PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAMPENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL MELALUIPEMBERDAYAAN SENTRA INDUSTRI MEBEL
(Studi pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan)
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian SarjanaPada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
CAROLINENIM. 135030101111172
UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS ILMU ADMINISTRASIJURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
MALANG2018
i
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkautelah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”(QS. Al-Insyirah, 6-8)
“Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk
merubah dunia”(Nelson Mandela)
v
RINGKASAN
Caroline, 2018, Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Ekonomi LokalMelalui Pemberdayaan Sentra Industri Mebel (Studi pada Dinas Perindustriandan Perdagangan Kota Pasuruan) Dr. Riyanto, Drs., M.Hum
Dalam era otonomi daerah dan perdagangan bebas yang ada di Indonesia,industri kecil memberikan kontribusi terhadap pembangunan perekonomian negara.Produk industri kecil dan menengah (IKM) mebel di Kota Pasuruan sangat berpotensiuntuk dikelola menjadi produk yang berkualitas ekspor, dan produk industri ini pulamerupakan produk unggulan dari Kota Pasuruan. Namun adanya kendala danpermasalahan yang dihadapi pemerintah dalam peranannya dalam memberdayakanindustri kecil mebel yakni pada pemasaran produk, permodalan, pemerolehan bahanbaku, dan fasilitas yang masih kurang. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untukmenjawab : 1) Bagaimana Peran Dinas Perindustrian, dan Perdagangan dalammeningkatkan pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industrimebel di Kota Pasuruan? Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam perananpemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentraindustri mebel di Kota Pasuruan ini didasarkan pada beberapa landasan teori yangdigunakan adalah Pemerintah Daerah, Pengembangan Ekonomi Lokal,Pemberdayaan, dan Industri Kecil dan Menengah.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif denganpendekatan deskriptif, dengan memfokuskan permasalahan pada Peran DinasPerindustrian, dan Perdagangan dalam meningkatkan pengembangan ekonomi lokalmelalui pemberdayaan sentra industri mebel di Kota Pasuruan. Penelitian inidilakukan secara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Model analisis data yangdipergunakan adalah model analisis data Miles Huberman dan Saldana yang terdiridari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasilpenelitian merujuk pada pelaksanaan pemberdayaan industri kecil menengah sentraindustri mebel tersebut telah dilaksanakan oleh Disperindag dengan baik. Dibuktikandengan adanya perubahan pada peningkatan hasil sektor produktifitas pada tiaptahunnya, karena adanya peranan pemerintah dalam pemberian beberapa fasilitasuntuk industri kecil menengah seperti bantuan permodalan, pemberian pendidikandan pelatihan bagi tenaga kerja industri yang mampu meningkatkan kualitassumberdaya manusia, serta bantuan pemasaran hasil industri kecil. Diharapkandengan adanya program pemberdayaan yang telah dibuat pemerintah mampu lebihmeningkatkan lagi perekonomian yang ada di kawasan sentra industri mebel di KotaPasuruan.
Kata Kunci : Peran, Pemberdayaan, Industri Kecil Menengah
vi
SUMMARY
Caroline, 2018, Role Of The Government Are On The Local Economic DevelopmentThrough The Empowerment Of Furniture Central Industry ( Study On The industryand Commerce Department Of Pasuruan City) : Dr. Riyanto, Drs., M. Hum
In this autonomy era and free commerce in Indonesia, small industry givescontribution on the economic development of the country. The product of smallfurniture industry (IKM) in Pasuruan city qualified to manage become product whichis eksport quality, and this industry product as the main product from Pasuruan city.But there are still many obstacles and problems that has to face of the government ondoing the role to empowerment the furniture small industry on the market product,capitalization, how to get raw material and need more facilities. Therefore, thisresearch goals to answered the questions of : 1) How the role of industry andcommerce department to increase the local development through empowerment offurniture central industry in Pasuruan city?
Related with that role of the goverment on the local economic developmentthrough the furniture central industry in Pasuruan city based on the theory which isused of the area government, local economic government, empowerment andintermediate small industry.
In this research use the qualitative research method with descriptiveapproach by focus on the matter of industry and commerce department role toincrease the local economic development through empowerment of the furniturecentral industry in Pasuruan. This research doing by observation, interviewed, anddocumentation. This data analysis type used of the Miles Huberman and Saldana dataanalisys type which is contain of collecting the data, reductioning data, serving dataand taking the conclusion. The result of this research based on the held ofempowerment on intermediate small industry of furniture small central occurs verywell by Disperindag. That evidence show on the changes of increasing resultproductivity every years, cause role of the government on giving many facilities forintermediate small industry by giving the capitalization, education and training forindustry employment can be increase the quality human resources and find out themarket for small industry product. Hopefully with the empowerment programme hasmade by the government can be increase the economic on furniture central industryarea in Pasuruan city.
Keywords : Role, Empowerment, Intermediate small industry.
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
KU PERSEMBAHKAN KARYAKU KEPADA
BAPAK ANDY KWEE DAN IBU RINI MUJIWATI
SEBAGAI TANDA BAKTI ATAS HARAPAN, PELUH, AIR MATA DAN
DOA YANG SENANTIASA MENGIRINGIKU
TERIMA KASIH
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui
Pemberdayaan Sentra Industri Mebel” (Studi pada Dinas Perindustrian, dan
Perdagangan Kota Pasuruan). Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk
memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Publik pada
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Brawijaya Malang.
2. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA, Ph.D selaku Ketua Jurusan Administrasi
Publik, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
3. Bapak Fadillah Amin, Dr., M.AP., Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi.
4. Bapak Dr. Riyanto, Drs., M.Hum selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
dengan sabar memberikan arahan bagi penulis untuk terus memperbaiki skripsi.
ix
5. Kepada seluruh dosen di Fakultas Ilmu Administrasi yang telah memberikan
ilmu yang sangat berharga sehingga penulis dapat lulus dengan hasil yang
baik.
6. Seluruh staff / pegawai Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya yang
telah membantu krlancaran segala urusan penelitian ini.
5. Orangtua penulis yang tiada henti memberikan semangat, doa, dan dukungan
finansial kepada penulis.
6. Ibu Budiawati selaku kepala bidang Perindustrian Kota Pasuruan yang telah
bersedia meluangkan waktunya bagi penulis.
7. Bapak Firdaus, Mas Yudi, Ibu Indriyani, Bapak M. Wahyudi, dan Bapak
Nanang Abdul Mukti selaku pelaku usaha mebel yang telah bersedia
meluangkan waktunya bagi penulis.
8. Saudaraku tercinta Kevin dan Ricardo yang selalu memberikan motivasi dan
semangat kepada penulis.
9. Rizky Rachma S.AP, Fanny Hadyanti S.AP, dan Ratna Safitri S.AP yang selalu
menemani penelitian dan memberikan saran kepada penulis.
11. Meylina Aulia S.AP, Setia Kurniati S.AP, dan Daning Eka Pratiwi S.AP, dan
Angela Ariska Denys S.AP yang selalu ada dan menjadi sahabat dari maba
sampai sekarang.
12. Untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya yang telah
memberikan bantuan dan dorongan serta berbagi pengalaman pada proses
penyusunan skripsi ini.
x
13. Teman-teman Fakultas Ilmu Administrasi angkatan 2013 yang telah banyak
membantu dan memberikan informasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Demi kesempatan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, Juni 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
MOTTO ....................................................................................................... iLEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ iiiLEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ......................... ivRINGKASAN .............................................................................................. vSUMMARY .................................................................................................. viLEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................... viiKATA PENGANTAR ................................................................................. viiiDAFTAR ISI ................................................................................................ xiDAFTAR TABEL ....................................................................................... xiiiDAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1A. Latar Belakang .......................................................................... 1B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8D. Kontribusi Penelitian ................................................................ 8E. Sistematika Penulisan ............................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12A. Pemerintah Daerah ................................................................... 12
1. Pengertian Pemerintah Daerah ............................................ 122. Peran pemerintah Daerah .................................................... 13
B. Pengembangan Ekonomi Lokal .............................................. 141. Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal .............................. 142. Sasaran dan Tujuan Pengembangan Ekonomi Lokal ........... 19
C. Pemberdayaan .......................................................................... 201. Pengertian Pemberdayaan .................................................... 202. Peran Pemberdayaan ............................................................ 213. Peran Pemerintah Daerah dalam pemberdayaan
Industri Kecil ....................................................................... 244. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan Industri Kecil dan
Menengah ............................................................................. 29D. Industri Kecil dan Menengah ................................................... 31
1. Pengertian Industri ............................................................... 312. Pengertian Industri Kecil ..................................................... 333. Kelebihan dan kelemahan Industri Kecil ............................. 35
xii
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 40A. Jenis Penelitian .......................................................................... 40B. Fokus Penelitain ........................................................................ 41C. Lokasi dan Situs Penelitian ....................................................... 42D. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 43E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 45F. Instrumen Penelitian ................................................................. 46G. Analisis Data ............................................................................. 48
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 50A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 50
1. Sejarah Kota Pasuruan ........................................................ 502. Kondisi Geografis, Luas Wilayah dan Batas Administrasi
Daerah Kota Pasuruan ......................................................... 523. Kondisi Demografis Kota Pasuruan .................................... 554. Gambaran Umum Dinas perindustrian dan Perdagangan
Kota Pasuruan ..................................................................... 57B. Penyajian Data ......................................................................... 67
1. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan EkonomiLokal melalui Pemberdayaan Sentra Industri Mebel .......... 67a. Fasilitasi Permodalan ..................................................... 67b. Dukungan Perolehan Bahan Baku dan Fasilitas
Pendukung dalam Proses Produksi ................................. 71c. Pendidikan dan Pelatihan ............................................... 77d. Pelatihan dalam Pameran Perdagangan untuk
Memperluas Akses Pasar ................................................ 83C. Pembahasan ............................................................................. 87
1. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan EkonomiLokal melalui Pemberdayaan Sentra Industri Mebel .......... 87a. Fasilitasi Permodalan ..................................................... 89b. Dukungan Perolehan Bahan Baku dan Fasilitas
Pendukung dalam Proses Produksi ................................. 92c. Pendidikan dan Pelatihan ............................................... 96d. Pelatihan dalam Pameran Perdagangan untuk
Memperluas Akses Pasar ................................................ 98
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 103A. Kesimpulan .............................................................................. 103B. Saran ........................................................................................ 104
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 107LAMPIRAN ................................................................................................. 110
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Potensi Industri di Kota Pasuruan .............................................. 5
Tabel 2 Jumlah Penduduk di Kota Pasuruan .......................................... 55
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Analisis Data Model Interaktif Miles, Huberman
Dan Saldana 2014 ................................................................. 48
Gambar 2 Peta Wilayah Kota Pasuruan ................................................. 52
Gambar 3 Bagan struktur Organisasi .................................................... 66
Gambar 4 Tampilan Website Toko Perhutani ....................................... 74
Gambar 5 Kegiatan Pemberdayaan masyarakat dalam Pengelolahan
Limbah Kerajinan Mebel ...................................................... 79
Gambar 6 Kegiatan Pengembangan Teknik Ukir ................................. 79
Gambar 7 Kegiatan Fasilitasi Kemitraan Usaha Perdagangan di
Sulawesi Tenggara ............................................................... 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Administrasi merupakan hal yang sangat penting dalam rangka melaksanakan
suatu kegiatan, karena tanpa adanya administrasi tujuan yang akan di capai tidak akan
berjalan dengan baik dan terarah. Setiap kebijakan yang di ambil harus
memperhitungkan berbagai permasalahan yang ada di ruang lingkup administrasi.
Kebijakan yang di buat pemerintah sendiri berkaitan pada berbagai macam
permasalahan yang terjadi pada masyarakat umum, sehingga dengan adanya hal
tersebut sebagai masyarakat harus mematuhi berbagai kebijakan atau peraturan yang
telah di buat untuk mengatur jalannya administrasi yang baik pada masyarakat. Selain
itu adanya administrasi pembangunan harus dilaksanakan dengan baik, lancar dan
sesuai dengan prosedur yang ada karena setiap kegiata yang di laksanakan ada
hubungannya dengan administrasi. Dengan demikian pembangunan tersebut dapat
bermanfaat dan berguna bagi masyarakat itu sendiri secara maksimal.
Menurut Suryono (2004: 37) pembangunan berarti upaya terus menerus
dilakukan dengan tujuan menempatkan manusia pada posisi dan peranannnya secara
wajar yakni sebagai subyek dan obyek pembangunan untuk mampu mengembangkan
dan memberdayakan dirinya sehingga mampu keluar dan dapat berhubungan serasi,
selaras, dan dinamis sedangkan mampu menciptakan keseimbangan.
2
Namun dalam pelaksanaan pembangunan tidak semudah yang di harapkan,
karena berbagai macam permasalahan muncul dalam proses pelaksanaan
pembangunan tersebut. Seperti adanya kesenjangan, pengangguran, dan akhirnya
kemiskinan yang menjadi masalah pokok dalam pelaksanaan proses pembangunan.
Berbagai macam permasalahan dalam perlaksanaan pembangunan yang berujung
pada masalah kemiskinan merupakan permasalahan multi sektoral dan menjadi
tanggung jawab semua pihak baik itu dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.
Kemiskinan seharusnya menjadi masalah yang harus di tuntaskan, namun pada
kenyataan nya kemiskinan tidak pernah berhenti menghantui dan selalu menjadi
prioritas utama perkerjaan rumah oleh para pemimpin di negara ini
Pembangunan daerah yang di laksanakan di Indonesia mengacu pada UU No.
23 Tahun 2014 yang terjadi pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan
pemerintahan yakni pada pola sentralisasi ke pola desentralisasi berupa pemberian
otonomi kepada daerah. pelaksanaan dari UU No. 23 Tahun 2014 menganut prinsip:
1) penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek
demokrasi, keadilan, pemerataan pembangunan, pemberdayaan masyarakat serta
potensi dan keanekaragaman daerah; 2) harus lebih meningkatkan kemandirian
daerah; 3)didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab; 4) harus
sesuai dengan konstitusi negara sehingga terjamin hubungan yang serasi antara
pemerintahan pusat dan daerah serta antar daerah.
Daerah era otonomi daerah dan perdagangan bebas, industri kecil menengah
memberikan kontribusi terhadap pembangunan perkenomian negara, sehingga perlu
3
didukung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang kemudian diharapkan mampu
menciptakan kondisi industri kecil menengah yang sehat, kuat serta mandiri. Bukan
dengan kebijakan yang justru menyulitkan dan menghambat kegiatan industri kecil
menengah seperti peraturan dan persyaratan administratif yang rumit. Dalam TAP
MPR Nomor: XIV Tahun 1998 yang telah diamanatkan agar UMKM berperan lebih
besar serta memiliki daya saing yang kuat. Namun, melihat salah satu kebijakan
pemerintah dalam upaya mengembangkan UMKM dan menunjang jaringan
kerjasama antar sesama pelaku usaha adalah program kemitraan. Seperti yang
dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia tahun 2008 usaha kecil
menengah bahwa salah satu kebijakan pemerintah dalam menumbuhkan iklim usaha
bagi usaha kecil menengah yaitu mewujudkan kemitraan.
Banyak negara yang sedang berkembang yang memandang industrialisasi
sebagai salah satu cara yang paling efektif dan mungkin juga paling cepat untuk
meningkatkan taraf hidup rakyatnya. Oleh karena pandangan yang demikian maka
sektor industri sering dijadikan sebagai objek pembangunan di bidang ekonomi yang
sangat penting. Pandangan demikian sering terdapat baik di negara berkembang yang
besar dengan potensi kekayaan alam yang melimpah, maupun di negara kecil karena
tidak memungkinkan pelaksanaan pembangunan di sektor pertanian secara intensif,
mengalihkan perhatiannya pada industrialisasi (Sondang, 2008:131).
Dalam perkembangan pembangunan di Indonesia saat ini baik pemerintah
pusat dan pemerintah daerah saling bekerjasama dengan masyarakat untuk
meningkatkan potensi-potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. yang
4
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat daerah, dengan meningkatkan
potensi daerah masing-masing maka setiap daerah atau wilayah akan memiliki
keahlian dan produktivitas yang berbeda.
Sejalan dengan dinamika dan tujuan pembangunan di Indonesia tersebut Kota
Pasuruan telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ditinjau dari segi trasportasi
darat, saat ini Kota Pasuruan berada pada posisi strategis yaitu posisi silang jalan
arteri primer Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi-Bali dan Malang-Pasuruan-
Banyuwangi-Bali. Kondisi ini merupakan potensi yang sangat menuntungkan bagi
perkembangan kota. Dimana ekonomi kota yang dulunya mendapat dukungan utama
dari sektor pertanian dan perikanan saat ini telah berkembang menjadi sektor
ekonomi yang lain yaitu perdagangan dan jasa serta dengan dukungan industri yang
dominan adalah industri mebel dan logam.
Produk Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kota Pasuruan sangat
berpotensi untuk dikelola menjadi produk yang berkualitas ekspor. Pemerintah Kota
Pasuruan memberikan perhatian yang besar untuk pengembangan IKM, diantaranya
dengan memberikan pelatihan teknologi proses dan manajemen produksi, fasilitasi
kepada pelaku pasar melalui kegiatan promosi, pelayanan teknis melalui UPTD (Unit
Pelaksana Teknis Dinas) Kayu di Kelurahan Bukir dan UPTD Logam di Kelurahan
Ngemplakrejo serta sarana prasarana pemasaran berupa pusat pasar mebel di
Kelurahan Bukir dan Randusari.
5
Tabel 1.1Potensi Industri di Kota Pasuruan
No Jenis Industri Unit Usaha Tenaga Kerja Nilai Investasi Nilai Produksi
1 Tahun 2016Industri Logam,Mesin, Elektronikadan Aneka
818 2.681 31.073.271.500 227.611.312.000
2 Industri kayu, agro,dan hasil hutan
1224 8.772 162.200.948.000 1.377.815.458.340
3 Tahun 2017Industri Logam,Mesin, Elektronikadan Aneka
918 6.808 91.884.636.000 1.774.117.785.000
4 Industri kayu, agro,dan hasil hutan 1.350 10.955 158.695.890.500 1.486.494.366.340
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan, tahun 2017
Dari data yang diperoleh di atas, telah diketahui bahwa jenis industri logam,
mesin, elektronika dan aneka memiliki nilai produksi Rp. 1.774.117.785.000dan nilai
investasi Rp. 91.884.636.000 pada tahun 2017. Nilai tersebut lebih kecil dibanding
hasil jenis potensi jenis industri kayu, agro dan hasil hutan yang memiliki nilai
produksi Rp. 1.486.494.366.340 dan nilai investasi Rp. 158.695.890.500 yang jauh
lebih besar dibanding dari industri lainnya. Sehingga dari data yang diperoleh
tersebut dapat dilihat bahwa industri kayu memang memiliki potensi yang lebih
tinggi daripada industri lainnya yang ada di Kota Pasuruan. Selain itu, kondisi ekspor
hasil industri Kota Pasuruan berasal dari komoditas kayu olahan dan furniture kayu
diantaranya berupa kerajinan kayu kelapa, mainan, assecoris mobil, mebel ukir dan
mebel interior. Produk-produk tersebut telah mampu menembus pasar ekspor ke
negara-negara di Asia Pasifik dan Eropa. Lokasi dari kawasan industri mebel terletak
di Kelurahan Bukir, Sebani, Gentong, Krapyakrejo dan Petahunan. Dekat dengan
6
sarana dan prasarana umum namun prasarana transportasinya kurang memadai, lebar
jalan yang kurang memenuhi syarat sebagai lokasi yang strategis, dan area parkir
yang tidak memadai.
Tenaga kerja sebagian besar terdiri dari keluarga dan tetangga sekitar sehingga
industri ini dapat memberikan dampak yang cukup signifikan dalam peningktan
perekonomian masyarakat setempa. Memiliki prospek yang cukup bagus untuk
dikembangkan karena tidak hanya dipasarkan dalam kota saja, namun jaringan
pemasarannya sudah mencapai luar kota, bahkan luar negeri seperti kawasan negara
Amerika dan kawasan Eropa.
Kendala yang dihadapi adalah masalah permodalan (meliputi keuangan dan
peralatan), rendahnya kualitas sumber daya manusia dan pemasaran hasil produksi.
Produk industri mebel ini adalah kursi tamu, meja makan, almari, tempat tidur dll.
