LAPORAN
PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM
“ MEMISAHKAN, MENYIMPAN DAN INVENTARISASI BAHAN KIMIA”
Disusun oleh :
Nama : TESA MANISA
NIM : F071131025
Semester : II –A (REG A)
Kelompok : 4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
A. Pendahuluan
Laboratorium merupakan tempat untuk melaksanakan
eksperimen, penelitian maupun pengajaran. Di dalam
laboratorium terdapat peralatan untuk praktikum dan juga
bahan-bahan kimia yang dibutuhkan. Bahan kimia merupakan hal
yang penting dan sering digunakan saat praktikum. Bahan kimia
ini dapat dikategorikan dalam berbagai macam kriteria yaitu
sifat, bentuk, grade dan tingkat bahayanya. Jadi setiap
penggunaan bahan kimia harus diperlukan persiapan dan
digunakan dengan hati-hati. Oleh karena itu, para praktikan
harus dapat memisahkan, menyimpan dan menginventarisasi bahan
kimia tersebut sesuai jenisnya. Hal ini dimaksudkan agar
kecelakaan saat bereksperimen dapat dihindari dan tercipta
keselamatan kerja sehingga tidak menimbulkan potensi bahaya.
Strategi merupakan suatu rencana yang diutamakan untuk
mencapai tujuan. Dalam hal penyimpanan zat dan bahan kimia
stategi merupakan rencana yang dilakukan dalam melakukan
penyimpanan bahan dan zat yang benar untuk mengurangi resiko
kecelakaan di laboratorium. Penyimpanan zat dan bahan kimia
sering diabaikan bahkan terkadang dilupakan. Untuk menghindari
terabainya kegunaan penyimpanan zat dan bahan kimia diperlukan
strategi penyimpanan yang terperinci dan hati-hati. Tentu saja
penting mengutamakan pertimbangan yang baik untuk penyimpanan
bahan-bahan yang berbahaya, peralatan dan pemakaian zat dan
bahan-bahan kimia untuk menjaga keselamatan kerja di
laboratorium. (Griffin, 2005).
Adapun peranan laboratorium antara lain: Sebagai tempat
timbulnya berbagai masalah sekaligus sebagai tempat untuk
memecahkan masalah tersebut, sebagai tempat untuk melatih
keterampilan serta kebiasaan menemukan suatu masalah dan sikap
teliti, sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta
didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang
diselidiki atau diamatinya, sebagai tempat untuk melatih
peserta didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur serta
berpikir kritis dan cekatan, sebagai tempat mengembangkan ilmu
pengetahuan (Emha 2002).
Mahasiswa ilmu Laboratorium terlibat dalam praktek
laboratorium di bawah pengawasan selama program pelatihan
mereka . Mereka terkena risiko infeksi laboratorium didapat
dan perlu diinformasikan dan dilengkapi dengan fasilitas untuk
melindungi kesehatan mereka .
Kuesioner diberikan kepada mahasiswa ilmu laboratorium untuk
mengetahui persepsi mereka tentang bahaya dalam praktek
laboratorium dan ketaatan terhadap kode keamanan dalam praktek
kerja mereka .
Dari 128 siswa , 118 menyelesaikan kuesioner , tingkat
tanggapan 92 % . Enam puluh dari mereka ( 51 % ) adalah laki-
laki dan 53 ( 45 % ) adalah perempuan ; lima siswa tidak
menunjukkan seks mereka . Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hanya 34 ( 29 % ) dari siswa menggunakan sarung tangan untuk
menangani sampel biologis dan 26 ( 22 % ) menggunakan sarung
tangan untuk menangani limbah klinis . Sembilan puluh empat
siswa ( 80 % ) melaporkan bahwa mereka mencuci tangan mereka
setelah memegang spesimen . Delapan belas dari siswa ( 15 % )
telah diimunisasi terhadap tuberkulosis , 80 ( 68 % ) terhadap
tetanus , enam ( 5 % ) terhadap hepatitis B , dan 18 ( 15 % )
terhadap demam kuning . Sembilan puluh enam siswa ( 81 % )
berpikir bahaya terbesar dalam praktek laboratorium adalah
organisme biologis yang berbahaya , sedangkan 13 ( 11 % )
menunjukkan bahwa bahan kimia adalah bahaya terbesar. Virologi
dianggap spesialisasi yang paling berbahaya sebesar 41 siswa (
35 % ) sedangkan anatomi morbid menempati peringkat paling
berbahaya sebesar 48 ( 41 % ) dari siswa .
Temuan ini menunjukkan bahwa sementara siswa ilmu laboratorium
sadar akan bahaya dalam praktek laboratorium , pengetahuan ini
tidak diterjemahkan ke praktek yang aman dan siswa dapat
membahayakan kesehatan mereka sebagai akibat dari paparan
praktek laboratorium . Oleh karena itu mereka perlu diberi
fasilitas yang memadai untuk melindungi diri dan pengawasan
yang memadai untuk memastikan bahwa mereka menyerap praktek
kerja yang aman selama masa pelatihan mereka(F O Omokhodion,
2002).
Di bidang kimia, suatu zat kimia merupakan bentuk
komposisi kimia materi yang konstan dan karakteristik sifat.
itu tidak dapat dipisahkan metodenya. dalam contoh, tanpa
pemecahan ikatan kimia. zat kimia yang sering disebut murni
untuk membedakan mereka(Ibnu, 1996).
Dalam bekerja di Laboratium sebaiknya diasumsikan bahwa
semua bahan kimia yang ada di Laboatorium adalah berbahaya.
