SKRIPSI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA ...

99
i SEJARAH KH. SHIROJUDDIN H. MUHAMMAD TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN AL-JAUHAREIN KELRAHAN TANJUNG JOHOR KECAMATAN PELAYANGAN SEBERANG KOTA JAMBI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Oleh Miftahurrahmat AS.140391 FA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

Transcript of SKRIPSI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA ...

i

SEJARAH KH. SHIROJUDDIN H. MUHAMMAD TERHADAP

PENDIDIKAN ISLAM DI PONDOK PESANTREN AL-JAUHAREIN

KELRAHAN TANJUNG JOHOR KECAMATAN PELAYANGAN

SEBERANG KOTA JAMBI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Strata Satu (S1) Sejarah Peradaban Islam

Fakultas Adab dan Humaniora

Oleh

Miftahurrahmat

AS.140391

FA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

MOTTO

15يزفعٱللهٱلذينءامنىامنكمىٱلذينأوتىاٱلعلمدرجت

Artinya:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat(Q.S. Al Mujadalah: 11)

15

Departemen Agama RI, Al Quran dan terjemahannya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009)

PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahim

Dengan Rahmat Allah Subhanahu Wata’ala Tuhan yang Maha Pengasih Lagi

Maha Penyayang serta Sholawat Kepada Baginda Nabiyallah Muhammad

Sallallahu’alaihi wasallam

Kuper sembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kumuliakan dan

yang sangat ku kasihi ayah dan mak

Kupersembahkan karya ini kepada bapakku Mustofa Kamal dan makku Pasni

serta kakakku nurfalah

Kepada seluruh keluargaku yang sangat aku sayangi

Sahabat-sahabat sekelas seperjuangan yang telah bersedia meminjamkan buku,

kawan seperjuangan di Pramuka yang selalu memberikan motivasi untuk terus

berjuang menyelesaikan studi ini

Yangmana tak dapat kusebutkan satupersatu, yang telah selalu memberikan

semangat dan do’a.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya kepada penulis berupa

kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sejarah KH. Shirojuddin H. Muhammad

Terhadap Pendidikan Islam Di Pondok Pesantren Al-jauharein Kelrahan

Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi “ serta teriring

sholawat dan salam kepada nabi akhirul kalam yakni nabi besar Nabi Muhammad

SAW.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, tidak sedikit hambatan dan

kendala yang penulis hadapi dalam upaya menyelesaikan skripsi ini. Namun,

berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, akhirnya hambatan dan kendala

tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan kepada penulis yaitu Bapak Drs. Jago Ritonga, M.Fil.I

dan Bapak Aliyas,S Th.I, M.Fil.I Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini

adalah salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Sejarah Peradaban

Islam di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada

semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan demi kesempurnaan

penulisan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan kepada:

1. Yth. Bapak Drs. Jago Ritonga, M.Fil.I selaku pembimbing I dan Aliyas,S

Th.I, M.Fil.I selaku pembimbing II. Terima kasih atas Ilmu, waktu, kritik dan

sarannya dalam penulisan Skripsi ini.

2. Yth, Ibu Prof.Dr. Maisah,M.Pd.I, selaku dekan Fakultas Adab Dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Yth. Bapak Dr. Alfian, S. Pd, M.Ed,Bapak Dr.H.Muhammad Fadhil,M.Ag

dan Ibu Dr. Raudhoh, S.Ag, SS, M.Pd.I selaku Wakil Dekan I, II, dan III

Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

4. Yth. Bapak Aliyas, M. Fil.I selaku ketua jurusan dan Bapak Aminnudin,

S.Ag, M.Fil.I selaku sekretaris jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas

ABSTRAK

Miftahurrahmad, AS 140391, Sejarah KH. Shirojuddin H. Muhammad

Terhadap Pendidikan Islam Di Pondok Pesantren Al-jauharein

Kelrahan Tanjung Johor Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi

Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Pembiming I Drs.

Jago Ritonga, M.Fil.I dan pembimbing II Aliyas,S Th.I, M.Fil.I

KH.Shirojudin Haji.Muhammad merupakan pimpinan Pondok Pesantren

Al-jauharein sejak tahun 2004. Beliau sangat berperan dalam upaya

pengembangan pendidikan di seberang kota Jambi terkhusus di kecamatan

Pelayangan. Pondok Pesantren Al-jauharein yang semula hanya madrasah biasa,

sejak kepemimpinan beliau didirikan pondok pesantren.

Penelitian ini akan mendeskriftifkan bagaimana Sejarah KH. Shirojuddin

H.Muhammad dalam mengembangan pendidikan di pondok pesantren al-

jauharein. Penelitian ini mengunakan medote sejarah yang melalui tahan:

heuristic, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi

Kata Kunci : Sejarah, Pendidikan Islam

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

NOTADINAS .................................................................................................. i

PENGESAHAN ............................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................... iii

MOTTO ........................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ...................................................................................... 1

B. Batasan Masalah................................................................................... 8

C. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9

E. Kerangka Teori..................................................................................... 10

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

A. Lingkup Penelitian ............................................................................... 15

B. Metode Sejarah..................................................................................... 15

C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 20

D. Penentuan Informan ............................................................................. 22

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 22

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 25

BAB III Biografi KH. Shirojuddin H.Muhammad dan Pondok Pesantren Al-jauharein

A. Sejarah Hidup KH. Shirojuddin H.Muhammad ................................... 29

B. Karir Pendidik KH. Shirojuddin H. Muhammad ................................. 31

C. Historis Pondok Pesantren Al-jauharein .............................................. 31

D. Kecamatan Pelayaan Seberang Kota Jambi ......................................... 43

BAB IV Sejarah KH. Shirojuddin H.Muhammad

A. Figur KH. Shirojuddin H.Muhammad di Pondok Pesantren Aljauharen 51

B. Upaya Pengembangan Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Aljauharen

.............................................................................................................. 53

1. Kamus Mini (Kamus Bahasa Arab) ......................................... 54

2. Rangkuman Doa Tahlil ............................................................ 56

3. Mars Al-jauharein .................................................................... 57

C. Sejarah KH. Shirojuddin H.Muhammad Dalam Pengembangan Pendidin Islam

.............................................................................................................. 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………… ...................................................... 61

B. Saran ..................................................................................................... 63

C. KataPenutup ......................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

KARTU KONSULTASI

DAFTA RIWAYAT HIDUP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki abad ke-19 di kepulauan Nusantara terjadi perubahan

politik. Perusahaan Dagang Hindia Timur atau lebih dikenal dengan VOC

bubar pada tahun 1798, setelah izinnya dibatalkan pada tahun 1795. Abad

ke-18 Menjadi masa awal kemunduran VOC yang disebabkan berbagai

Faktor, antara lain dari sisi internal VOC yang dilakukan para pegawainya

dari cara kerja yang tidak bagus serta melakukan tindak korupsi ditambah

lagi dengan sistem tanam paksa yang dilakukan membuat rakyat

menderita. Demikian faktor kemunduran VOC yang membuat pemerintah

Belanda mengambil alih perusahaan. Setelah pada tahun 1798 VOC

dibubarkan dengan saldo kerugian mencapai 134,7 juta gulden.16

Jauh sebelum dibentuknya provinsi Jambi merupakan sebuah

wilayah kesultanan sejak tahun 1615 -1906. Wilayahnya tercatat

membentang 350 kilometer dari Timur ke Barat dan 220 kilometer dari

Utara ke Selatan. Jambi memiliki posisi yang sangat strategis yakni

dicekungan sebuah sungai yang memiliki banyak anak sungai, Batang Hari

merupakan sungai utama yang ada di wilayah Kesultanan Jambi. Sungai

16

Marwati Djoened Poesponegoro, Nogroho Notosusanto. Sejarah Nasional

Indonesia V. (Jakarta: Balai Pustaka,1984) hal 1

2

Batang Hari berhulu di pegunungan bukit barisan dan bermuara di

Selat Berhala. Sungai Batang Hari merupakan sungai yang memiliki

kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar di Sumatera yang berkelok

kelok menyusuri wilayah sepanjang 800 kilometer.17

Sungai yang menjadi

anak sungai Batang hari terdiri dari batang Merao, batang Manungkal,

batang Lempur, batang Tabir, batang Merangin, batang Limun, batang

Asai, batang Pelepat, Batang Jujuhan, Batang Bungo, Batang Tebo, Batang

Tembesi, Batang Asam, hingga Sungai Air Hitam.18

Sungai sungai inilah

yang memiliki fungsi vital dalam menghubungkan kawasan ulu dan ilir.

Sungai Batang Hari menjadi urat nadiutama transportasi yang

menghubungkan antar wilayah yang ada di kawasan Kesultanan Jambi.

Masuknya pengaruh Belanda ke wilayah kesultanan Jambi mulai

pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Fachrudin yakni pada tahun

1833, ketika Sultan meminta bantuan kepada Belanda untuk mengusir

bajak laut yang menguasai kawasan penting Kesultanan Jambi yakni di

kawasan Sungai Batang Hari yang menjadi pusat ekonomi pada saat itu.

Pada tahun 1615 Jan Pieterzoon Coen, Gubernur Jenderal VOC, mengirim

dua kapal ke Jambi di bawah pimpinan kepala perwakilan dagang

(opperkoopman) Sterck. Selain tujuan kunjungan untuk memberantas

17

Tirta Utama Sinuhaji, Perdagangan Komoditi Karet Di Daerah Aliran Sungai

Batang Hari Jambi Tahun 1906 – 1942, Skripsi( Departemen Sejarah Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, 2 0 1 6) Hal 1 18

http://jambi.tribunnews.com/2015/02/08/ini-daftar-sungai-di-provinsi-jambi:

diakses pada tgl 18 januari 2018 pukul 20:00 WIB

3

bajak laut juga menyelidiki kemungkinan perdagangan di Jambi.19

Perang

Belanda dengan Inggris untuk merebut hergemoni perdagangan

mengakibatkasn kerugian besar sehingga mempercepat kebangkrutan

VOC.

Masyarakat Kota Jambi adalah masyarakat yang multietnis.

Penduduk asli tinggal bersama dengan para pendatang dalam suatu kota.

Adapun penduduk asli Jambi dibagi menjadi dua, yaitu: Wedoid (Suku

Anak Dalam =Suku Kubu), serta Melayu, yang terbagi lagi menjadi: Proto

Melayu: Suku Bajau, Suku Kerinei,Suku (orang) Batin, dan Deutro

Melayu: Suku Pindah, Orang Penghulu, Orang Melayu Jambi. Sedangkan

pendatang terdiri dari: Suku Bugis, Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau,

Palembang dan masih banyak lagi di samping juga penduduk keturunan

asing yaitu: Arab, Cina dan India,dll. Dapat disimpulkan bahwa penduduk

Jambi heterogen atau multietnis. Kota Jambi yang berkembang secara

special menjadi kota sungai (riverfront city), yang memiliki keunikan

tersendiri. Sungai Batanghari membelah kota Jambi menjadi dua bagian

kota, yaitu: kota yang bekembang dewasa ini dan daerah seberang yang

merupakan enclave orang Melayu.

Geografis yang strategis menjadikan kota Jambi sebagai pusat

perekonomian Jambi. Jalur sungai menjadi hal yang sangat penting dalam

perkembangan kota Jambi masa kesultanan. Perekonomian Jambi pada

19

Ibid, Hal 2-3

4

masa awal lebih mengutamakan pada produk hasil hutan dan emas.

Tercatat pada laporan Tome Pires tahun 1512 komoditi ekspor Jambi

adalah kayu gaharu dan emas. Sejak tahun 1545 Jambi dikenal sebagai

penghasil lada. Saat itu pedagang Portugis telah mengunjungi Jambi untuk

membeli lada, sampai pada awal abad ke 17 permintaan lada dari

pedagang Portugis dan Tiongkok meningkat dengan jumlah besar yang

diekspor melalui pelabuhan Jambi.20

Sejak dimulainya monopoli perdagangan yang langsung dikelola

pemerintahan Belanda menyebabkan bayak perlawanan masyrakat yang

merasa ditekan oleh bangsa kolonial. Perlawanan rakyat Jambi secara

sporadis terus terjadi baik yang dipimpin langsung oleh Sultan Thaha

maupun para panglimanya. Konflik antara rakyat Jambi dan Belanda

berakhir pada tahun 1901 sewaktu Kesultanan Jambi dihapuskan dan di

Jambi diangkat asisten residen yang bertanggung jawab pada Residen

Palembang. Berdasarkan keputusan Ratu Belanda pada tanggal 1 Februari

1905 Jambi menjadi Residen di bawah pemerintah langsung Hindia

Belanda.Penetapan ini menyusul gugurnya Sultan Thaha Saifuddin tahun

1904 di Betung Berdarah dan di makamkan di Muaro Tebo.21

20

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 9 21

Ibid. hal 19-20

5

Sejak tahun 1906 Jambi menjadi Keresidenan tersendiri dengan

ibukota Jambi. Residen pertama yang mernjabat yaitu O.L.Helfrich 22

.

Keresidenan Jambi dibagi dalam 7 afdeeling antara lain: Jambi, Muara

Tembesi, Muara Bungo, Muara Tebo, Bangko, Sarolangun, dan Kerinci.

Kota Jambi saat itu menjadi bagian dari afdeeling Jambi. Kota Jambi itu

sendiri pada masa kolonial memiliki kedudukan sebagai Kotapraja

(eenstadsgemeente) dan menjadi ibukota Keresidenan.23

Pada masa inilah

dimulainya pusat pemerintahan kolonial serta berkembang pesatnya

perdagangan di pelabuhan Jambi yang telah dimulai sejak antara tahun

1500 sampai 1630 yang menjadi pengekspor lada nomor dua setelah

Aceh.24

Sampai dimulainya Keresidenan Jambi pada tahun 1906 yang

berpusat pada tepian sungai Batanghari di Kota Jambi.

Ditarik kesimpulan bahwa sejak masa kesultanan sampai masuknya

pengaruh Belanda, kota Jambi dijadikan pusat pemerintahan dan pesatnya

kemajuan perekonomian terkhusus tepian sungai batanghari sebagai

pelabuhan dagang. Dan yang menjadi permasalahan mendasar adalah

kenapa kota Jambi yang dipilih sebagai pusat pemerintahan?. Sedangkan

pada masa itu banyak kota lain yang berpotensi dijadikan sebagai ibu kota

22

Lihat pada daftar Residen-residen yang memerintah di Jambi dalam asip

daerah provinsi Jambi no 20 : Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C.Petri

dialihbahasakan oleh Ny.S.Hertina Adiwaso dan Budi Prihatna dari Nota Van

Bestuursovergave Van Resident H.L.C.Petri (Kantor Arsip Daerah Provinsi

Jambi,2006 ) hal 57 23

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 51

24

Ibid, hal 11

6

Keresidenan Jambi. Sebagaimana Tembesi merupakan kota yang sangat

berkembang didirikan oleh Belanda dan memiliki pelabuhan yang menjadi

pusat perdagangan.25

Peneliti ingin menggambarkan bagaimana keadaan

Jambi pada masa kolonial. Dari pemaparan latar belakang tadi penulis

ingin mengangkat judul penelitian ini yaitu : Kota Jambi Sebagai Pusat

Pemerintahan Kolonial Dan Pelabuhan Dagang Tahun 1906 - 1942.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut maka yang menjadi rumusan masalah, adalah

berikut:

1 Mengapa kota Jambi dipilih sebagai pusat pemerintahan kolonial

dan pelabuhan dagang tahun 1906-1942 dan Apa saja faktor-faktor

pendukungnya?

2 Bagaimana perkembangan kota Jambi sebagai pusat pemerintahan

kolonial dan pelabuhan dagang tahun 1906-1942?

3 Komoditas apa saja yang diperjual belikan di pelabuhan dagang

kota Jambi tahun 1906-1942?

25

Lihat “ Skripsi RD.Tarmizi Sejarah Kota Tua Peninggalan Belanda Di

Kelurahan Pasar Muara Tembesi Kecematan Muara Tembesi Kabupaten Batnghari

Provinsi Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Institut

Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun 2015”

7

C. Batasan Masalah

Sebelum masuknya VOC dan Belanda dalam urusan dagang hingga

pada masa kolonial, Jambi telah dikenal sebagai pelabuhan pengekspor

lada terbesar kedua setelah Aceh di sumatera antara tahun 1500 sampai

1630. Sejak tahun 1906 keresidenan Jambi dimulai dan kota Jambi

sebagai ibukotanya. Kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial

dan menjadi pusat perdagangan di pinggiran Sungai Batanghari yang

membelah kota Jambi. Serta letak geografis kota Jambi yang mendukung

potensi perkembang suatu kota. Dalam penelitian ini agar tidak melebar

keman-mana pembahasan maka, penulis membatasinya dari Tahun 1906

sampaidengan 1942. Pembatasan ini jelas beralasan karena tahun 1906

merupakan dimulainya pusat pemerintahan kolonial yang menjadi fokusan

penelitian, dan tahun 1942 menjadi tahun runtuhnya Hindia Belanda dan

merosotnya perkembangan pelabuhan kota Jambi.

