Pemerintahan Daerah

35
PEMERINTAHAN DAERAH Pertemuan XI Mata Kuliah Sistem Pemerintahan Indonesia M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

Transcript of Pemerintahan Daerah

PEMERINTAHAN DAERAH

Pertemuan XIMata Kuliah Sistem Pemerintahan

Indonesia

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

PENDAHULUAN

• Indonesia adalah negara republik berbentuk kesatuan (unitaris) yang berkedaulatan rakyat.

• Dilihat secara hierarkhis, sistem pemerintahan di Indonesia terdiri dari : - Sistem Pemerintahan Nasional

- Subsistem Pemerintahan Propinsi - Sub-subsistem Pemerintahan Kabupaten/Kota

- Sub-sub-subsistem Pemerintahan Desa.• Pasal 18 UUD 1945 ayat (1) Amandemen IV : Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

Pemerintah Pusat

Daerah

Nasional

Provinsi

Kab/Kota

SUSUNAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA MENURUT UU 32 TAHUN 2004

Kecamatan

Desa Kelurahan

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

• Perubahan arah kebijakan Pemerintah Pusat Dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah sangat tergantung pada perubahan sistem pemerintahan yang dituangkan dalam perubahan konstitusi.Rencana Revisi UU No. 32/2004

# UUD 1945 telah mengalami amandemen empat kali, dan masih terbuka untuk diamandemen kembali karena adanya berbagai pasal yang tidak sinkron. Misaltentang Pemilihan Kepala Daerah.

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

• Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

• Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Konsekuensi adanya desentralisasi

OTONOMI DAERAH DAN DAERAH OTONOM (UU 32/2004)

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

Asas Penyelenggaraan Pemerintahan (Desentralisasi

Versi Indonesia)

M. IRWAN TAHIR, A.P, M.Si

1.Asas Desentralisasi2.Asas Dekonsentrasi3.Asas Tugas Pembantuan

(Medebewind)

Asas Desentralisasi

M. IRWAN TAHIR, A.P, M.Si

• Menurut UU No. 32 Tahun 2004 :Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Asas Dekonsentrasi

M. IRWAN TAHIR, A.P, M.Si

• Dekonsentrasi (deconcentration) pada hakekatnya hanya merupakan pembagian kewenangan dan tanggung jawab administratif antara departemen pusat dengan pejabat pusat di lapangan.

• UU No 32 Tahun 2004 : Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Tugas Pembantuan

M. IRWAN TAHIR, A.P, M.Si

• Tugas pembantuan/medebewind sebagai pemberian kemungkinan kepada pemerintah/pemerintah daerah yang tingkatannya lebih atas untuk meminta bantuan kepada pemerintah daerah yang lebih rendah tingkatannya agar menyelenggarakan tugas atau urusan rumah tangga (Koesoemahatmadja dalam Koswara, 1999)

• UU No. 32 Tahun 2004 :Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

DEFINISI DESENTRALISASI (UN)

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

• “…refers to transfer of authority and responsibility of specific function or services from the central government to local authorities or local bodies”.

• “…the transfer of authority away from the national capital, whether by deconcentration (i.e. delegation) to field offices or by delegation to local authorities or local bodies”. (UNITED NATIONS).

• Pengertian desentralisasi menurut Litvack & Seddon: the transfer of authority and responsibility for public functions from the central government to subcordinate or quasi independent government or organization or the private sector.

Mengapa Desentralisasi?Menurut B.C. Smith (1985) : • Memberikan keluasan desentralisasi dan otonomi

kepada Daerah, tidak akan menimbulkan disintegrasi, dan tidak akan menurunkan derajat kewibawaan pemerintahan nasional.

• Sebaliknya akan memberikan respek daerah terhadap Pemerintah Nasional.

Menurut Buckelman W, (1984) : • As autonomy as possible, as much central power as

necessary.

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

DESENTRALISASI MENURUT TEORI KONTINENTAL

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

1. Desentralisasi Jabatan (Ambtelijke Decentralisatie), mirip dengan deconcentration, administrative decentralization.

2. Desentralisasi Ketatanegaraan (Staatskundige Decentralisatie), terdiri dari :a. Desentralisasi teritorial :

Autonomie Medebewind

b. Desentralisasi fungsional (functionale Decentralisatie) : waterschap.

