SKRIPSI Analisis Hukum Pelaksanaan Pelayanan Kartu ...

102
i SKRIPSI Analisis Hukum Pelaksanaan Pelayanan Kartu Keluarga Dan Kartu Tanda Penduduk Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone OLEH: HERIANTO B121 13 505 PROGRAM STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of SKRIPSI Analisis Hukum Pelaksanaan Pelayanan Kartu ...

i

SKRIPSI

Analisis Hukum Pelaksanaan Pelayanan Kartu Keluarga Dan Kartu

Tanda Penduduk Pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bone

OLEH:

HERIANTO

B121 13 505

PROGRAM STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

ii

HALAMAN JUDUL

ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN PELAYANAN KARTU KELUARGA

DAN KARTU TANDA PENDUDUK PADA KANTOR DINAS

KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN BONE

OLEH

HERIANTO

B121 13 505

SKRIPSI

Diajukan sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana

Pada Program Studi Hukum Administrsi Negara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

iii

iv

v

vi

vii

ABSTRAK

HERIANTO, B121 12 505, ANALISIS HUKUM PELAKSANAANPELAYANAN KK DAN KTP PADA KANTOR DINAS KEPENDUDUKANDAN CATATAN SIPIL KABUPATEN BONE. Dibawah bimbinganAminuddin Ilmar sebagai pembimbing I dan Anshori Ilyas sebagaipembimbing II.

Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaanpelayanan KK dan KTP pada kantor dinas kependudukan dan catatan sipilKabupaten Bone. dan Untuk mengetahui apakah faktor-faktor yangmenghambat dan mendukung pelaksanaan pelayanan KK dan KTP padakantor dinas kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Bone.

Penelitian ini dilaksanakan di lingkup sekretariat DinasKependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone. Jenis dan Sumber datayang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulandata yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi kepustakaan. Teknikpengumpulan data menggunakan observasi dan interview atau wawancara.Data dianalisis secara kualitatif deskriftif yang didukung oleh data primerdan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan KKdan KTP yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan SipilKabupaten Bone secara umum belum maksimal sehingga masih perlu dioptimalkan. Secara keseluruhan dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek observasipenelitian yang meliputi; Pelayanan administrasi kependudukan,Mekanisme dan prosedur pelayanan, serta Manajemen pelayanan. Adapunfaktor – faktor yang mempengaruhi pelayanan publik khususnya pelayananKartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk di Kantor Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone yaitu faktor pendukung antara lain;tersedianya anggaran yang memadai, Adanya komitmen pemerintah(Pemda) yang kuat dalam mendukung terlaksananya pelayanan yang baik,adanya Sumber Daya Manusia yang memadai, dan Kebijakan peraturandaerah sebagai acuan pelayanan publik. Faktor penghambat antara lain;Kurangnya sarana dan prasarana, Adanya kebiasaan masyarakatmenggunakan jasa calo yang memicu terjadinya tindakan pungutan ilegal,dan lain – lain (Faktor budaya), Kurangnya kesadaran masyarakat tentangpentingnya memiliki Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk, danKurangnya kedisiplinan pegawai (Aparat).

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillah

Puji syukur kehadirat Allah SWT. berkat limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan, salam

dan shalawat kepada junjungan besar Rasulullah SAW, sebagai nabi

revolusioner yang membawa umatnya dari alam yang gelap gulita kealam

yang terang benderang yang juga telah memperkenalkan kita kepada Islam

agama “rahmatanlilalamin”.

Suatu kebahagiaan dan kebanggaan bagi penulis dengan

selesainya tugas akhir ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Namun keberhasilan

ini tidaklah dipatkan dengan sendirinya, karena keberhasilan ini merupakan

hasil dari beberapa pihak yang tidak ada hentinya menyemangati Penulis

dalam menyelesaikan kuliah dan tugas akhir ini.

Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada pihak yang telah memberikan sumbangsih yang begitu besar dan

senantiasa mendampingi Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan. Terkhusus

kepada Ibunda Hj. Suhaeni yang telah membesarkan Penulis dengan

penuh perhatian dan kasih sayang, yang dengan sabar dan tabah merawat

ix

dan menjaga Penulis, menasehati, membimbing dan terus memberikan

semangat, mengajarkan hikmah dan nilai kehidupan, kerja keras, selalu

bertawakkal, menjaga Penulis dengan do’a yang tak pernah putus. Beliau

adalah sosok orang tua yang terbaik di dunia dan di akhirat. Kepada Ir.

Herfiani, S.Pi., M.Si. yang sengatiasa sedia membimbing, mengajarkan

berbagai hal terutama nilai-nilai kekeluargaan serta menjadi sosok orang

tua yang sangat baik. Kepada saudara Penulis Ariadi Nasgum, S.Pt., Astri

Nasgum, S.Pi. dan M. Adipradana Putra, S.H. Terima kasih atas semangat,

motivasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis selama ini.

Melalui kesempatan ini, Penulis juga menghaturkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Hasanuddin, Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina

Pulubuhu, M.A.

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Ibu Prof. Dr.

Farida Patittingi, S.H., M.Hum.

3. Pembimbing Penulis yang telah membimbing, memberikan

masukan dan bantuan kepada penulis hingga terselesaikannya

skripsi ini, Bapak Prof. Dr. Aminuddin Ilmar, S.H.,M.H. selaku

pembimbing I dan Bapak Dr. Anshori Ilyas, S.H., M.H. selaku

pembimbing II.

4. Kepada tim penguji Penulis, Bapak Prof. Dr. Muh. Yunus Wahid,

S.H., M.Si. Bapak Dr. Muh. Hasrul, S.H., M.H. dan Bapak Muh.

x

Zulfan Hakim, S.H., M.H. atas saran dan kritik sehingga skripsi ini

dapat menjadi lebih baik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Univeritas Hasanuddin, secara

khusus Program Studi Hukum Administrasi Negara yang telah

memberikan ilmu, nasihat, arahan, selama proses perkuliahan

dan bantuan lainnya.

6. Seluruh Petugas Akedemik Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin serta civitas akademika Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin yang senantiasa melayani urusan administrasi dan

bantuan lainnya.

7. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten Bone

beserta seluruh staf atas waktu dan kerjasama yang telah

diberikan selama Penulis melakukan penelitian.

8. Kepada bagian Ortala setda kota Makassar, bapak Mohammad

Syarief, S.Ip beserta staf yang senang hati menerima dan

membagi ilmu selama proses magang Prodi HAN Tahun 2016.

9. Saudaraku “Ius Civitatis’13” ( Ardhy Saucy, Syaiful Fachri, Akbar

Yadi, Ashabul Kahfi, Andi Adenalta, Andi Nurul Fadillah, Asriani,

Antho, Andi Batara, Dian Dumbi, Dian Juliarsih, Mardis

Awaluddin, Shelly Oktaviani Tahir, Mita Baranti Subakti,),

“Cekate48” (Arfian Dwi Septiandi, Muhammad Taqdir, Muh.

Hariabri, Andi Syukur, Rahmat Hidayat, Afdal Haidar, Rahmat,

Adi,Taufiq Dwi Prasetyo), “MHR Squad” (Awal, Indra, Dery, Ary,

xi

Irwan, Reza), atas doa, motivasi, semangat, bantuan yang begitu

banyak, dan waktu yang selalu ada untuk Penulis.

10.Teman-teman Ikatan Mahasiswa Hukum Bone (IMHB), selaku

organisasi dan komunitas tempat penulis berproses dan

bertransformasi hingga saat ini.

11.Untuk teman-teman seperjuangan angkatan 2013 FH-UH ASAS

(Aktualisasi Solidaritas Mahasiswa yang Adil dan Solutif).

12.Kepada Teman-teman HAN-2013 dan Forum Mahasiswa Hukum

Administrasi Negara (FORMAHAN).

13.Teman-teman KKN Universitas Hasanuddin Gelombang 93

Kecamatan Kulo, kabupaten Sidrap terutama Posko Desa Rijang

Panua (Yunus, Basril, Icha, Triayu, Andi Evy, dan Nur) yang

senantiasa bahu membahu dan bekerja sama dalam

menyukseskan kegiatan dan program kerja selama di lokasi KKN.

14.Seluruh teman-teman yang tidak sempat saya sebutkan satu per

satu, atas dukungan yang selama ini terus mengalir untuk

Penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun

tetap berharap dapat memberikan manfaat bagi dunia keilmuan dan semua

pembaca skripsi ini umumnya.

Makassar, Januari 2018

Penulis

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIHAN SKRIPSI ................................................... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... v

PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ...................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 9

C. Tujuan ..................................................................................... 9

D. Kegunaan Penelitian .............................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 11

A. Pelayanan Publik ................................................................... 11

1. Pengertian Pelayanan Publik ........................................... 11

2. Bentuk Pelayanan Publik .................................................. 17

3. Kualitas Pelayanan Publik ................................................ 19

4. Pemerintah Sebagai Pelayan Masyarakat ....................... 21

B. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) ............ 24

1. Pengertian AAUPB ........................................................... 24

2. Fungsi Asas-Asas Umum Pemerintaha yang Baik ........... 26

xiii

3. Substansi Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik .... 27

C. Administrasi Kependudukan .................................................. 28

1. Pengertian Administrasi Kependudukan .......................... 28

2. Tertib Administrasi Kependudukan .................................. 32

3. Pelayanan Dokumen Administrasi Kependudukan .......... 38

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 43

1. Lokasi Penelitian .............................................................. 43

2. Jenis Penelitian ................................................................ 43

3. Jenis dan Sumber Data .................................................... 44

4. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 46

1. Pelayanan Adiministrasi Kependudukan ................................. 47

2. Mekanisme dan Prosedur Pelayanan ..................................... 55

3. Manajemen Pelayanan ........................................................... 62

4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pelayanan KK

dan KTP .................................................................................. 66

BAB V PENUTUP ................................................................................... 76

A. Kesimpulan ................................................................................... 76

B. Saran ............................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 78

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang jumlah

penduduknya sangat besar, sebagai negara kepulauan penduduk

indonesia mempunyai persebaran penduduk yang tidak merata, banyak

masalah yang merupakan akibat dari persebaran penduduk kerap kali

muncul dan mendesak pemerintah untuk segera mengambil sebuah

kebijakan. Disamping itu faktor pertumbuhan penduduk yang besar serta

persebaran nya yang tidak merata dan rendahnya kualitas penduduk juga

menjadi suatu pemasalahan yang berkaitan dengan kependudukan di

indonesia. SDM yang tinggi menyebabkan berbagai permasalahan antara

lain adalah kemiskinan, kesehatan dan pengangguran. Penduduk adalah

Warga Negara Indonesia dan Orang asing yang menetap di Indonesia

sedangkan warga Negara Indonesia adalah Orang-orang bangsa Indonesia

dan Orang-orang bangsa asing yang di sah kan dengan Undang-undang

sebagai WNI.

Negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undangundang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pada hakekatnya

Berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan terhadap

penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa kependudukan

2

dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk yang berada didalam

atau diluar wilayah Negara Kesatuam Republik Indonesia.

Untuk menyikapi berbagai masalah yang berhubungan dengan

kependudukan pemerintah berusaha memperoleh data tentang

kependudukan di Indonesia yang akurat untuk mampu membuat pemetaan

yang tepat guna untuk menanggulangi masalah kependudukan baik tingkat

lokal dan nasional. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatn biodata

penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa Kependudukan dan

pendataan Penduduk Rentan Administrasi Kependudukan serta penerbitan

Dokumen Kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan

kependudukan.1 Pengelolaan pendaftaran penduduk merupakan tanggung

jawab pemerintah kota/kabupaten, dimana dalam pelaksanaan diawali dari

desa/kelurahan selaku ujung tombak pendaftaran penduduk,sehingga

setiap warga terdaftar secara administrasi dan sesuai dengan Undang-

undang No 24 Tahun 2013 tentang Administrasi kependudukan.

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), SIAK adalah

Suatu sistem Informasi yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan

berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang bertujuan untuk menata

sistem administrasi kependudukan di indonesia, sistem ini meliputi

pendataan penduduk dan catatan sipil. Keberadaan sistem administrasi

kependudukan akan menghasilkan data kependudukan yang akurat, baik

1 Lihat Pasal 1 Ayat (10) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang AdministrasiKependudukan

3

dari segi jumlah penduduk, tingkat ekonomi, pendidikan, dan lain-lain

sehingga dengan data yang akurat tesebut berguna untuk implementasi

kebijakan atau program pemerintahan lainnya. Dokumen Kependudukan

adalah dokumen resmi yang di terbitkan oleh Dinas yang mempunyai

kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Administrasi dalam arti luas

adalah segenap proses kegiatan untuk mencapai tujuan, sedangkan

administrasi dalam arti yang sempit adalah segenap proses pelayanan

untuk mencapai tujuan. Administrasi kependudukan adalah rangkaian

kegiatan dan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data

kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,

pengelolaan informasi Administrasi kependudukan serta pendayagunaan

yang hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Penyelenggara yang mengelola adalah pemerintah, pemerintah provinsi

dan pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab dan berwenang

dalam urusan administrasi kependudukan.

Pelaksanaan pelayanan pencatatan sipil meliputi :

1. Pencatatan Peristiwa Kelahiran

2. Pencatatan Peristiwa Kematian

3. Pembuatan Kartu Tanda Penduduk

4. Pelayanan Pembuatan KK

5. Lahir Mati

6. Pencatatan Perkawinan

4

7. Pencatatan Perceraian

8. Pengakuan Anak

9. Pengesahan Anak

10.Pengangkatan Anak

11.Perubahan Nama

12.Perubahan Status Kewarganegaraan

13.Pembatalan Perkawinan

14.Pembatalan Perceraian

15.Dan Peristiwa Penting Lainnya.

