TEKNIK LABORATORIUM - MEMISAHKAN, MENYIMPAN, DAN INVENTARISASI BAHAN KIMIA

35
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM MEMISAHKAN, MENYIMPAN DAN INVENTARISASI BAHAN KIMIA” Disusun oleh : Nama : TESA MANISA NIM : F071131025 Semester : II –A (REG A) Kelompok : 4 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Transcript of TEKNIK LABORATORIUM - MEMISAHKAN, MENYIMPAN, DAN INVENTARISASI BAHAN KIMIA

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM

“ MEMISAHKAN, MENYIMPAN DAN INVENTARISASI BAHAN KIMIA”

Disusun oleh :

Nama : TESA MANISA

NIM : F071131025

Semester : II –A (REG A)

Kelompok : 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014

A. Pendahuluan

Laboratorium merupakan tempat untuk melaksanakan

eksperimen, penelitian maupun pengajaran. Di dalam

laboratorium terdapat peralatan untuk praktikum dan juga

bahan-bahan kimia yang dibutuhkan. Bahan kimia merupakan hal

yang penting dan sering digunakan saat praktikum. Bahan kimia

ini dapat dikategorikan dalam berbagai macam kriteria yaitu

sifat, bentuk, grade dan tingkat bahayanya. Jadi setiap

penggunaan bahan kimia harus diperlukan persiapan dan

digunakan dengan hati-hati. Oleh karena itu, para praktikan

harus dapat memisahkan, menyimpan dan menginventarisasi bahan

kimia tersebut sesuai jenisnya. Hal ini dimaksudkan agar

kecelakaan saat bereksperimen dapat dihindari dan tercipta

keselamatan kerja sehingga tidak menimbulkan potensi bahaya.

Strategi merupakan suatu rencana yang diutamakan untuk

mencapai tujuan. Dalam hal penyimpanan zat dan bahan kimia

stategi merupakan rencana yang dilakukan dalam melakukan

penyimpanan bahan dan zat yang benar untuk mengurangi resiko

kecelakaan di laboratorium. Penyimpanan zat dan bahan kimia

sering diabaikan bahkan terkadang dilupakan. Untuk menghindari

terabainya kegunaan penyimpanan zat dan bahan kimia diperlukan

strategi penyimpanan yang terperinci dan hati-hati. Tentu saja

penting mengutamakan pertimbangan yang baik untuk penyimpanan

bahan-bahan yang berbahaya, peralatan dan pemakaian zat dan

bahan-bahan kimia untuk menjaga keselamatan kerja di

laboratorium. (Griffin, 2005).

Adapun peranan laboratorium antara lain: Sebagai tempat

timbulnya berbagai masalah sekaligus sebagai tempat untuk

memecahkan masalah tersebut, sebagai tempat untuk melatih

keterampilan serta kebiasaan menemukan suatu masalah dan sikap

teliti, sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta

didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang

diselidiki atau diamatinya, sebagai tempat untuk melatih

peserta didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur serta

berpikir kritis dan cekatan, sebagai tempat mengembangkan ilmu

pengetahuan (Emha 2002).

Mahasiswa ilmu Laboratorium terlibat dalam praktek

laboratorium di bawah pengawasan selama program pelatihan

mereka . Mereka terkena risiko infeksi laboratorium didapat

dan perlu diinformasikan dan dilengkapi dengan fasilitas untuk

melindungi kesehatan mereka .

Kuesioner diberikan kepada mahasiswa ilmu laboratorium untuk

mengetahui persepsi mereka tentang bahaya dalam praktek

laboratorium dan ketaatan terhadap kode keamanan dalam praktek

kerja mereka .

Dari 128 siswa , 118 menyelesaikan kuesioner , tingkat

tanggapan 92 % . Enam puluh dari mereka ( 51 % ) adalah laki-

laki dan 53 ( 45 % ) adalah perempuan ; lima siswa tidak

menunjukkan seks mereka . Hasil penelitian menunjukkan bahwa

hanya 34 ( 29 % ) dari siswa menggunakan sarung tangan untuk

menangani sampel biologis dan 26 ( 22 % ) menggunakan sarung

tangan untuk menangani limbah klinis . Sembilan puluh empat

siswa ( 80 % ) melaporkan bahwa mereka mencuci tangan mereka

setelah memegang spesimen . Delapan belas dari siswa ( 15 % )

telah diimunisasi terhadap tuberkulosis , 80 ( 68 % ) terhadap

tetanus , enam ( 5 % ) terhadap hepatitis B , dan 18 ( 15 % )

terhadap demam kuning . Sembilan puluh enam siswa ( 81 % )

berpikir bahaya terbesar dalam praktek laboratorium adalah

organisme biologis yang berbahaya , sedangkan 13 ( 11 % )

menunjukkan bahwa bahan kimia adalah bahaya terbesar. Virologi

dianggap spesialisasi yang paling berbahaya sebesar 41 siswa (

35 % ) sedangkan anatomi morbid menempati peringkat paling

berbahaya sebesar 48 ( 41 % ) dari siswa .

Temuan ini menunjukkan bahwa sementara siswa ilmu laboratorium

sadar akan bahaya dalam praktek laboratorium , pengetahuan ini

tidak diterjemahkan ke praktek yang aman dan siswa dapat

membahayakan kesehatan mereka sebagai akibat dari paparan

praktek laboratorium . Oleh karena itu mereka perlu diberi

fasilitas yang memadai untuk melindungi diri dan pengawasan

yang memadai untuk memastikan bahwa mereka menyerap praktek

kerja yang aman selama masa pelatihan mereka(F O Omokhodion,

2002).

