SKRIPSI IMPLEMENTASI PROGRAM SATU SAPI SATU ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of SKRIPSI IMPLEMENTASI PROGRAM SATU SAPI SATU ...
SKRIPSI
IMPLEMENTASI PROGRAM SATU SAPI SATU KEPALA KELUARGA
(KK) DI KABUPATEN TAKALAR
Oleh:
MAULANA ALIM MUHLIS
Nomor Induk Mahasiswa : 1056111001 16
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
SKRIPSI
IMPLEMENTASI PROGRAM SATU SAPI SATU KEPALA KELUARGA
(KK) DI KABUPATEN TAKALAR
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana (S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh :
MAULANA ALIM MUHLIS
Nonor Stambuk : 105611100116
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Maulana Alim Muhlis
Nomor Induk Mahasiswa : 10561 11001 16
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar skripsi ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil
plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan gelar akademik dan pemberian sanksi lainnya sesuai dengan
aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 28 Februari 2021
Yang Menyatakan,
Maulana Alim Muhlis
iv
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program 1 Sapi 1 Kepala
Keluarga (KK) Di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Kedua orang tua yaitu Bapak Muhlis dan Ibu St. Mahapaning serta segenap
keluarga yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan, baik moril
maupun materil.
2. Bapak Dr. Abdul Mahsyar, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Samsir
Rahim, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
3. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar
5. Terima kasih juga saya ucapkan kepada informan-informan saya yang telah
membantu dan meluangkan waktunya.
6. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Jihan Fahira S.Sos, Ika Pratiwi,
S.Sos, Indrawati S.Sos yang telah menyempatkan waktunya untuk membantu
saya dalam menyelesaikan skripsi.
7. Terima kasih juga teman seperjuangan dan seperbimbingan yaitu Asriani
8. Terima kasih juga teman-teman kelas IAN-A untuk 4 tahun yang sangat
berkesan.
9. Terima kasih juga kepada Sist & Brother squad yaitu , Xzy Meyuni S.Sos,
Sulastri S.Sos, Ishaq Bambang Barani, Andi Nur Alam, Zaenal Bakri, Andi
v
Haswan, dan Fadil karena selalu ada baik dalam keadaan susah ataupun
senang selama 5 tahun ini, semoga pertemanannya abadi.
10. Terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat saya tulis namanya
satu per satu. Terima kasih karena sudah memberikan support dan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 12 Januari 2021
Maulana Alim Muhlis
vi
ABSTRAK
Maulana Alim, Abdul Mahsyar dan Samsir Rahim. Implementasi Program
Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar.
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) adalah program yang baru
dijalankan di Kabupaten Takalar yang dimana program tersebut dijalankan dalam
rangka untuk menambah polulasi ternak sapi yang ada di Kabupaten Takalar,
sekaligus membantu masyarakat petani dan peternak dalam meningkatkan
penghasilan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program
Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sesuai dengan yang ditentukan (design)
karena penulis menilai masih terdapatnya masyarakat petani dan peternak yang
belum mendapatkan bantuan ternak, masih tidak tepat sasarannya bantuan yang
diberikan kepada masyarakat sehingga dalam pelaksanaan program masih terdapat
kendala. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Adapun
informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini yaitu instrumen wawancara, observasi, dan analisis dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program Satu Sapi
Satu Kepala Keluarga (KK) belum maksimal semua dilihat dari indikator yaitu,
manfaat dari program dapat dirasakan oleh masyarakat, derajat perubahan yang
diinginkan dari program tercapai, letak pengambilan keputusan yaitu pemerintah
mengenai permasalahan dari program, pemerintah tidak serius dalam menghadapi
masalah karena masih terdapatnya ketidak tepatan sasaran, pelaksana program
yang terlibat dalam merupakan pelaksana yang dipilih langsung oleh yang termuat
dalam surat keterangan (SK) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan bekerja sama
dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam mengumpulkan data, sumber
daya yang digunakan sudah memadai. Kemudian kekuasaan, kepentingan, dan
strategi aktor kurangnya sosialisasi yang diberikan pihak Dinas kepada
masyarakat, karakteristik lembaga yang berkuasa yaitu memberikan wadah untuk
masyarakat dalam berkomunikasi langsung dengan pihak dinas terkait dengan
program, tingkat kepatuhan pelaksana sudah melakukan tugasnya sesuai dengan
kepentingannya masing-masing.
Kata Kunci : Implementasi, Program, Kepala Keluarga
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ i
HALAMAN PENERIMAAN TIM ................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN KARYA ILMIAH ......................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang………………………………………………………… ... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10
A. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 10
B. Konsep Implementasi Kebijakan ................................................................ 12
C. Program 1 Sapi 1 Kepala Keluarga (KK) .................................................. 21
D. Kerangka Pikir ............................................................................................ 28
E. Fokus Penelitian ......................................................................................... 31
F. Definisi Fokus Penelitian ........................................................................... 32
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 34
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 34
B. Jenis dan Tipe Penelitian ........................................................................... 35
C. Informan Penelitian .................................................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 37
E. Teknik Analisis Data .................................................................................. 38
F. Teknik Pengabsahan Data .......................................................................... 40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 41
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ....................................................................... 41
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 44
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 67
viii
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 74
A. Kesimpulan ................................................................................................ 74
B. Saran .......................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 80
LAMPIRAN ...................................................................................................... 82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 90
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fokus penelitian ............................................................................... 29
Tabel 3.1 Informan Penelitian .......................................................................... 37
Tabel 4.1 Jumlah penduduk di Kabupaten Takalar Tahun 2016-2018 ............ 42
Tabel 4.2 Jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Takalar Tahun 2017-2018 . 43
Tabel 4.3 Jumlah Ternak Yang Dibagikan Tahun 2018-1019 ......................... 51
Tabel 4.3 Jumlah Anggaran Tahun 2018-1019 ................................................ 65
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka pikir ............................................................................. 28
Gambar 4.1 Standar Operasional Prosedur .................................................... 57
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan . 58
Gambar 4.3 Asuransi Usaha Ternak .............................................................. 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan kegiatan pembangunan di Indonesia merupakan salah
satu upaya dalam mewujudkan cita – cita bangsa yakni terciptaya
kesejateraan masyarakat yang adil dan makmur.Degan demikian
pembangunan nasional diharap mampu mencapai kesimbangan, keserasian,
dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat.
Kemiskinan merupakan salah satu dampak negatif dari
pembangunan.Permasalahan mengenai kemiskinan merupakan masalah yang
cukup kompleks yang membutuhkan perubahan dalam masyarakat.
Kemiskinan dapat diartikan sebagai standar hidup yang dibawah normal,
yaitu adanya tingkat kekurangan materi yang dialami masyarakat yang tidak
sesuai dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat.
Secara ekonomis kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangannya
sumberdaya yang dapat digunakan masyarakat untuk meningkatkan
kesejateraan individu atau sekelompok orang yang dimana memberikan
situasi yang serba kekurangan seperti kurangnya modal yang dimiliki,
rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan, kurangnya produktivitas,
kurangnya pendapatan, lemahnya nilai tukar barang hasil produksi orang
miskin serta terbatasnya kesempatan berperanserta dalam pembangunan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat angka kemiskinan
pada September 2019 yaitu 9,22 persen, menurun 0,19 persen terhadap Maret
2019 dan menurun 0,44 persen poin terhadap Sepember 2018. Jumlah
2
penduduk miskin pada Sepetember 2019 sebesar 24,79 juta orang, menurun
0,26 juta orang terhadap Maret 2019 dan menurun 0,88 juta orang terhadap
September 2018. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada
Maret 2019 sebesar 6,69 persen, turun menjadi 6,56 persen pada September
2019. Sementara persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada Maret
2019 sebesar 12,85 persen, turun menjadi 12,60 persen pada September 2019.
Garis kemiskina pada September 2019 tercata t sebesar Rp440.538,-
/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar
Rp324.991,- (73,75 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar
Rp115.627,- (26,25 persen). Secara rata-rata rumah tangga di Indonesia
terdapat 4,58 orang anggota rumah tangga. Dengan melihat jumlah tersebut
menunjukkan besarnya Garis Kemiskinan perrumah tangga miskin secara
rata-rata adalah sebesar Rp2.017.664,-/rumah tangga miskin/bulan.Data
tersebut menunjukkn bahwa masih terdapat masalah mengenai kemiskinan
yang terjadi di Indonesia.
Garis kemiskinan di Kabupaten Takalar tahun 2019 dengan garis
kemiskinan (rupiah/kapita/bulan) mencapai Rp235.973, jumlah penduduk
miskin (ribu) sebesar 25,93, dengan persentase penduduk miskin sebesar
8,70% dengan jumlah penduduk sebesar 298.688 jiwa.
Melihat permasalah sosial yang berkembang saat ini, menujukkan
bahwa terdapat warga negara terkhusus wilayah Kabupaten Takalar yang
masih belum bisa memenuhi hak atas kebutuhan dasar secara layak karena
masih belum memperoleh pelayanan sosial yang diberikan dari negara.
3
Untuk mewujudkan kehidupan layak dan juga bermartabat, serta
untuk dapat terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar masyarakat, demi
tercpainya kesejateraan sosial, negara menylenggarakan pelayanan dan
pengembangan kesejateraan sosial dengan terencana, terarah, dan
berkelanjutan.
Berdasarkan Pasal 1 Nomor 11 Tahun 2009 menegaskan bahwa
“kesejateraan sosial adalah terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan
sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”. Penyelenggaraan
kesejateraan sosial adalah upaya yang berkelanjutan dilakukan pemerintah,
pemerintah daerah, maupun masyarakat guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara.
Negara dalam hal ini pemerintah mempunyai peran penting dalam
mengatasi masalah kemiskinan.Terdapat beberapa strategi dalam pengentasan
kemiskinan yang dijalankan oleh pemerintah, salah satu upaya dalam
mengurangi kesenjangan kemiskinan tersebut dapat dilakukan dengan
memulai program pembangunan daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Penangan Fakir Miskin merupakan penegasan bahwa negara dalam hal ini
pemerintah bertanggung jawab dalam menangani kemiskinan. Dalam
Undang-Undang ini yang dimaksud fakir miskin adalah orang yang sama
sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai
sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
4
kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
Penanganan fakir miskin adalah upaya yang terarah, terpadu, dan
berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat dalam bentuk kebijakan, program, dan kegiatan pemberdayaan,
pendampingan, serta fasilitas untuk memnuhi kebutuhan dasar setiap warga
negara yang berupa kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, dan/atau pelayanan sosial.
Dalam melayani masyarakat, pemerintah berperan memenuhi
kepentingan atau keperluan masyarakat.Pemerintah memiliki fungsi dalam
memberikan pelayanan mulai dari pelayanan dalam bentuk peraturan, ataupun
pelayanan-pelayanan lainnya
Pelayanan yang dilakukan pemerintah dalam persoalan kemiskinan
salah satunya adalah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun
2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai merupakan
Peraturan yang berlaku diseluruh wilayah Indonesia dan juga merupakan
salah satu upaya pemeritah dalam menghadapi masalah kemiskinan. Dimana
pemerintah memberkan bantuan kepada fakir miskin, klompok/keluarga
kurang mampu, dan /atau rentan terhadap resiko sosial berupa barang, atau
jasa.Penyaluran bantuan non tunai merupakan Bantuan Sosial yang diberikan
dalam rangka program penaggulanagn kemiskinan yang meliputi
perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosail, rehabilitasi sosial,
dan pelayanan dasar.
5
Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan telah membuat
program-program untuk mengatasi masalah kemiskinan baik itu pemerintah
pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah. Salah satu program yang
dibuat pemerintah adalah program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK).
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) merupakan program yang
dibuat untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dengan memberikan
sapi betina kepada masyarakat khususnya petani dan peternak untuk dikelola.
Tujuan dari pada Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) untuk
pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan penghasilan masyarakat
khususnya petani dan peternak yang dianggap berpenghasilan rendah atau
kurang mampu.
Program serupa juga diterapkan di Kabupaten Takalar. Program Satu
Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) merupakan salah satu program dari 22
program prioritas (P22) Pemda Kabupaten Takalar. Program P22 merupakan
janji politik pasangan Bupati dan Wakil Bupati yang tertuang dalam RPJMD
(Rancangan Pembagunan Jangka Menengah Daerah). Program Satu Sapi Satu
Kepala Keluarga (KK) mulai direalisasiakn Pemerintah Daerah Kabupaten
Takalar sejak tahun kedua menjabat hingga sekarang. Program Satu Sapi Satu
Kepala Keluarga (KK) juga termuat dalam Keputusan Bupati Takalar Nomor
526 Tahun 2018 Tentang Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Dinas Pertanian Kabupaten
Takalar Tahun Anggaran 2019 menetapkan petunjuk teknis pemberdayaan
kelompok tani ternak pada lampiran surat keputusan ini sebagai petunjuk
6
untuk penerima bantuan ternak pemerintah tahun anggaran 2019. Pemerintah
Kabupaten Takalar memiliki target dalam pembagian sapi ternak pada satu
periode sebanyak 6.000 ekor sapi. Jumlah bantuan yang diberikan pada tahun
2018 sebanyak 170 ekor sapi, pada tahun 2019 sebanyak 1.409 ekor sapi dan
tahun 2020 sebanyak 250 ekor telah disediakan tetapi belum dibagikan
kepada masyarakat penerima bantuan.
