Potensi Indonesia sebagai Penengah Konflik di Suriah
-
Upload
fitk-uinjkt -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Potensi Indonesia sebagai Penengah Konflik di Suriah
Potensi Indonesia sebagai Penengah Konflik di
SuriahTugas Akhir ‘Resolusi Konflik’
Alvia Syafiqa
1112113000041
ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
1. LATAR BELAKANG
Konflik Suriah bukan menjadi konflik domestik semata
melainkan telah bertransformasi menjadi konflik internasional
karena konflik ini telah merambat ke negara tetangga lainnya baik
di Timur Tengah maupun negara selain Timur Tengah. Pemerintahan
rezim Bashar al-Assad terus mendapat kecaman dari warga dunia
karena konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 90.000 jiwa.
Negara-negara barat dan Arab mendesak agar Bashar al-Assad mundur
dari jabatannya sebagai presiden agar konflik tersebut tidak terus
meluas, namun Assad menolak desakan tersebut. Hal ini kemungkinan
menimbulkan konflik baru dan akan berbahaya bagi stabilitas
politik dan keamanan di Timur Tengah.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana awal konflik tersebut dari konflik internal
negara yang kemudian diintervensi berbagai pihak
b. Bagaimana potensi peran Indonesia sebagai negara netral
untuk menjadi penengah dalam konflik Suriah tersebut.
3. HIPOTESIS
a. Menurut hipotesis penulis menanggapi rumusan masalah yang
pertama adalah, pada awalnya konflik di Suriah hanya
merupakan masalah internal yakni ketidakpuasan rakyat
Suriah terhadap rezim pemerintahan Bashar al-Assad. Karena
pemerintahan Bashar al-Assad tidak mau mendengarkan
pendapat maupun kritik dari rakyat terhadap rezimnya.
Akibatnya, rakyat Suriah mengadakan pemberontakan terhadap
rezim Assad tersebut. Namun pemberontakan dan penyerangan
yang dilakukan rakyat Suriah terhadap rezim Assad ini
mendapatkan intervensi dari pihak asing sehingga terjadilah
eskalasi konflik yang melibatkan AS, Israel, Rusia, China,
hingga Iran.
b. Untuk rumusan masalah yang kedua, pemulis memiliki
hipotesis, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk
menjadi penengah atau mediator konflik yang terjadi di
Suriah saat ini. Pertama, karena Indonesia adalah negara
berpenduduk muslim terbesar di dunia, Suriah juga merupakan
negara yang berpenduduk muslim cukup banyak. Kedua,
Indonesia adalah salah satu negara yang demokrasinya
berkembang cukup pesat. Oleh karena itu, Indonesia tidak
akan tinggal diam melihat demokrasi yang sedang berantakan
yang terjadi di Suriah. Ketiga, Indonesia sangat menjunjung
tinggi nilai-nilai HAM. Konflik yang sedang terjadi di
Suriah saat ini sudah merambat ke masalah kemanusiaan
dengan banyaknya korban yang jatuh, hingga kekerasan
terhadap perempuan. Jadi sebagai negara yang menjunjung
tinggi HAM, Indonesia sangat berpotensi untuk menengahi dan
menjadi mediator konflik di Suriah ini.
4. ANALISIS
A. Konflik Internal yang di Intervensi
Sebelum melakukan analisis terhadap konflik yang terjadi di
Suriah, terlebih dahulu penulis akan memaparkan data-data mengenai
konflik yang terjadi di Suriah hingga saat ini.
Banyak yang percaya bahwa konflik Suriah pertama kali tercetus
karena rakyat Suriah dilarang untuk mengeluarkan pendapatnya pada
masa pemerintahan presiden Suriah, Bassar al-Assad yang dijuluki
si tangan besi. Hal itu lah yang menjadi salah satu alasan rakyat
Suriah untuk memberontak dan mengangkat senjata untuk
menggulingkan rezim al-Assad.
Melihat banyaknya massa di Suriah yang menginginkan jatuhnya
rezim Assad, namun hal ini masih belum ditanggapi oleh rezim
Assad. Rezim Assad masih ingin mempertahankan kekuasaannya di
Suriah. Bashar al-Assad masih mengklaim dirinya sebagai presiden
yang terpilih secara sah padahal saat itu rakyat sudah tidak
menginginkan Assad sebagai presiden.
Dari pihak oposisi muslim,alasan mereka ingin menggulingkan
rezim Assad karena rezim Assad dinilai telah banyak menelan korban
terutama radi pihak muslim (sunni). Sementara dari pihak oposisi
dari kalangan sekuler berpendapat bahwa mereka ingin kembali
menegakkan demokrasi yang telah rusak sejak rezim Assad berdiri. 1
Namun hal itu bukannya didengar sebagai masukan, pemerintah
Suriah malah balik menyerang rakyat mereka dengan peluru dan
mortir yang banyak menewaskan warga sipil sejak Maret 2009.2
1 ‘Konflik Suriah, Penyebab dan Solusinya (Renungan untuk Perjuangan)’ terdapatdi: http://www.mirajnews.com/id/artikel/opini/9202-konflik-suriah-penyebab-dan-solusinya-renungan-untuk-perjuangan.html, diaksespada 29 November 2013, pkl. 18.212 ‘Krisis Suriah Awal Perang Dunia III’ terdapat di:http://indocropcircles.wordpress.com/2013/08/28/krisis-suriah-awal-perang-dunia-ke-iii/, diakses pada 29 November, pkl 18.35
Konflik dan perang di Suriah tersebut menurut Assad, seharusnya
terjadi secara internal yakni antara rakyat Suriah dengan
pemerintahannya, tetapi kemudian konflik ini meluas, Assad curiga
ada pihak asing yang mendanai pemberontakan tersebut yang memang
bertujuan untuk menggulingkan rezimnya. Kemungkinan, pihak asing
ini mendanai persenjataan kelompok oposisi pemerintah Suriah,
adalah negara-negara Barat seperti Assad berpendapat bagaimana
tentara oposisi mendapatkan amunisis sebanyak dan sekuat itu jika
tidak ada pihak yang berkepentingan. Tuduhan kelompok kepentingan
ini mengacu pada Amerika Serikat dan Inggris. Kedua negara ini
menjadi tertuduh karena beberapa tahun terakhir, bukti Amerika
Serikat dan Inggris selalu bersekongkol untuk meruntuhkan
pemerintahan di berbagai negara dan mengganti penguasanya yang pro
kepada mereka (AS dan Inggris) agar dapat dikuras sumber daya
alamnya.
