Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan Pengaruh Sebaran Lokasi Minimarket terhadap Jangkauan...
Transcript of Critical Review Analisa Lokasi dan Keruangan Pengaruh Sebaran Lokasi Minimarket terhadap Jangkauan...
1
Daftar Isi .................................................................................................................................................. 0
BAB I ........................................................................................................................................................ 2
Pendahuluan ........................................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 2
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 2
1.3 Sistematika Penulisan ................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
Tinjauan Pustaka ..................................................................................................................................... 3
2.1 Konsep dasar teori lokasi .............................................................................................................. 3
2.2 Alasan pemilihan lokasi ................................................................................................................. 4
2.3 Faktor-faktor lokasi ....................................................................................................................... 4
2.4 Implikasi teori terhadap lokasi yang dipilih .................................................................................. 6
2.5 Critical Review ............................................................................................................................... 9
2.6 Lesson Learned :.......................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 11
2
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pemilihan lokasi pada dasarnya menentukan suatu tempat atau lokasi yang tepat untuk
suatu usaha, kegiatan dengan tujuan tertentu yang memperhitungkan kelebihan dan kekurangan
lokasi tersebut. Lokasi perusahaan adalah suatu tempat dimana perusahaan melakukan aktifitasnya.
Khususnya pemilihan lokasi pada pertumbuhan ritel indonesia yang terbilang cukup pesat.
Hal ini dikarenakan adanya otonomi daerah yang membuat setiap daerah ingin meningkatkan
perekonomiannya dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah. (PAD). Retail modern adalah
sumber pemasukan untuk PAD khususnya ritel modern yang berkapasitas besar seperti
supermarket/minimarket.
Perkembangan minimarket sebagai salah satu usaha bentuk usaha eceran atau retail di
Indonesia. Banyaknya perkembangan bisnis retail di indonesia seperti minimarket, supermarket dan
hypermarket membuat adanya persaingan yang semakin ketat dalam menarik calon pembeli atau
pelanggan. Minimarket telah menyebar ke berbagai daerah seiring dengan perubahan orientasi
konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Supermarket, minimarket dan hypermarket merupakan salah satu jenis industri
eceran/retail menghadapi persaingan yang ketat dalam memperoleh pangsa pasar. Dengan
banyaknya minimarket yang ada, konsumen memiliki banyak pilihan dalam menentukan minimarket
dimana konsumen akan membeli sesuatu yang dibutuhkan. Namun perbedaannya terdapat pada
ukuran,komunikasi pemasaran dan barang yang diperjual belikan untuk sehari-hari.
Pada jurnal pengaruh sebaran lokasi minimarket terhadap jangkauan pelayanan pasar
tradisional membahas bagaimana retail minimarket dan pasar tradisional bersaing dikarenakan
jangkauan layanan yang dekat dan bersinggungan. Oleh karena itu untuk mengamati lebih dalam
pengaruh sebaran dengan menggunakan teori lokasi central place.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui implikasi teori-teori lokasi
terhadap permasalahan lokasi keruangan yang ada di kota.
1.3 Sistematika Penulisan
• Bab I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang penulisan makalah, beserta tujuan dan sistematika
penulisan jurnal itu sendiri.
• Bab II : Review Bacaan
Berisi mengenai pembahasan dari jurnal beserta critcial review untuk jurnal.
3
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep dasar teori lokasi
Teori central place merupakan teori yang ditemukan oleh Walter Christaller pada 1933. Teori
ini menyatakan bahwa suatu lokasi dapat melayani berbagai kebutuhan yang terletak pada suatu
tempat yang disebutnya sebagai tempat sentral. Berasumsi bahwa suatu daerah dapat dikatakan
sebagai tempat sentral jika mampu memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat di sekitar tempat
sentral tersebut. Pola keruangan tempat sentral tersebut digambarkan dalam bentuk pelayanan
tersebut digambarkan dalam segi enam/heksagonal. Teori ini dapat berlaku apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut
1. wilayahnya datar dan tidak berbukit
2. tingkat ekonomi dan daya beli penduduk relatif sama
3. penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk bergerak ke berbagai arah
Pada gambar 1 dan 2 menjelaskan tiap heksagonal memiliki pusat yang besar kecilnya sesuai
dengan besarnya heksagonal tersebut. Heksagonal yang sama besarnya tidak saling tumpang tindih,
tetapi antara heksagonal yang tidak sama besarnya akan terjadi tumpang tindih.