Sejak bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) dijalankan,
beberapa persoalan terus terjadi. Seperti masih terdapat banyak warga
masyarakat Kabupaten Takalar yang belum mendapatkan bantuan. Yang
dimana target yang diharapkan pemerintah dalam hal pemberian bantuan sapi
sebanyak 6.000 ekor sedangkan jumlah yang dibagikan hanya sebanyak 1.579
ekor. Dengan ini masih terdapat masyarakat yang belum mendapatkan
bantuan ternak sapi sebesar 4.451 yang belum dibagiakn berarti masih
terdapat 4.451 kepala keluarga (KK) yang belum mendapatkan bantuan
ternak dengan melihat jumlah ternak yang dibagikan dengan target yang ingin
dicapai dengan kurung waktu satu tahun periode masih sangat jauh.
Kemudian masalah yang muncul juga terdapat masyarakat yang memenuhi
syarat belum mendapatkan bantuan dari program tersebut. Dengan
permasalahan yang ada maka penulis ingin mengetahui bagaimana kerja
pemerintah dalam hal ini pelaksanaan program Implementasi Program Satu
Sapi Satu Kepala Keluarga (KK).
Dari data yang didapatkan menunjukkan bahwa program Satu Sapi
Satu Kepala Keluarga (KK) telah berjalan. Permasalahan yang muncul dari
7
pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) antara lain,
apakah pemerintah dapat mencapai target dalam kurung waktu 1 periode
menjabat, bagiaman poses dalam pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK), adakah kendala dalam menjalankan program tersebut, serta
apakah program tersebut tepat sasaran yaitu benar-benar diterima oleh
masyarakat yang bersyarat mendapatkan bantuan Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK), apakah masyarakat merasakan ada manfaat positif yang dapat
mereka rasakan yaitu mendapatkan bantuan 1 (satu) ekor sapi yang dimana
dapat menambah tingkat kesejateraan masyarakat, dan menyerap tenaga
kerja, tingkat perubahan yang terjadi, yaitu adanya program Satu Sapi Satu
Kepala Keluarga (KK) masyarakat sudah bisa sejaterah, atau sama saja
seperti belum dikeluarkannya Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
kepada mereka, atau bahakn Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
ini tidak berpengaruh pada kesejateraan rakyat, inilah yang ingin peneliti
ketahui dan penulis akan melakukan riset dilapangan.
Berdasaran permasalahn tersebut, penulis ingin melakukan penelitian
dan membahas bagimana Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang
akan dibahas adalah bagaimana Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) di Kabupaten Takalar.
8
C. Tuj uan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten
Takalar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan dibidang sosial melalui proses yang
dilaksanakan selama menjalankan penelitian sehingga memberikan
kontribusi pemikiran kepada pengembangan ilmu administrasi
khususnya.
b. Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun
mahasiswa lain untuk melakukan penelitian-penelitian secara lebih
dalam mengenai Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Diharapkan penelitian ini memberikan saran dan masukan agar dapat
mengambil langkah yang tepat dalam pelaksanaan program Satu Sapi
Satu Kepala Keluarga (KK).
b. Bagi Penulis
Memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu
dan teori yang dipelajari selama ini. Selain itu dapat menambah
wawasan pengetahuan bagi penulis.
9
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
Bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) kepada masyarakat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
1. Putra (2018)
Hasil penelitian yaitu Implementasi program beras untuk keluarga
miskin (RASKIN) di desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten
Pandeglang mencapai 66,57% dari hipotesis 65%. Permasalahan yang
terjadi dalam pengolahan data yang diterkadang tidak sinkron. Karena
pada pendistribusian ada aja RTS-TM yang tidak dapat menerima jatah
raskin tersebut.
Permasalahan yang sering terjadi adalah dalam pengelolaan data yang
dilaporkan secara berjenjang, yang terkadang tidak singkron. Karena pada
pendistribusian ada saja RTS-PM yang tidak dapat menerimah jatah raskin
tersebut.
2. Mabruk (2016)
Penelitian menunjukkan bahwa fenomena pelaksanaan beras raskin
untuk tahun anggaran 2014 di Kecamatan Neglasari, dalam
pelaksanaannya masih ditemui berbagai kendala-kendala dari masyarakat
bahkan dari aparaturnya sendiri. Kelancaran penyaluran raskin sangat
tergantung dari disiplin seluruh pelaku yang terlibat.
Program Beras Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Kelurahan Karang
Anyar Kecamatan Neglasari Kota Tangerang mencapai angka 75,31% dari
yang diharapkan dari hipotesisi sebelumnya peneliti berasumsi paling
11
tinggi 70%. Hal ini membuktikan bahwa kinerja para pembuat dan
pelaksana kebijakan Program Beras Rumah Tangga Miskin bekerja
maksimal karena mengingat untuk mensejaterahkan masyarakat miskin itu
sangatlah susah, yang mana memang mayoritas penduduk secara umum
berada pada garis kemiskinan.
3. Kurniawati (2018)
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Implemeentasi program
RASKIN di Gampong Ujong Patihah beelum berjalan dengan baik.
Indicator keberhasilan raskin 6T yakni tetapt sasaran, jumlah, harga,
waktu, kualitas, dan administrasi menunjukan bahwa tujuan ilmplementasi
program belum sepenuhnya tercapai. Selain itu aspek – aspek yang
berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan implementasi kebijkan yang
dikemukakan oleh model implementtsi Van Metervan Van Horn seeperti
standar dan sasaran, sumber daya, hubugan antar organisasi, karakteristik
agen pelaksana, disposisi implementor dan kondisi sosial ekonomi dan
politik juga memerlihatkan belum optimalnya implementasi raskin. Masih
banyak ditemukan Kendala dalam pelaksanaan raskin ini, yaitu lemahnya
fungsi pengawasan terhadap penetapan daftar nama – nama RTS RASKIN
sehingga daftar penyelenggara pelaksana distribusi raskin, kurangnya
pengawasan dari pejabat yang berwenang terhadap proses penyaluran
raskin.
Penelitian kali ini yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian
tentang Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) yang
12
dimana ingin melihat bagaimana isi kebijakan dan lingkungan kebijakan
dalam pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di
Kabupaten Takalar.
B. Konsep Implementasi Kebijakan
Salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik adalah
Implementasi kebijakan. Implementasi sering dianggap hanya merupakan
pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan, seolah – olah tahapan ini
kurang berpengaruh. Dalam kenyataanya, tahapan implementasi menjadi
begitu penting karena sutau kebijakan tidak akan dapat dilaksanakan dengan
baik dan benar. Dengan kata lain implementasi merupakan tahap dimana
suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan
kebijakan itu sendiri.
1. Definisi Implementasi Kebijakan
Implentasi merupkan pelaksanaan atau kegiatan dalam sebuah
rancangan yang sudah disusun secara terperinci dan matang yang dibuat
dengan tujuan tertentu baik untuk menertibkan, mensejahterahkan,
maupun menaggulangi permasalahan yang terjadi.Implementasi dilakukan
setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Implementasi pada
hakikatnya juga upaya untuk memahami apa yang seharusnya terjadi
setelah program dilaksanakan, sehingga implementasi merupakan proses
kebijakan yang paling kompleks dan menentukan keberhasilan kebijakan
yang telah ditetapkan.
13
Menurut Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (1983) dalam Suratman
(2017) menjelaskan makna implementasi adalah upaya untuk memahami
apa yang seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku
atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan,
yakni kejadian atau kegiatan- kegiatan yang timbul setelah disahkanya
pedoman – pedoman kebijakan.
Menurut Van Meter dan Van Horn (1985) dalam Suratman (2017)
mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai tindakan –
tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk
mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan –
keputusan sebelumnya.
Menurut Tahjan dalam Mahsyar dkk (2020) menjelaskan bahwa
secara etimologis implementasi dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas
yang bertalian dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan
sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Bila dirangkaiakan dengan
kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan
sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik
yang telah ditetapkan atau disetujui dengan penggunaan sarana.
Lester dan stewar (2000) dalam Agustino (2008) mengatakan bahwa
implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output). Keberhasilan
suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses
pencapaian tujuan hasil akhir yaitu tercapai atau tidaknya tujuan – tujuan
yang diraih.
14
Menurut Lane menyatakan implementasi sebagai konsep dapat dibagi
ke dalam dua bagian. Pertama, implementation = F (Intention, Output,
Outcome). Sesuai definisi tersebut, implementasi merupakan fungsi yang
terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari akibat.
Kedua, implementasi merupakan persamaan fungsi dari implementasi = F
(Policy, Formator, Implementor, Initiator, Time). Penekanan utama kedua
fungsi ini adalah kepada kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai
dan dilaksanakan oleh implementor dalam kurun waktu tertentu (Sabatier,
1986).
Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan para ahli, dapat
disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan atau usaha
yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan akan
memperoleh suatu pemahaman apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian
implementasi kebijakan, yaitu kejadian – kejadian atau kegiatan yang
timbul sesudah dilaksanakan pedoman – pedoman kebijkan, sehingga
diketahui hasil yang sesuai dengan tujuan dan sasaran dari suatu kebijkan
itu sendiri.
2. Model Pendekatan Implementasi kebijakan
Menurut Agustino (2008) dalam rangkah menjalankan implementasi
kebijakan maka diperlukan model implementasi yang digunakan untuk
melihat sejauh mana implementasi berjalan. Ada beberapa model yang
dikembangkan oleh para pakar kebijakan publik, yaitu:
15
a. Implementasi kebijakan publik model George C. Edward III
Model implementasi yang dikembangkan oleh Edward III yang
disebut dengan Dired and Indirect Impact on Implementation. Ada empat
variabel yang menentukan keberhasilan implementasi, yaitu:
1) Komunikasi
Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan dan implementasi kebijakan publik. Implementasi yang
efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa
yang mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang mereka kerjakan
dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik sehingga setiap
keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus di
transmisikan kepada bagian personal yang tepat.
2) Sumber Daya
Sumber daya berkenaan dengan kesedian sumber daya
pendukung, khusunya sumber daya manusia. Hal ini berkenaan
dengan kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk Carry Out
kebikan secara efektif.
3) Disposisi
Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor
penting dalam pendekatan mengenai suatu pelaksanaan kebijakan
publik. Jika pelaksanaan suatu kebijkan ini efektif, maka para
pelaksana kebijkan tidak hanya harus mengetahui apa yang
16
dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk
melaksanakan.
4) Struktur Birokrasi
Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama
banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada
kebijakan yang tersedia maka hal ini akan menyebagiankan sumber
daya sumber daya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya
kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus
dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik
dengan jalan melakukan koordinasi yang baik.
b. Implementasi kebijakan publik model Donald Van Metter dan Carl Van
Horn
Model ini merupakan model implentasi yang paling klasik.
Penggunaan model tersebut dirumuskan oleh Metter dan Vorn disebut
dengan A Model Of The Policy Implementation. Artinya dalam proses
implementasi sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi
kebijakan yang ada secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja
implementasi kebijakan publik yang tinggi dalam hubungan berbagai
variabel.
Ada 6 variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik:
1) Ukuran dan tujuan kebijakan
2) Sumber daya
3) Karakteristik agen pelaksana
17
4) Sikap atau kecenderungan para pelaksana
5) Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana
6) Lingkungan ekonomi sosial dan politik
c. Implementasi kebijakan publik model Daniel Mazmanian dan Paul
Sabatier.
Model impelementasi kebijakan publik yang lain ditawarkan
oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier. Model implementasi yang
ditawarkan mereka disebut dengan A Framework For Policy
Implementation Analysis. Kedua ahli kebijakan ini bependapat bahwa
peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah
kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang
mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan
proses implementasi. Dan, variabel-variabel yang dimaksud dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:
1) Mudah atau tidaknya masalah yang digarap
2) Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara
tepat
3) Variabel-variabel diluar undang-undang yang mempengaruhi
implementasi
d. Implementasi Kebijakan Publik Model Merilee S. Grindle
Menurut Grindle dalam Leo Agustino (2016) keberhasilan suatu
implementasi kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapaian
outcomes (yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih). Yang
18
mana hal ini dapat dilihat dari dua hal berikut :
1) Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah
pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design)
dengan merujuk pada aksi kebijakannya.
2) Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan
melihat dua faktor, yaitu:
a) Impac atau efeknya pada masyarakat secara individu dan
kelompok.
b) Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok
sasaran dan perubahan yang terjadi.
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik menurut
Grindle, amatditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu
sendiri, yang terdiri atas Content ofPolicy dan Context of Policy.
