STROKE NON HEMORAGIK
Transcript of STROKE NON HEMORAGIK
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di
dunia, setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan
penyebab kecacatan nomor satu di dunia. Mayoritas stroke
adalah infark serebral. Di Indonesia, diperkirakan dalam
setiap tahunnya ada 500.000 penduduk yang terkena serangan
stroke. Sekitar 2,5% meninggal, dan sisanya cacat ringan
maupun berat. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat
di kemudian hari, oleh karena perubahan gaya hidup,
lingkungan yang semakin tidak sehat, jenis makanan yang
semakin beragam dan semakin berlemak, dan sebagainya.
Seperti kita ketahui bersama, stroke merupakan sindroma yang
sering menyebabkan kematian dan kecacatan.
Penyakit serebrovaskular atau stroke adalah setiap
kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh
darah otak, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak.
Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh darah
oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah
otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri.
Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen
lainnya dapat bersifat primer karena kelainan kongenital
maupun degeneratif, atau sekunder akibat proses lain,
seperti peradangan, arteriosklerosis, hipertensi dan
1
diabetes mellitus. Karena itu penyebab stroke sangat
kompleks.
Dua pertiga depan dari kedua belahan otak dan struktur
subkortikal mendapat darah dari sepasang a.karotis interna,
sedangkan 1/3 bagian belakang yang meliputi serebelum,
korteks oksipital bagian posterior dan batang otak,
memperoleh darah dari sepasang a.vertebralis (a.basilaris).
Jumlah aliran darah otak dikenal dengan Cerebral Blood
Flow (CBF) biasanya dinyatakan dalam cc/menit/100 gram otak.
Nilainya tergantung pada tekanan perfusi otak (Cerebral
Perfusion Pressure = CPP) dan resistensi serebrovaskuler
(Cerebrovascular Resistance = CVR).
Komponen CPP ditentukan oleh tekanan darah sistemik
(MABP = Mean Arterial Blood Pressure) dikurangi dengan tekanan
2
CPP MABP- ICPCBF = =
CVR
intrakranial (ICP = Intracranial Pressure), sedangkan komponen CVR
ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Tonus pembuluh darah otak
2. Struktur dinding pembuluh darah
3. Viskositas darah yang melewati pembuluh darah otak.
Dalam keadaan normal dan sehat, rata-rata aliran darah
otak (hemispheric CBF) adalah 50.9 cc/ 100 gram otak/ menit.
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan
gambaran klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh darah dan
stadiumnya. Dasar klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu,
sebab setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan,
preventif dan prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya
serupa. Di klinik digunakan klasifikasi modifikasi Marshall.
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut secara
fokal atau global yang disebabkan oleh karena gangguan
peredaran darah otak, secara mendadak yang menimbulkan
3
gejala dan tanda sesuai dengan daerah fokal di otak yang
terganggu.
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO)
adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain
vaskuler.
Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan karena
adanya sumbatan pada pembuluh darah otak tertentu sehingga
daerah otak yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut
tidak mendapat pasokan energi dan oksigen, sehingga pada
akhirnya jaringan sel-sel otak di daerah tersebut mati dan
tidak berfungsi lagi.
KLASIFIKASI MODIFIKASI MARSHALL
I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
1. Stroke Iskemik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
2. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarachnoid
II. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu
1. TIA
4
2. Stroke – in – evolution
3. Completed stroke
III. Berdasarkan sistem pembuluh darah
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebro-basilar
PERBEDAAN STROKE HEMORAGIK DAN NON HEMORAGIK
Pada pemeriksaan CT-Scan (Computerized Tomography
Scanning), stroke hemoragis akan terlihat gambaran lesi
hiperdens, sedang pada stroke non hemoragis terlihat
5
Gejala – gejala Perdarahan InfarkOnset atau awitan Mendadak Mendadak
Saat onset Sedang aktif IstirahatPeringatan
(“warning”)
-- ++ (TIA)
Nyeri kepala +++ +Kejang – kejang + -
Muntah + -Kesadaran menurun +++ +
7
KLASIFIKASI STROKE NON HEMORAGIS
Stroke iskemik dibagi menjadi beberapa tipe menurut
penyebabnya, yaitu :
A. Trombosis
Trombosis adalah bekuan darah. Stroke trombosis
adalah stroke yang terjadi karena adanya sumbatan di
pembuluh darah besar di otak oleh karena adanya
gumpalan/plak yang terbentuk akibat proses
aterosklerotik (pengerasan arteri). Stroke karena
trombosis ini merupakan stroke yang paling sering
terjadi (hampir 40% dari seluruh stroke). Plak
aterosklerotik tersebut akan menyumbat suatu pembuluh
darah tertentu di otak yang pada akhirnya daerah otak
yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan nutrisi
tersebut menjadi kekurangan nutrisi dan oksien (iskemia)
dan akhirnya menjadi mati (infark). Plak aterosklerotik
biasanya menyumbat pembuluh darah besar di sekitar leher
ataupun di dasar otak.
Proses aterosklerosis itu sendiri dipercepat oleh
berbagai faktor, seperti hipertensi, diabetes mellitus,
hiperkolesterol, dan faktor-faktor lainnya.
Aterosklerosis terjadi oleh karena penimbunan lipid
termasuk kolesterol di bawah lapisan intima pembuluh
darah. Plak aterosklerotik sering dijumpai di kelokan-
kelokan atau percabangan arteri besar, seperti misalnya
arteri karotis leher. Setelah umur 50 tahun, tampaknya
8
ada kecenderungan bahwa arteri-arteri serebral yang
kecil juga terkena proses aterosklerosis. Penyempitan
yang disebabkan oleh plak aterosklerotik bisa mencapai
80-90% dari diameter pembuluh darah, tanpa menimbulkan
gangguan pada daerah yang diperdarahi arteri yang
bersangkutan. Namun, arteri-arteri yang sudah mempunyai
plak aterosklerotik itu cenderung mendapat komplikasi
berupa trombosis.
Sumbatan karena bekuan darah (trombus) sering
terjadi di malam hari pada saat tidur atau tidak
beraktivitas. Pasien biasanya baru sadar bahwa mereka
mengalami kelemahan anggota badan sesisi pada saat
mereka bangun. Gejala kelemahan tersebut biasanya akan
semakin memburuk dalam beberapa hari ke depan, kemudian
stabil, baru mengalami perbaikan setelah kurang lebih 7
hari kemudian.
9
B. Lakunar
Stroke lakunar adalah stroke yang terjadi pada
pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di otak. Terjadi
pada sekitar 20% kasus dari seluruh stroke. Stroke
lakunar ini disebabkan oleh adanya sebuah lesi/luka yang
kecil, berbatas jelas berukuran kurang lebih 1,5 cm yang
biasanya terletak di daerah subkortikal, kapsula
interna, batang otak, dan serebelum. Stroke lakunar ini
berkaitan kuat dengan hipertensi dan juga dihubungkan
dengan perubahan mikrovaskular yang timbul karena
hipertensi kronis dan diabetes mellitus. Penyumbatan
pada pembuluh darah kecil ini biasanya tidak memberikan
dampak stroke yang parah.
