Profitability and Efficiency of Red Onion Farming Profitabilitas ...

11
Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127 Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 117 Profitability and Efficiency of Red Onion Farming Imron Rosyadi, Didit Purnomo Faculty of Economics and Business, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jalan A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta 57102, E-mail: [email protected] Abstract The purpose of this research is to determine and analyze the profitability and performance of onion farming marketing margins; analyze and know the parts of prices received by farmers and analyze the efficiency of onion farming in the district of Brebes. Samples taken in this study is 30 onion farmers in the district of Brebes, who settled in six villages, each village was taken 5 farmers as the research sample. These results indicate that the location of onion farming research does not provide benefits significantly to the household economy of farmers. Higher selling prices at the retail level and supermarkets do not have a significant impact on the level of profits of farming in the study area. Farming is done by farmers in the study area is inefficient. Onion marketing chain in the study area is relatively long, which consists of 4 lines of marketing. Keywords: farming, profitability, efficiency, input-output JEL classification: Q1 Profitabilitas dan Efisiensi Usahatani Bawang Merah Abstrak Tujuan penelitian ini menentukan dan menganalisis profitabilitas dan kinerja margin pemasaran pertanian bawang; menganalisis dan mengetahui bagian dari harga yang diterima oleh petani/ saham petani) dan menganalisis efisiensi pertanian bawang di Kabupaten Brebes. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 30 petani bawang di Kabupaten Brebes, yang menetap di enam (6) desa, setiap desa diambil 5 petani sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penelitian pertanian bawang tidak memberikan manfaat signifikan (menguntungkan) terhadap ekonomi rumah tangga petani. Harga jual yang lebih tinggi di tingkat eceran dan supermarket tidak memiliki dampak yang signifikan pada tingkat keuntungan pertanian di daerah studi. Pertanian bawang yang dilakukan oleh petani dalam wilayah penelitian, tidak efisien. Jaringan pemasaran bawang di daerah penelitian relatif lama, yang terdiri dari 4 jalur pemasaran. Kata kunci: usahatani, profitabilitas, efisiensi, output-input Klasifikasi JEL: Q1 1. Pendahuluan Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Luas wilayahnya 1.657,73 km², jumlah pendu- duknya sekitar 1.767.000 jiwa (2003). Ibukota- nya adalah Brebes. Brebes merupakan kabupa- ten dengan jumlah penduduk paling banyak di Jawa Tengah. Kabupaten Brebes terletak di bagian barat Provinsi Jawa Tengah, dan berba- tasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini ‘menyatu’. Ibukota Kabupaten Brebes terletak seki- tar 177 km sebelah barat Kota Semarang, atau 330 km sebelah timur Jakarta. Kabupaten ini dilalui jalur pantura, dan menjadi pintu masuk utama Jawa Tengah di sisi barat dari arah Jakarta/Cirebon, sehingga Brebes memiliki posisi yang cukup strategis. Selain itu, juga terdapat jalan provinsi sebagai jalur alternatif

Transcript of Profitability and Efficiency of Red Onion Farming Profitabilitas ...

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 117

Profitability and Efficiency of Red Onion Farming

Imron Rosyadi, Didit PurnomoFaculty of Economics and Business, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jalan A. Yani

Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta 57102, E-mail: [email protected]

AbstractThe purpose of this research is to determine and analyze the profitability and performance of onionfarming marketing margins; analyze and know the parts of prices received by farmers and analyzethe efficiency of onion farming in the district of Brebes. Samples taken in this study is 30 onionfarmers in the district of Brebes, who settled in six villages, each village was taken 5 farmers as theresearch sample. These results indicate that the location of onion farming research does not providebenefits significantly to the household economy of farmers. Higher selling prices at the retail leveland supermarkets do not have a significant impact on the level of profits of farming in the studyarea. Farming is done by farmers in the study area is inefficient. Onion marketing chain in thestudy area is relatively long, which consists of 4 lines of marketing.Keywords: farming, profitability, efficiency, input-outputJEL classification: Q1

Profitabilitas dan Efisiensi Usahatani Bawang MerahAbstrak

Tujuan penelitian ini menentukan dan menganalisis profitabilitas dan kinerja margin pemasaranpertanian bawang; menganalisis dan mengetahui bagian dari harga yang diterima oleh petani/saham petani) dan menganalisis efisiensi pertanian bawang di Kabupaten Brebes. Sampel yangdiambil dalam penelitian ini adalah 30 petani bawang di Kabupaten Brebes, yang menetap di enam(6) desa, setiap desa diambil 5 petani sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkanbahwa lokasi penelitian pertanian bawang tidak memberikan manfaat signifikan (menguntungkan)terhadap ekonomi rumah tangga petani. Harga jual yang lebih tinggi di tingkat eceran dansupermarket tidak memiliki dampak yang signifikan pada tingkat keuntungan pertanian di daerahstudi. Pertanian bawang yang dilakukan oleh petani dalam wilayah penelitian, tidak efisien.Jaringan pemasaran bawang di daerah penelitian relatif lama, yang terdiri dari 4 jalur pemasaran.Kata kunci: usahatani, profitabilitas, efisiensi, output-inputKlasifikasi JEL: Q1

1. PendahuluanKabupaten Brebes merupakan salah satukabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.Luas wilayahnya 1.657,73 km², jumlah pendu-duknya sekitar 1.767.000 jiwa (2003). Ibukota-nya adalah Brebes. Brebes merupakan kabupa-ten dengan jumlah penduduk paling banyak diJawa Tengah. Kabupaten Brebes terletak dibagian barat Provinsi Jawa Tengah, dan berba-tasan langsung dengan wilayah Provinsi JawaBarat. Ibukota kabupaten Brebes terletak di

bagian timur laut wilayah kabupaten. KotaBrebes bersebelahan dengan Kota Tegal,sehingga kedua kota ini ‘menyatu’.

