rencana pengelolaan hutan jangka panjang kphp pulau laut ...

101
PEMERINTAH KEBUPATEN KOTABARU DINAS KEHUTANAN UPT. KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU Alamat : Jl. Tanjung serdang - Kotabaru km. 38 Mekarpura Kotabaru - Kalimantan Selatan RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU 2014 - 2023

Transcript of rencana pengelolaan hutan jangka panjang kphp pulau laut ...

PEMERINTAH KEBUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN

UPT. KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKUAlamat : Jl. Tanjung serdang - Kotabaru km. 38 Mekarpura

Kotabaru - Kalimantan Selatan

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANGKPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU

2014 - 2023

BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam

Pasal 33 ayat (3)menyebutkan “Bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Salah satu kekayaan alam yang

dikaruniai Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa kepada Indonesia yaknisumber

daya alam hutan yang tiada ternilai harganya, manfaat serta

keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Hutan telah

dimanfaatkan sebagai sumber penghasil kayu dan hasil hutan bukan kayu

lainnya sebagai salah satu penghasil devisa negara, sebagai salah satu

sumber pembiayaan pembangunan negara serta turut andil dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan segala kelebihan dan

kekurangannya.

Dalam perkembangannya pengelolaan hutan di Indonesia mengalami

pasang surut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Republik Indonesia

dalam mengelola hutan di Indonesia, namun pada saat ini kondisi hutan di

Indonesia sampai pada tahap yang memprihatinkan karena sebagian besar

hutan di Indonesia tidak dikelola dengan baik ditandai dengan deforestasi,

perambahan kawasan hutan, terjadinya illegal logging, menurunnya fungsi

hutan, hutan tidak lagi menjadi daerah penyangga (buffer zone) bencana bagi

masyarakat sekitar, malah menjadi sumber bencana karena seringnya terjadi

bencana longsor disaat musim hujan dan kekeringan dimusim kemarau,

dengan adanya tanda-tanda kerusakan pada sumber daya hutan ini

menunjukan kepada kita bahwa ada yang kurang tepat dalam pengelolaan

hutan selama ini.

Pengelolaan hutan di Kabupaten Kotabaru kondisi saat ini pada tahap

memprihatinkan karena sebagian kawasan hutan tidak dikelola dengan baik

yang ditandai dengan deforestasi, perambahan kawasan hutan , illegal

logging, illegal mining, hutan tidak lagi menjadi daerah penyangga bencana

BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-2

malah menjadi sumber bencana (longsor, banjir, kekeringan, dan kerusakan

destruktif lainnya)

Dalam Undang– undang Nomor : 41 Tahun 1999 Pasal 17 ayat (1)

disebutkan bahwa pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilaksanakan

untuk tingkat Provinsi, Kabupaten/ Kota, dan unit pengelolaan. Unit

pengelolaan adalah kawasan hutan dengan luas tertentu yang dapat dikelola

secara efisien dan lestari. Pada PP Nomor : 6 Tahun 2007 pasal 1 poin (a)

Kesatuan pengelolaan hutan selanjutnya disingkat KPH adalah wilayah

pengelolaan hutan sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya, yang

dapat dikelola secara efisien dan lestari.

Pembangunan KPH bertujuan untuk menata kembali seluruh kawasan

hutan produksi, lindung dan kawasan konservasi menjadi unit pengelolaan

sesuai dengan tipe tapak untuk menjamin kelestarian usaha yang rasional

dan menguntungkan yang dapat menyediakan hasil hutan dan manfaat

lainnya bagi pembangunan nasional, pembangunan daerah dan masyarakat

sekitar hutan secara berkelanjutan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 tentang Tata

Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan

Hutan pada pasal 3 (tiga) menyebutkan bahwa kawasan hutan dengan fungsi

pokok hutan terbagi atas hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi

terbagi dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang menjadi bagian dari

penguatan sistem pengurusan hutan Nasional, Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/ Kota.

Untuk kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Selatan telah terbit Surat

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.78/Menhut-II/2010 tanggal 10

Pebruari 2010 tentang Penetapan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung

(KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi

Kalimantan Selatan dimana pada provinsi Kalimantan Selatan terdapat 10

(sepuluh) unit Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dimana 3 (unit) berada di

Kabupaten Kotabaru (Unit II,III dan IV), guna mempercepat beroperasinya

KPH menuju KPHP perlu suatu model maka berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kehutanan Nomor : SK.226/Menhut-II/2012 tanggal 4 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-3

tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model

Pulau Laut dan Sebuku (Unit III) yang terletak di Kabupaten Kotabaru

Provinsi Kalimantan Selatan Seluas 112.258 Hektar.

Mengacu pada Peraturan Menteri Kehutan Nomor : P.6/Menhut-

II/2010 agar KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku dapat optimal dalam

mengelola hutan perlu suatu rencana pengelolaan hutan. Sebagai acuan

dalam pembuatan rencana pengelolaan hutan KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku yaitu Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor :

P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung

(KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang

(RPHJP) KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku ini yakni untuk menjadi acuan

dalam mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari pada tingkat KPH.

Tujuan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP)

adalah:

1. Mewujudkan suatu rencana pengelolaan hutan yang mempertimbangkan

dan memperhatikan potensi dan kekhasan masing-masing KPH;

2. Mewujudkan pengelolaan hutan yang efektif dan efisien termasuk

pelaksanaan pengawasan serta evaluasi pengelolaan KPH;

3. Menjamin terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan dalam

pencapaian fungsi ekonomi, lingkungan dan sosial secara optimal;

4. Memudahkan sinergi, koordinasi dan sinkronisasi antar organisasi

kehutanan, baik Pemerintah Pusat, Daerah, Masyarakat maupun

Pengusaha dalam kegiatan pengelolaan hutan pada tingkat KPH.

1.3. Sasaran

Sasaran kegiatan penyusunan RPHJP KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku adalah seluruh areal yang termasuk didalam wilayah KPHP Pulau

Laut dan Sebuku seluas 110.933,29 Hektar, dan seluruh stakeholder yang

terkait, termasuk masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar kawasan.

BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-4

RPHJP ini berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau selama jangka benah

pembangunan KPHP.

1.4. Ruang Lingkup

Mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-

II/2010 pasal 11 ayat (3), ruang lingkup rencana pengelolaan hutan

mencakup:

1. Tujuan yang akan dicapai KPHP, yaitu pengelolaan hutan yang efektif

dan efisien termasuk perencanaan pengembangan kelembagaan KPHP

Model Pulau Laut dan Sebuku, perencanaan pengembangan

sumberdaya manusia serta perencanaan pengembangan infrastruktur

pendukung operasional KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

2. Kondisi yang dihadapi, dengan memperhatikan kondisi alam dan

permasalahan dan aspirasi masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar

wilayah

3. Strategi serta kelayakan pengembangan pengelolaan hutan, yang

meliputi tata hutan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan,

rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan dan konservasi

alam.

4. Arahan kegiatan pembangunan jangka panjang KPHP Model Pulau Laut

dan Sebuku

BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-5

1.5. Batasan Pengertian

1. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah

untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

2. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan

kawasan hutan, rehabilitasi dan

reklamasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi alam.

3. Tata Hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,

mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe

ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan untuk

memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara

lestari.

4. Inventarisasi Hutan pada wilayah KPHL dan KPHP adalah rangkaian

kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi

sumberdaya hutan dan lingkungannya secara lengkap.

5. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada KPH yang memuat

semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun waktu jangka panjang dan

pendek, disusun berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan dan

memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta

kondisi lingkungan dalam rangka pengelolaan kawasan hutan yang lebih

intensif untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari.

6. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang adalah rencana pengelolaan

hutan pada tingkat strategis berjangka waktu 10 (sepuluh) tahun atau

selama jangka benah pembangunan KPHL dan KPHP.

7. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek adalah Rencana Pengelolaan

Hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat kegiatan operasional

berbasis petak dan/atau blok.

8. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,

memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan

kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan

adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-6

9. Penggunaan Kawasan Hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan

pembangunan diluar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok

kawasan hutan.

10. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi

kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh

perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan

penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat

dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta

perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

11. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya memulihkan, mempertahankan,

dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung,

produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga

kehidupan tetap terjaga.

12. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan

kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal

sesuai dengan peruntukannya.

13. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum

menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya

sehingga pemerintah perlu menugaskan Kepala KPH untuk

memanfaatkannya.

14. Kesatuan Pengelolaan Hutan adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai

fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan

lestari.

15. Kesatuan Pengelolaan Hutan produksi selanjutnya disebut KPHP adalah

KPH yang luas wilayahnya seluruhnya atau sebagian besar terdiri dari

kawasan hutan produksi.

16. KPH Model, adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap

dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual organisasi KPH di tingkat

tapak.

17. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPHL dan

KPHP yang merupakan bagian dari wilayah KPHL dan KPHP yang dipimpin

BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU I-7

oleh Kepala Resort KPHL dan KPHP dan bertanggung jawab Kepada

Kepala KPHL dan KPHP.

18. Blok Pengelolaan pada wilayah KPHL dan KPHP adalah bagian dari wilayah

KPHL dan KPHP yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi pengelolaan.

19. Petak adalah bagian dari Blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit

usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan dan

silvikultur yang sama.

20. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di

bidang kehutanan.

BAB III VISI DAN MISI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU III-1

BAB III

VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN

3.1. Visi

Kabupaten Kotabaru memiliki sumber daya alam potensial baik yang dapat

diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui, disisi lain juga dihadapkan

dengan berbagai isu strategis, kendala dan permasalahan dalam pengelolaannya.

Dengan visi pembanguan daerah yaitu “Terwujudnya Pembangunan

Kabupaten Kotabaru Yang berkelanjutan Menuju Masyarakat Yang

Demokratis, Religius, Adil dan Sejahtera”, posisi dan peranan hutan dan

kehutanan masih sangat signifikan bagi pencapaian visi pembangunan tersebut.

Untuk dapat mewujudkan masyarakat yang sejahtera maka diperlukan sumber

daya lahan dan sumber daya hutan yang kaya akan keanekaragaman hayati

sehingga kehutanan diharapkan memiliki kontribusi yang signifikan dan

proporsional.

Menindaklanjuti visi pembangunan daerah tersebut maka sektor kehutanan

melalui Dinas Kehutanan Kabuapten Kotabaru memiliki visi pembagunan

kehutanan yaitu: “Terwujudnya Masyarakat Kotabaru yang Sejahtera

Berkeadilan Melalui Optimalisasi Fungsi Hutan yang Lestari Sesuai Dengan

Peruntukannya”. Sementara itu, KPHP model Pulau Laut dan Sebuku merupakan

lembaga yang dibentuk oleh pemerintah daerah harus menterjemahkan dan

mendukung kebijakan pembangunan daerah pada tingkat tapak sehingga visi dan

misi pembangunan daerah dan sektor kehutanan dapat diwujudkan.

BAB III VISI DAN MISI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU III-2

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka ditetapkan visi pengelolaan

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku untuk jangka waktu 10 tahun (2014 – 2023)

sebagai berikut:

“Terwujudnya Kemandirian Pengelolaan Kawasan Hutan secara Optimal

dan Lestari untuk kesejahteraan masyarakat”

Visi tersebut merupakan cita-cita yang ingin dicapai dimasa depan

khususnya dalam pembentukan KPHP Model yang pertama di Kabupaten

Kotabaru, adapun makna dari visi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemandirian pengelolaan kawasan hutan dimaksudkan dalam pengelolaan

hutan tidak lagi bergantung pada dana APBD dan APBN tetapi lebih melalui

pengembangan invetasi dan bisnis KPH.

2. Pengelolaan kawasan hutan secara optimal dan lestari dimaksudkan

sebagai upaya untuk mendayagunakan sumberdaya hutan sesuai fungsinya,

baik hutan produksi maupun hutan lindung sebagai modal pembangunan

ekonomi daerah dan masyarakat serta mengoptimalkan peran stakeholder

terutama masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan. Dalam pengelolaan

kawasan hutan tetap memperhatikan prinsip kelestarian ekonomi, ekologi dan

social.

3. Kesejahteraan masyarakat dimaksudkan dalam pengelolaan kawasan hutan

harus dapat meningkatkan ekonomi masyarakat disekitar dan di dalam

kawasan hutan melalui kepastian akses dan hak kelola yang jelas.

BAB III VISI DAN MISI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU III-3

3.2. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi di atas maka perlu disusun dan dijabarkan

dalam misi yang merupakan pernyataan mengenai upaya-upaya yang akan

dilaksanakan untuk mewujudkan visi sebagai tujuan yang akan dicapai.

Misi dari KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku yaitu :

a. Memantapkan status hukum kawasan hutan serta batas wilayah KPHP

Model Pulau Laut dan Sebuku

b. Memantapkan data dan informasi biofisik, sosial dan spasial.

c. Mengoptimalkan perlindungan dan konservasi sumber daya alam

d. Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi hutan dan reklamasi lahan

e. Meningkatkan peran dan partisifasi para pihak terutama masyarakat dalam

pengelolaan kawasan hutan

f. Memantapkan pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan secara lesatari

melalui pembinaan pada pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan

g. Menciptakan kondisi yang kondusif untuk pengembangan investasi dan

bisnis KPH

h. Memantapkan dan menguatkan kelembagaan KPHP model Pulau Laut dan

Sebuku

3.3. Tujuan

Tujuan pengelolaan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku adalah

Mengoptimalkan pengelolaan hutan dengan menerapkan prinsip-prinsip

pengelolaan hutan lestari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-1

BAB IV

ANALISIS DAN PROYEKSI

4.1. Analisa Data dan Informasi

Berdasarkan P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar. Prosedur dan

kriteria (NPSK) pengelolaan hutan pada KPHL dan KPHP, analisis dan

proyeksi mencakup 2 (dua) aspek penting yaitu analisis data dan informasi

yang saat ini tersedia (baik data primer hasil dari inventariasi hutan dan

penataan hutan, maupun data sekunder) dan proyeksi kondisi wilayah KPHP

dimasa yang akan datang.

Pada wilayah kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku, apakah

kontribusi serta peran dari KPH dalam merealisasikan dan mewujudkan Visi

Misi pengelolaan hutan yang telah ditetapkan, dapat digambarkan dalam

analisis sebagai berikut:

Tabel IV.1. Analisis Berdasarkan Kondisi Faktual Berserta Input dan

Peran KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

Kegiatan

Kondisi Faktual

Prospek ke depan

Input kegiatan dan peran serta serta kontribusi KPH

Inventarisasi,

Tata Hutan dan

Perencanaan

Pengelolaan

Hutan

Pada KPHP Model

Pulau Laut dan

Sebuku hanya

pada areal PT.

Inhutani II yang

telah dilakukan

IHMB sedangkan

untuk wilayah lain

belum dilakukan

inventarisasi

secara menyeluruh

KPHP Model Pulau

Laut dan sebuku

memiliki data base

biofisik dan sosial

budaya yang

lengkap sehingga

tata hutan dan

rencana

pengelolaan

disusun

berdasarkan data

dan informasi yang

akurat

Inventarisasi hutan secara

berkala diwilayah tertentu,

pengumpulan data dan

informasi oleh pemegang

ijin pemanfaatan dan

penggunaan kawasan,

menyusun tata hutan dan

rencana pengelolaan,

membangun data base

KPH yang selalu update

dengan sistem yang

terpadu

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-2

Pemanfaatan

Hasil Hutan

Kayu

Luas hutan

produksi sebesar

99.395 ha, sebesar

65% telah dikelola

melalui IUPHHK-

HA dan IUPHHK-

HT. Pemanfaatan

kayu masih

berorientasi pada

kayu log

sementara potensi

limbah belum

dimanfaatkan

Pengelolaan hutan

produksi diarahkan

mengikuti kaidah-

kaidah pengelolaan

hutan lestari

dengan sistem

pemanenan ramah

lingkungan (reduce

impact logging)

monitoring dan evaluasi

serta pembinaan terhadap

kegiatan IUPHHK-HA/HT

dalam penerapan prinsip-

prinsip kelestarian.

Pemanfaatan

Hasil Hutan

Bukan Kayu

Data base potensi

HHBK masih

kurang, teknologi

pengelolaan HHBK

masih kurang

Peningkatan

pemanfaatan dan

aneka usaha

kehutanan (HHBK)

untuk menciptakan

lapangan kerja dan

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

Inventarisasi dan

pemetaan potensi HHBK,

peningkatan pengetahuan

teknologi pengelolaan

HHBK, investasi dan

pemasaran hasil olahan

HHBK

Pemanfaatan

Jasa Lingkungan

untuk Wisata

Alam

Terdapat hutan

tanaman meranti

pada PMUMHM

dengan luas

tertanam 3.700 ha

dengan areal

pencadangan

15.000 ha

Menjadikan hutan

wisata meranti

sebagai kawasan

ekowisata, dan

penelitian.

Peningkatan aksesibilitas,

serta sarana prasarana

pendukung

Pemanfaatan

Jasa Lingkungan

Berupa Karbon

Belum terdapatnya

mekanisme carbon

trade yang jelas di

Kabupaten

Kotabaru padahal

potensi karbon

sangat besar

KPHP Model Pulau

Laut dan Sebuku

masuk dalam

skema

perdagangan

karbon serta “dana

kompensasi

karbon”

Perlu meningkatkan

kapasitas para pihak serta

membangun MRV REDD+

pada skala KPH

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-3

Perlindungan

dan Konservasi

Alam

Masih terjadi

perambahan hutan,

kebakaran hutan

serta belum ada

pegelolaan secara

maksimal terhadap

kawasan lindung

Pengelolaan Hutan

lindung dengan

melibatkan

masyarakat melalui

skema HKm dan

pemanfaatan

HHBK yang lebih

optimal

Melakukan inventarisasi

kawasan rawan konflik,

menyusun rencana

pengembangan ekonomi

alternatif dalam

pengelolaan hutan lindung

Rehabilitasi

Hutan dan Lahan

Kegiatan

rehabilitasi masih

sebatas kegiatan

keproyekan yang

tidak berjalan lama

sehingga

pemeliharaan

tanaman kurang

optimal

Lahan kritis

semakin

berkurang,

penanaman

dipelihara dengan

baik

Menyusun rencana RHL

pada skala KPH

Pemberdayaan

Masyarakat

Sebagian besar

masyarakat

menggantungkan

hidupnya dengan

bertani dan

berkebun dengan

tingkat

kesejahteraan

masih rendah

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Inventarisasi potensi

pengembangan HHBK dan

komoditas kehutanan lain

untuk meningkatkan taraf

hidup masyarakat,

mengembangan HKm

Pengembangan

Investasi dan

Bisnis

Terdapat

perusahaan

pemegang ijin

IUPHHK-HA/HT

dan ijin

penggunaan

kawasan yang

kedepan dapat

menjadi mitra

bisnis KPH

KPHP Model pulau

Laut dan Sebuku

dapat mandiri dari

segi pendanaan

Menyusun rencana bisnis

masing-masing potensi,

penyiapan sarana dan

prasana

Selanjutnya, dalam rangka menganalisis permasalahan dan kendala

serta potensi terkait kondisi KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku dalam

mencapai visi misi yang diinginkan, maka dilakukan analisis SWOT. Analisis

SWOT merupakan perangkat umum yang digunakan sebagai langkah awal

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-4

dalam proses pembuatan keputusan dan perencanaan strategis dalam

berbagai terapan. Analisis SWOT menjawab dua pertanyaan dimana

organisasi saat ini dan ke arah mana organisasi ini akan dibawa. Jadi analisis

SWOT dapat memproyeksikan situasi masa depan dan membantu organisasi

dalam menentukan strategi yang tepat untuk memanfaatkan kemampuannya

dalam meraih atau merespon peluang dan meminimalkan ancaman dalam

mencapai tujuan. Analisis SWOT merupakan alat bantu analisis dalam

menstrukturkan masalah dengan melakukan analisis terhadap lingkungan

strategis, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Kombinasi dari

faktor-faktor dalam lingkungan internal kepada faktor-faktor dalam lingkungan

eksternal, akan menghasilkan strategi makro dalam pencapaian misi

perencanaan jangka panjang.

Analisis SWOT menempatkan posisi masa depan dengan modal

dasar Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) yang kemudian

digunakan untuk memperkirakan apa saja Opportunities (peluang) ataupun

Threats (ancaman).