Di sisi lain, negara-negara yang berbeda kubu dengan Barat
seperti Rusia, Iran dan China tetap mendukung rezim al-Assad.
Negara-negara tersebut menolak untuk mengintervensi urusan
domestik Suriah.
Amerika Serikat, yang jelas-jelas mengintervensi konflik Suriah
tersebut, telah mengirimkan pasokan senjata dan memberikan
pelatihan perang. Akan tetapi, Iran tidak tinggal diam. Secara
diam-diam Iran pun turut ikut campur dalam konflik tersebut dengan
mengirimkan pelatih penembak yang jitu. Bahkan kelompok Islam
Libanon Hizbullah dari Syiah pun turut mengirim tentara jihad
untuk membantu Assad. Semua hal ini diperparah karena Israel
meluncurkan roket di wilayah Suriah dengan alasan menyerang
Hizbullah. Semua hal tersebut hanya memperburuk keadaan di Suriah
dan membuat kondisi semakin kacau karena kekuatan kedua kubu malah
semakin kuat dan besar. Kedua kubu di Suriah ini mendapat dukungan
dari negara-negara luar. Pihak rezim Assad mendapatkan dukungan
dari Rusia, China, dan Iran. Sedangkan pihak oposisi dari rezim
Assad didukung oleh negara barat, termasuk Liga Arab.
Pada bulan Maret 2013 lalu, Pertemuan Liga Arab di Doha, Qatar
menghasilkan keputusan bahwa negara-negara anggota Liga Arab
berhak memberikan bantuan kepada rakyat Suriah. Moaz al-Khatib,
pemmpin oposisi Suriah meminta kepada negara-negara peserta Liga
Arab agar kelompok oposisi Suriah mendapat posisi di dalam
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi internasional
lainnya. Khatib menegaskan bahwa Suriah berhak menentukan siapa
yang mengatur negaranya.
Amerika Serikat diam-diam telah melatih para oposisi secara
militer di wilayah dekat Suriah. Selain memberi pelatihan perang,
AS juga memfasilitasi oposisi Suriah dengan perlengkapan perang
seperti senjata dan baju anti peluru. Bahkan AS telah mengirimkan
bantuan dana sebesar 580 miliar rupiah untuk pertahanan oposisi
Suriah beberapa bulan ke depan. Namun posisi Suriah tidak bisa
dianggap remeh. Surah telah menjadi basis dua kelompok pejuang
Hamas dari Palestina, dan Hizbullah dari Libanon.
Ribuan perempuan di Suriah yang tinggal di tempat pengungsian
mengalami penyiksaan dan tindakan prostitusi dari para pro Assad.
Sekitar 4.257 perempuan Suriah telah terbunuh oleh pasukan
keamanan pemerintah Suriah. Sekitar 6.400 perempuan Suriah juga
mendapatkan masalah pelanggaran HAM dimana seribu diantaranya
adalah mahasiswi. Sekitar 1.200 erempuan diculik dan menghilang di
kota Homs, Latakia dan Damaskus. Namun hingga saat ini pemerintah
Suriah masih bungkam terkait lokasi penculikan ini.
Karena konflik ini, warga Suriah banyak mengungsi ke negara
Yordania, Turki, dan negara tetangga lainnya. PBB memperingatkan
bahwa konflik kemanusiaan di Suriah ini harus segera dihentikan
jika ingin mencegah hilangnya tiga generasi di Suriah.
Pihak Rusia mengemukakan intervensi yang dilakukan negara barat
ke Suriah tidak akan berjalan dengan mudah karena saat ini Suriah
sudah memiliki sistem rudal udara multi-fungsi dan pertahanan
udara untuk menghalau berbagai serangan. Sistem rudal buatan Rusia
ini mampu menghancurkan kapal dan pesawat yang membawa bom dan
rudal. Rudal yang dikirim oleh Rusia ini diduga setara dengan
rudal Patriot yang dipakai AS dalam Perang Teluk tahun 1991.
Angkatan Laut Rusia mengumumkan pada bulan Agustus lalu bahwa
mereka telah mengirimkan dua kapal perang dekat pantai Suriah.
Pasokan senjata yang dikirimkan Rusia kepada AS antara lain 5.000
buah tank, 2.500 kendaraan tempur infanteri, 2.500 unit artileri,
325 buah pesawat taktis, 143 helikopter, serta hampir 2.000
peralatan pertahanan udara. 3
Pihak AS juga tidak tinggal diam, sebanyak 300 marinir AS telah
dikerahkan di perbatasan Suriah. Obama pun telah setuju untuk
membantu pihak oposisi dalam mengakhiri rezim Bashar al-Assad.
Dilansir dari Russia Today edisi Sabtu, 31Agustus 2013 bahwa serangan
ke Suriah berpotensi untuk memicu perang dunia ketiga.
