pesan moral dalam film pendek rumah kos ibu mira

85
1 PESAN MORAL DALAM FILM PENDEK RUMAH KOS IBU MIRA (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce) S K R I P S I Oleh: Fariska Khomsatul Wahyu Kusuma Ningrum NIM. 211016075 Pembimbing: Dr. Iswahyudi, M.Ag. NIP. 197903072003121003 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2021

Transcript of pesan moral dalam film pendek rumah kos ibu mira

1

PESAN MORAL DALAM FILM PENDEK RUMAH KOS IBU MIRA

(Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)

S K R I P S I

Oleh:

Fariska Khomsatul Wahyu Kusuma Ningrum

NIM. 211016075

Pembimbing:

Dr. Iswahyudi, M.Ag.

NIP. 197903072003121003

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2021

ABSTRAK

Ningrum, Fariska Khomsatul Wahyu Kusuma. 2021. Pesan Moral Dalam

Film Pendek Rumah Kos Ibu Mira. Skripsi. Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. Iswahyudi, M.Ag.

Kata Kunci: Pesan Moral, Film, Semiotika Charles Sandres Peirce

Salah satu pemanfaatan media massa untuk menyampaikan pesan kepada

khalayak yaitu melalui film. Di antara film yang menyampaikan pesan-pesan yang

bagus adalah Film pendek Rumah Kos Ibu Mira. Film Rumah Kos Ibu Mira

mengandung banyak pesan moral yang ingin disampaikan, yang berhubungan

dengan masalah yang sering dialami dalam kehidupan keluarga. Namun

sayangnya belum ada yang menelitinya. Film ini berdurasi pendek, namun padat

akan pesan yang disampaikan. Hampir disetiap adegan yang ditampilkan dalam

film memiliki makna dan pesan yang ingin dimunculkan oleh sutradara. Film

yang berdurasi 19 menit 11 detik ini sudah ditonton sebanyak 1,3 Juta penonton di

youtube WardahBeauty.

Untuk mengetahui pesan moral yang ada pada film tersebut, peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana tanda yang ditampilkan

dalam film pendek Rumah Kos Ibu Mira? (2) Bagaimana objek yang ditampilkan

dalam film pendek Rumah Kos Ibu Mira? (3) Bagaimana interpretan yang

ditampilkan dalam film pendek Rumah Kos Ibu Mira? (4) Bagaimana pesan moral

yang terkandung dalam film pendek Rumah Kos Ibu Mira?. Metode yang

digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode kualititatif deskriptif

dengan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi dan studi pustaka. Teknik

analisis penelitian yang peneliti gunakan adalah analisis semiotika Charles

Sanders Peirce yang membagi pokok pembahasan menjadi tanda, objek dan

interpretan. Peneliti melakukan analisis terhadap pemilihan teks dan gambar yang

berhubungan dengan pesan moral.

Dalam penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa film pendek Rumah

Kos Ibu Mira mengandung 12 adegan berupa pesan moral. Dari 12 adegan

tersebut, tanda yang tampak berupa Tanda yang terdapat pada film Rumah Kos

Ibu Mira berupa qualisign terdapat pada adegan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, dan adegan

10, sinsign terdapat pada adegan 12 dan legisign terdapat pada adegan 7 dan

adegan 11, objek yang terdapat pada film Rumah Kos Ibu Mira berupa indeks

semuanya dan interpretan yang terdapat pada film Rumah Kos Ibu Mira berupa

rheme semuanya. Pesan moral yang terdapat pada film Rumah Kos Ibu Mira

adalah toleransi, menghormati orang tua, menghargai privasi, kepedulian, saling

mengingatkan, bermusyawarah, bersimpati, saling tolong menolong, tidak egois,

kesabaran, saling menasihati, dan berani meminta maaf.

3

5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi menjadi salah satu aspek

pendukung yang menjadikan komunikasi menjadi sebuah kebutuhan mutlak bagi

individu, tanpa mengenal usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, dan lain

sebagainya. Teknologi komunikasi merupakan peralatan perangkat keras,

organisasi, struktur dan nilai-nilai sosial yang digunakan individu untuk

mengumpulkan, memproses dan bertukar informasi dengan individu lainnya.

Dewasa ini perkembangan teknologi komunikasi sangat pesat, mengingat setiap

harinya manusia berkomunikasi untuk membagi informasi, pengetahuan dan

pengalaman.1 Teknologi akan terus berkembang tidak akan dan tidak mungkin

kita hindari karena teknologi komunikasi selalu mengikuti arus dan berjalan

bersamaan.

Kebutuhan informasi akan terus meningkat seiring dengan pesatnya

perkembangan kemajuan inovasi dan teknologi. Hal inilah yang melatarblakangi

munculnya berbagai media yang mampu menyebarkan informasi kepada khalayak

luas. Media massa adalah suatu alat atau sarana yang dapat digunakan untuk

penyampaian pesan dari sumber sebagai komunikator kepada khalayak sebagai

komunikan.2 Komunikasi dengan banyaknya khalayak atau komunikasi massa

dapat dijangkau dengan mudah karena adanya media massa seperti media cetak

1 Tio Dwi Nata dkk. Teknologi Komunikasi dan Realitas Semu Media Massa, ( Surabaya:

Garuda Mas Sejahtera, 2014), 12. 2Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar (Bogor; Ghalia Indonesia, 2014), 37.

berupa koran, majalah, buletin dan lain sebagainya. Sedangkan media elektronik

terdapat televisi, radio, film dan sebagainya. Semakin cepatnya penyebaran

informasi kepada khalayak, maka media massa dinilai sebagai alat yang tepat

untuk menyampaikan informasi. Karena dalam penggunaannya tidak terbatas

ruang dan waktu, dimana dan kapan saja.

Film merupakan salah satu media massa. Pada mulanya film adalah sebuah

foto yang bergerak. Foto bergerak pertama kali berhasil dibuat pada tahun 1877

oleh Eadweard Muybridge, seorang fotografer Inggris yang bekerja di California.3

Muy mengambil serangkaian gambar foto kuda berlari, mengatur sederetan

kamera dengan benang tersambung pada kamera shutter. Ketika kuda berlari ia

akan memutus benang secara berurutan dan membuka masing-masing kamera

shutter. Prosedur Muy ini mempengaruhi para penemu sehingga membuat

Thomas Edison untuk mengembangkan peralatan citra bergerak. Selain itu ada

Auguste Marie Louis Nicolas Lumiere memberikan pertunjukan film sinematik

kepada umum disebuah kafe di Paris.4

Dimulai dari sanalah industri perfilman terus berkembang dan terus

menyebar di seluruh dunia. Dalam sejarahnya, perubahan besar terjadi setelah

Perang Dunia I yang memunculkan televisi dan pemisahan film dari bioskop.

Pemisahan film dengan bioskop merujuk kepada banyak cara bagaimana film

ditonton, setelah pertunjukan awal dibioskop. Hal ini termasuk penyiaran televisi,

penyiaran kabel, rekaman video, penjualan DVD, televisi satelit, dan saat ini

internet, serta penerimaan telepon genggam. Dia mengubah kendali pemilihan

3Marcel Danesi, Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra 2010), 133. 4Ibid.

2

3

kepada khalayak dan memungkinkan adanya pola baru untuk mengulang tontonan

dan penyampaiannya.5 Sejak itulah industri perfilman semakin meluas hingga ke

kancah dunia.

Menurut Alex Sobur hubungan antara film dan masyarakat, memiliki

sejarah yang panjang. Film sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di

dunia, mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19. Dalam banyak

penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan

masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi dan

membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (massage) di baliknya.6 Pada

dasarnya, film disajikan sebagai sarana hiburan, karena terdapat banyak genre,

diantaranya horor, fiksi, romantis, komedi, action, religi dan lain sebagainya.

Karena, melalui film, informasi dapat dikonsumsi dengan lebih mendalam, serta

dikemas dalam bentuk audio visual yang menarik untuk dinikmati.

Selain itu, dalam sebuah film terdapat pesan yang ingin disampaikan dari

seorang penulis cerita yang diolah oleh sutradara kepada khalayak luas. Film

disajikan sebagai tontonan untuk masyarakat dan tentunya memiliki nilai tuntunan

yang baik yang ingin ditularkan oleh sang sutradara kepada khalayak luas

khususnya penonton. Dapat dikatakan film sangat berkontribusi terhadap

kehidupan manusia. Dengan adanya film, otak manusia menjadi tenang dan hati

menjadi terhibur. Namun, terkadang film juga membuat seseorang berpikir dan

memberikan pelajaran mengenai kehidupan. Selain itu, banyak sejarah yang

5 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi 6, (Jakarta; Salemba Humanika, 2011),

36. 6Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2013), 127.

terdokumentasi yang akhinya dijadikan sebuah film untuk menjadi bahan

renungan dan bahan cerita kepada generasi yang akan mendatang.

Setiap film pasti terdapat pesan moral atau maksud tertentu yang ingin

disampaikan dan diperoleh dari seorang sutradara kepada khalayak. Pesan film

pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film

tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik

itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi. Pesan dalam film dapat

menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran manusia

berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya. Ketika menonton

film penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat

menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens. Kekuatan dan

kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli

berpendapat bahwa film memeliki potensi untuk mempengaruhi khalayak.7

Seperti film pendek Rumah Kos Ibu Mira yang memiliki banyak pesan moral di

dalamnya.

Film yang disutradarai oleh Jason Iskandar ini membahas bagaimana

kehidupan yang sebenarnya. Film yang diperankan oleh Bella Nabila dan Dayu

Wijanto bercerita tentang seorang perempuan asal Yogyakarta yang baru

dipindahtugaskan oleh kantornya ke Jakarta. Dia terbiasa tinggal bersama teman-

teman dan keluarga, dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru menjadi

tantangan tersendiri baginya. Apalagi, rumah kos tempat ia tinggal sekarang

dihuni oleh orang-orang yang tak ramah dan individualis, tak terkecuali Ibu

7Ibid., 127.

5

kosnya, pemilik kos sedang memiliki masalah dengan anak semata wayangnya.

Hari Raya Idul Fitri adalah hari yang sudah ia tunggu-tunggu, karena ia sangat

merindukan rumahnya. Akan tetapi, sesuatu yang tak ia duga terjadi beberapa hari

sebelum Hari Raya tiba. Dia kini harus memilih antara mengikuti keegoisan

hatinya untuk pulang, atau tinggal untuk membantu orang lain yang lebih

membutuhkan.8

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik mengambil judul

“Pesan Moral dalam Film Pendek Rumah Kos Ibu Mira Analisis Semiotika

Charles Shanders Peirce”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tulisan ini difokuskan pada

Pesan Moral dalam Film Pendek Rumah Kos Ibu Mira Analisis Semiotika Charles

Shanders Peirce. Jika diajukan dalam bentuk pertanyaan sub masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tanda yang ditampilkan dalam film pendek Rumah Kos Ibu

Mira?

2. Bagaimana objek yang ditampilkan dalam film pendek Rumah Kos Ibu

Mira?

3. Bagaimana interpretan yang ditampilkan dalam film pendek Rumah Kos

Ibu Mira?

4. Bagaimana pesan moral yang terkandung dalam film pendek Rumah Kos

Ibu Mira?

8https://www.google.com/amp/s/studioantelope.com/rumah-kos-ibu-mira-film-pendek-

islami/ diakses pada 5 Desember 2019.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin diraih dari rumusan masalah diatas sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tanda-tanda yang ditampilkan pada film Rumah Kos Ibu

Mira.

2. Untuk mendiskripsikan objek yang ditampilkan pada film Rumah Kos Ibu

Mira.

3. Untuk mengidentifikasi interpretan yang terkandung pada film Rumah Kos

Ibu Mira.

4. Untuk dapat mengetahui pesan moral yang terkandung dalam pada film

Rumah Kos Ibu Mira.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan ilmu

pengetahuan yang baru berkaitan dengan teori semiotika Charles Sandes

Peirce, dengan adanya penelitian ini diharapkan agar teori semiotika

Charles Sandes Peirce dapat menjadi pedoman dalam penelitian-penelitian

yang akan datang. Diharapkan dapat digunakan untuk menganalisis tanda-

tanda di dalam film maupun yang lain. Selain itu, hasil penelitian ini juga

diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan dan refrensi bagi studi

komunikasi.

7

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

a. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur

tentang kajian pesan moral, khususnya dalam penelitian film

yang menggunakan teori analisis model Charles Sanders

Pierce. Serta mampu menjadi referensi untuk penelitian

selanjutnya.

b. Bagi Praktisi Perfilman

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pencerahan dan sebagai bahan rujukan dalam pembuatan film

yang sarat akan makna.

E. Telaah Pustaka

Penelitian tentang pesan moral dalam film telah diteliti oleh banyak orang,

di antaranya Awaludin Zuhri dengan skripsi judul Pesan Moral Dalam Film Sang

Kiai (Studi Analisis Semiotika Roland Barthes).9 Nur Hikma Usman dengan judul

skripsi Representasi Nilai Toleransi Antarumat beragama dalam Film Aisyah

Biarkan Kami Bersaudara (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce).10

Ishmatun Nisa dengan judul skripsi Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film

9 Awaludin Zuhri, Pesan Moral Dalam Film Sang Kiai (Studi Analisis Semiotika Roland

Barthes), (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Ponorogo), 2019. 10 Nur Hikma Usman, Representasi Nilai Toleransi Antarumat Beragama Dalam Film

“Aisyah Biarkan Kami Bersaudara”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar),

2017.

