sambutan pemerintah terhadap pengantar musyawarah fraksi ...

172
SAMBUTAN PEMERINTAH TERHADAP PENGANTAR MUSYAWARAH FRAKSI-FRAKSI RUU TENTANG PANGAN Assalimu•alaikum Wr.Wb. Saudara PANSUS; Anggota· PANSUS; Hadirin dan hadirat yang saya hormati. ruarllah kita sampaikan puji kehadirat ALLAH SWT · atas limJ>ahan l<aruui.a dan rahmat-Hya, bahwa l<itn da1;,a·t ber·J(umpul · da·n · ber·temu l<embai i i>ada 11ari i ni. dengan keadaan sehat wal"afiat. dalnm RUU tentang P1.111gan yang l<i ni · al<all memasul<i Tingl<at I I I. Kami dengan gembira dan penuh suka cita terhadap per-hatian Anggota Dewan yang terhor-mat, dan ldiususnya l'ar"'a f.\nggota dan Pi.rnt,inan PANSUS, ya11g telah bekerja super l<eras. menguras terbaiknya, sehingga kemajuan pembahasan RUU tentang Panga.-. rnencapai laj u yang optimal. Untul< itu atas nama Pemerintah kami sampaikan penghafgaan dan ucapan terima kasih amat dalam. Dilanclasi · adanya per .. Sflmaan pandangan,· apresiasi dan semar1gat agar m;:tsi ng-mas i ng dapa t mer-.yumbangkan yang ter·ba i · bagi negaa-anya. serta l'enghayatan yang mendalam al<an betapa ()E-}1..-l:ingnya ReJ)Ubl :II<· Indone::.ia · · yang telah ki tt;\ tahun yang itu. Secepatnya dapat memiliki terrtang Pangan yang pertama· kali. Persamaan landasan tersebut dimantapkan dengan pengalaman kerjasama yang orat. yang kita bina bersama dimasa laiti. kaml yakin dan mengharapkan. dengan l<adar optimisme yang 1:inggi. bahwa pembahasan yang . segera akan kita lakukan bersama akan dapnt berlangsung lancar. dengan kndar hambatan yang tidak berarti. Sehingga dalam waktu dekat mendatang ini. impian kita bersama untuk memliki Undang-Undang tentang Pangan dapat terwujud.

Transcript of sambutan pemerintah terhadap pengantar musyawarah fraksi ...

SAMBUTAN PEMERINTAH TERHADAP PENGANTAR MUSYAWARAH FRAKSI-FRAKSI

RUU TENTANG PANGAN

Assalimu•alaikum Wr.Wb. Saudara Pi~apiraan PANSUS; Anggota· PANSUS; Hadirin dan hadirat yang saya hormati.

Pertama-ta~a ruarllah kita sampaikan puji s~ukur kehadirat ALLAH SWT · atas limJ>ahan l<aruui.a dan rahmat-Hya, bahwa l<itn da1;,a·t ber·J(umpul · da·n · ber·temu l<embai i i>ada 11ari i ni. dengan keadaan sehat wal"afiat. dalnm ~angka memba~as RUU tentang P1.111gan yang l<i ni · al<all memasul<i Pembah.~san· Tingl<at I I I.

Kami menya~>ut dengan gembira dan penuh suka cita terhadap per-hatian Anggota Dewan yang terhor-mat, dan ldiususnya l'ar"'a

f.\nggota dan Pi.rnt,inan PANSUS, ya11g telah bekerja super l<eras. menguras pikira~ terbaiknya, sehingga ~emu~~kink~n kemajuan pembahasan RUU tentang Panga.-. rnencapai laj u yang optimal. Untul< itu atas nama Pemerintah kami sampaikan penghafgaan dan ucapan terima kasih ya~g amat dalam.

Dilanclasi · adanya per .. Sflmaan pandangan,· apresiasi dan semar1gat agar m;:tsi ng-mas i ng dapa t mer-.yumbangkan yang ter·ba i 1~

· bagi negaa-anya. serta l'enghayatan yang mendalam al<an betapa ()E-}1..-l:ingnya ~legara ReJ)Ubl :II<· Indone::.ia · · yang telah ki tt;\

proklama~ik~n ~~ tahun yang l~lu itu. Secepatnya dapat memiliki Undang-Und~n~ terrtang Pangan yang pertama· kali. Persamaan landasan tersebut dimantapkan dengan pengalaman kerjasama yang orat. yang tel~h kita bina bersama dimasa laiti. kaml yakin dan mengharapkan. dengan l<adar optimisme yang 1:inggi. bahwa pembahasan yang . segera akan kita lakukan bersama akan dapnt berlangsung lancar. dengan kndar hambatan yang tidak berarti. Sehingga dalam waktu dekat mendatang ini. impian kita bersama untuk memliki Undang-Undang tentang Pangan dapat terwujud.

Bersama ini pemerintah secara resmi telah menerimn persandingan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dari ke 4 Fraksi

yaitu dari FKP, FABRI, FPP, dan FPDI dan juga· kami telah membaca

dan mendengar secara balk tentang berbagai mate~i yang memerlukan

pembahasan yang lebih mendalam yang tadi telah disampaikan di

dalnm Pengantar Musyawarnh ini, diiringi dengan ungkapan penghar­

gaan yang setinggi-tingginya dari dasar lubuk hati kami yang paling dalam.

Kami percaya bahwa DIM yang telah disusu oleh Fraksi-fraksi

DPR selama beberapa hari siang dan malam tanpa mengenal Ielah

pastilah mengandung saran-saran yang sangat konstruktif sebagai

hasi I pengkaj ian, pengunyahan dan. pencernaan ·yang. mungkin sudah

sangat lumat disertai kesungguhan dan rasa penuh tanggung jawab

terharap RUU teritang Pangan yang telah disampaikan Pemerintah

kepada Lembaga DPR pada tanggal 3 September 1996 yang lalu.

Saran-saran konstruktif tersebut pasti sangat ·bermanfaat sebagai bahan pembahasan dalam diskusi selanjutnya.

Hadirin yang kami mulyakan,

Pemerintah sebagai mitra kerja Lembaga DPR ingin menyatakan

diri slap mel~kukan kerja sama yang lebih erat dan lebih dekat

da.lam upaya menyempurnakan materi RUU tentang Pangan, sehingga

menghasilkan salah satu undang-undang. yang kelak akan dikagumi oleh generasi-generasi mendatang pantas bagi a~uan masa kini,.dan

juga pantas untuk acuan masa depan yang panjang, bersifat modern serta memenuhi perkembangan zaman, ilmu dan teknologi.

Seperti yang telah kami sampaikan sebelum~y:a Penier'intah akan mencoba melakukan berbagai macam penyesuaian-p·enyesuaian baik isi

maupun materi-materi yang telah disampaikan baik dalam DIM maupun

dalam Pengantar Musyawarah ini, seirama dengan berbagai saran­

saran yang tertera dalam DIM DPR, sepanjang hal tersebut tidak

merubah substansi hakiki yang kami yakini secara teknis relatif

benar. Kami yakin dalam RUU tentang Pangan tersebut disana sini masih terasa perlu adanya berbagai macam perbaikan dan penyempur­

naan. Karena alasan-alasan tersebut Pemerintah akan bertindak

sangat akomodatif sehingga kita semua memperoleh persepsi yang

sama melalui musyawarah dan mufakat. Dan dengan seijin Pansus

juga Pemerintah berusaha menyusun sandingan setelah mempelajari

DIM DPR dan juga tanggapan dari berbagai fraksi tentang masalah­mnsalah dan materi-materi yang memerlukan prioritas. Pemerintnh amat sepaham dengan fraksi-fraksi agar pembahasan mengenai materi

Pansus RUU tentang ·pangan ini dapat dilaksanakan secara efektif

dan efisien mengingat waktu yang relatif terbatas.

Kami juga menyarankan agar hal-hal yang bersifat detail teknis diperkenankan untuk digunakan sebagai bahan masukan bagi

Pemerintah terutama di dalam Pembahasan Rancangan Peraturan

Pemerintah yang· segera akan kami·siapkan, mengingat bahwa DIM secara resmi telah kami terima dan Pengantar Musyawarah pada hari ini banyak hal-hal yang telah disampaikan dan melihat waktu yang

relatif pendek dan pembahasan kita selalu dilandaskan pada asas

keke 1 uargaan kebersamaan, maka kami menyarankan · · a.gar rapa t Pen­

gantar Musyawarah ini dapat ditunda sehingga memberi peluang

wnktu bagi kami beberapa hari untuk mendalami materi-materi DIM dan juga masukan-masukan dalam Pengantar Musyawa~ah ini, sehingga

bila diperkenankan maka rapat secara maraton akan kita langsung­

knn secara resmi nanti pada hari Senin tanggal 23 September 1996.

Demi ki an 1 ah beberapa ungkapan harapan kami, dan dengan dcmikian kami akhiri sambutan ini.

Wabillahit tauffq. wal hidayah, Wassalamu'alaikum· Warahmatu·IIahi

Wabarakatuh.

LAPORAN HASa KERJA P ANJA KEP ADA P ANITIA KHUSUS

RUU TENTANG P ANGAN

TANGGAL 11 OKTOBER 1996

DISAMP AIKAN OL KETUAPANJA

RM.PURBA

Assallarn'mualaikum r. b.

Yang terhormat Saudara Ketua dengan Anggota Pansus RUU

tentang Pangan.

Yang terhormat saudara Menteri Negara Urusan Pangan beserta

staf selaku yang mewakili Pemerintah.

Hadirin yang kami horrnati.

Pertama-tarna marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadi­

rat ~~h~n Yang Maha Esa, atas lirnpahan rakhmat dan karunia Nya

karena pada hari ini karena pada hari ini dapat berkumpul dalam

keadaan sehat wal'afiat untuk mendengarkan laporan Panitia Kerja

RUU tentang Pangan.

Selanjutnya atas nama Panitia Kerja saya mengucapkan terima

kasih kepada Panitia Khusus yang telah memberikan mandat kepada

kami untuk menuntaskan beberapa permasalahan yang memerlukan .

pendalaman lebih lanjut dalam forum rapat tertututup dengan

maksud agar semua pihak dapat mengutarakan argumentasinya secara

lebih terbuka dan dapat memehami serta mendalami permasalahannya

yang dihadapi sehingga diperoleh kesepakatan yang memenuhi hara­

pan kita semua.

Hadirin yang .saya hormati dalam kesempatan ·yang sangat

berharga ini perkenankanlah saya menyampaikan laporan pelaksanaan

Rapat Panitia Kerja RUU Tentang Pangan sebagai berikut .

1. Pertama keanggotaan

Berdasarkan keputusan Rapat Panitia Khusus Tanggal 27 Septem­

ber 1996 disepakti keanggotaan Panitia Kerja berjumlah 34

orang anggota dengan komposisi sebagai berikut :

- 15 orang dari FKP,

6 orang dari FABRI,

4 orang dari FPP,

4 Orang dari FPDI.

Pimpinan 2 orang anggota yaitu

- 1. 1 (satu) Ketua panja dari FABRI yaitu saya sendiri,

- 2. Wakil Ketua dari FPDI yaitu yang terhormat Saudara

H.Djuwardi Effendi dan 3 orang anggota masing-masing yang

terhormat Prof. DR. H. Didin. S. Sastrapraja, Prof. DR.

Ir. H. Fachruddin. dan H. Syaiful Anwar Husen.

Pemerintah berjumlah lebih kurang 30 orang.

~- ---------------

2. Rapat-rapat Panitia Kerja

Pelaksanaan Rapat panitia Kerja tetap mengacu kepada mandat

yang diberikan oleh Panitia Khusus yaitu dengan menggunakan

alokasi waktu sebanyak 9 (sembilan) hari kerja dan dialokasi­

kan lagi kepada Panja sebanyak 7 (tujuh) hari kerja dan 2

(dua) hari untuk Timus dan Sinkronisasi.

Mengingat beban tugas yang dirasakan memerlukan pemikiran yang

mendalam, maka salah satu upaya untuk mengurangi beban tuga~

te~sebut diatas Panja telah sepakat untuk membentuk Tim Kecil

yang beranggotakan 10 (sepuluh) orang yang mewakili ke empat

Fraksi dan Pemerintah.

Adapun tugas ya~g diserahkan kepada Tim Kecil adalah membahas

tentang :

1. Konsideran mengingat dan konsideran menimbang.

2. Penjelasan Umum RUU.

Kedua materi ini diserahkan kepada Tim Kecil dengan mandat

penuh selanjutnya kepada Tim Kecil juga diserahkan tugas untuk

membahas Bab VII baru tentang Ketahanan Pangan,· Bab VIII tentang

Pemeriksaan dan Bab IX tentang Sanksi Pidana dalam RUU.

Dengan adanya pembagian tugas seperti ini maka pelaksanaan

Rapat Panja maupun Rapat Tim Kecil dilakukan secara paralel baik

siang maupun malam dengan memanfaatkan waktu selama 9 (sembilan)

jam per hari. Mengingat beban tugas yang diemban tersebut memer­

lukan kajian mendalam, maka pelaksanaan rapat dilakukan secara

ketat. Ternyata . dengan cara tersebut beban tugas yang diemban

dapat diselesaikan dalam waktu 5 (lima) hari kerja bagi Panja.

Sehingga dengan demikian dan sisa waktu yang ada digunakan oleh

Tim Perumus untuk bekerja lebih leluasa dan disamping itu juga

oleh Fraksi-fraksi untuk mempersiapkan pendapat akhir mini mas­

ing-masing dalam Sidang Pansus pengambilan keputusan hasil RUU

Tentang Pangan untu dibawakan ke Tingkat IV.

Perlu kami laporkan pula bahwa Anggota Tim Perumus berjumlah

20 (dua puluh) orang teridiri dari 5 (lima) orang Pimpinan, 8

(delapan) orang dari FKP, 3 (tiga) dari FABRI, 2 (dua) FPP dan 2

( dua) dari FPDI. Tim tersebut dipimpin oleh Wakil Ketua Pansus

yaitu yang terhormat Saudara Prof.OR. Ir. H. Fachrudin. Adapun

tugas dari Tim Perumus adalah selain menyelesaikan mandat yang

diberikan oleh Panja juga menyelesaikan materi rumusan yang

bersifat redaksional dari Panitia Khusus.

Karena pertimbangan waktu yang tersedia relatif cukup sing­

kat sedangkan Tim Perumus harus dapat menyelesaikan tugas secara

tuntas, maka Tim Perumus bersepakat agar anggota yang tergabung

dalam Tim Perumus juga sekaligus melakukan Sinkronisasi terhadap

rumusan dan penempatan Bab maupun Pasal-pasal, sehingga dengan

demikian tugas yang diberikan Panja dapat diselesaikan tepat

waktu.

3_. Mekanisme Rapat Kerja

a. Mekanisme rapat yang ditempuh oleh Panja tidak jauh berbeda

dengan mekanisme yang ditempuh dalam Rapat Panitia Khusus

yaitu masing-masing Fraksi sebagai pengusus subtansi yang

di Panja kan telebih dahulu memberikan penjelasan ulang dan

penjelasan tambahan secara singkat dengan maksud untuk

mengingkatkan kembali catatan yang ada pada anggota Panitia

Kerja.

Dalam Rapat Panitia Kerja tersebut pada dasarnya dilakukan

dua kali putaran kemudian bila tidak mencapai mufakat

putaran pembahasan dapat ditambah dan bila perlu dilanjut­

kan dalam forum lobby. Namun demikian meskipun telah dilak­

ukan lobby ternyata masih saja ada permasalahan yang tidak

dapat· diputuskan dengan segera, . hal ini disebabkan karena

adanya perbedaaan pendapat dari masing-masing Fraksi dan

Pemerintah dalam mengemukakan argumennya bahkan tidak

jarang mengalami penundaan sampai beberapa kali hal ini

menunjukan adanya rasa tanggung jawab besar dari seluruh

anggota Panitia Kerja untuk mendapatkan rumusan RUU yang

terbaik. Demikian pula untuk menyelesaikan setiap permasa­

lahan kadang-kadang dijumpai adanya perbedaan yang sangat

tajam. Namun demikian berkat adanya sikap yang arif dari

para anggota Panitia Kerja dan Pemerintah, maka semua

permasalahan akhirnya dapat diselesaikan secara tuntas .

Oleh karena itu kita patut mengucapkan puji syukur kepada

3

Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya seluruh materi baik substan­

sial dan redaksional dapat diselesiakn melalui musyawarah

untuk mufakat.

b. Rapat Tim Perumus.

Sesuai dengan laporan yang disampaikan oleh Ketua Tim

Perumus, maka tugas yang ditangani oleh Tim Perumus adalah

menyelesaikan tugas baik dari Pansus maupun tugas dari

Panja ,· disamping i tu juga sekaligus melakukan Sinkronisasi

untuk menserasikan seluruh materi RUU yang dihasilkan oleh

Panitia Khusus dan Panitia Kerja, dan sebagai bahan acuan

yang digunakan adalah naskah RUU yang ditulis ulang oleh

Pemerintah dari.hari Pansus dan Panja.·

Dengan mekanisme demikian, rapat dapat berjalan lancar

walaupun kadang-kadang masih dijumpai terjadi perbedaan

persepsi dari masing-masing anggota terhadap satu masalah

yang sama terutama apabila masalah tersebut menyangkut

masalah tehnis.

4. Materi Permasalahan

Berdasarkan permasalah yang telah.dipersiapkan bai ol~h Sekre­

tariat Pansus maupun oleh Pemerintah, maka jumlah materi yang

harus diselesaikan oleh Panitia Kerja adalah sekitar 301

permasalahan terdiri dari 241 permasalahan yang ada di Batang

·. Tubuh dan 60 pe.rmasalah di Penjelasan. Meskipun jumi.ah materi

yang dibahas cukup banyak namun dalam perjalanannya bila

dilihat secara cermat ada beberapa materi yang mengadung

pengertian yang sama. Oleh karena itu teleh disepakati bilka

dalam pembahasan diketemukan materi yang sama, maka langsung

diselaraskan dengan materi sebelumnya.

Dalam pembahasan materi di Rapat Panja ada beberapa catatan

penting yang dapat diklasifisikan sebagai permasalahan yang

cukup menonjol antara lain sebagai berikut :

Pertama : Konsideran Menimbang, Mengingat dan Penjela­

san Umum.

Ke dua

Menurut pengalaman dalam berbagai Pansus

pembahasan materi Konsideran dan Penjelasan

Umum selalau menghabiskan waktu yang panjang

walaupun semua Fraksi dan Pemerintah berpen­

dapat sama tentang kriteria muatan untuk

Konsideran menimbang, namun kalau sudah

memasuki rumusannya selalu timbul keinginan

untuk memasukan keinginan masing-masing~

Sedangkan dalam Konsideran Mengingat walaupun

terdapat perbedaan persepsi tentang kriteria

muatan yang perlu dimasukkan selain Pasal­

pasal dari UUD 1945. dapat dicapai kesepakatan

yaitu dalam Konsideran mengingat hanya mecan­

tumkan Pasal-pasal UUD 1945 yang terkait

dengan ketentuan pebentukan UU. Dengan demi­

kian maka pencantuman beberapa UU dalam

Konsideran Mengingat dihapuskan dan dipindah-

.kan kedalam Penjelasan Umum.

Pembahasan Konsideran disatukan dengan peru­

musan Penjelasan Umum diserahkan kepada Tim

Kecil dengan mandat penuh dan dapat disele­

saikan dalam kurang dari 2 hari saja.

: Bab I Ketentuan Umum

Untuk memperjelas materi muatan RUU ini Panja

menambahkan beberapa pengertian berkali-kali

disebut dalam Batang Tubuh dengan maksud

untuk menghindari terjadinya penafsiran yang

berbeda, sehingga jumlah pengertian yang ada

dalam Pasal 1 menjadi 18 buah.

Demikian pula rumusan Pasal 2 yang semula

membuat azas-azas pembangunan pangan dirubah

menjadi muatan baru sebagai dasar filosofi

pembangunan pangan yang memayungi muatan RUU

dalam Pasal-pasal berikutnya .

Ke tiga

Ke empat

Ke lima

Ke enam

: Bab II Keamanan Pangan

Teridiri dari 6 bagian dan terdiri dari Pasal

4 sampai dengan Pasal 23 mendapat cukup

banyak perubahan mulai dari judul Bab yang

semula berjudul Persyaratan Keamanan Pangan

berubah menjadi Keamanan Pangan dan beberapa

judul dari. bagian-bagiannya maupun rumusan

Pasal-pasalnya yang umumnya menyangkut pe­

nyempurnaan redaksional.

: Bab III Tentang Mutu dan Gizi Pangan.

Terdiri dari Pasal 24 sampai dengan Pasal 29

Bab III tidak mengalami banyak perubahan

walaupun menyita waktu cukup -banyak dalam

membahas istilah perbaikan status gizi seba­

gai pengganti istilah peningkatan status g~z~

yang terdapat dalam rumusan Pasal 27 Ayat

( 1) •

: Bab IV Mengenai Label dan !klan Pangan.

Terdiri dari Pasal 30 sampai dengan Pasal 35.

Pembahasan Bah ini cukup lancar kecuali

pembahasan tentang muatan Label mengfenai

keterangan tentang Halal memerlukan pembaha­

san yang cukup lama dan akhirnya dapat dise~

pakati dengan penyempurnaan Penjelasan Pasal.

: Bab V Tentanq Pemasukan dan Pengeluaran

Pangan ke Dalam dan Dari Wilayah Indonesia.

Bab ini meliputi Pasal 36 sampai dengan Pasal

40 tidak banyak mengalami perubahan kecuali

pembahasan kata "dapat" dalam Pasal 37 dan

pasal 39 memerlukan pembahasan yang cukup

panjang untuk dapat dipertahankan tetap dalam

rumusan.

Ke tujuh

Ke delapan

Ke sem.bilan

: Bab VI Tentang Tanggung Jawab Industri

Pangan.

Terdiri dari Pasal 41 sampai dengan pasal 44

tidak mengalami banyak perubahan namun pemba~

hasan Pasal 41 Ayat (3) memerlukan waktu

cukup panjang yai tu tentang Prinsip Pembuk­

tian Terbalik untuk mengatasi perbedaaan

pendapat ini akahirnya pasal 41 Ayat (3)

disepakati untuk dirumuskan dalam 2 Ayat,

sehingga Pasal 41 yang semula terdiri dari ·4

Ayat berubah menjadi 5 Ayat.

: Bab VII Tentang Ketahanan Pangan.

Bab ini terdiri dari Pasal 45 sampai dengan

Pasal 50 merupakan Bab baru yang pasal-pasal­

nya bersumber dari Bab VIII RUU Tentang

Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan. Dengan

rumusan baru dalam Pasal 45 yang memuat

tentang Tanggung Jawab Pemerintah bersama

Masyarakat untuk mewujudkan ketahanan pangan.

Bab ini pembahasannya diserahkan kepada Tim

Kecil. Dalam pembahasan Pasal 48 Tim Kecil

tidak berhasil mencapai kata sepakat sehingga

mengajukan dua rumusan untuk diputuskan oleh

Panja. Sesuai dengan kasepakatan dalam Panja

kedua rumusan tersebut diserahkan kepada

forum lobby antara Pimpinan Fraksi dengan

Pemerintah, setelah dilakukan 2 kali lobby

rumusannya disepakati dengan rumusan yang

menampung muatan dari kedua rumusan yang

diajukan oleh Tim Kecil tersebut dan diadakan

penyempurnaan dalam penjelasan Pasalnya.

: Bab VIII Tentang Peranserta masyarakat.

Bab ini terdiri dari Pasal 51 dan Pasal 52

setelah ditempatkan sebagai Bab VIII yang

Ke sepuluh

Ke sebelas

semula adalah Bab VII dalam RUU, Bab ini

tidak mengalami perubahan rumusan.

: Bab IX Tentang Pengawasan.

Terdiri dari Pasal 53 dan Pasal 54 semula berada dalam Bab X RUU dengan judul Pemerik­

saan. Terdapat tambahan muatan yang mendasar pada Pasal 53 yang semula terdiri dari 3 ayat

berubah menjadi 5 ayat yaitu pada Ayat 3 baru

memuat tentang Pemeriksa yang melakukan

pemeriksaan dilengkapi dengan surat perintah. ayat 4 baru tentang tindak lanjut dari hasil

pemeriksaan yang patut diduga merupakan

tindak pidana segera dilakukan dengan tinda­

kan penyidikan oleh penyedik sesuai dengan

Peraturan Perundangan-undangan yang berlaku.

Dengan tanbahan Ayat baru ini maka telah

terumuskan suatu jembatan untuk menindak

lanjuti basil pemeriksaan yang patut diduga

sebagai tindak pidana ketahap penyedikan yang

pelaksanaan penyidikkannya tidak diatur dalam

RUU Pangan tetapi didalam Peraturan Perun­dang-undangan lain yang berlaku.

Dalam Bab ini dimasukkan pula Pasal 54 ten­tang tindakan administratif terhadap pelang­garan UU in~, yang semula dalam RUU dirumus­

kan dalam Bab VIII tentang Pembinaan, Pengen­

dalian dan Pengawasan.

: Bab X Ketentuan Pidana.

Terdiri dari Pasal 55 sampai dengan Pasal 59 dan tidak banyak mengalami perubahan, bebe­rapa perubahan muatan yang menonjol adalah ancaman pidana dan atau denda dalam Pasal 55, Pasal 56, Pasal 58 dan Pasal 59 ancaman pidana dalam Pasal 55 semula paling lama 10

8

Ke dua belas

tahun dirubah menjadi paling lama 5 tahun dan

atau denda semula paling banyak 350 juta

rupiah dirobah menjadi paling banyak 600 juta

rupiah. Ancaman pidana pada pasal 56 tetap

paling lama 1 tahun 1 tetapi ancaman denda

semula paling banyak 125 juta dirubah menjadi

paling banyak 120 juta rupiah.

Ancaman pidana dalam Pasal 58 paling lama 3

tahun tidak ada perubahan 1 tetapi ancaman

denda berubah dari semula paling banyak 250

juta rupiah menjadi paling banyak 360 juta

rupi?lh. Demikian pula ancaman pi dana dalam Pasal 59 tetap yaitu paling lama 4 tahun 1

tetapi ancaman denda dirubah dari paling banyak 300 juta rupiah menjadi paling banyak

480 juta rupiah.

: Bah XI Penyerahan urusan dan Tugas Pemban­

tuan. Terdiri dari Pasal 60 dan semula dalam RUU

berada dalam Bab IX Pasal ini tidak mengalami

perubahan.

Ke tiga belas : Bab XII Ketentuan lain-lain.

Semu!"a hanya terdiri dari hanya 1 Pasal sete­lah diadakan perubahan menjadi 3 Pasal yaitu Pasal 61 1 Pasal 62 dan pasal 63. Pasal 61

yang semula adalah Pasal 59 dalam RUU menga­lami penyempurnaan rumusan. Pasal 62 merupa­kan Pasal baru dengan rumusan yang sebelum­nya tidak ada dalam RUU 1 yai tu bilamana

perlu Pemerintah untuk menunjuk instansi

untuk mengkoordinasikan untuk terlaksananya

UU ini. Pasal 63 semula berada di Bab XIV tentang

Ketentuan Penutup dan dipindahkan tempatnya ke Bab XII ini dengan rumusan yang tetap.

Ke empat belas : Bab XIII Ketetuan Peralihan.

Terdiri dari pasal 64 dan terdapat perubahan

redaksional.

Ke Lima Belas : Bab XIV Ketentuan Penutup.

Semula terdiri dari 2 pasal dan setelah

perubahan tinggal satu pasal yaitu pasal 65

tentang penetapan saat berlakunya UU ini.

Semula dalam RUU Rumusannya adalah UU ini

mulai berlaku setelah jangka waktu 2 tahun

terhitung sejak tanggal diundangkan dan

setelah dirubah menjadi saat berlakunya uu ini mulai pada tanggal diundanqkan _Pasal 61

dalam RUU dipindahkan tempatnya ke Bab XII

yaitu ketentuan dan lain sebagai pasal 63.

Hadirin yang saya hormati.

Dapat kami laporkan bahwa materi hasil rumusan Tim Perumus

meliputi 40 rumusan dalam Batang Tubuh dan 13 rumusan dalam

Penjelasan.

Setelah Tim Perumus selesai dengan pembahasannya dilanjutkan

dengan Tim Sinkronisasi seluruh rumusan hasil Pansus, Panja dan

Tim Perumus. Sebagai hasil akhir dari seluruh pembahasan RUU ini

terdapat penambahan 3. Pasal· baru sehingga RUU semula memuat 62

Pasal berubah menjadi 65 Pasal.

Saudara Menteri,

Saudara Ketua dan Anggota Pansus yang saya hormati.

Demikianlah secara singkat laporan Panitia Kerja kami sam­

paikan dengan harapan RUU yang telah dihasilkan oleh Panitia Kerja ini memperoleh persetujuan Panitia Khusus yang dapat pula

disampaikan pada Rapat Paripurna DPR RI tanggal 14 Oktober 1996

yang akan datang.

Akhirnya pada kesempatan ini kami atas nama Pimpinan Panitia

Kerja mengucapkan terima kasih kepada seluruh Anggota Panitia

/D

Kerja, Pemerintah dan Sekretariat yang bekerja secara optimal dan

extra kerja untuk menyelesaikan RUU Tentang Pangan ini.

Tidak kata lain yang dapat kami sampaikan kecuali memohon

kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga hasil kerja Bapak-bapak dan

Ibu-ibu sekalian dapat memperolah limpahan yang berlipat ganda.

Sekian terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

/I

Disampaikan oleh No. Anggota

PENDAPAT AKHIR MINI FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN DPR-RI

DALAM RAPAT PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG P A N G A N

Andi Hasan Machmud 312

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Saudara Ketua Pansus Rancangan Undang-undang tentang Pangan, Saudara Menteri Negara Urusan Pangan beserta Staf, dan Para Anggota Panitia Khusus yang komi hormati.

Adalah suatu kehormatan yang besar bagi kami, karena pada hari ini komi diberikan kesempatan atas nama Fraksi Karya Pembangunan untuk memanj atkan puj i dan syukur kehadi rat Allah., Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala karunia, taufik dan hidayah-Nya, yang telah memberikan bimbingan dan kekuatan serta semangat kekeluargaan yang tinggi kepada ki ta sernua, sehingga kita tiba pada hari-hari terakhir dari pernbahasan undang-undang ini sesuai jadwal yang telah kita canangkan bersama.

Dan komi kira, tidaklah terlambat apabila pada hari dan kesempatan yang berbahagia ini pula komi diperkenankan untuk atas nama Fraksi Karya Pembangunan menyampaikan selamat Hari Ulang Tahun ABRI tahun 1996, sernoga Allah tetap mernberikan bimbingan dan petunjuk dalam melaksanakan tugasnya sebagai Abdi Negara dan sebagai Abdi Rakyat di masa-masa yang akan datang.

Dalam pembahasan undang-undang ini kita tidak terlepas dari perbedaan-perbedaan pendapat, yang kadang-kadang menjadikan pembahasan berkepanjangan, tetapi semuanya dapat terselesaikan

(\.~~ be·~~~semangat kekeluargaan dan kebersamaan dalam bermusyawarah untuk mencapai mufakat.

1

Hal ituJ menurut Fraksi Karya Pembangunan merupakan gambaran adanya dinamika Demokrasi Pancasila yang mewarnai pembahasan tersebut. Selain i tuJ meskipun Anggota Pani tia Khusus terdiri

l·l-·'"'i.uAi._

d a r i be r bag a i u n s u r ~ t e tap i t e 1 a h b e r s a t u t e k ad b-e--~trS-e-lia

melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab sebagai wakil rakyat demi kepentingan bangsa dan negara di masa datang.

Sidang Panitia Khusus yang komi muliakan.

Tanpa terasa kita telah tiba di ujung proses pembahasan dari Pembicaraan Tingkat III undang-undang iniJ dimana kita telah dapat merampungkan konsep terakhir Rancangan Undang-undang tentang Pangan iniJ setelah melalui serangkaian pembahasan mulai dari pembahasan di .forum Panitia KhususJ Panitia KerJaJ Tim Kecil · dan Tim Perumus serta Tim Sinkronisasi. Hasil dari rangkaian pembahdsan tersebut mernberikan arti tersendiri bagi Anggota Panitia Khusus beserta Pemerintah karena telah berhasil merumuskan suatu undang-undang yang telah lama dinantikan oleh rakyatJ mengingat rnelalui undang-undang tersebut keamanan dan ketersediaan pangan rakyat dapat terpenuhi sesuai harapan ki ta semua.

Sehubungan dengan itu, Fraksi Karya Pembangunan berpendapat bahwa kehadiran Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini di tengah masyarakat yang sedang membangun merupakan ·suatu langkah maju lagi dalam pembangunan hukum dan perundang-undangan untuk mewujudkan Sistem Hukum Nasional yang mengabdi kepada kepentingan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Sidang Panitia Khusus yang kami hormati.

Berbicara tentang pangan, bukanlah sekedar berbicara tentang makanan dan minuman soja~ tetapi lebih dari itu juga menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan~ karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam pembangunan nasional.

2

Bertolak dari pemikiran tersebut di atasJ perkenankanlah Fraksi Karya Pembangunan menyampaikan beberapa catatan singkat tentang pandangannya yang mendasari sikap Fraksi Karya Pembangunan dalam memberikan keputusan terhadap undang-undang ini.

Pimpinan beserta Sidang Panitia Khusus yang komi hormati.

Dalam perjanjian GATT antara lain dikenal 2 (duo) prinsip penting_, yai tu prinsip dimana suatu negara horus memperlakukan setiap negara mitra dagangnya sama-sama dan horus ada kesetaraan perlakuan antara produk-produk domestik dengan impor. Undang­undan~ tentang Pangan ini sudah menempatkan diri sebagai pengantar menuju liberalisasi perdagangan dan globalisasi­ekonomiJ dalam laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang meningkat_, karena selain akan mengembangkan dan menciptakan SDM yang berkualitas dalam menghadapi persaingan ekonomi yang ketat sebagaimana telah diamanatkan oleh GBHN 1993_, juga diarahkan untuk menyongsong hari depan pangan nasional yang lebih baik untuk melindungi dan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dalam menghadapi. persaingan global_, melalui pembangunan perangkat hukum pangan dalam suatu Sistem Pangan Nasional.

Sidang Panitia Khusus yang komi muliakan.

Dalam mengantar undang-undang ini, Pemerintah mengemukakan bahwa Undang-undang tentang Pangan yang kita bahas sekarang agak berbeda dengan Undang-undang tentang Pangan yang berlaku di

· negara lain, karena dalam undang-undang ini selain mengatur keamanan pangan juga mengatur tentang ketersediaan panganJ dalam bentuk cadangan pangan nasional, dan dengan !,2-!"!.~~~~~"c_P .... ~·da hakikatnya Undang-undang tentang Pangan ini me-neo-k=u.~t-.en-tang

Ketahanan Pangan Nasional. Diharapkan dengan jangkauan undang-undang yang cukup luas

iniJ akan mendorong lebih terlaksananya koordinasi yang lebih rna n tap ant a r s e 1 u r u h ins tans i yang t e r k a i t d a 1 am menan g an i

3

masalah pangan dan menjadi tumpuan berpijak dari setiap Undang­undang tentang Pangan di kemudian hari~:1t8rcipta keseragaman dan kesatuan langkah pengembangan pangan nasional di masa datang.

Sidang Plena Panitia Khusus yang komi muliakan.

Suatu undang-undang akan terlaksana sesuai harapan selama ia ko-itJt:t di tunjang dengan baik oleh pelaksana yang mendukungnya dan masyarakat yang menjadi obyek dari undang-undang tersebut. Manakala undang-undang itu tidak mampu lagi mengantisipasi perkembangan pemikiranJ kebudayaan dan keyakinan masyarakatnya maka undang-undang tersebut tidak dapat ber jolon sesuai tujuan pembentukannya karena tidak didukung atau tidak mampu didukung oleh masyarakatnya., akhirnya undang-undang tersebut tertinggal · tanpa makna i Oleh sebab i tu Fraksi Karya Pembangunan mendukung per hat ian yang besar terhadap masalah keyakinan masyarakat dan usoha kecil yang memong masih memerlukan pembinaan secara bertahap dolam undang-undang ini., sehingga dapat memberikan

--lt-f~ ketenteraman k:e:t·ent.uon dan kelegaan ~ masyarakatJ hal mana akan mendorong upaya peningkatan peran serta mereka dalam pembangunan.

Sidang Pleno Panitia Khusus yang komi muliakan.

Membahas keamanan pangan., kita tidak hanya berbicara tentang kesehatan soja., tetapi juga tentang tanggung jawab terhadap masyarakat yang akan menopang pembangunan nasional di masa datang. Dengan demikianJ terlaksananya undang-undang ini dengan

· baik turut menentukan suksesnya pembangunan nasional dan akan menentukan pula. de raj at keberadaan perekonomian negara ki ta di kancah globalisasi perdagangan di masa datang. Dengan adanya pengaturan., pembinaan dan serta pengawasan disertai berbagai sanksi atas pelanggaran undang-undang ini memberi harapan bahwa keamanan pangan di masa datang betul-betul dapat diharapkan menjadi salah satu penunjang utama peningkatan SDM. Disamping ituJ undang-undang ini secara bertahap mendidik masyarakat supaya hidup dalam suatu lingkaran kehidupan Yang

!

bersih dan oman di bidang pangan.

4

Sidang Panitia Khusus yang komi hormati.

Kesepakatan agar undang-undang ini mengatur juga tentang koordinasi, pengendalian dalam pelaksanaannya adalah suatu keputusan yang tepat, sebab yang menjadi kendala utama dalam melaksanakan suatu sistem adalah tidak adanya atau lemahnya koordinasi. Koordinasi yang man tap dan di topang oleh pemberian kewenangan kepada daerah dalam upaya lebih memantapkan pelaksanaan undang-undang ini sampai di seluruh pelosok tanah air, cukup tegas tertuang dalam undang-undang ini. Dan upaya pemasyarakatannya akan lebih sempurna dengan tercantumnya kewaj iban masyarakat untuk mendukung pelaksanaan undang-undang ini.

Sidang Pleno yang komi muliakan.

Dengan dikeluarkannya undang-undang ini, selain bertujuan memberi dasar untuk menjamin agar rnasyarakat mendapat kepastian hukum, sekaligus memberikan tanggung jawab kepada masyarakat, terutama para pelaksana undang~undang ini. Karena tanggung jawab disini lebih bermakna kewajiban dari pada hak, maka dituntut kesediaan pengabdian yang tinggi dari semua penentu dan pelaksana undang~undang ini~

Kiranya ki ta perlu · menyadari bahwd pembuatan undang-undang · · oleh DPR bersama Pemerintah akan terus berlanjut di masa mendatang sesuai kebutuhan dan perkembangan. Dan berakhirnya pembahasan Undang-undang bukanlah berarti perjalanan undang­undang tersebut telah berakhir pula, karena yang berakhir adalah salah satu dari tahapan-tahapan dalam rangka pencapaian tujuannya, dan selanjutnya akan memasuki tahap berikutnya dengan tantangan tersendiri yang memerlukan tanggung jawab yang besar.

Sidang Panitia Khusus yang komi hormati.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, Fraksi Karya Pembangunan menyatakan dapat menyetujui keseluruhan materi muatan

5

Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini untuk diserahkan dan dibicarakan dalam Pembahasan Tingkat IV dalam Sidang Paripurna DPR-RI tanggal 14 Oktober 1996 yang akan datang.

Atas kerja sama., soling pengertian dan toleransi yang demikian baik dan begitu tinggi selama pembahasan Rancangan Undang-undang ini, Fraksi Karya Pembangunan dengan tulus menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada rekan-rekan F­ABRI, Fraksi Persatuan Pembangunan., Fraksi Partai Demokrasi Indonesia dan Pemerintah. Dan tak lupa pula Fraksi Karya Pembangunan menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh staf Panitia Khusus yang mendukung kelancaran pembahasan undang-undang ini.

Akhirnya, kepada Allah SWT juga kita memohon akan limpahan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua., agar apa yang kita berikan ini mefupakan sumbangan pemikiran kita yang terbaik yang dapat kita persembahkan bagi bangsa dan negara.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 11 · Oktober 1996

FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN.,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I.

FRAKSI ABRI

PENDAPAT AKHIR FRAKSI ABRI

DALAM RAPAT PANITIA KHUSUS

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

P A N G A N

Yth. Saudara Pimpinan Pansus.

Yth. Menteri Negara Urusan Pangan yang mewakili Pemerintah

beserta Staf.

Yth. Anggota Pansus serta hadirin dan hadirat yang berbahagia.

Sebelum kami menyampaikan Pendapat Akhir Fraksi ABRI dalam

Rapat Pansus hari ini, terlebih dahulu ijinkan kami mengajak

hadirin dan hadirat yang terhormat untuk bersama-sama memanjatkan

puji dan rasa syukur kita kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala petunjuk dan bimbingan-Nya, sehin.gga kita telah dapat

menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kita semua, yaitu

membahas Rancangan Undang-undang ten tang Pang an, dan pad a saa t

inipun kita masih dianugerahi-Nya dengan keadaan sehat walafiat.

Sidang Pansus yang berbahagia,

Sejak tanggal 23 September 1996 kita semua telah membahas

berbagai masukan melalui Daftar Inventarisasi Masalah (DIM)

Fraksi-fraksi, yang kesemuanya bertujuan untuk menyempurnakan

1

I

I.

Rancangan Undang-undang ini, dengan melalui mekanisme diskusi

yang mendalam, dalam forum Rapat Pansus, Rapat Panja, Rapat Tim

Kecil, Rapat Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi.

