LPJ KETUA UMUM HMI CABANG BANDAR LAMPUNG

23
LPJ KETUA UMUM HMI CABANG BANDAR LAMPUNG KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG PERIODE 1435-1436 H./2013-2014 M. Berhimpun tidak hanya untuk disyukuri, melainkan harus diperjuangkan. HMI atau Mati..! Demi waktu matahari sepenggalan naik, dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu, dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan. ... (QS. 93:1-4) Bismillahirrahmanirrahim Assalamu'alaikum Wr.Wb. Salam jumpa muka, jiwa dan fikiran. I. PENDAHULUAN Pertama Puja dan puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang mana sampai detik ini masih memberi kita Ingatan hingga tempat kita pada salah dan lupa tidaklah absolut, Tuhan yang masih memberikan kasih sayang-Nya berupa Kesehatan dan Kesempatan hingga kita bisa berkumpul dalam forum Rapat Anggota Komisariat

Transcript of LPJ KETUA UMUM HMI CABANG BANDAR LAMPUNG

LPJ KETUA UMUM HMI CABANG BANDAR LAMPUNG

KOMISARIAT DAKWAH IAIN RADEN INTAN LAMPUNG

PERIODE 1435-1436 H./2013-2014 M.

Berhimpun tidak hanya untuk disyukuri, 

melainkan harus diperjuangkan.

HMI atau Mati..!

Demi waktu matahari sepenggalan naik, dan demi malam apabila telah

sunyi,

Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu,

dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan. ...

(QS. 93:1-4)

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Salam jumpa muka, jiwa dan fikiran.

I. PENDAHULUAN

Pertama Puja dan puji syukur kita panjatkan ke

hadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang mana sampai detik

ini masih memberi kita Ingatan hingga tempat kita pada

salah dan lupa tidaklah absolut, Tuhan yang masih memberikan

kasih sayang-Nya berupa Kesehatan dan Kesempatan hingga

kita bisa berkumpul dalam forum Rapat Anggota Komisariat

yang mulia ini tanpa kurang sesuatu apapun, Tuhan yang

menciptakan kita dari tidak ada menjadi ada, nyata ada

dan bereksistensi sebagai wakil-Nya dimuka bumi, Tuhan

yang memberi kita Akal yang begitu bebas sebebas-bebasnya

hingga kadang kita bisa berpikir melampaui batas

kemanusiaan kita, Tuhan kaum mustadzafin sepanjang zaman,

Tuhan yang mengutus Muhammad, sang Revolusioner Sejati,

sang Agent of Social Change yang memiliki Kemerdekaan,

Kesadaran dan Kemampuan yang mana dengan ketauladanan dan

jalan yang beliau bawa kita tidak termasuk ke dalam

Himpunan Domba-domba tersesat ataupun Islam berbulu domba

semoga rahmat Allah selalu terlimpah pada beliau,

keluarga serta sahabat. Dan semoga kita semua dapat

melanjutkan Perjuangan beliau. Amien.

Satu priode sudah berlalu sejak Rapat Anggota

Komisariat XIV yang diadakan di Komisariat Dakwah ini,

artinya amanat yang telah dititipkan oleh forum ini

saatnya untuk di pertanggung-jawabkan, saatnya untuk kami

selaku pengurus melaporkan sejauh mana HMI Cabang Bandar

Lampung Komisariat Dakwah IAIN Raden Intan Lampung (RIL)

telah berjalan dalam rangka mewujudkan Sacred Mission HMI.

Kelebihan dan kekurangan jelas mewarnai perjalanan satu

periode kepengurusan HMI Komisariat Dakwah IAIN RIL

priode 2013-2014 M/1435-1436 H. yang memang merupakan

konsekuensi kita sebagai manusia, tapi yang jelas amanat

suci merupakan cambuk yang tak henti-hentinya memicu

semangat kami untuk menjalankan roda organisasi pada rel

yang telah digariskan oleh founding fathers HMI.

