Uji Toksisitas Subkronik Fraksi Diterpen Lakton Dari Herba ...
sambutan pemerintah terhadap pengantar musyawarah fraksi ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of sambutan pemerintah terhadap pengantar musyawarah fraksi ...
SAMBUTAN PEMERINTAH TERHADAP PENGANTAR MUSYAWARAH FRAKSI-FRAKSI
RUU TENTANG PANGAN
Assalimu•alaikum Wr.Wb. Saudara Pi~apiraan PANSUS; Anggota· PANSUS; Hadirin dan hadirat yang saya hormati.
Pertama-ta~a ruarllah kita sampaikan puji s~ukur kehadirat ALLAH SWT · atas limJ>ahan l<aruui.a dan rahmat-Hya, bahwa l<itn da1;,a·t ber·J(umpul · da·n · ber·temu l<embai i i>ada 11ari i ni. dengan keadaan sehat wal"afiat. dalnm ~angka memba~as RUU tentang P1.111gan yang l<i ni · al<all memasul<i Pembah.~san· Tingl<at I I I.
Kami menya~>ut dengan gembira dan penuh suka cita terhadap per-hatian Anggota Dewan yang terhor-mat, dan ldiususnya l'ar"'a
f.\nggota dan Pi.rnt,inan PANSUS, ya11g telah bekerja super l<eras. menguras pikira~ terbaiknya, sehingga ~emu~~kink~n kemajuan pembahasan RUU tentang Panga.-. rnencapai laj u yang optimal. Untul< itu atas nama Pemerintah kami sampaikan penghafgaan dan ucapan terima kasih ya~g amat dalam.
Dilanclasi · adanya per .. Sflmaan pandangan,· apresiasi dan semar1gat agar m;:tsi ng-mas i ng dapa t mer-.yumbangkan yang ter·ba i 1~
· bagi negaa-anya. serta l'enghayatan yang mendalam al<an betapa ()E-}1..-l:ingnya ~legara ReJ)Ubl :II<· Indone::.ia · · yang telah ki tt;\
proklama~ik~n ~~ tahun yang l~lu itu. Secepatnya dapat memiliki Undang-Und~n~ terrtang Pangan yang pertama· kali. Persamaan landasan tersebut dimantapkan dengan pengalaman kerjasama yang orat. yang tel~h kita bina bersama dimasa laiti. kaml yakin dan mengharapkan. dengan l<adar optimisme yang 1:inggi. bahwa pembahasan yang . segera akan kita lakukan bersama akan dapnt berlangsung lancar. dengan kndar hambatan yang tidak berarti. Sehingga dalam waktu dekat mendatang ini. impian kita bersama untuk memliki Undang-Undang tentang Pangan dapat terwujud.
Bersama ini pemerintah secara resmi telah menerimn persandingan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dari ke 4 Fraksi
yaitu dari FKP, FABRI, FPP, dan FPDI dan juga· kami telah membaca
dan mendengar secara balk tentang berbagai mate~i yang memerlukan
pembahasan yang lebih mendalam yang tadi telah disampaikan di
dalnm Pengantar Musyawarnh ini, diiringi dengan ungkapan penghar
gaan yang setinggi-tingginya dari dasar lubuk hati kami yang paling dalam.
Kami percaya bahwa DIM yang telah disusu oleh Fraksi-fraksi
DPR selama beberapa hari siang dan malam tanpa mengenal Ielah
pastilah mengandung saran-saran yang sangat konstruktif sebagai
hasi I pengkaj ian, pengunyahan dan. pencernaan ·yang. mungkin sudah
sangat lumat disertai kesungguhan dan rasa penuh tanggung jawab
terharap RUU teritang Pangan yang telah disampaikan Pemerintah
kepada Lembaga DPR pada tanggal 3 September 1996 yang lalu.
Saran-saran konstruktif tersebut pasti sangat ·bermanfaat sebagai bahan pembahasan dalam diskusi selanjutnya.
Hadirin yang kami mulyakan,
Pemerintah sebagai mitra kerja Lembaga DPR ingin menyatakan
diri slap mel~kukan kerja sama yang lebih erat dan lebih dekat
da.lam upaya menyempurnakan materi RUU tentang Pangan, sehingga
menghasilkan salah satu undang-undang. yang kelak akan dikagumi oleh generasi-generasi mendatang pantas bagi a~uan masa kini,.dan
juga pantas untuk acuan masa depan yang panjang, bersifat modern serta memenuhi perkembangan zaman, ilmu dan teknologi.
Seperti yang telah kami sampaikan sebelum~y:a Penier'intah akan mencoba melakukan berbagai macam penyesuaian-p·enyesuaian baik isi
maupun materi-materi yang telah disampaikan baik dalam DIM maupun
dalam Pengantar Musyawarah ini, seirama dengan berbagai saran
saran yang tertera dalam DIM DPR, sepanjang hal tersebut tidak
merubah substansi hakiki yang kami yakini secara teknis relatif
benar. Kami yakin dalam RUU tentang Pangan tersebut disana sini masih terasa perlu adanya berbagai macam perbaikan dan penyempur
naan. Karena alasan-alasan tersebut Pemerintah akan bertindak
sangat akomodatif sehingga kita semua memperoleh persepsi yang
sama melalui musyawarah dan mufakat. Dan dengan seijin Pansus
juga Pemerintah berusaha menyusun sandingan setelah mempelajari
DIM DPR dan juga tanggapan dari berbagai fraksi tentang masalahmnsalah dan materi-materi yang memerlukan prioritas. Pemerintnh amat sepaham dengan fraksi-fraksi agar pembahasan mengenai materi
Pansus RUU tentang ·pangan ini dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien mengingat waktu yang relatif terbatas.
Kami juga menyarankan agar hal-hal yang bersifat detail teknis diperkenankan untuk digunakan sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah terutama di dalam Pembahasan Rancangan Peraturan
Pemerintah yang· segera akan kami·siapkan, mengingat bahwa DIM secara resmi telah kami terima dan Pengantar Musyawarah pada hari ini banyak hal-hal yang telah disampaikan dan melihat waktu yang
relatif pendek dan pembahasan kita selalu dilandaskan pada asas
keke 1 uargaan kebersamaan, maka kami menyarankan · · a.gar rapa t Pen
gantar Musyawarah ini dapat ditunda sehingga memberi peluang
wnktu bagi kami beberapa hari untuk mendalami materi-materi DIM dan juga masukan-masukan dalam Pengantar Musyawa~ah ini, sehingga
bila diperkenankan maka rapat secara maraton akan kita langsung
knn secara resmi nanti pada hari Senin tanggal 23 September 1996.
Demi ki an 1 ah beberapa ungkapan harapan kami, dan dengan dcmikian kami akhiri sambutan ini.
Wabillahit tauffq. wal hidayah, Wassalamu'alaikum· Warahmatu·IIahi
Wabarakatuh.
LAPORAN HASa KERJA P ANJA KEP ADA P ANITIA KHUSUS
RUU TENTANG P ANGAN
TANGGAL 11 OKTOBER 1996
DISAMP AIKAN OL KETUAPANJA
RM.PURBA
Assallarn'mualaikum r. b.
Yang terhormat Saudara Ketua dengan Anggota Pansus RUU
tentang Pangan.
Yang terhormat saudara Menteri Negara Urusan Pangan beserta
staf selaku yang mewakili Pemerintah.
Hadirin yang kami horrnati.
Pertama-tarna marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadi
rat ~~h~n Yang Maha Esa, atas lirnpahan rakhmat dan karunia Nya
karena pada hari ini karena pada hari ini dapat berkumpul dalam
keadaan sehat wal'afiat untuk mendengarkan laporan Panitia Kerja
RUU tentang Pangan.
Selanjutnya atas nama Panitia Kerja saya mengucapkan terima
kasih kepada Panitia Khusus yang telah memberikan mandat kepada
kami untuk menuntaskan beberapa permasalahan yang memerlukan .
pendalaman lebih lanjut dalam forum rapat tertututup dengan
maksud agar semua pihak dapat mengutarakan argumentasinya secara
lebih terbuka dan dapat memehami serta mendalami permasalahannya
yang dihadapi sehingga diperoleh kesepakatan yang memenuhi hara
pan kita semua.
Hadirin yang .saya hormati dalam kesempatan ·yang sangat
berharga ini perkenankanlah saya menyampaikan laporan pelaksanaan
Rapat Panitia Kerja RUU Tentang Pangan sebagai berikut .
1. Pertama keanggotaan
Berdasarkan keputusan Rapat Panitia Khusus Tanggal 27 Septem
ber 1996 disepakti keanggotaan Panitia Kerja berjumlah 34
orang anggota dengan komposisi sebagai berikut :
- 15 orang dari FKP,
6 orang dari FABRI,
4 orang dari FPP,
4 Orang dari FPDI.
Pimpinan 2 orang anggota yaitu
- 1. 1 (satu) Ketua panja dari FABRI yaitu saya sendiri,
- 2. Wakil Ketua dari FPDI yaitu yang terhormat Saudara
H.Djuwardi Effendi dan 3 orang anggota masing-masing yang
terhormat Prof. DR. H. Didin. S. Sastrapraja, Prof. DR.
Ir. H. Fachruddin. dan H. Syaiful Anwar Husen.
Pemerintah berjumlah lebih kurang 30 orang.
~- ---------------
2. Rapat-rapat Panitia Kerja
Pelaksanaan Rapat panitia Kerja tetap mengacu kepada mandat
yang diberikan oleh Panitia Khusus yaitu dengan menggunakan
alokasi waktu sebanyak 9 (sembilan) hari kerja dan dialokasi
kan lagi kepada Panja sebanyak 7 (tujuh) hari kerja dan 2
(dua) hari untuk Timus dan Sinkronisasi.
Mengingat beban tugas yang dirasakan memerlukan pemikiran yang
mendalam, maka salah satu upaya untuk mengurangi beban tuga~
te~sebut diatas Panja telah sepakat untuk membentuk Tim Kecil
yang beranggotakan 10 (sepuluh) orang yang mewakili ke empat
Fraksi dan Pemerintah.
Adapun tugas ya~g diserahkan kepada Tim Kecil adalah membahas
tentang :
1. Konsideran mengingat dan konsideran menimbang.
2. Penjelasan Umum RUU.
Kedua materi ini diserahkan kepada Tim Kecil dengan mandat
penuh selanjutnya kepada Tim Kecil juga diserahkan tugas untuk
membahas Bab VII baru tentang Ketahanan Pangan,· Bab VIII tentang
Pemeriksaan dan Bab IX tentang Sanksi Pidana dalam RUU.
Dengan adanya pembagian tugas seperti ini maka pelaksanaan
Rapat Panja maupun Rapat Tim Kecil dilakukan secara paralel baik
siang maupun malam dengan memanfaatkan waktu selama 9 (sembilan)
jam per hari. Mengingat beban tugas yang diemban tersebut memer
lukan kajian mendalam, maka pelaksanaan rapat dilakukan secara
ketat. Ternyata . dengan cara tersebut beban tugas yang diemban
dapat diselesaikan dalam waktu 5 (lima) hari kerja bagi Panja.
Sehingga dengan demikian dan sisa waktu yang ada digunakan oleh
Tim Perumus untuk bekerja lebih leluasa dan disamping itu juga
oleh Fraksi-fraksi untuk mempersiapkan pendapat akhir mini mas
ing-masing dalam Sidang Pansus pengambilan keputusan hasil RUU
Tentang Pangan untu dibawakan ke Tingkat IV.
Perlu kami laporkan pula bahwa Anggota Tim Perumus berjumlah
20 (dua puluh) orang teridiri dari 5 (lima) orang Pimpinan, 8
(delapan) orang dari FKP, 3 (tiga) dari FABRI, 2 (dua) FPP dan 2
( dua) dari FPDI. Tim tersebut dipimpin oleh Wakil Ketua Pansus
yaitu yang terhormat Saudara Prof.OR. Ir. H. Fachrudin. Adapun
tugas dari Tim Perumus adalah selain menyelesaikan mandat yang
•
•
•
diberikan oleh Panja juga menyelesaikan materi rumusan yang
bersifat redaksional dari Panitia Khusus.
Karena pertimbangan waktu yang tersedia relatif cukup sing
kat sedangkan Tim Perumus harus dapat menyelesaikan tugas secara
tuntas, maka Tim Perumus bersepakat agar anggota yang tergabung
dalam Tim Perumus juga sekaligus melakukan Sinkronisasi terhadap
rumusan dan penempatan Bab maupun Pasal-pasal, sehingga dengan
demikian tugas yang diberikan Panja dapat diselesaikan tepat
waktu.
3_. Mekanisme Rapat Kerja
a. Mekanisme rapat yang ditempuh oleh Panja tidak jauh berbeda
dengan mekanisme yang ditempuh dalam Rapat Panitia Khusus
yaitu masing-masing Fraksi sebagai pengusus subtansi yang
di Panja kan telebih dahulu memberikan penjelasan ulang dan
penjelasan tambahan secara singkat dengan maksud untuk
mengingkatkan kembali catatan yang ada pada anggota Panitia
Kerja.
Dalam Rapat Panitia Kerja tersebut pada dasarnya dilakukan
dua kali putaran kemudian bila tidak mencapai mufakat
putaran pembahasan dapat ditambah dan bila perlu dilanjut
kan dalam forum lobby. Namun demikian meskipun telah dilak
ukan lobby ternyata masih saja ada permasalahan yang tidak
dapat· diputuskan dengan segera, . hal ini disebabkan karena
adanya perbedaaan pendapat dari masing-masing Fraksi dan
Pemerintah dalam mengemukakan argumennya bahkan tidak
jarang mengalami penundaan sampai beberapa kali hal ini
menunjukan adanya rasa tanggung jawab besar dari seluruh
anggota Panitia Kerja untuk mendapatkan rumusan RUU yang
terbaik. Demikian pula untuk menyelesaikan setiap permasa
lahan kadang-kadang dijumpai adanya perbedaan yang sangat
tajam. Namun demikian berkat adanya sikap yang arif dari
para anggota Panitia Kerja dan Pemerintah, maka semua
permasalahan akhirnya dapat diselesaikan secara tuntas .
Oleh karena itu kita patut mengucapkan puji syukur kepada
3
•
•
•
Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya seluruh materi baik substan
sial dan redaksional dapat diselesiakn melalui musyawarah
untuk mufakat.
b. Rapat Tim Perumus.
Sesuai dengan laporan yang disampaikan oleh Ketua Tim
Perumus, maka tugas yang ditangani oleh Tim Perumus adalah
menyelesaikan tugas baik dari Pansus maupun tugas dari
Panja ,· disamping i tu juga sekaligus melakukan Sinkronisasi
untuk menserasikan seluruh materi RUU yang dihasilkan oleh
Panitia Khusus dan Panitia Kerja, dan sebagai bahan acuan
yang digunakan adalah naskah RUU yang ditulis ulang oleh
Pemerintah dari.hari Pansus dan Panja.·
Dengan mekanisme demikian, rapat dapat berjalan lancar
walaupun kadang-kadang masih dijumpai terjadi perbedaan
persepsi dari masing-masing anggota terhadap satu masalah
yang sama terutama apabila masalah tersebut menyangkut
masalah tehnis.
4. Materi Permasalahan
Berdasarkan permasalah yang telah.dipersiapkan bai ol~h Sekre
tariat Pansus maupun oleh Pemerintah, maka jumlah materi yang
harus diselesaikan oleh Panitia Kerja adalah sekitar 301
permasalahan terdiri dari 241 permasalahan yang ada di Batang
·. Tubuh dan 60 pe.rmasalah di Penjelasan. Meskipun jumi.ah materi
yang dibahas cukup banyak namun dalam perjalanannya bila
dilihat secara cermat ada beberapa materi yang mengadung
pengertian yang sama. Oleh karena itu teleh disepakati bilka
dalam pembahasan diketemukan materi yang sama, maka langsung
diselaraskan dengan materi sebelumnya.
Dalam pembahasan materi di Rapat Panja ada beberapa catatan
penting yang dapat diklasifisikan sebagai permasalahan yang
cukup menonjol antara lain sebagai berikut :
Pertama : Konsideran Menimbang, Mengingat dan Penjela
san Umum.
•
Ke dua
•
Menurut pengalaman dalam berbagai Pansus
pembahasan materi Konsideran dan Penjelasan
Umum selalau menghabiskan waktu yang panjang
walaupun semua Fraksi dan Pemerintah berpen
dapat sama tentang kriteria muatan untuk
Konsideran menimbang, namun kalau sudah
memasuki rumusannya selalu timbul keinginan
untuk memasukan keinginan masing-masing~
Sedangkan dalam Konsideran Mengingat walaupun
terdapat perbedaan persepsi tentang kriteria
muatan yang perlu dimasukkan selain Pasal
pasal dari UUD 1945. dapat dicapai kesepakatan
yaitu dalam Konsideran mengingat hanya mecan
tumkan Pasal-pasal UUD 1945 yang terkait
dengan ketentuan pebentukan UU. Dengan demi
kian maka pencantuman beberapa UU dalam
Konsideran Mengingat dihapuskan dan dipindah-
.kan kedalam Penjelasan Umum.
Pembahasan Konsideran disatukan dengan peru
musan Penjelasan Umum diserahkan kepada Tim
Kecil dengan mandat penuh dan dapat disele
saikan dalam kurang dari 2 hari saja.
: Bab I Ketentuan Umum
Untuk memperjelas materi muatan RUU ini Panja
menambahkan beberapa pengertian berkali-kali
disebut dalam Batang Tubuh dengan maksud
untuk menghindari terjadinya penafsiran yang
berbeda, sehingga jumlah pengertian yang ada
dalam Pasal 1 menjadi 18 buah.
Demikian pula rumusan Pasal 2 yang semula
membuat azas-azas pembangunan pangan dirubah
menjadi muatan baru sebagai dasar filosofi
pembangunan pangan yang memayungi muatan RUU
dalam Pasal-pasal berikutnya .
Ke tiga
Ke empat
Ke lima
Ke enam
: Bab II Keamanan Pangan
Teridiri dari 6 bagian dan terdiri dari Pasal
4 sampai dengan Pasal 23 mendapat cukup
banyak perubahan mulai dari judul Bab yang
semula berjudul Persyaratan Keamanan Pangan
berubah menjadi Keamanan Pangan dan beberapa
judul dari. bagian-bagiannya maupun rumusan
Pasal-pasalnya yang umumnya menyangkut pe
nyempurnaan redaksional.
: Bab III Tentang Mutu dan Gizi Pangan.
Terdiri dari Pasal 24 sampai dengan Pasal 29
Bab III tidak mengalami banyak perubahan
walaupun menyita waktu cukup -banyak dalam
membahas istilah perbaikan status gizi seba
gai pengganti istilah peningkatan status g~z~
yang terdapat dalam rumusan Pasal 27 Ayat
( 1) •
: Bab IV Mengenai Label dan !klan Pangan.
Terdiri dari Pasal 30 sampai dengan Pasal 35.
Pembahasan Bah ini cukup lancar kecuali
pembahasan tentang muatan Label mengfenai
keterangan tentang Halal memerlukan pembaha
san yang cukup lama dan akhirnya dapat dise~
pakati dengan penyempurnaan Penjelasan Pasal.
: Bab V Tentanq Pemasukan dan Pengeluaran
Pangan ke Dalam dan Dari Wilayah Indonesia.
Bab ini meliputi Pasal 36 sampai dengan Pasal
40 tidak banyak mengalami perubahan kecuali
pembahasan kata "dapat" dalam Pasal 37 dan
pasal 39 memerlukan pembahasan yang cukup
panjang untuk dapat dipertahankan tetap dalam
rumusan.
Ke tujuh
Ke delapan
Ke sem.bilan
: Bab VI Tentang Tanggung Jawab Industri
Pangan.
Terdiri dari Pasal 41 sampai dengan pasal 44
tidak mengalami banyak perubahan namun pemba~
hasan Pasal 41 Ayat (3) memerlukan waktu
cukup panjang yai tu tentang Prinsip Pembuk
tian Terbalik untuk mengatasi perbedaaan
pendapat ini akahirnya pasal 41 Ayat (3)
disepakati untuk dirumuskan dalam 2 Ayat,
sehingga Pasal 41 yang semula terdiri dari ·4
Ayat berubah menjadi 5 Ayat.
: Bab VII Tentang Ketahanan Pangan.
Bab ini terdiri dari Pasal 45 sampai dengan
Pasal 50 merupakan Bab baru yang pasal-pasal
nya bersumber dari Bab VIII RUU Tentang
Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan. Dengan
rumusan baru dalam Pasal 45 yang memuat
tentang Tanggung Jawab Pemerintah bersama
Masyarakat untuk mewujudkan ketahanan pangan.
Bab ini pembahasannya diserahkan kepada Tim
Kecil. Dalam pembahasan Pasal 48 Tim Kecil
tidak berhasil mencapai kata sepakat sehingga
mengajukan dua rumusan untuk diputuskan oleh
Panja. Sesuai dengan kasepakatan dalam Panja
kedua rumusan tersebut diserahkan kepada
forum lobby antara Pimpinan Fraksi dengan
Pemerintah, setelah dilakukan 2 kali lobby
rumusannya disepakati dengan rumusan yang
menampung muatan dari kedua rumusan yang
diajukan oleh Tim Kecil tersebut dan diadakan
penyempurnaan dalam penjelasan Pasalnya.
: Bab VIII Tentang Peranserta masyarakat.
Bab ini terdiri dari Pasal 51 dan Pasal 52
setelah ditempatkan sebagai Bab VIII yang
•
Ke sepuluh
Ke sebelas
semula adalah Bab VII dalam RUU, Bab ini
tidak mengalami perubahan rumusan.
: Bab IX Tentang Pengawasan.
Terdiri dari Pasal 53 dan Pasal 54 semula berada dalam Bab X RUU dengan judul Pemerik
saan. Terdapat tambahan muatan yang mendasar pada Pasal 53 yang semula terdiri dari 3 ayat
berubah menjadi 5 ayat yaitu pada Ayat 3 baru
memuat tentang Pemeriksa yang melakukan
pemeriksaan dilengkapi dengan surat perintah. ayat 4 baru tentang tindak lanjut dari hasil
pemeriksaan yang patut diduga merupakan
tindak pidana segera dilakukan dengan tinda
kan penyidikan oleh penyedik sesuai dengan
Peraturan Perundangan-undangan yang berlaku.
Dengan tanbahan Ayat baru ini maka telah
terumuskan suatu jembatan untuk menindak
lanjuti basil pemeriksaan yang patut diduga
sebagai tindak pidana ketahap penyedikan yang
pelaksanaan penyidikkannya tidak diatur dalam
RUU Pangan tetapi didalam Peraturan Perundang-undangan lain yang berlaku.
Dalam Bab ini dimasukkan pula Pasal 54 tentang tindakan administratif terhadap pelanggaran UU in~, yang semula dalam RUU dirumus
kan dalam Bab VIII tentang Pembinaan, Pengen
dalian dan Pengawasan.
: Bab X Ketentuan Pidana.
Terdiri dari Pasal 55 sampai dengan Pasal 59 dan tidak banyak mengalami perubahan, beberapa perubahan muatan yang menonjol adalah ancaman pidana dan atau denda dalam Pasal 55, Pasal 56, Pasal 58 dan Pasal 59 ancaman pidana dalam Pasal 55 semula paling lama 10
8
Ke dua belas
tahun dirubah menjadi paling lama 5 tahun dan
atau denda semula paling banyak 350 juta
rupiah dirobah menjadi paling banyak 600 juta
rupiah. Ancaman pidana pada pasal 56 tetap
paling lama 1 tahun 1 tetapi ancaman denda
semula paling banyak 125 juta dirubah menjadi
paling banyak 120 juta rupiah.
Ancaman pidana dalam Pasal 58 paling lama 3
tahun tidak ada perubahan 1 tetapi ancaman
denda berubah dari semula paling banyak 250
juta rupiah menjadi paling banyak 360 juta
rupi?lh. Demikian pula ancaman pi dana dalam Pasal 59 tetap yaitu paling lama 4 tahun 1
tetapi ancaman denda dirubah dari paling banyak 300 juta rupiah menjadi paling banyak
480 juta rupiah.
: Bah XI Penyerahan urusan dan Tugas Pemban
tuan. Terdiri dari Pasal 60 dan semula dalam RUU
berada dalam Bab IX Pasal ini tidak mengalami
perubahan.
Ke tiga belas : Bab XII Ketentuan lain-lain.
Semu!"a hanya terdiri dari hanya 1 Pasal setelah diadakan perubahan menjadi 3 Pasal yaitu Pasal 61 1 Pasal 62 dan pasal 63. Pasal 61
yang semula adalah Pasal 59 dalam RUU mengalami penyempurnaan rumusan. Pasal 62 merupakan Pasal baru dengan rumusan yang sebelumnya tidak ada dalam RUU 1 yai tu bilamana
perlu Pemerintah untuk menunjuk instansi
untuk mengkoordinasikan untuk terlaksananya
UU ini. Pasal 63 semula berada di Bab XIV tentang
Ketentuan Penutup dan dipindahkan tempatnya ke Bab XII ini dengan rumusan yang tetap.
Ke empat belas : Bab XIII Ketetuan Peralihan.
Terdiri dari pasal 64 dan terdapat perubahan
redaksional.
Ke Lima Belas : Bab XIV Ketentuan Penutup.
Semula terdiri dari 2 pasal dan setelah
perubahan tinggal satu pasal yaitu pasal 65
tentang penetapan saat berlakunya UU ini.
Semula dalam RUU Rumusannya adalah UU ini
mulai berlaku setelah jangka waktu 2 tahun
terhitung sejak tanggal diundangkan dan
setelah dirubah menjadi saat berlakunya uu ini mulai pada tanggal diundanqkan _Pasal 61
dalam RUU dipindahkan tempatnya ke Bab XII
yaitu ketentuan dan lain sebagai pasal 63.
Hadirin yang saya hormati.
Dapat kami laporkan bahwa materi hasil rumusan Tim Perumus
meliputi 40 rumusan dalam Batang Tubuh dan 13 rumusan dalam
Penjelasan.
Setelah Tim Perumus selesai dengan pembahasannya dilanjutkan
dengan Tim Sinkronisasi seluruh rumusan hasil Pansus, Panja dan
Tim Perumus. Sebagai hasil akhir dari seluruh pembahasan RUU ini
terdapat penambahan 3. Pasal· baru sehingga RUU semula memuat 62
Pasal berubah menjadi 65 Pasal.
Saudara Menteri,
Saudara Ketua dan Anggota Pansus yang saya hormati.
Demikianlah secara singkat laporan Panitia Kerja kami sam
paikan dengan harapan RUU yang telah dihasilkan oleh Panitia Kerja ini memperoleh persetujuan Panitia Khusus yang dapat pula
disampaikan pada Rapat Paripurna DPR RI tanggal 14 Oktober 1996
yang akan datang.
Akhirnya pada kesempatan ini kami atas nama Pimpinan Panitia
Kerja mengucapkan terima kasih kepada seluruh Anggota Panitia
/D
Kerja, Pemerintah dan Sekretariat yang bekerja secara optimal dan
extra kerja untuk menyelesaikan RUU Tentang Pangan ini.
Tidak kata lain yang dapat kami sampaikan kecuali memohon
kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga hasil kerja Bapak-bapak dan
Ibu-ibu sekalian dapat memperolah limpahan yang berlipat ganda.
Sekian terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
/I
Disampaikan oleh No. Anggota
PENDAPAT AKHIR MINI FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN DPR-RI
DALAM RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG P A N G A N
Andi Hasan Machmud 312
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Saudara Ketua Pansus Rancangan Undang-undang tentang Pangan, Saudara Menteri Negara Urusan Pangan beserta Staf, dan Para Anggota Panitia Khusus yang komi hormati.
Adalah suatu kehormatan yang besar bagi kami, karena pada hari ini komi diberikan kesempatan atas nama Fraksi Karya Pembangunan untuk memanj atkan puj i dan syukur kehadi rat Allah., Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala karunia, taufik dan hidayah-Nya, yang telah memberikan bimbingan dan kekuatan serta semangat kekeluargaan yang tinggi kepada ki ta sernua, sehingga kita tiba pada hari-hari terakhir dari pernbahasan undang-undang ini sesuai jadwal yang telah kita canangkan bersama.
Dan komi kira, tidaklah terlambat apabila pada hari dan kesempatan yang berbahagia ini pula komi diperkenankan untuk atas nama Fraksi Karya Pembangunan menyampaikan selamat Hari Ulang Tahun ABRI tahun 1996, sernoga Allah tetap mernberikan bimbingan dan petunjuk dalam melaksanakan tugasnya sebagai Abdi Negara dan sebagai Abdi Rakyat di masa-masa yang akan datang.
Dalam pembahasan undang-undang ini kita tidak terlepas dari perbedaan-perbedaan pendapat, yang kadang-kadang menjadikan pembahasan berkepanjangan, tetapi semuanya dapat terselesaikan
(\.~~ be·~~~semangat kekeluargaan dan kebersamaan dalam bermusyawarah untuk mencapai mufakat.
1
Hal ituJ menurut Fraksi Karya Pembangunan merupakan gambaran adanya dinamika Demokrasi Pancasila yang mewarnai pembahasan tersebut. Selain i tuJ meskipun Anggota Pani tia Khusus terdiri
l·l-·'"'i.uAi._
d a r i be r bag a i u n s u r ~ t e tap i t e 1 a h b e r s a t u t e k ad b-e--~trS-e-lia
melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab sebagai wakil rakyat demi kepentingan bangsa dan negara di masa datang.
Sidang Panitia Khusus yang komi muliakan.
Tanpa terasa kita telah tiba di ujung proses pembahasan dari Pembicaraan Tingkat III undang-undang iniJ dimana kita telah dapat merampungkan konsep terakhir Rancangan Undang-undang tentang Pangan iniJ setelah melalui serangkaian pembahasan mulai dari pembahasan di .forum Panitia KhususJ Panitia KerJaJ Tim Kecil · dan Tim Perumus serta Tim Sinkronisasi. Hasil dari rangkaian pembahdsan tersebut mernberikan arti tersendiri bagi Anggota Panitia Khusus beserta Pemerintah karena telah berhasil merumuskan suatu undang-undang yang telah lama dinantikan oleh rakyatJ mengingat rnelalui undang-undang tersebut keamanan dan ketersediaan pangan rakyat dapat terpenuhi sesuai harapan ki ta semua.
Sehubungan dengan itu, Fraksi Karya Pembangunan berpendapat bahwa kehadiran Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini di tengah masyarakat yang sedang membangun merupakan ·suatu langkah maju lagi dalam pembangunan hukum dan perundang-undangan untuk mewujudkan Sistem Hukum Nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Sidang Panitia Khusus yang kami hormati.
Berbicara tentang pangan, bukanlah sekedar berbicara tentang makanan dan minuman soja~ tetapi lebih dari itu juga menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan~ karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam pembangunan nasional.
2
Bertolak dari pemikiran tersebut di atasJ perkenankanlah Fraksi Karya Pembangunan menyampaikan beberapa catatan singkat tentang pandangannya yang mendasari sikap Fraksi Karya Pembangunan dalam memberikan keputusan terhadap undang-undang ini.
Pimpinan beserta Sidang Panitia Khusus yang komi hormati.
Dalam perjanjian GATT antara lain dikenal 2 (duo) prinsip penting_, yai tu prinsip dimana suatu negara horus memperlakukan setiap negara mitra dagangnya sama-sama dan horus ada kesetaraan perlakuan antara produk-produk domestik dengan impor. Undangundan~ tentang Pangan ini sudah menempatkan diri sebagai pengantar menuju liberalisasi perdagangan dan globalisasiekonomiJ dalam laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang meningkat_, karena selain akan mengembangkan dan menciptakan SDM yang berkualitas dalam menghadapi persaingan ekonomi yang ketat sebagaimana telah diamanatkan oleh GBHN 1993_, juga diarahkan untuk menyongsong hari depan pangan nasional yang lebih baik untuk melindungi dan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dalam menghadapi. persaingan global_, melalui pembangunan perangkat hukum pangan dalam suatu Sistem Pangan Nasional.
Sidang Panitia Khusus yang komi muliakan.
Dalam mengantar undang-undang ini, Pemerintah mengemukakan bahwa Undang-undang tentang Pangan yang kita bahas sekarang agak berbeda dengan Undang-undang tentang Pangan yang berlaku di
· negara lain, karena dalam undang-undang ini selain mengatur keamanan pangan juga mengatur tentang ketersediaan panganJ dalam bentuk cadangan pangan nasional, dan dengan !,2-!"!.~~~~~"c_P .... ~·da hakikatnya Undang-undang tentang Pangan ini me-neo-k=u.~t-.en-tang
Ketahanan Pangan Nasional. Diharapkan dengan jangkauan undang-undang yang cukup luas
iniJ akan mendorong lebih terlaksananya koordinasi yang lebih rna n tap ant a r s e 1 u r u h ins tans i yang t e r k a i t d a 1 am menan g an i
3
masalah pangan dan menjadi tumpuan berpijak dari setiap Undangundang tentang Pangan di kemudian hari~:1t8rcipta keseragaman dan kesatuan langkah pengembangan pangan nasional di masa datang.
Sidang Plena Panitia Khusus yang komi muliakan.
Suatu undang-undang akan terlaksana sesuai harapan selama ia ko-itJt:t di tunjang dengan baik oleh pelaksana yang mendukungnya dan masyarakat yang menjadi obyek dari undang-undang tersebut. Manakala undang-undang itu tidak mampu lagi mengantisipasi perkembangan pemikiranJ kebudayaan dan keyakinan masyarakatnya maka undang-undang tersebut tidak dapat ber jolon sesuai tujuan pembentukannya karena tidak didukung atau tidak mampu didukung oleh masyarakatnya., akhirnya undang-undang tersebut tertinggal · tanpa makna i Oleh sebab i tu Fraksi Karya Pembangunan mendukung per hat ian yang besar terhadap masalah keyakinan masyarakat dan usoha kecil yang memong masih memerlukan pembinaan secara bertahap dolam undang-undang ini., sehingga dapat memberikan
--lt-f~ ketenteraman k:e:t·ent.uon dan kelegaan ~ masyarakatJ hal mana akan mendorong upaya peningkatan peran serta mereka dalam pembangunan.
Sidang Pleno Panitia Khusus yang komi muliakan.
Membahas keamanan pangan., kita tidak hanya berbicara tentang kesehatan soja., tetapi juga tentang tanggung jawab terhadap masyarakat yang akan menopang pembangunan nasional di masa datang. Dengan demikianJ terlaksananya undang-undang ini dengan
· baik turut menentukan suksesnya pembangunan nasional dan akan menentukan pula. de raj at keberadaan perekonomian negara ki ta di kancah globalisasi perdagangan di masa datang. Dengan adanya pengaturan., pembinaan dan serta pengawasan disertai berbagai sanksi atas pelanggaran undang-undang ini memberi harapan bahwa keamanan pangan di masa datang betul-betul dapat diharapkan menjadi salah satu penunjang utama peningkatan SDM. Disamping ituJ undang-undang ini secara bertahap mendidik masyarakat supaya hidup dalam suatu lingkaran kehidupan Yang
!
bersih dan oman di bidang pangan.
4
Sidang Panitia Khusus yang komi hormati.
Kesepakatan agar undang-undang ini mengatur juga tentang koordinasi, pengendalian dalam pelaksanaannya adalah suatu keputusan yang tepat, sebab yang menjadi kendala utama dalam melaksanakan suatu sistem adalah tidak adanya atau lemahnya koordinasi. Koordinasi yang man tap dan di topang oleh pemberian kewenangan kepada daerah dalam upaya lebih memantapkan pelaksanaan undang-undang ini sampai di seluruh pelosok tanah air, cukup tegas tertuang dalam undang-undang ini. Dan upaya pemasyarakatannya akan lebih sempurna dengan tercantumnya kewaj iban masyarakat untuk mendukung pelaksanaan undang-undang ini.
Sidang Pleno yang komi muliakan.
Dengan dikeluarkannya undang-undang ini, selain bertujuan memberi dasar untuk menjamin agar rnasyarakat mendapat kepastian hukum, sekaligus memberikan tanggung jawab kepada masyarakat, terutama para pelaksana undang~undang ini. Karena tanggung jawab disini lebih bermakna kewajiban dari pada hak, maka dituntut kesediaan pengabdian yang tinggi dari semua penentu dan pelaksana undang~undang ini~
Kiranya ki ta perlu · menyadari bahwd pembuatan undang-undang · · oleh DPR bersama Pemerintah akan terus berlanjut di masa mendatang sesuai kebutuhan dan perkembangan. Dan berakhirnya pembahasan Undang-undang bukanlah berarti perjalanan undangundang tersebut telah berakhir pula, karena yang berakhir adalah salah satu dari tahapan-tahapan dalam rangka pencapaian tujuannya, dan selanjutnya akan memasuki tahap berikutnya dengan tantangan tersendiri yang memerlukan tanggung jawab yang besar.
Sidang Panitia Khusus yang komi hormati.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, Fraksi Karya Pembangunan menyatakan dapat menyetujui keseluruhan materi muatan
5
Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini untuk diserahkan dan dibicarakan dalam Pembahasan Tingkat IV dalam Sidang Paripurna DPR-RI tanggal 14 Oktober 1996 yang akan datang.
Atas kerja sama., soling pengertian dan toleransi yang demikian baik dan begitu tinggi selama pembahasan Rancangan Undang-undang ini, Fraksi Karya Pembangunan dengan tulus menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada rekan-rekan FABRI, Fraksi Persatuan Pembangunan., Fraksi Partai Demokrasi Indonesia dan Pemerintah. Dan tak lupa pula Fraksi Karya Pembangunan menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh staf Panitia Khusus yang mendukung kelancaran pembahasan undang-undang ini.
Akhirnya, kepada Allah SWT juga kita memohon akan limpahan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua., agar apa yang kita berikan ini mefupakan sumbangan pemikiran kita yang terbaik yang dapat kita persembahkan bagi bangsa dan negara.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 11 · Oktober 1996
FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN.,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I.
FRAKSI ABRI
PENDAPAT AKHIR FRAKSI ABRI
DALAM RAPAT PANITIA KHUSUS
PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG
P A N G A N
Yth. Saudara Pimpinan Pansus.
Yth. Menteri Negara Urusan Pangan yang mewakili Pemerintah
beserta Staf.
Yth. Anggota Pansus serta hadirin dan hadirat yang berbahagia.
Sebelum kami menyampaikan Pendapat Akhir Fraksi ABRI dalam
Rapat Pansus hari ini, terlebih dahulu ijinkan kami mengajak
hadirin dan hadirat yang terhormat untuk bersama-sama memanjatkan
puji dan rasa syukur kita kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala petunjuk dan bimbingan-Nya, sehin.gga kita telah dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kita semua, yaitu
membahas Rancangan Undang-undang ten tang Pang an, dan pad a saa t
inipun kita masih dianugerahi-Nya dengan keadaan sehat walafiat.
Sidang Pansus yang berbahagia,
Sejak tanggal 23 September 1996 kita semua telah membahas
berbagai masukan melalui Daftar Inventarisasi Masalah (DIM)
Fraksi-fraksi, yang kesemuanya bertujuan untuk menyempurnakan
1
I
I.
Rancangan Undang-undang ini, dengan melalui mekanisme diskusi
yang mendalam, dalam forum Rapat Pansus, Rapat Panja, Rapat Tim
Kecil, Rapat Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi.
Alhamdulillah, pembahasan itu telah dapat kita selesaikan dan
Fraksi ABRI berpendapat bahwa diskusi disetiap forum rapat secara
umum berjalan lancar.
Diakui bahwa terjadi beberapa perbedaan pendapat disana-sini,
sehingga pembahasan tersendat-sendat sehingga memakan waktu yang
cukup lama, namun dengan dilandasi semangat musyawarah untuk
mufakat, pada akhirnya keseluruhan masalah dapat diselesaikan
dengan baik, meskipun tidak jarang sidang terpaksa dihent ikan
sementara untuk menempuh mekanisme lobby. Pemhahasan yang.
panjang itu terjadi karena masing-masing Fraksi berkeinginan
merumuskan serta menghasilkan suatu Undang-undang yang terbaik di
bidang pangan, disamping berbagai aspek yang terdapat dalam
Rancangan Undang-undang ini, yang menuntut pengakomodasian secara
baik dan benar, untuk dapat menghilangkan salah penafsiran.
Selanjutnya ijinkanlah kami dalam kesempatan dihadapan forum
rapat yang terhormat ini menyarnpaikan sepatah dua kata untuk
mengulas beberapa permasalahan yang berkembang selama pembahasan
Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini, sebagai berikut :
1. Masalah Pengertian.
Fraksi ABRI mengusulkan tambahan 4 (empat) pengertian lagi
disamping pengert ian te.ntang ist i lah "pangan" yang merupakan
pengertian pokok dalam Rancangan Undang-undang ini. Usulan
penggantian pengertian istilah "pangan" dalam pembahasan DIM
Persandingan pada hari Senin, 23 September 1996 melalui
diskusi putaran pertama dan kedua, belum berhasil merumuskan
pengertian dimaksud, sehingga akhirnya seluruh Fraksi dan
Pemerintah sepakat untuk membahasnya dalam rapat Panja.