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

Cheema & Rondinelli (1983 : 18-19) membagi desentralisasi ke dalam empat bentuk yaitu :

• deconcentration;• delegation to semi-autonomous or parastatal

agencies;• devolution to local government;• transfer of function from public to

nongovernment institutions.

DESENTRALISASI MENURUT CHEEMA & RONDINELLI

DESENTRALISASI DALAM BENTUK DEKONSENTRASI

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

• Pada hakekaktnya hanya merupakan pembagian kewenangan dan tanggungjawab antara departemen pusat dengan pejabat pusat di lapangan.

• Rondinelli (1988) : Dekonsentrasi Kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan lebih banyak berupa shifting of workload from a center government ministry to its own field staff located in offices outside of the national capital.

• Terdiri atas :1. Field Administration : pejabat lapangan diberi

kekuasaan untuk mengambil keputusan, yaitu pegawai departemen pusat yang berada di bawah perintah dan supervisi pusat.

2. Local Administration : Pejabat pada tingkat pemerintahan yang merupakan perwakilan pusat (seperti propinsi).

DESENTARLISASI DALAM BENTUK DEVOLUSI

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

1.Konsekuensi dari devolusi : Pemerintah pusat membentuk unit-unit pemerintah di luar pemerintah pusat, dengan menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu untuk dilaksanakan secara mandiri.

2.Karakteristik bentuk devolusi :• Unit pemerintahan bersifat otonom, mandiri

(independent) dan terpisah dari tingkat-tingkat pemerintahan;

• Pemerintah pusat tidak melakukan pengawasan langsung

• Mempunyai batas wilayah yang jelas dan legal, dan mempunyai wewenang untuk melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan

Lanjutan …..

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

• Berstatus sebagai Badan Hukum, dan berwenang untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya untuk mendukung pelaksanaan tugasnya

• Diakui oleh warganya sebagai suatu lembaga yang akan memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan karenanya mempunyai pengaruh dan kewibawaan (credibility) terhadap warganya;

• Terdapat hubungan kemitraan yang saling menguntungkan melalui koordinasi antara Pemerintah pusat dan Daerah, dan unit-unit organisasi lainnya dalam suatu sistem pemerintahan. (rondinelli, 1988).

DESENTRALISASI DALAM BENTUK DELEGASI

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

• Suatu pelimpahan pengambilan keputusan dan kewenangan manejerial untuk melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi yang secara tidak langsung berada di bawah pengawasan pemerintah pusat;

• Pada dasarnya terhadap organisasi semacam ini diberikan kewenangan semi-independent untuk melaksanakan fungsi dan tanggungjawabnya.

• Kadang-kadang berada di luar ketentuan yang diatur oleh pemerintah, karena lebih bersifat komersial, mengutamakan efisiensi daripada prosedur-birokratis-politis (Rondinelli, 1988).

PRIVATISASI

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

• Suatu tindakan pemberian kewenangan dari Pemerintah kepada badan-badan sukarela, swsata dan swadaya masyarakat, tetapi dapat pula merupakan peleburan badan pemerintah menjadi badan swasta, mis : BUMNPT;

• Transfer of functions from government to non gevernment instituions;

• Dalam beberapa hal, pemerintah misalnya mentransfer beberapa kegiatan kepada Kadin, Koperasi dan asosiasi lainnya untuk mengeluarkan izin-izin, bimbingan dan pengawasan yang semula dilakukan oleh pemerintah;

• Dalam hal kegiatan sosial, pemerintah memberikan kewenangan dan tanggungjawab kepada LSM, PKK, koperasi tani dan nelayan untuk melakukan kegiatan sosial dan kesejahteraan keluarga petani, dlsb (Rondinelli, 1988).