Bila keempat hal tersebut diidentifikasikan maka akan terlihat faktor-

faktor yang akan membantu dan menghambat KPHP Pulau Laut dan Sebuku

untuk mencapai tujuan. Analisa ini menghasilkan strategi pencapaian tujuan

dengan memaksimalkanStrengths (kekuatan) dan Opportunities (peluang),

namun secara bersamaan meminimalkan Weaknesses (kelemahan) dan

Threats (ancaman). Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai

kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan.Strategi merupakan

langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan

visi dan misi. Masing-masing misi akan memiliki tujuan yang memuat manfaat

dan hasil capaian masa depan sehingga mengapa misi tersebut diperlukan.

Matriks analisis SWOTditampilkan dalam tabel di bawah ini:

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-5

Tabel IV.2. Matrik Analisis SWOT Pengelolaan KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku

INTERNAL

EKSTERNAL

Strength:

KPHP Model Pulau Laut

dan Sebuku memiliki

kewenangan, tugas dan

fungsi yang telah diatur

dalam perundang-

undangan

Kepastian pembiayaan

dari APBD

Hutan lindung yang luas

dan telah ditatabatas

Terdapat potensi jasa

lingkungan berupa wisata

alam, air dan karbon

Weaknesses:

Areal IUPHHK-HA/HT

belum ditata batas

Potensi konflik lahan tinggi

Kinerja IUPHHK yang

kurang optimal

Aksesibilitas terhadap

kawasan tinggi

Belum ada HKm/HD

Teknologi pengembangan

dan pengelolaan HHBK

masih terbatas

Data dan informasi

kehutanan belum lengkap

dan terintegrasi

Lahan kritis yang belum

direhabilitasi masih luas

Kapasitas SDM dalam

pengelolaan hutan masih

rendah

Sarana dan prasarana

masih terbatas

Tata hubungan kerja

dengan stakeholder belum

diatur

Opportunities:

Komitmen dan kebijakan

pemerintah dalam

pengelolaan kawasan

Strategi menggunakan

kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

(SO):

Penguatan kelembagaan

KPH dalam mendukung

optimalisasi pengelolaan

Strategi menanggulangi

kelemahan dengan

memanfaatkan peluang

(WO):

Inventarisasi SDH secara

berkala

Membangun data base

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-6

hutan berbasis KPH

Pendanaan dari APBN

dan pendanaan lain

berorientasi

pembangunan KPH

Terdapat izin

pemanfaatan kayu (

IUPHHK-HA dan

IUPHHK-HT), PMUMHM

dan ijin penggunaan

kawasan hutan

(pertambangan) dalam

wilayah KPH

Dukungan dari lembaga

non pemerintah (lokal

dan internasional)

Tersedia dana

rehabilitasi dari

Perusahaan IPPKH

Kebutuhan kayu

semakin meningkat

Adanya dukungan dari

pemerintah daerah

untuk pengembangan

wisata alam

dan pemanfaatan hutan

Memanfaatkan rehab

DAS 1:1 untuk

memperbaiki HL yang

memiliki kriteria kritis dan

sangat kritis

Berkolaborasi dengan

IUPHHK HA untuk

pemberdayaan

masyarakatdalam

meningkatkan produksi

kayu

Pemanfaatan

jasalingkungan untuk

pengembangan

ekonomis dan

pengelolaan HL

Mendorong kemandirian

KPH melalui

pengembangan investasi

dan bisnis KPH

KPH

Peningkatan dan

penyediaan sarana

prasarana

Mendorong koordinasi dan

integrasi para stakeholder

Konvergensi pendanaan

APBN, APBD dan mitra lain

Membangun kemitraan

dalam pengelolaan HHK,

HHBK dan jasling

Perencanaan program

rehabilitasi pada HL yang

tepat sasaran dan sesuai

aspirasi masyarakat

Mendorong pemegang

IUPHHK-HA untuk

mengoptimalkan kinerjanya

dengan memberdayakan

masyarakat

Mengurangi konflik lahan

dengan mengikutsertakan

masyarakat dalam

pengembangan wisata

alam

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-7

Threaths:

Klaim penggunaan

kawasan hutan oleh

masyarakat

Perambahan hutan oleh

masyarakat

Ketergantungan

masyarakat terhadap

hasil hutan kayu tinggi

sehingga mendorong

ilegal logging.

Pengelolaan hutan oleh

IUPHHK-HA/HT belum

menerapkan prinsip

kelestarian

Ijin pertambangan pada

wilayah KPH (pinjam

pakai)

Strategi menggunakan

kekuatan untuk mengatasi

ancaman (ST):

Pemantapan kawasan

hutan untuk menjamin

kepastian pengelolaan

hutan lestari

Monitoring, evaluasi dan

pembinaan ijin

pemanfaatan dan

penggunaan kawasan

hutan

Perlindungan dan

konservasi

keanekaragaman hayati

dan ekosistem

Peningkatan peran

masyarakat dalam

pemanfaatan hasil hutan

kayu dengan pola

kemitraan

Mengurangi

ketergantungan

masyarakat hasil hutan

kayu dengan

Pengembangan ekonomi

masyarakat melalui

pemanfaatan jasa

lingkungan

Strategi memperkecil

kelemahan untuk mengatasi

ancaman (WT):

Rasionalisasi luas KPHP

Model Pulau Laut dan

Sebuku

Memperkuat kegiatan

perlindungan hutan

melalui patroli

pengamanan hutan dan

penyuluhan

Membangun HKm/HD

untuk mengatasi

ketergantungan

masyaraakat terhadap

hutan dan mengurangi

illegal logging.

Mengurangi konflik dan

klaim lahan melalui

sosialisasi pembangunan

HKm/HD

Memanfaatkan

aksesibilitas yang tinggi

untuk mengamankan

kawasan hutan dari

perambahan dan klaim

masyarakat

Mendorong dan

memfasilitasi kemitraan

dalam penyelesaian

konflik tenurial

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-8

Menggunakan pemegang

IUPHHK untuk

memberdayakan

masyarakat sekitar hutan

melalui CSR

Pemberdayaan dan

peningkatan kemandirian

masyarakat dalam

pengelolaan hutan

Berdasarkan tabel matrik analisis tersebut maka ada beberapa strategi yang akan

mendapat perhatian dalam penyusunan program dan rencana kegiatan pada

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku yaitu:

1. Penguatan kelembagaan KPH dalam mendukung optimalisasi pengelolaan

dan pemanfaatan hutan

2. Memanfaatkan rehab DAS 1:1 untuk memperbaiki HL yang memiliki kriteria

kritis dan sangat kritis

3. Berkolaborasi dengan IUPHHK HA untuk pemberdayaan masyarakatdalam

meningkatkan produksi kayu

4. Pemanfaatan jasalingkungan untuk pengembangan ekonomis dan

pengelolaan HL

5. Mendorong kemandirian KPH melalui pengembangan investasi dan bisnis

KPH

6. Inventarisasi SDH secara berkala

7. Membangun data base KPH

8. Peningkatan dan penyediaan sarana prasarana

9. Mendorong koordinasi dan integrasi para stakeholder

10. Konvergensi pendanaan APBN, APBD dan mitra lain

11. Membangun kemitraan dalam pengelolaan HHK, HHBK dan jasling

12. Perencanaan program rehabilitasi pada HL yang tepat sasaran dan sesuai

aspirasi masyarakat

13. Mendorong pemegang IUPHHK-HA untuk mengoptimalkan kinerjanya

dengan memberdayakan masyarakat

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-9

14. Mengurangi konflik lahan dengan mengikutsertakan masyarakat dalam

pengembangan wisata alam

15. Pemantapan kawasan hutan untuk menjamin kepastian pengelolaan hutan

lestari

16. Monitoring, evaluasi dan pembinaan ijin pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan

17. Perlindungan dan konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistem

18. Peningkatan peran masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan kayu

dengan pola kemitraan

19. Mengurangi ketergantungan masyarakat hasil hutan kayu dengan

Pengembangan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan jasa lingkungan

20. Menggunakan pemegang IUPHHK untuk memberdayakan masyarakat

sekitar hutan melalui CSR

21. Rasionalisasi luas KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

22. Memperkuat kegiatan perlindungan hutan melalui patroli pengamanan hutan

dan penyuluhan

23. Membangun HKm/HD untuk mengatasi ketergantungan masyaraakat

terhadap hutan dan mengurangi illegal logging.

24. Mengurangi konflik dan klaim lahan melalui sosialisasi pembangunan

HKm/HD

25. Memanfaatkan aksesibilitas yang tinggi untuk mengamankan kawasan

hutan dari perambahan dan klaim masyarakat

26. Mendorong dan memfasilitasi kemitraan dalam penyelesaian konflik tenurial

27. Pemberdayaan dan peningkatan kemandirian masyarakat dalam

pengelolaan hutan

4.2. Proyeksi Kondisi Wilayah

Dengan dilaksanakanya pengelolaan hutan dalam wilayah pengelolaan

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku diharapkan mampu memperbaiki tata

kelola hutan (forest governance), memperkecil laju degradasi hutan,

mempercepat rehabilitasi dan reforestasi, meningkatkan perlindungan dan

pengamanan hutan, meningkatkan manfaat hutan bagi masyarakat di dalam

BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU IV-10

dan sekitar hutan, meningkatkan stabilitas supply hasil hutan dalam

pembangunan kehutanan.

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku dimasa mendatang diproyeksikan

menjadi unit pengelolaan hutan pada tingkat tapak yang memiliki beberapa

keunggulan antara lain:

1. Memiliki database biofisik dan sosial budaya yang lengkap sehingga tata

hutan dan rencana pengelolaan disusun berdasarkan data dan informasi

yang akurat

2. Pengelolaan hutan produksi diarahkan mengikuti kaidah-kaidah

pengelolaan hutan lestari dengan sistem pemanenan ramah lingkungan

(reduce impact logging)

3. Meningkatan pemanfaatan dan aneka usaha kehutanan (HHBK) untuk

menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat

4. Menjadikan hutan wisata meranti putih sebagai kawasan ekowisata

5. Mengelola pemanfaatan jasa lingkungan air untuk pemenuhan keperluan

air bersih

6. KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku masuk dalam skema perdagangan

karbon serta “dana kompensasi karbon” Pengelolaan Hutan lindung

dengan melibatkan masyarakat melalui skema HKm dan pemanfaatan

HHBK yang lebih optimal

7. Berkurangnya luas lahan kritis

8. Adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah kelola KPH

9. Mandiri dari segi pendanaan melalui pengembangan bisnis dan investasi

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-1

BAB V

RENCANA KEGIATAN

5.1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola Serta Penataan Hutannya

Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,

mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe

ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk

memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat secara lestari.

Tata hutan terdiri dari beberapa kegiatan yang tidak terpisahkan yaitu Tata

batas, Inventarisasi Hutan, pembagian ke dalam blok/zona, pembagian petak

dan anak petak, dan pemetaan. Beberapa tahapan kegiatan yang perlu

dilakukan dalam rangka tata hutan dan pemantapan kawasan hutan, yaitu:

5.1.1. Inventarisasi Berkala

Kegiatan inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan informasi berupa

data mengenai potensi, karakteristik, bentang alam, kondisi sosial ekonomi,

serta informasi lainnya untuk tujuan tertentu. Dalam konteks pembangunan

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku, inventarisasi ditujukan untuk

mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan potensi sumberdaya

hutan. Potensi sumberdaya hutan ini meliputi aspek biofisik wilayah(status,

penggunaan dan penutupan lahan, jenis tanah dan kelerengan

lapangan/topografi, iklim, hidrologi/tata air, bentang alam dan gejala-gejala

alam, kondisi sumber daya manusia dan demografi, jenis potensi dan sebaran

flora, jenis, populasi dan habitat fauna) dan aspek sosial ekonomi budaya

(sejarah desa, pemukiman dan tata guna lahan, sistem dan struktur

masyarakat, asal usul masyarakat, ketergantungan masyarakat terhadap hutan,

data kependudukan, perekonomian dan juga keberadaan hak adat serta adat

istiadat lainnya, kelembagaan, harga dan pemasaran produk masyarakat,

pendidikan, kesehatan dan lingkungan). Pelaksanaan kegiatan inventarisasi

harus dilakukan disemua blok dan petak. Metode inventarisasi menyesuaikan

dengan tujuan inventarisasi tersebut.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-2

Pelaksanaan inventarisasi dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama

adalah pada areal yang sudah memiliki ijin, inventarisasi dilakukan dengan

kompilasi data hasil inventarisasi hutan menyeluruh dan berkala (IHMB) yang

telah dilakukan oleh pemegang ijin pemanfaatan, sedangkan pada kawasan

yang belum dibebani ijin pemanfaatan maka inventarisasi dilakukan dengan

survey lapangan secara langsung. Dengan demikian, masih perlu dilakukan

inventarisasi lanjutan dan berkala yaitu: aspek biofisik (Inventariasai potensi

kayu, inventarisasi potensi HHBK, inventarisasi potensi jasa lingkungan) dan

aspek sosial, ekonomi budaya masyarakat.

5.1.2 Inventarisasi Potensi Kayu

Kegiatan Inventarisasi yang telah dilaksanakan dalam kawasan KPHP

Model Pulau Laut dan Sebuku adalah kegiatan Inventarisasi Hutan Menyeluruh

Berkala (IHMB) yang telah dilakukan oleh pemegang IUPHHK-HA dan

IUPHHK-HT PT. Inhutani II pada pertengahan tahun 2012. Prioritas

inventarisasi potensi kayu berada pada areal diluar pengelolaan PT Inhutani II

yang dikelola oleh KPHP/ Mitra direncanakan akan dilaksanakan secara

bertahap hingga pada tahun 2018 sebanyak 783 petak.

Lebih lanjut, berikut prioritas inventarisasi kayu pada wilayah kelola KPHP

Model Pulau Laut dan sebuku:

Tabel V.1. Rencana Prioritas Inventarisasi Potensi Kayu Pada Wilayah Kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

No. RPH Luas (ha)

Open Access

WAKTU PELAKSANAAN

2014 2015 2016 2017 2018

1 SEBATUNG 15.007,95 1.291,99

2 SEMISIR 27.322,44 16.397,88

3 SEMARAS 24.752,51

4 TANJUNG SELOKA 15.999,95

5 P. LAUT KEPULAUAN 8.896,88 8.896,88

6 P. SEBUKU 11.391,66 9.428,58

Jumlah A 103.368,29 35.816,29

Inventarisasi potensi kayu dilakukan untuk mengetahui potensi kayu

(m3/ha) pada setiap tutupan lahan yang digunakan untuk menyusun rencana

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-3

kerja usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (RKUPHHK-HA) dan sebagai acuan

untuk melakukan kegiatan penanaman pada rencana kerj ausaha pemanfaatan

hasil hutan kayu dari hutan tanaman (RKUPHHK-HT), bentuk kegiatan

inventarisasi potensi kayu yang akan dilaksanakan adalah:

5.1.3 Inventarisasi Hutan Menyeluruh dan Berkala (IHMB)

Kegiatan IHMB dilaksanakan per 10 tahun dan akan dilakukan pada

wilayah tertentu hutan produksi pada blok pemanfaatan hasil hutan kayu dari

hutan tanaman dan hutan alam. Pelaksanaan IHMB mengacu pada Peraturan

Menteri Kehutanan RI No: P.33/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Inventarisasi

Hutan Menyeluruh dan Berkala (IHMB) pada usaha pemanfaatan hasil hutan

kayu pada hutan produksi, serta peraturan lain yang relevan

5.1.4 Inventarisasi Hutan Sebelum Penebangan (ITSP)

Kegiatan ITSP merupakan inventarisasi tindak lanjut dari IHMB. ITSP

dilakukan pertahun pada blok yang sudah tertata sampai petak penebangan

atau penanaman. ITSP dilakukan dengan intensitas sampling 100% untuk

pohon niagawi dengan diameter >40 cm dan pohon dilindungi. ITSP menjadi

dasar penyusunan rencana kerja tahunan pada wilayah pemanfaatan hasil

hutan kayu dalam wilayah tertentu.

Pelaksanaan ITSP mengacu pada Permenhut No: P.11/Menhut-II/2009

tentang sistem silvikultur dalam areal ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu

pada hutan produksi dan peraturan direktur jenderal bina produksi kehutanan

No: P.9/VI-BPHA/2009 tanggal 21 Agustus 2009 tentang pedoman

pelaksanaan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia (TPTI) serta

peraturan lainnya yang dianggap relevan.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-4

5.1.5 Inventarisasi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Inventarisasi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) akan dilaksanakan

diseluruh wilayah kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku. Inventarisasi

dilakukan untuk mengetahui jenis HHBK, kualitas dan kuantitas serta pola

pemanfaatan dimasyarakat yang ada disekitar hutan. Pada periode 2014 –

2023, inventariasai HHBK yang menjadi prioritas adalah:

1. Inventarisasi potensi, kualitas dan kuantitas HHBK diseluruh wilayah KPHP

Model Pulau Laut dan Sebuku

2. Inventarisasi khusus potensi gaharu dan madu alam yang akan

dilaksanakan pada seluruh wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

3. Inventarisasi khusus potensi satwa buruan pelanduk

5.1.6 Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan

Inventarisasi jasa lingkungan akan dilaksanakan secara berkala pada

seluruh wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku, prioritas lokasi

inventarisasi disesuaikan dengan potensi yang akan dikembangkan. Prioritas

inventariasai jasa lingkungan tahun 2015 – 2024 sebagai berikut:

1. Inventariasasi potensi karbon yang akan dilaksanakan pada seluruh

wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku.

2. Pengembangan PMUMHM untuk Ekowisata dan Penelitian.

5.1.7 Inventarisasi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat

Inventariasai sosial, budaya dan ekonomi masyarakat dilakukan dalam

rangka ketersediaan data terkait sejarah desa, pemukiman dan tata guna lahan,

sistem dan struktur masyarakat, asal usul masyarakat, ketergantungan

masyarakat terhadap hutan, data kependudukan, perekonomian dan juga

keberadaan hak adat serta adat istiadat lainnya, kelembagaan, harga dan

pemasaran produk masyarakat, pendidikan, kesehatan dan lingkungan.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-5

5.2 Tata Batas Blok dan Petak

Penataan batas blok dan petak dilakukan untuk memberikan kepastian

kegiatan pemanfaatan yang akan dilakukan. Tata batas diprioritaskan pada blok

yang akan dikelola secara intensif dan berbatasan langsung dengan

kepentingan pihak lain. Beberapa bentuk kegiatan yang akan dilakukan adalah:

1. Penandaan batas blok di lapangan

2. Sosialisasi batas blok terutama yang bersinggungan dengan masyarakat

atau pihak lain

3. Pemeliharaan pal batas

4. Rekonstruksi batas tiap 10 tahun sekali

Prioritas rencana penataan batas blok dan petak periode 2014 – 2023

sebagaimana dirincikan sebagai berikut :

Tabel V.2. Prioritas Rencana Tata Batas Fungsi, Blok dan Petak

NO. RPH BTS

FUNGSI

BLOK PETAK

Luas Panjang

(km) Jumlah

Panjang (km)

1 2 3 4 5 6 7

1 SEMISIR 20,85

HL Inti 123,02 5,26 3 9,52

HL Inti 386,14 7,82 10 28,19

HL Inti 154,36 5,27 4 12,75

HL Inti 851,18 13,29 25 66,88

HL Pemanfaatan 421,11 9,19 12 34,36

HL Pemanfaatan 149,37 5,59 4 11,44

HP Pemanfaatan 14.042,59 82,52

HP Pemberdayaan 76,94 6,04 2 6,82

Jumlah 2 16.204,71 134,98 60 169,96

2 PULAU SEBUKU 83,84

HL Inti 1.779,17 59,06 45 135,98

HP Perlindungan 817,68 23 64,17

HP Perlindungan 1.105,44 81,45 31 123,12

HP Pemanfaatan 5.322,25 82,09 146 415,83

HP Pemberdayaan 404,04 11,93 11 32,58

Jumlah 3 9.428,58 234,53 256 771,68

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-6

3 P. LAUT KEPULAUAN 49,74

HL Pemanfaatan 288,82 6,94 7 19,57

HP Pemberdayaan 5.082,69 78,72 156 376,66

HP Pemberdayaan 871,50 18,91 19 56,50

HP Perlindungan 1.967,93 17,59 50 144,50

HP Perlindungan 368,01 11,97 9 25,85

HP Pemberdayaan 317,93 10,70 7 22,33

Jumlah 4 8.896,88 144,83 248 645,41

JUMLAH 43.384,16 686,65 783 2.251,36

5.2.1 Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu

Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan

hutan, memanfaatkan jasa lingkungan,memanfaatkan hasil hutan kayu dan

bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal

dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga

kelestariannya.