Berikut adalah enam belas alasan perang dunia ketiga bisa jadi
akan dipicu oleh Suriah:
1. Perang di Suriah bahkan lebih populer dimata warga AS
dibanding Kongres
2. Presiden Obama belum mendapatkan persetujuan Kongres untuk
melaksanakan perang ke Suriah
3 ibid
3. AS tidak mendapatkan mandat dan persetujuan dari PBB untuk
menyerang Suriah dan tidak akan mendapatkan karena veto dari
Rusia dan China
4. Suriah akan menggunakan segala cara yang tersedia untik
mempertahankan diri jika diserang
5. Menteri Luar Negeri Suriah menegaskan bahwa Suriah membela
diri dari serangan AS
6. Rusia baru saja mengirimkan rudal-rudal paling canggih ke
Suriah dan hal ini bisa membahayakan AS
7. Ketika AS akan menyerang Suriah, Suriah akan menyerang Israel
8. Jika Israel diserang, Tel Aviv akan melakukan serangan
balasan
9. Hizbullah akan memperjuangkan apapun untuk kelangsungan rezim
Assad
10. Iran akan membantu apabila Suriah diserang
11. Meledaknya perang di Suriah akan menyebabkan rusaknya
hubungan diplomatik antara Rusia dan China
12. China akan mengalami kerusakan yang signifikan
13. Jika China tersinggung, hal terburuknya adalah membuang
sejumlah hutang AS yang dipegang yang berakibat AS akan
mengalami krisis ekonomi yang sangat parah
14. Dr Jerome Corsi dan Walid Shoebat mengumpulkan beberapa
bukti mengejutkan, sebenarnya pemberontak Suriah dukungan AS
yang bertanggung jawab atas serangan senjata kimia yang
diklaim untuk alasan serangan militer oleh AS dan Perancis.
15. Perang di Timur Tengah akan berdampak buruk bagi pasar
keuangan
16. Perang di Timur Tengah juga akan menyebabkan naiknya
harga minyak
Kelompok oposisi pemerintah Suriah mungkin terinspirasi dari
peristiwa revolusi Arab Spring terdahulu yang akhirnya berhasil
menggulingkan rezim otoriter di Libya, Tunisia, dan Mesir.
Menurut analisis penulis, tidak akan ada eskalasi konflik di
Suriah apabila Bassar al-Assad mau mendengarkan aspirasi rakyatnya
dan menegakkan kembali sistem demokrasi yang seharusnya dianut
Suriah. Kemudian, intervensi pihak asing seperti AS dan Israel
yang mendukung oposisi pemerintah Suriah maupun Rusia, China dan
Iran yang mendukung rezim Assad justru malah memperburuk keadaan
konflik. Konflik internal yang seharusnya selesai dengan cara
mediasi internal di Suriah malah melebar ke ranah konflik
internasional.
Akibat rezim Assad yang tidak mau mendengarkan rakyatnya atau
bahkan mundur dari kekuasaannya saat ini serta pihak asing yang
mengintervensi konflik Suriah memunculkan konflik-konflik baru
seperti konflik HAM. Banyak warga sipil yang tidak telibat
pemberontakan pun ikut menjadi korban. Bahkan wanita dan anak-anak
tidak bersalah menjadi korban.
Keadaan memprihatinkan ini tidak diperhatikan oleh pihak rezim
Assad maupun pihak oposisi pemerintah. Mereka terus sibuk
mempertahankan pendapat dan posisinya tanpa memikirkan dan
memerhatikan dampaknya, bahwa ada dampak yang lebih buruk di balik
apa yang mereka perjuangkan selama ini.
Sebenarnya pihak rezim Assad an pihak oposisi bersama sekutu-
sekutunya telah mengupayakan damai. Namun usaha damai yang mereka
sebut menggunakan perangkat militer. Menurut penulis, upaya ini
tidak ada gunanya karena upaya militer akan memperburuk keadaan
dan menimbulkan eskalasi konflik. Rezim Assad dan oposisi
pemerintah Suriah membutuhkan mediator utuk menyelesaikan konflik
mereka ketimbang kembali mengadakan serangan militer.
B. Potensi Indonesia sebagai Mediator Konflik di Suriah
Berbicara masalah potensi Indonesia sebagai mediator untuk
menyelesaikan konflik di Suriah, Indonesia tentu memiliki
potensi. Seperti yang penulis sebutkan dalam hipotesis yaitu,
pertama, karena Indonesia adalah negara berpenduduk muslim
terbesar di dunia, Suriah juga merupakan negara yang
berpenduduk muslim cukup banyak. Kedua, Indonesia adalah
salah satu negara yang demokrasinya berkembang cukup pesat.
Oleh karena itu, Indonesia tidak akan tinggal diam melihat
demokrasi yang sedang berantakan yang terjadi di Suriah.
Ketiga, Indonesia sangant menjunjung tinggi nilai-nila HAM.
Konflik yang sedang terjadi di Suriah saat ini sudah merambat
ke masalah kemanusiaan dengan banyaknya korban yang jatuh,
hingga kekerasan terhadap perempuan. Jadi sebagai negara yang
menjunjung tinggi HAM, Indonesia sangat berpotensi untuk
menengahi dan menjadi mediator konflik di Suriah ini.
