BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran ...
38
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
3.1.1 Sejarah Perusahaan
Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk
melaksanakan pemungutan pajak dari rakyat di wilayah pasundan, dibentuk suatu
badan yang bernama Inspeksi Keuangan untuk seluruh Kabupaten Bandung,
Bekasi, Karawang, Purwakarta, Tasikmalaya, Sumedang, Subang, Garut, Ciamis,
dan Banjar. Khusus untuk Inspeksi Keuangan Bandung bertempat tinggal di
Gedung Concordia yang sekarang dikenal dengan Gedung Merdeka yang pada
waktu itu terletak di Jalan Raya Barat sedangkan pada masa sekarang dikenal
dengan Jalan Asia Afrika Bandung.
Seiring dengan perkembangan zaman dan bertambahnya penduduk serta
berkembangnya tingkat ekonomi masyarakat, Inspeksi Keuangan Bandung
berubah namanya menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Dengan daerah wewenangnya
meliputi daerah swantantra Tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten
Ciamis yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika No. 114 Bandung. Sedangkan
untuk wilayah Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Subang yang berkedudukan di
Karawang.
39
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 270/KMK/1989,
terhitung mulai 1 April 1989 seluruh kantor inspeksi pajak di Indonesia berganti
nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Untuk wilayah Bandung sendiri dibentuk
empat Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah
3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat
4. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi.
Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja
Direktorat Jenderal Pajak, terjadi perubahan nama dan pembagian batas wilayah
Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Bandung Karees
2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Bandung Tegallega
3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah dipecah menjadi Kantor Pelayanan
Pajak Bandung Cibeunying dan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara
4. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Cimahi.
40
Dalam perkembangannya, sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan.
Direktorat Jenderal Pajak serta dalam rangka pelaksanaan modernisasi
sistemadministrasi perpajakan secara bertahap sebagai upaya pelaksanaan good
governancedan untuk meningkatkan penerimaan pajak serta efektivitas organisasi
instansi vertikaldi lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, maka pada tanggal 9
Agustus 2007ditetapkanlah Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-112/PJ./2007
yang mengatur tentangpenerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai
beroperasinya Kantor Pelayanan PajakPratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan
dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dilingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Banten, Kantor WilayahDirektorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1 dan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II.
Dengan terbitnya keputusan Dirjen Pajak tersebut maka terhitung mulai
tanggal28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah
menerapkanSistem Administrasi Modern dinyatakan resmi berdiri. Kantor
Pelayanan Pajak PratamaSumedang merupakan Kantor Pelayanan Pajak
pemekaran dari Kantor Pelayanan PajakBandung Karees (yang sekarang bernama
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees). Sampai saat ini Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Sumedang berkantor di JalanH.Ibrahim Adjie
(Kiaracondong) Nomor 372 Bandung dan masih berbagi tempatdengan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Wilayah kerja KantorPelayanan Pajak
Pratama Sumedang meliputi seluruh Kecamatan dan Kelurahan yangada di
Kabupaten Sumedang. Untuk mengatasi kendala jauhnya jarak kantor dariwilayah
kerja, KPP Pratama Sumedang membuka Pos Pelayanan yang beralamat diJalan
Mayor Abdurachman Nomor 232 Sumedang.
