Analisis Efisiensi pada Fluida Kerja Berdasarkan Variasi ...
pengaruh efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas
Transcript of pengaruh efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap profitabilitas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan perekonomian di Indonesia berkembang
pesat beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan perusahaan
manufaktur di Indonesia semakin pesat, hal tersebut
dapat dilihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode ke periode
semakin bertambah banyak karena melihat adanya prospek
yang menjanjikan di Indonesia.
Persaingan industri manufaktur di era perkembangan
bebas ini bukan hanya bersaing dengan pengusaha lokal
tetapi juga pengusaha luar negeri. Di era masa kini,
perusahaan tidak hanya berfokus untuk menghasilkan
produk yang bermutu bagi konsumen tetapi juga
memfokuskan pada kondisi profitabilitasnya maksimal dan
stabil. Karena dengan profitabilitas yang stabil maka
kelangsungan hidup perusahaan dapat dipertahankan dan
berkembang dengan baik. Mengingat pentingnya
profitabilitas bagi perusahaan maka perusahaan dituntut
agar selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga
tercapai profitabilitas yang diharapkan perusahaan.
Profitabilitas adalah adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998).
Besarnya laba digunakan untuk menilai kinerja
1
perusahaan. Perusahaan dapat memaksimalkan labanya
apabila manajer keuangan mengetahui faktor-faktor yangmemiliki pengaruh besar terhadap profitabilitas perusahaan.
Menurut Munawir dalam Arioctafianti (2007) menyatakan
bahwa selain dari efisiensi pengelolaan modal kerja,
profitabilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain seperti jenis, skala, umur perusahaan,
struktur modal, dan produk yang dihasilkan.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu dapat diukur dengan melihat
kesuksesan dan kemampuan perusahaan dalam menggunakan
aktivanya secara produktif. Modal kerja dibutuhkan olehsetiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari,
misalnya: untuk persekot pembelian bahan mentah, membiayai
upah gaji pegawai, dan lain-lain; dimana uang atau dana yang
dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk
dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan
produksinya. Karena modal kerja sebagai salah satu
komponen terpenting dari aktiva yang harus dikelola dan
dimanfaatkan secara efektif dan produktif, sehingga
mampu meningkatkan profitabilitas
perusahaan.Pengelolaan modal kerja merupakan tanggung
jawab setiap manajer atau pimpinan perusahaan. Manajer
harus mengadakan pengawasan terhadap modal kerja agar
sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara
efektif di masa mendatang. Manajer juga perlu
mengetahui tingkat perputaran modal kerja agar dapat
menyusun rencana yang lebih baik untuk periode yang
2
akan datang. Selain manajer, kreditor jangka pendek
juga perlu mengetahui tingkat perputaran modal kerja
suatu perusahaan. Dengan begitu, kreditor jangka pendek
akan memperoleh kepastian kapan hutang perusahaan akan
segera dibayar.
Likuiditas perusahaan diperoleh dengan
membandingkan antara kewajiban jangka pendek (lancar)
dengan sumberdaya jangka pendek. Kewajiban jangka
pendek perusahaan terdiri dari utang usaha, wesel tagih
jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari
setahun dan beban- beban lainnya, sedangkan sumberdaya
jangka pendek terdiri atas kas, sekuritas, piutang
usaha, dan persediaan.
Setyo Budi Nugroho (2011) dalam penelitiannya yang
menyimpulkan bahwa Efisiensi modal kerja tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini
menunjukkan bahwa perubahan modal kerja tidak berdampak pada
perubahan profitabilitas. Likuiditas tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas, Hal ini bahwa
likuiditas yang tinggi tidak selalu menguntungkan karena
berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang
sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-
proyek yang menguntungkan perusahaan (Van Horne, 1998).
solvabilitas juga tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan
solvabilitas tidak berdampak pada perubahan profitabilitas.