Alhamdulillah, pembahasan itu telah dapat kita selesaikan dan

Fraksi ABRI berpendapat bahwa diskusi disetiap forum rapat secara

umum berjalan lancar.

Diakui bahwa terjadi beberapa perbedaan pendapat disana-sini,

sehingga pembahasan tersendat-sendat sehingga memakan waktu yang

cukup lama, namun dengan dilandasi semangat musyawarah untuk

mufakat, pada akhirnya keseluruhan masalah dapat diselesaikan

dengan baik, meskipun tidak jarang sidang terpaksa dihent ikan

sementara untuk menempuh mekanisme lobby. Pemhahasan yang.

panjang itu terjadi karena masing-masing Fraksi berkeinginan

merumuskan serta menghasilkan suatu Undang-undang yang terbaik di

bidang pangan, disamping berbagai aspek yang terdapat dalam

Rancangan Undang-undang ini, yang menuntut pengakomodasian secara

baik dan benar, untuk dapat menghilangkan salah penafsiran.

Selanjutnya ijinkanlah kami dalam kesempatan dihadapan forum

rapat yang terhormat ini menyarnpaikan sepatah dua kata untuk

mengulas beberapa permasalahan yang berkembang selama pembahasan

Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini, sebagai berikut :

1. Masalah Pengertian.

Fraksi ABRI mengusulkan tambahan 4 (empat) pengertian lagi

disamping pengert ian te.ntang ist i lah "pangan" yang merupakan

pengertian pokok dalam Rancangan Undang-undang ini. Usulan

penggantian pengertian istilah "pangan" dalam pembahasan DIM

Persandingan pada hari Senin, 23 September 1996 melalui

diskusi putaran pertama dan kedua, belum berhasil merumuskan

pengertian dimaksud, sehingga akhirnya seluruh Fraksi dan

Pemerintah sepakat untuk membahasnya dalam rapat Panja.

2

Pada Rapat Panja hari pertama dengan inisiatif Ketua Panja,

terlebih dahulu diadakan acara "mengheningkan cipta" untuk

mengenang arwah para pahlawan, sehubungan dengan peringatan

Hari Berkabung Nasional tanggal 30 September 1996, yang

dilanjutkan dengan pembahasan berbagai materi dalam. RUU.

Pada kesempatan itu ke empat Fraksi dan Pemerintah

telah menyepakati rumusan pengertian baru tentang "pangan"

dengan menggant i dan menghapus beberapa kat a serta

dilengkapi dengan penjelasan pasal. Disamping itu Fraksi-

fraksi dan Pemerintah juga menyetujui akan memasukkan

penger t ian tent ang "sani t as i . pang an", "g i z i pang an", "mu t u

pangan", dan "keamanan pangan" yang merupakan butir-butir

tambahan usulan Fraksi ABRI dalam Pasal 1. Selanjutnya

dibahas pula usulan tambahan Fraksi-fraksi, sehingga dari 10

pengertian dalam Ketentuan Umum, akhirnya menjadi 18

pengertian.

Dengan memasukkan butir-butir di atas dalam naskah RUU,

Fraksi ABRI berpendapat akan lebih memudahkan masyarakat

dalam menafsirkan, memahami dan melaksanakan semua ketentuan

dalam Undang-undang Pangan ini nantinya.

2. Masalah Penggantian Rumusan Pasal.

Fraksi ABRI mengusulkan penggantian rumusan Pasal 2 RUU

dengan harapan dapat merupakan pedoman atau dengan kata lain

dapat merupakan payung bagi pasal-pasal berikutnya. Fraksi

ABRI senantiasa berusaha mengakomodasikan berbagai masukan

dar i masyaraka t, dan dengan memper t imbangkan pu 1 a usu 1 an

Fraksi-fraksi, pada akhirnya dapat menerima rumusan baru

itu, mengingat rumusan tersebut tetap masih mengandung

harapan Fraksi ABRI dalam mengayomi dan melindungi serta

3

memberikan manfaat bagi kesejahteraan dan keamanan

masyarakat lahir dan batin.

Dalam hal ini penjelasan pasal akan lebih rinci menguraikan

maksud yang terkandung dalam Pasal 2 ini.

3. Masalah Penambahan Kalimat Dalam Pasal.

Mengacu kepada sis t em pang an da 1 am RUU in i, ya it u

pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kegiatan atau

proses produksi pangan dan peredaran pangan sampai dengan

siap dikonsumsi manusia, maka Fraksi ABRI, khusus pada butir

kedua mengusu 1 kan penambahan kat a "bert an ggung j awab",

namun, belum dapat disepakati pada rapat Pansus dan

disetujui untuk dibawa ke Panja. Usulan ini pada hakikatnya

bertujuan agar setiap pengusaha di bidang pangan, dalam

memajukan perusahaannya harus jujur dan berupaya untuk tetap

mempertahankan kewajaran harga, tidak semena-mena dan tidak

hanya mengejar keuntungan dengan mengabaikan perlindungan

terhadap masyarakat. Pada rapat Panja, usulan ini dapat

disetujui oleh keempat Fraksi dan Pemerintah.

4. Masalah Judul Bab II dan Sub-sub iudulnya.

Fraksi ABRI berpendapat bahwa Bab II ini tidak hanya

mengatur "persyaratan" Keamanan pangan tetapi justru

mengatur substansi "keamanari pangan" secara menyeluruh, yang

terdiri dari sanitasi, bahan tambahan, rekayasa genetika,

iradiasi, kemasan, jaminan mutu, pemeriksaan laboratorium

dan pencemaran pangan.

Akhirnya pendapat Fraksi ABRI dapat dipahami keempat Fraksi

dan disetujui pemerintah, sehingga judul Bab II ini menjadi

"Keamanan Pangan", begitu juga sub-sub judulnya menjadi

"Sani tasi Pangan", "Bahan Tambahan Pangan", "Rekayasa

4

Genetika dan Iradiasi Pangan", "Kemasan Pangan", "Jaminan

Mutu dan Pemeriksaan Laboratorium" serta ·"Pangan Tercemar".

Beberapa kata di dalam Bab ini juga mengalami perubahan,

penggantian atau penghapusan sebagai konsekuensi legis dari

penggantian judul dan sub-sub judul.

Keseluruhan pasal-pasal dalam Bab II ini, dimana perlu masih

dilengkapi dengan penjelasan pasal di samping penyempurnaan

redaksional yang akan dibawa ke Timus.

5. Masalah Penambahan ayat dan butir baru.

F r a k s i AB R I men gus u 1 k an pen am bah an 1 ( sat u ) a y at bar u

masing-masing dalam Pasal 14, dan Pasal 51, serta butir

baru pada Pasal 26.

Penambahan ayat (2) pada Pasal 14 diperlukan, mengingat ayat

ini akan mengandung prinsip-prinsip pokok yang dapat

digunakan sebagai pedoman dalam ·pembuatan Peraturan

Pemerintah.

Substansi ayat ini sebetulnya sud~h ada dalam penjelasan

Pasal 14, namun mengingat urgensinya diusulkan oleh Fraksi

ABRI untuk dimasukkan dalam batang tubuh.

Usulan ini disetujui Ftaksi-Fraksi dan Pemerintah dengan

catatan rumusan redaksionalnya dibawa ke Timus.

Penambahan ayat pada Pasal 51 (Pasal 53 RUU) didasarkan pada

kepenting~n perlindungan terhadap petugas/pejabat pemeriksa

maupun masyarakat, yaitu dalam melaksanakan pemeriksaan

pejabat pemeriksa tersebut dilengkapi dengan surat perintah.

Pada waktu pembahasan dalam Tim Kecil, rumusannya masih

disambung dengan kal imat "kecual i dalam keadaan mendesak",

namun sewaktu dibahas kembali di Panja kalimat "kecuali

dalam keadaan mendesak" disetujui untuk dihapus mengingat

kalimat itu mengandung konotasi "tertangkap tangan'' yang

sudah diatur di dalam KUHAP.

5

Sedangkan penambahan butir pada Pasal 26, didasarkan kepada

Pasal 25 yang belum memuat norma, namun pada Bab Ketentuan

Pi dana te lah dimuat sanksi pi dana yang cukup berat, yai tu

penjara paling lama 3 ( t iga} tahun dan a tau denda paling

banyak Rp 360 juta.

Mengacu kepada Pasal 26 yang sudah memuat norma, maka Fraksi

ABRI mengusulkan penambahan butir huruf "c" dari Pasal 26

yang sudah ada butir huruf "a" dan huruf "b" nya, dengan

demikian sanksi pidana yang sudah ~ dapat mengacu kepada

Pasal 26 huruf c.

Usulan inipun dapat disetujui Fraksi-Fraksi dan Pemerintah.

Di samping itu Fraksi ABRI masih mengusulkan butir baru

dalam ayat (2) Pasal 52 (Pasal 51 RUU) sebagai tambahan

butir dalam tindakan administratif yang intinya mengumumkan

kepada masyarakat tindakan administratif yang telah

dikenakan terhadap pihak yang melanggar ketentuan dalam

pasal ini. Setelah melalui diskusi yang cukup panjang, unsur

Fraksi-Fraksi dan Pemerintah yang duduk dalam Tim Kecil,

sepakat bahwa ketentuan ini dimasukkan dalam Penjelasan

Pasal 52.

Demikianlah beberapa permasalahan yang merupakan usulan

Fraksi ABRI yang cukup menonjol yang telah mendapat kesepakatan

semua Fraksi dan Pemerintah dalarn diskusi yang mendalam dengan

tetap memperhatikan kepentingan masyarakat luas sejajar dengan

upaya untuk dapat meningkatkan keamanan, mutu dan gizi pangan

Indonesia. Dan selanjutnya setelah Pembicaraan Tingkat III ini,

Fraksi ABRI setuju agar Rancangan Undang-undang Pangan ini,

diajukan kepembicaraan Tingkat IV pada rapat Paripurna DPR-RI

untuk p~ngambilan keputusan Dewan, atas Rancangan Undang-undang

ini menjadi Undang-undang.

6

Sidang Pansus yang terhormat,

Dengan berakhirnya Pansus ini, Fraksi ABRI menyampaikan

ucapan terima kasih kepada Saudara Pimpinan Sidang, Saudara

Menteri Negara Urusan Pangan selaku wakil Pemerintah, Fraksi

Karya Pembangunan, Fraksi Persatuan Pembangunan dan Fraksi Partai

Demokrasi Indonesia yang telah bersama-sama duduk berediskusi

sejak dari Pansus, Panja, Tim Kecil dan Tim Perumus serta Tim

s i nkron i sas i un tuk menghas i I kan Naskah Rancangan Undang-undang

Pangan yang sejauh mungkin telah diupayakan untuk menampung.

aspirasi masyarakat dan antisipatif terhadap pembangunan di

bidang Pangan.

Tidak lupa pula kami menyampaikan ucapan terima kasih kami

kepada segenap jajaran Sekretariat DPR-RI, Staf dan tenaga ahli

dari Kantor Menpangan, Mass Media dan semua fihak yang

mencurahkan sumbangan tenaga, pemikiran dan penyampaian saran­

saran demi ke 1 ancaran dan keberhas i 1 an j a 1 annya pembahas an

Rancangan Undang-undang Pangan ini.

Akhirnya ijinkan kami segenap anggota Fraksi ABRI, khususnya

yang ditugasi duduk dalam Pansus ini, menyampaikan permohonan

ma'af, apabila dalam proses pembahasan RUU ini terdapat hal-hal

yang kurang berkenan dihati bapak-ibu, yang apabila hal itu

terjadi pasti di luar kesengajaan kami dan, semata-mata kelemahan

kami sebagai manusia. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih

kepad~ hadirin sekalian yang telah mengikuti penyampaian pendapat

akhir Fraksi ABRI dalam Sidang Pansus ini.

7

Demikian pendapat akhir Fraksi ABRI pada Sidang Pansus ini,

semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan taufik dan

hidayahNya kepada kita sekalian. Terima kasih.

Jakarta, 11 Oktober 1996

FRAKSI ABRI DPR-RI

Juru bicara,

l \/''-'~/ \.,..-~_;--......... --MUHAMMAD CHAN

Nomor Anggota A-452

8

FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

JL. JEND. GATOT SUBROTO- JAKARTA 10270 "lr (021) 5715 428-5715 447-5715 430, FAX. 5734 460

PRNDAPAT AKHIR MINI FRAKSI PBRSATUAN PEMBANGUNAN DPR RI

TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PANGAN

DALAM RAPAT KER.JA PANSUS RUU TENTANG PANGAN ================================================

Disampaikan oleh Juru Bicara FPP-DPR RI : H. MASRUR JAVAS Anggota DPR-RI Nomor 48

Assalaamu•alaikum wr. wb.

Yang Terhormat Saudara Pimpinan Pansus, Yang Terhormat Menteri Negara Urusan Pangan, Yang Terhormat Anggota Pansus RUU Pangan yang berbahagia,

Terlebih dahulu marilah kita bersama mempersembahkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. karena hanya dengan rahmat dan karunianya semata, pada hari yang berbahagia ini kita sekalian dapat menyelenggarakan rapat Pansus untuk mendengarkan Pemandan­gan Mini Fraksi-fraksi DPR RI dalam rangkaian pembahasan RUU tentang Pangan.

Fraksi Persatuan Pembangunan menyadari dan memahami dengan sungguh-sungguh betapa besar arti dan pentingnya keberadaan Rancangan Undang-undang tentang Pangan, karena sejak lama keha­diran tentang Pangan telah lama ditunggu-tunggu oleh masyarakat baik produsen maupun konsumen.

Dengan selesainya dibahas Rancangan Undang-undang tentang Pangan oleh DPR RI, diharapkan percepatan pembangunan di segala bidang akan semakin laju, terutama dalam mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia, guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin.

Sebagaimana amanat GBHN 1993, bahwa dalam periode Pernbangu­nan Jangka Panjang Kedua, masyarakat Indonesia akan menghadapi banyak perubahan yang mengandung peluang dan kendala sebagai

1

akibat dari kemajuan yang telah dicapai dalam Pembangunan Jangka Panj ang Pertama, kemajuan pesaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaruh globalisasi yang melanda dunia yang mengakibatkan kegiatan pembangunan Nasional makin terkait dengan perkembangan internasional.

Oleh karena itu Fraksi Persatuan Pembangunan berpendapat bahwa Pembangunan Pangan harus diarahkan untuk mengembangkan sistem pangan Nasional yang andal, mencakup rangkaian kegiatan yang saling terkait, mulai ·kegiatan produksi, pengolahan, dis­tribusi dan pemasaran pangan sampai tingkat rumah tangga untuk mencapai ketersediaan pangan cukup bagi masyarakat.

Dalam Penjelasan Umum RUU tentang Pangan yang tengah kita bicarakan dalam forum Pemandangan Mini Fraksi-fraksi, tercantum keterkaitari 11 (sebelas) buah undang-undang yang erat hubungannya dengan RUU tentang Pangan sebagai landasan hukum di bidang Pan-gan.

VJ~ Fraksi Persatuan Pembangunan secara lebih dini memandang

j auh ke depan at as implementasi Undang-undang VPangan apabila telah dinyatakan berlaku di tengah-tengah kehidupan masyarakat salah satu aspek yang harus benar-benar mendapatkan perhatian adalah masalah koordinasi antar berbagai departemen yanag terli­bat dalam urusan pangan, sehingga secara operasional Undang­undang tentang Pangan akan berjalan lebih efektif dan efisien. Masyarakat akan terhindar dari kesulitan daan kerugian yang diakibatkan oleh panjangnya mata-rantai birokratis yang tidak diperlukan.

Dengan adanya globalisasi serta perdagangan dunia yang semakin bebas dan terbuka, pembangunan di bidang pangan dituntut untuk semakin maju dan tangguh. Sebab j ika tidak, Indonesia hanya akan menjadi pasar yang empuk bagi produk-produk pangan termasuk berbagai jenis makanan dan minuman dari negara-negara maju.

Seirama dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat, makin terasa pula bahwa kebutuhan pangan bukan sekkedar lagi asal perut kenyang, tetapi sudah menjangkau kepada tuntutan kualitas dan pemenuhan kebutuhan nilai gizi. Dalam hal ini permintaan

2

akan buah-buahan dan sayuran yang kualitas terus meningkatl tetapi sayangnya tidak segera dapat tercukupi oleh produ~si dalam negeri 1 sehingga pada akhirnya · mengakibatkan arus impor yang terus memnbanjir dan meningkat dengan tajam.

Ternyata masalah pangan bukan hanya masalah Indonesia, tetapi dewasa ini telah berkembang menjadi masalah yang telah mendunia. Terlebih lagi bagi negara-negara Industri majul masalah pangan menjadi lebih rumit lagi,karena lahan mereka sangat terba­tas, iklim yang kurang mendukung, dan yang lebih penting lagi suatu kenyataan bahwa pangan masih belum dapat di subtitusi oleh produk industri.

Yang Terhormat Saudara Pimpinan Pansusl Yang Terhormat Saudara Menteri Negara Urusan Pangan, Anggota Pansus yang berbahagia,

Berbagai pernyataan dan konstatasi yang kami ketengahkan di atas, dalam Rancangan Undang-undang tentang Pangan telah merang­kum dengan muatan nuansa yang cukup lengkap ke dalam batang tubuh beserta penjelasannya dengan sebaik-baiknya. Melalui pembahasan yang mendalam, cermat I akurat I dan saksama, mulai di S idang Pansus, Sidang Panja, Tim Perumus, dan Tim Sinkronisasi, pada ujung perjalanan, akhirnya Rancangan Undang-undang tentang Pangan dapat kita selesaikan dengan baik.

Walaupun pada mulanya terdapat berbagai pola fikir yang berbeda, persepsi yang saling berseberangan bahkan bertentangan, melalui diskusi yang panjang dan melelahkan dengan sajian hera­gam argumentasi dari masing-masing fihak, maka berkat adanya niat tunggal unttik musyawarah mufakat, tiada gunung tinggi yang tak dapat didaki, tiada jurang curam yang tak dapat dituruni, dan tiada samudera luas yang tak dapat diseberangi. Alhasil semua silang sengketa yang konfrontatif segala silang pe~dapat yang kurang akomodatif, dengan semangat musyawarah mufakat dapat dipadukan menjadi satu tanpa ada fihak yang merasaa dirugikan.

Sampailah pada akhirnya Fraksi Persatuan Pembangunan menyam­paikan persetujuannya Rancangan Undang-undang tentang Pangan diteruskan pada pembicaraan Tingkat IV pada Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang akan datang.

3

Kami menyadari sedalam-dalamnya bahwa selama Pt?mbahasan materi Rancangan Undang-undang tentang Pangan, baik disengaja maupun tidak disengaja, apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan atas tindak tanduk maupun pembicaraan yang menyinggung perasaan Ibu-ibu dan Bapak-bapak, baik dari Fraksi-fraksi maupun Pemerintah dengan ini kami mahan maaf yang sebesar-besarnya.

Atas segala bantuan dan kerja sama yang baik, kami menyam­paikan pula ucapan terimakasih setulus-tulusnya.

Wassalaamu'alaikum wr. wb.

PAM-PADN

4

Jakarta, 11 Oktober 1996 FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT - RI

Juru Bicara,

/

FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

JL. JEND. GATOT SUBROTO- JAKARTA 10270 'fi' (021) 5715 428-5715 447-5715 430, FAX. 5734 460

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR-RI

TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG .PANGAN

*** ***** ***** ***** ***** ***** ***** ***** ***** ***

DI SAMPAIKAN OLEH JURU BICARA FPP DPR-RI H. MASRUR JAVAS

ANGGOTA DPR-RI NOMOR 48

PADA RAPAT KERJA PANSUS RUU PANGAN JAKARTA, 11 OKTOBER 1996

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

FRAKSI PAKTAI DEMOKKASI INDONESIA Sekretariat: Gedung MPRIDPA-RI Jl. Gatot Subrofo, Jakarta 10270, 'Zl" 5715425, 5715560 Fax. 5715683

PENDAPAT AKHIR MINI FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

PADA RAPAT PLENO PANITIA KHUSUS RUU TENTANG PANGAN

Hari JumatJ Tanggal 11 Oktober 1996.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yth. Saudara Ketua dan· Pimpinan Pansus; Yth. Ibu/Bapak para Anggota Pansus; Yth. Saudara Menteri Negara Urusan PanganJ sebagai wakil

Pemerintah RIJ beserta seluruh Pejabat dan Staf; Hadirin yang berbahagia.

M E R D E K A

Kita panjatkan puji dan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha EsaJ karena at as perkenan-Nya ki ta dapat bert emu kembal i dalam rapat Plena Pansus yang terhormat ini guna merampungkan tugas pembahasan terhadap RUU tentang PanganJ pada hari ini Jum'at tanggal 11 Oktober 1996.

Sesuai dengan alokasi waktu yang telah disepakati oleh DewanJ Pansus RUU tentang Pangan telah memanfaatkannya semaksimal mungkin membahas RUU tentang Pangan tersebutJ sehingga diharapkan pada Rapat Plena Pansus hari ini telah dapat diambil kesepakatan atau keputusan Pansus terhadap Rancangan akhir dari RUU tentang Pangan dimaksud.

Sidang PansusJ hadirin yang soya hormati.

Kita bersamaJ telah berusaha seoptimal mungkin membahas dan mendiskusikan secara mendalam setiap kataJ kalimat dan rumusanJ bahkan seluruh tanda-tanda boca sekalipunJ yang berada dalam batang tubuh serta penjelasan RUU tentang Pangan tersebutJ sehingga apa yang diharapkan dari Undang-undang tentang Pangan iniJ kiranya telah dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.

1

Keberhasilan sel.uruh proses pembahasan RUU ini dalam Rapat PansusJ dalam rapat PanjaJ dalam Rapat Tim KecilJ serta dalam rapat Tim Perumus dan Sinkroni~asiJ tidak terlepas dari semangat kebersamaan dan keterbukaan .. Setiap permasalahan dapat diatasi berkat adanya soling pengertianJ semangat bermusyawarah dan tekad yang soma demi tujuan yang soma pula.

Sidang Pansus yang berbahagia.

Peranan Saudara Menteri Negara Urusan Pangan sebagai wakil pemerintahJ beserta para stafnyaJ yang penuh dedikasi dengan kemampuannyaJ ketekunan dan kesabarannya telah menjadi faktor penting bagi terselesaikannya pembahasan RUU tentang Pangan ini hingga rancangan akhir sekarang ini. Demikian pula dukungan para staf Sekretariat Pansus secara keseluruhan yang dengan penuh ketekunanJ tertibJ dan sigap memberikan pelayananJ merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya guna kelancaran seluruh proses pembahasan.

Tak lupa pula komi mencatatJ betapa rapinya pimpinan Pansus mem,;impin dan mengkoordinasi seluruh acara-acara rapat dan persidangan sehingga rasanya tidak ada waktu yang terbuang sia­sia selama pembahasan berlangsung.

Berkenaan dengan itulahJ perkenankan komi dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menyampaikan rasa hormat yang tulus serta ucapan terima kasih atas segala kerjasama yang baikJ kepada :

- Yth. Saudara Menteri Negara Urusan Pangan beserta seluruh Staf; - Yth. Saudara Ketua dbn Para Wakil Ketua Pansus; - Yth. Saudara Pimpinan dan Para Anggota FKP; - Yth. Saudara Pimpinan dan Para Anggota FABRI; - Yth. Saudara Pimpinan dan Para Anggota FPP; dan - Yang soya hormati segenap staf Sekretariat.

Sidang PansusJ Hadirin yang berbahagia.

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia sangat berbahagiaJ bahwa Pansus telah berhasil merampungkan pembahasan RUU tentang Pangan ini. Oleh sebab ituJ komi dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menyatakan persetujuan komi atas Rancangan Akhir dari RUU tentang Pangan tersebut untuk di teruskan pada pembicaraan Tingkat IV /Pengambi Ian Keputusan Dewan dalam Par ipu rna DPR-R I yang i

direncanakan pada hari Senin tanggal 14 Oktober 1996 yang akan 1 J

datang. ~

2

-------

Terhadap berbagai hal yang masih komi anggap perlu disampaikan berkenaan dengan pelaksanaan Undang-Undang tentang Pangan ini nantinya, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia akan menyampaikannya pada saat pembicaraan Tingkat IV dalam Paripurna Dewan yang akan datang.

Demikianlah saya akhiri Pendapat Akhir Mini ini, dan terima kasih atas segala perhatiannya.

M E R D E K A

Wassalamu'alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

3

~Jakarta, 11 Oktober 1996 Juru Bicara ~~I DPR-RI

TIOP HARUN SITORUS Anggota Tetap Pansus

'A 1\tfRlTT A "JL~ PV'AVJ .. VRJNT· AH ~_, l .. 1 'f a a.l "-.J a L IL 1 '~ a J..:.. I a J..:.. ' L . a l a. a

TANt:i~AT 1·1 Q.li'PTEMBER· 109,:: L ~~ &...i' U Ll . . . A .I U

MEI'"ITERI NEGA..T{A URUSAN P ~~GAN REPlJBLIK INDO!'.~SIA

Bismillahirrohmanirrahim.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Hamdan Wasyukurillah sholatan Wassalaman

Wa'alla Allihi Waash'shabihi Wamauwallah.

Wasyukurillah

Saudara Pimpinan yang kami hormati dan para Anggota Pansus yang budiman.

Kita bermula di hari Jum'at dan berakhir pula di hari Jum'at maka pada hari Jum'at yang mulia ini dan berbahagia ini terlebih dahulu ijinkartlah kami mengajak para Pimpinan dan seluruh Anggota .

Pansus yang terhormat untuk menyampaikan puji syukur kehadirat

Allah SWT atas segala nikmat dan rohmat serta karunia-Nya yang

telah dilimpahkan kepada kita semua sehingga pada hari yang mulia

ini kita masih dapat berkumpul di ruang sidang ini untuk menge­

sahkan RUU Tentang Pangan pada Tirrgkat Pansus.

Sebagaimana kita ketahui RUU Tentang Pangan tersebut telah

disampaikan oleh Bapak Presiden kepada DPR yang mulia ini melalui

surat Nomor : R.OS PU-S 1996 Tanggal 28 Mei 1996, dan atas dasar

kebijakan dan kearifan Pimpinan DPR yang terhormat ini maka dalam waktu yang relatif singkat dan marathon RUU tentang Pangan ini

dapat diacarakan dan dibahas secara baik dan sempurna, dari

tanggal 28 Mei 1996 sampai dengan hari ini Jum'at 11 Oktober 1996

atau tepatnya 140 (seratus empat puluh) hari UU ini telah.disyah­

kan pada Tingkat Pansus. Menurut pendapat kami hal ini adalah suatu pre_stasi yang

luar biasa menunjukkan kesungguhan da~ persepsi kita besama untuk

mewujudkan sebuah UU Tentang Pangan.

Saudara Pimpinan dan para Anggota Pansus yang terho~mat;

Selanjutnya pada kesempatan yang mulia ini atas nama Peme­

rintah kami menyampaikan rasa hormat dan penghargaan yang tulus ikhlas kepada para Pimpinan dan Anggota Pansus 1 Pimpinan dan

Anggota Panja 1 dan Pimpinan dan Anggota Tim serta Anggota Tim Perumu$1 Tim Sinkronisasi dan Tim Kecil serta Sekretariat yang

telah bekerja ekstra keras dengan penuh dedikasi dan toleransi

dalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan hasil yang

sangat menyenangkan dan memuaskan, disamping itu kepada Sekre­

tariat sekali lagi kami juga menyampaikan penghargaan atas kerja

profesional yang telah mereka tampilkan.

Pemerintah sangat menghargai sikap dan tanggapan positif

dari semua pihak baik dari FKP, dari FABRI, dari FPP, dari FPDI

yang secara sungguh-sungguh dari lubuk hatinya yang paling dalam

telah memberikan berbagai macam saran, usul serta pandangan

secara kritis terhadap RUU tentang Pangan yang telah diajukan.

Didalam pembahasan mungkin kita semua menghadapi masalah­

masalah yang krusial namun demikian dengan semangat kebersamaan,

·kekeluargaan, toleransi,_saling menghargai, saling melengkapi dan

berpihak· kepada nilai~nilai luhur · bangsa maka persoalan yang

rumit sekalipun telah mampu kita atasi bersama, ini semuanya

berkat itikat baik dari kita semua untuk mencapai kesempurnaan

dan kebaikan dari UU yang merupakan milik bangsa Indonesia ini;

kita semua pat.ut merasa bangga bahwa Bangsa ini setelah 51 (lima

puluh satu) tahun kemerdekaan. telah mampu menghasilkan UU yang

dapat memberikan jawaban, memberikan kaidah-kaidah dan norma­

norma bagi suatu sistim pengaturan, pembinaan dan pengawasan

pangan bagi pembangunan bangsa yang sekaligus dapat kita sanding­

kan dan saingkan dengan UU Pangan negara lain dalam kerangka

kesepakatan Organesasi Perdagangan Dunia, disamping kita. semua

tetap berpihak sepenuhnya kepada jiwa dan nurani Bangsa. Indone­

sia sendiri yang bernafaskan Pancasila dan UUD 1945, inilah

sebuah UU yang paling unik, paling original Indonesia, modern dan

seimbang antara Pemerintah, industri pangan dan perlindungan

terhadap masyarkat yang mengkonsumsi pangan.

Ini semua hasil karya monumental Bangsa

karya Lembaga Legislatif yang amat mulia ini.

Indonesia, hasil

Dari pembahasan

selama ini Pemerintah merasakan bahwa telah terjadi pemahaman

yang sangat mendalam atau penalaran yang sangat mendalam terbukti

dengan adanya berbagai _macam tambahan-tambahan pengertian dan

penajaman-penajaman terhadap berbagai macam substansi, berbagai

macam perbaikan-perbaikan muatan yang kesemuanya tiada lain

bermuara kearah kesempurnaan materi RUU ini. Dengan demikian 1

Saudara Pimpinan wilayah kerja sistim pangan nasional ini semakin

terang benderang 1 semakin jelas ke depan dan semakin terarah

diimbangi berbagai macam rambu-rambu dan ketentuan-ketentuan

pidana disamping sanksi-sanksi administratif yang diperlukan.

Selama pembahasan Pemerintah senantiasa secara maksimal

berusaha memberikan jawaban 1 keterangan, penjelasan secara rinci

dari seluruh permasalahan yang diajukan oleh Anggota Dewan yang

terhormat; namun mungkin saja jawaban dari Pemerintah belum

memuaskan akan tetapi percayalah bahwa Pemerintah berusaha mem­

berikan informasi seindah warna aslinya yang terbaik dan terbaru

sembari membaca tanda-tanda zaman· bagi terwujudnya uu tentang

Pangan yang sempurna 1 modern dan unik ini.

Sebelum mengakhiri sambutan ini perkenakanlah kami menyam­

paikan penghargaan dan terima kasih yang amat dalam kepada Sauda­

ra Pimpinan Pansus 1 Pimpinan Panja 1 para Anggota Pansus dan juga

para Anggota Panja dari berbagai Fraksi baik FKP 1 ABRI, FPP dan

FPDI dan Staf Sekretariat DPR-RI 1 serta media massa atas kerja

sama yang sangat harmonis dalam suasana yang akrab penuh keke­

luargaan1 keterbukaan dan kebersamaan, dan disertai dengan sema­

ngat yang tinggi. Tiada gading yang tak retak dan kalau tidak

retak itu bukan gading; sehubungan dengan itu maka dalam kesempa­

tan ini kami bersama segenap Tim yang mewakili Pemerintah incjin

menghaturkan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya bilamana di

· dalam proses pembahasan dalam Pansus · ini dan Panja, sikap dan

perilaku, tindak-tanduk para staf Pemerintah terdapat kekhilafan

baik disengaja maupun tidak sengaja. Dan hal-hal yang ku­

rang berkenan terutama bagi para Pimpinan dan Anggota Pansus yang

kami hormati.

Bagi orang yang percaya pada angka maka keseluruhan UU ini

terdapat 65 ( enam puluh lima) pasal, kalau di tambah 6 ( enam)

ditambah 5 (liam) menjadi 11 (sebelas) hari ini adalah 11 Oktober

1996, hari Jum'at pula kita akhiri Pansus ini yang dimulai pada

hari Jum'at beberapa minggu yang lalu. Semoga Allah SWT melimpah­

kan taufik dan hidayahnya kepada kita semuanya serta memberikan

petunjuk dan kekuatan bagi kita dalam melaksanakan tugas-tugas

kenegaraan selanjutnya. Wabillahi taufik walhidayah; wassalamu'alaikum Wr. Wb.

3

-. ·-· ··.---~----"' :,·. -~-"·.-.•· ·. ~ -.---·-

q

·· DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KETUA PANITIA KHUSUS DALAM RANGKA PEMBAHASAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PANGAN

Bismillahirahmaanirrahim;

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yth. Saudara Pimpinan Sidang;

Yth. Saudara Menteri Negara Urusan Pangan;

· Yth. Saudara-saudara para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Republik ·Indonesia;

Para undangan serta hadirin yang kami muliakan.

Pertama-tama perkenankanlah saya mengajak hadirin untuk

memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Sul)hanahu .

Wata'alla, atas segala nikmat) rahmat dan karuniaNya yang telah

dilimpahkan sehingga kita semua dapat menghadiri Sidang

Paripurna pada hari ini dalam keadaan sehat wal afiat untuk

mengikuti Pembicaraan Tingkat IV/pengambilan keputusan atas

Rancangan Undang-undang tentang Pangan .

..,_, Atas nama Pimpinan dan seluruh Anggota Panitia Khusus

Rancangan Undang-undang tentang Pangan · DPR-RI dengan

segala kerendahan hati, ijinkanlah · saya, melaporkan hasil

pembahasan materi Rancangan Und~ng-undang tentang Pangan

yang ditugaskan kepada kami dalam forum Sidang Paripurna

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang terhorn1at ini.

Seperti telah kita maklumi bersama Rancangan Undang­

undang tentang Pangan ini telah diterima DPRRI melalui amanat

Presiden Rl Nomor: R.OS/PUN/1996 tanggal28 Mei 1996.

Sebagai langkah lanjut dari amanat ini, maka pada tanggal

28 Juni 1996 telah diadakan Pembicaraan Tingkat I yang

merupakan Keterangan Pemerintah mengenai Rancangan

Undang-undang tentang Pangan. Keterangan ini telah disampaikan

oleh Pemerintah, .. yang diwakili oleh Menteri Negara Urusan

P.angan, pada Sidang Paripurna DPRRI.

Peltlbicaraan Tingkat II yang merupakan Pemandangan

Umum dari seluruh Fraksi mengenai Rancangan Undang-undang

ini, telah disampaikan pada tanggal 11 Juli 1996, dan Jawaban

Pemerintah atas Pemandangan Umum Fraksi-fraksi termaksud

telah pula disampaikan pada tanggal 16 Juli 1996.

Untuk menangani Rancangan Undang-undang ini Badan

Musyawarah DPRRI telah memutuskan dan mempercayakan

proses pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pangan

ini kepada Panitia Khusus yang dibentuk pada tanggal 30 Agustus

1996.

Panitia Khusus DPRRI beranggotakan sebanyak 62 (enam

puluh dua) orang terdiri atas 33 orang Anggota dari FKP, 12 orang

Anggota dari Fraksi ABRI, 9 orang Anggota dari FPP, dan 8 orang

Anggota dari FPDI.

Berdasarkan Tata Tertib DPRRI Pasal 128, maka Pansus

bersama Pemerintah telah melaksanakan tugasnya pada

-2-

Pembicaraan Tingkat Ill untuk membahas, menelaah, dan

menyempurnakan Rancangan Undang-undang dimaksud, sesuai

dengan jadwal waktu yang telah ditentukan.

Pembicaraan Tingkat Ill yang merupakan inti pembahasan

Rancangan Undang-undang antara Dewan dengan Pemerintah

telah berlangsung dari tanggal 20 September sampai dengan

tanggal 1_1 Oktober 1996.

Dalam melaksanakan tugasnya Pansus DPRRI telah

membentuk Panitia Kerja yang selanjutnya membentuk pula Tim

Kecil dan Tim Perumus/Tim Sinkronisasi, mengingat alokasi waktu

yang dijadwalkan oleh Badan Musyawarah yang relatif singkat.

Meskipun jumlah materi yang dibahas baik yang terdapat di

dalam batang tubuh maupun dalam penjelasan cukup banyak dan

berbobot, maka pembahasan Rancangan Undang-undang tentang

Pangan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan. Apalagi materi

Rancangan Undang-undang ini menyangkut kehidupan masyarakat

banyak, baik strata atas maupun strata menengah ke bawah yang

perlu diberikan pembinaan dan perlindungan.

Dengan demikian diperlukan pembicaraan yang betul-betul

intensif dan aspiratif, terutama yang menyangkut dasar-dasar

filosofis dan ruang lingkup tentang Pangan yang ingin diatur dalam

Undang-undang ini, apakah hanya mengenai keamanan pangan

atau termasuk juga ketahanan pangan. Keamanan dan ketahanan

pangan merupakan dua aspek yang harus dikembangkan dan

diatur secara seimbang untuk menjamin kesejahteraan rakyat.

Masalah lain yang cukup penting adalah keyakinan masyarakat

-3-

terhadap pangan yang dikonsumsi, keamanan pangan, kandungan

gizi serta komposisi pangan tersebut. Masyarakat luas harus dapat

mengambil manfaat dari Undang-undang ini, baik menyangkut

pangan untuk dikonsumsi maupun pangan untuk diperdagangkan

sebagai sumber penghidupan.

Secara kronologis, pokok-pokok permasalahan yang kiranya

penting dilaporkan dalam proses pembahasan Rancangan

Undang-Undang tentang Pangan ini, adalah sebagai berikut:

1. Konsiderans "~enimbang dan mengingat";

Dasar - filosofinya -lebih ditekankan pada kenyataan bahwa

"pangan"_ adalah kebutuhan dasar manusia untuk dikonsumsi

secara aman, bermutu, bergizi dan juga sebagai komoditi

dagang, sumber penghidupan masyarakat luas;

2. Satang Tubuh yang semula terdiri dari 13 Bab yang berisi 62

Pasal;

Setelah dibahas secara mendalam telah bertambah menjadi 14

Bab dan 65 Pasal. Keberadaan Bab-bab yang semula berat

pada Keamanan Pangan telah menjadi seimbang dengan

Ketahanan Pangan; Dengan demikian urutan afur pikir menjadi

febih jelas, sebagai keamanan pangan, ketahanan pangan,

peran serta masyarakat, dan pengawasan. Adapun judul-judul

Babnya seteJah perubahan, disepakati sebagai berikut:

a. Bab I mengenai "KETENTUAN UMUM". Jumfah butir dalam

RUU yang semula terdiri dari 10 butir,_ bertambah menjadi 18

butir. Hal ini dimaksudkan untuk melengkapi definisi

pengertian kata-kata yang sering terdapat dafam batang

-4-

tubuh, tetapi tidak merupakan kata-kata yang dipergunakan

masyarakat sehari-hari.

b. Bab II yang semula berjudul "PERSYARATAN KEAMANAN

PANGAN" berubah menjadi "KEAMANAN PANGAN".

Dengan judul baru, maka ruang lingkup pengertiannya

menjadi lebih luas. lsinya selain meliputi sanitasi 'pangan'

sebagai kebutuhan dasar manusia, meliputi juga tambahan

. pangan, rek~yasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan

pangan, jaminan mutu pangan dan pemeriksaan

laboratorium, dan pangan tercemar. Dengan adanya

ketentuan-ketentuan ini, maka Undang-undang akan

memberikan perlindungan baik kepada pihak yang

memproduksi maupun kepada pihak yang mengkonsumsi

pangan dengan jaminan tidak bertentangan dengan

keyakinan masyarakat.

c. Bab Ill tetap berjudul "MUTU DAN GIZI PANGAN". Ketentuan

yang terdapat pada Pasal dalam Bab Ill ini menekankan

padastandar mutu pangan. Bagi setiap orang maupun badan

yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan wajib

selalu memperhatikan ketentuan mengenai mutu dan gizi

pangan yang ditetapkan. lsi pasal-pasal tidak banyak

mengalami perubahan setelah pembahasan, kecuali

mengenai penjelasan umumnya.

d. Bab IV tetap berjudul "LABEL DAN IKLAN PANGAN". lsi

pasal tidak mengalami perubahan tetapi dilakukan

-5-

penyempurnaan-penyempurnaan. Tujuan Bab ini adalah

untuk melindungi masyarakat konsumen dari informasi yang

tidak benar dan menyesatkan. Pembahasan Panja cukup

mendalam mengenai masalah keterangan label halaJ, akan

tetapi dengan semangat kerja sama dan itikad baik semua

pihak, masalah ini dapat dipecahkan dan diselesaikan.

e. Bab V tetap berjudul "PEMASUKAN DAN PENGELUARAN

PANGAN KE DALAM DAN DARI WILAYAH INDONESIA".

beberapa . ayat dari pasal-pasal ini . mengalami

penyempurnaan-penyempurnaan. Ketentuan dalam Bab ini

ditujukan untuk meningkatkan citra pangan sebagai komoditi

dagang, mengingat peranannya yang sangat besar dalam

peningkatan citra pangan nasional di dalam perdagangan

internasional.

f. Bab VI tetap berjudul "TANGGUNG JAWAB INDUSTRI

PANGAN". Ketentuan pasal dalam Bab ini mengalami

penyempurnaan terutama yang berkaitan dengan tanggung

jawab industri kepada masyarakat yang dirugikan. Produksi

pangan nasional harus mampu memenuhi standar yang

berlaku secara internasional dan memerlukan dukungan

perdagangan pangan.

g. Bab VII adalah bab mengenai "KETAHANAN PANGAN". Bab

ini merupakan bab baru; yang menekankan pada

ketersediaan pangan yang cukup, dengan kewajiban

pengaturan, pembinaan pengendalian, dan pengawasan agar

terjamin kecukupan pangan yang bermutu, aman, bergizi,

-6-

beragam, merata dan terjangkau daya beli masyarakat.

