ABSTRAK Study Deskriptif tentang Pemahaman, Potensi dan Resolusi Konflik dari

21
ABSTRAK Study Deskriptif tentang Pemahaman, Potensi dan Resolusi Konflik dari Sudut Pandang Mahasiswa Oleh : Badi’atul Husna, Laily Lolita Sari, Naila Kamaliya [email protected] [email protected] [email protected] Mahasiswi Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Konflik adalah bagian dari kehidupan dengan beragam kepentingan. Ketidaksepakatan argumen, perbedahan, perselisihan, merupakan bagian dari konflik yang akan selalu terjadi. Pada tahun 2010 hingga September 2013, tercatat 351 peristiwa konflik. Baik konflik yang bernuansa SARA, bentrokan warga dengan organisasi kemasyarakatan, aksi kekerasan unjukrasa menolak kenaikan bahan bakar minyak, bentrokan antar massa pendukung calon kepala daerah dan aksi massa terkait sengketa pertanahan (http://www.widyaiswarakemendagri.org ). Data ini cukup menggambarkan banyaknya konflik yang terjadi di Indonesia. Dengan berbagai macam konflik tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman mahasiswa sendiri terhadap konflik dan potensi yang paling berpengaruh terhadap munculnya konflik di sekitar lingkungan mahasiswa. Terbukti bahwa mahasiswa tidak akan pernah lepas dari konflik termasuk di lingkungan sekitarnya sendiri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian ini juga disusun sebagai penelitian induktif karena mencari dan mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan tujuan untuk

Transcript of ABSTRAK Study Deskriptif tentang Pemahaman, Potensi dan Resolusi Konflik dari

ABSTRAK

Study Deskriptif tentang Pemahaman, Potensi dan Resolusi Konflik

dari

Sudut Pandang Mahasiswa

Oleh : Badi’atul Husna, Laily Lolita Sari, Naila Kamaliya

[email protected][email protected]

[email protected]

Mahasiswi Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Konflik adalah bagian dari kehidupan dengan beragamkepentingan. Ketidaksepakatan argumen, perbedahan,perselisihan, merupakan bagian dari konflik yang akanselalu terjadi. Pada tahun 2010 hingga September 2013,tercatat 351 peristiwa konflik. Baik konflik yangbernuansa SARA, bentrokan warga dengan organisasikemasyarakatan, aksi kekerasan unjukrasa menolakkenaikan bahan bakar minyak, bentrokan antar massapendukung calon kepala daerah dan aksi massa terkaitsengketa pertanahan(http://www.widyaiswarakemendagri.org). Data ini cukupmenggambarkan banyaknya konflik yang terjadi diIndonesia. Dengan berbagai macam konflik tersebut,penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanapemahaman mahasiswa sendiri terhadap konflik danpotensi yang paling berpengaruh terhadap munculnyakonflik di sekitar lingkungan mahasiswa. Terbuktibahwa mahasiswa tidak akan pernah lepas dari konfliktermasuk di lingkungan sekitarnya sendiri.Penelitian ini menggunakan metode penelitiandeskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data,analisis dan interpretasi tentang arti dan data yangdiperoleh. Penelitian ini juga disusun sebagaipenelitian induktif karena mencari dan mengumpulkandata yang ada di lapangan dengan tujuan untuk

mengetahui faktor-faktor, pemahaman, atau aspek-aspekdalam konflik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswaterhadap konflik cenderung berangkat dari pengalamanpribadi mereka, dan ketika mahasiswa bisa memahamikonflik yang terjadi dengan berbagai macampenyebabnya, maka resolusi yang bisa dilakukan salahsatunya adalah dengan memediasi pihak-pihak yangterlibat dalam konflik, membicarakan secara personaldengan teman yang telibat konflik, atau denganmusyawarah dalam oganisasi. Penyebab konflik dalammahasiswa umumnya sepele namun seringkali terjadidalam pertemanan, organisasi, bahkan terkadang konflikdengan dosen pengampu matakuliah.

Keyword : Konflik, Mahasiswa, Potensi, Resolusi

LATAR BELAKANG

Konflik adalah bagian dari kehidupan dengan beragam

kepentingan. Ketidaksepakatan argumen, perbedaan, perselisihan,

merupakan bagian dari konflik yang akan selalu terjadi. Pada

tahun 2010 hingga September 2013, tercatat 351 peristiwa konflik.

