TESIS : Analisis Strategi Pengembangan Objek Wisata di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
Transcript of TESIS : Analisis Strategi Pengembangan Objek Wisata di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pariwisata sebagai suatu industri yang kompleks, yang
meliputi industri-industri lain seperti industri perhotelan,
industri rumah makan, industri kerajinan/ cinderamata, industri
perjalanan dan sebagainya.
Seperti yang tercantum dalam Instruksi Presiden No. 9 Tahun
1969 Bab II Pasal 2 dalam dalam Soekadijo (1997:26) berbunyi
pembangunan pariwisata bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan
masyarakat pada umumnya.
Pariwisata Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar
(2000:46-47) adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari sutau tempat
ketempat yang lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu
perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari
nafka di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 1
menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk
memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Pariwisata merupakan salah satu industri baru yang
mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal
kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam
mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara
penerima wisatawan.
Aspek ekonomis merupakan aspek yang dianggap penting dan
mendapat perhatian paling besar dalam sektor pariwisata karena
untuk mengadakan perjalanan orang mengeluarkan biaya, sedangkan
bagi daerah yang dikunjungi wisatawan dapat menerima uang dari
wisatawan tersebut melalui orang- orang yang menyediakan
angkutan, menyediakan bermacam-macam jasa, atraksi dan
sebagainya. Keuntungan ekonomis ini merupakan salah satu dari
tujuan pembangunan pariwisata. Indonesia adalah salah satu
negara di dunia yang menyimpan banyak potensi alam baik
daratan maupun lautan (pantai). Kondisi tanah yang subur
menjadikan
Indonesia sebagai pusat perhatian kelompok manusia untuk
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 2
menetap dan mengembangkan usahanya masing-masing, sedangkan
potensi perairan yang berupa lautan dan pantai merupakan salah
satu obyek wisata yang banyak digemari oleh wisatawan
nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Hal ini dapat dikarenakan Indonesia merupakan negara
tropis, selain itu juga memilki laut tropis, pantai pasir yang
putih bersih, dan air laut yang jernih membiru. Sehingga banyak
wisatawan mancanegara yang datang mengharapkan dapat menikmati
udara segar dan keindahan pantai, selain itu juga untuk
melakukan kegiatan olahraga air seperti selancar-air, ski-air,
menyelam, dan sebagainya.
Di negara maju berwisata adalah hal yang biasa dilakukan dan
menjadi kebutuhan hidup setiap orang, hal inilah yang
menggerakkan ekonomi pada sektor pariwisata kian berkembang.
Sektor perjalanan dan parawisata di Indonesia mengalami
peningkatan dalam konstribusi terhadap perekonomian, sebesar
8,4% di tahun 2013. Pertumbuhan yang di alami ini merupakan
pertumbuhan yang terbesar di antara Negara-negara anggota G20,
berdasarkan hasil riset World Travel and Tourism Council (WTTC),
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 3
otoritas global dalam industry perjalanan dan parawisata.
Economic Impact Report tahun 2014 yang dikeluarkan oleh World Travel and
Tourism Council (WTTC) menunjukan bahwa di Indonesia terdapat
pertumbuhan pengunjung internasional sebanyak 15,1% dan
pertumbuhan ekonomi 7,2%, sedangkan dalam parawisata tahun 2014
Menurut David Scowsill, presiden dan CEO WTTC tahun 2013
merupakan tahun yang fantastis bagi perjalanan dan parawisata
di indonesi.” Indonesia mengalami perluasan dalam hal
pendapatan ekspor yang di dapat dari pengunjung internasional
yang juga di dorong oleh perubahan nilai rupiah terhadap dolar
AS. Konstribusi langsung dari perjalanan dan parawisata di
indonesi diharapkan akan berkembang sebesar 8,1% melebihi
perekonomian umum sebesar 2,8% , WTTC mempredikisi pengunjung
internasional akan mencapai 14,2% dan pembelanjaan parawisata
domestic akan tumbuh di atas rata-rata (6,3%). Jika Indonseia
terus berinvestasi dalam aktifitas promosi dan menjalankan
kebijakan-kebijakan dan mempermudah visa, maka Indonesia akan
terus menjadi salah satu yang terdepan dalam perjalanan dan
parawisata. Pertumbuhan yang luar biasa perlu dipadukan dengan
berbagai kebijakan untuk memastikan kesinambungan sector ini,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 4
WTTC juga menyebutkan perjalanan dan pariwisata juga
berkonstribusi sebsear US $7 triliun ke perekonomian global dan
diharapkan akan berkembang di tahun 2014 sebesar 4,3%
Perjalanan dan parawisata di Indonesia di prdeikis akan
mengalami pertumbuhan selama sepuluh tahun kedepan sebesar
lebih dari 4% setiap tahunnya dan lebih tinggi dibandingkan
dengan tingkat pertumbuhan industry lain.
Menurut David Scowsill, presiden dan CEO WTTC, memanfatkan
peluang untuk membutuhkan otoritas tempat kunjungan dan
regional, khususnya di Negara-negara berkembang untuk
menciptakn iklim bisnis yang lebih baik bagi investasi dalam
infrastruktur dan sumber daya manusia. Hal ini penting untuk
mempermudah sebuah industry parawisata yang berkesinambungan.
Ditingkat nasional pemerintah-pemerinta juga bias melakukan
lebih banyak kebijakan visa dan menjalankan kebijakan pajak
yang lebih cerdas,jika dilakukan langkah-langkah yang tepat
perjalanan dan parawisata akan menjadi tenaga pendorong dalam
jangka panjang.
Indonesia telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 5
sektor ekonomi penting. Sebagai sektor ekonomi penting,
pariwisata mendapatkan perhatian serius dari pemerintah,
dikeluarkannya Undang-undang Tahun 2009 No 10 tentang
kepariwisataan adalah sebagai dasar pijakan
penyelenggaraan kepariwisataan. Dalam Undang-undang tersebut
disampaikan beberapa tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan
yaitu :
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. Menghapus kemiskinan
d. Mengatasi pengangguran
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
f. Memajukan kebudayaan
g. Mengangkat citra bangsa
h. Memupuk rasa cinta tanah air
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan
j. Mempererat persahabatan antar bangsa.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 6
Alasan sektor pariwisata dipacu untuk dijadikan
komoditi andalan disamping migas sebagai komoditi pendukung
kelangsungan pembangunan nasional antara lain adalah : a)
pola perjalanan wisata yang terus-menerus meningkat dari
tahun ketahun, b) pariwisata tidak begitu terpengaruh gejolak
ekonomi dunia, disamping pertumbuhannya lebih cepat daripada
pertumbuhan ekonomi dunia, c) meningkatkan kegiatan ekonomi
daerah dan pengaruh ganda dari pengembangan pariwisata tampak
lebih nyata, d) komoditi pariwisata tidak mengenal proteksi atau
quota seperti komoditi lainnya, e) potensi pariwisata di
Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia tidak akan
habis terjual , f) pariwisata sudah menjadi kebutuhan
hidup manusia pada umumnya (Gamal Suwantoro , 1997 : 13).
Kabupaten MalukuTenggara Barat dengan keberagaman suku
bangsa yang hidup dalam kedamaian dengan toleransi yang tinggi
merupakan aset yang berharga. Obyek wisata yang beragam juga
akan menambah daya tarik wisatawan. Aset inilah yang membuat
seni, budaya dan tradisi di kabupaten yang dikenal dengan
sebutan Bumi Duan Lolat, menjadi lebih unik, kaya, beragam dan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 7
berkarakter.
Masyarakat Maluku Tengaara Barat yang terkenal heterogen
karena ditempati berbagai suku bangsa suku wesleta, Latdalam
Jebory sebagai suku asli serta suku Jawa, Makasar, Bali, dan yang
lainnya, menjadikan Maluku Tenggara Barat memiliki identitas
tersendiri secara sosiokultural. Kekayaan yang melimpah ini
membuat pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat, menempatkan
sektor ini sebagai unggulan yang saat ini tengah serius
dibenahi, khususnya pariwisata di Saumlaki.
Dalam upaya peningkatan dan pengelolaan sumber daya alam
tata ruang dan lingkungan hidup, sektor pariwisata dan
kebudayaan dapat dijadikan sektor andalan perekonomian daerah
yang berbasiskan sumber daya alam dan budaya yang lestari dan
agamis. Oleh karena itu dalam pengelolaannya harus memiliki
daya saing tersendiri yang dapat menuju Kabupaten Maluku
Tenggara Barat menjadi daerah tujuan wisata di Maluku.
Banyak dan tersebarnya sumber daya alam dan khasanah budaya
yang dapat mendukung keberhasilan pengelolaan kepariwisataan
dapat dijadikan bahan guna menopang Pendapatan Asli Daerah
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 8
(PAD) dengan melibatkan sumber daya manusia yang handal menuju
pertumbuhan perekonomian rakyat dan kesejahteraan masyarakat.
Bahwa pengelolaan sektor pariwisata, pemerintah Kabupaten
Maluku Tenggara Barat tidak bisa berdiri sendiri melainkan
bekerjasama dengan pihak swasta sebagaimana yang berjalan
sekarang ini namun harus ada peningkatan. Sumber daya manusia
merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam
pengelolaan pariwisata. Oleh karena itu sumber daya manusia
yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dimanfaatkan
dan direkrut untuk melakukan pengelolaan pariwisata di
daerahnya, hal ini harus ditunjang oleh pendidikan dan
keterampilan di bidang pariwisata
Sebagaimana dimaklumi bahwa Kabupaten Maluku Tenggara Barat
merupakan salah satu daerah di Propinsi Maluku yang memiliki
kesuburan dan keindahan alam, kekayaan seni budaya serta
berhawa sejuk. Obyek wisata pantai Saumlaki memiliki
bentangan pantai yang indah pasir putih, air laut yang jernih
serta biota bawah laut yang menarik untuk dilihat. Obyek
tersebut diantaranya seperti Pantai Batnyanyik, Kristus
Raja, Weluang ,Tanjung Kdjasih dan Alusi Obyek wisata alam di
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 9
Saumlaki juga tidak kalah menariknya, obyek tersebut antara
lain berupa pusat pemandian yaitu Air Weturlely, Webolar, dan
Lemor. Pemandangan alam yang mempesona di Pasir Panjang,
Asutubun.
