PERENCANAAN BANDAR UDARA TYPE PESAWAT AIRBUS A-340-300 (BAB 5)
Transcript of PERENCANAAN BANDAR UDARA TYPE PESAWAT AIRBUS A-340-300 (BAB 5)
37
BAB V
KARAKTERISTIK FISIK AERODROME
5.1. Umum
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai karakteristik
aerodrome, maka sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu istilah-
istilah yang sering dipakai dalam suatu perencanaan pesawat
terbang seperti yang terdefinisi dibawah ini :
a. Runway adalah suatu daerah yang berbentuk empat persegi
panjang pada daerah aerodrome yang dipergunakan untuk daerah
pendaratan (landing) atau untuk lepas landas (take off) suatu
pesawat. Panjang runway yang diambil adalah kebutuhan runway
yang terpanjang dari kebutuhan runway untuk mendarat dan untuk
lepas landas pesawat rencana. Banyak faktor yang perlu
diperhatikan dalam penentuan tempat, orientasi dan jumlah
runway, seperti :
Cuaca, faktor ini termasuk didalamnya distribusi angin dan
kabut ( mempengaruhi jarak pandang pilot ).
Topografi dari aerodrome.
Jenis pesawat terbang yang akan menggunakan aerodrome
tersebut
38
Lingkungan, hal ini berkaitan dengan polusi suara yang akan
ditimbulkan oleh pesawat terbang yang akan mendarat maupun
yang akan lepas landas.
b. Runway Strip adalah suatu daerah yang meliputi runway dan
stopway yang dipergunakan untuk :
Mengurangi resiko kecelakaan pada pesawat apabila pesawat
keluar dari runway.
Untuk melindungi pesawat yang “flying over” saat akan
tinggal landas, maupun pada saat mendarat.
c. Declared Distance adalah jarak yang diinformasikan pada pilot
berkenaan dengan keadaan suatu landasan yang akan dipergunakan
oleh pesawat untuk mendarat, maupun untuk lepas landas.
Declared Distance ini terdiri dari TORA, TODA, ASDA, dan LDA.
d. Take Off Run Available (TORA) adalah panjang bagian runway
yang dapat digunakan untuk pergerakan pesawat yang akan take
off.
e. Take Off Distance Available (TODA) adalah panjang tora ditambah
dengan panjang clearway.
f. Accelerate Stop Distance Available (ASDA) adalah panjang tora
ditambah dengan panjang stopway, bila ada. Ini adalah panjang
landasan yang tersedia bagi pesawat yang membatalkan take off-
nya yang berkenaan dengan kerusakan mesin.
39
g. Landing Distance Available (LDA) adalah panjang bagian runway
yang dinyatakan dapat digunakan untuk pergerakan pasawat yang
akan mandarat (landing).
h. Runway End Safety Area (RESA) adalah suatu area yang
simetris, merupakan perpanjangan dari sumbu landasan dan
berbtasan dengan ujung strip yang berguna untuk mengurangi
resiko kecelakaan pesawat.
i. Taxiway adalah suatu jalan pada aerodrome yang digunakan
untuk keperluan taxiing pesawat atau sebagai jalan penghubung
antara satu bagian dengan bagian yang lainnya dalam aerodrome.
j. Taxiway Strip adalah suatu daerah yang meliputi taxiway
yang bertujuan untuk menjaga operasi pesawat pada taxiway dan
mengurangi resiko kecelakaan pesawat ketika pesawat berancang-
ancang untuk mengudara.
k. Apron adalah suatu area pada aerodrome yang digunakan untuk
pemberhentian pesawat, untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang, barang, surat dan kargo, untuk pengisian bahan
bakar dan pemeliharaan pesawat.
5.2. Runway
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan
tempat, orientasi dan jumlah runway, seperti :
40
Cuaca, faktor ini termasuk didalamnya distribusi angin dan
kabut ( mempengaruhi jarak pandang pilot ).
Topografi dari aerodrome.
Jenis pesawat terbang yang akan menggunakan aerodrome tersebut
Lingkungan, hal ini berkaitan dengan polusi suara yang akan
ditimbulkan oleh pesawat terbang yang akan mendarat maupun
yang akan lepas landas.
Contoh perhitungan runway dengan spesifikasi sebagai berikut:
o Elevasi Runway = 346 m
o Temperatur lokasi = 36C
o Temperatur standar = 15C
o Slope Runway = 0,5 %
o Design Aircraft = A-340-300
o Koreksi temperatur = Temperatur standar-(0,0065 x
Elevasi Runway)
= 15 – (0,0065 x 346) = 12,751
C
Dari tabel pada halaman Apendix I kita mendapatkan spesifikasi
dari pesawat A340-300, yaitu :
o ARFL = 2200 m
o Wing Span = 60,3 m
o OMG = 12,8 m
41
o Kode = 4 E
o LFL = 2026 m
o TFL = 3100 m
5.2.1. Perhitungan Panjang Runway
Koreksi panjang Runway terhadap Take off
a) Faktor koreksi terhadap ketinggian aerodrome
ICAO mensyaratkan ARFL bertambah 7% setiap kenaikan 300
m,dihitung dari ketinggian muka air laut ( Aerodrome Manual Part
I, hal 1 -16). Rumus factor koreksi terhadap ketinggian ini
dapat ditulis sebagai berikut :
Fe = +
TFL
= +
3100
b) Faktor Koreksi terhadap elevasi dan suhu
= 3350,27 m
Pada temperature yang lebih tinggi, dibutuhkan landasan yang
lebih panjang. Sebab jika temperature tinggi, maka kepadatan
udara rendah, menghasilkan output daya dorong yang rendah.
Sehingga standar temperature dipilih temperature diatas muka
air laut sebesar 59˚F = 15˚ C. Menurut ICAO landasan harus
dikoreksi terhadap temperature sebesar 1% setiap kenaikan 1˚F.
