peran pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi ...

124
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL MELALUI PEMBERDAYAAN SENTRA INDUSTRI MEBEL (Studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya CAROLINE NIM. 135030101111172 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2018

Transcript of peran pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi ...

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAMPENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL MELALUIPEMBERDAYAAN SENTRA INDUSTRI MEBEL

(Studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian SarjanaPada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

CAROLINENIM. 135030101111172

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS ILMU ADMINISTRASIJURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

MALANG2018

i

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkautelah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang

lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”(QS. Al-Insyirah, 6-8)

“Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk

merubah dunia”(Nelson Mandela)

ii

iii

iv

v

RINGKASAN

Caroline, 2018, Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Ekonomi LokalMelalui Pemberdayaan Sentra Industri Mebel (Studi pada Dinas Perindustriandan Perdagangan Kota Pasuruan) Dr. Riyanto, Drs., M.Hum

Dalam era otonomi daerah dan perdagangan bebas yang ada di Indonesia,industri kecil memberikan kontribusi terhadap pembangunan perekonomian negara.Produk industri kecil dan menengah (IKM) mebel di Kota Pasuruan sangat berpotensiuntuk dikelola menjadi produk yang berkualitas ekspor, dan produk industri ini pulamerupakan produk unggulan dari Kota Pasuruan. Namun adanya kendala danpermasalahan yang dihadapi pemerintah dalam peranannya dalam memberdayakanindustri kecil mebel yakni pada pemasaran produk, permodalan, pemerolehan bahanbaku, dan fasilitas yang masih kurang. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untukmenjawab : 1) Bagaimana Peran Dinas Perindustrian, dan Perdagangan dalammeningkatkan pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industrimebel di Kota Pasuruan? Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam perananpemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentraindustri mebel di Kota Pasuruan ini didasarkan pada beberapa landasan teori yangdigunakan adalah Pemerintah Daerah, Pengembangan Ekonomi Lokal,Pemberdayaan, dan Industri Kecil dan Menengah.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif denganpendekatan deskriptif, dengan memfokuskan permasalahan pada Peran DinasPerindustrian, dan Perdagangan dalam meningkatkan pengembangan ekonomi lokalmelalui pemberdayaan sentra industri mebel di Kota Pasuruan. Penelitian inidilakukan secara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Model analisis data yangdipergunakan adalah model analisis data Miles Huberman dan Saldana yang terdiridari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasilpenelitian merujuk pada pelaksanaan pemberdayaan industri kecil menengah sentraindustri mebel tersebut telah dilaksanakan oleh Disperindag dengan baik. Dibuktikandengan adanya perubahan pada peningkatan hasil sektor produktifitas pada tiaptahunnya, karena adanya peranan pemerintah dalam pemberian beberapa fasilitasuntuk industri kecil menengah seperti bantuan permodalan, pemberian pendidikandan pelatihan bagi tenaga kerja industri yang mampu meningkatkan kualitassumberdaya manusia, serta bantuan pemasaran hasil industri kecil. Diharapkandengan adanya program pemberdayaan yang telah dibuat pemerintah mampu lebihmeningkatkan lagi perekonomian yang ada di kawasan sentra industri mebel di KotaPasuruan.

Kata Kunci : Peran, Pemberdayaan, Industri Kecil Menengah

vi

SUMMARY

Caroline, 2018, Role Of The Government Are On The Local Economic DevelopmentThrough The Empowerment Of Furniture Central Industry ( Study On The industryand Commerce Department Of Pasuruan City) : Dr. Riyanto, Drs., M. Hum

In this autonomy era and free commerce in Indonesia, small industry givescontribution on the economic development of the country. The product of smallfurniture industry (IKM) in Pasuruan city qualified to manage become product whichis eksport quality, and this industry product as the main product from Pasuruan city.But there are still many obstacles and problems that has to face of the government ondoing the role to empowerment the furniture small industry on the market product,capitalization, how to get raw material and need more facilities. Therefore, thisresearch goals to answered the questions of : 1) How the role of industry andcommerce department to increase the local development through empowerment offurniture central industry in Pasuruan city?

Related with that role of the goverment on the local economic developmentthrough the furniture central industry in Pasuruan city based on the theory which isused of the area government, local economic government, empowerment andintermediate small industry.

In this research use the qualitative research method with descriptiveapproach by focus on the matter of industry and commerce department role toincrease the local economic development through empowerment of the furniturecentral industry in Pasuruan. This research doing by observation, interviewed, anddocumentation. This data analysis type used of the Miles Huberman and Saldana dataanalisys type which is contain of collecting the data, reductioning data, serving dataand taking the conclusion. The result of this research based on the held ofempowerment on intermediate small industry of furniture small central occurs verywell by Disperindag. That evidence show on the changes of increasing resultproductivity every years, cause role of the government on giving many facilities forintermediate small industry by giving the capitalization, education and training forindustry employment can be increase the quality human resources and find out themarket for small industry product. Hopefully with the empowerment programme hasmade by the government can be increase the economic on furniture central industryarea in Pasuruan city.

Keywords : Role, Empowerment, Intermediate small industry.

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

KU PERSEMBAHKAN KARYAKU KEPADA

BAPAK ANDY KWEE DAN IBU RINI MUJIWATI

SEBAGAI TANDA BAKTI ATAS HARAPAN, PELUH, AIR MATA DAN

DOA YANG SENANTIASA MENGIRINGIKU

TERIMA KASIH

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui

Pemberdayaan Sentra Industri Mebel” (Studi pada Dinas Perindustrian, dan

Perdagangan Kota Pasuruan). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk

memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Publik pada

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Penulis menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan

ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Brawijaya Malang.

2. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D selaku Ketua Jurusan Administrasi

Publik, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

3. Bapak Fadillah Amin, Dr., M.AP., Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi.

4. Bapak Dr. Riyanto, Drs., M.Hum selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

dengan sabar memberikan arahan bagi penulis untuk terus memperbaiki skripsi.

ix

5. Kepada seluruh dosen di Fakultas Ilmu Administrasi yang telah memberikan

ilmu yang sangat berharga sehingga penulis dapat lulus dengan hasil yang

baik.

6. Seluruh staff / pegawai Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya yang

telah membantu krlancaran segala urusan penelitian ini.

5. Orangtua penulis yang tiada henti memberikan semangat, doa, dan dukungan

finansial kepada penulis.

6. Ibu Budiawati selaku kepala bidang Perindustrian Kota Pasuruan yang telah

bersedia meluangkan waktunya bagi penulis.

7. Bapak Firdaus, Mas Yudi, Ibu Indriyani, Bapak M. Wahyudi, dan Bapak

Nanang Abdul Mukti selaku pelaku usaha mebel yang telah bersedia

meluangkan waktunya bagi penulis.

8. Saudaraku tercinta Kevin dan Ricardo yang selalu memberikan motivasi dan

semangat kepada penulis.

9. Rizky Rachma S.AP, Fanny Hadyanti S.AP, dan Ratna Safitri S.AP yang selalu

menemani penelitian dan memberikan saran kepada penulis.

11. Meylina Aulia S.AP, Setia Kurniati S.AP, dan Daning Eka Pratiwi S.AP, dan

Angela Ariska Denys S.AP yang selalu ada dan menjadi sahabat dari maba

sampai sekarang.

12. Untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya yang telah

memberikan bantuan dan dorongan serta berbagi pengalaman pada proses

penyusunan skripsi ini.

x

13. Teman-teman Fakultas Ilmu Administrasi angkatan 2013 yang telah banyak

membantu dan memberikan informasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Demi kesempatan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, Juni 2018

Penulis

xi

DAFTAR ISI

Halaman

MOTTO ....................................................................................................... iLEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ iiiLEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ......................... ivRINGKASAN .............................................................................................. vSUMMARY .................................................................................................. viLEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................... viiKATA PENGANTAR ................................................................................. viiiDAFTAR ISI ................................................................................................ xiDAFTAR TABEL ....................................................................................... xiiiDAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1A. Latar Belakang .......................................................................... 1B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8D. Kontribusi Penelitian ................................................................ 8E. Sistematika Penulisan ............................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12A. Pemerintah Daerah ................................................................... 12

1. Pengertian Pemerintah Daerah ............................................ 122. Peran pemerintah Daerah .................................................... 13

B. Pengembangan Ekonomi Lokal .............................................. 141. Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal .............................. 142. Sasaran dan Tujuan Pengembangan Ekonomi Lokal ........... 19

C. Pemberdayaan .......................................................................... 201. Pengertian Pemberdayaan .................................................... 202. Peran Pemberdayaan ............................................................ 213. Peran Pemerintah Daerah dalam pemberdayaan

Industri Kecil ....................................................................... 244. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan Industri Kecil dan

Menengah ............................................................................. 29D. Industri Kecil dan Menengah ................................................... 31

1. Pengertian Industri ............................................................... 312. Pengertian Industri Kecil ..................................................... 333. Kelebihan dan kelemahan Industri Kecil ............................. 35

xii

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 40A. Jenis Penelitian .......................................................................... 40B. Fokus Penelitain ........................................................................ 41C. Lokasi dan Situs Penelitian ....................................................... 42D. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 43E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 45F. Instrumen Penelitian ................................................................. 46G. Analisis Data ............................................................................. 48

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 50A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 50

1. Sejarah Kota Pasuruan ........................................................ 502. Kondisi Geografis, Luas Wilayah dan Batas Administrasi

Daerah Kota Pasuruan ......................................................... 523. Kondisi Demografis Kota Pasuruan .................................... 554. Gambaran Umum Dinas perindustrian dan Perdagangan

Kota Pasuruan ..................................................................... 57B. Penyajian Data ......................................................................... 67

1. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan EkonomiLokal melalui Pemberdayaan Sentra Industri Mebel .......... 67a. Fasilitasi Permodalan ..................................................... 67b. Dukungan Perolehan Bahan Baku dan Fasilitas

Pendukung dalam Proses Produksi ................................. 71c. Pendidikan dan Pelatihan ............................................... 77d. Pelatihan dalam Pameran Perdagangan untuk

Memperluas Akses Pasar ................................................ 83C. Pembahasan ............................................................................. 87

1. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan EkonomiLokal melalui Pemberdayaan Sentra Industri Mebel .......... 87a. Fasilitasi Permodalan ..................................................... 89b. Dukungan Perolehan Bahan Baku dan Fasilitas

Pendukung dalam Proses Produksi ................................. 92c. Pendidikan dan Pelatihan ............................................... 96d. Pelatihan dalam Pameran Perdagangan untuk

Memperluas Akses Pasar ................................................ 98

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 103A. Kesimpulan .............................................................................. 103B. Saran ........................................................................................ 104

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 107LAMPIRAN ................................................................................................. 110

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Potensi Industri di Kota Pasuruan .............................................. 5

Tabel 2 Jumlah Penduduk di Kota Pasuruan .......................................... 55

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Analisis Data Model Interaktif Miles, Huberman

Dan Saldana 2014 ................................................................. 48

Gambar 2 Peta Wilayah Kota Pasuruan ................................................. 52

Gambar 3 Bagan struktur Organisasi .................................................... 66

Gambar 4 Tampilan Website Toko Perhutani ....................................... 74

Gambar 5 Kegiatan Pemberdayaan masyarakat dalam Pengelolahan

Limbah Kerajinan Mebel ...................................................... 79

Gambar 6 Kegiatan Pengembangan Teknik Ukir ................................. 79

Gambar 7 Kegiatan Fasilitasi Kemitraan Usaha Perdagangan di

Sulawesi Tenggara ............................................................... 84

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Administrasi merupakan hal yang sangat penting dalam rangka melaksanakan

suatu kegiatan, karena tanpa adanya administrasi tujuan yang akan di capai tidak akan

berjalan dengan baik dan terarah. Setiap kebijakan yang di ambil harus

memperhitungkan berbagai permasalahan yang ada di ruang lingkup administrasi.

Kebijakan yang di buat pemerintah sendiri berkaitan pada berbagai macam

permasalahan yang terjadi pada masyarakat umum, sehingga dengan adanya hal

tersebut sebagai masyarakat harus mematuhi berbagai kebijakan atau peraturan yang

telah di buat untuk mengatur jalannya administrasi yang baik pada masyarakat. Selain

itu adanya administrasi pembangunan harus dilaksanakan dengan baik, lancar dan

sesuai dengan prosedur yang ada karena setiap kegiata yang di laksanakan ada

hubungannya dengan administrasi. Dengan demikian pembangunan tersebut dapat

bermanfaat dan berguna bagi masyarakat itu sendiri secara maksimal.

Menurut Suryono (2004: 37) pembangunan berarti upaya terus menerus

dilakukan dengan tujuan menempatkan manusia pada posisi dan peranannnya secara

wajar yakni sebagai subyek dan obyek pembangunan untuk mampu mengembangkan

dan memberdayakan dirinya sehingga mampu keluar dan dapat berhubungan serasi,

selaras, dan dinamis sedangkan mampu menciptakan keseimbangan.

2

Namun dalam pelaksanaan pembangunan tidak semudah yang di harapkan,

karena berbagai macam permasalahan muncul dalam proses pelaksanaan

pembangunan tersebut. Seperti adanya kesenjangan, pengangguran, dan akhirnya

kemiskinan yang menjadi masalah pokok dalam pelaksanaan proses pembangunan.

Berbagai macam permasalahan dalam perlaksanaan pembangunan yang berujung

pada masalah kemiskinan merupakan permasalahan multi sektoral dan menjadi

tanggung jawab semua pihak baik itu dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.

Kemiskinan seharusnya menjadi masalah yang harus di tuntaskan, namun pada

kenyataan nya kemiskinan tidak pernah berhenti menghantui dan selalu menjadi

prioritas utama perkerjaan rumah oleh para pemimpin di negara ini

Pembangunan daerah yang di laksanakan di Indonesia mengacu pada UU No.

23 Tahun 2014 yang terjadi pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan

pemerintahan yakni pada pola sentralisasi ke pola desentralisasi berupa pemberian

otonomi kepada daerah. pelaksanaan dari UU No. 23 Tahun 2014 menganut prinsip:

1) penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek

demokrasi, keadilan, pemerataan pembangunan, pemberdayaan masyarakat serta

potensi dan keanekaragaman daerah; 2) harus lebih meningkatkan kemandirian

daerah; 3)didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab; 4) harus

sesuai dengan konstitusi negara sehingga terjamin hubungan yang serasi antara

pemerintahan pusat dan daerah serta antar daerah.

Daerah era otonomi daerah dan perdagangan bebas, industri kecil menengah

memberikan kontribusi terhadap pembangunan perkenomian negara, sehingga perlu

3

didukung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang kemudian diharapkan mampu

menciptakan kondisi industri kecil menengah yang sehat, kuat serta mandiri. Bukan

dengan kebijakan yang justru menyulitkan dan menghambat kegiatan industri kecil

menengah seperti peraturan dan persyaratan administratif yang rumit. Dalam TAP

MPR Nomor: XIV Tahun 1998 yang telah diamanatkan agar UMKM berperan lebih

besar serta memiliki daya saing yang kuat. Namun, melihat salah satu kebijakan

pemerintah dalam upaya mengembangkan UMKM dan menunjang jaringan

kerjasama antar sesama pelaku usaha adalah program kemitraan. Seperti yang

dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia tahun 2008 usaha kecil

menengah bahwa salah satu kebijakan pemerintah dalam menumbuhkan iklim usaha

bagi usaha kecil menengah yaitu mewujudkan kemitraan.

Banyak negara yang sedang berkembang yang memandang industrialisasi

sebagai salah satu cara yang paling efektif dan mungkin juga paling cepat untuk

meningkatkan taraf hidup rakyatnya. Oleh karena pandangan yang demikian maka

sektor industri sering dijadikan sebagai objek pembangunan di bidang ekonomi yang

sangat penting. Pandangan demikian sering terdapat baik di negara berkembang yang

besar dengan potensi kekayaan alam yang melimpah, maupun di negara kecil karena

tidak memungkinkan pelaksanaan pembangunan di sektor pertanian secara intensif,

mengalihkan perhatiannya pada industrialisasi (Sondang, 2008:131).

Dalam perkembangan pembangunan di Indonesia saat ini baik pemerintah

pusat dan pemerintah daerah saling bekerjasama dengan masyarakat untuk

meningkatkan potensi-potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. yang

4

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat daerah, dengan meningkatkan

potensi daerah masing-masing maka setiap daerah atau wilayah akan memiliki

keahlian dan produktivitas yang berbeda.

Sejalan dengan dinamika dan tujuan pembangunan di Indonesia tersebut Kota

Pasuruan telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ditinjau dari segi trasportasi

darat, saat ini Kota Pasuruan berada pada posisi strategis yaitu posisi silang jalan

arteri primer Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi-Bali dan Malang-Pasuruan-

Banyuwangi-Bali. Kondisi ini merupakan potensi yang sangat menuntungkan bagi

perkembangan kota. Dimana ekonomi kota yang dulunya mendapat dukungan utama

dari sektor pertanian dan perikanan saat ini telah berkembang menjadi sektor

ekonomi yang lain yaitu perdagangan dan jasa serta dengan dukungan industri yang

dominan adalah industri mebel dan logam.

Produk Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kota Pasuruan sangat

berpotensi untuk dikelola menjadi produk yang berkualitas ekspor. Pemerintah Kota

Pasuruan memberikan perhatian yang besar untuk pengembangan IKM, diantaranya

dengan memberikan pelatihan teknologi proses dan manajemen produksi, fasilitasi

kepada pelaku pasar melalui kegiatan promosi, pelayanan teknis melalui UPTD (Unit

Pelaksana Teknis Dinas) Kayu di Kelurahan Bukir dan UPTD Logam di Kelurahan

Ngemplakrejo serta sarana prasarana pemasaran berupa pusat pasar mebel di

Kelurahan Bukir dan Randusari.

5

Tabel 1.1Potensi Industri di Kota Pasuruan

No Jenis Industri Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi Nilai Produksi

1 Tahun 2016Industri Logam,Mesin, Elektronikadan Aneka

818 2.681 31.073.271.500 227.611.312.000

2 Industri kayu, agro,dan hasil hutan

1224 8.772 162.200.948.000 1.377.815.458.340

3 Tahun 2017Industri Logam,Mesin, Elektronikadan Aneka

918 6.808 91.884.636.000 1.774.117.785.000

4 Industri kayu, agro,dan hasil hutan 1.350 10.955 158.695.890.500 1.486.494.366.340

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan, tahun 2017

Dari data yang diperoleh di atas, telah diketahui bahwa jenis industri logam,

mesin, elektronika dan aneka memiliki nilai produksi Rp. 1.774.117.785.000dan nilai

investasi Rp. 91.884.636.000 pada tahun 2017. Nilai tersebut lebih kecil dibanding

hasil jenis potensi jenis industri kayu, agro dan hasil hutan yang memiliki nilai

produksi Rp. 1.486.494.366.340 dan nilai investasi Rp. 158.695.890.500 yang jauh

lebih besar dibanding dari industri lainnya. Sehingga dari data yang diperoleh

tersebut dapat dilihat bahwa industri kayu memang memiliki potensi yang lebih

tinggi daripada industri lainnya yang ada di Kota Pasuruan. Selain itu, kondisi ekspor

hasil industri Kota Pasuruan berasal dari komoditas kayu olahan dan furniture kayu

diantaranya berupa kerajinan kayu kelapa, mainan, assecoris mobil, mebel ukir dan

mebel interior. Produk-produk tersebut telah mampu menembus pasar ekspor ke

negara-negara di Asia Pasifik dan Eropa. Lokasi dari kawasan industri mebel terletak

di Kelurahan Bukir, Sebani, Gentong, Krapyakrejo dan Petahunan. Dekat dengan

6

sarana dan prasarana umum namun prasarana transportasinya kurang memadai, lebar

jalan yang kurang memenuhi syarat sebagai lokasi yang strategis, dan area parkir

yang tidak memadai.

Tenaga kerja sebagian besar terdiri dari keluarga dan tetangga sekitar sehingga

industri ini dapat memberikan dampak yang cukup signifikan dalam peningktan

perekonomian masyarakat setempa. Memiliki prospek yang cukup bagus untuk

dikembangkan karena tidak hanya dipasarkan dalam kota saja, namun jaringan

pemasarannya sudah mencapai luar kota, bahkan luar negeri seperti kawasan negara

Amerika dan kawasan Eropa.

Kendala yang dihadapi adalah masalah permodalan (meliputi keuangan dan

peralatan), rendahnya kualitas sumber daya manusia dan pemasaran hasil produksi.

