gambaran lokasi sumbatan arteri koroner
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of gambaran lokasi sumbatan arteri koroner
GAMBARAN LOKASI SUMBATAN ARTERI KORONER
BERDASARKAN TREADMILL TEST DAN ANGIOGRAFI
Studi Deskriptif Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner
di Laboratorium Kateterisasi Jantung Rumkit TK II Dustira Cimahi
Periode April-Maret 2016
Nesha Adelina Mandala1, Julianto Widjojo2, Wendra3
1
Program Studi Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran UNJANI, 2Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Kedokteran UNJANI, 3Bagian Anatomi Kedokteran UNJANI
ABSTRAK
Penyakit jantung koroner (PJK) menjadi masalah kesehatan di dunia dengan
angka mortalitas yang tinggi. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia
tahun 2013 sebesar 1,5% atau sekitar 2.650.340 orang. Terdapat pemeriksaan
penunjang untuk mendiagnosis PJK yaitu treadmill test dan angiografi. Indikasi
dilakukannya angiografi yaitu pasien nyeri dada dengan hasil treadmill test
positif. Treadmill test memiliki sensitivitas 47% dan spesifisitas 53% sedangkan
angiografi koroner memiliki sensitivitas mencapai 96% dengan spesifisitas 65%.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan data sekunder dengan
jumlah subjek 35 pasien PJK dengan treadmill test positif dan dilakukan
angiografi. Sampel diambil dengan metode simple random sampling. Hasil
penelitian menunjukan bahwa rata-rata usia pasien PJK dengan treadmill test
positif dan dilakukan angiografi yaitu 51 tahun dengan jenis kelamin laki-laki
(57%) lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (43%), lokasi infark
terbanyak berdasarkan treadmill test yaitu anterolateral (40%), lokasi sumbatan
arteri koroner terbanyak berdasarkan treadmill test yaitu di LCx (40%). Lokasi
sumbatan arteri koroner terbanyak berdasarkan angiografi yaitu di LAD (43%).
Jumlah lokasi sumbatan arteri koroner berdasarkan angiografi pada pasien PJK
dengan treadmill test positif terbanyak menunjukan non significant CAD (47%).
Terdapat perbedaan lokasi sumbatan berdasarkan treadmill test dan angiografi
karena adanya perbedaan sensitivitas dan spesifisitas. Lokasi sumbatan arteri
koroner pada umumnya pada left coronary artery (LCA) berhubungan dengan
struktur histologi LCA yang memiliki serabut elastika interna lebih sedikit
dibandingkan dengan RCA.
Kata Kunci: Angiografi, PJK, Treadmill Test ABSTRACT
Coronary artery disease (CAD) become a health problem in the world with a high
mortality rate. Pusdatinkes RI stated that the prevalence of coronary heart
disease based on the doctor's diagnosis and symptoms in Indonesia in 2013
amount to 1,5%, or 2,650,340 people. There are examination for the diagnostic
of CAD, treadmill test and angiography. Indication for angiography is chest pain
with a positive treadmill test. Treadmill test had a sensitivity of 47% and
1
2
specificity of 53% and angiography had a sensitivity of 96% with a specificity of
65%. This research method was descriptive with cross-sectional study method.
The data obtained from secondary data of medical records with amount of
subjects is 35 CAD patients with positive treadmill test and do angiography. The
samples were taken by simple random sampling method. The results showed that
the average age of CAD patiens with positive treadmill test and do angiography is
51 years old which male (57%) and female (43%), the highest infarct location by
treadmill test is anterolateral (40%), the highest location of the coronary artery
occlution by treadmill test is LCx (40%). The highest location of coronary artery
occlution by angiography is LAD (43%). The most number of locations of
coronary arteries occlutions by angiography from CAD patients with positive
treadmill test showed non significant CAD (47%). There are differences location
of the occlution by treadmill test and coronary angiography because of
differences among sensitivity and specificity. Location of coronary artery
occlution generally in LCA which have fewer internal elastica fibers than RCA.
