LPJ KETUA UMUM HMI CABANG BANDAR LAMPUNG
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of LPJ KETUA UMUM HMI CABANG BANDAR LAMPUNG
LPJ KETUA UMUM HMI CABANG BANDAR LAMPUNG
KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
PERIODE 1435-1436 H./2013-2014 M.
Berhimpun tidak hanya untuk disyukuri,
melainkan harus diperjuangkan.
HMI atau Mati..!
Demi waktu matahari sepenggalan naik, dan demi malam apabila telah
sunyi,
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu,
dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan. ...
(QS. 93:1-4)
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Salam jumpa muka, jiwa dan fikiran.
I. PENDAHULUAN
Pertama Puja dan puji syukur kita panjatkan ke
hadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang mana sampai detik
ini masih memberi kita Ingatan hingga tempat kita pada
salah dan lupa tidaklah absolut, Tuhan yang masih memberikan
kasih sayang-Nya berupa Kesehatan dan Kesempatan hingga
kita bisa berkumpul dalam forum Rapat Anggota Komisariat
yang mulia ini tanpa kurang sesuatu apapun, Tuhan yang
menciptakan kita dari tidak ada menjadi ada, nyata ada
dan bereksistensi sebagai wakil-Nya dimuka bumi, Tuhan
yang memberi kita Akal yang begitu bebas sebebas-bebasnya
hingga kadang kita bisa berpikir melampaui batas
kemanusiaan kita, Tuhan kaum mustadzafin sepanjang zaman,
Tuhan yang mengutus Muhammad, sang Revolusioner Sejati,
sang Agent of Social Change yang memiliki Kemerdekaan,
Kesadaran dan Kemampuan yang mana dengan ketauladanan dan
jalan yang beliau bawa kita tidak termasuk ke dalam
Himpunan Domba-domba tersesat ataupun Islam berbulu domba
semoga rahmat Allah selalu terlimpah pada beliau,
keluarga serta sahabat. Dan semoga kita semua dapat
melanjutkan Perjuangan beliau. Amien.
Satu priode sudah berlalu sejak Rapat Anggota
Komisariat XIV yang diadakan di Komisariat Dakwah ini,
artinya amanat yang telah dititipkan oleh forum ini
saatnya untuk di pertanggung-jawabkan, saatnya untuk kami
selaku pengurus melaporkan sejauh mana HMI Cabang Bandar
Lampung Komisariat Dakwah IAIN Raden Intan Lampung (RIL)
telah berjalan dalam rangka mewujudkan Sacred Mission HMI.
Kelebihan dan kekurangan jelas mewarnai perjalanan satu
periode kepengurusan HMI Komisariat Dakwah IAIN RIL
priode 2013-2014 M/1435-1436 H. yang memang merupakan
konsekuensi kita sebagai manusia, tapi yang jelas amanat
suci merupakan cambuk yang tak henti-hentinya memicu
semangat kami untuk menjalankan roda organisasi pada rel
yang telah digariskan oleh founding fathers HMI.
Presidium Sidang dan Peserta RAK yang saya hormati…
Sebagaimana kita ketahui bersama RAK adalah wadah
yang sangat vital dalam tubuh Himpunan tingkat Komisariat
karena memang disinilah akan dilahirkan keputusan-
keputusan strategis proyeksi kedepan komisariat. Mau
diapakan? Mau dikemanakan? Dan mau dibawa kemana Himpunan ini?
yang sudah barang tentu akan kita mulai dengan menguliti
kondisi satu periode perjalanan kemarin, bacaan dari
berbagai permasalahan yang menghambat lajunya gerak
komisariat guna merumuskan formula-formula baru
perkaderan. Untuk itu dibutuhkan pikiran-pikiran yang
cerdas, radikal, kritis, inklusif dan konstruktif serta dialektika-komunikatif
dari seluruh Kader HMI yang wajib bersandarkan pada etik
persaudaraan dan kearifan kita semua untuk memahami bahwa
RAK bukanlah sekedar forum prosedural formal yang harus
dilewati pengurus komisariat setiap periodenya untuk
bertanggung jawab atas amanat yang telah diberikan dalam
lembar-lembar Laporan Pertanggung-Jawaban (LPJ), apalagi
hanya sekedar dijadikan tempat untuk melegitimasi
kepemimpinan berikutnya. Karena yang pasti Lubang-lubang
hari ini masih akan ada besok pagi kalau kita tidak menutupnya apalagi
terperosok karena tidak mengetahuinya.
