‟ah, Jakarta: Prenadamedia Grup, Cetakan Kedua, 2015.

98

Irfandy Arif, Nikel Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2018.

Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi, Fiqih Ekonomi Umar Bin Al-Khthab, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. 3, September 2014.

M. Taufik, Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelanggaran Izin Lingkungan Dalam Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jurnal Nestor Ilmu Hukum, Vol. 3, Nomor 5, Tahun 2013.

M. Umer Chapra, Islam Dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani, Cetakan Pertama, 2000.

Marthen B. Salinding, Prinsip Hukum Pertambangan Mineral Dan Batubara Yang Berpihak Kepada Masyarakat Hukum Adat” Jurnal Konstitusi, Vol 16, Nomor 1, Maret 2019.

Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup, Bandung: Refika Aditama, 2008.

Neni Sri Imaniyati Aspek-Aspek Hukum BMT (Baitul Maal Wat Tamwil), PT Citra Aditiya Bakti, 2010.

Nira Sulistiawati, Tinjuan Hukum Islam Terhadap Peraktik Akad Bagi Hasil Lahan Tambang Pasir Dan Buruh Kerja Di Desa Lenek Daya Kecamatan Lenek Kabupaten Lombok Timur”, Skripsi, Fakultas Syariah, UIN Mataram, 2018.

Nommy Horas Thombang Siahaan, Hukum Lingkungan Dan Eokologi Pembangunan, Jakarta: Erlanga, Edisi Kedua, 2004.

Nur Rianto Al Arif, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, bandung: alfabeta, 2012.

Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islam, Yogyakarta: Pistaka Pelajar Offiest, 2004.

Reni Kusniati, Dampak Pertambangan Emas Terhadap Pendapatan Penambang Di Desa Lebangkar Kecamatan Ropang, Kabupaten Sumbawa (Presfektif Hukum Islam), Skripsi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, UIN Mataram, 2017.

Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, Cet. 7, Agustus, 2011.

Siska Lis Sulistiani, Analisis Maqashid Syariah Dalam Pengembangan Hukum

Industri Halal Di Indnesia, Vol. 3, Nomor 2, Oktober 2018.

99

Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup Dan Strategi Penyelesaian Sengketa. Jakarta: PT Rineka Cipta, Cetakan Pertama, Agustus 2005.

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D, Bandung: Alfabeta, Cetakan Ke-25, 2017.

Sugiono, Metode Penelitian Manajemen, Bandung: Alfabeta, Cetakan Kegita, 2014.

Sukarno, Etika Produksi Prespektif Agama Islam, Jurnal Ekonomi Islam Al-Infaq, Vol. 1 Nomor 1, September 2010.

Sumanto, Hukum Ekonomi, Jakarta: Universitas Islam, Cetakan Pertama, 1986.

Tri Hayati, Era Baru Hukum Pertambangan: Di Bawah Rezim UU No. 4 Tahun 2009, Jakarta: Yayasan Obor Pustaka Indonesia, Cetakan Pertama, September 2015.

Veithzal Rivai, Et, Islamic Transaction Low In Business Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cetakan Pertama, 2011.

Yoyok Prasetyo, Ekonomi Syariah, Aria Mandiri Group, Cet 1, Agustus 2018.

100

LAMPIRAN

101

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian

Lampiran 2: Balasan Surat Izin Penelitian

102

103

Lampiran 3: Daftar Pernyataan

Daftar Pertanyaan.

1. Bagaimana pendirian usaha yang dilakukan, apakah ada izin dari Dinas

Pertambangan atau instansi terkait lainnya?

2. Apakah yang melatar belakangi usaha penambangan yan dijalankan tidak

memiliki perizinan pendirian usaha?

3. Apakah yang menyebabkan lokasi penambangan pasir di Dusun tersebut di

segel?

4. Bagaimana tindak lanjut pasca penambangan?

5. Bagaimana pengaruh buruh bantu di lokasi penambangan?

6. Bagaimana cara pengelolaan usaha penambangan pasir?

7. Bagaimana mekanisme penjualan yang digunakan?

8. Berapa seleisi keuntungan yang diperoleh, apakah luas wilayah

mempengaruhi keuntungan yang diperoleh?

9. Berapa harga jual pada masing-masing material yang diproduksi?

10. Bagaimana sistem upah yang diberikan pihak pengelola atau kepala pekerja?

11. Bagaimana pengaruh usaha penambangan yang dijalankan terhadap

masyarakat dan lingkungan sekitar?