C. Emboli Serebral
Stroke emboli adalah stroke yang terjadi oleh
karena adanya gumpalan darah/bekuan darah yang berasal
dari jantung dan kemudin terbawa aliran darah sampai ke
otak, kemudian menyumbat pembuluh darah di otak.
Proporsinya sekitar 20% dari seluruh kasus stroke.
Bekuan darah dari jantung ini biasanya terbentuk akibat
denyut jantung yang tidak teratur (misalnya fibrilasi
atrium), kelainan katup jantung, infeksi di dalam
jantung, dan juga operasi jantung.
10
Selanjutnya berdasarkan perjalanan klinisnya, stroke
non hemoragis masih dapat dikelompokkan menjadi :
1. TIA (Transient Ischemic Attack)
TIA atau yang disebut serangan iskemik sesaat adalah
serangan pada pembuluh darah otak karena terjadi gangguan
akut dari fungsi fokal serebral dengan tanda dan gejala
yang hampir sama dengan stroke, tetapi semua gejala
kelumpuhan dan defisit neurologis tersebut akan hilang
kurang dari 24 jam biasanya disebabkan karena emboli atau
trombosis. Sebanyak 50% dari TIA telah sembuh dalam waktu
1 jam dan 90% telah sembuh dalam waktu 4 jam. Dengan
demikian pada umumnya setelah 4 jam sudah dapat dibedakan
antara TIA dengan stroke (komplit). Oleh karena otak
11
mendapat darah dari dua sistem, yaitu sistem karotis dan
sistem vertebrobasilaris, maka TIA dibedakan menjadi :
A. TIA yang disebabkan oleh gangguan dari sistem karotis
Gejala – gejala :
Gangguan penglihatan pada satu mata tanpa disertai
rasa nyeri (amaurosis fugax), terutama bila disertai
atau bergantian dengan :
Kelumpuhan lengan atau tungkai atau kedua-duanya,
pada sisi yang sama
Defisit sensorik atau motorik dari wajah saja, wajah
dan lengan atau tungkai saja secara unilateral
Kesulitan untuk mengerti bahasa dan atau berbicara
(afasi)
Pemakaian dari kata-kata yang salah atau diubah.
B. TIA yang disebabkan oleh gangguan dari sistem
vertebrobasilaris
Gejala – gejala :
Vertigo dengan atau tanpa disertai nausea dan/atau
muntah, terutama bila disertai dengan diplopia,
dysphagia atau dysarthria
Mendadak tidak stabil
Unilateral atau bilateral (atau satu sisi kemudian
diikuti oleh sisi yang lain) gangguan visual,
motorik atau sensorik
Hemianopsia homonim
12
Drop attack, yaitu keadaan dimana kekuatan kedua
tungkai tiba-tiba menghilang sehingga penderita
jatuh.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Seperti halnya pada TIA, gejala neurologis yang ada pada
RIND juga akan menghilang, hanya saja waktunya lebih dari
24 jam, namun kurang dari 21 hari.
3. Progressing stroke atau Stroke in evolution
Pada bentuk ini kelainan yang ada masih terus berkembang
ke arah yang lebih berat.
4. Completed stroke
13
Completed stroke diartikan bahwa kelainan neurologis yang
ada sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.
Pada pemeriksaan CT-Scan, tidak akan terlihat bila
infark terletak di daerah batang otak, padahal pada batang
otak terdapat pusat-pusat organ vital. Oleh karena itu,
adanya kelainan pada batang otak ini harus dapat diketahui
dan ditentukan berdasarkan gambaran klinisnya. Perbedaan
antara infark pada hemisferium dan batang otak adalah
sebagai berikut :
Hemisferium Gejala dan Tanda Batang otakUnilateral Gangguan jaras kortikospinal Bilateral-- Tanda alternan (wajah kiri,
anggota badan sisi kanan dan
sebaliknya)
++
-- Gangguan sistem labirin
(vertigo, nistagmus)
++
++ Gangguan gerak bola mata,
deviasi konjugae ke sisi lesi
--
-- Nistagmus +++ Defek lapang pandang ---- Kelainan pupil, sindrom Horner ++-- Kelumpuhan tipe LMN dari N.
III, VI, V, VII, X, XII
++
Unilateral Defisit sensorik Bilateral++ Gangguan kognitif ---- Diplopia ++
14
PATOGENESIS
Dari percobaan pada hewan maupun manusia, ternyata
derajat ambang batas aliran darah otak yang secara langsung
berhubungan dengan fungsi otak, yaitu :
a. Ambang fungsional
Adalah batas aliran darah otak, sekitar 50-60 cc/ 100
gram/ menit, yang bila tidak terpenuhi akan menyebabkan
terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel
saraf masih utuh.
b. Ambang aktivitas listrik otak (treshold of brain electrical
activity)
Adalah batas aliran darah otak, sekitar 15 cc/ 100 gram/
menit, yang bila tidak tercapai akan menyebabkan aktivitas
listrik neuronal terhenti, berarti sebagian struktur
intrasel telah berada dalam proses desintegrasi.
c. Ambang kematian sel (treshold of neuronal death)
Adalah batas aliran darah otak, kurang dari 15 cc/ 100
gram/ menit, yang bila tidak terpenuhi akan menyebabkan
kerusakan total sel-sel otak.
PATOFISIOLOGI
15
Pada fase akut perubahan terjadi pada aliran darah
otak. Pada daerah tempat terjadinya iskemik, secara etiologi
terdapat perbedaan yaitu iskemik global dan iskemik fokal.
Pada iskemik global aliran darah secara keseluruhan menurun
akibat tekanan perfusi misalnya karena syok ireversibel
akibat henti jantung, perdarahan sistemik yang masif,
fibrilasi atrial berat, dan lain-lain. Sedangkan pada
iskemik yang fokal terjadi akibat turunnya tekanan perfusi
otak regional. Keadaan ini disebabkan oleh adanya sumbatan
atau pecahnya salah satu pembuluh darah otak di daerah
sumbatan atau tertutupnya aliran darah otak baik sebagian
atau seluruh lumen pembuluh darah otak, penyebabnya antara
lain :
- Perubahan patologik pada dinding arteri pembuluh
darah otak menyebabkan trombosis yang diawali oleh
proses arteriosklerosis di daerah tersebut. Selain
itu proses pada arteriol karena vaskulitis atau
16
lipohialinosis dapat menyebabkan stroke iskemik
karena infark lakunar.
- Perubahan akibat proses hemodinamik dimana terjdi
perfusi sangat menurun karena sumbatan di daerah
proximal pembuluh arteri karotis atau
vertebrobasilaris.
- Perubahan akibat perubahan sifat darah, misalnya :
sicle-cell, leukemia akut, polisitemia, hemoglobinopati,
dan makroglobulinemia.
- Tersumbatnya pembuluh akibat emboli darah proximal,
misalnya : ”artery- to artery thrombosis”, emboli
jantung, dan lain-lain.
Sebagai akibat dari penutupan aliran darah ke sebagian
otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik
pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai di tingkat
seluler, berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang
17
diikuti dengan kerusakan pada fungsi utama serta integritas
fisik dari susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan
kematian neuron.