Di bidang kimia, suatu zat kimia merupakan bentuk

komposisi kimia materi yang konstan dan karakteristik sifat.

itu tidak dapat dipisahkan metodenya. dalam contoh, tanpa

pemecahan ikatan kimia. zat kimia yang sering disebut murni

untuk membedakan mereka(Ibnu, 1996).

Dalam bekerja di Laboratium sebaiknya diasumsikan bahwa

semua bahan kimia yang ada di Laboatorium adalah berbahaya.

Jenis bahaya diakibatkan karena kimia memiliki sifat fisik dan

kimia yang berbeda – beda. Maka, hal-hal harus menjadi

diperhatian dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia

meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya

(multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan

(storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan

kadaluarsa (outdate chemichal), inventarisasi (inventory), dan

informasi resiko bahaya (hazard information).

Pada laboratorium tempat observasi bahwa bahan - bahan

diurutkan secara alfabetis yang dikelompokkan menurut sifat

fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk

pengadministrasian. Bahan kimia cair dipisahkan dengan bahan

kimia yang padat dimana bahan kimia padat diletakkan di rak

bahan paling atas yang gunanya untuk memudahkan dalam

pencarian bahan. Selain itu, pada botol reagen juga terdapat

pelabelan yang mencantumkan nama kimia dan rumusnya, tingkat

bahaya, konsentrasi, tanggal pembuatan dan lama hidup

(Nasution, 2012).

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan

di laboratorium:

1. Aman : bahan disimpan supaya aman dari

pencuri.

2. Mudah dicari : Untuk memudahkan mencari letak

bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan

menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan bahan

(lemari, rak atau laci).

3. Mudah diambil : Penyimpanan bahan diperlukan ruang

penyimpanan dan perlengkapan

(Lindawati, 2010)

Pada bahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat jika

dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama

tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian. Bahan kimia

yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus

disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi.

Hal ini untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain

seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia.

Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Oleh karena

itu harus ditempatkan pada lemari tempat menyimpan zat cair

flammable daripada disimpan pada lemari bahan toxic, karena

benzena mudah terbakar daripada beracun. Di bawah ini panduan

umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan

dengan penyimpanannya.

1. Bahan Radioaktif > Bahan Piroforik > Bahan Eksplosif >

2. Cairan Flammable > Asam/basa Korosif > Bahan Reaktif

3. terhadap Air > Padatan Flammable > Bahan Oksidator >

4. Bahan Combustible > Bahan Toksik > Bahan yang tidak

5. memerlukan pemisahan secara khusus

Wadah dan tempat penyimpanan harus diberi label

yang mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima

dan dipakai. Misalnya warna merah untuk bahan flammable seperti

contoh gambar ini , kuning untuk bahan oksidator

seperti contoh gambar ini , biru untuk bahan toksik

seperti contoh gambar ini , putih untuk bahan korosif

.

Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan,

pelabelan pada botol reagen juga penting. Informasi yang harus

dicantumkan pada botol reagen diantaranya :

- Nama kimia dan rumusnya - Konsentrasi

- Tanggal penerimaan - Tanggal

pembuatan

- Nama orang yang membuat reagen - Lama hidup

- Tingkat bahaya -

Klasifikasi lokasi penyimpanan

- Nama dan alamat pabrik

Tempat penyimpanan bahan kimia harus bersih, kering, jauh

dari sumber panas atau sinar matahari langsung dan dilengkapi

dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.

Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan dalam

wadah sekunder seperti wadah plastik untuk mencegah timbulnya

kecelakaan akibat bocor atau pecah. Secara umum pengelompokkan

bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adalah :

Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi

misalnya alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb. Asam-

asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam

sulfat, asam florida, asam fosfat dsb. Basa-basa pekat

misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium

hidroksida.

Bahan radioaktif

Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan

bahan kimia yang rusak harus dibuang melalui unit pengelolaan

limbah. Di bawah ini, panduan cara penyimpanan dan penataan

bahan kimia untuk bahan kimia menurut kelompok tingkat

bahayanya.

- Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif

Bahan radioaktif harus disimpan di tempat yang terawasi

dan terjaga keamanannya. Pada tempat penyimpanan harus

dituliskan kata “HATI-HATI BAHAN RADIOAKTIF ( CAUTION

RADIOACTIVE MATERIALS)”. Diperlukan catatan jumlah bahan dan

perhatikan batas jumlah penyimpanan yang diperbolehkan.

- Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif

Bahan reaktif dikategorikan sebagai bahan yang bereaksi

sendiri atau berpolimerisasi menghasilkan api atau gas toksik

ketika ada perubahan tekanan atau suhu, gesekan, atau kontak

dengan uap lembab, misalnya padatan flammable yang reaktif

terhadap air. Bahan kimia reaktif biasanya dikelompokkan

menjadi bahan kimia piroforik, eksplosif, pembentuk peroksida,

dan reaktif air. Bahan piroforik adalah bahan yang dapat

terbakar ketika kontak dengan udara pada suhu < 54,44 0C.

Bahan kimia piroforik ada yang berupa padatan seperti fosfor,

cairan seperti tributilaluminium atau gas seperti silan. Bahan

piroforik harus disimpan di dalam lemari flammable secara

terpisah dari cairan flammable dan cairan combustible. Unsur

fosfor harus disimpan dan dipotong dalam air. Demikian gas

silan harus disimpan secara khusus.

Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat menimbulkan ledakan

yang diakibatkan oleh penguraian bahan secara cepat dan

menghasilkan pelepasan energi dalam bentuk panas, api dan

perubahan tekanan yang tinggi. Faktor yang menunjang timbulnya

ledakan dari bahan kimia di laboratorium diantaranya :

(1) Kandungan oksigen senyawa. Beberapa peroksida (misalnya

benzyol peroksida kering) dan oksidator kuat lainnya mudah

meledak,

(2) Gugus reaktif. beberapa senyawa seperti hidrazin

memiliki gugus oksidatif dan reduktif, sehingga sangat tidak

stabil. Beberapa senyawa nitro (misalnya Trinitrotoluen/TNT,

azida, asam pikrat kering) juga mudah meledak.

Beberapa eter dan senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan

udara dan cahaya membentuk senyawa peroksida yang tidak

stabil. Bahan kimia yang dapat membentuk peroksida diantaranya

p-dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid, dan

sikloheksena. Cara yang harus diperhatikan dalam

penyimpanannya sebagi berikut :

1. Simpan bahan kimia pembentuk peroksida dalam botol

tertutup rapat (tidak kontak dengan udara) atau dalam

wadah yang tidak terkena cahaya.

2. Berikan label pada wadah tentang tanggal diterima dan

dibuka bahan tersebut.

3. Uji secara periodik (3 atau 6 bulan) terjadinya

pembentukan peroksida. Buanglah peroksida yang telah

dibuka setelah 3 – 6 bulan

4. Buanglah wadah bahan kimia pembentuk peroksida yang tidak

pernah dibuka sesuai batas kadaluarsa yang diberikan

pabrik atau 12 bulan setelah diterima.

Bahan yang reaktif air apabila kontak dengan udara

lembab saja akan menghasilkan senyawa toksik, flammable, atau

gas mudah meledak. Misalnya hipoklorit dan logam hidrida. Oleh

karena itu penyimpanan bahan kimia ini harus dijauhkan dari

sumber air (jangan menyimpannya di bawah atau di atas bak

cuci, dst.). Gunakan pemadam api dengan bahan kimia kering

apabila terjadi kebakaran dengan bahan ini. Simpan dalam

desikator yang diisi dengan silica gel.

- Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif

Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan

basa. Asam-asam yang berwujud cairan diklasifikasi menjadi

tiga jenis yaitu asam-asam organic (misalnya asam asetat

glacial, asam format), asam mineral (misalnya asam klorida dan

asam fosfat) dan asam mineral oksidator (misalnya asam kromat,

asam florida, asam perklorat, dan asam berasap seperti asam

nitrat dan asam sulfat). Panduan penyimpanan untuk kelompok

asam ini diantaranya:

A. Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif

seperti natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium

(Mg) dll.

B. Pisahkan asam-asam organik dari asam mineral dan asam

mineral oksidator,

C. Penyimpanan asam organik biasanya dibolehkan dengan

cairan flammable dan combustible.

D. Pisahkan asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan

gas toksik dan dapat menyala seperti natrium sianida

(NaCN), besi sulfida (FeS), kalsium karbida (CaC2) dan

lain-lain.

E. Gunakan wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan

gunakan botol bawaannya ketika dipindahkan ke luar lab.

F. Simpanlah botol asam pada tempat dingin dan kering, dan

jauhkan dari sumber panas atau tidak terkena langsung

sinar matahari.

G. Simpanlah asam dengan botol besar pada kabinet atau

lemari rak asam. Botol besar disimpan pada rak lebih

bawah daripada botol lebih kecil.

H. Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki

plastic untuk menghindari cairan yang tumpah atau bocor.

Baki plastic atau panci kue dari pyrex sangat baik

digunakan lagi pula murah harganya. Khusus asam perklorat

harus disimpan pada wadah gelas atau porselen dan jauhkan

dari bahan kimia organik.

I. Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam

nitrat dari bahan flammable dan combustible.

Penyimpanan basa padatan atau cairan seperti amonium

hidroksida (NH4OH), kalsium hidroksida, Ca(OH)2, kalium

hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan

sebagai berikut :

1. Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif,

peroksida organik, dan bahan flammable.

2. Simpan larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene

(plastik).

3. Tempatkan wadah larutan basa dalam baki plastik untuk

menghindari pecah atau keborocan.

4. Simpanlah botol-botol besar larutan basa dalam lemari rak

atau cabinet yang tahan korosif. Botol besar disimpan

pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.

- Penyimpanan dan penataan bahan kimia Flammable dan

Combustible

Bahan kimia padatan yang cepat terbakar karena gesekan,

panas ataupun reaktif terhadap air dan spontan terbakar

dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium

karbida, fosfor pentaklorida, litium, dan kalium. Padatan

flammable harus disimpan dalam lemari flammable dan dijauhkan

dari cairan flammble atau cairan combustible.

Cairan bahan kimia flammable dan combustible

diklasifikasi menurut titik bakar/nyala (flash point) dan titik

didihnya (boiling point). Bahan kimia flammable dapat disimpan

dengan bahan kimia combustible, asam organik combustible

(misalnya asetat), pelarut non-flammable (metilklorida).

Beberapa cairan flammable yang umumnya dijumpai diantaranya

adalah asetaldehid, aseton, heksana, toluen, ksilena, etanol.

Secara umum penyimpanan cairan flammable di laboratorium

sebagai berikut .

1. Wadah dari gelas jangan digunakan untuk menyimpan cairan

flammable. Pelarut dengan kualitas teknis harus disimpan

dalam wadah logam.