Teknologi yang digunakan semi modern yaitu memadukan tradisional dan
menggunakan mesin, (www.Pasuruankota.go.id diakses pada tanggal 28 Februari
2017)
Dalam peranan pemerintah daerah Kota Pasuruan untuk mewujudkan
peningkatan sektor investasi dan perdagangan, maka rencana pembangunan jangka
panjang tahun 2008-2025 diarahkan pada upaya:
1. Menjamin kepastian usaha, menjaga hak kepemilikan terutama berkenaan
dengan kepemilikan lahan dan pengaturan yang adil pada mekanisme
penyelesaian konflik di bidang investasi;
7
2. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota lainnya guna pengembangan investasi, promosi investasi,
investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdayas saing;
3. Penyederhanaan sistem dan prosedur;
4. Mendorong secara bertahap perluasan basis produk ekspor dengan tetap
memperhatikan kriteria produk ekspor yang ramah lingkungan.
Kenyataan yang terjadi bahwa sebenarnya setiap kegiatan atau produktivitas
yang dilakukan oleh masyarakat memiliki kekurangan dan kelebihan. Contohnya
kurangnya seperti yang sudah diterangkan di atas yaitu mengenai kendala permodalan
(melipiti keuangan dan peralatan), rendahnya kualitas sumber daya manusia dan
pemasaran hasil produksi yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan perdagangan di
kawasan sentra industri mebel di Kelurahan Bukir Kota Pasuruan. Dimana
permasalahan tersebut terkait dengan harus dihadapi dan diselesaikan oleh
Pemerintah daerah Kota Pasuruan selaku penggerak dan pengawas kegiatan yang
dilakukan masyarakat Kota Pasuruan.
Pemerintah Kota Pasuruan yang bergerak sebagai pengawas tersebut lebih
spesifik yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Berbagai kebijakan yang telah
dibuat oleh Pemerintah Daerah, diharapkan dapat memberikan peningkatan sektor
industri mebel di kawasan sentra industri mebel. Maka dari itu, penulis ingin
mengetahui lebih jelasnya bagaimana peran pemerintah daerah khususnya Pemerintah
Kota Pasuruan dalam menjalankan perannya sebagai stakeholder yang membuat,
mengawasi, dan mengontrol kebijakan yang dibuat guna memberikan perubahan yang
8
baik dalam memberdayakan potensi ekonomi yang dimiliki Kota Pasuruan sebagai
sentra industri mebel, maka penulis memilih judul penelitian “Peran Pemerintah
Daerah Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Pemberdayaan Sentra
Industri Mebel” (Studi pada Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota
Pasuruan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran uraian latar belakang di atas, makarumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Peran Dinas Perindustrian, dan Perdagangan dalam meningkatkan
pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel di
Kota Pasuruan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisis Peran Dinas
Perindustrian, dan Perdagangan dalam meningkatkan pengembangan ekonomi
lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel di Kota Pasuruan.
D. Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat mempunyai nilai kontribusi bagi beberapa
pihak antara lain :
9
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan bagi peneliti pada khususnya dan masyarakat umum
terutama bagi pengusaha industri mebel mengenai peran pemerintah
daerah dalam meningkatkan pengembangan ekonomi lokal melalui
pemberdayaan sentra industri mebel yang dilaksanakan oleh Dinas
Perindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan.
b. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang
berkenaan dengan peran pemerintah daerah dalam meningkatkan
pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri
mebel yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota
Pasuruan.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Pasuruan yang menjadi objek penelitian.
b. Sumbangsih pemikiran bagi DinasPerindustrian dan Perdagangan Kota
Pasuruan dalam meningkatkan pengembangan ekonomi lokal melalui
pemberdayaan sentra industri mebel yang lebih berkualitas.
E. Sistematika Penulisan :
Sistematika yang digunakan oleh penulis di dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
10
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan hal-hal yang mendasari penelitian yang meliputi
latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi
penelitian, dan sistematika pembahasan yang akan memudahkan untuk
memahami bab-bab selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori dan konsep-konsep yang
berhubungan dengan pokok permasalahan yang di bahas dan
menjelaskan tentang pengertian-pengertian yang berkaitan dengan
penelitian. Adapun pada bab ini memuat mengenai teori tentang
Pemerintah Daerah, Pengembangan Ekonomi Lokal, Pemberdayaan,
Industri Kecil dan Menengah.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan.
Metode penelitian meliputi fokus penelitian yaitu masalah yang
menjadi perhatian untuk di teliti, sumber data yaitu orang yang terlibat
dalam penelitian, teknik pengumpulan data yaitu cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan, dan instrumen
penelitian yang menerangkan alat yang akan digunakan dalam
menggali dan menganalisa data.
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menampilkan, menguraikan dan menjelaskan hasil yang
diperoleh selama penelitian berlangsung dengan acuan fokus
penelitian. Kemudian menyajikan pembahasan yang dihubungkan
dngan teori-teori yang relevan dan mendukung penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang
diperoleh dan saran-saran yang dapat penulis berikan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemerintah Daerah
1. Pengertian Pemerintah Daerah
Menurut Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, menjelaskan bahwa :
“Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggarapemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahandaerah yang menjadi kewenangan daerah otonom. Pemerintah Daerahmerupakan penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerahdan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugaspembantuan dalam sistem dan prinsip negara Kesatuan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untukmengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri berdasarkan asasotonomi dan tugas pembantuan”.
Domai (2011:6) mengartikan bahwa Pemerintah Daerah adalah
pelaksanaan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemrintahan daerah yaitu
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Berdasarkan uraian di atas, dapat diartikan bahwa Pemerintah Daerah
merupakan kepala daerah sebagai pemimpin pelaksanaan urusan pemerintahan di
daerah. hal tersebut disebabkan karena setiap Pemerintah Daerah memiliki
kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik. Pemerintah
Daerah memiliki pengertian sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
diselenggarakan oleh badan-badan daerah yang dipilih.
13
2. Peran Pemerintah Daerah
Seperti apa yang telah di paparkan oleh Adam Smith dalam Muluk
(2006:57) bahwa Pemerintah memiliki tugas melindungi masyarakat dari
pelanggaran dan inovasi masyarakat lainnya dan sejauh mungkin bertugas
melindungi setiap anggota masyarakat dari ketidakadilan atau tekanan dari anggota
masyarakat lainnya, serta bertugas menegakkan administrasi keadilan secara pasti.
Adapun pendapat lain menurut Musgrave dan Musgrave dalam Muluk (2006:58)
mengungkapkan bahwa peran pemerintah daerah berkembang menjadi fungsi
alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilitas. Fungsi alokasi menunjukkan peran
pemerintah untuk mengatasi kegagalan mekanisme pasar dengan menyediakan
publik good, atau dengan mengalokasi seluruh sumber daya yang ada agar dapat
dipergunakan baik sebagai private maupun public goods dan menentukan
komposisi dari public goods. Fungsi distribusi merupakan tugas pemerintah untuk
melakukan penyesuaian terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan guna
menjamin terpenuhinya kondisi yang adil dan merata. Sedangkan fungsi stabilitas
merupakan penggunaan kebijakan anggaran sebagai suatu alat untuk mencapai
tingkat kesempatan kerja yang tinggi, tingkat stabilitas yang semestinya, dan laju
pertumbuhan ekonomi yang tepat.
Sementara menurut Starling (1998) dalam Muluk (2006:29)
mengungkapkan bahwa tugas utama pemerintah yang membedakannya dengan
sektor swasta adalah untuk menyediakan public goods daripada private goods.
Selain itu tujuan yang dibebankan kepada pemerintah juga untuk menciptakan
14
keadilan, meskipun ada tapi jarang sekali yang berusaha penghasilan laba. Adapun
banyak cara tentang bagaimana pemerintah melakukan tugasnya guna mencapai
tujuan tersebut.
Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa peran
pemerintah daerah disini merupakan segala bentuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan
di tingkat daerah dalam memberikan pelayanan dan keadilan yang sesuai dengan
kewenangan kepada seluruh masyarakat daerahnya.
B. Pengembangan Ekonomi Lokal
1. Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal
Menurut Blakely dan Bradshaw (dalam Supriyadi, 2007:107)
mengungkapkan bahwa pengembangan ekonomi lokal (PEL) adalah sebagai suatu
proses pembangunan ekonomi dimana pemerintah daerah dan atau kelompok
masyarakat berperan aktif mengelola sumberdaya alam maupun sumberdaya
manusia yang dimiliki melalui pola kerjasama dengan sektor swasta atau yang
lainnya, untuk menciptaan lapangan pekerjaan, memberikan kegiatan ekonomi
pada zona perekonomiannya.
Sedangkan dalam sisi masyarakat, Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)
diartikan sebagai upaya untuk membebaskan masyarakat dari semua keterbatasan
yang menghambat usahanya untuk membangun kesejahteraan. Kesejahteraan
dalam kajian disini merupakan jaminan keselamatan bagi adat istiadat dan
agamanya, bagi usahanya uang untuk dapat memperoleh jaminan tersebut hatus
diupayakan dari sistem masyarakat itu sendiri yang sering disebut dengan
15
kemandirian. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengembangan ekonomi lokal merupakan upaya pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan ekonomi suatu daerah tertentu yang berlandaskan kepada kekuatan
atau sumberdaya lokal yang meliputi sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
teknologi, serta kemampuan dari suatu kelembagaan dalam memaksimalkan
peluang atau potensi yang ada di wilayah tersebut.
Sejalan dengan kerangka pikiran teoritis, konseptual, dan praktek dalam
Pengembangan ekonomi Lokal (PEL) dalam Supriyadi (2007:107)
mengungkapkan bahwa pendekatan dan strategi Pengembangan Ekonomi Lokal
(PEL) dapat dilihat dalam delapan dimensi perencanaan wilayah yaitu rasionalitas
keputusan, fokus dan perencanaan, dasar pemikiran aliran filsafat, kedudukan
negara dan komunitas, peran negara dan perencanaan, orientasi publik, tingkat
kebebasan bertindak/berfikir , dan arah pengembangan wilayah maupun kota.
Kedelapan dimensi tersebut akan menentukan keberadaan konsepsi ataupun
praktek Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) dalam paradigma modern.
Secara khusus menurut Blakely dalam Supriyadi (2007:103) juga
menjelaskan bahwa dalam keberhasilan pengembangan ekonomi lokal dapat
dilihat dari beberapa indikator, indikator tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kesempatan kerja dan
usaha.
b. Perluasan bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan.
16
c. Keberdayaan lembaga mikro dan kecil dalam proses produksi dan
pemasaran.
d. Keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara pemerintah,
Sektor swasta, dan masyarakat lokal/masyarakat daerah.
Berdasarkan pada indikator tersebut, Pengembangan Ekonomi Lokal
(PEL) pada dasarmya bertujuan untuk mengubah paradigma pemangku
kepentingan (stakeholders) yang terdiri dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Sektor Swasta dan Masyarakat terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)
sebagai suatu instrumen untuk mengembangkan kegiatan ekonomi yang berbasis
pada sumberdaya lokal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
lokal yang berkelanjutan. Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) erat kaitannya
dengan pemberdayaan sumberdaya manusia, lembaga, dan lingkungan sekitarnya.
Untuk mengembangkan ekonomi lokal tidak cukup hanya dengan meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia, tetapi juga diperlukan adanya lembaga yang
terlatih untuk mengelola sumberdaya manusia tersebut kearah yang lebih maju,
serta memerlukan lingkungan yang kondusif untuk dapat mengembangkan
ekonomi lokalnya.
Sejalan dengan hal tersebut mengenai fokus penerapan Pengembangan
Ekonomi Lokal, maka tujuan PEL adalah sebagai berikut :
a. Membentuk kemitraan antara pelaku ekonomi untuk pemanfaatan potensi
ekonomi lokal dengan meningkatkan kapasitas pasar pada tingkatlokal,
regional, dan global.
17
b. Meningkatkan kapasitas lembaga lokal (Pemerintah, Swasta, dan
Masyarakat) dalam pengelolaan PEL.
c. Terjadinya kolaborasi antar aktor baik publik, bisnis dan masyarakat.
d. Mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah tumbuh dan berkembangnya
usaha masyarakat dan meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga
berkurangnya kesenjangan antara masyarakat perdesaan dan perkotaan serta
mendukung kebijakan pengentasan kemiskinan. Guna mewujudkan hal tersebut,
maka dalam proses implementasi perencanaan dan penerapan Pengembangan
Ekonomi Lokal (PEL) ini menggunakan beberapa prinsip pendekatan, yang
diantaranya adalah pendekatan ekonomi, kemitraan, dan kelembagaan.
a. Prinsip Pendekatan Ekonomi
1. Mulai dengan kebutuhan pasar.
2. Memfokuskan pada kluster dari kegiatan ekonomi yang ada, yang
produksinya dijual ke daerah luar (economic base) dan multiplier effect
di daerahnya yang kuat.
3. Menghubungkan produsen skala kecil dengan supplier kepada
perusahaan ekspor.
b. Prinsip Pendekatan Kemitraan
1. Adanya tanggung jawab dari masing-masing stakeholders (pemerintah,
swasta, dan masyarakat) sebagai aktor pengembangan dan pengelola
ekonomi lokal.
18
2. Masing-masing stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat)
berperan aktif dalam bekerjasama.
3. Kemitraan mengandalkan sumberdaya lokal, bukan bantuan dari luar
atau asing.
4. Inisiatif digerakan oleh pembeli, pasar, dan permintaan bukan produksi
atau supply.
c. Prinsip Pendekatan Kelembagaan
1. Fasilitas dialog diantara stakeholders (pemerintah, swasta, dan
masyarakat) dalam menghasilkan ide dan inisiatif.
2. Mobilisasi sumberdaya lokal untuk menunjang inisiatif yang di
usulkan.
3. Pengembangan kelembagaan yang di dasarkan atas kebutuhan dari
kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ketiga prinsip tersebut
dijadikan sebagai strategi pendekatan proses perencanaan mengembangkan
ekonomi lokal yang dilakukan atas dasar partisipasi dan kemitraan dalam kerangka
pengembangan suatu kelembagaan. Selain itu, partisipasi dalam konteks
pemerintah dapat diartikan sebagai suatu forum yang terorganisasi guna
memfasilitasi komunikasi antar pemerintah, masyarajat serta stakeholders dan
berbagai kelompok yang berkepentingan terhadap penanganan masalah atau
pengambilan keputusan. Partisipasi dan kemitraan antar pelaku dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) sangat diperlukan kerjasama yang baik
19
antara berbagai pihak utamanya pemerintah daerah dalam mengelola dan mengatur
berbagai strategi dan kebijakan yang mengacu kepada pengembangan ekonomi
lokal dan mengarah kepada peningkatan kesejahteraan perekonomian masyarakat
daerah tersebut.
2. Sasaran dan Tujuan Pengembangan Ekonomi Lokal
Tujuan pengembangan ekonomi lokal pada dasanya adalah untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat. Mewujudkan masyarakat yang bisa
mandiri dengan mengoptimalkan potensi yang ada. Pengembangan ekonomi lokal
diharapkan dapat membentuk kemandirian masyarakat yang mampu meningkatkan
ekonomi.
Menurut World Bank dalam web.. worldbank.org “the purpose of local
economic development (LED) is to build up the economic capacity of a local area
to improve its economic future and the quality of life for all. It is a process by
which public, business and nongovermental sector partners work collectively to
create better conditions for economic growth and employment generation”. Jadi
menurut World Bank tujuan dari Pengembangan Ekonomi Lokal adalah untuk
membangun kapasitas hidup. Pengembangan ekonomi lokal merupakan proses
dimana adanya kemitraan antara sektor publik, bisnis dan non pemerintahan untuk
bekerjasama dalam menciptakan kondisi pertumbuhan ekonomi dan generasi
pekerja yang lebih baik.
20
Sasaran jangka panjang dari penerapan pendekatan pengembangan
ekonomi lokal adlah pengentasan kemiskinan dan perbaikan terus menerus dan
berkelanjutan dalam kualitas kehidupan dari suatu komunitas lokal di suatu daerah
atau wilayah. Untuk mencapai sasaran tersebut Pengembangan Ekonomi Lokal
memiliki tujuannya adalah :
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan nilai tambah.
2. Menciptakan pemerataan kesempatan kerja.
3. Meningkatkan pendapatan dan perbaikan distribusi pendapatan masyarakat.
4. Meningkatkan daya saing ekonomi daerah terhadap daerah atau negara lain.
5. Membangun dan mengembangkan kerja sama yang positif antar daerah.
C. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau
kemampuan. Sedangkan berdaya adalah suatu kondisi atau keadaan yang
mendukung adanya kekuatan atau kemampuan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bakri (dalam Noor, 2011) yang mengungkapkan bahwa:
“Pemberdayaan adalah suatu upaya meningkatkan kemampuan dan potensiyang dimiliki oleh masyarakat sehingga mereka dapat mengaktualisasikan jatidiri, hasrat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan mengembangkandiri secara mandiri. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat terlepas dariperangkap kemiskinan maupun keterbelakangan. Dengan demikianpemberdayaan dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dankemandirian masyarakat baik dibidang ekonomi”.
Selanjutnya pemberdayaan masyarakat menurut Sumodiningrat yang
dikutip dalam Mardikanto dan Soebianto (2012:47) mengungkapkan bahwa:
21
“Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikanmasyarajat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki.Adapun pemerdsyaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yangsaling terkait yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihakyang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memperdayakan”.
Sedangkan menurut Kartasasmita yang dikutip dalam Mardikanto dan
Soebianto (2012:48) mengungkapkan pemberdayaan sebagai:
“Upaya untuk membangun daya itu sendiri dengan mendorong, memotivasi,dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupayauntuk mengembangkannya. Selanjutnya upaya tersebut di ikuti denganmemperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selainmenciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan ini meliputilangkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masuka (input),serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunites) yang akanmembuat masyarakat menjadi berdaya”.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat
sebagai suatu strategis dalam pembangunan yang berorientasi pada pemberian
kesempatan kepada setiap anggota masyarajat untuk dapat ikut dalam proses
pembangunan dengan mendapatkan kesempatan yang sama dan dapat menikmati
hasil-hasil pembangunan secara proposial. Dengan demikian, konsep
pemberdayaan bukan hanya menyangkut persoalan ekonomi tetapi merupakan
konsep yang menyangkut semua aspek kehidupan. Kesemua aspek kehidupan itu
hasuslah diberdayakan secara bersamaan serta pemberdayaan harus pula disertai
dengan pemerdayaan sosial budaya dan politik begitu pula sebaliknya.
2. Peran Pemberdayaan
Dalam melakukan pemberdayaan terhadap UKM khususnya pengrajin
mebel maka diperlukan adanya strategi dalam pemberdayaan. Berbagai
22
pendekatan yang mungkin dapat diterapkan dalam pemberdayaan industri kecil
dan UKM seperti yang diungkapkan Kartasasmita (1996:107)
1. Upaya pemberdayaan yang terarah atau pemihakan kepada yang lemah.
2. Pendekatan kelompok untuk memudahkan dalam pemecahan masalah secara
bersama-sama.
3. Pendampingan selama proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
pendampingan khususnya pemerintah daerah. yang berfungsi sebagai
fasilitator, komunikator, ataupun dinamisator serta membentuk kelompok
mencari solusi atau masalah yang dihadapi.
Sedangkan menurut Elliot dalam (Riyadi dan Supriady, 2004:80)
menjelaskan bahwa pemberdayaan dapat dilaksanakan dengan menggunakan tiga
pendekatan yaitu:
1. The welfare state
Pendekatan ini mengaruh pada pendekatan manusia dan bukan untuk
memberdaya masyarakat dalan menghadapi proses politik, tetapi justru untuk
memperkuat keberdayaan masyarakat yang dilatar belakangi kekuatan
potensi lokal masyarakat.
2. The development approach
Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan proyek pembangunan untuk
meningkatkan kemampuab sebagai akibat dari proses politik dan berusaha
memberdayakan masyarakat untuk mengatasi ketidakberdayaan.
3. The empowerment approach
23
Pendekatan ini melibatkan bahwa kemiskinan sebagai akibat dari proses
politik dan berusaha memberdayakan serta maltih masyarakat untuk
mengatasi ketidakberdayaan masyarakat.
Adapun strategi memberdayakan masyarakat dapat melalui tiga jalur
sebagai berikut. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang (enabling). Kedua, memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Ketiga, memberdayakan
mengandung pula arti melindungi. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah
memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuann untuk
memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung
(Kartasasmita,1996).