2
Pada Rapat Panja hari pertama dengan inisiatif Ketua Panja,
terlebih dahulu diadakan acara "mengheningkan cipta" untuk
mengenang arwah para pahlawan, sehubungan dengan peringatan
Hari Berkabung Nasional tanggal 30 September 1996, yang
dilanjutkan dengan pembahasan berbagai materi dalam. RUU.
Pada kesempatan itu ke empat Fraksi dan Pemerintah
telah menyepakati rumusan pengertian baru tentang "pangan"
dengan menggant i dan menghapus beberapa kat a serta
dilengkapi dengan penjelasan pasal. Disamping itu Fraksi-
fraksi dan Pemerintah juga menyetujui akan memasukkan
penger t ian tent ang "sani t as i . pang an", "g i z i pang an", "mu t u
pangan", dan "keamanan pangan" yang merupakan butir-butir
tambahan usulan Fraksi ABRI dalam Pasal 1. Selanjutnya
dibahas pula usulan tambahan Fraksi-fraksi, sehingga dari 10
pengertian dalam Ketentuan Umum, akhirnya menjadi 18
pengertian.
Dengan memasukkan butir-butir di atas dalam naskah RUU,
Fraksi ABRI berpendapat akan lebih memudahkan masyarakat
dalam menafsirkan, memahami dan melaksanakan semua ketentuan
dalam Undang-undang Pangan ini nantinya.
2. Masalah Penggantian Rumusan Pasal.
Fraksi ABRI mengusulkan penggantian rumusan Pasal 2 RUU
dengan harapan dapat merupakan pedoman atau dengan kata lain
dapat merupakan payung bagi pasal-pasal berikutnya. Fraksi
ABRI senantiasa berusaha mengakomodasikan berbagai masukan
dar i masyaraka t, dan dengan memper t imbangkan pu 1 a usu 1 an
Fraksi-fraksi, pada akhirnya dapat menerima rumusan baru
itu, mengingat rumusan tersebut tetap masih mengandung
harapan Fraksi ABRI dalam mengayomi dan melindungi serta
3
memberikan manfaat bagi kesejahteraan dan keamanan
masyarakat lahir dan batin.
Dalam hal ini penjelasan pasal akan lebih rinci menguraikan
maksud yang terkandung dalam Pasal 2 ini.
3. Masalah Penambahan Kalimat Dalam Pasal.
Mengacu kepada sis t em pang an da 1 am RUU in i, ya it u
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kegiatan atau
proses produksi pangan dan peredaran pangan sampai dengan
siap dikonsumsi manusia, maka Fraksi ABRI, khusus pada butir
kedua mengusu 1 kan penambahan kat a "bert an ggung j awab",
namun, belum dapat disepakati pada rapat Pansus dan
disetujui untuk dibawa ke Panja. Usulan ini pada hakikatnya
bertujuan agar setiap pengusaha di bidang pangan, dalam
memajukan perusahaannya harus jujur dan berupaya untuk tetap
mempertahankan kewajaran harga, tidak semena-mena dan tidak
hanya mengejar keuntungan dengan mengabaikan perlindungan
terhadap masyarakat. Pada rapat Panja, usulan ini dapat
disetujui oleh keempat Fraksi dan Pemerintah.
4. Masalah Judul Bab II dan Sub-sub iudulnya.
Fraksi ABRI berpendapat bahwa Bab II ini tidak hanya
mengatur "persyaratan" Keamanan pangan tetapi justru
mengatur substansi "keamanari pangan" secara menyeluruh, yang
terdiri dari sanitasi, bahan tambahan, rekayasa genetika,
iradiasi, kemasan, jaminan mutu, pemeriksaan laboratorium
dan pencemaran pangan.
Akhirnya pendapat Fraksi ABRI dapat dipahami keempat Fraksi
dan disetujui pemerintah, sehingga judul Bab II ini menjadi
"Keamanan Pangan", begitu juga sub-sub judulnya menjadi
"Sani tasi Pangan", "Bahan Tambahan Pangan", "Rekayasa
4
Genetika dan Iradiasi Pangan", "Kemasan Pangan", "Jaminan
Mutu dan Pemeriksaan Laboratorium" serta ·"Pangan Tercemar".
Beberapa kata di dalam Bab ini juga mengalami perubahan,
penggantian atau penghapusan sebagai konsekuensi legis dari
penggantian judul dan sub-sub judul.
Keseluruhan pasal-pasal dalam Bab II ini, dimana perlu masih
dilengkapi dengan penjelasan pasal di samping penyempurnaan
redaksional yang akan dibawa ke Timus.
5. Masalah Penambahan ayat dan butir baru.
F r a k s i AB R I men gus u 1 k an pen am bah an 1 ( sat u ) a y at bar u
masing-masing dalam Pasal 14, dan Pasal 51, serta butir
baru pada Pasal 26.
Penambahan ayat (2) pada Pasal 14 diperlukan, mengingat ayat
ini akan mengandung prinsip-prinsip pokok yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam ·pembuatan Peraturan
Pemerintah.
Substansi ayat ini sebetulnya sud~h ada dalam penjelasan
Pasal 14, namun mengingat urgensinya diusulkan oleh Fraksi
ABRI untuk dimasukkan dalam batang tubuh.
Usulan ini disetujui Ftaksi-Fraksi dan Pemerintah dengan
catatan rumusan redaksionalnya dibawa ke Timus.
Penambahan ayat pada Pasal 51 (Pasal 53 RUU) didasarkan pada
kepenting~n perlindungan terhadap petugas/pejabat pemeriksa
maupun masyarakat, yaitu dalam melaksanakan pemeriksaan
pejabat pemeriksa tersebut dilengkapi dengan surat perintah.
Pada waktu pembahasan dalam Tim Kecil, rumusannya masih
disambung dengan kal imat "kecual i dalam keadaan mendesak",
namun sewaktu dibahas kembali di Panja kalimat "kecuali
dalam keadaan mendesak" disetujui untuk dihapus mengingat
kalimat itu mengandung konotasi "tertangkap tangan'' yang
sudah diatur di dalam KUHAP.
5
Sedangkan penambahan butir pada Pasal 26, didasarkan kepada
Pasal 25 yang belum memuat norma, namun pada Bab Ketentuan
Pi dana te lah dimuat sanksi pi dana yang cukup berat, yai tu
penjara paling lama 3 ( t iga} tahun dan a tau denda paling
banyak Rp 360 juta.
Mengacu kepada Pasal 26 yang sudah memuat norma, maka Fraksi
ABRI mengusulkan penambahan butir huruf "c" dari Pasal 26
yang sudah ada butir huruf "a" dan huruf "b" nya, dengan
demikian sanksi pidana yang sudah ~ dapat mengacu kepada
Pasal 26 huruf c.
Usulan inipun dapat disetujui Fraksi-Fraksi dan Pemerintah.
Di samping itu Fraksi ABRI masih mengusulkan butir baru
dalam ayat (2) Pasal 52 (Pasal 51 RUU) sebagai tambahan
butir dalam tindakan administratif yang intinya mengumumkan
kepada masyarakat tindakan administratif yang telah
dikenakan terhadap pihak yang melanggar ketentuan dalam
pasal ini. Setelah melalui diskusi yang cukup panjang, unsur
Fraksi-Fraksi dan Pemerintah yang duduk dalam Tim Kecil,
sepakat bahwa ketentuan ini dimasukkan dalam Penjelasan
Pasal 52.
Demikianlah beberapa permasalahan yang merupakan usulan
Fraksi ABRI yang cukup menonjol yang telah mendapat kesepakatan
semua Fraksi dan Pemerintah dalarn diskusi yang mendalam dengan
tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas sejajar dengan
upaya untuk dapat meningkatkan keamanan, mutu dan gizi pangan
Indonesia. Dan selanjutnya setelah Pembicaraan Tingkat III ini,
Fraksi ABRI setuju agar Rancangan Undang-undang Pangan ini,
diajukan kepembicaraan Tingkat IV pada rapat Paripurna DPR-RI
untuk p~ngambilan keputusan Dewan, atas Rancangan Undang-undang
ini menjadi Undang-undang.
6
Sidang Pansus yang terhormat,
Dengan berakhirnya Pansus ini, Fraksi ABRI menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Saudara Pimpinan Sidang, Saudara
Menteri Negara Urusan Pangan selaku wakil Pemerintah, Fraksi
Karya Pembangunan, Fraksi Persatuan Pembangunan dan Fraksi Partai
Demokrasi Indonesia yang telah bersama-sama duduk berediskusi
sejak dari Pansus, Panja, Tim Kecil dan Tim Perumus serta Tim
s i nkron i sas i un tuk menghas i I kan Naskah Rancangan Undang-undang
Pangan yang sejauh mungkin telah diupayakan untuk menampung.
aspirasi masyarakat dan antisipatif terhadap pembangunan di
bidang Pangan.
Tidak lupa pula kami menyampaikan ucapan terima kasih kami
kepada segenap jajaran Sekretariat DPR-RI, Staf dan tenaga ahli
dari Kantor Menpangan, Mass Media dan semua fihak yang
mencurahkan sumbangan tenaga, pemikiran dan penyampaian saran
saran demi ke 1 ancaran dan keberhas i 1 an j a 1 annya pembahas an
Rancangan Undang-undang Pangan ini.
Akhirnya ijinkan kami segenap anggota Fraksi ABRI, khususnya
yang ditugasi duduk dalam Pansus ini, menyampaikan permohonan
ma'af, apabila dalam proses pembahasan RUU ini terdapat hal-hal
yang kurang berkenan dihati bapak-ibu, yang apabila hal itu
terjadi pasti di luar kesengajaan kami dan, semata-mata kelemahan
kami sebagai manusia. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih
kepad~ hadirin sekalian yang telah mengikuti penyampaian pendapat
akhir Fraksi ABRI dalam Sidang Pansus ini.
7
Demikian pendapat akhir Fraksi ABRI pada Sidang Pansus ini,
semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan taufik dan
hidayahNya kepada kita sekalian. Terima kasih.
Jakarta, 11 Oktober 1996
FRAKSI ABRI DPR-RI
Juru bicara,
l \/''-'~/ \.,..-~_;--......... --MUHAMMAD CHAN
Nomor Anggota A-452
8
FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
JL. JEND. GATOT SUBROTO- JAKARTA 10270 "lr (021) 5715 428-5715 447-5715 430, FAX. 5734 460
PRNDAPAT AKHIR MINI FRAKSI PBRSATUAN PEMBANGUNAN DPR RI
TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PANGAN
DALAM RAPAT KER.JA PANSUS RUU TENTANG PANGAN ================================================
Disampaikan oleh Juru Bicara FPP-DPR RI : H. MASRUR JAVAS Anggota DPR-RI Nomor 48
Assalaamu•alaikum wr. wb.
Yang Terhormat Saudara Pimpinan Pansus, Yang Terhormat Menteri Negara Urusan Pangan, Yang Terhormat Anggota Pansus RUU Pangan yang berbahagia,
Terlebih dahulu marilah kita bersama mempersembahkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. karena hanya dengan rahmat dan karunianya semata, pada hari yang berbahagia ini kita sekalian dapat menyelenggarakan rapat Pansus untuk mendengarkan Pemandangan Mini Fraksi-fraksi DPR RI dalam rangkaian pembahasan RUU tentang Pangan.
Fraksi Persatuan Pembangunan menyadari dan memahami dengan sungguh-sungguh betapa besar arti dan pentingnya keberadaan Rancangan Undang-undang tentang Pangan, karena sejak lama kehadiran tentang Pangan telah lama ditunggu-tunggu oleh masyarakat baik produsen maupun konsumen.
Dengan selesainya dibahas Rancangan Undang-undang tentang Pangan oleh DPR RI, diharapkan percepatan pembangunan di segala bidang akan semakin laju, terutama dalam mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia, guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin.
Sebagaimana amanat GBHN 1993, bahwa dalam periode Pernbangunan Jangka Panjang Kedua, masyarakat Indonesia akan menghadapi banyak perubahan yang mengandung peluang dan kendala sebagai
1
akibat dari kemajuan yang telah dicapai dalam Pembangunan Jangka Panj ang Pertama, kemajuan pesaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaruh globalisasi yang melanda dunia yang mengakibatkan kegiatan pembangunan Nasional makin terkait dengan perkembangan internasional.
Oleh karena itu Fraksi Persatuan Pembangunan berpendapat bahwa Pembangunan Pangan harus diarahkan untuk mengembangkan sistem pangan Nasional yang andal, mencakup rangkaian kegiatan yang saling terkait, mulai ·kegiatan produksi, pengolahan, distribusi dan pemasaran pangan sampai tingkat rumah tangga untuk mencapai ketersediaan pangan cukup bagi masyarakat.
Dalam Penjelasan Umum RUU tentang Pangan yang tengah kita bicarakan dalam forum Pemandangan Mini Fraksi-fraksi, tercantum keterkaitari 11 (sebelas) buah undang-undang yang erat hubungannya dengan RUU tentang Pangan sebagai landasan hukum di bidang Pan-gan.
VJ~ Fraksi Persatuan Pembangunan secara lebih dini memandang
j auh ke depan at as implementasi Undang-undang VPangan apabila telah dinyatakan berlaku di tengah-tengah kehidupan masyarakat salah satu aspek yang harus benar-benar mendapatkan perhatian adalah masalah koordinasi antar berbagai departemen yanag terlibat dalam urusan pangan, sehingga secara operasional Undangundang tentang Pangan akan berjalan lebih efektif dan efisien. Masyarakat akan terhindar dari kesulitan daan kerugian yang diakibatkan oleh panjangnya mata-rantai birokratis yang tidak diperlukan.
Dengan adanya globalisasi serta perdagangan dunia yang semakin bebas dan terbuka, pembangunan di bidang pangan dituntut untuk semakin maju dan tangguh. Sebab j ika tidak, Indonesia hanya akan menjadi pasar yang empuk bagi produk-produk pangan termasuk berbagai jenis makanan dan minuman dari negara-negara maju.
Seirama dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat, makin terasa pula bahwa kebutuhan pangan bukan sekkedar lagi asal perut kenyang, tetapi sudah menjangkau kepada tuntutan kualitas dan pemenuhan kebutuhan nilai gizi. Dalam hal ini permintaan
2
akan buah-buahan dan sayuran yang kualitas terus meningkatl tetapi sayangnya tidak segera dapat tercukupi oleh produ~si dalam negeri 1 sehingga pada akhirnya · mengakibatkan arus impor yang terus memnbanjir dan meningkat dengan tajam.
Ternyata masalah pangan bukan hanya masalah Indonesia, tetapi dewasa ini telah berkembang menjadi masalah yang telah mendunia. Terlebih lagi bagi negara-negara Industri majul masalah pangan menjadi lebih rumit lagi,karena lahan mereka sangat terbatas, iklim yang kurang mendukung, dan yang lebih penting lagi suatu kenyataan bahwa pangan masih belum dapat di subtitusi oleh produk industri.
Yang Terhormat Saudara Pimpinan Pansusl Yang Terhormat Saudara Menteri Negara Urusan Pangan, Anggota Pansus yang berbahagia,
Berbagai pernyataan dan konstatasi yang kami ketengahkan di atas, dalam Rancangan Undang-undang tentang Pangan telah merangkum dengan muatan nuansa yang cukup lengkap ke dalam batang tubuh beserta penjelasannya dengan sebaik-baiknya. Melalui pembahasan yang mendalam, cermat I akurat I dan saksama, mulai di S idang Pansus, Sidang Panja, Tim Perumus, dan Tim Sinkronisasi, pada ujung perjalanan, akhirnya Rancangan Undang-undang tentang Pangan dapat kita selesaikan dengan baik.
Walaupun pada mulanya terdapat berbagai pola fikir yang berbeda, persepsi yang saling berseberangan bahkan bertentangan, melalui diskusi yang panjang dan melelahkan dengan sajian heragam argumentasi dari masing-masing fihak, maka berkat adanya niat tunggal unttik musyawarah mufakat, tiada gunung tinggi yang tak dapat didaki, tiada jurang curam yang tak dapat dituruni, dan tiada samudera luas yang tak dapat diseberangi. Alhasil semua silang sengketa yang konfrontatif segala silang pe~dapat yang kurang akomodatif, dengan semangat musyawarah mufakat dapat dipadukan menjadi satu tanpa ada fihak yang merasaa dirugikan.
Sampailah pada akhirnya Fraksi Persatuan Pembangunan menyampaikan persetujuannya Rancangan Undang-undang tentang Pangan diteruskan pada pembicaraan Tingkat IV pada Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang akan datang.
3
Kami menyadari sedalam-dalamnya bahwa selama Pt?mbahasan materi Rancangan Undang-undang tentang Pangan, baik disengaja maupun tidak disengaja, apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan atas tindak tanduk maupun pembicaraan yang menyinggung perasaan Ibu-ibu dan Bapak-bapak, baik dari Fraksi-fraksi maupun Pemerintah dengan ini kami mahan maaf yang sebesar-besarnya.
Atas segala bantuan dan kerja sama yang baik, kami menyampaikan pula ucapan terimakasih setulus-tulusnya.
Wassalaamu'alaikum wr. wb.
PAM-PADN
4
Jakarta, 11 Oktober 1996 FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - RI
Juru Bicara,
/
FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
JL. JEND. GATOT SUBROTO- JAKARTA 10270 'fi' (021) 5715 428-5715 447-5715 430, FAX. 5734 460
PENDAPAT AKHIR FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR-RI
TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG .PANGAN
*** ***** ***** ***** ***** ***** ***** ***** ***** ***
DI SAMPAIKAN OLEH JURU BICARA FPP DPR-RI H. MASRUR JAVAS
ANGGOTA DPR-RI NOMOR 48
PADA RAPAT KERJA PANSUS RUU PANGAN JAKARTA, 11 OKTOBER 1996
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
FRAKSI PAKTAI DEMOKKASI INDONESIA Sekretariat: Gedung MPRIDPA-RI Jl. Gatot Subrofo, Jakarta 10270, 'Zl" 5715425, 5715560 Fax. 5715683
PENDAPAT AKHIR MINI FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA
PADA RAPAT PLENO PANITIA KHUSUS RUU TENTANG PANGAN
Hari JumatJ Tanggal 11 Oktober 1996.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yth. Saudara Ketua dan· Pimpinan Pansus; Yth. Ibu/Bapak para Anggota Pansus; Yth. Saudara Menteri Negara Urusan PanganJ sebagai wakil
Pemerintah RIJ beserta seluruh Pejabat dan Staf; Hadirin yang berbahagia.
M E R D E K A
Kita panjatkan puji dan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha EsaJ karena at as perkenan-Nya ki ta dapat bert emu kembal i dalam rapat Plena Pansus yang terhormat ini guna merampungkan tugas pembahasan terhadap RUU tentang PanganJ pada hari ini Jum'at tanggal 11 Oktober 1996.
Sesuai dengan alokasi waktu yang telah disepakati oleh DewanJ Pansus RUU tentang Pangan telah memanfaatkannya semaksimal mungkin membahas RUU tentang Pangan tersebutJ sehingga diharapkan pada Rapat Plena Pansus hari ini telah dapat diambil kesepakatan atau keputusan Pansus terhadap Rancangan akhir dari RUU tentang Pangan dimaksud.
Sidang PansusJ hadirin yang soya hormati.
Kita bersamaJ telah berusaha seoptimal mungkin membahas dan mendiskusikan secara mendalam setiap kataJ kalimat dan rumusanJ bahkan seluruh tanda-tanda boca sekalipunJ yang berada dalam batang tubuh serta penjelasan RUU tentang Pangan tersebutJ sehingga apa yang diharapkan dari Undang-undang tentang Pangan iniJ kiranya telah dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
1
Keberhasilan sel.uruh proses pembahasan RUU ini dalam Rapat PansusJ dalam rapat PanjaJ dalam Rapat Tim KecilJ serta dalam rapat Tim Perumus dan Sinkroni~asiJ tidak terlepas dari semangat kebersamaan dan keterbukaan .. Setiap permasalahan dapat diatasi berkat adanya soling pengertianJ semangat bermusyawarah dan tekad yang soma demi tujuan yang soma pula.
Sidang Pansus yang berbahagia.
Peranan Saudara Menteri Negara Urusan Pangan sebagai wakil pemerintahJ beserta para stafnyaJ yang penuh dedikasi dengan kemampuannyaJ ketekunan dan kesabarannya telah menjadi faktor penting bagi terselesaikannya pembahasan RUU tentang Pangan ini hingga rancangan akhir sekarang ini. Demikian pula dukungan para staf Sekretariat Pansus secara keseluruhan yang dengan penuh ketekunanJ tertibJ dan sigap memberikan pelayananJ merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya guna kelancaran seluruh proses pembahasan.
Tak lupa pula komi mencatatJ betapa rapinya pimpinan Pansus mem,;impin dan mengkoordinasi seluruh acara-acara rapat dan persidangan sehingga rasanya tidak ada waktu yang terbuang siasia selama pembahasan berlangsung.
Berkenaan dengan itulahJ perkenankan komi dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menyampaikan rasa hormat yang tulus serta ucapan terima kasih atas segala kerjasama yang baikJ kepada :
- Yth. Saudara Menteri Negara Urusan Pangan beserta seluruh Staf; - Yth. Saudara Ketua dbn Para Wakil Ketua Pansus; - Yth. Saudara Pimpinan dan Para Anggota FKP; - Yth. Saudara Pimpinan dan Para Anggota FABRI; - Yth. Saudara Pimpinan dan Para Anggota FPP; dan - Yang soya hormati segenap staf Sekretariat.
Sidang PansusJ Hadirin yang berbahagia.
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia sangat berbahagiaJ bahwa Pansus telah berhasil merampungkan pembahasan RUU tentang Pangan ini. Oleh sebab ituJ komi dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menyatakan persetujuan komi atas Rancangan Akhir dari RUU tentang Pangan tersebut untuk di teruskan pada pembicaraan Tingkat IV /Pengambi Ian Keputusan Dewan dalam Par ipu rna DPR-R I yang i
direncanakan pada hari Senin tanggal 14 Oktober 1996 yang akan 1 J
datang. ~
2
-------
Terhadap berbagai hal yang masih komi anggap perlu disampaikan berkenaan dengan pelaksanaan Undang-Undang tentang Pangan ini nantinya, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia akan menyampaikannya pada saat pembicaraan Tingkat IV dalam Paripurna Dewan yang akan datang.
Demikianlah saya akhiri Pendapat Akhir Mini ini, dan terima kasih atas segala perhatiannya.
M E R D E K A
Wassalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh
3
~Jakarta, 11 Oktober 1996 Juru Bicara ~~I DPR-RI
TIOP HARUN SITORUS Anggota Tetap Pansus
'A 1\tfRlTT A "JL~ PV'AVJ .. VRJNT· AH ~_, l .. 1 'f a a.l "-.J a L IL 1 '~ a J..:.. I a J..:.. ' L . a l a. a
TANt:i~AT 1·1 Q.li'PTEMBER· 109,:: L ~~ &...i' U Ll . . . A .I U
MEI'"ITERI NEGA..T{A URUSAN P ~~GAN REPlJBLIK INDO!'.~SIA
Bismillahirrohmanirrahim.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hamdan Wasyukurillah sholatan Wassalaman
Wa'alla Allihi Waash'shabihi Wamauwallah.
Wasyukurillah
Saudara Pimpinan yang kami hormati dan para Anggota Pansus yang budiman.
Kita bermula di hari Jum'at dan berakhir pula di hari Jum'at maka pada hari Jum'at yang mulia ini dan berbahagia ini terlebih dahulu ijinkartlah kami mengajak para Pimpinan dan seluruh Anggota .
Pansus yang terhormat untuk menyampaikan puji syukur kehadirat
Allah SWT atas segala nikmat dan rohmat serta karunia-Nya yang
telah dilimpahkan kepada kita semua sehingga pada hari yang mulia
ini kita masih dapat berkumpul di ruang sidang ini untuk menge
sahkan RUU Tentang Pangan pada Tirrgkat Pansus.
Sebagaimana kita ketahui RUU Tentang Pangan tersebut telah
disampaikan oleh Bapak Presiden kepada DPR yang mulia ini melalui
surat Nomor : R.OS PU-S 1996 Tanggal 28 Mei 1996, dan atas dasar
kebijakan dan kearifan Pimpinan DPR yang terhormat ini maka dalam waktu yang relatif singkat dan marathon RUU tentang Pangan ini
dapat diacarakan dan dibahas secara baik dan sempurna, dari
tanggal 28 Mei 1996 sampai dengan hari ini Jum'at 11 Oktober 1996
atau tepatnya 140 (seratus empat puluh) hari UU ini telah.disyah
kan pada Tingkat Pansus. Menurut pendapat kami hal ini adalah suatu pre_stasi yang
luar biasa menunjukkan kesungguhan da~ persepsi kita besama untuk
mewujudkan sebuah UU Tentang Pangan.
Saudara Pimpinan dan para Anggota Pansus yang terho~mat;
Selanjutnya pada kesempatan yang mulia ini atas nama Peme
rintah kami menyampaikan rasa hormat dan penghargaan yang tulus ikhlas kepada para Pimpinan dan Anggota Pansus 1 Pimpinan dan
Anggota Panja 1 dan Pimpinan dan Anggota Tim serta Anggota Tim Perumu$1 Tim Sinkronisasi dan Tim Kecil serta Sekretariat yang
telah bekerja ekstra keras dengan penuh dedikasi dan toleransi
dalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan hasil yang
sangat menyenangkan dan memuaskan, disamping itu kepada Sekre
tariat sekali lagi kami juga menyampaikan penghargaan atas kerja
profesional yang telah mereka tampilkan.
Pemerintah sangat menghargai sikap dan tanggapan positif
dari semua pihak baik dari FKP, dari FABRI, dari FPP, dari FPDI
yang secara sungguh-sungguh dari lubuk hatinya yang paling dalam
telah memberikan berbagai macam saran, usul serta pandangan
secara kritis terhadap RUU tentang Pangan yang telah diajukan.
Didalam pembahasan mungkin kita semua menghadapi masalah
masalah yang krusial namun demikian dengan semangat kebersamaan,
·kekeluargaan, toleransi,_saling menghargai, saling melengkapi dan
berpihak· kepada nilai~nilai luhur · bangsa maka persoalan yang
rumit sekalipun telah mampu kita atasi bersama, ini semuanya
berkat itikat baik dari kita semua untuk mencapai kesempurnaan
dan kebaikan dari UU yang merupakan milik bangsa Indonesia ini;
kita semua pat.ut merasa bangga bahwa Bangsa ini setelah 51 (lima
puluh satu) tahun kemerdekaan. telah mampu menghasilkan UU yang
dapat memberikan jawaban, memberikan kaidah-kaidah dan norma
norma bagi suatu sistim pengaturan, pembinaan dan pengawasan
pangan bagi pembangunan bangsa yang sekaligus dapat kita sanding
kan dan saingkan dengan UU Pangan negara lain dalam kerangka
kesepakatan Organesasi Perdagangan Dunia, disamping kita. semua
tetap berpihak sepenuhnya kepada jiwa dan nurani Bangsa. Indone
sia sendiri yang bernafaskan Pancasila dan UUD 1945, inilah
sebuah UU yang paling unik, paling original Indonesia, modern dan
seimbang antara Pemerintah, industri pangan dan perlindungan
terhadap masyarkat yang mengkonsumsi pangan.
Ini semua hasil karya monumental Bangsa
karya Lembaga Legislatif yang amat mulia ini.
Indonesia, hasil
Dari pembahasan
selama ini Pemerintah merasakan bahwa telah terjadi pemahaman
yang sangat mendalam atau penalaran yang sangat mendalam terbukti
dengan adanya berbagai _macam tambahan-tambahan pengertian dan
penajaman-penajaman terhadap berbagai macam substansi, berbagai
macam perbaikan-perbaikan muatan yang kesemuanya tiada lain
bermuara kearah kesempurnaan materi RUU ini. Dengan demikian 1
Saudara Pimpinan wilayah kerja sistim pangan nasional ini semakin
terang benderang 1 semakin jelas ke depan dan semakin terarah
diimbangi berbagai macam rambu-rambu dan ketentuan-ketentuan
pidana disamping sanksi-sanksi administratif yang diperlukan.
Selama pembahasan Pemerintah senantiasa secara maksimal
berusaha memberikan jawaban 1 keterangan, penjelasan secara rinci
dari seluruh permasalahan yang diajukan oleh Anggota Dewan yang
terhormat; namun mungkin saja jawaban dari Pemerintah belum
memuaskan akan tetapi percayalah bahwa Pemerintah berusaha mem
berikan informasi seindah warna aslinya yang terbaik dan terbaru
sembari membaca tanda-tanda zaman· bagi terwujudnya uu tentang
Pangan yang sempurna 1 modern dan unik ini.
Sebelum mengakhiri sambutan ini perkenakanlah kami menyam
paikan penghargaan dan terima kasih yang amat dalam kepada Sauda
ra Pimpinan Pansus 1 Pimpinan Panja 1 para Anggota Pansus dan juga
para Anggota Panja dari berbagai Fraksi baik FKP 1 ABRI, FPP dan
FPDI dan Staf Sekretariat DPR-RI 1 serta media massa atas kerja
sama yang sangat harmonis dalam suasana yang akrab penuh keke
luargaan1 keterbukaan dan kebersamaan, dan disertai dengan sema
ngat yang tinggi. Tiada gading yang tak retak dan kalau tidak
retak itu bukan gading; sehubungan dengan itu maka dalam kesempa
tan ini kami bersama segenap Tim yang mewakili Pemerintah incjin
menghaturkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya bilamana di
· dalam proses pembahasan dalam Pansus · ini dan Panja, sikap dan
perilaku, tindak-tanduk para staf Pemerintah terdapat kekhilafan
baik disengaja maupun tidak sengaja. Dan hal-hal yang ku
rang berkenan terutama bagi para Pimpinan dan Anggota Pansus yang
kami hormati.
Bagi orang yang percaya pada angka maka keseluruhan UU ini
terdapat 65 ( enam puluh lima) pasal, kalau di tambah 6 ( enam)
ditambah 5 (liam) menjadi 11 (sebelas) hari ini adalah 11 Oktober
1996, hari Jum'at pula kita akhiri Pansus ini yang dimulai pada
hari Jum'at beberapa minggu yang lalu. Semoga Allah SWT melimpah
kan taufik dan hidayahnya kepada kita semuanya serta memberikan
petunjuk dan kekuatan bagi kita dalam melaksanakan tugas-tugas
kenegaraan selanjutnya. Wabillahi taufik walhidayah; wassalamu'alaikum Wr. Wb.
3
-. ·-· ··.---~----"' :,·. -~-"·.-.•· ·. ~ -.---·-
q
·· DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KETUA PANITIA KHUSUS DALAM RANGKA PEMBAHASAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
PANGAN
Bismillahirahmaanirrahim;
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Yth. Saudara Pimpinan Sidang;
Yth. Saudara Menteri Negara Urusan Pangan;
· Yth. Saudara-saudara para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Republik ·Indonesia;
Para undangan serta hadirin yang kami muliakan.
Pertama-tama perkenankanlah saya mengajak hadirin untuk
memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Sul)hanahu .
Wata'alla, atas segala nikmat) rahmat dan karuniaNya yang telah
dilimpahkan sehingga kita semua dapat menghadiri Sidang
Paripurna pada hari ini dalam keadaan sehat wal afiat untuk
mengikuti Pembicaraan Tingkat IV/pengambilan keputusan atas
Rancangan Undang-undang tentang Pangan .
..,_, Atas nama Pimpinan dan seluruh Anggota Panitia Khusus
Rancangan Undang-undang tentang Pangan · DPR-RI dengan
segala kerendahan hati, ijinkanlah · saya, melaporkan hasil
pembahasan materi Rancangan Und~ng-undang tentang Pangan
yang ditugaskan kepada kami dalam forum Sidang Paripurna
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang terhorn1at ini.
Seperti telah kita maklumi bersama Rancangan Undang
undang tentang Pangan ini telah diterima DPRRI melalui amanat
Presiden Rl Nomor: R.OS/PUN/1996 tanggal28 Mei 1996.
Sebagai langkah lanjut dari amanat ini, maka pada tanggal
28 Juni 1996 telah diadakan Pembicaraan Tingkat I yang
merupakan Keterangan Pemerintah mengenai Rancangan
Undang-undang tentang Pangan. Keterangan ini telah disampaikan
oleh Pemerintah, .. yang diwakili oleh Menteri Negara Urusan
P.angan, pada Sidang Paripurna DPRRI.
Peltlbicaraan Tingkat II yang merupakan Pemandangan
Umum dari seluruh Fraksi mengenai Rancangan Undang-undang
ini, telah disampaikan pada tanggal 11 Juli 1996, dan Jawaban
Pemerintah atas Pemandangan Umum Fraksi-fraksi termaksud
telah pula disampaikan pada tanggal 16 Juli 1996.
Untuk menangani Rancangan Undang-undang ini Badan
Musyawarah DPRRI telah memutuskan dan mempercayakan
proses pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pangan
ini kepada Panitia Khusus yang dibentuk pada tanggal 30 Agustus
1996.
Panitia Khusus DPRRI beranggotakan sebanyak 62 (enam
puluh dua) orang terdiri atas 33 orang Anggota dari FKP, 12 orang
Anggota dari Fraksi ABRI, 9 orang Anggota dari FPP, dan 8 orang
Anggota dari FPDI.
Berdasarkan Tata Tertib DPRRI Pasal 128, maka Pansus
bersama Pemerintah telah melaksanakan tugasnya pada
-2-
Pembicaraan Tingkat Ill untuk membahas, menelaah, dan
menyempurnakan Rancangan Undang-undang dimaksud, sesuai
dengan jadwal waktu yang telah ditentukan.
Pembicaraan Tingkat Ill yang merupakan inti pembahasan
Rancangan Undang-undang antara Dewan dengan Pemerintah
telah berlangsung dari tanggal 20 September sampai dengan
tanggal 1_1 Oktober 1996.
Dalam melaksanakan tugasnya Pansus DPRRI telah
membentuk Panitia Kerja yang selanjutnya membentuk pula Tim
Kecil dan Tim Perumus/Tim Sinkronisasi, mengingat alokasi waktu
yang dijadwalkan oleh Badan Musyawarah yang relatif singkat.
Meskipun jumlah materi yang dibahas baik yang terdapat di
dalam batang tubuh maupun dalam penjelasan cukup banyak dan
berbobot, maka pembahasan Rancangan Undang-undang tentang
Pangan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan. Apalagi materi
Rancangan Undang-undang ini menyangkut kehidupan masyarakat
banyak, baik strata atas maupun strata menengah ke bawah yang
perlu diberikan pembinaan dan perlindungan.
Dengan demikian diperlukan pembicaraan yang betul-betul
intensif dan aspiratif, terutama yang menyangkut dasar-dasar
filosofis dan ruang lingkup tentang Pangan yang ingin diatur dalam
Undang-undang ini, apakah hanya mengenai keamanan pangan
atau termasuk juga ketahanan pangan. Keamanan dan ketahanan
pangan merupakan dua aspek yang harus dikembangkan dan
diatur secara seimbang untuk menjamin kesejahteraan rakyat.
Masalah lain yang cukup penting adalah keyakinan masyarakat
-3-
terhadap pangan yang dikonsumsi, keamanan pangan, kandungan
gizi serta komposisi pangan tersebut. Masyarakat luas harus dapat
mengambil manfaat dari Undang-undang ini, baik menyangkut
pangan untuk dikonsumsi maupun pangan untuk diperdagangkan
sebagai sumber penghidupan.
Secara kronologis, pokok-pokok permasalahan yang kiranya
penting dilaporkan dalam proses pembahasan Rancangan
Undang-Undang tentang Pangan ini, adalah sebagai berikut:
1. Konsiderans "~enimbang dan mengingat";
Dasar - filosofinya -lebih ditekankan pada kenyataan bahwa
"pangan"_ adalah kebutuhan dasar manusia untuk dikonsumsi
secara aman, bermutu, bergizi dan juga sebagai komoditi
dagang, sumber penghidupan masyarakat luas;
2. Satang Tubuh yang semula terdiri dari 13 Bab yang berisi 62
Pasal;
Setelah dibahas secara mendalam telah bertambah menjadi 14
Bab dan 65 Pasal. Keberadaan Bab-bab yang semula berat
pada Keamanan Pangan telah menjadi seimbang dengan
Ketahanan Pangan; Dengan demikian urutan afur pikir menjadi
febih jelas, sebagai keamanan pangan, ketahanan pangan,
peran serta masyarakat, dan pengawasan. Adapun judul-judul
Babnya seteJah perubahan, disepakati sebagai berikut:
a. Bab I mengenai "KETENTUAN UMUM". Jumfah butir dalam
RUU yang semula terdiri dari 10 butir,_ bertambah menjadi 18
butir. Hal ini dimaksudkan untuk melengkapi definisi
pengertian kata-kata yang sering terdapat dafam batang
-4-
tubuh, tetapi tidak merupakan kata-kata yang dipergunakan
masyarakat sehari-hari.
b. Bab II yang semula berjudul "PERSYARATAN KEAMANAN
PANGAN" berubah menjadi "KEAMANAN PANGAN".
Dengan judul baru, maka ruang lingkup pengertiannya
menjadi lebih luas. lsinya selain meliputi sanitasi 'pangan'
sebagai kebutuhan dasar manusia, meliputi juga tambahan
. pangan, rek~yasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan
pangan, jaminan mutu pangan dan pemeriksaan
laboratorium, dan pangan tercemar. Dengan adanya
ketentuan-ketentuan ini, maka Undang-undang akan
memberikan perlindungan baik kepada pihak yang
memproduksi maupun kepada pihak yang mengkonsumsi
pangan dengan jaminan tidak bertentangan dengan
keyakinan masyarakat.
c. Bab Ill tetap berjudul "MUTU DAN GIZI PANGAN". Ketentuan
yang terdapat pada Pasal dalam Bab Ill ini menekankan
padastandar mutu pangan. Bagi setiap orang maupun badan
yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan wajib
selalu memperhatikan ketentuan mengenai mutu dan gizi
pangan yang ditetapkan. lsi pasal-pasal tidak banyak
mengalami perubahan setelah pembahasan, kecuali
mengenai penjelasan umumnya.
d. Bab IV tetap berjudul "LABEL DAN IKLAN PANGAN". lsi
pasal tidak mengalami perubahan tetapi dilakukan
-5-
penyempurnaan-penyempurnaan. Tujuan Bab ini adalah
untuk melindungi masyarakat konsumen dari informasi yang
tidak benar dan menyesatkan. Pembahasan Panja cukup
mendalam mengenai masalah keterangan label halaJ, akan
tetapi dengan semangat kerja sama dan itikad baik semua
pihak, masalah ini dapat dipecahkan dan diselesaikan.
e. Bab V tetap berjudul "PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
PANGAN KE DALAM DAN DARI WILAYAH INDONESIA".
beberapa . ayat dari pasal-pasal ini . mengalami
penyempurnaan-penyempurnaan. Ketentuan dalam Bab ini
ditujukan untuk meningkatkan citra pangan sebagai komoditi
dagang, mengingat peranannya yang sangat besar dalam
peningkatan citra pangan nasional di dalam perdagangan
internasional.
f. Bab VI tetap berjudul "TANGGUNG JAWAB INDUSTRI
PANGAN". Ketentuan pasal dalam Bab ini mengalami
penyempurnaan terutama yang berkaitan dengan tanggung
jawab industri kepada masyarakat yang dirugikan. Produksi
pangan nasional harus mampu memenuhi standar yang
berlaku secara internasional dan memerlukan dukungan
perdagangan pangan.
g. Bab VII adalah bab mengenai "KETAHANAN PANGAN". Bab
ini merupakan bab baru; yang menekankan pada
ketersediaan pangan yang cukup, dengan kewajiban
pengaturan, pembinaan pengendalian, dan pengawasan agar
terjamin kecukupan pangan yang bermutu, aman, bergizi,
-6-
beragam, merata dan terjangkau daya beli masyarakat.
Ketentuan dalam Bab ini Pemerintah bersama masyarakat
bertanggung jawab atas terwujudnya ketahanan pangan.
h. Bab VII (lama) menjadi Bab VIII yakni mengenai "PERAN
SERTA MASYARAKAT". Ketentuan dalam Bab ini tidak
banyak mengalami penyempurnaan, dan menekankan pada
peluang masyarakat untuk berperan serta.
i. Bab IX (lama) mengenai "PENYERAHAN URUSAN DAN
TUGAS PEMBANTUAN" berubah menjadi Bab
"PENGAWASAN". Ketentuan-ketentuan pasal dalam bab ini
juga tidak banyak mengaJami perubahan.
j. Bab X (lama) mengenai "PEMERIKSAAN" menjadi berjudul
"KETENTUAN PIDANA". Ketentuan-ketentuan dalam Bab ini
pada dasarnya sama dengan usulan RUU.
k. Bab XI berasal dari Bab IX (lama) yakni mengenai
"PENYERAHAN URUSAN DAN TUGAS PEMBANTUAN".
Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam pasalnya tidak
berubah.
I. Bab XII tetap berjudul "KETENTUAN LAIN-LAIN". Ketentuan
dalam bab ini juga serupa dengan usulan dalam RUU.
m. Bab XIII tetap berjuduf "KETENTUAN PERALIHAN".
Ketentuan dalam Bab ini mengalami penyempurnaan.
n. Bab XIV mengenai "KETENTUAN PENUTUP".
Penyempurnaan yang sangat berarti dalam Bab Penutup ini
adalah mengenai Pasal 65 yang menetapkan berlakunya
Undang-undang pada tanggal diundangkan.
-7-
Sidang Dewan yang mulia,
Untuk mengefektifkan waktu yang tersedia, maka Panitia
Kerja, Tim Kecil dan Tim Perumusffim Sinkronisasi telah
melaksanakan tugasnya secara simultan. Selain daripada itu,
dalam memecahkan permasalahan yang dianggap krusial baik
dalam tingkat Panja maupun tingkat Pansus telah dilaksanakan
beberapa kali forum lobby. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah mencapai mufakat dalam musyawarah, dan
membangun nuansa kerja sama dan pengertian yang baik. Dengan
pendekatan ini memang terlihat tumbuh kebersamaan, dan saling
pengertian dari berbagai pihak yang terkait, sehingga sedapat
mungkin dapat mengakomodasikan berbagai masukan dan
aspirasi baik yang berasal dari Fraksi-fraksi maupun dari
Pemerintah.
Berkat bimbingan dan petunjuk ALLAH SWT. Juga, disertai
itikad baik dan didorong rasa tanggung jawab yang besar dari
keempat Fraksi beserta Pemerintah, temyata tugas berat ini dapat
diselesaikan dan pembahasan Rancangan Undang-undang ini
berakhir tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang
ditentukan. Meskipun pembahasan dilakukan secara marathon
sampai jauh malam, yang diwarnai dengan silang pendapat yang
sangat menarik, maka akhirnya Dewan bersama Pemerintah dapat
menghasilkan Rancangan Undang-undang yang setelah
-8~
__ __jl
,.
diundangkan dapat menjadi landasan hukum yang sangat berarti
bagi berkembangnya keamanan dan ketahanan pangan
masyarakat Indonesia.
Akhirulkalam perkenankanlah pada kesempatan ini kami
atas nama Pansus Rancangan Undang-~ndang tentang Pangan
mengucapkan terima kasih kepada Saudara Menteri Negara
Urusan Pangan yang mewakili Pemerintah, serta seluruh
jajarannya yang sangat kooperatif, fleksibel, serta tanggap dan
cukup cekatan dalam memberikan alternatif-alternatif perumusan .
sehingga dapat dihasilkan suatu rumusan baru yang dapat
disepakati semua pihak.
Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada
Pimpinan beserta Anggota dari Fraksi ABRI, FKP, FPP, dan FPDI
yang telah bekerja sama dengan sangat baik mendukung
terlaksananya tugas Pansus ini sehingga kita bersama dapat
menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-undang ini dalam
waktu yang sangat singkat.
Kepada yang saya hormati para Anggota Pansus, yang telah
menunjukkan keprofesian, kebersamaan, dan rasa kekeluargaan
yang sangat besar, saya juga ingin menyaf!lpaikan terima kasih
dan penghargaan dari hati sanubari yang paling dalam atas kerja
keras, kerja sama, dengan dedikasi serta rasa tanggung jawab
yang sangat besar.
-9-
.,
Akhirnya, tidak lupa saya sampaikan ucapan terima k~sih
kepada seluruh jajaran Staf Sekretariat Panitia Khusus baik dari.
DPR-RI, Fraksi maupun dari Sekretariat Kantor Menteri Negara ;__ -- ~ -- ---
Urusan Pangan yang telah turut f!1endukung kelancaran
pelaksanaan pembahas~n Rancangan l)_ndang-undang ini. Tanpa ---kerja keras para pendukung_.JnLtidaLr:nungkin Pansus dag_gL -melaksanakan tugasnya dengan lancar.
Dengan telah berlalunya waktu dan berakhirnya tugas, maka
melalui forum yang rriulia ini, perkenankanlah kami atas nama
seluruh Anggota Pansus memohon maaf sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang terkait, apabila dalam proses
pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini
terdapat tutur kata atau perbuatan yang kurang berkenan di hati.
Tiada gading yang tak retak dan tidak pula kami luput dari
kesalahan.
Maka dengan telah berakhirnya Pembicaraan Tingkat Ill,
pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini,
izinkanlah kami atas nama seluruh Pimpinan serta Anggota
Pansus Rancangan Undang-undang tentang Pangan,
mempersembahkan naskah akhir Rancangan Undang-undang ini
kepada Rapat Paripurna Dewan, yang kiranya dapat ditindaklanjuti
sebagaimana lazimnya.
-10-
---- -----------
Mudah-mudahan ALLAH SWT, memberikan karuniaNya
sehingga Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini dapa~
menjadi Undang-undang yang memberikan manfaat bagi
kehidupan dan penghidupan masyarakat Indonesia pada
khususnya dan masyarakat internasional pada umumnya.
Sekian dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 14 Oktober 1996
KETUA PANSUS,
Prof. Dr. H. DIDIN S. SASTRAPRADJA
----------~
PENDAPAT AKHIR- · FRAKSI KA.RYA PE.MJ:JANGUNAN DPRRI
TERHADAP RANCANGAN_' UNDANG~UNDANG REPUBLIK INDONESIA . -
TENTANG
P·A·N G-A·N
DISAMPAtKAN OLEH lr.UIIBU MEHANG KUNDA
AWGGOTA DPRRI NO. 294 .
JAKARTA, 14 OKTOBER 1996
FRAKSI ~ARYA PEMBANGUNAN 0 E .W A N P E R ~A .K I LA N A A KYAT A E P U B L I K I N 0 0 N E S I A
PENDAPAT AKHIR .FRAKSI KARYA .PEl-f.BANGUNAN D.PR-RI.
TERHAOAP RANCANGAN UNOANG~UNDANG REPUBLIK INDONESIA
TENT."NG PANGAN
Disampaikan oleh ; Ir. Umbu Mehang Kunda Anggota ·OPR~RI.~o. : A-294 .
As.sa.l ~mu' a:l.a i k~m Warahmat Ul ~ ah i Wab~rakat uh
Yth. saudara P{mpinan.Sidan~,· · Y t h • Saud a r a ~en t e r i Neg a r. a l) r us an Pang an yang m e.w a. k i 1·1 Pemerintah, ' · . · · saudara-scud~ra An~gota Dewan~ dan hadirin yang.berbahagia~
. . . . . ;
.. Pertama-t~a, iz·inkanlah. Fraksi Karya Pembangunan mengajak ·hadirin untuk ni~manjatkan .puji ·dan syukur k$hadirat Tuhan Yang Maha Es~ yang ata$. ·rahmat· dan karunia serta perkenan·-Nya,. kite. sekal ian telah · ·dapat ·. menyelesaikan ··tugas. pembahasan Rancangan
· Undang-undang tent ang ·pang.an ... . ·· · ·
Fraksi Karya · P.embangunan sungg•ih·; met"asakan bet apa. besa.r· karun fa · dan · be·r kat . Tun an Yang Malia Esa di 1 i mpa.hkan. kepada kit a semua. yang iKut·. serta dalam :.rangkaian. pembaha$an Rancangan .. Undang-undang in.i ,. sehinsga. hari ini ;. di ·Gedung .Dew~ri Perwakflan .. Raky~t ·R~publ.ik Indonesi~ yang:m~lia, ·fraksi-fraksi akaQ men yampa i k an · . pend a pat a k h i r n y a s e b a 9 a i ··.rang k a i an t e r a k h i r pembahasan · Ranc.angan Undang-undang ·tent ang p·angan -sebe l Lim· · disahkan dalam: Sidang'-Pa~iputna Dewan.
Yth. ·saudara:Pi~pinan Sidang~ ·vth~ Saudat' Menteri. Hadi rin s.ekal ian. yang berbahagia ...
. Se i·ak semu i a Fraks i Knr:-ya Pembaf:igunan. me 1 a 1 u i Pemandangan . Umuinnya .Pada tangga1 ·11 Ju1i 199·6, ·telah menempatkan pengaju·an Rancangsn Undang-undang tentang P~ngan ·sebagai p•rw4judan dambaan seluruh rakyat Ind6nesta yang seeara substansial perriah di sampt=li.k·an. Bapak Presi den Republ i.k Indonesia dal am sambutannya· pada Widya Karya Nasional· Pangan ·dan Gizi yang diselenggarakan L$mbs:ga Ilmu .Pengetahuan. fndone.sia tanggal 20-22 Apri 1 1993.;.
. .
Fraksi Karya.Pembangunan juga menyad~ri bah~a pr~ses penyiap~n RUU tentang Pangan t~lah cukup lama serta tel.ah m~laiui ·tahapan-ta.hapan pembahasan internal Pemerintah. Namun demikian, cl·inamika p·erkembangan 1in_gkungan strategis. yang te .. rjadi, baik di.·dalain negeri maypun .regional da.n b·ahkan internasionaJ tentunr·a. pa.tu.t :mendapatkan perhatian k\ta; ketH<~J ki~i. RUU tersebut dibahas be~sama antara Pemarintah ~engan Dewan Peiwakilan R~kyat. Osngan demi.kian, penyempurnaan Naskah Rar'lcangan Undang--undang tent ang Pang an i ni s.enant i as a di arahkan dalam suasana d~n keh~ndak yang tulus ~ntuk ~enghasilkan sebuah produk hukum yang· berkual it as, menjang.kau berbagai aspek yan~r seharusnya menjadi muatan unda.ng-:-undans. ini serta marnpu berdaya
1
r 1aku dalam kurun waktu yang panjang. Selain itu, yang tak kalah pe~t i ngnya · adal ah ''bahwa Raticangan Undang-undang i ni hendaknya jtega melindungi ke·pentingan nasional bangsa dan rakyat Indorlesia t3alam nege~·i maupun dalam interaksinya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Yth~ Saudara Pimpinan Sidftng, Yth. Saudara Mentari yang mewakili Pemerintah, Hadirin sekalian·yang berbahagia.
Osngan · p·andangan, seha.gaimana disampaikan· di atas, Fraksi · · Karya Pembangunan, baik melalui Daftar Inventarisasf MasaJah yang diajukannya maupun dalam menanggapi berbagai usulan fraksi-fraksi lainnya te1ah. secara k.husus memberikan perhatian terhadap.·· berbagai psrsoala.n pokok untuk dan ·dam{ penyempurnaan n.tska.h ~·anc·angan Undang-undang i ni. ·
01eh karena itu, · melalui forum periyampe·ian Pendapat _Akhir · frak"$·i-fraksi .saat ini·; perkenarikanlah kami menyampaikan.bebe-rapa ·~hal pokok yang. telah menjadi bahan perti-mb.angan yan·g substansial dalam· · keseluruhan · rangkaian pemba,.,asan Rancangan Undang-undang.· te~tang Pangan tni. ·
Hal-hal pokok yang kam·i .mak$udkan adalah seba_ga.i bes:-ikut:-··
pertama,_. ada 1 ah menyangkut s i stemat; ka. Ruu ya~g sang at ter~a it_ erat denga.n muatan Ranc·angan Undang-undang tent ang Pang an.
Oa 1 am pemaha:ma~-: .F r-a:.ks i - Karya· Pembangunan, kehad i tan Ran~~ngan Undang-undang .. denga,n· judu1 sebag.aim~na yang disampaikan Pemerintah. · hehdaknya paling kurang memu_at norma: atatJ kaidat_\ tentang dua ·asp_ek. pokok pangan yai·tu ~anon. PailgM dan KeamAnan Pangon& Mela1ui pencermatan terh4dap Rancangan Undangu n d.a. n g . i n i , . F r a k s i K a r y a P e mb ·an gun an - be r. pend a: pat ·. b a hl~~t a. berdasafkan judu1 Rancangan-·undang~undang ini, di s~mping babbab yang mengatur secara 1uas tentang K~amanan Pansan. _seyogi-anya · harus ditambahkan · sebuah .Bt!b Baru yang· mendatiului bab-bab yang· ada ya1tu Bl\b _II- Baru .. dengan judul KETAHANA!'f PANGAN. .
Penambaharl ·Bab Ketahan.an-_ Pangan, · d'i .· samping untu·k inen.gatur secara tegas tentang ta.nggung. j-awab Pemerint.ah ·dan rnasyarakat untuk mewuJudkan Ketahanan Pangan, juga- _dimaksudkari se.bagai w~dah .. y-a_ng inenampung · pengaturan pemanfaatan ber-bagai ·pot_ensi .. ·penganekaragaman pangan yang bersumber dari. berbagai jen·; s _pangan .: tradisiona1 yang dimili.ki d8;n dikonsumsi masyarakat .di berbagai-. daerah Nusantara. Pensanekara.g_ama·n · panga·n s:nerup8.k4n upaya. strat&gis yang patut 'ditumbuhkemb·angkan untuk sec::ara berta~ap · dapat m.engurang; ketergantungan _kita da1am mengkonsum.si ~ ·jenis pan 9 an -· t a r· t en t u • . Den g an de m i 'k i an , sec a r a · t e r en~ an a · a k an di upayakan untuk menghi ndarkan di ri dari berbagai . kerawanan ·yang murigkin diaki~atkan ole~ keterg~n~ungan .tersebut. Peng~turan ·tentang cadangan pangan:.· baik cad·angan~ parigan._Pemer·i.ntah··maupun cadangan pangan masyarakat dalam Bab tentang Ketahans_n Pangan7 menyebabkan aemakin paripurnanya_ Rancarigan Undang-u~dang ini sefta sekaligus ·menjadikan Undang~undang ini memt)-iki oiri yanp spesiftk dan unik dibandingkan ~~rigan··undang-undang Parigan .negar~ 1 a in. ·
Setelah melalui psrbincangan y~~g ~~anjang antar~ fraksitraksi dangan PemGrintah-,_ usulirt- ·=Fral<si Karye. .PembanguncHi akhirnya diter:-ima walaupun penempata"nnya ada-lah di bag.ian akhii dari bab-b"ab yang· mengatur · tentang .Keamanan Pangan. J·udul _Btit.· Vl I I Ra.ncangan Undang-undang ya it u Pembi naan, Pengenda 1 ian dan Pengawa.san di sep~kat ·f untuk di ubah denga.n Ket ahanan Pang an yang
2.
----- -----------
selan.jutnya ditempatkan menjadi Bab VII, sedangka·n.· Judul Bab .. VIII baru adalah Peran Serta Masyarakat yang sebelumnya· ditemp~tkan pada Bab VII Rancangan Und~ng-undang. ·Konsokwensi pertibahan judu~ Sab VI J:I Rancangan Undang-undang adalah diperluknnnya penataan pasal-pasal yang ada dalam Bab VIII Rancangan Undang~undang yang diserasikan dengan usulan pasa1 baru dari .Fr.aksi Ka.ryt\ Pembangunsn . yang telah disempurnakan secara.bersama antara fraksi-frak~i dengan Pemerintah.
Selanjutnya~ konsekwensi lain dari p~rub&han judul Bab VIII Rancanga.n Undang··Nundang t ersebut ada 1 ah d ·it f;!mukannya Pasal 51 Rancarrgan tJnd~lng-unda.ng yang d i pan dang t i dak t &pat bet .. ada. dalam Bab Ketahanan Pangan sehingga akhirnya disepakati untuk ditempatke.n pada Bab Pemt~riksaan yang diubah. judulnya menjadi · Pangav1asan.
. . Melalui perubahe.n judu1 sabagaimana dis~butkan diatas,
Fraks i Karya Pembangun ,1n berkeyaki nan bahwa kesan. masyarakat · · yang ~enga.nggap bahwa R.ttnca.ngan :undang-undang i ni hanya 1 ah. Ranaangan Uridang~undanQ. yang,mengatur tentang perlind~ngan konsumen pangan semataj telah dapat kita kes~mpingkan. ·
. '.. . (.l~ngan derrd k 1 en, me.l a 1 ui . berbag?.l i penyesua ian· t e rttad.aP:
sistamatika R~ncangan Undang~undang ters~but, ~raksi· K~~ya· Pemban~~unan b~p·pendapat bahwa a1 ur pi k i r. Rancangan Undang-undang t e lah . · sa~ar n · runt ut t a. rt at a be rdas.arkan usu 1 an· pengkaj ;·an yang disampaikan Frakai·Karya Pe•bangunan ·s•jak Pemandangan timum· · sampai d.engan pen·gajuan oa·ft_ar Inv~ntartsasi ·Masal~h • .-. · · ·
Kehadiran ba.b·· baru ten.tang · Ketahanan · Pangan,.· _s&lanjutnya· menempatken undang-_undsng· ini sebagai payung bagi kebaradaan berba.gai undang-undang yang· selarna ini. secura. partial· men9atur aspek--as·pek ·tertentu .dari pangan ·maupun undang~undang lai.n yan_g aka.n r~ibuat untuk .memperkuat keberadaan Rancangan .Undang-undang. tenfang Pangan •. Oisamping itu, ·Undang-und·ang in.i juga a·kan.:· menggambarkan kesaimbang~n ~erhatian ~erh•dap_ aspek keamariari· pangan dan ketahanan · pangan yang ma.mpu menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia. · · ·
K!.\IY.A, adalah aspek Stabi-1 isasi Har·ga .Pangan Terte:titu. ·
-rraksi Karya Pembangu.nan sungsu.h :menyada.ri b~thwa ·ke·t.ika:. ~-:.-~ kita. membicarakan t.entang hakekat dan makna. stabi 1 isasi .. harga.,. ~'; . pangan· tertent:J,. ketika itu pulalah kita dihadapkan pada pilihan: :< unt·uk menemp~tkannya sec.ara proporsional ba.gi ·berba·g~~-i =··
kepGntingan. ba.-ik dalam negsri maupun dalam kaitann.ya den-gan··· kesepahat an-kesepak.a:t an i nt erna,s ion a 1 ,;
Sehubungan dengan itu, dan ol~h karena stabilisasi barg~. me r up a t~ an asp e k p e n t i n g k e t: aha nan · pang an , F r a k s i · · K a r y a . Pembangunan menyarankan untuk triensmbah buti r ·bcru pada Pasal a·· tentang_ Tujuan yang berbunyi ·: . .,terwujudnya .stabili.sasi· harga pangan t~rtentu yeng dinarnis untuk melind.ungi · kepentingan konsumen 4an produsan·.·. · ·
Me1a1ur' pembahasan yang mendalam, Pemerirtt4.h berpendapnt b a h·w e. s u ~ s t an s i t ·e r s e but me r up aka n bag i an dar· i k e b i j· a k .an P~ms r i nt aJ~ . seh i ngga ·t empat nya 1 eb i h· t epat pad a Pasal ·so ~ancangan Und:ang-undang .. Akhi rny~ Fraksi Karya Pembangunan dapat meneriman;;•.-a :nelalui panyempurnaan .Pasa1 3.· butir c yang semula berbunyi : "torwujudnya tingkat kecukupan.pangan yang sesuai denga.n kebutuhan ·konsumsi masyarakat·• menjadi ••terwuju.dnya titlgkat kecukupan pangan dengan. harga. yang wcjar· dan terjangkau sesu~i dengan kebutuhan masyarakat".
3
- ------~. ~ .. --~.,-----c--.,.,-~·-...
Oleh karena itu, k~tika m•mbahas· Pasal 50_Rancangan Undahg~ undang (at au Pas a 1 48 · RUU" has 11 pembafiasan) · yang t e 1 ah men j a.d i pasal dalam Bab Ketahanan Pangan, Fraksi Karya Pembang·unan
· berusaha agar rumusan yang semul a berbunyi ··untuk mencegah dan. mtruJ menanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang dap~t me.rugikan sistem pangan, Pemerintah dapat mengambil tindakan yang. diperlukan untuk me_ngendalikan harga pangan ·tersebut" d·iubah menjadi "Untuk m•n6egah dan atau mananggu1angi·gejolak·.haiga pang.an tertentu yang· dapat ·merugikan ketahanan pan.gan. Pemerintah mengambil tindakan st~bili~asi harga". Usulan .peruba~an dimak~ud bahka.n t e.l ah .men j ad;- kesepaka.t an keempat F rsks i dan mengundnng pembahasan yang cukup lama antara fraksi-fraksi dengan pemerintah.
Fraksi Karya Pembangunan se·l a.ma i rd men·catat ·berba·gai pengalaman yang menunjukkan bahw~ stabilisasi har"ga pangan khususnya bah.an maka.nan po·f<ok. merupakan per.sya.r·at an mut 1 ak d.al am m$me1ihara pertuMbuhan ekonamt. Pemerintah -telah menunjukkan upaya-upaya yang .sangat ~erigesankan .·dala~ m~rigendalikan
· stabi 1 i.sasi harga · pangan. yang ttJlah ikut · mendukung terw·ujudnya stabi lisas"i. ekonomi · makro. · Kondisi tersebut ·tentunya merupakan · iklim yang kondusif de.lam pencapaian Taju. pertumbuhan. ekonomi yang mencapai rata-·rata sekitar . 7 persen pertahun. Berdasarkan. catatan t_erseb.ut di atas, d:an -dengan ·me-n.cermat.i' berbag~i. kesepakatan internasional khus:usnya melalui .. skema. ·GATT. maupun wro. Fraksi· Karya Pembangunan . berusa.ha agar aspe·k sta.bi 1 i sasi h~rga pangan ·t"ertentu dapat. dica·ntumkan .langsuhg dalam batang tubuh Rancangan Undang-undahg~ :~ebagai tindak~n··ya~g diambil Peme.rintah ·untuk me.ncega.h dan .«tau· menanggulangi gejolak ·harga pa~gan tert~ntu •. ·
Oengan demikian,' st~bi.lisas·i harga merupakan ~agian ... tak · terpisa.hkan dari kebifakan· Peme.rintah untu·k mewujudk.an Ketahan~~ · ..
Pangan Nasional .. Stabi 1 i·sasi harga yang di·maksu·dkan Fraksi Karya PembangtJnan. · t. i dak pernah · ·di art i kan unt uk menci pfakan · di storsi pasar, dan harga·,· melain·kan sema.ta-mata ·hanya unfuk melindungi . kepent i ngan produsen·. dan k-onau:men. ·aukankah kebi j akan stabi 1 i sasi' .. harga pangan tertentu.· yang kita terapkan ·s.elama :i.ni;· senant.ia:sa : diarahkan untuk rriemelihara· .. penerimaan yang ... w.ajar b.agi .·;y-ang.,· memproduksi bahan pansan melalui .kebi jakan har·ga··.dasar· ser.t·a _..·.: sekaligus menjaga kepentingan. -konsumen melalui pengenda.lian. :~ harga ·? Pandangan demi.kianlah yang. melandasi · ke;nginan · F.raksi. ' Karya Pemb~ngunan ·unt·uk mengusu l kan·· ._pe r:u.bahan .. te rhadap _·p.asa l · t~rsebut di at as.· · · . . . · . · · · . · · .. .- ·-
Namun demikian, melalui penjelas.an. dan. -dialog ·fraksi-f·raksi= .. dengan Pemerintah, Fraksi Karya Pembangunan. dapat: memahamf si~.a·p, :,; kehati-hat.ian Pemerintah. P_emer:fntali. sepend·ap_at dengan fraksi- ·. ·· fr·aks-i .bahwa: stabi 1 i sasi harga -pada dasarnya t idak. bertentangBn: .·: dengan .kes~pakatan internasional, baik fJlela1ui skema -GATl: maupun · WTO, pal i"ng -t i dak sampai cfengan . saat i ni.. Akan. tetapi, mas a lsh · tersebut dianggap memiliki. potensi untuk menjadi perma.sa·lahan · · di masa-masa. mendatang, sehingga sangatlah t·epat kiranya agar sed i n i m u n 9 k· i n , I n done s i a s e b a 9 a i · ·an g got a or g a t1 i s as i internasional tersebut di · atas telah dapat melakukan ant·isipasi se?ara. cermat ba~i kep~nttngan ~asa depan~ ·
Atas d·~sa~ pertimbangan.dan pemi-kir.an se·bagaiman·a·.tela.h dikemukakan di at as:. Fraksi ··Karya Penibangunan akhi rnya dap·at memahami rumusan Pasal 48 sebagaimana·· telah menjadi' · kesepakatan antara fraksi-fraksi dengan Pem~rintah,. yaitu·.:. ·
. . . .
Untuk mencegah. dan. ata.u menanggu:langi .· gejolak harga pangan tortentu yang dapat merugiketn ··ketahanan pangan,. Pemerintah mengambi1 tind.ak•n-·yang dip·erlukan dalam .·rangka untuk mengendalikan harga pangan tersebut~ ·
Penj e 1 a san pas a 1 juga menga 1 ami pe rubaha.n:, dengan rumusan :
Yang. dimaksud dengan '"tinda.kan yang d·iperl~ak$n dalam. rangka mengandal i kan ·harga pangan tersebut" .inenurut ketentuan ·ini ~ antara lainll ·berupa tindakan. dalam rangka ·Stabilis·asi harge
, .. , ,.
. ;::tl~Jigan. yang di 1 akukan untuk mencegah · fl uktu.asi harg.a:, bai k· yang dilakukan melal.ui · mekanisme pasar maupun melalui intervensi pasar, secara langsung. ataup.un· tidak langsung.. . . Tindakan stabilisasi hargn ·pangan juga merupakan upaya untuk.·. mriin]amin terciptanya· harga yang we·jar, baik dari .sisi piha~ ·yang memproduksi mnupun masyarakat yang·.mengkonsumsi pangan.··.~ Unt uk me nun j ang upaya t erci pt any a ha.rga pang an· yang' terkenda1i. Pemerintah perlu memelihara ·cadanga.n .pangan yang:' cukup di dalam negeri yang ·sef':lanti.asa dapat dimanfaatkan ,' untuk mengata.si flukt.uasi harga· ·atau· kekurangan· pangan: yang·, .terjadi seoara mendadak, · baik akibst spekulasi. manipulasi·. · maupun sebab lain yang· te.rja.di di dala·m ataupun di luar. negar~. · · ·
Oenga~ p~nyempornaan rumu••n. pa~a.r dan penj elasa.n pas·a 1·· sepert i ttlrs·ebut di. at as, Fraksi Kary4 · Pembangunan · berpendapat·:. bahwa penyempt.!·rnaan t ersebut t e i ah cuk~p menampung harapan· d.an: saran per:-~bahan Fra:k~i Karya· Pembangunan.... .. ... : · ..... ·. ·: ·.·.
~~ · adalah · .. keterkaitan . :pehgatttran pang.an · de~aan keyafsi·nari: masy~r~k~t. ·
Fi~aksi Karya: Pem.banguo·an .saa1gat-.memah·a.mi bahwa berbaga.{ pengaturan Yang akan d.i laksanakan mel a lui Rancan·gan Undang-undang :ini, at~an be-rhimpit dsngAn· .k.epentfngan· ·peme.nuhan.· pangan Ya.no·:
· f<eamanannya ter j.~m.i n, ba i k··. unt uk . kes.eh.at an .rnau·pun yang· t i d .• k.·. bertentangan·· dengan-. k·eyakjnan: ma$yar·akat' ... Persoa1a.nnya adalah apakah norma tontang· keyakina.n ma.syarakat 'tersebut. harus tersel:)_ar·. pacta berbagai. pasal terkait· ataukah. cukup pada · satu pasal .yang bar.fung~i · mengayomi ~. meni.iwai .· d.a·n· mewarn~i. . keseluruhan · p_asalpasal Rancangan Un~ans-undang tentang ~angan. .·· ·
Setelah melalui kaji~n yang.cu~up· me~dala~~·Fra~s• Kar~a~ Pembangunan · menernu~ari tempa:t ·yang. tepat .. untuk menampun·g aspi ras·f. tersebut melalu·i peny·empurnaan rumusan Pa$a1 .2 Ran·cangan Undan9~·· undang. .Den; an detni k ian rumusan · · Pasal ... 2 · ·Rancangan Undang-undan9,, yang berbunyi "Pembarigunan di: bidang .P·anga.n diselenggara.k .. a:~: denga.n bsrlandaskan asas tnanfaat;. asaa.·,adi 1 dan merata, dan asas kepercayaan· akan kemampuan dan kekuat·an .. sendi'rl"; ·mel a lui· usulari··. perubaha:n substansi ·· dari Ffaksi'. Karya· · Pemba~gunan dan. · f-ABR.I.·;.:· akh1rnya.fr~ksi-fraksi menyepakatt·usul.an rumusan baru Pemerint•h· yang berbunyi : ·
"Pembangunan. pangan di.selenggarakan· untuk mementihi kebutuh~n dasar manusia yang membertkei'n manfaat. secara &di 1. dan .. · rnerat a,.' ber-dasarkan kernandi r ian 'dan t i dak . bert ent·angah.
· ctsngan .keyaki n.an ma.syarakat... · · . . •.
Dengan rum\Jsan Pasal 2. baru .tersebut ·diatas~ fraksi-fraksf dan· pemerintah ·akhi"roya se·pen.dapat bahwa masal ah keyakinan·· masyaraka~ telah mendapat tempat ~ang· te.rhormat dalam .muat•n Aancangan Undang-und•ng tentang ~an;an· ini. Pandangan ter~ebut. jug~ diperku•t ·dengan kesepakatan unt4k.mancantumkan ~ket~rangan tantang halal'" sebagai salah satu substansi yang harus ·terter:a dalam label pada, di dalam dan a.tau .. ·c; kemasan pangan ·sebagai kewa.j i ban yang harus di penuhi ol eh seti ap. o.rang yAng memproduksi at au merna.sukkan · ke da 1 am· wi l ayah Indonesia ·pang an . yang d i kemas untuk diperdagangken, sebagaimana jelas tercantum de.lam Pasal 3.0: Rancangan Undang-undang yang telah dis&pakati~
5
. · ..
Yth. Saudara·Pimpinan Sidang 1
Yth. Saud a ra Menter i Neg a r·a U·rus an Pan gan yang mewak i 1 i Pemerintah,
~nggota Dewan dan had~rin sekalian yang te~hormat.
Selanjutnya, perkenankanlah kami urituk menyampaikan tanggapan Fraksi Karya Pembangunan terhadap berbagai muatan Rancangan · Undang~undang tent ang Pang an .yang· har i , n 1 akan memperoleh pehgosahan Dewan P~rwakilan Rakyat Republik· Indonesia~~
Bahwa k~hadiran dan keberadaan Rancangan Undang-und~ng tent.ang Pangan sebagai perwujudan ke.hendak dan damba.an masyaraka1; Indonesia tentunya tidak perlu· lagi dipersoalkan. Oemikian ·pula ha1nya dengan kehendak dan keing.inan Pemerintah untuk menempatkan kai"dah atau norma tentang Keamanan Pangan yang mendominasi keseluruhan muatan RUU itii sebagai sebuah kebutuhan nyata yan·g haros dilaksan~kan, baik untuk kepentin~an perlindungan konsumen dalam negerj, .maupun dalam hubungannya dengan pet.dagangan internasiohal. Dalam pemahaman·demikian, Fraksi Karya Pembangunan menyambut baik b~rbagai rumusan: Rancangan Undang-undang yan~ me~gatur sacara tegas berbagai kaidah at~u norma yang haYus dipenuhi untuk~memperoleh pangan yang. terjamin keamanannya~bermut u' . dan berg i z i sert a t i dak bertent angan dengan. k.eya.k i t1an. masyar·akat. Oleh karena itu, dalam mencermati keber~daan bab-bab: tertentu dar.i Rancanga~ Undang-undang ini yakni ·· ·
1) Bab II tentang· Keamanan Pangan, 2) Bab I-Ii tentang Mutu ;dan Gizi ·Pangan,· · 3) Bab ·Iv tentang Label .dan Iklan Pangan,
. Fraksi ~arya Pembangurian iid~k mengajukan u~ulan p~rubahan yans .. pri nsi Pi .. l. f"ra~si Karya Pembangunan stingguh menyad,a.rf bahwa ketersediaen pangan yan~ aman, bermutu dan bergizi serta pen¢a.ntuman label ·da:n .iklan pangan yang juju.r dan .be.nar, menempat i pos i .si ·yang·· st rat egis bag·; pengembangan dan ·pen i ngkat.an .. ku~lit~S'sumb,rdaya manusia Indonasia.s•bag•imana dicita~citak~~ u n t u:k d a p ·at d i w u j u d n y at a. k an me 1 a 1 u i r an g k a i an keg i" 4 t" an·· pembangunan na~ional yahs sementara kit~ tumbuhkembangkan~ .~
Pang an seba.gai kebut uh.&.n dasar · rnanusi a · yan·g pemenuhann.ya·, merupakan h~k asasi. setiap rakyat Indon$Sia hendaknya diupayaka~ ket~rse~iaannya ~ecara aman, ber~utu, dan bergizi. Da1a•. pemahaman. · demi·kian, FrakS·i Karya. P~mbarigunan . me.lalui. berbagaj: pandanganny•·tidak berkeh~ndak untuk mel•kukan· perubah~~ subs~ansi keou~li yang bersifat redaksional. ··
Oal am .. hubungannya. dengan upaya · pemen~;.ha~ . ber.bagai kai ~~tf at&u norma yang mengacu pada keamanan pangan, Fr~ksi ·Karya Pembangunan jugA menyadari bahwa industri pang·an di. sa·m·p;·ng. dilaksanakan oleh kalangan industri ber:skala· besar juga dilakuktui·. oleh p•ngusaha k~riil, baik yang berbadan huk~m maupun perorangan." Kondisi. demikian memerlukan perhatian dan pemahaman yang cerrnat, seh i ngga ke 1 ah iran · Unda.ng-undang · tent ang Pang an · j angan sampa i me~atikan usaha kecil. di biden9 pangan namun justru melalui undarig-undang ;·ni, keberadaan. pengusaha keci 1 hendakny~ semakin diberdayakan untuk mampu b~rkiprah berdas~rkan ketentuan ~ndang-· undang in i .. 01 eh ~·arena it u, · Fraks i Karya Pembangunan dcngan lapang dada menerima berba.gai ketentuan yang mencantumkan bahwa. p e r s y a rat an- p e r s y a r at an t e r t ·en t u m i s ·a l ny a s a. ri i t as i. d an se·rtifikasi mutu pangan, penerapahnya .akan dilaksan.akan secara
· bertahap dengan memperhatikan kesiapan dan kebutuhan siste~ pangan. Dengan demikian, pe~berdayaan pengusaha kecil melalui berbagai.upaya.pembi.naan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 merupakan substansi yang p$rlu untuk diwujudnyatakan secara
6
---------------
sistematis dan berk•lanjutan, d•nga~ senantiasa mengacu ~ada berbagai ketentuan pembi:naan usaha keci 1 berdasarkan. undang~. und~ng dan peraturan yang berlaku~
Yth. Saudara Pimpinan Sidang, Yth. Saudar~ Menteri,· Hadirin yang terhormat •.
Pengaturan secara khusus tentang ketahanan pangan dal~m bati tersendiri yang akan menampurig·berbagai at~ran pembinaan dan· pengendal ian yang sasaran akhi rnya· adalan terwujudnya ketahanan · pangan ~etempat maupun nasional, sahgat membanggakan Fraksi Kary~. Pembangunan. Oengan ~e~pertimbangkan ·barbagai ketentuan yang. lazim diatur dalam undang-undang pangan negara lain~ undang~·i undans ini juga telah mengatur seba~a tega~ kep~ntingan nasi~nal · Indonesia~ · ·
1) ··Pada Bab X tenta'r'l9 Pemeri.ks,aan hendaknya diubah. dan ditambah · menj.adi '"Pem·eriksaan dan ·peiiyidi-k-an."·· Pen.ambahan · tersebu·t
. dimaksudka.n sebaga i konsekwenai .logi s .dar i · keberadaan Bab X! Rancangan Undang-undang tentang ~et•ntuan Pi~ana; ·
2) sanksi administr4si. dan sanksi. pidat'la yang dile.takkan dalam berbagai pasat naskah Ranc.angan · Undang:...undang deng$n · si stimat i ka yang t i dak runtut tel a.h · menimbul kan penafsi ran, yang berbada dan dapa~ berakib~t ·pada keti·dakj~lasan d~~ ketidakpastian hukum. 01.eh karena itu,· penataan kembali patut di laksanakan :sehfngga dapAt · terhindar · dar.i .m~nculnya kerancuan · pemahaman. terhadap kaidah-kaidah yang "ingin diformulasikan da 1 am ket ent uan undang-undang i ni •. · ·
·· Deng~~ pand~~gan tar~~but .. di atas, Fraksi Karya Pe~bangunan pada &khi rnya ·4apat. menyepakat i berbagai perub·ah'an dan pen.yesua ian yang di.sepakat i sep$rt ;. :
1) Perubah~n judul Sab ~ Rancangan. Undang-undang tentang · Pemeri ksaan menjadi "·Pengawasan·', dimana didalamnya terkandung pula substansi· pemeriksaan dari· penyidtkan~ Dengan penyempurn~~. an dan penataan pasal-pasa1. yang dikelompokkan dalam. Bab Pengawasan, t e 1 ah .dapat menampung dan mengh i 1 angkan. ke rancua~ penafsiran terhadap substansi pasal-pasal d:im.af5:sud.
7
• 2) Kesepakafan tentang· tidak diperlukannya ketentuan peny.idik dengan alasan ak~n ditangani oleh penyidik sebagaimana di;naks.ud da 1 am undana.-undang. yang akan di payungi unc!ang-undangi n i , · d a. p a t d i p a h am i d an d i t · e r i m a o ·1 e h F r a k s i K a r y a Pembangunan •. Penerim•an tersebut di _atas se~akin diperkuat. melalui kesepakatan penambahan ayat (4) pada Pa.sa1 53 baru .. dengan rumusan : · · · -
POala~ hal·berda$arkan hasil pemerik~aan sebag~i~~n•· dimaksud pada ayat (2) patut diduga merupakan tindak pidana di bidang pangan:~ segera dilakukan tindakan penyidikan oleh penyidik berdasarkan peraturan perundang-undanean yan~ berl aku". ·
. Oengan r·umusan t erseb\.~t, da 1 am undang-undang· fn i t e 1 ah cukup. dimuat . rutnuse.n yang· dapat di j adi.kan dasa·r untuk diberla_kukannya ketentuan undang-undang .l_ain yang terkait. d-engan yndang-undang ini. · . .
. . .
3) Melalui p.enataan· Bab.·Pengawasan sebagaima.na tersebut di atas. maka pasal-pasal yang diat\tr dalam Ketentuan Pidana deng·an·::· berbagai p~nyempurnaan tarhadap sanksi yang diberikah·~ kiranya= diangg~p .telah memadai.
· Oenga~·pen~empurna~n-penyempurnaan sebagaim~na,diuratkan di at as, ·Fraks.i Karya. Pembang.u·nan d~ngan eado.r dapat memahami kesepakatan y-ang·. berhasil· dirumus·kan frak.si-fraksi dengan .. Pemerintah, yang. antara: l·~in telah ·pula ·menampvng ·ber:baga.i·· gagasan ~a11_ pendapa.t Fraks i Karya .Pemb:u~gunan.. ·
'··~~h. Sau~ara ~impfnan ~fda~g,· Ytb. S4udara Menteri,· Hadirin ja~g terhormat.
. •· Fr.aksi Karya .Pembangunan · sejak semula telah berpendirian.:
bahwa pelaksanaan Undang...:undang ini ·nant inya akan te.rkait dengan.'_ beberapa Depart em.en maupun·. Lembaga No·n Oep"t\ rt em en. Oengan, posi si dan keberadaan Menteri Negara Urusan Pangan· yang· t i dak·· m.emi.11ki aparatur ·pelak.s.ana· pada tingkat daera:h," ·maka::
·. operasionilisasi undan~~undang ini. tentunya · akan di1aksanak~~ secara l~ntaa sektoral, bafk di. tingkat Pusat- maupun Oaerah: Tiilgkat I· dan Oaerah Ti n·gxa~ .I I. penyerahan · sebagi an urusan Pemerintah · Pusat · ke.pada .:pemeri.ntah Oaerah sebagaimana ·di fitur t e r send i r i· da 1 am Bab X I PENYERAHAN URUSAN DAN · TUGA$ PEMBANTUAN, ·· · semakin tnemperkuat keyakinan .Fraksi Karya Pembangunan, ·ag·ar dalam .. undang-&Jndang · ini · di ~tur juga tentang koordinasi,. sebagaimana;. telah di~~~paikan melalui pamand~ngan umum ~~4k$i. Karya: Pembangun~n terhadap Rancangan Undang-undang t.entang Pangan. Pandangan ·tersebut. di atas ternyata. merupa.kan bahan pikiran dan··
·. pergumulan bersa~a. antar.a · Fraksi-Fraksi yang ·secara ·intens · dibicarakan den-s.an ·Pemerintah sejak rapat-rapat· Panitia Khus.us maupun Panitia Kerja. ·
. Fraksi Karya . Pembangunan dapat · memahami pandangan dan: pe~dapat Pem&rintah yang sangat hAti-hati dalam menanggapi usulan: Fraksi-F.raksi tersebut di atas. Nam.un demikian, melalu-i dialog. yang :be r 1 angsung d fse rt a i s i kap Peme r i nt ah ya·ng cukup · akomodat if dalam msmpertimbangkan berbagai usul~n· yang berkembang·; kein.ginan-: dan kehendak t ersebut · d i at as akh i rnya d i sepakat i mel a 1 u i. k~hadiran sebuah p~sal baru, .yakni Pasal ·e2 pada Bab -XII KETENTUAN LAIN-LAINi ~&ngari rumusan sebagai berikut :
B"i 1amana dipandang per7u, Pemerfntah da.pat menunjul< ·j·nstansf untuk mengkoordinasfkan ter1aksananya Unde.ng-undang ini.
a . j
Dengan kehadiran pasal tersebut di ~ta~,.:j~minan tentang · tersel$nggaranya undang-undang ini· .me·talui koord·inasi 1 intas. sektoral yang dilaksanakan oleh instansf yang ditunjuk, · kiranya. akan menempatkan undang-undang .; ni .. sebaga; · dasa.t hukum yang.· tepat dan efekti f bagi .pengaturan, pembinaan, ·dan atau ·pengawasan · di bidang pangan. · ·
Saudara Pimpinan·Sidang, . saudara Menteri Nagara Urusan Pangan ~ang mewakili ~emerintah~ Hadirin.sekalian yang kami hormati.
