PSIKOANALIS-SIGMUND FREUD

34
Psikoanalisa Teori Kepribadian – Freud Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum I Disusun oleh : Dona novalinda 46114120071 Enka Ristra 46114120064 Kharisma Syahriyanti 46114120062 Meriam Damayanti 461141200--- Raden ahmad fathoni 461141200--- Tanriana Rustandi 461141200--- Vera 461141200--- Restya

Transcript of PSIKOANALIS-SIGMUND FREUD

Psikoanalisa

Teori Kepribadian – Freud

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Psikologi Umum I

Disusun oleh :

Dona novalinda 46114120071Enka Ristra 46114120064Kharisma Syahriyanti 46114120062Meriam Damayanti 461141200---Raden ahmad fathoni 461141200---Tanriana Rustandi 461141200---Vera 461141200---Restya

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat

dan karunia-Nya makalah ini dapat penulis selesaikan.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata

kuliah psikologi umum I.

Terimakasih kepada bapak/ibu dosen yang telah membantu penulis

untuk menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis berharap,pembaca dan teman-teman dapat memberikan kritik

dan saran yang sifatnya membangun, demi terlaksananya pembuatan

makalah selanjutnya.

Akhirnya,penulis ucapkan terimakasih kepada dosen dan teman-teman

yang sudah mendukung penyusunan makalah ini.

Jakarta, 10 April 2015

Penulis

iDaftar Isi

Kata pengantar …………………………………………………… i

Daftar Isi …………………………………………………… ii

BAB I Pendahuluan …………………………………………………… iii

1.1 Latar Belakang1.2 Ruang Lingkup 1.3 Tujuan

BAB II Isi ……………………………………………………. 1

2.1 Elemen pendukung struktur kepribadian

2.2 Insting Sebagai Energy Psikis

2.3 Distribusi dan Pemakaian enerji

2.4 Kecemasan (Anxiety)

2.5 Mekanisme Pertahanan (Defense Mechanism)

2.6 Perkembangan Kepribadian

2.7 Psikopatologi

2.8 Teknik yang dipakai

2.9 Implementasi teori Freud dalam Praktik Pendidikan

BAB III Penutup ……………………………………………………. 2

3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka ……………………………………………………. 3

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sejarah kehidupan manusia tidak pernah lepas dari unsur

pertumbuhan dan perkembangan yang menyertai kehidupan

sosialnya.Perkembangan manusia pada hakikatnya adalah perubahan

yang terjadi pada manusia itu sendiri baik perubahan jasmani

maupun perkembangan prilaku dan emosional. Sampai saat ini kajian

mengenai perkembangan manusia telah banyak menunjukkan manfaat

yang signifikan. perkembangan merupakan penunjukan pada dinamikaperubahan aspek fungsional dan psikologis individu (kualitatif).

Perubahan kualitatif ini dapat diamati melalui perilaku, sikap, dan

cara berpikir.perkembangan tidak dapat berjalan sendiri dalam

kehidupan manusia, kedua hal tersebut selalu didampingi oleh

perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh dinamisasi kegiatan

atau pergolakan pikiran perasaan, nafsu, setiap keadaan mental

yang hebat dan meluap-luap yang disebut dengan emosi.Karena

faktor tersebut perkembangan sosio-emosional selalu menyertai

kehidupan manusia baik dalam kehidupan sosial maupun perkembangan

prilaku bagi diri sendiri.

1.2 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Makalah ini menyajikan informasi tentang elemen pendukung

struktur kepribadian,distribusi dan pemakaian enerji,mekanisme

pertahanan,perkembangan kepribadian,psikopatologi danimplementasi

teori Freud dalam praktik pendidikan.Selain itu makalah ini hanya

membahas psikoanalisa dalam lingkup sempit yaitu dengan

pendekatan teori Freud.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan makalah ini dibuat untuk memberikan informasi

tentang psikoanalisa dan teori kepribadian khususnya pada

tingkat – tingkat tertentu. Selain itu tujuan makalah ini dibuat

untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi umum I.

iii

BAB II

Psikoanalisa (Teori kepribadian – Freud)

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat

kesadaran,yakni sadar (conscious),prasadar (preconscious), dan tak-

sadar (unconscious). Topografi atau peta kesadaran ini dipakai

untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalam setiap event

mental seperti berfikir dan berfantasi.