Adapun laporan yang akan saya sampaikan pada
kesempatan kali ini merupakan gambaran umum kinerja
kepengurusan selama satu periode proses HMI Komisariat
Dakwah IAIN RIL priode 2013-2014 M/1435-1436 H., dimana
rincian uraian akan disampaikan oleh Bidang dan
Departemen. Untuk memudahkan kita meng-Evaluasi serta
menganalisa secara detail maka laporan ini kami susun
dengan sistematika sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN
II. KEBIJAKAN UMUM
III. KONDISI OBJEKTIF
IV. REALISASI PROGRAM KERJA
V. EVALUASI DAN PROYEKSI
VI. PENUTUP
II. KEBIJAKAN UMUM
Kawan-kawan seperjuangan dan satu tujuan...
Tanpa melupakan continuum ruang dan waktu yang tak
pernah terputus dan masa depan ada ditangan kita,
pengurus HMI Komisariat Dakwah IAIN RIL priode 2013-2014
M/1435-1436 H. secara umum kemudian menetapkan beberapa
kebijakan sebagai derivasi dari amanah RAK XIV sebagai
salah satu landasan dari program-program yang nantinya
akan dirumuskan dalam Rapat Kerja yang kami bagi dalam
dua tahap, semester ganjil dan semester genap.
A. Kebijakan Umum Semester Ganjil
Pada masa diawal terbentuknya kepengurusan, kami
mencoba membaca secara kritis sejarah HMI hari ini apakah
merupakan bentukan dari perjalanan HMI sebelumnya dengan
harapan dapat membuat satu proyeksi yang tidak menafikan
konteks kekinian. Tiga kalimat kemudian menjadi inspirasi
yakni, one cannot escape history, never leave history dan talk with
history bukan lalu kita ingin berkutat dalam historical
romance kejayaan HMI dimasa lalu ataupun
menjadikannya historical burden namun hanya usaha kecil untuk
tidak mengalami historical amnest, karena mau tidak mau
sejarah merupakan samen bundeling kekuatan yang ada dalam
satu sistem perkaderan, sejarah pula yang akan
mengingatkan kitadan menjawab arah dan tujuan kenapa kita
mesti berhimpun!
Kawan-kawan yang kuyakin takkan lelah untuk berteriak lawan…
Maka dalam Raker I bertempat di Komisariat Dakwah
Tercinta ini dengan bungkus mencoba “Komisariat Dakwah;
Kembali ke Khittah, Kembali ber-HMI!” kami tetapkan beberapa
kebijakan umum tersebut sebagai berikut;
Pertama, Menyegarkan kembali Platform dan Tata
Organisasi HMI
Bahwa banyak pandangan tentang HMI par exelenct sangat
mengenaskan dan titik nol perkaderan ada di komisariat
maka perlu kiranya kita membantah dengan berkata “kita tidak
seperti yang kalian pikirkan!” yang tentunya menuntut satu
konsekuensi pembuktian bahwa HMI Komisariat Dakwah masih
setia pada nilai-nilai ke-HMI-an, HMI Komisariat Dakwah
masih tetap memperjuangkan nilai-nilai ke-HMI-an!
Akhirnya dalam aktifitas ke-organisasian perlu kiranya
kita menyegarkan semua lini kekuatan yang hampir-hampir
menjadi barang antik.