Baik konflik yang bernuansa SARA, bentrokan warga dengan

organisasi kemasyarakatan, aksi kekerasan unjukrasa menolak

kenaikan bahan bakar minyak, bentrokan antar massa pendukung

calon kepala daerah dan aksi massa terkait sengketa pertanahan

(http://www.widyaiswarakemendagri.org). Data ini cukup

menggambarkan banyaknya konflik yang terjadi di negara kita.

Untuk menyikapinya, menurut Weitzman dan Patrisia (2000) cara

terpenting menyikapi konflik adalah bukan mencegah timbulnya

konflik melainkan bagaimana manajemen konflik. Hal senada

diungkapan oleh Prasojo, bahwa konflik tidak bisa dihilangkan,

konflik hanya bisa dikelola dan potensi konflik ditransformasikan

(http://www.nuranidunia.or.id). Oleh karena itu, setiap individu

perlu memiliki keterampilan dalam manajemen konflik secara

konstruktif sehingga dapat mengambil manfaat dan menjadi

produktif ketika mengalami konflik. Manajemen konflik ini bisa

dimulai dari bagaimana individu memahami konflik, bagaimana

individu mengetahui penyebab yang menjadi akar munculnya berbagai

macam konflik dan lain sebagainya.

Pada dasarnya masyarakat adalah kumpulan manusia yang

merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi. Dalam

interaksinya, manusia sering dihadapkan pada situasi konflik baik

itu dalam bentuk pertentangan ataupun pertikaian. Munculnya

konflik sosial tidak terjadi dengan sendirinya dan tidak

sesederhana yang kita bayangkan. Banyak faktor yang dapat dikaji

mengapa konflik tersebut terjadi.

Konflik sebenarnya bukan sesuatu yang harus dihindarkan dan

tidak mungkin dihilangkan karena konflik itu sendiri merupakan

bagian dari kehidupan. Konflik adalah suatu kondisi yang tidak

sesuai dengan berbagai kondisi yang beragam, dan keberagaman

sebenarnya akan membuat  suatu sistem  menjadi stabil dan kokoh 

bila  komponen  yang beragam tersebut dijalin secara harmonis,

akan tetapi keberagaman akan menghancurkan sistem   bila  

ikatan  antar  kelompok  yang  berbeda  tersebut  didasarkan 

pada dominasi kekuasaan/kekuatan dari suatu komponen terhadap

komponen lainnya.

Adapun gejolak-gejolak yang terjadi dalam kehidupan

bermasyarakat tersebut akan menimbulkan pertikaian. Sehingga

dapat disebut dengan potensi dari sebuah konflik yang terjadi.

Tidak sedikit yang terjadi, dari yang sederhana sampai pada

konflik yang sulit diselesaikan.

Penelitian ini diharapkan akan menambah wacana dalam

memahami konflik yang terjadi pada masyarakat. Adapun penelitian

ini merupakan tindak lanjut dari penelitian tentang kondisi

korban dari peristiwa konflik di Sampang, Madura. Sehingga, akan

diketahui tentang pemahaman akan konflik yang terjadi berkaitan

dengan potensi konflik.

BATASAN DAN TUJUAN PENELITIAN

Pembahasan dari tema di atas signifikan sekali untuk di beri

batasan masalah untuk mencegah pembahasan-pembahasan yang tidak

ada kaitannya dari tema. Maka dari itu penulis merumuskan tentang

bagaimana pemahaman mahasiswa terhadap konflik dan potensi yang

menjadi penyebab munculnya konflik tersebut. Dari rumusan masalah

tersebut maka dapat dikemukakan bahwa tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui pemahaman mahasiswa terhadap konflik dan

potensi apa yang lebih dominan mempengaruhi terjadinya konflik

pada mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

KAJIAN TEORI

Secara etomologi,konflik (conflict) berasal dari bahasa latin

configure yang berarti saling memukul. Menurut Antonius, dkk

(2002: 175) konflik adalah suatu tindakan salah satu pihak yang

berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu pihak lain

dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok masyarakat ataupun

dalam hubungan antar pribadi. Hal ini sejalan dengan pendapat

Morton Deutsch, seorang pionir pendidikan resolusi konflik

(Bunyamin Maftuh, 2005: 46) yang menyatakan bahwa dalam konflik,

interaksi sosial antar individu atau kelompok lebih dipengaruhi

oleh perbedaan daripada oleh persamaan. Sedangkan menurut Scannel

(2010: 2) konflik adalah suatu hal alami dan normal yang timbul

karena perbedaan persepsi, tujuan atau nilai dalam sekelompok

individu.

