rencana pengelolaan hutan jangka panjang kphp pulau laut ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of rencana pengelolaan hutan jangka panjang kphp pulau laut ...
PEMERINTAH KEBUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN
UPT. KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKUAlamat : Jl. Tanjung serdang - Kotabaru km. 38 Mekarpura
Kotabaru - Kalimantan Selatan
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGKPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU
2014 - 2023
BAB I PENDAHULUAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
Pasal 33 ayat (3)menyebutkan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Salah satu kekayaan alam yang
dikaruniai Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa kepada Indonesia yaknisumber
daya alam hutan yang tiada ternilai harganya, manfaat serta
keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Hutan telah
dimanfaatkan sebagai sumber penghasil kayu dan hasil hutan bukan kayu
lainnya sebagai salah satu penghasil devisa negara, sebagai salah satu
sumber pembiayaan pembangunan negara serta turut andil dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan segala kelebihan dan
kekurangannya.
Dalam perkembangannya pengelolaan hutan di Indonesia mengalami
pasang surut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Republik Indonesia
dalam mengelola hutan di Indonesia, namun pada saat ini kondisi hutan di
Indonesia sampai pada tahap yang memprihatinkan karena sebagian besar
hutan di Indonesia tidak dikelola dengan baik ditandai dengan deforestasi,
perambahan kawasan hutan, terjadinya illegal logging, menurunnya fungsi
hutan, hutan tidak lagi menjadi daerah penyangga (buffer zone) bencana bagi
masyarakat sekitar, malah menjadi sumber bencana karena seringnya terjadi
bencana longsor disaat musim hujan dan kekeringan dimusim kemarau,
dengan adanya tanda-tanda kerusakan pada sumber daya hutan ini
menunjukan kepada kita bahwa ada yang kurang tepat dalam pengelolaan
hutan selama ini.
Pengelolaan hutan di Kabupaten Kotabaru kondisi saat ini pada tahap
memprihatinkan karena sebagian kawasan hutan tidak dikelola dengan baik
yang ditandai dengan deforestasi, perambahan kawasan hutan , illegal
logging, illegal mining, hutan tidak lagi menjadi daerah penyangga bencana
BAB I PENDAHULUAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-2
malah menjadi sumber bencana (longsor, banjir, kekeringan, dan kerusakan
destruktif lainnya)
Dalam Undang– undang Nomor : 41 Tahun 1999 Pasal 17 ayat (1)
disebutkan bahwa pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan
untuk tingkat Provinsi, Kabupaten/ Kota, dan unit pengelolaan. Unit
pengelolaan adalah kawasan hutan dengan luas tertentu yang dapat dikelola
secara efisien dan lestari. Pada PP Nomor : 6 Tahun 2007 pasal 1 poin (a)
Kesatuan pengelolaan hutan selanjutnya disingkat KPH adalah wilayah
pengelolaan hutan sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya, yang
dapat dikelola secara efisien dan lestari.
Pembangunan KPH bertujuan untuk menata kembali seluruh kawasan
hutan produksi, lindung dan kawasan konservasi menjadi unit pengelolaan
sesuai dengan tipe tapak untuk menjamin kelestarian usaha yang rasional
dan menguntungkan yang dapat menyediakan hasil hutan dan manfaat
lainnya bagi pembangunan nasional, pembangunan daerah dan masyarakat
sekitar hutan secara berkelanjutan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan
Hutan pada pasal 3 (tiga) menyebutkan bahwa kawasan hutan dengan fungsi
pokok hutan terbagi atas hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi
terbagi dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang menjadi bagian dari
penguatan sistem pengurusan hutan Nasional, Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/ Kota.
Untuk kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Selatan telah terbit Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.78/Menhut-II/2010 tanggal 10
Pebruari 2010 tentang Penetapan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi
Kalimantan Selatan dimana pada provinsi Kalimantan Selatan terdapat 10
(sepuluh) unit Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dimana 3 (unit) berada di
Kabupaten Kotabaru (Unit II,III dan IV), guna mempercepat beroperasinya
KPH menuju KPHP perlu suatu model maka berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK.226/Menhut-II/2012 tanggal 4 Mei 2012
BAB I PENDAHULUAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-3
tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model
Pulau Laut dan Sebuku (Unit III) yang terletak di Kabupaten Kotabaru
Provinsi Kalimantan Selatan Seluas 112.258 Hektar.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kehutan Nomor : P.6/Menhut-
II/2010 agar KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku dapat optimal dalam
mengelola hutan perlu suatu rencana pengelolaan hutan. Sebagai acuan
dalam pembuatan rencana pengelolaan hutan KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku yaitu Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor :
P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang
(RPHJP) KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku ini yakni untuk menjadi acuan
dalam mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari pada tingkat KPH.
Tujuan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)
adalah:
1. Mewujudkan suatu rencana pengelolaan hutan yang mempertimbangkan
dan memperhatikan potensi dan kekhasan masing-masing KPH;
2. Mewujudkan pengelolaan hutan yang efektif dan efisien termasuk
pelaksanaan pengawasan serta evaluasi pengelolaan KPH;
3. Menjamin terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan dalam
pencapaian fungsi ekonomi, lingkungan dan sosial secara optimal;
4. Memudahkan sinergi, koordinasi dan sinkronisasi antar organisasi
kehutanan, baik Pemerintah Pusat, Daerah, Masyarakat maupun
Pengusaha dalam kegiatan pengelolaan hutan pada tingkat KPH.
1.3. Sasaran
Sasaran kegiatan penyusunan RPHJP KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku adalah seluruh areal yang termasuk didalam wilayah KPHP Pulau
Laut dan Sebuku seluas 110.933,29 Hektar, dan seluruh stakeholder yang
terkait, termasuk masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar kawasan.
BAB I PENDAHULUAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-4
RPHJP ini berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah
pembangunan KPHP.
1.4. Ruang Lingkup
Mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-
II/2010 pasal 11 ayat (3), ruang lingkup rencana pengelolaan hutan
mencakup:
1. Tujuan yang akan dicapai KPHP, yaitu pengelolaan hutan yang efektif
dan efisien termasuk perencanaan pengembangan kelembagaan KPHP
Model Pulau Laut dan Sebuku, perencanaan pengembangan
sumberdaya manusia serta perencanaan pengembangan infrastruktur
pendukung operasional KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
2. Kondisi yang dihadapi, dengan memperhatikan kondisi alam dan
permasalahan dan aspirasi masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar
wilayah
3. Strategi serta kelayakan pengembangan pengelolaan hutan, yang
meliputi tata hutan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan,
rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan dan konservasi
alam.
4. Arahan kegiatan pembangunan jangka panjang KPHP Model Pulau Laut
dan Sebuku
BAB I PENDAHULUAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-5
1.5. Batasan Pengertian
1. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
2. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan
kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi alam.
3. Tata Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,
mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe
ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara
lestari.
4. Inventarisasi Hutan pada wilayah KPHL dan KPHP adalah rangkaian
kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi
sumberdaya hutan dan lingkungannya secara lengkap.
5. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada KPH yang memuat
semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun waktu jangka panjang dan
pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan dan
memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta
kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih
intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.
6. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan
hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau
selama jangka benah pembangunan KPHL dan KPHP.
7. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah Rencana Pengelolaan
Hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional
berbasis petak dan/atau blok.
8. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan
kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan
adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
BAB I PENDAHULUAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-6
9. Penggunaan Kawasan Hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan
pembangunan diluar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok
kawasan hutan.
10. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan
penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat
dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta
perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
11. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya memulihkan, mempertahankan,
dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung,
produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga.
12. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan
kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal
sesuai dengan peruntukannya.
13. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya
sehingga pemerintah perlu menugaskan Kepala KPH untuk
memanfaatkannya.
14. Kesatuan Pengelolaan Hutan adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai
fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan
lestari.
15. Kesatuan Pengelolaan Hutan produksi selanjutnya disebut KPHP adalah
KPH yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari
kawasan hutan produksi.
16. KPH Model, adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap
dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat
tapak.
17. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPHL dan
KPHP yang merupakan bagian dari wilayah KPHL dan KPHP yang dipimpin
BAB I PENDAHULUAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-7
oleh Kepala Resort KPHL dan KPHP dan bertanggung jawab Kepada
Kepala KPHL dan KPHP.
18. Blok Pengelolaan pada wilayah KPHL dan KPHP adalah bagian dari wilayah
KPHL dan KPHP yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pengelolaan.
19. Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit
usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan
silvikultur yang sama.
20. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di
bidang kehutanan.
BAB III VISI DAN MISI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU III-1
BAB III
VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN
3.1. Visi
Kabupaten Kotabaru memiliki sumber daya alam potensial baik yang dapat
diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui, disisi lain juga dihadapkan
dengan berbagai isu strategis, kendala dan permasalahan dalam pengelolaannya.
Dengan visi pembanguan daerah yaitu “Terwujudnya Pembangunan
Kabupaten Kotabaru Yang berkelanjutan Menuju Masyarakat Yang
Demokratis, Religius, Adil dan Sejahtera”, posisi dan peranan hutan dan
kehutanan masih sangat signifikan bagi pencapaian visi pembangunan tersebut.
Untuk dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera maka diperlukan sumber
daya lahan dan sumber daya hutan yang kaya akan keanekaragaman hayati
sehingga kehutanan diharapkan memiliki kontribusi yang signifikan dan
proporsional.
Menindaklanjuti visi pembangunan daerah tersebut maka sektor kehutanan
melalui Dinas Kehutanan Kabuapten Kotabaru memiliki visi pembagunan
kehutanan yaitu: “Terwujudnya Masyarakat Kotabaru yang Sejahtera
Berkeadilan Melalui Optimalisasi Fungsi Hutan yang Lestari Sesuai Dengan
Peruntukannya”. Sementara itu, KPHP model Pulau Laut dan Sebuku merupakan
lembaga yang dibentuk oleh pemerintah daerah harus menterjemahkan dan
mendukung kebijakan pembangunan daerah pada tingkat tapak sehingga visi dan
misi pembangunan daerah dan sektor kehutanan dapat diwujudkan.
BAB III VISI DAN MISI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU III-2
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka ditetapkan visi pengelolaan
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku untuk jangka waktu 10 tahun (2014 – 2023)
sebagai berikut:
“Terwujudnya Kemandirian Pengelolaan Kawasan Hutan secara Optimal
dan Lestari untuk kesejahteraan masyarakat”
Visi tersebut merupakan cita-cita yang ingin dicapai dimasa depan
khususnya dalam pembentukan KPHP Model yang pertama di Kabupaten
Kotabaru, adapun makna dari visi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kemandirian pengelolaan kawasan hutan dimaksudkan dalam pengelolaan
hutan tidak lagi bergantung pada dana APBD dan APBN tetapi lebih melalui
pengembangan invetasi dan bisnis KPH.
2. Pengelolaan kawasan hutan secara optimal dan lestari dimaksudkan
sebagai upaya untuk mendayagunakan sumberdaya hutan sesuai fungsinya,
baik hutan produksi maupun hutan lindung sebagai modal pembangunan
ekonomi daerah dan masyarakat serta mengoptimalkan peran stakeholder
terutama masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan. Dalam pengelolaan
kawasan hutan tetap memperhatikan prinsip kelestarian ekonomi, ekologi dan
social.
3. Kesejahteraan masyarakat dimaksudkan dalam pengelolaan kawasan hutan
harus dapat meningkatkan ekonomi masyarakat disekitar dan di dalam
kawasan hutan melalui kepastian akses dan hak kelola yang jelas.
BAB III VISI DAN MISI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU III-3
3.2. Misi
Dalam rangka mewujudkan visi di atas maka perlu disusun dan dijabarkan
dalam misi yang merupakan pernyataan mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi sebagai tujuan yang akan dicapai.
Misi dari KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku yaitu :
a. Memantapkan status hukum kawasan hutan serta batas wilayah KPHP
Model Pulau Laut dan Sebuku
b. Memantapkan data dan informasi biofisik, sosial dan spasial.
c. Mengoptimalkan perlindungan dan konservasi sumber daya alam
d. Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi hutan dan reklamasi lahan
e. Meningkatkan peran dan partisifasi para pihak terutama masyarakat dalam
pengelolaan kawasan hutan
f. Memantapkan pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan secara lesatari
melalui pembinaan pada pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan
g. Menciptakan kondisi yang kondusif untuk pengembangan investasi dan
bisnis KPH
h. Memantapkan dan menguatkan kelembagaan KPHP model Pulau Laut dan
Sebuku
3.3. Tujuan
Tujuan pengelolaan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku adalah
Mengoptimalkan pengelolaan hutan dengan menerapkan prinsip-prinsip
pengelolaan hutan lestari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-1
BAB IV
ANALISIS DAN PROYEKSI
4.1. Analisa Data dan Informasi
Berdasarkan P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar. Prosedur dan
kriteria (NPSK) pengelolaan hutan pada KPHL dan KPHP, analisis dan
proyeksi mencakup 2 (dua) aspek penting yaitu analisis data dan informasi
yang saat ini tersedia (baik data primer hasil dari inventariasi hutan dan
penataan hutan, maupun data sekunder) dan proyeksi kondisi wilayah KPHP
dimasa yang akan datang.
Pada wilayah kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku, apakah
kontribusi serta peran dari KPH dalam merealisasikan dan mewujudkan Visi
Misi pengelolaan hutan yang telah ditetapkan, dapat digambarkan dalam
analisis sebagai berikut:
Tabel IV.1. Analisis Berdasarkan Kondisi Faktual Berserta Input dan
Peran KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
Kegiatan
Kondisi Faktual
Prospek ke depan
Input kegiatan dan peran serta serta kontribusi KPH
Inventarisasi,
Tata Hutan dan
Perencanaan
Pengelolaan
Hutan
Pada KPHP Model
Pulau Laut dan
Sebuku hanya
pada areal PT.
Inhutani II yang
telah dilakukan
IHMB sedangkan
untuk wilayah lain
belum dilakukan
inventarisasi
secara menyeluruh
KPHP Model Pulau
Laut dan sebuku
memiliki data base
biofisik dan sosial
budaya yang
lengkap sehingga
tata hutan dan
rencana
pengelolaan
disusun
berdasarkan data
dan informasi yang
akurat
Inventarisasi hutan secara
berkala diwilayah tertentu,
pengumpulan data dan
informasi oleh pemegang
ijin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan,
menyusun tata hutan dan
rencana pengelolaan,
membangun data base
KPH yang selalu update
dengan sistem yang
terpadu
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-2
Pemanfaatan
Hasil Hutan
Kayu
Luas hutan
produksi sebesar
99.395 ha, sebesar
65% telah dikelola
melalui IUPHHK-
HA dan IUPHHK-
HT. Pemanfaatan
kayu masih
berorientasi pada
kayu log
sementara potensi
limbah belum
dimanfaatkan
Pengelolaan hutan
produksi diarahkan
mengikuti kaidah-
kaidah pengelolaan
hutan lestari
dengan sistem
pemanenan ramah
lingkungan (reduce
impact logging)
monitoring dan evaluasi
serta pembinaan terhadap
kegiatan IUPHHK-HA/HT
dalam penerapan prinsip-
prinsip kelestarian.
Pemanfaatan
Hasil Hutan
Bukan Kayu
Data base potensi
HHBK masih
kurang, teknologi
pengelolaan HHBK
masih kurang
Peningkatan
pemanfaatan dan
aneka usaha
kehutanan (HHBK)
untuk menciptakan
lapangan kerja dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
Inventarisasi dan
pemetaan potensi HHBK,
peningkatan pengetahuan
teknologi pengelolaan
HHBK, investasi dan
pemasaran hasil olahan
HHBK
Pemanfaatan
Jasa Lingkungan
untuk Wisata
Alam
Terdapat hutan
tanaman meranti
pada PMUMHM
dengan luas
tertanam 3.700 ha
dengan areal
pencadangan
15.000 ha
Menjadikan hutan
wisata meranti
sebagai kawasan
ekowisata, dan
penelitian.
Peningkatan aksesibilitas,
serta sarana prasarana
pendukung
Pemanfaatan
Jasa Lingkungan
Berupa Karbon
Belum terdapatnya
mekanisme carbon
trade yang jelas di
Kabupaten
Kotabaru padahal
potensi karbon
sangat besar
KPHP Model Pulau
Laut dan Sebuku
masuk dalam
skema
perdagangan
karbon serta “dana
kompensasi
karbon”
Perlu meningkatkan
kapasitas para pihak serta
membangun MRV REDD+
pada skala KPH
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-3
Perlindungan
dan Konservasi
Alam
Masih terjadi
perambahan hutan,
kebakaran hutan
serta belum ada
pegelolaan secara
maksimal terhadap
kawasan lindung
Pengelolaan Hutan
lindung dengan
melibatkan
masyarakat melalui
skema HKm dan
pemanfaatan
HHBK yang lebih
optimal
Melakukan inventarisasi
kawasan rawan konflik,
menyusun rencana
pengembangan ekonomi
alternatif dalam
pengelolaan hutan lindung
Rehabilitasi
Hutan dan Lahan
Kegiatan
rehabilitasi masih
sebatas kegiatan
keproyekan yang
tidak berjalan lama
sehingga
pemeliharaan
tanaman kurang
optimal
Lahan kritis
semakin
berkurang,
penanaman
dipelihara dengan
baik
Menyusun rencana RHL
pada skala KPH
Pemberdayaan
Masyarakat
Sebagian besar
masyarakat
menggantungkan
hidupnya dengan
bertani dan
berkebun dengan
tingkat
kesejahteraan
masih rendah
Peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
Inventarisasi potensi
pengembangan HHBK dan
komoditas kehutanan lain
untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat,
mengembangan HKm
Pengembangan
Investasi dan
Bisnis
Terdapat
perusahaan
pemegang ijin
IUPHHK-HA/HT
dan ijin
penggunaan
kawasan yang
kedepan dapat
menjadi mitra
bisnis KPH
KPHP Model pulau
Laut dan Sebuku
dapat mandiri dari
segi pendanaan
Menyusun rencana bisnis
masing-masing potensi,
penyiapan sarana dan
prasana
Selanjutnya, dalam rangka menganalisis permasalahan dan kendala
serta potensi terkait kondisi KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku dalam
mencapai visi misi yang diinginkan, maka dilakukan analisis SWOT. Analisis
SWOT merupakan perangkat umum yang digunakan sebagai langkah awal
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-4
dalam proses pembuatan keputusan dan perencanaan strategis dalam
berbagai terapan. Analisis SWOT menjawab dua pertanyaan dimana
organisasi saat ini dan ke arah mana organisasi ini akan dibawa. Jadi analisis
SWOT dapat memproyeksikan situasi masa depan dan membantu organisasi
dalam menentukan strategi yang tepat untuk memanfaatkan kemampuannya
dalam meraih atau merespon peluang dan meminimalkan ancaman dalam
mencapai tujuan. Analisis SWOT merupakan alat bantu analisis dalam
menstrukturkan masalah dengan melakukan analisis terhadap lingkungan
strategis, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Kombinasi dari
faktor-faktor dalam lingkungan internal kepada faktor-faktor dalam lingkungan
eksternal, akan menghasilkan strategi makro dalam pencapaian misi
perencanaan jangka panjang.
Analisis SWOT menempatkan posisi masa depan dengan modal
dasar Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) yang kemudian
digunakan untuk memperkirakan apa saja Opportunities (peluang) ataupun
Threats (ancaman).
Bila keempat hal tersebut diidentifikasikan maka akan terlihat faktor-
faktor yang akan membantu dan menghambat KPHP Pulau Laut dan Sebuku
untuk mencapai tujuan. Analisa ini menghasilkan strategi pencapaian tujuan
dengan memaksimalkanStrengths (kekuatan) dan Opportunities (peluang),
namun secara bersamaan meminimalkan Weaknesses (kelemahan) dan
Threats (ancaman). Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai
kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan.Strategi merupakan
langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan
visi dan misi. Masing-masing misi akan memiliki tujuan yang memuat manfaat
dan hasil capaian masa depan sehingga mengapa misi tersebut diperlukan.