Agus Wibowo, Sir Wartini (2012) dalam penelitiannya
yang menyimpulkan bahwa Efisiensi Modal Kerja
3
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas,
sehingga besar kecilnya profitabilitas yang diterima
oleh perusahaan dipengaruhi oleh besar kecilnya
efisiensi modal kerja. Likuiditas tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas. Dan Leverage juga
tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Aris Setia Noor, Berta Lestari (2012) dalam penelitiannya
yang menyimpulkan bahwa efisiensi modal kerja
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas. Dan Leverage juga tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas.
Dari hasil yang bermacam-macam tadi, penulis ingin
membuat penelitian yang menganalisis tentang pengaruh
efisiensi modal kerja dan likuiditas terhadap
profitabilitas.
1.2 Perumusan Masalah
a. Apakah efisiensi modal kerja memiliki pengaruh
terhadap profitabilitas?
b. Apakah likuiditas memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Menganalisis pengaruh efisiensi modal kerja terhadap
profitabilitas
b. Menganalisis pengaruh likuiditas terhadap
profitabilitas.
1.4 Manfaat Penelitian
4
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dilihat secara teoritis, hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan,
referensi dan sumbangan pemikiran yang dapat
menambah pengetahuan mengenai analisa efisieinsi
modal kerja dan likuiditas dalam pengaruhnya
terhadap harga saham bagi suatu perusahaan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Selain dilihat dari manfaat teoritis,
penelitian ini diharapkan juga memberikan manfaat
praktis,
a.Bagi investor
Untuk membantu investor memilih perusahaan yang
memiliki prospek bagus masa mendatang melalui
profitabilitas.
b.Bagi Perusahaan
Untuk membantu perusahaan dalam membuat dan
mengambil keputusan perusahaan.
5
1.5 Kajian Teori dan
Hipotesis
1.5.1 Kajian Teori
1.5.1.1 Profitabilitas
Profitabilitas menurut Riyanto (2001)
adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
Weston dan Copeland (1999) mengemukakan
bahwa profitabilitas adalah hasil bersih
dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
Sedangkan Sartono (2001) mendefinisikan
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri.
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk
meningkatkan profitabilitasnya. Jika
perusahaan berhasil meningkatkan
profitabilitasnya, dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut mampu mengelola sumber
daya yang dimilikinya secara efektif dan
efisien sehingga mampu menghasilkan laba
yang tinggi. Sebaliknya, sebuah perusahaan
memiliki profitabilitas rendah menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut tidak mampu
mengelola sumber daya yang dimilikinya
6
dengan baik,sehingga tidak mampu
menghasilkan laba tinggi.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang
bertujuan untuk mengukur efektivitas
manajemen yang tercermin pada imbalan hasil
dari investasi melalui kegiatan penjualan
(Djarwanto, 2001). Sedangkan menurut Weston
dan Brigham (1994), rasio profitabilitas
adalah rasio yang menunjukkan pengaruh
gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva
dan pengelolaan hutang terhadap hasil-hasil
operasional perusahaan.
1.5.1.2 Modal Kerja
Modal kerja adalah kelebihan aktiva
lancar terhadap hutang jangka pendek.
Kelebihan inilah yang disebut modal kerja
bersih (net working capital). Kelebihan ini
merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal
dari hutang jangka panjang dan modal
sendiri. Tentunya definisi ini bersifat
kualitatif karena menunjukkan kemungkinan
tersedianya aktiva lancar yang lebih besar
daripada hutang jangka pendek dan
menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur
jangka pendek serta menjamin kelangsungan
usaha di masa mendatang.
Menurut konsep fungsional, modal kerja
ini adalah jumlah dana yang digunakan selama7
periode akuntansi yang dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan jangka pendek
(current income) yang sesuai dengan maksud
utama didirikan perusahaan tersebut.
Definisi ini didasarkan pada fungsi dari
dana dalam menghasilkan pendapatan.
Modal kerja ini sebaiknya tersedia
dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan
perusahaan dapat beroperasi secara ekonomis
dan tidak mengalami kesulitan keuangan,
misalnya dapat menutupi kerugian dan
mengatasi keadaan krisis tanpa membahayakan
keadaan keuangan perusahaan.