Demikianlah baberapa tanggapan Fraksi Karya Pembanguna~ . . t e r h adap be r b aga i mu at an Ran c~n:gan Undang-·und a.ng yang mendapatkan. ~ethatian utama Fraksi K~rya Pembang~n~n seJama. pembahasan Rancangan Undane-undang ini~
Sebelum. Frak~i Karya Pembangunjn menyataka~ · persetutuan. peng~$ahan··terhadap Rancang~n Undang-undang ini, perkenankanlah Fraksi Karya Pemba.ngunan . unt uk meny.ampai t,<an beberapa ·· hara.pan~; yang kiranya· mendapatkan· perhatian kita bersama terrriasuk s&luruh~ rakyat Ind~nesia,dimanapun m~rekft berada. · · · ... ·
Harapan-hirapan t•rs~but adalah : ·'!
1. Dengan di·be.rl akukannya undang-unda:ng. i ni, maka pangan. yang.: .akan di eda.'rkan . etau d·i pe.rdagangk~n, ~ec~ra bert ahap . harus: memenuh·i berbagai ·persyaratan · .. sebagaimana 'dima.ks~dkan ·dalant: undang:...u·ndatlg · i td ... 01 eh. karen·a. v·i!d dan mi·s i ,'yang hehd;ak ·. diraih ·me·1a.1ui UJldang-.undang ini. ~dalah u.nt"uk dan dem·f: terwujudnya kualitas· s.umberday.a·.manusia .. Indone.sia di·· sampi:ns·. untuk m$menuhi ket·entu.e.n-kete.ntuan · int.erna.si·onal tentans( keamenan : pang an, maka. ap 1 i k.as.i u·ndan·g··undang in i : hendakriY~ .: mempero l eh dukungan dan per an se r't a masyar' akat .· sebaga i mana : d·; at u r da 1 am· sal ah sat u Bab .Ra·n.can·gan. un.dang-undang t erit ang·. :~ Per an Sert a Masyataktlt. Upaya· unt·uk menumbuhkembangkan · perarr·:
·serta masyarakat, oleh· karenanya .menjad+ ,t,.rasya:ra.t".·yan~L harus· diuoayakan pemenuhannya agar ·undang-Undan·g . fni· dalant: waktu yang tidak terla1u lama telah .. dapat te .. rsosia·lisasikan':' df tsngah:...tengah masyarakat! bangsa dan negara :Indot1esia dar( selanjutnya ·d.apat dipersanding·kari dengan. Undang-undan·g:; .Pangan· nGH]ara lain.. ·. · · .· · · · ::f
2. · Penerapan. ·ketentuan undang~undang: i n,i . ." secara · bert:ilh.ap·/·: ki ranya · merupakan kesempat an emas· .. bagi · kal angan. duni a U.s aha\: t erutama. pengusah.a keci 1. dan. p·eror·an·g:an u·ntuk dapat;~ mengkonsol idasikan · usahanya bagi · keberlanjutan· usaha. yang·~; sesuai d~ngan ketentuan undan;-undang ini~ 01ah karena· itu;~ Fraksi·· Karya ·Pembangunan. rnengh.arapkan kerja .·kar·~·~._ Pemer{nt ah dan masyarakat unt u·k membi na dan memberdayakan.:·; pengusaha kecil agar pad~ saa~ny6 dapat secara nyata dan~ panuh tangguhg jawab meJaksanakan ke~~ata~ usahanya·dengart: mengacu. pad a: ket ent uan undar1g-u·ndang i ni .• · · · ·
3 .. · Fraksi .Ka:ry·a Pem"Qan.gunan sependapat dengan Pemerintah dan; rekan-rekan fraksi yang lain tentang pengaturan labe·l. dalam_: bab tersenditi · sehingg~· m$ngatur seca~a l~ngkap berbag$i. ka.idah yang tersebar mu1ai pasal ·ao sampa.i den.gan pasal 35: Rancangan Und.ang-Undang. Bet apa ·pent i ng · .dan bermanf aat nya.: pencantuman· label ·pada,. di da14m, d.an · atau di k.emasan. pangan,. telah menjadi kebutuhan y-ang harus ·diwujud·nyatake.n .. ':
. Buk:tn s.aj~ ber.rnanfaat untuk me,.in:dungi kesenatan masyarakat ~ dan menjamin beredarnya pangan yang ttdak bertentangan. dengan ksyakinan masyarakat, l~bel ~angan juga diMaksudk~~
9 . i
4.
5.·
6"
sabaga i 1 angkah yang· st rat.egi s da 1 am me rebut pangs a pasar pangan produksi dalam 11ageri di pasaran internasion~;tl, t~r-uta.ma mela1ui pencantuman keterangan-ter.tang he.la1 da1am l.abe·1 pang an.
N am u n d·e m i k i an • F r a. k s i K a r y a P em ban. 9 una n ni eng h:i mba u perhat ian Pemerintah. agar dalam operas·ional isasinya. betul-:-. betul · memperha.t i kan dan mempert imbangkan aspek · koordi nasi· anter i~stansi dan lembaga kem~syarakatan tarkait, sehin~ga keseluruhan pen~aturan dari ~elaksanaan ketent~an tentang. labtl1 dapat terlat<sana secara tet"integrasi dan menyeluruh serta mengacu pada ketentuan undang-undsng ini. Dalam kaitai'l ini, Frs.ksi Karya Pembangunan juga mengharapkan perhatian:: Pemerintah terhadap keinginan beberapa Daerah Tingkat I di: Indonasi a yang s.sment ara menyusun dan memtiahas Peraturan Daerah tentang Pered,ran Minum~n Keras, agar le~alisasi,. formal Peraturan l)a&rtlh tersebut oleh instansi Pernerintah : Pusat .. dapat memperhitungkan dan mempert imbangkan perasa.an,.
·· hukum dan kSY,Aki nan masyar$kS.t. :
· Upay3 ·untuk mE~wujudkan dan. meme 1 i hara kat a.h-anan pan gap·: · hendaknya.\.menjadi sasar.an y.s.rig seca-ra konsi sten dan, kons~kwen menjadi acuan tintuk.diraih .oleh kita semua. ·Ol•h~· karen a i t u ;. d a 1 am men 9 had a p i · be r bag a i s :i t u as f yang· ·. mambutuhka.n penanganan Pemerintah yang sesegera .· mung.kin, · .. terutama · dalam h.ubungannya ·. de'ngan .. u·paya p_eningkatan daya saing dalam era globalisasi s•rt~ p~rdagangan bebas dah· terbuka, Fra~si Karya PembaMgu~an·· menghimbau ket~gar~ri:· sikap dan k$bifakari Pemettntah· da1am. memel.ihara; kebsrpihakannya terhada~· ke~e~tingan.~asyarakat~ ··
De.ngan t er•cakupnyQ mu.at an k·et ahanan pang a~· dan· keam.an~6 ·,_ pan·gan da 1 ~ undang-u.ndang -in i , · ·maka Undang-~ndang tent ang
. Pang an i rli merupakan produk. hukum nasi on a 1 · Yflng pat u~ . m ~ n j ad i k e b an· g g a an· n as i on a 1 · ·ban g sa I n done s i a : o 1 e b ·. · karenanya, .Fraksi Karya : Pembangunan mengharapkan ~; ranya:··., penerapan .ketentuan undang·-undang ini~· di sttmping mem$lihar.~.·-,:·. berbaga i kesepakatan i nternasi 6ne1. ·ke·pent i nsan da 1 am negert:> Indo n e s i a· hen d a k n y a me·m p e ro l e h p e r hat i an yang s e i mba n g .• ::... Oeng·an demi ki an, · keberad:aan undang-undang i ni· akan memba.wa::·;· manfaat ·yang _1Jtuh bagi bangsa dan negara. ki"ta, baik di dal~· ~: negeri maupun 1uar negeri.. · · · · · · · · .. ··_,
.•.
S(\ l ah sat"u pas a l Rancangan Undang-un·dang menet apkan ·bahwa~- ;. undang-undang ·ini dan. perat.ur.an·. pelaksa.naannya tida.t<_:;~' berlaJ<u bagi pangan yang d:iproduksi- dan dikonsum$1. ole~>.:: kl'llangan rumah tangg.a~ · Oalam penj·e1asan p~sa1 d·isebutk.ary·:: bahwa kalangan rumah·· tangga d·ipandang perlu unt.u.k:_~··. di kai:::ua 1·i kan dari pe 1 aksanaan ~!"dang-undang i ili . K~~·a.;-:; ~diproduksi dan dikonsumsi" dalam pasaT tni dimaksudkan·~ sebagai -pengolahari pangan u~tuk ·dikQnsumsi s$ndir~ oleh·, keluarga yang bersangkutan. Adapun t~rhadap pe~edaran·~anga~: o 1 a. h an h ~ s i 1 us aha k e c i l . i ~ f"·o r m a 1 .Q an u s a h a k & c i l tradisionaJ,. Pemerintah akan.mel~kukan pembinaan dan. pengatu-ran.· secara bertahap. Dengan ketentuan t.ersebut, diatas, Fraksi Karya Pembangunan -~engharapkan ke~~ifari Pamer i nt ah da lam pen a rap an -ket entuan undang·-u·nda.ng · in j danga.n s~lalu d·;jiwai dan.disemangati oleh bunyi ··penjelasan pasal sebagaiman.a telah disebutkan. df atas.
10.
, , .
• Yth. Saudara Pimpinan Sidang, Yt h ~ Sa u d a r a Men t e r i N e ·g a r. a. · U r u s an Pan g an yang· . mew a k { i i
Pemeri ntah, · Saudara-sau~ara Anggota Dewan yang terhormat, Hadirin yang sa~a muliakan.
Dengan berb~gai pokok pikiran,. tanggapan dan·harapan-harapan sebagaimana telah kami kemukakan diatas,·.tibalah saatnya Fraksi Kary.a Pemba.ngunan men yampa i kan. pendapat akhi r t erhedap Ra.ncang..an Undat·lg-undang tentang Pangan. ·.oengan. memohon berkat dan rahmat .. Tuh!ln Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayan·g, Fraksi Karya Pembangunan rnenya.t akan bahwa Ran~angan Undang-·undang t en.t ang Pangan disotujui untuk disahkan menjadi Undang-undang.·. · ·
Sairing dengan persetuju.an diatas, ijinkanlah Fraksi Karya· Pembangunan pads bag~ an akhi r penyampai an pendapat · akhi r i ni untuk- menyampaikan pen.ghargaan dan ucapan ter.ima kas·ih kepada rekan-rekan Fraksi ABRI, Fraksi ~Persatuan Pembangunan, Fraksi ~artai Demokrasi Indonasi~ dan Bap~k Me~teri Negara Urusan Pangan beserta selurub staf dan jajar,annya atas· ·kerjasama .. yang te.l·a.h berwujud selama kita bermusyawarah. Oemiki~n pula terhadap 'pira pakar, asosiasi ~o., mass media dan. lain-lain yang tidak. dapat kD-mi sebutkan satu persat.u atas berbagai: sumbahgan -penrik_iran dan." pendapat bagi penyem~urnaan·naskah Rancangan Undang:uridang ·ini~ Penghargaen ·dan ucapan t erima kasi h yang .eart)a juga ·kami tuj.ukan · kepada· St.aLSek.retariat Jenderol PPRRI ·dan .Sektetariat Eraksi-< [email protected] OPRR.L, = yang dengan penuh dedi ka'si mendukung_ keseluruhan. proses pembahasan·Rancangan Undans-undang in~ -----.-. --·- .
Akh i rny_a ·pad a ke$empat a.n yan·g be ·r bahag i a ; n; .~ pat ut kail)J · sampaikan bidal orang-orang tua kital .antara· l8in; ·
Tidak ~da rumput cikaiau ~ang·t~~a~ berlumpur~ Tiada lautan tanpa ombak, · . Ti~d~ hujan·tanpa petir,. . . Tiad• gading yang tidak .retak,· . . Tidak ada manusia yang tidak pernah khi·laf~ Untu'; itu kami s·usun jar·;. yang sep.uluh,-. . Mohon maaf s~besar-b~sarnya atas s~gal~ s~suatu. yang tidak pada,· tempatnya, · · · · · ·. . · . · ... ·': Tutur kata yang tidak b•rkenan di. hati sanub•ri Majelis PANSV$ · yang kami ··mul iakan; : · · . . , · .· . · . · · ... >.: Memang, · membuat Undang-undang., t ak ·cukup .seharj · sema.1 am-.~ . · .. ·. Oia · membutuhkan waktuJ · .· · · ~- · .. .. Pemba.h·asan dan .di.skusi Y~U:'I9 mandal.am ·d·engan berbagai macarn::.;. mater i bahasan. . . · Ibarat menci,ptakan sabu.ah simponi, B.erbagai · irama kita r·angkum menjadi satu, Irama .Pe~erintah, Irama Fraksi ABRI, · I rama Fraksi :P..art ai Demokrasi Indonesia, Irama Fraksi Persatuan Pembangunani.·dan· ·· Irama Ft-aksi Kar.ya Pembahgunari,· . · Setelah .. terangkum dengan musyawarah dan mufakat, . J~di1ah ia sebuah simponi. yang inda.h dan enak dinikmati, SIMPONI KARYA PEMERINTAH DAN DEWAN PERWAKI-LAN RAKYAT REP.UBLIK · INDONESIA, YAITU : .. ·,
· UND~UND.Afttt~G TENTANGi PANGAN . ·
Mar·i lah r<i-ta per$embahkan Undang-undang ·te.nte.ng Pangan ini kepada Negara, Bangsa dan Masyarakat Indon~sia tercinta.
11
-. . . - ~ .
• K i ranya Tuhan Yang Maha Pen gas i h dan Penyayang dapat. memberkat i keselut;,u·han a:llal ba~ti kitas kini dan di masa-masa mendatang.
S&kian dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarak~tuh
Jakarta, 14 Oktober 1996
FRAKSJ. KARYA PEMBANGUNAN OPRRI
·.
12
,-I-
I
DE"VAN PER"VAKILAN RAKYAT R.I. FRAKSI AURI
PENDAPAT Al\1111{ VHAKSi ABIH ATAS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANC PANG AN
Yang lcrhnnnal Saudara Pimpinan Rapat; · Yang tcrhormat Saudara Mentcri Ncgara Urusan Pangan yang rncwakili Pemcrintah: Yang tcrhnrmat para A nggota Dewan. scrta hadirin yang kami hormati.
Pcrtama-tama maril;dl kita panjatkan puji dan l'vlaha Esa. kan:na alas limpahan rahmatNya pada hari
svukur kchadirat Tuhan ini· kita dapat menghadiri
Y;JJH.! Rap;~
at as Paripurna Dewan dalam rangka Pcmhitaraan Tingkat Ram:angan Undang-undang tcntang Pangan.
IV Pengamhilan Kepurusan
Sclanjulnya pcrkcnankanlah kami mcnyampaikan tcrima kasih kcpada ~audara Pimpinan Sidang. aws kescmpatan u1Huk menyampaikan Pcndapat Akhir Fraksi ABRI alas l~ancangan tlnd<mg-undang tcrschut. Pcmbahasan telah dilaksanakan sccara mcndalam dan scksama sesuai · jadwal yang din:ncanakan herdasarkan kescpakal~lll bcrsama schingga dapat dicapai hasil optimal haik nlch fraksi maupun Pcmerintah. llctl ini tlapal lcrwujud her kat adanya scmangal. lckad. scrta sik••r pcnuh pcngertian dan tolcransi para an~gota Panitia Khusus. Meski-pun terdapat pcrhcdaan cara .pcndckatan ataupun pcnalsmm terhadap masalah yang dihalws. namun akhirnya dipcrolch titik tcmu yang hcroricntasikan pada kcpcnlingan rakyal dan pcrnhangunan nasiunal.
S<.:lama pcmhahas<1n, Fraksi ABRI mcmpcrhatikan dengan· sungguh-sungguh faktor-faktor yang tcrsirat dalam kctcrangan jawaban serta penjelasan Pemcrintah. di samping dilandasi k<:.~inginan scpcrti diuraikan dalam Pemandangan Umum scrl<l Pcngantar Musyawarah 1-;-raksi A BRI. yang kescmuanya harm; dipcrtemukan dengan k()ndisi serta aspirasi rakyat.
Sidang Dewan Yang kami hornwti.
GBHN 1993 menegaskan hahwa Sm>aran llmum PJP II adalah tcrciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalcun suasana tent cram dan sejahtera lahir bat in. Kemajuan dan kcmand irian masyarakat hanya dapat dicapai antara lain apahila kualita~ manusia dan masyarakat cuku\1 t.inggi dan kcadaan eknnomi yang knkoh. Okh karcna itu titik hcrat pcmhangunan da am PJP II diktakkan pad:t hidang cknnomi sciring dcngan pcningkatan kualit;Js sumhcr daya m~musi:t.
..... ·'·•nl rangka mcningkatkan kualitas sumher daya manusia tadi. pangan dan J.!izi I fJ ( ncranan yang menentukan. schah kuatiws sumhcr oaya manusia r-tCl_ /- ~ :ualilas pangan dan gizi yang uikonsumsi.
IP<
~ . salah satu .kchutuhan dasar manusia yang harus tcrsedia mcrala. Kccukupan pangan mcliputi kccukupan haik juml;llt.
,wya. scrla tcrjangkau olch daya hcli masyarakat (dcngan· har~a
Jpan dengan hcrhagai kompleksitas menuntut tanggung jawah kctersec.liaan
.kat. pangan yang sekaligus mcnjag~t stabilitas harga agar
itu pcngaturan mcngcnai pangan merupakan kcbutuhan yang
mcmhina cadangan pangan untuk .angga.
dalam rangka mcwujudkan mendesak. Pcmcrintah
mewujudkan kctahanan
tingk:u hcrs;una p~111gan
gai k(lllloditi dagang. mcmiliki pcranan yang sangal bcsar dalam mmmian nasinnal dan S(;kaligus sch<~gai salah satu penghasil dcvisa
m era libcralisa:-;i pcnlagangan. komodili pangan juga mcnghadapi Ht:ngandung pduang dan ;.mcaman hagi ekonomi han~sa-hangsa. Pc-gi knmnditi pangan yang mcmpunyai daya Siling tingg1 dan ancaman ch komnuili pang;m yang kualitasnya rcndah. tlnluk mcmpunyai daya nutu tlan persyarar;m kcamanan p;mgan mcrupakan hal yang mutlak.
1
• Sidang Dewan yang tcrhormat,
Peraluran pcrundang-undangan tcntang pangan yang menampung hcrhacai perma~al;ihan pangan yang Ieiah disampaikan tcrsebut hcrada dalam hcrhagai pcraturan pen1ndang-undangan lain scperti llndang-und:mg Nnmor 12 Tahun 1992 tcnwnc Sistem Bud idaya ·1:maman. l.lndaqg-undang Nom or 23 Tahun 1992 tcntang Kcsch;ltan dan lain-lain. 1-'raksi 1\ B R I mcnvadari h:tiHva helum tersedianya U ndang-um.Iang tent ~111g Pan!.!<lll sl'lama 1111 tclah tiH::nyulitkan upaya pencgak hukum dalam menyclesaikan kasiis-kasus yang herkaitan dcngan masalah pangan. Ka~us-kasus pangan scpcrti kera-cunan makanan. residu peslisida. pcrsaingan 1 idak schat dalam pcrdagangan pangan. pcrd~1gangan p;mgan kadaluarsa. pcnyalahgun;.1a~1 bahan tambahan pangan. pclanggaran label. d:111 pcrd<1gangan' pangan yang tid:tk .Jli.Jttr. hclum dapat discksaikan schagaim;ma mt·st inya nH:nging;H llclt11n adanya l.lndang-und;lllg yang mengalur mengcnai pang;111 y:1ng dapat dijadik;m l:1nda:->an hukum hagi par;1 pcnc.!plk hukum.
Pada sisi lain. akihat y;mg ditimhulkan dari pclanggaran-pclanggaran yang menyangkut hidang p<mgan sesungguhnya sangal luas yang dap;H mcnirnhulkan ken.:sahan dalam kehidupan masyarakat yang dampaknya dapat mcmpengaruhi stahilitas nasi1111al.
Dalam rancka mcmhcrikan kepasl ian dan perlindungan hukum untuk meningkat-kan. mengarahkan'"' dan mcmherikan • dasar hagi pcmhangunan hidang pangan maka diperlukan pcrangkat hukum yang dinamis. Perangkat hukum tcrscbut hendaknya dapat mcnjangkau pcrkcmhangan ma:•yarakat yang scmakin komplek yang akan tcrjadi dalam kurun waktu mendatang. mcskipun pelaksana;111 hukumnya dilaksanakan secar;1 hertahap.
Pcrangkal hukum titlak hanya untuk keperluan perdClgangan domestik saja. rnclainkan juga untuk mcngatur impor dan ekspor yang harus memenuhi ketentuan-kctl~ntu;.m dan syarat-syarat yang ditctapkan. Glohalisasi ekonorni menunlut lmJnncsia untuk lchih. mcw;tspadai produk-prmluk pangan impor agar merm:nuhi standar mutu dan keamanan p;111gan. haik ditinjau dari segi kcschatan. kcamanan maupun kepcntingan g11l,>ngan masyarakat tertl'lllll tcrha(lap pruduk-produk pangan tcrtentu.
Sidang Dl~w;m yang kami hormati.
Bcrpedoman pada hal-hal yang telah kami kemukakan di alas, dan dcngan memperhatikan aspirasi masyarakal scrta hal-hal penting yang terkandung · dalam Pemhicaraan Tingkat I dan Tingk:lt II. maka dalam mcrnasuk i Pcmhicaraan Tlngkat III Fraksi AI1RI dengan scmangat hcrmusyawarah untuk mcncapai mufakat hersama Fraksi-Fraksi lainnv<·t dan Pcmcrintah hcrtckad mcmhahas Ram.:angan Umlang-undang tcrllang J>angan lcrscl)ut dengan scbaik-baiknya. Proses Pcml>icaraan Tingkal Ill. bcrlangsung cukup padat dan tlinamis mengingal cakupan materi yang cukup luas yaitu scjumlah 62 pasal y;mg mcliputi 816 permasalahan scbacaiman;t lercantum dalam Daflar lnvcntarisasi Masalah (DIM) yang tllajuKan okh Fraksi-fraksi. Scbin itu Und<mg-und<mg tcntang Pangan ini juga akan digunakan sehagai salah salll relcn:nsi mata kuliah di Perguruan Tinggi seperti Undang-undang yang lainnya sehingga harus dap;tt diperlanggungjawahkan secant akadcmik.
Oleh karena ilu mcskipun di dalam pcmhahasan sering timbul diskusi dan adu argumentasi yang mcndalam dan kadang .. kadang sulit mendapatk_an tilik temu. narnun dcmikian pcrmasalahan yang timhul tcrschut pada akhirnya dapat disepakati secara hula! setelah mclalui hchcrapa bli lobby. llal ini dapat tcrjadi herkat adanya Sl'lll<lllgal kekl'luargaan dari scmua pihak yang sclitlu mengedcpankan musyawarah untuk menrapai mnl'akat sdaras dcngan jiwa Dcmnkrasi Pancasila.
Sid;mg Dewan yang kami hormali.
Dalam memhahas menggunakan pnkok-pnknk
Rancangan Undang-undang pikiran schagaimana tclah
tentang Pangan kami kcmukakan
Fraksi d~dam
ABRI Pcman-
dangan Umum sebagai hcrikut:
Kcsalu
Kcdua
Ketiga
Bahwa Undang-umlang Pang;u~ kecukupan pangan yang scsua1
· dimungkinkan untuk di ckspor.
harus tlapat menjamin tcrsedianya kehutuhan konsumsi masyarakat uan
Bahwa Umlang-undang Pangan harus m<llnpu mcmhcrikan perlin-dungan keamanan kepada ~ctiap orang sehagai konsumcn dan rnampu menjamin terscdbmya pangan yang herkualit<JS yang merupakan salah satu syarat yang mcncnlukan lerciptanya sumher daya manusia yang herkualilas.
Bahwa Undang-undang P;mgan dan mendorong kegiatan usaha
harlls dapat pangan yang
memherikan pcrlindunga.n hcsar. mcncngah. kectl
2
Kccmpat
KL'Iima
maupun Lradisional yang 'jujur dan pcrdagangan pangan dapal mcningkatkan standar intcrnasional.
---------------------------,-----
serta menjamin lerciptanya pcrdagangan pangan henanggung .jawah schingga dap.at mcningka~kan dalam ncgcri maupun luar ncgen yang sckal rgus citra pangan nasional yang rnarnpu mtnH.:nuhi
Bahwa Undang-undang Pangan harus mcnjadi kerangka ·hukum yang kokoh guna mcnjamit1 adanya kepastian hukum hagi ~cmua pihak dan dapat mcngaknmntlasikan kctcnluan pcratur<m pcrundang-undangan . lain y<tng mcnyangktll tcnlang pangan yang tdah ada rnaupun kclcntu;ul pcrundang-uml;111gan intcrnasional ll.:ntang pangan scna marnpu meng;mtisipasi pcrkcmhangan pcrmasalahan pangan di masa dcpan.
Bahwa llnd;u~g-undang yang kondusrl untuk mcwujudkan pcrlindungan ntakanan.
Pangan ini mcmh lrtlllg
rcrhadap
harus per an
sctiap
dapat serta
orang
mc11dptakan silllasi masyarakat dalarn
yang mcngknnsumsi
Dcngan mcnggunakan Fraksi ABRI menyampaikan
pokok-pnkok pikiran tcrsehut di atas, pcrkenankanlah ulasan mcngenai masalah-masalah yang cukup mendapat
pcrhatian dalam pemhahasan Ram.:angan t.Jndang-undang tcntang Pangan ini. antara l;lin:
I. Prrihal Konside•~•m 11 1\'lenilnb:mgn, "IVIcngingat" dan "Penjclasan Umum".
Sehagaimana terjadi dalam setiap pcmhahasan Rancangan Undang-undan~ pcmhahasan Konsideran "l'vlcnimhang". "Mcngingat" dan "Pcnjelasan Umum'll mcmcrlukan waktu yang tidak sctt'ikit. llal ini diupayakan · dihindari dalam pcmh<Jhasan Ham.:angan t lndang-undang tcntang Pangan. Agar tidak tcrjadi pcmhahasan yang hcrlarut-larut dan dapal memanfaalkan waktu St'<.:ara cfcktil' dan cri~icn scrta alas kcscnakatan empat Fraksi dan Pcmcrintah. Panja memulll.sk;m memhcnluk Tim Kerll yang anggotanya tcrdiri dari cmpat Fraksi dan PcrncrintalL Tim Kecil bekcrj~1 di scla-scla Sidang Panja dan diherikan mand;l! pcnuh untuk mcmhahas masalah tcrschul. Tim Kccil tclah dapat mcnyclcsaikan tucasnva. schingga muatan pnkok dalarn konsidcran ''Mcnirnhang" yaitu landasan 111os,)fis. yuridis. sosiologis dan politis mendcs<lknya llmlang-ttildang tcntang Pangan tclah lcrcantum didalamnva. Dalam "Penjclasan Umum" juga tt~lah mcmuat pcnjelasan singkat dari muatan yang tcrkandum~ dalarn konsidcran "Mcnimhang" dan "Mengingat" scrta hal-hal y;mg mcnnnjn!'" dalam Rancangan llndang-undang yang pcrlu dikctahui nlch pengguna Undang-undang ·ini mmli.
2. Pcrihal pcntingnya pcngertian-p('ngc1·thm dalam Pasal Kctcntuan Umum.
Pasal I Rancangan Undang-undang tcntang Pangan memwit I 0 hutir pcngcrtian. Sctclah mcm:I;Jah pasal dcmi pasal alaupun ayat dcmi ayat, Fraksi ABRI masih mcncnwkan istilah yang digunakan sccara hcrulang dan mcmpunyai pcngcrtian tckni~ yang mcmcrlukan · pcmalwman yang hcnar. dicantumkan dalam pa:--al-pasal atau ayat-ayatnya. Fraksi ABRI mcngusulkan dit:antumkannya pcngcrtian seperti itu dalam Pa~al I Kctcntu:m llmum. Oleh karcnanya dalam Daftar lnvcmarisasi tvlasalah. Fraksi /\BRI mcngusulkan pcnamhahan 4 (empat) hutir pengcrtian. Dalam pcmbahasan sclanjutnya scnma hutir yang diusulkan Fraksi Al3RI tcrschut dapat disctujui. yaitu Sanitasi. Gizi Pangan. Mutu Pangan dan Kcam;.uwn Pangan. Ernpat hutir pcngcrlian tamhahan yang discpakati ini merupakan scha-gian dari 8 (dclapan) hutir pengcrtian usulan tambahan yang diusulkan nh..:h J=raksi-Fraksi. Dcngan dcmikian pengertian dalam Pasal I bcrjumlah 18 hutir. Dalam hal ini Fraksi ABRI S<Jngat menghargai kcrjasamH antara Fraksi-l'raksi dcngan Pcmerinlah. Di:.;amping pcnamhahan 4 (cmpat) hutir pengertian tcrsehut di atas, Fraksi ABRI juga meng·usulkan rumusan baru pcngcrtian "Pangan". Adapun dasar pcmikiran Fraksi ABRI mcngctiukan usul pcrubahan ini adalah untuk mempertcgas dan mcmpcrjclas asal dan macam pangan. yang dalam ntmusan asli dischut "scgala scsuatu''. Setclah mclalui pcmhahasan usul peruhahan disepakati olch scmua Fraksi dan Pcmcrintah dcngan rumusan sch;1gai hcrikut :
"Paugalt ada/nit se~ala sesuatu yang berasal dari sumber lwyati dan air lwik yang diolalt maup1111 tidnk rliolah, yang diperrmtukkmt sebagai makmum ata11 miuuman baxi lum.mmsi mauusia. tc•rmasuk IJnhnu tamhnlum (Hmgan. balum baku pangau, dau bnlum lain yang diguuakan dalnm proses peuyiapau. pcugolalum, dan a/au p<'mlmatan maknuau ainu miuummr" .
. 1. l'erilml Pcmb:mgunan Pang:m di Pnsal 2.
R_umusan asli Pasal 2 hcrbunyi schagai bcrikut : "Pcmhangunan dihidang p;mgan diselcnggarakan dcngan berlandaskan azas
3
. - ,.
• I·
mufakat, a~as ·auil dan mcrata, dan azas kcpcrcayaan akan kemampuan dan kckuatan send i ri". 1-larap;m Fraksi A BRI uengan rumusan Pasal 2 ini adalah.:
Pertama
Kcdua
Rancangan tlndang-undang tcntang Pangan ini mcrupakan pt~ytlllg bagi undang-undang yang bcrkaitan dcngan pangan yang tl'lah ada dan yang ak;tn dihuat pada masa mcndatang.
Rumusan pasal 2 ini nwnjadi jiwa dari rumusan pasal-pasal hcri- · kulnya.
Pcmbahasan mengenai pasal tnt <.lilakukan sangat mcn<.lalam olch r=raksi ABRI. Fraksi Karya Pcmhangunan. dan Fraksi Pcrsatuan Pcmhangunan yang mcngu-sulkan pcrubahan rumusan d;tlam Dlrvl-nya. Fraksi Karya Pcmhangunan mcnyarankan kata <tzas" dihilangkan agar tidak · mcnimhulkan kerancuan dcngan semhilan azas yang tcrcantum dalam c;l.H IN 199J. Scdangkati Fraksi Pcrsatuan 1\:mhangunan · mcngusulkan pL:ruhahan rcd:tksi. Fraksi A13ltl bcrpemlapat hahwa azas pcmbangunan nasi una I dalam GI311 N 1993 hcrlaku uiltuk scmua sektor pcmbangunan tcrmasuk pemhangunan pangan. Olch karcna itu azas pcm-hangunan pangan tidak pcrlu dirumuskan sentliri. Untuk itu Fraksi ABRI mcngusulkan rumusan Pasal 2 tli~anti dengan rumusan haru yang menjadi_ lan-dasan filosoris hagi rumusan mu7ttan R U U Pangan sckaligus untuk nH::mayungi tfndang-umlang lai11 yang tclah ada yang menyangkut tcntang Pangan. Olch karcna itu Fraksi 1\ BRI .mengusulkan mualan Pasal 2 haru ini tcmang pemcnuhan kchutuhan dasar manusia daJl memenuhi kehutultan masyarakat secara adil dan merata. hcrupaya agar tctap mandiri dalam arti swascmha<.la dan tidak hcrtcn-tangan dcngan keyakinan masyarakat. St:tclah mclalui pcmhahasan olch kccmpat Fraksi dan Pcmcrintah discpakati ntmusan baru Pasal 2 schagai hcrikut : u l'cmhangunan pangan tliscknggarakan untuk · memenuhi kehutuhan dasar lll<Hnisia yan~ mcmhcrikan manfaat Sl'cara adil dan mcrata. henlasarkan kcman--dirian dan tidak bcrtcntangan dcngan kcyakinan masyarakat". Dcngan rumus<tn ini Fraksi ABRI bcrpcndapat hahwa azas pcmhangunan sudah tcrwadahi dalam pcmhangunan di hidang pangan.
4. IVhts~tlnh P(•njclasan l'nsal y~wg hrrsifnt normatif.
Fraksi ABRI melihat adanya kctentuan yang hcrsifat n<)rmatif atau mcngatur masuk pcnjclasan pasal. Mcngcnai hal · ini r=raksi ABRI mcngusulkan agar escnsi y;mo hcrsifat normatif yang tercantum di dalam pcnjclasan pasal dimasukkcm kc l.Jal;~n batang tubuh pasal · yang hcrsangkutan. l'vlasalah ini mcnjadi pcrharian pada waktu pcmhahasan Pasal 14, Fraksi ABRI mclihat adanya mualan yang hcrsil'at normatif di dalam pcnjclasan pasal ini. · yaitu mckanisme pcrijinan iradiasi, kcmudian mengusulkan mu<ttan terschut <..lipindahkan kc dalam rumusan batang tuhuh. Agar rumusan dalam pasal 1111 mcnjatli lchih jt:las. Fraksi ABRI mengusulkan Pasal 14 ini dipccah mcnjadi dua ayat. Dengan demikian akan mcnjadi khih terim:i dan jclas. Usui ini diterima oleh semua Fraksi dan Pcnieri ntah.
5. IVIas;Jiah Usulan Bah Ban1 dcngan judul Sisfin!J'angan.
Fraksi ABRl mclihal pcran Undang-undang tcntang Pangan ini sang<H stratcgis. schingga im1atan Undang-untlang Pangan harus dapat mewatlahi Un<.lang-undang tcrkait tcntang Pangan yang telah lchih dahulu diundangkan. Olch sehab illl Fraksi ABRI mcJ)gusulkan pcnmnhahan Bah baru tentang Sistim Pangan. Bah Sistim Pangan tcrschut mcngandung sdain substansi mcngcnai Kcamanan Pangan juga tcntang Kctahanan Pangan dan Cadangan Pangan schagai ciri khas yang memhctlakan Und<mg-undang Pangan dengan milik negara lain. Usul Fraksi ABRI ini scjalan pula dcngan usul F.KP untuk membuat Bah haru tentang Kctahanan Pangan. Sctclah mclalui pcmhahasan yang mentlalam dalam Panitia Kcrja olch scmua Fn1ksi dan Pcmcrinwh <.lisepakati rumusan Fraksi A 13R I dimasukkan dalam rJab haru tcntang Ketahanan Pangan. Fraksi ABRI dapa1 memahami hahwa Bah haru terschut Jchih tcpat dcngan judul Kctahanan J>am.!.an schagai s;tlah salu unsur/aspck dari sistcm pangan karcna sistcm pangan tidak hanya mcliputi Undang-undang lcntang Pangan saja tctapi jug<'i"li'it:ncakup muatan Unc.lang-undang lain yang mcnyangkut Pangan sepcrtt Un<.l,lllg-undang tentang Sistem Dudi Daya l~maman, lJndang-undang lentang Karantina Hewan, lkan dan Tumhuhan dan Undang-undang tcntang Kesehatan. Bah haru ini digahung dcngan Bah VIII Pcmhinaan. Pcngcndalian dan Pcngawasan mcnjadi Bah VII bani dcngan judul Kctahan;m Pangan. Dalam pcmhahasan Bah h:fru tcntang Ketahanan Pangan di~cpakati rumusan mcngcnai tanggung jawah Pcm~rintah hcrsama masyarakat untuk mcwujudkan Kctahanan Pangan dengan mcnyclcng-garakan pcngaturan, pcmhinaan. pcngemlalian dan pengawasan terhadap keter:-;c-diaan pangan yang cukup. baik jumlah maupun mutunya. <tman bcrgizi. hcragam, mcrata dan tcrjangkau oleh daya bcli masyarakat. Selanjutnya Bah VII haru tcntang Ketahanan Pangan ini atas kcscpakatan semua Fraksi dan Pcmcrin-
4
tah. <.li:-crahkan ntmusan tcr~elmt P:mitia Kerja.
pemhahasan rumusannya dibahas di l'anitia Kcrja
pada Tim dan disahkan
------- ------
Kccil scbagai
dan hasil
sclanjutnya kcscpakatan
(>. IVlasalah Pcl'lindungan lerhadiq> Pengusaha 1\.(~cil yang Melakuk~m 1\.egictl ;m Usalm Pangan. -
Ranc:mgan llndang-undang · lcnrang Pangan mcngatur tcntang hahan tamhahan _ pangan. kcmasan pangan, pcrsyaratan sanitasi hcrikut sistcm jaminan lllll!ll dan sertifikasi mutu pangan. scna pcrl<tkuan lcrhadap produk pangan yang tcn.:emar. Kt:tcntuan ini herlaku hagi prllduscn pangan hatk pcngusaha hcsar, mcncngall maupun kccil. Fraksi /\BRI mcnyadari hahwa scb;tgian m;tsyarakat lndom.:si;r yang rnclakukan usaha \)angan . scha1;1,ai mala p~ncahariannya .. cukuJ~ hanyak y~mg tcrgol.ong. scbag;ti pcngusa1a kccll. 01ch karcna tlu pcrlu dtltndungt dalam artl pcrlu dthen kcscm-pal<m yang cukup untuk mcngnti d;m mampu nwl<rksanakan kt·tcntu;m-kctcntuan dalam Undang-undang ini. \Valaupun salah satu acuan Rancangan llndang-undan~ lcntang Pangan atlalah kcscpakatan k ita dalam Organisasi Perda!.!.;lll!.!.an Dunia'- alau ~ WTO. ~ Fraksi 1\ BRI mcngangg;rp pcrlindungJn lerschur ~s;ulgal pcnting agar pcngusaha kccil tt:rschut tidak harus mt:nght:ntikan kcgiat;mnya yang hcrarli kchilangan mata pcncaharian hcgitu Rancangan Undang-undang ini diumlangkan. Dengan demikian pcngaturan yang khusus tcrhadap sctiap pelaku ckonomi di hidang pangan seperti pcngaturan khusus tcntang usaha kccil pcrlu diatur dct~gar~ aman st:hingga tidak diinterpret~t.~ikan nH.:Ianggar prinsip-prinsip dasar organtsa!'r perdagangan dunia. Fraksi ABRI. Fraksi-Fr;.rksi lainnva dan Pcmcrintah mcmh;l-has sccara mend a lam suhstansi pas a I 4 ayal (2) tcntang Pcrsyaratan Sanitasi. pasal 20 ay<~t (4) tcntang Sislim .Jaminan Mutu dan Sertirikasi Mutu Pangan pada Pasal 25 ayat (2). yang mcnychutkan pcmhcrlakuannya secant benahap". Dcmikian juga Pasal 49 ayal (I) butir h "J>cmcrintah melaksanakan pcmhinaan yang meliputi pcningkatan pcran scna masyarakat dalmn kegiatan pengemh<mgan sumher daya manusia. pcningkatan kcmampuan usaha kccil. penyuluhan di hidang pangan scrta pcng~mckaragaman pangan". Fraksi ABRI hcrpcndap;tt hahwa pasal-pasal tcrschut di at<ts sudah cukup memherikan pcrlindungan tcrhalbtp Pt:ngusaha Kt:<.:il yang mclakukan kegiatan usaha pangan.