Matriks analisis SWOTditampilkan dalam tabel di bawah ini:
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-5
Tabel IV.2. Matrik Analisis SWOT Pengelolaan KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku
INTERNAL
EKSTERNAL
Strength:
KPHP Model Pulau Laut
dan Sebuku memiliki
kewenangan, tugas dan
fungsi yang telah diatur
dalam perundang-
undangan
Kepastian pembiayaan
dari APBD
Hutan lindung yang luas
dan telah ditatabatas
Terdapat potensi jasa
lingkungan berupa wisata
alam, air dan karbon
Weaknesses:
Areal IUPHHK-HA/HT
belum ditata batas
Potensi konflik lahan tinggi
Kinerja IUPHHK yang
kurang optimal
Aksesibilitas terhadap
kawasan tinggi
Belum ada HKm/HD
Teknologi pengembangan
dan pengelolaan HHBK
masih terbatas
Data dan informasi
kehutanan belum lengkap
dan terintegrasi
Lahan kritis yang belum
direhabilitasi masih luas
Kapasitas SDM dalam
pengelolaan hutan masih
rendah
Sarana dan prasarana
masih terbatas
Tata hubungan kerja
dengan stakeholder belum
diatur
Opportunities:
Komitmen dan kebijakan
pemerintah dalam
pengelolaan kawasan
Strategi menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
(SO):
Penguatan kelembagaan
KPH dalam mendukung
optimalisasi pengelolaan
Strategi menanggulangi
kelemahan dengan
memanfaatkan peluang
(WO):
Inventarisasi SDH secara
berkala
Membangun data base
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-6
hutan berbasis KPH
Pendanaan dari APBN
dan pendanaan lain
berorientasi
pembangunan KPH
Terdapat izin
pemanfaatan kayu (
IUPHHK-HA dan
IUPHHK-HT), PMUMHM
dan ijin penggunaan
kawasan hutan
(pertambangan) dalam
wilayah KPH
Dukungan dari lembaga
non pemerintah (lokal
dan internasional)
Tersedia dana
rehabilitasi dari
Perusahaan IPPKH
Kebutuhan kayu
semakin meningkat
Adanya dukungan dari
pemerintah daerah
untuk pengembangan
wisata alam
dan pemanfaatan hutan
Memanfaatkan rehab
DAS 1:1 untuk
memperbaiki HL yang
memiliki kriteria kritis dan
sangat kritis
Berkolaborasi dengan
IUPHHK HA untuk
pemberdayaan
masyarakatdalam
meningkatkan produksi
kayu
Pemanfaatan
jasalingkungan untuk
pengembangan
ekonomis dan
pengelolaan HL
Mendorong kemandirian
KPH melalui
pengembangan investasi
dan bisnis KPH
KPH
Peningkatan dan
penyediaan sarana
prasarana
Mendorong koordinasi dan
integrasi para stakeholder
Konvergensi pendanaan
APBN, APBD dan mitra lain
Membangun kemitraan
dalam pengelolaan HHK,
HHBK dan jasling
Perencanaan program
rehabilitasi pada HL yang
tepat sasaran dan sesuai
aspirasi masyarakat
Mendorong pemegang
IUPHHK-HA untuk
mengoptimalkan kinerjanya
dengan memberdayakan
masyarakat
Mengurangi konflik lahan
dengan mengikutsertakan
masyarakat dalam
pengembangan wisata
alam
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-7
Threaths:
Klaim penggunaan
kawasan hutan oleh
masyarakat
Perambahan hutan oleh
masyarakat
Ketergantungan
masyarakat terhadap
hasil hutan kayu tinggi
sehingga mendorong
ilegal logging.
Pengelolaan hutan oleh
IUPHHK-HA/HT belum
menerapkan prinsip
kelestarian
Ijin pertambangan pada
wilayah KPH (pinjam
pakai)
Strategi menggunakan
kekuatan untuk mengatasi
ancaman (ST):
Pemantapan kawasan
hutan untuk menjamin
kepastian pengelolaan
hutan lestari
Monitoring, evaluasi dan
pembinaan ijin
pemanfaatan dan
penggunaan kawasan
hutan
Perlindungan dan
konservasi
keanekaragaman hayati
dan ekosistem
Peningkatan peran
masyarakat dalam
pemanfaatan hasil hutan
kayu dengan pola
kemitraan
Mengurangi
ketergantungan
masyarakat hasil hutan
kayu dengan
Pengembangan ekonomi
masyarakat melalui
pemanfaatan jasa
lingkungan
Strategi memperkecil
kelemahan untuk mengatasi
ancaman (WT):
Rasionalisasi luas KPHP
Model Pulau Laut dan
Sebuku
Memperkuat kegiatan
perlindungan hutan
melalui patroli
pengamanan hutan dan
penyuluhan
Membangun HKm/HD
untuk mengatasi
ketergantungan
masyaraakat terhadap
hutan dan mengurangi
illegal logging.
Mengurangi konflik dan
klaim lahan melalui
sosialisasi pembangunan
HKm/HD
Memanfaatkan
aksesibilitas yang tinggi
untuk mengamankan
kawasan hutan dari
perambahan dan klaim
masyarakat
Mendorong dan
memfasilitasi kemitraan
dalam penyelesaian
konflik tenurial
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-8
Menggunakan pemegang
IUPHHK untuk
memberdayakan
masyarakat sekitar hutan
melalui CSR
Pemberdayaan dan
peningkatan kemandirian
masyarakat dalam
pengelolaan hutan
Berdasarkan tabel matrik analisis tersebut maka ada beberapa strategi yang akan
mendapat perhatian dalam penyusunan program dan rencana kegiatan pada
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku yaitu:
1. Penguatan kelembagaan KPH dalam mendukung optimalisasi pengelolaan
dan pemanfaatan hutan
2. Memanfaatkan rehab DAS 1:1 untuk memperbaiki HL yang memiliki kriteria
kritis dan sangat kritis
3. Berkolaborasi dengan IUPHHK HA untuk pemberdayaan masyarakatdalam
meningkatkan produksi kayu
4. Pemanfaatan jasalingkungan untuk pengembangan ekonomis dan
pengelolaan HL
5. Mendorong kemandirian KPH melalui pengembangan investasi dan bisnis
KPH
6. Inventarisasi SDH secara berkala
7. Membangun data base KPH
8. Peningkatan dan penyediaan sarana prasarana
9. Mendorong koordinasi dan integrasi para stakeholder
10. Konvergensi pendanaan APBN, APBD dan mitra lain
11. Membangun kemitraan dalam pengelolaan HHK, HHBK dan jasling
12. Perencanaan program rehabilitasi pada HL yang tepat sasaran dan sesuai
aspirasi masyarakat
13. Mendorong pemegang IUPHHK-HA untuk mengoptimalkan kinerjanya
dengan memberdayakan masyarakat
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-9
14. Mengurangi konflik lahan dengan mengikutsertakan masyarakat dalam
pengembangan wisata alam
15. Pemantapan kawasan hutan untuk menjamin kepastian pengelolaan hutan
lestari
16. Monitoring, evaluasi dan pembinaan ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan
17. Perlindungan dan konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem
18. Peningkatan peran masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan kayu
dengan pola kemitraan
19. Mengurangi ketergantungan masyarakat hasil hutan kayu dengan
Pengembangan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan jasa lingkungan
20. Menggunakan pemegang IUPHHK untuk memberdayakan masyarakat
sekitar hutan melalui CSR
21. Rasionalisasi luas KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
22. Memperkuat kegiatan perlindungan hutan melalui patroli pengamanan hutan
dan penyuluhan
23. Membangun HKm/HD untuk mengatasi ketergantungan masyaraakat
terhadap hutan dan mengurangi illegal logging.
24. Mengurangi konflik dan klaim lahan melalui sosialisasi pembangunan
HKm/HD
25. Memanfaatkan aksesibilitas yang tinggi untuk mengamankan kawasan
hutan dari perambahan dan klaim masyarakat
26. Mendorong dan memfasilitasi kemitraan dalam penyelesaian konflik tenurial
27. Pemberdayaan dan peningkatan kemandirian masyarakat dalam
pengelolaan hutan
4.2. Proyeksi Kondisi Wilayah
Dengan dilaksanakanya pengelolaan hutan dalam wilayah pengelolaan
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku diharapkan mampu memperbaiki tata
kelola hutan (forest governance), memperkecil laju degradasi hutan,
mempercepat rehabilitasi dan reforestasi, meningkatkan perlindungan dan
pengamanan hutan, meningkatkan manfaat hutan bagi masyarakat di dalam
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-10
dan sekitar hutan, meningkatkan stabilitas supply hasil hutan dalam
pembangunan kehutanan.
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku dimasa mendatang diproyeksikan
menjadi unit pengelolaan hutan pada tingkat tapak yang memiliki beberapa
keunggulan antara lain:
1. Memiliki database biofisik dan sosial budaya yang lengkap sehingga tata
hutan dan rencana pengelolaan disusun berdasarkan data dan informasi
yang akurat
2. Pengelolaan hutan produksi diarahkan mengikuti kaidah-kaidah
pengelolaan hutan lestari dengan sistem pemanenan ramah lingkungan
(reduce impact logging)
3. Meningkatan pemanfaatan dan aneka usaha kehutanan (HHBK) untuk
menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
4. Menjadikan hutan wisata meranti putih sebagai kawasan ekowisata
5. Mengelola pemanfaatan jasa lingkungan air untuk pemenuhan keperluan
air bersih
6. KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku masuk dalam skema perdagangan
karbon serta “dana kompensasi karbon” Pengelolaan Hutan lindung
dengan melibatkan masyarakat melalui skema HKm dan pemanfaatan
HHBK yang lebih optimal
7. Berkurangnya luas lahan kritis
8. Adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah kelola KPH
9. Mandiri dari segi pendanaan melalui pengembangan bisnis dan investasi
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-1
BAB V
RENCANA KEGIATAN
5.1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola Serta Penataan Hutannya
Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,
mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe
ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.
Tata hutan terdiri dari beberapa kegiatan yang tidak terpisahkan yaitu Tata
batas, Inventarisasi Hutan, pembagian ke dalam blok/zona, pembagian petak
dan anak petak, dan pemetaan. Beberapa tahapan kegiatan yang perlu
dilakukan dalam rangka tata hutan dan pemantapan kawasan hutan, yaitu:
5.1.1. Inventarisasi Berkala
Kegiatan inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan informasi berupa
data mengenai potensi, karakteristik, bentang alam, kondisi sosial ekonomi,
serta informasi lainnya untuk tujuan tertentu. Dalam konteks pembangunan
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku, inventarisasi ditujukan untuk
mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan potensi sumberdaya
hutan. Potensi sumberdaya hutan ini meliputi aspek biofisik wilayah(status,
penggunaan dan penutupan lahan, jenis tanah dan kelerengan
lapangan/topografi, iklim, hidrologi/tata air, bentang alam dan gejala-gejala
alam, kondisi sumber daya manusia dan demografi, jenis potensi dan sebaran
flora, jenis, populasi dan habitat fauna) dan aspek sosial ekonomi budaya
(sejarah desa, pemukiman dan tata guna lahan, sistem dan struktur
masyarakat, asal usul masyarakat, ketergantungan masyarakat terhadap hutan,
data kependudukan, perekonomian dan juga keberadaan hak adat serta adat
istiadat lainnya, kelembagaan, harga dan pemasaran produk masyarakat,
pendidikan, kesehatan dan lingkungan). Pelaksanaan kegiatan inventarisasi
harus dilakukan disemua blok dan petak. Metode inventarisasi menyesuaikan
dengan tujuan inventarisasi tersebut.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-2
Pelaksanaan inventarisasi dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama
adalah pada areal yang sudah memiliki ijin, inventarisasi dilakukan dengan
kompilasi data hasil inventarisasi hutan menyeluruh dan berkala (IHMB) yang
telah dilakukan oleh pemegang ijin pemanfaatan, sedangkan pada kawasan
yang belum dibebani ijin pemanfaatan maka inventarisasi dilakukan dengan
survey lapangan secara langsung. Dengan demikian, masih perlu dilakukan
inventarisasi lanjutan dan berkala yaitu: aspek biofisik (Inventariasai potensi
kayu, inventarisasi potensi HHBK, inventarisasi potensi jasa lingkungan) dan
aspek sosial, ekonomi budaya masyarakat.
5.1.2 Inventarisasi Potensi Kayu
Kegiatan Inventarisasi yang telah dilaksanakan dalam kawasan KPHP
Model Pulau Laut dan Sebuku adalah kegiatan Inventarisasi Hutan Menyeluruh
Berkala (IHMB) yang telah dilakukan oleh pemegang IUPHHK-HA dan
IUPHHK-HT PT. Inhutani II pada pertengahan tahun 2012. Prioritas
inventarisasi potensi kayu berada pada areal diluar pengelolaan PT Inhutani II
yang dikelola oleh KPHP/ Mitra direncanakan akan dilaksanakan secara
bertahap hingga pada tahun 2018 sebanyak 783 petak.
Lebih lanjut, berikut prioritas inventarisasi kayu pada wilayah kelola KPHP
Model Pulau Laut dan sebuku:
Tabel V.1. Rencana Prioritas Inventarisasi Potensi Kayu Pada Wilayah Kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
No. RPH Luas (ha)
Open Access
WAKTU PELAKSANAAN
2014 2015 2016 2017 2018
1 SEBATUNG 15.007,95 1.291,99
2 SEMISIR 27.322,44 16.397,88
3 SEMARAS 24.752,51
4 TANJUNG SELOKA 15.999,95
5 P. LAUT KEPULAUAN 8.896,88 8.896,88
6 P. SEBUKU 11.391,66 9.428,58
Jumlah A 103.368,29 35.816,29
Inventarisasi potensi kayu dilakukan untuk mengetahui potensi kayu
(m3/ha) pada setiap tutupan lahan yang digunakan untuk menyusun rencana
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-3
kerja usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (RKUPHHK-HA) dan sebagai acuan
untuk melakukan kegiatan penanaman pada rencana kerj ausaha pemanfaatan
hasil hutan kayu dari hutan tanaman (RKUPHHK-HT), bentuk kegiatan
inventarisasi potensi kayu yang akan dilaksanakan adalah:
5.1.3 Inventarisasi Hutan Menyeluruh dan Berkala (IHMB)
Kegiatan IHMB dilaksanakan per 10 tahun dan akan dilakukan pada
wilayah tertentu hutan produksi pada blok pemanfaatan hasil hutan kayu dari
hutan tanaman dan hutan alam. Pelaksanaan IHMB mengacu pada Peraturan
Menteri Kehutanan RI No: P.33/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Inventarisasi
Hutan Menyeluruh dan Berkala (IHMB) pada usaha pemanfaatan hasil hutan
kayu pada hutan produksi, serta peraturan lain yang relevan
5.1.4 Inventarisasi Hutan Sebelum Penebangan (ITSP)
Kegiatan ITSP merupakan inventarisasi tindak lanjut dari IHMB. ITSP
dilakukan pertahun pada blok yang sudah tertata sampai petak penebangan
atau penanaman. ITSP dilakukan dengan intensitas sampling 100% untuk
pohon niagawi dengan diameter >40 cm dan pohon dilindungi. ITSP menjadi
dasar penyusunan rencana kerja tahunan pada wilayah pemanfaatan hasil
hutan kayu dalam wilayah tertentu.
Pelaksanaan ITSP mengacu pada Permenhut No: P.11/Menhut-II/2009
tentang sistem silvikultur dalam areal ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
pada hutan produksi dan peraturan direktur jenderal bina produksi kehutanan
No: P.9/VI-BPHA/2009 tanggal 21 Agustus 2009 tentang pedoman
pelaksanaan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia (TPTI) serta
peraturan lainnya yang dianggap relevan.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-4
5.1.5 Inventarisasi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Inventarisasi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) akan dilaksanakan
diseluruh wilayah kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku. Inventarisasi
dilakukan untuk mengetahui jenis HHBK, kualitas dan kuantitas serta pola
pemanfaatan dimasyarakat yang ada disekitar hutan. Pada periode 2014 –
2023, inventariasai HHBK yang menjadi prioritas adalah:
1. Inventarisasi potensi, kualitas dan kuantitas HHBK diseluruh wilayah KPHP
Model Pulau Laut dan Sebuku
2. Inventarisasi khusus potensi gaharu dan madu alam yang akan
dilaksanakan pada seluruh wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
3. Inventarisasi khusus potensi satwa buruan pelanduk
5.1.6 Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan
Inventarisasi jasa lingkungan akan dilaksanakan secara berkala pada
seluruh wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku, prioritas lokasi
inventarisasi disesuaikan dengan potensi yang akan dikembangkan. Prioritas
inventariasai jasa lingkungan tahun 2015 – 2024 sebagai berikut:
1. Inventariasasi potensi karbon yang akan dilaksanakan pada seluruh
wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku.
2. Pengembangan PMUMHM untuk Ekowisata dan Penelitian.
5.1.7 Inventarisasi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat
Inventariasai sosial, budaya dan ekonomi masyarakat dilakukan dalam
rangka ketersediaan data terkait sejarah desa, pemukiman dan tata guna lahan,
sistem dan struktur masyarakat, asal usul masyarakat, ketergantungan
masyarakat terhadap hutan, data kependudukan, perekonomian dan juga
keberadaan hak adat serta adat istiadat lainnya, kelembagaan, harga dan
pemasaran produk masyarakat, pendidikan, kesehatan dan lingkungan.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-5
5.2 Tata Batas Blok dan Petak
Penataan batas blok dan petak dilakukan untuk memberikan kepastian
kegiatan pemanfaatan yang akan dilakukan. Tata batas diprioritaskan pada blok
yang akan dikelola secara intensif dan berbatasan langsung dengan
kepentingan pihak lain. Beberapa bentuk kegiatan yang akan dilakukan adalah:
1. Penandaan batas blok di lapangan
2. Sosialisasi batas blok terutama yang bersinggungan dengan masyarakat
atau pihak lain
3. Pemeliharaan pal batas
4. Rekonstruksi batas tiap 10 tahun sekali
Prioritas rencana penataan batas blok dan petak periode 2014 – 2023
sebagaimana dirincikan sebagai berikut :
Tabel V.2. Prioritas Rencana Tata Batas Fungsi, Blok dan Petak
NO. RPH BTS
FUNGSI
BLOK PETAK
Luas Panjang
(km) Jumlah
Panjang (km)
1 2 3 4 5 6 7
1 SEMISIR 20,85
HL Inti 123,02 5,26 3 9,52
HL Inti 386,14 7,82 10 28,19
HL Inti 154,36 5,27 4 12,75
HL Inti 851,18 13,29 25 66,88
HL Pemanfaatan 421,11 9,19 12 34,36
HL Pemanfaatan 149,37 5,59 4 11,44
HP Pemanfaatan 14.042,59 82,52
HP Pemberdayaan 76,94 6,04 2 6,82
Jumlah 2 16.204,71 134,98 60 169,96
2 PULAU SEBUKU 83,84
HL Inti 1.779,17 59,06 45 135,98
HP Perlindungan 817,68 23 64,17
HP Perlindungan 1.105,44 81,45 31 123,12
HP Pemanfaatan 5.322,25 82,09 146 415,83
HP Pemberdayaan 404,04 11,93 11 32,58
Jumlah 3 9.428,58 234,53 256 771,68
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-6
3 P. LAUT KEPULAUAN 49,74
HL Pemanfaatan 288,82 6,94 7 19,57
HP Pemberdayaan 5.082,69 78,72 156 376,66
HP Pemberdayaan 871,50 18,91 19 56,50
HP Perlindungan 1.967,93 17,59 50 144,50
HP Perlindungan 368,01 11,97 9 25,85
HP Pemberdayaan 317,93 10,70 7 22,33
Jumlah 4 8.896,88 144,83 248 645,41
JUMLAH 43.384,16 686,65 783 2.251,36
5.2.1 Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan
hutan, memanfaatkan jasa lingkungan,memanfaatkan hasil hutan kayu dan
bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal
dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga
kelestariannya.