Presidium Sidang dan Peserta RAK yang saya hormati…

Sebagaimana kita ketahui bersama RAK adalah wadah

yang sangat vital dalam tubuh Himpunan tingkat Komisariat

karena memang disinilah akan dilahirkan keputusan-

keputusan strategis proyeksi kedepan komisariat. Mau

diapakan? Mau dikemanakan? Dan mau dibawa kemana Himpunan ini?

yang sudah barang tentu akan kita mulai dengan menguliti

kondisi satu periode perjalanan kemarin, bacaan dari

berbagai permasalahan yang menghambat lajunya gerak

komisariat guna merumuskan formula-formula baru

perkaderan. Untuk itu dibutuhkan pikiran-pikiran yang

cerdas, radikal, kritis, inklusif dan konstruktif serta dialektika-komunikatif

dari seluruh Kader HMI yang wajib bersandarkan pada etik

persaudaraan dan kearifan kita semua untuk memahami bahwa

RAK bukanlah sekedar forum prosedural formal yang harus

dilewati pengurus komisariat setiap periodenya untuk

bertanggung jawab atas amanat yang telah diberikan dalam

lembar-lembar Laporan Pertanggung-Jawaban (LPJ), apalagi

hanya sekedar dijadikan tempat untuk melegitimasi

kepemimpinan berikutnya. Karena yang pasti Lubang-lubang

hari ini masih akan ada besok pagi kalau kita tidak menutupnya apalagi

terperosok karena tidak mengetahuinya.

Adapun laporan yang akan saya sampaikan pada

kesempatan kali ini merupakan gambaran umum kinerja

kepengurusan selama satu periode proses HMI Komisariat

Dakwah IAIN RIL priode 2013-2014 M/1435-1436 H., dimana

rincian uraian akan disampaikan oleh Bidang dan

Departemen. Untuk memudahkan kita meng-Evaluasi serta

menganalisa secara detail maka laporan ini kami susun

dengan sistematika sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

II. KEBIJAKAN UMUM

III. KONDISI OBJEKTIF

IV. REALISASI PROGRAM KERJA

V. EVALUASI DAN PROYEKSI

VI. PENUTUP

II. KEBIJAKAN UMUM

Kawan-kawan seperjuangan dan satu tujuan...

Tanpa melupakan continuum ruang dan waktu yang tak

pernah terputus dan masa depan ada ditangan kita,

pengurus HMI Komisariat Dakwah IAIN RIL priode 2013-2014

M/1435-1436 H. secara umum kemudian menetapkan beberapa

kebijakan sebagai derivasi dari amanah RAK XIV sebagai

salah satu landasan dari program-program yang nantinya

akan dirumuskan dalam Rapat Kerja yang kami bagi dalam

dua tahap, semester ganjil dan semester genap.

A. Kebijakan Umum Semester Ganjil

 Pada masa diawal terbentuknya kepengurusan, kami

mencoba membaca secara kritis sejarah HMI hari ini apakah

merupakan bentukan dari perjalanan HMI sebelumnya dengan

harapan dapat membuat satu proyeksi yang tidak menafikan

konteks kekinian. Tiga kalimat kemudian menjadi inspirasi

yakni, one cannot escape history, never leave history dan talk with

history bukan lalu kita ingin berkutat dalam historical

romance kejayaan HMI dimasa lalu ataupun

menjadikannya historical burden namun hanya usaha kecil untuk

tidak mengalami historical amnest, karena mau tidak mau

sejarah merupakan samen bundeling kekuatan yang ada dalam

satu sistem perkaderan, sejarah pula yang akan

mengingatkan kitadan menjawab arah dan tujuan kenapa kita

mesti berhimpun!

Kawan-kawan yang kuyakin takkan lelah untuk berteriak lawan…

Maka dalam Raker I bertempat di Komisariat Dakwah

Tercinta ini dengan bungkus mencoba “Komisariat Dakwah;

Kembali ke Khittah, Kembali ber-HMI!” kami tetapkan beberapa

kebijakan umum tersebut sebagai berikut;

Pertama, Menyegarkan kembali Platform dan Tata

Organisasi HMI

Bahwa banyak pandangan tentang HMI par exelenct sangat

mengenaskan dan titik nol perkaderan ada di komisariat

maka perlu kiranya kita membantah dengan berkata “kita tidak

seperti yang kalian pikirkan!” yang tentunya menuntut satu

konsekuensi pembuktian bahwa HMI Komisariat Dakwah masih

setia pada nilai-nilai ke-HMI-an, HMI Komisariat Dakwah

masih tetap memperjuangkan nilai-nilai ke-HMI-an!