Dengan demikian, setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa

Penting memerlukan bukti yang sah untuk dilakukan pengadministrasian

dan pencatatan sesuai dengan ketentuan undang-undang. Sesuai dengan

perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia

maka masyarakat Indonesia sadar bahwa seseorang perlu memiliki bukti

tertulis dalam menentukan status seseorang atas kejadian-kejadian atau

peristiwa-peristiwa, misalnya: perkawinan, kelahiran kematian, pengakuan

anak, pengesahan anak, perceraian, kematian maupun pergantian nama.

Sedangkan untuk memiliki status tersebut, maka orang tersebut harus

mendaftarkan peristiwa atau kejadian itu pada Lembaga Catatan Sipil,

dengan demikian orang tersebut akan memperoleh bukti tertulis yang

berupa Akta Catatan Sipil.

Administrasi kependudukan merupakan rangkaian kegiatan

penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data

5

kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,

pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan

hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Berbagai konvensi perserikatan bangsa-bangsa dengan tegas

menjamin hak setiap penduduk untuk membentuk keluarga dan

melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, memperoleh status

kewarganegaraan, menjamin kebebasan memeluk agama, dan memilih

tempat tinggal di wilayah Republik Indonesia dan meninggalkannya, serta

berhak kembali.

Dalam pemenuhan hak penduduk, terutama dibidang pencatatan

sipil, masih ditemukan penggolongan penduduk yang didasarkan pada

perlakuan perlakuan diskriminatif yang membeda-bedakan suku,

keturunan, dan agama sebagaimana diatur dalam peraturan produk

kolonial Belanda. Penggolongan penduduk dan pelayanan diskriminatif

yang itu tidak sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Kondisi tersebut mengakibatkan

pengadministrasian kependudukan mengalami kendala yang mendasar

sebab sumber data kependudukan belum terkoordinasi dan terintegrasi,

serta terbatasnya cakupan pelaporan yang belum terwujud dalam suatu

sistem Administrasi Kependudukan yang utuh dan optimal.

Kondisi sosial dan administratif seperti yang dikemukakan diatas

tidak memiliki sistem database kependudukan yang menunjang pelayanan

6

administrasi kependudukan. Kondisi ini harus diakhiri dengan pembentukan

suatu sistem Administrasi Kependudukan yang sejalan dengan kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi untuk memenuhi tuntutan masyarakat

atas pelayanan kependudukan yang profesional.

Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem diharapkan

dapat diselenggarakan sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi

negara. Dari sisi kepentingan penduduk, Administrasi Kependudukan

memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti pelayanan publik,

serta perlindungan yang berkenaan dengan dokumen kependudukan,

tanpa adanya perlakuan yang diskriminatif.

Administrasi Kependudukan diarahkan untuk :

1. Memenuhi hak asasi setiap orang dibidang Administrasi

Kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang

profesional.

2. Meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya untuk

berperan serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan

3. Memenuhi data statiskik secara nasional mengenai peristiwa

kependudukan dan peristiwa penting

4. Mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan

secara nasional, regional, serta lokal; dan

5. Mendukung pembangunan sistem administrasi kependudukan.

7

Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan bertanggung jawab

menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan

oleh bupati/walikota dengan kewenangan meliputi :

1. Koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan;

2. Pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di

bidang Administrasi Kependudukan;

3. Pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;

4. Pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan;

5. Pelaksanaan kegiatan pelayanan masyarakat di bidang

Administrasi Kependudukan;

6. Penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian

urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas

pembantuan;

7. Pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskal

kabupaten/kota; dan

8. Koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi

Kependudukan2.

Kecamatan sebagai perangkat daerah kabupaten/kota mempunyai

peran yang sangat strategis, karena sebagai ujung tombak pelayanan,

barometer penyelenggaraan pelayanan publik dan etalase

2 Pasal 7 UU Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

8

penyelenggaraan pemerintahan daerah di kabupaten/kota. Pelimpahan

kewenangan yang diharapkan diberikan oleh bupati tidak perlu semuanya,

tetapi secukupnya yang sekiranya akan mendekatkan masyarakat kepada

pusat pelayanan di tingkat lokal.

Sesuai dengan salah satu tugas kecamatan yakni melaksanakan

fungsi pelayanan di tingkat kecamatan, maka salah satu bentuk pelayanan

yang dilakukan adalah pelayanan dibidang administrasi kependudukan, di

sisi lain fungsi kecamatan yang berkoordinasi kepada unit-unit organisasi

yang berhadapan langsung dengan masyarakat (dinas, kecamatan,

keluarahan) di bidang kependudukan dan pencatatan sipil.

Di sisi lain ada pula masyarakat yang ingin melakukan pengurusan

Administrasi Kependudukan yang merasa kesulitan karena kurangnya

informasi dan sosialisasi mengenai tata cara pengurusan. Pada kondisi

seperti ini, kantor-kantor pelayanan publik diharapkan mampu memberikan

sosuli agar masyarakat tidak kebingungan, misalnya dengan memasang

papan informasi sehingga masyarakat itu mampu menelaah proses dan alur

pelayanan Administrasi Kependudukan pada saat akan melakukan

pengurusan. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik menyatakan bahwa pembentukan aturan ini

bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di

lingkungan badan publik untuk menghasilkan layanan informasi yang

berkualitas3.

3 Pasal 3 UU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

9

Bertitik tolak dengan uraian di atas maka merupakan hal yang

menarik untuk diangkat menjadi suatu bahan penelitian dengan judul

“Analisis Hukum Pelaksanaan Pelayanan KK dan KTP Pada Kantor

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone” dengan

harapan hasil penelitian ini memberikan manfaat kepada saya dan para

pembaca setelah menyelesaikan studi S-1 Hukum Administrasi Negara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pelayanan KK dan KTP Pada Kantor

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone ?

2. Apakah faktor-faktor yang menghambat dan mendukung

pelaksanaan pelayanan KK dan KTP Pada Kantor Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan KK dan KTP pada

Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat dan

mendukung pelaksanaan pelayanan KK dan KTP pada Kantor Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

10

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya hukum Administrasi

Negara.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan untuk pihak-

pihak yang bertanggung jawab terkait dengan proses pelaksanaan

pelayanan administrasi kependudukan.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Publik

1. Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan selalu dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk

memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka

mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya setiap manusi membutuhkan

pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak

dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.4 Hala yang sependapat

dikemukakan oleh Budiman Rusli yang berpendapat bahwa selama

hidupnya, manusia selalu membutuhkan pelayanan. 5 Pelayanan

menurutnya sesuai dengan life cycle theory of leadership (LCTL) bahwa

pada awal kehidupan manusia (bayi) pelayanan secara fisik sangat tinggi,

tetapi seiring dengan usia manusia pelayanan yang dibutuhkan akan

semakin menurun.

Paradigma penyelenggaraan pemerintahan telah mengalami

pergeseran dari “rule goverment” menjadi “good governance”. Pemerintah

dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan

publik dalam perspektif good governance tidaklah semata-mata didasarkan

4 Lijan Poltak Sinambela, Ilmu dan Budaya, Perkembangan Ilmu Administrasi Negara, EdisiDesember 1992, hlm.1985 Budiman Rusli, Pelayanan Publik di Era Reformasi, www.pikiran-rakyat.com edisi 7 Juni 2004.

12

kepada pemerintah (goverment) atau negara (state) saja, akan tetapi harus

melibatkan seluruh komponen, baik dalam intern birokrasi maupun di luar

birokras publik (masyarakat). 6

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, sistem

pelayanan adalah suatu kesatuan usaha yang dinamis yang terdiri dari

berbagai bagian yang berkaitan secara teratur, diikuti dengan untuk kerja

yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain dengan memberikan manfaat,

guna mencapa suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan

(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan

pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah

ditetapkan. Pada hakekatnya pelayanan pada masyarakat tidaklah

diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat

serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat

mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan

bersama (rasyid, 1998). Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan

bertanggung jawab untuk memberikan layanan baik dan profesional.

Pelayanan publik (public services) oleh birokrasi publik tadi adalah

merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi

masyarakat di samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik (public

services) oleh birokrasi publik dimaksudkan untuk mensejahterahkan

6 I.B. Wyasa Putra, 1993, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung : Remadja Rosdakarya, hlm 72.

13

masyarakat (warga negara) dari suatu negara kesejahteraan (welfare

state).

Pelayanan umum oleh lembaga administrasi negara diartikan

sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh

instansi pemerintahan di pusat, di daerah dan di lingkungan badan usaha

milik negara/ daerah dalam bentuk barang dan atau jasa baik dalam rangka

upaya kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan. 7

Saat ini birokrasi publik harus dapat memberikan layanan publik

yang lebih profesional, efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu,

responsif dan adaptif serta sekaligusa dapat membangun kualitas manusia

dalam arti meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara

aktif mentukan masa depannya sendiri.

Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang

dicirikan dengan adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi

layanan (aparatur pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut :

Pertama, efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang

menjadi tujuan dan sasaran.

Kedua, sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan

diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah

7 Husni Thamrin, 2013. Hukum Pelayanan Publik, Aswaja Presindo : Yogyakarta, hal.17

14

dipahammi dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta

pelayanan.

Ketiga, kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung arti

adanya kejelasan dan kepastian mengenai : prosedur/tata cara pelayanan,

persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan

administratif, unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung

jawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya/tarif pelayanan dan tata

cara pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian pelayanan.

Keempat, keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara

persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggungjawab pemberi layanan,

waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal yang berkaitan dengan

proses pelayanan wajib diinforasikan secara terbuka agar mudah diketahui

dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.

Kelima, efisiensi, mengandung arti : (a) persyaratan pelayanan

hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian

sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara

persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan; (b) dicegah adanya

pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan

masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan

persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.

15

Keenam, ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti

pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu

yang telah ditentukan.

Ketujuh, responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat

menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi

masyarakat yang dilayani.

Kedelapan, adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang

menjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang

senantiasa mengalami tumbuh kembang.8

Birokrasi publik juga dituntut harus dapat mengubah posisi dan

peran (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan publik. dari yang suka

mengatur dan memerintah berubah menjadi suka melayanai, dari yang

suka menggunakan pendekatan kekuasaan, berubah menjadi suka

menolong menuju ke arah yang fleksibel kolaboratis dan dialogis dan dari

cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik pragmatis.

Dengan revitalitas birokrasi publik (terutama aparatur pemerintah daerah)

ini, pelayanan publik yang lebih baik dan profesional dalam menjalankan

apa yang menjadi tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya dapat

terwujud.

Ada tiga fungsi utama yang harus dijalankan oleh pemerintah tanpa

memandang tingkatannya, yaitu fungsi pelayan masyarakat (public service

8 Husni Thamrin, 2013. Hukum Pelayanan Publik, Aswaja Presindo :Yogyakarta, hal.35

16

function), fungsi pembangunan (development function) dan fungsi

perlindungan (protection function).9 dari fungsi-fungsi tersebut, pemerintah

mampu mengelola fungsi-fungsi tersebut agar dapat menghasilkan barang

dan jasa (pelayanan) yang ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel kepada

seluruh masyarakat yang membutuhkannya.

Pemerintah juga mampu menerapkan prinsip equity dalam

menjalankan fungsi-fungsi tadi. artinya pelayanan pemerintah tidak boleh

diberikan secara diskriminatif. pelayanan diberikan tanpa memandang

status, pangkat, golongan dari masyarakat dan semua warga masyarakat

mempunyai hak yang sama atas pelayanan-pelayanan tersebut sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Pemerintah memang mempunyai fungsi-fungsi sebagaimana di

atas, namun tidak berarti bahwa pemerintah harus berperan sebagai

monopolist dalam pelaksanaan seluruh fungsi-fungsi tadi. Beberapa bagian

dari fungsi tadi bisa menjadi bidang tugas yang pelaksanaannya dapat

dilimpahkan kepada pihak swasta ataupun dengan menggunakan pola

kemitraan (partnership), antara pemerintah dengan swasta untuk

mengadakannya. pola kerjasama antara pemerintah dengan swasta dalam

memberikan berbagai pelayanan kepada masyarakat tersebut sejala

dengan gagasan reinventing government yang dikembangkan Osborne dan

Gaebler.

9 Ibid, hal.37

17

2. Bentuk Pelayanan Publik

Kewajiban Pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang

menjadi hak setiap warga negara ataupun memberikan pelayanan kepada

warga negara yang memenuhi kewajibannya terhadap negara. Kewajiban

pemerintah, maupun hak setiap warga negara pada umumnya disebutkan

dalam konstitusi suatu negara. Bentuk pelayanan publik yang diberikan

kepada masyarakat dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis pelayanan,

yaitu:10

Pertama Pelayanan Administratif yaitu pelayanan yang

menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh

publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikan kompetensi,

kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya.

Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte

Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan

Bermotor (BPKB), Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan

Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat

Kepemilikan / Penguasaan Tanah dan sebagainya.

Kedua Pelayanan Barang yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk / jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya

jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih, dan sebagainya.

10 Juniarso Ridwan & Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Publik,Nuansa,2009,hal.113.

18

Ketiga Pelayanan Jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan,

pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi pos, dan lain

sebagainya.

Pola pelayanan publik dapat dibedakan menjadi 5 pola, yaitu:

Pertama : Pola Pelayanan Teknis Fungsional adalah pola pelayanan

masyarakat yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan

bidang tugas, fungsi dan kewenangannya.