42
Sedangkan untuk tiap kenaikan 1000 m dari muka air laut rata-
rata temperature turun 6.5˚ C.Sehingga factor koreksi terhadap
suhu ini dirumuskan sebagai berikut :
Ft = (R/Wx( temperatur lokasi – temperatur standar ) x
1%) + R/W R/W2 = ( 3350,27 x ( 36 – 15 ) x 1% ) +
3350,27
= 4053,83 m
c ) Faktor koreksi terhadap elevasi, suhu dan kemiringan
landasan
Kemiringan ke atas memerlukan landasan yang lebih panjang
dibanding landasan yang datar atau yang menurun. Landasan akan
bertambah 10 % tiap kemiringan niform 1 %. Jadi factor koreksi
ini dapat dituliskan sebagai berikut :
Fs = ( R/W x slope lintasan x 10% ) + R/W
= ( 4053,83 x 0,5 x 10% ) + 4053,83
= 4256,52 m
Keterangan :
- H : Elevasi Runway
- T : Temperature Lokasi
- s : Kelandaian Landas Pacu
43
Dari perhitungan diatas setelah mengalami berbagai koreksi,
maka panjang runway aktual yang diperoleh adalah dari panjang
take – off yang sudah dikoreksi, karena panjang runway untuk take
– off lebih besar dari pada panjang runway untuk landing yaitu
sebesar 4256,52 m. sehingga panjang runway bila dibulatkan
keatas menjadi 4257 m.
Koreksi terhadap landing runway :
L = +
LFL
= + 2026
= 2189,57 m
Jadi panjang runway yang dipakai adalah panjang runway take-
off yaitu 4257m
5.2.2. Penentuan Posisi Threshold
Lokasi dari threshold umumnya berada pada ujung runway
kecuali kalau ada pertimbangan operasional tertentu sehingga
threshold ditempatkan dilokasi yang lain. Jika perlu untuk
memindahkan lokasi, baik itu untuk sementara maupun permanen,
dari lokasi yang umum, kita harus mempertimbangkan banyak faktor
yang berhubungan dengan lpkasi threshold. Jarak tambahan juga
44
dapat diberikan agar memenuhi persyaratan runway dan RESA.
Panjang threshold diasumsikan 150 m.
5.2.3. Penentuan Lebar Runway
Penentuan lebar runway minimum bergantung kepada kode
dari masing – masing pesawat, yang dapat kita lihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 5 – 1 , lebar runway
KODENOMOR
KODE HURUFA B C D E
1 18 m 18 m 23 m - -2 23 m 23 m 30 m - -3 30 m 30 m 30 m 45 m -4 - - 45 m 45 m 45 m
lebar dari precision approach runway tidak boleh kurang dari 30m bila kode angka pesawat 1 atau 2
Dari tabel diatas, untuk pesawat A340-300 dengan kode 4 E, lebar
runwaynya tidak boleh kurang dari 45 m.
5.2.4. Kemiringan Longitudinal
Kemiringan diperoleh dengan membagi selisih antara
ketinggian maksimum dan ketinggian minimum dari pusat runway yang
tidak boleh lebih dari :
1,5 % untuk pesawat dengan kode angka 3 atau 4.
2 % untuk pesawat dengan kode angka 1 atau 2.
45
5.2.5. Kemiringan Transversal
Kemiringan transversal berguna untuk menjaga agar runway
tidak tergenang air. Idealnya kemiringan transversal adalah :
1,5 % untuk pesawat dengan kode huruf C, D, atau E.
2 % untuk pesawat dengan kode huruf A atau B.
Tetapi untuk keadaan tertentu tidak boleh lebih dari 1,5 %
atau 2 % dan tidak boleh kurang dari 1 % kecuali pada
persimpangan runway atau taxiway yang memerlukan permukaan datar.
Untuk menjamin agar runway tidak tergenang air, maka diperlukan
saluran drainase yang baik di sekitar runway.
5.2.6. Kekuatan Runway
Kekuatan dari runway harus dapat melayani semua lalu lintas
pesawat yang mungkin melaluinya.
5.2.7. Permukaan Runway
Permukaan runway juga sbaiknya didesain agar tidak
menyebabkan pergeseran (slip) pada saat runway basah. Selain itu
permukaan runway juga dirancang agar tidak menyebabkan kesulitan
dalam pengontrolan pesawat, baik itu saat landing maupun pada
saat take off, seperti goncangan yang berlebihan, dan lain-lain.
46
5.2.8. Runway Shoulders
Runway shoulders adalah daerah yang diperkeras dan merupakan
daerah peralihan antara runway dengan daerah di sekitarnya.
Runway shoulders disediakan untuk runway yang digunakan untuk
pesawat berkode huruf A dan lebarnya kurang dari 40 m.
Runway shoulders dapat ditambahkan secara simetris pada
kedua sisi dari runway, sehingga lebar keseluruhannya ( lebar
runway + lebar runway shoulders ) tidak kurang dari 40 m.
Permukaan runway shoulders yang berbatasan dengan runway, harus
rata dengan permukaan runway dan kemiringan transversal tidak
boleh melebihi 2,5 %, sedangkan kemiringan longitudinalnya sama
dengan kemiringan runway.
Runway shoulders dipersiapkan agar dapat dilalui oleh
pesawat ( jika pesawat keluar dari runway ) tanpa menimbulkan
kerusakan struktural pada pesawat. Terletak langsung disebelah
kiri dan kanan sepanjang runway. Untuk desain lapangan terbang
ini digunakan panjang runway shoulders sama dengan panjang
runway dan minimum lebarnya dari tepi masing-masing tepi runway
adalah ( 40 – lebar runway )/2.
5.2.9. Runway Strip
47
Runway strip adalah suatu daerah yang meliputi runway dan
stopway yang dipergunakan untuk :
Mengurangi resiko kecelakaan pada pesawat apabila pesawat
keluar dari runway.
Melindungi pesawat yang “flying over” saat akan tinggal
landas, maupun pada saat mendarat.
A. Panjang Runway Strip
Strip dapat ditambahkan sebelum threshold dan setelah
akhir dari runway dan stopway yang jaraknya minimum.