Keywords: Angiography, Coronary Artery Disease, Treadmill Test Pendahuluan
Penyakit jantung koroner (PJK) atau dikenal juga dengan ischemic heart
disease adalah suatu penyakit akibat iskemik miokard yang disebabkan oleh
kurangnya asupan oksigen yang dibawa oleh pembuluh darah koroner ke dalam
miokard. Berkurangnya asupan oksigen tersebut diakibatkan oleh pembuluh darah
koroner mengalami penyempitan akibat adanya deposit kolesterol pada dinding
pembuluh darah koroner yang disebut plak aterosklerosis. PJK masih menjadi
masalah kesehatan di dunia karena angka mortalitas yang tinggi di tiap
tahunnya.1,2
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2004 menyatakan
bahwa PJK merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi
penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya di dunia yaitu diperkirakan 12,2%
dari semua penyebab kematian diakibatkan oleh PJK. Di Amerika Serikat
700.000 orang yang meninggal pertahunnya diakibatkan oleh PJK dan lebih dari
300.000 orang meninggal karena infark miokard akut sebelum sampai ke rumah
sakit. Menurut pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan pada tahun 2008
diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler.2,3
3
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI menyatakan
bahwa prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan gejala dan diagnosis
dokter di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340
orang. Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL), penyebab kematian kasus rawat inap dari tahun 2009-2010
adalah penyakit jantung koroner.4,5
Treadmill test dan angiografi koroner merupakan pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk mendiagnosis PJK dan dapat menentukan lokasi sumbatan arteri
koroner. Treadmill test penting untuk mendiagnosis pasien dengan nyeri dada
yang berhubungan dengan aktifitas. Menurut penelitian Maffei E dkk. pada tahun
2009 di Italia menunjukkan bahwa treadmill test dikenal memiliki sensitivitas
47% dan spesifisitas 53% sedangkan angiografi koroner memiliki sensitivitas
mencapai 96% dengan spesifisitas 65%. Angiografi koroner juga dapat
menunjukkan lokasi jumlah stenosis arteri koroner dibandingkan treadmill test.6
Angiografi koroner adalah pemeriksaan medis yang invasif dilakukan untuk
mengamati pembuluh darah jantung. Prosedur ini dilakukan untuk mengamati
bagaimana darah mengalir melalui arteri jantung dan menentukan terdapat
penyumbatan arteri koroner atau tidak. Angiografi koroner juga dapat
menunjukkan lokasi jumlah stenosis arteri koroner dibandingkan treadmill test.
Jumlah sumbatan arteri koroner dapat mempengaruhi perjalanan penyakit dan
kemungkinan pemulihan dari pasien PJK karena semakin banyak jumlah
sumbatan arteri koroner kemungkinan lokasi infark semakin luas yang berarti
kemungkinan pemulihan semakin lama dan sulit. Pemeriksaan ini dapat
memberikan informasi mengenai arteri koroner secara anatomis dengan resolusi
spasial yang lebih tinggi dibanding pencitraan non invasif seperti treadmill test.7,8
Lokasi infark anterior ekstensif lebih sering ditemukan pada pasien STEMI
dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh sistem pembuluh
darah arteri koroner kiri yang lebih banyak memperdarahi 75% bagian jantung
terutama bagian anterior jantung meliputi daerah ventrikel kiri yang luas,
diantaranya, dinding depan ventrikel kiri, bagian depan septum dan bagian depan
dinding lateral. Lebih sering adanya jejas pada arteri koroner kiri dipengaruhi oleh
4
adanya serabut elastik pada tunika intima arteri koroner kiri dan cabang-
cabangnya seperti left anterior descending artery (LAD) dan circumflexa artery
(LCx) lebih sedikit dibandingkan dengan arteri koroner kanan sehingga sedikitnya
serabut-serabut elastik berhubungan dengan lemahnya menahan terhadap tekanan.