Kedua : Pola Pelayanan Satu Pintu merupakan pola pelayanan

masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah

berdasarkan pelimpahan wewenang dari unit kerja pemerintah terkait

lainnya yang bersangkutan.

Ketiga : Pola Pelayanan Satu Atap yakni pola pelayanan yang

dilakukan secara terpadu pada satu instansi pemerintah yang bersangkutan

sesuai kewenangan masing-masing.

Keempat : Pola Pelayanan Terpusat adalah pola pelayanan

masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak

selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah lainnya yang

terkait dengan bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan.

Kelima : Pola Pelayanan Elektronik adalah pola pelayanan yang

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan

19

otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang bersifat online sehingga

dapat menyesuaikan diri dengan keinginan dan kapasitas pelanggan.11

3. Kualitas Pelayanan Publik

Secara teoritis tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah

memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas

pelayanan prima yang tercermin dari :

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan

dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan

disediakan secara memadai serta mudah dimengerti;

2. Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan

kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap

berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas;

4. Partisipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta

masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan

memperhatikan aspirasi kebutuhan, dan harapan masyarakat;

5. Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan

diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras,

agama, golongan, status sosial, dan lain-lain;

11 Nisjar S. Karhi, Beberapa Catatan tentang Good Governance, Jurnal AdministrasiPembangunan, Vol 1. Nomor 2, 1991, hal. 119

20

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yakni pelayanan yang

mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan

penerima pelayanan publik.

Sampara Lukman mengemukakan bahwa pada dasarnya kualitas

mengacu kepada pengertian pokok :12

1. Kualitas terdiri atas sejumlah keistimewaan produk, baik

keistimewaan langsung, maupun keistimewaan atraktif yang

memenuhi keinginan pelanggan dan memberikan kepuasan atas

penggunaan produk;

2. Kualitas terdiri atas segala sesuatu yang bebas dari kekurangan

atau kerusakan.

Agar pelayan yang diberikan berkualitas tentu saja kedua kualitas

dimaksud harus terpenuhi. Negara berkembang umumnya tidak dapat

memenuhi kedua kualitas tersebut sehingga pelayanan publiknya kurang

memuaskan.

Selanjutnya. Fitzsimmons dan Fidan Fitzsimmons dalam Budiman

berpendapat terdapat lima indikator pelayanan publik, yaitu reliability yang

ditandai dengan pelayanan yang tepat dan benar; tangibles yang ditandai

dengan penyediaan yang memadai sumber daya manusia dan sumber

daya lainnya; responsiveness yang ditandai dengan keinginan melayani

konsumen dengan cepat; assurance yang ditandai tingkat perhatian

terhadap etika dan moral dalam memberikan pelayanan; dan empati yang

12 Lukman, op. Cit. Halaman 9-11.

21

ditandai dengan tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan

kebutuhan konsumen. 13

4. Pemerintah Sebagai Pelayan Masyarakat

Secara teoretis sedikitnya ada tiga fungsi utama yang harus

dijalankan oleh pemerintah tanpa memandang tingkatannya, yaitu fungsi

pelayan masyarakat (public service function), fungsi pembangunan

(development function) dan fungsi perlindungan (protection function).

Hal yang terpenting dari ketiga fungsi tersebut adalah pemerintah

dapat mengelola fungsinya agar dapat menghasilkan barang dan jasa

(pelayanan) yang ekonomis, efektif, efisien dan akuntabel kepada seluruh

masyarakat yang membutuhkannya. selain itu, pemerintah dituntut untuk

menerapkan prinsip equity dalam menjalankan fungsi-fungsi tadi. Artinya

pelayanan pemerintah tidak boleh diberikan secara diskriminatif. Pelayanan

diberikan tanpa memandang status, pangkat, golongan dari masyarakat

dan semua warga masyarakat mempunyai hak yang sama atas pelayanan-

pelayanan tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada

masyarakat sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara

sebagai pelayan masyarakat. karena itu, kedudukan aparatur pemerintah

dalam pelayanan umum (public services) sangat strategis karena akan

13 Rusli. Loc.cit.

22

sangat menentukan sejauhmana pemerintah mampu memberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat, yang dengan demikian

akan menentukan sejauhmana negara telah menjalankan perannya dengan

baik sesuai dengan tujuan pendiriannya.

Karakteristik pelayanan secara jelas membedakan pelayanan

dengan barang, meskipun sebenarnya kaduanya merupakan alat pemuas

kebutuhan. sebagai suatu produk yang intangible, pelayanan memiliki

dimensi yang berbeda dengan barang yang bersifat tangible. produk akhir

pelayanan tidak memiliki karakteristik fisik sebagaimana yang dimiliki oleh

barang. produk akhir pelayanan sangat tergantung dari proses interaksi

yang terjadi antara layanan dengan konsumen.

Dalam konteks pelayanan publik, dikemukakan bahwa pelayanan

umum adalah mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan

publik, mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan

kepuasan kepada publik atau masyarakat umum.14

Kemudian, untuk tujuan tersebut diperinci sebagai berikut :

1. Menentukan pelayanan publik yang disediakan, apa saja

macamnya;

2. Memperlakukan pengguna pelayanan, sebagai customers;

3. Berusaha memuaskan pengguna pelayanan, sesuai dengan

yang diinginkan mereka;

14 Pamudji S, Ekologi Administrasi Negara, Bina Aksara, Jakarta 1986, hal.57

23

4. Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan

berkualitas;

5. Menyedian cara-cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan

lain.

Berangkat dari persoalan mempertanyakan kepuasan masyarakat

terhadap apa yang diberikan oleh pelayan dalam hal ini yaitu administrasi

publik adalah pemerintah itu sendiri dengan apa yang mereka inginkan,

maksudnya yaitu sejauhmana publik berharap apa yang akhirnya diterima

mereka.

Dengan demikian dilakukan penilaian tentang sama tidaknya antara

harapan dengan kenyataan, apabila tidak sama maka pemerintah

diharapkan dapat mengoreksi keadaan agar lebih teliti untuk peningkatan

kualitas pelayanan publik.

Selanjutnya dipertanyakan apakah terhadap kehendak masyarakat,

seperti ketentuan biaya yang tepat, waktu yang diperhitungkan dan mutu

yang dituntut masyarakat telah dapat terpenuhi. andaikata tidak terpenuhi,

pemerintah diharapkan mengkoreksi keadaan, sedangkan apabila

terpenuhi dilanjutkan pada pertanyaan berikutnya, tentang berbagai

informasi yang diterima masyarakat berkenaan dengan situasi dan kondisi,

serta aturan yang melengkapinya.

24

Memang pada dasarnya ada 3 (tiga) ketentuan pokok dalam melihat

tinggi rendahnya suatu kualitas pelayanan publik, yaitu perlu diperhatikan

adanya keseimbangan antara :

1. Bagian antar pribadi yang melaksanakan (inter personal

component);

2. Bagian proses dan lingkungan yang mempengaruhi (process and

environment component);

3. Bagian profesional dan teknik yang dipergunakan (professional

and technical component).

B. Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)

1. Pengertian AAUPB

Secara historis, konsep tentang asas-asas umum penyelenggaraan

pemerintahan yang baik muncul pertaama kali di Belanda pada saat orang-

orang mencari sarana kontrol dan perlindungan hukum bagi rakyat dari

tindakan kesewenang-wenangan pemerintah/penguasa. Tahun 1950

panitia de monchy di Belanda membuat laporan tentang asas-asas umum

pemerintahan yang baik. 15 Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik

yang selanjutnya disingkat AAUPB adalah prinsip yang digunakan sebagai

acuan penggunaan Wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam

15 Sirajuddin, dkk. 2012. Hukum Pelayanan Publik Berbasis Partisipasi Dan Keterbukaan Informasi.Malang : setara press. Hlm. 35

25

mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan

pemerintah. 16

Menurut Ridwan HR pemahaman mengenai AAUPB tidak hanya

dapat diihat dari segi kebahasaan saja namun juga dapat dilihat dari segi

sejarahnya., karena asas ini timbul dari sejarah juga. Dengan bersandar

pada kedua konteks ini, AAUPB dapat dipahami sebagai asas-asas umum

yang dijadikan dasar dan tata cara dalam penyelenggaraan pemerintahan

yang layak, yang dengan cara demikian penyelenggaraan pemerintah

menjadi baik, sopan, adil, terhormat, bebas dari kedzaliman, pelanggaran

peraturan tindakan penyalahgunaan wewenang, dan tindakan sewenang-

wenang. 17

AAUPB merupakan konsep terbuka yang disesuaikan dengan ruang

dan waktu dimana konsep itu berada. Berdasarkan penelitiannya, Jazim

Hamidi menemukana pengertian AUPB sebagai berikut.

a. AAUPB merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang

dalam lingkungan Hukum Administrasi Negara.

b. AAUPB berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi

negara dalam menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim

administrasi dalam menilai tindakan administrasi negara (yang

16 Lihat Pasal 1 Ayat (17) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang AdministrasiPemerintahan17 Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara. PT.Raja Grafindo persada, Jakarta. 2006. Hal 247

26

berwujud penetapan /beschikking), dan sebagai dasar penggugatan

sebagai pihak penggugat.

c. Sebagian besar dari AAUPB masih merupakan asas-asas yang tidak

tertulis, masih abstrak, dan dapat digali dalam praktik kehidupan

dimasyarakat.

d. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaedah hukum tertulis dan

terpencar dalam berbagai peraturan hukum positif. Meskipun

sebagian dari asas itu berubah menjadi kaidah hukum tertulis,

namun sifatnya tetap sebagai asas hukum. 18

2. Fungsi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik

Pada awal kemunculannya, asas-asas umum pemerintahan yang

baik hanya dimaksudkan sebagai sarana perlindungan hukum warga

negara dari tindakan pemerintah, yaitu sebagai dasar penilaian dalam

peradilan dan upaya administrasi, di samping sebagai norma hukum tidak

tertulis bagi tindakan pmerintahan.

Menurut Jazim Hamidi dalam perkembangannya, asas-asas umum

pemerintahan yang baik memiliki arti penting dan fungsi sebagai berikut:

a. Bagi Administrasi, bermanfaat sebagai pedoman dalam

melakukan penafsiran dan penerapan terhadap ketentuan-

ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samar atau

tidak jelas. Kecuali itu, sekaligus membatasi dan menghindari

18 Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara. PT.Raja Grafindo persada, Jakarta. 2006. Hal 234-235

27

kemungkinan administrasi negara mempergunakan Freiss

Ermessen atau melakukan kebijaksanaan yang jauh

menyimpang dari ketentuan perundang-undangan. Dengan

demikian, administrasi negara diharapkan terhindar dari

perbuatan onrechmatigedaad, detournement de pouvoir, abdus

de droit, dan ultravirus.

b. Bagi warga masyarakat, sebagai pencari keadilan, asas-asas

umum pemerintahan yang baik dapat dipergunakan sebagai

dasar gugatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 53 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986.

c. Bagi hakim tata usaha negara, dapat dipergunakan sebagai alat

menguji dan membatalkan keputusan yang dikeluarkan badan

atau pejabat tata usaha negara.

d. Kecuali itu asas-asas umum pemerintahan yang baik tersebut

juga berguna bagi badan legislatif dalam merancang suatu

Undang-undang.19

3. Substansi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik

Telah disebutkan, bahwa asas-asas umum pemerintahan yang baik

merupakan konsep terbuka dan lahir dari proses sejarah. Oleh karena itu,

terdapat rumusan yang beragam berkenaan substansi asas-asas. Hanya

asas-asas umum pemerintahan yang baik, yang telah dirumuskan oleh

19 Jasin Hamidi. Mengenali dan Menemukan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik. Hal. 197

28

Monchy di Belanda dan Koetjoro Pubopranoto yang sudah disebutkan

sebelumnya saja, yaitu :

1. Asas kepastian hukum

2. Asas keseimbangan

3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan

4. Asas bertindak cermat atau seksama

5. Asas motivasi untuk setiap keputusan

6. Asas tidak menyalahgunakan kewenangan

7. Asas permainan jujur

8. Asas keadilan atau larangan bertindak sewenang-wenang

9. Asas pemenuhan penghargaan yang ditimbulkan

10.Asas meniadakan akibat dari keputusan yang batal

11.Asas perlindungan cara hidup pribadi

12.Asas kebijaksanaan

13.Asas penyelenggaraan kepentingan umum.

C. Administrasi Kependudukan

1. Pengertian Administrasi Kependudukan

Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan

dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan Data Kependudukan

melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, pengelolaan informasi

Administrasi Kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk

29

pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. 20 Informasi administrasi

kependudukan memiliki nilai strategi bagi penyelenggara pemerintahan,

pembangun dan pelayanan kepada masyarakat sehingga perlu

pengelolaan informasi administrasi kependudukan secara terkordinasi dan

berkesinambungan, sehingga untuk menjamin akan stabilitas pelayanan

kepada masyarakat dibidang kependudukan sehingga pemerintah

menetapkan kebjiakan akan sistem informasi administrasi kependudukan

dan akta catatan sipil.

Administrasi Kependudukan dari Aspek Hak Keperdataan Gagasan

menyusun suatu sistem administrasi yang menyangkut seluruh masalah

kependudukan, yang meliputi pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,

pengelolaan data-informasi kependudukan, patut menjadi perhatian untuk

mewujudkannya. Karena sampai saat ini, peraturan perundang-undangan

yang mendukungnya masih terpisah-pisah, berjalan sendiri-sendiri tanpa

ada kaitan satu dengan lainnya. Perwujudan suatu sistem memang sangat

didambakan oleh masyarakat. Bahkan sebagai ciri dari penyelenggaraan

negara yang modern khususnya bidang pelayanan masyarakat.