Kedua, Mempertegas Jenjang Perkaderan
Akan muspro perjuangan sosial
tatkala personality problem belum lagi selesai, jangan dahulu
berbicara eksternal ketika internal masih corat
marut, inilah yang menjadi cambuk pertimbangan dalam
menetapkan kebijakan ini, disisi lain kami memandang HMI
adalah organisasi yang sangat ketat, misalnya dalam
merumuskan mission saja terlihat ketatnya jenjang yang ada
dimulai dari terbinanya yang merupakan satu proses
sistematis terarah yang haram jika dibiarkan berjalan apa
adanya, insan akademis yaitu proses awal kader yang harus
memenuhi basic need-nya sebagai seorang mahasiswa, insan
pencipta, bahwa proses peningkatan kualitas itu adalah
keharusan sebelum kemudian melakukan aktualisasi
diri, insan pengabdi yang tentunya harus tetap seirama
dengan nafas Islam, serta konsisten dalam
perjuangan, bertanggung jawab demi terwujudnya masyarakat cita.
Artinya ada tahapan yang mesti dilalui kader dalam
berproses dimana didalamnya akan include kontinuitas,
sinergisitas, inkrementalitas, serta perubahan
paradigmatik, jenjang dimana harus terdapat perubahan
mulai dari Pra LK - LK - Pasca LK - Struktur dan Post
Struktur yang semuanya terarah dalam satu proses
rekayasa. Jenjang pun harus sampai pada tataran taktis
aktifitas organisasi seperti diskusi mulai dari penguatan
tauhid personal menuju tauhid social, penguatan pisau
analisis sebelum melakukan aksi dll.
Ketiga, Mengkondisikan Komisariat sebagai tempat
mendapatkan Ilmu.
Dalam hal ini tiap bidang harus mengupayakan kembalinya
kultur Religius, Akademik, Intelektual, bahwa jargon yang
dulu pernah ada bahwa "Komisariat adalah Almamater kedua"
atau "Rumah Kedua" bisa benar-benar terwujud dalam
kehidupan organisasi.
Keempat, Cell System adalah kekuatan perkaderan HMI.
Kedekatan emosional, psikologis, rasa persaudaraan, rasa
seperjuangan ini harus terus dipupuk dan dikembangkan.
Pemetaan yang gagal terhadap potensi dan minat kader pada
pengurusan periode lalu diharapkan tidak dibiarkan lewat
begitu saja.
B. Kebijakan Umum Semester Genap
Bukan dua hal yang berbeda kemudian dengan kebijakan
umum semester ganjil, kebijakan umum jilid dua ini
merupakan hasil evaluasi mendalam yang kami lakukan
selama perjalanan satu semester HMI Komisariat Dakwah dan
kelanjutan dari kebijakan umum pertama, disini kami
melihat bangunan kesadaran yang harus dimiliki seorang
kader Himpunan haruslah berbasis ideologi, organisasi dan
kompetensi, dimana dalam satu semester kami mencoba
menjalankan proses perkaderan dengan pola interaksi yang
sifatnya kultural dan informal, yang mana memang titik
tekan perkaderan dalam satu semester pertama adalah
ideologisasi atau internalisasi nilai-nilai ke-HMI-an.
Presidium sidang dan peserta RAK yang masih semangat...
Karena memang rangkaian masa dalam periode ini
hampir berakhir, kurang lebih dua bulan maka pada
semester genap ini perkaderan hanya akan memfokuskan pada
wilayah Penegakan Superioritas Lembaga
Ada dua pertimbangan yang sifatnya sangat prinsipil
berkaitan dengan kebijakan ini pertama, adalah Pola
Jenjang Perkaderan yang kita jalani dimana proses
perkaderan tanpa adanya rekayasa yang terarah, oleh
karenanya sangat dibutuhkan kesadaran yang berbasis
organisasi. Kedua, Kultur yang membentuk Struktur, maksudnya
tiap periode hanya akan mengalami siklus sama peniruan
dan pengulangan kinerja, dimana ini akan melahirkan
meminjam istilahnya Paulo Freire kesadaran naif kader bukan
kesadaran kritis, bukan cara berpikir yang mampu
mendeteksi fenomena-fenomena tersembunyi atau melampaui
asumsi-asumsi yang berdasarkan miminjam istilahnya Antonio
Gramsci “Common sense”. Jadi kesadaran anggota tidak boleh
dibiarkan berkembang menurut irama proses mereka sendiri
untuk mencari karena perkaderan dalam hal ini adalah
pembinaan itu berdasarkan metodologi yang didalamnya
tentu saja include Experience dan Experimentation. Sedang keduanya
hanya dapat dikembangkan dan dipahami sepenuhnya oleh
Kader artinya mereka yang telah melewatinya. How to
think secara kritis bukan what to think. peran struktur jadi
sangat menentukan.