Argumentasi penulis diperkuat karena Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) telah mengirimkan surat kepada Dewan
Keamanan PBB serta Presiden Suriah, Bashar al-Assad, pemimpin
negara ASEAN dan Amerika Latin. yang menjelaskan tentang
sikap Indonesia untuk menyelesaikan konflik di Suriah
September lalu. Menurut SBY dalam suratnya, penyelesaian
konflik di Suriah harus memuat tiga elemen utama. Yang
pertama, kekerasan di Suriah harus segera diakhiri. Kedua,
dengan berakhirnya perang tersebut, bantuan kemanusiaan yang
selama ini tersendat bisa kembali dijalankan. Terakhir, opsi
politik harus dijalankan untuk menggantikan opsi militer. SBY
juga sudah menugaskan Menteri Luar Negeri RI, Marty
Natallegawa untuk terus memantau konflik Suriah ini.
SBY kembali menyatakan, Indonesia menghimbau pada dunia
internasional agar duduk bersama terutama lima negara yang
memliki hak veto yaitu AS, Rusia, China, Inggris, Prancis,
ditambah Turki dan Iran serta Presiden Suriah sendiri, Bashar
al-Assad untuk mencari solusi agar konflik di Suriah yang
menelan ribuan korban jiwa bisa diselesaikan secara damai.
Selain upaya SBY yang terus menyerukan damai bagi konflik
di Suriah, menlu RI juga terus melakukan diplomasi dengan
menlu AS, Rusia, China, Iran, Mesir, Turki, dan Saudi Arabia
untuk mendukung perdamaian tersebut. Bahkan Marty telah
mengusulkan agar Dewan Keamanan PBB untuk segera menerbitkan
mandat guna menciptakan kembali perdamaian di Suriah.
Pengambilan keputusn damai ini juga melibatkan rakyat Suriah
untuk menentukan masa depan negara mereka sendiri.
Indonesia juga telah mencari dukungan dari negara teman
dekat yaitu Rusia untuk mendukung perdamaian di Suriah.
Karena Indonesia dan Rusia memiliki kesamaan posisi terkait
konflik Suriah, rusia memberikan respon positif terhadap hal
ini. Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan ia mendukung
keterlibatan Indonesia sebagai negara muslim terbesar di
dunia untuk mengupayakan damai untuk konflik di Suriah. Dalam
perjanjian bilateral Indonesia-Rusia bulan Oktober lalu juga
dibahas kemungkinan kerjasama dan keikutsertaan mereka jika
PBB membentuk pasukan perdamaian di Suriah. Pada saat itu SBY
juga menegaskan bahwa Indonesia mengedepankan usaha diplomasi
untuk menyelesaikan konflik Suriah.
Selain menggandeng Rusia untuk upaya perdamaian di Suriah,
Indonesia juga menggandeng Iran untuk menyelesaikan perang
berkepanjangan di Suriah tersebut. Untuk mendukung usahanya,
menlu RI juga telah melakukan pertemuan dengan menlu Iran,
Mohammad Javad Zarief. Indonesia berpandangan bahwa Iran
memiliki peran penting dalam upaya damai untuk penyelesaia
konflik di Suriah. Marty mengatakan pada menlu Iran bahwa
aksi militer bukanlah solusi terbaik untuk penyelesaian
masalah di Suriah. Zarief mendukung upaya diplomatik yang
dilakukan Indonesia dalam upaya mengatasi krisis Suriah.
Marty menegaskan bahwa dunia tidak boleh berdiam diri atas
apa yang terjadi di Suriah saat ini dan semuah arus jadi
bagian dari solusi. 4
SBY juga sempat mengatakan bahwa Indonesia siap mengirimkan
pasukan militernya guna menjaga perdamaian di Suriah.
Indonesia siap berkontribusi untuk mengirimkan pasukan
perdamaian ke Suriah di bawah bendera PBB untuk menyelesaikan
krisis secara damai.
Selain itu, Sekjen PBB, Ban Ki Moon menginginkan pengiriman
observer dari masyarakat inernasional termasuk Indonesia.
Karena observer Indonesia dianggap berkompeten. Tugas observer
4 ‘Indonesia Ajak Iran jadi Solusi bagi Krisis Suriah’ terdapat di:http://news.detik.com/read/2013/09/21/052030/2365308/10/indonesia-ajak-iran-jadi-solusi-bagi-krisis-suriah?nd771104bcj, diakses pada2 Desember 2013, pkl 13.27
yag dikirimkan ke Suriah adalah untuk memantau perkembangan
situasi dan kondisi disana. Selain tu, tugas para observer
adalah untuk mamastikan Suriah bisa berdamai.
Menlu RI mengatakan pemerintah Indonesia akan mengirikan
enam observer untuk Suriah. Indonesia memiliki dua pertimbangan
sebelum mengirimkan enam orang observer ke Suriah. Pertama,
jika memang terjadi adanya gencatan senjata. Kedua, jika ada
persetujuan dari pemerintah Suriah.5
Enam orang observer dari Indonesia ini akan bergabung dengan
tim observer PBB yang berjumlah 30 orang yang akan bertugas
untuk menjalin komunikasi antara pihak-pihak terkait krisis
Suriah. Ditegaskan bahwa para observer ini adalah bukan pasukan
perdamaian. Observer adalah sekumpulan orang-orang yang ahli
dalam bidang tertentu.
Selain mengirimkan sejumlah observer, Indonesia juga
mempertimbangkan potensi Jusuf Kalla untuk memfasilitasi
pihak di Suriah yang sedang berkonflik. Melihat reputasi JK
dalam memainkan peran sebagai mediator dalam konflik Aceh,
Poso, Ambon, Kamboja, dan konflik lainnya.