Untuk wisata budaya terdapat berbagai ritual dan adat
istiadat yang menarik, diantaranya Cakalele, Tari Tnabar ila,
Seti, dan Tore. Berbagai macam kerajinan dan souvenir
khas Saumlaki seperti Tenun Kain, Sagu, dan lain-lain. Jumlah
tersebut tentu saja menjadi peluang yang sangat besar dalam
usaha pengembangan pariwisata. Pemanfaatan dan pengelolaan
secara baik akan mendorong kunjungan wisatawan domestik
maupun asing, peningkatan jumlah kunjungan tentunya akan
mempengaruhi peningkatan pendapatan asli daerah. Undang-Undang
Otonomi Daerah No.22 Tahun 1999 dan Undang-Undang RI No.24
Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, menjadi landasan kuat
bagi Pemerintah Daerah untuk mengembangkan dan mengatur serta
mengelola wilayah darat dan laut secara mandiri, khususnya pada
pariwisata.
Pertimbangan keuangan daerah dan pusat diatur dalam Undang-
Undang RI No.25 Tahun 1999, memberi peluang pada pemerintahEsy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 10
daerah untuk mendapatkan manfaat yang besar dari pariwisata
untuk kemakmuran masyarakat. Pembangunan kepariwisataan
haruslah memperhatikan keanekaragaman, keunikan dan
kekhasan budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk
berwisata. Pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat
juga diharapkan bisa mendorong penanaman modal dalam negeri dan
modal asing agar pembangunan kepariwisataan dapat berjalan
lancer
Maluku Tenggara Barat memilik potensi wisata pantai namun
saat ini belum secara optimal dikelolah/dikembangakan.
Kabupaten Maluku tenggara barat adalah sebuah kabupaten di
Propinsi Maluku, ibukota kabupaten ini terletak di Saumlaki
kabupaten ini secara geografis terletak antara 6o – 8o LS dan
antara 126o – 132o BT yang terbagi menjadi 17 kecamatan,
berbatasan langsung dengan laut Timor dan Samuderah Pasifik di
sebelah selatan, sebelah utara berbatasan dengan Laut Banda,
sebelah timur berbatasan dengan Laut Arafura dan sebelah barabt
berbatasan dengan laut Flores.
Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undan-Undang No 46 tahun
1999, pemekaran dari Kabupaten Maluku Tanggara pada Tahun 2008,Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 11
sebagian wilaya dari Kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten
Maluku Barat Daya. Kabpaten Maluku Tenggara Barat ini juga
memiliki potensi Wisata yang dapa dikembangkan meliputi wisata
alam berupa wisata alam, taman laut, hutan alam, serta wisata
budaya dan peninggalan sejarah.
Obyek-obyek wisata yang dapat dikembangkan oleh para
investor meliputi obyek wisata pantai, wisata agro, wisata
sejarah, wisata buru, dan wisata budaya hingga saat ini,
potensi tersebut belum dimanfatkan secara optimal sehingga
sangat mebutuhkan investor untuk mengembangkanya ke arah yang
lebih baik.
Semoga akan menggugah para Wisatawan Nusantara dan
Mancanegara untuk berkunjung lebih banyak lagi ke Kabupaten
Maluku Tenggara Barat serta berpartisipasi dalam program
Pariwisata Global dan menjadikan kabupaten Maluku Tenggara Barat
sebagai tujuan wisata yang penuh kenangan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Jangka Panjang
Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang dijabarkan dalam
Visi Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Maluku
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 12
Tenggara Barat, yakni terwujudnya Kabupaten Maluku Tenggara
Barat sebagai Destinasi Wisata
Bahari dan Budaya melalui pengembangan Potensi Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif. Hal ini dimaksudkan bahwa sektor
pariwisata merupakan andalan yang mampu menggerakkan kegiatan
ekonomi terkait, sehingga pendapatan masyarakat dan pendapatan
asli daerah meningkat dari waktu ke waktu.
Bahwa pembangunan pariwisata di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat diarahkan untuk mewujudkan kepariwisataan yang kompetitif
dan berkelanjutan. Pembangunan Destinasi Objek Daya Tarik
Wisata dan melestarikan nilai-nilai seni dan budaya Kabupaten
Maluku Tenggara Barat yang berbasis Ekohistorikal sebagai pilar
utama dalam program kepariwisataan.
Perkembangan kunjungan wisatawan memberikan kontribusi besar
dalam perkembangan pariwisata. Berikut disajikan jumlah
wisatawan Lokal dan Mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten
Maluku Tenggara Barat dalam tiga tahun terakhir.
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Kabupaten
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 13
Maluku Tenggara Barat Tahun 2012 – 2014
Kawasan
Tahun Kunjungan2012 2013 2014
LokalAseanAsia TimurAusraliaUSA/AmerikaEropaDll
TotalSumber : - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa wisatawan yang
berkunjung ke Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam tiga tahun
terakhir mengalami kenaikan. Dengan melihat data tersebut
menunjukkan bahwa ada potensi pariwisata yang dimiliki
Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan ditandai oleh kenaikan
arus kunjungan wisatawan setiap tahunnya, dan akan memberikan
peluang besar bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan
daerah. Objek wisata pada Kabupaten Maluku Tenggara Barat
berpotensi, tetapi belum dapat berkembang sesuai potensi yang
dimilikinya.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 14
Pemerintah daerah telah membuat strategi guna pengembangan
pariwisata di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, namun strategi
ini belum mampu memberi yang signifikan dalam mengoptimalkan
potensi yang ada dengan belum dilibatkannya masyarakat lokal,
sehingga untuk mengoptimalkan potensi yang ada serta
meningkatkan kunjungan wisatawan diperlukan suatu strategi lain
dalam upaya untuk mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat, dimana strategi ini dijaring melalui
persepsi wisatawan dan masyarakat lokal. Strategi ini
diharapkan mampu mengoptimalkan dan menjawab kebutuhan
wisatawan serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal,
disamping tetap mempertahankan keberlangsungan dalam
pembangunan pariwisata.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pengembangan kawasan wisata Kabupaten
Maluku Tenggara Barat?
2. Faktor-faktor internal apakah yang mendukung dan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 15
menghambat pengembangan pariwisata Kabupaten Maluku
Tenggara Barat?
3. Faktor-faktor eksternal apakah yang mendukung dan
menghambat pengembangan pariwisata Kabupaten Maluku
Tenggara Barat?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah
:
1. Menentukan strategi pengembangan kawasan wisata Kabupaten
Maluku Tenggara Barat.
2. Menentukan faktor-faktor internal yang mendukung dan
menghambat pengembangan pariwisatan Kabupaten Maluku
Tenggara Barat.
3. Menentukan faktor-faktor eksternal yang mendukung dan
menghambat pengembangan pariwisatan Kabupaten Maluku
Tenggara Barat.
1.4Manfaat Penelitian
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 16
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan
bagi masyarakat Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam
mengembangkan usaha pariwisata, selain itu sebagai bahan
masukan bagi pihak pemerintah daerah dalam penentuan perumusan
kebijakan di sektor Pariwisata. Semoga penelitian ini dapat
menambah khasanah keilmuan dalam bidang pariwisata dan
bermanfaat bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti tentang pariwisata.
1.5Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup pembahasan penelitian ini pada wisata alam,air
yang berada pada daerah Maluku Tenggara Barat, yang tersebar
pada bebrapa lokasi pantai dalam lingkup Kabupaten Maluku
Tenggara Barat. Dalam penelitian ini responden adalah
wisatawan mancanegara. Berdasarkan persepsi wisatawan dan
masyarakat lokal yang dijaring melalui kuesioner akan
menghasilkan suatu strategi yang digunakan dalam pengembangan
kawasan wisata yang berada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 17
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Budiono Senen. Kondisi Terumbu Karang Berdasarkan Bentuk
Pertumbuhan (life form) di Perairan Pulau Neira Kepulauan Banda,
Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang berdasarkan
bentuk pertumbuhan (life form) di perairan Pulau Neira Kepulauan
Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Metode
pengambilan data berdasarkan bentuk pertumbuhan dengan bantuan
alat scuba dan menggunakan transek garis sepanjang 50 meter yang
diletakkan sejajar garis pantai pada kedalaman 3 dan 10 meter.
Letak garis transek pada kedalaman 3 dan 10 meter dianggap
mewakili kondisi karang yang ada di daerah tersebut, untuk
setiap titik bentuk pertumbuhan karang berubah harus dicatat
pada bentuk pertumbuhan karang tersebut. Sementara untuk
penutupan karang diukur karang yang melalui garis transek dengan
ketelitian mendekati sentimeter. Analisis data dilakukan dengan
metode persentase penutupan dan indek keanekaragaman,Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 18
keseragaman, dan dominansi. Hasil penelitian diperoleh, terumbu
karang ketiga stasiun pengamatan pada kedalaman 3 dan 10 meter
ditemukan 16 bentuk pertumbuhan karang (life form), karang dalam
kondisi sedang hingga baik sekali yang meliputi : jenis Acropora,
Non-acropora (coral), soft coral, sponges, algae. Kondisi terumbu karang
di sekitar perairan Pulau Neira pada stasiun I untuk kedalaman 3
meter rata-rata persentase penutupan karang hidupnya adalah
44,6% (sedang), pada stasiun II (82%) dan stasiun III mencapai
88,82% dalam kondisi baik sekali. Rata-rata persentase penutup
Acropora untuk kedalaman 3 meter pada stasiun I adalah Acropora
24,05% (buruk) dan Non-Acropora 30,7% (sedang), stasiun II rata-
rata persentase penutupan Acropora 51,3% (baik) dan Non-Acropora
30,7% (sedang), stasiun III persentase penutupan karang Acropora
20,32% (buruk) dan Nor-Acropora 68,5% (baik). Bentukbentuk
pertumbuhan karang yang ditemukan diantaranya Acropora branching
(ACB), Non-Acropora branching (CB), Non-Acropora foliose (CF), Non-
Acropora heliopora (CHL), Non-Acropora massive (CM), Non- Acropora
millepora (CME), Non-Acropora mushroom (CMR), Non- Acropora submassive
(CS), Others (OT). Keanekaragaman tergolong kecil hingga sedang
dengan kondisi terumbu karang mengalami tekanan hingga labil dan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 19
dominansi yang rendah.