MODEL PEMENCARAN KEKUASAANDALAM RANGKA DESENTRALISASI

PEM. PUSAT

LEGISLATIF EKSEKTUTIF YUDIKATIF AUDITIF

(DPR) (PRESIDEN) (MA) (BPK)

DAERAH OTONOM

PEMERINTAH DAERAH

DPRD

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

MODEL PEMENCARAN KEKUASAANDALAM RANGKA DESENTRALISASI

MENURUT UU 32/2004

EKSEKTUTIF

(PRESIDEN)

UNSUR PENYELENGGARA

PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAH DAERAH DAN DPRD

KOMUNITAS OTONOM LAINNYA

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

PEMENCARAN URUSAN PEMERINTAHAN(Sumber : Bahan Penataran DPRD yang disiapkan oleh Badan Diklat DDN, 2004)

DEKONSENTRASIPEMERINTAH

ADMINISTRATIF / WILAYAH

• KANWIL/KANDEP• KEPALA WILAYAH• DLL

PEMERINTAH PUSAT

DELEGASI

• OTORITA• BUMN• NUSAKAMBANGAN• DLL

DAERAH OTONOM

PROPINSI KABUPATEN/ KOTA

DESENTRALISASI

PRIVATISASI

• SWASTA MURNI• BOT• BOO• BOL• DLL

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

ANATOMI URUSAN PEMERINTAHANMenurut UU Nomor 32/2004

(Sumber : Bahan Penataran DPRD yang disiapkan oleh Badan Diklat DDN, 2004)

URUSAN PEMERINTAHAN

ABSOLUT (Mutlak kewenangan Pusat)

CONCURRENT(Kewenangan bersama

Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)

PILIHAN/OPTIONAL(Sektor Unggulan)

WAJIB/OBLIGATORY(Pelayanan Dasar)

SPM(Standar Pelayanan Minimal)

- Pertahanan- Keamanan- Moneter & fiskal

nas - Yustisi- Politik Luar

Negeri- Agama M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

• Pemerintah Pusat akan lebih banyak menangani urusan-urusan pemerintahan dalam bentuk :

a. Penyusunan kebijakan norma, standar, kriteria, prosedur.

b. Pengawasan terhadap jalannya pemerintahan daerah;

c. Fasilitasi terhadap pemerintahan daerah; d. Aktivitas yang bersifat internasional dan

lintas provinsi.

• Pemerintah Provinsi akan lebih banyak menangani urusan-urusan pemerintahan :

a. yang bersifat lintas kabupaten/kota. b. kegiatan berskala provinsi.

• Pemerintah Kabupaten/Kota akan lebih banyak menangani urusan-urusan pemerintahan :

a. bersifat teknis operasional berskala kabupaten/kota.

b. kebijakan yang berskala kabupaten/kota.

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

PRESIDEN

MDN Menteri(Kew.Concurrent)

Ka.Kanwil

GubernurSebagai

Wkl Pem. PusatKDH PROP. + DPRD

Ka.Kandep

KDHKab/Kota + DPRD

Ka.UPT

Keterangan:= Garis Komando= Garis Koordinasi= Garis Koordinasi Vertikal= Garis Supervisi SPM= Garis Pembinaan teknis fungsional dan administratif

Menteri(Kew. Mutlak)

SKPDPengelola

Dekonsentrasi

SKPD

Ka.UPT

SPM

SPM

?

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat

daerah yang terdiri :

1. unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam sekretariat.

2. unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk inspektorat.

3. unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk badan.

4. unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam lembaga teknis daerah, serta

5. unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam dinas daerah.

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

GUBERNUR

WAKIL

SETDA (unsur staf)

BAPPEDA(unsur perencana)

Ps 150 (2)

SET DPRD(unsur pelayanan)

INSPEKTORAT(unsur pengawas)

( PP 79/2005)

DPRD

Provinsi

Ps. 121

Ps. 124 Ps. 125 Ps. 123

Pola Organisasi Perangkat Daerah.