2. Cairan flammable yang memerlukan kondisi dingin, hanya

disimpan pada kulkas yang bertuliskan “Lab-Safe” atau

“Flammable Storage Refrigerators”. Jangan sekali-kali menyimpan

cairan flammable di dalam kulkas biasa.

3. Jauhkan bahan flammable dari oksidator.

4. Hindari penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan

matahari langsung, sumber nyala atau api.

- Penyimpanan dan penataan bahan kimia oksidator

Bahan kimia yang termasuk oksidator adalah bahan kimia

yang menunjang proses pembakaran dengan cara melepaskan

oksigen atau bahan yang dapat mengoksidasi senyawa lain.

Misalnya kalium permanganat (KMnO4), feri klorida (FeCl3),

natrium nitrat (NaNO3), hidrogen peroksida (H2O2). Bahan kimia

oksidator harus dipisahkan dari bahan-bahan flammable dan

combustible serta bahan kimia reduktor seperti seng (Zn),

logam alkali (litium = Li, natrium = Na, kalium = K, rubidium

= Rb) dan asam formiat (HCOOH). Jangan menyimpan pada

wadah/tempat yang terbuat dari kayu dan jangan berdekatan

dengan bahan lain yang mudah terbakar. Simpan pada tempat

dingin dan kering.

- Penyimpanan dan penataan bahan kimia beracun (toxic)

Bahan kimia ini terdiri dari bahan beracun tinggi (highly

toxic) dengan ciri memiliki oral rate LD50 (Lethal Dosis 50%)

< 50 mg/kG, beracun (toxic) dengan oral rate LD50 50-100 mg/kG

dan sebagai bahan kimia karsinogen (penyebab kanker) disimpan

dalam wadah yang tidak mudah pecah, dan tertutup rapat.

- Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya

Penyimpanan bahan kimia yang sensitif cahaya harus dipisahkan

atas dasar tingkat kebahayaannya. Misalnya brom dengan

oksidator, arsen dengan senyawa beracun. Beberapa concoh

senyawa sensitif cahaya diantaranya brom (Br2), garam merkuri,

kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dan

lain-lain. Bahan sensitif cahaya disimpan dalam botol berwarna

coklat (amber bottle).

- Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed

Gases)

Cara penyimpanan bahan kimia gas diantaranya:

1. Pisahkan dan tandai mana tabung gas yang berisi dan

mana yang kosong.

2. Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan

menggunakan rantai dan rak logam.

3. Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.

4. Pasang tutup pentil ketika silinder tidak digunakan.

5. Jauhkan silinder dari sumber panas, bahan korosif

bahan berasap maupun bahan mudah

terbakar.

6. Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya jika

gas dari silinder satu dapat menimbulkan reaksi dengan gas

dari silinder lain.

7. Gunakan lemari asap untuk mereaksikan gas yang diambil

dari silinder.

8. Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai ketika

memindahkan silinder gas berukuran besar.

9. Jagalah sumbat katup jangan sampai lepas ketika

menggesergeserkan silinder, karena gas dalam silinder

memiliki tekanan tinggi.

Simbol-Simbol/ Rambu-rambu Bahan Kimia Berbahaya

- Inflammable substances (bahan mudah terbakar)

Bahan mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan

peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat sangat mudah terbakar

(extremely flammable substances) dan bahan sangat mudah

terbakar (highly flammable substances).

1. Explosive (bersifat mudah meledak)

Huruf kode: E

2. Oxidizing (pengoksidasi)

Huruf kode: O

3. Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)

Huruf kode:F+

4. Highly flammable (sangat mudah terbakar)

Huruf kode: F

- Bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan

Suatu parameter penting untuk menilai toksisitas akut suatu

zat adalah harga LD50 yang ditentukan dalam percobaan pada

hewan uji. Harga LD50 merefleksikan dosis yang mematikan dalam

mg per kg berat badan yang akan menyebabkan kematian 50% dari

hewan uji, antara 14 hari setelah one single administration.

Istilah bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup

bahan bersifat sangat beracun (very toxic substances), bahan beracun

(toxic substances) dan bahan berbahaya (harmful substances).

1. Very toxic (sangat beracun)

Huruf kode: T+

2. Toxic (beracun)

Huruf kode: T

3. Harmful (berbahaya)

Huruf kode: Xn

- Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue destroying

substances)

‘Tissue destroying substances’ meliputi sub-grup bahan

korosif (corrosive substances) dan bahan iritan (irritant substances)

1. Corrosive (korosif)

Huruf kode: C

2. Irritant (menyebabkan iritasi)

Huruf kode : Xi

- Bahan berbahaya bagi lingkungan

Huruf kode: N

(Nasution,

2013).

Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut: Bagaimana cara memisahkan bahan kimia di dalam

laboratorium? Bagaimana cara menyimpan bahan kimia di dalam

laboratorium? Bagaimana cara mengintentarisasi bahan kimia di

dalam laboratorium? Adapun tujuan dari praktikum ini adalah

agar mahasiswa dapat mengetahui nama-nama bahan kimia beserta

karakteristiknya, dapat mengetahui bahan-bahan kimia

berdasarkan sifat, bentuk, rumus, grade dan tingkat bahayanya,

serta dapat memisahkan, menyimpan dan menginventarisasi bahan

kimia sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja.