7. Mas:tl:th Stahilisasi llarga Pang•m p~uJa Pasal 48.
Dalam pemhahasan Pasal 3. Fraksi Karva Pcmbangunan mcngusulkan dalam DIM yaitu usul pcnmnh<Jhan hutir d (bani) tentang Stahilisasi Harga. schingga Pasal 3 ten.liri dari hulir a. h. c, dan d (haru). Fraksi karva Pemhan!.!.Uil<lll hcrpcnd<tpat hahwa Kclahanan P;mgan mcngandung unsur-unsur · kctcrse~iaan. stabilisasr harga. kcamanan pang;m dan pcningkatan muru pangan. Dcrlam mcnanggapi _ mas;rlah ini P.crm:rintal1 hcrpcndapat halm'a stahilisasi dalam pcngcr-tian dunia intcrnasional dianggap protcksi. proteksi aualah hcrlawanan dcngan ;rturan WTO at au putaran t lruguay. .sehingga disarankan penamhahan ay<H baru tcrsdmt tidak dipcrlukan. Selat\iutnya ditambahkan bahwa Pcmerintah mcncoha mcngantarkan pcnlagangan pangan ini scirama dengan kctentuan WTO. Fraksi 1\rJRI. Fraksi Partai Dcmokrasi Indonesia dan Fraksi Pers<llU<IIl Pemhangunan juga herpend<tpat h<1hwa stahilisasi harga pangan mcrupakan hagian dari Kctah<lnan Pangan, dan hal ini dapat dilihat dari Pcnjclasan Pasal 50. Fraksi /\BRI mengusulkan scyogyanya stahilisasi harga 1111 diangkat ke bawng tuhuh. namun disarankan hukan d i Pase:tl 3 tctapi di Bah VII baru yaitu Bah Kctahanan Pang<lll. Masalah stabilisasi harga 11:-mgan tertcntu san_gat . penting dikendalikan peml~rintah. karcnct mcnyangkut kc mtuh~111 dasar ± 1'97 juta penduduk JmJoncsia. khu-susnya d<~lam keadmm tcrtcntu. Pcmerintah herkewajihan atas keter~cdi:wn pangan tcrlcntu dan lcrjangkau olch masyarakat haik secant . fisik maupun ckonomi. Olch karcna itu Fraksi 1\BRI hcrpcndapat stahilisasi harca sangar pcnting guna mcnjamin penghasilan pctani d~m kept:rluan konsumcn. Peranan lni tidak hcrtcntangan dengan WTO schah dalam Notifikasi yang dimuat dalam Artikel 17 wujud pcngcmlalian itu nctmpak secant transpararl. Notifikasi sraws Bulog schagai suatu "State Trading Enterprise" (STE) mengamanatkan hanya rJuloglalL yang holch mt:l;rksanakan impnr atau ekspnr yang menyangkut komodid p<mgan lcrtcntu t<mpa h<trus terikat sccara mutlak dengan kcrentuan taririkasi. Sctelah mclalui pcmbahasan yang "alot" discpakati masalah srahilisasi harga pang;m uihah<1s olch Tim Kcdl. Dalam pcmbahasan_ Tim Kecil hclum mcmpemlch kcscpakatan rumusan antara Fraksi-fraksi <.lengan Pemcrinwh. nanwn mcnghasilkan dua ntmusan y~titu :
I.
2.
"Untuk mcntcgah dan yang dapat mcrugikan stabilisasi harga''.
atau mcnanggulangi gejolak h<:1rga pangan tcrtcntu kctahanan pangan, Pcmerintah mcngamhil tindakan
"Untuk -mcncegah dan atau mcnanggulangi gcjolak harga pangan tcncnlu yang dapat mcrugikan sistcm pang:m, Pcmcrintah dapat mt:ngamhi I t indakan yang dipcrlukan untuk mcngcndalikan harga pangan terscbut".
5
Kcdua rumusan tersebut di alas. olch Tim Kecil diteruskan ke tingkat Panja. Dalam pemhahasan tingkat Panj<i juga helum dapat disepakati, sehingga pcrlu diteru!'kan ke tingkal lobby Pimpinan Fraksi-fraksi dengan Pcmerintah. Lobby lingkat Pimpinan. mcmerlukan waktu dua hari untuk mengamhil satu kcscpakatan rumusan, yang pad a akhirnya discpabti. olch Rapat Panja dengan rumusan schagai herikut :
"Unluk mcnccgah dan alau mcnanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang dapat merugikan I<etahanan Pangan Pemerintah mengamhil tindakan y<mg diperlukan dalam rangka mengendalikan harga pangan tcrschul"
8. 1\'las~llah Kclcmh~1gaan.
Dalam pcmhahasan Rancangan Undang~undang tentang t>angan. Fraksi ABRI herpcndapat bahwa pcrlu penanthahan · Bah/P~1sal baru lentang Kemungkinan dihcntuk Badan/-Lcrnbaga Pencnlu Kchijaksanaan mcngcnai Pangan dan Bal~t~nll.cmhaga schagai l'daksana. Dasar pcmikiran usul tcrschut aJalah al;ls kesadaran hahwa lllclsalah pangan cukup stratcgis scsuai dcngan am<inat G Bll N 1993 dan pcnanganannya tersebar di bchcrapa instansi. Usul Frabi A BRI 1111
hampir sama dcngan Fraksi-Fr<1ksi lclin. Walaupun pcncmpatannya hcrhcda-hetla. Fraksi ABRI mcngusulkan setclah Bah XII Ketcnluan Lain-Lain, Fraksi Partai Dcnwkrasi Indonesia dan Fraksi Pcrsatuan Pcmhangunan mengusulkan pada s;llah satu pasal di Bah VIII lentang Pcmhinaan. Pcngendalian dan Pcnga-wasan dan rraksi Karya Pcmhangunan mengutarakannya datam · Pemandang;m llmum. Pcmhahasan usul ini cukup alot dan Pcmcrintah hclum sc/1cmlap<H dcngan usul Fraksi-Fraksi tcrschut. Mcnurut Pcmerintah pem 1cntukan Badan/Lcmhaga tcrsehut mcrupakan hak Pcmcrintah yaitu Prcsidcn. sehingga tidak pcrlu diatur dalam Undang-undang. Kccmpat rraksi sepakat hahwa Un-dang-undang 1111 tidak pcrlu mcngamanatkan Pemcrintah untuk memhc.ntuk B;1dan/Lcmbaga tc.:rschut lctapi mcmhcri kcscmpatan kcpada Pcmcrintah hila p;1dt1 suatu saat dirasa pcrfu nH.:mbcntuknya. maka Pcmerintah dapat mcmhcmuk Badan/l.embaga tcrschut. Dcngan dl'mikian maka Pcmcrinwh mcmpunyai kchcbasan yang luas untuk mcmhcntuknya hila dirasa pcrhL Karcna masafahnya tidak dapat dipuluskan di tit1gkal Panja akhirnya . diangkat kc tingkat lobby Pimpinan r:raksi-·fr~lk.~i dcngan Pcrnerinwh. y;mg akhirnya disepa-kati pcnamhahan satu pas<ll yaitu Pasal 62 pada Bah XII Ketcntuan lain-lain dcngan l'lllntJs:m schagai herikut : "Bilamana dipandang pcrlu. pcmcrintah dapal mcnunjuk lnstansi untuk meng-konrdinasikan terl<1ksananya Undang-undang ini".
9. Masnlah Pcnwdksaan.
Bah X Pcmcriksmm yang kcmudian dirubah menjadi Pengawasan mcmuat pasal dengan 3 ayat. Fraksi ABRf ·mcngusulkan pcnamhahan 2 (dua) ayat haru pada Pas<tl 53. schingga Pas;tl 53 menjadi 5 (lima) ayat. Fraksi ABRI menganggap pcnamhahan. ayat ini :-;angat penting mcngingat Rancangan Umlang-umlang lcnt:mg Pang~tn ini sangat erat huhungannya dengan Undang-undang yang lcrkait dcngan Pangan yang tclah hcrl;tku ;mtara lain Undang-umlang Nonwr 12 ·r~llnm 1992 tcntang Sistcm Budidaya Tanaman. Undang-undang Nomor 16 ·nthun 1992 lcntang K;tranlill<l !Iewan. lk:ln dan Tumhuhan dan Undang-undang Nomm .D Tahun 1992 l<::tllang Kcschatan. Masing-masing Undang-undang dischut di <ll<IS Lelah meng<Jtur tentang Pcnyidi.kan. Rancangan Umlang-undang tentang Pangan tidak mcngatur lentang . pcnyidikan padahal mcmuat tentang kctentuan l'idan.:1 d ihidang pangan pad a Bah X I. Oleh karcna itu perlu ada kctentuan yang mcngatur hahwa pclaksanaan pcnyidikan tindak pidana dihidang pangan mengacu p;ula pcraluran perumlang-undangan yang bcrlaku. Uenlasarkan pemikiran tcrschur perlu dilamhah . sa!U <lyat yang mcnjcmhatani hal~wa hasil pemcriks~ap tcrl~adap pdanggaran Umlang-undang Pangan yang patut d1duga merupakan tm~ak . ptdana tlihidang panga1~ scgcra dilakukan pcnyidikan oleh . penyid1k sesuai..,:. ketcntuan pcrundang-undangan yang hcrlaku. Dcngan pcnamhahan ayat tcrsehut. maka penyidikan tindak pidana dibidang pangan scsuai dcngan Undang-undang tcntang Hukum Acara Pidana dan llndang-undang lain yang tcrkait dcngan p;111gan. llal ini scsuai ,pula dcngan maksud agar Undang-undang tentang , Pangan ini mcnjadi payung hagi Umlang-undang lain yang tcrkait tlcngan Pangan. ~epcrti h;dnya Bah tcn!ang Kctahanan Pangan maka untuk cl'isiensi waktu pemhahasan mengcnai l~ah Pcmcriks·aan ini . juga discrahkan ke Tim Ked I dan hasilnya dihahas di Panja. Sctclah mclalui pemhahasan. usul Fraksi ABRI ini disctujui, olch Fraksi-fraksi dan Pemcrintah.
6
Sidang Dewan yang kami hormati,
Setelah mengikuti jalannya Pemhicaraan Tingkat Ill dan tercapainya rumusan akhir sebagai hasil hersama antara Fraksi-Fraksi dengan Pemerintah dimana rumusan Rancangan Undang-undang tentang Pangan telah sesuai dengan amanat UUD 1945. telah sejalan pula dengan sikap dan pokok-pokok pikiran Fraksi AI3RI serta tclah menampung dan mewadahi aspirasi rakyat yang disalurkan melalui Fraksi AI3RI. maka tlcngan ini : · Fraksi ABRI menyatakan MENERIMA dan !11ENYETUJUI Raucaugau wulaug teutang Paugan untuk llisahkan meujmli Undmzg-uudang olefl
UndangPresiden
Republik Indonesia.
Pada kesempatan ini perkenankanlah Fraksi ABRI . menyampaikan harapan-harapan dan perhatian sebagai herikut :
Pertama
Keempat
Den~an disahkannya Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini menpdi Undang-undang, Fraksi AI3RI mengharapkan agar Pemerintah dalam waktu yang tidak lama. menyiapkan perntur<Hl pelaksanaannya haik dalam bentuk Peraturan Pemerintah maupun ketentuan lain yang diperlukan. Fraksi ABRI mengharapkan apahila RUU ini telah disahkan menjadi Undang-undang, agar segera disosialisasikan di tengah-tengah masyarakat serta ditegakkan sehagaimana isinya dan didukung oleh aparat Pemerintah yang bersih dan herwihawa. Dengan demikian masyarakat dapat mcngenal pengertian dan kegiat<tn pemhangunan di bidang pangan yang sebenarnya yaitu pangan sehagai kehutuh<m dasar manusia dan merupakan hak azasi manusia terpenuhi secant cukup sesuai kehutuhan, aman, hergizi, bermutu dan terjangkau serta tidak hertentangan dengan keyakinan masyarakat. Di samping itu pangan sebagai komoditi dagang memiliki peranan yang hcsar dalam menmgkatkan pangan nasinnal dan sekaligus salah satu penghasil devisa. Fraksi ABRI mengh<trapkan agar Pemerintah tlengan sungguh-sungguh melaksanakan ketcntuan-ketentuan tersebut dengan konse-kuen dan konsisten karena Rancangan Undang-um.Jang tentang Pangan ini memuat ketentuan yang mampu menjamin Keamanan Pangan dan Ketahanan Pangan sampai tingkat rumah tangga. Fraksi ABRI mengharapkan kepada Pemerintah untuk segera-metakukan pemhinaan terhadap usaha kecil yang hergerak di hidang pangan agar dalam waktu yang ditetapkan telah mengerti. memahami dan dapat melaksanakan ketentuan Undang-undang ini.
Yth. Saudara Pimpinan Rapat, Yth. Saudara Mentcri Negara Urusan Pangan yang mewakili Pemerintah, Yth. Anggota Dewan serta hadirin yang kami honnati.
Demikianlah pcndapat akhir Fraksi ABRI atas Rancangan Undang-undang ten-tang Pangan.
Akhirnya dengan ~egala kerendahan hati, perkcnankanlah kami menyampaikan rasa terima f<asih kepada Pemerintah . yang dalam ha ini diwakili oleh Menteri Negara Urusan Pangan, yang selarna proses IJemhahasan Rancangan Undang-undang ini memperlihatkan upaya yang sungguh-sunggu 1, disertai sikap l<eterbukaan serta sangat aknmodatif dalam menampung pemikiran yang berkembang bahkan perhatiannya menyentuh jauh pada masalah-masaiTth Y.ang hersifat tel<nis. Ucapan _yang sama juga kami tuj_ukan kepada Fraksi Karya Pembangunan, Fraksi Persatuan Veml1angunan dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia atas kerjasama yang haik <hlam menyelesa1kan pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini. · Demikian pula kami sampaikan terima kasih kepada semua p_illak yang telah memherikan masukan-masukan, demi kesempurnaan Rancangan Undang-unuang ini. sena
· kcpatla media rnassa yang telah ikul serta menyehai"'luaskan proses pemhahasan Rancangan Undang-undang int, disertai himhauan kiranya harapan yang kami ~ampaikan tad r dan Un<lang-un<lang yang sehentar l<tgi akan diundangkan, d1tpat diseharltmskan p_ula kepada seluruh lapisan masyarakat. Kepada seluruh hadirin yang dengan tekun mengikuti penyampaian Pendapat Akhir Fraksi ABRI. tidak lupa pula kama menyampaikan terima kasih.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa sclalu memherikan kekuatan lahir dan bathin kepada kit<t sekalian dalam tugas-tuga~ kon~titu~ional dimasa yang akan datang. Terimakasih.
7
Jakarta, 14 Oktober 1996 FRAKSI ABRI DPR-RI
Juru Bicara,
ttd.
DRS. M. SITUMORANG
Nomor Anggota A-486
FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DEWAN PEI{WAKILAN RAKYAT I{EPUBLlK INDONESIA
JL. JEND. GATOT SUBROTO- JAKARTA 10270 1l' (021) 5715 428- 5715 447-5715 430, FAX. 5734 460
PENOAPJ\T 1\1{1 I Ill FRAKSI PEHSATUJ\N PEMIJANGUNAN DPH HI
TEHI-I/\D/\P .lit\N C 1\.tl G/\N ___ u NJJ.I}N ~ i_:~.t'J Q ~ N ~ .. T_t;.~I1\ NG ___ _p~8N§A!':J.
Disanlpail<cUl olc~h : Ju1 u l.lic:ura r:pp.[)PH Rl H. MI\SHlJH ,11\V/\!i /\n~Htola tJo:t10
(. J'.J .. ..A~)jl ~.)·~\ u;C.C. 'V4~ J-
~~~\ ~l ,.., .
Ynng Tcrl ormat Snudarn K(~ltH\ Rapal,
Yang Tcrhormal Saudara 1\h..'ll\l'rt Nq•,am l Jrusan Pangan
yang tne akili l'cmcrinlnh,
Yang Ter 1onnat Saudara-saudara Auggota Dewan,
lladirin sckali<~n yang bcrbahagia.
Tcrlcbih dahulu marilah kita mcmpcrscmbahknn puji syukur kchadirat Allah SWf,
karcna hanya dcngan Rahmal dan Karunia-Nya scmata, pada hari yang bcrbahagia i.ni,
kita sekalian dapat tncnyclcnggaraknn Rnpat paripurna untuk tnendengarkan l'endapat
Akhir Frnksi-frnksi DPR Rl tcrhadap Rancangan Undang-undang tcntang Pangan.
Scbagaimana kiln kctahui hcrsuma. Rancangan Undang..;undang tcnlang Pangan ini
disampaikan kcpn(ta DPR IU olch Prcsi(tcn Rcpublik Indonesia pada tanggnl 28 Mci
1 t)l)(1.
Frnk~i l'crsntunn Pctnbuugunun tncnyullari uan lllClllUklutni bctupn bcsar arti dan
.. pent ingnya Rancnngan Umlang-undang tcntang Pangan, untuk tncmpcrcepat •
.,
tetwUjudnya kesejahteraan masyarakat yang merata, adil dan makmur. Terlebih lagi
dalani mempersiapkan diri tnenghadapi tantangan globalisasi dalam segala aspek
kl'hidupan. h:,rus di.u11 isipa-;i st·rara lchih dini 'a' gala pl'rkt~mhangnn dan kemungkinan
yang bcrknitau khususnya di bttlang pangan.
Sebagaimana amanat GBliN 1993~ bahwa dalam periode Pembangunan Jangka
Panjang Kcdua, tna~lyanal<at lndntll'sia alwn nu-nghadapi hanyak pen1bahan yang
mt•ngmHiunn I"'IIIHIIJ~ dan kc•ttdnln !1rhug11i ukihat duri kenu\iuan yang telah dicapai
llalam Pcmhauguuau .Jangka Pa11jang Pt'l"lilftut,. kt~lllltjuan Jwsnt dari ilmu pl'ttgt•lahunn
dan tcknologi, scrta pcngaruh glohalisasi yang rm·lnuda duuia yang mcngakibatkan
kegiatan pcmbangunan Nasional makin tcrkail dcngan pcrkcmbangan internasional.
Oleh karena itu Fraksi Pcrsatuan Pctnbangunan berpendapat, bahwa pembangunan
pangan harus diarahkan untuk mcngc1nbangkan SislCJn Pangan Nasional yang andal,
tnencakup rangkaian kegiatan yang saling tcrkait, tnu1ai kegiatan produksi,
pengolahan, distribusi, dan pcmasaran pangan sampai tingkal rumah tangga untuk
mencapai ketersediaan pangan yang cukup bagi tnasynrakal.
Hal ini mengisyaratkan bahwa orientasi pembangunan pangan tidak lagi setnata
mata untuk pcningkatnn produksi (production approach) • tetapi diorientasikan pada
pcndckntnn sish'mik ynng ht•J\vnwn~nu ngrihisni~ yang bcrmunrn puda upaya
Lahir uya 1 cull~llli.tsst Lei ~clnll saug,,l pcntmg dun tcrlihat uyata relevansinya,
1tpntula cltft;td.'l·~ ,u· t'"'lnn t.ult,H••' •n· litlllat~p.m ynnJ' nknn tlihntlnpi hulnncsia di tnasa
dcpan, baik scbagai akibal pcrubahan lingkungan global maupun dinamika internal
sebagai bangsa yang sedang berkembang.
Masalah pangan bukan hanya masalah Indonesia, tetapi dewasa ini telah
berkembang menjadi 1nasaJah yang mendunia. Terlebih-lebih bagi negara industri maju
masalah pangan n1enjadi lebih run1it lagi, karcna lahan mereka sangat terbatas, iklim
yang kurang tnendukung, dan yang lebih penting lagi suatu kenyataan bahwa pangan
masih belum dapat di substitusi oleh produk industri.
Seirama dengan semakin meningkatnya pendapatan tnasyarakat, makin tcrasa pula ·
bahwa kebutuhan pangan bukan sekedar lagi asa] perut kenyang, tctapi sudah
tnenjangkau kcpada tuntul<in kualitas dan pcmcnuhan kchuluhan nilai gizi. Dalmn hal
2
t
I
I
~
ini, permintaan akan buah-buahan dan sayuran yang berkualitas terus meningkat, tetapi
sayangnya tidak segera dapat tercukupi dan tidak tnampu tersaingi oleh produksi
dalmn negeri, sehingga pada akhimya tnengakibatkan arus impor yang terus membanjir
dan meningkat dengan t'ijan1.
Dengan adanya globalisasi serta perdagangan dunia yang setnakin bebas dan
terbuka, pembangunan pangan di Indonesia dituntut untuk semakin tnaju, efisien, dan
tangguh. Sebab, jika tidak Indonesia hanya akan tnenjadi pasar yang empuk ~agi ·
produk-produk pangan termasuk berbagai jenis tnakanan dan n1inutnan dari ncgara
negara maJu.
Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut diperlukan pendekatan sistemik
yang berwawasan agribisnis dalmn tncmacu pctnbangunan pcrtanian yang scmakin
moden1 dan maju.
Yang Terhormat Saudara Kctua,
Ynng Tcrhonnnt Snmlarn Mcntl·ri Ncgarn t Jnasnn Pnugnn,
Hadirin sckalian yang berbahagia,
Bernngkat dari tilik tolak kcrangka hcrfikir scbagainmna karni kemukakan diatas,
rwri\CIHlllhanlah knllll llll'lllll'itlkt pt~1nhirlliHII lllllh~ri HUtJ tl~Hinng Pangan. yang secara
n1cndalam, ccrmnt, tcliti, dan saksama tclah dihahns ulch Pnnit in Khusus dl·ngnn scgnln
pcrlcngkapannya, yaitu Panitia Kctja. Titn Prnumas. dan Tim Sinknmisnsi.
llcrbagai pcrubahan, bcrupa pcnambahan Uab, pasal, da11 nyal baru Lelah Lcrjadi,
sehingga tnctnberikan bobot dan wanm yang lcbih cerah, tncnatnbah lebih luasnya
jangkauan materi yang tennuat. schingga scdikit banyak tclah dapat tnenatnpung
bcrbagai aspirasi mcndasar yang bcrkcmbang sclama pcmbahasan.
Scbagaimana tercantum pada Bab l kclcnluan unmm dalmn pasal I bulir I, dijclnskun
bahwa pengertian pangan antara lain m~kanan ___ Y1lll __ U.liJniHJ.m.L.YJH~_QikQJ1'H.JlllSi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan , bahan baku pangan , dan bahan lain
yang digunakan dalatn proses pcnyiapan • pcngolahan dan atau pcmhuatan tnakanan
n tn u minuman.
J
Ketika pembahasan RUU tentang pangan ini tengah metnasuki pembicaraan tahap
akhir, dikalangan tnasyarakat lslatn scdang mcncuat tnasalah minuman keras
(MIRAS).
Hal ini teijadi karena dipicu adanya beberapa Daerah Tingkat I tnembuat Peraturan
Daerah tentang MIRAS, dengan a1asan untuk tnengendalikan peredaran MIRAS yang
telah menjamur, berdasarkan Surat Edaran Ditjcn PUOD No: 535/363/PUOD tahWl
1994.
Disisi lain scbagaimana kita kctahui bcrsmna\ dikalangan masyarakat Lelah berkembang
petnberitaan yang gencar baik tnelalui tncdia cclak tnaupun media elektronika tentang
petnberantasan dan pcmusnahan min:1s olch aparat keamanan di bcberapa daerah
,.., termasuk di DKI Jakarta~
Kegiatan semacam ini sangan didukung masyarakat, mengingat meluasnya peredaran
MIRAS dikalangan masyarakat terutama dikalangan generasi muda mempunyai
dampak yang meresahkan. Terutatna berkaitan dalan1 upaya kita membangun moral
dan karakter bangsa ..
Akan tetapi dewasa ini dikalangan tnasyarakat dihadapkan kembali pada persoalan
minuman keras dalam bentuk maraknya pembuatan Peraturan Daerah dengan dalih
pengendalian peredaran MIRAS yang diartikan oleh banyak pihak sebagai legalisasi
peredaran miras itu sendiri, dengan dibarengi target pendapatan asli daerah.
Seperti diket_ahui tnarak.nya persoalan tniras di tnasyarakat dewasa. ini, tidak sekedar
salah pengertian · ataupWl kurang dimasyarakatkan tnateri PERDA tersebut pada
kalangan para alim ulama maupun para pakar. Akan tetapi lahimya keinginan
masyarakat itu sendiri, agar petnerintah perlu berhati-hati dalatn membuat peraturan
dan perundang-undangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspirasi masyarakat
dan nilai-nilai aganm yang dianut oleh bangsa Indonesia.
Oleh karena itu setiap Rancangan Pcraturan yang bcrkaitan dcngan hal-hal tersebut,
perlu dikaji secara n1endalam dan perlu adanya pendekatan terlebih dahulu dengan para
ulatna, para pakar dan tokoh nmsyarakat, scbelum tnenyajikannya kepada masyarakat.
DaJan1 hal ini DPP Partai Pcrsatuan Pcmhangunan telah rnetnberi instruksi kepada
DPW PPP seluruh Indonesia. agar mcnolak PERDA tcntang Miras scrta n1inta kcpada
Mendagri untuk tidak tncngcsahkan J>ERDA lcntang Mirits yang 1clah diajukan olch
4
,...,
PEMDA DKI Jakarta atau daerah-daerah Iainnya. Langkah selanjutnya menarik Surat
Edaran Dirjen PUOD tentang Miras 1994 dan segera mengajukan RUU tentang
larangan peredaran Miras di seluruh Indonesia, sedang bagi kepentingan tertentu,
misalnya untuk pariwisata dsb tnerupakan perkecualian yang perlu diatur lebih lanjut .
Fraksi Partai Persatuan Petnbangunan percaya bahwa pemerintah akan
memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang tnengenai larangan peredaran
minuman keras dan Fraksi Partai Persatuan Pen1bangunan menyambut gembira
pemyataan Mendagri mempersilahkan Petnerintah Daerah untuk membuat PERDA
larangan peredaran minuman keras dan menangguhkan pelaksanaan PERDA tentang
MIRAS yang telah disyahkan, sebagaimana tennuat dalam mass media.
Penambahan Bab baru, yaitu Bab VII tnengenai Ketahanan Pangan, adalah
merupakan hal yang mendasar yang membuat Rancangan Undang-undang tentang
Pangan menjadi lebih lengkap.
Fraksi Persatuan Pembangunan sejak awalnya telah metnberikan dukungan dan
dorongan agar tnasalah Ketahanan Pangan ini metnperoleh perhatian yang sungguh
sungguh, seiring perkembangan konscp "food security" yang mencakup pcngcrtian
keamanan dan ketahanan pangan dan dijadikan salah satu altematif kincrju sistcrn
pangan yang dinilai lebih tepat dari hanya sekedar cukup pangan.
Bab VII KETAHANAN PANGAN, terdiri dari pasal 45, pasal 46, pasal47, pasal
48, pasal 49, dan pasal 50, telah tnencakup berbagai rumusan tentang ketahanan
pangan dengan ·cukup lengkap. Antara lain dalan1 pasal 45 ayat (2) Pemerintah
menyelenggarakan pengaturan, petnbinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap
ketersediaan pangan yang cukup, baik jutnlah tnaupun tnutunya, atnan, bergizi,
beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. .
Bagi Fraksi Partai Persatuan Pembangunan pengertian "aman" disini dalam arti
yang luas dan yang terpenting adalah an1an sesuai dengan asas Keimanan dan
Ketaqwaan kita kepada AJiah SWT.
Perlu kiranya kami ketengahkan, bahwa dalatn pembahasan pasal 48, yang
tnenyangkut tnateri tcntang usaha penccgahan dan atau penanggulangan gejolak harga
pangan tertentu yang dapat rnerugikan ketahanan pangan, berlangsung dalam suasaria
sangat alot. Berbagai argumentasi dari keetnpat ftaksi yang menyatu dalam satu
5
'""~
aspirasi yang bulat, belutn dapat tneyakinkan pemerintah Wttuk menerunanya.
Beberapa kali lobi yang dilakukan untuk menemukan jalan keluar antara Petnerintah
dengan fraksi-fraksi di lingkllilgan Panja, masih gagal mencapai kata mufakat.Sadar
akan keterbatasan tugas yang dietnban oleh fraksi-fraksi dalatn Panja, langkah
selanjutnya masalah tnateri pasal 48 tersebut diserahkan kepada masing-masing
Pimpinan Fraksi, untuk bersama-sama Petncrintah tnengadakan lobi ditingkat yang
lebih tinggi. Walaupun detnikian tnasih pcrlu waktu untuk mengendapkan dan mencari
jalan yang sebaik-baiknya detni kepentingan bangsa dan negara. Dengan berlandaskan
niat dan itikad. yang semata-mata hanya untuk n1emperoleh manfaat yang sebesar-
besamya demi kesejahteraan masyarakat, akbimya butir-butir pemikiran yang jemih
berhasil ditemukan dan pembahasan materi pasal 48 tersebut disetujui dengan rumusan
yang dapat diterima o leh semua pihak.
Fraksi Persatuan Pembangunan dalam tnenyusun Dafiar Inventarisasi Masalah
(DIM) telah mengjukan berbagai materi yang tnenyangkut perubahan substansi batang
tubuh, perbaikan . redaksional dan penambahan penjelasan pasal, sebanyak 249 butir
usulan dan permasalahan yang telah katni kemukakan yang termuat dalam DIM FPP
tidak semuanya berhasil dapat dimasukkan kedalam tnateri RUU ini .
Alhamdulillah bahwa terdapat beberapa aspirasi mendasar dan sangat fundamental ,
yang tertuang dalatn DIM FPP dapat diterima oleh pemerintah dan fraksi-fraksi
lainnya untuk masuk kedalam batang tubuh maupun penjelasan pasal.
Bab I Ketentuan Umun1, pasal 2 , telah terjadi perubahan substansi dan susunan
redaksional secara mendasar, usulan FPP untuk menmbah ·anak kalimat "dan tidak
bertentangan dengan keyakinan masyarakat" dapat disetujui oleh semua pihak, baik
dari fraksi-fraksi maupun petnerintah, walaupun melalui jalan yang berliku-lik:u dan ;
memakan waktu yang relatif panjang. Men1erlukan adu argumentasi dan diskusi yang
melelahkan, sebagai upaya untuk melangkah tnenuju satu titik temu dalam proses
pembahasan yang panjang. Untuk itu Fraksi Persatuan Pembangunan menyampaikan
terima kasih kepada Pemerintah dan Fraksi-Fraksi.
Dalam penjelasan Pasal 2 lebih Ianjut dinyatakan bahwa pembangunan di bidang
pangan harus metnberikan tnanfaat bagi kemanusiaan dan kescjahteraan lahir dan batin,
dimana manfaat tersebut dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil
6
• dan tnerata. Dengan diteritnanya pasal 2 tersebut , adalah tnerupakan payung bagi
seluruh pasal-pasal da latn Undang-undang ten tang Pangan dan tnentberikan nafas yang
n1cnjiwai pada sclnruh batang tubuh guna mempcrhatikan keyakinan masyarakat
untuk mcwujudkan kcsejahtcraall lahir dan batin. Fraksi Persatuan Pctnbangunan
berpcndapat bahwa jangkauan pasal 2 beserta pel\]elasannya telah sesuai dan selaras
dengan aspirasi umat. agar segala scsuatu yang bcrhubungan dengan pangan
disclcnggarakan scja1an dcngan kaidah agama dan tnenurut syariatnya.
llab IV Lc;tbel dan I klan PcmgCJ)J dalam pasal 30 ayat (I) menycbutkan scliap
orang yang Lll@P-roduksi atau tnemasukkan kcdalan1 vvilayah Indonesia pangan yang
diketnas untuk diperdagangk.an wajib tncncantumkan label.
Pada ayat (2) ·, label terse but tncmuat sekurang-kurangnya keterangan mengenai
antara lain :
butir b. daflar bahan yang digunakan~
butir e. keterangan tentang halal.
Fraksi Persatuan Petnbangunan bcrpcnclapat bahwa substansi dalan1 pasal 30 ayat
( l) dan ayat (2) 'tcrsebut diatas adalah tnerupakan penjabaran lebih lanjut dari pasal 2,
yang secara 1ebih rinci dan pasti n1embcrikan jmninan bahwa pangan yang dikonsutnsi
adalah terbuat dari bahan yang halal. Dalam pcnjclasan pasalnya dinyatakan lebih lanjut
bahwa keterangan "halal" unluk suatu produk pangan sangat pcnting bagi masyarakat
Indonesia yang tnayoritas metncluk agama lslan1, dan setiap orang yang
tnetncantutnkan label "halal" pada pangan yang diproduksinya bertanggungjawab atas
kebenaran label tersebut. Hal ini dipcrtegas lagi dalan1 pasal 34 yang tnenyatakan
bahwa setiap orang yang tnenyatakan dalan1 label atau iklan bahwa pangan yang
dipcrdagangkan adalah sesum dcngan persyaratan kepercayaan agama,
bertanggungja\vab atas kebeuaran pen1yataan berdasarkan persyaratan agmna tcrsebut.
Bahkan dalan1 penjelasan pasalnya secara lcbih tegas dinyatakan bahwa benar tidaknya
suatu penyataan "halal'' dalatn label atau iklan tcntang pangan tidak hanya dapat
dibuktikan dari segi bahan baku pangan, bahan tan1bahan pangan atau bahan bantu lain
yang dipergunakan dalam metnproduksi pangan, tetapi n1cncakup pula proses
p~n1buatam~
7
• Sehubungan dcngan sangat 111cndasarnya pencatuman label "halal" pada produk
~1angan, pada penjclasan pasa1 30 ayat (2) huruf c, Fraksi Persatuan Pembangunan
mcngusulkan adanya pcnambahan kalimal yang bcrintikan keinginan agar penjelasan
pasa1 lcrscbuL tcn.lapat muatan dan 1H1at1sa agar tunal Islam sclalu mcngkonsumsi
pangan yang hala1 dan tnenghindarkan n1cngkonsumsi pangan yang haram. Melalui
diskusi yang dilandasi oleh sikap sating memahami dan menge1ti akhitnya usulan Fraksi
Pcrsatuan Petnbangunan ters~but ditcrima scmua Fraksi dan Petnerintah dengan
tatnbahan kalitnat dalan1 fonnulasi yang berbunyi :
"Keterangan label tersebut dimaksudkan agar tnasyarakat terhindar dari
mengkonsumsi pangan yang tidak ha1al (haram)".
Fraksi Pcrsatuan l'cn1ban.gunan sckali lagi tncnyampaikari teritna kasih kepada
setnua pihak, baik Pernerintah tnaupun Fraksi Karya Pcn1bangunan, Fraksi ABRl, dan
Fraksi .POI atas pengertian dan ketja satnanya. \
Berbagai kendala dan kesulitan dalan1 pelaksanaan pencatutnan label halal pasti
akan tet:jadi dan o leh karena itu nletnei-lukan waktu yang tnemadai dalam
impletncntnsinya. Oleh karena itu dipcrlukan pengawasan yang tneliputi. tindakan
pcn1criksaan dan pcnyidikan tcrhadap setiap pelanggaran.
Pcngenaan Ketentuan Pidana baik berupa denda ganti rugi maupun pidana penjara,
harus d.itctapkan secant scadil-adilnya. Masyarakat konsumcn scsuai dcngan scmboyan
di dunia perdagangan sebagai "Raja" yang selalu dihormati dan ditctnpatkan pada
posisi yang selalu diperebutkan o lch pihak produsen, harus benar -benar tnendapatkan
perHndw1gan atas kese1atnatan jiwanya dari pemakaian dan penggunaan pangan yang
tercetnar dan tidak mnan unluk dikonsumsi.
Pihak produsen khususnya yang tcrmasuk pada kategori produsen kuat dan besar,
dituntut tnctnb~rikan tanggung jawab yang lebih besar lagi terhadap keatnanan pangan
yang diproduksinya terhadap kesehatan dan keselatnatan jiwa orang lain yang
mengkonsmnsi pangan tersebut.
Fraksi Persatuan Petnbangunan tnenghitnbau ·agar hal-hal yang kan1i kemukakan
diatas tnemperoleh perhatian sungguh-sungguh dari Pemerintah, sesuai dengan
kandungan yang ditnaksud Bab IX Pengawasan dalan1 pasal 51 dan pasal 52, Bab X
Ketentuan Pidana dalatn pasal53, pasa154, pasal55, pasal56 dan pasal57.
8
• Yang Terhonnat Saudara Ketua Rapat,
Yang Terhormat Saudara l\llenleri Negara Urusan Pangan,
lladirin yang bcrbahagia,
Fraksi Pcrsat uan Pcmbangunan dalatn tncnccnnati dan. tnendalatni Rancangai'l
Undang-Undang tentang Pangan yang tengah kita bicarakan ini sangat menaruh
perhatian terhadap kcbcradaan dan petnberdayaan para pengusaha letnah yang hidup
dalam himpitan kondisi, situasi dan iklin1 dunia usaha yang penuh tantangan, hambatan
dan kesulitan terutama pada aspck tnanajcnten , pennodalan dan ketrampilan yang
tnarjinal. Walaupun dctnikian rnercka adalah 1nerupakan salah satu unsur kekuatan
ekonotni yang massal, bandel terhadap segala. goncangau dan bantingan fluktuasi
harga, tidak atnbil pusing terhadap naik-tunmnya nilai tukar terhadap barang-barang
produksinya dan selalu "survival" dalatn keadaan apapun.
Potcnsi yang detnikian besar dan ntengakar seharusnya men1peroleh skala prioritas
untuk terus dikctnbangkan, didorong untuk terus tnaju guna memperoleh peluang yang
lebih luas sehingga tnatnpu tncnghirup udara segar dalatn alan1 persamgan, yang
bertarnbah keras dan kejan1.
Fraksi Pcrsatuan Pcmbangunan mcngusulkan agar pcngcmbangan sutnbcr daya
tnanusia dibidang pangan tnelalui kegiatan pendidikan, pclatihan dan penibinaan bagi
usaha kecil, n1cnengah dan kopcrasi tcrus ditingkatkan. Demikian pula kegiatan
pcnganekaragarhan pangan yang dikonsumsi tnasyarakat. serta petnantapan mutu
pangan tradisional sccm·a berkelanjulan Lents ditumbuhketnbangkan sehingga mencapai
standart jatninan tnutu pangan yang diharapkan .
. Dalam pasal 49 ayat ( 1) huruf a, b. ~an g telah tnengatur ketentuan-keentuan
tnengenai pengetnbangan sutnber daya manusia. n1eningkatkan peran serta masyarakat
dan peningkatan kegiatan penganckaragaman pangan dan sclanjutnya pada ayat (2)
pelaksanaruu1ya diatur oleh pemerintah.
Dengan demikian semakin jelas bahwa kelahiran Undang-undang tentang Pangan
akan memberikan dukungan yang setnakin kuat kepada pengusaha kecil dan penjual
9
• tnakm1an tradisional untuk terus tnembangun dirinya agar tnenjadi lebih kuat, tangguh
dan tahan uji .
Dalan1 mengikuti kemajuan tekno1qgi yang pesat dan spektakuler dewasa ini,
pembangunan patigan telah tnemasuki arena persaingan yang lebih ketat, antara lain
dengan dipakainya tekno1ogi Rekayasa Gcnctika untuk tnendapatkan jenis baru yang
matnpu tncngahasilkan produk pangan yang lebih unggul . Untuk mencegah tetjadinya
petnbusukan, kcrusakan serta rnembebaskan dari jasad rcnik patogen, dipakaii pula
· iradiasi pangan.
Pcnggunaan teknologi baru dibidang pangan scpcrti rekayasa genetika dan iradiasi
pangan, harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati, selcktif dan tidak setnbarangm1.
Berbagai persyaratan yang ada sesuai dengan ketentuan pasal 13 dan pasal 14
tnengenai petnberian ijin dibidang penelitian , pengetnbangan, dan penmnfaatan hatus
tn~1mpu tncncegah dan tncnghindarkan tnasyarakat dari ekses-ckses negatif yang
ditimbulkannya.
Penyelenggaraan kegiatan dan atau proses produksi pangan yang dilakukan dengan
tnenggunakan teknik dan tnetoda iradiasi pangan wajib tnetnenuhi persyaratan
kesehatan, penanganan limbah radioaktif dan penanggulangan bahaya untuk tnenjamin
. keatnanan pangan, keselatnatan ket:ia dan kelestarian lingkungan.