Wilayah tertentu adalah areal yang berada di luar areal ijin pemanfaatan

dan penggunaan kawasan hutan. Pemanfaatan wilayah tertentu pada areal

KPHP Pulaun Laut dan Sebuku berada pada Kawasan Hutan Lindung dan

Hutan Produksi.

Adapun jenis kegiatan yang akan dilaksanakan pada pemanfaatan

wilayah tertentu pada areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku meliputi :

5.2.2. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Prioritas pemanfaatan hasil hutan kayu pada wilayah tertentu terletak

pada RPH Semisir seluas 3.032,16 ha pada areal PMUMHM merupakan areal

LOA (Log Over Area) IUPHHK HA PT. Inhutani II dengan potensi kayu pada

kawasan tersebut rata-rata perhektar sebesar 74,72 mᶟ yang terdiri dari kayu

kelompok meranti, kelompok rimba campuran dan komersil lain. Selain itu,

pada RPH Pulau Sebuku seluas 906,00 ha, dan pada RPH Semisir seluas

4.332,99 ha berupa potensi penjarangan tanaman.

Berikut adalah potensi kayu rata-rata perhektar pada areal pemanfaatan

wilayah tertentu:

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-7

Tabel V.3. Potensi Rerata/ Hektar Pada Areal Pemanfaatan Wilayah Tertentu

Potensi pohon Berdasarkan Kelas Diameter

Kelompok Jenis 10 -19 cm 20 -29 cm 30 -39 cm 40 -49 cm 50 cm Up Jumlah

N V N V N V N V N V N V

I. Kel. Meranti

1. Meranti 27,43 6,66 4,62 2,20 1,34 1,44 0,17 0,24 0,04 0,06 33,58 10,59

2. Keruing 16,70 3,09 3,43 1,61 0,63 0,78 0,08 0,12 0,01 0,03 20,86 5,64

3. Nyatoh 1,93 0,18 1,23 0,31 0,20 0,08 0,01 0,01 - - 3,38 0,58

Jumlah 46,07 9,93 9,27 4,11 2,17 2,30 0,26 0,37 0,05 0,09 57,82 16,81

II. Rimba Camp.

1. Tarap 11,08 1,30 4,57 1,19 1,54 0,85 0,14 0,08 0,05 0,05 17,38 3,47

2. Medang 10,20 1,11 1,85 0,39 0,31 0,12 0,02 0,01 0,01 0,01 12,38 1,64

3. Jabon 9,32 0,96 1,89 0,44 0,16 0,09 0,02 0,01 - - 11,38 1,50

4. Mahirangan 7,91 0,87 2,42 0,58 0,58 0,26 0,07 0,04 0,02 0,02 11,00 1,76

5. Singkuang 4,57 0,47 1,85 0,42 0,67 0,27 0,05 0,02 0,02 0,01 7,16 1,20

6. Paning-paning 4,04 0,41 1,80 0,38 0,43 0,15 0,02 0,01 0,01 0,00 6,30 0,95

7. Banitan 8,44 0,92 0,88 0,19 0,17 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 9,49 1,18

Jumlah 55,56 6,04 15,25 3,59 3,85 1,80 0,31 0,17 0,12 0,09 75,10 11,69

III. Komersil lain 109,36 11,41 18,02 4,25 4,21 1,83 0,28 0,14 0,12 0,09 132,00 17,72

Jumlah Total 312,62 43,35 67,08 19,66 16,26 10,03 1,43 1,22 0,46 0,46 397,84 74,72

Selain itu, pada wilayah tertentu juga akan direncanakan dilakukan

penanaman sengon sebagai bentuk pemanfaatan hasil hutan kayu dan sebagai

salah satu core bisnis di KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku. Penanaman

sengon direncanakan mulai dilaksanakan pada tahun 2016 dengan luas

penanaman sebesar 500 ha per tahun. Dengan rencana penanaman ini maka

diharapkan dapat meningkatkan sumber pendanaan di KPHP Model Pulau laut

dan sebuku.

Untuk menjamin keberlanjutan produksi dalam pemanfaatan hasil hutan

kayu tersebut maka perlu dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Menyusun rencana usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam

dan hutan tanaman (RKUPHHK-HA/HT) berdasarkan IHMB

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-8

2. Menyusun RKT pemanfaatan hasil hutan kayu berdasarkan blok tahunan

yang telah disusun

3. Peningkatan sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan

4. Melakukan kegiatan penebangan sesuai RKT yang telah ditetapkan

5. Monitoring dan evaluasi kegiatan

5.2.3 Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk

memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan

tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.

Pada areal pemanfaatan wilayah tertentu terdapat blok pemberdayaan

masyarakat melalui pola kemitraan dengan masyarakat dimana komoditi yang

dikembangkan berupa pohon penghasil getah (karet) dan pohon penghasil

gaharu, lokasi pemanfaatan hasil hutan bukan kayu terletak pada RPH Pulau

Laut Kepulauan seluas 2.875,30 ha dan RPH Pulau Sebuku seluas 2.265,43

ha.

Beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam pengembangan hasil

hutan bukan kayu adalah:

1. Melakukan inventarisasi dan membangun data base HHBK pada wilayah

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

2. Menyusun rencana pemanfaatan dan pengembangan HHBK

3. Menyiapkan kelembagaan pengelola

4. Meningkatkan teknologi pemanfaatan dan pengelolaan HHBK

5. Membangun jaringan pemasaran

5.2.4 Pengembangan Wisata Alam

Prioritas pengembangan wisata alam yang terdapat di KPHP Model

Pulau Laut dan Sebuku terdapat potensi wisata pada areal Pembangunan

Model Unit Manajemen Hutan Meranti (PMUMHM) Pulau laut yang merupakan

hutan tropis dataran rendah yang memiliki karateristik tumbuhan yang berbeda

dengan Pulau Kalimantan dimana terdapat jenis tanaman meranti dan keruing

yang secara kualitas lebih baik dari tanaman meranti dan keruing yang ada di

daratan pulau Kalimantan sehingga tanaman meranti yang ada di areal

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-9

PMUMHM baik yang ditanam maupun yang tumbuh secara alami selain untuk

kegiatan wisata alam dapat juga menjadi wadah/media laboratorium alami

untuk kegiatan penelitian. Rencana hutan wisata terletak di RPH Semisir seluas

417,63 ha

Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan

wisata alam antara lain :

1. Menyusun rencana pengembangan wisata alam

2. Menyiapkan kelembagaan pengelola (sarana prasarana, SDM dan SOP)

3. Pembangunan infrastruktus dasar untuk pengembangan kawasan hutan

4. Pengembangan akses pasar

5.2.5 Pengembangan Perdagangan Karbon

Perdagangan karbon (carbon trade) adalah mekanisme berbasis pasar

untuk membantu membatasi peningkatan CO² di atmosfer. Perdagangan

karbon yang memiliki makna yaitu melindungi karbon dan menjualnya kepada

negara-negara emisi. Pemerintah telah memberikan batasan kriteria hutan

sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/KPTS-

II/2004 tentang tata cara Aforestasi dan Reforestasi dalam kerangka

mekanisme pembangunan bersih, menyebutkan bahwa hutan dalam rangka

mewujudkan mekanisme pembangunan bersih adalah :

- Luas hutan minimal 0,25 Ha.

- Persentase penutupan tajuk minimal 30 %.

- Tinggi pohon minimal 5 meter

Prioritas pengembangan perdagangan karbon berada pada kawasan

hutan lindung gunung sebatung yang relatif luas dengan adanya kompensasi

perdagangan karbon, tentunya merupakan peluang besar untuk menambah

penerimaan guna kegiatan pembangunan yang tentunya tidak terlepas dari

persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan. Tata cara perizinan mengacu

pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2009 tentang Tata

Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan /atau Penyimpanan

Karbon Pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-10

Dalam rangka mengukur dan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan

oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku merupakan bagian dari pengurangan

emisi maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan analisis faktor penyebab degradasi dan deforestasi skala KPHP

Model Pulau laut dan sebuku

2. Menyusun desain penurunan emisi yang terintegrasi dengan rencana

pengelolaan KPH dan ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

Berikut adalah prioritas rencana pemanfaatan wilayah tertentu pada

areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku:

Tabel V.4. Prioritas Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu di

Areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

No. Kegiatan Lokasi Luas Ha

Keterangan

1 Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu :

- Hutan Alam

- Tanaman hasil rehabilitasi :

Penjarangan tanaman hasil

rehabilitasi Pada areal PMUMHM

RPH Semisir dan

RPH Sebuku

RPH Semisir

2.920,00

4.332,99

2 Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu

RPH P. Laut Kepulauan

RPH Pulau Sebuku

2.875,30

2.169,58

Getah Karet,

Gaharu

3 Pemanfaatan Jasa lingkungan :

- Wisata alam

Areal PMUMHM dan Penelitian

- Penyimpanan karbon

RPH Semisir

RPH Semisir

RPH Sebuku

417,63

1.514,70

2.596,85

Laboratorium

alam berupa

tanaman

Meranti

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-11

5.3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat setempat melalui Kemitraan Kehutanan

adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat

setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan

adil melalui Kemitraan Kehutanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan

masyarakat setempat.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan

masyarakat,yaitu :

1. Adanya pelaksana program yang memahami kondisi sosial-budaya dan

kebutuhan masyarakat sasaran;

2. Adanya kesesuaian antara tujuan program dengan kebutuhan masyarakat

sasaran

3. Adanya tokoh masyarakat yang berpikiran maju untuk pembangunan

desanya;

4. Adanya latar sosial budaya masyarakat yang bersesuaian dengan metode

pelaksanaan progam di lapangan;

5. Adanya kesesuaian peraturan perundangan yang terkait dengan keinginan

masyarakat sasaran, khususnya penentuan jenis tanaman

6. Adanya nilai-nilai kerjasama dan solidaritas yang berkembang melembaga

secara informal yang sesuai dengan lembaga bentukan pemerintah;

7. Adanya dukungan dan kerjasama lembaga terkait untuk mendorong

keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan;

8. Adanya apresiasi positif dari pemerintah terhadap keberhasilan yang telah

dicapai oleh kelompok masyarakat terhadap program pemberdayaan

masyarakat yang telah dilaksanakan.

5.3.1. Pengembangan Skema Perhutanan Sosial

Pemberdayaan masyarakat melalui skema perhutanan sosial bisa

dilakukan pada kawasan hutan lindung dan hutan produksi melalui program

Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan/atau program Hutan Desa (HD). Model

pemberdayaan dari HKm dan HD yang dapat dilaksanakan melalui pola

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-12

agroforestri adapun komoditi yang dikembangkan sesuai keinginan masyarakat

setempat dimana untuk kawasan hutan lindung komoditi yang dikembangkan

berpa pohon penghasil hasil hutan bukan kayu seperti penghasil getah karet,

kemiri dan buah-buahan.

Beberapa lokasi yang dan komoditi HHBK yang menjadi prioritas

pengembangan skema perhutanan sosial disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel V.5. Prioritas Pengembangan Skema Perhutanan Sosial Pada KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

No. Lokasi Luas Ha

HHBK Skema Pengelolaan

1.

2.

3

3.

RPH Sebatung

RPH P. Laut Kepulauan

RPH Pulau Sebuku

1.186,32

1.189,44

404,04

Karet, Kemiri dan

Buah-buahan

Karet, gaharu

Karet, gaharu

HKm/HD

HKm/HD

HKm/HD

Jumlah 2.779,80

Dalam mewujudkan pengembangan skema perhutanan sosial tersebut

perlu dilakukan beberapa kegiatan antara lain:

1. Sosialisasi skema perhutanan social (HKm dan HD)

2. Pendampingan dan fasilitasi

3. Penguatan kelembagaan masyarakat

4. Monitoring dan evaluasi

5.3.2. Pengembangan Kemitraan

Pemberdayaan masyarakat melalu pola kemitraan bisa dilakukan pada

kawasan hutan lindung maupun hutan produksi yang berada dalam kawasan

pemanfaatan wilayah tertentu, kerjasama dalam pengembangan kapasitas dan

pemberian akses dengan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan dan

diikat dengan perjanjian kemitraan.

Pemberdayaan masyarakat setempat melalui Kemitraan Kehutanan harus

menggunakan prinsip-prinsip:

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-13

a. Kesepakatan: semua masukan, proses dan keluaran Kemitraan Kehutanan

dibangun berdasarkan kesepakatan antara para pihak dan bersifat

mengikat.

b. Kesetaraan: para pihak yang bermitra mempunyai kedudukan hukum yang

sama dalam pengambilan keputusan.

c. Saling menguntungkan : para pihak yang bermitra berupaya untuk

mengembangkan usaha yang tidak menimbulkan kerugian.

d. Lokal spesifik : Kemitraan Kehutanan dibangun dan dikembangkan dengan

memperhatikan budaya dan karakteristik masyarakat setempat, termasuk

menghormati hak-hak tradisional masyarakat adat.

e. Kepercayaan : Kemitraan Kehutanan dibangun berdasarkan rasa saling

percaya antar para pihak.

f. Transparansi: masukan, proses dan keluaran pelaksanaan Kemitraan

Kehutanan dijalankan secara terbuka oleh para pihak, dengan tetap

menghormati kepentingan masing-masing pihak.

g. Partisipasi : pelibatan para pihak secara aktif, sehingga setiap keputusan

yang diambil memiliki legitimasi yang kuat.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan pola kemitraan pada areal

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku diprioritaskan pada pemanfaatan wilayah

tertentu yang terletak pada RPH Pulau laut kepulauan pada blok HP

Pemberdayaan masyarakat seluas 2.875,30 ha,adapun komoditi yang

dikembangkan sesuai keinginan masyarakat setempat berupa pohon penghasil

hasil hutan bukan kayu seperti getah karet, gaharu, serta pohon penghasil kayu

untuk bahan konstruksi pembuatan bagan nelayan berupa pohon eucalyptus

pellita. Selanjutnya adalah pada RPH Pulau sebuku pada blok HP Pemanfaatan

seluas 2.265,43 ha, adapun komoditi yang dikembangkan sesuai keinginan

masyarakat setempat dimana komoditi yang dikembangkan berupa pohon

penghasil hasil hutan bukan kayu seperti getah karet dan gaharu.

Berikut adalah prioritas Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada

kegiatan pemberdayaan masyarakat pada wilayah tertentu melalui pola

kemitraan yang tersaji pada tabel di bawah ini:

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-14

Tabel V.6. Prioritas Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Pada Wilayah

Tertentu Melalui Pola Kemitraan

No. HHBK Lokasi Luas (Ha)

Ket.

1.

2.

Areal Open Access (OA)

Karet, Gaharu, Eucalyptus

pellita

Karet, Gaharu

RPH P. Laut Kepulauan

RPH Pulau Sebuku

2.875,30

2.169,58

Pola bagi

hasil

Pola bagi

hasil

Jumlah 5.044,88

Dalam mendukung pelaksanaan skema kemitraan antara KPHP Model

Pulau Laut dan sebuku dengan masyarakat, maka perlu dilakukan beberapa

kegiatan antara lain:

1. Sosialisasi rencana pengelolaan melalui pola kemitraan

2. Penyiapan kelembagaan masyarakat

3. Membangun dan membuat MOU

4. Menyusn rencana pengelolaan secara bersama-sama

5. Monitoring dan evaluasi secara bersama-sama

5.4 Pembinaan, Pemantauan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pada Areal Yang Berijin

5.4.1 Pembinaan

Secara internal kawasan pengelolaan managemen KPHP Model Pulau

Laut dan Sebuku memiliki fungsi pembinaan sesuai dengan PP Nomor : 6

Tahun 2007 utamanya pembinaan terhadap masyarakat dalam kawasan

ataupun pembinaan terhadap unit managemen yang memiliki ijin pemanfaatan

dan penggunaan kawasan

Sebagai pemangku wilayah pengelolaan hutan dimana apabila di dalam

kawasan KPH telah terdapat hak dan ijin pemanfaatan oleh investor maka KPH

memiliki kewajiban untuk memberikan pembinaan terhadap para pemegang ijin

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-15

pemanfaatan tersebut. Bentuk-bentuk pembinaan oleh KPH kepada para

pemegang ijin pemanfaatan adalah;

1) Memberikan informasi dan sosialisasi tentang segala bentuk peraturan dan

perundang-undangan yang diberlakukan oleh pemerintah (pusat dan

daerah) dalam hal pemanfaatan kawasan hutan.

2) Memberikan bimbingan dan arahan tentang pedoman atau petunjuk teknis

yang dikeluarkan pemerintah (pusat dan daerah) untuk pelaksanaan

pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan oleh para pemegang ijin.

3) Memfasilitasi konflik kepentingan yang ada antara pemegang ijin dengan

masyarakat yang ada di dalam kawasan kelola.

4) Memberikan arahan dalam penyusunan rencana kerja (RKU atau RKT)

kepada para pemegang ijin pemanfaatan.

5.4.2 Pemantauan

Pemantauan dilakukan oleh KPH terhadap pelaksanaan kegiatan

operasional para pemegang ijin dalam kawasan untuk menjaga konsistensi

kepatuhan kegiatan operasional tersebut terhadap peraturan dan petunjuk

teknis yang berlaku, selain itu pemantauan secara berkala juga dilakukan untuk

mendorong pencapaian target-target yang telah direncanakan dalam rencana

kerja pemegang ijin. Bentuk-bentuk pemantauan itu sendiri diantaranya ;

1) Pemantauan terhadap penataan ruang kawasan kelola (produksi, lindung)

2) Pemantauan terhadap produksi (lokasi, luas, volume)

3) Pemantauan terhadap penanaman dan produksi bibit (luas tanam,

kapasitas produksi bibit)

4) Pemantauan terhadap tanggung jawab sosial pemegang ijin.

Kegiatan pembinaan dan pemantauan akan dilaksanakan secara

periodik setiap tahunnya, dan akan sangat tergantung pada kondisi situasi

dilapangan. Prioritas pembinaan dan pemantauan (controlling) Pemanfaatan

Hasil Hutan Kayu di areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku yang dibebani

ijin pemanfaatan berupa IUPHHK Hutan Alam dan IUPHHK Hutan Tanaman

dan penggunaan kawasan hutan berupa IPPKH perusahaan pertambangan.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-16

Berikut adalah rincian pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan pada

areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku seperti tersaji pada tabel di bawah

ini :

Tabel V.7. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pada Areal

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

No. Kegiatan Lokasi Luas (Ha)

Ket.