METABOLISME SEL OTAK
Mempelajari aliran darah otak dan metabolisme otak
sangat penting dalam hubungannya dengan daerah penumbra dan
therapeutic window. Otak dapat berfungsi dan bermetabolisme
tergantung dengan pemasukan oksigen. Pada individu yang
sehat pemasukan oksigen sekitar 3,5 ml/ 100 gram / menit dan
aliran darah otak sekitar 50 ml/ 100 gram/ menit.
Glukosa adalah suatu sumber energi yang dibutuhkan
otak, bila dioksidasi maka akan dipecah menjadi CO2 dan H2O.
Secara fisiologis 90% glukosa mengalami metabolisme
oksidatif secara komplit, hanya 10% yang diubah menjadi asam
piruvat dan asam laktat (metabolisme anaerob). Energi yang
dihasilkan oleh metabolisme aerob (siklus Krebs) adalah 38
mol ATP per mol glukosa, sedangkan pada glikolisis anaerob
dihasilkan hanya 2 mol ATP per mol glukosa. Energi ini
diperlukan untuk kelangsungan integritas neuron yaitu kerja
dari pompa sodium yang mengeluarkan natrium dan kalsium ke
ruang ekstraseluler dan mempertahankan ion kalium dalam sel.
Kadar kalium intraseluler 20 – 100 kali lebih tinggi
daripada ekstraseluler dan di intraseluler kadar natrium 5 –
15 kali lebih kecil dibandingkan ekstraseluler.
18
Ion kalsium berperan dalam perangsangan membran dan
dalam pengaturan resistensi pembuluh darah serebral pada
tingkat prekapiler. Selain itu ion kalsium juga ambil bagian
dalam patogenesis dari vasospasme.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran darah di otak :
- Pembuluh darah atau arteri, dapat menyempit oleh proses
aterosklerosis atau tersumbat thrombus / embolus.
Pembuluh darah dapat pula tertekan oleh gerakan dan
perkapuran di tulang (vertebrae) leher.
- Kelainan jantung, di mana jika pompa jantung tidak
teratur dan tidak efisien (fibrilasi atau blok jantung)
maka curahnya akan menurun dan mengakibatkan aliran darah
di otak berkurang. Jantung yang sakit dapat pula
melepaskan embolus yang kemudian dapat tersangkut di
pembuluh darah otak dan mengakibatkan iskemia.
- Kelainan darah, dapat mempengaruhi aliran darah dan
suplai oksigen. Darah yang bertambah kental, peningkatan
viskositas darah, peningkatan hematokrit dapat
melambatkan aliran darah. Pada anemia berat, suplai
oksigen dapat pula menurun.
ISKEMIA OTAK
Iskemia otak adalah gangguan aliran darah otak yang
membahayakan fungsi neuron tanpa perubahan yang menetap.
Bila aliran darah otak turun pada batas kritis yaitu 10 – 18
ml/ 100 gram otak/ menit maka akan terjadi penekanan
19
aktivitas neuronal tanpa perubahan struktural dari sel.
Daerah otak dengan keadaan ini dikenal sebagai penumbra
iskemik. Di sini sel relatif inaktif tapi masih viable.
Pada iskemia otak yang luas, tampak daerah yang tidak
homogen akibat perbedaan tingkat iskemia, yang terdiri dari
3 lapisan (area) yang berbeda, yaitu :
Lapisan inti (ischemic-core)
Daerah di tengah yang sangat iskemik karena CBF-nya
paling rendah sehingga terlihat sangat pucat. Tampak
degenerasi neuron, pelebaran pembuluh darah tanpa adanya
aliran darah. Kadar asam laktat di daerah ini tinggi
dengan PO2 yang rendah. Daerah ini akan mengalami
nekrosis.
Lapisan penumbra (ischemic penumbra)
Daerah di sekitar ischemic core yang CBF-nya juga rendah,
tetapi masih lebih tinggi daripada CBF di ischemic core.
Walaupun sel-sel neuron tidak sampai mati, tetapi fungsi
sel terhenti dan terjadi functional paralysis. Pada daerah ini
PO2 rendah, PCO2 tinggi, dan asam laktat meningkat.
Terdapat kerusakan neuron dalam berbagai tingkat, edema
jaringan akibat bendungan dengan dilatasi pembuluh darah
dan jaringan berwarna pucat. Daerah ini masih mungkin
diselamatkan dengan resusitasi dan manajemen yang tepat,
sehingga aliran darah kembali ke daerah iskemia, dan
neuron penumbra tidak mengalami nekrosis.
20
Lapisan perfusi berlebihan (luxury perfusion)
Daerah di sekeliling penumbra yang tampak berwarna
kemerahan dan edema. Pembuluh darah mengalami dilatasi
maksimal, PCO2 dan PO2 tinggi dan kolateral maksimal,
sehingga pada daerah ini CBF sangat meninggi.
Pada 3 jam permulaan iskemia, akan terjadi kenaikan
kadar air dan natrium pada substansia grisea, dan setelah 12
– 48 jam terjadi kenaikan yang progresif dari kadar air dan
natrium pada substansia alba, sehingga memperberat edem otak
dan meningkatkan tekanan intrakranial.
Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah
sentral yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut akan
mengalami iskemia berat sampai infark. Sedangkan di daerah
marginal yaitu dengan adanya sirkulasi kolateral maka sel-
selnya masih belum mati, yang oleh Astrup dkk dikatakan
daerah penumbra iskemik. Daerah tersebut bisa membaik dalam
beberapa jam secara spontan maupun dengan terapeutik.
Daerah penumbra ini berkaitan erat dengan penanganan stroke
tentang apa yang disebut sebagai therapeutic window, yaitu 6 –
21
8 jam setelah awitan. Apabila bisa ditangani dengan baik
maka daerah penumbra akan dapat diselamatkan sehingga infark
tidak bertambah luas.
Pada saat permulaan pembuluh darah di daerah penumbra
akan berdilatasi maksimal karena penurunan tekanan perfusi
otak. Di daerah penumbra iskemik kemudian akan terdapat
vasoparalisis, sebaliknya pembuluh darah di luar daerah
penumbra iskemik tetap bereaksi terhadap perubahan kadar CO2
dan asidosis sehingga terjadi dilatasi, ini disebut sebagai
Steal phenomenon.
Bila tekanan perfusi turun di bawah ambang iskemia
kurang lebih 8 – 10 ml/ 100 gram/ menit, maka akan terjadi
gangguan biokimiawi seluler dan gangguan stabilitas membran,
yaitu :
Ion K+ mengalir ke ekstraseluler sedangkan natrium dan
kalsium terkumpul dalam sel.
Pelepasan asam lemak bebas. Oksidasi dari asam lemak
bebas ini akan menghasilkan metabolit-metabolit yang
lebih toksik seperti radikal bebas, prostaglandin yang
menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatnya agregasi
trombosit, nantinya akan mengakibatkan perubahan sel
yang irreversibel.