Jokowi.11 Dzaki Wicaksono dengan judul skripsi Pesan Moral Dalam Sinetron

Azab Di Indosiar.12 Satria Fathur Rahman dengan judul skripsi Pesan Moral

Dalam Film 99 Nama Cinta.13

Pertama : Awaludin Zuhri Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam,

Fakultas Ushuluddin Adab Dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

tahun penelitian 2019 dengan skripsi judul “Pesan Moral Dalam Film Sang Kiai

(Studi Analisis Semiotika Roland Barthes).”14 Perbedaannya dengan peneliti

tersebut yaitu metode yang dipakai dalam meneliti, peneliti “Moral Dalam Film

Sang Kiai” menggunakan metode penelitian analisis Roland Barthes sedangkan

Peneliti menggunakan Analisis Charles Sanders Peirce. Persamaannya dengan

penelitian tersebut yaitu sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif

mengambil pesan moral.

Kedua : Nur Hikma Usman mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

tahun penelitian 2017. Judul sripsi “Representasi Nilai Toleransi Antar Umat

Beragama dalam Film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara” (Analisis Semiotika

Charles Sanders Peirce).15 Perbedaanya dengan peneliti ini yaitu tanda pesan yang

berupa toleransi yang terkandung dalam film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara,

sedangkan peneliti mengambil tanda pesan moral dalam film Rumah Kos Ibu

11 Ishmatun Nisa, “Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi”, (Skripsi.

Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta), 2014. 12 Dzaki Wicaksono, “Pesan Moral Dalam Sinetron Azab Di Indosiar”, (Skripsi, Institut

Agama Islam Negeri Salatiga, Salatiga), 2019. 13 Satria Fathur Rahman, “Pesan Moral Dalam Film 99 Nama Cinta”, (Skripsi,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya), 2021. 14 Zuhri, Pesan Moral Dalam Film Sang Kiai (Studi Analisis Semiotika Roland Barthes). 15 Usman, Representasi Nilai Toleransi Antarumat Beragama Dalam Film “Aisyah

Biarkan Kami Bersaudara”.

9

Mira. Persamaannya dengan penelitian tersebut yaitu sama-sama menggunakan

model penelitian semiotika Charles Sanders Peirce.

Ketiga : Ishmatun Nisa mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun penelitian 2014. Ishmatun memberikan judul

skripsi “Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi”. 16 Dari hasil

penelitian tersebut, terdapat persamaan yaitu sama-sama meneliti pesan moral

dengan metode analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Namun, terdapat

perbedaan yang tampak dari objek film yang diteliti. Peneliti Ishmatun meneliti

film “Jokowi” sedang peneliti meneliti film “Rumah Kos Ibu Mira”.

Keempat : Dzaki Wicaksono mahasiswa Program Studi Komunikasi Dan

Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga tahun

penelitian 2019 dengan Judul skripsi “Pesan Moral Dalam Sinetron Azab Di

Indosiar”.17 Dari hasil penelitian Dzaki, terdapat persamaan yaitu sama-sama

meneliti pesan moral dengan metode analisis semiotika Charles Sanders Peirce.

Namun, terdapat perbedaan yang tampak dari objek film yang diteliti. Peneliti

Dzaki meneliti sinetron “Azab” sedang peneliti meneliti film “Rumah Kos Ibu

Mira”.

Kelima : Satria Fathur Rahman mahasiswa Program Studi Ilmu

Komunikas, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya tahun penelitian 2021 dengan Judul skripsi “Pesan Moral Dalam

16 Nisa, “Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi”. 17 Wicaksono, “Pesan Moral Dalam Sinetron Azab Di Indosiar”.

Film 99 Nama Cinta”.18 Dari hasil penelitian Satria, terdapat persamaan yaitu

sama-sama meneliti pesan moral dengan metode analisis semiotika Charles

Sanders Peirce. Namun, terdapat perbedaan yang tampak dari objek film yang

diteliti. Peneliti Satria meneliti film “99 Nama Cinta” sedang peneliti meneliti

film “Rumah Kos Ibu Mira”.

Dari sekian banyaknya skripsi mengenai pesan moral dengan analisis

semiotika yang ada, peneliti tidak menemukan skripsi yang membahas pesan

moral film “Rumah Kos Ibu Mira”. Padahal, film ini penting untuk dikupas,

karena syarat akan pesan moral yang ingin disampaikan. Hampir setiap adegan

cerita mengandung pesan yang ingin disampaikan. Jadi dapat disimpulkan, bahwa

peneliti adalah yang pertama yang mengambil skripsi mengenai hal tersebut. Film

“Rumah Kos Ibu Mira” menjadi penting untuk diteliti karena beberapa pesan

berikut: pertama tema besar yang diambil yaitu masalah keluarga sangat relevan

diangkat diera seperti ini terutama sikap anak kepada ibunya. Kedua setiap adegan

dalam film ini memiliki makna pesan tersirat.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

menggunakan analisis media yaitu analisis semiotika model Charles

Sanders Peirce. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak

menggunakan sampel dan populasi, tidak berangkat dari teori tetapi

18 Rahman, “Pesan Moral Dalam Film 99 Nama Cinta.

11

berangkat dari fenomena kenyataan19 Penelitian ini bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suantu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.20

Dalam memaknai tanda peneliti memakai analisis semiotika dari

Charles Sanders Pierce. Analisis ini digunakan untuk mengkaji film

dengan judul “Rumah Kos Ibu Mira” yang berdurasi 20 menit yang

memuat pesan moral. Model ini terkenal dengan segitiga maknanya yaitu

atas tanda (sign), objek (object), dan intrerpretasi (interpretant). Data-data

tersebut kemudian diinterpretasikan dengan literatur-literatur buku, jurnal,

internet dan bahan rujukan yang terkait dengan penelitian.

2. Data dan Sumber data penelitian

Dalam penelitian ini data dan sumber data dikumpulkan, di

antaranya:

a. Data

Terdapat data primer, berupa rekaman video film pendek

“Rumah Kos Ibu Mira” dan data sekunder, berupa dokumen

tertulis seperti referensi film pendek “Rumah Kos Ibu Mira” baik

dari buku, laporan, jurnal, hingga artikel di internet yang relevan

dengan penelitian.

19 Ardial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi (Jakarta: Bumi Aksara,2014),

249. 20Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:RemajaRosdakarya, 2005), 6.

b. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang diperoleh peneliti

berasal dari video yang diunggal pada kanal youtube

WardahBeauty beserta data dari studio antelope.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Analisis Dokumen, teknik pengumpulan data yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah analisis dokumen. Data yang

dianalisis adalah data dari hasil dokumentasi yang

dikumpulkan dari data berupa teks film pendek “Rumah Kos

Ibu Mira”. Data tersebut merupakan data yang berhubungan

dengan penelitian ini.

b. Riset kepustakaan, dalam hal ini peneliti mengumpulkan data

dan membaca literatur dari beberapa sumber seperti buku,

internet, dan sebagiannya yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti sehingga dapat mengembangkan hasil research.

4. Teknik pengolahan data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah memilih teks dan gambar yang berhubungan dengan pesan moral

dengan mengamati keseluruhan film pendek Rumah Kos Ibu Mira.

13

5. Teknik analisis data

Dalam menganalisa teks film pendek “Rumah Kos Ibu Mira”, peneliti

menggunakan tiga tahap analisis, yaitu:

a. Tanda : mengamati pesan moral dari teks dan gambar dalam

film pendek “Rumah Kos Ibu Mira” yang mengandung

qualisign, sinsign, dan legisign.

b. Objek : mengamati pesan moral dari teks dan gambar dalam

film pendek “Rumah Kos Ibu Mira” yang mengandung ikon,

indeks, dan simbol.

c. Interpretan : menafsirkan makna pesan moral dari teks dan

gambar dalam film pendek “Rumah Kos Ibu Mira” yang

mengandung rheme, discen, dan argument.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam rangka supaya pembahasan skripsi ini dapat tersusun secara

sistematis sehingga penjabaran yang ada dapat dipahami dengan baik, maka

peneliti membagi pembahasan menjadi lima bab, dan masing-masing bab terbagi

kedalam beberapa sub bab, yaitu:

Pada BAB I pendahuluan, bab ini menguraikan penjelasan yang bersifat

umum, seperti latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, telaah pustaka, dan lain-lain.

Pada BAB II Landasan Teori. Dalam bab ini akan memaparkan teori

tentang moral, film, serta representasi moral menggunakan teori Charles Sanders

Peirce.

Pada BAB III Temuan Penelitian, dalam bab ini berisi tentang paparan

data berupa screencapture video yang diperoleh dari media youtube dan internet.

Data yang diperoleh berupasoft file film Rumah Kos Ibu Mira

Pada BAB IV Pembahasan, pada bab ini akan membahas mengenai

analisis tanda dan makna denotasi, konotasi, serta mitos moral pada film Rumah

Kos Ibu Mira

Pada BAB V Penutup, pada bab ini akan membahas mengenai kesimpulan

sebagai jawaban dari pokok-pokok permasalahan dan saran-saran yang

berhubungan dengan penelitian sebagai masukan-masukan untuk berbagai pihak

yang terkait.

15

15

BAB II

MORAL, FILM, DAN SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE

A. Moral

1. Pengertian Moral

Moral adalah “tentang baik buruk yang diterima umum mengenai

akhlak; akhlak dan budi pekerti; kondisi mental yang memengaruhi seseorang

menjadi tetap bersemangat, berani, disiplin, dan sebagainya.” Moral adalah

orang yang lebih memerhatikan pada keutamaan budi pekerti.1 Adapun moral

menurut istilah berasal dari bahasa Latin, mores yaitu jamak dari kata mos

yang berarti adat kebiasaan.2 Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan

kelakuan. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang

digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,

pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik,

atau buruk.3

Sementara itu Franz Magnis-Suseno menjelaskan bahwa kata moral

selalu mengacu kepada baik buruknya manusia sebagai manusia. Bidang

moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai

manusia.Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-

salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai

manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Jadi

1M. Agus Santoso, Hukum, Moral, & Keadilan, (Jakarta; Prenada Group, 2012), 82. 2 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), cet I, 8. 3 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), cet 9, 92.

menurutnya yang menjadi permasalahannya dalam bidang moral adalah

apakah manusia ini baik atau buruk.4

2. Pesan Moral

Pesan diartikan gagasan atau ide yang disampaikan komunikator

kepada komunikan secara lisan atau tulisan untuk tujuan tertentu. Sedangkan

dalam komunikasi, pesan merupakan suatu komponen proses komunikasi

berupa pikiran dan perasaan dengan menggunakan lambang, bahasa atau

lainnya.5 Sedang moral adalah penentuan baik buruk terhadap kelakuan.6

Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu

perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dinyatakan benar, salah baik, buruk,

layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut. Dari pengertian pesan dan

pengertian moral tersebut, maka dapat disimpulkan pesan moral adalah amanat

berupa nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Jenis dan Wujud Pesan Moral

Jenis dan wujud pesan moral yang terdapat dalam sebuah karya sastra,

akan bergantung pada sebuah keyakinan, keinginan dan minat dari pengarang

yang bersangkutan. Sedangkan jenis ajaran moral dapat mencakup masalah

yang bersifat tak terbatas. Dapat mencakup persoalan hidup dan kehidupan,

4Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral

(Yogyakarta: Kanisius, 1987), 18-20. 5 Endang S. Sari, Audience Research: Pengantar Studi Penelitian Terhadap Pembaca,

Pendengar, Dan Pemirsa (Yogyakarta: Andy Offset, 1993), 25. 6 Irmaniati, Analisis Pesan Moral Yang Terkandung Dalam Puisi “Bersatulah Pelacur-

Pelacur Kota Jakarta” Karya W.S Rendra (Jurnal Onoma: Penddidikan, Bahasa dan Sastra PBSI

FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo Vol 2 No 2, 2016 ), 31.

persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Secara garis besar

jenis hubungan tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

a. Hubungan manusia dengan diri sendiri

Persoalan manusia dengan dirinya sendiri terdapat berbagai macam

jenis dan intensitasnya. Hal itu dapat berhubungan dengan masalah

seperti eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, takut, maut,

rindu, dendam, kesepian, kebimbangan dan yang lainnya yang

bersifat melibatkan diri dan kejiwaan individu.

b. Hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial dan

alam

Masalah yang berhubungan dengan antar manusia antara lain dapat

berwujud persahabatan, kesetiaan, penghianatan, kekeluargaan,

cinta tanah air, hubungan buruh-majikan dan yang lainnya yang

melibatkan interaksi antar manusia.

c. Hubungan manusia dengan Tuhannya7

Hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam

hal ibadah.