III. KONDISI OBYEKTIF
a. Kondisi Internal
Pertama, ada dua hal entah bisa disebut sebagai
orientasi kader atau tidak yang cukup mengganggu jalannya proses
perkaderan ketika dipisahkan dalam tubuh Himpunan
Mahasiswa Islam, pertama, orientasi struktural kader yang
sifatnya sangat politik praktis dan kedua adalah kader
yang wacana ansich. ini hamper kalau tidak boleh dibilang pasti ada
dan terjadi diseluruh lini himpunan baik tingkat Pengurus
Besar (PB) sampai tingkat Komisariat, Sejak didirikanya 5
februari 1947 yang lalu, dibawah semangat keislaman dan
keindonesiaan. Dan disadari atau tidak gejala degradasi
dalam tubuh HMI kini mulai terasa, Ibarat dua sisi mata
uang yang memang tidak pernah ketemu wajib diakui, namun
keduanya harus disadari merupakan satu-kesatuan utuh yang
tak terpisahkan dalam sebuah uang, jelas karena satu saja
tertinggal atau dihilangkan maka tidaklah pantas dan bisa
kemudian bentuk itu disebut uang, maka dua orientasi ini
harus dipandang sebagai kekuatan yang dimiliki HMI dan
harus saling bahu-membahu guna memperjuangkan misi suci
Himpunan dan mengharap tetes ridho Ilahi. Demikian juga
yang terjadi kemudian dalam organ HMI Komisariat Dakwah,
kepengurusan HMI Komisaariat Dakwah Priode 2013-2014
M/1435-1436 H ini, mencapai titik jenuh dan menurunya
motivasi kader dimana sebagian presidium dan kader
mengambil posisi “aman” untuk tidak berproses.
Teman-teman yang senantiasa menari dalam satu irama Pembebasan...
Kedua, perubahan strategi perjuangan HMI Komisariat
Dakwah satu periode kemarin yang mencoba back to
campus, dengan mengejawantahkannya dalam dunia lembaga
intra menjadi shock terapi tersendiri bagi kepengurusan
komisariat, karena keterputusan generasi intra yang
membuat bangunan lembaga intra harus dimulai dari nol
lagi, memang tidak terjadi disharmonisasi lembaga namun
dalam hal teknis aplikatif kegiatan masih cukup terganggu
(baca : benturan agenda).
Ketiga, gagalnya HMI sebagai sebuah organisasi dalam
mencetak organisatoris masih mempunyai ekses besar dalam
menjalankan program kerja, sehingga bahaya laten seperti
Konsistensi, Presidium adalah Komisariat, job
description yang tumpang tindih, Kolektif Kolegial salah
kaprah yakni terkonsentrasinya bidang pada satu agenda
masih saja melekat, walaupun sebenarnya HMI sudah
memiliki pedoman perkaderan dan pedoman kepengurusan yang
sangat matang.