Yang Terhonnat Kctua Rapat,
Yang TerhonnatSaudara Mentcri Negara Urusan Pangan,
Hadirin yang bcrbahagia,
rraksi Persatuan Pembangunan memandang per]u adanya suatu badan koordinasi
yang menangani pelaksanaan, pengaturan, petnbinaan, pengawasan dan tnasalah
tnasalah teknis yang berhubungan dengan pencaturnan label "halal" secara lebih efektif
dan efisien. Oleh karena itu katni tnengusulkan adanya penan1bahan pasal baru dengan
n1uatan tnatcri untuk n1enampung keperluan tersebut.
Dalan1 proses pembahasan usu1an Fraksi Persatuan Pen1bangunan di formn Panitia
Kerja pada awalnya belutn ditetnukan adanya kesepakatan antara kehendak fraksi
fraksi dengan pendapat Pemerintah yang berpendirian bahwa penatnbahan pasal baru
tidak diperlukan. Karena Panitia Ketja tidak berhasil mengatnbil keputusan, usulan
penatnbahan pasal beru terscbut diserahkan kcpada Pimpinan Fraksi masing-tnasing
10
.. I untuk mengadakatl pemecahan masalah bersama-sama pemerintah dalam suatu
perten1uru1 khusus. lJerkat kearifan semua pihak ~ usulan penatnbahan pasal baru dari
Fraksi Persatuan Pcmbangunan, akhirnya dapat ditcrin1a bersatna dan dirutnuskan
scbagai bcrikut :
"Bilarnana dipandang perlu Pemerintah dapat rnenunjuk
instansi untuk rnengkoordinasikan terlaksananya undang
undang ini".
Rtunusan pasctl ban1 tcrscbut ditampung dalam pasal 62 baru. Mcnteri Negara
Urusan Pangan adalah tnembidangi suatu dcparten1en yang banyak berkaitan dengan
suatu progratn lintas sektoral dan lintas instansi . Oleh karena itu pemasyarakatan dan
pelaksanaan UU tentang Pangan benar-bcnar metnerlukan koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi yang sebaik-baiknya antar scn1ua instansi terkait.
r ... ·raksi Pcrsatuan Petnbangunan n1erninta kcpada scmua pihak yang terkait agar
benar-bcnar ikut tcrlibat dalatn pclaksanaan UU ten(ang Pangan utatnanya
tnemperhatikan tnasalah petnbentukan kelembagaan scsuai pasal 62.
Melalui alur. fikir scpcrti tct1uang da)am uraian dan pen~elasan scperti yang kami
utarakan tcrsebut diatas , sampailah Fraksi Persatuan Petnbangunan untuk menentukan
sikap politiknya terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Pangan. Sikap politik
yang katni ten1puh scmata-mata hanya berserah diri kepada Allah SWf Yang Maha
Mengetahui, serta diiringi harapan akan litnpahan taufiq dan hidayah-Nya.
Dengan 111engucapkan BI SMI LLAHIRRAHMANIRRAHIM Fraksi Persatuan
Petnbangunan menyetl).j ui terhadap Rancangan Undang-undang
ten tang Pangan di tetapkan dan disahkan sebagai undang
undang.
Sclanjutnya perkcnankanlah kanu tnenyatnpaikan beberapa harapan dan himbauan
sebagai berikut.:
1. Dengan pencantun1an label halal pada setiap kemasan pangan yang halal agar
dihindari hal-hal yang berakibat tnemberi tatnbahan beban kepada konsumen,
misalnya menimbulkan adanya kenaikan harga pada produk: pangan tersebut.
2. Semua aspirasi yang berken1bang selama pembahasan baik di Pansus tnaupun di
Pat~a yang belmn tertamptmg didalatn UU tentang Pangan disebabkan tnasalah-
ll
• masalah yang bcrsifat tchnis. dapat diakomoclasikan kcdalam Pcraturan Pemerintah
atau pcraturan lainnya.
3. Dalam pelaksanaan pencantuman label halal dapat diikutsertakan peranan ulanm dan
para pakar dcngan tujuan pcncantuman label ha1al tcrscbut tcrcapai dengan scbaik
baiknya dan mcmbcrikan rasa (Jnwn kcpada konsumen.
Akhirnya tnclalui fonun yang tcrhormat ini Fraksi Pcrsatuan Pen1bangunan
menyampaikan rasa tcrima kasih yang sctulus-tu1usnya kcpada Mentcri Negara lJrusan
Pangan yang mcwakili Pcmcrintah, Fraksi Karya Pcmbangunan, Fraksi ABRI, Fraksi
Partai Dcmokrasi Indonesia, rvlcdia Massa, baik tnedia cctak ataupun media
clcktronik, Staf Sckrctariat Jcndcral DPR Rf dan scmua pihak yang terkait atas
tctjalinnya ketja sania yang baik. -
(
Wabillahit taufiq walhidayah,
Wassalatnu'alaikutn wr. wb.
1:~_ ... e ·t ···u-~ u, /
- . ;_:.: ······ ... -- -·· ·- .. '\_, ··.
II . 11/\f·tl/\1_1 I i/\1 _/_ ... ____________ ........
11 IHPINI/\N I:IV\f:~~;l PIJ~S/\TU/\N PEHIJ/\NGUN/\1-J DPH-HI
(\) 1/ , .. c ·L cJ r·· -·, (~ ~) ' ' ., . . .. ) /
/!tt14U ~- .
II._ HPIIl\t:111/\IJ IJ~J/\'F/\1~ ~11DD1(~ .. -.--~ . . . . ---~--- -----~------ .... --··--· ...
12
DEWAN PEKWAKILAN RAKYAT KEPUBLIK INDONESIA
FKAKSI PAKTAI DB.MOKKASI INDONESIA Sekretariat: Gedung MPR/OPR-RI Jl. Gatot Subroto, Jakarta 10270, '11' 5715425, 5715560 Fax. 5715683
PENDAPAT AKHIR
FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA DPR-RI
TERHADAP
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANB
P A N 6 A N
Dibacakan oleh : H. SETYADJI LAWI
Anggota Nomor : A - 378
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
M E R D E K A
Saudara Pimpinan sidang yang terhormat;
Saudara Menter! Negara Urusan Pangan yang mewakili Pemerintah
beserta jajaran yang terhormat;
Sidang yang kami muliakan.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan maha pengasih
harus senantiasa kita panjatkan karena hanya dengan ridlo dan
inayah-Nya kita dapat berkumpul pada hari ini dalam rangka menu
naikan tugas serta kewajiban konstitusi yaitu membahas Rancangan
Undang-undang tentang Pangan. Kita telah berada dipenghujung
pembahasan Rancangan Undang-undang tersebut dengan ~elamat tanpa
sesuatu halangan apapun. Dan semuanya itu memang hanya karena
kehendak-Nya dan kerahmanan-Nya.
Sudah kurang lebih 44 hari sejak dibentuknya Pansus RUU • tentang Pangan pada tanggal 30 Agustus 1996 sampai saat ini kita
bergelut mendalami serta memahami maksud Rancangan Undang-undang
tentang Pangan. Bergelut bukan dalam arti bersitegang atau beradu
otot untuk mempertahankan pendirian kita masing-masing, namun
kita bergelut terhadap ~emua masalah yang ada di dalam Rancangan
Undang-undang tersebut. Tidak mudah untuk menyatukan pendapat di
dalam musyawarah-musyawarah guna memecahkan masalah-masalah,
• ;[ j!. ~ :f. i
~i ;
.:i "
J l: ·~ ' . :i
r i tetapi tid ail, ada:~ masalah
kan dan ter~elesaikan.
- 2 -
yang serumit apapun yang tidak terpecah-
Suasana kekeluargaan yang menyelimuti proses pembahasan merupakan
suasana yang sangat mendukung dan menolong ditemukannya penyeles-
aian-penyelesaian masalah yang dapat diterima semua pihak. Untuk
hal tersebut di atas Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menyatakan
kebanggaan dan rasa hormat kepada semua pihak terutama kepada
Saudara-saudara kami dari Fraksi ABRI, Fraksi Karya Pembangunan,
Fraksi Persatuan Pebangunan dan Pemerintah.
Saudara Pimpinan dan sidang yang kami muliakan,
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia di dalam Pemandangan Umum
yang disampaikan pada tanggal 11 Juli 1996 menyatakan, setidaknya
ada dua masalah yang mendasar dalam membahas Rancangan Undang
undang tentang Pangan yaitu yang menyangkut :
A. Masalah keamanan pangan; dan
B. Masalah ketahanan pangan.
A. Masalah keamanan pangan
1. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menyatakan bahwa pangan
yang layak untuk dimakan mempunyai syarat-syarat tertentu,
diantaranya yang terpenting adalah makanan harus bebas dari
jasad renik yang patogen, bebas dari bahan-bahan beracun,
bebas dari kontaminan, bebas dari pemalsuan, bebas dari
perubahan-perubahan kimiawi dan fisis, mempunyai nilai gizi
yang tinggi, rasa enak dan menarik dan tersedia dalam
jumlah yang cukup. Poin-poin di atas merupakan syarat-
syarat yang ideal. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menya
dari bahwa di dalam praktek seringkali syarat~syarat terse
but sukar untuk dipenuhi secara keseluruhan sekaligus.
Misalnya agar bahan pangan dapat tersedia dalam jumlah
yang cukup banyak, untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang
selalu meningkat Jumlahnya, dibidang pertanian terpaksa
digunakan pestisida untuk memberantas atau mencegah hama
dan penyakit tanaman serta hasil panen.
I ,
l
i I
Cl t ; u J•' tl f:.l·
!: j ·i
Oleh llo4arena I.
- 3-
penggunaan zat-zat anti hama tadi maka pad a
bahan pangan secara langsung atau tidak ·1angsung akan
terdapat kontaminan yang bersifat racun yaitu residu pesti
sida yang ditinggalkan.
2. Masalah keamanan pangan yang timbul karena proses pengola
han atau penggunaan bahan pangan sebagai pangan tambahan
baik yang tradisional maupun non tradisional banyak yang
tidak memenuhi persyaratan yang sering menyebabkan korban
fatal dikarenakan penggunaan bahan anti gizi atau senyawa
ikutan lainnya pada bahan makanan tradi~ional maupun non
tradisional yang baru sedikit dikenal secara ilmiah.
3. Masalah yang timbul karena ketidaktahuan masyarakat produ
sen atau konsumen sendiri karena perilaku penyiapan pangan
yang menyimpang karena kondisi lingkungan yang memang tidak
memungkinkan, misalnya penggunaan bekas pembungkus pesti
sida dan bahan berbahaya lain untuk mengemas makanan.
Penyemprotan pestisida untuk mengusir lalat selama penge
ringan ikan.
Ketiga hal tersebut di atas adalah contoh-contoh.masalah yang
dibahas secara mendalam di dalam Panja. Dibahas .. secara menda
lam karena memang masalahnya mengandung risiko yang sangat
besar terhadap kelangsungan hidup bangsa pada umumnya dan
kesehatan 'masyarakat pada khususnya. Kita tidak dapat memba
yangkan apa akibat yang akan ditimbulkan dalam jangka panjang
apabila ma?yarakat mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dalam
arti makanan yang beracun atau makanan yang terkontaminasi.
Generasi muda akan mengalami gangguan pertumbuhan bahkan
kemungkinan akan menjadi generasi yang tidak sehat dan memi
liki IQ yang rendah. Tentu saja kita tidak dapat berharap
banyak kepada generasi seperti yang tersebut di atas untuk
melanjutkan dan melaksanakan baik tugas negara maupun tugas
masyarakat di masa depan.
• .•,
- 4-.::i
Beruntunci~ah: .[: bahwa di dalam Rancangan Undang-undang ten tang
Pangan telah ditetapkan tidak kurang dari 19 Pasal yang secara
khusus memberikan rambu pengaman terhadap keamanan pangan. Dan
tidak kurang dari 40 butir (ayat) yang rnenjabarkan pelaksanaan
19 Pasal tersebut di atas.
Hal ini menunjukkan betapa besar kepedulian kita terhadap
keamanan pangan. Sikap hati-hati semacam ini sangat perlu oleh
karena Ran~angan Undang-undang ini dimaksudkan tidak hanya
untuk kepentingan saat sekarang saja melainkan untuk masa
depari yang lebih panjang. 19 Pasal rambu pengaman itu berarti
kurang lebih 30 persen dari seluruh muatan Rancangan Undang
undang tentang Pangan. Dan hal ini telah membuktikan,. bahwa
konstatasi Fraksi Partai Demokrasi Indonesia tentang keamanan
pangan sebagai salah satu dasar rnuatan Undang-undang tentang
Pangan ternyata benar dan telah terakomodir secara baik. Untuk
ini Fraksi Partai Demokrasi
terima kasih.
B. Ketahanan Pangan
Indonesia mengucapkan banyak
Pangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang
mempengaruhi ketahanan nasional. Dapat dibayangkan bahwa
ketiadaan pangan atau kekurangan penyediaan pangan akan menye-
babkan kondisi masyarakat menjadi goyah, bahkan kemungkinan
bisa mengarah pada kerawanan sosial yang akan memungkinkan
timbulnya gejolak-gejolak yang membahayakan tata kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu penyediaan pangan dalam jumlah
yang cukup serta menyebar merata diseluruh wilayah nusantara
sampai ke tingkat keluarga dengan harga yang terjangkau oleh
daya beli masyarakat merupakan hal yang utama untuk menjaga
ketahanan nasional. Kecukupan pangan dengan mutu gizi yang
memadai bagi seluruh lapisan masyarakat, distribusi pangan dan
pemenuhan kebutuhan pangan yang melingkupi tempat, jumlah,
mutu dan waktu mendapat perhatian khusus di dalam pembahasan
Rancangan Undang-undang ini. Disusun Bab khusus yang menyang
kut ketahanan pangan yaitu pada Bab VII yang memuat 6 Pasal.
Ketahanan pangan di dalam Bab ini lebih banyak diarahkan
kepada stabilisasi pangan yaitu Pemerintah menyelenggarakan
pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap
- 5-
'· ~ i
H.· :~·' ( ;~! t !l' '.!'
::'ji.. . -i~!. tersedianya pangan yang cukup b~ik jumlah m~~pu~ mutu,
bergizi, berag·am, merata dan terJangkau oleh'itJay, beli . h
rakat .. ~~i ini dimuat di dalam Pasal 45 ayat <15 yaitu
yang mengawali Bab tentang Ketahanan pangan.
aman,
masya
Pasal
Stabilisasi pangan adalah missi yang tidak dapat diabaikan
bahkan merupakan kewajiban yang mutlak harus dilaksanakan oleh
Pemerintah karena hal ini diamanatkan oleh Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi "Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat".
Pasal 46 menekankan bahwa di dalam stabilisasi pangan kita
tidak hanya berurusan dengan·harga pangan saja melainkan kita
berurusan dengan hal yang sangat luas yaitu menyangkut hajat
hidup orang banyak serta memelihara ketentraman masyarakat di
bidang kebutuhan pangan. Termasuk di dalam hal ini adalah
tentang cadangan pangan yang harus tersedia diseluruh pelosok
wilayah Indonesia untuk maksud konsumsi manusia, bahan baku
industri dan untuk menghadapi keadaan darurat. Cadangan pangan
diupayakan berada di dalam negeri dan harus senantiasa cukup
untuk mengatasi masalah kekurangan pangan atau terjadi adanya
kebutuhan mendadak akibat bencana atau hal-hal
bersifat darurat.
Saudara Pimpinan dan sidang yang kami muliakan,
lain yang
Lebih lanjut tentang cadangan pangan secara khusus dimuat di
dalam Pasal 47 yang antara lain menyatakan bahwa cadangan pangan
Pemerintah ditetapkan secara berkala, dengan memperhitungkan
tingkat kebutuhan nyata pangan masyarakat dan ketersediaan pan
gan, serta dengan mengantisipasi terjadinya kekurangan pangan
atau keadaan darurat. Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah
terjadinya peristiwa bencana alam, paceklik yang hebat dan seba
gainya yang terjadi diluar kemampuan manusia untuk mencegah atau
untuk menghindari meskipun dapat diperkirakan.
Kondisi seperti tersebut di atas, yaitu terjadinya kekuran
gan pangan atau keadaan darurat past! akan menimbulkan gejolak
harga yang merugikan ketahanan pangan. Seperti kami nyatakan di
- 6 -
depan bahwa ketahanan pangan merupakan salah satu unsur utama
yang mempengaruhi ketahanan nasional. Stabilisasi pangan merupa
kan pilar utama ·terhadap tetap tegaknya ketahanan pangan. Sedang
kan harga pangan merupakan faktor yang ikut menentukan apakah
stabilisasi pangan tersebut dapat tetap tegak. Gejolak harga yang
timbul akan mempengaruhi kondisi sosial masyarakat dan pada
gilirannya akan menimbulkan gejolak masyarakat pula. Fraksi
Partai Demokrasi Indonesia telah menyatakan bahwa Pemerintah
perlu melakukan tindakan stabilisasi harga apabila gejolak harga
telah membahayakan ketahanan pangan apalagi sampai membahayakan
ketahanan nasional.
Pada saat membicarakan Pasal 48 yang memuat tentang masalah
stabilisasi harga, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia telah menya
takan bahwa seharusnya tindakan Pemerintah untuk mengambil lang
kah-langkah seperlunya terhadap gejolak harga harus ·dimuat dalam
batang tubuh Rancangan Un~ang-undang karena kami berpendapat
bahwa amanat.tersebut merupakan kewajiban Pemerintah untuk menye
lamatkan masyarakat dari keadaan yang mengkhawatirkan di bidang
pang~n. Perkataan stabilisasi harga adalah satu norma atau kaidah·
yang secara nyata harus dilaksanakan oleh Pemerintah terhadap
sesuatu keadaan seperti tersebut di atas. Namun kami menyadari
bahwa rumusan Pasal 45 telah mencerminkan langkah-langkah yang
perlu diambil oleh Pemerintah untuk menjelaskan apa~yang dimaksud
dengan stabilisasi·pangan atau ketahanan pangan, sehingga Fraksi
Partai Demokra~i Indonesia dapat menerima rumusan Pasal 48 seper
ti yang sekarang dimuat di dalam Rancangan Undang-undang tentang
Pangan ini. Namun demikian Fraksi Partai Demokr~si Indonesia
tetap mengharapkan agar Pemerintah melaksanakan stabilisasi harga
yang memberikan keuntungan dan ketentraman baik para penghasil
pangan (petani) maupun masyarakat yang mengkonsumsi pangan.
Kembali Fraksi Partai Demokrasi Indonesia ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas dimuatnya Bab VII tentang
Ketahanan Pangan yang juga mengakomodasikan pendapat Fraksi PDI
yang kedua seperti dinyatakan dalam Pemandangan Umum di atas.
Namun demikian Fraksi Partai Demokrasi Indonesia masih ingin
mengingatkan bahwa berbicara masalah ketahanan pang~n kita tidak
boleh mengesampingkan perhatian kita terhadap nasib petani yang
• - 7-
justru memiliki peran yang sangat besar dan penting dalam proses
pengadaan pangan. Terhadap Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992
tentang Budi Daya Tanaman yang member! keleluas_~~n .~epada petani
untuk menanami lahannya dengan komoditi yang diperhitungkan
menguntungkan bagi dirinya, Fraksi Partai Demokr~si Indonesia
mengharap segera ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah.
Saudara Pimpinan dan sidang yang kami muliakan,
Pada kenyataannya sekalipun masalah pangan, terutama yang
menyangkut tentang Keamanan Pangan banyak diabaikan oleh masyara
kat. Seperti kami sebutkan dimuka, barangkali oleh karena keti
daktahuan masyarakat khususnya dikalangan bawah tentang keamanan
pangan, mereka menyiapkan, mengolah dan menyajikan makanan secara
sembarangan. Akan tetapi untuk pengusaha-pengusaha yang mempro
duksi makanan secara massal dan diedarkan secara luas diseluruh
lapisan masyarakat tentu tidak layak menyiapkan, mengolah dan
menyajikan (mengemas) secara sembarangan pula. Produksi pangan
secara massal yang diedarkan keseluruh masyarakat memiliki risiko
yang lebih besar terhadap kesehatan masyarakat. Oleh karena itu
perlu pengaturan secara tegas terhadap keamanan pangan tersebut.
Untuk menegakkan berlakunya Undang-undang tentang Pangan ini
perlu ditetapkan sanksi-sanksi yang keras baik administrasi
maupun pidana terhadap pelanggaran-pelanggaran pelaksanaan Un
dang-undang ini. Di dalam Bab IX yaitu Bab yang mengatur tentang
Pengawasan Pemerintah mempunyai kewenangan-kewenangan tertentu
untuk mengawasi pemenuhan ketentuan Undang-undang ini yaitu
antara lain melakukan pemeriksaan dalam hal terdapat dugaan
terj~dinya pelanggaran hukum di bidang pangan.
Pemeriksaan dimasud sebag~i langkah awal dari.·suatu
penindakan terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran
proses
hukum.
Pasal 51 memuat rinci tentang kewenangan pemeriksaan yang dimi
liki oleh pemerintah. Pada akhir rincian Pasal 51 ini yaitu yaang
dimuat dalam ayat (4) menyatakan bahwa dalam hal berdasarkan
hasil pemerik~aan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) patut diduga
merupakan tindak pidana dibidang pangan segera dilakukan penyidi-
• - B-
kan oleh penyidik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Selanjutnya Pemerintah dapat melaksanakan penindakan terhadap
pelanggaran tersebut yang berupa :
a. Tindakan administratif;
b. Sanksi pidana;
Tindakan administratif dimulai dari tindakan yang paling ringan
sampai tindakan yang paling berat yaitu berupa peringatan secara
tertulis sampai kepada pencabutan iJin produksi atau iJin usaha,
yaitu dimuat di dalam Pasal 52. Sedangkan sanksi pi~ana meliputi
dari sanksi pidana yang ringan yaitu penjara pali~g lama satu
tahun dan atau denda paling banyak Rp.120.000.000,-~!{seratus dua
puluh juta: rupiah) seperti yang ditetapkan di dalam Pasal 54
sampai sanksi pidana yang paling berat yaitu dipidana dengan
pidana penjara paling lama lima tahun dan atau :denda paling
banyak Rp. 600.000.000,- (enam ratus Juta rupiah). Hal ini dise
but pada Pasal 53. Pengenaan ketentuan pidana ini akan diperberat
dengan tambahan hukuman apabila pelanggaran hukum tersebut menim
bulkan kerugian terhadap kesehatan manusia yaitu dengan tambahan
hukuman seb~sar seperempatnya dan apabila pelanggaran hukum
tersebut me~imbtilkan kerugian kematian ditambah~sep~rtiganya. I ~ :
Disamping ketentuan pidana, terhadap pelanggara~ hukum yang
dilakukan oleh setiap orang yang memproduksi pangan masih dapat
dikenakan tindakan-tindakan lain yaitu gugatan.ganti rugi oleh
para pihak yang kesehatannya terganggu atau ahli waris dari orang
yang meninggal sebagai akibat langsung karena mengkonsumsi pangan
olahan yang diedarkan. Besarnya ganti rugi · adalah setinggi
tingginya sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus .:juta rupiah)
untuk setiap orang yang dirugikan kesehatannya atau·kematian yang
ditimbulkan.
Penetapan sanksi pidana yang cukup berat ini dimaksudkan sebagai
penjera terhadap para pelaku pelanggaran hukum · Undang-udang
Pangan ini. Pengenaan hukuman pidana yang cukup berat ini sebe
narnya masih belum seimbang apabila dibandingkan de~gan kemungki
nan kerugian masyarakat ylang di timbul kan oleh : kesalahannya.
• - 9 -
Maksud dari faktor penjera adalah agar setiap orang yang mempro
duksi pangan secara massal dan untuk diedarkan kemasyarakat Iuas
harus berhati-hati dan secara sungguh-sungguh melaksanakan serta
mematuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan di dalam Undang
undang ini.
Saudara Pimpinan dan sidang yang kami muliakan,
Kecuali dua hal mendasar yang menjadi pijakan Fraksi Partai
Demokrasi Indonesia membahas· Rancangan Undang-undang ~entang
Pangan ini terdapat satu prinsip yang tidak dapat ditinggalkan,
yaitu bahwa Undang-undang tentang Pangan hendaknya memberikan
peluang yang luas kepada para pengusaha kecil informal dan usaha
kecil tradisional. Ketentuan di dalam Rancangan Undang-undang ini
hendaknya tidak mempersempit lahan hidup galongan usaha kecil
tersebut di atas apalagi sampai mematikan. Adalah tidak sepatut
nya kita membuat Undang-undang yang memberikan perlindungan
terhadap sebahagian masyarakat tetapi mematikan sebahagian yang
lain.
Seperti dinyatakan oleh Pemerintah wawasan Rancangan Undang
undang tentang Pangan ini meliputi :
1. Liberalisasi perdagangan dan globalisasi perekonomian dunia
mengharuskan Pemerintah sebagai salah satu negara p~nandatan
gan perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk menye-
laraskan peraturan perundang-undangan nasional dengan
ran perjanjian umum perdagangan dan tarif (GAAT).
peratu
Dilihat
dari kanteks ini maka wawasan Undang-undang ini adalah untuk
kepentingan pergaulan Indonesia di dunia perdagangan Intern~
sional.
2. Sistem pangan nasional yang erat kaitannya dengan taraf pem
bangunan, tingkat pendapatan dan sosial budaya dari masyarakat
yang dilayani oleh sistem pangan tersebut. Hal ini meliputi
bagaimana pangan itu diproduksi/dihasilkan, diproses, didis
tribusikan, disiapkan, disajikan dan dikonsumsi. Hal ini
berarti bahwa Undang-undang dimaksud melayani kepentingan I
• - 10-
nasional secara menyeluruh yang berhubungan denga~ kepentingan
dunia internasional.
3. Pengaturan masalah pangan di Indonesia masih bersifat parsial
di dalam lingkup Undang-undang tentang kesehatan, Undang
undang tentang Sistem Budidaya, Undang-undang tentang Pokok
Peternakan, Undang-undang tentang Perikanan, Undang-undang
tentang Perindustrian, Undang-undang tentang Karantina Hewan
Ikan dan Tumbuhan, Undang-undang tentang Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Undang-undang tentang Perkoperasian, Undang
undang tentang Usaha Kecil dan Peraturan perundang-undangan
lainnya yang tidak secara spesifik menunjuk pada aspek pangan.
Keadaan s~macam ini secara nasional maupun secara internasion
al kurang menguntungkan bagi kepentingan na~ional.
Diperlukan pengaturan yang kordinatif secara baik dan terpadu.
Keterpaduan penanganan masalah pangan menunJ4kkan status
Rancangan Undang-undang tentang pangan ini sebagai payung dari
Undang-undang tersebut di atas.
4. Keberadaan Undang-undang tentang Pangan ini nantinya menseja
jarkan Indonesia dengan negara-negara lain yang telah lebih
dahulu memilikinya. Terdapat perbedaan yang khas antara Un
dang-undang kita dengan Undang-undang negara lain tentang
Pangan yaitu bahwa Undang-undang kita· sekaligus mengatur
tentang :Ketahanan dan Keamanan Pangan. Hal ini merupakan
muatan yang spesifik dari Undang-undang kita yang membawa misi
sangat strategis karena menyangkut hajat hidup rakyat.
5. Pemerintah telah menyatakan bahwa Pemerintah menyepakati untuk
member! perhatian yang lebih ·besar terhadap industri kecil,
usaha kecil informal maupun usaha kecil tradisional. Hal ini
dinyatakan dalam pengertian bahwa industri kecil, usaha infor
mal dan · usaha tradisional harus terhindar dari ekses-ekses
yang mungkin terjadi karena pelaksanaan Undang-undang tentang
Pangan. Selanjutnya Pemerintah berupaya untuk melakukan penyi
apan dan pembinaan usaha-usaha tersebut di ata~ agar dapat
mengikuti perkembangan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
I
; ·~
t!\ ·l 'i~ ,;~ ... ·~ •J!,·
12 ~ - - .<r. ,., $'~
A Ucapan terima kasih dan penghargaan yang $etiry~gi-tin~ginya ·... .
kepada sem~i ~ihak terutama kepada Saudara-saud~r~-Fraksi ABRI,
Fraksi Karya Pembangunan~ Fraksi Persatuan Pembangunan dan Pemer
intah beserta jajarannya yang telah bersama-sama me~bahas Rancan
gan Undang-undang tentang Pangan dengan penuh rasa kekeluargaan
dan toleransi yang besar dalam menerima pendapat. dan pikiran
pikiran kami. Tak lupa ucapan terima kasih kami kepada jajaran ----·-Sekretariat yang telah membanting tulang, tidak mengenal Ielah
untuk m~,t kami dari sebelum dan saat pembahasan. Selanjut
nya kami sampaikan ucapan terimakasih pula kepada pers baik media
cetak maupun elektronik yang telah dengan sabar memperhatikan dan
menyebarluaskan Pendapat Akhir kami.
Sekian~ terirna kasih.
Wassal~mu'alaikum Wr. Wb.
M E R D E K A
Jakarta, ~4 Oktober 1996
PIMPINAN FRAKSI
PARTAI DEMOKRASI INDONESIA DPR-RI
K E T U A, SEKRETARIS,.
~ MARKUS WAURAN
.. - ------- ------------
MENTER! NEGARA URUSAN PANGAN REPUBLIK INDONESIA
SAMBUT AN MENPANGAN
P ADA ACARA PERSETUJUAN DPR RI
ATASRANCANGANUNDANG-UNDANGTENTANGPANGAN
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Saudara Pimpinan dan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat
yang terhormat serta para Undangan yang kami hormati,
Perkenankanlah kami mengawali sambutan Pemerintah dengan
mengajak para hadirin untuk menyampaikan puji dan syukur ke
hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada
kita. Hanya dengan izin-Nya jualah kita dapat menyelenggarakan
Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
m:tuk men~ambil Keputusan yang sangat penting ini.
• Hari ini, tanggal 14 Oktober 1996, merupakan hari bersejarah
yaitu pengambilan keputusan atas Rancangan Undang-undang
tentang Pangan untuk selanjutnya disahkan oleh Presiden menjadi
undang-undang. Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat yang
terhormat atas Rancangan Undang-undang tentang Pangan itu
mempunyai makna yang sangat penting bagi pembangunan pangan
dimasa-masa mendatang. Dengan pengesahan undang-undang ini
berarti untuk pertama kalinya Indonesia memiliki Undang-Undang
tentang Pangan setelah 51 tahun Merdeka.
Sebagaimana kita ketahui, Bapak Presiden telah menyampaikan
Rancangan Undang-undang tentang Pangan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat yang terhormat melalui surat beliau Nomor:
R.OS/PU/V /1996 tanggal 28 Mei 1996. Atas kebijakan dan kearifan
Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, dalam waktu
singkat rancangan undang-undang itu dapat diacarakan untuk
dibahas. Pembahasan terhadap Rancangan Undang-undang tentang
Pangan telah ditugaskan kepada Panitia Khusus (Pansus) RUU
Pangan. Panitia Khusus bersama dengan Pemerintah telah mulai
bersidang pada hari Selasa, tanggal 3 September 1996 dan telah
berhasil menyelesaikan tugasnya pada tanggal11 Oktober 1996.
Kami menyampaikan penghargaan bahwa keseluruhan
rencana kerja sebagaimana tercantum dalam jadwal acara yang telah
ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, telah
dapat dilaksanakan dengan sangat baik. Penyelesaian tugas yang
begitu berat dalam waktu yang sangat singkat sesuai jadwal acara
2
• merupakan prestasi luar biasa dari Dewan Perwakilan Rakyat yang
patut kita catat. Hal ini dapat terwujud berkat kerja keras,
ketekunan, saling pengertian, dan rasa tanggung jawab yang besar
terhadap masa depan bangsa. Disamping itu, faktor penting lain
yang sangat menentukan keberhasilan tersebut menurut pendapat
kami adalah adanya kerjasama yang erat dalam suasana
kebersamaan antara para Pimpinan dan anggota Pansus dan Panja,
Tim Kecil dan Tim Perumus dengan Pemerintah. Sementara itu
Sekretariat Pansus telah menunjukan kerja yang profesional dengan
semangat tinggi.
Sehubungan dengan itu, kita patut bersyukur kepada Allah
SWT dan dengan hati yang tulus kami menyampaikan penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada para Pimpinan dan anggota Pansus pada khususnya dan
Dewan Perwakilan Rakyat pada umumnya.
Saudara Ketua Sidang, para anggota Dewan, dan Undangan yang
kami muliakan.
Sebagaimana kita ketahui selama lima puluh satu tahun usia
kemerdekaan Indonesia, kita belum memiliki Undang-undang
tentang Pangan. Berdasarkan hasil perenungan dan pemikiran yang
mendalam, selanjutnya kita memiliki keyakinan yang sama untuk
segera mewujudkan undang-undang tersebut sebagai landasan
hukum yang kuat dalam upaya melindungi konsumen pangan d~
sekaligus memberikan kepastian pada produsen pangan dalam
3
menjalankan usahanya terutama dalam rangka memasuki era
perdagangan bebas.
Adanya suatu Undang-undang tentang Pangan yang mengatur
secara khusus dan. terpadu mengenai pangan, memang telah lama
ditunggu oleh masyarakat. Sementara itu dengan berlakunya aturan
wro, dan penerapan standar internasional, dan sebagainya,
Indonesia sangat membutuhkan perangkat peraturan perundang
undangan yang dapat membantu meningkatkan dan memantapkan
perannya dalam perdagangan intemasional di bidang pangan, serta
melindungi konsumen dalam negeri.
Berbagai upaya telah kita lakukan sejak lama dalam rangka
mewujudkan landasan hukum itu. Upaya tersebut mencapai
puncaknya pada hari ini, yakni dengan disetujuinya Rancangan
Undang-undang tentang Pangan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
yang terhormat untuk disahkan menjadi Undang-undang.
Saudara Pimpinan, para anggota Dewan, dan Undangan yang
berbahagia.
Selanjutnya, perkenankanlah kami memaparkan kandungan
Rancangan Undang-undang tentang Pangan agar masyarakat luas
segera mengetahuinya. Paparan yang kami anggap penting untuk
disampaikan pada kesempatan yang sangat berharga ini adalah
sebagai berikut:
4
• KONSIDERAN
Undang-undang ini dimaksudkan sebagai "payung" bagi
pengaturan pembinaan dan pengawasan di bidang pangan secara
menyeluruh dan padu. Sebagaimana dimaklumi, sampai saat ini,
peraturan perundangan ketentuan tentang pangan masih tersebar
dalam berbagai peraturan perundang-undangan.
Undang-undang ini berlaku terhadap pangan yang akan
diedarkan dan atau diperdagangkan, namun tidak berlaku bagi
pangan yang diproduksi dan dikonsumsi oleh kalangan rumah
tangga mengingat Pemerintah sangat menghargai kehidupan pribadi
suatu keluarga serta tanggung jawab setiap keluarga terhadap
anggotanya.
Tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan
adalah tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan,
mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia dan terciptanya
perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab serta
terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar
dan terjangkau sesuai dari kebutuhan masyarakat.
Selanjutnya di dalam Bab I, Pasal 1, dicantumkan terminologi
atau istilah-istilah yang dipergunakan dalam undang-undang ini.
Semula, rancangan undang-undang yang disampaikan oleh
Pemerintah memuat sepuluh istilah atau pengertian yang dipakai di
dalam Undang-undang tentang Pangan. Dalam pembahasan
bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, dilakukan penyempumaan sekaligus penambahan:
5
• Pemerintah sangat berterima kasih terhadap ketekunan,
kecermatan, dan kejelian dari para anggota Dewan yang terhormat
dalam mengamati dan mencermati peristilahan yang dipergunakan
sehingga pengertian yang digunakan oleh undang-undang ini
menjadi lebih baik, lebih berbobot, dan jumlahnya bertambah dari
sepuluh menjadi delapan belas. Dalam Pembicaraan Tingkat IV ini,
para anggota Dewan yang terhormat dapat melihat adanya
penyempurnaan dan penambahan sebanyak delapan pengertian
yang kami maksudkan, yaitu pengertian tentang keamanan pangan,
sanitasi pangan, iradiasi pangan, rekayasa genetika pangan, mutu
pangan, gizi pangan, ketahanan pangan, dan pe~gertian tentang
setiap orang.
Pemerintah mencatat beberapa muatan penting yang
merupakan usul Fraksi-Fraksi yang secara bulat dan utuh disetujui
untuk menjadi muatan undang-undang ini. Misalnya, muatan
terhadap prinsip tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat,
muatan tentang harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan
_kebutuhan masyarakat, dan muatan tentang kelembagaan sebagai
koordinator kegiatan di bidang pangan bilamana Pemerintah
memerlukannya. Dalam hal tersebut, Pemerintah sangat berterima
kasih dan mengharapkan dukungan sepenuhnya dari Dewan untuk
terlaksananya undang-undang ini sebagaimana diharapkan, setelah
dilakukan pengundangan.
6
Sebagaimana pemah disampaik~ oleh Pemerintah, bahwa
sukma atau roh dari Undang-undang tentang Pangan ini adalah
tentang Keamanan Pangan. Oleh karena itu, tersedianya secara cukup
pangan yang aman, bergizi dan bermutu merupakan prasyarat utama
yang harus dipenuhi dalam upaya penyediaan pangan untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagaimana
dibutuhkan dalam kegiatart pembangunan nasional. Untuk dapat
mencapai kesemuanya itu, segala upaya yang ada perlu dikerahkan
agar_ sistem pangan yang ada mampu memberikan perlindungan bagi
kepentingan kesehatan manusia yang mengkonsumsi pangan, dan
dapat mengikuti perkembangan, dan dapat terselenggara secara utuh,
padu dan terkoordinasi.
Keamanan pangan yang diatur di dalam undang-undang ini
meliputi hal-hal seperti, persyaratan sanitasi, penggunaan bahan
tambahan pangan, rekayasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan
pangan, jaminan mutu dan pemeriksaan laboratorium, mutu dan gizi
pangan, label dan iklan pangan.
Persyaratan keamanan pangan sebagaimana yang dimaksudkan ·
oleh Undang-undang tentang Pangan berlaku baik terhadap pangan
produksi dalam negeri maupun pangan yang dimasukan dari luar
negeri ke dalam wilayah Indonesia. Namun, dalam hal adanya
"kekurangan pangan yang sangat mendesak", sebagai suatu keadaan
yang sangat darurat, Pemerintah dapat mengesampingkan untuk
sementara waktu · ketentuan-ketentuan tentang persyaratan
kea.nlanan pangan, label, mutu, dan atau persyaratan gizi pangan.
7
Meskipun demikian, pelaksanaan untuk mengatasi keadaan darurat
tersebut tetap harus memperhatikan segi keselamatan dan
terjaminnya kesehatan masyarakat.
Pengaturan persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan
melalui undang-undang ini mempunyai peranan penting, tidak
hanya untuk melindungi kepentingan perdagangan pangan di dalam
negeri, namun, juga sangat penting dalam perdagangan internasion,al
untuk pangan yang diperdagangan . Apabila persyaratan-persyaratan
yang ditetapkan tersebut dipenuhi oleh kalangan produsen pangan,
sebagaimana dimaksudkan oleh undang-undang ini dan peraturan
peraturan pelaksanaannya, diharapkan produk pangan nasional
dapat bersanding dan bersaing di pasar domestik maupun di pasar
mtemasional. Perlu ditambahkan, berbagai kewajiban dan larangan
yang ditetapkan dalam undang-undang ini berikut ancaman
hukuman yang dapat dijatuhkan terhadap para pelanggarnya,
bertujuan agar kesehatan dan keselamatan masyarakat dilindungi
dan untuk menjamin kepentingan setiap orang yang memproduksi
pangan, dalam rangka menciptakan perdagangan pangan yang jujur
dan bertanggung jawab.
Saudara Pimpinan dan Para Anggota Dewan yang terhormat,
Pemerintah sudah menyampaikan keunikan dan orisinalitas
undang-undang ini, yang sepenuhnya memihak kepada jiwa dan
nurani bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945. Kepemihakan pada kep·entingan bangsa
8
• - 11 -
' . F ,.·;
I j~ ; :;·
<: .·:A
:J ::~·~ Penyiapan dan pembinaan yang dimaksud adalah Pemerintah menum
buhkan iklim usaha yang baik melalui penerapan ... kebijaksanaan
pendanaan, persaingan, prasarana, informasi, kemitraan dan
perlindungan. Disamping itu juga mencegah pembentukan struktur
pasar yang dapat melahirkan persaingan yang tidak wajar.
6. Di dalam seluruh muatan Rancangan Undang-undang tentang Pangan
ini tidak tampak singgungan atau sentuhan terhadap usaha kecil
informal maupun usaha kecil tradisional, sehingga tampaknya
kepedulian .terhadap mereka belum nyata. Memang seharusnya
usaha informal tidak perlu diatur-atur lagi agar mereka memi
liki lahan yang luas untuk mata pencaharian mereka dalam
mempertahankan hidup. Yang diperlukan oleh sektor ini semata
mata hanya bimbingan dan dorongan bukan pengaturan-pe~gaturan
yang mengikat gerak mere~a.