4. Kesadaran Moral

Kesadaran moral merupakan suatu faktor penting untuk

memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila, dan

perbuatannya selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Pada dasarnya orang

yang memiliki kesadaran moral akan senantiasa bersifat jujur. Sekalipun tidak

7 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada Universitity

Press, 1998), 323.

ada orang lain yang melihatnya, tindakan orang bermoral tidak akan

menyimpang, dan selalu berpegang pada nilai-nilai tersebut.

Kesadaran moral erat hubungannya dengan hati nurani, dan kesadaran moral

mencakup tiga hal, yaitu:

a. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang

bermoral. Perasaan ini telah ada pada setiap hati nurani manusia, siapa

pun, di mana pun, dan kapan pun. Karena kewajiban tersebut tidak

dapat ditawar dan jika tidak dipatuhi berarti telah melanggar moral.

b. Kesadaran moral berwujud rasional dan obyektif. Hal ini merupakan

perbuatan yang dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang

obyektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat

disetujui, berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang

berada dalam situasi yang sejenis.

c. Kesadaran moral muncul dalam bentuk kebebasan. Atas kesadaran

moral, seseorang bebas untuk mentaatinya. Bebas dalam menentukan

perilakunya dan di dalam penentuan itu sekaligus terpampang nilai

manusia itu sendiri.8

5. Prinsip Moral

Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan atau nilai yang

berkenaan dengan baik buruk. Prinsip kesadaran moral adalah beberapa

tataran yang perlu diketahui untuk memosisikan tindakan individu dalam

kerangka nilai moral tertentu. Prinsip tindakan moral mengendalikan

8 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, 94.

pemahaman menyeluruh individu atas seluruh tindakan yang dilakukan

sebagai manusia. Setidaknya ada tiga prinsip dasar dalam kesadaran moral.

Prinsip-prinsip tersebut adalah sikap baik, keadilan dan hormat terhadap diri

sendiri serta orang lain.9

a. Prinsip sikap baik. Prinsip ini mendahului dan mendasari semua

prinsip moral lain. Baru atas dasar tuntutan ini semua tuntutan moral

lain masuk akal. Kalau tidak diandaikan bahwa pada dasarnya

seseorang harus bersikap positif terhadap orang lain, buat apa masih

menghiraukan segala macam tuntutan moral lain lagi? Kalau Dia tidak

bersikap baik, mengapa harus bersikap adil atau jujur.10 Prinsip sikap

baik mendasari semua norma moral karena hanya atas dasar prinsip itu

masuk akal bahwa seseorang harus bersikap adil, atau jujur, atau setia

kepada orang lain.

b. Prinsip keadilan. Keadilan tidak sama dengan sikap baik. Prinsip

kebaikan hanya menegaskan agar bersikap baik terhadap siapa saja.

Tetapi kemampuan manusia untuk bersikap baik secara hakiki terbatas.

Itu tidak hanya berlaku bagi benda-benda materiil yang dibutuhkan

orang. Adil pada hakikatnya berarti bahwa memberikan kepada siapa

saja apa yang menjadi haknya. Karena pada hakikatnya semua orang

nilainya sama sebagai manusia, maka tuntutan paling dasariah keadilan

ialah perlakuan yang sama terhadap semua orang, tentu dalam situasi

yang sama. Jadi prinsip keadilan mengungkapkan kewajiban untuk

9 Muhamad Mufid, Etika Dan Filsafat Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2009), Cet I, 195. 10 Magnis-Suseno, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, 130.

memberikan perlakuan yang sama terhadap semua orang lain yang

berada dalam situasi yang sama dan untuk menghormati hak semua

pihak yang bersangkutan. Suatu perlakuan yang tidak sama adalah

tidak adil. Kecuali dapat diperlihatkan mengapa ketidaksamaan dapat

dibenarkan (missal orang itu tidak membutuhkan bantuan). 11

c. Prinsip hormat terhadap diri sendiri. Prinsip ketiga ini mengatakan

bahwa manusia wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu

yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini berdasarkan paham

bahwa manusia adalah person, pusat berpengertian dan berkehendak,

yang memiliki kebebasan dan suara hati, makhluk berakal budi.

Prinsip tersebut memiliki dua rah. Pertama agar tidak membiarkan

dirinya diperas, diperalat dan diperbudak. Serta yang kedua, agar

jangan sampai membiarkan dirinya terlantar. Seseorang mempunyai

kewajiban bukan hanya terhadap orang lain, melainkan juga terhadap

diri sendiri. Seseorang tidak dapat mencintai sesama kalau tidak

mencintai dirinya sendiri. Jadi terdapat hubungan timbal balik.12

6. Batasan Moral

Pertentangan antara implementasi kebebasan dan tanggungjawab sosial

dapat diselesaikan melalui pencapaian prinsip yang berfungsi sebagai batasan

implementasi kebebasan.

11 Magnis-Suseno, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, 132. 12 Magnis-Suseno, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, 134.

a. Harm principle

Prinsip ini mengatakan bahwa kebebasan individu harus dibatasi untuk

mencegah terjadinya tindakan menyakiti orang lain.

b. Paternalism principle

Prinsip ini media sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Kita bisa

menjadi apa yang kita baca dan kita bisa menjadi apa yang kita tonton.

Karenanya muatan pesan media harus dikontrol sedemikian rupa sehingga

hal-hal yang merugikan masyarakat dapat dicegah.

c. Moralism principle

Prinsip ini mengatakan, baik tidaknya moral ditentukan masyarakat, bukan

oleh individu. Karenanya kebaikan individu tidak akan berarti bila

kemudian masyarakat mengatakanya sebagai keburukan, begitu pula

sebaliknya.

d. Offense principle

Prinsip ini menyampaikan pesan tidak boleh menimbulkan rasa malu,

kegelisahan, dan kebingungan bagi orang lain.13

Norma-norma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk

mengukur kebaikan seseoang. Maka dengan norma-norma moral, kita betul-betul

dinilai. Itulah sebabnya penilaian moral selalu berbobot. Kita tidak lagi dilihat dari

salah satu segi, melainkan sebagai manusia.

13 Mufid, Etika Dan Filsafat Komunikasi, 255.

B. Film

1. Pengertian Film

Film adalah gambar-hidup yang juga sering disebut movie. Film secara

kolektif sering disebut sebagai sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata

kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan

selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid.

Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang

berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan =

gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar

kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus,

yang biasa kita sebut dengan kamera.

Film adalah sekedar gambar yang bergerak, adapun pergerakannya

disebut sebagai intermitten movement, gerakan yang muncul hanya karena

keterbatasan kemampuan mata dan otak manusia menangkap sejumlah

pergantian gambar dalam sepersekian detik. Film menjadi media yang sangat

berpengaruh, melebihi media-media yang lain, karena secara audio dan visual

dia bekerja sama dengan baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan

lebih mudah mengingat, karena formatnya yang menarik.14

Film adalah suatu bentuk komunikasi massa elektronik yang berupa

media audio visual yang mampu menampilkan kata-kata, bunyi, citra, dan

kombinasinya. Film juga merupakan salah satu bentuk komunikasi modern

yang kedua muncul di dunia (Sobur, 2004, 126). Film berperan sebagai sebuah

14 Sumarno,Marseli, Dasar-dasar Apresiasi Film, PT.Grasindo, Jakarta, 1996

sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi

kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, esam, drama, lawak,

dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum (McQuail,2003 , p.13).

Film juga menurut Prof.Effendy adalah medium komunikasi massa yang

ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan

pendidikan (Effendy, 2003, p. 209). Film mempunyai suatu dampak tertentu

terhadap penonton, dampak – dampak tersebut dapat berbagai macam seperti,

dampak psikologis, dan dampak sosial. 15

Film merupakan teknologi komunikasi massa yang menyebarluaskan

informasi dan berbagai pesan secara luas selain radio, televise dan pers.

Sedangkan itu, film merupakan fenomena sosial, psikologi dan estetika yang

komplek dan merupakan dokumentasi yang terdiri dari cerita dan gambar yang

diiringi kata dan esam. Film juga hasil produksi multidimensional dan

sangat kompleks.16

2. Jenis-Jenis Film

Marcel Danesi dalam buku Semiotik Media, menuliskan tiga jenis atau

kategori utama film, yaitu film fitur, film dokumenter dan film animasi.17

a. Film Fitur yaitu karya fiksi yang strukturnya selalu berupa narasi, yang

dibuat dalam tiga tahap. Tahap praproduksi ketika skenario diperoleh.

Skenario dapat berasal dari adaptasi sebuah novel, cerita pendek, cerita

15 Handi Oktavianus, “Penerimaan Penonton Terhadap Praktek Eksorsis Di Dalam Film

Conjuring,” Jurnal E-Komunikasi, VOL 3. NO.2 (2005), 3. 16 Sean Mac Bried, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka

Suara Satu Dunia (Jakarta: PN Balai Pustaka Unesco, 1983), 120. 17 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jala Sutra, 2010),

134.

fiktif atau kisah nyata yang dimodifikasi atau bisa juga khusus dibuat

hanya untuk sebuah film. Tahap produksi merupakan masa

berlangsungnya pengambilan gambar film dari skenario yang sudah

ada. Tahap terakhir post-produksi (editing) merupakan penyusunan

dan menghilangkan gambar (shot) menjadi sebuah satu kesatuan dan

proses penambahan efek.

b. Film dokumenter yaitu film nonfiksi yang menggambarkan suatu

kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaanya

dan pengalamannya dalam situasi yang apa adanya, tanpa persiapan,

langsung pada kamera atau pewawancara. Robert Claherty

mendefinisikan sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan”, creative

treatment of actuality.18

c. Film Animasi yaitu teknik menciptakan film dengan menggunakan

ilusi gerakan dari serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi.

Penciptaan tradisional dari animasi gambar bergerak selalu diawali

dengan penyusunan storyboard, yaitu serangkaian sketsa yang

menggambarkan bagian penting dari cerita. Pada masa kini hamper

semua film animasi dibuat secara digital dengan komputer. Seperti

yang melegenda Walt Disney dengan beragam film kartunya seperti

Snow White, Donal Duck dan Mickey Mouse.

18 Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala, Komunikasi Masa: Suatu Pengantar (Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2007), 139.

3. Unsur Film

Dalam pemaknaan yang terkandung dalam sebuah film, dapat dilihat

dari sistem pembentuk film itu sendiri. Unsur-unsur pembentuk film pada

dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu sistem formal dan

sistem gaya (stylistic).

a. Sistem formal

Sistem ini mencakup film dalam sistem naratif (cerita) dan non naratif

(non cerita). Film naratif merupakan kategori film yang memiliki

rangkaian suatu sebab-akibat yang yang terjadi dalam sewaktu-waktu.

Sedang film non naratif merupakan kategori film yang tidak memiliki

susunan cerita tertentu, seperti film dokumentasi, film eksperimental,

dan sebagainya. Suatu film, baik formal atau gaya biasanya memiliki

cerita dramatik, yaitu memiliki problem-problem yang kuat dan

menarik.19 Dalam unsur ini, sangat berhubungan erat dengan aspek

cerita atau tema film. Unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik,

lokasi, waktu adalah elemen-elemennya. Dari elemen tersebut yang

akan membuat suatu jalinan peristiwa yang memuliki maksud dan

tujuan, serta terikat oleh suatu aturan yaitu hokum kasualitas (sebab-

akibat).20

b. Sistem Gaya (stylistic)

Sistem gaya atau juga disebut sebagai unsur sinematis terdiri atas

empat macam sistem dalam membangun sebuah film, di antaranya:

19 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2005), 48. 20 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2009), 1.

mise en scene, cinematography, edithing dan sound. Mise en scene

merupakan segala hal yang terletak di depan kamera yang akan

diambil gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise en scene terdiri

empat aspek utama yaitu: setting (latar), make up (kostum dan tat arias

wajah), lighting (pencahayaan) dan acting (pelakonan).21

Cinematography merupakan hal-hal yang dilakukan para pekerja film

berkaitan dengan kamera dan stok roll film Dia. Dalam hal ini

berkaitan dengan pengambilan gambar (shot), framing setiap adegan,

dan durasi adegan.22

Editing merupakan tahap pemilihan shot-shot yang telah diambil,

dipilih, diolah dan dirangkai menjadi sebuah film yang utuh.

Berdasarkan aspeknya, editing dibagi menjadi dialog, musik, dan efek

suara.23 Sound atau suara merupakan segala hal dalam film yang

mampu ditangkap oleh indera pendengaran.24

C. Charles Sanders Peirce

1. Pengertian Semiotika

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion

yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas

dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili

sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis, semiotik dapat

didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek,

21 Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, 121. 22 Ibid., 168. 23 Pratista, Memahami Film, 123. 24 Ibid., 2.

peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Seorang pakar

semiotika Van Zoest mengartikan semiotik sebagai “ilmu tanda (sign) dan

segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungan dengan

kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang

mempergunakannya. 25

Kajian semiotika sampai sekarang telah membedakan dua jenis

semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Pertama

menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di antaranya

mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim,

penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang

dibicarakan). Yang kedua memberikan tekanan pada teori tanda dan

pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Pada jenis kedua ini tidak

dipersoalkan adanya tujuan komunikasi. Sebaliknya, yang diutamakan adalah

segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerima tanda

lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya.