Ketentuan dalam Bab ini Pemerintah bersama masyarakat

bertanggung jawab atas terwujudnya ketahanan pangan.

h. Bab VII (lama) menjadi Bab VIII yakni mengenai "PERAN

SERTA MASYARAKAT". Ketentuan dalam Bab ini tidak

banyak mengalami penyempurnaan, dan menekankan pada

peluang masyarakat untuk berperan serta.

i. Bab IX (lama) mengenai "PENYERAHAN URUSAN DAN

TUGAS PEMBANTUAN" berubah menjadi Bab

"PENGAWASAN". Ketentuan-ketentuan pasal dalam bab ini

juga tidak banyak mengaJami perubahan.

j. Bab X (lama) mengenai "PEMERIKSAAN" menjadi berjudul

"KETENTUAN PIDANA". Ketentuan-ketentuan dalam Bab ini

pada dasarnya sama dengan usulan RUU.

k. Bab XI berasal dari Bab IX (lama) yakni mengenai

"PENYERAHAN URUSAN DAN TUGAS PEMBANTUAN".

Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam pasalnya tidak

berubah.

I. Bab XII tetap berjudul "KETENTUAN LAIN-LAIN". Ketentuan

dalam bab ini juga serupa dengan usulan dalam RUU.

m. Bab XIII tetap berjuduf "KETENTUAN PERALIHAN".

Ketentuan dalam Bab ini mengalami penyempurnaan.

n. Bab XIV mengenai "KETENTUAN PENUTUP".

Penyempurnaan yang sangat berarti dalam Bab Penutup ini

adalah mengenai Pasal 65 yang menetapkan berlakunya

Undang-undang pada tanggal diundangkan.

-7-

Sidang Dewan yang mulia,

Untuk mengefektifkan waktu yang tersedia, maka Panitia

Kerja, Tim Kecil dan Tim Perumusffim Sinkronisasi telah

melaksanakan tugasnya secara simultan. Selain daripada itu,

dalam memecahkan permasalahan yang dianggap krusial baik

dalam tingkat Panja maupun tingkat Pansus telah dilaksanakan

beberapa kali forum lobby. Hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah mencapai mufakat dalam musyawarah, dan

membangun nuansa kerja sama dan pengertian yang baik. Dengan

pendekatan ini memang terlihat tumbuh kebersamaan, dan saling

pengertian dari berbagai pihak yang terkait, sehingga sedapat

mungkin dapat mengakomodasikan berbagai masukan dan

aspirasi baik yang berasal dari Fraksi-fraksi maupun dari

Pemerintah.

Berkat bimbingan dan petunjuk ALLAH SWT. Juga, disertai

itikad baik dan didorong rasa tanggung jawab yang besar dari

keempat Fraksi beserta Pemerintah, temyata tugas berat ini dapat

diselesaikan dan pembahasan Rancangan Undang-undang ini

berakhir tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang

ditentukan. Meskipun pembahasan dilakukan secara marathon

sampai jauh malam, yang diwarnai dengan silang pendapat yang

sangat menarik, maka akhirnya Dewan bersama Pemerintah dapat

menghasilkan Rancangan Undang-undang yang setelah

-8~

__ __jl

,.

diundangkan dapat menjadi landasan hukum yang sangat berarti

bagi berkembangnya keamanan dan ketahanan pangan

masyarakat Indonesia.

Akhirulkalam perkenankanlah pada kesempatan ini kami

atas nama Pansus Rancangan Undang-~ndang tentang Pangan

mengucapkan terima kasih kepada Saudara Menteri Negara

Urusan Pangan yang mewakili Pemerintah, serta seluruh

jajarannya yang sangat kooperatif, fleksibel, serta tanggap dan

cukup cekatan dalam memberikan alternatif-alternatif perumusan .

sehingga dapat dihasilkan suatu rumusan baru yang dapat

disepakati semua pihak.

Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada

Pimpinan beserta Anggota dari Fraksi ABRI, FKP, FPP, dan FPDI

yang telah bekerja sama dengan sangat baik mendukung

terlaksananya tugas Pansus ini sehingga kita bersama dapat

menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-undang ini dalam

waktu yang sangat singkat.

Kepada yang saya hormati para Anggota Pansus, yang telah

menunjukkan keprofesian, kebersamaan, dan rasa kekeluargaan

yang sangat besar, saya juga ingin menyaf!lpaikan terima kasih

dan penghargaan dari hati sanubari yang paling dalam atas kerja

keras, kerja sama, dengan dedikasi serta rasa tanggung jawab

yang sangat besar.

-9-

.,

Akhirnya, tidak lupa saya sampaikan ucapan terima k~sih

kepada seluruh jajaran Staf Sekretariat Panitia Khusus baik dari.

DPR-RI, Fraksi maupun dari Sekretariat Kantor Menteri Negara ;__ -- ~ -- ---

Urusan Pangan yang telah turut f!1endukung kelancaran

pelaksanaan pembahas~n Rancangan l)_ndang-undang ini. Tanpa ---kerja keras para pendukung_.JnLtidaLr:nungkin Pansus dag_gL -melaksanakan tugasnya dengan lancar.

Dengan telah berlalunya waktu dan berakhirnya tugas, maka

melalui forum yang rriulia ini, perkenankanlah kami atas nama

seluruh Anggota Pansus memohon maaf sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang terkait, apabila dalam proses

pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini

terdapat tutur kata atau perbuatan yang kurang berkenan di hati.

Tiada gading yang tak retak dan tidak pula kami luput dari

kesalahan.

Maka dengan telah berakhirnya Pembicaraan Tingkat Ill,

pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini,

izinkanlah kami atas nama seluruh Pimpinan serta Anggota

Pansus Rancangan Undang-undang tentang Pangan,

mempersembahkan naskah akhir Rancangan Undang-undang ini

kepada Rapat Paripurna Dewan, yang kiranya dapat ditindaklanjuti

sebagaimana lazimnya.

-10-

---- -----------

Mudah-mudahan ALLAH SWT, memberikan karuniaNya

sehingga Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini dapa~

menjadi Undang-undang yang memberikan manfaat bagi

kehidupan dan penghidupan masyarakat Indonesia pada

khususnya dan masyarakat internasional pada umumnya.

Sekian dan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 14 Oktober 1996

KETUA PANSUS,

Prof. Dr. H. DIDIN S. SASTRAPRADJA

----------~

PENDAPAT AKHIR- · FRAKSI KA.RYA PE.MJ:JANGUNAN DPRRI

TERHADAP RANCANGAN_' UNDANG~UNDANG REPUBLIK INDONESIA . -

TENTANG

P·A·N G-A·N

DISAMPAtKAN OLEH lr.UIIBU MEHANG KUNDA

AWGGOTA DPRRI NO. 294 .

JAKARTA, 14 OKTOBER 1996

FRAKSI ~ARYA PEMBANGUNAN 0 E .W A N P E R ~A .K I LA N A A KYAT A E P U B L I K I N 0 0 N E S I A

PENDAPAT AKHIR .FRAKSI KARYA .PEl-f.BANGUNAN D.PR-RI.

TERHAOAP RANCANGAN UNOANG~UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TENT."NG PANGAN

Disampaikan oleh ; Ir. Umbu Mehang Kunda Anggota ·OPR~RI.~o. : A-294 .

As.sa.l ~mu' a:l.a i k~m Warahmat Ul ~ ah i Wab~rakat uh

Yth. saudara P{mpinan.Sidan~,· · Y t h • Saud a r a ~en t e r i Neg a r. a l) r us an Pang an yang m e.w a. k i 1·1 Pemerintah, ' · . · · saudara-scud~ra An~gota Dewan~ dan hadirin yang.berbahagia~

. . . . . ;

.. Pertama-t~a, iz·inkanlah. Fraksi Karya Pembangunan mengajak ·hadirin untuk ni~manjatkan .puji ·dan syukur k$hadirat Tuhan Yang Maha Es~ yang ata$. ·rahmat· dan karunia serta perkenan·-Nya,. kite. sekal ian telah · ·dapat ·. menyelesaikan ··tugas. pembahasan Rancangan

· Undang-undang tent ang ·pang.an ... . ·· · ·

Fraksi Karya · P.embangunan sungg•ih·; met"asakan bet apa. besa.r· karun fa · dan · be·r kat . Tun an Yang Malia Esa di 1 i mpa.hkan. kepada kit a semua. yang iKut·. serta dalam :.rangkaian. pembaha$an Rancangan .. Undang-undang in.i ,. sehinsga. hari ini ;. di ·Gedung .Dew~ri Perwakflan .. Raky~t ·R~publ.ik Indonesi~ yang:m~lia, ·fraksi-fraksi akaQ men yampa i k an · . pend a pat a k h i r n y a s e b a 9 a i ··.rang k a i an t e r a k h i r pembahasan · Ranc.angan Undang-undang ·tent ang p·angan -sebe l Lim· · disahkan dalam: Sidang'-Pa~iputna Dewan.

Yth. ·saudara:Pi~pinan Sidang~ ·vth~ Saudat' Menteri. Hadi rin s.ekal ian. yang berbahagia ...

. Se i·ak semu i a Fraks i Knr:-ya Pembaf:igunan. me 1 a 1 u i Pemandangan . Umuinnya .Pada tangga1 ·11 Ju1i 199·6, ·telah menempatkan pengaju·an Rancangsn Undang-undang tentang P~ngan ·sebagai p•rw4judan dambaan seluruh rakyat Ind6nesta yang seeara substansial perriah di sampt=li.k·an. Bapak Presi den Republ i.k Indonesia dal am sambutannya· pada Widya Karya Nasional· Pangan ·dan Gizi yang diselenggarakan L$mbs:ga Ilmu .Pengetahuan. fndone.sia tanggal 20-22 Apri 1 1993.;.

. .

Fraksi Karya.Pembangunan juga menyad~ri bah~a pr~ses penyiap~n RUU tentang Pangan t~lah cukup lama serta tel.ah m~laiui ·tahapan-ta.hapan pembahasan internal Pemerintah. Namun demikian, cl·inamika p·erkembangan 1in_gkungan strategis. yang te .. rjadi, baik di.·dalain negeri maypun .regional da.n b·ahkan internasionaJ tentunr·a. pa.tu.t :mendapatkan perhatian k\ta; ketH<~J ki~i. RUU tersebut dibahas be~sama antara Pemarintah ~engan Dewan Peiwakilan R~kyat. Osngan demi.kian, penyempurnaan Naskah Rar'lcangan Undang--undang tent ang Pang an i ni s.enant i as a di arahkan dalam suasana d~n keh~ndak yang tulus ~ntuk ~enghasilkan sebuah produk hukum yang· berkual it as, menjang.kau berbagai aspek yan~r seharusnya menjadi muatan unda.ng-:-undans. ini serta marnpu berdaya

1

r 1aku dalam kurun waktu yang panjang. Selain itu, yang tak kalah pe~t i ngnya · adal ah ''bahwa Raticangan Undang-undang i ni hendaknya jtega melindungi ke·pentingan nasional bangsa dan rakyat Indorlesia t3alam nege~·i maupun dalam interaksinya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Yth~ Saudara Pimpinan Sidftng, Yth. Saudara Mentari yang mewakili Pemerintah, Hadirin sekalian·yang berbahagia.

Osngan · p·andangan, seha.gaimana disampaikan· di atas, Fraksi · · Karya Pembangunan, baik melalui Daftar Inventarisasf MasaJah yang diajukannya maupun dalam menanggapi berbagai usulan fraksi-fraksi lainnya te1ah. secara k.husus memberikan perhatian terhadap.·· berbagai psrsoala.n pokok untuk dan ·dam{ penyempurnaan n.tska.h ~·anc·angan Undang-undang i ni. ·

01eh karena itu, · melalui forum periyampe·ian Pendapat _Akhir · frak"$·i-fraksi .saat ini·; perkenarikanlah kami menyampaikan.bebe-rapa ·~­hal pokok yang. telah menjadi bahan perti-mb.angan yan·g substansial dalam· · keseluruhan · rangkaian pemba,.,asan Rancangan Undang-undang.· te~tang Pangan tni. ·

Hal-hal pokok yang kam·i .mak$udkan adalah seba_ga.i bes:-ikut:-··

pertama,_. ada 1 ah menyangkut s i stemat; ka. Ruu ya~g sang at ter~a it_ erat denga.n muatan Ranc·angan Undang-undang tent ang Pang an.

Oa 1 am pemaha:ma~-: .F r-a:.ks i - Karya· Pembangunan, kehad i tan Ran~~ngan Undang-undang .. denga,n· judu1 sebag.aim~na yang disampaikan Pemerintah. · hehdaknya paling kurang memu_at norma: atatJ kaidat_\ tentang dua ·asp_ek. pokok pangan yai·tu ~anon. PailgM dan KeamAnan Pangon& Mela1ui pencermatan terh4dap Rancangan Undang­u n d.a. n g . i n i , . F r a k s i K a r y a P e mb ·an gun an - be r. pend a: pat ·. b a hl~~t a. berdasafkan judu1 Rancangan-·undang~undang ini, di s~mping bab­bab yang mengatur secara 1uas tentang K~amanan Pansan. _seyogi-anya · harus ditambahkan · sebuah .Bt!b Baru yang· mendatiului bab-bab yang· ada ya1tu Bl\b _II- Baru .. dengan judul KETAHANA!'f PANGAN. .

Penambaharl ·Bab Ketahan.an-_ Pangan, · d'i .· samping untu·k inen.gatur secara tegas tentang ta.nggung. j-awab Pemerint.ah ·dan rnasyarakat untuk mewuJudkan Ketahanan Pangan, juga- _dimaksudkari se.bagai w~dah .. y-a_ng inenampung · pengaturan pemanfaatan ber-bagai ·pot_ensi .. ·penganekaragaman pangan yang bersumber dari. berbagai jen·; s _pangan .: tradisiona1 yang dimili.ki d8;n dikonsumsi masyarakat .di berbagai-. daerah Nusantara. Pensanekara.g_ama·n · panga·n s:nerup8.k4n upaya. strat&gis yang patut 'ditumbuhkemb·angkan untuk sec::ara berta~ap · dapat m.engurang; ketergantungan _kita da1am mengkonsum.si ~ ·jenis pan 9 an -· t a r· t en t u • . Den g an de m i 'k i an , sec a r a · t e r en~ an a · a k an di upayakan untuk menghi ndarkan di ri dari berbagai . kerawanan ·yang murigkin diaki~atkan ole~ keterg~n~ungan .tersebut. Peng~turan ·tentang cadangan pangan:.· baik cad·angan~ parigan._Pemer·i.ntah··maupun cadangan pangan masyarakat dalam Bab tentang Ketahans_n Pangan7 menyebabkan aemakin paripurnanya_ Rancarigan Undang-u~dang ini sefta sekaligus ·menjadikan Undang~undang ini memt)-iki oiri yanp spesiftk dan unik dibandingkan ~~rigan··undang-undang Parigan .negar~ 1 a in. ·

Setelah melalui psrbincangan y~~g ~~anjang antar~ fraksi­traksi dangan PemGrintah-,_ usulirt- ·=Fral<si Karye. .PembanguncHi akhirnya diter:-ima walaupun penempata"nnya ada-lah di bag.ian akhii dari bab-b"ab yang· mengatur · tentang .Keamanan Pangan. J·udul _Btit.· Vl I I Ra.ncangan Undang-undang ya it u Pembi naan, Pengenda 1 ian dan Pengawa.san di sep~kat ·f untuk di ubah denga.n Ket ahanan Pang an yang

2.

----- -----------

selan.jutnya ditempatkan menjadi Bab VII, sedangka·n.· Judul Bab .. VIII baru adalah Peran Serta Masyarakat yang sebelumnya· ditemp~tkan pada Bab VII Rancangan Und~ng-undang. ·Konsokwensi pertibahan judu~ Sab VI J:I Rancangan Undang-undang adalah diperluknnnya penataan pasal-pasal yang ada dalam Bab VIII Rancangan Undang~undang yang diserasikan dengan usulan pasa1 baru dari .Fr.aksi Ka.ryt\ Pembangunsn . yang telah disempurnakan secara.bersama antara fraksi-frak~i dengan Pemerintah.

Selanjutnya~ konsekwensi lain dari p~rub&han judul Bab VIII Rancanga.n Undang··Nundang t ersebut ada 1 ah d ·it f;!mukannya Pasal 51 Rancarrgan tJnd~lng-unda.ng yang d i pan dang t i dak t &pat bet .. ada. dalam Bab Ketahanan Pangan sehingga akhirnya disepakati untuk ditempatke.n pada Bab Pemt~riksaan yang diubah. judulnya menjadi · Pangav1asan.

. . Melalui perubahe.n judu1 sabagaimana dis~butkan diatas,

Fraks i Karya Pembangun ,1n berkeyaki nan bahwa kesan. masyarakat · · yang ~enga.nggap bahwa R.ttnca.ngan :undang-undang i ni hanya 1 ah. Ranaangan Uridang~undanQ. yang,mengatur tentang perlind~ngan konsumen pangan semataj telah dapat kita kes~mpingkan. ·

. '.. . (.l~ngan derrd k 1 en, me.l a 1 ui . berbag?.l i penyesua ian· t e rttad.aP:

sistamatika R~ncangan Undang~undang ters~but, ~raksi· K~~ya· Pemban~~unan b~p·pendapat bahwa a1 ur pi k i r. Rancangan Undang-undang t e lah . · sa~ar n · runt ut t a. rt at a be rdas.arkan usu 1 an· pengkaj ;·an yang disampaikan Frakai·Karya Pe•bangunan ·s•jak Pemandangan timum· · sampai d.engan pen·gajuan oa·ft_ar Inv~ntartsasi ·Masal~h • .-. · · ·

Kehadiran ba.b·· baru ten.tang · Ketahanan · Pangan,.· _s&lanjutnya· menempatken undang-_undsng· ini sebagai payung bagi kebaradaan berba.gai undang-undang yang· selarna ini. secura. partial· men9atur aspek--as·pek ·tertentu .dari pangan ·maupun undang~undang lai.n yan_g aka.n r~ibuat untuk .memperkuat keberadaan Rancangan .Undang-undang. tenfang Pangan •. Oisamping itu, ·Undang-und·ang in.i juga a·kan.:· menggambarkan kesaimbang~n ~erhatian ~erh•dap_ aspek keamariari· pangan dan ketahanan · pangan yang ma.mpu menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia. · · ·

K!.\IY.A, adalah aspek Stabi-1 isasi Har·ga .Pangan Terte:titu. ·

-rraksi Karya Pembangu.nan sungsu.h :menyada.ri b~thwa ·ke·t.ika:. ~-:.-~ kita. membicarakan t.entang hakekat dan makna. stabi 1 isasi .. harga.,. ~'; . pangan· tertent:J,. ketika itu pulalah kita dihadapkan pada pilihan: :< unt·uk menemp~tkannya sec.ara proporsional ba.gi ·berba·g~~-i =··

kepGntingan. ba.-ik dalam negsri maupun dalam kaitann.ya den-gan··· kesepahat an-kesepak.a:t an i nt erna,s ion a 1 ,;

Sehubungan dengan itu, dan ol~h karena stabilisasi barg~. me r up a t~ an asp e k p e n t i n g k e t: aha nan · pang an , F r a k s i · · K a r y a . Pembangunan menyarankan untuk triensmbah buti r ·bcru pada Pasal a·· tentang_ Tujuan yang berbunyi ·: . .,terwujudnya .stabili.sasi· harga pangan t~rtentu yeng dinarnis untuk melind.ungi · kepentingan konsumen 4an produsan·.·. · ·

Me1a1ur' pembahasan yang mendalam, Pemerirtt4.h berpendapnt b a h·w e. s u ~ s t an s i t ·e r s e but me r up aka n bag i an dar· i k e b i j· a k .an P~ms r i nt aJ~ . seh i ngga ·t empat nya 1 eb i h· t epat pad a Pasal ·so ~ancangan Und:ang-undang .. Akhi rny~ Fraksi Karya Pembangunan dapat meneriman;;•.-a :nelalui panyempurnaan .Pasa1 3.· butir c yang semula berbunyi : "torwujudnya tingkat kecukupan.pangan yang sesuai denga.n kebutuhan ·konsumsi masyarakat·• menjadi ••terwuju.dnya titlgkat kecukupan pangan dengan. harga. yang wcjar· dan terjangkau sesu~i dengan kebutuhan masyarakat".

3

- ------~. ~ .. --~.,-----c--.,.,-~·-­...

Oleh karena itu, k~tika m•mbahas· Pasal 50_Rancangan Undahg~ undang (at au Pas a 1 48 · RUU" has 11 pembafiasan) · yang t e 1 ah men j a.d i pasal dalam Bab Ketahanan Pangan, Fraksi Karya Pembang·unan

· berusaha agar rumusan yang semul a berbunyi ··untuk mencegah dan. mtruJ menanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang dap~t me.rugikan sistem pangan, Pemerintah dapat mengambil tindakan yang. diperlukan untuk me_ngendalikan harga pangan ·tersebut" d·iubah menjadi "Untuk m•n6egah dan atau mananggu1angi·gejolak·.haiga pang.an tertentu yang· dapat ·merugikan ketahanan pan.gan. Pemerintah mengambil tindakan st~bili~asi harga". Usulan .peruba~an dimak~ud bahka.n t e.l ah .men j ad;- kesepaka.t an keempat F rsks i dan mengundnng pembahasan yang cukup lama antara fraksi-fraksi dengan pemerintah.

Fraksi Karya Pembangunan se·l a.ma i rd men·catat ·berba·gai pengalaman yang menunjukkan bahw~ stabilisasi har"ga pangan khususnya bah.an maka.nan po·f<ok. merupakan per.sya.r·at an mut 1 ak d.al am m$me1ihara pertuMbuhan ekonamt. Pemerintah -telah menunjukkan upaya-upaya yang .sangat ~erigesankan .·dala~ m~rigendalikan

· stabi 1 i.sasi harga · pangan. yang ttJlah ikut · mendukung terw·ujudnya stabi lisas"i. ekonomi · makro. · Kondisi tersebut ·tentunya merupakan · iklim yang kondusif de.lam pencapaian Taju. pertumbuhan. ekonomi yang mencapai rata-·rata sekitar . 7 persen pertahun. Berdasarkan. catatan t_erseb.ut di atas, d:an -dengan ·me-n.cermat.i' berbag~i. kesepakatan internasional khus:usnya melalui .. skema. ·GATT. maupun wro. Fraksi· Karya Pembangunan . berusa.ha agar aspe·k sta.bi 1 i sasi h~rga pangan ·t"ertentu dapat. dica·ntumkan .langsuhg dalam batang tubuh Rancangan Undang-undahg~ :~ebagai tindak~n··ya~g diambil Peme.rintah ·untuk me.ncega.h dan .«tau· menanggulangi gejolak ·harga pa~gan tert~ntu •. ·

Oengan demikian,' st~bi.lisas·i harga merupakan ~agian ... tak · terpisa.hkan dari kebifakan· Peme.rintah untu·k mewujudk.an Ketahan~~ · ..

Pangan Nasional .. Stabi 1 i·sasi harga yang di·maksu·dkan Fraksi Karya PembangtJnan. · t. i dak pernah · ·di art i kan unt uk menci pfakan · di storsi pasar, dan harga·,· melain·kan sema.ta-mata ·hanya unfuk melindungi . kepent i ngan produsen·. dan k-onau:men. ·aukankah kebi j akan stabi 1 i sasi' .. harga pangan tertentu.· yang kita terapkan ·s.elama :i.ni;· senant.ia:sa : diarahkan untuk rriemelihara· .. penerimaan yang ... w.ajar b.agi .·;y-ang.,· memproduksi bahan pansan melalui .kebi jakan har·ga··.dasar· ser.t·a _..·.: sekaligus menjaga kepentingan. -konsumen melalui pengenda.lian. :~ harga ·? Pandangan demi.kianlah yang. melandasi · ke;nginan · F.raksi. ' Karya Pemb~ngunan ·unt·uk mengusu l kan·· ._pe r:u.bahan .. te rhadap _·p.asa l · t~rsebut di at as.· · · . . . · . · · · . · · .. .- ·-

Namun demikian, melalui penjelas.an. dan. -dialog ·fraksi-f·raksi= .. dengan Pemerintah, Fraksi Karya Pembangunan. dapat: memahamf si~.a·p, :,; kehati-hat.ian Pemerintah. P_emer:fntali. sepend·ap_at dengan fraksi- ·. ·· fr·aks-i .bahwa: stabi 1 i sasi harga -pada dasarnya t idak. bertentangBn: .·: dengan .kes~pakatan internasional, baik fJlela1ui skema -GATl: maupun · WTO, pal i"ng -t i dak sampai cfengan . saat i ni.. Akan. tetapi, mas a lsh · tersebut dianggap memiliki. potensi untuk menjadi perma.sa·lahan · · di masa-masa. mendatang, sehingga sangatlah t·epat kiranya agar sed i n i m u n 9 k· i n , I n done s i a s e b a 9 a i · ·an g got a or g a t1 i s as i internasional tersebut di · atas telah dapat melakukan ant·isipasi se?ara. cermat ba~i kep~nttngan ~asa depan~ ·

Atas d·~sa~ pertimbangan.dan pemi-kir.an se·bagaiman·a·.tela.h dikemukakan di at as:. Fraksi ··Karya Penibangunan akhi rnya dap·at memahami rumusan Pasal 48 sebagaimana·· telah menjadi' · kesepakatan antara fraksi-fraksi dengan Pem~rintah,. yaitu·.:. ·

. . . .

Untuk mencegah. dan. ata.u menanggu:langi .· gejolak harga pangan tortentu yang dapat merugiketn ··ketahanan pangan,. Pemerintah mengambi1 tind.ak•n-·yang dip·erlukan dalam .·rangka untuk mengendalikan harga pangan tersebut~ ·

Penj e 1 a san pas a 1 juga menga 1 ami pe rubaha.n:, dengan rumusan :

Yang. dimaksud dengan '"tinda.kan yang d·iperl~ak$n dalam. rangka mengandal i kan ·harga pangan tersebut" .inenurut ketentuan ·ini ~ antara lainll ·berupa tindakan. dalam rangka ·Stabilis·asi harge

, .. , ,.

. ;::tl~Jigan. yang di 1 akukan untuk mencegah · fl uktu.asi harg.a:, bai k· yang dilakukan melal.ui · mekanisme pasar maupun melalui intervensi pasar, secara langsung. ataup.un· tidak langsung.. . . Tindakan stabilisasi hargn ·pangan juga merupakan upaya untuk.·. mriin]amin terciptanya· harga yang we·jar, baik dari .sisi piha~ ·yang memproduksi mnupun masyarakat yang·.mengkonsumsi pangan.··.~ Unt uk me nun j ang upaya t erci pt any a ha.rga pang an· yang' terkenda1i. Pemerintah perlu memelihara ·cadanga.n .pangan yang:' cukup di dalam negeri yang ·sef':lanti.asa dapat dimanfaatkan ,' untuk mengata.si flukt.uasi harga· ·atau· kekurangan· pangan: yang·, .terjadi seoara mendadak, · baik akibst spekulasi. manipulasi·. · maupun sebab lain yang· te.rja.di di dala·m ataupun di luar. negar~. · · ·

Oenga~ p~nyempornaan rumu••n. pa~a.r dan penj elasa.n pas·a 1·· sepert i ttlrs·ebut di. at as, Fraksi Kary4 · Pembangunan · berpendapat·:. bahwa penyempt.!·rnaan t ersebut t e i ah cuk~p menampung harapan· d.an: saran per:-~bahan Fra:k~i Karya· Pembangunan.... .. ... : · ..... ·. ·: ·.·.

~~ · adalah · .. keterkaitan . :pehgatttran pang.an · de~aan keyafsi·nari: masy~r~k~t. ·

Fi~aksi Karya: Pem.banguo·an .saa1gat-.memah·a.mi bahwa berbaga.{ pengaturan Yang akan d.i laksanakan mel a lui Rancan·gan Undang-undang :­ini, at~an be-rhimpit dsngAn· .k.epentfngan· ·peme.nuhan.· pangan Ya.no·:

· f<eamanannya ter j.~m.i n, ba i k··. unt uk . kes.eh.at an .rnau·pun yang· t i d .• k.·. bertentangan·· dengan-. k·eyakjnan: ma$yar·akat' ... Persoa1a.nnya adalah apakah norma tontang· keyakina.n ma.syarakat 'tersebut. harus tersel:)_ar·. pacta berbagai. pasal terkait· ataukah. cukup pada · satu pasal .yang bar.fung~i · mengayomi ~. meni.iwai .· d.a·n· mewarn~i. . keseluruhan · p_asal­pasal Rancangan Un~ans-undang tentang ~angan. .·· ·

Setelah melalui kaji~n yang.cu~up· me~dala~~·Fra~s• Kar~a~ Pembangunan · menernu~ari tempa:t ·yang. tepat .. untuk menampun·g aspi ras·f. tersebut melalu·i peny·empurnaan rumusan Pa$a1 .2 Ran·cangan Undan9~·· undang. .Den; an detni k ian rumusan · · Pasal ... 2 · ·Rancangan Undang-undan9,, yang berbunyi "Pembarigunan di: bidang .P·anga.n diselenggara.k .. a:~: denga.n bsrlandaskan asas tnanfaat;. asaa.·,adi 1 dan merata, dan asas kepercayaan· akan kemampuan dan kekuat·an .. sendi'rl"; ·mel a lui· usulari··. perubaha:n substansi ·· dari Ffaksi'. Karya· · Pemba~gunan dan. · f-ABR.I.·;.:· akh1rnya.fr~ksi-fraksi menyepakatt·usul.an rumusan baru Pemerint•h· yang berbunyi : ·

"Pembangunan. pangan di.selenggarakan· untuk mementihi kebutuh~n dasar manusia yang membertkei'n manfaat. secara &di 1. dan .. · rnerat a,.' ber-dasarkan kernandi r ian 'dan t i dak . bert ent·angah.

· ctsngan .keyaki n.an ma.syarakat... · · . . •.

Dengan rum\Jsan Pasal 2. baru .tersebut ·diatas~ fraksi-fraksf dan· pemerintah ·akhi"roya se·pen.dapat bahwa masal ah keyakinan·· masyaraka~ telah mendapat tempat ~ang· te.rhormat dalam .muat•n Aancangan Undang-und•ng tentang ~an;an· ini. Pandangan ter~ebut. jug~ diperku•t ·dengan kesepakatan unt4k.mancantumkan ~ket~rangan tantang halal'" sebagai salah satu substansi yang harus ·terter:a dalam label pada, di dalam dan a.tau .. ·c; kemasan pangan ·sebagai kewa.j i ban yang harus di penuhi ol eh seti ap. o.rang yAng memproduksi at au merna.sukkan · ke da 1 am· wi l ayah Indonesia ·pang an . yang d i kemas untuk diperdagangken, sebagaimana jelas tercantum de.lam Pasal 3.0: Rancangan Undang-undang yang telah dis&pakati~

5

. · ..

Yth. Saudara·Pimpinan Sidang 1

Yth. Saud a ra Menter i Neg a r·a U·rus an Pan gan yang mewak i 1 i Pemerintah,

~nggota Dewan dan had~rin sekalian yang te~hormat.

Selanjutnya, perkenankanlah kami urituk menyampaikan tanggapan Fraksi Karya Pembangunan terhadap berbagai muatan Rancangan · Undang~undang tent ang Pang an .yang· har i , n 1 akan memperoleh pehgosahan Dewan P~rwakilan Rakyat Republik· Indonesia~~

Bahwa k~hadiran dan keberadaan Rancangan Undang-und~ng tent.ang Pangan sebagai perwujudan ke.hendak dan damba.an masyaraka1; Indonesia tentunya tidak perlu· lagi dipersoalkan. Oemikian ·pula ha1nya dengan kehendak dan keing.inan Pemerintah untuk menempatkan kai"dah atau norma tentang Keamanan Pangan yang mendominasi keseluruhan muatan RUU itii sebagai sebuah kebutuhan nyata yan·g haros dilaksan~kan, baik untuk kepentin~an perlindungan konsumen dalam negerj, .maupun dalam hubungannya dengan pet.dagangan internasiohal. Dalam pemahaman·demikian, Fraksi Karya Pembangunan menyambut baik b~rbagai rumusan: Rancangan Undang-undang yan~ me~gatur sacara tegas berbagai kaidah at~u norma yang haYus dipenuhi untuk~memperoleh pangan yang. terjamin keamanannya~­bermut u' . dan berg i z i sert a t i dak bertent angan dengan. k.eya.k i t1an. masyar·akat. Oleh karena itu, dalam mencermati keber~daan bab-bab: tertentu dar.i Rancanga~ Undang-undang ini yakni ·· ·

1) Bab II tentang· Keamanan Pangan, 2) Bab I-Ii tentang Mutu ;dan Gizi ·Pangan,· · 3) Bab ·Iv tentang Label .dan Iklan Pangan,

. Fraksi ~arya Pembangurian iid~k mengajukan u~ulan p~rubahan yans .. pri nsi Pi .. l. f"ra~si Karya Pembangunan stingguh menyad,a.rf bahwa ketersediaen pangan yan~ aman, bermutu dan bergizi serta pen¢a.ntuman label ·da:n .iklan pangan yang juju.r dan .be.nar, menempat i pos i .si ·yang·· st rat egis bag·; pengembangan dan ·pen i ngkat.an .. ku~lit~S'sumb,rdaya manusia Indonasia.s•bag•imana dicita~citak~~ u n t u:k d a p ·at d i w u j u d n y at a. k an me 1 a 1 u i r an g k a i an keg i" 4 t" an·· pembangunan na~ional yahs sementara kit~ tumbuhkembangkan~ .~

Pang an seba.gai kebut uh.&.n dasar · rnanusi a · yan·g pemenuhann.ya·, merupakan h~k asasi. setiap rakyat Indon$Sia hendaknya diupayaka~ ket~rse~iaannya ~ecara aman, ber~utu, dan bergizi. Da1a•. pemahaman. · demi·kian, FrakS·i Karya. P~mbarigunan . me.lalui. berbagaj: pandanganny•·tidak berkeh~ndak untuk mel•kukan· perubah~~ subs~ansi keou~li yang bersifat redaksional. ··

Oal am .. hubungannya. dengan upaya · pemen~;.ha~ . ber.bagai kai ~~tf at&u norma yang mengacu pada keamanan pangan, Fr~ksi ·Karya Pembangunan jugA menyadari bahwa industri pang·an di. sa·m·p;·ng. dilaksanakan oleh kalangan industri ber:skala· besar juga dilakuktui·. oleh p•ngusaha k~riil, baik yang berbadan huk~m maupun perorangan." Kondisi. demikian memerlukan perhatian dan pemahaman yang cerrnat, seh i ngga ke 1 ah iran · Unda.ng-undang · tent ang Pang an · j angan sampa i me~atikan usaha kecil. di biden9 pangan namun justru melalui undarig-undang ;·ni, keberadaan. pengusaha keci 1 hendakny~ semakin diberdayakan untuk mampu b~rkiprah berdas~rkan ketentuan ~ndang-· undang in i .. 01 eh ~·arena it u, · Fraks i Karya Pembangunan dcngan lapang dada menerima berba.gai ketentuan yang mencantumkan bahwa. p e r s y a rat an- p e r s y a r at an t e r t ·en t u m i s ·a l ny a s a. ri i t as i. d an se·rtifikasi mutu pangan, penerapahnya .akan dilaksan.akan secara

· bertahap dengan memperhatikan kesiapan dan kebutuhan siste~ pangan. Dengan demikian, pe~berdayaan pengusaha kecil melalui berbagai.upaya.pembi.naan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 merupakan substansi yang p$rlu untuk diwujudnyatakan secara

6

---------------

sistematis dan berk•lanjutan, d•nga~ senantiasa mengacu ~ada berbagai ketentuan pembi:naan usaha keci 1 berdasarkan. undang~. und~ng dan peraturan yang berlaku~

Yth. Saudara Pimpinan Sidang, Yth. Saudar~ Menteri,· Hadirin yang terhormat •.

Pengaturan secara khusus tentang ketahanan pangan dal~m bati tersendiri yang akan menampurig·berbagai at~ran pembinaan dan· pengendal ian yang sasaran akhi rnya· adalan terwujudnya ketahanan · pangan ~etempat maupun nasional, sahgat membanggakan Fraksi Kary~. Pembangunan. Oengan ~e~pertimbangkan ·barbagai ketentuan yang. lazim diatur dalam undang-undang pangan negara lain~ undang~·i undans ini juga telah mengatur seba~a tega~ kep~ntingan nasi~nal · Indonesia~ · ·

1) ··Pada Bab X tenta'r'l9 Pemeri.ks,aan hendaknya diubah. dan ditambah · menj.adi '"Pem·eriksaan dan ·peiiyidi-k-an."·· Pen.ambahan · tersebu·t

. dimaksudka.n sebaga i konsekwenai .logi s .dar i · keberadaan Bab X! Rancangan Undang-undang tentang ~et•ntuan Pi~ana; ·

2) sanksi administr4si. dan sanksi. pidat'la yang dile.takkan dalam berbagai pasat naskah Ranc.angan · Undang:...undang deng$n · si stimat i ka yang t i dak runtut tel a.h · menimbul kan penafsi ran, yang berbada dan dapa~ berakib~t ·pada keti·dakj~lasan d~~ ketidakpastian hukum. 01.eh karena itu,· penataan kembali patut di laksanakan :sehfngga dapAt · terhindar · dar.i .m~nculnya kerancuan · pemahaman. terhadap kaidah-kaidah yang "ingin diformulasikan da 1 am ket ent uan undang-undang i ni •. · ·

·· Deng~~ pand~~gan tar~~but .. di atas, Fraksi Karya Pe~bangunan pada &khi rnya ·4apat. menyepakat i berbagai perub·ah'an dan pen.yesua ian yang di.sepakat i sep$rt ;. :

1) Perubah~n judul Sab ~ Rancangan. Undang-undang tentang · Pemeri ksaan menjadi "·Pengawasan·', dimana didalamnya terkandung pula substansi· pemeriksaan dari· penyidtkan~ Dengan penyempurn~~. an dan penataan pasal-pasa1. yang dikelompokkan dalam. Bab Pengawasan, t e 1 ah .dapat menampung dan mengh i 1 angkan. ke rancua~ penafsiran terhadap substansi pasal-pasal d:im.af5:sud.

7

• 2) Kesepakafan tentang· tidak diperlukannya ketentuan peny.idik dengan alasan ak~n ditangani oleh penyidik sebagaimana di;naks.ud da 1 am undana.-undang. yang akan di payungi unc!ang-undang­i n i , · d a. p a t d i p a h am i d an d i t · e r i m a o ·1 e h F r a k s i K a r y a Pembangunan •. Penerim•an tersebut di _atas se~akin diperkuat. melalui kesepakatan penambahan ayat (4) pada Pa.sa1 53 baru .. dengan rumusan : · · · -

POala~ hal·berda$arkan hasil pemerik~aan sebag~i~~n•· dimaksud pada ayat (2) patut diduga merupakan tindak pidana di bidang pangan:~ segera dilakukan tindakan penyidikan oleh penyidik berdasarkan peraturan perundang-undanean yan~ berl aku". ·

. Oengan r·umusan t erseb\.~t, da 1 am undang-undang· fn i t e 1 ah cukup. dimuat . rutnuse.n yang· dapat di j adi.kan dasa·r untuk diberla_kukannya ketentuan undang-undang .l_ain yang terkait. d-engan yndang-undang ini. · . .

. . .

3) Melalui p.enataan· Bab.·Pengawasan sebagaima.na tersebut di atas. maka pasal-pasal yang diat\tr dalam Ketentuan Pidana deng·an·::· berbagai p~nyempurnaan tarhadap sanksi yang diberikah·~ kiranya= diangg~p .telah memadai.

· Oenga~·pen~empurna~n-penyempurnaan sebagaim~na,diuratkan di at as, ·Fraks.i Karya. Pembang.u·nan d~ngan eado.r dapat memahami kesepakatan y-ang·. berhasil· dirumus·kan frak.si-fraksi dengan .. Pemerintah, yang. antara: l·~in telah ·pula ·menampvng ·ber:baga.i·· gagasan ~a11_ pendapa.t Fraks i Karya .Pemb:u~gunan.. ·

'··~~h. Sau~ara ~impfnan ~fda~g,· Ytb. S4udara Menteri,· Hadirin ja~g terhormat.