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitan

a. Untuk mengetahui faktor pendukung kota Jambi sebagai pusat

pemerintahan kolonial dan pelabuhan dagang.

b. Untuk mengetahui kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial

dan pelabuhan dagang.

c. Untuk mengetahui apa saja komoditas dagang yang ada di

pelabuhan dagang kota Jambi.

8

2. Manfaat Penelitian

a. Untuk menjelaskan mengapa kota Jambi sebagai pusat

pemerintahan kolonial dan pelabuhan dagang, faktor penyebab dan

komuditas perdagangan.

b. Dapat memberikan sumbangsih pada pengetahuan sejarah untuk

perkembangan Ilmu Pengetahuan bagi pihak terkait serta kajian

penelitian berikutnya.

E. Tinjauan Pustakan

Tinjauan pustaka merupakan proses membandingkan penelitian

terdahulu dalam melihat kesamaan fokus penelitian serta mencari

pebedaan dengan penelitian yang akan dilaksakan peneliti. Dan inilah

beberapa buku dan penelitian yang mempunyai kesamaan dengan

penelitian ini. Dalam bukunya Marwati Djoened Poesponegoro dan

Nogroho Notosusanto SejarahNasional Indonesia V menjelaskan

bagaimana perjalan VOC yang memonolopoli Perdagangan di Indonesia

yang sampai pada runtunhnya hinga diambil alih oleh pemerintahan

Hindia Belanda.

Dalam Skripsi Tirta Utama Sinuhaji, Perdagangan Komoditi Karet

Di Daerah Aliran Sungai Batang Hari Jambi Tahun 1906 – 1942, seorang

mahasiswa lulusan departemen sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan. Dalam penelitiannya menjelaskan keadaan

9

perdagangan di Jambi serta memaparkan peran aliran sungai Batang Hari

sebagai tranfortasi dalam perkembangan perdagangan di Jambi.

Dalam buku yang disusun oleh DR.Lindayanti M.Hum,dkk

Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah menjelakan keadaan kota

Jambi sebelum dan sesudah datangnya kolonial serta perdagangan semasa

kesultanan serta masa kolonial.

Dalam Skripsi Agus Ridwiyanto Batavia sebagai Kota Dagang

Abad ke XVII sampai abad XVIII, menjelaskan keadaan Batavia yang

berperan sebagai kota dagang pada masa itu. Dari beberpa penelitian diatas

jelas mempunyai perbedaan dengan penelitian ini yang memfokuskan

keadaan kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial dan pelabuhan

dagang yang dibatasi Tahun 1906 hingga 1942. Dimulainya keresidenan

Jambi dengan Afdeeling Jambi pada Tahun 1906 yang menjadi dasar

batasan awal penelitian serta tahun 1942 yang merupakan masa

mundurnya kekuasaan pemerintah Hindia Belanda.

F. Kerangka Teori

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang mana

memerlukan skema berpikir atau kerangka teori dalam menganalis sejarah.

Dalam penelitian ini teori sangatlah penting dalam memandu sejarawan

untuk mendeskripsikan suatu kejadian atau peristiwa sejarah. Dalam hal

ini dasar teori penelitian ini adalah :

Pertama, Teori kekuasaan sosial menurut Robert M. Maclver:

10

“Kekuasaan sosial adalah kemempuan untuk

mengendalikan tingkah laku oraang lain, baik secara langsung

dengan jalan memberi perintah, maupun secara tidak langsung

dengan jalan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia”

(Social power is the capacity to control tehe behavior of others

either directly by fiat or indirectly by the manipulation of available

means).26

Definisi diatas memaparkan mengenai kekuasaan sosial, adanya

kekuasaan biasanya diawali dalam bentuk hubungan. Ada yang memberi

perintah dan ada yang diperintah. Jelas ada kesenjangan atara keduanya,

kutipan diatas memberikan landasan berpikir mengenai penelitian ini. Ada

unsur paksaan untuk mnguasai suatu keadaan dengan berbagai cara, maka

cara yang dimaksud adalah politik yang digunakan sebagai senjata untuk

menguasai.

Kedatangan Belanda pada awalnya sebagai perusahaan dagang

yaitu VOC tetapi berubah niat ketika mereka melihat potensi kota Jambi

untuk memberikan keuntungan lebih pada Belanda. Para kolonial

memberikan bantuan kepada kesultanan Jambi ketika mereka menghadapi

perang dengan Johor dan Palembang. Setelah membantu mereka meminta

suatu perjajnjian dagang yang berujung pada perebutan kekuasaan. Karena

merasa berhutang budi maka kesultanan memenuhi perjanjian itu.

Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya adanya unsur poltik

kekuasaan dalam memposisikan kota Jambi sebagai pusat pemerintahan

kolonial dengan dugaan untuk menguasai seluruh Jambi. Hal ini menjadi

26

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik,(Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2000), hal 35

11

dasar pemikiran penulis dalam melakukan penelitian. Kesemua dugaan

awal ini akan kemudian dijawab pada pembahasan dan temuan dalam

penelitian ini oleh penulis pada bab selanjutnya.

Kedua, Teori Geografis menurut Murthadha Muthahari yaitu:

Ia beranggapan bahwa faktor utama penyebab terciptanya

peradaban dan budaya serta industri adalah lingkungan fisik.27

Lingkungan fisik atau geografis suatu daerah sangat berperan

dalam terciptanya peraban atau dalam menunjang kemajuan peradaban

tersebut. Dasar berfikir pada kutipan teori diatas memberikan sebuah arah

penulis dalam menjadab rumusan masalah penelitian ini. Kota Jambi

memiliki geografis yang sangat mendukung dalam berkembangannya

peradaban. Dilewati oleh Sungai Batang Hari posisi pemukiman kota

Jambi berada ditepian Sungai kiri dan kanan.

Kondisi sejak masa kesultanan bahkan jauh sebelum itu, sungai

sangat berperan dalam transportasi yang menghubungkan seluruh pelosok

Jambi. Ketika keresidenan dibentuk maka kota jambi ditetapkan sebagai

pusat pemerintahan dengan dugaan alasan karena kondisi geografis kota

Jambi. Maka dari itulah teori ini menjadi dasar pemikiran penulis dalam

melakukan penelitian ini.

27

Sulasman.,Metodologi Penelitian Sejarah,(bandung:Pustaka Setia,2014), hal

162

12

Ketiga,Teori Ekonomi munurut Murthadha Muthahari yaitu

beranggapan bahwa ekonomi merupakan faktor penggerak sejarah.28

Teori ini berpendapat bahwa ekonomi mempunyai peran dalam penentu

gerak sejarah. Sesuai dengan penelitian ini Kota jambi sebagai pelabuhan

dagang yang aktif yang menetukan kemajuan ekonomi masyarakat di Kota

Jambi pada masa itu. Serta banyak macam komoditi yang diperjual belikan

di Jambi menjadikan perkembangan ekonomi masa itu sangat pesat. Dari

pengaruh ekonomi ini dapat menggambarkan keadaan kota Jambi dibawah

pemerintahan kolonial. Melihat potensi pelabuhan yang berada di kota

Jambi, menjadi alasan kuat untuk menetapka kota Jambi sebagai pusat

pemerintahan kolonial.

Selanjutnya diperkuat Teori Keempat yang dikemukakan oleh Karl

Mark (1818-1883): menurutnya perubahan dalam sejarah yang

menentukan secara matrealistis penguasaan cara berproduksi, menentukan

kelas, dan pola pikiran yang akan berkuasa pada suatu saat tertentu, serta

pertentangan terus-menerus di antara kelas, pada akhirnya akan

dimenangkan oleh pihak proletariat.29

Teori ini dinamakan teori histiries

materealisme. Teori dapat membantu menggambarkan peristiwa Kota

Jambi yang dimonopoli perdagangannya oleh Belanda dan menjadi pusat

pemerintahannya yang dibentuk setelah berakhirnya kesultanan Jambi

yang menggugurkan para pahlawan Jambi.

28

Ibid, hal 163 29

Ibid, hal 165

13

Berdasarkan pemikiran diatas akan membantu penulis dalam

menjawab bagaimana perkembangan Kota jambi masa pemerintahan

kolonial. Kesemua teori diatas menjadi tolak ukur penelitian ini dan

sebagai landasan dalam mendeskripsikan sejarah, karena penelitian ini

merupakan penelitian sejarah. Beberapa teori diatas sangatlah membantu

peneliti dalam mengkontruksi sejarah Kota Jambi sebagai pusat

pemerintahan dan Pelabuhan Dagang tahun 1906 – 1942.

14

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan

untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain,

metode adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.

Metode dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita gunakan

untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri

adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan

peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan

peristiwa dan situasi lain.30

Secara umum, dapat dimengerti bahwa penelitian sejarah

merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi

mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Penelitian

sejarah banyak sekali macamnya. Akan tetapi, secara umum ada empat

jenis, yaitu penelitian sejarah komparatif, penelitian yuridis (legal),

penelitian biografis, dan penelitian bibliografis.31

Penelitian ini termasuk

pada jenis penelitian biografis. Penelitian biografis merupakan penelitian

yang mengunakan metode sejarah untuk meneliti kehidupan seseorang dan

30

Deddy Mulyana,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya,2004), hal 145 31

Sulasman, Metode Penelitian Sejarah,( Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal 86

15

hubungannya dengan masyarakat. Dalam penelitian ini diteliti

sifat-sifat, watak, pengaruh, baik pengaruh lingkungan maupun pengaruh

pemikiran dan ide dari subjek penelitian pada masa hidupnya, serta

pembentukan watak figur yang diterima selama hayatnya. Sumber-sumber

data sejarah untuk penelitian biografis, antara lain surat-surat pribadi, buku

harian, hasil karya seseorang, karangan-karangan seseorang tentang figur

yang diselidiki ataupun catatan-catatan teman dari seorang yang diteliti.32

Semua penelitian memerlukan studi pustaka. Walaupun orang

sering membedakan antara riset kepustakaan (library research) dan riset

lapangan (field research),keduanya tetap memerlukan penelusuran

pustaka. Perbedaannya yang utama hanyalah terletak pada tujuan, fungsi

dan/atau kedudukan studi pustaka dalam masing-masing penelitian itu.33

Penulis menggunakan metode penelitian pustaka. Dalam penulisan ini

penulis menggunakan metode sejarah dengan melalui beberapa tahap-

tahap penelitian guna mendapatkan tulisan yang akurat. Metode sejarah

adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan jejak-

jejak peninggalan dimasa lampau.34

Sebelum melakukan rekonstruksi serta

menuliskannya ke dalam sebuah historiografi, terlebih dahulu perlu

menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan jejak-jejak

32

Ibidhal 87 33

Metika Zed, Metode penelitian Kepustakaan,(Jakarta: yayasan obor Indonesia,

2004), hal 1 34

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI

Press, 1985),hal 39

16

peninggalan sejarah tersebut. Dalam pengimplementasiannya, metode

sejarah menggunakan empat tahapan pokok, yaitu heuristik, kritik,

interpretasi, dan historiografi.

B. Heuristik

Secara sederhana Heuristik merupakan proses mengumpulkan data

yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Menurut Lucey,

kesaksian (testimoni) atau informasi yang diperlukan dalam kegiatan

penelitian dan penulisan sejarah menyangkut beberapa hal sebagai

berikut:35

1. Apa yang telah dipikirkan,dirasakan,dikatakan,dan dilakukan oleh

manusia, baik sebagai individu atau sebagai anggota

masyarakat?dalam hal ini sejarawan akan memperoleh informasi

tentang apa yang telah terjadi dang mengapa bisa terjadi.

2. Faktor-faktor dan tenaga apa yang berperan ketika suatu peristiwa

sejarah berlangsung? Keadaan–keadaanseperti apa yang

mengondisikan timbulnya suatu peristiwa sejarah? Apa akibat dari

suatu keputusan, reaksi atas keputusan, dan hasil-hasil yang telah

dicapai oleh para pelaku sejarah?

Dalam hal ini, peneliti telah melakukan studi arsip dan studi

pustaka. Studi arsip awalnya dilakukan dengan mengunjungi Kantor Arsip

35

Muhammad Arif, Pengantar Kajian Sejarah. (Bandung: Yrama Widya, 2011),

hlm.33

17

Daerah Provinsi Jambi di Jalan Ade Irma Suryani Nasution. Pada

kunjungan keArsip Daerah Provinsi Jambi peneliti mendapatkan berbagai

data yang memberikaninformasi yang berguna bagi penulisan, beberapa

diantaranya: Over Djambi (tentang Jambi), Staatsblad Van Nederlandsch-

Indie dan arsip-arsip mengenai penundukan Jambi oleh Belanda.

Tahapan ini merupakan langkah awal dalam metodologi sejarah,

guna mengumpulkan seluruh sumber yang akan dijadikan bahan penelitian

ini. Penelitian ini merupakan kajian pustaka yang keseluruhan data didapat

dari sumber tertulis. Pada tahap Heurustik hal yang harus diperhatikan

adalah apa saja yang dapat dijadikan sebagai data untuk melakukan

penelitian sejarah.

1. Sumber Sejarah

Sumber sejarah dapat ditemukan diberbagai tempat sesuai dengan

topik seorang peneliti sejarah. Beberapa definisi para ahli tentang

pengertian Sumber sejarah yaiut Helius Sjamsuddin menyebutkan bahwa

“Sumber sejarah merupakan segala sesuatu yang lansung ataupun tidak

langsung menceritakan tentang kenyataan atau kegiatan manusia pada

masa lalu”. Sedangkan menurut R. Moh Ali ”sumber sejarah adalah segala

sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian

Sejarah Indonesia sejak zaman purba sampai sekarang”.36

36

Sulasman, Metode Penelitian Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal 95

18

Dapat disimpulkan sumber sejarah merupakan segala sesuatu

bentuk warisan sejarah yang berbentuk lisan, tertulis sampai visul yang

merupakan fakta sejarah guna mencari kebenaran sejarah. Secara garis

besar sumber sejarah terbagi atas 3:37

Sumber material atau kebendaan,

Sumber immaterial atau nonkebendaan, Sumber lisan. Dari ketiga jenis

sumber sejarah, penelitian ini merupakan kajian pustaka yang mana

memakai sumber sejarah yang berupa materian atau kebendaan yang

terdapat dalam dokumen tentang kolonial di Jambi,Arsip daerah, atlas atau

peta kolonial yang menjadi data awal peneliti dalam mengembangkan

penelitian ini.

2. Sumber Primer dan Sumber Sekunder

Sumber primer yang dimaksud adalah kesaksian dari seorang

pelaku sejarah atau orang yang menyaksikan peristiwa sejarah yang

sezaman dengan peristiwa tersebut. Dalam penelitian ini ada beberapa

Arsip yang ditulis oleh Residen yang menjabat pada pemerintahan

kolonial pada rentan tahun 1906-1942. Kesaksian darinya pada peristiwa

sejarah kolonial di Jambi dapat digolongkan sumber primer dalam

penelitian ini. Ada juga kumpulan staatsblad (surat-surat putusan ratu

belanda) tentang pembentukan keresidenan Jambi.

37

Suhartono, Teori & Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2006) hal

32

19

Sumber sekunder yang dimaksud adalah berupa tulisan atau

penelitian yang memiliki isi yang searah, penelitian-penelian ini dapat

dijadikan sumber pendukung dalam penelitian ini.

C. kritik sumber.

Kritik ini dilakukan agar mengetahui apakah datayang didapatkan

benar-benar asli, ataukah sudah dirubah isi-nya, dan juga bisadilakukan

sebuah perbandingan jika sumber yang berbeda menyebutkan hal

yangsama, ataupun hampir sama. Tujuan dilakukannya tahapan ini agar

semua sumber dinyatakan kebenarannya sebagai sumber sejarah.Kritik

sumber dilakukan dengan dua cara yaitu kritik kritik ekstern danintern.38

1. Kritik ekstern

Kritik ekstern dilakukan untuk memilah apakah dokumen itu

diperlukan atau tidak, serta menganalisis apakah dokumen yang telah

dikumpulkan asli atau tidak dengan mengamati tulisan, ejaan, jenis kertas

serta apakah dokumen tersebut masih utuh isinya atau sudah di ubah

sebahagian. Dari penelitian ini sumber terkait banyak menggunakan

bahasa Belanda yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Ada

beberapa arsip yang ditemukan peneliti masih menggunakan ejaan lama.

a. Autensitas

38

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah,( Yogyakarta: Yayasan Bentang

Budaya, 1995), hal. 99

20

Sumber Sejarah (catatan harian,surat,buku) adalah autentik atau asli jika

benar-benar merupakan hasil dari seseoranjg yang dianggap pemiliknya

atau jika kesaksiannanya itu benar. Sumber yang didapat pad

apenelitian ini merupakan dokumen negara atau arsip daerah berisikan

catatan-catan penting pada masa kolonial. Arsip-arsip ini kebayakan

berbahasa belanda, tetapi telah dialih bahasakan kebahasa Indonesia.