Semiotika adalah ilmu untuk mengkaji atau metode menganalisis

untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam

upaya berusaha mencari mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia,

dan bersama manusia.26 Dengan tanda-tanda, kita mencari keteraturan

ditengah-tengah dunia yang centang-penerang ini, setidaknya agar kita

memiliki pegangan. Semiotika atau dalam istilah Bartes semiologi, pada

dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai

25 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 95. 26 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) Cet. 5, 15.

hal-hal (things). Semiotika seperti kata Alex Sobur adalah teori tentang tanda

dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang

menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi denga sarana sign ‘tanda-

tanda’ dan berdasarkan pada sign sistem code atau ‘sistem tanda’.

Hjelmslev mendevinisikan tanda sebagai suatu keterhubungan antara

wahana ekspresi (expression plan) dan wahana isi (conten plan). Cobley

Jansz menyebutnya sebagai discipline is simply the analysis of signs or the

study of the functioning of sign systems atau ilmu analisis tanda atau studi

tentang bagaimana system penandaan berfungsi. Charles Sanders Peirce

mendefinisikan semiosis sebagai a relationship among a sign, an object, and a

meaning atau suatu hubungan di antara tanda, objek dan makna. Sedangkan

Charles Morris menyebut semiosis ini sebagai suatu proses tanda, yaitu proses

ketika sesuatu merupakan tanda bagi beberapa organisme.27 Yang perlu kita

garis bawahi dari definisi tersebut adalah bahwa para ahli melihat semiotika

atau semiosis itu sebagai ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda.

Jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa, maka huruf, kata, kalimat, tidak

memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya akan mengemban

arti dalam kaitanya dengan pembacanya.

2. Semiotika Charles Sanders Peirce

Dijelaskan dalam buku Alex Sobur, Charles Sanders Peirce merupakan

salah seorang filsuf Amerika yang paling orisinal dan multidimensional.”

Peirce adalah seorang pemikir yang argumentative”. Kerapkali disebut bahwa

27 Ibid, 15.

selain menjadi seorang pendiri pragmatism, Peirce juga memberika

sumbangan yang penting pada logika filsafat dan matematika, khususnya

semiotika. Yang jarang disebut adalah bahwa Peirce melihat teori

semiotikanya- karyanya tentang tanda- sebagai yang tak terpisahkan dari

logika. Peirce terkenal dengan teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika,

Peirce seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang

mewakili sesuatu bagi seseorang. Bagi Peirce, tanda “is something which

stands to somebody for something in some respect or capacity.” Sesuatu yang

digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground.28

Teori semiotika Charles Sanders Peirce sering kali disebut “Grand

Theory” karena gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi structural dari

semua penandaan, Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan

menggabungkan kembali komponen dalam struktural tunggal.29 Charles

Sanders Peirce dikenal dengan model triadic dan konsep trikotominya yang

terdiri atas berikut ini:

a. Representamen adalah bentuk yang diterima oleh tanda atau berfungsi

sebagai tanda.

b. Object merupakan sesuatu yang merujuk pada tanda. Sesuatu yang

diwakili oleh representamen yang berkaitan dengan acuan.

c. Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang

objek yang yang dirujuk sebuah tanda.

28 Ibid., 41 29 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media,

2011), 13.

Untuk memperjelas model triadic Charles Sanders Peirce dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 2.1 : Elemen Makna Peirce

Sumber: Alex Sobur “Analisis Teks Media”30

Dalam mengkaji objek yang dipahami, konsekuensinya harus jeli dan

cermat, segala sesuatunya harus dilihat dari jalur logika, yakni:

a. Sign (Representamen) merupakan bentuk fisik atau segala sesuatu yang

dapat diserap pancaindra dan mengacu pada sesuatu. Hubungan penalaran

dengan jenis penandanya dibagi menjadi tiga, di antaranta:

1) Qualisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan kualitas

atau sifatnya.

2) Sinsign adalah tanda-tanda yang menjadi tanda berdasarkan bentuk

atau rupanya di dalam kenyataan.

3) Legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu

peraturan yang berlaku umum, suatu konvensi, sebuah kode.

Semua tanda-tanda bahasa adalah legisign, sebab bahasa adalah

kode, setiap legisign mengandung di dalamnya suatu sinsign, suatu

second yang menghubungkan dengan third, yakni suatu peraturan

yang berlaku umum. Misal tanda lalu lintas, gerakan isyarat seperti

30 Sobur, Analisis Teks Media, 115.

Sign

Object Interpretant

mengangguk ‘ya’, mengerutkan alis, berjabat tangan dan

sebagainya.31

Gambar 2.1 : Penjelasan Sign32

b. Objek, jika dilihat hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya,

diklasifikasikan menjadi icon (ikon), index (indeks), symbol (simbol)

1) Ikon, yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama atau

mirip dengan apa yang dimaksudkannya atau objeknya. Misalnya,

kesamaan sebuah peta dengan wilayah geografis yang

digambarkannya, foto, dan lain-lain.

2) Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung pada

keberadaannya suatu denotasi, sehingga dalam terminologi Peirce

merupakan suatu secondness. Dapat bersifat kausal atau hubungan

sebab akibat. Indeks, dengan demikian adalah suatu tanda yang

mempunyai kaitan atau kedekatan dengan apa yang diwakilinya.

Misalnya asap sebagai tanda adanya api.

31 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia,2015), 25. 32 Channel Youtube Agung Wibowo, Semiotika: Charles Sanders Peirce, menit 10:13

https://www.youtube.com/watch?v=6oAhIGTpVkU&t=591s Pada 31 September 2021, Pukul

20.15 WIB.

3) Simbol adalah suatu tanda, dimana hubungan tanda dan

denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum

atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama yang lazim

digumnakan dalam masyarakat.33

Gambar 2.2 : Penjelasan Objek34

c. Interpretan,Hubungan pikiran dengan jenis petandanya dibagi menjadi

rheme, dicisign, dan argument.

1) Rheme, bilamana lambang tersebut interpretannya adalah sebuah

first dan makna tanda tersebut masih dapat dikembangkan

2) Dicisign bilamana antara lambing itu dan interpretannya terdapat

hubungan yang benar ada

3) Argument, bilamana suatu tanda dan interpretannya mempunyai

sifat yang berlaku umum (merupan thirdness)35

33 Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, 26. 34 Channel Youtube Agung Wibowo, Semiotika: Charles Sanders Peirce menit 13:56 35 Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, 26.

Gambar 2.3 : Penjelasan Interpretan36

36 Channel Youtube Agung Wibowo, Semiotika: Charles Sanders Peirce menit 22:10

34

34

BAB III

FILM RUMAH KOS IBU MIRA

Film merupakan salah satu media massa. Seiring dengan perkembangan

zaman seperti saat ini, film sangat diminati masyarakat. Selain itu film tidak

hanya ditujukan kepada orang dewasa, melainkan anak-anak juga dapat

menikmatinya dengan adanya batasan usia yang terdapat di dalamnya.

A. Film Pendek Rumah Kos Ibu Mira

Gambar 3.1 Poster Film1

1. Alur Cerita Film Pendek “ Rumah Kos Ibu Mira”

Rumah Kos Ibu Mira adalah film pendek islami kolaborasi antara

Wardah, Dream.co.id, Famous.id, dan Studio Antelope Indonesia. Film

pendek ini disutradarai oleh Jason Iskandar.2 Film yang mengangkat kisah

karyawan bernama Tantri yang dipindah tugaskan dari kota kelahiran

Yogyakarta ke Jakarta yang mengharuskannya beradaptasi dengan lingkungan

tempat tinggal (kos) Ibu Mira yang sepi dan tidak saling tegur sapa meski

1 https://www.instagram.com/p/BVWlji3gqF_/?utm_source=ig_web_copy_link diakses

pada 30 Agustus 2020 pukul 19.00 WIB. 2 https://studioantelope.com/projects/rumah-kos-ibu-mira/ diakses pada 30 Agustus 2020

pukul 19.15 WIB.

banyak penghuninya. Ditambah dengan konflik antara Ibu Mira dengan

Putrinya bernama Kara, menjadikan Tantri semakin resah tinggal di kos

tersebut.

Film yang dirilis pada 12 Juni 2017 ini berdurasi 19 menit 12 detik.3

Film “Rumah Kos Ibu Mira” merupakan film Islami yang mengangkat

suasana ramadhan seperti, buka puasa, sahur dan mudik. Tantri yang sudah

merindukan suasana kampung halaman saat Hari Raya Idul Fitri harus

menunda kerinduannya. Terdapat satu masalah yang mengharuska Tantri

membatalkan mudiknya, dan memilih membantu menyelesaikan permasalahan

yang dialami Ibu mira dengan Putrinya.4

Terdapat empat chapter dalam film “Rumah Kos Ibu Mira”. Chapter

pertama bertema tentang “Rumah Yang Asing”. Dalam chapter ini, diawali

adegan Tantri memasak terasi sambil menelfon Ibunya menceritakan kepada

ibunya melalui bahwa kos yang ditempatinya tersebut seperti hotel yaitu orang

keluar masuk langsung tutup pintu kamar, karena suara memasak yang bising

dan bau yang menyengat salah satu anak kos langsung marah dan menegur

Tantri dari pintu kamarnya. Meskipun penghuninya banyak tapi terasa sepi

karena tidak saling menyapa, dan sibuk dengan urusan masing-masing. Selain

itu, terdapat pertikaian antara Ibu Mira dengan Putri semata wayangnya Kara,

yang tidak sengaja terdengar oleh Tantri saat buka puasa. Meski pemikiran

Kara bersebrangan dengan Ibu Mira, namun terdapat anak kos lain bernama

3 https://www.youtube.com/watch?v=6cfvP6n1p0w diakses pada19 November 2021

pukul 23:23 WIB. 4 https://studioantelope.com/rumah-kos-ibu-mira-film-pendek-islami/ diakses pada19

November 2021 pukul 23:25WIB.

Melvy yang peduli dengan Ibu Mira. Chapter dua bertemakan “Pergi Tanpa

Pamit”. Dalam chapter ini diawali dengan suasana pagi hari Tantri akan

berangkat ke kantor, lalu menyapa Ibu Mira yang memasang peringatan di

dapur “DILARANG MEMASAK TERASI” sambil menyanjung Melvy yang

meletakkan obat dan tulisan agar Ibu Mira tidak lupa minum obat. Ibu Tantri

lalu menelfon kembali untuk memastikan Tantri lebaran pulang kampung. Di

sisi lain Kara malah pergi meninggalkan Ibu Mira sambil membawa koper dan

memilih pergi bersama pacarnya. Waktu buka puasa tiba, Tantri mengajak Ibu

Mira berbuka, tetapi tampak sedih dan didampingi sama Melvy. Melvy lalu

keluar dan menceritakan masalah yang sebenarnya terjadi di rumah tersebut,

salah satunya Ibu Mira sakit diabetes yang sudah akut.

Selanjutnya, chapter 3 bertemakan “Ranting & Akarnya”. Suasana

pagi ketika Tantri masi make up untuk pergi ke kantor, tiba-tiba Melvy datang

ke kamar Tantri dengan gelisah langsung mengabarkan Ibu Mira pingsan di

kamarnya. Dia langsung bergegas menolong Ibu Mira dan mencari bantuan

untuk membawa ke RS. Di sisi lain, Kara yang baru masuk ke kantor sambil

mengeluarkan barang dari tasnya ditabrak seseorang dan barangnya terjatuh

salah satunya foto bersama dirinya dengan Ibu Mira. Ibu Mira yang dirawat di

rumah sakit terus saja memanggil Kara tanpa sadar. Melvy dan Tantri

bingung. Tantri terus saja meminta Melvy menghubungi Kara, akan tetapi

karena Melvy sudah sangat kenal dengan karakter Kara dan sudah angkat

tangan jika disuruh untuk menghubunginya. Melvy juga menanyakan ke antri

gimana dengan mudiknya yang sudah terlanjur beli tiket pesawat. Tetapi,

Tantri merasa ada yang lebih penting daripada mudik lebarannya. Akhirnya

Melvy mau memberikan nomor yang bisa dihubungi untuk mencari tahu di

mana Kara berada. Tantri akhirnya pergi mencari Kara dan berkali-kali

meminta pihak kantor menelfonkan Kara tetapi tidak bisa, hingga akhirnya

diapun menunggu di loby kantor sampai Kara muncul. Sampai akhirnya Tantri

bertemu Kara dan membujuk Kara untuk menemui Ibunya karenya sedang

kritis. Karena Kara keras kepala Dia terus menolak. Tantri pun terus

mengingatkan Kara bagaimanapun Ibu Mira tetap Ibunya dan meninggalkan

Kara. Sesampainya di Rumah Sakit ternyata Kara datang dengan menangis

dan meminta maaf pada Ibu Mira.