A. 1. 2. B. 1. 2. 3. C. 1. 2. 3. 4.

IUPHHK HA PT. Inhutani II Kelas perusahaan Kayu Pertukangan Jenis Fast Growing Species. Teknik Multisistem Silvikultur Kelas Perusahaan Kayu Pertukangan Jenis Meranti/ Dipterocarpaceae (Silvikultur TPTI)

IUPHHK HT PT. Inhutani II Kelas Perusahaan getah karet, dengan sistem Silvikultur THPB Kelas Perusahaan Bio-Energy dan Kayu Pertukangan Unggulan Fast Growing Setempat, dengan sistem Silvikultur THPB Kelas perusahaan Kayu Pertukangan Acacia mangium (Sistem Silvikultur THPB) IPPKH PT. Sebuku Iron Literatic Ores (pertambangan biji besi) PT. Bahari Cakrawala Sebuku (pertambangan batubara) PT. Metalindo Bumi Raya (pertambangan batubara) PT. Karbon Mahakam (pertambangan batubara)

RPH Sebatung RPH Semaras RPH Semaras RPH Semaras RPH Tg. Seloka RPH P. Sebuku RPH P. Sebuku RPH P. Sebuku RPH P. Sebuku

11.617,85

8.837,17

13.159,26

11.593,25

15.999,95

840,25

513,06

533,78

58,89

Rencana pembinaan dan pemantauan terhadap pemanfaatan maupun

penggunaan kawasan hutan pada areal KPHP Model Pulau Laut adalah:

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-17

Tabel V.8. Rencana Pembinaan dan Pemantauan Terhadap Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan

Keterangan

Pembinaan

1. Sosialisasi Peraturan 4 x setahun

2 Bimbingan Teknis 4 x setahun

3 Fasilitasi penyelesaian Konflik Sepanjang tahun Insidentil

4 Fasilitasi penyusunan rencana pengelolaan

Sepanjang tahun Insidentil

Pemantauan

1 Pemantauan Bulanan Tiap akhir Bulan

2 Pemantauan Triwulan 3 bulan sekali

3 Pemantauan Semesteran 6 bulan sekali

4 Pemantauan Tahunan 1 tahun sekali

5.5 Rehabilitasi Pada Areal Kerja Diluar Ijin

Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah upaya untuk memulihkan,

mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya

dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga

kehidupan tetap terjaga.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 18/Menhut-II/2011

tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan dan Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor P.14/Menhut-II/2013 tentang Perubahan Kedua Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor P. 18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam

Pakai Kawasan Hutan. Dimana perusahaan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan

(IPPKH) diwajibkan melaksanakan reklamasi dan revegetasi pada kawasan

hutan yang sudah tidak dipergunakan tanpa menunggu selesainya jangka

waktu izin pinjam pakai kawasan hutan dan melakukan penanaman dalam

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-18

rangka rehabilitasi daerah aliran sungai dalam hal kompensasi berupa

pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak Penggunaan Kawasan Hutan.

Penanaman dalam rangka Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai adalah

upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi Daerah

Aliran Sungai sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam

mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

Pada areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku terdapat beberapa

perusahaan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yang bergerak di bidang

pertambangan dan IPPKH yang berada di Kabupaten Kotabaru dimana lokasi

usulan untuk rahabilitasi berada pada areal KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku yang secara keseluruhan mempunyai kewajiban untuk melakukan

rehabilitasi dan reklamasi seluas 5.140,28 ha sebagaimana dirinci pada tabel

berikut :

Tabel V.9. Rencana Rehabilitasi Oleh Perusahaan IPPKH Pada Areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

No. Pemanfaatan Lahan Luas Ijin

(ha) RPH BLOK

Penetapan Rehabilitasi

Batas waktu

1 PT. Sebuku Iron Literatic Ores

RPH P. L Kepulauan Blok HP Pemberdayaan

600

2 PT. Metalindo Bumi Raya

1.178,53 RPH P.L. Kepulauan Blok HP Pemberdayaan

1.375,30 2019

3 PT. Arutmin Indonesia RPH P.L. Kepulauan Blok HP Pemberdayaan

900

Jumlah 2.875,30

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-19

Tabel V.10. Tata Waktu Rencana Rehabilitasi Oleh Perusahaan IPPKH

No

. RPH

Waktu pelaksanaan Jumlah

I II III IV V VI VII VIII IX X

1. Pulau Laut

Kepulauan. 375,00 500,00 500,00

500,00

500,00

500,30

2.875,30

Kawasan HP

JUMLAH 375,00 500,00 500,00 500,00 500,00 500,30 2.875,30

5.5.1 Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam

Areal yang berijin

Pengawasan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan dimaksudkan

untuk mencermati, menelusuri dan menilai pelaksanaan rehabilitasi dan

reklamasi hutan sehingga tujuannya dapat tercapai secara maksimal efektif dan

efisien dan sekaligus merupakan umpan balik dalam rangka

perbaikan/penyempurnaan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan.

Pemantauan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan dilaksanakan secara

periodik. Sistem pembinaan, pemantauan kegiatan reklamasi hutan harus

bersifat measurable, reportable, dan verifiable (MRV), dan harus memenuhi

prinsip:

1) Kombinasi remote sensing dan ground based inventory;

2) Hasil perhitungan : transparan dan terbuka untuk di review;

Sistem pembinaan, pemantauan sebagaimana dimaksud pelaksanaannya

harus didukung oleh :

1) Pemetaan/data spasial yang memadai (keakuratan sasaran lokasi

kegiatan);

2) Adanya sistem database dokumentasi proses dan output kegiatan;

3) Adanya sistem monitoring hasil (outcome), dampak (impact) dan benefit

dari program reklamasi.

Pelaksanaan pemantauan dengan sistem MRV harus memenuhi

tahapan sebagai berikut:

1) Pemantauan/monitoring Output yang meliputi pemantauan/monitoring

keluaran langsung dari kegiatan Reklamasi Hutan antara lain berupa

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-20

tanaman/tegakan pohon yang merupakan hasil langsung dari input, dalam

konteks MRV, pemantauan/monitoring output ini akan lebih banyak

dimanfaatkan.

2) Pemantauan/monitoring Outcome yang meliputi pemantauan/ monitoring

hasil yang mengindikasikan output kegiatan Reklamasi Hutan telah

berfungsi. Indikator yang bisa diamati di on-site/lokasi seperti turunnya erosi

dan sedimentasi dan lain sebagainya merupakan bagian dari indikator

outcome ini.

3) Pemantauan/monitoring Impact – kegiatan Reklamasi Hutan yang meliputi

indikator-indikator pada off-site/di luar atau disekitar lokasi yang

menunjukkan adanya dampak/pengaruh dari kegiatan, indikasi

membaiknya tata air, ekonomi dan sosial masyarakat merupakan indikator

dampak Reklamasi Hutan yang perlu diukur.

Pemantauan/monitoring Benefit yang merupakan pemantauan untuk

menguji sejauhmana program memberikan manfaat.

5.5.2 Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi Lahan

Pada Areal Pemanfaatan Hutan (IUPHHK)

Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah upaya untuk memulihkan,

mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya

dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga

kehidupan tetap terjaga.

Kegiatan pembinaan dan pemantauan rehabilitasi pada areal IUPHHK

HA/HT pada wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku terletak di Pulau

Laut, perusahaan IUPHHK HA/HT yang terdapat pada areal KPHP Model Pulau

Laut dan Sebuku hanya terdapat 2 (unit) yaitu IUPHHK HA PT. Inhutani II dan

IUPHHK HT PT. Inhutani II. Kegiatan pembinaan dan pemantaun dilaksanakan

secara periodik (semester dan tahunan).

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-21

Tabel V.11. Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan

Rehabilitasi IUPHHK Hutan Alam dan Hutan Tanaman.

No. Pembinaan dan

Pemantauan

Waktu pelaksanaan Jumlah

I II III IV V VI VII VIII IX X

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1. IUPHHK HA PT. Inhutani II

Semester 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

2. IUPHHK HT PT. Inhutani II

Semester 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20

Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

JUMLAH 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 60

5.5.3 Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi lahan

pada penggunaan kawasan hutan (IPPKH)

Reklamasi hutan adalah usaha memperbaiki atau memulihkan kembali

hutan atau lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat

penggunaan kawasan hutan agar dapat berfungsi secara optimal sesuai

dengan peruntukannya.

Reklamasi hutan sebagai bagian dari RHL yang merupakan program

pembangunan yang prosesnya multiyears, input, output, outcome dan impact

programnya dapat diidentifikasi dan dapat diukur. Pemantauan/monitoring

reklamasi hutan sangat penting keberadaannya untuk memastikan input,

output, outcome dan impact dari program reklamasi hutan dapat berjalan sesuai

dengan rencana/sasaran program.

Kegiatan pembinaan dan pemantauan reklamasi pada areal IPPKH pada

wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku terletak pada RPH Pulau Sebuku,

seluruh perusahaan IPPKH berada pada pada wilayah RPH Pulau Sebuku

dimana terdapat 4 (empat) perusahaan IPPKH yang bergerak di bidang

petambangan batu bara dan biji besi, kegiatan pembinaan dan pemantaun

dilaksanakan secara periodik (triwulan dan tahunan).

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-22

Tabel V.12. Rencana Kegiatan Pembinaan dan Pemantauan Reklamasi

IPPKH

No. Pembinaan dan

Pemantauan

Waktu pelaksanaan Jumlah

I II III IV V VI VII VIII IX X

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1. PT. SILO

Triwulan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

2. PT. BCS

Triwulan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

3. PT. Karbon Mahakam

Triwulan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

4. PT. Metalindo Bumi raya

Triwulan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30

Tahunan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

JUMLAH 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 160

5.6 Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi

Alam

5.6.1 Penyelenggaraan Perlindungan Hutan

Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi

kerusakan hutan,kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh

perbuatan manusia, ternak,kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit,

serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan

perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat

yang berhubungan dengan pengelolaan hutan

Perlindungan hutan meliputi pengamanan hutan, pengamanan tumbuhan

dan satwa liar,pengelolaan tenaga dan sarana perlindungan hutan dan

penyidikan.Perlindungan Hutan diselenggarakan dengan tujuan untuk menjaga

hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi

konservasi dan fungsi produksi dapat tercapai secara optimal dan lestari.

Perlindungan hutan ini merupakan usaha untuk :

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-23

1) Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil

hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran,

bencana alam, hama serta penyakit.

2) Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan

perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta

perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan hutan maka prioritas kegiatan

yang akan dilakukan adalah:

1. Identifikasi faktor penyebab kerusahan hutan, kawasan hutan dan

hasil hutan, diharapkan hasil dari kegiatan ini adalah adanya peta tematik

berupa peta rawan perambahan dan illegal logging, peta rawan bencana

alam dan peta rawan kebakaran hutan

2. Sosialisasi perundang-undangan kehutanan melalui kegiatan penyuluhan

dengan menggunakan media dan alat bantu penyuluhan yang efektif dan

tepat sasaran. Berikut adalah rencana pelaksanaan penyuluhan:

Tabel V.13. Rencana Pelaksanaan Penyuluhan

No. Metode Penyuluhan Waktu pelaksanaan

Jumlah I II III IV V VI VII VIII IX X

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

A. Tujuan penyuluhan kehutanan

1. Mengembangkan kreativitas dan inovasi

1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

2. Mengembangkan kepemimpinan pelaku utama dan usaha kehutanan

1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

3. Mengembangkan dan menguat kan Kelembagaan/ manajemen kelom-pok serta modal sosial

1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

4. Mengembangkan kemampuan teknis dan aneka usaha kehutanan

1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

5. Menyebarkan informasi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18

B. Jumlah sasaran

1. Perorangan

2. Kelompok 2 4 6 8 10 12 14 16 18 90

3. Massal 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18

JUMLAH 10 12 14 16 18 20 22 24 26 162

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-24

3. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan adalah semua usaha yang

mencakup kegiatan-kegiatan pencegahan, pemadaman dan tindakan paska

kebakaran hutan dan lahan. Langkah-langkah dan upaya-upaya dalam

rangka penanggulangan kebakaran hutan dan lahan terdiri dari :

a. Pemasyarakatan tindakan pencegahan dan penanggulangan (pemadaman)

melalui kegiatan penyuluhan yang terkoordinasi.

b. Pelarangan kegiatan pembakaran dan pemasyarakatan kebijakan

penyiapan lahan tanpa bakar (PLTB).

c. Peningkatan keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia baik

yang berasal dari instansi pemerintah maupun perusahaan.

d. Pemenuhan dan pengadaan peralatan pemadaman kebakaran sesuai

dengan standar yang ditetapkan.

e. Melakukan kerjasama teknik

f. Penigkatan kesejahteraan masyarakat disekitar hutan.

g. Menindak tegas setiap pelanggar hukum/peraturan yang telah ditetapkan.

h. Peningkatan upaya penegakan hukum.

i. Peningkatan peran serta masyarakat dengan pembentukan Masyarakat

Peduli Api (MPA).

Pencegahan kebakaran hutan pada areal KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

dilakukan kegiatan meliputi :

a. Melakukan inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan;

b. Menginventarisasi faktor penyebab kebakaran;

c. Menyiapkan regu-regu pemadam kebakaran;

d. Membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan;

e. Mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan;

f. Membuat sekat bakar.

4. Patroli

Perlindungan kawasan dilakukan dalam rangka pengamanan kawasan

dari berbagai bentuk ancaman terhadap kelestarian kawasan. Ancaman

perlindungan kawasan dapat berasal dari proses alam dan aktifitas manusia.

Gangguan keamanan kawasan terbesar adalah akibat dari aktifitas manusia

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-25

dapat berupa perambahan kawasan, penyerobotan lahan, pencurian kayu,

penambangan emas tanpa ijin di dalam kawasan, perburuan atau penangkapan

satwa liar, perusakan fasilitas dan lain-lain. Usaha pencegahan dan

penanggulangan gangguan dilaksanakan sesuai dengan bentuk gangguannya.

Pencegahan dilakukan sebagai langkah awal untuk tidak munculnya

gangguan kawasan dari aktifitas yang bersifat illegal. Yang lebih diutamakan

dalam pencegahan adalah pendekatan terhadap masyarakat yang berada di

sekitar kawasan agar timbul suatu pemahaman bahwa perlindungan kawasan

menjadi tanggung jawab bersama. Disamping pencegahan, perlindungan

kawasan dilakukan dengan penanggulangan apabila terjadi pelanggaran hukum

di dalam kawasan. Kegiatan penanggulangan dilakukan dengan melibatkan

aparat pemerintah setempat bersama-sama dengan aparat penegak hukum

lainnya.

Peran serta masyarakat di bidang kehutanan dinyatakan secara nyata

dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pasal 69

ayat (1) menjelaskan bahwa masyarakat berkewajiban untuk ikut serta

memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan. Selain

itu dalam Pasal 68 ayat (2) disebutkan bahwa masyarakat juga turut serta

dalam pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan kehutanan baik

langsung maupun tidak langsung. Luas areal KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku yang relatif luas dimana terbatasnya jumlah tenaga pengamanan

hutan/polhut sehingga kedepan diperlukan pengamanan areal KPHP Model

Pulau Laut dan Sebuku yang melibatkan peran serta masyarakat dalam

pengamanan hutan melalui program Masyarakat Mitra Polhut (MMP).

Bentuk Kegiatan Perlindungan dan Pengamanan Hutan Kegiatan

perlindungan dan penanggulangan terhadap gangguan kawasan hutan

dilaksanakan dengan cara preemtif, preventif, represif dan yustisi termasuk di

dalamnya pengumpulan bahan dan keterangan dalam rangka penanganan

kasus.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-26

a. Kegiatan Preventif. Upaya preventif adalah kegiatan dalam upaya

penciptaan kondisi yang kondusif dengan tujuan menumbuhkan peran aktif

masyarakat dalam pengamanan kawasan hutan.

b. Kegiatan Preventif. Kegiatan Preventif adalah segala kegiatan yang

dilaksanakan untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan kawasan

dan hasil hutan. Bentuk kegiatan preventif, terdiri dari :

- Pemeliharaan dan pengamanan batas kawasan hutan. Dalam rangka

menjaga dan mempertahankan kepastian hukum atas kawasan hutan di

lapangan, secara terus menerus batas hutan harus dipelihara dan

diamankan.

- Penjagaan pengamanan hutan. Kegiatan penjagaan dilakukan di pos-

pos jaga yang telah ditentukan yang penempatannya berdasarkan pada

titik rawan terjadinya gangguan hutan dan hasil hutan. Tujuan utama

Penjagaan adalah untuk mengurangi ruang gerak terjadinya pelanggaran

di bidang kehutanan.

- Patroli pengamanan hutan. Patroli adalah kegiatan pengawasan

pengamanan hutan yang dilakukan dengan cara gerakan dari satu

tempat ketempat lain oleh dua atau tiga orang atau lebih di wilayah hutan

yang menjadi tanggung jawabnya atau daerah tertentu dimana sering

terjadi pelanggaran atau kejahatan bidang kehutanan.

c. Kegiatan Represif. Adalah kegiatan penindakan dalam rangka penegakan

hukum dimana situasi dan kondisi gangguan keamanan kawasan hutan

telah terjadi dan cenderung terus berlangsung atau meningkat sehingga

perlu segera dilakukan penindakan terhadap pelakunya. Berdasarkan

bentuk tindakan yang dilakukan di lapangan, kegiatan represif dibedakan

atas :

- Operasi Taktis, yaitu kegiatan atau upaya untuk mencegah dan

menindak pelaku pelanggaran secara langsung di lapangan melalui

kegiatan patroli, pemeriksaan dokumen dan barang bukti, pemeriksaan

pelaku, penyitaan barang bukti, penitipan barang bukti, pengamanan

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-27

barang bukti, pengamanan TKP, penyelesaian administrasi lapangan

dan pelaporan.

- Operasi Yustisi, yaitu kegiatan atau upaya penegakan hukum untuk

membuat jera para pelaku pelanggaran oleh Penyidik Pegawai

Negeri Sipil (PPNS) atau Penyidik Polri yang diawali dari tindakan

Penyidikan sampai dengan Putusan Pengadilan.

Kegiatan preventif Perlindungan kawasan hutan yang akan dilaksanakan

berupa :

a. Patroli rutin.

b. Operasi fungsional

c. Operasi gabungan

Berikut adalah rencana pelaksanaan pengamanan hutan di KPHP

Model Pulau Laut dan sebuku:

Tabel V.14. Rencana Pelaksanaan Pengamanan Hutan

No. Tahun JENIS PENGAMANAN

Keterangan Rutin Fungsional Gabungan

1 I 0 12 0

2 II 360 12 2

3 III 360 12 2

4 IV 360 12 2

5 V 360 12 2

6 VI 360 12 2

7 VII 360 12 2

8 VIII 360 12 2

9 IX 360 12 2

10 X 360 12 2

JUMLAH 3240 120 18

5.6.2 Penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Alam

Konservasi alam merupakan upaya perlindungan terhadap sumber

hayati dan ekosistemnya. Pengelolaan konservasi alam dimaksudkan sebagai

upaya untuk mewujudkan pengelolaan kawasan KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku yang didasarkan pada status hukum yang kuat, pengelolaan data dan

informasi yang berbasiskan kawasan, mengembangkan pembinaan

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-28

keanekaragaman hayati dan ekosistemnya, serta meningkatkan peran serta

masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam. Pengelolaan

keanekaragaman hayati dan produk-produk tumbuhan dan satwa liar

dimaksudkan untuk menjaga, mengawetkan dan mempercepat pemulihan jenis

dan populasi di dalam kawasan. Pemanfaatan jasa lingkungan ditujukan untuk

mengembangkan pemanfaatan produk-produk jasa lingkungan, memacu

pengembangan pemanfaatan kawasan untuk tujuan wisata dan lain

sebagainya. Justifikasi penetapan blok perlindungan dan konservasi hutan di

kawasan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku didasarkan pada:

1) Pada kawasan hutan lindung merupakan zona inti dimana wilayah tersebut

merupakan wilayah sangat penting peranannya sebagai daerah penyangga

dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap air

bersih,sarana irigasi lahan pertanian masyarakat serta merupakan habitat

hewan yang dilindungi seperti kancil/pelanduk (Tragulus) serta terdapat

pohon meranti (Shorea Spp.) dan keruing (Dipterocarpus Spp.) yang

memiliki karateristik lebih baik dibandingkan dengan jenis yang sama yang

terdapat di dataran pulau kalimantan.

2) Merupakan daerah penyangga pada kawasan pantai yang didominasi

pohon mangrove dan terdapat species monyet jenis bekantan (Nasalis

larvatus) yang dilindungi sehingga habitatnya perlu dijaga kelestariannya.

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan Konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya yang akan dilakukan meliputi :

a. Perlindungan Sistem Penyangga Kehidupan

Perlindungan sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya

proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Dalam rangka

mewujudkan kegiatan tersebut maka diperlukan identifikasi kawasan–kawasan

lindung dan pengaturan pengelolaannya. Dengan demikian akan dilakukan

beberapa kegiatan sebagai berikut :

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-29

1) Identifikasi dan Pemetaan Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi

/High Concervation Value Forest (HCVF).