Ratri Puji Rahayu, Skripsi, 2011. Efektifitas Program
Komunikasi Pemasaran Wisata Budaya Kota Solo (Study Evaluasi
program kegiatan komunikasi pemasaran Karaton Surakarta
Hadiningrat dalam melestarikan warisan budaya). Metode
penelitian evaluasi dengan pendekatan Kualitatif, Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh
keberhasilan dari pelaksanaan program komunikasi pemasaran
pariwisata yang dilakukan oleh Karaton Surakarta Hadiningrat
Bauran promosi merupakan kegiatan yang sangat membantu dalam
proses kelancaran pengenalan adanya Karaton Surakarta
Hadiningrat sebagai salah satu warisan budaya di kota Solo.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa program kegiatan
komunikasi pemasaran Karaton Surakarta Hadiningrat mempunyai
tiga program yang dikenal dengan KKN, yaitu : Komitmen,
Konsisten, dan Networking, yang terwujud dalam berbagai
aktivitas antara lain, pembuatan brosur, pembuatan website,
pameran wisata, dan kerjasama dengan Dinas terkait.
Eriana Prince Agustin, Skripsi 2011. Strategi Komunikasi
Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 20
Sleman Dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan Nusantara Di Desa
Wisata Kabupaten Sleman (Periode 2005 – 2010). Metode penelitian
studi kasus dengan pendektan kualitatif. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi
pemasaran pariwisata yang dilakukan Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata Kabupaten Sleman Dalam Meningkatkan Jumlah Kunjungan
Nusantara Di Desa Wisata Kabupaten Sleman (Periode 2005 – 2010).
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa strategi komunikasi
pemasaran pariwisata dinas kebudayaan dan Pariwisata Sleman
dalam meningkatkan jumlah pengunjung yakni terdapat dua hal.
Pertama, penyesuaian fasilitas sesuai masyarakat sekitar. Kedua,
menggunakan salah satu bauran promosi pemasaran, yakni
periklanan dan publisitas serta mengadakan program-program baru
dalam publisitas daerah wisata.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Astuti (2008) tentang
“Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Jumlah Kunjungan Wisatawan
Di Bagus Agro Pelaga Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten
Badung” menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi
penurunan jumlah kunjungan wisatawan di Bagus Pelaga
menunjukkan bahwa secara keseluruhan dimensi pelayanan yang
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 21
dituangkan pada faktor produk, harga, orang, tempat, proses,
fisik dan promosi merupakan factor utama yang memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelayanan yang
diberikan di Bagus Agro Pelaga dan akan berimplikasi kepada
jumlah kunjungan yang mengalami penurunan sesuai dengan tingkat
kepuasan pelayanan yang diperoleh wisatawan selama berkunjung ke
Bagus Agro Pelaga.
Umu Hasanah. Skripsi 2008, Strategi Publikasi dan Promosi
Wisata Bahari Lamongan (WBL) Dalam Meningkatkan Pengunjung.
dengan Metode penelitian studi kasus dengan pendektan
kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana strategi publikasi dan promosi yang dilakukan oleh
Wisata Bahari Lamongan (WBL) dalam meningkatkan pengunjung.
Dalam hal ini strategi promosi wisata bahari lamongan (WBL)
dalam meningkatkan pengunjung, adalah: pertama, melakukan
komunikasi, menginformasikan adanya program atau hal baru di
WBL. Kedua, menjalin kerjasama yang harmonis dengan media massa.
Ketiga, memperbanyak
Wijaya pada tahun 2008, dengan judul ”Strategi Pengembangan
Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 22
Karangasem”. Penelitian ini dikembangkan karena adanya kejenuhan
terhadap jenis kepariwisataan yang selama ini telah
dikembangkan, yaitu pariwisata massal, yang merusak lingkungan
dan juga sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk mengantisipasi
dampak negatif dari pariwisata massal, maka dikembangkanlah
pariwisata alternatif, yakni pariwisata pedesaan. Penelitian ini
berlokasi di Desa Tenganan Pegringsingan. Adapun potensi wisata
yang dimiliki adalah panorama persawahan, bangunan bersejarah,
suasana perkampungan, perumahan penduduk, kesenian tradisional,
sistem kelembagaan dan sistem sosial kemasyarakatan. Adapun
hasil penelitiannya adalah dikembangkannya jenis wisata agro dan
juga wisata budaya.
Penelitian Puja Astawa, dkk (2002) tentang “Pola
Pengembangan Pariwisata Terpadu Bertumpu Pada Model Pemberdayaan
Masyarakat di Wilayah Bali Tengah” menyatakan bahwa berdasarkan
profil wilayah Bali Tengah yang pada dasarnya mencerminkan satu
kesatuan social budaya dan lingkungan agraris, maka ditetapkan
“Pariwisata Subak” sebagai model hipotetik bagi pengembangan
pariwisata yang berbasiskan potensi sosial budaya dan ekologi
pertanian yang dalam pengelolaannya mengutamakan peran serta
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 23
masyarakat setempat sehingga mampu memberikan manfaat
kesejahteraan bagi masyarakat serta pelestarian budaya dan
lingkungan
setempat. Jenis – jenis potensi yang dapat dikembangkan sebagai
daya tarik atau objek wisata meliputi : (1) potensi ekologis yang
terdiri dari ekologi persawahan, perkebunan, hutan, sungai, mata
air dan pegunungan; (2) potensi sosial budaya dari berbagai aspek
kehidupan budaya petani masyarakat pedesaan; (3) revitalisasi dan
konservasi kebudayaan lokal, yang ditandai dengan dibangkitkannya
kembali berbagai jenis tradisi yang belakangan ini semakin
terancam keadaannya, serta semakin mantap dan terpeliharanya
keberadaan lembaga subak yang sangat penting artinya bagi
ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan setempat; (4)
meningkatkan perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap
pemeliharaan dan penyelamatan peninggalan budaya masa lalu; (5)
pengelolaan pariwisata subak dilakukan melalui kerjasama terpadu
antara masyarakat sebagai pemegang peran sentral, pengusaha
pariwisata sebagai mitra usaha dan pemerintah sebagai fasilitator
dan sekaligus sebagai control terhadap pengembangan pariwisata
setempat.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 24
Luh Putu Emi Yudhiantari. Ekowisata sebagai alternatif
dalam pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di Desa
Wongaya, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.
Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi kepariwisataan
yang ada di Desa Wongaya Gede dalam rangka pengembangan
pariwisata, mengkaji persepsi masyarakat dan wisatawan
mancanegara terhadap pengembangan pariwisata di Desa Wongaya
Gede, dan merumuskan model pengembangan pariwisata yang
dapat dikembangkan di Desa wongaya Gede dalam rangka
mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Metode dalam
penelitian ini adalah menggunakan tipe penelitian
deskriptif. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan
Desa Wongaya Gede memiliki potensi ekologis dan sosial
budaya yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata
dalam menunjang pengembangan kepariwisataan. Berdasarkan
persepsi masyarakat diketahui bahwa seluruh masyarakat
setuju terhadap pengembangan pariwisata di Desa wongaya Gede
dan hampir seluruh wisatawan yang diwawancarai mengatakan
bahwa pariwisata di Desa Wongaya Gede bias dikembangkan.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 25
Berdasarkan pendekatan the seven steps of planning, maka model
pariwisata yang dapat dikembangkan di Desa Wongaya Gede
sebagai alternatif dari pengembangan pariwisata yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan adalah menerapkan model
ekowisata dengan menjual alam sebagai objek (atraksi) dengan
berbasiskan pada masyarakat.
Muhammad Ilyas. Strategi Pengembangan Pariwisata
Kepulauan Togean di Kabupaten Tojo Una-Una. Penelitian ini
bertujuan menyusun strategi dalam mengembangkan
kepariwisataan Kepulauan Togean. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner. Data
dianalisis dengan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan daya
dukung yang besar dari objek dan kondisi masyarakat
setempat, sedangkan daya dukung infrastruktur dan tata
kelola masih rendah. Strategi pengembangan yang dibutuhkan
adalah peningkatan pembangunan sarana dan prasarana
pendukung sektor pariwisata, peningkatan kerjasama dengan
hinterland dalam mengembangkan industri kepariwisataan
Kepulauan Togean, selain itu, intensitas dan efektivitas
promosi pariwisata Kepualuan Togean dengan memanfaatkan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 26
media internet (pembuatan website) dan mengikuti festival
tingkat nasional atau regional.
2.2 Konsep Penelitian
2.2.1 Kegiatan Parawisata
Kegiatan kepariwisataan adalah kegiatan yang mengutamakan
pelayanan dengan berorientasi pada kepuasan wisatawan, pengusaha
di bidang pariwisata, pemerintah dan masyarakat. Sebagai salah
satu aktifitas fisik dan psikis manusia, pariwisata
didefinisikan oleh banyak ahli dengan definisi yang tidak
terlalu jauh berbeda. Berdasarkan pasal 1 angka 3 Undang-undang
No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan jo Pasal 1 angka 3 PP
No.67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisatan Republik
Indonesia serta pasal 1 huruf f Perda Propinsi Bali No.3 Tahun
1991 tentang Pariwisata Budaya, kata pariwisata diartikan
sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait dibidang tersebut. Definisi tentang pariwisata oleh
Matheison & Wall yang dikutip oleh Chris Cooper sebagai berikut:
“tourism is temporary movement to destination outside the normal home and
workplace, the activities undertaken during the stay and the facilities created to
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 27
cater for the needs of tourist”
(Cooper, et al, 1993). Dari pengertian tersebut dapat
dilihat bahwa kegiatan kepariwisataan terjadi semata-mata
merupakan kegiatan yang menempuh jarak dan waktu tertentu yang
terlepas dari aktifitas keseharian seperti aktifitas kerja,
berbisnis dan yang lainnya, tetapi aktifitas yang dilakukan
jelas-jelas di luar kegiatan tersebut melibatkan berbagai
pihak lainnya terutama dalam pemakaian fasilitas yang
berhubungan dengan pariwisata.