Selain itu, lebih sering adanya oklusi pembuluh darah.9
Angiografi koroner merupakan pemeriksaan invasif yang dijamin oleh BPJS
dan sudah mulai dilakukan pada bulan Maret 2016 di Laboratorium Kateterisasi
Jantung Rumkit TK II Dustira Cimahi dan sebagai salah satu unit pelayanan
kesehatan dan merupakan rumah sakit rujukan di kota Cimahi khususnya untuk
anggota TNI di Wilayah Kodam III Siliwangi untuk dilakukannya pemeriksaan
angiografi guna menentukan diagnosis lokasi sumbatan arteri koroner juga untuk
perencanaan penatalaksanaan selanjutnya.
Data mengenai lokasi sumbatan arteri koroner berdasarkan treadmill test dan
angiografi pada pasien PJK di Rumkit TK II Dustira Cimahi yang tertera dengan
lengkap di mulai dari bulan April dan pengambilan data dari rekam medis dimulai
pada bulan September maka peneliti mengambil data pada periode April-
September 2016. Berdasarkan daftar penelitian sebelumnya, belum pernah
dilakukan penelitian mengenai gambaran lokasi sumbatan arteri koroner
berdasarkan treadmill test dan angiografi koroner pada pasien PJK di
Laboratorium Kateterisasi Jantung Rumkit TK II Dustira sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai gambaran lokasi sumbatan arteri koroner
berdasarkan treadmill test dan angiografi di Rumkit TK II Dustira Cimahi periode
April-September 2016 untuk kepentingan praktis berupa memberikan informasi
kepada Laboratorium Kateterisasi Jantung Rumkit TK II Dustira Cimahi dan ilmu
pengetahuan mengenai lokasi sumbatan arteri koroner terbanyak berdasarkan
angiografi koroner dan treadmill test dikaitkan dengan struktur dan fisiologi arteri
koroner.
SUBJEK DAN METODE
Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan
pada 35 pasien yang di diagnosis angina pektoris stabil dengan hasil treadmill test
5
positif dan dilakukan angiografi di Laboratorium Kateterisasi Rumkit TK II
Dustira Cimahi yang telah tercatat dalam rekam medis dan memenuhi kriteria
inklusi penelitian. Metode pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di Rumkit TK II Dustira Cimahi mulai Mei 2016-Februari
2017. Keseluruhan jumlah subjek pada rekam medis yang memenuhi kriteria
inklusi sebanyak 35 subjek.
4.1 Karakteristik Pasien PJK dengan Treadmill Test Positif dan Dilakukan
Angiografi
Dari hasil penelitian ini didapatkan karakteristik pasien berdasarkan usia dan
jenis kelamin sebagai berikut.
Dari hasil penelitian ini didapatkan karakteristik pasien berdasarkan usia dan jenis
kelamin sebagai berikut.
4.1.1 Karakteristik pasien PJK dengan treadmill test positif dan dilakukan
angiografi berdasarkan usia
Hasil penelitian menunjukan bahwa usia pasien PJK dengan treadmill test
positif dan dilakukan angiografi di Rumkit TK II Dustira Cimahi paling muda
yaitu 32 tahun dan usia paling tua 70 tahun, dengan rerata usia pasien 51 tahun
dan simpangan baku 9 tahun, serta nilai tengah pada 52 tahun. Data selengkapnya
dapat dilihat di Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Karakteristik berdasarkan usia
Karakteristik Rerata Median Simpangan Baku Minimal Maksimal
Usia 51 52 9 32 70
Usia merupakan faktor risiko utama PJK yang tidak dapat diubah, teori
menyebutkan usia diatas 51 tahun paling banyak menderita PJK dibandingkan
kelompok usia lainnya. Hal tersebut disebabkan karena perubahan elastisitas
pembuluh darah yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia
6
seseorang, selain hal tersebut terdapat peningkatan pembentukan plak
aterosklerosis dan faktor-faktor risiko tersebut memicu terjadi PJK.10
4.1.1 Karakteristik Pasien PJK dengan Treadmill Test Positif dan Dilakukan
Angiografi Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin pasien PJK dengan treadmill test positif dan dilakukan
angiografi di Rumkit TK II Dustira Cimahi paling banyak laki-laki (57%)
dibandingkan dengan perempuan (43%). Data selengkapnya dapat dilihat di Tabel
4.2.