Radikal bebas dalam keadaan normal, diproduksi tubuh dalam
jumlah yang sangat sedikit sebagai bagian produk dari
metabolisme oksidatif terutama dalam mitokondria. Pada
keadaan iskemia fokal, peranan peroksidase-lipid sangat
22
penting karena merupakan bagian dari patofisiologi iskemi
fokal maupun global. Superoksida, radikal bebas oksigen
telah ditemukan pada iskemia terutama pada periode reperfusi
jaringan, yang berasal dari proses alamiah maupun sebagai
tindakan pengobatan. Radikal bebas oksigen dihasilkan dari
proses lipolisis kaskade arakhidonat dalam sel-sel di daerah
penumbra. Sumber lain dari superoksida ialah aktivitas
enzimatik (monoaminoksidase) dalam otooksidase dari
biologiamin (epinefrin, serotonin dan sebagainya). Pada
iskemia fokal, peroksidase lipid ini meningkat aktivitasnya
karena :
i. Timbulnya edema otak vasogenik / seluler, telah
diketahui bahwa endotelium memproduksi oksida nitrit
(NO) dan pada keadaan patologik menghasilkan radikal
bebas yang akan memperburuk timbulnya edema.
ii. Pada proses disintegrasi pompa kalsium dan natrium
kalium akibat kerusakan membran sel yang berkaitan
dengan pompa ion. Gangguan ini mempercepat kalsium
influks dan natrium influks ke dalam sel.
iii. Peroksida lipid juga terlihat pada mekanisme eksitatorik
neurotransmitter glutamat. Meningkatnya aktivitas
superoksida mempercepat dan memperbesar pengeluaran
neurotransmitter eksitatorik glutamat dan aspartat.
Usaha pengobatan dilakukan untuk menghambat akibat dari
ekses superoksida dengan pemberian anti oksidan seperti
glutation, vitamin E, dan L arginin.
23
Penurunan kadar ATP
Terjadi asidosis.
Dengan ditemukannya Positron Emission Tomography (PET)
menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara aliran darah otak
dengan metabolisme. Pada 24 – 48 jam pertama terjadi
penurunan aliran darah otak lebih besar daripada gangguan
metabolisme oksigen, akan tetapi setelah 72 jam terjadi
penurunan yang nyata dari metabolisme dibandingkan aliran
darah otak. Dengan PET dapat pula diketahui bahwa pada
infark akut di satu hemisferium dapat mengakibatkan
penurunan aliran darah otak serta gangguan metabolisme pada
hemisferium yang kontralateral.
INFARK OTAK
Dengan bertambahnya usia, diabetes mellitus,
hipertensi, dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya
aterosklerosis. Aterosklerosis sendiri merupakan kombinasi
dari perubahan tunika intima dengan penumpukan lemak,
komposisi darah maupun deposit kalsium dan disertai pula
perubahan pada tunika media di pembuluh darah besar, yang
mengakibatkan perubahan menjadi tidak rata. Pada saat aliran
darah lambat (saat tidur), maka dapat terjadi penyumbatan
(trombosis). Untuk pembuluh darah kecil dan arteriol,
terjadi penumpukan lipohialinosis yang dapat mengakibatkan
mikroinfark, nantinya bisa berubah menjadi stroke lakunar,
dan aneurisma Charcot – Bouchard.
24
Menurut Vargaftig 1981 yang disadur oleh Chandra B,
dikatakan bahwa ada 3 jalur untuk terjadinya trombus,
yaitu :
1. melalui asam arakidonat (AA)
2. melalui ADP
3. melalui faktor aktivasi platelet (PAF).
Dengan mengetahui mekanisme terjadinya trombus in,
maka kombinasi obat anti agregasi yang akan digunakan dapat
disesuaikan sehingga dapat menutup keseluruhan jalur di
atas, misalnya aspirin menutup jalur AA seluruhnya,
sedangkan tiklodipin menutup jalur ADP dan PAF serta sedikit
jalur AA. Jadi kombinasi aspirin dan tiklopidin dapat
mencegah agregasi dengan baik.
Pengurangan aliran darah ke otak dapat tidak
menimbulkan gejala (silent) dan akan muncul secara klinis jika
aliran darah ke otak (CBF= Cerebral Blood Flow) turun sampai
melampaui batas toleransi jaringan otak, yang disebut ambang
aktivitas fungsi otak (threshold of brain functional activity). Keadaan
ini menyebabkan sindrom klinik yang disebut stroke.
Pengurangan aliran darah yang disebabkan oleh sumbatan
atau sebab lain, akan menyebabkan iskemia di suatu daerah
otak. Tetapi, pada awalnya, tubuh terlebih dahulu mengadakan
kompensasi dengan kolateralisasi dan vasodilatasi, sehingga
memungkinkan terjadinya beberapa keadaan berikut ini :
25
Pada sumbatan kecil, terjadi daerah iskemia yang dalam
waktu singkat dapat dikompensasi dengan mekanisme
kolateral dan vasodilatasi lokal. Secara klinis, gejala
yang timbul adalah Transient Ischemic Attack (TIA) yang timbul
dapat berupa hemiparesis sepintas atau amnesia umum
sepintas, yaitu selama < 24 jam.
Sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas sehingga
penurunan CBF regional lebih besar. Pada keadaan ini,
mekanisme kompensasi masih mampu memulihkan fungsi
neurologik dalam waktu beberapa hari sampai 2 minggu.
Keadaan ini secara klinis disebut Reversible Ischemic Neurologic
Deficit (RIND).
Sumbatan cukup besar menyebabkan daerah iskemia yang
luas, sehingga mekanisme kolateral dan kompensasi tidak
dapat mengatasinya. Dalam keadaan ini timbul defisit
neurologis yang berlanjut.
26
Dari percobaan pada hewan terbukti bahwa resusitasi
atau reperfusi pada penutupan atau penghentian aliran darah
ke otak mencetuskan beberapa reaksi kompleks di tingkat
mikrosirkulasi, iskemia berupa edema jaringan, vasospasme
kapiler/arteriol, penggumpalan sel-sel darah merah, asidosis
jaringan, aliran kalsium masuk ke dalam sel, dan
dilepaskannya radikal bebas. Perubahan ini dapat demikian
hebat sehingga disebut sebagai reperfusion injury yang berakibat
munculnya gejala neurologik yang relatif menetap.
Pada dasarnya terjadi 2 perubahan sekunder pada
periode reperfusi jaringan iskemia otak :
Hyperemic paska iskemik atau hiperemia reaktif yang
disebabkan oleh melebarnya pembuluh darah di daerah
iskemia. Keadaan ini terjadi pada + 20 menit pertama
setelah penyumbatan pembuluh darah otak terutama pada
iskemia global otak.
27
Hipoperfusi paska-iskemik yang berlangsung antara 6-24
jam berikutnya. Keadaan ini ditandai dengan
vasokonstriksi (akibat asidosis jaringan), naiknya
produksi tromboksan A2 dan edema jaringan. Diduga
proses ini yang akhirnya menghasilkan nekrosis dan
kerusakan sel yang diikuti oleh munculnya gejala
neurologik.
Terdapat perbedaan etiologi iskemi otak fokal dan
global. Pada iskemi global aliran otak secara keseluruhan
menurun akibat tekanan perfusi misalnya karena syok
irreversibel karena henti jantung, perdarahan sistemik yang
masif, fibrilasi atrial berat, dan lain-lain. Sedangkan
iskemik fokal terjadi akibat menurunnya tekanan perfusi otak
regional. Keadaan ini disebabkan oleh sumbatan atau pecahnya
salah satu pembuluh darah otak di daerah sumbatan atau
tertutupnya aliran darah otak baik sebagian atau seluruh
lumen pembuluh darah otak, penyebabnya antara lain :
Perubahan patologik pada dinding arteri pembuluh darah
otak menyebabkan trombosis yang diawali oleh proses
arteriosklerosis di tempat tersebut. Selain itu proses
pada arteriole karena vaskulitis atau lipohialinosis
dapat menyebabkan stroke iskemik karena infark lakunar.