b. Kondisi Eksternal
Semakin mininya kalender akademik yang diterapkan
IAIN Raden Intan Lampung dengan menggunakan sistem SKSnya
memaksa mahasiswa untuk berkonsentrasi penuh pada wilayah
akademik, walaupun mungkin harapannya mencoba untuk
mewujudkan kultur akademis dilingkungan IAIN RIL yang
sangat-sangat minim namun yang terjadi tidak lebih
hanyalah pengambil-alihan kemerdekaan mahasiswa sebagai
peserta didik, bisa dilihat dimana dalam satu hari saja
seorang mahasiswa harus menyelesaikan banyak tugas
kuliahnya. Waktu perkuliahan yang sangat sempit dengan
banyak liburnya membuat kampus memakai satu kebijakan
dengan menitik-beratkan materi diluar perkuliahan,
memakai bungkus tugas kuliah atau praktikum-praktikum
matrikulasi dibawah ancaman nilai mahasiswa harus aktif
untuk lebih banyak mencari sendiri. Baguskah? Mungkin
disatu sisi iya, namun disisi lain ini tidaklah lebih
merupakan satu bentuk penindasan, mahasiswa harus dipacu
dengan deadline yang telah ditentukan, robot-robot yang tak
akan bisa berpikir selain dari pada apa yang telah
diprogramkan.
Kondisi HMI yang semakin termarjinalkan dari dunia
mahasiswa dengan segala stigma negatifnya dan
mendominasinya organisasi mahasiswa lain di kampus dengan
segala persaingan politiknya membuat kami harus bekerja
keras dalam mengembalikan eksistensi HMI untuk terus
melakukan kaderisasi di IAIN Raden Intan khusunya
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Kawan-kawan seperjuangan...
Realitas ini jelas sangat kontra produktif
ketika kita turun dari atas menara gading IAIN Raden
Intan, kondisi kebangsaan yang masih mengalami katanya
konsolidasi demokrasi, menuntut peran mahasiswa untuk
dapat menjadi katalisator era transisi ini. Peran
sebagai watchdog semua proses demokratisasi skala nasional
umumnya dan skala lokal khususnya, karena roda otonomi
yang masih berjalan tertatih-tatih dan terseret-seret
kepentingan segelintir anak bangsat yang tidak
bertanggung jawab harus dikontrol, harus dilawan. Belum
lagi prosesi ritual lima tahunan dengan jargon pesta
rakyat yang hanya akan berbuntut pada pembodohan terhadap
massa-rakyat juga harus diimbangi dengan proses-proses
pemberdayaan, lalu siapakah yang tepat “bebas
kepentingan” untuk melakukan itu semua selain dari
mahasiswa, jawabnya pasti dan tidak boleh ditawar lagi,
ya mahasiswa.
Lalu produktifkah kemudian apa yang sering kita
sebut dengan agent of social movement, agent of social change, nation
moral force dengan education building di pabrik IAIN Raden Intan
yang mematikan aktifitas mahasiswa diluar akademik?, yang
mengkebiri gerak para aktifis?, yang menghajar habis-
habisan organisasi kemahasiswaan?. HMI sebagai organisasi
mahasiswa yang salah satu ikatan jiwanya pada ke-
Indonesiaan jelas tidak boleh membiarkan ini semua.
IV. REALISASI PROGRAM KERJA
Pada realisasi program kerja ini saya hanya
akan menyampaikan gambaran umum apa yang telah dilakukan
pengurus komisariat dengan batasan rel amanat RAK ke XIV,
dimana nanti secara detail akan disampaikan teman-teman
dibidang berkaitan dengan tujuan, target dan hasil yang
telah diperoleh. Dengan berbekal hasil evaluasi RAK ke
XIV kami sadar bahwa masa awal terbentuknya kepengurusan
adalah masa konsolidasi organisasi maka untuk dapat
menumbuh-kembangkan soliditas dan kebersamaan kami
mencoba melanjutkan HMI Komisariat Dakwah IAIN RIL dengan
bangunan kekeluargaan memakai pendekataan kultural atau
bangunan-bangunan informal-struktural merujuk pada
kebijakan umum diatas.
Saudaraku semua yang sangat kucintai dan aku banggakan...