Produk industri mebel ini adalah kursi tamu, meja makan, almari, tempat tidur dll.

Teknologi yang digunakan semi modern yaitu memadukan tradisional dan

menggunakan mesin, (www.Pasuruankota.go.id diakses pada tanggal 28 Februari

2017)

Dalam peranan pemerintah daerah Kota Pasuruan untuk mewujudkan

peningkatan sektor investasi dan perdagangan, maka rencana pembangunan jangka

panjang tahun 2008-2025 diarahkan pada upaya:

1. Menjamin kepastian usaha, menjaga hak kepemilikan terutama berkenaan

dengan kepemilikan lahan dan pengaturan yang adil pada mekanisme

penyelesaian konflik di bidang investasi;

7

2. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di Pusat, Provinsi, dan

Kabupaten/Kota lainnya guna pengembangan investasi, promosi investasi,

investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdayas saing;

3. Penyederhanaan sistem dan prosedur;

4. Mendorong secara bertahap perluasan basis produk ekspor dengan tetap

memperhatikan kriteria produk ekspor yang ramah lingkungan.

Kenyataan yang terjadi bahwa sebenarnya setiap kegiatan atau produktivitas

yang dilakukan oleh masyarakat memiliki kekurangan dan kelebihan. Contohnya

kurangnya seperti yang sudah diterangkan di atas yaitu mengenai kendala permodalan

(melipiti keuangan dan peralatan), rendahnya kualitas sumber daya manusia dan

pemasaran hasil produksi yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan perdagangan di

kawasan sentra industri mebel di Kelurahan Bukir Kota Pasuruan. Dimana

permasalahan tersebut terkait dengan harus dihadapi dan diselesaikan oleh

Pemerintah daerah Kota Pasuruan selaku penggerak dan pengawas kegiatan yang

dilakukan masyarakat Kota Pasuruan.

Pemerintah Kota Pasuruan yang bergerak sebagai pengawas tersebut lebih

spesifik yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Berbagai kebijakan yang telah

dibuat oleh Pemerintah Daerah, diharapkan dapat memberikan peningkatan sektor

industri mebel di kawasan sentra industri mebel. Maka dari itu, penulis ingin

mengetahui lebih jelasnya bagaimana peran pemerintah daerah khususnya Pemerintah

Kota Pasuruan dalam menjalankan perannya sebagai stakeholder yang membuat,

mengawasi, dan mengontrol kebijakan yang dibuat guna memberikan perubahan yang

8

baik dalam memberdayakan potensi ekonomi yang dimiliki Kota Pasuruan sebagai

sentra industri mebel, maka penulis memilih judul penelitian “Peran Pemerintah

Daerah Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Pemberdayaan Sentra

Industri Mebel” (Studi pada Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota

Pasuruan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran uraian latar belakang di atas, makarumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Peran Dinas Perindustrian, dan Perdagangan dalam meningkatkan

pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel di

Kota Pasuruan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis Peran Dinas

Perindustrian, dan Perdagangan dalam meningkatkan pengembangan ekonomi

lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel di Kota Pasuruan.

D. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat mempunyai nilai kontribusi bagi beberapa

pihak antara lain :

9

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan bagi peneliti pada khususnya dan masyarakat umum

terutama bagi pengusaha industri mebel mengenai peran pemerintah

daerah dalam meningkatkan pengembangan ekonomi lokal melalui

pemberdayaan sentra industri mebel yang dilaksanakan oleh Dinas

Perindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan.

b. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang

berkenaan dengan peran pemerintah daerah dalam meningkatkan

pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri

mebel yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota

Pasuruan.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Pasuruan yang menjadi objek penelitian.

b. Sumbangsih pemikiran bagi DinasPerindustrian dan Perdagangan Kota

Pasuruan dalam meningkatkan pengembangan ekonomi lokal melalui

pemberdayaan sentra industri mebel yang lebih berkualitas.

E. Sistematika Penulisan :

Sistematika yang digunakan oleh penulis di dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

10

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan hal-hal yang mendasari penelitian yang meliputi

latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi

penelitian, dan sistematika pembahasan yang akan memudahkan untuk

memahami bab-bab selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori dan konsep-konsep yang

berhubungan dengan pokok permasalahan yang di bahas dan

menjelaskan tentang pengertian-pengertian yang berkaitan dengan

penelitian. Adapun pada bab ini memuat mengenai teori tentang

Pemerintah Daerah, Pengembangan Ekonomi Lokal, Pemberdayaan,

Industri Kecil dan Menengah.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan.

Metode penelitian meliputi fokus penelitian yaitu masalah yang

menjadi perhatian untuk di teliti, sumber data yaitu orang yang terlibat

dalam penelitian, teknik pengumpulan data yaitu cara-cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan, dan instrumen

penelitian yang menerangkan alat yang akan digunakan dalam

menggali dan menganalisa data.

11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menampilkan, menguraikan dan menjelaskan hasil yang

diperoleh selama penelitian berlangsung dengan acuan fokus

penelitian. Kemudian menyajikan pembahasan yang dihubungkan

dngan teori-teori yang relevan dan mendukung penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang

diperoleh dan saran-saran yang dapat penulis berikan.

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemerintah Daerah

1. Pengertian Pemerintah Daerah

Menurut Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah, menjelaskan bahwa :

“Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggarapemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahandaerah yang menjadi kewenangan daerah otonom. Pemerintah Daerahmerupakan penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerahdan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugaspembantuan dalam sistem dan prinsip negara Kesatuan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untukmengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri berdasarkan asasotonomi dan tugas pembantuan”.

Domai (2011:6) mengartikan bahwa Pemerintah Daerah adalah

pelaksanaan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemrintahan daerah yaitu

Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Berdasarkan uraian di atas, dapat diartikan bahwa Pemerintah Daerah

merupakan kepala daerah sebagai pemimpin pelaksanaan urusan pemerintahan di

daerah. hal tersebut disebabkan karena setiap Pemerintah Daerah memiliki

kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik. Pemerintah

Daerah memiliki pengertian sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan yang

diselenggarakan oleh badan-badan daerah yang dipilih.

13

2. Peran Pemerintah Daerah

Seperti apa yang telah di paparkan oleh Adam Smith dalam Muluk

(2006:57) bahwa Pemerintah memiliki tugas melindungi masyarakat dari

pelanggaran dan inovasi masyarakat lainnya dan sejauh mungkin bertugas

melindungi setiap anggota masyarakat dari ketidakadilan atau tekanan dari anggota

masyarakat lainnya, serta bertugas menegakkan administrasi keadilan secara pasti.

Adapun pendapat lain menurut Musgrave dan Musgrave dalam Muluk (2006:58)

mengungkapkan bahwa peran pemerintah daerah berkembang menjadi fungsi

alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilitas. Fungsi alokasi menunjukkan peran

pemerintah untuk mengatasi kegagalan mekanisme pasar dengan menyediakan

publik good, atau dengan mengalokasi seluruh sumber daya yang ada agar dapat

dipergunakan baik sebagai private maupun public goods dan menentukan

komposisi dari public goods. Fungsi distribusi merupakan tugas pemerintah untuk

melakukan penyesuaian terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan guna

menjamin terpenuhinya kondisi yang adil dan merata. Sedangkan fungsi stabilitas

merupakan penggunaan kebijakan anggaran sebagai suatu alat untuk mencapai

tingkat kesempatan kerja yang tinggi, tingkat stabilitas yang semestinya, dan laju

pertumbuhan ekonomi yang tepat.

Sementara menurut Starling (1998) dalam Muluk (2006:29)

mengungkapkan bahwa tugas utama pemerintah yang membedakannya dengan

sektor swasta adalah untuk menyediakan public goods daripada private goods.

Selain itu tujuan yang dibebankan kepada pemerintah juga untuk menciptakan

14

keadilan, meskipun ada tapi jarang sekali yang berusaha penghasilan laba. Adapun

banyak cara tentang bagaimana pemerintah melakukan tugasnya guna mencapai

tujuan tersebut.

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa peran

pemerintah daerah disini merupakan segala bentuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan

di tingkat daerah dalam memberikan pelayanan dan keadilan yang sesuai dengan

kewenangan kepada seluruh masyarakat daerahnya.

B. Pengembangan Ekonomi Lokal

1. Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal

Menurut Blakely dan Bradshaw (dalam Supriyadi, 2007:107)

mengungkapkan bahwa pengembangan ekonomi lokal (PEL) adalah sebagai suatu

proses pembangunan ekonomi dimana pemerintah daerah dan atau kelompok

masyarakat berperan aktif mengelola sumberdaya alam maupun sumberdaya

manusia yang dimiliki melalui pola kerjasama dengan sektor swasta atau yang

lainnya, untuk menciptaan lapangan pekerjaan, memberikan kegiatan ekonomi

pada zona perekonomiannya.

Sedangkan dalam sisi masyarakat, Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)

diartikan sebagai upaya untuk membebaskan masyarakat dari semua keterbatasan

yang menghambat usahanya untuk membangun kesejahteraan. Kesejahteraan

dalam kajian disini merupakan jaminan keselamatan bagi adat istiadat dan

agamanya, bagi usahanya uang untuk dapat memperoleh jaminan tersebut hatus

diupayakan dari sistem masyarakat itu sendiri yang sering disebut dengan

15

kemandirian. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pengembangan ekonomi lokal merupakan upaya pemberdayaan masyarakat dalam

pembangunan ekonomi suatu daerah tertentu yang berlandaskan kepada kekuatan

atau sumberdaya lokal yang meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

teknologi, serta kemampuan dari suatu kelembagaan dalam memaksimalkan

peluang atau potensi yang ada di wilayah tersebut.

Sejalan dengan kerangka pikiran teoritis, konseptual, dan praktek dalam

Pengembangan ekonomi Lokal (PEL) dalam Supriyadi (2007:107)

mengungkapkan bahwa pendekatan dan strategi Pengembangan Ekonomi Lokal

(PEL) dapat dilihat dalam delapan dimensi perencanaan wilayah yaitu rasionalitas

keputusan, fokus dan perencanaan, dasar pemikiran aliran filsafat, kedudukan

negara dan komunitas, peran negara dan perencanaan, orientasi publik, tingkat

kebebasan bertindak/berfikir , dan arah pengembangan wilayah maupun kota.

Kedelapan dimensi tersebut akan menentukan keberadaan konsepsi ataupun

praktek Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) dalam paradigma modern.

Secara khusus menurut Blakely dalam Supriyadi (2007:103) juga

menjelaskan bahwa dalam keberhasilan pengembangan ekonomi lokal dapat

dilihat dari beberapa indikator, indikator tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kesempatan kerja dan

usaha.

b. Perluasan bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan.

16

c. Keberdayaan lembaga mikro dan kecil dalam proses produksi dan

pemasaran.

d. Keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara pemerintah,

Sektor swasta, dan masyarakat lokal/masyarakat daerah.

Berdasarkan pada indikator tersebut, Pengembangan Ekonomi Lokal

(PEL) pada dasarmya bertujuan untuk mengubah paradigma pemangku

kepentingan (stakeholders) yang terdiri dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

Sektor Swasta dan Masyarakat terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)

sebagai suatu instrumen untuk mengembangkan kegiatan ekonomi yang berbasis

pada sumberdaya lokal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

lokal yang berkelanjutan. Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) erat kaitannya

dengan pemberdayaan sumberdaya manusia, lembaga, dan lingkungan sekitarnya.

Untuk mengembangkan ekonomi lokal tidak cukup hanya dengan meningkatkan

kemampuan sumberdaya manusia, tetapi juga diperlukan adanya lembaga yang

terlatih untuk mengelola sumberdaya manusia tersebut kearah yang lebih maju,

serta memerlukan lingkungan yang kondusif untuk dapat mengembangkan

ekonomi lokalnya.

Sejalan dengan hal tersebut mengenai fokus penerapan Pengembangan

Ekonomi Lokal, maka tujuan PEL adalah sebagai berikut :

a. Membentuk kemitraan antara pelaku ekonomi untuk pemanfaatan potensi

ekonomi lokal dengan meningkatkan kapasitas pasar pada tingkatlokal,

regional, dan global.

17

b. Meningkatkan kapasitas lembaga lokal (Pemerintah, Swasta, dan

Masyarakat) dalam pengelolaan PEL.

c. Terjadinya kolaborasi antar aktor baik publik, bisnis dan masyarakat.

d. Mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah tumbuh dan berkembangnya

usaha masyarakat dan meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga

berkurangnya kesenjangan antara masyarakat perdesaan dan perkotaan serta

mendukung kebijakan pengentasan kemiskinan. Guna mewujudkan hal tersebut,

maka dalam proses implementasi perencanaan dan penerapan Pengembangan

Ekonomi Lokal (PEL) ini menggunakan beberapa prinsip pendekatan, yang

diantaranya adalah pendekatan ekonomi, kemitraan, dan kelembagaan.

a. Prinsip Pendekatan Ekonomi

1. Mulai dengan kebutuhan pasar.

2. Memfokuskan pada kluster dari kegiatan ekonomi yang ada, yang

produksinya dijual ke daerah luar (economic base) dan multiplier effect

di daerahnya yang kuat.

3. Menghubungkan produsen skala kecil dengan supplier kepada

perusahaan ekspor.

b. Prinsip Pendekatan Kemitraan

1. Adanya tanggung jawab dari masing-masing stakeholders (pemerintah,

swasta, dan masyarakat) sebagai aktor pengembangan dan pengelola

ekonomi lokal.

18

2. Masing-masing stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat)

berperan aktif dalam bekerjasama.

3. Kemitraan mengandalkan sumberdaya lokal, bukan bantuan dari luar

atau asing.

4. Inisiatif digerakan oleh pembeli, pasar, dan permintaan bukan produksi

atau supply.

c. Prinsip Pendekatan Kelembagaan

1. Fasilitas dialog diantara stakeholders (pemerintah, swasta, dan

masyarakat) dalam menghasilkan ide dan inisiatif.

2. Mobilisasi sumberdaya lokal untuk menunjang inisiatif yang di

usulkan.

3. Pengembangan kelembagaan yang di dasarkan atas kebutuhan dari

kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ketiga prinsip tersebut

dijadikan sebagai strategi pendekatan proses perencanaan mengembangkan

ekonomi lokal yang dilakukan atas dasar partisipasi dan kemitraan dalam kerangka

pengembangan suatu kelembagaan. Selain itu, partisipasi dalam konteks

pemerintah dapat diartikan sebagai suatu forum yang terorganisasi guna

memfasilitasi komunikasi antar pemerintah, masyarajat serta stakeholders dan

berbagai kelompok yang berkepentingan terhadap penanganan masalah atau

pengambilan keputusan. Partisipasi dan kemitraan antar pelaku dalam

Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) sangat diperlukan kerjasama yang baik

19

antara berbagai pihak utamanya pemerintah daerah dalam mengelola dan mengatur

berbagai strategi dan kebijakan yang mengacu kepada pengembangan ekonomi

lokal dan mengarah kepada peningkatan kesejahteraan perekonomian masyarakat

daerah tersebut.

2. Sasaran dan Tujuan Pengembangan Ekonomi Lokal

Tujuan pengembangan ekonomi lokal pada dasanya adalah untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat. Mewujudkan masyarakat yang bisa

mandiri dengan mengoptimalkan potensi yang ada. Pengembangan ekonomi lokal

diharapkan dapat membentuk kemandirian masyarakat yang mampu meningkatkan

ekonomi.

Menurut World Bank dalam web.. worldbank.org “the purpose of local

economic development (LED) is to build up the economic capacity of a local area

to improve its economic future and the quality of life for all. It is a process by

which public, business and nongovermental sector partners work collectively to

create better conditions for economic growth and employment generation”. Jadi

menurut World Bank tujuan dari Pengembangan Ekonomi Lokal adalah untuk

membangun kapasitas hidup. Pengembangan ekonomi lokal merupakan proses

dimana adanya kemitraan antara sektor publik, bisnis dan non pemerintahan untuk

bekerjasama dalam menciptakan kondisi pertumbuhan ekonomi dan generasi

pekerja yang lebih baik.

20

Sasaran jangka panjang dari penerapan pendekatan pengembangan

ekonomi lokal adlah pengentasan kemiskinan dan perbaikan terus menerus dan

berkelanjutan dalam kualitas kehidupan dari suatu komunitas lokal di suatu daerah

atau wilayah. Untuk mencapai sasaran tersebut Pengembangan Ekonomi Lokal

memiliki tujuannya adalah :

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan nilai tambah.

2. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja.

3. Meningkatkan pendapatan dan perbaikan distribusi pendapatan masyarakat.

4. Meningkatkan daya saing ekonomi daerah terhadap daerah atau negara lain.

5. Membangun dan mengembangkan kerja sama yang positif antar daerah.

C. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau

kemampuan. Sedangkan berdaya adalah suatu kondisi atau keadaan yang

mendukung adanya kekuatan atau kemampuan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Bakri (dalam Noor, 2011) yang mengungkapkan bahwa:

“Pemberdayaan adalah suatu upaya meningkatkan kemampuan dan potensiyang dimiliki oleh masyarakat sehingga mereka dapat mengaktualisasikan jatidiri, hasrat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan mengembangkandiri secara mandiri. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat terlepas dariperangkap kemiskinan maupun keterbelakangan. Dengan demikianpemberdayaan dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dankemandirian masyarakat baik dibidang ekonomi”.

Selanjutnya pemberdayaan masyarakat menurut Sumodiningrat yang

dikutip dalam Mardikanto dan Soebianto (2012:47) mengungkapkan bahwa:

21

“Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikanmasyarajat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki.Adapun pemerdsyaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yangsaling terkait yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihakyang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memperdayakan”.

Sedangkan menurut Kartasasmita yang dikutip dalam Mardikanto dan

Soebianto (2012:48) mengungkapkan pemberdayaan sebagai:

“Upaya untuk membangun daya itu sendiri dengan mendorong, memotivasi,dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupayauntuk mengembangkannya. Selanjutnya upaya tersebut di ikuti denganmemperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selainmenciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan ini meliputilangkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masuka (input),serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunites) yang akanmembuat masyarakat menjadi berdaya”.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat

sebagai suatu strategis dalam pembangunan yang berorientasi pada pemberian

kesempatan kepada setiap anggota masyarajat untuk dapat ikut dalam proses

pembangunan dengan mendapatkan kesempatan yang sama dan dapat menikmati

hasil-hasil pembangunan secara proposial. Dengan demikian, konsep

pemberdayaan bukan hanya menyangkut persoalan ekonomi tetapi merupakan

konsep yang menyangkut semua aspek kehidupan. Kesemua aspek kehidupan itu

hasuslah diberdayakan secara bersamaan serta pemberdayaan harus pula disertai

dengan pemerdayaan sosial budaya dan politik begitu pula sebaliknya.

2. Peran Pemberdayaan

Dalam melakukan pemberdayaan terhadap UKM khususnya pengrajin

mebel maka diperlukan adanya strategi dalam pemberdayaan. Berbagai

22

pendekatan yang mungkin dapat diterapkan dalam pemberdayaan industri kecil

dan UKM seperti yang diungkapkan Kartasasmita (1996:107)

1. Upaya pemberdayaan yang terarah atau pemihakan kepada yang lemah.

2. Pendekatan kelompok untuk memudahkan dalam pemecahan masalah secara

bersama-sama.

3. Pendampingan selama proses pemberdayaan yang dilakukan oleh

pendampingan khususnya pemerintah daerah. yang berfungsi sebagai

fasilitator, komunikator, ataupun dinamisator serta membentuk kelompok

mencari solusi atau masalah yang dihadapi.

Sedangkan menurut Elliot dalam (Riyadi dan Supriady, 2004:80)

menjelaskan bahwa pemberdayaan dapat dilaksanakan dengan menggunakan tiga

pendekatan yaitu:

1. The welfare state

Pendekatan ini mengaruh pada pendekatan manusia dan bukan untuk

memberdaya masyarakat dalan menghadapi proses politik, tetapi justru untuk

memperkuat keberdayaan masyarakat yang dilatar belakangi kekuatan

potensi lokal masyarakat.

2. The development approach

Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan proyek pembangunan untuk

meningkatkan kemampuab sebagai akibat dari proses politik dan berusaha

memberdayakan masyarakat untuk mengatasi ketidakberdayaan.

3. The empowerment approach

23

Pendekatan ini melibatkan bahwa kemiskinan sebagai akibat dari proses

politik dan berusaha memberdayakan serta maltih masyarakat untuk

mengatasi ketidakberdayaan masyarakat.

