kajian interaksi obat antihipertensi pada pasien hemodialisis ...
Proposal Kualitatif interaksi budaya dengan sistem pengendalian internal terhadap kinerja karyawan...
Transcript of Proposal Kualitatif interaksi budaya dengan sistem pengendalian internal terhadap kinerja karyawan...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah Satu Masalah Nasional yang di hadapi
oleh Bangsa Indonesia saat ini adalah penanganan
terhadap rendahnya kualitas sumber Daya Manusia.
Jumlah sumber Daya Manusia yang Besar apabila
dapat digunakan secara Efektif dan Efisien akan
Bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya
pembangunan Nasional yang berkelanjutan
melimpahnya sumber daya yang ada saat ini
mengharuskan berpikir secara seksama yaitu
bagaimana memanfaatkan Sumber Daya Manusia secara
Optimal
Pada Era Globalisasi saat ini, Semakin Banyak
Perusahaan berkembang dan ekspansi ke beberapa
negara, membuat perusahaan memerlukan sumber daya
manusia , sumber daya manusia sangat berhubungan
dengan budaya organisasi dan sistem pengendalian
internal perusahaan karena dengan sistem
pengendalian internal yang baik dan organisasi
budaya yang baik mempengaruhi kinerja karyawan
dalam perusahaan tersebut hingga membuat erusahaan
untuk mencapai tujuan dan memperoleh laba maksmal
dan nilai.
1
Membahas Masalah Budaya itu sendiri merupakan
hal yang Esensial bagi suatu organisasi atau
perusahaan, karena akan selalu berhubungan dengan
kehidupan yang ada dalam perusahaan. Budaya
organisasi merupakan falsafah, ideologi, nilai-
nilai,anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan
norma-norma yang dimiliki secara bersama serta
mengikat dalam suatu komunitas tertentu. Secara
spesifik budaya dalam organisasi akan ditentukan
oleh kondisi team work, leaders dan characteristic
oforganization serta administration process yang berlaku.
Mengapa budaya organisasi penting, karena
merupakan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam
hirarki organisasi yang mewakili norma-norma
perilaku yang diikuti oleh para anggota
organisasi.Budaya yang produktif adalah budaya
yang dapat menjadikan organisasi menjadi kuat dan
tujuan perusahaan dapat terakomodasi.
Robbins (2001:528);
“Organizational culture as an intervening variable.
Employees form an overall subjective perception of
the organization based onsuch factor as degree of
risk tolerance, team emphasis and support of
people. This overall perception becomes, in effect,
the organization culture or personality. These
favorable or unfavorable perception then affect
2
employee performance and satisfaction, with the
impact being greater for stronger culture.”
Demikian pula halnya dengan Flamholtz (1983)
yang menganggap bahwa budaya organi-sasi sebagai
sebuah komponen pengendalian selain struktur
organisasi dan inti sistem pengendalian. Dia
mendefinisikan budaya organisasi sebagai pola dari
nilai, norma dan kepercayaan yang bersama-sama
dimiliki oleh masing-masing anggota organisasi.
Pengertian ini akan membantu dalam mempengaruhi
perilaku setiap anggota organisasi. Bila budaya
organisasi telah dapat digambarkan maka elemen
pengendalian lainnya (misal struktur organisasi
dan inti sistem pengendalian) akan membantu
menyebar-kan dan menguatkan budaya ini kepada
organisasi dalam menerapkan strategi, membuat
keputusan dan mengambil suatu tindakan.
Tepeci (2001) dalam penelitiannya juga
menggunakan Budaya organisasi sebagai suatu nilai
yang dianut anggota organisasi yang akan
mempengaruhi produktivitas individual sebagai
anggota organisasi. Sedangkan Rasyid (1998) dalam
penelitiannya juga memasukkan faktor budaya
sebagai variabel utama dalam melihat hubungan
saling peran antara akuntansi dan budaya
perusahaan di mana akutansi diprak-tekan dengan
3
asumsi bahwa akuntansi sebenarnya adalah sebuah
artifek budaya, karenanya tidaklah tepat
memisahkan keduanya dan kemudian meman-dangnya
sebagai variabel-variabel yang diteliti. Rasyid
mencoba menggunakan metode kualitatif interpretif
yang berakar pada symbolic interactionism dengan
menggunakan filosofi antropologi interpertif-nya
Geertz, berbeda dengan para peneliti akuntansi
pada umumnya yang cenderung menggunakan metode
hypothethico-deductive yang berakar pada filosofi ilmu
positivism. Dari hasil penelitiannya ia menemukan
bahwa tidak adanya peran akuntansi di lingkungan
perusahaan, akuntansi hanyalah merupakan aktivitas
teknis untuk memenuhi persyaratan go public dari
BAPEPAM.
Dalam penelitian Hofstede et al. (1990) me-
nemukan 6 dimensi budaya nilai-nilai karyawan,
yaitu sebagai berikut :
1. Orientasi Hasil atau Orientasi Proses.
Orientasi hasil ditandai oleh upaya maksimal
dalam mencapai tujuan dan keberanian
menghadapi tantangan-tantangan dan mengambil
keputusan; sedangkan orientasi proses ditandai
oleh penghindaran terhadap resiko dan
penggunaan upaya yang minimal dalam pencapaian
tujuan.
4
2. Orientasi Orang (Employee) atau Orientasi
Pekerjaan.
Orientasi kelompok dan organisasi menekankan
perlu-nya perhatian pada kesejahteraan karyawan
dan keluarganya; sedangkan orientasi pekerjaan
lebih menekankan pada penyelesaian suatu
pekerjaan dan keputusan penting dilakukan oleh
karyawan.
3. Parochial Atau Professional.
Parochial menekankan pada perencanaan jangka
pendek, pengindahan pada perilaku karyawan di
rumah dan di kantor, sistem perekrutan yang
mengindahkan pada kehidupan dan kondisi
keluarga calon; sedangkan profesional
menitikberatkan pada pe-rencanaan masa depan,
dan tidak mengurusi kehidupan pribadi karyawan
dan memandang sangat penting pada kompetensi
dalam perekrutan.
4. Sistem Tertutup Atau Sistem Terbuka.
Pada sistem tertutup karyawan baru memerlukan
waktu relatif lama untuk menyesuaikan diri;
sedangkan pada sistem terbuka mengacu pada
keterbukaan dalam komunikasi terhadap pihak
luar.
5
5. Kontrol Longgar atau Kontrol Ketat.
pada pengendalian longgar efisiensi dan
ketepatan waktu relatif lebih longgar,
sedangkan pengendalian ketat lebih menekankan
pada ketepatan waktu dan efisiensi.
6. Normative Atau Pragmatis.
Normatif menekan-kan pada prosedur kendati
harus dibayar dengan mahal; sedangkan pragmatis
lebih menekankan pada hasil daripada prosedur
dan pemenuhan kebutuhan pelanggan
Keenam dimensi ini selalu melekat dalam
setiap organisasi. Masing-masing organisasi dapat
dipastikan memiliki kecenderungan ke salah satu
karakteristik setiap dimensi atau ada kemungkinan
mengarah kepada kombinasi dimensi tersebut. Misal
ada sebuah organisasi yang cenderung memiliki
karak-teristik dimensi berorientasi pada hasil
maka organisasi ini akan lebih berorientasi pada
pekerjaan dan bersifat profesional.