Hal ini memudahkan penulis untuk menganalisa arsip sebgai sumber

sejarah.

b. Deteksi Sumber Palsu

Setelah melalui tahap sebelumnya maka yang harus dilakukan penelis

adalah mendeteksi dokumen-dokumen yang didapat atas keasliannya.

Dengan menganalisa beberapa kriteria, mulai dari bentuk atau kritik

fisik yang melihat secara kasat mata tentang dokumen. Melihat kertas

yang digunakan, tinta, jenis tulisan, dan menganalisa isi yang mungkin

bertentang dengan sumber lain atau kedengaran asing dari sumber

umumnya.

2. Kritik intern

Kritik Intern yaitu suatu langkah untuk menilai isi dari sumber-

sumber yang telah di kumpulkan.Hal ini bertujuan untuk mendapatkan

kredibilitas sumber atau kebenaran isi dari sumber tersebut. Sumber-

sumber yang dikumpulkan sebagai bahan penelitian merupakan arsip yang

dijamin oleh negara atas kebenarannya.

21

D. Interpretasi

Interpretasi adalah yang memuat analisis dan sintesis terhadap data

yangtelah di verifikasi (di kritik). Pada tahapan ini, peneliti dituntut untuk

melakukan penafsiran fakta lalu kemudian membandingkannya serta

mengelompokkannya berdasarkan daftar isi yang ada sebelum

mendapatkan kesimpulan lalu kemudian menceritakannya kembali

kedalam sebuah bentuk tulisan (historiografi).39

Interpretasi dalam sejarah juga diartikan sebagai penafsiran suatu

peristiwa atau memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa.

Dapat menginterpretasikan fakta dengan kejelasan yang objektif, harus

dihindari penafsiran yang bersifat subjektif dengan penulisan yang

memihak. Dan proses interpretasi harus bersifat selektif dengan

memasukan hal yang dianggap penting dalam mendiskrifsikan sejarah

karena tidak mungkin semua cerita dapat dimasukkan agar penulisan

relevan dengan topik atau judul dari penelitian ini. Menurut Garraghan,

ada lima jenis interpretasi, yaitu sebagai berikut 40

:

1. Interpretasi verbal, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor,

yaitu bahasa, perbendaharaan kata (Vocabulary), tatabahasa,

konteks, dan terjemahan.

39

Ibid, hal. 100 40

Sulasman, Metode Penelitian Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal 118

22

2. Interpretsasi teknis, didasarkan pada dua pertimbangan, yaitu

tujuan penyusun dokumen dan bentuk tulisan persisnya. Tujuan

adalah penulis dokumen semata-mata bertujuan menyampaikan

informasi, melainkan ada tujuan lainnya.

3. Interpretasi logis, yaitu interpretasi yang didasarkan atas cara

berfikir logis. Artinya, berdasarkan cara berfikir yang benar.

Jadi penafsiran sebuah dokumen secara keseluruhan berisi

gagasan yang logis.

4. Interpretasi psikologis, yaitu interpretasi tentang dokumen yang

merupakan usaha untuk membacanya melalui kacamata

pembuat dokumen untuk memperoleh titik pandangnya.

Interpretasi ini berhadapan dengan kehidupan mentalitas

pembuat dokumen yang menyangkut dua aspek, yaitu general

(umum) dan individual. Aspek umum artinya mentalitas yang

berlaku untuk semua orang, sedangkan yang bersifat individual

artinya mentalitas khusus pembuat dokumen

yangmempengaruhi tulisannya sehingga jejaknya dapat dilihat

dalam karya yang ditulisnya.

5. Interpretasi faktual, tidak didasrkan atas kata-kata, tetapi

terhadap fakta. Titik beratnya adalah membiarkan fakta

“berbicara” sendiri, tanpa perlu membuat interpretasi macam-

macam, sehingga interpretasi faktual bisa dikatakan mengatasi

23

lainnya. Mengingat kemungkinan untuk melepaskan diri dari

unsur subjektif seperti yang disebutkan diatas, jelas bahwa

seorang peneliti sejarah harus berusaha sekeras-kerasnya untuk

menghindarkan dari unsur tersebut.

E. Histotiografi

Pada tahapan ini bertujuan agar fakta-fakta yang telah ditafsirkan

dan didapat baik secara tematisataupun kronologis dapat dirangkai sesuai

outline yang telah dirancang sebelumnya sehingga menjadi tulisan yang

kritis analisis, serta bersifat ilmiah sehingga tahapakhir penulisan ini dapat

dituangkan kedalam bentuk sebuah skripsi. Historiografi juga merupakan

rekaman tentang segala hal yang dicatat ketika melakukan semua tahap

dimulai dari heuristik dengan mengumpulkan semua bahan atau data-data

penelitian, setelah itu mengkritik bahan tersebut guna mendapatkan

sumber yang kredibel, dilanjutkan dengan penafsiran atau interpretasi

yang menganalisa sumber dan memantapkan teori yang dipakai dalam

melakukan penelitian dan tahap historiografi menjadi tahap akhir untuk

menuangkan hasil penelitian dalam bentuk penulisan yang telah diatur

secara sistematis.

Bagi penulisan sejarah yang sangat sulit direalisasikan adalah sikap

netral dan objektif dalam menulis. Penulisan sejarah sangat berpengaruh

pada masa atau genersi selanjutnya. Jadi dalam melakukan penelitian

sejarah jangan sampai penulis memasukan sumber sejarah yang tidak

24

kredibel atau bahkan menulisnya dalam pandangan yang tidak objektif dan

memiliki kepentingan tersendiri. Ibu khaldun mengatakan beberapa faktor

kelemahan penulisan sejarah yang mengarah pada subjektifitas, yaitu:

1. Sikap pemihakan pada mazhab-mazhab tertentu.

2. Sejarawan terlalu percaya pada penulis berita sejarah.

3. Sejarawan gagal menangkap maksud-maksud apa yang dilihat

dan didengar serta menurunkan laporan atas dasar persangkaan

keliru.

4. Sejarawan memberikan asumsi yang tidak beralasan terhadap

sumber berita.

5. Ketidak tahuan sejarawan dalam mencocokkan kedaan dengan

kejadian yang sebenarnya.

6. Kecenderungan sejarawan untuk mendekatkan diri kepada

penguasa atau orang berpengaruh

7. Sejarawan tidak mengetahui watak berbagai kondisi yang

muncul dalam peradaban.

Sekiranya 7 unsur ini ada dalam sebuah karya, maka akan juga

berpengaruh terhadap tulisan selanjutnya.41

F. Jadwal Penelitian

Penelitian ini sebagai syarat guna menyelesaikan studi penulis pada

jurusan Sejarah Peradaban Islam. Tahapan awal dalam mengajukan

41

Ibidhal 148-149

25

penelitian ini, penulis menetukan tema dan judul penelitian selanjutnya

diserahkan pada pihak jurusan agar dapat dilanjutkan pada proses

penelitian. Maka pihak jurusan memberikan dosen pembimbing agar dapat

mengarahkan penelitian ini.

Kemudian penulis mengajukan proposal skripsi sesuai dengan

judul yang telah diajukan. Dengan berkonsultasi pada kedua dosen

pembimbing yang telah ditentukan, peneliti mengadakan seminar proposal

guna mempresentasikan tahap awal penelitian. Setelah judul skripsi ini

disahkan, maka peneliti mengadakan analisis dengan metode sejarah

untuk memperivikasi seluruh hasil penelitian ini untuk menjawab rumusan

permasalahan penelitian.

Setelah melakukan beberapa kali perbaikan dengan arahan kedua

pembimbing, maka penulis mengajukan skripsi ini dapat menuju ujian

sidang munaqosah. Hasil setelah ujian munaqosah dilanjutkan dengan

26

perbaikan dan dapat disahkan guna menyelesaikan studi pada

jurusan Sejarah Peradaban Islam.

27

Tabel 1.1 : Jadwal Penelitian

NO Kegiatan

Bulan

Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 Pengajuan

judul

proposal

2 Pengajuan

dosen

pembimbing

3 Pembuatan

Proposal

4 Bimbingan

proposal

5 Pelaksanaan

Seminar

6 Penmgesahan

Judul Sripsi

7 Penyusunan

data

8 Bimbian

Skripsi

9 Munaqosah

dan perbaikan

28

BAB III

SEJARAH KOTA JAMBI 1906-1942

A. Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah Kota Jambi

Diperkirakan pada akhir ke-15, tambo rakyat Jambi menceritakan

bahwa pada suatu hari terdamparlah perahu seorang pedagang besar dari

keturunan raja Turki di Pulau Berhalo. Rakyat mengangkatnya menjadi

syahbandar, atau penguasa lautan dan bergelar Datuk Paduka Berhalo.

Kemudian Datuk Paduka Berhalo kawin dengan ratu Negeri Jambi yang

menguasai daerah seberang Sungai Batang Hari, bernama Putri Selaro

Pinang Masak dan lahirlah empat orang anaknya yaitu: Rangkayo Pingai,

Rangkayo Hitam, Rangkayo Kedataran, Rangkayo Gemuk (perempuan).28

Setelah Datuk Paduko Berhalo meninggal dunia, Putri Selaro

Pinang Masak menyerahkan kepemimpinan Jambi kepada anak sulungnya

Orang Kayo Pingai, kemudian Orang Kayo Pedataran dan tahun 1500

Jambi dipimpin oleh Orang Kayo Hitam. Keturunan Orang Kayo Hitam

inilah yang kemudian mewarisi tahta Kerajaan Jambi sampai kemasa

28

Lukman Rachman dkk,Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan

Imprealisme Di Jambi, Arsip Daerah Jambi No 503 (Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek-Proyek dan

Dokumentasi Sejarah Nasional,1983/1984)hal 22

29

Kesultanan.29

Orang Kayo hitam diangkat menjadi raja Jambi

setelah perlawanannya terhadap Mataram dengan menghentikan

pengiriman upeti

kepada kerjaan Mataram. Selanjutnya Orang kayo Hitam

melakukan perjalanan untuk mecari ilmu kesaktian ke Muara Tembesi.

“...Orang Kayo Hitam mudik menyusuri sungai Batanghari dengan

maksud untuk mencari orang gagah, dengan pengertian untuk

mencari ilmu kesaktian da ilmu keagamaan, ketika sampai di

Muara Tembesi yaitu pertemuan antar sungai Batanghari dengan

sungai Tembesi maka Orang kayo Hitam mengambil air yang

mengalir...setela kedua air sungai ditimangnya serentak maka

tersa oleh Orang Kayo Hitam air yang mengalir di sungai Tembesi

lebih berat dibandingkan dengan air yang mengalir dari sungai

Batanghari maka berkatalah Orang Kayo Hitam didalam sungai

Tembesi ini (maksudnya/dimudik sungai) ada orang gagah...”30

Makasampainya Orang Kayo Hitam di Tembesi ia berjumpa

dengan Temenggung Merah Mato dan saudaranya Temenggung Temantan

yang menjadi Raja Tembesi. Disanalah Orang Kayo Hitam bertemu

dengan Putri Mayang mengurai dan mereka menikah. Setelah menikah

mereka pergi meninggalkan Tembesi menuju hilir sungai Batanghari.

Temenggung Merah Mato memerintahkan Orang Kayo Hitam agar

mendirikan negeri sendiri.

29

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 25 30

Abdullah, Riwayat Asal Ditemukannya “Tanah Pilih” (Pedalaman Lama /

Kota Jambi dan Pembagian kalbu/Bangsa 12) Oleh Orang kayo Hitam 1500 M- 1515

M,Arsip Daerah Jambi No 90(Yayasan Tanah Pilih Jambi,1995) hal 1

28

“Janganlah pulang ke negeri, alangkah baik kalau anaknda

mencari tempat yang baik membuat negeri,...kalau anaknda akan

berangkat nanti, mamanda akan menghayutkan dua ekor itik...kalau nanti

itik itu berhenti dimanapun tempatnya itik itu naik mupursampai tiga hari,

maka disitulah tempat yang baik membuat negeri,...disebelah hilir

kampung JANGGA yang berdekatan dengan Kampung Tandang, dua ekor

itik itu naik kedarat,...Orang Kayo Hitam mengambil beliung untuk

menebang kayu, kapakkan beliung pertama terkapaklah sebuah meriam

yang terbuat dari besi, oleh Orang Kayo Hitam meriam itu disebut

sebagai “SI JIMAT” dan pada kapakan yang kedua terkapaklah pula

sebuah gung yang terbuat dari tembaga, maka oleh Orang Kayo Hiyam

gung itu diberi nama “GUNG SITIMANG”...sehingga negeri itupun jadi

dan ditunggu orang banyak, maka oleh banyak orang di situ

dinamakanlah tempat dengan nama “TANAH PILIH”.31

Begitulah awal mula sejarah berdirinya Tanah Pilih yang selanjutnya

berkembang menjadi Kesultanan Jambi yang sekarang menjadi Kota

Jambi dan menjadi ibu kota Provinsi. Berikut nama-nama Raja Jambi

tahun 1460 s/d tahun 1904:

a. Tahun 1460 – Puteri Selaras Pinang Masak / Datuk Paduko Berhalo

b. Tahun 1480 – Orang Kayo Pingai

c. Tahun 1490 – Orang Kayo Pedataran

d. Tahun 1500 – Orang Kayo Hitam

31

Ibidhal 7-8

29

e. Tahun 1515 – Pangeran Hilang Diair biasa disebut Panembahan

Rantau Kapas

f. Tahun 1540 – Panembahan Rengas Pandak

g. Tahun 1565 – Penembahan Bawah Sawah

h. Tahun 1590 – Panembahan Kota Baru

i. Tahun 1615 – Pangeran Kedah gelar Sultan Abdul Kahar

j. Tahun 1643 – Pangeran Depati Anom gelar Sultan Abdul Djalil,

biasa disebut Sultan Agung

k. Tahun 1665 – Raden penulis gelar Sultan Abdul Mahji biasa

disebut Sultan Ingologo

l. Tahun 1690 – 1). Kijai Singo Patih gelar Sunan Abdul Rachman

2). Raden Tjulip (Djulat) gelar Sunan Ingologo

m. Tahun 1696 – Sultan Mochamad Syah

n. Tahun 1740 – Sultan Seri Ingologo

o. Tahun 1770 – Pangeran Purbo Suto Widjoyo gelar Sultan Anom

seri Ingologo, biasa disebut Sultan Zainuddin

p. Tahun 1790 – Pangeran Ratu gelar Sultan Agung Seri Ingologo

biasa disebut Mas’oed Badaroedin

q. Tahun 1812 – Raden Denting gelar Sultan Agung Seri Ingologo

biasa disebut Sultan Mohammad Mahidin, Raja Jambi ini beristeri

sala seorang dari Puteri dari Raja Palembang yang disebut Ratu Ibu

(Putri Ayu)

30

r. Tahun 1833 – Raden Muhamad (Pangeran Ratu) gelar Sultan

Muhamad Pahrudin biasa disebut Sultan Keramat

s. Tahun 1841 – R.A. Rachman (Pangeran Ratu) gelar Sultan Abdul

Rachman Nasaroedin

t. Tahun 1855 – Pangeran Djajaningrat (P. Ratu) gelar Sultan Taha

Syaifuddin

u. Tahun 1858 – Raden Achmad gelar Sultan Achmad Nasaroedin

biasa disebut Sultan Bajang

v. Tahun 1881 – Sultan Achmad Mahidin

w. Tahun 1886 – Pangeran Soerio gelar Sultan Achmad Zainuddin

Keterangan :

1). Sunan yang berkedudukan di Bangundjaja (Ma. Tebo)

2). Sunan yang berkedudukan di Bukit Serpeh (Marga Sumai Ma. Tebo)

Sultan yang diangkat dan disyahkan oleh Gubernemen Belanda. Ada

derajat kesultanan tetapi tidak Penuh Berkuasa dari itu disebut Sultan

Bayang. Menurut pandangan Rakyat Umum kerajaan Djambi, bahwa Raja

Jambi yang terakhir (1855 – 1904) dan yang syah ialah Sultan Taha ratu

Syaifuddin, lain dari itu Sultan Bayang.32

32

Ibid dalam lampiran

31

B. Kolonialisme di Jambi

Pada tahun 1687 Belanda membantu Kesultanan Jambi atas

serangan yang dilakuan oleh kesultanan Palembang dan Johor. Maka

Belanda membuka Loji (Perusahaan) dagangnya lagi pada tahun 1707 di

Muara Kumpeh. Merasa dirugikan dengan segala bentuk perjanjan yang

dibuat belanda,maka pada tahun 1833 Jambi melakukan penyerbuan

pertama ke Rawas dan akhirnya harus mengakui kekuatan Belanda. Atas

penyerangan itu maka dibuatlah kontrak yang menyatakan mengakui

kekuasaan Belanda. Dan pada tahun 1834 belanda membuat kontrak yang

berisikan memonopoli garam di Jambi.33

Adapun si Kontrak sebagai

berikut :”...bahwa kami akan mengadakan monopoli garan di Jambi, dan

hak impor – ekspor pada kami. Sultan dan Putra Mahkota akan menerima

ƒ. 8.000,- setahun sebagai pengganti kehilangan hak memungut.”34

Semula kontrak pertama antara Jambi dan Belanda hanyalah

sebatas perjanjian dagang justru merugikan jambi dan berakhir dengan

penjajahan oleh Belanda. Dengan politik yang licik, maka belanda telah

memperkuat kedudukan di Jambi melalui perjanjian yang telah dibuat.