Ditengah upaya-upaya perdamaian yang dilakukan berbagai
negara untuk krisis Suriah, Indonesia juga terus membantu
Suriah dalam berbagai hal. Seperti yang dikatakan Valerie
Amos, kepala kemanusiaan PBB sekitar 9,3 juta orang di Suriah5 ‘Indonesia Pertimbangkan Kirim Observer ke Suriah’, terdapat di:
‘http://nasional.kompas.com/read/2012/04/17/15223845/Indonesia.Per
timbangkan.Kirim.Observer.ke.Suriah, diakses pada 2 Desember 2013,
pkl 13.20
atau 40 persen dari populasi rakyat Suriah memerlukan bantuan
kemanusiaan dari pihak luar.6 Di daerah Suriah yang
terisolasi, terdapat lebih dari 2,5 juta orang hidup tanpa
makanan, listrik, dan obat-obatan yang cukup.
Salah satu upaya Indonesia dalam membantu Suriah terlihat
pada pemberian daging kurban untuk rakyat Suriah. Daging
kurban yang dikirim dari Indonesia disambut dengan senang
hati bercampur haru oleh masyarakat Suriah yang saat itu
tengah berada di camp-camp pengungsian. Sikap mereka
dikarenakan dalam keadaan negara yang sedang terjadi perang,
sulit sekali mendapatkan makanan, terlebih daging. Para
relawan dari Indonesia mendistribusikan daging-daging
tersebut ke daerah-daerah serta desa-desa yang berada di
provinsi Idlib dan Latakia. Bantuan daging kurban telah
disalurkan kepada lebih dari 9.400 keluarga dan 15 desa di
daerah Idlib dan Latakia. 7
Namun pemberian bantuan dari Indonesia terhadap rakyat
Suriah korban perang ini mengalami banyak halangan dan
rintangan dari mulai jalanan yang curam, jalan-jalan di
pegunungan, serta jarak jauh yang harus ditempuh. Belum lagi
6 ‘PBB: Rakyat Suriah Butuh Bantuan”, terdapat di:
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/11/131105_pbb_suriah.sht
ml, dikses pada 29 November 2013, pkl 13.45
7 ‘Daging Qurban Indonesia bawa Kesan untuk Suriah’, terdapat di:http://luar-negeri.kompasiana.com/2013/10/18/daging-qurban-indonesia-bawa-kesan-untuk-suriah-600230.html, diakses pada 29November 2013, pkl 14.55
ditambah pasukan rezim Assad yang terus mengintai kegiatan
relawan Indonesia dalam penyaluran bantuan. Tetapi hal ini
tidak menyurutkan niat relawan Indonesia untuk terus membantu
rakyat Suriah.
Karena sulitnya kondisi di Suriah saat ini, para ulama
Islam di Suriah harus mengeluarkan fatwa bahwa makan daging
anjing dan kucing diperbolehkan jika terpaksa dan untuk
menyelamatkan diri.
Sebelum pemberian bantuan daging kurban pada Idul Adha
lalu, pada bulan Agustus relawan Indonesia juga telah
menyalurkan bantuan makanan hasil sumbangan rakyat Indonesia
sebayak dua milyar. Bagi rakyat Indonesia, penderitaan yang
dialami rakyat Suriah adalah penderitaan yang dialami saudara
sendiri. Rakyat Indonesia merasa memiliki tanggung jawab
untuk meringankan beban rakyat Suriah yang telah menjadi
korban perang.
Akan tetapi bantuan yang disalurkan Indonesia masih jauh
dari cukup untuk menutupi kebutuhan pengungsi di Suriah.
UNHCR mengatakan bahwa krisis pengungsi di Suriah melebihi
jumlah bantuan yang dberikan masyarakat internasional.
Besarnya jumlah pengungsi di Suriah dapat mengancam
stabilitas kawasan. Bahkan negara tetangga Suriah, Yordania
menyatakan bahwa mereka tidak mampu menampung ledakan
pengungsi yang berasal dari Suriah.
Selain bantuan pangan, Indonesia juga memberikan bantuan
medis untuk rakyat korban perang di Suriah. Hal ini merupakan
bentuk aksi kemanusiaan yang dilakukan Indonesia. Tim medis
Indonesia yang diwakili oleh organisasi Aksi Cepat Tanggap
(ACT) mengirimkan relawan yang tergabung dalam Global Humanity
Response (GHR). Tim pertama memberikan bantuan ke daerah
perbatasan Turki berupa selimut, makanan, serta susu untuk
anak-anak dan wanita. Sedangkan tim kedua memberi bantuan
yang sama ke daerah perbatasan Yordania. Relawan dari ACT ini
akan bertugas satu bulan untuk memastikan semua korban perang
Suriah mendapatkan pertolongan medis dan tepat sasaran. 8
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi mediator
dalam krisis Suriah, namun potensi itu penulis rasa masih
belum dimanfaatkan secara maksimal. Penulis berpendapat bahwa
kontribusi Indonesia dalam upaya diplomasi kepada Suriah
masih belum maksimal seperti yang direncanakan oleh SBY dan
Marty Natallegawa. Walaupun Indonesia sudah banyak memberikan
bantuan kemanusiaan ke Suriah, namun Indonesia masih belum
maksimal melakukan upaya bantuan diplomasi untuk Suriah.
Selain untuk mewujudkan perdamaian di Suriah, Indonesia
juga perlu mengupayakan damai karena untuk menjaga stabilitas
negara. Mengapa? Karena krisis di Suriah akan membawa banyak
dampak termasuk krisis energi. Sebagai negara yang berada di
kawasan Timur Tengah, Suriah termasuk pemasok minyak terbesar
di dunia. Jika Suriah mengalami konflik seperti sekarang ini,
stabilitas internasional, termasuk Indonesia jelas akan
terganggu. Keamanan dunia akan semakin melemah dan sangat
rentan akan konflik akibat harga minyak yang sudah pasti akan
melambung tinggi. Indonesia harus benar-benar mengantisipasi
hal ini. Karena jika perang besar benar-benar terjadi di
8 ’10 Relawan Medis Indonesia Terbang ke Suriah’, terdapat di:http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&catid=23&nid=1092,diakses pada 29 November 2013, pkl 13.40
Suriah, stabilitas ekonomi, sosial, energi, dan keamanan di
Indonesia juga akan berantakan karena Indonesia merupakan
salah satu negara mengimpor minyak dari Timur Tengah.
