Proposal

24
PROPOSAL MENINGKATKAN EFEKTIVITAS WAJIB WAJIB DALAM PEMUNGUTAN PAJAK PADA PT. XXX Oleh: Norisma Yudia Sajow NIM: 12 004 011

Transcript of Proposal

PROPOSAL

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS WAJIB WAJIB DALAMPEMUNGUTAN PAJAK PADA PT. XXX

Oleh:Norisma Yudia SajowNIM: 12 004 011

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANPOLITEKNIK NEGERI MANADOPROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI

TAHUN 2015PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal dengan judul

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS WAJIB WAJIB DALAM PEMUNGUTANPAJAK PADA PT. XXX

Oleh

Nama : Norisma Yudia SajowNIM : 12 004 011Program Studi :D3 Akuntansi

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Manado, Januari2015Ketua Program Studi Pembimbing

............................................... .............................................

..NIP: NIP:

Mengetahui,Ketua Jurusan Akuntansi

..........................................................

NIP:

DAFTAR ISI

Judul

Lembar Persetujuan

Daftar Isi

A. Pendahuluan1.Latar Belakang2.Perumusan Masalah3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

B. Tinjauan Pustaka

C. Metode Penelitian1.Jenis Penelitian2.Sumber Data3.Teknik Pengumpulan Data4.Teknik Analisis Data

D. Daftar Pustaka

A.PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Indonesia saat ini sedang mengalami berbagaipermasalahan di berbagai sektor khususnyasektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia,tingginya tingkat inflasi, naiknya hargabarang-barang, melemahnya nilai tukar rupiahterhadap dolar Amerika serta turunnya daya belimasyarakat menjadi masalah yang sangat rumityang harus diselesaikan oleh pemerintah.Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintahIndonesia berusaha untuk meningkatkanpendapatan yang berasal dari dalam negeri, danpajak merupakan jawaban atas permasalahantersebut. Pajak memberikan kontribusipendapatan Negara Indonesia yang terbesar.

Bagi Indonesia, penerimaan pajak sangatbesar peranannya dalam mengamankan anggaranNegara dalam APBN setiap tahunnya. PenerimaanNegara yang berkesinambungan dimungkinkan danlayak dibangun adalah perolehan dari sektorpajak. Struktur penerimaan Negara dalam APBNmenempatkan penerimaan sektor pajak sebagai pospenerimaan terbesar. Kondisi itu tercapaiketika harga minyak bumi yang berfluktuasi dipasar internasional dalam kurun waktu relatifpanjang pada awal dekade 1980-an. Fluktuasiharga itu telah membuat struktur penerimaanNegara yang saat itu sangat mengandalkanpenerimaan dari minyak bumi dan gas alam(migas) tidak bisa diandalkan lagi untukkesinambungannya. Untuk itu, pemerintah padatahun 1983 mengambil kebijakan dengan melakukan

reposisi andalan bagi penerimaan Negara yaknidari migas menjadi pajak.

Usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pajakuntuk meningkatkan jumlah penerimaan Negaradengan tidak mengandalkan pada penerimaan darisektor migas, kemudian dilakukan Reformasiperpajakan sebagai perubahan peraturan lamasampai keakar-akarnya, dasar falsafah dansistem pemungutan diterapkan di Indonesia.Karena bagaimanapun, dengan mengandalkan sistemperpajakan yang sebelumnya akan menghalangiusaha peningkatan efisiensi industri dalamnegeri, dimana sistem perpajakan yang adadianggap belum efektif untuk menjangkau segalaaspek perpajakan. Dan secara jelas IGGI (InterGovermental Group of Indonesia) menyebutkan bahwasistem perpajakan di Indonesia berada di bawahstandar sistem perpajakan nasional. (Sony danSiti, 2006:75)

Pembaharuan sistem perpajakan nasionalmelalui reformasi perpajakan (tax reform)diupayakan untuk mendukung reposisi penerimaanandalan dari sektor pajak agar berjalanbaik. Maka untuk pertama kalinya dilakukanreformasi perpajakan pada tahun 1983, yaituperubahan atas sistem Official AssessmentSystemmenjadi Self Assessment System. Biladengan Official Assessment System, maka yangmenghitung dan menetapkan besarnya pajakterutang yang harus dibayar oleh masyarakatadalah pihak fiskus yakni berdasarkan data daninformasi yang dimiliki. Sedangkan dengan SelfAssessment System, maka diberikan kepercayaankepada masyarakat (Wajib Pajak) untuk

menghitung sendiri besar pajak yakni sesuaidengan transaksi atau kondisi yang dialami dankemudian dibayar ke kas Negara.