Adapun strategi memberdayakan masyarakat dapat melalui tiga jalur

sebagai berikut. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan

potensi masyarakat berkembang (enabling). Kedua, memperkuat potensi atau daya

yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Ketiga, memberdayakan

mengandung pula arti melindungi. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah

memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuann untuk

memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung

(Kartasasmita,1996).

Menurut Prasojo (dalam Suryono dan Tri, 2008:207) terdapat empat

strategi dalam memberdayakan masyarakat, yaitu (1) memberdayakan masyarakat

dengsn “menyosialisasikan” peran masyarakat sebagai subyek ; (2)

mendayagunakan “mekanisme” penyelenggaraan pembangunan atau

pemberdayaan masyarakat secara lebih aspiratif atau demokratis, efektif, dan

efisien ; (3) mobilisasi “sumberdaya” manusia seperti tenaga, pikiran, dan

kemampuan sesuai profesionalismenya, dan memaksimalkan peran pemerintah

dalam memfasilitasi dan mengatur agar penyelenggaraan pembangunan atau

pemberdayaan masyarakat berjalan lancar.

Sedangkan menurut Tambunan (2000:81) strategi yang konsisten terhadap

pemberdayaan usaha industri kecil, antara lain:

24

a. Menciptakan iklim investasi dan usaha yang kondusif melalui pemeliharaan

stabilitas ekonomi makro.

b. Peningkatan integrasi yang kuat, baik antar sesama usaha industri kecil

maupun antar usaha menengah besar melalui kebijakan business allianie.

c. Penguatan sisi permintaan melalui kebijakan retribusi pendapatan, penguatan

modal, penguatan sumberdaya manusia termasuk peningkatan

entrepreneurship dan kemampuan penguasaan teknologi.

Dengan memperhatikan strategi-strategi di atas, maka diharapkan dalam

upaya pemberdayaan industri kecil dan UKM akan dapat berjalan dengan baik,

efektif dan efisien.

3. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Industri Kecil

Jika dilihat peran pemerintah menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008

tentang Usaha Kecil, ini mengatakan sudah jelas perlunya peran pemerintah dalam

pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam sektor industri agar tetap

ebrperan dalam mewujudkan perkenomian nasional yang semakin baik dan

seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi di Indonesia. Dimana Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah memfasiitasi pengembangan usaha dalam bidang:

Produksi dan pengolahan, pemasaran, sumberdaya manusia, dan desain dan

teknologi. Aspek pengembangan industri kecil yang ada di Indonesia agar menjadi

sebuah usaha yang tangguh dan mandiri ini berarti bahwa seiring dengan

berjalannya waktu usaha kecil akan dapat meningkatkan pendapatan usahanya

tersebut merupakan aspek terpenting bagi tercapainya tujuan menjadi suatu usaha

25

yang tangguh dan mandiri. Hal tersebut dapat dipacu melalui program dan

kegiatan-kegiatan pemberdayaan pengembangan yang diciptakan pemerintah.

Menurut Arsyad (1999:120) ada 4 peranan yang dapat diambil oleh

pemerintah daerah yaitu:

a. Sebagai entrepreneur, bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab untuk

menjalankan usaha bisnis.

b. Sebagai coordinator, bahwa pemerintah daerah dapat bertindak sebagai

koordinator untuk menciptakan kebijakan. Pemerintah daerah juga bisa

melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dalam proses pengumpulan dan

pengevaluasian informasi ekonomi.

c. Sebagai fasilitator, bahwa pemerintah daerah dapat mempercepat

pembangunan melalui perbaikan lingkungan attiudinal (perilaku atau budaya

masyarakat).

d. Sebagai stimulator, bahwa pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan

dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan

mempengaruhi perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut.

Menurut Tohar (2002:163) dalam mewujudkan akses atau kemudahan bagi

pengembangan usaha kecil menengah, pemerintah telah berupaya melalui Dinas

Perindustrian dan Perdagangan dalam melancarkan program-program pelatihan

misalnya pelatihan motivasi dengan metode achievement, motivation training.

Pelatihan ini bertujuan untuk membangkitkan etos kerja/teknik produksi,

pemasaran, administrasi usaha, promosi pemasaran. Pada saat ini pemerintah

26

daerah berupaya lebih menggambarkan usaha industri ekcil yang merupakan

bagian dari ekonomi kerakyatan.

Sedangkan peran pemerintah daerah disini yang akan diterapkan dalam

upaya pemberdayaan industri kecil dan UKM menurut Sjaifudin (1995:66-75)

adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan finansial

Berkembangnya beberapa model penguatan finansial bagi usahawan kecil

akhir-akhir ini menunjukkan telah semakin menguatnya komitmen

pemerintah, upaya pemerintah tersebut terwujudkan dengan membantu

pengembangan usaha kecil melalui “penyertaan modal sementara”.

2. Perkembangan pemasaran

Pada era pasar bebas seperti saat ini dimana dunia menjadi tanpa batas

terdapat penyatuan pasar domestik dengan pasar internasional, hal ini

merupakan peluang, tantangan dan sekaligus ancaman bagi usaha kecil.

Terdapat tiga cara strategi pemberdayaan pemasaran yaitu:

a. Meningkatka Akses Usaha Kecil Kepada Pasar

Caranya adalah menciptakan pola hubungan produksi sub kontrak dan

promosi. Pola keterkaitan (vertical) subkontrak lebih diprioritaskan bagi

usaha-usaha industri. Pola subkontrak ini memberi manfaat bagi usaha

kecil karena secara ekonomis usaha-usaha kecil menjadi subkontrak

memperoleh jaminan pasar dan kontinuitas produksi. Pola ini juga

memecahkan masalah kelangkaan bahan baku kadang juga modal.

27

b. Proteksi pasar

Bentuk proteksi yang dilakukan adalah melalui konsumsi. Sekitar hanya

10% dari total anggaran pemerintah yang digunakan untuk mengkonsumsi

produk-produk buatan usaha kecil.

c. Menggeser struktur pasar monopoli menjadi persaingan

Langkah ini sangat strategis mengingat kendala utama usaha kecil untuk

berkembang selama ini adalah pasar, modal bukanlah kendala mereka.

Alternatif yang ditawarkan disini antara lain penghapusan proteksi

infrant industries mendorong terciptanya iklim persaingan dan re-

orientasi lembaga koperasi ke arah bisnis. Dalam konteks ini fungsi

control sangat diperlukan.

3. Perkembangan Sumberdaya Manusia

Diharapkan dapat terjadi melalui perbaikan sistem pendidikan formal,

peningkatan keterkaitan dunia pendidikan dengan pasar kerja melalui sistem

pemagangan (link and match) serta pemberian insentif bagi pertumbuhan

pusat-pusat penelitian dan pengembangan SDM dan teknologi.

4. Strategi Pengaturan dan Pengendalian

a. Pengaturan dan perijinan

Secara formal dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur dan memantau

perkembangan usaha kecil. Ada empat jenis perijinan yang harus dipenuhi

untuk mendirikan usaha kecil ysitu ijin tempat usaha, kelayakan usaha,

28

lokasi serta dampak terhadap kesehatan dan lingkungan, ijin usaha industri

serta ijin perdagangan.

b. Perencanaan tata ruang

Mewujudkan gagasan untuk lebih memperhatikan kepentingan usaha kecil

melalui: (1) pelibatan kepentingan usaha kecil dalam perencanaan, (2)

proses konsultasi sebagai mekanisme untuk mendapatkan masukan dari

pihak-pihak yabg berkepentingan, (3) pengakuan sungguh-sungguh

terhadap peran dan fungsi usaha kecil bagi lingkungan masyarakat.

c. Fungsi kelembagaan

Dalam hal ini instansi seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan

merupakan inisiatif yang mengembangkan usaha kecil serta terpadu dan

berjangka panjang yang sejalan dengan upaya untuk mengentaskan

kemiskinan.

Keseluruhan peran tersebut akan dilakukan pemerintah daerah, jika disertai

dengan kemampuan untuk mengembangkan kondisi strategis yang ada di daerah.

dalam usaha pemerintah daerah untuk mengembangkan dan memberdayakan

sentra industri ataupun usaha kecil menengah di Kota Pasuruan, yang telah

memiliki landasan peraturan yaitu Peraturah Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 2

Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Pasuruan pada Tahun 2005-2025. Dalam Perda tersebut dijelaskan

peraturan mengenai pengembangan industri-industri yang berpoyensi di daerah

Pasuruan.

29

Selain dari Perda Nomor 2 Tahun 2008, terdapat pula Peraturan Daerah

Kabupaten Pasuruan Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pelayanan

Pengolahan Mebel Kayu. Peraturan tersebut menunjukkan bahwa mebel kayu

memang menjadi salah satu potensi industri yang diunggulkan dari daerah

Kabupaten maupun Kota Pasuruan. Tentang bagaimana pengembangan pelayanan

mebel, pengolahaan, prasarana, ketrampilan para pekerja dalam upayanya

mengembangkan dan memberdayakan sentra industri mebel di Kabupaten maupun

Kota di Pasuruan.

4. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah

Bentuk-bentuk pemberdayaan sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi

Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah pasal 14. Adapun pemberdayaan terhadap Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah dapat dilakukan pemerintah dalam bentuk:

1. Fasilitas permodalan

Fasilitas permodalan adalah kemudahan yang diperoleh perusahaan dalam

mendapatkan modal usaha, dalam hal ini pemerintah memiliki peran penting

misalnya dalam membuat kebijakan berupa pinjaman kredit bagi perusahaan.

Sebab menurut Hardjanto (2012:73) keterbatasan modal kerja/investasi

menjadikan kelemahan tersendiri dari industri kecil. Keterbatasan modal akan

menjadi faktor penghambat dalam menjalankan industri karena pelaku

industri tidak mampu mengembangkan industrinya serta tidak mampu

memenuhi kebutuhan pasar.

30

2. Dukungan kemudahan yang diperoleh bahan baku dan fasilitas pendukung

proses produksi

a. Kemudahan bahan baku

Pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan kemudahan bagi

industri dan usaha kecil menengah yang berorientasi ekspor. Bahan baku

yang mudah diperoleh dapat membuat produsen lebih mudah untuk

memproduksi produk yang dibuat. Menurut Prawirosentoso (2001;61)

bahan baku adalah bahan utama dari suatu produk atau barang, sehingga

ketersdiaan dan kemudahan dalam memperoleh bahan baku sangat

dibutuhkan oleh produsen guna memperoduksi produk atau barang.

b. Pendukung proses produksi

Menurut (Siswanto, 2015;1) faktor pendukung pelaksanaan proses

produksi terkait dengan fasilitas peralatan yang baik, sumber daya

manusia, dana hibah dari Pusat/Daerah, lokasi strategis, produk yang

dihasilkan, pangsa pasar yang jelas, kepemimpinan, dan pemasaran.

Sedangkan faktor penghambatnya terkait dengan aturan tentang legalitas

Produksi, pemasaran, dan kualitas hasil karya. Berdasarkan hal tersebut

salah satunya yang dapat dilakukan pemerintah daerah adalah membuat

sitem pemasaran yang baik bagi pelaku usaha.

3. Pendidikan dan pelatihan

Menurut Sumarsono (2009:92-93) pendidikan dan pelatihan merupakan salah

satu faktor yang penting dalam pengembangan SDM. Pendidikan dan

31

pelatihan berguna untuk meningkatkan, mengembangkan, dan membentuk

pegawai dimana pegawai mempelajari pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skill), kemampuan (ability) atau perilaku terhadap tujuan

pribadi dan organisasi sehingga tercipta sumber daya manusia yang

berkualitas.

4. Pameran Perdagangan

Pameran perdagangan adalah sebuah pameran yang diadakan oleh perusahaan

atau pemerintah yang dilakukan dengan cara memamerkan dan

mendemonstrasikan produk-produk yang dimiliki perusahaan, hal tersebut

dilakukan untuk memperluas akses pasar dan mempelajari aktivitas pesaing.

Pernyataan tersebut didukung dengan Johanta (2012;4) pameran dagang

bertujuan untuk membangun “awareness” serta mendorong adanya pesanan

percobaan, semacam “uji coba pasar” dan alat promosi yang penting bagi

produsen. Pameran cara terbaik untuk mencari pelanggan, membantu bisnis

berkembang dan cara ekonomis untuk mendapatkan penjualan.

D. Industri Kecil dan Menengah

1. Pengertian Industri

Pengembangan ekonomi yang diselenggarakan oleh suatu negara dewasa

ini harus dilihatkan sebagai upaya terencana, terprogram, sistematik, dan

berkelanjutan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup seluruh

warga masyarakat (Sondang, 2009:77). Pembangunan nasional dibidang ekonomi

merupakan salah satu aspek yang dilakukan guna menciptakan perekonomian yang

32

kokoh melalui adanya pembangunan industri yang maju serta didukung oleh

kekuatan dan kemampuan sumber data yang luas. Menurut Sondang (2009:87)

mengungkapkan bahwa suatu negara yang ingin mempercepat pertumbuhan dan

perkembangan ekonomi pada umumnya menempuh jalur industrialisasi.

Pembangunan pada sektor industri dengan jalur industrilisasi merupakan salah satu

upaya yang dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat.

Berdasarkan etimologi, kata “industri” berasal dari bahasa Inggris

“industry”, yang berasal dari bahasa Perancis Kuno “industrie” yang berarti

“aktivitas” yang kemudian berasal dari bahasa latin “industria” yang berarti

“kerajinan, aktivitas”. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian, Industri diartikan sebagai seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang

mengolah bahan baku atau memanfaatkan sumberdaya industri sehingga

menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi,

termasuk jasa industri. Menurut Sahaan dalam Sasrawan (2014) mengungkapkan

bahwa industri adalah bagian dari sebuah proses yang mengelola barang mentah

menjadi barang jadi sehingga menjadi sebuah barang baru yang memiliki nilai

lebih bagi kebutuhan masyarakat.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,

mengungkapkan bahwa perindustrian sebagai tatanan dan segala kegiatan yang

bertalian dengan kegiatan industri. Dalam pembukaan Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2014 tentang Perindustrian dijelaskan bahwa pembangunan industri yang

maju dapat diwujudkan melalui beberapa hal yakni melalui penguatan infrastruktur

33

industri yang mandiri, sehat dan bersaing dengan mendayagunakan sumberdaya

secara optimal dan efisien serta mendorong perkembangan industri ke seluruh

wilayah Indonesia dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan

ekonomi nasional berlandaskan pada kerakyatan, keadilan, dan nilai-nilai luhur

budaya bangsa dengan mengutamakan kepentingan nasional. Untuk mewujudkan

industri yang maju dapat ditempuh dengan memperkuat posisi industri disetiap

daerah.

Dari pengertian industri di atas, maka dapat diartikan bahwa industri

merupakan seluruh kegiatan yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi yang

memiliki nilai kegunaan tinggi bagi kebutuhan masyarakat, sedangkan

perindustrian merupakan segala urusan yang berkaitan dengan industri. Guna

mewujudkan industri yang maju, maka Pemerintah perlu melakukan beberapa hal

yang tentunya akan berpengaruh demi terwujudnya sektor industri yang kuat,

mandiri dan tangguh.

2. Pengertian Industri Kecil

Industri kecil sebagai bagian integral dunia usaha yang merupakan

kegiatan ekonomi rakyat mempunyai kedudukan, potensi, dan peran yang strategis

untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang

berdasarkan demokrasi ekonomi. Menurut Hardjanto (2012:71) mengungkapkan

bahwa industri kecil mampu menyerap tenaga kerja 5-19 orang. Berdasarkan Pasal

5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil disebutkan

beberapa kriteria usaha kecil sebagai berikut:

34

a. Usaha tersebut memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00

(dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu

milyar rupiah).

c. Berdiri sendiri bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau berafiliasi baik langsung dengan usaha menengah dan besar.

d. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan Hukum atau

badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

Seperti halnya Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995

tentang Usaha Kecil menjelaskan bahwa karateristik yang dimiliki oleh industri

kecil adalah usaha milik perseorangan, berdiri sendiri memiliki kekayaan bersih

maksimal Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Selaras dengan pernyataan

tersbut, Hardjanto (2012:72) juga menambahkan bahwa Komisi untuk

perkembangan ekonomi (Community for Economic Development CED)

mengemukakan kriteria industri kecil sebagai berikut:

a. Manajemen berdiri sendiri, maajer adalah pemilik.

b. Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil.

c. Daerah operasi bersifat lokal.

d. Ukuran adalah keseluruhan relatif kecil.

Industri kecil merupakan usaha yang manajemen dikelola oleh pemiliknya

secara pribadi, daerah cakupan operasi masih bersifat lokal, serta modal disediakan

oleh pemiliknya sendri maupun sekelompok kecil. Pendapat mengenai karateristik

35

industri kecil juga dijelaskan oleh Tambunan dalam Lestari dan Woyanti (2011)

bahwa karateristik utama dari sektor industri kecil antara lain:

a. Proses produksi lebih mekanis dan kegiatannya biasanya berlokasi

dismaping rumah pengusaha atau pemilik usaha.

b. Sebagian besar tenaga kerja yang bekerja di industri adalah pekerja

bayaran.

c. Produk yang di buat termasuk golongan barang yang cukup canggih.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa industri kecil merupakan kegiatan

industri yang berskala kecil dengan memiliki tenaga kerja 5-19 orang. Modal

industri kecil dimiliki oleh pemilik usaha maupun sekelompok kecil. Industri kecil

memiliki peran sentral dalam meningkatkan perekonomian nasional serta mampu

menciptakan masyarakat yang inovatif dan mandri dalam meningkatkan

perekonomiannya.

3. Kelebihan dan Kelemahan Industri Kecil

Dalam menjalankan kegiatan industri, industri kecil memiliki beberapa

kelebihan dan kelemahan yang akan dirasakan dampaknya selama menjalankan

kegiatan industri. Kelebihan dan kelemahan tersebut akan berpengaruh kepada

proses jalannya industri. Menurut Hardjanto (2012:72) mengungkapkan bahwa

kelebihan industri kecil antara lain:

a. Memiliki kebebasan untuk bertindak.

Artinya industri kecil kapan saja bisa berubah untuk menyesuaikan

keadaan. Misal apabila ada produk baru, industri kecil bisa dengan cepat

36

bertindak untuk menyesuaikan karena skala industrinya yang kecil.

Berbeda dengan usaha/industri besar yang tidak bisa sewaktu-waktu untuk

berubah karena skalanya besar.

b. Industri kecil lebih fleksibel.

Artinya industri kecil dapat menyesuaikan akan kebutuhan yang diperlukan

oleh masyarakat. Baik produk yang dihasilkan, bahan baku yang

diperlukan, tenaga kerja maupun pemasaran hasil produk industri kecil

lebih menggunakan sumber-sumber setempat yang bersifat lokal.

c. Tidak mudah goncang.

Artinya industri kecil lebih kokoh. Industri kecil tidak mudah goncang

meskipun perekonomian mengalami kesulitan karena industri kecil dalam

bahan-bahan pokok lebih mengandalkan bahan lokal. Jadi tidak takut

apabila bahan baku impor mahal karena industri kecil jarang mengimpor

bahan baku dari luar negeri.

Industri kecil memiliki banyak keuntungan dibandingkan industri besar.

Hal tersbut dikarenakan industri kecil memiliki kemampuan untuk cepat berubah

daripada industri besar. Pendapat lain mengenai kelebihan industri kecil juga

dijelaskan oleh Hakim (2006:335) mengungkapkan bahwa industri skala kecil

mempunyai berbagai keuntungan dibanding industri yang berskala besar antara

lain:

a. Kemampuan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

37

Perusahaan kecil dan menengah menciptakan paling tidak setengah dari

kesempatan kerja dan industrilisasi di dunia.

b. Media pemerataan pembangunan.

Industri skala kecil dipandang sebagai media pemerataan pembangunan

ekonomi. Industri skala kecil memungkinkan persebaran industri dalam

geografis yang luas.

c. Kemampuan melakukan inovasi.

Dalam perusahaan kecil biasanya pemilik merangkap sebagai manajer,

sehingga inovasi yang dia lakukan bisa langsung diterapkan. Pemilik

sekaligus manajer dari perusahaan kecil harus inovatif dalam memenuhi

kebutuhan konsumen dan bisa bereaksi dengan cepat pada kesempatan

yang teridentifikasi karena pembuatan keputusan di pusatkan pada satu

atau dua orang.

Disamping memiliki banyak kelebihan dibandingkan industri besar, akan

tetapi industri kecil masih mengalami kelemahan-kelemahan dalam menjalankan

industrinya yang tentunya akan menghambat pelaksanaan dari industri itu sendiri.