Ibukota Kabupaten Brebes terletak seki-tar 177 km sebelah barat Kota Semarang, atau330 km sebelah timur Jakarta. Kabupaten inidilalui jalur pantura, dan menjadi pintu masukutama Jawa Tengah di sisi barat dari arahJakarta/Cirebon, sehingga Brebes memilikiposisi yang cukup strategis. Selain itu, jugaterdapat jalan provinsi sebagai jalur alternatif

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081118

menuju ke kota-kota di Jawa Tengah bagianselatan seperti Purwokerto, Kebumen, danYogyakarta. Brebes merupakan kabupatenyang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah.Sebagian besar wilayahnya adalah dataranrendah. Bagian barat daya merupakan datarantinggi dengan puncaknya Gunung Pojoktigadan Gunung Kumbang; sedang bagian teng-gara terdapat pegunungan yang merupakanbagian dari Gunung Slamet, beriklim tropis,dan curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan.Kondisi itu menjadikan kawasan tersebutsangat potensial untuk pengembangan produkpertanian, khususnya bawang merah.

Bawang Merah bagi Kabupaten Brebesmerupakan trademark mengingat posisinyasebagai penghasil terbesar komoditi tersebut ditataran nasional serta memilki brand imageyang baik bagi konsumen bawang merah diIndonesia. Bawang merah Brebes terkenaldengan kualitas yang lebih baik dari bawangmerah yang berasal dari daerah lain di Indo-nesia atau luar negeri seperti, Thailand danChina. Bawang merah asli Brebes memilikicita rasa tinggi, yaitu lebih menyengat danharum serta produk jadi (bawang ‘goreng’)-nyalebih enak dan ‘gurih’. Bawang merah merupa-kan salah satu produk andalan dan unggulansektor industri Kabupaten Brebes. Hal iniditegaskan dalam Peraturan Daerah Kabupa-ten Brebes Nomor 8 tahun 1986 bahwa lam-bang daerah dalam bentuk bulat telur sertagambar bawang merah melambangkan bahwatelur asin dan bawang merah merupakan hasilspesifik daerah Brebes (Pemkab Brebes, 2008)

Produksi bawang merah di KabupatenBrebes dari tahun ke tahun mengalami pening-katan. Pada tahun 2007 sebesar 159.342,6 ton,awal tahun 2008 meningkat menjadi 179.227,8ton (Bappeda Brebes, 2008). Sementara hargabawang merah cenderung berfluktuatif, padaawal 2007 harga bawang merah sebesar7.000/kg, pada awal tahun 2008 turun menjadi6.000/kg, pada pertengahan tahun 2008 naikkembali menjadi 10.000/kg (BPS Brebes, 2008).Fluktuasi harga bawang merah menjadi salahsatu penyebab berkurangnya keuntunganpetani bawang merah di Kabupaten Brebes.Fluktuasi harga bawang merah disebabkanterjadinya over supply akibat panen raya ataumasuknya bawang merah impor (Agustian et

al., 2005). Penyebab yang lain secara ber-urutan adalah fluktuasi harga pupuk, fluktuasiharga obat-obatan, fluktuasi harga bibit, pro-duksi turun akibat iklim dan produksi turunkarena HPT (Nurasa dan Darwis, 2007;Agustian et al., 2005; Saptana, et al., 2006).

Hasil analisis usahatani bawang merah diKabupaten Brebes oleh Nurasa dan Darwis(2007) menunjukkan bahwa produksi yangdihasilkan dari usahatani bawang merahcukup tinggi yaitu mencapai 11,1 ton/ha dalamsatu tahun dengan nilai yang diperoleh sebesarRp70.892.000. Sementara keuntungan yangdiperoleh dalam satu tahun atau dua kalitanam hanya sebesar Rp6.831.000, dengan R/Crasio sebesar 1,1. Selanjutnya Nurasa danDarwis (2007) memberikan kesimpulan bahwaberusahatani bawang merah telah dapat mem-berikan keuntungan, akan tetapi menurut parapetani tingkat keuntungan yang diperolehbelum cukup untuk dapat memenuhi kebu-tuhan ekonomi rumah tangga petani.

Perolehan keuntungan yang kecil olehpetani disebabkan tingginya biaya produksi(output) yaitu 90% dari total pendapatan sertadisebabkan oleh fluktuasi harga output sebesar33,33%, fluktuasi harga pupuk sebesar 28,57%,flutuasi harga obat-obatan 55,56%, fluktuasiharga bibit, iklim dan hama pascatanam(Nurasa dan Darwis, 2007; Agustian et al.,2005; Saptana, et al., 2006). Sehingga dapatdirumuskan permasalahan, bagaimana struk-tur pendapatan (kinerja profitabilitas) dankinerja margin pemasaran usahatani bawangmerah di Kabupaten Brebes?; bagaimanastruktur bagian harga yang diterima petani(farmer’s share) di Kabupaten Brebes? danapakah usahatani bawang merah di Kabupa-ten Brebes sudah dilakukan secara efisien?

Tujuan dilaksanakannya penelitian iniadalah untuk mengetahui dan menganalisisprofitabilitas dan kinerja margin pemasaranusahatani bawang merah di KabupatenBrebes; menganalisis dan mengetahui bagianharga yang diterima petani (farmer’s share) dikabupaten Brebes dan menganalisis efisiensiusahatani bawang merah di KabupatenBrebes.

Perkembangan produksi beberapa komodi-tas sayuran ditampilkan pada tabel 1, yangmemberikan beberapa gambaran sebagai ber-

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 119

ikut: (1) Pada periode sebelum krisis ekonomi(1986-1997), semua komoditas sayuran unggul-an, yaitu bawang merah, kentang, kubis, tomatdan cabe merah, mengalami pertumbuhanproduksi positif yang cukup tinggi, yaitumasing-masing tumbuh 7,82 persen, 0,82 per-sen, 7,98 persen, 17,69 persen dan 34,11 persenper tahun; (2) Pada periode setelah krisisekonomi (1997-1999), semua komoditas sayur-an unggulan, yaitu bawang merah, kentang,kubis, tomat dan cabe merah, juga masih tetaptumbuh cukup cepat yaitu masing-masing22,75 persen, 7,65 persen, 4,34 persen, 10,8persen dan 12,29 persen per tahun; dan (3)Pada periode 2000-2002, semua komoditassayuran unggulan, yaitu bawang merah, ken-tang, kubis, tomat dan cabe merah menun-jukkan kinerja yang berbeda antarkomoditas.Komoditas yang tetap tumbuh positif cukuptinggi adalah kubis yaitu 6,23 persen pertahun. Komoditas yang mengalami stagnasiadalah bawang merah, tomat dan cabe merahyang tumbuh sekitar 0 - 0,56 persen per tahun,

sedangkan komoditas yang mengalami penu-runan produksi adalah wortel (-5,56%/tahun).