Identifikasi dan Pemetaan Kawasan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi

dilaksanakan pada seluruh wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

dengan mempertimbangkan beberapa aspek dan kriteria sebagai berikut :

Tabel V.15. Kriteria Identifikasi dan Pemetaan Wilayah Kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

No Aspek Kriteria HCVF

1 Keanekaragaman Hayati

a. Kawasan yang mempunyai Tingkat Keanekaragaman Hayat yang Penting

b. Kawasan Bentang Alam yang Penting bagi Dinamika Ekologi Secara Alami

c. Kawasan yang Mempunyai Ekosistem Langka atau Terancam Punah

2 Jasa Lingkungan Kawasan yang Menyediakan Jasa-jasa lingkungan Alami

3 Sosial Budaya

a. Kawasan yang Mempunyai Fungsi penting untuk Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Lokal

b. Kawasan yang Mempunyai Fungi Penting untuk Identitas Budaya Tradisional Komunitas Lokal

Sumber : Pedoman HCVF 2009

Pelaksanaan Identifikasi dan pemetaan HCVF dilakukan dengan dua

pendekatan, yaitu : Pendekatan Pertama yaitu Wilayah yang sudah ada ijin

pemanfaatan dan penggunaan Kawasan hutan maka pelaksaannya akan

dilakukan secara bersama-sama dengan pemegang ijin sebagi bagian dari

pembinaan dalam mendorong sertifikasi pengelolaan lestari. Dengan demikian

identifikasi dan pemetaan HCVF merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dengan Dokumen RKU dan AMDAL Ijin Pemanfaatan dan Penggunaan

Kawasan Hutan. Pedekatan Kedua, Pelaksanaan Identifikasi dan pemetaan

HCVF pada Wilayah tertentu atau wilayah tanpa ijin pengelolaan.

Pelaksanaannya akan dilaksanakan secara langsung oleh KPHP Model Pulau

Laut dan Sebuku, sebagai bagian dari rencana pemanfaatan pada tiap-tiap

wilayah tertentu.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-30

2) Pengelolaan Kawasan Lindung/ Kawasan HCVF

Dalam rangka menjamin kelestarian kawasan-kawasan lindung/HCVF,

maka perlu dilakukan pengelolaan secara lestari. Kawasan HCVF yang berada

pada Wilayah ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan

pengelolaannya akan dilakukan oleh pemegang ijin sebagai bagian dari

rencana kegiatan pemanfaatan yang dilakukan, fungsi KPHP pada wilayah

berijin adalah melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan. Sedangkan

HCVF yang berada pada wilayah tertentu akan dilakukan pengelolaan secara

langsung oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku.

Dalam rangka efektifitas pengelolaan Kawasan Lindung / HCVF maka

akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

a) Penyusunan Master Plan Pengelolaan HCVF (Khusus Wilayah Tertentu)

b) Menyusun standar pemanfaatan dan penggunaan kawasan HCVF

3) Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Kawasan Lindung/HCVF

Dalam rangka menjamin kelestarian Kawasan Lindung/HCVF maka perlu

dilakukan kegiatan monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap pengelolaan

yang telah dilakukan secara berkala (minimal per tahun), Baik yang ada pada

wilayah ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan maupun pada Wilayah

tertentu.

b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta

ekosistemnya.

Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta

ekosistemnya, dilaksanakan dengan menjaga keutuhan kawasan hutan agar

tetap dalam keadaan asli. Sedangkan. Pengawetan jenis tumbuhan dilakukan

dengan menjaga dan mengembangbiakkan jenis tumbuhan dan satwa yang

dilindungi untuk menghindari bahaya kepunahan.

c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya.

Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

dilakukan dengan ruang lingkup kegiatan sebagai berikut :

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-31

1) Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam yaitu dengan

tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan.

2) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar, yaitu dengan memperhatikan

kelangsungan potensi, daya dukung, dan keanekaragaman jenis

tumbuhan dan satwa liar.

5.7 Rencana Penyelenggraraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar

pemegang Izin

Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan

dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (dinas, departemen

atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi secara efisien. Untuk memudahkan KPH dalam pengelolaan ijin

pemanfaatan disetiap blok maka KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku maka

diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola KPH dengan para

pemegang ijin pemanfaatan.

Koordinasi dan sinkronisasi merupakan bagian integral dari perencanaan

pembangunan KPH. Proses koordinasi dan sinkronisasi hendaknya

dimusyawarahkan dan dikomunikasikan mulai dari tingkat petak sampai dengan

blok pengelolaan KPH. Koordinasi sangat diperlukan untuk menyamakan visi

dan misi pengelolaan serta menghindari konflik antara pengelola dan

pemegang ijin. Dengan proses koordinasi dan sinkronisasi demikian, maka

tujuan pembangunan kehutanan di KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku yang

diselenggarakan dengan azas manfaat yang lestari, kerakyatan,

keadilan,keterbukaan dan ketepaduan dalam pencapaian tujuan

pengembangan ekonomi terwujudkan.

Proses koordinasi dilaksanakan oleh KPH mulai dari tingkat tapak (blok

dan petak) yang dikoordinir oleh kepala resort. Dalam penyelenggaraan

koordinasi dan sinkronasi antar pemegang ijin, KPH selaku pemangku wilayah

akan bertindak sebagai fasilitator dan mediator dalam merundingkan berbagai

permasalahan yang terjadi antar pemegang ijin. Mediasi dan fasilitasi KPH

dilakukan;

1) Bila terjadi tumpang tindih kawasan

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-32

2) Pelaksanaan tata batas bersama antar pemegang ijin

3) Klaim atas lahan oleh masyarakat dalam kawasan

4) Pelaksanaan program-program tanggung jawab sosial pemegang ijin

terhadap masyarakat

Waktu pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin

direncanakan secara rutin minimal satu bulan sekali dengan ruang lingkup

koordinasi dan sinkronisasi sebagai berikut:

Tabel V.16. Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Ijin

No Aspek Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi

yang akan dilaksanakan

1 Perencanaan Sinkronisasi data dan informasi hasil inventarisasi (Biofisik & Ekonomi dan sosial budaya)

Kepastian batas kawasan & batas Wilayah Kelola

Integarasi rencana pengelolaan antara pemegang ijin pemanfaatan (RKU, AMDAL dan RKT), Ijin Penggunaan Kawasan Hutan (Rencana Kegiatan dan Ijin Pinjam Pakai & AMDAL) dan Rencana Pengelolaan KPHP Model Pulau Laut da Sebuku (RPJP).

Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan teknis perencanaan pada pemegang ijin yang akan dilaksanakan oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

2 Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan

Sinkronisasi data dan informasi pelaksanaan Pemanfaatan dan penggunaan Kawasan Hutan

Sistim Silvikultur yang dipergunakan dalam pemanfaatan Hasil Hutan kayu

Kemitraaan dalam pemanfaatan Hasil Hutan antara lain pemanfaatan limbah, HHBK dan jasa lingkungan

Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan teknis pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan yang akan dilaksanakan oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

3 Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

Sinkronisasi data dan informasi terkait pelaksanaan kegiatan perlindungan hutan serta pengelolaan kawasan-kawasan lindung.

Pemetaan Kawasan lindung dan kawasan rawan keamanan hutan.

Kemitraaan dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan dan konservasi Sumber daya Alam

Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan Perlindungan dan konservasi Sumber Daya Alam oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

4 Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)

Sinkronisasi dan koordinasi terkait pelaksanaan kegiatan RHL yang dilaksanakan oleh Pemegang ijin

Kemitraaan dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan RHL

Monitoring & evaluasi serta pembinaan pelaksanaan kegiatan RHL oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-33

No Aspek Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi

yang akan dilaksanakan

5 Pemberdayaan Masyarakat

Sinkronisasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat antar pemegang ijin dan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

Fasilitasi Kemitraaan dan integarasi program/ kegiatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Monitoring & evaluasi serta pembinaan pemberdayaan masyarakat oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

6 Pengembangan Investasi

Sebagai penyedia data dan potensi pengembangan investasi dalam KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

Membangun Kemitraan dalam pemanfaatan Wilayah tertentu KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

Membangun kemitraan dengan pemegang ijin dalam pemanfaatan Kawasan Hutan, HHBK dan Jasa lingkungan pada Ijin pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HA/HT).

5.8 Koordinasi dan Sinergi Dengan Instansi dan Stakeholder

Pengembangan program bersama akan tercapai jika koordinasi dan

sinergi antar pihak berjalan dengan baik. Koordinasi dan sinergi mengambil

peran yang signifikan dalam mengontrol berjalan atau tidaknya pencapaian

program, baik di internal maupun di eksternal KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku. Koordinasi dan sinergi di internal lebih mengacu kepada standar

operasional prosedur (SOP) atau prosedur kerja yang ada saat ini, sedangkan

koordinasi dan sinergi di eksternal dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan-

kesepakatan antar pihak.

Untuk menjamin koordinasi dan sinergi lebih baik, maka diperlukan

kegiatan antara lain:

1) Membentuk kelembagaan kolaboratif yang melibatkan para pihak

Kelembagaan yang kolaboratif dan melibatkan para pihak seperti

masyarakat, pemerintah pusat, NGO/LSM dan pihak lain yang relevan,

merupakan langkah yang baik dan memudahkan koordinasi dan sinergi

antar pihak. Kelembagaan kolaboratif berdasarkan kesetaraan masing-

masing pihak dalam mengakomodir kepentingan dan keinginan bersama

yang tertuang dalam perencanaan bersama. Perencanaan dan

implementasi kegiatannya, juga harus dibangun berdasarkan kepentingan

bersama sehingga proses koordinasi dan sinergi terus berjalan.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-34

2) Membangun kolaborasi pengelolaan blok pemanfaatan dan blok

pemberdayaan antar pihak

Blok pemanfaatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang

harus menjadi perhatian dalam pengelolaan, karena ada interaksi manusia

pada wilayah tersebut. Disatu sisi, mengurangi tekanan terhadap kawasan

dan sisi yang lain bermanfaat langsung kepada masyarakat. Pengelolaan

blok pemanfaatan dan blok pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat

menjembatani kepentingan semua pihak seperti investor ataupun pihak

swasta dengan masyarakat sehingga meredam konflik sumber daya alam

yang ada di masyarakat.

Lebih lanjut, berikut ruang lingkup koordinasi dan sinkronisasi stake

holder pada wilayah kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku:

Tabel V.17. Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi Stakeholder Pada Wilayah Kelola KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi

yang akan dilaksanakan

1 Kementrian Kehutanan

a. Dirjen Planologi &

BPKH Wilayah V

Banjarbaru

Data & informasi Status dan Fungsi Kawasan

Hutan serta pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan

Penetapan dan revisi Wilayah KPH

Penyiapan kelembagaan (fasilitasi SDM dan

Sarana prasarana)

Inventarisasi, Tata Hutan & Penyusunan

Rencana Pengelolaan KPHP Model Pulau Laut

dan Sebuku

Penetapan Wilayah Ijin Pinjam Pakai Kawasan

Hutan

Monitoring dan Pemantauan Ijin Pinjam pakai

Kawasan Hutan.

Tata Batas dan Pengukuhan kawasan Hutan

Regulasi dan NSPK Pembangunan KPH

b. Dirjen Bina Usaha

Kehutanan & BP2HP

Banjarbaru

Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi pada

wilayah tertentu yang akan dilaksanakan oleh

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

Penyusunan Rencana Bisnis KPH

Penyiapan kelembagaan (fasilitasi SDM dan

Sarana prasarana

Regulasi dan NSPK Pemanfaatan Kawasan

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-35

No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi

yang akan dilaksanakan

Hutan Produksi

Monitoring dan Pemantauan Ijin Pemanfaatan

Kawasan Hutan

c. Dirjen RLPS & BPDAS

PS

Penyusunan Rencana RHL Pada Wilayah KPH

Pengembangan Perhutanan Sosial (Hutan

Desa, HKM)

Peningkatan SDM terkait RHL dan Perhutanan

Sosial

Regulasi & NSPK Pelaksanaan RHL dan

Perhutanan Sosial

d. PHKA &BKSDA

Banjarbaru

Pengelolaan Kawasan Lindung dan

Keanekaragaman hayati yang dilindungi

Pengamanan dan perlindungan hutan

e. BP2SDM (Pusdiklat

&SMK Kehutanan)

Fasilitasi SDM KPH melalui Bhakti Sarjana

Kehutanan (Basarhut) dan SMK Kehutanan

yang selanjutnya akan menjadi Bhakti

Rimbawan

Peningkatan SDM KPH (Pelatihan & Training)

Regulasi & NSPK SDM KPH

f. Biro Perencanaan

Kemeterian Kehutanan

Pengalokasi Anggaran DAK-Kehutanan untuk

Pembangunan KPH

g. Pusat Pengendalian

Pembangunan

Kehutanan Regional III

Konvergensi Kegiatan & penganggaran

pembangunan KPH

Pengesahan Rencana Pengelolaan Jangka

Panjang (RPJP) KPH

Fasilitasi penyelesaian konflik tenurial pada

wilayah KPH

h. Balai Penelitian

Kehutanan Banjarbaru

Data dan informasi terkait hasil-hasil penelitian

2 Dinas Kehutanan Provinsi

Kalimantan Selatan

Validasi dan informasi Kehutanan

Pengalokasi Anggaran Dekonsentrasi

Kehutanan untuk Pembangunan KPH

Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan

penggunaan Kawasan hutan

3 Dinas Kehutanan

Kabupaten Kotabaru

Data dan informasi Kehutanan

Pengalokasi Anggaran APBD Kehutanan untuk

Pembangunan KPH

Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan

penggunaan Kawasan hutan

Pelaksanaan RHL

Fasilitasi kelembagaan (SDM & Sarana

prasarana)

Tata hubungan kerja dan sinkronisasi Tupoksi

4 Bappeda Kabupaten

Kotabaru

Data dan informasi Penataan Ruang Kabupaten

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-36

No Stakeholders Ruang Lingkup Koordinasi dan Sinkronisasi

yang akan dilaksanakan

Berau

Pengalokasi Anggaran APBD & APBN untuk

Pembangunan KPH

5 BLH Kabupaten Kotabaru Data dan informasi Pengelolaan Lingkungan

(Dokumen AMDAL Pemegang ijin)

Pengelolaan kawasan lindung

Monitoring dan Evaluasi Pemanfaatan dan

penggunaan Kawasan hutan terkait aspek

lingkungan.

6 Dinas Pertambangan

Kabupaten Kotabaru

Data dan informasi terkait ijin pertambangan

dan pinjam pakai di Wilayah KPHP Model Pulau

Laut dan Sebuku

Monitoring dan Evaluasi kegiatan

pertambangan dan pinjam pakai.

7 Badan Pertanahan

Nasional (BPN)

Data dan informasi terkait Status Hak milik

pengelolaan lahan yang ada pada kawasan

hutan

Batas areal transmigrasi yang masuk dalam

wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

Penyelesaian kasus-kasus tenurial pada

wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

8 Polres Pengamanan dan perlindungan hutan

Penyelesaian konflik-konflik tenurial pada

wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku.

9 Kecamatan Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan

Penyelesaian konflik tenurial antara masyarakat

dengan pemagang ijin pemanfaatan dan

penggunaan kawasan hutan.

10 Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM/NGO)

antara lain : GIZ Forclime,

WWF, dan Cifor

Data dan informasi melalui penelitian-

penelitian pengembangan pengelolaan

kawasan hutan

Pendampingan dan peningkatan kapasitas

pemegang ijin pemanfaatan hutan untuk

sertifikasi

Pendampingan masyarakat dalam membangun

kemitraan pengelolaan kawasan hutan.

Pegembangan metode dan teknologi

pengelolaan kawasan hutan.

Pendampingan KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku dalam peningkatan kapasitas dan

pengembangan pengelolaan kawasan hutan

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-37

5.9 Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM

5.9.1 Eksistensi Sumber Daya Manusia

Unit KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku organisasai saat ini telah

memiliki sumber daya manusia pengelola dengan jumlah dan latar belakang

pendidikan sebagai berikut;

Tabel V.18. Eksistensi Sumber Daya Manusia KPHP Model Pulau Laut

dan Sebuku

Jenjang Pendidikan Latar Belakang

Pendidikan

Jumlah

(orang)

S1 Kehutanan 3

SMA 7

Organisasi KPH harus memiliki kompetensi untuk menyelengarakan

kegiatan pengelolaan hutan yang meliputi:

1) Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan

2) Pemanfaatan hutan

3) Penggunaan kawasan hutan

4) Rehabilitasi hutan dan reklamasi

5) Perlindungan hutan dan konservasi alam

Agar memiliki kompetensi sebagaimana tersebut di atas, maka

organisasi KPH harus diisi oleh personel yang memiliki kompetensi di bidang

pengelolaan hutan, yaitu yang memenuhi syarat kompetensi kerja yang

diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi (LSP) di bidang kehutanan atau

pengakuan oleh Menteri (penjelasan Pasal 8 ayat (1) PP 6/2007). Ketentuan

mengenai Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) mengacu pada UU Nomor : 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-38

5.9.2 Kebutuhan Sumber Daya Manusia

Luas kawasan KPHP yang mencapai 103.368,29 Ha dan direncanakan

terbagi menjadi 6 RPH. Penyesuaian jumlah personel pengelola KPHP ini agar

dalam pengelolaan kawasan KPHP itu sendiri dapat memberikan output optimal

sesuai dengan fungsi kawasan yaitu fungsi produksi dan konservasi.

Berdasarkan kondisi saat ini dimana pada tiap kawasan RPH telah sedemikian

komplek hal yang perlu ditangani utamanya yakni ; rehabilitasi lahan dalam

kawasan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat serta fungsi pembinaan

dan monitoring terhadap unit managemen yang beroperasi dalam masing-

masing RPH, maka pembentukan unit organisasi dan personel masing-masing

RPH mutlak diperlukan.

Pengelolaan kawasan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku sangat

membutuhkan dukungan dan kemampuan personil yang memadai. Kapasitas

personil menentukan berhasil tidaknya pengelolaan. Untuk itu diperlukan

pengembangan dan peningkatan bagi personil dari segi pengetahuan berupa

pendidikan, pelatihan-pelatihan penunjang berupa keahlian pada bidang-bidang

tertentu, dan penggalian informasi dari luar yang dapat menambah pengalaman

dan wawasan. Beberapa upaya yang telah dilaksanakan dalam peningkatan

kapasitas staf KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku saat ini, antara lain

perbaikan jenjang pendidikan ke Strata-1 maupun S-2 yang dilakukan secara

mandiri maupun program beasiswa. Disamping itu, mengikut sertakan

beberapa staf dalam program pendidikan dan pelatihan, baik itu di Pusat atau

Balai Diklat Kehutanan maupun ke lembaga-lembaga lain serta menyertakan

petugas untuk terlibat pada berbagai program dan kegiatan di kabupaten yang

terkait dalam upaya pengelolaan KPH.

Beberapa kegiatan jangka panjang dalam program peningkatan

kapasitas personil antara lain :

1) Perbaikan jenjang pendidikan

2) Pemetaan kompetensi

3) Diklat SDM Pengelola KPH

4) Pertukaran kunjungan staf pengelola

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-39

5) Studi perbandingan

6) Magang pegawai

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku mempunyai luas areal yang tidak

dibebani perijinan (open access) seluas 44.151,60 Ha atau 39,80 % dari luas

keseluruhan areal KPH yang terdiri dari kawasan hutan produksi dan kawasan

hutan lindung sehingga untuk dapat mengelola hutan secara optimal diperlukan

sumber daya manusia yang memadai baik jumlah dan kompetensinya, adapun

sumber daya manusia yang dibutuhkan secara garis besar terdiri dari :

1) Tenaga teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL).