Akhirnya dalam aktifitas ke-organisasian perlu kiranya

kita menyegarkan semua lini kekuatan yang hampir-hampir

menjadi barang antik.

Kedua, Mempertegas Jenjang Perkaderan

Akan muspro perjuangan sosial

tatkala personality problem belum lagi selesai, jangan dahulu

berbicara eksternal ketika internal masih corat

marut, inilah yang menjadi cambuk pertimbangan dalam

menetapkan kebijakan ini, disisi lain kami memandang HMI

adalah organisasi yang sangat ketat, misalnya dalam

merumuskan mission saja terlihat ketatnya jenjang yang ada

dimulai dari terbinanya yang merupakan satu proses

sistematis terarah yang haram jika dibiarkan berjalan apa

adanya, insan akademis yaitu proses awal kader yang harus

memenuhi basic need-nya sebagai seorang mahasiswa, insan

pencipta, bahwa proses peningkatan kualitas itu adalah

keharusan sebelum kemudian melakukan aktualisasi

diri, insan pengabdi yang tentunya harus tetap seirama

dengan nafas Islam, serta konsisten dalam

perjuangan, bertanggung jawab demi terwujudnya masyarakat cita.

Artinya ada tahapan yang mesti dilalui kader dalam

berproses dimana didalamnya akan include kontinuitas,

sinergisitas, inkrementalitas, serta perubahan

paradigmatik, jenjang dimana harus terdapat perubahan

mulai dari Pra LK - LK - Pasca LK - Struktur  dan Post

Struktur yang semuanya terarah dalam satu proses

rekayasa. Jenjang pun harus sampai pada tataran taktis

aktifitas organisasi seperti diskusi mulai dari penguatan

tauhid personal menuju tauhid social, penguatan pisau

analisis sebelum melakukan aksi dll.

Ketiga, Mengkondisikan Komisariat sebagai tempat

mendapatkan Ilmu.

Dalam hal ini tiap bidang harus mengupayakan kembalinya

kultur Religius, Akademik, Intelektual, bahwa jargon yang

dulu pernah ada bahwa "Komisariat adalah Almamater kedua"

atau "Rumah Kedua" bisa benar-benar terwujud dalam

kehidupan organisasi.

Keempat, Cell System adalah kekuatan perkaderan HMI.

Kedekatan emosional, psikologis, rasa persaudaraan, rasa

seperjuangan ini harus terus dipupuk dan dikembangkan.

Pemetaan yang gagal terhadap potensi dan minat kader pada

pengurusan periode lalu diharapkan tidak dibiarkan lewat

begitu saja.

B. Kebijakan Umum Semester Genap      

Bukan dua hal yang berbeda kemudian dengan kebijakan

umum semester ganjil, kebijakan umum jilid dua ini

merupakan hasil evaluasi mendalam yang kami lakukan

selama perjalanan satu semester HMI Komisariat Dakwah dan

kelanjutan dari kebijakan umum pertama, disini kami

melihat bangunan kesadaran yang harus dimiliki seorang

kader Himpunan haruslah berbasis ideologi, organisasi dan

kompetensi, dimana dalam satu semester kami mencoba

menjalankan proses perkaderan dengan pola interaksi yang

sifatnya kultural dan informal, yang mana memang titik

tekan perkaderan dalam satu semester pertama adalah

ideologisasi atau internalisasi nilai-nilai ke-HMI-an.

Presidium sidang dan peserta RAK yang masih semangat...