Menurut Prasojo (dalam Suryono dan Tri, 2008:207) terdapat empat
strategi dalam memberdayakan masyarakat, yaitu (1) memberdayakan masyarakat
dengsn “menyosialisasikan” peran masyarakat sebagai subyek ; (2)
mendayagunakan “mekanisme” penyelenggaraan pembangunan atau
pemberdayaan masyarakat secara lebih aspiratif atau demokratis, efektif, dan
efisien ; (3) mobilisasi “sumberdaya” manusia seperti tenaga, pikiran, dan
kemampuan sesuai profesionalismenya, dan memaksimalkan peran pemerintah
dalam memfasilitasi dan mengatur agar penyelenggaraan pembangunan atau
pemberdayaan masyarakat berjalan lancar.
Sedangkan menurut Tambunan (2000:81) strategi yang konsisten terhadap
pemberdayaan usaha industri kecil, antara lain:
24
a. Menciptakan iklim investasi dan usaha yang kondusif melalui pemeliharaan
stabilitas ekonomi makro.
b. Peningkatan integrasi yang kuat, baik antar sesama usaha industri kecil
maupun antar usaha menengah besar melalui kebijakan business allianie.
c. Penguatan sisi permintaan melalui kebijakan retribusi pendapatan, penguatan
modal, penguatan sumberdaya manusia termasuk peningkatan
entrepreneurship dan kemampuan penguasaan teknologi.
Dengan memperhatikan strategi-strategi di atas, maka diharapkan dalam
upaya pemberdayaan industri kecil dan UKM akan dapat berjalan dengan baik,
efektif dan efisien.
3. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Industri Kecil
Jika dilihat peran pemerintah menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008
tentang Usaha Kecil, ini mengatakan sudah jelas perlunya peran pemerintah dalam
pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam sektor industri agar tetap
ebrperan dalam mewujudkan perkenomian nasional yang semakin baik dan
seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi di Indonesia. Dimana Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah memfasiitasi pengembangan usaha dalam bidang:
Produksi dan pengolahan, pemasaran, sumberdaya manusia, dan desain dan
teknologi. Aspek pengembangan industri kecil yang ada di Indonesia agar menjadi
sebuah usaha yang tangguh dan mandiri ini berarti bahwa seiring dengan
berjalannya waktu usaha kecil akan dapat meningkatkan pendapatan usahanya
tersebut merupakan aspek terpenting bagi tercapainya tujuan menjadi suatu usaha
25
yang tangguh dan mandiri. Hal tersebut dapat dipacu melalui program dan
kegiatan-kegiatan pemberdayaan pengembangan yang diciptakan pemerintah.
Menurut Arsyad (1999:120) ada 4 peranan yang dapat diambil oleh
pemerintah daerah yaitu:
a. Sebagai entrepreneur, bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
menjalankan usaha bisnis.
b. Sebagai coordinator, bahwa pemerintah daerah dapat bertindak sebagai
koordinator untuk menciptakan kebijakan. Pemerintah daerah juga bisa
melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dalam proses pengumpulan dan
pengevaluasian informasi ekonomi.
c. Sebagai fasilitator, bahwa pemerintah daerah dapat mempercepat
pembangunan melalui perbaikan lingkungan attiudinal (perilaku atau budaya
masyarakat).
d. Sebagai stimulator, bahwa pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan
dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan
mempengaruhi perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut.
Menurut Tohar (2002:163) dalam mewujudkan akses atau kemudahan bagi
pengembangan usaha kecil menengah, pemerintah telah berupaya melalui Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dalam melancarkan program-program pelatihan
misalnya pelatihan motivasi dengan metode achievement, motivation training.
Pelatihan ini bertujuan untuk membangkitkan etos kerja/teknik produksi,
pemasaran, administrasi usaha, promosi pemasaran. Pada saat ini pemerintah
26
daerah berupaya lebih menggambarkan usaha industri ekcil yang merupakan
bagian dari ekonomi kerakyatan.
Sedangkan peran pemerintah daerah disini yang akan diterapkan dalam
upaya pemberdayaan industri kecil dan UKM menurut Sjaifudin (1995:66-75)
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan finansial
Berkembangnya beberapa model penguatan finansial bagi usahawan kecil
akhir-akhir ini menunjukkan telah semakin menguatnya komitmen
pemerintah, upaya pemerintah tersebut terwujudkan dengan membantu
pengembangan usaha kecil melalui “penyertaan modal sementara”.
2. Perkembangan pemasaran
Pada era pasar bebas seperti saat ini dimana dunia menjadi tanpa batas
terdapat penyatuan pasar domestik dengan pasar internasional, hal ini
merupakan peluang, tantangan dan sekaligus ancaman bagi usaha kecil.
Terdapat tiga cara strategi pemberdayaan pemasaran yaitu:
a. Meningkatka Akses Usaha Kecil Kepada Pasar
Caranya adalah menciptakan pola hubungan produksi sub kontrak dan
promosi. Pola keterkaitan (vertical) subkontrak lebih diprioritaskan bagi
usaha-usaha industri. Pola subkontrak ini memberi manfaat bagi usaha
kecil karena secara ekonomis usaha-usaha kecil menjadi subkontrak
memperoleh jaminan pasar dan kontinuitas produksi. Pola ini juga
memecahkan masalah kelangkaan bahan baku kadang juga modal.
27
b. Proteksi pasar
Bentuk proteksi yang dilakukan adalah melalui konsumsi. Sekitar hanya
10% dari total anggaran pemerintah yang digunakan untuk mengkonsumsi
produk-produk buatan usaha kecil.
c. Menggeser struktur pasar monopoli menjadi persaingan
Langkah ini sangat strategis mengingat kendala utama usaha kecil untuk
berkembang selama ini adalah pasar, modal bukanlah kendala mereka.
Alternatif yang ditawarkan disini antara lain penghapusan proteksi
infrant industries mendorong terciptanya iklim persaingan dan re-
orientasi lembaga koperasi ke arah bisnis. Dalam konteks ini fungsi
control sangat diperlukan.
3. Perkembangan Sumberdaya Manusia
Diharapkan dapat terjadi melalui perbaikan sistem pendidikan formal,
peningkatan keterkaitan dunia pendidikan dengan pasar kerja melalui sistem
pemagangan (link and match) serta pemberian insentif bagi pertumbuhan
pusat-pusat penelitian dan pengembangan SDM dan teknologi.
4. Strategi Pengaturan dan Pengendalian
a. Pengaturan dan perijinan
Secara formal dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur dan memantau
perkembangan usaha kecil. Ada empat jenis perijinan yang harus dipenuhi
untuk mendirikan usaha kecil ysitu ijin tempat usaha, kelayakan usaha,
28
lokasi serta dampak terhadap kesehatan dan lingkungan, ijin usaha industri
serta ijin perdagangan.
b. Perencanaan tata ruang
Mewujudkan gagasan untuk lebih memperhatikan kepentingan usaha kecil
melalui: (1) pelibatan kepentingan usaha kecil dalam perencanaan, (2)
proses konsultasi sebagai mekanisme untuk mendapatkan masukan dari
pihak-pihak yabg berkepentingan, (3) pengakuan sungguh-sungguh
terhadap peran dan fungsi usaha kecil bagi lingkungan masyarakat.
c. Fungsi kelembagaan
Dalam hal ini instansi seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan
merupakan inisiatif yang mengembangkan usaha kecil serta terpadu dan
berjangka panjang yang sejalan dengan upaya untuk mengentaskan
kemiskinan.
Keseluruhan peran tersebut akan dilakukan pemerintah daerah, jika disertai
dengan kemampuan untuk mengembangkan kondisi strategis yang ada di daerah.
dalam usaha pemerintah daerah untuk mengembangkan dan memberdayakan
sentra industri ataupun usaha kecil menengah di Kota Pasuruan, yang telah
memiliki landasan peraturan yaitu Peraturah Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 2
Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Pasuruan pada Tahun 2005-2025. Dalam Perda tersebut dijelaskan
peraturan mengenai pengembangan industri-industri yang berpoyensi di daerah
Pasuruan.
29
Selain dari Perda Nomor 2 Tahun 2008, terdapat pula Peraturan Daerah
Kabupaten Pasuruan Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Retribusi Pelayanan
Pengolahan Mebel Kayu. Peraturan tersebut menunjukkan bahwa mebel kayu
memang menjadi salah satu potensi industri yang diunggulkan dari daerah
Kabupaten maupun Kota Pasuruan. Tentang bagaimana pengembangan pelayanan
mebel, pengolahaan, prasarana, ketrampilan para pekerja dalam upayanya
mengembangkan dan memberdayakan sentra industri mebel di Kabupaten maupun
Kota di Pasuruan.
4. Bentuk-Bentuk Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah
Bentuk-bentuk pemberdayaan sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah pasal 14. Adapun pemberdayaan terhadap Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah dapat dilakukan pemerintah dalam bentuk:
1. Fasilitas permodalan
Fasilitas permodalan adalah kemudahan yang diperoleh perusahaan dalam
mendapatkan modal usaha, dalam hal ini pemerintah memiliki peran penting
misalnya dalam membuat kebijakan berupa pinjaman kredit bagi perusahaan.
Sebab menurut Hardjanto (2012:73) keterbatasan modal kerja/investasi
menjadikan kelemahan tersendiri dari industri kecil. Keterbatasan modal akan
menjadi faktor penghambat dalam menjalankan industri karena pelaku
industri tidak mampu mengembangkan industrinya serta tidak mampu
memenuhi kebutuhan pasar.
30
2. Dukungan kemudahan yang diperoleh bahan baku dan fasilitas pendukung
proses produksi
a. Kemudahan bahan baku
Pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan kemudahan bagi
industri dan usaha kecil menengah yang berorientasi ekspor. Bahan baku
yang mudah diperoleh dapat membuat produsen lebih mudah untuk
memproduksi produk yang dibuat. Menurut Prawirosentoso (2001;61)
bahan baku adalah bahan utama dari suatu produk atau barang, sehingga
ketersdiaan dan kemudahan dalam memperoleh bahan baku sangat
dibutuhkan oleh produsen guna memperoduksi produk atau barang.
b. Pendukung proses produksi
Menurut (Siswanto, 2015;1) faktor pendukung pelaksanaan proses
produksi terkait dengan fasilitas peralatan yang baik, sumber daya
manusia, dana hibah dari Pusat/Daerah, lokasi strategis, produk yang
dihasilkan, pangsa pasar yang jelas, kepemimpinan, dan pemasaran.
Sedangkan faktor penghambatnya terkait dengan aturan tentang legalitas
Produksi, pemasaran, dan kualitas hasil karya. Berdasarkan hal tersebut
salah satunya yang dapat dilakukan pemerintah daerah adalah membuat
sitem pemasaran yang baik bagi pelaku usaha.
3. Pendidikan dan pelatihan
Menurut Sumarsono (2009:92-93) pendidikan dan pelatihan merupakan salah
satu faktor yang penting dalam pengembangan SDM. Pendidikan dan
31
pelatihan berguna untuk meningkatkan, mengembangkan, dan membentuk
pegawai dimana pegawai mempelajari pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), kemampuan (ability) atau perilaku terhadap tujuan
pribadi dan organisasi sehingga tercipta sumber daya manusia yang
berkualitas.
4. Pameran Perdagangan
Pameran perdagangan adalah sebuah pameran yang diadakan oleh perusahaan
atau pemerintah yang dilakukan dengan cara memamerkan dan
mendemonstrasikan produk-produk yang dimiliki perusahaan, hal tersebut
dilakukan untuk memperluas akses pasar dan mempelajari aktivitas pesaing.
Pernyataan tersebut didukung dengan Johanta (2012;4) pameran dagang
bertujuan untuk membangun “awareness” serta mendorong adanya pesanan
percobaan, semacam “uji coba pasar” dan alat promosi yang penting bagi
produsen. Pameran cara terbaik untuk mencari pelanggan, membantu bisnis
berkembang dan cara ekonomis untuk mendapatkan penjualan.
D. Industri Kecil dan Menengah
1. Pengertian Industri
Pengembangan ekonomi yang diselenggarakan oleh suatu negara dewasa
ini harus dilihatkan sebagai upaya terencana, terprogram, sistematik, dan
berkelanjutan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup seluruh
warga masyarakat (Sondang, 2009:77). Pembangunan nasional dibidang ekonomi
merupakan salah satu aspek yang dilakukan guna menciptakan perekonomian yang
32
kokoh melalui adanya pembangunan industri yang maju serta didukung oleh
kekuatan dan kemampuan sumber data yang luas. Menurut Sondang (2009:87)
mengungkapkan bahwa suatu negara yang ingin mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi pada umumnya menempuh jalur industrialisasi.
Pembangunan pada sektor industri dengan jalur industrilisasi merupakan salah satu
upaya yang dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat.
Berdasarkan etimologi, kata “industri” berasal dari bahasa Inggris
“industry”, yang berasal dari bahasa Perancis Kuno “industrie” yang berarti
“aktivitas” yang kemudian berasal dari bahasa latin “industria” yang berarti
“kerajinan, aktivitas”. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, Industri diartikan sebagai seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan baku atau memanfaatkan sumberdaya industri sehingga
menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi,
termasuk jasa industri. Menurut Sahaan dalam Sasrawan (2014) mengungkapkan
bahwa industri adalah bagian dari sebuah proses yang mengelola barang mentah
menjadi barang jadi sehingga menjadi sebuah barang baru yang memiliki nilai
lebih bagi kebutuhan masyarakat.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,
mengungkapkan bahwa perindustrian sebagai tatanan dan segala kegiatan yang
bertalian dengan kegiatan industri. Dalam pembukaan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2014 tentang Perindustrian dijelaskan bahwa pembangunan industri yang
maju dapat diwujudkan melalui beberapa hal yakni melalui penguatan infrastruktur
33
industri yang mandiri, sehat dan bersaing dengan mendayagunakan sumberdaya
secara optimal dan efisien serta mendorong perkembangan industri ke seluruh
wilayah Indonesia dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional berlandaskan pada kerakyatan, keadilan, dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa dengan mengutamakan kepentingan nasional. Untuk mewujudkan
industri yang maju dapat ditempuh dengan memperkuat posisi industri disetiap
daerah.
Dari pengertian industri di atas, maka dapat diartikan bahwa industri
merupakan seluruh kegiatan yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi yang
memiliki nilai kegunaan tinggi bagi kebutuhan masyarakat, sedangkan
perindustrian merupakan segala urusan yang berkaitan dengan industri. Guna
mewujudkan industri yang maju, maka Pemerintah perlu melakukan beberapa hal
yang tentunya akan berpengaruh demi terwujudnya sektor industri yang kuat,
mandiri dan tangguh.
2. Pengertian Industri Kecil
Industri kecil sebagai bagian integral dunia usaha yang merupakan
kegiatan ekonomi rakyat mempunyai kedudukan, potensi, dan peran yang strategis
untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang
berdasarkan demokrasi ekonomi. Menurut Hardjanto (2012:71) mengungkapkan
bahwa industri kecil mampu menyerap tenaga kerja 5-19 orang. Berdasarkan Pasal
5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil disebutkan
beberapa kriteria usaha kecil sebagai berikut:
34
a. Usaha tersebut memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).
c. Berdiri sendiri bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau berafiliasi baik langsung dengan usaha menengah dan besar.
d. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan Hukum atau
badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
Seperti halnya Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995
tentang Usaha Kecil menjelaskan bahwa karateristik yang dimiliki oleh industri
kecil adalah usaha milik perseorangan, berdiri sendiri memiliki kekayaan bersih
maksimal Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Selaras dengan pernyataan
tersbut, Hardjanto (2012:72) juga menambahkan bahwa Komisi untuk
perkembangan ekonomi (Community for Economic Development CED)
mengemukakan kriteria industri kecil sebagai berikut:
a. Manajemen berdiri sendiri, maajer adalah pemilik.
b. Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil.
c. Daerah operasi bersifat lokal.
d. Ukuran adalah keseluruhan relatif kecil.
Industri kecil merupakan usaha yang manajemen dikelola oleh pemiliknya
secara pribadi, daerah cakupan operasi masih bersifat lokal, serta modal disediakan
oleh pemiliknya sendri maupun sekelompok kecil. Pendapat mengenai karateristik
35
industri kecil juga dijelaskan oleh Tambunan dalam Lestari dan Woyanti (2011)
bahwa karateristik utama dari sektor industri kecil antara lain:
a. Proses produksi lebih mekanis dan kegiatannya biasanya berlokasi
dismaping rumah pengusaha atau pemilik usaha.
b. Sebagian besar tenaga kerja yang bekerja di industri adalah pekerja
bayaran.
c. Produk yang di buat termasuk golongan barang yang cukup canggih.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa industri kecil merupakan kegiatan
industri yang berskala kecil dengan memiliki tenaga kerja 5-19 orang. Modal
industri kecil dimiliki oleh pemilik usaha maupun sekelompok kecil. Industri kecil
memiliki peran sentral dalam meningkatkan perekonomian nasional serta mampu
menciptakan masyarakat yang inovatif dan mandri dalam meningkatkan
perekonomiannya.
3. Kelebihan dan Kelemahan Industri Kecil
Dalam menjalankan kegiatan industri, industri kecil memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan yang akan dirasakan dampaknya selama menjalankan
kegiatan industri. Kelebihan dan kelemahan tersebut akan berpengaruh kepada
proses jalannya industri. Menurut Hardjanto (2012:72) mengungkapkan bahwa
kelebihan industri kecil antara lain:
a. Memiliki kebebasan untuk bertindak.
Artinya industri kecil kapan saja bisa berubah untuk menyesuaikan
keadaan. Misal apabila ada produk baru, industri kecil bisa dengan cepat
36
bertindak untuk menyesuaikan karena skala industrinya yang kecil.
Berbeda dengan usaha/industri besar yang tidak bisa sewaktu-waktu untuk
berubah karena skalanya besar.
b. Industri kecil lebih fleksibel.
Artinya industri kecil dapat menyesuaikan akan kebutuhan yang diperlukan
oleh masyarakat. Baik produk yang dihasilkan, bahan baku yang
diperlukan, tenaga kerja maupun pemasaran hasil produk industri kecil
lebih menggunakan sumber-sumber setempat yang bersifat lokal.
c. Tidak mudah goncang.
Artinya industri kecil lebih kokoh. Industri kecil tidak mudah goncang
meskipun perekonomian mengalami kesulitan karena industri kecil dalam
bahan-bahan pokok lebih mengandalkan bahan lokal. Jadi tidak takut
apabila bahan baku impor mahal karena industri kecil jarang mengimpor
bahan baku dari luar negeri.
Industri kecil memiliki banyak keuntungan dibandingkan industri besar.
Hal tersbut dikarenakan industri kecil memiliki kemampuan untuk cepat berubah
daripada industri besar. Pendapat lain mengenai kelebihan industri kecil juga
dijelaskan oleh Hakim (2006:335) mengungkapkan bahwa industri skala kecil
mempunyai berbagai keuntungan dibanding industri yang berskala besar antara
lain:
a. Kemampuan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
37
Perusahaan kecil dan menengah menciptakan paling tidak setengah dari
kesempatan kerja dan industrilisasi di dunia.
b. Media pemerataan pembangunan.
Industri skala kecil dipandang sebagai media pemerataan pembangunan
ekonomi. Industri skala kecil memungkinkan persebaran industri dalam
geografis yang luas.
c. Kemampuan melakukan inovasi.
Dalam perusahaan kecil biasanya pemilik merangkap sebagai manajer,
sehingga inovasi yang dia lakukan bisa langsung diterapkan. Pemilik
sekaligus manajer dari perusahaan kecil harus inovatif dalam memenuhi
kebutuhan konsumen dan bisa bereaksi dengan cepat pada kesempatan
yang teridentifikasi karena pembuatan keputusan di pusatkan pada satu
atau dua orang.
Disamping memiliki banyak kelebihan dibandingkan industri besar, akan
tetapi industri kecil masih mengalami kelemahan-kelemahan dalam menjalankan
industrinya yang tentunya akan menghambat pelaksanaan dari industri itu sendiri.
Hambatan0hambatan tersebut akan sangat berpengaruh kepada pelaksanaan
industri yang tidak efektif dan maksimal. Kelemahan-kelemahan industri kecil
menurut Hardjanto (2012:73) antara lain:
a. Kurangnya permodalan.