60 m jika kode angka pesawat 2, 3, atau 4.
60 m jika kode angka pesawat 1 dan runway merupakan
instrumen pertama.
30 m jika kode angka pesawat 1 dan runway bukan
merupakan instrumen pertama.
B. Lebar Runway Strip
Strip dengan precission approach runway maupun dengan
non – precission approach runway dapat ditambahkan pada kedua
sisi garis tengah dari runway secara lateral dengan jarak
minimum.
150 m jika kode angka pesawat 3 atau 4.
75 m jika kode angka pesawat 1 atau 2
C. Obyek pada runway strip
48
Obyek pada runway strip yang dapat membahayakan penerbangan
harus dipindahkan. Dalam runway strip tidak diperkenankan
adanya obyek lain selain alat bantu untu melihat arah angin
asalkan tidak membahayakan penerbangan. Jarak minimumnya adalah :
60 m dari garis tengah runway pada precission approach
runway kategori I, II, atau III untuk kode angka 3 atau
3.
45 m dari garis tengah runway pada precission approach
runway kategori I untuk kode angka 1 atau 2 .
Untuk menjamin keamanan penerbangan, maka semua obyek
disekitar runway sebaiknya sejajar dengan permukaan tanah
( ditanam ). Kalaupun ada obyek yang harus ditempatkan disekitar
runway, tingginya tidak boleh lebih dari 30 cm.
Tidak diperkenankan adanya obyek bergerak pada runway strip
pada saat runway dipergunakan oleh pesawat untuk landing
atau take off.
D. Kemiringan longitudinal
Kemiringan longitudinal dari runway strip tidak boleh lebih
dari :
1,5 % untuk kode angka pesawat 4.
1,75 % untuk kode angka pesawat 3.
2 % untuk kode angka esawat 1 atau 2.
49
Untuk pesawat LEAR JET 28/29 dengan kode angka 2, kemiringan
longitudinal maksimumnya adalah 2 %.
E. Kemiringan Transversal
Kemiringan transversal dari runway strip berguna untuk
menjaga agar permukaannya tidak tergenang air. Kemiringan
transversal ini tidak boleh melebihi :
2,5 % untuk pesawat dengan kode angka 3 atau 4.
3 % untuk pesawat dengan kode angka 1 atau 2.
5.2.10. Runway End Safety Area (RESA)
Runway End Safety Area adalah suatu area yang simetris,
merupakan perpanjangan dari sumbu landasan dan berbatasan
denganujung strip yang berguna untuk mengurangi resiko kecelakaan
pesawat. RESA dibuat untuk mengurangi kersakan pada pesawat pada
saat pesawat mengalami undershooting atau overrunning dan sebagai
sarana pergerakan pertolongan dan pemadam kebakaran pada saat
terjadi kecelakaan.
Undershooting adalah suatu keadaan dimana pesawat mendarat
pada daerah sebelum runway. Hal ini mungkin terjadi pada saat
cuaca buruk atau pesawat
mengalami kerusakan. Overrunning adalah suatu keadaan dimana
pesawat terus melaju melewati runway. Hal ini mungkin terjadi
50
karena disekitar bandara ada obyek yang menghalangi sehingga
pesawat mendarat melewati ujung runway, sehingga memerlukan
lintasan yang lebih panjag dari runway untuk menghentikannya atau
pesawat mengalami kerusakan.
RESA dipersiapkan pada kedua sisi dari runway strip dengan kode
angka pesawat :
3 atau 4.
1 atau 2 jika runway merupakan instrumen pertama.
Panjang RESA
RESA dapat ditambahkan pada akhir runway strip yang
panjangnya sesuai dengan kebutuhan tetapi tidak boleh kurang dari
90 m.
Lebar RESA
Lebar dari RESA adalah 2 kali lebar runway yaitu 90 m.
Obyek pada RESA
Setiap obyek yang berada pada RESA yang dapat mengganggu
keselamatan penerbangan sebaiknya dipindahkan.
Kemiringan RESA
Kemiringan longitudinal dan transversal dari RESA tidak
boleh lebih dari 5 % dan perubahannya harus perlahan. Perubahan
kemiringan secara tiba-tiba sebaiknya dihindari.
51
5.2.11. Clearway
Clearway adalah suatu daerah persegi di darat atau di laut
yang masih berada dibawah pengawasan bandara udara dan dipilih
atau dipersiapkan sebagai daerah dimana diatasnya pesawat dapat
terbang untuk mencapai ketinggian tertentu.
A. Panjang Clearway
Panjang maksimum dari clearway adalah setengah panjang
runway yang digunakan untuk take-off run available (TORA).
Clearway = ½ x 4257 m = 2129 m
B. Lebar Clearway
Clearway ditambahkan secara lateral dengan jarak 75 m dari
tiap sisi dan garis tengah runway.
C. Kemiringan pada Clearway.
Kemiringan dari clearway tidak boleh dari 1,25 %
5.2.12. Stopway
Stopway adalah suatu area yang merupakan bagian dari runway
berbentuk persegi panjang yang terletak diujung runway sebagai
tempat berhenti pesawat apabila terjadi gagal terbang. Bagian
stopway ini apabila dibuat memiliki perkerasan yang lebih lemah
dari runway itu sendiri.
52
Stopway didesain untuk memfasilitasi pesawat yang melakukan
pengereman apabila pesawat batal mengudara tanpa mengakibatkan
kerusakan struktural pada pesawat. Permukaan dari stopway
didesain agar mempunyai daya gesek yang baik walaupun stopway
sedang basah. Namun perkerasannya dapat dibuat lebih lemah dari
perkerasan runway. Gesekan pada stopway yang tidak beraspal tidak
boleh kurang dari daya gesek runway yang berhubungan dengan
stopway tersebut.
Lebar Stopway sama dengan lebar dari runway yaitu 45 m.
a. Panjang stop way yang biasa digunakan adalah 60 m. Diambil
panjang stopway desain adalah 100 m ( Sumber : Tahap
Perencanaan Bandara, terbitan Lab. Transportasi ).