Karena memang rangkaian masa dalam periode ini

hampir berakhir, kurang lebih dua bulan maka pada

semester genap ini perkaderan hanya akan memfokuskan pada

wilayah Penegakan Superioritas Lembaga

Ada dua pertimbangan yang sifatnya sangat prinsipil

berkaitan dengan kebijakan ini pertama, adalah Pola

Jenjang Perkaderan yang kita jalani dimana proses

perkaderan tanpa adanya rekayasa yang terarah, oleh

karenanya sangat dibutuhkan kesadaran yang berbasis

organisasi. Kedua, Kultur yang membentuk Struktur, maksudnya

tiap periode hanya akan mengalami siklus sama peniruan

dan pengulangan kinerja, dimana ini akan melahirkan

meminjam istilahnya Paulo Freire kesadaran naif kader bukan

kesadaran kritis, bukan cara berpikir yang mampu

mendeteksi fenomena-fenomena tersembunyi atau melampaui

asumsi-asumsi yang berdasarkan miminjam istilahnya Antonio

Gramsci “Common sense”. Jadi kesadaran anggota tidak boleh

dibiarkan berkembang menurut irama proses mereka sendiri

untuk mencari karena perkaderan dalam hal ini adalah

pembinaan itu berdasarkan metodologi yang didalamnya

tentu saja include Experience dan Experimentation. Sedang keduanya

hanya dapat dikembangkan dan dipahami sepenuhnya oleh

Kader artinya mereka yang telah melewatinya. How to

think secara kritis bukan what to think. peran struktur jadi

sangat menentukan.

III. KONDISI OBYEKTIF

a. Kondisi Internal

             Pertama, ada dua hal entah bisa disebut sebagai

orientasi kader atau tidak yang cukup mengganggu jalannya proses

perkaderan ketika dipisahkan dalam tubuh Himpunan

Mahasiswa Islam, pertama, orientasi struktural kader yang

sifatnya sangat politik praktis dan kedua adalah kader

yang wacana ansich. ini hamper kalau tidak boleh dibilang pasti ada

dan terjadi diseluruh lini himpunan baik tingkat Pengurus

Besar (PB) sampai tingkat Komisariat, Sejak didirikanya 5

februari 1947 yang lalu, dibawah semangat keislaman dan

keindonesiaan. Dan disadari atau tidak gejala degradasi

dalam tubuh HMI kini mulai terasa, Ibarat dua sisi mata

uang yang memang tidak pernah ketemu wajib diakui, namun

keduanya harus disadari merupakan satu-kesatuan utuh yang

tak terpisahkan dalam sebuah uang, jelas karena satu saja

tertinggal atau dihilangkan maka tidaklah pantas dan bisa

kemudian bentuk itu disebut uang, maka dua orientasi ini

harus dipandang sebagai kekuatan yang dimiliki HMI dan

harus saling bahu-membahu guna memperjuangkan misi suci

Himpunan dan mengharap tetes ridho Ilahi. Demikian juga

yang terjadi kemudian dalam organ HMI Komisariat Dakwah,

kepengurusan HMI Komisaariat Dakwah Priode 2013-2014

M/1435-1436 H ini, mencapai titik jenuh dan menurunya

motivasi kader dimana sebagian presidium dan kader

mengambil posisi “aman” untuk tidak berproses.

Teman-teman yang senantiasa menari dalam satu irama Pembebasan...

Kedua, perubahan strategi perjuangan HMI Komisariat

Dakwah satu periode kemarin yang mencoba back to

campus, dengan mengejawantahkannya dalam dunia lembaga

intra menjadi shock terapi tersendiri bagi kepengurusan

komisariat, karena keterputusan generasi intra yang

membuat bangunan lembaga intra harus dimulai dari nol

lagi, memang tidak terjadi disharmonisasi lembaga namun

dalam hal teknis aplikatif kegiatan masih cukup terganggu

(baca : benturan agenda).