Efisiensi Modal Kerja (Handoko, 1999)
adalah ketepatan cara (usaha dan kerja)
dalam menjalankan sesuatu yang tidak
membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan
berkaitan penggunaan modal kerja yaitu
mengupayakan agar modal kerja yang tersedia
tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan.
Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja
yang efisien, terlebih dahulu diukur dari
elemen- elemen modal kerja. Menurut Esra dan
Apriweni (2002), dalam pengelolaan modal
kerja perlu diperhatikan tiga elemen utama
modal kerja, yaitu kas, piutang dan
persediaan. Dari semua elemen modal kerja
dihitung perputarannya. Semakin cepat8
tingkat perputaran masing-masing elemen
modal kerja, maka modal kerja dapat
dikatakan efisien. Tetapi jika perputarannya
semakin lambat, maka penggunaan modal kerja
dalam perusahaan kurang efisien.
Menurut Brigham dan Houston (2006)
modal kerja merupakan investasi sebuah
perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek.
Dari pengertian tersebut maka unsur-unsur
dari modal kerja adalah aktiva jangka pendek
yang terdiri dari:
9
a. Kas
Kas merupakan rekening giro ditambah
dengan mata uang. Kas adalah aktiva yang
paling liquid, selain itu kas juga
merupakan aktiva yang tidak menghasilkan.
Kas dibutuhkan perusahaan untuk membayar
tenaga kerja, bahanbaku, melunasi utang,
membeli aktiva tetap, membayar pajak,
membayar deviden, dan kebutuhan lainnya.
Namun kas tersbut tidak menghasilkan bunga
sehingga tujuan manajemen kas adalah untuk
meminimalkan jumlah kas pada titik dimana
kas tersebut cukup untuk menjalankan
aktivitas bisnis secara normal. Walaupun
kas tidak menghasilkan bunga, tetapi John
Maynard Keynes menyebutkan tiga motif
untuk menahan kas, yaitu motif transaksi,
motif spekulasi, dan motif berjaga- jaga
b. Sekuritas
Sekuritas merupakan secarik kertas
yang menunjukkan hak kepemilikan untuk
memperoleh bagian dari prospek atau
kekayaan atas perusahaan yang menerbitkan
sekuritas tersebut dan berbagai kondisi
yang melaksanakan hak tersebut.
Menurut Bank Indonesia, sekuritas
adalah surat berharga dalam bentuk fisik
(warkat) yang mempunya inilai uang yang10
dapat diperdagangkan di pasar uang dan
atau pasar modal. Selain dengan kas,
perusahaan juga memerlukan sekuritas yang
dapat diperjualbelikan sebagai cadangan
bagi akun kas. Jika kas yang dimiliki
kurang dari yang diperlukan, maka
sekuritas tersebut dapat dijual untuk
memenuhi kekurangan kas. Oleh karena itu,
sekuritas ini dimaksudkan sebagai
pertahanan pertama atas kebutuhan
operasional yang tidak diperkirakan oleh
perusahaan (James Van Horne dan John M.
Wachowicz, 2009).
c. Persediaan
Persediaan merupakan aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan yang selanjutnya
akan dijual dengan atau tanpa diolah
terlebih dahulu. Persediaan sendiri
merupakan elemen dari aktiva lancar yang
paling kurang likuid bila dibandingkan
dengan aktiva lancar lainnya. Persediaan
akan menimbulkan biaya, baik biaya tetap
maupun biaya variabel. Biaya tersebut
antara lain adalah biaya sewa gudang,
biaya perawatan, biaya asuransi, biaya
pengangkutan, dan lain sebagainya. Selain
biaya, persediaan juga akan menimbulkan
resiko yang cukup tinggi yaitu resiko11
hilang, resiko rusak, dll. Untuk
meminimalkan biaya dan resiko, banyak
perusahaan berusaha meminimalkan jumlah
persediaannya. Sistem yang sering dipakai
adalah Just-in-Time (JIT) yang bertujuan
untuk memperoleh barang yang diperlukan
tepat waktu. Sehingga perusahaan mencari
atau memperoduksi barang yang diperlukan
hanya pada saat diperlukan saja, dengan
begitu jumlah persediaan dapat
diminimalisir.