Hunt dan Metcalf (1996: 97) membagi konflik menjadi dua

jenis, yaitu intrapersonal conflict dan interpersonal conflict.

Konflik intrapersonal adalah konflik yang terjadi dalam diri

individu sendiri, misalnya ketika keyakinan yang dipegang

individu bertentangan dengan nilai budaya masyarakat, atau

keinginannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Konflik

intrapersonal ini bersifat psikologis, yang jika tidak mampu

diatasi dengan baik dapat mengganggu bagi kesehatan psikologis

atau kesehatan mental individu yang bersangkutan. Sedangkan

konflik interpersonal ialah konflik yang terjadi antar individu.

Konflik ini terjadi dalam setiap lingkungan sosial, seperti dalam

keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah, masyarakat dan negara.

Konflik ini dapat berupa konflik antar individu dan kelompok,

baik di dalam sebuah kelompok (intragroup conflict) maupun antar

kelompok (intergroup conflict).

Menurut kamus Bahasa Indonesia (1997) konflik berarti

percekcokan, pertentangan, atau perselisihan. Konflik juga

berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-

orang atau kelompok-kelompok. Setiap hubungan antar pribadi

mengundang unsur-unsur konflik, peretntangan pendapat, atau

perbedaan kepentingan. Menurut Johnson (Supratiknya : 1995)

konflik adalah situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat

menghalangi, mengahmbat atau mengganggu tindakan pihak lain.

Kendati unsur konflik selalu terdapat setiap bentuk hubungan

antar pribadi, pada umumnya masyarakat memandang konflik sebagai

keadaan yang harus dihindarkan karena konflik dianggap sebagai

faktor yang merusak hubungan.

Sedangkan pemahaman seseorang mengenai konflik pada dasarnya

dapat dipengaruhi oleh faktor kognisi dan emosi individu sendiri.

Dimana pengertian kognisi menurut Festinger, Kognisi adalah

elemen-elemen kognitif, yaitu hal-hal yang diketahui oleh

seseorang tentang dirinya sendiri, tentang tingkah lakunya, dan

tentang keadaan di sekitarnya. (Festinger dalam Sarlito, 2011).

Sedangkan menurut Neisser, Kognisi adalah proses yang

mengubah, mereduksi, memperinci, menyimpan, mengungkapkan, dan

memakai setiap masukan (input) yang datang dari alat indera.

(Neisser dalam Sarlito, 2011).

Faktor emosi pun berpengaruh pada pemahaman individu tentang

konflik. Pengertian emosi menurut Goleman adalah dorongan untuk

bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah

ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Kecenderungan

untuk bertindak ini dibentuk oleh pengalaman kehidupan serta

budaya (Goleman, 1999).

Sedangkan menurut Albin, Emosi juga berarti seluruh perasaan

yang kita alami seperti sedih, gembira, kecewa, semangat, marah,

dan cinta. Sebutan yang diberikan kepada perasaan tertentu

mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir mengenai perasaan itu,

dan bagaimana ia bertindak (Albin,1986).

Dari teori-teori yang telah dipaparkan sebelumnya, J.

Ranjabar mengemukakan hal-hal yang dapat menjadi penyebab

terjadinya konflik pada masyarakat Indonesia adalah sebagai

berikut (1) Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap

kelompok lain, Contohnya adalah konflik yang terjadi di Aceh dan

Papua. (2) Terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian

hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Contohnya

konflik yang terjadi di Sambas. (3) Terjadi pemaksaan unsur-unsur

kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa

lain. Contohnya konflik yang terjadi di Sampit. (4) Terdapat

potensi konflik yang terpendam, yang telah bermusuhan secara

adat. Contohnya konflik antar suku di pedalaman Papua.

Mengacu pada penelitian terdahulu tentang kondisi kognitif

dan emosi pada pengungsi korban koflik di sampang, madura juga

merupakan salah satu konflik yang terjadi dominasi suatu kelompok

terhadap kelompok lain. Sehingga dari penelitian tersebut dapat

diketahui tentang kondisi kognitif dan emosi pengungsi pasca

kejadian konflik. Pada penelitian ini pemahaman tersebut akan

dikaitkan dengan potensi konflik di lingkungan mahasiswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan

interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian ini

juga disusun sebagai penelitian induktif karena mencari dan

mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan tujuan untuk

mengetahui faktor-faktor, pemahaman, atau aspek-aspek dalam

konflik.

Sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (1975) menyatakan

bahwa metodologi kualitatif deskriptif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dengan kata

lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena tidak

menggunakan hitungan dalam metodenya.

