Penguatan Fungsi Intermediasi Perbankan Terhadap UMKM dalam Upaya Penguatan Pasar Domestik
Transcript of Penguatan Fungsi Intermediasi Perbankan Terhadap UMKM dalam Upaya Penguatan Pasar Domestik
PENGUATAN PASAR DOMESTIK PERBANKAN
MELALUI PENINGKATAN EKSPANSI KREDIT TERHADAP UMKM
SEBAGAI STATEGI DALAM MENGHADAPI
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
Lomba Paper Nasional ACCOUNTS 2014
HIMA AKUNTANSI Fakultas Ekonomi Universitas Andalas
Oleh
Medani Hakim F0112058
Norma Sagita Pratiwi F0112067
Khoriyah F0112056
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul : Penguatan Pasar Domestik Perbankan Melalui
Peningkatan Ekspansi Kredit Terhadap UMKM Sebagai Strategi dalam
Menghadapi AEC
2. Penulis 1
Nama lengkap : Medani Hakim
NIM : F0112058
Jurusan/angkatan : S1 Ekonomi Pembangunan 2012
Asal universitas : Universitas Sebelas Maret (UNS)
3. Penulis 2
Nama lengkap : Khoriyah
NIM : F0112056
Jurusan/angkatan : S1 Ekonomi Pembangunan 2012
Asal universitas : Universitas Sebelas Maret (UNS)
4. Penulis 3
Nama lengkap : Norma Sagita Pratiwi
NIM : F0112067
Jurusan/angkatan : S1 Ekonomi Pembangunan 2012
Asal universitas : Universitas Sebelas Maret (UNS)
5. Dosen pembimbing
Nama lengkap : Dr. Siti Aisyah Tri Rahayu. S.E, M.Si.
NIP : 196809271997022001
No. Hp : 08976822340
Surakarta, 14 Maret 2014
Mengetahui,
Pembantu Dekan III
Fakultas Ekonomi & Bisnis UNS
Lukman Hakim, SE, M.Si, Ph.D
NIP. 19680518 200312 1 002
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALTAS PENULIS
1. Ketua kelompok
Nama lengkap : Medani Hakim
NIM : F0112058
Jurusan/angkatan : S1 Ekonomi Pembangunan 2012
Asal universitas : Universitas Sebelas Maret (UNS)
2. Anggota kelompok
Nama lengkap : Khoriyah
NIM : F0112056
Jurusan/angkatan : S1 Ekonomi Pembangunan 2012
Asal universitas : Universitas Sebelas Maret (UNS)
3. Anggota kelompok
Nama lengkap : Norma Sagita Pratiwi
NIM : F0112067
Jurusan/angkatan : S1 Ekonomi Pembangunan 2012
Asal universitas : Universitas Sebelas Maret (UNS)
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul : Penguatan Pasar
Domestik Perbankan Melalui Peningkatan Ekspansi Kredit Terhadap UMKM
Sebagai Strategi dalam Menghadapi AEC.
Benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau saduran
dari karya tulis orang lain serta belum pernah dilombakan dan dipublikasikan
dalam bentuk apapun. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh panitia ACCOUNTS 2014
berupa diskualifikasi dari kompetisi.Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-
benarnya, untuk dapat dipergunakan bila mana diperlukan.
Surakarta, 14 Maret2014
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas terselesainya
karya tulis yang berjudul “Penguatan Pasar Domestik Perbankan Melalui
Peningkatan Ekspansi Kredit Terhadap UMKM Sebagai Strategi dalam
Menghadapi AEC”. Karya tulis ini disusun dalam rangka mengikuti lomba paper
Andalas Accounting National Events dengan tema Indonesia in ASEAN Economic
Community (AEC).
Penulisan karya tulis ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih ide
terhadap persiapan perbankan nasional dalam rangka menghadapi ASEAN
Economic Community (AEC) melalui strategi ekspansi kredit. Diharapkan dengan
ekspansi kredit utamanya kepada sektor usaha kecil atau UMKM untuk
memperkuat sistem intermediasi perbankan serta mempertahankan daya saing
perbankan nasional dalam menghadapi persaingan pangsa pasar dengan
perbankan asing dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
Penulis berterimakasih kepada sahabat, teman-teman, keluarga,
pembimbing yang selalu membantu dan memberikan motivasi sehingga karya ini
bisa terselesaikan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, 14 Maret 2014
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
RINGKASAN .................................................................................................. ix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan .................................................................................................. 5
D. Manfaat ................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup perbankan ................................................................... 6
B. Fungsi intermediasi ............................................................................. 7
C. Pengertian dan jenis kredit ................................................................... 7
D. Konsep dasar UMKM .......................................................................... 10
E. Penelitian terdahulu .............................................................................. 11
METODE PENULISAN
A. Desain Penulisan .................................................................................. 12
B. Sumber Penulisan ................................................................................. 13
C. Sasaran Penulisan ................................................................................. 13
D. Tahapan Penulisan ............................................................................... 13
PEMBAHASAN
A. Penguatan Pasar Domestik Sebagai Strategi Menghadapi AEC ........ 15
B. Kondisi Fungsi Intermediasi Perbankan Terhadap UMKM. ............... 20
vi
C. Ekspansi Kredit Sebagai Strategi Dalam Penguatan Pasar
Domestik .............................................................................................. 26
D. UMKM Sebagai Target Potensial dalam Ekspansi Kredit
Perbankan Domestik ........................................................................... 30
E. Analisis Swot Dalam Implementasi Strategi Penguatan Pasar Domestik
Berupa Ekspansi Kredit Terhadap UMKM.......................................... 32
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 34
B. Saran ..................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan
Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012 ................................................. 15
Tabel 2. Perkembangan laporan Laba/rugi ...................................................... 16
Tabel 3. Perkembangan profitabilitas dan kredit per kelompok bank ............. 17
Tabel 4. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan ................................
Tabel 5. Stastik penyaluran dana perbankan di Indonesia terhadap
masyarakat pada periode Desember 2008-2012 ................................ 27
Tabel 6. Pergerakan penyaluran dana oleh bank perkreditan
rakyat kepada masyarakat. ................................................................. 27
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Klasifikasi UMKM Berdasarkan UU No.20/2008 ......................... 11
Gambar 2. Komposisi Pendapatan Bunga Industri Perbankan (%) ................. 17
Gambar 3. Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha .................................... 22
Gambar 4. NPL Kredit UMKM September 2013 ............................................ 24
Gambar 5. Jenis Kredit yang diperoleh Rumah Tangga bisnis ........................ 25
Gambar 6.Jumlah Rumah Tangga Bisnis yang Menerima Kredit ................... 27
Gambar 7. Skema Utama Peran Perbankan Di Indonesia. ............................... 26
Gambar 8. Perkembangan Kredit MKM dan Perbankan
Periode Triwulan IV Tahun 2008-2010 ........................................ 28
ix
PENGUATAN PASAR DOMESTIK PERBANKAN MELALUI
PENINGKATAN EKSPANSI KREDIT TERHADAP UMKM
SEBAGAI STATEGI DALAM MENGHADAPI
ASEAN ECONOMIC COMUNITY 2015
Khoriyah, Medani Hakim, Norma Sagita Pratiwi
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
ABSTRAK
Asean Economic comunity 2015 sebagai langkah konkret untuk menjadikan
ASEAN sebagai pasar tunggal dalam menghadapi perekonomian global. Diperlukan
integrasi finansial untuk tercapainya tujuan ASEAN tersebut.Perbankan sebagai lembaga
keuangan yang memiliki peran penting dalam menggerakan roda perekonomian bangsa
dengan penyaluran kredit oleh perbankan pada sektor riil akan mendorong tingkat
pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah
dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.
Penguatan pasar domestik melalui pemberian kredit kepada UMKM menjadi
peluang emas bagi perbankan indonesia untuk mempertahankan eksistensinya terhadap
bank negara lain yang ada diIndonesia.Perbankan yang masih tertinggal jauh dari kata
efisiensi jika dibandingkan dengan bang asing, walaupun efesiensi tertinggal namun
perbankan indonesia masih mempunyai kesempatan dalam melawan bank asing, berupa
perluasan dan penguatan pangsa pasar domestik ditambah dengan Perbankan yang
dipercaya pemerintah untuk membantu mengatasi masalah klasik permodalan UMKM.
Sektor UMKM yang dijadikan primadona karena fungsi dan peran yang sangat
penting dalam kesejahteraan masyarakat, mengurangi pengangguran, meningkatkan
perekonomian lokal maupun nasional, mampu bertahan dalam krisis ekonomi.UMKM
yang selalu bertambah jumlah setiap tahunnya, memiliki jumlah penduduk yang besar
dan mempunyai beribu-ribu pulau yang sebagian besar masyarakatnya memilih bekerja
disektor informal (UMKM),dukungan dari pemerintah yang diberikan kepada perbankan
yang mengucurkan dananya melalui berbagai program pemberian kredit untuk tambahan
modal bagi UMKM, memberikan kemudahan bagi perbankan dalam melakukan ekspansi
kredit kepada sektor UMKM.Metode penulisan pada karya tulis ini adalah teknik analisis
diskriptif dengan data sekunder yang menjadi referensi.
Harapan penulis bahwa karya tulis ini dapat menjadi salah satu alternatif solusi
dalam menjaga eksistensi perbankan nasional dan mampu bertahan terhadap bank asing
dari negara lain setelah diberlakukanya Asean Economic Comunity 2015.
Kata kunci : Penguatan pasar domestik, Ekspansi kredit,UMKM.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) berawal dari
keputusan membentuk ASEAN Economic Community yang akan dilaksanakan
pada tahun 2015. ASEAN Economic Community merupakan suatu langkah
konkret yang dilakukan ASEAN dalam menghadapi persaingan ekonomi di
tingkat global. Kesepakatan untuk membentuk AEC merupakan suatu proses
yang panjang. Dimulai pada Konfrensi Tingkat Tinggi Tak Resmi ke-2
ASEAN tanggal 15 Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia, para
pemimpin negara-negara ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020. Secara
garis besar bertujuan untuk menjadikan ASEAN suatu kawasan yang stabil,
makmur dan kompetitif dengan pembangunan ekonomi yang merata di semua
negara anggota ASEAN serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan
sosial-ekonomi.