12. Bagaimana cara menyelesaikan masalah yang disebebkan oleh usaha

penambangan antar masyarakat?

13. Bagaimana pendapatnya terhadap usaha penambangan pasir tersebut?

14. Bagaimana pendapatnya terhadap oemanfaatan pasir putih di kokasi

penambangan pasir tersebut?

104

Lampiean 4: Daftar Wawancara

WAWANCARA

No Informan Pertanyaan Jawaban pertanyaan 1 Amat

(Kepala Pekerja)

1. Bagaimana pendirian usaha yang dilakukan, apakah ada izin dari dinas pertambangan atau instansi terkait lainnya?

“Ite pade maseh kance lokasi riq-riqan geres saq lain, endeq bedoe surat izin.”

Maksudnya adalah prihal izin terhadap usaha penambangan yang kami jalankan sama seperti usaha penambangan pasir yaitu sama-sama tidak memiliki perizinan pendirian usaha

2. Apa yang melatar belakangi usaha penambangan yang dijalankan tidak memiliki perizinan pendirian usaha?

“Sengaq mahel laloq surat izin ne, kadang sampe ne 50 juta timaq kodeq lokasi ne, jari ite kadu modal nekat doang”

Maksudnya adalah alasan mereka tidak memita izin usaha petambangan pasir itu ialah mahalnya surat perizinan, terkadang surat perizinan tersebut mencapai 50 juta walaupun lokasinya berisfat kecil, sehingga mereka menjalankan usaha pertambangan tersebut menggunakan modal nekat.

3. Bagaimana cara pengelolaan usaha penambangan pasir?

“Geres no tesemprot biase ne pas kebian, adeq te molah jmaq kelemaq. Laguq amun lueq laloq pesenan jaq langan kelemaq te semproq ye.”

Maksudnya adalah kegiatan pengelolaan pasir biasanya dilakukan pada sore hari, hal itu bertujuan untuk mempermudah penjualan di keesokan harinya, namun kegiatan pengelolaan pasir tersebut bisa saja berubah hal tersebut tergantun dari banyak sedikitnya pemesanan. Sehingga

105

terkadang pengelolaannya dilakukan dari pagi. “Amun masalah care ne jak ye gampag, pertame semprot nataq no sampeq tanaq kance gres no misah sambilan teperesiq batu, rebu, dait akah saq kepenggitan pas te semprot no. Terus amun uwah misah tanah kance geres no tinggal anteh geroan sekedik, anggaq maraq ongkat ku beruq no, ye ampoq te girang semprot kebian, kan molah te jemaq kelemaq no. Terus seuwah ne agaq geroan gres no. Tinggal te eroq ye. Begaq-begaq kerikil no.”

Maksudnya adalah permasalahan pengelolaan pasir tersebut terolong mudah. Pertama tahapan yang dilakukan yaitu penyemprotan tanah dengan cara dibidik ke titik lokasi yang dirasa cocok untuk dioleh tersebih dahulu, bidik tanah tersebut secara berulang-ulang sampai kandungan tanah dalam pasir tersebut memisah. Namun dalam tahapan itu terdapat tambahan lagi seperti pemisahan antara akar, bebatuan yang berukuran besar, rumput, dan jenis material lainnya yang kelihatan pada saat penyemprotan berlangsung dibersihkan supaya dapat mempermudah untuk tahap selanjutnya. Tahap selanjutnya pasir tersebut didiamkan beberapa saat sampai kandungan air yang terdapat di dalamnya dapat berkurang, oleh karena itu kegiatannya dilakukan pada sore hari. Tahap selanjutnya pengayakan. Hal itu bertujuan untuk memisahkan jenis material lainnya yang masih tersisa. Material lainnya seperti kerikil. Lumayan

106

kerikil apabila dijual belikan memiliki nilai jual yang relatif mahal

4. Bagaimana mekanisme penjualan yang digunakan?

“Amun masalah penjualan ne jaq endq araq jari masalah. Soal ne ite teboyaq siq pembeli, apelagi kualitas geres te teparan bagus lueq wah dengan joq tene, ite tinggal pinaqan langan doang joq lokasi.”