Slopes maksimum dasosiasikan dengan slopes runway,
kemiringan longitudinalnya adalah 1 % dan kemiringan
transversalnya adalah 1,5 %
5.2.13. Pengoperasian Runway
1. Precission Approach Runway
Precission approach runway terdiri dari 3 kategori yaitu :
a. Kategori 1
Instrumen runway yang dilengkapi ILS dan alat bantu visual
untuk operasi pada decision height < 60 m (200 ft).
53
RVR < 800 m
b. Kategori 2
Instrumen runway yang dilengkapi ILS dan alat bantu visual
untuk operasi pada decision height < 30 m ( 100 ft )
RVR < 400 m.
c. Kategori 3
Instrumen runway yang dilengkapi ILS dan alat bantu visual
untuk operasi sepanjang permukaan runway dan
A. RVR < 200 m dengan alat bantu visual sampai akhir
landing.
B. RVR < 50 m dengan alat bantu visual untuk txiing
C. Operasi tanpa alat bantu untuk landing atau taxiing.
2. Non Precission Approach Runway
Non Precission Approach Runway adalah instrumen runway
dilengkapi dengan alat bantu visual maupun tidak visual yang
menyediakan minimal panduan langsung yang memadai untuk
kedatangan pesawat.
5.3. Declared Distance
54
Declared distance adalah jarak yang dinformasikan pada pilot
berkenaan dengan keadaan suatu landasan yang akan dipergunakan
oleh pesawat untuk mendarat, maupun untuk lepas landas. Declared
Distance ini terdiri dari TORA, TODA, ASDA, dan LDA.
Take Off Run Available ( TORA ) adalah panjang bagian runway
yang dapat dipergunakan untuk pergerakan pesawat yang akan
lepas landas
TORA = panjang runway
= 4118 m
Take Off Distance Available ( TODA ) adalah panjang TORA ditambah
dengan panjang clearway.
Panjang maksimum clearway = ½ panjang TORA
TODA = 1 ½ panjang TORA
= 1,5 x 4257
= 6386 m
Accelerate Stop Distance Available ( ASDA ) adalah panjang TORA
ditambah dengan panjang stopway, bila ada. Ini adalah panjang
landasan yang tersedia bagi pesawat yang membatalkan take off-
nya yang berkenaan dengan kerusakan mesin.
ASDA = TORA + Stopway
= 4257 + 100
= 4357 m.
55
Landing Distance Available ( LDA ) adalah panjang bagian runway
yang dinyatakan dapat digunakan untuk pergerakan pesawat yang
akan mendarat ( landing)
LDA = panjang runway – panjang threshold
= 4257 – 150
= 4107
5.3.1. Take Off Distance
5.3.1.1.Critical Engine Failure
Critical engine failure / inoperative adalah jarak yang
dibutuhkan untuk take off dimana keadaan mesin mencapai keadaan
kritis pada saat V1 ( decision velocity ) yaitu kecepatan untuk
siap take off dimulai dari titik start pesawat sampai titik
dimana pesawat sudah mencapai ketinggian 35 feet ( 10,5 m )
diatas permukaan tanah. Take off distance pada saat critical
engine failure untuk desain diambil sebesar panjang TODA.
5.3.1.2.All Engine Operating
All engines operating adalah jarak yang dibutuhkan untuk
take off sebesar 1,15 jarak dari titik start pesawat sampai
dimana pesawat sudah mencapai ketinggian 35 feet dan keadaan
mesin pada saat itu semuanya beroperasi pada saat V1 ( decision
56
velocity ) yaitu kecepatan untuk siap take off. Take off distance
pada saat all engine operating untuk desain sebesar 1,15 ASDA.
5.4. Taxiway
Taxiway adalah suatu jalan pada aerodrome yang
digunakan untuk keperluan taxiing pesawat atau sebagai jalan
penghubung antara satu bagian dengan bagian lainnya dalam
aerodrome.
Dalam perencanaan taxiway, hal-hal yang dapat dipakai
sebagai pertimbangan adalah sebagai berikut :
Rute taxiway untuk hubungan ke elemen lain dari aerodrome
harus mempunyai jarak yang terpendek. Hal ini bertujuan
untuk menekan waktu taxiing dan biaya.
Rute taxiway harus dibuat sesederhana mungkin untuk
menghindari petunjuk yang berbelit-belit sehingga
menyebabkan kebingungan pilot.
Permukaan taxiway jika mungkin dibuat datar. Jika perubahan
arah diperlukan, radius kurva yang memadai, seperti
perpotongan atau lebar ekstra taxiway, harus dirancang
agartaxiing dapat dilakukan dengan kecepatan praktis
maksimum.
57
Perpotongan antar taxiway dengan runway atau dengan taxiway
lain harus dihindari untuk menjaga keselamatan penerbangan
dan untuk mengurangi resiko penundaan taxiing
Rute dari taxiway harus mempunyai jalur alternatif untuk
mencegah konflik pesawat dan penundaan. Arus pada segmen
taxiway harus dianalisa sesuai dengan konfigurasi runway
yang akan digunakan.
Sistem dari taxiway harus didesain agar dapat diperluas
tanpa harus mengalami banyak perubahan, sehingga mempunyai
waktu pakai yang maksimal.
Taxiway harus dirancang dengan dimensi yang memadai. Oleh
karena itudalam perencanaan kita harus mengetahui dan
mempertimbangkan antrian yang mungkin terjadi.
Taxiway dirancang untuk menjaga keamanan dan lelancaran
pergerakan pesawat. Ukuran dari entrance dan exit taxiway
dirancang untuk memperlancar pergerakan baik yang dari runway
maupun yang menuju runway, utamanya jika volume ergerakan sangat
tinggi.
Bila pada ujung runway tidak terdapat taxiway, maka
diperlukan tambahan suatu daerah khusus beraspal yang dapat
58
dipergunakan oleh pesawat untuk memutar. Areal ini dapat
dipergunakan untuk mengurangi waktu taxiing dan jarak pergerakan.