Selanjutnya, untuk menindaklanjuti kesepakatan pada KTT ASEAN
ke-7 tanggal 5 November 2001, di Sri Bengawan, Brunei Darussalam tentang
perlunya dibentuk Roadmap for Integration of ASEAN (RIA), para Menteri
Ekonomi ASEAN mengesahkan RIA pada pertemuannya ke-34 tanggal 12
September 2002 di Sri Bengawan, Brunei Darussalam. RIA memuat langkah-
langkah dan jadwal spesifik untuk mewujudkan ASEAN Vision 2020.
Pada KTT ke-9 yang diadakan di Bali Oktober 2003, para pemimpin
negara-negara ASEAN mendeklarasikan ASEAN Economic Community
(AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang menjadi tujuan dari
integrasi ekonomi ASEAN pada tahun 2020, deklarasi ini disebut Declaration
of ASEAN Concord II (Bali Concord II). Selain menyepakati AEC, mereka
juga menyapakati ASEAN Security Community dan ASEAN Socio-Cultural
Community. ASEAN Security Community dan ASEAN Socio-Cultural
Community merupakan dua pilar yang lain yang juga diharapkan dapat
terintegrasi dengan ASEAN Community. Tiga pilar tersebut diharapkan
2
mampu bekerja sama dalam membangun ASEAN Community pada tahun
2020.
Selanjutnya pada Agustus 2006, pertemuan Menteri Ekomoni ASEAN
ke-39 di Kuala Lumpur, Malaysia, menyepakati untuk mengembangkan draft
ASEAN Economic Community Blueprint yang tunggal dan koheren sebagai
panduan dalam pelaksanaan AEC. Kesepakatan itu disebut Declaration on
ASEAN Economic Community Blueprint, kesepakatan yang ditandatangani
dalam rangkaian acara KTT ke-13 di Singapura itu memuat jadwal
pelaksanaan dan target yang jelas yang terbagi dalam empat fase, yaitu (1)
2008-2009, (2) 2010-2011, (3) 2012-2013 dan (3) 2014-2015.
Pada KTT ke-12 yang diadakan tanggal 11-14 Januari 2007 di Cebu,
Filipina, para pemimpin negara ASEAN menyepakati untuk mempercepat
ASEAN Economic Community yang semula ditargetkan pada tahun 2020
menjadi tahun 2015. Untuk mendukung pencapaian intergrasi kawasan
ASEAN, khususnya untuk mempercepat pelaksanaan AEC, para pemimipin
negara ASEAN menyusun ASEAN Charter atau Piagam ASEAN sebagai
landasan hukum. Piagam tersebut ditandatangin oleh para pemimpin negara
ASEAN bersamaan dengan ditandatanganinya Declaration on ASEAN
Economic Community Blueprint yang kemudian dipublikasikan pada
Desember 2007. Dalam blueprint tersebut dijelaskan bahwa masing-masing
negara wajib melaksanakan komitmen dan ketentuan yang ada dalam
blueprint tersebut. AEC Blueprint ada empat kerangka utama, yaitu:
1. ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal dengan elemen aliran
bebas terhadap barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran
modal yang lebih bebas.
2. ASEAN sebagai suatu kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi,
dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan terhadap konsumen,
hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan
dan e-commerce.
3
3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata,
dengan pembangunan usaha kecil dan menengah dan prakasa integrasi
ASEAN untuk CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos dan Vietnam).
4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi penuh dengan perekonomian
global, dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan
ekonomi di luar kawasan ASEAN dan meningkatkan peran dalam
jaringan produksi global.
ASEAN membutuhkan suatu integrasi finansial yang menunjang
tujuan ASEAN tersebut. Melalui AEC, “integrasi finansial” lembaga-lembaga
keuangan di kawasan ASEAN diharapkan mampu bersaing secara global dan
memperkuat pangsa pasar perbankan ASEAN agar tidak mudah rentan
terhadap dampak krisis yang berasal dari luar kawasan seperti yang terjadi
pada krisis Eropa pada tahun 2010.
Proses tentang apa saja yang dibutuhkan terkait integrasi finansial
dimulai pada tanggal 7 April 2011, para Gubernur Bank ASEAN mendukung
integrasi the ASEAN Banking Integration Framework (ABIF). ABIF memuat
kerangka perbankan ASEAN yang bertujuan untuk memberikan stabilitas
keuangan di kawasan ASEAN. Selain itu, ABIF bertujuan agar bank-bank
komersial di kawasan ASEAN mencapai liberalisasi secara multilateral
terhadap pada tahun 2020. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Park dan
kawan-kawan pada tahun 2011 mengemukakan pondasi apa yang dibutuhkan
untuk ABIF. Pondasi tersebut diantaranya: 1) Mengharmonisasikan prinsip-
prinsip regulasi prudensial, 2) Membangun kestabilan infastruktur finansial,
3) Membangun kapasitas dan yang terakhir, 4) Membentuk suatu kriteria
bank-bank komersial yang masuk dalam Qualified ASEAN Bank (QABs).
Penelitian Park dan kawan-kawan tersebut banyak dikritik oleh
beberapa pihak, salah satunya melalui paper yang pengarangnya merupakan
orang Indonesia. Mereka berpendapat bahwa dengan diadakannya QABs
tidak adil bagi sistem perbankan Indonesia yang terbuka, berbeda dengan
sistem perbankan di negara ASEAN yang lainnya, contohnya Malaysia dan
Singapura yang sistem perbankannya yang terlalu protektif sehingga sangat
4
sulit bagi bank-bank yang berasal dari Indonesia untuk membuka cabang di
negara mereka. Indonesia merupakan pangsa pasar yang menggiurkan bagi
bank-bank asing yang akan masuk ke Indonesia. Selain regulasi yang tidak
terlalu sulit dan playing filed-nya berbeda dengan negara mereka. Hal tersebut
yang menjadi fokus kritik yang disampaikan oleh pihak Indonesia.
Akan tetapi, pada kenyataannya sampai saat ini QABs masih berupa
draft sedangkan QABs sendiri merupakan suatu isu yang digulirkan oleh
peniliti yang saat ini masih diperbedatkan di negara anggota ASEAN.
Diharapkan QABs dapat selesai pada April 2014 dan setelah disetujui
Menteri Ekonomi ASEAN maka akan dilaksanakan pada semua negara
anggota ASEAN.
Pertimbangan perbankan nasional untuk membuka cabang dinegara
lain dipengaruhi oleh regulasi luar negeri yang masih terlalu ketat sehingga
playing field menjadi lebih mahal daripada di Indonesia padahal,pangsa pasar
diindonesia merupakan yang terbesar di ASEAN dan lebih menjanjikan.itulah
yang menjadikan alasan mengapa perbankan Indonesia kurang tertarik
dengan adanya QAB dan lebih memperkuat pasar domestik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasikan diatas, maka dapat
dirumuskan suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Mengapa penguatan pasar domestik perbankan perlu ditingkat untuk
menghadapi QAB?
2. Bagaimana keadaan fungsi intermediasi perbankan dalam penyaluran
kredit terhadap UMKM?
3. Mengapa ekspansi kredit dijadikan strategi dalam penguatan pasar
domestik?
4. Mengapa UMKM dijadikan sasaran dalam peningkatan ekpansi kredit
dalam penguatan pasar domestik?
5. Bagaimana analisis SWOT dalam implementasi strategi penguatan pasar
domestik berupa ekspansi kredit terhadap UMKM?
5
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa besar peluang pasar domestik perbankan
dalam peningkatan profitabilitas perbankan.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peran intermediasi perbankan berupa
penyalurkan kredit dalam upaya pengembangan UMKM.
3. Untuk mengetahui potensi ekspansi kredit terhadap penguatan pasar
domestik.
4. Untuk mengetahui alasan UMKM dijadikan target dalam strategi ekspansi
kredit.
5. Untuk menegetahui peta kongkret tentang keberadaan,peluangnya, begitu
pula ancaman dalam implementasi ekspansi kredit.
D. Manfaat Penulisan
Penyusunan karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
1. Bagi penulis penelitian ini merupakan implementasi dari ilmu yang selama
ini dipelajari dengan kondisi riil yang terjadi saat ini.
2. Bagi pembaca penilitian ini diharapkan mampu memberikan pandangan
yang luas tentang ASEAN Economi Community (AEC) dan wacana
Qualified ASEAN Bank (QABs).
3. Bagi peneliti yang lain diharapkan penilitian ini menjadi acuan bagi
penilitian mereka.
4. Bagi perbankan Indonesia
Penelitian ini diharapkan sebagai evaluasi tentang kebijakan yang
selama ini telah berjalan dalam membantu perekonomian negara
melalui fungsi utama perbankan itu sendiri.
Penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan kebijakan yang
akan diambil dalam menghadapi persaingan global dan persaingan
dengan bank-bank komersial yang berasal dari negara-negara
ASEAN yang lain dalam rangka pekasanaan AEC.
6
5. Bagi Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan diharapkan penelitian ini
dapat membantu menentukan kebijakan yang tepat dan tidak merugikan
pangsa pasar perbankan Indonesia dalam menghadapi AEC.
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Perbankan
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998
tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga
kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa
bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan
kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya
kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito.
Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah
sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa
pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan
lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. Jenis
bank menurut susilo (2000) berdasarkan fungsinya perbankan dibedakan
menjadi
1. Bank sentral: Bank sentral diindonesia yaitu bank Indonesia yang fungsi
utamanya mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai rupiah dan
mengawasi seluruh bank yang beroperasi di Indonesia.