Perubahan sistem pemungutan pajak tersebutmemiliki tujuan penting yaitu meningkatkanjumlah penerimaan pajak sebagai penyumbangterbesar penerimaan Negara untuk tujuanpembangunan. Tujuan reformasi perpajakanmenurut Sony dan Siti (2006:78) adalahmeningkatkan kualitas pelayanan kepada WajibPajak (Tax Payer’s Service Quality) sebagai sumberaliran dana untuk mengisi kas Negara,menekankan terjadinya penyelundupan pajak (taxevasion) oleh Wajib Pajak, meningkatkan kepatuhanbagi Wajib Pajak dalam penyelenggaraankewajiban perpajakannya, menerapkan konsep goodgovernance, adanya transparansi,responsibility, keadilan, dan akuntabilitasdalam meningkatkan kinerja instansi pajaksekaligus publikasi jelasnya pos penggunaanpengeluaran dana pajak, dan meningkatkanpenegakan hukum pajak, pengawasan yang tinggidalam pelaksanaan administrasi pajak, baikkepada fiskus maupun kepada Wajib Pajak. Denganuang yang berasal dari pungutan pajak, negaramemperoleh dukungan dana untuk melancarkan rodapemerintahan.

Tetapi disisi lain apabila pungutan pajakdilaksanakan dengan tanpa terkendali dapatberakibat pemerasan terhadap rakyat. Untuktetap dalam koridor yang bermanfaat bagikehidupan masyarakat, bangsa dan negara makapungutan pajak harus taat asas dan mematuhiaturan-aturan hukum yang berlaku. Untuk adanya

control dari masyarakat maka para wajib pajakperlu memahami apa yang menjadi kewajibansebagai wajib pajak, serta memahami apa fungsipajak sebenarnya. (Suherman Toha, 2001).

Saat ini Indonesia menganut tiga systempemungutan pajak, official assessment system, selfassessment system dan withholding system. Ketiga systemdiatas memiliki keistimewaan masing-masing.Namun yang memiliki peranan yang paling dominanadalah system self assessment yang mana wajib pajakdiberikan wewenang untuk menghitung,melaporkan, dan menyetorkan sendiri pajak yangterutang. Berdasarkan penelitian Siti KurniaRahayu (2008:113), kualitas pelayanan kepadaWajib Pajak memberikan pengaruh terhadaptindakan penyelundupan pajak. Penyelundupanpajak merupakan usaha aktif wajib pajak dalammemanipulasi utang pajak, hal ini dapat terjadikarena iklim perpajakan di Indonesiamengandalkan Self Assessment System. Dengan harapanpelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajakmampu memenuhi harapan dan kebutuhan WajibPajak maka akan semakin baik tingkatpelaksanaan Self Assessment System Wajib pajak.Apabila ada ketidaksesuaian dengan peraturanperpajakan yang berlaku, maka aparat yangberfungsi mengawasi Perpajakan akan mengambiltindakan dan memberi sanksi bagi pelanggarperaturan tersebut.

Pelaksanaan kerjasama antara wajib pajakdengan aparat pajak kadang tidak terjalindengan baik. Hal tersebut dikarenakan adanyaperbedaan kepentingan antara keduanya. Wajibpajak cenderung berupaya untuk mengurangi beban

pajaknya bahkan menghindar dari kewajiban untukmembayar pajak sedangkan pemerintah berupayauntuk menerima pembayaran pajak yang tinggidari wajib pajak. Bahkan, wajib pajak melakukankerjasama dengan aparat pajak dalam memperkecilbeban pajaknya. Sehubungan dengan permasalahtersebut, maka penulis tertarik untuk melakukanpenelitian berupa evaluasi dalam Meningkatkanefektivitas wajib pajak dalam pemungutan pajakdengan studi kasus di PT. XXX.

2. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang dikemukakan,

masalah penelitian yang dirumuskan adalah“Apakah PT. XXX sudah menerapkan perhitungan,pelaporan, dan penyetoran Wajib Pajak sesuaidengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku?”