Terjadi ketergantungan pada kekuatan pemilik modal, karena pemilik
modal juga lebih menguasai sumber-sumber bahan baku dan dapat
38
mengusahakan bahan baku, maka pengusaha kecil memiliki
ketergantungan pada pemilik modal yang sekaligus pengusaha bahan baku.
b. Kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna
memperoleh akses permodalan,pemasaran dan bahan baku seperti:
1. Informasi peluang dan cara memasarkan produk.
2. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, dan
mudah didapat.
3. Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar
dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh bantuan
permodalan dan pemasaran.
4. Informasi tentang cara pengembangan produk, baik desain, kualitas,
maupun kemasannya.
5. Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan
yang terjangkau.
Kelemahan yang sering dirasakan oleh industri kecil diantaranya aspek
permodalan yang terbatas, informasi yang kurang dalam memanfaatkan peluang
pemasaran, minimnya pemasaran yang dilakukan, sulitnya bahan baku dan lain-
lain. Pendapat tersebut searah dengan pernyataan yang dikemukaakan oleh
Tambunan (2009:75) mengungkapkan bahwa hambatan-hambatan industri kecil
antara lain:
“Hambatan-hambatan industri kecil adalah keterbatasan modal kerja maupuninvestasi, kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku,keterbatasan akses informasi mengenai peluang besar, keterbatasan pekerja
39
dengan keahlian tinggi (kualitas SDM rendah) dan kemampuan teknologi,biaya transportasi dan energi yang tinggi, keterbatasan komunikasi, biayatinggi akibat prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks khususnyadalam pengurusan izin usaha dan ketidakpastian akibat peraturan-peraturandam kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak menentu arahnya”.
Berdasarkan pemaparan diatas bisa disimpulkan bahwa selain memiliki
banyak kelebihan, industri kecil seringkali mengalami hambatan yang tentunya
membuat pelaksanaan industri tidak bisa berjalan dengan maksimal. Hambatan
yang sering dialami oleh industri kecil antara lain kurangnya permodalan,
rendahnya SDM, keterbatasan teknologi, rendahnya pemasaran dan lain-lain.
Dengan demikian, maka diperlukan strategi pemerintah dalam mengatasi
hambatan tersebut melalui adanya pemberdayaan pada industri kwcil agar industri
kecil bisa berkembang dan berdaya saing.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, serta landasan teori maka
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Hal ini dikarenakan peneliti melakukan pengamatan secara langsung
dilapangan, untuk melihat situasi dan kondisi dari Peran Pemerintah Daerah
Dalam Pengembangam Ekonomi Lokal Melalui Pemberdayaan Sentra Industri
Mebel pada Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan. Berdasarkan
uraian tersebut, maka Moleong (2005:11) penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang data-datanya dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Deskriptif merupakan laporan yang berisi kutipan data untuk
memberikan gambaran penyajian laporan. Data tersebut berasal dari naskah,
wawancara, catatan lapangan, dan dokumen resmi lainnya.
Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleg subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain engan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dengan
menggunakan deskriptif dan pendekatan kualitatif tersebut, diharapkan mampu
melihat proses penelitian yang dilakukan dengan hasil memperoleh penjelasan
41
yang menyeluruh dan mendalam mengenai Peran Pemerintah Daerah Dalam
Pengembangam Ekonomi Lokal Melalui Pemberdayaan Sentra Industri Mebel
pada Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan berdasarkan data yang
didapat dari berbagai sumber baik tulisan maupun lisan. Sumber berupa tulisan
berasal dari dokumen resmi yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian, dan
Perdagangan Kota Pasuruan dan sumber lisan berdasarkan hasil wawancara.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah suatu obyek yang merupakan tujuan utama untuk
meneliti fenomena sosial yang terjadi atau menangkap data-data yang akan
dikumpulkan dan kemudian menganalisisnya. Menurut Moleong (2005:94) fokus
penelitian adalah suatu pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan dibahas
dalam metode penelitian kualitatif.
Membatasi studi atau dengan kata lain fokus penelitian dapat membatasi
bidang-bidang penelitian serta dapat memenuhi kriteria suatu informasi yang baru
diperoleh dilapangan. Dengan adanya fokus penelitian maka seorang peneliti
dapat mengetahui data mana yang akan diambil dari data-data yang sedang
dikumpulkan. Sejalan dengan pendapat diatas, adapun fokus penelitian dalam
penelitian ini berdasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6
Tahun 2011 tentang pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah adalah
sebagai berikut:
a. Fasilitasi Permodalan;
b. Perolehan bahan baku dan fasilitas pendukung dalam proses produksi;
c. Pendidikan dan pelatihan;
42
d. Pelibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar.
C. Lokasi dan Situs Penelitian
Penentuan lokasi dan situs penelitian merupakan salah satu kontribusi besar
dalam proses pengambilan data mengenai objek penelitian secara optimal. Lokasi
penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian guna memperoleh data
dan informasi yang diperlukan untuk rumusan masalah penelitian. Untuk
mengetahui keadaan secara praktis dan memperoleh data yang valid mengenai
Peran pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi lokal melalui
pemberdayaan sentra industri mebel, maka lokasi penelitian yang dijadikan
tempat penelitian adalah Kota Pasuruan. Adapun situs penelitian yang merupakan
tempat penelitian memperoleh data atau informasi yang diperlukan sesuai dengan
permasalahan yang dikemukakan. Situs yang dipilih dalam penelitian ini adalah
Dinas Perindustrian, dan Perdagangan(Disperindag) Kota Pasuruan, Jalan
Pahlawan No. 28 A, Telp. (0343) 422431, 424919.
Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada aspek kemudahan dalam
mendapatkan informasi. Alasan lain yang lebih mendetail pertimbangan
pemilihan lokasi di Kota Pasuruan menurut peraturan walikota no 66 tahun 2016
tentang tugas, pokok, dan fungsi dinas perindustrian dan perdagangan :
1. Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan ini merupakan
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang memiliki tanggungjawab
menangani urusan pemberdayaan sentra industri mebel tersebut.
2. Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan mempunyai Tugas
Pokok dan Fungsi yang salah satunya adalah menyiapkan bimbingan dan
43
penyuluhan industri mebel serta meningkatkan teknik produksi,
deversifikasi produk dan inovasi dibidang industri mebel. Sehingga
adapun pemberdayaan yang dilakukan merupakan tanggung jawab dari
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan.
3. Pelaksanaan otonomi daerah yang baik khususnya dalam pemberdayaan
sentra industri mebel di Kota Pasuruan ini dapat memberikan kontribusi
yang nyata terhadap kesejahteraan masyarakat, mampu megembangkan
ekonomi lokal masyarakat sehingga dapat memajukan kualitas
ekonominya sendiri serta perekonomian masyarakat dan dapat
mengoptimalkan sumberdaya manusia sebagai subyek dan obyek
pembangunan daerah.
4. Masih minimnya penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam
pengembangam ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri
mebel di Kota Pasuruan. Sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
D. Jenis Dan Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini menyangkut sumber-
sumber penyedia informasi yang dapat mendukung hal-hal atau masalah yang
menjadi fokus peneliti. Menurut Lofland (dalam Moleong 2005:157) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan dua sumber data yaitu:
44
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya atau
responden. Data primer dapat diperoleh dengan cara mengamati atau
melakukan wawancara dengan informasi yang ada dilapangan sesuai dengan
substansi penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara dengan informan di DinasPerindustrian, dan Perdagangan Kota
Pasuruan dan pemilik usaha mebel meliputi :
a. Budiwati Setyarini, S.Si, MM selaku Kepala Bidang
PerindustrianDinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan.
b. Bapak Firdaus selaku pemilik mebel Tunas Baru.
c. Mas Yudi selaku pemilik usaha mebel UD. Sumber Hidup.
d. Ibu Indriyani selaku pemilik usaha mebel Rizki.
e. Bapak M. Wahyudi selaku pemilik mebel UD. Adjie Bagus.
f. Bapak Nanang Abdul Mukti selaku pemilik mebel UD. Sulung
Jaya.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah tersedia bagi peneliti dan dapat
digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan. Dalam penelitian ini
yang merupakan data sekunder berupa sumber tertulis atau dokumen yang
meliputi :
a. Rencana pembangunan jangka panjang tahun 2008-2025 Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan
45
b. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pasal 14.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Arikunto (2009:134) adalah cara atau
metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang
menunjukkan pada suatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang
terlihat penglihatan tetapi dapat diperhatikan penggunaannya. Teknik
pengumpulan data yamg digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Proses pengumpulan data dengan melakukan penelitian secara langsung
ataupun tidak langsung pada obyek penelitian dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini, observasi dilakukan pada
Satuan Kerja Daerah yaitu Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota
Pasuruan untuk mengetahui strategi pemerintah daerah dalam pengembangam
ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel.
2. Wawancara
Wawancara yaitu mendapatkan data atau informasi dengan cara yang
ditempuh untuk memperoleh data melalui tanya jawab secara langsung dengan
beberapa orang yang dianggap berkompeten guna dimintai keterangan segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, wawancara
dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan:
a. Budiwati Setyarini, S.Si, MM selaku Kepala Bidang PerindustrianDinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan.
46
b. Bapak Firdaus selaku pemilik Mebel Tunas Baru.
c. Mas Yudi selaku pemilik usaha mebel UD. Sumber Hidup.
d. Ibu Indriyani selaku pemilik usaha mebel Rizki.
e. Bapak M. Wahyudi selaku pemilik UD. Adjie Bagus.
f. Bapak Nanang Abdul Mukti selaku pemilik UD. Sulung Jaya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara untuk memperoleh data dengan mempelajari,
mencatat, atau membuat salinan dari dokumen-dokumen, arsip-arsip, ataupun
literatur yang terkait dan berhubungan dengan obyek atau fokus penelitian.
Dokumentasi didapatkan dalam penelitian ini adalah berupa dokumen, arsip-
arsip, dan foto kegiatan penelitian yang terdapat hubungannya dengan strategi
pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi lokal melalui sentra industri
mebel.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh atau
menggunakan data dalam rangka memecahkan masalah dan mecapai tujuan
penelitian. Instrumen penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan
juga memiliki kedudukan yang strategis dalam proses kegiatan penelitian yang
digunakan sebagai alat bantu bagi peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto,
2009:134). Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Peneliti sendiri
Peneliti sebagai instrumen utama dan mendasar. Didalam melakukan
pengamatan mengenai peran pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi
47
lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel. Secara langsung peneliti
menggunakan panca indera untuk melihat, mendengar, serta merasakan
fenomena yang ada disekitarnya, terutama yang berhubungan dengan fokus
penelitian.
2. Pedoman Wawancara (interview guide)
Pedoman wawancara merupakan rangkaian daftar pertanyaan untuk
melakukan pengumpulan data, yang berkaitan dengan peran pemerintah dalam
pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel.
Hal ini berfungsi agar wawancara yang dilakukan sesuai dengan topik
penelitian. Peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berisikan
serangkaian pokok-pokok pertanyaan yang diajukan kepada informan.
3. Catatan Lapangan(field note)
Catatan lapangan merupakan sebuah catatan peneliti yang didapatkan dari
hasil mencatat atau mengcopy file atau data yang berkaitan dengan peran
pemerindtah daerah dalam pengembangan ekonomi lokal melalui
pemberdayaan sentra industri mebel. Catatan lapangan memiliki fungsi untuk
mencatat hasil wawancara atau pengamatan yang berisi tentang data atau
informasi yang didapat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Pasuruan terkait fokus penelitian.
4. Perangkat Penunjang
Perangkat penunjang merupakan alat tulis untuk membantu dalam mencaatat
hal-hal penting dilapangan, karena untuk pengambilan gambar yang berkaitan
48
dengan penelitian dan tape recorder untuk merekam saat wawancara dengan
informan di DinasPerindustrian, dan Perdagangan Kota Pasuruan.
G. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengurutkan serta mengorganisasikan data
dalam pola, kategori serta satuan sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dijadikan sebuah kesimpulan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data
yang dikembangkan oleh Miles, Huberman dan Saldana (2014:31-33) terdapat
tiga alur secara bersamaan. Aktivitas dalam analisis data yaitu: Data
Condensation, Data Display, dan Conclusion Drawing/Verifications. Berikut ini
adalah komponen analisis data model interaktif yang dikembangkan oleh Miles,
Huberman dan Saldana (2014) berikut penjelasannya :
Gambar 1. Komponen Analisis Data Model InteraktifGambar 1
Sumber: Miles. Huberman dan Saldana (2014:33)
1. Pengumpulan Data (data collection) yaitu dilaksanakan sejak awal
penelitian. Data yang dikumpulkan berasal dari dokumentasi saat
penelitian, wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Selanjutnya
data tersebut disusun untuk mendukung penyelesaian penelitian.
49
2. Kondensasi data (data condensation) yaitu proses memilih, memfokuskan,
meringkas, menyederhanakan, serta merubah data yang bersumber dari
interview, catatan, dokumen, dan sumber data lainnya. Bentuk penyajian
dapat berupa teks naratif, grafik, bagan, serta jaringan.
3. Penyajian data (data display) yaitu penyatuan, pengorganisasian, dan
informasi yang telah digunakan untuk mempermudah peneliti melihat
gambaran secara keseluruhan serta bagian-bagian tertentu dari data
penelitian. Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan mulai awal
hingga berakhirnya penelitian. Data akan dipilih dan disesuaikan
berdasarkan jenisnya dan kemudian disusun sesuai dengan kategori yang
sejenis untuk disajikan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi
saat berada di lapangan, termasuk dengan menyertakan kesimpulan
sementara yang diperoleh pada kondensasi data.
4. Penarikan kesimpulan (drawing and verifiying conclusions) yaitu tahapan
terakhir dari model analisis data interaktif. Dalam proses ini data yang
telah direduksi dan dirangkai secara sistematis kemudian ditarik sebuah
kesimpulan.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Situs Penelitian
1. Sejarah Kota Pasuruan
Kota Pasuruan sebagai daerah otonom saat ini tidak terlepas dari
perjalanan panjang sebagai salah satu kota kuno di Jawa bagian timur bahkan
Indonesia. Sebuah kota yang semasa kejayaan raja Airlangga bertahta Kota
Pasuruan telah memiliki nama tersendiri bahkan cukup terkenal dengan sebutan
“Paravan”, keberadaan pelabuhan Tanjung Tembikar sehingga mampu menarik
banyak pedagang untuk datang ke Pasuruan. Berkat pelabuhan ini pula di masa
lalu Kota Pasuruan menjadi salah satu pusat transaksi dagang antar pulau,
sekaligus menjadikan Kota Pasuruan sebagai salah satu kota bandar kuno di
Indonesia.
Pemerintahan di Pasuruan dapat dikatakan secara resmi berjalan sejak
berkuasanya Kiai Darmoyudho I pada kurun 1617-1645, yang dalam pergulatan
kekuasaan di tanah Jawa kemudian Pasuruan jatuh ke tangan Pangeran
Amangkurat I (Mataram), yang mendaulat Untung Suropati sebagai Adipati di
Pasuruan mulai tahun 1686 hingga 1706. Catatan mengenai Pemerintahan
Adipati Untung Suropati 8 Februari 1686 tersebutlah yang dipandang menandai
bermulanya pemerintahan formal yang kemudian disepakati untuk diakui sebagai
titik waktu hari jadi Kota Pasuruan yang dituangkan dalam Peraturan Daerah
51
(Perda) Kota Pasuruan Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Hari Jadi Kota
Pasuruan.
Namun demikian, secara legal-formal permulaan pemerintahan modern
sebagai Pemerintahan Kota adalah setelah dibentuknya Residensi Pasuruan pada
1 Januari 1901 oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang kemudian
ditindak lanjuti dengan pembentukan Kotapraja (Gementee) Pasuruan seperti
dalam Staatblat 1918 No. 320 dengan nama Stads van Pasoeroean pada tanggal
20 Juni 1918.
Semasa awal kemerdekaan, Pasuruan dinyatakan sebagai Kotamadya
dengan wilayah yang terdiri dari 3 (tiga) desa dalam 1 (satu) Kecamatan untuk
kemudian dengan Undang-undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 17
Tahun 1950 (UU 17/1950) yang kemudian diubah dengan UU 13/1954 maka
sejak tanggal 14 Agustus 1950 Kotamadya Pasuruan dinyatakan sebagai daerah
otonom yang terdiri 19 Desa dalam 1 Kecamatan. Dalam perkembangannya kota
yang cukup pesat kemudian wilayah Kota Pasuruan diperluas melalui Peraturan
Pemerintah (PP) RI Nomor 46 Tahun 1982 (PP 46/1982) sehingga sejak tanggal
21 Desember 1982 Kota Pasuruan terdiri dari 3 Kecamatan dengan 19 Kelurahan
(yang semula desa) dam 15 Desa (baru). Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor
10 Tahun 2002 (Perda 10/2002) yang efektif berlaku mulai tanggal 12 Januari
2002, desa-desa yang masih berstatus desa berubah menjadi kelurahan sehingga
wilayah Kota Pasuruan terdiri dari 34 Kelurahan dalam 3 (tiga) Kecamatan. Dan
berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
52
Daerah maka status Kotamadya Pasuruan berubah menjadi Kota Pasuruan (sejak
1 Januari 2001) kemudian berubah menjadi 4 (empat) kecamatan dengan
Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Kecamatan Panggungrejo sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kota Pasuruan Nomor 15 Tahun 2012.
2. Kondisi Geografis, Luas Wilayah dan Batas Administrasi DaerahKota
Pasuruan
Gambar 2. Peta Wilayah Kota PasuruanSumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan
53
Letak Kota Pasuruan yang tepat di jalur utama transportasi dan
perdagangan Surabaya – Bali, menjadikan Kota dengan luas wilayah 36.58 km²
atau sekitar 0.07 persen luas Jawa Timur ini cukup strategis memberikan
kontribusi pada pergerakan perindustrian dan perdagangan. Batas – batas
wilayah Kota yang terletak antara 112º 45¹ – 112º 55¹ Bujur Timur dan 7º 35¹ –
7º 45¹ Lintang Selatan ini meliputi Selat Madura di bagian Utara sedangkan
sebelah Timur, Selatan dan Barat berbatas dengan Kabupaten Pasuruan. Wilayah
administrasi Pemerintah Kota Pasuruan meliputi empat kecamatan, yakni Bugul
Kidul, Purworejo, Panggungrejo dan Gadingrejo.
Sementara itu, sejak keluarnya Perda Nomer 10 Tahun 2002 desa-desa
yang ada di Kota Pasuruan dirubah statusnya menjadi kelurahan. Jumlah
keseluruhan kelurahan di Kota Pasuruan sebanyak 34 kelurahan. Wilayah
administrasi Kota Pasuruan hanya meliputi tiga kecamatan, kemudian pada tahun
2012 disahkan Perda yang mengatur pemekaran wilayah, yakni dengan
ditambahkannya Kecamatan Panggungrejo, yang merupakan hasil pemecahan
Kecamatan Purworejo, Gadingrejo dan Bugul Kidul. Namun pemekaran wilayah
administrasi pemerintahan ini tidak berimbas pada bertambahnya luas wilayah
Kota Pasuruan.
Luas wilayah darat Kota Pasuruan tidak kurang dari 35,29 km², yang
terbagi atas 4 Kecamatan dan 34 Kelurahan yang didasarkan Kajian Penataan
Wilayah Kota Pasuruan tahun 2012 antara lain:
54
1. Wilayah Kecamatan Purworejo, dengan luas wilayah 8,08 km² yang meliputi
7 Kelurahan antara lain: Sekargadung, Tembokrejo, Wirogunan, Purutrejo,
Pohjentrek, Kebonagung, dan Purworejo.
2. Wilayah Kecamatan Bugul Kidul, dengan luas wilayah 11,11 km² yang
meliputi 6 Kelurahan antara lain: Bakalan, Krampyangan, Blandongan, kepel,
Tapa’an, dan Bugul Kidul.
3. Wilayah Kecamatan Gadingrejo dengan luas wilayah 8,27 km² yang meliputi
8 Kelurahan antara lain: Karangketug, Gadingrejo, Randusari, Krapyakrejo,
Petahunan, Gentong, Sebani, dan Bukir.
4. Wilayah Kecamatan Panggungrejo dengan luas wilayah 7,83 km² yang
meliputi 13 Kelurahan antara lain: Karanganyar, Tamba’an, Trajeng,
Bangilan, Kebonsari, Mayangan, Ngemplakrejo, Petamanan, Pekuncen,
Bugul Lor, Kandangsapi, Panggungrejo, dan Mandaranrejo.