B. Metodologi

Pada praktikum memisahkan, meyimpan, dan

inventarisasi bahan kimia dilaksanakan pada hari Rabu, 23

April 2014 di laboratorium 1 pendidikan biologi FKIP UNTAN

adapun bahan-nahan yang digunakan adalah Kristal violet, asam

asetat, etanol, mercury, dextrose, sodium nitrat, kalium

permanganate, fraksi albumin dan kloroform dengan cara

kerjanya sebagai berikut: Bahan-bahan praktikum disiapkan

berdasarkan kelompok masing-masing, setiap kelompok mencatat

nama bahan kimia dalam bahasa indonesia maupun dalam bahasa

inggris, sifat(asam/basa/garam/organic), bentuk(c/l/g), rumus,

grade (LG/TG) serta tingkat bahayanya. Setelah itu buat daftar

hasil penelitian dengan membuat table pengamatan.

C. Hasil dan Pembahasan

Hasil pengamatan yang kami peroleh adalah sebagai

berikut:

N

o

Nama Bahan

Kimia

(Indonesia/

Inggris)

Sifa

t

(asa

m/

basa

/

gara

m/

orga

nic)

Bentuk

(c/l/

g)

Rumus Gra

de

LG/

TG

Tingkat

Bahaya

1 Merkuri/

mercury

gara

m

l Hg TG Toxic,

sangat

berbahaya2 Kristal

Violet/

Crytal Violet

Asam l C5H30CIN3 TG Harmfull,

dangerous to

environment,

very toxic

to aquatic

organisms,

serious

damage to

eyes, bahaya3 Asam

Asetat/Acetic

Acid

Asam l CH3COOH LG Mudah

menguap dan

terbakar

serta tidak

terlalu

bahaya4 Etanol/

Ethanol

Orga

nik

l C2H5OH LG Mudah

terbakar dan

tidak

terlalu

bahaya5 Dextrosa/

Dextrose

Orga

nik

c C5H12O6 TG Tidak

berbahaya6 Sodium

Nitrat/Sodium

Nitrate

Gara

m

c NaNO3 TG Bahaya dan

oxidasing

agen7 Kalium

Permanganat

Asam c KMnO4 TG Mudah

terbakar dan

bahaya8 Fraksi

Albumin/

Albimin

Fraction

Asam c C6H12O6 .

H2O

LG Tidak

berbahaya

9 Kloroform/

Chloroform

Orga

nik

l CHCl3 LG Bahaya

Dari praktikum yang telah dilakukan, bahan-bahan kimia

yang telah diamati dan diidentifikasi memiliki sifat, bentuk,

grade dan tingkat bahaya yang berbeda-beda. Perbedaan itulah

yang mmendasari pemisahan, penyimpanan maupun inventarisasi

demi menjaga keselamatan kerja pada saat praktikum.

Investarisasi bahan adalah pencatatan data seluruh bahan

yang ada di laboratorium untuk diketahui jumlah seluruhnya,

sehingga dapat diketahui pula bahan laboratorium apa yang perlu

segera ditambah untuk keperluan praktikum

Adapun tujuan penataan bahan kimia adalah :

a. memahami cara menata dan menyimpan bahan dan di

laboratorium

b. memahami cara mengadministrasikan bahan kimia di

Laboratorium

c. mengenal dan mengisi perangkat Administrasi

d. menerapkan cara menata,menyimpan, dan mengadministrasikan

bahan kimia di Laboratorium

Bahan kimia dibagi menjadi 4 macam sifat yaitu asam,

basa, garam dan organik. Dari bahan tersebut, yang dapat

dikatakan bersifat asam apabila memiliki pH < 7, bersifat

korosif artinya dapat menyebabkan karat pada logam,

menghasilkan ion H+ jika dilarutkan dalam air, jika diuji

dengan kertas lakmus akan berwarna merah. Bahan kimia

dikatakan basa apabila memilki pH>7, bersifat elektrolit,

apabila dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-, jika diuji

dengan kertas lakmus akan berwarna biru. Sedangkan garam

adalah zat atau senyawa yang telah disusun oleh ion positif

basa dan ion negatif asam. Selain itu dikatakan bersifat

organik jika senyawa tersebut mengandung unsur carbon,

hidrohen dan oksigen. Dari bahan tersebut, yang termasuk asam

adalah asam asetat dan kalium permanganat. Setiap larutan

asam, tidak boleh disimpan bersama bahan higroskopis, karena

larutan asam sangat mudah terkontaminasi dengan bahan yang

bersifat higroskopis sehingga mudah bereaksi dan dapat

menyebabkan kecelakaan. Sedangkan bahan yang termasuk garam

adalah merkuri. Pada umumnya, garam ini berbentuk endapan atau

butiran garam (solid). Selain itu, bahan yang termasuk bahan

organik adalah kristal violet, etanol, dextrosa, kloroform dan

albumin fraktion. Dan bahan yang termasuk basa adalah sodium

nitrat.

Bahan kimia dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu padat, cair

dan gas. Dapat dikatakan berbentuk padat karena memiliki

bentuk dan volume tetap. Yang termasuk dalam padatan adalah

kristal violet, dextrosa, sodium nitrat, kalium permanganat

dan albumin fraktion. Dikatakan berebentuk cairan apabila

memiliki bentuk yang berubah-ubah sesuai wadahnya namun

volumenya tetap. Yang termasuk dalam bentuk cair disini adalah

asam asetat, etanol, merkuri dan kloroform.

Bahan kimia juga memiliki derajat kemurnian (grade).

Yaitu laboratory reagen grade(LG) dan technical reagen

grade(TG). Zat dengan grade LG cocok untuk kerja analitik dan

bersifat umum sedangkan zat dengan grade TG digunakan untuk

eksperimen yang bersifat teknik dan khusus. Bahan kimia yang

berlabel LG adalah kristal violet, etanol, dextrosa, sodium

nitrat, kalium permanganat, albumin fraktoin dann kloroform.