Pemberian batasan tentang pariwisata memang sering tidak
dapat menghasilkan satu batasan yang memuaskan untuk berbagai
kepentingan. Melihat batasan yang begitu luas dan beragam,
Richardson dan Fluker dalam Pitana (2005:45) membedakan
batasan pariwisata atas dua batasan, yaitu batasan konseptual
dan batasan teknis. Batasan konseptual digunakan untuk memahami
pariwisata secara
2.2.2 Konsep Wisatawan
Wisatawan (tourist) adalah sebagai objek dalam kegiatan
pariwisata. Wisatawan disebut sebagai objek karena kegiatan
pariwisata tidak bisa terlepas dari pelayanan terhadap wisatawan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 28
atau orang sebagai objek pelayanan. The tourist is the actor in this system
(Cooper, et al, 1993:3). Maksudnya adalah bahwa wisatawan
merupakan yang menjadi perhatian oleh siapa pun yang terlibat
dalam kegiatan pariwisata. Dari pendapat Cooper tersebut dapat
dikatakan bahwa tidak selamanya wisatawan diperlakukan sebagai
obyek, tetapi terkadang bisa saja sebagai subyek dalam pelayanan
pariwisata.
Definisi mengenai wisatawan juga ditegaskan oleh IUOTO
(International Union of Official Travel Organization) dalam Pitana (2005: 43),
pengertian wisatawan ini hanya berlaku untuk wisatawan
internasional, tetapi secara analogis dapat juga berlaku untuk
wisatawan domestik. Selanjutnya wisatawan dibedakan atas dua
bagian, yakni (1) Wisatawan (tourist), yaitu mereka yang
mengunjungi suatu daerah lebih dari 24 jam, dan (2)
Pelancong/pengunjung (excursionists), yaitu mereka yang tinggal di
tujuan wisata kurang dari 24 jam. Dari sisi yang lain, Inskeep
(1991) mengidentifikasikan karakteristik wisatawan yang
berkunjung ke suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana
mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ditentukan oleh
beberapa hal, antara lain; asal negara wisatawan, tujuan dari
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 29
pada kunjungannya, lama tinggal, umur, jenis kelamin dan jumlah
keluarga yang ikut berkunjung, pekerjaan dan tingkat
penghasilan, jumlah kunjungan, individu atau kelompok, jumlah
uang yang dihabiskan selama kunjungan serta perilaku dari
kepuasan wisatawan itu sendiri.
Potensi menurut beberapa penulis seperti Pendit (1999: 21)
menerangkan bahwa potensi wisata adalah berbagai sumber daya
yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan
menjadi atraksi wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah
berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat
di kembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist attraction) yang
dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek lainnya. Potensi menurut Kamus Besar
Bahasa indonesia (2007: 890)adalah kemampuan yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan; kesanggupan; kekuatan; daya.
Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (2002:5) adalah
segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung
pada suatu daerah tujuan wisata, seperti:
a. Natural attraction: landscape, seascape, beaches, climate and other
geographical features of the destinations.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 30
b. ultural attraction: history and folklore, religion, art and special events,
festivals.
c. Social attractions: the way of life, the resident populations, languages,
opportunities for social encounters.
d. Built attraction: building, historic, and modern architecture, monument,
parks, gardens,marina,etc.
Adapun potensi wisata yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah semua daya tarik wisata yang terdapat di Desa Pelaga yang
bisa dikembangkan menjadi daya tarik (tourism atraction) alternatif.
2.2.3 Konsep Strategi
Menurut Stanton (dalam Amirullah, 2004: 4) mengatakan
strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas dari suatu
tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Rencana
dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan lingkungan
eksternal dan internal perusahaan. Begitu juga dengan
Christensen dalam Rangkuti (2005:3)mengungkapkan bahwa
strategi merupakan alat untuk mencapai keunggulan bersaing.
Porter dalam rangkuti (2005: 4) mengungkapkan bahwa
strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai
keuggulan bersaing.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 31
Menurut Chandler dalam Rangkuti (2005: 3) strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak
lanjut serta prioritas alokasi Dari beberapa tinjauan di
atas, maka dapat dicapai sebuah pengertian tentang strategi
yang akan dipakai dalam penelitian ini, yaitu suatu
kesatuan rencana dalam bentuk program-program yang terpadu
dan menyeluruh untuk mencapai keunggulan bersaing dalam
mencapai tujuan.
2.2.4 Konsep Pengembangan
Ada beberapa pendapat para ahli tentang arti dari
pengembangan itu sendiri. Menurut Paturusi (2001)
mengungkapkan bahwa pengembangan adalah suatu strategi yang
dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan
kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata
sehingga dapat dikunjungi wisatawan serta mampu memberikan
manfaat bagi masyarakat disekitar objek dan daya tarik
wisata maupun bagi pemerintah. Selanjutnya Suwantoro
(1997:120) pengembangan bertujuan untuk mengembangkan
produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 32
bertahap. Sedangkan Poerwadarminta (2002:474). Lebih
menekankan kepada suatu proses atau suatu cara menjadikan
sesuatu menjadi maju, baik sempurna dan berguna.
Disamping itu pengembangan pariwisata bertujuan untuk
memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan
rumah. Dengan adanya pembangunan pariwisata diharapkan
mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui
keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut.
Dengan kata lain pengembangan pariwisata melalui penyediaan
fasilitas infrastruktur, wisatawan dan penduduk setempat
akan saling diuntungkan. Pengembangan tersebut hendaknya
sangat memperhatikan berbagai aspek, seperti ; aspek
budaya, sejarah dan ekonomi daerah tujuan wisata. Pada
dasarnya pengembangan pariwisata dilakukan untuk
memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan permasalahan
(Mill, 2000: 168) Pengembangan pariwisata secara mendasar
memperhatikan beberapa konsep seperti : (1) Pengembangan
Pariwisata Berkelanjutan, (2) Pembangunan Wilayah Terpadu
dan Pengembangan Produk Wisata; (3) Pembangunan Ekonomi
Pariwisata; serta (4) Pengembangan Lingkungan.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 33
2.3 Kerangka Pemikiran
Untuk lebih mengetahui penelitian ini selanjutnya akan
dikaji konsep dasar yang perlu dipahami dan diuraikan dalam
studi pustaka serta penelitian terkait sebelumnya. Adapun
uraian tersebut terdiri dari : a) Pariwisata, b) Obyek wisata,
c) Potensi obyek wisata, d) Pengembangan obyek wisata, e)
Analisis SWOT untuk strategi pengembangan obyek wisata.
Kondisi geografis yang berbeda meyebabkan
keanekaragaman dan karakateristik pada suatu daerah meliputi
lithosfer, pedosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer,dan
antroposfernya. Jenis, bentuk dan persebaran dari obyek wisata
tidak lepas dari perbedaaan kondisi geografis di atas, semakin
beragam dan semakin unik maka merupakan potensi besar untuk
menjadi obyek wisata unggulan. Masing-masing obyek wisata
memiliki keunikan dalam menarik kunjungan wisatawan.
Potensi yang dimiliki tentunya beragam tergantung pada
pengelolaan dan daya dukung, baik sarana dan prasarana, sosial
ekonomi beserta masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
Oleh karena itu perhatian dari pemerintah sangat berpengaruh
terhadap berkembang atau tidaknya suatu obyek wisata. Dalam
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 34
rangka mewujudkan tujuan dikembangkannya pariwisata antara
lain adalah untuk kesejahteraan masyarakat serta mengurangi
pengangguran, pemerintah daerah khsususnya Pemerintah
Kabupaten Maluku Tenggara Barat harus memberikan perhatian
serius terhadap obyek-obyek wisata yang tersebar di setiap
kecamatannya, khususnya obyek wisata pantai. Strategi-strategi
terencana dan terukur untuk menambah daya tarik obyek wisata
dengan menambah fasilitas yang belum ada ataupun melengkapi
fasilitas-fasilitas yang masih kurang adalah sangat penting
sesuai dengan kebutuhan wisatawan.
Untuk itulah penilaian potensi masing-masing obyek wisata
pantai perlu segera dilakukan agar arah pengembangannya
sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pengembangan yang tidak
memperhatikan potensi yang ada tentunya akan memberikan dampak
negatif, misalnya berkurangnya kunjungan wisatawan sebagai
akibat turunnya daya tarik obyek wisata.
Penilaian potensi daya tarik obyek wisata pantai dapat
dilihat dari potensi fisik dan budayanya. Menurut Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pariwisata (P4) UGM potensi fisik
dapat dinilai dari lahan, kondisi pantai, hidrologi,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 35
vegetasi, aksesibilitas (tingkat keterjangkauan), dan
sarana prasarana yang dimodifikasi dengan kondisi setempat,
selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kedekatan jarak antar
obyek dan kesamaan akses, kemudian dilakukan penilaian dan
pengkelasan. Setelah itu baru akan terlihat mana yang memiliki
potensi rendah, sedang dan tinggi untuk dikembangkan sesuai
dengan potensinya dan dapat ditentukan skala prioritas dalam
pengembangan obyek wisata yang ada.