Sampai dengan tahun 1920an,teori tentang konflik kejiwaan hanya

melibatkan ketiga unsur kesadaran itu.baru pada tahun 1923 freud

mengenalkan tiga model structural lama,tetapi

melengkapi/menyempurkan gambaran mental terutama dalam fungsi

atau tujuannya.

2.1 Elemen pendukung struktur kepribadian :

Sadar (Conscious)

Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati

pada saat tertentu. Menurut freud, hanya sebagian kecil saja dari

kehidupan mental (fikiran,persepsi,perasaan,dan ingatan) yang

masuk ke kesadaran (consciousness).

1

Isi daerah sadar itu merupakan hasil proses penyaringan yang

diatur oleh stimulus atau cue-eksternal.isi-isi kesadaran itu

hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious,dan

segera tertekan ke daerah preconscious atau unconscious, begitu orang

memindah perhatiannya ke cue yang lain.

Prasadar (Preconscious)

Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat

kesadaran yang menjadi jembatan anatara sadar dan taksadar. Isi

preconscious berasal dari conscious dan dari unconscious. Pengalaman

yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian

tidak lagi dicermati,akan ditekanpindah ke daerah prasadar. Jika

sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan

materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa

muncul kesadaran dalam bentuk simbolik,seperti

mimpi,lamunan,salah ucap,dan mekanisme pertahanan diri.

Taksadar (Unconscious)

Bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut

Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara

khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi

hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empiric.ketidaksadaran itu

berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir,dan

pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak)

yang ditekan oleh kesadaran dipindahk e daerah taksadar. Isi atau

materi ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk

bertahan terus dalam ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur

tingkahlaku sangat kuat namun tetap tidak disadari.

The Id

Id adalah system kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir.

Dari id ini kemudian akan muncul ego dan superego. Saat

dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan,

seperti insting,impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam

daerah unconscious, mewakili subjektivitas yang tidak pernah

disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik

untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk

mengoprasikan system dari struktur kepribadian lainnya.

Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure

principle), yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari

rasa sakit. Bagi id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif

inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah

tegangan atau peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Jadi

ketika ada stimuli yang memicu enerji untuk bekerja-timbul

tegangan enerji,id beroperasi dengan prinsip kenikamatan,yaiutu

berusaha mengurangi atau menghilangkan tegangan itu;mengembalikan

diri ke tingkat enerji yang rendah. Pleasure principle diproses

dengan dua cara, tindak reflex (reflex action) dan proses primer

(primary process). Tindak reflex adalah reaksi otomatis yang dibawa

sejak lahir seperti mengejapkan mata- dipakai untuk menangani

pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan.

Proses primer adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang

dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan- dipakai untuk

menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan

makanan. Proses membentuk gambaran obek yang dapat mengurangi

tegangan, disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment),misalnya

mimpi,lamunan, dan halusinasi psikotik.

Gambar 1 : Struktur Kepribadian

menurut Freud

Id hanya mampu membayangkan sesuatu,tanpa mampu membedakan

khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan

kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar-

salah,tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh

khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasan tanpa

menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan

inilah yang kemudian membuat id memunculkan ego.

The Ego

Ego berkembang dari id,agar orang mampu menangani

realita,sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality

principle) yaitu usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan

mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatana sampai

ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.

Prinsip realita itu dikerjakan melalui proses sekunder (secondary

process), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji

apakah rencana itu menghasilkan obyek yang dimaksud.proses

pengujian itu disebut uji realita (reality testing).

Ego adalah pelaksana dari kepribadiann, yang memiliki dua

tugas utama. pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon

dan insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas

kebutuhan.kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu

dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya

minimal.ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu

ego yang tidak memiliki enerji sendiri akan memperoleh enerji

dari id.

The Superego

Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian,

yang beroperasi memakai prinsip,yang beroperasi memakai prinsip

idealistik (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip

kepuasan id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang

dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai enerji sendiri.

Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah keasadaran,

namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia

luar (sama dengan id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang

diperjuangkannya tidak realistik (id tidak realistik dalam

memperjuangkan kenikmatan).

Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni

conscience dan ego ideal. Superego pada hakekatnya merupakan

elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau interpretasi

orang tua mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada anak

melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkahlaku yang

dilarang dan dianggap salah oleh orang tua,akan diterima anak

menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak

boleh dilakukan.apapun yang disetujui dan dipuji orang tua akan

diterima menjadi standar kesempurnaan atau ego ideal, yang berisi

apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses mengembangkan

konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar salah dan

benar itu disebut introyeksi (introjection). Sesudah terjadi

introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua.

Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan,

menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan

maupun dalam fikiran. Superego juga seperti ego dalam hal

mengontrol id, bukan hanya menunda pemuasan tetapi merintangi

pemenuhannya.paling tidak, ada 3 fungsi superego, yaitu mendorong

ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan

moralistik,merintangi impuls id, dan mengejar kesempurnaan.

Struktur kepribadian id-ego-superego itu adalah nama dari sistem

struktur dan proses psikologik yang mengikuti prinsip-prinsip

tertentu. Perbandingan tiga sistem kepribadian itu dirangkum

secara singkat dalam table 1.

Table 1

Perbandingan tiga sistem kepribadian

ID EGO SUPEREGOOriginal sistem,

asal muasal dari

sistem yang lain.

Berisi insting dan

penyedia enerji

psikik untuk dapat

beroperasinya sistem

yang lain.hanya

mengetahui dunia

dalam, tidak

berhubungan dengan

dunia luar.

Berkembang dari id

untuk menangani

dunia eksternal.

Memperoleh enerji

dari id.

Memiliki pengetahuan

baik mengenai dunia

dalam maupun

realitas objektif.

Berkembang dari ego

untuk berperan

sebagai tangan-

tangan moral

kepribadian.

Merupakan wujud

internalisasi nilai-

nilai orang

tua.dibagi menjadi

dua : conscience dan

ego ideal.

Mengikuti prinsip

kenikmatan dan

bekerja dalam bentuk

proses primer.

Tujuan tunggal yakni

mengenali kenikmatan

dan rasa sakit

Mengikuti prinsip

realita dan bekerja

dalam bentuk proses

sekunder. Tujuannya

untuk membedakan

antara fantasi

dengan realita

Mengikuti prinsip

conscience dan ego

ideal. Tujuannya

membedakan antara

benar dan salah dan

menuntut bahwa diri

telah mematuhi

sehingga dapat

memperoleh

kenikmatan dan

menghindari rasa

sakit.

sehingga dapat

memuaskan kebutuhan

organisme.

ancaman moral, dan

memuaskan kebutuhan

kesempurnaan.

Mencari kepuasan

insting segera.

Menunda kepuasan

insting sampai

kepuasan itu dapat

dicapai tanpa

mengalami konflik

dengan superego dan

dunia eksternal.

Menghambat kepuasan

insting.

Tidak rasional Rasional Tidak rasionalBeroperasi di daerah

unconscious.

Beroperasi di daerah

conscious,

preconscious dan

unconscious.

Beroperasi di daerah

conscious,

preconscious dan

unconscious.

2.2 Insting Sebagai Energy Psikis

Insting adalah perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh

yang menuntut pemuasan. Misalnya, insting lapar berasal dari

kebutuhan tubuh yang kekurangan nutrisi. Hasrat,motivasi atau

dorongaan dari insting secara kuantitatif adalah enerji

psikik,dan kumpulan energy dari seluruh insting yang dimiliki

seseorang merupakan energy yang tersedia untuk menggerakkan

proses kepribadian.

2.3 Distribusi dan Pemakaian enerji

Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara enerji psikis

didistribusi dan dipakai oleh id-ego-superego. Jumlah enerji

psikis terbatas , dan ketiga unsur struktur itu bersaing untuk

mendapatkannya. Jika salah satu unsur menjadi lebih kuat maka dua

yang lain menjadi lemah, kecuali ada enerji baru yang ditambahkan

atau dipindahkan ke system itu. Jika suatu komponen tidak cukup

kuat, maka komponenen itu tidak akan mampu mendapat enerji dari

komponen sebelumnya,sehingga muncullah tingkah laku yang salah.

2.4 Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan adalah variable penting dari hampir semua teori

kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi

bagian kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai

komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi

ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya

suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.

Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi

ancaman. Freud mengemukakan tiga jenis kecemasan, yaitu kecemasan

realistik, kecemasan neurotik dan kecemasan moral. Kecemasan

realistik adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia

luar. Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang

akan diterima dari orang tua atau figure penguasa

lainnya.kecemasan moral timbul ketika seseorang melanggar standar

nilai orang tua.