Pada praktikum kali ini terdapat beberapa simbol tingkat

bahaya bahan kimia yang dikenalkan yaitu irritant, mudah

terbakar (flammable), korosif (corrosive), mudah teroksidasi (oxidizing

substance), racun (toxic), pencemar lingkungan (dangeroous for

environment), dan mudah menguap.

Bahan kimia yang ditandai dengan simbol irritant

dapat menyebabkan inflamasi (peradangan) pada kulit maupun

membran mukosa. Contoh yang terdapat pada praktikum kali ini

adalah kloroform. Dan contoh lainnya adalah Bahan iritan

padat. Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau

mata.

Bahan Anorganik :Natrium hidroksida, Natrium silikat, Kalsium

hidroksida, Kalium hidroksida.

Bahan Organik: Asam tricloroasetat dan Fenol.

Bahan iritan cair. Bahaya akan timbul apabila kontak dengan

kulit atau mata, yang menyebabkan proses pelarutan atau

denaturasi protein.

Contoh senyawa :

Anorganik - Asam sulfat, asam nitrat, asam klorida

Organik - Asam format (asam semut), asam asetat (cuka),

karbon disuffida hidrokarbon

terhalogenasi

Bahan iritan gas. Bahaya terutama karena terhirup dan merusak

saluran pernapasan. Tergantung pada sifat kelarutan dalam air

dan akibatnya, gas iritan digolongkan menjadi 3, yaitu :

a. Gas amat larut dalam air, merusak saluran pernapasan

bagian atas.

Contoh : amoniak, asam klorida, formaldehida, asam

asetat, asam florida.

b. Gas dengan kelarutan sedang, merusak saluran bagian

atas dan bagian dalam

Contoh : sulfur dioksida, klor, krom

c. Gas dengan kelarutan kecil, merusak alat pernapasan

bagian dalam

Contoh : ozon, fosgen, nitrogen dioksida

Bahan kimia yang ditandai dengan simbol mudah terbakar

(flammable)

Mempunyai titik didih antara 22 derajat celcius hingga 66

derajat celcius. Contoh yang terdapat pada praktikum kali

ini adalah etanol. Dan contoh lainnya adalah

cairan yang mudah terbakar

Cairan yang mudah menyala bila kontak dengan sumber

penyalaan

Cairan yang mempunyai titik penyalaan kurang dari 61

o C

Uap dari bahan yang termasuk kelas ini dapat

mengakibatkan pingsan bahkan kematian

Contoh :

petrol, acetone, benzene, butanol, chlorobenzene, 2

chloropropene ethanol, carbon disuliphide, di-iso-

propylane

padatan yang mudah menyala (FLAMMABLE SOLIDS)

Bahan padat yang mudah menyala (flammable solids)

Bahan padat yang mudah menyala  bila kontak dengan

sumber penyalaan dari luar seperti percikan api atau

api. Bahan ini siap menyala jika mengalami gesekan

Contoh : sulpur, pospor, picric acid, magnesium,

alumunium powder, calcium resinate, celluloid,

dinitrophenol, hexamine.

Bahan Padat yang Mudah Terbakar  secara spontan (spontaneously

Combustible Substances)

Bahan padat kelas ini dalam keadaan biasa mempunyai kemampuan

yang besar untuk terbakar secara spontan.

Beberapa jenis mempunyai kemungkinan besar untuk menyala

sendiri ketika lembab atau kontak dengan udara lembab

Juga dapat menghasilkan gas beracun ketika terbakar

Contoh : carbon, charcoal-non-activated, carbon black,

alumunium alkyls, phosphorus

Padatan yang mudah menyala (FLAMMABLE SOLIDS)

Bahan yang berbahaya ketika basah (Dangerous when wet)

Padatan atau cairan yang dapat menghasilkan gas mudah terbakar

ketika kontak dengan air

Bahan ini juga meningkatkan gas beracun ketika kontak dengan

kelembaban, air atau asam

Contoh :calcium carbide, potassium phosphide, potassium,

maneb, magnesium hydride, calcium manganese silicon, boron

trifluoride dimethyl etherate, barium, aluminium hydride.

Flammable Gas (Gas Mudah Terbakar)

Nama : Highly Flammable

Arti : Bahan Kimia Mudah Terbakar

Bahaya :Mudah bereaksi dengan oksigen dan

menimbulkan kebakaran, reaksi yang yang amat cepat dapat

menimbulkan ledakan

Contoh : Aluminium alkil, Fosfor

Keamanan : Hindari campuran dengan udara

Bahan kimia yang ditandai dengan simbol korosif (corrosive)

Dapat merusak jaringan tubuh dan menyebabkan luka bakar

pada kulit. Contoh yang terdapat pada praktikum kali ini

adalah asam asetat. Dan contoh lainnya adalah Asam

Asetat, Asam Klorida, Asam Nitrat, Asam Sulfat, Asam

Sitrat, Fenol, Kalium Hidroksida, Natrium Hidroksida,

Amonium Hidroksida.

Bahan kimia yang ditandai dengan simbol oksidasi (okidizing)

Dapat menyebabakan kebakaran jika terkontaminasi dengan

bahan bahan pemicu atau pengoksidasi. Contoh yang

terdapat pada praktikum kali ini adalah sodium nitrat dan

kalium permanganat. Dan contoh lainnya adalah

Kaliumperoxiodisulfat, Kalium bromat, Sodium hexanitro.