2. Bank umum atau komersil: Bank umum adalah bank yang dalam
pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk
giro,dan deposit. Tugas utama bank ini adalah memberikan kredit jangka
pendek.
3. Bank pembangunan: Bank pembangunan merupakan bank yang dalam
pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk
deposito atau kertas berharga jangka menengah dan panjang. Tugas utama
bank tersebut adalah memberikan pinjaman jangka menegah dan jangka
panjang dibidang pembangunan.
4. Bank umum yang mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan
tertentu.pendirian bank ini, dimungkinkan oleh ketentuan pasal 5 ayat 2
UU tahun 1992. Kegiatan tertentu yang dimaksud adalah antara lain
pembiayaan jangka panjang, pembiayaan pengembangan koperasi,
8
pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan
pembangunan perumahan.
Berdasarkan kepemilikanya, jenis bank terdiri dari Bank pemerintah,
Bank swasta nasional dan Bank asing.
B. Fungsi Intermediasi perbankan
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai
tujuan atau yang dikenal dengan fungsi intermediasi (Bank & Lembaga
Keuangan Lain, 2000). Bank dan lembaga keuangan bukan bank pada
dasarnya mempunyai fungsi mentranfer dana (loanable funds) dari penabung
atau unit surplus (lenders) kepada peminjam (borrowers) atau unit defisit.
Dana tersebut dialokasikan dengan negosiasi antara pemilik dana dengan
pemakai dana melalui pasar uang dan pasar modal. Transaksi bank dan
lembaga keuangan bukan bank dengan produk yang ditransaksikan dapat
berupa sekuritas primer (saham, obligasi, promes dan sebagainya) serta
sekuritas sekunder (giro, tabungan, deposito, polis, program pensiun, saham
dan sebagainya). Sekuritas sekunder diterbitkan oleh bank dan keuangan
bukan bank ditawarkan kepada unit surplus. Unit surplus akan menerima
pendapatan, misalnya pendapatan bunga, dari bank dan lembaga keuangan
bukan bank tersebut. Dana yang dihimpun dari unit surplus disalurkan
kembali kepada unit defisit dan unit defisit akan membayar biaya bunga
kepada bank dan lembaga keuangan bukan bank yang menyalurkan dana
tersebut.
C. Kredit
Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7
tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lainyang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian kredit. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan
9
bank memiliki beberapa pertimbangan antara lain : 1. Perizinan dan Legalitas
2. Karakter 3. Pengalaman dan Manejemen 4. Kemampuan Teknis 5.
Pemasaran 6. Sosial 7. Keuangan 8. Agunan .
Jenis-jenis kredit ditinjau dari tujuan penggunaan terdiri dari :
1. Kredit Modal Kerja (KMK)
KMK adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan
modal kerja nasabah. Ditinjau dari jangka waktunya KMK terdiri dari 2
macam, yaitu:
1) KMK-Revolving : Apabila kegiatan usaha debitur dapat diharapkan
berlangsung secara kontinu dalam jangka penjangdan pihak bank
cukup mempercayai kemampuan dan kemauan nasabah, maka fasilitas
KMK nasanah dapat diperpanjangsetiap periodenya tanpa harus
mengajukan permohonan kredit baru. Bank hanya perlu secara berkala
meninjau kinerja nasabah berdasarkan laporan kegiatan usaha yang
wajib diserahkan nasabah secara rutin. Hanya apabila pihak bank
mulai meragukan kinerja nasabah, maka bank dapat saja meninjau
kembali pemberian fasilitas KMK-Refolving kepada nasabah.
2) KMK-Einmaleg : Apabila volume kegiatan usaha debitur sangat
berfluktuasi dari waktu ke waktu dan atau pihak bank kurang
mempercayai kemampuan dan kemauan nasabah, maka pihak bank
merasa lebih aman kalau memberikan KMK-Einmaleg. Fasilitas KMK
ini hanya diberikan sebatas satu kali perputaran usaha nasabah, dan
apabila pada periode selanjutnya nasabah menghendaki KMK lagi
maka nasabah harus mengajukan permohonan kredit baru. KMK jenis
ini dapat diberikan kepada debitur yang kegiatan usahanya sangat
tergantung pada proyek yang diperoleh.
2. Kredit Investasi
Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan
barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. Apabila
nasabah bergerak dalam bidang perdagangan sembako misalnya, Kredit
Investasi dapatdigunakan untuk pembelian tanah dan bangunan untuk
10
kantor, komputer untuk kantor, truk pengangkut sembako, dan lain-lain.
Kredit Investasi biasanya berjangka menengah atau panjang, karena
nilainya yang relatif besar dan cara pelunasan oleh nasabah melalui
angsuran.
3. Kredit Konsumsi
Kredit Konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka
pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, dan bukan sebagai
barang modaldalam kegiatan usaha nasabah. Penggunaan kredit ini
misalnya untuk pembelian mobil, rumah dan barang-barang konsumsi
lain.
Sedangkan ditinjau dari cara penarikan dana, kredit terdiri dari :
1. Cash-Loan
Cash-Loan adalah kredit yang memungkinkan nasabah
menarik dana tunai secara langsung tanpa adanya persyaratan khusus
tertentu. Yang termasuk tunai secara langsung ini adalah Kredit
Investasi dan Kredit Modal Kerja. Nasabah dapat menarik dana tunai
secara langsung untuk membiayai berbagai kegiatan usaha nasabah
seperti modal kerja dan kebutuhan dana investasi.
2. Non-Cash-Loan
Non-Cash-Loan adalah kredit yang tidak memungkinkan
nasabah menarik dana tunai secara langsung tanpa adanya
persyaratan khusus tertentu. Yang termasuk dalam kredit ini antara
lain Bank Garansi dan Letter of Credit. Letter of Credit memberikan
fasilitas penundaan pembayaran bagi nasabah, dan penarikan dana
secara tunai justru dapat ditarik oleh rekan usahanya sebagai penjual
dari barang yang dibeli nasabah. Fasilitas Bank Garansi hanya
memungkinkan penarikan tunai oleh rekan usaha nasabah ataupihak
yang mencari jaminan, apabila nasabah melakukan cidera janji.
11
D. Konsep dasar UMKM
Menurut Undang-undang No.20 tahun 2008 tentang usaha miko,
kecil, menengah pengertian dari usaha mikro yaitu usaha produktif milik
perseorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yaitu usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimilki,dikuasai
atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang.
Usaha menengah yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan yang dimilki, dikuasai atau menjadi bagian, baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini. Cakupan yang luas dan besar memang menyebabkan
fokus pengembangan sering tidakefektif, karena karakter dan orientasi bisnis
yang dijalankan oleh para pemilik usaha, jika digunakan basis penyediaan
pembiayaan sebagai tolak ukur, maka usaha kecil dalam pengertian UU
No.20/2008 dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
Gambar 1. Klasifikasi UMKM beerdasarkan UU No.20/2008
12
E. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Indrawati (2009) mengenai analisis
efisiensi bank umum diindonesia periode 2004-2007 aplikasi metode Data
Envelopment Analysis DEA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
bank umum diindonesia relatif belum efisiensi dan juga menunjukkan
bank milik pemerintah menjadi kelompok bank paling efisien.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Indra Permana Putra (2013) di Malang
tentang analisis tingkat efisiensi perbankan bumn dan bank Asing di
indonesia. Hasil perhitungan dengan DEA, tingkat efsiensi pada kelompok
bank asing lebih tinggi daripada kelompok bank BUMN. Hal ini
membuktikan kesehatan kelompok perbankan asing lebih baik daripada
kesehatan kelompok perbankan BUMN.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Tan Henry (Magister
Manajemen/Perbankan, Gunadarma Indonesia). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bank asing secara khusus lebih fokus menjadi bank
yang melakukan aktivitas yang menghasilkan fee (fee based income) bank
asing juga melakukan ekspansi kredit konsumsi dengan jangka waktu yang
pendek, dengan tingkat penyaluran kredit yang dilakukan bank asing telah
lebih baik dari bank umum, tetapi penyaluran kredit hanya untuk kredit
konsumsi bukan untuk kredit pembangunan infrastruktur atau untuk
industri yang dapat menyerap banyak tenaga kerja yang lebih tertuju pada
sektor riil. Secara keseluruhan bank asing mempunyai kinerja yang lebih
baik dari bank umum, baik dari segi laba yang diperoleh maupun tingkat
efisiensinya.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Djoko Retnadi tahun 2006 dengan judul
“Perilaku Penyaluran Kredit Bank” dalam tulisanya beliau membahas
tentang tiga faktor yang mempengaruhi pola penyaluran kredit bank yaitu
kondisi suku bunga uphoria pemberantasan KKN di bank BUMN dan
adanya imbauan pemerintah kepada perbankan untuk membiayai proyek
infrastruktur, perkebunan, dan energi.
13
5. Penelitian yang lain juga pernah diteliti oleh Darwanto dengan judul
“Kesiapan Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam Menghadapi ASEAN
Economic Comunity” dalam tulisannya dijelaskan bahwa Bank
Pembangunan Daerah mempunyai peluang yang cukup besar dalam
memacu daya saing ekonomi lokal melalui penyaluran modal.
6. Penelitian oleh Lella N Q Irawan tahun (2010) mengenai Fungsi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi intermediasi perbankan
nasional.menggunakan metode regresi ganda.hasil dalam penelitian
menyimpulkan bahwa tiga variabel yang diteliti, yaitu NPL,PDB dan suku
bunga dari rentang waktu 2000 sampai 2009 menyatakan bahwa fungsi
intermediasi perbankan nasional belum optimal.
