Peraturan, Standar dan Baku Mutu Pencemaran Udara

17
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen, merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen; 0,93 % Argon; 0,03 % Karbon Dioksida (CO 2 ) dan sisanya terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH 4 ) dan Hidrogen (H 2 ). Udara dikatakan "normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar. Akibat aktivitas perubahan manusia udara seringkali menurun kualitasnya. Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Kemungkinan disuatu tempat dijumpai debu yang bertebaran dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga suatu kota yang terpolusi oleh asap kendaraan bermotor atau angkutan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Melihat betapa pentingnya udara bagi kehidupan di bumi untuk itulah diciptakan sebuah peraturan yang mengatur aktivitas yang dapat mempengaruhi kualitas udara di bumi. Salah satunya

Transcript of Peraturan, Standar dan Baku Mutu Pencemaran Udara

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Udara dimana di dalamnya terkandung sejumlah oksigen,

merupakan komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia

maupun makhluk hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari

gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20 % Oksigen;

0,93 % Argon; 0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya

terdiri dari Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen

(H2). Udara dikatakan "normal" dan dapat mendukung kehidupan

manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas.

Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang

menimbulkan gangguan serta perubahan komposisi tersebut,

maka dikatakan udara sudah tercemar.

Akibat aktivitas perubahan manusia udara seringkali menurun

kualitasnya. Perubahan kualitas ini dapat berupa perubahan

sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimiawi. Perubahan

kimiawi, dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah

satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim

dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang

dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya.

Kemungkinan disuatu tempat dijumpai debu yang bertebaran

dimana-mana dan berbahaya bagi kesehatan. Demikian juga

suatu kota yang terpolusi oleh asap kendaraan bermotor atau

angkutan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Melihat

betapa pentingnya udara bagi kehidupan di bumi untuk itulah

diciptakan sebuah peraturan yang mengatur aktivitas yang

dapat mempengaruhi kualitas udara di bumi. Salah satunya

adalah peraturan dan baku mutu tentang penecemaran udara

yang akan dibahas pada makalah ini.

I.2 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

mata kuliah Pencemaran Udara. Selain itu, makalah ini juga

dapat memberikan sedikit kajian tentang beberapa peraturan

dan baku mutu tentang penecemaran udara.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Daftar Peraturan/ Standar/ Baku Mutu Pencemaran Udara

Dalam mata kuliah pencemaran udara, seorang mahasiswa Teknik

Lingkungan harus bisa mengetahui dan memahami Peraturan/

Standar/ Baku Mutu yang berkaitan dengan Pencemaran udara.

Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini akan dibahas

mengenai daftar Daftar Peraturan Perundang-undangan di

Bidang Lingkungan Hidup tentang Pengendalian

Pencemaran Udara:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara

2. Keputusan MENLH Nomor KEP-13/MENLH/03/1995 tentang

Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

3. Keputusan MENLH Nomor KEP-48/MENLH/11/1996 tentang

Baku Tingkat Kebisingan

4. Keputusan MENLH Nomor KEP-49/MENLH/11/1996 tentang

Baku Tingkat Getaran

5. Keputusan MENLH Nomor KEP-50/MENLH/11/1996 tentang

Baku Tingkat Kebauan

6. Keputusan Kepala Bapedal Nomor KEP-205/BAPEDAL/07/1996

tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara

Sumber Tidak Bergerak

7. Keputusan MENLH Nomor KEP-45/MENLH/10/1997 tentang

Indeks Standar Pencemar Udara

8. Keputusan Kepala Bapedal Nomor KEP-107/BAPEDAL/11/1997

tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta

Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

9. Peraturan MENLH Nomor 05 Tahun 2006 tentang Ambang

Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama

10. Peraturan MENLH Nomor 07 Tahun 2007 tentang Baku

Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap

11. Peraturan MENLH Nomor 17 Tahun 2008 tentang Baku

Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Keramik

12. Peraturan MENLH Nomor 18 Tahun 2008 Baku Mutu

Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Industri Carbon Black

13. Peraturan MENLH Nomor 21 Tahun 2008 tentang Baku

Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal

14. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2009 tentang

Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe

Baru

15. Peraturan MENLH Nomor 07 Tahun 2009 tentang

Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru

16. Peraturan MENLH Nomor 13 Tahun 2009 tentang Baku

Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau

Kegiatan Minyak dan Gas Bumi

17. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah

18. Peraturan MENLH Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Halon

19. Peraturan MENLH Nomor 04 Tahun 2011 tentang

Standar Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi

Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara

20. Peraturan MENLH Nomor 07 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha

dan/atau Kegiatan Industri Rayon

21. Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2012 tentang Baku

Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru

Kategori L3

22. Peraturan MENLH Nomor 12 Tahun 2012 tentang

Pedoman Penghitungan Beban Emisi Kegiatan Industri

Minyak dan Gas Bumi

23. Peraturan MENLH Nomor 23 Tahun 2012 tentang

Perubahan Atas Peraturan MENLH Nomor 10 Tahun 2012

tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Tipe Baru Kategori L3

2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara

Makalah ini akan membahas mngenai Baku mutu udara ambien

yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999

tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah sebagai

berikut:

CATATAN :(*) PM2,5 mulai berlaku tahun 2002Nomor 11 s/d 13 Hanya diberlakukan untuk daerah/kawasanIndustri Kimia Dasar.Contoh : - Industri Petrokimia- Industri Pembuatan Asam Sulfat

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara dapat dijelaskan mengandung

maksud yaitu udara mempunyai arti yang sangat penting di

dalam kehidupan makhluk hidup dan keberadaan benda-benda

lainnya. Sehingga udara merupakan sumber daya alam yang

harus dilindungi untuk hidup dan kehidupan manusia dan

makhluk hidup lainnya. Hal ini berarti bahwa pemanfaatannya

harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan

kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Untuk

mendapatkan udara sesuai dengan tingkat kualitas yang

diinginkan maka pengendalian pencemaran udara menjadi sangat

penting untuk dilakukan.

Pencemaran udara diartikan dengan turunnya kualitas udara

sehingga udara mengalami penurunan mutu dalam penggunaannya

yang akhirnya tidak dapat digunakan lagi sebagaimana

mestinya sesuai dengan fungsinya. Dalam pencemaran udara

selalu terkait dengan sumber yang menghasilkan pencemaran

udara yaitu sumber yang bergerak (umumnya kendaraan

bermotor) dan sumber yang tidak bergerak (umumnya kegiatan

industri) sedangkan pengendaliannya selalu terkait dengan

serangkaian kegiatan pengendalian yang bermuara dari batasan

baku mutu udara. Dengan adanya tolok ukur baku mutu udara

maka akan dapat dilakukan penyusunan dan penetapan kegiatan

pengendalian pencemaran udara. Penjabaran kegiatan

pengendalian pencemaran udara nasional merupakan arahan dan

pedoman yang sangat penting untuk pengendalian pencemaran

udara di daerah. Disamping sumber bergerak dan sumber tidak

bergerak seperti tersebut di atas, terdapat emisi yang

spesifik yang penanganan upaya pengendaliannya masih belum

ada acuan baik di tingkat nasional maupun internasional.

Sumber emisi ini adalah pesawat terbang, kapal laut, kereta

api, dan kendaraan berat spesifik lainnya.

Maka penggunaan sumber-sumber emisi spesifik tersebut di

atas harus tetap mempertimbangkan kaidah-kaidah pengelolaan

lingkungan hidup. Mengacu kepada Undang-undang Pengelolaan

Lingkungan Hidup ditetapkan bahwa sasaran pengelolaan

lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan, keserasian

dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup dengan

memepertimbangkan generasi kini dan yang akan datang serta

terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.

Pengendalian pencemaran udara mengacu kepada sasaran

tersebut sehingga pola kegiatannya terarah dengan tetap

memepertimbangkan hak dan kewajiban serta peran serta

masyarakat.

Selanjutnya ditegaskan pula bahwa hak setiap anggota

masyarakat atas lingkungan hidup yang baik dan sehat yang

diikuti dengan kewajiban untuk memelihara dan melestarikan

fungsi lingkungan hidup. Sehingga setiap orang mempunyai

peran yang jelas di dalam hak dan kewajibannya mengelola

lingkungan hidup. Dalam peraturan pemerintah ini juga diatur

hak dan kewajiban setiap anggota masyarakat serta setiap

pelaku usaha dan/atau kegiatan agar dalam setiap langkah

kegiatannya tetap menjaga dan memelihara kelestarian fungsi

lingkungan hidup.

Pengendalian pencemaran udara mencakup kegiatan-kegiatan

yang berintikan :

a. inventarisasi kualitas udara daerah dengan

mempertimbangkan berbagai kriteria yang ada dalam

pengendalian pencemaran udara;

b. penetapan baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi

yang digunakan sebagai tolok ukur pengendalian

pencemaran udara;

c. penetapan mutu kualitas udara di suatu daerah termasuk

perencanaan pengalokasian kagiatan yang berdampak

mencemari udara;

d. pemantauan mutu kualitas udara baik ambien dan emisi

yang diikuti dengan evaluasi dan analisis;

e. pengawasan terhadap penaatan peraturan pengendalian

pencemaran udara;

f. peran masyarakat dalam kepedulian terhadap

pengendalian pencemaran udara;

g. kebijakan bahan bakar yang diikuti dengan serangkaian

kegiatan terpadu dengan mengacu kepada bahan bakar

bersih dan ramah lingkungan.

h. penetapan kebijakan dasar baik teknis maupun non-

teknis dalam pengendalian pencemaran udara secara

nasional.