Dalam pendesainan taxiway, clearance antara Outer Main Gear Wheel
Span dengan tepi taxiway tidak boleh kurang dari tabel yang ada
dibawah ini.
Tabel 5-2, Clearance
KODE HURUF CLEARANCE
A 1,5 m
B 2,25 m
C
3 m jika wheel base pesawat
yang akan digunakan < 18 m
4 m jika wheel base pesawat
yang akan dipakai 18 m
D 4,5 m
E 4,5 m
Taxiway dalam apron dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
Apron taxiway, adalah taxiway yang terletak di apron dan
dipersiapkan untuk melayani rute taxi yang melewati apron
atau sebagai penghubung ke stand taxilane aircraft.
59
Stand taxilane aircraft adalah bagian dari apron yang
dirancang sebagai taxiway dan dipersiapkan sebagai
penghubung ke tempat parkir pesawat.
5.4.1. Jarak Pemisah Taxiway
Tabel 5-3 Jarak pemisah Minimum Antara taxiway dengan
Taxiway atau Obyek.
Antara Formula A B C D EGaris tengah
T/W dan garis
tengah T/W.
( Apron T/W dg
T/W)
Wingspan (Y)
+ 2x maximum
lateral
deviation (X)
+ Increment
(Z)
= V
15
3
3
24
4,5
3
36
6
4,5
52
9
7,5
60
9
7,5
21 31,5 46,5 68,5 76,5
Garis tengah
T/W dengan
Obyek
Wingspan
+ maximum
lateral
deviation (X)
+ Increment
(Z)
= V
7,5
1,5
4,5
12
2,25
5,25
18
3
7,5
26
4,5
12
30
4,5
12
13,5 19,5 28,5 42,5 46,5
Garis tengah
apron T/W
dengan obyek
Wingspan (Y)
+ maximum
lateral
7,5
1,5
12
2,25
18
3
26
4,5
30
4,5
60
deviation (X)
+ Increment
(Z)
= V
4,5 5,25 7,5 12 12
13,5 19,5 28,5 42,5 46,5
Garis tengah
Standtaxilane
pesawat dan
obyek
½ Wingspan
(Y)
+ gear
deviation (X)
+ Increment
= V
7,5
1,5
3
12
1,5
3
18
2
4,5
26
2,5
7,5
30
2,5
7,5
12 16,5 24,5 36 40
Tabel 5-4
Jarak pemisah Minimum Antara Taxiway dan Runway
ANTARA KODE ANGKA 1 2 3 4KODE HURUF A B A B A B C D C D E
Garis tengah taxiway dggaris tengah runway(garis tengah apron taxiway dan garis tengah runway )
Formula(1)Wingspan(Y)(1+1/2 lebar strip(non instrumen RWY)
TotalAtau1+1/2 lebar strip (instrumen approach runway )
Total
7,5
30
12
30
7,5
40
12
40
7,5
75
12
75
18
75
26
75
18
75
26
75
30
75
37,5
42
75
47,5
52
75
82,5
87
15
93
15
101
1
93
150
93
15
105
1
61
75
75
150
0 0 50
0 50
87,5
87
82,5
87
157,5
162
168
176
168
176
180
5.4.2. Lebar Taxiway
Lebar dari taxiway tidak boleh kurang dari ketentuan yang
tercantum dari tabel berikut :
Tabel 5-5, Lebar Taxiway
KODE HURUF LEBAR TAXIWAYA 7,5 mB 10,5 mC 15 m jika wheel base pesawat yg akan
menggunakannya < 18 m
18 m jika whee lbase pesawat yg akan
menggunakannya 18 m
D 18 m jika OMG pesawat yg akan menggunakannya < 9
m
23 m jika OMG pesawat yg akan menggunakannya
9 m
E 23 m
5.4.3. Kemiringan Taxiway
5.4.3.1.Kemiringan Longitudinal
62
Kemiringan longitudinal dari taxiway tidak boleh lebih
dari :
1,5 % jika kode huruf pesawat yang akan menggunakannya C,D
atau E
3 % jika kode huruf pesawat yang akan menggunakannya A atau
B
5.4.3.2.Kemiringan transversal
Kemiringan transversal dari taxiway dipersiapkan untuk
mencegah terjadinya akumulasi air pada permukaan taxiway,
tetapi besarnya tidak boleh lebih dari :
1,5 % jika kode huruf pesawat yang akan menggunakannya C,D
atau E
5.4.4 Ukuran Taxiway
Ukuran dari taxiway bergantung pada kode masing-
masing pesawat, seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5-6, Kriteria Desain Untuk Taxiway
KARAKTERISTIK FISIK KODE HURUFA B C D E
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Lebar
Minimum dari
Taxiway
pavement
Taxiway
7,5 m
-
10,5
m 18m
15m
23m
18m
23 m
44 m
63
Pavement dan
Shoulder
-
25 m 38 mTaxiway Strip 27 m 39 m 57 m 85 m 93 m
Graded
Portion of
Taxiway Strip
22 m 25 m 25 m 38 m 44 m
Jarak
minimum dari
Outer Main
Wheel ke
tepi Taxiway
1,5 m 2,25
m 4,5m
3m
4,5 m 4,5 m
Jarak
minimum
antara pusat
dari taxiway
dan :
Garis tengah
dari
instrumen
runway
Kode angka :
1
2
3
4
82,5
m
82,5
m
-
-
87 m
87 m
-
-
-
-
168 m
-
-
-
176 m
176 m
-
-
-
180 m
Garis tengah
dari
Noninstrumen
Runway
64
Kode angka :
1
37,5
m
42 m - - -
Kode angka :
2
47,5
m
52 m - - -
Kode angka :
3
- - 93 m 101 m -
Kode angka :
4
- - - 101 m 105 m
Garis tengah
Taxiway
21 m 31,5
m
46,5
m
68,5
m
76,5 m
Object
Taxiway
Aircraft
Stand
Taxilane
13,5
m
2 m
19,5
m
16,5
m
28,5
m
24,5
m
42,5
m
36 m
46,5 m
40 m
Kemiringan
Longitudinal
maximum
Taxiway
Pavement 3% 3% 1,5% 1,5% 1,5%
Change in
slope
1%per
25 m
1%per
25 m
1%per
30 m
1%per
30 m
1%per
30 m
Kemiringan
Transversal
maximum dari
Taxiway
Pavement
2% 2% 1,5% 1,5% 1,5%
Geaded
Portion of
taxiway
Strip-Upwards
3% 3% 2,5% 2,5% 2,5%