Pencatatan sipil merupakan hak dari setiap warga negara dalam arti

hak memperoleh akta autentik dari pejabat negara. Masih jarang penduduk

menyadari betapa pentingnya sebuah akta bagi dirinya dalam menopang

perjalanannya dalam "mencari kehidupan". Betapa tidak, Anak lahir tanpa

20 Lihat pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2013 Tentang AdministrasiKependudukan

30

akta kelahiran, ia akan memperoleh kesulitan pada saat ia memasuki

pendidikan. Demikian pula dalam masalah perkawinan, kematian, dan

status anak. Banyak manfaat yang membawa akibat hukum bagi diri

seseorang. Sebuah akta perkawinan yang diterbitkan oleh pejabat Kantor

Catatan Sipil, memiliki arti yang sangat besar di kemudian hari, manakala

terjadi sesuatu. Misalnya untuk kepentingan menentukan ahli waris,

menentukan dan memastikan bahwa mereka adalah mukrimnya, atau

dapat memberi arah ke pengadilan mana ia mengajukan cerai dan lain-lain

yang tanpa disadari akta-akta tersebut sangat penting artinya bagi

kehidupan sesseorang.

Pengertian pendafataran penduduk dan pencatatan sipil adalah tidak

dapat disangkal bahwa sistem administrasi kependudukan merupakan

sistem yang mengatur seluruh administrasi yang menyangkut masalah

kependudukan pada umumnya. Dalam hal ini terkait tiga jenis

pengadministrasian, yaitu pertama pendaftaran penduduk, kedua

pencatatan sipil, dan ketiga pengelolaan informasinya. Ketiga sub sistem

tersebut masing-masing memiliki pengertian dan definisi yang mampu

memberikan gambaran tentang seluruh kegiatannya.

Pengertian pendaftaran penduduk sebagaimana yang tertuang

dalam Keputusan Menteri Dalam Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk, disebut bahwa pendaftaran

penduduk adalah kegiatan pendaftaran dan atau pencatatan data

penduduk beserta perubahannya, perkawinan, perceraian, kematian, dan

31

mutasi penduduk, penerbitan nomor induk kependudukan, nomor induk

kependudukan sementara, kartu keluarga, kartu tanda penduduk dan akta

pencatatan penduduk serta pengelolaan data penduduk dan penyuluhan.

Sedangkan penduduk adalah setiap Warga Negera Indonesia yang

selanjutnya disingkat WNI dan Warga Negara Asing yang selanjutnya

disingkat WNA pemegang ijin tinggal tetap di wilayah negara Republik

Indonesia. Jadi dari definisi tersebut, jelas yang dimaksudkan penduduk

adalah setiap WNI dan WNA pemegang ijin tinggal tetap. Untuk itu guna

administrasinya diselenggarakan pendaftaran penduduk.

Oleh karenanya dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakatnya

perlu diupayakan segera pembaharuan hukum , khususnya dalam hal

perlindungan hak melalui penerbitan akta perkawinan dan perceraian,

disamping untuk kelahiran, pengangkatan anak dan status anak. Upaya-

upaya tersebut dapat dilakukan berupa :

1. Menciptakan pembaharuan hukum yang sesuai dengan jiwa UUD

1945 yang menjamin hak-hak warga negaranya, sebagai pengganti

peraturan perundang-undangan yang telahusang.

2. Melakukan kajian kritis terhadap seluruh pranata hukum produk

kolonial dengan mengeyamping ketentuan-ketentuan yang sudah

tidak relevan.

3. Melakukan penyusunan naskah akademis tentang pencatatan sipil.

32

4. Mengakomodasi Yurisprudensi Mahkamah Agung yang telah

memutuskan terhadap perkawinan atas dasar beda agama dan

perkawinan antar penganut Kong Hucu

2. Tertib Administrasi Kependudukam

1. Dasar Hukum Administrasi Kependudukan ada lima yaitu :

a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan

Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang

Administrasi Kependudukan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan;

c. Perpres Nomor 25 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil;

d. Perpres Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP

Berbasis NIK secara Nasional;

e. Perpres Nomor 35 Tahun 2010 tentang Perubahan atas

Perpres Nomor 26 Tahun 2009.

Substansi adminduk adalah berupa pencatatan sipil dan pendaftaran

kependudukan. Pencatatan sipil berupa pencatatan kelahiran, lahir mati,

perkawinan, pembatalan perkawinan, perceraian, pembatalan perceraian,

kematian, pengangkatan pengesahan dan pengakuan anak, perubahan

33

nama dan perubahan status kewarganegaraan, peristiwa penting dan

pelaporan penduduk yang tidak bisa melapor sendiri.

Sementara pendaftaran kependudukan berupa pencatatan biodata

penduduk per keluarga berikut sidik jari (biometrik), pencatatan atas

pelaporan peristiwa kependudukan, pendataan penduduk rentan

kependudukan, pelaporan penduduk yang tidak dapat melapor sendiri.

Manfaat yang diperoleh pemerintah adalah dalam hal perumusan

kebijakan, perencanaan pembangunan, kebutuhan sektor pembangunan

lain, pemilu dan pilkada, penyusunan perkembangan kependudukan;

penyusunan proyeksi pembangunan, verifikasi jati diri penduduk dan

dokumen kependudukan.

2. Tujuan Administrasi Kependudukan

Pertama, Tertib Database Kependudukan meliputi terbangunnya

database kependudukan yang akurat di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi

dan Pusat; database kependudukan Kabupaten/ Kota tersambung (online)

dengan Provinsi dan Pusat dengan menggunakan Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan (SIAK); database kependudukan Depdagri dan

daerah tersambung (online) dengan instansi pengguna.

Kedua, Tertib Penerbitan NIK meliputi NIK diterbitkan setelah penduduk

mengisi biodata penduduk per keluarga (F-1.01) dengan menggunakan

SIAK; tidak adanya NIK ganda; pemberian NIK kepada semua penduduk

harus selesai akhir tahun 2011.

34

Ketiga, Tertib Dokumen Kependudukan (KK, KTP, Akta Pencatatan

Sipil) meliputi prosesnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; tidak

adanya dokumen kependudukan ganda dan palsu.

Strategi yang dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib

administrasi kependudukan adalah melalui pemutakhiran database

kependudukan; meningkatkan kualitas database kependudukan Kab/Kota,

Provinsi dan Pusat melalui pelayanan pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil dengan menggunakan SIAK secara on line dari

Kabupaten/Kota ke Provinsi dan Pusat; percepatan penguatan regulasi di

daerah melalui Perda penyelenggaraan administrasi kependudukan serta

diikuti dengan penegakan hukum (Law Enforcement) bagi pelanggaran

administrasi kependudukan; penerapan awal (uji petik) KTP berbasis NIK

secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip; pemberian NIK

kepada setiap penduduk paling lambat tahun 2011; menerapkan KTP

berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip

(e-KTP) paling lambat tahun 2012; melakukan kerjasama antara

Kemendagri dengan BPPT, Lembaga Sandi Negara, ITB dan APTIKOM

untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga teknis.

Persiapan sistem informasi yang dilakukan untuk melakukan

pemutakhiran data kependudukan adalah berupa; instalasi aplikasi

pemutakhiran data kependudukan ke server Kabupaten/Kota dalam rangka

pencetakan F1-01 Pemutakhiran; instalasi aplikasi SIAK 2009 ke server

Kab/Kota dalam rangka entry data hasil pemutakhiran data dan layanan

35

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; Instalasi Aplikasi Konsolidasi

Data dalam rangka pemberian Nomor Induk Kependudukan.

Penerapan KTP berbasis NIK secara nasional yang dilengkapi

dengan sidik jari dan chip memiliki dasar hukum yang menjadi payung

dalam pelaksanaannya. Pasal-Pasal yang berkaitan dgn e-KTP (Perpres

No. 26 Tahun 2009) adalah pasal 2 bahwa standart dan spesifikasi

perangkat keras dan perangkat lunak dan blangko e-KTP diatur dengan

Peraturan Menteri (jo Permendagri No. 38 Tahun 2009); pasal 6 Ayat 1

bahwa e-KTP memuat kode keamanan (sidik jari) dan rekaman elektronik

(chip); pasal 10 bahwa penerapan e-KTP paling lambat akhir tahun 2011.

Penerapan e-KTP akan mencakup 172 juta penduduk dan akan

dilaksanakan pada tahun 2011 dan 2012. Tujuan dari penerapan KTP

berbasis NIK yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip (e-KTP) ini adalah

memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen

kependudukan; memberikan perlindungan status hak sipil setiap penduduk;

merupakan bentuk pengakuan negara bagi setiap penduduk.

Manfaat penerapan KTP berbasis NIK yang dilengkapi dengan sidik

jari dan chip (e-KTP) adalah identifikasi jatidiri, data dalam e-KTP benar-

benar menunjukkan identitas diri pemegang e-KTP serta mencegah

terjadinya pemalsuan dokumen maupun dokumen ganda dengan

pengamanan data yang dapat diandalkan.

36

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun

2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006, NIK terdiri

dari 16 (enam belas) digit terdiri atas: 6 (enam) digit pertama merupakan

kode wilayah provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan tempat tinggal pada

saat mendaftar 6 (enam) digit kedua adalah tanggal, bulan, dan tahun

kelahiran dan khusus untuk perempuan tanggal lahirnya ditambah angka

40; dan 4 (empat) digit terakhir merupakan nomor urut penerbitan NIK yang

diproses secara otomatis dengan SIAK (Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan).

Karakteristik sidik jari adalah memiliki ketetapan bentuk dan

menunjukkan ketunggalan identitas seseorang (Prabhakar, 2001 dan

Pakanti, 2002. Automated Ingerprint Identification Systeem (AFIS) adalah

sebuah system untuk melakukan identifikasi secara otomatis terhadap

suatu sidik jari (fingerprint). AFIS merupakan otomasi proses identifikasi

yang dilakukan lewat pencocokan (matching) berbasis minutiae dari sidik

jari yang akan diidentifikasi dengan kumpulan sidik jari yang telah terekam

pada suatu sistem database. Sidik jari tangan memiliki tiga karakteristik

(ujung bukit, pencabangan dua dan titik yang disebut sebagai minutiae, lihat

Gambar 2) muncul dalam berbagai kombinasi yang tidak pernah berulang

pada dua orang (Pankanti, 2002).

Sistem AFIS memiliki fungsi identifikasi dan verifikasi berupa

identifikasi yaitu proses menganali identitas seseorang lewat seleksi dan

pencocokan terhadap keseluruhan data identitas yang terekam pada

37

database. Pada proses ini dilakukan pencocokan one-to-many (1 : N) untuk

memastikan bahwa identitas orang yang dicari ada dalam database atau

tidak. Verifikasi adalah suatu proses mengotentikasi identitas seseorang

dengan membandingkan hasil pengambilan karakteri stik sidik jari

(biometrik) dengan data yang sebelumnya telah terekam pada database.

Pada proses ini dilakukan pencocokan one to one (1 : 1) untuk

mengkonfirmasi bahwa identitas seseorang adalah benar.

Parameter kinerja utama AFIS (selain parameter lain

interoperabilitas, skalabilitas, modularitas, dll) yaitu Akurasi yang terdiri dari

False Match yang memproses identifikasi (1 : N) : sistem AFIS secara salah

mengidentifikasikan match antara record baru dengan record yang sudah

ada di DB. 0,01%. False non match yaitu untuk proses identifikasi (1 : N) :

sistem AFIS tidak menemukan match antara record baru dengan record

yang sudah ada di DB padahal harusnya ada. Parameter kedua adalah

Kecepatan, dimana AFIS memiliki kecepatan pemadanan per detik,

misalnya, 100.000 matches/second.

Sementara chip yang ditanamkan kedalam e-KTP adalah untuk

menyimpan biodata, pas photo, sidik jari, dan tanda tangan terdigitalisasi.

Disamping itu chips ini memiliki metoda pengamanan data berupa

autentikasi dan confidentiality (enkripsi) serta integrity.21

21 Ditjen Disdukcapil, “Tertib Administrasi Kependudukan”,file:///C:/Users/User/Downloads/Ditjen%20Dukcapil%20Kemendagri%20_%20Melayani%20Sepenuh%20Hati.html, pada tanggal 29 Juli 2017 pukul 02.38.

38

3. Pelayanan Dokumen Administrasi Kependudukan

1. Kartu Keluarga

Syarat Pengajuan

- Surat Permohonan / pengantar dari RT / RW

- KK yang lama

- Akte Pekawinan / perceraian

- Akte pengangkatan anak

- Surat keterangan ganti nama

- SKPPT bagi penduduk WNA

- Surat keterangan tempat tinggal bagi WNA

Mekanisme / Prosedur Pengajuan

- Mengisi formulir permohonan KK dan mengisi formulir isian

biodata penduduk bak Kepala Keluarga maupun setiap anggota

keluarga dan menyerahkan ke Desa / Kelurahan ;

- Desa / Kelurahan akan meneliti dan memeriksa ajuan yang

masuk apabila telah memenuhi segala persyaratan yang telah

ditetapkan maka berkas dimaksud dikirimkan ke Kecamatan ;

- Kecamatan menerima dan meneliti berkas pendaftaran penduduk

dari Desa / Kelurahan apabila telah memenuhi segala

persyaratan yang telah ditetapkan maka akan dilakukan

perekaman data kependudukan dan hasilnya akan dikirimkan ke

Kebupaten / Unit Kerja yang menangani ;

39

- Kabupaten / Unit Kerja yang menangani melakukan pemrosesan

penerimaan hasil perekaman dari Kecamatan dan akan

melakukan pemutakhiran data kependudukan serta proses

penerbitan KK serta mengirimkan kembali hasilnya ke

Kecamatan ;

- Kecamatan menerima, meneliti, dan menandatangani KK dalam

rangkap 4 (empat) serta melakukan proses pemutakhiran data

kependudukan sebagaimana hasil yang dikirimkan kembali dan

mengirimkan ke Desa / Kelurahan ;

- Desa / Kelurahan menerima resi tanda terima pendaftaran

penduduk, mencatat data penduduk berdasarka KK dalam Buku

Induk Penduduk dan menyerahkan KK lembar 1 ke penduduk

yang bersangkutan, lembar IV kepada pengurus RT, lembar II

sebagai arsip.