Adapun wilayah administrasi daerah Kota Pasuruan berbatasan langsung
dengan Kabupaten Pasuruan dan Selat Madura. Secara administratif
tepatnya:
Sebelah Utara :Selat Madura
Sebelah Barat :Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan
Sebelah Timur :Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan
Sebelah Selatan : Kecamatan Gondang Wetan dan Kecamatan
Pohjentrek Kabupaten Pasuruan.
55
3. Kondisi Demografis Kota Pasuruan
Kondisi Pasuruan pada saat ini memiliki 4 Kecamatan dan 34 Kelurahan.
Jumlah penduduk di Kota Pasuruan pada saat ini mencapai 209.028 jiwa (data
sampai bulan Desember 2017). Komposisi penduduk dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Pasuruan
Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan Jumlah PendudukKecamatan Purworejo 7 60.246 jiwaKecamatan Bugul Kidul 6 31.288 jiwaKecamatan Gadingrejo 8 46.489 jiwaKecamatan Panggungrejo 13 71.005 jiwa
Jumlah Penduduk 209.028 jiwa
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pasuruan Tahun2017
Masyarakat Kota Pasuruan tergolong heterogen terdiri dari beragam
etnis. Empat etnis yang mendominasi adalah Jawa, Madura, Tionghoa dan Arab.
Etnis Madura lebih banyak tinggal di wilayah utara Kota Pasuruan, sedangkan
tiga etnis lainnya tersebar di bagian tengah perkotaan. Heterogenitas
masyarakatnya tidak lepas dari keberadaan pelabuhan yang menarik minat orang
untuk datang dan kemudian tinggal di Kota Pasuruan. Mayoritas penduduknya
memeluk agama Islam. Meskipun terdiri dari multi etnis, namun hubungan
masing-masing orang berjalan harmonis.
Kota Pasuruan memiliki beragam sumber daya yang dapat dimanfaatkan
masyarakat sebagai mata pencaharian seperti adanya perusahaan mebel yang
terletak di Kelurahan Bukir, tambak ikan dan udang yang ada di wilayah
56
pelabuhan utara, hasil laut yang ada di perairan wilayah utara,galian pasir di
sekitar pesisir Kota Pasuruan dan lahan pertanian yang membentang di berbagai
wilayah di Kota Pasuruan.
Budaya masyarakat Kota Pasuruan demikian tinggi mengenai norma dan
nilai sebagai satu kesatuan dalam pikiran masyarakat yang memberikan rasa
harga diri dan martabat dari pribadi masing-masing. Norma dan nilai yang
terkandung pada masyarakat Kota Pasuruan dapat dikategorikan melalui
beberapa aspek, yaitu:
1) Ideologi
Dengan adanya norma agama yang relatif tinggi (khususnya agama Islam) di
Kota Pasuruan membuat namanya dikenal sebagai Kota Santri Pasuruan, hal
itu tercermin dengan keberadaan pondok pesantren yang relatif banyak.
Dengan tingginya penerapan niai dan norma agama yang ada di Kota
Pasuruan membuat segala bentuk kegiatan yang akan direncanakan atau yang
akan dilakukan oleh berbagai pihak harus selalu penuh terhadap norma dan
nilai yang berlaku di Kota Pasuruan.
2) Ekonomi
Kondisi perekonomian di Kota Pasuruan sangat stabil dan berjalan dengan
baik. Mayoritas penduduk Kota Pasuruan bekerja di bidang perdagangan,
bidang-bidang lain yang menjadi profesi di Kota Pasuruan adalah bidang
industri mebel kayu rumahan, bidang nelayan, bidang pertanian dan bidang
perkantoran.
57
3) Politik
Kota Pasuruan memiliki 12 partai politik, yang mayoritasnya berasal dari
partai politik PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), PDIP (Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan), serta Partai Demokrat.
4) Sosial Budaya
Kota Pasuruan memiliki keadaan sosial budaya yang sangat baik dan tentram.
Setiap tahunnya di Kota Pasuruan melakukan giat keagamaan seperti acara
peringatan pada maulid nabi, kegiatan pengajian dan khatam al-quran rutin
pada saat bulan ramadhan, lalu kegiatan islami lainnya seperti adanya
peringatan Haul KH. Abdul Hamid, Haul Mbah Slagah, dan Haul Habib
Ja’far. Selain kegiatan agamis, masyarakat Kota Pasuruan juga memiliki
budaya yang unik yaitu tradisi petik laut dan rangkaian hari jadi Kota
Pasuruan yang bertepatan tanggal 8 Februari.
4. Gambaran umum Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan berlokasi di Jalan
Pahlawan Kota Pasuruan dimana terletak di antara beberapa kantor dinas lainnya
pada kawasan perkantoran Walikota dan Pemerintah Kota Pasuruan. Akses
lokasinya bisa dijangkau lebih mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat Kota
Pasuruan karena letaknya yang berdekatan dengan akses jalan protokol di Kota
Pasuruan.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan dipilih sebagai situs
penelitian karena dinas ini yang mewakili Pemerintah Daerah dalam peran
58
pemberdayaan Industri Kecil Menengah sentra industri mebel di Kota Pasuruan.
Dinas perindustrian dan perdagangan Kota Pasuruan melakukan pemberdayaan-
pemberdayaan kepada sektor-sektor industri kecil yang kegiatan produksinya yaitu
mengolah bahan baku/bahan dasar menjadi suatu produk baru. Pembinaan dan
pemberdayaan yang dilakukan oleh dinas perindustrian dan perdagangan Kota
Pasuruan terhadap industri-industri kecil, menengah, maupun industri besar.
Pemberdayaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan lebih
memberikan bantuan peralatan dan teknologi karena usaha industri adalah suatu
usaha yang kegiatan produksinya dengan melakukan pengolahan. Oleh karena itu
potensi yang dimiliki industri kecil dalam mengembangkan usahanya sangat luas
karena dengan pemberdayaan dan pembinaan yang baik maka industri kecil dapat
mengembangkan usahanya dengan menginovasi produknya sehingga menciptakan
suatu produk baru dipasar yang membuat peluang pemasaran menjadi semakin
luas.
1) Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan, maka
kedudukan tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Pemerintah Daerah
Kota Pasuruan bahwa Dinas Perindustrian dan Perdagangan mempunyai tugas
pokok membantu Walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di
bidang perindustrian dan perdagangan yang menjadi kewenangan daerah dan
tugas pembantuan.
59
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Perindustrian dan
Perdaganganmempunyai fungsi :
a. Penyusunan perencanaan bidang perindustrian, perdagangan, dan
pengelolaan pasar;
b. Perumusan kebijakan teknis bidang perindustrian, perdagangan, dan
pengelolaan pasar;
c. Pelaksanaan kebijakan teknis bidang perindustrian, perdagangan, dan
pengelolaan pasar;
d. Pembinaan, koordinasi, pengendalian, dan fasilitasi pelaksanaan urusan
bidang perindustrian, perdagangan, dan pengelolaan pasar;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang perindustrian, perdagangan,
dan pengelolaan pasar;
f. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaanDinas Perindustrian dan
Perdagangan; dan
g. Pembinaan terhadap UPT.
a) Bidang Perindustrian
Bidang Perindustrian mempunyai tugas pokok merumuskan dan
melaksanakan kebijakan teknis bidangperindustrian. Untuk melaksanakan tugas
pokok sebagaimana dimaksud, bidang perindustrian mempunyai fungsi :
a. Penyusunan perencanaan bidang perindustrian;
b. Perumusan kebijakan teknis bidang perindustrian;
c. Pelaksanaan kebijakan teknis bidang perindustrian;
60
d. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi, fasilitasi, dan penyelenggaraan
industri logam, mesin, dan aneka, industri kimia, agro, dan hasil hutan,
serta pengawasan, kawasan,dan kerjasama industri; dan
e. Pengendalian, evaluasi, dan pelaporan kinerja bidang perindustrian.
b) Seksi Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan mempunyai tugas;
a. Menyusun rencana kerja seksi;
b. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data dan
informasi di bidang industri kimia, agro dan hasil hutan;
c. Menyusun bahan petunjuk teknis di bidang industri kimia, agro dan
hasil hutan;
d. Melaksanakan pendataan sarana industri kimia, agro dan hasil hutan;
e. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data bahan pembinaan
dan pengembangan industri kimia, agro dan hasil hutan;
f. Menyiapkan bimbingan dan penyuluhan industri kimia, agro dan hasil
hutan serta meningkatkan teknik produksi, diversifikasi produk dan
inovasi di bidang industri kimia, agro dan hasil hutan;
g. Menyiapkan bimbingan teknis pembinaan dan pengembangan sarana
usaha produksi di bidang industri kimia, agro dan hasil hutan;
h. Melaksanakan pelatihan peningkatan keterampilan teknis, manajemen
dan pemasaran industri kimia, agro dan hasil hutan;
i. Melaksanakan penerapan standar dan pengawasan mutu di bidang
industri kimia, agro dan hasil hutan;
61
j. Menyiapkan pembinaan teknis, keterampilan dan desain serta
pemasaran untuk para perajin industri kimia, agro dan hasil hutan;
k. Menyiapkan pembinaan keterkaitan produksi industri hulu hingga hilir
industri kimia, agro dan hasil hutan;
l. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan seksi; dan
m. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
b) Seksi Pengawasan dan Kerjasama industri mempunyai tugas :
a. Menyusun rencana kerja seksi;
b. Menyediakan sarana informasi yang dapat diakses masyarakat;
c. Menyiapkan koordinasi dalam penetapan kebijakan pengembangan
wilayah-wilayah pusat pertumbuhan industri dan lokasi pembangunan
industri termasuk kawasan industri dan sentra industri kecil;
d. Menyiapkan kerjasama dan koordinasi standarisasi produk industri,
monitoring penerapan standar dan pengawasan standar industri;
e. Menyiapkan koordinasi dalam pembangunan sarana dan prasarana
industri;
f. Menyiapkan koordinasi dan pembinaan industri dalam rangka
pencegahan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh industri;
g. Menyiapkan bahan/rekomendasi ijin usaha industri dan kawasan
industri;
h. Menyiapkan koordinasi dalam pemberian fasilitas usaha dalam rangka
62
pengembangan industri kecil dan menengah;
i. Menyiapkan bahan pemberian perlindungan kepastian berusaha
terhadap usaha industri kecil dan menengah;
j. Menyiapkan koordinasi dan fasilitasi dalam promosi produk industri
kecil dan menengah;
k. Menyiapkan fasilitasi kemitraan antara industri kecil, menengah dan
industri besar serta sektor ekonomi lainnya;
l. Menyiapkan fasilitasi kerjasama pengembangan industri melalui pola
kemitraan usaha;
m. Menyiapkan pembinaan terhadap asosiasi industri;
n. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan seksi; dan
o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
c) Bidang Perdagangan
Bidang Perdagangan mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan
kebijakan teknis pengembangan sarana dan usaha perdagangan, perdagangan
dalam negeri dan luar negeri serta metrologi legal dan perlindungan konsumen.
Untuk melaksanakan tugas tersebut pada Pasal 20, Bidang Perdagangan
mempunyai fungsi:
a. Penyusunan perencanaan bidang perdagangan;
63
b. Perumusan kebijakan teknis dalam pengembangan sarana dan usaha
perdagangan, perdagangan dalam negeri dan luar negeri serta metrologi
legal dan perlindungan konsumen;
c. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi, fasilitasi dan pelaksanaan
pengembangan sarana dan usaha perdagangan, perdagangan dalam
negeri dan luar negeri serta metrologi legal dan perlindungan konsumen;
d. Pelaksanaan promosi perdagangan;
e. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan dalam pengembangan sarana
dan usaha perdagangan, perdagangan dalam negeri dan luar negeri serta
metrologi legal dan perlindungan konsumen;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
d) Seksi Metrologi Legal dan Perlindungan Konsumen mempunyai tugas:
a. Menyusun rencana kerja seksi;
b. Menyiapkan pembinaan dan koordinasi peningkatan hubungan kerja
dengan lembaga perlindungan konsumen;
c. Melaksanakan sosialisasi, informasi dan publikasi tentang perlindungan
konsumen;
d. Menyiapkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen;
e. Melaksanakan evaluasi implementasi penyelenggaraan perlindungan
konsumen;
64
f. Menyiapkan petunjuk teknis pengawasan barang beredar dan jasa;
g. Melaksanakan koordinasi dan pengawasan terhadap barang beredar dan
jasa;
h. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan metrologi legal setelah memperoleh
penilaian dari pemerintah yang didasarkan rekomendasi provinsi;
i. Menyiapkan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia
metrologi;
j. Melaksanakan pelayanan tera dan tera ulang alat-alat ukur, takar,
timbang dan perlengkapannya (uttp );
k. Menyiapkan fasilitasi penyelenggaraan kerjasama metrologi legal skala
kota;
l. Melaksanakan penyuluhan dan pengamatan alat-alat ukur, takar,
timbang dan perlengkapannya, barang dalam kemasan terbungkus;
m. Melaksanakan pengawasan dan penyidikan tindak pidana undang-
undang metrologi legal (uuml);
n. Menyiapkan pembinaan dan pemberdayaan Penyidik Pegawai Negeri
Sipil dalam hal perlindungan konsumen dan kemetrologian;
o. Menyiapkan bahan fasilitasi penyelesaian sengketa konsumen;
p. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan seksi; dan
q. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
65
e) Bidang Pengelolaan Pasar
Bidang Pengelolaan Pasar mempunyai tugas pokok merumuskan dan
melaksanakan kebijakan teknis pengelolaan pasar. Untuk melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidang Pengelolaan Pasar mempunyai
fungsi :
a. Penyusunan perencanaan bidang pengelolaan pasar;
b. Perumusan kebijakan teknis dalam pengelolaan pasar;
c. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi, fasilitasi dan pelaksanaan
pengelolaan pasar;
d. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan pasar; dan
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
66
f) Sumber Daya Dinas Perindustrian dan Perdagangan
1. Bagan Strutur Organisasi
Gambar 3. Bagan Struktur OrganisasiSumber : Peraturan Daerah Kota Pasuruan No. 66 Tahun 2016
67
B. Penyajian Data
1. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui
Pemberdayaan Sentra Industri Mebel
a. Fasilitasi permodalan
Modal merupakan salah satu segi fungsional manajemen di samping
pemasaran dan produksi dalam kelangsungan suatu usaha. Tanpa adanya modal,
suatu usaha tidak akan berjalan dengan baik begitu juga pada para pelaku usaha
sentra industri mebel juga membutuhkan mdoal usaha untuk pengembangannya.
Dalam usahanya untuk meningkatkan kemampuan finansial pelaku usaha sentra
industri mebel, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan
memberikan bantuan kredit kepada para pelaku industri mebel. Hal ini sesuai
dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Budiawati selaku kepala bidang
Perindustrian Kota Pasuruan, beliau mengatakan
“Terkait dengan permodalan IKM kami bekerjasama dengan BankPerkreditan Rakyat (BPR) Kota Pasuruan, disini dinas berperan untukmensurvey layak tidaknya IKM mebel yang akan menerima peminjamanmodal” (wawancara Kamis, pukul 15.00 wib di Kantor Perindustriandan Perdagangan Kota Pasuruan)”.
Peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan dalam
memberikan fasilitas permodalan dan bantuan finansial kepada para pelaku
sentra industri mebel dengan adanya kerjasama yang terjalin oleh Bank
Perkreditan Rakyat Kota Pasuruan. Dinas berperan untuk mensurvey layak
tidaknya IKM yang akan menerima peminjaman modal. Jika IKM dirasa layak
menerima peminjaman modal selanjutnya dinas memberikan surat pengantar
68
yang ditunjukkan kepada bank perkreditan rakyat untuk ditindak lanjuti.
Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh IKM sebelum menerima peminjaman
modal sebagai berikut:
1. Adanya agunan (jaminan) berupa sertifikat tanah, sawah ataupun BPKB
kendaraan mobil.
2. Bunga sebesar 2%/bulan dengan sistem pinjaman pokok menurun.
3. Jangka waktu peminjaman maksimal 3 tahun.
4. Peminjaman maksimal Rp. 200.000.000,00
Adapun alasan dinas melakukan kerjasama dengan pihak Bank
Perkreditan Rakyat dikarenakan BPR merupakan Bank Perkreditan Rakyat
milik Pemerintah Kota Pasuruan yang memberikan bunga 2%/bulan dengan
sistem bunga yang menurun dan tidak sama dengan pemberian bunga bank
swasta yang biasanya menggunakan sistem bunga tetap. Selain itu jika IKM
yang pada waktu jatuh tempo tidak bisa menyelesaikan kreditnya maka bank
BPR masih memberikan dispensasi selama 3 bulan untuk menyelesaikannya
beda dengan bank swasta yang langsung melakukan penyitaan terhadap agunan
(jaminan) yang telah diberikan.
Melalui hal tersebut diharapkan mampu memberikan motivasi kepada
pelaku industri kecil menengah mebel agar lebih meningkatkan proses
produksinya dengan mengembangkan desain-desain yang lebih menarik dan
dapat berdaya saing dengan kualitas dari produk lokal dari daerah domestik
69
maupun internasional karena ini sudah memasuki era pasar global jelas di tuntut
untuk memiliki daya saing yang tinggi.
Namun kenyataannya di lapangan, peran yang dilakukan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan dalam meningkatkan
kemampuan finansial pengrajin dan pelaku industri kecil mebel masih belum
mendapatkan respon yang baik dari sebagian besar pengusaha industri kecil
mebel, hal ini dikarenakan banyak para pengrajin dan pelaku industri kecil
mebel yang merasa bahwa jika meminjam di Bank bunganya terlalu besar dan
takut tidak bisa melunasi tepat waktu. Hal tersebut didasarkan pada biaya
produksi dan bahan baku yang tiap saat bisa naik sehingga jika meminjam di
Bank di khawatirkan mereka akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan
keuntungan dan untuk membayar pinjaman modal ke bank pula. Namun
demikian mereka mengganggap bahwa belum membutuhkan pinjaman modal
ke bank. Hal tersbut seperti yang diungkapkan oleh Mas Yudi selaku Pemilik
usaha Mebel UD. Sumber Hidup:
“usaha yang saya jalankan ini sebelumnya telah didirikan awalnya olehorangtua saya, jadi bisa dibilang ini usaha warisan turun menurun,berawal dari usaha yang tidak terlalu besar dan menggunakan modalsendiri hingga sekarang. Saya dan keluarga juga belum pernahmelakukam peminjaman modal kepada bank ataupun pemerintah dinasterkait. Kebanyakan pelaku usaha di daerah Bukir sini modalnya daridana sendiri. Mungkin juga ada beberapa yang melakukan peminjamantetapi setahu saya tidak banyak” (wawancara hari Jumat, pukul 13.35wib di Mebel UD. Sumber Hidup Kota Pasuruan)”.
Dalam hal ini Mas Yudi sebagai pemilik industri mebel UD. Sumber
Hidup di Bukir ini mengganggap bahwa jika dibandingkan dengan saat awal
70
munculnya para pengrajin dan pengusaha mebel Bukir, saat itu Pemerintah Kota
Pasuruan tidak terlalu mengambil peran dalam membantu para industri kecil
mebel setempat. Tapi sejalan dengan meningkatnya kualitas dan peran
pemerintah Kota Pasuruan, para pengusaha industri mebel sekarang mulai
merasakan kepedulian pemerintah dan dinas terkait di Kota Pasuruan untuk
membantu meningkatkan IKM yang ada di pasar mebel. Dengan adanya
program-program yang ada dan membantu para pengrajin dan pengusaha
industri mebel. Namun tidak semua pula progran yang dijalankan pemerintah
dirasakan oleh seluruh pengusaha industri mebel. Contohnya saja dalam
pemberian fasilitas permodalan, tidak semua pengusaha melakukan peminjaman
melalui bank dari Dinas Terkait.
Disamping penjelasan dari Mas Yudi, masih ada penjelasan lain mengenai
peminjaman modal yang diutarakan oleh Bapak Firdaus pemilik Mebel Tunas
Baru di Pasuruan:
“saya pernah dibantu Disperindag dalam memperoleh peminjamanmodal usaha dimana pihak Disperindag melakukan survey kelayakanusaha yang saya bangun lalu saya diberikan surat pengantar untukdiserahkan pada pihak BPR, selanjutnya saya memenuhi persyaratanyang diajukan dengan memberikan agunan berupa BPKB mobil yarissaya seharga 110 juta untuk memperoleh pinjaman sebesar 75 jutadengan jangka pengembalian selama 3 tahun” (wawancara hari Selasa,14 November di Kantor kelurahan Bukir Kota Pasuruan)”.