Chapter terakhir film ini bertema “Kemenangan Berharga”. Diawali

Tantri menelfon ibunya untuk mengucapkan selamat Hari Raya dan meminta

maaf karena Tantri tidak bisa pulang. Kabar gembiranya, Ibu dan Bapak

Tantri akan datang ke Jakarta di lebaran hari ke tiga. Di sisi lain, tampak

bahagia Kara dan Melvy merias Ibu Mira. Di akhir scene tampak suasana

makan bersama Tantri, Ibu Mira, Kara, dan Melvy di Hari Raya Idul Fitri

dengan closing quote “Rumah bukan sekedar tempat, rumah adalah

perasaan”.5

2. Sinopsis Film “Rumah Kos Ibu Mira”

Rumah Kos Ibu Mira mengikuti Tantri, seorang perempuan muda

yang baru saja dipindah tugas dari kota kelahirannya di Yogyakarta ke Jakarta.

Terbiasa hidup dekat bersama keluarga dan teman-temannya, Tantri harus

5 https://www.youtube.com/watch?v=6cfvP6n1p0w diakses pada 30 Agustus 2020 pukul

18:00 WIB.

beradaptasi di rumah kos yang dihuni oleh orang-orang yang tak bersahabat,

termasuk Ibu Mira, sang pemilik kos yang sedang bersitegang dengan Kara,

anak semata wayangnya. Mampukah Tantri beradaptasi dan memberikan

dampak positif untuk tempat tinggal barunya? Nantikan jawabannya di film

pendek ‘Rumah Kos Ibu Mira’.6

3. Struktur Produksi Film “Rumah Kos Ibu Mira”

a. Kru Film “Rumah Kos Ibu Mira”

Network / Agency Famous.id, Dream.co.id

Director Jason Iskandar

Producer Florence Giovani

Writer Veronica Latifiane

Concept And Story Aoura L Chandra

Veronica Latifiane

Line Producer Joshua Dwi

Director of Photography Fahmy J Saad

Art Director Thomas Ewing Adyaksa

Editor Thomas Kyle

Music Composer Dira Nararyya

Sound Designer Martin Handi7

6 https://studioantelope.com/projects/rumah-kos-ibu-mira/ diakses pada 30 Agustus 2020

pukul 19.30 WIB. 7 Ibid.

b. Pemain Film “Rumah Kos Ibu Mira”

1. Bella Nabilla

Gambar 3.2 Foto Bella Nabilla8

Nama : Bella Nabilla

Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 26 November 1996

Akun instagram : @bella.nabilla

Bella Nabilla, memerankan karakter Tantri dalam film

pendek “Rumah Kos Ibu Mira”. Tantri memiliki karakter rendah

hati, lemah lembut dan sering jadi bulan-bulanan teman satu kos. Ia

tetap menjadi diri sendiri tanpa harus mengikuti pergaulan sang

teman. Penampilannya pun bersahaja.9

2. Dayu Wijanto

Gambar 3.3 Foto Dayu Wijanto10

8 https://www.instagram.com/p/BaYtCB1D7Zw/?utm_source=ig_web_copy_link diakses

pada 30 Agustus 2020 pukul 19.40 WIB 9https://m.dream.co.id/lifestyle/tak-hanya-cantik-tantri-punya-kelembutan-hati-yang-

mendalam-170526.html, diakses pada 30 Agustus 2020 pukul 19.50 WIB. 10https://www.instagram.com/p/Bt2KYubAdT1/?utm_source=ig_web_copy_link

diakses pada, 23 Januari 2021 pukul 20.00 WIB

Nama : Ida Ayu Ratna Linda Wijanto

Tempat, tanggal lahir : Malang, 21 Juli 1970

Pekerjaan : Aktris, jurnalis

Tahun aktif : 2011-sekarang

Akun instagram : @dayu_wijanto11

Dayu Wijanto berperan sebagai Ibu Mira. Sosok

singleparrent yang keras kepala, tidak merestui hubungan anaknya

Kara dengan sang pacar. Berperan sebagai seorang pengidap

diabetes yang sering kambuh sakit-sakitan.

3. Putri Meyadha

Gambar 3.4 Foto Putri Meyadha12

Nama : Putri Meyadha

Pekerjaan : Youtuber

Akun instagram : @putrimeyadha

Putri Meyadha, seorang Youtuber yang sering berkarya

dengan Befourion memerankan Melvy. Melvy merupakan

11 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dayu_Wijanto diakses pada, 12 Mei 2020 pukul 10.00

WIB 12 https://www.instagram.com/p/BUQ1gpYF-9s/?utm_source=ig_web_copy_link diakses

pada 30 Agustus 2020 pukul 19.00 WIB.

penghuni kos Bu Mira yang tinggal sudah lama. Dia memendam

masa lalu kelam dengan diabetes yaitu sang ibu meninggal karena

diabetes. Karena itulah ia memberikan perhatian yang lebih kepada

Bu Mira yang juga mengidap penyakit diabetes. Melvy sudah

menganggap Bu Mira seperti ibunya sendiri. Dari jadwal makan,

minum obat, sampai menjadi tempat curhat di kala Bu Mira sedang

menghadapi suatu masalah, semua dilakoninya.13

4. Febiola Novita

Gambar 3.5 Foto Febiola Novita Kaunis14

Nama : Febiola Novita Kaunis

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 10 November 1993

Pekerjaan : Model dan artis

Akun instagram : @febiolanovita15

Dalam film pendek Rumah Kos Ibu Mira, Febiola berperan

sebagai Kara. Putri tunggal pemilik kos Ibu Mira. Bersifat keras

13http://m.dream.co.id/lifestyle/hidup-seorang-diri-tantri-melvy-kasihan-dengan-bu-mira-

1706216.html. Diakses pada 30 Agustus 2020 pukul 20.50 WIB. 14 https://www.instagram.com/p/BV9oIHjhdmf/?utm_source=ig_web_copy_link diakses

pada 30 Agustus 2020 pukul 19.00 WIB. 15 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Febiola_Novita, diakses pada 12 Mei 2020 pukul 11.00

WIB.

kepala sampai membuat Bu Mira jatuh sakit, Febiola Novita

Kaunis berhasil memerankan peran antagonis yang mempesona.16

B. Adegan Moral Dalam Film Rumah Kos Ibu Mira

Di dalam film ini ditemukan beberapa adegan tentang pesan moral,

berikut ini adalah data-data tentang moral dalam film pendek Rumah Kos Ibu

Mira.

Kode : 01/RKIM/10/09/2020

Waktu : 00:33 – 00:58

Gambar 3.6 Adegan 1

Pada adegan ini, Tantri sedang memasak untuk berbuka puasa

sambil menelfon ibunya memakai headset. Ia memasukkan trasi kedalam

masakannya. Suara keras dan bau yang menyengat dari trasi tersebut

sampai ke kamar anak kos lainnya, hingga membuat anak kos lainnya itu

keluar kamar dan memarahi Tantri. Tantri pun langsung meminta maaf.

Namun sayang, anak kos tersebut sudah pergi setelah memaki Tantri.

16http://m.dream.co.id/lifestyle/rahasia-cantik-kara-si-antagonis-di-rumah-kos-ibu-mira-

170620i.html, diakses pada 30 Agustus 2020 pukul 20.30 WIB.

Kode : 02/RKIM/10/09/2020

Waktu : 01:30 – 01:54

Gambar 3.7 Adegan 2

Pada adegan tersebut, terdengar suara pertengkaran Ibu Mira

dengan sang putri bernama Kara. Ibu Mira menasehati Kara demi kabaikan

Kara di masa depan. Akan tetapi sifat kara yang keras kepala tidak pernah

mendengarkan nasehat ibunya, dia merasa dirinya sudah dewasa, sudah

bukan anak kecil lagi yang bisa diatur oleh Ibu Mira.

Kode : 03/RKIM/10/09/2020

Waktu : 01:59 – 02:15

Gambar 3.8 Adegan 3

Adegan yang memperlihatkan Tantri yang tidak tahan mendengar

pertikaian antara Bu Mira dengan Kara yang membuatnya penasaran dan

akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri kamar Bu Mira. Namun

Bu Mira tampak tidak suka Tantri ikut campur dengan urusan keluarganya.

Kode : 04/RKIM/10/09/2020

Waktu : 02:35 – 02:50

Gambar 3.9 Adegan 4

Seorang anak kos lama bernama Melvy pulang dari kantor

membawakan makan malam untuk Bu Mira dan mengingatkan Bu Mira

untuk tidak lupa minum obat.

Kode : 05/RKIM/10/09/2020

Waktu : 04:07 – 04:20

Gambar 3.10 Adegan 5

Pesan tertulis dari Melvy yang diletakkan di meja untuk

mengingatkan Bu Mira agar rutin meminum obat.

Kode : 06/RKIM/10/09/2020

Waktu : 05:01 – 05:30

Gambar 3.11 Adegan 6

Dalam adegan ini, Kara yang keras kepala akhirnya angkat kaki

dari rumah dengan membawa koper dan langsung masuk ke mobil

pacarnya tanpa menghiraukan Bu Mira yang mengejar dan memanggil-

manggil namanya untuk menahan Kara agar tidak pergi dari rumah.

Kode : 07/RKIM/10/09/2020

Waktu : 06:10 – 06:15

Gambar 3.12 Adegan 7

Dari adegan ini, Melvy bersama Bu Mira berada di kamar. Bu Mira

bersedih karena karena ditinggal pergi oleh anak semata wayangnya Kara.

Melvy mencoba menenangkan dan menghibur Bu Mira.

Kode : 08/RKIM/10/09/2020

Waktu : 09:45 – 09:55

Gambar 3.13 Adegan 8

Melvy dan Tantri khawatir dengan keadaan Bu Mira yang tiba-tiba

sudah tergeletak di lantai tak sadarkan diri. Melvy mencoba menyadarkan

Bu Mira sedangkan Tantri mencoba mencoba mencari bantuan dengan

menelfon Rumah Sakit.

Kode : 09/RKIM/10/09/2020

Waktu : 11:35 – 12:15

Gambar 3.14 Adegan 9

Tantri tidak tega mendengar Bu Mira terus memanggil Kara.

Melvy yang mengetahuinya, tidak bisa berbuat apa-apa karena dia susah

sangat mengenal sifat Kara yang keras kepala. Tantri berusaha

meyakinkan Melvy untuk yakin Kara pasti akan pulang. Tantri bersedia

mencari Kara kemanapun, akhirnya Melvy memberikan alamat kantor

Kara. Tantri memutuskan menunda pulang kampungnya dan memilih

mencari Kara.

Kode : 10/RKIM/10/09/2020

Waktu : 12:34 – 13:30

Gambar 3.15 Adegan 10

Dalam adegan tersebut, Tantri mencari Kara ke kantornya. Dia

terus menunggu Kara sampai dapat bertemu Kara. Dengan perasaan cemas

memikirkan keadaan Bu Mira, Tantri dengan sabar menanti Kara.

Kode : 11/RKIM/10/09/2020

Waktu : 13:30 – 14:25

Gambar 3.16 Adegan 11

Dalam adegan ini, penantian Tantri menunggu kehadiran Kara

membuahkan hasil. Kara mau ditemui Tantri. Tantri menceritakan keadaan

Bu Mira yang lemah di rumah sakit dan terus memanggil nama Kara. Kara

yang awalnya kekeh dengan pendiriannya, setelah diberi nasehat oleh

Tantri akhirnya hatinya luluh.

Kode : 12/RKIM/10/09/2020

Waktu : 15:00 – 15:33

Gambar 3.17 Adegan 12

Suasana haru dalam adegan tersebut menampakkan Kara yang

meminta maaf kepada Bu Mira atas kesalahannya. Kara mengangis sambil

meminta maaf kepada Bu Mira.

49

49

BAB IV

ANALISIS PESAN MORAL PADA FILM RUMAH KOS IBU MIRA

DENGAN SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE

Setelah meneliti, mengamati, melihat dan mendengar film Rumah Kos Ibu

Mira, akhirnya peneliti menemukan adegan yang memuat pesan moral di

dalamnya. Untuk itu, selanjutnya peneliti akan menganalisis film Rumah Kos Ibu

Mira dengan menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce dengan poin

utamanya adalah trikotomi yang terdiri dari tiga tingkat dan sub-tipe tanda yaitu

sign, object, interpretant.

A. Tanda Film Rumah Kos Ibu Mira

1. Adegan 1

Tabel 4.1 Tanda Adegan 1

Over Shoulder Shot

00:33 – 00:58

Dapur

Teks (Tantri sambil memasukkan terasi ke

wajan)

Anak Kos : “Woy.. kira-kira dong kalo

masak.”

Tantri : “Udah dulu ya buk nanti tak telfon

lagi”

Anak Kos : “Masak trasi kok di kosan.”

Tantri : “Assalamualaikum.. Maaf mbak.”

Tanda Teman Tantri marah

Klasifikasi qualisign

Klasifikasi tanda dalam adegan ini berjenis qualisign karena dalam

adegan tersebut tampak teman kos Tantri marah karena bau trasi yang

mengganggunya. Kemarahan teman kos Tantri menunjukkan kata sifat.1

Yaitu menjelaskan bahwa sifat teman kos Tantri yang temperamental.

Maka dari itu, marah dalam adegan ini termasuk dalam tanda berjenis

qualisign.

2. Adegan 2

Tabel 4.2 Tanda Adegan 2

Medium Shot

01:30 – 01:54

Dapur

Teks Bu Mira : “Kamu dengerin ibu sekarang!”