Keadaan ini bertahan sampai Sultan Thaha naik tahta pada tahun 1855,

beliau menolak segala bentuk perjanjian yang telah dibuat oleh sultan

terdahulu.

33

Rookmaker, Over Djambi (Tentang Jambi) dialihbahasakan dan disunting

oleh: NY.s.Hertini adiwoso dan Budi prihatna,(Kantor arsip daerah provinsi Jambi No

13,2007) hal 1-2 34

Ibidhal 2

32

Beberapa utusan dikirm untuk menghadap sultan, pertama pada

bulan september 1857 oleh Residen Couperus dari Palembang ke Jambi

untuk melakukan pembaharuan Kontrak, setelah itu pada maret 1858.

Disamping itu Pangeran Ratu gelar sultan thaha telah meminta bantuan

kepada Sultan Turki lewat singapur. Karena tak ada jawaban baik dari

sultan maka pada bulan september 1858 Belanda mengirim ekpedisi

dengan disertai ultimatum 2x 24 jam untuk menyetujui kontrak baru. Jika

sultan menolak maka akan diturunkan dari tahta. Belanda melakukan

penyerbuan karena tak ada tanggapan dengan peringatan tersebut

makabeliau diturunkan dari tahta dan terjadinya peperangan. Pangeran

Ratu melarikan diri kehulu Jambi.35

C. Sultan dan Kekuasaan Belanda

Pada tahun 1858 Sultan akhnad nazaruddin (Sultan Bayang I)

diangkat oleh Belanda menjadi sultan menggantikan Sultan Thaha. Maka

perjanjian yang sebelumnya ditentang oleh Thaha akhirnya diperbaharui.

Sementara itu Sultan Thaha terus melakukan pemberontakan dan

perlawanan atas penjajahan Belanda. Namun tetap bahwasanya Sultan

hanya sebagai bangsawan dan kekuasaan dipegang oleh Belanda. Setelah

wafatnya Sultan Nazaruddin pada tahun 1880 maka sultan selanjutnya

digantikan oleh sultan mahidin (1881-1885).

35

Ibid hal 33

33

Pada bulan April 1885 Sultan Mahidin wafat, akan tetapi tidak

langsung digantikan oleh Pangeran Ratu yg dinobatkan kepada Pangeran

Suryo yang tak lain adalah saudara tiri Sultan Thaha, untuk sementara

Pemerintahan dipegang oleh dewan komisi. Karena situasi politik yang

tidak aman memaksa Pemerintah Kolonial untuk mengadakan pertemuan

membahas pengangkatan Sultan yang baru pada bulan juli 1886 di Jambi.

Akhirnya Pangeran Suryo diangkat menjadi Sultan bergelar Sultan

Akhmad Zainuddin (1886 – 1899). Setealah mudurnya Sultan Akhmad

Zainuddin Residen Belanda Di Palembang diserahi untuk menguasai

Jambi pada tahun 1901.36

Pada bulan mei 1901 kelompok dari tembesi hulu dan batang asai

menyerang kediaman controleur di Sarolangun/Rawas, yang dapat dihalau

oleh Belanda. Penyerangan ini merupakan salah satu bentuk perlawanan

Sultan Thaha dan pengikutnya dalam menolak segala bentuk urusan

dengan Belanda. Dan Pada bulan April 1904 Sultan Thaha wafat karena

diserang ditempat Persembunyiannya di Batang Hari Hulu. Beliau

Dikebumikan di Muara Tebo. 37

36

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 46-47 37

Rookmaker, Over Djambi (Tentang Jambi) dialihbahasakan dan disunting

oleh: NY.s.Hertini adiwoso dan Budi prihatna,(Kantor arsip daerah provinsi Jambi No

13,2007) hal 45

34

BAB IV

KOTA JAMBI 1906 – 1942

A. Kota Jambi Sebagai Pusat Pemerintahan Kolonial (1906 – 1942)

Sejak tahun 1901 wilayah kesultanan Jambi masuk pada

Keresidenan Palembang. Setelah gugurnya Sultan Thaha pada tahun 1904

dalam perlawanannya terhadap Belanda, maka Kesultanan dikuasai

sepenuhnya oleh Belanda. Karena tidak ada lagi perlawanan yang terlalu

merepotkan belanda setelah gugur Thaha, Belanda mulai menyusun

persiapan pembentukan Wilayah Jambi menjadi Keresidenan.

Gambar 1.1 Pangeran Ratu Martaningrat menyerah ke Belanda

tahun 1903.

Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:KapitulationJambi_Mar

taNingrat-OLHelfrich_19040326.jpeg

35

Pada Bulan desember 1903 pangeran Ratu menyerahkan Jambi

secara resmi kepada pemerintahan Belanda dan bertempat tinggal di

ibukota Jambi. Dan pada bulan Februari 1904 ia menyerahkan keris Singa

Merjaya, lambang jabatannya sebagai rajamuda kepada Residen

Palembang. Bersamaan itu juga menyerahkan keris Siginjai, kedua pusaka

ini sekarang berada di Museum Batavia.Menyusul penyerang terhadap

persembunyiannya di Batang Hari ulu dan kemudian wafat dan

dikebumikan di Muaro Tebo.38

Berdasarkan keputusan kerajaan Belanda pada 1 februari 1906

menggabungkan daerah Kerinci menjadi bagian dari Jambi yang

merupakan bagian Sumatra Barat. Putusan ini berdasarkan Staatsblad

Hindia Belanda 1906 no. 187:

”...Menimbang bahwa mutlak diperlukan untuk daerah bekas

Kerajaan Jambi, juga dengan daerah Keinci, dibawah pemerintahan

langsung Gubernemen Hindia Belanda,dan bahwa dalam hubungan

itu harus beralih dengan pembentukan daerah baru dalam Hindia

Belanda...Untuk sementara waktu bagian Jambi, Residen

Palembang dikukuhkan dengan uraian yang jelas dalam Surat

Keputusan Jenderal Hindia Belanda,... daerah Kerinci disatukan,

dijadikam residen dengan meyandang nama Jambi.39

Berdasarkan putusan diatas maka Jambi terbentuk menjadi

Keresidenan sejak Tahun 1906. Adapun nama – nama Residen yang

memimpin di Jambi sebagai berikut:

38

Ibid hal 45 39

Kumpulan Staatsblad van nederlandsch-Indie Tentang Jambi dialihbahasakan

dan disunting oleh : Hertini dan Budi( Arsip Daerah Provinsi Jambi No:03) hal 1

36

1. O.L. Helfrich tahun 1906 – 1908

2. A.J.N. Engeleberg tahun 1908 – 1910

3. Th.A.L Heyting tahun 1910 – 1913

4. A.L. Kamerling tahun 1913 – 1915

5. H.C.E. Qwaast tahun 1915 – 1918

6. H.L.C. Petri tahun 1918 – 1923

7. C. Poorman tahun 1923 – 1925

8. G.J. Van Dongen tahun1925 – 1927

9. H.E.K. Ezerman tahun 1927 – 1928

10. J.R.F. Versohoor Van Nosse tahun 1928 – 1931

11. W. TainBuch tahun 1931 – 1933

12. Ph. J. Van Der Meulan tahun 1933 – 1936

13. M. J. Ruyschaver tahun 1936 – 1940

14. Reunvers tahun 1949 – 1942. 40

Sejak Tahun 1906 Jambi telah menjadi Keresidenan tersendiri

dengan Ibukotanya yaitu Jambi. Kota Jambi masa Kolonial Belanda

memiliki Kedudukan sebagai KotaPraja (eenstadsgemeente).41

Adapun

putusan yang mengatur tentang gaji, tunjangan representasi dsb, semua itu

diatur dalam Staatblad Hindia Belanda No 239 berbunyi sebagai berikut:

“...Pertama:...ditetapkan gaji sebesar ƒ. 1.250 (seribu dua

ratus lima puluh gulden) se-bulan,dan menikmati fasilitas tempat

40

Dalam Arsip daerah Jambi No : 38 tentang Pemerintahan Penjajahan

Belanda 41

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 51

37

tinggal dengan Cuma-Cuma...kedua : Ditetapkan bahwa Residen

Jambi bertempat tinggal di Jambi... Ketiga : Merujuk peraturan

sementara, kepada Residen Jambi diberi tunjangan biaya

representasi sebesar ƒ. 50 (lima puluh gulden) se-bulan...Keempat :

Ditetapkan, bahwa keputusan ini berlaku bersamaan dengan

Keputusan Kerajaan, tanggal 1 Februari 1906 No. 54 (Staatblad

No. 187)”42

Dari keputusan ini juga menetapkan Bahwa Kota Jambi sebagai

pusat pemerintahan. Dalam penetapan Kota Jambi sebagai Ibukota

Keresidenan bukan tidak beralasan, beberapa Faktor yang menentukan

keputusan ini menjadi alasan dalam pengambilan keputusan Belanda untuk

memilih Kota Jambi. Adapun hal itu sebagai berikut:

1. Faktor Politik

Pada masa awal kedatangan Belanda ke Jambi hanya pada

keperluan perdagangan, dimulai dengan masuknya perusahaan dagang

yaitu VOC untuk mencari rempah – rempah dalam memenuhi kebutuhan

bangsa Belanda dan dapat diperjualbelikan pada bangsa Eropa. Dan VOC

mendirikan Loji (kantor dagang)pada tahun 1615, tak sampai pada maksud

berdagang, Belanda mulai memikirkan bagaimana cara untuk menguasai

Jambi seutuhnya.

Maka Belanda mulai mendekati Jambi dengan cara membantu

peperangan antara Jambi dan Johor maupun perangan dengan Palembang.

Merasa memiliki hutang budi pada Belanda, sulthan Jambi pun mengikuti

permintaan Belanda dalam hal perjanjian dagang. Hal ini menjadi awal

mula politik Belanda untuk menguasai Jambi sepenuhnya. Sampai pada

42

Kumpulan Staatsblad van nederlandsch-Indie Tentang Jambi dialihbahasakan

dan disunting oleh : Hertini dan Budi( Arsip Daerah Provinsi Jambi No:03) hal 3-4

38

masa kekuasaan Sultan Thaha Saifuddin perjanjian (Traktaat) yang selama

ini dibuat dengan Belanda dibatalkan secara sepihak (Unirateral) pada

tahun 1856.43

Penolakan Sultan Thaha untuk memperpanjang perjanjian dengan

Belanda memicu pemberontakan dari kalangan pribumi terhadap Belanda.

Beberapa kali Belanda melakukan perundingan bersama dengan sultan

Thaha tetapi tidak ditanggapi dengan baik, maka pada tanggal 25

September 1858 melakukan penyerbuan ke Jambi di bawah pimpinan

Mayor Van Langen.44

Pada akhirnya Kota Jambi (Tanah pilih) jatuh

ketangan Belanda dan Sultan Thaha Saifuddin melarikan diri ke Tanah

Garo. Maka pemerintahan kolonial mengangkat Sultan bayang, Sultan

hanya sebagai pajangan dan segala macam urusan diplomatik dipegang

oleh Belanda.

Semua kerabat Sultan di asingkan di Seberang Kota Jambi,

sedangkan Sultan Jambi bermukim di Dusun Tengah dan hanya sesekali

berkunjung ke kota Jambi. Pada saat Sultan berada di kota jambi, Sultan

menginap di rumah Pangeran Wiro Kesumo. Pangeran Wiro Kesumo

merupakan menantu Sultan Ahmad Nazaruddin, ia menguasai

perdagangan serta pemegang hak monopoli candu juga memiliki tanah

yang luas di sekitar Kota Jambi. Pada tahun 1861 pertemuan pertama

Residen Palembang Van Ophuijzen dan Sultan Nazaruddin, dan pertemuan

43

Usman meng,hal 2 44

Ibid hal 4

39

kedua tahun 1867 pertemuan ini membicarakan kediaman Sultan yang

akan dibangun di Kota Jambi.45

Pada tahun 1901 di Jambi terdapat 150 orang pasukan tentara

Belanda di Ibukota. Dan di daerah lainya disebar 210 orang pasukan polisi.

Pada tahuan ini tepatnya 26 Agustus asrama polisi di Muara Tembesi

diserbu, dengan korban 10 orang anggota polisi dan seorang dokter

pribumi. Pemeberontakan menjalar sampai ke Hulu yaitu daerah

Sarolangun pada 31 Agustus dan menewaskan seluruh pegawai-pegawai

yang bertugas. Pada tanggal 1 Sepetember 1916 Muara Tebo turut diserbu

sampai 11 September Bangko diserbu dengan 1.500 orang pemberontak.

Pemeberontakan ini dipimpin oleh keturunan Raja-raja, Pada akhir bulan

Oktober 1916 keadaan menjadi reda dengan tertangkapnya para pejuang

yang melawan Belanda.46

Sejak pemberontakan yang dilakukan para keturunan raja maka

kedudukan seberang kota Jambi menjadi tempat pengasingan para anak

raja, membatasi gerak nya dengan hanya memperbolehkan bepergian ke

Muara Tembesi dan daerah Muara Sabak. Sejak tahun 1906 ditetapkannya

Kota Jambi sebagai Ibukota Pemerintahan Kolonial Belanda, hal ini

menjadi alasan Belanda mendirikan pusat peerintahan kolonial di Kota

Jambi unjtuk mengawasi gerak-gerik para anak raja dari tepian kanan

45

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 52-53 46

Rookmaker, Over Djambi (Tentang Jambi) dialihbahasakan dan disunting

oleh: NY.s.Hertini adiwoso dan Budi prihatna,(Kantor arsip daerah provinsi Jambi No

13,2007) hal 46-47

40

Sungai Batanghari. Strategi ini berhasil dilakukan Belanda untuk

mempertahankan kekuasaannya Terhadap Jambi.

Melalui politik kekuasaan yang dialakukan kolonial, untuk

menguasai seluruh Jambi maka harus menguasai pusatnya terlebih dahulu.

Kota Jambi yang sebelumnya merupakan pusat pemerintahan kesultanan

harus dikuasai oleh Belanda, demi untuk menguasai Jambi seutuhnya.

Melalui proses yang cukup panajang sejak kedatangan awal belanda ke

Jambi. Dan sampai pada titik kolonial berkuasa di Jambi. Melihat hal ini

Belanda menetapkan kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial.

2. Faktor Ekonomi

Daerah Jambi semula merupakan daerah pengaruh kerajaan

Majapahit. Setelah kerajaan Majapahit runtuh nasibnya sama dengan

Palembang, keduanya menjadi vassal dari kesultanan Demak (awal abad

ke XVI). Perekonomian Jambi pada masa awal berdiri masih bertumpuh

pada produk hasil hutan dan emas. Berdasarkan laporan Tome Pires tahun

1512 komoditi ekpor Jambi adalah kayu gaharu dan emas. Paling tidak

sejak awal tahun 1545 Jambi dikenal sebagai penghasil lada.47

Kemajuan Ekonomi Jambi masa awal menjadi ketertarikan

Belanda dalam ekspedisinya untuk mencari rempah–rempah Ke Jambi.

Belanda yang datang ke Jambi sebagai perusahaan dagangnya yaitu VOC

tidak dapat bersaing dengan para pedagang Cina yang telah diterima

47

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 9

41

masyarakat Jambi sebagai perantara dagang dan sanggup memonopoli

dagang di wilayah Jambi.

“Setelah keruntuhan Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 M,

maka Jambi mengalihkan pemasarannya ke Jepara. Hubungan

antara Jambi dan Jepara sangat erat, bahkan susunan

pemerintahan mencontoh kraton Mataram. Berdirinya VOC pada

tahun 1602 mulai mencari daerah penghasil rempah-rempah, pada

tahun 1615 kapal dagang Belanda “Wapen Van Amsterdam”

datang ke pelabuhan Jambi, mereka mendirikan Loji (kantor

dagang) di Muara Kumpeh. Karena mengetahui liciknya Belanda,

para pedagang Jambi lebih suka berhubungan langsung ke Jepara

dan para pedagang Cina sebagai perantara. Sehingga pada tahun

1624 Belanda menutup Kantor Dagangnya di Jambi.”48

Pelabuhan Jambi yang banyak disinggahi para pedang asing

menjadi keuntungan bagi Kesultanan Jambi. Dan kesultanan mendapat

untung dari pemungutan pajak dari barang yang singgah ke

pelabuhan.bebrapa barang tidak dikenakan pajak, pajak berlaku pada

hanya pada perdagangan Lada.