Pengembangan obyek wisata diharapkan menjadi batu
loncatan untuk pengembangan obyek yang lain dalam satu
kelompok. Sampai tahap ini dibutuhkan penentuan strategi
pengembangannya. Penentuan strategi pengembangannya dapat
dilakukan dengan analisis SWOT yang memepertimbangkan
faktor internal dan eksternal. Potensi/kekuatan dan
kendala/kelemahan merupakan sebagai faktor internal,
peluang/kesempatan dan tantangan/hambatan sebagai faktor
eksternal. Untuk mengetahui lebih luas tentang obyek yang
diteliti dibutuhkan informasi dari hasil wawancara dengan
instansi terkait atau orang-orang yang dianggap tahu tentang hal
itu. Penekanannya adalah bagaimana potensi yang ada
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 36
dioptimalkan dengan mengurangi resiko atau hambatan yang
dihadapi.
Untuk lebih jelasnya kerangka pikiran yang dibangun dalam
penelitian ini, dapat dilihat pada gambar diagram alir
penelitian dihalaman berikut. Dari gambar tersebut mempermudah
untuk memahami langkah-langkah dan tahap yang dilakukan
oleh peneliti.
2.3.1 Pengertian Pariwisata
Parawisata merupakan kegiatan perjalanan untuk rekreasi,
biasanya masyaraktamengunjungi tempat-tempat parawisata yang
menarik mulai dari gunung, pantai, perkotaan, dan lain-lain.
Manusia modern sekarang ini menjadikan parawisata sebagai
kebutuhan pokok setelah disibukan oleh urusan pekerjaan.
Apalagi didukun oleh semakin banyaknya armada transportasi
yang menawarkan tariff serta harga yang menarik dengan
destinasi tertentu membuat masyarakat menjadi bersemangat
dalam berekreasi
2.3.2 Penertian Parawisata menurut Para Ahli
Menurut Koen mayer (2009), parawisata adalah aktivitas
perjalanan yang dilakukan oleh seseoarang sementara waktu dari
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 37
tempat tinggal dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari
nafka melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu,
mneghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan
lainya.
Menurut Gamal (2002) parawisata didefenisikan sebagai
bentuk. Suatu proses kepergian sementara dari seseorang, lebih
menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergian adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, social,
budaya, polotik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain.
Menurut WTO (1999), Parawisata adalah kegiatan manusia yang
melakukan perjalannan suatu tempat dan tinggal di daerah tujuan
diluar lingkungan keseharianya
Salah (1996 : 9) dalam Tourism Management,
menyatakan bahwa pariwisata adalah satu jenis industri baru
yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam
panyediaan lapangan kerja. Hamalik (1978 : 14) juga
mengemukakan pariwisata yaitu melakukan perjalanan
bertujuan untuk beristirahat dan hanya dinikmati oleh
segolongan manusia.
Menurut Fandeli (1995 : 47), mengemukakan pariwisata
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 38
adalah perpindahan sementara orang-orang kedaerah tujuan
diluar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-harinya,
kegiatan yang dilakukannya adalah fasilitas yang digunakan
ditujukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Menurut Sujali (1989 : 2), mengemukakan pariwisata merupakan
kegiatan yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan
kepuasan. Wisata sebagai salah satu aktivitas manusia
melibatkan banyak aspek dan dapat ditinjau dari banyak disiplin
ilmu.
Definisi atau pengertian tentang pariwisata juga
dikemukakan Pendit (1987 : 16), pariwisata adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan
obyek dan daerah tujuan wisata serta usaha-usaha yang terkait
dibidang tersebut.
Menurut Spillane (1987 : 21), pariwisata adalah
perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain yang bersifat
sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha
untuk keseimbangan, keserasian atau kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dengan dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Pariwisata terdiri dari dua kata, yaitu pari dan wisata. Pari
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 39
berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan lengkap.
Wisata berarti perjalanan, bepergian. Wisata bersinonim dengan
kata travel. Jadi pariwisata adalah suatu perjalanan yang
dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari
suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha
atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-
mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan
rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Menurut undang-undang No. 10 Tahun 2009, pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Daerah. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya
tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Orang yang melakukan wisata dikatakan sebagai
wisatawan.
Daya tarik wisata adalah segalah sesuatu yang memiliki
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 40
keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam buadaya dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan daerah wisatawan. Daerah tujuan wisata
atau Destinasi parawisata adalah kawasan geografis yang
berada dalam satu atau lebih wilaya administrasi yang
dalamnya terdapat daya tarik wisata.
Kegiatan wisatawan dalam berwisata tentulah
dipengaruhi oleh faktor- faktor tertentu, baik faktor
penarik maupun faktor pendorong dalam melakukan kegiatan
pariwisata . Fandeli (1995 : 40) menjelaskan sebagai berikut
:
a. Faktor Pendorong
Faktor yang mendorong seseorang untuk
berwisata adalah ingin terlepas, meskipun
sejenak dari kehidupan yang rutin setiap
hari, lingkungan yang tercemar, kemacetan
lalu lintas, dan hiruk pikuk kehidupan kota.
b. Faktor Penarik
Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 41
wisata di daerah atau di tempat wisata.
Sesuai dengan fungsi dari kegiatan
pariwisata, Sujali (1989 : 21) membedakan
pariwisata menjadi enam jenis. Yakni diuraikan
sebagai berikut:
a. Pariwisata pendidikan
b. Pariwisata olahraga
c. Pariwisata kebudayaan
d. Pariwisata kesehatan
e. Pariwisata ekonomi
f. Pariwisata social
2.4 Potensi Obyek Wisata
Menurut Pearce (1983 : 25), faktor-faktor lokasional yang
mempengaruhi pengembangan potensi obyek wisata adalah
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 42
kondisi fisis, aksesibilitas, pemilikan dan penggunaan
lahan , hambatan dan dukungan serta faktor-faktor lain
seperti upah tenaga kerja dan stabilitas politik. Selain
itu unsur-unsur pokok yang harus diperhatikan meliputi
obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata,
sarana wisata, infrastruktur dan masyarakat/lingkungan
(Gamal Suwantoro, 2004 : 19) Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi potensi pariwisata tersebut diatas dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Kondisi Fisis
Aspek fisis yang berpengaruh terhadap pariwisata
berupa iklim (atmosfer), tanah batuan dan morfologi
(lithosfer), hidrosfer, flora dan fauna.
b. Atraksi dan Obyek Wisata
Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi
daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah
tertentu, misal adalah tari-tarian, nyayian, kesenian
daerah, upacara adat dan lain-lain (Yoeti, 1996 :
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 43
172). Obyek wisata adalah segala sesuatu yang
terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya
tarik agar orang-orang mau berkunjung.
c. Aksesibilitas
Aksesibilitas berkaitan dengan usaha pencapaian
tempat wisata. Semakin mudah tempat tersebut
dicapai maka akan menambah minat wisatawan untuk
berkunjung.
d. Pemilikan dan Penggunaan Lahan
Variasi dalam pemilikan dan penguasaan lahan dapat
mempengaruhi lokasi tempat wisata, bentuk
pengembangannya, dan terhadap arah
pengembangannya. Bentuk Penguasaan lahan antara
lain : a) lahan Negara/pemerintah, b) lahan
masyarakat dan c) lahan pribadi (Pearce, 1983 : 34)
e. Sarana dan Prasarana Wisata
Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan
yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik
secara langsung atau tidak langsung. PrasaranaEsy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 44
kepariwisataan ini berupa prasarana perhunbungan,
komunikasi, istalasi listrik, persediaan air minum,
sistem irigasi, sistem perbankan dan pelayananan
kesehatan (Yoeti, 1995 : 181)
f. Masyarakat
Pemerintah melalui instansi-instansi terkait
telah menyelenggarakan penyuluhan kepada masyarakat
dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata (Gamal
Suwantoro, 2004 : 23)
Menurut Sujali (1989 : 11), mengemukakan bahwa potensi obyek
wisata terjadi karena suatu proses, dapat disebabkan oleh
proses alam maupun karena disebabkan oleh budidaya manusia.
Suatu tempat dapat menjadi suatu obyek wisata harus mempunyai
suatu potensi yang dapat menarik pengunjung. Potensi
tersebut dapat berupa kenampakan alam alami yang dimiliki
oleh tempat tersebut ataupun suatu obyek/kenampakan yang
dibuat oleh manusia, dalam hal ini stakeholder yang bertanggung
jawab terhadap obyek wisata tersebut.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 45
Melihat potensi pariwisata yang telah berkembang
baik obyek, infrastruktur, maupun pengusahanya, masih
terdapat peluang investasi berdasar potensi alam yang ada
yaitu keberadaan pantai sebagai salah satu suasan
alam yang memiliki daya tarik yang begitu indah, serta danau
Webolar sebagai tempat pemancingan. Di samping itu juga,
untuk mengeksplorasi keindahan alam pedesaan, keunikan
karakter masyarakatnya serta keragaman budaya, wisata
pedesaan menjadi peluang yang cukup bagus untuk
dikembangkan.
Potensi budaya yang terdapat di Saumlaki terdiri dari
upacara adat, tradisi budaya dan peninggalan budaya yang
turun menurun di masyarakat Maluku Tenrgara Barat . Potensi
pantai dengan keindahan pasir putihnya, suasana pantai yang
tenang menambah lengkap daya tarik wisata di Saumlaki, apalagi
belum belum dikelola secara baik.
2.5 Pengembangan Obyek Wisata
Dalam UU RI No. 10 Tahun 2009 Pasal 6 dan 7,tentang
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 46
pembangunan pariwisata disebutkan bahwa pembangunan pariwisata
haruslah memperhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan
budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk berwisata.
Pembangunan pariwisata meliputi :
a. Industri pariwisata
b. Destinasi pariwisata
c. Pemasaran, dan
Kelembagaan kepariwisataan.
Musanef (1996 : 1) menyebutkan bahwa pengembangan
pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha terencana
untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana
dan sarana,barang dan jasa/fasilitas yang diperlukan
guna melayani kebutuhan wisatawan.