Di hasil wawancara dengan Bapak Firdaus dapat dikatakan bahwa para
pengrajin dan pengusaha industri kecil mebel di Pasuruan ini sudah merasakan
71
fasilitas yang disediakan oleh pihak Pemerintah dalam memberikan peminjaman
modal yang dapat menunjang hasil produksi mebel.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dijelaskan bahwa dinas melakukan
kerjasama dengan pihak Bank Perkreditan Rakyat yang diharapkan mampu
memberikan motivasi kepada pelaku industri kecil menengah mebel agar lebih
meningkatkan proses produksinya dengan mengembangkan produknya. Namun
peran yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan
masih belum mendapatkan respon yang baik, karena bunganya pinjaman terlalu
besar dan takut tidak bisa melunasi tepat waktu. Meskipun demikian ada pelaku
IKM yang mersakan manfaat dari fasilitas yang disediakan oleh pihak
Pemerintah dalam memberikan peminjaman modal yang dapat menunjang hasil
produksi mebel.
b. Dukungan Perolehan Bahan Baku dan Fasilitas Pendukung dalam
Proses Produksi
Dalam tahap pemrosesan pembuatan kerajinan kayu dimanapun pasti
bahan baku yang dibutuhkan adalah kayu. Perolehan bahan baku, terutama
bahan baku berupa kayu merupakan faktor utama dalam pembuatan produk-
produk sentra industri mebel. Dalam hal ini untuk mendapatkan bahan baku
tersebut tidak terlalu sukar mendapatkannya. Karena seperti diketahui sendiri
bahwa Kota Pasuruan terletak pada lokasi yang strategis untuk mendapatkan
bahan baku kayu tersebut. Kota Pasuruan memiliki lokasi yang dekat dengan
pelabuhan sebagai akses jalur laut untuk mendapatkan bahan baku kayu apabila
72
bahan tersebut berasal dari luar daerah Jawa atau Jawa Timur khususnya, dan
Kota Pasuruan sendiri dekat dengan beberapa daerah penghasil kayu hutan di
daerah Jawa Timur.
Adapun hasil wawancara peneliti dengan Ibu Budiawati dalam perolehan
bahan baku dismapikan sebagai berikut:
“Untuk bahan baku sekarang tidak menjadi masalah, jadi sebelumnyayang sering dikeluhkan para IKM kaitannya harga kayu dan untuk stokkayu di Pasuruan tidak menjadi masalah. Nah sekarang ada kebijakandari pihak Perhutani kalau sebelumnya pengrajin itu dapat kayunya agakkesulitan karena harus melalui proses lelang dengan volume yang besarjadi butuh modal besar, para IKM harus membeli di pedagang kayudengan harga yang relatif tinggi sebab sudah di tangan yang keberapa.Sekarang di Perhutani ada program toko online dengan web www.tokoperhutani.com disitu ada dua mekanisme kayu yang ditawarkan diprogram toko online itu dengan sistem kontrak dan pembelian retail inipara pengrajin bisa membeli dalam volume kecil dan sangatmenguntungkan. (Wawancara pada hari Kamis, 9 November 2017 diKantor Disperindag Kota Pasuruan)”.
Untuk penyediaan bahan baku kayu masyarakat sekitar Pasar mebel sudah
memiliki penjual dan pengepul sendiri untuk bahan pembuatan mebelnya. Jadi
dalam penyediaan bahan baku dirasa tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya.
Jika sebelumnya pengrajin mengalami kesulitan mendapatkan kayu karena
harus melalui proses lelang dengan volume yang besar sehingga membutuhkan
modal besar dan mengharuskan IKM untuk membeli di pedagang kayu dengan
harga yang relatif tinggi sebab sudah di pihak yang kesekian. Namun para IKM
mebel saat ini bisa melakukan pembelian bahan baku kayu melalui website
yang telah disediakan oleh Pihak Perhutani dengan alamat
www.tokoperhutani.com dengan harga yang terjangkau dan akan
73
menguntungkan bagi para IKM. Program yang ditawarkan di toko online
tersebut menggunakan sistem kontrak dan pembelian retail jadi para pelaku
usaha mebel bisa membeli bahan baku kayu dalam volume kecil. Hal ini pula
juga disampaikan oleh narasumber lain yaitu Mas Yudi selaku pemilik usaha
industri Mebel UD. Sumber Hidup yang berada dikawasan Mebel Bukir.
“untuk mendapatkan bahan baku kayunya tidak dirasakan kesulitan,karena di daerah kami di Bukir sendiri maupun di kelurahan sebelahseperti Randusari juga menyediakan bahan baku kayu yang banyak jadikami tidak merasakan kesulitan mendapat bahan baku. Kalau pada saatkesulitan mendapatkan bahan baku, ya hanya tidak dapat stok bahankayu yang banyak tapi tidak sampai kehabisan. Karena disini kanmayoritas masyarakatnya bergantung hidup dengan kayu, makannya yadi upayakan agar tidak sampai kehabisan. Bahan bakunya yang dipakaiselalu jati, baik jati dari Pulau Jawa, Kalimantan ataupun daerahlainnya” (wawancara pada hari Jum’at, 10 November 2017 di MebelUD. Sumber Hidup)”.
Dari keterangan yang dijelaskan oleh Mas Yudi, untuk pemerolehan bahan
baku sendiri tidak mengalami kesulitan. Karena bahan baku bisa di peroleh pada
penjual kayu yang ada di sekitar Kota Pasuruan. Walaupun dalam pemerolehan
bahan bakunya sendiri mudah, namun dalam harga bahan baku sendiri mulai
dari era moneter pada tahun 1998 sudah mulai merangkak makin naik sampai
sekarang. Kesulitan yang dirasakan oleh para pengusaha industri mebel yaitu
pada harga bahan baku. Kemudian dengan adanya kenaikan bahan bakar
minyak (BBM) juga sangat dirasakan oleh para pelaku industri karena bahan
baku pun mulai naik pula, tetapi untuk harga bahan baku saat ini dapat stabil
dengan adanya kebijakan yang di buat oleh perhutani yang menguntungkan para
IKM untuk memperoleh bahan baku melalui program pelelangan umum dan
74
juga program toko online dimana para IKM mebel bisa membeli bahan baku
kayu dengan volume kecil dan harga yang terjangkau. Berikut tampilan
halaman utama dari website www.tokoperhutani.com:
Gambar 4. Tampilan Website Toko PerhutaniSumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan
Adapun fasilitas pendukung dalam proses produksi yang dilakukan oleh
pihak Disperindag kota Pasuruan ini meliputi sarana dan prasarana yang
diberikan kepada para pengrajin mebel. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara
dengan Ibu Budiawati selaku Kepala Bidang Perindustrian Kota Pasuruan yang
menyatakan bahwa:
“Dalam proses produksi kami membantu sistem verifikasi legalitas kayu(SVLK). Keuntungan bagi mebel yang memiliki SVLK dapatmenverifikasi legalitas produk-produk kayunya. Hal tersebut dilakukanuntuk mencegah illegal logging dan meningkatkan manajemen hutan diseluruh dunia, dengan kepemilikan SVLK pihak mebel dapatmengekspor hasil produknya. (wawancara pada hari Kamis, 9 November2017 di Kantor Disperindag Kota Pasuruan).
75
Dari keterangan yang telah dijelaskan oleh Ibu Budiawati diketahui bahwa
Peran Pemerintah khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Pasuruan. Penerbitan SVLK sebenarnya dianggap positif dalam rangka menata
sistem tata kelola kayu. Pemerintah pun menekan industri untuk mengurus
SVLK. Dengan SVLK, industri harus mengetahui sumber kayu yang beredar
dan diperdagangkan. SVLK hendak memastikan produk kayu bahan bakunya
berasal sumber yang jelas asal usulnya, pengelolaannya legal, meliputi asal-usul
kayu, izin penebangan, sistem dan prosedur penebangan, pengangkutan,
pengolahan, dan perdagangan atau pemindahtanganannya dapat dibuktikan.
Pelaku IKM menyebutkan bahwa kebijakan pemerintah terkait dengan
SVLK belum bisa dimanfaatkan karena memiliki beberpa hal yang menjadi
kendala. Hal tersbut seperti yang diungkapkan oleh Mas Yudi selaku Pemilik
usaha Mebel UD. Sumber Hidup yang menyebutkan bahwa:
“Saya menilai, bahwa mengurus SVLK sangat sulit sehingga pemegangSVLK jumlahnya masih kecil, hal tersebut disebabkan karena biayanyayang besar, dan syarat mengurus dokumen tersebut rumit. Apalagi paraprodusen seperti saya ini mebel dan furnitur merupakan pelaku IKMbahkan industri skala rumah tangga. Biaya pengurusan SVLK ini tidaksedikit, baiaya sekitar 50 juta (wawancara hari Jumat, pukul 13.35 wibdi Mebel UD. Sumber Hidup Kota Pasuruan)”.
Pelaku IKM merasa bahwa baiaya yang dikeluarkan untuk mengurus
SVLK sangat besar. Dimana berdasarkan data untuk biaya pendampingan
sebesar 10 juta, sedangkan khusus untuk mengurus di lembaga survey antara 25
juta hingga 40 juta, sebenarnya dalam kepengurusan SVLK tergantung dari
76
lembaga survey tersebut. Yang menjadi latar belakang penerbitan SVLK adalah
komitmen Pemerintah dalam memerangi pembalakan liar dan perdagangan kayu
illegal. Perwujudan good forest governance menuju pengelolaan hutan lestari.
Permintaan atas jaminan legalitas kayu dalam bentuk sertifikasi dari pasar
internasional, khususnya dari Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan
Australia. Sebagai bentuk "National Insentive" untuk mengantisipasi semakin
maraknya permintaan skema sertifikasi legalitas kayu dari negara asing, seperti
skema FSC, PEFC.
Berdasarkan pemaparan diatas terkait dengan dukungan perolehan bahan
baku dan fasilitas pendukung dalam proses produksi yang diterapkan oleh
pemerintah daerah Kota Pasuruan. Pemerindah daerah mengimpor dan
menyediakan layanan informasi dimedia elektronik untuk memperoleh bahan
baku dalam membuat produk mebel. Namun hal tersebut belum bisa
dimanfaatkan dengan baik oleh IKM karena mereka memiliki pengepul kayu
sendiri sebagai bahan baku, hal tersebut juga disebabkan karena pemerintah
daerah kurang mensosialisasikan program tersebut ke IKM.
Selain hal tersebut terkait dengan proses produksi pemerintah daerah
melayani proses pengurusan SVLK. SVLK untuk membangun suatu alat
verifikasi legalitas yang kredibel, efisien dan adil sebagai salah satu upaya
megatasi persoalan pembalakan liar. SVLK memberi kepastian bagi pasar di
Eropa, Amerika, Jepang, dan negara-negara tetangga bahwa kayu dan produk
kayu yang diproduksi oleh Indonesia merupakan produk yang legal dan berasal
77
dari sumber yang legal. Memperbaiki administrasi tata usaha kayu hutan secara
efektif. Menjadi satu-satunya sistem legalitas untuk kayu yang berlaku di
Indonesia, menghilangkan ekonomi biaya tinggi dan peluang untuk terbebas
dari pemeriksaanpemeriksaan yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Namun
hal tersebut belum bisa berdampak bagi pelaku IKM karena biaya yang harus
dikeluarkan sangat bsar bagi IKM.
c. Pendidikan dan Pelatihan
Industri kecil tumbuh secara tradisional ataupun usaha keluarga turun
menurun. Keterbatasan sumberdaya manusia industri kecil dan menengah baik
dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan ketrampilannya sangat
berpengaruh terhadap manajemen pengolahan usahanya. Maka dari itu
Disperindag Kota Pasuruan selalu mengupayakan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia dengan cara memfasilitasi bagi para pelaku usaha atau
industri kecil menengah dalam pemberian pendidikan dan pelatihan yang
bertujuan agar menjadi usaha yang tangguh, berkualitas, mandiri serta dapat
berkembang menjadi usaha yang maju dan dapat meningkatkan inovasi-inovasi
untuk bersaing maju dalam era pasar globalisasi.
Pada awal munculnya industri kecil menengah mebel di Kota Pasuruan
ini, Disperindag Kota Pasuruan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para
pelaku usaha industri mebel berupa pendidikan manajemen usaha, dan juga
materi yang lebih menekan pada kreatifitas dalam bentuk desain ukiran maupun
bentuk-bentuk variasi produk sentra industri mebel. Hal ini sangat penting
78
dikarenakan di dalam menjalankan usaha IKM harus mampu mengelola
manajemen usahanya dan para IKM di tuntut untuk mampu bersaing di era
perdagangan bebas dengan memberikan ide baru, kreatif dan inovatif untuk
memberikan daya tarik untuk memikat para konsumen.
79
Gambar 5. Kegiatan Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolahanlimbah kerajinan mebel
Sumber : Dnas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan
Gambar 6. Kegiatan pengembangan teknik ukirSumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan
Hal ini juga di dukung dari pernyataan Ibu Budiawati selaku Kepala
Bidang Perindustri di Disperindag
“Kami upayakan setiap tahun ada pelatihan manajemen usaha jadimemang industri kecil itu kendalanya manajemen yang belum tertatadan belum bisa memisahkan keuangan usaha dan keuangan rumah
80
tangga. Jadi tahun depan akan diadakan pelatihan manajemen usahayang mengajari dari awal seperti perencanaan usaha, teknis pemasaran,dan tentang keuangan menghitung laba ruginya suatu usaha.Adapunpelatihan yang diberikan untuk para IKM mebel ini dalam hal finishing.Pelatihan finishing dirasa sangat penting dikarenakan kualitas mutuproduk itu ditentukan oleh finishing, seperti contoh mebel yangmenggunakan bahan baku kayu yang tidak seberapa bagus akan nampakmahal ketika mampu memberika finishing yang benar dan mampumeningkatkan daya jual suatu produk yang ditawarkan.” (wawancarapada hari Kamis, 9 November 2017 di Kantor Disperindag KotaPasuruan kantor Disperindag Kota Pasuruan).
Dari penuturan yang telah dijelaskan oleh Ibu Budiawati, pihak
Pemerintah khususnya pada Disperindag Kota Pasuruan sudah mengadakan
pendidikan dan pelatihan kerja untuk para pengrajin usaha mebel. Peserta
pelatihan dilatih untuk mampu mengatur manajemen usaha seperti perencanaan
usaha, teknik pemasaran, dan tentang keuangan menghitung laba ruginya suatu
usaha yang mereka jalankan dan juga para IKM mebel di ajarkan untuk
mengerjakan tahapan finishing yaitu tahap akhir dalam proses pembuatan
kerajinan mebel, tahap finishing yang dimaksud tersebut merupakan tahap
pengecatan, pemlituran atau pemberian warna dalam hasil produk kerajinan.
Karena apabila pada barang mentah tetapi sudah dijual harga dipastikan akan
lebih rendah dikarenakan belum seratus persen jadi dan sempurna. Maka dari itu
pihak Disperindag mengharpkan dengan adanya pelatihan, dapat meningkatkan
kualitas dan pendapatan perekonomian masyarakat yang mengguntungkan
hidup dengan bekerja pada bidang kerajinan mebel di Kota Pasuruan.
Sedangkan pelatihan yang sudah dijalankan terkait dengan pengelolaan limbah.
81
Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diberikan oleh narasumber lain
yaitu Mas Yudhi selaku pelaku industri mebel mengenai program pelatihan
yang diadakan oleh Pemerintah, beliau mengatakan bahwa:
“Saya mengikuti pelatihan yang diadakan pihak dinas, dimana sayadiberikan pengarahan tentang pemanfaatan hasil limbah kayu dengan carafinishing yang benar sehingga limbah kayu bisa menjadi barang yanglebih bernilai harga jualnya”. Hal itu sangat bermanfaat bagi IKMsehingga mendapatkan pemasukan tambahan dari usaha yang dilakukan,(wawancara pada hari Senin, 13 November 2017)”.
Hal tersebut sangat bermanfaat bagi pengerajin kayu atau mebel.
Pemerintah Kota Malang menggelar pelatihan pengolahan limbah kayu untuk
memberikan pengetahuan kepada IKM. Harapannya melalui pelatihan yang
digelar ini mampu menambah pendapatan industri kecil dan menengah di Kota
Pasuruan.
Melimpahnya limbah kayu dari hasil industri belum dimanfaatkan secara
optimal oleh para pelaku usaha. Padahal, pemanfaatan limbah kayu selain
ramah lingkungan, juga mendatangkan peluang baru bagi pelaku usaha. Oleh
sebab itu pelatihan untuk IKM sangat penting terkait dengan pemanfaatan
limbah kayu. Karena sebelumnya IKM lebih banyak tidak memanfaatkan
limbah tersebut hal tersebut disampaikan oleh narasumber lain yaitu Mas Yudi
selaku pelaku industri mebel, beliau mengatakan bahwa:
“Sebelumnya saya membakar limbah kayu tersebut, karena saya merasahal tersebut saya rasa tidak ada gunanya untuk di olah. Tapi sekaranglimbah tersebut memiliki nilai jual tersendiri. Selain itu tidak ada lagilimbah yang terbuang percuma (wawancara pada hari Senin, 13 November2017)”.
82
Karena hal tersebut dapat mendorong para pengusaha industri kayu untuk
mengolah limbah menjadi sebuah usaha baru, sehingga memiliki nilai jual yang
tinggi. Limbah ini jika kita manfaatkan bisa meningkatkan perekonomian.
Selama ini masih banyak dibakar, sekarang kami dorong bagaimana limbah ini
dimanfaatkan untuk diolah menjadi produk kerajinan. Selain pelatihan tersebut
Disperindag Kota Pasuruan juga mengadakan pelatihan yang serupa yaitu
pengembangan kerajinan dan limbah kayu hal tersbut disampaikan Mas Yudi
pelaku industri mebel:
“Disperindag Kota Pasuruan sudah berusaha sebaik mungkin jika terkaitdengan pengembangan usaha dengan memanfaatkan limbah kayu.Pelatihan tersebut memberikan ketrampilan pemanfaatan limbah sepertiserbuk gergaji menjadi benda-benda kerajinan, produk cendramata danaksesoris, hasilnya limbah ersebut menjadi produk baru seperti gantungankunci dan hiasan dinding. Sehingga menurut kami disperindag perlumengadakn pelatihan lain terkait dengan pemanfaat limbah atau yangberhubungan dengan pengembangan usaha yang kami lakukan,(Wawancara pada hari Senin, 13 November 2017)”.
Pelatihan ini dipandang sangat penting bagi pelaku IKM mebel karena
dalam proses produksi dalam pengolahan kayu, memotong, membelah dan
tahapan lainnya menghasilkan limbah. Sehingga pelatihan dalam hal
memberikan keterampilan proses pengolahan bahan dan pembuatan produk
bahan baku dari limbah mebel sangat penting guna meningkatkan nilai jual
limbah dan meningkatkan kreatifitas dan inovasi baru bagi pelaku IKM mebel.
Pelatihan dilakukan kepada para pelaku IKM untuk terus mengembangkan
kreatifitas dan inovasi agar mampu bersaing dengan pasar. hasil produk olahan
hasil limbah karya para perajin akan dipromosikan oleh Disperindag Jatim
83
melalui berbagai kegiatan, baik pameran ataupun bazar yang diselenggarakan
pemerintah daerah, hal tersebut akan dibahas dalam sub bab selanjutnya.
d. Pelibatan dalam Pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar
Tingkat perluasan akses pasar saat ini memang sangat penting dalam
upaya untuk mengembangkan luas wilayah pemasaran hasil-hasil produk para
pelaku usaha industri kecil dan menengah. Dalam memperluas wilayah akses
pemasaran dibutuhkan beberapa strategi dan trik untuk memperkenalkan hasil
produk para pelaku industri kecil dan menengah mebel di Kota Pasuruan ini
kepada masyarakat luas. Salah satu upaya Disperindag Kota Pasuruan yaitu
mempunyai program promosi berupa pameran atau kontak dagang dan ini
dilakukan diluar provinsi Jawa timur. Hal ini juga telah disampaikan oleh Ibu
Budiawati selaku Kepala Bidang Perindustrian bahwa
“Didalam pemasaran untuk memperluas akses pasar mebel kamimengadakan pameran perdagangan berupa program promosi pameranatau kontak dagang yang biasanyakita bawa ke luar provinsi Jawa Timuruntuk mengenalkan hasil produk IKM Mebel yang dimiliki KotaPasuruan. Jadi kalau pameran iya kita akan menggelar produk mebel dankalau kontak dagang itu biasanya kita datang ke suatu daerah danmengundang beberapa buyer dari daerah tersebut jadi semisaldistributor, pihak kadin. Nah IKM mebel yang kita bawa itu akanmempresentasikan tentang usaha mereka termasuk nanti kan tahundepan kan kita tidak bisa menghindari sudah era perdagangan bebas jadipemasaran yang dirasa paling efektif itu pemasaran melalui online. Jaditahun depan akan diadakan program pelatihan secara online.Dikarenakan selama ini para IKM mebel memasarkan secara mandirimelalui akun facebook, instagram, WA saja. (wawancara pada hariKamis, 9 November 2017 di Kantor Disperindag Kota Pasuruan).