2) Tenaga fungsional pengamanan hutan

3) Tenaga fungsional penyuluhan kehutanan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.58/Menhut-II/2008

tentang Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan lestari,

agar KPHP Pulau Laut dapat mengelola hutan diperlukan tenaga teknis

pengelolaan hutan produksi lestari (GANISPHPL) dengan kompetensi sebagai

berikut :

1) GANISPHPL Timber Cruising (GANISPHPL-TC)

2) GANISPHPL Perencanaan Hutan (GANISPHPL-CANHUT)

3) GANISPHPL Pembukaan Wilayah Hutan (GANISPHPL-PWH)

4) GANISPHPL Pemanenan Hasil Hutan (GANISPHPL-NENHUT)

5) GANISPHPL Pembinaan Hutan (GANISPHPL-BINHUT)

6) GANISPHPL Kelola Lingkungan (GANISPHPL-KELING)

7) GANISPHPL Kelola Sosial (GANISPHPL-KESOS)

8) GANISPHPL Pengujian Kayu Bulat (GANISPHPL-PKB)

9) GANISPHPL Pengujian Kelompok Minyak (GANISPHPL-JIPOKMIN)

10) GANISPHPL Pengujian Kelompok Getah (GANISPHPL-JIPOKTAH)

Berikut adalah prioritas rencana kebutuhan SDM KPHP Model Pulau laut dan sebuku:

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-40

Tabel V.19. Prioritas Rencana kebutuhan SDM KPHP Model Pulau Laut

dan Sebuku

No Uraian Jabatan Jumlah Keterangan

A Jabatan Strkutural

Kepala KPH 1 sudah ada

Kabag TU 1 sudah ada

Kepala Seksi 2 Setelah Berbentuk SKPD

Kepala RPH 6 sesuai jumlah RPH

B Jabatan Fungsional

Perencanaan Hutan

Wasganis Canhut 6 Masing-masing RPH 1 orang, untuk pengawasan

perencanaan IUPHHK-HA/HT serta penyusunan

rencana wilayah tertentu

Wasganis TC 6 Masing-masing RPH 1 orang, untuk pengawasan

perencanaan IUPHHK-HA/HT serta penyusunan

rencana wilayah tertentu

Pengukuran dan

Perpetaan (GIS)

6 Masing-masing RPH 1 orang

Perlindungan Hutan &

Konservasi SDA

a. Polisi Kehutanan 24 Masing-masing RPH 4 orang

b. PPNS Kehutanan 6 Masing-masing RPH 1 orang

c. PEH 6 Masing-masing RPH 1 orang

d. Pengendali konflik

tenurial

6 Masing-masing RPH 1 orang

e. Pengendali

Kebakaran Hutan

12 Masing-Masing RPH 2 orang

Pemanfaatan dan

Monev Perijinanan

a. Wasganis

Pemanenan Hutan

6 Masing-masing RPH 1 orang

b. Wasganis PKB 6 Masing-masing RPH 1 orang

RHL dan Perhutanan

Sosial

a. Pengelola

Persemaian

10

b. Pemberdayaan

masyarakat dan

penyuluhan

12 Masing-masing RPH 2 orang

c. Teknis HHBK 12 Masing-masing RPH 2 orang

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-41

C Kebutuhan Khusus

a. Pengelola Bisnis

KPH

10 Sudah terbentuk sistem keuangan BLUD pada

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

b. Pengelola

Keuangan

4 Pengelola keuangan dan Pembantu Pengelola

Keuangan

Jumlah 142

Sementara itu, dalam hal peningkatan SDM KPHP Model Pulau Laut dan

sebuku berikut prioritas kebutuhan peningkatan SDM KPHP Model Pulau Laut

dan sebuku:

Tabel V.20. Prioritas Kebutuhan Peningkatan SDM KPHP Model Pulau Laut dan sebuku

No Uraian Diklat Jumlah Keterangan

A Diklat Struktural

1. Diklat Kepala KPH 1

2. Diklat Perencanaan Hutan 1

2. Diklat Kepala Seksi 2 Setelah Berbentuk SKPD

3. Diklat Kepala RPH 6 sesuai jumlah RPH

B Jabatan Fungsional

Perencanaan Hutan

1. Diklat Perencanaan Hutan (Wasganis Canhut) 6 Masing-masing RP 1 orang,

2. Diklat Pengukuran dan Perpetaan (GIS) 6 Masing-masing RPH 1 orang

Perlindungan Hutan & Konservasi SDA

3. Diklat Polisi Kehutanan 24 Masing-masing RPH 4 orang

4. Diklat PPNS Kehutanan 6 Masing-masing RPH 1 orang

5. Diklat PEH 6 Masing-masing RPH 1 orang

6. Diklat Pengendali konflik tenurial 6 Masing-masing RPH 1 orang

7. Diklat Pengendali Kebakaran Hutan 12 Masing-Masing RPH 2 orang

Pemanfaatan dan Monev Perijinanan

1. Wasganis Pemanenan Hutan 6 Masing-masing RPH 1 orang

2. Wasganis PKB 6 Masing-masing RPH 1 orang

RHL dan Perhutanan Sosial

1. Pengelola Persemain 10

2. Pemberdayaan masyarakat dan penyuluhan 12 Masing-masing RPH 2 orang.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-42

C Kebutuhan Khusus

1. Diklat Pengelola Bisnis KPH 10 Sudah terbentuk sistim keuangan BLUD

pada KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku

2. Diklat Pengelola Keuangan 1

5.9.3 Sarana dan Prasarana

KPHP Model Pulau laut dan sebuku sebagai lembaga yang baru terbentuk

masih memerlukan sarana prasaran perkantoran baik pada KPH maupun RPH,

sarana teknis dilapangan sehingga operasional dan pelaksanaan tugas di

lapangan dapat berlangsung dengan baik.

Prioritas kebutuhan sarana dan prasarana pada periode 2014 – 2023

adalah sebagai berikut:

Tabel V.21. Prioritas pemenuhan sarana dan prasarana KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

No Bentuk Kebutuhan Sapras dan

Peralatan Jumlah Keterangan

A Sarana Prasarana

1 Pembangunan Kantor KPH 1 Unit sudah ada

2 Pembangunan Kantor RPH 6 Unit sesuai jumlah RPH

3 Pembangunan Guest House 1 Unit Ibukota Kabupaten

4 Pembangunan Mess Pegawai 6 Unit sesuai jumlah RPH

5 Pembangunan Pos Pengamanan 6 Unit sesuai jumlah RPH

6 Pengadaan Kendaraan Roda 4 6 Unit sesuai jumlah RPH

7 Pengadaan Kendaraan Roda 2 12 Unit sesuai jumlah RPH

8 Pengadaan Air Conditioner 8 Unit

9 Sarana Pemadam Kebakaran Hutan 2 Paket

10 Sarana Kantor KPH 1 Paket sudah ada

11 Sarana Kantor RPH 8 Paket sesuai jumlah RPH

B Peralatan Kantor

1 Komputer 12 Unit

2 Notebook 12 Unit

3 Mesin Tik 3 Unit

4 Printer A3 6 Unit

5 Printer 6 Unit

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-43

6 Scanner 6 Unit

7 Plotter 1 Unit

8 UPS/Stabilizer 12 Unit

9 Proyektor 3 Unit

10 Kamera Digital 3 unit

11 Kamera DSLR 3 Unit

12 Handycamp 3 Unit

13 Recorder 4 Unit

C Peralatan Kehutanan

1 GPS 10 Unit

2 Kompas 10 Unit

3 Klinometer 10 Unit

4 Phi Band 10 Unit

5 Meteran Roll 10 Unit

6 Laser Meter 10 Unit

7 Hagameter 10 Unit

8 Binokuler 6 Unit

9 Monokuler 6 Unit

10 setphone 4 Unit

11 Radio Handy Talkie 3 Unit

12 Handy Talkie 12 Unit

13 Life Jacket (Pelampung) 15 Unit

14 Pelbet 10 Unit

15 Peralatan Polisi Kehutanan PM sesuai dengan kebutuhan

16 Peralatan Pengelolaan Hasil Hutan

Kayu dan Hasil Hutan Non Kayu

PM sesuai dengan kebutuhan

17 Peralatan Herbarium PM sesuai dengan kebutuhan

18 dll PM sesuai kebutuhan

5.10 Penyediaan Pendanaan

Pendanaan dalam penyelenggaraan KPH menurut pasal 10 PP 6 Tahun

2007 adalah:

1) Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai

kewenangannya bertanggung jawab terhadap pembangunan KPH dan

infrastrukturnya.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-44

2) Dana bagi pembangunan KPH bersumber dari APBN, APBD dan sumber

dana lain yang tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan dan perundang-

undangan.

Pendanaan pengelolaan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku dipenuhi

dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan

Belanja Negara (APBN). Pengelolaan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

yang optimal membutuhkan dana yang cukup besar mengingat wilayah kelola

KPH sangat luas. Dana tersebut tidak mungkin dicukupi hanya dari keuangan

negara. Oleh karena itu, keterlibatan pihak lain seperti pemerintah provinsi

untuk menyediakan dana bagi KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku sebagai

bagian dari desentralisasi kekuasaan politik, anggaran dan administrasi bisa

menjadi alternatif pendanaan. Cara pendanaan yang paling mudah dilakukan

untuk melengkapi dana APBN adalah bermitra dan pendanaan lainnya bisa

dengan “menjual” kekayaan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku melalui

pemanfaatan hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu serta jasalingkungan.

Berikut adalah estimasi pendanaan operasional KPHP Model Pulau Laut

dan Sebuku.

Tabel V.21. Estimasi pendanaan operasional KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

o. Tahun JENIS PENGAMANAN

Keterangan APBN %

APBD %

KPH %

1 2014 0 100 0

2 2015 90 10 0

3 2016 80 20 0

4 2017 70 20 10

5 2018 60 20 20

6 2019 50 20 30

7 2020 40 20 40

8 2021 20 20 60

9 2022 10 10 80

10 2023 0 0 100

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-45

Sementara itu, beberapa Peluang Pendanaan Pembangunan KPHP

Model Pulau Laut dan Sebuku adalah sebagai berikut :

5.10.1 Pendanaan APBN

APBN merupakan sumber penyediaan dana yang cukup strategis dalam

pembangunan KPH termasuk KPHP Model pulau Laut dan Sebuku.

Pembangunan KPH merupakan prioritas nasional melalui Kementerian

kehutanan akan dialokasikan dana untuk pembangunan KPH. Salah satu wujud

komitmen Pemerintah dalam pembangunan KPH adalah mengeluarkan

kebijakan khusus terkait pemenuhan sarana sarana dan prasarana pada KPHP

Model. Yaitu melalui Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor :

P.41/Menhut-II/2011 Tentang Standarisasi Fasilitasi Sarana dan prasarana

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Hutan Produksi

Model. Pada Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor

: P.41/Menhut-II/2011 Tentang Standarisasi Fasilitasi Sarana dan prasara

Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Hutan Produksi

Model disebutkan bahwa fasilitasi sarana dan prasarana KPHL Model dan

KPHP Model diberikan oleh Pemerintah guna mendorong beroperasinya KPHL

dan KPHP di lapangan.

Beberapa skema pendanaan APBN yang memungkinkan untuk

pembiayaan pembangunan KPH adalah sebagi berikut :

Tabel V.22. Skema Penyediaan Pendaan APBN Untuk Pembangunan

KPHP Model Pulau Laut da Sebuku

No Skema Keterangaan

1 APBN DIPA Kementrian

Kehutanan

(BPKH, BP2HP, Pusdal

Regional IV)

Dilaksanakan melalui UPT dari masing-masing

Direktorat.

2 DAK-Kehutanan Dilaksanakan oleh KPH masuk dalam batang

tubuh APBD.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-46

Skema-skema pendanan tersebut diharapkan tidak hanya membiayai

pengadaan sarana dan prasaran akan tetapi juga untuk operasional

pengelolaan dan peningkatan kapasitas SDM KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku

5.10.2 Pendanaan APBD Provinsi

Pembiayaan pendanaan pembiayaan pembangunan KPHP Model Pulau

Laut dan Sebuku dapat dilakukan melalui APBD Provinsi Kaliamantan Timur,

melalui beberapa skema sebagi berikut :

Tabel V.23. Skema Penyediaan Pendanaan APBD Provinsi Untuk

Pembangunan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

No Skema Keterangaan

1 APBD Provinsi Kalsel

Murni

Dilaksanakan melaui Dinas Kehutanan Provinsi

Kalimantan Selatan

2 APBD Provinsi Luncuran Dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah melalui

Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru/KPHP

Model Pulau Laut dan Sebuku

3 Dana Dekonsentrasi

Kehutanan

Dilaksanakan melaui Dinas Kehutanan Provinsi

Kalimantan Selatan

5.10.3 Pendanaan APBD Kabupaten Kotabaru

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku merupakan organisasi perangkat

daerah, sehingga penganggaran juga harus dilaksanakan oleh Pemerintah

Kabupaten Kotabaru. KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku masih merupakan

bagian dari Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru sehingga anggaran masih

masuk ke dalam APBD Dinas Kehutanan Kotabaru

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-47

Tabel V.24. Skema Penyediaan Pendanaan APBD Kabupaten Untuk Pembangunan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

No Skema Keterangaan

1. APBD Murni DIPA Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru

dilaksanakan melalui oleh KPHP Model Pulau

Laut dan Sebuku

2. DBH-DR Dilaksanakan oleh KPH masuk dalam batang

tubuh APBD.

Harapan kedepannya KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku didorong

menjadi SKPD sendiri /Satker sehingga pendanannya lebih maksimal karena

tidak tergantung dengan DIPA Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru.

5.10.4 Pendanaan Mitra Lain

Sebagai identifikasi awal potensi pendanaan dari mitra lain untuk

pengelolaan KPH hanya berasal dari pemegang ijin IUPHHK dan IPPKH

dengan skema CSR. Namun tidak menutup kemungkinan untuk membangun

kerjasama dengan mitra lain. Untuk itu, perlu identifikasi dan membangun

jejaring dengan mitra lain terkait pendanaan kegiatan berupa pengembangan

bisnis, penelitian ataupun peningkatan kapasitas SDM KPH.

5.10.5 Pendanaan Hasil Pengembangan Investasi KPHP

Dalam rangka pembangunan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

secara mandiri, akan dikembangkan invastasi berbasis KPH yang akan

dilaksanakan secara langsung oleh KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku,

sebagaimana yang dijelaskan dalam bagian rencana pengembangan

investasi/bisnis KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku. Kedepannya Pendanaan

berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku dihasilkan dari pengembangan investasi KPH.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-48

Bidang pengembangan bisnis utama adalah pemanfaatan kayu melalui

penanaman sengon, aneka usaha kehutanan (HHBK), ekowisata meranti putih,

agro wisata, dan wisata penelitian meranti.

5.11 Pengembangan Database

Berdasarkan pengumpulan data dan informasi melalui kegiatan

inventarisasi berkala maka akan dibangun database untuk mendukung

pengelolaan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku. Pembangunan data base ini

terkait informasi biofisik, sosial budaya dan ekonomi masyarakat, serta

pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.

Oleh karena itu dalam organisasi KPHP Pulau Laut dan Sebuku,

sebaiknya dibuat unit khusus yang mengelola data base yang bertanggung

jawab dalam pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data ke

dalam informasi yang siap digunakan. Data dan informasi dapat dikumpulkan

dari unit-unit pengelola di lapangan dan juga dari luar.

Dalam pemberian atau pertukaran data dan informasi khususnya dengan

pihak luar harus diikat oleh standar operasional prosedur (SOP). Data yang

dikumpulkan dapat berupa analog atau manual (peta, dokumen, laporan, data

penelitian dan lain-lain), juga dapat berupa data digital (dokumen-dokumen,

data GIS dan data digital lainnya). Data disusun dengan sistemastis dan

berbasis computer dan internet. Beberapa kegiatan pendukung dalam

membangun program ini antara lain:

1) Pelatihan staf pengelola data base.

2) Penyiapan perangkat (hardware dan software) data base

3) Penyusunan dan pengelolaan sistem data base

4) Membangun manajemen sistem pusat informasi

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-49

5.11.1 Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola

Rasionalisasi wilayah kelola dilakukan pada prinsipnya bertujuan untuk

efisiensi dan efektifitas pengelolaan kawasan, dalam hal ini rasionalisasi

dilakukan terhadap keruangan yang tersedia dalam wilayah kelola dan

ketersediaan SDM serta kebutuhan pengembangannya. Rasionalisasi ini dapat

dilakukan apabila terjadi peralihan fungsi kawasan yang memiliki ketetapan

undang-undang,

Pengelolaan KPHP Pulau Laut dan Sebuku dimasa yang akan datang

menghadapi tantangan yang berat. Tantangan terberat adalah bertambahnya

populasi penduduk sekitar kawasan KPH yang dapat mempengaruhi ekosistem

hutan di KPHP Pulau Laut dan Sebuku. Hal ini menuntut pihak pengelola KPH

untuk melakukan kalkulasi yang scientific based yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Rasionalisasi pengurusan wilayah kelola mencakup 2 aspek yaitu: 1)

aspek fisik (kawasan) yang mencakup aspek silvikultur, tata guna hutan,

eksplorasi potensi dan lainnya dan 2) aspek non teknis yang meliputi

rasionalisasi kelembagaan wilayah kelola hutan mulai dari tingkat blok sampai

dengan tingkat petak (organisasi, kewenangan dan personil)

Rasionalisasi wilayah kelola dari aspek fisik merupakan bentuk penilaian

kembali terhadap kawasan blok atau petak pemanfaatan dan penggunaan

kawasan hutan yang mengalami perubahan. Misalnya jika blok pemanfaatan

kayu pada hutan alam sudah tidak memiliki potensi yang signifikant maka perlu

dirasionalisasi ke bentuk wilayah kelola lain misalnya diarahkan ke

pemanfaatan kayu hutan tanaman. Perubahan wilayah kelola juga akan

mempengaruhi operasional personil dilapangan

KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku memiliki luas wilayah pengelolaan

sebesar 103.368,29 Ha sehingga dalam pelaksanaan pengelolaan hutan

membutuhkan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang memadai.

Dengan mempertimbangkan efektifitas pengelolaan akan diadakan evaluasi

untuk rasionalisasi kawasan wilayah kelola KPH. Terutama perubahan fungsi

kawasan, ketersediaan Sumber daya manusia dan sarana prasarana

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-50

pengelolaan, serta keberadaan masyarakat didalam dan disekitar kawasan

hutan.

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut akan dilakukan

Rasionalisasi Wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku akan dilakukan 10

tahun sekali, melalui evaluasi efektifitas dan efisiensi pengelolaan yang telah

dilakukan.

5.11.2 Review Rencana Pengelolaan

Dokumen Rencana Kelola Pemanfaatan Hutan di wilayah KPHP Model

Pulau Laut dan Sebuku ini berdurasi satu dasawarsa (10 tahun). Selama masa

itu dimungkinkan terjadi dinamika politik dan sosial ekonomi yang menuntut

peninjauan ulang atas rencana yang dibuat dikarenakan dipertimbangkan

rencana yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada. Artinya

bahwa review dilakukan sebagai jalan untuk kemungkinan melakukan revisi

atas rencana yang sudah ada, dan oleh karenanya pemanfaatan hasil

monitoring dan evaluasi menjadi bagian penting dalam pertimbangan.

Review pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan dalam

pengelolaan kawasan oleh unit KPHP dilakukan melalui monitoring antara

target dan realisasi yang dicapai untuk semua kegiatan dalam kawasan.

Terutama jika banyak target yang tidak terealisasi maka managemen KPHP

dapat mengkaji kendala-kendala yang menyebabkan tidak terealisasinya target-

target tersebut, sehingga dapat dirumuskan kembali strategi dan prioritas untuk

pencapaian target rencana.

Review rencana pengelolaan dilaksanakan setiap 5 tahun sekali dimana

hal ini merupakan kegiatan evaluasi terhadap rencana kegiatan yang telah

dilakukan selama 5 tahun. Review rencana pengelolaan dilakukan mulai dari

tingkat blok pengelolaan sampai dengan petak pengelolaan. Maksud

dilakukannya review terhadap rencana pengelolaan adalah untuk mewujudkan

tatanan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari, melalui evaluasi terhadap

seluruh kegiatan di unit-unit pengelolaan hutan tingkat tapak (blok dan petak),

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-51

dan membentuk lembaga pengelola yang bertanggung jawab terhadap

penyelenggaraan pengurusan hutan mencakup penyelenggaraan kehutanan,

pengelolaan hutan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta

penyuluhan dan pengawasan. Adapun tujuan dari dilaksanakan kegiatan ini

adalah :

1) Mengetahui dan menganalisis semua data dasar yang dipergunakan dalam

proses perencanaan terkait dengan pengelolaan kawasan hutan di KPHP

Pulau Laut dan Sebuku.

2) Mengevaluasi efektivitas tata guna kawasan hutan di KPHP Pulau Laut

dan Sebuku dan kemungkinan untuk menggali potensi kawasan hutan

lainnya yang dikembangkan.

3) Membuat arahan terbentuknya blok pengelolaan/resort yang baru sesuai

dengan potensi di KPHP Pulau Laut dan Sebuku.