Wilayah tertentu adalah areal yang berada di luar areal ijin pemanfaatan
dan penggunaan kawasan hutan. Pemanfaatan wilayah tertentu pada areal
KPHP Pulaun Laut dan Sebuku berada pada Kawasan Hutan Lindung dan
Hutan Produksi.
Adapun jenis kegiatan yang akan dilaksanakan pada pemanfaatan
wilayah tertentu pada areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku meliputi :
5.2.2. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Prioritas pemanfaatan hasil hutan kayu pada wilayah tertentu terletak
pada RPH Semisir seluas 3.032,16 ha pada areal PMUMHM merupakan areal
LOA (Log Over Area) IUPHHK HA PT. Inhutani II dengan potensi kayu pada
kawasan tersebut rata-rata perhektar sebesar 74,72 mᶟ yang terdiri dari kayu
kelompok meranti, kelompok rimba campuran dan komersil lain. Selain itu,
pada RPH Pulau Sebuku seluas 906,00 ha, dan pada RPH Semisir seluas
4.332,99 ha berupa potensi penjarangan tanaman.
Berikut adalah potensi kayu rata-rata perhektar pada areal pemanfaatan
wilayah tertentu:
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-7
Tabel V.3. Potensi Rerata/ Hektar Pada Areal Pemanfaatan Wilayah Tertentu
Potensi pohon Berdasarkan Kelas Diameter
Kelompok Jenis 10 -19 cm 20 -29 cm 30 -39 cm 40 -49 cm 50 cm Up Jumlah
N V N V N V N V N V N V
I. Kel. Meranti
1. Meranti 27,43 6,66 4,62 2,20 1,34 1,44 0,17 0,24 0,04 0,06 33,58 10,59
2. Keruing 16,70 3,09 3,43 1,61 0,63 0,78 0,08 0,12 0,01 0,03 20,86 5,64
3. Nyatoh 1,93 0,18 1,23 0,31 0,20 0,08 0,01 0,01 - - 3,38 0,58
Jumlah 46,07 9,93 9,27 4,11 2,17 2,30 0,26 0,37 0,05 0,09 57,82 16,81
II. Rimba Camp.
1. Tarap 11,08 1,30 4,57 1,19 1,54 0,85 0,14 0,08 0,05 0,05 17,38 3,47
2. Medang 10,20 1,11 1,85 0,39 0,31 0,12 0,02 0,01 0,01 0,01 12,38 1,64
3. Jabon 9,32 0,96 1,89 0,44 0,16 0,09 0,02 0,01 - - 11,38 1,50
4. Mahirangan 7,91 0,87 2,42 0,58 0,58 0,26 0,07 0,04 0,02 0,02 11,00 1,76
5. Singkuang 4,57 0,47 1,85 0,42 0,67 0,27 0,05 0,02 0,02 0,01 7,16 1,20
6. Paning-paning 4,04 0,41 1,80 0,38 0,43 0,15 0,02 0,01 0,01 0,00 6,30 0,95
7. Banitan 8,44 0,92 0,88 0,19 0,17 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 9,49 1,18
Jumlah 55,56 6,04 15,25 3,59 3,85 1,80 0,31 0,17 0,12 0,09 75,10 11,69
III. Komersil lain 109,36 11,41 18,02 4,25 4,21 1,83 0,28 0,14 0,12 0,09 132,00 17,72
Jumlah Total 312,62 43,35 67,08 19,66 16,26 10,03 1,43 1,22 0,46 0,46 397,84 74,72
Selain itu, pada wilayah tertentu juga akan direncanakan dilakukan
penanaman sengon sebagai bentuk pemanfaatan hasil hutan kayu dan sebagai
salah satu core bisnis di KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku. Penanaman
sengon direncanakan mulai dilaksanakan pada tahun 2016 dengan luas
penanaman sebesar 500 ha per tahun. Dengan rencana penanaman ini maka
diharapkan dapat meningkatkan sumber pendanaan di KPHP Model Pulau laut
dan sebuku.
Untuk menjamin keberlanjutan produksi dalam pemanfaatan hasil hutan
kayu tersebut maka perlu dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Menyusun rencana usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam
dan hutan tanaman (RKUPHHK-HA/HT) berdasarkan IHMB
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-8
2. Menyusun RKT pemanfaatan hasil hutan kayu berdasarkan blok tahunan
yang telah disusun
3. Peningkatan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan
4. Melakukan kegiatan penebangan sesuai RKT yang telah ditetapkan
5. Monitoring dan evaluasi kegiatan
5.2.3 Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk
memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan
tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.
Pada areal pemanfaatan wilayah tertentu terdapat blok pemberdayaan
masyarakat melalui pola kemitraan dengan masyarakat dimana komoditi yang
dikembangkan berupa pohon penghasil getah (karet) dan pohon penghasil
gaharu, lokasi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu terletak pada RPH Pulau
Laut Kepulauan seluas 2.875,30 ha dan RPH Pulau Sebuku seluas 2.265,43
ha.
Beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam pengembangan hasil
hutan bukan kayu adalah:
1. Melakukan inventarisasi dan membangun data base HHBK pada wilayah
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
2. Menyusun rencana pemanfaatan dan pengembangan HHBK
3. Menyiapkan kelembagaan pengelola
4. Meningkatkan teknologi pemanfaatan dan pengelolaan HHBK
5. Membangun jaringan pemasaran
5.2.4 Pengembangan Wisata Alam
Prioritas pengembangan wisata alam yang terdapat di KPHP Model
Pulau Laut dan Sebuku terdapat potensi wisata pada areal Pembangunan
Model Unit Manajemen Hutan Meranti (PMUMHM) Pulau laut yang merupakan
hutan tropis dataran rendah yang memiliki karateristik tumbuhan yang berbeda
dengan Pulau Kalimantan dimana terdapat jenis tanaman meranti dan keruing
yang secara kualitas lebih baik dari tanaman meranti dan keruing yang ada di
daratan pulau Kalimantan sehingga tanaman meranti yang ada di areal
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-9
PMUMHM baik yang ditanam maupun yang tumbuh secara alami selain untuk
kegiatan wisata alam dapat juga menjadi wadah/media laboratorium alami
untuk kegiatan penelitian. Rencana hutan wisata terletak di RPH Semisir seluas
417,63 ha
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan
wisata alam antara lain :
1. Menyusun rencana pengembangan wisata alam
2. Menyiapkan kelembagaan pengelola (sarana prasarana, SDM dan SOP)
3. Pembangunan infrastruktus dasar untuk pengembangan kawasan hutan
4. Pengembangan akses pasar
5.2.5 Pengembangan Perdagangan Karbon
Perdagangan karbon (carbon trade) adalah mekanisme berbasis pasar
untuk membantu membatasi peningkatan CO² di atmosfer. Perdagangan
karbon yang memiliki makna yaitu melindungi karbon dan menjualnya kepada
negara-negara emisi. Pemerintah telah memberikan batasan kriteria hutan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/KPTS-
II/2004 tentang tata cara Aforestasi dan Reforestasi dalam kerangka
mekanisme pembangunan bersih, menyebutkan bahwa hutan dalam rangka
mewujudkan mekanisme pembangunan bersih adalah :
- Luas hutan minimal 0,25 Ha.
- Persentase penutupan tajuk minimal 30 %.
- Tinggi pohon minimal 5 meter
Prioritas pengembangan perdagangan karbon berada pada kawasan
hutan lindung gunung sebatung yang relatif luas dengan adanya kompensasi
perdagangan karbon, tentunya merupakan peluang besar untuk menambah
penerimaan guna kegiatan pembangunan yang tentunya tidak terlepas dari
persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. Tata cara perizinan mengacu
pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2009 tentang Tata
Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan /atau Penyimpanan
Karbon Pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-10
Dalam rangka mengukur dan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan
oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku merupakan bagian dari pengurangan
emisi maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan analisis faktor penyebab degradasi dan deforestasi skala KPHP
Model Pulau laut dan sebuku
2. Menyusun desain penurunan emisi yang terintegrasi dengan rencana
pengelolaan KPH dan ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan
Berikut adalah prioritas rencana pemanfaatan wilayah tertentu pada
areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku:
Tabel V.4. Prioritas Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu di
Areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
No. Kegiatan Lokasi Luas Ha
Keterangan
1 Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu :
- Hutan Alam
- Tanaman hasil rehabilitasi :
Penjarangan tanaman hasil
rehabilitasi Pada areal PMUMHM
RPH Semisir dan
RPH Sebuku
RPH Semisir
2.920,00
4.332,99
2 Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
RPH P. Laut Kepulauan
RPH Pulau Sebuku
2.875,30
2.169,58
Getah Karet,
Gaharu
3 Pemanfaatan Jasa lingkungan :
- Wisata alam
Areal PMUMHM dan Penelitian
- Penyimpanan karbon
RPH Semisir
RPH Semisir
RPH Sebuku
417,63
1.514,70
2.596,85
Laboratorium
alam berupa
tanaman
Meranti
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-11
5.3. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat setempat melalui Kemitraan Kehutanan
adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat
setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan
adil melalui Kemitraan Kehutanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat setempat.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan
masyarakat,yaitu :
1. Adanya pelaksana program yang memahami kondisi sosial-budaya dan
kebutuhan masyarakat sasaran;
2. Adanya kesesuaian antara tujuan program dengan kebutuhan masyarakat
sasaran
3. Adanya tokoh masyarakat yang berpikiran maju untuk pembangunan
desanya;
4. Adanya latar sosial budaya masyarakat yang bersesuaian dengan metode
pelaksanaan progam di lapangan;
5. Adanya kesesuaian peraturan perundangan yang terkait dengan keinginan
masyarakat sasaran, khususnya penentuan jenis tanaman
6. Adanya nilai-nilai kerjasama dan solidaritas yang berkembang melembaga
secara informal yang sesuai dengan lembaga bentukan pemerintah;
7. Adanya dukungan dan kerjasama lembaga terkait untuk mendorong
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan;
8. Adanya apresiasi positif dari pemerintah terhadap keberhasilan yang telah
dicapai oleh kelompok masyarakat terhadap program pemberdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan.
5.3.1. Pengembangan Skema Perhutanan Sosial
Pemberdayaan masyarakat melalui skema perhutanan sosial bisa
dilakukan pada kawasan hutan lindung dan hutan produksi melalui program
Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan/atau program Hutan Desa (HD). Model
pemberdayaan dari HKm dan HD yang dapat dilaksanakan melalui pola
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-12
agroforestri adapun komoditi yang dikembangkan sesuai keinginan masyarakat
setempat dimana untuk kawasan hutan lindung komoditi yang dikembangkan
berpa pohon penghasil hasil hutan bukan kayu seperti penghasil getah karet,
kemiri dan buah-buahan.
Beberapa lokasi yang dan komoditi HHBK yang menjadi prioritas
pengembangan skema perhutanan sosial disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel V.5. Prioritas Pengembangan Skema Perhutanan Sosial Pada KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
No. Lokasi Luas Ha
HHBK Skema Pengelolaan
1.
2.
3
3.
RPH Sebatung
RPH P. Laut Kepulauan
RPH Pulau Sebuku
1.186,32
1.189,44
404,04
Karet, Kemiri dan
Buah-buahan
Karet, gaharu
Karet, gaharu
HKm/HD
HKm/HD
HKm/HD
Jumlah 2.779,80
Dalam mewujudkan pengembangan skema perhutanan sosial tersebut
perlu dilakukan beberapa kegiatan antara lain:
1. Sosialisasi skema perhutanan social (HKm dan HD)
2. Pendampingan dan fasilitasi
3. Penguatan kelembagaan masyarakat
4. Monitoring dan evaluasi
5.3.2. Pengembangan Kemitraan
Pemberdayaan masyarakat melalu pola kemitraan bisa dilakukan pada
kawasan hutan lindung maupun hutan produksi yang berada dalam kawasan
pemanfaatan wilayah tertentu, kerjasama dalam pengembangan kapasitas dan
pemberian akses dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan dan
diikat dengan perjanjian kemitraan.
Pemberdayaan masyarakat setempat melalui Kemitraan Kehutanan harus
menggunakan prinsip-prinsip:
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-13
a. Kesepakatan: semua masukan, proses dan keluaran Kemitraan Kehutanan
dibangun berdasarkan kesepakatan antara para pihak dan bersifat
mengikat.
b. Kesetaraan: para pihak yang bermitra mempunyai kedudukan hukum yang
sama dalam pengambilan keputusan.
c. Saling menguntungkan : para pihak yang bermitra berupaya untuk
mengembangkan usaha yang tidak menimbulkan kerugian.
d. Lokal spesifik : Kemitraan Kehutanan dibangun dan dikembangkan dengan
memperhatikan budaya dan karakteristik masyarakat setempat, termasuk
menghormati hak-hak tradisional masyarakat adat.
e. Kepercayaan : Kemitraan Kehutanan dibangun berdasarkan rasa saling
percaya antar para pihak.
f. Transparansi: masukan, proses dan keluaran pelaksanaan Kemitraan
Kehutanan dijalankan secara terbuka oleh para pihak, dengan tetap
menghormati kepentingan masing-masing pihak.
g. Partisipasi : pelibatan para pihak secara aktif, sehingga setiap keputusan
yang diambil memiliki legitimasi yang kuat.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan pola kemitraan pada areal
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku diprioritaskan pada pemanfaatan wilayah
tertentu yang terletak pada RPH Pulau laut kepulauan pada blok HP
Pemberdayaan masyarakat seluas 2.875,30 ha,adapun komoditi yang
dikembangkan sesuai keinginan masyarakat setempat berupa pohon penghasil
hasil hutan bukan kayu seperti getah karet, gaharu, serta pohon penghasil kayu
untuk bahan konstruksi pembuatan bagan nelayan berupa pohon eucalyptus
pellita. Selanjutnya adalah pada RPH Pulau sebuku pada blok HP Pemanfaatan
seluas 2.265,43 ha, adapun komoditi yang dikembangkan sesuai keinginan
masyarakat setempat dimana komoditi yang dikembangkan berupa pohon
penghasil hasil hutan bukan kayu seperti getah karet dan gaharu.
Berikut adalah prioritas Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada
kegiatan pemberdayaan masyarakat pada wilayah tertentu melalui pola
kemitraan yang tersaji pada tabel di bawah ini:
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-14
Tabel V.6. Prioritas Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Pada Wilayah
Tertentu Melalui Pola Kemitraan
No. HHBK Lokasi Luas (Ha)
Ket.
1.
2.
Areal Open Access (OA)
Karet, Gaharu, Eucalyptus
pellita
Karet, Gaharu
RPH P. Laut Kepulauan
RPH Pulau Sebuku
2.875,30
2.169,58
Pola bagi
hasil
Pola bagi
hasil
Jumlah 5.044,88
Dalam mendukung pelaksanaan skema kemitraan antara KPHP Model
Pulau Laut dan sebuku dengan masyarakat, maka perlu dilakukan beberapa
kegiatan antara lain:
1. Sosialisasi rencana pengelolaan melalui pola kemitraan
2. Penyiapan kelembagaan masyarakat
3. Membangun dan membuat MOU
4. Menyusn rencana pengelolaan secara bersama-sama
5. Monitoring dan evaluasi secara bersama-sama
5.4 Pembinaan, Pemantauan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pada Areal Yang Berijin
5.4.1 Pembinaan
Secara internal kawasan pengelolaan managemen KPHP Model Pulau
Laut dan Sebuku memiliki fungsi pembinaan sesuai dengan PP Nomor : 6
Tahun 2007 utamanya pembinaan terhadap masyarakat dalam kawasan
ataupun pembinaan terhadap unit managemen yang memiliki ijin pemanfaatan
dan penggunaan kawasan
Sebagai pemangku wilayah pengelolaan hutan dimana apabila di dalam
kawasan KPH telah terdapat hak dan ijin pemanfaatan oleh investor maka KPH
memiliki kewajiban untuk memberikan pembinaan terhadap para pemegang ijin
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-15
pemanfaatan tersebut. Bentuk-bentuk pembinaan oleh KPH kepada para
pemegang ijin pemanfaatan adalah;
1) Memberikan informasi dan sosialisasi tentang segala bentuk peraturan dan
perundang-undangan yang diberlakukan oleh pemerintah (pusat dan
daerah) dalam hal pemanfaatan kawasan hutan.
2) Memberikan bimbingan dan arahan tentang pedoman atau petunjuk teknis
yang dikeluarkan pemerintah (pusat dan daerah) untuk pelaksanaan
pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan oleh para pemegang ijin.
3) Memfasilitasi konflik kepentingan yang ada antara pemegang ijin dengan
masyarakat yang ada di dalam kawasan kelola.
4) Memberikan arahan dalam penyusunan rencana kerja (RKU atau RKT)
kepada para pemegang ijin pemanfaatan.
5.4.2 Pemantauan
Pemantauan dilakukan oleh KPH terhadap pelaksanaan kegiatan
operasional para pemegang ijin dalam kawasan untuk menjaga konsistensi
kepatuhan kegiatan operasional tersebut terhadap peraturan dan petunjuk
teknis yang berlaku, selain itu pemantauan secara berkala juga dilakukan untuk
mendorong pencapaian target-target yang telah direncanakan dalam rencana
kerja pemegang ijin. Bentuk-bentuk pemantauan itu sendiri diantaranya ;
1) Pemantauan terhadap penataan ruang kawasan kelola (produksi, lindung)
2) Pemantauan terhadap produksi (lokasi, luas, volume)
3) Pemantauan terhadap penanaman dan produksi bibit (luas tanam,
kapasitas produksi bibit)
4) Pemantauan terhadap tanggung jawab sosial pemegang ijin.
Kegiatan pembinaan dan pemantauan akan dilaksanakan secara
periodik setiap tahunnya, dan akan sangat tergantung pada kondisi situasi
dilapangan. Prioritas pembinaan dan pemantauan (controlling) Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu di areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku yang dibebani
ijin pemanfaatan berupa IUPHHK Hutan Alam dan IUPHHK Hutan Tanaman
dan penggunaan kawasan hutan berupa IPPKH perusahaan pertambangan.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-16
Berikut adalah rincian pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan pada
areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku seperti tersaji pada tabel di bawah
ini :
Tabel V.7. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pada Areal
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
No. Kegiatan Lokasi Luas (Ha)
Ket.