Ketiga, gagalnya HMI sebagai sebuah organisasi dalam

mencetak organisatoris masih mempunyai ekses besar dalam

menjalankan program kerja, sehingga bahaya laten seperti

Konsistensi, Presidium adalah Komisariat, job

description yang tumpang tindih, Kolektif Kolegial salah

kaprah yakni terkonsentrasinya bidang pada satu agenda

masih saja melekat, walaupun sebenarnya HMI sudah

memiliki pedoman perkaderan dan pedoman kepengurusan yang

sangat matang.

b. Kondisi Eksternal

 Semakin mininya kalender akademik yang diterapkan

IAIN Raden Intan Lampung dengan menggunakan sistem SKSnya

memaksa mahasiswa untuk berkonsentrasi penuh pada wilayah

akademik, walaupun mungkin harapannya mencoba untuk

mewujudkan kultur akademis dilingkungan IAIN RIL yang

sangat-sangat minim namun yang terjadi tidak lebih

hanyalah pengambil-alihan kemerdekaan mahasiswa sebagai

peserta didik, bisa dilihat dimana dalam satu hari saja

seorang mahasiswa harus menyelesaikan banyak tugas

kuliahnya. Waktu perkuliahan yang sangat sempit dengan

banyak liburnya membuat kampus memakai satu kebijakan

dengan menitik-beratkan materi diluar perkuliahan,

memakai bungkus tugas kuliah atau praktikum-praktikum

matrikulasi dibawah ancaman nilai mahasiswa harus aktif

untuk lebih banyak mencari sendiri. Baguskah? Mungkin

disatu sisi iya, namun disisi lain ini tidaklah lebih

merupakan satu bentuk penindasan, mahasiswa harus dipacu

dengan deadline yang telah ditentukan, robot-robot yang tak

akan bisa berpikir selain dari pada apa yang telah

diprogramkan.

Kondisi HMI yang semakin termarjinalkan dari dunia

mahasiswa dengan segala stigma negatifnya dan

mendominasinya organisasi mahasiswa lain di kampus dengan

segala persaingan politiknya membuat kami harus bekerja

keras dalam mengembalikan eksistensi HMI untuk terus

melakukan kaderisasi di IAIN Raden Intan khusunya

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Kawan-kawan seperjuangan...

          Realitas ini jelas sangat kontra produktif

ketika kita turun dari atas menara gading IAIN Raden

Intan, kondisi kebangsaan yang masih mengalami katanya

konsolidasi demokrasi, menuntut peran mahasiswa untuk

dapat menjadi katalisator era transisi ini. Peran

sebagai watchdog semua proses demokratisasi skala nasional

umumnya dan skala lokal khususnya, karena roda otonomi

yang masih berjalan tertatih-tatih dan terseret-seret

kepentingan segelintir anak bangsat yang tidak

bertanggung jawab harus dikontrol, harus dilawan. Belum

lagi prosesi ritual lima tahunan dengan jargon pesta

rakyat yang hanya akan berbuntut pada pembodohan terhadap

massa-rakyat juga harus diimbangi dengan proses-proses

pemberdayaan, lalu siapakah yang tepat “bebas

kepentingan” untuk melakukan itu semua selain dari

mahasiswa, jawabnya pasti dan tidak boleh ditawar lagi,

ya mahasiswa.

        Lalu produktifkah kemudian apa yang sering kita

sebut dengan agent of social movement, agent of social change, nation

moral force dengan education building di pabrik IAIN Raden Intan

yang mematikan aktifitas mahasiswa diluar akademik?, yang

mengkebiri gerak para aktifis?, yang menghajar habis-

habisan organisasi kemahasiswaan?. HMI sebagai organisasi

mahasiswa yang salah satu ikatan jiwanya pada ke-

Indonesiaan jelas tidak boleh membiarkan ini semua.

IV. REALISASI PROGRAM KERJA

            Pada realisasi program kerja ini saya hanya

akan menyampaikan gambaran umum apa yang telah dilakukan

pengurus komisariat dengan batasan rel amanat RAK ke XIV,

dimana nanti secara detail akan disampaikan teman-teman

dibidang berkaitan dengan tujuan, target dan hasil yang

telah diperoleh. Dengan berbekal hasil evaluasi RAK ke

XIV kami sadar bahwa masa awal terbentuknya kepengurusan

adalah masa konsolidasi organisasi maka untuk dapat

menumbuh-kembangkan soliditas dan kebersamaan kami

mencoba melanjutkan HMI Komisariat Dakwah IAIN RIL dengan

bangunan kekeluargaan memakai pendekataan kultural atau

bangunan-bangunan informal-struktural merujuk pada

kebijakan umum diatas.

Saudaraku semua yang sangat kucintai dan aku banggakan...