2. Kartu Tanda Penduduk (KTP)

Syarat Pengajuan

- Surat permohonan / pengantar dari RT / RW ;

- KK;

- Pas foto terbaru berwarna / hitam putih ukuran 3 x 4 cm

sebanyak 1 (satu) lembar ;

- KTP yang telah habis masa berlakunya bagi yang mengurus

perpanjangan KTP ;

40

- KTP yang rusak untuk penggantian KTP yang rusak ;

- Surat keterangan dari Kepolisian untuk penggantian KTP yang

hilang.

Mekanisme / Prosedur Pengajuan

- Mengisi formulir permohonan KTP serta melampirkan

persyaratan yang telah ditentukan dan menyerahkan ke Desa /

Kelurahan ;

- Desa / Kelurahan menerima dan meneliti berkas permohonan

KTP apabila telah memenuhi syarat maka berkas pengajuan

permohonan KTP dikirim ke Kecamatan ;

- Kecamatan menerima dan meneliti berkas permohonan KTP dari

Desa / Kelurahan apabila sesuai maka segera melakukan proses

penerbitan KTP, sekalian proses Laminating dan mengirimkan

KTP yang telah jadi ke Desa / Kelurahan dan melaporkan hasil

penerbitan KTP pada Kabupaten / Unit Kerja yang bertanggung

jawab ;

- Desa / Kelurahan mengarsipkan dan menyerahkan KTP yang

telah selesai kepada yang bersangkutan.

3. Akte Kelahiran

Syarat Pengajuan

- Surat pengantar dari RT atau RW.

41

- Surat Keterangan Kelahiran dari Dokter/Bidan/Rumah Sakit/

tempat melahirkan. Atau juga mungkin bisa saja ketika saat

melahirkan berada di pesawat atau kapal laut maka, perlu juga

mendapatkan surat keterangan dari Pilot/Nahkoda.

- Kartu Keluarga asli dan fotokopi bagi penduduk tetap atau

SKSKPNP bagi warga non-permanen di tempat domisili tersebut

sebanyak 2 lembar.

- Kartu Identitas Penduduk (KTP) suami-istri asli dan fotokopi

sebanyak 2 lembar. Bisa juga kalau diperlukan menggunakan

SKDS ataupun Surat Keterangan Pelaporan Tamu.

- Fotokopi buku nikah KUA atau Akte Pernikahan dari Catatan Sipil

sebanyak 2 lembar.

- Fotokopi Akte Kelahiran suami-istri sebanyak 2 lembar.

- Dua orang saksi untuk membuktikan tentang kelahiran di Dinas

Pencatatan Sipil berikut fotokopi KTP yang bersangkutan (untuk

hal ini mungkin di beberapa daerah, saksi tidak perlu ikut dalam

pengurusan cukup menyerahkan fotokopi KTP saja kepada

pelapor/orang tua anak).

- Surat keterangan dari kepolisian untuk anak yang tidak diketahui

asal-usulnya.

- Surat keterangan dari lembaga sosial khusus untuk kelahiran

anak penduduk rentan.

- Surat Kuasa dengan materai sebesar Rp6.000.

42

- Mengisi Formulis Permohonan Pencatatan Kelahiran dengan

materai Rp6.000.

Administrasi kependudukan sebagai suatu sistem, bagi penduduk

diharapkan dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak administratif

penduduk dalam pelayanan publik serta memberikan perlindungan yang

berkenaan dengan penerbitan dokumen kependudukan tanpa ada

perlakuan yang diskriminatif melalui peran aktif pemerintah dan pemerintah

daerah.

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis dalam menunjang

pengumpulan data adalah di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bone.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum

empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lokasi penelitian

untuk melihat secara langsung penerapan perundang-undangan serta

melakukan wawancara dengan beberapa responden, yakni sepuluh

masyarakat yang datang melakukan pengurusan pelayanan administrasi

kependudukan khususnya KTP dan KK di Kantor Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bone. Sistem ini menggunakan random sampling,

yakni pemilihan responden dilakukan secara acak, baik yang melakukan

pengurusan KTP dan KK, maupun masyarakat yang hanya sekadar ingin

dating mencari informasi. Hal ini dilkakukan dengan pertimbangan bahwa

tidak semua masyarakat dapat diakomodir dalam penelitian ini. Adapun

informan yang dipilih yakni pegawai yang melayani pelayanan administrasi

pertanahan.

44

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari populasi,

sampel, dan responden. Kemudian, sesuai dengan permasalahan dan

tujuan penelitian, data dibagi dalam dua jenis yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara

langsung dengan pihak yang terkait sehubungan dengan penelitian skripsi

ini yaitu masyarakat yang melakukan pengurusan KTP dan KK di Kantor

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui badan-badan

laporan dan dokumen lain yang telah ada sebelumnya serta mempunyai

hubungan dengan masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Suatu karya ilmiah membutuhkan sarana untuk menemukan dan

mengetahui lebih mendalam mengenai gejala-gejala tertentu yang terjadi di

masyarakat. Dengan demikian kebenaran karya ilmiah tersebut dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sebagai tindak lanjut dalam

memperoleh data-data sebagaimana yang diharapkan, maka penulis

melakukan pengumpulan data yang diharapkan, maka penulis melakukan

pengumpulan data yang berupa :

45

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Studi lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan

mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian, yaitu

di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone serta

melakukan wawancara dengan warga masyarakat yang melakukan

pengurusan KTP dan KK.

2. Penelitian Pustaka (Library Research)

Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dengan membaca

berbagai buku, jurnal ilmiah, dan dari berbagai sumber lain yang

mempunyai keterkaitan dengan materi pembahasan.

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian tentang

pelaksanaan pelayanan publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bone tentang pelaksanaan pelayanan KK dan KTP, dan

faktor – faktor yang mempengaruhi pelayanan publik dalam pelayanan

Kartu keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

A. Pelaksanaan Pelayanan KK dan KTP di Kantor Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

Pelayanan publik sebagai salah satu fungsi penyelenggaraan

pemerintahan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah. Fungsi pelayanan

publik ini sangat penting bahkan peranannya sangat besar karena

menyangkut kepentingan umum, khususnya kepentingan rakyat secara

keseluruhan. Pelayanan publik yang di laksanakan di kantor Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone merupakan salah satu

tugas dari sekian banyak fungsi dan tugas yang harus diemban oleh aparat

instansi pemerintahan di daerah. Dalam memberikan pelayanan tersebut,

di tuntut adanya keseriusan dan kesungguhan dalam melayani masyarakat

sebagai abdi masyarakat dan abdi negara.

Penelitian ini difokuskan pada pembahasan pelayanan Kartu

Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Untuk mengetahui

47

bentuk pelaksanaan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat dengan beberapa indikator yang telah dicapai melalui

penelitian penulis. Menurut analisa penulis dapat digambarkan melalui 3

(tiga) indikator sebagai berikut ;

1. Pelayanan Administrasi Kependudukan

Pelayanan pembuatan KK dan KTP merupakan salah satu jenis

pelayanan administratif yang dilakukan pemerintah terhadap

masyarakat/warga negara. Pelayanan administratif adalah jenis pelayanan

yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan pencatatan, penelitian,

pengambilan keputusan, dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya

yang secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen, dan

dokumen tersebut adalah berupa KK dan KTP.

Begitu strategisnya urusan administrasi kependudukan, maka

pemerintah diharapkan mampu menyelenggarakan pelayanan administrasi

kependudukan secara berkualitas. Berbagai kebijakan, program dan

kegiatan selama ini telah ditempuh oleh pemerintah guna meningkatkan

kualitas pelayanan administrasi kependudukan tersebut.

“ pada saat pengurusan KTP itu sangat lama, saya antri dari pagi sampaisiang, karena antriannya panjang. Makanya banyak yang mengeluh. Sayaharap aparatur dapat mencari solusi agar antriannya tidak panjang danlama. ” (Ridwan, pedagang wawancara 10 November 2017)

Kendala-kendala teknis bagi masyarakat yang melakukan

pengurusan administrasi kependudukan kiranya dapat dieliminasi sehingga

48

pengurusan dokumen administrasi kependudukan dan catatan sipil dapat

dilakukan oleh masyarakat dengan mudah dan tidak bertele-tele. Termasuk

keberadaan sarana dan fasilitas pelayanan sesuai dengan fungsinya,

Sarana itu tidak hanya dilihat dari aspek penampilannya tetapi sejauhmana

fungsi dan daya guna dari sarana/fasilitas tersebut dalam menunjang

kemudahan, kelancaran proses pelayanan dan memberikan kenyamanan

pada pengguna pelayanan dalam proses pelayanan administratif.

Semakin baiknya kualitas pelayanan administrasi kependudukan, maka

diharapkan semakin banyak aktivitas masyarakat yang dapat dikelola oleh

negara, sehingga peran pemerintah menjadi semakin maksimal guna

mendorong dan memfasilitasi berbagai aktivitas tersebut sehingga terjadi

sinergi yang akan berdampak semakin positifnya kehidupan bernegara.

“ Dari pihak kami telah menerapkan Standar Pelayanan Minimal untukdijadikan acuan dalam kinerja penyelenggaraan bidang administrasikependudukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepadamasyarakat ”. (Wawancara Andi Darmawan Kepala Disdukcapil 20November 2017).

Ukuran pelayanan ditentukan oleh penyedia pelayanan seperti,

standar pelayanan minimal (SPM). Penyelenggaraan pelayanan yang baik

dilakukan apabila pelayanan tersebut memenuhi persyaratan

sebagaimana yang ditentukan sebelumnya. Standar Pelayanan Minimal

(SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang

merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara

minimal. SPM merupakan guide yang dipahami untuk diterapkan dalam

pemberian pelayanan. Sedangkan bagi Pemerintah Daerah, SPM yang

49

telah ditetapkan Pemerintah menjadi salah satu acuan bagi Pemerintah

Daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran

penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Proses pemenuhan SPM ini

sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan membutuhkan

sumber daya, baik pada tingkat manajerial, hingga pelaksana lapangan.

“ Untuk dapat memberikan pelayanan publik yang baik, yang telahditetapkan oleh pemerintah, maka harus diimplementasikan denganlangkah-langkah kegiatan yang strategis dan didukung dengan petugaspengelola dan pelayanan yang baik. Selain itu juga harus didukung dengananggaran yang memadai, serta monitoring dan evaluasi dalampenyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut”. (Wawancara IskandarKabid Kependudukan, 22 November 2017)

Untuk dapat memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan urusan

tersebut dengan baik, khususnya penyelenggaraan urusan wajib dalam

bentuk pelayanan dasar yang telah ditetapkan dalam SPM, perlu

dikembangkan system informasi manajemen SPM yang baku, cepat, tepat,

komprehensif dan berkesinambungan serta berskala nasional dan

provinsial. Sistem yang demikian diharapkan akan dapat memenuhi

kebutuhan data dan informasi diberbagai tingkatan administrasi dalam

rangka peningkatan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan

pemerintahan daerah, khususnya penyampaian pelayanan dasar yang

berpedoman pada SPM. Dengan adanya keberadaan SPM, khususnya

bidang administrasi kependudukan, adalah untuk lebih memacu kinerja

penyelenggaraan bidang administrasi kependudukan dalam rangka

meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

50

Adapun Sarana dan fasilitas pelayanan yang mendukung proses

pelayanan administrasi kependudukan yaitu keberadaan sarana dan

fasilitas pelayanan sesuai dengan fungsinya, Sarana itu tidak hanya dilihat

dari aspek penampilannya tetapi sejauhmana fungsi dan daya guna dari

sarana/fasilitas tersebut dalam menunjang kemudahan, kelancaran proses

pelayanan dan memberikan kenyamanan pada pengguna pelayanan;

“ Sarana dan prasarana yang ada di kantor ini belum begitu maksimal.Ditinjau dari bangunan kantor yang lumayan sempit dan sarana transportasisosialisasi ke desa pelosok yang belum memadai. Sarana pelayananberupa berbagai fasilitas yang diperlukan dalam rangka memberikanpelayanan yang telah disediakan dalam rangka proses pelayanan, meliputiantara lain berbagai fomulir, alat tulis kantor, fasilitas pengolahan dataseperti komputer lengkap dan dilengkapi alat scan foto. Sedangkan saranapendukungnya adalah fasilitas yang pada umumnya disediakan dalamrangka memberikan pelayanan antara lain seperti penyediaan transportasisosialisasi, penyediaan fasilitas ruang tunggu walaupun belum memadai,adanya sarana parkir yang luas, jumlah staf yang memadai, ruang petugaspelayanan, dan toilet”. (Wawancara Iskandar Kabid. Kependudukan, 22November 2017)

Keberadaan sarana dan prasarana yang berupa fasilitas yang

diharapkan bisa menunjang kegiatan pelayanan publik, ternyata belum

mampu sepenuhnhya mendukung dikarenakan adanya kondisi fasilitas

yang belum memadai sehingga terjadi ketidakmaksimalan dalam

pelayanan oleh aparat. Melihat kondisi tersebut pemerintah daerah

seharusnya lebih peka terhadap masalah – masalah yang ada khususnya

di instansi – instansi pelayanan publik yakni berupa pemberian dukungan

dan perhatian karena ini menyangkut kepentingan masyarakat umum.