. •· Fr.aksi Karya .Pembangunan · sejak semula telah berpendirian.:

bahwa pelaksanaan Undang...:undang ini ·nant inya akan te.rkait dengan.'_ beberapa Depart em.en maupun·. Lembaga No·n Oep"t\ rt em en. Oengan, posi si dan keberadaan Menteri Negara Urusan Pangan· yang· t i dak·· m.emi.11ki aparatur ·pelak.s.ana· pada tingkat daera:h," ·maka::

·. operasionilisasi undan~~undang ini. tentunya · akan di1aksanak~~ secara l~ntaa sektoral, bafk di. tingkat Pusat- maupun Oaerah: Tiilgkat I· dan Oaerah Ti n·gxa~ .I I. penyerahan · sebagi an urusan Pemerintah · Pusat · ke.pada .:pemeri.ntah Oaerah sebagaimana ·di fitur t e r send i r i· da 1 am Bab X I PENYERAHAN URUSAN DAN · TUGA$ PEMBANTUAN, ·· · semakin tnemperkuat keyakinan .Fraksi Karya Pembangunan, ·ag·ar dalam .. undang-&Jndang · ini · di ~tur juga tentang koordinasi,. sebagaimana;. telah di~~~paikan melalui pamand~ngan umum ~~4k$i. Karya: Pembangun~n terhadap Rancangan Undang-undang t.entang Pangan. Pandangan ·tersebut. di atas ternyata. merupa.kan bahan pikiran dan··

·. pergumulan bersa~a. antar.a · Fraksi-Fraksi yang ·secara ·intens · dibicarakan den-s.an ·Pemerintah sejak rapat-rapat· Panitia Khus.us maupun Panitia Kerja. ·

. Fraksi Karya . Pembangunan dapat · memahami pandangan dan: pe~dapat Pem&rintah yang sangat hAti-hati dalam menanggapi usulan: Fraksi-F.raksi tersebut di atas. Nam.un demikian, melalu-i dialog. yang :be r 1 angsung d fse rt a i s i kap Peme r i nt ah ya·ng cukup · akomodat if dalam msmpertimbangkan berbagai usul~n· yang berkembang·; kein.ginan-: dan kehendak t ersebut · d i at as akh i rnya d i sepakat i mel a 1 u i. k~hadiran sebuah p~sal baru, .yakni Pasal ·e2 pada Bab -XII KETENTUAN LAIN-LAINi ~&ngari rumusan sebagai berikut :

B"i 1amana dipandang per7u, Pemerfntah da.pat menunjul< ·j·nstansf untuk mengkoordinasfkan ter1aksananya Unde.ng-undang ini.

a . j

Dengan kehadiran pasal tersebut di ~ta~,.:j~minan tentang · tersel$nggaranya undang-undang ini· .me·talui koord·inasi 1 intas. sektoral yang dilaksanakan oleh instansf yang ditunjuk, · kiranya. akan menempatkan undang-undang .; ni .. sebaga; · dasa.t hukum yang.· tepat dan efekti f bagi .pengaturan, pembinaan, ·dan atau ·pengawasan · di bidang pangan. · ·

Saudara Pimpinan·Sidang, . saudara Menteri Nagara Urusan Pangan ~ang mewakili ~emerintah~ Hadirin.sekalian yang kami hormati.

Demikianlah baberapa tanggapan Fraksi Karya Pembanguna~ . . t e r h adap be r b aga i mu at an Ran c~n:gan Undang-·und a.ng yang mendapatkan. ~ethatian utama Fraksi K~rya Pembang~n~n seJama. pembahasan Rancangan Undane-undang ini~

Sebelum. Frak~i Karya Pembangunjn menyataka~ · persetutuan. peng~$ahan··terhadap Rancang~n Undang-undang ini, perkenankanlah Fraksi Karya Pemba.ngunan . unt uk meny.ampai t,<an beberapa ·· hara.pan~; yang kiranya· mendapatkan· perhatian kita bersama terrriasuk s&luruh~ rakyat Ind~nesia,dimanapun m~rekft berada. · · · ... ·

Harapan-hirapan t•rs~but adalah : ·'!

1. Dengan di·be.rl akukannya undang-unda:ng. i ni, maka pangan. yang.: .akan di eda.'rkan . etau d·i pe.rdagangk~n, ~ec~ra bert ahap . harus: memenuh·i berbagai ·persyaratan · .. sebagaimana 'dima.ks~dkan ·dalant: undang:...u·ndatlg · i td ... 01 eh. karen·a. v·i!d dan mi·s i ,'yang hehd;ak ·. diraih ·me·1a.1ui UJldang-.undang ini. ~dalah u.nt"uk dan dem·f: terwujudnya kualitas· s.umberday.a·.manusia .. Indone.sia di·· sampi:ns·. untuk m$menuhi ket·entu.e.n-kete.ntuan · int.erna.si·onal tentans( keamenan : pang an, maka. ap 1 i k.as.i u·ndan·g··undang in i : hendakriY~ .: mempero l eh dukungan dan per an se r't a masyar' akat .· sebaga i mana : d·; at u r da 1 am· sal ah sat u Bab .Ra·n.can·gan. un.dang-undang t erit ang·. :~ Per an Sert a Masyataktlt. Upaya· unt·uk menumbuhkembangkan · perarr·:

·serta masyarakat, oleh· karenanya .menjad+ ,t,.rasya:ra.t".·yan~L harus· diuoayakan pemenuhannya agar ·undang-Undan·g . fni· dalant: waktu yang tidak terla1u lama telah .. dapat te .. rsosia·lisasikan':' df tsngah:...tengah masyarakat! bangsa dan negara :Indot1esia dar( selanjutnya ·d.apat dipersanding·kari dengan. Undang-undan·g:; .Pangan· nGH]ara lain.. ·. · · .· · · · ::f

2. · Penerapan. ·ketentuan undang~undang: i n,i . ." secara · bert:ilh.ap·/·: ki ranya · merupakan kesempat an emas· .. bagi · kal angan. duni a U.s aha\: t erutama. pengusah.a keci 1. dan. p·eror·an·g:an u·ntuk dapat;~ mengkonsol idasikan · usahanya bagi · keberlanjutan· usaha. yang·~; sesuai d~ngan ketentuan undan;-undang ini~ 01ah karena· itu;~ Fraksi·· Karya ·Pembangunan. rnengh.arapkan kerja .·kar·~·~._ Pemer{nt ah dan masyarakat unt u·k membi na dan memberdayakan.:·; pengusaha kecil agar pad~ saa~ny6 dapat secara nyata dan~ panuh tangguhg jawab meJaksanakan ke~~ata~ usahanya·dengart: mengacu. pad a: ket ent uan undar1g-u·ndang i ni .• · · · ·

3 .. · Fraksi .Ka:ry·a Pem"Qan.gunan sependapat dengan Pemerintah dan; rekan-rekan fraksi yang lain tentang pengaturan labe·l. dalam_: bab tersenditi · sehingg~· m$ngatur seca~a l~ngkap berbag$i. ka.idah yang tersebar mu1ai pasal ·ao sampa.i den.gan pasal 35: Rancangan Und.ang-Undang. Bet apa ·pent i ng · .dan bermanf aat nya.: pencantuman· label ·pada,. di da14m, d.an · atau di k.emasan. pangan,. telah menjadi kebutuhan y-ang harus ·diwujud·nyatake.n .. ':

. Buk:tn s.aj~ ber.rnanfaat untuk me,.in:dungi kesenatan masyarakat ~ dan menjamin beredarnya pangan yang ttdak bertentangan. dengan ksyakinan masyarakat, l~bel ~angan juga diMaksudk~~

9 . i

4.

5.·

6"

sabaga i 1 angkah yang· st rat.egi s da 1 am me rebut pangs a pasar pangan produksi dalam 11ageri di pasaran internasion~;tl, t~r-uta.ma mela1ui pencantuman keterangan-ter.tang he.la1 da1am l.abe·1 pang an.

N am u n d·e m i k i an • F r a. k s i K a r y a P em ban. 9 una n ni eng h:i mba u perhat ian Pemerintah. agar dalam operas·ional isasinya. betul-:-. betul · memperha.t i kan dan mempert imbangkan aspek · koordi nasi· anter i~stansi dan lembaga kem~syarakatan tarkait, sehin~ga keseluruhan pen~aturan dari ~elaksanaan ketent~an tentang. labtl1 dapat terlat<sana secara tet"integrasi dan menyeluruh serta mengacu pada ketentuan undang-undsng ini. Dalam kaitai'l ini, Frs.ksi Karya Pembangunan juga mengharapkan perhatian:: Pemerintah terhadap keinginan beberapa Daerah Tingkat I di: Indonasi a yang s.sment ara menyusun dan memtiahas Peraturan Daerah tentang Pered,ran Minum~n Keras, agar le~alisasi,. formal Peraturan l)a&rtlh tersebut oleh instansi Pernerintah : Pusat .. dapat memperhitungkan dan mempert imbangkan perasa.an,.

·· hukum dan kSY,Aki nan masyar$kS.t. :

· Upay3 ·untuk mE~wujudkan dan. meme 1 i hara kat a.h-anan pan gap·: · hendaknya.\.menjadi sasar.an y.s.rig seca-ra konsi sten dan, kons~kwen menjadi acuan tintuk.diraih .oleh kita semua. ·Ol•h~· karen a i t u ;. d a 1 am men 9 had a p i · be r bag a i s :i t u as f yang· ·. mambutuhka.n penanganan Pemerintah yang sesegera .· mung.kin, · .. terutama · dalam h.ubungannya ·. de'ngan .. u·paya p_eningkatan daya saing dalam era globalisasi s•rt~ p~rdagangan bebas dah· terbuka, Fra~si Karya PembaMgu~an·· menghimbau ket~gar~ri:· sikap dan k$bifakari Pemettntah· da1am. memel.ihara; kebsrpihakannya terhada~· ke~e~tingan.~asyarakat~ ··

De.ngan t er•cakupnyQ mu.at an k·et ahanan pang a~· dan· keam.an~6 ·,_ pan·gan da 1 ~ undang-u.ndang -in i , · ·maka Undang-~ndang tent ang

. Pang an i rli merupakan produk. hukum nasi on a 1 · Yflng pat u~ . m ~ n j ad i k e b an· g g a an· n as i on a 1 · ·ban g sa I n done s i a : o 1 e b ·. · karenanya, .Fraksi Karya : Pembangunan mengharapkan ~; ranya:··., penerapan .ketentuan undang·-undang ini~· di sttmping mem$lihar.~.·-,:·. berbaga i kesepakatan i nternasi 6ne1. ·ke·pent i nsan da 1 am negert:> Indo n e s i a· hen d a k n y a me·m p e ro l e h p e r hat i an yang s e i mba n g .• ::... Oeng·an demi ki an, · keberad:aan undang-undang i ni· akan memba.wa::·;· manfaat ·yang _1Jtuh bagi bangsa dan negara. ki"ta, baik di dal~· ~: negeri maupun 1uar negeri.. · · · · · · · · .. ··_,

.•.

S(\ l ah sat"u pas a l Rancangan Undang-un·dang menet apkan ·bahwa~- ;. undang-undang ·ini dan. perat.ur.an·. pelaksa.naannya tida.t<_:;~' berlaJ<u bagi pangan yang d:iproduksi- dan dikonsum$1. ole~>.:: kl'llangan rumah tangg.a~ · Oalam penj·e1asan p~sa1 d·isebutk.ary·:: bahwa kalangan rumah·· tangga d·ipandang perlu unt.u.k:_~··. di kai:::ua 1·i kan dari pe 1 aksanaan ~!"dang-undang i ili . K~~·a.;-:; ~diproduksi dan dikonsumsi" dalam pasaT tni dimaksudkan·~ sebagai -pengolahari pangan u~tuk ·dikQnsumsi s$ndir~ oleh·, keluarga yang bersangkutan. Adapun t~rhadap pe~edaran·~anga~: o 1 a. h an h ~ s i 1 us aha k e c i l . i ~ f"·o r m a 1 .Q an u s a h a k & c i l tradisionaJ,. Pemerintah akan.mel~kukan pembinaan dan. pengatu-ran.· secara bertahap. Dengan ketentuan t.ersebut, diatas, Fraksi Karya Pembangunan -~engharapkan ke~~ifari Pamer i nt ah da lam pen a rap an -ket entuan undang·-u·nda.ng · in j danga.n s~lalu d·;jiwai dan.disemangati oleh bunyi ··penjelasan pasal sebagaiman.a telah disebutkan. df atas.

10.

, , .

• Yth. Saudara Pimpinan Sidang, Yt h ~ Sa u d a r a Men t e r i N e ·g a r. a. · U r u s an Pan g an yang· . mew a k { i i

Pemeri ntah, · Saudara-sau~ara Anggota Dewan yang terhormat, Hadirin yang sa~a muliakan.

Dengan berb~gai pokok pikiran,. tanggapan dan·harapan-harapan sebagaimana telah kami kemukakan diatas,·.tibalah saatnya Fraksi Kary.a Pemba.ngunan men yampa i kan. pendapat akhi r t erhedap Ra.ncang..an Undat·lg-undang tentang Pangan. ·.oengan. memohon berkat dan rahmat .. Tuh!ln Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayan·g, Fraksi Karya Pembangunan rnenya.t akan bahwa Ran~angan Undang-·undang t en.t ang Pangan disotujui untuk disahkan menjadi Undang-undang.·. · ·

Sairing dengan persetuju.an diatas, ijinkanlah Fraksi Karya· Pembangunan pads bag~ an akhi r penyampai an pendapat · akhi r i ni untuk- menyampaikan pen.ghargaan dan ucapan ter.ima kas·ih kepada rekan-rekan Fraksi ABRI, Fraksi ~Persatuan Pembangunan, Fraksi ~artai Demokrasi Indonasi~ dan Bap~k Me~teri Negara Urusan Pangan beserta selurub staf dan jajar,annya atas· ·kerjasama .. yang te.l·a.h berwujud selama kita bermusyawarah. Oemiki~n pula terhadap 'pira pakar, asosiasi ~o., mass media dan. lain-lain yang tidak. dapat kD-mi sebutkan satu persat.u atas berbagai: sumbahgan -penrik_iran dan." pendapat bagi penyem~urnaan·naskah Rancangan Undang:uridang ·ini~ Penghargaen ·dan ucapan t erima kasi h yang .eart)a juga ·kami tuj.ukan · kepada· St.aLSek.retariat Jenderol PPRRI ·dan .Sektetariat Eraksi-< [email protected] OPRR.L, = yang dengan penuh dedi ka'si mendukung_ keseluruhan. proses pembahasan·Rancangan Undans-undang in~ -----.-. --·- .

Akh i rny_a ·pad a ke$empat a.n yan·g be ·r bahag i a ; n; .~ pat ut kail)J · sampaikan bidal orang-orang tua kital .antara· l8in; ·

Tidak ~da rumput cikaiau ~ang·t~~a~ berlumpur~ Tiada lautan tanpa ombak, · . Ti~d~ hujan·tanpa petir,. . . Tiad• gading yang tidak .retak,· . . Tidak ada manusia yang tidak pernah khi·laf~ Untu'; itu kami s·usun jar·;. yang sep.uluh,-. . Mohon maaf s~besar-b~sarnya atas s~gal~ s~suatu. yang tidak pada,· tempatnya, · · · · · ·. . · . · ... ·': Tutur kata yang tidak b•rkenan di. hati sanub•ri Majelis PANSV$ · yang kami ··mul iakan; : · · . . , · .· . · . · · ... >.: Memang, · membuat Undang-undang., t ak ·cukup .seharj · sema.1 am-.~ . · .. ·. Oia · membutuhkan waktuJ · .· · · ~- · .. .. Pemba.h·asan dan .di.skusi Y~U:'I9 mandal.am ·d·engan berbagai macarn::.;. mater i bahasan. . . · Ibarat menci,ptakan sabu.ah simponi, B.erbagai · irama kita r·angkum menjadi satu, Irama .Pe~erintah, Irama Fraksi ABRI, · I rama Fraksi :P..art ai Demokrasi Indonesia, Irama Fraksi Persatuan Pembangunani.·dan· ·· Irama Ft-aksi Kar.ya Pembahgunari,· . · Setelah .. terangkum dengan musyawarah dan mufakat, . J~di1ah ia sebuah simponi. yang inda.h dan enak dinikmati, SIMPONI KARYA PEMERINTAH DAN DEWAN PERWAKI-LAN RAKYAT REP.UBLIK · INDONESIA, YAITU : .. ·,

· UND~UND.Afttt~G TENTANGi PANGAN . ·

Mar·i lah r<i-ta per$embahkan Undang-undang ·te.nte.ng Pangan ini kepada Negara, Bangsa dan Masyarakat Indon~sia tercinta.

11

-. . . - ~ .

• K i ranya Tuhan Yang Maha Pen gas i h dan Penyayang dapat. memberkat i keselut;,u·han a:llal ba~ti kitas kini dan di masa-masa mendatang.

S&kian dan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarak~tuh

Jakarta, 14 Oktober 1996

FRAKSJ. KARYA PEMBANGUNAN OPRRI

·.

12

,-I-

I

DE"VAN PER"VAKILAN RAKYAT R.I. FRAKSI AURI

PENDAPAT Al\1111{ VHAKSi ABIH ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANC PANG AN

Yang lcrhnnnal Saudara Pimpinan Rapat; · Yang tcrhormat Saudara Mentcri Ncgara Urusan Pangan yang rncwakili Pemcrintah: Yang tcrhnrmat para A nggota Dewan. scrta hadirin yang kami hormati.

Pcrtama-tama maril;dl kita panjatkan puji dan l'vlaha Esa. kan:na alas limpahan rahmatNya pada hari

svukur kchadirat Tuhan ini· kita dapat menghadiri

Y;JJH.! Rap;~

at as Paripurna Dewan dalam rangka Pcmhitaraan Tingkat Ram:angan Undang-undang tcntang Pangan.

IV Pengamhilan Kepurusan

Sclanjulnya pcrkcnankanlah kami mcnyampaikan tcrima kasih kcpada ~audara Pimpinan Sidang. aws kescmpatan u1Huk menyampaikan Pcndapat Akhir Fraksi ABRI alas l~ancangan tlnd<mg-undang tcrschut. Pcmbahasan telah dilaksanakan sccara mcndalam dan scksama sesuai · jadwal yang din:ncanakan herdasarkan kescpakal~lll bcrsama schingga dapat dicapai hasil optimal haik nlch fraksi maupun Pcmerintah. llctl ini tlapal lcrwujud her kat adanya scmangal. lckad. scrta sik••r pcnuh pcngertian dan tolcransi para an~gota Panitia Khusus. Meski-pun terdapat pcrhcdaan cara .pcndckatan ataupun pcnalsmm terhadap masalah yang dihalws. namun akhirnya dipcrolch titik tcmu yang hcroricntasikan pada kcpcnlingan rakyal dan pcrnhangunan nasiunal.

S<.:lama pcmhahas<1n, Fraksi ABRI mcmpcrhatikan dengan· sungguh-sungguh faktor-faktor yang tcrsirat dalam kctcrangan jawaban serta penjelasan Pemcrintah. di samping dilandasi k<:.~inginan scpcrti diuraikan dalam Pemandangan Umum scrl<l Pcngantar Musyawarah 1-;-raksi A BRI. yang kescmuanya harm; dipcrtemukan dengan k()ndisi serta aspirasi rakyat.

Sidang Dewan Yang kami hornwti.

GBHN 1993 menegaskan hahwa Sm>aran llmum PJP II adalah tcrciptanya kuali­tas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalcun suasana tent cram dan sejahtera lahir bat in. Kemajuan dan kcmand irian masyarakat hanya dapat dicapai antara lain apahila kualita~ manusia dan masyarakat cuku\1 t.inggi dan kcadaan eknnomi yang knkoh. Okh karcna itu titik hcrat pcmhangunan da am PJP II diktakkan pad:t hidang cknnomi sciring dcngan pcningkatan kualit;Js sumhcr daya m~musi:t.

..... ·'·•nl rangka mcningkatkan kualitas sumher daya manusia tadi. pangan dan J.!izi I fJ ( ncranan yang menentukan. schah kuatiws sumhcr oaya manusia r-tCl_ /- ~ :ualilas pangan dan gizi yang uikonsumsi.

IP<

~ . salah satu .kchutuhan dasar manusia yang harus tcrsedia mcrala. Kccukupan pangan mcliputi kccukupan haik juml;llt.

,wya. scrla tcrjangkau olch daya hcli masyarakat (dcngan· har~a

Jpan dengan hcrhagai kompleksitas menuntut tanggung jawah kctersec.liaan

.kat. pangan yang sekaligus mcnjag~t stabilitas harga agar

itu pcngaturan mcngcnai pangan merupakan kcbutuhan yang

mcmhina cadangan pangan untuk .angga.

dalam rangka mcwujudkan mendesak. Pcmcrintah

mewujudkan kctahanan

tingk:u hcrs;una p~111gan

gai k(lllloditi dagang. mcmiliki pcranan yang sangal bcsar dalam mmmian nasinnal dan S(;kaligus sch<~gai salah satu penghasil dcvisa

m era libcralisa:-;i pcnlagangan. komodili pangan juga mcnghadapi Ht:ngandung pduang dan ;.mcaman hagi ekonomi han~sa-hangsa. Pc-gi knmnditi pangan yang mcmpunyai daya Siling tingg1 dan ancaman ch komnuili pang;m yang kualitasnya rcndah. tlnluk mcmpunyai daya nutu tlan persyarar;m kcamanan p;mgan mcrupakan hal yang mutlak.

1

• Sidang Dewan yang tcrhormat,

Peraluran pcrundang-undangan tcntang pangan yang menampung hcrhacai perma~al;ihan pangan yang Ieiah disampaikan tcrsebut hcrada dalam hcrhagai pcraturan pen1ndang-undangan lain scperti llndang-und:mg Nnmor 12 Tahun 1992 tcnwnc Sistem Bud idaya ·1:maman. l.lndaqg-undang Nom or 23 Tahun 1992 tcntang Kcsch;ltan dan lain-lain. 1-'raksi 1\ B R I mcnvadari h:tiHva helum tersedianya U ndang-um.Iang tent ~111g Pan!.!<lll sl'lama 1111 tclah tiH::nyulitkan upaya pencgak hukum dalam menyclesaikan kasiis-kasus yang herkaitan dcngan masalah pangan. Ka~us-kasus pangan scpcrti kera-cunan makanan. residu peslisida. pcrsaingan 1 idak schat dalam pcrdagangan pangan. pcrd~1gangan p;mgan kadaluarsa. pcnyalahgun;.1a~1 bahan tambahan pangan. pclanggaran label. d:111 pcrd<1gangan' pangan yang tid:tk .Jli.Jttr. hclum dapat discksaikan schagaim;ma mt·st inya nH:nging;H llclt11n adanya l.lndang-und;lllg yang mengalur mengcnai pang;111 y:1ng dapat dijadik;m l:1nda:->an hukum hagi par;1 pcnc.!plk hukum.

Pada sisi lain. akihat y;mg ditimhulkan dari pclanggaran-pclanggaran yang menyangkut hidang p<mgan sesungguhnya sangal luas yang dap;H mcnirnhulkan ken.:sahan dalam kehidupan masyarakat yang dampaknya dapat mcmpengaruhi stahilitas nasi1111al.

Dalam rancka mcmhcrikan kepasl ian dan perlindungan hukum untuk meningkat-kan. mengarahkan'"' dan mcmherikan • dasar hagi pcmhangunan hidang pangan maka diperlukan pcrangkat hukum yang dinamis. Perangkat hukum tcrscbut hendaknya dapat mcnjangkau pcrkcmhangan ma:•yarakat yang scmakin komplek yang akan tcrjadi dalam kurun waktu mendatang. mcskipun pelaksana;111 hukumnya dilaksanakan secar;1 hertahap.

Pcrangkal hukum titlak hanya untuk keperluan perdClgangan domestik saja. rnclainkan juga untuk mcngatur impor dan ekspor yang harus memenuhi ketentuan-kctl~ntu;.m dan syarat-syarat yang ditctapkan. Glohalisasi ekonorni menunlut lmJnncsia untuk lchih. mcw;tspadai produk-prmluk pangan impor agar merm:nuhi standar mutu dan keamanan p;111gan. haik ditinjau dari segi kcschatan. kcamanan maupun kepcntingan g11l,>ngan masyarakat tertl'lllll tcrha(lap pruduk-produk pangan tcrtentu.

Sidang Dl~w;m yang kami hormati.

Bcrpedoman pada hal-hal yang telah kami kemukakan di alas, dan dcngan memperhatikan aspirasi masyarakal scrta hal-hal penting yang terkandung · dalam Pemhicaraan Tingkat I dan Tingk:lt II. maka dalam mcrnasuk i Pcmhicaraan Tlngkat III Fraksi AI1RI dengan scmangat hcrmusyawarah untuk mcncapai mufakat hersama Fraksi-Fraksi lainnv<·t dan Pcmcrintah hcrtckad mcmhahas Ram.:angan Umlang-undang tcrllang J>angan lcrscl)ut dengan scbaik-baiknya. Proses Pcml>icaraan Tingkal Ill. bcrlangsung cukup padat dan tlinamis mengingal cakupan materi yang cukup luas yaitu scjumlah 62 pasal y;mg mcliputi 816 permasa­lahan scbacaiman;t lercantum dalam Daflar lnvcntarisasi Masalah (DIM) yang tllajuKan okh Fraksi-fraksi. Scbin itu Und<mg-und<mg tcntang Pangan ini juga akan digunakan sehagai salah salll relcn:nsi mata kuliah di Perguruan Tinggi seperti Undang-undang yang lainnya sehingga harus dap;tt diperlanggungjawahkan secant akadcmik.

Oleh karena ilu mcskipun di dalam pcmhahasan sering timbul diskusi dan adu argumentasi yang mcndalam dan kadang .. kadang sulit mendapatk_an tilik temu. narnun dcmikian pcrmasalahan yang timhul tcrschut pada akhirnya dapat disepakati secara hula! setelah mclalui hchcrapa bli lobby. llal ini dapat tcrjadi herkat adanya Sl'lll<lllgal kekl'luargaan dari scmua pihak yang sclitlu mengedcpankan musyawarah untuk menra­pai mnl'akat sdaras dcngan jiwa Dcmnkrasi Pancasila.

Sid;mg Dewan yang kami hormali.

Dalam memhahas menggunakan pnkok-pnknk

Rancangan Undang-undang pikiran schagaimana tclah

tentang Pangan kami kcmukakan

Fraksi d~dam

ABRI Pcman-

dangan Umum sebagai hcrikut:

Kcsalu

Kcdua

Ketiga

Bahwa Undang-umlang Pang;u~ kecukupan pangan yang scsua1

· dimungkinkan untuk di ckspor.

harus tlapat menjamin tcrsedianya kehutuhan konsumsi masyarakat uan

Bahwa Umlang-undang Pangan harus m<llnpu mcmhcrikan perlin-dungan keamanan kepada ~ctiap orang sehagai konsumcn dan rnampu menjamin terscdbmya pangan yang herkualit<JS yang merupakan salah satu syarat yang mcncnlukan lerciptanya sumher daya manusia yang herkualilas.

Bahwa Undang-undang P;mgan dan mendorong kegiatan usaha

harlls dapat pangan yang

memherikan pcrlindunga.n hcsar. mcncngah. kectl

2

Kccmpat

KL'Iima

maupun Lradisional yang 'jujur dan pcrdagangan pangan dapal mcningkatkan standar intcrnasional.

---------------------------,-----

serta menjamin lerciptanya pcrdagangan pangan henanggung .jawah schingga dap.at mcningka~kan dalam ncgcri maupun luar ncgen yang sckal rgus citra pangan nasional yang rnarnpu mtnH.:nuhi

Bahwa Undang-undang Pangan harus mcnjadi kerangka ·hukum yang kokoh guna mcnjamit1 adanya kepastian hukum hagi ~cmua pihak dan dapat mcngaknmntlasikan kctcnluan pcratur<m pcrundang-undangan . lain y<tng mcnyangktll tcnlang pangan yang tdah ada rnaupun kclcn­tu;ul pcrundang-uml;111gan intcrnasional ll.:ntang pangan scna marnpu meng;mtisipasi pcrkcmhangan pcrmasalahan pangan di masa dcpan.

Bahwa llnd;u~g-undang yang kondusrl untuk mcwujudkan pcrlindungan ntakanan.

Pangan ini mcmh lrtlllg

rcrhadap

harus per an

sctiap

dapat serta

orang

mc11dptakan silllasi masyarakat dalarn

yang mcngknnsumsi

Dcngan mcnggunakan Fraksi ABRI menyampaikan

pokok-pnkok pikiran tcrsehut di atas, pcrkenankanlah ulasan mcngenai masalah-masalah yang cukup mendapat

pcrhatian dalam pemhahasan Ram.:angan t.Jndang-undang tcntang Pangan ini. antara l;lin:

I. Prrihal Konside•~•m 11 1\'lenilnb:mgn, "IVIcngingat" dan "Penjclasan Umum".

Sehagaimana terjadi dalam setiap pcmhahasan Rancangan Undang-undan~ pcmhahasan Konsideran "l'vlcnimhang". "Mcngingat" dan "Pcnjelasan Umum'll mcmcrlukan waktu yang tidak sctt'ikit. llal ini diupayakan · dihindari dalam pcmh<Jhasan Ham.:angan t lndang-undang tcntang Pangan. Agar tidak tcrjadi pcmhahasan yang hcrlarut-larut dan dapal memanfaalkan waktu St'<.:ara cfcktil' dan cri~icn scrta alas kcscnakatan empat Fraksi dan Pcmcrintah. Panja memulll.s­k;m memhcnluk Tim Kerll yang anggotanya tcrdiri dari cmpat Fraksi dan PcrncrintalL Tim Kecil bekcrj~1 di scla-scla Sidang Panja dan diherikan mand;l! pcnuh untuk mcmhahas masalah tcrschul. Tim Kccil tclah dapat mcnyclcsaikan tucasnva. schingga muatan pnkok dalarn konsidcran ''Mcnirnhang" yaitu landasan 111os,)fis. yuridis. sosiologis dan politis mendcs<lknya llmlang-ttildang tcntang Pangan tclah lcrcantum didalamnva. Dalam "Penjclasan Umum" juga tt~lah mcmuat pcnjelasan singkat dari muatan yang tcrkandum~ dalarn konsidcran "Mcnimhang" dan "Mengingat" scrta hal-hal y;mg mcnnnjn!'" dalam Rancangan llndang-undang yang pcrlu dikctahui nlch pengguna Undang-undang ·ini mmli.

2. Pcrihal pcntingnya pcngertian-p('ngc1·thm dalam Pasal Kctcntuan Umum.

Pasal I Rancangan Undang-undang tcntang Pangan memwit I 0 hutir pcngcrtian. Sctclah mcm:I;Jah pasal dcmi pasal alaupun ayat dcmi ayat, Fraksi ABRI masih mcncnwkan istilah yang digunakan sccara hcrulang dan mcmpunyai pcngcrtian tckni~ yang mcmcrlukan · pcmalwman yang hcnar. dicantumkan dalam pa:--al-pasal atau ayat-ayatnya. Fraksi ABRI mcngusulkan dit:antumkannya pcngcrtian seperti itu dalam Pa~al I Kctcntu:m llmum. Oleh karcnanya dalam Daftar lnvcmarisasi tvlasalah. Fraksi /\BRI mcngusulkan pcnamhahan 4 (empat) hutir pengcrtian. Dalam pcmbahasan sclanjutnya scnma hutir yang diusulkan Fraksi Al3RI tcrschut dapat disctujui. yaitu Sanitasi. Gizi Pangan. Mutu Pangan dan Kcam;.uwn Pangan. Ernpat hutir pcngcrlian tamhahan yang discpakati ini merupakan scha-gian dari 8 (dclapan) hutir pengcrtian usulan tambahan yang diusulkan nh..:h J=raksi-Fraksi. Dcngan dcmikian pengertian dalam Pasal I bcrjumlah 18 hutir. Dalam hal ini Fraksi ABRI S<Jngat menghargai kcrjasamH antara Fraksi-l'raksi dcngan Pcmerinlah. Di:.;amping pcnamhahan 4 (cmpat) hutir pengertian tcrsehut di atas, Fraksi ABRI juga meng·usulkan rumusan baru pcngcrtian "Pangan". Adapun dasar pcmikiran Fraksi ABRI mcngctiukan usul pcrubahan ini adalah untuk mempertcgas dan mcmpcrjclas asal dan macam pangan. yang dalam ntmusan asli dischut "scgala scsuatu''. Setclah mclalui pcmhahasan usul peruhahan disepakati olch scmua Fraksi dan Pcmcrintah dcngan rumusan sch;1gai hcrikut :

"Paugalt ada/nit se~ala sesuatu yang berasal dari sumber lwyati dan air lwik yang diolalt maup1111 tidnk rliolah, yang diperrmtukkmt sebagai makmum ata11 miuuman baxi lum.mmsi mauusia. tc•rmasuk IJnhnu tamhnlum (Hmgan. balum baku pangau, dau bnlum lain yang diguuakan dalnm proses peuyiapau. pcugolalum, dan a/au p<'mlmatan maknuau ainu miuummr" .

. 1. l'erilml Pcmb:mgunan Pang:m di Pnsal 2.

R_umusan asli Pasal 2 hcrbunyi schagai bcrikut : "Pcmhangunan dihidang p;mgan diselcnggarakan dcngan berlandaskan azas

3

. - ,.

• I·

mufakat, a~as ·auil dan mcrata, dan azas kcpcrcayaan akan kemampuan dan kckuatan send i ri". 1-larap;m Fraksi A BRI uengan rumusan Pasal 2 ini adalah.:

Pertama

Kcdua

Rancangan tlndang-undang tcntang Pangan ini mcrupakan pt~ytlllg bagi undang-undang yang bcrkaitan dcngan pangan yang tl'lah ada dan yang ak;tn dihuat pada masa mcndatang.

Rumusan pasal 2 ini nwnjadi jiwa dari rumusan pasal-pasal hcri- · kulnya.

Pcmbahasan mengenai pasal tnt <.lilakukan sangat mcn<.lalam olch r=raksi ABRI. Fraksi Karya Pcmhangunan. dan Fraksi Pcrsatuan Pcmhangunan yang mcngu-sulkan pcrubahan rumusan d;tlam Dlrvl-nya. Fraksi Karya Pcmhangunan mcnyarankan kata <tzas" dihilangkan agar tidak · mcnimhulkan kerancuan dcngan semhilan azas yang tcrcantum dalam c;l.H IN 199J. Scdangkati Fraksi Pcrsatuan 1\:mhangunan · mcngusulkan pL:ruhahan rcd:tksi. Fraksi A13ltl bcrpemlapat hahwa azas pcmbangunan nasi una I dalam GI311 N 1993 hcrlaku uiltuk scmua sektor pcmbangunan tcrmasuk pemhangunan pangan. Olch karcna itu azas pcm-hangunan pangan tidak pcrlu dirumuskan sentliri. Untuk itu Fraksi ABRI mcngusulkan rumusan Pasal 2 tli~anti dengan rumusan haru yang menjadi_ lan-dasan filosoris hagi rumusan mu7ttan R U U Pangan sckaligus untuk nH::mayungi tfndang-umlang lai11 yang tclah ada yang menyangkut tcntang Pangan. Olch karcna itu Fraksi 1\ BRI .mengusulkan mualan Pasal 2 haru ini tcmang pemcnuhan kchutuhan dasar manusia daJl memenuhi kehutultan masyarakat secara adil dan merata. hcrupaya agar tctap mandiri dalam arti swascmha<.la dan tidak hcrtcn-tangan dcngan keyakinan masyarakat. St:tclah mclalui pcmhahasan olch kccmpat Fraksi dan Pcmcrintah discpakati ntmusan baru Pasal 2 schagai hcrikut : u l'cmhangunan pangan tliscknggarakan untuk · memenuhi kehutuhan dasar lll<Hnisia yan~ mcmhcrikan manfaat Sl'cara adil dan mcrata. henlasarkan kcman--dirian dan tidak bcrtcntangan dcngan kcyakinan masyarakat". Dcngan rumus<tn ini Fraksi ABRI bcrpcndapat hahwa azas pcmhangunan sudah tcrwadahi dalam pcmhangunan di hidang pangan.

4. IVhts~tlnh P(•njclasan l'nsal y~wg hrrsifnt normatif.

Fraksi ABRI melihat adanya kctentuan yang hcrsifat n<)rmatif atau mcngatur masuk pcnjclasan pasal. Mcngcnai hal · ini r=raksi ABRI mcngusulkan agar escnsi y;mo hcrsifat normatif yang tercantum di dalam pcnjclasan pasal dimasukkcm kc l.Jal;~n batang tubuh pasal · yang hcrsangkutan. l'vlasalah ini mcnjadi pcrharian pada waktu pcmhahasan Pasal 14, Fraksi ABRI mclihat adanya mualan yang hcrsil'at normatif di dalam pcnjclasan pasal ini. · yaitu mckanisme pcrijinan iradiasi, kcmudian mengusulkan mu<ttan terschut <..lipindahkan kc dalam rumusan batang tuhuh. Agar rumusan dalam pasal 1111 mcnjatli lchih jt:las. Fraksi ABRI mengusulkan Pasal 14 ini dipccah mcnjadi dua ayat. Dengan demikian akan mcnjadi khih terim:i dan jclas. Usui ini diterima oleh semua Fraksi dan Pcnieri ntah.

5. IVIas;Jiah Usulan Bah Ban1 dcngan judul Sisfin!J'angan.

Fraksi ABRl mclihal pcran Undang-undang tcntang Pangan ini sang<H stratcgis. schingga im1atan Undang-untlang Pangan harus dapat mewatlahi Un<.lang-undang tcrkait tcntang Pangan yang telah lchih dahulu diundangkan. Olch sehab illl Fraksi ABRI mcJ)gusulkan pcnmnhahan Bah baru tentang Sistim Pangan. Bah Sistim Pangan tcrschut mcngandung sdain substansi mcngcnai Kcamanan Pangan juga tcntang Kctahanan Pangan dan Cadangan Pangan schagai ciri khas yang memhctlakan Und<mg-undang Pangan dengan milik negara lain. Usul Fraksi ABRI ini scjalan pula dcngan usul F.KP untuk membuat Bah haru tentang Kctahanan Pangan. Sctclah mclalui pcmhahasan yang mentlalam dalam Panitia Kcrja olch scmua Fn1ksi dan Pcmcrinwh <.lisepakati rumusan Fraksi A 13R I dimasukkan dalam rJab haru tcntang Ketahanan Pangan. Fraksi ABRI dapa1 memahami hahwa Bah haru terschut Jchih tcpat dcngan judul Kctahanan J>am.!.an schagai s;tlah salu unsur/aspck dari sistcm pangan karcna sistcm pangan tidak hanya mcliputi Undang-undang lcntang Pangan saja tctapi jug<'i"li'it:ncakup muatan Unc.lang-undang lain yang mcnyangkut Pangan sepcrtt Un<.l,lllg-undang tentang Sistem Dudi Daya l~maman, lJndang-undang lentang Karantina Hewan, lkan dan Tumhuhan dan Undang-undang tcntang Kesehatan. Bah haru ini digahung dcngan Bah VIII Pcmhinaan. Pcngcndalian dan Pcngawasan mcnjadi Bah VII bani dcngan judul Kctahan;m Pangan. Dalam pcmhahasan Bah h:fru tcntang Ketahanan Pangan di~cpakati rumusan mcngcnai tanggung jawah Pcm~rintah hcrsama masyarakat untuk mcwujudkan Kctahanan Pangan dengan mcnyclcng-garakan pcngaturan, pcmhinaan. pcngemlalian dan pengawasan terhadap keter:-;c-diaan pangan yang cukup. baik jumlah maupun mutunya. <tman bcrgizi. hcragam, mcrata dan tcrjangkau oleh daya bcli masyarakat. Selanjutnya Bah VII haru tcntang Ketahanan Pangan ini atas kcscpakatan semua Fraksi dan Pcmcrin-

4

tah. <.li:-crahkan ntmusan tcr~elmt P:mitia Kerja.

pemhahasan rumusannya dibahas di l'anitia Kcrja

pada Tim dan disahkan

------- ------

Kccil scbagai

dan hasil

sclanjutnya kcscpakatan

(>. IVlasalah Pcl'lindungan lerhadiq> Pengusaha 1\.(~cil yang Melakuk~m 1\.egictl ;m Usalm Pangan. -

Ranc:mgan llndang-undang · lcnrang Pangan mcngatur tcntang hahan tamhahan _ pangan. kcmasan pangan, pcrsyaratan sanitasi hcrikut sistcm jaminan lllll!ll dan sertifikasi mutu pangan. scna pcrl<tkuan lcrhadap produk pangan yang tcn.:emar. Kt:tcntuan ini herlaku hagi prllduscn pangan hatk pcngusaha hcsar, mcncngall maupun kccil. Fraksi /\BRI mcnyadari hahwa scb;tgian m;tsyarakat lndom.:si;r yang rnclakukan usaha \)angan . scha1;1,ai mala p~ncahariannya .. cukuJ~ hanyak y~mg tcrgol.ong. scbag;ti pcngusa1a kccll. 01ch karcna tlu pcrlu dtltndungt dalam artl pcrlu dthen kcscm-pal<m yang cukup untuk mcngnti d;m mampu nwl<rksanakan kt·tcntu;m-kctcntuan dalam Undang-undang ini. \Valaupun salah satu acuan Rancangan llndang-undan~ lcntang Pangan atlalah kcscpakatan k ita dalam Organisasi Perda!.!.;lll!.!.an Dunia'- alau ~ WTO. ~ Fraksi 1\ BRI mcngangg;rp pcrlindungJn lerschur ~s;ulgal pcnting agar pcngusaha kccil tt:rschut tidak harus mt:nght:ntikan kcgiat;mnya yang hcrarli kchilangan mata pcncaharian hcgitu Rancangan Undang-undang ini diumlangkan. Dengan demikian pcngaturan yang khusus tcrhadap sctiap pelaku ckonomi di hidang pangan seperti pcngaturan khusus tcntang usaha kccil pcrlu diatur dct~gar~ aman st:hingga tidak diinterpret~t.~ikan nH.:Ianggar prinsip-prinsip dasar organtsa!'r perdagangan dunia. Fraksi ABRI. Fraksi-Fr;.rksi lainnva dan Pcmcrintah mcmh;l-has sccara mend a lam suhstansi pas a I 4 ayal (2) tcntang Pcrsyaratan Sanitasi. pasal 20 ay<~t (4) tcntang Sislim .Jaminan Mutu dan Sertirikasi Mutu Pangan pada Pasal 25 ayat (2). yang mcnychutkan pcmhcrlakuannya secant benahap". Dcmikian juga Pasal 49 ayal (I) butir h "J>cmcrintah melaksanakan pcmhinaan yang meliputi pcningkatan pcran scna masyarakat dalmn kegiatan pengemh<mgan sumher daya manusia. pcningkatan kcmampuan usaha kccil. penyuluhan di hidang pangan scrta pcng~mckaragaman pangan". Fraksi ABRI hcrpcndap;tt hahwa pasal-pasal tcrschut di at<ts sudah cukup memherikan pcrlindungan tcrha­lbtp Pt:ngusaha Kt:<.:il yang mclakukan kegiatan usaha pangan.