Oleh karena itu, menurut penulis Indonesia harus segera
melakukan hal konkret melalui diplomasi sebagai mediator
untuk krisis di Suriah. Karena sejauh ini Indonesia sudah
memiliki reputasi yang baik di mata dunia. terlebih lagi,
Indonesia sudah dikenal baik oleh Ban Ki-moon sehingga kita
berkesempatan untuk mengirimkan observer untuk bergabung dengan
tim observer yang dibentuk oleh PBB.
Selain untuk menjadi mediator untuk konflik di Suriah,
Indonesia juga harus ikut mewujudkan perdamaian di dunia.
Meskipun hal ini terdengar sangat liberal, tapi itulah
realita keadaan dunia saat ini. Pada akhirnya seluruh
masyarakat dunia butuh perdamaian yang selama ini mungkin
dianggap utopis. Tapi dengan perdamaian, tidak memungkiri
bahwa keadaan dunia aan stabil dan negara-negara di dunia ini
akan merasakan manfaat dan keuntungannya. Daripada terus
mengibarkan konflik disana-sini, lebih baik Indonesia
membantu upaya damai untuk konflik di Suriah saat ini.
5. KESIMPULAN
Pada rumusan masalah pertama, penulis mengangkat masalah
terkait bagaimana awal konflik di Suriah dari masih menjadi
konflik internal negara yang kemudian diintervensi berbagai pihak.
Hipotesis awal penulis adalah awalnya konflik di Suriah hanya
merupakan masalah internal yakni ketidakpuasan rakyat Suariah
terhadap rezim pemerintahan Bashar al-Assad. Karena pemerintahan
Bashar al-Assad tidak mau mendengarkan pendapat maupun kritik dari
rakyat terhadap rezimnya. Akibatnya, rakyat Suriah mengadakan
pemberontakan terhadap rezim Assad tersebut. Namun pemberontakan
dan penyerangan yang dilakukan rakyat Suriah terhadap rezim Assad
ini mendapatkan intervensi dari pihak asing sedhingga terjadilah
eskalasi konflik yng melibatkan AS, Israel, Rusia, China, hingga
Iran.
Hipotesis penulis sesuai dengan relita konflik Suriah bahwa
rakyat Suriah telah bosan dan muak dengan rezim pemerintahan
Bashar al-Assad. Yang rakyat inginkan adalah pemerintahan
demokrasi yang mampu menampung aspirasi, saran, dan kritik dari
warga negaranya. Namun yang dilakukan rezim Bashar al-Assad malah
sebaliknya. Aspirasi, saran dan kritik rakyat tidak difasilitasi
oleh rezim tersebut.
Ketidakpuasan rakyat Suriah yang bermula tanggal 15 Maret
2011 dan dinamakan Hari Kemarahan Suriah9. Mereka menunjukkan
kemarahan rakuyat terhadap rezim Assad tercermin dari tindakan
oposisi yang menyerang dan menentang pemerintahan Suriah, dan
mencoba menggulingkan serta mengkudeta presiden mereka, Bashar al-
Assad.
Tetapi rezim pemerintahan Bashar al-Assad, bukannya
memperbaiki diri dan memfasilitasi kepentingan rakyatnya, mereka
malah balik menyerang pihak oposisi pemerintah. Yang mengakibatkan
korban jiwa. Bahkan rakyat sipil, wanita, dan anak-anak yang tidak
bersalah sedikitpun ikut menjadi korban keotoriteran rezim Assad.
9 ‘Revolusi Suriah: Rintangan Masa Depan’, terdapat di:http://revolusisuriah.blogspot.com/search?updated-min=2012-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-results=50, diakses pada 2 Desember 2013, pkl 13.20
Konflik internal negara Suriah ini, kemuadian menjadi konflik
berskala internasional. Karena hadirnya pihak AS yang mendukung
pihak oposisi pemerintah Suriah. Ditambah lagi Rusia dan sekutunya
yang menjadi pihak pendukung Bashar al-Assad semakin memperburuk
keadaan. Adanya intervensi asing tersebut berkedok ‘membantu’
konflik Suriah yang menurut penulis sebenarnya hanya menimbulkan
eskalasi konflik.
Masing-masing dari kedua kubu pun saling menyerang sehingga
konflik domestik ini bertransformasi menjadi konflik yang perlu
diselesaikan di kancah internasional. Pihak AS membantu
persenjataan pihak oposisi pemerintah Suriah, begitupun Rusia
bersama sekutunya ikut memasok senjata untuk rezim Bashar al-Assad
yang dipakai untuk menyerang rakyatnya sendiri. Konflik ini
menjadikan Dewan Keamanan PBB untuk turun tangan menyelesaikannya.
Juga turut melibatkan negara-negara netral seperti Indonesia untuk
membantu menciptakan perdamaian di Suriah.
Kesimpulan rumusan masalah yang pertama, jika rakyat Suriah
mampu bersatu demi memperjuangkan nasib Suriah dan berusaha
menyukseskan revolusi mereka, rezim Assad tidak akan bertahan lama
lagi. Kemudian, konflik ini akan berhenti apabila rezim Assad
mampu menampung keinginan rakyatnya. Atau apabila mereka tidak mau
menampung, hendaknya rezim Assad sedikit ‘tahu diri’ agar mundur
karena rezim Assad sudah tidak diinginkan lagi oleh rakyat Suriah.