A. 1. 2. B. 1. 2. 3. C. 1. 2. 3. 4.
IUPHHK HA PT. Inhutani II Kelas perusahaan Kayu Pertukangan Jenis Fast Growing Species. Teknik Multisistem Silvikultur Kelas Perusahaan Kayu Pertukangan Jenis Meranti/ Dipterocarpaceae (Silvikultur TPTI)
IUPHHK HT PT. Inhutani II Kelas Perusahaan getah karet, dengan sistem Silvikultur THPB Kelas Perusahaan Bio-Energy dan Kayu Pertukangan Unggulan Fast Growing Setempat, dengan sistem Silvikultur THPB Kelas perusahaan Kayu Pertukangan Acacia mangium (Sistem Silvikultur THPB) IPPKH PT. Sebuku Iron Literatic Ores (pertambangan biji besi) PT. Bahari Cakrawala Sebuku (pertambangan batubara) PT. Metalindo Bumi Raya (pertambangan batubara) PT. Karbon Mahakam (pertambangan batubara)
RPH Sebatung RPH Semaras RPH Semaras RPH Semaras RPH Tg. Seloka RPH P. Sebuku RPH P. Sebuku RPH P. Sebuku RPH P. Sebuku
11.617,85
8.837,17
13.159,26
11.593,25
15.999,95
840,25
513,06
533,78
58,89
Rencana pembinaan dan pemantauan terhadap pemanfaatan maupun
penggunaan kawasan hutan pada areal KPHP Model Pulau Laut adalah:
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-17
Tabel V.8. Rencana Pembinaan dan Pemantauan Terhadap Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan
Keterangan
Pembinaan
1. Sosialisasi Peraturan 4 x setahun
2 Bimbingan Teknis 4 x setahun
3 Fasilitasi penyelesaian Konflik Sepanjang tahun Insidentil
4 Fasilitasi penyusunan rencana pengelolaan
Sepanjang tahun Insidentil
Pemantauan
1 Pemantauan Bulanan Tiap akhir Bulan
2 Pemantauan Triwulan 3 bulan sekali
3 Pemantauan Semesteran 6 bulan sekali
4 Pemantauan Tahunan 1 tahun sekali
5.5 Rehabilitasi Pada Areal Kerja Diluar Ijin
Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 18/Menhut-II/2011
tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan dan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.14/Menhut-II/2013 tentang Perubahan Kedua Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P. 18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam
Pakai Kawasan Hutan. Dimana perusahaan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH) diwajibkan melaksanakan reklamasi dan revegetasi pada kawasan
hutan yang sudah tidak dipergunakan tanpa menunggu selesainya jangka
waktu izin pinjam pakai kawasan hutan dan melakukan penanaman dalam
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-18
rangka rehabilitasi daerah aliran sungai dalam hal kompensasi berupa
pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak Penggunaan Kawasan Hutan.
Penanaman dalam rangka Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai adalah
upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi Daerah
Aliran Sungai sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam
mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
Pada areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku terdapat beberapa
perusahaan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang bergerak di bidang
pertambangan dan IPPKH yang berada di Kabupaten Kotabaru dimana lokasi
usulan untuk rahabilitasi berada pada areal KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku yang secara keseluruhan mempunyai kewajiban untuk melakukan
rehabilitasi dan reklamasi seluas 5.140,28 ha sebagaimana dirinci pada tabel
berikut :
Tabel V.9. Rencana Rehabilitasi Oleh Perusahaan IPPKH Pada Areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
No. Pemanfaatan Lahan Luas Ijin
(ha) RPH BLOK
Penetapan Rehabilitasi
Batas waktu
1 PT. Sebuku Iron Literatic Ores
RPH P. L Kepulauan Blok HP Pemberdayaan
600
2 PT. Metalindo Bumi Raya
1.178,53 RPH P.L. Kepulauan Blok HP Pemberdayaan
1.375,30 2019
3 PT. Arutmin Indonesia RPH P.L. Kepulauan Blok HP Pemberdayaan
900
Jumlah 2.875,30
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-19
Tabel V.10. Tata Waktu Rencana Rehabilitasi Oleh Perusahaan IPPKH
No
. RPH
Waktu pelaksanaan Jumlah
I II III IV V VI VII VIII IX X
1. Pulau Laut
Kepulauan. 375,00 500,00 500,00
500,00
500,00
500,30
2.875,30
Kawasan HP
JUMLAH 375,00 500,00 500,00 500,00 500,00 500,30 2.875,30
5.5.1 Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam
Areal yang berijin
Pengawasan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan dimaksudkan
untuk mencermati, menelusuri dan menilai pelaksanaan rehabilitasi dan
reklamasi hutan sehingga tujuannya dapat tercapai secara maksimal efektif dan
efisien dan sekaligus merupakan umpan balik dalam rangka
perbaikan/penyempurnaan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan.
Pemantauan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan dilaksanakan secara
periodik. Sistem pembinaan, pemantauan kegiatan reklamasi hutan harus
bersifat measurable, reportable, dan verifiable (MRV), dan harus memenuhi
prinsip:
1) Kombinasi remote sensing dan ground based inventory;
2) Hasil perhitungan : transparan dan terbuka untuk di review;
Sistem pembinaan, pemantauan sebagaimana dimaksud pelaksanaannya
harus didukung oleh :
1) Pemetaan/data spasial yang memadai (keakuratan sasaran lokasi
kegiatan);
2) Adanya sistem database dokumentasi proses dan output kegiatan;
3) Adanya sistem monitoring hasil (outcome), dampak (impact) dan benefit
dari program reklamasi.
Pelaksanaan pemantauan dengan sistem MRV harus memenuhi
tahapan sebagai berikut:
1) Pemantauan/monitoring Output yang meliputi pemantauan/monitoring
keluaran langsung dari kegiatan Reklamasi Hutan antara lain berupa
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-20
tanaman/tegakan pohon yang merupakan hasil langsung dari input, dalam
konteks MRV, pemantauan/monitoring output ini akan lebih banyak
dimanfaatkan.
2) Pemantauan/monitoring Outcome yang meliputi pemantauan/ monitoring
hasil yang mengindikasikan output kegiatan Reklamasi Hutan telah
berfungsi. Indikator yang bisa diamati di on-site/lokasi seperti turunnya erosi
dan sedimentasi dan lain sebagainya merupakan bagian dari indikator
outcome ini.
3) Pemantauan/monitoring Impact – kegiatan Reklamasi Hutan yang meliputi
indikator-indikator pada off-site/di luar atau disekitar lokasi yang
menunjukkan adanya dampak/pengaruh dari kegiatan, indikasi
membaiknya tata air, ekonomi dan sosial masyarakat merupakan indikator
dampak Reklamasi Hutan yang perlu diukur.
Pemantauan/monitoring Benefit yang merupakan pemantauan untuk
menguji sejauhmana program memberikan manfaat.
5.5.2 Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan
Pada Areal Pemanfaatan Hutan (IUPHHK)
Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga.
Kegiatan pembinaan dan pemantauan rehabilitasi pada areal IUPHHK
HA/HT pada wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku terletak di Pulau
Laut, perusahaan IUPHHK HA/HT yang terdapat pada areal KPHP Model Pulau
Laut dan Sebuku hanya terdapat 2 (unit) yaitu IUPHHK HA PT. Inhutani II dan
IUPHHK HT PT. Inhutani II. Kegiatan pembinaan dan pemantaun dilaksanakan
secara periodik (semester dan tahunan).
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-21
Tabel V.11. Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan
Rehabilitasi IUPHHK Hutan Alam dan Hutan Tanaman.
No. Pembinaan dan
Pemantauan
Waktu pelaksanaan Jumlah
I II III IV V VI VII VIII IX X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. IUPHHK HA PT. Inhutani II
Semester 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2. IUPHHK HT PT. Inhutani II
Semester 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
JUMLAH 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 60
5.5.3 Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi lahan
pada penggunaan kawasan hutan (IPPKH)
Reklamasi hutan adalah usaha memperbaiki atau memulihkan kembali
hutan atau lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat
penggunaan kawasan hutan agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan peruntukannya.
Reklamasi hutan sebagai bagian dari RHL yang merupakan program
pembangunan yang prosesnya multiyears, input, output, outcome dan impact
programnya dapat diidentifikasi dan dapat diukur. Pemantauan/monitoring
reklamasi hutan sangat penting keberadaannya untuk memastikan input,
output, outcome dan impact dari program reklamasi hutan dapat berjalan sesuai
dengan rencana/sasaran program.
Kegiatan pembinaan dan pemantauan reklamasi pada areal IPPKH pada
wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku terletak pada RPH Pulau Sebuku,
seluruh perusahaan IPPKH berada pada pada wilayah RPH Pulau Sebuku
dimana terdapat 4 (empat) perusahaan IPPKH yang bergerak di bidang
petambangan batu bara dan biji besi, kegiatan pembinaan dan pemantaun
dilaksanakan secara periodik (triwulan dan tahunan).
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-22
Tabel V.12. Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Reklamasi
IPPKH
No. Pembinaan dan
Pemantauan
Waktu pelaksanaan Jumlah
I II III IV V VI VII VIII IX X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. PT. SILO
Triwulan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2. PT. BCS
Triwulan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
3. PT. Karbon Mahakam
Triwulan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
4. PT. Metalindo Bumi raya
Triwulan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
JUMLAH 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 160
5.6 Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam
5.6.1 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan
Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan,kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak,kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit,
serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat
yang berhubungan dengan pengelolaan hutan
Perlindungan hutan meliputi pengamanan hutan, pengamanan tumbuhan
dan satwa liar,pengelolaan tenaga dan sarana perlindungan hutan dan
penyidikan.Perlindungan Hutan diselenggarakan dengan tujuan untuk menjaga
hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi
konservasi dan fungsi produksi dapat tercapai secara optimal dan lestari.
Perlindungan hutan ini merupakan usaha untuk :
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-23
1) Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil
hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran,
bencana alam, hama serta penyakit.
2) Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta
perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan hutan maka prioritas kegiatan
yang akan dilakukan adalah:
1. Identifikasi faktor penyebab kerusahan hutan, kawasan hutan dan
hasil hutan, diharapkan hasil dari kegiatan ini adalah adanya peta tematik
berupa peta rawan perambahan dan illegal logging, peta rawan bencana
alam dan peta rawan kebakaran hutan
2. Sosialisasi perundang-undangan kehutanan melalui kegiatan penyuluhan
dengan menggunakan media dan alat bantu penyuluhan yang efektif dan
tepat sasaran. Berikut adalah rencana pelaksanaan penyuluhan:
Tabel V.13. Rencana Pelaksanaan Penyuluhan
No. Metode Penyuluhan Waktu pelaksanaan
Jumlah I II III IV V VI VII VIII IX X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
A. Tujuan penyuluhan kehutanan
1. Mengembangkan kreativitas dan inovasi
1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
2. Mengembangkan kepemimpinan pelaku utama dan usaha kehutanan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
3. Mengembangkan dan menguat kan Kelembagaan/ manajemen kelom-pok serta modal sosial
1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
4. Mengembangkan kemampuan teknis dan aneka usaha kehutanan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
5. Menyebarkan informasi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
B. Jumlah sasaran
1. Perorangan
2. Kelompok 2 4 6 8 10 12 14 16 18 90
3. Massal 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
JUMLAH 10 12 14 16 18 20 22 24 26 162
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-24
3. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan adalah semua usaha yang
mencakup kegiatan-kegiatan pencegahan, pemadaman dan tindakan paska
kebakaran hutan dan lahan. Langkah-langkah dan upaya-upaya dalam
rangka penanggulangan kebakaran hutan dan lahan terdiri dari :
a. Pemasyarakatan tindakan pencegahan dan penanggulangan (pemadaman)
melalui kegiatan penyuluhan yang terkoordinasi.
b. Pelarangan kegiatan pembakaran dan pemasyarakatan kebijakan
penyiapan lahan tanpa bakar (PLTB).
c. Peningkatan keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia baik
yang berasal dari instansi pemerintah maupun perusahaan.
d. Pemenuhan dan pengadaan peralatan pemadaman kebakaran sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
e. Melakukan kerjasama teknik
f. Penigkatan kesejahteraan masyarakat disekitar hutan.
g. Menindak tegas setiap pelanggar hukum/peraturan yang telah ditetapkan.
h. Peningkatan upaya penegakan hukum.
i. Peningkatan peran serta masyarakat dengan pembentukan Masyarakat
Peduli Api (MPA).
Pencegahan kebakaran hutan pada areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
dilakukan kegiatan meliputi :
a. Melakukan inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan;
b. Menginventarisasi faktor penyebab kebakaran;
c. Menyiapkan regu-regu pemadam kebakaran;
d. Membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan;
e. Mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan;
f. Membuat sekat bakar.
4. Patroli
Perlindungan kawasan dilakukan dalam rangka pengamanan kawasan
dari berbagai bentuk ancaman terhadap kelestarian kawasan. Ancaman
perlindungan kawasan dapat berasal dari proses alam dan aktifitas manusia.
Gangguan keamanan kawasan terbesar adalah akibat dari aktifitas manusia
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-25
dapat berupa perambahan kawasan, penyerobotan lahan, pencurian kayu,
penambangan emas tanpa ijin di dalam kawasan, perburuan atau penangkapan
satwa liar, perusakan fasilitas dan lain-lain. Usaha pencegahan dan
penanggulangan gangguan dilaksanakan sesuai dengan bentuk gangguannya.
Pencegahan dilakukan sebagai langkah awal untuk tidak munculnya
gangguan kawasan dari aktifitas yang bersifat illegal. Yang lebih diutamakan
dalam pencegahan adalah pendekatan terhadap masyarakat yang berada di
sekitar kawasan agar timbul suatu pemahaman bahwa perlindungan kawasan
menjadi tanggung jawab bersama. Disamping pencegahan, perlindungan
kawasan dilakukan dengan penanggulangan apabila terjadi pelanggaran hukum
di dalam kawasan. Kegiatan penanggulangan dilakukan dengan melibatkan
aparat pemerintah setempat bersama-sama dengan aparat penegak hukum
lainnya.
Peran serta masyarakat di bidang kehutanan dinyatakan secara nyata
dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pasal 69
ayat (1) menjelaskan bahwa masyarakat berkewajiban untuk ikut serta
memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan. Selain
itu dalam Pasal 68 ayat (2) disebutkan bahwa masyarakat juga turut serta
dalam pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan kehutanan baik
langsung maupun tidak langsung. Luas areal KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku yang relatif luas dimana terbatasnya jumlah tenaga pengamanan
hutan/polhut sehingga kedepan diperlukan pengamanan areal KPHP Model
Pulau Laut dan Sebuku yang melibatkan peran serta masyarakat dalam
pengamanan hutan melalui program Masyarakat Mitra Polhut (MMP).
Bentuk Kegiatan Perlindungan dan Pengamanan Hutan Kegiatan
perlindungan dan penanggulangan terhadap gangguan kawasan hutan
dilaksanakan dengan cara preemtif, preventif, represif dan yustisi termasuk di
dalamnya pengumpulan bahan dan keterangan dalam rangka penanganan
kasus.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-26
a. Kegiatan Preventif. Upaya preventif adalah kegiatan dalam upaya
penciptaan kondisi yang kondusif dengan tujuan menumbuhkan peran aktif
masyarakat dalam pengamanan kawasan hutan.
b. Kegiatan Preventif. Kegiatan Preventif adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan kawasan
dan hasil hutan. Bentuk kegiatan preventif, terdiri dari :
- Pemeliharaan dan pengamanan batas kawasan hutan. Dalam rangka
menjaga dan mempertahankan kepastian hukum atas kawasan hutan di
lapangan, secara terus menerus batas hutan harus dipelihara dan
diamankan.
- Penjagaan pengamanan hutan. Kegiatan penjagaan dilakukan di pos-
pos jaga yang telah ditentukan yang penempatannya berdasarkan pada
titik rawan terjadinya gangguan hutan dan hasil hutan. Tujuan utama
Penjagaan adalah untuk mengurangi ruang gerak terjadinya pelanggaran
di bidang kehutanan.
- Patroli pengamanan hutan. Patroli adalah kegiatan pengawasan
pengamanan hutan yang dilakukan dengan cara gerakan dari satu
tempat ketempat lain oleh dua atau tiga orang atau lebih di wilayah hutan
yang menjadi tanggung jawabnya atau daerah tertentu dimana sering
terjadi pelanggaran atau kejahatan bidang kehutanan.
c. Kegiatan Represif. Adalah kegiatan penindakan dalam rangka penegakan
hukum dimana situasi dan kondisi gangguan keamanan kawasan hutan
telah terjadi dan cenderung terus berlangsung atau meningkat sehingga
perlu segera dilakukan penindakan terhadap pelakunya. Berdasarkan
bentuk tindakan yang dilakukan di lapangan, kegiatan represif dibedakan
atas :
- Operasi Taktis, yaitu kegiatan atau upaya untuk mencegah dan
menindak pelaku pelanggaran secara langsung di lapangan melalui
kegiatan patroli, pemeriksaan dokumen dan barang bukti, pemeriksaan
pelaku, penyitaan barang bukti, penitipan barang bukti, pengamanan
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-27
barang bukti, pengamanan TKP, penyelesaian administrasi lapangan
dan pelaporan.
- Operasi Yustisi, yaitu kegiatan atau upaya penegakan hukum untuk
membuat jera para pelaku pelanggaran oleh Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) atau Penyidik Polri yang diawali dari tindakan
Penyidikan sampai dengan Putusan Pengadilan.
Kegiatan preventif Perlindungan kawasan hutan yang akan dilaksanakan
berupa :
a. Patroli rutin.
b. Operasi fungsional
c. Operasi gabungan
Berikut adalah rencana pelaksanaan pengamanan hutan di KPHP
Model Pulau Laut dan sebuku:
Tabel V.14. Rencana Pelaksanaan Pengamanan Hutan
No. Tahun JENIS PENGAMANAN
Keterangan Rutin Fungsional Gabungan
1 I 0 12 0
2 II 360 12 2
3 III 360 12 2
4 IV 360 12 2
5 V 360 12 2
6 VI 360 12 2
7 VII 360 12 2
8 VIII 360 12 2
9 IX 360 12 2
10 X 360 12 2
JUMLAH 3240 120 18
5.6.2 Penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Alam
Konservasi alam merupakan upaya perlindungan terhadap sumber
hayati dan ekosistemnya. Pengelolaan konservasi alam dimaksudkan sebagai
upaya untuk mewujudkan pengelolaan kawasan KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku yang didasarkan pada status hukum yang kuat, pengelolaan data dan
informasi yang berbasiskan kawasan, mengembangkan pembinaan
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-28
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, serta meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam. Pengelolaan
keanekaragaman hayati dan produk-produk tumbuhan dan satwa liar
dimaksudkan untuk menjaga, mengawetkan dan mempercepat pemulihan jenis
dan populasi di dalam kawasan. Pemanfaatan jasa lingkungan ditujukan untuk
mengembangkan pemanfaatan produk-produk jasa lingkungan, memacu
pengembangan pemanfaatan kawasan untuk tujuan wisata dan lain
sebagainya. Justifikasi penetapan blok perlindungan dan konservasi hutan di
kawasan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku didasarkan pada:
1) Pada kawasan hutan lindung merupakan zona inti dimana wilayah tersebut
merupakan wilayah sangat penting peranannya sebagai daerah penyangga
dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap air
bersih,sarana irigasi lahan pertanian masyarakat serta merupakan habitat
hewan yang dilindungi seperti kancil/pelanduk (Tragulus) serta terdapat
pohon meranti (Shorea Spp.) dan keruing (Dipterocarpus Spp.) yang
memiliki karateristik lebih baik dibandingkan dengan jenis yang sama yang
terdapat di dataran pulau kalimantan.
2) Merupakan daerah penyangga pada kawasan pantai yang didominasi
pohon mangrove dan terdapat species monyet jenis bekantan (Nasalis
larvatus) yang dilindungi sehingga habitatnya perlu dijaga kelestariannya.
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan Konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya yang akan dilakukan meliputi :
a. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan
Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya
proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Dalam rangka
mewujudkan kegiatan tersebut maka diperlukan identifikasi kawasan–kawasan
lindung dan pengaturan pengelolaannya. Dengan demikian akan dilakukan
beberapa kegiatan sebagai berikut :
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-29
1) Identifikasi dan Pemetaan Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi
/High Concervation Value Forest (HCVF).