            Dengan senantiasa mengharap ridho Ilahi

rabbi, Bidang Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan

Anggota (PPPA) setelah melakukan basic training beserta

dengan follow up-nya, kemudian memfokuskan kegiatan pada

ranah ideologisasi atau internalisasi nilai, dimana

wacana Nilai Dasar Perjuangan cukup massif ditingkatan

kader walaupun pada tataran sikap dan laku masih harus

dipompa terus. Menumbuhkan kultur yang islami di

komisariatpun sempat berjalan intens namun karena

terbentur dengan libur dan agenda eksternal, upaya ini

menjadi surut kembali. yang bisa dibilang menggembirakaan

adalah mulai terbentuknya embrio limited group dan focus group

discussion yang merupakan ruh dari organisasi yang dibentuk

ayahnda Lafran Pane dkk ini. Selain itu P3A bisa

melahirkan lingkar study mahasiswa di kampus dalam hal

ini USKI sampai pada terbentuknya UKM_F Pensil, lumayan

dapat menyemangati teman-teman kader untuk berdiskusi,

membaca dan menguji hasil bacaannya. Lokakarya perkaderan

dalam hal ini TOT Komisariat terpaksa menjadi program

yang ditunda karena beberapa kendala yang ada baik

persoalan waktu, kinerja dan kesiapan, penundaan ini

sudah kita bicarakan ditingkatan presidium yang dahulu

diamanati RAK Ke-XIV dimana harapannya hasil dari TOT

tersebut bisa menjadi pedoman kepengurusan dan

diterapkan.

            Sebagai bentuk konsistensi perjuangan dan

mencoba menterjemahkan apa yang dimaksud dengan new social

movement, Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan

Kepemudaan (PTKP) mengambil Lembaga Intra Kampus dengan

membawa platform perubahan kampus melalui cara menata

lembaga intra guna membangun konsolidasi kekuatan

mahasiswa, dengan rahmat Allah dapat mengantarkan

terbentuknya organisasi-organisasi intra dalam hal ini

UKM-F, UKM-f Rumah Da’I, UKM-F Pensil dan UKM-F

Permadani. Ditataran UKM Institut pula tidak lepas dari

perhatian kami banyak kader terbaik yang telah menempati

posisi strategis di UKM- Institut. Salah satu prestasi

terbaik pula yang masih segar diingatan kita bersama

memecahkan rekor Komisariat Dakwah dalam menempati posisi

strategis di kepengurusan Cabang Bandar Lampung. Selain

itu pula menangnya kader yang diutus dalam suksesi SEMA_I

dengan suara terunggul di tataran Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi.

Saudaraku sepehimpun secita...

           Bidang Kekaryaan tidak kalah untuk berupaya

menjawab members need dan members interest, bahwa kebutuhan

akademik dari kader harus kemudian difasilitasi

pemenuhannya, maka dua semester kemarin pekan akademik

diadakan bidang kekaryaan dalam mengadakan bimbingan

Matrikulasi dan bahasa arab-inggris walaupun tidak begitu

bisa maksimal, selain itu dengan dihadirkanya wadah wadah

di fakultas yang dapat memfasilitasi kebutuhan kader

dalam mentransformasikan bakat dan karyanya diantaranya

Rumah Da’I, Pensil dan Permadani. Pengadaan Kalender dan

PDH HMI Komisariat Dakwah Pula turut menciptakan warna

pada bidang kekaryaan.

Bidang Peranan Perempuan, yang baru berusaha bangkit

dari tidur pulasnya selama beberapa periode tampaknya

memang harus bersabar, namun dengan apa yang teman-teman

HMI Wati lakukan, harus kita acungi jempol karena teman-

teman HMI Wati telah mampu membawa amanat RAK XIV untuk

menjadikan Bidang Keperempuanan sebagai supporting

system dalam keseharian organisasi, teman-teman HMI Wati

sudah memulai kajian-kajian keperempuanan setiap hari

Jum’at guna membebaskan belenggu yang dikonstruk oleh

masyarakat kita bahwa perempuan nomor sekian namun sangat

disayangkan kajian ini sempat terputus karena Ketua

Bidang dan Wasekum Keperempuanan yang sibuk dan perannya

di bidang. Masa reses ini membawa ekses kendurnya

semangat teman-teman HMI Wati, pendistribusian HMI wati

dalam kepengurusan KOHATI di cabang Bandar Lampung turut

memupuk semangat kajian yang berjalan lagi tiap hari

Kamis sore walaupun mungkin hanya di internal yang memang

tujuannya adalah penguatan wacana dan pembentukan

mentalitas selain membangun solidaritas HMI Wati.