4) Menganalisis kinerja organisasi KPHP Pulau Laut dan Sebuku di tingkat

tapak (Blok dan tapak) dan dinamika kelembagaan KPHP Pulau Laut dan

Sebuku

Hasil akhir dari review adalah 3 (tiga) kemungkinan yaitu: (a) Tidak ada

perubahan daripada RPHJP KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku kecuali

strategi implementasi untuk akselerasi pencapaian Visi dan Misi yang telah

ditetapkan pada masa waktu yang tersisa; (b) Tidak ada perubahan dalam

perencanaan jangka panjang, tetapi modifikasi pada rencana tahunannya; dan

(c) Dilakukan revisi total terhadap dokumen ini sebagai RPHJP KPHP Model

Pulau Laut dan Sebuku, dikarenakan tidak mungkin dilanjutkan guna mencapai

Visi dan Misi dengan substansi yang ada, khususnya akibat perubahan

eksternal yang mendasar (misal perubahan politik kehutanan dan pemerintahan

di pusat/daerah).

Beberapa hal yang akan menjadi prioritas dalam review rencana

pengelolaan adalah sebagai berkut :

a. Rencana Pengelolaan Wilayah Tertentu, terutama pada blok pemanfaatan

Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam dan Hutan Tanaman dan

Pengembangan Wisata Alam

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-52

b. Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu

(HHBK) terutama pengembangan gaharu

c. Pelaksanaan Monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap ijin

pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.

d. Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada Wilayah Tertentu dan

Pemegang ijin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan

e. Rencana Pengembangan Investasi.

5.11.3 Pengembangan Investasi

Berdasarkan identifikasi potensi sumber daya yang ada di KPHP Model

Pulau Laut dan Sebuku, maka beberapa klasifikasi potensi Bisnis yang akan

dikembangkan dalam kurun waktu 10 Tahun adalah sebagai berkut :

1. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Pemanfaatan hasil hutan kayu difokuskan pada pembangunan Hutan

Tanaman Sengon yang rencananya akan dilaksanakan di areal wilayah tertentu

dengan fungsi Hutan produksi. Selanjutnya, kayu hasil panen sengon akan

dijual dalam bentuk log atau dalam bentuk kayu gergajian, untuk itu perlu

dibangun pabrik penggergajian sengon. Limbah penggergajian berupa serbuk

gergaji akan dimanfaatkan untuk media jamur tiram.

Dengan demikian,secara garis besar pengembangan investasi akan

dilakukan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Wilayah Tertentu berupa penanaman dan

pemanenan sengon

b. Pembangunan Pabrik Penggergajian

c. Pemanfaatan Limbah Kayu (media jamur tiram)

Dalam rangka implementasi pengembangan pemanfaatan hasil hutan

kayu skala investasi /bisnis maka akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai

berikut :

a. Menyusun Master Plan/ Rencana Bisnis

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-53

b. Penyusunan RKUPHHK-HA/HT untuk Wilayah Tertentu Berdasarkan IHMB

c. Penyusunan rencanan Pembangunan Industri Primer Hasil Hutan

d. Kajian dan Penyusunan Rencana Pemanfaatn Limbah

e. Penyiapan dan pemantapan Kelembagaan Bisnis (Organisasi, SDM dan

sarana prasarna )

f. Monitoring dan Evaluasi secara berkala.

2. Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)

Sumberdaya hutan (SDH) mempunyai potensi multi fungsi yang dapat

memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan umat

manusia. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK),

melainkan juga manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), karbon dan

Ekowisata Produk-produk yang dihasilkan dari jenis tanaman HHBK dapat

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya untuk pangan (Food),

energi (Energy) dan obat-obatan termasuk kosmetika (Medicine).

Hasil Hutan Bukan kayu merupakan salah satu potensi yang ada di

Wilayah KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku yang sampai saat ini belum

dikelola dengan baik. HHBK memiliki potensi untuk dikembangkan skala

investasi/bisnis, jika pengelolaannya dilakukan secara terpadu dengan

pengembangan teknologi dan hasil penelitian yang memadai. Dalam rangka

pengembangan HHBK untuk investasi/Bisnis, KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku akan memprioritaskan pada pengembangan Pengelolaan Gaharu,

Budidaya Jamur tiram, tanaman buah-buahan, getah karet.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-54

Tabel V.25. Rencana Pengembangan Investasi Bisnis HHBK Pada KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku

Klasifikasi

Pemanfaatan Potensi Material Produks

Pengelolaan

Gaharu

Terdapat gaharu alam dan tanaman

hasil penanaman di wilayah KPHP

Model pulau Laut dan Sebuku yang

siap panen dan disuling

Gaharu cair

dengan kualitas I

Budidaya Jamur

Tiram

1. Adanya rencana penanaman dan

pemanenan sengon pada wilayah

tertentu

2. Adanya rencana pembangunan

pabrik penggergajian

3. Terdapat potensi limbah serbuk

gergaji

4. Tidak ada pembudidaya jamur tiram

di Kabupaten Kotabaru sementara

potensi pasar tingggi

Jamur Tiram

Buah-buahan Terdapat potensi pohon penghasil

buah-buahan

Durian,

cempedak,

langsat,

rambutan, sukun

Getah Karet Terdapat tanaman karet hasil

penanaman masyarakat

Getah karet

Pendekatan yang akan ditempuh oleh KPHP Model Pulau Laut dan

Sebuku untuk mengoptimalkan pemanfaatan HHBK tersebut adalah melalui

beberapa komponen riset dari aspek hulu sampai hilir yaitu aspek budidaya

(termasuk bioteknologi dan pemuliaan), pengolahan dan pemasaran serta

kebijakan HHBK. Pengelolaan HHBK yang tepat merupakan suatu sistem

perencanaan hutan yang memberikan arahan untuk kegiatan pemanfaatan /

pemungutan, rehabilitasi dan konservasi, kelembagaan dan pemberdayaan

masyarakat sekitar hutan, sehingga diharapkan selain berdampak pada

peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan juga akan berdampak pula

pada pemenuhan bahan baku (kuantitas dan kualitas) bagi industri pangan.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-55

3. Pengembangan Wisata Alam

Disadari bahwa dalam pengembangan wisata alam akan dihadapkan

dengan berbagai kendala berkaitan erat dengan instrumen kebijaksanaan

dalam pemanfaatan dan pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung

potensi obyek wisata alam; Efektifitas fungsi dan peran obyek wisata alam

ditinjau dari aspek koordinasi instansi terkait; Kapasitas institusi dan

kemampuan SDM dalam pengelolaan obyek wisata alam di kawasan hutan;

dan Mekanisme peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata

alam. Sehubungan dengan hal tersebut maka strategi pengembangan obyek

wisata alam yang akan dilakukan oleh KPHP Model Pulau Laut dan sebuku

meliputi pengembangan beberapa aspek sebagai berikut :

a. Aspek Perencanaan Pembangunan obyek wisata alam yang antara lain

mencakup sistem perencanaan kawasan, penataan ruang (tata ruang

wilayah), standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas sektoral,

pendanaan, dan sistem informasi obyek wisata alam.

b. Aspek Kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas

institusi, sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan,

secara operasional merupakan organisasi dengan SDM dan peraturan yang

sesuai dan memiliki efisiensi tinggi.

c. Aspek Sarana dan Prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan, yaitu :

alat memenuhi kebutuhan pariwisata alam; sebagai pengendalian dalam

rangka memelihara keseimbangan lingkungan, pembangunan sarana dan

prasarana dapat meningkatkan daya dukung sehingga upaya pemanfaatan

dapat dilakukan secara optimal.

d. Aspek Pengelolaan, yaitu dengan mengembangkan profesionalisme dan

pola pengelolaan obyek wisata alam yang siap mendukung kegiatan

pariwisata alam dan mampu memanfaatkan potensi obyek wisata alam

secara lestari.

e. Aspek Pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur

pemanfaatan obyek wisata alam untuk tujuan pariwisata yang bersifat

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-56

komersial kepada pihak ketiga dan membuka lapangan kerja bagi

masyarakat setempat.

f. Aspek Pemasaran dengan mempergunakan teknologi tinggi dan bekerja

sama dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri.

g. Aspek Peran Serta Masyarakat melalui kesempatan-kesempatan usaha

sehingga ikut membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

h. Aspek Penelitian dan Pengembangan yang meliputi aspek fisik lingkungan,

dan sosial ekonomi dari obyek wisata alam. Diharapkan nantinya mampu

menyediakan informasi bagi pengembangan dan pembangunan kawasan,

kebijaksanaan dan arahan pemanfaatan obyek wisata alam.

Dalam rangka mempercepat upaya pengembangan investasi wisata

alam akan dilakukan beberapa kegiatan-kegiatan awal sebagai berkut :

a. Penyusunan master plan /Rencana investasi pengembangan wisata alam.

b. Membangun sistem kemitraan dengan pihak swasta, lembaga swadaya

masyarakat yang ada, dalam rangka mendukung optimalisasi

pengembangan obyek wisata alam.

c. Membangun sistim koordinasi dengan instansi-instansi pemerintah terkait

dengan kebijakan pengembangan wisata.

d. Penyiapan kelembagaan (organisasi, sarana-prasarana dan SDM).

4. Pengembangan Jasa lingkungan

Pengembangan investasi jasa lingkungan yang direncanakan adalah

pemanfaatan air sebagai sumber air bersih melalui investasi pembangunan dan

pengolahan air minum, dan carbon trade. Untuk memenuhi kebutuhan akan air

bersih bagi masyarakat kotabaru, investasi pembangunan dan pengembangan

pengolahan air minum sangat memungkinkan untuk dikembangkan pada areal

KPHP Pulau Laut dan Sebuku.

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-57

Tabel V.26. Rencana kegiatan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku per RPH

No. KEGIATAN

SATUAN RPH

SEBATUNG SEMISIR SEMARAS TG. SELOKA P.L. KEPULAUAN P. SEBUKU Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Inventarisasi Ha 9.428,26 16.397,88 8.896,88 9.428,26 44.151,60

2. Tata Batas :

Batas fungsi Km 95,05 20,85 49,74 83,84 249,48

Batas Blok Km 172,31 134,98 144,83 234,53 686,65

Batas Petak Km 664,31 169,96 645,41 771,68 2.251,36

3 Pemanfaatan hutan :

a. Pemanfaatan wilayah tertentu :

Jasa lingkungan :

- Wisata alam Ha 194 417,63 611,63

- Pemanfaatan air Ha 5,00 5,00

- Penyimpanan karbon Ha 5.259,42

5.259,42

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu :

- Hutan alam Ha 3.032,16 906,00 4.317,18

- Penjarangan Ha 4.332,99 4.332,99

- Tanaman hasil rehabilitasi Ha

- Tanaman Hasil penanaman sengon Ha

4.000

Pemanfaatan HHBK

- Gaharu Ha 10 10

20

- Jamur Tiram Unit 1 1

2

- Buah-buahan Ha 20 20

40

- Karet Ha 250 250

500

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-58

b. Perizinan :

IUPHHK Hutan Alam

- Kayu pertukangan fast growing Ha 11.617,85 11.617,85

- Kayu pertukangan jenis meranti Ha 8.837,17 8.837,17

IUPHHK Hutan Tanaman

- Penghasil getah Ha 13.159,26 13.159,26

- Kayu pertukangan unggulan Ha 11.593,25 11.593,25

- Kayu pertukangan Acacia mangium Ha 15.999,95 15.999,95

4. Pemberdayaan masyarakat :

- Pola Hkm/HD Ha 2.264,98 1.189,44 404,04 3.858,46

- Pola Kemitraan Ha 2.875,30 2.265,43 5.140,73

5. Rehabilitasi dan Reklamasi

Rehabilitasi :

- Pola RHL Ha 300,00 2.265,43 2.565,43

- Pola IPPKH Ha 2.264,98 2.875,30 5.140,28

- Pola PMUMHM Ha 2.653,14 792,75 3.824,91

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-59

Tabel V.29. Rencana kegiatan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku selama 10 tahun

No. KEGIATAN SATUAN

WAKTU PELAKSANAAN

Jumlah 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1. Inventarisasi Ha 16.397,88 9.428,58 9.428,26 8.896,88 44.151,60

Semisir Sebuku Sebatung P. Laut kpl

2. Tata Batas :

- Batas fungsi Km 20,85 43,84 40,00 49,74 50,05 45,00 249,48

Semisir Sebuku Sebuku P. Laut kpl Sebatung Sebatung

- Batas Blok Km 85,83 85,83 85,83 85,83 85,83 85,83 85,83 85,83 686,65

- Batas Petak Km 281,42 281,42 281,42 281,42 281,42 281,42 281,42 281,42 2.251,36

3 Pemanfaatan Wilayah Tertentu

a. Pemanfaatan wilayah tertentu :

Jasa lingkungan :

- Wisata alam Ha 194,00 417,63 611,63

Sebatung Semiisir -

- Pemanfaatan air Ha 5,00 5,00

Sebatung

- Penyimpanan karbon Ha 1.000 1.000 1.000 1.000 1259,42 5.259,42

Hasil Hutan Kayu :

- Hutan alam

Inventarisasi Potensi Ha 492,27 492,27 492,27 492,27 492,27 492,27 492,27 492,27 492,27 4.430,43

Pemanenan 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 3.032,16

Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir

113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 906,00

Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

- Tanaman hasil rehabilitasi

Inventarisasi Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46 4.332,99

Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir

Pemeliharaan/Penjarangan Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46 4.332,99

Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir

Penanaman Sengon Ha 500 500 500 500 500 500 500 500 4.000

Panen Sengon Ha 500 500 1.000

Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir

Pemanfaatan HHBK

- Gaharu Ha 5 5 5 5 20

sebatung semisir sebatung semisir

- Jamur Tiram Unit 1 1 2

sebatung semisir

- Buah-buahan Ha 10 10 10 10 40

sebatung semisir sebatung semisir

- Karet Ha 50 50 100 100 100 100 500

sebatung semisir sebatung semisir sebatung semisir

4 Pemberdayaan Masyarakat

- Pola HKM/HD Ha 192,40 418,15 418,15 418,15 418,15 200,00 200,00 2.264,98

Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung

Ha 404,04 404,04

Sebuku

Ha 871,50 317,94 1.189,44

P. Laut kpl P. Laut kpl

- Pola kemitraan Ha 375 500 500 500 500 500,30 2.875,30

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-61

P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl

300 300 300 300 300 300 465,43 2.265,43

Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku

5 Rehabilitasi pada areal kerja diluar ijin

- Pola Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Ha 300 300

Sebatung

300 300 300 300 300 300 465,43 2.265,43

Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku

871,50 317,94 1.189,44

P. Laut kpl P. Laut kpl

404,04 404,04

Sebuku

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

- Pola IPPKH Ha 192,40 418,15 418,15 418,15 418,15 200,00 200,00 2.264,98

Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung Sebatung

375 500 500 500 500 500,30 2.875,30

P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl

- Pola PMUMHM Ha 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 379,02 2.653,14

Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir

113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 113,25 792,75

Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku

6 Pembinaan dan pemantauan

Rehabilitasi dan reklamasi

Di dalam areal berizin

- Rehabilitasi IUPHHK HA/HT Kali 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 60

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHP MODEL PULAU LAUT DAN SEBUKU V-62

- Reklamasi IPPKH Pertambangan Kali 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 160

7 Perlindungan hutan dan konservasi Alam

Penyuluhan kali 10 12 14 16 18 20 22 24 26 162

Dalkarhut Klpk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

Patroli

- Rutin Kali 720 720 720 720 720 720 720 720 720 6.480

- Fungsional Kali 10 10 10 10 10 10 10 10 10 90

- Gabungan Kali 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18

8 Penyediaan pendanaan

APBD Kabupaten % 10 20 20 20 20 20 20 10 0

APBN % 90 80 70 60 50 40 20 10 0

KPH % 0 0 0 10 20 30 40 60 80 100

BAB V RENCANA KEGIATAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU V-63

Pantai

Lontar

Serongga

Berangas

Kotabaru

Mekarpura

Sungai Bali

Tanjung Lalak

Tanjung Seloka

KOTABARU

TANAH BUMBUTg. Raja

Tg. Ayun

Tg. Rampa

Tg. Lalak

Tg. Ujung

Tg. Kepala Tg. Karang

Tg. Gunung

Tg. Prapat

Tg. Bintel

Tg. Godang

Tg. Seloka

Tg. Setigi

Tg. Mangkok

Tg. Seratak

Tg. Halaban

Tg. Harapan

Tg. Sekapung

Tg. Kemuning

Tg. Bekambit

Tg. LangadaiTg. Pulaulaut

Tg. Kehidupan

Tg. Alangalang

Tg. Sekarambut

Tg. Pemancingan

Tg. Sarangtiung

Tg. Kapal pecah

Tg. Saranggalang

116°40'0"E

116°40'0"E

116°20'0"E

116°20'0"E

116°0'0"E

116°0'0"E3°2

0'0"S

3°40'0

"S4°0

'0"S

400000,000000

400000,000000

450000,000000

450000,000000

9550

000,00

0000

9600

000,00

0000

9650

000,00

0000 PETA

RENCANA PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASANPADA AREAL

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)PULAU LAUT DAN SEBUKU

KABUPATEN KOTABARUPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

0 6 12 18 243Km

SKALA 1 : 200.000

LUAS : 103.368,29 Ha

Ê

SE

L AT

MA

KA

SS

AR

L A U T J A W ASumber :1. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru2. Peta Penetapan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku (Lampiran SK Menhut No. 226/Menhut-II/2012 tanggal 04 Mei 2012)4. Peta Batuan Induk 5. Peta Radar SRTM 90 (Shuttle Radar Topography Mission)

ProyeksiSistem GridDatum

: Transverse Mercator: Geografi & Meter: WGS84 - Zone 50S

SE

L AT

MA

KA

SS

AR

L A U T J A W A

Areal dipetakan

KOTABARU

BANJAR

HSS

TAPIN

HST

TANAH BUMBU

TANAH LAUT

HSU

BARITO KUALA

BALANGANTABALONG

BANJARBARU

BANJARMASIN

117°0'0"E

117°0'0"E

115°30'0"E

115°30'0"E

3°0'0"

S

3°0'0"

S

4°30'0

"S

4°30'0

"S

Provinsi Kalimantan Selatan

PETA SITUASISKALA 1 : 3.000.000

Laut Jawa

S EL A

TM

A KA S

S AR

Areal dipetakan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN KABUPATEN KOTABARU

UNIT PELAKSANA TEKNIS KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU

115°48'30"E115°43'0"E

4°39'3

0"S

4°45'0

"S4°5

0'30"

S

Pemanfaatan dan Penggunaan ArealPemanfaatan Wilayah TertentuKonservasiPerhutanan SosialRehabilitasiIUPHHK HAIUPHHK HTIPPKH PertambanganTanaman Sawit

KETERANGAN :"/ Ibu kota kabupaten!. Ibu kota kecamatan

JalanSungaiBatas PropinsiBatas KabupatenBatas Kecamatan

Catatanr :Batas administrasi yang tergambar pada peta tidak dapat digunakan sebagai acuan

ÊSKALA 1 : 100.000

!.

!.

"/

!.

!.

!.

!.

!.

!.