Identifikasi dan Pemetaan Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi
dilaksanakan pada seluruh wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
dengan mempertimbangkan beberapa aspek dan kriteria sebagai berikut :
Tabel V.15. Kriteria Identifikasi dan Pemetaan Wilayah Kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
No Aspek Kriteria HCVF
1 Keanekaragaman Hayati
a. Kawasan yang mempunyai Tingkat Keanekaragaman Hayat yang Penting
b. Kawasan Bentang Alam yang Penting bagi Dinamika Ekologi Secara Alami
c. Kawasan yang Mempunyai Ekosistem Langka atau Terancam Punah
2 Jasa Lingkungan Kawasan yang Menyediakan Jasa-jasa lingkungan Alami
3 Sosial Budaya
a. Kawasan yang Mempunyai Fungsi penting untuk Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Lokal
b. Kawasan yang Mempunyai Fungi Penting untuk Identitas Budaya Tradisional Komunitas Lokal
Sumber : Pedoman HCVF 2009
Pelaksanaan Identifikasi dan pemetaan HCVF dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu : Pendekatan Pertama yaitu Wilayah yang sudah ada ijin
pemanfaatan dan penggunaan Kawasan hutan maka pelaksaannya akan
dilakukan secara bersama-sama dengan pemegang ijin sebagi bagian dari
pembinaan dalam mendorong sertifikasi pengelolaan lestari. Dengan demikian
identifikasi dan pemetaan HCVF merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan Dokumen RKU dan AMDAL Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan
Kawasan Hutan. Pedekatan Kedua, Pelaksanaan Identifikasi dan pemetaan
HCVF pada Wilayah tertentu atau wilayah tanpa ijin pengelolaan.
Pelaksanaannya akan dilaksanakan secara langsung oleh KPHP Model Pulau
Laut dan Sebuku, sebagai bagian dari rencana pemanfaatan pada tiap-tiap
wilayah tertentu.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-30
2) Pengelolaan Kawasan Lindung/ Kawasan HCVF
Dalam rangka menjamin kelestarian kawasan-kawasan lindung/HCVF,
maka perlu dilakukan pengelolaan secara lestari. Kawasan HCVF yang berada
pada Wilayah ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan
pengelolaannya akan dilakukan oleh pemegang ijin sebagai bagian dari
rencana kegiatan pemanfaatan yang dilakukan, fungsi KPHP pada wilayah
berijin adalah melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan. Sedangkan
HCVF yang berada pada wilayah tertentu akan dilakukan pengelolaan secara
langsung oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku.
Dalam rangka efektifitas pengelolaan Kawasan Lindung / HCVF maka
akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
a) Penyusunan Master Plan Pengelolaan HCVF (Khusus Wilayah Tertentu)
b) Menyusun standar pemanfaatan dan penggunaan kawasan HCVF
3) Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Kawasan Lindung/HCVF
Dalam rangka menjamin kelestarian Kawasan Lindung/HCVF maka perlu
dilakukan kegiatan monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap pengelolaan
yang telah dilakukan secara berkala (minimal per tahun), Baik yang ada pada
wilayah ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan maupun pada Wilayah
tertentu.
b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya.
Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya, dilaksanakan dengan menjaga keutuhan kawasan hutan agar
tetap dalam keadaan asli. Sedangkan. Pengawetan jenis tumbuhan dilakukan
dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa yang
dilindungi untuk menghindari bahaya kepunahan.
c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
dilakukan dengan ruang lingkup kegiatan sebagai berikut :
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-31
1) Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam yaitu dengan
tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan.
2) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar, yaitu dengan memperhatikan
kelangsungan potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa liar.
5.7 Rencana Penyelenggraraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar
pemegang Izin
Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan
dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (dinas, departemen
atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien. Untuk memudahkan KPH dalam pengelolaan ijin
pemanfaatan disetiap blok maka KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku maka
diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola KPH dengan para
pemegang ijin pemanfaatan.
Koordinasi dan sinkronisasi merupakan bagian integral dari perencanaan
pembangunan KPH. Proses koordinasi dan sinkronisasi hendaknya
dimusyawarahkan dan dikomunikasikan mulai dari tingkat petak sampai dengan
blok pengelolaan KPH. Koordinasi sangat diperlukan untuk menyamakan visi
dan misi pengelolaan serta menghindari konflik antara pengelola dan
pemegang ijin. Dengan proses koordinasi dan sinkronisasi demikian, maka
tujuan pembangunan kehutanan di KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku yang
diselenggarakan dengan azas manfaat yang lestari, kerakyatan,
keadilan,keterbukaan dan ketepaduan dalam pencapaian tujuan
pengembangan ekonomi terwujudkan.
Proses koordinasi dilaksanakan oleh KPH mulai dari tingkat tapak (blok
dan petak) yang dikoordinir oleh kepala resort. Dalam penyelenggaraan
koordinasi dan sinkronasi antar pemegang ijin, KPH selaku pemangku wilayah
akan bertindak sebagai fasilitator dan mediator dalam merundingkan berbagai
permasalahan yang terjadi antar pemegang ijin. Mediasi dan fasilitasi KPH
dilakukan;
1) Bila terjadi tumpang tindih kawasan
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-32
2) Pelaksanaan tata batas bersama antar pemegang ijin
3) Klaim atas lahan oleh masyarakat dalam kawasan
4) Pelaksanaan program-program tanggung jawab sosial pemegang ijin
terhadap masyarakat
Waktu pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin
direncanakan secara rutin minimal satu bulan sekali dengan ruang lingkup
koordinasi dan sinkronisasi sebagai berikut:
Tabel V.16. Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin
No Aspek Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi
yang akan dilaksanakan
1 Perencanaan Sinkronisasi data dan informasi hasil inventarisasi (Biofisik & Ekonomi dan sosial budaya)
Kepastian batas kawasan & batas Wilayah Kelola
Integarasi rencana pengelolaan antara pemegang ijin pemanfaatan (RKU, AMDAL dan RKT), Ijin Penggunaan Kawasan Hutan (Rencana Kegiatan dan Ijin Pinjam Pakai & AMDAL) dan Rencana Pengelolaan KPHP Model Pulau Laut da Sebuku (RPJP).
Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan teknis perencanaan pada pemegang ijin yang akan dilaksanakan oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
2 Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan
Sinkronisasi data dan informasi pelaksanaan Pemanfaatan dan penggunaan Kawasan Hutan
Sistim Silvikultur yang dipergunakan dalam pemanfaatan Hasil Hutan kayu
Kemitraaan dalam pemanfaatan Hasil Hutan antara lain pemanfaatan limbah, HHBK dan jasa lingkungan
Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan teknis pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan yang akan dilaksanakan oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
3 Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Sinkronisasi data dan informasi terkait pelaksanaan kegiatan perlindungan hutan serta pengelolaan kawasan-kawasan lindung.
Pemetaan Kawasan lindung dan kawasan rawan keamanan hutan.
Kemitraaan dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan dan konservasi Sumber daya Alam
Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan Perlindungan dan konservasi Sumber Daya Alam oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
4 Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
Sinkronisasi dan koordinasi terkait pelaksanaan kegiatan RHL yang dilaksanakan oleh Pemegang ijin
Kemitraaan dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan RHL
Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan kegiatan RHL oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-33
No Aspek Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi
yang akan dilaksanakan
5 Pemberdayaan Masyarakat
Sinkronisasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat antar pemegang ijin dan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
Fasilitasi Kemitraaan dan integarasi program/ kegiatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Monitoring & evaluasi serta pembinaan pemberdayaan masyarakat oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
6 Pengembangan Investasi
Sebagai penyedia data dan potensi pengembangan investasi dalam KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
Membangun Kemitraan dalam pemanfaatan Wilayah tertentu KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
Membangun kemitraan dengan pemegang ijin dalam pemanfaatan Kawasan Hutan, HHBK dan Jasa lingkungan pada Ijin pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HA/HT).
5.8 Koordinasi dan Sinergi Dengan Instansi dan Stakeholder
Pengembangan program bersama akan tercapai jika koordinasi dan
sinergi antar pihak berjalan dengan baik. Koordinasi dan sinergi mengambil
peran yang signifikan dalam mengontrol berjalan atau tidaknya pencapaian
program, baik di internal maupun di eksternal KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku. Koordinasi dan sinergi di internal lebih mengacu kepada standar
operasional prosedur (SOP) atau prosedur kerja yang ada saat ini, sedangkan
koordinasi dan sinergi di eksternal dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan-
kesepakatan antar pihak.
Untuk menjamin koordinasi dan sinergi lebih baik, maka diperlukan
kegiatan antara lain:
1) Membentuk kelembagaan kolaboratif yang melibatkan para pihak
Kelembagaan yang kolaboratif dan melibatkan para pihak seperti
masyarakat, pemerintah pusat, NGO/LSM dan pihak lain yang relevan,
merupakan langkah yang baik dan memudahkan koordinasi dan sinergi
antar pihak. Kelembagaan kolaboratif berdasarkan kesetaraan masing-
masing pihak dalam mengakomodir kepentingan dan keinginan bersama
yang tertuang dalam perencanaan bersama. Perencanaan dan
implementasi kegiatannya, juga harus dibangun berdasarkan kepentingan
bersama sehingga proses koordinasi dan sinergi terus berjalan.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-34
2) Membangun kolaborasi pengelolaan blok pemanfaatan dan blok
pemberdayaan antar pihak
Blok pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang
harus menjadi perhatian dalam pengelolaan, karena ada interaksi manusia
pada wilayah tersebut. Disatu sisi, mengurangi tekanan terhadap kawasan
dan sisi yang lain bermanfaat langsung kepada masyarakat. Pengelolaan
blok pemanfaatan dan blok pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat
menjembatani kepentingan semua pihak seperti investor ataupun pihak
swasta dengan masyarakat sehingga meredam konflik sumber daya alam
yang ada di masyarakat.
Lebih lanjut, berikut ruang lingkup koordinasi dan sinkronisasi stake
holder pada wilayah kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku:
Tabel V.17. Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi Stakeholder Pada Wilayah Kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi
yang akan dilaksanakan
1 Kementrian Kehutanan
a. Dirjen Planologi &
BPKH Wilayah V
Banjarbaru
Data & informasi Status dan Fungsi Kawasan
Hutan serta pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan
Penetapan dan revisi Wilayah KPH
Penyiapan kelembagaan (fasilitasi SDM dan
Sarana prasarana)
Inventarisasi, Tata Hutan & Penyusunan
Rencana Pengelolaan KPHP Model Pulau Laut
dan Sebuku
Penetapan Wilayah Ijin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan
Monitoring dan Pemantauan Ijin Pinjam pakai
Kawasan Hutan.
Tata Batas dan Pengukuhan kawasan Hutan
Regulasi dan NSPK Pembangunan KPH
b. Dirjen Bina Usaha
Kehutanan & BP2HP
Banjarbaru
Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi pada
wilayah tertentu yang akan dilaksanakan oleh
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
Penyusunan Rencana Bisnis KPH
Penyiapan kelembagaan (fasilitasi SDM dan
Sarana prasarana
Regulasi dan NSPK Pemanfaatan Kawasan
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-35
No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi
yang akan dilaksanakan
Hutan Produksi
Monitoring dan Pemantauan Ijin Pemanfaatan
Kawasan Hutan
c. Dirjen RLPS & BPDAS
PS
Penyusunan Rencana RHL Pada Wilayah KPH
Pengembangan Perhutanan Sosial (Hutan
Desa, HKM)
Peningkatan SDM terkait RHL dan Perhutanan
Sosial
Regulasi & NSPK Pelaksanaan RHL dan
Perhutanan Sosial
d. PHKA &BKSDA
Banjarbaru
Pengelolaan Kawasan Lindung dan
Keanekaragaman hayati yang dilindungi
Pengamanan dan perlindungan hutan
e. BP2SDM (Pusdiklat
&SMK Kehutanan)
Fasilitasi SDM KPH melalui Bhakti Sarjana
Kehutanan (Basarhut) dan SMK Kehutanan
yang selanjutnya akan menjadi Bhakti
Rimbawan
Peningkatan SDM KPH (Pelatihan & Training)
Regulasi & NSPK SDM KPH
f. Biro Perencanaan
Kemeterian Kehutanan
Pengalokasi Anggaran DAK-Kehutanan untuk
Pembangunan KPH
g. Pusat Pengendalian
Pembangunan
Kehutanan Regional III
Konvergensi Kegiatan & penganggaran
pembangunan KPH
Pengesahan Rencana Pengelolaan Jangka
Panjang (RPJP) KPH
Fasilitasi penyelesaian konflik tenurial pada
wilayah KPH
h. Balai Penelitian
Kehutanan Banjarbaru
Data dan informasi terkait hasil-hasil penelitian
2 Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Selatan
Validasi dan informasi Kehutanan
Pengalokasi Anggaran Dekonsentrasi
Kehutanan untuk Pembangunan KPH
Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan
penggunaan Kawasan hutan
3 Dinas Kehutanan
Kabupaten Kotabaru
Data dan informasi Kehutanan
Pengalokasi Anggaran APBD Kehutanan untuk
Pembangunan KPH
Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan
penggunaan Kawasan hutan
Pelaksanaan RHL
Fasilitasi kelembagaan (SDM & Sarana
prasarana)
Tata hubungan kerja dan sinkronisasi Tupoksi
4 Bappeda Kabupaten
Kotabaru
Data dan informasi Penataan Ruang Kabupaten
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-36
No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi
yang akan dilaksanakan
Berau
Pengalokasi Anggaran APBD & APBN untuk
Pembangunan KPH
5 BLH Kabupaten Kotabaru Data dan informasi Pengelolaan Lingkungan
(Dokumen AMDAL Pemegang ijin)
Pengelolaan kawasan lindung
Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan
penggunaan Kawasan hutan terkait aspek
lingkungan.
6 Dinas Pertambangan
Kabupaten Kotabaru
Data dan informasi terkait ijin pertambangan
dan pinjam pakai di Wilayah KPHP Model Pulau
Laut dan Sebuku
Monitoring dan Evaluasi kegiatan
pertambangan dan pinjam pakai.
7 Badan Pertanahan
Nasional (BPN)
Data dan informasi terkait Status Hak milik
pengelolaan lahan yang ada pada kawasan
hutan
Batas areal transmigrasi yang masuk dalam
wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
Penyelesaian kasus-kasus tenurial pada
wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
8 Polres Pengamanan dan perlindungan hutan
Penyelesaian konflik-konflik tenurial pada
wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku.
9 Kecamatan Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan
Penyelesaian konflik tenurial antara masyarakat
dengan pemagang ijin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan.
10 Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM/NGO)
antara lain : GIZ Forclime,
WWF, dan Cifor
Data dan informasi melalui penelitian-
penelitian pengembangan pengelolaan
kawasan hutan
Pendampingan dan peningkatan kapasitas
pemegang ijin pemanfaatan hutan untuk
sertifikasi
Pendampingan masyarakat dalam membangun
kemitraan pengelolaan kawasan hutan.
Pegembangan metode dan teknologi
pengelolaan kawasan hutan.
Pendampingan KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku dalam peningkatan kapasitas dan
pengembangan pengelolaan kawasan hutan
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-37
5.9 Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM
5.9.1 Eksistensi Sumber Daya Manusia
Unit KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku organisasai saat ini telah
memiliki sumber daya manusia pengelola dengan jumlah dan latar belakang
pendidikan sebagai berikut;
Tabel V.18. Eksistensi Sumber Daya Manusia KPHP Model Pulau Laut
dan Sebuku
Jenjang Pendidikan Latar Belakang
Pendidikan
Jumlah
(orang)
S1 Kehutanan 3
SMA 7
Organisasi KPH harus memiliki kompetensi untuk menyelengarakan
kegiatan pengelolaan hutan yang meliputi:
1) Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan
2) Pemanfaatan hutan
3) Penggunaan kawasan hutan
4) Rehabilitasi hutan dan reklamasi
5) Perlindungan hutan dan konservasi alam
Agar memiliki kompetensi sebagaimana tersebut di atas, maka
organisasi KPH harus diisi oleh personel yang memiliki kompetensi di bidang
pengelolaan hutan, yaitu yang memenuhi syarat kompetensi kerja yang
diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi (LSP) di bidang kehutanan atau
pengakuan oleh Menteri (penjelasan Pasal 8 ayat (1) PP 6/2007). Ketentuan
mengenai Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) mengacu pada UU Nomor : 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-38
5.9.2 Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Luas kawasan KPHP yang mencapai 103.368,29 Ha dan direncanakan
terbagi menjadi 6 RPH. Penyesuaian jumlah personel pengelola KPHP ini agar
dalam pengelolaan kawasan KPHP itu sendiri dapat memberikan output optimal
sesuai dengan fungsi kawasan yaitu fungsi produksi dan konservasi.
Berdasarkan kondisi saat ini dimana pada tiap kawasan RPH telah sedemikian
komplek hal yang perlu ditangani utamanya yakni ; rehabilitasi lahan dalam
kawasan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat serta fungsi pembinaan
dan monitoring terhadap unit managemen yang beroperasi dalam masing-
masing RPH, maka pembentukan unit organisasi dan personel masing-masing
RPH mutlak diperlukan.
Pengelolaan kawasan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku sangat
membutuhkan dukungan dan kemampuan personil yang memadai. Kapasitas
personil menentukan berhasil tidaknya pengelolaan. Untuk itu diperlukan
pengembangan dan peningkatan bagi personil dari segi pengetahuan berupa
pendidikan, pelatihan-pelatihan penunjang berupa keahlian pada bidang-bidang
tertentu, dan penggalian informasi dari luar yang dapat menambah pengalaman
dan wawasan. Beberapa upaya yang telah dilaksanakan dalam peningkatan
kapasitas staf KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku saat ini, antara lain
perbaikan jenjang pendidikan ke Strata-1 maupun S-2 yang dilakukan secara
mandiri maupun program beasiswa. Disamping itu, mengikut sertakan
beberapa staf dalam program pendidikan dan pelatihan, baik itu di Pusat atau
Balai Diklat Kehutanan maupun ke lembaga-lembaga lain serta menyertakan
petugas untuk terlibat pada berbagai program dan kegiatan di kabupaten yang
terkait dalam upaya pengelolaan KPH.
Beberapa kegiatan jangka panjang dalam program peningkatan
kapasitas personil antara lain :
1) Perbaikan jenjang pendidikan
2) Pemetaan kompetensi
3) Diklat SDM Pengelola KPH
4) Pertukaran kunjungan staf pengelola
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-39
5) Studi perbandingan
6) Magang pegawai
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku mempunyai luas areal yang tidak
dibebani perijinan (open access) seluas 44.151,60 Ha atau 39,80 % dari luas
keseluruhan areal KPH yang terdiri dari kawasan hutan produksi dan kawasan
hutan lindung sehingga untuk dapat mengelola hutan secara optimal diperlukan
sumber daya manusia yang memadai baik jumlah dan kompetensinya, adapun
sumber daya manusia yang dibutuhkan secara garis besar terdiri dari :
1) Tenaga teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL).