Tabel 4.2 Distribusi berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin n %
Perempuan 15 43%
Laki-laki 20 57%
Total 35 100%
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Wagyu dkk. (Tahun
2010) di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou, Manado. Pada penelitian tersebut
disimpulkan pasien pasien PJK terbanyak yaitu berjenis kelamin laki-laki yaitu
84% sedangkan perempuan 16%.11
Jenis kelamin merupakan faktor risiko utama PJK yang tidak dapat diubah,
jenis kelamin yang mempunyai faktor risiko tinggi yaitu laki-laki. Perbedaan
faktor risiko pada jenis kelamin ini diakibatkan oleh adanya perbedaan hormon
esterogen yang mengakibatkan faktor risiko PJK lebih banyak terjadi pada laki-
laki.12
4.2 Gambaran Lokasi Infark dan Sumbatan Arteri Koroner Berdasarkan
Hasil Treadmill Test
Lokasi infark berdasarkan hasil treadmill test di Rumkit TK II Dustira Cimahi
periode April-September 2016 umumnya berlokasi di anterolateral sebanyak 14
pasien (40%) dengan lokasi sumbatan terbanyak di LCx. Data selengkapnya dapat
dilihat di Tabel 4.3.
7
Tabel 4.3 Lokasi infark dan sumbatan arteri koroner berdasarkan treadmill test
Hasil Treadmill Test n %
Anterior ekstensif (LAD, LCx) 10 28,57
Anteroseptal ( LAD) 3 8,57
Anterolateral (LCx) 14 40,00
Inferior (RCA) 8 22,86
Posterior murni (LCx) 0 0
Total 35 100%
Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa lokasi infark terbanyak pada
pasien penyakit jantung koroner yang dilakukan treadmill test di Rumkit TK II
Dustira Cimahi periode April-September yaitu di anterolateral sebanyak 40%. Hal
ini kurang sesuai dengan hasil penelitian Elias dkk. di Medan tahun 2002 di
RUMKIT Pringadi Medan yang menyimpulkan bahwa lokasi infark di anterior
ekstensif terbanyak yaitu 28,6%.13 Hasil penelitian Wagyu dkk. pada tahun 2010
di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado menyimpulkan lokasi infark miokard
pada pasien STEMI yang terbanyak yaitu anterior ekstensif 53% dan terbanyak
kedua inferior 37%.11
Lokasi infark anterior ekstensif lebih sering ditemukan pada pasien STEMI
dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh sistem pembuluh
darah arteri koroner kiri yang lebih banyak memperdarahi 75% bagian jantung
terutama bagian anterior jantung meliputi daerah ventrikel kiri yang luas,
diantaranya, dinding depan ventrikel kiri, bagian depan septum dan bagian depan
dinding lateral. Lokasi sumbatan arteri koroner paling sering terdapat di LCx hasil
penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan Paul R yang menyatakan bahwa
lebih sering adanya jejas pada arteri koroner kiri dipengaruhi oleh adanya serabut
elastik pada tunika intima arteri koroner kiri lebih sedikit dibandingkan dengan
arteri koroner kanan sehingga sedikitnya serabut-serabut elastik berhubungan
dengan lemahnya menahan terhadap tekanan.9
Fungsi dari serabut elastis pada pembuluh darah yaitu untuk memberikan
kelenturan terhadap dinding pembuluh darah agar dapat menahan tekanan dari
aliran darah sehingga tidak mudah terjadi jejas pada pembuluh darah akibat
tekanan dari aliran darah yang tinggi.14
8
4.3 Gambaran Lokasi Sumbatan Arteri Koroner berdasarkan Hasil
Angiografi
Lokasi sumbatan arteri koroner berdasarkan hasil angiografi pada pasien yang
telah dilakukan treadmill test di Rumkit TK II Dustira Cimahi periode April-
September 2016 umumnya berlokasi di Left Artery Coronary (LAD) dengan
persentase 40% . Data selengkapnya dapat dilihat di Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Lokasi sumbatan arteri koroner berdasarkan angiografi