41
3.1.2 Struktur Organisasi dan Fungsi
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah unsur pelaksanaan Direktorat
Jenderal Pajak yang berada di bawah Kantor Wilayah dan bertanggung jawab
langsung kepada Kantor Wilayah. Sebagaimana instansi-instansi lainnya, KPP
Pratama Sumedang mempunyai struktur organisasi, dimana struktur organisasi
tersebut merupakan suatu sarana untuk pembagian kerja sesuai dengan bidangnya,
sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan dan memudahkan proses kegiatan
yang dilaksanakan. Struktur organisasi KPP Pratama Sumedang sebagai berikut:
42
Gambar III.1
Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang
Kepala Kantor
Sub Bagian Umum
dan Kepatuhan
Internal
Seksi
Pengolahan
Data
Seksi
Pelayanan
Seksi
Penagihan
Seksi
Ekstensifikasi
dan Penyuluhan
Perpajakan
Seksi
Pengawasan
dan
Konsultasi II
Seksi
Pengawasan
dan Konsultasi
II
Seksi
Pengawasan
dan
Konsultasi III
Seksi
Pemeriksaan
Kelompok
Jabatan
Fungsional
43
A. Uraian Tugas atau Jabatan di KPP Pratama Sumedang
KPP Pratama Sumedang terdiri atas unit kerja. Adapun tugas pokok dari
setiap unit kerja yang ada di KPP Pratama Sumedang adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor
Mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan
wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung
Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah Kabupaten Sumedang
b. Bertanggungjawab mengamankan penerimaan pajak di Kabupaten
Sumedang
c. Melakukan pembinaan terhadap para pegawai di KPP Pratama
Sumedang
2. Sub bagian Umum
Mengkoordinasi tugas dan fungsi pelayanan dan kesekretariatan terutama
dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah
tangga serta perlengkapan.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Mengkoordinasi pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan
perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB,
pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-spt dan e-
filling dan penyiapan laporan kinerja kantor.
44
4. Seksi Pelayanan
Mengkoordinasi penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan
perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta kerjasama
perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif,
piutang pajak, penundaan, dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan
penghapusan piutang pajak.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi
perpajakan, pendapatan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak,
dan kegiatan ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakannya
wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB, dan Pajak Lainnya),
bimbingan/himbauan kepada wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak,
rekonsiliasi dan wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan
melakukan evaluasi hasil banding serta pemberian informasi perpajakan
di KPP Pratama Sumedang terdapat 2 (dua) Kepala Seksi Pengawasan
dan Konsultasi yang pembagian tugasnya disadarkan pada cakupan
wilayah (territorial) tertentu.
45
8. Seksi Pemeriksaan
Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan, dan
pendistribusian Surat Perintah Pemeriksaan serta administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggungjawab secara langsung kepada
Kepala KPP Pratama. Pejabat Fungsional bertugas melakukan
pemeriksaan perpajakan terhadap wajib pajak di lingkungan KPP Pratama
Sumedang. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa
berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan.
3.1.3 Aktifitas KPP Pratama Sumedang
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang adalah unsur pelaksanaan
Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumedang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan
perpajakan dibidang Administrasi Perpajakan, Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, dan Pajak Tidak Langsung di wilayah Sumedang berdasarkan
kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Adapun aktifitas KPP Pratama Sumedang sebagai berikut:
A. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian perpajakan.
B. Melakukan urusan tata usaha wajib pajak.
46
C. Melakukan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa, serta
memantau dan menyusun Laporan Pembayaran Masa PPh, PPN, dan Pajak
Tidak Langsung Lainnya.
D. Melakukan urusan tata usaha penerimaan, penagihan, penyelesaian,
keberatan, dan restitusi PPh, PPN dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.
E. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak.
3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:2-3) metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu
cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Secara umum tujuan penelitian ada tiga
macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
kuantitatif.Menurut Sugiyono (2017: 8) metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
adalah suatu teknik atau cara yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah
dan tujuan yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan sehingga dapat menjawab
pokok permasalahan yang nantinya akan didapat suatu kebenarannya.
47
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif verifikatif
dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang
menekankan analisisnya pada data yang berupa angka-angka dan analisis berupa
statistik. Dengan demikian dapat diketahui hubungan yang signifikan antara
variabel yang akan diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan
memperjelas gambaran mengenai objek yang akan diteliti.