Pemerintah daerah dan instansi yang bersangkutan harusnya mampu

menjalin kerjasama dan koordinasi yang lebih intens sehingga kedua belah

51

pihak dapat merespon dan aksi cepat tanggap terhadap satu sama lain agar

masalah – masalah yang ada mendapat solusi dan dapat diselesaikan

secara cepat dan tepat.

Pelayanan publik terhadap masyarakat oleh kantor Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil di Kabupaten Bone, bukan lagi merupakan hal yang baru,

karena pelayanan masyarakat sudah ada sejak berdirinya kantor tersebut.

Kegiatan yang di lakukan oleh pemerintah daerah sudah tepat karena hal

tersebut adalah sesuatu yang sangat penting, dan perlu ditangani dengan

baik karena menyangkut kepentingan masyarakat dan negara sebagai

pegangan masyarakat sebagai warga Negara.

“ Beberapa alasan dari masyarakat untuk membuat KTP diantaranyaadalah baru berusia 17 tahun, WNA yang menetap, hilang, rusak, pindahtempat tinggal, perpanjangan, dan perubahan data bagi WNI,”.(Wawancara Andi Amda sekretaris, 24 November 2017)

Pelayanan publik sebagaimana yang telah dijelaskan, diberikan

kepada masyarakat manakala memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan

itu biasanya berbentuk dokumen-dokumen, formulir-formulir dan biaya.

Mengenai biaya, peneliti melihat fakta dilapangan bahwa biaya yang di

maksud masyarakat adalah biaya untuk calo pembuatan KK dan KTP,

padahal dalam pembuatan KK dan KTP tidak dipungut biaya apapun sesuai

peraturan yang berlaku.

Adapun kepastian pelaksanaan layanan yang meliputi waktu

pelaksanaan dan biayanya, termasuk konsistensi dalam pelaksanaan

pelayanan. Mengenai jam pelayanan baik KK dan KTP adalah pada saat

52

jam kantor hari Senin sampai Jum’at. Selain pada jam-jam tersebut, maka

permohonan apapun tidak akan dilayani. Dalam waktu-waktu tersebut tiga

orang petugas yang ada mampu melayani masyarakat pengguna jasa

secara maksimal. Kecuali dalam waktu-waktu tertentu, misalnya kebetulan

ada pembuatan KTP secara kolektif yang diadakan oleh sebuah desa,

maka pemohon yang kebetulan saat itu ada tidak bisa dilayani secara

cepat.

Tugas dari aparat Di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bone baik dalam pembuatan KK atau KTP baru atau lama

adalah meneliti kelengkapan berkas yang dibawa oleh masyarakat

pemohon, jika sudah lengkap maka selanjutnya akan di proses. Apabila ada

yang kurang lengkap meminta masyarakat untuk melengkapi

berkas/dokumen yang dimaksud.

Secara umum pelayanan administratif di Kantor Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bone sudah cukup maksimal dengan adanya

menerapan standar pelayanan dalam penyelenggaraan pelayanan publik

dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (Good Governance).

” Dalam pelayanan administratif KK dan KTP, kami selalumelaksanakannya sesuai standar pelayanan, dan itu memang perluditerapkan agar masyarakat juga merasa nyaman, betul-betul merasadilayani dengan baik oleh pemerintah sebagaimana mestinya. Standarpelayanan ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepadamasyarakat dan diharapkan mampu menjadi patokan ataupeganganpegawai dalam memberikan pelayanan yang semestinya. ”(Wawancara Andi Darmawan Kepala Disdukcapil, 20 November 2017)

53

Hal yang sangat menonjol apabila kita ingin menganalisis

penyelenggaraan administrasi di suatu daerah yaitu diltinjau dari sarana

dan prasaranan serta kinerja aparaturnya sendiri. Dalam proses

penyelenggaraan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

Pemerintah Kabupaten Bone, diatur dalam peraturan daerah nomor 3 tahun

2017 tentang perubahan atas peraturan daerah nomor 7 tahun 2011

tentang penyelenggaraan administrasi kependudukan.

Kondisi prosedur pelayanan administrasi pada kantor Dinas

kependudukan dan Catatan Sipil cukup sederhana, itupun ditinjau dari segi

kewenangan yang diberikan dalam proses pembuatan KK dan KTP. Namun

dalam proses menyelesaikan urusannya tersebut masyarakat harus

mendatangi beberapa tempat yang berjauhan dan memerlukan waktu yang

cukup lama, apabila pengurus yang bersangkutan sangat menginginkannya

untuk keperluan yang mendesak terutama yang tinggal di daerah pelosok

terlebih lagi yang sama sekali tidak paham tentang mekanisme dan

prosedur pembuatan KK dan KTP. Hal inilah yang kemudian masyarakat

beranggapan bahwa proses pengurusannya repot dan lama.

Kondisi pelayanan pada kantor Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil yang bisa diamati adalah komitmen para pegawai untuk melayani

masyarakat tanpa melakukan tindakan diskriminatif, selain itu juga adanya

kelengkapan sarana dan prasaranan yang menunjang kegiatan pelayanan.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat maka upaya-

upaya yang dilakukan adalah yang pertama, konsulidasi ke dalam yaitu di

54

dalam lingkungan kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sendiri,

perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Mempertegas dan meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan

kedudukan Pegawai Negri sebagai abdi masyarakat. Ini berarti tugas

pokok atau kewajiban utama dari Pegawai Negara dalam

memberikan pelayanan umum sebagai hak masyarakat. Dengan

pemahaman seperti ini diharapkan pelayanan yang diberikan tanpa

tendensi apa-apa kecuali niat untuk melaksanakan kewajiban

sebaik-baiknya. Pada akhirnya diharapkan akan menampilakan

performance pelayanan yang betul-betul memuaskan masyarakat.

b. Meningkatkan pemahaman tentang ketentuan pelayanan khususnya

menyangkut prosedur dan persyaratan pelayanan sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan, dengan pemahaman yang baik

akan memudahkan dan mempercepat proses pelayanan sekaligus

membantu apabila mengalami kesulitan tentang masalah pelayanan.

c. Meningkatkan perbaikan sikap petugas dalam melayani. Hal ini

menyangkut kemampuan dan keramahan sikap bagaimana kodrat

manusia yang senang berhubungan dengan orang yang mampu

berkomunikasi dengan orang lain dengan baik disertai sikap yang

ramah. Demikian dengan masyarkat pada umumnya akan sangat

mengharapkan keramahan sikap dan komunikasi yang

menyenangkan dari aparatur pemerintah. Oleh karena itu, hal ini

tidak boleh dianggap remeh.

55

d. Melengkapi fasilitas sarana dan prasarana layanan, dimana kualitas

pelayanan dipengaruhi oleh kenyamanan pelayanan yang dirasakan

oleh penerima pelayanan.

Kedua, konsolidasi keluar yaitu upaya-upaya yang dilakukan berkaitan

dengan lingkungan luar kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang

dalam hal ini adalah masyarakat selaku penerima layanan. Berkaitan

dengan hal tersebut, maka telah dilakukan upaya-upaya yaitu,

memasyarakatkan atau mensosialisasikan berbagai peraturan

perundangundangan seperti peraturan daerah tentang pelayanan

administrasi kependudukan kepada seluruh masyarakat. Upaya

peningkatan pelayanan ini baik keluar maupun ke dalam organisasi, tidak

akan efektif tanpa adanya pengawasan yang intensif dan terus menerus

dari pimpinan unit. Dalam bentuk konkritnya yaitu memberika teguran

terhadap pegawai yang melakukan penyimpangan, sehingga kualitas

peyanan dapat tercapai.

2. Mekanisme dan Prosedur Pelayanan

Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, mekanisme dan

prosedur pelayanan dimulai dari tingkat desa/kelurahan sampai pada dinas

kependudukan dan catatan sipil. Untuk prosedur layanan lebih diupayakan

bagaimana membuat regulasi pelayanan lebih mudah diakses oleh seluruh

lapisan masyarakat diberbagai tempat dengan melihat kondisi Kabupaten

56

Bone yang masih ada beberapa kecamatan yang jarak tempuhnya melalui

ibukota kabupaten terbilang jauh.

“ Dinas kependudukan dan catatan sipil telah memiliki standar pelayananatau biasa disebut SOP (Standar Operasional Pelayanan) ini tentu sajawajib hadir dalam setiap instansi layanan publik sebab jika tidak ada aturanbaku tentang standar pelayanan maka tidak akan tercapai pelayanan yangmaksimal “. ( Wawancara Andi Darmawan Kepala Disdukcapil. 22November 2017)

Standar pelayanan tersebut berfungsi sebagai persyaratan yang

harus dipenuhi untuk menerima pelayanan, akan tetapi standar pelayanan

ini yang kadang sangat memberatkaan masyarakat sebab ada anggapan

prosesnya terlalu panjang dimulai dari desa, kecamatan kemudian ke

instansi yang bersangkutan dalam hal ini dinas kependudukan dan catatan

sipil.

Prosedur pelayanan, yang mencakup variabel prosedur

tetap/standart operasional pelayanan (SOP) secara terbuka, konsistensi

pelaksanaan prosedur dan tingkat kemudahan serta kelancaran pelayanan;

Pada implementasinya proses atau prosedur pelayanan yang meliputi

prosedur pelayanan langsung kepada masyarakat, dan proses pengolahan

pelayanan yang merupakan proses internal dalam menghasilkan

pelayanan. Proses dan prosedur ini meliputi seluruh aktifitas kegiatan

pelayanan secara berurutan dimulai dengan pendaftaran yang dilakukan

ketika pertama kali masyarakat datang ke Kantor Kelurahan membawa

persyaratan yang harus dipenuhi, proses pengantrian pembuatan dokumen

57

hingga proses itu selesai dan masyarakat mendapatkan apa yang

diinginkan berupa KK dan KTP.

Dalam prosedur juga perlu adanya keterbukaan informasi

pelayanan, terutama keterbukaan informasi mengenai persyaratan dan

prosedur pelayanan dengan jelas dapat diketahui oleh masyarakat,

ketersediaan media informasi termasuk petugas yang menangani untuk

menunjang kelancaran pelayanan. Dan pihak Dinas Capil pun telah

berusaha melaksanakan pengembangan sistem pengelolaan pengaduan

masyarakat yang merupakan salah satu sumber informasi bagi upayaupaya

pihak penyelenggara pelayanan untuk secara konsisten menjaga

pelayanan yang dihasilkannya sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.

Persyaratan pelayanan merupakan hal-hal yang harus dipenuhi oleh

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan. Persyaratan pelayanan perlu

diteliti dari tiap aktifitas pelayanan sehingga untuk keseluruhan persyaratan

yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Petugas dengan senang hati

memberitahukan atau menginformsikan persyaratan yang diperlukan

kepada masyarakat jika ada yang bertanya atau persyaratan yang dibawa

kurang lengkap.

Dalam proses penyelenggaraan administrasi kependudukan dan

pencatatan sipil Kabupaten Bone, diatur dalam peraturan daerah nomor 3

tahun 2017 tentang perubahan atas peraturan daerah nomor 7 tahun 2011

58

tentang admministrasi kependudukan. Berikut syarat pembuatan Kartu

Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga dan Kartu Keluarga berdasarkan :

1. Dalam Pengurusan Kartu Keluarga berikut persyaratannya :

a. Formulir F101/biodata penduduk yang diketahui oleh Kepala Desa,

Lurah dan Kepala Kecamatan.

b. Bagi penduduk pindah datang harus melampirkan surat keterangan

pindah datang yang ditandatangani oleh Kepala Dinas

c. Melampirkan surat foto copy surat nikah bagi yang sudah menikah.

2. Dalam Pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) berikut

persyaratannya:

a. Melampirkan kartu keluarga dan formulir F101

b. Pas fotoukuran 2x3 1 lebar dengan latar belakang kelahiran ganjil

merah dan latar genap biru

c. Batas umur 17 tahun ke atas, bisa kurang dari 17 tahun asalkan

sudah menikah atau pernah menikah.

Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi penduduk

sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku di

seluruh wilayah NKRI. Kartu ini wajib dimiliki Warga Negara Indonesia dan

Warga Negara Asing yang memiliki izin Tinggal Tetap (ITAP) yang sudah

berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin atau telah kawin.

“ pelayanan Publik di kantor ini sudah sepatutnya dilaksanakan sesuaidengan aturan dan makanisme yang tertulis dalam peraturan daerah.Seperti, sebelum melaksanakannya masyarakat harus memenuhipersyaratan berkas dari desa ke kelurahan kemudian diketahui KepalaKecamatan selanjutnya ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, supaya

59

masyarakat dan pemerintah sama-sama tidak mempersulit. “ (WawancaraAndi Sompa Kabid Pencatatan Sipil, 22 November 2017)

Pemerintah menghimbau kepada masyarakat agar mengetahui

mekanisme dan syarat pembuatan KK dan KTP karena hal tersebut sangat

penting dan perlu untuk diketahui. Pengetehuan masyarakat tentang

bagaimana mekanisme dan syarat pembuatan KK dan KTP sangat penting

karena salah satu faktor penunjang kelancaran dalam pelayanan oleh

pemerintah. Jika pemerintah dan masyarakat sama-sama profesional

dalam pelaksanaannya, maka tidak akan saling mempersulit dan proses

pelaksanaan pelayanan pun akan menjadi mudah dan berjalan lancar.