Pada prinsipnya pengembangan adalah setiap usaha untuk
memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun
yang akan datang dengan memberikan informasi, memperbaiki
sikap atau menambah kecakapan-kecakapan (Respati, 2001 :
10).
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 47
Menurut Sujali (1989 : 41), untuk mendapatkan
hasil pembangunan kepariwisataan yang optimal ada tiga
komponen penting yang harus dipersiapkan yaitu :
a. Tersedianya obyek wisata yang dapat dinikmati
atau adanya atraksi yang
dapat dilihat
b. Tersedianya sarana transportasi dan perhubungan
c. Komponen penunjang yang berupa akomodasi dan
sarana infrastruktur.
Menurut Yoeti (1996 : 181), aspek-aspek yang
perlu dikaji dalam perencanaan pariwisata adalah
meliputi :
a. Wisatawan
b. Pengangkutan
c. Atraksi/obyek wisata
d. Fasilitas pelayanan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 48
e. Informasi dan promosi
Selanjutnya suatu daerah agar dapat dikembangkan,
menarik wisatawan dan dapat dijadikan daerah tujuan
wisata , harus memenuhi tiga syarat yaitu :
a) something to see , artinya di daerah tersebut harus
ada obyek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan apa
yang dimiliki oleh daerah lain,
b) something to do, artinya di daerah tersebut banyak
yang dapat dilakukan, harus ada fasilitas rekreasi yang
dapat membuat mereka betah lebih lama tinggal di tempat
tersebut,
c) something to buy, artinya didaerah tersebut harus ada
tempat belanja seperti
souvenir dan oleh-oleh (Yoeti, 1996 : 178).
Pembangunan suatu obyek wisata harus dirancang dengan bersumber
pada potensi daya tarik yang dimiliki oleh objek tersebut, dan
harus mengacu pada berbagai kriteria kelayakan. Kelayakan
yang dimaksudkan adalah kelayakan finansial, kelayakan
ekonomi regional, kelayakan teknis dan kelayakan lingkungan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 49
2.6 Obyek Wisata
Menurut Gamal Suwantoro (1997 : 19) obyeksi wisata adalah
merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran
wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya
yang sangat menentukan tersebut maka daya tarik wisata harus
dirancang dan dibangun serta dikelola secara professional
sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Pada Umumnya
daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada hal-hal sebagai
berikut :
a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa
senang, indah, nyaman,
dan bersih.
b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat
mengunjunginya.
c. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat
langka
d. Adanya sarana/prasarana penunjang untuk melayani
wisatawan yang hadir
e. Untuk obyek wisata alam memiliki daya tarik
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 51
tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi
kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang
terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada
masa lampau. Menurut Yoeti (1996 : 60), obyek wisata
adalah sesuatu yang dapat dilihat tanpa harus
dipersiapkan terlebih dahulu seperti pantai, danau,
candi, monumen, gunung, pemandangan laut, dan lain-lain.
Adapun hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung
ke tempat wisata
adalah : a) benda yang tersedia dan tedapat di alam
semesta (natural amenities)
misal iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan, flora
dan fauna dan pusat
kesehatan, b) hasil ciptaan manusia (man made supply ),
misal benda-benda yang
bersejarah, monument bersejarah, dan sisa peradaban pada
masa lampau, museum, acara tradisional, dan rumah-rumah
ibadah, c) tata cara hidup masyarakat, misal bagaimana
kebiasaan hidupnya dan adat istiadatnya (Yoeti, 1996 :
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 52
176)
Gamal suwantoro (1997 : 19) menjelaskan pengusahaan
obyek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok ;
a. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam
b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata
budaya
c. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata
minat khusus.
Berdasarkan obyek-obyek wisata yang terdapat di Kabupaten
Maluku Tenggara Barat obyek yang dapat dikembangkan yaitu
meliputi obyek wisata pantai, wisata alam, dan wisata budaya.
2.7 Analisis SWOT
Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari
"kekuatan"/strengths, "kelemahan"/weaknesses,
"kesempata"/opportunities, dan "ancaman"/threats) adalah metode
perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu
proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkanEsy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 53
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut
(Wikipedia Indonesia,2009).
Strength merupakan hal-hal menjadi unggulan atau ciri khas
suatu tempat wisata. Weaknes merupakan kendala, yakni
merupakan hal-hal yang dapat menghambat pengembangan tempat
wisata. Oppurtinity merupakan peluang, yakni hal-hal yang dapat
dikembangkan lebih lanjut, sedangkan threat merupakan ancaman,
yaitu hal-hal yang dapat mengganggu pengembangan tempat wisata
(Fanni Winih, 2007 : 25).
Yoeti (1995 : 135) memaparkan bagaimana analisis
SWOT dalam sekenario pengembangan pariwisata adalah
sebagai berikut :
a. Kekuatan (strength).
Mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah,maka akan dapat
dikembangkan sehingga mampu bertahan dalam pasar dan
mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya. Dalam hal
ini, kekuatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meraih
peluang.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 54
b. Kelemahan (weaknes)
Segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan
bagi sektor pariwisata. Pada umumnya, kelemahan-kelemahan
yang dapat didentifikasi adalah kurangnya promosi,
jeleknya pelayanan, kurang profesionalnya pelaksana
pariwisata di lapangan, terbatasnya kendaraan umum ke
obyek wisata.
d. Kesempatan (opportunity)
e. Semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan
pemerintah, peraturan yang berlaku, atau kondisi
perekonomian
f. Ancaman (Threats)
Ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan
kerugian bagi pariwisata, seperti peraturan yang tidak
memberikan kemudahan dalam berusaha, rusaknya lingkungan,
dan lain sebagainya.
Analisis SWOT merupakan sebuah alat analisis yang cukup
baik, efektif, dan efisien serta sebagai alat yang cepat dalam
menemukan kemungkinan yang berkaitan dengan pengembangan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 55
awal program-program inovasi baru dalam kepariwisataan.
Sifat analisis SWOT sangat situasional, dalam artian hasil
analisis tahun sekarang belum tentu akan sama dengan hasil
analisis tahun yang akan datang, pengaruh faktor ekonomi,
politik, kemanan dan keadaan soial yang
melatarbelakanginya menyebabkan adanya perubahan (Yulita ,
2008). Berdasarkan aspek-aspek diatas kemudian dimasukkan
dalam matriks analisis. Analsis ini menghasilkan suatu
alternatif pengembangan usaha atau menghindari ancaman. Ada
dua hal yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal.
Internal meliputi kekuatan yang menjadi potensi dan kelemahan
yang menjadi kendala, sedangkan eksternal meliputi peluang
yang menjadi kesempatan dan tantangan.
Secara umum dapat disampaikan perbedaan sebagai berikut :
a. Lokasi Penelitian :
Tempat penelitian dilakukan di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat
b. Obyek Penelitian:
Obyek yang diteliti difokuskan pada obyek wisata
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 56
pantai.
c. Tujuan Penelitian :
Bertujuan untuk Mengetahui potensi obyek wisata
pantai di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan
membuat strategi pengembangan yang tepat untuk obyek
wisata pantainya.
Adapun persamaan dengan penelitian sebelumnya adalah :
a. Sama-sama menganalisis potensi wisata.
b. Sama-sama menggunakan mengumpulkan data dengan
dokumentasi, observasi,
dan wawancara serta analisis SWOT.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat Interpretif kualitatif.
Bersifat deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan
fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan
sistematis, faktual dan akurat (Natsir, 1998). Penelitian
deskriptif digunakan bertujuan agar peneliti dapat
menggambarkan dengan lebih baik sifat-sifat yang diketahui
keberadaannya serta relevan dengan variable-variabel yang
diteliti. Pendekatan dalam penelitian ini merupakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk menggambarkan
tanggapan responden tehadap obyek berdasarkan kuesioner yang
diberikan.
3.2 Obyek Penelitian
Penetapan obyek penelitian sangat penting dalam rangka
mempertanggungjawabkan data yang diperoleh. Oleh karena itu
maka obyek penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 58
Dalam penelitian ini obyek yang peneliti pilih adalah
wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan obyek
penelitian di Obyek Wisata alam berupa wisata alam, taman
laut, hutan alam, serta wisata budaya dan peninggalan
sejarah.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2006: 118).
Variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan obyek
wisata Dengan Indikator :
1. Faktor pendorong pengembangan obyek wisata Kabupaten
Maluku Tenggara Barat
Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat
mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau
produksi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dalam usaha
pembangunan daerah menjadi daerah tujuan pariwisata perlu
diperlukan daya tarik dari obyek wisata. Dalam usahanya
tesebut diperlukan suatu pemasaran untuk mempromosikan dan
mengenalkan potensi wisata yang dimilikinya
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 59
(Heri, 2011 : 7). Faktor pendorong pada Obyek Wisata
Kabupaten MTB antara lain panorama alam yang indah, sejuk
dan masih asli, Sumber air yang melimpah, Kondisi keamanan
yang baik, Suasana obyek wisata yang memberikan kenyamanan,
Jarak tempuh obyek wisata yang dekat dengan kota.
2. Faktor penghambat pengembangan obyek wisata Kabupaten
Maluku Tenggara Barat
Pengembangan obyek wisata pastilah tidak lepas dengan
adanya faktor-faktor penghambat. Beberapa permasalahan yang
menyebabkan kurangnya daya tarik wisata obyek wisata yang
ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah belum
tertatanya dengan baik berbagai macam potensi wisata maupun
sarana dan prasarana obyek wisata di Kabupaten MTB (Heri,
2011 :24). Faktor penghambat pengembangan Obyek Wisata Alam,
antara promosi obyek wisata yang kurang baik, program
pengembangan obyek wisata yang masih sederhana, keterbatasan
anggaran untuk biaya sarana dan prasarana obyek wisata,
keadaan jalan yang kurang baik, kurangnya tenaga
professional dalam pengelola obyek wisata.
b. Strategi pengembangan obyek wisata
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 60
Strategi pengembangan pariwisata merupakan berbagai
gambaran strategi untuk pengembangan potensi pariwisata yang
telah diterapkan di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Strategi tersebut
terbentuk dengan memanfaatkan sumber daya, dana/anggaran,
sumber daya manusia, dan sarana dan prasarana yang dimiliki
untuk melaksanakan pengembangan potensi pariwisata. (Heri,
2011: 23)
3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni 2015 hingga
Juli 2015. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat yang berada dalam wilayah administrasi
Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku.