7. Financial Integration Challenges in ASEAN beyond 2015 yang ditulis oleh
Maria Monica Wihardja tahun 2013. Penelitian tersebut mengambil
literatur analisis dan pengalaman empiris yang terjadi pada negara-negara
Eropa saat integrasi menjadi Uni Eropa. Penelitian ini berfokus pada
integrasi perbankan di kawasan ASEAN, penelitian ini menyimpulkan
tentang langkah-langkah dan strategi pemerintah terhadap kebijakan
moneter masing-masing di negara ASEAN dalam menghadapi integrasi
ASEAN.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Yildirim dan Philippatos (2003) di Eropa,
menggabungkan metode DEA dan SFA. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Bank Asing lebih efisien dibandingkan dengan bank domestik.
METODE PENULISAN
A. Desain Penulisan
Penulisan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan peran
intermediasi perbankan nasional dalam menghadapi AEC 2015 melalui
ekspansi kredit. Metode penulisan ini dilakukan dengan studi pustaka dan
beberapa tulisan terdahulu. Dalam karya tulis ini menjelaskan tentang
ekspansi kredit yang digunakan sebagai strategi penguatan sistem perbankan
dalam menghadapi AEC 2015.
14
B. Sumber Penulisan
Sumber yang digunakan dalam karya tulis ini berupa data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti secara tidak
langsung dr objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik lisan maupun tulis
(kamus besar). Referensi dalam penulisan karya tulis ini berasal dari beberapa
buku, jurnal, internet, kamus dan penulisan sebelumnya.
C. Sasaran Penulisan
Strategi penguatan pasar perbankan domestik dalam hal ini ekspansi
kredit yang ditujukan untuk permudahan akses penyaluran kredit bagi pelaku
usaha di Indonesia dalam rangka persiapan daya saing dalam AEC 2015,
maka sasaran dari karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Perbankan Nasional
Diharapkan dengan permudahan penyaluran kredit mampu
memperkuat daya saing perbankan nasional dalam menghadapi AEC
2015 dimana arus modal asing akan semakin luas dan mudah diakses.
Dengan adanya kemudahan penyaluran kredit kepercayaan nasabah
dengan perbankan nasional meningkat sehingga pangsa pasar domestik
akan tetap berpihak pada perbankan nasional.
2. UMKM
Diharapkan dengan adanya ekspansi kredit pelaku UMKM
akan memperoleh kemudahan dalam akses perolehan modal melalui
perbankan sehingga produktivitasnya akan meningkat dan lebih dapat
mengembangkan inovasi dan siap menghadapi AEC 2015 dengan produk
domestik yang mempunyai kualitas dan daya saing yang tak kalah
dengan produk negara lain.
D. Tahapan Penulisan
Tahap-tahap yang dilalui dalam penulisan ini, yaitu :
1. Memilih masalah penulisan
Pertimbangan dalam memilih masalah dalam karya tulis ini:
15
a. Masalah dalam karya ini mempunyai nilai penelitian, yaitu
mempunyai kegunaan tertentu dan dapat digunakan untuk suatu
keperluan.
b. Masalah yang dibahas menarik bagi penulis.
c. Masalah dalam karya tulis ini bersifat fisible, yaitu masalah yang
dapat diselesaikan dan dijelaskan secara diskriptif.
2. Sumber pemerolehan masalah
Dalam penulisan ini sumber pemerolehan masalah diperoleh dari :
a. Bacaan seperti buku, jurnal ilmiah, internet, dan penelitian
sebelumnya.
b. Pengamatan terhadap kegiatan masyarakat
3. Merumuskan masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini,yaitu :
a. Rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan.
b. Berisi implikasi dalam memecahkan masalah.
c. Jelas dan singkat.
4. Studi Eksplorasi
Studi eksplorasi adalah kegiatan yang lebih mendalami mengenai
segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang dipilih. Segala
sesuatu tersebut meliputi: teori, hasil penelitian atau karya tulis yang
sama, data, model analisis, dan metode penelitian. Studi eksplorasi dalam
karya tulis ini menggunakan jurnal ilmiah, internet, buku teks, paper, dan
penulisan terdahulu.
5. Melakukan Pembahasan
Setelah memilih masalah, merumuskan masalah, melakukan studi
eksplorasi, tahap selanjutnya yaitu melakukan pembahasan. Pembahasan
yang pertama kali kita lakukan adalah menjelaskan pengertian, sistem
kerja, manfaat yang diperoleh, dan menggambarkan implementasinya.
16
PEMBAHASAN
A. Penguatan Pasar Domestik Sebagai Strategi Menghadapi AEC
Menjelang Asean Economy Comunity yang akan dilaksanakan 2015.
Banyak yang belum menyadari akan potensi pasar yang ada di indonesia.
sesungguhnya pasar di Indonesia adalah pasar yang paling potensial
dibandingkan pasar di negara-negara ASEAN. Perbankan Indonesia yang
masih mendapatkan margin bunga bersih (net interest margin/NIM)
perbankan di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN yang
lain. Dengan NIM sekitar 5% perbankan di Indonesia diperkirakan terus
tumbuh dan bertahan untuk beberapa tahun mendatang. Laba perbankan
umum di Tanah Air juga masih tumbuh baik, meski Bank Indonesia dan
pemerintah menekankan stabilisasi ekonomi dengan menaikkan suku bunga
dan memperketat likuiditas. Hal ini karena jumlah penduduk Indonesia yang
lebih dari 230 juta, dan sebagian besar penduduk indonesia bekerja disektor
informal atau sering disebut UMKM yang terus bertambah jumlahnya
disetiap tahun.
Tabel 1. Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)
dan Usaha Besar (UB) tahun 2011-2012. Berdasarkan kementrian koperasi
dan MKM RI (www.depkop.go.id)
17
Berdasarkan tabel diatas perkembangan UMKM dari tahun 2011
sampai dengan 2012. Jumlah UMKM ditahun 2012 mencapai 56.534.592
(98,79 %) dari seluruh usaha di Indonesia. Kontribusi UMKM dalam
penyerapan tenaga kerja 97,16% dan untuk sumbangan UMKM terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) ditahun 2012 mencapai 57,48%. Dengan
banyaknya jumlah UMKM dan pemerintah yang selalu memberikan
dukungan kepada perbakan indonesia untuk memberikan inovasi program
demi pemberdayaan UMKM. Peluang perbankan diIndonesia untuk
memfokuskan pada pemberian kredit kepada UMKM. Perbankan harus lebih
awal menguasai pasar domestik dengan lebih agresif dan progessif, sebelum
bank asing melirik pemberian kredit untuk UMKM.
Profitabilitas perbankan Seiring dengan kondisi perekonomian
Indonesia yang relatif terjaga, industri perbankan mampu mencatatkan profit
yang cukup besar. Selama semester I 2013 perbankan membukukan laba
bersih sebesar Rp51,1triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan 2 semester
sebelumnya. Kenaikan laba tersebut antara lain didorong oleh pertumbuhan
pendapatan bunga kredit dengan kontribusi sebesar 72,2% dari total
pendapatan bunga.
Secara tahunan, pendapatan bunga kredit mengalami pertumbuhan
mencapai 15,5%. Tingginya laba tersebut tercermin dari ROA perbankan
yang mencapai 3,0% (per Juni 2013), menurun tipis dibandingkan posisi
Desember 2012 sebesar 3,1%. Jika dilihat per kelompok bank, porsi terbesar
penyumbang laba bersih Perbankan terdapat pada kelompok bank Persero
yang mencapai 44,8%, disusul BUSN 35,2%, BPD 11,5%, KCBA 4,4% dan
Campuran 4,1%.
Tabel 2 perkembangan laporan Laba/rugi
Sumber : statistik perbankan Indonesia.
18
Laba operasional perbankan didominasi oleh Net Interset Income
(NII). Pada Juni 2013, laba operasional perbankan tercatat sebesar Rp 62,0
triliun, meningkat 11,1% dibanding laba operasional semester yang sama
tahun lalu.
Tabel 3. Perkembangan profitabilitas dan kredit per kelompok bank
Sumber: statistik bank indonesia (www.bi.go.id) dan laporan bulanan bank
umum, Bank Indonesia.
Laba operasional tersebut terutama didukung pencapaian rata-rata NII
bulanan perbankan selama semester I 2013 sebesar Rp19,0 triliun, lebih
tinggi dari perolehan semester lalu (Rp18,3 triliun) maupun posisi yang sama
tahun lalu (Rp16,3 triliun). Peningkatan NII menunjukkan bahwa perbankan
sudah mampu melakukan efisiensi tercermin dari terus meningkatnya
pendapatan bunga sebagai dampak dari kredit yang bertumbuh dan cenderung
menurunnya beban bunga perbankan. Namun demikian, bank perlu
mencermati dampak dari penyesuaian suku bunga DPK dan kredit pada
semester II 2013 sebagai akibat daripeningkatan BI-Rate pada akhir Juni
2013.
Gambar 2. Komposisi pendapatan Bunga Industri Perbankan (%)
19
Sumber : statistik bank indonesia
Pendapatan bunga kredit masih menduduki posisi teratas dari total
pendapatan bunga dengan kecenderungan meningkat. Semakin meningkatnya
share pendapatan bunga kredit terhadap total pendapatan bunga tersebut
sejalan dengan meningkatnya jumlah penyaluran kredit perbankan.Terdapat
dua sudut pandang teori mengenai peningkatan profitabilitas perbankan yaitu
sudut pandang efisiensi (ES) dan sudut pandang market power. Menurut
Guerrero-Mora & Sepulveda-Villarreal (2006), baik paradigma efisiensi
maupun paradigma market power bermuara pada market share.
Pentingnya penguatan pasar domestik melalui pemberian kredit
kepada UMKMM menjadi peluang emas bagi perbankan indonesia karena
dibandingkan dengan bank asing tingkat efisiensi perbankan nasional masih
jauh tertinggal.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yildirim dan
Philippatos (2003) di Eropa, menggabungkan metode DEA dan SFA. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Bank Asing lebih efisien dibandingkan
dengan bank domestik.