Dengan beberapa definisi tersebutdapat kita
ketahui bahwa budaya organasasi mempunya koneksi
hubungan terhadap sistem pengendalian internal dan
juga kinerja karyawan.Sebagaimana diketahui bahwah
interaksi budaya sangat berhubungan sistem
6
pengedalian internal pada suatu perusahaan ini
dikarenakan perusahaan dapat tercapai tujuannya
jika mempunyai manajemen yang dapat mengatur
segala sesuatu berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
perusahaan agar dapat menjadi lebih baik. Salah
satu keputusan yang harus diambil adalah
melaksanakan pengelolaan kinerja.Mangkunegara
(2000:67) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan, mengemukakan pengertian
kinerja sebagai berikut : “Kinerja adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang karyawan dala m melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikanya”
.
Sedangkan Rivai (2006:309) mengatakan bahwa
kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan
setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya
dalam perusahaan. Adapun pengertian kinerja
menurut Stephen Robbins yang diterjemahkan oleh
Harbani Pasolong, Kinerja adalah hasil evaluasi
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai
dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya (Pasolong, 2007:176). Lain hal nya
Menurut Kusnadi (2003;64) Kinerja merupakan setiap
gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau
tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau
7
target tertentu. Sedangkan Judith R. Gordon dalam
Hadari Nawawi (2006: 63) juga mengemukakan bahwa
kinerja merupakan suatu fungsi kemampuan pekerja
dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat
pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan
kemampuan pekerja.
. Dengan Definisi tersebut dapat dikatakan
bahwa karyawan memegang peranan penting dalam
menjalankan segala aktivitas perusahaan agar dapat
tumbuh berkembang mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan
membutuhkan kinerja karyawan yang handal,
berkompeten dan berkualitas. Karyawan yang
berkualitas tidak hanya karyawan yang memiliki
pendidikan yang tinggi. Akan tetapi juga karyawan
yang memiliki kepemimpinan yang baik,
bertanggungjawab, disiplin, dan bekerja sesuai
dengan peraturan yang berlaku agar dapat mencapai
tujuan perusahaan.
Namun, kinerja karyawan juga dapat mengalami
penurunan atau masalah. Hal ini terjadi karena
motivasi karyawan yang juga mengalami penurunan.
Suwanto & Priansa (2011:171) Motivasi berasal dari
kata latin movere yang berarti dorongan, daya
penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu
tindakan atau perbuatan. Ardana, dkk (2012: 193)
motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang
8
untuk melakukan suatu tindakan atau tidak pada
hakekatnya ada secara internal dan eksternal yang
dapat positif atau negative untuk mengarahkannya
sangat bergantung kepada ketangguhan sang manajer.
Selain peran penting dari seorang pemimpin,
motivasi karyawan tak kalah lebih pentingnya
dalam memberikan kontribusi terhadap perusahaan.
Motivasi adalah kemauan untuk memberikan upaya
lebih untuk meraih tujuan organisasi, yang
disebabkan oleh kemauan untuk memuaskan kebutuhan
individual (Robbins, 1996: 198). Dengan motivasi
yang tinggi akan menciptakan sebuah komitmen
terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam
menyelesaikan setiap pekerjaan (McNeese–Smith et
al, 1995).
Faktor lain yang berperan dalam menjadikan
karyawan lebih berperilaku terarah pabila ada
unsur-unsur positif dalam dirinya masing-masing.
Luthans (1992:165);
“Porter and Lawler start with the premise that
motivation(effort or force) does not equal
satisfaction and/or performance.
Motivation,satisfaction and performance are all
separate variables and relate in waysdifferent from
what was traditionally assumed.”
9
Hughes et al. (1999:388); Motivation, satisfaction
and performance seemclearly related. Pada umumnya dalam
diri seorang pekerja ada dua hal yang penting d an
dapat memberikan motivation atau dorongan yaitu
masalah Compensation danExpectancy. Khususnya masalah
compensation sebagai imbal jasa dari pengusaha
kepada karyawan yang telah memberikan
kontribusinya selalu menjadikan sebagai ukuran
puas atau tidaknya seseorang dalam menjalankan
tugasnya atau pekerjaannya. Demikian pula
pemberian compensation dapat berdampak negatif
apabila dalam pelaksanaannya tidak adil dan tidak
layak yang pada akhirnya menimbulkan
ketidakpuasan. Besar kecilnya compensation yang
diberikan kepada karyawan seharusnya tergantung
kepada besar kecilnya power of contribution and thinking
yang disampaikan oleh pekerja kepada perusahaan.
Sehubungan dengan hal tersebut mengingat pemberian
compensation harus adil tentunya harus ada ukuran
yang jelas dan transparan misalnya berdasarkan
outputnya (prestasi yang dicapai).
Dalam penelitian sebelumnya Ridjal (2004)
menemukan bahwa faktor-faktor motivasi pada
umumnya berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja karyawan pada PT. semen Tonasa, PT Semen
Bosowa dan PT Pabrik Gula Takalar Sulawesi
Selatan. Sunarni dan Istanti (2007) dalam
10
penelitiannya menemukan bahwa motivasi bepengaruh
terhadap kinerja karyawan PT Interbis Sejahtera.
Motivasi kinerja karyawan yang menurun dapat
mengakibatkan munculnya tindakan yang menyimpang
atau kecurangan-kecurangan contohnya seperti
korupsi. Menurut UU NO.31/1999 jo UU No.20/2001
menyebutkan bahwa pengertian korupsi mencakup
perbuatan melawan hukum, memperkaya diri orang
atau badan lain yang merugikan keuangan atau
perekonomian negara (pasal 2). Menyalah gunakan
kewenangan karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara
(pasal 3).
Ketenagakerjaan juga diatur dalam Undang-
undang tenaga kerja yaitu Undang-undang Republik
Indonesia nomer 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan dimana dalam pasal 9 berbunyi
“Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan
untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan
kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas, dan kesejahteraan”. Dapat dilihat
definisi dari Undang-undang tersebut, bahwa
pelatihan ketenagakerjaan sangat membantu dalam
menciptakan suatu keberhasilan dalam suatu bisnis
atau usaha yang dapat mengurangi munculnya
kecurangan-kecurangan. Pelatihan ketenagakerjaan
merupakan bagian dari sistem pengendalian internal
11
perusahaan terhadap kinerja karyawannya. Untuk itu
untuk menjalankan setiap bisnis atau usaha sangat
memerlukan pengendalian internal.
Standar Profesional Akuntansi Publik pada SA
319 (2011) mendefinisikan pengendalian internal
sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personel lain yang
didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu (1)
Keandalan pelaporan keuangan, (2) Kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,dan (3)
Efektivitas dan efisiensi operasi. Sistem
pengendalian intenal terdiri atas berbagai
kebijakan, praktik dan prosedur yang diterapkan
oleh perusahaan (Hall, 2006).