2) Tenaga fungsional pengamanan hutan
3) Tenaga fungsional penyuluhan kehutanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.58/Menhut-II/2008
tentang Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan lestari,
agar KPHP Pulau Laut dapat mengelola hutan diperlukan tenaga teknis
pengelolaan hutan produksi lestari (GANISPHPL) dengan kompetensi sebagai
berikut :
1) GANISPHPL Timber Cruising (GANISPHPL-TC)
2) GANISPHPL Perencanaan Hutan (GANISPHPL-CANHUT)
3) GANISPHPL Pembukaan Wilayah Hutan (GANISPHPL-PWH)
4) GANISPHPL Pemanenan Hasil Hutan (GANISPHPL-NENHUT)
5) GANISPHPL Pembinaan Hutan (GANISPHPL-BINHUT)
6) GANISPHPL Kelola Lingkungan (GANISPHPL-KELING)
7) GANISPHPL Kelola Sosial (GANISPHPL-KESOS)
8) GANISPHPL Pengujian Kayu Bulat (GANISPHPL-PKB)
9) GANISPHPL Pengujian Kelompok Minyak (GANISPHPL-JIPOKMIN)
10) GANISPHPL Pengujian Kelompok Getah (GANISPHPL-JIPOKTAH)
Berikut adalah prioritas rencana kebutuhan SDM KPHP Model Pulau laut dan sebuku:
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-40
Tabel V.19. Prioritas Rencana kebutuhan SDM KPHP Model Pulau Laut
dan Sebuku
No Uraian Jabatan Jumlah Keterangan
A Jabatan Strkutural
Kepala KPH 1 sudah ada
Kabag TU 1 sudah ada
Kepala Seksi 2 Setelah Berbentuk SKPD
Kepala RPH 6 sesuai jumlah RPH
B Jabatan Fungsional
Perencanaan Hutan
Wasganis Canhut 6 Masing-masing RPH 1 orang, untuk pengawasan
perencanaan IUPHHK-HA/HT serta penyusunan
rencana wilayah tertentu
Wasganis TC 6 Masing-masing RPH 1 orang, untuk pengawasan
perencanaan IUPHHK-HA/HT serta penyusunan
rencana wilayah tertentu
Pengukuran dan
Perpetaan (GIS)
6 Masing-masing RPH 1 orang
Perlindungan Hutan &
Konservasi SDA
a. Polisi Kehutanan 24 Masing-masing RPH 4 orang
b. PPNS Kehutanan 6 Masing-masing RPH 1 orang
c. PEH 6 Masing-masing RPH 1 orang
d. Pengendali konflik
tenurial
6 Masing-masing RPH 1 orang
e. Pengendali
Kebakaran Hutan
12 Masing-Masing RPH 2 orang
Pemanfaatan dan
Monev Perijinanan
a. Wasganis
Pemanenan Hutan
6 Masing-masing RPH 1 orang
b. Wasganis PKB 6 Masing-masing RPH 1 orang
RHL dan Perhutanan
Sosial
a. Pengelola
Persemaian
10
b. Pemberdayaan
masyarakat dan
penyuluhan
12 Masing-masing RPH 2 orang
c. Teknis HHBK 12 Masing-masing RPH 2 orang
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-41
C Kebutuhan Khusus
a. Pengelola Bisnis
KPH
10 Sudah terbentuk sistem keuangan BLUD pada
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
b. Pengelola
Keuangan
4 Pengelola keuangan dan Pembantu Pengelola
Keuangan
Jumlah 142
Sementara itu, dalam hal peningkatan SDM KPHP Model Pulau Laut dan
sebuku berikut prioritas kebutuhan peningkatan SDM KPHP Model Pulau Laut
dan sebuku:
Tabel V.20. Prioritas Kebutuhan Peningkatan SDM KPHP Model Pulau Laut dan sebuku
No Uraian Diklat Jumlah Keterangan
A Diklat Struktural
1. Diklat Kepala KPH 1
2. Diklat Perencanaan Hutan 1
2. Diklat Kepala Seksi 2 Setelah Berbentuk SKPD
3. Diklat Kepala RPH 6 sesuai jumlah RPH
B Jabatan Fungsional
Perencanaan Hutan
1. Diklat Perencanaan Hutan (Wasganis Canhut) 6 Masing-masing RP 1 orang,
2. Diklat Pengukuran dan Perpetaan (GIS) 6 Masing-masing RPH 1 orang
Perlindungan Hutan & Konservasi SDA
3. Diklat Polisi Kehutanan 24 Masing-masing RPH 4 orang
4. Diklat PPNS Kehutanan 6 Masing-masing RPH 1 orang
5. Diklat PEH 6 Masing-masing RPH 1 orang
6. Diklat Pengendali konflik tenurial 6 Masing-masing RPH 1 orang
7. Diklat Pengendali Kebakaran Hutan 12 Masing-Masing RPH 2 orang
Pemanfaatan dan Monev Perijinanan
1. Wasganis Pemanenan Hutan 6 Masing-masing RPH 1 orang
2. Wasganis PKB 6 Masing-masing RPH 1 orang
RHL dan Perhutanan Sosial
1. Pengelola Persemain 10
2. Pemberdayaan masyarakat dan penyuluhan 12 Masing-masing RPH 2 orang.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-42
C Kebutuhan Khusus
1. Diklat Pengelola Bisnis KPH 10 Sudah terbentuk sistim keuangan BLUD
pada KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku
2. Diklat Pengelola Keuangan 1
5.9.3 Sarana dan Prasarana
KPHP Model Pulau laut dan sebuku sebagai lembaga yang baru terbentuk
masih memerlukan sarana prasaran perkantoran baik pada KPH maupun RPH,
sarana teknis dilapangan sehingga operasional dan pelaksanaan tugas di
lapangan dapat berlangsung dengan baik.
Prioritas kebutuhan sarana dan prasarana pada periode 2014 – 2023
adalah sebagai berikut:
Tabel V.21. Prioritas pemenuhan sarana dan prasarana KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
No Bentuk Kebutuhan Sapras dan
Peralatan Jumlah Keterangan
A Sarana Prasarana
1 Pembangunan Kantor KPH 1 Unit sudah ada
2 Pembangunan Kantor RPH 6 Unit sesuai jumlah RPH
3 Pembangunan Guest House 1 Unit Ibukota Kabupaten
4 Pembangunan Mess Pegawai 6 Unit sesuai jumlah RPH
5 Pembangunan Pos Pengamanan 6 Unit sesuai jumlah RPH
6 Pengadaan Kendaraan Roda 4 6 Unit sesuai jumlah RPH
7 Pengadaan Kendaraan Roda 2 12 Unit sesuai jumlah RPH
8 Pengadaan Air Conditioner 8 Unit
9 Sarana Pemadam Kebakaran Hutan 2 Paket
10 Sarana Kantor KPH 1 Paket sudah ada
11 Sarana Kantor RPH 8 Paket sesuai jumlah RPH
B Peralatan Kantor
1 Komputer 12 Unit
2 Notebook 12 Unit
3 Mesin Tik 3 Unit
4 Printer A3 6 Unit
5 Printer 6 Unit
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-43
6 Scanner 6 Unit
7 Plotter 1 Unit
8 UPS/Stabilizer 12 Unit
9 Proyektor 3 Unit
10 Kamera Digital 3 unit
11 Kamera DSLR 3 Unit
12 Handycamp 3 Unit
13 Recorder 4 Unit
C Peralatan Kehutanan
1 GPS 10 Unit
2 Kompas 10 Unit
3 Klinometer 10 Unit
4 Phi Band 10 Unit
5 Meteran Roll 10 Unit
6 Laser Meter 10 Unit
7 Hagameter 10 Unit
8 Binokuler 6 Unit
9 Monokuler 6 Unit
10 setphone 4 Unit
11 Radio Handy Talkie 3 Unit
12 Handy Talkie 12 Unit
13 Life Jacket (Pelampung) 15 Unit
14 Pelbet 10 Unit
15 Peralatan Polisi Kehutanan PM sesuai dengan kebutuhan
16 Peralatan Pengelolaan Hasil Hutan
Kayu dan Hasil Hutan Non Kayu
PM sesuai dengan kebutuhan
17 Peralatan Herbarium PM sesuai dengan kebutuhan
18 dll PM sesuai kebutuhan
5.10 Penyediaan Pendanaan
Pendanaan dalam penyelenggaraan KPH menurut pasal 10 PP 6 Tahun
2007 adalah:
1) Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai
kewenangannya bertanggung jawab terhadap pembangunan KPH dan
infrastrukturnya.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-44
2) Dana bagi pembangunan KPH bersumber dari APBN, APBD dan sumber
dana lain yang tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan dan perundang-
undangan.
Pendanaan pengelolaan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku dipenuhi
dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN). Pengelolaan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
yang optimal membutuhkan dana yang cukup besar mengingat wilayah kelola
KPH sangat luas. Dana tersebut tidak mungkin dicukupi hanya dari keuangan
negara. Oleh karena itu, keterlibatan pihak lain seperti pemerintah provinsi
untuk menyediakan dana bagi KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku sebagai
bagian dari desentralisasi kekuasaan politik, anggaran dan administrasi bisa
menjadi alternatif pendanaan. Cara pendanaan yang paling mudah dilakukan
untuk melengkapi dana APBN adalah bermitra dan pendanaan lainnya bisa
dengan “menjual” kekayaan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku melalui
pemanfaatan hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu serta jasalingkungan.
Berikut adalah estimasi pendanaan operasional KPHP Model Pulau Laut
dan Sebuku.
Tabel V.21. Estimasi pendanaan operasional KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
o. Tahun JENIS PENGAMANAN
Keterangan APBN %
APBD %
KPH %
1 2014 0 100 0
2 2015 90 10 0
3 2016 80 20 0
4 2017 70 20 10
5 2018 60 20 20
6 2019 50 20 30
7 2020 40 20 40
8 2021 20 20 60
9 2022 10 10 80
10 2023 0 0 100
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-45
Sementara itu, beberapa Peluang Pendanaan Pembangunan KPHP
Model Pulau Laut dan Sebuku adalah sebagai berikut :
5.10.1 Pendanaan APBN
APBN merupakan sumber penyediaan dana yang cukup strategis dalam
pembangunan KPH termasuk KPHP Model pulau Laut dan Sebuku.
Pembangunan KPH merupakan prioritas nasional melalui Kementerian
kehutanan akan dialokasikan dana untuk pembangunan KPH. Salah satu wujud
komitmen Pemerintah dalam pembangunan KPH adalah mengeluarkan
kebijakan khusus terkait pemenuhan sarana sarana dan prasarana pada KPHP
Model. Yaitu melalui Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor :
P.41/Menhut-II/2011 Tentang Standarisasi Fasilitasi Sarana dan prasarana
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Hutan Produksi
Model. Pada Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor
: P.41/Menhut-II/2011 Tentang Standarisasi Fasilitasi Sarana dan prasara
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Hutan Produksi
Model disebutkan bahwa fasilitasi sarana dan prasarana KPHL Model dan
KPHP Model diberikan oleh Pemerintah guna mendorong beroperasinya KPHL
dan KPHP di lapangan.
Beberapa skema pendanaan APBN yang memungkinkan untuk
pembiayaan pembangunan KPH adalah sebagi berikut :
Tabel V.22. Skema Penyediaan Pendaan APBN Untuk Pembangunan
KPHP Model Pulau Laut da Sebuku
No Skema Keterangaan
1 APBN DIPA Kementrian
Kehutanan
(BPKH, BP2HP, Pusdal
Regional IV)
Dilaksanakan melalui UPT dari masing-masing
Direktorat.
2 DAK-Kehutanan Dilaksanakan oleh KPH masuk dalam batang
tubuh APBD.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-46
Skema-skema pendanan tersebut diharapkan tidak hanya membiayai
pengadaan sarana dan prasaran akan tetapi juga untuk operasional
pengelolaan dan peningkatan kapasitas SDM KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku
5.10.2 Pendanaan APBD Provinsi
Pembiayaan pendanaan pembiayaan pembangunan KPHP Model Pulau
Laut dan Sebuku dapat dilakukan melalui APBD Provinsi Kaliamantan Timur,
melalui beberapa skema sebagi berikut :
Tabel V.23. Skema Penyediaan Pendanaan APBD Provinsi Untuk
Pembangunan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
No Skema Keterangaan
1 APBD Provinsi Kalsel
Murni
Dilaksanakan melaui Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Selatan
2 APBD Provinsi Luncuran Dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui
Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru/KPHP
Model Pulau Laut dan Sebuku
3 Dana Dekonsentrasi
Kehutanan
Dilaksanakan melaui Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Selatan
5.10.3 Pendanaan APBD Kabupaten Kotabaru
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku merupakan organisasi perangkat
daerah, sehingga penganggaran juga harus dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten Kotabaru. KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku masih merupakan
bagian dari Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru sehingga anggaran masih
masuk ke dalam APBD Dinas Kehutanan Kotabaru
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-47
Tabel V.24. Skema Penyediaan Pendanaan APBD Kabupaten Untuk Pembangunan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
No Skema Keterangaan
1. APBD Murni DIPA Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru
dilaksanakan melalui oleh KPHP Model Pulau
Laut dan Sebuku
2. DBH-DR Dilaksanakan oleh KPH masuk dalam batang
tubuh APBD.
Harapan kedepannya KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku didorong
menjadi SKPD sendiri /Satker sehingga pendanannya lebih maksimal karena
tidak tergantung dengan DIPA Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru.
5.10.4 Pendanaan Mitra Lain
Sebagai identifikasi awal potensi pendanaan dari mitra lain untuk
pengelolaan KPH hanya berasal dari pemegang ijin IUPHHK dan IPPKH
dengan skema CSR. Namun tidak menutup kemungkinan untuk membangun
kerjasama dengan mitra lain. Untuk itu, perlu identifikasi dan membangun
jejaring dengan mitra lain terkait pendanaan kegiatan berupa pengembangan
bisnis, penelitian ataupun peningkatan kapasitas SDM KPH.
5.10.5 Pendanaan Hasil Pengembangan Investasi KPHP
Dalam rangka pembangunan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
secara mandiri, akan dikembangkan invastasi berbasis KPH yang akan
dilaksanakan secara langsung oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku,
sebagaimana yang dijelaskan dalam bagian rencana pengembangan
investasi/bisnis KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku. Kedepannya Pendanaan
berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku dihasilkan dari pengembangan investasi KPH.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-48
Bidang pengembangan bisnis utama adalah pemanfaatan kayu melalui
penanaman sengon, aneka usaha kehutanan (HHBK), ekowisata meranti putih,
agro wisata, dan wisata penelitian meranti.
5.11 Pengembangan Database
Berdasarkan pengumpulan data dan informasi melalui kegiatan
inventarisasi berkala maka akan dibangun database untuk mendukung
pengelolaan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku. Pembangunan data base ini
terkait informasi biofisik, sosial budaya dan ekonomi masyarakat, serta
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
Oleh karena itu dalam organisasi KPHP Pulau Laut dan Sebuku,
sebaiknya dibuat unit khusus yang mengelola data base yang bertanggung
jawab dalam pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data ke
dalam informasi yang siap digunakan. Data dan informasi dapat dikumpulkan
dari unit-unit pengelola di lapangan dan juga dari luar.
Dalam pemberian atau pertukaran data dan informasi khususnya dengan
pihak luar harus diikat oleh standar operasional prosedur (SOP). Data yang
dikumpulkan dapat berupa analog atau manual (peta, dokumen, laporan, data
penelitian dan lain-lain), juga dapat berupa data digital (dokumen-dokumen,
data GIS dan data digital lainnya). Data disusun dengan sistemastis dan
berbasis computer dan internet. Beberapa kegiatan pendukung dalam
membangun program ini antara lain:
1) Pelatihan staf pengelola data base.
2) Penyiapan perangkat (hardware dan software) data base
3) Penyusunan dan pengelolaan sistem data base
4) Membangun manajemen sistem pusat informasi
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-49
5.11.1 Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola
Rasionalisasi wilayah kelola dilakukan pada prinsipnya bertujuan untuk
efisiensi dan efektifitas pengelolaan kawasan, dalam hal ini rasionalisasi
dilakukan terhadap keruangan yang tersedia dalam wilayah kelola dan
ketersediaan SDM serta kebutuhan pengembangannya. Rasionalisasi ini dapat
dilakukan apabila terjadi peralihan fungsi kawasan yang memiliki ketetapan
undang-undang,
Pengelolaan KPHP Pulau Laut dan Sebuku dimasa yang akan datang
menghadapi tantangan yang berat. Tantangan terberat adalah bertambahnya
populasi penduduk sekitar kawasan KPH yang dapat mempengaruhi ekosistem
hutan di KPHP Pulau Laut dan Sebuku. Hal ini menuntut pihak pengelola KPH
untuk melakukan kalkulasi yang scientific based yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Rasionalisasi pengurusan wilayah kelola mencakup 2 aspek yaitu: 1)
aspek fisik (kawasan) yang mencakup aspek silvikultur, tata guna hutan,
eksplorasi potensi dan lainnya dan 2) aspek non teknis yang meliputi
rasionalisasi kelembagaan wilayah kelola hutan mulai dari tingkat blok sampai
dengan tingkat petak (organisasi, kewenangan dan personil)
Rasionalisasi wilayah kelola dari aspek fisik merupakan bentuk penilaian
kembali terhadap kawasan blok atau petak pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan yang mengalami perubahan. Misalnya jika blok pemanfaatan
kayu pada hutan alam sudah tidak memiliki potensi yang signifikant maka perlu
dirasionalisasi ke bentuk wilayah kelola lain misalnya diarahkan ke
pemanfaatan kayu hutan tanaman. Perubahan wilayah kelola juga akan
mempengaruhi operasional personil dilapangan
KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku memiliki luas wilayah pengelolaan
sebesar 103.368,29 Ha sehingga dalam pelaksanaan pengelolaan hutan
membutuhkan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang memadai.
Dengan mempertimbangkan efektifitas pengelolaan akan diadakan evaluasi
untuk rasionalisasi kawasan wilayah kelola KPH. Terutama perubahan fungsi
kawasan, ketersediaan Sumber daya manusia dan sarana prasarana
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-50
pengelolaan, serta keberadaan masyarakat didalam dan disekitar kawasan
hutan.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut akan dilakukan
Rasionalisasi Wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku akan dilakukan 10
tahun sekali, melalui evaluasi efektifitas dan efisiensi pengelolaan yang telah
dilakukan.
5.11.2 Review Rencana Pengelolaan
Dokumen Rencana Kelola Pemanfaatan Hutan di wilayah KPHP Model
Pulau Laut dan Sebuku ini berdurasi satu dasawarsa (10 tahun). Selama masa
itu dimungkinkan terjadi dinamika politik dan sosial ekonomi yang menuntut
peninjauan ulang atas rencana yang dibuat dikarenakan dipertimbangkan
rencana yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada. Artinya
bahwa review dilakukan sebagai jalan untuk kemungkinan melakukan revisi
atas rencana yang sudah ada, dan oleh karenanya pemanfaatan hasil
monitoring dan evaluasi menjadi bagian penting dalam pertimbangan.
Review pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan dalam
pengelolaan kawasan oleh unit KPHP dilakukan melalui monitoring antara
target dan realisasi yang dicapai untuk semua kegiatan dalam kawasan.
Terutama jika banyak target yang tidak terealisasi maka managemen KPHP
dapat mengkaji kendala-kendala yang menyebabkan tidak terealisasinya target-
target tersebut, sehingga dapat dirumuskan kembali strategi dan prioritas untuk
pencapaian target rencana.
Review rencana pengelolaan dilaksanakan setiap 5 tahun sekali dimana
hal ini merupakan kegiatan evaluasi terhadap rencana kegiatan yang telah
dilakukan selama 5 tahun. Review rencana pengelolaan dilakukan mulai dari
tingkat blok pengelolaan sampai dengan petak pengelolaan. Maksud
dilakukannya review terhadap rencana pengelolaan adalah untuk mewujudkan
tatanan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari, melalui evaluasi terhadap
seluruh kegiatan di unit-unit pengelolaan hutan tingkat tapak (blok dan petak),
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-51
dan membentuk lembaga pengelola yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pengurusan hutan mencakup penyelenggaraan kehutanan,
pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta
penyuluhan dan pengawasan. Adapun tujuan dari dilaksanakan kegiatan ini
adalah :
1) Mengetahui dan menganalisis semua data dasar yang dipergunakan dalam
proses perencanaan terkait dengan pengelolaan kawasan hutan di KPHP
Pulau Laut dan Sebuku.
2) Mengevaluasi efektivitas tata guna kawasan hutan di KPHP Pulau Laut
dan Sebuku dan kemungkinan untuk menggali potensi kawasan hutan
lainnya yang dikembangkan.
3) Membuat arahan terbentuknya blok pengelolaan/resort yang baru sesuai
dengan potensi di KPHP Pulau Laut dan Sebuku.