7. Mas:tl:th Stahilisasi llarga Pang•m p~uJa Pasal 48.

Dalam pemhahasan Pasal 3. Fraksi Karva Pcmbangunan mcngusulkan dalam DIM yaitu usul pcnmnh<Jhan hutir d (bani) tentang Stahilisasi Harga. schingga Pasal 3 ten.liri dari hulir a. h. c, dan d (haru). Fraksi karva Pemhan!.!.Uil<lll hcrpcnd<tpat hahwa Kclahanan P;mgan mcngandung unsur-unsur · kctcrse~iaan. stabilisasr harga. kcamanan pang;m dan pcningkatan muru pangan. Dcrlam mcnanggapi _ mas;rlah ini P.crm:rintal1 hcrpcndapat halm'a stahilisasi dalam pcngcr-tian dunia intcrnasional dianggap protcksi. proteksi aualah hcrlawanan dcngan ;rturan WTO at au putaran t lruguay. .sehingga disarankan penamhahan ay<H baru tcrsdmt tidak dipcrlukan. Selat\iutnya ditambahkan bahwa Pcmerintah mcncoha mcngantarkan pcnlagangan pangan ini scirama dengan kctentuan WTO. Fraksi 1\rJRI. Fraksi Partai Dcmokrasi Indonesia dan Fraksi Pers<llU<IIl Pemhangunan juga herpend<tpat h<1hwa stahilisasi harga pangan mcrupakan hagian dari Kctah<l­nan Pangan, dan hal ini dapat dilihat dari Pcnjclasan Pasal 50. Fraksi /\BRI mengusulkan scyogyanya stahilisasi harga 1111 diangkat ke bawng tuhuh. namun disarankan hukan d i Pase:tl 3 tctapi di Bah VII baru yaitu Bah Kctahanan Pang<lll. Masalah stabilisasi harga 11:-mgan tertcntu san_gat . penting dikendalikan peml~rin­tah. karcnct mcnyangkut kc mtuh~111 dasar ± 1'97 juta penduduk JmJoncsia. khu-susnya d<~lam keadmm tcrtcntu. Pcmerintah herkewajihan atas keter~cdi:wn pangan tcrlcntu dan lcrjangkau olch masyarakat haik secant . fisik maupun ckonomi. Olch karcna itu Fraksi 1\BRI hcrpcndapat stahilisasi harca sangar pcnting guna mcnjamin penghasilan pctani d~m kept:rluan konsumcn. Peranan lni tidak hcrtcntangan dengan WTO schah dalam Notifikasi yang dimuat dalam Artikel 17 wujud pcngcmlalian itu nctmpak secant transpararl. Notifikasi sraws Bulog schagai suatu "State Trading Enterprise" (STE) mengamanatkan hanya rJuloglalL yang holch mt:l;rksanakan impnr atau ekspnr yang menyangkut komodi­d p<mgan lcrtcntu t<mpa h<trus terikat sccara mutlak dengan kcrentuan taririkasi. Sctelah mclalui pcmbahasan yang "alot" discpakati masalah srahilisasi harga pang;m uihah<1s olch Tim Kcdl. Dalam pcmbahasan_ Tim Kecil hclum mcmpem­lch kcscpakatan rumusan antara Fraksi-fraksi <.lengan Pemcrinwh. nanwn mcnghasilkan dua ntmusan y~titu :

I.

2.

"Untuk mcntcgah dan yang dapat mcrugikan stabilisasi harga''.

atau mcnanggulangi gejolak h<:1rga pangan tcrtcntu kctahanan pangan, Pcmerintah mcngamhil tindakan

"Untuk -mcncegah dan atau mcnanggulangi gcjolak harga pangan tcncnlu yang dapat mcrugikan sistcm pang:m, Pcmcrintah dapat mt:ngamhi I t inda­kan yang dipcrlukan untuk mcngcndalikan harga pangan terscbut".

5

Kcdua rumusan tersebut di alas. olch Tim Kecil diteruskan ke tingkat Panja. Dalam pemhahasan tingkat Panj<i juga helum dapat disepakati, sehingga pcrlu diteru!'kan ke tingkal lobby Pimpinan Fraksi-fraksi dengan Pcmerintah. Lobby lingkat Pimpinan. mcmerlukan waktu dua hari untuk mengamhil satu kcscpakatan rumusan, yang pad a akhirnya discpabti. olch Rapat Panja dengan rumusan schagai herikut :

"Unluk mcnccgah dan alau mcnanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang dapat merugikan I<etahanan Pangan Pemerintah mengamhil tindakan y<mg diperlukan dalam rangka mengendali­kan harga pangan tcrschul"

8. 1\'las~llah Kclcmh~1gaan.

Dalam pcmhahasan Rancangan Undang~undang tentang t>angan. Fraksi ABRI herpcndapat bahwa pcrlu penanthahan · Bah/P~1sal baru lentang Kemungkinan dihcntuk Badan/-Lcrnbaga Pencnlu Kchijaksanaan mcngcnai Pangan dan Bal~t~nll.cmhaga schagai l'daksana. Dasar pcmikiran usul tcrschut aJalah al;ls kesadaran hahwa lllclsalah pangan cukup stratcgis scsuai dcngan am<inat G Bll N 1993 dan pcnanganannya tersebar di bchcrapa instansi. Usul Frabi A BRI 1111

hampir sama dcngan Fraksi-Fr<1ksi lclin. Walaupun pcncmpatannya hcrhcda-hetla. Fraksi ABRI mcngusulkan setclah Bah XII Ketcnluan Lain-Lain, Fraksi Partai Dcnwkrasi Indonesia dan Fraksi Pcrsatuan Pcmhangunan mengusulkan pada s;llah satu pasal di Bah VIII lentang Pcmhinaan. Pcngendalian dan Pcnga-wasan dan rraksi Karya Pcmhangunan mengutarakannya datam · Pemandang;m llmum. Pcmhahasan usul ini cukup alot dan Pcmcrintah hclum sc/1cmlap<H dcngan usul Fraksi-Fraksi tcrschut. Mcnurut Pcmerintah pem 1cntukan Badan/Lcmhaga tcrsehut mcrupakan hak Pcmcrintah yaitu Prcsidcn. sehingga tidak pcrlu diatur dalam Undang-undang. Kccmpat rraksi sepakat hahwa Un-dang-undang 1111 tidak pcrlu mcngamanatkan Pemcrintah untuk memhc.ntuk B;1dan/Lcmbaga tc.:rschut lctapi mcmhcri kcscmpatan kcpada Pcmcrintah hila p;1dt1 suatu saat dirasa pcrfu nH.:mbcntuknya. maka Pcmerintah dapat mcmhcmuk Badan/l.embaga tcrschut. Dcngan dl'mikian maka Pcmcrinwh mcmpunyai kchcbasan yang luas untuk mcmhcntuknya hila dirasa pcrhL Karcna masafahnya tidak dapat dipuluskan di tit1gkal Panja akhirnya . diangkat kc tingkat lobby Pimpinan r:raksi-·fr~lk.~i dcngan Pcrnerinwh. y;mg akhirnya disepa-kati pcnamhahan satu pas<ll yaitu Pasal 62 pada Bah XII Ketcntuan lain-lain dcngan l'lllntJs:m schagai herikut : "Bilamana dipandang pcrlu. pcmcrintah dapal mcnunjuk lnstansi untuk meng-konrdinasikan terl<1ksananya Undang-undang ini".

9. Masnlah Pcnwdksaan.

Bah X Pcmcriksmm yang kcmudian dirubah menjadi Pengawasan mcmuat pasal dengan 3 ayat. Fraksi ABRf ·mcngusulkan pcnamhahan 2 (dua) ayat haru pada Pas<tl 53. schingga Pas;tl 53 menjadi 5 (lima) ayat. Fraksi ABRI mengang­gap pcnamhahan. ayat ini :-;angat penting mcngingat Rancangan Umlang-umlang lcnt:mg Pang~tn ini sangat erat huhungannya dengan Undang-undang yang lcrkait dcngan Pangan yang tclah hcrl;tku ;mtara lain Undang-umlang Nonwr 12 ·r~llnm 1992 tcntang Sistcm Budidaya Tanaman. Undang-undang Nomor 16 ·nthun 1992 lcntang K;tranlill<l !Iewan. lk:ln dan Tumhuhan dan Undang-undang Nomm .D Tahun 1992 l<::tllang Kcschatan. Masing-masing Undang-undang dischut di <ll<IS Lelah meng<Jtur tentang Pcnyidi.kan. Rancangan Umlang-undang tentang Pangan tidak mcngatur lentang . pcnyidikan padahal mcmuat tentang kctentuan l'idan.:1 d ihidang pangan pad a Bah X I. Oleh karcna itu perlu ada kctentuan yang mcnga­tur hahwa pclaksanaan pcnyidikan tindak pidana dihidang pangan mengacu p;ula pcraluran perumlang-undangan yang bcrlaku. Uenlasarkan pemikiran tcrschur perlu dilamhah . sa!U <lyat yang mcnjcmhatani hal~wa hasil pemcriks~ap tcrl~adap pdanggaran Umlang-undang Pangan yang patut d1duga merupakan tm~ak . ptdana tlihidang panga1~ scgcra dilakukan pcnyidikan oleh . penyid1k sesuai..,:. ketcntuan pcrundang-undangan yang hcrlaku. Dcngan pcnamhahan ayat tcrsehut. maka penyidikan tindak pidana dibidang pangan scsuai dcngan Undang-undang tcntang Hukum Acara Pidana dan llndang-undang lain yang tcrkait dcngan p;111gan. llal ini scsuai ,pula dcngan maksud agar Undang-undang tentang , Pangan ini mcnjadi payung hagi Umlang-undang lain yang tcrkait tlcngan Pangan. ~epcrti h;dnya Bah tcn!ang Kctahanan Pangan maka untuk cl'isiensi waktu pemhahasan mengcnai l~ah Pcmcriks·aan ini . juga discrahkan ke Tim Ked I dan hasilnya dihahas di Panja. Sctclah mclalui pemhahasan. usul Fraksi ABRI ini disctujui, olch Fraksi-fraksi dan Pemcrintah.

6

Sidang Dewan yang kami hormati,

Setelah mengikuti jalannya Pemhicaraan Tingkat Ill dan tercapainya rumusan akhir sebagai hasil hersama antara Fraksi-Fraksi dengan Pemerintah dimana rumusan Rancangan Undang-undang tentang Pangan telah sesuai dengan amanat UUD 1945. telah sejalan pula dengan sikap dan pokok-pokok pikiran Fraksi AI3RI serta tclah menampung dan mewadahi aspirasi rakyat yang disalurkan melalui Fraksi AI3RI. maka tlcngan ini : · Fraksi ABRI menyatakan MENERIMA dan !11ENYETUJUI Raucaugau wulaug teutang Paugan untuk llisahkan meujmli Undmzg-uudang olefl

Undang­Presiden

Republik Indonesia.

Pada kesempatan ini perkenankanlah Fraksi ABRI . menyampaikan harapan-harapan dan perhatian sebagai herikut :

Pertama

Keempat

Den~an disahkannya Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini menpdi Undang-undang, Fraksi AI3RI mengharapkan agar Pemer­intah dalam waktu yang tidak lama. menyiapkan perntur<Hl pelaksa­naannya haik dalam bentuk Peraturan Pemerintah maupun keten­tuan lain yang diperlukan. Fraksi ABRI mengharapkan apahila RUU ini telah disahkan menja­di Undang-undang, agar segera disosialisasikan di tengah-tengah masyarakat serta ditegakkan sehagaimana isinya dan didukung oleh aparat Pemerintah yang bersih dan herwihawa. Dengan demikian masyarakat dapat mcngenal pengertian dan kegiat<tn pemhangunan di bidang pangan yang sebenarnya yaitu pangan sehagai kehutuh<m dasar manusia dan merupakan hak azasi manusia terpenuhi secant cukup sesuai kehutuhan, aman, hergizi, bermutu dan terjangkau serta tidak hertentangan dengan keyakinan masyarakat. Di samping itu pangan sebagai komoditi dagang memiliki peranan yang hcsar dalam menmgkatkan pangan nasinnal dan sekaligus salah satu penghasil devisa. Fraksi ABRI mengh<trapkan agar Pemerintah tlengan sungguh-sungguh melaksanakan ketcntuan-ketentuan tersebut dengan konse-kuen dan konsisten karena Rancangan Undang-um.Jang tentang Pangan ini memuat ketentuan yang mampu menjamin Keamanan Pangan dan Ketahanan Pangan sampai tingkat rumah tangga. Fraksi ABRI mengharapkan kepada Pemerintah untuk segera-metakukan pemhinaan terhadap usaha kecil yang hergerak di hidang pangan agar dalam waktu yang ditetapkan telah mengerti. memahami dan dapat melaksanakan ketentuan Undang-undang ini.

Yth. Saudara Pimpinan Rapat, Yth. Saudara Mentcri Negara Urusan Pangan yang mewakili Pemerintah, Yth. Anggota Dewan serta hadirin yang kami honnati.

Demikianlah pcndapat akhir Fraksi ABRI atas Rancangan Undang-undang ten-tang Pangan.

Akhirnya dengan ~egala kerendahan hati, perkcnankanlah kami menyampaikan rasa terima f<asih kepada Pemerintah . yang dalam ha ini diwakili oleh Menteri Negara Urusan Pangan, yang selarna proses IJemhahasan Rancangan Undang-undang ini memperlihatkan upaya yang sungguh-sunggu 1, disertai sikap l<eterbukaan serta sangat aknmodatif dalam menampung pemikiran yang berkembang bahkan perhatiannya menyentuh jauh pada masalah-masaiTth Y.ang hersifat tel<nis. Ucapan _yang sama juga kami tuj_ukan kepada Fraksi Karya Pembangunan, Fraksi Per­satuan Veml1angunan dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia atas kerjasama yang haik <hlam menyelesa1kan pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Pangan ini. · Demikian pula kami sampaikan terima kasih kepada semua p_illak yang telah memheri­kan masukan-masukan, demi kesempurnaan Rancangan Undang-unuang ini. sena

· kcpatla media rnassa yang telah ikul serta menyehai"'luaskan proses pemhahasan Ran­cangan Undang-undang int, disertai himhauan kiranya harapan yang kami ~ampaikan tad r dan Un<lang-un<lang yang sehentar l<tgi akan diundangkan, d1tpat diseharltmskan p_ula kepada seluruh lapisan masyarakat. Kepada seluruh hadirin yang dengan tekun mengikuti penyampaian Pendapat Akhir Fraksi ABRI. tidak lupa pula kama menyampaikan terima kasih.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa sclalu memherikan kekuatan lahir dan bathin kepada kit<t sekalian dalam tugas-tuga~ kon~titu~ional dimasa yang akan datang. Terimakasih.

7

Jakarta, 14 Oktober 1996 FRAKSI ABRI DPR-RI

Juru Bicara,

ttd.

DRS. M. SITUMORANG

Nomor Anggota A-486

FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DEWAN PEI{WAKILAN RAKYAT I{EPUBLlK INDONESIA

JL. JEND. GATOT SUBROTO- JAKARTA 10270 1l' (021) 5715 428- 5715 447-5715 430, FAX. 5734 460

PENOAPJ\T 1\1{1 I Ill FRAKSI PEHSATUJ\N PEMIJANGUNAN DPH HI

TEHI-I/\D/\P .lit\N C 1\.tl G/\N ___ u NJJ.I}N ~ i_:~.t'J Q ~ N ~ .. T_t;.~I1\ NG ___ _p~8N§A!':J.

Disanlpail<cUl olc~h : Ju1 u l.lic:ura r:pp.[)PH Rl H. MI\SHlJH ,11\V/\!i /\n~Htola tJo:t10