d. Piutang
Piutang merupakan hak untuk menerima
sejumlah kas pada waktu yang akan datang
karena kejadian yang telah terjadi di masa
lalu. Piutang muncul karena adanya
penjualan secara kredit, pemberian
pinjaman, porsekot dalam kontrak
pembelian, dll. Jumlah piutang yang
dimiliki oleh perusahaan erat hubungannya
dengan volume penjualan secara kredit yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Perputaran piutang menjadi kas dipengaruhi
oleh syarat pembayaran piutang tersebut,
jika syarat pembayaran lunak maka jumlah
piutang akan semakin besar tetapi
perputaran piutang akan semakin rendah dan
jika syarat pembayaran ketat akan berlaku12
sebaliknya. Sehingga syarat pembayaran
piutang akan berpengaruh pada penjualan
yang selanjutnya berimbas pada
profitabilitas. Syarat pembayaran piutang
memang bagai pisau bermata dua, karena
makin tinggi perputaran piutang berarti
makin efisien modal yang digunakan.
Untuk menentukan jumlah modal kerja
yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan
bukan merupakan hal yang mudah, karena modal
kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut (Munawir, 2004):
a. Sifat atau jenis perusahaan
Kebutuhan modal kerja tergantung pada
jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan
oleh suatu perusahaan. Modal kerja dari
perusahaan jasa relative lebih rendah bila
dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja
perusahaan industri, karena untuk
perusahaan jasa tidak memerlukan investasi
yang besar dalam kas, piutang maupun
persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk
membayar pegawai maupun untuk membiayai
operasinya dapat dipenuhi daripenghasilan
atau penerimaan-penerimaan saat itu juga,
sedangkan piutang biasanya ditagih dalam
waktu relatif pendek. Bagi perusahaan13
industri dibutuhkan modal kerja yang lebih
besar karena perusahaan harus mengadakan
investasi yang cukup besar dalam aktiva
lancar agar perusahaan tidak mengalami
kesulitan di dalam operasinya.
b. Waktu yang diperoleh untuk memproduksi
barang yang akan dijual.
Kebutuhan modal kerja suatu
perusahaan berhubungan langsung dengan
jangka waktu yang diperlukan untuk
memproduksi barang yang akan dijual.
Semakin lama waktu yang diperlukan untuk
memproduksi barang, maka jumlah modal kerja
yang diperlukan semakin besar.
c. Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kredit pembelian barang
dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi
besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit
pembelian yang menguntungkan akan
memperkecil kebutuhan uang kas yang harus
ditanamkan dalam persediaan dan sebaliknya.
Di samping itu modal kerja juga dipengaruhi
oleh syarat penjualan. Semakin lunak kredit
(jangka kredit lebih panjang) yang
diberikan kepada langganan akan semakin
besar kebutuhan modal kerja yang harus
ditanamkan dalam piutang.
14
d. Tingkat perputaran persediaan
Semakin tinggi tingkat perputaran
persediaan maka jumlah modal kerja yang
ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang)
akan semakin rendah. Untuk dapat mencapai
tingkat perputaran yang tinggi, maka harus
diadakan perencanaan dan pengawasan
persediaan yang efisien. Semakin tinggi
tingkatperputaran persediaan akan
mengurangi risiko kerugian yang disebabkan
karena penurunan harga atau perubahan
selera konsumen, di samping itu akan
menghemat ongkos penyimpanan dan
pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
e. Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi
jangka waktu penagihan piutang. Apabila
piutang terkumpul dalam waktu pendek
berarti kebutuhan akan modal kerja semakin
rendah atau kecil. Untuk mencapai tingkat
perputaran piutang yang tinggi diperlukan
pengawasan piutang yang efektif dan
kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan
perluasan kredit, syarat kredit penjualan,
maksimum kredit bagi langganan serta
penagihan piutang.