Jenis bahaya diakibatkan karena kimia memiliki sifat fisik dan
kimia yang berbeda – beda. Maka, hal-hal harus menjadi
diperhatian dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia
meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya
(multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan
(storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan
kadaluarsa (outdate chemichal), inventarisasi (inventory), dan
informasi resiko bahaya (hazard information).
Pada laboratorium tempat observasi bahwa bahan - bahan
diurutkan secara alfabetis yang dikelompokkan menurut sifat
fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya untuk
pengadministrasian. Bahan kimia cair dipisahkan dengan bahan
kimia yang padat dimana bahan kimia padat diletakkan di rak
bahan paling atas yang gunanya untuk memudahkan dalam
pencarian bahan. Selain itu, pada botol reagen juga terdapat
pelabelan yang mencantumkan nama kimia dan rumusnya, tingkat
bahaya, konsentrasi, tanggal pembuatan dan lama hidup
(Nasution, 2012).
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan
di laboratorium:
1. Aman : bahan disimpan supaya aman dari
pencuri.
2. Mudah dicari : Untuk memudahkan mencari letak
bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan
menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan bahan
(lemari, rak atau laci).
3. Mudah diambil : Penyimpanan bahan diperlukan ruang
penyimpanan dan perlengkapan
(Lindawati, 2010)
Pada bahan, pengurutan secara alfabetis akan tepat jika
dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat kimianya terutama
tingkat kebahayaannya untuk pengadministrasian. Bahan kimia
yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi.
Hal ini untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain
seperti api, gas beracun, ledakan atau degradasi kimia.
Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Oleh karena
itu harus ditempatkan pada lemari tempat menyimpan zat cair
flammable daripada disimpan pada lemari bahan toxic, karena
benzena mudah terbakar daripada beracun. Di bawah ini panduan
umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan
dengan penyimpanannya.
1. Bahan Radioaktif > Bahan Piroforik > Bahan Eksplosif >
2. Cairan Flammable > Asam/basa Korosif > Bahan Reaktif
3. terhadap Air > Padatan Flammable > Bahan Oksidator >
4. Bahan Combustible > Bahan Toksik > Bahan yang tidak
5. memerlukan pemisahan secara khusus
Wadah dan tempat penyimpanan harus diberi label
yang mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima
dan dipakai. Misalnya warna merah untuk bahan flammable seperti
contoh gambar ini , kuning untuk bahan oksidator
seperti contoh gambar ini , biru untuk bahan toksik
seperti contoh gambar ini , putih untuk bahan korosif
.
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan,
pelabelan pada botol reagen juga penting. Informasi yang harus
dicantumkan pada botol reagen diantaranya :
- Nama kimia dan rumusnya - Konsentrasi
- Tanggal penerimaan - Tanggal
pembuatan
- Nama orang yang membuat reagen - Lama hidup
- Tingkat bahaya -
Klasifikasi lokasi penyimpanan
- Nama dan alamat pabrik
Tempat penyimpanan bahan kimia harus bersih, kering, jauh
dari sumber panas atau sinar matahari langsung dan dilengkapi
dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
Bahan kimia cair yang berbahaya harus disimpan dalam
wadah sekunder seperti wadah plastik untuk mencegah timbulnya
kecelakaan akibat bocor atau pecah. Secara umum pengelompokkan
bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adalah :
Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi
misalnya alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb. Asam-
asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam
sulfat, asam florida, asam fosfat dsb. Basa-basa pekat
misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium
hidroksida.
Bahan radioaktif
Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, dan
bahan kimia yang rusak harus dibuang melalui unit pengelolaan
limbah. Di bawah ini, panduan cara penyimpanan dan penataan
bahan kimia untuk bahan kimia menurut kelompok tingkat
bahayanya.
- Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif
Bahan radioaktif harus disimpan di tempat yang terawasi
dan terjaga keamanannya. Pada tempat penyimpanan harus
dituliskan kata “HATI-HATI BAHAN RADIOAKTIF ( CAUTION
RADIOACTIVE MATERIALS)”. Diperlukan catatan jumlah bahan dan
perhatikan batas jumlah penyimpanan yang diperbolehkan.
- Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif
Bahan reaktif dikategorikan sebagai bahan yang bereaksi
sendiri atau berpolimerisasi menghasilkan api atau gas toksik
ketika ada perubahan tekanan atau suhu, gesekan, atau kontak
dengan uap lembab, misalnya padatan flammable yang reaktif
terhadap air. Bahan kimia reaktif biasanya dikelompokkan
menjadi bahan kimia piroforik, eksplosif, pembentuk peroksida,
dan reaktif air. Bahan piroforik adalah bahan yang dapat
terbakar ketika kontak dengan udara pada suhu < 54,44 0C.
Bahan kimia piroforik ada yang berupa padatan seperti fosfor,
cairan seperti tributilaluminium atau gas seperti silan. Bahan
piroforik harus disimpan di dalam lemari flammable secara
terpisah dari cairan flammable dan cairan combustible. Unsur
fosfor harus disimpan dan dipotong dalam air. Demikian gas
silan harus disimpan secara khusus.
Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat menimbulkan ledakan
yang diakibatkan oleh penguraian bahan secara cepat dan
menghasilkan pelepasan energi dalam bentuk panas, api dan
perubahan tekanan yang tinggi. Faktor yang menunjang timbulnya
ledakan dari bahan kimia di laboratorium diantaranya :
(1) Kandungan oksigen senyawa. Beberapa peroksida (misalnya
benzyol peroksida kering) dan oksidator kuat lainnya mudah
meledak,
(2) Gugus reaktif. beberapa senyawa seperti hidrazin
memiliki gugus oksidatif dan reduktif, sehingga sangat tidak
stabil. Beberapa senyawa nitro (misalnya Trinitrotoluen/TNT,
azida, asam pikrat kering) juga mudah meledak.
Beberapa eter dan senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan
udara dan cahaya membentuk senyawa peroksida yang tidak
stabil. Bahan kimia yang dapat membentuk peroksida diantaranya
p-dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid, dan
sikloheksena. Cara yang harus diperhatikan dalam
penyimpanannya sebagi berikut :
1. Simpan bahan kimia pembentuk peroksida dalam botol
tertutup rapat (tidak kontak dengan udara) atau dalam
wadah yang tidak terkena cahaya.
2. Berikan label pada wadah tentang tanggal diterima dan
dibuka bahan tersebut.
3. Uji secara periodik (3 atau 6 bulan) terjadinya
pembentukan peroksida. Buanglah peroksida yang telah
dibuka setelah 3 – 6 bulan
4. Buanglah wadah bahan kimia pembentuk peroksida yang tidak
pernah dibuka sesuai batas kadaluarsa yang diberikan
pabrik atau 12 bulan setelah diterima.
Bahan yang reaktif air apabila kontak dengan udara
lembab saja akan menghasilkan senyawa toksik, flammable, atau
gas mudah meledak. Misalnya hipoklorit dan logam hidrida. Oleh
karena itu penyimpanan bahan kimia ini harus dijauhkan dari
sumber air (jangan menyimpannya di bawah atau di atas bak
cuci, dst.). Gunakan pemadam api dengan bahan kimia kering
apabila terjadi kebakaran dengan bahan ini. Simpan dalam
desikator yang diisi dengan silica gel.
- Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif
Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan
basa. Asam-asam yang berwujud cairan diklasifikasi menjadi
tiga jenis yaitu asam-asam organic (misalnya asam asetat
glacial, asam format), asam mineral (misalnya asam klorida dan
asam fosfat) dan asam mineral oksidator (misalnya asam kromat,
asam florida, asam perklorat, dan asam berasap seperti asam
nitrat dan asam sulfat). Panduan penyimpanan untuk kelompok
asam ini diantaranya:
A. Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif
seperti natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium
(Mg) dll.
B. Pisahkan asam-asam organik dari asam mineral dan asam
mineral oksidator,
C. Penyimpanan asam organik biasanya dibolehkan dengan
cairan flammable dan combustible.
D. Pisahkan asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan
gas toksik dan dapat menyala seperti natrium sianida
(NaCN), besi sulfida (FeS), kalsium karbida (CaC2) dan
lain-lain.
E. Gunakan wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan
gunakan botol bawaannya ketika dipindahkan ke luar lab.
F. Simpanlah botol asam pada tempat dingin dan kering, dan
jauhkan dari sumber panas atau tidak terkena langsung
sinar matahari.
G. Simpanlah asam dengan botol besar pada kabinet atau
lemari rak asam. Botol besar disimpan pada rak lebih
bawah daripada botol lebih kecil.
H. Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki
plastic untuk menghindari cairan yang tumpah atau bocor.
Baki plastic atau panci kue dari pyrex sangat baik
digunakan lagi pula murah harganya. Khusus asam perklorat
harus disimpan pada wadah gelas atau porselen dan jauhkan
dari bahan kimia organik.
I. Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam
nitrat dari bahan flammable dan combustible.
Penyimpanan basa padatan atau cairan seperti amonium
hidroksida (NH4OH), kalsium hidroksida, Ca(OH)2, kalium
hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan
sebagai berikut :
1. Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif,
peroksida organik, dan bahan flammable.
2. Simpan larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene
(plastik).
3. Tempatkan wadah larutan basa dalam baki plastik untuk
menghindari pecah atau keborocan.
4. Simpanlah botol-botol besar larutan basa dalam lemari rak
atau cabinet yang tahan korosif. Botol besar disimpan
pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
- Penyimpanan dan penataan bahan kimia Flammable dan
Combustible
Bahan kimia padatan yang cepat terbakar karena gesekan,
panas ataupun reaktif terhadap air dan spontan terbakar
dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium
karbida, fosfor pentaklorida, litium, dan kalium. Padatan
flammable harus disimpan dalam lemari flammable dan dijauhkan
dari cairan flammble atau cairan combustible.
Cairan bahan kimia flammable dan combustible
diklasifikasi menurut titik bakar/nyala (flash point) dan titik
didihnya (boiling point). Bahan kimia flammable dapat disimpan
dengan bahan kimia combustible, asam organik combustible
(misalnya asetat), pelarut non-flammable (metilklorida).
Beberapa cairan flammable yang umumnya dijumpai diantaranya
adalah asetaldehid, aseton, heksana, toluen, ksilena, etanol.
Secara umum penyimpanan cairan flammable di laboratorium
sebagai berikut .
1. Wadah dari gelas jangan digunakan untuk menyimpan cairan
flammable. Pelarut dengan kualitas teknis harus disimpan
dalam wadah logam.
2. Cairan flammable yang memerlukan kondisi dingin, hanya
disimpan pada kulkas yang bertuliskan “Lab-Safe” atau
“Flammable Storage Refrigerators”. Jangan sekali-kali menyimpan
cairan flammable di dalam kulkas biasa.