3. Tujuan dan Manfaat PenelitianBerdasarkan permasalahan tersebut maka

dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mengetahui penerapan perhitungan Pajak di

PT. XXX, dan dianalisis apakah dilakukan

sesuai Undang-Undang Perpajakan atau tidak

sesuai.

2)  Menganalisis pelaporan objek pajak PT. XXX,

serta dianalisis apakah dilakukan sesuai

dengan Undang-Undang Perpajakan atau tidak

sesuai.

3) Mengetahui sistem penyetoran dan

pemungutannya yang diterapkan oleh PT. XXX,

dan dianalisis apakah dilakukan sesuai

ketentuan yang berlaku.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis

dalam penelitian mengenai peningkaan

efektivitas wajib pajak dalam pemugutan

pajaknya dan sebagai bahan masukan bagi

penulis mengenai peraturan perpajakan.

2) Bagi Perusahaan

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak 

perusahaan yang dapat dijadikan sebagai

dasar dalam  pemecahan suatu masalah yang

sedang di hadapi oleh perusahaan,

b. Untuk mengetahui secara jelas keadaan

manajemen PT.XXX dalam pemungutan

pajaknya.

3) Bagi Politeknik Negeri Manado

Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang

meneliti pada kajian yang sama khususnya     

mahasiswa/i jurusan Akuntansi guna

perkembangan karya ilmiah dimasa yang akan

datang.

B. TINJAUAN PUSTAKA1.Definisi Pajak dan Fungsinya

Definisi PajakTiada pajak yang dapat dipungut oleh

negara tanpa adanya undang-undang yangmengatur pemungutan pajak tersebut. Olehkarena itu setiap pemungutan pajak diaturdalam undang-undang yang berlaku.  Adapunyang menjadi dasar hukum pajak yang berlakudi Indonesia yaitu Undang-Undang dasar 1945pasal 23 ayat (2) “segala pajak untukkeperluan Negara berdasarkan Undang-Undang.”

Berdasarkan Undang-Undang 1945 pasal 23ayat (2) di atas lahirlah beberapa undang-undang yang mengatur tentang Perpajakan diIndonesia.  Bahkan sejak 1945 sampai sekarangpemerintah telah beberapa kali mengadakanrevisi dan penggantian Undang-UndangPerpajakan seiring dengan perkembanganperekonomian Indonesia.

Rochmat Soemitro (1990) mengemukakanbahwa  yang dimaksud dengan pajak adalahiuran rakyat kepada kas Negara berdasarkanundang-undang (yang dapat dipaksakan) dengantiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi)yang langsung dapat ditunjukkan dan yangdigunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkanbahwa pajak memiliki unsur :

a. Iuran dari rakyat kepada Negara, Yangberhak memungut pajak hanyalah Negara,iuran tersebut berupa uang.

b. Berdasarkan undang-undang, Pajakdipungut berdasarkan atau dengankekuatan undang-undang serta aturanpelaksanaannya.

c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasidari Negara yang secara langsung dapatditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak

dapat ditunjukkan adanyakontraprestasi individual olehpemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah-tanggaNegara, yakni pengeluaran-pengeluaranyang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Fungsi pajakSebagaimana telah diketahui bahwa unsur-

unsur yang melekat pada pengertian pajakdari berbagai difinisi, maka terlihat adadua fungsi pajak :

a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)Pajak sebagai sumber bagi pemerintahuntuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Contoh, dimasukkannyapajak pada APBN (Anggaran pendapatandan Belanja Negara) sebagaipenerimaan dalam negeri, sebagaipembiayaan rutin seperti belanjapegawai, belanja barang, pemeliharaandan lain sebagainya.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)Pajak sebagai alat untuk mengaturatau melaksanakan kebijaksanaanpemerintah dalam bidang social danekonomi. Contoh, dikenakannya pajakyang tinggi terhadap minuman kerassehinnga konsumsi minuman keras dapatditekan.