Hambatan0hambatan tersebut akan sangat berpengaruh kepada pelaksanaan

industri yang tidak efektif dan maksimal. Kelemahan-kelemahan industri kecil

menurut Hardjanto (2012:73) antara lain:

a. Kurangnya permodalan.

Terjadi ketergantungan pada kekuatan pemilik modal, karena pemilik

modal juga lebih menguasai sumber-sumber bahan baku dan dapat

38

mengusahakan bahan baku, maka pengusaha kecil memiliki

ketergantungan pada pemilik modal yang sekaligus pengusaha bahan baku.

b. Kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna

memperoleh akses permodalan,pemasaran dan bahan baku seperti:

1. Informasi peluang dan cara memasarkan produk.

2. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, dan

mudah didapat.

3. Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar

dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh bantuan

permodalan dan pemasaran.

4. Informasi tentang cara pengembangan produk, baik desain, kualitas,

maupun kemasannya.

5. Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan

yang terjangkau.

Kelemahan yang sering dirasakan oleh industri kecil diantaranya aspek

permodalan yang terbatas, informasi yang kurang dalam memanfaatkan peluang

pemasaran, minimnya pemasaran yang dilakukan, sulitnya bahan baku dan lain-

lain. Pendapat tersebut searah dengan pernyataan yang dikemukaakan oleh

Tambunan (2009:75) mengungkapkan bahwa hambatan-hambatan industri kecil

antara lain:

“Hambatan-hambatan industri kecil adalah keterbatasan modal kerja maupuninvestasi, kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku,keterbatasan akses informasi mengenai peluang besar, keterbatasan pekerja

39

dengan keahlian tinggi (kualitas SDM rendah) dan kemampuan teknologi,biaya transportasi dan energi yang tinggi, keterbatasan komunikasi, biayatinggi akibat prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks khususnyadalam pengurusan izin usaha dan ketidakpastian akibat peraturan-peraturandam kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak menentu arahnya”.

Berdasarkan pemaparan diatas bisa disimpulkan bahwa selain memiliki

banyak kelebihan, industri kecil seringkali mengalami hambatan yang tentunya

membuat pelaksanaan industri tidak bisa berjalan dengan maksimal. Hambatan

yang sering dialami oleh industri kecil antara lain kurangnya permodalan,

rendahnya SDM, keterbatasan teknologi, rendahnya pemasaran dan lain-lain.

Dengan demikian, maka diperlukan strategi pemerintah dalam mengatasi

hambatan tersebut melalui adanya pemberdayaan pada industri kwcil agar industri

kecil bisa berkembang dan berdaya saing.

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, serta landasan teori maka

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Hal ini dikarenakan peneliti melakukan pengamatan secara langsung

dilapangan, untuk melihat situasi dan kondisi dari Peran Pemerintah Daerah

Dalam Pengembangam Ekonomi Lokal Melalui Pemberdayaan Sentra Industri

Mebel pada Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan. Berdasarkan

uraian tersebut, maka Moleong (2005:11) penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang data-datanya dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan

angka-angka. Deskriptif merupakan laporan yang berisi kutipan data untuk

memberikan gambaran penyajian laporan. Data tersebut berasal dari naskah,

wawancara, catatan lapangan, dan dokumen resmi lainnya.

Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleg subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain engan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dengan

menggunakan deskriptif dan pendekatan kualitatif tersebut, diharapkan mampu

melihat proses penelitian yang dilakukan dengan hasil memperoleh penjelasan

41

yang menyeluruh dan mendalam mengenai Peran Pemerintah Daerah Dalam

Pengembangam Ekonomi Lokal Melalui Pemberdayaan Sentra Industri Mebel

pada Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan berdasarkan data yang

didapat dari berbagai sumber baik tulisan maupun lisan. Sumber berupa tulisan

berasal dari dokumen resmi yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian, dan

Perdagangan Kota Pasuruan dan sumber lisan berdasarkan hasil wawancara.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah suatu obyek yang merupakan tujuan utama untuk

meneliti fenomena sosial yang terjadi atau menangkap data-data yang akan

dikumpulkan dan kemudian menganalisisnya. Menurut Moleong (2005:94) fokus

penelitian adalah suatu pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan dibahas

dalam metode penelitian kualitatif.

Membatasi studi atau dengan kata lain fokus penelitian dapat membatasi

bidang-bidang penelitian serta dapat memenuhi kriteria suatu informasi yang baru

diperoleh dilapangan. Dengan adanya fokus penelitian maka seorang peneliti

dapat mengetahui data mana yang akan diambil dari data-data yang sedang

dikumpulkan. Sejalan dengan pendapat diatas, adapun fokus penelitian dalam

penelitian ini berdasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6

Tahun 2011 tentang pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah adalah

sebagai berikut:

a. Fasilitasi Permodalan;

b. Perolehan bahan baku dan fasilitas pendukung dalam proses produksi;

c. Pendidikan dan pelatihan;

42

d. Pelibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar.

C. Lokasi dan Situs Penelitian

Penentuan lokasi dan situs penelitian merupakan salah satu kontribusi besar

dalam proses pengambilan data mengenai objek penelitian secara optimal. Lokasi

penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian guna memperoleh data

dan informasi yang diperlukan untuk rumusan masalah penelitian. Untuk

mengetahui keadaan secara praktis dan memperoleh data yang valid mengenai

Peran pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi lokal melalui

pemberdayaan sentra industri mebel, maka lokasi penelitian yang dijadikan

tempat penelitian adalah Kota Pasuruan. Adapun situs penelitian yang merupakan

tempat penelitian memperoleh data atau informasi yang diperlukan sesuai dengan

permasalahan yang dikemukakan. Situs yang dipilih dalam penelitian ini adalah

Dinas Perindustrian, dan Perdagangan(Disperindag) Kota Pasuruan, Jalan

Pahlawan No. 28 A, Telp. (0343) 422431, 424919.

Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada aspek kemudahan dalam

mendapatkan informasi. Alasan lain yang lebih mendetail pertimbangan

pemilihan lokasi di Kota Pasuruan menurut peraturan walikota no 66 tahun 2016

tentang tugas, pokok, dan fungsi dinas perindustrian dan perdagangan :

1. Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan ini merupakan

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang memiliki tanggungjawab

menangani urusan pemberdayaan sentra industri mebel tersebut.

2. Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan mempunyai Tugas

Pokok dan Fungsi yang salah satunya adalah menyiapkan bimbingan dan

43

penyuluhan industri mebel serta meningkatkan teknik produksi,

deversifikasi produk dan inovasi dibidang industri mebel. Sehingga

adapun pemberdayaan yang dilakukan merupakan tanggung jawab dari

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan.

3. Pelaksanaan otonomi daerah yang baik khususnya dalam pemberdayaan

sentra industri mebel di Kota Pasuruan ini dapat memberikan kontribusi

yang nyata terhadap kesejahteraan masyarakat, mampu megembangkan

ekonomi lokal masyarakat sehingga dapat memajukan kualitas

ekonominya sendiri serta perekonomian masyarakat dan dapat

mengoptimalkan sumberdaya manusia sebagai subyek dan obyek

pembangunan daerah.

4. Masih minimnya penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam

pengembangam ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri

mebel di Kota Pasuruan. Sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

D. Jenis Dan Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini menyangkut sumber-

sumber penyedia informasi yang dapat mendukung hal-hal atau masalah yang

menjadi fokus peneliti. Menurut Lofland (dalam Moleong 2005:157) sumber data

utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan dua sumber data yaitu:

44

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya atau

responden. Data primer dapat diperoleh dengan cara mengamati atau

melakukan wawancara dengan informasi yang ada dilapangan sesuai dengan

substansi penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara dengan informan di DinasPerindustrian, dan Perdagangan Kota

Pasuruan dan pemilik usaha mebel meliputi :

a. Budiwati Setyarini, S.Si, MM selaku Kepala Bidang

PerindustrianDinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan.

b. Bapak Firdaus selaku pemilik mebel Tunas Baru.

c. Mas Yudi selaku pemilik usaha mebel UD. Sumber Hidup.

d. Ibu Indriyani selaku pemilik usaha mebel Rizki.

e. Bapak M. Wahyudi selaku pemilik mebel UD. Adjie Bagus.

f. Bapak Nanang Abdul Mukti selaku pemilik mebel UD. Sulung

Jaya.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang telah tersedia bagi peneliti dan dapat

digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan. Dalam penelitian ini

yang merupakan data sekunder berupa sumber tertulis atau dokumen yang

meliputi :

a. Rencana pembangunan jangka panjang tahun 2008-2025 Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan

45

b. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 Tentang

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pasal 14.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Arikunto (2009:134) adalah cara atau

metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang

menunjukkan pada suatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang

terlihat penglihatan tetapi dapat diperhatikan penggunaannya. Teknik

pengumpulan data yamg digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Proses pengumpulan data dengan melakukan penelitian secara langsung

ataupun tidak langsung pada obyek penelitian dan pencatatan secara sistematis

terhadap fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini, observasi dilakukan pada

Satuan Kerja Daerah yaitu Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota

Pasuruan untuk mengetahui strategi pemerintah daerah dalam pengembangam

ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel.

2. Wawancara

Wawancara yaitu mendapatkan data atau informasi dengan cara yang

ditempuh untuk memperoleh data melalui tanya jawab secara langsung dengan

beberapa orang yang dianggap berkompeten guna dimintai keterangan segala

sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, wawancara

dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan:

a. Budiwati Setyarini, S.Si, MM selaku Kepala Bidang PerindustrianDinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan.

46

b. Bapak Firdaus selaku pemilik Mebel Tunas Baru.

c. Mas Yudi selaku pemilik usaha mebel UD. Sumber Hidup.

d. Ibu Indriyani selaku pemilik usaha mebel Rizki.

e. Bapak M. Wahyudi selaku pemilik UD. Adjie Bagus.

f. Bapak Nanang Abdul Mukti selaku pemilik UD. Sulung Jaya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara untuk memperoleh data dengan mempelajari,

mencatat, atau membuat salinan dari dokumen-dokumen, arsip-arsip, ataupun

literatur yang terkait dan berhubungan dengan obyek atau fokus penelitian.

Dokumentasi didapatkan dalam penelitian ini adalah berupa dokumen, arsip-

arsip, dan foto kegiatan penelitian yang terdapat hubungannya dengan strategi

pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi lokal melalui sentra industri

mebel.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh atau

menggunakan data dalam rangka memecahkan masalah dan mecapai tujuan

penelitian. Instrumen penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan

juga memiliki kedudukan yang strategis dalam proses kegiatan penelitian yang

digunakan sebagai alat bantu bagi peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto,

2009:134). Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Peneliti sendiri

Peneliti sebagai instrumen utama dan mendasar. Didalam melakukan

pengamatan mengenai peran pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi

47

lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel. Secara langsung peneliti

menggunakan panca indera untuk melihat, mendengar, serta merasakan

fenomena yang ada disekitarnya, terutama yang berhubungan dengan fokus

penelitian.

2. Pedoman Wawancara (interview guide)

Pedoman wawancara merupakan rangkaian daftar pertanyaan untuk

melakukan pengumpulan data, yang berkaitan dengan peran pemerintah dalam

pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel.

Hal ini berfungsi agar wawancara yang dilakukan sesuai dengan topik

penelitian. Peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berisikan

serangkaian pokok-pokok pertanyaan yang diajukan kepada informan.

3. Catatan Lapangan(field note)

Catatan lapangan merupakan sebuah catatan peneliti yang didapatkan dari

hasil mencatat atau mengcopy file atau data yang berkaitan dengan peran

pemerindtah daerah dalam pengembangan ekonomi lokal melalui

pemberdayaan sentra industri mebel. Catatan lapangan memiliki fungsi untuk

mencatat hasil wawancara atau pengamatan yang berisi tentang data atau

informasi yang didapat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Pasuruan terkait fokus penelitian.

4. Perangkat Penunjang

Perangkat penunjang merupakan alat tulis untuk membantu dalam mencaatat

hal-hal penting dilapangan, karena untuk pengambilan gambar yang berkaitan

48

dengan penelitian dan tape recorder untuk merekam saat wawancara dengan

informan di DinasPerindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan.

G. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengurutkan serta mengorganisasikan data

dalam pola, kategori serta satuan sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dijadikan sebuah kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data

yang dikembangkan oleh Miles, Huberman dan Saldana (2014:31-33) terdapat

tiga alur secara bersamaan. Aktivitas dalam analisis data yaitu: Data

Condensation, Data Display, dan Conclusion Drawing/Verifications. Berikut ini

adalah komponen analisis data model interaktif yang dikembangkan oleh Miles,

Huberman dan Saldana (2014) berikut penjelasannya :

Gambar 1. Komponen Analisis Data Model InteraktifGambar 1

Sumber: Miles. Huberman dan Saldana (2014:33)

1. Pengumpulan Data (data collection) yaitu dilaksanakan sejak awal

penelitian. Data yang dikumpulkan berasal dari dokumentasi saat

penelitian, wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Selanjutnya

data tersebut disusun untuk mendukung penyelesaian penelitian.

49

2. Kondensasi data (data condensation) yaitu proses memilih, memfokuskan,

meringkas, menyederhanakan, serta merubah data yang bersumber dari

interview, catatan, dokumen, dan sumber data lainnya. Bentuk penyajian

dapat berupa teks naratif, grafik, bagan, serta jaringan.

3. Penyajian data (data display) yaitu penyatuan, pengorganisasian, dan

informasi yang telah digunakan untuk mempermudah peneliti melihat

gambaran secara keseluruhan serta bagian-bagian tertentu dari data

penelitian. Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan mulai awal

hingga berakhirnya penelitian. Data akan dipilih dan disesuaikan

berdasarkan jenisnya dan kemudian disusun sesuai dengan kategori yang

sejenis untuk disajikan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi

saat berada di lapangan, termasuk dengan menyertakan kesimpulan

sementara yang diperoleh pada kondensasi data.

4. Penarikan kesimpulan (drawing and verifiying conclusions) yaitu tahapan

terakhir dari model analisis data interaktif. Dalam proses ini data yang

telah direduksi dan dirangkai secara sistematis kemudian ditarik sebuah

kesimpulan.

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi dan Situs Penelitian

1. Sejarah Kota Pasuruan

Kota Pasuruan sebagai daerah otonom saat ini tidak terlepas dari

perjalanan panjang sebagai salah satu kota kuno di Jawa bagian timur bahkan

Indonesia. Sebuah kota yang semasa kejayaan raja Airlangga bertahta Kota

Pasuruan telah memiliki nama tersendiri bahkan cukup terkenal dengan sebutan

“Paravan”, keberadaan pelabuhan Tanjung Tembikar sehingga mampu menarik

banyak pedagang untuk datang ke Pasuruan. Berkat pelabuhan ini pula di masa

lalu Kota Pasuruan menjadi salah satu pusat transaksi dagang antar pulau,

sekaligus menjadikan Kota Pasuruan sebagai salah satu kota bandar kuno di

Indonesia.

Pemerintahan di Pasuruan dapat dikatakan secara resmi berjalan sejak

berkuasanya Kiai Darmoyudho I pada kurun 1617-1645, yang dalam pergulatan

kekuasaan di tanah Jawa kemudian Pasuruan jatuh ke tangan Pangeran

Amangkurat I (Mataram), yang mendaulat Untung Suropati sebagai Adipati di

Pasuruan mulai tahun 1686 hingga 1706. Catatan mengenai Pemerintahan

Adipati Untung Suropati 8 Februari 1686 tersebutlah yang dipandang menandai

bermulanya pemerintahan formal yang kemudian disepakati untuk diakui sebagai

titik waktu hari jadi Kota Pasuruan yang dituangkan dalam Peraturan Daerah

51

(Perda) Kota Pasuruan Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Hari Jadi Kota

Pasuruan.

Namun demikian, secara legal-formal permulaan pemerintahan modern

sebagai Pemerintahan Kota adalah setelah dibentuknya Residensi Pasuruan pada

1 Januari 1901 oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang kemudian

ditindak lanjuti dengan pembentukan Kotapraja (Gementee) Pasuruan seperti

dalam Staatblat 1918 No. 320 dengan nama Stads van Pasoeroean pada tanggal

20 Juni 1918.

Semasa awal kemerdekaan, Pasuruan dinyatakan sebagai Kotamadya

dengan wilayah yang terdiri dari 3 (tiga) desa dalam 1 (satu) Kecamatan untuk

kemudian dengan Undang-undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 17

Tahun 1950 (UU 17/1950) yang kemudian diubah dengan UU 13/1954 maka

sejak tanggal 14 Agustus 1950 Kotamadya Pasuruan dinyatakan sebagai daerah

otonom yang terdiri 19 Desa dalam 1 Kecamatan. Dalam perkembangannya kota

yang cukup pesat kemudian wilayah Kota Pasuruan diperluas melalui Peraturan

Pemerintah (PP) RI Nomor 46 Tahun 1982 (PP 46/1982) sehingga sejak tanggal

21 Desember 1982 Kota Pasuruan terdiri dari 3 Kecamatan dengan 19 Kelurahan

(yang semula desa) dam 15 Desa (baru). Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor

10 Tahun 2002 (Perda 10/2002) yang efektif berlaku mulai tanggal 12 Januari

2002, desa-desa yang masih berstatus desa berubah menjadi kelurahan sehingga

wilayah Kota Pasuruan terdiri dari 34 Kelurahan dalam 3 (tiga) Kecamatan. Dan

berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

52

Daerah maka status Kotamadya Pasuruan berubah menjadi Kota Pasuruan (sejak

1 Januari 2001) kemudian berubah menjadi 4 (empat) kecamatan dengan

Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pembentukan

Kecamatan Panggungrejo sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah

Kota Pasuruan Nomor 15 Tahun 2012.

2. Kondisi Geografis, Luas Wilayah dan Batas Administrasi DaerahKota

Pasuruan

Gambar 2. Peta Wilayah Kota PasuruanSumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan

53

Letak Kota Pasuruan yang tepat di jalur utama transportasi dan

perdagangan Surabaya – Bali, menjadikan Kota dengan luas wilayah 36.58 km²

atau sekitar 0.07 persen luas Jawa Timur ini cukup strategis memberikan

kontribusi pada pergerakan perindustrian dan perdagangan. Batas – batas

wilayah Kota yang terletak antara 112º 45¹ – 112º 55¹ Bujur Timur dan 7º 35¹ –

7º 45¹ Lintang Selatan ini meliputi Selat Madura di bagian Utara sedangkan

sebelah Timur, Selatan dan Barat berbatas dengan Kabupaten Pasuruan. Wilayah

administrasi Pemerintah Kota Pasuruan meliputi empat kecamatan, yakni Bugul

Kidul, Purworejo, Panggungrejo dan Gadingrejo.

Sementara itu, sejak keluarnya Perda Nomer 10 Tahun 2002 desa-desa

yang ada di Kota Pasuruan dirubah statusnya menjadi kelurahan. Jumlah

keseluruhan kelurahan di Kota Pasuruan sebanyak 34 kelurahan. Wilayah

administrasi Kota Pasuruan hanya meliputi tiga kecamatan, kemudian pada tahun

2012 disahkan Perda yang mengatur pemekaran wilayah, yakni dengan

ditambahkannya Kecamatan Panggungrejo, yang merupakan hasil pemecahan

Kecamatan Purworejo, Gadingrejo dan Bugul Kidul. Namun pemekaran wilayah

administrasi pemerintahan ini tidak berimbas pada bertambahnya luas wilayah

Kota Pasuruan.

Luas wilayah darat Kota Pasuruan tidak kurang dari 35,29 km², yang

terbagi atas 4 Kecamatan dan 34 Kelurahan yang didasarkan Kajian Penataan

Wilayah Kota Pasuruan tahun 2012 antara lain:

54

1. Wilayah Kecamatan Purworejo, dengan luas wilayah 8,08 km² yang meliputi

7 Kelurahan antara lain: Sekargadung, Tembokrejo, Wirogunan, Purutrejo,

Pohjentrek, Kebonagung, dan Purworejo.

2. Wilayah Kecamatan Bugul Kidul, dengan luas wilayah 11,11 km² yang

meliputi 6 Kelurahan antara lain: Bakalan, Krampyangan, Blandongan, kepel,

Tapa’an, dan Bugul Kidul.

3. Wilayah Kecamatan Gadingrejo dengan luas wilayah 8,27 km² yang meliputi

8 Kelurahan antara lain: Karangketug, Gadingrejo, Randusari, Krapyakrejo,

Petahunan, Gentong, Sebani, dan Bukir.