Dengan senantiasa mengharap ridho Ilahi
rabbi, Bidang Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan
Anggota (PPPA) setelah melakukan basic training beserta
dengan follow up-nya, kemudian memfokuskan kegiatan pada
ranah ideologisasi atau internalisasi nilai, dimana
wacana Nilai Dasar Perjuangan cukup massif ditingkatan
kader walaupun pada tataran sikap dan laku masih harus
dipompa terus. Menumbuhkan kultur yang islami di
komisariatpun sempat berjalan intens namun karena
terbentur dengan libur dan agenda eksternal, upaya ini
menjadi surut kembali. yang bisa dibilang menggembirakaan
adalah mulai terbentuknya embrio limited group dan focus group
discussion yang merupakan ruh dari organisasi yang dibentuk
ayahnda Lafran Pane dkk ini. Selain itu P3A bisa
melahirkan lingkar study mahasiswa di kampus dalam hal
ini USKI sampai pada terbentuknya UKM_F Pensil, lumayan
dapat menyemangati teman-teman kader untuk berdiskusi,
membaca dan menguji hasil bacaannya. Lokakarya perkaderan
dalam hal ini TOT Komisariat terpaksa menjadi program
yang ditunda karena beberapa kendala yang ada baik
persoalan waktu, kinerja dan kesiapan, penundaan ini
sudah kita bicarakan ditingkatan presidium yang dahulu
diamanati RAK Ke-XIV dimana harapannya hasil dari TOT
tersebut bisa menjadi pedoman kepengurusan dan
diterapkan.
Sebagai bentuk konsistensi perjuangan dan
mencoba menterjemahkan apa yang dimaksud dengan new social
movement, Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan
Kepemudaan (PTKP) mengambil Lembaga Intra Kampus dengan
membawa platform perubahan kampus melalui cara menata
lembaga intra guna membangun konsolidasi kekuatan
mahasiswa, dengan rahmat Allah dapat mengantarkan
terbentuknya organisasi-organisasi intra dalam hal ini
UKM-F, UKM-f Rumah Da’I, UKM-F Pensil dan UKM-F
Permadani. Ditataran UKM Institut pula tidak lepas dari
perhatian kami banyak kader terbaik yang telah menempati
posisi strategis di UKM- Institut. Salah satu prestasi
terbaik pula yang masih segar diingatan kita bersama
memecahkan rekor Komisariat Dakwah dalam menempati posisi
strategis di kepengurusan Cabang Bandar Lampung. Selain
itu pula menangnya kader yang diutus dalam suksesi SEMA_I
dengan suara terunggul di tataran Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
Saudaraku sepehimpun secita...
Bidang Kekaryaan tidak kalah untuk berupaya
menjawab members need dan members interest, bahwa kebutuhan
akademik dari kader harus kemudian difasilitasi
pemenuhannya, maka dua semester kemarin pekan akademik
diadakan bidang kekaryaan dalam mengadakan bimbingan
Matrikulasi dan bahasa arab-inggris walaupun tidak begitu
bisa maksimal, selain itu dengan dihadirkanya wadah wadah
di fakultas yang dapat memfasilitasi kebutuhan kader
dalam mentransformasikan bakat dan karyanya diantaranya
Rumah Da’I, Pensil dan Permadani. Pengadaan Kalender dan
PDH HMI Komisariat Dakwah Pula turut menciptakan warna
pada bidang kekaryaan.
Bidang Peranan Perempuan, yang baru berusaha bangkit
dari tidur pulasnya selama beberapa periode tampaknya
memang harus bersabar, namun dengan apa yang teman-teman
HMI Wati lakukan, harus kita acungi jempol karena teman-
teman HMI Wati telah mampu membawa amanat RAK XIV untuk
menjadikan Bidang Keperempuanan sebagai supporting
system dalam keseharian organisasi, teman-teman HMI Wati
sudah memulai kajian-kajian keperempuanan setiap hari
Jum’at guna membebaskan belenggu yang dikonstruk oleh
masyarakat kita bahwa perempuan nomor sekian namun sangat
disayangkan kajian ini sempat terputus karena Ketua
Bidang dan Wasekum Keperempuanan yang sibuk dan perannya
di bidang. Masa reses ini membawa ekses kendurnya
semangat teman-teman HMI Wati, pendistribusian HMI wati
dalam kepengurusan KOHATI di cabang Bandar Lampung turut
memupuk semangat kajian yang berjalan lagi tiap hari
Kamis sore walaupun mungkin hanya di internal yang memang
tujuannya adalah penguatan wacana dan pembentukan
mentalitas selain membangun solidaritas HMI Wati.