2.Syarat Pemungutan Pajak  Agar pemungutan pajak tidak menimbulkanhambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajakharus memenuhi syarat sebagai berikut :a.  Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapaikeadilan, undang-undang dan pelaksanaanpemungutan harus adil. Maksudnya ialahpemungutan pajak dilakukan secara merata,

serta sesuai dengan kemampuan masing-masing,dan memberikan hak bagi wajib pajak untukmengajukan keberatan, penundaan dalampembayaran dan mengajukan banding kepadamajelis pertimbangan Pajak.

b.  Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis) Pajak diatur dalam UUD1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikanjaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baikbagi negara maupun warganya.

c. Tidak mengganggu pemerintahan (syarat Ekonomis)Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancarankegiatan produksi maupun perdagangan,sehingga tidak menimbulkan kelesuanperekonomian masyarakat.

d.  Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajakharus dapat ditekan sehingga lebih rendahdari hasil pemungutannya.

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.Sistem pemungutan yang sederhana akanmemudahkan dan mendorong masyarakat dalammemenuhi kewajiban perpajakannya.

3.Ketentuan Umum dan Tata Cara PerpajakanDengan berpegang teguh pada prinsip kepastian

hukum, keadilan, dan kesederhaan, arah dantujuan perubahan Undang-Undang tentang ketentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan ini mengacu padakebijakan pokok sebagai berikut:a. Meningkatkan efesiensi pemungutan pajak dalam

rangka mendukung penerimaan Negara.b. Menigkatakan pelayanan, kepastian hukum dan

keadilan bagi masyarakat guna meningkatkandaya saing dalam bidang penanaman modal,dengan tetap mendukung pengembangan usahakecil dan menengah.

c. Menyesuaikan tuntutan perkembangan sosialekonomi masyarakat serta perkembangan dibidang teknologi informasi.

d. Meningkatkan keseimbangan antara hak dankewajiban.

e. Menyederhanakan prosedur administrasiperpajakan.

f. Meningkatakan penerapan prinsip self assementsecara akuntabel dan konsisten, dan;

g. Mendukung iklim usaha kea rah yang lebihkondusif dan kompetitif.K

4.Pelaporan PajakSesuai dengan sistem self assessment maka Wajib

Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkandiri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau KantorPenyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan(KP4) / Kantor Pelayanan Penyuluhan danKonsultasi perpajakan (KP2KP) yang wilayahnyameliputi tempat tinggal atau kedudukan WajibPajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)NPWP adalah nomor yang diberikan kepada WajibPajak sebagai sarana yang merupakan tandapengenal atau identitas bagi setiap WajibPajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannyadi bidang perpajakan.

Fungsi NPWP adalah :- sebagai sarana dalam administrasi perpajakan-  sebagai identitas Wajib Pajak

Pencantuman NPWPDalam hal berhubungan dengan dokumenperpajakan, wajib pajak diwajibkanmencantumkan Nomor Poko Wajib Pajak yangdimilikinya.

Pendaftran NPWPSemua Wajib Pajak yang telah memenuhipersyaratan subyektif dan obyektif sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan berdasarkan sistem assessment,wajib pajak mendaftrkan diri pada KantorDirektorat Jenderal Pajak untuk dicatatsebagai Wajib Pajak dan sekaligus untukmendapatkan Nomor pokok Wajib Pajak.Tempat pendaftran dilakukan pada kantorDirektorat Jenderal Pajak yang wilayahkerjanya meliputi tempat tinggal dan kantorDirektorat Jenderal Pajak yang wilayahkerjanya meliputi tempat kegiatan usahadilakukan bagi Wajib Pajak orang pribadipengusaha tertentu.Direktur Jenderal Pajak menerbitkan NomorPokok Wajib Pajak secara jabatan apabila WajibPajak yang memenuhi persyaratan subyektif danobyektif tidak mendaftarkan diri untukmendapatkan NPWP. 

SanksiSetiap orang dengan sengaja tidak mendaftarkandiri untuk diberikan Nomor Pokok Wajin Pajak ,atau menyalah gunakan atau menggunakan tabpahak NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugianpada pendapatan Negara dipidana penjar apalingsedikit enam bulan dan paling lama enam tahundan denda paling sedikit dua kali jumlah pajakterutang yang tidak atau tidak kurang dibayardan paling banyak empat kali jumlah pajakterutang yang tidak dibayar.