Bahan kimia yang ditandai dengan simbol racun (toxic)

Toxic merupakan bahan kimia yang menyebabkan bahaya

terhadap kesehatan manusia bahkan dapat menyebabkan

kematian apabila terserap kedalam tubuh baik tertelan,

lewat jalur pernapasan maupun kontak lewat kulit. Pada

umumnya zat Toxic masuk lewat jalur pernapasan ( misalnya

terhirup ) dan juga kulit, lalu menyebar ke seluruh tubuh

dan menuju organ tertentu seperti hati, dan paru - paru.

Tapi bisa juga zat toxic berakumulasi dalam tulang,

darah, hati, dan cairan limfa hingga pada akhirnya

menghasilkan efek dalam jangka panjang. Pengeluaran zat

beracun visa melalui urin, saluran pencernaan sel efitel

dan keringat. Adapun yang termasuk bahan toksik pada

praktikum kali ini adalah merkuri (II) klorida, kristal

violet dan tembaga (II) sulfat. zat toxic sebaiknya

disimpan dalam ruangan yang sejuk, ada peredaran hawa,

jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel

( tidak dapat dicampur). Panas dapat menyebabkan zat

toxic terurai sehingga zat ini harus disimpan jauh dari

sinar matahari langsung dan juga jauh dari sumber panas.

Contoh bahan kimia toxic: Asam Oksalat, Kalium Sianida,

Karbon Disulfida, Kolkhisin, Raksa, Raksa (I) Nitrat,

Raksa (II) Nitrat, Raksa (I)Klorida.

Bahan kimia yang ditandai dengan simbol berbahaya bagi

lingkungan

Contoh yang terdapat pada praktikum kali ini adalah

kalium permanganat, kristal violet dan tembaga (II)

sulfat. Bahan dan formulasi dengan notasi berbahaya bagi

lingkungan adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau

dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen

lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman,

mikroorganisme) dan menyebabkan gangguan ekologi.

Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya

tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum

hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.

Bahan kimia yang ditandai dengan simbol mudah meledak

Semua bahan atau benda yang dapat menghasilkan efek ledakan,

termasuk bahan yang dalam campuran tertentu atau jika

mengalami pemanasan, gesekan, tekanan dapat mengakibatkan

peledakan

Contoh

Amonium nitrate, Amonium perchlorate, amonium picrate,

detonator untuk ammunisi, diazodinitrophenol, dinitropenol,

dynamite, bubuk mesiu, picric acid, (TNT, Nitro Glycerine,

Amunisi, bubuk untuk blasting)

1.Huruf kode: E

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya

‘’explosive“ dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan,

pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen

atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari

bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang

udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat

ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for

Explosive Substances

2.Huruf kode: O

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi

bahaya „oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila

kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah

terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara

signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik

seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan

peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk bahan

pengoksidasi : R7, R8 dan R9

Contoh bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium

permanganat juga asam nitrat pekat.

Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)

3.Huruf kode:F+

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi

bahaya „extremely flammable “ merupakan likuid yang memiliki

titik nyala sangat rendah (di bawah 0o C) dan titik didih

rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC). Bahan amat

sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk

suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.

Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12 Contoh

bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan

propane (gas) Highly flammable (sangat mudah terbakar).

4.Huruf kode: F

Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly

flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di

bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik

nyala rendah (di bawah +21oC). Beberapa bahan sangat mudah

terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di

bawah pengaruh kelembaban.

5.Huruf kode: tidak ada

Tidak ada simbol bahaya diperlukan untuk melabeli bahan

dan formulasi dengan notasi bahaya ‘flammable’. Bahan dan

formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara +21oC dan

+55oC dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar (flammable)

Frase-R untuk bahan mudah terbakar : R10 Contoh bahan dengan

sifat tersebut misalnya minyak terpentin.

6.Huruf kode: T+

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very

toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis

dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk

ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau

kontak dengan kulit.

7.Huruf kode: T

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya

‘toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis

dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk

ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau

kontak dengan kulit.

8.Huruf kode: Xn

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya

‘harmful’ memiliki resiko merusak kesehatan sedang jika masuk

ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau

kontak dengan kulit.

9.Huruf kode: C

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah

merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan

kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena

karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa

(pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.

Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35. Contoh bahan dengan

sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4

maupun basa seperti larutan NaOH (>2%). Irritant (menyebabkan

iritasi)

10.Huruf kode : Xi

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak

korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan

kulit atau selaput lendir.Frase-R untuk bahan irritant : R36,

R37, R38 dan R41 Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya

isopropilamina, kalsium klorida dan asam dan basa encer. Bahan

berbahaya bagi lingkungan

11.Huruf kode: N

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for

environment’ adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau

dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan

atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan

menyebabkan gangguan ekologi

Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52

dan R53.

Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil

timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon

seperti pentana dan petroleum bensin.

Dalam menginventarisasikan bahan kimia mempunyai istilah

LG dan TG. Laboratory Grade (LG) adalah derajat pemurnian

laboratorium/ zat dengan derajat kemurnian laboratorium yang

cocok untuk analitik umum dan kerja kuantitatif kesekolah.

Sedangkan Technical Grade (TG) standar kemurnian yang dapat

diterima secara konversial dan dianggap tidak mengandung

kotoran-kotoran yang akan berpengaruh terhadap penggunaan

disekolah.

Dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam praktikum ini

adalah berjumlah 1 bahan kimia, diantaranya adalah :

Asam nitrat ¿¿) : mempunyai sifat asam, dengan bentuk cair

(liquid) yang mana bahan kimia ini sering digunakan dalam

analitik umum. Akan tetapi tingkat bahaya dari bahan

kimia ini adalah mudah terbakar, dan bersifat korosif.

Etanol : senyawa organic yang berbentuk cair, dengan

tingkat bahayanya mudah terbakar. Bahan kimia ini sering

dipakai dalam analitik umum.

Asam asetat : bahan kimia ini sangat sering dipakai dalam

analitik umum, sifatnya mudah menguap dan terbakar, serta

korosif.

Sodium nitrat : bahan kimia yang bersifat garam, dengan

bentuk berupa serbuk/Kristal. Akan tetapi bahan kimia ini

termasuk kedalam TG.

Fraksi albumin

Kloroform : bahan kimia ini sering digunakan untuk

pembiusan

Kristal violet

Dektosa

Kalium (II) permanganate : bahan kimia ini mudah

terbakar, bersifat asam akan tetapi bahan kimia ini

jarang digunakan untuk analitik umum.

Merkuri (II) sulfat : mempunyai sifat yang membahayakan

lingkungan.

Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam

penyimpanan mutlak diperlukan sehingga tidak terjadi

kecelakaan kerja. Penyimpanan pada tingkatan bahan kimia

dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Bahan beracun: harus disimpan dalam ruangan yang sejuk,

tempat yang ada peredaran hawa, tidak terkena sinar

mmatahari langsung dan jauh dari sumber panas.

2. Bahan kimia korosif: penyimpanannya harus terpisah dari

bahan yang mudah bereaksi, memiliki perlengkapan saluran

pembuangan untuk tumpahan dan ventilasi yang baik..

3. Mudah terbakar: disimpan pada ruangan yang sejuk, tempat

penyimpanan harus terpisah dari oksidator kuat dan mudah

menguap,jauhkan dari sumber api.

Penamaan bahan kimia menggunakan bahasa inggris dan

indonesia perlu dilakukan agar dapat diidentifikasi

karakteristik bahan tersebut. Selain itu perlu dilakukan

pengecekan rutin pada bahan-bahan kimia dengan tujuan

dapat dipisahkan secara aman antara bahan kimia yang

telah kadaluarsa dengan yang masih layak pakai.

D. Penutup

Bahan kimia dikategorikan berdasarkan sifat, bentuk,

grade dan tingkat bahayanya. Hal ini yang menndasari

pemisahan, penyimpanan maupun inventarisasi bahan kimia.

Pengelompokan sifat bahan kimia yaitu asam, basa, garam dan

organik. Pengelompokan bentuk bahan kimia yaitu padat, cair

dan gas. Pengelompokan grade bahan kimia yaitu LG, TG dan BG.

Pengelompokan tingkat bahaya bahan kimia yaitu corrosive,

toxic, irritant, flammable, oxidizing, danger for

environment. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia dan

jauhkan dari sinar matahari langsung/sumber panas. Diperlukan

pengecekan secara rutin agar kecelakaan yang mungkin terjadi

dapat dicegah. Larutan asam harus disimpan di tempat yang

terpisah dengan larutan higroskopis. Bahan kimia yang

bersifat beracun harus disimpan di lemari khusus dan tertutup

rapat.

Ada baiknya praktikum lebih teratur dan terarah agar

praktikan dapat memahami apa yang dipraktikumkan

DAFTAR PUSTAKA

Emha, H. (2002). Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah. PT Remaja

Roesda Karya: Bandung.

F O Omokhodion,. The Journal of the Royal Society for the Promotion of Health,

June 2002; vol. 122, 2: pp. 118-121.

Griffin, Brian. (2005). Laboratory Design Guide Third Edition.

Elsevier: Great Britain.

Ibnu, M. Sodiq. 1996. Mengenal Label Bahan-Bahan Kimia Berbahaya.

(http://journal.um.ac.id. Diakses tanggal 26 April 2014).

Lindawati. (2010). Strategi Inventaris Alat dan Bahan. (online).

(http//: blogspot.com/2010/04/strategi-inventarisasi-alat-

dan-bahan. Html. Diakses tanggal 26 April 2014).

Nasution, Mutiara Agustina. 2013. Penyimpanan Bahan Kimia.

(online). (http://mutiaraagustina.blogspot.com. Diakses

tanggal 26 April 2014).

Pertanyaan :

1) Apakah perbedaan antara TG dan LG? mengapa perlu untuk

mengetahuinya perbedaan keduanya?

2) Mengapa larutan asam tidak disimpan bersama beberapa

bahan yang bersifat higroskopis?

3) Mengapa diperlukan pengecekan rutin untuk bahan kimia

ini?

Jawaban :

1) Perbadaan antara TG dan LG adalah bahwa untuk bahan yang

bersifat LG adalah bahan yang sering digunakan dalam

analitik-analitik umum, sedangkan untuk TG jarang

digunakan dalam analitik umum, akan tetapi telah diterima

secara komersial.

Kita perlu mengetahui perbedaan keduanya, agar kita dapat

membedakan bahan kimia yang sering digunakan dalam

analitik umum maupun tidak.

2) Sebab jika larutan asam disimpan bersama bahan yang

bersifat higroskopis, maka larutan tersebut akan mudah

diserap oleh bahan yang bersifat higroskopis (higrokopis

= kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari

lingkungannya)

3) Perlunya dilakukan pengecekan rutin terhadap bahan

kimia :

Agar kita dapat mengetahui tanggal kadarluasa.

Dapat mengetahui rusak atau tidak bahan kimia yang

disimpan.