Kami sangat bersyukur bahwa akhirnya Pasal 63 disepakati untuk
menampung prinsip yang kami sampaikan di atas yaitu yang
menyangkut penghidupan usaha kecil informal yang dilakukan
oleh masyarakat bawah yaitu antara lain baku! pecel, baku!
cendol, mie tek-tek, sate dorong dan lain sebagainya. K~pada
mereka Pemerintah akan memberikan bimbingan dan pembinaan
agar mereka dapat lebih maju. Kewajiban untuk memenuhi keten
tuan Undang-undang tentang Pangan tidak. dite~apkan secara
lugas bahkan masih dalam bentuk bimbingan saja. Untuk hal ini
sekali lagi Fraksi Partai Demokrasi Indonesia. menyampaikan
penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Demikianlah kata akhir Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
terhadap Rancangan Undang-undang tentang Pangan den~an pernyataan
bahwa kami setuju Rancangan Undang-undang tentang Pangan tersebut·
disyahkan menjadi Undang-undang dengan harapan peraturan
peraturan pelaksanaannya segera dapat diterbitkan demi kelancaran
penegakkan dan pemenuhan ketentuan-ketentuan. Lebih dari itu di
dalam pelaksanaan hendaknya dilakukan dengan adil, jujur dan
bertanggungjawab.
dituangkan di dalam Bab VII tentang Ketahanan Pangan, · yang
dilakukan baik setempat maupun nasional.
Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, pemerintah
bersama , masyarakat menyelenggarakan, pengaturan, pembinaan,
pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang
cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata
dan terjangkau oleh daya bell masyarakat.
Selain itu, pemenuhan persyaratan keamanan, mutu dan gizi
untuk usaha kecil, sebagaimana dimaksudkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku, diamanatkan oleh undang
undang ini, dilakukan secara bertahap dengan tolok ukur pembinaan
dan kemajuan pembangunan nasional. Pemihakan Pemerintah
terhadap usaha kecil dan koperasi, seperti telah ditetapkan dalam
undang-undang ini, tidak perlu dipermasalahkan lagi. Dengan
demikian, pemberdayaan usaha kecil di bidang pangan melalui
pembinaan-pembinaan yang intensif, utuh dan padu akan dilakukan
secara terus menerus dengan berkesinambungan.
Sidang Dewan Yang Mulia,
Dengan disetujuinya Rancangan Undang-undang tentang
Pangan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk
menjadi undang-undang, maka Pemerintah mempunyai landasan
yuridis yang lebih kokoh untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan· pengaturan, pembinaan, dan pengawasan
segenap kegiatan di bidang pangan.
9
I.
Pemerintah juga menyadari, bahwa yang terpenting bukan saja
peraturannya harus baik melainkan pelaksanaannyapun harus baik,
terarah, terpadu. Untuk memperoleh keberhasilan pelaksanaannya;
Pemerintah mengharapkan dukungan dari Dewan yang terhormat
dan semua lapisan masyarakat, karena tanpa adanya dukungan ·dan
partisipasi aktif maka pemenuhannya sulit untuk diwujudkan.
Pemerintah mengharapkan agar Dewan yang mulia ikut serta
mengawasi pelaksanaan undang-undang ini sesuai dengan hak-hak
Dewan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945,
setelah undang-undang ini dinyatakan berlaku · mengikat bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Pimpinan dan Anggota Dewan yang Terhormat,
Sebelum mengakhiri sambutan Pemerintah ini, perkenankanlah
kamiJ' atas nama Pemerintah, menyampaikan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya atas segala kekurangan, kekhilafan, dan kesalahan
ucapan maupun tutur kata yang kadang kala terasa tidak
mengenakkan dan lugas, bahkan mungkin tidak jelas, sehingga tidak
berkenan eli hati para Anggota Dewan yang Terhormat, baik kata
kata yang datangnya dari karni maupun dari staf. Mungkin pula
sikap-tindak dan tingkah laku kami maupun staf ada yang tidak
mengenakkan di hati Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang terhormat,
untuk itupun kami mohon maafnya.
Pada kesemp~tan ini pula, dengan tulus iklas, dan dengan hati
yang bersih kami ?capkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas
10
kerja sama yang telah terjadi selama dalam pembahasan rancangan
undang-undang_ ini, yang tanpa mengenallelah para Anggota Dewan
yang terhormat telah menyelesaikan pembahasan tepat pada waktu
yang telah dijadualkan. Kami menyadari bahwa inilah satu-satunya
undang-undang yang paling cepat pembahasannya, selain Undang
undang tentang Organisasi Perdagangan Dunia. Pemerintah sangat
menghargai kernitraan yang positif dengan Dewan Perwakilan
Rakyat yang terhormat, atas segala pengertian dan pemahaman
mengenai pentingnya substansi, muatan, rambu-rambu dan norma
norma yang terdapat dalam undang-undang ini, dalam rangka
mengabdi kepada nusa, bangsa, dan negara.
Akhimya, ·marilah kita memohon kepada Tuhan Yang Maha
Esa agar kita senantiasa dibimbing dan dilindungi oleh-Nya untuk
melaksanakan tugas-tugas pengabdian dalam membangun guna
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera dan berkeadilan.
Wabillahit taufiq wal hidayah,
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 14 Oktober 1996
Menteri Negara Urusan Pangan
Ibrahim Hasan
11
RANCANGAN UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 199 ... TENTANG
PANG AN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT i REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 199 .••
TENTANG
PANGAN
DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a.· bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam
mewujudka_n sumber daya manusia yang berkualitas untuk
melaksanakan pembangunan nasional;
b. bahwa pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan
tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus
dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan
. yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan
serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat;
c. bahwa pangan sebagai komoditas dagang · memerlukan
dukungan sistem perdagangan pangan yang jujur dan
bertanggung jawab sehingga tersedia pangan yang terjangkau
oleh daya beli masyarakat serta . turut berperan dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional;
d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada butir a, b, dan c,
serta untuk mewujudkan sistem pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan yang efektif di bidang pangan, maka perlu dibentuk
Undang-undang tentang Pangan.
Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945.
DENGAN PERSETUJUAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PANGAN
BABI KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,
bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.
2. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara
atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.
3. Sistem pangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
pengaturan, pembinaan, dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau
proses produksi pangan dan peredaran pangan sampai dengan siap
dikonsumsi manusia.
4. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
man usia.
5. Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengofah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan
atau mengubah bentuk pangan.
6. Pengangkutan pangan adalah. setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
dalam rangka memindahkan pangan dari satu tempat ke tempat .lain dengan
2
cara atau sarana angkutan apa pun dalam rangka produksi, peredaran, dan
atau perdagangan pangan.
7. Pereda ran pang an adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam
rangka penyaluran pangan kepada masyarakat, baik untuk diperdagangkan
maupun tidak.
8. Perdagangan pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
dalam rangka penjualan dan atau pembelian pangan, termasuk penawaran
untuk menjual pangan, dan kegiatan lain yang berkenaan dengan
pemindahtanganan pangan dengan memperoleh imbalan.
9. Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan
bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan patogen
dalam makanan, minuman, peralatan, dan bangunan yang dapat merusak
pangandan membahayakan manusia.
10. Kemasan pang an adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau
membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan
maupun tidak.
11. lradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan, baik dengan
menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya
pembusukan dan kerusakan serta membebaskan pangan dari jasad renik
patogen.
12. Rekayasa genetika pangan adalah suatu proses yang melibatkan
pemindahan gen (pembawa sifat) dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain
yang berbeda atau sama untuk mendapatkan jenis baru yang mampu
menghasilkan produk pangan yang lebih unggul.
13. Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan
pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan
makanan, makanan, dan minuman.
14. Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang
terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta
turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
15. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan
3
pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan
bagian kemasan pangan.
16. lklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan
dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan dengan
berbagai cara untuk pemasaran dan atau perdagangan pangan.
17. Ketahanan pang an adalah .kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
18. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun tidak.
Pasal2
Pembangunan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan
kemandirian dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.
Pasal3
Tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah: ·
a. tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi
bagi kepentingan kesehatan manusia;
b. terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan
c. terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan
terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
BAB II KEAMANAN PANGAN
Bagian Pertama Sanitasi Pangan
Pasal4
(1) Pemerintah menetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau proses
produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) merupakan persyaratan
minimal yang wajib dipenuhi dan ditetapkan serta diterapkan secara
bertahap dengan memperhatikan kesiapan dan kebutuhan sistem pangan.
4
Pasal5
(1) Saran a dan atau prasarana yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan
sanitasi.
(2) Penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan serta penggunaan sarana dan
prasarana, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan
persyaratan sanitasi.
Pasal6
Setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan atau
proses produksi, periyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan
wajib:
a. memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia;
b. menyelenggarakan program pemantauan sanitasi secara berkala; dan
c. menyelenggarakan pengawasan atas pemenuhan persyaratan sanitasi.
Pasal7
Orang perseorangan yang menangani secara langsung dan atau berada .
langsung dalam lingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan
sanitasi.
Pasal8
. Setiap orang dilarang menyelenggarakan kegiatan .atau proses produksi,
penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang
tidak memenuhi persyaratan sanitasi.
Pasal9
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
5
Bagian Kedua Bahan Tambahan Pangan
Pasal 10
(1) Setiap orang yang memproduksi pang an untuk diedarkan dilarang
menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang
dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang
ditetapkan.
(2) Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat
digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses
produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud
pad a ayat (1 ).
Pasal11
Bahan yang akan digunakan sebagai bah an tambahan · pangan, tetapi belum
diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa
keamanannya, ·dan penggunaannya dalam kegiatan atau proses produksi
pangan untuk diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan
Pemerintah.
Pasal12
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 0 dan Pasal 11 ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga Rekayasa Genetika dan fradiasi Pangan
Pasal13
(1) Setiap orang yang memproduksi pang an atau menggunakan bah an baku,
bahan tambahan pangan, dan atau bahan bantu lain dalam kegiatan atau
proses produksi pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika
wajib terlebih dahulu memeriksakan keamanan pangan bagi kesehatan
manusia sebelum diedarkan.
(2) Pemerintah menetapkan persyaratan dan prinsip penelitian,
pengembangan, dan pemanfaatan metode rekayasa genetika dalam
kegiatan atau proses produksi pangan, serta menetapkan persyaratan bagi
pengujian pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika. i
6
Pasal14
(1) lradiasi dalam kegiatan atau proses produksi pang an dilakukan berdasarkan
izin Pemerintah.
(2) Proses perizinan, sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), penyelenggaraan
kegiatan dan atau proses produksi pangan yang dilakukan dengan
menggunakan teknik dan atau metode iradiasi wajib memenuhi persyaratan
kesehatan, penanganan limbah dan penanggulangan bahaya bahan
radioaktif untuk menjamin keamanan pangan, keselamatan kerja, dan
kelestarian lingkungan.
Pasal15
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat Kemasan Pangan
Pasal16
(1) Setiap orang yang memproduksi pang an untuk diedarkan dilarang
menggunakan bahan apa pun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan
terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau
membahayakan kesehatan manusia.
(2) Pengemasan pangan yang diedarkan dilakukan melalui tata cara yang
dapat menghindarkan terjadinya kerusakan dan atau pencemaran.
(3) Pemerintah menetapkan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan
pangan dan tata cara pengemasan pangan tertentu yang diperdagangkan.
Pasal17
Bahan yang ak~n digunakan sebagai kemasan pangan, tetapi belum diketahui
dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa
keamanannya, dan penggunaannya bagi pangan yang diedarkan dilakukan
setelah memperoleh persetujuan Pemerintah.
7
Pasal18
(1) Setiap orang dilarang membuka kemasan akhir pang an untuk dikemas
kembali dan diperdagangkan.
{2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) tidak berlaku terhadap
pangan yang pengadaannya dalam jumlah besar dan lazim dikemas
kembali dalam jumlah kecil untuk diperdagangkan lebih lanjut.
Pasal19
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kelima Jaminan Mutu Pangan dan Pemeriksaan laboratorium
Pasal20
(1) Setiap orang yang memproduksi pang an untuk diperdagangkan wajib
menyelenggarakan sistem jaminan mutu, sesuai dengan jenis pangan yang
diproduksi.
(2) Terhadap pangan tertentu yang diperdagangkan, Pemerintah dapat
menetapkan persyaratan agar pangan tersebut terlebih dahulu diuji secara
laboratoris sebelum peredarannya.
(3) Pengujian . secara laboratoris, sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan di laboratorium yang ditunjuk oleh dan atau telah me.mperoleh
akreditasi dari Pemerintah.
(4) Sistem jaminan mutu serta persyaratan pengujian secara laboratoris,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dan
diterapkan secara bertahap dengan memperhatikan kesiapan dan
kebutuhan sistem pangan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
8
I Bagian Keenam
Pangan Tercemar
Pasal21
Setiap orang dilarang mengedarkan:
a. pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, atau yang dapat
merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia;
b. pangan yang mengandung cemaran yang melampaui ambang batas
maksimal yang ditetapkan;
c. pangan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan
atau proses produksi pangan;
d. pangan yang mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau
mengandun_g bahan nabati atau hewani yang berpeny~kit atau berasal dari
bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi manusia;
e. pangan yang sudah kedaluwarsa.
Pasal22
Untuk mengawasi dan mencegah tercemarnya pangan, Pemerintah:
a. menetapkan bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau proses
produksi pangan serta ambang batas maksimal cemaran yang
diperbolehkan;
b. mengatur dan atau menetapkan persyaratan bagi penggunaan cara, metode,
dan atau bahan tertentu dalam kegiatan atau proses produksi, pengolahan,
penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan yang dapat
memiliki risiko yang _ merugikan dan atau membahayakan kesehatan
manusia;
c. menetapkan bahan yang dilarang digunakan dalam memproduksi peralatan
pengolahan, penyiapan, pemasaran, dan atau penyajian pangan.
Pasal23
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
9
BAB Ill MUTU DAN GIZI PANGAN
Bagian Pertama Mutu Pangan
Pasal24
(1) Pemerintah menetapkan standar mutu pangan.
(2) Terhadap pangan tertentu yang diperdagangkan, Pemerintah dapat
memberlakukan dan mewajibkan pemenuhan standar mutu pangan yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ).
Pasal25
(1) Pemerintah menetapkan persyaratan sertifikasi mutu pang an yang
diperdagangkan.
(2) Persyaratan sertifikasi mutu pangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diterapkan secara bertahap berdasarkan jenis pangan dengan
memperhatikan kesiapan dan kebutuhan sistem pangan.
Pasal26
Setiap orang dilarang memperdagangkan:
a. pangan tertentu, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), apabila
tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan sesuai dengan
peruntukannya;
b. pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama dengan mutu pangan yang
dijanjikan;
c. pangan yang tidak memenuhi persyaratan sertifikasi mutu pangan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.
Bagian Kedua Gizi Pangan
Pasal27
(1) Pemerintah menetapkan dan menyelenggarakan kebijakan di bidang gizi
bagi perbaikan status gizi masyarakat.
(2) Untuk meningkatkan kandungan gizi pangan olahan tertentu yang
diperdagangkan, Pemerintah dapat menetapkan persyaratan khusus
mengenai komposisi pangan.
10
l (3) Dalam hal terjadi kekurangan dan atau penurunan status gizi masyarakat,
Pemerintah dapat menetapkan persyaratan bagi perbaikan atau pengayaan
gizi pangan tertentu yang diedarkan.
(4) Setiap orang yang memproduksi pangan, sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan ayat (3), wajib memenuhi persyaratan tentang gizi yang ditetapkan.
Pasal28
(1) Setiap orang yang memproduksi pangan olahan tertentu untuk
diperdagangkan wajib menyelenggarakan tata cara pengolahan pangan
yang dapat menghambat proses penurunan atau kehilangan kandungan gizi
bahan baku pangan yang digunakan.
(2) Pang an olahan tertentu serta tata. cara pengolahan pangan, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.
Pasal29
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 25, Pasal 27, dan
Pasal 28 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB IV LABEL DAN IKLAN PANGAN
Pasal30
(1) Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah
Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib
mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan.
(2) Label, sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), memuat sekurang-kurangnya
keterangan mengenai:
a. nama produk;
b. daftar bahan yang digunakan;
c. berat bersih atau isi bersih;
· d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan
ke dalam wilayah Indonesia;
e. keterangan tentang halal; dan
f. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa.
11
i
r I
(1) Selain keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah dapat
menetapkan keterangan lain yang wajib atau . dilarang untuk dicantumkan
pada label pangan.
Pasal31
(1) Keterangari pad a label, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, ditulis atau
dicetak atau ditampilkan secara tegas dan jelas sehingga dapat mudah
dimengerti oleh masyarakat.
(2) Keterangan pad a label, sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), ditulis atau
dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab, dan huruf
Latin.
(3) Penggunaan istilah asing, selain dimaksud pada ayat (2), dapat dilakukan
sepanjang tidak ada padanannya, tidak dapat diciptakan padanannya, atau
digunakan untuk kepentingan perdagangan pangan ke luar negeri.
Pasal32
Setiap orang · dilarang mengganti, me label kern bali, atau menukar tanggal,
bulan, dan tahun kedaluwarsa pangan yang diedarkan.
Pasal33
( 1) Setiap label dan atau iklan tentang pang an yang diperdagangkan harus
memuat keterangan mengenai pangan dengan benar dan tidak
menyesatkan.
(2) Setiap ora.ng dilarang memberikan keterangan a·tau pernyataan tentang
pangan yang diperdagangkan melalui, dalam, dan atau dengan label atau
iklan apabila keterangan atau pernyataan tersebut tidak benar dan atau
menyesatkan.
(3) Pemerintah mengatur, mengawasi, dan melakukan tindakan yang
diperlukan agar iklan tentang pangan yang diperdagangkan tidak memuat
keterangan yang dapat menyesatkan.
12
r I
Pasal34
(1) Setiap orang yang menyatakan dalam label atau iklan bahwa pang an yang
diperdagangkan adalah sesuai dengan persyaratan agama atau
kepercayaan tertentu bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan
berdasarkan persyaratan agama atau kepercayaan tersebut.
(2) Label tentang pangan olahan tertentu yang diperdagangkan untuk bayi,
anak berumur di bawah lima tahun, dan ibu yang sedang hamil atau
menyusui wajib memuat keterangan tentang peruntukan, cara penggunaan,
dan atau keterangan lain yang perlu diketahui mengenai dampak pangan
terhadap kesehatan manusia.
Pasal35
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal · 30, Pasal 31, Pasal 33, dan
Pasal 34 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB V PEMASUKAN DAN PENGELUARAN PANGAN KE DALAM DAN DARI WI LAY AH INDONESIA
Pasal36
(1) Setiap pang an yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk
diedarkan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. ·
(2) Setiap orang dilarang memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia dan
atau mengedarkan di dalam wilayah Indonesia pang an yang dimasukkan ke.
dalam wilayah Indonesia apabila pangan tersebut tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini dan peraturan
pelaksanaannya.
Pasal37
Terhadap pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36, Pemerintah dapat menetapkari persyaratan bahwa:
a. pangan telah diuji dan atau diperiksa serta dinyatakan lulus dari segi
keamanan, mutu, dan atau gizi oleh instansi yang berwenang di negara asal;
13
b. pangan dilengkapi dengan dokumen hasil pengujian dan atau pemeriksaan,
sebagaimaria dimaksud pada huruf a; dan atau
c. pangan terlebih dahulu diuji dan atau diperiksa di Indonesia dari segi
keamanan, mutu, dan atau gizi sebelum peredarannya.
Pasal38
Setiap orang yang memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk
diedarkan bertanggung jawab atas keamanan, mutu, dan gizi pangan.
Pasal39
Pemerintah dapat menetapkan persyaratan agar pangan yang dikeluarkan dari
wilayah Indonesia untuk diedarkan terlebih dahulu diuji dan atau diperiksa dari
segi keamanan, mutu, persyaratan·label, dan atau gizi pangan.
Pasal40
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 38, dan Pasal 39
ditetapkan lebih ·tan jut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VI TANGGUNG JAWAB INDUSTRI PANGAN
Pasal41
(1) Badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan dan atau.
orang perseorangan dalam bad an usaha yang diberi tanggung. jawab
terhadap jalannya usaha tersebut bertanggung jawab atas keamanan
pangan yang diproduksinya terhadap kesehatan orang lain yang
mengkonsumsi pangan tersebut.
(2) Orang perseorangan yang kesehatannya terganggu atau ahli waris dari
orang yang meninggal sebagai akibat langsung karena mengkonsumsi
pangan olahan yang diedarkan berhak mengajukan gugatan ganti rugi
terhadap badan usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal terbukti bahwa pangan olahan yang diedarkan dan dikonsumsi
tersebut mengandung bahan yang dapat merugikan dan atau
membahayakan kesehatan manusia atau bahan lain yang dilarang, maka I
14
badan usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), wajib mengganti segala kerugian
yang secara nyata ditimbulkan.
(4) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam hal badan
usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha dapat
membuktikan bahwa hal tersebut bukan diakibatkan kesalahan atau
kelalaiannya, maka badan usaha dan atau orang perseorangan dalam
badan usaha tidak wajib mengganti kerugian.
(5) Besarnya ganti rugi, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), setinggi
tingginya sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk setiap
orang yang dirugikan kesehatannya atau kematian yang ditimbulkan.
Pasal42
Dalam hal pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat ( 1) tidak diketahui
atau tidak berdomisili di Indonesia, ketentuan dalam Pasal 41 ayat (3) dan ayat
(5) diberlakukan terhadap orang yang mengedarkan dan atau memasukkan
pangan ke dalam wilayah Indonesia.
Pasal43
(1) Dalam hal kerugian yang ditimbulkan melibatkan jumlah kerugian materi.
yang besar dan atau korban yang tidak sedikit, Pemerintah berwenang
mengajukan gugatan ganti rugi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (2).
(2) Gugatan ganti rugi, sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), diajukan untuk
kepentingan orang yang mengalami kerugian dan atau musibah.
Pasal44
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal 43 ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
15
BAB VII KETAHANAN PANGAN
Pasal45
( 1) Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan
ketahanan pangan.
(2) Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata,
dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Pasal46
Dalam pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45,
Pemerintah:
(1) menyelenggarakan, membina, dan atau mengkoordinasikari segala upaya
atau kegiatan· untuk mewujudkan cadangan pangan nasional;
(2) menyelenggarakan, mengatur, dan atau mengkoordinasikan segala upaya
atau kegiatan dalam rangka penyediaan, pengadaan, dan atau penyaluran ·
pangan tertentu yang bersifat pokok;
(3) menetapkan dan menyelenggarakan kebijakan mutu pangan nasional dan
penganekaragaman pangan;
(4) mengambil tindaka~ yang diperlukan untuk mencegah dan atau
menanggulangi gejala kekurangan pangan, keadaan darurat, dan atau
spekulasi atau manipulasi dalam pengadaan dan pere9aran pangan.
Pasal47
(1) Cadangan pangan nasional, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat
(1), terdiri atas:
a. cadangan pangan Pemerintah;
b. cadangan pangan masyarakat.
I
16
(2) Cadangan pangan Pemerintah ditetapkan secara berkala dengan
memperhitungkan tingkat kebutuhan nyata pangan masyarakat dan
ketersediaan pangan, serta dengan mengantisipasi terjadinya kekurangan
pangan dan atau keadaan darurat.
(3) Dalam upaya mewujudkan cadangan pangan nasional, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1 ), Pemerintah:
a. mengembangkan, membina, dan atau membantu penyelenggaraan
cadangan pangan masyarakat dan Pemerintah di tingkat perdesaan,
perkotaan, propinsi, dan nasional;
b. mengembangkan, menunjang, dan memberikan kesempatan seluas
luasnya bagi peran koperasi dan swasta dalam ·mewujudkan cadangan
pangan setempat dan atau nasional.
Pasal48
Untuk mencegah dan atau menanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang
dapat merugikan ketahanan pangan, Pemerintah mengambil tindakan yang
diperlukan dalam rangka mengendalikan harga pangan tersebut.
Pasal49
( 1) Pemerintah melaksanakan pembinaan yang meliputi upaya:
a. pengembangan sumber daya manusia di bidang. pangan melalui
kegiatan pendidikan dan pelatihan, terutama usaha kecil;
b. untuk · mendorong dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
kegiatan pengembangan sumber daya manusia, peningkatan
kemampuan usaha kecil, penyuluhan di bidang pangan, serta
penganekaragaman pangan;
c. untuk mendorong dan mengarahkan peran serta asosiasi dan
organisasi profesi di bidang pangan;
d. untuk mendorong dan menunjang kegiatan penelitian dan atau
pengembangan teknologi di bidang pang~n;
e. penyebarluasan pengetahuan dan penyuluhan di bidang pangan;
f. pembinaan kerja sama internasional di bidang pangan, sesuai dengan I
kepentingan nasional;
of"7
g. untuk mendorong dan meningkatkan kegiatan penganekaragaman
pangan yang dikonsumsi masyarakat serta pemantapan mutu pangan
tradisional.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat ( 1) diatur lebih lanjut oleh
Pemerintah.
Pasal50
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal
48, dan Pasal 49 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB. VIII PERAN SERT A MASY ARAKA T
Pasal51
Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan seluas-luasnya dalam
mewujudkan perlindungan bagi orang perseorangan yang mengkonsumsi
pang an, sesuai · dengan ketentuan undang-undang ini dan peraturan
pelaksanaannya serta peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
Pasal52
Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan sistem pangan, masyarakat
dapat menyampaikan permasalahan, masukan, dan atau cara pemecahan
mengenai hal-hal di bidang pangan.
BAB IX PENGAWASAAN
Pasal53
(1) Untuk mengawasi pemenuhan ketentuan undang-undang ini, Pemerintah
berwenang melakukan pemeriksaan dalam hal terdapat dugaan te~adinya
pelanggaran hukum di bidang pangan.
(2) Dalam melaksanakan fungsi pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemerintah berwenang:
18
a. memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan atau
proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan
pangan untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil contoh pangan dan
segala sesuatu yang diduga digunakan dalam kegiatan produksi,
penyimpanan, pengangkutan, dan atau perdagangan pangan;
b. menghentikan, memeriksa, dan menegah setiap sarana angkutan yang
diduga atau patut diduga yang digunakan dalam pengangkutan pangan
serta mengambil dan memeriksa contoh pangan;
c. membuka dan meneliti setiap kemasan pangan;
d. memeriksa setiap buku, dokumen, atau catatan lain yang diduga
memuat keterangan mengenai kegiatan produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau perdagangan pangan, termasuk
menggandakan atau mengutip keterangan tersebut; -
e. memerintahkan untuk memperlihatkan izin usaha atau dokumen lain
sejenis.
(3) Pejabat pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan, sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dilengkapi dengan surat perintah.
(4) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), patut diduga merupakan tindak pidana di bidang pangan, segera
dilakukan tindakan penyidikan oleh penyidik berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal54
(1) Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53, Pemerintah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap
pelanggaran ketentuan undang-undang ini.
(2) Tindakan administratif, sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), dapat
berupa:
a. peringatan secara tertulis;
19
b. larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk
menarik produk pangan dari peredaran apabila terdapat risiko
tercemarnya pang an atau pang an tidak a man bagi kesehatan man usia;
c. pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa
man usia;
d. penghentian produksi untuk sementara waktu;
e. pengenaan denda paling tinggi Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah); dan atau
f. pencabutan izin produksi atau izin usaha.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB X KETENTUAN PIDANA
Pasal55
Barangsiapa dengan sengaja:
a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak
memenuhi persyaratan sanitasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8;
b. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan
pangan atau menggunakan bahan tambahan pangan secara melampaui
ambang batas maksimal yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal10 ayat (1);
c. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan
dan atau bahan apa pun yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan
atau membahayakan kesehatan manusia, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal16 ayat (1);
d. mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan, sebagaimana
dimaksud dafam Pasal 21 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e;
e. memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi standar mutu yang
diwajibkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a;
20
f. memperdagangkan pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama dengan
mutu pangan yang dijanjikan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf
b· '
g. memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi persyaratan sertifikasi
mutu pangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c;
h. mengganti, melabel kembali, atau menukar tanggal, bulan, dan tahun
kedaluwarsa pangan yang diedarkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32;
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda
paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
Pasal56
Barangsiapa karena kelalaiannya:
a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak
memenuhi persyaratan sanitasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8;
b. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan
pangan atau menggunakan bahan tambahan pangan secara melampaui
ambang batas maksimal yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal10 ayat (1);
c. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan
dan atau bahan apa pun yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan
atau membahayakan kesehatan manusia, ·sebagaimana· dimaksud dalam
Pasal16 ayat (1);
d. mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal21 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e;
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda
paling banyak Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah).
Pasal57
Ancaman pidana atas pelanggaran, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55
huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d serta Pasal 56, ditambah seperempat
21
apabila menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia atau ditambah
sepertiga apabila menimbulkan kematian.
Pasal58
Barangsiapa:
a. menggunakan suatu bahan sebagai bahan tambahan pangan dan
mengedarkan pangan tersebut secara bertentangan dengan ketentuan
dalam Pasal 11 ;
b. mengedarkan pangan yang diproduksi atau menggunakan bahan baku,
bahan tambahan pangan, dan atau bahan bantu lain dalam kegiatan atau
proses produksi pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika,
tanpa. lebih dahulu memeriksakan keamanan pangan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal13 ayat (1 }; ·
c. menggunakan iradiasi dalam kegiatan atau proses produksi pangan tanpa
izin, sebagaimana dimaksud dalam Pasal14 ayat (1);
d. menggunakan suatu bahan sebagai kemasan pangan untuk diedarkan
secara bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 17;
e. membuka kemasan akhir pangan untuk dikemas kembali dan
memperdagangkannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1 );
f. mengedarkan pangan tertentu yang diperdagangkan tanpa lebih dahulu diuji
secara laboratoris, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2);
g. memproduksi pangan tanpa memenuhi persyaratan tentang gizi pangan
yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal27 ayat (4);
h. memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia pangan yang
dikemas untuk diperdagangkan tanpa mencantumkan label, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 atau Pasal 31;
i. memberikan keterangan atau pernyataan secara tidak benar dan atau
menyesatkan mengenai pangan yang diperdagangkan melalui, dalam, dan
atau dengan label dan atau iklan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (2);
22
.j. memberikan pernyataan atau keterangan yang tidak benar dalam iklan atau
label bahwa pangan yang diperdagangkan adalah sesuai menurut
persyaratan agama atau kepercayaan tertentu, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal34 ayat (1);
k. memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia dan atau mengedarkan di
dalam wilayah Indonesia pangan yang tidak memenuhi ketentuan undang
undang ini dan peraturan pelaksanaannya, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 ayat (2);
I. menghambat kelancaran proses pemeriksaan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53;
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda
paling banyak Rp360.000.000,00 (tiga ratus enam puluh juta rupiah).
Pasal59
Barangsiapa:
a. tidak meyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan yang memenuhi persyaratan
sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia, atau tidak
menyelenggarakan program pemantauan sanitasi secara berkala, atau
tidak menyelenggarakan pengawasan atas pemenuhan persyaratan sanitasi,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6;
b. tidak memenuhi persyaratan sanitasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7;
c. tidak melaksanakan tata cara pengemasan pangan yang ditetapkan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3);
d. tidak menyelenggarakan sistem jaminan mutu yang ditetapkan dalam
kegiatan atau proses produksi pangan untuk diperdagangkan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1 );
e. tidak memuat keterangan yang wajib dicantumkan pada label, sebagahnana
dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2);
meskipun telah diperingatkan secara tertulis oleh Pemerintah, dipidana dengan
pidana penjara. paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling banyak
Rp480.000.000,00 (empat ratus delapan puluh juta rupiah).
23
BAB XI PENYERAHAN URUSAN DAN TUGAS
PEMBANTUAN
Pasal60
(1) Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang pangan
kepada Pemerintah Daerah, sesuai dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
(2) Pemerintah dapat menugaskan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan
tugas pembantuan di bidang pangan.
(3) Ketentuan. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
BAB XII. KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal61
(1) Dalam hal terjadi keadaan kekurangan pang an yang sang at mendesak,
Pemerintah dapat mengesampingkan untuk sementara waktu ketentuan
undang-undang ini tentang persyaratan keamanan pangan, label,· mutu,dan
atau persyaratan gizi pangan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan keselamatan dan terjaminnya kesehatan masyarakat.
Pasal62
Bilamana dipandang perlu, Pemerintah dapat menunjuk instansi untuk
mengkoordinasikan terlaksananya undang-undang ini.
Pasal63
Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya tidak berlaku bagi pangan
yang diproduksi dan dikonsumsi oleh kalangan rumah tangga.
24
BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal64
Pada saat mulai berlakunya undang-undang ini semua peraturan perundang
undangan tentang pangan yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanj~ng
tidak bertentangan dengan undang-undang ini.
BAB XIV KETENTUAN PENUTUP
Pasal6~
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap o~ang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang
undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
MOERDIONO
Disahkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
SOEHARTO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA T AHUN 199 ••• NOMOR ••••.
25
UMUM
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN PEN]ELASAN ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 199 ..•
TENTANG PANGAN
Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus-menerus
meningkatkan kemakniuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan
merata dalam segala aspek kehidupan serta diselenggarakan secara terpadu,
terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat
yang adil dan makmur, baik material maupun spiritual, berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak
asasi setiap rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman,
bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli
masyarakat. Untuk mencapai semua itu, perlu diselenggarakan suatu sistem
pangan yang memberikan perlindungan, baik bagi pihak yang memproduksi
maupun yang mengkonsumsi pangan, serta tidak bertentangan dengan keyakinan
masyarakat.
Sumber daya manusia yang berkualitas selain merupakan unsur terpenting yang
perlu memperoleh prioritas dalam pembangunan, juga sebagai salah satu faktor
penentu keberhasilan pembangunan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
sangat ditentukan, antara lain, oleh kualitas pangan yang dikonsumsinya.
Kegiatan atau. proses produksi pangan untuk diedarkan atau diperdagangkan
harus memenuhi ketentuan tentang sanitasi pangan, bahan tambahan pangan,
residu cemaran, dan kemasan pangan. Hal lain yang patut diperhatikan oleh
setiap orang yang memproduksi pangan adalah penggunaan metoda tertentu
dalam kegiatan atau proses produksi pangan yang memiliki kemungkinan
timbulnya risiko yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan manusia,
seperti rekayasa genetika atau iradiasi, harus dilakukan berdasarkan persyaratan
tertentu.
Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan perlu
memperhatikan ketentuan mengenai mutu dan gizi pangan yang ditetapkan.
Pangan tertentu yang diperdagangkan dapat diwajibkan untuk terlebih dahulu
diperiksa di laboratorium sebelum diedarkan. Dalam upaya meningkatkan
kandungan gizi pangan olahan tertentu, Pemerintah berwenang untuk
menetapkan persyaratan tentang komposisi pangan tersebut.
Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan perlu dibebani tanggung
jawab, terutama apabila pangan yang diproduksinya menyebabkan baik kerugian
pada kesehatan manusia maupun kematian orang yang mengkonsumsi pangan
tersebut. Dalam hal itu, undang-undang ini secara spesifik mengatur tanggung
jawab industri pangan untuk memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.
Di samping tanggung jawab untuk memberikan ganti rugi sebagaimana dimaksud
di atas, undang-undang ini juga menetapkan ketentuan sanksi lainnya, baik yang
bersifat administratif maupun pidana terhadap para pelanggarnya.
Dalam kegiatan perdagangan pangan, masyarakat yang mengkonsumsi perlu
diberikan sarana yang memadai agar memperoleh informasi yang benar dan tidak
menyesatkan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan ketentuan
mengenai label dan iklan tentang pangan. Dengan demikian, masyarakat yang
mengkonsumsi pangan dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang
akurat sehingga tercipta perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab,
. yang pada gilirannya menumbuhkan persaingan yang sehat di kalangan para
pengusaha pangan. Khususnya persyaratan tentang label dan iklan pangan yang
mencantumkan pernyataan persyaratan menurut agama atau kepercayaan harus
bertanggung jawab terhadap kebenaran pernyataan dimaksud.
Pengusaha kecil di bidang pangan pada tahap-tahap awal mungkin mengalami
kesulitan untuk memenuhi keseluruhan persyaratan yang ditetapkan oleh undang
undang ini. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pembinaan secara
berkesinambungan agar pengusaha kecil tersebut dapat memenuhi persyaratan
keamanan, mutu, dan gizi pangan. Berkenaan dengan itu, pelaksanaan ketentuan
ketentuan tersebut dilakukan secara bertahap.
2
Ketentuan mengenai keamanan, mutu, dan gizi pangan, serta label dan iklan
pangan tidak hanya berlaku bagi pangan yang diproduksi dan atau diedarkan di
wilayah Indonesia, tetapi juga bagi pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah
Indonesia. Dalam hal-hal tertentu bagi produksi pangan nasional yang akan
diedarkan di luar negeri, diberlakukan ketentuan yang sama.
Sebagai komoditas dagang, pangan memiliki peranan yang sang at besar dalam
pening1<atan citra pangan ·nasional di dunia internasional dan sekaligus penghasil
devisa. Oleh karena itu, produksi pangan nasional harus mampu memenuhi
standar yang berlaku secara internasional dan memerlukan dukungan
perdagangan pangan yang dapat memberi peluang bagi pengusaha di bidang
pangan, baik yang besar, menengah maupun. kecil, untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi.
Pengaturan mengenai pangan juga diarahkan untuk mewujudkan ketahanan
pangan yang mencakup ketersediaan dan cadangan pangan, serta terjangkau
sesuai dengan kebutuhan konsumsi masyarakat. Pemerintah bersama masyarakat
perlu memelihara cadangan pangan nasional. Di samping itu, Pemerintah dapat
mengendalikan harga pangan tertentu, baik untuk tujuan stabilisasi harga maupun
untuk mengatasi keadaan apabila terjadi kekurangan pangan atau keadaan
darurat lainnya.
Undang-undang. tentang Pangan dimaksudkan sebagai landasan hukum bagi
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi,
peredaran, dan atau perdagangan pangan. Sebagai landasan hukum di bidang
pangan, undang-undang ini dimaksudkan menjadi acuan dari berbagai peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan, baik yang sudah ada
maupun yang akan dibentuk. Pada saat undang-undang ini diberlakukan, telah
terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan,
antara lain:
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan · (Lembaran Negara Nomor 10 Tahun 1967,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824 Tahun 1967);
3
2. Undang-undang Nom or 5 Tahun 197 4 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di
Daerah (Lembaran Negara Nomor 38 Tahun 1974, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3037 Tahun 1974);
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Nomor 12 Tahun 1982,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215 Tahun 1982);
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran
Negara Nomor 22 Tahun 1984, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274
Tahun 1984);
s. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Nomor 46 Tahun 1985, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299 Tahun
1985);
6. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budiday~ Tanaman
(Lembaran Negara Nomor 46 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3478 Tahun 1992);
7. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, lkan, dan·
Tumbuhan (Lembaran Negara Nomor 56 Tahun 1992, Tambahan Lembaran
Negara Nom.or 3482 Tahun 1992);
a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (lembaran Negara
Nomor .100 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495 Tahun
1992);
9. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran
Negara Nomor 116 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502
Tahun 1992);
10. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara
Nomor 74 Tahun 1995, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611 Tahun
1995);
11. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran
Negara Nomor 75 Tahun 1995, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612
Tahun 1995).
4
Berdasarkan pemikiran-pemikiran sebagaimana yang diuraikan, Undang-undang
tentang Pangan memuat pokok-pokok:
a. persyaratan teknis tentang pangan, yang meliputi ketentuan keamanan pangan,
ketentuan mutu dan gizi pangan, serta ketentuan label dan iklan pangan,
sebagai s.uatu sistem standarisasi pangan yang bersifat menyeluruh;
b. tanggung jawab setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengangkut, dan
atau mengedarkan pangan, serta sanksi hukum yang sesuai agar mendorong
pemenuhan atas ketentuan-ketentuan yang ditetapkan;
c. peranan Pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan tingkat kecukupan
. pangan di dalam negeri dan penganekaragaman pangan yang dikonsumsi
secara tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat;
d. tugas Pemerintah untuk membina serta mengembangkan industri pangan
nasional, terutama dalam upaya peningkatan citra pangan nasional dan ekspor.
Pengaturan, pembinaan, dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses
produksi, peredaran, dan atau perdagangan pangan dalam undang-undang ini
bersifat pokok-pokok, sedangkan penjabarannya lebih lanjut ditetapkan oleh
Pemerintah secara menyeluruh dan terkoordinasi.
Semuanya itu diselenggarakan dengan tetap memperhatikan kesiapan dan
kebutuhan sistem pangan nasional, serta perkembangan yang terjadi baik secara
regional maupun internasional.
PASAL DEMI PASAL
Pasal1
. Angka 1
Pengertian "pangan" termasuk permen karet atau sejenisnya,
tetapi tidak mencakup kosmetik, tembakau, hasil tembakau,
atau bahan yang diperuntukkan sebagai obat.
