SEL ELEKTROLISIS
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of SEL ELEKTROLISIS
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA II
SEL ELEKTROLISIS
Selasa, 21-April-2014
Disusun Oleh :
Yasa Esa Yasinta
1112016200062
Kelompok : 5
Gilang Yudha Pratama
Risky Hari Setiawan
Savira Aulia
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
I. ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan tentang sel elektrolisis, elektrolisis adalah
peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah denganmenggunakan dua
macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang
dihubungkan dengan kutub negatif) dan anoda (elektroda yang dihubungkan
dengan kutub positif).
Sebelum memulai praktikum terlebih dahulu mengamplas elektroda Cu,
bertujuan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada elektroda tsb.
Kemudian merangkai alat seperti yang terlihat pada gambar dan lakukan
pengukuran arus dan tegangan pada suhu 300 C, 500 C, 700 C selama dua
menit.
II. PENDAHULUAN
Sel elektrolisis adalah sel dimana energy listrik digunakan untuk reaksi
kimia. Sel ini kebalikan dari sel galvanic. E.m.f yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses ini akan lebihtinggi daripada e.m.f yang dihasilkan oleh
reaksi kimia, dan ini didapat dari lingkungannya (SK DOGRA,S DOGRA,
2009, 511)
Reaksi kimia spontan menghendaki ΔG menjadi negative. Apabila e.m.f
sel adalah positif, maka ini adalah sel galvanic. Keseimbangan akan terjadi bila
ΔG dan E sama dengan nol. Reaksi dengan nilai E yang lebih positif akan terjadi
lebih dahulu daripada reaksi-reaksi dengan e.m.f yang kepositifannya lebih
rendah. (SK DOGRA,S DOGRA, 2009, 511)
Elektrokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
hubungan antara reaksi kimia dan aliran listrik. Aliran listrik merupakan
sesuatu yang bemuatan seperti elektron. Reaksi yang berhubungan dengan
adanya aliran electron adalah reaksi yang melibatkan pelepasan dan penerimaan
lektron atau yang kita kenal dengan reaksi oksidasi dan reduksi atau reaksi
redoks. Sel elektrokmia terdiri dari sepasang elektroda yang dicelupkan ke
dalam suatu lelehan atau larutan ion dan dihubungkan dengan penghantar
logam pada rangkaian luar (Hendrawan,SriMulyani, 1986, 113).
Reaksi sebaliknya dari sel Daniell yakni reaksi Zn2+(aq) + Cu(s) →
Zn(s) + Cu2+(aq) adalah reaksi redoks yang tidak spontan. Reaksi tersebut
dapat terjadi jika pada sel Daniell diterapkan beda potensial listrik dari luar
yang besarnya melebihi potensial sel Daniell. Dengan demikian aliran electron
pada rangkaian luar dan aliran ion-ion dalam larutan elektrolit berlawanan
dengan aliran ion dan electron pada sel Daniell sebagai sel volta
(Hendrawan,SriMulyani, 1986, 117).
Jadi dari gambaran diatas dapat kita lihat bahwa sel elektrolisis tidak
selalu terjadi dalam satu wadah dengan satu elektrolit dan dua elektroda yang
sama, tetapi dapat juga terjadi dalam dua wadah dengan dua elektroda yang
berbeda. (Hendrawan,SriMulyani, 1986,118).
Dalam suatu sel elektrolisis terdapat hubungan kuantitatif antara jumlah
muatan listrik yang digunakan dengan jumlah reaktan maupun hasil reaksi, oleh
Faraday dirumuskan seperti
w =eit
96500
dengan w, e, i, dan t masing-masing menyatakan jumlah gram zat dalam reaksi,
bobot ekivalen zat, jumlah arus listrik yang digunakan dalam ampere, dan
waktu elekrtolisis yang dinyatakan dalam satuan detik. Bila jumlah arus listrik
dan waktu yang digunakan pada proses elektrolisis sama (Isana, 2007).
Perubahan temperatur sistem pada selang waktu tertentu memberikan
informasi terjadinya perubahan energi sistem, sedangkan tidak terjadinya
perubahan temperature setelah selang waktu tertentu memberikan informasi
terjadinya transisi fasa komponen dalam sistem itu. Oleh karena itu dengan
mengikuti terjadinya perubahan temperature selama waktu tertentu diharapkan
memberikan suatu informasi kualitatif maupun kuantitatif dalam suatu sel
elektrolisis (Isana, 2007).