Kara : ‘Gak usah atur-atur Kara, Bu”

Bu Mira : “Ini semua demi kebaikan kamu”

Kara : “Emangnya kemapa sih Bu?”

Bu Mira : “Sudah ibu bilang berkali-kali!”

Kara : “Aku udah bukan anak kecil lagi, Bu!”

1 https://lektur.id/arti-marah/ diakses pada 20 November 2021 pukul 03:45 WIB.

Bu Mira : “Kamu tidak pernah

mendengarkan kata ibu. Keras kepala. Selalu

kamu tuh bantah Ibu ya! Ibu nggak suka

dengan pilihan kamu”

Kara : “Terserah Ibu. Ibu egois!”

Tanda Terdengar suara keras perdebatan dari dalam

kamar Bu Mira

Klasifikasi qualisign

Klasifikasi tanda dalam adegan ini berjenis qualisign. Pasalnya,

terdengar suara keras yang menunjukkan pertengkaran antara Bu Mira

dengan Kara. Keduanya tidak ada yang mau mengalah dan merasa benar.

Tanda yang nampak dari adegan tersebut adalah suara keras yang

menandakan orang tersebut sedang marah.2 Seperti diketahui, marah

merupakan kata sifat. Maka dari itu, kata sifat termasuk dalam tanda

berjenis qualisign.

2 Channel Youtube Agung Wibowo, Semiotika: Charles Sanders Peirce, menit 10:13

https://www.youtube.com/watch?v=6oAhIGTpVkU&t=591s diakses pada 20 November 2021

pukul 03:57 WIB.

3. Adegan 3

Tabel 4.3 Tanda Adegan 3

Medium Close-up (MCU)

01:59 - 02:15

Kamar Bu Mira

Teks Bu Mira : “Lha kamu ngapain di sini?”

Tatri : “A…anu buk.. tadi saya denger ada

rebut-ribut.. jadi..”

Bu Mira : “Balik.. balik balik.”

Tantri : “Njih Buk, permisi”

Tanda Bu Mira menyuruh Tantri pergi dengan

mengangkat tanganya

Klasifikasi legisign

Dalam adegan tersebut, tampak seorang Tantri mendekati kamar

Bu Mira yang sedang bertengkar. Bu Mira merasa tidak suka dan

mengusirnya. Maka jelas dapat diklasifikasikan tanda dalam adegan ini

berjenis legisign.3 Terlihat tangan Bu Mira memberi isyarat Tantri untuk

meninggalkan kamarnya karena tidak suka Tantri ikut campur urusan

keluarganya.

3 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia,2015), 25.

4. Adegan 4

Tabel 4.4 Tanda Adegan 4

Medium Shot (MS)

02:35 – 02:50

Kamar Ibu Mira

Teks Melvy : “Ibuuk..”

Bu Mira : “Melvy”

Melvy : “Ini makan malam buat ibuk, terus

satu lagi obatnya jangan lupa diminum ya

buk”

Bu Mira : “Makasih yaa.”

Tanda Melvy memberikan makan dan mengingatkan

Bu Mira minum obat

Klasifikasi qualisign

Dalam adegan tersebut terdapat objek yang termasuk dalam

klasifikasi tanda berjenis qualisign karena pada adegan tersebut

memperlihatkan sikap lembut Melvy kepada Bu Mira. Dengan

membawakan sebungkus nasi dan mengingatkan Bu Mira untuk minum

obat, terpancarkan ketulusan Melvy. Terlihat tanda berupa kualitas pada

kelembutan yang ditunjukkan Melvy.4 Maka jelas hal itu termasuk dalam

tanda berjenis qualisign.

4 Wibowo, diakses pada 20 November 2021 pukul 03:57 WIB

5. Adegan 5

Tabel 4.5 Tanda Adegan 5

Point of View Shot (POV)

04:07 – 04:20

Dapur

Teks Bu Mira : “Itu pasti si Melvy. Padahal Ibu

juga nggak bakalan lupa, tapi masih aja di

inget-ingetin terus”

Tanda Pesan tertulis mengingatkan Bu Mira minum

obat

Klasifikasi qualisign

Dalam adegan tersebut terdapat objek yang termasuk dalam

klasifikasi tanda berjenis qualisign karena pada adegan tersebut terlihat

pesan tertulis mengingatkan Bu Mira minum obat. Pesan itu ditulis oleh

Melvy, dan sudah sering melakukannya.

6. Adegan 6

Tabel 4.6 Tanda Adegan 6

Medium Shot (MS)

05:01 – 05:30

Teras Rumah

Teks Bu Mira : “Kara.. mau kemana?Kara.. mau

kemana?!”

Tanda Kara marah dan meninggalkan rumah

Klasifikasi qualisign

Dalam adegan tersebut tampak Tantri marah dan keluar rumah

membawa koper. Klasifikasi tanda dalam adegan ini berjenis qualisign.

Karena terlihat jelas sifat yang tampak pada adegan tersebut. Hal itu sesuai

dengan tanda yang berjenis qualisign.

7. Adegan 7

4.7 Tanda Adegan 7

Two Shot

06:10 – 06:15

Kamar Bu Mira

Teks -

Tanda Melvy menenangkan Bu Mira

Klasifikasi legisign

Dalam adegan tersebut terdapat objek yang termasuk dalam

klasifikasi tanda berjenis legisign karena pada adegan tersebut terlihat bu

mira sedang bersedih. Melvy merasa simpati kepada Bu Mira, kemudian

Dia mencoba menenangkan Bu Mira. Terdapat gerakan isyarat5 yang

muncul, yaitu tangan Melvy merangkul Bu Mira. Hal tersebut termasuk

tanda yang berjenis legisign.

5 Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi,25.

8. Adegan 8

Tabel 4.8 Tanda Adegan 8

Long Shot (LS)

09:45 – 09:55

Kamar Bu Mira

Teks Melvy : “Ibuk..”

Tantri : “Duh.. Mbak sik sik sik ya, aku tak

nyari pertolongan dulu ya”

Melvy : “Buk…”

Tantri : “Hallo..”

Tanda Kepanikan Tantri dan Melvy melihat Bu Mira

pingsan di kamarnya

Klasifikasi qualisign

Dalam adegan tersebut terdapat objek yang termasuk dalam

klasifikasi tanda berjenis qualisign karena pada adegan tersebut Melvy dan

Tantri panik, Bu Mira pingsan. Mereka berdua bergegas mencari bantuan.

Tanda yang muncul dalam adegan tersebuta adalah panik. Panik termasuk

dalam kata sifat.6 Maka termasuk dalam kategori tanda yang berjenis

qualisign.

6https://kbbi.kata.web.id/panik/ diakses pada 20 November 2021 pukul 05:00 WIB.

9. Adegan 9

Tabel 4.9 Tanda Adegan 9

Two Shot

11:35 – 12:15

Kamar Rumah Sakit

Teks Bu Mira : “Kara.. Kara…”

Tantri : “Mbak, Kita harus cari Mbak Kara”

Melvy : “Dia mana mau sih datang ke sini”

Tantri : “Ya tapi kan kita belum coba mbak”

Melvy : “Tri, Gue lebih kenal kara. Dia

bukan orang yang mudah diajak bicara. Gue

paling males kalo urusan sama Dia.”

Tantri : “Yaudah.. kalo kamu nggak mau,

biar aku aja yang cari Mbak Kara.”

Melvy : “Tri, sabar dulu lah.”

Tantri : “Mbak, kamu lihat sendiri kan

kondisi ibunya itu kayak gimana. Mbak Kara

itu harus tahu. Mbak Kara berhak tahu.”

Melvy : “Lo nggak ngerti Tri”

Tantri : “Mbak dengerin aku ya, ranting itu

bisa tumbuh bercabang. Tapi akarnya itu

tetep sama mbak. Mbak Kara harus kembali

ke ibunya.”

Melvy : “Terus pesawat lo?”

Tantri : “Ada yang lebih ngebutuhin aku di

sini mbak. Mbak, kamu punya kontaknya

mbak Kara nggak?”

Tanda Tantri membatalkan mudiknya

Klasifikasi qualisign

Dalam adegan tersebut terdapat objek yang termasuk dalam

klasifikasi tanda berjenis qualisign karena pada adegan tersebut Tantri

merasa iba dengan kondisi Bu Mira yang terbaring di ranjang rumah sakit.

Tantri akhirnya membatalkan mudiknya. Dia memilih membantu

menyelesaikan masalah Bu Mira dengan Kara. Terdapat tanda berupa sifat

yang ditunjukkan dari Tantri yaitu iba. Iba merupakan kata sifat.7 Maka

dapat diklasifikasikan dalam tanda berjenis qualisign.

10. Adegan 10

Tabel 4.10 Tanda Adegan 10

Medium Shot (MS)

12:34 – 13:30

Kantor Kara

Teks -

Tanda Tantri dengan sabar menunggu Kara

Klasifikasi qualisign

Dalam adegan tersebut terdapat objek yang termasuk dalam

klasifikasi tanda berjenis qualisign karena pada adegan tersebut terlihat

Tantri dengan sabar menunggu Kara. Sadar adalah kata sifat.8 Maka dapat

diklasifikasikan dalam tanda berjenis qualisign.

7 https://kbbi.kata.web.id/iba/ diakses pada 20 November 2021 pukul 05:15 WIB. 8 https://kbbi.kata.web.id/?s=sabar diakses pada 20 November 2021 pukul 05:17 WIB._

11. Adegan 11

Tabel 4.11 Tanda Adegan 11

Over Shoulder Shot (OSS)

13:30 – 14:25

Kantor Kara

Teks Tantri : “Mbak, Ibumu sakit mbak. Pulang

yuk mbak. Kasian Ibu itu nyebut-nyebut nama

Mbak terus.”

Kara : (menggelengkan kepala)

Tantri : “Sekeras apapun mbak pertahanin

maunya mbak. Ada satu hal yang harus Mbak

ingat. Ibu itu, satu-satunya orang yang nggak

akan ngecewain mbak disaat semua orang

ngecewain mbak. Yak, mungkin caranya Ibu

ngelindungin Mbak itu, Mbak anggap salah.

Tapi coba Mbak pikirin sekali lagi. Ibu mana

sih yang mau jahat sama anaknya sendiri?”

Tanda Tantri sedih melihat keadaan Bu Mira

Klasifikasi legisign

Dalam adegan tersebut terdapat objek yang termasuk dalam klasifikasi

tanda berjenis legisign karena pada adegan tersebut Tantri sedih melihat keadaan

Bu Mira. Dia berusaha menasihati dan meyakinkan Kara untuk menemui ibunya

yang terbaring lemah. Dalam adegan tersebut tampak ekspresi Tantri yang

mengerutkan alis. Hal itu menandakan bahwa Tantri sedang kebingungan.9

Mengerutkan alis termasuk dalam isyarat yaitu sesuai dengan tanda yang berjenis

qualisign.

9 https://www.brilio.net/creator/wow-hati-hati-dengan-bahasa-tubuh-anda-inilah-10-arti-

bahasa-tubuh-anda-disaat-berbohong-02279.html diakses pada 20 November 2021 pukul 05:21

WIB.

12. Adegan 12

Tabel 4.12 Tanda Adegan 12

Two Shot

15:00 – 15:33

Kamar Rumah Sakit

Teks Kara : (menangis) “Ibu.. maafin Kara..”

Tanda Suasana haru di kamar Bu Mira

Klasifikasi sinsign

Dalam adegan tersebut terdapat objek yang termasuk dalam

klasifikasi tanda berjenis sinsign10 karena pada adegan tersebut terlihat

Kara menangis sambil meminta maaf yang bermakna kesadaran Kara atas

kesalahannya. Tanda tangis antara Kara dan Bu Mira menunjukkan

suasara haru. Maka termasuk dalam tanda kategori sinsign.

B. Objek Film Rumah Kos Ibu Mira

1. Adegan 1

Tabel 4.13 Objek Adegan 1

Objek Seorang anak kos yang marah kepada Tantri

karena bau trasi yang menyengat.

Klasifikasi indeks

Klasifikasi berdasarka objek pada adegan tersebut termasuk dalam

jenis indeks. Karena terdapat hubungan sebab akibat11. Di mana tidak akan

10 https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/pertemuan_7_-_semiotika_pierce.pdf diakses

pada 20 November 2021 pukul 05:50 WIB. 11 Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, 26.

ada kemarahan jika tidak ada penyebabnya. Sebabnya dikarenakan bau

trasi yang dimasak oleh Tantri yang menyebar di dalam kos tersebut.

2. Adegan 2

Tabel 4.14 Objek Adegan 2

Objek Terjadi pertengkaran yang sangat hebat di kamar

Bu Mira. Pendapat Ibu Mira tidak digubris oleh

Kara.

Klasifikasi indeks

Dalam hal ini terdapat hubungan sebab akibat. Karena seorang

anak yang tidak mau menerima masukan orang tua, maka terjadilah

pertengkaran. Maka objek adegan ini termasuk dalam jenis indeks.12

3. Adegan 3

Tabel 4.15 Objek Adegan 3

Objek Tantri penasaran mendekat ke Kamar Bu Mira.