4) Menganalisis kinerja organisasi KPHP Pulau Laut dan Sebuku di tingkat
tapak (Blok dan tapak) dan dinamika kelembagaan KPHP Pulau Laut dan
Sebuku
Hasil akhir dari review adalah 3 (tiga) kemungkinan yaitu: (a) Tidak ada
perubahan daripada RPHJP KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku kecuali
strategi implementasi untuk akselerasi pencapaian Visi dan Misi yang telah
ditetapkan pada masa waktu yang tersisa; (b) Tidak ada perubahan dalam
perencanaan jangka panjang, tetapi modifikasi pada rencana tahunannya; dan
(c) Dilakukan revisi total terhadap dokumen ini sebagai RPHJP KPHP Model
Pulau Laut dan Sebuku, dikarenakan tidak mungkin dilanjutkan guna mencapai
Visi dan Misi dengan substansi yang ada, khususnya akibat perubahan
eksternal yang mendasar (misal perubahan politik kehutanan dan pemerintahan
di pusat/daerah).
Beberapa hal yang akan menjadi prioritas dalam review rencana
pengelolaan adalah sebagai berkut :
a. Rencana Pengelolaan Wilayah Tertentu, terutama pada blok pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam dan Hutan Tanaman dan
Pengembangan Wisata Alam
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-52
b. Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK) terutama pengembangan gaharu
c. Pelaksanaan Monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap ijin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
d. Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada Wilayah Tertentu dan
Pemegang ijin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan
e. Rencana Pengembangan Investasi.
5.11.3 Pengembangan Investasi
Berdasarkan identifikasi potensi sumber daya yang ada di KPHP Model
Pulau Laut dan Sebuku, maka beberapa klasifikasi potensi Bisnis yang akan
dikembangkan dalam kurun waktu 10 Tahun adalah sebagai berkut :
1. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Pemanfaatan hasil hutan kayu difokuskan pada pembangunan Hutan
Tanaman Sengon yang rencananya akan dilaksanakan di areal wilayah tertentu
dengan fungsi Hutan produksi. Selanjutnya, kayu hasil panen sengon akan
dijual dalam bentuk log atau dalam bentuk kayu gergajian, untuk itu perlu
dibangun pabrik penggergajian sengon. Limbah penggergajian berupa serbuk
gergaji akan dimanfaatkan untuk media jamur tiram.
Dengan demikian,secara garis besar pengembangan investasi akan
dilakukan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Wilayah Tertentu berupa penanaman dan
pemanenan sengon
b. Pembangunan Pabrik Penggergajian
c. Pemanfaatan Limbah Kayu (media jamur tiram)
Dalam rangka implementasi pengembangan pemanfaatan hasil hutan
kayu skala investasi /bisnis maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai
berikut :
a. Menyusun Master Plan/ Rencana Bisnis
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-53
b. Penyusunan RKUPHHK-HA/HT untuk Wilayah Tertentu Berdasarkan IHMB
c. Penyusunan rencanan Pembangunan Industri Primer Hasil Hutan
d. Kajian dan Penyusunan Rencana Pemanfaatn Limbah
e. Penyiapan dan pemantapan Kelembagaan Bisnis (Organisasi, SDM dan
sarana prasarna )
f. Monitoring dan Evaluasi secara berkala.
2. Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Sumberdaya hutan (SDH) mempunyai potensi multi fungsi yang dapat
memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan umat
manusia. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK),
melainkan juga manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), karbon dan
Ekowisata Produk-produk yang dihasilkan dari jenis tanaman HHBK dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya untuk pangan (Food),
energi (Energy) dan obat-obatan termasuk kosmetika (Medicine).
Hasil Hutan Bukan kayu merupakan salah satu potensi yang ada di
Wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku yang sampai saat ini belum
dikelola dengan baik. HHBK memiliki potensi untuk dikembangkan skala
investasi/bisnis, jika pengelolaannya dilakukan secara terpadu dengan
pengembangan teknologi dan hasil penelitian yang memadai. Dalam rangka
pengembangan HHBK untuk investasi/Bisnis, KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku akan memprioritaskan pada pengembangan Pengelolaan Gaharu,
Budidaya Jamur tiram, tanaman buah-buahan, getah karet.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-54
Tabel V.25. Rencana Pengembangan Investasi Bisnis HHBK Pada KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku
Klasifikasi
Pemanfaatan Potensi Material Produks
Pengelolaan
Gaharu
Terdapat gaharu alam dan tanaman
hasil penanaman di wilayah KPHP
Model pulau Laut dan Sebuku yang
siap panen dan disuling
Gaharu cair
dengan kualitas I
Budidaya Jamur
Tiram
1. Adanya rencana penanaman dan
pemanenan sengon pada wilayah
tertentu
2. Adanya rencana pembangunan
pabrik penggergajian
3. Terdapat potensi limbah serbuk
gergaji
4. Tidak ada pembudidaya jamur tiram
di Kabupaten Kotabaru sementara
potensi pasar tingggi
Jamur Tiram
Buah-buahan Terdapat potensi pohon penghasil
buah-buahan
Durian,
cempedak,
langsat,
rambutan, sukun
Getah Karet Terdapat tanaman karet hasil
penanaman masyarakat
Getah karet
Pendekatan yang akan ditempuh oleh KPHP Model Pulau Laut dan
Sebuku untuk mengoptimalkan pemanfaatan HHBK tersebut adalah melalui
beberapa komponen riset dari aspek hulu sampai hilir yaitu aspek budidaya
(termasuk bioteknologi dan pemuliaan), pengolahan dan pemasaran serta
kebijakan HHBK. Pengelolaan HHBK yang tepat merupakan suatu sistem
perencanaan hutan yang memberikan arahan untuk kegiatan pemanfaatan /
pemungutan, rehabilitasi dan konservasi, kelembagaan dan pemberdayaan
masyarakat sekitar hutan, sehingga diharapkan selain berdampak pada
peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan juga akan berdampak pula
pada pemenuhan bahan baku (kuantitas dan kualitas) bagi industri pangan.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-55
3. Pengembangan Wisata Alam
Disadari bahwa dalam pengembangan wisata alam akan dihadapkan
dengan berbagai kendala berkaitan erat dengan instrumen kebijaksanaan
dalam pemanfaatan dan pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung
potensi obyek wisata alam; Efektifitas fungsi dan peran obyek wisata alam
ditinjau dari aspek koordinasi instansi terkait; Kapasitas institusi dan
kemampuan SDM dalam pengelolaan obyek wisata alam di kawasan hutan;
dan Mekanisme peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata
alam. Sehubungan dengan hal tersebut maka strategi pengembangan obyek
wisata alam yang akan dilakukan oleh KPHP Model Pulau Laut dan sebuku
meliputi pengembangan beberapa aspek sebagai berikut :
a. Aspek Perencanaan Pembangunan obyek wisata alam yang antara lain
mencakup sistem perencanaan kawasan, penataan ruang (tata ruang
wilayah), standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas sektoral,
pendanaan, dan sistem informasi obyek wisata alam.
b. Aspek Kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas
institusi, sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan,
secara operasional merupakan organisasi dengan SDM dan peraturan yang
sesuai dan memiliki efisiensi tinggi.
c. Aspek Sarana dan Prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan, yaitu :
alat memenuhi kebutuhan pariwisata alam; sebagai pengendalian dalam
rangka memelihara keseimbangan lingkungan, pembangunan sarana dan
prasarana dapat meningkatkan daya dukung sehingga upaya pemanfaatan
dapat dilakukan secara optimal.
d. Aspek Pengelolaan, yaitu dengan mengembangkan profesionalisme dan
pola pengelolaan obyek wisata alam yang siap mendukung kegiatan
pariwisata alam dan mampu memanfaatkan potensi obyek wisata alam
secara lestari.
e. Aspek Pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur
pemanfaatan obyek wisata alam untuk tujuan pariwisata yang bersifat
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-56
komersial kepada pihak ketiga dan membuka lapangan kerja bagi
masyarakat setempat.
f. Aspek Pemasaran dengan mempergunakan teknologi tinggi dan bekerja
sama dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri.
g. Aspek Peran Serta Masyarakat melalui kesempatan-kesempatan usaha
sehingga ikut membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
h. Aspek Penelitian dan Pengembangan yang meliputi aspek fisik lingkungan,
dan sosial ekonomi dari obyek wisata alam. Diharapkan nantinya mampu
menyediakan informasi bagi pengembangan dan pembangunan kawasan,
kebijaksanaan dan arahan pemanfaatan obyek wisata alam.
Dalam rangka mempercepat upaya pengembangan investasi wisata
alam akan dilakukan beberapa kegiatan-kegiatan awal sebagai berkut :
a. Penyusunan master plan /Rencana investasi pengembangan wisata alam.
b. Membangun sistem kemitraan dengan pihak swasta, lembaga swadaya
masyarakat yang ada, dalam rangka mendukung optimalisasi
pengembangan obyek wisata alam.
c. Membangun sistim koordinasi dengan instansi-instansi pemerintah terkait
dengan kebijakan pengembangan wisata.
d. Penyiapan kelembagaan (organisasi, sarana-prasarana dan SDM).
4. Pengembangan Jasa lingkungan
Pengembangan investasi jasa lingkungan yang direncanakan adalah
pemanfaatan air sebagai sumber air bersih melalui investasi pembangunan dan
pengolahan air minum, dan carbon trade. Untuk memenuhi kebutuhan akan air
bersih bagi masyarakat kotabaru, investasi pembangunan dan pengembangan
pengolahan air minum sangat memungkinkan untuk dikembangkan pada areal
KPHP Pulau Laut dan Sebuku.
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-57
Tabel V.26. Rencana kegiatan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku per RPH
No. KEGIATAN
SATUAN RPH
SEBATUNG SEMISIR SEMARAS TG. SELOKA P.L. KEPULAUAN P. SEBUKU Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Inventarisasi Ha 9.428,26 16.397,88 8.896,88 9.428,26 44.151,60
2. Tata Batas :
Batas fungsi Km 95,05 20,85 49,74 83,84 249,48
Batas Blok Km 172,31 134,98 144,83 234,53 686,65
Batas Petak Km 664,31 169,96 645,41 771,68 2.251,36
3 Pemanfaatan hutan :
a. Pemanfaatan wilayah tertentu :
Jasa lingkungan :
- Wisata alam Ha 194 417,63 611,63
- Pemanfaatan air Ha 5,00 5,00
- Penyimpanan karbon Ha 5.259,42
5.259,42
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu :
- Hutan alam Ha 3.032,16 906,00 4.317,18
- Penjarangan Ha 4.332,99 4.332,99
- Tanaman hasil rehabilitasi Ha
- Tanaman Hasil penanaman sengon Ha
4.000
Pemanfaatan HHBK
- Gaharu Ha 10 10
20
- Jamur Tiram Unit 1 1
2
- Buah-buahan Ha 20 20
40
- Karet Ha 250 250
500
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-58
b. Perizinan :
IUPHHK Hutan Alam
- Kayu pertukangan fast growing Ha 11.617,85 11.617,85
- Kayu pertukangan jenis meranti Ha 8.837,17 8.837,17
IUPHHK Hutan Tanaman
- Penghasil getah Ha 13.159,26 13.159,26
- Kayu pertukangan unggulan Ha 11.593,25 11.593,25
- Kayu pertukangan Acacia mangium Ha 15.999,95 15.999,95
4. Pemberdayaan masyarakat :
- Pola Hkm/HD Ha 2.264,98 1.189,44 404,04 3.858,46
- Pola Kemitraan Ha 2.875,30 2.265,43 5.140,73
5. Rehabilitasi dan Reklamasi
Rehabilitasi :
- Pola RHL Ha 300,00 2.265,43 2.565,43
- Pola IPPKH Ha 2.264,98 2.875,30 5.140,28
- Pola PMUMHM Ha 2.653,14 792,75 3.824,91
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-59
Tabel V.29. Rencana kegiatan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku selama 10 tahun
No. KEGIATAN SATUAN
WAKTU PELAKSANAAN
Jumlah 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1. Inventarisasi Ha 16.397,88 9.428,58 9.428,26 8.896,88 44.151,60
Semisir Sebuku Sebatung P. Laut kpl
2. Tata Batas :
- Batas fungsi Km 20,85 43,84 40,00 49,74 50,05 45,00 249,48
Semisir Sebuku Sebuku P. Laut kpl Sebatung Sebatung
- Batas Blok Km 85,83 85,83 85,83 85,83 85,83 85,83 85,83 85,83 686,65
- Batas Petak Km 281,42 281,42 281,42 281,42 281,42 281,42 281,42 281,42 2.251,36
3 Pemanfaatan Wilayah Tertentu
a. Pemanfaatan wilayah tertentu :
Jasa lingkungan :
- Wisata alam Ha 194,00 417,63 611,63
Sebatung Semiisir -
- Pemanfaatan air Ha 5,00 5,00
Sebatung
- Penyimpanan karbon Ha 1.000 1.000 1.000 1.000 1259,42 5.259,42
Hasil Hutan Kayu :
- Hutan alam
Inventarisasi Potensi Ha 492,27 492,27 492,27 492,27 492,27 492,27 492,27 492,27 492,27 4.430,43
Pemanenan 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 3.032,16
Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir
113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 906,00
Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
- Tanaman hasil rehabilitasi
Inventarisasi Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46 4.332,99
Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir
Pemeliharaan/Penjarangan Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46 4.332,99
Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir
Penanaman Sengon Ha 500 500 500 500 500 500 500 500 4.000
Panen Sengon Ha 500 500 1.000
Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir
Pemanfaatan HHBK
- Gaharu Ha 5 5 5 5 20
sebatung semisir sebatung semisir
- Jamur Tiram Unit 1 1 2
sebatung semisir
- Buah-buahan Ha 10 10 10 10 40
sebatung semisir sebatung semisir
- Karet Ha 50 50 100 100 100 100 500
sebatung semisir sebatung semisir sebatung semisir
4 Pemberdayaan Masyarakat
- Pola HKM/HD Ha 192,40 418,15 418,15 418,15 418,15 200,00 200,00 2.264,98
Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung
Ha 404,04 404,04
Sebuku
Ha 871,50 317,94 1.189,44
P. Laut kpl P. Laut kpl
- Pola kemitraan Ha 375 500 500 500 500 500,30 2.875,30
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-61
P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl
300 300 300 300 300 300 465,43 2.265,43
Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku
5 Rehabilitasi pada areal kerja diluar ijin
- Pola Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Ha 300 300
Sebatung
300 300 300 300 300 300 465,43 2.265,43
Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku
871,50 317,94 1.189,44
P. Laut kpl P. Laut kpl
404,04 404,04
Sebuku
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
- Pola IPPKH Ha 192,40 418,15 418,15 418,15 418,15 200,00 200,00 2.264,98
Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung
375 500 500 500 500 500,30 2.875,30
P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl
- Pola PMUMHM Ha 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 2.653,14
Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir
113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 792,75
Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku
6 Pembinaan dan pemantauan
Rehabilitasi dan reklamasi
Di dalam areal berizin
- Rehabilitasi IUPHHK HA/HT Kali 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 60
BAB V RENCANA KEGIATAN
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-62
- Reklamasi IPPKH Pertambangan Kali 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 160
7 Perlindungan hutan dan konservasi Alam
Penyuluhan kali 10 12 14 16 18 20 22 24 26 162
Dalkarhut Klpk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
Patroli
- Rutin Kali 720 720 720 720 720 720 720 720 720 6.480
- Fungsional Kali 10 10 10 10 10 10 10 10 10 90
- Gabungan Kali 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
8 Penyediaan pendanaan
APBD Kabupaten % 10 20 20 20 20 20 20 10 0
APBN % 90 80 70 60 50 40 20 10 0
KPH % 0 0 0 10 20 30 40 60 80 100
Pantai
Lontar
Serongga
Berangas
Kotabaru
Mekarpura
Sungai Bali
Tanjung Lalak
Tanjung Seloka
KOTABARU
TANAH BUMBUTg. Raja
Tg. Ayun
Tg. Rampa
Tg. Lalak
Tg. Ujung
Tg. Kepala Tg. Karang
Tg. Gunung
Tg. Prapat
Tg. Bintel
Tg. Godang
Tg. Seloka
Tg. Setigi
Tg. Mangkok
Tg. Seratak
Tg. Halaban
Tg. Harapan
Tg. Sekapung
Tg. Kemuning
Tg. Bekambit
Tg. LangadaiTg. Pulaulaut
Tg. Kehidupan
Tg. Alangalang
Tg. Sekarambut
Tg. Pemancingan
Tg. Sarangtiung
Tg. Kapal pecah
Tg. Saranggalang
116°40'0"E
116°40'0"E
116°20'0"E
116°20'0"E
116°0'0"E
116°0'0"E3°2
0'0"S
3°40'0
"S4°0
'0"S
400000,000000
400000,000000
450000,000000
450000,000000
9550
000,00
0000
9600
000,00
0000
9650
000,00
0000 PETA
RENCANA PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASANPADA AREAL
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)PULAU LAUT DAN SEBUKU
KABUPATEN KOTABARUPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
0 6 12 18 243Km
SKALA 1 : 200.000
LUAS : 103.368,29 Ha
Ê
SE
L AT
MA
KA
SS
AR
L A U T J A W ASumber :1. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru2. Peta Penetapan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku (Lampiran SK Menhut No. 226/Menhut-II/2012 tanggal 04 Mei 2012)4. Peta Batuan Induk 5. Peta Radar SRTM 90 (Shuttle Radar Topography Mission)
ProyeksiSistem GridDatum
: Transverse Mercator: Geografi & Meter: WGS84 - Zone 50S
SE
L AT
MA
KA
SS
AR
L A U T J A W A
Areal dipetakan
KOTABARU
BANJAR
HSS
TAPIN
HST
TANAH BUMBU
TANAH LAUT
HSU
BARITO KUALA
BALANGANTABALONG
BANJARBARU
BANJARMASIN
117°0'0"E
117°0'0"E
115°30'0"E
115°30'0"E
3°0'0"
S
3°0'0"
S
4°30'0
"S
4°30'0
"S
Provinsi Kalimantan Selatan
PETA SITUASISKALA 1 : 3.000.000
Laut Jawa
S EL A
TM
A KA S
S AR
Areal dipetakan
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN KABUPATEN KOTABARU
UNIT PELAKSANA TEKNIS KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU
115°48'30"E115°43'0"E
4°39'3
0"S
4°45'0
"S4°5
0'30"
S
Pemanfaatan dan Penggunaan ArealPemanfaatan Wilayah TertentuKonservasiPerhutanan SosialRehabilitasiIUPHHK HAIUPHHK HTIPPKH PertambanganTanaman Sawit
KETERANGAN :"/ Ibu kota kabupaten!. Ibu kota kecamatan
JalanSungaiBatas PropinsiBatas KabupatenBatas Kecamatan
Catatanr :Batas administrasi yang tergambar pada peta tidak dapat digunakan sebagai acuan
ÊSKALA 1 : 100.000
!.
!.
"/
!.
!.
!.
!.
!.
!.