Dalam metode kualitatif sangat mempertimbangkan prosedur

yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis. Lebih

lanjut dijelaskan bahwa pendekatan kualitatif menggunakan data

lisan yang memerlukan informan, pendekatan ini diarahkan pada

latar belakang individu yang bersangkutan. Dengan kata lain

jumlah individu yang diobservasi ditentukan sesuai dengan

keperluan penelitian.

HASIL PENELITIAN

Berbicara tentang pemahaman mahasiswa tentang konflik,

mahasiswa cenderung bisa memahami konflik ketika mereka kembali

ke pengalaman-pengalaman pribadi ketika mengalami konflik itu

sendiri. Ragam konflik yang biasa terjadi di lingkungan mahasiswa

adalah konflik pertemanan, konflik dalam organisasi bahkan

konflik dengan dosen. Hal ini yang menjadi sumber utama bagaimana

mahasiswa bisa memahami konflik dan memberikan tanggapan yang

sekedarnya terhadap konflik yang terjadi. Karena pada dasarnya

pemahaman seseorang mengenai konflik dapat dipengaruhi oleh

faktor kognisi dan emosi individu sendiri.

Konflik yang paling mendasar bagi mahasiswa itu adalah konflik dengan

teman, karena kan kita sering beda pendapat dengan teman (FGD,

Subjek I 28 Agustus 2014)

Selain konflik dengan teman, kita biasa konflik dengan dosen. Contohnya

semester kemaren ada teman saya dan saya konflik dengan dosen

sampai ahirnya nilai kuliah tidak keluar. Udah ngomong sama dosen,

malah dipindah ke BAK, sama BAK dipindah ke dosen lagi, jdi itu bikin

bingung. Terus konflik lain juga tentang teman, sesama temen cewek itu

jadi beberapa grup, ada satu grup yang suka nonton film aja, yang lain

suka kerja. Nah itu jadi pemicu konflik di pertemanan saya. Kalau konflik

kemaren di pilpres itu, calon-calon presiden, prabowo-jokowi sama-sama

saling menyerang, saling mengaku menang. Belum ada keputusan

malah mereka sudah mengaku menang. (FGD, Subjek II 28 Agustus

2014)

Konflik pertemanan adalah hal yang biasa terjadi dalam

lingkungan mahasiswa, hal ini karena mahasiswa sebagai mahluk

sosial tidak pernah terlepas dari interaksi antar sesamanya dan

saling membutuhkan satu sama lain. Karena mayoritas dari

mahasiswa UIN Maliki Malang juga merupakan mahasiswa luar daerah

yang tinggal sebagai perantau, artinya bahwa mahasiswa tidaklah

bisa lepas dari teman sebagai pengganti keluarga yang jauh dari

tempat tinggal mereka. Namun selain konflik pertemanan,

seringkali mahasiswa juga mengalami konflik dengan dosen,

misalnya ketika terjadi masalah dengan proses perkuliahan,

penilaian dosen terhadap hasil yang dicapai mahasiswa tidak

sesuai, komunikasi yang kurang baik antara dosen dan mahasiswa,

dan sebagainya.

Berangkat dari pemahaman mahasiswa tentang pengalaman

konflik, maka ditemukan pula potensi-potensi konflik yang menjadi

akar masalah dan pemicu konflik yang beraneka ragam pula. Hal ini

juga berkaitan dengan resolusi yang diambil oleh mahasiswa ketika

terlibat dalam konflik, baik konflik pertemanan atau organisasi

mereka.

Tadi kan menurut pendapat saya ya karena sifat orang berbeda, ada

yang keras, ada yang ngikut aja, nah itu dari hal yang sepele itu semua

bisa menjadi penyebab konflik antara temen. Mereka semua minta

pendapatnya diterima, dihargai, padahal dalam sebuah forum atau

musyawarah kan mana yang pendapat bisa dipake ya itu dipake. (FGD,

Subjek I 28 Agustus 2014)

Saya cuek aja, tapi ya ikut dua-duanya lah..kalau masalah teman

kemaren saya memediasi antar dua kelompok yang bermasalah.