f. Volume Penjualan
15
Perusahaan membutuhkan modal kerja
untuk mendukung kegiatan operasional pada
saat terjadi peningkatan penjualan. Jika
tingkat penjualan tinggi maka modal kerja
yang diperlukan relatif tinggi, sebaliknya
bila penjualan rendah dibutuhkan modal
kerja yang rendah.
g. Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi dalam penjualan yang
disebabkan oleh faktor musim dan siklus
akan mempengaruhi kebutuhan akan modal
kerja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh
musim membutuhkan jumlah modal kerja yang
relative pendek. Modal kerja yang
ditanamkan dalam bentuk persediaan barang
berangsur-angsur meningkat dalam bulan-
bulan menjelang puncak penjualan.
16
1.5.1.2 Likuiditas
Likuiditas merupakan salah satu faktor
yang menentukan sukses atau kegagalan
perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai
dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan
tersebut ikut menentukan sampai seberapakah
perusahaan itu menanggung risiko. Menurut
Wild (2005: 185) likuiditas merupakan
kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas
atau kemampuan untuk memperoleh kas. Jangka
pendek secara konvensional dianggap periode
hingga satu tahun meskipun jangka waktu ini
dikaitkan dengan siklus operasi normal suatu
perusahaan (periode waktu yang mencakup
siklus pembelianproduksi-penjualan-
penagihan).
` Menurut Munawir (2002:31),
“likuiditas adalah menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan pada saat ditagih”.
Secara umum pengertian likuiditas (liquidity)
mengacu pada kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Suatu perusahaan yang mempunyai
kekuatan membayar sedemikian besarnya
17
sehingga mampu memenuhi segala kewajiban
finansialnya yang harus segera dipenuhi,
dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah
likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai
kemampuan membayar adalah ilikuid.
Kim et al.,(1998: 349) dalam
penelitian Aldiyanti (2006) mengelompokkan
faktor-faktor yang diperkirakan dapat
mempengaruhi likuiditas perusahaan. Faktor-
faktor tersebut dikelompokkan sebagai
berikut:
a. cost of external financing
Faktor cost of external financing ini
berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan
perusahaan jika perusahaan menggunakan
pendanaan dari luar perusahaan. Kim et al.
(1998: 349) menggunakan proxy ukuran
perusahaan (firm size) dan kesempatan
bertumbuh (growth opportunities) untuk mengukur
faktor cost of external financing tersebut.
Barclay dan Smith (1996, dalam Kim et
al., 1998) mengemukakan argumen bahwa, cost of
external financing yang dihadapi oleh
perusahaanperusahaan besar relatif lebih
rendah dibanding perusahaan-perusahaan
kecil, hal ini disebabkan perusahaan besar
lebih mampu mencapai economic of scale terutama
jika dikaitkan dengan biaya tetap pada18
saat melakukan emisi saham. Berdasarkan
literatur tentang asymmetric information, pada
perusahaanperusahaan yang menghadapi
kondisi asymmetric information yang rumit
antara insider dan outsider investors,
maka perusahaan tersebut cenderung
menghadapi cost of external financing yang besar.
(Myers dan Majluf 1984, dalam Kim et al.,
1998: 347), pada perusahaan-perusahaan
yang nilainya sebagian besar ditentukan
oleh growth opportunities akan menghadapi
asymmetric information yang besar.
b. cash flow uncertainty
Cash flow uncertainty atau ketidapastian
arus kas dapat menentukan keputusan
manajer dalam menentukan tingkat likuditas
perusahaan. Perusahaan-perusahaan dengan
tingkat ketidakpastian arus kas yang
tinggi akan cenderung melakukan investasi
dalam aktiva likuid dengan jumlah yang
besar.