”Untuk kebutuhan sandang dan pangan seperti sutera, kain

cita,beras dan garam tidak dipungut bea masuk pelabuhan.

Sedangkan untuk lada dikenakan pungutan sebanyak 10%.

Pungutan ini dikenakan terhadap pedagang Cina,Inggris dan

Belanda...” 49

.

Melihat potensi kemajuan ekonomi yang sangat menjanjikan,

menimbulkan niat Belanda untuk menguasai Kota Jambi yang menjadi

pelabuhan yang banyak disingggahi para pedagang asing. Pelabuhan Jambi

menjadi pusat perdagangan sentral Jambi dan menjadi pelabuhan

pengekspor Lada terbesar kedua setelah Aceh. Ekonomi sangatlah

48

Lukman Rachman dkk,Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan

Imprealisme Di Jambi, Arsip Daerah Jambi No 503 (Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek-Proyek dan

Dokumentasi Sejarah Nasional,1983/1984)hal 22 49

Ibid hal 10

42

menentukan dalam perkembngan suatu peradaban. Maka sangatlah tepat

ketika Belanda memilih kota Jambi sebagai pusat pemerintahan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kota Jambi yang memiliki

potensi berkembang dalam bidang ekonomi melalui aktivitas dagang

dipelabuhannya. Dengan demikian menjadi faktor ditetapkannya kota

Jambi sebagai ibukota pemerintahan demi menunjang kemajuan

Keresidenan Jambi.

3. Faktor Geografis

Sungai Batang Hari yang meiliki Panjang 800 km, menjadi

pendukung utama Jambi dengan daerah lain seperti Tembesi, Merangin,

dan lain – lain. Disetiap tepian Suangai Batang Hari dan anak – anak

sungainya terbentuk perkampungan yang bermukim sebagian besar

masyarakat Jambi. Sedangkan sebagian wilayah daratan masih jarang

penduduk.50

Kota Jambi pada tahun 1900 masih terdapat sedikit rumah-

rumah didaratan, karena rumah penduduk kebanyakan adalah rumah rakit

yang berada di tepian sungai Batanghari. Setelah keruntuhan kesultanan

Jambi di seberang kota Jambi menjadi pemukiman kerabat sultan.

Hal ini dilihat menjadi penting bagi Belanda untuk merebut Kota

Jambi dan mendirikan pemerintahan kolonial disana. Alasan geografis

Kota Jambi yang dibelah oleh Sungai Batang Hari memiliki dua sisi yaitu

tepian kanan Sungai Batang Hari dan Tepian kiri (Sekoja). Sungai Batang

50

Adrianus Chatib,dkk, Kesultanan Jambi Dalam Konteks Sejarah

Nusantara,(Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan,2013) hal 87-88

43

Hari menjadi jalur tranfortasi yang aktif dalam kegiatan perdagangan sejak

masa Kesultanan. Tentunya ini menjadi pertimbangan Belanda ketika

Kesultanan runtuh dan menyerahkan kekuasaanya pada Keresidenan

Palembang pada tahun 1903. Dan secara resmi pada tahun 1906 sesuai

keputusan Ratu Belanda maka Jambi mendirikan Keresidenan sendiri, dan

memilih Ibukotanya yaitu Kota Jambi.

Pelabuhan Jambi yang aktif dalam kegiatan ekspor impor ke

Singapura maupun ke pulau Jawa, diperkirakan akan mampu mendukung

kemajuan Kota Jambi dan memberikan keuntungan bagi Keresidenan

Jambi.Sebab tujuan utama kolonial adalah dapat menguasai perdagangan

Jambi dan memonopoli segala hasil hutannya. Tujuan utama Belanda

adalah dapat mengeksploitasi seluruh kekayaan Jambi dan memberikan

keuntungan yang besar pada pemerintahan kolonial. Secara geografis kota

Jambi yang sangat mendukung transportasi jalur sungai, dengan faktor

inilah kota Jambi dipilih sebgai pusat Pemerintahan.

B. Perkembangan Kota Jambi Sebagai Pusat Pemerintahan Kolonial

1906 - 1942)

1. Kota Jambi Masa Awal Keresidenan (1900-1920)

Pada tahun 1900 hasil hutan menyumbang 94% ekspor dengan

nilai keseluruhan 653.000 gulden, terutama rotan, getah perca, dan karet.

Tanaman hevea51

yang disadap getahnya untuk karet tumbuh subur

51

Tanaman Hevea adalah tanaman karet yang sampai sekrang banyak

ditemukan didataran Jambi.

44

didataran Jambi. Pada masa Residen Helfrich, ia mendistribusikan pohon-

pohon baru kepada petani tanpa memungut biaya. Harga karet melambung

tinggi pada tahun 1910-12. Pohon-pohon karet ditanan disepanjang

sungai-sungai besar, karena mereka dapat mengakut hasil panennya. Pada

tahun 1918, pembudidayaan karet menjadi menjamur dan perkebunan

kecil milik keluarga mendominasi.52

Masa awal dibentuknya keresidenan jambi belum menunjukkan

perkembangan. Karena masih banyaknya pemberontakan yang dilakukan

para anak raja, yang belum dapat menerima kehadiran belanda. Aktifitas

perdangan masih bertumpuh pada hasil hutan, budidaya karet pada masa

awal ini baru pada tahap berkembang dan memuncak pada awal 1920.

Dengan adanya programResiden Helfrich dalam pembagian tanaman karet

pada masyarakat dinilai berhasil tebukti dengan komuditi ini menjadi

barang dagangan utama dimulai pada 1920 sampai berakhirnya

keresidenan Jambi.

2. Kota Jambi Masa Kejayaan (1920-1929)

Keadaan Ekonomi Residen Jambi tahun 1918 hingga 1922 yang

ditunjukan meningkatnya hasil ekspor seperti rotan, karet, damar dan

kopra. Dilihat dari kesejahteraan penduduk dengan banyak impor

kendaraan (mobil), penambahan impor tepung dan gula, rokok dan

tembakau menunjukan kemakmuran penduduk. Pada tahun 1921 ekspor

rotan mencapai titik tertinggi, disaat harga karet sedang menurun.

52

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial

Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda,(Jakarta:

Banana KITLV,2008) hal 321-322

45

Kesimpulannya kedaan ekonomi di daerah ini dalam 5 tahun terakhir

maju sangat pesat.53

Peningkatan produksi karet yang meningkat dan harga yang tinggi

serta ketergantungan pada pabrik remilling di Singapura, maka pada tahun

1926 Belanda mendirikan Nederlandse Rubber Unie ( Perstuan Karet

Belanda). Pada tahun 1924 di Jambi terdapat 3 pabrik karet milik orang

Tionghoa Jambi, yaitu: milik Tjoa Hauw Kiat, Rbber Factory Hong & Co,

Kongsi Tjoa siang dan Tjoe Hie Liam. Pada tahun 1925 ekspor karet yang

meningkat hingga mencapai puluha juta gulden, maka pada tahun 1926

mulai merancang perbaikan pelabuhan. Berdasarkan Besluit tanggal 8

Januari no.8 tahun 1929 membuat batas-batas pelabuhan, serta

pengerjaannya selesai pada tahun 1929. Pelabuhan ini dikenal dengan

nama Boom Batu yang sekarang menjadi pondasi gedung WTC.54

Gambar. Pelabuahan Jambi

53

Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C. Petri (Nota Van

Bestuursovergave Van Resident H.L.C. Petri) dialihbahasakan oleh Hertina adiwoso dan

Budi Prihatna,(Arsip Daerah Jambi No:20,2006) hal 51 -56 54

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 66

46

Sumber:httpkajanglako.comid-235-post-telisik-perdagangan-lada-di-

jambi-abad-xvixviii.html

Mayarakat Jambi khusunya Sekoja (Seberang Kota Jambi) sangat

menerima baik para pendatang, mereka hanya mempersyaratkan harus

beragama islam jika ingin menetap di Sekoja serta bersedia melebur

dengan masyarakat. Perkembangan Kota seberang terus bermeningkat

sampai pada tahun 1920 jalan sepanjang tepian kiri Batanghari telah

dikeraskan. Serta dibangun pabrik karet milik pemerintahan Belanda yaitu

Nederlands Rubber-Unie.

Sebagai pelabuhan yang melakukan transaksi ekspor impor Kota

Jambi telah memiliki tempat sandar kapal. Perkembangan Kota Jambi

meliputi pemukiman kiri (Sekoja) dan kanan tepian sungai Batanghari.

Perkantoran Pemerintahan, bangunan Publik, seperti Rumah Sakit,

Penjara, Pelabuhan, Pusat Perekonomian, yaitu pasar Jambi terletak di

tepian kanan Sungan Batanghari. Masyarkat Tionghoa di Kota Jambi

memiliki klenteng, dan beberapa pengusaha ternama di Jambi.

Gambar 1.6 Perkantoran Kolonial di Kota Jambi

47

sumber:http://4.bp.blogspot.com/_yuwmmpo0dw0/tmaw-

vvgwsi/aaaaaaaabyi/hzqn5jxp_o4/s1600/pj+12.jpg

Selain perkembangan ekonomi dan pembangunan pada masa

kolonial Belanda, pemerintahan Belanda juga mendirikan sekolah untuk

masyarakat pribumi yaitu Hollands Inlandsche School (Sekolah Pribumi

berbahasa Belanda) di Jambi (kini SMP Negeri 1 Kota Jambi).

Kebanyakan murid pribumi yang bersekolah berasal bukan dari orangtua

Jambidan hanya beberapa anak yang berasal dari orangtua Jambi.

Sedangkan untuk anak para kolonial, pemerintah Belanda mendirikan

sekolah bagi para orang Eropa yaitu Europese School (Sekolah untuk

Orang Eropa) di Jambi tahun 1920.

Disamping itu Belanda memfokuskan persiapan pengeboran

minyak bumi, pengeboran ini dimulai pada tahun 1922 oleh NIAM

(Nederlandsch Indie Aardolie Maatschappij = Perusahaan Minyak Bumi

Hindia-Belanda) yang dimulai di daerah Bulian. Pengeboran dilakukan di

lapangan Bajubang dan Betung. Minyak yang didapat di Bajubang

dialirkan melalui pipa-pipa ke Betung, lalu diteruskan melalui pipa yang

mengarah ke Ladang Pahit di daerah Palembang. Lebar pipa-pipa itu lebih

dari 4 meter, juga digunakan jalur tarnportasi air mengunakan perahu

untuk mengankut material minyak. Untuk penjagaan atas pengeboran

minyak bumi ini dijaga oleh setengah brigade polisi bersenjata.55

3. Kota Jambi Masa Akhir (1929-1942)

55

Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C. Petri (Nota Van Bestuursovergave

Van Resident H.L.C. Petri) dialihbahasakan oleh Hertina adiwoso dan Budi

Prihatna,(Arsip Daerah Jambi No:20,2006) hal 47-48

48

Jambi di tahun 1934 menjadi pelabuhan utama diluar pulau Jawa

sebagai pengekpor karet rakyat. Untuk meningkatkan proses perdagangan,

maka dibangunlah kantor lelang. Berdasarkan kepurusan Stb. 1908 No.

189 pada 11 April 1912 kantor lelang dibagi menjadi 2: Kantor lelang

Kelas 1 dan Kantor lelang Kelas 2. Daerah operasi Kantor lelang kelas 1

meliputi Ibukota Jambi dengan hari pelelangan hari sabtu dan senin.

Kantor lelang kelas 2 meliuputi seluruh daerah keresidenan, kecuali

Ibukota Jambi.56

Pada periode tahun 1929 sampai tahun 1933 pendapatan kantor

beacukai Jambi menurun meskipun sebenarnya kantor Jambi menaikan

cukai tahun 1929 sampai tahun 1933, dan sejak 15 Juni tahun 1932 pajak

impor naik 50%. Penurunan pendapatan kantor antara lain disebabkan oleh

turunnya harga karet dan berimbas pada keberadaan kuli di Jambi.

Peningkatan pendapatan kembali terjadi pada tahun 1934 dengan

diberlakukannya penarikan pajak khusus pada produk karet rakyat

sehingga pendapatan cukai naik hampirƒ. 1,5 juta. Pada tahun 1935

penarikan pajak khusus pada karet rakyat meningkat menjadi ƒ. 3,7 juta.57

Peningkatan aktivitas ekonomi di Jambi mendorong pemerintahan

perlu menambahkan petugas patroli untuk mengawasi barang-barang yang

masuk dan keluar, misalnya kapal-kapal dari Singapura. Maka

pemerintahan Belanda membangun pelabuhan pada Tahun 1929.

56

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 76-77 57

Ibid hal 77

49

Penigkatan pendapatan kas Jambi mendorong pemerintahan kolonial untuk

membangun jalan jalan pada daratan Jambi.

Pendapatan dari bea karet menambah anggaran Jambi, serta

dilakukan peluasan besar – besaran, hal ini menjadi prioritas pada tahun

1930-an. Pada 1936 perbaikan jalan yang menghubungkan Palembang dan

Padang lewat Jambi, dan semua atar kabupaten terhubung, serta pada

tahun 1933 sebuah lapangan udara dibuka di dekat Jambi, sebagian dengan

dukungan NIAM.58

Begitulah perkembangan Jambi dalam masa kolonial

bisa dikatakan sangat berkembangan dan tentunya memberi keuntungan

pada bangsa Belanda.

Menjelang perang dunia kedua berbagai organisasi nasionalis

muncul dan ada yang telah lama berdiri dan berkembang seperti

Muhammadiyah yang berorientasi pada sosial ekonomi dan mendirikan

pusat pendidikan pada 1930-an, pada 1939 muncul sarekat Islam dan pada

1940 banyak lagi partai-partai politik. Hingga pada februari 1942 Sumur-

sumur minyak milik Belanda di duduki oleh Jepang.59

Hal ini

menyebabkan pemerintahan Belanda jatuh dan diduduki oleh tentara

Jepang.

58

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial Hubungan

Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda,(Jakarta: Banana

KITLV,2008) hal 328 59

Ibid hal 331

50

C. Komuditas Dagang di Pelabuhan Jambi

Pelabuhan Kota Jambi menjadi pemberhentian terakhir untuk

diekspor keluar Jambi. Para pedagang Cina dan pedagang lokal Jambi

tersebar diseluruh pedalam Jambi untuk membeli segala hasil hutan dan

perkebunan milik petani Jambi. Mereka menjual hasil pembeliannya dari

para petani Jambi ke pelabuhan utama di Kota Jambi. Para pedagang ini

bertindak sebagai perantara dagang, mereka memiliki modal untuk

membeli atau bahkan memberi pinjaman kepada Petani. Mereka

menggunakan kapal untuk menyusuri pedalam Jambi melalui jalur Sungai

Batang Hari dan anak – anak Sungai. Untuk pelayaran keluar Jambi

dilakuakan oleh kapal milik K.P.M.

Tabel : Armada Dagang Diperaiaran Pedalam Jambi

NO Nama Perahu

Kedalam

(dalam

kaki)

Isi Bruto Isi Neto

M3 Ton M

3 Ton

1 Tong It 51/2 47,08 16,63 22,55 7,96

2 Tong Seng 41/2 34,83 12,30 23,52 8,30

3 Singa Putri 4 43,35 15,32 29,47 10,42

4 Tek Ho Seng 4 192,79 68,12 157,35 55,60

5 Ho Ann 4 187,13 66,12 169,72 59,97

6 Parrit 31/2 62,19 21,97 50,85 17,96

7 Inim 5 29,19 10,50 20,21 7,14

8 Hong Seng Bie 4 161,22 56,96 149,13 52,69

51

9 Hong Bie - - - - -

10 Kian Hin 51/2 33,05 11,67 15,20 5,37

Untuk angkutan keluar Negeri dilakukan Oleh K.P.M ke

Singapura, dan 14 hari sekali ke Batavia.60

Itulah beberapa armada dagang

yang aktif dalam melakukan transaksi dagang diseluruh Jambi. Maka

peran pelabuhan Jambi sebagai pelabuhan internasional yang menjadi

pusat ekspor dan impor Jambi. Untuk jenis – jenis barang apa saja yang

diperjualbelikan di Jambi adalah sebagai berikut:

1. Karet

Sebelum tahun 1920, perdagangan karet di wilayah Jambi hampir

seluruhnya di kuasai oleh orang Tionghoa. Para pedagang Tionghoa

menjadi perantara petani karet yang ada dipedalaman Jambi. Dan

mengangkut hasil karet petani ke Pelabuhan Jambi.61

Pedagang Cina yang

masuk ke pedalaman Jambi melakukan pembelihan hasil karet,rotan

dengan harga yang senilainya seperti menukar dengan beras, katun,

minyak tanah, dan sebagainya. Dan mereka juga sering meminjamkan

dahulu barang maupun uang kepada petani dan akan diganti dengan

barang hasil panen nantinya.62

60

Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C. Petri (Nota Van

Bestuursovergave Van Resident H.L.C. Petri) dialihbahasakan oleh Hertina adiwoso dan

Budi Prihatna,(Arsip Daerah Jambi No:20,2006) hal 51 61

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 63 62

Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C. Petri (Nota Van

Bestuursovergave Van Resident H.L.C. Petri) dialihbahasakan oleh Hertina adiwoso dan

Budi Prihatna,(Arsip Daerah Jambi No:20,2006) hal 49

52

Karena harga di pelabuhan Jambi tidak sama dengan harga yang

dibayarkan oleh para pedagang cina kepada petani, maka petani Jambi

mulai merubah pola perdagangan dengan membawa sendiri hasil karetnya

ke kota Jambi melalui jalur sungai Batanghari menggunakan rakit.