Semangat pembentukan KOHATI Komisariat terundur

dikarenakan mandeknya Latihan Khusus Kohati (LKK) yang

belum juga dilaksanakan oleh Kohati Cabang Bandar

Lampung.

Tampaknya kedepan memang diperlukan pelatihan-

pelatihan enterpreunershipdan prakteknya pada pembentukan

usaha usaha kecil dalam menunjang keuangan Komisariat

karena Bidang Keuangan seolah hanya terlihat sebagai

pelengkap organisasi, katakanlah acara bazar yang

diadakan sebagai upaya mencari pemasukan komisariat

sempat membuat kita keteteran namun saya sangat bangga

degan solidaritas kawan-kawan yang terus berupaya untuk

menjaga HMI Komisariat Dakwah dan ber-tertib organisasi

dengan membayarkan uang iuran anggota sebagai kewajiban.

Dalam hal ini tugas pembukuan tentu tidak perlu kita

pertanyakan lagi.

Selain itu Bidang Hubungan Alumni dan Pemberdayaan

Umat (HAPU) yang merupakan bidang baru pada HMI

Komisariat Dakwah IAIN RIL turut memunculkan kinerjanya.

Ngaji Malam Jum’at (AJIMAT) yang diadakan setiap Kamis

malam, turut memberikan nafas dan suasana islami

komisariat, meskipun diakhir kepengurusanya semakin

mengendur. Reuni dan Silaturahmi antar alumni pun harus

lebih ditingkatkan kembali mengingat penguatan Komisariat

dan jalinan silaturahmi tetap terjaga.

V. EVALUASI DAN PROYEKSI

 a. Evaluasi

 Kami sadar perjalanan kami membawa HMI Komisaariat

Dakwah Priode 2013-2014 M/1435-1436 H tidak bisa langsung

pada perubahan besar dengan hasil yang memuaskan, namun

kami yakin usaha yang telah pengurus lakukan selama satu

periode ini insya Allah pasti membawa sesuatu yang berarti

dengan catatan kita intens dan konsisten dalam

melakukannya. Untuk itu agar HMI Komisariat Dakwah tidak

mengalami siklus lingkaran masa yang terus berputar

mengelilingi dirinya sendiri, maka perlu kiranya kita

mengevaluasi diri, kenapa kita, karena akan susah dan

berat sekali tatkala kami harus mengevaluasi hasil kerja

yang kami lakukan, paling tidak ada beberapa hal yang

mungkin bisa kita kritisi bersama terkait dengan susahnya

untuk merealisasikan agenda yang telah diprogramkan.

Beberapa hal itu antara lain;

            Pertama, adalah Garis Besar Program Kerja yang

terlalu umum untuk diterjemahkan serta belum tertatanya

dengan baik sistem perkaderan komisariat sehingga periode

sekarangpun mengalami keterputusan visi dengan periode

sebelumnya (unsuistanable process). Kedua, problem komunikasi,

karena pondasi apapun bentuknya dalam sebuah organisasi

komunikasi menjadi yang utama. Dimana dalam kepengurusan

hari ini bangunan komunikasi sangat-sangat rapuh sehingga

terkadang bahkan sering terjadi misunderstanding dan kesan

“tidak pernah ketemu” baik antara sesama pengurus (baca :