Semangat pembentukan KOHATI Komisariat terundur
dikarenakan mandeknya Latihan Khusus Kohati (LKK) yang
belum juga dilaksanakan oleh Kohati Cabang Bandar
Lampung.
Tampaknya kedepan memang diperlukan pelatihan-
pelatihan enterpreunershipdan prakteknya pada pembentukan
usaha usaha kecil dalam menunjang keuangan Komisariat
karena Bidang Keuangan seolah hanya terlihat sebagai
pelengkap organisasi, katakanlah acara bazar yang
diadakan sebagai upaya mencari pemasukan komisariat
sempat membuat kita keteteran namun saya sangat bangga
degan solidaritas kawan-kawan yang terus berupaya untuk
menjaga HMI Komisariat Dakwah dan ber-tertib organisasi
dengan membayarkan uang iuran anggota sebagai kewajiban.
Dalam hal ini tugas pembukuan tentu tidak perlu kita
pertanyakan lagi.
Selain itu Bidang Hubungan Alumni dan Pemberdayaan
Umat (HAPU) yang merupakan bidang baru pada HMI
Komisariat Dakwah IAIN RIL turut memunculkan kinerjanya.
Ngaji Malam Jum’at (AJIMAT) yang diadakan setiap Kamis
malam, turut memberikan nafas dan suasana islami
komisariat, meskipun diakhir kepengurusanya semakin
mengendur. Reuni dan Silaturahmi antar alumni pun harus
lebih ditingkatkan kembali mengingat penguatan Komisariat
dan jalinan silaturahmi tetap terjaga.
V. EVALUASI DAN PROYEKSI
a. Evaluasi
Kami sadar perjalanan kami membawa HMI Komisaariat
Dakwah Priode 2013-2014 M/1435-1436 H tidak bisa langsung
pada perubahan besar dengan hasil yang memuaskan, namun
kami yakin usaha yang telah pengurus lakukan selama satu
periode ini insya Allah pasti membawa sesuatu yang berarti
dengan catatan kita intens dan konsisten dalam
melakukannya. Untuk itu agar HMI Komisariat Dakwah tidak
mengalami siklus lingkaran masa yang terus berputar
mengelilingi dirinya sendiri, maka perlu kiranya kita
mengevaluasi diri, kenapa kita, karena akan susah dan
berat sekali tatkala kami harus mengevaluasi hasil kerja
yang kami lakukan, paling tidak ada beberapa hal yang
mungkin bisa kita kritisi bersama terkait dengan susahnya
untuk merealisasikan agenda yang telah diprogramkan.
Beberapa hal itu antara lain;
Pertama, adalah Garis Besar Program Kerja yang
terlalu umum untuk diterjemahkan serta belum tertatanya
dengan baik sistem perkaderan komisariat sehingga periode
sekarangpun mengalami keterputusan visi dengan periode
sebelumnya (unsuistanable process). Kedua, problem komunikasi,
karena pondasi apapun bentuknya dalam sebuah organisasi
komunikasi menjadi yang utama. Dimana dalam kepengurusan
hari ini bangunan komunikasi sangat-sangat rapuh sehingga
terkadang bahkan sering terjadi misunderstanding dan kesan
“tidak pernah ketemu” baik antara sesama pengurus (baca :
presidium), pengurus dengan anggota, pengurus dengan post
struktur sampai pada pengurus dengan alumni yang bermuara
kepada hancurnya bangunan kepercayaan dan
keterbukaan. Ketiga, problem kedirian pengurus yang belum
selesai sehingga berakibat pada susahnya memetakan suatu
permasalahan, mana pribadi mana organisasi. Ke-empat, etos
perjuangan yang lemah dan belum begitu pahamnya pengurus
terhadap substansi perjuangan, ini membawa ekses
konsekuensi suatu perjuangan yang berupa pengorbanan
masih dirasa berat dan adanya rasa pamrih atau harapan
untuk mendapatkan reward atas usaha yang telah
dilakukan. Kelima, dilengkapi dengan “kurang-nangkapnya”
bidang dalam menurunkan kebijakan umum. Ke-enam,
diperparah dengan manajemen organisasi yang lemah dan
pemahaman keorganisasian yang minim hingga pembagian
wilayah gerak saja sering terjadi tumpang-tindih.