Mereka lebih memilih menjual sendiri, karena harga yang didapat lebih

tinggi dengan menjual langsung pada para pedagang besar. Dengan adanya

perusahaan pelayaran antar pulau, yaitu Koninlijke Paketvaart

Maatschappij (KPM) yang memberikan tiket gratis pada pedagang karet

pribumi dan membayar harga sesuai pasaran.63

Masa kejayaan budi daya karet sampai pada puncaknya tahun

1920-an. Karena harga karet yang tinggi maka, kecurangan terjadi pada

produksi karet yang dihasilkan. Para petani memasukan potongan-

potongan besi,kayu, bahkan bangkai moyet demi untuk menambahkan

berat Karet. Dan karena diangkut melaui air maka 46% dari berat hanyalah

air. Maka, reputasi karet Jambi menurun di siangapura.64

2. Garam dan candu

Pada tahun 1931 di Residen Jambi terdapat 4 tempat penjualannya

yaitu kota Jambi, Muara sabak, Kuala Tungkal dan Muara Bungo.

Penggunaan candu dibatasi pada masyarakat pribumi dan sebagian besar

63

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih PusakoBetuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 63-64 64

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial

Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda,(Jakarta:

Banana KITLV,2008) hal 323

53

penggunannya adalah orang Tionghoa.65

Candu merupakan komuditas

penting bagi pemerintahan kolonial untuk dimonopoli. Pemerintahan

kolonial memegang kekuasaan monopoli dan sebagai pelaksana transaksi

dagang dilakukan oleh para pedagang cina.

Pada masa awal pemerintahan Belanda, monopoli perdagangan

candu dipegang oleh bangsawan Jambi yaitu Pangeran Wiro Kesumo.

Pangeran Wiro Kesumo merupakan menantu Sultan Ahmad Nazaruddin,

ia menguasai perdagangan serta pemegang hak monopoli candu juga

memiliki tanah yang luas di sekitar Kota Jambi.66

Setelah secara resmi

kolonial meguasai Jambi maka hak itu lambat laun diambil oleh pihak

kolonial.

Candu atau opium ini merupakan barang yang memabukkan,

pemakaian candu semakin meluas, dampak negatif juga terlihat cukup

termasuk dari pemakaian uang yang boros untuk membeli candu, bahkan

juga di kelas pekerja atau buruh candu dikonsumsi. Candu dianggap

sebagai obat penambah tenaga untuk meningkatkan vitalitas ketika mereka

bekerja. Sama halnya seperti garam, candu sudah menjadi kebutuhan

pokok di Jambi.

3. Hasil Hutan

65

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih PusakoBetuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 76 66

Ibid hal 52-53

54

Pada tahun 1900 hasil hutan menyumbang 94% ekspor dengan

nilai keseluruhan 653.000 gulden, terutama rotan, getah perca, dan karet.67

Beberapa jenis hasil hutan ini sangat berperan penting pada masa awal

keresidenan Belanda dalam menyumbang hasil ekspornya. Akan tetapi

pencarian hasil hutan di dataran Jambi lama kelaman menurun. Para petani

Jambi beralih kepada penanaman karet. Sejak tahun awal 1910-12 yang

melambungkan harga karet menyebabkan hasil hutan yang sebelumnya

didapat oleh petani tidak begitu banyak lagi. Karena para petaninya telah

beralih pada tanaman karet, hasil perkebunan karet dinilai sangat tinggi

dan dapat menunjang perekonomian rakyat Jambi pada masa itu.

4. Barang – barang Impor

Tahun 1918 hingga 1922 yang ditunjukan meningkatnya hasil

ekspor seperti rotan, karet, damar dan kopra. Dilihat dari kesejahteraan

penduduk dengan banyak impor kendaraan (mobil), penambahan impor

tepung dan gula, rokok dan tembakau menunjukan kemakmuran

penduduk.68

Penghasilan yang meningkat dari setiap penduduk membuat

para pedagang asing tertarik memasarkan barang dagangan ke Jambi.

Impor barang pangan seperti tepung dan gula naik drastis guna menunjang

kebutuhan penduduk.

67

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial

Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda,(Jakarta:

Banana KITLV,2008) hal 321 68

Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C. Petri (Nota Van

Bestuursovergave Van Resident H.L.C. Petri) dialihbahasakan oleh Hertina adiwoso dan

Budi Prihatna,(Arsip Daerah Jambi No:20,2006) hal 51 -56

55

Selain kebutuhan pangan meningkat, maka kebutuhan sandang

juga beriringan naik, dilihat dari banyaknya masuk impor kendaraan

seperti mobil ke Jambi. Jambi masuk pada era kejayaan pada bidang

ekonomi meski dibawah jajahan Belanda. Jambi terus berkembang sampai

pada puncaknya sewaktu harga karet melambung tinggi. Posisi pelabuhan

internasional Jambi yang strategis sehingga para pedagang lokal maupun

mancanegara ramai untuk berdagang di Jambi.

Itulah beberapa komuditi dagang yang diperjualbelikan di Jambi

pada masa pemerintahan keresidenan. Terlihat dari beberapa komuditi

dagang, yang sangat menonjol dalam menunjang perekonomian Jambi

adalah ekpor karet. Walaupun komuditi lain juga berperan dalam

menyumbang hasil pendapatan keresidenan, tetapi karet jauh melebihi

pendapatan dan memberikan kas lebih pada keresidenan.

56

BAB IV

KOTA JAMBI 1906 – 1942

D. Kota Jambi Sebagai Pusat Pemerintahan Kolonial (1906 – 1942)

Sejak tahun 1901 wilayah kesultanan Jambi masuk pada

Keresidenan Palembang. Setelah gugurnya Sultan Thaha pada tahun 1904

dalam perlawanannya terhadap Belanda, maka Kesultanan dikuasai

sepenuhnya oleh Belanda. Karena tidak ada lagi perlawanan yang terlalu

merepotkan belanda setelah gugur Thaha, Belanda mulai menyusun

persiapan pembentukan Wilayah Jambi menjadi Keresidenan.

Gambar 1.1 Pangeran Ratu Martaningrat menyerah ke Belanda

tahun 1903.

Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:KapitulationJambi_Mar

taNingrat-OLHelfrich_19040326.jpeg

57

Pada Bulan desember 1903 pangeran Ratu menyerahkan Jambi

secara resmi kepada pemerintahan Belanda dan bertempat tinggal di

ibukota Jambi. Dan pada bulan Februari 1904 ia menyerahkan keris Singa

Merjaya, lambang jabatannya sebagai rajamuda kepada Residen

Palembang. Bersamaan itu juga menyerahkan keris Siginjai, kedua pusaka

ini sekarang berada di Museum Batavia.Menyusul penyerang terhadap

persembunyiannya di Batang Hari ulu dan kemudian wafat dan

dikebumikan di Muaro Tebo.69

Berdasarkan keputusan kerajaan Belanda pada 1 februari 1906

menggabungkan daerah Kerinci menjadi bagian dari Jambi yang

merupakan bagian Sumatra Barat. Putusan ini berdasarkan Staatsblad

Hindia Belanda 1906 no. 187:

”...Menimbang bahwa mutlak diperlukan untuk daerah bekas

Kerajaan Jambi, juga dengan daerah Keinci, dibawah pemerintahan

langsung Gubernemen Hindia Belanda,dan bahwa dalam hubungan

itu harus beralih dengan pembentukan daerah baru dalam Hindia

Belanda...Untuk sementara waktu bagian Jambi, Residen

Palembang dikukuhkan dengan uraian yang jelas dalam Surat

Keputusan Jenderal Hindia Belanda,... daerah Kerinci disatukan,

dijadikam residen dengan meyandang nama Jambi.70

Berdasarkan putusan diatas maka Jambi terbentuk menjadi

69

Ibid hal 45 70

Kumpulan Staatsblad van nederlandsch-Indie Tentang Jambi dialihbahasakan

dan disunting oleh : Hertini dan Budi( Arsip Daerah Provinsi Jambi No:03) hal 1

58

Keresidenan sejak Tahun 1906. Adapun nama – nama Residen

yang memimpin di Jambi sebagai berikut:

15. O.L. Helfrich tahun 1906 – 1908

16. A.J.N. Engeleberg tahun 1908 – 1910

17. Th.A.L Heyting tahun 1910 – 1913

18. A.L. Kamerling tahun 1913 – 1915

19. H.C.E. Qwaast tahun 1915 – 1918

20. H.L.C. Petri tahun 1918 – 1923

21. C. Poorman tahun 1923 – 1925

22. G.J. Van Dongen tahun1925 – 1927

23. H.E.K. Ezerman tahun 1927 – 1928

24. J.R.F. Versohoor Van Nosse tahun 1928 – 1931

25. W. TainBuch tahun 1931 – 1933

26. Ph. J. Van Der Meulan tahun 1933 – 1936

27. M. J. Ruyschaver tahun 1936 – 1940

28. Reunvers tahun 1949 – 1942. 71

Sejak Tahun 1906 Jambi telah menjadi Keresidenan tersendiri

dengan Ibukotanya yaitu Jambi. Kota Jambi masa Kolonial Belanda

memiliki Kedudukan sebagai KotaPraja (eenstadsgemeente).72

Adapun

71

Dalam Arsip daerah Jambi No : 38 tentang Pemerintahan Penjajahan

Belanda 72

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 51

59

putusan yang mengatur tentang gaji, tunjangan representasi dsb, semua itu

diatur dalam Staatblad Hindia Belanda No 239 berbunyi sebagai berikut:

“...Pertama:...ditetapkan gaji sebesar ƒ. 1.250 (seribu dua

ratus lima puluh gulden) se-bulan,dan menikmati fasilitas tempat

tinggal dengan Cuma-Cuma...kedua : Ditetapkan bahwa Residen

Jambi bertempat tinggal di Jambi... Ketiga : Merujuk peraturan

sementara, kepada Residen Jambi diberi tunjangan biaya

representasi sebesar ƒ. 50 (lima puluh gulden) se-bulan...Keempat :

Ditetapkan, bahwa keputusan ini berlaku bersamaan dengan

Keputusan Kerajaan, tanggal 1 Februari 1906 No. 54 (Staatblad

No. 187)”73

Dari keputusan ini juga menetapkan Bahwa Kota Jambi sebagai

pusat pemerintahan. Dalam penetapan Kota Jambi sebagai Ibukota

Keresidenan bukan tidak beralasan, beberapa Faktor yang menentukan

keputusan ini menjadi alasan dalam pengambilan keputusan Belanda untuk

memilih Kota Jambi. Adapun hal itu sebagai berikut:

4. Faktor Politik

Pada masa awal kedatangan Belanda ke Jambi hanya pada

keperluan perdagangan, dimulai dengan masuknya perusahaan dagang

yaitu VOC untuk mencari rempah – rempah dalam memenuhi kebutuhan

bangsa Belanda dan dapat diperjualbelikan pada bangsa Eropa. Dan VOC

mendirikan Loji (kantor dagang)pada tahun 1615, tak sampai pada maksud

berdagang, Belanda mulai memikirkan bagaimana cara untuk menguasai

Jambi seutuhnya.

73

Kumpulan Staatsblad van nederlandsch-Indie Tentang Jambi dialihbahasakan

dan disunting oleh : Hertini dan Budi( Arsip Daerah Provinsi Jambi No:03) hal 3-4

60

Maka Belanda mulai mendekati Jambi dengan cara membantu

peperangan antara Jambi dan Johor maupun perangan dengan Palembang.

Merasa memiliki hutang budi pada Belanda, sulthan Jambi pun mengikuti

permintaan Belanda dalam hal perjanjian dagang. Hal ini menjadi awal

mula politik Belanda untuk menguasai Jambi sepenuhnya. Sampai pada

masa kekuasaan Sultan Thaha Saifuddin perjanjian (Traktaat) yang selama

ini dibuat dengan Belanda dibatalkan secara sepihak (Unirateral) pada

tahun 1856.74

Penolakan Sultan Thaha untuk memperpanjang perjanjian dengan

Belanda memicu pemberontakan dari kalangan pribumi terhadap Belanda.

Beberapa kali Belanda melakukan perundingan bersama dengan sultan

Thaha tetapi tidak ditanggapi dengan baik, maka pada tanggal 25

September 1858 melakukan penyerbuan ke Jambi di bawah pimpinan

Mayor Van Langen.75

Pada akhirnya Kota Jambi (Tanah pilih) jatuh

ketangan Belanda dan Sultan Thaha Saifuddin melarikan diri ke Tanah

Garo. Maka pemerintahan kolonial mengangkat Sultan bayang, Sultan

hanya sebagai pajangan dan segala macam urusan diplomatik dipegang

oleh Belanda.

Semua kerabat Sultan di asingkan di Seberang Kota Jambi,

sedangkan Sultan Jambi bermukim di Dusun Tengah dan hanya sesekali

berkunjung ke kota Jambi. Pada saat Sultan berada di kota jambi, Sultan

menginap di rumah Pangeran Wiro Kesumo. Pangeran Wiro Kesumo

74

Usman meng,hal 2 75

Ibid hal 4

61

merupakan menantu Sultan Ahmad Nazaruddin, ia menguasai

perdagangan serta pemegang hak monopoli candu juga memiliki tanah

yang luas di sekitar Kota Jambi. Pada tahun 1861 pertemuan pertama

Residen Palembang Van Ophuijzen dan Sultan Nazaruddin, dan pertemuan

kedua tahun 1867 pertemuan ini membicarakan kediaman Sultan yang

akan dibangun di Kota Jambi.76

Pada tahun 1901 di Jambi terdapat 150 orang pasukan tentara

Belanda di Ibukota. Dan di daerah lainya disebar 210 orang pasukan polisi.

Pada tahuan ini tepatnya 26 Agustus asrama polisi di Muara Tembesi

diserbu, dengan korban 10 orang anggota polisi dan seorang dokter

pribumi. Pemeberontakan menjalar sampai ke Hulu yaitu daerah

Sarolangun pada 31 Agustus dan menewaskan seluruh pegawai-pegawai

yang bertugas. Pada tanggal 1 Sepetember 1916 Muara Tebo turut diserbu

sampai 11 September Bangko diserbu dengan 1.500 orang pemberontak.

Pemeberontakan ini dipimpin oleh keturunan Raja-raja, Pada akhir bulan

Oktober 1916 keadaan menjadi reda dengan tertangkapnya para pejuang

yang melawan Belanda.77

76

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 52-53 77

Rookmaker, Over Djambi (Tentang Jambi) dialihbahasakan dan disunting

oleh: NY.s.Hertini adiwoso dan Budi prihatna,(Kantor arsip daerah provinsi Jambi No

13,2007) hal 46-47

62

Sejak pemberontakan yang dilakukan para keturunan raja maka

kedudukan seberang kota Jambi menjadi tempat pengasingan para anak

raja, membatasi gerak nya dengan hanya memperbolehkan bepergian ke

Muara Tembesi dan daerah Muara Sabak. Sejak tahun 1906 ditetapkannya

Kota Jambi sebagai Ibukota Pemerintahan Kolonial Belanda, hal ini

menjadi alasan Belanda mendirikan pusat peerintahan kolonial di Kota

Jambi unjtuk mengawasi gerak-gerik para anak raja dari tepian kanan

Sungai Batanghari. Strategi ini berhasil dilakukan Belanda untuk

mempertahankan kekuasaannya Terhadap Jambi.

Melalui politik kekuasaan yang dialakukan kolonial, untuk

menguasai seluruh Jambi maka harus menguasai pusatnya terlebih dahulu.

Kota Jambi yang sebelumnya merupakan pusat pemerintahan kesultanan

harus dikuasai oleh Belanda, demi untuk menguasai Jambi seutuhnya.

Melalui proses yang cukup panajang sejak kedatangan awal belanda ke

Jambi. Dan sampai pada titik kolonial berkuasa di Jambi. Melihat hal ini

Belanda menetapkan kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kolonial.