Hasil Angiografi n %
Left Main Artery (LM) 0 0
Left Anterior Descendens
Artery (LAD)
Left Circumflex Artery
(LCx)
Right Coronary Artery
15 43
9 26
11 31
(RCA)
Total 35 100%
Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa lokasi sumbatan arteri koroner
terbanyak pada pasien penyakit jantung koroner dengan treadmill test positif yang
dilakukan angiografi di Rumkit TK II Dustira Cimahi periode April-September
yaitu di pembuluh LAD yaitu sebanyak 40%. Hal ini dipengaruhi oleh sistem
pembuluh darah arteri koroner kiri yang lebih banyak memperdarahi 75% bagian
jantung terutama bagian anterior jantung meliputi daerah ventrikel kiri yang luas,
diantaranya, dinding depan ventrikel kiri, bagian depan septum dan bagian depan
dinding lateral. Lebih sering adanya injury pada arteri koroner kiri dipengaruhi
oleh adanya serabut elastik pada tunika intima arteri koroner kiri dan cabang-
cabangnya seperti left anterior descending artery (LAD) dan circumflexa artery
(LCx) lebih sedikit dibandingkan dengan arteri koroner kanan sehingga sedikitnya
serabut-serabut elastik berhubungan dengan lemahnya menahan terhadap tekanan.
Fungsi dari serabut elastis pada pembuluh darah yaitu untuk memberikan
kelenturan terhadap dinding pembuluh darah agar dapat menahan tekanan dari
9
aliran darah sehingga tidak mudah terjadi jejas pada pembuluh darah akibat
tekanan dari aliran darah yang tinggi.9,14
Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan lokasi sumbatan arteri
koroner berdasarkan hasil treadmill test dan angiografi dikarenakan treadmill test
memiliki beberapa kelemahan seperti tidak dapat menentukan lokasi sumbatan
arteri koroner dibandingkan dengan angiografi, memiliki spesitivitas lebih rendah
dibanding angiografi, dan mungkin terdapat beberapa kesalahan dalam
pelaksanaan treadmill test yang dapat terjadi seperti persiapan pasien yang kurang
baik seperti pasien yang merasa gugup atau cemas yang akan mempengaruhi hasil
treadmill test, tidak memberikan arahan kepada pasien untuk menghentikan
konsumsi obat jantung yang sedang di konsumsi 1-2 hari sebelum dilakukannya
treadmill test, dan pemasangan lead EKG yang kurang baik. Kesalahan yang
dapat terjadi pada saat latihan yaitu kurangnya pemahaman pasien bahwa ketika
melakukan latihan memerlukan usaha maksimal, dan kesalahan yang dapat terjadi
saat setelah dilakukannya latihan yaitu mungkim terdapat kesalahan dalam
interpretasi hasil treadmill test.10
4.5 Gambaran Jumlah Lokasi Sumbatan Arteri Koroner pada Pasien
Penyakit Jantung Koroner
Jumlah lokasi sumbatan arteri koroner pada pasien penyakit jantung koroner
berdasarkan pemeriksaan angiografi di Rumkit TK II Dustira Cimahi periode
April-September 2016 yaitu non significant coronary artery disease dengan
persentase 47%. Data selengkapnya dapat dilihat di Tabel 4.6.
Tabel 4.5 Jumlah lokasi sumbatan arteri koroner berdasarkan hasil angiografi
Hasil Angiografi N %
Non Significant CAD 15 47
Single vessel disease 8 25
Double vessel disease 3 9
Triple vessel disease 6 19
Total 32 100%
10
Angiografi koroner dapat menunjukkan lokasi jumlah stenosis arteri koroner
dibandingkan dengan treadmill test. Jumlah sumbatan arteri koroner dapat
mempengaruhi perjalanan penyakit dan kemungkinan pemulihan dari pasien PJK
karena semakin banyak jumlah sumbatan arteri koroner kemungkinan lokasi
infark semakin luas yang berarti kemungkinan pemulihan semakin lama dan sulit.