Menurut Mulyadi (2001:167) unsur-unsur pokok
pengendalian internal adalah: 1) Struktur
organisasi yang memisahkan tanggung jawab
fungsional secara tegas; 2) Sistem wewenang dan
prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan
dan biaya; 3) Praktek yang sehat dalam
melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi dan 4) Karyawan yang mutunya sesuai
dengan tanggung jawabnya. Sawyers (2005: 58),
mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu
proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan
12
komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang
didesain untuk memberikan keyakinan yang wajar
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut
ini : 1) kehandalan pelaporan keuangan; 2)
efektivitas dan efisiensi operasi; dan 3)
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
Menurut American Institute Of Certified Public Accountant
(AICPA) yang kemudian dikutip oleh La Midjan dan
Susanto (2011:56) pengendalian internal meliputi
stuktur organisasi dan segala cara serta tindakan
dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi
dengan tujuan mengamankan harta kekayaan
perusahaan, menguji ketelitian dan kebenaran data
akuntansi, meningkatkan efisiensi oprasi serta
mendorong ketaatan terhadap kebijakan-kebijakan
yang telah digariskan oleh pimpinan perusahaan.
Jika suatu sisitem pengendalian internal lemah
maka akan mengakibatkan kekayaan perusahaan tidak
terjamin keamananya, informasi akuntansi yang ada
tidak teliti dan tidak dapat dipercaya, tidak
efisien dan efektifnya kegiatan-kegiatan
operasional perusahaan serta tidak dapat
dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang
ditetapkan.
Penerapan pengendalian internal yang efektif
dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat
13
diandalkan (Al-laith, 2012). Laporan keuangan yang
dapat diandalkan sangat berguna bagi pemakai
laporan keuangan sebagai dasar pengambilan
keputusan yang tepat. Kinerja perusahaan juga
dipengaruhi oleh praktik fraud yang mendatangkan
inefisiensi dan kerugian bagi perusahaan, oleh
karena itu diperlukan efektivitas praktik
pengendalian internal yaitu pembagian tugas
(segregation of duties) yang jelas dan juga pengenaan
sanksi atau penalti terhadap pelaku fraud yang
ternyata dapat meminimalisir terjadinya fraud
(Barra, 2010).
Komponen pengendalian menurut The Commitee of
Sponsoring Organizations (COSO) ada 5 yang pertama
Lingkungan Pengendalian menetapkan corak suatu
organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian
orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan
dasar untuk semua komponen pengendalian intern
yang lain, menyediakan disiplin dan struktur.
Lingkungan pengendalian mencakup integritas dan
nilai etika, komitmen terhadap kompetensi,
partisipasi dewan komisaris atau komite audit,
filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur
organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab,
kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
Kedua pengendalian penaksiran risiko.
Penaksiran resiko entitas untuk tujuan pelaporan
14
keuangan adalah identifikasi, analisis, dan
pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan
penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
Ketiga, Aktivitas Pengendalian. Merupakan
kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan
bahwa arahan manajemen dilaksanakan untuk
menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan
entitas.
Keempat, Informasi dan Komunikasi, Sistem
informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan
keuangan, yang meliputi sistem akuntansi terdiri
dari metode dan catatan yang dibangun untuk
mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan
transaksi entitas. Komunikasi meliputi luasnya
pemahaman personil tentang bagaimana aktivitas
mereka dalam sistem informasi pelaporan keuangan
berkaitan dengan pekerjaan orang lain
Kelima, pemantauan. Merupakan proses
penetapan kualitas kinerja pengendalian internal
sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan
desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan
tindakan perbaikan yang dilakukan. Proses ini
dilaksanakan melalui aktivitas pemantauan terus
menerus, evaluasi secara terpisah atau kombinasi
diantara keduanya Dari mengetahui berbagai
15
definisi dan komponen-komponen pengendalian
internal dapat diketahui bahwa dengan adanya
pengendalian internal yang teratur maka perusahaan
akan dapat meminimalkan adanya kemungkinan
kesalahan dan kecurangan serta lebih mudah dalam
mencapai tujuannya yang ingin deicapai dengan
baik.
Peneliti akan melakukan penelitian padap
perusahaan tambang emas PT.freeport indonesia
bergerak dibidang dagang yaitu memproduksi
konsetrat tembaga, perak dan emas . PT. Freeport
Indonesia (PTFI) adalah sebuah perusahaan
pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. PTFI merupakan
penghasil terbesar konsentrat tembaga dari bijih
mineral yang juga mengandung emas dalam jumlah
yang berarti. PTFI tidak hanya mendukung kebutuhan
ekonomi tetapi juga mendukung kebutuhan sosial dan
lingkungan hidup, sehingga tidak mengganggu
kesinambungan kehidupan generasi di masa akan
datang.
Awal berdirinya PT Freeport Indonesia (PTFI)
bermula saat seorang manajer eksplorasi Freeport
Minerals Company; Forbes Wilson, melakukan
ekspedisi pada tahun 1960 ke Papua setelah membaca
sebuah laporan tentang ditemukannya Ertsb erg
16
(Gunung Bijih), sebuah cadangan mineral, oleh
seorang geolog Belanda; Jean Jacques Dozy, pada
tahun 1936.
Setelah ditanda tanganinya Kontrak Karya
pertama dengan Pemerintah Indonesia bulan April
1967, PTFI memulai kegiatan eksplorasi di Ertsberg
pada Desember 1967. Konstruksi skala besar dimulai
bulan Mei 1970, dilanjutkan dengan ekspor perdana
konsentrat tembaga pada bulan Desember 1972.
Setelah para geolog menemukan cadangan kelas dunia
Grasberg pada tahun 1988, operasi PTFI menjadi
salah satu proyek tambang tembaga/emas terbesar di
dunia. Di akhir tahun 1991, Kontrak Karya kedua
ditandatangani dan PTFI diberikan hak oleh
Pemerintah Indonesia untuk meneruskan operasinya
selama 30 tahun.
PTFI merupakan salah satu pembayar pajak terbesar
bagi Negara Indonesia. Sejak tahun 1992 sampai
dengan 2005, manfaat langsung dari operasi
perusahaan terhadap Indonesia dalam bentuk
dividen, royalti dan pajak mencapai sekitar 3,9
miliar dolar AS. Selain itu, PTFI juga telah
memberikan manfaat tidak langsung dalam bentuk
upah, gaji dan tunjangan, reinvestasi dalam
negeri, pembelian barang dan jasa, serta
pembangunan daerah dan donasi. Dalam tahun 2005,
PTFI telah menghasilkan dan menjual konsentrat
17
yang mengandung 1,7 miliar pon tembaga dan 3,4
juta ons emas.
Bagi perusahaan sebesar PT.Freeport, kinerja
karyawan merupakan salah satu faktor terpenting
dalam pertumbuhan usahanya Dibalik kesuksesan pt
freeport ternyata juga terdapat interaksi budaya
organsiasi dan sistem pengendalian internal
terhadap kinerja karyawannya yang di tetapkan oleh
pemilik/founder. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk menjadikan hubugan budaya organisasi dan
Sistem Pengendalian Internal( SPI ) terhadap
kinerja karyawan PT.Freeport sebagai bahan objek
penelitian. Sebab dalam penelitian sebelumnya
peneliti sebelumnya hanya meneliti tentang sistem
pengendalian pada internal terhadap kinerja
perushaan, oleh karena itu peneliti menambahkan
budaya organasasi sebagai tambaha.Penelitian ini
dituangkan dalam proposal yang berjudul:
“INTERAKSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN SISTEM
PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT
FREEPORT INDONESIA ”.