Teori aglomerasi menjelaskan mengenai pengalihan konsumen terhadap ritel lokal
khususnya pasar tradisional. Dimana kedekatan lokasi ritel yang berdampak pada penentuan
preferensi konsumen. Banyak yang berpendapat bahwa pengelompokan suatu perdagangan di pusat
pasar akan menyebabkan ketidakefisienan secara sosial dan ekonomi bagi ritel.
Gambar 1
Gambar 2
4
2.2 Alasan pemilihan lokasi
Fenomena perkembangan retail di kota-kota besar memberikan pengaruh dalam
perkembangan ekonomi. Di kecamatan banyuwanik mengalami peningkatan fasilitas perdagangan
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terdiri dari 5 buah pasar
tradisional, 3 buah hypermarket, 2 buah supermarket, 39 buah minimarket dan 41 buah pertokoan.
Kawasan retail tersebut berkembang sejalan dengan pertumbuhan aktifitas kawasan, yaitu kawasan
perkantoran, pendidikan, perumahan dan perdagangan merupakan sasaran berdirinya retail baru.
Permasalahan yang dapat ditimbulkan dengan adanya persaingan retail modern dan
tradisional, salah satunya ialah adanya pengalihan konsumen terhadap retail lokal khususnya pasar
tradisional. Permasalahan tersebut dipengaruhi oleh aglomerasi/kedekatan lokasi retai yang
berdampak pada penentuan preferensi konsumen. Kedekatan lokasi retail modern memberikan
kemudahan konsumen untuk mendapatkan barang sesuai kebutuhannya.
Menurut Djojodipuro (1992) mengenai teori tempat pusat Christaller menyatakan bahwa
penentuan lokasi dipengaruhi oleh ambang batas (threshold) dan jangkauan aktifitas. Ambang
batas/ treshold mempengaruhi jumlah penawaran akan jasa sebagai pemenuhan kebutuhan
masyarakat, sedangkan jangkauan terkait dengan jarak karena adanya kemudahan pencapaian untuk
mendapatkan jasa.
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang mengarah pada
kuantitatif naturalistik dan menekankan bahwa pelaksanaan ini terjadi secara alamiah dan apa
adanya. Analisis yang dilakukan diantaranya analisis pola sebaran minimarket dan pasar tradisional,
analisis karakteristik minimarket dan pasar tradisional, analisis lokasi minimarket dan pasar
tradisional, analisis jangkauan pelayanan minimarket dan pasar tradisional, serta analisis pengaruh
sebaran lokasi ritel (minimarket) terhadap jangkauan pelayanan pasar tradisional.
2.3 Faktor-faktor lokasi
� Teori Central Place
Teori Christaller mengasumsikan kondisi ideal dimana sebuah dataran homogen yang sama
dengan kepadatan populasi dan daya beli yang sama. Dalam hal ini, teori central place mirip dengan
teori lokasi Weber dan Von Thunen, dimana lokasi diasumsikan euclidean, dataran isotropic dengan
kemampuan daya beli konsumen yang sama besar ke segala arah.
Teori ini didasarkan pada konsep range (jangkauan) dan threshold (ambang). Range
(jangkauan) adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan
masyarakat. Misal jika seseorang ingin membeli sebuah bahan makanan dan ingin membeli di
supermarket tertentu. Dapat dikatakan juga range adalah jarak antara tempat tinggal dengan lokasi
supermarket yang akan dikunjungi, apabila jarak yang terlalu jauh maka akan memilih lokasi
5
terdekat dengan tempat tinggal. Sedangkan threshold (ambang) merupakan jumlah minimal anggota
masyarakat yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan suplai barang.
� Perkembangan Retail Modern Indonesia
Perkembangan ritel modern di indonesia dibedakan menjadi dua kelompok besar, yakni ritel
tradisional dan ritel modern. Ritel modern pada dasarnya merupakan pengembangan dari ritel
tradisional. Format ritel ini muncul dan berkembang seiring perkembangan perekonomian,
teknologi, dan gaya hidup masyarakat yang membuat polapikir masyarakat berubah menjadi
menuntut adanya kenyamanan dalam suasana perbelanjaan.
Ritel modern dimulai pada tahun 1968 dimana saat itu hanya ada supermarket sebagai
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu jumlah ritel modern
meningkat pesat karena diiringi dengan peningkatan pendapatan per kapita di Indonesia, seperti
minimarket.