3.5 Situs Penelitian Dan Informan
Populasi adalah keseluruhan unit dalam ruang lingkup yang
akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna
obyek wisata (wisatawan) yang memanfaatkan obyek wisata di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat,dan masyarakat Kepulauan
Yamdena .
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 61
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 314
wisatawan mancanegara selama empat bulan terakhir yaitu
Bulan Juni sampai Juli 2015, dan masyarakat Maluku Tenggara
Barat yang telah berdiam minimal selama lima tahun.
Sampel penelitian untuk wisatawan mancanegara
ditetapkan secara accidental sampling, yaitu teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dan cocok sebagai sumber
data, maka dapat digunakan sebagai sampel. Setiap wisatawan
yang dijumpai di delapan lokasi penelitian langsung diambil
sebagai responden. Sementara untuk sampel masyarakat lokal
ditetapkan sebanyak 42 orang, dengan rincian tokoh
masyarakat sebanyak 12 orang dimana masing-masing desa hanya
diambil satu orang, mahasiswa 2 orang, pegawai pemerintah 2
orang, pegawai swasta 2 orang, dan masyarakat umum lainnya
sebanyak 24 orang yang terdiri dari pedagang, petani,
nelayan, dan pengusaha.
3.6 Jenis Dan Sumber Data
3.6.1 Jenis data
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 62
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
studi deskriptif dengan mengumpulkan data yang terdiri dari
data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari survey lapangan menyangkut
obyek yang akan diteliti dan disesuaikan dengan kebutuhan,
dalam hal ini pencatatan dan pengamatan langsung mengenai
kondisi obyek wisata pada Kabupatn Maluku Tenggara Barat.
Data juga diperoleh dari wawancara terhadap responden berupa
wisatawan dan masyarakat _acto pada lokasi penelitian.
Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi yang
terkait dengan penelitian ini. Data-data tersebut berupa :
Data kebijakan pemerintah yang menyangkut pariwisata;
fasilitas infrastuktur pariwisata yang ada di lokasi
penelitian; data kunjungan wisatawan; keadaan geografis dan
demografis; data _actor budaya dan ekonomi, dll.
3.6.2 Sumber data
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh
dari : Kantor Bappeda, dan Dinas Tata Ruang untuk memperoleh
data mengenai kebijaksanaan yang ada di lokasi penelitian;
Kantor Dinas Pariwisata untuk memperoleh data kunjungan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 63
wisatawan, fasilitas, dan kebijakan _actor pariwisata di
lokasi penelitian; kantor statistik, dan Kantor pemerintahan
kecamatan untuk memperoleh data geografis dan demografis;
survey lapangan, Informan.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
Teknik Pengamatan atau observasi meliputi berbagai hal
yang menyangkut pengamatan kondisi fisik dan aktivitas
pada lokasi penelitian.
Teknik wawancara yaitu kegiatan mengajukan pertanyaan
melalui wawancara guna memperoleh informasi melalui
_acto jawab secara langsung dengan responden dan
informan.
Teknik dokumentasi adalah kegiatan pengumpulan dan
pengkajian beberapa informasi dari terbitan berkala,
buku-buku, _actor_ing dokumen, foto-foto, surat kabar,
media elektronik, dan referensi statistik.
3.8 Metode Analisis Data
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 64
Analisis data pada dasarnya merupakan proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca
dan diintepretasikan, biasanya menggunakan statistik.
Setelah data dianalisis dan informasi yang lebih sederhana
diperoleh, hasilnya diintepretasi untuk mencari makna dan
implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian (Wardiyanta,
2006 : 37). Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk
menganalisis adalah metode analisis Deskriptif untuk
menjawab faktor-faktor pendorong dan penghambat pengembangan
Obyek Wisata di Kabupaten Maluku Tengggara Barat Sedangkan
untuk menjawab strategi pengembangan Obyek Wisata di MTB
menggunakan analisis SWOT. Untuk lebih jelasnya sebagai
berikut :
No Masalah Metode Analisis
Data
1 Identifikasi faktor-faktor
pendorong dan penghambat
pengembangan Obyek Wisata di
Kabupaten Maluku Tenggara
Analisis
Deskriptif
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 65
Barat?
2 Strategi pengembangan apa saja
yang perlu dilakukan pemerintah
di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat dalam pengembangan Obyek
Wisata di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat?
Analisis SWOT
a. Analisis Deskriptif
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian
(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya (Soejono dan Abdurrahman, 1999: 23)
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis deskriptif yang merupakan proses
penggambaran daerah penelitian. Dalam penelitian ini akan
diperoleh gambaran tentang faktorfaktor pendorong dan
penghambat Pengembangan Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 66
dalam upaya meningkatkan PAD di Kabupaten Pati. Data yang
terkumpul dalam penelitian ini dianalisa dengan metode
analisis deskriptif untuk menjelaskan /mendeskripsikan
fenomenafenomena yang ada kaitannya dengan masalah yang
diteliti. Sehingga data yang dihasilkan merupakan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
perilaku yang diamati.
b. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threats). Hal ini disebut dengan analisis situasi.
Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah
analisis SWOT (Rangkuti, 2006 : 18).
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang
(opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal
Kekuatan (strenghts) dan Kelemahan (weakness) (Rangkuti,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 67
2006: 19). Adapun model yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
3.9
3.10 Kondisi Geografis
Teknik analisis yang akan digunakan dalam penyusunan
Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Maluku
Tenggara Barat
Wisatawan dan Masyarakat Lokal yaitu dengan menelaah semua
data, data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari
hasil kuesioner,
wawancara langsung, pengamatan di lapangan, dokumen
pribadi dandokumen resmi.
Data-data yang ada diproses melalui pengelompokkan
data, klasifikasi menurut urutan permasalahan dan
klasifikasi _actor–_actor internal dan eksternal.
Setelah itu melakukan penyusunan strategi dengan
menggunakan analisis SWOT. Semua elemen dalam SWOT akan
dijaring melalui jawaban responden terhadap pertanyaan
yang diajukan. Analisis SWOT digunakan untuk
mengidentifikasi dan merumuskan suatu strategi.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 68
Analisis SWOT didasarkan pada logika untuk
memaksimalkan Kekuatan (Strength) dan Peluang
(Opportunitiess), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan Kelemahan (Weakness) dan Ancaman (Treath).
Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut :
Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah sumberdaya, ketrampilan atau keunggulan lain
relative terhadap pesaing dan kekuatan dari pasar suatu
perusahaan. Kekuatan kawasan pariwisata adalah sumberdaya
alam, pengelolaan dan keunggulan relatif industri pariwisata
dari pasar dan pesaing sejenis.
Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam
sumberdaya alam, ketrampilan dan kemampuan yang secara
serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan.
Kelemahan kawasan pariwisata adalah keterbatasan atau
kekurangan dalam sumberdaya alam, ketrampilan dan kemampuan
pengelolaan industri pariwisata.
Peluang (Opportunity)
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 69
Peluang adalah situasi atau kecenderungan utama yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Peluang kawasan.
Pariwisata adalah situasi atau kecenderungan utama yang
menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan suatu
kawasan pariwisata.
Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi atau kecenderungan utama yang tidak
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman kawasan
pariwisata adalah situasi atau kecenderungan utama yang
tidak menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan
suatu kawasan pariwisata.
Analisis _factor strategi internal dan eksternal adalah
pengolahan factor-faktor strategis pada lingkungan internal dan
eksternal dengan memberikan pembobotan dan rating pada setiap
factor strategis. Faktor strategis adalah _actor dominan dari
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang memberikan
pengaruh terhadap kondisi dan situasi yang ada dan memberikan
keuntungan bila dilakukan tindakan positif.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 70
Menganalisis lingkungan internal Internal Strategic Factors Analysis
Summary (IFAS) untuk mengetahui berbagai kemungkinan kekuatan dan
kelemahan. Menganalisis lingkungan eksternal, External Strategic
Factors Analysis Summary (EFAS) untuk mengetahui berbagai kemungkinan
peluang dan ancaman. Pembobotan pada lingkungan internal dan
eksternal diberikan bobot dan nilai (rating) berdasarkan
pertimbangan professional. Pembobotan pada lingkungan internal
tingkat kepentingannya didasarkan pada besarnya pengaruh _actor
strategis terhadap posisi strategisnya, sedangkan pada lingkungan
eksternal didasarkan pada kemungkinan memberikan dampak terhadap
_actor strategisnya. Jumlah bobot pada masing-masing lingkungan
harus berjumlah = 1 (satu), dengan skala 1,0 (sangat penting)
sampai dengan 0,0 (tidak penting).
Untuk nilai rating berdasarkan besarnya pengaruh _actor
strategis terhadap kondisi dirinya dengan ketentuan skala mulai
dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah). Variabel yang
bersifat positif (_actor_i kekuatan atau peluang) diberi nilai
dari 1 sampai dengan 4 dengan membandingkan dengan rata-rata
pesaing utama. Sedangkan _actor_i yang bersifat negative
kebalikannya, jika kelemahan atau ancaman besar (_actor_ing
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 71
dengan rata-rata pesaing sejenis) nilainya 1, sedangkan jika
nilai ancaman kecil/dibawah rata-rata pesaing-pesaingnya nilainya
4.