Sistem Pengendalian Internal (SPI) dan
budaya organisasi terhadap kinerja karyawan
merupakan aspek yang sangat penting. Hal ini
disebabkan karena Sistem Pengendalian Internal
(SPI) budaya organasi berhubungan dengan kinerja
karyawan merupakan bagian dari faktor besar
18
terciptanya kesuksesan PT Freeport.Selain itu,
peneliti juga ingin mengetahui bagaimana bentuk
Sistem Pengendalian Internal (SPI) pada
PT.freeport , serta ingin mengetahui apakah yang
terjadi dengan kinerja karyawan dengan adanya
hubungan budaya organisasi dan Sistem
Pengendalian Internal tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dengan
adanya penelitian yaitu:
a) Mengapa perlu adanya Sistem Pengendalian
Internal (SPI) dalam kinerja karyawan?
b) Bagaimana penerapan Sistem Pengendalian
Internal (SPI) pada PT Freeport Indonesia
?
c) Bagaimana interaksi budaya organisasi
terhadap sistem pengadalian internal
(SPI )?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini
yaitu:
a) Mengetahui pentingnya Sistem Pengendalian
Internal (SPI) terhadap karyawan
19
b) Mengetahui penerapan Sistem Pengendalian
Internal (SPI) yang ada dalam PT.Freeport
Indonesia
c) Mengetahui kinerja karyawan dengan adanya
interaksi pada sistem Pengendalian
Internal (SPI)
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian interaksi budaya
dan Sistem Pengendalian Internal (SPI) terhadap
karyawan:
a) Bagi Pemilik PT Freeport Indonesia
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan lebih bagi pelaku bisnis
bagaimana pentingnya sistem pengendalian
Internal terhadap karyawan.
b) Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi
penulis untuk mengetahui informasi bagaimana
kinerja PT. Freeport Indoensia. Peneliti juga
mendapatkan manfaat lain seperti mengetahui
bagaimana penerapan Sistem Pengendalian
20
Internal (SPI) yang ada dalam perusahaan
tersebut . Dan yang terakhir, mengetahui
kinerja karyawan dengan adanya interaksi
budaya organisasi dan Sistem Pengendalian
Internal (SPI).
c) Bagi Pengguna Literatur
Untuk penelitian dengan topik yang sama,
pengguna literatur dapat sebagai referensi
dalam pengembangkan penelitian yang telah
ada.
d) Bagi Pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat berguna
untuk menambah wawasan tentang bagaimana
kinerja karyawan, Sistem Pengendalian
Internal (SPI), dan bagaimana kinerja
karyawan dengan adanya interaksi budaya
organisasi dan Sistem Pengendalian Internal
(SPI) pada PT Freeport Indonesia.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam penelitian dibutuhkan beberapa Teori-Teori.
Hal ini seringkali digunakan sebagai penjelasan atau
perilaku dan sikap-sikap tertentu. Selain itu, teori-
22
teori juga dapat digunakan sebagai bahan pendukung
penelitian yang digunakan sebagai paduan umum oleh
peneliti yang dapat di rancang untuk menganalisis data
yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak
akan terlepas dari lingkungannya. Kepribadian seseorang
akan dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar
kepribadian tersebut mengarah kepada sikap dan
perilaku yang positif tentunya harus didukung oleh
suatu norma yang diakui tentang kebenanrannya dan
dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak.
Pada dasarnya manusia atau seseorang yang berada
dalam kehidupan organisasi berusaha untuk menentukan
dan membentuk sesuatu yangdapat mengakomodasi
kepentingan semua pihak, agar dalam menjalankan
aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap
dan perilaku dari masing masing individu. Sesuatu yang
dimaksud tidak lain adalah budaya dimana individu
berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan
sebagainya. Oleh karena itu, penulis menggunakan
beberapa teori dalam penelitian ini. Teori yang
digunakan adalah teori Standart Operating Procedure (SOP),
teori Sumber Daya Manusia (SDM) , teori budaya
organisasi dan teori Motivasi.
2.1 Teori Budaya Organisasi
23
Glaser et al. (1987); Budaya Organisasi seringkali
digambarkan dalam arti yangdimiliki bersama. Pola-pola
dari kepercayaan, simbol-simbol, ritual-ritual dan
mitosmitosyang berkembang dari waktu ke waktu dan
berfungsi sebagai perekat yang menyatukan organisasi.
Beraneka ragamnya bentuk organisasi atau
perusahaan,tentunya mempunyai budaya yang berbeda-beda
hal ini wajar karena lingkungan organisasinya berbeda-
beda pula misalnya perusahaan jasa, manufaktur dan
trading.Hofstede (1986:21); Budaya merupakan berbagai
interaksi dari ciri-ciri kebiasaan yang mempengaruhi
kelompok-kelompok orang dalam lingkungannya.
MenurutBeach (1993:12); Kebudayaan merupakan inti dari
apa yang penting dalam organisasi. Seperti aktivitas
memberi perintah dan larangan serta menggambarkan
sesuatu yang dilakukan dan tidak dilakukan yang
mengatur perilaku anggota.
Jadi Budaya mengandung apa yang boleh dilakukan
atau tidak boleh dilakukan sehinggadapat dikatakan
sebagai suatu pedoman yang dipakai untuk menjalankan
aktivitas organisasi. Pada dasarnya Budaya organisasi
dalam perusahaan merupakan alat untuk mempersatukan
setiap invidu yang melakukan aktivitas secara bersama
sama.Kreitner dan Kinicki (1995:532); mengemukakan
bahwa budaya orgainsasi adalah perekat social yang
mengingat anggota dari organisasi. Nampaknya agar suatu
karakteristik atau kepribadian yang berbeda-beda antara
24
orang yang satu dengan orang yang lain dapat disatukan
dalam suatu kekuatan organisasi maka perlu adanya
prekat sosial.
Pendapat Bliss (1999) mengatakan bahwa didalam
budaya terdapat kesepakatan yang mengacu pada suatu
sistem makna secara bersama, dianut oleh
anggotaorganisasi dalam membedakan organisasi yang satu
dengan yang lainnya. Lainhalnya dengan Robbins
(1996:289); budaya organisasi merupakan suatu persepsi
bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi,
dan merupakan suatu sistemmakna bersama.Mengingat
budaya organisasi merupakan suatu kespakatan bersama
paraanggota dalam suatu organisasi atau perusahaan
sehingga mempermudah lahirnya kesepakatan yang lebih
luas untuk kepentingan perorangan. Keutamaan budaya
organisasi merupakan pengendali dan arah dalam
membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan
diri dalam suatu kegiatan organisasi. Secara individu
maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dengan
budaya organisasi dan padaumumnya mereka akan
dipengaruhi oleh keaneka ragaman sumber-sumber daya
yangada sebagai stimulus seseorang bertindak.
Kartono (1994 :138); mengatakan bahwa bentuk
Kebudayaan yang muncul pada kelompok-kelompok kerja di
Perusahaan-Perusahaan berasal dari macam-macam sumber,
antara lain : dari stratifikasi kelas sosial asal buruh
25
buruh/pegawai, darisumber-sumber teknis dan jenis
pekerjaan, iklim psikologis perusahaan sendiri
yangdiciptakan oleh majikan, para direktur dan manajer-
manajer yang melatar belakangi iklim kultur buruh-
buruh dalam kelom pok kecil-kecil yang informal.
Hidayat (2002);
“we were all born of human beings and then grew up
by social upbringing with culture environment. Since
cultures always process plural nation language,
tradition and relegion are indispensably diverse.”