Sel elektrolisis tersusun atas elektroda positif (anoda) dan elektroda
negative (katoda). Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, sedangkan pada katoda
terjadi reaksi reduksi. Ada dua tipe elektroda, yakni elektroda inert dan reaktif.
Bila anoda berupa elektroda inert, reaksi oksidasi sangat bergantung pada jenis
anion yang ada dalam larutan, sebaliknya bila anoda berupa elektroda reaktif
maka elektroda itu akan larut. Karbon merupakan salah satu elektroda inert
yang paling murah dibandingkan dengan elektroda inert yang lain. Pemakaian
karbon aktif sebagai elektroda telah banyak dikembangkan, baik hanya sebatas
sebagai research maupun skala industry (Isana, 2007).
Karbon memiliki sifat-sifat antara lain, tahan terhadap medium asam
maupun basa, ukuran pori dan luas muka spesifik dapat dikontrol, bersifat inert,
mudah ditempeli dengan logam, memiliki luas muka spesifik yang relatif
tinggi, dan mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah. Oleh karena itu
dalam penelitian ini akan digunakan karbon sebagai elektroda. Dalam sel
elektrolisis terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Hubungan
kuantitatif antara jumlah muatan listrik yang digunakan dan jumlah zat yang
terlibat dalam reaksi telah dirumuskan oleh Faraday. Hal ini dapat terjadi
karena melibatkan reaksi reduksi-oksidasi yang mengandalkan peran partikel
bermuatan sebagai penghantar muatan listrik (Isana, 2007).
Elektrolisis adalah peristiwa berlangsungnya reaksi kimia oleh arus
listrik. Aliran listrik melalui suatu konduktor (penghantar) melibatkan
perpindahan elektron dari potensial negatif tinggi ke potensial lainnya yang
lebih rendah. Mekanisme dari transfer ini tidak sama untuk berbagai konduktor.
Dalam penghantar elektronik, seperti padatan dan lelehan logam, penghantaran
berlangsung melalui perpindahan elektron langsung melalui penghantar dari
potensial yang diterapkan. Dalam hal ini, atom-atom penyusun penghantar
listrik tidak terlibat dalam proses tersebut. Akan tetapi penghantar elektrolistik
yang mencangkup larutan elektrolit dan lelehan garam-garam. Penghantaran
berlangsung melalui perpindahan ion-ion baik positif maupun negatif menuju
elektroda-elektroda. Migrasi ini tidak hanya melibatkan perpindahan listrik dari
suatu elektroda ke elektroda lainnya tetapi juga melibatkan adanya transport
materi dari suatu bagian konduktor ke bagian lainnya (Anonim).
III. ALAT-BAHAN dan METODE
Alat:
1) Power Supply
2) Gelas kimia 100 ml
3) Thermometer
4) Statif dan Klem
5) Kaki tiga dan kassa
6) Pembakar spirtus
7) Multimeter
8) Kabel
9) Stopwatch
10) Neraca o-hauss
11) Korek api
12) Amplas
Bahan:
1. Larutan CuSO4
2. Elektroda C dan Cu
3. Akuades
Methods:
1. Bersihkan masing-masng elektroda dengan amplas dan mencelipkannya
atau membilasnya dengan akuades, kemudian kerinkan dan ditimbang
2. Masukkan larutan CuSO4 0,1M sebanyak 50 ml ke dalam gelas kimia 100
ml
3. Rangkai alat percobaan seperti pada gambar dan atur power suplay pada
tegangan 3 volt
4. Pasang elektroda Cu pada katoda dan C pada anoda dan masukkan ke dalam
larutan CuSO4 0,1 M
5. Panaskan larutan CuSO4 0,1 M sampai suhu 30◦C serta melakukan
elektrolisis selama 2 menit dan menjaga suhu tetap konstan pada 30◦C
selama elektrolisis berlangsung serta mengamati perubahannya
6. Catat arus dan tegangan listrik pada elektrolisis suhu 30◦C
7. Matikan power suplay, cuci elektroda Cu dengan air lalu keringkan dan
timbang dengan neraca digital
8. Lakukan langkah diatas dengan suhu larutan CuSO4 15◦C