3. Jauhkan bahan flammable dari oksidator.
4. Hindari penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan
matahari langsung, sumber nyala atau api.
- Penyimpanan dan penataan bahan kimia oksidator
Bahan kimia yang termasuk oksidator adalah bahan kimia
yang menunjang proses pembakaran dengan cara melepaskan
oksigen atau bahan yang dapat mengoksidasi senyawa lain.
Misalnya kalium permanganat (KMnO4), feri klorida (FeCl3),
natrium nitrat (NaNO3), hidrogen peroksida (H2O2). Bahan kimia
oksidator harus dipisahkan dari bahan-bahan flammable dan
combustible serta bahan kimia reduktor seperti seng (Zn),
logam alkali (litium = Li, natrium = Na, kalium = K, rubidium
= Rb) dan asam formiat (HCOOH). Jangan menyimpan pada
wadah/tempat yang terbuat dari kayu dan jangan berdekatan
dengan bahan lain yang mudah terbakar. Simpan pada tempat
dingin dan kering.
- Penyimpanan dan penataan bahan kimia beracun (toxic)
Bahan kimia ini terdiri dari bahan beracun tinggi (highly
toxic) dengan ciri memiliki oral rate LD50 (Lethal Dosis 50%)
< 50 mg/kG, beracun (toxic) dengan oral rate LD50 50-100 mg/kG
dan sebagai bahan kimia karsinogen (penyebab kanker) disimpan
dalam wadah yang tidak mudah pecah, dan tertutup rapat.
- Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya
Penyimpanan bahan kimia yang sensitif cahaya harus dipisahkan
atas dasar tingkat kebahayaannya. Misalnya brom dengan
oksidator, arsen dengan senyawa beracun. Beberapa concoh
senyawa sensitif cahaya diantaranya brom (Br2), garam merkuri,
kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dan
lain-lain. Bahan sensitif cahaya disimpan dalam botol berwarna
coklat (amber bottle).
- Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed
Gases)
Cara penyimpanan bahan kimia gas diantaranya:
1. Pisahkan dan tandai mana tabung gas yang berisi dan
mana yang kosong.
2. Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan
menggunakan rantai dan rak logam.
3. Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.
4. Pasang tutup pentil ketika silinder tidak digunakan.
5. Jauhkan silinder dari sumber panas, bahan korosif
bahan berasap maupun bahan mudah
terbakar.
6. Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya jika
gas dari silinder satu dapat menimbulkan reaksi dengan gas
dari silinder lain.
7. Gunakan lemari asap untuk mereaksikan gas yang diambil
dari silinder.
8. Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai ketika
memindahkan silinder gas berukuran besar.
9. Jagalah sumbat katup jangan sampai lepas ketika
menggesergeserkan silinder, karena gas dalam silinder
memiliki tekanan tinggi.
Simbol-Simbol/ Rambu-rambu Bahan Kimia Berbahaya
- Inflammable substances (bahan mudah terbakar)
Bahan mudah terbakar terdiri dari sub-kelompok bahan
peledak, bahan pengoksidasi, bahan amat sangat mudah terbakar
(extremely flammable substances) dan bahan sangat mudah
terbakar (highly flammable substances).
1. Explosive (bersifat mudah meledak)
Huruf kode: E
2. Oxidizing (pengoksidasi)
Huruf kode: O
3. Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
Huruf kode:F+
4. Highly flammable (sangat mudah terbakar)
Huruf kode: F
- Bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan
Suatu parameter penting untuk menilai toksisitas akut suatu
zat adalah harga LD50 yang ditentukan dalam percobaan pada
hewan uji. Harga LD50 merefleksikan dosis yang mematikan dalam
mg per kg berat badan yang akan menyebabkan kematian 50% dari
hewan uji, antara 14 hari setelah one single administration.
Istilah bahan berbahaya untuk kesehatan termasuk sub-grup
bahan bersifat sangat beracun (very toxic substances), bahan beracun
(toxic substances) dan bahan berbahaya (harmful substances).
1. Very toxic (sangat beracun)
Huruf kode: T+
2. Toxic (beracun)
Huruf kode: T
3. Harmful (berbahaya)
Huruf kode: Xn
- Bahan-bahan yang merusak jaringan (tissue destroying
substances)
‘Tissue destroying substances’ meliputi sub-grup bahan
korosif (corrosive substances) dan bahan iritan (irritant substances)
1. Corrosive (korosif)
Huruf kode: C
2. Irritant (menyebabkan iritasi)
Huruf kode : Xi
- Bahan berbahaya bagi lingkungan
Huruf kode: N
(Nasution,
2013).
Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut: Bagaimana cara memisahkan bahan kimia di dalam
laboratorium? Bagaimana cara menyimpan bahan kimia di dalam
laboratorium? Bagaimana cara mengintentarisasi bahan kimia di
dalam laboratorium? Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
agar mahasiswa dapat mengetahui nama-nama bahan kimia beserta
karakteristiknya, dapat mengetahui bahan-bahan kimia
berdasarkan sifat, bentuk, rumus, grade dan tingkat bahayanya,
serta dapat memisahkan, menyimpan dan menginventarisasi bahan
kimia sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja.