Hasil kajian Saptana et al. (2001) diKabupaten Karo dan Simalungun mengung-kapkan bahwa penurunan produksi padaperiode terakhir ini lebih disebabkan olehfaktor eksternal (di luar petani), sepertiketidakstabilan sosial politik dan keamanandalam negeri, yang menyebabkan tersumbat-nya ekspor ke Singapura dan Malaysia sebagaiakibat dari kehilangan kepercayaan pembeli dinegara-negara tersebut. Hal tersebut terkaiterat dengan dayabeli masyarakat dan cakupantujuan pasarnya. Komoditas kubis tetap tum-buh positip karena harganya yang relatifterjangkau pembeli dan memiliki tujuan pasaryang luas, sedangkan harga cabe merah dantomat sangat mahal dan jangkauan pasarnyaterbatas pada pasar lokal dan regional.

Hal ini diperkuat oleh hasil kajianSaptana et al. (2001) di Jawa Tengah, yangmenunjukkan penurunan produktivitas padacabe merah dan tomat disebabkan antara lain

Tabel 1. Perkembangan Produksi Sayuran Menurut Jenis di Indonesia, Tahun 1986-2002 (Ton)

Tahun Bawangmerah Cabe Kentang Kubis Tomat Wortel Ketimun

1986 382.117 439.000 446.295 949.357 165.000 108.408 293.0001987 412.522 436.189 368.961 978.514 187.430 132.229 267.9761988 379.380 449.000 418.154 771.273 192.200 132.387 307.0001989 399.488 518.000 559.396 926.110 238.202 192.559 324.3861990 495.183 417.000 628.727 1.071.756 207.546 172.200 255.1561991 509.013 425.000 525.839 974.553 235.285 172.727 268.2011992 528.311 440.000 702.584 1.213.360 228.726 233.470 268.4361993 561.267 350.000 809.457 1.266.040 226.208 192.482 418.0001994 636.864 316.915 ·877.146 1.417.980 301.723 234.178 530.0001995 592.544 1.589.978 1.035.260 1.904.207 652.045 247.179 631.3261996 768.560 1.043.792 1.109.560 1.829.121 591.597 269.837 614.381

7,82 34,11 10,82 7,98 17,69 11,13 9,451997 605.736 801.832 813.368 1527101 460542 227322 489.5951998 599.304 848.524 998.032 1660379 547257 332846 506.8891999 938.293 1.007.726 924.058 1659507 562406 286536 431.950

22,75 12,29 7,65 4,34 10,8 16,25 -5,632000 772.880 727.747 977.349 1.336.410 593.392 326.693 423.2822001 774.562 580.464 831.140 1.205.404 483.991 300.648 431.9212002 766.572 635.089 893.824 1.232.843 573.517 282.248 406.1412003 762.795 1.066.722 1.009.979 1.348.433 657.459 355.802 514.2102004 757.399 1.100.514 1.072.040 1.432.814 626.872 423.722 477.716

-0,56 14,98 3,85 2,56 4,10 5,21 3,89Sumber: Ditjen Hortikultura (1989, 1999 dan 2005)

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081120

oleh: (1) Menurunnya penggunaan bibit ber-kualitas, khususnya kentang; (2) Perluasanareal lahan dengan merambah areal hutansejak terjadinya krisis ekonomi; (3) Terjadinyapenurunan kesuburan tanah karena erosiberat pada lapisan top soil yang disebabkanoleh banjir, sebagai akibat perambahan hutandi Pegunungan Dieng; dan (4) Degradasi ting-kat kesuburan lahan, karena tidak diterap-kannya sistem usahatani konservasi, dimanabaris tanaman tidak mengikuti garis konturtetapi mengikuti garis lereng.

Secara administratif Kabupaten Brebesterbagi dalam 17 kecamatan, yang terdiri atas292 desa dan 5 kelurahan. Dalam Pola Perwi-layahan Provinsi Jawa Tengah, KabupatenBrebes termasuk Wilayah Pembangunan IIdengan pusat di Tegal. Kabupaten Brebessendiri dalam perwilayahan pembangunandibagi menjadi 3 Sub Wilayah Pembangunan(SWP) yaitu:a) SWP Ia, dengan pusat di Brebes, meliputiKecamatan Brebes, Wanasari, Jatibarang, danSonggom. Sektor yang dapat dikembangkanadalah pertanian, khususnya subsektor per-ikanan, sektor perdagangan/jasa dan sektorpemerintahan.b) SWP Ib, dengan pusat di Tanjung, meliputiKecamatan Tanjung, Losari dan Bulakamba.Sektor yang dapat dikembangkan adalahsektor perdagangan dan pertanian.c) SWP II, dengan pusat di Ketanggungan,meliputi Kecamatan Ketanggungan, Banjar-harjo, Larangan dan Kersana. Sektor yangdapat dikembangkan di wilayah ini adalah sek-tor pertanian khususnya subsektor tanamanpangan antara lain meliputi sayur mayur,bawang merah dan lombok serta sektor peme-rintahan.

SWP III, dengan pusat di Bumiayu,meliputi Kecamatan Bumiayu, Tonjong, Siram-pog, Paguyangan, Bantarkawung dan Salem.Sektor yang dikembangkan adalah sektor per-tanian, industri kecil, pariwisata, dan perda-gangan.

Efisiensi merupakan tindakan memak-simalkan hasil dengan menggunakan modal(tenaga kerja, material dan alat) yang minimal(Banker and Cooper, 1984; Bowlin, 1996).Efisiensi merupakan rasio antara input danoutput, dan perbandingan antara masukan dan

pengeluaran. Apa saja yang dimaksudkandengan masukan serta bagaimana angka per-bandingan tersebut diperoleh, akan tergantungdari tujuan penggunaan tolok ukur tersebut.Secara sederhana, menurut Talluri (2000)efisiensi dapat berarti tidak adanya pemboros-an.