1) Content of Policy terdiri dari 6 (enam) poin yaitu :
a) Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, berkaitan dengan
berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi
kebijakan, indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam
pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan
sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh
terhadap implementasinya.
b) Jenis manfaat yang bisa diperoleh. Pada poin ini Content of Policy
berupaya untuk menunjukan atau menjelaskan bahwa dalam suatu
kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukan
19
dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan
yang hendak dilaksanakan.
c) Derajat perubahan yang ingin dicapai. Setiap kebijakan mempunyai
target yang hendak dan ingin dicapai. Adapun yang ingin dijelaskan
pada poin ini adalah bahwa seberapa besar perubahan yang hendak
atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus
mempunyai skala yang jelas.
d) Letak pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam suatu
kebijakan mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan suatu
kebijakan, maka pada bagian ini harus dijelaskan dimana letak
pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang hendak
diimplementasikan.
e) Pelaksana program. Dalam menjalankan suatu kebijakan atau
program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang
kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Hal ini
harus terdata atau terpapar dengan baik pada bagian ini.
f) Sumber-sumber daya yang digunakan. Pelaksanaan suatu kebijakan
juga harus didukung oleh sumber-sumber daya yang mendukung
agar pelaksanaanya berjalan dengan baik.
2. Context of Policy terdapat 3 (tiga) poin yaitu :
a) Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang
terlibat. Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan
atau kekuasaan, kepentingan-kepentingan serta strategi yang
20
digunakan oleh para aktor guna memperlancar jalannya pelaksanaan
suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan
dengan matang, besar kemungkinan program yang hendak
diimplementasikan akan jauh dari yang diharapkan.
b) Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa. Lingkungan dimana
suatu kebijakan dilaksanakan juga berpengaruh terhadap
keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik
dari lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.
c) Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Hal lain yang
dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah
kepatuhan dan respon dari para pelaksana. Maka yang hendak
dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon
dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.
Pelaksanaan kebijakan yang ditentukan oleh isi atau konten dan
lingkungan atau konteks yang diterapkan, maka akan dapat diketahui
apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan sesuai
dengan apa yang diharapkan, juga dapat diketahui apakah suatu kebijakan
dipengaruhi oleh suatu lingkungan, sehingga tingkat perubahan yang
diharapkan terjadi.
e. Juanda (2017) model implementasi kebijakan menurut Jones (1996).
implementasi program dipengaruhi oleh tiga indikator, yaitu
pengorganisasian, interprestasi, dan penerapan atau aplikasi.
1) Pengorganisasian
21
Struktur organisasi yang jelas diperlukan dalam mengoperasikan
program sehingga tenaga pelaksana dapat terbentuk dari sumber daya
manusia yang kompeten dan berkualitas.
2) Interprestasi
Para pelaksana sesuai dengan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksana
agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
3) Penerapan atau Aplikasi
Perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program kerja
dapat berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan sehingga tidak
berbenturan dengan program lainnya.
C. Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
1. Definisi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
Pemberian bantuan dari pemerintah melalui program yang dibuat
untuk mengentaskan kemiskinan sangat membantu masyarakat yang
berstatus berpenghasilanrendah atau kurang mampu dalam memenuhi
hak kebutuhannya serta terjaminnya kesejateraan bagi masyarakat.
Beberapa program yang telah dibuat pemerintah dalam mengatasi hal
tersebut sementara berlangsung hingga saat ini. Salah satu program yang
dibuat pemerintah adalah program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK).
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) merupakan
pemberian bantuan untuk meningkatkan pendapatan petani ternak,
meningkatkan ketersediaan dan populasi sapi indukan dikelompok tani
atau ternak, dan menyerap tenaga kerja baru. Program ini bertujuan untuk
22
bagaimana agar masyarakat yang menerima bantuan ternak dapat
menggelola bantuan tersebut agar dapat menambah penghasilan hingga
dapat menutupi kekurangan di bidang ekonomi.
2. Landasan Hukum
Peraturan Presiden RI Nomor 63 Tahun 2017 tentang penyaluran
bantuan sosial secara non tunai menyebutkan bahwa bantuan sosial adalah
bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat.
Keputusan Bupati Takalar Nomor 526 Tahun 2018 Tentang
Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (DPA-SKPD) Dinas Pertanian Kabupaten Takalar Tahun
Anggaran 2019 menetapkan petunjuk teknis pemberdayaan kelompok tani
ternak pada lampiran surat keputusan ini sebagai petunjuk untuk penerima
bantuan ternak pemerintah tahun anggaran 2019.
24
3. Indikator Program Satu Sapi Satu Kepala Keluagra (KK)
a) Persyaratan Penerima Program Satu Sapi Satu Kepala Keluagra
(KK)
1) Memeliara ternak sapi/kerbau dan/atau petani yang baru mau
memeliara ternak dan memiliki sumber daya alam (SDA) maupun
sumber daya manusia (SDM) untuk pengembanan budidaya sapi.
2) Status pekerjaan sebagai petani atau wiraswasta yang juga bekerja
sebagai petani.
3) Memiliki kelompok tani atau ternak.
25
4) Dalam satu kelompok tani atauternak diberikan 5-10 ekor sapi
indukan untuk 5-10 kepala keluarga tani.
5) Kelompok tani atau ternak terdaftar disistem informasi
management penyuluan pertanian (SIMLUHTAN) yang dibuktikan
denan surat keterangan terdaftar (SKT) yang dikeluarkan olehDinas
Pertanian Kabupaten Takalar.
6) Memiliki kelengkapan administrasi kelompok tani.
7) Tersedia pakan sesuai kebutuhan ternak secara berkelanjutan.
8) Tersedia sumber air yang cukup.
9) Tersedia lahan kandang.
10) Tersedia instalasi pengelolaan air dan limbah (IPAL).
b) Spesifikasi Teknis Sapi Indukan
1) Indukan sapi betina jenis ras sapi Bali.
2) Memiliki usia minmal 2 (dua) tahun, 6 (enam) bulan sampai
maksimal 2 (dua) tahun atau minimal sudah beranak satu kali atau
sedang bunting.
3) Ternak berasal dari luar wilaya Kabupaten Takalar dengan
melampirkan bukti kartu ternak terbaru dan daerah sumber sapi
bebas penyakit menular minimal 2 (dua) tahun terakir.
4) Kondisi kesehatan hewan sehat, tidak cacat, tidak kurus, tidak
kerdil, serta bebas dari penyakit, yang dibuktikan dengan surat
keterangan sehat hewan (SKKH) yang ditandatangani oleh dokter
hewan.
26
5) Garansi cacat dan kematian ternak maksimal 7 (tujuh)hari
kalender setelah sapi diterima Kelompok Tani Ternak.
c) Hak Dan Kewajiban Implementor
1) Implementor berhak menerima laporan perkembangan ternak sapi
indukan dari penerima melalui petugas teknis Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar.
2) Implementor berkewajiban mengibahan ternak kepada masyarakat
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
d) Hak Dan Kewajiban Pihak Penerima
1) Penerima berhak menerima ternak sapi indukan 1 (satu) ekor sapi
untuk 1 (satu) kepala keluarga (KK) tani ternak sesuai yang telah
ditentukan.
2) Penerima berkewajiban memelihara dan bertanggungjawab penuh
atas perkembangan ternak dan melaporkan kepada implementor
melalui petugas teknis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Takalar.
3) Penerima tidak menjual dan tidak mengalihkan kepada orang lain
bantuan sapi indukan yang telah diberikan oleh pemerintah.
e) Tata Cara Pelaksanaan Hibah
1) Ternak yang diserahkan kepada penerima bantuan akan menjadi
milik penerima.
27
2) Penerima bantuan menandatangani Naskah Perjanjian Hibah
Daerah (NPHD) dan Berita Acara Serah Terima Barang yang
Dihibahkan (BASTB).
f) Tata Cara Pelaporan Hibah
Setelah penandatangan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD)
dan Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB) yang dihibahkan oleh
imlementor selanjutnya akan dilaporkan kepada Bupati Takalar.
g) Lain-Lain
1) Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) ini dibuat dalam 3 (tiga)
rangkap, lembar pertama dan kedua masing-masing bermaterai
cukup sehingga mempunyai kekuatan hokum sama.
2) Hal-hal yang belum sesuai dan tidak termuat dalam Naskah
Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) ini dapat diatur lebih lanjut
dalam addendum.
h) Kriteria Lokasi Penerima Kegiatan Pemberdayaan Kelompok Tani
Ternak Tahun 2019
1) Kondisi agrosistem sesuai untuk pengembangan budidaya sapi
2) Tersedia sumberdaya pakan dan air
3) Bukan lokasi yang sedang terjadi wabah penyakit hewan menular
4) Tersedia lahan rumput
5) Tersedia lahan kandang
6) Tersedia lokasi instalasi pengelolaanair limbah (IPAL)
28
D. Kerangka Pikir
Keragka pikir merupakan alur berpikir peneliti , untuk mengetahui
bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian
maka dibuatlah kerangka berpikir.
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) merupakan salah satu
program yang dibuat pemerintah untuk mencapai kesejateraan masyarakat
dengan memberikan bantuan kepada masyarakat berupa indukan sapi betina
untuk meningkatkan pendapatan petani ternak, meningkatkan ketersediaan
dan populasi sapi indukan dikelompok tani atau ternak, dan menyerap tenaga
kerja baru.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah megetahui
keberhasilan implementasi program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
dengan dengan melihat efek program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
pada individu atau kelompok, serta tingkat perubahan yang terjadi kepada
penerima bantuan. Dalam menjawab rumusan masalah penelitian ini penulis
mengambil teori dari model implementasi kebijakan dari Marilee S. Grindle,
yang dikenal dengan implementasi “As a political and Administrative
Process”. Grindle mengemukakan keberhasilan implementasi kebijakan
public dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir (outcomes) yaitu
tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih.
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan ditentukan oleh tingkat
kebijakan itu sendiri, yaitu isi kebijakan (content of policy), dan lingkungan
kebijakan (context of policy). Variable-variabel yang mempengaruhi suatu
29
implementasi adalah :
1. Isi Kebijakan (content of policy)
a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi.
b. Tipe manfaat.
c. Derajat perubahan yang ingin dicapai.
d. Letak pengambilan keputusan.
e. Pelaksana program.
f. Sumber daya yang digunakan.
2. Lingkungan kebijakan (context of policy)
a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang
terlibat.
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa.
c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana.
Dari teori tokoh Marilee S. Grindle tersebut peneliti dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang ada dalam implementasi program Satu Sapi
Satu Kepala Keluarga (KK) di Dinas Pertanian Kabupaten Takalar. Jika dilihat
dari prosesnya apakah program bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
di Dinas Pertanian Kabupaten Takalar sudah sesuai dengan design yang
ditentukan, serta apakah tujuan kebijakan tercapai. Keberhasilan program Satu
Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Takalar dapat diukur dengan
melihat dua faktor, yaitu :
1. Efek pada masyarakat secara individu dan kelompok dengan adanya
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) apakah masyarakat
30
merasakan ada manfaat positif yang dapat mereka rasakan yaitu
mendapatkan bantuan 1 (satu) ekor sapi yang dimana dapat menambah
tingkat kesejateraan masyarakat, dan menyerap tenaga kerja.
2. Tingkat perubahan yang terjadi, yaitu adanya program Satu Sapi Satu
Kepala Keluarga (KK) masyarakat sudah bisa sejaterah, atau sama saja
seperti belum dikeluarkannya Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga
(KK) kepada mereka, atau bahakn Program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) ini tidak berpengaruh pada kesejateraan rakyat, inilah yang
ingin peneliti ketahui dan penulis akan melakukan riset dilapangan. Dari
analisis diatas maka penulis membuat kerangka berpikir sebagai berikut :
Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir
Implementasi Program Satu Sapi Satu
Kepala Keluarga (KK)
Implementasi Progam 1 Sapi 1 Kepala Keluarga (KK) Di Dinas
Pertanian Kabupaten Takalar
Teori Merille S. Grindle
Content of Policy
1. Kepentingan-kepentingan
yang mempengaruhi.
2. Tipe manfaat.
3. Derajat perubahan yang
dicapai.
4. Letak pengambilan
keputusan.
5. Pelaksana program.
6. Sumber daya yang
digunakan.