presidium), pengurus dengan anggota, pengurus dengan post

struktur sampai pada pengurus dengan alumni yang bermuara

kepada hancurnya bangunan kepercayaan dan

keterbukaan. Ketiga, problem kedirian pengurus yang belum

selesai sehingga berakibat pada susahnya memetakan suatu

permasalahan, mana pribadi mana organisasi. Ke-empat, etos

perjuangan yang lemah dan belum begitu pahamnya pengurus

terhadap substansi perjuangan, ini membawa ekses

konsekuensi suatu perjuangan yang berupa pengorbanan

masih dirasa berat dan adanya rasa pamrih atau harapan

untuk mendapatkan reward atas usaha yang telah

dilakukan. Kelima, dilengkapi dengan “kurang-nangkapnya”

bidang dalam menurunkan kebijakan umum.  Ke-enam,

diperparah dengan manajemen organisasi yang lemah dan

pemahaman keorganisasian yang minim hingga pembagian

wilayah gerak saja sering terjadi tumpang-tindih.

b. Proyeksi

 Kawan-kawan yang berdarah Ijo-Itam...     

Setelah meng-evaluasi maka perlu kiranya kita

membuat langkah kedepan yang harus lebih baik dari hari

ini dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, untuk

itu ada beberapa proyeksi yang mungkin bisa menjadi

pertimbangan kedepan, antara lain;

Pertama, Mengupayakan terciptanya Association

Building dan Carachter Building dengan menelusuri sejarah HMI

Komisariat Dakwah, konsolidasi semua kekuatan dalam satu

sistem perkaderan, membentuk format perkaderan baru yang

men-zaman dengan kesadaran konteks yang mungkin bisa kita

lakukan dalam Lokakarya Perkaderan.

Kedua, Membangun Kembali Peradaban HMI, bahwa HMI

Komisariat Dakwah periode ini merupakan era transisi

komisariat yang hanya mampu mengantarkan pada terjadinya

perubahan paradigma maka perlu kiranya pelanjutan tongkat

estafet kepengurusan ini sebagai upaya mewujudkan

perkaderan yang berkelanjutan. Dengan usaha kepengurusan

periode ini untuk kembali ber-HMI maka kedepan perkuat

HMI Komisariat Dakwah dengan kelebihan yang hanya

dimiliki HMI yaitu Perkaderan, Independensi dan kultur

keintelektualan.

Ketiga, Standarisasi Kader perlu dilakukan dengan

kurikulum perkaderan yang berbasis pada tiga kesadaran

yakni; Ideologi, Organisasi, dan Kompetensi.

Ke-empat, Konsistensi Normative Supreme yang tercermin

dalam prilaku kesehariaan organisasi dimana dalam semua

aktifitas keorganisasian baik dalam aktifitas pribadi,

kelompok maupun lembaga harus tetap berpegang pada

Konstitusi beserta turunannya serta pedoman-pedoman yang

dimiliki HMI.

Kelima, upaya untuk menjawab members need dan members

interest harus sejalan dengan association need dan association

interest yang telah tercantum dalam sacred misssion HMI yaitu

terbinanya insan akademis, pencipta dan pengabdi yang

bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terciptanya

masyarakat Adil dan Makmur yang diridhoi Allah Subhanahu

Wata’ala yang tercermin dalam 17 poin kualitas Insan Cita.

VI. PENUTUP

             Demikian laporan umum pertanggungjawaban ini

saya sampaikan dalam forum Rapat Anggota Komisariat ke XV

dengan harapan bisa menjadi ajang evaluasi dan proyeksi

untuk HMI Cabang Bandar Lampung Komisaariat Dakwah IAIN

Raden Intan kedepan. Kami sadar tak ada barang yang

sekali jadi dan tak ada pula barang yang tak jadi sama

sekali, lagi-lagi kita hidup dan kita berhimpun tidak

hanya untuk disyukuri, terima kasih saya kepada semua

saudara saya yang telah mau berbagi kesedihan dan

kesenangan selama membawa amanah ini dan permohonan maaf

saya jikalau khilaf dalam membawa amanah suci ini,

akhirnya tatkala pilihan telah ditetapkan, konsekuensi

adalah keharusan, dan tidak lupa semoga apa yang kita

pikirkan dan hasilkan dalam forum yang mulia ini Allah

Subhanahu Wata’ala berkenan memberi ridho-Nya. Amien

Go a Head HMI, YAKIN USAHA SAMPAI!

Billahittaufiq Wal Hidayah

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.