Molenaar (2002), Kotter dan Heskett (1992); Budaya
mempunyai kekuatanyang penuh, berpengaruh pada individu
dan kinerjanya bahkan terhadap lingkungankerja.
Buchanan dan Huczyski (1997:518); elemen-elemen budaya
organisasi atau perusahaan adalah nilai-nilai,
kepercayaan-kepercayaan, pendapat-pendapat,
sikapsikapdan norma-norma.Berbagai tindakan yang
dilakukan oleh seseorang tentunya berbeda-beda
dalambentuk perilakunya. Dalam organisasi implementasi
budaya dirupakan dalam bentukperilaku artinya perilaku
individu dalam organisasi akan diwarnai oleh budaya
organisasi yang bersangkutan. Arnold dan Feldman
(1986:24); perilaku individu berkenaan dengan tindakan
yang nyata dilakukan oleh seseorang dapat diartikan
26
bahwa dalam melakukan tindakan seseorang pasti akan
tidak terlepas dari perilakunya.
Jika budaya Organisasi ikut berinteraksi di
lingkungan perusahaan. Hal ini juga tidak luput dari
standar operating prosedure seringkali digunakan
sebagai standar perusahaan dalam melakukan kegiatan
perusahaan oleh karena itu SOP didukung oleh teori-
teori
2.2 Teori Standard Operating Procedure (SOP)
Crisyanti (2011) mengatakan bahwa Standar
Operasional Prosedur (SOP) merupakan gambaran
langkah-langkah kerja (sistem, mekanisme dan tata
kerja internal) yang diperlukan dalam pelaksanaan
suatu tugas untuk mencapai tujuan instansi
pemerintah. Pengertian Standar Operasional Prosedur
lainnya adalah suatu standar/pedoman tertulis yang
dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu
kelompok kerja agar dapat mencapai tujuan
organisasi. SOP merupakan tatacara atau tahapan yang
27
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan
suatu proses kerja tertentu.
Menurut (Atmoko, 2011:2), Standar Operasional
Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi
dan alat penilaian kinerja instasi pemerintah
berdasarkan indikator teknis, administrasif dan
prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja
dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Sementara itu, Crisyanti (2011:203) menyatakan bahwa
SOP menjadi relevan karena sebagai tolak ukur dalam
menilai efektivitas dan efisiensi kinerja perusahaan
dalam melaksanakan program kerjanya.
Singkatnya dari pengertian di atas bahwa Standar
Operasional Prosedur merupakan pedoman kerja bagi
setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. Dalam SOP itu biasanya diatur
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku dalam suatu
unit kerja, Sementara itu kinerja atau juga sering
di sebut performance adalah sebagai pencapaian hasil
atau the degree of accomplishment, pengertian lain bahwa
kinerja adalah prestasi kerja, prestasi
penyelenggaraan sesuatu (Atmoko, 2011:3).
28
Jika perusahaan sudah menerapkan sop, maka yang
akan menjalankan sop tersebut adalah karyawan,
karywan pun adalah sebuah sumber daya manusia yang
di kelola oleh perusahaan, yang dapat didukung oleh.
2.3 Teori Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Nawawi (2001) ada tiga pengertian Sumber
Daya Manusia yaitu :
a) Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja
dilingkungan suatu organisasi (disebut juga
personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
b) Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi
sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan
eksistensinya.S
c) Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan
aset dan berfungsi sebagai modal (non material/non
finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat
mewujudkan menjadi potensi nyata (real) secara
fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi
organisasi.
Untuk mengelola sumber daya diperlukan penyusunan
kepegawaian organisasi, memotivasi pegawai, memimpin
pegawai, komunikasi dengan pegawai, mengatur kelompok
kerja dan mengevaluasi kinerja yang disebut dengan
fungsi manajemen (Royat, 1994). Manajemen sumber daya
29
manusia strategis merupakan suatu kunci bagi perusahaan
untuk memperoleh persaingan yang berkelanjutan dengan
mengintegrasikan manajemen sumber daya manusia dan
strategi bisnis. Peningkatan kompetensi dalam
perusahaan khususnya sumber daya manusia (SDM) adalah
elemen utama untuk mencapai kesuksesan perusahaan dan
keterlibatan SDM dalam pengembangan dan pelaksanaan
strategi bisnis akan menciptakan efektifitas organisasi
dalam industri (Karami, 2001).
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian tak
terpisahkan dari manajemen suatu organisasi. Organisasi
menurut Teori Klasik Organisasi merupakan struktur
hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-
peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-
faktor lain apabila orang bekerja sama.Teori organisasi
klasik sepenuhnya menguraikan anatomi organisasi
formal. Empat unsur pokok yang selalu muncul dalam
organisasi formal yaitu sistem kegiatan yang
terkoordinasi, kelompok orang, kerjasama dan kekuasaan
serta kepemimpinan
Menurut penganut teori klasik suatu organisasi
tergantung pada empat kondisi pokok: kekuasaan, saling
melayani, doktrin, disiplin, sedangkan yang dijadikan
tiang dasar penting dalam organisasi formal adalah
pembagian kerja (untuk koordinasi), proses skalar dan
fungsional (proses pertumbuhan vertikal dan
horizontal), Struktur (hubungan antar kegiatan) dan
30
Rentang kendali (berapa banyak atasan bisa
mengendalikan bawahan).
Hugo Munsterberg Salah satu tokoh neoklasik
pencetus “Psikologi Industri”. Hugo menulis sebuah buku
“Psychology and Industrial Effeciency” tahun 1913. Buku
tersebut merupakan jembatan antara manajemen ilmiah dan
neoklasik. Inti dari pandangan Hugo adalah menekankan
adanya perbedaan karakteristik individu dalam
organisasi dan meningkatkan adanya pengaruh faktor
sosial dan budaya terhadap organisasi.Teori organisasi
modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai
satu kesatuan yang saling bergantung dan tidak bisa
dipisahkan. Organisasi bukan sistem tertutup yang
berkaitan dengan lingkungan yang stabil akan tetapi
organisasi merupakan sistem terbuka yang berkaitan
dengan lingkungan dan apabila ingin bertahan hidup maka
ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan.
Kegunaan manajemen sumber daya manusia adalah
untuk meningkatkan kontribusi orang pada organisasi
dalam cara-cara yang secara strategis, etis, dan sosial
dapat dipertanggung jawabkan. Manajemen sumber daya
manusia memberikan sumbangan secara langsung pada
peningkatan produktivitas melalui penemuan cara-cara
yang lebih efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
dan secara tidak langsung melalui peningkatan mutu
kehidupan kerja karyawan. Fungsi dari manajemen sumber
daya manusia menurut Fisher (1993) adalah setiap
31
fungsional dalam sumber daya manusia dengan banyak
aktivitas harus unggul sehingga organisasi dapat
memberikan kontribusi yang optimal menuju organisasi
sukses. Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu
sistim yang terdiri dari banyak kegiatan yang saling
tergantung (interdependent).