Maksudnya adalah penjualannya dilakukan dengan cara dari satu pembeli ke pembeli lainnya dan penjualannya dilakukan di lokasi dimana tempat penambangan pasir tersebut berada. Terutama apabila kualitas pasir yang diproduksi tersebut tergolong bagus, maka akan banyak pembeli yang datang. Yang menjadi pekerjaan dalam menjulan itu adalah membuatkan pembeli jalan masuk dan keluar. Dal itu bertujuan mempermudahkan untuk melakukan transaksi bagi pengelola lahan dan para pembeli. “Mekanisme penjualan ne araq saq gutang dait araq saq bayah langsong. Laguq amun dengan saq gutang no, biase ne tepedasan juluq, seberembe kereng ne mbli geres leq tene, amun kereng jaq beng te ye, amun jarang-jarang jaq endq te bani. Laun telang ne, donk rungi te.”

Maksudnya adalah mekanisme penjualannya ada yang terhutang dan ada yang bayar langusng. Kalaupun mereka mau berhutang, kami lihat terlebih dahulu seberapa seringnya melakukan pembelian pasir di lokasi tersebut. apabila daftar pembeliannnya sifatnya jarang, maka kami tidak berani memberikannya untuk berhutang, takutnya nanti mereka tidak

107

membayar hutang tersebut. secara tidak langsung kami akan meresa dirugikan dengan apa yang mereka lakukan

5. Bagaimana pengaruh usaha penambangan yang dijalankan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar?

“Laguk masalah limbah ne endeq ne jari permasalahan amun endeq sugul langan lokasi jaq, saq bermasalah no limbah saq sugul, terutame saq teteteh joq kokoq, dengan saq mandiq dait anyam mpak leq tono jari terganggu, laguq ite endeq uah teteh limbah joq kokoq, sengaq lokasi ne no jaoq langan kokoq jaq endah”

Maksudnya adalah akan tetapi limbah tersebut sebenarnya tidak menjadi permasalahan dengan alasan limbah tersebut tidak keluar dari lokasi penambangan, yang menjadi permasalahan itu adalah limbah yang keluar dari penambangan, termasuk limbah yang dibuang ke sungai, sehingga masyarakat yang melakukan aktivitas di sungai seperti mandi dan membudidayakan ikan akan terganggu.

2. Endi (Pengelola dan Pemilik Lahan)

1. Bagaimana pendirian usaha yang dilakukan, apakah ada izin dari dinas pertambangan atau instansi terkait lainnya?

“Ite pade maseh kance lokasi riq-riqan geres saq lain, endeq bedoe surat izin.”

Maksudnya adalah prihal izin terhadap usaha penambangan yang kami jalankan sama seperti usaha penambangan pasir yaitu sama-sama tidak memiliki perizinan pendirian usaha

2. Bagaimana cara pengelolaan usaha penambangan pasir?

“Proses geriq-riq geres no jaq maraq biase. Pertame semprot bagian bawaq tanaq no sampae ne triq, masalah kelueq ne jaq tergantung ite, amun kebian laloq jaq kediqan siq te semprot ye. Terus seuwah ne teriq no, maliq semprot tanaq saq teriq no sampe

108

ne bis tanaq, jari ne kan maseh geres ne doang. Amun mele bait kerikil ne bau maseh, laguq anteh sampeq aiq ne no titis sekediq, sengaq berat te eroq amun maseh aiq ne terus endeq bau misah geres dait kerikil ne. Amun endeq mele bait bau maseh, endeq jari masalah.”

Maksudnya adalah proses penambangan pasir tersebut sama dengan penambangan pasir lainnya. Pertama kita jatuhkan tanah yang akan diolah menjadi pasir tersebut, masalah banyak sedikitnya tergantung dari pihak penambangnya. Hal itu dilihat proses pengelolaanya dilakukan pada siang atau sore hari. Apabila kegiatan tersebut dilakukan pada sore hari maka tanah yang akan dijadikan pasir tersbut pengelolaannya berjumlah sedikit. Sesudah jumlah tanah yang dibidik tersebut sudah jatuh maka tahap selanjutnya melakukan penyemprotan berulang-ulang sampai kandungan tanahnya tersebut habis, sehingga yang tersisa tinggal pasirnya saja. Masalah krikilnya dikembalikan lagi ke pihak penambangnya, apabila ingin mengambil kerikilnya maka harus menunggu kandungan air dalam pasir tersebut berkurang, hal itu bertujuan supaya mempermudah pemisahan pasir dan krikilnya. Apabila pengelola tidak ingin mengambil krikil yang masih menyatu dengan pasir tersebut maka hal itu tidak menjadi permasalahan

3. Bagaimana pengaruh buruh bantu di lokasi

“Ite merase tebantu isiq inaq-inaq saq girang mbuk batu no, jari jalur penetehan aiq no endeq ne

109

penambangan pasir?

kesumpelan.”