Perubahan akibat proses hemodinamik dimana tekanan
perfusi sangat menurun karena sumbatan di bagian
proksimal pembuluh arteri seperti sumbatan arteri
karotis atau vertebro-basilar.
28
Perubahan akibat perubahan sifat darah, misalnya sickle-
cell, leukemia akut, polisitemia, hemoglobinopati dan
makroglobulinemia.
Tersumbatnya pembuluh darah akibat emboli daerah
proksimal, misalnya “artery to artery thrombosis”, emboli
jantung dan lain-lain.
Sebagai akibat dari penutupan aliran darah ke sebagian
otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik
pada daerah iskemi. Perubahan ini dimulai di tingkat
seluler, berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang
diikuti dengan kerusakan pada fungsi utama serta integritas
fisik dari susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan
kematian neuron. Disamping itu terjadi pula perubahan-
perubahan pada ekstraseluler, karena peningkatan pH jaringan
serta kadar gas darah, keluarnya zat neurotransmitter
(glutamat) serta metabolisme sel-sel yang iskemik, disertai
kerusakan blood brain barrier. Seluruh proses ini merupakan
perubahan yang terjadi pada stroke iskemik.
PERUBAHAN FISIOLOGIK PADA ALIRAN DARAH OTAK
Pada fase stroke akut, perubahan terjadi pada aliran
darah otak. Pada daerah yang terkena iskemia, aliran darah
menurun secara signifikan. Secara mikroskopik daerah yang
iskemik (penumbra) yang pucat ini dikelilingi oleh daerah
yang hiperemis di bagian luar, yaitu daerah yang disebut
sebagai “luxury perfusion” karena melebihi kebutuhan metabolik,
sebagai akibat mekanisme sistem kolateral yang mencoba
29
mengatasi keadaan iskemia. Di daerah sentral dari fokus
iskemik ini terdapat inti yang terdiri atas jaringan
nekrotik atau jaringan dengan tingkat iskemi yang terberat.
Konsep “penumbra iskemia” merupakan dasar pada
pengobatan stroke, karena merupakan manifestasi terdapatnya
struktur seluler neuron yang masih hidup dan mungkin masih
reversibel apabila dilakukan pengobatan yang cepat. Usaha
pemulihan daerah penumbra dilakukan dengan reperfusi harus
tepat waktunya supaya aliran darah kembali ke daerah iskemia
tidak terlambat, sehingga neuron penumbra tidak mengalami
nekrosis.
Komponen waktu ini disebut sebagai “therapeutic window”
yaitu jendela waktu reversibilitas sel-sel neuron penumbra
terjadi dengan melakukan tindakan resusitasi sehingga neuron
ini dapat diselamatkan. Perlu diingat di daerah penumbra ini
sel-sel neuron masih hidup akan tetapi metabolisme oksidatif
sangat berkurang, pompa-pompa ion sangat minimal mengalami
proses depolarisasi neuronal. Perubahan lain yang terjadi
adalah kegagalan autoregulasi di daerah iskemia, sehingga
respons arteriole terhadap perubahan tekanan darah dan
oksigen / karbondioksida menghilang. Selain itu mekanisme
patologi lain yang terjadi pada aliran darah otak adalah,
berkurangnya aliran darah seluruh hemisfer di sisi yang sama
dan juga di sisi hemisfer yang berlawanan (diaschisis) dalam
tingkat yang lebih ringan.
30
Perubahan aliran darah otak bersifat umum / global
akibat stroke ini disebut diaschisis (Meyer et al), yang
merupakan reaksi global terhadap aliran darah otak, dimana
seluruh aliran darah otak berkurang / menurun. Kerusakan
hemisfer terutama / lebih besar pada sisi yang tersumbat
(ipsilateral dari sumbatan). Proses diaschisis berlangsung
beberapa waktu (hari sampai minggu) tergantung luasnya
infark. Mekanisme proses ini diduga karena perubahan global
dan pengaturan neurotransmiter.
PERUBAHAN PADA TINGKAT SELULER / MIKROSIRKULASI
Astrup dkk (1981) menunjukkan bahwa pengaruh iskemia
terhadap integritas dan struktur otak pada daerah penumbra
terletak antara batas kegagalan elektrik otak (electrical failure)
dengan batas bawah kegagalan ionik (ion-pump failure).
Selanjutnya dikatakan bahwa aliran darah otak di bawah 17
cc/ 100 gram otak / menit, menyebabkan aktivitas otak
listrik berhenti walaupun kegiatan ion-pump masih
berlangsung.
Sedangkan Hakim (1998) menetapkan bahwa neuron
penumbra masih hidup jika CBF berkurang di bawah 20 cc/ 100
gram otak / menit dan kematian neuron akan terjadi apabila
CBF di bawah 10 cc/ 100 gram otak / menit.
Daerah penumbra pada “misery perfusion” ini, jika aliran
darahnya dicukupi kembali sebelum “therapeutic window”, dapat
kembali normal dalam waktu singkat. Sedangkan sebagian lesi
31
tetap akan mengalami kematian setelah beberapa jam atau hari
setelah iskemik otak temporer. Dengan kata lain di daerah
“ischemic core” kematian sudah terjadi sehingga mengalami
nekrosis akibat kegagalan energi (energy failure) yang secara
dahsyat merusak dinding sel beserta isinya sehingga
mengalami lisis (sitolisis), di lain pihak pada daerah
penumbra jika terjadi iskemia berkepanjangan sel tidak dapat
lagi mempertahankan integritasnya sehingga akan terjadi
kematian sel, yang secara akut timbul melalui proses
apoptosis : disintegrasi elemen-elemen seluler secara
bertahap dengan kerusakan dinding sel yang disebut
“programmed cell death”.
Kumpulan sel-sel ini disebut sebagai “selectively vulnerable
neuron”. Pada neuron-neuron tersebut terdapat hierarchi
sensitivitas terhadap iskemia diawali pada daerah hypokampus
CA I dan sebagian kolikulus inferior, kemudian jika iskemia
lebih dari 5 menit (10-15 menit) akan diikuti oleh lapis 3
dan 5 dari Neocortex Striatum Septum, sektor CA 3
hipokampus, talamus, korpus genikulatum medial dan
substansia nigra. Meskipun ditemukan pada binatang,
kenyataan ini menunjukkan bahwa di daerah sistem limbik dan
ganglia basal terdapat sel-sel yang sensitif terhadap
iskemia. Hal yang juga menarik adalah bahwa sel-sel yang
sensintif terhadap iskemia terutama merupakan bagian dari
serabut yang terisi glutamat. Iskemia menyebabkan aktivitas
intraseluler Ca2+ meningkat menyebabkan aktivitas Ca2+ di
32
“synaptic cleft” bertambah dengan akibat sekresi yang berlebihan
dari neurotransmitter termasuk glutamat, aspartat dan kainat
yang bersifat eksitotoksin.