Penelitian yang dilakukan oleh Indra Permana Putra (2013) di Malang
tentang analisis tingkat efisiensi perbankan bumn dan bank Asing di
indonesia. Hasil perhitungan dengan DEA, tingkat efsiensi pada kelompok
bank asing lebih tinggi daripada kelompok bank BUMN. Hal ini
membuktikan kesehatan kelompok perbankan asing lebih baik daripada
kesehatan kelompok perbankan BUMN.
Penelitian yang dilakukan oleh Tan Henry (Magister
Manajemen/Perbankan, Gunadarma Indonesia) Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bank asing secara khusus lebih fokus menjadi bank yang melakukan
20
aktivitas yang menghasilkan fee (fee based income) bank asing juga
melakukan ekspansi kredit konsumsi dengan jangka waktu yang pendek,
dengan tingkat penyaluran kredit yang dilakukan bank asing telah lebih baik
dari bank umum, tetapi penyaluran kredit hanya untuk kredit konsumsi bukan
untuk kredit pembangunan infrastruktur atau untuk industri yang dapat
menyerap banyak tenaga kerja, yang lebih tertuju pada sektor riil. Secara
keseluruhan bank asing mempunyai kinerja yang lebih baik dari bank umum,
baik dari segi laba yang diperoleh maupun tingkat efisiensinya.
Penguatan market share dalam negeri menjadi alternati solusi dalam
menjaga profitabilitas perbankan. Berdasarkan grafik komposisi pendapatan
bunga industri, pendapatan bunga kredit masih menduduki posisi teratas dari
total pendapatan bunga.perbankan asing lebih terfokus pada pemberian kredit
pada perusahaan yang laba setiap tahunnya stabil, lebih kepada kredit
konsumsi dan sedikit bank asing yang mau memberikan kredit bantuan modal
kepada UMKM.
Bank asing masih menganggap bahwa UMKM tidak memnuhi
persyaratan sebagai peminjam,serta sifat UMKM yang belum bankable.
UMKM yang lebih percaya terhadap bank domestik terhadap bank asing
dalam penambahan modal,menjadikan kekuatan bank domestik dalam
mempertahankan eksistensinya terhadap bank asing di Indonesia.
Kondisi perbankan indonesia dengan jumlah yang berlebihan menurut
BI dan OJK dimana jumlah bank mencapai 120,yang terdiri dari 4 Bank
persero dengan jumlah kantor 6.287, 36 BUSN Devisa dengan jumlah kantor
7965, 30 BUSN Non Devisa dengan jumlah kantor 1.563, 26 BPD dengan
jumlah kantor 2.021, 14 Bank Campuran dengan jumlah kantor 270, dan 10
Bank Asing dengan jumlah kantor 197. Total kantor perbankan diIndonesia
mencapai 18.558 kantor di seluruh indonesia.
Banyaknya jumlah bank dan kantor cabang perbankan indonesia
sering dipandang sebagai sesuatu yang buruk,jika dilihat dari tingkat efisiensi
dengan banyaknya cabang akan menjadikan bank menjadi kurang efisien
tetapi jika kita melihat dari segi market share,banyaknya bank dan kantor
21
cabang akan mempermudahkan UMKM mendapatkan layanan perbankan.kita
tahu bahwa wilayah indonesia yang begitu luas dan banyak wilayah terpencil
yang masih sulit mengakses kredit. Banyaknya kantor cabang perbankan bisa
dijadikan kekuatan bagi perbankan kita dalam menghadapi bank asing.Bank
asing yang tidak seliberal perbankan indonesia dalam membuka kantor
cabang sebagai kelemahan yang patut kita manfaatkan.
B. Kondisi Fungsi Intermediasi Perbankan Terhadap UMKM.
Bank berperan penting dalam mendorong perekonomian nasional
maupun daerah melalui fungsi intermediasinya yang diukur dari Loan to
Deposit Ratio (LDR) yaitu angka perbandingan antara jumlah pinjaman
terhadap kredit.
LDR sebagai indikator keberhasilan perbankan dalam menjalankan
fugsi intermediasinya.Sebelum krisis 1997 angka LDR mencapai 94,46%.
Kondisi fungsi intermediasi perbankan saat ini masih tidak stabil terkadang
naik dan mengalami penurunan. Kondisi fungsi intermediasi harus stabil dan
perlu ditingkatkan dalam menghadapi AEC 2015.
Adanya assymetric information tentang kondisi perusahaan, membuat
pertumbuhan kredit untuk kegiatan produktif yaitu modal kerja dan investasi
yang sifatnya jangka panjang tumbuh lebih rendah. Sedangkan untuk
penyaluran kredit UMKM terdapat kendala oleh kurangnya pemahaman
perbankan terhadap UMKM. Kondisi UMKM yang belum bankable
mengakibtakan pembiayaan UMKM terhadap perbankan masih banyak dalam
bentuk pengambil-alihan debitur UMKM dari bank lain dan bukan
menciptakan debitur UMKM baru.
Fungsi intermediasi perbankan untuk melakukan ekspansi masih
belum optimal. Semakin besarnya jumlah kredit yang diberikan, maka akan
membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh
bank yang bersangkutan.Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan
pencadangan yang lebih besar, sehingga modal bank berkurang. Besaran
modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL
menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit.
22
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP 31 Mei
2004 LDR berkisar 85%-100% . Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin
rawan kondisi likuiditas bank. Sebaliknya, semakin rendah LDR
menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Semakin
tinggi LDR maka kesehatan bank semakin menurun (kondisi likuiditas
terancam), maka LDR berpengaruh terhadap kegagalan bank.
Penyaluran kredit untuk UMKM berdasarkan Inpres Nomor 6 tanggal
8 Juni 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan
Pemberdayaan UMKM yang diikuti dengan nota kesepahaman bersama
antara Departemen Teknis, Perbankan dan Perusahaan Penjaminan
Kredit/Pembiayaan kepada UMKM dengan pola penjaminan dengan nama
Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan didukung oleh Inpres Nomor 5 Tahun 2008
tentang Fokus Program Ekonomi 2008-2009 untuk menjamin implementasi
atau percepatan pelaksanaan kredit usaha rakyat ini.
KUR ini ditujukan untuk membantu ekonomi usaha rakyat kecil
dengan cara memberi pinjaman untuk usaha yang didirikannya UMKM
dengan fasilitas penjaminan apabila terdapat nasabah UMKM yang gagal
bayar. Penjaminan ini tidak menutup seluruh kredit macet karena sebagian
juga ditanggung oleh perbankan meskipun porsinya lebih kecil. Dengan
skema KUR ini diharapkan bank akan lebih meningkatkan penyaluran kredit
kepada UMKM yang memiliki usaha yang produktif dan layak tetapi tidak
memenuhi persyaratan kredit yang ditetapkan oleh bank.
Perkembangan kredit UMKM meliputi perkembangan net ekspansi
kredit UMKM, baki debet kredit UMKM, perkembangan net ekspansi dan
baki debet kredit UMKM menurut klasifikasi usaha, perkembangan net
ekspansi dan baki debet kredit UMKM menurut sektor usaha, serta
perkembangan NPL gross kredit UMKM. Data-data tersebut menggunakan
kriteria Bank Indonesia yang baru yang mengacu pada UU 20/2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Perkembangan kredit UMKM yang dilakukan oleh kredit bank umum
konvesional,BPR konvensional, dan BPR Syariah. Pada akhir Triwulan III
23
2013 baki debet kredit UMKM mencapai Rp619,3triliun, tumbuh 20,9%
(yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 15,4% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan total kredit
perbankan mencapai 23,5% (yoy). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit
perbankan pada periode laporan sebesar 19,1%, menurun dari pangsa
triwulan sebelumnya sebesar 20,1%.
Gambar 3. Kredit UMKM Menurut Klasifikasi Usaha
Sumber : Bank Indonesia
Menurut klasifikasi usaha,sebagian besar kredit UMKM disalurkan
pada kredit usaha menengah yaitu 48,6% dan selebihnya kepada kredit usaha
kecil 29,9% dan kredit usaha mikro sebesar 21,5%. Menurut jenis
penggunaan, kredit UMKM terutama disalurkan untuk membiayai kredit
modal kerja sebesar 73,7%, sedangkan untuk kredit investasi tercatat 26,3%.
Menurut jenis penggunaan, kredit UMKM terutama disalurkan untuk
membiayai kredit modal kerja sebesar 73,7%, sedangkan untuk kredit
investasi tercatat 26,3%.
Menurut kelompok bank, Kredit UMKM sebagian besar disalurkan
oleh kelompok Bank Persero Sebanyak Rp289,8 triliun (46,8%), diikuti
kelompok Bank Swasta Nasional Devisa Sebesar Rp 217,0 Triliun (35,0%),
BPD Rp45,6 Triliun (7,4%), BPR/BPRS29,9 triliun(4,8%), dan Bank Swasta
Nasional Non Devisa sebesar Rp27,6 Triliun (4,5%). Menurut sektor
ekonomi, penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah masih
didominasi oleh sektor perdagangan besar &eceran, industri pengolahan, dan
24
sektor pertanian, perburuan, & kehutanan masing–masing sebesar 53,0%,
9,5%, dan 8,0%.
Menurut lokasi proyek, Provinsi DKI Jakarta masih merupakan
provinsi dengan pemberian kredit UMKM terbesar (15,2%), diikuti Jawa
Timur (13,2%) dan Jawa Barat (13,0%). Kinerja (Non Performing Loan)
Kredit UMKM. Non Performing Loan (NPL) kredit UMKM secara
keseluruhan pada akhir Triwulan III 2013 tercatat 3,69%, memburuk
dibandingkan rasio NPL kredit pada triwulan sebelumnya (3,53%), namun
lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
(3,78%). NPL tertinggi terjadi pada kredit usaha kecil sebesar 5,19% dan
terendah terjadi pada kredit usaha menengah sebesar 2,85%.