Graded
Portion of
Taxiway
Strip-
5% 5% 5% 5% 5%
65
DownwordsGraded
Portion of
Strip-Upwards
5% 5% 5% 5% 5%
Jari-jari minimum dari
longitudinal Vertical
2500
m
2500
m
3000
m
3000
m
3000
m
Minimum Taxiway Sight
Distance
150 m
from
1,5 m
above
200 m
from
2 m
above
300 m
from
3 m
above
300 m
from
3 m
above
300 m
from
3 m
above
a. Taxiway intended to be used by aeroplanes with a wheelbase
18 m
b. Taxiway intended to be used by aeroplanes with a wheelbase <
18 m
c. Taxiway intended to be used by aeroplanes with an OMG 18 m
d. Taxiway intended to be used by aeroplanes with an OMG < 18 m
e. Taxiway other than an aircraft stand taxilane
5.4.5. Kekuatan Taxiway
Kekuatan dari taxiway boleh lebih dari kekuatan runway, hal
ini di mungkinkan karena biasanya taxiway mendapatkan tekanan
yang lebih besar jika dibandingkan dengan runway. Hal ini
biasanya terdapat lebih dari satu pesawat yang melaluinya dengan
66
kecepatan rendah dan ada juga pesawat yang parkir, srhingga
menimbulkan tekanan yang besar pada taxiway.
5.4.6. Permukaan Taxiway
Permukaan dari taxiway harus teratur ( rata ) agar tidak
menyebabkan kerusakan pada struktur pesawat. Permukaan dari paved
taxiway harus dibangun untuk menyediakan karakteristik gesekan
yang baik ketika taxiway dalam keadaan basah.
5.4.7. Rapid Exit Taxiway
Rapid exit taxiway adalah taxiway yang berhubungan dengan
runway dengan sudut yang kecil dan didesain untuk membolehkan
yang baru mendarat agar dapat membelok dengan kecepatannyang
lebih tinggi dengan kecepatan yang lebih tiggi bila dibandingkan
bila keluar dengan menggunakan exit taxiway yang lain. Sehingga
mengurangi waktu penggunaan runway. Bila kepadatan pada jam sibuk
kurang dari 25 pengoperasin ( take off dan landing ), maka
penggunaan : Right Angle Exit Taxiway mencukupi. Konstruksi dari
taxiway ini lebih murahdan cukup untuk menjaga agar penggunaan
runway lebih efisien.
Lokasi dari taxiway yang berkenaan dengan karakteristik
operasional pesawat ditentukan dengan tingkat output dari pesawat
67
setelah melalui threshod. Untuk menentukan jarak dari threshold,
kita harus memperhitungkan pada jarak berapa pesawat dapat
berbelok tanpa mengambil resiko yang besar. Dalam perencanaan ini
kita mengasumsikan pesawat mendarat tepat pada threshold dan
proses pengereman berjalan lancar.
Untuk tujuan dari desain exit taxiway, pesawat diasumsikan
melalui threshold rata-rata 1,3 kali dari stall speed pada
konfigurasi pendaratan dengan massa average gross landing sekitar
85 % dari maksimum. Lebih jauh pesawat dapat digolongkan
berdasarkan kecepatan setelah melewati threshold dengan acuan
permukaan air laut :
A kurang dari 169 Km/jam
B antara 169-222 Km/jam
C antara 224- 259 Km/jam
D antara 261-306 Km/jam
Sebuah analisa dari beberapa pesawat menunjukkan mereka bisa
dikelompokkan sebagai berikut :
Tabel 5-7 , Pengelompokan Pesawat
A B C DConvairDC-3DHC-7
LEAR JET 28/29
Convair 600DC-6
Fokker F 27Viscount 800
B-707B-727DC-8
Trident
B-747DC-8DC-10IL-62ML-1011TU-154
68
AIRBUS
Dalam penentuan lokasi dari rapid exit taxiway, kita harus
memperhatikan banyak hal, diantaranya :
Lokasi dari terminal dan apron.
Lokasi dari runway dan tempat keluarnya.
Menghindari jalur yang tidak perlu, dll.
Radius tikungan rapid exit taxiway
Rapid exit taxiway didesain dengan radius kurva turn off
( tikungan ) lebih dari :
550 jika kode angaka pesawat 3 atau 4
275 jika kode angka pesawat 1 atau 2
Agar memungkinkan pesawat keluar pada saat keadaan basah/hujan
dengan kecepatan
93 km/jam jika kode angka pesawat 3 atau 4
65 km/jam jika kode angka pesawat 1 atau 2
Sudut pengereman antara rapid exit taxiway dengan runway
tidak boleh lebih dari 45 dan tidak boleh kurang dari 25.
Sebaiknya sudut yang dipakai adalah 30.
69
5.4.8. Taxiway Shouder
Sebuah taxiway adalah area yang bertujuan untuk melindungi
pesawat dari kerusakan yang lebih parah jika pesawat keluar dari
taxiway, jadi fungsinya hampir sama dengan runway shoulder pada
runway. Permukaan taxiway shoulder didesain agar tahan terhadap
erosi dankerusakan akibat adanya benturan dengan obyek-obyek
keras yang lain.
Ketebalan dari runway shoulder, taxiway shoulder dan blast
pad harus dapat dilalui oleh pesawat. Berikut adalah kriteria
yang harus dipenuhi :
Ketebalan minimum untuk shoulder dan blast pads dapat
diambil dari setengah dari ketebalan yang dibutuhkan oleh
pertemuan paved area.