5. Faktor Ekonomi

Daerah Jambi semula merupakan daerah pengaruh kerajaan

Majapahit. Setelah kerajaan Majapahit runtuh nasibnya sama dengan

Palembang, keduanya menjadi vassal dari kesultanan Demak (awal abad

ke XVI). Perekonomian Jambi pada masa awal berdiri masih bertumpuh

pada produk hasil hutan dan emas. Berdasarkan laporan Tome Pires tahun

63

1512 komoditi ekpor Jambi adalah kayu gaharu dan emas. Paling tidak

sejak awal tahun 1545 Jambi dikenal sebagai penghasil lada.78

Kemajuan Ekonomi Jambi masa awal menjadi ketertarikan

Belanda dalam ekspedisinya untuk mencari rempah–rempah Ke Jambi.

Belanda yang datang ke Jambi sebagai perusahaan dagangnya yaitu VOC

tidak dapat bersaing dengan para pedagang Cina yang telah diterima

masyarakat Jambi sebagai perantara dagang dan sanggup memonopoli

dagang di wilayah Jambi.

“Setelah keruntuhan Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 M,

maka Jambi mengalihkan pemasarannya ke Jepara. Hubungan

antara Jambi dan Jepara sangat erat, bahkan susunan

pemerintahan mencontoh kraton Mataram. Berdirinya VOC pada

tahun 1602 mulai mencari daerah penghasil rempah-rempah, pada

tahun 1615 kapal dagang Belanda “Wapen Van Amsterdam”

datang ke pelabuhan Jambi, mereka mendirikan Loji (kantor

dagang) di Muara Kumpeh. Karena mengetahui liciknya Belanda,

para pedagang Jambi lebih suka berhubungan langsung ke Jepara

dan para pedagang Cina sebagai perantara. Sehingga pada tahun

1624 Belanda menutup Kantor Dagangnya di Jambi.”79

Pelabuhan Jambi yang banyak disinggahi para pedang asing

menjadi keuntungan bagi Kesultanan Jambi. Dan kesultanan mendapat

untung dari pemungutan pajak dari barang yang singgah ke

pelabuhan.bebrapa barang tidak dikenakan pajak, pajak berlaku pada

hanya pada perdagangan Lada.

78

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 9 79

Lukman Rachman dkk,Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan

Imprealisme Di Jambi, Arsip Daerah Jambi No 503 (Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek-Proyek dan

Dokumentasi Sejarah Nasional,1983/1984)hal 22

64

”Untuk kebutuhan sandang dan pangan seperti sutera, kain

cita,beras dan garam tidak dipungut bea masuk pelabuhan.

Sedangkan untuk lada dikenakan pungutan sebanyak 10%.

Pungutan ini dikenakan terhadap pedagang Cina,Inggris dan

Belanda...” 80

.

Melihat potensi kemajuan ekonomi yang sangat menjanjikan,

menimbulkan niat Belanda untuk menguasai Kota Jambi yang menjadi

pelabuhan yang banyak disingggahi para pedagang asing. Pelabuhan Jambi

menjadi pusat perdagangan sentral Jambi dan menjadi pelabuhan

pengekspor Lada terbesar kedua setelah Aceh. Ekonomi sangatlah

menentukan dalam perkembngan suatu peradaban. Maka sangatlah tepat

ketika Belanda memilih kota Jambi sebagai pusat pemerintahan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kota Jambi yang memiliki

potensi berkembang dalam bidang ekonomi melalui aktivitas dagang

dipelabuhannya. Dengan demikian menjadi faktor ditetapkannya kota

Jambi sebagai ibukota pemerintahan demi menunjang kemajuan

Keresidenan Jambi.

6. Faktor Geografis

Sungai Batang Hari yang meiliki Panjang 800 km, menjadi

pendukung utama Jambi dengan daerah lain seperti Tembesi, Merangin,

dan lain – lain. Disetiap tepian Suangai Batang Hari dan anak – anak

sungainya terbentuk perkampungan yang bermukim sebagian besar

masyarakat Jambi. Sedangkan sebagian wilayah daratan masih jarang

80

Ibid hal 10

65

penduduk.81

Kota Jambi pada tahun 1900 masih terdapat sedikit rumah-

rumah didaratan, karena rumah penduduk kebanyakan adalah rumah rakit

yang berada di tepian sungai Batanghari. Setelah keruntuhan kesultanan

Jambi di seberang kota Jambi menjadi pemukiman kerabat sultan.

Hal ini dilihat menjadi penting bagi Belanda untuk merebut Kota

Jambi dan mendirikan pemerintahan kolonial disana. Alasan geografis

Kota Jambi yang dibelah oleh Sungai Batang Hari memiliki dua sisi yaitu

tepian kanan Sungai Batang Hari dan Tepian kiri (Sekoja). Sungai Batang

Hari menjadi jalur tranfortasi yang aktif dalam kegiatan perdagangan sejak

masa Kesultanan. Tentunya ini menjadi pertimbangan Belanda ketika

Kesultanan runtuh dan menyerahkan kekuasaanya pada Keresidenan

Palembang pada tahun 1903. Dan secara resmi pada tahun 1906 sesuai

keputusan Ratu Belanda maka Jambi mendirikan Keresidenan sendiri, dan

memilih Ibukotanya yaitu Kota Jambi.

Pelabuhan Jambi yang aktif dalam kegiatan ekspor impor ke

Singapura maupun ke pulau Jawa, diperkirakan akan mampu mendukung

kemajuan Kota Jambi dan memberikan keuntungan bagi Keresidenan

Jambi.Sebab tujuan utama kolonial adalah dapat menguasai perdagangan

Jambi dan memonopoli segala hasil hutannya. Tujuan utama Belanda

adalah dapat mengeksploitasi seluruh kekayaan Jambi dan memberikan

keuntungan yang besar pada pemerintahan kolonial. Secara geografis kota

81

Adrianus Chatib,dkk, Kesultanan Jambi Dalam Konteks Sejarah

Nusantara,(Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan,2013) hal 87-88

66

Jambi yang sangat mendukung transportasi jalur sungai, dengan faktor

inilah kota Jambi dipilih sebgai pusat Pemerintahan.

E. Perkembangan Kota Jambi Sebagai Pusat Pemerintahan Kolonial

1906 - 1942)

4. Kota Jambi Masa Awal Keresidenan (1900-1920)

Pada tahun 1900 hasil hutan menyumbang 94% ekspor dengan

nilai keseluruhan 653.000 gulden, terutama rotan, getah perca, dan karet.

Tanaman hevea82

yang disadap getahnya untuk karet tumbuh subur

didataran Jambi. Pada masa Residen Helfrich, ia mendistribusikan pohon-

pohon baru kepada petani tanpa memungut biaya. Harga karet melambung

tinggi pada tahun 1910-12. Pohon-pohon karet ditanan disepanjang

sungai-sungai besar, karena mereka dapat mengakut hasil panennya. Pada

tahun 1918, pembudidayaan karet menjadi menjamur dan perkebunan

kecil milik keluarga mendominasi.83

Masa awal dibentuknya keresidenan jambi belum menunjukkan

perkembangan. Karena masih banyaknya pemberontakan yang dilakukan

para anak raja, yang belum dapat menerima kehadiran belanda. Aktifitas

perdangan masih bertumpuh pada hasil hutan, budidaya karet pada masa

awal ini baru pada tahap berkembang dan memuncak pada awal 1920.

Dengan adanya programResiden Helfrich dalam pembagian tanaman karet

82

Tanaman Hevea adalah tanaman karet yang sampai sekrang banyak

ditemukan didataran Jambi. 83

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial

Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda,(Jakarta:

Banana KITLV,2008) hal 321-322

67

pada masyarakat dinilai berhasil tebukti dengan komuditi ini menjadi

barang dagangan utama dimulai pada 1920 sampai berakhirnya

keresidenan Jambi.

5. Kota Jambi Masa Kejayaan (1920-1929)

Keadaan Ekonomi Residen Jambi tahun 1918 hingga 1922 yang

ditunjukan meningkatnya hasil ekspor seperti rotan, karet, damar dan

kopra. Dilihat dari kesejahteraan penduduk dengan banyak impor

kendaraan (mobil), penambahan impor tepung dan gula, rokok dan

tembakau menunjukan kemakmuran penduduk. Pada tahun 1921 ekspor

rotan mencapai titik tertinggi, disaat harga karet sedang menurun.

Kesimpulannya kedaan ekonomi di daerah ini dalam 5 tahun terakhir

maju sangat pesat.84

Peningkatan produksi karet yang meningkat dan harga yang tinggi

serta ketergantungan pada pabrik remilling di Singapura, maka pada tahun

1926 Belanda mendirikan Nederlandse Rubber Unie ( Perstuan Karet

Belanda). Pada tahun 1924 di Jambi terdapat 3 pabrik karet milik orang

Tionghoa Jambi, yaitu: milik Tjoa Hauw Kiat, Rbber Factory Hong & Co,

Kongsi Tjoa siang dan Tjoe Hie Liam. Pada tahun 1925 ekspor karet yang

meningkat hingga mencapai puluha juta gulden, maka pada tahun 1926

mulai merancang perbaikan pelabuhan. Berdasarkan Besluit tanggal 8

Januari no.8 tahun 1929 membuat batas-batas pelabuhan, serta

84

Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C. Petri (Nota Van

Bestuursovergave Van Resident H.L.C. Petri) dialihbahasakan oleh Hertina adiwoso dan

Budi Prihatna,(Arsip Daerah Jambi No:20,2006) hal 51 -56

68

pengerjaannya selesai pada tahun 1929. Pelabuhan ini dikenal dengan

nama Boom Batu yang sekarang menjadi pondasi gedung WTC.85

Gambar. Pelabuahan Jambi

Sumber:httpkajanglako.comid-235-post-telisik-perdagangan-lada-di-

jambi-abad-xvixviii.html

Mayarakat Jambi khusunya Sekoja (Seberang Kota Jambi) sangat

menerima baik para pendatang, mereka hanya mempersyaratkan harus

beragama islam jika ingin menetap di Sekoja serta bersedia melebur

dengan masyarakat. Perkembangan Kota seberang terus bermeningkat

sampai pada tahun 1920 jalan sepanjang tepian kiri Batanghari telah

dikeraskan. Serta dibangun pabrik karet milik pemerintahan Belanda yaitu

Nederlands Rubber-Unie.

Sebagai pelabuhan yang melakukan transaksi ekspor impor Kota

Jambi telah memiliki tempat sandar kapal. Perkembangan Kota Jambi

meliputi pemukiman kiri (Sekoja) dan kanan tepian sungai Batanghari.

85

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 66

69

Perkantoran Pemerintahan, bangunan Publik, seperti Rumah Sakit,

Penjara, Pelabuhan, Pusat Perekonomian, yaitu pasar Jambi terletak di

tepian kanan Sungan Batanghari. Masyarkat Tionghoa di Kota Jambi

memiliki klenteng, dan beberapa pengusaha ternama di Jambi.

Gambar 1.6 Perkantoran Kolonial di Kota Jambi

sumber:http://4.bp.blogspot.com/_yuwmmpo0dw0/tmaw-

vvgwsi/aaaaaaaabyi/hzqn5jxp_o4/s1600/pj+12.jpg

Selain perkembangan ekonomi dan pembangunan pada masa

kolonial Belanda, pemerintahan Belanda juga mendirikan sekolah untuk

masyarakat pribumi yaitu Hollands Inlandsche School (Sekolah Pribumi

berbahasa Belanda) di Jambi (kini SMP Negeri 1 Kota Jambi).

Kebanyakan murid pribumi yang bersekolah berasal bukan dari orangtua

Jambidan hanya beberapa anak yang berasal dari orangtua Jambi.

Sedangkan untuk anak para kolonial, pemerintah Belanda mendirikan

sekolah bagi para orang Eropa yaitu Europese School (Sekolah untuk

Orang Eropa) di Jambi tahun 1920.

70

Disamping itu Belanda memfokuskan persiapan pengeboran

minyak bumi, pengeboran ini dimulai pada tahun 1922 oleh NIAM

(Nederlandsch Indie Aardolie Maatschappij = Perusahaan Minyak Bumi

Hindia-Belanda) yang dimulai di daerah Bulian. Pengeboran dilakukan di

lapangan Bajubang dan Betung. Minyak yang didapat di Bajubang

dialirkan melalui pipa-pipa ke Betung, lalu diteruskan melalui pipa yang

mengarah ke Ladang Pahit di daerah Palembang. Lebar pipa-pipa itu lebih

dari 4 meter, juga digunakan jalur tarnportasi air mengunakan perahu

untuk mengankut material minyak. Untuk penjagaan atas pengeboran

minyak bumi ini dijaga oleh setengah brigade polisi bersenjata.86

6. Kota Jambi Masa Akhir (1929-1942)

Jambi di tahun 1934 menjadi pelabuhan utama diluar pulau Jawa

sebagai pengekpor karet rakyat. Untuk meningkatkan proses perdagangan,

maka dibangunlah kantor lelang. Berdasarkan kepurusan Stb. 1908 No.

189 pada 11 April 1912 kantor lelang dibagi menjadi 2: Kantor lelang

Kelas 1 dan Kantor lelang Kelas 2. Daerah operasi Kantor lelang kelas 1

meliputi Ibukota Jambi dengan hari pelelangan hari sabtu dan senin.

Kantor lelang kelas 2 meliuputi seluruh daerah keresidenan, kecuali

Ibukota Jambi.87

Pada periode tahun 1929 sampai tahun 1933 pendapatan kantor

beacukai Jambi menurun meskipun sebenarnya kantor Jambi menaikan

86

Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C. Petri (Nota Van Bestuursovergave

Van Resident H.L.C. Petri) dialihbahasakan oleh Hertina adiwoso dan Budi

Prihatna,(Arsip Daerah Jambi No:20,2006) hal 47-48 87

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 76-77

71

cukai tahun 1929 sampai tahun 1933, dan sejak 15 Juni tahun 1932 pajak

impor naik 50%. Penurunan pendapatan kantor antara lain disebabkan oleh

turunnya harga karet dan berimbas pada keberadaan kuli di Jambi.

Peningkatan pendapatan kembali terjadi pada tahun 1934 dengan

diberlakukannya penarikan pajak khusus pada produk karet rakyat

sehingga pendapatan cukai naik hampirƒ. 1,5 juta. Pada tahun 1935

penarikan pajak khusus pada karet rakyat meningkat menjadi ƒ. 3,7 juta.88

Peningkatan aktivitas ekonomi di Jambi mendorong pemerintahan

perlu menambahkan petugas patroli untuk mengawasi barang-barang yang

masuk dan keluar, misalnya kapal-kapal dari Singapura. Maka

pemerintahan Belanda membangun pelabuhan pada Tahun 1929.

Penigkatan pendapatan kas Jambi mendorong pemerintahan kolonial untuk

membangun jalan jalan pada daratan Jambi.

Pendapatan dari bea karet menambah anggaran Jambi, serta

dilakukan peluasan besar – besaran, hal ini menjadi prioritas pada tahun

1930-an. Pada 1936 perbaikan jalan yang menghubungkan Palembang dan

Padang lewat Jambi, dan semua atar kabupaten terhubung, serta pada

tahun 1933 sebuah lapangan udara dibuka di dekat Jambi, sebagian dengan

dukungan NIAM.89

Begitulah perkembangan Jambi dalam masa kolonial

bisa dikatakan sangat berkembangan dan tentunya memberi keuntungan

pada bangsa Belanda.

88

Ibid hal 77 89

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial Hubungan

Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda,(Jakarta: Banana

KITLV,2008) hal 328

72

Menjelang perang dunia kedua berbagai organisasi nasionalis

muncul dan ada yang telah lama berdiri dan berkembang seperti

Muhammadiyah yang berorientasi pada sosial ekonomi dan mendirikan

pusat pendidikan pada 1930-an, pada 1939 muncul sarekat Islam dan pada

1940 banyak lagi partai-partai politik. Hingga pada februari 1942 Sumur-

sumur minyak milik Belanda di duduki oleh Jepang.90

Hal ini

menyebabkan pemerintahan Belanda jatuh dan diduduki oleh tentara

Jepang.

F. Komuditas Dagang di Pelabuhan Jambi

Pelabuhan Kota Jambi menjadi pemberhentian terakhir untuk

diekspor keluar Jambi. Para pedagang Cina dan pedagang lokal Jambi

tersebar diseluruh pedalam Jambi untuk membeli segala hasil hutan dan

perkebunan milik petani Jambi. Mereka menjual hasil pembeliannya dari

para petani Jambi ke pelabuhan utama di Kota Jambi. Para pedagang ini

bertindak sebagai perantara dagang, mereka memiliki modal untuk

membeli atau bahkan memberi pinjaman kepada Petani. Mereka

menggunakan kapal untuk menyusuri pedalam Jambi melalui jalur Sungai

Batang Hari dan anak – anak Sungai. Untuk pelayaran keluar Jambi

dilakuakan oleh kapal milik K.P.M.