Gambar 4. NPL Kredit UMKM September 2013
Sumber : Bank Indonesia
Menurut Kelompok bank, NPL tertinggi terjadi pada kelompok
BPR/BPRS sebesar 7,53% dan terendah pada kelompok bank campuran
sebesar 2,06%. Perkembangan Jumlah Rekening . Perkembangan jumlah
rekening kredit UMKM secara keseluruhan pada akhir Triwulan III
2013tercatat 9,9 juta,meningkat dibandingkan jumlah rekening kredit pada
triwulan sebelumnya (9,6 juta) maupun pada periode yang sama tahun
sebelumnya (9,4 juta).
Penyaluran kredit UMKM tahun 2014 bank nasional sebanyak
7(tujuh) bank yaitu Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia
(BRI), Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Bukopin, Bank
Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah).
25
Bank BRI adalah penyalur KUR terbesar dengan total plafond mencapai Rp.
88,9 triliun.
Selain sektor ritel BRI juga menyalurkan KUR di sektor mikro yang
masing-masing plafondnya sebesar Rp. 19,9 triliun dan Rp. 71,6 triliun,
debiturnya 100.913 UMK dan 9.335.142 UMK, rata-rata kredit Rp. 171,7
juta/debitur dan Rp. 7,7 juta/debitur, serta NPL penyaluran masing-masing
2,6% dan 1,9%. Peringkat kedua yaitu Bank Bank Mandiri dengan total
plafond sebesar Rp. 14,48 triliun, debiturnya sebanyak 295.901 UMK,
dengan rata-rata kredit Rp. 48,9 juta/debitur serta nilai NPL sebesar 4,2%.
Di urutan ketiga adalah BNI dengan total plafond sebesar Rp. 14,04
triliun,debiturnya sebanyak 199.366 UMK, dengan rata-rata kredit Rp. 70,5
juta/debitur serta nilai NPL sebesar 3,6%. Selanjutnya berturut-turut yaitu
BTN dengan plafondRp. 4,29 triliun, BSM dengan plafond Rp. 3,63 triliun,
Bank Bukopin dengan plafond 1,79 triliun dan BNI Syariah dengan plafond
Rp. 229.310 miliar.
Secara keseluruhan nilai Non Performing Loan (NPL) penyaluran
KUR oleh bank pelaksana ini masih dibawah 5% yaitu sebesar 3,1%.
Diharapkan pada periode-periode berikutnya nilai NPL pada bank yang masih
di atas 5% bisa turun sehingga penyalurannya lebih tepat sasaran.
Gambar 4. Jenis Kredit Yang diperoleh Rumah Tangga bisnis
26
Gambar 5. Jumlah Rumah Tangga Bisnis Yang Menerima Kredit
Sumber: Data Susenas 2010 (diolah)
Dalam Susenas 2010 juga terdapat informasi mengenai jumlah rumah
tangga bisnis yang memiliki akses tehadap sumber pembiayaan dari kredit
perbankan. Rumah tangga yang telah mendapatkan kredit perbankan ternyata
jumlahnya sangat kecil sebesar 12,98% dari total rumah tangga yang
mendapatkan kredit perbankan, sedangkan sisanya dalam jumlah besar belum
pernah merasakan akses perkreditan dari perbankan. Gambaran ini
menunjukkan rumah tangga yang melakukan usaha masih sedikit
mendapatkan akses perkreditan perbankan. Susenas juga menggali informasi
mengenai jumlah rumah tangga bisnis yang mendapatkan KUR, yang
jumlahnya hanya 8,38% dari total rumah tangga bisnis penerima kredit
perbankan, sedangkan sisanya dalam jumlah besar malah mendapatkan kredit
dalam bentuk non KUR termasuk skim kredit UMKM yang komersial.
Gambaran ini menunjukkan beberapa golongan rumah tangga bisnis
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menarik dan membayar pinjaman
kredit yang bersifat komersial.
Masih banyaknya UMKM yang belum mendapatkan akses kredit
dalam pengembangan usahanya menjadikan peluang bagi perbankan untuk
menyalurkan kredit dan menambah pendapatan bunga kredit.Perbankan perlu
mengoptimalkan penyaluran kredit kepada UMKM karena masih banyaknya
masyarakat yang belum sepenuhnya penerima bantuan modal.menjaga
kestabilan penyaluran kredit kepada UMKM juga perlu diperhatikan oleh
perbankan.
27
C. Ekspansi Kredit Sebagai Strategi Dalam Penguatan Pasar Domestik
Penyaluran Dana Perbankan Indonesia
Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang telah diubah
menjadi Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Pada Bab I Ketentuan
Umum, pasal 1, nomor 2 yang berisi bahwa bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Pada Bab II Asas, Fungsi dan Tujuan Pasal 2 menyatakan bahwa fungsi
utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur
dana masyarakat. Selain itu, fungsi perbankan terhadap perekonomian
negara dalam undang-undang tersebut adalah untuk membantu pemerintah
dalam mewujudkan pelaksanaan pembangunan nasional yang merata,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan
kesejahteraan rakyat secara menyuluruh.
Gambar 7. skema utama peran perbankan di Indonesia.
Seperti pada
Gambar yang di atas menjelaskan bahwa melalui fungsi utama perbankan
diharapkan perbankan di Indonesia ikut aktif dalam membantu pemerintah
membangun perekonomian negara.
Bank
Menghimpun
Dana
Menyalurkan
Dana
Memberikan Jasa
Rekening Giro
Rekening
Tabungan
Rekening
Deposito
Kredit Investasi
Kredit Modal
Kerja
Kredit Konsumsi
Dan lain-lain
Transfer
Kliring
Inkaso
Safe Deposit Box
Kartu Kredit
Bank Notes
Bank Garansi
Bank Draft
Letter of Credit
Dan lain-lain
28
0
50000
100000
Desember
'08
Desember
'09
Desember
'10
Desember
'11
Desember
'12
Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan
Rakyat
Tabel 5. Stastik penyaluran dana perbankan di Indonesia terhadap
masyarakat pada periode Desember 2008-2012
Sumber : Bank Indonesia
Laporan yang terbit pada bulan Desember tahun 2008 menyatakan bahwa
bank umum telah menyalurkan dana ke masyarakat sebesar Rp 2.015.221 triliun.
Pada periode yang sama di tahun 2009, penyaluran dana oleh bank umum
mengalami kenaikan sebesar 11,69 % atau sebesar Rp 2.282.179 triliun.
Kemudian, pada periode yang sama di tahun 2010 penyaluran dana perbankan
sebesar Rp 2.765.912. Sedangkan pada periode yang sama, di tahun 2011
penyaluran dana oleh bank umum mengalami kenaikan sebesar 22,27 %
dibandingkan tahun 2010 (sebesar Rp 3.412.463 triliun) dan selisih pada tahun
2012 dan 2011 di periode yang sama hanya mengalami kenaikan sebesar 1,10 %
(sebesar Rp 4,172.672 triliun). Hal yang sama juga terjadi pada bank perkreditan
rakyat, setiap tahunnya penyaluran dana bank perkreditan rakyat mengalami
kenaikan. Akan tetapi, besarnya penyaluran dana oleh bank perkreditan rakyat
tidak sebesar jika dibandingkan dengan bank umum.
Tabel 6. tabel pergerakan penyaluran dana oleh bank perkreditan rakyat
kepada masyarakat.
Ekspansi Kredit MKM/UMKM Triwulan IV tahun 2008-2010
0
2.000.000
4.000.000
6.000.000
Desember
'08
Desember
'09
Desember
'10
Desember
'11
Desember
'12
Bank Umum
Bank Umum
Miliar Rupiah
Miliar Rupiah
29
Laporan Perkembangan Kredit MKM dan Perbankan Periode Triwulan IV
Tahun 2008-2010 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai berikut.
Gambar 8. Perkembangan Kredit MKM dan Perbankan Periode Triwulan IV
Tahun 2008-2010
Sumber : bank indonesia
Pada Triwulan IV 2008, net ekspansi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah
(MKM) mencapai Rp136,6 triliun atau 101,3% dari Business Plan Perbankan
2008 sebesar Rp134,8 triliun (setelah revisi). Sebagai perbandingan, pada tahun
2007 RBB adalah sebesar Rp86,0 triliun dan realisasinya mencapai Rp96,2 triliun
atau 111,8%. Pangsa net ekspansi kredit MKM sampai dengan Triwulan IV 2008
yakni 43,9% dari total net ekspansi kredit perbankan, menurun dibandingkan
pangsa net ekspansi kredit MKM sampai dengan Triwulan IV 2007 sebesar
45,0%. Kemudian, akibat dampak krisis keuangan global masih terasa hingga
akhir tahun terhadap net ekspansi kredit MKM dan perbankan. Hal ini tercermin
dari net ekspansi kredit MKM yang hingga akhir Triwulan IV 2009 hanya
mencapai Rp106,4 triliun atau 77,6% dari Rencana Bisnis Bank (RBB) kredit
MKM 2009 (yang telah direvisi) sebesar Rp137,2 triliun. Angka ini jauh lebih
rendah dibandingkan net ekspansi kredit MKM Triwulan IV 2008 yang mencapai
Rp136,3 triliun atau 101,1% dari RBB 2008. Meski demikian, net ekspansi kredit
MKM tersebut memegang porsi terbesar dari net ekspansi kredit perbankan yaitu
sebesar 80,0%. Pada tahun 2010, perekonomian Indonesia menunjukkan
kestabilan dan kekondusifan, meskipun ancaman dampak krisis dari Eropa masih
membayangi. Pada tahun tersebut terjadi penurunan tingkat suku bungan yang
mendorong peningkatan pemberikan kredit terhadap MKM. Sampai dengan
Triwulan IV 2010, net ekspansi kredit MKM sekitar Rp 193,7 triliun atau
0
200
400
2008 2009 2010
Net Ekspansi Perbankan
Net Ekspansi MKM
30
mengalami pertumbuhan sebesar 25,3 % dibandingkan periode yang sama pada
tahun sebelumnya.