c. Current and future investment opportunities
Current and Future Investment Opportunities
adalah kesempatan investasi yang dihadapi
perusahaan, baik saat ini maupun saat
mendatang. Current and future investment
opportunities ini dapat mempengaruhi manajemen
dalam memutuskan kebijakan likuiditasnya.19
Berkaitan dengan current and future investment
opportunities ini manajemen akan
mempertimbangkan, apakah lebih baik
melakukan investasi dalam bentuk aktiva
tetap atau melakukan investasi dalam
aktiva likuid.
d. Transactions demand for liquidity
Transactions Demand for Liquidity ini
berkaitan dengan dana atau kas yang
diperlukan perusahaan untuk tujuan
transaksi. Faktor transactions demand for liquidity
ini juga merupakan faktor yang
dipertimbangkan manajemen dalam menentukan
likuiditas perusahaan.
Untuk dapat menilai dan meningkatkan
posisi Likuiditas suatu perusahaan, maka perlu
ditinjau lebih dahulu rasio-rasio yang
digunakan untuk mengukur Rasio Likuiditas
tersebut, sebagaimana yang telah ditemukan oleh
Bambang Riyanto (2001:26) dapat diukur melalui
rasio-rasio sebagai berikut :
a. Current Ratio
20
Yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk
membayar hutang yang harus segera dipenuhi
dengan aktiva lancar.
Apabila perusahaan menetapkan current rasio
kurang dari 2:1 atau 200% dianggap kurang
baik, karena jika aktiva lancer turun di
misalkan sampai lebih 50%, maka jumlah aktiva
lancer tidak akan mencukupi untuk menutupi
hutang lancar, tetapi apabila suatu
perusahaan menetapkan current rasio yang
harus dipertahankan.
b. Quick Ratio
Yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang yang segera harus dipenuhi dengan
aktiva lancar yang likuid.
Rasio ini menunjukan aktiva lancar yang
paling likuid mampu menutupi utang lancar.
Semakin besar rasio ini, maka akan semakin21
baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau
1:1 apabila rasio ini kurang 100% maka posisi
Likuiditas dianggap kurang likuid.
c. Cash Ratio
Yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang
harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam
perusahaan dan efek atau surat berharga yang
dapat diuangkan.
Cash ditambah efek merupakan alat likuid yang
paling dipercaya. Bertambah tingginya cash
rasio berarti jumlah uang tunai yang tersedia
semakin besar, sehingga perlunasan hutang
pada saatnya tidak akan mengambil kesulitan.
22
1.5.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
No Judul/ Peneliti/
Tahun
Variabel
Independen
Hasil
1. Pengaruh
Efisiensi Modal
Kerja,
alikuiditas, dan
Solvabilitas.
Nugroho. 2011.
Efisiensi
modal
kerja,
likuiditas,
solvabilita
s.
Efisiensi modal kerja tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas
Likuiditas tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas solvabilitas juga
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas
2. Efisiensi Modal
Kerja,
Likuiditas, dan
Leverage Terhadap
Profitabilitas.
Wibowo, dkk.
2012.
Efisiensi
modal
kerja,
likuiditas,
leverage.
Efisiensi Modal
Kerja berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas
Likuiditas tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas
23
Leverage juga
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas3. Analisis Pengaruh
Efisiensi Modal
Kerja,
Likuiditas, dan
Solvabilitas
Terhadap
Profitabilitas.
Noor, dkk. 2012.
Modal
kerja,
likuiditas,
solvabilita
s.
Efisiensi modal
kerja berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas
Likuiditas tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas
Leverage juga
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas4. Pengaruh Modal
Kerja Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan.
Ruwindas. 2012.
Modal kerja Modal kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap
Profitabilitas.
Perputaran modal kerja merupakan
perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas
24
rata-rata. Perputaran kas menunjukkan kemampuan
kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat
dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu
periode tertentu. Semakin tinggi perputaran modal
kerja ini akan semakin baik. Karena ini berarti
semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan
keuntungan yang diperoleh akan semakin besar
(Riyanto, 2001). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Wibowo (2012) yang menunjukkan bahwa
perputaran modal kerja berpengaruh terhadap
profitabilitas.