Bu Mira menyuruh Tantri pergi menjauh dari

kamarnya.

Klasifikasi indeks

Klasifikasi berdasarka objek pada adegan tersebut termasuk dalam

jenis indeks dikarenakan terdapat hubungan sebab akibat.13 Karena

seseorang tidak akan nyaman jika orang lain ikut campur urusan

pribadinya. Maka, Bu Mira mengusir Tantri dari depan kamarnya.

12Ibid., 26. 13 Ibid.

4. Adegan 4

Tabel 4.16 Objek Adegan 4

Objek Melvy Membawakan makanan dan

mengingatkan makan Bu Mira. Karena Bu Mira

mengidap penyakit yang lumayan kronis.

Klasifikasi indeks

Klasifikasi berdasarka objek pada adegan tersebut termasuk dalam

jenis indeks.14 Karena dalam adegan tersebut perlakuan Melvy kepada Bu

Mira membawakan makanan dan mengingatkan minum obat bukan tanpa

sebab. Karena Melvy tahu Bu Mira menderita penyakit kronis.

5. Adegan 5

Tabel 4.17 Objek Adegan 5

Objek Pesan tertulis dari Melvy agar Bu Mira tidak

lupa minum obat

Klasifikasi indeks

Klasifikasi berdasarkan objek adegan diatas berjenis indeks. Hal itu

dilakukan karena Melvy tidak mau Bu Mira lupa minum obat.

6. Adegan 6

Tabel 4.18 Objek Adegan 6

Objek Kara marah dan pergi meninggalkan Bu Mira

Klasifikasi indeks

Klasifikasi berdasarka objek pada adegan tersebut termasuk dalam

jenis indeks. Karena terdapat hubunngan sebab akibat.15 Karena dalam

adegan tersebut memperlihatkan kemarahan Kara yang berujung

14 Ibid., 26. 15 Ibid.

meninggalkan rumah. Pertikaian yang terjadi antara Kara dengan Bu Mira

menjadi sebab dari kepergian Kara dari rumahnya.

7. Adegan 7

Tabel 4.19 Objek Adegan 7

Objek Melvy menenangkan Bu Mira yang sedang sedih

ditinggalkan Kara.

Klasifikasi indeks

Klasifikasi berdasarka objek pada adegan tersebut termasuk dalam

jenis indeks. Terdapat hubungan sebab akibat.16Terlihat Melvy

menenangkan Bu Mira yang sedih karena ditinggalkan oleh anaknya.

8. Adegan 8

Tabel 4.20 Objek Adegan 8

Objek Tantri dan Melvy mencari bantuan karena Bu

Mira pingsan

Klasifikasi indeks

Klasifikasi berdasarka objek pada adegan tersebut termasuk dalam

jenis indeks. Karena terdapt hubungan sebab akibat.17 Tampak kepanikan

Tantri dan Melvy karena melihat Bu Mira yang pingsan dengan mencari

bantuan.

9. Adegan 9

Tabel 4.21 Objek Adegan 9

Objek Bu Mira memanggil-manggil Kara. Tantri

kasihan dan membatalkan mudiknya

Klasifikasi indeks

16 Ibid., 26. 17 Ibid.

Klasifikasi berdasarka objek pada adegan tersebut termasuk dalam

jenis indeks. Karena dalam adegan tersebut terlihat Tantri kasihan melihat

keadaan Bu Mira yang terus memanggil nama Kara. Tantri akhirnya

memutuskan membatalkan mudiknya dan menyelesaikan masalah Bu

Mira.

10. Adegan 10

Tabel 4.22 Objek Adegan 10

Objek Tantri menunggu dengan sabar, karena ingin

bertemu Kara

Klasifikasi indeks

Klasifikasi berdasarka objek pada adegan tersebut termasuk dalam

jenis indeks. Terdapat hubungan sebab akibat. Sebab Tantri ingin bertemu

Kara, maka Tantri dengan sabar terus menunggu Kara samapai Kara

keluar dari kantornya.

11. Adegan 11

Tabel 4.23 Objek Adegan 11

Objek Tantri membujuk dan menasihati Kara agar Kara

mau diajak bertemu Bu Mira

Klasifikasi indeks

Klasifikasi berdasarka objek pada adegan tersebut termasuk dalam

jenis indeks. Terdapat hubungan sebab akibat. Karena dalam adegan

tersebut terlihat Tantri menasihat dan membujuk Kara agar Kara mau

diajak pulang dan menemui Bu Mira, karena kasihan dengan keadaan Bu

Mira.

12. Adegan 12

Tabel 4.24 Objek Adegan 12

Objek Kara merasa bersalah dan minta maaf pada Bu

Mira

Klasifikasi indeks

Klasifikasi berdasarka objek pada adegan tersebut termasuk dalam

jenis indeks. Terdapat hubungan sebab akibat. Karena dalam adegan

tersebut memperlihatkan Kara yang memeluk Bu Mira serta meminta

maaf. Kata sadar atas apa yang diperbuatnya adalah kesalahan.

C. Interpretan Film Rumah Kos Ibu Mira

1. Adegan 1

Tabel 4.25 Interpretan Adegan 1

Interpretan Terganggu karena bau terasi

Klasifikasi Rheme

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme. Karena peneliti memilih menafsirkan adegan tersebut

berdasarkan pilihan peneliti18. Dari adegan tersebut memperlihatkan

kemarahan anak kos kepada Tantri karena merasa terganggu dengan bau

terasi.

2. Adegan 2

Tabel 4.26 Interpretan Adegan 2

Interpretan Anak yang keras kepala dan melawan orang tua

Klasifikasi Rheme

18 Arif Budi, Analisis Semiotika Film dan Komunikasi, (Malang: Intrans Publishing,

2019), 17.

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme.19 Dalam hal ini peneliti memilih adegan yang

memperlihatkan suara pertengkaran hebat antara anak dan ibu dari dalam

kamar. Keduanya tidak ada yang mau mengalah.

3. Adegan 3

Tabel 4.27 Interpretan Adegan 3

Interpretan Sok ingin tahu dan ikut campur privasi orang lain

Klasifikasi Rheme

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme.20 Karena peneliti memilih untuk menafsirkan tanda

yang memperlihatkan adegan Tantri mendengar pertengkaran hebat di

kamar Bu Mira dan mencoba mendekati kamar Bu Mira, entah apa yang

ingin dilakukan. Tiba-tiba Bu Mira keluar dari kamrnya dan menyuruh

Tantri pergi.

4. Adegan 4

Tabel 4.28 Interpretan Adegan 4

Interpretan Perhatian dan peduli kepada orang lain

Klasifikasi Rheme

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme. Karena peneliti memilih untuk menafsirkan tanda yang

memperlihatkan adegan Melvy memberikan nasi bungkus dan

mengingatkan Bu Mira untuk minum obat.

19 Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, 27. 20 Ibid.

5. Adegan 5

Tabel 4.29 Interpretan Adegan 5

Interpretan Selembar kertas yang menunjukkan kepedulian

kepada orang lain

Klasifikasi Rheme

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme.21 Karena peneliti memilih untuk menafsirkan tanda

yang memperlihatkan adegan yang terlihat pesan tertulis dari Melvy

kepada Bu Mira. Melvy ingin selalu mengingatkan Bu Mira minum obat

meski tidak ada disampingnya.

6. Adegan 6

Tabel 4.30 Interpretan Adegan 6

Interpretan Seorang anak yang memiliki masalah dan

memilih untuk pergi

Klasifikasi Rheme

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme.22 Karena peneliti memilih untuk menafsirkan tanda

yang memperlihatkan adegan yang terlihat Kara marah dan keluar rumah

sambil membawa koper. Bu Mira mengejar dan memanggil-manggil nama

Kara, namun tidak digubris.

7. Adegan 7

Tabel 4.31 Interpretan Adegan 7

Interpretan Seorang perempuan yang mencoba menghibur

orang yang bersedih

Klasifikasi Rheme

21 Budi, Analisis Semiotika Film dan Komunikasi, 18. 22 Ibid.

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme.23 Karena peneliti memilih untuk menafsirkan tanda

yang memperlihatkan adegan yang terlihat Bu Mira bersedih setelah

ditinggal oleh Kara. Melvy berada di sampingnya, berusaha menenangkan

Bu Mira.

8. Adegan 8

Tabel 4.32 Interpretan Adegan 8

Interpretan Sikap sigap yang muncul disaat orang lain

membutuhkan bantuan

Klasifikasi Rheme

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme. Karena peneliti memilih untuk menafsirkan tanda yang

memperlihatkan adegan Tantri dan Melvy panik dan mencari batuan untuk

menyelamatkan Bu Mira yang tergeletak pingsan di lantai.

9. Adegan 9

Tabel 4.33 Interpretan Adegan 9

Interpretan Seorang perempuan yang tegas mengambil

keputusan mendahulukan sesuatu kepentingan

orang lain yang lebih penting dan mendesak

daripada kepentingan pribadinya

Klasifikasi Rheme

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme. Karena peneliti memilih untuk menafsirkan tanda yang

memperlihatkan adegan Tantri gelisah melihat Bu Mira memanggil-

23 Ibid,. 18.

manggil nama Kara. Karena tidak tega akhirnya Tantri memutuskan

menunda mudiknya dan membantu menyelesaikan masalah diantara Bu

Mira dan Kara.

10. Adegan 10

Tabel 4.34 Interpretan Adegan 10

Interpretan Kesabaran seorang perrempuan dalam

menyelesaikan masalah

Klasifikasi Rheme

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme.24 Karena peneliti memilih untuk menafsirkan tanda

yang memperlihatkan adegan Tantri menunggu Kara di ruang tunggu

kantornya. Tantri dengan kegelisahannya menunggu Kara keluar dari

ruangannya.

11. Adegan 11

Tabel 4.35 Interpretan Adegan 11

Interpretan Ketulusan seorang ibu tidak sebanding dengan

apa pun yang ada di dunia

Klasifikasi Rheme

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme. Karena peneliti memilih untuk menafsirkan tanda yang

memperlihatkan adegan Tantri menasihati Kara yang keras kepala dan

kekeh dengan pendiriannya. Tantri mencoba meyakinkan kara dan

memmbujuknya untuk mau pulang menemui Bu Mira.

24 Ibid., 18.

12. Adegan 12

Tabel 4.36 Interpretan Adegan 12

Interpretan Seorang yang berani mengakui kesalahanya dan

meminta maaf

Klasifikasi Rheme

Klasifikasi berdasarka interpretan pada adegan tersebut termasuk

dalam jenis rheme.25 Karena peneliti memilih untuk menafsirkan tanda

yang memperlihatkan adegan Kara menangis memeluk Bu Mira dan

meminta maaf.

D. Pesan Moral Dalam Film Rumah Kos Ibu Mira

Setelah melakukan analisis temuan data dari film Rumah Kos Ibu Mira

dengan menggunakan analisis Charles Sanders Peirce yaitu melalui tanda,

objek dan interpretan dan menemukan makna secara detail dari masing-

masing data, terdapat beberapa pesan moral yang ingin disampaikan dalam

film ini, diantaranya:

Tabel 4.37 Pesan Moral Film Rumah Kos Ibu Mira

No Pesan Moral Keterangan

1 Toleransi Pesan toleransi ditunjukkan pada adegan

pertama pada tanda, objek dan interpretan.

Toleransi adalah sikap manusia untuk

berlapang dada, saling memahami, dan

menghormati.26 Untuk menghadirkan

kedamaian dalam keberagaman perlu

menerapkan toleransi. Adegan yang

mencerminkan pesan moral toleransi adalah

adegan 1.

2 Menghormati orang tua Menghargai pendapat orangtua berarti kita

menganggap pendapat itu penting

walaupun pendapat itu tidak sepenuhnya

25 Ibid,. 18. 26 Casram, “Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural”, (Jurnal

Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, 2016), 188.

benar, namun perlu menghargainya.

Adegan yang mencerminkan pesan moral

menghhormati orang tua adalah adegan 2.

3 Menghargai privasi Karena pada dasarnya, mencampuri urusan

orang lain terlalu jauh dapat mengganggu

privasi orang lain. Hal ini sangat tidak

dianjurkan. Apabila diklasifikasikan dalam

jenis wujud pesan moral. Yang termasuk

dalam pesan moral menghargai privasi

orang lain. Adegan yang mencerminkan

pesan moral menghargai privasi terdapat

pada adegan 3.

4 Kepedulian Manusia secara kodrat diciptakan memiliki

hati kecil untuk mengingatkan agar selalu

berbuat kebaikan dan mencegah berbuat

keburukan. Salah satu bentuk kebaikan dan

sifat yang kerap dilupakan adalah

kepedulian terhadap sesama. Karena

dengan sebuah kepedulian, seseorang akan

lebih peka dan bersimpati kepada orang

lain. Adegan yang mencerminkan pesan

moral kepedulian terdapat pada adegan 4.

5 Saling mengingatkan Saling mengingatkan itu baik. Tentunya

dengan cara yang santun dan penuh kasih

sayang dan diwaktu yang tepat.27

Mengingatkan bisa dengan berbagai cara,

bisa secara lisan ataupun dengan tulisan.