Efisiensi dapat diestimasi dengan teknikanalisis Data Envelopment Analysis (DEA)yang memiliki karakter berbeda dengan kon-sep efisiensi pada umumnya (yang diestimasidengan pendekatan parametrik). Ada beberapaalasan mengapa alat analisis DEA dapatdipakai untuk mengukur efisiensi suatu prosesproduksi yaitu: (1) efisiensi yangdiukur adalahbersifat teknis, bukan ekonomis. Hal inidimaksudkan bahwa, analisis DEA hanyamemperhitungkan nilai absolut dari suatuvariabel. Satuan dasar pengukuran yang men-cerminkan nilai ekonomis dari tiap-tiap varia-bel seperti harga, berat, panjang, isi dan lain-nya tidak dipertimbangkan. Oleh karenanyadimungkinkan suatu pola perhitungan kombi-nasi berbagai variabel dengan satuan yangberbeda-beda; (2) nilai efisiensi yang dihasil-kan bersifat relatif atau hanya berlaku dalamlingkup sekumpulan UKE (Unit KegiatanEkonomi) yang diperbandingkan (Talluri,2000). Selanjutnya efisiensi untuk mengukurkinerja proses produksi dalam arti yang luasdengan mengoperasionalkan variabel-variabelyang mempunyai satuan yang berbeda-beda,yang kebanyakannya seperti dalam pengukur-an barang-barang publik atau barang yangtidak mempunyai pasar tertentu (non-tradedgoods) maka alat analisis DEA merupakanpilihan yang paling sesuai (Cooper and Tone,2002).

Data Envelopment Analysis (DEA) meru-pakan sebuah pendekatan non parametrikyang pada dasarnya merupakan teknik berba-sis linier programming. DEA bekerja denganlangkah mengidentifikasi unit-unit yang akandievaluasi, input serta output unit tersebut.Kemudian menghitung nilai produktivitas danmengidentifikasi unit mana yang tidak meng-gunakan input secara efisien atau tidakmenghasilkan ouput secara efektif. Produkti-vitas yang diukur bersifat komparatif ataurelatif karena hanya membandingkan antarunit pengukuran dari 1 set data yang sama.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 121

Dalam penelitian ini analisis DEA ditujukanuntuk mengukur efisiensi PBM (memfokuskanpada identifikasi penambahan output yangdiperlukan untuk mencapai kondisi DEAdengan mempertahankan input yang dimilikisaat ini).

Pada gambar 1 titik A menunjukkan efi-siensi teknik tetapi pada titik A' jika menggu-nakan kombinasi input untuk memproduksioutput yang sama, maka akan terjadi inefisien-si teknik karena menggunakan lebih banyakinput dari yang dibutuhkan pada tingkat ouputefisiensi frontier. Titik B efisiensi teknik tetapitidak efisien biaya karena pada tingkat ourputyang sama dapat memproduksi kurang daribiaya pada point C. Jika suatu organisasibergerak dari titik A ke titik C efisiensi biayaakan meningkat (OA' - OA")/ OA'. Hal ini akanmemperbaiki pengukuran efisiensi pada (OA' -OA) / OA dan efisiensi harga meningkat pada(OA - OA") / OA. Efisiensi teknik biasanyadiukur dengan melihat apakah input perludikurangi secara proporsional untuk mencapaibatas. Ini dikenal dengan nama konstrakradial input karena titik operasinya bergeraksepanjang garis dari titik origin sampai dimana organisasi berada.

kapitalGambar 1. Konsep Efisiensi

Menurut Cooper et al. (2000) suatu per-usahaan akan dapat dikatakan efisien apabila:(1) Mempergunakan jumlah unit input yanglebih sedikit dibandingkan jumlah unit inputyang digunakan oleh perusahaan lain denganmenghasilkan jumlah output yang sama, (2)Menggunakan jumlah unit input yang sama,tetapi dapat menghasilkan jumlah output yanglebih besar.

Maksimisasi →

n

irkrk

m

rrkrk

s

xv

yuh

1

1

di mana, hs adalah efisiensi teknik obyek s, madalah output obyek yang diamati, n adalahinput obyek yang diamati, yrk merupakanjumlah output r yang diproduksi oleh obyek k,xrk adalah jumlah input r yang digunakan olehobyek k, urk merupakan bobot output r yangdihasilkan oleh obyek k, vrk adalah bobot inputr yang diberikan oleh obyek k, dan r dihitungdari 1 ke m serta i ihitung dari 1 ke n.

Persamaan di atas menunjukkan adanyapenggunaan satu variabel input dan satuoutput. Rasio efisiensi (hs), kemudian dimaksi-malkan dengan kendala sebagai berikut(Talluri et al., 1997):

n

rijik

m

rrjrj

Xv

Yu

1

1 ≤1; j = 1,…,N

Kriteria non-negatif,urk ≥ 0; r = l, …,mvrk ≥ 0; 1 = 1, …,ndi mana, N menunjukkan jumlah obyek dalamsampel. Pertidaksamaan pertama menunjuk-kan adanya efisiensi rasio untuk UKE laintidak lebih dari 1, sementara pertidaksamaankedua berbobot positif. Angka rasio akan ber-variasi antara 0 sampai dengan 1. Obyekdikatakan efisien apabila memiliki angka rasiomendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya jikamendekati 0 menunjukkan efisiensi obyek yangsemakin rendah.

Beberapa bagian program linier ditrans-formasikan ke dalam program ordinary liniersecara primal sebagai berikut (Cooper et al.,2000; Talluri et al., 1997):

Fungsi Tujuan:

(DEA) Maksimumkan hk = rk

s

rykYu

1

NjXvyupm

iijkik

s

rrkrkkj ,......1;0

11

Fokus dimana inputminimum diperlukanuntuk menghasilkanoutput

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081122

11

m

iijkikkj Xvq di mana urk dan vrk ≥ 0

Efisiensi pada masing-masing input dihi-tung menggunakan programasi linier denganmemaksimumkan jumlah output yang dibobotdari obyek k. Kendala jumlah input yangdibobot harus sama dengan satu untuk obyekk, sedangkan kendala untuk semua obyek,yaitu jumlah output yang dibobot dikurangijumlah input yang dibobot harus kurang atausama dengan 0. Hal ini berarti semua obyekakan berada atau di bawah referensi kinerjafrontier yang merupakan garis lurus yangmemotong sumbu origin (Purwantoro, 2003).

Dalam DEA, efisiensi dinyatakan dalamrasio antara total input tertimbang. Dimanasetiap UKE diasumsikan bebas menentukanbobot untuk setiap variabel-variabel inputmaupun variabel output yang ada, asalkanmampu memenuhi dua kondisi yang disyarat-kan yaitu (Cooper et al., 2000):(a) Bobot tidak boleh negatif, (b) Bobot harusbersifat universal atau tidak menghasilkanindikator efisiensi yang di atas normal ataulebih besar dari nilai 1 bilamana dipakai UKEyang lainnya.