Adapun perbedaan bisnis retail tradisional dengan bisnis retail modern adalah bisnis retail
tradisional adalah bisnis yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta,
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta
dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda
Yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan
usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Seperti pasar tradisional, toko kelontong, dan lain-lain.
Berikut merupakan lokasi persebaran ritel, khususnya minimarket, maka di dalam fpkus
penelitian ini lokasi minimarket yang berada di kecamatan Banyumanik. Justifikasi dalam pemilihan
ritel antara lain Ritel berupa minimarket memberikan pengaruh terhadap eksistensi pasar tradisional
khususnya pada Kota Semarang, belum adanya kebijakan yang mengatur jarak ritel/pasar modern
terhadap pasar tradisional di Kota Semarang, diperlukan analisis lokasi antara keduanya.
Gambar 3 : Ilustrasi Range dan
Treshold
6
Berdasarkan penggolongan jenis pasar, maka terpilih lokasi penelitian di Kecamatan
Banyumanik. Pasar yang berada di kecamatan tersebut merupakan pasar wilayah dan pasar
lingkungan. Hal ini dikarenakan bahwa pasar wilayah dan lingkungan tersebut memiliki batasan pada
pelayanan terhadap konsumen. Pelaayanan tersebut lebih dikhususkan pada masyarakat yang
berperan sebagai konsumen pasar yang berada di ruang lingkup pelayanannya.
2.4 Implikasi teori terhadap lokasi yang dipilih
Kecamatan Banyumanik terleyak di sebelah selatan Kota Semarang berbatasan dengan
ecamatan Gajahmungkur dan Candisari di sebelah utara, Kecamatan Tembalang di sebelah timur,
Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang di sebelah selatan dan Kecamatan Gunungpati di sebalah
barat dengan luas total 2.509.068 ha dan berfungsi sebagai daerah pinggiran untuk menampung
perkembangan penduduk pusat kota semarang.
Fenomena perkembangan retail di kota-kota besar memberikan pengaruh dalam
perkembangan ekonomi. Di kecamatan banyuwanik mengalami peningkatan fasilitas perdagangan
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terdiri dari 5 buah pasar
tradisional, 3 buah hypermarket, 2 buah supermarket, 39 buah minimarket dan 41 buah pertokoan.
Kawasan retail tersebut berkembang sejalan dengan pertumbuhan aktifitas kawasan, yaitu kawasan
perkantoran, pendidikan, perumahan dan perdagangan merupakan sasaran berdirinya retail baru.
Analisis terkait pengaruh sebaran lokasi minimarket terhadap jangkauan pelayanan pasar
tradisional di Kecamatan Banyumanik :
1. Pola sebaran ritel modern (minimarket) dan pasar tradisional
Gambar 4: Lokasi minimarket di Kecamatan
Banyumanik
7
Pola sebaran minimarket bersifat mengelompok/cluster dengan nlai nearest
neighbor ratio sebesar 0,735834. Sedangkan pasar tradisional memiliki pola acak dengan
kategori pola nmenyebar/dispered sebesar 2,158673.
2. Karakteristik ritel (minimarket) dan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik
Pada dasarnya minimarket dan pasar tradisional memiliki karakteristik yang
berbeda. Berdasarkan variabel analisis yang digunakan, bahwa perbedaan tersebut terlihat
mencolok pada jenis komoditi kedua fasilitas tersebut. Berikut merupakan karakteristik
minimarket dan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik.
Minimarket Pasar tradisional
Lokasi Berada di sepanjang jalan
utama di kawasan
perumahan, permukiman,
pendidikan, perdagangan
dan jasa.
Berada pada lokasi-lokasi
tertentu, terutama di
kawasan permukiman
penduduk.
Sifat kedekatan lokasi Linier mengikuti jalan. Tersebar di area
permukiman.
Jenis komoditi Bahan makanan pokok,
kebutuhan sehari-hari,
makanan ringan,
perlengkapan belajar dan
lain-lain.
Jenis barang tahan lama,
jenis barang tidak tahan
lama.
Alasan konsumen memilih
fasilitas.
Lokasi. Lokasi dan harga murah.