Menurut Sugiyono (2015:207) deskriptif adalah penelitian yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum.Desain penelitian secara kuantitatif dapat digambarkan
pada gambar berikut:
Sumber: Sugiyono (2017:30)
Gambar III.2
Desain Penelitian
Populasi
dan Sampel
Landasan
Teori
Perumusan
Hipotesis
Analisis
Data
Pengumpulan
Data
Kesimpulan
dan Saran
Rumusan
Masalah
48
3.2.2 Operasional Variabel
Menurut Sugiyono (2017:38) variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
Menurut Sugiyono (2017:39) terdapat dua variabel yang dapat dibedakan di dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Variabel Bebas/Independent (Variabel X)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent.
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
bebas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Self Assessment System (X1)
Self Assessment System merupakan sistem yang diberlakukan untuk
memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna
meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam
menyetorkan pajaknya. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan
adalah jumlah SPT Masa PPN yang dilaporkan oleh PKP tiap bulannya
(Rahayu, 2010:103) dan perhitungan dalam variabel ini menggunakan
rumus deret waktu (Trisnayanti & Jati, 2015) dimana perhitungannya
dimulai dari bulan Februari 2014 sampai Desember 2018:
Jumlah SPT Masa PPN bulan saat ini–Jumlah SPT Masa PPN bulan lalu x 100%
Jumlah SPT Masa PPN bulan lalu
49
2. Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara
objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan
adalah jumlah SKP yang dibayarkan setiap bulan (Mardiasmo 2018:56)
dan perhitungan dalam variabel ini menggunakan rumus deret waktu
(Trisnayanti & Jati, 2015) dimana perhitungannya dimulai dari bulan
Februari 2014 sampai dengan Desember 2018:
Jumlah nilai SKP setiap bulan x 100%
Jumlah total nilai PPN yang diterima setiap bulan
B. Variabel Terikat/Dependent (Variabel Y)
Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan
konsekuen. Variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Maka dalam penelitian ini yang menjadi
variabel dependent adalah penerimaan PPN setiap bulan (Resmi 2012:3) dan
perhitungan dalam variabel ini menggunakan rumus deret waktu (Trisnayanti &
Jati, 2015) dimana perhitungannya dimulai dari bulan Februari 2014 sampai
dengan Desember 2018:
Jumlah PPN bulan saat ini – Jumlah PPN bulan lalu x 100%
Jumlah PPN bulan lalu
50
Tabel III.1
Operasional Variabel
No Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
1 X1
Self assessment
system Jumlah SPT Masa Rasio
Self assessment diberlakukan untuk
PPN yang
dilaporkan oleh
PKP setiap bulan
System memberikan (Rahayu 2010:103)
kepercayaan yang
sebesar-besarnya
bagi masyarakat
guna meningkatkan
kesadaran dan peran
serta masyarakat
dalam menyetorkan
pajaknya.
(Rahayu 2010:102)
2 X2 Pemeriksaan pajak Jumlah nilai SKP Rasio
Pemeriksaan
merupakan
serangkaian
tiap bulan
(Mardiasmo
2018:56)
Pajak kegiatan menghimpun
dan mengolah data,
keterangan dan/atau
bukti yang
dilaksanakan
secara objektif dan
profesional
berdasarkan
suatu standar
pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau
untuk tujuan lain
dalam
rangka melaksanakan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
perpajakan.
(Mardiasmo 2018:56)
3 Y Pajak Pertambahan
Jumlah penerimaan
PPN setiap bulan Rasio
51
Penerimaan
PPN
Nilai merupakan
pajak (Resmi 2012:3)
yang dikenakan pada
waktu perusahaan
melakukan pembelian
atas Barang Kena
Pajak
atau Jasa Kena Pajak
yang dikenakan pada
dari Dasar
Pemungutan
Pajak (DPP).
(Resmi 2012:3)
3.2.3 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua yaitu
data sekunder dan data primer sebagai berikut:
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2015:187) data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2015:187) merupakan data yang sumbernya tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau dokumen.
Data penelitian yang akan dianalisis oleh peneliti diperoleh dari KPP
Pratama Sumedang tahun 2014-2018 berupa laporan data penerimaan PPN setiap
bulan, laporan SPT Masa PPN yang dilaporkan setiap bulan, jumlah nilai SKP
setiap bulan.