Mekanisme dan prosedur pembuatan KK dan KTP dibuat berdasarkan

kebutuhan dan sebagai persyaratan dalam pengadaan KK dan KTP.

Mekanisme dan prosedur pelayanan diharapkan mampu mendorong

masyarakat untuk lebih memahami dalam pembuatan KK dan KTP sesuai

peraturan yang berlaku. Selain itu, masyarakat juga secara tidak langsung

dapat mengetahui pentingnya pembuatan KK dan KTP.

“ KK, dan KTP wajib ada karena selain sebagai identitas juga dibutuhkanuntuk pengurusan keperluan pribadi sebagai warga negara yang baik. Dansebenarnya pembuatannya tidak dipersulit kalau berkasnya lengkap ”.(Wawancara Nasir wiraswasta, 10 November 2017 )

Pernyataan lain juga diberikan oleh masyarakat lainnya.

“ Persyaratannya tidak terlalu banyak, saya mengurus semua itu langsungdan sebelum mengurus harus ada surat pengantar dari RT, kemudian keKelurahan buat Blangko, lalu ke Kecamatan, terkhir ke Capil. Prosespembuatan lamanya tiga hari sudah jadi ”. Pelayanannya cukup bagus

60

namun kadang pegawainya datang terlambat jadi harus menunggu. ”(Wawancara Najmiah IRT, 10 November 2017)

Penulis menyimpulkan bahwa proses pelaksanaan pembuatan KK

dan KTP, mekanisme dan prosedurnya tidak bermaksud mempersulit

masyarakat, namun lebih kepada proses persyaratan dalam rangka untuk

memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan.

Persyaratan pelayanan dalam pembuatan KK dan KTP, secara

umum meliputi surat pengantar dari desa, kelurahan yang diketahui camat

dan selanjutnya ke dinas capil. Persyaratan pelayanan perlu diteliti dari tiap

aktifitas pelayanan sehingga untuk keseluruhan persyaratan yang harus

dipenuhi oleh masyarakat. Petugas dengan senang hati memberitahukan

atau menginformsikan persyaratan yang diperlukan kepada masyarakat jika

ada yang bertanya atau persyaratan yang dibawa kurang lengkap.

Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk

memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas

barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik. Di Indonesia, Undang-Undang Dasar

1945 (UUD1945) mengamanatkan kepada negara agar memenuhi

kebutuhan dasar setiap warganya demi kesejahteraannya, sehingga

efektivitas suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya

penyelenggaraan pelayanan publik.

61

Gambar 1.1 SOP Penerbitan KTP

Gambar 1.2 SOP Penerbitan KK

62

3. Manajemen Pelayanan

Manajemen pelayanan yaitu suatu proses untuk menyusun rencana,

mengimplementasikan rencana, mengkoordinasikan dan menyelesaikan

aktivitas-aktivitas pelayanan demi tercapainya tujuan-tujuan pelayanan

publik. Aktivitas yang dilakukan oleh manajemen yang mampu mengubah

rencana menjadi kenyataan, apakah rencana itu berupa rencana produksi

atau rencana dalam bentuk sikap dan perbuatan.

Pelaksanaan layanan dapat diukur, oleh karena itu dapat di tetapkan

standar baik dalam hal waktu yang diperlukan maupun hasilnya. Dengan

adanya standar manajemen kiranya dapat merencanakan dan

melaksanakan agar hasil akhir memuaskan pada pihak-pihak yang

mendapatkan pelayanan.

Pelayanan yang baik dan memuaskan yang diinginkan oleh masyarakat

adalah :

1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan

yang cepat

2. Memperoleh pelayanan yang wajar, maksudnya dalam proses pelayanan

tidak ada hal yang menyimpng

3. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap

kepentingan yang sama, tertib dan tidak pandang bulu

4. Pelayanan yang jujur dan terus terang

63

Keempat hal itulah yag menjadi keinginan masyarakat dalam

hubungannya dengan bidang pelayanan publik. Apabila hal itu dapat

dipenuhi maka masyarakat akan puas dan berdampak positif pada

pegawai, antara lain :

a. Masyarakat menghargai pegawai

b. Masyarakat patuh terhadap peraturan pelayanan

c. Ada peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat menuju

tercapainya pelayanan yang baik

Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa pelayanan adalah suatu

proses maka obyek utama manajemen pelayanan adalah proses itu sendiri.

Jadi manajemen pelayanan adalah manejemen proses, yaitu sisi

manajemen yang menagatur dan mengendalkan proses layanan agar

kegiatan pelayanan dapat berjalan dengan tertib, lancar, tepat mengenai

sasaran dan memuaskan bagi pihak yang dilayani. Kriteria inilah yang

menjadi ukuran keberhasilan fungsi layanan.

Aktivitas yang menonjol dalam manajemen pelayanan di Kantor

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone adalah

menetapkan sasaran untuk mencapai tujuan organisasi. Menetapkan cara

yang tepat serta melaksanakan pekerjaan dan menyelesaikan masalah.

Dalam tujuan termasuk maksud, misi dan sasaran.

” pihaknya telah mengadakan system pengelolaan pengaduan masyarakat,namun masyarakat kurang antusias untuk memanfaatkannya. Systempengelolaan pengaduan ini berfungsi untuk menerima keluhan masyarakatterhadap pelayanan yang diberikan. Namun hanya sebagian kecil

64

masyarakat yang antusias dan kurang memanfaatkannya ”. (WawancaraAndi Darmawan Kepala Disdukcapil, 20 November 2017)

Manajemen pelayanan salah satu bentuk aktivitas yang perlu

mendapatkan perhatian serius karena menyangkut kepentingan

masyasarakat terutama dalam hal kenyamanan dan kemudahan dalam

menerima layanan. Seperti, dalam pemberian layanan administrasi agar

kiranya masyarakat dapat nyaman, dan mudah dalam menerima

pelayanan, diperlukan aktivitas manajemen pelayanan yang mengatur

proses pelayanan administrasi demi tercapainya pelayanan yang

semestinya.

” Perlu adanya manajemen pelayanan administrasi karena dengan adanyamanajemen ini akan membantu proses pelayanan menjadi lebih teratur danterarah dan manajemen tersebut belum sepenuhnya terlaksana di kantorini. Proses layanan diatur dan dikelola sedemikian rupa sehinggamasyarakat tidak perlu lagi menunggu antrian panjang seperti sebelumnya.Seperti, yang saya ajukan yakni pengelompokan loket administrasiberdasarkan masing-masing kecamatan. Masingmasing kecamatanmemiliki loket masing-masing agar memudahkan dalam pengurusannnya”. (wawancara Andi Sry Yulita Kabid Data dan Informasi, 22 November2017)

Dalam sebuah pemerintahan diperlukan manajemen atau

pengelolaan yang baik terutama dalam bentuk pelayanan publik. Hal ini

dikarenakan semakin kompleks masyarakat, kebutuhan akan barang dan

jasa publik semakin tidak terbatas. Sehingga diperlukan manajemen

pelayanan publik sebagai bentuk evaluasi kualitas organisasi pelayanan

baik pemerintah pusat maupun daerah.

65

Berikut adalah data penerbitan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk

di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone pada

tahun 2016:

Tabel 1.1 Jumlah KTP Terbit Tahun 2016

BANYAKNYA KARTU TANDA PENDUDUK YANG DITERBITKAN DI KABUPATEN BONETAHUN 2016

KODE WILAYAH KECAMATAN PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH010 BONTOCANI 11.752 75 78 153020 KAHU 30.061 249 242 491030 KAJUARA 25.401 311 244 555040 SALOMEKKO 11.711 88 77 165050 TONRA 9.683 93 95 188060 PATIMPENG 12.610 110 79 189070 LIBURENG 24.126 232 221 453080 MARE 18.766 239 182 421090 SIBULUE 25.516 313 223 536100 CINA 19.938 257 182 439110 BAREBBO 21.809 279 213 492120 PONRE 9.249 115 115 230130 LAPPARIAJA 21.723 325 278 603140 LAMURU 21.118 163 120 283141 TELLU LIMPOE 10.925 73 75 148150 BENGO 21.154 250 155 405160 ULAWENG 21.122 180 191 371170 PALAKKA 18.267 153 123 276180 AWANGPONE 23.692 242 193 435190 T.SIATTINGNGE 30.907 380 346 726200 AMALI 26.350 123 116 239210 AJANGALE 22.838 178 146 324220 DUA BOCCOE 27.037 216 204 420230 CENRANA 21.435 205 160 365710 T.R. BARAT 35.051 630 576 1.206720 T. RIATTANG 41.073 761 614 1.375730 T.R. TIMUR 28.779 486 399 885

KABUPATEN BONE 582.093 6.726 5.647 12.373

Tabel 1.2 Jumlah KK Terbit Tahun 2016

BANYAKNYA KARTU KELUARGA YANG DITERBITKAN DI KABUPATEN BONETAHUN 2016

KODE WILAYAH KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH010 BONTOCANI 749 77 826020 KAHU 2.018 283 2.256030 KAJUARA 1.443 279 1.722040 SALOMEKKO 494 87 581050 TONRA 641 152 793060 PATIMPENG 694 152 846070 LIBURENG 1.161 187 1.348080 MARE 1.328 207 1.535090 SIBULUE 1.429 257 1.686

66

100 CINA 1.562 248 1.810110 BAREBBO 1.277 219 1.476120 PONRE 697 105 802130 LAPPARIAJA 1.145 172 1.317140 LAMURU 1.253 258 1.511141 TELLU LIMPOE 505 66 571150 BENGO 109 159 1.250160 ULAWENG 887 210 1.097170 PALAKKA 971 178 1.149180 AWANGPONE 1.162 242 1.404190 T.SIATTINGNGE 1.687 247 1.934200 AMALI 951 138 1.089210 AJANGALE 922 193 1.115220 DUA BOCCOE 1.039 180 1.219230 CENRANA 1.247 228 1.475710 T.R. BARAT 2.031 384 2.415720 T. RIATTANG 2.437 385 2.822730 T.R. TIMUR 2.042 404 2.446

KABUPATEN BONE 32.843 5.652 38.495

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan KK

dan KTP di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bone

Pelaksanaan tugas pelayanan dalam struktur organisasi tidak

selamanya berjalan dengan baik seperti yang kita harapkan, terkadang

dalam pelaksanaannya aparat pemerintah mengalami kendala-kendala

atau faktor penghambat, namun disamping itu adapula faktor-faktor yang

menjadi pendukung jalannya prosedur pelayanan.

Demikian halnya pelaksanaan pelayanan pemerintah yang ada di

daerah daerah lain, Pelaksanaan Layanan pemerintah yang berlangsung di

Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone

dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor, baik itu faktor yang menjadi

pendukung jalannya pelayanan maupun faktor yang kemudian menjadi

penghambat pelayanan itu sendiri. Berikut faktor pendukung dan

penghambat dalam yang mempengaruhi pelayanan Kartu Keluarga dan

67

Kartu Tanda Penduduk di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bone.

a. Faktor Pendukung

1) Anggaran

Salah satu faktor yang sangat mendukung pelaksanaan pelayanan

publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone

adalah faktor anggaran. Dalam hal ini tentu adanya ketersediaan dana

karena tanpa adanya anggaran/dana yang mencukupi maka pelaksanaan

pelayanan tidak akan berjalan dengan baik khususnya pelayanan

administrasi kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga,

dan Akta Kelahiran.

Pelayanan KK dan KTP akan bisa meningkat apabila didukung

dengan upaya-upaya peningkatan kualitas layanan yang tepat. Dukungan

penuh pembiayaan dari Pemerintah dan dari berbagai sumber menjadi

pendorong yang besar bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Bone untuk meningkatkan pelayanan karena mendapat

sokongan dana dari pemerintah sehingga tidak perlu lagi kesulitan dalam

membiayai segala kegiatan yang dilakukan.

2) Komitmen Pemerintah

Komitmen dari pemerintah yakni dalam hal ini Bupati dan Wakil

Bupati melalui visi dan misi kepemimpinannya merupakan satu poin

68

pendukung dalam menata keseriusan daerah dalam menciptakan kondisi

pelayanan publik yang lebih terarah demi tercapainya kondisi

kemasyarakatan yang lebih baik.

Pemerintah daerah (Bupati dab wakil bupati) bekerja sama dengan

instansi dalam hal ini Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bone dalam upaya mewujudkan visi dan misi, maka pemerintah

berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan seluruh lapisan masyarakat

dengan menciptakan sistem pemerintah yg mampu mendukung terciptanya

penyelengaraan pelayanan publik yang prima dan berkesinambungan

sesuai dengan kondisi dan mampu menanggapi terjadinya perubahan

dimensi serta dampak kompleksitas saat ini. Untuk mendukung percepatan

peningkatan kualitas pelayanan publik yg prima pada pemerintah

diperlukan komitmen yg kuat, kreativitas, dan langkah langkah inovasi.

3) Sumber Daya Manusia

Optimalisasi sumberdaya manusia dan infrastruktur betul-betul

menjadi komitmen pemerintah daerah, hanya saja komitmen pun hanya

sebatas pada penafsirannya sebagi sebuah tekad. Sumberdaya yang

tersedia di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil sudah

memenuhi persyaratan sesuai peraturan yang ada seperti dalam hal

rekruitmen kepegawaian,intervensi politik, dan ditribusi staff yang

seimbang. Hal ini menjadi pendukung besar dalam pelayanan publik yang

ada di Dinas Capil.