2.5 Mekanisme Pertahanan (Defense Mechanism)

Menurut Freud,jarang ada orang yang memakai satu mekanisme

pertahanan untuk melindungi diri dari kecemasan.umumnya orang

memakai beberapa mekanisme pertahanan, baik secara bersama-sama

atau secara bergantian sesuai dengan bentuk ancamannya. Mekanisme

pertahanan (yang dideskripsi Freud dan pengikut-pengikutnya) yang

paling banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai

berikut :

Identifikasi (Identification)

Cara mereduksi tegangan dengan meniru atau mengidentifikasikan

diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil memuaskan

hasratnya disbanding dirinya. Anak mula-mula mengidentifikasi

orang tuanya karena anak menganggap orang tuanya omnipotent (maha

kuasa), kemudian juga mengidentifikasi guru,olahragawan,penyanyi

rock,dan lain-lainnya.identifikasi itu umumnya tidak disadari dan

tidak perlu total. Terkadang sukar menentukan sifat mana yang

membuat tokoh itu sukses sehingga orang harus mencoba

mengidentifikasi beberapa tegangan. Apabila yang ditiru itu

sesuatu yang positif, secara khusus ini disebut Introyeksi.

Introyeksi (Introjection) adalah proses pengembangan superego dengan

mengadopsi nilai-nilai orang tua. Contoh : chika yang meniru gaya

tingkah laku bintang film menjadi introyeksi, jika peniruan itu

dapat meningkatkan harga diri dan menekan perasaan rendah diri,

sehingga chika itu merasa lebih bangga dengan dirinya sendiri.

Konsep identifikasi sebagai mekanisme pertahanan sejalan dengan

konsep pemindahan enerji psikis itu.Mekanisme pertahanan

identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan :

1. Identifikasi merupakan cara orang dapat memperoleh kembali

sesuatu (obyek) yang telah hilang. Anak yang merasa ditolak

orang tuanya cenderung membentuk identifikasi yang kuat

dengan orang tuanya itu dengan harapan dapat memperoleh

penerimaan orang tuanya.

2. Identifikasi dipakai untuk mengatasi rasa takut. Anak

mengidentifikasi larangan-larangan orang tuanya agar

terhindar dari hukuman.

3. Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan

mencocokkan khayalan mental dengan kenyataan. Proses

identifikasi sangat penting dalam dinamika dan perkembangan

kepribadian, jika orang harus belajar mereduksi tegangan

dengan mencoba-coba sendiri, mungkin manusia tidak pernah

cukup berkembang untuk berfungsi sebagai makhluk yang

independen.

Pemindahan (Displacement)

Manakala obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak

dapat dicapai karena ada rintangan dari luar (social,alami) atau

dari dalam ,insting itu direpres kembali keketidaksadaran atau

ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan enerji dari

obyek satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan obyek yang dapat

mereduksi tegangan. Sumber dan tujuan dari insting selalu

tetap,obyeknya yang berubah-ubah melalui displacement. Ada tiga

macam reaksi kompromi, yakni sublimasi, substitusi, dan

kompensasi.

Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya

yang lebih tinggi, diterima masyarakat sebagai kultural

kreatif. Contoh : Leonardo da vinci gemar melukis Madonna

sebagai sublimasi kerinduannya kepada ibunya yang

meninggalkannya pada usia yang masih muda.

Substitusi adalah pemindahan atau kompromi dimana kepuasan

yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya. Contoh :

Remaja yang cemas untuk menyalurkan dorongan

seksnya,mengganti dengan membaca buku cabul.

Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang

harus dipuaskan. Gagal memuaskan insing yang satu diganti

dengan memberi kepuasan insting yang lain. Contoh : Pelajar

yang cacat merasa terhambat impuls-impuls sosilnya,berusaha

belajar tekun untuk menjadi anak yang terpandai di kelas

yang berarti memuaskan impuls berkuasa.

Kemampuan untuk membentuk obyek pengganti ini adalah mekanisme

yang paling kuat dalam perkembangan kepribadian.

Represi (Repression)

Proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala

sesuatu (ide,insting,ingatan,fikiran) yang dapat menimbulkan

kecemasan keluar dari kesadaran. Represi bisa sangat kuat,

menekan menuju ketaksadaran menjadi kompleks tertekan (repressed

complexes). Namun jika ego tidak mampu menekan impuls kompleks

tertekan yang mengganggu, impuls itu mencari jalan keluar melalui

celah-celah antikateksis-antikateksis yang saling berlawanan atau

muncul dalam bentuk displacement.

Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)

Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap

perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat

sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu

kuat. Contoh : kecemasan dan frustasi untuk mandiri secara

finansial,membuat remaja/dewasa yang hidup bersama orang tuanya

mengalami fiksasi, tergantung secara berlebihan kepada orang

tuanya.Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat

kuat pada tahap perkembangan tertentu,dapat berakibat orang

regresi,yaitu mundur ke tahap perkembangan yang terdahulu,dimana

dia merasa puas disana. Contoh : wanita yang belum lama menikah

dan merasa tidak dapat menyesuaikan diri dengan suaminya memilih

pulang kembali ke orang tuanya. Arah regresi biasanya ditentukan

oleh fiksasi-fiksasi yang pernah dilakukan, yakni orang cenderung

regresi ke tahap perkembangan dimana dia pernah fiksasi.

Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)

Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan

yang menimbulkan kecemasan dengan impuls atau perasaan

lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya : benci diganti

cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi

persahabatan.timbul masalah bagaimana membedakan ungkapan asli

suatu impuls dengan ungkapan pengganti reaksi formasi.biasanya

reaksi formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan dan

kompulsif. Contoh : suami yang memcumbu istrinya secara

berlebihan. kadang-kadang pembentukan reaksi berhasil memuaskan

impuls asli yang dilindungi.

Projeksi (Projection)

Kecemasan realistik biasanya lebih mudah ditangani oleh ego

dibanding kecemasan neurotik atau kecemasan moral.karena itu

apabila sumber kecemasan dapat ditemukan di dunia luar dan bukan

pada impuls-impuls primitif atau suara hatinya sendiri,kecemasan

itu lebih mudah diredakan.Projeksi adalah mekanisme mengubah

kecemasan neurotik/moral menjadi kecemasan realistik, dengan cara

melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke

obyek diluar, sehingga seolah-olah ancaman itu terprojeksi dari

objek eksternal kepada diri orang itu sendiri. Pengubahan ini

mudah dilakukan karena sumber asli kecemasan neurotik/moral itu

adalah ketakutan terhadap hukuman dari luar. Contoh : impuls

“saya membenci dia” menimbulkan kecemasan neurotik (saya akan

dihukum) di projeksikan menjadi “dia membenci saya” (dia yang

akan dihukum).

2.6 Perkembangan Kepribadian

Freud adalah teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya

kepada perkembangan kepribadian, dan menekan pentingnya peran

masa bayi dan awal anak dalam membentuk karakter seseorang. Freud

yakin bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia

5 tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun

sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar

tadi.Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan,

yakni tahap infantil (0-5 tahun),tahap laten (5-12 tahun), dan

tahap genital (>12 tahun). tahap infantil yang paling menentukan

dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni

fase oral,fase anal, dan fase falis.

Fase Oral (usia 0-1 tahun)

Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik

atau daerah kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual.

Makan/minum menjadi sumber kenikmatannya. Kenikmatan atau

kepuasan diperoleh dari rangsangan terhadap bibir rongga mulut

dan kerongkongan,tingkah laku menggigit dan mengunyah (sesudah

gigi tumbuh),serta menelan dan memuntahkan makanan (jika makanan

tidak memuaskan). Kepuasan yang berlebihan pada fase oral akan

membentuk oral incorporation personality pada masa dewasa, yakni

orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau

gampang ditipu (mudah menelan perkataan orang lain). Sebaliknya,

ketidakpuasan pada fase oral,sesudah dewasa orang menjadi tidak

pernah puas dan tamak.oral aggression personality ditandai oleh

kesenangan berdebat dan sikap sarkastik,bersumber dari sikap

protes bayi (menggigit) terhadap perlakuan ibu dalam menyusui.

Tahap ini secara khusus ditandai oleh berkembangnya perasaan

ketergantungan, mendapat perlindungan dari orang lain,khususnya

ibu. Perasaan tergantung ini pada tingkat tertentu tetap ada

dalam diri setiap orang, muncul kapan saja ketika orang merasa

cemas dan tidak aman pada masa yang akan datang.

Fase Anal (usia 1-2/3 tahun)

Pada fase ini dubur merupakan daerah pokok aktivitas

dinamik, kateksis dan anti kateksis berpusat pada fungsi eliminer

(pembuangan kotoran). Mengeluarkan feces menghilangkan perasaan

tekanan yang tidak menyenangkan dari akumulasi sisa makanan.

Sepanjang tahap anal, latihan defakasi (toilet training) memaksa

anak untuk belajar menunda kepuasan bebas dari tegangan anal.