52
3.2.4 Populasi dan Sampel
A. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan perpajakan di KPP Pratama
Sumedang. Kemudian untuk sampel dalam penelitian ini adalah laporan
perpajakan pada tahun 2014-2018.
B. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu.
Untuk pengambilan sampel peneliti menggunakan tehnik nonprobability
sampling dengan sampling purposive. Menurut Sugiyono (2017:84) menyatakan
bahwa nonprobabilty sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis,
kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.
Menurut Sugiyono (2017:85) sampling purposive adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu.Alasan peneliti menggunakan teknik ini
karena tidak semua sampel yang diperlukan memiliki kriteria sesuai dengan yang
53
telah ditentukan. Oleh karena itu peneliti memilih teknik ini dengan menetapkan
pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu agar menghasilkan
sampel yang sesuai.
Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Data yang digunakan adalah laporan jumlah SPT Masa PPN di KPP
Pratama Sumedang tahun 2014-2018
b. Data laporan jumlah penerbitan SKP di KPP Pratama Sumedang 2014-
2018
c. Laporan realisasi penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di KPP
Pratama Sumedang pada tahun 2014-2018
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2017:137) pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya,
data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium
dengan metode eksperimen, dirumah dengan berbagai responden, pada suatu
seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primerdan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikandata kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila
dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuisioner (angket), observasi
(pengamatan), dan gabungan ketiganya.
54
Bila dilihat dari sumber datanya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti
mengambil data dari KPP Pratama Sumedang. Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dengan cara:
A. Field research (Penelitian Secara Langsung)
Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di
perusahaan yang menjadi objek peneliti. Data yang diperoleh merupakan data
sekunder dengan cara dokumentasi. Penelitian secara langsung yang dilakukan
penulis meliputi:
1. Observasi
Menurut Sugiyono (2017:145) observasi merupakan suatu proses yang
komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi dengan
mendatangi secara langsung KPP Pratama Sumedang.
2. Dokumentasi
Pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari catatan-catatan atau
dokumen instansi sesuai dengan data yang diperlukan. Penelitian yang
dilakukan secara langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian.
Peneliti melakukan dokumentasi dengan mempelajari dan mencatat
mengenai laporan perpajakan. Dokumentasi yang dilakukan peneliti
55
merupakan pengumpulan data laporan perpajakan yang dikelola KPP
Pratama Sumedang.
B. Library Research (Studi Pustaka)
Penelitian kepustakaan yang dilakukan sebagai usaha memperoleh data-data
dari literatur, sumber-sumber lain yang berhubungan dengan masalah, membaca,
dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan data-data yang dibutuhkan.
Selain itu data sekunder juga diperoleh melalui jurnal yang berkaitan dengan
variabel penelitian ini.
C. Riset Internet (Online Research)
Pada penelitian ini peneliti berusaha memperoleh data dan informasi dari
berbagai situs-situs atau website di internet yang berhubungan dengan penelitian
ini.
3.2.6 Rancangan Analisis Data dan Hipotesis
A. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2014:199) analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatannya berupa
mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang
diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Data yang terhimpun dari hasil penelitian akan peneliti bandingkan antara
data yang di lapangan dengan data kepustakaan yang kemudian dilakukan analisis
untuk menarik kesimpulan. Berdasarkan jenis data dan analisis, penelitian ini
adalah jenis penelitian kuantitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
56
ini adalah analisis kuantitatif. Dalam melakukan analisis terhadap data yang
dikumpulkan untuk mencapai suatu kesimpulan, peneliti melakukan perhitungan
pengolahan dan penganalisaan dengan bantuan dari program Eviews10 untuk
meregresikan model yang telah dirumuskan. Langkah-langkah analisis kuantitatif
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Sugiyono (2017:147) mengemukakan bahwa analisis deskriftif merupakan
statistik yang digunakan untuk menganalis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis
deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
objek yang akan diteliti, dianalisis kemudian diinterpretasikan sehingga
memperoleh gambaran yang sebenarnya. Analisis deskriptif dengan penjelasan
secara mendalam dengan menggunakan tabel dan grafik.