Sedangkan, target net ekspasi dalam RBB tahun 2010 adalah Rp 172,9
triliun. Dengan demikian, realisasi net ekspansi sebesar 112 % telah melampaui
dari target dalam RBB. Kemudian, pada tahun 2011 terjadi perubahan atau
transisi, yaitu statistik UMKM disajikan berdasarkan kriteria usaha sedangkan
statistik MKM disajikan berdasarkan platfond sebagai pembanding. Hal tersebut
berkaitan dengan masa transisi bagi perbankan di Indonesia dalam menyesuaikan
data kredit UMKM sebagaimana definisi UMKM yang tertuai pada UU Nomor 20
Tahun 2008 Tentang UMKM. Data UMKM yang ditampilkan merupakan data
yang berasal dari bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat konvensional.
Realisasi RBB net ekspansi kredit UMKM pada tahun tersebut lebih rendah
daripada realisasi RBB MKM pada periode yang sama, UMKM sebesar Rp 85,6
triliun atau 66,8 % dari RBB 2011 yang sudah di revisi –Rp 128,2 triliun.
Sedangkan, MKM pada periode yang sama mencapai Rp 230,2 triliun dan total
kredit perbankan yang mencapai angka Rp 448,6 triliun atau 102,0%. Di tahun
2012. Net ekspansi kredit UMKM mencapai Rp 72,3 triliun atau 47,9 % dari RBB
151 triliun. Realisasi kredit UMKM tersebut lebih rendah bila dibandingkan
dengan realisasi total kredit perbankan yang telah mencapai 98,4 % dari RBB
perbankan. Berdasarkan dengan data terakhir pada tahun 2012, realisasi RBB
kredit UMKM masih rendah jika dibandingkan realisasi kredit perbankan. Hal
tersebut perlu menjadi perhatian bagi pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia
dan OJK sebagai regulator. Ekspansi kredit UMKM perlu ditingkatkan lagi oleh
perbankan Indonesia karena diantaranya sebagai salah satu upaya menguasai pasar
domestik dari gempuran bank-bank asing atau bank-bank asing yang akan masuk
pada ASEAN Economy Community (AEC), sektor UMKM juga yang tahan
banting terhadap krisis ekonomi yang selama ini terjadi, seperti yang terjadi pada
tahun 1997 dan 2008. Kemudian, perluasan atau ekspansi kredit UMKM menjadi
strategi perbankan di Indonesia agar pasar domestik lebih kuat daripada
sebelumnya. Melalui ekspansi kredit UMKM, bank-bank umum dan bank
perkreditan lokal diharapkan mampu bersaing dengan berbagai program yang
31
ditawarkan bank-bank asing yang akan masuk ke Indonesia pada AEC tahun
2015. Selain itu, hal tersebut bagi sebagian bank-bank besar lokal sebagai upaya
agar mereka menjadi salah satu Qualified ASEAN Banks (QABs) .
D. UMKM Sebagai Target Potensial dalam Ekspansi Kredit Perbankan
Domestik
UMKM memberikan peran yang cukup besar dalam perekonomian
Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwa umkm dapat bertahan dan bahkan
meningkat jumlahnya ketika krisis ekonomi tahun 1998 terjadi, dibandingkan
dengan perusahan–perusahaan besar lainya. UMKM juga mampu membantu
menurunkan jumlah pengangguran di Indonesia dan juga merupakan usaha
informalyang menjadi mata pencaharian bagi penduduk yang tidak memiliki
akses spesifikasi dalam memperoleh pekerjaan formal. Sayangnya,
pengembangan dalam sektor usaha kecil UMKM ini masih terhalang oleh
ketersediaan modal dan akses perbankan bagi pelaku usaha ini. Pelaku usaha
sektor ini dianggap belum bankable, untuk akses kredit misalnya, UMKM
dianggap sangat rentan dalam risiko kredit serta tidak memberikan prospek
yang bagus dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar. Padahal
sektor ini justru memiliki kemampuan untuk memulihkan diri lebih cepat
ketika mendapat goncangan ekonomi.
Dalam ASEAN Economic Comunity yang akan diberlakukan pada
tahun 2015 mendatang akan terjadi pasar bebas di kalangan anggota AEC itu
sendiri tak terkecuali sektor perbankan. Penguatan sektor perbankan nasional
perlu dilakukan oleh pemerintah, daya saing antar bank akan semakin luas
dan kompleks. Diperlukan strategi yang kuat untuk mengantisipasi dominasi
perbankan asing di Indonesia. Salah satu program perbankan yang dirasa
mampu memperkuat sistem adalah ekspansi kredit. Usaha kecil atau UMKM
di Indonesia harus mendapatkan akses permodalan penuh dari bank domestik.
Pada hakekatnya ekspansi kredit merupakan implementasi dari
fungsi intermediasi perbankan, terdapat dua program kebijakan pengkreditan
dalam perbankan nasional yaitu ditujukan untuk pemulihan sektor usaha
besar (korporasi) dan sektor UMKM. Bank cenderung menyalurkan kredit
32
kepada debitur besar karena dianggap mempunyai prospek yang bagus dari
pada sektor usaha kecil atau UMKM. Kendala dalam ekspansi kredit dari dua
sektor tersebut cukup beragam, dari sektor koorperasi misalnya kondisi
keamanan dan kepastian hukum belum memberikan jaminan yang mantap
bagi usaha besar untuk berusaha dengan kapasitas penuh. Sedangkan dari
sektor UMKM pada umumnya masih terkendala oleh kurangnya pemahaman
perbankan terhadap UMKM serta kondisi UMKM sendiri yang belum
bankable, tidak adanya agunan menjadi salah satu sebab kurang memadainya
penyaluran kredit bagi UMKM. Akibatnya, pembiayaan UMKM oleh
perbankan masih banyak dalam bentuk pengambil-alihan debitur UMKM dari
bank lain dan bukan menciptakan debitur UMKM baru.
Kebijakan pengkreditan yang dilakukan pemerintah, Bank Indonesia,
maupun perbankkan untuk pengembangan UMKM sudah cukup beragam.
Dalam kesepakatan bersama (MOU) Menko Kesra selaku Ketua Komite
Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan dan Pengembangan
Usaha Mikri, Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dalam dua pertemuan
di makasar 8-10 September 2002 dan di Bukit tinggi 21-23 Februari 2003
menghasilkan paparan beberapa pokok permasalahan yang dihadapi UMKM
dalam memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan dan berbagai hal
yang harus dilakukan oleh lembaga keuangan, khususnya perbankan.
Implementasi MOU tersebut diwujudkan dengan adanya program bahwa
mulai tahun 2002, khusus dalam hal penyaluran kredit kepada UMKM, Bank
Indonesia telah menganjurkan kepada perbankan untuk menyusun rencana
penyaluran kredit UMKM di dalam Business Plan masing-masing. Untuk
mempercepat pencapaian rencana bisnis bank untuk penyaluran kredit kepada
UMKM tersebut, perbankan telah menempuh langkah linkage program
dengan BPR, pembentukan KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank) untuk
memfasilitasi UMKM agar segera bankable, dan di pihak pemerintah juga
mengeluarkan kebijakan program sertifikasi tanah untuk UMKM dan
penerbitan SUP (Surat Utang Pemerintah) sebesar 3 triliun rupiah yang akan
33
disalurkan kepada UMKM melalui beberapa bank dan lembaga keuangan
lain.
Ekspansi kredit terhadap UMKM perlu diperkuat oleh perbankan
domestik mengingat diberlakukannya ASEAN Economic Comunity akan
memperluas arus modal dan jual beli barang dan jasa secara bebas. Masalah
permodalan yang selama ini menjadi kendala bagi UMKM untuk
mengembangkan usahanya sedikit demi sedikit akan mulai teratasi dengan
ekspansi kredit dari perbankan. Kepercayaan nasabah terhadap kinerja
perbankan domestik akan memperkuat daya saing perbankan nasional dalam
menghadapi ASEAN Economic Comunity (AEC) 2015.
E. Analisis Swot Dalam Implementasi Strategi Penguatan Pasar Domestik
Berupa Ekspansi Kredit Terhadap UMKM
Srength
Ekspansi kredit perlu ditingkatkan oleh perbankan Indonesia faktor
utama penguatan sektor umkm melauli program-program penyaluran kredit
yang dilakukan perbankan domestik, diantaranya melalui program KUR yang
sudah dikembangkan beberapa Bank di Indonesia yang dinilai efektif untuk
membantu permodalan usaha rakyat atau UMKM. Pangsa pasar yang sudah
potensial ini diharapkan menjadi motivasi yang cukup kuat bagi perbankan
nasional agar tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Memaksimalkan
potensi UMKM sebagai target ekspansi kredit dirasa sangat tepat dilakukan
perbankan nasional. Agar dapat bersaing dengan negara lain anggota AEC
kedua sektor ini harus bersinergi positif untuk memperkuat posisi Indonesia
di kanca internasional.
Weakness
Ketika bank meningkatkan ekspansi kredit maka konsekuensinya
adalah NPL (Non Performing Loan) perbankkan Indonesia menjadi tinggi
sehingga berpotensi adanya kredit macet. Kelemahan ini mampu diatasi
ketika control perbankan terhadap nasabah berjalan baik.
34
Opportunities
Ekspansi kredit memiliki peluang yang cukup besar untuk
memperoleh pendapatan bagi perbankan nasional mengingat suku bunga SBI
mengalami penurunan. Dalam kondisi seperti ini bank akan berfikir untuk
memperoleh pendapatan dari sektor lain selain pembelian SBI yaitu dengan
meningkatkan ekspansi kredit. Sektor UMKM dianggap sebagai target yang
potensial dalam ekspansi kredit mengingat perkembangan dari tahun ke tahun
semakin meningkat jumlahnya. Peluang pangsa pasar yang sudah potensial
ini harus dipertahankan dan ditingkatkan oleh perbankan nasional dengan
beberapa inovasi ekspansi kredit, jangan sampai berlakunya AEC 2015
menjadi pasarnya perbankan asing.