Freud yakin toilet training adalah bentuk mula dari belajar

memuaskan id dan superego sekaligus,kebutuhan id dalam bentuk

kenikamatan sesudah defakasi dan kebutuhan superego dalam bentuk

hambatan sosial atau tuntutan sosial untuk mengontrol kebutuhan

defakasi.semua bentuk control diri (self control) dan penguasaan

diri (self mastery) berasal dari fase anal.dampak toilet training

terhadap kepribadian di masa depan,tergantung kepada sikap dan

metode orang tua dalam melatih. Misalnya ibu terlalu keras, anak

akan menahan fecesnya dan mengalami sembelit.sebaliknya ibu yang

membiarkan anak tanpa toilet training, akan membuat anak bebas

melampiaskan tegangannya dengan mengeluarkan kotoran di tempat

dan waktu yang tidak tepat, yang di masa muncul sebagai sifat

ketidakteraturan/jorok,semaunya sendiri atau kekerasan. Apabila

ibu bersifat membimbing dengan kasih sayang (dan pujian jika anak

defakasi secara teratur), anak mendapat pengertian bahwa

mengeluarkan feces adalah aktivitas yang penting, prototip dari

sifat kreatif dan produktif.

Fase Falis (usia 2/3 - 5/6 tahun)

Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen

terpenting. Masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada

saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada

orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis obyek

yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah

timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiety

(pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan).

Odipus kompleks adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua

yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua

sejenis.anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan

ayahnya, sebaliknya anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan

menyingkirkan ibunya.

Pada mulanya, anak (laki dan perempuan) sama-sama mencintai ibu

yang telah memenuhi kebutuhan mereka dan memandang ayah sebagai

saingan dalam merebut kasih sayang ibu.pada anak laki-laki,

persaingan dengan ayah berakibat anak cemas kalau-kalau ayah

memakai kekuasaannya untuk memenangkan persaingan merebut ibunya.

Pada anak perempuan,rasa sayang kepada ibu segera berubah menjadi

kecewa dan benci sesudah mengetahui kelaminnya berbeda dengan

anak laki-laki. Ibunya dianggap bertanggung jawab terhadap

kastrasi kelaminnya, sehingga anak perempuan itu mentransfer

cintanya kepada ayahnya yang memiliki organ berharga (yang juga

ingin dimilikinya). Tetapi perasaan cinta itu bercampur dengan

perasaan iri penis (penis envy) baik kepada ayah maupun kepada

laki-laki secara umum.

Fase laten (usia 5/6 – 12/13 tahun)

Dari usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami

periode peredaan impuls seksual, disebut periode laten. Menurut

Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya

daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan

biologis.jadi fase laten lebih sebagai fenomena biologis, alih-

alih begian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase laten

ini,anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti

kepuasan libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya bidang

intelektual,atletik,ketrampilan, dan hubungan teman sebaya. Fase

laten juga ditandai dengan percepatan pembentukan superego, orang

tua bekerja sama dengan anak berusaha merepres impuls seks agar

enerji dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk sublimasi dan

pembentukan superego. Anak menjadi lebih mudah mempelajari

sesuatu dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa

pubertas).

Fase Genital (usia 12/13 - dewasa)

Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi

dalam diri remaja. Sitem endokrin memproduksi hormon-hormon yang

memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder

(suara,rambut,buah dada), dan pertumbuhan tanda seksual primer.

Pada fase falis, kateksis genital mempunyai sifat

narkistik,individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan

manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diinginkan hanya

karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan

jasmaniah. Pada fase genital, impuls seks itu mulai disalurkan ke

obyek di luar, seperti berpartisipasi dalam kegiatan

kelompok,menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan

keluarga. Terjadi perubahan dari anak yang narkistik menjadi

dewasa yang berorientasi social,realistik dan altruistik.

Fase genital berlanjut sampai orang tutup usia, di mana puncak

perkembangan seksual dicapai ketika orang dewasa mengalami

kemasakan kepribadian. Ini ditandai dengan kemasakan tanggung

jawab seksual sekaligus tanggung jawab hubungan sosial,

mengalami kepuasan melalui hubungan cinta heteroseksual tanpa

diikuti dengan perasaan berdosa atau perasaan bersalah. Berikut

beberapa gambaran tingkah laku dewasa yang masak, ditinjau dari

dinamika kepribadian Freud :

Menunda kepuasan : dilakukan karena obyek pemuas yang belum

tersedia, tetapi lebih sebagai upaya memperoleh tingkat

kepuasan yang lebih besar pada masa yang akan datang.