Dalam rangka mencapai tingkat efisiensiyang maksimal, maka setiap UKE cenderungmemiliki pola untuk menetapkan bobot tinggipada input yang sedikit digunakan, dan padaoutput yang banyak dihasilkan. Di mana bobotyang dipilih tersebut tidak semata-mata meng-gambarkan suatu nilai ekonomis, tetapi lebihmerupakan suatu kuantitatif rencana untukmemaksimalkan efisiensi UKE bersangkutan.Suatu UKE dikatakan efisien secara relatif,bilamana nilai dualnya sama dengan 1 (nilaiefisiensi=100%). Sebaliknya bila nilai dualnyakurang dari 1, maka UKE bersangkutandianggap tidak efisien secara relatif (Hadad etal., 2003).

2. Metode PenelitianPengambilan sampel dalam penelitian inimenggunakan teknik purposive sampling,yaitu pengambilan sampel non-probabilitasyang disesuaikan dengan tujuan penelitian.Populasi penelitian ini adalah seluruh petanibawang merah di Kabupaten Brebes. Sedang-

kan sampel yang akan diambil dalam pene-litian ini adalah 30 petani bawang merah diKabupaten Brebes, yang bermukim di enam (6)Desa, yaitu Luwungragi, Siwuluh, Banjaratma,Petunjungan, Tegalglagah dan Sitanggal.Masing-masing Desa diambil 5 petani sebagaisampel penelitian ini.

Data yang dipergunakan terdiri atas dataprimer dan data sekunder. Data primer diper-oleh dari hasil wawancara mendalam terhadap20 responden petani di 5 desa di kecamatanBulakamba Kabupaten Brebes, yaitu desaLuwungragi, desa Siwuluh, desa Banjaratma,desa Tunjungan dan desa Sitanggal. Setiapdesa masing-masing diambil dua (2) responden.Data sekunder diperoleh dari DepartemenPertanian, Dinas Pertanian Tanaman PanganHoltikultura Brebes dan Bappeda KabupatenBrebes

Sekaran (2006); Jogiyanto (2003) menyata-kan bahwa pengoperasionalan konsep (opera-tionalizing the concept) atau disebut denganmendefinisikan konsep secara operasi adalahmenjelaskan karakteristik dari obyek (pro-perti) kedalam elemen-elemen (elements) yangdapat diobservasi yang menyebabkan konsepdapat diukur dan dioperasionalkan di dalamriset. Konsep secara operasi yang perludidefiniskan adalam penelitian ini adalah:(a) Ouput adalah jumlah produksi bawangmerah per-hektar dalam satu tahun (duakali tanam) yang diukur menggunakan kilo-gram (kg) dan nilai nominal (Rupiah)(b) Input adalah pengeluaran (biaya) yangdibutuhkan untuk memproduksi bawangmerah per-hektar dalam satu tahun (duakali tanam) yang diukur menggunakan nilainominal (Rupiah).

Perhitungan analisis efisiensi usahatani didaerah penelitian dengan menggunakan DataEnvelopment Analysis (DEA), dengan mema-sukkan 7 variabel input yaitu: (i) bibit, (ii)pupuk buatan, (iii) pupuk lain-nya, (iv) pes-tisida, (v) obat lain-nya, (vi) tenaga kerja, dan(vii) biaya lain-nya. Sedangkan variabeloutputnya terdiri dari jumlah produksi (kg)atau nilai produksi (Rp.).

Analisis struktur profitabilitas usahatanibawang merah akan melihat seberapa besarpendapatan usahatani dan produksi yangdihasilkan petani. Analisis ini menggunakan

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 123

analisis biaya dan pendapatan dengan rumus;TCTR

di mana, π adalah Pendapatan petani dari usa-hatani bawang merah, TR adalah Total pene-rimaan dari usahatani bawang merah, TCadalah Total pengeluaran pada usahatanibawang merah.

Selanjutnya untuk menganalis kinerjamargin pemasaran usaha tani, digunakan dataharga di tingkat petani dan harga di tingkatlembaga pemasaran, sehingga dalam perhi-tungan margin pemasaran digunakan formula:

Mm = Pe – Pf

dimana, Mm adalah margin pemasaran di ting-kat petani, Pe adalah harga di tingkat kelem-bagaan pemasaran tujuan pemasaran petani,Pf adalah harga di tingkat petani.

Bagian harga yang diterima petani(farmer's share) merupakan perbandingan har-ga yang diterima oleh petani dengan harga ditingkat lembaga pemasaran yang dinyatakandalam persentase. Farmer's share diformulasi-kan sebagai berikut:

%100Pr

PfFs

di mana, Fs adalah farmer’s share, Pf adalahharga di tingkat petani, Pr adalah harga ditingkat lembaga pemasaran.

3. Hasil Analisis dan PembahasanTabel 2 menunjukkan hasil analisis profitabili-tas usahatani bawang merah dilokasi peneli-tian. Produksi bawang merah ha-1 dalam duakali tanam dalam setahun cukup besar yaitu11,13564 ton (11.135,64 kg) dengan nilai pene-rimaan (revenue) produksi sebesar Rp69.976.500.Sedangkan keuntungan bersih setelah diku-rangi berbagai pengeluaran (biaya produksi)sebesar Rp4.670.114, dengan R/C rasio sebesar1,1.

Berdasarkan hasil analisis ini dapatdisimpulkan bahwa ber-usahatani bawangmerah telah dapat memberikan keuntunganbagi petani, namun keutungan yang diperolehterhitung sangat kecil jika dibandingkandengan biaya produksi yang telah dikeluarkan.Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan

(interview in depth) peneliti di lapangan terha-dap petani yang menyatakan bahwa tingkatkeuntungan yang diperoleh belum cukupuntuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumahtangga petani. Atau dengan kalimat lain,usahatani bawang merah dilokasi penelitiantidak memberikan keuntungan yang siginfikan(unprofitable) terhadap ekonomi rumah tanggapetani. Keuntungan yang kecil itu disebabkanoleh tingkat biaya produksi yang telalu tinggi,yaitu mencapai 90 persen dari total revenue.Biaya produksi tertinggi dikeluarkan untukupah tenaga kerja yang mencapai 52,26persen, kemudian diikuti secara ber-urutanyaitu bibit 22,81 persen, pupuk 10,01 persen,pestisida 10,00 persen dan biaya lain-nya 4,82persen.