Pemetaan posisi pariwisata bertujuan untuk mengetahui posisi
pariwisata dari suatu obyek wisata dalam kondisi perkembangannya
saat ini. Pemetaan didasarkan pada analogi sifat yang dimiliki
dari _actor-faktor strategis. Kekuatan memiliki sifat positif,
kelemahan bersifat negatif, begitu juga dengan peluang bersifat
positif dan ancaman bersifat negatif. Diagram posisi perkembangan
pariwisata memberikan gambaran keadaan perkembangan pariwisata
berdasarkan kuadran-kuadran yang dihasilkan garis _actor SW dan
garis _actor OT, setiap kuadran memiliki rumusan strategi sebagai
strategi utamanya. Posisi perkembangan pariwisata suatu obyek
wisata atau kawasan pariwisata dapat dilihat pada gambar berikut.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 72
Sumber : LM-FEUI (H. Oka A. Yoeti : 1996)
Gambar . Model Posisi Perkembangan Pariwisata
Rumusan setiap kuadran yang secara khusus untuk pariwisata
dan beberapa pengertian yang melalui proses adopsi, adaptasi dari
penggunaan analisis SWOT untuk perusahaan sehingga diadaptasi
suatu rumusan sebagai berikut :
a. Kuadran I : Growth (Pertumbuhan)
Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai
pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit, atau
kombinasi ketiganya. Pertumbuhan dalam pariwisata adalah
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 73
pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan (frekuensi kunjungan
dan asal daerah wisatawan), asset (obyek dan daya tarik
wisata, prasarana dan sarana pendukung), pendapatan
(retribusi masuk dan jumlah yang dibelanjakan). Pertumbuhan
dalam pariwisata terbagi dua yaitu :
- Rapid growth strategy (strategi pertumbuhan cepat), adalah
strategi meningkatkan laju pertumbuhan kunjungan wisatawan
dengan waktu lebih cepat (tahun kedua lebih besar dari tahun
pertama dan selanjutnya), peningkatan kualitas yang menjadi
_actor kekuatan untuk memaksimalkan pemanfaatan semua
peluang.
- Stable growth strategy (strategi pertumbuhan stabil), adalah
strategi mempertahankan pertumbuhan yang ada (kenaikan yang
stabil, jangan sampai turun).
b. Kuadran II : Stability (Stabilitas)
Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk
mengurangi kelemahan yang ada, dan mempertahankan pangsa
pasar yang sudah dicapai. Stabilitas diarahkan untuk
mempertahankan suatu keadaan dengan berupaya memanfaatkan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 74
peluang dan memperbaiki kelemahan. Strategi stabilitas
terbagi dua yaitu :
- Aggressive maintenance strategy (strategi perbaikan agresif),
adalah strategi konsolidasi internal dengan mengadakan
perbaikan-perbaikan berbagai bidang. Perbaikan _actor-faktor
kelemahan untuk memaksimalkan pemanfaatan peluang.
- Selective maintenance strategy (strategi perbaikan pilihan),
adalah strategi konsolidasi internal dengan melakukan
perbaikan pada sesuatu yang menjadi kelemahan. Memaksimalkan
perbaikan _actor-faktor kelemahan untuk memanfaatkan
peluang.
c. Kuadran III : Survival (Bertahan)
- Turn around strategy (strategi memutar balik), adalah strategi
yang membalikkan kecenderungan-kecenderungan negatif
sekarang yang paling umum tertuju pada pengelolaan.
- Guirelle strategy (strategi merubah fungsi), adalah strategi
merubah fungsi yang dimiliki dengan fungsi lain yang benar-
benar berbeda.
d. Kuadran IV : Diversifikasi
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 75
Strategi penganekaragaman adalah strategi yang membuat
keanekaragaman terhadap obyek dan daya tarik wisata dan
mendapatkan dana investasi dari pihak luar. Strategi
penganekaragaman
yaitu :
- Diversifikasi concentric strategy (strategi diversifikasi konsentrik),
adalah diversifikasi obyek dan daya tarik wisata sehingga
dapat meminimalisir ancaman.
- Diversifikasi conglomerate strategy (strategi diversifikasi
konglomerat), adalah memasukkan investor untuk mendanai
diversifikasi yang mempertimbangkan laba.
Empat strategi dalam analisis SWOT dijelaskan sebagai
berikut :
Strategi SO, yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
Strategi ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman.
Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 76
Strategi WT, didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensif dan meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
Matriks SWOT adalah matriks yang menginteraksikan _actor
strategis internal dan eksternal. Matriks ini dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman (ekternal) yang
dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
(internal) yang dimiliki. Matriks SWOT menggambarkan berbagai
alternatif strategi yang dapat dilakukan didasarkan hasil
analisis SWOT.
Hasil dari interaksi _actor strategis internal dan eksternal
menghasilkan alternatif-alternatif strategi. Alternatif strategi
adalah hasil dari matriks analisis SWOT yang menghasilkan berupa
strategi SO, WO, ST, WT. Alternatif strategi yang dihasilkan
minimal empat strategi sebagai hasil dari analisis matriks SWOT.
Model matriks analisis SWOT dapat dilihat padaTabel 2 berikut :
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 77
Tabel. Model Matriks Analisis SWOT
ITE
RNAL
EXTERNAL
Identification OfFactors
Opportunities(O)
Threaths (T)
Tentukan FaktorPeluang
Tentukan FaktorAncaman
Strength (S) S vs O S Vs T
TentukanFaktor
Kekutatan
Strategi yangmenggunakankekuatan danmemanfatkan
peluang
Strategi yangmenggunakankekuatan danmengatasiancaman
Weakness (W) W vs O W vs T
TentukanFaktor
Kelemahan
Strategi yangmeminimalkankelemahan danmemanfatkan
peluang
Strategimeminimalkankelemahan danmenghindriancaman
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 78
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA
4.1 Kondisi Geografis
Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah sebuah kabupaten
di Propinsi Maluku, berjarak ± 500 km kearah selatan dari
Kota Ambon. ibukota kabupaten ini terletak di Saumlaki
kabupaten ini secara geografis terletak antara 6o – 8o LS
dan antara 126o – 132o BT yang terbagi menjadi 17 kecamatan,
berbatasan langsung dengan laut Timor dan Samuderah
Pasifik di sebelah selatan, sebelah utara berbatasan
dengan Laut Banda, sebelah timur berbatasan dengan Laut
Arafura dan sebelah barabt berbatasan dengan laut Flores.
Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undan-Undang No 46
tahun 1999, pemekaran dari Kabupaten Maluku Tanggara pada
Tahun 2008, sebagian wilaya dari Kabupaten ini dimekarkan
menjadi Kabupaten Maluku Barat Daya. Kabpaten Maluku
Tenggara Barat ini juga memiliki potensi Wisata yang dapa
dikembangkan meliputi wisata alam berupa wisata alam,
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 79
taman laut, hutan alam, serta wisata budaya dan
peninggalan sejarah.
Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah Gugus
Pulau Tanimbar yang memiliki luas wilayah 4.331,17 Km²
yang terdiri dari wilayah daratan seluas 825,69 Km² (19 %)
dan wilayah perairan seluas 3.505,48 Km² (81 %). Secara
administratif Kabupaten Maluku Tenggara Barat terbagi atas
9 (sembilan) kecamatan, 188 buah desa dan 42 anak
desa/desa bawahan. Posisi letak Kota Saumlaki Maluku
Tenggara Barat dapat dilihat pada
Gambar 4.1. Letak Kabupaten MTB Propinsi Maluku
Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTK),
wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat terdiri dari
sembilan kecamatan, meliputi :
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 80
1. Kecamatan Tanimbar Selatan.
2. Kecamatan Weirtamrian.
3. Kecamatan Kormomolin.
4. Kecamatan Nirunmas.
5. Kecamatan Tanimbar Utara.
6. Kecamatan Yaru.
7. Kecamatan Wuarlabobar.
8. Kecamatan Wermaktian.
9. Kecamatan Selaru.
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten MTBEsy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 81
4.2 Iklim dan Cuaca
Keadaan iklim di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi angin musim yang bergerak dari dan
menuju ekuator. Sehingga pola iklim di MTB adalah pola
ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat
bimodal (dua puncak hujan) yaitu pada bulan Desember / Januari
dan April / Mei. Berdasarkan Peta Zona Agroklimat Propinsi
Maluku (LTA-72, 1986) dan klasifikasi iklim Oldeman (1980),
Iklim di sekitar Kabupaten Maluku Tenggara Barat masuk kepada
zona II3 dimana Curah hujan tahunan 1.500 – 1.800 mm, tercakup
didalamnya zona D3 menurut Oldeman, dengan buan basah 3-4 bulan
dan bulan kering 4-6 bulan.
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh
keadaan iklim dan perputaran arus udara. Oleh karena itu,
jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun
pengamatan. Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, rata-rata curah
hujan selama tahun 2008 - 2009 terlihat bervariasi. Menurut
Stasiun Pengamatan Saumlaki maka curah hujan rata-rata di
Tanimbar Selatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat sekitar
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 82
1.560,7 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
februari yaitu sebanyak 332 mm per hari.
4.3 Kondisi Geologi
Menurut peta Geologi Indonesia [1965], Pulau / Kepulauan di
Maluku Tenggara Barat terbentuk/tersusun dari berbagai formasi
batuan. Formasi-formasi tersebut didominsi oleh berbagai macam
batuan, seperti: batuan metamorf, sedimen klastik, terumbu
karang, batuan beku dan sedimen aluvial.
Formasi batuan di Kawasan Perkotaan Saumlaki meliputi
formasi Batilembuti dan formasi Saumlaki. Formasi Batilembuti
berumur Pliosen yang hampir seluruhnya terdiri dari napal
berwarna putih kotor sampai kelabu muda dan bersifat pejal,
kaya akan fosil plangton dan bentos; bagian atasnya berupa
batugamping yang sangat raput, setempat napa kapuran berwarna
putih dan ringan.
Diatas Formasi Batilembuti ini ditindih secara takselaras
oleh Formasi Saumlaki; berumur Pliosen, terdiri dari
batugamping koral, bersifat pejal, berwarna putih; setempat
bersifat breksi. Di bagian bawah terdapat konglomerat dengan
Esy Lusia N Y Batmanlussy (NPM : 71.132.0.1646) 83