Karyawan pun jika telah berkerja di perusahaan akan
menunjukan kinerja yaitu bagus dan buruk, buruknya
kinerja karywan dapat terjadi karena kurangnya motivasi
bagi dia untuk bekerja, berbagai usaha yang di lakukan
oleh manusia tentunya untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhannya, namu agar keinginan dan kebutuhannya
dapat terpenuhi tidaklah mudah didapatkan apabila tanpa
usaha yang maksimal. Mengingat kebutuhan orang yang
satu dengan yang lain berbeda-beda tentunya cara untuk
memperolehnya akan beda pula.dalam memenuhi
kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan
dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari
perilakunya untuk itu dapat dikataan bahwa dalam diri
seseorang ada kekuatan yang mengarah kepada tindakanya.
Teori motivasi merupakan konsep yang bersifat memberika
penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan seseorang
serta menunjukan arah tindakanya.
2.4 Teori Motivasi
Motivasi adalah kemauan untuk memberikan upaya
lebih untuk meraih tujuan organisasi, yang
32
disebabkan oleh kemauan untuk memuaskan kebutuhan
individual (Robbins, 1996: 198). Dengan motivasi
yang tinggi akan menciptakan sebuah komitmen
terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam
menyelesaikan setiap pekerjaan (McNeese–Smith et al,
1995).
2.4.1 Teori Hirarki Kebutuhan
Teori Hirarki Kebutuhan dikembangkan oleh Abraham
Maslow, yang menghipotesiskan bahwa di dalam semua
manusia ada suatu jenjang kelima kebutuhan yaitu
Fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan dan
Aktualisasi Diri.
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan
manusia yang paling dasar yang merupakan
kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan, minum,
perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah
terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua
yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan
rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan
dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan
kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari
tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.
3. Kebutuhan Sosial
33
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah
terpuaskan secara minimal, maka akan muncul
kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk
persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih
erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan
berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok
kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi
bersama dan sebagainya
4. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk
dihormati, dihargai atas prestasi seseorang,
pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang
serta efektifitas kerja seseorang.
5. Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari
Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri
berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang
sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk
menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang
dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan
aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya
yang meningkat karena orang mengaktualisasikan
perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh
kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan
tugas-tugas yang menantang kemampuan dan
keahliannya.
34
Teori Hirarki Kebutuhan oleh Maslow menjelaskan
bahwa orang memenuhi kebutuhan yang lebih pokok
(fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Hal
yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa
kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi.
2.4.2 Teori Kebutuhan Oleh Mc. Clelland
Konsep Penting lain dari Teori Motivasi yang
didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia
adalah motivasi prestasi menurut Mc. Clelland.
Seseorang dianggap mempunyai motivasi apabila dia
mempunyai keinginan berprestasi lebih baik daripada
yang lain. Mc. Clelland menjelaskan terdapat
(tiga) kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan akan prestasi yaitu dorongan untuk
mengungguli, berprestasi sehubungan dengan
seperangkat standar, bergulat untuk sukses.
2. Kebutuhan afiliasi yaitu hasrat untuk hubungan
antarpribadi yang ramah dan karib. Dengan kata
lain kebutuhan ini ditujukan dengan adanya
bersahabat.
3. Kebutuhan kekuasaan yaitu kebutuhan ini
tercermin pada seseorang yang ingin mempunyai
pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap
struktur pengaruh antar pribadi dan ia mencoba
menguasai orang lain dengan mengatur
35
perilakunya dan membuat orang lain terkesan
kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan
kedudukannya.
2.4.3 Teori X dan Y dari Mc. Gregor
Teori Motivasi dikembangkan oleh Douglas Mc.
Gregor yang mengemukakan dua pandangan yang jelas
berbeda mengenai perilaku manusia Ia telah
merumuskan dua perbedaan dasar mengenai perilaku
manusia. Kedua teori tersebut disebut teori X dan Y.
Teori X merupakan pengandaian bahwa karyawan-
karyawan tidak menyukai kerja, malas, tidak mengukai
tanggung jawab, dan harus dipaksa agar berprestasi.
Sedangkan teori Y merupakan pengandaian bahwa
karyawan menyukai kerja, kreatif, berusaha
bertanggung jawab dan dapat menjalankan pengarahan
diri.
2.4.4 Teori Motivasi Dari Herzberg
Teori Motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg ini
menyatakan bahwa hubungan seorang individu pada
kerjanya merupakan suatu hubungan dasar dan bahwa
sikapnya terhadap kerja ini dapat sangat menentukan
sukses atau kegagalan individu itu. Teori ini sering
disebut dengan M–H atau teori dua faktor yang dapat
36
menghasilkan kepuasan kerja atau ketidakpuasan
kerja.Berdasarkan penelitian telah dikemukakan dua
kelompok faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
organisasi, yaitu ”motivasi”. Disebut bahwa motivasi
yang sesungguhnya sebagai faktor sumber kepuasan
kerja adalah prestasi, promosi, penghargaan dan
tanggung jawab. Kelompok faktor kedua adalah ”iklim
baik” dibuktikan bukan sebagai sumber kepuasan kerja
justru sebagai sumber ketidakpuasan kerja. Faktor
ini adalah kondisi kerja, hubungan antar pribadi,
teknik pengawasan dan gaji. Perbaikan faktor ini
akan mengurangi ketidakpuasan kerja, tetapi tidak
akan menimbulkan dorongan kerja. Faktor ”iklim baik”
tidak akan menimbulkan motivasi, tetapi tidak adanya
faktor ini akan menjadikan tidak berfungsinya faktor
”motivasi”.
2.4.5 Teori ERG Aldefer
Teori Aldelfer merupakan Teori Motivasi yang
mengatakan bahwa individu mempunyai kebutuhan tiga
hirarki yaitu : eksistensi (E), keterkaitan
(Relatedness) (R), dan pertumbuhan (Growth)
(G).Teori ERG juga mengungkapkan bahwa sebagai
tambahan terhadap proses kemajuan pemuasan juga
proses pengurangan keputusan. Yaitu, jika seseorang
terus-menerus terhambat dalam usahanya untuk
37
memenuhi kebutuhan menyebabkan individu tersebut
mengarahkan pada upaya pengurangan karena
menimbulkan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang
lebih rendah. Penjelasan tentang teori ERG Aldefer
menyediakan sarana yang penting bagi manajer tentang
perilaku. Teori ERG Aldefer mengisyaratkan bahwa
individu akan termotivasi untuk melakukan sesuatu
guna memenuhi salah satu dari ketiga perangkat
kebutuhan.
2.4.6 Teori Keadilan
Seseorang yang bekerja di sebuah Organisasi akan
berharap bahwa organisasi tersebut akan
memperlakukan mereka dengan adil. Judhitia (2010)
mengatakan sudut pandang mengenai keadilan yang
dapat digunakan adalah bahwa menurut Equity Theory,
seorang karyawan menganggap partisipasi mereka di
tempat kerja sebagai proses barter, di mana mereka
memberikan kontribusi seperti keahlian dan kerja
keras mereka, dan sebagai gantinya mereka
mengharapkan hasil kerja baik berupa gaji ataupun
pengakuan. Di sini, penekanannya adalah pada
persepsi mengenai keadilan antara apa yang
didapatkan karyawan relatif terhadap apa yang mereka
kontribusikan.
38
Cara lain untuk melihat Keadilan Organisasi adalah
melalui konsep Procedural Justice. Di sini,
penekanannya adalah apakah prosedur yang digunakan
untuk membagikan hasil kerja pada para karyawan
cukup adil atau tidak.