Threth
Terbukanya pasar investasi sebagai dampak dari diberlakukannya
integrasi ekonomi AEC 2015 menimbulkan perluasan akses aliran modal bagi
setiap pelaku usaha. Persaingan pangsa pasar perbankan akan semakin luas
dengan adanya perbankan asing yang masuk ke Indonesia. Daya saing antar
bank menjadi ancaman yang cukup serius mengingat pasar perbankkan tidak
lagi terdiri dari bank lokal tetapi juga bank lokal kepemilikan asing dan bank
asing. Perbankan asing yang masuk mungkin saja mempunyai daya saing dan
efisiensi diatas perbankan nasional kita sehingga berpeluang memperoleh
pangsa pasar yang lebih besar daripada perbankan nasional.
35
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penguatan pasar domestik dijadikan alternatif solusi untuk
mempertahankan eksistensi perbankan nasional dalam menghadapi bank
asing karena perbankan kita tertinggal jauh dalam efisiensi dibandingkan
bank asing. Pasar indonesia sebagai pasar yang begitu potensial dengan
jumlah penduduk yang sebagian besar bekerja disektor informal.perbankan
indonesia dengan tingkat efisiensi rendah akan sulit memperluas pangsa
pasarnya di luar negeri.
2. Penyaluran kredit perbankan terhadap UMKM (KUR) belum stabil dan
belum maksimal, masih banyak rumah tangga yang melakukan usaha
masih sedikit mendapatkan akses perkreditan perbankan.menjadikan
peluang bagi perbankan untuk menyalurkan kredit dan menambah
pendapatan bunga kreditnya.
3. Ekspansi kredit UMKM perlu ditingkatkan lagi oleh perbankan Indonesia
karena menghindari bank-bank komersial Indonesia menjadi tamu
dirumahnya sendiri sehingga salah satu upaya menguasai pasar domestik
dari gempuran bank-bank asing atau bank-bank asing yang akan masuk
pada ASEAN Economy Community (AEC). Selain itu, hal tersebut bagi
sebagian bank-bank besar lokal sebagai upaya agar mereka menjadi salah
satu Qualified ASEAN Banks (QABs).
4. Sasaran Ekspansi kredit yang potensial diberikan kepada UMKM karena
dengan adanya aliran modal kepada UMKM, tidak hanya akan
meningkatkan profitabilitas perbankan tetapi juga memberikan kemudahan
umkm untuk mengembangkan usahanya dan menciptakan inovasi produk
supaya mampu bersaing dengan produk negara lain.
36
B. Saran
1. Pemerintah
Pemerintah lebih meningkatkan pengawasannya terhadap perbankan dalam
penyaluran kredit rakyat, sehingga seluruh UMKM kita bisa mendapatkan
Kredit Usaha Rakyat dari perbankan.pemerintah perlu memberikan
perlindungan terhadap perbankan nasional sehingga tidak tergusur dari
bank-bank asing yang bakal masuk ke Indonesia melalui kebijakan yang
berpihak pada perbankan nasional.
2. UMKM atau masyarakat
Masyarakat sebagai pelaku usaha perlu meningkatkan kepercayaan kepada
perbankan dan merubah pola pemikiran dan sikap supaya lebih lebih
bankable sehingga bisa mendapatkan kemudahan dalam penambahan
modal usaha.
3. Pihak perbankan
Pihak perbankan memiliki kesadaran diri dan pemahaman diri terhadap
fungsi utamanya sebagai perbankan,yaitu dengan meningkatkan fungsi
intermediasinya. Mengurangi perasangka buruk terhadap umkm maupun
korporasi sehingga tidak terjadi assymetri information.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. http://eprints.unisbank.ac.id/260/1/artikel-48.pdf (Diakses pada
tanggal 27 Februari 2013).
Anonim. 2014. Sebaran Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Periode November
2007-Januari 2014. http://komite-kur.com/pdf.php?id=93. (Diakses pada tanggal
13 Maret 2014).
Anonim.http://www.bwtp.org/arcm/indonesia/IV_News_and_Events/BWTPwork
shop/Subari_BankIndonesia.pdf. (Diakses pada tanggal 13 Maret 2014).
Aviliani. 2013. Peran Perusahaan Penjamin Kredit Pada Pengembangan
UMKM.
Biro Pusat Statistik. 2001. Kinerja UKM di Indonesia. Jakarta.
Budi, H Untung. 2000. Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta: ANDI
(Diakses pada tanggal 3 maret 2013).
Depkop. 2012. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)
dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012.
Financial integration challenges in ASEAN beyon 2015. Maria Monica
Wihardja.ERIA:Jakarta.
Firmansyah Deckiyanto. 2013. Jurnal Efektifitas Kebijakan Pemberian Kredit
Usaha Rakyat (Kur) Mikro Berdasarkan Surat Edaran Direksi Nose: S.09c–
Dir/Adk/03/2010 Atas Ketentuan Kredit Usaha Rakyat (Kur) Mikro.
Retnadi, Djoko. 2006. Memilih Bank Yang Sehat: Kenali Kinerja Pelayananya.
Jakarta: PT ALEX MEDIA KOMPUTINDO Kelompok Gramedia
Sri Mulyati Tri Subari. 2004. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Bank
Indonesia dalam Mendukung Pelayanan Keuangan yang Berkelanjutan bagi
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Subagyo, Sri Fatmawati dkk. 1997. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Yustika,Ahmad.2005. Perekonomian Indonesia Deskripsi,Preskripsi Dan
Kebijakan. Bayumedia Publishing. Malang.
38
BIODATA PENULIS
Penulis 1
1. Nama Lengkap : Medani Hakim
2. Tempat, tanggal lahir : Bekasi, 16 Agustus 1993
3. e-mail : [email protected]
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Status agama : Islam
6. No.Rekening : 00191-01-61-010045-7
7. Kewarganegaraan : Indonesia
8. Alamat Asal : Jalan Aren Jaya 06 No. 62 RT 06/02, Aren
Jaya, Bekasi Timur, Bekasi
9. Alamat Saat Ini : Jalan Porong RT 03 RW 03, Komplek
LDII, Pucang Sawit, Jebres, Surakarta
10. Status Pendidikan :
a. Jurusan : Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas
Sebelas Maret
b. Program Studi : S1 Reguler
11. Hobi : Membaca
12. Riwayat Pendidikan :
No. Nama Instansi Tahun Lulus
1. TK Al Huda 1999
2. SDN Aren Jaya 14 Kota Bekasi 2005
3. SLTP Negeri 11 Kota Bekasi 2008
4. SMAN 8 Kota Bekasi 2011
39
Penulis 2
CURRICULUM VITAE
Khoriyah
085642059493
Ngablak, Tanjung, Klego, Boyolali, Jawa Tengah.
1. Nama lengkap : Khoriyah
2. tempat/tanggal lahir : Boyolali,03 september 1994
3. no. Hp : 085642059493
4. E-mail : [email protected]
5. jenis kelamin : Perempuan
6. status agama : Islam
7. No.Rekening : 00191-01-61-013757-7
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Alamat Asal : Ngablak, RT 04, RW 15, Tanjung, Klego, Boyolali
10. Status Pendidikan
a. Jurusan : Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas
Maret
b. Program Studi : S1 Reguler
11. HOBI : MENDENGARKAM MUSIK.
12. Riwayat Pendidikan
NO NAMA LEMBAGA/INSTANSI LULUS TAHUN
1. TK PERTIWI TANJUNG 2000
2. SD TANJUNG 3 KLEGO 2006
3. SMP NEGERI 2 SIMO 2009
4. SMA NEGERI 1 SIMO 2012
5. UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012/2016
40
13. Organisasi
NO NAMA ORGANISASI JABATAN PERIODE
1. HMJ EP STAFF AKADEMIS DAN
ILMIAH
2013
2 BEM FEB UNS STAFF PENGABDIAN
MASYARAKAT
2013
14. Penghargaan
No Penghargaan penyelengara tahun tingkat
1 15 besar finalis lomba
paper ECSOS nasional
2013
HIMIESPA FE Universitas
Lambung Mangkurat
2013 Nasional
Penulis 3
Nama : Norma Sagita PratiwiNIM
NIM : F0112067
No. Hp : 085735417494
E-mail : [email protected]
jenis kelamin : Perempuan
status agama : Islam
kewarganegaraan : Indonesia
alamat asal : Balepanjang 001/005 Jogorogo Ngawi Jawa Timur
alamat sekarang : Palur, Karanganyar, Jawa Tengah
jurusan/fakultas/angkatan : Ekonomi pembangunan/ekonomi/2012
Perguruan tinggi : Universitas sebelas maret,surakarta
IPK terakhir : 3,75
Hobbi : Mendengarkan musik, nonton drama,membaca
Motto hidup : A miracle is another name of effort,You never fail until
you stop trying
Riwayat pendidikan
no Nama lembaga/instansi Lulus tahun
1. TK Perwanida Jogorogo 1999
2. SDN Jogorogo 2 2005
3. SMP Negeri 1 Jogorogo 2008
4. SMK Negeri 1 Ngawi 2011
5. Universitas Sebelas Maret 2012/2016
41
Pengalaman organisasi
Staff bidang penerbitan HMJ EP UNS periode 2012/2013
Prestasi yang pernah diraih : Finalis 15 besar lomba paper ecsos Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin Kalimantan
Selatan 2013
Seminar/pelatihan yang pernah diikuti :
o Pelatihan Achievement Motivation Training (AMT) FE UNS 2012
o Panitia Training Public Speaking BEM FE UNS 2012
o Panitia School Of Leadership BEM FE UNS 2012
o Peserta seminar Nasional Alcofe 2012 HMJ EP
o Liaison Officer Temu Ilmiah Nasional, KEI FE UNS 2013
o Peserta lomba essay Nasional” pertanianku,kekuatan ekonomi bangsaku”
BEM FE UNS 2012
o panitia annual conference of economic forum HMJ EP UNS 2013