Context of Policy
1. Kekuasaan, kepentingan-
kepentingan, dan strategi
dari actor yang terlibat
2. Karakteristik lembaga dan
rezim yang berkuasa
3. Tingkat kepatuhan dan
adanya respon dari
pelaksana
31
E. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka pikir tersebut, maka fokus penelitian
adalah Implementasi program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di
Kabupaten Takalar. Dimana penulis ingin melihat tercapai tidaknya tujuan
yang ingin dicapai dalam pelaksanaan suatu kebijakan atau program dalam
hal ini yaitu, Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di
Dinas Pertanian Kabupaten Takalar.Keberhasilan implementasi dapat diukur
dari dua hal berdasarkan pada teori Marile S. Grindle ini yaitu berdasarkan isi
kebijakan yang memiliki 5 indikator dan konteks kebijakan yang terdiri dari 3
indikator. Dalam hal ini dapat dilihat seperti pada tabel yaitu :
Tabel 2. 1 Fokus Penelitian
Variabel Dimensi Indikator
Implementasi
Program 1 Sapi 1
Kepala Keluarga
(KK) Di Dinas
Pertanian Kabupaten
Takalar
Isi Kebijakan
(Con tent of Policy)
a. Kepentinga-kepentingan yang
mempengaruhi
b. Tipe manfaat
c. Derajat perubahan yang ingin
dicapai
d. Letak pengambilan keputusan
e. Pelaksana program
f. Sumber daya yang digunakan
Konteks Kebijakan
(Context of Policy)
a. Kekuasaan, kepentingan-
kepentingan, dan strategi dari
aktor yang terlibat
b. Karakteristik lembaga dan
rezim yang berkuasa
c. Tingkat kepatuhan dan
responsivitas kelompok
sasaran
32
F. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan definisi dan konsep yang sudah dibahas sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa Implementasi Program merujuk pada bagaimana melihat
tingkat keberhasilan program yang dijalankan berdasarkan isi kebijakan dan
lingkungan kebijakan sesuai pendapat para ahli sebelumnya. Apabila konsep
tersebut dikaitkan dengan fungsi pemerintah dalam hal ini kaitannya dengan
salah satu program yakni Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di
Kabupaten Takalar.
1. Content of Policy terdiri dari 6 (enam) poin yaitu :
a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, berkaitan dengan
pelaksanaan pendataan calon penerima bantuan, pelaksanaan
penetapan penerima bantuan, dan pelaksanaan penerimaan bantuan.
b. Jenis manfaat yang bisa diperoleh masyarakat penerima bantuan
dengan adanya program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK).
c. Derajat perubahan yang inginkan pemerintah dengan adanya
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) kepada daerah dan
masyarakat penerima bantuan.
d. Letak pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) mengenai
permasalahan tidak tepat sasarannya bantuan yang diberikan.
e. Pelaksana program. Dalam menjalankan Program Satu Sapi Satu
Kepala Keluarga (KK) didukung oleh pelaksana yang kompeten.
33
f. Sumber-sumber daya yang digunakan. Pelaksanaan kebijakan
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) didukung oleh
sumber-sumber daya yang memadai.
2. Context of Policy terdapat 3 (tiga) poin yaitu :
a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang
terlibat. Dalam kebijakan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga
(KK) perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan,
kepentingan-kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para
pelaksana kebijakan.
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa. Lingkungan dimana
kebijakan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) juga
berpengaruh terhadap keberhasilannya.
c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Hal lain yang
dirasa penting dalam proses pelaksanaan kebijakan Program Satu
Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) adalah kepatuhan dan respon dari
para pelaksana.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Takalar. Alasan peneliti
memilih lokasi ini karena Pemda Kabupaten Takalar telah menjalankan
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah yang
besar, namun diluar dari pada itu nyatanya masih terdapat masyarakat
yang berprofesi petani dan ternak yang berstatus berpenghasilan rendah
atau kurang mampu yang belum menerima bantuan berupa sapi betina.
Dengan adanya program tersebut, seharusnya pemerintah harus
bersungguh-sungguh dalam melaksanakan Program Satu Sapi Satu
Kepala Keluarga (KK) sesuai dengan tujuan yang ingin di capai
sebelumnya. Hal ini kemudian menarik untuk dikaji oleh peneliti
mengenai bagaimana Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) sesuai dengan tujuan program yang hendak dicapai
sebelumnya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan berlangsng selama dua (2) bulan setelah
dilaksanakannya seminar proposal.
35
B. Jenis Dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk memberikan
gambaran mengenai Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar yang terjadi secara objektif, maka
jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang
mendeskripsikan tentang Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
fenomenologi di maksudkan untuk gambaran secara jelas masalah-
masalah yang diteliti berdasarkan pengalaman yang dialami oleh
informan mengenai implementasi program Implementasi Program Satu
Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar.
C. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang diharapkan memberikan data secara
obyektif, akurat, serta dapat dipertanggung jawabkan yang diberikan kepada
peneliti.Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Peternakan dan
Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Hj. Ernawati, SP,
M.Si), Kepala Seksi Bidang Produksi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
(Rafiuddin, S.Pt), Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat
(Haris, S.Pt), Kepala Seksi Penyebaran dan Pengembangan Usaha Peternakan
(Ratnawati M, S.Pt) peneliti memilih Kepala Bidang Peternakan dan
36
Kesehatan Hewan dan Kepala Seksi Perbibitan dan Produksi, Kepala Seksi
Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veterine, serta Kepala Seksi Penyebaran
dan Pengembangan Usaha Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
dikarenakan mereka memiliki informasi yang akurat terkait pelaksanaan
program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sekaligus menjadi pelaksana/
implementor dari program tersebut serta masyarakat bersyarat. Warga atau
masyarakat penerima bantuan juga menjadi informan dikarenakan masyarakat
yang menerima hasil dari Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
sehingga perlu untuk dijadikan informan pada penelitian ini. Dalam
penentuan informan penelitian peneliti menggunakan metode purposive
sampling dimana teknik menentukan sampel sengaja dipilih.
Tabel 3.1 Informan Penelitian
NO NAMA JABATAN JUMLAH
1 Hj. Ernawati, SP, M.Si Kepala Bidang Pet ernakan
dan Kesehatan Hewan 1
2 Rafiuddin, S.Pt Kepala Seksi Perbibitan dan
Produksi 1
3 Haris, S.Pt Kepala Seksi Kesehatan Hewan
dan Kesehatan Masyarakat 1
4 Ratnawati M, S.Pt Kepala Seksi Penyebaran dan
Pengembangan Usaha Peternakan 1
5 Masyarakat Penerima Bantuan 8
37
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data primer dan data sekunder peneliti menggunakan
beberapa bentuk pengumpulan data diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap suatu objek yang nantinya akan diteliti, baik secara
langsung untuk mendapatkan data yang akan dikumpulkan dalam sebuah
penelitian. Observasi dilakukan dengan melihat kondisi yang terjadi
apakah penerima yang memenuhi syarat mendapatkan bantuan telah
mendapatkan bantuan dari Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
atau tidak mendapatkan. Observasi secara langsung adalah turun
kelapangan dan melibatkan seluruh panca indra, sedangkan observasi
secara tidak langsung dikatakan bahwa penelitian adalah pengamatan yang
dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti media visual atau
audiovisual, misalnya misalnya teleskop, handycam dan lain-lain. Inti dari
observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek untuk mengetahui
keberadaan objek, situasi, konteks dan juga maknanya dalam melakukan
pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik yang dilakukan dalam bentuk
pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi serta ide melalui
tanya jawab sehingga dapat menyusun makna dalam suatu pembahasan
tertentu. Jadi dengan adanya wawancara maka peneliti akan lebih mudah
38
untuk mengetahui hal-hal yang lebih spesifik tentang partisipan bagaimana
situasi dan fenomena yang dirasakan informan terkait Program Satu Sapi
Satu Kepala Keluaraga (KK).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data-data serta dokumen
yang diperlukan dalam permaslahan yang terkait dengan penelitian lalu
dikaji secara intens, seperti data yang diperoleh dari dinas terkait dengan
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) atau pun data yang
diperoleh dari masyarakat seperti hasil daripada bantuan yang telah
diterima sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan
pembuktian pada suatu kejadian yang diteliti. Hasil observasi dan
wawancara akan lebih kuat, dan jelas serta dapat dipercaya jika di dukung
oleh dokumen yang terkait dengan penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara
deskriptif kualitatif dengan mengutamakan pengungkapan melalui keterangan
yang didukung dan diperoleh dengan data sekunder. Data dikelompokkan
agar nantinya lebih mudah untuk menganalisis data yang dibutuhkan dan
yang tidak dibutuhkan. Setelah dikelompkkan, data tersebut dipaparkan
dalam bentuk teks agar lebih mudah dimengerti, setelah itu penulis dapat
mengambil kesimpulan dari data tersebut sehingga mampun menjawab pokok
permasalahan penelitian. Untuk menganalisa berbagai fenomena yang terjadi
dilapangan, dilakukanlangkah-langkah sebagai berikut:
39
1. Pengumpulan informasi melalui wawancara, observasi langsung dan
dokumentasi.
2. Reduksi Data
Yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan yang
terjadi di lapangan. Langkah ini bertujuan untuk informasi mana yang
sesuai dan tidak sesuai dengan masalah dalam penelitian.
3. Penyajian Data
Setelah redukasi data dilakukan, maka langkah selanjutnya yang
dilakukan yaitu menganalisis penyajian (Display) data. Penyajian data
diarahkan agar data hasil pengurangan terorganisasikan, tersusun dalam
pola hubungan, sehingga semakin mudah untuk dipahami. Penyajian data
dilakukan dalam bentuk deskripsinaratif. Pada langkah ini, peneliti
berusaha menyusun suatu data yang signifikan sehingga dapat menjadi
informasi yang real dan bisa disimpulkan serta memiliki makna tertentu.
Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menjabarkan dan membuat
hubungan antar fenomena untuk mengetahui apa yang terjadi dan apa
yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Display
data yang baik merupakan suatu langkah penting agar dapat tercapainya
analisis kualitatif yang pasti dan handal.
4. Tahap akhir yaitu mengambil suatu kesimpulan yang dilakukan secara
cermat dengan melakukan suatu pembuktian berupa tinjauan ulang pada
catatan yang telah didapatkan dilapangan sehingga data-data yang teruji
40
validitasnya.
F. Teknik Pengabsahan Data
Teknik pengabsahan data pada penelitian ini menggunakan metode
trigulasi yaitu :
1. Triangulasi sumber data
Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek serta
membandingkan data maupun informasi yang didapat melalui berbagai
sumber.
2. Triangulasi metode/teknik
Triangulasi metode/teknik ini dilakukan dengan cara memeriksa
serta menguji data maupun informasi yang didapatkan dari sumber yang
sama tetapi melalui teknik yang berbeda. Misalnya data yang didapat
melalui metode wawancara, lalu di cek lagi melalui observasi serta
pengecekan terhadap dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.
3. Triangulasi waktu
Trigulasi waktu yaitu pengambilan informasi maupun data penelitian
dalam kondisi waktu yang berbeda, sebab waktu yang berbeda dapat
mempengaruhi kebenaran suata data yang diperoleh. Misalnya
pengambilan data atau informasi melalui wawancara saat pagi hari dapat
memberikan data maupun informasi yang lebih valid.
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Kabupaten Takalar
Kabupaten Takalar adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia yang ibu kotanya terletak di Pattallassang. Secara
geografis Kabupaten Takalar terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi
Selatan dengan jarak 40 km dari Kota Metropolitan Makassar dan terletak
antara 5○3’ - 5
○38’ Lintang Selatan dan antara 199
○22 - 199
○39 Bujur
Timur dengan luas wilayah 566,51 Km2.
Secara geografis Kabupaten Takalar berbatasan dengan beberapa
wilayah sebagai berikut :
a) Sebelah Utara dengan kota Makasar dan Kabupaten Gowa
b) Sebelah Selatan dengan Laut Flores
c) Sebelah Barat dengan Selat Makassar
d) Sebelah Timur dengan Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Gowa
Wilayah administrasi Kabupaten Takalar terdiri dari 9 (sembilan)
kecamatan yaitu Kecamatan Manggarabombang, Kecamatan
Mappakasunggu, Kecamatan Polombangkeng Selatan, Kecamatan
Polombangkeng Utara, Kecamatan Galesong Selatan, Kecamatan
Galesong Utara, Kecamatan Pattalassang, Kecamatan Galesong,
Kecamatan Sanrobone.
42
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar pada
tahun 2016 penduduk di Kabupaten Takalar berjumlah 289.978 jiwa, pada
tahun 2017 berjumlah 292.983 jiwa, dan tahun 2018 mencapai 295.892
jiwa.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Di Kabupaten Takalar Tahun 2016 – 2018
Kecamatan Penduduk Menurut Kecamatan (Jiwa)
2018 2017 2016
Mangarabombang 39.156 38.913 38.653
Mappakasunggu 16.239 16.129 16.010
Sanrobone 14.130 14.048 13.959
Polombangkeng Selatan 28.690 28.494 28.287
Pattallassang 39.551 38.975 38.394
Polombangkeng Utara 50.290 49.797 49.288
Galesong Selatan 26.194 25.936 25.668
Galesong 41.421 40.962 40.491
Galesong Utara 40.221 39.729 39.228
Takalar 295.892 292.983 289.978
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar, Kabupaten
Takalar tahun 2017 memiliki Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 67.696 jiwa,
pada tahun 2018 berjumlah 68.368 jiwa, dan pada tahun 2019 berjumlah 68.929
jiwa.
43
Tabel 4.2 Jumlah Kepala Keluarga (KK) Di Kabupaten Takalar Tahun
2017-2018
Kecamatan Tahun
2017 2018 2019
Mangarabombang 8.784 8.821 8.841
Mappakasunggu 3.700 3.739 3.772
Sanrobone 3.139 3.167 3.191
Polombangkeng Selatan 7.171 7.228 7.272
Pattallassang 9.040 9.188 9.325
Polombangkeng Utara 12.243 12.368 12.472
Galesong Selatan 5.742 5.799 5.847
Galesong 9.256 9.352 9.433
Galesong Utara 8.621 8.706 8.776
Takalar 67.696 68.368 68.929
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Takalar
2. Gambaran Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) adalah program yang
di jalankan Bupati Takalar terpilih sebagai Program Unggulan dari Janji
Politik saat mecalonkan sebagai Bupati Takalar, program Satu Sapi Satu
Kepala Keluarga (KK) dijalankan pada tahun kedua yaitu tahun 2018.