4. Wilayah Kecamatan Panggungrejo dengan luas wilayah 7,83 km² yang

meliputi 13 Kelurahan antara lain: Karanganyar, Tamba’an, Trajeng,

Bangilan, Kebonsari, Mayangan, Ngemplakrejo, Petamanan, Pekuncen,

Bugul Lor, Kandangsapi, Panggungrejo, dan Mandaranrejo.

Adapun wilayah administrasi daerah Kota Pasuruan berbatasan langsung

dengan Kabupaten Pasuruan dan Selat Madura. Secara administratif

tepatnya:

Sebelah Utara :Selat Madura

Sebelah Barat :Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan

Sebelah Timur :Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan

Sebelah Selatan : Kecamatan Gondang Wetan dan Kecamatan

Pohjentrek Kabupaten Pasuruan.

55

3. Kondisi Demografis Kota Pasuruan

Kondisi Pasuruan pada saat ini memiliki 4 Kecamatan dan 34 Kelurahan.

Jumlah penduduk di Kota Pasuruan pada saat ini mencapai 209.028 jiwa (data

sampai bulan Desember 2017). Komposisi penduduk dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Pasuruan

Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan Jumlah PendudukKecamatan Purworejo 7 60.246 jiwaKecamatan Bugul Kidul 6 31.288 jiwaKecamatan Gadingrejo 8 46.489 jiwaKecamatan Panggungrejo 13 71.005 jiwa

Jumlah Penduduk 209.028 jiwa

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pasuruan Tahun2017

Masyarakat Kota Pasuruan tergolong heterogen terdiri dari beragam

etnis. Empat etnis yang mendominasi adalah Jawa, Madura, Tionghoa dan Arab.

Etnis Madura lebih banyak tinggal di wilayah utara Kota Pasuruan, sedangkan

tiga etnis lainnya tersebar di bagian tengah perkotaan. Heterogenitas

masyarakatnya tidak lepas dari keberadaan pelabuhan yang menarik minat orang

untuk datang dan kemudian tinggal di Kota Pasuruan. Mayoritas penduduknya

memeluk agama Islam. Meskipun terdiri dari multi etnis, namun hubungan

masing-masing orang berjalan harmonis.

Kota Pasuruan memiliki beragam sumber daya yang dapat dimanfaatkan

masyarakat sebagai mata pencaharian seperti adanya perusahaan mebel yang

terletak di Kelurahan Bukir, tambak ikan dan udang yang ada di wilayah

56

pelabuhan utara, hasil laut yang ada di perairan wilayah utara,galian pasir di

sekitar pesisir Kota Pasuruan dan lahan pertanian yang membentang di berbagai

wilayah di Kota Pasuruan.

Budaya masyarakat Kota Pasuruan demikian tinggi mengenai norma dan

nilai sebagai satu kesatuan dalam pikiran masyarakat yang memberikan rasa

harga diri dan martabat dari pribadi masing-masing. Norma dan nilai yang

terkandung pada masyarakat Kota Pasuruan dapat dikategorikan melalui

beberapa aspek, yaitu:

1) Ideologi

Dengan adanya norma agama yang relatif tinggi (khususnya agama Islam) di

Kota Pasuruan membuat namanya dikenal sebagai Kota Santri Pasuruan, hal

itu tercermin dengan keberadaan pondok pesantren yang relatif banyak.

Dengan tingginya penerapan niai dan norma agama yang ada di Kota

Pasuruan membuat segala bentuk kegiatan yang akan direncanakan atau yang

akan dilakukan oleh berbagai pihak harus selalu penuh terhadap norma dan

nilai yang berlaku di Kota Pasuruan.

2) Ekonomi

Kondisi perekonomian di Kota Pasuruan sangat stabil dan berjalan dengan

baik. Mayoritas penduduk Kota Pasuruan bekerja di bidang perdagangan,

bidang-bidang lain yang menjadi profesi di Kota Pasuruan adalah bidang

industri mebel kayu rumahan, bidang nelayan, bidang pertanian dan bidang

perkantoran.

57

3) Politik

Kota Pasuruan memiliki 12 partai politik, yang mayoritasnya berasal dari

partai politik PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), PDIP (Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan), serta Partai Demokrat.

4) Sosial Budaya

Kota Pasuruan memiliki keadaan sosial budaya yang sangat baik dan tentram.

Setiap tahunnya di Kota Pasuruan melakukan giat keagamaan seperti acara

peringatan pada maulid nabi, kegiatan pengajian dan khatam al-quran rutin

pada saat bulan ramadhan, lalu kegiatan islami lainnya seperti adanya

peringatan Haul KH. Abdul Hamid, Haul Mbah Slagah, dan Haul Habib

Ja’far. Selain kegiatan agamis, masyarakat Kota Pasuruan juga memiliki

budaya yang unik yaitu tradisi petik laut dan rangkaian hari jadi Kota

Pasuruan yang bertepatan tanggal 8 Februari.

4. Gambaran umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan berlokasi di Jalan

Pahlawan Kota Pasuruan dimana terletak di antara beberapa kantor dinas lainnya

pada kawasan perkantoran Walikota dan Pemerintah Kota Pasuruan. Akses

lokasinya bisa dijangkau lebih mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat Kota

Pasuruan karena letaknya yang berdekatan dengan akses jalan protokol di Kota

Pasuruan.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan dipilih sebagai situs

penelitian karena dinas ini yang mewakili Pemerintah Daerah dalam peran

58

pemberdayaan Industri Kecil Menengah sentra industri mebel di Kota Pasuruan.

Dinas perindustrian dan perdagangan Kota Pasuruan melakukan pemberdayaan-

pemberdayaan kepada sektor-sektor industri kecil yang kegiatan produksinya yaitu

mengolah bahan baku/bahan dasar menjadi suatu produk baru. Pembinaan dan

pemberdayaan yang dilakukan oleh dinas perindustrian dan perdagangan Kota

Pasuruan terhadap industri-industri kecil, menengah, maupun industri besar.

Pemberdayaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan lebih

memberikan bantuan peralatan dan teknologi karena usaha industri adalah suatu

usaha yang kegiatan produksinya dengan melakukan pengolahan. Oleh karena itu

potensi yang dimiliki industri kecil dalam mengembangkan usahanya sangat luas

karena dengan pemberdayaan dan pembinaan yang baik maka industri kecil dapat

mengembangkan usahanya dengan menginovasi produknya sehingga menciptakan

suatu produk baru dipasar yang membuat peluang pemasaran menjadi semakin

luas.

1) Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas

Pokok dan Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan, maka

kedudukan tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Pemerintah Daerah

Kota Pasuruan bahwa Dinas Perindustrian dan Perdagangan mempunyai tugas

pokok membantu Walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di

bidang perindustrian dan perdagangan yang menjadi kewenangan daerah dan

tugas pembantuan.

59

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Perindustrian dan

Perdaganganmempunyai fungsi :

a. Penyusunan perencanaan bidang perindustrian, perdagangan, dan

pengelolaan pasar;

b. Perumusan kebijakan teknis bidang perindustrian, perdagangan, dan

pengelolaan pasar;

c. Pelaksanaan kebijakan teknis bidang perindustrian, perdagangan, dan

pengelolaan pasar;

d. Pembinaan, koordinasi, pengendalian, dan fasilitasi pelaksanaan urusan

bidang perindustrian, perdagangan, dan pengelolaan pasar;

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang perindustrian, perdagangan,

dan pengelolaan pasar;

f. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaanDinas Perindustrian dan

Perdagangan; dan

g. Pembinaan terhadap UPT.

a) Bidang Perindustrian

Bidang Perindustrian mempunyai tugas pokok merumuskan dan

melaksanakan kebijakan teknis bidangperindustrian. Untuk melaksanakan tugas

pokok sebagaimana dimaksud, bidang perindustrian mempunyai fungsi :

a. Penyusunan perencanaan bidang perindustrian;

b. Perumusan kebijakan teknis bidang perindustrian;

c. Pelaksanaan kebijakan teknis bidang perindustrian;

60

d. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi, fasilitasi, dan penyelenggaraan

industri logam, mesin, dan aneka, industri kimia, agro, dan hasil hutan,

serta pengawasan, kawasan,dan kerjasama industri; dan

e. Pengendalian, evaluasi, dan pelaporan kinerja bidang perindustrian.

b) Seksi Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan mempunyai tugas;

a. Menyusun rencana kerja seksi;

b. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data dan

informasi di bidang industri kimia, agro dan hasil hutan;

c. Menyusun bahan petunjuk teknis di bidang industri kimia, agro dan

hasil hutan;

d. Melaksanakan pendataan sarana industri kimia, agro dan hasil hutan;

e. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data bahan pembinaan

dan pengembangan industri kimia, agro dan hasil hutan;

f. Menyiapkan bimbingan dan penyuluhan industri kimia, agro dan hasil

hutan serta meningkatkan teknik produksi, diversifikasi produk dan

inovasi di bidang industri kimia, agro dan hasil hutan;

g. Menyiapkan bimbingan teknis pembinaan dan pengembangan sarana

usaha produksi di bidang industri kimia, agro dan hasil hutan;

h. Melaksanakan pelatihan peningkatan keterampilan teknis, manajemen

dan pemasaran industri kimia, agro dan hasil hutan;

i. Melaksanakan penerapan standar dan pengawasan mutu di bidang

industri kimia, agro dan hasil hutan;

61

j. Menyiapkan pembinaan teknis, keterampilan dan desain serta

pemasaran untuk para perajin industri kimia, agro dan hasil hutan;

k. Menyiapkan pembinaan keterkaitan produksi industri hulu hingga hilir

industri kimia, agro dan hasil hutan;

l. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan seksi; dan

m. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan

fungsinya.

b) Seksi Pengawasan dan Kerjasama industri mempunyai tugas :

a. Menyusun rencana kerja seksi;

b. Menyediakan sarana informasi yang dapat diakses masyarakat;

c. Menyiapkan koordinasi dalam penetapan kebijakan pengembangan

wilayah-wilayah pusat pertumbuhan industri dan lokasi pembangunan

industri termasuk kawasan industri dan sentra industri kecil;

d. Menyiapkan kerjasama dan koordinasi standarisasi produk industri,

monitoring penerapan standar dan pengawasan standar industri;

e. Menyiapkan koordinasi dalam pembangunan sarana dan prasarana

industri;

f. Menyiapkan koordinasi dan pembinaan industri dalam rangka

pencegahan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh industri;

g. Menyiapkan bahan/rekomendasi ijin usaha industri dan kawasan

industri;

h. Menyiapkan koordinasi dalam pemberian fasilitas usaha dalam rangka

62

pengembangan industri kecil dan menengah;

i. Menyiapkan bahan pemberian perlindungan kepastian berusaha

terhadap usaha industri kecil dan menengah;

j. Menyiapkan koordinasi dan fasilitasi dalam promosi produk industri

kecil dan menengah;

k. Menyiapkan fasilitasi kemitraan antara industri kecil, menengah dan

industri besar serta sektor ekonomi lainnya;

l. Menyiapkan fasilitasi kerjasama pengembangan industri melalui pola

kemitraan usaha;

m. Menyiapkan pembinaan terhadap asosiasi industri;

n. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan seksi; dan

o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan

fungsinya.

c) Bidang Perdagangan

Bidang Perdagangan mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan

kebijakan teknis pengembangan sarana dan usaha perdagangan, perdagangan

dalam negeri dan luar negeri serta metrologi legal dan perlindungan konsumen.

Untuk melaksanakan tugas tersebut pada Pasal 20, Bidang Perdagangan

mempunyai fungsi:

a. Penyusunan perencanaan bidang perdagangan;

63

b. Perumusan kebijakan teknis dalam pengembangan sarana dan usaha

perdagangan, perdagangan dalam negeri dan luar negeri serta metrologi

legal dan perlindungan konsumen;

c. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi, fasilitasi dan pelaksanaan

pengembangan sarana dan usaha perdagangan, perdagangan dalam

negeri dan luar negeri serta metrologi legal dan perlindungan konsumen;

d. Pelaksanaan promosi perdagangan;

e. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan dalam pengembangan sarana

dan usaha perdagangan, perdagangan dalam negeri dan luar negeri serta

metrologi legal dan perlindungan konsumen;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

d) Seksi Metrologi Legal dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas:

a. Menyusun rencana kerja seksi;

b. Menyiapkan pembinaan dan koordinasi peningkatan hubungan kerja

dengan lembaga perlindungan konsumen;

c. Melaksanakan sosialisasi, informasi dan publikasi tentang perlindungan

konsumen;

d. Menyiapkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen;

e. Melaksanakan evaluasi implementasi penyelenggaraan perlindungan

konsumen;

64

f. Menyiapkan petunjuk teknis pengawasan barang beredar dan jasa;

g. Melaksanakan koordinasi dan pengawasan terhadap barang beredar dan

jasa;

h. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan metrologi legal setelah memperoleh

penilaian dari pemerintah yang didasarkan rekomendasi provinsi;

i. Menyiapkan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia

metrologi;

j. Melaksanakan pelayanan tera dan tera ulang alat-alat ukur, takar,

timbang dan perlengkapannya (uttp );

k. Menyiapkan fasilitasi penyelenggaraan kerjasama metrologi legal skala

kota;

l. Melaksanakan penyuluhan dan pengamatan alat-alat ukur, takar,

timbang dan perlengkapannya, barang dalam kemasan terbungkus;

m. Melaksanakan pengawasan dan penyidikan tindak pidana undang-

undang metrologi legal (uuml);

n. Menyiapkan pembinaan dan pemberdayaan Penyidik Pegawai Negeri

Sipil dalam hal perlindungan konsumen dan kemetrologian;

o. Menyiapkan bahan fasilitasi penyelesaian sengketa konsumen;

p. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan seksi; dan

q. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

65

e) Bidang Pengelolaan Pasar

Bidang Pengelolaan Pasar mempunyai tugas pokok merumuskan dan

melaksanakan kebijakan teknis pengelolaan pasar. Untuk melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidang Pengelolaan Pasar mempunyai

fungsi :

a. Penyusunan perencanaan bidang pengelolaan pasar;

b. Perumusan kebijakan teknis dalam pengelolaan pasar;

c. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi, fasilitasi dan pelaksanaan

pengelolaan pasar;

d. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan pasar; dan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

66

f) Sumber Daya Dinas Perindustrian dan Perdagangan

1. Bagan Strutur Organisasi

Gambar 3. Bagan Struktur OrganisasiSumber : Peraturan Daerah Kota Pasuruan No. 66 Tahun 2016

67

B. Penyajian Data

1. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui

Pemberdayaan Sentra Industri Mebel

a. Fasilitasi permodalan

Modal merupakan salah satu segi fungsional manajemen di samping

pemasaran dan produksi dalam kelangsungan suatu usaha. Tanpa adanya modal,

suatu usaha tidak akan berjalan dengan baik begitu juga pada para pelaku usaha

sentra industri mebel juga membutuhkan mdoal usaha untuk pengembangannya.

Dalam usahanya untuk meningkatkan kemampuan finansial pelaku usaha sentra

industri mebel, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan

memberikan bantuan kredit kepada para pelaku industri mebel. Hal ini sesuai

dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Budiawati selaku kepala bidang

Perindustrian Kota Pasuruan, beliau mengatakan

“Terkait dengan permodalan IKM kami bekerjasama dengan BankPerkreditan Rakyat (BPR) Kota Pasuruan, disini dinas berperan untukmensurvey layak tidaknya IKM mebel yang akan menerima peminjamanmodal” (wawancara Kamis, pukul 15.00 wib di Kantor Perindustriandan Perdagangan Kota Pasuruan)”.

Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan dalam

memberikan fasilitas permodalan dan bantuan finansial kepada para pelaku

sentra industri mebel dengan adanya kerjasama yang terjalin oleh Bank

Perkreditan Rakyat Kota Pasuruan. Dinas berperan untuk mensurvey layak

tidaknya IKM yang akan menerima peminjaman modal. Jika IKM dirasa layak

menerima peminjaman modal selanjutnya dinas memberikan surat pengantar

68

yang ditunjukkan kepada bank perkreditan rakyat untuk ditindak lanjuti.

Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh IKM sebelum menerima peminjaman

modal sebagai berikut:

1. Adanya agunan (jaminan) berupa sertifikat tanah, sawah ataupun BPKB

kendaraan mobil.

2. Bunga sebesar 2%/bulan dengan sistem pinjaman pokok menurun.

3. Jangka waktu peminjaman maksimal 3 tahun.

4. Peminjaman maksimal Rp. 200.000.000,00

Adapun alasan dinas melakukan kerjasama dengan pihak Bank

Perkreditan Rakyat dikarenakan BPR merupakan Bank Perkreditan Rakyat

milik Pemerintah Kota Pasuruan yang memberikan bunga 2%/bulan dengan

sistem bunga yang menurun dan tidak sama dengan pemberian bunga bank

swasta yang biasanya menggunakan sistem bunga tetap. Selain itu jika IKM

yang pada waktu jatuh tempo tidak bisa menyelesaikan kreditnya maka bank

BPR masih memberikan dispensasi selama 3 bulan untuk menyelesaikannya

beda dengan bank swasta yang langsung melakukan penyitaan terhadap agunan

(jaminan) yang telah diberikan.

Melalui hal tersebut diharapkan mampu memberikan motivasi kepada

pelaku industri kecil menengah mebel agar lebih meningkatkan proses

produksinya dengan mengembangkan desain-desain yang lebih menarik dan

dapat berdaya saing dengan kualitas dari produk lokal dari daerah domestik

69

maupun internasional karena ini sudah memasuki era pasar global jelas di tuntut

untuk memiliki daya saing yang tinggi.

Namun kenyataannya di lapangan, peran yang dilakukan oleh Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan dalam meningkatkan

kemampuan finansial pengrajin dan pelaku industri kecil mebel masih belum

mendapatkan respon yang baik dari sebagian besar pengusaha industri kecil

mebel, hal ini dikarenakan banyak para pengrajin dan pelaku industri kecil

mebel yang merasa bahwa jika meminjam di Bank bunganya terlalu besar dan

takut tidak bisa melunasi tepat waktu. Hal tersebut didasarkan pada biaya

produksi dan bahan baku yang tiap saat bisa naik sehingga jika meminjam di

Bank di khawatirkan mereka akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan

keuntungan dan untuk membayar pinjaman modal ke bank pula. Namun

demikian mereka mengganggap bahwa belum membutuhkan pinjaman modal

ke bank. Hal tersbut seperti yang diungkapkan oleh Mas Yudi selaku Pemilik

usaha Mebel UD. Sumber Hidup:

“usaha yang saya jalankan ini sebelumnya telah didirikan awalnya olehorangtua saya, jadi bisa dibilang ini usaha warisan turun menurun,berawal dari usaha yang tidak terlalu besar dan menggunakan modalsendiri hingga sekarang. Saya dan keluarga juga belum pernahmelakukam peminjaman modal kepada bank ataupun pemerintah dinasterkait. Kebanyakan pelaku usaha di daerah Bukir sini modalnya daridana sendiri. Mungkin juga ada beberapa yang melakukan peminjamantetapi setahu saya tidak banyak” (wawancara hari Jumat, pukul 13.35wib di Mebel UD. Sumber Hidup Kota Pasuruan)”.

Dalam hal ini Mas Yudi sebagai pemilik industri mebel UD. Sumber

Hidup di Bukir ini mengganggap bahwa jika dibandingkan dengan saat awal

70

munculnya para pengrajin dan pengusaha mebel Bukir, saat itu Pemerintah Kota

Pasuruan tidak terlalu mengambil peran dalam membantu para industri kecil

mebel setempat. Tapi sejalan dengan meningkatnya kualitas dan peran

pemerintah Kota Pasuruan, para pengusaha industri mebel sekarang mulai

merasakan kepedulian pemerintah dan dinas terkait di Kota Pasuruan untuk

membantu meningkatkan IKM yang ada di pasar mebel. Dengan adanya

program-program yang ada dan membantu para pengrajin dan pengusaha

industri mebel. Namun tidak semua pula progran yang dijalankan pemerintah

dirasakan oleh seluruh pengusaha industri mebel. Contohnya saja dalam

pemberian fasilitas permodalan, tidak semua pengusaha melakukan peminjaman

melalui bank dari Dinas Terkait.