Gambar 5 : Average Nearest Neigbor Distance
minimarket dan pasar tradisional
8
3. Lokasi ritel (minimarket) dan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik
Lokasi minimarket yang berada pada jalur utama dan tersebar mengikuti pola jalan
memberikan jangkauan pelayanan tersendiri dan masing-masing titik lokasi fasilitas
minimarket, sehingga memiliki area pelayanan lebih besar dari jangkauan pelayanan
minimarket.
Lokasi pasar tradisional yang tersebar di beberapa titik di area permukiman memiliki
jangkauan pelayanan tersendiri pada area permukiman. Hal tersebut didukung dengan
adanya posisi pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik pada skala pelayanan wilayah dan
lingkungan.
4. Jangkauan pelayanan minimarket dan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik
Berdasarkan Christaller(1933) pada teori tempat pusat (central palce teory), jangkauan
pelayanan minimarket dan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik mengalami
persinggungan antar titik-titik fasilitas.
a. Jangkauan pelayanan minimarket hampir menjangkau seluruh kelurahan di Kecamatan
Banyumanik dengan lokasi konsumen berada pada area pelayanan 100 meter hingga
500 meter dari pusat fasilitas (minimarket). Jangkauan lokasi minimarket sebagian besar
belum menjangkau di Kelurahan Jabungan, sebagian Kelurahan Gedawang dan sebagian
Kelurahan Tinjomoyo.
b. Pada jangkauan pelayanan pasar tradisional, dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa
pasar Jatingaleh sebagai pasar skala wilayah memiliki jangkauan pelayanan pada suatu
kawasan area permukiman. Sedangkan pada pasar Srondol, Rasamala, Banyumanik dan
Damar merupakan pasar skala lingkungan sehingga terjadi persinggungan pada jarak
antara 500 hingga 1000 meter. Konsumen yang berada diluar area jangkauan pelayanan
pasar tradisional di luar pasar tradisional yang terdapat di Kecamatan Banyumanik.
5. Pengaruh sebaran lokasi ritel (minimarket) terhadap jangkauan pelayanan pasar tradisional
di Kecamatan Banyumanik.
Pengaruh sebaran lokasi fasilitas dapat disimpulkan bahwa :
a. Minimarket memiliki pangsa pasar yang luas karena lokasi minimarket berada pada
lokasi strategis yang terletak di beberapa koridor ruas jalan utama.
b. Pasar tradisional memiliki pangsa pasar yang relative sedikit karena hanya menjangkau
wilayah/kawasan yang terdapat disekitarnya.
Berdasarkan dukungan analisis-analisis sebelumnya, pengaruh sebaran lokasi fasilitas
dapat disimpulkan, bahwa :
9
a. Area pelayanan
Memberikan pengaruh pada luasan area pelayanan yang ditandai dengan adanya luasan
area pelayanan minimarket lebih besar daripada pasar tradisional, sehinnga
berkurangnya area pelayanan pada pasar tradisional.
b. Jangkauan pelayanan
Jangkauan pelayanan masing-masing fasilitas (minimarket dan pasar tradisional)
berbeda didukung dengan pangsa pasar masing-masing. Hasil yang diperoleh dari
overlay kedua fasilitas tersebut, menunjukan terjadinya konflik yang ditandai dengan
irisan/persinggungan antara jangkauan pelayanan minimarket dan pasar tradisional.
Area penutupan pada jangkauan pelayanan pasar tradisiinal, merupakan pengaruh dari
titik-titik lokasi sebaran minimarket yang memiliki pola linier yang tersedia hampir di
seluruh ruas jalan utama.
2.5 Critical Review
Jurnal ini membahas mengenai pengaruh sebaran lokasi minimarket terhadap jangkauan
pelayanan pasar tradisional di Kecamatan Banyumanik. Jurnal ini dilakukan dengan beberapa
analisis dan teliti oleh Pratamanungtyas Anggraini. Dalam penulisan, penulis menceritakan tentang
gambaran umum kondisi kota semarang mengenai perbatasan dan kondisi ritel secara umum yang
mempengaruhi perkembangan penduduk pusat Kota Semarang. Sehingga pembaca dapat
memiliki bayangan kondisi umum dan kondisi ritel yang ada di sekitar Kecamatan Banyumanik.