Tabel : Armada Dagang Diperaiaran Pedalam Jambi

NO Nama Perahu

Kedalam

(dalam

Isi Bruto Isi Neto

M3 Ton M

3 Ton

90

Ibid hal 331

73

kaki)

1 Tong It 51/2 47,08 16,63 22,55 7,96

2 Tong Seng 41/2 34,83 12,30 23,52 8,30

3 Singa Putri 4 43,35 15,32 29,47 10,42

4 Tek Ho Seng 4 192,79 68,12 157,35 55,60

5 Ho Ann 4 187,13 66,12 169,72 59,97

6 Parrit 31/2 62,19 21,97 50,85 17,96

7 Inim 5 29,19 10,50 20,21 7,14

8 Hong Seng Bie 4 161,22 56,96 149,13 52,69

9 Hong Bie - - - - -

10 Kian Hin 51/2 33,05 11,67 15,20 5,37

Untuk angkutan keluar Negeri dilakukan Oleh K.P.M ke

Singapura, dan 14 hari sekali ke Batavia.91

Itulah beberapa armada dagang

yang aktif dalam melakukan transaksi dagang diseluruh Jambi. Maka

peran pelabuhan Jambi sebagai pelabuhan internasional yang menjadi

pusat ekspor dan impor Jambi. Untuk jenis – jenis barang apa saja yang

diperjualbelikan di Jambi adalah sebagai berikut:

5. Karet

Sebelum tahun 1920, perdagangan karet di wilayah Jambi hampir

seluruhnya di kuasai oleh orang Tionghoa. Para pedagang Tionghoa

91

Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C. Petri (Nota Van

Bestuursovergave Van Resident H.L.C. Petri) dialihbahasakan oleh Hertina adiwoso dan

Budi Prihatna,(Arsip Daerah Jambi No:20,2006) hal 51

74

menjadi perantara petani karet yang ada dipedalaman Jambi. Dan

mengangkut hasil karet petani ke Pelabuhan Jambi.92

Pedagang Cina yang

masuk ke pedalaman Jambi melakukan pembelihan hasil karet,rotan

dengan harga yang senilainya seperti menukar dengan beras, katun,

minyak tanah, dan sebagainya. Dan mereka juga sering meminjamkan

dahulu barang maupun uang kepada petani dan akan diganti dengan

barang hasil panen nantinya.93

Karena harga di pelabuhan Jambi tidak sama dengan harga yang

dibayarkan oleh para pedagang cina kepada petani, maka petani Jambi

mulai merubah pola perdagangan dengan membawa sendiri hasil karetnya

ke kota Jambi melalui jalur sungai Batanghari menggunakan rakit.

Mereka lebih memilih menjual sendiri, karena harga yang didapat lebih

tinggi dengan menjual langsung pada para pedagang besar. Dengan adanya

perusahaan pelayaran antar pulau, yaitu Koninlijke Paketvaart

Maatschappij (KPM) yang memberikan tiket gratis pada pedagang karet

pribumi dan membayar harga sesuai pasaran.94

Masa kejayaan budi daya karet sampai pada puncaknya tahun

1920-an. Karena harga karet yang tinggi maka, kecurangan terjadi pada

produksi karet yang dihasilkan. Para petani memasukan potongan-

potongan besi,kayu, bahkan bangkai moyet demi untuk menambahkan

92

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 63 93

Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C. Petri (Nota Van

Bestuursovergave Van Resident H.L.C. Petri) dialihbahasakan oleh Hertina adiwoso dan

Budi Prihatna,(Arsip Daerah Jambi No:20,2006) hal 49 94

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih PusakoBetuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 63-64

75

berat Karet. Dan karena diangkut melaui air maka 46% dari berat hanyalah

air. Maka, reputasi karet Jambi menurun di siangapura.95

6. Garam dan candu

Pada tahun 1931 di Residen Jambi terdapat 4 tempat penjualannya

yaitu kota Jambi, Muara sabak, Kuala Tungkal dan Muara Bungo.

Penggunaan candu dibatasi pada masyarakat pribumi dan sebagian besar

penggunannya adalah orang Tionghoa.96

Candu merupakan komuditas

penting bagi pemerintahan kolonial untuk dimonopoli. Pemerintahan

kolonial memegang kekuasaan monopoli dan sebagai pelaksana transaksi

dagang dilakukan oleh para pedagang cina.

Pada masa awal pemerintahan Belanda, monopoli perdagangan

candu dipegang oleh bangsawan Jambi yaitu Pangeran Wiro Kesumo.

Pangeran Wiro Kesumo merupakan menantu Sultan Ahmad Nazaruddin,

ia menguasai perdagangan serta pemegang hak monopoli candu juga

memiliki tanah yang luas di sekitar Kota Jambi.97

Setelah secara resmi

kolonial meguasai Jambi maka hak itu lambat laun diambil oleh pihak

kolonial.

Candu atau opium ini merupakan barang yang memabukkan,

pemakaian candu semakin meluas, dampak negatif juga terlihat cukup

termasuk dari pemakaian uang yang boros untuk membeli candu, bahkan

95

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial

Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda,(Jakarta:

Banana KITLV,2008) hal 323 96

Lindayanti,dkk. Menyibak Sejarah Tanah Pilih PusakoBetuah. (Badan

perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi,2014) hal 76 97

Ibid hal 52-53

76

juga di kelas pekerja atau buruh candu dikonsumsi. Candu dianggap

sebagai obat penambah tenaga untuk meningkatkan vitalitas ketika mereka

bekerja. Sama halnya seperti garam, candu sudah menjadi kebutuhan

pokok di Jambi.

7. Hasil Hutan

Pada tahun 1900 hasil hutan menyumbang 94% ekspor dengan

nilai keseluruhan 653.000 gulden, terutama rotan, getah perca, dan karet.98

Beberapa jenis hasil hutan ini sangat berperan penting pada masa awal

keresidenan Belanda dalam menyumbang hasil ekspornya. Akan tetapi

pencarian hasil hutan di dataran Jambi lama kelaman menurun. Para petani

Jambi beralih kepada penanaman karet. Sejak tahun awal 1910-12 yang

melambungkan harga karet menyebabkan hasil hutan yang sebelumnya

didapat oleh petani tidak begitu banyak lagi. Karena para petaninya telah

beralih pada tanaman karet, hasil perkebunan karet dinilai sangat tinggi

dan dapat menunjang perekonomian rakyat Jambi pada masa itu.

8. Barang – barang Impor

Tahun 1918 hingga 1922 yang ditunjukan meningkatnya hasil

ekspor seperti rotan, karet, damar dan kopra. Dilihat dari kesejahteraan

penduduk dengan banyak impor kendaraan (mobil), penambahan impor

tepung dan gula, rokok dan tembakau menunjukan kemakmuran

98

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial

Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda,(Jakarta:

Banana KITLV,2008) hal 321

77

penduduk.99

Penghasilan yang meningkat dari setiap penduduk membuat

para pedagang asing tertarik memasarkan barang dagangan ke Jambi.

Impor barang pangan seperti tepung dan gula naik drastis guna menunjang

kebutuhan penduduk.

Selain kebutuhan pangan meningkat, maka kebutuhan sandang

juga beriringan naik, dilihat dari banyaknya masuk impor kendaraan

seperti mobil ke Jambi. Jambi masuk pada era kejayaan pada bidang

ekonomi meski dibawah jajahan Belanda. Jambi terus berkembang sampai

pada puncaknya sewaktu harga karet melambung tinggi. Posisi pelabuhan

internasional Jambi yang strategis sehingga para pedagang lokal maupun

mancanegara ramai untuk berdagang di Jambi.

Itulah beberapa komuditi dagang yang diperjualbelikan di Jambi

pada masa pemerintahan keresidenan. Terlihat dari beberapa komuditi

dagang, yang sangat menonjol dalam menunjang perekonomian Jambi

adalah ekpor karet. Walaupun komuditi lain juga berperan dalam

menyumbang hasil pendapatan keresidenan, tetapi karet jauh melebihi

pendapatan dan memberikan kas lebih pada keresidenan.

99

Nota Serah Terima Jabatan Residen H.L.C. Petri (Nota Van

Bestuursovergave Van Resident H.L.C. Petri) dialihbahasakan oleh Hertina adiwoso dan

Budi Prihatna,(Arsip Daerah Jambi No:20,2006) hal 51 -56

78

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis penulis pada penelitian ini, maka didapat

beberapa kesimpulan mengenai Kota Jambi Sebagai Pusat Pemerintahan

Kolonial dan Pelabuhan Dagang tahun 1906 – 1942. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi dipilihnya kota Jambi sebagai pusat pemerintahan

kolonial adalah sebagai berikut:

1. Faktor Politik

Penetapan kota Jambi sebagai pusat pemerintahan dianggap

memiliki tujuan khusus yang dilakukan pemerintahan kolonial. Aspek

politik sangat terlihat dari awal masuknya belanda ke Jambi, kesultanan

jambi yang terletak di tanah pilih pusako betuah yang menjadi pusat

kesultanan Jambi pada masa itu. Untuk mempertahankan kekuasaannya di

Jambi, pemerintahan Belanda membatasi gerak – gerik anak raja dengan

menempatkanya di tepian kiri sungai Batang Hari(Sekoja). Tepian kanan

sungai Batang Hari menjadi pusat pemerintahan kolonial. Dari sinilah

kolonial mengawasi anak – anak raja. Strategi ini diterapkan seperti

penjara bagi para anak raja dengan membatasi kemana mereka bepergia

79

2. Faktor Ekonomi

Kota Jambi masa kolonial terbilang sangat berkembang pada sektor

ekonominya. Itu terlihat pada puncak harga karet yang menjadi komuditi

dagang utama pada tahun 1920-an. Penetapan kota Jambi sebagai pusat

pemerintahan kolonial juga dipengaruhi faktor ekonomi. Bahkan jauh

sebelum kedatangan Belanda, pusat perekonomian sangatlah maju dalam

bidang perdagangan di pelabuhan jambi. Pemerintahan kolonial datang ke

Jambi dengan maksud awal adalah berdagang untuk memenuhi kebutuhan

kerajaan Belanda, maka ketik menguasai Jambi mereka mendirikan pusat

pemerintahannya di kota Jambi. Karena pusat perdagngan Jambi ada di

kota Jambi dengan adanya pelabuhan internasional Jambi.

3. Faktor Geografis

Letak sungai Batang Hari yang membentang panjang, menjadi

tranfortasi yang menghubungkan keseluruh pelosok Jambi bahkan

tranfortasi antar pulau dan antar bangsa. Kota Jambi yang dibelah oleh

sungai Batang Hari di tepian kanan dan tepian kiri (sekoja). Letak

geografis sungai Batabg Hari dan kota Jambi, menjadikan pemerintah

kolonial menetapkannya sebagai Ibukota. Pada masa itu tranfortasi kapal

melalui jalur sungai sangatlah penting dalam menunjang kepentingan

keresidenan.

80

Dalam analis penelitian ini juga melihat perkembangan kota Jambi

pada tahun 1906 – 1942.pada masa awal keresidenan masihbelum adanya

ketabilan baik perekonomian maupun pembangunan. Karena masih

banyak pemberontakan yang terjadi di Jambi, perihal belum dapat

menerima kolonialisme yang ada di Jambi. Sampai pada awal tahun 1918

– 1920 hasil hutan seperti rotan, getah percah meningkat naik dalam

pengekporan keluar Jambi, disusul harga karet yang sangat tinggi pada

awal 1920.

Kemakmuran tak hanya rasakan oleh para pedagang kaya, akan

tetapi masyarakat juga merasakan imbasnya. Hingga perkembangan terus

maju didirikan juga sekolah bagi pribumi dan khusus bagi para orang

Erofa. Pelabuhan Jambi dianggap sangat menunjang perekonomian

keresidenan, maka pada 1929 dilakukan perbaikan pada pelabuhan guna

menunjang aktivitas di pelabuhan. Dan penelitian ini juga menjelaskan

beberapa barang yang menjadi komuditas dagang utama di Jambi.

Komuditas itu meliputi : karet, garam dan Jandu, hasil hutan, dan beberapa

barang impor yang menunjang keperluan masyarakat Jambi.

B. Saran-Saran

Dari semua pembahasan pada penelitian ini, maka penulis ingin

memberikan beberapa saran untuk perkembangan kota Jambi kedepan.

Karena hakekatnya dapat mengambil pelajaran dari sejarah yang ada di

Jambi. Berikut beberapa saran:

81

1. Pemerintah kota Jambi dapat sekiranya bisa untuk mengaktifkan lagi

tranfortasi jalur Sungai. Agar dapat mengoktimalkan peran dan fungsi

Sungai Batang Hari selama ini.

2. Pelabuhan yang sekarang menjadi sejarah agar dapat kira diaktifkan

kedepannya, karena sejak dahulu menjadi pusat perekonomian jambi.

Kenapa tidak mungkin bisa saja dapat menunjang perekonomian di

Jambi dan kota Jambi khuusnya.

C. Kata penutup

Dengan mengucapkan syukur alhmdulillah kepada Allah SWT,

akhirnya skripsi sederhana ini dapat terselesaikan dengan baik, semoga

apa yang telah penulis sampaikan kepada pembaca dapat bermanfaat dan

bisa di jadikan kajian lanjutan, penulis berharap semoga penelitian ini

dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat mengembangkan

sejarah-sejarah yang ada di Jambi untuk dijadikan sebagai pelestarian

sejarah-sejarah lokal dan dapat memperkaya khanzanah ilmu pengetahuan

tentang sejarah lokal.

Penulis mengharapakan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan

untuk pihak-pihak terkait untuk membangun dan melestarikan nilai-nilai

sejarah pada masyarakat.

82

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang

telah membantu baik moril ataupun materil sehingga skripsi yang

sederhana ini dapat terselesaikan dengan baik, semoga bermanfaat.

Demikianlah untaian kata penutup atas kekurangan serta kekhilafan

penulis dalam menyelesaikan tulisan skripsi ini. Penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya, kepada Allah penulis mohon ampunan, mengharapkan

petunjuk dan ridha-Nya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arif Muhammad.2001.Pengantar Kajian Sejarah. Bandung: Yrama

Widya.

Djoened Marwati Poesponegoro Nogroho Notosusanto.1984. Sejarah

Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.

GottschalkLouis.1985.Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto,

Jakarta: UI Press

Kuntowijoyo.1995.Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta: Yayasan Bentang

Budaya.

Lindayanti,dkk. 2014.Menyibak Sejarah Tanah Pilih Pusako Betuah.

.Badan perpustakaan,Arsip dan Dokumentasi Kota Jambi

Locher-Scholten Elsbeth.2008.Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial

Hubungan Jambi-Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya

Imperialisme Belanda.Jakarta: Banana KITLV

Mulyana Deddy.2004.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Suhartono.2006.Teori & Metodologi Sejarah.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sulasman.2014.Metodologi Penelitian Sejarah. bandung: Pustaka Setia.

Tarmizi.RD.2015Sejarah Kota Tua Peninggalan Belanda Di Kelurahan

Pasar Muara Tembesi Kecematan Muara Tembesi Kabupaten

Batanghari Provinsi Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas

Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi

Utama Tirta Sinuhaji.2 0 1 6.Perdagangan Komoditi Karet Di Daerah

Aliran Sungai Batang Hari Jambi Tahun 1906 – 1942, Skripsi

Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara Medan.

Zed Metika.2004.Metode penelitian Kepustakaan, Jakarta: yayasan obor

Indonesia.

Arsip Daerah Jambi

Arsip Daerah Provinsi Jambi No 03 : Kumpulan Staatsblad van

nederlandsch-Indie Tentang Jambi dialihbahasakan dan disunting

oleh : Hertini dan Budi() hal 3-4

Arsip daerah provinsi Jambi No 13.2007: Rookmaker, Over Djambi

(Tentang Jambi) dialihbahasakan dan disunting oleh: NY.s.Hertini

adiwoso dan Budi prihatna

Asip daerah provinsi Jambi no 20. 2006: Nota Serah Terima Jabatan

Residen H.L.C.Petri dialihbahasakan oleh Ny.S.Hertina Adiwaso

dan Budi Prihatna dari Nota Van Bestuursovergave Van Resident

H.L.C.Petri Kantor Arsip Daerah Provinsi Jambi.

Arsip daerah Jambi No : 38 tentang Pemerintahan Penjajahan Belanda

Arsip Daerah Jambi No 90.1995:Abdullah, Riwayat Asal Ditemukannya

“Tanah Pilih” (Pedalaman Lama / Kota Jambi dan Pembagian

kalbu/Bangsa 12) Oleh Orang kayo Hitam 1500 M- 1515 M

Arsip Daerah Jambi No 503 Lukman Rachman dkk,Sejarah Perlawanan

Terhadap Kolonialisme dan Imprealisme Di Jambi

Sumber lain

http://jambi.tribunnews.com/2015/02/08/ini-daftar-sungai-di-provinsi-

jambi: diakses pada tgl 18 januari 2018