Penghapusan NPWPPenghapusan NPWP apabila:1. Dilakukan permohonan pengapusan NPWP oleh

Wajib Pajak dan/atau ahli ahli waris nyaapabila wajib Pajak sudah tiada memenuhipersyaratan subyektif dan atau obyektifsesuai dengan ketentuan undang-undangperpajakan;

2. Wajib pajak badan dilikuidasi karenapenghentian atau penggabungan usaha

3. Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikankegiatan usahanya di Indonesia

Format NPWPNPWP terdiri dari 15 digit , yaitu Sembilandigit pertama merupakan Kode Wajib Pajak danenam digit berikutnya merupakan KodeAdministrasi Perpajakan. Formatnya adalahsebagai berikut: XX. XXX. XXX. X-XXX. XX

-  menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak danpengawasan   administrasi perpajakan

- dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan

5.Pengukuhan Pengusaha Kena PajakPengusaha adalah orang pribadi atau badan

dalam bentuk apa pun yang ada dalam kegiatanusaha atau pekerjaannya mengahsilkan barang,menginmpor, mengekspor, melakukan usahaperdagangan, memanfaatkan barang tidakmewujudkan dari luar daerah pabean.

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yangmelakukan penyerahan barang Kena Pajak dan ataupenyerahan Jasa kena Pajak yang dikenai pajakberdasarkan undang-undang pajak pertambahannilai 1984 dan perubahannya. Fungsi pengukuhan PKP:

- Sebagai identitas PKP yang bersangkutan- Melaksanakan hak dan kewajiban di bidangPajak pertambahan NIlai dan Pajak ataspenjuala Atas Barang Mewah.

- Pengawasan administrasi perpajakan. Sanksi

Setiap orang dengan sengaja tidak melaporkanusahanya untuk dikukuhkan sebagai PengusahaKena Pajak atau menyalahgunakan ataumenggunakan tanpa hak Pengukuhan PengusahaKena Pajak , sehingga menimbulkan kerugianpada pendapatan Negara dipidana paling lambatenam bulan dan paling lama enam tahun dandenda paling sedikit dua kali jumlah pajak

terutang yang atau kurang dibayar dan palingbanyak empat kali jumlah pajak terutang atautidak dibayar.

Surat Pemberitahuan (SPT)SPT adalah surat yang oleh wajib pajakdigunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau harta pembayran pajak , objek pajakdan/atau bukan oleh objek pajak , dan/atauharta dan kewajiban sesuai dengan ketentuanperaturan perundang undangan perpajakan.Fungsi SPT yaitu Pembayaran atau pelunasanpajak yang telah dilaksanakan sendiridan/atua melalui pemotongan atau pemungutanatau pemungutan pihak lain dalam satu tahunpajak atau bagian tahun pajak.Jenis SPTSecara garis besar dibedakan menjadidua,yaitu surat Pemberitahuan untuk suatuMasa Pajak dan Surat Pemberitahuan Tahunanadalah Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajakatau Bagian Tahun Pajak.Batas waktu penyampaian SPT- Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama20 hari setelah akhir masa pajak.

- Untuk surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan Wajib Pajak orang pribadi,paling lama 3 bulan setelah akhir TahunPajak.

- Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghsilan Wajib Pajak badan, paling lama 4bulan setelah akhir tahun pajak.Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT

Wajib Pajak dapat memperpajang jangka waktupenyampaian SPT Tahunan sebagaimana dimaksuduntuk paling lama dua bulan sejak baas waktupenyampaian SPT Tahunan dengan caramenyampaikan Pemberitahuan Perpanjangan SPTTahunan.

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan wajibditandatangani oleh Wajib Pajak atau KuasaWajib Pajak. Dalam hal pemberitahuanpepanjangan SPT Tahunan ditandatangani olehKuasa Wajib Pajak, Pemberitahuan PerpanjanganSPT Tahunan harus dilampiri dengan surat kuasakhusus.

Sanksi terlambat atau tidak MenyampaikanSPTApabila surat pemberitahuan tidak disampaikandalam jangka waktu yang ditentukan atau bataswaktu perpanjangan Surat Pemberitahuan,dikenai sanksi administrasi berupa dendasebesar:

- Rp 500.000 untuk Surat pemberitahuan MasaPajak.

- Rp100.000 untuk Surat Pemberitahuan Masalainnya.

- Rp100.000 untuk Surat PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajakbadan.