Disamping itu Abe dkk (1987) yang diulas oleh Kogure
(1992), membuktikan bahwa, akibat lamanya stimulasi reseptor
metabolik oleh zat-zat yang dikeluarkan oleh sel,
menyebabkan juga aktivasi reseptor neurotropik yang
merangsang pembukaan Ca2+ channel yang tidak tergantung pada
kondisi tegangan potensial membran seluler disebut “receptor
operated gate opening” disamping terbukanya Ca2+ channel akibat
aktivasi NMDA reseptor “voltage operated gate opening” yang telah
terjadi sebelumnya. Kedua proses tersebut mengakibatkan
masuknya Ca2+ ion ekstraseluler ke dalam ruang intraseluler.
Jika proses berlanjut, pada akhirnya akan menyebabkan
kerusakan membran sel dan rangka sel (cytoskeleton) melalui
terganggunya proses fosforilase dari regulator sekunder
sintesa protein, proses proteolisis dan lipolisis yang akan
menyebabkan ruptur atau nekrosis. Disamping neuron-neuron
yang sensitif terhadap iskemia, kematian sel dapat langsung
terjadi pada iskemia berat dengan hilangnya energi secara
total dari sel karena berhentinya aliran darah. Disamping
itu desintegrasi sitoplasma dan disrupsi membran sel juga
menghasilkan ion-ion radikal bebas yang dapat lebih
memperburuk keadaan lingkungan seluler.
EDEMA SEREBRAL DAN INFARK OTAK
33
Pada infark serebri yang cukup luas, edema serebri
timbul akibat “energy failure” dari sel-sel otak dengan akibat
perpindahan elektrolit (Na+, K+) dan perubahan permeabilitas
membran serta gradasi osmotik. Akibatnya terjadi
pembengkakan sel disebut “cytotoxic edema”. Keadaan ini terjadi
pada iskemia berat dan akut seperti hipoksia dan henti
jantung. Selain itu, edema serebri dapat juga timbul akibat
kerusakan sawar otak yang mengakibatkan permeabilitas
kapiler rusak dan cairan serta protein bertambah mudah
memasuki ruangan ekstraseluler sehingga menyebabkan edema
vasogenik (vasogenic edema). Efek edema jelas menyebabkan
peninggian tekanan intrakranial dan akan memperburuk iskemia
otak. Selanjutnya terjadi efek masa yang berbahaya dengan
akibat herniasi otak.
34
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis memberikan gejala dan tanda sesuai dengan
daerah fokal di otak
Akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak sebelah
badan, mulut mencong atau bicara pelo dan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat
mendadak. Juga perlu ditanyakan faktor-faktor resiko yang
menyertai stroke. Dicatat obat-obat yang sedang dipakai.
Juga ditanyakan riwayat keluarga dan penyakit lainnya.
2. Melakukan pemeriksaan fisik neurologis
3. Sistem Skor untuk membedakan jenis stroke, yaitu :
35
Skor Siriraj : ( 2,5 x derajat kesadaran ) + ( 2 x
vomitus ) + ( 2 x nyeri kepala ) + ( 0,1 x tekanan diastolik
) – ( 3 x petanda ateroma ) – 12
SS > 1 : Stroke Hemoragik
-1 < SS < 1 : perlu konfirmasi CT Scan
SS < -1 : Stroke Non Hemoragik
Penilaian derajat kesadaran : sadar penuh (0), somnolen (1),
koma (2)
Nyeri kepala : tidak ada (0), ada (1)
Vomitus : tidak ada (0), ada (1)
Ateroma : Tidak terdapat penyakit jantung, DM (0),
Terdapat penyakit jantung, DM (1)
36
Proses penyumbatan pembuluh darah otak memiliki beberapa
sifat spesifik :
1. Timbul mendadak
2. Menunjukkan gejala neurologis kontralateral terhadap
pembuluh darah yang tersumbat
3. Kesadaran dapat menurun sampai koma terutama pada
perdarahan otak. Sedangkan pada stroke iskemik lebih
jarang terjadi penurunan kesadaran.
FAKTOR RESIKO
Resiko stroke meningkat seiring dengan berat dan
banyaknya faktor resiko. Yaitu kelainan atau penyakit yang
membuat seseorang lebih rentan terhadap serangan stroke.
1. Tidak dapat dimodifikasi
- Usia
- Jenis kelamin
- Herediter
- Ras
2. Dapat dimodifikasi
A. MAYOR
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis
- Diabetes mellitus
- Polisitemia
- Riwayat stroke
38
- Perokok
B. MINOR
- Hiperkolesterol
- Hematokrit tinggi
- Obesitas
- Kadar asam urat tinggi
- Kadar fibrinogen tinggi
39
GEJALA KLINIK
Gejala klinik tergantung lokalisasi daerah pembuluh
darah otak yang mengalami gangguan.
Sistem Carotis
Disebut stroke hemisferik. Gejala yang timbul sangat
mendadak. Jarang mengalami penurunan kesadaran, kecuali pada
stroke yang luas. Hal ini disebabkan karena struktur-
struktur anatomi yang menjadi substrat kesadaran yaitu
Formatio Reticularis di garis tengah dan sebagian besar terletak
dalam fossa posterior. Fungsi vital umumnya baik.
Pada pemeriksaan neurologis, saraf otak yang sering
terkena adalah :
- N. VII dan XII
Mulut mencong, bicara pelo dan deviasi lidah bila
dikeluarkan dari mulut
- Gangguan konjugat pergerakan bola mata dan lapangan
pandang
Hampir selalu terjadi hemiparesis. Dan dapat dijadikan
patokan bahwa jika ada perbedaan kelumpuhan yang nyata
antara lengan dan tungkai hampir dipastikan bahwa kelainan
aliran darah otak berasal dari daerah kortikal. Sedangkan
jika kelumpuhan sama berat, maka gangguan aliran darah
terjadi di daerah subkortikal atau vertebro-basiler. Dapat
juga terjadi gangguan sensorik. Pada fase akut, refleks
fisiologis pada sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari, akan muncul kembali.
40
Sistem Vertebro-basilar
Terdapat penurunan kesadaran yang cukup berat. Disertai
kombinasi berbagai saraf otak yang terganggu, vertigo,
diplopia dan gangguan bulbar.
Ciri khusus : gangguan long-tract sign, yaitu parestesi
keempat anggota gerak (ujung-ujung distal), parestesi
perioral, hemianopsia altitudinal dan skew deviation.
41
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan kimia darah lengkap
Gula darah sewaktu
Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi
hati, enzim SGOT/SGPT/CPK dan Profil lipid
(trigliserid, LDL-HDL serta total lipid)
- Pemeriksaan hemostasis (darah lengkap)
Waktu protrombin
APTT
Kadar fibrinogen
D-dimer
INR
Viskositas plasma
B. Foto Thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung. Serta
mengidentifikasi kelainan paru yang potensial mempengaruhi
proses manajemen dan memperburuk prognosis.
C. CT-Scan Otak
CT-Scan mungkin tidak perlu dilakukan oleh semua pasien
terutama jika diagnosis klinisnya sudah jelas, tetapi
pemeriksaan ini berguna untuk mencari gambaran perdarahan
atau infark, karena perbedaan manajemen untuk stroke
42
perdarahan dan infark. Pemeriksaan ini juga dapat
menyingkirkan diagnosis banding se[erti tumor intracranial.