IV. HASIL PENGAMATAN dan PEMBAHASAN
Hasil pengamatan:
Persamaan reaksi
Katoda : Cu2+ + 2e- → Cu
Anoda : 2H2O → O2 + 4H+ + 4e-
no Suhu
(T)
Kuat
arus (I)
Tegangan
(V)
Waktu
(t)
Massa Cu di katoda
Sebelum
elektrolisis
Setelah
elektrolisis
1 30°C 0,75 A 3,10 V 2 menit 2,27 gram 2,4 gram
2 50°C 1,20 A 2,50 V 2 menit 2,25 gram 2,5 gram
3 70°C 1,16 A 2,28 V 2 menit 2,23 gram 2,6 gram
Perhitungan:
ΔG = -n F Esel
Esel = Ered - Eoks
Esel = 0,337 v – (-1,23 v) = 1,567 v
ΔG = -2 mol e- /mol x 96500 C /mol e- x 1,576 v
ΔG = -3,04 x 105 J/mol
ΔS 300 C = nF әe
әt
= 2 mol e/mol x 96500 C x (1,576 v/30 C)
= 10,138 J/mol
ΔS 500 C = nF әe
әt
= 2 mol e/mol x 96500 C x (1,576 v/50 C)
= 6,083 J/mol
ΔS 700 C = nF әe
әt
= 2 mol e/mol x 96500 C x (1,576 v/70 C)
= 4,345 J/mol
ΔH 30◦ C = ΔG + T.ΔS
ΔH = -3,04 x 105 + 30 x10,138
ΔH = 354.510,8 J
ΔH 50◦ C = ΔG + T.ΔS
ΔH = -3,04 x 105 + 50 x 6,083
ΔH = 303.830,8 J
ΔH 70◦ C = ΔG + T.ΔS
ΔH = -3,04 x 105 + 70 x 4,345
ΔH = 303.760,5 J
Foto pengamatan:
Pembahasan:
Pada praktikum kimia fisik kali ini, praktikan akan menguji coba sel
elektrolisis dengan mencoba penaruh suhu terhadap ΔH,ΔG, dan ΔS. Dalam sel
elektrolisis terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Hubungan
kuantitatif antara jumlah muatan listrik yang digunakan dan jumlah zat yang
terlibat dalam reaksi telah dirumuskan oleh Faraday. Hal ini dapat terjadi
karena melibatkan reaksi reduksi-oksidasi yang mengandalkan peran partikel
bermuatan sebagai penghantar muatan listrik. Untuk mengetahui pengaruh
suhu terhadap ΔH,ΔG, dan ΔS praktikan menggunakan rumus:
Kerja yang dilakukan oleh sel elektrolisis sama dengan penurunan
energy gibbs, yaitu kerja masimum di luar kerja, -PV. Suatu proses atau reaksi
dikatakan spontan jika ΔG < 0, dari persamaan ΔG= -nFE, maka reaksi
dikatakan spontan jika E > 0 dan tidak spontan jika ΔG > 0 atau E < 0. Dalam
hal ini, praktikum kali ini terjadi secara spontan karena ΔG yang didapat yaitu
-3,04 x 105 J/mol.
Pengamatan yang terjadi bahwa logam Cu di katoda terjadi peluruhan,
karena memang di katoda itu merupakan reaksi reduksi. Pada hasil percobaan
yang didapat semakin besar suhu semakin besar pula kuat arus yang dihasilkan,
massa Cu setelah elektrolisis semakin bertambah dan tegangannya semakin
menurun,
V. CONCLUTIONS
1. Elektrokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
hubungan antara reaksi kimia dan aliran listrik
2. Sel elektrolisis adalah sel dimana energy listrik digunakan untuk reaksi
kimia
3. Hubungan kuantitatif antara jumlah muatan listrik yang digunakan dan
jumlah zat yangterlibat dalam reaksi telah dirumuskan oleh Faraday.
Hal ini dapat terjadi karena melibatkan reaksi reduksi-oksidasi
yang mengandalkan peran partikel bermuatan sebagai
penghantar muatan listrik.
4.
5. Dalam hal ini, praktikum kali ini terjadi secara spontan
karena ΔG yang didapat yaitu -3,04 x 105 J/mol
VI. REFERENSI
DOGRA SK,DOGRA S. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-Press
Hendrawan,Mulyani Sri. 1986. Kimia Fisika II. Bandung : UPI
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web
&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CEIQFjAD&url=http%3A%2F%
2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fpenelitian%2FIsana%25
20Supiah%2520YL.%2C%2520Dra.%2C%2520M.Si.%2FSel%25
20elektrolisis.pdf&ei=Yc9eU-
LVOYWpiAe4_IGoBA&usg=AFQjCNHs4hemAVnE6gCt14Zg46
e4RZjcQw&sig2=5XTdPOJ0s9jVRrJ-
gPHiIw&bvm=bv.65397613,d.aGc
http://yustikaforict.files.wordpress.com/2012/12/elektrolisis-untuk-
menentukan-bilangan-avogadro.pdf