- Rp100.000 untuk Surat PemberitauanTahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajakorang pribadi.

Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pembayaran PajakSurat setoran pajak adalah bukti

pembayaran atau penyetoran pajak yang telahdilakukan dengan menggunakan formulir atautelah dilakukan dengan cara lain ke kas Negaramelalui tempat pembayararan yang ditunjuk olehMentri Keuangan.

SSP berfungsi sebagai bukti pembayaranpajak apabila telah disahkan oleh pejabatkantor penerima pembayaran yang berwenang atauapabila telah mendapatkan validasi.

Batas Waktu Pembayaran atau PenyetoranPajakBatas waktu pembayaran atau penyetoran pajak

diatur sebagai berikut:Pembayaran Masa1. Pph pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh

pemotong Pajak penghasilan harus disetorpaling lama tanggal 10 (sepuluh) bulanberikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

2. Pph pasal 4 ayat (2) yang harus dibayarsendiri oleh Wajib Pajak harus disetorpaling lama tanggal 15 (lima belas) bulanberikutnya setelah Masa Pajak berakhirkecuali ditetapkan lain oleh MentriKeuangan.

3. Pph pasal 15 yang dipotong oleh PemotongPph harus disetor paling lama tanggal10(sepuluh) bulan berikutnya setelah MasaPajak berakhir.Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar, Serta Surat Ketetapan PajakKurang bayar tambahan, dan Surat KeputusanKeberatan, Surat Keputusan Pembetulan, PutusanBanding, Serta putusan Peninjaun Kembali, yangMenyebabkan Jumlah Pajak yang Harus di Bayar,Harus di Lunasi dalam Jangka 1(satu) BulanSejak tanggal di Terbitkan.

Surat Ketetapan pajak adalah suratketetapan yang meliputi Surat Ketetapan PajakKurang bayar , Surat Ketetapan Pajak KurangBayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil,atau Surat ketetapan Pajak lebih Bayar. SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB):

a. Pengertian‘’surat ketetapan pajak yang menentukanbesarnya jumlah pokok pajak , jumlahkredit pajak , jumlah kekeuranganpajak, besarnya sanksi administrasi ,dan jumlah pajak yang masih harusdibayar.

b. Penerbitan SKKBSKKB Diterbitkan apabila:

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan atauketrangan lain pajak yang terutangtidak atau kurang bayar.

2. Kewajiban menyelenggarakan pembukuanatau pencatatan tidak dipenuhisehingga tidak dapat diketahuibesarnya pajak yang terutang.

3. Sanksi administrasi, Apabila SKPKBdikeluarkan karena alasan pada poin2a dan 2e, maka jumlah kekuranganpajak terutang ditambah dengan sanksiadministrasi berupa bunga sebesar 2%perbulan paling lama 24 bulan,dihintung saat terutangnya pajak atauberakhirnya Masa Pajak, bagian Tahunpajak , atau Tahun Pajak sampaidengan diterbitkannya suratketerangan pajak kurang bayar.

4. Fungsi SKPKBa. Koreksi atas jumlah yang trutang

menurut SPT-nya.b. Sarana untuk mengenakan sanksialat

untuk menagoh pajakJangka waktu Penerbitan SKPKB

Dalam jangka waktu lima tahun setelah saatterutangnya pajak atau berakhirnya MasaPajak , bagian Tahun Pajak , atau TahunPajak , Direktur Jenderal Pajak dapatmenerbitkan SKPKB.

6.Kewajiban dan Hak Wajib PajakKewajiban Wajib Pajak: Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP, Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagaiPKP.

Menghitung dan membayar sendiri pajak denganbenar.

Menyelenggarakan pembukuan.Hak-hak Wajib Pajak:

Mengajukan surat keberatan dan surat banding. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.

7.Kewajiban Pembukuan/Pencatatan1) Pembukuan adalah suatu proses pencatatan

yang dilakukan secara teratur untukmengumpulkan data dan informasi keuanganyang meliputi harta, kewajiban, modal,penghasilan dan biaya, serta jumlah hargaperolehan dan penyerahan barang atau jasa,yang ditutup dengan menyusun laporankeuangan aberupa neraca, dan laporan labarugi untuk periode tahun Pajak tersebut.

2) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukankegiatan usaha atau pekerjaan bebas danWajib Pajak badan di Indonesia wajibmenyelenggarakan pembukuan.

3) Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajibanmenyelenggarakan pembukuan tetapi wajibmelakukan pencatatan, adalah Wajib Pajakorang pribadi orang pribadi yang melakukankegiatan usaha atau pekerjaan bebas yangsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitungpenghasilan neto dengan menggunakan Normapenghitungan Penghasilan Neto dan WajibPajak orang pribadi yang tidak melakukankegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

4) Pembukuan atau Pencatatan: Diselenggarakan dengan itikad baik dan

mencerminkan keadaan atau kegiatanusaha yang sebenarnya.

Pembukuan dengan bahasa asing dan matauang selain rupiah dapatdiselenggarakan oleh Wajib Pajaksetelah mendapat izin Mentri keuangan.

C. METODE PENELITIAN1. Jenis Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitianini adalah data primer dan data sekunder. Dataprimer berupa bukti dan dokumen-dokumen pajakyang secara langsung diperoleh dari objekpenelitian. Data sekunder dipilih secara simplerandom berupa Rekonsiliasi fiskal, buktipemotongan dan pemungutan PPh oleh wajib pajakbadan, lampiran-lampiran SPT masa dan tahunan,serta Surat Setoran Pajak (SSP).

2. Sumber DataDalam menyelesaikan tugas akhir ini, sumber

data yang penulis gunakan untuk mendukungpenelitian adalah data internal dan dataeksternal. Adapun definisi dari data internaldan       eksternal adalah sebagai berikut : Data Internal

Umar ( 2005 : 42 ) menyatakan bahwa : “ Datainternal merupakan data yang didapat daridalam perusahaan atau organisasi di manariset dilakukan”.Dalam penelitian ini data internal yang

diperoleh seperti sejarah perusahaan, strukturorganisasi perusahaan, visi dan misi perusahaanserta dokumen-dokumen yang di gunakan dalampemungutan pajak.

3. Teknik Pengumpulan Data Wawancara ( interview ), adalah tekhnik

pengumpulan data dengan melakukan tanya-jawab secara langsung kepada pihak-pihakyang berhubungan langsung dengan objekpenelitian, yaitu wawancara dengan KepalaBagian Pajak dan karyawan bagian pajak PT.XXX. Hasil wawancara disajikan dalam bentuk

uraian tertulis/narasi dan baganarus/flowchart.

 Dokumentasi, adalah tekhnik pengumpulandata dengan mencatat hasil dari wawancaradan dokumen berupa bukti-bukti pajak,laporan keuangan dan laporan tahunan.Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan

cara penelitian kepustakaan yaitu mempelajaridan menelaah berbagai bacaan yang mencakupbuku-buku teks, diktat, instansi pemerintah,perpustakaan, jurnal-jurnal, web site, laporankeuangan dan laporan lain yang telah dimilikioleh PT. XXX.

4. Teknik Analisis DataAdapun metode yang digunakan penulis dalam

penelitian adalah metode analisis deskriptif.Menurut Sugiono ( 2005 : 11 ) menyatakanbahwa : Penelitian deskricftif adalahpenelitian yang dilakukan untuk mengetahuinilai variabel mandiri, baik satu variabel ataulebih ( independen ) tanpa membuatperbandingan, atau menghubungkan antaravariabel satu dengan variabel yang lain.

Metode deskriftif bertujuan untukmenggambarkan sifat sesuatu yang tengahberlangsung pada saat riset dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 6 Tahun

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Kartasasmita, Husein, Penjelasan dan Komentar

Pajak Penghasilan 1984, Yayasan Bina Pajak,

Jakarta,1985.

Mardiasmo, Perpajakan 2009, Penerbit Andi,

Yogyakarta, 2009.

Abut, Hilarus.2005. Perpajakan  Jakarta. Diadit.

Media

Djuanda, gustian. 2003. Pajak penghasilan orang

pribadi. Jakarta. PT. Salemba empat.

Gunadi. 2002. Ketentuan Dasar pajak penghasilan. Jakarta.

PT. salemba empat.

Indonesia, direktorat jendral pajak.2000. KMK

535KMK 03/2000. Tentang wajib pajak tertentu yang di

kecualikan dari kewajiban menyampaikan pemberitahuan surat

pemberitahuan tahunan. 22 Desember 2000.