Baik teori maupun penerapannya sudah dijelaskan dengan baik. Seperti pada teori central
place Christaller yang dijadikan patokan bagi penulis, yang menekankan pada suatu daerah harus
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Dapat terealisasikan dengan lokasi studi yang
diambil di Kecamatan Banyumanik yang dari pola sebaran, karakteristik, lokasi, jangkauan
pelayanan dan pengaruh sebaran lokasi. Walaupun ada beberapa kondisi yang tidak sesuai seperti
dekatnya lokasi ritel yang membuat peralihan konsumen. Dilihat dari data yang ada, minimarket
dan pasar tradisional bersaing dalam menarik konsumen. Namun ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, mengenai kekuatan dan kelemahan dari adanya minimarket dan pasar tradisional.
Minimarket dengan pola sebar yang linier mengikuti jalan memiliki peluang tinggi untuk
menarik perhatian konsumen, namun rata-rata wilayah minimarket tidak selalu dekat dengan
daerah permukiman dan membuat masyarakat lebih memilih lokasi terdekat dalam membeli
kebutuhannya. Di dalam jurnal ini tidak membahas lebih kuat mengenai kekuatan dan kelemahan
dengan adanya minimarket yang berkembang.
10
Pemerintah sebenarnya telah mengatur keberadaan pasar modern dan tradisional lewat
Presiden (Perpres) Nomor 112 tahun 2007 yang mengatur Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasal 5 Perpres tercantum, hipermarket baru
hanya boleh berlokasi di akses sistem jaringan jalan arteri dan jaringan jalan kolektor. Intinya,
hipermarket tidak boleh berdiri pada akses jalan lebih kecil, seperti pemukiman warga, termasuk
dilarang dibangun di kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam kota dan perkotaan seperti
adanya pembatsan ruang space), seperti hipermarket harus di atas 5.000 meter persegi. Begitu
juga pusat perkulakan. Supermarket dibatasi minimal 400-5.000 meter persegi, dan minimarke,
400 meter persegi. Walaupun sudah ada Perpres dan perda soal aturan itu, namun
pelaksanaannya permasalahan antara pasar modern dan tradisional, terus berlangsung. Dan dapat
dipastikan, pasar tradisional akan terdesak dan ditinggalkan pembeli atau pedagangnya. Ini
menjadi tantangan bagi pemerintah untuk memecahkan permasalahan ini. Minimarket mungkin
dapat meningkatkan pemasukan pemerintah bertambah, walaupun kerugiannya dapat mematikan
usaha para pedagang kecil karena kecenderungan masyarakat yang menginginkan suasanan
belanja yang lebih nyaman. Dan selain itu dapat menyebabkan kemacetan karena posisi
minimarket yang selalu mengikuti pola jalan, karena kurangnya ketersediaan parkir menyebabkan
masyarakat memilih parkir di badan jalan yang mengganggu aktifitas pengguna jalan.
Berbeda dengan pasar tradisional yang mungkin memiliki lokasi strategis karena biasa
terletak di daerah permukiman masyarakat dan area penjualan yang luas, dan membantu
perekonomian kalangan menengah kebawah. Walaupun begitu pasar tradisional memiliki
kelemahan seperti tidak sebersih pasar modern karena kotor serta tidak teratur dan terlihat dari
pengemasan yang kurang baik sehingga kurangnya dilirik konsumen. Ini kecenderungan
masyarakat beralih ke pasar modern.
Itulah beberapa kelemahan dan kekuatan dari kedua pasar baik tradisional maupun modern
yang belum dikaji kembali oleh penulis. Akan lebih baik apabila jarak antara pasar modern dan
tradisional di analisis kembali demi kenyamanan dan kurangnya persaingan antar pasar tersebut.
Walaupun menurut Christaller untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, namun ketika ditinjau
kembali permasalahan-permasalahan tetap ada dari pemilihan lokasi hingga jangkauan dalam
menarik konsumen. Mungkin diperlukan jarak minimum antara ritel modern dengan pasar
tradisional.
11
2.6 Lesson Learned :
a. Faktor yang mempengaruhi pola persebaran pasar tradisional dan pasar modern di
Kecamatan Banyumanik dengan menggunakan Teori central Place.
b. Perkembangan ritel di Indonesia terlihat dari lokasi minimarket yang berada di pusat
kegiatan.
c. Lokasi pasar menurut Teori Central Place, jarak dan ambang batas.
Daftar Pustaka
https://bhianrangga.files.wordpress.com/2014/03/makalah-implementasi-range-concept-dalam-
penentuan-lokasi.pdf
http://beritadaerah.co.id/2014/06/27/ritel-tradisional-ayo-bangkit/
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/pwk/article/download/6530/5386