2. Analisis Verifikatif
Sugiyono (2017:6) mengemukakan bahwa penelitian verifikatif digunakan
untuk menguji hipotesis hasil penelitian deskriptif dengan perhitungan statistika
sehingga didapat hasil yang menunjukan hipotesis ditolak atau diterima.
Dengan demikian penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan akan
dijelaskan secara verifikatif yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Uji Asumsi Klasik
Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik yang
merupakan dasar dalam model regresi berganda. Untuk melakukan uji
57
asumsi klasik atas data sekunder ini. Hal ini dilakukan sebelum pengujian
hipotesis, maka peneliti melakukan uji asumsi klasik, meliputi:
1) Uji Normalitas
Sugiyono (2017:228) mengemukakan “penggunaan statistik parametris
mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi
normal. Oleh karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih
dulu akan dilakukan pengujian normalistasdata”.
Sunyoto (2012:119) mengemukakan “persamaan regresi dikatakan baik jika
mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati
normal atau normal sama sekali”. Dalam software Eviews normalitas sebuah data
dapat dilihat dari gambar histogram, namun seringkali polanya tidak mengikuti
bentuk kurva normal, sehingga sulit disimpulkan. Lebih mudah bila melihat
koefisien Jarque-Bera (J-B) dan probabilitasnya. Kedua angka ini bersifat saling
mendukung. Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal (Winarno, 2015:541). Terdapat dua cara untuk melihat
apakah data terdistribusi normal, yaitu:
a) Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari J-B tabel), maka data
berdistribusi normal.
b) Bila probabilitas lebih besar dari 5% (tingkat signifikansi), maka data
berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2012:105) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
58
variabel independent. Jika variabel independent saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independent sama
dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi dapat dilihat dari:
a. Nilai Tolarance
b. Variance Inflation Factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:
a) Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model
regresi.
b) Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan
bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
3) Uji Heteroskeditas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
(Ghozali, 2011:139). Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Penelitian ini menggunakan Breusch-Pagan-Godfrey, yaitu
dengan meregresikan kuadrat dari nilai residual (error) terhadap semua variabel
independen. Kemudian nilai R-squared dari hasil regresi tersebutdikalikan dengan
jumlah observasi dan hasilnya dibandingkan dengan x2 tabel dengan derajat bebas
59
jumlah semua variabel independen. Jika nilai hasil kali R-squared dengan jumlah
observasi > x2 tabel artinya terdapat heteroskesdastisitas.
4) Uji Autokorelasi
Menurut Sugiyono dan Susanto (2015:333) autokorelasi merupakan salah
satu asumsi dalam model regresi linier. Uji autokorelasi digunakan untuk
mengetahui apakah dalam persamaan regresi terdapat kondisi serial atau tidak
antara variabel pengganggu. Beberapa uji statistika yang sering digunakan adalah
uji Durbin Watson (DW). Dengan ketentuan 1 < DW <3 (Nathanael&Sufren,
2013:108).
b. Analisis Regresi Berganda
Analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung persamaan regresinya.
Menurut Sugiyono (2014:277) analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti
bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turun) variabel
dependent (kriterium), bila dua variabel atau lebih variabel independent sebagai
prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Analisis regresi dilakukan bila
hubungan dua variabel berupa hubungan kasual atau fungsional. Untuk
menetapkan kedua variabel mempunyai hubungan kausal atau tidak, maka harus
didasarkan pada teori atau konsep-konsep tentang dua variabel tersebut
(Sugiyono, 2014:269).
Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk
membuktikan sejauh mana hubungan implementasi self assessment system dan
pemeriksaan pajak terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Analisi
regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunya)
variabel dependent (penerimaan PPN), bila dua atau lebih variabel independent
60
(self assessment system dan pemeriksaan pajak dengan SKP) sebagai indikator.