B. Metodologi
Pada praktikum memisahkan, meyimpan, dan
inventarisasi bahan kimia dilaksanakan pada hari Rabu, 23
April 2014 di laboratorium 1 pendidikan biologi FKIP UNTAN
adapun bahan-nahan yang digunakan adalah Kristal violet, asam
asetat, etanol, mercury, dextrose, sodium nitrat, kalium
permanganate, fraksi albumin dan kloroform dengan cara
kerjanya sebagai berikut: Bahan-bahan praktikum disiapkan
berdasarkan kelompok masing-masing, setiap kelompok mencatat
nama bahan kimia dalam bahasa indonesia maupun dalam bahasa
inggris, sifat(asam/basa/garam/organic), bentuk(c/l/g), rumus,
grade (LG/TG) serta tingkat bahayanya. Setelah itu buat daftar
hasil penelitian dengan membuat table pengamatan.
C. Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan yang kami peroleh adalah sebagai
berikut:
N
o
Nama Bahan
Kimia
(Indonesia/
Inggris)
Sifa
t
(asa
m/
basa
/
gara
m/
orga
nic)
Bentuk
(c/l/
g)
Rumus Gra
de
LG/
TG
Tingkat
Bahaya
1 Merkuri/
mercury
gara
m
l Hg TG Toxic,
sangat
berbahaya2 Kristal
Violet/
Crytal Violet
Asam l C5H30CIN3 TG Harmfull,
dangerous to
environment,
very toxic
to aquatic
organisms,
serious
damage to
eyes, bahaya3 Asam
Asetat/Acetic
Acid
Asam l CH3COOH LG Mudah
menguap dan
terbakar
serta tidak
terlalu
bahaya4 Etanol/
Ethanol
Orga
nik
l C2H5OH LG Mudah
terbakar dan
tidak
terlalu
bahaya5 Dextrosa/
Dextrose
Orga
nik
c C5H12O6 TG Tidak
berbahaya6 Sodium
Nitrat/Sodium
Nitrate
Gara
m
c NaNO3 TG Bahaya dan
oxidasing
agen7 Kalium
Permanganat
Asam c KMnO4 TG Mudah
terbakar dan
bahaya8 Fraksi
Albumin/
Albimin
Fraction
Asam c C6H12O6 .
H2O
LG Tidak
berbahaya
9 Kloroform/
Chloroform
Orga
nik
l CHCl3 LG Bahaya
Dari praktikum yang telah dilakukan, bahan-bahan kimia
yang telah diamati dan diidentifikasi memiliki sifat, bentuk,
grade dan tingkat bahaya yang berbeda-beda. Perbedaan itulah
yang mmendasari pemisahan, penyimpanan maupun inventarisasi
demi menjaga keselamatan kerja pada saat praktikum.
Investarisasi bahan adalah pencatatan data seluruh bahan
yang ada di laboratorium untuk diketahui jumlah seluruhnya,
sehingga dapat diketahui pula bahan laboratorium apa yang perlu
segera ditambah untuk keperluan praktikum
Adapun tujuan penataan bahan kimia adalah :
a. memahami cara menata dan menyimpan bahan dan di
laboratorium
b. memahami cara mengadministrasikan bahan kimia di
Laboratorium
c. mengenal dan mengisi perangkat Administrasi
d. menerapkan cara menata,menyimpan, dan mengadministrasikan
bahan kimia di Laboratorium
Bahan kimia dibagi menjadi 4 macam sifat yaitu asam,
basa, garam dan organik. Dari bahan tersebut, yang dapat
dikatakan bersifat asam apabila memiliki pH < 7, bersifat
korosif artinya dapat menyebabkan karat pada logam,
menghasilkan ion H+ jika dilarutkan dalam air, jika diuji
dengan kertas lakmus akan berwarna merah. Bahan kimia
dikatakan basa apabila memilki pH>7, bersifat elektrolit,
apabila dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-, jika diuji
dengan kertas lakmus akan berwarna biru. Sedangkan garam
adalah zat atau senyawa yang telah disusun oleh ion positif
basa dan ion negatif asam. Selain itu dikatakan bersifat
organik jika senyawa tersebut mengandung unsur carbon,
hidrohen dan oksigen. Dari bahan tersebut, yang termasuk asam
adalah asam asetat dan kalium permanganat. Setiap larutan
asam, tidak boleh disimpan bersama bahan higroskopis, karena
larutan asam sangat mudah terkontaminasi dengan bahan yang
bersifat higroskopis sehingga mudah bereaksi dan dapat
menyebabkan kecelakaan. Sedangkan bahan yang termasuk garam
adalah merkuri. Pada umumnya, garam ini berbentuk endapan atau
butiran garam (solid). Selain itu, bahan yang termasuk bahan
organik adalah kristal violet, etanol, dextrosa, kloroform dan
albumin fraktion. Dan bahan yang termasuk basa adalah sodium
nitrat.
Bahan kimia dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu padat, cair
dan gas. Dapat dikatakan berbentuk padat karena memiliki
bentuk dan volume tetap. Yang termasuk dalam padatan adalah
kristal violet, dextrosa, sodium nitrat, kalium permanganat
dan albumin fraktion. Dikatakan berebentuk cairan apabila
memiliki bentuk yang berubah-ubah sesuai wadahnya namun
volumenya tetap. Yang termasuk dalam bentuk cair disini adalah
asam asetat, etanol, merkuri dan kloroform.
Bahan kimia juga memiliki derajat kemurnian (grade).
Yaitu laboratory reagen grade(LG) dan technical reagen
grade(TG). Zat dengan grade LG cocok untuk kerja analitik dan
bersifat umum sedangkan zat dengan grade TG digunakan untuk
eksperimen yang bersifat teknik dan khusus. Bahan kimia yang
berlabel LG adalah kristal violet, etanol, dextrosa, sodium
nitrat, kalium permanganat, albumin fraktoin dann kloroform.