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) adalah program yang
bertujuan untuk meningkatkan populasi Sapi dan meningkatkan
perekonomian masyarakat khususnya petani dan peternak. Program Satu
Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sudah berjalan selama 2 (dua) tahun yaitu
sejak tahun 2018 – 2019 yang dimana bantuan Sapi yang telah diberikan
kepada masyarakat pada tahun 2018 sebanyak 170 ekor, dan pada tahun
1.409.
44
B. HASIL PENELITIAN
Pada bagian ini, dijelaskan mengenai hasil dan pembahasan dari data
yang telah diperoleh di lapangan baik melalui wawancara, maupun melalui
bahan tertulis dan observasi yang dilakukan pada saat penelitian mengenai
kebijakan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar.
Keberhasilan dari implementasi program 1 Sapi 1 Kepala Keluarga (KK)
di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar yang akan
dianalisa oleh peneliti dengan menggunakan teori implementasi yang
dikemukakan oleh Merilee S. Grindle, yang dikenal dengan Implementation
as a Political and Administrative Process. Fokus dalam penelitian ini
berdasarkan dua dimensi penelitian dari model implementasi Merilee S.
Grindle sebagai berikut :
1. Isi Kebijakan (Content of Policy)
a. Kepentingan Yang Mempengaruhi
Kepentingan yang mempengaruhi menurut Grindle dalam
Agustino (2016) menyatakan bahwa “berkaitan dengan kepentingan-
kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan.
Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya
pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana kepentingan
kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya.
Kepentingan yang mempengaruhi dalam pelaksanaan distribusi
dalam program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Dinas
45
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar yaitu pelaksanaan
program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) yang dilaksanakan oleh
petugas Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar.
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga merupakan program yang
dijalankan Pemda Kabupaten Takalar atas dasar janji politik saat masa
kampanye.
Peluang pembangunan sub sektor peternakan di Kabupaten
Takalar sangat besar karena di daerah ini telah berkembang usaha
peternakan rakyat terutama ternak sapi potong dalam hal ini adalah sapi
beli. Selain itu, lahan pertanian padi/ palawija dan tanaman hortikurtula
lebih dominan dikabupaten ini yang merupakan lahan yang luas untuk
pegembangan ternak sapi potong. Peluang yang besar ini dapat menjadi
fasilitas untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat dan
menanggulangi kemiskinan. Selain faktor pendukung ditemukan juga
kendala yang harus diselesaikan diantaranya :
1) SDM yang masih kurang baik secara kualitas maupun kuantitas
2) Modal usaha yang kecil
3) Jumlah bibit/ indukan ternak terbatas
4) Penggunaan teknologi tepat guna/ ramah lingkungan yang belum
optimal
5) Mekanisme pemasaran yang belum tertata secara baik
46
Untuk mengatasi masalah SDM dibidang peternakan,
pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Takalar telah
melaksanakan berbagai pelatihan dan pemagangan petani peternak
kebeberapa daerah lain yang lebih maju. Disamping itu dilakukan
penyuluhan-penyuluhan oleh petugas dinas. Sedangkan untuk
mengatasi permodalan, pemerintah telah menerbitkan kredit
diantaranya pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Dalam mengatasi jumlah ternak yang terbatas, Pemerintah
Kabupaten Takalar melalui Dinas Peternakan dan ketahanan Pangan
terus berupaya mengusahakan bantuan baik dari provinsi maupun pusat.
Sedangkan dari APBD II, pemerintah akan memberikan bantuan ternak
kepada petani peternak sampai tahun 2020. Untuk lebih memperkuat
pembangunan di bidang peternakan dan dalam rangka menanggulangi
kemiskinan di Kabupaten Takalar, pada tahun 2017-2020, pemerintah
Kabupaten Takalar mengalokasikan anggaran melalui APBD II untuk
memberikan bantuan indukan ternak sapi bali dan beberapa sarana
pendukung secara bantuan Hibah.
b. Tipe Manfaat Yang Diperoleh
Pada poin ini Content of Policy isi kebijakan menurut Merilee S.
Grindle berupaya untuk menunjukan atau menjelaskan bahwa dalam
suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang
menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian
47
kepada banyak pelaku lebih mudah di implementasikan disbanding
dengan kebijakan yang kurang bermanfaat.
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah baik itu program,
peraturan, atau perundang-undang sebagai landasan hukumnya harus
dapat memberikan hasil yang bermanfaat dan berdampak positif serta
dapa merubah kearah yang lebih baik dari hasil
pengimplementasiannya. Setiap kebijakan tentunya adalah suatu upaya
ataupun usaha dari pemerintah untuk menjadikan sesuatu menjadi lebih
baik lagi dan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada serta
bermanfaat.
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sendiri adalah
kebijakan pemerintah dimana pemerintah memberikan 1 (satu) ekor
sapi kepada masing-masing 1 (satu) kepala keluarga untuk
diberdayakan. Peserta penerima bantuan dapat menggunakan atau
memanfaatkan bantuan tersebut sebagai pendapatan bulanan atau
tahunan dengan jangka panjang. Peserta penerima adalah masyarakat
yang berstatus sebagai petani dan peternak.
Berdasarkan wawancara yang dikemukakan oleh Kepala Seksi
Produksi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mengatakan :
“berbicara tentang manfaat, tentu manfaat yang diperoleh dari
bantuan ini untuk daerah diharapkan mampu menambah populasi
sapi ternak yang ada di Kabupaten Takalar. Untuk manfaat bagi
masyarakat, masyarakat mendapatkan bantuan ini secara gratis
dari pemerintah.”
48
Penulis juga melakukan wawancara kepada Kepala Seksi
Pembibitan dan Produksi terkait dengan manfaat yang diperoleh
masyarakat :
“Kami sebagai pelaksana dari program ini hanya menjalankan
tugas dan berharap dengan adanya program ini masyarakat dapat
memanfaatkan dan dapat mengurangi beban ekonomi masyarakat
meskipun bantuan ini adalah bantuan dengan pendapatan bulanan
dan tahunan.” (Wawancara 24 November 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Produksi Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan mengatakan bahwa bantuan yang
diberikan kepada petani dan peternak ini tidak dipungut biaya. Pihak
dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sebagai pelaksana program
Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) hanya menjalankan tugas dan
berharap dengan adanya bantuan ternak masyarakat penerima bantuan
dapat memanfaatkan bantuan dengan baik serta dapat menambah
penghasilan sebagai pendapatan bulanan dan pendapatan tahunan.
Kemudian peneliti mencoba mewawancarai masyarakat penerima
bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) :
“Alhamdulillah kalau dibilang manfaat, bermanfaat sekali karena
siapa mau kasiki sapi na sedangkang kita ini tidak sanggup beli
sapi. Ini saja kita sudah dapat penghasilan dari bantuan ini karena
lebaran haji kemarin itu adami didapat dari hasil penjualan sapi
ditambah lagi harga jualnya itu lebih tinggi dari sapi-sapi biasa.
Jadi kalau dibilang bermanfaat, pasti bermanfaat.” ( Wawancara
25 September 2020)
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan masyarakat penerima
bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK), mereka bersyukur
dengan adanya bantuan dari pemerintah dalam segi pemberian sapi
49
ternak karena bantuan 1 (satu) ekor sapi dapat memberikan penghasilan
tambahan untuk masyarakat penerima bantuan.
Disamping hasil wawancara dengan informan, peneliti telah
melalukan observasi terkait manfaat yang diperoleh penerima bantuan
Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK), mendapatkan bantuan secara
gratis dan dapat meningkatkan atau menambah penghasilan dengan
adanya bantuan ternak.
c. Derajat Perubahan Yang Diinginkan
Menurut Merilee S. Grindle (2016), indikator derajat perubahan
yang diinginkan menjelaskan bahwa seberapa besar perubahan yang
hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus
mempunyai skala yang jelas. Sebuah kebijakan diharapkan dapat
memberikan manfaat yang baik secara berkelanjutan. Suatu
implementasi yang baik akan memberikan output yang baik untuk
jangka waktu yang singkat maupun yang panjang secara terus menerus
serta teratur.
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) menginginkan
perubahan yaitu meningkatnya ketersediaan/ populasi sapi indukan
dikelompok tani/ unit usaha petrnakan dan meninkatnya populasi sapi
dikelompok tani/ peternak. Bantuan ternak diharapkan mampu
meningkatkan penghasilan bagi para petani dan peternak untuk
diberdayakan sehingga mampu mewujudkan kesejateraan bagi
masyarakat Kabupaten Takalar khusunya bagi petani dan peternak
50
dalam perwujudan pemberian bantuan 1 (satu) ekor sapi untuk
diberdayakan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dikemukakan oleh Kepala
Seski Produksi Dinas Pertanian Dan Ketahana Pangan sebagai
pelaksana dari program Satu Sapi Satu Keluarga, yaitu :
“terkait derajat perubahan untuk membantu masyarakat petani
dan peternak, dengan adanya program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga diharapkan bisa memberikan perubahan dari segi
ekonomi.”
Kepala Seksi Pembibitan dan Produksi Juga menambahkan :
“Jika masyarakat mampu memberdayakan bantuan ternak yang
diberikan ini dapat menjadi pendapatan bulanan dan tahunan bagi
masyarakat dan dapat sebagai investasi kedepannya.”
(Wawancara 24 September 2020)
Dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Produksi Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan menyatakan terkait derajat perubahan
yang diinginkan mengharapkan masyarakat penerima bantuan khusunya
bagi petani dan peternak bisa memanfaatkan sebaik mungkin bantuan
tersebut. Sehingga dengan adanya bantuan tersebut mampu memberikan
perubahan dari segi ekonomi masyarakat khususnya petani dan
peternak.
Kemudian peneliti mencoba mewawancarai masyarakat penerima
bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) :
“perubahannya itu nak ada memang, dan dirasakanji juga, karena
adami juga hasilnya, adami yang sudah dijual, nariolo
panggampanta battu rilamungantaji anne kammangkana lebba
tommi ripa’matu matu na anne niamo sedeng anakna.”
(Wawancara 25 November 2020)
51
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat penerima bantuan
terkait perubahan setelah mendapatkan bantuan ternak, masyarakat
penerima bantuan yang sebelumnya hanya mendapatkan penghasilan
dari bertani dan sekarang mendapatkan penghasilan juga dari beternak
sapi.
Tabel 4.3 Jumlah Ternak Sapi Yang Dibagikan Tahun 2018-2019
KECAMATAN
JUMLAH BARANG
(EKOR/SAPI) TOTAL
2018 2019
Galesong 10 125 135
Galesong selatan 25 90 115
Galesong utara 20 70 90
Mangarabombang 10 75 85
Mappakasunggu 5 25 30
Pattallassang 15 160 175
Polombangkeng selatan 25 325 350
Polombangkeng utara 50 419 469
Sanrobone 5 120 125
Total 170 1409 1579
d. Letak Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan mempunyai peranan
penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus
dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan
yang hendak diimplementasikan. Letak pengambilan keputusan
tentunya sangat erat kaitannya dengan para Stakeholders dimana setiap
keputusan yang diambil dalam menjalankan suatu kebijakan satu
program harus sesuai dengan peraturan dan ketentaun yang ada dan
keputusan yang diambil tentu untuk kepetingan bersama.
52
Letak pengambilan keputusan pada program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) dapat menentukan tercapainya tujuan kebijakan, ketika
keputusan yang telah ditetapkan sebelumnya berjalan degan baik maka
tujuan dari kebijakan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
dapat tercapai dengan baik pula. Adapun letak pengambilan keputusan
dalam program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) di Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar adalah keputusan
pada permasalahan seputar pelaksanaan program.
Berdasarkan observasi peneliti sebelumnya, terdapat permasalahan
dalam pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
masih adanya masyarakat khususnya masyarakat yang berstatus sebagai
petani dan peternak yang belum mendapatkan bantuan ternak. Terdapat
juga masyarakat penerima bantuan yang mendapatkan bantuan tetapi
tidak memenuhi syarat. Hal tersebut menyebabkan batuan yang
diberikan oleh pemerintah menjadi tidak tepat sasaran.
Untuk memastikan observasi peneliti sebelumnya, peneliti
melakukan wawancara terhadap informan terkait keputusan yang
diambill untuk mengatasi masalah masih terdapat masyarakat yang
berstatus sebagai petani dan peternak yang belum mendapatkan bantuan
ternak serta mengenai tidak tepat sasarannya bantuan ternak yang
diberikan.