2.4.7 Teori Harapan
Orang Termotivasi untuk melakukan perilaku
tertentu berdasarkan tiga persepsi :
1. Expectancy, dimana seberapa besar kemungkinan jika
mereka melakukan perilaku tertentu mereka akan
mendapatkan hasil kerja yang diharapkan (yaitu
prestasi kerja yang tinggi)
2. Instrumentality, dimana seberapa besar hubungan
antara prestasi kerja dengan hasil kerja yang
lebih tinggi (yaitu penghasilan, baik berupa gaji
ataupun hal lain yang diberikan perusahaan seperti
asuransi kesehatan, transportasi, dsb)
3. Valence dimana seberapa penting si pekerja menilai
penghasilan yang diberikan perusahaan kepadanya
39
2.5 Gabungan Teori
Gabungan kempat teori diatas dapat diketahui
bahwa teori akarnya yaitu teori budaya organisasi
dan teori Standart Operation Procedure (SOP), teori
batangnya adalah teori motivasi. Terakhir, teori
hasilnya adalah teori Sumber Daya Manusia (SDM).
Dimana kempat teori tersebut saling berkesinambungan
atau berhubungan. Sehingga, dapat digabungkan
menjadi satu kesatuan untuk metodologi penelitian
ini.
Sebelumnya Hofstede (1980) dalam Indriantoro
(2000) juga telah membagi budaya kedalam 4 norma
nilai dari penelitian surveynya terhadap sikap para
karyawan IBM pada setiap cabangnya di seluruh dunia,
yaitu terdiri dari: power distance, individua-lism, masculinity
dan uncertainty avoidance.
Kedua hasil kerja Hofstede inilah yang banyak
dijadikan acuan dasar para peneliti budaya, sebagai-
mana Harrison & McKinnon (1999) mereview kembali
temuan dimensi Hofstede (1980) dalam Indriantoro
(2000) yang terdiri dari dimensi power distance, dimensi
40
individualism, dimensi uncertainty avoidance dan dimensi
masculinity dalam penelitian-nya, mereka menggunakannya
dalam meneliti desain sistem pengendalian manajemen
di budaya yang berbeda (cross cultural research).
Putra & Naim (2000) menggunakan dimensi Hofstede
et al. (1990) yang terdiri dari orientasi hasil/proses,
orang/pekerja-an, parochial/profesional, sistem
tertutup/terbuka, kontrol longgar/ketat dan dimensi
normatif/pragmatif, guna meneliti hubungan budaya
perusahaan dengan peran intensitas akutansi
manajemen. Mereka me-nemukan bahwa informasi
akuntansi manajemen berperan pada perusahaan dengan
intensitas yang berbeda, hal ini berbeda dengan
hasil penelitian Rasyid (1998) yang menyatakan bahwa
akuntansi manajemen tidak berperan di perusahaan.
Penelitian Putra dan Naim (2000) menemukan dalam
rerangka budaya tertentu (dimensi
parochial/profesional, sistem tertutup/terbuka dan
dimensi kontrol longgar/ketat) informasi akuntansi
manajemen diandalkan namun dalam rerangka budaya
yang lain kurang diandalkan dan ternyata budaya
mempengaruhi intensitas peran akutansi manajemenx
. Demikian pula dalam Standar Operasional Prosedur
(SOP) menurut Crisyanti (2011) merupakan gambaran
langkah-langkah kerja (sistem, mekanisme dan tata
kerja internal) yang diperlukan dalam pelaksanaan
suatu tugas untuk mencapai tujuan. SOP (Standar
41
Operasional Prosedur) yang merupakan pedoman kerja
bagi setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. Dalam SOP (Standar Operasional
Prosedur) itu biasanya diatur ketentuan-ketentuan
umum yang berlaku dalam suatu unit kerja.
Selain itu, Standar Operasional Prosedur
dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu
kelompok kerja agar dapat mencapai tujuan
organisasi. SOP merupakan tatacara atau tahapan
yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. Menurut
(Atmoko, 2011:2), Standar Operasional Prosedur
merupakan pedoman kerja bagi setiap perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Dalam SOP itu
biasanya diatur ketentuan-ketentuan umum yang
berlaku dalam suatu unit kerja, Sementara itu
kinerja atau juga sering di sebut performance adalah
sebagai pencapaian hasil atau the degree of
accomplishment.
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman
atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
dengan fungsi dan alat penilaian kinerja berdasarkan
indikator teknis, administrasif dan prosedural
sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem
kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Untuk
mencapai dan menjalankan langkah-langkah tugas
pekerjaan yang sesuai dengan fungsi maka diperlukan
42
kedisiplinan para karyawan. Kedisiplinan tersebut
dapat tercapai dengan adanya motivasi yang besar
untuk meningkatkan kinerja karyawan agar mematuhi
prosedur-prosedur yang ada. Motivasi adalah kemauan
untuk memberikan upaya lebih untuk meraih tujuan
organisasi, yang disebabkan oleh kemauan untuk
memuaskan kebutuhan individual. Dengan motivasi
yang tinggi akan menciptakan sebuah komitmen
terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam
menyelesaikan setiap pekerjaan.
Herzberg menyatakan bahwa hubungan seorang
individu pada kerjanya merupakan suatu hubungan
dasar dan bahwa sikapnya terhadap kerja ini dapat
sangat menentukan sukses atau kegagalan individu
itu. Dalam teori-teori tersebut dapat disimpulkan
bahwa setiap kinerja sangat membutuhkan motivasi.
Hal ini disebabkan karena agar terhindarnya dari
tindakan-tindakan yang menyimpang seperti melakukan
pencurian, kecurangan dan penggelapan dana.
Motivasi itu sendiri dapat dilakuakan dengan
beberapa hal. Contohnya dengan memberi penghargaan,
dengan memeberikan dorongan, memeberikan kenaikan
pangkat dengan syarat-syarat tertentu agar karyawan
lebih giat dan bersemangat dalam melakukan
pekerjaannya yang bertujuan untuk mencapai tujuan
perusahaanm.
43
Dengan adanya motivasi maka akan dapan menciptakan
kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten,
lebih berkualitas dan sesuai dengan tujuan
perusahaan. Sumber daya manusia merupakan potensi
dan aset berfungsi sebagai modal (non material atau
non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang
dapat mewujudkan menjadi potensi nyata (real) secara
fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi
organisasi. Untuk mengelola sumber daya diperlukan
penyusunan kepegawaian organisasi, memotivasi
pegawai, memimpin pegawai, komunikasi dengan
pegawai, mengatur kelompok kerja dan mengevaluasi
kinerja yang disebut dengan fungsi manajemen (Royat,
1994).
Sumber Daya Manusia (SDM) memegang peranan
penting dikarenakan terbentuk nya sumber daya
manusia yang bagus berhubungan dari budaya
organisasi yang baik yang di bentuk dalam perusahaan
dan juga sop yang berlaku menajdi sebagi atauran
dasar. dalam menjalankan segala aktivitas
perusahaan agar dapat tumbuh berkembang
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan harus dapat menciptakan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik dan berkualitas
agar dapat mengembangkan perusahaan.