Pada praktikum kali ini terdapat beberapa simbol tingkat
bahaya bahan kimia yang dikenalkan yaitu irritant, mudah
terbakar (flammable), korosif (corrosive), mudah teroksidasi (oxidizing
substance), racun (toxic), pencemar lingkungan (dangeroous for
environment), dan mudah menguap.
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol irritant
dapat menyebabkan inflamasi (peradangan) pada kulit maupun
membran mukosa. Contoh yang terdapat pada praktikum kali ini
adalah kloroform. Dan contoh lainnya adalah Bahan iritan
padat. Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau
mata.
Bahan Anorganik :Natrium hidroksida, Natrium silikat, Kalsium
hidroksida, Kalium hidroksida.
Bahan Organik: Asam tricloroasetat dan Fenol.
Bahan iritan cair. Bahaya akan timbul apabila kontak dengan
kulit atau mata, yang menyebabkan proses pelarutan atau
denaturasi protein.
Contoh senyawa :
Anorganik - Asam sulfat, asam nitrat, asam klorida
Organik - Asam format (asam semut), asam asetat (cuka),
karbon disuffida hidrokarbon
terhalogenasi
Bahan iritan gas. Bahaya terutama karena terhirup dan merusak
saluran pernapasan. Tergantung pada sifat kelarutan dalam air
dan akibatnya, gas iritan digolongkan menjadi 3, yaitu :
a. Gas amat larut dalam air, merusak saluran pernapasan
bagian atas.
Contoh : amoniak, asam klorida, formaldehida, asam
asetat, asam florida.
b. Gas dengan kelarutan sedang, merusak saluran bagian
atas dan bagian dalam
Contoh : sulfur dioksida, klor, krom
c. Gas dengan kelarutan kecil, merusak alat pernapasan
bagian dalam
Contoh : ozon, fosgen, nitrogen dioksida
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol mudah terbakar
(flammable)
Mempunyai titik didih antara 22 derajat celcius hingga 66
derajat celcius. Contoh yang terdapat pada praktikum kali
ini adalah etanol. Dan contoh lainnya adalah
cairan yang mudah terbakar
Cairan yang mudah menyala bila kontak dengan sumber
penyalaan
Cairan yang mempunyai titik penyalaan kurang dari 61
o C
Uap dari bahan yang termasuk kelas ini dapat
mengakibatkan pingsan bahkan kematian
Contoh :
petrol, acetone, benzene, butanol, chlorobenzene, 2
chloropropene ethanol, carbon disuliphide, di-iso-
propylane
padatan yang mudah menyala (FLAMMABLE SOLIDS)
Bahan padat yang mudah menyala (flammable solids)
Bahan padat yang mudah menyala bila kontak dengan
sumber penyalaan dari luar seperti percikan api atau
api. Bahan ini siap menyala jika mengalami gesekan
Contoh : sulpur, pospor, picric acid, magnesium,
alumunium powder, calcium resinate, celluloid,
dinitrophenol, hexamine.
Bahan Padat yang Mudah Terbakar secara spontan (spontaneously
Combustible Substances)
Bahan padat kelas ini dalam keadaan biasa mempunyai kemampuan
yang besar untuk terbakar secara spontan.
Beberapa jenis mempunyai kemungkinan besar untuk menyala
sendiri ketika lembab atau kontak dengan udara lembab
Juga dapat menghasilkan gas beracun ketika terbakar
Contoh : carbon, charcoal-non-activated, carbon black,
alumunium alkyls, phosphorus
Padatan yang mudah menyala (FLAMMABLE SOLIDS)
Bahan yang berbahaya ketika basah (Dangerous when wet)
Padatan atau cairan yang dapat menghasilkan gas mudah terbakar
ketika kontak dengan air
Bahan ini juga meningkatkan gas beracun ketika kontak dengan
kelembaban, air atau asam
Contoh :calcium carbide, potassium phosphide, potassium,
maneb, magnesium hydride, calcium manganese silicon, boron
trifluoride dimethyl etherate, barium, aluminium hydride.
Flammable Gas (Gas Mudah Terbakar)
Nama : Highly Flammable
Arti : Bahan Kimia Mudah Terbakar
Bahaya :Mudah bereaksi dengan oksigen dan
menimbulkan kebakaran, reaksi yang yang amat cepat dapat
menimbulkan ledakan
Contoh : Aluminium alkil, Fosfor
Keamanan : Hindari campuran dengan udara
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol korosif (corrosive)
Dapat merusak jaringan tubuh dan menyebabkan luka bakar
pada kulit. Contoh yang terdapat pada praktikum kali ini
adalah asam asetat. Dan contoh lainnya adalah Asam
Asetat, Asam Klorida, Asam Nitrat, Asam Sulfat, Asam
Sitrat, Fenol, Kalium Hidroksida, Natrium Hidroksida,
Amonium Hidroksida.
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol oksidasi (okidizing)
Dapat menyebabakan kebakaran jika terkontaminasi dengan
bahan bahan pemicu atau pengoksidasi. Contoh yang
terdapat pada praktikum kali ini adalah sodium nitrat dan
kalium permanganat. Dan contoh lainnya adalah
Kaliumperoxiodisulfat, Kalium bromat, Sodium hexanitro.
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol racun (toxic)
Toxic merupakan bahan kimia yang menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia bahkan dapat menyebabkan
kematian apabila terserap kedalam tubuh baik tertelan,
lewat jalur pernapasan maupun kontak lewat kulit. Pada
umumnya zat Toxic masuk lewat jalur pernapasan ( misalnya
terhirup ) dan juga kulit, lalu menyebar ke seluruh tubuh
dan menuju organ tertentu seperti hati, dan paru - paru.