(. J'.J .. ..A~)jl ~.)·~\ u;C.C. 'V4~ J-

~~~\ ~l ,.., .

Ynng Tcrl ormat Snudarn K(~ltH\ Rapal,

Yang Tcrhormal Saudara 1\h..'ll\l'rt Nq•,am l Jrusan Pangan

yang tne akili l'cmcrinlnh,

Yang Ter 1onnat Saudara-saudara Auggota Dewan,

lladirin sckali<~n yang bcrbahagia.

Tcrlcbih dahulu marilah kita mcmpcrscmbahknn puji syukur kchadirat Allah SWf,

karcna hanya dcngan Rahmal dan Karunia-Nya scmata, pada hari yang bcrbahagia i.ni,

kita sekalian dapat tncnyclcnggaraknn Rnpat paripurna untuk tnendengarkan l'endapat

Akhir Frnksi-frnksi DPR Rl tcrhadap Rancangan Undang-undang tcntang Pangan.

Scbagaimana kiln kctahui hcrsuma. Rancangan Undang..;undang tcnlang Pangan ini

disampaikan kcpn(ta DPR IU olch Prcsi(tcn Rcpublik Indonesia pada tanggnl 28 Mci

1 t)l)(1.

Frnk~i l'crsntunn Pctnbuugunun tncnyullari uan lllClllUklutni bctupn bcsar arti dan

.. pent ingnya Rancnngan Umlang-undang tcntang Pangan, untuk tncmpcrcepat •

.,

tetwUjudnya kesejahteraan masyarakat yang merata, adil dan makmur. Terlebih lagi

dalani mempersiapkan diri tnenghadapi tantangan globalisasi dalam segala aspek

kl'hidupan. h:,rus di.u11 isipa-;i st·rara lchih dini 'a' gala pl'rkt~mhangnn dan kemungkinan

yang bcrknitau khususnya di bttlang pangan.

Sebagaimana amanat GBliN 1993~ bahwa dalam periode Pembangunan Jangka

Panjang Kcdua, tna~lyanal<at lndntll'sia alwn nu-nghadapi hanyak pen1bahan yang

mt•ngmHiunn I"'IIIHIIJ~ dan kc•ttdnln !1rhug11i ukihat duri kenu\iuan yang telah dicapai

llalam Pcmhauguuau .Jangka Pa11jang Pt'l"lilftut,. kt~lllltjuan Jwsnt dari ilmu pl'ttgt•lahunn

dan tcknologi, scrta pcngaruh glohalisasi yang rm·lnuda duuia yang mcngakibatkan

kegiatan pcmbangunan Nasional makin tcrkail dcngan pcrkcmbangan internasional.

Oleh karena itu Fraksi Pcrsatuan Pctnbangunan berpendapat, bahwa pembangunan

pangan harus diarahkan untuk mcngc1nbangkan SislCJn Pangan Nasional yang andal,

tnencakup rangkaian kegiatan yang saling tcrkait, tnu1ai kegiatan produksi,

pengolahan, distribusi, dan pcmasaran pangan sampai tingkal rumah tangga untuk

mencapai ketersediaan pangan yang cukup bagi tnasynrakal.

Hal ini mengisyaratkan bahwa orientasi pembangunan pangan tidak lagi setnata­

mata untuk pcningkatnn produksi (production approach) • tetapi diorientasikan pada

pcndckntnn sish'mik ynng ht•J\vnwn~nu ngrihisni~ yang bcrmunrn puda upaya

Lahir uya 1 cull~llli.tsst Lei ~clnll saug,,l pcntmg dun tcrlihat uyata relevansinya,

1tpntula cltft;td.'l·~ ,u· t'"'lnn t.ult,H••' •n· litlllat~p.m ynnJ' nknn tlihntlnpi hulnncsia di tnasa

dcpan, baik scbagai akibal pcrubahan lingkungan global maupun dinamika internal

sebagai bangsa yang sedang berkembang.

Masalah pangan bukan hanya masalah Indonesia, tetapi dewasa ini telah

berkembang menjadi 1nasaJah yang mendunia. Terlebih-lebih bagi negara industri maju

masalah pangan n1enjadi lebih run1it lagi, karcna lahan mereka sangat terbatas, iklim

yang kurang tnendukung, dan yang lebih penting lagi suatu kenyataan bahwa pangan

masih belum dapat di substitusi oleh produk industri.

Seirama dengan semakin meningkatnya pendapatan tnasyarakat, makin tcrasa pula ·

bahwa kebutuhan pangan bukan sekedar lagi asa] perut kenyang, tctapi sudah

tnenjangkau kcpada tuntul<in kualitas dan pcmcnuhan kchuluhan nilai gizi. Dalmn hal

2

t

I

I

~

ini, permintaan akan buah-buahan dan sayuran yang berkualitas terus meningkat, tetapi

sayangnya tidak segera dapat tercukupi dan tidak tnampu tersaingi oleh produksi

dalmn negeri, sehingga pada akhimya tnengakibatkan arus impor yang terus membanjir

dan meningkat dengan t'ijan1.

Dengan adanya globalisasi serta perdagangan dunia yang setnakin bebas dan

terbuka, pembangunan pangan di Indonesia dituntut untuk semakin tnaju, efisien, dan

tangguh. Sebab, jika tidak Indonesia hanya akan tnenjadi pasar yang empuk ~agi ·

produk-produk pangan termasuk berbagai jenis tnakanan dan n1inutnan dari ncgara­

negara maJu.

Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut diperlukan pendekatan sistemik

yang berwawasan agribisnis dalmn tncmacu pctnbangunan pcrtanian yang scmakin

moden1 dan maju.

Yang Terhormat Saudara Kctua,

Ynng Tcrhonnnt Snmlarn Mcntl·ri Ncgarn t Jnasnn Pnugnn,

Hadirin sckalian yang berbahagia,

Bernngkat dari tilik tolak kcrangka hcrfikir scbagainmna karni kemukakan diatas,

rwri\CIHlllhanlah knllll llll'lllll'itlkt pt~1nhirlliHII lllllh~ri HUtJ tl~Hinng Pangan. yang secara

n1cndalam, ccrmnt, tcliti, dan saksama tclah dihahns ulch Pnnit in Khusus dl·ngnn scgnln

pcrlcngkapannya, yaitu Panitia Kctja. Titn Prnumas. dan Tim Sinknmisnsi.

llcrbagai pcrubahan, bcrupa pcnambahan Uab, pasal, da11 nyal baru Lelah Lcrjadi,

sehingga tnctnberikan bobot dan wanm yang lcbih cerah, tncnatnbah lebih luasnya

jangkauan materi yang tennuat. schingga scdikit banyak tclah dapat tnenatnpung

bcrbagai aspirasi mcndasar yang bcrkcmbang sclama pcmbahasan.

Scbagaimana tercantum pada Bab l kclcnluan unmm dalmn pasal I bulir I, dijclnskun

bahwa pengertian pangan antara lain m~kanan ___ Y1lll __ U.liJniHJ.m.L.YJH~_QikQJ1'H.JlllSi

manusia, termasuk bahan tambahan pangan , bahan baku pangan , dan bahan lain

yang digunakan dalatn proses pcnyiapan • pcngolahan dan atau pcmhuatan tnakanan

n tn u minuman.

J

Ketika pembahasan RUU tentang pangan ini tengah metnasuki pembicaraan tahap

akhir, dikalangan tnasyarakat lslatn scdang mcncuat tnasalah minuman keras

(MIRAS).

Hal ini teijadi karena dipicu adanya beberapa Daerah Tingkat I tnembuat Peraturan

Daerah tentang MIRAS, dengan a1asan untuk tnengendalikan peredaran MIRAS yang

telah menjamur, berdasarkan Surat Edaran Ditjcn PUOD No: 535/363/PUOD tahWl

1994.

Disisi lain scbagaimana kita kctahui bcrsmna\ dikalangan masyarakat Lelah berkembang

petnberitaan yang gencar baik tnelalui tncdia cclak tnaupun media elektronika tentang

petnberantasan dan pcmusnahan min:1s olch aparat keamanan di bcberapa daerah

,.., termasuk di DKI Jakarta~

Kegiatan semacam ini sangan didukung masyarakat, mengingat meluasnya peredaran

MIRAS dikalangan masyarakat terutama dikalangan generasi muda mempunyai

dampak yang meresahkan. Terutatna berkaitan dalan1 upaya kita membangun moral

dan karakter bangsa ..

Akan tetapi dewasa ini dikalangan tnasyarakat dihadapkan kembali pada persoalan

minuman keras dalam bentuk maraknya pembuatan Peraturan Daerah dengan dalih

pengendalian peredaran MIRAS yang diartikan oleh banyak pihak sebagai legalisasi

peredaran miras itu sendiri, dengan dibarengi target pendapatan asli daerah.

Seperti diket_ahui tnarak.nya persoalan tniras di tnasyarakat dewasa. ini, tidak sekedar

salah pengertian · ataupWl kurang dimasyarakatkan tnateri PERDA tersebut pada

kalangan para alim ulama maupun para pakar. Akan tetapi lahimya keinginan

masyarakat itu sendiri, agar petnerintah perlu berhati-hati dalatn membuat peraturan

dan perundang-undangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aspirasi masyarakat

dan nilai-nilai aganm yang dianut oleh bangsa Indonesia.

Oleh karena itu setiap Rancangan Pcraturan yang bcrkaitan dcngan hal-hal tersebut,

perlu dikaji secara n1endalam dan perlu adanya pendekatan terlebih dahulu dengan para

ulatna, para pakar dan tokoh nmsyarakat, scbelum tnenyajikannya kepada masyarakat.

DaJan1 hal ini DPP Partai Pcrsatuan Pcmhangunan telah rnetnberi instruksi kepada

DPW PPP seluruh Indonesia. agar mcnolak PERDA tcntang Miras scrta n1inta kcpada

Mendagri untuk tidak tncngcsahkan J>ERDA lcntang Mirits yang 1clah diajukan olch

4

,...,

PEMDA DKI Jakarta atau daerah-daerah Iainnya. Langkah selanjutnya menarik Surat

Edaran Dirjen PUOD tentang Miras 1994 dan segera mengajukan RUU tentang

larangan peredaran Miras di seluruh Indonesia, sedang bagi kepentingan tertentu,

misalnya untuk pariwisata dsb tnerupakan perkecualian yang perlu diatur lebih lanjut .

Fraksi Partai Persatuan Petnbangunan percaya bahwa pemerintah akan

memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang tnengenai larangan peredaran

minuman keras dan Fraksi Partai Persatuan Pen1bangunan menyambut gembira

pemyataan Mendagri mempersilahkan Petnerintah Daerah untuk membuat PERDA

larangan peredaran minuman keras dan menangguhkan pelaksanaan PERDA tentang

MIRAS yang telah disyahkan, sebagaimana tennuat dalam mass media.

Penambahan Bab baru, yaitu Bab VII tnengenai Ketahanan Pangan, adalah

merupakan hal yang mendasar yang membuat Rancangan Undang-undang tentang

Pangan menjadi lebih lengkap.

Fraksi Persatuan Pembangunan sejak awalnya telah metnberikan dukungan dan

dorongan agar tnasalah Ketahanan Pangan ini metnperoleh perhatian yang sungguh­

sungguh, seiring perkembangan konscp "food security" yang mencakup pcngcrtian

keamanan dan ketahanan pangan dan dijadikan salah satu altematif kincrju sistcrn

pangan yang dinilai lebih tepat dari hanya sekedar cukup pangan.

Bab VII KETAHANAN PANGAN, terdiri dari pasal 45, pasal 46, pasal47, pasal

48, pasal 49, dan pasal 50, telah tnencakup berbagai rumusan tentang ketahanan

pangan dengan ·cukup lengkap. Antara lain dalan1 pasal 45 ayat (2) Pemerintah

menyelenggarakan pengaturan, petnbinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap

ketersediaan pangan yang cukup, baik jutnlah tnaupun tnutunya, atnan, bergizi,

beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. .

Bagi Fraksi Partai Persatuan Pembangunan pengertian "aman" disini dalam arti

yang luas dan yang terpenting adalah an1an sesuai dengan asas Keimanan dan

Ketaqwaan kita kepada AJiah SWT.

Perlu kiranya kami ketengahkan, bahwa dalatn pembahasan pasal 48, yang

tnenyangkut tnateri tcntang usaha penccgahan dan atau penanggulangan gejolak harga

pangan tertentu yang dapat rnerugikan ketahanan pangan, berlangsung dalam suasaria

sangat alot. Berbagai argumentasi dari keetnpat ftaksi yang menyatu dalam satu

5

'""~

aspirasi yang bulat, belutn dapat tneyakinkan pemerintah Wttuk menerunanya.

Beberapa kali lobi yang dilakukan untuk menemukan jalan keluar antara Petnerintah

dengan fraksi-fraksi di lingkllilgan Panja, masih gagal mencapai kata mufakat.Sadar

akan keterbatasan tugas yang dietnban oleh fraksi-fraksi dalatn Panja, langkah

selanjutnya masalah tnateri pasal 48 tersebut diserahkan kepada masing-masing

Pimpinan Fraksi, untuk bersama-sama Petncrintah tnengadakan lobi ditingkat yang

lebih tinggi. Walaupun detnikian tnasih pcrlu waktu untuk mengendapkan dan mencari

jalan yang sebaik-baiknya detni kepentingan bangsa dan negara. Dengan berlandaskan

niat dan itikad. yang semata-mata hanya untuk n1emperoleh manfaat yang sebesar-

besamya demi kesejahteraan masyarakat, akbimya butir-butir pemikiran yang jemih

berhasil ditemukan dan pembahasan materi pasal 48 tersebut disetujui dengan rumusan

yang dapat diterima o leh semua pihak.

Fraksi Persatuan Pembangunan dalam tnenyusun Dafiar Inventarisasi Masalah

(DIM) telah mengjukan berbagai materi yang tnenyangkut perubahan substansi batang

tubuh, perbaikan . redaksional dan penambahan penjelasan pasal, sebanyak 249 butir

usulan dan permasalahan yang telah katni kemukakan yang termuat dalam DIM FPP

tidak semuanya berhasil dapat dimasukkan kedalam tnateri RUU ini .

Alhamdulillah bahwa terdapat beberapa aspirasi mendasar dan sangat fundamental ,

yang tertuang dalatn DIM FPP dapat diterima oleh pemerintah dan fraksi-fraksi

lainnya untuk masuk kedalam batang tubuh maupun penjelasan pasal.

Bab I Ketentuan Umun1, pasal 2 , telah terjadi perubahan substansi dan susunan

redaksional secara mendasar, usulan FPP untuk menmbah ·anak kalimat "dan tidak

bertentangan dengan keyakinan masyarakat" dapat disetujui oleh semua pihak, baik

dari fraksi-fraksi maupun petnerintah, walaupun melalui jalan yang berliku-lik:u dan ;

memakan waktu yang relatif panjang. Men1erlukan adu argumentasi dan diskusi yang

melelahkan, sebagai upaya untuk melangkah tnenuju satu titik temu dalam proses

pembahasan yang panjang. Untuk itu Fraksi Persatuan Pembangunan menyampaikan

terima kasih kepada Pemerintah dan Fraksi-Fraksi.

Dalam penjelasan Pasal 2 lebih Ianjut dinyatakan bahwa pembangunan di bidang

pangan harus metnberikan tnanfaat bagi kemanusiaan dan kescjahteraan lahir dan batin,

dimana manfaat tersebut dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil

6

• dan tnerata. Dengan diteritnanya pasal 2 tersebut , adalah tnerupakan payung bagi

seluruh pasal-pasal da latn Undang-undang ten tang Pangan dan tnentberikan nafas yang

n1cnjiwai pada sclnruh batang tubuh guna mempcrhatikan keyakinan masyarakat

untuk mcwujudkan kcsejahtcraall lahir dan batin. Fraksi Persatuan Pctnbangunan

berpcndapat bahwa jangkauan pasal 2 beserta pel\]elasannya telah sesuai dan selaras

dengan aspirasi umat. agar segala scsuatu yang bcrhubungan dengan pangan

disclcnggarakan scja1an dcngan kaidah agama dan tnenurut syariatnya.

llab IV Lc;tbel dan I klan PcmgCJ)J dalam pasal 30 ayat (I) menycbutkan scliap

orang yang Lll@P-roduksi atau tnemasukkan kcdalan1 vvilayah Indonesia pangan yang

diketnas untuk diperdagangk.an wajib tncncantumkan label.

Pada ayat (2) ·, label terse but tncmuat sekurang-kurangnya keterangan mengenai

antara lain :

butir b. daflar bahan yang digunakan~

butir e. keterangan tentang halal.

Fraksi Persatuan Petnbangunan bcrpcnclapat bahwa substansi dalan1 pasal 30 ayat

( l) dan ayat (2) 'tcrsebut diatas adalah tnerupakan penjabaran lebih lanjut dari pasal 2,

yang secara 1ebih rinci dan pasti n1embcrikan jmninan bahwa pangan yang dikonsutnsi

adalah terbuat dari bahan yang halal. Dalam pcnjclasan pasalnya dinyatakan lebih lanjut

bahwa keterangan "halal" unluk suatu produk pangan sangat pcnting bagi masyarakat

Indonesia yang tnayoritas metncluk agama lslan1, dan setiap orang yang

tnetncantutnkan label "halal" pada pangan yang diproduksinya bertanggungjawab atas

kebenaran label tersebut. Hal ini dipcrtegas lagi dalan1 pasal 34 yang tnenyatakan

bahwa setiap orang yang tnenyatakan dalan1 label atau iklan bahwa pangan yang

dipcrdagangkan adalah sesum dcngan persyaratan kepercayaan agama,

bertanggungja\vab atas kebeuaran pen1yataan berdasarkan persyaratan agmna tcrsebut.

Bahkan dalan1 penjelasan pasalnya secara lcbih tegas dinyatakan bahwa benar tidaknya

suatu penyataan "halal'' dalatn label atau iklan tcntang pangan tidak hanya dapat

dibuktikan dari segi bahan baku pangan, bahan tan1bahan pangan atau bahan bantu lain

yang dipergunakan dalam metnproduksi pangan, tetapi n1cncakup pula proses

p~n1buatam~

7

• Sehubungan dcngan sangat 111cndasarnya pencatuman label "halal" pada produk

~1angan, pada penjclasan pasa1 30 ayat (2) huruf c, Fraksi Persatuan Pembangunan

mcngusulkan adanya pcnambahan kalimal yang bcrintikan keinginan agar penjelasan

pasa1 lcrscbuL tcn.lapat muatan dan 1H1at1sa agar tunal Islam sclalu mcngkonsumsi

pangan yang hala1 dan tnenghindarkan n1cngkonsumsi pangan yang haram. Melalui

diskusi yang dilandasi oleh sikap sating memahami dan menge1ti akhitnya usulan Fraksi

Pcrsatuan Petnbangunan ters~but ditcrima scmua Fraksi dan Petnerintah dengan

tatnbahan kalitnat dalan1 fonnulasi yang berbunyi :

"Keterangan label tersebut dimaksudkan agar tnasyarakat terhindar dari

mengkonsumsi pangan yang tidak ha1al (haram)".

Fraksi Pcrsatuan l'cn1ban.gunan sckali lagi tncnyampaikari teritna kasih kepada

setnua pihak, baik Pernerintah tnaupun Fraksi Karya Pcn1bangunan, Fraksi ABRl, dan

Fraksi .POI atas pengertian dan ketja satnanya. \

Berbagai kendala dan kesulitan dalan1 pelaksanaan pencatutnan label halal pasti

akan tet:jadi dan o leh karena itu nletnei-lukan waktu yang tnemadai dalam

impletncntnsinya. Oleh karena itu dipcrlukan pengawasan yang tneliputi. tindakan

pcn1criksaan dan pcnyidikan tcrhadap setiap pelanggaran.

Pcngenaan Ketentuan Pidana baik berupa denda ganti rugi maupun pidana penjara,

harus d.itctapkan secant scadil-adilnya. Masyarakat konsumcn scsuai dcngan scmboyan

di dunia perdagangan sebagai "Raja" yang selalu dihormati dan ditctnpatkan pada

posisi yang selalu diperebutkan o lch pihak produsen, harus benar -benar tnendapatkan

perHndw1gan atas kese1atnatan jiwanya dari pemakaian dan penggunaan pangan yang

tercetnar dan tidak mnan unluk dikonsumsi.

Pihak produsen khususnya yang tcrmasuk pada kategori produsen kuat dan besar,

dituntut tnctnb~rikan tanggung jawab yang lebih besar lagi terhadap keatnanan pangan

yang diproduksinya terhadap kesehatan dan keselatnatan jiwa orang lain yang

mengkonsmnsi pangan tersebut.

Fraksi Persatuan Petnbangunan tnenghitnbau ·agar hal-hal yang kan1i kemukakan

diatas tnemperoleh perhatian sungguh-sungguh dari Pemerintah, sesuai dengan

kandungan yang ditnaksud Bab IX Pengawasan dalan1 pasal 51 dan pasal 52, Bab X

Ketentuan Pidana dalatn pasal53, pasa154, pasal55, pasal56 dan pasal57.

8

• Yang Terhonnat Saudara Ketua Rapat,

Yang Terhormat Saudara l\llenleri Negara Urusan Pangan,

lladirin yang bcrbahagia,

Fraksi Pcrsat uan Pcmbangunan dalatn tncnccnnati dan. tnendalatni Rancangai'l

Undang-Undang tentang Pangan yang tengah kita bicarakan ini sangat menaruh

perhatian terhadap kcbcradaan dan petnberdayaan para pengusaha letnah yang hidup

dalam himpitan kondisi, situasi dan iklin1 dunia usaha yang penuh tantangan, hambatan

dan kesulitan terutama pada aspck tnanajcnten , pennodalan dan ketrampilan yang

tnarjinal. Walaupun dctnikian rnercka adalah 1nerupakan salah satu unsur kekuatan

ekonotni yang massal, bandel terhadap segala. goncangau dan bantingan fluktuasi

harga, tidak atnbil pusing terhadap naik-tunmnya nilai tukar terhadap barang-barang

produksinya dan selalu "survival" dalatn keadaan apapun.

Potcnsi yang detnikian besar dan ntengakar seharusnya men1peroleh skala prioritas

untuk terus dikctnbangkan, didorong untuk terus tnaju guna memperoleh peluang yang

lebih luas sehingga tnatnpu tncnghirup udara segar dalatn alan1 persamgan, yang

bertarnbah keras dan kejan1.

Fraksi Pcrsatuan Pcmbangunan mcngusulkan agar pcngcmbangan sutnbcr daya

tnanusia dibidang pangan tnelalui kegiatan pendidikan, pclatihan dan penibinaan bagi

usaha kecil, n1cnengah dan kopcrasi tcrus ditingkatkan. Demikian pula kegiatan

pcnganekaragarhan pangan yang dikonsumsi tnasyarakat. serta petnantapan mutu

pangan tradisional sccm·a berkelanjulan Lents ditumbuhketnbangkan sehingga mencapai

standart jatninan tnutu pangan yang diharapkan .

. Dalam pasal 49 ayat ( 1) huruf a, b. ~an g telah tnengatur ketentuan-keentuan

tnengenai pengetnbangan sutnber daya manusia. n1eningkatkan peran serta masyarakat

dan peningkatan kegiatan penganckaragaman pangan dan sclanjutnya pada ayat (2)

pelaksanaruu1ya diatur oleh pemerintah.

Dengan demikian semakin jelas bahwa kelahiran Undang-undang tentang Pangan

akan memberikan dukungan yang setnakin kuat kepada pengusaha kecil dan penjual

9

• tnakm1an tradisional untuk terus tnembangun dirinya agar tnenjadi lebih kuat, tangguh

dan tahan uji .

Dalan1 mengikuti kemajuan tekno1qgi yang pesat dan spektakuler dewasa ini,

pembangunan patigan telah tnemasuki arena persaingan yang lebih ketat, antara lain

dengan dipakainya tekno1ogi Rekayasa Gcnctika untuk tnendapatkan jenis baru yang

matnpu tncngahasilkan produk pangan yang lebih unggul . Untuk mencegah tetjadinya

petnbusukan, kcrusakan serta rnembebaskan dari jasad rcnik patogen, dipakaii pula

· iradiasi pangan.

Pcnggunaan teknologi baru dibidang pangan scpcrti rekayasa genetika dan iradiasi

pangan, harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati, selcktif dan tidak setnbarangm1.

Berbagai persyaratan yang ada sesuai dengan ketentuan pasal 13 dan pasal 14

tnengenai petnberian ijin dibidang penelitian , pengetnbangan, dan penmnfaatan hatus

tn~1mpu tncncegah dan tncnghindarkan tnasyarakat dari ekses-ckses negatif yang

ditimbulkannya.

Penyelenggaraan kegiatan dan atau proses produksi pangan yang dilakukan dengan

tnenggunakan teknik dan tnetoda iradiasi pangan wajib tnetnenuhi persyaratan

kesehatan, penanganan limbah radioaktif dan penanggulangan bahaya untuk tnenjamin

. keatnanan pangan, keselatnatan ket:ia dan kelestarian lingkungan.

Yang Terhonnat Kctua Rapat,

Yang TerhonnatSaudara Mentcri Negara Urusan Pangan,

Hadirin yang bcrbahagia,

rraksi Persatuan Pembangunan memandang per]u adanya suatu badan koordinasi

yang menangani pelaksanaan, pengaturan, petnbinaan, pengawasan dan tnasalah­

tnasalah teknis yang berhubungan dengan pencaturnan label "halal" secara lebih efektif

dan efisien. Oleh karena itu katni tnengusulkan adanya penan1bahan pasal baru dengan

n1uatan tnatcri untuk n1enampung keperluan tersebut.

Dalan1 proses pembahasan usu1an Fraksi Persatuan Pen1bangunan di formn Panitia

Kerja pada awalnya belutn ditetnukan adanya kesepakatan antara kehendak fraksi­

fraksi dengan pendapat Pemerintah yang berpendirian bahwa penatnbahan pasal baru

tidak diperlukan. Karena Panitia Ketja tidak berhasil mengatnbil keputusan, usulan

penatnbahan pasal beru terscbut diserahkan kcpada Pimpinan Fraksi masing-tnasing

10

.. I untuk mengadakatl pemecahan masalah bersama-sama pemerintah dalam suatu

perten1uru1 khusus. lJerkat kearifan semua pihak ~ usulan penatnbahan pasal baru dari

Fraksi Persatuan Pcmbangunan, akhirnya dapat ditcrin1a bersatna dan dirutnuskan

scbagai bcrikut :

"Bilarnana dipandang perlu Pemerintah dapat rnenunjuk

instansi untuk rnengkoordinasikan terlaksananya undang­

undang ini".

Rtunusan pasctl ban1 tcrscbut ditampung dalam pasal 62 baru. Mcnteri Negara

Urusan Pangan adalah tnembidangi suatu dcparten1en yang banyak berkaitan dengan

suatu progratn lintas sektoral dan lintas instansi . Oleh karena itu pemasyarakatan dan

pelaksanaan UU tentang Pangan benar-bcnar metnerlukan koordinasi, integrasi dan

sinkronisasi yang sebaik-baiknya antar scn1ua instansi terkait.

r ... ·raksi Pcrsatuan Petnbangunan n1erninta kcpada scmua pihak yang terkait agar

benar-bcnar ikut tcrlibat dalatn pclaksanaan UU ten(ang Pangan utatnanya

tnemperhatikan tnasalah petnbentukan kelembagaan scsuai pasal 62.

Melalui alur. fikir scpcrti tct1uang da)am uraian dan pen~elasan scperti yang kami

utarakan tcrsebut diatas , sampailah Fraksi Persatuan Petnbangunan untuk menentukan

sikap politiknya terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Pangan. Sikap politik

yang katni ten1puh scmata-mata hanya berserah diri kepada Allah SWf Yang Maha

Mengetahui, serta diiringi harapan akan litnpahan taufiq dan hidayah-Nya.

Dengan 111engucapkan BI SMI LLAHIRRAHMANIRRAHIM Fraksi Persatuan

Petnbangunan menyetl).j ui terhadap Rancangan Undang-undang

ten tang Pangan di tetapkan dan disahkan sebagai undang­

undang.

Sclanjutnya perkcnankanlah kanu tnenyatnpaikan beberapa harapan dan himbauan

sebagai berikut.:

1. Dengan pencantun1an label halal pada setiap kemasan pangan yang halal agar

dihindari hal-hal yang berakibat tnemberi tatnbahan beban kepada konsumen,

misalnya menimbulkan adanya kenaikan harga pada produk: pangan tersebut.

2. Semua aspirasi yang berken1bang selama pembahasan baik di Pansus tnaupun di

Pat~a yang belmn tertamptmg didalatn UU tentang Pangan disebabkan tnasalah-

ll

• masalah yang bcrsifat tchnis. dapat diakomoclasikan kcdalam Pcraturan Pemerintah

atau pcraturan lainnya.

3. Dalam pelaksanaan pencantuman label halal dapat diikutsertakan peranan ulanm dan

para pakar dcngan tujuan pcncantuman label ha1al tcrscbut tcrcapai dengan scbaik­

baiknya dan mcmbcrikan rasa (Jnwn kcpada konsumen.

Akhirnya tnclalui fonun yang tcrhormat ini Fraksi Pcrsatuan Pen1bangunan

menyampaikan rasa tcrima kasih yang sctulus-tu1usnya kcpada Mentcri Negara lJrusan

Pangan yang mcwakili Pcmcrintah, Fraksi Karya Pcmbangunan, Fraksi ABRI, Fraksi

Partai Dcmokrasi Indonesia, rvlcdia Massa, baik tnedia cctak ataupun media

clcktronik, Staf Sckrctariat Jcndcral DPR Rf dan scmua pihak yang terkait atas

tctjalinnya ketja sania yang baik. -

(

Wabillahit taufiq walhidayah,

Wassalatnu'alaikutn wr. wb.

1:~_ ... e ·t ···u-~ u, /

- . ;_:.: ······ ... -- -·· ·- .. '\_, ··.

II . 11/\f·tl/\1_1 I i/\1 _/_ ... ____________ ........

11 IHPINI/\N I:IV\f:~~;l PIJ~S/\TU/\N PEHIJ/\NGUN/\1-J DPH-HI

(\) 1/ , .. c ·L cJ r·· -·, (~ ~) ' ' ., . . .. ) /

/!tt14U ~- .

II._ HPIIl\t:111/\IJ IJ~J/\'F/\1~ ~11DD1(~ .. -.--~ . . . . ---~--- -----~------ .... --··--· ...

12

DEWAN PEKWAKILAN RAKYAT KEPUBLIK INDONESIA

FKAKSI PAKTAI DB.MOKKASI INDONESIA Sekretariat: Gedung MPR/OPR-RI Jl. Gatot Subroto, Jakarta 10270, '11' 5715425, 5715560 Fax. 5715683

PENDAPAT AKHIR

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA DPR-RI

TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANB

P A N 6 A N

Dibacakan oleh : H. SETYADJI LAWI

Anggota Nomor : A - 378

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

M E R D E K A

Saudara Pimpinan sidang yang terhormat;

Saudara Menter! Negara Urusan Pangan yang mewakili Pemerintah

beserta jajaran yang terhormat;

Sidang yang kami muliakan.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan maha pengasih

harus senantiasa kita panjatkan karena hanya dengan ridlo dan

inayah-Nya kita dapat berkumpul pada hari ini dalam rangka menu­

naikan tugas serta kewajiban konstitusi yaitu membahas Rancangan

Undang-undang tentang Pangan. Kita telah berada dipenghujung

pembahasan Rancangan Undang-undang tersebut dengan ~elamat tanpa

sesuatu halangan apapun. Dan semuanya itu memang hanya karena

kehendak-Nya dan kerahmanan-Nya.

Sudah kurang lebih 44 hari sejak dibentuknya Pansus RUU • tentang Pangan pada tanggal 30 Agustus 1996 sampai saat ini kita

bergelut mendalami serta memahami maksud Rancangan Undang-undang

tentang Pangan. Bergelut bukan dalam arti bersitegang atau beradu

otot untuk mempertahankan pendirian kita masing-masing, namun

kita bergelut terhadap ~emua masalah yang ada di dalam Rancangan

Undang-undang tersebut. Tidak mudah untuk menyatukan pendapat di

dalam musyawarah-musyawarah guna memecahkan masalah-masalah,

• ;[ j!. ~ :f. i

~i ;

.:i "

J l: ·~ ' . :i

r i tetapi tid ail, ada:~ masalah

kan dan ter~elesaikan.

- 2 -

yang serumit apapun yang tidak terpecah-

Suasana kekeluargaan yang menyelimuti proses pembahasan merupakan

suasana yang sangat mendukung dan menolong ditemukannya penyeles-

aian-penyelesaian masalah yang dapat diterima semua pihak. Untuk

hal tersebut di atas Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menyatakan

kebanggaan dan rasa hormat kepada semua pihak terutama kepada

Saudara-saudara kami dari Fraksi ABRI, Fraksi Karya Pembangunan,

Fraksi Persatuan Pebangunan dan Pemerintah.

Saudara Pimpinan dan sidang yang kami muliakan,

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia di dalam Pemandangan Umum

yang disampaikan pada tanggal 11 Juli 1996 menyatakan, setidaknya

ada dua masalah yang mendasar dalam membahas Rancangan Undang­

undang tentang Pangan yaitu yang menyangkut :

A. Masalah keamanan pangan; dan

B. Masalah ketahanan pangan.

A. Masalah keamanan pangan

1. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menyatakan bahwa pangan

yang layak untuk dimakan mempunyai syarat-syarat tertentu,

diantaranya yang terpenting adalah makanan harus bebas dari

jasad renik yang patogen, bebas dari bahan-bahan beracun,

bebas dari kontaminan, bebas dari pemalsuan, bebas dari

perubahan-perubahan kimiawi dan fisis, mempunyai nilai gizi

yang tinggi, rasa enak dan menarik dan tersedia dalam

jumlah yang cukup. Poin-poin di atas merupakan syarat-

syarat yang ideal. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia menya­

dari bahwa di dalam praktek seringkali syarat~syarat terse­

but sukar untuk dipenuhi secara keseluruhan sekaligus.

Misalnya agar bahan pangan dapat tersedia dalam jumlah

yang cukup banyak, untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang

selalu meningkat Jumlahnya, dibidang pertanian terpaksa

digunakan pestisida untuk memberantas atau mencegah hama

dan penyakit tanaman serta hasil panen.

I ,

l

i I

Cl t ; u J•' tl f:.l·

!: j ·i

Oleh llo4arena I.

- 3-

penggunaan zat-zat anti hama tadi maka pad a

bahan pangan secara langsung atau tidak ·1angsung akan

terdapat kontaminan yang bersifat racun yaitu residu pesti­

sida yang ditinggalkan.

2. Masalah keamanan pangan yang timbul karena proses pengola­

han atau penggunaan bahan pangan sebagai pangan tambahan

baik yang tradisional maupun non tradisional banyak yang

tidak memenuhi persyaratan yang sering menyebabkan korban

fatal dikarenakan penggunaan bahan anti gizi atau senyawa

ikutan lainnya pada bahan makanan tradi~ional maupun non

tradisional yang baru sedikit dikenal secara ilmiah.

3. Masalah yang timbul karena ketidaktahuan masyarakat produ­

sen atau konsumen sendiri karena perilaku penyiapan pangan

yang menyimpang karena kondisi lingkungan yang memang tidak

memungkinkan, misalnya penggunaan bekas pembungkus pesti­

sida dan bahan berbahaya lain untuk mengemas makanan.

Penyemprotan pestisida untuk mengusir lalat selama penge­

ringan ikan.

Ketiga hal tersebut di atas adalah contoh-contoh.masalah yang

dibahas secara mendalam di dalam Panja. Dibahas .. secara menda­

lam karena memang masalahnya mengandung risiko yang sangat

besar terhadap kelangsungan hidup bangsa pada umumnya dan

kesehatan 'masyarakat pada khususnya. Kita tidak dapat memba­

yangkan apa akibat yang akan ditimbulkan dalam jangka panjang

apabila ma?yarakat mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dalam

arti makanan yang beracun atau makanan yang terkontaminasi.

Generasi muda akan mengalami gangguan pertumbuhan bahkan

kemungkinan akan menjadi generasi yang tidak sehat dan memi­

liki IQ yang rendah. Tentu saja kita tidak dapat berharap

banyak kepada generasi seperti yang tersebut di atas untuk

melanjutkan dan melaksanakan baik tugas negara maupun tugas

masyarakat di masa depan.

• .•,

- 4-.::i

Beruntunci~ah: .[: bahwa di dalam Rancangan Undang-undang ten tang

Pangan telah ditetapkan tidak kurang dari 19 Pasal yang secara

khusus memberikan rambu pengaman terhadap keamanan pangan. Dan

tidak kurang dari 40 butir (ayat) yang rnenjabarkan pelaksanaan

19 Pasal tersebut di atas.

Hal ini menunjukkan betapa besar kepedulian kita terhadap

keamanan pangan. Sikap hati-hati semacam ini sangat perlu oleh

karena Ran~angan Undang-undang ini dimaksudkan tidak hanya

untuk kepentingan saat sekarang saja melainkan untuk masa

depari yang lebih panjang. 19 Pasal rambu pengaman itu berarti

kurang lebih 30 persen dari seluruh muatan Rancangan Undang­

undang tentang Pangan. Dan hal ini telah membuktikan,. bahwa

konstatasi Fraksi Partai Demokrasi Indonesia tentang keamanan

pangan sebagai salah satu dasar rnuatan Undang-undang tentang

Pangan ternyata benar dan telah terakomodir secara baik. Untuk

ini Fraksi Partai Demokrasi

terima kasih.

B. Ketahanan Pangan

Indonesia mengucapkan banyak

Pangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang

mempengaruhi ketahanan nasional. Dapat dibayangkan bahwa

ketiadaan pangan atau kekurangan penyediaan pangan akan menye-

babkan kondisi masyarakat menjadi goyah, bahkan kemungkinan

bisa mengarah pada kerawanan sosial yang akan memungkinkan

timbulnya gejolak-gejolak yang membahayakan tata kehidupan

masyarakat. Oleh karena itu penyediaan pangan dalam jumlah

yang cukup serta menyebar merata diseluruh wilayah nusantara

sampai ke tingkat keluarga dengan harga yang terjangkau oleh

daya beli masyarakat merupakan hal yang utama untuk menjaga

ketahanan nasional. Kecukupan pangan dengan mutu gizi yang

memadai bagi seluruh lapisan masyarakat, distribusi pangan dan

pemenuhan kebutuhan pangan yang melingkupi tempat, jumlah,

mutu dan waktu mendapat perhatian khusus di dalam pembahasan

Rancangan Undang-undang ini. Disusun Bab khusus yang menyang­

kut ketahanan pangan yaitu pada Bab VII yang memuat 6 Pasal.

Ketahanan pangan di dalam Bab ini lebih banyak diarahkan

kepada stabilisasi pangan yaitu Pemerintah menyelenggarakan

pengaturan, pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap

- 5-

'· ~ i

H.· :~·' ( ;~! t !l' '.!'

::'ji.. . -i~!. tersedianya pangan yang cukup b~ik jumlah m~~pu~ mutu,

bergizi, berag·am, merata dan terJangkau oleh'itJay, beli . h

rakat .. ~~i ini dimuat di dalam Pasal 45 ayat <15 yaitu

yang mengawali Bab tentang Ketahanan pangan.

aman,

masya­

Pasal

Stabilisasi pangan adalah missi yang tidak dapat diabaikan

bahkan merupakan kewajiban yang mutlak harus dilaksanakan oleh

Pemerintah karena hal ini diamanatkan oleh Undang-Undang

Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi "Bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara

dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat".

Pasal 46 menekankan bahwa di dalam stabilisasi pangan kita

tidak hanya berurusan dengan·harga pangan saja melainkan kita

berurusan dengan hal yang sangat luas yaitu menyangkut hajat

hidup orang banyak serta memelihara ketentraman masyarakat di

bidang kebutuhan pangan. Termasuk di dalam hal ini adalah

tentang cadangan pangan yang harus tersedia diseluruh pelosok

wilayah Indonesia untuk maksud konsumsi manusia, bahan baku

industri dan untuk menghadapi keadaan darurat. Cadangan pangan

diupayakan berada di dalam negeri dan harus senantiasa cukup

untuk mengatasi masalah kekurangan pangan atau terjadi adanya

kebutuhan mendadak akibat bencana atau hal-hal

bersifat darurat.

Saudara Pimpinan dan sidang yang kami muliakan,

lain yang

Lebih lanjut tentang cadangan pangan secara khusus dimuat di

dalam Pasal 47 yang antara lain menyatakan bahwa cadangan pangan

Pemerintah ditetapkan secara berkala, dengan memperhitungkan

tingkat kebutuhan nyata pangan masyarakat dan ketersediaan pan­

gan, serta dengan mengantisipasi terjadinya kekurangan pangan

atau keadaan darurat. Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah

terjadinya peristiwa bencana alam, paceklik yang hebat dan seba­

gainya yang terjadi diluar kemampuan manusia untuk mencegah atau

untuk menghindari meskipun dapat diperkirakan.

Kondisi seperti tersebut di atas, yaitu terjadinya kekuran­

gan pangan atau keadaan darurat past! akan menimbulkan gejolak

harga yang merugikan ketahanan pangan. Seperti kami nyatakan di

- 6 -

depan bahwa ketahanan pangan merupakan salah satu unsur utama

yang mempengaruhi ketahanan nasional. Stabilisasi pangan merupa­

kan pilar utama ·terhadap tetap tegaknya ketahanan pangan. Sedang­

kan harga pangan merupakan faktor yang ikut menentukan apakah

stabilisasi pangan tersebut dapat tetap tegak. Gejolak harga yang

timbul akan mempengaruhi kondisi sosial masyarakat dan pada

gilirannya akan menimbulkan gejolak masyarakat pula. Fraksi

Partai Demokrasi Indonesia telah menyatakan bahwa Pemerintah

perlu melakukan tindakan stabilisasi harga apabila gejolak harga

telah membahayakan ketahanan pangan apalagi sampai membahayakan

ketahanan nasional.

Pada saat membicarakan Pasal 48 yang memuat tentang masalah

stabilisasi harga, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia telah menya­

takan bahwa seharusnya tindakan Pemerintah untuk mengambil lang­

kah-langkah seperlunya terhadap gejolak harga harus ·dimuat dalam

batang tubuh Rancangan Un~ang-undang karena kami berpendapat

bahwa amanat.tersebut merupakan kewajiban Pemerintah untuk menye­

lamatkan masyarakat dari keadaan yang mengkhawatirkan di bidang

pang~n. Perkataan stabilisasi harga adalah satu norma atau kaidah·

yang secara nyata harus dilaksanakan oleh Pemerintah terhadap

sesuatu keadaan seperti tersebut di atas. Namun kami menyadari

bahwa rumusan Pasal 45 telah mencerminkan langkah-langkah yang

perlu diambil oleh Pemerintah untuk menjelaskan apa~yang dimaksud

dengan stabilisasi·pangan atau ketahanan pangan, sehingga Fraksi

Partai Demokra~i Indonesia dapat menerima rumusan Pasal 48 seper­

ti yang sekarang dimuat di dalam Rancangan Undang-undang tentang

Pangan ini. Namun demikian Fraksi Partai Demokr~si Indonesia

tetap mengharapkan agar Pemerintah melaksanakan stabilisasi harga

yang memberikan keuntungan dan ketentraman baik para penghasil

pangan (petani) maupun masyarakat yang mengkonsumsi pangan.

Kembali Fraksi Partai Demokrasi Indonesia ingin menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya atas dimuatnya Bab VII tentang

Ketahanan Pangan yang juga mengakomodasikan pendapat Fraksi PDI

yang kedua seperti dinyatakan dalam Pemandangan Umum di atas.

Namun demikian Fraksi Partai Demokrasi Indonesia masih ingin

mengingatkan bahwa berbicara masalah ketahanan pang~n kita tidak

boleh mengesampingkan perhatian kita terhadap nasib petani yang

• - 7-

justru memiliki peran yang sangat besar dan penting dalam proses

pengadaan pangan. Terhadap Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992

tentang Budi Daya Tanaman yang member! keleluas_~~n .~epada petani

untuk menanami lahannya dengan komoditi yang diperhitungkan

menguntungkan bagi dirinya, Fraksi Partai Demokr~si Indonesia

mengharap segera ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah.

Saudara Pimpinan dan sidang yang kami muliakan,

Pada kenyataannya sekalipun masalah pangan, terutama yang

menyangkut tentang Keamanan Pangan banyak diabaikan oleh masyara­

kat. Seperti kami sebutkan dimuka, barangkali oleh karena keti­

daktahuan masyarakat khususnya dikalangan bawah tentang keamanan

pangan, mereka menyiapkan, mengolah dan menyajikan makanan secara

sembarangan. Akan tetapi untuk pengusaha-pengusaha yang mempro­

duksi makanan secara massal dan diedarkan secara luas diseluruh

lapisan masyarakat tentu tidak layak menyiapkan, mengolah dan

menyajikan (mengemas) secara sembarangan pula. Produksi pangan

secara massal yang diedarkan keseluruh masyarakat memiliki risiko

yang lebih besar terhadap kesehatan masyarakat. Oleh karena itu

perlu pengaturan secara tegas terhadap keamanan pangan tersebut.

Untuk menegakkan berlakunya Undang-undang tentang Pangan ini

perlu ditetapkan sanksi-sanksi yang keras baik administrasi

maupun pidana terhadap pelanggaran-pelanggaran pelaksanaan Un­

dang-undang ini. Di dalam Bab IX yaitu Bab yang mengatur tentang

Pengawasan Pemerintah mempunyai kewenangan-kewenangan tertentu

untuk mengawasi pemenuhan ketentuan Undang-undang ini yaitu

antara lain melakukan pemeriksaan dalam hal terdapat dugaan

terj~dinya pelanggaran hukum di bidang pangan.

Pemeriksaan dimasud sebag~i langkah awal dari.·suatu

penindakan terhadap kemungkinan terjadinya pelanggaran

proses

hukum.

Pasal 51 memuat rinci tentang kewenangan pemeriksaan yang dimi­

liki oleh pemerintah. Pada akhir rincian Pasal 51 ini yaitu yaang

dimuat dalam ayat (4) menyatakan bahwa dalam hal berdasarkan

hasil pemerik~aan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) patut diduga

merupakan tindak pidana dibidang pangan segera dilakukan penyidi-

• - B-

kan oleh penyidik berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Selanjutnya Pemerintah dapat melaksanakan penindakan terhadap

pelanggaran tersebut yang berupa :

a. Tindakan administratif;

b. Sanksi pidana;

Tindakan administratif dimulai dari tindakan yang paling ringan

sampai tindakan yang paling berat yaitu berupa peringatan secara

tertulis sampai kepada pencabutan iJin produksi atau iJin usaha,

yaitu dimuat di dalam Pasal 52. Sedangkan sanksi pi~ana meliputi

dari sanksi pidana yang ringan yaitu penjara pali~g lama satu

tahun dan atau denda paling banyak Rp.120.000.000,-~!{seratus dua

puluh juta: rupiah) seperti yang ditetapkan di dalam Pasal 54

sampai sanksi pidana yang paling berat yaitu dipidana dengan

pidana penjara paling lama lima tahun dan atau :denda paling

banyak Rp. 600.000.000,- (enam ratus Juta rupiah). Hal ini dise­

but pada Pasal 53. Pengenaan ketentuan pidana ini akan diperberat

dengan tambahan hukuman apabila pelanggaran hukum tersebut menim­

bulkan kerugian terhadap kesehatan manusia yaitu dengan tambahan

hukuman seb~sar seperempatnya dan apabila pelanggaran hukum

tersebut me~imbtilkan kerugian kematian ditambah~sep~rtiganya. I ~ :

Disamping ketentuan pidana, terhadap pelanggara~ hukum yang

dilakukan oleh setiap orang yang memproduksi pangan masih dapat

dikenakan tindakan-tindakan lain yaitu gugatan.ganti rugi oleh

para pihak yang kesehatannya terganggu atau ahli waris dari orang

yang meninggal sebagai akibat langsung karena mengkonsumsi pangan

olahan yang diedarkan. Besarnya ganti rugi · adalah setinggi­

tingginya sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus .:juta rupiah)

untuk setiap orang yang dirugikan kesehatannya atau·kematian yang

ditimbulkan.

Penetapan sanksi pidana yang cukup berat ini dimaksudkan sebagai

penjera terhadap para pelaku pelanggaran hukum · Undang-udang

Pangan ini. Pengenaan hukuman pidana yang cukup berat ini sebe­

narnya masih belum seimbang apabila dibandingkan de~gan kemungki­

nan kerugian masyarakat ylang di timbul kan oleh : kesalahannya.

• - 9 -

Maksud dari faktor penjera adalah agar setiap orang yang mempro­

duksi pangan secara massal dan untuk diedarkan kemasyarakat Iuas

harus berhati-hati dan secara sungguh-sungguh melaksanakan serta

mematuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan di dalam Undang­

undang ini.

Saudara Pimpinan dan sidang yang kami muliakan,

Kecuali dua hal mendasar yang menjadi pijakan Fraksi Partai

Demokrasi Indonesia membahas· Rancangan Undang-undang ~entang

Pangan ini terdapat satu prinsip yang tidak dapat ditinggalkan,

yaitu bahwa Undang-undang tentang Pangan hendaknya memberikan

peluang yang luas kepada para pengusaha kecil informal dan usaha

kecil tradisional. Ketentuan di dalam Rancangan Undang-undang ini

hendaknya tidak mempersempit lahan hidup galongan usaha kecil

tersebut di atas apalagi sampai mematikan. Adalah tidak sepatut­

nya kita membuat Undang-undang yang memberikan perlindungan

terhadap sebahagian masyarakat tetapi mematikan sebahagian yang

lain.

Seperti dinyatakan oleh Pemerintah wawasan Rancangan Undang­

undang tentang Pangan ini meliputi :

1. Liberalisasi perdagangan dan globalisasi perekonomian dunia

mengharuskan Pemerintah sebagai salah satu negara p~nandatan­

gan perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk menye-

laraskan peraturan perundang-undangan nasional dengan

ran perjanjian umum perdagangan dan tarif (GAAT).

peratu­

Dilihat

dari kanteks ini maka wawasan Undang-undang ini adalah untuk

kepentingan pergaulan Indonesia di dunia perdagangan Intern~­

sional.

2. Sistem pangan nasional yang erat kaitannya dengan taraf pem­

bangunan, tingkat pendapatan dan sosial budaya dari masyarakat

yang dilayani oleh sistem pangan tersebut. Hal ini meliputi

bagaimana pangan itu diproduksi/dihasilkan, diproses, didis­

tribusikan, disiapkan, disajikan dan dikonsumsi. Hal ini

berarti bahwa Undang-undang dimaksud melayani kepentingan I

• - 10-

nasional secara menyeluruh yang berhubungan denga~ kepentingan

dunia internasional.

3. Pengaturan masalah pangan di Indonesia masih bersifat parsial

di dalam lingkup Undang-undang tentang kesehatan, Undang­

undang tentang Sistem Budidaya, Undang-undang tentang Pokok

Peternakan, Undang-undang tentang Perikanan, Undang-undang

tentang Perindustrian, Undang-undang tentang Karantina Hewan

Ikan dan Tumbuhan, Undang-undang tentang Pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Undang-undang tentang Perkoperasian, Undang­

undang tentang Usaha Kecil dan Peraturan perundang-undangan

lainnya yang tidak secara spesifik menunjuk pada aspek pangan.

Keadaan s~macam ini secara nasional maupun secara internasion­

al kurang menguntungkan bagi kepentingan na~ional.

Diperlukan pengaturan yang kordinatif secara baik dan terpadu.

Keterpaduan penanganan masalah pangan menunJ4kkan status

Rancangan Undang-undang tentang pangan ini sebagai payung dari

Undang-undang tersebut di atas.

4. Keberadaan Undang-undang tentang Pangan ini nantinya menseja­

jarkan Indonesia dengan negara-negara lain yang telah lebih

dahulu memilikinya. Terdapat perbedaan yang khas antara Un­

dang-undang kita dengan Undang-undang negara lain tentang

Pangan yaitu bahwa Undang-undang kita· sekaligus mengatur

tentang :Ketahanan dan Keamanan Pangan. Hal ini merupakan

muatan yang spesifik dari Undang-undang kita yang membawa misi

sangat strategis karena menyangkut hajat hidup rakyat.

5. Pemerintah telah menyatakan bahwa Pemerintah menyepakati untuk

member! perhatian yang lebih ·besar terhadap industri kecil,

usaha kecil informal maupun usaha kecil tradisional. Hal ini

dinyatakan dalam pengertian bahwa industri kecil, usaha infor­

mal dan · usaha tradisional harus terhindar dari ekses-ekses

yang mungkin terjadi karena pelaksanaan Undang-undang tentang

Pangan. Selanjutnya Pemerintah berupaya untuk melakukan penyi­

apan dan pembinaan usaha-usaha tersebut di ata~ agar dapat

mengikuti perkembangan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

I

; ·~

t!\ ·l 'i~ ,;~ ... ·~ •J!,·

12 ~ - - .<r. ,., $'~

A Ucapan terima kasih dan penghargaan yang $etiry~gi-tin~ginya ·... .

kepada sem~i ~ihak terutama kepada Saudara-saud~r~-Fraksi ABRI,

Fraksi Karya Pembangunan~ Fraksi Persatuan Pembangunan dan Pemer­

intah beserta jajarannya yang telah bersama-sama me~bahas Rancan­

gan Undang-undang tentang Pangan dengan penuh rasa kekeluargaan

dan toleransi yang besar dalam menerima pendapat. dan pikiran­

pikiran kami. Tak lupa ucapan terima kasih kami kepada jajaran ----·-Sekretariat yang telah membanting tulang, tidak mengenal Ielah

untuk m~,t kami dari sebelum dan saat pembahasan. Selanjut­

nya kami sampaikan ucapan terimakasih pula kepada pers baik media

cetak maupun elektronik yang telah dengan sabar memperhatikan dan

menyebarluaskan Pendapat Akhir kami.

Sekian~ terirna kasih.

Wassal~mu'alaikum Wr. Wb.

M E R D E K A

Jakarta, ~4 Oktober 1996

PIMPINAN FRAKSI

PARTAI DEMOKRASI INDONESIA DPR-RI

K E T U A, SEKRETARIS,.

~ MARKUS WAURAN

.. - ------- ------------

MENTER! NEGARA URUSAN PANGAN REPUBLIK INDONESIA

SAMBUT AN MENPANGAN

P ADA ACARA PERSETUJUAN DPR RI

ATASRANCANGANUNDANG-UNDANGTENTANGPANGAN

Assalamu' alaikum Wr. Wb.

Saudara Pimpinan dan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat

yang terhormat serta para Undangan yang kami hormati,

Perkenankanlah kami mengawali sambutan Pemerintah dengan

mengajak para hadirin untuk menyampaikan puji dan syukur ke

hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas segala

nikmat, rahmat, dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada

kita. Hanya dengan izin-Nya jualah kita dapat menyelenggarakan

Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

m:tuk men~ambil Keputusan yang sangat penting ini.

• Hari ini, tanggal 14 Oktober 1996, merupakan hari bersejarah

yaitu pengambilan keputusan atas Rancangan Undang-undang

tentang Pangan untuk selanjutnya disahkan oleh Presiden menjadi

undang-undang. Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat yang

terhormat atas Rancangan Undang-undang tentang Pangan itu

mempunyai makna yang sangat penting bagi pembangunan pangan

dimasa-masa mendatang. Dengan pengesahan undang-undang ini

berarti untuk pertama kalinya Indonesia memiliki Undang-Undang

tentang Pangan setelah 51 tahun Merdeka.

Sebagaimana kita ketahui, Bapak Presiden telah menyampaikan

Rancangan Undang-undang tentang Pangan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat yang terhormat melalui surat beliau Nomor:

R.OS/PU/V /1996 tanggal 28 Mei 1996. Atas kebijakan dan kearifan

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, dalam waktu

singkat rancangan undang-undang itu dapat diacarakan untuk

dibahas. Pembahasan terhadap Rancangan Undang-undang tentang

Pangan telah ditugaskan kepada Panitia Khusus (Pansus) RUU

Pangan. Panitia Khusus bersama dengan Pemerintah telah mulai

bersidang pada hari Selasa, tanggal 3 September 1996 dan telah

berhasil menyelesaikan tugasnya pada tanggal11 Oktober 1996.

Kami menyampaikan penghargaan bahwa keseluruhan

rencana kerja sebagaimana tercantum dalam jadwal acara yang telah

ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, telah

dapat dilaksanakan dengan sangat baik. Penyelesaian tugas yang

begitu berat dalam waktu yang sangat singkat sesuai jadwal acara

2

• merupakan prestasi luar biasa dari Dewan Perwakilan Rakyat yang

patut kita catat. Hal ini dapat terwujud berkat kerja keras,

ketekunan, saling pengertian, dan rasa tanggung jawab yang besar

terhadap masa depan bangsa. Disamping itu, faktor penting lain

yang sangat menentukan keberhasilan tersebut menurut pendapat

kami adalah adanya kerjasama yang erat dalam suasana

kebersamaan antara para Pimpinan dan anggota Pansus dan Panja,

Tim Kecil dan Tim Perumus dengan Pemerintah. Sementara itu

Sekretariat Pansus telah menunjukan kerja yang profesional dengan

semangat tinggi.

Sehubungan dengan itu, kita patut bersyukur kepada Allah

SWT dan dengan hati yang tulus kami menyampaikan penghargaan

yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada para Pimpinan dan anggota Pansus pada khususnya dan

Dewan Perwakilan Rakyat pada umumnya.

Saudara Ketua Sidang, para anggota Dewan, dan Undangan yang

kami muliakan.

Sebagaimana kita ketahui selama lima puluh satu tahun usia

kemerdekaan Indonesia, kita belum memiliki Undang-undang

tentang Pangan. Berdasarkan hasil perenungan dan pemikiran yang