Disamping penjelasan dari Mas Yudi, masih ada penjelasan lain mengenai

peminjaman modal yang diutarakan oleh Bapak Firdaus pemilik Mebel Tunas

Baru di Pasuruan:

“saya pernah dibantu Disperindag dalam memperoleh peminjamanmodal usaha dimana pihak Disperindag melakukan survey kelayakanusaha yang saya bangun lalu saya diberikan surat pengantar untukdiserahkan pada pihak BPR, selanjutnya saya memenuhi persyaratanyang diajukan dengan memberikan agunan berupa BPKB mobil yarissaya seharga 110 juta untuk memperoleh pinjaman sebesar 75 jutadengan jangka pengembalian selama 3 tahun” (wawancara hari Selasa,14 November di Kantor kelurahan Bukir Kota Pasuruan)”.

Di hasil wawancara dengan Bapak Firdaus dapat dikatakan bahwa para

pengrajin dan pengusaha industri kecil mebel di Pasuruan ini sudah merasakan

71

fasilitas yang disediakan oleh pihak Pemerintah dalam memberikan peminjaman

modal yang dapat menunjang hasil produksi mebel.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dijelaskan bahwa dinas melakukan

kerjasama dengan pihak Bank Perkreditan Rakyat yang diharapkan mampu

memberikan motivasi kepada pelaku industri kecil menengah mebel agar lebih

meningkatkan proses produksinya dengan mengembangkan produknya. Namun

peran yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan

masih belum mendapatkan respon yang baik, karena bunganya pinjaman terlalu

besar dan takut tidak bisa melunasi tepat waktu. Meskipun demikian ada pelaku

IKM yang mersakan manfaat dari fasilitas yang disediakan oleh pihak

Pemerintah dalam memberikan peminjaman modal yang dapat menunjang hasil

produksi mebel.

b. Dukungan Perolehan Bahan Baku dan Fasilitas Pendukung dalam

Proses Produksi

Dalam tahap pemrosesan pembuatan kerajinan kayu dimanapun pasti

bahan baku yang dibutuhkan adalah kayu. Perolehan bahan baku, terutama

bahan baku berupa kayu merupakan faktor utama dalam pembuatan produk-

produk sentra industri mebel. Dalam hal ini untuk mendapatkan bahan baku

tersebut tidak terlalu sukar mendapatkannya. Karena seperti diketahui sendiri

bahwa Kota Pasuruan terletak pada lokasi yang strategis untuk mendapatkan

bahan baku kayu tersebut. Kota Pasuruan memiliki lokasi yang dekat dengan

pelabuhan sebagai akses jalur laut untuk mendapatkan bahan baku kayu apabila

72

bahan tersebut berasal dari luar daerah Jawa atau Jawa Timur khususnya, dan

Kota Pasuruan sendiri dekat dengan beberapa daerah penghasil kayu hutan di

daerah Jawa Timur.

Adapun hasil wawancara peneliti dengan Ibu Budiawati dalam perolehan

bahan baku dismapikan sebagai berikut:

“Untuk bahan baku sekarang tidak menjadi masalah, jadi sebelumnyayang sering dikeluhkan para IKM kaitannya harga kayu dan untuk stokkayu di Pasuruan tidak menjadi masalah. Nah sekarang ada kebijakandari pihak Perhutani kalau sebelumnya pengrajin itu dapat kayunya agakkesulitan karena harus melalui proses lelang dengan volume yang besarjadi butuh modal besar, para IKM harus membeli di pedagang kayudengan harga yang relatif tinggi sebab sudah di tangan yang keberapa.Sekarang di Perhutani ada program toko online dengan web www.tokoperhutani.com disitu ada dua mekanisme kayu yang ditawarkan diprogram toko online itu dengan sistem kontrak dan pembelian retail inipara pengrajin bisa membeli dalam volume kecil dan sangatmenguntungkan. (Wawancara pada hari Kamis, 9 November 2017 diKantor Disperindag Kota Pasuruan)”.

Untuk penyediaan bahan baku kayu masyarakat sekitar Pasar mebel sudah

memiliki penjual dan pengepul sendiri untuk bahan pembuatan mebelnya. Jadi

dalam penyediaan bahan baku dirasa tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya.

Jika sebelumnya pengrajin mengalami kesulitan mendapatkan kayu karena

harus melalui proses lelang dengan volume yang besar sehingga membutuhkan

modal besar dan mengharuskan IKM untuk membeli di pedagang kayu dengan

harga yang relatif tinggi sebab sudah di pihak yang kesekian. Namun para IKM

mebel saat ini bisa melakukan pembelian bahan baku kayu melalui website

yang telah disediakan oleh Pihak Perhutani dengan alamat

www.tokoperhutani.com dengan harga yang terjangkau dan akan

73

menguntungkan bagi para IKM. Program yang ditawarkan di toko online

tersebut menggunakan sistem kontrak dan pembelian retail jadi para pelaku

usaha mebel bisa membeli bahan baku kayu dalam volume kecil. Hal ini pula

juga disampaikan oleh narasumber lain yaitu Mas Yudi selaku pemilik usaha

industri Mebel UD. Sumber Hidup yang berada dikawasan Mebel Bukir.

“untuk mendapatkan bahan baku kayunya tidak dirasakan kesulitan,karena di daerah kami di Bukir sendiri maupun di kelurahan sebelahseperti Randusari juga menyediakan bahan baku kayu yang banyak jadikami tidak merasakan kesulitan mendapat bahan baku. Kalau pada saatkesulitan mendapatkan bahan baku, ya hanya tidak dapat stok bahankayu yang banyak tapi tidak sampai kehabisan. Karena disini kanmayoritas masyarakatnya bergantung hidup dengan kayu, makannya yadi upayakan agar tidak sampai kehabisan. Bahan bakunya yang dipakaiselalu jati, baik jati dari Pulau Jawa, Kalimantan ataupun daerahlainnya” (wawancara pada hari Jum’at, 10 November 2017 di MebelUD. Sumber Hidup)”.

Dari keterangan yang dijelaskan oleh Mas Yudi, untuk pemerolehan bahan

baku sendiri tidak mengalami kesulitan. Karena bahan baku bisa di peroleh pada

penjual kayu yang ada di sekitar Kota Pasuruan. Walaupun dalam pemerolehan

bahan bakunya sendiri mudah, namun dalam harga bahan baku sendiri mulai

dari era moneter pada tahun 1998 sudah mulai merangkak makin naik sampai

sekarang. Kesulitan yang dirasakan oleh para pengusaha industri mebel yaitu

pada harga bahan baku. Kemudian dengan adanya kenaikan bahan bakar

minyak (BBM) juga sangat dirasakan oleh para pelaku industri karena bahan

baku pun mulai naik pula, tetapi untuk harga bahan baku saat ini dapat stabil

dengan adanya kebijakan yang di buat oleh perhutani yang menguntungkan para

IKM untuk memperoleh bahan baku melalui program pelelangan umum dan

74

juga program toko online dimana para IKM mebel bisa membeli bahan baku

kayu dengan volume kecil dan harga yang terjangkau. Berikut tampilan

halaman utama dari website www.tokoperhutani.com:

Gambar 4. Tampilan Website Toko PerhutaniSumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan

Adapun fasilitas pendukung dalam proses produksi yang dilakukan oleh

pihak Disperindag kota Pasuruan ini meliputi sarana dan prasarana yang

diberikan kepada para pengrajin mebel. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara

dengan Ibu Budiawati selaku Kepala Bidang Perindustrian Kota Pasuruan yang

menyatakan bahwa:

“Dalam proses produksi kami membantu sistem verifikasi legalitas kayu(SVLK). Keuntungan bagi mebel yang memiliki SVLK dapatmenverifikasi legalitas produk-produk kayunya. Hal tersebut dilakukanuntuk mencegah illegal logging dan meningkatkan manajemen hutan diseluruh dunia, dengan kepemilikan SVLK pihak mebel dapatmengekspor hasil produknya. (wawancara pada hari Kamis, 9 November2017 di Kantor Disperindag Kota Pasuruan).

75

Dari keterangan yang telah dijelaskan oleh Ibu Budiawati diketahui bahwa

Peran Pemerintah khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

Pasuruan. Penerbitan SVLK sebenarnya dianggap positif dalam rangka menata

sistem tata kelola kayu. Pemerintah pun menekan industri untuk mengurus

SVLK. Dengan SVLK, industri harus mengetahui sumber kayu yang beredar

dan diperdagangkan. SVLK hendak memastikan produk kayu bahan bakunya

berasal sumber yang jelas asal usulnya, pengelolaannya legal, meliputi asal-usul

kayu, izin penebangan, sistem dan prosedur penebangan, pengangkutan,

pengolahan, dan perdagangan atau pemindahtanganannya dapat dibuktikan.

Pelaku IKM menyebutkan bahwa kebijakan pemerintah terkait dengan

SVLK belum bisa dimanfaatkan karena memiliki beberpa hal yang menjadi

kendala. Hal tersbut seperti yang diungkapkan oleh Mas Yudi selaku Pemilik

usaha Mebel UD. Sumber Hidup yang menyebutkan bahwa:

“Saya menilai, bahwa mengurus SVLK sangat sulit sehingga pemegangSVLK jumlahnya masih kecil, hal tersebut disebabkan karena biayanyayang besar, dan syarat mengurus dokumen tersebut rumit. Apalagi paraprodusen seperti saya ini mebel dan furnitur merupakan pelaku IKMbahkan industri skala rumah tangga. Biaya pengurusan SVLK ini tidaksedikit, baiaya sekitar 50 juta (wawancara hari Jumat, pukul 13.35 wibdi Mebel UD. Sumber Hidup Kota Pasuruan)”.

Pelaku IKM merasa bahwa baiaya yang dikeluarkan untuk mengurus

SVLK sangat besar. Dimana berdasarkan data untuk biaya pendampingan

sebesar 10 juta, sedangkan khusus untuk mengurus di lembaga survey antara 25

juta hingga 40 juta, sebenarnya dalam kepengurusan SVLK tergantung dari

76

lembaga survey tersebut. Yang menjadi latar belakang penerbitan SVLK adalah

komitmen Pemerintah dalam memerangi pembalakan liar dan perdagangan kayu

illegal. Perwujudan good forest governance menuju pengelolaan hutan lestari.

Permintaan atas jaminan legalitas kayu dalam bentuk sertifikasi dari pasar

internasional, khususnya dari Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan

Australia. Sebagai bentuk "National Insentive" untuk mengantisipasi semakin

maraknya permintaan skema sertifikasi legalitas kayu dari negara asing, seperti

skema FSC, PEFC.

Berdasarkan pemaparan diatas terkait dengan dukungan perolehan bahan

baku dan fasilitas pendukung dalam proses produksi yang diterapkan oleh

pemerintah daerah Kota Pasuruan. Pemerindah daerah mengimpor dan

menyediakan layanan informasi dimedia elektronik untuk memperoleh bahan

baku dalam membuat produk mebel. Namun hal tersebut belum bisa

dimanfaatkan dengan baik oleh IKM karena mereka memiliki pengepul kayu

sendiri sebagai bahan baku, hal tersebut juga disebabkan karena pemerintah

daerah kurang mensosialisasikan program tersebut ke IKM.

Selain hal tersebut terkait dengan proses produksi pemerintah daerah

melayani proses pengurusan SVLK. SVLK untuk membangun suatu alat

verifikasi legalitas yang kredibel, efisien dan adil sebagai salah satu upaya

megatasi persoalan pembalakan liar. SVLK memberi kepastian bagi pasar di

Eropa, Amerika, Jepang, dan negara-negara tetangga bahwa kayu dan produk

kayu yang diproduksi oleh Indonesia merupakan produk yang legal dan berasal

77

dari sumber yang legal. Memperbaiki administrasi tata usaha kayu hutan secara

efektif. Menjadi satu-satunya sistem legalitas untuk kayu yang berlaku di

Indonesia, menghilangkan ekonomi biaya tinggi dan peluang untuk terbebas

dari pemeriksaanpemeriksaan yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Namun

hal tersebut belum bisa berdampak bagi pelaku IKM karena biaya yang harus

dikeluarkan sangat bsar bagi IKM.

c. Pendidikan dan Pelatihan

Industri kecil tumbuh secara tradisional ataupun usaha keluarga turun

menurun. Keterbatasan sumberdaya manusia industri kecil dan menengah baik

dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan ketrampilannya sangat

berpengaruh terhadap manajemen pengolahan usahanya. Maka dari itu

Disperindag Kota Pasuruan selalu mengupayakan peningkatan kualitas

sumberdaya manusia dengan cara memfasilitasi bagi para pelaku usaha atau

industri kecil menengah dalam pemberian pendidikan dan pelatihan yang

bertujuan agar menjadi usaha yang tangguh, berkualitas, mandiri serta dapat

berkembang menjadi usaha yang maju dan dapat meningkatkan inovasi-inovasi

untuk bersaing maju dalam era pasar globalisasi.

Pada awal munculnya industri kecil menengah mebel di Kota Pasuruan

ini, Disperindag Kota Pasuruan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para

pelaku usaha industri mebel berupa pendidikan manajemen usaha, dan juga

materi yang lebih menekan pada kreatifitas dalam bentuk desain ukiran maupun

bentuk-bentuk variasi produk sentra industri mebel. Hal ini sangat penting

78

dikarenakan di dalam menjalankan usaha IKM harus mampu mengelola

manajemen usahanya dan para IKM di tuntut untuk mampu bersaing di era

perdagangan bebas dengan memberikan ide baru, kreatif dan inovatif untuk

memberikan daya tarik untuk memikat para konsumen.

79

Gambar 5. Kegiatan Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolahanlimbah kerajinan mebel

Sumber : Dnas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan

Gambar 6. Kegiatan pengembangan teknik ukirSumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan

Hal ini juga di dukung dari pernyataan Ibu Budiawati selaku Kepala

Bidang Perindustri di Disperindag

“Kami upayakan setiap tahun ada pelatihan manajemen usaha jadimemang industri kecil itu kendalanya manajemen yang belum tertatadan belum bisa memisahkan keuangan usaha dan keuangan rumah

80

tangga. Jadi tahun depan akan diadakan pelatihan manajemen usahayang mengajari dari awal seperti perencanaan usaha, teknis pemasaran,dan tentang keuangan menghitung laba ruginya suatu usaha.Adapunpelatihan yang diberikan untuk para IKM mebel ini dalam hal finishing.Pelatihan finishing dirasa sangat penting dikarenakan kualitas mutuproduk itu ditentukan oleh finishing, seperti contoh mebel yangmenggunakan bahan baku kayu yang tidak seberapa bagus akan nampakmahal ketika mampu memberika finishing yang benar dan mampumeningkatkan daya jual suatu produk yang ditawarkan.” (wawancarapada hari Kamis, 9 November 2017 di Kantor Disperindag KotaPasuruan kantor Disperindag Kota Pasuruan).

Dari penuturan yang telah dijelaskan oleh Ibu Budiawati, pihak

Pemerintah khususnya pada Disperindag Kota Pasuruan sudah mengadakan

pendidikan dan pelatihan kerja untuk para pengrajin usaha mebel. Peserta

pelatihan dilatih untuk mampu mengatur manajemen usaha seperti perencanaan

usaha, teknik pemasaran, dan tentang keuangan menghitung laba ruginya suatu

usaha yang mereka jalankan dan juga para IKM mebel di ajarkan untuk

mengerjakan tahapan finishing yaitu tahap akhir dalam proses pembuatan

kerajinan mebel, tahap finishing yang dimaksud tersebut merupakan tahap

pengecatan, pemlituran atau pemberian warna dalam hasil produk kerajinan.

Karena apabila pada barang mentah tetapi sudah dijual harga dipastikan akan

lebih rendah dikarenakan belum seratus persen jadi dan sempurna. Maka dari itu

pihak Disperindag mengharpkan dengan adanya pelatihan, dapat meningkatkan

kualitas dan pendapatan perekonomian masyarakat yang mengguntungkan

hidup dengan bekerja pada bidang kerajinan mebel di Kota Pasuruan.

Sedangkan pelatihan yang sudah dijalankan terkait dengan pengelolaan limbah.

81

Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diberikan oleh narasumber lain

yaitu Mas Yudhi selaku pelaku industri mebel mengenai program pelatihan

yang diadakan oleh Pemerintah, beliau mengatakan bahwa:

“Saya mengikuti pelatihan yang diadakan pihak dinas, dimana sayadiberikan pengarahan tentang pemanfaatan hasil limbah kayu dengan carafinishing yang benar sehingga limbah kayu bisa menjadi barang yanglebih bernilai harga jualnya”. Hal itu sangat bermanfaat bagi IKMsehingga mendapatkan pemasukan tambahan dari usaha yang dilakukan,(wawancara pada hari Senin, 13 November 2017)”.

Hal tersebut sangat bermanfaat bagi pengerajin kayu atau mebel.

Pemerintah Kota Malang menggelar pelatihan pengolahan limbah kayu untuk

memberikan pengetahuan kepada IKM. Harapannya melalui pelatihan yang

digelar ini mampu menambah pendapatan industri kecil dan menengah di Kota

Pasuruan.

Melimpahnya limbah kayu dari hasil industri belum dimanfaatkan secara

optimal oleh para pelaku usaha. Padahal, pemanfaatan limbah kayu selain

ramah lingkungan, juga mendatangkan peluang baru bagi pelaku usaha. Oleh

sebab itu pelatihan untuk IKM sangat penting terkait dengan pemanfaatan

limbah kayu. Karena sebelumnya IKM lebih banyak tidak memanfaatkan

limbah tersebut hal tersebut disampaikan oleh narasumber lain yaitu Mas Yudi

selaku pelaku industri mebel, beliau mengatakan bahwa:

“Sebelumnya saya membakar limbah kayu tersebut, karena saya merasahal tersebut saya rasa tidak ada gunanya untuk di olah. Tapi sekaranglimbah tersebut memiliki nilai jual tersendiri. Selain itu tidak ada lagilimbah yang terbuang percuma (wawancara pada hari Senin, 13 November2017)”.

82

Karena hal tersebut dapat mendorong para pengusaha industri kayu untuk

mengolah limbah menjadi sebuah usaha baru, sehingga memiliki nilai jual yang

tinggi. Limbah ini jika kita manfaatkan bisa meningkatkan perekonomian.

Selama ini masih banyak dibakar, sekarang kami dorong bagaimana limbah ini

dimanfaatkan untuk diolah menjadi produk kerajinan. Selain pelatihan tersebut

Disperindag Kota Pasuruan juga mengadakan pelatihan yang serupa yaitu

pengembangan kerajinan dan limbah kayu hal tersbut disampaikan Mas Yudi

pelaku industri mebel:

“Disperindag Kota Pasuruan sudah berusaha sebaik mungkin jika terkaitdengan pengembangan usaha dengan memanfaatkan limbah kayu.Pelatihan tersebut memberikan ketrampilan pemanfaatan limbah sepertiserbuk gergaji menjadi benda-benda kerajinan, produk cendramata danaksesoris, hasilnya limbah ersebut menjadi produk baru seperti gantungankunci dan hiasan dinding. Sehingga menurut kami disperindag perlumengadakn pelatihan lain terkait dengan pemanfaat limbah atau yangberhubungan dengan pengembangan usaha yang kami lakukan,(Wawancara pada hari Senin, 13 November 2017)”.

Pelatihan ini dipandang sangat penting bagi pelaku IKM mebel karena

dalam proses produksi dalam pengolahan kayu, memotong, membelah dan

tahapan lainnya menghasilkan limbah. Sehingga pelatihan dalam hal

memberikan keterampilan proses pengolahan bahan dan pembuatan produk

bahan baku dari limbah mebel sangat penting guna meningkatkan nilai jual

limbah dan meningkatkan kreatifitas dan inovasi baru bagi pelaku IKM mebel.