Dari uraian diatas menjelaskan bahwa peranan pemerintah daerah Kota
Pasuruan sangat andil dalam perkembangan perluasan pasar dengan cara
84
promosi pameran perdagangan atau kontak dagang. Ini biasanya dilakukan di
luar provinsi Jawa Timur tujuannya untuk mengenalkan produk unggulan dari
Kota Pasuruan yaitu mebel. Adapun pameran yang dilakukan seperti menggelar
produk mebel karya pengrajin IKM dan juga melakukan kontak dagang ini
biasanya Disperindag beserta IKM mebel datang ke suatu daerah dan
mengundang beberapa buyer dari daerah tersebut semisal distributor dan pihak
kadi. Ini diharapkan agar dapat terjalinnya kerjasama antara pihak IKM dan
buyer sehingga dapat mengenalkan hasil produk mebel Kota Pasuruan lebih
luas lagi. Kontak dagang juga dilakukan oleh Disperindag Kota Pasuruan guna
meningkatkan pemasaran IKM mebel Kota Pasuruan, kontak dagang tersebut
dilakukan di Kendari, hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 7. Kegiatan Fasilitasi Kemitraan Usaha Perdagangan di Kendari,Sulawesi Tenggara
85
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota PasuruanHal ini diperkuat dengan hasil wawancara dari salah satu pelaku usaha
mebel yang telah mengikuti fasilitasi kemitraan usaha perdagangan yaitu Bapak
M. Wahyudi pemilik UD Adjie Bagus, beliau mengatakan:
“Untuk pemasarannya Disperindag turut membantu denganmempertemukan para pelaku industri mebel dengan buyer melaluipameran kontak dagang dimana saya akan mengenalkan hasil produkmebel dari Kota Pasuruan. Alhamdulillah selama ini respon dari buyerjuga baik dan mampu menjalin sebuah kerjasama hingga saat ini.(wawancara pada hari Jumat, 10 November 2017 Mebel pemilik KotaPasuruan)”.
Hal tersebut sangat penting bagi pelaku IKM lama dan dan pemula,
pameran merupakan sarana pemasaran yang tepat untuk memperkenalkan
produk serta mempromosikannya. Tidak hanya tentang produknya saja, profil
usaha juga penting untuk diedukasikan kepada masyarakat, dalam hal ini adalah
pengunjung. Citra pengusaha yang baik juga menentukan ketertarikan dan juga
loyalitas konsumen pada sebuah produk. Pemeran pernah diikuti oleh Nanang
Abdul Mukti UD Sulung Jaya, terkait dengan pameran IFEX, beliau
menyampaikan bahwa:
“Pameran dilakukan di Jakarta, pameran ini sangat bermanfaat bagikami sebab pembeli dapat mengekplorasi dan berkonsentrasiterhadap produk-produk mebel dan kerajinan yang mereka cari,selain itu juga terbuka untuk umum sehingga seluruh masyarakatmenjelajahi keindahan inovasi, desain, dan kreativitas berbagaiproduk mebel dan kerajinan terbaik yang ditampilkan di pameran ini,(wawancara pada hari Jumat, 10 November 2017 Mebel pemilik KotaPasuruan)”.
Pameran IFEX ini memiliki tujuan agar mebel dapat menunjukkan hasil
produknya. Terbukanya pameran ini untuk masyarakat umum maka bisa
86
membantu perluasan informasi kepada masyarakat Indonesia tentang kreatif
dan inovatif karya mebel dan kerajinan negeri sendiri. Inovasi dan
kreativitas dapat mendorong terciptanya produk-produk unggulan yang
memiliki nilai tambah optimal dan dapat menjadi market leader di pasar
global. Kita harus membangun citra positif di tingkat internasional bahwa
Indonesia adalah salah satu negara penghasil produk mebel dan kerajinan
terbaik di dunia. Selain pameran IFEX pemerintah daerah juga pernah
mengadakan pameran kontak yang dikuti oleh M. Wahyudi, UD Adjie
Bagus beliau menyampaikan bahwa:
“Pameran kontak dagang berbeda dengan pameran IFEX, dimanapameran ini setiap peserta dapat mempresentasikan berbagai produkinovatif kompetitif dihadapan para pelaku IKM lainnya. Karenapameran ini tidak hanya diikuti oleh seluruh IKM yang ada diIndonesia, sehingga ini sebagai wadah mencari informasi dari pesaingdan pemasaran yang lebih luas, (wawancara pada hari Jumat, 13November 2017 Mebel pemilik Kota Pasuruan)”.
Pameran dagang atau menjadi sebuah pameran yang diadakan pemerintah
daerah bagi IKM agar dapat mendemonstrasikan produk yang mereka buat. Hal
tersebut dilakukan untuk mempelajari aktivitas pesaing dan mengikuti tren dan
kesempatan baru. Dengan mepresentasikan produk pengunjung yang berada
dalam pameran tidak hanya tetapi mereka sengaja datang ke pameran-pameran
untuk mencari rekan bisnis untuk bekerja sama. Mereka bisa jadi adalah
investor, pemilik/ perwakilan dari usaha lain yang terkait, supplier, distributor
atau orang pemerintahan.Tidak menutup kemungkinan di dalam pameran juga
akan terjadi deal tertentu bahkan transaksi ditempat.
87
Berdasarkan hasil pemaparan diatas dapat dijelaskan bahwa pemerintah
daerah sudah berusaha maksimal untuk membantu memasarkan IKM mebel di
Kota Pasuruan. Pameran yang dilakukan pemerintah sudah disiapkan dengan
matang sehingga IKM hanya menyiapkan produk yang ikutkan dalam pameran.
Pelaku IKM merasakan dampak baik dari pameran yang selenggarakan seperti
pemasaran manjadi luas, mendapat informasi baru dari pesaing dan membuka
kesempatan baru bagi pelaku IKM.
D. Pembahasan
1. Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangam Ekonomi Lokal Melalui
Pemberdayaan Sentra Industri Mebel
Pemerintah daerah dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan
public guna mempercepat terwujudnya kesejahterahan masyarakat disamping
sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Menurut Suhady dalam Riawan
(2009:197), “pemerintah (goverment) ditinjau dari pengertiannya adalah the
authoritative direction and administration of the affairs of men/woman in a nation,
state, city, etc”. Dalam bahasa Indonesia sebagai pengarahan dan administrasi
yang berwenang atas kegiatan masyarakat dalam sebuah negara, kota dan
sebagainya. Pemerintahan juga dapat diartikan dengan the governing body nation,
state, city, etc yaitu lembaga atau badan yang menyelenggarakan pemerintah
negara, negara bagian, atau kota dan sebagainya.
Kemudian dalam peranan pemerintah daerah dalam pemberdayaan industri
kecil sudah sangat jelas, bahwa peran pemerintah jelas dibutuhkan dalam
88
pembinaan dan pengembangan industri kecil agar tetap berperan dalam
mewujudkan perekonomian nasional yang semakin baik dan seimbang berdasarkan
demokrasi ekonomi di Indonesia. Dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah
memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang produksi dan pengolahan,
pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi. Aspek pengembangan
industri kecil yang ada di Indonesia agar menjadi sebuah usaha yang tangguh dan
mandiri ini berarti bahwa seiring dengan berjalanannya waktu, usaha kecil akan
dapat meningkatkan pendapatan usahanya tersebut merupakan aspek terpenting
bagi tercapainya tujuan menjadi industri yang tangguh dan mandiri.
Dari pemeranan pemerintah yang telah ada tercantum diperundang-
undangan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi Jawa Timur No.
6 tahun 2011 tentang pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah pasal 14.
Adapun pemberdayaan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengan dapat
dilakukan pemerintah dalam bentuk: a) fasilitasi permodalan, b) dukungan
kemudahan pemerolehan bahan baku dan fasilitas pendukung dalam proses
produksi, c) pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan manajer
yang dan produksi serta lain-lain jenis pendidikan dan pelatihan yang dapat
mendukung pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah, d) pelibatan dalam
pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar.
Berdasarkan penelitihan yang terus dilakukan bahwa dalam peranan
pemerintah daerah Kota Pasuruan dalam pengembangan ekonomi lokal melalui
pemberdayaan industri mebel sudah mengalami peningkatan kualitas dalam
89
melayani kebutuhan masyarakat. Hal ini pula dituturkan oleh Ibu Budiawati selaku
salah satu kepala bidang dibidang perindustrian Kota Pasuruan. Dengan adanya
peraturan yang di buat oleh pemerintah mengenai pengembangan dan
pemberdayaan untuk usaha industri kecil maupun menengah ini mampu
meningkatkan mutu kualitas kerja para pegawai dinas terkait.
a. Fasilitas Permodalan
Modal merupakan salah satu segi fungsional manajemen di samping
pemasaran dan produksi dalam kelangsungan suatu usaha. Tanpa adanya modal,
suatu usaha tidak akan berjalan dengan baik begitu juga pada para pelaku usaha
sentra industri mebel juga membutuhkan modoal usaha untuk pengembangannya.
Hardjanto (2012:73) yang menggungkapkan bahwa keterbatasan modal
kerja/investasi menjadikan kelemahan tersendiri dari industri kecil. Keterbatasan
modal akan menjadi faktor penghambat dalam menjalankan industri karena pelaku
industri tidak mampu mengembangkan industrinya serta tidak mampu memenuhi
kebutuhan pasar. Apabila keterbatasan modal yang dimiliki pelaku industri tidak
segera mendapatkan perhatian khusus ataupun solusi, maka hal tersebut bisa
memberikan dampak buruk yang bisa menjadi ancaman tersendiri bagi pelaku
industri dan resiko terhadap pengembangan industri kedepannya.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan mengambil peran
penting dalam memberikan fasilitas permodalan dan bantuan finansial kepada para
pelaku sentra industri mebel dengan adanya kerjasama yang terjalin oleh Bank
Perkreditan Rakyat Kota Pasuruan. Dinas berperan untuk mensurvey layak
90
tidaknya IKM yang akan menerima peminjaman modal. Jika IKM dirasa layak
menerima peminjaman modal selanjutnya dinas memberikan surat pengantar yang
ditunjukkan kepada bank perkreditan rakyat untuk ditindak lanjuti dan dengan
persyaratan yang sudah ditentukan pihak bank.
Melalui pinjaman modal diharapkan mampu memberikan motivasi kepada
pelaku industri kecil menengah mebel agar lebih meningkatkan proses
produksinya dengan mengembangkan desain-desain yang lebih menarik dan dapat
berdaya saing dengan kualitas dari produk lokal dari daerah domestik maupun
internasional karena ini sudah memasuki era pasar global jelas di tuntut untuk
memiliki daya saing yang tinggi. Sulistiyani (2004:98) menyatakan bahwa dalam
memberikan pemberdayaan pemerintah dapat memberikan pemberdayaan fasilitas
berupa bantuan dana.
Kebijakan tersebut terjadi pro dan kontra dimana IKM mebel kurang
merespon dengan baik, hal ini dikarenakan banyak para pengrajin dan pelaku
industri kecil mebel yang merasa bahwa jika meminjam di Bank bunganya terlalu
besar dan takut tidak bisa melunasi tepat waktu. Ada yang berpendapat IKM mebel
mengganggap bahwa belum membutuhkan pinjaman modal ke bank. Seingga
dalam kaitannya pemberian fasilitas modal pemerintah Kota Pasuruan belum bisa
membantu para industri kecil mebel Kota Pasuruan.
Programm pemberian fasilitas modal dengan dana pinjaman tidak
sepenuhnya tidak mendapatkan respon dari IKM, sebab ada beberapa IKM yang
menggunakan fasilitas tersebut. Sehingga bantuan tersebut dirasa memang sangat
91
membantu guna mengembangkan usaha yang sedang dilakukan dan dapat
menunjang hasil produksi mebel. Pemberdayaan merupakan pemberian
kesempatan atau memfasilitasi aksesbilitas terhadap sumber daya berupa modal.
Sebagai langkah guna meningkatkan permodalan pada pelaku industri, pemerintah
daerah dapat memberikan pemberdayaan berupa pinjaman modal kepada pelaku
pengusaha/pengrajin mebel (Sumodiningrat dalam Mardikanto dan Soebianto,
2013:33).
Berdasarkan hal tersebut maka penting bagi Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Pasuruan perlu mngkaji kebjikan yang sudah dibuat dan
memberikan evaluasi, sehingga Disperindag mampu mengambil peran yang fital
dalam memberikan fasilitas modal. Disperindag Kota Pasuran dapat membuat
kebijakan baru yang dilandasi memberikan fasilitasi permodalan menurut
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomer 6 tahun 2011 dalam pasal 20 ayat 1
bertujuan untuk: a) memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi usaha mikro,
kecil dan menengah untuk mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan
selain bank, b) memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringan
sehingga dapat diakses oleh usaha, mikro, kecil dan menengah, c) memberikan
kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak
diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, d) membantu para pelaku usaha mikro dan usaha kecil untuk
mendapatkan pembiayaan dan jasa produk keuangan lainnya yang disediakan oleh
perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem
92
konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh
Pemerintah.
b. Dukungan perolehan bahan baku dan fasilitas pendukung dalam proses
produksi
Ketika menjalankan suatu industri, aspek ketersediaan bahan baku menjadi
faktor penting yang harus dimiliki oleh industri. Ketersediaan bahan baku sering
diartikan sebagai unsur pokok yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha dalam
menjalankan industri guna menciptakan suatu barang. Dengan adanya bahan baku
yang dimiliki, maka pelaku industri mampu membuat segala keperluan yang
dibutuhkan masyarakat seperti meja, kursi, lemari tempat tidur ,dsb. Permasalahan
akan keterbatasan bahan baku sering dirasakan oleh sektor industri khususnya
industri kecil dan menengah. Menurut Prawirosentoso (2001;61) bahan baku
adalah bahan utama dari suatu produk atau barang.
Bahan baku yang dibutuhkan dalam industry kecil menengah adalah kayu,
sehingga penting bagi Disperindag Kota Pasuruan menyediakan bahan baku yang
harganya murah dan mudah untuk didapatkan. Namun pada keyataannya banyak
IKM mebel di Kota Pasuruan tidak mendapakan fasilitas terbsebut. Meskipun
Disperindag Kota Pasuruan sudah membuat kebijakan untuk megimpor kayu dan
menyediakan akses informasi yang bisa didapatkan media elektronik, hal tersebut
tidak berjalan dengan baik, karena banyak IKM yang tidak mengetahuinya, hal
93
tersebut bisa saja terjadi apabila pemerintah daerah kurang mensosialisasikannya
kepada masyarakat.
Hal tersebut bisa tidak berjalan ada kemunginan karena masyarakat
memandang bahwa ketersediaan bahan baku masih mudah untuk dicari. IKM
mebel menatakan bahwa bahan baku kayu sudah memiliki penjual dan pengepul
sendiri untuk bahan pembuatan mebelnya. Jadi dalam penyediaan bahan baku
dirasa tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya. Jika sebelumnya pengrajin
mengalami kesulitan mendapatkan kayu karena harus melalui proses lelang dengan
volume yang besar sehingga membutuhkan modal besar dan mengharuskan IKM
untuk membeli di pedagang kayu dengan harga yang relatif tinggi sebab sudah di
pihak yang kesekian. Namun para IKM mebel saat ini bisa melakukan pembelian
bahan baku kayu melalui website yang telah disediakan oleh Pihak Perhutani
dengan alamat www.tokoperhutani.com dengan harga yang terjangkau dan akan
menguntungkan bagi para IKM. Program yang ditawarkan di toko online tersebut
menggunakan sistem kontrak dan pembelian retail jadi para pelaku usaha mebel
bisa membeli bahan baku kayu dalam volume kecil.
Namun pemberdayaan yang diberikan oleh Dinas belum berjalan secara
merata, karena masih banyak industri kcil dan menengah yang belum mengetahui
tentang adanya kebijakan yang dikeluarkan pihak perhutani dalam memperoleh
bahan baku yang terjangkau. Dan di dalam memberikan fasilitas pendukung dalam
proses produksi baik secara praktisi dan akademisi juga dinilai belum benar-benar
dirasakan oleh seluruh industri kecil dan menengah mebel di Kota Pasuruan.
94
Diharapkan dengan adanya hasil penelitian dilapangan pihak dinas perindustrian
dan perdagangan kota Pasuruan mampu meningkatkan pemberdayaan dalam
mendukung perolehan bahan baku dengan memberikan informasi dan sosialisasi
bagi seluruh industri kecil dan menengah mebel di Kota Pasuruan agar dapat
memberikan manfaat dan berguna bagi kemajuan industri mebel di Kota Pasuruan.
Fasilitas lain yang sudah diterapkan oleh Disperindag Kota Pasuruan terkait
dengan proses produksi adalah membantu dalam hal legalitas produk yang dijual
SVLK. Penerbitan SVLK sebenarnya dianggap positif dalam rangka menata sistem
tata kelola kayu. Pemerintah pun menggenjot industri untuk mengurus SVLK.
Dengan SVLK, industri harus mengetahui sumber kayu yang beredar dan
diperdagangkan. SVLK hendak memastikan produk kayu bahan bakunya berasal
sumber yang jelas asal usulnya, pengelolaannya legal, meliputi asal-usul kayu, izin
penebangan, sistem dan prosedur penebangan, pengangkutan, pengolahan, dan
perdagangan atau pemindahtanganannya dapat dibuktikan. Namun pelaku IKM
merasa bahwa baiaya yang dikuarkan untuk mengurus SVLK sangat besar.
Dimana berdasarkan data untuk biaya pendampingan sebesar 10 juta, sedangkan
khusus untuk mengurus di lembaga survey antara 25 juta hingga 40 juta,
sebenarnya dalam kepengurusan SVLK tergantung dari lembaga survey tersebut.
Penerbitan SVLK adalah komitmen Pemerintah dalam memerangi
pembalakan liar dan perdagangan kayu illegal. Perwujudan good forest
governance menuju pengelolaan hutan lestari. Permintaan atas jaminan legalitas
kayu dalam bentuk sertifikasi dari pasar internasional, khususnya dari Uni Eropa,
95
Amerika Serikat, Jepang dan Australia. Sebagai bentuk "National Insentive" untuk
mengantisipasi semakin maraknya permintaan skema sertifikasi legalitas kayu dari
negara asing, seperti skema FSC, PEFC. Namun penerbitan SVLK hanya
dirasakan industry dalam skala besar karena industri kecil merasa SVLK dalam
kepengurusannya memakan banyak biaya sehingga IKM tidak memilikinya.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam
mengatasi ketidakberdayaan pada industri mebel Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Pasuruan sudah berperan memberikan pemberdayaan kepada
pelaku industri mebel berupa sosialisasi kebijakan dari pihak perhutani yang
ditujukan bagi para industri kecil menengah mebel dalam memperoleh bahan baku
mebel yaitu kayu dimana para IKM mebel bisa membeli bahan baku kayu dengan
jumlah kecil dengan harga terjangkau sehingga memberikan keuntungan bagi para
pengrajin mebel. Adapun fasilitas pendukung dalam proses produksi yang
dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan yaitu
penerbitan SVLK yang belum benar-benar bisa dirasakan dampaknya oleh seluruh
industri kecil dan menengah mebel di Kota Pasuruan. Maka dari itu diharapkan
dengan adanya hasil penelitian dilapangan pihak dinas perindustrian dan
perdagangan kota Pasuruan mampu meningkatkan pemberdayaan dalam
mendukung perolehan bahan baku dengan memberikan informasi dan sosialisasi
kepada seluruh industri kecil dan menengah mebel di Kota Pasuruan agar dapat
memberikan manfaat dan berguna bagi kemajuan industri mebel di Kota Pasuruan.