mendalam, selanjutnya kita memiliki keyakinan yang sama untuk

segera mewujudkan undang-undang tersebut sebagai landasan

hukum yang kuat dalam upaya melindungi konsumen pangan d~

sekaligus memberikan kepastian pada produsen pangan dalam

3

menjalankan usahanya terutama dalam rangka memasuki era

perdagangan bebas.

Adanya suatu Undang-undang tentang Pangan yang mengatur

secara khusus dan. terpadu mengenai pangan, memang telah lama

ditunggu oleh masyarakat. Sementara itu dengan berlakunya aturan

wro, dan penerapan standar internasional, dan sebagainya,

Indonesia sangat membutuhkan perangkat peraturan perundang­

undangan yang dapat membantu meningkatkan dan memantapkan

perannya dalam perdagangan intemasional di bidang pangan, serta

melindungi konsumen dalam negeri.

Berbagai upaya telah kita lakukan sejak lama dalam rangka

mewujudkan landasan hukum itu. Upaya tersebut mencapai

puncaknya pada hari ini, yakni dengan disetujuinya Rancangan

Undang-undang tentang Pangan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

yang terhormat untuk disahkan menjadi Undang-undang.

Saudara Pimpinan, para anggota Dewan, dan Undangan yang

berbahagia.

Selanjutnya, perkenankanlah kami memaparkan kandungan

Rancangan Undang-undang tentang Pangan agar masyarakat luas

segera mengetahuinya. Paparan yang kami anggap penting untuk

disampaikan pada kesempatan yang sangat berharga ini adalah

sebagai berikut:

4

• KONSIDERAN

Undang-undang ini dimaksudkan sebagai "payung" bagi

pengaturan pembinaan dan pengawasan di bidang pangan secara

menyeluruh dan padu. Sebagaimana dimaklumi, sampai saat ini,

peraturan perundangan ketentuan tentang pangan masih tersebar

dalam berbagai peraturan perundang-undangan.

Undang-undang ini berlaku terhadap pangan yang akan

diedarkan dan atau diperdagangkan, namun tidak berlaku bagi

pangan yang diproduksi dan dikonsumsi oleh kalangan rumah

tangga mengingat Pemerintah sangat menghargai kehidupan pribadi

suatu keluarga serta tanggung jawab setiap keluarga terhadap

anggotanya.

Tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan

adalah tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan,

mutu, dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia dan terciptanya

perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab serta

terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar

dan terjangkau sesuai dari kebutuhan masyarakat.

Selanjutnya di dalam Bab I, Pasal 1, dicantumkan terminologi

atau istilah-istilah yang dipergunakan dalam undang-undang ini.

Semula, rancangan undang-undang yang disampaikan oleh

Pemerintah memuat sepuluh istilah atau pengertian yang dipakai di

dalam Undang-undang tentang Pangan. Dalam pembahasan

bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia, dilakukan penyempumaan sekaligus penambahan:

5

• Pemerintah sangat berterima kasih terhadap ketekunan,

kecermatan, dan kejelian dari para anggota Dewan yang terhormat

dalam mengamati dan mencermati peristilahan yang dipergunakan

sehingga pengertian yang digunakan oleh undang-undang ini

menjadi lebih baik, lebih berbobot, dan jumlahnya bertambah dari

sepuluh menjadi delapan belas. Dalam Pembicaraan Tingkat IV ini,

para anggota Dewan yang terhormat dapat melihat adanya

penyempurnaan dan penambahan sebanyak delapan pengertian

yang kami maksudkan, yaitu pengertian tentang keamanan pangan,

sanitasi pangan, iradiasi pangan, rekayasa genetika pangan, mutu

pangan, gizi pangan, ketahanan pangan, dan pe~gertian tentang

setiap orang.

Pemerintah mencatat beberapa muatan penting yang

merupakan usul Fraksi-Fraksi yang secara bulat dan utuh disetujui

untuk menjadi muatan undang-undang ini. Misalnya, muatan

terhadap prinsip tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat,

muatan tentang harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan

_kebutuhan masyarakat, dan muatan tentang kelembagaan sebagai

koordinator kegiatan di bidang pangan bilamana Pemerintah

memerlukannya. Dalam hal tersebut, Pemerintah sangat berterima

kasih dan mengharapkan dukungan sepenuhnya dari Dewan untuk

terlaksananya undang-undang ini sebagaimana diharapkan, setelah

dilakukan pengundangan.

6

Sebagaimana pemah disampaik~ oleh Pemerintah, bahwa

sukma atau roh dari Undang-undang tentang Pangan ini adalah

tentang Keamanan Pangan. Oleh karena itu, tersedianya secara cukup

pangan yang aman, bergizi dan bermutu merupakan prasyarat utama

yang harus dipenuhi dalam upaya penyediaan pangan untuk

mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagaimana

dibutuhkan dalam kegiatart pembangunan nasional. Untuk dapat

mencapai kesemuanya itu, segala upaya yang ada perlu dikerahkan

agar_ sistem pangan yang ada mampu memberikan perlindungan bagi

kepentingan kesehatan manusia yang mengkonsumsi pangan, dan

dapat mengikuti perkembangan, dan dapat terselenggara secara utuh,

padu dan terkoordinasi.

Keamanan pangan yang diatur di dalam undang-undang ini

meliputi hal-hal seperti, persyaratan sanitasi, penggunaan bahan

tambahan pangan, rekayasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan

pangan, jaminan mutu dan pemeriksaan laboratorium, mutu dan gizi

pangan, label dan iklan pangan.

Persyaratan keamanan pangan sebagaimana yang dimaksudkan ·

oleh Undang-undang tentang Pangan berlaku baik terhadap pangan

produksi dalam negeri maupun pangan yang dimasukan dari luar

negeri ke dalam wilayah Indonesia. Namun, dalam hal adanya

"kekurangan pangan yang sangat mendesak", sebagai suatu keadaan

yang sangat darurat, Pemerintah dapat mengesampingkan untuk

sementara waktu · ketentuan-ketentuan tentang persyaratan

kea.nlanan pangan, label, mutu, dan atau persyaratan gizi pangan.

7

Meskipun demikian, pelaksanaan untuk mengatasi keadaan darurat

tersebut tetap harus memperhatikan segi keselamatan dan

terjaminnya kesehatan masyarakat.

Pengaturan persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan

melalui undang-undang ini mempunyai peranan penting, tidak

hanya untuk melindungi kepentingan perdagangan pangan di dalam

negeri, namun, juga sangat penting dalam perdagangan internasion,al

untuk pangan yang diperdagangan . Apabila persyaratan-persyaratan

yang ditetapkan tersebut dipenuhi oleh kalangan produsen pangan,

sebagaimana dimaksudkan oleh undang-undang ini dan peraturan­

peraturan pelaksanaannya, diharapkan produk pangan nasional

dapat bersanding dan bersaing di pasar domestik maupun di pasar

mtemasional. Perlu ditambahkan, berbagai kewajiban dan larangan

yang ditetapkan dalam undang-undang ini berikut ancaman

hukuman yang dapat dijatuhkan terhadap para pelanggarnya,

bertujuan agar kesehatan dan keselamatan masyarakat dilindungi

dan untuk menjamin kepentingan setiap orang yang memproduksi

pangan, dalam rangka menciptakan perdagangan pangan yang jujur

dan bertanggung jawab.

Saudara Pimpinan dan Para Anggota Dewan yang terhormat,

Pemerintah sudah menyampaikan keunikan dan orisinalitas

undang-undang ini, yang sepenuhnya memihak kepada jiwa dan

nurani bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang­

Undang Dasar 1945. Kepemihakan pada kep·entingan bangsa

8

• - 11 -

' . F ,.·;

I j~ ; :;·

<: .·:A

:J ::~·~ Penyiapan dan pembinaan yang dimaksud adalah Pemerintah menum­

buhkan iklim usaha yang baik melalui penerapan ... kebijaksanaan

pendanaan, persaingan, prasarana, informasi, kemitraan dan

perlindungan. Disamping itu juga mencegah pembentukan struktur

pasar yang dapat melahirkan persaingan yang tidak wajar.

6. Di dalam seluruh muatan Rancangan Undang-undang tentang Pangan

ini tidak tampak singgungan atau sentuhan terhadap usaha kecil

informal maupun usaha kecil tradisional, sehingga tampaknya

kepedulian .terhadap mereka belum nyata. Memang seharusnya

usaha informal tidak perlu diatur-atur lagi agar mereka memi­

liki lahan yang luas untuk mata pencaharian mereka dalam

mempertahankan hidup. Yang diperlukan oleh sektor ini semata­

mata hanya bimbingan dan dorongan bukan pengaturan-pe~gaturan

yang mengikat gerak mere~a.

Kami sangat bersyukur bahwa akhirnya Pasal 63 disepakati untuk

menampung prinsip yang kami sampaikan di atas yaitu yang

menyangkut penghidupan usaha kecil informal yang dilakukan

oleh masyarakat bawah yaitu antara lain baku! pecel, baku!

cendol, mie tek-tek, sate dorong dan lain sebagainya. K~pada

mereka Pemerintah akan memberikan bimbingan dan pembinaan

agar mereka dapat lebih maju. Kewajiban untuk memenuhi keten­

tuan Undang-undang tentang Pangan tidak. dite~apkan secara

lugas bahkan masih dalam bentuk bimbingan saja. Untuk hal ini

sekali lagi Fraksi Partai Demokrasi Indonesia. menyampaikan

penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Demikianlah kata akhir Fraksi Partai Demokrasi Indonesia

terhadap Rancangan Undang-undang tentang Pangan den~an pernyataan

bahwa kami setuju Rancangan Undang-undang tentang Pangan tersebut·

disyahkan menjadi Undang-undang dengan harapan peraturan­

peraturan pelaksanaannya segera dapat diterbitkan demi kelancaran

penegakkan dan pemenuhan ketentuan-ketentuan. Lebih dari itu di

dalam pelaksanaan hendaknya dilakukan dengan adil, jujur dan

bertanggungjawab.

dituangkan di dalam Bab VII tentang Ketahanan Pangan, · yang

dilakukan baik setempat maupun nasional.

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, pemerintah

bersama , masyarakat menyelenggarakan, pengaturan, pembinaan,

pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang

cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata

dan terjangkau oleh daya bell masyarakat.

Selain itu, pemenuhan persyaratan keamanan, mutu dan gizi

untuk usaha kecil, sebagaimana dimaksudkan dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku, diamanatkan oleh undang­

undang ini, dilakukan secara bertahap dengan tolok ukur pembinaan

dan kemajuan pembangunan nasional. Pemihakan Pemerintah

terhadap usaha kecil dan koperasi, seperti telah ditetapkan dalam

undang-undang ini, tidak perlu dipermasalahkan lagi. Dengan

demikian, pemberdayaan usaha kecil di bidang pangan melalui

pembinaan-pembinaan yang intensif, utuh dan padu akan dilakukan

secara terus menerus dengan berkesinambungan.

Sidang Dewan Yang Mulia,

Dengan disetujuinya Rancangan Undang-undang tentang

Pangan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk

menjadi undang-undang, maka Pemerintah mempunyai landasan

yuridis yang lebih kokoh untuk melaksanakan dan

mengkoordinasikan· pengaturan, pembinaan, dan pengawasan

segenap kegiatan di bidang pangan.

9

I.

Pemerintah juga menyadari, bahwa yang terpenting bukan saja

peraturannya harus baik melainkan pelaksanaannyapun harus baik,

terarah, terpadu. Untuk memperoleh keberhasilan pelaksanaannya;

Pemerintah mengharapkan dukungan dari Dewan yang terhormat

dan semua lapisan masyarakat, karena tanpa adanya dukungan ·dan

partisipasi aktif maka pemenuhannya sulit untuk diwujudkan.

Pemerintah mengharapkan agar Dewan yang mulia ikut serta

mengawasi pelaksanaan undang-undang ini sesuai dengan hak-hak

Dewan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945,

setelah undang-undang ini dinyatakan berlaku · mengikat bagi

seluruh rakyat Indonesia.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang Terhormat,

Sebelum mengakhiri sambutan Pemerintah ini, perkenankanlah

kamiJ' atas nama Pemerintah, menyampaikan permohonan maaf yang

sebesar-besarnya atas segala kekurangan, kekhilafan, dan kesalahan

ucapan maupun tutur kata yang kadang kala terasa tidak

mengenakkan dan lugas, bahkan mungkin tidak jelas, sehingga tidak

berkenan eli hati para Anggota Dewan yang Terhormat, baik kata­

kata yang datangnya dari karni maupun dari staf. Mungkin pula

sikap-tindak dan tingkah laku kami maupun staf ada yang tidak

mengenakkan di hati Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang terhormat,

untuk itupun kami mohon maafnya.

Pada kesemp~tan ini pula, dengan tulus iklas, dan dengan hati

yang bersih kami ?capkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas

10

kerja sama yang telah terjadi selama dalam pembahasan rancangan

undang-undang_ ini, yang tanpa mengenallelah para Anggota Dewan

yang terhormat telah menyelesaikan pembahasan tepat pada waktu

yang telah dijadualkan. Kami menyadari bahwa inilah satu-satunya

undang-undang yang paling cepat pembahasannya, selain Undang­

undang tentang Organisasi Perdagangan Dunia. Pemerintah sangat

menghargai kernitraan yang positif dengan Dewan Perwakilan

Rakyat yang terhormat, atas segala pengertian dan pemahaman

mengenai pentingnya substansi, muatan, rambu-rambu dan norma­

norma yang terdapat dalam undang-undang ini, dalam rangka

mengabdi kepada nusa, bangsa, dan negara.

Akhimya, ·marilah kita memohon kepada Tuhan Yang Maha

Esa agar kita senantiasa dibimbing dan dilindungi oleh-Nya untuk

melaksanakan tugas-tugas pengabdian dalam membangun guna

mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera dan berkeadilan.

Wabillahit taufiq wal hidayah,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 14 Oktober 1996

Menteri Negara Urusan Pangan

Ibrahim Hasan

11

RANCANGAN UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN 199 ... TENTANG

PANG AN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT i REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN 199 .••

TENTANG

PANGAN

DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a.· bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang

pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam

mewujudka_n sumber daya manusia yang berkualitas untuk

melaksanakan pembangunan nasional;

b. bahwa pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan

tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus

dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan

. yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan

serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat;

c. bahwa pangan sebagai komoditas dagang · memerlukan

dukungan sistem perdagangan pangan yang jujur dan

bertanggung jawab sehingga tersedia pangan yang terjangkau

oleh daya beli masyarakat serta . turut berperan dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional;

d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada butir a, b, dan c,

serta untuk mewujudkan sistem pengaturan, pembinaan, dan

pengawasan yang efektif di bidang pangan, maka perlu dibentuk

Undang-undang tentang Pangan.

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33

Undang-Undang Dasar 1945.

DENGAN PERSETUJUAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PANGAN

BABI KETENTUAN UMUM

Pasal1

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,

baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan

atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan,

bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses

penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.

2. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara

atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.

3. Sistem pangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

pengaturan, pembinaan, dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau

proses produksi pangan dan peredaran pangan sampai dengan siap

dikonsumsi manusia.

4. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda

lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan

man usia.

5. Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,

mengofah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan

atau mengubah bentuk pangan.

6. Pengangkutan pangan adalah. setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan

dalam rangka memindahkan pangan dari satu tempat ke tempat .lain dengan

2

cara atau sarana angkutan apa pun dalam rangka produksi, peredaran, dan

atau perdagangan pangan.

7. Pereda ran pang an adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam

rangka penyaluran pangan kepada masyarakat, baik untuk diperdagangkan

maupun tidak.

8. Perdagangan pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan

dalam rangka penjualan dan atau pembelian pangan, termasuk penawaran

untuk menjual pangan, dan kegiatan lain yang berkenaan dengan

pemindahtanganan pangan dengan memperoleh imbalan.

9. Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan

bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan patogen

dalam makanan, minuman, peralatan, dan bangunan yang dapat merusak

pangandan membahayakan manusia.

10. Kemasan pang an adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau

membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan

maupun tidak.

11. lradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan, baik dengan

menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya

pembusukan dan kerusakan serta membebaskan pangan dari jasad renik

patogen.

12. Rekayasa genetika pangan adalah suatu proses yang melibatkan

pemindahan gen (pembawa sifat) dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain

yang berbeda atau sama untuk mendapatkan jenis baru yang mampu

menghasilkan produk pangan yang lebih unggul.

13. Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan

pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan

makanan, makanan, dan minuman.

14. Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang

terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta

turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.

15. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk

gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan

3

pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan

bagian kemasan pangan.

16. lklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan

dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan dengan

berbagai cara untuk pemasaran dan atau perdagangan pangan.

17. Ketahanan pang an adalah .kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga

yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, merata, dan terjangkau.

18. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun tidak.

Pasal2

Pembangunan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan

kemandirian dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.

Pasal3

Tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah: ·

a. tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi

bagi kepentingan kesehatan manusia;

b. terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan

c. terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan

terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

BAB II KEAMANAN PANGAN

Bagian Pertama Sanitasi Pangan

Pasal4

(1) Pemerintah menetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau proses

produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) merupakan persyaratan

minimal yang wajib dipenuhi dan ditetapkan serta diterapkan secara

bertahap dengan memperhatikan kesiapan dan kebutuhan sistem pangan.

4

Pasal5

(1) Saran a dan atau prasarana yang digunakan secara langsung atau tidak

langsung dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan

sanitasi.

(2) Penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan, dan atau peredaran pangan serta penggunaan sarana dan

prasarana, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan

persyaratan sanitasi.

Pasal6

Setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan atau

proses produksi, periyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan

wajib:

a. memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia;

b. menyelenggarakan program pemantauan sanitasi secara berkala; dan

c. menyelenggarakan pengawasan atas pemenuhan persyaratan sanitasi.

Pasal7

Orang perseorangan yang menangani secara langsung dan atau berada .

langsung dalam lingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan

sanitasi.

Pasal8

. Setiap orang dilarang menyelenggarakan kegiatan .atau proses produksi,

penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang

tidak memenuhi persyaratan sanitasi.

Pasal9

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7

ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

5

Bagian Kedua Bahan Tambahan Pangan

Pasal 10

(1) Setiap orang yang memproduksi pang an untuk diedarkan dilarang

menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang

dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang

ditetapkan.

(2) Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat

digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses

produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud

pad a ayat (1 ).

Pasal11

Bahan yang akan digunakan sebagai bah an tambahan · pangan, tetapi belum

diketahui dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa

keamanannya, ·dan penggunaannya dalam kegiatan atau proses produksi

pangan untuk diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan

Pemerintah.

Pasal12

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 0 dan Pasal 11 ditetapkan

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga Rekayasa Genetika dan fradiasi Pangan

Pasal13

(1) Setiap orang yang memproduksi pang an atau menggunakan bah an baku,

bahan tambahan pangan, dan atau bahan bantu lain dalam kegiatan atau

proses produksi pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika

wajib terlebih dahulu memeriksakan keamanan pangan bagi kesehatan

manusia sebelum diedarkan.

(2) Pemerintah menetapkan persyaratan dan prinsip penelitian,

pengembangan, dan pemanfaatan metode rekayasa genetika dalam

kegiatan atau proses produksi pangan, serta menetapkan persyaratan bagi

pengujian pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika. i

6

Pasal14

(1) lradiasi dalam kegiatan atau proses produksi pang an dilakukan berdasarkan

izin Pemerintah.

(2) Proses perizinan, sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), penyelenggaraan

kegiatan dan atau proses produksi pangan yang dilakukan dengan

menggunakan teknik dan atau metode iradiasi wajib memenuhi persyaratan

kesehatan, penanganan limbah dan penanggulangan bahaya bahan

radioaktif untuk menjamin keamanan pangan, keselamatan kerja, dan

kelestarian lingkungan.

Pasal15

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 ditetapkan

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat Kemasan Pangan

Pasal16

(1) Setiap orang yang memproduksi pang an untuk diedarkan dilarang

menggunakan bahan apa pun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan

terlarang dan atau yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau

membahayakan kesehatan manusia.

(2) Pengemasan pangan yang diedarkan dilakukan melalui tata cara yang

dapat menghindarkan terjadinya kerusakan dan atau pencemaran.

(3) Pemerintah menetapkan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan

pangan dan tata cara pengemasan pangan tertentu yang diperdagangkan.

Pasal17

Bahan yang ak~n digunakan sebagai kemasan pangan, tetapi belum diketahui

dampaknya bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa

keamanannya, dan penggunaannya bagi pangan yang diedarkan dilakukan

setelah memperoleh persetujuan Pemerintah.

7

Pasal18

(1) Setiap orang dilarang membuka kemasan akhir pang an untuk dikemas

kembali dan diperdagangkan.

{2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) tidak berlaku terhadap

pangan yang pengadaannya dalam jumlah besar dan lazim dikemas

kembali dalam jumlah kecil untuk diperdagangkan lebih lanjut.

Pasal19

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18

ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian Kelima Jaminan Mutu Pangan dan Pemeriksaan laboratorium

Pasal20

(1) Setiap orang yang memproduksi pang an untuk diperdagangkan wajib

menyelenggarakan sistem jaminan mutu, sesuai dengan jenis pangan yang

diproduksi.

(2) Terhadap pangan tertentu yang diperdagangkan, Pemerintah dapat

menetapkan persyaratan agar pangan tersebut terlebih dahulu diuji secara

laboratoris sebelum peredarannya.

(3) Pengujian . secara laboratoris, sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

dilakukan di laboratorium yang ditunjuk oleh dan atau telah me.mperoleh

akreditasi dari Pemerintah.

(4) Sistem jaminan mutu serta persyaratan pengujian secara laboratoris,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dan

diterapkan secara bertahap dengan memperhatikan kesiapan dan

kebutuhan sistem pangan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

8

I Bagian Keenam

Pangan Tercemar

Pasal21

Setiap orang dilarang mengedarkan:

a. pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, atau yang dapat

merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia;

b. pangan yang mengandung cemaran yang melampaui ambang batas

maksimal yang ditetapkan;

c. pangan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan

atau proses produksi pangan;

d. pangan yang mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau

mengandun_g bahan nabati atau hewani yang berpeny~kit atau berasal dari

bangkai sehingga menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi manusia;

e. pangan yang sudah kedaluwarsa.

Pasal22

Untuk mengawasi dan mencegah tercemarnya pangan, Pemerintah:

a. menetapkan bahan yang dilarang digunakan dalam kegiatan atau proses

produksi pangan serta ambang batas maksimal cemaran yang

diperbolehkan;

b. mengatur dan atau menetapkan persyaratan bagi penggunaan cara, metode,

dan atau bahan tertentu dalam kegiatan atau proses produksi, pengolahan,

penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan yang dapat

memiliki risiko yang _ merugikan dan atau membahayakan kesehatan

manusia;

c. menetapkan bahan yang dilarang digunakan dalam memproduksi peralatan

pengolahan, penyiapan, pemasaran, dan atau penyajian pangan.

Pasal23

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 ditetapkan

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

9

BAB Ill MUTU DAN GIZI PANGAN

Bagian Pertama Mutu Pangan

Pasal24

(1) Pemerintah menetapkan standar mutu pangan.

(2) Terhadap pangan tertentu yang diperdagangkan, Pemerintah dapat

memberlakukan dan mewajibkan pemenuhan standar mutu pangan yang

ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ).

Pasal25

(1) Pemerintah menetapkan persyaratan sertifikasi mutu pang an yang

diperdagangkan.

(2) Persyaratan sertifikasi mutu pangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

diterapkan secara bertahap berdasarkan jenis pangan dengan

memperhatikan kesiapan dan kebutuhan sistem pangan.

Pasal26

Setiap orang dilarang memperdagangkan:

a. pangan tertentu, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), apabila

tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan sesuai dengan

peruntukannya;

b. pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama dengan mutu pangan yang

dijanjikan;

c. pangan yang tidak memenuhi persyaratan sertifikasi mutu pangan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.

Bagian Kedua Gizi Pangan

Pasal27

(1) Pemerintah menetapkan dan menyelenggarakan kebijakan di bidang gizi

bagi perbaikan status gizi masyarakat.

(2) Untuk meningkatkan kandungan gizi pangan olahan tertentu yang

diperdagangkan, Pemerintah dapat menetapkan persyaratan khusus

mengenai komposisi pangan.

10

l (3) Dalam hal terjadi kekurangan dan atau penurunan status gizi masyarakat,

Pemerintah dapat menetapkan persyaratan bagi perbaikan atau pengayaan

gizi pangan tertentu yang diedarkan.

(4) Setiap orang yang memproduksi pangan, sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dan ayat (3), wajib memenuhi persyaratan tentang gizi yang ditetapkan.

Pasal28

(1) Setiap orang yang memproduksi pangan olahan tertentu untuk

diperdagangkan wajib menyelenggarakan tata cara pengolahan pangan

yang dapat menghambat proses penurunan atau kehilangan kandungan gizi

bahan baku pangan yang digunakan.

(2) Pang an olahan tertentu serta tata. cara pengolahan pangan, sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.

Pasal29

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 25, Pasal 27, dan

Pasal 28 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IV LABEL DAN IKLAN PANGAN

Pasal30

(1) Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah

Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib

mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan.

(2) Label, sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), memuat sekurang-kurangnya

keterangan mengenai:

a. nama produk;

b. daftar bahan yang digunakan;

c. berat bersih atau isi bersih;

· d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan

ke dalam wilayah Indonesia;

e. keterangan tentang halal; dan

f. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa.

11

i

r I

(1) Selain keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah dapat

menetapkan keterangan lain yang wajib atau . dilarang untuk dicantumkan

pada label pangan.

Pasal31

(1) Keterangari pad a label, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, ditulis atau

dicetak atau ditampilkan secara tegas dan jelas sehingga dapat mudah

dimengerti oleh masyarakat.

(2) Keterangan pad a label, sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), ditulis atau

dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab, dan huruf

Latin.

(3) Penggunaan istilah asing, selain dimaksud pada ayat (2), dapat dilakukan

sepanjang tidak ada padanannya, tidak dapat diciptakan padanannya, atau

digunakan untuk kepentingan perdagangan pangan ke luar negeri.

Pasal32

Setiap orang · dilarang mengganti, me label kern bali, atau menukar tanggal,

bulan, dan tahun kedaluwarsa pangan yang diedarkan.

Pasal33

( 1) Setiap label dan atau iklan tentang pang an yang diperdagangkan harus

memuat keterangan mengenai pangan dengan benar dan tidak

menyesatkan.

(2) Setiap ora.ng dilarang memberikan keterangan a·tau pernyataan tentang

pangan yang diperdagangkan melalui, dalam, dan atau dengan label atau

iklan apabila keterangan atau pernyataan tersebut tidak benar dan atau

menyesatkan.

(3) Pemerintah mengatur, mengawasi, dan melakukan tindakan yang

diperlukan agar iklan tentang pangan yang diperdagangkan tidak memuat

keterangan yang dapat menyesatkan.

12

r I

Pasal34

(1) Setiap orang yang menyatakan dalam label atau iklan bahwa pang an yang

diperdagangkan adalah sesuai dengan persyaratan agama atau

kepercayaan tertentu bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan

berdasarkan persyaratan agama atau kepercayaan tersebut.

(2) Label tentang pangan olahan tertentu yang diperdagangkan untuk bayi,

anak berumur di bawah lima tahun, dan ibu yang sedang hamil atau

menyusui wajib memuat keterangan tentang peruntukan, cara penggunaan,

dan atau keterangan lain yang perlu diketahui mengenai dampak pangan

terhadap kesehatan manusia.

Pasal35

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal · 30, Pasal 31, Pasal 33, dan

Pasal 34 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB V PEMASUKAN DAN PENGELUARAN PANGAN KE DALAM DAN DARI WI LAY AH INDONESIA

Pasal36

(1) Setiap pang an yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk

diedarkan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. ·

(2) Setiap orang dilarang memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia dan

atau mengedarkan di dalam wilayah Indonesia pang an yang dimasukkan ke.

dalam wilayah Indonesia apabila pangan tersebut tidak memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini dan peraturan

pelaksanaannya.

Pasal37

Terhadap pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 36, Pemerintah dapat menetapkari persyaratan bahwa:

a. pangan telah diuji dan atau diperiksa serta dinyatakan lulus dari segi

keamanan, mutu, dan atau gizi oleh instansi yang berwenang di negara asal;

13

b. pangan dilengkapi dengan dokumen hasil pengujian dan atau pemeriksaan,

sebagaimaria dimaksud pada huruf a; dan atau

c. pangan terlebih dahulu diuji dan atau diperiksa di Indonesia dari segi

keamanan, mutu, dan atau gizi sebelum peredarannya.

Pasal38

Setiap orang yang memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk

diedarkan bertanggung jawab atas keamanan, mutu, dan gizi pangan.

Pasal39

Pemerintah dapat menetapkan persyaratan agar pangan yang dikeluarkan dari

wilayah Indonesia untuk diedarkan terlebih dahulu diuji dan atau diperiksa dari

segi keamanan, mutu, persyaratan·label, dan atau gizi pangan.

Pasal40

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 38, dan Pasal 39

ditetapkan lebih ·tan jut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI TANGGUNG JAWAB INDUSTRI PANGAN

Pasal41

(1) Badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan dan atau.

orang perseorangan dalam bad an usaha yang diberi tanggung. jawab

terhadap jalannya usaha tersebut bertanggung jawab atas keamanan

pangan yang diproduksinya terhadap kesehatan orang lain yang

mengkonsumsi pangan tersebut.

(2) Orang perseorangan yang kesehatannya terganggu atau ahli waris dari

orang yang meninggal sebagai akibat langsung karena mengkonsumsi

pangan olahan yang diedarkan berhak mengajukan gugatan ganti rugi

terhadap badan usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Dalam hal terbukti bahwa pangan olahan yang diedarkan dan dikonsumsi

tersebut mengandung bahan yang dapat merugikan dan atau

membahayakan kesehatan manusia atau bahan lain yang dilarang, maka I

14

badan usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ), wajib mengganti segala kerugian

yang secara nyata ditimbulkan.

(4) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam hal badan

usaha dan atau orang perseorangan dalam badan usaha dapat

membuktikan bahwa hal tersebut bukan diakibatkan kesalahan atau

kelalaiannya, maka badan usaha dan atau orang perseorangan dalam

badan usaha tidak wajib mengganti kerugian.

(5) Besarnya ganti rugi, sebagaimana dimaksud pada ayat (3), setinggi­

tingginya sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk setiap

orang yang dirugikan kesehatannya atau kematian yang ditimbulkan.

Pasal42

Dalam hal pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat ( 1) tidak diketahui

atau tidak berdomisili di Indonesia, ketentuan dalam Pasal 41 ayat (3) dan ayat

(5) diberlakukan terhadap orang yang mengedarkan dan atau memasukkan

pangan ke dalam wilayah Indonesia.

Pasal43

(1) Dalam hal kerugian yang ditimbulkan melibatkan jumlah kerugian materi.

yang besar dan atau korban yang tidak sedikit, Pemerintah berwenang

mengajukan gugatan ganti rugi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41

ayat (2).

(2) Gugatan ganti rugi, sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), diajukan untuk

kepentingan orang yang mengalami kerugian dan atau musibah.

Pasal44

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal 43 ditetapkan

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

15

BAB VII KETAHANAN PANGAN

Pasal45

( 1) Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan

ketahanan pangan.

(2) Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,

pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang

cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, bergizi, beragam, merata,

dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Pasal46

Dalam pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45,

Pemerintah:

(1) menyelenggarakan, membina, dan atau mengkoordinasikari segala upaya

atau kegiatan· untuk mewujudkan cadangan pangan nasional;

(2) menyelenggarakan, mengatur, dan atau mengkoordinasikan segala upaya

atau kegiatan dalam rangka penyediaan, pengadaan, dan atau penyaluran ·

pangan tertentu yang bersifat pokok;

(3) menetapkan dan menyelenggarakan kebijakan mutu pangan nasional dan

penganekaragaman pangan;

(4) mengambil tindaka~ yang diperlukan untuk mencegah dan atau

menanggulangi gejala kekurangan pangan, keadaan darurat, dan atau

spekulasi atau manipulasi dalam pengadaan dan pere9aran pangan.

Pasal47

(1) Cadangan pangan nasional, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat

(1), terdiri atas:

a. cadangan pangan Pemerintah;

b. cadangan pangan masyarakat.

I

16

(2) Cadangan pangan Pemerintah ditetapkan secara berkala dengan

memperhitungkan tingkat kebutuhan nyata pangan masyarakat dan

ketersediaan pangan, serta dengan mengantisipasi terjadinya kekurangan

pangan dan atau keadaan darurat.

(3) Dalam upaya mewujudkan cadangan pangan nasional, sebagaimana

dimaksud pada ayat (1 ), Pemerintah:

a. mengembangkan, membina, dan atau membantu penyelenggaraan

cadangan pangan masyarakat dan Pemerintah di tingkat perdesaan,

perkotaan, propinsi, dan nasional;

b. mengembangkan, menunjang, dan memberikan kesempatan seluas­

luasnya bagi peran koperasi dan swasta dalam ·mewujudkan cadangan

pangan setempat dan atau nasional.

Pasal48

Untuk mencegah dan atau menanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang

dapat merugikan ketahanan pangan, Pemerintah mengambil tindakan yang

diperlukan dalam rangka mengendalikan harga pangan tersebut.

Pasal49

( 1) Pemerintah melaksanakan pembinaan yang meliputi upaya:

a. pengembangan sumber daya manusia di bidang. pangan melalui

kegiatan pendidikan dan pelatihan, terutama usaha kecil;

b. untuk · mendorong dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam

kegiatan pengembangan sumber daya manusia, peningkatan

kemampuan usaha kecil, penyuluhan di bidang pangan, serta

penganekaragaman pangan;

c. untuk mendorong dan mengarahkan peran serta asosiasi dan

organisasi profesi di bidang pangan;

d. untuk mendorong dan menunjang kegiatan penelitian dan atau

pengembangan teknologi di bidang pang~n;

e. penyebarluasan pengetahuan dan penyuluhan di bidang pangan;

f. pembinaan kerja sama internasional di bidang pangan, sesuai dengan I

kepentingan nasional;

of"7

g. untuk mendorong dan meningkatkan kegiatan penganekaragaman

pangan yang dikonsumsi masyarakat serta pemantapan mutu pangan

tradisional.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat ( 1) diatur lebih lanjut oleh

Pemerintah.

Pasal50

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal

48, dan Pasal 49 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB. VIII PERAN SERT A MASY ARAKA T

Pasal51

Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan seluas-luasnya dalam

mewujudkan perlindungan bagi orang perseorangan yang mengkonsumsi

pang an, sesuai · dengan ketentuan undang-undang ini dan peraturan

pelaksanaannya serta peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

Pasal52

Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan sistem pangan, masyarakat

dapat menyampaikan permasalahan, masukan, dan atau cara pemecahan

mengenai hal-hal di bidang pangan.

BAB IX PENGAWASAAN

Pasal53

(1) Untuk mengawasi pemenuhan ketentuan undang-undang ini, Pemerintah

berwenang melakukan pemeriksaan dalam hal terdapat dugaan te~adinya

pelanggaran hukum di bidang pangan.

(2) Dalam melaksanakan fungsi pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Pemerintah berwenang:

18

a. memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan atau

proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan

pangan untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil contoh pangan dan

segala sesuatu yang diduga digunakan dalam kegiatan produksi,

penyimpanan, pengangkutan, dan atau perdagangan pangan;

b. menghentikan, memeriksa, dan menegah setiap sarana angkutan yang

diduga atau patut diduga yang digunakan dalam pengangkutan pangan

serta mengambil dan memeriksa contoh pangan;

c. membuka dan meneliti setiap kemasan pangan;

d. memeriksa setiap buku, dokumen, atau catatan lain yang diduga

memuat keterangan mengenai kegiatan produksi, penyimpanan,

pengangkutan, dan atau perdagangan pangan, termasuk

menggandakan atau mengutip keterangan tersebut; -

e. memerintahkan untuk memperlihatkan izin usaha atau dokumen lain

sejenis.

(3) Pejabat pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan, sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), dilengkapi dengan surat perintah.

(4) Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), patut diduga merupakan tindak pidana di bidang pangan, segera

dilakukan tindakan penyidikan oleh penyidik berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal54

(1) Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 53, Pemerintah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap

pelanggaran ketentuan undang-undang ini.

(2) Tindakan administratif, sebagaimana dimaksud pad a ayat (1 ), dapat

berupa:

a. peringatan secara tertulis;

19

b. larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk

menarik produk pangan dari peredaran apabila terdapat risiko

tercemarnya pang an atau pang an tidak a man bagi kesehatan man usia;

c. pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa

man usia;

d. penghentian produksi untuk sementara waktu;

e. pengenaan denda paling tinggi Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah); dan atau

f. pencabutan izin produksi atau izin usaha.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB X KETENTUAN PIDANA

Pasal55

Barangsiapa dengan sengaja:

a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak

memenuhi persyaratan sanitasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8;

b. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan

pangan atau menggunakan bahan tambahan pangan secara melampaui

ambang batas maksimal yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal10 ayat (1);

c. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan

dan atau bahan apa pun yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan

atau membahayakan kesehatan manusia, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal16 ayat (1);

d. mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan, sebagaimana

dimaksud dafam Pasal 21 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e;

e. memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi standar mutu yang

diwajibkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a;

20

f. memperdagangkan pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama dengan

mutu pangan yang dijanjikan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf

b· '

g. memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi persyaratan sertifikasi

mutu pangan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c;

h. mengganti, melabel kembali, atau menukar tanggal, bulan, dan tahun

kedaluwarsa pangan yang diedarkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal

32;

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda

paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Pasal56

Barangsiapa karena kelalaiannya:

a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak

memenuhi persyaratan sanitasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8;

b. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan

pangan atau menggunakan bahan tambahan pangan secara melampaui

ambang batas maksimal yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal10 ayat (1);

c. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan

dan atau bahan apa pun yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan

atau membahayakan kesehatan manusia, ·sebagaimana· dimaksud dalam

Pasal16 ayat (1);

d. mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal21 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e;

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda

paling banyak Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah).

Pasal57

Ancaman pidana atas pelanggaran, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55

huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d serta Pasal 56, ditambah seperempat

21

apabila menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manusia atau ditambah

sepertiga apabila menimbulkan kematian.

Pasal58

Barangsiapa:

a. menggunakan suatu bahan sebagai bahan tambahan pangan dan

mengedarkan pangan tersebut secara bertentangan dengan ketentuan

dalam Pasal 11 ;

b. mengedarkan pangan yang diproduksi atau menggunakan bahan baku,

bahan tambahan pangan, dan atau bahan bantu lain dalam kegiatan atau

proses produksi pangan yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika,

tanpa. lebih dahulu memeriksakan keamanan pangan, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal13 ayat (1 }; ·

c. menggunakan iradiasi dalam kegiatan atau proses produksi pangan tanpa

izin, sebagaimana dimaksud dalam Pasal14 ayat (1);

d. menggunakan suatu bahan sebagai kemasan pangan untuk diedarkan

secara bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 17;

e. membuka kemasan akhir pangan untuk dikemas kembali dan

memperdagangkannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1 );

f. mengedarkan pangan tertentu yang diperdagangkan tanpa lebih dahulu diuji

secara laboratoris, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2);

g. memproduksi pangan tanpa memenuhi persyaratan tentang gizi pangan

yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal27 ayat (4);

h. memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia pangan yang

dikemas untuk diperdagangkan tanpa mencantumkan label, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 atau Pasal 31;

i. memberikan keterangan atau pernyataan secara tidak benar dan atau

menyesatkan mengenai pangan yang diperdagangkan melalui, dalam, dan

atau dengan label dan atau iklan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33

ayat (2);

22

.j. memberikan pernyataan atau keterangan yang tidak benar dalam iklan atau

label bahwa pangan yang diperdagangkan adalah sesuai menurut

persyaratan agama atau kepercayaan tertentu, sebagaimana dimaksud

dalam Pasal34 ayat (1);

k. memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia dan atau mengedarkan di

dalam wilayah Indonesia pangan yang tidak memenuhi ketentuan undang­

undang ini dan peraturan pelaksanaannya, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 36 ayat (2);

I. menghambat kelancaran proses pemeriksaan, sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 53;

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda

paling banyak Rp360.000.000,00 (tiga ratus enam puluh juta rupiah).

Pasal59

Barangsiapa:

a. tidak meyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan, dan atau peredaran pangan yang memenuhi persyaratan

sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia, atau tidak

menyelenggarakan program pemantauan sanitasi secara berkala, atau

tidak menyelenggarakan pengawasan atas pemenuhan persyaratan sanitasi,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6;

b. tidak memenuhi persyaratan sanitasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal

7;

c. tidak melaksanakan tata cara pengemasan pangan yang ditetapkan,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3);

d. tidak menyelenggarakan sistem jaminan mutu yang ditetapkan dalam

kegiatan atau proses produksi pangan untuk diperdagangkan, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1 );

e. tidak memuat keterangan yang wajib dicantumkan pada label, sebagahnana

dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2);

meskipun telah diperingatkan secara tertulis oleh Pemerintah, dipidana dengan

pidana penjara. paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling banyak

Rp480.000.000,00 (empat ratus delapan puluh juta rupiah).

23

BAB XI PENYERAHAN URUSAN DAN TUGAS

PEMBANTUAN

Pasal60

(1) Pemerintah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang pangan

kepada Pemerintah Daerah, sesuai dengan peraturan perundang­

undangan yang berlaku.

(2) Pemerintah dapat menugaskan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan

tugas pembantuan di bidang pangan.

(3) Ketentuan. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut

dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XII. KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal61

(1) Dalam hal terjadi keadaan kekurangan pang an yang sang at mendesak,

Pemerintah dapat mengesampingkan untuk sementara waktu ketentuan

undang-undang ini tentang persyaratan keamanan pangan, label,· mutu,dan

atau persyaratan gizi pangan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dilaksanakan dengan tetap

memperhatikan keselamatan dan terjaminnya kesehatan masyarakat.

Pasal62

Bilamana dipandang perlu, Pemerintah dapat menunjuk instansi untuk

mengkoordinasikan terlaksananya undang-undang ini.

Pasal63

Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya tidak berlaku bagi pangan

yang diproduksi dan dikonsumsi oleh kalangan rumah tangga.

24

BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN

Pasal64

Pada saat mulai berlakunya undang-undang ini semua peraturan perundang­

undangan tentang pangan yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanj~ng

tidak bertentangan dengan undang-undang ini.

BAB XIV KETENTUAN PENUTUP

Pasal6~

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap o~ang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang­

undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

MOERDIONO

Disahkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SOEHARTO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA T AHUN 199 ••• NOMOR ••••.

25

UMUM