Pada rumusan masalah yang kedua, penulis membahas masalah
potensi peran Indonesia sebagai negara netral untuk menjadi
penengah dalam konflik Suriah. Hipotesis awal penulis adalah
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi penengah atau
mediator konflik yang terjadi di Suariah saat ini. Pertama, karena
Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,
Suriah juga merupakan negara yang berpenduduk muslim cukup banyak.
Kedua, Indonesia adalah salah satu negara yang demokrasinya
berkembang cukup pesat. Oleh karena itu, Indonesia tidak akan
tinggal diam melihat demokrasi yang sedang berantakan yang terjadi
di Suriah. Ketiga, Indonesia sangant menjunjung tinggi nilai-nila
HAM. Konflik yang sedang terjadi di Suriah saat ini sudah merambat
ke masalah kemanusiaan dengan banyaknya korban yang jatuh, hingga
kekerasan terhadap perempuan. Jadi sebagai negara yang menjunjung
tinggi HAM, Indonesia sangat berpotensi untuk menegahi dan menjadi
mediator konflik di Suriah ini.
Tiga poin yang penulis sebutkan terkait bagaimana potensi
Indonesia sebagai negara netral untuk menjadi penengah atau
mediator konflik di Suriah sudah cukup relevan dengan realita di
Suriah saat ini.
Pertama karena Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim
terbanyak di dunia. penderitaan rakyat muslim di Suriah adalah
penderitaan rakyat muslin di Indonesia juga. Jadi Indonesia merasa
bertanggungjawab dan peduli dengan Suriah. Hingga Indonesia
menawarkan diri dan berpotensi menjadi mediator dari konflik di
Suriah saat ini. Poin kedua karena Indonesia merupakan salah satu
negara yang sistem demokrasinya berkembang cukup pesat. Jadi,
dengan melihat Suriah yang sedang mengalami krisis pemerintahan
yakni rakyat Suriah menginginkan pemerintahan yang berdemokrasi,
Indonesia perlu membantu Suriah dalam hal ini. Melihat reputasi
sistem demokrasi di Indonesia cukup baik saat ini. Ketiga karena
Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
(HAM). Konflik politik internal yang terjadi di Suriah telah
menjadi konflik internasional. Tidak dipungkiri bahwa konflik
politik ini telah merambah pada konflik kemanusiaan. Ditandai
dengan jatuhnya banyak korban dan kekerasan terhadap perempuan,
sebagai negara menjunjung tinggi HAM, Indonesia perlu membantu
rakyat Suriah dengan memgupayakan perdamaian di Suriah. Agar tidak
adalagi korban-korban kemanusiaan yang berjatuhan di Suriah.
Upaya Indonesia dalam membantu mengupayakan perdamaian di
Suriah bisa dilihat dari beberapa hal. Mulai dari presiden SBY
yang mengirimkan surat ke berbagai pihak yang mengusulkan agar
berbagai pihak-pihak yang terlibat dalam konflik Suriah untuk
duduk bersama mencari solusi dan berupaya damai. Dilanjutkan oleh
upaya menlu RI, Marty Natellegawa yang melakukan upaya diplomasi
ke berbagai negara untuk mendukung upaya damai di Suriah.
Kontribusi Indonesia terlihat dari Indonesia mengirim enam orang
observer bersama 24 observer lainnya yang ditunjuk oleh sekjen PBB
untuk memantau konflik di Suriah.
Tidak hanya itu, Indonesia juga turut aktif memberikan
bantuan dana, pangan, selimut, obat-obatan dan lain lain bagi para
korban perang di Suriah. Hal ini semakin menunjukkan Indonesia
memiliki potensi yang besar untuk menjadi penengah dalam konflik
Suriah. Namun, potensi yang besar saja tidak cukup. Pihak
Indonesia juga harus terus mengupayakan demokrasi kepada pihak-
pihak di Suriah agar terwujud perdamaian.
DAFTAR PUSTAKA
‘AS Apresiasi Kontribusi Indonesia dalam Upaya Penyelesaian Masalah Suriah’,
terdapat di:
http://news.detik.com/read/2013/09/28/005723/2371956/10/as-
apresiasi-kontribusi-indonesia-dalam-upaya-penyelesaian-
masalah-suriah, diakses pada 29 November 2013, pkl 12.30
‘Daging Qurban Indonesia Bawa Kesan untuk Suriah’, terdapat di: http://luar-
negeri.kompasiana.com/2013/10/18/daging-qurban-indonesia-bawa-
kesan-untuk-suriah-600230.html, diakses pada 29 November 2013,
pkl 13.32
‘Daging Qurban Indonesia bawa Kesan untuk Suriah’, terdapat di: http://luar-
negeri.kompasiana.com/2013/10/18/daging-qurban-indonesia-bawa-
kesan-untuk-suriah-600230.html, diakses pada 29 November 2013,
pkl 14.55
‘Indonesia Ajak Iran jadi Solusi bagi Krisi Suriah’ terdapat di:
http://news.detik.com/read/2013/09/21/052030/2365308/10/indone
sia-ajak-iran-jadi-solusi-bagi-krisis-suriah?nd771104bcj,
diakses pada 2 Desember 2013, pkl 13.27
‘Indonesia kirim tim pemantau perdamaian ke Suriah’, terdapat di:
http://nasional.kontan.co.id/news/indonesia-kirim-tim-
pemantau-perdamaian-ke-suriah, diakses pada 29 November 2013,
pkl 15.41
‘Indonesia Pertimbangkan Kirim Observer ke Suriah’, terdapat di:
http://nasional.kompas.com/read/2012/04/17/15223845/Indonesia.