Maksudnya adalah kami merasa terbantu atas keberadaan ibu-ibu (buruh bantu) yang sering mengambil batu apung, sehingga jalr pembuangan limbah tidak tersumbat

4. Bagaimana tindak lanjut pasca penambangan?

“Amun masalah ne no sengaq tanaq ne aku epe ne terus jaq qu jarian lendeq juluq ye ampoq qu jaq taletan maliq”

Maksudnya adalah Kalaupun alasannya itu tanah ini milik saya terus setelah selesai nantinya tanah ini akan saya tanami kembali seperti semula.

3. Tuaq Acip (Pengelola)

1. Bagaimana tindak lanjut pasca penambangan?

“Biase ne, lokasi no amun uah engkah jari lokasi, biase ne langsung te taletan ulang, separo ye taoq ne pinaq kandang manoq maraq leq lauq aiq no, dait isiq ne pinaq pekarangan bale sengaq tanaq ne uah lendeq jari molah ne, endeq susah ngeratean maliq”

Maksudnya adalah biasanya, bekas lokasi yang dijadikan penambangan tersebut akan didaur ulang (penanaman kembali), bahkan ada juga dibuat lahan perternakan ayam seperti bekas penambangan yang berlokasi di Desa Lauq Aiq, ada juga sebgaian masyarakat menjadikan bekas penambangan tersebut menjadi lahan perumahan hal itu dikarenakan tanah tersebut sudah rata sehingga mempermudah pemiliknya

2. Bagaimana cara menyelesaian masalah yang disebebkan oleh usaha penambangan antar masyarakat?

“Musyawarah doanq ntan te, ato pte jalan tengaq ne adeq saq gembe adeq saq bau selese masalah limbah ne kance dengan saq bedoe kebon leq samping.”

110

Maksudnya adalah dengan cara muasyawarah kami atau mencari jalan tengah agar permasalahan yang ada dapat terselesaikan, kami membahas tentang bagaimana caranya supaya permasalahan limbah tersebut dengan pemilik lahan dan masyarakat yang berada disebelah dengan lokasi penambangan dapat terselesaikan sehingga satu sama lain tidak merasa dirugikan.

4. Tuaq Mahrup (Pekerja)

1. Apa yang menyebabkan lokasi penambangan pasir di dusun tersebut di segel?

“Lokasi no tetutup gare-gare bates tanaq uroq siq ne semprot no uah lebeh langan bates siq tetentuan Kepele Dines, ye ampoq ne tetutup, jari engkah bau bekadu lokasi no jari ne” Maksudnya adalah lokasi penambangan pasir tersebut ditutup gara-gara batas tanah yang dijadikan usaha penambangan sudah melebihi batas yang sudah ditentukan oleh instansi atau lembaga terkait, jadi usaha penambangan di lokasi tersebut sudah tidak produktif lagi.

2. Bagaimana cara menyelesaikan masalah yang disebebkan oleh usaha penambangan antar masyarakat?

“Ite pete gembe ntan adek saq pade seneng, entah kadu kepeng (ganti rugi), impet langan aiq sak jok tanaq ne, ato care saq lainan”.

Maksudnya adalah kita cari gimana caranya supaya kita sama-sama suka, entah menggunakan uang sebagai bahan ganti rugi, menutup jalur air yang menuju ke tanah mereka, atau dengan cara-cara yang lainnya

5.Tuaq Maridi (Pekerja)

Bagaimana pendapatnya terhadap usaha penambangan pasir tersebut?

“Seuwah araq lokasi ne, ite jari molah mauq pegawean, endeq te peri sugul jari ne, terus endeq te peri kadu motor sengaq lokasi no deket kance bale te"

Maksudnya adalah sesudah adanya

111

lokasi penambangan itu, kami jadi mudah untuk memperoleh pekerjaan, kami tidak perlu keluar desa untuk mencari pekerjaan, dan juga kami tidak perlu memakai motor karena lokasi tersebut dekat dengan rumah.