53
Berikut hasil wawancara dengan Seksi Produksi Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan, mengatakan :
”untuk mengenai masalah masih terdapatnya masyarakat yang
berstatus petani dan peternak yang belum mendapatkan bantuan,
kami itu memiliki target dalam pembagian sapi ini, target kami
sebenarnya adalah 6.000 ekor sapi dibagikan dalam periode ini
dan lebih baiknya lagi jika lebih, untuk pembagian ini sebenarnya
kami terkendala di anggaran, seperti kemarin kita mengeluarkan
bantuan ke masyarakat itu sebesar 500 ekor sapi, tapi anggaran
kita itu di potong karena COVID.” (Wawancara 24 September
2020)
Informan juga menambahkan :
“Kemudian mengenai permasalahan adanya masyarakat yang
mendapatkan bantuan tetapi tidak memenuhi syarat, kita akan
melakukan evaluasi kepada pelaksana yang terlibat dalam
pelaksanaan penentuan penerima bantuan.”(Wawancara 24
September 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Seksi Produksi Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan mengenai permasalahan masih
terdapatnya masyarak yang berstatus petani dan peternak yang belum
mendapatkan bantuan, pemerintah berusaha untuk mencapai target yaitu
sebesar 6.000 (enam ribu) sapi untuk diterima masyarakat petani dan
peternak bahkan lebih. Kendala dalam pemberian bantuan ternak
terletak pada anggaran yang dimana anggaran pada tahun ini dipotong
karena adanya wabah COVID sehingga tidak dapat mencapai target
pada tahun ini dalam pemberian bantuan sebelumnya yaitu sebesar 500
(lima ratus) ekor sapi. Terkait permasalahan mengenai tidak tepat
sasarannya bantuan yang diberikan pihak dinas akan melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan penetapan penerima bantuan.
54
Kemudian peneliti mencoba mewawancarai masyarakat penerima
bantuan program 1 Sapi 1 Kepala Keluarga (KK) :
“saya sebagai penerima bantuan merasa dibebankan kembali dari
adanya bantuan sapi ini, karena pihak dinas juga tidak
memberikan bekal waktu diberikan ini bantuan, contohnya kita itu
tidak diberikan dana untuk buat kandang, dan baruki juga ini
memelihara sapi, jadi itu tetangga juga biasa komplain kalau
berbau sapi na disamping rumahji disimpan.”(Wawancara 26
September 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat penerima
bantuan ternak yang dimana masyarakat penerima bantuan tidak
memenuhi syarat dalam hal telah tersedia kandang, lahan untuk ternak
sebelumnya, kemudian tidak siapnya penerima bantuan dalam beternak
dimana belum berpengalaman untuk beternak sapi. Penerima bantuan
seharusnya tidak mendapatkan bantuan meski bersyarat dalam
kelengkapan berkas tetapi tidak bersyarat dalam artian belum siap untuk
beternak sapi sehingga menjadi terbebani.
e. Pelaksana Program
Pelaksanaan program adalah suatu hal yang sangat penting dalam
suatu kebijakan, karena pelaksana program adalah penggerak ataupun
alat untuk mencapai suatu keberhasilan yang telah ditetapkan pada awal
pembuatan kebijakan. Dapat dikatakan para pelaksana ini adalah
penyedia dan yang pemberi pelayanan bagi masyarakat di dalam suatu
kebijakan.
55
Berdasarkan hasil observasi peneliti, pelaksana program
merupakan tim dan anggota yang berwenang untuk melaksanakan
program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) yaitu orang yang telah
ditujuk dan ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar dan membentuk
kerjasama antara Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa/ Kelurahan
yang bertugas untuk mengumpulkan berkas sebagai persyaratan
mendapatkan bantuan ternak yang dimana setelah berkas terkumpul
maka langsung diberikan kepada pihak Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan untuk diverifikasi sebelum menetapkan kelompok tani yang
berhak mendapatkan bantuan ternak.
Untuk memastikan hasil observasi tersebut, peneliti melakukan
wawancara terhadap informan penelitian terkait pelaksana program
Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK). Berikut ini hasil wawancara
dengan Kepala Seksi Produksi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan,
mengatakan :
“Dalam pelaksanaan program ini kami juga bekerjasama dengan
PPL yang ada di desa/ kelurahan dimana masyarakat yang ingin
mendapatkan bantuan berkasnya itu di kumpul di PPL, kemudian
setelah terkumpul berkas dari PPL itu diberikan ke pihak dinas
untuk diverifikasi berkasnya apakah layak untuk menerima
bantuan ternak.” (Wawancara 18 Desember 2020)
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Produksi
mengatakan bahwa dalam pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan bekerja sama
dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang dimana PPL
56
membantu Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dalam hal untuk
mempermudah pengumpulan berkas dari masing-masing warga Desa/
Kelurahan yang ingin mendapatkan bantuan ternak.
Gambar 4.1 Standar Operasional Prosedur (SOP)
f. Sumberdaya Yang Digunakan
Dalam pelaksanaan atau pengimplementasian suatu kebijakan perlu
didukung dengan adanya sumber daya yang dapat memberikan
pengaruh positif dan berguna untuk mensukseskan dalam pelaksanaan
suatu kebijakan ataupun program tersebut. Sumber daya yang memadai
tentunya sangat membantu di dalam pelaksanaan suatu kebijakan
tersebut agar dapat berjalan dengan baik, maksimal, efektif dan efisien.
Pelaksanaan kebijakan akan berjalan dengan baik dan lancar
apabila di dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Sumber Daya Manusia
(SDM) yang mencukupi dan tentunya berkualitas. Dalam pencapaian
tersebut tentu membutuhkan SDM yang sesuai dengan kemampuan
yang memiliki dan kecukupan untuk menjalankan suatu kebijakan
tersebut.
57
Hasil observasi menunjukkan bahwa, sumber daya manusia di
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sudah mencukupi dalam
melakukan tugas dan fungsi, terutama dalam menjalankan program Satu
Sapi Satu Kepala Keluarga (KK). Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan telah memiliki seksi khusus yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK). Adapun
dokumentasi dari hasil observasi tersebut yaitu struktur organisasi
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar, sebagai
berikut :
58
Gambar 4. 2 Struktur Organisasi Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Peneliti juga mewawancarai Kepala Seksi Perbibitan dan Produksi
terkait dengan anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan program
Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) :
”untuk mengenai anggaran yang digunakan dalam program ini,
setiap tahun anggarannya berbeda-beda, tahun 2018 itu sebanyak
Rp. 2.040.000.000, tahun 2019 sebanyak Rp. 17.612.500.000, pada
tahun 2020 sebanyak Rp. 3.000.000.000 tetapi untuk bantuan tahun
2020 belum dibagikan.”
KEPALA DINAS PERTANIAN
DAN KETAHANAN PANGAN
SEKRETARIS DINAS
PERTANIAN DAN KETAHANAN
PANGAN
KEPALA BIDANG PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
Hj.ERNAWATI, SP, M.Si
KEPALA SEKSI KESEHATAN
HEWAN DAN KESEHATAN
MASYARAKAT VETERINE
HARIS, S.Pt
KEPALA SEKSI PENYEBARAN
DAN PENGEMBANGAN USAHA
PETERNAKAN
RATNAWATI M, S.Pt
KEPALA SEKSI PERBIBITAN
DAN PRODUKSI
RAFIUDDIN, S.Pt
1.MUH ILYAS J, SP 2.KAMARIAH, SE
3.A. NURBAYA, SE
4.MADAWANG TAYANG, S.Pt 5.ABD. KADIR, S.Pt
6.HARIANTI, SP
7.MUSTABASIR, SE 8.RUSLAN JAELANI, S.Pt
9.MANAI
1.drh. FELISA MIRA ANOMSARI
2.drh. AHMAD NUR
3.ST. BUNGADAENG, SE
4.RESTIANTI LANTARA, A. Md
5.BACO
6.IBNU HADI RAMADHAN, S.Pt
1. IVA RUGAYYA ASSAGAF, S.Pt
2.RAHMAN HAERUDDIN, SE
3.MUHAMMAD IMRAN, S.Pt 4.MUHAMMAD RIFKI RAFSANJANI,
S.Pt
5.KASMUDDIN 6.SHAIRA SYAHRIR
59
Hasil penelitian mengenai Sumber daya yang digunakan Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan terkait program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) juga berupa anggaran yakni tahun 2018 sebanyak Rp.
2.040.000.000 dengan jumlah sapi yang diberikan sebanyak 170 ekor,
tahun 2019 sebanyak Rp. 17.612.500.000 dengan jumlah sapi yang
diberikan sebanyak 1.409 ekor. Dan pada tahun 2020 sebanyak Rp.
3.000.000.000 dengan jumlah sapi yang disediakan sebayak 250 ekor.
Tabel 4.4 Jumlah Anggaran Tahun 2018-2020
Tahun Jumlah Ternak Anggaran/ Satu
Ekor Sapi (Rp) Total (Rp)
2018 170 12.000.000.000 2.040.000.000
2019 1.409 12.500.000.000 17.612.500.000
2020 250 12.000.000.000 3.000.000.000
2. Lingkungan Kebijakan (Context of Policy)
a. Kekuasaan, Kepentingan Dan Strategi Aktor Yang Terlibat
Menurut Merilee S. Grindle (2016:142) Kekuasaan, kepentingan-
kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat. Menurut Merilee S.
Grindle menjelaskan dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula
kekuatan atau kekuasaan, kepentingan-kepentingan serta strategi yang
digunakan oleh para aktor guna memperlancar jalannya pelaksanaan
suatu implementasi kebijakan.
Pada indikator ini melihat dari sosialisasi dari program Satu Sapi
Satu Kepala Keluarga. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang
terlibat pada kebijakan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
60
adalah sosialiasi dari program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
yaitu sosialisasi mengenai program Insiminasi Buatan (IB) dimana
Insiminasi Buatan (IB) adalah cara pengembangan ternak dengan
menyuntikkan sperma buatan agar ternak lebih cepat bunting dari
sebelumnya hingga dapat cepat pula melahirkan anak sapi untuk
diberdayakan. Ini merupakan salah satu strategi dalam mencapai tujuan
program yaitu kesejahteraan sosial dengan meningkatnya
pemberdayaan ternak masyarakat. Pihak Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan juga memberikan asuransi kepada penerima bantuan
ternak jika ternak yang telah diberikan mati, atau hilang dengan
memberikan Rp. 10.000.000 untuk ternak yang mati dan Rp. 7.000.000
untuk ternak yang hilang.
Hasil observasi peneliti dilapangan, kurangnya sosialisasi
mengenai Insiminasi Buatan (IB) sehingga masih terdapat masyarakat
yang dimana bantuan yang diberikan terlambat dalam menghasilkan
anak sapi bahkan terdapat masyarakat penerima bantuan yang bantuan
yang diberikan belum menghasilkan anak sapi hingga sekarang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat penerima
bantuan ternak, mengatakan :
“saya tidak tau kalo ada program seperti itu, na ini saya sapiku
adami mungkin 2 tahun na belumpi ada anaknya semenjak datang
ini bantuan”. (Wawancara 25 November 2020
61
Peneliti juga melakukan wawancara kepada penerima yang sudah
mengalami kematian ternak sejak ternak telah diberikan :
“untuk asuransi ternak, pihak dinas memberikan kami uang
sebesar Rp. 10.000.000 utnuk menggantiakan ternak saya yang
mati, setelah kita beritahukan pihak dinas terkait masalah tersebut,
pihak dinas datang ke lokasi serta melihat proses penguburan
ternak.”
Hasil wawancara dengan masyarakat penerima bantuan
mengatakan bahwa kurangnya sosialisasi dari pihak Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar mengenai Insiminasi Buatan
(IB) yang dimana membuat masyarakat penerima bantuan tidak
mendapatkan hasil dari pada bantuan yang diberikan yaitu sapi yang
diberikan belum bahkan tidak menghasilkan anak sapi untuk
diberdayakan masyarakat. Pihak Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan juga memberikan Asuransi Ternak kepada penerima bantuan.
Gambar 4.3 Asuransi Usaha Ternak Sapi
62
b. Karakteristik Lembaga dan Rezim yang Berkuasa
Lingkungan dimana suatu kebijakan dilaksanakan juga
berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini akan
dijelaskan karakteristik dari lembaga yang akan turut mempengaruhi
keberhasilan kebijakan. Dalam implementasi kebijakan yang telah
dibuat, maka pelaksanannya akan terlepas dari karakteristik atau peran
dari pelaksana kebijakan itu sendiri.
Karakteristik lembaga dan peguasa yang baik untuk pelaksanaan
program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) dibutuhkan oleh
pegawai Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan tetapi juga masyarakat
penerima bantuan. Pemerintah terkait program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) sebagai lembaga penguasa setempat harusnya
memberikan bantuan merata kepada masyarakat yang berstatus petani
dan peternak dengan tidak memilih calon penerima bantuan tetapi
menerima semua masyarakat yang bersyarata khusus untuk petani dan
peternak. Menyediakan sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan
segala keluhan terkait Bantuan Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK).