Pantai

Lontar

Serongga

Berangas

Kotabaru

Mekarpura

Sungai Bali

Tanjung Lalak

Tanjung Seloka

KOTABARU

TANAH BUMBUTg. Raja

Tg. Ayun

Tg. Rampa

Tg. Lalak

Tg. Ujung

Tg. Kepala Tg. Karang

Tg. Gunung

Tg. Prapat

Tg. Bintel

Tg. Godang

Tg. Seloka

Tg. Setigi

Tg. Mangkok

Tg. Seratak

Tg. Halaban

Tg. Harapan

Tg. Sekapung

Tg. Kemuning

Tg. Bekambit

Tg. LangadaiTg. Pulaulaut

Tg. Kehidupan

Tg. Alangalang

Tg. Sekarambut

Tg. Pemancingan

Tg. Sarangtiung

Tg. Kapal pecah

Tg. Saranggalang

116°40'0"E

116°40'0"E

116°20'0"E

116°20'0"E

116°0'0"E

116°0'0"E3°2

0'0"S

3°40'0

"S4°0

'0"S

400000,000000

400000,000000

450000,000000

450000,000000

9550

000,00

0000

9600

000,00

0000

9650

000,00

0000

PETA BATUAN INDUK PADA AREAL

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)PULAU LAUT DAN SEBUKU

KABUPATEN KOTABARUPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

0 6 12 18 243Km

SKALA 1 : 200.000

LUAS : 103.368,29 Ha

Ê

SE

L AT

MA

KA

SS

AR

L A U T J A W ASumber :1. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru2. Peta Penetapan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku (Lampiran SK Menhut No. 226/Menhut-II/2012 tanggal 04 Mei 2012)4. Peta Batuan Induk 5. Peta Radar SRTM 90 (Shuttle Radar Topography Mission)

ProyeksiSistem GridDatum

: Transverse Mercator: Geografi & Meter: WGS84 - Zone 50S

SE

L AT

MA

KA

SS

AR

L A U T J A W A

Areal dipetakan

KOTABARU

BANJAR

HSS

TAPIN

HST

TANAH BUMBU

TANAH LAUT

HSU

BARITO KUALA

BALANGANTABALONG

BANJARBARU

BANJARMASIN

117°0'0"E

117°0'0"E

115°30'0"E

115°30'0"E

3°0'0"

S

3°0'0"

S

4°30'0

"S

4°30'0

"S

Provinsi Kalimantan Selatan

PETA SITUASISKALA 1 : 3.000.000

Laut Jawa

S EL A

TM

A KA S

S AR

Areal dipetakan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN KABUPATEN KOTABARU

UNIT PELAKSANA TEKNIS KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU

115°48'30"E115°43'0"E

4°39'3

0"S

4°45'0

"S4°5

0'30"

S

Jenis Batuanall_rec est mar,all_rec est mar,peat,all_rec riverine,peridotite,serpentin,sandstone,sandstone,mudstone,sandstone,shale,mudstone,conglomt,serpentin,perodotite,diorite,shale,sandstone,all_rec riverine,conglomt,

KETERANGAN :"/ Ibu kota kabupaten!. Ibu kota kecamatan

JalanSungaiBatas PropinsiBatas KabupatenBatas Kecamatan

Catatanr :Batas administrasi yang tergambar pada peta tidak dapat digunakan sebagai acuan

ÊSKALA 1 : 100.000

!.

!.

"/

!.

!.

!.

!.

!.

!.

Pantai

Lontar

Serongga

Berangas

Kotabaru

Mekarpura

Sungai Bali

Tanjung Lalak

Tanjung Seloka

KOTABARU

TANAH BUMBUTg. Raja

Tg. Ayun

Tg. Rampa

Tg. Lalak

Tg. Ujung

Tg. Kepala Tg. Karang

Tg. Gunung

Tg. Prapat

Tg. Bintel

Tg. Godang

Tg. Seloka

Tg. Setigi

Tg. Mangkok

Tg. Seratak

Tg. Halaban

Tg. Harapan

Tg. Sekapung

Tg. Kemuning

Tg. Bekambit

Tg. LangadaiTg. Pulaulaut

Tg. Kehidupan

Tg. Alangalang

Tg. Sekarambut

Tg. Pemancingan

Tg. Sarangtiung

Tg. Kapal pecah

Tg. Saranggalang

P. Laut

Sekalian

Sebanti

Semaras

P. Sebuku

Embung Embungan

Teluk Gumbang

Berangas

Gulisan

Sarangsana

Bali

Selaro

Sunggup

Buah

Lanun

Prapat raja

Sebelimbingan

Sekapung

Sarakaman

Simbungan Kecil

Kalambah

Tungkaranasam

Dungun

Teluk aru

Kawau

Sungai pasir

Embungan kecil

Tanahmerah

Salinau

Terangkeh

Teluk kemuning

Limau Barat

Serai

Komangkomang

Setimbangan

Teluk mesjid

Tanjung harapan

116°40'0"E

116°40'0"E

116°20'0"E

116°20'0"E

116°0'0"E

116°0'0"E3°2

0'0"S

3°40'0

"S4°0

'0"S

400000,000000

400000,000000

450000,000000

450000,000000

9550

000,00

0000

9600

000,00

0000

9650

000,00

0000

PETA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) PADA AREAL

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)PULAU LAUT DAN SEBUKU

KABUPATEN KOTABARUPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

0 6 12 18 243Km

SKALA 1 : 200.000

LUAS : 103.368,29 Ha

Ê

SE

L AT

MA

KA

SS

AR

L A U T J A W ASumber :1. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru2. Peta Penetapan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku (Lampiran SK Menhut No. 226/Menhut-II/2012 tanggal 04 Mei 2012)4. Peta Wilayah DAS/Sub DAS Balai Pengelolaan DAS Barito5. Peta Radar SRTM 90 (Shuttle Radar Topography Mission)

ProyeksiSistem GridDatum

: Transverse Mercator: Geografi & Meter: WGS84 - Zone 50S

SE

L AT

MA

KA

SS

AR

L A U T J A W A

Areal dipetakan

KOTABARU

BANJAR

HSS

TAPIN

HST

TANAH BUMBU

TANAH LAUT

HSU

BARITO KUALA

BALANGANTABALONG

BANJARBARU

BANJARMASIN

117°0'0"E

117°0'0"E

115°30'0"E

115°30'0"E

3°0'0"

S

3°0'0"

S

4°30'0

"S

4°30'0

"S

Provinsi Kalimantan Selatan

PETA SITUASISKALA 1 : 3.000.000

Laut Jawa

S EL A

TM

A KA S

S AR

Areal dipetakan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN KABUPATEN KOTABARU

UNIT PELAKSANA TEKNIS KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU

PULAU LAUT KEPULAUANMatasirih

Maradapan

115°48'30"E115°43'0"E

4°39'3

0"S

4°45'0

"S4°5

0'30"

S

SUB DASBaliBerangasBuahDungunEmbung EmbunganEmbungan kecilGulisanKalambahKawauKomangkomangLanunLimau BaratMaradapanMatasirihP. LautP. SebukuPrapat rajaSalinauSarakamanSarangsana

SebantiSebelimbinganSekalianSekapungSelaroSemarasSeraiSetimbanganSimbungan KecilSungai pasirSunggupTanahmerahTanjung harapanTeluk GumbangTeluk aruTeluk kemuningTeluk mesjidTerangkehTungkaranasam

KETERANGAN :"/ Ibu kota kabupaten!. Ibu kota kecamatan

JalanSungaiBatas PropinsiBatas KabupatenBatas Kecamatan

Catatanr :Batas administrasi yang tergambar pada peta tidak dapat digunakan sebagai acuan

ÊSKALA 1 : 100.000

!.

!.

"/

!.

!.

!.

!.

!.

!.

Pantai

Lontar

Serongga

Berangas

Kotabaru

Mekarpura

Sungai Bali

Tanjung Lalak

Tanjung Seloka

KOTABARU

TANAH BUMBUTg. Raja

Tg. Ayun

Tg. Rampa

Tg. Lalak

Tg. Ujung

Tg. Kepala Tg. Karang

Tg. Gunung

Tg. Prapat

Tg. Bintel

Tg. Godang

Tg. Seloka

Tg. Setigi

Tg. Mangkok

Tg. Seratak

Tg. Halaban

Tg. Harapan

Tg. Sekapung

Tg. Kemuning

Tg. Bekambit

Tg. LangadaiTg. Pulaulaut

Tg. Kehidupan

Tg. Alangalang

Tg. Sekarambut

Tg. Pemancingan

Tg. Sarangtiung

Tg. Kapal pecah

Tg. Saranggalang

116°40'0"E

116°40'0"E

116°20'0"E

116°20'0"E

116°0'0"E

116°0'0"E3°2

0'0"S

3°40'0

"S4°0

'0"S

400000,000000

400000,000000

450000,000000

450000,000000

9550

000,00

0000

9600

000,00

0000

9650

000,00

0000

PETA PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN PADA AREAL

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)PULAU LAUT DAN SEBUKU

KABUPATEN KOTABARUPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

0 6 12 18 243Km

SKALA 1 : 200.000

LUAS : 103.368,29 Ha

Ê

SE

L AT

MA

KA

SS

AR

L A U T J A W A

Sumber :1. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru2. Peta Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009 (Lampiran SK. Menhut No. 435/Kpts-II/2009 tanggal 23 Juli 2009)3. Peta Penetapan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku (Lampiran SK Menhut No. 226/Menhut-II/2012 tanggal 04 Mei 2012)4. Peta IUPHHK HA/HT dan IPPKH 5. Peta Radar SRTM 90 (Shuttle Radar Topography Mission)

ProyeksiSistem GridDatum

: Transverse Mercator: Geografi & Meter: WGS84 - Zone 50S

SE

L AT

MA

KA

SS

AR

L A U T J A W A

Areal dipetakan

KOTABARU

BANJAR

HSS

TAPIN

HST

TANAH BUMBU

TANAH LAUT

HSU

BARITO KUALA

BALANGANTABALONG

BANJARBARU

BANJARMASIN

117°0'0"E

117°0'0"E

115°30'0"E

115°30'0"E

3°0'0"

S

3°0'0"

S

4°30'0

"S

4°30'0

"S

Provinsi Kalimantan Selatan

PETA SITUASISKALA 1 : 3.000.000

Laut Jawa

S EL A

TM

A KA S

S AR

Areal dipetakan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN KABUPATEN KOTABARU

UNIT PELAKSANA TEKNIS KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU

Matasirih

Maradapan

Dare

Gambang

Janda

Kunyit Matasirih

Condong

115°48'30"E115°43'0"E

4°39'3

0"S

4°45'0

"S4°5

0'30"

S

Pemanfaatan dan Penggunaan KawasanPMUMHMIUPHHK - HAIUPHHK - HTIPPKH/TAMBANGOPEN ACCES

KETERANGAN :"/ Ibu kota kabupaten!. Ibu kota kecamatan

JalanSungaiBatas PropinsiBatas KabupatenBatas Kecamatan

Catatanr :Batas administrasi yang tergambar pada peta tidak dapat digunakan sebagai acuan

ÊSKALA 1 : 100.000

!.

!.

"/

!.

!.

!.

!.

!.

!.

Pantai

Lontar

Serongga

Berangas

Kotabaru

Mekarpura

Sungai Bali

Tanjung Lalak

Tanjung Seloka

KOTABARU

TANAH BUMBUTg. Raja

Tg. Ayun

Tg. Rampa

Tg. Lalak

Tg. Ujung

Tg. Kepala Tg. Karang

Tg. Gunung

Tg. Prapat

Tg. Bintel

Tg. Godang

Tg. Seloka

Tg. Setigi

Tg. Mangkok

Tg. Seratak

Tg. Halaban

Tg. Harapan

Tg. Sekapung

Tg. Kemuning

Tg. Bekambit

Tg. LangadaiTg. Pulaulaut

Tg. Kehidupan

Tg. Alangalang

Tg. Sekarambut

Tg. Pemancingan

Tg. Sarangtiung

Tg. Kapal pecah

Tg. Saranggalang

116°40'0"E

116°40'0"E

116°20'0"E

116°20'0"E

116°0'0"E

116°0'0"E3°2

0'0"S

3°40'0

"S4°0

'0"S

400000,000000

400000,000000

450000,000000

450000,000000

9550

000,00

0000

9600

000,00

0000

9650

000,00

0000

PETA JENIS TANAH PADA AREAL

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)PULAU LAUT DAN SEBUKU

KABUPATEN KOTABARUPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

0 6 12 18 243Km

SKALA 1 : 200.000

LUAS : 103.368,29 Ha

Ê

SE

L AT

MA

KA

SS

AR

L A U T J A W ASumber :1. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru2. Peta Penetapan KPHP Model Pulau Laut dan Sebuku (Lampiran SK Menhut No. 226/Menhut-II/2012 tanggal 04 Mei 2012)4. Peta Jenis Tanah 5. Peta Radar SRTM 90 (Shuttle Radar Topography Mission)

ProyeksiSistem GridDatum

: Transverse Mercator: Geografi & Meter: WGS84 - Zone 50S

SE

L AT

MA

KA

SS

AR

L A U T J A W A

Areal dipetakan

KOTABARU

BANJAR

HSS

TAPIN

HST

TANAH BUMBU

TANAH LAUT

HSU

BARITO KUALA

BALANGANTABALONG

BANJARBARU

BANJARMASIN

117°0'0"E

117°0'0"E

115°30'0"E

115°30'0"E

3°0'0"

S

3°0'0"

S

4°30'0

"S

4°30'0

"S

Provinsi Kalimantan Selatan

PETA SITUASISKALA 1 : 3.000.000

Laut Jawa

S EL A

TM

A KA S

S AR

Areal dipetakan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARUDINAS KEHUTANAN KABUPATEN KOTABARU

UNIT PELAKSANA TEKNIS KPHP PULAU LAUT DAN SEBUKU

115°48'30"E115°43'0"E

4°39'3

0"S

4°45'0

"S4°5

0'30"

S

Jenis TanahAluvialKomp.Pods,Mr-Kn&LaterikLatosol

KETERANGAN :"/ Ibu kota kabupaten!. Ibu kota kecamatan

JalanSungaiBatas PropinsiBatas KabupatenBatas Kecamatan

Catatanr :Batas administrasi yang tergambar pada peta tidak dapat digunakan sebagai acuan

ÊSKALA 1 : 100.000

RENCANA KEGIATAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) PULAU LAUT DAN SEBUKU

SELAMA 10 TAHUN

I II III IV V VI VII VIII IX X

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1. Inventarisasi Ha 8.198,94 8.198,94 9.428,58 8.896,88 1.863,26

Semisir Semisir Sebuku P. Laut kpl Sebatung

2. Tata Batas :

- Batas fungsi Km 23,435 23,435 69.14 49,74 5,43

Semisir Semisir Sebuku P. Laut Kpl Sebatung

- Batas Blok Km 29,64 29,64 21,44 38,81 4,05

Semisir Semisir Sebuku P. Laut Kpl Sebatung

- Batas Petak Km 140,908 140,908 140,908 140,908 70,454

Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir

116,995 116,995 116,995 116,995

Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku

131,123 131,123 131,123

P. Laut Kpl P. Laut Kpl P. Laut Kpl

70,41

Sebatung

3 Pemanfaatan Wilayah Tertentu

a. Pemanfaatan Kawasan

- Budidaya Lebah dan Ha 1.699,97

Sarang Burung Walet Semisir

b. Jasa lingkungan :

- Wisata alam Ha 417,63

Semiisir

- Penyimpanan karbon Ha 1514,70 2.596,85

Semisir Sebuku

No. KEGIATAN SATUANWAKTU PELAKSANAAN (TAHUN KE)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

c. Hasil Hutan Kayu :

- Hutan alam

Inventarisasi Potensi Ha 365 365 365 365 365 365 365 365 365

Pemanenan 365 365 365 365 365 365 365 365

Semisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semisir

Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku

- Tanaman hasil rehabilitasi

Inventarisasi Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46

Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir Semiisir

Pemeliharaan/Penjarangan Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46

Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir

d. Pemanfaatan HHBK

-   Gaharu Ha

-   Karet Ha

4 Pemberdayaan Masyarakat

- Pola HKM/HD Ha 714,87 471,45

Sebatung Sebatung

Ha 404,04

Sebuku

Ha 871,5 317,94

P. Laut kpl P. Laut kpl

- Pola kemitraan Ha 375 500 500 500 500 500,3

P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl

300 300 300 300 300 300 369,58

Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku

5 Rehabilitasi pada areal kerja diluar ijin

- Pola Rehabilitasi Hutan dan Lahan 300 300 300 300 300 300 465,43

Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku

871,5 317,94

P. Laut kpl P. Laut kpl

404,04

Sebuku

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

- Rehabilitasi oleh Perusahaan IPPKH 375 500 500 500 500 500,3

P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl P. Laut kpl

- Rehabilitasi pada areal PMUMHM Ha 365 365 365 365 365 365 365

Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir Semisir

Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku Sebuku

6 Pembinaan dan pemantauan

Rehabilitasi dan reklamasi

Di dalam areal berizin

- Rehabilitasi IUPHHK HA/HT Kali 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

- Reklamasi IPPKH Pertambangan Kali 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

7 Perlindungan hutan dan konservasi Alam

Penyuluhan kali 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Dalkarhut Klpk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Patroli

- Rutin Kali 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360

- Fungsional Kali 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

- Gabungan Kali 2 2 2 2 2 2 2 2 2

8 Penyediaan pendanaan

APBD % 10 20 20 20 20 20 20 10 0

APBN % 90 80 70 60 50 40 20 10 0

KPH % 0 0 0 10 20 30 40 60 80 100

RENCANA KEGIATAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) PULAU LAUT DAN SEBUKU

SELAMA 10 TAHUN

14

36.586,60

102,04

123,58

634,09

467,98

393,37

70,41

1.699,97

417,63

4.111,55

Jumlah

14

3.285,00

2.920,00

4.332,99

4.332,99

0,00

0,00

1.186,32

404,04

1.189,44

2.875,30

2.169,58

2.265,43

1.189,44

404,04

14

2.875,30

2.555,00

60,00

160,00

162,00

10,00

3.600,00

120,00

18,00

140,00

420,00

340,00

RENCANA KEGIATAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) PULAU LAUT DAN SEBUKU

SELAMA 10 TAHUN

I II III IV V VI VII VIII IX X

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1. Inventarisasi Ha 8.198,94 8.198,94 9.428,58 8.896,88 1.863,26

2. Tata Batas :

- Batas fungsi Km 23,435 23,435 69.14 49,74 5,43 0 0 0 0

- Batas Blok Km 29,64 29,64 21,44 38,81 4,05 0 0 0 0

- Batas Petak Km 140,908 140,908 257,903 389,026 388,982 248,118 0 0 0

3 Pemanfaatan Wilayah Tertentu

a. Pemanfaatan Kawasan

- Budidaya Lebah dan Ha 1.699,97

Sarang burung Walet

b. Jasa lingkungan :

- Wisata alam Ha 417,63

- Penyimpanan karbon Ha 1514,70 2.596,85

c. Hasil Hutan Kayu :

- Hutan alam

Inventarisasi Potensi Ha 365 365 365 365 365 365 365 365 365

Pemanenan 365 365 365 365 365 365 365 365

- Tanaman hasil rehabilitasi

Inventarisasi Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46

Pemeliharaan/Penjarangan Ha 417,63 488,18 692,07 606,46 643,93 657,61 520,65 306,46

d. Pemanfaatan HHBK

-   Gaharu Ha

-   Karet Ha

4 Pemberdayaan Masyarakat

- Pola HKM/HD Ha 714,87 471,45 404,04 871,5 317,94

- Pola kemitraan Ha 375 500 800 800 800 800,3 300 300 369,58

5 Rehabilitasi pada areal kerja diluar ijin

- Rehabilitasi Hutan dan Lahan Ha 300 300 300 300 704,04 1.171,50 783,37

- Rehabilitasi oleh Perusahaan IPPKH Ha 375 500 500 500 500 500,3

No. KEGIATAN SATUANWAKTU PELAKSANAAN (TAHUN KE)

- Rehabilitasi pada areal PMUMHM Ha 365 365 365 365 365 365 365

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

6 Pembinaan dan pemantauan

Rehabilitasi dan reklamasi

Di dalam areal berizin

- Rehabilitasi IUPHHK HA/HT Kali 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

- Reklamasi IPPKH Pertambangan Kali 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16

7 Perlindungan hutan dan konservasi Alam

Penyuluhan kali 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Dalkarhut Klpk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Patroli

- Rutin Kali 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360

- Fungsional Kali 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

- Gabungan Kali 2 2 2 2 2 2 2 2 2

8 Penyediaan pendanaan

APBD % 10 20 20 20 20 20 20 10 0

APBN % 90 80 70 60 50 40 20 10 0

KPH % 0 0 0 10 20 30 40 60 80 100

RENCANA KEGIATAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) PULAU LAUT DAN SEBUKU

SELAMA 10 TAHUN

14

36.586,60

102,04

123,58

1.565,85

1.699,97

417,63

4.111,55

3.285,00

2.920,00

4.332,99

4.332,99

0,00

0,00

2.779,80

5.044,88

3.858,91

2.875,30

Jumlah

2.555,00

14

60,00

160,00

162,00

10,00

3.600,00

120,00

18,00

140,00

420,00

340,00