Tanggung jawab : kontrol tingkah laku dilakukan oleh

superego berlangsung efektif, tidak lagi harus mendapat

bantuan kontrol dari lingkungan.

Pemindahan/sublimasi : mengganti kepuasan seksual menjadi

kepuasan dalam bidang seni, budaya, dan keindahan.

Identifikasi : memiliki tujuan-tujuan kelompok, terlibat

dalam organisasi sosial, politik, dan kehidupan sosial yang

harmonis.

2.7 Psikopatologi

Psikopatologi adalah masalah perkembangan, akibat gangguan

semasa melewati tahap-tahap psikoseksual. Perkembangan

kepribadian dipandang sebagai sesuatu yang kumulatif,sehingga

gangguan pada masa awal perkembangan akan menjadi peristiwa

traumatik yang pengaruhnya terasa sampai dewasa. Orang dewasa

yang fondasi kepribadinnya lemah bisa jadi mengalami

psikopatologi. Berikut dinamika jiwa menurut psikoanalisis

pada beberapa jenis psikopatologi :

a) Histeria : kelumpuhan tanpa sebab-sebab fisik, menurut

psikoanalisis ini akibat adanya transformasi dari

konflik-konflik psikis menjadi malfungsi fisik. Contoh :

remaja yang menjadi tuli karena keluarga sangat keras

dalam mengkritik/memarahi dirinya tanpa alasan yang

jelas.

b) Fobia : ketakutan yang sangat dan tidak pada tempatnya,

oleh Freud dianalisis sebagai dampak dari kecemasan yang

dialihkan, bisa kecemasan yang berkaitandengan impuls

seksual atau kecemasan akibat peristiwa traumatik. Contoh

: wanita yang fobia naik kapal, karena pernah mengalami

perkosaan di sebuah kapal.

c) Obsesi-kompulsi, mempunyai tema yang sangat

bervariasi.tema kebersihan,penyakit,kekejaman,dilatar

belakangi oleh konflik seksual pada fase anal. Contoh :

karena kencing sembarangan seorang ayah menakuti anaknya

dengan pisau yang kebetulan sedang dibawanya.sesudah

dewasa dia menjadi ayah yang terobsesi membunuh anak yang

dicintainya. Dia sembunyikan semua senjata tajam di

tempat tertentu,dan terus menerus di cek-nya apakah pisau

itu masih berada di sana.

d) Depresi : perasaan tidak mampu,tidak kompeten,kehilangan

harga diri dan merasa bertanggung jawab terhadap semua

kejadian buruk (pada dirinya dan lingkungannya). Menurut

Freud, akar masalahnya adalah kehilangan cinta pada

Oedipus complex,yang membuat orang marah kepada dirinya

sendiri, karena dia kehilangan cinta dari orang tua, dari

teman,bahkan dari negaranya.

e) Ketagihan obat/alkohol : Interpretasi psikoanalisis

terhadap ketagihan obat/alkohol bervariasi. Freud

menganggap adiksi dilatarbelakangi oleh insting mati.

Pakar psikoanalis lain mengatakan adiksi menjadi salah

satu cara mengalahkan control superego. Orang menjadi

bebas memperoleh apa yang diinginkannya (walau hanya

sebentar) ada juga yang menganalisis botol minuman

sebagai representasi dari buah dada ibu pada fase oral.

Tujuan :

Bukan semata-mata menghilangkan sindrom yang tidak dikehendaki,

tetapi terutama bertujuan memperkuat ego sehingga mampu

mengontrol impuls insting, dan memperbesar kapasitas individu

untuk mencintai dan berkarya. Klien belajar bagaimana

mensublimasi impuls agresi dan impuls seksual, belajar bagaimana

mengarahkan keinginan dan bukan malah disarankan oleh keinginan.

2.8 Teknik yang dipakai

Asosiasi bebas : klien selama sesi terapi mengatakan apa saja

yang terlintas dalam fikirannya, tidak peduli hal itu

remeh,memalukan atau tidak logis. Ada tiga asumsi yang menjadi

dasar free association :

- apa saja yang dikatakan dan dilakukan seseorang

sekarang,mempunyai makna dan berhubungan dengan perkataan

dan perbuatannya di masa lalu

- Materi taksadar berpengaruh penting terhadap tingkah laku

- Materi tak sadar dapat di bawa ke kesadaran dengan

mendorong ekspresi bebas setiap kali mereka muncul ke dalam

fikiran

Analisis mimpi : ketika tidur, control kesadaran manurun, dan

mimpi adalah ungkapan isi-isi taksadar karena turunnya control

kesadaran itu. Klien melaporkan apa yang dimimpikannya dalam

asosiasi bebas,menjadi bahan yang kaya untuk dianalisis

terapis.