Padahal penyebabnya Cuma gara-gara masak kangkung, tapi gara-gara

ga ada yang mau ngalah, ahirnya sampai sekarang mereka masih

kurang bisa akrab. (FGD, Subjek II 28 Agustus 2014)

Konflik yang biasa terjadi bisa dilihat dari lingkungan masyarakat juga

banyak, di lingkungan kota biasanya rasa gotong-royong kurang, kalau

sama teman biasanya kan beda pendapat gitu, tidak sepemikiran sama

kita. (FGD, Subjek III 28 Agustus 2014)”

Umumnya konflik yang terjadi di lingkungan mahasiswa adalah

konflik yang sifatnya ringan atau sepele, misalnya konflik

tersebut terjadi karena perbedaan argumen satu sama lain dalam

sebuah organisasi, hal ini bisa disebabkan karena komunikasi yang

tidak sehat, adanya kesalahpahaman, kurang pengertian terhadap

teman dan sebagainya. Namun tidak banyak mahasiswa yang mengaku

ketika mereka mengalami konflik, baik dengan teman atau konflik

yang lain, terkadang mereka merasa sedih, murung atau badmood.

Dan hal inilah yang menjadi dampak emosional dari konflik

tersebut.

Dengan mahasiswa bisa memahami potensi penyebab konflik

terjadi, maka secara otomatis mahasiswa juga mampu mencari

resolusi yang tepat untuk mengatasi problem atau konflik dalam

pertemanan atau organisasi mereka. Misalnya dengan musyawarah

atau memediasi beberapa pihak yang terlibat konflik.

Sedangkan dalam observasi yang dilakukan selama pelatihan

manajemen konflik berlangsung, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang

mengkuti pelatihan, baik yang aktif dalam organisasi ataupun

tidak, mereka dapat memahami konflik dengan cara yang beragam,

begitupula dengan pemahaman mahasiswa terhadap resolusi konflik

yang tepat dalam memecahkan permasalahan. Pelatihan ditujukan

agar mahasiswa mampu mengatasi konflik dengan cara yang lebih

konstruktif, dimana salah satu agenda pelatihan adalah “Mapping

Conflict” yang dalam hal ini dilakukan simulasi bagaimana mahasiswa

mampu memahami konflik hingga menemukan pemecahan masalah dan

ditungkan dalam bentuk Map atau peta konsep, sehingga cara

berpikir mahasiswa terhadap konflik bisa berubah lebih sistematis

dan lebih bersahabat dalam menghadapinya.

REFERENSI

Albin, Rochelle Semmel. 1986. Emosi, Bagaimana Mengenal, Menerima, dan

Mengarahkannya. Terjemahan Dr. M. Brigid, OSF. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.Arikonto, Suhari.2006.Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktek Edisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Azwar, Syarifudin.2008.Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Azwar, Syarifudin.2009. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka

pelajar

Sugiono.2009.Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosional, Mengapa EI Lebih Penting

daripada IQ. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama

Wirawan Sarwono, Sarlito. 2011. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada.

LAMPIRAN

ANGGARAN DANA PENELITIAN KONFLIK

Kesekretariatan

Print dan

Penggandaan Modul

118.0

00Print Berkas 100.0

00Sertifikat @3 x 5000 85.00

0Kertas HVS

100.000Spidol marker @5 x 5 x

6000

150.000

Fotocopy FGD 20.500SUBTOTAL  

 573.5

00

Konsumsi

Makan Peneliti @6× 25.000 150.0

00Snack Subjek

Penelitian

@3 × 20.000 60.00

0Minum Peneliti dan

subyek

@2 × 20.000 40.00

0Makan Subjek

Penelitian

@6 × 20.000 120.0

00SUBTOTAL 370.0

00

ANGGARAN DANA PELATIHAN KONFLIK

Kesekretariatan

Print dan

Penggandaan Modul

50.00

0Penggandaan handout

Peserta

@25 x 3.000 75.00

0Angket @25 x 5

x200 

25.00

0Sertifikat @25 x 5000 125.0

00Kertas Manila @6 x 3000 18.00

0Spidol marker @5 x 3 x

6000

75.00

0SUBTOTAL  

 

368.0

00

Publikasi

Poster @5 x 15 75.000

Banner @2 × 50.000 100.000

Leaflet @25 × 200 5000

Stempel 20.000

SUBTOTAL 200.0

00

Perlengkapan

Sewa Sound System 2 × 150.000 300.0

00SUBTOTAL 300.0

00

Konsumsi

Snack Panitia @6× 8.000 48.00

0Snack Tamu Undangan @15 ×

10.000

150.0

00

Snack Peserta @25 × 2000 52.00

0SUBTOTAL 242.0

00

Anggaran Penelitian 943.000Anggaran Pelatihan Penelitian 1.110.000

Total Anggaran 2.053.000TOTAL ANGGARAN