Tabel 2. Analisis Profitabilitas UsahataniBawang Merah di Kabupaten Brebes, 2013

Uraian Nilai (Rp.)A. Penerimaan

(1) Produksi (kg)(2) Nilai (Rp)

11.135,6469.976.500

B Pengeluaran(1) Bibit(2) Pupuk buatan(3) Pupuk lain-nya(4) Pestisida(5) Obat lain-nya(6) Tenaga kerja

(i) Dalam keluarga(ii) Luar Keluarga

(7) Biaya lain-nyaTotal Pengeluaran

14.894.7764.165.7502.420.5504.650.2241.894.450

5.865.40028.266.1363.149.100

65.306.386C Keuntungan 4.670.114D R/C 1,1

Sumber: Data Diolah

Tabel 3 menunjukkan hasil analisisbagian harga yang diterima petani (farmer’sshare). Hasil analisis ini menunjukkan bahwabagian harga jual yang diterima pada berbagaikelembagaan pasar mulai dari tingkat petanisampai dengan pasar eceran berkisar antaraRp4.000 sampai dengan Rp7.390. Berdasarkanharga jual ini terlihat bahwa perbedaan antaraharga di tingkat petani dengan tujuan kelem-bagaan pemasaran, paling tinggi terjadi padatingkat supermarket (Rp10.500), berikutnyadengan pasar di tingkat pengecer (Rp7.065 –Rp7.390) dan pasar induk Klampok, pedagang

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081124

besar, serta pasar induk Kramatjati (Rp5.275 –Rp6.340). Sedangkan farmer’s share terhadapberbagai tingkat lembaga pemasaran diperolehshare secara berurutan yaitu: pedagang pe-ngumpul 81,63 persen, pasar induk KlampokBrebes 75,83 persen, pedagang besar 66,06persen, pedagang pasar induk Kramatjati63,09 persen, pedagang pengecer pasar indukKramatjati 56,62 persen, pasar eceran 54,13persen dan supermarket 38,10 persen. Berda-sarkan share ini dapat disimpulkan bahwaharga jual yang cukup tinggi di tingkatpengecer dan supermarket tidak tertransmisi-kan dengan baik ke tingkat petani, sehinggapetani tetap memperoleh farmer’s share yangkecil dan berfluktuasi. Atau dengan dengankalimat lain, tingginya harga jual di tingkatpengecer dan supermarket tidak berdampaksignifikan terhadap tingkat keuntunganusahatani di lokasi penelitian.

Tabel 3. The farmer’s share oleh berbagaikelembagaan pemasaran bawang Mira, 2008

Tujuan Pemasaran Harga(Rp kg-1)

Persen

1. Harga jual di tingkatpetani

2. Harga jual di pedagangpengumpul

3. Harga jual di pasarinduk Klampok-Brebes

4. Harga jual di pedagangbesar

5. Harga jual di pedagangpasar induk Kramatjati

6. Harga jual di pedagangpengecer pasar induk(Kramatjati)

7. Harga jual di pasareceran

8. Supermarket

4.000

4.900

5.275

6.055

6.340

7.065

7.390

10.500

-

81,63

75,83

66,06

63,09

56,62

54,13

38,10Sumber: Data Diolah

Tabel 3 menunjukkan hasil analisis mar-gin pemasaran bawang merah pada petaniuntuk berbagai tujuan pemasaran. Perolehanmargin pemasaran komoditas bawang merahpada petani terendah diperoleh untuk tujuanpedagang pengumpul dengan margin yangdiperoleh sebesar Rp900, kemudian untuktujuan pemasaran pedagang pasar indukKlampok dan pedagang besar secara berurutanmarjinnya sebesar Rp1.275 dan Rp2.055.

Tabel 4. Margin pemasaran bawang merahpada petani untuk berbagai tujuan pemasaran,2008

Tujuan Pemasaran Harga Jual(Rp kg-1)

MarginPemasaran(Rp kg-1)

1. Pedagangpengumpul

2. Pedagang pasarinduk (Klampok)

3. Harga jual dipedagang besar

4.900

5.275

6.055

900

1.275

2.055

Sumber: Data Diolah

Tabel 4 menunjukkan hasil analisis efi-siensi dengan indikator skor efisiensi untukmasing-masing desa yang diobservasi. Berda-sarkan hasil estimasi dengan menggunakanalat bantu analisis Banxia Frontier Analysisdapat ditemukan skor efisiensi untuk masing-masing desa yang terpilih sebagai lokasi obser-vasi (penelitian). Skor efisiensi untuk DesaLuwungragi 65,54 persen; Desa Siwuluh 64,63persen; Desa Banjaratma 63,76 persen; DesaPetunjungan 64,05 persen; Tegalglagah 66,06persen dan Desa Sitanggal 65,00 persen,sehinngga rata-rata skor efisiensi dari ke-enamDesa tersebut sebesar 64,84 persen. Berdasar-kan skor rata-rata efisiensi dapat disimpulkanbahwa usahatani yang dilakukan oleh petanidi lokasi penelitian tidak efisien, karena skorefisiensinya kurang dari 100 persen.

Tabel 5. Skor efisiensi usahatani, 2008

No Usahatanidi Desa

Skor Efisiensi(Persian)

Keterangan

123456

LuwungragiSiwuluhBanjaratmaPetunjunganTegalglagahSitanggal

65,5464,6363,7664,0566,0665,00

inefisieninefisieninefisieninefisieninefisieninefisien

Sumber: Perhitungan DEA dengan Banxia FrontierAnalysis, 2008

Tabel 5 menunjukkan potensi peningkatanefisiensi usahatani bawang merah di lokasipenelitian. Potensi pengembangan (potentialimprovement) input dilihat secara negatifsedangkan untuk output dilihat secara positif.Untuk meningkatkan efisiensi sampai batasefficient frontier secara teoritis usahatanibawang merah di lokasi penelitian cukup