96
c. Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penentu dalam
setiap usaha namun disini lain sumberdaya manusia juga merupakan salah satu
kedala yang selalu dihadapi oleh industri kecil diberbagai wilayah Indonesia
terutama hal kreatifitas dan inovasi yang sangat dibutuhkan untuk menjaga dan
mempertahankan kualitas produk. Kualitas sumber daya yang masih rendah
berdampak pada terbatasnya inovasi dari produk mebel yang dihasilkan, lemahnya
kemampuan pengusaha batik dalam menghadapi setiap hambatan dan rendahnya
kemampuan bersaing. Pada dasarnya industri mebel di Kota Pasuruan sangat
potensial untuk dikembangkan, akan tetapi hal tersebut terhambat dengan
rendahnya SDM yang menyebabkan potensi yang dimiliki terhambat dengan
rendahnya SDM yang menyebabkan potensi yang dimiliki kurang berkembang
dengan maksimal.
Permasalahan akan rendahnya SDM yang dialami oleh industri mebel di
Kota Pasuruan sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Tambunan
(2002:73) menjelaskan bahwa, permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil dan
menengah salah satunya keterbatasan sumber daya manusia. Rendahnya
kemampuan SDM yang dimiliki oleh pengusaha mebel memperoleh pengetahuan
dan ketrampilan melalui pemberdayaan. Sulistiyani (2004:98) menyatakan bahwa
pemberdayaan dapat dilakukan melalui edukasi. Karena dengan adanya pendidikan
dan pelatihan, pelaku industri bisa mendapatkan pengetahuan lebih guna
meningkatkan kualitas SDM.
97
Bentuk pendidikan dan pelatihan menurut peraturan daerah provinsi Jawa
Timur nomer 6 tahun 2011 pasal 14 adalah pendidikan pelatihan yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan produksi serta lain-lain jenis
pendidikan dan pelatihan yang dapat mendukung pemberdayaan usaha mikro, kecil
dan menengah. Dalam pasal 35 dijelaskan pula pengembangan dalam bidang
sumber daya manusia dilakukan dengan cara : a) memasyarakatkan dan
membudayakan kewirausahaan, b) meningkatkan ketrampilan teknis dan
manajerial, c) membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan
untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreatifitas
usaha, dan penciptaan wirausaha baru.
Adapun bentuk pendidikan dan pelatihan yang akan dilakukan oleh
Disperindag Kota Pasuruan memberikan pendidikan tentang manajemen usaha
seperti perencanaan usaha, teknik pemasaran, dan keuangan menghitung laba
ruginya suatu usaha yang dijalankan. Kemudian pelatihan yang akan dilakukan
yaitu tahapan finishing, tahap finishing yaitu tahap pengecatan, pemlituran, dan
pemberian warna dalam hasil produk kerajinan. Dengan adanya pelatihan dan
pendidikan yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan
pendapatan perekonomian masyarakat yang menggantungkan hidup dengan
bekerja pada bidang kerajinan mebel di Kota Pasuruan.
Pendidikan dan pelatihan yang sudah diikuti IKM mebel yang
diselenggrakan oleh Disperindag Kota Pasuruan adalah pemanfaatan dan
pengelolaan limbah kayu. Melimpahnya limbah kayu dari hasil industri belum
98
dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku usaha. Padahal, pemanfaatan limbah
kayu selain ramah lingkungan, juga mendatangkan peluang baru bagi pelaku
usaha. Sehingga limbah memiliki nilai jual yang tinggi. Limbah ini jika
dimanfaatkan bisa meningkatkan perekonomian. Selama ini masih banyak dibakar,
sekarang kami dorong bagaimana limbah ini dimanfaatkan untuk diolah menjadi
produk kerajinan. Pelatihan dilakukan kepada para pelaku IKM untuk terus
mengembangkan kreatifitas dan inovasi agar mampu bersaing dengan pasar. hasil
produk olahan hasil limbah karya para perajin akan dipromosikan oleh
Disperindag Jatim melalui berbagai kegiatan, baik pameran ataupun bazar yang
diselenggarakan pemerintah daerah.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
pelatihan yang dilakukan Diperindag Kota Pasuruan sudah dijalan dengan baik.
Meskipun demkian karena SDM IKM yang rendah maka pendidikan dan pelatihan
yang sudah menjadi agenda disperindag Kota Pasuruan harus segera dikemas
dengan matang dan dilaksanakan. Dengan pendidikan dan pelatihan tersebut
diharapkan skil dan kemampuan IKM dalam berwirausaha jauh lebih unggul.
d. Pelatihan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar
Untuk mencapai tujuannya, setiap industri kecil dan menengah harus dapat
mengarahkan kegiatan usahanya agar dapat menghasilkan produk yang dapat
memberikan kepuasan dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen,
sehingga dalam jangka panjang IKM akan mendapatkan laba atau keuntungan
yang diharapkan dan akhirnya IKM akan berkembang dengan baik. Oleh karena
99
itu, keberhasilan suatu industri kecil dan menengah sangat ditentukan oleh
keberhasilan dari pemasaran produk yang dihasilkannya. Menurut Fred, Hahn dan
Kenneth, Mangun dalam buku “Beriklan dan Berpromosi Sendiri”(1999: 16)
mengatakan bahwa: Pameran adalah sarana pemasaran yang paling efektif untuk
melakukan kampanye, baik kampanye pengenalan produk atau sosialisasi program.
Secara terperinci, pameran dapat berfungsi untuk memamerkan, menyampaikan
informasi dan keunggulan suatu produk ke masyarakat sebagai target audiensnya,
sekaligus sebagai upaya meningkatkan penetrasi pasar.
Pameran merupakan salah satu bagian dari pemasaran yang terintregasi,
sehingga mampu menciptakan aktivitas komunikasi yakni tersampaikannya arus
informasi antara produk pada pengunjungnya. Maka dapat dikatakan pameran
merupakan salah satu aktivitas penunjang operasi penjualan dan distribusi yang
efektif, khususnya dalam menciptakan terjadinya selling out atau penjualan produk
ke konsumen akhir. Menurut Fred E. Hahn dan Kenneth G. Mangun, (1999:16)
“Pameran berada pada tingkat nomor dua sebagai media pemasaran paling jitu,
karena ketika mendatangi sebuah pameran terdapat material pemasaran berupa
dekorasi produk yang menarik, mulai dari pintu masuk salah satu ruang pamer
hingga sampai ke rak display-nya, akan dijumpai aneka jenis iklan kreatif yang
menarik.”
Di dalam perluasan akses pasar saat ini memang sangat penting dalam
mengembangkanwilayah pemasaran hasil-hasil produk para pelaku usaha industri
kecil dan menengah. Peran pemerintah daerah dalam pengembangan pasar maupun
100
pemasaran sangat dibutuhkan ini sejalan dengan pendapat Sjaifudin (1995:66-75)
dalam meningkatkan akses usaha kecil kepada pasar dengan cara meningkatkan
pola hubungan produksi sub-kontrak dan promosi. Pola keterkaitan (vertikal) sub-
kontrak lebih diprioritaskan bagi usaha-usaha kecil karena secara ekonomi usaha-
usaha kecil menjadi sub-kontrak dalam memperoleh jaminan pasar, dan
kontinuitas produksi. Kemudian untuk perluasan wilayah pemasaran dan
perdagangan yang diperlukan untuk meningkatkan jumlah penjualan hasil industri
kerajinan mebel maka dalam pelaksanaannya harus lebih diperluas lagi jaringan
usaha industri kerajinan mebelnya. Dengan tahap memperkenalkan dahulu produk-
produk seni kerajinan mebel yang telah dihasilkan untuk memperlibatkan pada
masyarakat luas hasil produksi kerajinan mebel.
Keterlibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar
merupakan salah satu satu unsur yang terkandung dalam pembangunan sektor
industri. Pembangunan sektor industri merupakan cara yang ditempuh agar sektor
industri menjadi lebih baik lagi dengan menempatkan pameran perdagangan
menjadi aspek yang penting yang harus dilaksanakan karena dengan mengikuti
pameran perdagangan maka sektor industri bisa memperluas akses pasar sehingga
dapat mempengaruhi berkembangnya industri. Pernyataan serupa terkandung
dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No 6 Tahun 2011 pasal 14 tentang
bentuk-bentuk pemberdayaan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah
dilakukan dalam pelibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses
pasar.
101
Keterlibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar
dinas perindustrian dan perdagangan Kota Pasuruan memiliki peranan sangat andil
dalam perkembangan perluasan pasar dengan cara promosi pameran perdagangan
atau kontak dagang. Ini biasanya dilakukan di luar provinsi Jawa Timur tujuannya
untuk mengenalkan produk unggulan dari Kota Pasuruan yaitu mebel. Adapun
pameran yang dilakukan seperti menggelar produk mebel karya pengrajin IKM
dan juga melakukan kontak dagang ini biasanya Disperindag beserta IKM mebel
datang ke suatu daerah dan mengundang beberapa buyer dari daerah tersebut
semisal distributor dan pihak kadin. Yang mana para IKM wajib
mempresentasikan usahanya agar distributor dan pihak kadin tertarik dengan usaha
mebel yang di promosikan sehingga terjalinnya kerjasama antara pihak IKM dan
buyer dan dapat mengenalkan hasil produk mebel Kota Pasuruan lebih luas lagi,
sebagai contoh Disperindag datang berkunjung di Kota Pangkal Pinang.
Peran Dinas perindustrian dan perdagangan Jawa Timur yang diberikan
untuk para IKM mebel Kota Pasuruan memberikan kesempatan bagi IKM mebel
Kota Pasuruan untuk ikut serta dalam pamaren produk yang dimiliki. Pemasaran
tersebut diharpkan dapat memberikan dampak baik bagi pelaku IKM mebel dalam
pemasaran guna memperoleh pendapatan yang lebih tinggi, karena pemintaan
pasar yang meningkat dan pemasaran yang lebih luas.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Pasuruan sudah berkontribusi memberikan pemberdayaan
keterlibatan dalam pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar. Namun
102
pemberdayaan pemasaran melalui pameran yang diberikan oleh Dinas belum
berjalan secara merata, masih banyak industri kecil dan menengah yang
melakukan promosi secara mandiri melalui akun facebook, instagram, dan WA
milik pribadi. Pemberdayaan yang telah dilakukan dinas melalui pameran
perdagangan dan kontak dagang ini mampu membuat para industri kecil dan
menengah mebel mendapatkan solusi dan kedepannya sektor industri mebel bisa
lebih maksimal menjalankan idnustrinya guna menciptakan produk yang
berkualitas dan mampu untuk meningkatkan daya saing. Dinas sebagai fasilitastor
sudah ikut dalam menghadapi permasalahan industri kecil dalam hal pmemperluas
akses pasar.
Langkah yang ditempuh dalam keterliatan dalam pameran perdagangan
untuk memperluas akses pasar belum bisa berjalan merata. Hal tersebut bisa dilihat
dari penetapan yang diungkapkan Kesi (2011) bahwa proses pemberdayaan yang
diukur dari salah satu sisi, sama halnya pelaksanaan program pemberdayaan yang
sudah terselenggara ternyata belum dapat berjalan merata sehingga pemberdayaan
belum sepenuhnya berhasil dan diperlukan adanya peningkatan.
103
BAB V
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil suatu
kesimpulan oleh penulis tentang Peran Pemerintah Daerah dalam Pengembangan
Ekonomi Lokal melalui Pemberdayaan Sentra Industri Mebel. Dari hal tersebut
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran pemerintah daerah dalam memberikan pemberdayaan pada sentra
industri mebel yaitu fasilitasi permodalan yang telah diberikan kemudahan
berupa pinjaman modal dimana pemerintah daerah melakukan kerjasama
dengan Bank Perkreditan Rakyat Kota Pasuruan. Hal ini diharapkan mampu
memberikan motivasi kepada para pelaku sentra industri mebel agar lebih
meningkatkan proses produksinya.
2. Peran pemerintah daerah dalam memberikan pemberdayaan pada sentra
industri mebel yaitu dukungan perolehan bahan baku dimana Pemda
bekerjasama dengan pihak perhutani untuk memberikan sosialisasi kepada
para pelaku sentra industri mebel agar dapat membeli bahan baku dengan
harga yang terjangkau dan berkualitas melalui website www.perhutani.com.
Adapun fasilitas pendukung dalam proses produksi yang diberikan
Pemerintah daerah yaitu penerbitan SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas
104
Kayu). Ini merupakan komitmen Pemerintah dalam menata sistem tata kelola
kayu, memerangi pembalakan liar dan perdagangan kayu ilegal.
3. Peran pemerintah daerah dalam memberikan pemberdayaan pada sentra
industri mebel yaitu pendidikan dan pelatihan. Dimana bentuk pendidikan
dan palatihan yang diberikan berupa tata kelola manajemen usaha, kegiatan
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolahan limbah kerajinan mebel dan
kegiatan pengembangan teknik ukir agar para pelaku mampu
mengembangkan kreatifitas dan inovasi.
4. Peran pemerintah daerah dalam memberikan pemberdayaan pada sentra
industri mebel yaitu pameran perdagangan untuk memperluas akses pasar. Hal
ini dilakukan dengan cara mengikuti pameran IFEX di Jakarta yang
bertujuan mengenalkan masyarakat luas tentang hasil produk unggulan
Kota Pasuruan. Selain itu terdapat kontak dagang yang diadakan di
Kendari ini bertujuan agar IKM Kota Pasuruan mampu menjalin
kemitraan dalam usaha dengan distributor dan pihak kadin daerah
tersebut.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mempunyai
beberapa saran atau rekomendasi sebagai alternatif pemecahan masalah. Dalam hal
ini pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan sentra industri mebel:
1. Sebaiknya peran pemerintah daerah dalam memberikan fasilitasi permodalan
kepada para pelaku sentra industri mebel dengan cara melakukan jaringan
105
kerjasama dengan beberapa perbankan di Kota Pasuruan untuk memberikan
fasilitasi peminjaman modal kepada para pelaku industri mebel dengan bunga
yang rendah dan persyaratan yang mudah, pemerintah daerah juga bisa
membentuk koperasi khusus IKM mebel dan juga pemerintah daerah bisa
mengajukan dana CSR (corporate social responbility) dari perusahaan BUMN
dan swasta yang digunakan untuk kepentingan sosial.
2. Sebaiknya peran pemerintah daerah dalam memberikan dukungan perolehan
bahan baku dan fasilitas pendukung dalam proses produksi perlu adanya
perencanaan tentang anggaran yang diajukan kepada Kementrian Perindustrian
dan Perdagangan Kota Pasuruan untuk mendapatkan bantuan alat-alat modern
permebelan yang dapat digunakan sebagai penunjang proses produksi agar
barang yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan mampu menembus pasar
internasional.
3. Sebaiknya peran pemerintah daerah dalam pendidikan dan pelatihan kepada para
pelaku sentra industri mebel lebih bervariasi agar dapat menambah pengetahuan
serta mampu mengasah kemampuan para pelaku industri mebel. Adapun
pendidikan dan pelatihan yang bisa dilakukan yaitu pemberian pengarahan
tentang teknik desain mebel dan pengarahan tentang pengetahuan standart mutu
mebel.
4. Sebaiknya peran pemerintah daerah dalam pameran perdagangan untuk
memperluas akses pasar kepada para pelaku sentra industri mebel perlu
ditingkatkan dalam hal mengadakan pameran expo mebel yang dilaksanakan
106
Pemerintah Kota Pasuruan ditingkat lokal, regional, nasional maupun
internasional agar hasil produk-produk yang dihasilkan oleh IKM mebel Kota
Pasuruan mampu dikenal masyarakat luas.
107
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Subarsimi. 2009. Prosedure Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik,Edisi revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arsyad, Lincolin. 1999. Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta. STIE KDN
Fred E., Hahn., & Kenneth G., Mangun. 1999. Beriklan dan Berpromosi Sendiri,alaih Jakarta: PT. Grasindo.
Hardjanto, Imam. 2012. Modul Enterpreneur Governance. FIA UB.
Johanta, A. (2012). Analisis kinerja pameran dagang industry kerajinan Indonesia(studi kasus trade expo Indonesia, 2011). Skripsi, Fakultas Ekonomi,Univesrsitas Indonesia
Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat melaluiKemitraan guna Mewujudkan Ekonomi yang Tangguh dan Mandiri.Pdf. Diakses dari http//.ginandjar.com pada tanggal 1 Maret 2017pukul 12.45
Kesi, W. 2011. Model Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal EkonomiPembangunan, Vol. 12 Nomor 1, Juni 2011, hlm. 15-27. FakultasEkonomi Universitas Semarang.
Lestari, A. W., & Woyanti, N. (2011). Pengaruh jumlah usaha, nilai investasi, danupah minimum terhadap permintaan tenaga kerja pada industri kecildan menengah di Kabupaten Semarang. Skripsi. UniversitasDiponegoro).
Mardikanto, Totok dan Soebianto, Poerwoko. 2012. Pemberdayaan Masyarakatdalam Prespektif Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfaberta.
Mardikanto, Totok dan Soebianto, Poerwoko. 2013. Pemberdayaan Masyarakatdalam Prespektif Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfaberta.
Miles, Mathew B, A. Michael Huberman dan Johny Saldana. 2014. QualitativeData Analysis, A Methods Sourcebook, Edisi ketiga. SagePublications: Inc
Moleong, Lexy J.2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi revisi. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.Offset.
Muluk, Khoirul M. R. 2006. Desentralisasi dan Pemerintah Daerah. Malang:Bayumedia.
Noor, H. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta : Graha Ilmu
108
Prawirosentoso, Suyadi. 2001. Manajemen Operasi: Analisis dan Studi Kasus,edisi ke 3 cetakan ke 1, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Riawan, Tjandra. 2009. Peradilan Tata Usaha Negara, Mendorong TerwujudnyaPemerintah yang bersih dan berwibawa, Universitas Atma Jaya.Yogyakarta.
Riyadi, E., & Supriyadi, B.K. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah: StrategiMenggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah, Jakarta, PTGramedia Pustaka Utama.
Sondang, P. S. 2008. Manajemen SDM. Cet 16. Jakarta : Bumi Aksara.
Sondang, P. S. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta.
Siswanto, I. (2015). Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan unit produksidi smk daerah istimewa yogyakarta. Jurnal Penelitian danPengabdian kepada Masyarakat UNSIQ, 2(2).
Sjaifudin, Hetifah, 1995. Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil.Bandung. Yayasan Akgita.
Starling, G, 1998. Managing the Public Sector. 5th Edition. Florida.
Sulistiyani, A. T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.Yogyakarta: Gava Media.
Sumarsono, S. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan KebijakanPublik. Jogyakarta : Graha Ilmu.
Supriyadi, Edy. 2007. Telaah kendala Penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal:Pragmatisme dalam Praktek Pendekatan PEL. Jurnal PerencanaanWilayah dan Kota 18 (2): 103-123.
Suryono, Agus dan Tri Laksono Nugroho. 2004. Pengantar Teori pembangunan.Malang: penerbit UM Press.
Suryono, Agus dan Tri Laksono Nugroho.2008. Paradigma Model.
Tambunan, Tulus T.H. 2000. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: BeberapaIsu Penting. Jakarta: Salemba Empat.
Tambunan, Tulus T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: BeberapaIsu Penting. Salemba Empat. Jakarta.
Tambunan, Tulus T.H. 2009. UMKM di Indonesia. Perpustakaan Nasional
Tohar, M. 2002. Membuka Usaha Kecil. Jakarta .Kanisius.
109
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 16 Tahun 2011 TentangPemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pasal 14
Peraturan Walikota Nomor 66 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok dan FungsiDinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan
Perda Kabupaten Pasuruan nomor 2 Tahun 2008 tentang RPJD Tahun 2005-2025
Perda Kabupaten Pasuruan nomor 4 Tahun 2009 tentang Retribusi PengolahanMebel Kayu
Rencana Pembangunan Jangka Panjang tahun 2008-2025 Dinas Perindustrian danPerdagangan Kota Pasuruan.
Undang-Undang nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil
Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
Undang-Undang nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
Tap MPR nomor XIV Tahun 1998
Top Related