Pertimbangkan.Kirim.Observer.ke.Suriah, diakses pada 2
Desember 2013, pkl 13.20
‘Indonesia Pertimbangkan Kirim Observer ke Suriah’, terdapat di:
http://nasional.kompas.com/read/2012/04/17/15223845/Indonesia.
Pertimbangkan.Kirim.Observer.ke.Suriah, diakses pada 29
November 2013, pkl 15.45
‘Indonesia segera Kirim Observer ke Suriah’, terdapat di:
http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/1
2/04/16/m2kc9e-indonesia-segera-kirim-observer-ke-suriah,
diakses pada 29 November 2013, pkl 15.51
‘Indonesia siap berkontribusi dalam misi perdamaian Suriah’, terdapat di:
http://www.antaranews.com/berita/395004/indonesia-siap-
berkontribusi-dalam-misi-perdamaian-suriah, diakses pada 29
November 2013, pkl 13.41
‘Ini Sikap Indonesia Terkait Konflik Berdarah di Suriah’, terdapat di:
http://www.republika.co.id/berita/internasional/asean/13/04/24
/mlr4tx-ini-sikap-indonesia-terkait-konflik-berdarah-di-
suriah, diakses pada 29 November 2013, pkl 12.43
‘Kesamaan Rusia-Indonesia dalam Konflik Suriah’, terdapat di:
http://indonesian.irib.ir/hi/headline2/-/asset_publisher/0JAr/
content/id/5534916, diakses pada 29 November 2013, pkl 12.12
‘Kirim tim ke Suriah, Indonesia ajukan dua syarat’, terdapat di:
http://www.beritasatu.com/politik/43040-ri-ajukan-2-syarat-kirim-
tim-pemantau-ke-suriah.html, diakses pada 29 November 2013, pkl
15.54
‘Konflik Suriah Harus Diselesaikan dengan Cara Damai’, terdapat di:
http://www.tribunnews.com/internasional/2013/11/22/konflik-
suriah-harus-diselesaikan-dengan-cara-damai, diakses pada 29
November 2013, pkl 15.43
‘Konflik Suriah, Penyebab dan Solusinya (Renungan untuk Perjuangan)’ terdapat di:
http://www.mirajnews.com/id/artikel/opini/9202-konflik-suriah-
penyebab-dan-solusinya-renungan-untuk-perjuangan.html, diakses
pada 29 November 2013, pkl. 18.21
‘Krisis Pengungsi di Suriah Meningkat Pesat’, terdapat di:
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/09/130930_suriah_pen
gungsi_krisis.shtml, diakses pada 29 November 2013, pkl 13.23
‘Krisis Suriah: Bersiaplah, Bisa Jadi Awal Kedatangan Perang Dunia ke-III Sudah Dimulai
(Krisis Suriah Part-1)’, terdapat di:
http://indocropcircles.wordpress.com/2013/08/28/krisis-suriah-
awal-perang-dunia-ke-iii/, diakses pada 29 November 2013, pkl
12.11
‘PBB: Rakyat Suriah Butuh Bantuan, terdapat di:
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/11/131105_pbb_suriah
.shtml, dikses pada 29 November 2013, pkl 13.45
‘Pengamat: JK dapat menjadi Mediator Penyelesaian Konflik Suriah’, terdapat di:
http://zitkom.com/dmi/pengamat-jk-dapat-menjadi-mediator-
penyelesaian-konflik-suriah/, diakses pada 29 November 2013,
pkl 13.42
‘Peran Indonesia Dalam Mewujudkan Perdamaian Global’, terdapat di:
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/180-diplomasi-
november-2012/1557-peran-indonesia-dalam-mewujudkan-
perdamaian-global.html, diakses pada 29 November 2013, pkl
14.38
‘Rakyat Indonesia Kirim Ratusan Hewan Kurban untuk Suriah’, terdapat di:
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/451661-rakyat-
indonesia-kirim-ratusan-hewan-kurban-untuk-suriah, diakses
pada 29 November 2013, pkl 16.31
‘Revolusi Suriah: Rintangan Masa Depan’, terdapat di:
http://revolusisuriah.blogspot.com/search?updated-min=2012-01-
01T00:00:00-08:00&updated-max=2013-01-01T00:00:00-08:00&max-
results=50, diakses pada 2 Desember 2013, pkl 13.20
‘Ribuan Keluarga di Suriah Terancam Mati Kelaparan’, terdapat di:
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/10/131002_suriah_kel
aparan.shtml, diakses pada 29 November 2013, pkl 12.56
‘RI-Rusia Tekankan Solusi Damai Konflik Suriah’, terdapat di:
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/11/23/
180720/RI-Rusia-Tekankan-Solusi-Damai-Konflik-Suriah, diakses
pada 29 November 2013, pkl 12.37
‘SBY surati DK PBB terkait konflik Suriah’ terdapat di:
http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/10/12/781506/sby-
surati-dk-pbb-terkait-konflik-suriah, diakses pada 29 November
2013, pkl 13.33
‘Suriah Mencekam, Indonesia Kirim Observer’, terdapat di:
http://img.iyaa.com/berita/nasional/umum/1292754_1124.html,
diakses pada 29 November 2013, pkl 15.35
’10 Relawan Medis Indonesia Terbang ke Suriah’, terdapat di:
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?
mid=5&catid=23&nid=1092, diakses pada 29 November 2013, pkl
13.40