Pelatihan dilakukan kepada para pelaku IKM untuk terus mengembangkan

kreatifitas dan inovasi agar mampu bersaing dengan pasar. hasil produk olahan

hasil limbah karya para perajin akan dipromosikan oleh Disperindag Jatim

83

melalui berbagai kegiatan, baik pameran ataupun bazar yang diselenggarakan

pemerintah daerah, hal tersebut akan dibahas dalam sub bab selanjutnya.

d. Pelibatan dalam Pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar

Tingkat perluasan akses pasar saat ini memang sangat penting dalam

upaya untuk mengembangkan luas wilayah pemasaran hasil-hasil produk para

pelaku usaha industri kecil dan menengah. Dalam memperluas wilayah akses

pemasaran dibutuhkan beberapa strategi dan trik untuk memperkenalkan hasil

produk para pelaku industri kecil dan menengah mebel di Kota Pasuruan ini

kepada masyarakat luas. Salah satu upaya Disperindag Kota Pasuruan yaitu

mempunyai program promosi berupa pameran atau kontak dagang dan ini

dilakukan diluar provinsi Jawa timur. Hal ini juga telah disampaikan oleh Ibu

Budiawati selaku Kepala Bidang Perindustrian bahwa

“Didalam pemasaran untuk memperluas akses pasar mebel kamimengadakan pameran perdagangan berupa program promosi pameranatau kontak dagang yang biasanyakita bawa ke luar provinsi Jawa Timuruntuk mengenalkan hasil produk IKM Mebel yang dimiliki KotaPasuruan. Jadi kalau pameran iya kita akan menggelar produk mebel dankalau kontak dagang itu biasanya kita datang ke suatu daerah danmengundang beberapa buyer dari daerah tersebut jadi semisaldistributor, pihak kadin. Nah IKM mebel yang kita bawa itu akanmempresentasikan tentang usaha mereka termasuk nanti kan tahundepan kan kita tidak bisa menghindari sudah era perdagangan bebas jadipemasaran yang dirasa paling efektif itu pemasaran melalui online. Jaditahun depan akan diadakan program pelatihan secara online.Dikarenakan selama ini para IKM mebel memasarkan secara mandirimelalui akun facebook, instagram, WA saja. (wawancara pada hariKamis, 9 November 2017 di Kantor Disperindag Kota Pasuruan).

Dari uraian diatas menjelaskan bahwa peranan pemerintah daerah Kota

Pasuruan sangat andil dalam perkembangan perluasan pasar dengan cara

84

promosi pameran perdagangan atau kontak dagang. Ini biasanya dilakukan di

luar provinsi Jawa Timur tujuannya untuk mengenalkan produk unggulan dari

Kota Pasuruan yaitu mebel. Adapun pameran yang dilakukan seperti menggelar

produk mebel karya pengrajin IKM dan juga melakukan kontak dagang ini

biasanya Disperindag beserta IKM mebel datang ke suatu daerah dan

mengundang beberapa buyer dari daerah tersebut semisal distributor dan pihak

kadi. Ini diharapkan agar dapat terjalinnya kerjasama antara pihak IKM dan

buyer sehingga dapat mengenalkan hasil produk mebel Kota Pasuruan lebih

luas lagi. Kontak dagang juga dilakukan oleh Disperindag Kota Pasuruan guna

meningkatkan pemasaran IKM mebel Kota Pasuruan, kontak dagang tersebut

dilakukan di Kendari, hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 7. Kegiatan Fasilitasi Kemitraan Usaha Perdagangan di Kendari,Sulawesi Tenggara

85

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota PasuruanHal ini diperkuat dengan hasil wawancara dari salah satu pelaku usaha

mebel yang telah mengikuti fasilitasi kemitraan usaha perdagangan yaitu Bapak

M. Wahyudi pemilik UD Adjie Bagus, beliau mengatakan:

“Untuk pemasarannya Disperindag turut membantu denganmempertemukan para pelaku industri mebel dengan buyer melaluipameran kontak dagang dimana saya akan mengenalkan hasil produkmebel dari Kota Pasuruan. Alhamdulillah selama ini respon dari buyerjuga baik dan mampu menjalin sebuah kerjasama hingga saat ini.(wawancara pada hari Jumat, 10 November 2017 Mebel pemilik KotaPasuruan)”.

Hal tersebut sangat penting bagi pelaku IKM lama dan dan pemula,

pameran merupakan sarana pemasaran yang tepat untuk memperkenalkan

produk serta mempromosikannya. Tidak hanya tentang produknya saja, profil

usaha juga penting untuk diedukasikan kepada masyarakat, dalam hal ini adalah

pengunjung. Citra pengusaha yang baik juga menentukan ketertarikan dan juga

loyalitas konsumen pada sebuah produk. Pemeran pernah diikuti oleh Nanang

Abdul Mukti UD Sulung Jaya, terkait dengan pameran IFEX, beliau

menyampaikan bahwa:

“Pameran dilakukan di Jakarta, pameran ini sangat bermanfaat bagikami sebab pembeli dapat mengekplorasi dan berkonsentrasiterhadap produk-produk mebel dan kerajinan yang mereka cari,selain itu juga terbuka untuk umum sehingga seluruh masyarakatmenjelajahi keindahan inovasi, desain, dan kreativitas berbagaiproduk mebel dan kerajinan terbaik yang ditampilkan di pameran ini,(wawancara pada hari Jumat, 10 November 2017 Mebel pemilik KotaPasuruan)”.

Pameran IFEX ini memiliki tujuan agar mebel dapat menunjukkan hasil

produknya. Terbukanya pameran ini untuk masyarakat umum maka bisa

86

membantu perluasan informasi kepada masyarakat Indonesia tentang kreatif

dan inovatif karya mebel dan kerajinan negeri sendiri. Inovasi dan

kreativitas dapat mendorong terciptanya produk-produk unggulan yang

memiliki nilai tambah optimal dan dapat menjadi market leader di pasar

global. Kita harus membangun citra positif di tingkat internasional bahwa

Indonesia adalah salah satu negara penghasil produk mebel dan kerajinan

terbaik di dunia. Selain pameran IFEX pemerintah daerah juga pernah

mengadakan pameran kontak yang dikuti oleh M. Wahyudi, UD Adjie

Bagus beliau menyampaikan bahwa:

“Pameran kontak dagang berbeda dengan pameran IFEX, dimanapameran ini setiap peserta dapat mempresentasikan berbagai produkinovatif kompetitif dihadapan para pelaku IKM lainnya. Karenapameran ini tidak hanya diikuti oleh seluruh IKM yang ada diIndonesia, sehingga ini sebagai wadah mencari informasi dari pesaingdan pemasaran yang lebih luas, (wawancara pada hari Jumat, 13November 2017 Mebel pemilik Kota Pasuruan)”.

Pameran dagang atau menjadi sebuah pameran yang diadakan pemerintah

daerah bagi IKM agar dapat mendemonstrasikan produk yang mereka buat. Hal

tersebut dilakukan untuk mempelajari aktivitas pesaing dan mengikuti tren dan

kesempatan baru. Dengan mepresentasikan produk pengunjung yang berada

dalam pameran tidak hanya tetapi mereka sengaja datang ke pameran-pameran

untuk mencari rekan bisnis untuk bekerja sama. Mereka bisa jadi adalah

investor, pemilik/ perwakilan dari usaha lain yang terkait, supplier, distributor

atau orang pemerintahan.Tidak menutup kemungkinan di dalam pameran juga

akan terjadi deal tertentu bahkan transaksi ditempat.

87

Berdasarkan hasil pemaparan diatas dapat dijelaskan bahwa pemerintah

daerah sudah berusaha maksimal untuk membantu memasarkan IKM mebel di

Kota Pasuruan. Pameran yang dilakukan pemerintah sudah disiapkan dengan

matang sehingga IKM hanya menyiapkan produk yang ikutkan dalam pameran.

Pelaku IKM merasakan dampak baik dari pameran yang selenggarakan seperti

pemasaran manjadi luas, mendapat informasi baru dari pesaing dan membuka

kesempatan baru bagi pelaku IKM.

D. Pembahasan

1. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangam Ekonomi Lokal Melalui

Pemberdayaan Sentra Industri Mebel

Pemerintah daerah dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan

public guna mempercepat terwujudnya kesejahterahan masyarakat disamping

sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Menurut Suhady dalam Riawan

(2009:197), “pemerintah (goverment) ditinjau dari pengertiannya adalah the

authoritative direction and administration of the affairs of men/woman in a nation,

state, city, etc”. Dalam bahasa Indonesia sebagai pengarahan dan administrasi

yang berwenang atas kegiatan masyarakat dalam sebuah negara, kota dan

sebagainya. Pemerintahan juga dapat diartikan dengan the governing body nation,

state, city, etc yaitu lembaga atau badan yang menyelenggarakan pemerintah

negara, negara bagian, atau kota dan sebagainya.

Kemudian dalam peranan pemerintah daerah dalam pemberdayaan industri

kecil sudah sangat jelas, bahwa peran pemerintah jelas dibutuhkan dalam

88

pembinaan dan pengembangan industri kecil agar tetap berperan dalam

mewujudkan perekonomian nasional yang semakin baik dan seimbang berdasarkan

demokrasi ekonomi di Indonesia. Dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah

memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang produksi dan pengolahan,

pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi. Aspek pengembangan

industri kecil yang ada di Indonesia agar menjadi sebuah usaha yang tangguh dan

mandiri ini berarti bahwa seiring dengan berjalanannya waktu, usaha kecil akan

dapat meningkatkan pendapatan usahanya tersebut merupakan aspek terpenting

bagi tercapainya tujuan menjadi industri yang tangguh dan mandiri.

Dari pemeranan pemerintah yang telah ada tercantum diperundang-

undangan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi Jawa Timur No.

6 tahun 2011 tentang pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah pasal 14.

Adapun pemberdayaan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengan dapat

dilakukan pemerintah dalam bentuk: a) fasilitasi permodalan, b) dukungan

kemudahan pemerolehan bahan baku dan fasilitas pendukung dalam proses

produksi, c) pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan manajer

yang dan produksi serta lain-lain jenis pendidikan dan pelatihan yang dapat

mendukung pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah, d) pelibatan dalam

pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar.

Berdasarkan penelitihan yang terus dilakukan bahwa dalam peranan

pemerintah daerah Kota Pasuruan dalam pengembangan ekonomi lokal melalui

pemberdayaan industri mebel sudah mengalami peningkatan kualitas dalam

89

melayani kebutuhan masyarakat. Hal ini pula dituturkan oleh Ibu Budiawati selaku

salah satu kepala bidang dibidang perindustrian Kota Pasuruan. Dengan adanya

peraturan yang di buat oleh pemerintah mengenai pengembangan dan

pemberdayaan untuk usaha industri kecil maupun menengah ini mampu

meningkatkan mutu kualitas kerja para pegawai dinas terkait.

a. Fasilitas Permodalan

Modal merupakan salah satu segi fungsional manajemen di samping

pemasaran dan produksi dalam kelangsungan suatu usaha. Tanpa adanya modal,

suatu usaha tidak akan berjalan dengan baik begitu juga pada para pelaku usaha

sentra industri mebel juga membutuhkan modoal usaha untuk pengembangannya.

Hardjanto (2012:73) yang menggungkapkan bahwa keterbatasan modal

kerja/investasi menjadikan kelemahan tersendiri dari industri kecil. Keterbatasan

modal akan menjadi faktor penghambat dalam menjalankan industri karena pelaku

industri tidak mampu mengembangkan industrinya serta tidak mampu memenuhi

kebutuhan pasar. Apabila keterbatasan modal yang dimiliki pelaku industri tidak

segera mendapatkan perhatian khusus ataupun solusi, maka hal tersebut bisa

memberikan dampak buruk yang bisa menjadi ancaman tersendiri bagi pelaku

industri dan resiko terhadap pengembangan industri kedepannya.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan mengambil peran

penting dalam memberikan fasilitas permodalan dan bantuan finansial kepada para

pelaku sentra industri mebel dengan adanya kerjasama yang terjalin oleh Bank

Perkreditan Rakyat Kota Pasuruan. Dinas berperan untuk mensurvey layak

90

tidaknya IKM yang akan menerima peminjaman modal. Jika IKM dirasa layak

menerima peminjaman modal selanjutnya dinas memberikan surat pengantar yang

ditunjukkan kepada bank perkreditan rakyat untuk ditindak lanjuti dan dengan

persyaratan yang sudah ditentukan pihak bank.

Melalui pinjaman modal diharapkan mampu memberikan motivasi kepada

pelaku industri kecil menengah mebel agar lebih meningkatkan proses

produksinya dengan mengembangkan desain-desain yang lebih menarik dan dapat

berdaya saing dengan kualitas dari produk lokal dari daerah domestik maupun

internasional karena ini sudah memasuki era pasar global jelas di tuntut untuk

memiliki daya saing yang tinggi. Sulistiyani (2004:98) menyatakan bahwa dalam

memberikan pemberdayaan pemerintah dapat memberikan pemberdayaan fasilitas

berupa bantuan dana.

Kebijakan tersebut terjadi pro dan kontra dimana IKM mebel kurang

merespon dengan baik, hal ini dikarenakan banyak para pengrajin dan pelaku

industri kecil mebel yang merasa bahwa jika meminjam di Bank bunganya terlalu

besar dan takut tidak bisa melunasi tepat waktu. Ada yang berpendapat IKM mebel

mengganggap bahwa belum membutuhkan pinjaman modal ke bank. Seingga

dalam kaitannya pemberian fasilitas modal pemerintah Kota Pasuruan belum bisa

membantu para industri kecil mebel Kota Pasuruan.

Programm pemberian fasilitas modal dengan dana pinjaman tidak

sepenuhnya tidak mendapatkan respon dari IKM, sebab ada beberapa IKM yang

menggunakan fasilitas tersebut. Sehingga bantuan tersebut dirasa memang sangat

91

membantu guna mengembangkan usaha yang sedang dilakukan dan dapat

menunjang hasil produksi mebel. Pemberdayaan merupakan pemberian

kesempatan atau memfasilitasi aksesbilitas terhadap sumber daya berupa modal.

Sebagai langkah guna meningkatkan permodalan pada pelaku industri, pemerintah

daerah dapat memberikan pemberdayaan berupa pinjaman modal kepada pelaku

pengusaha/pengrajin mebel (Sumodiningrat dalam Mardikanto dan Soebianto,

2013:33).

Berdasarkan hal tersebut maka penting bagi Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Pasuruan perlu mngkaji kebjikan yang sudah dibuat dan

memberikan evaluasi, sehingga Disperindag mampu mengambil peran yang fital

dalam memberikan fasilitas modal. Disperindag Kota Pasuran dapat membuat

kebijakan baru yang dilandasi memberikan fasilitasi permodalan menurut

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomer 6 tahun 2011 dalam pasal 20 ayat 1

bertujuan untuk: a) memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi usaha mikro,

kecil dan menengah untuk mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan

selain bank, b) memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringan

sehingga dapat diakses oleh usaha, mikro, kecil dan menengah, c) memberikan

kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak

diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, d) membantu para pelaku usaha mikro dan usaha kecil untuk

mendapatkan pembiayaan dan jasa produk keuangan lainnya yang disediakan oleh

perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem

92

konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh

Pemerintah.

b. Dukungan perolehan bahan baku dan fasilitas pendukung dalam proses

produksi

Ketika menjalankan suatu industri, aspek ketersediaan bahan baku menjadi

faktor penting yang harus dimiliki oleh industri. Ketersediaan bahan baku sering

diartikan sebagai unsur pokok yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha dalam

menjalankan industri guna menciptakan suatu barang. Dengan adanya bahan baku

yang dimiliki, maka pelaku industri mampu membuat segala keperluan yang

dibutuhkan masyarakat seperti meja, kursi, lemari tempat tidur ,dsb. Permasalahan

akan keterbatasan bahan baku sering dirasakan oleh sektor industri khususnya

industri kecil dan menengah. Menurut Prawirosentoso (2001;61) bahan baku

adalah bahan utama dari suatu produk atau barang.

Bahan baku yang dibutuhkan dalam industry kecil menengah adalah kayu,

sehingga penting bagi Disperindag Kota Pasuruan menyediakan bahan baku yang

harganya murah dan mudah untuk didapatkan. Namun pada keyataannya banyak

IKM mebel di Kota Pasuruan tidak mendapakan fasilitas terbsebut. Meskipun

Disperindag Kota Pasuruan sudah membuat kebijakan untuk megimpor kayu dan

menyediakan akses informasi yang bisa didapatkan media elektronik, hal tersebut

tidak berjalan dengan baik, karena banyak IKM yang tidak mengetahuinya, hal

93

tersebut bisa saja terjadi apabila pemerintah daerah kurang mensosialisasikannya

kepada masyarakat.

Hal tersebut bisa tidak berjalan ada kemunginan karena masyarakat

memandang bahwa ketersediaan bahan baku masih mudah untuk dicari. IKM

mebel menatakan bahwa bahan baku kayu sudah memiliki penjual dan pengepul

sendiri untuk bahan pembuatan mebelnya. Jadi dalam penyediaan bahan baku

dirasa tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya. Jika sebelumnya pengrajin

mengalami kesulitan mendapatkan kayu karena harus melalui proses lelang dengan

volume yang besar sehingga membutuhkan modal besar dan mengharuskan IKM

untuk membeli di pedagang kayu dengan harga yang relatif tinggi sebab sudah di

pihak yang kesekian. Namun para IKM mebel saat ini bisa melakukan pembelian

bahan baku kayu melalui website yang telah disediakan oleh Pihak Perhutani

dengan alamat www.tokoperhutani.com dengan harga yang terjangkau dan akan

menguntungkan bagi para IKM. Program yang ditawarkan di toko online tersebut

menggunakan sistem kontrak dan pembelian retail jadi para pelaku usaha mebel

bisa membeli bahan baku kayu dalam volume kecil.

Namun pemberdayaan yang diberikan oleh Dinas belum berjalan secara

merata, karena masih banyak industri kcil dan menengah yang belum mengetahui

tentang adanya kebijakan yang dikeluarkan pihak perhutani dalam memperoleh

bahan baku yang terjangkau. Dan di dalam memberikan fasilitas pendukung dalam

proses produksi baik secara praktisi dan akademisi juga dinilai belum benar-benar

dirasakan oleh seluruh industri kecil dan menengah mebel di Kota Pasuruan.

94

Diharapkan dengan adanya hasil penelitian dilapangan pihak dinas perindustrian

dan perdagangan kota Pasuruan mampu meningkatkan pemberdayaan dalam

mendukung perolehan bahan baku dengan memberikan informasi dan sosialisasi

bagi seluruh industri kecil dan menengah mebel di Kota Pasuruan agar dapat

memberikan manfaat dan berguna bagi kemajuan industri mebel di Kota Pasuruan.

Fasilitas lain yang sudah diterapkan oleh Disperindag Kota Pasuruan terkait

dengan proses produksi adalah membantu dalam hal legalitas produk yang dijual

SVLK. Penerbitan SVLK sebenarnya dianggap positif dalam rangka menata sistem

tata kelola kayu. Pemerintah pun menggenjot industri untuk mengurus SVLK.

Dengan SVLK, industri harus mengetahui sumber kayu yang beredar dan

diperdagangkan. SVLK hendak memastikan produk kayu bahan bakunya berasal

sumber yang jelas asal usulnya, pengelolaannya legal, meliputi asal-usul kayu, izin

penebangan, sistem dan prosedur penebangan, pengangkutan, pengolahan, dan

perdagangan atau pemindahtanganannya dapat dibuktikan. Namun pelaku IKM

merasa bahwa baiaya yang dikuarkan untuk mengurus SVLK sangat besar.

Dimana berdasarkan data untuk biaya pendampingan sebesar 10 juta, sedangkan

khusus untuk mengurus di lembaga survey antara 25 juta hingga 40 juta,

sebenarnya dalam kepengurusan SVLK tergantung dari lembaga survey tersebut.

Penerbitan SVLK adalah komitmen Pemerintah dalam memerangi

pembalakan liar dan perdagangan kayu illegal. Perwujudan good forest

governance menuju pengelolaan hutan lestari. Permintaan atas jaminan legalitas

kayu dalam bentuk sertifikasi dari pasar internasional, khususnya dari Uni Eropa,

95

Amerika Serikat, Jepang dan Australia. Sebagai bentuk "National Insentive" untuk

mengantisipasi semakin maraknya permintaan skema sertifikasi legalitas kayu dari

negara asing, seperti skema FSC, PEFC. Namun penerbitan SVLK hanya

dirasakan industry dalam skala besar karena industri kecil merasa SVLK dalam

kepengurusannya memakan banyak biaya sehingga IKM tidak memilikinya.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam

mengatasi ketidakberdayaan pada industri mebel Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Pasuruan sudah berperan memberikan pemberdayaan kepada

pelaku industri mebel berupa sosialisasi kebijakan dari pihak perhutani yang

ditujukan bagi para industri kecil menengah mebel dalam memperoleh bahan baku

mebel yaitu kayu dimana para IKM mebel bisa membeli bahan baku kayu dengan

jumlah kecil dengan harga terjangkau sehingga memberikan keuntungan bagi para

pengrajin mebel. Adapun fasilitas pendukung dalam proses produksi yang

dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan yaitu

penerbitan SVLK yang belum benar-benar bisa dirasakan dampaknya oleh seluruh

industri kecil dan menengah mebel di Kota Pasuruan. Maka dari itu diharapkan

dengan adanya hasil penelitian dilapangan pihak dinas perindustrian dan

perdagangan kota Pasuruan mampu meningkatkan pemberdayaan dalam

mendukung perolehan bahan baku dengan memberikan informasi dan sosialisasi

kepada seluruh industri kecil dan menengah mebel di Kota Pasuruan agar dapat

memberikan manfaat dan berguna bagi kemajuan industri mebel di Kota Pasuruan.