Amaq Peri (Pekerja)

1. Bagaimana sistem upah yang diberikan pihak pengelola atau kepala pekerja?

“Upaq ne tergantung langan seberembe lueq motor saq dateng, sengaq sekeq motor no ite tebeng Rp. 20.000 sekali angkut. Laguq araq doang peromboq ne langan epen lokasi ne, mane-mane Rp 1.000.” Maksudnya adalah upah yang diperoleh tergantung banyaknya angkitan yang melakukan transaksi di lokasi tersebut, soalnya uapah yang diperoleh dihitung kendaraan. Satu kendaraan dihitung Rp. 20.000. selain dari kendaraan, penambahan upah juga diperoleh dari pengelola atau kepala pekerja penambang, walau penambahannya berjumlah Rp. 1.000

2. Bagaimana pendapatnya terhadap pemanfaatan pasir putih di kokasi penambangan pasir tersebut?

“paling demen te lokasi no endah tebeng te bait geres puteq ne, masalah bayahan ne kadang jaq ite bait kelapuq ne”

Maksudnya adalah hal yang paling disukai di lokasi penambangan tersebut kami dikasih untuk mengambil pasir putihnya, masalah bayaran dari pasir putih tersebut terkadang kami yang gambil uangnya secara keseluruhan

3. Bagaimana pendapatnya terhadap lokasi penambangan pasir tersebut?

“Seuwah araq lokasi ne, ite jari molah mauq pegawean, endeq te peri sugul jari ne, terus endeq te peri kadu motor sengaq lokasi no deket kance bale te" Maksudnya adalah sesudah adanya lokasi penambangan itu, kami jadi mudah untuk memperoleh

112

pekerjaan, kami tidak perlu keluar desa untuk mencari pekerjaan, dan juga kami tidak perlu memakai motor karena lokasi tersebut dekat dengan rumah.

Tuaq Medit (Pekerja)

Bagaimana pendapatnya terhadap oemanfaatan pasir putih di kokasi penambangan pasir tersebut?

“Laguq tergantung endah, misal epen kebon no mele bagi due bayah geres puteq no bau doang, pokok ngembe entan adeq saq pade maiq uah.”

Maksudnya adalah tetepi tergantung juga, seandainya pemilik lahan tersebut ingin membagi dua dari hasil penjualan pasir putih tersebut bisa juga, yang terpenting satu sama lain sama-sama merasa senang

6. Adi (Buruh Antu)

Bagaimana pendapatnya terhadap usaha penambangan pasir tersebut?

“Selame liburan, terutame ite saq maseh sekolah mauq te kepeng langan geres ne, misal amun te taekan geres joq kol no te beng te kepeng 30.000 sekol, begaq-begaq”

Maksudnya adalah selama libur, terutama kami yang masih sekolah mendapatkan uang tambahan dari penambangan pasir ini, misalnya kalau kita menaikan pasir ke mobil kol, kami dikasih uang 30.000 perkolnya, lumayan.

7. Masyarakat Sekitar (Inaq Jumadi, Inaq Mariah, Inaq Uri, Inaq Isah, Inaq Menah, Inaq Eman)

Bagaimana pendapatnya terhadap usaha penambangan pasir tersebut?

“Demen te amun arak lokasi geres lek tene, sengaq mauq te embuk batu kumbong lek lokasi no, begaq-begaq peromboq jari ajin siye dait kandoq kelaq”

Maksudnya adalah kami merasa senang dengan keberadaan lokasi penambangan pasir disini, karena kami dapat mengambil batu apung di lokasi tersebut, lumayan hitung-hitung penambah bumbu dapur. “Pokok kumpulang batu no juluq, terus jemaq amun uah lueq mauq te, tinggal te telpon tuaq saq girang bait batu no, malahan tuaq no keteq

113

baidan diriq, jari molah te”

Maksudnya adalah yang terpenting kumpulkan batu apungnya terlebih dahulu (ukuran sedang), setelah itu kalau batu apungnya sudah terkumpul banyak, kami tinggal telepon pengepul yang sering mengambil batu apung, bahkan pengepul itu sendiri yang datang mengambilnya, jadi mempermudah pekerjaan kami

8. Tuaq Surati (masyarakat)

Bagaimana pendapatnya terhadap usaha penambangan pasir tersebut?

Terganggu q isiq laiq saq lagan riq-riq geres no. Leleah q endis jari ne. Maksudnya adalah saya merasa terganggu oleh limbah air pertambangan tersebut. lahan yang saya tempati menjadi kotor dan becek.