b. Proyeksi
Kawan-kawan yang berdarah Ijo-Itam...
Setelah meng-evaluasi maka perlu kiranya kita
membuat langkah kedepan yang harus lebih baik dari hari
ini dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, untuk
itu ada beberapa proyeksi yang mungkin bisa menjadi
pertimbangan kedepan, antara lain;
Pertama, Mengupayakan terciptanya Association
Building dan Carachter Building dengan menelusuri sejarah HMI
Komisariat Dakwah, konsolidasi semua kekuatan dalam satu
sistem perkaderan, membentuk format perkaderan baru yang
men-zaman dengan kesadaran konteks yang mungkin bisa kita
lakukan dalam Lokakarya Perkaderan.
Kedua, Membangun Kembali Peradaban HMI, bahwa HMI
Komisariat Dakwah periode ini merupakan era transisi
komisariat yang hanya mampu mengantarkan pada terjadinya
perubahan paradigma maka perlu kiranya pelanjutan tongkat
estafet kepengurusan ini sebagai upaya mewujudkan
perkaderan yang berkelanjutan. Dengan usaha kepengurusan
periode ini untuk kembali ber-HMI maka kedepan perkuat
HMI Komisariat Dakwah dengan kelebihan yang hanya
dimiliki HMI yaitu Perkaderan, Independensi dan kultur
keintelektualan.
Ketiga, Standarisasi Kader perlu dilakukan dengan
kurikulum perkaderan yang berbasis pada tiga kesadaran
yakni; Ideologi, Organisasi, dan Kompetensi.
Ke-empat, Konsistensi Normative Supreme yang tercermin
dalam prilaku kesehariaan organisasi dimana dalam semua
aktifitas keorganisasian baik dalam aktifitas pribadi,
kelompok maupun lembaga harus tetap berpegang pada
Konstitusi beserta turunannya serta pedoman-pedoman yang
dimiliki HMI.
Kelima, upaya untuk menjawab members need dan members
interest harus sejalan dengan association need dan association
interest yang telah tercantum dalam sacred misssion HMI yaitu
terbinanya insan akademis, pencipta dan pengabdi yang
bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terciptanya
masyarakat Adil dan Makmur yang diridhoi Allah Subhanahu
Wata’ala yang tercermin dalam 17 poin kualitas Insan Cita.
VI. PENUTUP
Demikian laporan umum pertanggungjawaban ini
saya sampaikan dalam forum Rapat Anggota Komisariat ke XV
dengan harapan bisa menjadi ajang evaluasi dan proyeksi
untuk HMI Cabang Bandar Lampung Komisaariat Dakwah IAIN
Raden Intan kedepan. Kami sadar tak ada barang yang
sekali jadi dan tak ada pula barang yang tak jadi sama
sekali, lagi-lagi kita hidup dan kita berhimpun tidak
hanya untuk disyukuri, terima kasih saya kepada semua
saudara saya yang telah mau berbagi kesedihan dan
kesenangan selama membawa amanah ini dan permohonan maaf
saya jikalau khilaf dalam membawa amanah suci ini,
akhirnya tatkala pilihan telah ditetapkan, konsekuensi
adalah keharusan, dan tidak lupa semoga apa yang kita