96

c. Pendidikan dan Pelatihan

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penentu dalam

setiap usaha namun disini lain sumberdaya manusia juga merupakan salah satu

kedala yang selalu dihadapi oleh industri kecil diberbagai wilayah Indonesia

terutama hal kreatifitas dan inovasi yang sangat dibutuhkan untuk menjaga dan

mempertahankan kualitas produk. Kualitas sumber daya yang masih rendah

berdampak pada terbatasnya inovasi dari produk mebel yang dihasilkan, lemahnya

kemampuan pengusaha batik dalam menghadapi setiap hambatan dan rendahnya

kemampuan bersaing. Pada dasarnya industri mebel di Kota Pasuruan sangat

potensial untuk dikembangkan, akan tetapi hal tersebut terhambat dengan

rendahnya SDM yang menyebabkan potensi yang dimiliki terhambat dengan

rendahnya SDM yang menyebabkan potensi yang dimiliki kurang berkembang

dengan maksimal.

Permasalahan akan rendahnya SDM yang dialami oleh industri mebel di

Kota Pasuruan sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Tambunan

(2002:73) menjelaskan bahwa, permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil dan

menengah salah satunya keterbatasan sumber daya manusia. Rendahnya

kemampuan SDM yang dimiliki oleh pengusaha mebel memperoleh pengetahuan

dan ketrampilan melalui pemberdayaan. Sulistiyani (2004:98) menyatakan bahwa

pemberdayaan dapat dilakukan melalui edukasi. Karena dengan adanya pendidikan

dan pelatihan, pelaku industri bisa mendapatkan pengetahuan lebih guna

meningkatkan kualitas SDM.

97

Bentuk pendidikan dan pelatihan menurut peraturan daerah provinsi Jawa

Timur nomer 6 tahun 2011 pasal 14 adalah pendidikan pelatihan yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan produksi serta lain-lain jenis

pendidikan dan pelatihan yang dapat mendukung pemberdayaan usaha mikro, kecil

dan menengah. Dalam pasal 35 dijelaskan pula pengembangan dalam bidang

sumber daya manusia dilakukan dengan cara : a) memasyarakatkan dan

membudayakan kewirausahaan, b) meningkatkan ketrampilan teknis dan

manajerial, c) membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan

untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreatifitas

usaha, dan penciptaan wirausaha baru.

Adapun bentuk pendidikan dan pelatihan yang akan dilakukan oleh

Disperindag Kota Pasuruan memberikan pendidikan tentang manajemen usaha

seperti perencanaan usaha, teknik pemasaran, dan keuangan menghitung laba

ruginya suatu usaha yang dijalankan. Kemudian pelatihan yang akan dilakukan

yaitu tahapan finishing, tahap finishing yaitu tahap pengecatan, pemlituran, dan

pemberian warna dalam hasil produk kerajinan. Dengan adanya pelatihan dan

pendidikan yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan

pendapatan perekonomian masyarakat yang menggantungkan hidup dengan

bekerja pada bidang kerajinan mebel di Kota Pasuruan.

Pendidikan dan pelatihan yang sudah diikuti IKM mebel yang

diselenggrakan oleh Disperindag Kota Pasuruan adalah pemanfaatan dan

pengelolaan limbah kayu. Melimpahnya limbah kayu dari hasil industri belum

98

dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku usaha. Padahal, pemanfaatan limbah

kayu selain ramah lingkungan, juga mendatangkan peluang baru bagi pelaku

usaha. Sehingga limbah memiliki nilai jual yang tinggi. Limbah ini jika

dimanfaatkan bisa meningkatkan perekonomian. Selama ini masih banyak dibakar,

sekarang kami dorong bagaimana limbah ini dimanfaatkan untuk diolah menjadi

produk kerajinan. Pelatihan dilakukan kepada para pelaku IKM untuk terus

mengembangkan kreatifitas dan inovasi agar mampu bersaing dengan pasar. hasil

produk olahan hasil limbah karya para perajin akan dipromosikan oleh

Disperindag Jatim melalui berbagai kegiatan, baik pameran ataupun bazar yang

diselenggarakan pemerintah daerah.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan

pelatihan yang dilakukan Diperindag Kota Pasuruan sudah dijalan dengan baik.

Meskipun demkian karena SDM IKM yang rendah maka pendidikan dan pelatihan

yang sudah menjadi agenda disperindag Kota Pasuruan harus segera dikemas

dengan matang dan dilaksanakan. Dengan pendidikan dan pelatihan tersebut

diharapkan skil dan kemampuan IKM dalam berwirausaha jauh lebih unggul.

d. Pelatihan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar

Untuk mencapai tujuannya, setiap industri kecil dan menengah harus dapat

mengarahkan kegiatan usahanya agar dapat menghasilkan produk yang dapat

memberikan kepuasan dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen,

sehingga dalam jangka panjang IKM akan mendapatkan laba atau keuntungan

yang diharapkan dan akhirnya IKM akan berkembang dengan baik. Oleh karena

99

itu, keberhasilan suatu industri kecil dan menengah sangat ditentukan oleh

keberhasilan dari pemasaran produk yang dihasilkannya. Menurut Fred, Hahn dan

Kenneth, Mangun dalam buku “Beriklan dan Berpromosi Sendiri”(1999: 16)

mengatakan bahwa: Pameran adalah sarana pemasaran yang paling efektif untuk

melakukan kampanye, baik kampanye pengenalan produk atau sosialisasi program.

Secara terperinci, pameran dapat berfungsi untuk memamerkan, menyampaikan

informasi dan keunggulan suatu produk ke masyarakat sebagai target audiensnya,

sekaligus sebagai upaya meningkatkan penetrasi pasar.

Pameran merupakan salah satu bagian dari pemasaran yang terintregasi,

sehingga mampu menciptakan aktivitas komunikasi yakni tersampaikannya arus

informasi antara produk pada pengunjungnya. Maka dapat dikatakan pameran

merupakan salah satu aktivitas penunjang operasi penjualan dan distribusi yang

efektif, khususnya dalam menciptakan terjadinya selling out atau penjualan produk

ke konsumen akhir. Menurut Fred E. Hahn dan Kenneth G. Mangun, (1999:16)

“Pameran berada pada tingkat nomor dua sebagai media pemasaran paling jitu,

karena ketika mendatangi sebuah pameran terdapat material pemasaran berupa

dekorasi produk yang menarik, mulai dari pintu masuk salah satu ruang pamer

hingga sampai ke rak display-nya, akan dijumpai aneka jenis iklan kreatif yang

menarik.”

Di dalam perluasan akses pasar saat ini memang sangat penting dalam

mengembangkanwilayah pemasaran hasil-hasil produk para pelaku usaha industri

kecil dan menengah. Peran pemerintah daerah dalam pengembangan pasar maupun

100

pemasaran sangat dibutuhkan ini sejalan dengan pendapat Sjaifudin (1995:66-75)

dalam meningkatkan akses usaha kecil kepada pasar dengan cara meningkatkan

pola hubungan produksi sub-kontrak dan promosi. Pola keterkaitan (vertikal) sub-

kontrak lebih diprioritaskan bagi usaha-usaha kecil karena secara ekonomi usaha-

usaha kecil menjadi sub-kontrak dalam memperoleh jaminan pasar, dan

kontinuitas produksi. Kemudian untuk perluasan wilayah pemasaran dan

perdagangan yang diperlukan untuk meningkatkan jumlah penjualan hasil industri

kerajinan mebel maka dalam pelaksanaannya harus lebih diperluas lagi jaringan

usaha industri kerajinan mebelnya. Dengan tahap memperkenalkan dahulu produk-

produk seni kerajinan mebel yang telah dihasilkan untuk memperlibatkan pada

masyarakat luas hasil produksi kerajinan mebel.

Keterlibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar

merupakan salah satu satu unsur yang terkandung dalam pembangunan sektor

industri. Pembangunan sektor industri merupakan cara yang ditempuh agar sektor

industri menjadi lebih baik lagi dengan menempatkan pameran perdagangan

menjadi aspek yang penting yang harus dilaksanakan karena dengan mengikuti

pameran perdagangan maka sektor industri bisa memperluas akses pasar sehingga

dapat mempengaruhi berkembangnya industri. Pernyataan serupa terkandung

dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No 6 Tahun 2011 pasal 14 tentang

bentuk-bentuk pemberdayaan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah

dilakukan dalam pelibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses

pasar.

101

Keterlibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar

dinas perindustrian dan perdagangan Kota Pasuruan memiliki peranan sangat andil

dalam perkembangan perluasan pasar dengan cara promosi pameran perdagangan

atau kontak dagang. Ini biasanya dilakukan di luar provinsi Jawa Timur tujuannya

untuk mengenalkan produk unggulan dari Kota Pasuruan yaitu mebel. Adapun

pameran yang dilakukan seperti menggelar produk mebel karya pengrajin IKM

dan juga melakukan kontak dagang ini biasanya Disperindag beserta IKM mebel

datang ke suatu daerah dan mengundang beberapa buyer dari daerah tersebut

semisal distributor dan pihak kadin. Yang mana para IKM wajib

mempresentasikan usahanya agar distributor dan pihak kadin tertarik dengan usaha

mebel yang di promosikan sehingga terjalinnya kerjasama antara pihak IKM dan

buyer dan dapat mengenalkan hasil produk mebel Kota Pasuruan lebih luas lagi,

sebagai contoh Disperindag datang berkunjung di Kota Pangkal Pinang.

Peran Dinas perindustrian dan perdagangan Jawa Timur yang diberikan

untuk para IKM mebel Kota Pasuruan memberikan kesempatan bagi IKM mebel

Kota Pasuruan untuk ikut serta dalam pamaren produk yang dimiliki. Pemasaran

tersebut diharpkan dapat memberikan dampak baik bagi pelaku IKM mebel dalam

pemasaran guna memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, karena pemintaan

pasar yang meningkat dan pemasaran yang lebih luas.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Pasuruan sudah berkontribusi memberikan pemberdayaan

keterlibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar. Namun

102

pemberdayaan pemasaran melalui pameran yang diberikan oleh Dinas belum

berjalan secara merata, masih banyak industri kecil dan menengah yang

melakukan promosi secara mandiri melalui akun facebook, instagram, dan WA

milik pribadi. Pemberdayaan yang telah dilakukan dinas melalui pameran

perdagangan dan kontak dagang ini mampu membuat para industri kecil dan

menengah mebel mendapatkan solusi dan kedepannya sektor industri mebel bisa

lebih maksimal menjalankan idnustrinya guna menciptakan produk yang

berkualitas dan mampu untuk meningkatkan daya saing. Dinas sebagai fasilitastor

sudah ikut dalam menghadapi permasalahan industri kecil dalam hal pmemperluas

akses pasar.

Langkah yang ditempuh dalam keterliatan dalam pameran perdagangan

untuk memperluas akses pasar belum bisa berjalan merata. Hal tersebut bisa dilihat

dari penetapan yang diungkapkan Kesi (2011) bahwa proses pemberdayaan yang

diukur dari salah satu sisi, sama halnya pelaksanaan program pemberdayaan yang

sudah terselenggara ternyata belum dapat berjalan merata sehingga pemberdayaan

belum sepenuhnya berhasil dan diperlukan adanya peningkatan.

103

BAB V

KESIMPULAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil suatu

kesimpulan oleh penulis tentang Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan

Ekonomi Lokal melalui Pemberdayaan Sentra Industri Mebel. Dari hal tersebut

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran pemerintah daerah dalam memberikan pemberdayaan pada sentra

industri mebel yaitu fasilitasi permodalan yang telah diberikan kemudahan

berupa pinjaman modal dimana pemerintah daerah melakukan kerjasama

dengan Bank Perkreditan Rakyat Kota Pasuruan. Hal ini diharapkan mampu

memberikan motivasi kepada para pelaku sentra industri mebel agar lebih

meningkatkan proses produksinya.

2. Peran pemerintah daerah dalam memberikan pemberdayaan pada sentra

industri mebel yaitu dukungan perolehan bahan baku dimana Pemda

bekerjasama dengan pihak perhutani untuk memberikan sosialisasi kepada

para pelaku sentra industri mebel agar dapat membeli bahan baku dengan

harga yang terjangkau dan berkualitas melalui website www.perhutani.com.

Adapun fasilitas pendukung dalam proses produksi yang diberikan

Pemerintah daerah yaitu penerbitan SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas

104

Kayu). Ini merupakan komitmen Pemerintah dalam menata sistem tata kelola

kayu, memerangi pembalakan liar dan perdagangan kayu ilegal.

3. Peran pemerintah daerah dalam memberikan pemberdayaan pada sentra

industri mebel yaitu pendidikan dan pelatihan. Dimana bentuk pendidikan

dan palatihan yang diberikan berupa tata kelola manajemen usaha, kegiatan

pemberdayaan masyarakat dalam pengelolahan limbah kerajinan mebel dan

kegiatan pengembangan teknik ukir agar para pelaku mampu

mengembangkan kreatifitas dan inovasi.

4. Peran pemerintah daerah dalam memberikan pemberdayaan pada sentra

industri mebel yaitu pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar. Hal

ini dilakukan dengan cara mengikuti pameran IFEX di Jakarta yang

bertujuan mengenalkan masyarakat luas tentang hasil produk unggulan

Kota Pasuruan. Selain itu terdapat kontak dagang yang diadakan di

Kendari ini bertujuan agar IKM Kota Pasuruan mampu menjalin

kemitraan dalam usaha dengan distributor dan pihak kadin daerah

tersebut.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mempunyai

beberapa saran atau rekomendasi sebagai alternatif pemecahan masalah. Dalam hal

ini pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel:

1. Sebaiknya peran pemerintah daerah dalam memberikan fasilitasi permodalan

kepada para pelaku sentra industri mebel dengan cara melakukan jaringan

105

kerjasama dengan beberapa perbankan di Kota Pasuruan untuk memberikan

fasilitasi peminjaman modal kepada para pelaku industri mebel dengan bunga

yang rendah dan persyaratan yang mudah, pemerintah daerah juga bisa

membentuk koperasi khusus IKM mebel dan juga pemerintah daerah bisa

mengajukan dana CSR (corporate social responbility) dari perusahaan BUMN

dan swasta yang digunakan untuk kepentingan sosial.

2. Sebaiknya peran pemerintah daerah dalam memberikan dukungan perolehan

bahan baku dan fasilitas pendukung dalam proses produksi perlu adanya

perencanaan tentang anggaran yang diajukan kepada Kementrian Perindustrian

dan Perdagangan Kota Pasuruan untuk mendapatkan bantuan alat-alat modern

permebelan yang dapat digunakan sebagai penunjang proses produksi agar

barang yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan mampu menembus pasar

internasional.

3. Sebaiknya peran pemerintah daerah dalam pendidikan dan pelatihan kepada para

pelaku sentra industri mebel lebih bervariasi agar dapat menambah pengetahuan

serta mampu mengasah kemampuan para pelaku industri mebel. Adapun

pendidikan dan pelatihan yang bisa dilakukan yaitu pemberian pengarahan

tentang teknik desain mebel dan pengarahan tentang pengetahuan standart mutu

mebel.

4. Sebaiknya peran pemerintah daerah dalam pameran perdagangan untuk

memperluas akses pasar kepada para pelaku sentra industri mebel perlu

ditingkatkan dalam hal mengadakan pameran expo mebel yang dilaksanakan

106

Pemerintah Kota Pasuruan ditingkat lokal, regional, nasional maupun

internasional agar hasil produk-produk yang dihasilkan oleh IKM mebel Kota

Pasuruan mampu dikenal masyarakat luas.

107

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Subarsimi. 2009. Prosedure Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik,Edisi revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arsyad, Lincolin. 1999. Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta. STIE KDN

Fred E., Hahn., & Kenneth G., Mangun. 1999. Beriklan dan Berpromosi Sendiri,alaih Jakarta: PT. Grasindo.

Hardjanto, Imam. 2012. Modul Enterpreneur Governance. FIA UB.

Johanta, A. (2012). Analisis kinerja pameran dagang industry kerajinan Indonesia(studi kasus trade expo Indonesia, 2011). Skripsi, Fakultas Ekonomi,Univesrsitas Indonesia

Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat melaluiKemitraan guna Mewujudkan Ekonomi yang Tangguh dan Mandiri.Pdf. Diakses dari http//.ginandjar.com pada tanggal 1 Maret 2017pukul 12.45

Kesi, W. 2011. Model Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal EkonomiPembangunan, Vol. 12 Nomor 1, Juni 2011, hlm. 15-27. FakultasEkonomi Universitas Semarang.

Lestari, A. W., & Woyanti, N. (2011). Pengaruh jumlah usaha, nilai investasi, danupah minimum terhadap permintaan tenaga kerja pada industri kecildan menengah di Kabupaten Semarang. Skripsi. UniversitasDiponegoro).

Mardikanto, Totok dan Soebianto, Poerwoko. 2012. Pemberdayaan Masyarakatdalam Prespektif Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfaberta.

Mardikanto, Totok dan Soebianto, Poerwoko. 2013. Pemberdayaan Masyarakatdalam Prespektif Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfaberta.

Miles, Mathew B, A. Michael Huberman dan Johny Saldana. 2014. QualitativeData Analysis, A Methods Sourcebook, Edisi ketiga. SagePublications: Inc

Moleong, Lexy J.2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi revisi. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.Offset.

Muluk, Khoirul M. R. 2006. Desentralisasi dan Pemerintah Daerah. Malang:Bayumedia.

Noor, H. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta : Graha Ilmu

108

Prawirosentoso, Suyadi. 2001. Manajemen Operasi: Analisis dan Studi Kasus,edisi ke 3 cetakan ke 1, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Riawan, Tjandra. 2009. Peradilan Tata Usaha Negara, Mendorong TerwujudnyaPemerintah yang bersih dan berwibawa, Universitas Atma Jaya.Yogyakarta.

Riyadi, E., & Supriyadi, B.K. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah: StrategiMenggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah, Jakarta, PTGramedia Pustaka Utama.

Sondang, P. S. 2008. Manajemen SDM. Cet 16. Jakarta : Bumi Aksara.

Sondang, P. S. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta.

Siswanto, I. (2015). Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan unit produksidi smk daerah istimewa yogyakarta. Jurnal Penelitian danPengabdian kepada Masyarakat UNSIQ, 2(2).

Sjaifudin, Hetifah, 1995. Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil.Bandung. Yayasan Akgita.

Starling, G, 1998. Managing the Public Sector. 5th Edition. Florida.

Sulistiyani, A. T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.Yogyakarta: Gava Media.

Sumarsono, S. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan KebijakanPublik. Jogyakarta : Graha Ilmu.

Supriyadi, Edy. 2007. Telaah kendala Penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal:Pragmatisme dalam Praktek Pendekatan PEL. Jurnal PerencanaanWilayah dan Kota 18 (2): 103-123.

Suryono, Agus dan Tri Laksono Nugroho. 2004. Pengantar Teori pembangunan.Malang: penerbit UM Press.

Suryono, Agus dan Tri Laksono Nugroho.2008. Paradigma Model.

Tambunan, Tulus T.H. 2000. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: BeberapaIsu Penting. Jakarta: Salemba Empat.

Tambunan, Tulus T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: BeberapaIsu Penting. Salemba Empat. Jakarta.

Tambunan, Tulus T.H. 2009. UMKM di Indonesia. Perpustakaan Nasional

Tohar, M. 2002. Membuka Usaha Kecil. Jakarta .Kanisius.

109

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 16 Tahun 2011 TentangPemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pasal 14

Peraturan Walikota Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok dan FungsiDinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan

Perda Kabupaten Pasuruan nomor 2 Tahun 2008 tentang RPJD Tahun 2005-2025

Perda Kabupaten Pasuruan nomor 4 Tahun 2009 tentang Retribusi PengolahanMebel Kayu

Rencana Pembangunan Jangka Panjang tahun 2008-2025 Dinas Perindustrian danPerdagangan Kota Pasuruan.

Undang-Undang nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil

Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

Undang-Undang nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

Tap MPR nomor XIV Tahun 1998