Freudian slip meliputi : salah ucap,salah membaca,salah

dengar,dan tiba-tiba lupa. Semuanya itu menurut Freud bukan

kejadian kebetulan, tetapi kejadian yang dipengaruhi oleh

insting ketidaksadaran. Analisis akan dapat mengungkap

gambaran mental yang ada dibalik slip itu.

Interpretasi : mengenalkan kepada klien makna yang tidak

disadarinya dari fikiran,perasaan dan keinginannya.

Analisis resistensi : resistensi adalah mekanisme pertahanan

klien, dan analisis akan mengungkap unsur yang penting dari

masalah yang ingin disembunyikan klien.

Transference : pengungkapan isi-isi ketidaksadaran yang

tersimpan sejak anak-anak,dengan memakai terapis sebagai

medianya.

Working through : terus menerus menginterpretasi dan

mengidentifikasi masalah klien, mengulang resistensi dan

transferensi, pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan.

2.9 Implementasi teori Freud dalam PraktikPendidikan

Berdasarkan konsep dari teori freud, berikut ini akan dijelaskan

beberapa teorinya yang dapat diimplemetasikan dalam pendidikan,

yaitu:

Pertama : konsep bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki

kebutuhan dan keinginan. dengan demikian, implementasi pandangan

Freud dalam pendidikan sangat memberikan kontribusi yang

signifikan, terutama memberikan panduan atau acuan pada guru

dalam melakukan pembelajaran dan memberikan bimbingan, sehingga

bimbingan benar-benar efektif dan sesuai dengan tingkat

perkembangan mereka. Adapun fungsi-fungsi bimbingan yang

dilakukan oleh guru antara lain:

a) Memahami Individual Siswa

b) Preventif dan Pengembangan Individual Siswa

Kedua : konsep teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang

dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan oleh

guru, yaitu membantu individu agar mengerti diri dan

lingkungannya, mampu memilih dan merencanakan hidup secara

bijaksana.

Ketiga : konsep teori psikoanalisis yang menekankan pengaruh masa

lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Dalam sistem

pembinaan akhlak individual, islam menganjurkan agar keluarga

dapat melatih dan membiasakan anak-anknya agar dapat tumbuh

kembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Bila sebuah

keluarga mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak

itu diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang baik.

Keempat : teori freud tentang tahapan perkembangan kepribadian

individu dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai

materi maupun pendekatan. Konsep ini memberikan arti bahwa,

materi, metode, dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan

tahapan perkembangan kepribadian individu, karena pada setiap

tahapan itu memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda.

Kelima : konsep freud tentang ketidaksadaran dapat digunakan

dalam proses bimbingan yang dilakukan oleh guru pada individu

dengan harapan dapat mengurangi impuls-impuls dorongan Id yang

bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari unsur pertumbuhan

dan perkembangan yang menyertai kehidupan sosialnya.

- Psikoanalisis ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund

Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam

disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan

sebutan, Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai

metode penelitian, sebagai teknik penyembuhan dan juga

sebagai pengetahuan psikologi.

- Sigmund Freud membagi Wilayah Pikiran menjadi tiga

bagian,yaitu :

a.       Id adalah tidak disadari, kacau, tidak berhubungan

dengan realitas, dan mengikuti prinsip kepuasan.

b.      Ego adalah bagian eksekutif dari kepribadian,

berhubungan dengan dunia nyata, dan mengikuti prinsip realitas.

c.      Superego mengikuti prinsip moral dan idealistis yang mulai

terbentuk setelah masalah Oedipus complex (hasrat seksual pada

ibu/kebencian pada ayah) terselesaikan.

- Freud mengusulkan sebuah dinamika kepribadian atau prinsip

motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang

mendorong tindakan manusia.

2

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, Psikologi Kepribadian . Malang : UMM PRESS, 2014

Schustack ,Miriam W. Kepribadian,Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta :

Erlangga, 2006

Nurihsan,Dr. Juntika. Teori Kepribadian. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2007

 

3