Pesan moral yang mengandung saling

mengingatkan terdapat pada adegan 5.

6 Bermusyawarah Bermusyawarah merupakan pengamalan

sila Pancasila sila keempat. Musyawarah

digunakan untuk mencapai solusi demi

menyelesaikan masalah. Dalam film ini

terdapat pesan moral bermusyawarah yaitu

terdapat pada adegan 6.

7 Bersimpati Dalam menjalin hubungan serta kedekatan

dengan sesame, seseorang perlu bersimpati.

Simpati digunakan dalam menggambarkan

berbagai rasa sakit serta emosional

seseorang. Simpati tahu apa yang sedang

dirasakan orang lain, lalu memperluas

emosi itu dengan rasa kasihan.28 Pesan

27 https://kalbar.kemenag.go.id/id/opini/saling-mengingatkan-itu-baik diakses pada 4

November 2021 Pukul 08:05 WIB. 28 https://www.merdeka.com/jatim/perbedaan-simpati-dan-empati-dalam-kehidupan-

sehari-hari-simak-ulasannya-kln.html diakses pada 4 November 2021 Pukul 08.00 WIB.

moral bersimpati pada film ini ditunjukan

pada adegan 7.

8 Saling tolong menolong Tolong menolong antar sesama manusia

adalah etika universal. Perilaku ini menjadi

elemen ppenting pada berbagai ranah

kehidupan. Pean moral yang mengandung

saling tolong menolong pada film ini

terdapat pada adegan 8.

9 Tidak egois Sifat egois bisa menimbulkan masalah,

karena selalu mementingkan diri sendiri.

Untuk itu seseorang harus menghindarinya.

Terkadang sifat egois itu perlu, namun

harus menyesuaikan tempat dan waktu

yang tepat. Dalam film ini yang

mencerminkan pesan moral tidak egois,

ditunjukkan pada adegan 9.

10 Kesabaran Untuk mencapai sebuah tujuan atau

menyelesaikan permasalahan maka selalu

ada prosesnya, dalam proses inilah

diperlukan kesabaran. Tak jarang seseorang

akan menemukan cobaan di tengah

perjalanannya. Maka adegan yang

mengandung pesan moral kesabaran

ditunjukkan pada adegan 10.

11 Saling menasihati Kita sadari bahwa manusia tempatnya salah

dan lupa. Disinilah seseorang sebagai

makhluk sosial, menyadari bahwa

seseorang membutuhkan orang lain.29 Baik

dari segi nasihat atau masukan atau

pendapat orang lain. Agar pikiran menjadi

terbuka. Sehingga langkah kita tetap

terkontrol, terkendali dan tidak salah jalan.

Adegan yang mengandung pesan moral

saling menasihati terdapat pada adegan 11.

12 Berani meminta maaf Tidak ada manusia yang sempurna di dunia

ini. Setiap orang pasti pernah melakukan

kesalahan baik disengaja atau tidak.

Namun, meski menyadarinya, orang akan

sulit untuk meminta maaf. Padahal,

meminta maaf tidak akan merendahkan

harga diri. Justru dengan berani meminta

maaf, seseorang akan mendapat hati yang

29 http://kerinci.kemenag.go.id/news/10239/m-nawir-hidup-harus-saling-nasehat-

menasehati.html diakses pada 20 November 2021 pukul 05:55 WIB.

lebih tenang dan dapat membangun

hubungan yang lebih baik kedepannya.30

Pada film ini yang menunjukkan pesan

moral berani meminta maaf yaitu pada

adegan 12.

30 http://bkd.jogjaprov.go.id/informasi-publik/artikel/memaafkan-dan-meminta-maaf

diakses pada 20 November 2021 pukul 05:57 WIB.

74

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, mengenai “Pesan Moral

dalam Film Pendek Rumah Kos Ibu Mira” dengan menggunakan analisis

semiotika Charles Sanders Peirce, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Tanda yang terdapat pada film Rumah Kos Ibu Mira berupa

qualisign terdapat pada adegan 1, adegan 2, adegan 3, adegan 4,

adegan 5, adegan 6, adegan 8, adegan 9, dan adegan 10, sinsign

terdapat pada adegan 12, dan legisign terdapat pada adegan 7 dan

adegan 11.

2. Objek yang terdapat pada film Rumah Kos Ibu Mira berupa indeks

semuanya. Karena setiap adegan memiliki hubungan sebab-akibat

dengan yang diwakilinya atau juga dapat disebut tanda sebagai

bukti.

3. Interpretan yang terdapat pada film Rumah Kos Ibu Mira berupa

rheme semuanya. Dalam setiap adegan tersebut, menghasilkan

tanda yang menunjukkan seseorang dapat menafsirkan berdasarkan

pilihan.

4. Pesan moral yang terdapat pada film Rumah Kos Ibu Mira berupa

toleransi, menghormati orang tua, menghargai privasi, kepedulian,

saling mengingatkan, bermusyawarah, bersimpati, saling tolong

menolong, tidak egois, kesabaran, saling menasihati, dan berani

meminta maaf.

B. Saran

1. Bagi praktisi film

Teruslah berkarya dan terus eksplore imajinasi agar dapat

melahirkan ide yang cemerlang dan karya yang baik, yang berbobot

dan mengandung nilai positif untuk para penonton, sehingga film dapat

dinikmati dan pesan yang terkandung didalamnya dapat diterapkan

dalam kehidupan sehati-hari.

2. Bagi masyarakat

Untuk seluruh masyarakat untuk memperhatikan makna yang

ada dalam sebuah film. Hal ini perlu diperhatikan agar masyarakat

dapat memahami pesan positif dari film tersebut. Pesan dari film itu,

diharapkan masyarakat dapat menelaah dengan baik pesan-pesan yang

disampaikan oleh film dan dapat diaplikasikannya dalam kehidupan

bermasyarakat.

3. Bagi peneliti berikutnya

Bagi akademisi yang ingin melakukan penelitian dengan topik

pembahasan yang sama, hendaknya lebih mampu menganalisis pokok-

pokok pembahsan secara mendalam melalui sudut pandang yang lain

agar memiliki hasil bobot penelitan yang lebih baik.

76

76

DAFTAR PUSTAKA

Referensi buku

Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi . Jakarta: Bumi Aksara.

2014.

As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak, cet I. Jakarta: Rajawali Pers. 1992.

Bakar, Abu. Konsep Toleransi Dan Kebebasan Beragama. Toleransi : Media

Komunikasi Umat Beragama, Vol.7, No.2. 2015.

Bried, Sean Mac. Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka

Suara Satu Dunia . Jakarta: PN Balai Pustaka Unesco. 1983.

Budi, Arif. Analisis Semiotika Film dan Komunikasi . Malang: Intrans Publishing, 2019.

Casram. Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural. Jurnal Ilmiah

Agama dan Sosial Budaya. 2016.

Danesi, Marcel. Semiotika Media . Yogyakarta: Jalasutra. 2010.

Dewantara, Agus W. Filsafat Moral Pergumulan Etis Keseharian Hidup

Manusia. Yogyakarta : PT Kanisius. 2017.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: ANALISIS DATA. Jakarta: Rajawali

Pers. 2012.

Irmaniati. Analisis Pesan Moral Yang Terkandung Dalam Puisi “Bersatulah

Pelacur-Pelacur Kota Jakarta” Karya W.S Rendra. Jurnal Onoma:

Penddidikan, Bahasa dan Sastra PBSI FKIP Universitas Cokroaminoto

Palopo, Vol 2, No 2 Tahun 2016.

Jena, Yeremias. Etika Kepedulian : Welas Asih Dalam Tindakan Moral. Kanz

Philosopia, Vol. 4, No 1. 2014.

Komala, Elvinaro Ardianto & Lukiati. Komunikasi Masa: Suatu Pengantar.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007.

McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika.

2011.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya.

2005

Mufid, Muhamad. Etika Dan Filsafat Komunikasi . Jakarta: Kencana Prenada

Media Group. 2009.

Nata, A. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010.

Nata, Tio Dwi. Teknologi Komunikasi dan Realitas Semu Media Massa.

Surabaya: Garuda Mass Sejahtera. 2014.

Nisa, Ishmatun. Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi. Skripsi.

Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2014.

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Universitity

Press, 1998.

Oktavianus, Handi. Penerimaan Penonton Terhadap Praktek Eksorsis Di Dalam

Film Conjuring. Jurnal E-Komunikasi VOL 3. NO.2. 2005.

P, Fredericksen Victoranto dan Marleny Purnamasary. Peran Perkembangan

Moral Terhadap Perilaku Prososial Remaja. Jurnal Psikologi Universitas

Muhammadiyah Lampung, Vol. 2 No.2. 2020.

Pratista, Himawan. Memahami Film . Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2009.

Rahman, Satria Fathur. Pesan Moral Dalam Film 99 Nama Cinta. Skripsi, Universitas

Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya. 2021.

Santoso, M. Agus. Hukum, Moral, & Keadilan. Jakarta: Prenada Group. 2012.

Sari, Endang S. Audience Research: Pengantar Studi Penelitian Terhadap

Pembaca, Pendengar, Dan Pemirsa, Yogyakarta: Andy Offset, 1993.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media . Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013.

Sumarno, Marseli. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT.Grasindo. 1996.

Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia. 2005.

Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. 2014.

Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.

Yogyakarta: Kanisius. 1987.

Usman, Nur Hikma. Representasi Nilai Toleransi Antarumat Beragama Dalam

Film “Aisyah Biarkan Kami Bersaudara”. Skripsi. Universitas Islam

Negeri Alauddin. Makassar. 2017.

Vera, Nawiroh. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

2015.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. Semiotika Komunikasi . Jakarta: Mitra Wacana

Media. 2011.

Wicaksono, Dzaki. Pesan Moral Dalam Sinetron Azab Di Indosiar. Skripsi. Institut

Agama Islam Negeri Salatiga, Salatiga. 2019.

Widi, Restu Kartiko. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.

Zuhri, Awaludin. Pesan Moral Dalam Film Sang Kiai. Skripsi. Institut Agama

Islam Negeri Ponorogo. Ponorogo. 2019.

Referensi internet

https://www.google.com/amp/s/studioantelope.com/rumah-kos-ibu-mira-film-

pendek-islami/, diakses 5 Desember 2019.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Metode, diakses pada 25 Desember 2019.

https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-moral.html, diakses 26

Desember 2020.

https://www.instagram.com/p/BVWlji3gqF_/?utm_source=ig_web_copy_link,

diakses 30 Agustus 2020.

https://studioantelope.com/projects/rumah-kos-ibu-mira/, diakses 30 Agustus

2020.

https://www.instagram.com/p/BaYtCB1D7Zw/?utm_source=ig_web_copy_link,

diakses 30 Agustus 2020.

https://m.dream.co.id/lifestyle/tak-hanya-cantik-tantri-punya-kelembutan-hati-

yang-mendalam-170526.html, diakses 30 Agustus 2020.

https://www.instagram.com/p/Bt2KYubAdT1/?utm_source=ig_web_copy_link,

diakses 23 Januari 2021.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dayu_Wijanto, diakses 12 Mei 2020.

https://www.instagram.com/p/BUQ1gpYF-9s/?utm_source=ig_web_copy_link,

diakses 30 Agustus 2020.

http://m.dream.co.id/lifestyle/hidup-seorang-diri-tantri-melvy-kasihan-dengan-bu-

mira-1706216.html, diakses 30 Agustus 2020.

https://www.instagram.com/p/BV9oIHjhdmf/?utm_source=ig_web_copy_link,

diakses 30 Agustus 2020.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Febiola_Novita, diakses 12 Mei 2020.

http://m.dream.co.id/lifestyle/rahasia-cantik-kara-si-antagonis-di-rumah-kos-ibu-

mira-170620i.html, diakses 30 Agustus 2020.

Wibowo, Agung. Semiotika: Charles Sanders Peirce. Channel Youtube

https://www.youtube.com/watch?v=6oAhIGTpVkU&t=591s Pada 31 September 2021.

https://lektur.id/arti-marah/ diakses pada 20 November 2021.

https://kbbi.kata.web.id/panik/ diakses pada 20 November 2021.

https://kbbi.kata.web.id/iba/ diakses pada 20 November 2021.

https://kbbi.kata.web.id/?s=sabar diakses pada 20 November 2021.

https://www.brilio.net/creator/wow-hati-hati-dengan-bahasa-tubuh-anda-inilah-10-arti-

bahasa-tubuh-anda-disaat-berbohong-02279.html diakses pada 20 November 2021

https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/pertemuan_7_-_semiotika_pierce.pdf diakses pada

20 November 2021.

https://kalbar.kemenag.go.id/id/opini/saling-mengingatkan-itu-baik diakses pada 4

November 2021.

https://www.merdeka.com/jatim/perbedaan-simpati-dan-empati-dalam-kehidupan-sehari-

hari-simak-ulasannya-kln.html diakses pada 4 November 2021.

http://kerinci.kemenag.go.id/news/10239/m-nawir-hidup-harus-saling-nasehat-

menasehati.html diakses pada 20 November 2021.

http://bkd.jogjaprov.go.id/informasi-publik/artikel/memaafkan-dan-meminta-maaf

diakses pada 20 November 2021.