Untuk pesawat semacam B-707, DC-10, L-1011 atau yang lebih
kecil direkomendasikan untuk ketebalan permukaan sekitar 5
cm pada shoulder dan 7,5 cm pada blast pads. Untuk pesawat
seperti B-747 dan L-500 disarankan untuk menaikkan ketebalan
masing-masing 2,5 cm.
Disarankan penggunaan shoulder dan blast pads yang stabil.
Sebuah beton setebal 5 cm disarankan untuk memberikan
kestabilan ini.
70
Adalah keuntungan untuk menggunakan semen konsentrat dan
granular subbase untuk shoulder dan blast pads. Ketebalan
minimumnya adalah 15 cm.
Kriteria konstruksi yang sama untuk sugrade dan pavement
course pada shoulder dan blast pads harusdapat digunakan
secara optimum. Direkomendasikan sekitar 2,5 cm drop off
yang digunakan pada pinggiran dari kekuatan penuh
pavement,shoulder dan blast pads untuk menyediakan garis
demarkasi.
Kedua sisi dari taxiway dengan kode huruf C, D atau E dapat
diperlebar secara simetris sehingga jumlah lebar antara taxiway
dan shoulder tidak boleh kurang dari :
44 m jika kode huruf pesawat E
38 m jika kode huruf pesawat D
25 m jika kode huruf pesawat C
Jika taxiway dipersiapkan untuk pesawat yang menggunakan turbine
engine, permukaan dari taxiway shoulder harus dipersiapkan agar
tahan erosi dan injeksi yang diakibatkan oleh mesin pesawat.
5.4.9. Taxiway Strip
Taxiway strip adalah suatu daerah yang meliputi taxiway yang
bertujuan untuk menjaga operasi pesawat pada taxiway dan
71
mengurangi resiko kecelakaan pada pesawat jika pesawat keluar
dari taxiway.
Taxiway strip dapat ditambahkan secara simetris pada kedua
sisi dari garis tengah taxiway. Pusat dari taxiway strip harus
mempunyai ruang kosong yang jaraknya dari pusat taxiway paling
kurang :
11 m jika kode huruf pesawat A
12,5 m jika kode huruf pesawat B atau C
19 m jika kode huruf pesawat D
22 m jika kode huruf pesawat E
Kemiringan Taxiway Strip
Pada ujung taxiway atau shoulder, permukaan dari strip tidak
harus sama rata tetapi kemiringan transversalnya tidak boleh
kurang dari :
2,5 % untuk strip dengan taxiway dengan kode huruf C, D atau
E
3 % untuk strip dengan taxiway dengan kode huruf A atau B.
Perubahan kemiringan yang ditetapkan untuk kemiringan transversal
berdasarkan kepada permukaan taxiway yang berhubungan tidak
berdasar pada posisi horisontal. Penurunan kemiringan transversal
tidak boleh lebih dari 5 % jika yang dijadikan acuan adalah garis
horisontal.
72
5.4.10. Holding Bays dan Posisi Taxi Holding
Holding bay diperlukan pada saat pergerakan pesawat dalam
bandara sangat tinggi. Posisi dari taxi-holding dapat ditempatkan
pada pertemuan antara taxiway dengan runway. Jarak antara holding
bay atau taxi-holding dengan garis tengah dari runway ditetapkan
pada tabel 3-6 dan pada kasus precission approach runway, pesawat
yang menunggu tidak terganggu oleh pengoperasian radio.
Tabel 5-8, Jarak minimum antara garis tengah
runway dengan posisi holding bay atau taxi-holding
TIPE PENGOPERASIAN RUNWAY KODE ANGKA1 2 3 4
Non- instrument 30 m 40 m 75 m 75 mNon- precission approach 40 m 40 m 75 m 75 mPrecission approach category I
60 m 60 m 90 m 90 m
- - 90 m 90 m
a. Jika posisi holding bay dan taxi-holding elevasinya
lebih rendah jika dibandingkan dengan elevasi
threshold, maka jarak dapat ditambah 5 m tiap 1 m
selisih ketinggian, dimana tidak melewati inner
transisional surface.
73
b. Jarak ini mungkin perlu ditambah untuk menghindari
gangguan radio, untuk precission approach runway
kategori II penambahan dapat sampai 50 m.
Jika elevasi dari bandara lebih dari 700 m, jarak 90 m pada tabel
3.2 untuk precission approach runway dengan kode angka 2 harus
ditambahkan dengan :
Sampai ketinggian 2000 m; 1 m tiap 100 m dari kelebihan 700
m.
Dari ketinggian 2000 m sampai ketinggian 4000 m; 13 m
ditambah 1,5 m tiap 100 m dari kelebihan 2000 m.
Dari ketinggian 4000 m sampai ketinggian 5000 m; 43 m
ditambah 2 m tiap 100 m dari kelebihan 4000 m.
5.5. Apron
Apron adalah suatu area pada aerodrome yang digunakan untuk
pemberhentian pesawat, untuk menaikkan dan menurunkan penumpang ,
barang , surat dan kargo , untuk pengisian bahan bakar dan
pemeliharaan pesawat .
Apron terdiri atas 59.
59 Aerodrome Desaign Manual Part 2 Taxiway , Aprons & Holding Bays . halaman 2 – 45
74
Terminal Apron adalah areal yang didesain sebagai tempat
pesawat bermanufer dan parkir.Terminal apron merupakan tempat
penumpang untuk menaiki pesawat . Biasanya terminal apron
dibangun berdekatan dengan terminal penumpang agar memudahkan
penumpang bila akan berangkat . Selain sebagai tempat naiknya
penumpang , terminal apron berfungsi sebagai tempat pengisian
bahan bakar pesawat, perawatan pesawat serta untuk pengisian
dan penurunan kaorgo surat dan bagasi .