Jumlah infark mempengaruhi kondisi dan pemulihan pasien.8,13,15
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah sumbatan arteri koroner
pada pasien penyakit jantung koroner di Rumkit TK II Dustira Cimahi periode
April-Septermber 2016 berdasarkan hasil angiografi paling banyak yaitu non
significant coronary artery disease. Hal ini menunjukkan bahwa pasien dengan
treadmill test positif belum tentu dinyatakan adanya sumbatan pada arteri koroaria
yang berarti berdasarkan angiografi koroner sehingga kemungkinan kondisi dan
masa pemulihan tidak membutuhkan lama dengan terapi yang tepat.13,15
Hasil angiografi terbanyak yaitu non significant CAD juga dapat menunjukkan
bahwa kesadaran pasien akan pencegahan dan tatalaksana lebih lanjut tinggi
kemungkinan berkaitan dengan pemeriksaan angiografi merupakan pemeriksaan
invasif yang ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardi pada tahun 2015 di
Rumkit TK II Dustira Cimahi, setelah dicanangkannya asuransi jaminan sosial
dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebanyak 84% pasien PJK di
Rumkit TK II Dustira Cimahi melakukan pengobatan dan pemeriksaan
menggunakan BPJS. Hal ini menunjukkan adanya asuransi jaminan sosial sangat
membantu pasien dalam pencegahan dan pengobatan khususnya pasien PJK.16
4.6 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini disebabkan masih banyak data pada rekam medis
yang tidak mencantumkan diagnosis lokasi sumbatan arteri koroner berdasarkan
treadmill test hanya dicantumkan hasil positif saja dan hasil treadmill test pasien
tidak terlampir sehingga peneliti sulit menyimpulkan hasil treadmill test dari
pasien.
11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran lokasi
sumbatan arteri koroner berdasarkan treadmill test dan angiografi pada pasien
penyakit jantung koroner di Rumkit TK II Dustira Cimahi periode April-
September 2016 dieproleh hasil sebagai berikut.
1. Karakteristik usia pasien PJK dengan treadmill test positif dan dilakukan
angiografi rata-rata berada pada 51 tahun dengan usia paling muda 32
tahun dan usia paling tua 70 tahun.
2. Lokasi infark miokard terbanyak pada pasien penyakit jantung koroner
berdasarkan treadmill test yaitu Anterolateral 40% dengan lokasi
sumbatan arteri koronaria terbanyak di LCx 40%.
3. Lokasi sumbatan arteri koroner terbanyak pada pasien penyakit jantung
koroner berdasarkan hasil angiografi terdapat di LAD 43%.
4. Lokasi sumbatan arteri koroner berdasarkan hasil treadmill test yang
sesuai dengan hasil angiografi yaitu sebesar 40%.
5. Jumlah lokasi sumbatan arteri koroner terbanyak pada pasien penyakit
jantung koroner berdasarkan angiografi yaitu non significant CAD 47%.
Saran
Berikut ini adalah saran yang direkomendasikan setelah dilakukannya
penelitian mengenai “Gambaran Lokasi Sumbatan Arteri Koroner Berdasarkan
Treadmill Test dan Angiografi (Studi Deskriptif pada Pasien Penyakit Jantung
Koroner di Laboratorium Kateterisasi Rumkit TK II Dustira Cimahi Periode
April- September 2016)” sesuai dengan simpulan, manfaat, dan tujuan penelitian:
1. Memberikan usulan kepada Laboratorim Kateterisasi Jantung Rumkit TK
II Dustira Cimahi untuk menuliskan hasil treadmill test meliputi lokasi
infark miokard dan arteri koroner yang mungkin mengalami penyumbatan
berdasarkan hasil di rekam medis pasien yang akan dilakukan angiografi.
12
2. Memberikan usulan kepada Laboratorium Kateterisasi Jantung Rumkit TK
II Dustira Cimahi untuk menyertaskan hasil treadmill test secara lengkap
di rekam medis pasien.
3. Mengusulkan penelitian selanjutnya mengenai kesesuaian lokasi sumbatan
arteri koroner berdasarkan hasil treadmill test dan angiografi.