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 125

dengan membelanjakan pupuk buatan sebesarRp2.905.194 atau 30,26 persen lebih kecil daribelanja pupuk buatan sebenar-nya, demikianjuga dengan pupuk lain-nya dikurangi menjadisebesar 1.925.548 atau 20,45 persen dari belan-ja pupuk lain-nya yang aktual. Sedangkanuntuk belanja pestisida dikurangi menjadisebasar Rp2.319.532 atau 50,12 persen lebihsedikit dari belanja pestisida yang aktual ataudengan kalimat lain, pembelanjaan pestisidayang dilakukan oleh petani selama ini sudahterlalu tinggi atau terjadi pemborosan penggu-naan pestisida sehingga perlu rasionalisasikansebesar 50,12 persen, demikian juga denganobat lain-nya perlu rasionalisasikan sebesar40,25 persen. Sementara untuk tenaga kerjauntuk mencapai batas efficient frontier diper-lukan pengurangan tenaga kerja luar keluarga,sehingga pembiayaan untuk tenaga kerjacukup dengan pengeluaran sebesarRp25.905.914 atau 8,35 persen lebih kecil daripembiayaan tenaga kerja dalam sesungguh-nya. Atau dengan kalimat lain, tenaga kerjayang selama ini dipekerjakan oleh petaniterlau banyak sehingga perlu untuk dirasio-nalisasikan sebesar 8,35 persen, demikian jugadengan tenaga kerja dalam perlu dirasionali-sasikan sebesar 6,45 persen. Sementara untukbiaya lain-nya juga perlu dikurangi sebesar15,45 persen.

Di sisi lain untuk output, agar mencapaibatas efficient frontier diperlukan penigkatanproduksi bawang merah menjadi 17.260,242 kg(17,260 ton) ha-1 dengan nilai penerimaansebesar Rp108.463.5751 dalam dua kali tanamatau 55 persen lebih besar dari produksi sudah

yang terjadi.Hasil penelitian ini mendukung penelitian

yang dilakukan oleh Nurasa dan Darwis (2007)yang menyatakan bahwa menurut petani,pendapatan usahatani bawang merah yangditerimanya selalu berfluktuasi. Hal ini antaralain dipengaruhi oleh penurunan perolehanproduksi yang diakibatkan oleh fluktuasi har-ga obat-obatan (55,56 persen) karena petaniterbiasa banyak melakukan penyemprotandengan menggunakan obat-abatan kimia yangharganya dirasa semakin mahal dan jugaadanya obat-obatan yang dirasakan tidak efek-tif karena kemungkinan palsu. Pengaruhterbesar kedua adalah karena pengaruh kea-daan iklim terutama di saat musim kemarau/kering (50 persen) di mana kita ketahuitanaman bawang merah sangat ketergan-tungan akan kecukupan air. Penyebab lainnyaberkurangnya keuntungan yang diterimadisebabkan oleh fluktuasi harga output, hargabibit, dan harga pupuk (masing-masing 33,3,33,33, dan 28,57 persen).

4. SimpulanUntuk mencapai tujuan yang sudah dipapar-kan dalam penelitian ini, diperlukan langkah-langkah strategis yaitu mendesain (menyusun)metode penelitian, mengolah data dan meng-analisis hasil serta pembahasannya, sehinggasampai pada beberapa poin simpulan bahwausahatani bawang merah di lokasi penelitiantidak memberikan keuntungan yang siginfikan(unprofitable) terhadap ekonomi rumah tanggapetani; harga jual yang cukup tinggi di tingkat

Tabel 5. Potensi pengembangan usahatani bawang merah dilihat dari input atau outputInput/Output Uraian Nilai Aktual (Rp) Nilai Target (Rp) Potential Improvement

Input

(1) Bibit(2) Pupuk buatan(3) Pupuk lain-nya(4) Pestisida(5) Obat lain-nya(6) Tenaga kerja

(i) Dalam keluarga(ii) Luar keluarga

(7) Biaya lain-nya

14.894.7764.165.7502.420.5504.650.2241.894.450

5.865.40028.266.1363.149.100

14.894.7762.905.1941.925.5482.319.5321.131.934

5.487.08225.905.9142.662.564

00,00%-30,26%-20,45%-50,12%-40,25%

-6,45%-8,35%

-15,45%

Output(1) Produksi (kg)(2) Nilai (Rp)

11.135,6469.976.500

17.260,242108.463.575

55%55%

Sumber: Perhitungan DEA dengan Banxia Frontier Analysis, 2008

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081126

pengecer dan supermarket tidak tertransmisi-kan dengan baik ke tingkat petani, sehinggapetani tetap memperoleh farmer’s share yangkecil dan berfluktuasi; perolehan margin pema-saran komoditas bawang merah pada petaniterendah diperoleh untuk tujuan pedagangpengumpul dengan margin yang diperolehsebesar Rp900, serta usahatani yang dilakukanoleh petani di lokasi penelitian tidak efisien,karena skor efisiensinya kurang dari 100persen.

Pemerintah Kabupaten disarankan untukmelakukan kebijakan-kebijakan yang meng-arah pada penguatan kelembagaan kemitraanusaha komoditas bawang merah dengan visi“Mencapai Indonesia Sebagai EksportirBawang Merah”; Pemerintah Kabupaten dapatmewujudkan: (a) tersedianya varietas baruyang produktif, adaptif dan tahan terhadaphama/penyakit, (b) tersedianya teknologi pro-duksi dan pengelolaan benih bermutu, konsepjaminan dan standarisasi mutu sebagailangkah awal untuk membangun industribenih nasional yang tangguh dan mandiri; (c)Tersedianya teknologi budidaya yang ramahlingkungan dan efisien dengan memanfaatkansumberdaya lokal secara optimal dan berkelan-jutan untuk menghasilkan produk hortikulturamodern dan efisien sekaligus membukapeluang munculnya industri sarana penunjangdi berbagai daerah; (d) Tersedianya teknologipengendalian hama/penyakit yang berbasispada penggunaan musuh alami dan pengu-rangan pestisida sintetis serendah mungkin;(e) Tersedianya teknologi pasca panen untukefisiensi pengemasan, konservasi mutu segar,diversifikasi produk yang berkaitan denganpeningkatan nilai tambah industri hortikul-tura. Serta Peng-usahatani, melakukan lang-kah-langkah efisiensi terhadap penggunaanpestisida, pupuk, dan tenaga kerja serta mela-kukan langkah-langkah untuk meningkatkanproduksi bawang merah dengan cara peng-gunaan bibit unggul dan dan tahan tehadaphama, serta penggunaan teknologi produksidan pengelolaan benih yang bermutu tinggi.