PENATALAKSANAAN
Penderita stroke sejak mulai sakit pertama kali dirawat
sampai proses rawat jalan di luar RS, memerlukan perawatan
dan pengobatan terus menerus sampai optimal dan mencapai
keadaan fisik maksimal. Pengobatan pada stroke non hemoragis
dibedakan menjadi :
I. Pengobatan Umum
Untuk pengobatan umum ini dipakai patokan 5 B, yaitu
1. Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-
paru cukup baik. Fungsi paru sering terganggu karena
curah jantung yang kurang, maka jantung harus dimonitor
dengan seksama. Pengobatan dengan oksigen hanya perlu
bila kadar oksigen dalam darah berkurang.
2. Blood
a. Tekanan darah
43
Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk
mengalirkan darah ke otak. Pada fase akut pada
umumnya tekanan darah meningkat dan secara spontan
akan menurun secara gradual. Pengobatan hipertensi
pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang
justru menambah iskemik lagi.
b. Komposisi darah
Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk
metabolisme otak. Bila terdapat polisitemia harus
dilakukan hemodilusi. Pemberian infus glukosa harus
dihindari karena akan menambah terjadinya asidosis
di daerah infark yang mempermudah terjadinya edem
dan karena hiperglikemia menyebabkan perburukan
fungsi neurologis dan keluaran. Keseimbangan
elektrolit harus dijaga.
3. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari
terjadinya obstipasi karena akan membuat pasien
gelisah. Nutrisi harus cukup, bila perlu diberikan
melalui nasogastric tube.
4. Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan
sampai terjadi retensio urin. Bila terjadi
44
inkontinensia, untuk laki-laki harus dipasang kondom
kateter, kalau wanita harus dipasang kateter tetap.
5. Brain
Edema otak dan kejang harus dicegah dan diatasi. Bila
terjadi edema otak, dapat dilihat dari keadaan
penderita yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan
pemeriksaan funduskopi, dapat diberikan manitol. Untuk
mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat diberikan
Diphenylhydantion atau Carbamazepin.
II. Pengobatan Khusus
Pada fase akut pengobatan ditujukan untuk membatasi
kerusakan otak semaksimal mungkin agar kecacatan yang
ditimbulkan menjadi seminimal mungkin. Untuk daerah yang
mengalami infark, kita tidak bisa berbuat banyak. Yang
penting adalah menyelamatkan daerah di sekitar infark
yang disebut daerah penumbra.
Neuron-neuron di daerah penumbra ini sebenarnya
masih hidup, akan tetapi tidak dapat berfungsi oleh
karena aliran darahnya tidak adekuat. Daerah inilah yang
harus diselamatkan agar dapat berfungsi kembali. Untuk
keperluan tersebut maka aliran darah di daerah tersebut
harus diperbaiki.
Menurut hukum Hagen-Poisseuille, viskositas darah
memegang peranan penting. Viskositas darah dipengaruhi
oleh :
45
Hematokrit
Plasma fibrinogen
Rigiditas eritrosit
Agregasi trombosit
1. Trombolisis
Satu- satunya obat yang diakui FDA sebagai standar
adalah pemakaian r-TPA (Recombinant - Tissue Plasminogen
Activator) yang diberikan pada penderita stroke iskemik
dengan syarat tertentu baik i.v maupun arterial dalam
waktu kurang dari 3 jam setelah onset stroke.
2. Antikoagulan
Obat yang diberikan adalah heparin atau heparinoid
(fraxiparine). Efek antikoagulan heparin adalah inhibisi
terhadap faktor koagulasi dan mencegah atau memperkecil
pembentukkan fibrin dan propagasi trombus.
Antikoagulansia mencegah terjadinya gumpalan darah dan
embolisasi trombus. Antikoagulansia masih sering
digunakan pada penderita stroke dengan kelainan jantung
yang dapat menimbulkan embolus.
3. Anti agregasi trombosit
Obat yang dipakai untuk mencegah pengumpulan sehingga
mencegah terbentuknya trombus yang dapat menyumbat
pembuluh darah. Obat ini dapat digunakan pada TIA. Obat
yang banyak digunakan adalah asetosal (aspirin) dengan
46
dosis 40 mg – 1,3 gram/hari. Akhir-akhir ini digunakan
tiklopidin dengan dosis 2 x 250 mg.
4. Neuroprotektor
Mencegah dan memblok proses yang menyebabkan kematian
sel-sel terutama di daerah penumbra. Berperan dalam
menginhibisi dan mengubah reversibilitas neuronal yang
terganggu akibat ischemic cascade. Obat-obat ini misalnya
piracetam, citikolin, nimodipin, pentoksifilin
5. Anti edema
Obat anti edema otak adalah cairan hiperosmolar,
misalnya manitol 20%, larutan gliserol 10%. Pembatasan
cairan juga dapat membantu. Dapat pula menggunakan
kortikosteroid.
III. Rehabilitasi
Rehabilitasi pasca-stroke adalah suatu upaya
rehabilitasi stroke terpadu yang melibatkan berbagai
disiplin ilmu kedokteran dan merupakan kumpulan program,
termasuk pelatihan, penggunaan modalitas alat, dan obat-
obatan.
Tujuan rehabilitasi adalah :
47
Memperbaiki fungsi motoris, bicara dan fungsi lain yang
terganggu
Adaptasi mental sosial dari penderita stroke, sehingga
fungsional otonom penderita, sosial aktif dan hubungan
interpersonal menjadi normal.
Sedapat mungkin penderita harus dapat melakukan activities
of daily living (ADL).
Jenis-jenis rehabilitasi medik, antara lain :
1) Fisioterapi
Mengobati fisik dengan menggunakan exercise, massage,
ataupun terapi dengan modalitas alat. Fisioterapi
terbagi 2, yaitu fisioterapi pasif yang dilakukan
secara langsung setelah pasien terkena serangan
stroke dengan menggerakan otot secara pasif dan
fisioterapi aktif yang dilakukan segera setelah
keadaan pasien stabil dan dapat diajak berinteraksi.
2) Speech therapy
Membantu memulihkan kemampuan berbahasa dan
bekomunikasi penderita stroke dengan latihan bicara
sehingga penderita stroke dapat kembali berkomunikasi
dengan orang lain.
3) Occupational therapy
Menggunakan aktivitas terapeutik dengan tujuan
mempertahankan atau meningkatkan komponen kinerja
okupasional (senso-motorik, persepsi, kognitif,
48
sosial, dan spiritual) dan area kerja kinerja
okupasional (perawatan diri, produktivitas, dan
pemanfaatan waktu luang). Dengan kata lain, ahli
terapi okupasi membantu penderita stroke untuk
melakukan aktivitas sehari-hari (seperti mandi,
makan, minum, BAB/BAK, berpakaian, dll), dan juga
membantu penderita agar dapat berinteraksi kembali
dengan lingkungan sekitarnya (mengelola rumah tangga,
merawat orang lain, dan rekreasi/pemanfaatan waktu
luang untuk dirinya).