9. Amaq Rahman (Pemilik Lahan)

Berapa selisih keuntungan yang diperoleh, apakah luas wilayah mempengaruhi keuntungan yang diperoleh?

“Mauq te bati sekiteran 40 jutean.” Maksudnya adalah keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha penambangan pasir tersebut sekitaran 40 jutaan. “Apelagi seke lueh tanah uruq te, seke lueq kepeng jaq temauq, sengaq lokasi siq ku pinaq jari tanah uroq no araq 10 are lueq ne. Ye ampoq kediq mauq te bati” Maksudnya adaalah apabila lahan yang dijadikan usaha penambangan pasir tersebut luas, maka keuntungan yang diperoleh semakin banyak. Namun lokasi yang dimiliki oleh Amaq Rahman cuman luasnya 10 ara. Sehingga keuntungan yang diperoleh sedikit.

Amaq Hayun (pemilik lahan)

Bagaimana pendapatnya terhadap usaha penambangan pasir tersebut?

“saya merasa terbantu sekali dengan limbah (air) tersebut terutama pada saat musim kemarau kemarin, tanaman yang berada di lahan saya di aliri air, sehingga saya

114

tidak susah untuk menyiraminya setiap hari”

10. Muhidin (Kepala Desa)

1. Berapa jumlah penduduk yang berada di Desa Buwun Sejati tersebut

Dusun Aik Nyet 1.218 penduduk, Dusun Ngis 315 penduduk, Dusun Batu Asak 886 penduduk, Dusun Karang Mejeti 709 penduduk, dan Dusun Pembuwun 981 penduduk.

2. Berapa jumlah pejabat dari priode awal pemekaran sampai sekarang.

Jumlahnya 2 orang yang pertama Bambang Kurdi Sartono. Periode Tahun 2012-2019 (Desa definitif) dan saya sendiri. Periode Tahun 2019 sampai sekarang

115

Lampiran 5: Dokumentasi Penelitian

DOKUMENTASI PENELITIAN

Tuaq Mahrup, Wawancara, Kincir.

Observasi, Pekerja, kincir

116

Amaq Peri, Wawancara, Kincir

Obsevasi, Penambangan pasir yang berloaksi di Kincir

117

Lampiran 6: Kartu Konsultasi Skripsi

KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

FAKULTAS SYARIAH Jln. Pendidikan No. 35 Tlp. (0370) 621298 Fax. 625337 Mataram

KARTU KONSULTASI

Nama : Mahayadi NIM : 160201159 Program Studi : Hukum Ekonomi Syariah Pembimbing II : Dr. Gazali, M.H Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap

Praktik Usaha Penambangan Pasir (Studi Kasus di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada

TANGGAL MATERI KONSULTASI

CATATAN DAN PERBAIKAN

PARAF

SELASA, 14 JUNI 2020

SKRIPSI Seluruh catatan yang ada dalam skripsi anda diperbaiki mulai dari awal sampai terakhir...tetap semangat

RABU, 24 JUNI 2020

SKRIPSI 1. Menganti karengka teori produksi dengan teori yang lainnya yang berkaian dengan sub pembahasan. Seperti teori tentang pemanfaatan sumber daya (pertambangan) dan hukum ekonomi Syariah

2. Bagian bab 2 lebih fokus pada praktiknya seperti mekanisme, cara penjulanan serta harganya, dan dampak ekonomis serta dampaknya terhadap lingkungan.

3. Bagian bab 3 lebih erfous pada poin yang ke

118

dua yaitu tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap praktik usaha penambangan pasir di desa buwun sejati kecamatan narmada. Hal itu dkkarenakan poin pertama sudah dipaparkan di bab 2.

4. Kesimpulan harus sesuai dengan poin-poin permasalahan.Seperti praktik dan tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap praktik usaha penambangan pasir di desa buwun sejati kecamatan narmada.

MINGGU, 12 JULI 2020

SKRIPSI 1. Dalam paragram dan turunannya pemiliki ketukan berbeda-beda, seperti huruf A. 5 ketukan. angka 1. 3 ketukan. huruf a. 1 ketukan. dan apabila telah sampai pada ketukan terakhir yaitu satu ketukan maka angka atau huruf lainnnya mengikuti ketukan yang berada pada angka/huruf diatasnya.