Tapi bisa juga zat toxic berakumulasi dalam tulang,
darah, hati, dan cairan limfa hingga pada akhirnya
menghasilkan efek dalam jangka panjang. Pengeluaran zat
beracun visa melalui urin, saluran pencernaan sel efitel
dan keringat. Adapun yang termasuk bahan toksik pada
praktikum kali ini adalah merkuri (II) klorida, kristal
violet dan tembaga (II) sulfat. zat toxic sebaiknya
disimpan dalam ruangan yang sejuk, ada peredaran hawa,
jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel
( tidak dapat dicampur). Panas dapat menyebabkan zat
toxic terurai sehingga zat ini harus disimpan jauh dari
sinar matahari langsung dan juga jauh dari sumber panas.
Contoh bahan kimia toxic: Asam Oksalat, Kalium Sianida,
Karbon Disulfida, Kolkhisin, Raksa, Raksa (I) Nitrat,
Raksa (II) Nitrat, Raksa (I)Klorida.
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol berbahaya bagi
lingkungan
Contoh yang terdapat pada praktikum kali ini adalah
kalium permanganat, kristal violet dan tembaga (II)
sulfat. Bahan dan formulasi dengan notasi berbahaya bagi
lingkungan adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau
dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen
lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman,
mikroorganisme) dan menyebabkan gangguan ekologi.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya
tributil timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum
hidrokarbon seperti pentana dan petroleum bensin.
Bahan kimia yang ditandai dengan simbol mudah meledak
Semua bahan atau benda yang dapat menghasilkan efek ledakan,
termasuk bahan yang dalam campuran tertentu atau jika
mengalami pemanasan, gesekan, tekanan dapat mengakibatkan
peledakan
Contoh
Amonium nitrate, Amonium perchlorate, amonium picrate,
detonator untuk ammunisi, diazodinitrophenol, dinitropenol,
dynamite, bubuk mesiu, picric acid, (TNT, Nitro Glycerine,
Amunisi, bubuk untuk blasting)
1.Huruf kode: E
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
‘’explosive“ dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan,
pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen
atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari
bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang
udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat
ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for
Explosive Substances
2.Huruf kode: O
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi
bahaya „oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila
kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah
terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara
signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik
seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan
peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk bahan
pengoksidasi : R7, R8 dan R9
Contoh bahan tersebut adalah kalium klorat dan kalium
permanganat juga asam nitrat pekat.
Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
3.Huruf kode:F+
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi
bahaya „extremely flammable “ merupakan likuid yang memiliki
titik nyala sangat rendah (di bawah 0o C) dan titik didih
rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC). Bahan amat
sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk
suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.
Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar : R12 Contoh
bahan dengan sifat tersebut adalah dietil eter (cairan) dan
propane (gas) Highly flammable (sangat mudah terbakar).
4.Huruf kode: F
Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly
flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di
bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik
nyala rendah (di bawah +21oC). Beberapa bahan sangat mudah
terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di
bawah pengaruh kelembaban.
5.Huruf kode: tidak ada
Tidak ada simbol bahaya diperlukan untuk melabeli bahan
dan formulasi dengan notasi bahaya ‘flammable’. Bahan dan
formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara +21oC dan
+55oC dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar (flammable)
Frase-R untuk bahan mudah terbakar : R10 Contoh bahan dengan
sifat tersebut misalnya minyak terpentin.
6.Huruf kode: T+
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very
toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis
dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk
ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau
kontak dengan kulit.
7.Huruf kode: T
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
‘toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis
dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk
ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau
kontak dengan kulit.
8.Huruf kode: Xn
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
‘harmful’ memiliki resiko merusak kesehatan sedang jika masuk
ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau
kontak dengan kulit.
9.Huruf kode: C
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah
merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan
kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena
karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa
(pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.
Frase-R untuk bahan korosif : R34 dan R35. Contoh bahan dengan
sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4
maupun basa seperti larutan NaOH (>2%). Irritant (menyebabkan
iritasi)
10.Huruf kode : Xi
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak
korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan
kulit atau selaput lendir.Frase-R untuk bahan irritant : R36,
R37, R38 dan R41 Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya
isopropilamina, kalsium klorida dan asam dan basa encer. Bahan
berbahaya bagi lingkungan
11.Huruf kode: N
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for
environment’ adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau
dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan
atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan
menyebabkan gangguan ekologi
Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan : R50, R51, R52
dan R53.
Contoh bahan yang memiliki sifat tersebut misalnya tributil
timah kloroda, tetraklorometan, dan petroleum hidrokarbon
seperti pentana dan petroleum bensin.
Dalam menginventarisasikan bahan kimia mempunyai istilah
LG dan TG. Laboratory Grade (LG) adalah derajat pemurnian
laboratorium/ zat dengan derajat kemurnian laboratorium yang
cocok untuk analitik umum dan kerja kuantitatif kesekolah.
Sedangkan Technical Grade (TG) standar kemurnian yang dapat
diterima secara konversial dan dianggap tidak mengandung
kotoran-kotoran yang akan berpengaruh terhadap penggunaan
disekolah.
Dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam praktikum ini
adalah berjumlah 1 bahan kimia, diantaranya adalah :
Asam nitrat ¿¿) : mempunyai sifat asam, dengan bentuk cair
(liquid) yang mana bahan kimia ini sering digunakan dalam
analitik umum. Akan tetapi tingkat bahaya dari bahan
kimia ini adalah mudah terbakar, dan bersifat korosif.