44
2.6 Kerangka Teori
2.7 Ringkasan
Kesimpulan atas penggabungan teori diatas
adalah bahwa adanya hubungan yang sangat erat
antara budaya organisasi dan Standart Operating
Procedure (SOP) yang menghasilkan sebuah prosedur-
prosedur dalam bekerja dan juga munculnya motivasi
bagi karyawan ini dikarenakan budaya organisasi
yang bagus dapat membuat kebiasaan yang ada pada
perusahaan tersebut juga ikut berubah,bila budaya
yang positif maka dapat membuat lingkungan positif
45
Budaya organisasi
Sumber dayamanusia
Standartoperatingproscedure
Motivasi karyawan
. Budaya Organsiasi yang ada juga dapat membentuk
sop yan berbeda dengan yang lain, atau sop dalam
melakukan peraturannya berbeda dikarenakan budaya
organisasi yang membuat perbedaan . dan Dari
prosedur-prosedur tersebut maka tujuan perusahaan
akan lebih mudah tercapai dan juga membuat
karywaan menjadi nyaman bekerja dikarenakan
termotivasi. Disebabkan motivasi yang baik di
datang dari sop yang baik dan juga budaya
organsasi yang baik , membentuk motivasi yang
positif ,Dengan adanya prosedur dan Budaya
Organisasi tersebut itu pula, maka karyawan harus
menerapkan kedisiplinan dan dijaga, dievalusai apa
yang bagus diepertahankan, Contohnya seperti
diberikan dorongan, diberikan penghargaan
diberikan pengangkatan jabatan dan lain-lain. Hal
itu tergantung pada setiap individu. Dengan adanya
motivasi, akan menciptakan suatu hasil kinerja
yang lebih efisien, berkompeten dan menghasilkan
sebuah prestasi. Sehingga, hal ini menyebabkan
perusahaan dapat menciptakan atau memiliki Sumber
Daya Manusia (SDM) yang teroganizer dengan baik,
baik dalam budaya organsisai dan bagi
perkembangan perusahaan dalam pencapaian
tujuannya.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
47
kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah (Moleong, 2007:6).
Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah
deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data-data. Jenis penelitian
deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian
ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi interaksi
budaya organisasi dan sistem pengendalian internal
terhadap kinerja karyawan PT.Freeport Indonesia. Selain
itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat
diungkapkan hubungan antara budaya da sop pada kinerja
karyawan
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini tentang interaksi budaya organisasi
dan sistem pengendallian internal terhadap kinerja
karyawan PT.Freeport. kegiatan penelitian ini di mulai
Tgl 1 september 2014 sampai 31 oktober 2014
3.3 . Objek Penelitian
48
Obyek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi
sosial penelitian yangingin diketahui apa yang terjadi
di dalamnya. Pada obyek penelitian ini peneliti dapat
mengamati interaksi budaya organisasi dengan sistem
pengendalian internal terhadap kinerja karyawan
PT.freeport
Obyek dari penelitian ini adalah organisasi
budaya dan sistem pengendalian internal perusahan
tersebut dengan kaitanya kinerja karyawan PT
freeport .
3.4 Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sumber data yang
dimintai informasinya sesuai dengan masalah
penelitian. Adapun yang dimaksud sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh
(Suharsimi Arikunto, 2002:107). Untuk mendapat data
yang tepat maka perlu ditentukan informan yang
memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data
(purposive). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bentuk partisipasi, pelaksanaan partisipasi, manfaat
partisipas i dan faktor yang mempengaruhi partisipasi
dalam pembelajaran. Oleh karena itu,diperlukan subjek
yang memenuhi parameter yang dapat mengungkap hal di
atas sehingga memungkinkan data dapat diperoleh.
Parameternya adalah sebagai berikut:
49
1) Mengetahui informasi perusahaan PT freeport
2) Mendapat fenomena yang terjadi pada PT
Freeport
3) Mendapat yang terjadi pada PT Freeport
4) Mendapat kan masalah yang terjadi PT freeport
3.5 Metode Penelitian
Burhan Bungin(ed) (2003:42) menjelaskan metode
pengumpulan data adalah “dengan cara apa dan bagaimana
data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil
akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid
danreliable”.Suharsimi Arikunto (2002:136), berpendapat
bahwa “metode penelitian adalah berbagai cara yang
digunakan peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya”. Peneliti dalam penelitian ini,
memutuskan untuk menggunakan metode studi kasus. Dimana
studi kasus merupakan strategi penelitian yang
didalamnya peneliti melakukan penelitian secara cermat
dalam suatu program, peristiwa, aktivitas, proses,
aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara
lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan. (Stake, 1995). Pendekatan studi kasus
50
dibatasi sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan
perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci
(Surachrnad, 1982).
Sedangkan menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi
kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu
latar atau satu orang subjek atau satu tempat
penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
Menurut Salim (2001), studi kasus adalah suatu
pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau
menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara
natural tanpa adanya intervensi pihak luar. Pada
intinya studi ini berusaha untuk menyoroti suatu
keputusan atau seperangkat keputusan, mengapa keputusan
itu diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya
dan menggunakan metode
3.5.1 Metode Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi
adalah mencari data yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
Hadari Nawawi (2005:133) menyatakan bahwa studi
dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip
51
dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil
yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Dalam penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari
jurnal-jurnal sebelumnya yang meneliti tentang
budaya organisasi,sistem pengendalian internal dan
kinerja karyawan
3.6 . Keabsahan Data
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran
yang objektif. Karena itu keabsahan data dalam sebuah
penelitian kualitatif sangat penting. Melalui keabsahan
data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif
dapat tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan
keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Adapun
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2007:330).
Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini
dilakukan triangulasi Dengan sumber Menurut Patton,
triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
52
penelitian kualitatif (Moleong, 2007:29).Triangulasi
dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini
adalah mengumpulkan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
topik peneliti lalu mengeexplor kedalam penelitian
menambahkan sutu variabel yang tidak ada dalam
penelitian sebelum.
3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil studi
dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis
secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk
deskriptif.Menurut Patton (Moleong, 2001:103), analisis
data adalah “proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan
uraian dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran
tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data
dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok
penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang
dikemukakan oleh Burhan Bungin(2003:70), yaitu sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
53
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari
kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan
data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan studi dokumentasi.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data, diartikan sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan catatan tertulis di
lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan
data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,
menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis
memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan
data/informasi yang tidak relevan.Display
DataDisplay data adalah pendeskripsian
sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
danpengambilan tindakan. Penyajian data
kualitatif disajikan dalam bentuk teks
naratif.Penyajiannya juga dapat berbentuk
matrik, diagram, tabel dan bagan
3. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution
Drawing and Verification)
Merupakan kegiatan akhir dari analisis data.
Penarikan kesimpulanberupa kegiatan
54
interpretasi, yaitu menemukan makna data yang
telah disajikan. Antara pengumpulan data dan
penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis
data yang ada. Dalam pengertian ini analisis
data kualitatif merupakan upaya berlanjut,
berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi
data, penyajiandata dan penarikan kesimpulan/
verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara
berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis
yang terkait.Selanjutnya data yang telah
dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk
kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada
di lapangan,pemaknaan atau untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang kemudiandiambil
intisarinya saja.Berdasarkan keterangan di atas,
maka setiap tahap dalam proses tersebut
dilakukan untuk mendapatkan keabsahan Data
dengan menelaah seluruh data yang ada dari
berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan
dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto
dan sebagainya melalui metode studi kasus yang
didukung dengan jurnal-jurnal penelitian
sebelumnya.
55