Kargo Apron . Untuk yang hanya membawa barang dan surat dapat
juga dibuatkan apron kargo yang terpisah dan berdekatan dengan
gudang kargo . Pemisahan antara pesawat penumpang dan pesawat
kargo diperlukan karena perbedaan fasilitas yang diperlukan
oleh kedua pesawat itu diterminal dan di apron .
Parkir Apron . Biasanya pesawat membutuhkan parkir apron yang
terpisah dari terminal apron , dimana pesawat dapat diparkir
untuk waktu yang cukup lama . Apron ini dapat digunakan pada
saat awak pesawat singah atau pada saat diadakan servis dan
perawatan berkala dari pesawat .
Servis dan Hanggar Apron . Servis apron adalah daerah terbuka
yang lokasinya berdekatan dengan hanggar untuk perbaikan
pesawat dimana perawatan pesawat dapat dilakukan . Hanggar
Apron merupakan tempat penyimpanan pesawat .
75
General Aviation Apron . Pesawat general aviation digunakan
untuk keperluan bisnis atau untuk penerbangan pribadi
memerlukan beberapa fasilitas apron yang dapat mendukung
aktivitas penerbangan umum ( general aviation ) yang berbeda.
Itineran Apron. Pesawat pesawat penerbangan umum yang singgah
untuk sementara menggunakan Itenerant Apron sebagai tempat
parkir sementara pesawat, untuk pengisian bahan bakar pesawat,
perbaikan pesawat dan penurunan angkutan. Untuk bandara yang
hanya malayani penerbangan umum. Intinerant apron selalu
berdekatan atau merupakan bagian dari fixed based operator.
Umumnya pada terminal apron
5.5.1. Ukuran Apron
Luas area yang dibutuhkan untuk suatu apron tergantung pada
faktor – faktor berikut:
a. Ukuran dan karakter pergerakan dari pesawat
b. Volume dari lalu - lintas apron
c. Ruang kosong yang dibutuhkan
d. Tipe dari ingres dan egres agar pesawat dapat berdiri
5.5.2. Persayatan ruang kosong (Clearance requirements )
Suatu stand pesawat harus menyediakan ruang kosong minimum
antar pesawat, demikian pula terhadap gedung dan objek tetap yang
76
bersebelahan.
Tabel 5 – 961 Clearance
KODE HURUF RUANG KOSONGA 3,0mB 3,0mC 4,5mD 7,5mE 7,5m
Ruang kosong ini dapat dierncanakan dalam kebijakan dari
perencana bandara akan diperluas bila dibutuhkan untuk menjamin
keselamatan operasi pada apron . Lokasi stand pesawat taxilanes
dan taxiways apron harus menyediakan jarak antara garis tengah
dari taxiways dan pesawat dengan tidak kurang dari dimensi yang
diberikan di bawah ini :
Tabel 5 – 10 62
Jarak pemisah minimum
61 Aerodrome Design Manual Part 2 Taxiway , Aprons & Holding Bays , halaman 2 – 35 62 Aerodrome Design Manual Part 2 Taxiway , Aprons & Holding Bays , halaman 2 – 56
KODEHURUF
JARAK PEMISAH MINIMUM
Posisi pesawat , Pusatgaris
Taxilane ke objek( m )
Pusat garis taxiwaysapron ke objek
( m )
A 12,0 13,5
B 16,5 19,5
C 24,5 28,5
D 36,0 42,5
E 40,0 46,5
77
5.5.3. Perencanaan Apron
Perencanaan apron dilaksanaan bersamaan dengan
perencanaan gedung terminal untuk dapat melayani volume lalu –
lintas pesawat yang akan menggunakan bandar udara .
lintas pesawat serta Hal – hal yang dipertimbangkan dalam
perencanaan apron antara lain adalah faktor keamanan, efisiensi,
fleksibilitas ( kemampuan pengembangan ), Ketersediaan lahan,
volume lalu – banyak faktor lain yang membutuhkan prioritas
tersendiri dalam perencanaan tersebut. Ukuran dari apron didesign
agar apron masih dapat beroperasi dengan baik pada saat bandara
tersebut berada pada saat kepadatan maksimum yang mungkin
terjadi. Kekuatan setiap bagian dari apron didesain agar mampu
untuk menahan tekanan yang berasal dari setiap pesawat yang
melaluinya . Biasanya apron mempunyai kepadatan ( densiti ) yang
tinggi sebagai akibat dari pesawat yang tinggal atau pesawat yang
bergerak dengan lambat , sehingga tekanan pada apron ini biasanya
lebih besar bila dibandingkan dengan runway .
Perkiraan jumlah pintu dan pesawat pada terminal
Diketahui : Annual Departure = 22500 pesawat per
tahun
Asumsi :
Jumlah hari dalam 1 tahun = 365 hari
78
Waktu okupansi = 0,5 jam
Faktor penggunaan = 0,8
Jumlah jam pemakaian pesawat = 12 jam per hari
Tata letak terminal = Sentralisasi Sekunder
Tabel 5 – 11 Volume jam Perencanaan
Dapat diperoleh:
a. Jumlah pesawat per jam
= pesawat/ jam
b. Jumlah pintu
berdasarkan volume perencanaan (gate)
WAKTU VOLUME7.30 58.30 79.30 510.30 711.30 812.30 713.30 614.30 715.30 616.30 7TOTAL 65VJP 8
79
= buah pintu
Data – Data yang diperlukan
Dalam Perencanaan Apron
Panjang pesawat rencana =
63,6 m
Lebar pesawat rencana =
16,85 m
Wing span = 60,3 m
Jarak minimum sumbu aircraft stand taxilane dengan objek
= 40 m
Jarak minimum pesawat yang diparkir dengan suatu objek
= 7,5 m
Jarak minimum sumbu taxiway dengan suatu objek
= 46,5 m
Safety Faktor = 1,75
Area kosong = 1000m2
Luas gate = D x L
= ( Clearance + wing span ) x ( SF x panjang
pesawat )
= ( 7,5 m + 60,3m ) x ( 1,75 x 63,6 m )
= 4430,73 m2
Luas Apron = ( Jumlah Gate x luas Gate )+ Area kosong