Penulis melakukan wawancara terhadap informan terkait sarana
penyampaian keluhan terkait dengan pelaksanaan program Satu Sapi
Satu Kepala Keluarga. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Seksi
Produksi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan :
“dalam penyampaian keluhan atau kebutuhan masyarakat
penerima bantuan terkait dengan pelaksanaan program tersebut,
kami memberikan sarana kepada masyarakat penerima bantuan
63
dengan memberikan kontak atau nomor dari pelaksana program
untuk langsung dihubungi oleh masyarakat yang membutuhkan
guna menyampaikan keluhan atau ingin menyampaikan
kebutuhannya,” (Wawancara 24 November 2020)
Dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Produksi Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan mengenai pelayanan terkait dengan
pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga. Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan memberikan pelayanan kepada masyarakat
penerima dengan memberikan kontak kepada masyarakat penerima
untuk digunakan menyampaikan keluhan atau kebutuhan masyarakat
terkait dengan pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga
(KK).
Penulis juga melakukan wawancara kepada masyarakat penerima
bantuan terkait dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan terkait pelaksanaan program,
mengatakan :
“kalau untuk pelayanan dari pemerintah saya itu pernah dikasi
kontak dari pihak dinas pertanian untuk dihubungi, karena itu hari
pernah ada sapi salah satu anggota kelompok tani yang mati,
untuk diurus itu ganti ruginya kita hubungi untuk masalah ini, jadi
kita langsung telpon untuk melapor ini masalah, setelah dihubungi
pihak dinas itu langsung datang untuk liat itu sapi yang mati
sampai proses penguburan sekalianmi diurus ganti ruginya.”
(Wawancara 25 November 2020)
Hasil wawancara dengan masyarakat penerima bantuan terkait
pelayanan yang diberikan pemerintah terkait dengan pelaksanaan
program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga. Masyarakat menggunakan
layanan yang diberikan pemerintah terkait dengan keluhan atau
64
kebutuhan masyarakat terkait program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga
(KK).
Kemudian penulis juga melakukan wawancara terhadap masyarakat
bersyarat yang tidak menerima bantuan :
“selama ini saya sebagai masyarakat petani tidak mendapatkan
bantuan, dan tidak tau bagaimana caranya supaya bisa
mendapatkan bantuan, bagaimana prosesnya, padahal kita juga
mau mendapatkan bantuan”
Dari hasil wawancara terkait dengan adanya masyarakat bersyarat
yang tidak mendapatkan bantuan bahwa pemerintah tidak
mensosialisasikan secara menyeluruh kepada masyarakat khusunya para
petani dan peternak mengenai Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga
(KK).
c. Tingkat Kepatuhan dan Adanya Respon Dari Pelaksana
Hal ini bagian penting dari proses implementasi suatu kebijakan,
dimana tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana kebijakan
merupakan aksi nyata dari pelaksana untuk melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya dalam pengimplementasian program Satu Sapi Satu
Kepala Keluarga (KK) ini agar dapat terlaksana dengan baik, secara
optimal dan berdaya guna bagi masyarakat yang membutuhkan serta
kepatuhan dari penerima bantuan terhadap hak dan kewajibannya
sebagai pihak penerma bantuan. Adapun proses atau tahapan-tahapan
dalam pelaksanaan pekerjaan pengadaan sapi adalah sebagai berikut :
65
1) Proses Pembelian
a) Seleksi Ternak
b) Pembelian Ternak
c) Identifikasi Ternak
2) Proses Pengangkutan dan Bongkar Muat
a) Angkutan Darat
b) Angkutan Laut
3) Proses Perlakuan
a) Tindakan Medis (Pengobatan/ Vaksinasi)
b) Perlakuan Biologis (Pemberian Pakan dan Minum)
c) Handling Ternak (Penanganan)
4) Penyebaran
Berdasarkan hasil wawancara terkait kepatuhan para pelaksana
program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK), dengan Kepala Bidang
Peternakan. Mengatakan :
“kami mempunyai 3 (tiga) bidang yang terlibat dalam pelaksanaan
program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) yaitu bidang
Perbibitan dan Produksi, bidang Kesehatan Hewan, bidang
Penyebaran. Untuk mengenai tingkat kepatuhannya, pelaksana
yang terlibat itu sudah menjalankan tugasnya dengan baik”.
Penulis juga mewawancarai Kepala Bidang Peternakan terkait
dengan tugas dari pada masing-masing bidang yang terlibat dalam
pelaksanaan program :
”bidang perbibitan dan produksi bertugas untuk memilih sapi
sebelum di masukkan ke daerah Kabupaten Takalar, Seksi
Kesehatan Hewan bertugas untuk memeriksa kesehatan sapi yang
66
akan di jadikan ternak pembagian, memastikan bahwa sapi yang
akan diambil tidak terjangkit oleh penyakit, kemudian seksi
Penyebarang yang dimana bertugas untuk membagikan sapi yang
telah diperiksa kesehatannya kepada masyarakat.” (Wawancara 11
Januari 2021)
Dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang Peternakan terkait dengan
kepatuhan para pelaksana mengemukakan bahwa masing-masing bidang
yang terlibat dalam pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga
(KK) sudah menjalankan tugasnya sesuia dengan kepentingannya masing-
masing dan berjalan dengan baik.
Hasil observasi peneliti terkait dengan kepatuhan masyarakat mengenai
hak dan kewajiban pihak penerima bantuan yaitu mengenai pemberian
bantuan anak sapi betina kepada dinas untuk dibagikan kembali kepada
kelompok tani lain.
Berikut wawancara peneliti dengan masyarakat penerima bantuan
terkait dengan hak dan kewajiban penerima bantuan :
“untuk sapi betina yang lahir itu akan kembali diberikan kepada
anggota kelompok tani lainnya yang belum mendapatkan bantuan
ternak, setelah pemberian sapinya, kalau bernak lagi itu sudah milik
kita, jadi ada kerjasama antara anggota kelompok tani.”
Penerima bantuan juga menambahkan :
“sebenarnya jika seperti itu kita sebagai pengembala sapi mungkin
mendapatkan manfaat dari ini, tetapi yahh kita juga harus menunggu
untuk waktu yang lama kalau mau dapat hasilnya dari bantuan ini”
Dari hasil wawancara dengan penerima bantuan terkait dengan hak dan
kewajiban penerima bantuan, masyarakat diwajibkan untuk memberikan
hasil anak sapi ternak berjenis betina kepada anggota kelompok tani lainnya
sebagai bentuk kerjasama antar kelompok, penerima juga merasa untuk
67
mendapatkan hasil dari bantuan ini, mereka harus menunggu sampai sapi
mereka beranak dua kali.
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengenai implementasi
program Satu Sapi Satu kepala keluarga (KK) di Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar dalam hal ini dapat dikaitkan dengan
teori Grindle dimana terdapat 2 indikator dengan setiap indikator terbagi dari
beberapa sub indikator yaitu indikator Isi Kebijakan (Content of Policy) :
kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi, tipe manfaat, derajat
perubahan yang diinginkan, letak pengambilan keputusan, pelaksana
program, sumber-sumber daya yang digunakan. Kemudian indikator
lingkungan kebijakan (Context of Policy) : kekuasaan, kepentingan dan
strategi aktor yang terlibat, karakteristik dan rezim yang berkuasa, tingkat
kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Dalam hal ini Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar merupakan stakeholder utama
dalam pelaksanaan program Satu Sapi Satu kepala keluarga (KK).
1. Isi Kebiajkan (Content of Policy)
a. Kepentingan-kepentingan Yang Mempengaruhi
Dalam indikator kepentingan yang mempengaruhi yaitu
kentingan yang mempengaruhi program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) adalah program yang dijalankan melalui SK dari
bupati kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang dimana
Program ini didasari dari janji politik Bupati Takalar yang
68
memanfaatkan peluang didaerah Kabupaten Takalar dengan melihat
lahan pertanian padi dan tanaman hortikurtula yang luas untuk
pengembangan sapi ternak.
b. Tipe Manfaat Yang Diperoleh
Sesuai dengan teori dari Merilee S. Grindle menjelaskan bahwa
dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang
memiliki dampak positif yang dihasilkan. Hasil penelitian mengenai
indikator ini adalah masyarakat mendapatkan atau merasakan manfaat
dari adanya Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) yaitu
mendapatkan ternak secara gratis yang memberikan pengaruh dalam
hal memberikan penghasilan tambahan kepada masyarakat petani dan
peternak.
c. Derajat Perubahan Yang Diinginkan
Dari hasil penelitian mengenai indikator derajat perubahan yang
diinginkan dari pemerintah sendiri mengharapkan masyarakat
penerima bantuan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK)
khususnya bagi petani dan peternak bisa memanfaatkan bantuan
sebaik mungkin sehingga dengan adanya bantuan tersebut mampu
memberikan perubahan dari segi ekonomi dan menanbah populasi
ternak sapi di Kabupaten Takalar. Sedangkan masyarakat penerima
bantuan terkait perubahan setelah mendapatkan bantuan ternak,
masyarakat yang sebelumnya mendapatkan penghasilan dari bertani
dan sekarang mendapatkan penghasilan juga dari peternak.
69
d. Letak Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan mempunyai
peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada
bagian ini harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari
suatu kebijakan yang hendak diimplementasikan. Berdasarkan
observasi peneliti sebelumnya, terdapat permasalahan dalam
pelaksanaan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) masih
adanya masyarakat khususnya masyarakat yang berstatus sebagai
petani dan peternak yang belum mendapatkan bantuan ternak.
Terdapat juga masyarakat penerima bantuan yang mendapatkan
bantuan tetapi tidak memenuhi syarat. Hal tersebut menyebabkan
batuan yang diberikan oleh pemerintah menjadi tidak tepat sasaran.
Hasil penelitian terkait letak pengambilan keputusan mengenai
permasalah masih terdapatnya masyarakat yang berstatus petani dan
peternak yang belum mendapatkan bantuan pemerintah terkendala dari
dana dan serta kouta bantuan yang terbatas setiap tahunnya dengan
kata lain bantuan yang diberikan dilakukan secara bertahap. Untuk
masalah terdapatnya penerima bantuan yang tidak memenuhi syarat.
Dalam hal ini terdapatnya masalah saat penentuan penerima bantuan
yang dimana pelaksana yang bertugas tidak melakukan tugasnya
dengan sungguh-sungguh sehingga terjadinya ketidak tepatan sasaran.
Untuk mengatasi permasalah ini pemerintah akan melakukan evaluasi
70
terhadap permasalah tersebut agar pelaksana yang terlibat melakukan
tugasnya dengan benar.
e. Pelaksana Program
Pelaksanaan program yang terlibat dalam pelaksanaan Program
Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) adalah pelaksana yang dipilih
dan menurut Surat Keterangan (SK) Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kabupaten Takalar. Dapat dikatakan para pelaksana ini adalah
penyedia dan yang pemberi pelayanan bagi masyarakat di dalam suatu
kebijakan. Pelaksana program Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
membentuk Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari masing-masing
wilayah tugasnya untuk mempermudah tugas dari Dinas dalam
mengumpulkan data.
f. Sumberdaya Yang Digunakan
Sumber daya yang memadai tentunya sangat membantu di dalam
pelaksanaan suatu kebijakan tersebut agar dapat berjalan dengan baik,
maksimal, efektif dan efisien.
Hasil penelitian dari indikator sumber daya yang digunakan
adalah sumber daya yang digunakan Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan dalam Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sudah
mencukupi dalam hal tugas dan fungsi. Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan telah memiliki seksi khusus yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK). kemudian
71
dana anggaran yang digunakan Dinas Dalam program ini diambil dari
anggaran APBD II.
2. Lingkungan Kebijakan (Context of Policy)
a. Kekuasaan, Kepentingan dan Strategi Aktor Yang Terlibat
Pada indikator ini melihat dari sosialisasi dari program Satu
Sapi Satu Kepala Keluarga. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor
yang terlibat pada kebijakan program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga
(KK) adalah sosialiasi dari program yaitu sosialisasi mengenai
program Insiminasi Buatan (IB) dimana Insiminasi Buatan (IB) adalah
cara pengembangan ternak dengan menyuntikkan sperma buatan agar
ternak lebih cepat bunting dari sebelumnya hingga dapat cepat pula
melahirkan anak sapi untuk diberdayakan. Dari hasil penelitian pada
indikator ini, pemerintah kurang melakukan sosialisasi mengenai
Insiminasi Buatan (IB) yang dimana membuat masyarakat penerima
bantuan tidak mendapatkan hasil dari bantuan yang diberikan yaitu
sapi yang diberikan belum bahkan tidak menghasilkan anak sapi untuk
diberdayakan masyarakat.
b. Karakteristik Lembaga dan Rezim Yang Berkuasa
Lingkungan dimana suatu kebijakan dilaksanakan juga
berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini akan
dijelaskan karakteristik dari lembaga yang akan turut mempengaruhi
keberhasilan kebijakan. Dalam implementasi kebijakan yang telah
dibuat, maka pelaksanannya akan terlepas dari karakteristik atau peran
72
dari pelaksana kebijakan itu sendiri. Mengenai indikator ini pelaksana
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) memberikan
pelayanan dengan melalui media telepon kepada masyarakat.
Sehingga masyarakat yang ingin meminta bantuan terkait dengan
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) dapat langsung
mengubungi pihak dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.