Analisis ini digunakan untuk melibatkan dua atau lebih variabel bebas antara
variabel dependent (Y) dan setiap variabel independent (X) maka rumus regresi
linier berganda yang digunakan sebagai berikut:
Sumber: Sugiyono (2017:253)
Keterangan:
Y = Penerimaan PPN
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Self Assessment System
X2 = Pemeriksaan Pajak
ε = Epsilon (pengaruh faktor lain) atau standart error
Regresi berganda merupakan angka yang menunjukan arah dan kuatnya
hubungan antara dua variabel bebas secara bersama-sama atau lebih dengan satu
variabel terikat. Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut
selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian atau model penelitian.
Menurut Sugiyono (2015:66) paradigma penelitian dapat diartikan sebagai
pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang
sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan
Y = a + b1X1 + b2X2 + ε
61
jumlah hipotesis serta teknik statistik yang akan digunakan. Bentuk paradigma
dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan dua variabel independent
penelitian sebagai berikut:
r1
R
r2
Gambar III.3
Paradigma Penelitian
c. Analisis Korelasi
Sugiyono (2014:240) mengemukakan bahwa hipotesis asosiatif diuji dengan
teknik korelasi. Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi
(hubungan) linier antara tiga variabel. Korelasi juga tidak menunjukan hubungan
fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel
dependent dan independent.
Besarnya koefisien korelasi adalah -1 ≤ r ≤1:
(a) Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif.
(b) Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif.
Interprestasi dari nilai koefisien korelasi:
(a) Jika r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara tiga variabel kuat dan
mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y turun atau
sebaliknya).
X1
X2
Y
62
(b) Jika r = +1 atau mendekati -1, maka hubungan antara tiga variabel kuat dan
mempunyai hubungan searah.
Sedangkan nilai r akan dikondisikan dengan tabel interprestasi nilai r
sebagai berikut:
Tabel III.2
Interprestasi i Koefisien Korelasi
Interval
Koefisien
Tingkat
Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2014:242)
1. Koefisien determinasi (R2)
Menurut Sugiyono (2014:244) analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan
menghitung koefisien determinasi dengan cara mengkuadratkan koefisien (r2)
yang ditemukan. Analisis koefisien determinasi (Kd) digunakan untuk melihat
seberapa besar variabel independent (X) berpengaruh terhadap variabel dependent
(Y) yang dinyatakan dalam presentase.
Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Sumber: Sugiyono (2014:244)
Keterangan:
Kd = Seberapa jauh perubahan variabel Y dipergunakan variabel X
r2 = Kuadrat koefisien korelasi
Kd = r2 X 100%
63
Untuk memudahkan pelaksanaan analisis data, maka penelitian ini akan
menggunakan program Eviews 10.
2. Rancangan Uji Hipotesis
Menurut Sugiyono (2014:99) hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu harus
dibuktikan melalui data yang terkumpul. Pengertian hipotesis tersebut diartikan
sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik),
taksiran keadaan populasi melalui data sampel. Oleh karena itu dalam statistik
yang diuji adalah hipotesis nol (Ho).
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho)
tidak dapat berpengaruh signifikan dan hipotesis alternatif (Ha) mewujudkan
adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji ada tidaknya
pengaruh antara beberapa variabel independent (X1) self assessment system, (X2)
pemeriksaan pajak terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai
variabel dependent (Y) Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan
sebelumnya, maka dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut:
a. Uji Parsial (Uji-T)
Menurut Sugiyono (2014:243) menyatakan bahwa untuk menguji
signifikansi suatu hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku
untuk seluruh populasi atau tidak, maka perlu diuji signifikansinya. Dalam
64
penelitian ini pengujian secara parsial menggunakan uji t. Melakukan uji t untuk
mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas (self assessment system dan
pemeriksaan pajak) terhadap variabel terikat (PPN).