DINAS DRH(unsur pelaksana)

LTD(BADAN,KTR & RSD)

(unsur penunjang)

Garis komandoGaris koordinasiGaris pertanggungjawaban

STAF AHLI

LEMBAGA LAIN(pelaks per UU)

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

BUPATI/WALIKOTA

WAKIL

SETDA (unsur staf)

BAPPEDA(unsur perencana)

Ps 150 (2)

SET DPRD(unsur pelayanan)

INSPEKTORAT(unsur pengawas)

( PP 79/2005)

DPRD

Kab/Kota

Ps. 121

Ps. 124 Ps. 125 Ps. 123

LEMBAGA LAIN(pelaks per UU)

LTD(BADAN,KTR & RSD)

(unsur penunjang)

KECAMATANPs. 126

KELURAHANPs. 127

Garis komandoGaris koordinasiGaris pertanggungjawaban

DINAS DRH(unsur pelaksana)

STAF AHLI

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

# Fungsi utama Pemerintah Daerah yang semulaSebagai “Promotor Pembangunan” berubah

menjadi“Pelayan Masyarakat” Perlu mendayagunakan secara optimal unit-

unitPemerintahan yang langsung berhubungan

dengan masyarakat, seperti :• Dinas Daerah• Kecamatan & Kelurahan

# Kecamatan bukan lagi merupakan wilayah administrasi

Pemerintahan, melainkan sebagai lingkungan kerja,

dengan konsekuensi Camat bukan lagi sebagaiKepala Wilayah Administrasi, melainkan

sebagaiPerangkat Daerah.

KECAMATAN

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

Perubahan Paradigma Camat & KecamatanUnsur Perbandingan UU No. 5/1974 UU No. 22/1999

Kedudukan Kecamatan

Wilayah Administrasi Pemerintahan

Lingkungan Kerja Perangkat Daerah

Kedudukan Camat Kepala Wilayah Perangkat Daerah

Kewenangan Camat Bersifat Atributif(Psl 80 & 81)

Bersifat Delegatif(Psl 66 (4))

a. Delegasinya dari pejabat (Bupati/Walikota) kepada pejabat (Camat);b. Delegasi dari pejabat kepada pejabat tidak dapat didelegasikan lagi kepada pejabat lainnya tanpa seijin pejabat pemberi delegasi;c. Delegasi dari institusi kepada institusi dapat dilaksanakan oleh pejabat/unit

yg ada di dalam institusi ybs sesuai dengan tata laksana bagi organisasibesangkutan.

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

Perubahan Paradigma Camat & KecamatanUnsur Perbandingan UU No. 22/1999 UU No. 32/2004

Kedudukan Kecamatan

Lingkungan Kerja Perangkat Daerah

Lingkungan Kerja Perangkat Daerah

Kedudukan Camat Perangkat Daerah Perangkat Daerah

Kewenangan Camat Bersifat Delegatif(Psl 66 (4))

Bersifat Atributif (pasal 126 ayat 3) dan Delegatif(Psl 126 ayat 2)

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

Pelimpahan Kewenangan & Tanggung jawab Lurah Menurut Pasal 127 ayat 2 UU 32/2004

Bupati/Walikota

Camat

Lurah

: Arus pendelegasian kewenangan: Arus penyampaian pertanggungjawaban

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si

Menurut PP No. 19 TAHUN 2008

Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai PELAKSANA TEKNIS KEWILAYAHAN yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat. (Pasal 14 ayat 1).

Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekretaris daerah. (Pasal 14 ayat 2).

Pasal 15 ayat (1) :

Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi :

a. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;b. mengordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum;c. mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan

perundang-undangan;d. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas

pelayanan umum;e. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan di tingkat kecamatan;f. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau

kelurahan; g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang

lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.

(tugas mengkordinasikan dan membina merupakan indirect service, sedangkan tugas terakhir merupakan direct service).

Pasal 15 ayat 2

Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek :

a. perizinan; b. rekomendasi; c. koordinasi; d. pembinaan; e. pengawasan; f. fasilitasi; g. penetapan; h. penyelenggaraan; dan i. kewenangan lain yang dilimpahkan. (kaitan dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan)

SEKIAN

DAN TERIMA KASIH

ATAS PERHATIANNYA

M. Irwan Tahir, A.P, M.Si