69

Sumber daya manusia sangat penting sebab dia adalah pelaku atau

dalam hal ini penyedia layanan jika dalam proses penataan organisasi

sumberdaya manusia yang tersedia masih sangat minim dari segi

kecakapan dan profesionalisme kerja maka akan lahir juga disorientasi

sebab bagaimana sebuah kemaksimalan tercapai jika sumberdaya yang

tersedia tidak memiliki kredibilitas didalamnya, apakah sumberdaya yang

tersedia mampu untuk menangkap 9 (Sembilan) prinsip pelayanan publik

seperti professional, efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu,

resposnsif tentu saja itu bukan pekerjaan yang mudah. Untuk meningkatkan

pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone

harus didukung dengan SDM yang memadai, baik dari segi kuantitas

maupun kualitas.

4) Kebijakan Peraturan Daerah

Terlaksananya pelayanan publik juga tidak luput dari pengaruhi

kebijakan yang sudah dibuat dalam bentuk peraturan daerah. Kebijakan

tersebut selanjutnya menjadi acuan bagi seluruh instansi yang ada di

Kabupaten Bone untuk membuat suatu perencanaan kegiatan / program

yang akan dilaksanakan.

Kebijakan dalam bentuk pertaturan daerah sangat membantu

terlaksananya pelayanan publik dalam proses pemberian layanan

pembuatan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk kepada

masyarakat, karena memicu atau adanya acuan untuk melaksanakan tugas

70

dan kewajiban instansi yang bersangkutan. Adapun kebijakannya tertuang

dalam peraturan daerah Kabupaten Bone Nomor 3 tahun 2017 tentang

perubahan atas peraturan daerah nomor 7 tahun 2011 tentang administrasi

kependudukan dan pencatatan sipil.

b. Faktor Penghambat

1. Sarana dan Prasarana

Yang dimaksud sarana dan prasarana adalah segala jenis peralatan,

perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat

utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial

dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan dengan

organisasi kerja itu. Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan,

pelaksanaan pelayanan publik di Kantor Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kabupaten Bone terdapat kendala dalam hal sarana dan

prasarana khususnya sarana transportasi yang tidak mendukung untuk

kegiatan sosialisasi di desa pelosok yang sukar di jangkau dan masih

adanya beberapa komputer yang belum memiliki kelengkapan

pendudukung yang dapat menunjang proses pelayanan. Hal ini tentunya

akan mengahambat proses pengerjaan Kartu Tanda Penduduk dan akta

kelahiran serta sarana transportasi tidak memadai untuk menjangkau

masyarakat yang berada di plosok. kawasan yang jauh dan sulit dijangkau

(desa pelosok).

71

Karena kawasan yang jauh dan sulit dijangkau oleh sarana

transportasi, akhirnya proses pembuatan KK dan KTP mengalami

pengunduran waktu atau keterlambatan dalam pembuatannya. Hal ini pun

yang menyebabkan masyarakat yang tinggal di kawasan pelosok malas

untuk mengurus pembuatan KK dan KTP.

“ Pada saat sosialisasi petugas mengatakan bahwa pengurusan bisaselesai dalam satu hari, tetapi kenyataannya rata-rata jadinya 3 harikedepan ”. (Wawancara Nirmala pedagang, 10 November 2017)

Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana menjadi sangat

mengganggu proses pembuatan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk,

dan Akta Kelahiran, sebagaimana dapat kita lihat dari hasil wawancara.

Kekurangan sarana dan prasaranan mengakibatkan penumpukan

permintaan pengajuan pembuatan KK dan KTP sehingga menyebabkan

kinerja aparatur juga terhambat. Hal tersebut yang kemudian menjadi

pemicu lambannya pengurusan dan masyarakat pun mengecam lamanya

proses pembuatan KK dan KTP.

2. Faktor Budaya

Penggunaan jasa calo dikalangan masyarakat dipandang sebagai

proses yang lumrah untuk di lakukan yang kemudian memicu munculnya

pungutan illegal yang di pandang sebagai uang administrasi dari

masyarakat yang memerlukan pelayanan. Perilaku tersebut dianggap

sebagai tindakan korupsi dalam persepektif hukum, namun diterima

72

masyarakat sebagai suatu yang normal dan wajar sebagai ucapan

terimakasih.

Budaya penggunaan jasa calo tersebut akan semakin menjadi-jadi

ketika system yang memberikan persyaratan administrasi yang memicu

terjadinya tindakan pungutan ilegal, kemudian memicu keterpaksaan warga

dan adanya proses pembiaran dari pemerintah, transaksi tersebut akan

dilakukan secara informal dan menjadi bagian budaya tahu sama tahu

antara masyarakat dan pemerintah.

3. Faktor Kesadaran Masyarakat

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebagai penyedia

layanan selalu berupaya memberikan pelayanan yang baik bagi

masyarakat pengguna layanan. Namun hal itu masih kurang mendapat

perhatian dari masyarakat karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan

akan pentingnya pembuatan KK dan KTP secara langsung sebagai tertib

administrasi kependudukan. Kebanyakan masyarakat lebih memilih jasa

calo dari pada mengurus sendiri karena tidak mau repot dalam pengurusan.

Padahal dalam pengurusan pemerintah saat ini telah mengupayakan agar

tidak mempersulit masyarakat. Dan sifat apatis sebagian masyarakat inilah

yang kemudian menjadi penyebab ketidaktahuan tentang bagaimana

prosedur pengurusan KTP dan KK. Hal tersebut bisa kita lihat dari hasil

wawancara penulis yang menyatakan bahwa:

“ Kalau kita yang mengurus sendiri sulit, banyak yang mesti disediakan,belum lagi dioper sana sini di dinas apalagi kalau mengurus Akta Kelahiran

73

yang lewat batas waktu harus ada proses sidang dulu, walaupun gratis tapisama saja kalau kita pakai jasa calo, kita tinggal terima beres ”. (WawancaraBapak Ridwan pedagang, 10 November 2017)

Hasil wawancara diatas salah satu dari beberapa nara sumber yang

memberikan keterangan bahwa jika mengurus sendiri itu repot dan

dipersulit. Adapun yang agak dipersulit, itu dikenakan pada masyarakat

yang tidak memiliki kelengkapan dokumen. Kurangnya perhatian dan

pengetahuan masyarakat dalam pengurusan KK da KTP, sehingga mereka

lebih memilih untuk menggunakan jasa calo untuk pengurusan Kartu

Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, dengan membayar sejumlah dana agar

cepat proses pengurusannya. Inilah masyarakat saat ini yang selalu hanya

ingin terima beres tidak ingin merepotkan diri. Budaya terima beres ini

mestinya dihilangkan agar masyarakat juga bisa aktif berperan dan

berpartisipasi langsung dalam program atau pun kebijakan pemerintah.

Dengan begitu peran masyarakat benar-benar tercipta dan terealisasikan

untuk pembangunan khususnya daerah dan pada umumnya negara.

“ kalau kita yang urus sendiri jadinya lama, pertama bawa surat pengantardari RT, lalu ke kelurahan, terus di bawa ke kecamatan, dari kecamatanbaru ke catatan sipil, urusannya lama, rumit, mending pakai jasa calo, adadari catatan sipil biasa yang tawarkan tinggal bayar, langsung jadi tidakrepot kesana kemari, ongkos yang dikeluarkan juga beda ”. (WawancaraSiti Utari IRT, 11 November 2017)

Masyarakat lebih banyak yang mengandalkan calo atau sistem

tembak ketimbang mengikuti prosedur pelayanan yang telah berlaku,

74

sehingga banyak masyarakat kurang tau bagaimana sebenarnya proses

pembuatan kartu keluarga, kartu tanda pernduduk dan akta kelahiran itu

dibuat menurut aturan yang berlaku. Mereka lebih memilih mengambil jalan

instan dengan mebayar jasa calo pembuatan KK dan KTP. Kalau pun ada

beberap orang yang mengerti tapi mereka lebih senang memakai jasa calo

ketimbang urus sendiri alasannya sederhana hanya karena tidak ingin repot

dan pertimbangan biaya yang dikeluarkan juga tidak terlalu mahal.

Secara umum kebanyakan masyarakat miskin terutama yang berada

atau tinggal di pedesaan tidak memiliki KTP, disisi lain karena kesulitan

ekonomi dan hambatan geografis dalam pembuatannya. Kurangnya

kesadaran merupakan indikasi akan lemahnya kinerja pemerintah dalam

mensosialisasikan akan pentingnya KTP, KK bagi status hukum

kewarganegaraan seseorang. Sementara kesulitan ekonomi dan hambatan

geografis, tampaknya tidak menjadi pertimbangan institusi pemerintah

disegala level dalam menetapkan aturan dan prosedur untuk mengakses

pembuatan dan kepemilikan terutama KTP.

4. Kurangnya Kedisiplinan Pegawai

Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dari perilaku pribadi atau

kelompok berupa kepatuhan, ketaatan terhadap hukum dan norma yang

berlaku dan dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin. Dalam

kehidupan sehari-hari dapat kita amati bahwa mereka yang berdisiplin

tinggi, umumnya berprestasi lebih tinggi pula.

75

Disiplin pegawai sangat penting peranannya dalam pengelolaan

departemen secara keseluruhan. Berhasil tidaknya kegiatan pelayanan

publik sebagian besar ditentukan oleh tingkat disiplin pegawainya. Makin

disiplin pegawai, makin berhasil pula dalam mengemban misinya.”

Tingkat kedisiplinan yang tinggi bisa menciptakan konsistensi sikap

dalam pemberian pelayanan yang efektif. Namun pada kenyataannya

tingkat kedisiplinan pegawai masih kurang. Hal ini dibuktikan masih

seringnya pegawai datang terlambat, sibuk urusan luar kantor pada saat

jam kantor. Diharapkan semua pegawai memiliki konsistensi berdasarkan

standar pelayanan yang berlaku. Sehingga pengguna layanan akan

merasa dihargai sebagai pengguna jasa layanan di kantor Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone.

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis

menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan Kartu Keluarga (KK)

dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang ada di Kantor Dinas

Kependudukan dan pencatatan Sipil Kabupaten Bone secara umum

telah berjalan dengan cukup baik dan sesuai dengan SOP dan

Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Tahun 2017 tentang

perubahan atas Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang administrasi

kependudukan. Meskipun demikian masih ada berbagai kekurangan

yang juga perlu diperbaiki.

2. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan

KK dan KTP di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Bone yaitu faktor pendukung antara lain; tersedianya

anggaran yang memadai, Adanya komitmen pemerintah (Pemda)

yang kuat dalam mendukung terlaksananya pelayanan yang baik,

adanya Sumber Daya Manusia yang memadai, dan Kebijakan

peraturan daerah sebagai acuan pelayanan publik. Faktor

penghambat antara lain; Kurangnya sarana dan prasarana, Adanya

kebiasaan masyarakat yang menggunakan jasa calo yang memicu

terjadinya tindakan pungutan liar (Faktor budaya), Kurangnya

77

kesadaran masyarakat tentang pentingnya KK dan KTP, dan

Kurangnya kedisiplinan pegawai (Aparat).

B. Saran

1. Untuk Pemerintah Kabupaten Bone, khususnya aparat pemerintah

di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone

diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan baik

yang bersifat teknis maupun non teknis dengan harapan, terciptanya

tenaga kerja yang terampil dalam upaya meningkatkan kualitas kerja

dalam proses pelayanan publik sesuai dengan SOP dan perarturan

yang berlaku.

2. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, pihak Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone perlu

melakukan pembentukan budaya organisasi yang dapat mendukung

terwujudnya komitmen yang tinggi dari aparatnya dalam

melaksanakan proses pelayanan publik, serta melakukan

pengawasan pelayanan kepada seluruh unit kerja dalam proses

pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bone.

78

DAFTAR PUSTAKA

Budiman Rusli. 2010. Pelayanan Publik di Era Reformasi. Cirebon :

Unpad.

David Lucas, dkk. 1987. Pengantar Kependudukan. Yogyakarta : Gajah

Mada University Press.

Husni Thamrin. 2013. Hukum Pelayanan Publik. Yogyakarta : Aswaja

Presindo.

H. A. Muin Fahmal, 2001. Peran Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang

Layak dalam Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih.

Yogyakarta : Kreasi Total Media.

I.B. Wisaya Putra. 1993. Hukum Sebagai Suatu Sistem. Bandung :

Remadja Rosdakarya.

Karthi Nisjar S. 1991. Beberapa Catatan Tentang Good Governance-

Jurnal Administrasi Pembangunan Volume 1 Nomor 2.

Mochtar Kusumaatmadja. 1986. Pembinaan Hukum Dalam Rangka

Pembangunan Nasional. Bandung : Bina Cipta.

Pramudji S. 1986. Ekologi Administrasi Negara. Jakarta : Bina Aksara.

Ridwan Juniarso, dkk. 2009. Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan

Pelayanan Publik. Bandung : Nuansa.

Ridwan H.R., 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

79

Sinambella, Lijan Poltak, dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori,

Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta : Bumi Aksara.

______. 1992. Perkembangan Ilmu Administrasi Negara.

Sirajuddin, dkk. 2012. Hukum Pelayanan Publik. Malang : Setara Press

Soetandyo Wignyosoebroto. 1995. Hukum Kolonial dan Dinamika Sosial

Politik dalam Perkembangan Hukum di Indonesia. Jakarta :

Rajawali Press.

Undang-Undang :

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi

Publik.

Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 tahun 2017 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011

Tentang Administrasi Kependudukan.

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89