Pelaksana program ini memilih langsung penerima sehingga tidak
memberikan kesempatan kepada masyarakat yang bersyarat lainnya
untuk menerima bantuan program. Masyarakat bersyarat tidak
mendapatkan sosialisasi atau pemberitahuan langsung dari pihak
Dinas Pertanian dan Kabupaten Takalar.
c. Tingkat Kepatuhan dan Adanya Respon Dari Pelaksana
Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana. Menurut
Merilee S. Grindle menjelaskan hal lain yang dirasa penting dalam
proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari
para pelaksana. Maka pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan
respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan. Dari hasil
penelitian terkait dengan kepatuhan dan respon dari pelaksana dengan
melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Peternakan yaitu
masing-masing bidang yang terlibat dalam pelaksanaan Program Satu
Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) sudah menjalankan tugasnya sesuai
dengan kepentingannya masing-masing dan berjalan dengan baik.
Pihak penerima bantuan juga sudah terbilang patuh terhadap hak dan
73
kewajiban pihak penerima yang dimana penerima harus memberikan
anak pertama ternak jika ternak yang dihasilkan atau yang lahir adalah
sapi berina untuk diserahkan kembali kepada pemerintah yang
kemudian hasil ternak tersebut akan diberikan kembali kepada
masyarakat atau kelaompok tani lainnya yang belum mendapatkan
bantuan.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa Implementasi Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga
(KK) di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar secara
umum sudah berjalan dengan baik hanya saja masih terdapat beberapa
kendala yang menjadi penghambat dalam proses Implementasi Program Satu
Sapi Satu Kepala Keluarga (KK).
a. Kepentingan-kepentingan Yang Mempengaruhi
Dalam indikator kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi ada
beberapa pelaksanaan dalam Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga
(KK) yaitu pelaksanaan pendataan, penetapan dan penyerahan bantuan
ternak kepada masyarakat petani dan peternak dimana masih terdapat
kekurangan saat pendataan dan penetapan penerima bantuan kerena masih
tidak tepat sasarannya bantuan yang diterima masyarakat.
b. Tipe Manfaat
Manfaat dari Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) ini
sangat dirasakan bagi masyarakat petani dan peternak bisa terbilang
memberikan manfaat yang sangat baik dari segi ekonomi.
c. Derajat Perubahan Yang Diinginkan
Derajat perubahan yang diinginkan dari adanya Program Satu Sapi
Satu Kepala Keluarga (KK) ini sudah tercapai karena masyarakat
75
masyarakat yang menerima bantuan bisa memanfaatkan sebaik mungkin
bantaun tersebut dan dapat mengurangi beban ekonomi masyarakat,
menambah penghasilan ekonomi bagi masyarakat petani dan peternak.
d. Letak Pengambilan Keputusan
Bahwa dari pelaksana dalam bidang memverifikasi dan validasi data
tidak terlalu serius memikirkan dampak dalam mengambil keputusan yang
mengakibatkan penerima bantuan ternak tidak tepat sasaran . Namun
masih ada usaha yang dilakukan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan untuk memperbaiki proses penentuan penerima bantuan dengan
melakukan evaluasi kepada pelaksana yan terlibat dalam memverifikasi
dan validasi data sehingga sesuai persyaratan yang telah ditentukan.
e. Pelaksana Program
Pelaksana untuk Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) untuk
pemberian bantuan ternak kemasyarakat adalah petugas Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan bekerja sama dengan PPL dari desa/ lurah dalam
mengumpulkan berkas persyaratan sehingga memudahkan dalam
pengumpulan data calon penerima bantuan. Pelaksana program adalah
orang yang sudah terpilih menurut Surat Keterangan (SK) Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kabupaten Takalar.
f. Sumber-sumber Daya Yang Digunakan
Untuk mengenai sumber daya manusia yang di Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan sudah mencukupi, ada Bidang Peternakan yang
bertugas dalam menjalankan Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga
76
(KK) dan terdapat beberapa bidang yang terlibat yaitu Bidang Peternakan
yang dimana Bidang yang terlibat dalam pelaksanaan Program Satu Sapi
Satu Kepala Keluarga (KK) adalah Bidang Pembibitan dan Produksi yang
bertugas dalam memilih sapi yang akan di bagikan kepada masyarakat,
Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veterine yang
bertugas dalam memeriksa apakah sapi yang diterima sehat dan tidak
terjangkit penyakit, serta Bidang Penyebaran dan Pengembangan Usaha
Peternakan yang bertugas dalam menyebarkan atau membagikan bantuan
sapi.
g. Kekuasaan, Kepentingan Dan Strategi Aktor Yang Terlibat
Masih terdapat kekurangan yang dilakukan para pelaksana dalam hal
sosialisasi dari Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK). Bisa dilihat
dari hasil wawancara peneliti dengan masyarakat mengenai sosialisasi
yang dilakukan pelaksana dalam hal Insiminasi Buatan (IB) sehingga
masyarakat terkendala dengan sapi yang diberikan belum menghasilkan
anak sehingga masyarakat menjadi terbebani.
h. Karakteristik Lembaga dan Rezim Yang Berkuasa
Karakteristik Lembaga dan Rezim Yang Berkuasa dalam Program
Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) terbuka dalam hal komunikasi bagi
masyarakat, dimana pihak Dinas memberikan kontak berupa nomor
handphone kepada masyarakat agar masyarakat dapat menghubungi
petugas jika masyarakat penerima bantuan membutuhkan bantuan terkait
dengan ternak yang diberikan. Tetapi pelaksana program tidak
77
memberikan sosialisasi kepada keseluruhan masyarakat yang berstatus
sebagai petani dan peternak.
i. Tingkat Kepatuhan dan Adanya Respon Dari Pelaksana
Tingkat kepatuhan para pelaksana Program Satu Sapi Satu Kepala
Keluarga (KK) sudah baik dan sesudah sesuai dengan bidangnya masing-
masih. Petugas memiliki komitmen yang tinggi dengan sepenuh hati dalam
melaksanakan tugasnya. Meski masih terdapat sedikit permasalahan dalam
hal verifikasi dan validasi data. Kemudian untuk masyarakat yang
menerima bantuan sudah terbilang patuh terhadap aturan dalam hal ini hak
dan kewajiban sebagai penerima bantuan ternak yaitu memberikan
kembali anak sapi betina kepada pemerintah untuk diberikan kembali
kepada masyarakat atau kelompok tani lainnya yang belum medapatkan
bantuan ternak.
Dari paparan yang ditulis diatas, penulis menyatakan bahwa kebijakan
Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) belum terlaksana dengan
maksimal, masih terdapat beberapa masalah yang timbul, seperti tidak
tepat sasarannya bantuan yang diberikan, kurangnya sosialisasi terkait
bantuan, dan masih terdapat masyarakat yang merasa terbebani dengan
adanya bantuan ini yang dimana sapi yang diberikan belum kunjung
beranak atau melahirkan akan sapi.
78
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka
saran yang dapat disampaikan penulis sesuai Implementasi Program Satu Sapi
Satu Kepala Keluarga (KK) sebagai berikut :
a. Pihak pelaksana terutama bidang yang terlibat dalam proses verifikasi dan
validasi data agar lebih seriu dalam menjalankan tugasnya dalam hal
penetapan penerima bantuan dari program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga
(KK), sebagai pelaksana untuk menentukan masyarakat yang benar-benar
bersyarat untuk menerima bantuan diharapkan pelaksana yang terlibat
benar-benar turu kelokasi tempat tinggal calon penerima bantuan sehingga
dapat melihat kesiapan dari calon penerima bantuan agar tidak adanya
masyarakat yang mengeluh tentang bantuan sapi sehingga dapat tercapai
tujuan dari program Satu Sapi Sat u Kepala Keluarga (KK).
b. Pihak pelaksana harus lebih bersosialisasi terkait dengan Insiminasi
Buatan (IB) agar masyarakat yang memiliki kendala berkaitan dengan
tidak beranaknya sapi yang diterima itu bisa diselesaikan. Sehingga tidak
menjadi beban bagi masyarakat penerima bantuan dan masyarakat dapat
mendapatkan penghasilan dari bantuan yang diterima. Dan seharusnya
pemerintah memberikan Insiminasi Buatan (IB) tanpa masyarakat
mengeluarkan biaya sendiri.
c. Pihak pelaksana baiknya mensosialisasikan program dengan menyeluruh
khusunya kepada petani dan peternak yang ada di Kabupaten Takalar agar
tidak ada kecemburuan antara petani dan peternak lainnya.
79
d. Program Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) merupakan program yang
sangat mendukung bagi masyarakat petani dan peternak sehingga program
Satu Sapi Satu Kepala Keluarga (KK) ini harus tetap berjalan karena
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat petani dan peternak
khususnya dari segi ekonomi. Kemudian status dari program Satu Sapi
Satu Kepala Keluarga (KK) ini harus diperkuat seperti ditetapkannya
dalam peraturan daerah/ peraturan Bupati agar Program Satu Sapi Satu
Kepala Keluarga (KK) ini bisa tetap berjalan meski di periode Bupati
berikutnya.
e. Seharusnya Asurasi yang diberikan kepada masyarakat yang berupa uang
tunai itu diganti menjadi pemberian sapi, sehingga masyarakat dapat
kembali memanfaatkan bantuan sesuai dari tujuan program.
80
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. (2008). Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Penerbit:
Alfabeta
Andriani, A. S., Mahsyar, A., & Malik, I. (2019). Implementasi Kebijakan
Kesehatan Masyarakat Dalam Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu
Dan Bayi (Studi Kasus Di Kabupaten Bulukumba Dan Takalar). JPPM:
Journal Of Public Policy and Management, 1(1), 22-28
Awn/bdi (Online).(2020). Satu Sapi Satu KK, Pemkab Takalar Bagi 6.000 Ekor di
2020.Sumber: Berita55.com. Diakses pada tanggal 20 Maret 2020
Aziz, M. I. A., Semil, N., & Martina, M. (2019). Implementasi Kebijakan Kartu
Indonesia Sehat Di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Palembang (Doctoral
Dissertation, Sriwijaya University).
Haris, A. M., & Purnomo, E. P. (2017). Implementasi CSR (Corporate Social
Responsibility) PT. Agung Perdana Dalam Mengurangi Dampak
Kerusakan Lingkungan. Journal of Governance and Public Policy, 3(2),
203-225.
Iskandar Lucky (Online). (2019). “Bukan janji, Tapi Pasti” Program Bupati
Takalar 1 Sapi 1 KK Segera Terwujud.Sumber: Platmerahnews.com.
Dakses pada tanggal 20 Maret 2020.
Kurniawati, Ita. (2018). Implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin
(RASKIN) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin
Di Gampong Patiha Kecamatan Tuala Kabupaten Nagan
Raya.Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh.
Londah, A., Tampi, G. B., & Londa, V. (2018). Implementasi Program Keluarga
Harapan di Kecamatan Pasan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal
Administrasi Publik, 4(53).
Mabruk, Hijriatul. (2016). Implementasi Program Beras Rumah Tangga Miskin
(RASKIN) Di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Neglasari Kota
Tangerang. Universits Sultan Ageng Tirtayasa.
Mahsyar, A. (2011). Masalah Pelayanan Publik di Indonesia dalam Perspektif
Administrasi Publik. Otoritas: Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1(2).
Putra FD. (2018). Implementasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin
(RASKIN) di Desa Munjul Kecamatan Munjul Kabupaten
Pandeglan.Universits Sultan Ageng Tirtayasa.
Sugiono.(2016). Memahami penelitian Kualitatif. Bandung. Penerbit: Alfabeta
81
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung :
Alfabeta.
Suratman.(2017). Generasi Implementasi Dan Evaluasi Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Penerbit Capiya Publishing
Tim Sindonews (Online).(2019). Syamsari Kitta bagikan 2500 Ekor Sapi Ke
Peternak.Sumber: SindoNews.com.Makassar. Diakses pada tanggal 20
Maret2020.
82
LAMPIRAN
Foto wawancara dengan Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Foto wawancara dengan Kepala Seksi Produksi
90
RIWAYAT HIDUP
MAULANA ALIM MUHLIS, Lahir di Ujung Pandang
pada tanggal 09 Agustus 1997, Anak pertama dari dua
bersaudara dan merupakan buah kasih sayang dari
pasangan Bapak Muhlis dan Ibu St. Mahapaning.
Penulis menempuh pendidikannya di TK Pertiwi,
Kelurahan Kalabbirang Kecamatan Pattallassang
Kabupaten Takalar selama 1 tahun. Kemudian pada
tahun 2005 melanjutkan pendidikan di SDN No. 5 Ballo, pada 2010 melanjutkan
pendidikan di SMPN 2 Takalar, selanjutnya penulis melanjutkan jenjang
pendidikan di SMAN 3 Takalar dan pada 2016 melanjutkan pendidikan perguruan
tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar, penulis mengambil jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, penulis
menyelesaikan pendidikan S1 pada tahun 2020 dengan gelar sarjana (S.Sos).
Penulis sangat bersyukur, karena telah diberikan kesempatan untuk menambah
ilmu pengetahun yang nantinya dapat diamalkan dan memberikan manfaat.