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PEN]ELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 199 ..•

TENTANG PANGAN

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus-menerus

meningkatkan kemakniuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan

merata dalam segala aspek kehidupan serta diselenggarakan secara terpadu,

terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat

yang adil dan makmur, baik material maupun spiritual, berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak

asasi setiap rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman,

bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli

masyarakat. Untuk mencapai semua itu, perlu diselenggarakan suatu sistem

pangan yang memberikan perlindungan, baik bagi pihak yang memproduksi

maupun yang mengkonsumsi pangan, serta tidak bertentangan dengan keyakinan

masyarakat.

Sumber daya manusia yang berkualitas selain merupakan unsur terpenting yang

perlu memperoleh prioritas dalam pembangunan, juga sebagai salah satu faktor

penentu keberhasilan pembangunan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

sangat ditentukan, antara lain, oleh kualitas pangan yang dikonsumsinya.

Kegiatan atau. proses produksi pangan untuk diedarkan atau diperdagangkan

harus memenuhi ketentuan tentang sanitasi pangan, bahan tambahan pangan,

residu cemaran, dan kemasan pangan. Hal lain yang patut diperhatikan oleh

setiap orang yang memproduksi pangan adalah penggunaan metoda tertentu

dalam kegiatan atau proses produksi pangan yang memiliki kemungkinan

timbulnya risiko yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan manusia,

seperti rekayasa genetika atau iradiasi, harus dilakukan berdasarkan persyaratan

tertentu.

Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan perlu

memperhatikan ketentuan mengenai mutu dan gizi pangan yang ditetapkan.

Pangan tertentu yang diperdagangkan dapat diwajibkan untuk terlebih dahulu

diperiksa di laboratorium sebelum diedarkan. Dalam upaya meningkatkan

kandungan gizi pangan olahan tertentu, Pemerintah berwenang untuk

menetapkan persyaratan tentang komposisi pangan tersebut.

Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan perlu dibebani tanggung

jawab, terutama apabila pangan yang diproduksinya menyebabkan baik kerugian

pada kesehatan manusia maupun kematian orang yang mengkonsumsi pangan

tersebut. Dalam hal itu, undang-undang ini secara spesifik mengatur tanggung

jawab industri pangan untuk memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.

Di samping tanggung jawab untuk memberikan ganti rugi sebagaimana dimaksud

di atas, undang-undang ini juga menetapkan ketentuan sanksi lainnya, baik yang

bersifat administratif maupun pidana terhadap para pelanggarnya.

Dalam kegiatan perdagangan pangan, masyarakat yang mengkonsumsi perlu

diberikan sarana yang memadai agar memperoleh informasi yang benar dan tidak

menyesatkan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan ketentuan

mengenai label dan iklan tentang pangan. Dengan demikian, masyarakat yang

mengkonsumsi pangan dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang

akurat sehingga tercipta perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab,

. yang pada gilirannya menumbuhkan persaingan yang sehat di kalangan para

pengusaha pangan. Khususnya persyaratan tentang label dan iklan pangan yang

mencantumkan pernyataan persyaratan menurut agama atau kepercayaan harus

bertanggung jawab terhadap kebenaran pernyataan dimaksud.

Pengusaha kecil di bidang pangan pada tahap-tahap awal mungkin mengalami

kesulitan untuk memenuhi keseluruhan persyaratan yang ditetapkan oleh undang­

undang ini. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pembinaan secara

berkesinambungan agar pengusaha kecil tersebut dapat memenuhi persyaratan

keamanan, mutu, dan gizi pangan. Berkenaan dengan itu, pelaksanaan ketentuan­

ketentuan tersebut dilakukan secara bertahap.

2

Ketentuan mengenai keamanan, mutu, dan gizi pangan, serta label dan iklan

pangan tidak hanya berlaku bagi pangan yang diproduksi dan atau diedarkan di

wilayah Indonesia, tetapi juga bagi pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah

Indonesia. Dalam hal-hal tertentu bagi produksi pangan nasional yang akan

diedarkan di luar negeri, diberlakukan ketentuan yang sama.

Sebagai komoditas dagang, pangan memiliki peranan yang sang at besar dalam

pening1<atan citra pangan ·nasional di dunia internasional dan sekaligus penghasil

devisa. Oleh karena itu, produksi pangan nasional harus mampu memenuhi

standar yang berlaku secara internasional dan memerlukan dukungan

perdagangan pangan yang dapat memberi peluang bagi pengusaha di bidang

pangan, baik yang besar, menengah maupun. kecil, untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi.

Pengaturan mengenai pangan juga diarahkan untuk mewujudkan ketahanan

pangan yang mencakup ketersediaan dan cadangan pangan, serta terjangkau

sesuai dengan kebutuhan konsumsi masyarakat. Pemerintah bersama masyarakat

perlu memelihara cadangan pangan nasional. Di samping itu, Pemerintah dapat

mengendalikan harga pangan tertentu, baik untuk tujuan stabilisasi harga maupun

untuk mengatasi keadaan apabila terjadi kekurangan pangan atau keadaan

darurat lainnya.

Undang-undang. tentang Pangan dimaksudkan sebagai landasan hukum bagi

pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi,

peredaran, dan atau perdagangan pangan. Sebagai landasan hukum di bidang

pangan, undang-undang ini dimaksudkan menjadi acuan dari berbagai peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan, baik yang sudah ada

maupun yang akan dibentuk. Pada saat undang-undang ini diberlakukan, telah

terdapat berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan,

antara lain:

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Peternakan dan Kesehatan Hewan · (Lembaran Negara Nomor 10 Tahun 1967,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824 Tahun 1967);

3

2. Undang-undang Nom or 5 Tahun 197 4 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di

Daerah (Lembaran Negara Nomor 38 Tahun 1974, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3037 Tahun 1974);

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Nomor 12 Tahun 1982,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215 Tahun 1982);

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran

Negara Nomor 22 Tahun 1984, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274

Tahun 1984);

s. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara

Nomor 46 Tahun 1985, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299 Tahun

1985);

6. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budiday~ Tanaman

(Lembaran Negara Nomor 46 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3478 Tahun 1992);

7. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, lkan, dan·

Tumbuhan (Lembaran Negara Nomor 56 Tahun 1992, Tambahan Lembaran

Negara Nom.or 3482 Tahun 1992);

a. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (lembaran Negara

Nomor .100 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495 Tahun

1992);

9. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran

Negara Nomor 116 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502

Tahun 1992);

10. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara

Nomor 74 Tahun 1995, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611 Tahun

1995);

11. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran

Negara Nomor 75 Tahun 1995, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612

Tahun 1995).

4

Berdasarkan pemikiran-pemikiran sebagaimana yang diuraikan, Undang-undang

tentang Pangan memuat pokok-pokok:

a. persyaratan teknis tentang pangan, yang meliputi ketentuan keamanan pangan,

ketentuan mutu dan gizi pangan, serta ketentuan label dan iklan pangan,

sebagai s.uatu sistem standarisasi pangan yang bersifat menyeluruh;

b. tanggung jawab setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengangkut, dan

atau mengedarkan pangan, serta sanksi hukum yang sesuai agar mendorong

pemenuhan atas ketentuan-ketentuan yang ditetapkan;

c. peranan Pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan tingkat kecukupan

. pangan di dalam negeri dan penganekaragaman pangan yang dikonsumsi

secara tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat;

d. tugas Pemerintah untuk membina serta mengembangkan industri pangan

nasional, terutama dalam upaya peningkatan citra pangan nasional dan ekspor.

Pengaturan, pembinaan, dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau proses

produksi, peredaran, dan atau perdagangan pangan dalam undang-undang ini

bersifat pokok-pokok, sedangkan penjabarannya lebih lanjut ditetapkan oleh

Pemerintah secara menyeluruh dan terkoordinasi.

Semuanya itu diselenggarakan dengan tetap memperhatikan kesiapan dan

kebutuhan sistem pangan nasional, serta perkembangan yang terjadi baik secara

regional maupun internasional.

PASAL DEMI PASAL

Pasal1

. Angka 1

Pengertian "pangan" termasuk permen karet atau sejenisnya,

tetapi tidak mencakup kosmetik, tembakau, hasil tembakau,

atau bahan yang diperuntukkan sebagai obat.

Yang dimaksud dengan "bahan lain" adalah bahan yang

digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau

pembuatan makanan atau minuman di luar bahan tambahan

5

pangan dan bahan bantu pangan, misalnya, bahan-bahan

katalisator seperti enzim pencernaan.

Angka 2

Pengertian "pangan olahan" (processed foods) dalam

ketentuan ini mencakup baik pangan olahan yang siap untuk

dikonsumsi manusia maupun pangan olahan setengah jadi,

yang digunakan selanjutnya sebagai bahan baku pangan.

Dengan ketentuan ini, pengertian "pangan yang tidak diolah"

adalah makanan atau minuman yang secara langsung dapat

dikonsumsi oleh man usia tanpa diolah lebih dahulu.

Angka 3

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Yang dimaksud dengan "penawaran untuk menjual pangan"

· adalah kegiatan yang lazim dilakukan sebelum terjadinya

tindakan pembelian dan atau penjualan pangan, misalnya,

pemberian secara cuma-cuma sampel produk pangan dalam

rangka promosi.

Angka 9

Cukup jelas.

6

Angka 10

Cukup jelas.

Angka 11

Cukup jelas.

Angka 12

Cukup jelas.

Angka 13

Cukup jelas.

Angka 14

Cukup jelas.

Angka 15

Cukup jelas.

Angka 16

Cukup jelas.

Angka 17

Cukup jelas.

Angka 18

Cukup jelas.

Pasal2

Pembangunan di bidang pangan harus memberikan manfaat bagi_

kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat, baik lahir maupun

batin, karena manfaat tersebut dapat dinikmati oleh seluruh lapisan

masyarakat secara adil dan merata dengan tetap bersandarkan pada

daya dan potensi yang berkembang di dalam negeri.

Pasal3

Perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan

prasyarat terjadinya persaingan yang sehat bagi terbentuknya harga

yang wajar bagi pihak yang menghasilkan dan mengkonsumsi

7

pangan, sedangkan "terjangkau" dimaksudkan sebagai jaminan

ketersediaan pangan, baik fisik maupun kemampuan ekonomi pihak

yang mengkonsumsi pangan.

Pasal4

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "persyaratan sanitasi" adalah standar

kebersihan dan kesehatan yang harus dipenuhi sebagai upaya

mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik patogen dan

mengurangi jumlah jasad renik lainnya agar pangan yang

dihasilkan dan dikonsumsi tidak membahayakan kesehatan

dan jiwa man usia.

Dalam pengertian "persyaratan sanitasi" sudah tercakup pula

pengertian persyaratan higienis.

Ayat (2)

Dengan ketentuan ini setiap orang yang memproduksi,

menyimpan, mengangkut, dan atau · mengedarkan pangan

diperkenankan untuk menerapkan standar sanitasi yang lebih

tinggi.

Persyaratan sanitasi dimaksud ditetapkan secara berjenjang,

. sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan, karena

kebutuhan sanitasi dari setiap kegiatan tersebut berbeda.

Penetapan dan penerapan persyaratan sanitasi dilakukan

secara bertahap dan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang

dilakukan, misalnya, untuk proses produksi, penyimpanan, dan

pengangkutan. Penerapan persyaratan juga dilakukan secara

bertahap, sesuai dengan perkembangan sistem pangan serta

kesiapan peraturan pelaksanaan yang dikaitkan dengan

pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah

untuk meningkatkan kemampuan, khususnya pengusaha

menengah dan kecil, termasuk pengusaha pangan olahan

informal dan tradisional.

8

Pasal5

Yang dimaksud dengan ''persyaratan minimal" adalah

persyaratan yang sekurang-kurangnya wajib dipenuhi dalam

menjaga keamanan pangan dalam rangka melindungi

kesehatan dan jiwa man usia.

Ayat (1)

Yang dimaksud "sarana dan atau prasarana" dalam ketentuan

ini, antara lain, meliputi kelaikan desain dan konstruksi,

peralatan dan instalasi, fasilitas pembuangan limbah, dan

fasilitas lainnya yang secara langsung atau tidak langsung

digunakan dalam kegiatan atau proses produksi,

penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan.

Ayat (2)

Kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

dan atau peredaran pangan senantiasa dilakukan dengan

memperhatikan standar kebersihan dan kesehatan yang

ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4 agar pangan

yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi langsung atau

dijadikan bahan baku pangan. Meskipun sarana dan

prasarana sudah memenuhi persyaratan sanitasi, apabila

pada saat digunakan tidak dilakukan secara benar sesuai

dengan persyaratan kebersihan dan kesehatan, maka pangan

yang diproduksi untuk diedarkan tersebut masih memiliki risiko

tercemar bahan asing atau beracun yang dapat merugikan

atau membahayakan kesehatan manusia.

Pasal6

Yang dimaksud dengan "setiap orang yang bertanggung

jawab" dalam ketentuan ini adalah setiap orang yang

melakukan, berkepentingan, atau memperoleh manfaat dari

kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

dan atau peredaran pang an, misalnya, i produsen, penyedia

9

tempat penyimpanan, pengangkut, dan atau pengedar

pangan, baik milik sendiri maupun menyewa sarana dan

prasarana yang diperlukan.

Ketentuan ini juga berlaku bagi mereka yang diberi tanggung

jawab atau bertanggung jawab di bidang sanitasi dalam

kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

dan atau peredarari pangan, baik melalui ikatan kerja, kontrak,

maupun kesepakatan yang lain.

Huruf a

Ketentuan ini menegaskan bahwa kewajiban untuk

selalu mehjaga tingkat kebersihan dan kesehatan dalam

kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan, dan atau peredaran pangan tidak hanya

terbatas pada pemenuhan persyaratan yang ditetapkan

Pemerintah berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4,

tetapi juga dalam arti yang lebih luas sehingga

mencakup pula persyaratan keamanan dan atau

keselamatan manusia dengan batasan yang objektif,

faktual, dan berdasarkan akal sehat.

Hurufb

Ketentuan ini dimaksudkan agar setiap orang yang

melakukan kegiatan atau proses produksi,

penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran

pangan menyusun dan melaksanakan program

pemantauan sanitasi secara teratur, sesuai dengan

keperluan, untuk menjamin keamanan dan atau

keselamatan manusia.

Huruf c

Cukup jelas.

10

Pasal7

Yang dimaksud dengan "orang perseorangan" dalam ketentuan ini

adalah mereka yang secara langsung menangani atau terlibat _dalam

kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan

atau peredaran pangan. Ketentuan ini diperlukan karena risiko

pencemaran pangan tidak jarang diakibatkan oleh kelalaian orang

perseorangan tersebut. Ketentuan ini juga berlaku bagi mereka yang,

meskipun tidak menangani langsung, tetapi berada langsung dalam

lingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,

pengangkutan, dan atau peredaran pangan, seperti mandor, satuan

pengamanan, atau pengunjung produsen/pabrik pangan.

Persyaratan sanitasi dalam kaitannya dengan "orang perseorangan"

ini tidak hanya terbatas pada pola atau standar perilaku yang

memenuhi persyaratan sanitasi, tetapi juga termasuk kesehatan

orang perseorangan tersebut karena tidak jarang penyakit manusia

ditularkan melalui pangan yang diedarkan.

Pasal8

Cukup jelas.

Pasal9

Cukup jelas.

Pasal10

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "bahan tambahan pangan" adalah

bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk

mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain, bahan

pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat,

dan pengental.

Ayat (2) Penggunaan bahan tambahan pangan dalam produk pangan

yang tidak mempunyai risiko terhadap kesehatan manusia

dapat dibenarkan karena hal tersebut memang lazim

dilakukan. Namun, penggunaan bahan yang dilarang sebagai

bahan tambahan pangan atau penggunaan bahan tambahan

11

Pasal11

pangan secara berlebihan sehingga melampaui ambang batas

maksimal tidak dibenarkan karena dapat merugikan atau

membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi

pangan tersebut.

Bahan tambahan pangan yang dilarang antara lain asam borat

(boric acid) dan senyawanya, sedangkan bahan tambahan

pangan yang dibolehkan dengan ambang batas maksimal,

antara lain, siklamat.

Pemeriksaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah

bahan tersebut aman bagi atau tidak merugikan atau membahayakan

kesehatan manusia. Selain itu, juga diperiksa dosis penggunaan

untuk menentukan ambang batas maksimal penggunaan bahan

tersebut sehingga dapat dinyatakan aman dan tidak merugikan atau

membahayakan kesehatan manusia.

Pasal12

Cukup jelas.

Pasal 13

Ayat (1)

"Bahan baku" adalah bahan utama· yang dipakai dalam

kegiatan atau proses produ~si pangan. Bahan baku dapat

berupa bahan mentah, bahan setengah jadi, atau bahan jadi.

"Bahan bantu lain" adalah bahan yang tidak termasuk dalam

pengertian baik bahan baku maupun bahan tambahan pangan

dan berfungsi untuk membantu mempercepat atau

memperlambat proses rekayasa genetika.

Ayat (2)

Prinsip penelitian dalam ruang lingkup rekayasa genetika

merupakan hal yang sangat spesifik dan mempunyai dampak

terhadap keselam~tan manusia, etika, moral, dan keyakinan

12

Pasal 14

masyarakat sehingga perlu pengaturan oleh Pemerintah untuk

mencegah terjadinya pelanggaran yang mungkin merugikan

masyarakat.

Ayat (1)

lradiasi dalam kegiatan atau proses produksi dan

penyimpanan pangan · hanya dapat diselenggarakan

berdasarkan izin Pemerintah karena dampak iradiasi pangan

dapat membahayakan kesehatan dan jiwa man usia.

Ayat (2)

Pasal15

. Mekanisme perizinan yang akan dijabarkan lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah, antara lain, mencakup persyaratan:

a) pemberian izin yang menyangkut sarana dan prasarana

serta manajemen dan mekanisme pengawasan;

b) kesehatan dan keamanan karyawan;

c) pelestarian lingkungan;

d) pengangkutan bahan-bahan yang mengandung zat

radioaktif;

e) pembuangan dan pengolahan limbah yang mengandung

zat radioaktif; dan

f) mekanisme penanggulangan bencana.

Cukup jelas.

Pasal16

Ayat (1)

Cukup jelas.

13

Ayat (2)

Ketentuan ini mewajibkan setiap orang yang memproduksi

pangan yang akan diedarkan untuk melakukan pengemasan

atau melaksanakan tata cara pengemasan secara benar

sehingga dapat dihindari terjadinya pencemaran terhadap

pangan.

Benar tidaknya pengemasan yang dilakukan atau tata cara

pengemasan yang dilaksanakan, antara lain, dapat diukur dari

tingkat kehati-hatian yang · diterapkan pada saat melakukan

pengemasan, jenis komoditas pangan yang dikemas,

perlakuan khusus yang diperh.Jkan bagi pangan tersebut, serta

kebutuhan untuk melindungi kemungkinan tercemarnya

pangan sejak proses produksi sampai dengan siap

dikonsumsi.

Ayat (3)

Pasal17

Terhadap pangan tertentu yang diperdagangkan, Pemerintah

dapat menetapkan dan berwenang memberlakukan serta

mewajibkan pemenuhan persyaratan atau tata cara tertentu

dalam rangka pengemasan pangan tersebut. Misalnya,

pangan yang memiliki kadar lemak tinggi dan bersuhu tinggi

tidak boleh dikemas dengan menggunakan kem~san plastik

karen a. dapat memberikan peluang lepasnya monomer plastik

yang bersifat karsinogenik ke dalam pangan dan

mencemarinya.

Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "kemasan akhir pangan" adalah

kemasan final terhadap produk pangan yang lazim dilakukan I

14

pada tahap akhir proses atau kegiatan produksi yang siap

diperdagangkan bagi konsumsi manusia.

Ketentuan ini bersifat preventif karena tidak jarang suatu

produk pangan tercemar oleh bahan yang dapat merugikan

atau membahayakan kesehatan manusia karena tindakan

pengemasan kembali tersebut.

Ayat (2)

Pasal19

Pengadaan pangan dalam jumlah besar yang lazimnya tidak

dikemas secara final dan dimaksudkan untuk diperdagangkan

( diecer) lebih lanjut dalam kemasan yang lebih kecil tidak

tunduk pada · ketentuan ayat (1). Kelaziman tersebut

disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku bagi komoditas

pangan yang bersangkutan atau kebiasaan masyarakat

setempat.

Cukup jelas.

Pasal20

Ayat (1)

· Sistem jaminan mutu merupakan upaya pencegahan yang

perlu diperhatikan dan atau dilaksanakan dalam rangka

menghasilkan pangan yang aman bagi kesehatan manusia

dan bermutu, yang lazimnya diselenggarakan sejak awal

kegiatan produksi pangan sampai dengan siap untuk

diperdagangkan, dan merupakan sistem pengawasan dan

pengendalian mutu yang selalu berkembang menyesuaikan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ayat (2)

Di samping sistem jaminan mutu yang diselenggarakan sendiri

oleh setiap orang yang memproduksi pangan, maka upaya

mewujudkan ketersediaan pangan yang aman dapat ditempuh

15

• I

melalui pengujian secara laboratoris atas pangan yang

diproduksi. Persyaratan pemeriksaan laboratorium ini terutama

diperuntukkan bagi pangan tertentu yang diperdagangkan,

yang akan diatur lebih lanjut oleh Pemerintah.

Ayat (3}

Laboratorium yang melaksanakan pengujian dimaksud harus

memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan dan

melaksanakan pengujian berdasarkan tata cara yang telah

dibakukan.

Ketentuan ini memberi kemungkinan bagi laboratorium­

laboratorium yang bukan milik Pemerintah untuk melakukan

pengujian itu. Misalnya, laboratorium milik setiap orang yang

memproduksi pangan, atau yang merupakan bagian dari

sistem jaminan mutu yang diterapkan, atau laboratorium milik

pihak ketiga selama laboratorium tersebut telah diperiksa

kelaikannya dan memperoleh . akreditasi dari instansi

Pemerintah yang bertanggung jawab, baik secara teknis

pe.rlengkapan laboratorium tersebut maupun berkenaan

dengan pemenuhan persyaratan lain berdasarkan undang­

undang ini dan peraturan pelaksanaannya.

Ayat (4}

Yang dimaksud dengan "ditetapkan dan diterapkan secara

bertahap" adalah pelaksanaan persyaratan jaminan mutu dan

pengujian secara laboratoris disesuaikan dengan jenis

kegiatan yang dilakukan, antara lain, untuk proses produksi,

penyimpanan, dan pengangkutan. Penerapan persyaratan ini

dilakukan secara bertahap, sesuai dengan perkembangan

sistem pangan serta kesiapan peraturan pelaksanaan yang

dikaitkan pula dengan pelaksanaan pembinaan yang dilakukan

oleh Pemerintah untuk meningkatkan kemampuan, khususnya

pengusaha menengah dan kecil, termasuk pengusaha pangan

olahan informal dan tradisional.

16

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal21

Huruf a

Yang dimaksud dengan "merugikan kesehatan" adalah

dampak yang timbul akibat adanya bahan beracun atau bahan

lain dalam tubuh yang dapat mengganggu penyerapan

senyawa atau zat gizi ke dalam darah, tetapi tidak

membahayakan kesehatan.

Yang dimaksud dengan "membahayakan kesehatan" adalah

dampak yang timbul akibat adanya bahan beracun atau

berbahaya seperti residu pestisida, mikotoksin, logam berat,

hormon, dan obat-obatan hewan.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan:

a) "bahan yang kotor" adalah bahan yang bercampur dengan

kotoran seperti tanah, pasir, atau bahan lain;

b) "bah an yang busuk" adalah bah an yang bentuk, rupa, atau

baunya sudah tidak sesuai dengan keadaan normal bahan

tersebut;

c) ··bahan yang tengik" adalah bahan yang bau atau

aromanya sudah berbeda dari bau atau aroma normal yang

antara lain disebabkan oleh terjadinya proses oksidasi;

d) "bahan yang terurai" adalah bahan yang rupa atau

bentuknya telah berubah dari keadaan normal;

17

e) "bahan yang mengandung bahan nabati atau hewani yang

berpenyakit" adalah bahan nabati atau hewani yang

mengandung penyakit yang dapat menular kepada

manusia, misalnya, ikan atau udang yang mengandung

bibit penyakit kolera atau daging yang mengandung cacing;

f) "bangkai" adalah bahan hewani yang mati secara alamiah

atau matinya tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi sebagai

pangan, misalnya, ayam yang mati bukan karena sengaja

dipotong untuk dikonsumsi sebagai pangan.

Pelaksanaan lebih lanjut dari ketentuan ini harus senantiasa

memperhatikan fakta yang ditemukan, tolok ukur objektif dalam

menentukan tingkat kelayakan pangan sebagai makanan dan

atau minuman yang dikonsumsi manusia, aman serta

menjamin kesehatan dan jiwa manusia yang mengkonsumsi

pangan tersebut.

Huruf e

Pasal22

Pelaksanaan dalam ketentuan ini diselenggarakan

berdasarkan ketentuan yang mengatur jangka waktu atau

masa kelayakan pangan untuk dikonsumsi.

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau

peredaran pangan.

18

Huruf c

Pasal23

Yang dimaksud dengan "peralatan" dalam ketentuan ini,

antara lain, piring, gelas, sendok, garpu, alat masak, dan

tempat peragaan pangan.

Cukup jelas.

Pasal·24

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "standar mutu pangan" dalam

ketentuan ini adalah spesifikasi atau persyaratan teknis yang

dibakukan tentang mutu pangan, misalnya, dari segi bentuk,

warna, atau komposisi yang disusun berdasarkan kriteria

tertentu yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi serta aspek lain yang terkait.

Standar mutu pangan tersebut mencakup baik pangan olahan

maupun pangan yang tidak diolah.

Dalam pengertian yang lebih luas, standar yang berlaku bagi

pangan mencakup berbagai persyaratan keamanan pangan,

gizi, mutu, dan persyaratan lain dalam rangka menciptakan

perdagangan pangan yang jujur, misalnya, persyaratan

tentang label dan iklan. Berbagai standar tersebut tidak

bertentangan satu sama lain atau berdiri sendiri, tetapi justru

merupakan satu kesatuan yang bulat, yang penjabarannya

Jebih lanjut diatur oleh Pemerintah.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "pangan tertentu yang

diperdagangkan" pada ayat ini adalah produk pangan yang

atas pertimbangan manfaat, nilai gizi, dan aspek perdagangan

harus memenuhi standar mutu tertentu.

19

Pasal25

Penetapan standar mutu pangan oleh Pemerintah,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan upaya

standarisasi mutu pangan yang diedarkan, dan terutama

berguna sebagai suatu tolok ukur yang objektif bagi pangan

yang diedarkan. Hal ini tidak berarti bahwa standar mutu yang

ditetapkan oleh kalangan yang berkepentingan di · bidang

pangan tidak diakui keberadaannya, misalnya, yang ditetapkan

oleh asosiasi di bidang pangan, terutama apabila standar mutu

tersebut lebih tinggi daripada standar mutu yang ditetapkan

Pemerintah.

Di sisi lain, Pemerintah perlu diberikan kewenangan untuk

mewajibkan pemenuhan standar mutu yang ditetapkan bagi

produksi pangan tertentu yang diperdagangkan, terutama

dalam rangka mewujudkan perdagangan pangan yang jujur

dan bertanggung jawab. Dalam melaksanakan ketentuan ini

Pemerintah memperhatikan masukan, saran, atau

pertimbangan dari masyarakat. Hal ini ·panting, mengingat

masyarakat adalah pihak yang merasakan langsung akibat

dari diberlakukannya aturari hukum di bidang pangan, baik

masyarakat yang memproduksi pangan maupun yang

mengkonsumsi pangan.

Ayat (1)

Sertifikasi adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam

proses pengawasan mutu pangan, yang penyelenggaraannya

dapat dilakukan secara laboratoris atau cara lain sesuai

dengan perkembangan teknologi. Sertifikasi mutu diberlakukan

untuk lebih memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa

pangan yang dibeli telah memenuhi standar mutu tertentu,

tanpa mengurangi tanggung jawab pihak yang memproduksi

pangan untuk memenuhi ketentuan undang-undang ini dan

peraturan pelaksanaannya.

20

I

I

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal26

Huruf a

Apabila terhadap suatu pangan tertentu yang diperdagangkan

telah diberlakukan standar mutu tertentu berdasarkan

ketentuan dalam Pasal 24 ayat (2) dan apabila tidak

memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, maka pangan

tersebut tidak dapat diperdagangkan. Misalnya, terhadap

suatu pangan tertentu telah ditetapkan . standar mutu

berdasarkan peruntukannya bagi konsumsi langsung manusia

dan ternyata tidak memenuhi standar, maka pangan tersebut

tidak dapat diperdagangkan untuk dikonsumsi langsung.

Namun, hal ini tidak berarti bahwa pangan tersebut tidak dapat

diperdagangkan untuk tujuan Jain, misalnya, untuk digunakan

lebih lanjut sebagai bahan baku pangan dengan tetap

. memperhatikan standar mutu yang mungkin berlaku dan

ditetapkan berdasarkan peruntukannya sebagai bahan baku

pang an.

Huruf b

Ketentuan ini berlaku terutama apabila terdapat janji dari pihak

yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan atau pihak

yang memperdagangkan bahwa pangan yang bersangkutan

memenuhi suatu standar mutu tertentu, tetapi ternyata tidak

memenuhi standar mutu yang dijanjikan tersebut. Apabila

menyangkut perdagangan pangan yang wajib memenuhi

standar mutu tertentu, yang ditetapkan berdasarkan ketentuan

dalam Pasal 24 ayat (2) tetapi tidak ada perjanjian tersendiri

mengenai mutu pang an tadi, maka janji dimaksud. dianggap

telah terjadi sekurang-kurangnya sama dengan standar mutu

terse but.

21

Suatu pangan dapat menjadi tidak memenuhi standar mutu

yang dijanjikan, misalnya, karena telah tercampur atau sengaja

dicampur dengan bahan lain sehingga satu atau lebih

komposisi pangan menjadi hilang, berkurang, atau bertambah

secara berlebihan sehingga tidak murni lagi dan mutunya tidak

sama dengan standar mutu yang berlaku atau yang dijanjikan.

Huruf c

Cukup jelas.

Pasal27

Ayat (1)

Perbaikan. status gizi masyarakat pada ayat ini sudah

termasuk di dalamnya pengertian peningkatan status dan mutu

gizi masyarakat.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "pangan olahan tertentu" pada ayat ini

adalah pangan olahan untuk konsumsi bagi kelompok tertentu,

misalnya, susu formula untuk . bayi, pangan yang

diperuntukkan bagi ibu hamil atau menyusui, pangan khusus

bagi penderita penyakit tertentu, atau pangan lain sejenis yang

mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kualitas

kesehatan manusia.

Yang dimaksud dengan "komposisi" adalah kandungan zat-zat

serta jumlahnya, yang harus terdapat di dalam pangan

tersebut, baik berupa zat gizi maupun non-gizi.

Ayat (3)

Ketentuan ini dimaksudkan untuk menanggulangi keadaan

kekurangan dan atau penurunan status gizi masyarakat, yang

lazimnya dilakukan untuk sementara waktu dan atau di wilayah

tertentu sampai keadaan tersebut dapat ditanggulangi.

Pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat

kemungkinan besar dapat digunakan sebagai sarana untuk I

22

• memperbaiki status g1z1 masyarakat dengan cara

menambahkan zat gizi yang diperlukan dalam jenis pangan

terse but.

Ayat (4)

Pasal28

Kandungan gizi dalam pangan, sebagaimana yang dimaksud

pada ayat (2) dan ayat (3), merupakan salah satu faktor

penentu dalam proses pembentukan sumber daya manusia

yang berkualitas. Oleh karena itu, peranan setiap orang yang

memproduksi pangan tersebut dalam rangka perbaikan status

gizi masyarakat menjadi sangat penting.

Apabila dalam rangka pelaksanaan ketentuan pada ayat (2)

dan ayat (3) Pemerintah menetapkan persyaratan tertentu bagi

peningkatan kandungan gizi suatu produk pangan, maka pihak

yang memproduksi pangan tersebut wajib memenuhi

· persyaratan yang ditetapkan.

Ayat (1)

Kandungan gizi bahan baku pangan yang digunakan dalam

kegiatan atau proses produksi pangan sangat menentukan

mutu gizi pangan yang dihasilkan. Namun, pada dasarnya

kandungan gizi bahan baku pangan dapat mengalami

penurunan dalam proses pengolahan pangan yang pada

akhirnya mempengaruhi kandungan gizi pangan yang

dihasilkan.

Penurunan kandungan gizi tidak dapat dihindarkan, tetapi hal

tersebut dapat ditekan seminimal mungkin melalui pola

pengolahan pangan yang tepat. Tata cara tersebut dimulai

sejak pemilihan bahan baku, penyiapan, penyimpanan,

pencampuran, pembuatan, dan kegiatan atau proses lain

sehingga menjadi produk jadi yang siap diperdagangkan.

23

Bagi pangan tertentu yang diproduksi secara masal yang

mempunyai jangkauan yang luas Pemerintah mewajibkan

penyelenggaraan tata cara pengolahan yang dimaksud di atas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal29

Cukup jelas.

Pasal30

Ayat (1)

Tujuan pemberian label pada. pangan yang dikemas adalah

agar masyarakat yang membeli dan atau mengkonsumsi

: pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang

setiap produk pangan yang dikemas, baik menyangkut asal,

keamanan, mutu, kandungan gizi, maupun keterangan lain

yang diperlukan sebelum memutuskan akan membeli dan

atau mengkonsumsi pangan tersebut. Ke.tentuan ini berlaku

bagi pangan yang telah melalui proses pengemasan akhir dan

siap untuk diperdagangkan (pre-packaged), tetapi tidak

· berlaku bagi perdagangan pangan yang dibungkus di hadapan

pembeli.

Penggunaan label dalam kemasan selalu berkaitan dengan

aspek perdagangan.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

24

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Keterangan halal untuk suatu produk pangan sangat

penting bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas

memeluk agama Islam. Namun, pencantumannya pada

label pangan baru merupakan kewajiban apabila setiap

orang yang memproduksi pangan dan atau

memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk

diperdagangkan menyatakan_ bahwa pangan yang

bersangkutan adalah halal bagi umat Islam. Adapun

keterangan tentang halal dimaksudkan agar masyarakat

terhindar dari mengkonsumsi pangan yang tidak halal

(haram).

Dengan pencantuman halal pada label pangan,

dianggap telah terjadi pernyataan dimaksud dan setiap

orang yang membuat pernyataan tersebut bertanggung

jawab atas kebenaran pernyataan itu.

Huruff

Cukup jefas.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan "keterangan lain" adalah keterangan­

keterangan selain yang dimaksud pada ayat (2), misalnya,

keterangan mengenai tata cara penggunaan. kandungan gizi

pangan, ataupun efek samping pangan bagi kelompok

masyarakat tertentu, seperti lanjut usia, pengidap penyakit

tertentu, atau mereka yang sedang menjafani program diet. Di

samping itu, Pemerintah dapat melarang pencantuman

gambar atau tulisan pada label yang dapat memberikan

gambaran yang menyesatkan atau tidak benar, misalnya,

mencantumkan gambar buah jeruk segar pada minuman yang

25

Pasal31

tidak menggunakan jeruk sebagai bahan baku atau

mencantumkan tulisan bahwa susu formula dapat

menggantikan fungsi air susu ibu (ASI).

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2}

Cukup jelas.

Ayat (3)

Pasal32

Yang dimaksud dengan "istilah asing" adalah istilah teknis atau

ilmiah, misalnya, rumus kimia untuk menyebutkan suatu jenis

bahan yang digunakan dalam komposisi pangan.

Yang dimaksud dengan "mengganti" dalam ketentuan ini adalah

kegiatan menghapus, mencabut, menutup, atau mengganti label, baik

sebagian maupun seluruhnya.

Pasal33

Ayat (1)

Suatu keterangan dianggap tidak benar apabila keterangan

tersebut bertentangan . dengan kenyataan sebenarnya atau

tidak memuat keterangan yang diperlukan agar keterangan

tersebut dapat memberikan gambaran atau kesan yang

sebenarnya tentang pangan.

Yang dimaksud dengan "keterangan yang menyesatkan"

adalah pernyataan yang berkaitan dengan hal-hal seperti sifat,

harga, bahan, mutu, komposisi, manfaat, atau keamanan

pangan yang meskipun benar, dapat menimbulkan gambaran

yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang

bersangkutan.

26

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal34

Ayat (1)

Dalam ketentuan ini, benar tidaknya suatu pernyataan halal

· dalam label atau iklan tentang pangan tidak hanya dapat

dibuktikan dari segi bahan baku pangan, bahan tambahan

pangan, atau bahan bantu lain yang dipergunakan dalam

· memproduksi pangan, tetapi mencakup pula proses

pembuatannya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal35

Cukup jelas.

Pasal36

Ayat (1)

· Selain undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya,

pemasukan pangan ke dalam wilayah Indonesia harus tetap

memperhatikan peraturan perundang-undangan lain yang

berlaku, misalnya, peraturan perundang-undangan di bidang

kepabeanan dan di bidang karantina hewan, ikan, dan

tumbuhan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

27

Pasal37

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi situasi atau

keadaan tertentu yang terjadi di negara asal pangan, yang

diperkirakan dapat mengurangi pemenuhan ketentuan tentang

keamanan, mutu, dan atau gizi pangan yang ditetapkan berdasarkan

undang-undang ini.

Huruf a

Dasar pengujian dan atau pemeriksaan dimaksud sekurang­

kurangnya adalah standar pengujian dan atau pemeriksaan

atas pemenuhan persyaratan keamanan, mutu, dan gizi, serta

label pangan yang berlaku di Indonesia.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Pasal38

Dalam hal pengujian atau pemeriksaan tersebut dilakukan di

Indonesia, penyelenggaraannya dapat dilakukan melalui

sistem terpilih atau sistem lain yang dianggap efisien, tanpa

mengurangi pemenuhan persyaratan keamanan, mutu, dan

gizi, serta label tentang pang an yang berlaku.

Cukup jelas.

Pasal39

Ketentuan ini dimaksudkan agar Pemerintah dapat mengawasi

pang an yang akan dikeluarkan dari wilayah . negara Republik

Indonesia, terutama untuk pemenuhan persyaratan secara

internasional. Hal ini panting agar citra pangan nasional dapat

diterima oleh pasar di luar negeri.

Pasal40 ·

Cukup jelas.

28

Pasal41

Ayat (1)

Tanggung jawab dimaksud tidak hanya berlaku bagi badan

usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun tidak, tetapi

juga bagi orang perseorangan yang diberi tanggung jawab

terhadap jalannya usaha tersebut, khususnya mereka yang

bertanggung jawab di bidang pengawasan keamanan pangan

pada badan usaha yang bersangkutan, baik berdasarkan

kontrak kerja maupun kesepakatan lain.

Ayat (2)

Persyaratan utama yang harus dibuktikan oleh penggugat atau

ahli waris adalah bahwa yang bersangkutan mengalami

kerugian kesehatan atau mengalami musibah kematian, dan

hal tersebut merupakan akibat langsung dari mengkonsumsi

pangan olahan yang diproduksi oleh tergugat.

Ahli waris dalam mengajukan gugatan perlu melengkapi diri

dengan bukti-bukti yang sah secara hukum mengenai

statusnya sebagai ahli waris dari orang yang meninggal karena

mengkonsumsi pangan olahan yang diproduksi oleh tergugat.

Ayat (3)

Pembuktian di sini terutama dilakukan secara laboratoris,

tetapi tidak menutup penggunaan cara pembuktian lain

. dengan tetap melindungi kepentingan pihak yang beriktikad

baik.

Ayat (4)

Tergugat mempunyai hak untuk membuktikan bahwa yang

bersangkutan tidak bersalah, atau bahwa alasan yang

mendasari gugatan bukan disebabkan oleh kesalahan atau

kelalaiannya, atau bahwa kerugian yang diderita penggugat

diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pihak lain. I

29

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal42

Cukup jelas.

Pasal43

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "kerugian materi" adalah kerugian

yang bersifat kebendaan yang dapat dinilai dengan uang.

Sementara itu, yang dimaksud dengan "korban manus.ia"

adalah kerugian. yang tidak dapat langsung dinilai dengan

uang seperti gangguan kesehatan, cacat badan dan atau

psikis, baik yang segera dapat diidentifikasi maupun yang

tidak, serta kematian. Peranan Pemerintah dalam hal ini

semata-mata bersifat pelayanan dan dalam rangka

perlindungan kepentingan masyarakat yang mengkonsumsi

pangan. Oleh karena itu, hal ini harus dilaksanakan dengan

iktikad baik, terutama dalam hal kerugian materi dan atau

korban manusia yang terjadi secara nyata tidak

memungkinkan diajukannya gugatan secara individual atau

terpisah.

Dalam hal Pemerintah melaksanakan kewenangannya

berdasarkan ketentuan ini, hak untuk mengajukan gugatan

dari setiap korban tidak menjadi hilang. Dalam kasus seperti ini

hakim berwenang untuk menggabungkan atau memeriksa

secara terpisah gugatan yang diajukan berdasarkan fakta awal

yang ditemukan.

Ayat (2)

Dengan ketentuan ini segala bentuk penyelesaian atau

keputusan yang menguntungkan sehubungan dengan gugatan

yang diajukan oleh Pemerintah harus diserahkan kepada dan t

menjadi hak dari para korban atau ahli waris korban.

30

Pasal44 .

Cukup jelas.

Pasal45

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal46

Ayat (1)

Ayat (2)

Cadangan pangan nasional adalah persediaan pangan di

seluruh pelosok wilayah Indonesia untuk konsumsi manusia,

bahan baku industri, dan untuk menghadapi keadaan darurat.

Cadangan pangan nasional diupayakan berada di dalam

negeri dan harus senantiasa cukup untuk mengatasi masalah

kekurangan pangan, atau terjadinya berbagai kebutuhan yang

mendadak akibat bencana, atau pengaruh ·fluktuasi harga.

Berbagai kekuatan ekonomi seperti pengusaha, pedagang,

atau koperasi didorong untuk mengelola cadangan pangan

agar pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia

senantiasa dapat dipenuhi.

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Untuk mencegah timbulnya atau menanggulangi gejala

kekurangan pangan, Pemerintah dapat mengupayakan berbagai

bentuk bantuan, antara lain, bantuan pangan darurat, bantuan

pangan dengan harga khusus, dan atau bentuk bantuan lainnya.

Selain itu, Pemerintah juga dapat mengambil tindakan yang

diperlukan untuk menanggulangi tindakan spekulasi atau

manipulasi dalam pengadaan dan peredaran pangan, yang secara !

31

Pasal47

langsung atau tidak langsung menganggu sistem pangan,

termasuk mengganggu ketersediaan pangan dengan harga yang

terjangkau secara memadai.

Ayat (1)

Cukup jelas.

Huruf a

Yang dimaksud dengan "cadangan pangan

Pemerintah" dalam ketentuan ini adalah cadangan

pangan yang dikelola atau dikuasai oleh Pemerintah.

Huruf b

Yang dimaksud dengan "cadangan pangan

masyarakat" dalam ketentuan ini adalah cadangan

pangan yang dikelola atau dikuasai oleh

masyarakat, termasuk petani, koperasi, pedagang,

dan industri rumah tangga.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "keadaan darurat" dalam ketentuan ini

adalah terjadinya peristiwa bencana alam, paceklik yang hebat,

dan sebagainya yang terjadi di luar kemampuan manusia untuk

mencegah atau menghindarinya meskipun dapat diperkirakan.

Ayat (3) ·

Cukup jelas.

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Pasal48

Yang dimaksud dengan .. tindakan yang diperlukan dalam rangka

mengendalikan harga pangan tersebut" menurut ketentuan ini, antara

lain, berupa tindakan dalam rangka stabilisasi harga pangan yang

dilakukan untuk mencegah fluktuasi harga, baik yang dilakukan melalyi

32

mekanisme pasar maupun melalui intervensi pasar, secara langsung

ataupun tidak langsung.

Tindakan stabilisasi harga pangan juga merupakan upaya untuk

menjamin terciptanya harga yang wajar, baik dari sisi pihak yang

memproduksi maupun dari sisi masyarakat yang mengkonsumsi pangan.

Untuk menunjang upaya terciptanya harga pangan yang terkendali,

Pemerintah perlu memelihara cadangan pangan yang cukup di dalam

negeri yang senantiasa dapat dimanfaatkan untuk mengatasi fluktuasi

harga atau kekurangan pangan yang terjadi secara mendadak, baik

akibat spekulasi, manipulasi, maupun sebab lain yang terjadi di dalam

ataupun di luar negeri.

Pasal49

Ayat (1)

Cukup jelas.

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan

kemampuan usaha kecil akan didorong dan ditingkatkan

dalam rangka pemberdayaan usaha kecil di bidang pangan

sehingga secara bertahap dapat memenuhi berbagai

ketentuan undang-undang ini. Baik Pemerintah maupun

masyarakat menyelenggarakan upaya pembinaan dan

pemasyarakatan berbagai ketentuan undang-undang ini

sehingga usaha kecil di bidang pangan dapat tumbuh dan

berkembang serta memenuhi berbagai persyaratan keamanan

pangan yang dapat menjamin kesehatan manusia.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

33

Huruff

Kerja sama dimaksud tidak hanya terbatas pada tingkat

kebijakan yang bersifat umum, tetapi mencakup pula hal-hal

yang konkret seperti pemberian bantuan pangan kepada

negara tetangga atau dalam rangka mewujudkan cadangan

pangan nasional. Misalnya, apabila produksi atau cadangan

pangan di dalam negeri jauh lebih besar daripada

yang dibutuhkan dan untuk membina hubungan baik antara

Indonesia dan negara lain, maka kelebihan itu dapat dipakai

untuk membantu negara lain yang sedang mengalami

kelaparan atau kekurangan pangan.

Bantuan kepada negara sahabat ini dapat dilakukan selama

tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Dengan

demikian, dalam melakukan kerja sama internasional

untuk memperoleh bantuan pangan, Pemerintah harus

waspada agar semua tawaran tersebut tidak mengakibatkan

keterikatan yang merugikan kepentingan nasional.

Huruf g

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal50

Cukup jelas.

Pasal51

Cukup jelas.

Pasal52

Masyarakat dapat menyampaikan permasalahan, masukan, dan atau

pemecahan masalah dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan

sistem pangan kepada Pemerintah, baik langsung maupun tidak

langsung antara lain melalui media cetak, media elektronik, atau

seminar, baik secara individu, kelompok, maupun melalui organisasi

34

profesi dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Khusus yang

menyangkut perlindungan anggota masyarakat yang dirugikan dan yang

ingin mengajukan gugatan dapat dilakukan oleh orang perseorangan,

lembaga, atau organisasi bantuan hukum dengan surat kuasa dan sesuai

dengan. ketentuan hukum yang berlaku.

Pasal53

Ayat (1}

Cukup jelas.

Ayat (2}

Cukup jelas.

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud ~engan "menghentikan" adalah

perbuatan mencegah keberangkatan dan atau

membuat menjadi berhenti setiap sarana angkutan yang

dimaksud dalam ketentuan ini, dan dilakukan oleh

pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Ayat (3}

Persyaratan surat perintah dalam ketentuan ini dimaksudkan

agar tercipta tertib pelaksanaan kewenangan pemeriksaan

tersebut, sehingga memberikan rasa aman terhadap pihak

yang beriktikad baik.

35

Ayat (4)

Ayat ini merujuk pada penyidikan sebagai tindak lanjut dari

pemeriksaan karena tindakan penyidikan, sudah diatur dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain,

Undang-undang tentang Hukum Acara Pidana, Undang­

undang tentang Kesehatan, Undang-undang tentang

Karantina Hewan, lkan, dan Tumbuhan, serta Undang-undang

tentang Sistem Budidaya Tanaman.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal54 ·

Ay~t (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Apabila dipandang perlu, Pemerintah dapat mengumumkan

tindakan administratif yang telah dikenakan.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal55

Cukup jelas.

Pasal56

Cukup jelas.

Pasal57

Cukup jelas.

Pasal58

Cukup jelas.

Pasal59

Cukup jelas.

36

Pasal60

Cukup jelas.

Pasal61

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan "kekurangan pangan yang sangat

mendesak" adalah keadaan sangat darurat yang ditandai oleh

. timbulnya kelangkaan ketersediaan pangan akibat bencana

alam, wabah penyakit, kegagalan panen, terjadinya perang,

dan kelangkaan pasokan pangan di pasar dunia.

Yang dimaksud dengan "mengesampingkan" adalah langkah

atau . tindakan untuk tidak mengikuti sebagian atau seluruh

persyaratan yang dimaksud pada ayat ini.

Ayat (2)

Pasal62

Yang dimaksud dengan "memperhatikan keselamatan dan

terjaminnya kesehatan masyarakat" adalah langkah atau

tindakan yang perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan

kesehatan masyarakat secara umum, misalnya, menyebarnya

wabah penyakit menular dan kekurangan pangan (busung

lapar) dengan selalu tetap memberikan prioritas bagi

terjaminnya kecukupan pangan bagi golongan rawan.

Cukup jelas.

Pasal63

Kalangan rumah tangga perlu dikecualikan dari pelaksanaan undang­

undang ini. Kata "diproduksi dan dikonsumsi" dalam pasal ini

dimaksudkan sebagai pengolahan pangan untuk dikonsumsi sendiri

oleh keluarga yang bersangkutan.

Adapun terhadap peredaran pangan olahan hasil usaha kecil, baik

informal maupun tradisional, Pemerintah akan melakukan pembinaan

dan pengaturan secara bertahap.

37

Pasa164

Cukup jelas.

Pasal65

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ..... .

38