Berikut rumus uji signifikansi korelasi:
Sumber: Sugiyono (2014:245)
Keterangan:
t = Thitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan ttabel
n = Jumlah sampel
r = Korelasi
1) Menentukan Hipotesis
Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini:
a) Hipotesis parsial antara variabel bebas self assessment system terhadap
variabel terikat pajak pertambahan nilai.
H1 = Ho : ß = 0 Tidak ada pengaruh yang signifikan antara self
assessment system terhadap penerimaan pajak
pertambahan nilai.
Ha : ß ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara self
assessment system terhadap penerimaan pajak
pertambahan nilai.
b) Menentukan Tingkat Signifikan
Hipotesis akan diuji dengan program Eviews 10 dengan menggunakan
tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Nilai thitung tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan ttabel. Untuk kesalahan 5% uji dua
𝑡 =r√n − 2
√1 − r2
65
pihak dan dk (degree of freedom) = n -2. Ketentuan bila thitug lebih
kecil dari ttabel (thitung>ttabel) maka Ha diterima (Sugiyono 2014:244).
Maka kriteria pengujian menerima atau menolak hipotesis dapat
ditentukan sebagai berikut:
(1) Jika nilai sig > 0,05 maka Ha ditolak
(2) Jika nilai sig < 0,50 maka Ha diterima
b. Uji Simultan (uji-F)
Dalam penelitian ini pengujian secara simultan menggunakan uji F.
Melakukan uji F untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas (self
assessment system dan pemeriksaan pajak) terhadap variabel terikat (pajak
pertambahan nilai). Maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Merumuskan Hipotesis
H3 = HO : ß = 0 Tidak ada pengaruh yang signifikan self assessment
system dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan
pajak pertambahan nilai
Ha : ß ≠ 0 Terdapat pengaruh yangsignifikan antara self assessment
system dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak
pertambahan nilai.
b) Menentukan Hipotesis
Ditentukan dengan 5% dari drajat bebas (dk) penyebut = n – k – 1, untuk
menentukan ftabel sebagai daerah penerimaan dan penolakan hipotesis.
Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai
cukup untuk mewakili hubungan variabel-variabel yang diteliti dan
66
merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam satu
penelitian (Sugiyono 2015:253). Uji f digunakan untuk menguji
signifikansi pengaruh antara self assessment system dan pemeriksaan pajak
terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai.
Bila Fhitung < Ftabel
Maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh signifikan secara bersama-
sama antara self assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap
penerimaan pajak pertambahan nilai.
Bila Fhitung > Ftabel
Maka Ho ditolak, artinya tidak ada pengaruh signifikan secara bersama-
sama antara self assessment system dan penagihan terhadap penerimaan
pajak pertambahan nilai.
c) Menghitung Fhitung
Rumus uji f yang digunakan adalah sebagai berikut:
Sumber: Sugiyono (2014:252)
Keterangan:
r = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel
d) Kriteria Pengujian
Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi fhitung dengan
ketentuan jika signifikansi > 5% maka Ha ditolak serta membandingkan
Fh = 𝑟2/𝑘
( 1 – R2) / (n – k – 1)
67
nilai f hasil perhitungan dengan ftabel.. Bila nilai Fhitung > Ftabel, maka Ha
diterima dan sebaliknya. Adapun kriteria uji hipotesisnya adalah:
Fhitung < Ftabel dengan ɑ = 5% maka Ha ditolak artinya tidak signifikan
Fhitung >Ftabel dengan ɑ = 5% maka Ha diterima artinya signifikan
c. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan dilakukan setelah analisa selesai dilakukan
(Putriyandari, 2014). Kesimpulan self assessment system dan pemeriksaan
pajak berpengaruh atau tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan
pajak pertambahan nilai berdasarkan tingkat signifikannya yaitu 5% (ɑ =
0,05), artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) tarif kepercayaan 95%,
maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai
kebenaran 95% dan hasil ini menunjukan ada tidaknya pengaruh yang
meyakinkan (signifikan) antara ketiga variabel tersebut.