Menurut James C. Van Horne & Jhon M.
Wachowicz (2005:323), yang diterjemahkan oleh
Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary mengemukakan
“Semakin besar tingkat aktiva lancar, semakin
besar juga likuiditas perusahaan, jika hal-hal
lainnya sama. Dengan likuiditas yang lebih besar,
resiko semakin kecil, namun profitabilitas juga
semakin kecil atau likuiditas berbanding terbalik
dengan profitabilitas”. Hal terssebut berarti
bahwa bila likuiditas semakin tinggi maka
keuntungan yang diperoleh semakin kecil, dan
sebaliknya. Hal ini tidak sejalan dengan Nuugroho
(2011), Wibowo (2012), dan Noor (2012) yang
menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas
Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena25
itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun
dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2005: 51).
Hipotesis yang sesuai dengan latar belakang
masalah dan tinjauan pustaka dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Ho1 : Modal Kerja tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas
Ho2 : Likuiditas tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas
Ha1 : Modal Kerja berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas
Ha2 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas.
1.6Metode Penelitian
1.6.1Variabel Penelitian dan Definisi
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi
varibel dependen dan variabel independen.
Variabel dependen/terikat dalam penelitian ini
adalah profitabilitas. Profitabilitas menurut
Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Weston
dan Copeland (1999) mengemukakan bahwa
profitabilitas adalah hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan. Sedangkan
Sartono (2001) mendefinisikan profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal sendiri.26
Variabel indepenenden/bebas dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Modal Kerja
Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar
terhadap hutang jangka pendek. Kelebihan inilah
yang disebut modal kerja bersih (net working
capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva
lancar yang berasal dari hutang jangka panjang
dan modal sendiri. Tentunya definisi ini
bersifat kualitatif karena menunjukkan
kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang
lebih besar daripada hutang jangka pendek dan
menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur
jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha
di masa mendatang.
Menurut konsep fungsional, modal kerja ini
adalah jumlah dana yang digunakan selama
periode akuntansi yang dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan jangka pendek (current
income) yang sesuai dengan maksud utama
didirikan perusahaan tersebut. Definisi ini
didasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan.
b. Likuiditas
Likuiditas merupakan salah satu faktor
yang menentukan sukses atau kegagalan
perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan
sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut27
ikut menentukan sampai seberapakah perusahaan
itu menanggung risiko. Menurut Wild (2005: 185)
likuiditas merupakan kemampuan untuk mengubah
aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk
memperoleh kas. Jangka pendek secara
konvensional dianggap periode hingga satu tahun
meskipun jangka waktu ini dikaitkan dengan
siklus operasi normal suatu perusahaan (periode
waktu yang mencakup siklus pembelianproduksi-
penjualan-penagihan).
Menurut Munawir (2002:31), “likuiditas
adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus
segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat
ditagih”. Secara umum pengertian likuiditas
(liquidity) mengacu pada kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
1.6.2Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian
ini adalah 20 perusahaan manufaktur di Indonesia
yang terdaftar di BEI. Dengan pengambilan sampel
secara random sampling.28
1.6.3Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah
data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara atau pihak lain.
Data tersebut diterbitkan secara berkala oleh BEI
berupa laporan keuangan triwulan atau tahunan,
dengan demikian keabsahan data tersebut merupakan
tanggung jawab lembaga.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini berasal dari laporan triwulanan perusahaan
yang diterbitkan oleh BEI.
1.6.4Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode
dokumentasi. Pengumpulan data dimulai dari
penelitian terdahulu dengan melakukan studi
kepustakaan dengan mempelajari jurnal, artikel,
dan buku-buku yang berhubungan dengan
permasalahan dalam penelitian ini.
1.6.5Metode Analisis Data
bghgfff
29