Yang dimaksud dengan "bahan lain" adalah bahan yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau
pembuatan makanan atau minuman di luar bahan tambahan
5
pangan dan bahan bantu pangan, misalnya, bahan-bahan
katalisator seperti enzim pencernaan.
Angka 2
Pengertian "pangan olahan" (processed foods) dalam
ketentuan ini mencakup baik pangan olahan yang siap untuk
dikonsumsi manusia maupun pangan olahan setengah jadi,
yang digunakan selanjutnya sebagai bahan baku pangan.
Dengan ketentuan ini, pengertian "pangan yang tidak diolah"
adalah makanan atau minuman yang secara langsung dapat
dikonsumsi oleh man usia tanpa diolah lebih dahulu.
Angka 3
Cukup jelas.
Angka 4
Cukup jelas.
Angka 5
Cukup jelas.
Angka 6
Cukup jelas.
Angka 7
Cukup jelas.
Angka 8
Yang dimaksud dengan "penawaran untuk menjual pangan"
· adalah kegiatan yang lazim dilakukan sebelum terjadinya
tindakan pembelian dan atau penjualan pangan, misalnya,
pemberian secara cuma-cuma sampel produk pangan dalam
rangka promosi.
Angka 9
Cukup jelas.
6
Angka 10
Cukup jelas.
Angka 11
Cukup jelas.
Angka 12
Cukup jelas.
Angka 13
Cukup jelas.
Angka 14
Cukup jelas.
Angka 15
Cukup jelas.
Angka 16
Cukup jelas.
Angka 17
Cukup jelas.
Angka 18
Cukup jelas.
Pasal2
Pembangunan di bidang pangan harus memberikan manfaat bagi_
kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat, baik lahir maupun
batin, karena manfaat tersebut dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat secara adil dan merata dengan tetap bersandarkan pada
daya dan potensi yang berkembang di dalam negeri.
Pasal3
Perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan
prasyarat terjadinya persaingan yang sehat bagi terbentuknya harga
yang wajar bagi pihak yang menghasilkan dan mengkonsumsi
7
pangan, sedangkan "terjangkau" dimaksudkan sebagai jaminan
ketersediaan pangan, baik fisik maupun kemampuan ekonomi pihak
yang mengkonsumsi pangan.
Pasal4
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "persyaratan sanitasi" adalah standar
kebersihan dan kesehatan yang harus dipenuhi sebagai upaya
mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen dan
mengurangi jumlah jasad renik lainnya agar pangan yang
dihasilkan dan dikonsumsi tidak membahayakan kesehatan
dan jiwa man usia.
Dalam pengertian "persyaratan sanitasi" sudah tercakup pula
pengertian persyaratan higienis.
Ayat (2)
Dengan ketentuan ini setiap orang yang memproduksi,
menyimpan, mengangkut, dan atau · mengedarkan pangan
diperkenankan untuk menerapkan standar sanitasi yang lebih
tinggi.
Persyaratan sanitasi dimaksud ditetapkan secara berjenjang,
. sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan, karena
kebutuhan sanitasi dari setiap kegiatan tersebut berbeda.
Penetapan dan penerapan persyaratan sanitasi dilakukan
secara bertahap dan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang
dilakukan, misalnya, untuk proses produksi, penyimpanan, dan
pengangkutan. Penerapan persyaratan juga dilakukan secara
bertahap, sesuai dengan perkembangan sistem pangan serta
kesiapan peraturan pelaksanaan yang dikaitkan dengan
pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah
untuk meningkatkan kemampuan, khususnya pengusaha
menengah dan kecil, termasuk pengusaha pangan olahan
informal dan tradisional.
8
Pasal5
Yang dimaksud dengan ''persyaratan minimal" adalah
persyaratan yang sekurang-kurangnya wajib dipenuhi dalam
menjaga keamanan pangan dalam rangka melindungi
kesehatan dan jiwa man usia.
Ayat (1)
Yang dimaksud "sarana dan atau prasarana" dalam ketentuan
ini, antara lain, meliputi kelaikan desain dan konstruksi,
peralatan dan instalasi, fasilitas pembuangan limbah, dan
fasilitas lainnya yang secara langsung atau tidak langsung
digunakan dalam kegiatan atau proses produksi,
penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan.
Ayat (2)
Kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,
dan atau peredaran pangan senantiasa dilakukan dengan
memperhatikan standar kebersihan dan kesehatan yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4 agar pangan
yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi langsung atau
dijadikan bahan baku pangan. Meskipun sarana dan
prasarana sudah memenuhi persyaratan sanitasi, apabila
pada saat digunakan tidak dilakukan secara benar sesuai
dengan persyaratan kebersihan dan kesehatan, maka pangan
yang diproduksi untuk diedarkan tersebut masih memiliki risiko
tercemar bahan asing atau beracun yang dapat merugikan
atau membahayakan kesehatan manusia.
Pasal6
Yang dimaksud dengan "setiap orang yang bertanggung
jawab" dalam ketentuan ini adalah setiap orang yang
melakukan, berkepentingan, atau memperoleh manfaat dari
kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,
dan atau peredaran pang an, misalnya, i produsen, penyedia
9
tempat penyimpanan, pengangkut, dan atau pengedar
pangan, baik milik sendiri maupun menyewa sarana dan
prasarana yang diperlukan.
Ketentuan ini juga berlaku bagi mereka yang diberi tanggung
jawab atau bertanggung jawab di bidang sanitasi dalam
kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,
dan atau peredarari pangan, baik melalui ikatan kerja, kontrak,
maupun kesepakatan yang lain.
Huruf a
Ketentuan ini menegaskan bahwa kewajiban untuk
selalu mehjaga tingkat kebersihan dan kesehatan dalam
kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan tidak hanya
terbatas pada pemenuhan persyaratan yang ditetapkan
Pemerintah berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4,
tetapi juga dalam arti yang lebih luas sehingga
mencakup pula persyaratan keamanan dan atau
keselamatan manusia dengan batasan yang objektif,
faktual, dan berdasarkan akal sehat.
Hurufb
Ketentuan ini dimaksudkan agar setiap orang yang
melakukan kegiatan atau proses produksi,
penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran
pangan menyusun dan melaksanakan program
pemantauan sanitasi secara teratur, sesuai dengan
keperluan, untuk menjamin keamanan dan atau
keselamatan manusia.
Huruf c
Cukup jelas.
10
Pasal7
Yang dimaksud dengan "orang perseorangan" dalam ketentuan ini
adalah mereka yang secara langsung menangani atau terlibat _dalam
kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan
atau peredaran pangan. Ketentuan ini diperlukan karena risiko
pencemaran pangan tidak jarang diakibatkan oleh kelalaian orang
perseorangan tersebut. Ketentuan ini juga berlaku bagi mereka yang,
meskipun tidak menangani langsung, tetapi berada langsung dalam
lingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan atau peredaran pangan, seperti mandor, satuan
pengamanan, atau pengunjung produsen/pabrik pangan.
Persyaratan sanitasi dalam kaitannya dengan "orang perseorangan"
ini tidak hanya terbatas pada pola atau standar perilaku yang
memenuhi persyaratan sanitasi, tetapi juga termasuk kesehatan
orang perseorangan tersebut karena tidak jarang penyakit manusia
ditularkan melalui pangan yang diedarkan.
Pasal8
Cukup jelas.
Pasal9
Cukup jelas.
Pasal10
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "bahan tambahan pangan" adalah
bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain, bahan
pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat,
dan pengental.
Ayat (2) Penggunaan bahan tambahan pangan dalam produk pangan
yang tidak mempunyai risiko terhadap kesehatan manusia
dapat dibenarkan karena hal tersebut memang lazim
dilakukan. Namun, penggunaan bahan yang dilarang sebagai
bahan tambahan pangan atau penggunaan bahan tambahan
11
Pasal11
pangan secara berlebihan sehingga melampaui ambang batas
maksimal tidak dibenarkan karena dapat merugikan atau
membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi
pangan tersebut.
Bahan tambahan pangan yang dilarang antara lain asam borat
(boric acid) dan senyawanya, sedangkan bahan tambahan
pangan yang dibolehkan dengan ambang batas maksimal,
antara lain, siklamat.
Pemeriksaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah
bahan tersebut aman bagi atau tidak merugikan atau membahayakan
kesehatan manusia. Selain itu, juga diperiksa dosis penggunaan
untuk menentukan ambang batas maksimal penggunaan bahan
tersebut sehingga dapat dinyatakan aman dan tidak merugikan atau
membahayakan kesehatan manusia.
Pasal12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
"Bahan baku" adalah bahan utama· yang dipakai dalam
kegiatan atau proses produ~si pangan. Bahan baku dapat
berupa bahan mentah, bahan setengah jadi, atau bahan jadi.
"Bahan bantu lain" adalah bahan yang tidak termasuk dalam
pengertian baik bahan baku maupun bahan tambahan pangan
dan berfungsi untuk membantu mempercepat atau
memperlambat proses rekayasa genetika.
Ayat (2)
Prinsip penelitian dalam ruang lingkup rekayasa genetika
merupakan hal yang sangat spesifik dan mempunyai dampak
terhadap keselam~tan manusia, etika, moral, dan keyakinan
12
Pasal 14
masyarakat sehingga perlu pengaturan oleh Pemerintah untuk
mencegah terjadinya pelanggaran yang mungkin merugikan
masyarakat.
Ayat (1)
lradiasi dalam kegiatan atau proses produksi dan
penyimpanan pangan · hanya dapat diselenggarakan
berdasarkan izin Pemerintah karena dampak iradiasi pangan
dapat membahayakan kesehatan dan jiwa man usia.
Ayat (2)
Pasal15
. Mekanisme perizinan yang akan dijabarkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah, antara lain, mencakup persyaratan:
a) pemberian izin yang menyangkut sarana dan prasarana
serta manajemen dan mekanisme pengawasan;
b) kesehatan dan keamanan karyawan;
c) pelestarian lingkungan;
d) pengangkutan bahan-bahan yang mengandung zat
radioaktif;
e) pembuangan dan pengolahan limbah yang mengandung
zat radioaktif; dan
f) mekanisme penanggulangan bencana.
Cukup jelas.
Pasal16
Ayat (1)
Cukup jelas.
13
Ayat (2)
Ketentuan ini mewajibkan setiap orang yang memproduksi
pangan yang akan diedarkan untuk melakukan pengemasan
atau melaksanakan tata cara pengemasan secara benar
sehingga dapat dihindari terjadinya pencemaran terhadap
pangan.
Benar tidaknya pengemasan yang dilakukan atau tata cara
pengemasan yang dilaksanakan, antara lain, dapat diukur dari
tingkat kehati-hatian yang · diterapkan pada saat melakukan
pengemasan, jenis komoditas pangan yang dikemas,
perlakuan khusus yang diperh.Jkan bagi pangan tersebut, serta
kebutuhan untuk melindungi kemungkinan tercemarnya
pangan sejak proses produksi sampai dengan siap
dikonsumsi.
Ayat (3)
Pasal17
Terhadap pangan tertentu yang diperdagangkan, Pemerintah
dapat menetapkan dan berwenang memberlakukan serta
mewajibkan pemenuhan persyaratan atau tata cara tertentu
dalam rangka pengemasan pangan tersebut. Misalnya,
pangan yang memiliki kadar lemak tinggi dan bersuhu tinggi
tidak boleh dikemas dengan menggunakan kem~san plastik
karen a. dapat memberikan peluang lepasnya monomer plastik
yang bersifat karsinogenik ke dalam pangan dan
mencemarinya.
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kemasan akhir pangan" adalah
kemasan final terhadap produk pangan yang lazim dilakukan I
14
pada tahap akhir proses atau kegiatan produksi yang siap
diperdagangkan bagi konsumsi manusia.
Ketentuan ini bersifat preventif karena tidak jarang suatu
produk pangan tercemar oleh bahan yang dapat merugikan
atau membahayakan kesehatan manusia karena tindakan
pengemasan kembali tersebut.
Ayat (2)
Pasal19
Pengadaan pangan dalam jumlah besar yang lazimnya tidak
dikemas secara final dan dimaksudkan untuk diperdagangkan
( diecer) lebih lanjut dalam kemasan yang lebih kecil tidak
tunduk pada · ketentuan ayat (1). Kelaziman tersebut
disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku bagi komoditas
pangan yang bersangkutan atau kebiasaan masyarakat
setempat.
Cukup jelas.
Pasal20
Ayat (1)
· Sistem jaminan mutu merupakan upaya pencegahan yang
perlu diperhatikan dan atau dilaksanakan dalam rangka
menghasilkan pangan yang aman bagi kesehatan manusia
dan bermutu, yang lazimnya diselenggarakan sejak awal
kegiatan produksi pangan sampai dengan siap untuk
diperdagangkan, dan merupakan sistem pengawasan dan
pengendalian mutu yang selalu berkembang menyesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ayat (2)
Di samping sistem jaminan mutu yang diselenggarakan sendiri
oleh setiap orang yang memproduksi pangan, maka upaya
mewujudkan ketersediaan pangan yang aman dapat ditempuh
15
• I
melalui pengujian secara laboratoris atas pangan yang
diproduksi. Persyaratan pemeriksaan laboratorium ini terutama
diperuntukkan bagi pangan tertentu yang diperdagangkan,
yang akan diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.
Ayat (3}
Laboratorium yang melaksanakan pengujian dimaksud harus
memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan dan
melaksanakan pengujian berdasarkan tata cara yang telah
dibakukan.
Ketentuan ini memberi kemungkinan bagi laboratorium
laboratorium yang bukan milik Pemerintah untuk melakukan
pengujian itu. Misalnya, laboratorium milik setiap orang yang
memproduksi pangan, atau yang merupakan bagian dari
sistem jaminan mutu yang diterapkan, atau laboratorium milik
pihak ketiga selama laboratorium tersebut telah diperiksa
kelaikannya dan memperoleh . akreditasi dari instansi
Pemerintah yang bertanggung jawab, baik secara teknis
pe.rlengkapan laboratorium tersebut maupun berkenaan
dengan pemenuhan persyaratan lain berdasarkan undang
undang ini dan peraturan pelaksanaannya.
Ayat (4}
Yang dimaksud dengan "ditetapkan dan diterapkan secara
bertahap" adalah pelaksanaan persyaratan jaminan mutu dan
pengujian secara laboratoris disesuaikan dengan jenis
kegiatan yang dilakukan, antara lain, untuk proses produksi,
penyimpanan, dan pengangkutan. Penerapan persyaratan ini
dilakukan secara bertahap, sesuai dengan perkembangan
sistem pangan serta kesiapan peraturan pelaksanaan yang
dikaitkan pula dengan pelaksanaan pembinaan yang dilakukan
oleh Pemerintah untuk meningkatkan kemampuan, khususnya
pengusaha menengah dan kecil, termasuk pengusaha pangan
olahan informal dan tradisional.
16
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal21
Huruf a
Yang dimaksud dengan "merugikan kesehatan" adalah
dampak yang timbul akibat adanya bahan beracun atau bahan
lain dalam tubuh yang dapat mengganggu penyerapan
senyawa atau zat gizi ke dalam darah, tetapi tidak
membahayakan kesehatan.
Yang dimaksud dengan "membahayakan kesehatan" adalah
dampak yang timbul akibat adanya bahan beracun atau
berbahaya seperti residu pestisida, mikotoksin, logam berat,
hormon, dan obat-obatan hewan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan:
a) "bahan yang kotor" adalah bahan yang bercampur dengan
kotoran seperti tanah, pasir, atau bahan lain;
b) "bah an yang busuk" adalah bah an yang bentuk, rupa, atau
baunya sudah tidak sesuai dengan keadaan normal bahan
tersebut;
c) ··bahan yang tengik" adalah bahan yang bau atau
aromanya sudah berbeda dari bau atau aroma normal yang
antara lain disebabkan oleh terjadinya proses oksidasi;
d) "bahan yang terurai" adalah bahan yang rupa atau
bentuknya telah berubah dari keadaan normal;
17
e) "bahan yang mengandung bahan nabati atau hewani yang
berpenyakit" adalah bahan nabati atau hewani yang
mengandung penyakit yang dapat menular kepada
manusia, misalnya, ikan atau udang yang mengandung
bibit penyakit kolera atau daging yang mengandung cacing;
f) "bangkai" adalah bahan hewani yang mati secara alamiah
atau matinya tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi sebagai
pangan, misalnya, ayam yang mati bukan karena sengaja
dipotong untuk dikonsumsi sebagai pangan.
Pelaksanaan lebih lanjut dari ketentuan ini harus senantiasa
memperhatikan fakta yang ditemukan, tolok ukur objektif dalam
menentukan tingkat kelayakan pangan sebagai makanan dan
atau minuman yang dikonsumsi manusia, aman serta
menjamin kesehatan dan jiwa manusia yang mengkonsumsi
pangan tersebut.
Huruf e
Pasal22
Pelaksanaan dalam ketentuan ini diselenggarakan
berdasarkan ketentuan yang mengatur jangka waktu atau
masa kelayakan pangan untuk dikonsumsi.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau
peredaran pangan.
18
Huruf c
Pasal23
Yang dimaksud dengan "peralatan" dalam ketentuan ini,
antara lain, piring, gelas, sendok, garpu, alat masak, dan
tempat peragaan pangan.
Cukup jelas.
Pasal·24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "standar mutu pangan" dalam
ketentuan ini adalah spesifikasi atau persyaratan teknis yang
dibakukan tentang mutu pangan, misalnya, dari segi bentuk,
warna, atau komposisi yang disusun berdasarkan kriteria
tertentu yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta aspek lain yang terkait.
Standar mutu pangan tersebut mencakup baik pangan olahan
maupun pangan yang tidak diolah.
Dalam pengertian yang lebih luas, standar yang berlaku bagi
pangan mencakup berbagai persyaratan keamanan pangan,
gizi, mutu, dan persyaratan lain dalam rangka menciptakan
perdagangan pangan yang jujur, misalnya, persyaratan
tentang label dan iklan. Berbagai standar tersebut tidak
bertentangan satu sama lain atau berdiri sendiri, tetapi justru
merupakan satu kesatuan yang bulat, yang penjabarannya
Jebih lanjut diatur oleh Pemerintah.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "pangan tertentu yang
diperdagangkan" pada ayat ini adalah produk pangan yang
atas pertimbangan manfaat, nilai gizi, dan aspek perdagangan
harus memenuhi standar mutu tertentu.
19
Pasal25
Penetapan standar mutu pangan oleh Pemerintah,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan upaya
standarisasi mutu pangan yang diedarkan, dan terutama
berguna sebagai suatu tolok ukur yang objektif bagi pangan
yang diedarkan. Hal ini tidak berarti bahwa standar mutu yang
ditetapkan oleh kalangan yang berkepentingan di · bidang
pangan tidak diakui keberadaannya, misalnya, yang ditetapkan
oleh asosiasi di bidang pangan, terutama apabila standar mutu
tersebut lebih tinggi daripada standar mutu yang ditetapkan
Pemerintah.
Di sisi lain, Pemerintah perlu diberikan kewenangan untuk
mewajibkan pemenuhan standar mutu yang ditetapkan bagi
produksi pangan tertentu yang diperdagangkan, terutama
dalam rangka mewujudkan perdagangan pangan yang jujur
dan bertanggung jawab. Dalam melaksanakan ketentuan ini
Pemerintah memperhatikan masukan, saran, atau
pertimbangan dari masyarakat. Hal ini ·panting, mengingat
masyarakat adalah pihak yang merasakan langsung akibat
dari diberlakukannya aturari hukum di bidang pangan, baik
masyarakat yang memproduksi pangan maupun yang
mengkonsumsi pangan.
Ayat (1)
Sertifikasi adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
proses pengawasan mutu pangan, yang penyelenggaraannya
dapat dilakukan secara laboratoris atau cara lain sesuai
dengan perkembangan teknologi. Sertifikasi mutu diberlakukan
untuk lebih memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa
pangan yang dibeli telah memenuhi standar mutu tertentu,
tanpa mengurangi tanggung jawab pihak yang memproduksi
pangan untuk memenuhi ketentuan undang-undang ini dan
peraturan pelaksanaannya.
20
I
I
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal26
Huruf a
Apabila terhadap suatu pangan tertentu yang diperdagangkan
telah diberlakukan standar mutu tertentu berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 24 ayat (2) dan apabila tidak
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, maka pangan
tersebut tidak dapat diperdagangkan. Misalnya, terhadap
suatu pangan tertentu telah ditetapkan . standar mutu
berdasarkan peruntukannya bagi konsumsi langsung manusia
dan ternyata tidak memenuhi standar, maka pangan tersebut
tidak dapat diperdagangkan untuk dikonsumsi langsung.
Namun, hal ini tidak berarti bahwa pangan tersebut tidak dapat
diperdagangkan untuk tujuan Jain, misalnya, untuk digunakan
lebih lanjut sebagai bahan baku pangan dengan tetap
. memperhatikan standar mutu yang mungkin berlaku dan
ditetapkan berdasarkan peruntukannya sebagai bahan baku
pang an.
Huruf b
Ketentuan ini berlaku terutama apabila terdapat janji dari pihak
yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan atau pihak
yang memperdagangkan bahwa pangan yang bersangkutan
memenuhi suatu standar mutu tertentu, tetapi ternyata tidak
memenuhi standar mutu yang dijanjikan tersebut. Apabila
menyangkut perdagangan pangan yang wajib memenuhi
standar mutu tertentu, yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
dalam Pasal 24 ayat (2) tetapi tidak ada perjanjian tersendiri
mengenai mutu pang an tadi, maka janji dimaksud. dianggap
telah terjadi sekurang-kurangnya sama dengan standar mutu
terse but.
21
Suatu pangan dapat menjadi tidak memenuhi standar mutu
yang dijanjikan, misalnya, karena telah tercampur atau sengaja
dicampur dengan bahan lain sehingga satu atau lebih
komposisi pangan menjadi hilang, berkurang, atau bertambah
secara berlebihan sehingga tidak murni lagi dan mutunya tidak
sama dengan standar mutu yang berlaku atau yang dijanjikan.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal27
Ayat (1)
Perbaikan. status gizi masyarakat pada ayat ini sudah
termasuk di dalamnya pengertian peningkatan status dan mutu
gizi masyarakat.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "pangan olahan tertentu" pada ayat ini
adalah pangan olahan untuk konsumsi bagi kelompok tertentu,
misalnya, susu formula untuk . bayi, pangan yang
diperuntukkan bagi ibu hamil atau menyusui, pangan khusus
bagi penderita penyakit tertentu, atau pangan lain sejenis yang
mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kualitas
kesehatan manusia.
Yang dimaksud dengan "komposisi" adalah kandungan zat-zat
serta jumlahnya, yang harus terdapat di dalam pangan
tersebut, baik berupa zat gizi maupun non-gizi.
Ayat (3)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menanggulangi keadaan
kekurangan dan atau penurunan status gizi masyarakat, yang
lazimnya dilakukan untuk sementara waktu dan atau di wilayah
tertentu sampai keadaan tersebut dapat ditanggulangi.
Pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
kemungkinan besar dapat digunakan sebagai sarana untuk I
22
• memperbaiki status g1z1 masyarakat dengan cara
menambahkan zat gizi yang diperlukan dalam jenis pangan
terse but.
Ayat (4)
Pasal28
Kandungan gizi dalam pangan, sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3), merupakan salah satu faktor
penentu dalam proses pembentukan sumber daya manusia
yang berkualitas. Oleh karena itu, peranan setiap orang yang
memproduksi pangan tersebut dalam rangka perbaikan status
gizi masyarakat menjadi sangat penting.
Apabila dalam rangka pelaksanaan ketentuan pada ayat (2)
dan ayat (3) Pemerintah menetapkan persyaratan tertentu bagi
peningkatan kandungan gizi suatu produk pangan, maka pihak
yang memproduksi pangan tersebut wajib memenuhi
· persyaratan yang ditetapkan.
Ayat (1)
Kandungan gizi bahan baku pangan yang digunakan dalam
kegiatan atau proses produksi pangan sangat menentukan
mutu gizi pangan yang dihasilkan. Namun, pada dasarnya
kandungan gizi bahan baku pangan dapat mengalami
penurunan dalam proses pengolahan pangan yang pada
akhirnya mempengaruhi kandungan gizi pangan yang
dihasilkan.
Penurunan kandungan gizi tidak dapat dihindarkan, tetapi hal
tersebut dapat ditekan seminimal mungkin melalui pola
pengolahan pangan yang tepat. Tata cara tersebut dimulai
sejak pemilihan bahan baku, penyiapan, penyimpanan,
pencampuran, pembuatan, dan kegiatan atau proses lain
sehingga menjadi produk jadi yang siap diperdagangkan.
23
Bagi pangan tertentu yang diproduksi secara masal yang
mempunyai jangkauan yang luas Pemerintah mewajibkan
penyelenggaraan tata cara pengolahan yang dimaksud di atas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal29
Cukup jelas.
Pasal30
Ayat (1)
Tujuan pemberian label pada. pangan yang dikemas adalah
agar masyarakat yang membeli dan atau mengkonsumsi
: pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang
setiap produk pangan yang dikemas, baik menyangkut asal,
keamanan, mutu, kandungan gizi, maupun keterangan lain
yang diperlukan sebelum memutuskan akan membeli dan
atau mengkonsumsi pangan tersebut. Ke.tentuan ini berlaku
bagi pangan yang telah melalui proses pengemasan akhir dan
siap untuk diperdagangkan (pre-packaged), tetapi tidak
· berlaku bagi perdagangan pangan yang dibungkus di hadapan
pembeli.
Penggunaan label dalam kemasan selalu berkaitan dengan
aspek perdagangan.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
24
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Keterangan halal untuk suatu produk pangan sangat
penting bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas
memeluk agama Islam. Namun, pencantumannya pada
label pangan baru merupakan kewajiban apabila setiap
orang yang memproduksi pangan dan atau
memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk
diperdagangkan menyatakan_ bahwa pangan yang
bersangkutan adalah halal bagi umat Islam. Adapun
keterangan tentang halal dimaksudkan agar masyarakat
terhindar dari mengkonsumsi pangan yang tidak halal
(haram).
Dengan pencantuman halal pada label pangan,
dianggap telah terjadi pernyataan dimaksud dan setiap
orang yang membuat pernyataan tersebut bertanggung
jawab atas kebenaran pernyataan itu.
Huruff
Cukup jefas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "keterangan lain" adalah keterangan
keterangan selain yang dimaksud pada ayat (2), misalnya,
keterangan mengenai tata cara penggunaan. kandungan gizi
pangan, ataupun efek samping pangan bagi kelompok
masyarakat tertentu, seperti lanjut usia, pengidap penyakit
tertentu, atau mereka yang sedang menjafani program diet. Di
samping itu, Pemerintah dapat melarang pencantuman
gambar atau tulisan pada label yang dapat memberikan
gambaran yang menyesatkan atau tidak benar, misalnya,
mencantumkan gambar buah jeruk segar pada minuman yang
25
Pasal31
tidak menggunakan jeruk sebagai bahan baku atau
mencantumkan tulisan bahwa susu formula dapat
menggantikan fungsi air susu ibu (ASI).
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2}
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pasal32
Yang dimaksud dengan "istilah asing" adalah istilah teknis atau
ilmiah, misalnya, rumus kimia untuk menyebutkan suatu jenis
bahan yang digunakan dalam komposisi pangan.
Yang dimaksud dengan "mengganti" dalam ketentuan ini adalah
kegiatan menghapus, mencabut, menutup, atau mengganti label, baik
sebagian maupun seluruhnya.
Pasal33
Ayat (1)
Suatu keterangan dianggap tidak benar apabila keterangan
tersebut bertentangan . dengan kenyataan sebenarnya atau
tidak memuat keterangan yang diperlukan agar keterangan
tersebut dapat memberikan gambaran atau kesan yang
sebenarnya tentang pangan.
Yang dimaksud dengan "keterangan yang menyesatkan"
adalah pernyataan yang berkaitan dengan hal-hal seperti sifat,
harga, bahan, mutu, komposisi, manfaat, atau keamanan
pangan yang meskipun benar, dapat menimbulkan gambaran
yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang
bersangkutan.
26
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal34
Ayat (1)
Dalam ketentuan ini, benar tidaknya suatu pernyataan halal
· dalam label atau iklan tentang pangan tidak hanya dapat
dibuktikan dari segi bahan baku pangan, bahan tambahan
pangan, atau bahan bantu lain yang dipergunakan dalam
· memproduksi pangan, tetapi mencakup pula proses
pembuatannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal35
Cukup jelas.
Pasal36
Ayat (1)
· Selain undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya,
pemasukan pangan ke dalam wilayah Indonesia harus tetap
memperhatikan peraturan perundang-undangan lain yang
berlaku, misalnya, peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan dan di bidang karantina hewan, ikan, dan
tumbuhan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
27
Pasal37
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi situasi atau
keadaan tertentu yang terjadi di negara asal pangan, yang
diperkirakan dapat mengurangi pemenuhan ketentuan tentang
keamanan, mutu, dan atau gizi pangan yang ditetapkan berdasarkan
undang-undang ini.
Huruf a
Dasar pengujian dan atau pemeriksaan dimaksud sekurang
kurangnya adalah standar pengujian dan atau pemeriksaan
atas pemenuhan persyaratan keamanan, mutu, dan gizi, serta
label pangan yang berlaku di Indonesia.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Pasal38
Dalam hal pengujian atau pemeriksaan tersebut dilakukan di
Indonesia, penyelenggaraannya dapat dilakukan melalui
sistem terpilih atau sistem lain yang dianggap efisien, tanpa
mengurangi pemenuhan persyaratan keamanan, mutu, dan
gizi, serta label tentang pang an yang berlaku.
Cukup jelas.
Pasal39
Ketentuan ini dimaksudkan agar Pemerintah dapat mengawasi
pang an yang akan dikeluarkan dari wilayah . negara Republik
Indonesia, terutama untuk pemenuhan persyaratan secara
internasional. Hal ini panting agar citra pangan nasional dapat
diterima oleh pasar di luar negeri.
Pasal40 ·
Cukup jelas.
28
•
Pasal41
Ayat (1)
Tanggung jawab dimaksud tidak hanya berlaku bagi badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun tidak, tetapi
juga bagi orang perseorangan yang diberi tanggung jawab
terhadap jalannya usaha tersebut, khususnya mereka yang
bertanggung jawab di bidang pengawasan keamanan pangan
pada badan usaha yang bersangkutan, baik berdasarkan
kontrak kerja maupun kesepakatan lain.
Ayat (2)
Persyaratan utama yang harus dibuktikan oleh penggugat atau
ahli waris adalah bahwa yang bersangkutan mengalami
kerugian kesehatan atau mengalami musibah kematian, dan
hal tersebut merupakan akibat langsung dari mengkonsumsi
pangan olahan yang diproduksi oleh tergugat.
Ahli waris dalam mengajukan gugatan perlu melengkapi diri
dengan bukti-bukti yang sah secara hukum mengenai
statusnya sebagai ahli waris dari orang yang meninggal karena
mengkonsumsi pangan olahan yang diproduksi oleh tergugat.
Ayat (3)
Pembuktian di sini terutama dilakukan secara laboratoris,
tetapi tidak menutup penggunaan cara pembuktian lain
. dengan tetap melindungi kepentingan pihak yang beriktikad
baik.
Ayat (4)
Tergugat mempunyai hak untuk membuktikan bahwa yang
bersangkutan tidak bersalah, atau bahwa alasan yang
mendasari gugatan bukan disebabkan oleh kesalahan atau
kelalaiannya, atau bahwa kerugian yang diderita penggugat
diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pihak lain. I
29
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal42
Cukup jelas.
Pasal43
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kerugian materi" adalah kerugian
yang bersifat kebendaan yang dapat dinilai dengan uang.
Sementara itu, yang dimaksud dengan "korban manus.ia"
adalah kerugian. yang tidak dapat langsung dinilai dengan
uang seperti gangguan kesehatan, cacat badan dan atau
psikis, baik yang segera dapat diidentifikasi maupun yang
tidak, serta kematian. Peranan Pemerintah dalam hal ini
semata-mata bersifat pelayanan dan dalam rangka
perlindungan kepentingan masyarakat yang mengkonsumsi
pangan. Oleh karena itu, hal ini harus dilaksanakan dengan
iktikad baik, terutama dalam hal kerugian materi dan atau
korban manusia yang terjadi secara nyata tidak
memungkinkan diajukannya gugatan secara individual atau
terpisah.
Dalam hal Pemerintah melaksanakan kewenangannya
berdasarkan ketentuan ini, hak untuk mengajukan gugatan
dari setiap korban tidak menjadi hilang. Dalam kasus seperti ini
hakim berwenang untuk menggabungkan atau memeriksa
secara terpisah gugatan yang diajukan berdasarkan fakta awal
yang ditemukan.
Ayat (2)
Dengan ketentuan ini segala bentuk penyelesaian atau
keputusan yang menguntungkan sehubungan dengan gugatan
yang diajukan oleh Pemerintah harus diserahkan kepada dan t
menjadi hak dari para korban atau ahli waris korban.
30
Pasal44 .
Cukup jelas.
Pasal45
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal46
Ayat (1)
Ayat (2)
Cadangan pangan nasional adalah persediaan pangan di
seluruh pelosok wilayah Indonesia untuk konsumsi manusia,
bahan baku industri, dan untuk menghadapi keadaan darurat.
Cadangan pangan nasional diupayakan berada di dalam
negeri dan harus senantiasa cukup untuk mengatasi masalah
kekurangan pangan, atau terjadinya berbagai kebutuhan yang
mendadak akibat bencana, atau pengaruh ·fluktuasi harga.
Berbagai kekuatan ekonomi seperti pengusaha, pedagang,
atau koperasi didorong untuk mengelola cadangan pangan
agar pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia
senantiasa dapat dipenuhi.
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Untuk mencegah timbulnya atau menanggulangi gejala
kekurangan pangan, Pemerintah dapat mengupayakan berbagai
bentuk bantuan, antara lain, bantuan pangan darurat, bantuan
pangan dengan harga khusus, dan atau bentuk bantuan lainnya.
Selain itu, Pemerintah juga dapat mengambil tindakan yang
diperlukan untuk menanggulangi tindakan spekulasi atau
manipulasi dalam pengadaan dan peredaran pangan, yang secara !
31
Pasal47
langsung atau tidak langsung menganggu sistem pangan,
termasuk mengganggu ketersediaan pangan dengan harga yang
terjangkau secara memadai.
Ayat (1)
Cukup jelas.
Huruf a
Yang dimaksud dengan "cadangan pangan
Pemerintah" dalam ketentuan ini adalah cadangan
pangan yang dikelola atau dikuasai oleh Pemerintah.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "cadangan pangan
masyarakat" dalam ketentuan ini adalah cadangan
pangan yang dikelola atau dikuasai oleh
masyarakat, termasuk petani, koperasi, pedagang,
dan industri rumah tangga.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "keadaan darurat" dalam ketentuan ini
adalah terjadinya peristiwa bencana alam, paceklik yang hebat,
dan sebagainya yang terjadi di luar kemampuan manusia untuk
mencegah atau menghindarinya meskipun dapat diperkirakan.
Ayat (3) ·
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal48
Yang dimaksud dengan .. tindakan yang diperlukan dalam rangka
mengendalikan harga pangan tersebut" menurut ketentuan ini, antara
lain, berupa tindakan dalam rangka stabilisasi harga pangan yang
dilakukan untuk mencegah fluktuasi harga, baik yang dilakukan melalyi
32
mekanisme pasar maupun melalui intervensi pasar, secara langsung
ataupun tidak langsung.
Tindakan stabilisasi harga pangan juga merupakan upaya untuk
menjamin terciptanya harga yang wajar, baik dari sisi pihak yang
memproduksi maupun dari sisi masyarakat yang mengkonsumsi pangan.
Untuk menunjang upaya terciptanya harga pangan yang terkendali,
Pemerintah perlu memelihara cadangan pangan yang cukup di dalam
negeri yang senantiasa dapat dimanfaatkan untuk mengatasi fluktuasi
harga atau kekurangan pangan yang terjadi secara mendadak, baik
akibat spekulasi, manipulasi, maupun sebab lain yang terjadi di dalam
ataupun di luar negeri.
Pasal49
Ayat (1)
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan
kemampuan usaha kecil akan didorong dan ditingkatkan
dalam rangka pemberdayaan usaha kecil di bidang pangan
sehingga secara bertahap dapat memenuhi berbagai
ketentuan undang-undang ini. Baik Pemerintah maupun
masyarakat menyelenggarakan upaya pembinaan dan
pemasyarakatan berbagai ketentuan undang-undang ini
sehingga usaha kecil di bidang pangan dapat tumbuh dan
berkembang serta memenuhi berbagai persyaratan keamanan
pangan yang dapat menjamin kesehatan manusia.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
33
Huruff
Kerja sama dimaksud tidak hanya terbatas pada tingkat
kebijakan yang bersifat umum, tetapi mencakup pula hal-hal
yang konkret seperti pemberian bantuan pangan kepada
negara tetangga atau dalam rangka mewujudkan cadangan
pangan nasional. Misalnya, apabila produksi atau cadangan
pangan di dalam negeri jauh lebih besar daripada
yang dibutuhkan dan untuk membina hubungan baik antara
Indonesia dan negara lain, maka kelebihan itu dapat dipakai
untuk membantu negara lain yang sedang mengalami
kelaparan atau kekurangan pangan.
Bantuan kepada negara sahabat ini dapat dilakukan selama
tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Dengan
demikian, dalam melakukan kerja sama internasional
untuk memperoleh bantuan pangan, Pemerintah harus
waspada agar semua tawaran tersebut tidak mengakibatkan
keterikatan yang merugikan kepentingan nasional.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal50
Cukup jelas.
Pasal51
Cukup jelas.
Pasal52
Masyarakat dapat menyampaikan permasalahan, masukan, dan atau
pemecahan masalah dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan
sistem pangan kepada Pemerintah, baik langsung maupun tidak
langsung antara lain melalui media cetak, media elektronik, atau
seminar, baik secara individu, kelompok, maupun melalui organisasi
34
profesi dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Khusus yang
menyangkut perlindungan anggota masyarakat yang dirugikan dan yang
ingin mengajukan gugatan dapat dilakukan oleh orang perseorangan,
lembaga, atau organisasi bantuan hukum dengan surat kuasa dan sesuai
dengan. ketentuan hukum yang berlaku.
Pasal53
Ayat (1}
Cukup jelas.
Ayat (2}
Cukup jelas.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud ~engan "menghentikan" adalah
perbuatan mencegah keberangkatan dan atau
membuat menjadi berhenti setiap sarana angkutan yang
dimaksud dalam ketentuan ini, dan dilakukan oleh
pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3}
Persyaratan surat perintah dalam ketentuan ini dimaksudkan
agar tercipta tertib pelaksanaan kewenangan pemeriksaan
tersebut, sehingga memberikan rasa aman terhadap pihak
yang beriktikad baik.
35
Ayat (4)
Ayat ini merujuk pada penyidikan sebagai tindak lanjut dari
pemeriksaan karena tindakan penyidikan, sudah diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain,
Undang-undang tentang Hukum Acara Pidana, Undang
undang tentang Kesehatan, Undang-undang tentang
Karantina Hewan, lkan, dan Tumbuhan, serta Undang-undang
tentang Sistem Budidaya Tanaman.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal54 ·
Ay~t (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Apabila dipandang perlu, Pemerintah dapat mengumumkan
tindakan administratif yang telah dikenakan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal55
Cukup jelas.
Pasal56
Cukup jelas.
Pasal57
Cukup jelas.
Pasal58
Cukup jelas.
Pasal59
Cukup jelas.
36
Pasal60
Cukup jelas.
Pasal61
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kekurangan pangan yang sangat
mendesak" adalah keadaan sangat darurat yang ditandai oleh
. timbulnya kelangkaan ketersediaan pangan akibat bencana
alam, wabah penyakit, kegagalan panen, terjadinya perang,
dan kelangkaan pasokan pangan di pasar dunia.
Yang dimaksud dengan "mengesampingkan" adalah langkah
atau . tindakan untuk tidak mengikuti sebagian atau seluruh
persyaratan yang dimaksud pada ayat ini.
Ayat (2)
Pasal62
Yang dimaksud dengan "memperhatikan keselamatan dan
terjaminnya kesehatan masyarakat" adalah langkah atau
tindakan yang perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan
kesehatan masyarakat secara umum, misalnya, menyebarnya
wabah penyakit menular dan kekurangan pangan (busung
lapar) dengan selalu tetap memberikan prioritas bagi
terjaminnya kecukupan pangan bagi golongan rawan.
Cukup jelas.
Pasal63
Kalangan rumah tangga perlu dikecualikan dari pelaksanaan undang
undang ini. Kata "diproduksi dan dikonsumsi" dalam pasal ini
dimaksudkan sebagai pengolahan pangan untuk dikonsumsi sendiri
oleh keluarga yang bersangkutan.
Adapun terhadap peredaran pangan olahan hasil usaha kecil, baik
informal maupun tradisional, Pemerintah akan melakukan pembinaan
dan pengaturan secara bertahap.
37