Etanol : senyawa organic yang berbentuk cair, dengan
tingkat bahayanya mudah terbakar. Bahan kimia ini sering
dipakai dalam analitik umum.
Asam asetat : bahan kimia ini sangat sering dipakai dalam
analitik umum, sifatnya mudah menguap dan terbakar, serta
korosif.
Sodium nitrat : bahan kimia yang bersifat garam, dengan
bentuk berupa serbuk/Kristal. Akan tetapi bahan kimia ini
termasuk kedalam TG.
Fraksi albumin
Kloroform : bahan kimia ini sering digunakan untuk
pembiusan
Kristal violet
Dektosa
Kalium (II) permanganate : bahan kimia ini mudah
terbakar, bersifat asam akan tetapi bahan kimia ini
jarang digunakan untuk analitik umum.
Merkuri (II) sulfat : mempunyai sifat yang membahayakan
lingkungan.
Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam
penyimpanan mutlak diperlukan sehingga tidak terjadi
kecelakaan kerja. Penyimpanan pada tingkatan bahan kimia
dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Bahan beracun: harus disimpan dalam ruangan yang sejuk,
tempat yang ada peredaran hawa, tidak terkena sinar
mmatahari langsung dan jauh dari sumber panas.
2. Bahan kimia korosif: penyimpanannya harus terpisah dari
bahan yang mudah bereaksi, memiliki perlengkapan saluran
pembuangan untuk tumpahan dan ventilasi yang baik..
3. Mudah terbakar: disimpan pada ruangan yang sejuk, tempat
penyimpanan harus terpisah dari oksidator kuat dan mudah
menguap,jauhkan dari sumber api.
Penamaan bahan kimia menggunakan bahasa inggris dan
indonesia perlu dilakukan agar dapat diidentifikasi
karakteristik bahan tersebut. Selain itu perlu dilakukan
pengecekan rutin pada bahan-bahan kimia dengan tujuan
dapat dipisahkan secara aman antara bahan kimia yang
telah kadaluarsa dengan yang masih layak pakai.
D. Penutup
Bahan kimia dikategorikan berdasarkan sifat, bentuk,
grade dan tingkat bahayanya. Hal ini yang menndasari
pemisahan, penyimpanan maupun inventarisasi bahan kimia.
Pengelompokan sifat bahan kimia yaitu asam, basa, garam dan
organik. Pengelompokan bentuk bahan kimia yaitu padat, cair
dan gas. Pengelompokan grade bahan kimia yaitu LG, TG dan BG.
Pengelompokan tingkat bahaya bahan kimia yaitu corrosive,
toxic, irritant, flammable, oxidizing, danger for
environment. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia dan
jauhkan dari sinar matahari langsung/sumber panas. Diperlukan
pengecekan secara rutin agar kecelakaan yang mungkin terjadi
dapat dicegah. Larutan asam harus disimpan di tempat yang
terpisah dengan larutan higroskopis. Bahan kimia yang
bersifat beracun harus disimpan di lemari khusus dan tertutup
rapat.
Ada baiknya praktikum lebih teratur dan terarah agar
praktikan dapat memahami apa yang dipraktikumkan
DAFTAR PUSTAKA
Emha, H. (2002). Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah. PT Remaja
Roesda Karya: Bandung.
F O Omokhodion,. The Journal of the Royal Society for the Promotion of Health,
June 2002; vol. 122, 2: pp. 118-121.
Griffin, Brian. (2005). Laboratory Design Guide Third Edition.
Elsevier: Great Britain.
Ibnu, M. Sodiq. 1996. Mengenal Label Bahan-Bahan Kimia Berbahaya.
(http://journal.um.ac.id. Diakses tanggal 26 April 2014).
Lindawati. (2010). Strategi Inventaris Alat dan Bahan. (online).
(http//: blogspot.com/2010/04/strategi-inventarisasi-alat-
dan-bahan. Html. Diakses tanggal 26 April 2014).
Nasution, Mutiara Agustina. 2013. Penyimpanan Bahan Kimia.
(online). (http://mutiaraagustina.blogspot.com. Diakses
tanggal 26 April 2014).
Pertanyaan :
1) Apakah perbedaan antara TG dan LG? mengapa perlu untuk
mengetahuinya perbedaan keduanya?
2) Mengapa larutan asam tidak disimpan bersama beberapa
bahan yang bersifat higroskopis?
3) Mengapa diperlukan pengecekan rutin untuk bahan kimia
ini?
Jawaban :
1) Perbadaan antara TG dan LG adalah bahwa untuk bahan yang
bersifat LG adalah bahan yang sering digunakan dalam
analitik-analitik umum, sedangkan untuk TG jarang
digunakan dalam analitik umum, akan tetapi telah diterima
secara komersial.
Kita perlu mengetahui perbedaan keduanya, agar kita dapat
membedakan bahan kimia yang sering digunakan dalam
analitik umum maupun tidak.
2) Sebab jika larutan asam disimpan bersama bahan yang
bersifat higroskopis, maka larutan tersebut akan mudah
diserap oleh bahan yang bersifat higroskopis (higrokopis
= kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari
lingkungannya)
3) Perlunya dilakukan pengecekan rutin terhadap bahan
kimia :
Agar kita dapat mengetahui tanggal kadarluasa.
Dapat mengetahui rusak atau tidak bahan kimia yang
disimpan.
Top Related