Beberapa keterbatasan dalam metodepenelitian ini adalah lama pengamatan (obser-vasi) dilakukan hanya dalam satu periodeyaitu tahun 2008; Pengamatan dilakukanhanya pada enam lokasi penelitian, yaitu desa

yang dipandang sebagai penghasil bawangmerah terbesar di Kabupaten Brebes; Hasilanalisis profitabilitas tidak memasukankemungkinan biaya sewa lahan bagi petaniyang menyewa lahan garapan bawang merahdan nnalisis efisiensi dalam penelitian ini lebihmenitikberatkan pada konsep efisiensi harga(allocative or price efficiency).

Saran yang bisa dilakukan untuk penyem-purnaan penelitian ini, bagi peneliti berikut-nya adalah untuk mendapatkan hasil pene-litian dengan tingkat keakurasian yang lebihtinggi diperlukan penambahan lama periodepengamatan, misalnya lima tahun terakhir;untuk menghindari adanya pembiasan hasilpengolahan data, diperlukan penambahanlokasi pengamatan; dalam usahatani bawangmerah, banyak petani yang tidak mengguna-kan tanah sawahnya sendiri, tetapi menyewatanah orang lain, sehingga perlu dimasukkanunsur biaya sewa tanah dalam analisisprofitabilitas dan efisiensi serta unuk menda-patkan hasil yang lebih baik perlu dipertim-bangkan penambahan analisis efisiensi teknik(technical analysis).

5. Daftar PustakaAdiyoga, W. 2000. Perkembangan ekspor-Im-

por dan ketidakstabilan penerimaan eks-por komoditas sayuran di Indonesia. Jur-nal Hortikultura. Vol 10 (l): 70-81.

Agustian, A., Zulham, A., Syahyuti, Tarigan,H., Supriatna, A., Supriyatna, Y., Nurasa,T. 2005. Analisis berbagai bentuk kelem-bagaan pemasaran dan dampaknyaterhadap peningkatan usaha komoditaspertanian. laporan akhir penelitian.PSEKP-Badan Penelitian dan Pe-ngembangan Pertanian, Jakarta: Depar-temen Pertanian

Andersen, P., & Petersen, N. C. 1993. Aprocedure for ranking efficient units indata envelopment analysis. Manage-ment Science, 39(10), 1261-1264.

Banker, R. D., Chames, A, & Cooper, W. W.1984. Some models for estimating tech-nical and scale inefficiencies in dataenvelopment analysis. ManagementScience, 30(9), 1078-1092.

Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15 (2), Desember 2014, 117-127

Jurnal Ekonomi Pembangunan, ISSN 1411-6081 127

Budiarto, Joko. 2004. Dukungan teknologi bagipengembangan hortikultura tahun 2003.Jakarta: Badan Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian.

Bappeda Brebes. 2005, Produk unggulanpertanian di kabupaten Brebes. www.brebeskab.go.id

BPS Brebes. 2008. Kabupaten Brebes dalamangka tahun 2008. Brebes: Badan PusatStatistik Kabupaten Brebes.

Bhat, R., Bharat, B., dan Elan Reuben. 1998,Methodology note: data envelopmentanalysis (DEA). India: IIM Ahmedabad

Bowlin, WF. 1996. Measuring performance: anintroduction to data envelopment analy-sis (DEA), Journal of Cost Analysis, 3-7

Cooper, W.W., Seiford, L.M. and Kaoru Tone.2002. Data envelopment analysis: acomprehensive text with models, appli-cations, references and dea-solver soft-ware, 3rd ed., Boston: Kluwer Academic

Gonarsyah, Isang. 1992. Peranan pasar indukkramat jati sebagai barometer hargasayur mayur di wilayah DKI Jakarta.Mimbar Sosek, Bogor: Institut PertanianBogor. (5):43-48.

Hadi, P.U., H. Mayrowani, Supriyati danSumedi 2000. Review and outlookpengembangan komoditas hortikultura.seminar nasional perspektif pemba-ngunan perta-nian dan kehutanan tahun2001 ke depan. Bogor Pusat PenelitianSosial Ekonomi Pertanian. Badan Peneli-tian dan Pengembangan Pertanian,

Irawan, B., Simatupang P, Sugiarto, Supadi,Agustin, NK., Sinuraya, JF. 2006. PanelPetani Nasional (PATANAS): analisisindikator pembangunan pertanian danpedesaan. Laporan Akhir Penelitian.PSEKP-Badan Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian, Jakarta: DepartemenPertanian

Kuma’at, R. 1992. Sistem pemasaran sayurandataran tinggi di provinsi SulawesiUtara. Thesis MS - FPS IPB, Bogor.

Mubyarto. 1989. Pengantar ekonomi pertanian.Jakarta: LP3ES

Rachman, H.P.S. 1997. Aspek permintaan,penawaran dan tataniaga hortikultura diIndonesia. Forum Agro Ekonomi 15 (1dan 2): 44-56. Laporan Akhir PusatPenelitian dan Pengembangan SosialEkonomi Pertanian. Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Nurasa, T., dan Darwis, V. 2007, Analisisusahatani dan keragaan marjin pema-saran bawang merah di kabupatenBrebes”. Jurnal Akta Agrosia, Vol. 10No.1 h. 40-48

Saptana, Indraningsih, K.C. dan Hastuti, E.L.2006. Analisis kelembagaan kemitraanusaha di sentra-sentra produksi sayur-an”. Bogor: Pusat Analisis Sosial Eko-nomi dan Kebijakan Pertanian.

SudaryantoT., Y. Yusdja, A. Purwoto, K.M.Noekman, A. Bwariyadi, dan W.H. Lim-bang. 1993. Agribisnis komoditas horti-kultura. Laporan Akhir Pusat Penelitiandan Pengembangan Sosial

Talluri, S. 2000. Data envelopment analysis:models and extensions. InternationalJournal of Flexible Manufacturing Sys-tem

Thamrin, M., Ramlan, Armiati, Ruchjaningsihdan Wahdania. 2003. Pengkajian sistemusahatani bawang merah di SulawesiSelatan. Jurnal Pengkajian dan Pengem-bangan Teknologi Pertanian Vol. 6, No.2: 141-153