Pantai
Lontar
Serongga
Berangas
Kotabaru
Mekarpura
Sungai Bali
Tanjung Lalak
Tanjung Seloka
KOTABARU
TANAH BUMBUTg. Raja
Tg. Ayun
Tg. Rampa
Tg. Lalak
Tg. Ujung
Tg. Kepala Tg. Karang
Tg. Gunung
Tg. Prapat
Tg. Bintel
Tg. Godang
Tg. Seloka
Tg. Setigi
Tg. Mangkok
Tg. Seratak
Tg. Halaban
Tg. Harapan
Tg. Sekapung
Tg. Kemuning
Tg. Bekambit
Tg. LangadaiTg. Pulaulaut
Tg. Kehidupan
Tg. Alangalang
Tg. Sekarambut
Tg. Pemancingan
Tg. Sarangtiung
Tg. Kapal pecah
Tg. Saranggalang
116°40'0"E
116°40'0"E
116°20'0"E
116°20'0"E
116°0'0"E
116°0'0"E3°2
0'0"S
3°40'0
"S4°0
'0"S
400000,000000
400000,000000
450000,000000
450000,000000
9550
000,00
0000
9600
000,00
0000
9650
000,00
0000
PETA BATUAN INDUK PADA AREAL
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)PULAU LAUT DAN SEBUKU
KABUPATEN KOTABARUPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
0 6 12 18 243Km
SKALA 1 : 200.000
LUAS : 103.368,29 Ha
Ê
SE
L AT
MA
KA
SS
AR
L A U T J A W ASumber :1. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru2. Peta Penetapan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku (Lampiran SK Menhut No. 226/Menhut-II/2012 tanggal 04 Mei 2012)4. Peta Batuan Induk 5. Peta Radar SRTM 90 (Shuttle Radar Topography Mission)
ProyeksiSistem GridDatum
: Transverse Mercator: Geografi & Meter: WGS84 - Zone 50S
SE
L AT
MA
KA
SS
AR
L A U T J A W A
Areal dipetakan
KOTABARU
BANJAR
HSS
TAPIN
HST
TANAH BUMBU
TANAH LAUT
HSU
BARITO KUALA
BALANGANTABALONG
BANJARBARU
BANJARMASIN
117°0'0"E
117°0'0"E
115°30'0"E
115°30'0"E
3°0'0"
S
3°0'0"
S
4°30'0
"S
4°30'0
"S
Provinsi Kalimantan Selatan
PETA SITUASISKALA 1 : 3.000.000
Laut Jawa
S EL A
TM
A KA S
S AR
Areal dipetakan
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN KABUPATEN KOTABARU
UNIT PELAKSANA TEKNIS KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU
115°48'30"E115°43'0"E
4°39'3
0"S
4°45'0
"S4°5
0'30"
S
Jenis Batuanall_rec est mar,all_rec est mar,peat,all_rec riverine,peridotite,serpentin,sandstone,sandstone,mudstone,sandstone,shale,mudstone,conglomt,serpentin,perodotite,diorite,shale,sandstone,all_rec riverine,conglomt,
KETERANGAN :"/ Ibu kota kabupaten!. Ibu kota kecamatan
JalanSungaiBatas PropinsiBatas KabupatenBatas Kecamatan
Catatanr :Batas administrasi yang tergambar pada peta tidak dapat digunakan sebagai acuan
ÊSKALA 1 : 100.000
!.
!.
"/
!.
!.
!.
!.
!.
!.
Pantai
Lontar
Serongga
Berangas
Kotabaru
Mekarpura
Sungai Bali
Tanjung Lalak
Tanjung Seloka
KOTABARU
TANAH BUMBUTg. Raja
Tg. Ayun
Tg. Rampa
Tg. Lalak
Tg. Ujung
Tg. Kepala Tg. Karang
Tg. Gunung
Tg. Prapat
Tg. Bintel
Tg. Godang
Tg. Seloka
Tg. Setigi
Tg. Mangkok
Tg. Seratak
Tg. Halaban
Tg. Harapan
Tg. Sekapung
Tg. Kemuning
Tg. Bekambit
Tg. LangadaiTg. Pulaulaut
Tg. Kehidupan
Tg. Alangalang
Tg. Sekarambut
Tg. Pemancingan
Tg. Sarangtiung
Tg. Kapal pecah
Tg. Saranggalang
P. Laut
Sekalian
Sebanti
Semaras
P. Sebuku
Embung Embungan
Teluk Gumbang
Berangas
Gulisan
Sarangsana
Bali
Selaro
Sunggup
Buah
Lanun
Prapat raja
Sebelimbingan
Sekapung
Sarakaman
Simbungan Kecil
Kalambah
Tungkaranasam
Dungun
Teluk aru
Kawau
Sungai pasir
Embungan kecil
Tanahmerah
Salinau
Terangkeh
Teluk kemuning
Limau Barat
Serai
Komangkomang
Setimbangan
Teluk mesjid
Tanjung harapan
116°40'0"E
116°40'0"E
116°20'0"E
116°20'0"E
116°0'0"E
116°0'0"E3°2
0'0"S
3°40'0
"S4°0
'0"S
400000,000000
400000,000000
450000,000000
450000,000000
9550
000,00
0000
9600
000,00
0000
9650
000,00
0000
PETA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) PADA AREAL
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)PULAU LAUT DAN SEBUKU
KABUPATEN KOTABARUPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
0 6 12 18 243Km
SKALA 1 : 200.000
LUAS : 103.368,29 Ha
Ê
SE
L AT
MA
KA
SS
AR
L A U T J A W ASumber :1. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru2. Peta Penetapan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku (Lampiran SK Menhut No. 226/Menhut-II/2012 tanggal 04 Mei 2012)4. Peta Wilayah DAS/Sub DAS Balai Pengelolaan DAS Barito5. Peta Radar SRTM 90 (Shuttle Radar Topography Mission)
ProyeksiSistem GridDatum
: Transverse Mercator: Geografi & Meter: WGS84 - Zone 50S
SE
L AT
MA
KA
SS
AR
L A U T J A W A
Areal dipetakan
KOTABARU
BANJAR
HSS
TAPIN
HST
TANAH BUMBU
TANAH LAUT
HSU
BARITO KUALA
BALANGANTABALONG
BANJARBARU
BANJARMASIN
117°0'0"E
117°0'0"E
115°30'0"E
115°30'0"E
3°0'0"
S
3°0'0"
S
4°30'0
"S
4°30'0
"S
Provinsi Kalimantan Selatan
PETA SITUASISKALA 1 : 3.000.000
Laut Jawa
S EL A
TM
A KA S
S AR
Areal dipetakan
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN KABUPATEN KOTABARU
UNIT PELAKSANA TEKNIS KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU
PULAU LAUT KEPULAUANMatasirih
Maradapan
115°48'30"E115°43'0"E
4°39'3
0"S
4°45'0
"S4°5
0'30"
S
SUB DASBaliBerangasBuahDungunEmbung EmbunganEmbungan kecilGulisanKalambahKawauKomangkomangLanunLimau BaratMaradapanMatasirihP. LautP. SebukuPrapat rajaSalinauSarakamanSarangsana
SebantiSebelimbinganSekalianSekapungSelaroSemarasSeraiSetimbanganSimbungan KecilSungai pasirSunggupTanahmerahTanjung harapanTeluk GumbangTeluk aruTeluk kemuningTeluk mesjidTerangkehTungkaranasam
KETERANGAN :"/ Ibu kota kabupaten!. Ibu kota kecamatan
JalanSungaiBatas PropinsiBatas KabupatenBatas Kecamatan
Catatanr :Batas administrasi yang tergambar pada peta tidak dapat digunakan sebagai acuan
ÊSKALA 1 : 100.000
!.
!.
"/
!.
!.
!.
!.
!.
!.
Pantai
Lontar
Serongga
Berangas
Kotabaru
Mekarpura
Sungai Bali
Tanjung Lalak
Tanjung Seloka
KOTABARU
TANAH BUMBUTg. Raja
Tg. Ayun
Tg. Rampa
Tg. Lalak
Tg. Ujung
Tg. Kepala Tg. Karang
Tg. Gunung
Tg. Prapat
Tg. Bintel
Tg. Godang
Tg. Seloka
Tg. Setigi
Tg. Mangkok
Tg. Seratak
Tg. Halaban
Tg. Harapan
Tg. Sekapung
Tg. Kemuning
Tg. Bekambit
Tg. LangadaiTg. Pulaulaut
Tg. Kehidupan
Tg. Alangalang
Tg. Sekarambut
Tg. Pemancingan
Tg. Sarangtiung
Tg. Kapal pecah
Tg. Saranggalang
116°40'0"E
116°40'0"E
116°20'0"E
116°20'0"E
116°0'0"E
116°0'0"E3°2
0'0"S
3°40'0
"S4°0
'0"S
400000,000000
400000,000000
450000,000000
450000,000000
9550
000,00
0000
9600
000,00
0000
9650
000,00
0000
PETA PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN PADA AREAL
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)PULAU LAUT DAN SEBUKU
KABUPATEN KOTABARUPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
0 6 12 18 243Km
SKALA 1 : 200.000
LUAS : 103.368,29 Ha
Ê
SE
L AT
MA
KA
SS
AR
L A U T J A W A
Sumber :1. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru2. Peta Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009 (Lampiran SK. Menhut No. 435/Kpts-II/2009 tanggal 23 Juli 2009)3. Peta Penetapan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku (Lampiran SK Menhut No. 226/Menhut-II/2012 tanggal 04 Mei 2012)4. Peta IUPHHK HA/HT dan IPPKH 5. Peta Radar SRTM 90 (Shuttle Radar Topography Mission)
ProyeksiSistem GridDatum
: Transverse Mercator: Geografi & Meter: WGS84 - Zone 50S
SE
L AT
MA
KA
SS
AR
L A U T J A W A
Areal dipetakan
KOTABARU
BANJAR
HSS
TAPIN
HST
TANAH BUMBU
TANAH LAUT
HSU
BARITO KUALA
BALANGANTABALONG
BANJARBARU
BANJARMASIN
117°0'0"E
117°0'0"E
115°30'0"E
115°30'0"E
3°0'0"
S
3°0'0"
S
4°30'0
"S
4°30'0
"S
Provinsi Kalimantan Selatan
PETA SITUASISKALA 1 : 3.000.000
Laut Jawa
S EL A
TM
A KA S
S AR
Areal dipetakan
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN KABUPATEN KOTABARU
UNIT PELAKSANA TEKNIS KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU
Matasirih
Maradapan
Dare
Gambang
Janda
Kunyit Matasirih
Condong
115°48'30"E115°43'0"E
4°39'3
0"S
4°45'0
"S4°5
0'30"
S
Pemanfaatan dan Penggunaan KawasanPMUMHMIUPHHK - HAIUPHHK - HTIPPKH/TAMBANGOPEN ACCES
KETERANGAN :"/ Ibu kota kabupaten!. Ibu kota kecamatan
JalanSungaiBatas PropinsiBatas KabupatenBatas Kecamatan
Catatanr :Batas administrasi yang tergambar pada peta tidak dapat digunakan sebagai acuan
ÊSKALA 1 : 100.000
!.
!.
"/
!.
!.
!.
!.
!.
!.
Pantai
Lontar
Serongga
Berangas
Kotabaru
Mekarpura
Sungai Bali
Tanjung Lalak
Tanjung Seloka
KOTABARU
TANAH BUMBUTg. Raja
Tg. Ayun
Tg. Rampa
Tg. Lalak
Tg. Ujung
Tg. Kepala Tg. Karang
Tg. Gunung
Tg. Prapat
Tg. Bintel
Tg. Godang
Tg. Seloka
Tg. Setigi
Tg. Mangkok
Tg. Seratak
Tg. Halaban
Tg. Harapan
Tg. Sekapung
Tg. Kemuning
Tg. Bekambit
Tg. LangadaiTg. Pulaulaut
Tg. Kehidupan
Tg. Alangalang
Tg. Sekarambut
Tg. Pemancingan
Tg. Sarangtiung
Tg. Kapal pecah
Tg. Saranggalang
116°40'0"E
116°40'0"E
116°20'0"E
116°20'0"E
116°0'0"E
116°0'0"E3°2
0'0"S
3°40'0
"S4°0
'0"S
400000,000000
400000,000000
450000,000000
450000,000000
9550
000,00
0000
9600
000,00
0000
9650
000,00
0000
PETA JENIS TANAH PADA AREAL
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)PULAU LAUT DAN SEBUKU
KABUPATEN KOTABARUPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
0 6 12 18 243Km
SKALA 1 : 200.000
LUAS : 103.368,29 Ha
Ê
SE
L AT
MA
KA
SS
AR
L A U T J A W ASumber :1. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru2. Peta Penetapan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku (Lampiran SK Menhut No. 226/Menhut-II/2012 tanggal 04 Mei 2012)4. Peta Jenis Tanah 5. Peta Radar SRTM 90 (Shuttle Radar Topography Mission)
ProyeksiSistem GridDatum
: Transverse Mercator: Geografi & Meter: WGS84 - Zone 50S
SE
L AT
MA
KA
SS
AR
L A U T J A W A
Areal dipetakan
KOTABARU
BANJAR
HSS
TAPIN
HST
TANAH BUMBU
TANAH LAUT
HSU
BARITO KUALA
BALANGANTABALONG
BANJARBARU
BANJARMASIN
117°0'0"E
117°0'0"E
115°30'0"E
115°30'0"E
3°0'0"
S
3°0'0"
S
4°30'0
"S
4°30'0
"S
Provinsi Kalimantan Selatan
PETA SITUASISKALA 1 : 3.000.000
Laut Jawa
S EL A
TM
A KA S
S AR
Areal dipetakan
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN KABUPATEN KOTABARU
UNIT PELAKSANA TEKNIS KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU
115°48'30"E115°43'0"E
4°39'3
0"S
4°45'0
"S4°5
0'30"
S
Jenis TanahAluvialKomp.Pods,Mr-Kn&LaterikLatosol
KETERANGAN :"/ Ibu kota kabupaten!. Ibu kota kecamatan
JalanSungaiBatas PropinsiBatas KabupatenBatas Kecamatan
Catatanr :Batas administrasi yang tergambar pada peta tidak dapat digunakan sebagai acuan
ÊSKALA 1 : 100.000
RENCANA KEGIATAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) PULAU LAUT DAN SEBUKU
SELAMA 10 TAHUN
I II III IV V VI VII VIII IX X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Inventarisasi Ha 8.198,94 8.198,94 9.428,58 8.896,88 1.863,26
Semisir Semisir Sebuku P. Laut kpl Sebatung
2. Tata Batas :
- Batas fungsi Km 23,435 23,435 69.14 49,74 5,43
Semisir Semisir Sebuku P. Laut Kpl Sebatung
- Batas Blok Km 29,64 29,64 21,44 38,81 4,05
Semisir Semisir Sebuku P. Laut Kpl Sebatung
- Batas Petak Km 140,908 140,908 140,908 140,908 70,454
Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir
116,995 116,995 116,995 116,995
Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku
131,123 131,123 131,123
P. Laut Kpl P. Laut Kpl P. Laut Kpl
70,41
Sebatung
3 Pemanfaatan Wilayah Tertentu
a. Pemanfaatan Kawasan
- Budidaya Lebah dan Ha 1.699,97
Sarang Burung Walet Semisir
b. Jasa lingkungan :
- Wisata alam Ha 417,63
Semiisir
- Penyimpanan karbon Ha 1514,70 2.596,85
Semisir Sebuku
No. KEGIATAN SATUANWAKTU PELAKSANAAN (TAHUN KE)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
c. Hasil Hutan Kayu :
- Hutan alam
Inventarisasi Potensi Ha 365 365 365 365 365 365 365 365 365
Pemanenan 365 365 365 365 365 365 365 365
Semisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semisir
Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku
- Tanaman hasil rehabilitasi
Inventarisasi Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46
Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir
Pemeliharaan/Penjarangan Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46
Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir
d. Pemanfaatan HHBK
- Gaharu Ha
- Karet Ha
4 Pemberdayaan Masyarakat
- Pola HKM/HD Ha 714,87 471,45
Sebatung Sebatung
Ha 404,04
Sebuku
Ha 871,5 317,94
P. Laut kpl P. Laut kpl
- Pola kemitraan Ha 375 500 500 500 500 500,3
P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl
300 300 300 300 300 300 369,58
Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku
5 Rehabilitasi pada areal kerja diluar ijin
- Pola Rehabilitasi Hutan dan Lahan 300 300 300 300 300 300 465,43
Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku
871,5 317,94
P. Laut kpl P. Laut kpl
404,04
Sebuku
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
- Rehabilitasi oleh Perusahaan IPPKH 375 500 500 500 500 500,3
P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl
- Rehabilitasi pada areal PMUMHM Ha 365 365 365 365 365 365 365
Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir
Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku
6 Pembinaan dan pemantauan
Rehabilitasi dan reklamasi
Di dalam areal berizin
- Rehabilitasi IUPHHK HA/HT Kali 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
- Reklamasi IPPKH Pertambangan Kali 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
7 Perlindungan hutan dan konservasi Alam
Penyuluhan kali 10 12 14 16 18 20 22 24 26
Dalkarhut Klpk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Patroli
- Rutin Kali 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360
- Fungsional Kali 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
- Gabungan Kali 2 2 2 2 2 2 2 2 2
8 Penyediaan pendanaan
APBD % 10 20 20 20 20 20 20 10 0
APBN % 90 80 70 60 50 40 20 10 0
KPH % 0 0 0 10 20 30 40 60 80 100
RENCANA KEGIATAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) PULAU LAUT DAN SEBUKU
SELAMA 10 TAHUN
14
36.586,60
102,04
123,58
634,09
467,98
393,37
70,41
1.699,97
417,63
4.111,55
Jumlah
14
3.285,00
2.920,00
4.332,99
4.332,99
0,00
0,00
1.186,32
404,04
1.189,44
2.875,30
2.169,58
2.265,43
1.189,44
404,04
RENCANA KEGIATAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) PULAU LAUT DAN SEBUKU
SELAMA 10 TAHUN
I II III IV V VI VII VIII IX X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1. Inventarisasi Ha 8.198,94 8.198,94 9.428,58 8.896,88 1.863,26
2. Tata Batas :
- Batas fungsi Km 23,435 23,435 69.14 49,74 5,43 0 0 0 0
- Batas Blok Km 29,64 29,64 21,44 38,81 4,05 0 0 0 0
- Batas Petak Km 140,908 140,908 257,903 389,026 388,982 248,118 0 0 0
3 Pemanfaatan Wilayah Tertentu
a. Pemanfaatan Kawasan
- Budidaya Lebah dan Ha 1.699,97
Sarang burung Walet
b. Jasa lingkungan :
- Wisata alam Ha 417,63
- Penyimpanan karbon Ha 1514,70 2.596,85
c. Hasil Hutan Kayu :
- Hutan alam
Inventarisasi Potensi Ha 365 365 365 365 365 365 365 365 365
Pemanenan 365 365 365 365 365 365 365 365
- Tanaman hasil rehabilitasi
Inventarisasi Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46
Pemeliharaan/Penjarangan Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46
d. Pemanfaatan HHBK
- Gaharu Ha
- Karet Ha
4 Pemberdayaan Masyarakat
- Pola HKM/HD Ha 714,87 471,45 404,04 871,5 317,94
- Pola kemitraan Ha 375 500 800 800 800 800,3 300 300 369,58
5 Rehabilitasi pada areal kerja diluar ijin
- Rehabilitasi Hutan dan Lahan Ha 300 300 300 300 704,04 1.171,50 783,37
- Rehabilitasi oleh Perusahaan IPPKH Ha 375 500 500 500 500 500,3
No. KEGIATAN SATUANWAKTU PELAKSANAAN (TAHUN KE)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
6 Pembinaan dan pemantauan
Rehabilitasi dan reklamasi
Di dalam areal berizin
- Rehabilitasi IUPHHK HA/HT Kali 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
- Reklamasi IPPKH Pertambangan Kali 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
7 Perlindungan hutan dan konservasi Alam
Penyuluhan kali 10 12 14 16 18 20 22 24 26
Dalkarhut Klpk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Patroli
- Rutin Kali 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360
- Fungsional Kali 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
- Gabungan Kali 2 2 2 2 2 2 2 2 2
8 Penyediaan pendanaan
APBD % 10 20 20 20 20 20 20 10 0
APBN % 90 80 70 60 50 40 20 10 0
KPH % 0 0 0 10 20 30 40 60 80 100
RENCANA KEGIATAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) PULAU LAUT DAN SEBUKU
SELAMA 10 TAHUN
14
36.586,60
102,04
123,58
1.565,85
1.699,97
417,63
4.111,55
3.285,00
2.920,00
4.332,99
4.332,99
0,00
0,00
2.779,80
5.044,88
3.858,91
2.875,30
Jumlah