2. Mengambil poin yang penting dalam pertambangan dan menggunakan teori maqashid syraiah dan hukum ekonomi syraiah dalam pembahas poin yang kedua yaitu tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap praktik usaha penambangan pasir di desa buwun sejati kecamatan

119

narmada. 3. Menambahkan hadist

yang berkaitan dengan pertambangan ilegal atau usaha yang dijalankan tanpa adanya izin dari pererintah yang berwewenang.

KAMIS, 16 JULI 2020

SKRIPSI 1. Jangan mengulangi kosakata selanjutnya

2. Pertambangan ganti penambangan

3. Bab 3 Model penmanangan dan Perizinan makan makanlah makanan yang halal lagi baik (usaha yang baik dengan dengan ketentuan yang lebih baik) proses, mekanisme dan dampak.

4. Jangan ada wawancara dalam bab 3 kecuali pendapat para ahli

MINGGU, 19 JULI 2020

SKRIPSI 1. Penambahan tabel pada dokumen desa

2. Perbaikan kesimpulan dan saran

3. Penulisan daftar pustaka

SENIN, 20 JULI 2020

SKRIPSI

Mataram, 20 Juli 2020 Mengetahui

Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (muamalah)

(Saprudin, S.Ag., M.Si) NIP: 197812312006041003

Pembimbing II

(Dr. Gazali M.H)

NIP. 197608122009001012

120

KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

FAKULTAS SYARIAH Jln. Pendidikan No. 35 Tlp. (0370) 621298 Fax. 625337 Mataram

KARTU KONSULTASI

Nama : Mahayadi NIM : 160201159 Program Studi : Hukum Ekonomi Syariah Pembimbing I : Dr. Hj. Teti Indrawati P., M.Hum Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik

Usaha Penambangan Pasir (Studi Kasus di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada

TANGGAL MATERI KONSULTASI

CATATAN DAN PERBAIKAN

PARAF

23/07/2020 Skripsi 1. Lengkapi cover2 skripsi 2. Ini latar brlkang pakai

buku pidana, coba cari al-Qur’An tematik tentang lingkungan atau ekonomi di perpustakaan

3. Tujuan penelitian untuk menjelaskan..... kalau mengetahui untuk dirimu sendiri, meningkat setelah tau mampu menjelaskan pada orang lain

4. Bedakan kutipan langsung dan tidak langsung pada kerangka teori. Cek cara penulisan yang benar dalam pedoman. Lewat 5 baris kutipan langsung 1 spasi

5. Metode. tulis apa yang dipakai dalam penelitian saja, jangan teori/kutipan2 tapi harus operasional.

6. Teknik wawancara, jelaskan jenis

121

obseervasi, dokumen dan wawancara yang dilakukan. Bagaimana pelaksanaan dan data apa yang diperoleh

7. Teknik analisis data belum ada. Lengkapi model mana yang dipakai dan tahapan analisisnya

8. Beri judul Bab jangan seperti pedoman ini BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN Data dan temuan tentang apa??

9. Halalam 35-38 belum ada sumber dokumen? wawancara? observasi?

10. Buat tabel data Model penambangan, Model 1,2,3, siapa yang melakukan, kapan dimulai, keuntungan/kerugianyya

11. Data proses penambangan, Proses 1,2,3,4, siapa yang melakukan , keterangan waktu dan manfaat atau masalahnya?

12. Tabel 3 Mekanisme Penjualan, Keuntungan, dan Harga Bahan Galian, keterangan siapa yang melakukan. Jadi dari tabel tergambar pelaku, kegiatan, manfaat dan masalah yang muncul.

13. Tabel Dampak usaha penambangan Pasir, jenis dampak, positif negatif, yang menerima dampak. Sumber data tabel: obserwasi atau wawancara diolah.