4) Social worker
Memperbaiki atau mengembangkan interaksi antara
penderita dengan lingkungan sosialnya sehingga
penderita dapat kembali ke lingkungan dengan baik.
5) Psikologis
Membantu penderita stroke yang cacat agar dapat
menyesuaikan diri secara emosional terhadap
lingkungannya dan keadaan cacatnya, sehingga ia dapat
memberikan makna pada kehidupannya dengan penuh arti.
Kontra Indikasi :
Penyakit sistemik yang berat
a. Insufisiensi jantung dengan dekompensasi
49
b. Angina pektoris
c. Gagal jantung akut
d. Reuma fase akut
Gangguan mental yang berat
Prinsip dasar rehabilitasi :
Pemilihan penderita yang seksama
Mulailah sedini mungkin
Harus sistematis
Meningkatkan secara bertahap
Pakailah bentuk rehabilitasi yang spesifik sesuai
defisit yang ada.
PENCEGAHAN
Dengan mengetahui faktor-faktor risiko dari stroke, maka ada
beberapa cara untuk mencegah stroke, antara lain :
1. Kontrol tekanan darah tinggi (hipertensi). Salah satu hal
paling penting untuk mengurangi risiko stroke adalah
untuk menjaga tekanan darah terkendali. Berolahraga,
50
mengelola stres, menjaga berat badan yang sehat, dan
membatasi asupan natrium dan alkohol adalah cara-cara
untuk menjaga tekanan darah tetap terkontrol. Selain
dengan perubahan gaya hidup, dapat juga dengan
mengkonsumsi obat anti hipertensi, seperti diuretik,
angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan
angiotensin reseptor blocker.
2. Turunkan kolesterol dan lemak jenuh asupan. Makan rendah
kolesterol dan lemak, terutama lemak jenuh, dapat
mengurangi plak di arteri. Selain itu, dapat juga dengan
mengkonsumsi obat penurun kolesterol.
3. Jangan merokok. Berhenti merokok mengurangi risiko
stroke.
4. Kontrol diabetes mellitus. Kita dapat mengelola diabetes
dengan diet, olahraga, pengendalian berat badan dan
pengobatan. Kontrol ketat gula darah dapat mengurangi
kerusakan otak jika mengalami stroke.
5. Menjaga berat badan yang ideal. Kelebihan berat badan
lain yang memberikan kontribusi pada faktor-faktor risiko
stroke, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung
dan diabetes mellitus.
6. Berolahraga secara teratur. Latihan aerobik mengurangi
risiko stroke dalam banyak cara. Olahraga dapat
menurunkan tekanan darah, meningkatkan high density
lipoprotein (HDL) kolesterol, dan meningkatkan kesehatan
secara keseluruhan pembuluh darah dan jantung. Hal ini
51
juga membantu menurunkan berat badan, mengendalikan
diabetes dan mengurangi stres. Olah raga secara bertahap
sampai 30 menit seperti berjalan, joging, berenang atau
bersepeda jika tidak setiap hari, 1 hari dalam seminggu.
7. Kelola stres. Stres dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah. Juga dapat meningkatkan kecenderungan darah
membeku, yang dapat meningkatkan risiko stroke iskemik.
Menyederhanakan hidup, berolahraga dan menggunakan teknik
relaksasi untuk mengurangi stres.
8. Minum alkohol dalam jumlah sedang, atau tidak sama
sekali. Alkohol dapat menjadi faktor risiko stroke.
Konsumsi alkohol meningkatkan resiko tekanan darah tinggi
dan stroke iskemik dan perdarahan.
9. Jangan gunakan obat-obatan terlarang. Banyak obat,
seperti kokain, yang menjadi faktor risiko untuk TIA atau
stroke.
Selain itu, makan makanan sehat. Sebuah diet sehat otak
harus mencakup:
a. Lima atau lebih porsi harian buah dan sayuran, yang
mengandung zat gizi seperti kalium, folat dan antioksidan
yang dapat melindungi Anda terhadap stroke.
b. Makanan kaya serat larut, seperti havermut dan kacang-
kacangan.
c. Makanan kaya akan kalsium, mineral yang ditemukan untuk
mengurangi risiko stroke.
52
d. Produk kedelai, seperti tempe, miso, tahu dan susu
kedelai, yang dapat mengurangi low-density lipoprotein
(LDL) kolesterol dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.
e. Makanan kaya omega-3 asam lemak, termasuk ikan air
dingin, seperti salmon, makarel dan tuna.
KESIMPULAN
Iskemia otak apapun sebabnya akan menyebabkan
perubahan kompleks yang dapat bersifat umum seperti
diaschisis, dan perubahan regional karena lumpuhnya
autoregulasi, terbentuknya daerah penumbra, “luxury perfusion”
53
serta nekrosis iskemik. Di tingkat seluler jika iskemia
terjadi pada derajat sangat berat akan menimbulkan kerusakan
total sel akibat kegagalan energi secara langsung. Sedangkan
pada iskemia transient, sel-sel di daerah penumbra dapat
berfungsi normal kembali, kecuali pada sebagian sel di
daerah sistim limbik dan ganglia basal yang disebut sebagai
neuron-neuron dengan vulnerabilitas selektif terhadap
iskemia (“selective neuronal vulnerability”) akan mati secara
bertahap, tergantung kepada iskemia. Walaupun demikian
kondisi iskemia seharusnya dapat diatasi dengan baik.
Edema serebri pada infark otak dapat terjadi jika
daerah iskemia luas (biasanya hemisfer) diawali oleh edema
sitotoksik dan diikuti oleh edema vasogenik.
Gejala klinik akibat stroke iskemik tergantung kepada
lokasi kelainan dan prognosis penderita sangat tergantung
terutama kepada kecepatan pertolongan saat “therapeutic
window”, yaitu 6 – 8 jam setelah awitan. Apabila bisa
ditangani dengan baik maka daerah penumbra akan dapat
diselamatkan sehingga infark tidak bertambah luas.
Dalam menghadapi kasus stroke, langkah pertama yang
harus dikerjakan adalah menentukan lebih dahulu jenis
strokenya. Meskipun alat CT-Scan belum tersebar rata,
sebaiknya kita dapat membedakan antara stroke hemoragis dan
non hemoragis berdasarkan gejala dan tanda-tanda yang ada.
Rehabilitasi untuk penderita stroke harus dikerjakan sedini
mungkin dengan mengingat kontra indikasi yang ada. Peran
54
keluarga sangat penting dalam program rehabilitasi ini.
Motivasi, komunikasi, dan dorongan moril dari keluarga dapat
mempercepat proses penyembuhan.
Oleh karena itu, pertolongan terpadu dan rasional
secara cepat, tepat dan cermat akan menurunkan mortalitas
dan morbiditas sehingga akan meningkatkan kualitas hidup.
DAFTAR PUSTAKA
1. Misbach, Jusuf. 1999. STROKE Aspek Diagnostik, Patofisiologi,
Manajemen. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Perdossi (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia).
2011. Guideline Stroke. Edisi Revisi. Jakarta.
3. Sofwan, Rudianto. 2010. Stroke dan Rehabilitasi Pasca-Stroke.
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
4. Ginsberg, Lionel. 2005. Lecture Notes Neurologi. Edisi
kedelapan. Jakarta: Erlangga
55