2.3 Keputusan MENLH Nomor KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat KebisinganMakalah ini akan membahas mngenai Baku mutu udara ambien

yang termuat dalam Keputusan MENLH Nomor

KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisinganadalah

sebagai berikut:

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1996 metoda

pengukuran, perhitungan dan evaluasi tingkat kebisingan

lingkungan adalah sebagai berikut:

1.Metoda Pengukuran

Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua

cara:

1. Cara Sederhana

Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat

tekanan bunyi dB(A) selama 10 (sepuluh) menit

untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap

5 (lima) detik.

2. Cara Langsung

Dengan sebuah integrating sound level meter yang

mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq

dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan

pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.

Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM)

dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling

tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 - 22.00

dan aktivitas dalam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00

- 06.00.

Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu

dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada

siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu

pengukuran, sebagai contoh:

o L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 -

09.00

o L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 -

11.00

o L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 -

17.00

o L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 -

22.00

o L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 -

24.00

o L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 -

03.00

o L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 -

06.00

Keterangan :

-Leq : Equivalent Continous Noise Level atau Tingkat

Kebisingan Sinambung Setara ialah nilai tingkat

kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah

(fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara

dengan tingkat kebisingan dari kebisingan yang

ajeg (steady) pada selang waktu yang sama.

Satuannya adalah dB(A).

-LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik

-LS = Leq selama siang hari

-LM = Leq selama malam hari

-LSM = Leq selama siang dan malam hari 

2. Metode Perhitungan

(dari contoh)

LS dihitung sebagai berikut:

LS = 10 log 1/16 {T1.100,1 L1 + ... + T4.100,1 L4} dB(A)

LM dihitung sebagai berikut:

LM = 10 log 1/8 {T5.100,1 L5 + ... + T7.100,1 L7} dB(A)

Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui

tingkat kebisingan maka perlu dicari nilai LSM dari

pengukuran lapangan. LSM dihitung dari rumus:

LSM = 10 log 1/24 {16.100,1 LS + 8.100,1 (LM+5)} dB(A)

3. Metode Evaluasi

Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku

tingkat kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi + 3

db(A).

2.4 Peraturan Daerah Kota Padang Panjang Nomor 8 Tahun 2009

Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok

Peraturan Daerah Kota Padang Panjang Nomor 8 Tahun 2009

Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok

ini merupakan salah satu peraturan tentang pencemaran udara

yang ada di dareah di Sumatera Barat dimana peraturan ini

berisikan hal yaitu mengenai Pembangunan kesehatan sebagai

salah satu upaya pembangunan nasional

diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan

untuk hidup

sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan yang

optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

bagi masyarakat tersebut, diselenggarakan berbagai upaya

kesehatan dimana salah satu upaya dimaksud adalah pengamanan

zat adiktif yang diatur dalam Pasal 44 Undang-undang Nomor

23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Rokok merupakan salah satu

zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya

kesehatan bagi individu dan masyarakat, oleh karena dalam

rokok terdapat kurang lebih 4.000 (empat ribu) zat kimia

antara lain nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang

bersifat karsinogenik, yang dapat mengakibatkan berbagai

penyakit antara lain kanker, penyakit jantung, impotensi,

penyakit darah, enfisema, bronkitis kronik, dan gangguan

kehamilan. Dalam rangka peningkatan upaya penanggulangan

bahaya akibat merokok khususnya bagi perokok pasif dan juga

implementasi pelaksanaannya di lapangan lebih efektif,

efisien dan terpadu, diperlukan peraturan perundang-undangan

dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Asap

Rokok dan Kawasan Tertib Rokok, dengan tujuan:

a. melindungi kesehatan masyarakat dari bahaya akibat

merokok;

b. membudayakan hidup sehat;

c. menekan perokok pemula;

d. melindungi kesehatan perokok pasif.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentangPengendalian Pencemaran Udara

Keputusan MENLH Nomor KEP-48/MENLH/11/1996 tentang BakuTingkat Kebisingan

Peraturan Daerah Kota Padang Panjang Nomor 8 Tahun 2009Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok Dan Kawasan Tertib Rokok

MAKALAH PENCEMARAN UDARA

“PERATURAN/ STANDAR/ BAKU MUTU PENCEMARAN UDARA”

OLEH : KELOMPOK II

ANGGOTA : PUTRI AULIA (1310941041)

DILA YURIANTI RAHMAH (1310942003)

DOSEN : VERA SURTIA, PhD

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2015