122

14. BAb III Bagus sudah ada judul. BAB III PEMBAHASAN Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Usaha Penambangan Pasir di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada. Kata PEMBAHASAN DIHAPUS. Sub analisi jangan netral A. Perizinan penambangan....beri keterangan sifat. Ada apa dalam perisinan penambangan pasir di lokasi? Misal Perizinan penambangan tidak dipenuhi oleh pelaku usaha. Hasilnya gimana? ada yang memenuhi atau tidak memenuhi semua? Kalau sebagian ya nyatakan Sebagian

15. Kesimpulannya gimana isi ada dampak negatif tapi sejalan HES? coba dicermati lagi besar manfaat atau masalah?

16. Lengkapi saja ya lampiran2 surat penelitian, daftar pertanyaan dan jawaban, foto observasi/wawancara beri keterangan: siapa, dinama, sedang apa, dan kapan

28/07/2020 Skripsi 1. Cek kembali perbaiki sesuai catatan minggu lalu. Mana perubahannya ini? Tujuan tetap mengetahui belum diubah UNTUK

123

MENJELASKAN 2. Lengkapi cover-cover

tesis. Lengkapi cek plagiasi. Lengkapi Daftar Isi

3. BAB II. Beri paragraph pengantar baru tabel. Sumber data tabel: wawancara atau observasi diolah. Cek jarak spasi dalam table sesuai pedoman.

4. Ini data satu lokasi ya.... atau ada beberapa penambang....tulis info dalam tabel biar terlihat beragam data dan bukan satu lokasi/satu group penambang. Harus lebih dari satu lokasi/kelompok penampang. Buat table siapa saja pemilik usaha penambangan. Sejak kapan. Berapa tenaga kerja. Besar omset.

5. Kalimat dlm tabel diringkas bukan kalimat sempurna. Ringkas 3 kata saja.

6. Data Kerugian itu tidak hanya pd pelaku, jelas mrk dpt uamng. Bagaimn komentar masy sekitar dan tokoh masy/agama?

7. Wawancara terstrukrur supaya ada bukti lampiran.

8. Judul sub bab analisis itu diberi kata sifat atau keterangan sesuai kondisi lapangan sehingga tidak bersifat netral. Misalnya masalah perizinan penambangan...beri keterangan analisis tidak

124

terpenulihan perizinan penambangan, ini harus didukung data di bab 2 buat tabel berapa yang punya ijin dan berapa yang tidak punya? Analisis proses Penambangan..... bagaimana proses di lapangan? kasih tau hasilnya. Dambak penambangan pasir-----Analisis Dampak positif atau negatif yang dominan terjadi?

9. Kesimbulan nomer dua nanti jadi pertanyaan penguji kalau dga ada masalah mengapa diteliti? siapkan jawabaanmu. LENGKAPI LAMPIRAN: surat dari kampus, surat dari lokasi, daftar pertanyaan, daftar jawaban wawancara, foto observasi dan wawancara. Satu lembar ada 2 foto lengkapi info nama, lokasi, waktu, kegiatan.

05/08/2020 Skripsi 1. Peerbaiki agar isi Motto sesuai tema judul, cari haris atau ayat terkait tema/judul.

2. Ketik Abstrak 1 spasi. 3. Uraian teknik

pengumpulan data ditulis dlm bentuk paragraf2.

4. Judul Bab II dan III huruf besar semua.

5. Hapus gelar akademik pada Data hasil observasi, wawancara, dan dokumen

6. Perbaiki Footnote ada ibid2, ada informasi

125

diulang lihat pedoman belum konsisten ini. Ada tertulis: Ibid , hlm. 10-11. Ibid, hlm. 11. Ibid, hlm. 11-12. Ada tertulis: Observasi, Lahan Penambangan Pasir Buwun Sejati Tanggal 10 Januari 2020. Observasi, Lahan Penambangan Pasir Buwun Sejati Tanggal 10 Januari 2020.

7. Foto diberi keterangan, siapa/nama, tempat, waktu, kegiatan. Teti Indrawati P.: Lampiran tambah CV

06/08/2020 Skripsi ACC ujian Skripsi

Mataram, 06/08/ 2020

Mengetahui

Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (muamalah)

(Saprudin, S.Ag., M.Si) NIP: 197812312006041003

Pembimbing I

(Dr. Hj. Teti Indrawati P., M.Hum) NIP. 197508201999032003

126

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Mahayadi

Tempat, Tanggal Lahir : Pembuwun, 11 April 1997

Alamat Rumah :Dusun Pembuwun, Desa Buwun Sejati,

Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok

Barat, Nusa Tenggara Barat

Nama Ayah : Rahman

Nama Ibu : Maridah

B. Riwayat Pendidikan

SD/MI, tahun lulus : SDN 3 SESAOT, 2010

SMP/MTs, tahun lulus : SMPN 2 LINGSAR, 2013

SMA/MA, tahun lulus : SMAN 1 NARMADA, 2016

Mataram,

Mahayadi